masalah gizi di indonesia

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah 1

Upload: merly-dyahikai

Post on 28-Dec-2015

43 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

text

TRANSCRIPT

Page 1: masalah gizi di indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat,

namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis

dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah

multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan

berbagai sektor yang terkait.

Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan

pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan

pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana

kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul

akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan

rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal

itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin

setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah

dan mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah

kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah

kesempatan kerja.

Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya

masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah

Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY),

masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-

kota besar. Pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1993, telah

terungkap bahwa Indonesia mengalami masalah gizi yang artinya sementara

masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh, udah muncul

masalah baru, yaitu berupa gizi lebih.

Disamping masalah tersebut di atas, diduga ada masalah gizi mikro

lainnya sepeni defisiensi Zink yang sampai saat ini belum terungkapkan,

1

Page 2: masalah gizi di indonesia

karena adanya keterbatasan Iptek Gizi. Secara umum masalah gizi di

Indonesia, terutama KEP, masih lebih tinggi daripada negara ASEAN lainnya.

Pada tahun 1995 sekitar 35,4% anak balita di Indonesia menderita KEP

(persen median berat menurut umur <80%). Pada tahun 1997, berdasarkan

pemantauan status gizi (PSG) yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi

Masyarakat, prevalensi KEP ini turun menjadi 23,1%. Keadaan itu tidak dapat

bertahan yaitu pada saat Indonesia mengalami krisis moneter yang berakibat

pada krisis ekonomi yang berkepanjangan. Pada tahun 1998, prevalensi KEP

meningkat kembali menjadi 39,8%. Demikan pula masalah KVA yang

diperkirakan akan meningkat karena masa krisis ekonomi yang

berkepanjangan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa saja masalah gizi pada masyarakat ?

1.2.2 Bagaimana penilaian status gizi ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mendeskripsikan masalah gizi pada masyarakat.

1.3.2 Mendeskripsikan cara mengatasi masalah gizi pada masyarakat.

2

Page 3: masalah gizi di indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Istilah Yang Berhubungan Dengan Gizi

Deswarni Idrus dan gatot Kunanto (1990), mengungkapkan bahwa ada

beberapa istilah yang berhubungan dengan gizi. Istilah-istilah tersebut akan

diuraikan dibawah ini.

2.1.1 Gizi (Nutrition)

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara nrmal melalui proses digersti, absorbsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan penegluaran zat-zat yang tidak digunakan

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari

organ-organ, serta menghasilkan energi.

2.1.2 Keadaan Gizi

Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan

penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan

fisiologi akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.

2.1.3 Status gizi (Nutrition status)

Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel

tertentu, atau perwujudan dari utriture dalam bentuk variabel tertentu.

Contoh : Gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya

pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.

2.1.4 Malnutrition (Gizi Salah, Malnutrisi)

Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif

maupun absolut satu atau lebih gizi.

Ada empat bentuk malnutrisi :

1. Under nutrition : Kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau

absolut untuk periode tertentu.

2. Spesific deficiency : kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan

vitamin A, Yodium, Fe , dll.

3

Page 4: masalah gizi di indonesia

3. Over Nutrition : kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.

4. Imbalance : karena disproporsi zat gizi, misalnya : kolesterol terhjadi

karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High

Density Lipoprotein) , dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).

2.1.5 Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang energi protein atau KEP adalah seorang yang kurang gizi

yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam

makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut

KEP apabila berat badanya kurang dari 80% indeks berat badan menurut

umur (BB/U) baku WHO-NCHS. KEP merupakan defisiensi gizi (energi

dan protein) yang paling berat dan meluas terutama pada balita. Pada

umumnya penderita KEP berasal dari keluarga yang berpenghasilan

rendah.

KEP pada orang dewasa disebabkan oleh kelaparan,pada saat ini

sudah tidak terdapat lagi. KEP berat pada orang dewasa dikenal sebagai

honger oedem . KEP pada saat ini terutama terdapat pada anak balita .

hasil analisis data antropometri di 27 provinsi yang dikumpulkan melalui

Susenas pada tahun 1989, 1992, 1995, 1998, dan 1999 dapat dilihat pada

Tabel 13.3. Analisis data dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat,

Departement Kesehatan dengan menggunakan indeks Simpangan Baku

(SB) terhadap rata – rata yang dikenal dengan istilah Z . score.

