masbudi1.docx

26
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Kebudayaan Makassar” Adapun penulisan makalah ini merupakan tugas dari Prof. Dr. Abd. Rasyid Asba, M.A dalam mata kuliah Suku dan Kebudayaan Indonesia. Makalah ini tidak akan terselesaikan tepat waktu jika kami tidak mendapatkan bantuan dari beberapa pihak. Maka dari itu kami mengucapkan terima kasih atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari orang tua, dosen pembimbing dan teman – teman yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Makalah ini kami susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah wawasan mengenai suku Bugis Makassar. Adapun metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini adalah pengumpulan sumber informasi dari berbagai karya tulis. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang sebesar – besarnya kepada para pembaca. Tidak lupa, kami memohon maaf apabila dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dalam hal tata cara penulisan maupun konten makalah. Maka dari itu, kritik dan saran kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya. Makassar, September 2014 Tim Penyusun Daftar Isi Koveri Kata Pengantar1 Daftar Isi2 BAB 1 Pendahuluan3 Latar Belakang3 Rumusan Masalah3 Tujuan4

Upload: jihan

Post on 04-Jan-2016

50 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Masbudi1.docx

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Kebudayaan Makassar”Adapun penulisan makalah ini merupakan tugas dari Prof. Dr. Abd. Rasyid Asba, M.A dalam mata kuliah Suku dan Kebudayaan Indonesia.Makalah ini tidak akan terselesaikan tepat waktu jika kami tidak mendapatkan bantuan dari beberapa pihak. Maka dari itu kami mengucapkan terima kasih atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari orang tua, dosen pembimbing dan teman – teman yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.Makalah ini kami susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah wawasan mengenai suku Bugis Makassar. Adapun metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini adalah pengumpulan sumber informasi dari berbagai karya tulis.Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang sebesar – besarnya kepada para pembaca. Tidak lupa, kami memohon maaf apabila dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dalam hal tata cara penulisan maupun konten makalah. Maka dari itu, kritik dan saran kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya.

Makassar, September 2014

Tim Penyusun

Daftar Isi

KoveriKata Pengantar1Daftar Isi2BAB 1 Pendahuluan3

• Latar Belakang3• Rumusan Masalah3• Tujuan4

BAB 2 Pembahasan5• Sejarah suku Makassar 5• Adat Istiadat dan Stratifikasi Sosial Suku Makassar7• Kesenian dan Keagamaan Suku Makassar14• Budaya Hukum Suku Makassar14

BAB 3 Penutup• Kesimpulan• Saran

Daftar Pustaka

Page 2: Masbudi1.docx
Page 3: Masbudi1.docx

BAB 1PENDAHULUAN

• Latar Belakang

Dalam kehidupan bermasyarakat, budaya tidak bisa dilepaskan begitu saja walaupun saat ini sedang terjadi globalisasi yang secara langsung berdampak pada budaya. Masih banyak suku Indonesia yang memegang teguh kebudayaan daerah mereka. Hal ini dikarenakan budaya telah ada dan mengakar dalam kehidupan bersuku salah satunya adalah suku Makassar. Kebudayaan itu sendiri merupakan hasil dari karya manusia (buah pemikiran) yang digunakan untuk melengkapi kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupannya. Sehingga kebudayaan tersebut menjadi sesuatu yang melekat dan menjadi ciri khas dari mereka (suku tersebut).Suku Makassar masih memegang teguh prinsip dan adat suku mereka. Kebudayaan Makassar juga masih sering terlihat. Panjangnya sejarah perjalanan kebudayaan Makassar memiliki alur yang unik, yang mungkin hanya dapat diketahui melalui penelusuran yang tidak mudah.

• Rumusan Masalah

• Bagaimana sejarah suku Makassar ? • Bagaimana adat istiadat dan stratifikasi sosial suku Makassar ? • Apa saja kesenian dan keagamaan suku Makassar ? • Bagaimana budaya hukum suku Makassar ?

• Tujuan

• Mengetahui bagaimana sejarah suku Makassar.• Mengetahui bagaimana adat istiadat dan stratifikasi sosial suku Makassar.• Mengetahui apa saja kesenian dan keagamaan suku Makassar.• Mengetahui bagaimana budaya hukum suku Makassar.

Page 4: Masbudi1.docx

BAB 2PEMBAHASAN

• Sejarah Suku Makassar

Suku Makassar, adalah nama sebuah suku yang memiliki populasi besar di Sulawesi Selatan. Populasi suku Makassar diperkirakan lebih dari 2 juta orang.Orang Makassar menyebut diri mereka sebagai Mangkassara atau Mangassara. Orang Makassar tersebar mulai dari kota Makassar, kabupaten Gowa, Takalar, Je'neponto, Bantaeng, Bulukumba, Selayar, Maros, Pangkep serta ke luar wilayah Sulawesi Selatan, seperti di Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Selain itu penyebaran orang Makassar juga banyak ditemukan di Kalimantan Timur,Suku Makassar juga memiliki beberapa sub-suku yang tersebar di beberapa daerah lain, di Sulawesi Selatan dan daerah lain, termasuk ke wilayah provinsi lain. Kelompok sub-suku ini memiliki dialek bahasa yang berbeda-beda, tetapi masih dalam rumpun bahasa Makassar. Menurut sebuah cerita, pada masa lalu akibat serangan pasukan kolonial Belanda ke Kerajaan Gowa, banyak masyarakat Makassar yang terpecah-pecah dan menyebar ke berbagai daerah, termasuk ke daerah pegunungan, dan ke hutan pedalaman. Di dalam persebaran ini, mereka membentuk kelompok-kelompok kecil, yang menjadi komunitas suku yang kecil-kecil. Suku-suku kecil inilah yang sekarang dianggap sebagai sub-suku Makassar.

Terdapat beberapa suku yang dianggap sebagai bagian dari sub-suku Makassar, yaitu:

Suku Makassar:• Makassar Lakiung• Turatea:

• Je'neponto• Bantaeng

• Konjo (Bulukumba dan Sebagian Maros)• Selayar

Pada masa lalu pernah berdiri suatu kerajaan besar bernama Kerajaan Gowa di tanah Makassar, sekitar abad 14 sampai 17. Kerajaan Gowa ini memiliki armada laut yang mampu menjelajah ke luar wilayah Sulawesi, sampai ke beberapa daerah lain di kepulauan Indonesia.

