masterplan pengembangan kawasan minapolitan · pagu indikatif, baik yang bersumber dari apbd maupun...
TRANSCRIPT
MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN MINAPOLITAN
PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
2011
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Temanggung Tahun 2013 iii
D A F T A R I S I
Hal.
SAMBUTAN ................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Umum .................................................................................................................. 1
1.2 Pengelompokan Sektor Lapangan Usaha ............................................................. 1
1.3 Analisa dan Kegunaan Data PDRB ...................................................................... 6
1.4 Sistematika Laporan ............................................................................................ 10
BAB II. KONSEP DAN DEFINISI .......................................................................................... 11
2.1 Domestik dan Regional ........................................................................................ 11
2.2 Produk Domestik dan Produk Regional ................................................................ 11
2.3 Agregat PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ............................................................ 12
2.4 Agregat PDRB Atas Dasar Harga Konstan ........................................................... 15
BAB III. METODE PENGHITUNGAN PENDAPATAN REGIONAL ............................... 20
3.1 Metode Pendekatan Produksi ............................................................................... 20
3.2 Pendekatan Pendapatan ........................................................................................ 21
3.3 Pendekatan Pengeluaran ....................................................................................... 21
3.4 Metode Alokasi ................................................................................................... 22
BAB IV. ULASAN SINGKAT PENDAPATAN REGIONAL
KABUPATEN TEMANGGUNG .............................................................................. 25
4.1 Pertumbuhan PDRB Tahun 2013 .......................................................................... 25
4.2 Distribusi PDRB / Struktur Ekonomi ................................................................... 29
4.3 PDRB Perkapita ................................................................................................... 33
4.4 Indeks Perkembangan ........................................................................................... 35
4.5 Indeks Berantai ..................................................................................................... 36
4.6 Inflasi .................................................................................................................... 37
4.7 Perkembangan PDRB Sektoral ............................................................................ 39
BAB V. PENUTUP ................................................................................................................... 60
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Temanggung Tahun 2013 iv
LAMPIRAN :
TABEL-TABEL PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN TEMANGGUNG
Tabel 1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Temanggung Tahun 2009 - 2013 (Juta Rupiah) ........................................ 62
Tabel 2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kabupaten Temanggung Tahun 2009 - 2013 (Juta Rupiah) ........................................ 63
Tabel 3. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Temanggung Tahun 2009 - 2013 (Persen) ................................................. 64
Tabel 4. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kabupaten Temanggung Tahun 2009 - 2013 (Persen) ................................................. 65
Tabel 5. Indeks Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Temanggung Tahun 2009 - 2013 ( Tahun 2000 = 100 ) ........................... 66
Tabel 6. Indeks Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kabupaten Temanggung Tahun 2009 - 2013 ( Tahun 2000 = 100 ) .......................... 67
Tabel 7. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Temanggung Tahun 2009 - 2013 (Persen) ................................................. 68
Tabel 8. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kabupaten Temanggung Tahun 2009 - 2013 (Persen) ................................................ 69
Tabel 9. Indeks Berantai PDRB Kabupaten Temanggung Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2009 - 2013 ( Tahun sebelumnya = 100 ) ......................................................... 70
Tabe 10. Indeks Berantai PDRB Kabupaten Temanggung Atas dasar harga Konstan
Tahun 2009 - 2013 ( Tahun sebelumnya = 100 ) ......................................................... 71
Tabel 11. Indeks Implisit PDRB Kabupaten Temanggung Tahun 2009 - 2013
(Tahun 2000 = 100) ...................................................................................................... 72
Tabel 12. Inflasi PDRB Kabupaten Temanggung Tahun 2009 - 2013 ...................................... 73
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Temanggung Tahun 2013 v
Tabel 13. Beberapa Agregat PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Kabupaten Temanggung Tahun 2009 - 2013 ............................. 74
Tabel 14. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Kelompok Sektor
Kabupaten Temanggung Tahun 2009 – 2013 (Juta Rupiah) ........................................ 75
Tabel 15. Distribusi Persentase PDRB Menurut Kelompok Sektor
Kabupaten Temanggung Tahun 2009 – 2013 (Persen) ............................................... 76
Tabel 16. Indeks Perkembangan Menurut Kelompok Sektor
Kabupaten Temanggung Tahun 2009 – 2013 ( Tahun 2000 = 100 ) ........................... 77
Tabel 17. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Kelompok Sektor
Kabupaten Temanggung Tahun 2009 – 2013 (Persen) ............................................ 78
Tabel 18. Indeks Berantai PDRB Menurut Kelompok Sektor Kabupaten Temanggung
Tahun 2009 – 2013 ( Tahun Sebelumnya = 100 ) ......................................................... 79
Tabel 19. Indeks Implisit Menurut Kelompok Sektor Kabupaten Temanggung
Tahun 2009 – 2013 ( Tahun 2000 = 100 ).. ..................... ............................................. 80
RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 - Pendahuluan I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten
Temanggung Tahun 2015 merupakan penjabaran dari RPJMD tahun
2013–2018 sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah
Nomor 1 Tahun 2014 dan memperhatikan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) Tahun 2015.
RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 merupakan tahun
pertama pelaksanaan tahapan ke III dari Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Temanggung tahun 2005-
2025, dan merupakan tahun ke II pelaksanaan RPJMD Kabupaten
Temanggung Tahun 2013 -2018.
