masalah tinja dan sarana

Upload: teguh-r-perkasa

Post on 08-Mar-2016

47 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

masalah tinja dan sarana kesehatan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan prilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.Di negara berkembang, masih banyak terjadi pembuangan tinja secara sembarangan akibat tingkat sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan dibidang kesehatan lingkungan yang kurang, dan kebiasaan buruk dalam pembuangan tinja yang diturunkan dari generasi ke generasi.Kondisi tersebut terutama ditemukan pada masyarakat di pedesaan dan didaerah kumuh perkotaan. Seseorang umumnya menghasilkan 1,8 liter ekskreta sehari, yang terdiri dari 350 gram bahan padat kering, termasuk 90 gram bahan organik 20 gram nitrogen. hal ini memutuhkan pengelolaan ekskreta dengan baik dan ramah lingkungan.(Mara, 1994).Ditinjau dari segi kesehatan lingkungan, kotoran manusia dapat menjadi masalah yang sangat penting.Pembuangan tinja secara layak merupakan kebutuhan kesehatan yang paling diutamakan. Pembuangan tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan, karena penyakit yang tergolong waterborne disease akan mudah berjangkit.Oleh karena itu pada makalah ini akan membahas masalah pembuangan tinja dan sarana yang memenuhi syarat pembuangan tinja.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian TinjaTinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus digestifus). Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernafasan, keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya (Soeparman, 2002:11). Ekskreta manusia (human excreta) yang berupa feses dan air seni (urine) merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh (Chandra, 2007:124).

2.2. Karakteristik TinjaMenurut Azwar (1995:74) seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari sekitar 83 gram dan menghasilkan air seni sekitar 970 gram. Kedua jenis kotoran manusia ini sebagian besar berupa air, terdiri dari zat-zat organik (sekitar 20% untuk tinja dan 2,5% untuk air seni), serta zat-zat anorganik seperti nitrogen, asam fosfat, sulfur, dan sebagainya. Perkiraan komposisi tinja dapat dilihat pada tabel berikut (Soeparman, 2002):Perkiraan komposisi tinja tanpa air seni :Komponen Kandungan %Air 66-80Bahan organik (dari berat kering) 88-97Nitrogen (dari berat kering) 5,7-7,0Fosfor (sebagai P2O5) (dari berat kering) 3,5-5,4Potasium (sebagai K2O) (dari berat kering) 1,0-2,5Karbon (dari berat kering) 40-55Kalsium (sebagai CaO) (dari berat kering) 4-5C/N rasio (dari berat kering) 5-10

Selain kandungan komponen-komponen di atas, pada setiap gram tinja juga mengandung berjuta-juta mikroorganisme yang pada umumnya tidak berbahaya bagi kesehatan/ tidakmenyebabkan penyakit.Namun tinja potensial mengandung mikroorganisme patogen, terutama apabila manusia yang menghasilkannya menderita penyakit saluran pencernaan makanan (enteric orintestinal disesases).Mikroorganisme tersebut dapat berupa bakteri, virus, protozoa, ataupun cacing-cacing parasit.Coliform bacteria yang dikenal sebagai Echerichia coli dan Fecal stretococci (enterococci) yang sering terdapat di saluran pencernaan manusia, dikeluarkan dari tubuh manusia dan hewan-hewan berdarah panas lainnya dalam jumlah besar rata-rata sekitar 50 juta per gram (Soeparman, 2002)).

2.3.Metode Pembuangan Kotoran Manusia (Tinja)

Metode pembuangan kotoran manusia secara umum dapat dibagi menjadi dua, unsewered area dan sewered area.