Suku Makassar secara sejarah dan asal-usul masih berkerabat dengan suku Bugis. Menurut cerita, bahwa pada awalnya, suku Makassar dan suku Bugis adalah hidup sebagai satu kesatuan suku-bangsa. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, mereka terpisah dengan membentuk kelompok suku sendiri-sendiri.

Menurut cerita lain, bahwa sejak beberapa abad yang lalu, kedua suku ini terpecah akibat strategi Belanda yang memecah-belah kedua etnis ini menjadi dua kelompok yang berbeda. Kedua kelompok suku bangsa Makassar ini pada masa lalu, adalah suku bangsa yang paling

Page 5: Masbudi1.docx

keras menentang kehadiran Belanda di wilayah mereka. Mereka selalu menyerang Belanda dimanapun mereka jumpai. Beberapa tokoh sentral Gowa, yang terkenal adalah Karaeng Galesong, yang memimpin armada lautnya untuk memerangi kapal-kapal Belanda.

Bahasa Makassar adalah bahasa yang diucapkan oleh suku Makassar sejak berabad-abad yang lalu. Bahasa Makassar ini masih berkerabat dengan bahasa Bugis dan bahasa Mandar. Walaupun terdapat perbedaan-perbedaan, tapi pada umumnya mereka bisa saling menangkap maksud percakapan di antara mereka.

Bahasa Makassar saat ini, menurut penuturan mereka, sudah banyak berubah, dan banyak terpengaruh bahasa-bahasa lain, seperti dari bahasa Bugis dan bahasa Melayu.

Bahasa Makassar yang asli, sebenarnya masih bisa ditemukan di daerah Gowa bagian selatan tepatnya di kaki gunung Lompobattang. Di desa Lompobattang ini keaslian bahasa Makassar masih terjamin karena belum tercampuri oleh perkembangan bahasa modern maupun dari bahasa-bahasa suku lain. Bahasa Makassar yang tergolong masih murni, bisa ditemukan di daerah Gowa (Sungguminasa, Lembang Bu’ne, Malino dan Malakaji), di Takalar, lalu di Jeneponto (Bontosunggu, Tolo' dan Rumbia), di Bantaeng (Dammpang) dan di Bulukumba (Tanete).

Suku Makassar adalah suku-bangsa yang suka mengembara, pada beberapa abad yang lalu, komunitas suku Makassar suka mengembara di lautan, menyeberangi lautan dan mendarat di Afrika Selatan. Di Afrika Selatan terdapat sebuah daerah yang bernama Maccassar. Diduga penduduk setempat merupakan keturunan campuran antara penduduk asli dengan orang-orang Makassar yang bermigrasi ke wilayah ini. Sedangkan nama Maccassar diduga karena mereka berasal dari tanah nenek moyang mereka dari Makassar.

• Adat Istiadat dan Stratifikasi Sosial Suku Makassar

• Adat Istiadat

Adat Pernikahan di tanah Makassar pada zaman sekarang ini sudah sangat jauh berbeda dengan zaman dulu, seperti contoh, pada zaman dulu pengantin wanita yang ingin menikah tidak boleh sembarang memilih calon pendamping, tetapi harus berdasarkan pilihan orang tua, juga tidak ada lagi pesta pernikahan selama 40 hari 40 malam dan lain sebagainya. Meskipun begitu, ada baiknya kalau kita mengetahui syarat-syarat pernikahan menurut adat Makassar sebelum memulai suatu pesta pernikahan... Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam prosesi pernikahan menurut adat pernikahan Makassar dan setiap tahap menggunakan ungkapan yang berbeda-beda. Pada dasarnya, prosesi pernikahan terbagi atas 3 (tiga), yaitu: sebelum pernikahan, pernikahan sedang berlangsung dan setelah pernikahan. Berikut ini saya akan mencoba memaparkan tahap-tahap pernikahan beserta ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam bahasa Makassar dan terjemahannya.

Acara Sebelum Pernikahan

Page 6: Masbudi1.docx

Ada beberapa tahapan yang dilakukan sebelum upacara pernikahan adat Makassar, yaitu:

1. Accini' Rorong/Akuisissing (Penjajakan).Pada tahap ini pihak laki-laki melakukan penjajakan dengan penuh rahasia sehingga pihak perempuan belum mengetahui maksud kedatangan tamunya. Salah satu cara untuk mengungkapkan maksudnya ialah dengan menggunakan paruntu' kana atau peribahasa bisa juga berarti ungkapan yang tersembunyi dalam kata. Contoh: Pihak Laki-laki : "Lompona anne rapponna untia, erokku ampalessoki ana'na....." ("wah.. besar sekali buah pisang ini, inginnya aku meminta anakannya....") Pihak Perempuan: "Io, sallomintu erok nipalesso', mingka tenaji nakke pa'lamungangku. "("iya memang udah lama anak pisang itu ingin dipindahkan, tetapi tidak ada lahan untuk menanamnya.") 

2. Appabattu Kana/Assuro (Melamar).

Appabattu Kana (melamar) merupakan lanjutan dari Accini Rorong (penjajakan). Appabattu Kana ini tidak boleh dilakukan oleh orang tua calon pengantin pria melainkan dilakukan keluarga atau kerabat dekat sang calon pengantin pria. Adapun ungkapan yang sering dipakai pada saat appabattu kana, antara lain: Pihak laki-laki : "Nia' anne nasuro pakkuta'nang Daeng Gassing.. Anjo me bunga sibolloa apa nia'mo angngaliki? Na punna tenapa nia ila' takasembanganna daeng Gassing ero' ampakabani bellayya ampaka jarreki ta'rokayya. ("Ada titipan pertanyaan dari daeng Gassing yang ingin menanyakan apakah si bunga yang cantik itu sudah ada yang punya? kalau memang belum.. ada niatan dari daeng Gassing ingin untuk mendekatkan yang jauh dan menguatkan yang renggang.") ungkapan ini bermaksud untuk menyambung tali silaturahmi antar sesama dengan cara melangsungkan pernikahan Pihak Perempuan : "Alhamdulillah.. rannu duduma antu allangngereki ri kabattuanta, mingka takuassengapi anne rinia'na ritenana angngaliki. Lanri kammanami anjo na kupauang ngaseng todong rodo' toana siagang purinanna." (Alhamdulillah.. sungguh senang hati ku mendengarnya, akan tetapi saya belum tahu apakah si bunga ini sudah ada yang punya ataukah belum. oeh karenanya ijinkan saya menanyakannya kepada orang tuanya dan keluarganya yang lain.") 

