marketing public relations scarf magazine dalam
TRANSCRIPT
STRATEGI MARKETING PUBLIC RELATIONS SCARF MAGAZINE
DALAM MENINGKATKAN OPLAH PENJUALAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh:
AIDHA MARINDA AYU
NIM: 1112051000044
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
i
ABSTRAK
Aidha Marinda Ayu, 1112051000044,
Strategi Marketing SCARF Magazine Dalam Meningkatkan Oplah
Penjualan, di bawah bimbingan Dr. Fatmawati, MA
SCARF Magazine adalah majalah urban fashion muslim terbesar di
Indonesia. Di Indonesia terdapat banyak majalah fashion serupa, antara lain Laiqa,
Noor, dan sebagainya. Kemajuan teknologi terutama dibidang komunikasi dan
informasi membuat media – media online tumbuh pesat, dan seolah mampu
menggantikan fungsi media cetak. Semakin tingginya tingkat persaingan,
meningkatnya kompleksitas pasar dan pembaca yang semakin kritis dan selektif
akan pesatnya pengetahuan teknologi dengan adanya media online atau internet.
Diperlukan suatu strategi tertentu dan orang – orang tertentu yang bisa bekerja
sama dengan perusahaan. Marketing Public Relations merupakan salah satu yang
dibutuhkan di SCARF Magazine. Hal ini diharapkan dapat mempermudah
kegiatan marketing yang dilakukan.
Adanya kompetitor, membuat SCARF Magazine harus memiliki strategi
yang berbeda dengan pesaingnya untuk menarik para calon pelanggan dan
meningkatkan oplah penjualannya. Dalam membuat strategi tersebut marketing
public relations SCARF Magazine memiliki fungsi untuk membuat program –
program yang menarik. Dengan adanya program menarik membuat produk
menjadi lebih unggul di mata konsumen. Kemudian muncul rumusan pertanyaan
bagaimana strategi marketing public relations SCARF Magazine dalam
meningkatkan oplah penjualan? Dan bagaimana upaya – upaya yang dilakukan
SCARF Magazine dalam meningkatkan oplah?
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian ini
menggunakan metode wawancara dalam pengumpulan data. Penelitian ini
melibatkan dua narasumber yaitu Director and Editor In Chief dan Marketing
Public Relations SCARF Magazine. Data ini dianalisis dengan Triangulasi data.
Teori kerja manajemen public relations membimbing bagaimana setiap
taktik dilaksanakan. Teori ini mewakili ide atau pandangan praktisi humas
mengenai apa yang diharapkan terjadi. Dalam melaksanakan program terdapat
tiga taktik untuk mencapai tujuan, yaitu Pull Strategy, Push Strategy dan Pass
Strategy. Strategi marketing public relations merupakan upaya untuk merangsang
pembeli dan dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Kesimpulannya adalah strategi marketing public relations yang dilakukan
SCARF Magazine adalah mengadakan event program rutin sebagai strategi untuk
menarik, menjalin relasi dengan media sebagai srategi mendorong, dan memberi
award sebagai strategi mempengaruhi publik. Strategi memperkuat brand,
dilakukan dalam menghadapi persaingan di industri media cetak, serta strategi
menjaga citra positif perlu dilakukan agar bisa menjaga kepercayaan dari
konsumen. Upaya yang dilakukan yaitu pengorganisasian tim kerja, memperkuat
promosi serta evaluasi untuk melihat peluang penjualan, dan mengupgrade
kualitas dari SCARF Magazine
Kata Kunci: SCARF Magazine, Marketing Public Relations, strategi, oplah,
penjualan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberi kita begitu banyak nikmat dan senantiasa memberikan hidayah-Nya
kepada setiap makhluk ciptaan-Nya sehingga atas izin-Nya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam kita haturkan kepada hamba Allah yang paling manis
tutur katanya, hamba Allah yang paling banyak sujudnya, hamba Allah yang
paling kasih dan bijaksana kepada umatnya, Nabi Muhammad SAW, beserta para
sahabatnya. Skripsi ini sebagai salah satu persayaratan untuk memperoleh gelar
strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan judul “Strategi Marketing
Public Relations SCARF Magazine dalam Meningkatkan Oplah Penjualan”.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa penulisan
skripsi ini semata – mata bukan buah tangan sendiri, akan tetapi dari hamba Allah
yang senantiasa mendermakan ilmunya dengan setulus hati dan meluangkan
waktu untuk selalu berbagi pengetahuan. Penulis menyadari akan kekurangan
penyusunan penulisan ini dari segi materi dan cara penyajiannya. Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof.
Dr. Dede Rosyada, MA
2. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi beserta Dr. Suparto, M.Ed, MA. selaku Wakil Dekan I,
Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah M.Ag selaku Wakin Dekan II
Bidang Administrasi Umum serta Dr. Suhaimi M.Si selaku Wakil Dekan
III Bidang Kemahasiswaan.
3. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan
Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam.
4. Drs. Hamdani, MA selaku pembimbing akademik yang telah membantu
selama 8 semester ini.
5. Dr. Fatmawati, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan pengarahan
serta dorongan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sesuai dengan waktu yang diinginkan.
6. Para Dosen dan Staff Pengajar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dalam mendidik
penulis selama melakukan studi.
7. SCARF Magazine dan keluarga besar SCARF Magzine, Mba Riva Nur,
Mba Temi Sumarlin, yang telah memberikan informasi dan meluangkan
waktunya untuk penulis.
8. Orang Tua Penulis Bapak Niman dan Ibu Maryam, yang telah dengan
penuh kesabaran memberikan motivasi baik moril maupun material,
semangat yang Bapak dan Ibu berikan yang membuat penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan suka dan duka, serta selalu bersedia
menjadi tempat bagi penulis untuk menuangkan segala keluh kesah.
Terimakasih banyak untuk do’a terbaik yang selalu dipanjatkan. Skripsi ini
untuk kedua orang tua ku tercinta.
9. Adiku Firdha Amelia Widia Azzahra, yang selalu memberikan
pertolongan dan menemani ketika penulis sedang kesulitan, serta
pengertiannya ketika penulis sedang menyusun skripsi ini, juga
memberikan hiburan dengan tingkah lucunya di rumah. Adik yang terbaik
di dunia ini.
10. Untuk orang – orang yang juga sangat istimewa, khususnya Raka Pratama
Brata yang dengan sabar memberi dukungan dan setia menemani penulis,
memberi semangat, menemani bimbingan walaupun harus merepotkan di
pagi hari. Terimakasih atas segala dukungan, bantuan dan do’a. Semoga
tetap menjadi pilot yang menjalankan tugasnya dengan baik.
11. Untuk Ma Bae sahabat tercinta Robiyatul Atiyah, Rezania Meidiati, Eka
Nanda Wulandari, sahabat terbaik selama 3,5 tahun ini teman daftar kuliah
bareng, KKN bareng, nugas bareng, makan bareng, tidur bareng, semprop
bareng, sidang skripsi bareng, segala hal kita lalui bersama. Tak terasa
sekarang skripsi ini selesai, juga karena kalian. Semoga segala mimpi kita
terwujud, semoga kalian sukses dengan jalan kalian masing – masing.
12. Teman seperjuangan KPI B 2012 alias WEAK yang sudah mau menemani
proses belajar penulis dari awal masuk kuliah, hingga sekarang. Banyak
pelajaran yang sudah penulis dapat dari kalian, terimakasih atas kerja sama
selama ini.
13. Teman temanku tercinta KKN HEART yang sudah penulis anggap sebagai
keluarga kedua, sebulan tinggal bersama di Desa Solear Kecamatan Solear
Tangerang. Banyak sekali pelajaran yang penulis dapat, kekeluargaan, rasa
tanggung jawab, dan juga menghargai sesama. Kepada warga Desa Solear
terimakasih banyak telah memberi kesan yang baik selama penulis
menjalankan Kuliah Kerja Nyata disana.
14. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Walau
tak tertulis, Insya Allah perbuatan kalian menjadi sebuah amal yang baik
tertulis “di lembaran lain”. Aamiin.
Jakarta, 30 Maret 2016
Aidha Marinda Ayu
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................... 6
C. Tujuan dan Keguanaan Penelitian .......................................... 6
D. Metode Penelitian................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 11
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 12
BAB II KERANGKA TEORI
A. Teori Kerja Manajemen Public Relations ............................ 14
B. Strategi ................................................................................. 16
C. Public Relations ................................................................... 18
D. Marketing Public Relations .................................................. 24
E. Majalah ................................................................................. 31
F. Oplah .................................................................................... 35
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Latar Belakang SCARF Magazine ....................................... 37
B. Sasaran Pembaca SCARF Magazine ................................... 41
C. Struktur Organisasi SCARF Magazine ................................ 42
D. Rubrik SCARF Magazine .................................................... 44
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Strategi Marketing Public Relations SCARF Magazine ...... 48
B. Upaya – Upaya Marketing Public Relations SCARF Magazine
.............................................................................................. 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 81
B. Saran ..................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 .........................................................................................................................50
GAMBAR 2 .........................................................................................................................52
GAMBAR 3 .........................................................................................................................60
GAMBAR 4 .........................................................................................................................68
GAMBAR 5 .........................................................................................................................70
GAMBAR 6 .........................................................................................................................72
GAMBAR 7 .........................................................................................................................73
GAMBAR 8 .........................................................................................................................75
GAMBAR 9 .........................................................................................................................77
DAFTAR TABEL
TABEL 1 ..............................................................................................................................40
TABEL 2 ..............................................................................................................................41
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media massa adalah suatu penunjang penyebaran globalisasi dalam
pembentukan opini publik. Semua individu di dunia dapat disatukan
dengan media massa yang berkembang pesat dalam globalisasi ini. Jadi
Globalisasi dan media massa saling mempengaruhi satu sama lain
sehingga memiliki hubungan yang erat. Dalam kenyataanya masyarakat
indonesia sendiri mengalami banyak serbuan dari berbagai produk media
massa yang sampai karena globalisasi itu sendiri.
Perkembangan komunikasi massa dimulai oleh pers, disusul oleh film,
diikuti oleh radio, selanjutnya oleh televisi.1 Media adalah alat atau sarana
yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada
khalayak.2 Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian
pesan dari sumber kepada khalayak atau penerima pesan dengan
menggunakan alat – alat komunikasi mekanis seperti Surat Kabar, Film,
Radio, dan Televisi. Surat kabar bisa dibilang meupakan media massa
tertua sebelum adanya Film, Radio, dan Televisi. Surat kabar juga
memiliki keterbatasan karena hanya bisa dinikmati oleh mereka yang
melek huruf, serta lebih banyak disenangi oleh orang tua dibanding remaja
dan anak – anak.3
1 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1992), h. 56 2 H. Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
2007), h. 123 3 H. Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
2007), h. 126 - 127
2
Media massa kini tidak bisa lagi dipisahkan dari kehidupan
masyarakat karena media massa, baik cetak maupun elektronik, sudah
menjadi kebutuhan hidup. Mulai dari kota hingga pedesaan, masyarakat
memanfaatkan media massa untuk berbagai keperluan, sesuai dengan
fungsi pers. Melalui media massa, masyarakat minimal mendapatkan
keragaman hiburan dan informasi terbaru tentang berbagai hal yang terjadi
diberbagai belahan dunia. Kalaupun terjadi pengecualian, ada masyarakat
yang belum menikmati media massa mungkin hanya bagi masyarakat suku
terasing saja. Media massa merupakan informasi yang terkait dengan
masyarakat, digunakan berhubungan dengan khalayak (masyarakat) secara
umum, dikelola secara professional dan bertujuan mencari keuntungan.4
Sampai akhir abad ke 19, kegiatan komunikasi massa hanya dilakukan
oleh surat kabar dan majalah.5 Dengan tampilan yang full colour serta
gambar yang menarik membuat majalah memiliki peminat khusus yang
menyukai visual yang menarik dilengkapi dengan sumber informasi yang
dikemas dengan sedemikian rupa sesuai dari ciri khas majalah tersebut.
Tidak hanya majalah yang bersegmentasi wanita tetapi juga banyak
majalah yang dikhususkan berdasarkan gender, hobi dan lain – lain.
Industri media terutama media cetak nampaknya akan menghadapi hal
serius soal oplah media cetak. Kemajuan teknologi terutama dibidang
komunikasi dan informasi membuat media – media online tumbuh pesat,
dan seolah mampu menggantikan fungsi media cetak. Masalah ini sangat
4 Mondry, M. Sos., Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik (Bogor: Ghalia Indonesia,
2008) h. 34 5 Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: PT Logos
Wacana Ilmu, 1999) h. 26.
3
serius dimana oplah yang berujung pada tingkat penjualan media cetak
adalah menjadi roda penggerak industri media cetak. Kegiatan marketing
menjadi sangat penting bagi usaha media massa cetak. Semakin tingginya
tingkat persaingan, meningkatnya kompleksitas pasar dan pembaca yang
semakin kritis dan selektif akan pesatnya pengetahuan teknologi dengan
adanya media online atau internet, dan hal itu membuat kegiatan perlu
dilakukan secara professional dan kritis dalam membaca pasar, karena
keberhasilan usaha dibidang media masa cetak tergantung pada
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan – tujuan pembaca.
Persaingan yang dihadapi saat ini bukan hanya terdapat pada sesama
penguasa medi cetak, akan tetapi hadirnya media online juga membuat
para industri media cetak perlu memiliki strategi serta membutuhkan peran
seseorang yang bisa mengendalikan kegiatan pemasaran agar sebuah
produk tetap eksis dipasaran dan tidak diterpa dengan persaingan –
persaingan yang banyak datang dari arah manapun.
Salah satu cara yang cukup efektif untuk merebut pangsa pasar
ditengah ketatnya persaingan dalam era globalisasi yaitu menjalin suatu
hubungan baik dengan suatu perusahaan merupakan suatu keharusan yang
harus dilakukan. Diperlukan suatu strategi tertentu dan orang – orang
tertentu pula untuk melaksanakannya dalam menjalin suatu kerjasama
dengan perusahaan pada umumnya dan devisi marketing khususnya akan
lebih dimudahkan dengan keberadaan seorang public relations. Menurut
William, F. Arens mendefinisikan public relations sebagai suatu fungsi
manajemen yang memfokuskan diri pada membangun/mengembangkan
4
relasi serta komunikasi yang dilakukan individual maupun organisasi
terhadap publik guna menciptakan hubungan yang saling menguntungkan.
Publik yang dimaksud dari definisi diatas menurut Arens terdapat tujuh
kategori publik, masing – masing employes, stockholders,communities,
media goverment, investment communities customers.6 Untuk itu
diperlukanna jalan keluar untuk mempertahankan keberadaan media cetak,
dan banyaknya pesaing dari media cetak yang mulai memasuki pasar saat
ini.
Penelitian public relations pada masyarakat yang informatif,
teknologi yang canggih dan global yang terjadi saat inimerupakan sarana
untuk menunjang fungsi dan peranan public relations profesional secara
optimal dalam mengidentifikasi dan melayani publik serta lembaga yang
diwakilinya, khususnya melaksanakan komunikasi dua arah atau timbal
balik (two way process and reciprocal), mencipatakan hubungan antara
organisasi dan publiknya atau sebaliknya sebagai upaya saling pengertian
(mutually understanding) dan citra positif (Good image).7
SCARF Magazine adalah majalah fashion yang terbit setiap 2 bulan.
Majalah ini memakai tagline Muslimah Urban Fashion Magazine SCARF
Magazine selalu menginformasikan update fashion terbaru, terutama
fashion Muslim. 8 Scarf Magazine merupakan sebagai wadah untuk
melihat informasi sekitar fashion yang terdiri dari fashion daily, fashion
6 Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public
Relations di Era Cyber, (Depok; Gramata Publishing 2011) h. 125. 7Rosyadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan komunikasi, (Jakarta : PT.
Rajagraffindo Persada, 2005), h.5. 8 Company Profile SCARF Magazine diakses pada 1 Februari 2016, melalui
www.scarfmagz.com
5
frame, fashion feature , fashion frame dan wear it up. Dalam scarf
magazine, terlihat bahwa tampilan dari gaya berbusana masa kini
ditampilkan dengan gaya yang trendy, feminim dan juga elegan. Terlihat
dari rubric fashion yang menyediakan berbagai macam gaya berbusana
muslim modern. Scarfmagz memberikan rekomendasi untuk wanita
berhijab agar tetap tampil modis setiap harinya.
SCARF Magazine bersaing dengan majalah wanita Muslim lainnya
untuk menduduki posisi pertama dalam dunia media cetak, khususnya
dalam dunia majalah. Persamaan misi dan isi didalam majalahnya menjadi
tantangan tersendiri bagi Scarf Magazine. Banyaknya majalah pesaing
yang juga menampilkan keindahan dari wanita berhijab, kisah inspiratif
dari tokoh – tokoh wanita yang hebat atau infromasi seputar dunia wanita
seperti produk make up, busana muslimah, produk hijab dan lain
sebagainya. Misalnya saja majalah Laiqa, majalah Modis, Musmagz,
majalah Noor dan majalah muslimah wanita lainnya yang saling bersaing
merebut pangsa pasar di masyarakat dengan adanya kesamaan namun tetap
memiliki ciri khas masing – masing.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian pada SCARF Magazine dan penelitian ini berjudul “
Strategi Marketing Public Relations SCARF Magazine dalam
Meningkatkan Oplah Penjualan ”
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Seperti diketahui banyaknya persaingan di media cetak terutama
pada majalah Muslimah, maka pembatasan masalah di penelitian ini
terfokus pada strategi marketing public relations yang dilakukan pada
SCARF Magazine.