Adapun visi daerah yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Temanggung Tahun 2013–2018 adalah TERWUJUDNYA
TEMANGGUNG SEBAGAI DAERAH AGRARIS BERWAWASAN
LINGKUNGAN, BERMASYARAKAT AGAMIS, BERBUDAYA, DAN
SEJAHTERA DENGAN PEMERINTAHAN YANG BERSIH.
Tahapan dan proses penyusunan RKPD 2015 berpedoman pada
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional pasal 5 ayat (3) dan Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 150 ayat (3) huruf d,
Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah, Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011
RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 - Pendahuluan I - 2
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Rencana
Pembangunan Daerah.
RKPD dimaksud memuat kerangka ekonomi daerah,program
prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaan serta
prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan
pagu indikatif, baik yang bersumber dari APBD maupun sumber-
sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Bahwa dalam rangka menyusun RKPD Kabupaten Temanggung
Tahun 2015 yang memenuhi kaidah-kaidah dan komponen
perencanaan maka penyusunan RKPD dibuat berdasarkan tahapan-
tahapan sesuai ketententuan perundang-undangan yang berlaku.
Perumusan rancangan awal RKPD Kabupaten Temanggung dilakukan
melalui serangkaian kegiatan berikut:
1. Pengolahan data dan informasi;
2. Analisis gambaran umum kondisi daerah;
3. Analisis ekonomi dan keuangan daerah;
4. Evaluasi kinerja tahun lalu;
5. Penelaahan terhadap kabijakan pemerintah nasional;
6. Penelaahan pokok-pokok pikiran DPRD provinsi;
7. Perumusan permasalahan pembangunan daerah provinsi;
8. Perumusan rancangan kerangka ekonomi dan kebijakan keuangan
daerah;
9. Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah beserta
pagu indikatif;
RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 - Pendahuluan I - 3
10. Perumusan program prioritas beserta pagu indikatif;
11. Pelaksanaan forum konsultasi publik; dan
12. Penyelarasan rencana program prioritas daerah beserta pagu
indikatif;
Secara lebih jelas alur penyusunan rancangan RKPD
Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Penyusunan rancangan RKPD
yang dijelaskan dalam bagian ini digunakan untuk menyusun RKPD
merupakan rangkaian mulai dari penyusunan rancangan awal RKPD
dan berakhir pada penetapan RKPD melalui proses sebagai dapat
dilihat pada gambar 1.1. berikut :
Penyusunan Rancangan RKPD Kabupaten Temanggung
Rancangan RKPD· pendahuluan; · evaluasi pelaksanaan
RKPD tahun lalu dan capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan;· rancangan kerangka
ekonomi daerah Dan kebijakan keuangan daerah;· prioritas dan sasaran
pembangunan daerah;· rencana program dan
kegiatan prioritas daerah.
Rancangan Renja-SKPD
Kabupaten/Kota
Rancangan Awal RKPD· pendahuluan; · evaluasi pelaksanaan
RKPD tahun lalu dan capaian kinerja penyelengaraan pemerintahan;· rancangan kerangka
ekonomi daerah Dan kebijakan keuangan daerah;· prioritas dan sasaran
pembangunan daerah;· rencana program dan
kegiatan prioritas daerah
Verifikasi
sesuai
tidak
Evaluasi Rancangan Awal RKP & RKPD Prov.
Integrasi Renja SKPD
Penyelarasan Penyajian
Ranc RKPD
Dari gambar tersebut tahapan penyusunan rancangan RKPD
Kabupaten Temanggung mencakup kegiatan-kegiatan: evaluasi
rancangan awal RKP dan rancangan awal RKP tahun rencana; verifikasi
dan integrasi rancangan Renja SKPD; dan penyelarasan penyajian
rancangan RKPD.
RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 - Pendahuluan I - 4
1.2. Maksud dan Tujuan
Perumusan rancangan awal RKPD Kabupaten Temanggung
Tahun 2015 merupakan awal dari seluruh proses penyusunan
rancangan RKPD untuk memberikan panduan kepada seluruh SKPD
Kabupaten Temanggung menyusun rancangan Renja SKPD dan
berfungsi sebagai koridor perencanaan pembangunan daerah dalam
kurun waktu 1 (satu) tahun yang disusun menggunakan pendekatan
teknokratis dan partisipatif.
Dokumentasi perumusan dan keseluruhan tahap perencanaan
pembangunan daerah daerah dijadikan sebagai kertas kerja (working
paper). Suatu kertas kerja perumusan dan keseluruhan tahap
penyusunan RKPD merupakan dokumen yang tak terpisah dan
dijadikan sebagai dasar penyajian (dokumen).
1.3. Landasan Hukum
Peraturan perundang-undangan sebagai landasan dalam
penyusunan RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 adalah sebagai
berikut:
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa
Tengah;
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 - Pendahuluan I - 5
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1999 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025
RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 - Pendahuluan I - 6
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
11. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1345);
12. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 23,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3459);
13. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5068);
14. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan Dan
Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 07, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5188);
15. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4575);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4576);
RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 - Pendahuluan I - 7
18. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 - Pendahuluan I - 8
2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4741);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4816);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4817);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 29, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4832);
29. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4833);
30. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
59 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5219);
RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 - Pendahuluan I - 9
31. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,
Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-
undangan;
32. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;
33. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2005–2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 9);
34. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28);
35. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2013-2018 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2014 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 65);
36. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 6 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah
Kabupaten Temanggung Tahun 2008 Nomor 6 );
37. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 10 Tahun 2008
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten
Temanggung Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten
Temanggung Tahun 2008 Nomor 10);
RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 - Pendahuluan I - 10
38. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 13 Tahun 2011
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2011 Nomor 13);
39. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung
Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung
Tahun 2012 Nomor 1 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Temanggung Nomor 1);
40. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 26 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Temanggung Tahun 2012 Nomor 26, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 26);
41. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun 2014
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Temanggung.