3. Appakkuling (Mengulangi untuk mempertegas)Appakkuling adalah mempertegas kembali apa yang sudah dipertanyakan sebelumnya dengan maksud untuk mengetahui apakah lamarannya diterima atau ditolak. Adapun contoh ungkapan yang digunakan dalam tahapan appakkuling ini adalah sebagai berikut. Pihak laki-laki : "Nia'ma seng anne angsambung-sambungi kana le'baka kuerang riolo, nia'mo kapang passamaturukang kigappa sipammanakang." ("Saya datang lagi menyambung perkataan yang sudah kutanyakan dahulu, mungkin sudah ada keputusan dari anda berserta keluarga anda.") Pihak perempuan : "Ie'.. le'ba' ngasengmi kuagagang sicini' nakamma ngaseng kananna angkana punna erokko nibaliko ero', punna teko nibaliko tea. Iajia apannapi podeng ka kamma baku tongko'na pajana." ("Iya.. sudah aku tanyakan ke anggota keluarga yang

Page 7: Masbudi1.docx

lain, mereka mengatakan apabila saya setuju maka semua sepakat dan apabila tidak mereka semuapun tidak setuju, begitulah keputusan keluarga kami.") Pihak laki-laki : "Sukkuru'mi nai' ri langi' tujua rannuku allangereki kananta. Kummotere'mo rodong angngerangi kanannta. Battu ribokopasseng nakusambungi." ("Betapa bahagia saya mendengar perkataan anda, kuucapkan syukurku naik kelangit ketujuh. saya permisi pulang dahulu untuk memberitahukan keluarga kami, nanti kami akan datang lagi untuk menyambungnya.")

4. Appakajarre'/Annyikko' (Mempererat/mengikat) Appakajarre' yaitu menyepakati atau menyatukan pendapat untuk melaksanakan pesta pernikahan. Pada tahap ini sudah dibicarakan sunrang (mahar), doe' balanja (uang belanja) dan perlengkapan lainnya atau erang-erang (barang antaran). Juga sering dibuktikan dengan sebentuk cincin yang disebut dengan cincing passikko'. adapun ungkapan yang dipakai adlah sebagai berikut. Pihak laki-laki : "Nia'ma seng anne, teaki lanri nibattui..." ("saya datang lagi, saya harap anda tidak bosan saya datangi...") Pihak perempuan : "I katte antu kapang malanre battu. I nakke tena naku lanre nibattui, sa'dang teai lagi baji', apa seng ka anu baji..." ("Mungkin Anda yang bosan datang. saya tidak bosan sama sekali, sedang hal yang buruk saya tidak akan bosan, apalagi ini hal yang baik...") Pihak laki-laki : "Sallang tarima kasi'na... sikalabini ninanro laloki bedeng ta nako' salibanra na nipa'jari anne numinasaia. Niak anne kuerang tanra tarima kasi'na, kitambai bedeng kakuranganna na kipammopporang punna nia' kasalanna." ("Terima kasih sebelumnya.. semoga diberikan keberkahan untuk menjalani niat yang baik ini. Ada barang yang saya bawa tanda terima kasih, tambahkanlah kekurangannya dan maafkanlah jika ada kesalahan.") Setalah itu. barang dibawa seperti cincin dan kue-kue mulai diserahkan. Pihak laki-laki : "Nia' anne pole ero' kupala'pala' barang akkullea' kikamaseang nakuasseng siapayya seng kubattu siagang siapa songongang nipierangngianga'.." ("Ada hal lain lagi yang ingin saya tanyakan, semoga dimudahkan yaitu kapan lagi saya sebaiknya datang serta berapa (uang) yang harus saya bawa..") Pihak perempuan : "Angngerangmaki mae siapa hallalatta iareka pakkulleta. Manna antu jai la'busu'ji ka anu la nakanre pepe' na lo'lorang je'ne.." ("Bawalah berapapun yang halal bagimu ataukah seberapapun kemampuannmu, karena walaupun banyak tetap akan habis juga karena akan dimakan oleh api dan terbawa oleh air..") Pihak laki-laki : "Punna kammantu kananta.. sukkuru'mi naik ri langi' tujua rannuku na kuammotere'mo rodong ampakarimpungangi batang kalengku.." ("Kalau begitu perkataan anda betapa bersyukur dan senang hati ini... kalau begitu saya pulang dulu untuk mempersiapkan diri.."). 

5. Appanai' Leko/angngerang-erang (Membawa barang antaran)

Pada jaman dahulu appanai' leko' ada dua prosesi. ada istilah appanai' leko caddi dan adapula appanai' leko' lompo. tetapi pada masa sekarang ini hanya satu prosesi saja yang dilakukan merangkum kedua prosesi appanai' leko' caddi dan appanai' leko' lompo. dalam

Page 8: Masbudi1.docx

prosesi ini sekaligus dibawa uang untuk bahan belanja pihak perempuan, mahar daun dan buah pinang serta embel-embel yang lain berupa : umba-umba (makanan tradisional khas makassar berupa kue-kue kecil berbentuk bulat dengan isi gula merah kemudian ditaburi parutan kelapa), buah-buahan, pisang, tebu dan lain-lain. kesemuanya itu disimpan dalam satu wadah yang bernama "Panca" (wadah dari anyaman batang bambu), kesemua barang bawaan ini berupa panganan-panganan atau buah-buahan yang manis dengan maksud agar pernikahan yang akan dilangsungkan akan berbuah manis pula dikemudian hari. 6. Pa’gaukang (Pesta Perkawinan)

Pada tahap ini, para tamu yang di luar diundang ke dalam untuk memberi kado atau uang sebagai sumbangan (solereng)