2. Perumusan Masalah
Dengan demikian dalam penulisan penelitian ini dirumuskan
masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana strategi marketing public relations SCARF Magazine
dalam meningkatkan oplah penjualan?
b. Bagaimana upaya – upaya yang dilakukan marketing public
relations SCARF Magazine dalam mendapatkan oplah yang
tinggi?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini yaitu:
a. Untuk mengetahui strategi marketing public relations SCARF
Magazine dalam meningkatkan oplah penjualan.
7
b. Untuk mengetahui upaya – upaya yang mendukung aktivitas
marketing public relations SCARF Magazine dalam upaya
mendapatkan oplah penjualan yang tinggi.
2. Kegunaan Penelitiaan
1. Memberi kontribusi positif dalam bidang studi dakwah dan
komunikasi, khususnya kaitan antara dua bidang ilmu tersebut.
2. Menambah khazanah dalam kajian yang berkaitan dengan ilmu
komunikasi terutama tentang public relations.
3. Dapat memberi masukan bagaimana peran marketing public
relations terutama dalam bidang pemasaran dalam menarik
minat pembaca serta bisa memajukan perusahaan ditengah
pesatnya persaingan.
D. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini,
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Yaitu metode yang
melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif. Yaitu
metode yang melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata, gambar dan buku-buku. Laporan penelitian akan bersifat
kutipan-kutipan atau untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.
Data tersebut berdasarkan dari naskah wawancara, catatan atau memo dan
dokumen resmi lainnya.9
9Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2000), cet. Ke 11, h 3.
8
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang
sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif pertisipan.
Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh
setelah melakukan analisis terhadap kenyataan social yang menjadi fokus
penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman
umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.10
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada bulan Januari 2016 sampai dengan
Februari 2016. Tempat dilaksanakan penelitian di kantor pusat Scarf
Magazine yang beralamat di Jl. Raden Saleh no. 9 Cikini, Jakarta Pusat.
3. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari
mana data diperoleh.11
Sumber data adalah semua informasi baik yang
merupakan benda nyata, sesuatu yang abstrak, peristiwa atau gejala baik
secara kuantitatif maupun kualitatif (dalam Rumidi, 2004:44).
Untuk memperoleh data yang diperlakukan, penulis menggunakan
Data Primer (primary data) yaitu, data yang dihimpun secara langsung
dari narasumber yang mengetahui dan berkompeten terhadap bidang
penelitian ini dengan melakukan observasi dan wawancara.12
Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan data yang laangsung didapat dari
subjek penelitian. Sumber data primer yang digunakan adalah dari hasil
10
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo, 2006)Ed. 1. Cet.3, h. 23 11
Arikunto, Suharsimi. ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik. 2006. Jakarta
:RinekaCipta.h. 13 12
Burhan Bungin. Analisis Data Kualitatif. 2005. Jakarta :Prenada Media. h.122
9
observasi dan wawancara yang dilakukan dengan divisi marketing public
relations dari Scarf Magazine.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang akurat dalam suatu penelitian, perlu
adanya suatu teknik atau alat pengumpulan data. Maka teknik dan
langkah-langkah dalam pengumpulan data pada peneliti ini adalah sebagai
berikut:
a. Observasi Langsung
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis
untuk kemudian dilakukan pencatatan.13
Observasi dalam penelitian
ini, peneliti mengamati kegiatan SCARF Magazine khususnya dari
bidang marketing public relations.
b. Wawancara
Wawancara. Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya
jawab langsung tatap muka antara penanya dengan narasumber
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (paduan wawancara).14
Menurut Bungin wawancara berstruktur adalah wawancara dimana
pewawancara dapat dengan leluasa memberikan pertanyaan dengan
menggunakan pedoman wawancara.15
Wawancara berstruktur sangat
memadai dalam penelitian kualitatif, sehingga peneliti lebih mudah untuk
13
P. Joko, Subagyo. MetodePenelitianDalamTeoridanPraktek. 1997. Jakarta
:RinekaCipta. h.63 14
M. Nadzir. MetodelogiPenelitian. 1985. Jakarta :Ghalia Indonesia. h.63 15
Burhan Bungin. Analisis Data Kualitatif. 2005. Jakarta :Prenada Media. h.67
10
memahami dan mendalami jawaban dari pertanyaan yang sudah disusun.
Dalam penelitian ini yang diwawancarai adalah divisi marketing public
relations dari SCARF Magazine. Adapun yang menjadi materi wawancara
adalah hal-hal yang berkaitan dengan marketing public relations.
c. Dokumentasi.
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara menyalin data-data atau arsip-arsip yang tersedia pada
interview atau perusahaan yang berhubungan dengan penelitian.16
5. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan tahap yang penting dalam melakukan
penelitian. Pada tahap ini data-data yang diperoleh akan diuji ke
validitasnya. Untuk mendapatkan ke validitasannya dalam penelitian, data-
data yang didapatkan dari hasil observasi dan wawancara yang
dikumpulkan, diolah atau direvisi kembali dengan menggunakan deskriptif
analisis pendekatan kualitatif.
Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul, selanjutnya
data – data tersebut akan diolah. Untuk mendapatkan hasil yang valid,
pemeriksaan data juga diperlukan agar keabsahan data dapat meningkatkan
derata kepercayaan dalam penelitian kualitatif. Dalam keabsahan data ada
lima teknik pemeriksaan data, yaitu: pertama, teknik triangulasi
16
Sugiyono. MetodePenelitianPendidikan (PendekatanKualitatif, Kuantitatif, dan
R&D).2009. Bandung: Alfabeta. h.329
11
antarsumber data, antar – teknik pengumpulan data dan antar -
pengumpulan data. Kedua, pengecekan kebenaran informasi yang tertulis
dalam naskah rencana laporan penelitian kepada para informan (member
check). Ketiga, akan mendiskusikan dengan teman sejawat. Keempat,
analisis kasus negatif, yakni kasus yang tidak sesuai dengan hasil
penelitian yang sudah ada hingga waktu tertrntu. Kelima, perpanjangan
waktu penelitian. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap itu.17
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti juga telah berpedoman pada buku
tentang cara penulisan skripsi, tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang diterbitkan tahun 2015 oleh UIN Jakarta Press.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam merencanakan penelitian ini, langkah awal yang dilakukan
mengamati skripsi – skripsi yang ada. Setelah diamati setiap skripsi yang
ada di beberapa kampus dengan fakultas yang sama, ditemukan beberapa
judul dan objek penelitian yang sama atau hampir sama dengan yang akan
diteliti, kemudian dijadikan sebagai rujukan langkah awal dalam penelitian
ini. Adapun skripsi yang penulis temukan diantara nya:
a. “Strategi Komunikasi Pemasaran Penerbit Pustaka Iman” oleh Saiful
Bahri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013. Dalam skripsi ini
membahas strategi komunikasi pemasaran dalam upaya mencapai
17
Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jakarta: Ceqda, 2007)
12
keberhasilan, sedangkan penelitian ini lebih kepada untuk melihat
strategi dalam menaikan oplah penjualan.
b. “Strategi Komunikasi Marketing Public Relations CV. Forte
Entertainment dalam mempromosikan lagu religi” oleh Farwah
Assegaf mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2014.
c. “Strategi Public Relations Butik Rabbani dalam Mensosialisasikan
Busana Muslimah Modern” oleh Maesa Mulyaningsih mahasiswi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi tahun 2014. Dalam penelitian ini juga membahas tentang
Public Relations hanya saja bukan pada majalah, melainkan butik.
Dan juga dalam hal mensosialisasikan busana muslimah.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini membahas tinjauan teoritis yang meliputi penjelasan
tentang peran marketing public relations SCARF
13
Magazine serta bagaimana teori yang digunakan untuk
mengetahui strategi dan langkah – langkah dalam upaya
meningkatkan oplah penjualan.
BAB III GAMBARAN UMUM SCARF MAGAZINE
Bab ini membahas tentang biografi Scarf Magazine
meliputi visi, misi, rubrik majalah, struktur manajemen
perusahaan)
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
Bab ini menjelaskan tentang peranan marketing public
relations Scarf Magazine dalam upaya meningkatkan oplah
penjualan
BAB V PENUTUP
Di bab ini penulis member kesimpulan dari pembahasan
dan hasil penelitian serta memberikan saran sebagai bahan
pertimbangan.
14
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Teori Kerja Manajemen Public Relations
1. Pengertian Teori Kerja Manajemen Public Relations
Suatu rencana kerja harus memiliki petunjuk mengenai apa yang
harus dikerjakan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Menurut
Cutlip – Center – Broom, petunjuk mengenai apa yang harus
dikerjakan ini disebut dengan teori kerja atau working theory. Teori
kerja berfungsi untuk membimbing para pelaksana bagaimana,
misalnya, suatu program dipersiapkan, bagaimana suatu laporan
(newsletter) ditulis serta bagaimana fungsi hubungan komunitas
dilaksanakan. Dengan demikian, teori kerja menentukan bagaimana
pemilihan taktik dalam melaksanakan pekerjaan. Teori kerja
membimbing bagaimana setiap taktik dilaksanakan. Teori kerja
mewakili ide atau pandangan praktisi humas mengenai apa yang
diharapkan terjadi. Dengan demikian, program sebenernya adalah
pelaksanaan suatu teori. Teori kerja harus dinyatakan secara jelas
ketika diformulasikan dalam bentuk tujuan atau sasaran yang hendak
dicapai bagi khalayak atau public yang menjadi sasaran.1
1 Morissan, M.A, Manajemen Public Relations, (Jakarta:Kencana Prenadamedia Group, 2014), hal
159 - 160
15
Cutlip dan Center menyatakan empat upaya pemecahan persoalan program
kerja dalam penelitian public relations yaitu:2
1. Research
Pada dasarnya penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari publik baik internal maupun eksternal untuk
memahami masalah yang dihadapi dengan akurat.
2. Planning and Programming
Pada tahap ini ketika praktisi public relations telah berhasil
mendefinisikan masalah, maka langkah selanjutnya adalah merencanakan
strategi dan program dalam upaya menyelasaikan masalah.
3. Taking Action and Communicating
Setelah perencanaan strategis yang telah disiapkan, impelementasi
program aksi dan komunikasi dirancang untuk sasaran spesifik bagi
masing – masing publik dengan bentuk komunikasi yang dilakukan untuk
mencapai tujuan program.
4. Evaluating the Program
Langkah terakhir merupakan hasil dari pelaksanaan program. Evaluasi
menjadi bagian paling penting dan tidak terpisahkan dari proses
manajemen public relations karena akan memberikan kesimpulan
mengenai keberhasilan program public relations yang dijalankan dan
faktor – faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya sebuah
program.
2 Scoot M. Cutlip, Allen H. Center, Gleen M. Broom, Effective Public Relations, Eight Edition,
Pretince Hall International, Inc. 2000, h. 383
16
B. Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari kata bahasa Yunani “strategos” dan
mengarah kepada keseluruhan peran komando umum militer. Akan
tetapi dalam hal bisnis, strategi adalah menentukan lingkup dan arah
suatu pengembangan organisasi dan bagaimana dapat mencapai
strategi yang kompetitif.3
Menurut pakar ilmu komunikasi Onong Uchjana Effendi,
strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk
mencapai suatu perencanaan tersebut. Strategi tidak hanya berfungsi
sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan peta arah saja
melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik
operasionalnya. 4
Marthin Anderson juga merumuskan strategi adalah seni dimana
melibatkan kemampuan intelegensi atau pikiran untuk membawa
sumber daya yang tersedia dalam mencapai tujuan dengan memperoleh
keuntungan yang maksimal dan efisien.5 Dari berbagai pengertian
strategi menurut para ahli diatas, secara umum strategi
3 Keith Butterick, Pengantar Public Relations: Teori dan Praktik. Penerjemah Nurul Hasfi
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h. 153. 4 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007). Cet, ke-21, h. 32 5 Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada 2013),
h.61.
17
merupakan teknik yang disusun untuk mencapai sebuah kemenangan
atau tujuan tertentu. Strategi ini pada umumnya berkaitan dengan
organisasi, dimana strategi dirancang oleh petinggi atau pemimpin
organisasi supaya langkah yang dilakukan organisasinya dapat
mencapai sasaran. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa
strategi dapat dilakukan secara invidu untuk mencapai tujuan dalam
kehidupan sehari – hari.
2. Jenis Strategi
George A. Steiner, dalam buku nya yang berjudul “Kebijakan
dan Strategi Manajemen” menjelaskan bahwa tidak ada klasifikasi
atau pengelompokan strategi yang diterima secara umum. Namun,
strategi dapat dilakukan penggolongan menurut dimensi strateginya,
yaitu:
a. Klasifikasi berdasarkan ruang lingkup yakni strategi dapat lebih
luas atau lebih sempit sesuai dengan pemahaman.
b. Klasifikasi berdasarkan hubungannya dengan tingkat organisasi
yakni strategi yang berdasar pada jenjang setiap divisi yang
memiliki strateginya masing-masing dan merupakan cabang dari
strategi utama sebuah badan.
c. Klasifikasi berdasarkan keterkaitan strategi dengan sumber
material atau bukan material yakni dengan melihat bentuk fisik
seperti SDM yang tersedia atau gaya manajemen, pola pikir atau
falsafah perusahaan
18
d. Klasifikasi berdasarkan tujuan dan fungsi sebagai contoh
pertumbuhan adalah sasaran utama dari kebanyakan perusahaan
dan terdapat banyak strategi yang dapat dipilih untuk menjamin
pertumbuhan tersebut.
e. Klasifikasi berdasarkan strategi pribadi manajer. Semakin tinggi
tingkat manajer, semakin penting strategi ini bagi kehidupan
organisasi.6
C. Public Relations
1. Pengertian Public Relations
Berbagai definisi telah diungkapkan oleh para tokoh, akademik
maupun lembaga untuk memberi gambaran mengenai arti dari Public
Relations. Dari berbagai definisi Public Relations tersebut, hampir
semuanya memiliki inti yang sama atau pengertian yang sama. Hanya
saja masing – masing menggunakan istilah yang berbeda. Dalam
buku Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah yang berjudul “Public
Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relations di Era Cyber”, ada
beberapa definisi public relations, di antaranya:
Glenn dan Denny Grisword mengungkapkan definisi Public
Relations sebagai berikut; “Public Relations adalah suatu fungsi
manajemen yang menilai sikap public, menunjukan kebijaksanakan
dan prosedur dari individu atau organisasi atas dasar kepentingan
6 George A. Steiner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997), h.15 -
16
19
public dan melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh
pengertian dan pengakuan dari publik”7
W. Emerson Reck mengungkapkan definisi Public Relations
sebagai berikut; “Public Relations adalah kelanjutan dari proses
penetapan kebijaksanaan, penentuan pelayanan – pelayanan dan sikap
yang disesuaikan dengan kepentingan orang – orang atau golongan
agar orang atau lembaga itu memperoleh kepercayaan dan goodwill
dari mereka. Kedua, pelaksanaan kebijaksanaan, pelayanan dan sikap
adalah untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang
sebaik-baiknya.8
Menurut (British) Institute of Public Relations (IPR)
mendefinisikan „PR adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara
terencana dan berkesinambung dalam rangka menciptakan dan
memelihara niat baik (good-will) dan saling pengertian antara satu
organisasi dengan segenap khalayak‟.
Menurut Frank Jefkins mendefinsikan „PR adalah semua bentuk
komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara
suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai
tujuan – tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian‟.9
Menurut Rosady Ruslan, dalam bukunya yang berjudul “Kiat
dan Strategi Kampanye Public Relations” menarik kesimpulan
7 Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relation 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di
Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 3-4. 8 Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relation 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di
Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 2 -3. 9 Frank Jefkins , Public Relations, edisi kelima (alih bahasa Haris Munandar) (Jakarta: Erlangga,
2014), h. 9 - 10
20
tentang public relations dari beberapa pendapat para ahli dan
pakar: Public Relations merupakan suatu seni untuk menciptakan
pengertian publik yang lebih baik yang dapat memperdalam
kepercayaan publik secara lebih baik atau pemberdayaan lebih tinggi
terhadap suatu lembaga atau organisasi.
Public Relations adalah suatu proses yang kontinu dari usaha
manajemen untuk memperoleh good will dan pengertian dari
pelanggan, konsumen, publik pada umumnya, termasuk para staf
pegawainya. Ke dalam, mengadakan perbaikan dan pembenahan
melalui corporate culture building berbentuk disiplin, memotivasi,
meningkatkan pelayanan, dan produktivitas kerja yang diharapkan
terciptanya sense of belonging terhadap perusahaannya. Sedangkan
keluar, berupaya menciptakan kepercayaan dan citra perusahaan yang
sekaligus memayungi serta mempertahankan citra
produknya.10
2. Manajemen Public Relations
Manajemen public relations merupakan penerapan fungsi –
fungsi dasar manajemen dalam kegiatan public relations. Praktisi
public relations akan sangat membutuhkan fungsi – fungsi tersebut
dalam membuat suatu konsep dan mengimplikasinya yang berkaitan
dengan tugasnya. Dengan demikian mengelola public relations
berarti melakukan penelitian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
terhadap kegiatan komunikasi yang disponsori oleh organisasi
10
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2007), h. 8-9
21
Manajemen ini merupakan terapan dari ilmu manajemen dasar yang
diimplikasikan di dunia public relations.