1.4. Hubungan Antar Dokumen
Penyusunan rancangan RKPD Kabupaten Temanggung Tahun
2015 juga mendasarkan pada perencanaan multi sektoral di tingkat
nasional antara lain Roadmap Percepatan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Millenium (MDG’s) di Indonesia, Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Rencana
Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN PG) 2011-2015, dan Masterplan
Percepatan dan Percepatan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)
serta Grand Design Reformasi Birokrasi tahun 2010-2025.
Rancangan akhir RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015
juga disusun dengan berpedoman pada dokumen perencanaan multi
sektoral di tingkat daerah yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 - Pendahuluan I - 11
Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031 serta dokumen perencanaan
multi sektoral di tingkat Provinsi Jawa Tengah antara lain Strategi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Provinsi Jawa Tengah,
RAD MDG’s Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015, dan dokumen
perencanaan lainnya.
Gambar 1.2.
Hubungan rancangan RKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya.
1.5. Kaidah Pelaksanaan
Rancangan RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015
merupakan rencana kerja Pemerintah Kabupaten Temanggung selama
satu tahun di Tahun 2015 dengan mendasarkan potensi yang tersedia,
RPJP Nasional
Tingkat Nasional
RTRW Kab. Temanggung
2011-2031
RPJM Nasional
RPJPD Provinsi
RPJPD Kab. Temanggung 2005-2025
Tingkat Provinsi Jawa Tengah
RPJMD Kab. Temanggung 2013-2018
Renstra SKPD Kab Temanggung Tahun 2014-2018
Rancangan RKPD Kab Temanggung
Tahun 2015
RPJMD Prov. Jawa Tengah
RPJM Desa se-Kabupaten Temanggung
Rencana Kerja Tahunan Desa
Perencanaan Multi Sektor
Perencanaan Multi Sektor
RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 - Pendahuluan I - 12
prioritas, target dan capaian yang telah ditetapkan dalam dokumen
perencanaan lainnya.
Berdasarkan pada Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 pasal
285 dan Permendagri Nomor 32 Tahun 2012 pasal 3 ayat 2 pada
lampiran I, perubahan RKPD dapat dilaksanakan apabila hasil evaluasi
pelaksanaan dalam tahun berjalan menunjukkan adanya
ketidaksesuaian dengan perkembangan keadaan meliputi:
a. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi
daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran
pembangunan, rencana program dan kegiatan daerah;
b. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun anggaran
sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan;
c. Keadaan darurat dan keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan;
d. Pergeseran kegiatan antar SKPD, penghapusan kegiatan,
penambahan kegiatan baru/alternatif, penambahan atau
pengurangan target kinerja, serta perubahan lokasi dan kelompok
sasaran kegiatan.
1.6. Sistematika Penulisan
Rancanagan awal RKPD Tahun 2015 disusun dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Memuat latar belakang; penyusunan RKPD yang meliputi
pengertian secaran ringkas RKPD, proses penyusunan
rancangan akhir RKPD, maksud dan tujuan penyusunan,
landasan hukum penyusunan, hubungan RKPD dengan
dokumen perencanaan lainnya, kaidah pelaksanaan, dan
RKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2015 - Pendahuluan I - 13
sistematika penulisan.
BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD DAN KINERJA
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN
2014
Memuat gambaran umum kondisi daerah, dan evaluasi kinerja
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN
KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2015
Memuat tentang arah kebijakan ekonomi daerah yang terdiri
dari kondisi ekonomi daerah serta tantangan dan prospek
perekonomian daerah, arah kebijakan keuangan daerah yang
terdiri dari proyeksi keuangan daerah dan kerangka
pendanaan serta arah kebijakan keuangan daerah.
BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
TAHUN 2015
Menjelaskan perumusan isu strategis, prioritas pembangunan
daerah, yang terdiri atas kebijakan umum, strategi, prioritas
pembangunan daerah tahun 2015 dan prioritas
pengembangan kewilayahan.
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH
TAHUN 2015
Memuat perencanaan program dan kegiatan prioritas
pembangunan daerah tahun 2015 yang terdiri dari urusan
wajib dan urusan pilihan, indikator kinerja, target, satuan,
rencana anggaran maupun SKPD penanggungjawab.
BAB VI PENUTUP
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Gambaran Umum Kawasan II - 1
Bab 2
GGaammbbaarraann UUmmuumm KKaawwaassaann
2.1. CAKUPAN WILAYAH
Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Provinsi Jawa Tengah dengan
bentangan Utara ke Selatan sepanjang 46,8 km dan Timur ke Barat sepanjang 43 km.
Kabupaten Temanggung secara astronomis terletak di antara 110o23´-110
o46´30 bujur
timur dan 7o14´-7
o32´35 lintang selatan dengan luas wilayah 870,65 km
2 (87.065 ha).
Secara administratif sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Semarang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Magelang, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo. Kabupaten
Temanggung terletak pada ketinggian antara 400 m sampai 3.200 m dari permukaan air
laut, sebagian (50%) berupa dataran tinggi dan sebagian lagi landai.