Acara Sedang Berlangsungnya Pernikahan  

1. Simorong/Nai'mi Kalenna (Pengantin pria diantar kerumah pengantin perempuan) Apabila pengantin pria beserta pengantarnya telah sampai kerumah pengantin wanita, maka pengantin pria diambut dengan alunan "Gandrang" (Musik tradisional Makassar). setelah itu sang pengantin dipanggil oleh anrong bunting atau orang yang ditunjuk dengan melantunkan syair pakkio' bunting.2. Appabattu Nikka ('Ijab Qabul)Ijab Qabul ini prosesnya sama saja dengan ijab qabul dalam prosesi pernikahan dalam agama islam. Ijab qabul diucapkan oleh pengantin laki-laki dihadapan wali mempelai wanita, saksi dan imam nikah 

3. Nilekka' (Mengantar pengantin wanita ke rumah pengantin pria) Pada prosesi ini pengantin perempuan diantar kerumah pengantin pria dengan membawa "Pa'balasa" atau "pa'matoang" (barang antaran untuk membalas barang antaran pihak pengantin laki-laki), biasanya pengantin wanita dipanggil pula dengan syair pakkio' bunting lalu mereka diberikan sesuatu yang berharga ("Pannimbarangngi"). Acara Sesudah Pernikahan Setelah acara pernikahan masih adalagi prosesi yang disebut "Appa'bajikang" yang berarti mendamaikan atau menyatukan tangan kedua mempelai dalam mengarungi hidup baru. 

• Stratifikasi Sosial

Suku Makassar pun memiliki tiga lapisan sosial. Ketiga lapisan tersebut adalah Ana’ Karaeng, To Maradeka dan Ata. Lapisan pertama adalah anak raja yang bobot kebangsawanannya masih murni dan dapat mewarisi kerajaannya. Lapisan pertama dapat dibagi atas :

1. Ana’ Ti’no, terbagi :• Ana’ Pattola, Ana’ Pattola berhak mengganti raja.• Ana’ Manrapi, ia dapat menggati raja jika Ana’ Pattola tidak ada

atau dianggap kurang mampu untuk menduduki tahta.2. Ana’ Sipuwe, dapat dibagi:

• Ana’ Sipuwe Manrapi, yaitu anak yang lahir dari ayah To’no (Pattola/Manrapi) dan ibu dari golongan yang tingkatnya di bawah Ana’ Ti’no, Ana’ Sipuwe Manrapi dapat diangkat menjadi raja (Somba ri Gowa).

• Ana’ Sipuwe, yaitu anak yang lahir dari Ana’ Pattola atau Ana’

Page 9: Masbudi1.docx

Manrapi dengan ibu dari To Maradeka (bukan hamba) atau orang baik.3. Ana’ Cera’, yaitu anak yang lahir dari Ana’ Pattola atau Manrapi dengan ibu dari kalangan budak.4. Ana’ Karaeng Sala, yaitu anak yang lahir dari Ana’ Sipuwe atau Ana’ Cera dengan ibu dari ibu orang merdeka.

Lapisan kedua Suku Makassar disebut dengan To Maradeka. Lapisan ini juga dapat dibagi atas dua bagian yaitu Tobaji dan Tosamara (sama pada pelapisan Suku Bugis). Sedangkan lapisan ketiga adalah Ata. Bagi Suku Makassar, Ata dibagi kepada tiga lapisan. Ketiga lapisan tersebut adalah Ata Sossorang, Ata Ribuang dan Ata Tai Jangang. Yang tergolong lapisan pertama adalah budak turun-temurun dan biasanya dipebudak oleh satu keluarga. Yang termasuk lapisan kedua adalah budak karena hukuman, budak yang karena berbuat kesalahan sehingga ia dijatuhi hukuman atau dia kalah dalam peperangan. Lapisan ketiga yaitu orang yang diperbudak oleh orang yang pernah jadi budak (To Samara).

• Kesenian dan Keagamaan Suku Makassar

• Kesenian MakassarAlat-alat music tradisional

Salah satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis, Bugis Makassar dan Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga bentuknya menyerupai perahu yang memiliki dua dawai, diambil karena penemuannya dari tali layar perahu. Biasanya ditampilkan pada acara penjemputan para tamu, perkawinan, hajatan, bahkan hiburan pada hari ulang tahun.

# Sinrili

alat musik yang mernyerupai biaola cuman kalau biola di mainkan dengan membaringkan di pundak sedang singrili di mainkan dalam keedaan pemain duduk dan alat diletakkan tegak di depan pemainnya.

#Gendang

Musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar yakni bulat panjang dan bundar seperti rebana.

#Suling

Page 10: Masbudi1.docx

Suling bambu/buluh, terdiri dari tiga jenis, yaitu:• Suling panjang (suling lampe), memiliki 5 lubang nada. Suling jenis ini telah punah.• Suling calabai (Suling ponco),sering dipadukan dengan piola (biola) kecapi dan dimainkan bersama penyanyi

Tarian tradisional

• Tari Pelangi

Tari pelangi; tarian pabbakkanna lajina atau biasa disebut tari meminta hujan.

• Tari Paduppa Bosara;

Tarian yang mengambarkan bahwa orang Bugis jika kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara, sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan.

• Tari Pattennung;

Tarian adat yang menggambarkan perempuan-perempuan yang sedang menenun benang menjadi kain. Melambangkan kesabaran dan ketekunan perempuan-perempuan Bugis.

• Tari Pajoge’ dan Tari Anak Masari;

Tarian ini dilakukan oleh calabari (waria), namun jenis tarian ini sulit sekali ditemukan bahkan dikategorikan telah punah.Jenis tarian yang lain adalah tari Pangayo, tari Passassa’, tari Pa’galung, dan tari Pabbatte.