Tabel 13.3 Status Gizi Balita Indonesia (dalam %)

NO

 Tahun      

 

Status Gizi

1989 1992 1995 1998 19991 Gizi Buruk ( < - 3, 00 SB) 6,3 7,23 11,56 10,57 8,112 Gizi  Kurang (-3,00 SB hingga -2,00 SB) 31,17 28,34 20,02 19 18,253 Gizi Baik (-2,00 SB hingga + 2,00 SB) 61,67 63,17 65,21 67,23 69,06

Sumber : Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes , 1999

4

Page 5: masalah gizi di indonesia

Pravalensi gizi buruk (< - 3,00 SB) cenderung menigkat dari tahun 1989

hingga tahun 1995, yaitu 6,30 % (1989) menjadi 7, 25% (1992) dan 11,56%

(1995), akan tetapi menurun pada tahun 1998 dan 1999, yaitu 10,51% (1998) dan

8,11% (1999). Pravalensi gizi kurang (-3,00 SB hingga -2,00 SB) cenderung

menurun secara keseluruhan . Pravalensi gizi buruk / KEP berat tertinggi (> 10%)

pada tahun 1999 terdapat di 6 propinsi yaitu DI Aceh, Sumatra Utara , Sumatera

Barat, NTB,NTT, dan Kalimantan Barat. Pada umumnya KEP lebih banyak

terdapat di daerah pedesaan daripada di daerah perkotaan . di sampin kemiskinan,

faktor lain yang berpengaruh adalah, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan atau pemberian makanan sesdudah bayi

disapih serta tentang pemeliharaan lingkungan yang sehat.

Menurunnya pravalensi gizi buruk dan gizi kurang secara rata – rata ,

walaupun Indonesia mengalami krisis ekonomi sejak tahun 1997, diduga sebagai

akibat diselerenggarakannya program Jaringan Sosial Bidang Kesehatan (JPS-

BK) yang dikembangkan sejak tahun 1998, anatara lain dengan pemberian

makanan tambahan (PMP) kepada balita bermasalah melalui rumah sakit dan

puskesmas.

Anemia Gizi Besi (AGB)

Masalah anemia gizi di Indonesia terutama berkaitan dengan , kekurangan

zat besi (AGB) . Angka nasional prevalensi anemia gizi besi baru dikumpulkan

pada tahun 1989 melalui survei kesehatan rumah tangga (SKRT) untuk ibu hamil ,

sebesar 70%. SKRT tahun 1992 mencatat prevalensi AGB untuk ibu hamil

sebesar 63,5% dan balita 55,5% . data lebih lengkap diperoleh melalui SKRT

tahun 1995 , yaitu untuk semua kelompok umur, serta ibu hamil dan ibu menyusui

(lihat Tabel 13.4)

5

Page 6: masalah gizi di indonesia

Tabel 13.4 Prevalensi Anemia Gizi Besi tahun 1989, 1992, dan 1995 .

No Kelompok 1989 1992 19951 Balita - 55,5 40,52 Usia Sekolah - - 47,53 10 - 14 tahun - - 57,54 15 - 44  tahun - - 48,95 45 - 54 tahun - - 48,96 55 - 64  tahun - - 51,57 > 65 tahun - - 57,98 Ibu Hamil 70 63,5 50,99 Ibu Menyusui - - 45,1

Sumber : Dit. BGM Depkes (1999)

Gangguan Akibat Kekuranagn Iodium (GAKI)

Kekurangan iodium terutama terjadi di daerah pegunungan, dimana tanah

kurang mengandung iodium. Daerah GAKI merentang sepanjang Bukit Barisan di

Sumatra, daerah pegunungan di Jawa , Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi,

Maluku, dan Irian Jaya di daerah tersebut GAKI terdapat secara endemik. Pada

pemetaan GAKI pada anak sekolah yang dilakukan secara periodik sejak tahun

1989 melalui Survei Nasional GAKI oleh Departemen Kesehatan, tampak

kecenderungan rata-rata prevalensi gondok total/Total Goitre Rate (TGR). Bila

pada tahun 1989 rata-rata angka TGR adalah sebesar 37,2%, pada tahun 1992

turun menjadi 27,7%, pada tahun 1995 menjadi 18,0%, dan pada tahun 1998

menjadi 9.8%. Angka gondok nyata / Visible Goitre Rate (VGR). Pada tahun 1989

tercatat sebesar 9,3% dan pada tahun 1998 tercatat di NTT dan Maluku, GAKI

sedang (TGR 20,0% - 29,9%) di Sumatra Barat dan Sulawesi Tenggara. GAKI

tidak merupakan masalah kesehatan lagi (TGR<5%) di 9 provinsi yaitu Riau,

Jambi, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan

Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara. Provinsi selebihnya menunjukkan

prevalensi GAKI ringan (5%-19,9%).