Manajemen merupakan suatu proses yang meliputi hal – hal
sebagai berikut;
1) Perencanaan (Planning) yang berisi; penetapan tujuan standar,
penentuan aturan dan prosedur, pembuatan rencana serta ramalan
(prediksi) apa yang akan terjadi.
2) Pengorganisasian (Organization) yakni pemberian tugas terpisah
kepada masing – masing pihak, membentuk bagian, mendelegasikan
dan menetapkan sistem komunikasi, serta mengkoordinir kerja setiap
karyawan dalam satu tim yang solid dan teroganisir.
3) Penyusuan Formasi (Saffing) yakni, menentukan persyaratan
personel yang akan dipekerjakan, merekrut calon karyawan,
menentukan pembagian tugas (job description) dan persyaratan teknis
suatu pekerjaan, melakukan penilaian dan pelatihan termasuk di
dalamnya pengembangan kualitas dan kuantitas karyawan sebagai
acuan untuk penyusunan setiap fungsi dalam manajemen organisasi.
4) Memimpin (leading) yaitu membuat orang lain melaksanakan
tugasnya mendorong dan memotivasi bawahan, serta menciptakan
iklim atau suasana pekerjaan yang kondusif, dalam metode
komunikasi dari atas kebawah atau sebaliknya, sehingga timbul
saling pengertian dan kepercayaan yang baik serta
menumbuhkkembangan disiplin kerja dan sense of belonging (rasa
memiliki) pada setiap karyawan dan jajaran manajemen
22
5) Pengawasan (Controlling) yakni, fungsi terakhir manajemen ini
mencakup; persiapan suatu standar kualitas dan kuantitas hasil kerja,
baik berbentuk produk maupun jasa yang diberikan
perusahaan/organisasi dalam upaya pencapaian tujuan, produktivitas
dan terciptanya citra yang positif.11
3. Fungsi, Tujuan, dan Ruang Lingkup Public Relations
Dalam konsepnya, fungsi public relations officer ketika
menjalankan tugas dan operasionalnya, baik sebagai komunikator,
mediator, ataupun organisatir, menurut Onong Uchjana Effendy,
dalam bukunya, Hubungan Masyarakat Suatu Komunikologis adalah
sebagai berikut:
a. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.
b. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik internal
dan publik eksternal.
c. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari
organisasi kepada publiknya dan menyalurkan opini publik kepada
organisasi,
d. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi
kepentingan umum.
Operasional dan organisasi public relations adalah bagaimana
membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya,
untuk mencegah terjadinya
11
Yuke Rahmawati. Manajemen Public Relations Sebagai Alat Etika Komunikasi Dalam Bisnis
Islam. journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/download/1537/pdf diunduh pada tanggal 21
Maret 2016
23
rintangan psikologis, baik yang ditimbulkan dari pihak organisasi
maupun dari pihak publiknya.12
Jika dilihat dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan
mengenai fungsi peran PR yang utama adalah:
a. Sebagaimana communicator atau penghubung antara organisasi
atau lembaga yang diawali dengan publiknya.
b. Membina relationship yaitu berupaya membina hubungan yang
positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya.
c. Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam
fungsi manajemen organisasi atau perusahaan.
d. Membentuk corporate image, artinya peranan public relations
berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya.
Menurut Cutlip – Center – Broom dalam bukunya Effective
Public Relations ruang lingkup humas mutakhir mencakup tujuh
bidang pekerjaan. Sebagaimana yang dikemukakan mereka “The
contemporary meaning and pratice of public relations include all of
the following activities and speciality (publicity, advertising, press
agentry, public affairs, issues management, lobbying, dan investor
relations)” Dengan demikian, menurut Cutlip dan rekan,
perkembangan mutakhir humas mencakup seluruh kegiatan tersebut
yaitu: Publisitas, Iklan, Press agentry, public affairs, manajemen isu,
lobi dan hubungan investor
12
Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di
Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 49 – 50
24
Ruang lingkup pekerjaan humas sebagaimana dikemukakan
Cutlip dan rekan tersebut diatas sebenernya masih dapat dipadatkan
menjadi enam bidang pekerjaan, yaitu dengan menjadikan iklan
sebagai bagian dari pemasaran dan menggabungkan press agentry ke
dalam publisitas karena pada dasarnya press agentry merupakan
bagian dari publisitas sementara iklan menjadi salah satu kegiatan
pemasaran.13
Dengan demikian, ruang lingkup pekerjaan humas dapat dibagi
menjadi enam bidang pekerjaan, yaitu:
1. Publisitas
2. Pemasaran
3. Pubblic Affairs
4. Manajemen Isu
5. Lobi
6. Hubungan Investor
D. Marketing Public Relations
1. Pengertian Marketing Public Relations
Menurut Rosady Ruslan Marketing Public Relations (MPR)
merupakan proses perencanaan dan pengevaluasian program-
program yang merangsang pembelian dan kepuasan konsumen
melalui komunikasi mengenai informasi yang dapat dipercaya dan
melalui kesan-kesan yang menghubungkan perusahaan dan
13
Morissan, M.A, Manajemen Public Relations, (Jakarta:Kencana Prenadamedia, 2014) hal 14
25
produknya sesuai dengan kebutuhan keinginan, perhatian dan
kepentingan para konsumen.14
Dan menurut Saka Abadi dalam bukunya yang berjudul
Pemasaran dan Komunikasi Keuangan Marketing Public Relations
sebagai suatu proses perencanaan, pelakasanaan dan pengevaluasian
program-program yang memungkinkan terjadinya pembelian dan
pemuasan konsumen melalui komunikasi yang baik mengenai
informasi dari perusahaan terhadap citra merek (Brand Image)
terhadap suatu produk tertentu.15
Dalam bisnis global saat ini, public relations dan marketing
(pemasaran) digunakan untuk saling mendukung. Meskipun antara
public relations dan marketing secara filosofis berbeda. Public
relations bertujuan membangun citra (kepada target publik)
sedangkan marketing bertujuan menjual produk (product selling)
kepada target market. Perpaduan antara dua elemen penting
organisasi ini melahirkan konsep “Marketing Public Relations”
(MPR).16
2. Konsep Marketing Public Relations
Dalam buku Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah yang berjudul
Public Relation 2.0 Teori dan Praktik Public Relations
14
Rosady Ruslan, Marketing Public Relations, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h. 253 15
Saka Abadi, Pemasaran dan Komunikasi Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1994), h. 46 16
Rachmat Kriyantono, Public Relations Writing, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008), h. 57
26
di Era Cyber mengatakan Philip Kotler adalah orang pertama yang
memunculkan konsep Mega Marketing yang merupakan perpaduan
antara kekuatan PR dan Marketing Mix. Definisi Marketing atau
pemasaran menurut Chartered Institute of Marketing (CIM) Inggris
dalam buku Frank Jefkins yang berjudul Public Relations adalah
suatu proses manajemen yang bertanggung jawab untuk mengenali,
mengantisipasi, dan memuaskan keinginan atau kebutuhan pembeli
demi meraih laba.17
Kemudian muncul istilah Marketing Public
Relations (MPR), sebagai pengembangan tahap berikutnya dari
konsep sebelumnya (mega marketing) yang dipopulerkan oleh
Thomas L. Harris melalui bukunya yang berjudul The Marketer‟s
Guide to Public Relations, konsepnya sebagai berikut “Marketing
Public Relations adalah sebuah proses perencanaan dan
pengevaluasian program yang merangsang penjualan dan pelanggan.
Hal tersebut dilakukan melalui pengkomunikasian informasi yang
kredibel dan kesan – kesan yang dapat menghubungkan perusahaan,
produk dengan kebutuhan serta perhatian pelanggan”. Secara garis
besar terdapat tiga taktik dalam konsep MPR untuk mencapai tujuan
yaitu: pertama bahwa PR merupakan potensi untuk menyandang
suatu taktik pull strategy (menarik), sedangkan kedua adalah
kekuatan sebagai penyandang, push strategy (untuk mendorong)
dalam hal pemasaran. Dan ketiga, pass strategy sebagai upaya
17
Frank Jefkins ,Public Relations, edisi kelima (alis bahasa Haris Munandar) (Jakarta: Erlangga,
2014), h. 14
27
mempengaruhi atau menciptakan opini publik yang menguntungkan.
Program marketing public relations merupakan upaya untuk
merangsang (push) pembeli dan sekaligus dapat memberikan nilai – nilai
(added value) atau kepuasan bagi pelanggan (satisfied customer) yang
telah menggunakan produknya. Disisi lain melalui kiat PR dalam
menyelanggarakan komunikasi timbal balik dua arah yang didasarkan oleh
informasi dan pesan – pesan yang dapat dipercaya, diharapkan dapat
menciptakan kesan – kesan positif terhadap lembaga yang diwakilinya. Hal
ini merupakan “sinergi” peranan Coperate Public Relations (CPR) dari
taktik pull strategy (strategi untuk menarik), yang kemudian diikuti dengan
taktik selanjutnya, pass strategy (Strategi untuk membujuk) untuk
mendukung (back up) demi mencapai tujuan dari Marketing Public
Relations (MPR). Semua itu dilengkapi dengan upaya mendorong (push
strategy) baik dari segi perluasan pengaruh (improvement) maupun bidang
pemasarannya (product marketing oriented).18
3. Peran Marketing Public Relations
Marketing Public Relations (MPR) merupakan perpaduan (sinergi)
antara pelaksanaan program dan strategi pemasaran (marketing strategy
implementation) dengan aktivitas program kerja Humas (work program
of PR) dalam upaya meluaskan pemasaran dan demi mencapai kepuasan
konsumennya (customer satisfaction). Arti penting dari PR itu sendiri
18
Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relation 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di
Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 75 - 90
28
terletak pada kemampuannya dalam membidik pasar (market education).
Fungsi pemasaran tersebut sebagaimana dijabarkan dalam bauran
pemasaran (marketing mix) yaitu : product, price, placement, dan
promotion, yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan pemasaran
(marketing objectives), yaitu:19
A. Mengadakan riset pasar, untuk mendapatkan informasi bisnis
yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumennya.
B. Menciptakan produk yang sesuai dari hasil riset pasar tersebut.
C. Menentukan harga produk yang rasional dan kompetitif.
D. Menentukan dan memilih target konsumen (target audiens)
E. Merencanakan dan melaksanakan kampanye promosi yang akan
diluncurkan, serta mampu bersaing di market plance dan cukup
menarik (eyes catching) baik segi kemasan, maupun kualitas
produk yang ditawarkan terhadap konsumennya.
F. Komitmen terhadap pelayanan purna jual.
Jika semua itu dilaksanakan maka kepuasaan pelanggan akan
terpenuhi. Kesimpulannya adalah marketing merupakan sebuah ide
untuk memuaskan keinginan pelanggan dengan menampilkan produk
dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya, yang diasosiasikan
dengan pembuatan, pendistribusian dan akhirnya pengkonsumsian
produk tersebut
19
Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relation 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di
Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 75 - 90
29
4. Faktor – faktor Penyebab Dibutuhkannya Strategi MPR
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dibutuhkannya taktik dan
strategi Marketing Public Relations dalam tatanan baru organisasi atau
perusahaan, khususnya dalam era kompetitif dan krisis moneter sekarang
ini. Kotler menyebutkan diantara faktor tersebut sebagai berikut:20
a. Meningkatnya biaya promosi periklanan yang tidak seimbang
dengan hasil keuntungan yang diperoleh dan keterbatasan tempat.
b. Persaingan yang ketat dalam promosi dan publikasi, baik melalui
media cetak maupun media elektronik.
c. Selera konsumen yang cepat mengalami perubahan dalam waktu
relative pendek (tidak loyal), karena banyaknya pilihan atau
produk yang ditawarkan di pasar.
d. Makin menurunnya perhatian atau minat konsumen terhadap
tayangan iklan, karena pesan dalam iklan yang kini cenderung
berlebihan dan membosankan perhatian konsumennya.
Artinya dalam menghadapi era pasar bebas yang kompetitif atau
persaingan yang kian menajam dalam dunia bisnis tersebut, maka target
atau sasaran Marketing Public Relations harus lebih diarahkan kepada
kepentingan konsumen. Dalam hal ini, Robert Lauterborn berpendapat
adanya indikasi pergeseran pilar dasar marketing PR, yakni dari bauran
pemasarannya (Marketing Mix, Product, Price, Place dan Promotion) 4-Ps
kearah Customer Mix (bauran konsumen) 4- Cs, sebagai upaya
20
Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relation 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di
Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 78
30
memberikan pelayanannya secara prima (service of excellent). Ke 4-Cs itu
adalah:
- Customer Value (Customer Needs and Wants)
Nilai – nilai konsumen termasuk kebutuhan dari keinginannya
untuk diperhatikan selain menggantikan nilai atas unsur
produknya.
- Cost to Customer
Yakni biaya yang ditanggung oleh konsumen berupa harga dan
waktu, serta tenaga yang dibutuhkan untuk memperoleh produk
tersebut. Maksudnya total biaya yang menggantikan untuk unsur
pricenya.
- Convenient for the Customer
Yaitu kemudahan memperoleh produk bagi konsumennya
sebagai pengganti unsur dari placenya
- Cummunication
Komponen komunikasi dua arah timbal balik yang merupakan
suatu dialog dan akan menggantikan unsur promosinya
(merupakan sebuah monolog dari pihak produsennya).
Jadi, perusahaan pemenang adalah yang dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan secara ekonomis, dan dengan komunikasi
yang efektif. Pada akhirnya pihak perusahaan yang akan
berorientasi kepada kepentingan konsumen sebelumnya harus
memperoleh nilai kepercayaan pihak konsumennya.
Dalam praktiknya, PR / Humas dapat berfungsi ganda yaitu
disatu pihak sebagai MPR (Marketing Public Relations) untuk
mencapai marketing objective, sedangkan pihak lain sebagai
CPR (Corporate Public Relations), untuk mencapai company
31
goals (tujuan utama dari perusahaan). Sedangkan tujuan program
Stake Holder, berupaya membangun saling pengertian (mutual
understanding), saling menghargai (mutual appreciation)
kemauan baik (good will) dan toleransi (toleranci), baik terhadap
publik internal maupun eksternal. Kiat – kiat marketing public
relations terdiri dari tiga komponen yang saling terkait erat satu
sama lain. Pertama, “Marketing PR Plan” yang merupakan inti
dasar untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan
perencanaannya. Kedua, “Marketing PR Strategy” yaitu sebagai
sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Dan sedangkan yang
ketiga “Marketing PR Tactics” adalah sebagai pelaksanaan
program untuk tujuan tersebut.21
E. Majalah
Majalah dalam bahasa Inggris disebut Magazine dan dalam
bahasa Arab disebut . 22Menurut kamus bahasa Indonesia
pengertian majalah ialah terbitan berkala yang isinya meliputi
berbagai liputan jurnalistik,pandangan tentang topik aktual yang
patut diketahui pembaca. Menurut waktu penerbitannya
dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulanan, mingguan dan
sebagainya. Kemudian menurut pengkhususan isinya di bedakan
atas majalah berita, wanita remaja, olahraga,sastra, ilmu
pengetahuan tertentu dan sebagainya.23
Menurut Denis Mc Quail majalah adalah institusi media
21
Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relation 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di
Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 75 - 90 22
Firdaus Al – Hisyam & Rudy Hariyono, Kamus Lengkap 3 Bahasa (Arab – Indonesia – Inggris)
(Surabaya: Gitamedia Press, 2006), h. 563 23
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), h.545
32
yang berkaitan dengan industri
dan pasar, karena
ketergantungannya pada imbalan kerja, teknologi dan kebutuhan
pembiayaan.24
Menurut ensiklopedia pers Indonesia majalah adalah penerbitan
berkala yang menggunakan kertas bersampul, memuat bermacam –
macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto – foto. Dari segi isi
dibagi dalam dua jenis yakni majalah umum, yaitu majalah yang
memuat karangan – karangan pengetahuan umum, karangan –
karangan yang menghibur, gambar – gambar, olahraga, film, seni.
Majalah khusus, yaitu majalah yang hanya memuat karangan –
karangan mengenai bidang – bidang khusus, seperti majalah wanita,
majalah keluarga, majalah humor, majalah kecantikan, politik,
kebudayaan, cerpen, dan lain – lain.25
Meskipun sama – sama media cetak, majalah tetap dapat
dibedakan dengan surat kabar, karena majalah memiliki karakteristik
tersendiri, yaitu:
1. Penyajian lebih dalam
Frekuensi terbit majalah pada umumnya adalah mingguan,
selebihnya dwi mingguan, bahkan bulanan (satu kali sebulan).
Majalah berita biasanya terbit mingguan, sehingga para
reporternya mempunyai waktu cukup lama untuk memahami dan
24 Dennis Mc Quail, , Teori Komunikasi Massa (Jakarta:Erlangga, 1987), Cet. Ke-2, h.40. 25
Kurniawan Effendi, Ensiklopedia Pers Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)h. 154
33
mempelajari suatu peristiwa. Mereka juga mempunyai waktu
yang leluasa untuk melakukan analisis terhadap peristiwa
tersebut, sehingga penyajian berita dan informasinya dapat
dibahas secara mendalam.
2. Nilai aktualitas lebih lama
Apabila nilai aktualitas surat kabar hanya berumur satu hari,
maka nilai aktualitas majalah bisa satu minggu. Sebagai contoh,
kita akan menganggap usang surat kabar kemarin atau dua hari
yang lalu bila kita baca saat ini. Akan tetapi kita tidak pernah
menganggap usang majalah yang terbit dua atau tiga hari yang
lalu. Sebagaimana kita alami bersama bahwa dalam membaca
majalah kita tidak pernah tuntas sekaligus. Pada hari pertama
kita hanya membaca topik yang kita senangi atau relevan dengan
profesi kita, hari esok dan seterusnya kita membaca topik lain
sebagai referensi. Dengan demikian, majalah mingguan baru
tuntas kita baca dalam tempo tiga atau empat hari.