Kabupaten Temanggung terdiri dari 20 kecamatan, 266 desa, dan 23 kelurahan, dengan
1.584 dusun/lingkungan, dan total luas wilayah 87.065 hektar, dimana wilayah kecamatan
terluas adalah Kecamatan Kandangan sebesar 9% dari luas Kabupaten Temanggung atau
sekitar 7.836 hektar dan wilayah kecamatan terkecil adalah Kecamatan Selopampang yaitu
1,99% dari luas Kabupaten Temanggung atau sekitar 1.729 hektar. Luas dan batas wilayah
Kecamatan di Kabupaten Temanggung disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Luas dan Batas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Temanggung
Kecamatan Luas dan Batas Wilayah
Km2 Utara Timur Selatan Barat
Parakan 22,23 Ngadirejo Kedu Bulu Bansari
Kledung 32,21 Bansari Bulu, Parakan Kledung Kab. Wonosobo
Bansari 22,54 Ngadirejo Parakan Kledung Cadiroto
Bulu 43,04 Parakan,
Kedu
Temanggung Tlogomulyo Kledung
Temanggung 33,39 Kedu,
Kandangan
Kaloran,
Kranggan
Tembarak Tlogomulyo,
Bulu
Tlogomulyo 24,84 Bulu Temanggung Tembarak Kab. Magelang
Tembarak 26,84 Tlogomulyo,
Temanggung
Kranggan Selopampang Tlogomulyo
Selopampang 17,29 Tembarak Kranggan Kab. Magelang Tlogomulyo
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Gambaran Umum Kawasan II - 2
Tabel 2.1. .................(Lanjutan)
Kecamatan Luas dan Batas Wilayah
Km2 Utara Timur Selatan Barat
Kranggan 57,61 Kaloran Pringsurat Kab. Magelang Temanggung
Pringsurat 57,27 Kaloran Kab. Magelang Kab. Magelang Kranggan
Kaloran 63,92 Kandangan Kab. Semarang Temanggung Kranggan
Kandangan 78,36 Kab. Semarang Kab. Semarang Temanggung Kedu
Kedu 34,96 Jumo,
Gemawang
Kandangan,
Kaloran
Temanggung Parakan, Bulu
Ngadirejo 53,31 Candiroto Jumo Bansari Candiroto
Jumo 29,32 Candiroto,
Gemawang
Gemawang Kedu Ngadirejo
Gemawang 67,11 Semarang Kandangan, Kab.
Semarang
Kedu Candiroto, Jumo
Candiroto 59,94 Bejen Gemawang Jumo Wonoboyo
Bejen 68,84 Kab. Kendal Kab. Semarang Candiroto,
Gemawang
Tretep, Kab.
Kendal
Tretep 33,65 Kab. Kendal Bejen, Wonoboyo Wonoboyo Kab. Wonosobo
Wonoboyo 43,98 Tretep Candiroto Candiroto Kab. Wonosobo
2.2. PERKEMBANGAN PERIKANAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG
Kebutuhan ikan di Temanggung cukup besar, dan berdasarkan perhitungan yang dilakukan
Bidang Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung. Pada tahun
2008, produksi ikan di wilayahnya baru mencapai sekitar 60% dari tingkat kebutuhan pasar
untuk skala konsumsi. Sedangkan 40% sisanya merupakan pasokan dari luar daerah,
artinya produksi ikan Kabupaten Temanggung belum mampu mencukupi kebutuhan
sendiri. Kekurangan tersebut diantaranya disebabkan oleh minimnya pemanfaatan lahan
untuk kegiatan usaha perikanan. Dari potensi lahan seluas 488,94 Ha yang ada di
Kabupaten Temanggung, baru sekitar 104 Ha yang dimanfaatkan sebagai kolam ikan
konsumsi atau baru 21,27%.
Pada tahun 2009, Temanggung berusaha menargetkan produksi ikan lokal-nya sebesar
70% (www.temanggungkab.go.id). Peningkatan target itu disesuaikan dengan tingkat
konsumsi ikan masyarakat yang cenderung meningkat. Pada tahun 2006 konsumsi ikan di
Temanggung hanya 9,8 kg per kapita per tahun, dan meningkat menjadi 10,6 kg pada
tahun berikutnya. Jumlah tersebut sebenarnya masih jauh dari standar Jawa Tengah, yakni
14 kg.
Terkait dengan upaya pencapaian target, Kabupaten Temanggung sudah menyiapkan
beberapa program di antaranya pengembangan kawasan budidaya ikan dan pembangunan
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Gambaran Umum Kawasan II - 3
unit pembenihan. Sejumlah kecamatan yang menjadi sasaran kawasan budidaya di
antaranya Wonoboyo, Candiroto, Parakan, Temanggung, Tlogomulyo, Tembarak,
Selopampang, Kedu, dan Bulu. Sedangkan untuk unit pembenihan akan dibangun di tiga
kecamatan dengan sistem satu kelompok per wilayah. Lokasi yang pertama adalah
Kelurahan Jurang, Kecamatan Temanggung. Daerah ini akan dijadikan sebagai unit
pembenihan untuk ikan Lele.
2.2.1. Potensi Budidaya Ikan Kolam
Potensi budidaya ikan terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Temanggung. Lima
kecamatan yang luas lahan dan produksi ikan budidaya kolam jumlahnya terbesar
Kecamatan Parakan, Temanggung, Tembarak, Kedu dan Kecamatan Selopampang (Tabel
2.2.).