6

Page 7: masalah gizi di indonesia

Tabel 13.5 Prevalensi GAKI Tahun 1989-1998

No. Tahun              Prevalensi

 

TGR* VGR**

1. 1989 37,2 9,3

2. 1992 27,7 6,8

3. 1995 18 -

4. 1998 9,8 -Sumber: Dit.BGM Depkes (1999)

*Total Goitre Rate

**Visible Goitre Rate

Kurang Vitamin A (KVA)

Kekurangan Vitamin A yang menyebabkan kebutaan , pada akhir Pembangunan Jangka Panjang (PJP) I sudah hampir tidak ada lagi. Hasil Susenas di 15 Provinsi rawan devesiensi Vitamin A menunjukkan, bahwa prevalensi KVA dengan indikator bercak Bitot (X 1B), yang pada tahun 1978 ada sebesar 1,3%, pada tahun 1992 turun menjadi 0,35% (lihat Tabel 13.6). Prevalensi ini berada di atas kriteria WHO guna menetapkan apakah KVA saat ini tidak merupakan masalah lagi. Tingkat yang lebih parah, xerosis kornea (X2), ulkus kornea (X3A), teratomalasia(X3B) dan parut kornea(XS), sejak tahun 1992 sudah tidak ditemukan lagi.

Tabel 13.6 Prevalensi

2.2 PENILAIAN STATUS GIZI SECARA LANGSUNG

Penilaian gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian

yaitu : Antropometri, klinis, bokimia, dan biofisik. Masing-masing penilaian

tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut.

2.2.1 Antropometri

1. Pengertian

7

Page 8: masalah gizi di indonesia

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau

dari sudut panjang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan

berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai

tingkat umur dan tingkat gizi.

2. Penggunaan

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan prottein dan energi. Ketidkseimbangan ini

terihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti

lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

2.2.2 Klinis

1. Pengertian

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting

untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi yang di hubungkan dengan

ketidakukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat dari jaringan epitel

(supervicial epithelial tissue) sepeti kulit, mata dan mukosa oral

atau pada organ-organ yang ekat dengan permukaan tubuh seperti

kelenjar tiroid.

2. Penggunaan

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis

secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini di racang untuk

mendeteksi secara cepat tansa-tanda klinis umum dari kekurangan

salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk

mengetahui tingkat status gizi seseorang degan melakukan

pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symtom) atau

riwayat penyakit.

2.2.3 Biokimia

1. Pengertian

8

Page 9: masalah gizi di indonesia

Penilian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang di uji secara laboratoris yang dilakukan pada

berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan

antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh

seperti hati dan otot.

2. Peggunaan

Metode ini digunakan ntu suatu peringtan bahwa

kemungkinan akan terjadi., keadaan malnitrisi yang lebh parah

lagi. Banyak gejala fisik yang kurang spesifik, maka pnetuan

kimia faali dapat lebih banya menolong untuk menentukan

kekurangan gizi yang spesifik.

2.2.4 Biofisik

1. Pengertian

Penentuan status gizi secara biofisik adalah penetuan status

gizi dengan melihat kemapuan fungsi (khususnya jaringan) dan

melihat perubahan struktur dari jaringan.

2. Penggunaan

Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti

kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara

yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

2.3 Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

survei konsumsi makan,statistik vital, dan aktor ekologi. Pengertian dan

penggunaan metode ini akan di uraikan sebagai berikut:

2.3.1 Survei Konsumsi Makanan

1. Pengertian

9

Page 10: masalah gizi di indonesia

Survei konsumsi makanan adalah metode penetuan status gizi

secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang

dikonsumsi

2. Penggunaan

Pengumpulan data konnsumsi makanan dapat memberikan

gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,

keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan

kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2.3.2 Statistik Vital

1. Pengertian

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah degan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka

kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat

penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

2. Penggunaan

Penggunaan dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator

tidak langsug pengukuran Status gizi masyarakat.

2.3.3 Faktor Ekologi

1. Pengertian

Bengoa mengungkapkan bahwa malutrisi merupakan masalah

ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan

lingkungan budaya . Jumlah makanan yang tersedia sangat

tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah , irigasi dan

lain – lain.

2. Penggunaan

10

Page 11: masalah gizi di indonesia

Pengukuuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk

mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar

untuk melakukan program intervensi gizi ( Schrimashaw, 1964).

Secara ringkas , penilaian status gizi dapat dilihat pada Bagan 2-1.

Setiap metode penilaian status gizi mempunyai kelebihan dan

kelemahan. Kelebihan dan kelemahan masing – masing metode

akan dibicarakan pada setiap Bab 3 ssampai dengan Bab 9 dalam

buku ini.