1. Unsewered AreasMetode unsewered area merupakan suatu cara pembuangan tinja yang tidak menggunakan saluran air dan tempat pengolahan air kotor. Di dalam metode ini, terdapat beberapa pilihan cara, antara lain :

a. Jenis Layanan (sistem conservacy) (Service type (conservacy system) )

b. Jenis non-layanan (kakus) (Non-service type (sanitary latrines) ).1) Bore lubang jamban (Bore hole latrine)2) Jenis segel air kakus (Dug well or pit latrine)3) Sumur gali atau lubang jamban (Water seal type of latrines) PRAI type RCA type4) Septic tank5) Aqua privy6) Chemical closet

c. kakus cocok untuk kamp dan penggunaan sementara (latrines suitable for camps and temporary use).1) Jamban Dangkal (Shallow trench latrine)2) Jamban Dalam (Deep trench latrine)3) Pit jamban (Pit latrine)4) lubang jamban (Bore hole latrine)

a. Service Type (Conservancy System)

Metode pengumpulan tinja dari ember-ember khusus oleh manusia disebut service type dan kakusnya disebut service latrines. Kotoran diangkut ke pembuangan akhir dan dimusnahkan dengan metode composting dan ditanam dalam lubang yang dangkal. service latrines selain selain tidak sehat juga dapat menyebabkan pencemaran yang tentunya memfasilitasi siklus penyakit yang ditularkan melalui feses (faecalborne). Kotoran di dalam lubang dangkal itu mudah diakses oleh lalat dan kemungkinan menyebabkan pencemaran pada tanah dan air. Ember dan wadahnya mudah mengalami korosi dan perlu sering diganti. Operasi pengosomgan ember tidak selalu memuaskan, disamping adanya kesulitan untuk mengumpulkan pekerja yang cocok yang diperlukan dalam pengumplan tinja. Karena kesulitan tersebut, sebaiknya di pergunakan sistem sanitary latrines di dalam pembuangan kotoran manusia.

b. Non-Service Type of Latrines (Sanitary Latrines)

Di dalam sistem sanitary latrines ini, ada beberapa teknik yang dapat kita gunakan, Antara lain :

1) Lubang Jamban (bore hole latrine)Bore hole latrine terdiri dari lubang dengan diameter 30-40 cm yang digali secara vertikal ke dalam tanah dengan kedalaman 4-8 m, paling sering 6 m. Alat khusus yang disebut auger dibutuhkan untuk menggali lubangnya. Pada tanah yang lunak dan berpasir, lubang dilapisi dengan bambu untuk mencegah agar tanahnya tidak runtuh. Plat dengan lubang di tengah dan lubang untuk berpijak diletakkan di atas lubang hasil pengeboran tersebut. Sistem ini ditujukan bagi keluarga yang beranggotakan 5-6 jiwa dan dapat dipakai selama 1 tahun. Cara ini juga sesuai untuk keluarga tetapi tidak sesuai untuk umum karena kapasitasnya kecil. Jika isinya sudah mencapai 50 cm dari permukaan tanah, plat dapat diangkat dan lubang ditutup dengan tanah. Lubang baru dapat dibuat kembali dengan cara yang sama. Kotoran dalam lubang akan dipurifikasi oleh bakteri anaerobik yang akan mengubahnya menjadi massa yang tidak berbahaya.

Keuntungan dari kakus bore hole ini antara lain :Tidak memerlukan pembersihan setiap hari untuk memindahkan tinja.Lubangnya gelap dan tidak cocok bagi lalat untuk berkembang biak. Bila lokasinya 15 m dari sumber air, tidak akan menimbulkan pencemaran pada air.

Sistem ini sekarang tidak cocok lagi karena beberapa alasan berikut : Lubang tersebut cepat penuh karena kapasitasnya kecil. Alat khusus (auger) yang dibutuhkan untuk membuatnya tidak selalu tersedia. Banyak tempat yang lapisan tanahnya lunak sehingga sulit menggali lubang lebih dalam dari 3 meter. Selain itu, banyak juga daerah yang berair dan memiliki lapisan permukaan yang lebih tinggi sehingga pembangunan sistem semacam ini justru dapat mencemari permukaan tanah.