Tabel 2. 2 Perkembangan Produksi Ikan Kolam (Kw) Dirinci Menurut Jenis Ikan per
Kecamatan di Kabupaten Temanggung
Kecamatan Luas Kolam
(Ha)
Karper Lele Nila Lain-Lain Jumlah
(Kw)
1.Parakan 16,8440 391,90 591,99 435,50 62,23 1.481,62
2.Kledung 4,1347 94,80 145,63 106,42 15,18 362,03
3.Bansario 0,8335 18,20 32,43 21,47 3,11 75,21
4.Bulu 5,9323 138,20 210,77 154,02 21,89 524,88
5.Temanggung 17,1355 398,16 602,97 442,25 63,21 1.506,59
6.Tlogomulyo 1,8235 41,85 69,34 46,82 6,78 164,79
7.Tembarak 11,8991 277,34 421,83 308,31 43,48 1.050,96
8.Selopampang 8,1448 189,24 290,85 211,47 29,70 721,26
9.Kranggan 1,0460 21,70 43,08 26,57 3,63 94,98
10.Pringsurat 4,4834 102,94 162,02 114,70 16,30 395,96
11.Kaloran 1,3363 30,36 52,44 34,08 4,90 121,78
12.Kandangan 1,0284 21,05 38,80 24,57 3,63 88,05
13.Kedu 16,2484 377,15 568,70 417,62 59,85 1.423,32
14.Ngadirejo 7,6007 175,96 268,20 195,56 28,12 667,84
15.Jumo 5,5241 128,68 197,76 142,89 20,44 489,77
16.Gemawang 0,8837 20,73 35,16 23,45 3,31 82,65
17.Candiroto 4,1791 72,09 117,86 80,29 11,52 281,76
18.Bejen 0,5525 10,11 23,38 12,65 1,69 47,83
19.Tretep 0,1220 4,06 5,90 4,93 0,70 13,59
20.Wonoboyo 4,3185 99,91 151,88 112,38 16,04 380,21
Kecamatan Luas Kolam
(Ha)
Karper Lele Nila Lain-Lain Jumlah
(Kw)
Jumlah 2009
2008
2007
2006
2005
113,0705
111,5790
104,4005
99,4000
93,8200
2.613,43
2.590,04
2.000,91
1.455,57
1.821,41
4.030,99
3.878,06
3.201,43
2.340,71
897,49
2.914,95
2.863,78
2.401,08
1.755,12
1.466,44
415,71
405,62
400,14
292,15
252,25
9.975,08
9.707,50
8.003,56
5.843,55
4.437,59 Sumber: Statistik Kabupaten Temanggung yang Diolah
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Gambaran Umum Kawasan II - 4
Berdasarkan draft RTRW 2011-2031, daerah atau kawasan yang direncanakan peruntukan
minapolitan meliputi Kecamatan Wonoboyo, Candiroto, Parakan, Termanggung,
Tembarak, Tlogomulyo, Selopampang, Kedu dan Kecamatan Bulu. Gambaran luas kolam
dan produksi ikan dari hasil budidaya kolam tersebut disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 menunjukkan adanya kenaikkan luas kolam dari tahun 2005 sebesar 93,8200 Ha
menjadi 113,0705 Ha pada tahun 2009. Kenaikkan luas kolam juga diikuti kenaikan
produksi dari 4,437,59 kw pada tahun 2005 menjadi 9.975,08 kw pada tahun 2009.
2.2.2. Potensi Budidaya Mina Padi
Hasil produksi ikan budidaya minapadi di lima kecamatan yang paling banyak terdapat di
Kecamatan Bulu dengan luas lahan 1.268,23 Ha dan jumlah produksi 3.592,91 kw (Tabel
2.3). Kecamatan lain yang cukup besar produksinya adalah Kecamatan Parakan (711,73
Kw), Kedu (646,63 Kw), Temanggung (512,65 Kw) dan Kecamatan Tembarak (415,02
Kw).
Tabel 2. 3 Perkembanagn Produksi Ikan Budidaya Mina Padi (Kw) Dirinci Menurut Jenis
Ikan per Kecamatan di Kabupaten Temanggung
Kecamatan Luas Mina Padi
(Ha) Karper Nila
Jumlah
(Kw)
1.Parakan 254,65 605,78 105,95 711,73
2.Kledung 16,95 44,75 9,16 53,91
3.Bansario 35,21 88,29 16,91 105,20
4.Bulu 1.268,23 3.051,93 540,98 3.592,91
5.Temanggung 172,78 436,50 76,15 512,65
6.Tlogomulyo 113,65 277,99 50,11 328,10
7.Tembarak 144,67 350,32 64,70 415,02
8.Selopampang 116,68 282,90 52,58 335,48
9.Kranggan 24,18 62,65 11,24 73,89
10.Pringsurat 43,08 108,05 19,22 127,27
11.Kaloran 25,92 66,00 11,37 77,37
12.Kandangan 11,38 30,16 4,83 34,99
13.Kedu 221,33 548,59 98,04 646,63
14.Ngadirejo 145,29 352,40 62,86 415,26
15.Jumo 127,24 315,16 55,00 370,16
16.Gemawang 87,90 211,42 37,43 248,85
17.Candiroto 35,12 86,57 16,07 102,64
18.Bejen 88,10 212,80 37,76 250,56
19.Tretep 5,57 13,76 2,51 16,27
20.Wonoboyo 36,92 88,90 17,23 106,13
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Gambaran Umum Kawasan II - 5
Tabel 2.3. lanjutan ......