Berbagai contoh penggunaan penilaian status gizi, seperti antropometri ,

digunakan .untuk mengukur karakteristik fisik seseorang dan zat gizi yang

penting untuk pertumbuhan . Pemeriksaan klinis dan biokimia biasanya

diilakukan untuk melihat atau mengukur satu aspek dari status gizi seperti

kadar mineral dan atau vitamin.

Bagan 2-1. Metode Penilaian Status Gizi (Sumber: Disarikan dar

Jelliffe. D.B dan Jelliffe E.F Patrice, 1989.Community Nutrition

Assesment, Oxford University Press )

11

Penilaian Status Gizi

Pengukuran Langsung

Pengukuran Tidak Langsung

1. Antropometri2. Biokimia3. Klinis4. Biofisik

1. Survei Konsumsi 2. Statistik Vital3. Faktor Ekologi

Page 12: masalah gizi di indonesia

2.4 Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Memilih Metode Penilaian

Status Gizi

Hal mendasar yang perlu diingat bahwa setiap metode penilaian status

gizimempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dengan menyadari

kelebihan dan kelemahan tiap-tiap metode, maka dalam menentukan diagnosis

suatu penyakit perlu menggunakan beberapa jenis metode. Penggunaan satu

metode akan memberikan gambaran yang kurang komprehensif tntang suatu

keadaan.

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan daam memilih dan

menggunakan metode adalah sebagai berikut.

2.4.1 Tujuan

Tujuan pengukuran sangat perlu diperhatikan dalam mermilih metode,

seperti tujuan ingin mlihat fisik seseorang, maka metode yang digunakan adalah

antropometri. Apabila ingin melihat status vitamin dan mineral dalam tubuh

sebaiknya menggunakan metode biokimia.

12

1. Antropometri2. Biokimia3. Klinis4. Biofisik

1. Survei Konsumsi 2. Statistik Vital3. Faktor Ekologi

Page 13: masalah gizi di indonesia

2.4.2 Unit sampel

Berbagai jenis unit sampel yang akan diukur sangat mempengaruhi

penggunaan metode penilaian status gizi. Jenis unit sampel yang akan diukur

meliuti individual, rumah tangga/keluargga dan kelompok rawan gizi. Apabila

unit sampel yang akan diukur adalah kelompok atau masyarakat yang rawan gizi

secara keseluruhan maka sebaiknya menggunaakan metode antropometri, karena

metode ini murah dan dari segi ilmiah bisa dipertanggung jawabkan.

2.4.3 Jenis Informasi yang Dibutuhkan

Pemilihan metode penilaian status gizi tergantung pula dari jenis informasi

yang diberikan. Jenis informasi itu antara lain: asupan makanan, berat dan tinggi

badan, tingkat hemoglobin dan situasi sosial ekonomi. Apabila menginginkan

informasi tentang asupan makanan, maka metode yang digunakan adalah survei

konsumsi. Dilain pihak apabila ingin mengetahui tingkat hemoglobin maka

metode yang digunakan adalah biokimia. Membutuhkan informasi tentang

keadaan fisik seperti berat badan dan tinggi badan , sebaiknya menggunakan

metode antropomitri. Begitu pula apabila membutuhkan inormasi tentang situasi

sosial ekonomi sebaiknya menggunakan pengukuran faktor ekologi.

2.4.4 Tingkat reliabilitas Dan Akurasi yang Dibutuhkan

Masing-masing metode penilaian status gizi mempunyai tingkat reabilitas

dan akurasi yang berbeda-beda. Contoh penggunaan metode klinis dalam menilai

tingkatan pembesaran kelenjar gdok adalah sangat subjektif sekali. Penilaian ini

membutuhkan tenaga medis dan paramedis yang sangat terlatih dan mempunyai

pengalaman yang cukup dalam bidang ini. Berbeda dengan penilaian biokimia

yang mempunyai reabilitas dan akurasi yang sangat tinngi. Oleh karena itu apabila

ada biaya, tenaga dan sarana-sarana lain yang mendukung, maka penilaian status

gizi dengan biokimia sangat dianjurkan.

2.4.5 Tersedianya Fasilitas dan Peralatan

13

Page 14: masalah gizi di indonesia

Berbagai jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian

status gizi. Fasilitas tersebut ada yang mudah didapat dan ada pula yang sangat

sulit diperoleh. Pada umumnya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam

penilaian status gizi sacara antropometri relatif lebih mudah didapat dibandingkan

dengan peralatan penentuan status gizi dengan biokimia.

Pengadaan jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan, ada yang

diimport dari luar negeri dan ada yang didapat dari dalam negeri. Umumnya

peralatan yang diimport lebih mahal dibandingkan dengan yang produksi dalam

negeri.