Sebagai kota terbesar di Sulawesi, Makassar merupakan pintu gerbang menuju obyek wisata populer lainnya. Ada beberapa daerah lain di Sulawesi Selatan yang juga menyimpan obyek wisata menarik dan dapat dijangkau melalui darat maupun udara. Tahun ini, Kota Makassar berusia 402 tahun. Sejarahwan bersepakat 9 November 1607 adalah hari lahir Kota Makassar, yaitu saat kota ini menjadi wilayah otonom Kerajaan Gowa. Dari tahun 1971 sampai 1999, kota ini berubah nama menjadi Ujungpandang. Namun nama Makassar sesungguhnya lebih dikenal di kalangan masyarakat nusantara bahkan dunia. Karena pertimbangan itulah sejak tahun 2000, pemerintah Indonesia mengembalikan nama Makassar menjadi nama resmi kota ini.Makassar sesungguhnya bukan hanya nama sebuah kota, melainkan juga sebuah identitas kultural (kebudayaan). Suku Makassar adalah satu dari sekian banyak suku asli di Sulawesi, mendiami wilayah bekas Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan bagian selatan.Ada pula Suku Bugis yang wilayah kulturalnya menempati sebagian besar Sulawesi Selatan bagian utara. Bugis adalah suku dengan populasi terbesar di Sulawesi. Toraja

Page 11: Masbudi1.docx

juga merupakan identitas kultural yang menempati wilayah luas di jajaran pegunungan Latimojong di utara. Sedangkan Mandar adalah suku asli yang mendiami Sulawesi Barat.Seluruh identitas kultural itu kini tumbuh subur di Makassar. Bercampur dengan suku-suku dari daerah lain di Indonesia, seperti Minahasa, Jawa, Bali, Melayu, Ambon, dan Tionghoa. Menciptakan keragaman budaya yang berwarna.Sepanjang tahun, selalu ada even kesenian yang digelar di Makassar. Mulai dari kesenian modern seperti festival musik populer dan jazz, teater, sampai festival kebudayaan lokal yang menampilkan kesenian atraktif. Berbagai kesenian dan peristiwa budaya yang dapat anda saksikan pada waktu-waktu tertentu antara lain :1. Atraksi Permainan Tradisional "Ma'raga".2. Atraksi Permainan Rakyat "Mappadendang".3. Tarian Magis "Pepe-pepeki ri Makka".4. Tarian Ritual Bissu "Ma'giri".5. Upacara tradisional bugis dalam komunitas Tionghoa.6. Pemain Gendang "Gandrang Bulo"7. Tarian-tarian Tradisional seperti Tari Pakarena dll.

• Keagamaan Suku Makassar

Masyarakat suku Makassar pada zaman dahulu, memiliki agama purba yang animisme, yaitu Turei A’rana (kehendak yang tinggi). Orang Makassar percaya kepada Dewa yang disebut Dewata SeuwaE (dewa yang tunggal) atau Turei A'rana (kehendak yang tinggi). Sebutan kepada Dewa orang Purba di Sulawesi, memiliki beragam sebutan, seperti orang Bugis menyebutnya dengan istilah PatotoE (dewa yang menentukan nasib). Orang Mandar menyebutnya Puang Mase (yang maha kedendak) dan orang Toraja menyebutnya Puang Matua (Tuhan yang maha mulia).Orang Makassar Purba percaya adanya dewa yang bertahta di tempat-tempat tertentu. Seperti kepercayaan mereka tentang dewa yang berdiam di Gunung Latimojong. Dewa tersebut mereka sebut dengan nama Dewata Mattanrue. Dihikayatkan bahwa dewa tersebut kawin dengan Enyi’li’timo’ kemudian melahirkan PatotoE. Dewa PatotoE kemudian kawin dengan Palingo dan melahirkan Batara Guru. Batara Guru dipercaya oleh sebagian masyarakat Sulawesi Selatan sebagai Dewa Penjelajah, yang telah menjelajahi seluruh kawasan Asia dan bermarkas di puncak Himalaya. Kira-kira satu abad sebelum Masehi Batara Guru menuju ke Cerekang Malili dan membawa empat kasta. Keempat kasta tersebut adalah kasta Puang, kasta Pampawa Opu, kasta Attana Lang dan kasta orang kebanyakan.Sejak beberapa abad yang lalu, masyarakat suku Makassar telah mengenal agama Islam, mayoritas orang Makassar adalah beragama Islam. Sejak mereka memeluk Islam, segala bentuk kepercayaan agama purba mereka pun ditinggalkan. Agama Islam telah hadir di kalangan masyarakat orang Makassar sejak berabad-abad yang lalu. Mereka adalah penganut Islam yang kuat. Agama Islam menjadi agama rakyat bagi suku Makassar, sehingga beberapa tradisi adat dan budaya serta dalam kehidupan sehari-hari suku Makassar banyak dipengaruhi oleh tradisi dan budaya yang mengandung unsur Islami.

Page 12: Masbudi1.docx

• Budaya Hukum Suku Makassar

• Pangadereng/ dan pangadakkan dalam masyarakat Bugis-Makassar

            Pangdereng dalam msyarakat Bugis-Makassar • Ade’ yaitu unsur dari pangadereng yang lebih dikenal dengan kata

norma atau  adat. Ade’ ini secara khusus terdiri beberapa bagian yaitu :• Ade’ akkalibinengen, yaitu adatatau norma mengenai hal

ihwal perkawinan serta hubungan kekerabatan dan berwujud sebagi kaidah kaidah perkawinan, kaidah-kaidah keturunan, aturan-aturan mengenai hak dan kewajiban warga rumah tangga, etika dalam berumah tangga dan sopan santun pergaulan antar kaum kerabat

• Ade’ tanaatu norma-norma mengenai hal ihwal bernegara dan memerintah negara dan berwujud sebagai wujud hukum negara, hukum antar negara, serta etika dan pembinaan insan politik • Untuk pengawasan dan   pembinaan ade dalam masyarakat bugis

biasanya dilakasanakan oleh beberapa pejabat adat seperti pakka tenniade’, puang ade’, pampawa ade’, dan parewa ade’. • Bicara adalah unsur bagian dari pangadereng yang mengenai aktivitiet dan

konsep konsep yang tersangkut paut dengan peradilan, maka kurang lebih sama dengan hukum acara, mementukan prosedurnya, serta hak-hak dan kewajiban seorang yang sedang mengajukan kasusnya di muka  pengadilan atau yang mengajukan penggugatan.