Kecamatan Luas Mina Padi
(Ha) Karper Nila
Jumlah
(Kw)
Jumlah 2009
2008
2007
2006
2005
2.974,85
2.946,40
2.544,43
2.045,57
1.930,69
7.234,92
7.069,54
5.498,01
4.692,66
3.911,61
1.290,10
1.247,56
1.374,49
521,41
48,04
8.525,02
8.317,10
6.872,50
5.214,07
3.959,65
Sumber: Statistik Kabupaten Temanggung yang Diolah
Berdasarkan Tabel 2.3 terdapat kenaikan luas lahan budidaya mina padi, pada tahun 2005
seluas 1.930,69 ha menjadi 2.974,85 ha pada tahun 2009. Produksi juga mengalami
kenaikan dari 3.959,65 kw pada tahun 2007 menjadi 8.525,02 kw pada tahun 2009. Jenis
ikan yang dibudidayakan dengan pola minapadi tersebut terdiri dari ikan Kaper dan ikan
Nila.
2.2.3. Potensi Perikanan Tangkap di Perairan Sungai
Selain mempunyai komoditas perikanan budidaya, Kabupaten Temanggung juga
mempunyai produksi ikan dari sektor perikanan tangkap, terutama penangkapan di sungai
dan cekdam/genangan. Antara tahun 2005-2009 produksi perikanan tangkap cenderung
mengalami kenaikan (Tabel 2.4). Produksi ikan hasil tangkapan pada tahun 2009 sebesar
441,06 kw, dengan daerah paling besar berada di Kecamatan Temanggung yaitu sebesar
57,73 kw.
Tabel 2. 4 Perkembangan Produksi Hasil Penangkapan Ikan (Kw) di Sungai Dirinci
Menurut Jenis Ikan per Kecamatan di Kabupaten Temanggung
Kecamatan Tawes Karper Nila Gabus Lele Udang Lain-
Lain Jumlah
1.Parakan 1,54 9,80 14,36 3,26 8,85 0,57 8,50 46,88
2.Kledung 0,00 0,00 0,50 0,14 0,12 0,02 0,00 0,78
3.Bansario 0,00 0,00 0,42 0,19 0,11 0,03 0,00 0,75
4.Bulu 1,26 6,08 7,97 2,12 6,19 0,29 7,31 31,22
5.Temanggung 2,37 12,14 17,30 5,02 9,86 0,98 9,75 57,42
6.Tlogomulyo 0,08 0,83 2,65 0,28 3,52 0,12 5,04 12,52
7.Tembarak 0,83 3,59 7,71 1,46 7,25 0,25 6,60 27,69
8.Selopampang 0,82 3,80 7,23 1,39 5,05 0,27 7,40 25,96
9.Kranggan 2,80 7,28 7,14 1,14 9,30 0,39 8,68 36,73
10.Pringsurat 0,89 4,95 6,95 1,04 7,87 0,26 9,30 31,26
11.Kaloran 0,35 2,04 2,26 0,55 2,78 0,06 1,50 9,54
12.Kandangan 0,10 1,46 1,75 0,56 1,60 0,10 1,95 7,52
13.Kedu 1,95 8,90 10,26 4,28 9,56 0,33 11,45 46,73
14.Ngadirejo 1,50 8,48 14,74 3,06 8,57 0,46 8,40 45,21
15.Jumo 0,30 3,40 6,74 1,15 4,86 0,16 3,47 20,08
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Gambaran Umum Kawasan II - 6
Tabel 4.3. Lanjutan ...
Kecamatan Tawes Karper Nila Gabus Lele Udang Lain-
Lain Jumlah
16.Gemawang 0,00 1,00 1,19 0,37 1,18 0,06 1,20 5,00
17.Candiroto 0,13 4,40 6,38 0,76 0,79 0,21 9,50 22,17
18.Bejen 0,00 0,00 0,43 0,16 0,10 0,03 0,00 0,72
19.Tretep 0,00 0,00 0,25 0,13 0,12 0,00 0,00 0,50
20.Wonoboyo 0,10 1,20 4,36 0,44 1,97 0,06 1,90 10,03
Jumlah 2009
2008
2007
2006
2005
15,02
34,03
33,66
32,34
26,80
79,35
69,71
31,07
29,85
3,78
120,59
108,93
24,59
23,63
14,94
27,50
24,05
23,73
40,51
75,37
89,65
87,14
35,38
33,99
28,13
4,65
4,36
24,16
23,18
15,59
101,95
105,44
256,75
246,70
152,69
438,71
433,66
429,34
430,20
317,30
Sumber: Statistik Kabupaten Temanggung yang Diolah
2.2.4. Potensi Tangkap di Genangan/Cekdam
Potensi perikanan lain yang kurang tergarap adalah potensi perikanan tangkap di
genangan/cekdam. Tahun 2009 jenis ikan yang ditangkap adalah jenis Karper, Nila, Gabus,
Lele dan lain sebagainya. Produksi ikan hasil tangkapan perairan genangan/cekdam
sebesar 67,59 kw. Kecamatan yang mempunyai hasil tangkapan di genangan/cekdam
tertinggi adalah Kecamatan Kedu dengan jumlah tangkapan 12,37 kw.