3. Gambar atau foto lebih banyak.
Jumlah halaman lebih banyak, sehingga selain penyajian
beritanya yang mendalam majalah juga dapat menampilkan
gambar atau foto yang lengkap dengan ukuran besar dan kadang
–kadangberwarna,serta
34
kualitas kertas yang digunakan pun lebih baik. Foto – foto yang
ditampilkan majalah memiliki daya tarik tersendiri apabila foto
tersebut sifatnya eksklusif.
4. Disamping foto, cover atau sampul majalah juga merupakan
daya tarik tersendiri.
Sampul majalah adalah ibarat pakaian dan aksesoris pada
manusia. Sampul majalah biasanya menggunakan kertas yang bagus
dengan gambar dan warna yang menarik pula. Menarik tidaknya
sampul majalah sangat bergantung pada tipe majalahnya serta
konsistensi keajegan majalah tersebut dalam menampilkan ciri
khasnya.26
Dilihat dari fungsi pers (media cetak) atau fungsi komunikasi massa,
majalah merupakan bagian dari media cetak sehingga dapat terlihat dari
tujuannya. Menurut Effendi, fungsi komunikasi massa antara lain:
Fungsi Informasi
Fungsi informasi ini diartikan bahwa media massa adalah
penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, atau pemirsa.
Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang
bersangkutan sesuai dengan kepentingannya.
26
Elvinaro Ardianto, & Lukiati Komala Erdiyana, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 113 -114
35
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak (mass
education). Karena media massa melalui pengajaran nilai, etika, serta
aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca.
Fungsi Memengaruhi
Fungsi memengaruhi dari media massa secara implisit terdapat
tajuk atau editorial, features, iklan, artikel, rubrik, dan sebagainya.
Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan atau bacaan dari media massa
yang akan terlihat pada perubahan perilaku mereka.
Fungsi Hiburan
Fungsi dari media massa sebagai fungsi hiburan tidak lain adalah
untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak. Dengan adanya
hiburan dan bacaan ringan dapat membuat pikiran khalayak segar
kembali.27
F. Oplah
Oplah adalah jumlah kopi surat kabar setiap kali terbit dan digunakan
untuk mengatur harga periklanan.29
Media cetak biasa menggunakan kata oplah, seperti untuk surat kabar
,majalah danlain – lain. Media cetak berasal dari kata Latin “medium”
(tunggal) “media” (jamak) yang secara harfiah berarti: Pertengahan,
tengah, pusat.
27
Elvinaro Ardianto, dkk., Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Refika Offset, 2007),
h. 31
36
Dengan demikian “media” sudah berarti jamak, tidak perlu media – media.
Ada banyak makna yang diberikan, namun yang cocok dan relevan dengan
konteks media cetak ialah media merupakan perantara, alat jalur (of
communication). Jadi media merupakan alat jalur dari komunikasi massa
atau perantara yang mempertemukan seseorang dengan orang lain
sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi (komunikasi massa).28
Cetak arti harfiah bahasa Indonesia “cetak” ialah cap, acuan. Makna
harfiah ini belum cukup memuaskan, diperlukan makna dalam bahasa
Inggris. Dalam bahasa Inggris, cetak, yang berkaitan dengan produksi
media cetak, ialah Press. Press berarti: mesin untuk mencetak buku, media
surat kabar. Adapun the press ialah surat kabar, media, dan juga
didalamnya para wartawan, termasuk wartawan dan jurnalis (editor) media
elektronika baik radio maupun televisi. Industri media, terutama media
cetak nampaknya akan menghadapi masalah yang serius soal oplah media
cetak. Kemajuan teknologi terutama di bidang komunikasi dan informasi,
membuat media - media online tumbuh pesat, dan seolah mampu
menggantikan fungsi media cetak.
28
R. Masre Sareb Putra, MEDIA CETAK Bagaimana Merancang dan Memroduksi. (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2007) h. 4 - 5
37
BAB III
GAMBARAN UMUM SCARF MAGAZINE
A. Latar Belakang SCARF Magazine
SCARF Magazine adalah majalah fashion yang terbit setiap 2 bulan.
Majalah ini memakai tagline Muslimah Urban Fashion Magazine SCARF
Magazine selalu menginformasikan update fashion terbaru, terutama
fashion Muslim. 1 Scarf Magazine merupakan sebagai wadah untuk
melihat informasi sekitar fashion yang terdiri dari fashion daily, fashion
frame, fashion feature , fashion frame dan wear it up. Dalam scarf
magazine, terlihat bahwa tampilan dari gaya berbusana masa kini
ditampilkan dengan gaya yang trendy, feminim dan juga elegan. Terlihat
dari rubric fashion yang menyediakan berbagai macam gaya berbusana
muslim modern. Scarfmagz memberikan rekomendasi untuk wanita
berhijab agar tetap tampil modis setiap harinya.
Awal mula majalah ini berdiri diawali dari pendiri SCARF yaitu
Temi Sumarlin yang sekarang sebagai Director dan Editor In Chief di
majalah SCARF memiliki hobi sebagai kolektor majalah. Hobinya
mengoleksi majalah, baik majalah dalam maupun luar negri
membawanya mempelajari banyak hal mengenai dunia jurnalistik.
Sampai pada tahun 2001 beliau mengawali kariernya dengan masuk
perkuliahan di bidang jurnalistik. Dengan ide – ide yang masih segar
1Company Profile SCARF Magazine diakses pada 1 Februari 2016, melalui www.scarfmagz.com
38
dan terkonsep sedemikian rupa membuatnya terbesit untuk membuat
majalah indie, tapi kali ini ide itu harus terkubur dengan rapi. Pada tahun
2009 beliau memutuskan untuk menggunakan hijab, walau banyak hal
yang sempat membuatnya ragu. Dengan berhijab bukan berarti menutup
pintu rezeki baginya, keingin berhijab tapi dengan tetap terlihat
fashionable, dengan banyak mencari referensi gaya berbusana pada
majalah busana walaupun bukan dengan majalah khusus busana muslim
karena dahulu belum banyak majalah yang dibuat untuk muslimah
berhijab. Tahun 2010 akhirnya tepikir untuk membuat majalah, mencari
lagi konsep yang sempat dibuat untuk majalah indie saat kuliah, kemudian
meracik dan menyesuaikan dengan konsep baru yang ingin dibuat. Konsep
tersebut adalah membuat majalah fashion hijab yang modern untuk wanita
aktif, dinamis, dan tetap percaya diri. Majalah yang saat dibaca tidak
hanya bisa mengenyangkan mata dengan foto fashion, tapi juga recharge
ilmu dan jiwa dengan content yang bermutu dari segi agama (Islam) tanpa
harus merasa menggurui pembaca. Penjabaran konsepnya dibuat dalam
selembar kertas saat itu, karena masih mimpi,dan belum terpikir kapan
bisa merealisasikannya karena belum adanya modal saat itu2.
Dan akhirnya tahun 2012, menjadi awal dari mimpi tersebut.
kegelisahan melihat banyak media yang mempertontonkan aurat
perempuan, baju-baju super mini, akhirnya menguatkan pendiri
2 Temi Sumarlin, “Cerita Sekotak Mimpi”, diakses pada 26 Februari melalui
www.ceritatemisumarlin.co.id
39
majalah SCARF ini untuk mewujudkan impiannya. Tanpa memikirkan
modal dan lain nya, Temi Sumarlin mengajak dua sahabatnya untuk
menjadi designer, sedangkan posisi marketing, fashion stylist dan menulis
artikel masih dipegang dirinya sendiri. Akhirnya dibuatlah SCARF
Magazine Vol. 1 dijual kepada klien dengan memanfaatkan media untuk
menjelaskan tentang bagaimana majalah ini. Hasilnya, diluar
prediksi,Scarf Cetakan pertama sudah memiliki sponsor dari beragam
brand besar mulai dari Martha Tilaar group, Gold Mart
Jewelry,Biovision, serta International brand :FlipFlop, Shiseido,Cuff,
serta beberapa brand lainnya. Dan yang mengharukan, Edisi perdana
keluar, SCARF bisa mengadakan Roadshow 5 kota besar di Indonesia
(Jakarta, Bandung, Makassar, Samarinda, Surabaya) dalam event "Keep
Gorgeous with Hijab" dengan beberapa sponsor. Dan sekarang semakin
banyak event-event yang mendekatkan Scarf Magazine dengan
readersnya. Hingga saat ini banyak brand international yang ingin
product nya di review oleh SCARF magazine, dengan melihat kualitas
kerta, isi majalah serta foto didalam majalah tersebut. Pertanyaan yang
seringkali muncul jika bertemu dengan klien, mengapa SCARF berani
main cetak disaat gempuran online. Jawaban nya adalah "Media cetak
belum (akan) mati". Walaupun Scarf Magazine pun sudah bersiap, jika
suatu saat tidak lagi bisa terbit, kami sudah siapkan website atau e
magazine, yang tetap bisa diakses.
40
Kadang kita lupa, jika bicara Indonesia yang terpikir hanya Jakarta, atau
kota Besar di Jawa. Untuk di "daerah", media cetak masih bagus sekali,
banyak yang belum paham dengan e - magazine, dan lagi-lagi untuk
fashion memang bagi yang suka banget majalah, lebih puas kalau baca
dari majalah. Majalah yang di jual dengan harga Rp. 50.000-, ini sudah
dengan mudah dijumpai di seluruh Indonesia, karena luasnya distibusi
penjualan hingga ke daerah membuat SCARF Magazine sudah banyak
dikenal masyarakat luas. SCARF Magazine mendaptakan penjualan
terbesar di DKI Jakarta (60%) , selanjutnya diikuti dengan kota besar lain
yaitu Bandung (20%) , Surabaya, dan Yogyakarta yang masing – masing
mendapatkan 10% . Dengan adanya majalah khusus wanita berhijab ini
diharapkan bisa menjadi wadah untuk bersyiar bahwa berhijab itu
sangatlah cantik, dan Islam itu indah. Seperti yang kita ketahui majalah
memiliki fungsi menyebarkan informasi atau misi yang dibawa oleh
penerbitnya kepada khalayak. Majalah memiliki ciri tertentu, ada yang
khusus wanita, remaja, pendidikan, keagamaan, teknologi, kesehatan,
olahraga dan sebagainya. Sekalipun majalah telah mempunyai ciri
sendiri, tetapi majalah masih dapat difungsikan sebagai media dakwah,
yaitu dengan menyelipkan misi dakwah ke dalam isinya, bagi majalah
yang bertema umum tetapi jika majalah tersebut majalah keagamaan
dinamakan majalah dakwah3.
3 Samsul Munir Amin. Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah, 2009), h. 124
41
Gambar 1: SCARF Magazine Vol. 01
B. Sasaran Pembaca SCARF Magazine
Usia 25 – 30 Tahun
Muslimah yang aktif, dinamis dan percaya diri
Muslimah yang sedang berkarir
Memiliki mobilitas aman secara finansial
Tabel 1: Sasaran Pembaca SCARF Magazine
42
C. Struktur Organisasi SCARF Magazine
Tabel 2: Struktur Organisasi SCARF Magazine
Marketing Public Relation di majalah SCARF merupakan divisi yang
sangat penting. Dimana didalamnya ada bagian – bagian yang sangat
dibutuhkan untuk kegiatan promosi. Terdapat 3 bagian didalam marketing
public relations, ada bagian account manager, account executive dan
Public Relations. Tim marketing public relations bekerja sama dalam
mempromosikan majalah SCARF serta menjaga citra positif dari majalah
SCARF.
CEO
Aan Sumarna
Editor In Chief
Temi Sumarlin
Editor
Irma Suryani
Marketing & Public Relations
Riva Nur
Account Manager
Destrina
Account Executive
Erica
Reporter
Frieska Azaria
Creative Designer
Fajar
Fashion Stylist
Shelly
Fashion Editor
Annisa Nugraha
Beauty & Fashion Writer
Erica
Director
Temi Sumarlin
Finance Manager
Ira Sumarlin
43
SCARF Magazine memiliki bagian – bagian atau departemen yang
bertugas mengontrol apa yang terjadi menurut bagian nya masing –
masing. Fungsi dan tugas dari masing – masing departement sebagai
berikut:
a. Divisi Fashion
1. Fashion Editor : Bertugas membuat artikel fashion apa yang
sedang up to date dan akan dibahas di volume selanjutnya.
2. Writer and Reporter Fashion : Bertugas mencari informasi seputar
info fashion atau event yang berhubungan dengan Fashion.
3. Fashion Stylist : Bertugas membuat konsep pada fashion
references, dimana nanti seorang model akan memperagakan dan
di foto sesuai konsep fashion yang telah dibuat.
b. Divisi Redaksional
1. Editor : Bertugas menentukan konsep dari isi majalah selanjutnya.
Editor ini juga memberikan pilihan ketika sedang rapat kerja,
untuk memilih siapa model yang akan dijadikan cover majalah
SCARF selanjutnya.
2. Reporter : Bertugas membuat laporan tentang kejadian yang
sedang berlangsung, tidak hanya tentang fashion tetapi event –
event umum sekaligus.
c. Marketing Public Relation
1. Account manager : Bertugas membantu mengarahkan client
untuk mengemas produknya semenarik mungkin, sehingga pesan
yang
44
ingin disampaikan oleh produk tersebut dapat diterima dengan
baik oleh produk tersebut dapat diterima dengan baik oleh
konsumen. Khususnya kepada client yang ini memasang iklan di
SCARF Magazine.
2. Account Executive : Bertugas membuat konsep strategi
khususnya dibidang penjualan.
3. Public Relation : Bekerja sama dengan semua divisi untuk
mencapai penjualan yang maksimal, serta menjalin relasi dengan
pihak eksernal SCARF Magazine.
D. Rubrik SCARF Magazine
1. FASHION
Fashion Daily
Merupakan rubrik referensi dalam menggunakan busana yang
bisa digunakan sehari – hari. Bagaimana berbusana agar tetap
menarik dan cantik menggunakan hijab.
Fashion Frame
Rubrik yang menampilkan items atau aksesoris penunjang
penampilan yang berdasarkan musim atau yang sedang up to date
masa kini.
Fashion Feature
Rubrik yang membahas bagaimana gaya berbusana seseorang yang
menginspirasi serta tips bagaimana bisa membentuk jati diri dengan
berpakaian.
45
Fashion News
Rubrik yang memberi informasi mengenai event fashion yang
perlu diketahui bagi pecinta fashion. Karena mengangkat acara
yang diadakan brand besar.
Wear It up
Rubrik yang menjadi referensi untuk menggunakan hijab agar
modis dan terlihat menarik.
2. BEAUTY
Beauty Spread
Rubrik yang menampilkan referensi bagaimana make up sesuai
dengan musim yang sedang berlangsung.
Beauty Review
Rubrik yang membahas review dari berbagai brand make up.
Beauty News
Rubrik seputar brand make up yang mengeluarkan produk baru.
3. LIFESTYLE
Event
Rubrik yang berisi acara atau event yang sedang ramai
diperbincangkan orang atau membahas event yang berguna untuk
masyarakat banyak.
Gadget
Rubrik yang berisi informasi gadget masa kini dengan review dan
kegunaan serta perbandingan plus dan minus dari gadget tersebut.
Health
46
Rubrik yang berisi informasi gaya hidup yang sehat, dari masalah
makanan maupun kegiatan olahraga.
References
Rubrik yang biasanya berisi film, restaurant atau hal menarik
yang bisa di jadikan referensi kepada pembaca.
Travelogue
Rubrik yang berisi tempat traveling dengan sekaligus bisa
mempelajari sejarah Islam lebih dalam di tempat itu.
4. COVER STORY
Rubrik yang membahas mengenai cerita kehidupan dari cover
majalah SCARF di setiap edisi nya. Biasanya narasumber
merupakan wanita berhijab yang menginpriasi.
5. DESIGN & STUFF
Rubrik yang memberi referensi tetang design atau membahas
tentang keindahan suatu tata ruang agar bisa memberi dampak
positif baik dari segi kesehatan maupun keindahan.
6. MY STYLE
Rubrik yang berisi referensi berbusana dengan menampilkan foto
– foto atau gambar dari pengguna social media khususnya di
Instagram.
7. CORE OF LIFE
Rubrik yang berisi kegiatan alam yang bermanfaat seperti
menanam pohon atau kegiatan bermanfaat lainnya.
47
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Pada era globalisasi ini, industri media cetak belum sepenuhnya mati
karena kedatangan media online. Media cetak masih memiliki tempat di
hati pembacanya khususnya di daerah – daerah pedalaman yang jauh dari
pusat kota. Majalah memiliki fungsi menyebarkan informasi atau misi
yang dibawa oleh penerbitnya kepada khalayak. Majalah memiliki ciri
tertentu, ada yang khusus wanita, remaja, pendidikan, keagamaan,
teknologi, kesehatan, olahraga dan sebagainya. Sekalipun majalah telah
mempunya ciri sendiri, tetapi majalah masih dapat difungsikan sebagai
media dakwah, yaitu dengan menyelipkan misi dakwah ke dalam isinya,
bagi majalah yang bertema umum tetapi jika majalah tersebut majalah
keagamaa dinamakan majalah dakwah.1 Saat ini telah banyak muncul
majalah – majalah yang menyebarkan informasi keagamaan sebagai media
dakwah. Jika berdakwah melalui majalah maka seorang da’i dapat
memanfaatkannya dengan cara menulis rubrik atau kolom yang
berhubungan dengan dakwah Islam. Seperti hal nya pada majalah SCARF
ini, majalah yang dibuat khusus mengenai gaya berbusana wanita
muslimah mengajak serta mensyiarkan wanita muslimah khususnya di
Indonesia agar berbusana dengan baik, menutup aurat, dan mengubah
pandangan bahwa menggunakan hijab bukan lah sesuatu yang kuno.