2.4.6 Tenaga

Ketersediaan tenaga baik jumlah maupun mulutnya sangat mempengaruhi

metode penilaian status gizi. Jenis tenaga yang digunakan dalam pengumpulan

data status gizi antara lain: ahli gizi, dokter, ahli kimia, dan tenaga lain.

Penilaian status gizi secara biokimia memerlukan tenaga ahli kimia atau

analis kimia, karena menyangkut berbagai jenis bahan dan reaksi kimia yang

harus dikuasai. Berbeda dengan penilaian status gizi secara antropometri, tidak

memerlukan tenaga ahli, tetapi tenaga tersebut cukup dilatih beberapa hari saja

sudah menjalankan tugasnya. Kader gizi di posyandu adalah tenaga gizi yang

tidak ahli, tetapi dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, walaupun disana-sini

masih ada kekurangannya. Tugas utama kader gizi adalah melakukan pengukuran

antropometri, seperti tinggi badan dan berat badan serta umur anak. Setelah

mendapatkan data, mereka dapat memasukkan pada KMS dan langsung dapat

menginterpretasi data tersebut.

Penilaian status gizi secara klinis, membutuhkan tenaga medis (dokter).

Tenaga kesehatan lain selain dokter, tidak dapat diandalkan , mengingat tanda-

tanda klinis tidak spesifik untuk keadaan tertentu. Stomatitis anguler, sering tidak

benar di interpretasikan sebagai kekurangan ribiflavin. Keadaan ini di india

diakibatkan dari kebanyakan mengunyah daun sirih atau buah pinang yang banyak

mengandung kapur, yang dapat menyebabkan iritasi pada bibir.

14

Page 15: masalah gizi di indonesia

2.4.7 Waktu

Ketersediaan waktu dalam pengukuran status gizi sangan mempengaruhi

metode yang sangat digunakan. Waktu yang ada bisa dalam mingguan, bulanan,

dan tahunan. Apabila kita ingin menilai status gizi disuatu masyarakat dan waktu

yang tersedia relatif singkat, sebaiknya dengan menggunakan metode

antropometri. Sangat mustahil kita menggunakan metode biokimia apabila waktu

yaang tersedia sangat singkat, apalagi tidak ditunjang dengan tenaga, biaya dan

peralatan yaang memadai.

2.4.8 Dana

Masalah dana sangan mempengaruhi jenis metode yang akan digunakan

untuk menilai status gizi. Umumnya menggunakan metode biokimia relatif mahal

dibanding dengan metode lainnya. Penggunaan metode disesuaikan dengan tujuan

yang ingin dicapai dalam penilaian status gizi.

Jadi, pemilihan metode status gizi harus selalu mempertimbangkan status

tersebut di atas. Faktor-faktor itu tidak bisa berdiri sendiri, tetapi selalu saling

mengait. Oleh karena itu, untuk menentukan penilaian status gizi, harus

memperhatikan secara keseluruhan dan mencermati kelebihan dan kekurangan

tiap-tiap metode.

15

Page 16: masalah gizi di indonesia

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masalah gizi pada umumnya adalah masalah kesehatan masyarakat, dan

penyebabnya dipengaruhi oleh macam-macam  factor. Gizi kurang muncul karena

masalah pokok  antara lain kemiskinan, dan kurangnya pendidikan. Munculnya

permasalahan gizi dapat dilihat dari tidak seimbangnya antara pejamu, sumber

penyakit, dan lingkungan.

Status gizi adalah perwujudan dari keadaan tubuh yang dipengaruhi oleh

zat-zat gizi tertentu. Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi menjadi dua,

yaitu penilaian secara langsung dan secara tidak langsung.

16

Page 17: masalah gizi di indonesia

3.2 Saran

Sebaiknya, untuk mengurangi angka kematian akibat masalah-masalah gizi di

atas pemerintah mengadakan program yang lebih efektif dan berkesinambungan

seperti, meningkatkan upaya kesehatan ibu untuk mengurangi bayi dengan berat

lahir rendah, meningkatkan program perbaikan zat gizi mikro, meningkatkan

program gizi berbasis masyarakat,  dan memperbaiki sektor lain yang treakit erat

dengan gizi (pertanian, air dan sanitasi, perlindungan, pemberdayaan masyarakat

dan isu gender), sehingga sedikit demi sedikit angka-angka akibat masalah gizi di

atas dapat dikurangi.

DAFTAR PUSTAKA

Fajar, Ibnu – Bakri Bachyar, penilaian status gizi. Jakarta:EGC, 2001

17