Tabel 2. 5 Perkembangan Produksi Hasil Penangkapan Ikan (Kw) di Genangan/Cekdam
Dirinci Menurut Jenis Ikan per Kecamatan di Kabupaten Temanggung
Kecamatan Karper Nila Gabus Lele Lain-
Lain Jumlah
1.Parakan 0,62 1,52 0,22 0,24 4,28 6,88
2.Kledung - - - - - -
3.Bansario - - - - - -
4.Bulu 0,35 0,14 0,15 0,20 1,00 1,84
5.Temanggung 0,52 1,51 0,30 0,27 3,76 6,36
6.Tlogomulyo - 0,13 - - 0,50 0,63
7.Tembarak 0,60 1,69 0,20 0,26 4,33 7,08
8.Selopampang - 0,18 0,15 0,22 1,50 2,05
9.Kranggan 0,45 1,16 0,11 0,24 3,61 5,57
10.Pringsurat - 0,18 0,12 0,15 1,80 2,25
11.Kaloran 0,16 0,56 0,10 0,30 2,00 3,12
12.Kandangan 0,84 1,69 0,26 0,53 4,00 7,31
13.Kedu 1,47 3,59 0,22 0,32 6,80 12,37
14.Ngadirejo 0,67 1,37 0,23 0,40 3,40 6,04
15.Jumo 0,38 0,94 0,12 0,11 2,20 3,72
16.Gemawang - 0,12 - - 0,50 0,62
17.Candiroto - 0,14 0,12 0,12 0,40 0,78
18.Bejen - 0,12 - - 0,30 0,42
19.Tretep - - - - - -
20.Wonoboyo - 0,14 0,11 - 0,30 0,55
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Gambaran Umum Kawasan II - 7
Tabel 2.5. Lanjutan .....
Kecamatan Karper Nila Gabus Lele Lain-
Lain Jumlah
Jumlah 2009
2008
2007
2006
2005
6,06
13,40
12,50
1,80
13,70
15,18
12,65
11,30
5,10
15,72
2,41
-
4,20
1,20
18,50
3,36
9,85
8,60
2,30
3,55
40,68
25,55
18,90
43,00
16,13
67,59
67,90
55,50
53,40
104,17 Sumber: Statistik Kabupaten Temanggung yang Diolah
2.2.3. Potensi Benih Ikan
Benih ikan merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan budidaya. Produksi
benih ikan di Kabupaten Temanggung pada tahun 2009 sebanyak 29.813.400 ekor, dan
Kecamatan Kedu merupakan produsen terbesar yaitu mencapai 5.854.910 ekor (Tabel 2.6).
Tabel 2. 6 Perkembangan Produksi Benih Ikan per Kecamatan di Kabupaten Temanggung
Kecamatan Unit Pembenihan Ikan
Luas (Ha) Produksi (Ekor)
1.Parakan 8,24 2.914.638
2.Kledung 0,35 201.402
3.Bansario 0,45 322.702
4.Bulu 5,00 3.588.574
5.Temanggung 7,09 5.135.808
6.Tlogomulyo 1,70 546.036
7.Tembarak 4,33 1.856.838
8.Selopampang 4,43 1.625.538
9.Kranggan 0,39 2.475.606
10.Pringsurat 0,68 362.986
11.Kaloran 0,26 118.234
12.Kandangan 0,21 151.734
13.Kedu 8,91 5.854.910
14.Ngadirejo 4,77 1.750.904
15.Jumo 1,47 788.136
16.Gemawang 0,44 485.202
17.Candiroto 1,03 454.334
18.Bejen 0,03 100.734
19.Tretep 0,21 103.534
20.Wonoboyo 0,43 975.568
Jumlah 2009
2008
2007
2006
2005
50,42
49,37
46,60
45,90
36,66
29.813.400
24.640.000
22.408.500
20.504.600
13.046.409 Sumber: Statistik Kabupaten Temanggung yang Diolah
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Gambaran Umum Kawasan II - 8
Berdasarkan Tabel 2.6 terdapat kenaikan luas lahan dan jumlah produksi benih ikan. Luas
lahan pada tahun 2005 sebesar 36,66 ha meningkat menjadi 50,42 ha pada tahun 2009.
Jumlah benih juga meningkat dari 13.046.409 ekor pada tahun 2007 menjadi 29.813.400
ekor pada tahun 2009.
2.3. KOMODITAS UNGULAN
Komoditas unggulan adalah suatu komoditas yang memiliki keunggulan secara komparatif
maupun secara kompetitif, baik dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari sisi
penawaran komodtas unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada
kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi disuatu wilayah. Dari sisi
permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan pasar, baik pasar
domistek maupun internasional. Budidaya ikan yang banyak dilakukan di Kabupaten
Temanggung terutama adalah ikan Nila, ikan Karper/Mas dan ikan Lele. Ke tiga komoditas
ini dapat memenuhi kriteria tersebut di atas, sehingga dapat dikategorikan sebagai
komoditas unggulan untuk usaha budidaya ikan di Kabupaten Temanggung. Gambaran
tentang produksi ke tiga jenis ikan tersebut disajikan pada Tabel 2.7.