Banyaknya gempuran majalah fashion dan media online membuat tim
marketing public relation dari SCARF magazine harus mempunyai strategi
1Samsul Munir Amin. Ilmu Dakwah. Jakarta:2009
48
serta tak tik yang digunakan agar majalah SCARF tidak mati dan sanggup
bersaing dengan teknologi yang semakin maju. Majalah SCARF
mempersiapkan dengan adanya divisi marketing public relation dapat
menjadikan SCARF bisa menempati posisi dari hati para penikmat fashion
khusus nya di media cetak.
A. Strategi Marketing Public Relations SCARF Magazine
Dalam menghadapi persaingan di industri media cetak, setiap
perusahaan memerlukan strategi untuk memperkuat serta meningkatkan
penjualan dari produk yang ditawarkan. Tidak hanya persaingan dari
media cetak itu sendiri, kemajuan teknologi masa kini membuat hadirnya
media online menjadi ancaman tersendiri bagi industri media cetak. Oleh
sebab itu SCARF Magazine memiliki strategi dalam menghadapi
persaingan untuk meningkatkan oplah penjualan :
1. Pull Strategy (Menarik)
Secara garis besar terdapat tiga taktik dalam konsep MPR untuk
mencapai tujuan yaitu: pertama bahwa PR merupakan potensi untuk
menyandang suatu taktik pull strategy (menarik)2, sedangkan kedua adalah
kekuatan sebagai penyandang, push strategy (mendorong), dan pass
strategy sebagai mempengaruhi opini publik. . Menurut Riva Nur selaku
tim marketing public relations dari SCARF Magazine menjelaskan strategi
yang paling sering dilakukan oleh tim nya adalah dengan mengadakan
pendekatan kepada pembaca atau non pembaca (pembaca pemula).
2 Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relation 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di
Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 75
49
Strategi yang digunakan SCARF Magazine melakukan pendekatan
melalui event. Jika diperhatikan, majalah yang paling sering mengadakan
event adalah majalah SCARF. Karena majalah ini hampir setiap bulan
mengadakan event, lalu juga ada event tahunan. Dalam sebulan SCARF
bisa membuat event beberapa kali. Karena dari event ini SCARF bisa lebih
dekat dengan pembaca yang sudah lama, atau bisa membuat makin erat
hubungan dengan klien, atau media partner. Jadi event merupakan hal
penting untuk promosi majalah SCARF ini.
SCARF Magazine sangat mengutamakan pendekatan kepada
pembaca, baik pembaca lama maupun pembaca baru, dan juga sangat
menjaga hubungan erat dengan klien. Dengan menjalin pendekatan kepada
pembaca dan juga klien, tentu membuat nama majalah SCARF semakin
banyak dikenal. Dengan adanya pendekatan melalui event, datang ke
kantor – kantor atau mengadakan event di suatu tempat itu membuat
majalah SCARF tau apa yang paling diinginkan pembaca serta klien.
SCARF Magazine merupakan majalah yang paling sering
mengadakan event. Event merupakan strategi yang paling dilakukan oleh
SCARF Magazine. Terbukti dari adanya event tiap bulan nya yang
bertajuk “me time with SCARF Magz” dimana isi dari event itu berupa
talkshow dengan banyak narasumber, dan info yang di gali seputar
evaluasi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
50
Gambar 1: Flyer Me Time With SCARF Magazine
SCARF Magazine merupakan majalah fashion dengan tagline nya
Urban Fashion Muslim yang selalu rutin mengadakan event. Banyak event
yang selalu rutin dilakukan oleh tim marketing SCARF Magazine. Hampir
setiap bulan selalu ada event yang diselenggarakan. Misalnya, ada event
yang memang sebulan sekali, ada yang event tahunan, ada yang per
volume. Dalam melaksanakan program tersebut, SCARF Magazine
bergantung pada banyaknya permintaan klien dan banyaknya iklan yang
masuk. Karena majalah ini hadir perdua bulan, maka cara mensiasatinya
dengan mengadakan banyak event untuk semakin membuat SCARF
Magazine dekat dengan pembaca. Ada event yang berjudul “breaktime
51
office to office” dimana SCARF Magazine mendatangi kantor- kantor
untuk mengadakan event di tempat kantor yang mendaftar untuk didatangi
SCARF Magazine. Hal ini membuat banyaknya kantor yang ingin
didatangi, karena narasumber dan topik pembicara yang menarik. Ada
juga event “Scarf Fest” biasanya diadakan 2 tahun sekali, dalam event
tersebut selain ada talkshow juga ada wadah untuk para designer muda
yang memiliki bakat dibidang design buat memperkenalkan ide nya ketika
event SCARF Fest tersebut. Jika biasanya majalah lain membuat acara
fashion show atau lomba modeling, SCARF mencoba untuk membuat
acara yang berbeda yang banyak memberi manfaat dan membuat SCARF
semakin dekat kepada pembaca.3
SCARF Magazine mencoba melakukan pendekatan kepada pembaca
baik pembaca lama maupun baru dengan mengadakan banyak event.
Seperti gambar dibawah ini merupakan event yang sudah dijalani SCARF
beberapa tahun belakangan ini. Acara ini disponsori oleh berbagai media
partner dan terdapat narasumber yang ahli pada bidangnya. Hal ini
membuat acara yang di adakan SCARF Magazine menjadi banyak
diminati oleh para pembacanya.
3 Wawancara pribadi dengan Riva Nur (Marketing Public Relations) di Kantor SCARF Magazine,
Senin 29 Februari 2016
52
Gambar 2: Flyer Event Breaktime Office To Office
2. Push Strategy (Mendorong)
Dalam kegiatan marketing public relations menjalin hubungan dengan
media sangat diperlukan. Karena majalah SCARF memerlukan bantuan
dorongan media lain untuk memperluas penjualan dan mempromosikan
event atau acara yang sedang diadakan SCARF serta mempromosikan
majalahnya agar terjangkau ke seluruh kalangan. Dalam strategi ini
SCARF Magazine lebih agresif lagi dalam hal mempromosikan
produknya. Riva Nur selaku marketing public relations SCARF Magazine
menyatakan jika sebuah perusahaan harus memiliki kerjasama dengan
perusahaan yang memudahkan penjualan. SCARF memiliki kerjasama
dengan Gramedia. Karena Gramedia terdapat di seluruh Indonesia, jadi
mudah ada dimanapun. Hal itu akan membuat majalah SCARF juga bisa
53
lebih mudah ditemui dengan adanya kerja sama dengan Gramedia ini. Lalu
juga kerjasama dengan radio, atau televisi itu merupakan suatu yang wajib.
SCARF Magazine bekerja sama dengan perusahaan toko buku
Gramedia agar peningkatan penjualan majalah bisa dengan mudah
dilakukan. Gramedia terdapat diseluruh Indonesia, itu memudahkan
SCARF Magazine dapat ditemui di seluruh Indonesia. Seorang praktisi
public relations harus menjalin relasi dengan pihak eksternal. Dalam hal
menjalin relasi, SCARF membuat perjanjian kontrak dengan media
tersebut paling lama satu tahun dan paling sebentar enam bulan. Seperti
contohnya jika di radio tersebut mengadakan acara yang memang cocok
segmentasinya dengan SCARF, akan dipromosikan ke majalah, dan nanti
jika SCARF ada acara atau event juga akan di promosikan di radio
tersebut. SCARF sangat menjaga hubungan baik dengan media, seperti
radio dan televisi terlebih jika segmentasinya sejalur. Contohnya seperti
Woman Radio, lalu ada juga Hijabenka, ada juga Cantik.com itu
merupakan contoh – contoh hubungan kerjasama SCARF dengan yang
memiliki segmentasi sejalur karena sama – sama seputar perempuan.
Tetapi terdapat juga segmentasi umum seperti Republika juga bukan
penghalang SCARF untuk merangkul dari kalangan media manapun.
Dalam buku Manajemen Humas juga dikatakan bahwa humas atau
public relations harus bisa memelihara hubungan baik dengan media.
Adanya hubungan erat ini dijalin atas dasar saling menghormati dan
percaya terhadap fungsi masing-masing serta berdasarkan asas
54
profesionalisme, bukan karena komitmen lainnya4.
Selain menjalin hubungan dengan media, penting bagi majalah SCARF
menjalin hubungan dengan sebuah komunitas. Dimana komunitas itu akan
selalu di undang dalam acara yang diadakan tim majalah SCARF.
SCARF juga menjalin hubungan kerja sama dengan komunitas seperti
hijabers community itu merupakan komunitas wajib. Setiap SCARF
Magazine mengadakan event dipastikan komunitas tersebut diundang.
Karena kerja sama dengan komunitas itu sangat menguntungkan bagi
SCARF Magazine. Sebuah komunitas tentu saja memiliki anggota yang
tidak sedikit, maka dari itu sebuah komunitas sangat menguntungkan.
Menjalin hubungan dengan komunitas besar berfungsi sebagai tempat
untuk mempopulerkan produk, setiap event SCARF pasti akan
mengundang komunitas, dan tentunya komunitas tersebut juga akan
membantu share informasi tentang event SCARF. Setiap ada anggota
komunitas yang bertambah, otomatis juga akan memberikan keuntungan
bagi SCARF, dikarenakan anggota baru tersebut akan mencari info tentang
SCARF dan juga akan menjadi pembaca baru, lalu kemungkinan mengajak
orang lagi untuk membaca atau membeli majalah SCARF. Kuncinya event
yang dibuat harus menarik.
Dari pernyataan Riva Nur selaku marketing public relations di
majalah SCARF, hal yang dilakukan diatas sesuai dengan strategi kinerja
marketing public relations, yaitu mengadakan special event, dimana event
tersebut berguna untuk mempromosikan suatu produk dan juga
4 Mahiddin Mahmud, Alex Rumondor, dan Agatha V. Hatta. Manajemen Humas, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007), h. 5.3
55
mempublikasikan suatu program acara. Menjalin relasi dengan media juga
tidak kalah pentingnya, SCARF Magazine mencoba menjalin kerja sama
yang baik dengan radio serta televisi yang memang memiliki segmentasi
yang sejalur. Dengan cara ini proses marketing atau penjualan produk pun
akan berlangsung dengan mudah. Terpenting adalah mengenalkan kepada
khayalak apa itu produk kita dan apa tujuan yang akan dijual.
3. Pass Strategy (Mempengaruhi)
Pass Strategy ini merupakan bentuk marketing public relations
SCARF Magazine dalam mempengaruhi opini publik yang
menguntungkan bagi SCARF Magazine itu sendiri. Dengan cara memberi
award kepada pembaca setia SCARF Magazine dapat mempengaruhi
pembaca baru atau pemasang iklan di SCARF agar tetap loyal pada
SCARF Magazine dan meningkatkan tingkat oplah penjualan. Program
marketing public relations merupakan upaya untuk merangsang pembeli
dan sekaligus dapat memberikan nilai – nilai atau kepuasan bagi
pelanggan yang telah menggunakan produknya.
SCARF Magazine setiap volume terdapat kuis, ada award atau hadiah
bagi pengikut setia SCARF Magazine. Dan hadiah tersebut tidak hanya
memberi untung bagi pembaca, tetapi juga bagi pemasang iklan untuk
sponsor acara tersebut yang akan memberikan keuntungan. Misalkan
diberi voucher dari koleksi bajunya designer Ria Miranda, atau ada juga
paket alat kecantikan dari Etude House.
SCARF Magazine sangat mengerti segmentasi yang menjadi
sasaran pembacanya, dengan mengetahui sasaran pembaca dan apa yang
56
diinginkan pasar membuat SCARF Magazine dengan mudah
mempengaruhi pembaca agar tetap setia dengan SCARF Magazine.
Meskipun marketing public relations SCARF Magazine menjelaskan
bahwa tidak mudah membaca keinginan pasar, dan apa yang sedang
diinginkan pembaca, tetapi SCARF Magazine tetap konsisten menjaga
program rutin yang diadakan setiap Volume nya. Seperti edisi khusus
Anniversary, Endorsement kepada artis hijab atau produk tertentu.
Mengadakan riset pasar merupakan cara untuk mendapatkan informasi
bisnis yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumennya. Hal
itu tentu sangat berpengaruh kepada tingkat kesetiaan pembaca serta
meningkatnya oplah penjualan SCARF Magazine. Seperti yang dikatakan
oleh Riva Nur selaku marketing public relations jika mengikuti pasar
memang tak ada habisnya, tetapi SCARF mencoba mendengar dari
komentar atau masukan pembaca yang terkadang email ke social
medianya, atau hadir di event yang dibuat SCARF. Oleh karena itu
SCARF sangat mengedepankan event sebagai ajang pendekatan kepada
pembaca juga mempengaruhi pembaca atau anggota baru dan melakukan
penjualan secara langsung.
4. Strategi Memperkuat Brand
Dengan banyaknya persaingan di industri cetak, membuat tim promosi
SCARF Magazine menyusun strategi agar brand yang diciptakan memberi
kesan di hati pelanggannya. Setiap produk yang ditawarkan masing –
masing perusahaan pasti memiliki maksud dan tujuan yang berbeda
sehingga sampai di hati pembacanya dengan kesan yang berbeda pula dari
57
brand yang sudah ada. Tidak ingin ketinggalan, SCARF Magazine
menciptakan produk agar ciri dari majalah nya bisa diterima di masyarakat
dengan baik.
SCARF Magazine memiliki segmentasi wanita karir, walaupun ada
pembaca yang masih kuliah berusia mahasiswi semester akhir. Meskipun
banyak memiliki pesaing, tetapi SCARF Magazine juga memiliki pangsa
pasar yang sesuai dengan segmentasinya. Karena yang ditampilkan disini
merupakan fashion yang edgy, simple, yang lebih mature. Contohnya
Laiqa, majalah dengan segmentasi lebih girly, warna yang ditampilkan
berwarna pastel, isi dari majalahnya juga berbeda dengan SCARF. Lalu
majalah NOOR, segmentasinya lebih ke ibu rumah tangga. Gaya busana
yang ditampilkan juga lebih dewasa. SCARF juga mempunyai srategi
yang akan membuat pembaca tetap setia. Dari kualitas kertas yang
digunakan, kualitas gambar yang ditampilkan juga sangat eye catching.
Hal seperti itu yang perlu diperhatiin untuk menjaga konsumen agar tetap
puas dan memperkuat brand dimata masyarakat.5
Dengan adanya perbedaan segementasi, ciri khas dari sebuah produk
membuat persaingan menjadi sehat. Masyarakat dinilai sudah bisa
memilih mana produk yang bagus dan sesuai dengan kebutuhannya.
Bagaimana isi dari majalah itu memberikan banyak manfaat, serta
informasi yang diterima dengan baik tanpa ada maksud menggurui.
5 Wawancara pribadi dengan Riva Nur (Marketing Public Relations) di Kantor SCARF Magazine,
Senin 29 Februari 2016
58
5. Strategi Menjaga Citra Positif
Dalam meningkatkan jumlah penjualan serta kepercayaan pembaca,
sangat diperlukan adanya citra yang baik untuk perusahaan tersebut. Riva
Nur selaku marketing public relations dari majalah SCARF menjelaskan
menjaga citra positif tidak semudah yang dibayangkan. Karena tetap harus
konsisten terhadap apa yang kita berikan. Seperti yang dikatakan
marketing public relations SCARF Magazine, jika sudah banyak dikenal,
banyak dipercaya orang – orang, penting untuk perusahaan harus menjaga
citra positif. Apalagi jika itu majalah fashion muslim, isi dari majalah
harus lebih hati – hati dan cukup sensitif. Lalu bagaimana gambar yang
ditampilkan itu jangan sampai menuai kontroversi.
SCARF sangat menjaga apa yang di tampilkan ini masih sesuai syariat
islam, dari pemilihan mix and match busana harus pantas untuk
perempuan berjilbab. Para model yang ditampilkan jangan sampai gambar
dan posenya mengundang hal – hal yang tidak baik, atau posenya seperti
mengundang nafsu. SCARF sangat menjaga kualitas dari isi majalah dan
menghindari adanya komplain. Walaupun segmentasinya bukan majalah
khusus dakwah tapi disini SCARF mencoba untuk menyisipkan pesan
dakwah, bagaimana berdakwah melalui busana. Bagaimana menampilkan
Islam itu Indah, berhijab itu cantik. Dan majalah ini juga sudah ada di luar
negeri khususnya di Inggris, SCARF satu – satunya majalah urban fashion
yang diterima disana, jadi sangat menjaga nama Islam di mata dunia, salah
satunya dengan menjaga kualitas isi agar masyarakat disana tau bahwa
berhijab juga bisa modern tapi tetap memegang nilai – nilai islam.