2) Sumur gali jamban (Dug well latrine)Dug well latrine merupakan pengembangan dari bore hole latrine. Metode ini dilakukan dengan cara membuat lubang berdiameter sekitar 75 cm dengan kedalaman 3-3,5 m. Di daerah dengan tanah berpasir, kedalamannya 1,5-2 m. Lubang dapat dilapisi dengan bambu untuk mencegah runtuhnya tanah. Setelah plat dipasang di atas lubang, lubang ditutup dengan super structure (rumah-rumahan), manfaat tipe ini, antara lain :Mudah dibuat dan tidak membutuhkan alat khusus seperti auger.Bisa digunakan lebih lama karena kapasitasnya lebih besar yaitu selama 5 tahun untuk 4-5 orang.Bila lubang telah penuh, lubang baru dapat dibuat. Kerja dug well latrine ini sama dengan bore hole latrine, yaitu secara anaerob digestion.

3) Sumur gali atau lubang jamban (Water Seal Type of Latrine)Water seal ini dibuat untuk dua fungsi penting, yaitu mencegah kontak dengan lalat dan mencegah bau busuk. Sistem ini lebih bisa diterima oleh masyarakat desa daripada sistem bore hole latrine.

Keuntungan kakus jenis ini, antara lain :Memenuhi syarat estetika.Dapat ditempatkan di dalam rumah karena tidak bau sehingga pemakaiannya lebih praktis.Aman untuk anak-anak.

Adapun persyaratan di dalam penerapan sistem water seal latrine, antara lain :Lokasinya sekitar 15 m dari sumber air dan sebaiknya berada pada daerah yang lebih rendah dari sumber air untuk mencegah kontaminasi bakteri pada sumber air.Memiliki plat untuk jongkok dibuat dari bahan yang mudah dicuci, cepat bersih, dan kering. Plat ini terbuat dari beton/semendengan ukuran 90 x 90 x 5 cm. Ada kemiringan 0,5 inci pada wadahnya untuk memudahkan aliran ke dalam kakus.Memiliki wadah (pan) yang ditujukan untuk menampung tinja, urine dan air. Panjangnya 42,5 cm, lebar bagian depan 12,5 cm dan bagian yang terlebar adalah 20 cm.Memilik perangkap (trap) yang terbuat dari pipa dengan diameter 7,5 cm yang dihubungkan dengan pas di atas dan menyimpan air yang penting untuk water seal. Water seal adalah jarak antara titik tertinggi air didalam perangkap dan titik terbawah air ada pada permukaan atas perangkap. Kedalaman water seal pada RCA latrine adalah 2 cm. Water seal dapat mencegah bau dan masuknya lalat.Jika lubang yang digali terletak jauh dari plat tempat jongkok, dapat disiapkan sebuah pipa penghubung antara keduanya dengan diameter sekitar 7,5 cm dan panjangnya sekurang-kurangnya1 m serta berujung bengkok. Tipe ini disebut tipe indirect (tidak langsung). Pada tipe direct (langsung), pipa penghubung tidak digunakan. Tipe langsung paling baik pada daerah yang tanahnya keras dan tidak mudah runtuh. Tipe langsung lebih murah dan mudah dibuat serta memerlukan ruangan yang kecil. Kelebihan dari tipe indirect adalah bahwa jika lubang telah penuh, lubang kedua dapat dibuat hanya dengan mengubah arah pipa penghubung. Oleh karena itu, tipe indirect lebih disukai.Memiliki dug well latrine yang biasanya berdiameter sekitar 75 cm dengan kedalaman 3-3,5 cm. Pada tanah yang lembut dan memiliki kandunga air yang tinggi, bamabu dapat digunakan untuk mencegah runtuhnya tanah.Memiliki super structure (rumah-rumahan) yang sengaja dibangun untuk menyediakan kebebasan pribadi dan tempat berlindung.Di dalam pemeliharaannya, kakus ini hanya digunakan untuk kepentingan yang dimaksudkan dan tidak untuk pembuangan bahan-bahan lain. Platnya harus sering dibersihkan dan dijaga agar selalu kering dan bersih.

4) Septic TankSeptic tank merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan ekskreta untuk sekelompok kecil rumah tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat.