• Rapang bererti contoh, perumpamaan, kias atau analogi. Sebagai unsur bagian dari pangadereng, rapang menjaga kepastiaan  dan kontiniutet dari suatu kpeutusan hukum tak tertulis dalm masa yang lampau sampai sekarang dengan membuat analogi antara kasus dari masa yang lampau itu dengan kasus yang sedang digarap. Rapang juga berwujud sebagai perumpamaan-perumpamaan yang mengajukan kelakuan ideal dan etika dalam lapangan hidup yang tertentu seperti lapangan kehidupan kekerabatan, lapangan kehidupan berpolitikdan memerintah negara dsb. Selain dari itu rapang juga berwujud sebagai pandangan-pandangan keramat untuk mencegah tindakan-tindakan yang bersifat ganguanterhadap hak milik serta ancaman terhadap keamanan seorang warga masyarakat.

• Wari’ adalah unsur bagian dari pangadereng yang melakukan klasifikasi dari segala benda, peristiwadan aktivitietnya dalam kehidupan masyarakat menurut kategori-kategorinya. Misalnya untuk memelihara tata susunan dan  tata penempatan hal hal dan benda-benda dalam kehidupan masyarakat untuk memelihara jalur dan garis keturunan yang mewujudkan pelapisan sosial; untuk memelihara hubungan kekerabatan antara raja suatu negara dengan raja-raja dari negara-negara lain, sehingga dapat ditentukan mana yang tua dan mana yang muda dalm tata upacara kebesaran.

•   Sara’ adalah unsur bagian dari pangadereng yang mengandung pranata-pranata dan hukum islam dan yang melengkapkan ke empat unsurnya menjadi lima. Sistem religi masyarakat Sulawesi Selatan   sebelum masuknya ajaran islam seperti yang tampak dalm sure’ lagaligo, sebenarnya telah mengandung sutu kepercayaan terhadap dewa yang tunggal yang disebut dengan beberapa nama seperti patoto-e (maha menentukan nasib), dewata sewwae (dewa yang tunggal), turie’ a’rana (kehendak yang

Page 13: Masbudi1.docx

tertinggi). Sisa kepercayaan seperti ini masih tampak jelas misalnya beberapa kepercayaan tradisional yang masi bertahan sampai sekarang misalnya pada orang tolotang, di kabupaten sidenreng rappang dan pada orang ammatoa di kajang daerah bulukumba.

Hubungan Sirik, Tumannyala, tumassiriPengertian sirik

• Moh. Natsir Said mengatakan bahwa sirik adalah suatu perasaan malu (krengking/belediging) yang dilanggar norma adatnya. Menurut Cassuto, salah seorang ahli hukum adat yang berkebangsaan Jepang yang pernah menliti masalah sirik di Sulawesi Selatan  berpendapat : Sirik merupakan pembalasan berupa kewajiban moral untuk membunuh pihak yang melanggar adatnya.1)

• Kodak VIII Sul-Selra bekerjasama dengan Universitas Hasanuddin mengadakan seminar masalah sirik tanggal 11-13 Juli 1977 telah merumuskan : Sirik adalah suatu sistem nilai Sosial-kltural dan kepribadian yang merupakan pranata pertahanan harga diri dan martabat manusia sebagai individu dan anggota masyarakat. 2)

• Kalau kita kaji secara mendalam dapat ditemukan bahwa sirik dapat dikategorikan dalam empat golongan yakni : pertama, Sirik dalam hal pelanggaran kesusilaan, kedua sirik yang berakibat kriminal, ketiga sirik yang dapat meningkatkan motivasi seseorang untuk bekerja dan keempat sirik yang berarti malu-malu (sirik-sirik). Semua jenis sirik tersebut dapat diartikan sebagai harkat, martabat, dan harga diri manusia.

Pengertian anyyala Annyala dalam terminologi Makassar diartikan sebagai ‘kebersalahan’ atau dalam bahasa gaulnya dapat diartikan ‘nakal’. Namun “Annyala” yang ingin penulis jelaskan disini bukanlah Annyala dalam pengertian umum, tapi Annyala dalam konteks perkawinan atau kebersalahan dalam perkawinan. Biasa kita mendengar ucapan, “anjo bura’ne annyala” (makassar : itu lelaki bersalah) atau “anjo baine annyala” (makassar : itu perempuan bersalah), maka yang dimaksudkan dalam kalimat tersebut adalah kebersalahan dalam konteks perkawinan. Karena itu, biasanya pula orang tua kita yang mendengar pernyataan seperti itu, tidak lantas meneruskan pertanyaannya karena sangat sadar bahwa kalimat tersebut didalamnya mengandung konsekuensi rasa malu dan taruhan harga diri (siri’).

Tomasirik             Tomasirik adalah orang orang yang merasa dipermalukan ketika kelurganya dari   pihak gadis  yang dibawa lari oleh laki-laki tampa restu darinya. Dalm masyarakat bugis yang disebut to masirik adalh paman dari si perempuan atau saudara laki-laki dari perempuan dan berhak memeberikan hukuman kepada anyyala

Hubungan antara sirik, anyyala, dan to masirikProses perkawinan yang mengandung dampak rasa malu dan taruhan harga diri adalah proses perkawinan yang terjadi karena ‘nipakatianang’ (hamil sebelum nikah). Keadaan demikian ini dapat menimbulkan dua kemungkinan, yaitu (1) Kawin secara adat atau (2) Annyala. Kawin secara adat terlaksana apabila kehamilan si perempuan (tau-nipakatiananga) belum tersebar, tapi baru diketahui ibu dan kerabat ibu yang terdekat sehingga mereka ini secara rahasia (tidak diketahui oleh tu-masirik perempuan yang hamil) menghubungi keluarga tu-