59
Dalam pernyataan marketing public relations SCARF Magazine,
menjaga citra positif perusahaan sangatlah penting. Suatu kegiatan
marketing bukan hanya menggembor – gemborkan promosi akan tetapi
juga menjaga citra positif dari produk itu sendiri agar loyalitas pelanggan
tetap terjaga. Menurut Siswanto Sutojo, dalam bukunya Membangun Citra
Perusahaan, citra sebagai pancaran atau reproduksi jati diri, atau bentuk
perseorangan, benda atau organisasi. Citra sebagai persepsi masyarakat
terhadap jati diri perusahaan atau organisasi.6 Tidak hanya pembaca, tetapi
media partner yang memberi kepercayaan juga harus tetap terjaga
namanya agara tidak kecewa telah memberi kepercayaan pada perusahaan.
Semakin besarnya nama sebuah perusahaan dimata masyarakat, maka akan
semakin besar juga tanggung jawab yang diterima. SCARF Magazine
merupakan majalah yang sudah mencapai pasar internasional, dan satu –
satunya majalah urban fashion muslim. Hal ini membuktikan bahwa
fashion hijab di Indonesia sudah bisa disandingkan dengan fashion di
dunia Internasional.
SCARF telah membuat program baru yaitu SCARF Magazine London
Calling. Masih dirahasiakan apa saja nanti yang akan diberikan ke
pembaca. Bocoran sedikit SCARF Magazine yang di sponsori oleh
Wardah akan punya program besar di London. Kabar yang menyenangkan
6 Elvinaro Ardianto, Handbook of Public Relations, (Jakarta: Simbiosa Rekatama Media 2011),
hal.63
60
karena SCARF bisa diterima di dunia Internasional tidak hanya di
Indonesia. Ini merupakan jejak baru untuk SCARF agar terus maju,
mempertahankan prestasi yang sudah diukir, menjaga banget kepercayaan
dari pembaca, dari media partner dan sponsor – sponsor agar terus bisa
diajak kerja sama untuk membangun media cetak yang maju dan
berkualitas. Dan tentunya tidak kalah dengan kemajuan teknologi dan
besarnya kemajuan media online pada saat ini.
Gambar 3: SCARF Magazine London Calling
61
B. Upaya – Upaya yang dilakukan SCARF Magazine dalam
Meningkatkan Oplah Penjualan
Strategi marketing dalam dunia bisnis adalah hal yang sangat penting,
karena semakin baiknya strategi marketing yang digunakan oleh marketing
public relations, maka tidak menutup kemugkinan bahwa akan mencapai
hasil yang maksimal. Di dalam menjalankan strategi marketing maka
peran marketing public relations sangat penting yaitu harus bekerja keras
dalam mencari, merencankan, membentuk dan menjalankan strategi
marketing dalam mempromosikan produknya. Oleh sebab itu seorang
marketing public relations harus mampu menjalankan upaya – upaya
marketing guna untuk mencapai kemenangan dalam dunia persaingan,
karena strategi merupakan senjata dalam peperangan dunia bisnis. Berikut
upaya yang dilakukan marketing public relations SCARF Magazine;
1. Pengorganisasian (Organization)
Penjualan merupakan proses dari dimana sang penjual memuaskan
segala kebutuhan dan keinginan konsumen agar dicapai manfaat baik bagi
penjual maupun pembeli yang berkelanjutan dan menguntungkan untuk
kedua belah pihak. Transaksi jual beli merupakan kegiatan pemindahan
hak milik secara komersial atas barang dan jasa, pada prinsipnya
melibatkan dua belah pihak yaitu penjual sebagai pihak pertama dan
pembeli sebagai pihak kedua.
Disini SCARF Magazine meyakinkan kepada pembaca agar dapat
mencapai sasaran penjualan yang diharapkan. Produk yang berkualitas
tidaklah cukup untuk mendongkrak penjualan. Oleh karena itu ada
62
beberapa langkah pengorganisasian yakni pemberian tugas terpisah
kepada masing – masing pihak, membentuk bagian, serta mengkoordinir
kerja setiap karyawan dalam satu tim yang solid dan terorganisir yang
dilakukan SCARF Magazine untuk mendapatkan oplah penjualan yang
tinggi,yaitu :
1) Langkah Tim Fashion
a. Membuat topik menarik seputar fashion yang sedang uptodate.
b. Memuat informasi seputar event fashion yang sedang
terlaksana.
c. Membuat artikel referensi fashion yang menarik.
2) Langkah Tim Redaksi
a. Menentukan cover majalah yang sedang populer.
b. Membuat topik menarik setiap volumenya.
c. Membuat rubrik yang menarik.
d. Membuat tampilan yang eye cacthing agar menarik pembaca.
e. Menanggapi masukan dari pembaca sebagai bahan
pertimbangan menaikan mutu SCARF Magazine.
3) Langkah Tim Marketing Public Relations
a. Memperluas jaringan promosi.
b. Membuat event rutin yang menarik.
c. Menjalin relasi dengan media besar.
Pada SCARF Magazine, marketing public relations tidak bergerak
sendiri demi meningkatkan oplah penjualan. Marketing Public relations
63
SCARF Magazine bekerjasama dengan tim lainnya untuk mendapatkan
oplah penjualan yang tinggi. Tim fashion, redaksi, dan promosi juga
membantu marketing public relations dalam mempromosikan SCARF
Magazine.
Kerjasama tim berfungsi untuk membuat planning dalam
mempromosikan SCARF Magazine dengan menciptakan produk majalah
yang berkualitas. Kerja sama tim sebagai suatu kemampuan sekelompok
individu untuk dapat bekerja sama menuju ke visi yang sama. Suatu
kemampuan untuk mengarahkan keberhasilan setiap individu menuju
pada tujuan organisasi. Kerja sama tim merupakan elemen penting yang
dibutuhkan untuk mencapai hasil yang ingin dituju.
2. Meningkatkan Promosi
Setiap perusahaan mempunyai strategi dan alat atau cara pemasaran
yang bertujuan meningkatkan tingkat penjualan. Berdasarkan perencanaan
strategis yang telah disiapkan, impelementasi program aksi dan
komunikasi dirancang untuk sasaran spesifik bagi masing – masing publik
dilakukan untuk mencapai tujuan program yaitu meningkatkan oplah
penjualan. Tidak terkecuali SCARF Magazine, marketing public relations
SCARF Magazine membuat strategi pemasaran yang dilakukan secara
kontinu, hal ini dimaksudkan agar pesan komunikasi melalu media yang
ditentukan bisa tersampaikan kepada konsumen. Brand image yang positif
diciptakan melalui komunikasi pemasaran yang memiliki jaringan kuat,
merk yang baik dan unik. SCARF Magazine dalam mempromosikan
64
produknya melalui Special Event, Periklanan melalui media Above The
Line (ATL), Below The Line (BTL), Out Of Home dan Digital Marketing.
a. Iklan
Above The Line atau ATL adalah iklan yang mengharuskan bayaran
pada biro iklan. Besar komisi yang diberikan pada biro iklan berbeda –
beda, ditentukan oleh karakteristik empat media,yaitu:7
1) Televisi
Media televisi memberikan pengaruh kuat dalam menyampaikan
informasi. Hal ini dikarenakan sifatnya audio visual dan dapat
mengjangkau khalayak sasaran yang sangat luas. Sehingga informasi yang
disampaikan melalui televisi tampak hidup dan nyata.
2) Radio
Radio adalah media yang memiliki jangkauan selektif terhadap
segmen pasar tertentu dan mampu menyampaikan pesan yang cepat dan
actual sehingga dapat memberikan informasi mutahir dan berguna.
Dalam menggunakan alat ini SCARF Magazine bekerja sama dengan
106.6 FM atau V radio sebagai tempat untuk membantu strategi pemasaran
yang dilakukan.
3) Media Cetak (Koran, Majalah, Tabloid)
Media cetak merupakan suatu media yang statis dan mengutamakan
pesan – pesan visual. Kelebihan dalam mengiklankan dan
mempublikasikan produk melalui media cetak adalah kepastian yang
7 Frank Jefkins; alih bahasa Haris Munandar, Periklanan Edisi 3, (Jakarta: Erlangga, 1997)h.84
65
cukup besar untuk menampung iklan dibandingkan dengan waktu yang
tersedia dalam media televisi atau radio.
Media cetak juga dijadikan alat untuk SCARF Magazine
mempromosikan produknya, walaupun sesama media cetak, tapi tidak
menutup kemungkinan SCARF Magazine menjalin relasi dengan media
cetak lainnya. Contohnya SCARF Magazine menjalin relasi dengan
Republika. Dengan segmentasi yang berbeda dengan koran republika, hal
ini mampu memperkuat promosi dari SCARF Magazine
4) Media Luar Ruang (Out Of Home)
Media Luar Ruang diletakan pada tempat – tempat yang strategia.
Biasanya media luar ruang ini sering ditempatkan di public area. Media
luar ruang yang digunakkan oleh SCARF Magazine adalah Banner,
Spanduk, Umbul – umbul.
5) Digital Marketing
Strategi marketing PR yang dilakukan SCARF Magazine melalui
media online diantaraya melalui situs www.cantik.com dan
www.hijabenka.com .
Selain itu ada juga Below The Line atau jenis iklan yang tidak
mengharuskan adanya komisi karena iklan dibuat sepenuhnya oleh
pengiklan. Adapun media lini bawah yang digunakan SCARF Magazine
adalah direct mail, merchandise atau souvenir.
b. Events
Selain periklanan, strategi marketing yang dilakukan adalah
melalui kegiatan publikasi public relations. SCARF Magazine
66
mengadakan event tujuannya untuk menjaga pelanggan dan
mempertahankan brand awareness terhadap produk. Special event
merupakan program dan salah satu kegiatan yang dapat menarik perhatian
dari khalayak, ini juga bertujuan untuk menciptakan image postif
perusahaan. Dari diadakannya special event ini bisa dengan mudah
mengjangkau pembaca serta lebih dekat dengan konsumen.
c. Community Network
Selain melakukan strategi marketing public relations melalui iklan
dan event, SCARF Magazine juga membuat wadah atau tempat untuk
berinteraksi sesama pembaca dan pelanggan SCARF yang disebut
SCARFLOVERS. Ada juga hijaberscommunity yang merupakan
komunitas hijab terbesar di Indonesia dengan jumlah anggota yang
banyak, yang menjalin relasi dengan SCARF Magazine. Followers atau
pengikut dari hijaberscommunity otomatis juga akan tergabung sebagai
SCARFLOVERS yaitu pembaca setia SCARF Magazine. Dengan
membuat serta menjalin relasi dengan komunitas besar membuat SCARF
Magazine mudah mencapai pasar dengan segmentasi yang sesuai yaitu
wanita muslimah yang enerjik, yang menyukai keindahan dan mau terus
menggali ilmu dari sumber manapun termasuk dari majalah.
Dalam strategi pemasaran, tentu terdapat faktor pendukung tim
marketing public relations. Hal itu tidak dapat dihindari karena tim
marketing harus mengerti bagaimana keinginan dari konsumen.
Keberadaan new media atau internet tentu sudah mengubah cara sebuah
perusahaan dalam hal pemasaran dan berinteraksi dengan konsumen.
67
Internet merupakan media yang sangat mendukung kegiatan marketing
serta kehumasan suatu perusahaan. Semua informasi tentang perusahaan
dapat dengan mudah tersajikan dan dinikmati oleh para pelanggannya.
Tidak terkecuali dengan SCARF Magazine, social media dianggap
memberi kemudahan serta menjadi faktor pendukung dalam hal
meningkatkan oplah penjualan. Seperti yang dikatakan Riva Nur selaku
tim marketing public relation SCARF Magazine, penting bagi perusahaan
seperti SCARF Magazine mempunyai social media seperti facebook,
instagram, blog, twitter karena terkadang klien juga membutuhkan bukti
nyata jika penjualan dari majalah itu bagus, dan klien juga akan percaya
untuk pasang iklan atau kerja sama dengan SCARF Magazine.
SCARF Magazine menggunakan social media sebagai tempat
memasarkan serta mempromosikan majalahnya agar semakin banyak
menarik perhatian konsumen. Berikut account aktif dari social media yang
menjadi faktor pendukung dalam meningkatkan oplah penjualan:
1. Facebook fanpage SCARF Magazine
Kehadiran facebook tidak dapat dipungkiri telah memberi kemudahan
banyak orang dalam hal berkomunikasi. Bagi pelaku bisnis, berkomunikasi
dengan mudah kepada pasar yang dituju sangat memberi keuntungan.
Seperti yang dilakukan SCARF Magazine membuat fanpage atas nama
SCARF Magazine yang sudah dibuat sejak tahun 2012 dan telah memiliki
68
885 pengguna facebook yang menyukai akun fanpage SCARF Magazine
Gambar 4: Akun Fanpage Resmi SCARF Magazine
Dengan adanya akun aktif dari fanpage SCARF Magazine ini
memudahkan penggunanya untuk mengakses informasi sekitar majalah
SCARF. Seperti apa saja yang akan ditampilkan pada Volume selanjutnya
dan mengetahui kuis atau event yang diselenggarakan oleh SCARF
Magazine. Namun di facebook ini kurang banyak terjadi interaksi
didalamnya karena fanpage ini hanya di update per Volume saja, tidak
sesering mungkin dan juga tidak terdapat komentar negatif pada akun
facebook ini. Di akun ini, para pengikutnya bisa melihat link yang telah
disediakan oleh tim SCARF Magazine, biasanya link tersebut berisi video
behind the scene dari kegiatan SCARF Magazine.
69
2. Twitter
Twitter merupakan media komunikasi dua arah atau interaktif, yang
berarti komunikasi yang terjalin antara sumber (admin akun) dengan
penerima informasi (followers) adalah hubungan timbal balik. Untuk
membangun kedekatan dengan follower di Twitter, diperlukan waktu untuk
berinteraksi dengan mereka, baik melalui mention, merespon replies, sampai
menjawab direct messages. Tetapi, diantara beberapa kelebihan Twitter,
kekuatan yang sesungguhnya dari sosial media ini adalah sebagai media
promosi sekaligus sosialisasi yang murah.8
Beberapa keuntungan penggunaan Twitter juga dimanfaatkan oleh
SCARF Magazine. Di Twitter aktivitas untuk berkomunikasi dengan
pembaca berlangsung hampir setiap hari. Twitter di update setiap harinya
untuk memberi informasi, memberi link informasi dari media partner,
mengadakan kuis serta menjawab berbagai pertanyaan yang masuk ke akun
@scarfmagz ini. Dengan menggunakan Twitter, kegiatan tanya jawab lebih
sering dilakukan karena keterbatasan karakter per update yaitu 140 karakter
membuat pertanyaan maupun jawaban harus singkat dan jelas.9
8 Ivan Dipa. Twitter Is Money. (Jakarta: Mediakita, 2013), h.3
9 Wawancara Pribadi dengan Riva Nur (Marketing Public Relations) di Kantor SCARF Magazine,
Senin 29 Februari 2016
70
Gambar 5: Akun Twitter @ScarfMagazine
3. Instagram
Aplikasi instagram hanya bisa dijalankan pada peranti mobile
seperti smartphone. Aplikasi ini adalah jaringan sosial berbagi foto dan
video seperti program-program lainnya. Hanya saja, yang paling
membedakan adalah, tampilan foto Instagram memiliki ciri khas dengan
“bingkai” persegi. 10
Menurut Porter, instagram membangun suatu profil publik atau semi
publik dalam sistem yang terbatas, mengartikulasikan daftar pengguna lain
dengan siapa saja mereka berbagi, melihat dan menelusuri daftar kolega
yang dibuat oleh orang lain dalam sistem. Mengijinkan dan menganjurkan
seluruh pengguna untuk membuat, berbagi dan menyebarkan informasi
dan gambar. yang menekankan berbagi konten antara pengguna dan
kolaborasi secara online. Hal ini adalah bentuk aplikasi yang dinamis,
10
Tim Pusat Ilmu Kementrian Perdagangan, E-book : Panduan Media Sosial untuk Kementrian
Perdagangan RI, (Jakarta, 2014), Hal 84-85.
71
fleksibel dan interaktif yang keseluruhannya dapat disebut sebagai
desain.11
Menurut Riva Nur, keberadaan instagram ini sangat membantu
SCARF Magazine dalam mempublikasikan gambar atau foto dari kegiatan
yang dilakukan SCARF Magazine. Tidak hanya share seputar event, tetapi
SCARF Magazine juga mengupload foto hasil karya dari photographer
SCARF Magazine yang bisa dijadikan referensi fashion untuk pengikut
akun instagram SCARF Magazine tersebut. Seperti yang dikatakan Riva
Nur selaku marketing public relations SCARF Magazine menyatakan jika
pada instagram SCARF Magazine banyaknya komentar yang masuk, disitu
terdapat kolom komentar dan direct message juga seperti social media
kebanyakan. Biasanya ada yang setelah di upload event atau suatu gambar,
pengikut langsung menuai tanggapan tertarik dengan event biasanya
dengan komentar atau tag ke teman – temannya. Hal itu sangat
memudahkan untuk tidak perlu banyak share event, cukup upload saja
kemudian pengikut instagram SCARF Magazine sudah banyak yang share
lagi kepada kerabatanya.