Desain utama dari septic tank antara lain :Kapasitas septic tank bergantung pada jumlah pemakai. Kapasitas 20-30 galon/orang dinjurkan untuk penggunaan rumah tangga. Kapasitas untuk rumah tangga itu tidak berlaku untuk septic tank yang ditujukan untuk kepentingan umum (kapasitas minimal 50 galon/orang).Ukuran panjang biasanya 2 kali lebar.Kedalaman lubang antara 1,5-2 m.Kedalaman cairan dianjurkan hanya 1,2 m.Ruangan udara minimal 30 cm di antara titik tertinggi cairan di dalam tank dengan permukaan bawah penutup.Dasar dibuat miring ke arah lubang pengeluaran.Memliki lubang air masuk dan keluar, terdapat pipa masuk dan keluar.Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama.Periode retensi septic tank dirancang selama 24 jam.

Mekanisme Kerja Septic Tank. Pertama, benda padat yang ada diuraikan oleh bakteri anaerob dan jamur menjadi senyawa kimia yang sederhana. Tahap pertama dalam proses purifikasi tersebut dinamakan anaerobic digestion. Cairan yang keluar melalui pipa pengeluaran disebut affluent. Cairan tersebut mengandung bakteri, kista, telur cacing dan bahan-bahan organik dalam bentuk cair maupun suspensi. Bahan-bahan organik kemudian dioksidasi menjadi hasil akhir yang stabil seperti nitrat dan air. Tahap tersebut dinamakan tahap oksidasi anaerobik. Kedua tahapan tersebut berlansung dalam septic tank. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan :Penggunaan air sabun dan desinfektan seperti fenol sebaiknya dihindari karena dapat membunuh flora bakteri di dalam septic tank.Penumpukan endapan lumpur mengurangi kapasitas septic tank sehingga isi septic tank harus dibersihkan minimal sekali setahun.Septic tank baru sebaiknya diisi dahulu dengan air sampai saluran pengeluaran, kemudian dilapisi dengan lumpur dari septic tank lain untuk memudahkan proses dekomposisi oleh bakteri.

5) Aqua Privy (Cubluk Berair)

Fungsi aqua privy sama dengan septic tank dan telah banyak digunakan di berbagai negara. Kakus ini memiliki bak yang kedap air. Bentuk tangkinya sirkuler atau rektanguler. Pembuatan kakus ini dilakukan dengan cara membuat lubang pada tanah dengan diameter 80-120 cm dan dalam 2,5-8 m. Dindingnya diperkuat dengan batu atau bata dan dapat ditembok agar tidak mudah runtuh. Lama pemakaian dapat mencapai 5-15 tahun. Jika tinja sudah mencapai 50 cm dari permukaan tanah, cubluk dipandang sudah penuh. Cubluk yang sudah pernuh ditimbun dengan tanah dan dibiarkan selama 9-12 bulan. Setelah itu, isi cubluk dapat diambil untuk digunakan sebagai pupuk, sedangkan lubangnya dapat dipergunakan kembali. Jika cubluk yang satu sudah penuh dan ditimbun, cubluk yang baru dapat dibuat. Tinja mengalami proses perifikasi berupa anaerobik digestion yang akan menghasillkan gas kotor. Dengan demikian perlu dibuat ventilasi untuk mengeluarkannya. Air yang keluar dari saluran pengeluaran berbahaya karena mengandung bahan-bahan tinja berbentuk suspensi yang dapat berisi agens parasit atau infeksi. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kakus semacam ini :Jangan pernah memasukkan desinfektan ke dalam kakus karena dapat mengganggu proses pembusukan yang emngakibatkan cubluk cepat penuh. Setiap minggu, kakus sebaiknya diberi minyak tanah untuk mencegah nyamuk bertelur di dalamnya.Agar tidak terlalu bau, kakus dapat diberi kapur barus.Kakus ini hanya baik dibangun di tempat yang banyak mengandung air.6) Closet kimia (Chemical Closet)Kloset ini terdiri dari tanki metal yang berisi cairan desinfektan (kaustik soda) yang juga ditambah dengan bahan penghilang bau. Tempat duduk diletakkan langsung diatas tanki. Tidak ada yang boleh dimasukkan ke dalam kloset kecuali kertas toilet. Jika air dimasukkan ke dalam kloset, cairan kimia yang ada di dalamnya akan mengalami pengenceran sehingga kloset tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Tinja dapat dicairkan dan disterilisasi dengan bahan kimia. Setelah beberapa bulan penggunaan kloset kimia, isi kloset harus dibuang. Chemical closet ini banyak digunakan dalam sarana transportasi, misalnya kereta api dan pesawat terbang.