Page 14: Masbudi1.docx

mappakasiri’ agar dalam waktu yang singkat perkawinan dapat dilangsungkan melalui prosedur yang biasa. Kedua belah pihak berusaha menutupi dan melindungi rahasia demi nama baik kedua keluarga.Bilamana perkawinan secara adat tidak terlaksana, maka terjadilah prosedur yang sama dengan Annyala, dimana keadaan perempuan telah menyedihkan karena si lelaki tidak bertanggung jawab / menghilang. Si perempuan yang berlindung kepada imam atau kadhi dinikahkan dengan seorang lelaki yang niatnya darurat. Lelaki yang menikahi seorang perempuan karena terlebih dahulu hamil yang sebelumnya tidak ada hubungan disebut kawin pattongkok sirik (=kawin penutup malu), si perempuan yang bernasib sial ini oleh orang tuanya / kerabatnya “nimateanmi” (dianggap sudah mati).Dalam pandangan adat, anak yang dilahirkannya kelak disebut ana’ bule (anak haram jadah). Anak ini bila hidup sampai dewasa sangat sulit kedudukannya dalam masyarakat karena seolah - olah dialah yang harus menanggung segala kesalahan dan dosa orang tuanya. Hal ini berbeda dalam pandangan agama, bahwa si anak tidaklah berdosa sama sekali, tidak pula mewarisi dosa orang tuanya, setiap anak terlahir dalam keadaan suci, orang tuanyalah sendiri yang menanggung dosa yang telah diperbuatnya.Dalam pandangan adat, Annyala (kebersalahan dalam perkawinan) dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu : Silariang, Nilariang, dan Erangkale. Karena namanya saja “Annyala”, maka ketiganya tentu saja tidak ada bagusnya, kesemuanya mempermalukan diri dan keluarga, ketiganya membawa dampak rasa malu serta konsekuensi taruhan harga diri (siri’). Tindakan Annyala ini sebenarnya dapat diakhiri dengan proses berbaikan, namanya “Abbajik” atau “Appala Bajik” (makassar : meminta kebaikan, memohon maaf), namun dalam konteks kekinian, bagaimana sebenarnya kita melihatnya mengingat sudah sedemikian bebasnya proses pergaulan dan komunikasi serta telah ditinggalkannya adat, bukan saja oleh anak tapi juga oleh orang-orang tua kita, meski masih banyak sekali yang memegang teguh prinsip - prinsip adat. Annyala, dalam bentuk apapun, seringkali disertai pengejaran dan harus berakhir dengan pembunuhan, sebagai upaya menegakkan siri’ (malu dan harga diri) dari keluarga tunipakasiri’.

• Silariang (Sama - sama Lari) • Yang dimaksud dengan Silariang ialah dua orang yang saling mencintai,

sama - sama lari dari keluarganya. Pada masyarakat Bugis Makassar, kawin lari (silariang) merupakan hal yang tidak direstui bahkan menjadi aib dalam masyarakat. Terjadinya kawin lari biasanya dikarenakan uang belanja perkawinan (mas kawin / sunrang) yang ditentukan oleh pihak keluarga si gadis terlampau tinggi, bisa juga terjadi karena keluarga si gadis tidak menyetujui pihak keluarga laki - laki, baik calon menantunya maupun calon besannya., misalnya karena perbedaan status sosial. Terkait dengan uang naik (doe’ nipanaik) atau uang belanja (doe’ balanja) dalam perkawinan yang tinggi, biasanya memang keluarga si gadis dalam masyarakat bugis makassar menempuh jalan demikian untuk menolak pinangan secara halus

• Nilariang (Dibawa Lari) • Nilariang adalah proses Annyala dimana si gadis dilarikan oleh si pemuda

atau oleh si pemuda dan keluarganya. Karena namanya Nilariang, maka faktanya dilapangan bisa beragam. Bisa saja perbuatan si pemuda melarikan anak gadisnya orang tanpa sepengetahuan orang tuanya, karena bisa juga terjadi orang tua dan keluarga si pemuda tidak merestui tindakan anaknya melarikan anak gadis orang. Bisa juga terjadi, keluarga si pemuda memberi restu dengan sebab yang beragam, misalnya ingin membuat

Page 15: Masbudi1.docx

malu keluarga si gadis dan lain sebagainya.• Erangkale (Melarikan Diri) • Proses Annyala ini umumnya dimaknai sebagai tindakan si gadis lari dari

keluarganya tanpa sepengetahuan orang tua, keluarga dan kerabatnya untuk menemui si pemuda, dan selanjutnya kawin di suatu tempat yang tidak diketahui oleh kedua keluarga, kecuali oleh mereka berdua. Tapi, penulis memaknainya juga sebagai proses janjian (assijanji). Faktanya di lapangan bisa kedua - duanya sama - sama lari dari keluarganya secara sendiri - sendiri, dan untuk selanjutnya bertemu di suatu tempat yang telah mereka sepakati berdua.

Proses Abbajik (Berbaikan) Apabila terjadi perkawinan lari (Silariang, Nilariang, Erangkale), maka oleh pihak keluarga si gadis akan melakukan pengejaran, biasa disebut tu-masiri’, dan kalau mereka berhasil menemukan kedua pelarian itu, maka kemungkinan laki-laki (tu-mannyala) itu akan dibunuh. Tindakan membunuh tu-mannyala ini disebut appaenteng siri’ atau menegakkan harga diri dan kehormatan keluarga.Karena perbuatan tu-mannyala (makassar : orang yang bersalah) biasanya jika diketahui dapat menimbulkan ketegangan dalam masyarakat, terutama dari keluarga sigadis. Sebab tu-mannyala harus dibunuh kecuali bila tu-mannyala tadi telah berada dalam rumah atau pekarangan anggota dewan hadat / pemuka masyarakat atau setidak-tidaknya telah sempat melemparkan penutup kepalanya (songkok atau destar) ke dalam pekarangan rumah anggota hadat tersebut yang berarti ia sudah berada dalam perlindungan, maka tak dapat diganggu lagi. Begitu juga kalau ia sedang bekerja di kebun, di ladang atau di sawahnya. Bila tu-mannyala tadi telah berada di rumah satu pemuka masyarakat (dalam hal ini imam atau kadhi) maka menjadi kewajiban baginya untuk segera menikahkan tu-mannyala.Langkah pertama, orang tua sigadis (tu-masirik) dihubungi dan dimintai persetujuannya agar anaknya dapat dinikahkan. Biasanya orang tua tak dapat memberi jawaban apalagi bertindak sebagai wali, karena merasa hubungannya dengan anaknya mimateami (telah dianggap mati). Sebab itu, tak ada jalan lain bagi imam atau kadhi kecuali menikahkan tu-mannyala dengan ia sendiri bertindak sebagai wali hakim. Setelah itu, baru dipikirkan yang harus dilakukan tu-mannyala agar diterima kembali sebagai keluarga yang sah dalam pandangan adat. Hubungan antara tu-masiri’ dengan tu-annyala sebagai tu-appakasirik akan diterima selama tu-mannyala belum abbajik (damai). Bila tu-mannyala mampu dan berkesempatan appakabajik (berdamai) ia lalu minta bantuan kepada penghulu adat/pemuka masyarakat tempatnya meminta perlindungan dahulu. Lalu diutuslah seseorang untuk menyampaikan maksud appala bajik (meminta damai) kepada keluarga tu-masirik atau kepada penghulu kampung tempat keluarga tu-masirik yang selanjutnya menghubungi keluarga tu-masirik agar berkenan menerima kembali tumate tallasa’na (orang mati yang masih hidup).Keluarga tu-masirik lalu menyampaikan kepada sanak keluarganya tentang maksud kedatangan tu-mannyala appala bajik. Bila seluruh keluarga berkenan menerima kembali tu-mannyala tersebut, maka disampaikanlah kepada yang mengurus selanjutnya pada pihak tu-mannyala. Kemudian si tu-mannyala dengan keluarganya mengadakan persiapan yang diperlukan dalam upacara appala bajik tersebut. Keluarga tu-mannyala menyediakan sunrang (mahar) sesuai aturan sunrang dalam perkawinan adat, selain menyediakan pula pappasala (denda karena berbuat salah). Pappasala dengan sunrang dimasukkan dalam ‘kampu’ disertai ‘leko’ sikampu’ (sirih pinang dalam kampu). Keluarga tu-mannyala juga