Berdasarkan pernyataan dari Riva Nur diatas, SCARF Magazine
sangat diuntungkan dengan fasilitas instagram tersebut. Hal ini terbukti
jika social media merupakan alat yang sangat dibutuhkan terutama dalam
hal marketing. Admin dari social media yang juga dipegang oleh Riva Nur
ini, hanya perlu mempersiapkan gambar dengan kualitas foto yang baik,
foto atau video yang menarik dan ditambah dengan caption yang menarik
11
Lury Renaningtyas, “Instagram Sebagai Media Komunikasi”, 2013.h.22
72
serta bisa dengan mudah dimengerti. Caption merupakan kalimat atau kata
yang terdapat dibawah foto untuk menjelaskan isi dari foto yang di
unggah. Setelah itu foto dan video di upload agar bisa dilihat oleh seluruh
pengguna instagram. Pengikut dari akun instagram ini akan melihat apa
saja yang di post oleh akun SCARF Magazine tersebut. Dibawah foto ada
tanda atau symbol “love” yang berarti jika kita suka dengan post itu, kita
hanya mengklik tombol love tersebut, ada juga symbol share yang
mengizinkan kita untuk menshare post tersebut ke social media yang kita
punya. Sejauh ini SCARF sudah mempunyai 16.000 pengikut pada tanggal
27 Maret 2016 dan tentu akan terus bertambah, hal itu berarti SCARF
Magazine sudah cukup banyak dikenal pengguna social media.
Gambar 6: Akun Instagram @Scarf_Magz
73
4. Blog
Blog merupakan singkatan dari web log, yaitu salah bentuk aplikasi
website yang menyerupai tulisan-tulisan yang dimuat sebagai posting
pada sebuah halaman web umum.12
SCARF Magazine menggunakan blog hanya sebagai informasi
mengenai SCARF Magazine. Blog berisi seputar majalah, dan didalamnya
juga terdapat rubrik yang sama dengan isi di majalah. Seperti ada rubrik
fashion daily, fashion frame, fashion feature , fashion frame ,wear it up,
lalu di bagian kecantikan ada beauty review dan beauty tips, tidak lupa
juga ada banyak referensi berbusana sebagai ciri khas dari SCARF
Magazine. Blog lebih digunakan sebagai tempat untuk melihat foto
referensi dari rubrik fashion, karena banyaknya foto yang meggambarkan
bagaimana berbusana setiap harinya, dari mulai fashion yang sedang
uptodate, sampai busana tempo dulu yang bisa digunakan kembali.
Gambar 7: Official Blog SCARF Magazine
12
Jenu Widjaja Tandjung, Teguh Prayogo dan Adi Prabowo. Stop Promotion, Start
Communication. (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013), h. 113.
74
5. Youtube
Social media yang satu ini merupakan tempat untuk berbagi video.
Kelebihan dari youtube ini, para pengguna bisa dengan jelas melihat apa
saja yang ada di akun pengguna lain dalam format gambar bergerak atau
video. Youtube tentu memiliki kolom komentar seperti social media yang
lainnya yang dimana pengguna youtube bisa dengan bebas berkomentar
apa yang dilihat didalam video yang mereka tonton. Youtube memiliki
slogan “Broadcast Yourself”.
Seperti hal nya ingin lebih dekat dengan konsumen, SCARF Magazine
juga tidak ingin ketinggalan memiliki akun official youtube untuk para
penggunanya bisa dengan puas melihat video yang di upload admin
SCARF Magazine. Meskipun social media ini baru dibuat, tetapi antusian
dari pengguna social media sangat luar biasa terbukti dari jumlah
subscribers atau pengikut yang mencapai 150 pada tanggal 27 maret 2016.
Sebagai pelengkap untuk menjalin komunikasi dengan konsumen, SCARF
Magazine juga harus memiliki social media yang satu ini. Walaupun akun
youtube ini jarang di update oleh admin, karena dalam menyiapkan video
perlu melewatkan tahap editing dan juga format gambarnya yang
memerlukan waktu lama untuk di upload, tetapi didalamnya sudah
terdapat banyak video terutama behind the scene atau BTS dari proses
pemotretan model cover agar para SCARFLOVER mengetahui proses
pembuatan cover atau kegiatan SCARF Magazine lainnya.
75
Gambar 8: Akun Youtube SCARF Magazine
3. Evaluasi
Dalam melakukan tahap produksi, sebuah tim memerlukan
perundingan yang cukup matang dan akurat, serta hasil akhir dalam
melakukan suatu program adalah dengan mengadakan evaluasi. Evaluasi
untuk tolak ukur strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu
organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang
telah dinyatakan tercapai.13
Majalah SCARF biasa melakukan evaluasi
ditiap akhir tahun, biasanya dilakukan rapat kerja tahunan untuk
membicarakan apa saja yang akan dibahas selama satu tahun kedepan serta
apa saja yang harus di evaluasi dari setahun belakangan.
Brainstorming atau evaluasi merupakan kegiatan yang wajib dilakukan,
selalu ada rapat kerja setiap tahunnya untuk evaluasi apa yang akan
dibahas selama satu tahun ke depan, dan apa yang harus diperbaiki. Tidak
13 Freed R david, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Penhalindo,2002), h.3
76
hanya dari tim marketing saja, seluruh bagian dari majalah SCARF harus
ikut bagian. Karena SCARF merupakan satu kesatuan yang harus dikemas
agar menjadi hasil yang sempurna. Dari tim redaksi, fashion, reporter,
marketing, advertising semua ikut bagian. Biasanya ketika rapat kerja
segala macam kendala dibicarakan. Semua dibahas disitu. Pada tim
marketing public relations lebih banyak mengalami kendala. Hal ini tentu
karena banyaknya bertemu dengan orang, klien, media partner yang
memang berpengaruh untuk SCARF Magazine itu sendiri.
Dalam tahap brainstorming, tim marketing public relations disini
akan membahas planning kedepan, strategi yang akan digunakan dan
taktik yang juga harus diterapkan dalam menghadapi persaingan yang
sehat dalam industri media cetak. Planning yang dilakukan, masing –
masing divisi harus peka dengan lingkungan sekitar, mempersiapkan
artikel apa yang akan dibuat, tema apa yang sedang uptodate di
masyarakat. Mempersiapkan strategi apa yang digunakan sebagai upaya
untuk mendorong tingkat penjualan. Serta taktik dalam mempromosikan
produk dari SCARF Magazine. Semua dibicarakan secara matang dari
mulai tim redaksi dengan membuat konsep isi majalah yang menarik,
hingga tim marketing public relations dengan membuat program menarik
seputar mempromosikan produk.
77
Gambar 9: Kegiatan Brainstorming (Evaluasi)
Meskipun SCARF Magazine tidak menemui banyak hambatan dalam
mempromosikan produknya, tetapi keberadaan penghambat tersebut tentu
ada. Setiap perusahaan pasti memiliki kebijakan, begitu juga SCARF
Magazine. Keterbatasan pemilihan segmentasi iklan, sering menimbulkan
konflik antara klien dengan tim marketing public relations SCARF
Magazine. Karena SCARF Magazine tidak akan sembarang menerima
pemasangan iklan atau kerja sama dengan klien. Selain kebijakan
perusahaan yang sering tidak dimengerti oleh klien, ada juga soal social
media yang dijuga sering terjadi salah paham penyampaian komunikasi.
Seperti hasil wawancara dengan tim marketing public relations SCARF
Magazine, jika social media memang bisa menjadi faktor pendukung,
tetapi tidak menutup kemungkinan menjadi faktor penghambat. Karena
SCARF memiliki sasaran marketing lebih kepada face to face seperti event
atau ke kantor langsung menemui konsumen untuk semakin mempercayai
konsumen, jika di social media terkadang banyak konsumen yang tidak
78
memahami apa yang di update, atau apa yang di post, hal itu menjadi
terdapat kesalahpahaman.
Pada SCARF Magazine keterbatasan komunikasi dengan pembaca di
social media menjadi tugas tersendiri bagi divisi marketing public
relations. Apa yang dimaksud dalam akun SCARF Magazine terkadang
tidak sampai dengan baik, hasilnya banyak kesalahan persepsi yang
sampai ke email SCARF Magazine bahkan ke redaksi, dan bisa menuai
komentar tidak enak. Masyarakat masih kurang memahami segmentasi
dari SCARF Magazine, sehingga SCARF Magazine masih sering
disamaratakan dengan majalah lain. Tidak hanya masalah dengan
pembaca, faktor kebijakan perusahaan juga sering menjadi konflik,
keterbatasan pemilihan iklan kadang tidak bisa diterima oleh klien.
Seperti contoh kasus berikut, ketika ada yang ingin memasang iklan di
SCARF Magazine tetapi produk yang di jual merupakan baju pernikahan
atau baju bridal. Sedangkan segmentasi dari SCARF Magazine ini, edgy
dan mature. Akan tetapi diluar kehendak dan atas dasar kerjasama klien
memaksa untuk di pasang iklannya karena di salah satu majalah lain ada
iklan baju pernikahan, atau karena SCARF dianggap majalah fashion
yang bisa mengiklankan segala hal berbentuk busana. Akibatnya iklan itu
tidak berkenan untuk pelanggan, kemudian SCARF mendapat komentar
kenapa memasang baju pernikahan yang dianggap bukan segmentasi
SCARF, dan penjualan si baju bridal itu juga kurang. Menjadi sebuah
pembelajaran untuk lebih memperketat pemilihan kerja sama atau iklan
Karena kebijakan perusahaan sangat harus membatasi jenis iklan
79
walaupun seperti kasus diatas itu terlihat sepele, tapi segmentasinya
berbeda, penyampaian ke masyarakatnya juga akan berbeda.
Kebijakan perusahaan dalam memilih media partner maupun
pemasang iklan bisa menjadi sebuah faktor penting dalam penjualan.
Karena banyaknya iklan yang masuk bisa menjadi sebuah peluang agar
SCARF Magazine juga semakin dikenal dan promosinya pun menjadi
semakin mudah, tetapi kebijakan perusahaan dalam membatasi dan
memilih secara teliti iklan yang masuk harus tetap dilakukan meskipun
tidak jarang banyak klien yang kurang berkenan. Artinya dalam menghadapi
era pasar bebas yang kompetitif atau persaingan yang kian menajam dalam dunia
bisnis tersebut, maka target atau sasaran marketing public relations harus lebih
diarahkan kepada kepentingan konsumen. Selain contoh kasus yang perlu di
evaluasi dari kebijakan perusahaan tersebut, adanya komunikasi yang tidak
sejalan tidak hanya terjadi kepada pembaca tetapi juga dengan pemasang
iklan yang mau produknya ditampilkan di SCARF Magazine menjadi
tugas penting untuk SCARF Magazine. Intinya apa yang disampaikan oleh
SCARF Magazine harus sampai dengan baik ke pembaca serta media
partner dan pemasang iklan yang mendukung penuh dalam hal penjualan
SCARF Magazine. Serta pembaca dan media partner mesti tau segmentasi
dari SCARF Magazine dan memahami kebijakan perusahaan tersebut, ini
merupakan tugas besar dari tim marketing public relations agar bisa
menjelaskan sasaran penjualan SCARF Magazine ini seperti apa. Agar
masyarakat juga mengerti jika SCARF Magazine tidak sepenuhnya bisa
disamakan dengan majalah fashion lainnya.
80
Pada tahap evaluasi ini SCARF Magazine dapat membaca masalah
yang dihadapi, pertama persaingan media online membuat SCARF
Magazine harus peka terhadap kehadiran new media, kedua adanya
kompetitor di industri media cetak membuat SCARF Magazine harus
memiliki produk unggul, kualitas kertas yang baik serta isi majalah yang
menarik, serta tim promosi yang cekatan dengan kondisi sekitar.
Dalam tahap ini SCARF Magazine membuat rincian setiap iklan nya
yang masuk per volume bisa mencapai 20 iklan, dan keuntungan yang
SCARF Magazine raih bisa mencapai lebih dari Rp. 178.000.000.- SCARF
Magazine juga mengalami peningkatan dalam hal penjualan sejak tahun
2015 yaitu dari 30.000 eksemplar, menjadi 35.000 eksemplar berarti
terdapat kenaikan 5000 eksemplar pertahun. Hal ini membuktikan jika
SCARF Magazine berhasil mendapatkan peningkatan penjualan serta
meningkatnya permintaan konsumen, dan juga sebagai bukti nyata jika
program yang selama ini dilaksanakan sukses mencapai tujuan yang
diharapkan yaitu mendapatkan citra baik dari masyarakat dengan
penambahan penjualan yang tinggi, pengakuan produk yang memenuhi
kebutuhan konsumen, serta mempertahankan loyalitas pembaca lama.
Strategi yang digunakan yaitu Pull Strategy, Push Strategy dan Pass
Strategy merupakan strategi yang tepat bagi SCARF Magazine untuk
mencapai tujuan diharapkan. Serta upaya – upaya yang dilakukan SCARF
Magazine untuk mendapatkan yang diinginkan juga akan terus
ditingkatkan secara berlanjut.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan yang telah diuraikan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Strategi marketing public relation SCARF Magazine dalam
meningkatkan oplah penjualan yaitu yang pertama, strategi menarik
(pull strategy). SCARF Magazine melakukan strategi ini dengan cara
mengadakan event rutin yang membahas topik menarik seputar bisnis,
wanita ataupun self upgrade. Dengan adanya event ini, SCARF
Magazine bisa secara langsung promosi dan lebih dekat dengan
pembaca, media partner, dan konsumen lainnya yang membantu
meningkatkan eksistensi serta penjualan dari SCARF Magazine itu
sendiri.
Lalu yang kedua adalah strategi mendorong (push strategy). Strategi ini
dilakukan untuk mendorong konsumen agar tetap loyal dengan SCARF
Magazine. Menjalin hubungan dengan media membuat penjualan
SCARF Magazine semakin meningkat. Seperti hal nya menjalin
hubungan baik dengan toko buku Gramedia, dengan kerja sama ini
SCARF Magazine akan lebih mudah ditemuin di seluruh Indonesia
bahkan ke pelosok. Dengan strategi ini SCARF Magazine secara agresif
mempromosikan produknya kepada konsumen atau masyarakat.
82
Dan yang ketiga ada strategi mempengaruhi (pass strategy) yaitu
sebagai upaya mempengaruhi opini publik yang menguntungkan bagi
SCARF Magazine melalui program – programnya yaitu memberi
Award, atau hadiah yang diberikan dengan cara mengikuti kuis yang
diadakan pada setiap Volume. Ada juga program khusus yang
diadakan di moment khusus seperti Anniversary. Atau juga menyewa
artis untuk cover majalah, artis yang dijadikan cover pun artis yang
sedang terkenal. Ada beberapa strategi tambahan yang digunakan
marketing public relations SCARF Magazine dalam meningkatkan
penjualannya yaitu strategi memperkuat brand. Banyak majalah
serupa yang memiliki segmentasi hampir mirip, disini SCARF
Magazine memperkuat brand nya dengan menjaga kualitas isi majalah
dengan segmentasi wanita dewasa usia kerja dan kualitas foto yang
baik. Kemudian strategi dalam menjaga citra positif perusahaan,
penting dilakukan untuk menjaga kepercayaan baik dari pembaca
maupun media partner.
2. Upaya yang dilakukan SCARF Magazine dalam meningkatkan oplah
penjualan adalah melakukan pengorganisasian tim kerja, dimana
dalam upaya ini terdapat langkah – langkah yang harus dikerjakan
oleh masing – masing divisi. Kedua meningkatkan promosi, bentuk
promosi yang dilakukan SCARF Magazine berupa iklan, events, dan
community network, pemanfaatan new media juga membantu dalam
upaya meningkatkan promosi. Lalu yang ketiga ada evaluasi, ini
merupakan tahap terpenting dalam suatu program perencanaan. Dalam
83
tahap ini SCARF Magazine dapat mengetahui apakah program
berjalan sesuai yang diharapkan atau tidak. SCARF Magazine
mengadakan evaluasi program kerja secara besar – besaran hanya
setiap setahun, akan tetapi tidak menutup kemungkinan melakukan
evaluasi di setiap edisi terbit.
B. Saran
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang diperoleh, maka ada
beberapa saran yang penulis dapat berikan sebagai bahan pertimbangan
kepada SCARF Magazine, sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu media cetak bersegmentasi fashion wanita
terbesar di Indonesia, Marketing Public Relations SCARF Magazine
harus meningkatkan komunikasinya kepada konsumennya.
2. Marketing Public Relations harus lebih memaksimalkan tahap
Action and Communications yaitu meningkatkan promosi dan
memperbaiki program – programnya dalam strategi marketing public
relations untuk meningkatkan oplah penjualan dan menarik para calon
pelanggan.
Daftar Pustaka
BUKU
Amin, S. M. (2009). Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
Amir, M. (1999). Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam. Jakarta: PT
Logos Wacana Ilmu.
Ardianto, E. (2011). Handbook Of Public Relations. Jakarta: Simbiosa Rekatama
Media.
Bungin, B. (2005). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Prenada Media.
Butterick, K. (2012). Pengantar Public Relations: Teori dan Praktik. Penerjemah
Nurul Hasfi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Canggara, H. H. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
david, F. R. (2002). Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Penhalindo.
Dipa, I. (2013). Twitter Is Money. Jakarta: Mediakita.
Effendi, K. (n.d.). Ensiklopedia Pers Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Effendy, O. U. (1992). Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Effendy, O. U. (2007). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Elvinaro Ardianto, d. (2007). Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Refika
Offset.
Hamid Nasuhi, d. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah. Jakarta: Ceqda.
Hariyono, F. A.–H. (2006). Kamus Lengkap 3 Bahasa (Arab – Indonesia –
Inggris) . Surabaya: Gitamedia Press.
Jefkins, F. (1997). Periklanan. Jakarta: Erlangga.
Jefkins, F. (2014). Public Relations, edisi kelima (alih bahasa Haris Munandar).
Jakarta: Erlangga.