c. Jamban Cocok untuk Camps dan Penggunaan Sementara (Latrines Suitable for Camps and Temporary Use)Kakus ini dipakai untuk kebutuhan sementara (perkemahan dan tempat pengungsian). Ada beberapa jenis kakus semacam ini, di antaranya :1) Jamban Dangkal (Shallow trench latrine)Kakus ini memiliki lebar 30 cm dan dalam 90-150 cm. Panjangnya bergantung pada jumlah penggunanya (sekitar 3-3,5 m untuk 100 orang). Saluran yang terpisah harus dibuat untuk laki-laki dan perempuan. Timbunan tanah harus tersedia di sisi setiap kakus karena setiap kali menggunakan kakus ini, penggunanya harus menutup sendiri kotorannya dengan tanah. Kakus ini ditujukan untuk penggunaan dalam waktu singkat. Jika isi saluran sudah mencapai 30 cm di bawah permukaan tanah, kakus ini harus ditutup. Jika perlu, dibuat saluran baru lagi.

2) Jamban Dalam (Deep trench latrine)Kakus ini digunakan dalam jangka waktu lebih lama yaitu beberapa minggu sampai beberapa bulan. Ukuran kedalamannya mencapai 1,8-2,5 m, sedangkan lebarnya 75-90 cm. Penyediaan tempat berjongkok akan bergantung pada kebiasaan setempat. Kakus ini dilengkapi dengan rumah kakus untuk privasi dan perlindungan.

2. Sewered AreasPada sistem pembuangan limbah cair yang menerapkan water carriage system atau sewerage system, pengumpulan dan pengangkutan ekskreta dan air limbah dari rumah, kawasan industri dan perdagangan dilakukan melalui jaringan pipa dibawah tanah yang disebut sewers ke tempat pembuangan akhir yang biasanya dibangun di ujung kota. Sistem tersebut merupakan metode di dalam pengumpulan dan pengangkutan kotoran manusia dari kota-kota yang berpenduduk padat.Terdapat 2 tipe sistem sewered areas antara lain :a. Sistem kombinasi (combined sewer)Pada sistem kombinasi, sewer membawa air permukaan dan air limbah dari rumah tangga dan lainnya dalam satu saluran.

b. Sistem terpisah (separated sewer)Pada sistem sewer terpisah, air permukaan tidak masuk ke dalam sewer. Sistem terpisah dianjurkan dan dewasa ini menjadi pilihan. Hambatan di dalam penerapannya adalah mahalnya biaya pembuatan sistem ini.Cara pembuangan tinja mempergunakan sistem saluran air (water carriage system) dan pengolahan limbah (sewage treatment) merupakan perwujudan persyaratan sanitasi yang harus dipenuhi dalam pembuangan tinja. Sistem Pengangkutan Air (Water Carriage System)Water carriage system memiliki elemen-elemen sebagai berikut :a. Sistem pipa bangunan (household sanitary fittings) water closet urinal wash basin

b. Saluran pipa pembuangan dari rumah (house sewers)Pembilasan toilet, saluran pembuangan dan air kotor memasuki saluran rumah melalui intermediate connection yang dikenal sebagai pipa tanah (soil pipe). Pipa tanah ini menghubungkan saluran pembuangan dari house fitting ke house drain (saluran rumah). Pipa itu juga berfungsi sebagai ventilasi luar (outlet ventilator) untuk gas-gas kotor. House drain biasanya berdiameter 10 cm dan terletak kira-kira 15 cm di bawah tanah. House drain akan menyebabkan kotoran mengendap sebelum masuk ke dalam pipa utama.