Page 16: Masbudi1.docx

yang wajib menyiapkan dalam pertemuan itu antara lain hidangan adat.Pada waktu yang telah ditentukan, tu-mannyala (orang yang telah berbuat salah/aib) datang dengan keluarga yang mengiringinya ke rumah salah seorang tu-masirik (orang yang menderita malu atau yang dipermalukan). Sementara itu keluarga tu-masirik telah pula hadir. Dengan upacara penyerahan kampu dari pihak to-mannyala/tu-mappakasirik yang diterima oleh tu-masirik maka berakhirlah dendam dan ketegangan selama ini. Tu-mannyala tadi meminta maaf kepada keluarga tu-masirik yang hadir dan pada saat itu dirinya resmi diterima sebagai keluarga yang sah menurut adat.

5.      Analisis Perkawinan Sumbang Dalam tatanam masyarakat bugis makassar sistem tata aturan perkawinan di jelakan sebagi berikut :

• Assialang maola Ialah perkawinan antara saudara sepupu derajat kesatu, baik dari pihak ayah maupun ibu.

• assialanna memang ialah perkawinan antara saudara sepupu derajat kedua, baik dari pihak ayah maupun ibu.

• ripaddeppe’ abelae ialah perkawinan antara saudara sepupu derajat ketiga, baik dari pihak ayah maupun ibu atau masih mempunyai hubungan keluarga

Adapun perkawinan – perkawinan yang dilarang dan dianggap sumbang (salimara’):1. perkawinan antara anak dengan ibu / ayah2. perkawinan antara saudara sekandung3. perkawinan antara menantu dan mertua4. perkawinan antara paman / bibi dengan kemenakan 5. perkawinan antara kakek / nenek dengan cucuTerkait dengan perkawian sumabang atau salimara saya belum bisa menganalisis berhubung saya belum pernah mendapatkan kasus seperti ini dan literatunya pun say belum dapatkan , yang pernah saya ketahui perkawin ini sangat di haramkan dan dilarang pada masyarakat tanah bugis pada umumnya apalagi pada saat masuknya islam dan telah menjadi unsur pangadereng dalam  masyarakat bugis pada umunya. Yang pernah saya dengar jika orang melakukan salah satu kesaalahan di atsa maka pihak keluarkga dan ketuia adat menghukum sipelaku dengan cara :a.       Di bunuhb.      Di usirc.       Diputuskan tali silaturahim d.      Akan di sumpahi mendapat sial seumur hidupe.       Di anggap sudah tidak ada  dan tidak pernah ada dalm suatu lingkungan masyarakat

Page 17: Masbudi1.docx

BAB 3PENUTUP

• Kesimpulan

Berdasarkan Pembahasan dan rumusan masalah di atas, maka kami menyimpulkan sebagai berikut :§ Suku Makassar, adalah nama sebuah suku yang memiliki populasi besar di Sulawesi Selatan Suku Makassar adalah nama Melayu untuk sebuah etnis yang mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi. Lidah Makassar menyebutnya Mangkasara' berarti "Mereka yang Bersifat Terbuka." Masyarakat suku Makassar sebagian besar menganut agama Islam.§   Adapun adat istiadat Masyarakat suku Makassar dapat dilihat dari prosesi pernikahannya yang memiliki keunikan.

§    Sistem sosial dalam masyarakat etnis Makassar adalah dikenal adanya penggolongan / strata sosial yang menggolongkan masyarakat ke dalam 3 golongan utama yang masing-masing di dalamnya terbagi lagi menjadi beberapa golongan. Penggolongan tersebut yaitu : Golongan Karaeng, To Maradeka, dan Ata/Budak/Hamba Sahaya. Selain itu, juga dikenal adanya hubungan kekerabatan dalam masyarakat seperti : Sipa’anakang/sianakang, Sipamanakang, Sikalu-kaluki, serta Sambori.

• Saran

Page 18: Masbudi1.docx

Daftar Pustaka

Malayans, Proto. Suku Makassar Sulawesi.Oktober 2012.http://protomalayans.blogspot.com/2012/10/suku-makasar-sulawesi.htmlMuchlis, Muhammad.Prosesi Pernikahan Menurut Adat Makassar. 14 Desember 2011.http://lobelobenamakassar.blogspot.com/2011/12/prosesi-pernikahan-menurut-adat.htmlAdab, Komunitas Seni.Kesenian Makassar. 28 Juni 2012.http://komunitasseniadab.blogspot.com/2012/06/kesenian-makassar.htmlAl, Erwin. Hukum Adat Bugis Makassar. 1 November 2011. http://profdrerwinalmwdatusarakalc.blogspot.com/2011/11/hukum-adat-bugis-makassar-law-of-ethnic.html