Jenu Widjaja Tandjung, T. P. (2013). Stop Promotion, Start Communication.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Kriyantono, R. (2008). Public Relations Writing. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Mahiddin Mahmud, A. R. (2007). Manajemen Humas. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Moleong, L. J. (2000). Metodologi Peneitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mondry, M. S. (2008). Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Morissan, M. (2014). Manajemen Public Relations. Jakarta: Kencana
Prenadamedia.
Nadzir, M. (1985). Metodelogi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nasional, D. P. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Nasrullah, W. S. (2011). Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public Relations
di Era Cyber. Depok: Gramata Publishing.
P. Joko, S. (1997). Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Perdagangan, T. P. (2014). Jakarta: E-book : Panduan Media Sosial untuk
Kementrian Perdagangan RI.
Putra, R. M. (2007). MEDIA CETAK Bagimana Merancang dan Memroduksi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Quail, D. M. (1987). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga.
Renaningtyas, L. (2013). Instagram Sebagai Media Komunikasi.
Ruslan, R. (2002). Marketing Public Relations. Jakarta: PT. Grasindo.
Ruslan, R. (2005). Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta:
PT. Rajagraffindo Persada.
Steiner, G. A. (1997). Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (PendekatanKualitatif,
Kuantitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Internet SCARF Magazine Company Profile diakses pada 10 Januari 2016 melalui
http://scarfmagz.com/about/profile
Facebook Fanpage SCARF Magazine diakses pada 12 Maret 2016 melalui
http://facebook.com/scarfmagazine
Instagram Official SCARF Magazine diakses pada 12 Maret 2016 melalui
http://instagram.com/scarf_magz
Twitter Official SCARF Magazine diakses pada 12 Maret 2016 melalui
http://twitter.com/scarfmagazine
Youtube Official SCARF Magazine diakses pada 12 Maret 2016 melalui
http://youtube.com/scarfmagazine
DOKUMEN
Dokumen Resmi dari Riva Nur (Marketing Public Relation SCARF Magazine),
SCARF Magazine Company Profile Presentation
Jurnal Yuke Rahmawati. Manajemen Public Relations Sebagai Alat Etika Komunikasi
Dalam Bisnis Islam.
journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/download/1537/pdf diunduh pada
tanggal 21 Maret 2016
Lampiran 1
Gambar 1: Foto pertama merupakan foto Temi Sumarlin selaku Director dan Editor In
Chief
Gambar 2: . Foto kedua merupakan foto penulis dengan Riva Nur selaku Marketing PR
Gambar 3: Foto ketiga merupakan kegiatan evaluasi SCARF Magazine
Gambar 4: Foto keempat merupakan kegiatan kerja SCARF Magazine
Lampiran 2
Gambar 5: Annual Meeting Kreasi Kriya (SCARF Magazine)
Gambar 6: SCARFLOVERS dalam event breaktime office to office
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Riva Nur
Jenis Kelamin : Perempuan
Divisi : Marketing Public Relations SCARF Magazine
Tanggal : 29 Februari 2016
1. Kalau bicara masalah SCARF Magazine dari segi isi majalah, apa sih yang ditonjolkan
dari ciri khas majalah SCARF ini?
Jawab: Kita tentu punya segmentasi yang berbeda ya. Memang banyak majalah yang
membahas fashion, tapi kita beda. Kalau dilihat dari Laiqa itu kan lebih ke girly, terus
pastel. Kalau kita kan edgy, simple. Kalau ke laiqa itu lebih ke anak kuliahan, kalau
Scarf itu lebih mature. Terus juga ada majalah Noor yang lebih ke ibu rumah tangga.
Jadi beda sih, sudah jelas terlihat beda nya. Dari isi nya juga beda.
2. Apakah majalah SCARF mempunyai target konsumen khusus?
Jawab: Ya itu tadi karena kita kan segmentasi nya lebih ke mature ya jadi kebanyakan
pembaca kita itu wanita karir yang memang sudah berusia bukan remaja lagi ya.
Kalaupun masih ada anak kuliahan ya paling juga semester – semester akhir.
3. Berapakah dominan usia pembaca majalah SCARF yang pernah dianalisis sendiri oleh
tim majalah SCARF?
Jawab: Usia pembaca yang kita survey sih rata – rata itu 20 tahun sampai 35 tahunan
ya. Karena memang kita juga sering dipanggil ke acara kantor daripada ke acara
kampus atau sekolah- sekolah. Dan majalah kita juga gak terlalu banyak main warna.
Jadi lebih ke netral aja gitu.
4. Jika berbicara mengenai isi dari majalah, rubrik apa saja yang ada di SCARF?
Jawab: Kita punya fashion daily, fashion frame, fashion feature , fashion frame dan
wear it up. Ada juga gadget reference, dan cerita inspiratif dari model yang kita jadikan
cover.
5. Dari hasil tim survey apa saja sih rubrik yang paling digemari pembaca?
Jawab: Fashion sih tentu nya. Fashion reference, trus juga event – event. Karena disitu
kan kita kasih pembaca untuk refrensi fashion tiap hari nya. Jadi biasanya yang sering
dicari ya itu. Ciri khas kita kan juga fashion jadi ya pasti review fashion gitu yang
paling dibahas.
6. Bagaimana strategi marketing PR majalah SCARF melakukan peningkatan penjualan?
Jawab: Kalau ditanya strategi yang kita pake sih melalui event ya. Kalau diperhatiin,
majalah yang paling sering ngadain event itu majalah SCARF. Kita hampir setiap
bulan ada event, terus juga ada event tahunan. Dalam sebulan kita bisa ada event
beberapa kali. Karena dari event itu kita bisa lebih dekat dengan pembaca yang udah
lama.. atau kita juga makin erat kan hubungannya sama klien, media partner. Jadi event
itu penting banget sih buat kita promosi majalah SCARF ini. Hampir tiap bulan kita
buat event. Ada yang event memang sebulan sekali, ada yang event tahunan, ada yang
per volume. Tergantung permintaan klien sih sebenernya dan banyaknya iklan yang
masuk. Karena majalah ini hadir perdua bulan, maka kita mensiasatinya dengan adain
banyak event buat makin dekat juga dengan pembaca. Ada event yang berjudul
“breaktime office to office” dimana kita yang datangin kantor buat ngadain acara di
kantor yang daftarin diri tersebut. Banyak juga sih yang daftarin kantor nya buat kita
datangin, karena narasumber dan topik pembicaraan kita kan juga gak sembarangan.
Ada juga event “SCARF Fest” kita adain biasanya 2 tahun sekali, isi nya selain ada
talkshow juga kita buka wadah untuk para designer muda yang memiliki bakat
dibidang design buat memperkenalkan ide nya pas event SCARF Fest itu. Kalau
biasanya majalah lain bikin acara fashion show lomba modelling gitu, kita ga akan ikut
– ikutan, kita akan coba buat acara yang beda yang banyak memberi manfaat dan bikin
kita deket juga ke pembaca.
7. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dari segi marketing dan promosi yang di
hadapi majalah SCARF?
Jawab: Penting buat kita ya punya social media kayak facebook, instagram, blog,
twitter karena terkadang klien kan juga butuh bukti nyata ya kalau penjualan kita itu
bagus, dan klien juga akan percaya untuk pasang iklan atau kerja sama dengan kita.
Terus juga selain untuk kerja sama dengan klien, kita menggunakan socmed juga untuk
komunikasi ke pembaca. Gak jarang ya pembaca memberi masukan dan komentar
lewat social media, dan mereka juga tau acara atau event yang kita buat juga tau nya
dari social media kita kan pastinya. Social media memang bisa menjadi faktor
pendukung ya, tapi gak jarang bisa juga jadi faktor penghambat. Karena kita ini kan
sasaran marketing nya lebih kepada face to face seperti event atau ke kantor langsung
menemui konsumen untuk semakin mempercayai konsumen juga, kalau di social
media ini terkadang orang gak banyak memahami apa yang kita update, apa yang kita
post, jadi suka ada misscommunication. Seperti tiba – tiba ada email masuk nanya soal
fashion show, padahal yang kita maksut itu bukan acara fashion show, tapi pencarian
designer. Jadi kan kita juga agak sulit ya menjelaskannya karena keterbatasan karakter
di social media itu. Tapi lebih keterbatasan komunikasi aja sih kalau di social media
yang jadi faktor penghambatnya tuh. Pernah ada satu contoh kasus ya, jadi waktu itu
ada yang mau pasang iklan ke kita tapi produk mereka itu baju bridal. Sedangkan
segmentasi kita ini kan baju kerja ya, edgy yang mature gitu. Nah tapi klien kita ini
maksa untuk minta di pasang iklannya, mungkin karena di majalah lain ada iklan baju
bridal juga kali ya, atau karena dianggep kita ini majalah fashion aja jadi bisa iklanin
segala hal berbentuk busana. Akibatnya kan iklan itu juga gak berkenan buat pelanggan
kita, kita dapet komen kenapa pasang baju pernikahan, dan penjualan si baju bridal itu
juga kurang, kasihan kan udah keluar biaya pasang iklan tapi gak ngaruh ke penjualan
dia maupun kita juga. Jadi pembelajaran banget deh tuh untuk kita lebih memperketat
pemilihan kerja sama atau iklan gitu. Karena kan kebijakan perusahaan kita ya seperti
itu, harus banget membatasi jenis iklan, walaupun seperti kasus diatas itu terlihat
sepele ya padahal sama – sama iklanin fashion, tapi segmen nya itu loh beda,
penyampaian ke masyarakatnya kan juga beda. Kalo udah kayak kasus diatas tuh udah
gak enak banget, biasanya penyelesaiannya kita akan promosiin iklan tersebut pas
timing nya tepat mungkin ketika event ada yang membahas pernikahan gitu.
8. Bagaimana bentuk promosi yang dijalankan majalah SCARF untuk memperkenalkan
produknya?
Jawab: Event tentu aja. Karena kalau kalian liat pasti majalah yang event nya paling
banyak itu majalah Scarf. Kita hampir tiap bulan itu pasti ada event ya, terus juga ada
event tahunan. Dimana event itu kita gunakan untuk makin memperkuat relasi antara
pembaca, pemasang iklan dan klien media kita. Karena kan majalah kita juga terbit per
dua bulan. Jadi dengan event nya rutin ini ngebantu banget buat kita tetap eksis.
9. Apakah tim promosi majalah SCARF menjalin relasi dengan media di luar?
Jawab: Itu sih pasti. Karena untuk penjualan majalah kita itu, kita butuh banget
bantuan media dari radio, televisi, itu pasti banget kita jalin relasi dengan media itu.
Jangka waktu kerja sama nya misalkan setahun, pasti aku jaga banget. Misalkan di
radio itu punya acara apa, akan kita masukin ke majalah, dan kita buat event apa juga
akan di on air in di radio. Atau kalau kita ada event, media relasi nya juga biasanya
lebih banyak buat promosiin kita. Ada juga community kayak hijabers gitu yang pasti
banget harus kita keep karena kan yang bantu acara kita juga mereka kan. Buat event
gitu pasti mereka bantu kita juga buat nge blast info. Kita ada kerja sama dengan
Gramedia. Karena Gramedia itu kan udah seluruh Indonesia, jadi di kota manapun
pasti ada. Majalah kita juga jadi bisa lebih mudah ditemui dengan adanya kerja sama
dengan Gramedia ini. Terus juga kerja sama dengan radio, atau televisi itu harus banget
wajib banget. Biasanya kerja sama yang kayak gitu kita kontrak setahun, atau enam
bulanan tapi semakin lama kontrak semakin bagus kan. Kayak misalkan di radio itu
ada acara apa yang memang cocok segmentasi nya sama kita, kita masukin di majalah,
dan nanti kalau kita ada acara atau event gitu juga pasti di promosiin di radio itu. Aku
sih menjaga banget hubungan baik dengan media ya, kayak radio tv gitu apalagi kalo
segemntasinya sejalur ya. Contohnya seperti Woman Radio, terus ada juga Hijabenka,
ada juga Cantik.com itu kan contoh – contoh hubungan kerjasama kita sama yang
memiliki segementasi yang sejalur karena sama – sama seputar perempuan. Tapi ada
juga yang umum seperti Republika juga bukan penghalang SCARF untuk merangkul
dari kalangan media manapun.
10. Berapa jumlah iklan yang masuk ke majalah SCARF pada setiap edisinya?
Jawab: Karena kita kan perdua bulan ya jadi iklan yang masuk juga gak tentu jumlah
nya. Lumayan banyak juga, dan iklan yang di majalah sama event tuh beda. Kalau
misalkan jumlah nominal kita bisa dapat 175juta untuk dari iklan aja sih. Tapi kalau
jumlah iklan nya sendiri ga nentu karena banyak juga kan bisa 20 iklan per edisi atau
kadang aku kontrak setahun atau kadang per enam bulan. Ya ganti – ganti juga kan.
11. Apakah ada kriteria khusus untuk pemasang iklan di majalah SCARF? Apakah SCARF
memberi jumlah batasan iklan yang masuk?
Jawab: Kalau pasang iklan sih kita ga asal milih iklan banget. Karena berdasarkan
pengalaman, walaupun kita ini majalah urban fashion tapi kita juga gak mau
sembarang ambil iklan yang walaupun iklan baju atau kerudung gitu. Kita juga liat
segmetasi nya. Apa iklan itu sesuai sama umur pembaca majalah kita, apakah iklan itu
penjualannya juga baik. Karena misalkan kita mau iklanin event trus kita ga teliti buat
ngeliat event itu nanti bisa – bisa zonk juga. Kita pasang iklan yang sama – sama gak
kasih untung
12. Mengenai harga, apakah majalah SCARF pernah ada kenaikan atau penurunan harga
(berapakah?)
Jawab: Gak pernah sih kita konsisten dari awal pasang harga 50.000 karena menurut
kita worth it juga dengan segmentasi wanita yang rata – rata sudah berpenghasilan,
terus dengan ilmu yang kita kasih ya itu sesuai lah gak terlalu memberatkan juga.
Lagipula kan kualitas gambar dan foto yang kita kasih juga bagus, jenis kertas kita juga
beda.
13. Berapa cetak jumlah majalah SCARF yang dikeluarkan tiap edisi nya?
Jawab: Tiap edisi yang kita keluarkan itu perwilayah 35.000 eksemplar. Kita sebar ke
gramedia aja yang ada di tiap kota. Dari tahun 2012 sampai 2015, sekarang naik 5
eksemplar.
14. Bagaimana cara majalah SCARF menjaga komitmen terhadap konsumen? Agar
konsumen tetap loyal dengan majalah SCARF melihat begitu cepatnya perubahan
selera konsumen dari waktu ke waktu?
Jawab: Ya kalau kita sih pas event, kita undang mereka, trus kasih bonus – bonus
juga. Kayak kasih message ayo SCARFLOVERS yang mau ikut event, kita undang
karen kan kita juga ada data nya kan siapa aja yang sering dateng. Kita dahulukan lah
pokoknya. Kalau masalah selera konsumen kita tetap pada visi misi kita pertama sih
kalau ikutin konsumen kayaknya ga akan ada habisnya, karena banyak banget mau nya
kan. Kalau kecuali ada masukan seperti volume kita ada masukan, kita bisa perbaikin
apalagi yang membangun.
15. Bagaimana cara majalah SCARF menjalin komunikasi dengan pembaca?
Jawab: Selain social media ya event. Karena majalah yang paling banyak event nya itu
SCARF kali ya. Karena kita sangat welcome sih ya sama klien, pembaca, tetap harus
dekat dengan konsumen. Di event juga kita ngadainnya kan di ballroom, di cafe juga
yang gampang ke jangkau.
16. Bagaimana SCARF mengetahui apa saja yang sedang diinginkan pembaca saat ini?
Jawab: Biasanya sih pembaca itu suka email kita “SCARF gini gini dong” dan kita
tampung sih, kalau bisa kita wujudin ya kita lakui tapi kalau masukan yang belum bisa
kita laksanain ya kita pending dulu.
17. Bagaimana majalah SCARF menjaga citra positif perusahaan sebagai majalah urban
fashion muslim?
Jawab: Kalau sudah banyak dikenal, banyak dipercaya orang – orang, penting banget
buat kita jaga citra positif. Apalagi kan kita majalah fashion muslim ya, isi nya juga
cukup sensitif. Gimana gambar yang kita tonjolkan itu jangan sampai menuai
kontroversi. Kita ngejaga banget kalau yang kita tampilkan ini masih sesuai syariat
islam, terus juga dari pemilihan mix and match busana itu harus yang jangan sampai
gak pantes buat perempuan berjilbab. si model yang kita tampilkan juga jangan sampai
gambarnya pose nya itu mengundang hal – hal yang gak bener, atau pose nya seperti
mengundang nafsu itu jangan sampai seperti itu ya. Kita jaga banget kualitas dari isi
majalah kita menghindari banget ada yang komplain “kok ini majalah islam tapi
gambarnya seperti ini sih” kita menghindari banget ada kalimat yang seperti itu.
Walaupun kita segmentasi nya buat majalah khusus dakwah ya, tapi disini kita
mencoba untuk menyisipkan pesan dakwah, bagaimana berdakwah melalui busana.
Bagaimana kita menampilkan Islam itu Indah, berhijab itu cantik. Dan majalah kita ini
juga sudah ada di luar negeri ya khususnya di Inggris, kita satu – satunya majalah
urban fashion yang diterima disana, jadi kita ngejaga banget dong nama Islam di
majalah kita itu agar orang di luar sana tau bahwa berhijab juga bisa modern tapi tetap
memegang nilai – nilai islam.