c. Pipa pembuangan di jalan (street sewer)Pipa utama ini berdiameter tidak kurang dari 22,5 cm sementara pipa yang lebih besar berdiameter 2-3 meter. Pipa ini diletakkan di atas semen kira-kira 3 m di bawah tanah. Pipa utama ini menerima kotoran dari beberapa rumah dan mengangkutnya ke pembuangan akhir.

d. Peralatan saluran (sewers appurtenance)Peralatan saluran ini terdiri atas manholes (lubang selokan) dan trap (perangkap) yang dipasang pada sistem pembuangan air kotor. Manholes merupakan bangunan yang bermuara ke dalam sewer system yang diletakkan pada titik pertemuan 2 sewer atau lebih dan pada jarak 100 m lurus. Lubang ini memungkinkan manusia masuk ke dalam saluran untuk memriksa, memperbaiki dan membersihkannya. Pekerja yang memasuki manholes dapat mengalami keracunan dan sesak nafas.Trap merupakan alat yang dirancang untuk mencegah masuknya gas-gas kotor ke dalam rumah dan untuk memisahkan pasir dan bahan-bahan lain dari saluran. Trap diletakkan dalam 3 situasi berikut :1) Di bawah basin (baskom) WC.2) Di titik masuknya permukaan air limbah ke dalam saluran.3) Di titik persambungan antara saluran rumah dan saluran umum.Instalasi pembuangan air kotor ini sangat kompleks dan membutuhkan pernecanaan, rancangan, konstruksi, operasi dan administrasi yang membutuhkan keahlian khusus. Namun, sistem ini dapat melayani satu generasi (30 tahun).

2.4.Syarat-Syarat Jamban Sehat Menurut Depkes RI (2007) dalam Sitinjak (2011), jamban yang memenuhi syarat adalah: 1. Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah dan air permukaan 2. Cukup terang 3. Tidak menjadi sarang serangga (nyamuk, lalat, lipan, dan kecoa) 4. Selalu dibersihkan agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap 5. Cukup lobang angin 6. Tidak menimbulkan kecelakaan

Syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan menurut Ehlers dan Steel adalah (Entjang, 2000): a. Tidak boleh mengotori tanah permukaan. b. Tidak boleh mengotori air permukaan. c. Tidak boleh mengotori air dalam tanah. d. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai tempat lalat bertelur atau perkembang biakan vektor penyakit lainnya.e. Kakus harus terlindung dari penglihatan orang lain. f.Pembuatannya mudah dan murah.

Agar persyaratan ini dapat terpenuhi maka perlu diperhatikan antara lain (Entjang, 2000) : a. Sebaiknya jamban tertutup, artinya bangunannya terlidung dari panas hujan, serangga dan binatang lain juga terlindung dari pandangan orang. b. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat serta tempat berpijak yang kuat. c. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pemandangan, tidak menimbulkan bau. d. Sedapat mungkin disedikan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih. e. Sebaiknya letak jamban dari sumber air bersih adalah kurang lebih 10 meter. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003): 1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut. 2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya. 3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya. 4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang-binatang lainnya. 5. Tidak menimbulkan bau. 6. Mudah digunakan dan dipelihara (maintanance). 7. Sederhana desainnya. 8. Murah. 9. Dapat diterima oleh pemakainya.

Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu diperhatikan antara lain hal-hal sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003): 1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang (privacy) dan sebagainya. 2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan sebagainya. 3. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, dan sebaginya. 4. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.

Bangunan kakus yang memenuhi syarat kesehatan terdiri atas (Entjang, 2000): 1. Rumah kakus: agar pemakai terlindung. 2. Lantai kakus: sebaiknya ditembok agar mudah dibersihkan. 3. Slab (tempat kaki memijak waktu si pemakai jongkok). 4. Closet (lubang tempat faeces masuk). 5. Pit (sumur penampungan faeces cubluk). 6. Bidang resapan.

2.5.Pemeliharaan Jamban

Cara Memelihara Jamban Sehat (Firmansyah, 2009): 1. Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan air 2. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih 3. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat 4. Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran 5. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)

2.6.Penentuan Letak Jamban

Bila ada kerusakan segera diperbaiki. Dalam penetuan letak jamban ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada (Nhyar, 2010):

1. Keadaan daerah datar atau lereng; Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur. Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir. 2. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam 3. Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau kapur. 4. Arah aliran air tanah Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata 10 meter.

Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan (Nhyar, 2010): 1. Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.2. Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir. 3. Mudah dan tidaknya memperoleh air

2.7.Pengelolaan Masalah Kotoran Manusia (Tinja)

Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan prilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.Tempat jamban dapat dipilih yang baik, sehingga bau dari jamban tidak tercium. Secara tersendiri dan ditempatkan di luar atau di dalam rumah dan berfungsi untuk melayani 1 sampai dengan 5 keluarga, atau untuk melayani orang-orang di tempat-tempat umum (terminal, bioskop, dan sebagainya).Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika.Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus atau WC. Syarat jamban yang sehat sesuai kaidah-kaidah kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Tidak memncemari sumber air minum2. Tidak berbau tinja dan tidak bebas dijamah oleh serangga maupun tikus.3. Air seni, air bersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah sekitar olehnya itu lantai sedikitnya berukuran 1 X 1 meter dan dibuat cukup landai, miring kearah lobang jongkok.4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannnya.5. Dilengkapi dengan dinding dan penutup6. Cukup penerangan dan sirkulasi udara.7. Luas ruangan yang cukup8. Tersedia air dan alat pembersih.

Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kebiasaan masyarakat. Tujuan program JAGA (jamban keluarga) yaitu tidak membuang tinja ditempat terbuka melaingkan membangun jamban untuk diri sendiri dan keluarga.Penggunaan jamban yang baik adalah kotoran yang masuk hendaknya disiram dengan air yang cukup, hal ini selalu dikerjakan sehabis buang tinja sehingga kotoran tidak tampak lagi. Secara periodic Bowl, leher angsa dan lantai jamban digunakan dan dipelihara dengan baik, sedangkan pada jamban cemplung lubang harus selalu ditutup jika jamban tidak digunakan lagi, agar tidak kemasukan benda-benda lain.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jarak jamban dan sumber air bersih adalah sebagai berikut :Kondisi daerah, datar atau miringTinggi rendahnya permukaan airArah aliran air tanahSifat, macam dan struktur tanah

Untuk mencegah, sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.Tidak mengotori air permukaan di sekitarnyaTidak mengotori air tanah di sekitarnya.Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatangTidak menimbulkan bau.Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance).Sederhana desainnya.MurahDapat diterima oleh pemakainya.

2.8.Pemanfaatan Kotoran Manusia

1. Pemanfaatan kotoran manusia sebagai pupuk tanamanKotoran manusia bukanlah limbah tak berguna. Sebuah lembaga organik Inggris menyatakan kotoran manusia dapat memainkan peran penting dalam mengamankan ketahanan pangan masa depan, misalnya membantu mencegah menurunnya hasil panen tanaman pangan, seperti gandum, yang sangat membutuhkan pupuk fosfor. "Diperkirakan hanya 10 persen dari 3 juta ton fosfor yang dikeluarkan oleh populasi manusia di dunia setiap tahun yang kembali ke tanah pertanian,* kata Asosiasi Pertanahan,badan sertifikasi organik terbesar di Inggris.Suplai fosfor yang cukup sangat penting bagi pembentukan biji, perkembangan akar, dan pematangan tanaman. Dulu, penduduk Eropa mengembalikan fosfor ke lahan pertanian melalui pemupukan menggunakan kotoran ternak dan manusia. Laporan Asosiasi Pertanahan meminta dilakukannya perubahan regulasi Uni Eropa agar mengizinkan penggunaan endapan pengolahan limbah, atau blosolid, pada lahan pertanian organik bersertiflkasi. Regulasi ini melarang penggunaan biosolid pada lahan pertanian organik karena dikhawatirkan ada efek racun dari logam berat yang disebabkan oleh kombinasi limbah kotoran manusia dengan produk limbah lain, semisal sampah pabrik.

2. Pemanfaatan kotoran manusia menjadi biogas

Biogas adalah suatu campuran gas-gas yang dihasilkan dari suatu proses fermentasi bahan organik oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen atau anaerobik (Sahidu, 1983). Biogas adalah gas yang dapat terbakar dari hasil fermentasi bahan organik yang berasal dari daun-daunan, kotoran hewan/manusia, dan lain-lain limbah organik yang berasal dari buangan industri oleh bakteri anaerob (Wijayanti, 1993).Biogas adalah bahan bakar berguna yang dapat diperoleh dengan memproses limbah (sisa) pertanian yang basah, kotoran hewan dan manusia atau campurannya, di dalam alat yang dinamakan penghasil biogas (Harahap dkk, 1980). Menurut Polprasert (1985), kandungan biogas tergantung dari beberapa faktor seperti komposisi limbah yang dipakai sebagai bahan baku, beban organik dari digester, dan waktu serta temperatur dari penguraian secara anaerobik. Walaupun terdapat variasi dalam kandungan biogas,Kandungan bahan organik di dalam limbah pertanian cukup besar, apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan estetika. Bahan organik terdiri dari senyawa-senyawa karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen, kadang senyawa sulfur, fosfor dan lain-lain.Kadar dan jenis bahan yang dapat menurunkan kualitas atau mencemarkan lingkungan sangat bervariasi tergantung dari jenis hasil pertanian itu sendiri namun secara garis besar, dapat dinyatakan bahwa limbah hasil pertanian mudah terurai secara biologis di alam (biodegradable) (Tugaswati dan Nugroho 1985).Tinja dan urin manusia tergolong bahan organik merupakan hasil sisa perombakkan dan penyerapan dari sistem pencernaan. Berdasarkan kapasitas manusia dewasa rataan hasil tinja 0,20 kg/hari/jiwa (Sugiharto 1987). Sama halnya dengan limbah organik lain, limbah manusia dapat digunakan sebagai sumberdaya yang masih jarang diungkapkan. Nutrisi kotoran manusia tidak jauh berbeda dibanding kotoran ternak.Kalaupun berbeda tentu akibat pola makan dan sistem pencernaan yang berbeda.Pola makan manusia lebih banyak memilih bahan makanan kurang berserat, protein lebih tinggi dan umumnya dimasak sebelum dikonsumsi, sedangkan ternak sebaliknya. Kotoran manusia memiliki keunggulan dari segi nutrisi, dimana nisbah karbon (C) dan nitrogen (N) jauh lebih rendah dari kotoran ternak (C/N rasio 6-10:18-30) (Sihombing 1988)Tinja berasal dari sisa metabolisme tubuh manusia yang harus dikeluarkan agar tidak meracuni tubuh. Keluaran berupa feses bersama urin biasanya dibuang ke dalam tangki septik. Lumpur tinja/night soil yang telah memenuhi tangki septik dapat dibawa ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja.Komposisi dan volume lumpur tangki septik tergantung dari faktor diet, iklim dan kesehatan manusia.

3. Pemanfaatan Pengolahan Jamban Pupuk (the Compost Privy)Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya. Disamping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah, daun-daunan. Prosedurnya adalah sebagai berikut :Mula-mula membuat jamban cemplung biasa.Dilapisan bawah sendiri, ditaruh sampah daun-daunan.Diatasnya ditaruh kotoran dan kotoran biinatang (kalau ada) tiap-tiap hari.Setelah kira-kira 20 inchi, ditutup lagii dengan daun-daun sampah, selanjutnya ditaruh kotoran lagi.Demikian seterusnya sampai penuh.Setelah penuh ditimbun tanah dan membuatt jamban baru.Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakkan pupuk tanaman

BAB IIIKESIMPULAN

Menjaga kesehatan lingkungan sangat penting salah satunya tinja yang ada di sekeliling kita. Untuk mencegahnya, sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, dengan memenuhi syarat-syarat jamban yang sehat.Manfaat pengelolaan tinja manusia yaitu dapat memotong jalur transmisi pada sumbernya serta dari segi estetika pemandangan, dan penciuman yang kurang sedap.