Tabel 2. 7 Produksi Komoditas Unggulan dari Hasil Budidaya (Kw)
Kecamatan Jenis Komoditas Jumlah
Karper Lele Nila
Parakan 1008,1 601,08 557,33 2166,51
Kledung 139,55 145,75 116,08 401,38
Bansari 106,49 32,54 38,8 177,83
Bulu 3196,56 217,16 703,11 4116,83
Temanggung 847,32 613,1 537,21 1997,63
Tlogomulyo 320,67 72,86 99,71 493,24
Tembarak 631,85 429,34 382,41 1443,6
Selopampang 475,94 296,12 271,46 1043,52
Kranggan 92,08 52,62 46,11 190,81
Pringsurat 215,94 170,04 141,05 527,03
Kaloran 98,56 55,52 48,27 202,35
Kandangan 53,51 40,93 32,84 127,28
Kedu 936,11 578,58 529,51 2044,2
Ngadirejo 537,51 277,17 274,53 1089,21
Jumo 447,62 202,73 205,57 855,92
Gemawang 233,15 36,34 62,19 331,68
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Gambaran Umum Kawasan II - 9
Tabel 2.7. Lanjutan ...
Kecamatan Jenis Komoditas Jumlah
Karper Lele Nila
Candiroto 163,06 118,77 102,88 384,71
Bejen 222,91 23,48 50,96 297,35
Tretep 17,82 6,02 7,69 31,53
Wonoboyo 190,01 153,85 134,11 477,97
Jumlah 9934,76 4124 4341,82 18400,58
Sumber: Statistik Kabupaten Temanggung yang Diolah
2.3.1. Ikan Nila
Budidaya ikan Nila dapat berkembang pesat karena mudah dipelihara, laju pertumbuhan
dan perkembangbiakannya cepat, tahan terhadap gangguan hama dan penyakit dan secara
ekonomi cukup menguntungkan. Pada saat ini ikan Nila merupakan salah satu komoditas
ekspor. Selain dipelihara di kolam biasa, ikan Nila juga dapat dibudidayakan di media lain
seperti kolam air deras, karamba jaring apung, sawah (mina padi), bahkan dalam tambak
(air payau).
Berdasarkan Tabel 2.7 terlihat bahwa kecamatan penghasil ikan Nila paling besar berturut-
turut adalah Kecamatan Bulu (703,11 Kw), Parakan (557,33 Kw), Temanggung (537,21
Kw), dan Kedu (529,51 Kw).
Wilayah Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, kini telah dikembangkan sebagai
kawasan unit pembenihan rakyat (UPR), termasuk pembenihan ikan Nila. Ada dua desa di
Kecamatan Bulu yang dipilih sebagai UPR ikan Nila, yaitu Desa Mondoretno dan Desa
Putat. Kecamatan Bulu dipilih sebagai kawasan UPR ikan Nila karena sudah banyak
embrio di daerah tersebut, dan komoditas ikan Nila ini dinilai cocok untuk dikembangkan
di wilayah tersebut. Dengan banyaknya UPR, maka masyarakat sekitar diharapkan akan
terpacu untuk mengembangkan budidaya ikan tersebut. Dengan kata lain, wilayah
Kecamatan Bulu akan dikembangkan sebagai cluster ikan Nila, sehingga ada pembibitan,
budidaya, dan pengolahan hasil. Pada akhir tahun 2009 diketahui UPR Desa Ngimbrang
mendapatkan bantuan 1.500 induk nila BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia), yang
merupakan jenis Nila varietas unggul baru hasil penelitian dan pengujian dari Balai Riset
Perikanan Budidaya Air Tawar, Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen
Perikanan dan Kelautan. Keunggulan nila BEST, antara lain tahan terhadap perubahan
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Gambaran Umum Kawasan II - 10
lingkungan seperti suhu maupun musim, produksi ikan jenis ini lebih baik jika dibanding
ikan Nila yang biasa dikembangkan masyarakat.
Lokasi budidaya ikan Nila di Chekdam Kembangsari Desa Kembangsari Kecamatan
Kandangan dengan luas sekitar 15,18 ha. Usaha budidaya ikan Nila di Chekdam
Kembangsari masih terus dikembangkan. Saat sekarang telah terbentuk kelompok pembudi
daya ikan dari masyarakat sekitar Desa Kembangsari yang tergabung dalam Pokdakan
"Margo utomo".
2.3.3. Ikan Lele
Ikan Lele merupakan salah satu komoditas yang penting, karena meskipun belum menjadi
komoditas ekspor namun daya serap pasar tinggi. Budidaya ikan Lele berkembang pesat
dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar
tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya relatif
mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah. Pengembangan usaha budidaya ikan
lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan Lele Dumbo ke Indonesia pada tahun 1985.
Keunggulan Lele Dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih
banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.
Berdasarkan data tahun 2009 (Tabel 2.2), produksi ikan lele di Kabupaten Temanggung
cenderung meningkat 897,49 Kw pada tahun 2005 meningkat menjadi 4.030,99 Kw pada
tahun 2009. Produksi ikan Lele terbesar di Kabupaten Temanggung berturut-turut adalah
Kecamatan Temanggung (613,1 Kw), Parakan (601,08 Kw), Kedu (578,58 Kw) dan
Kecamatan Tembarak (429,34 Kw) (Tabel 2.7). Pengolahan hasil budidaya ikan Lele di
Kabupaten Temanggung sudah mulai dikembangkan, terutama produk abon lele dan kripik
kulit lele.
Usaha Ikan lele, baik budidaya ikan lele dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran
dan pengolahan serta pemasaran hasil, mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan
konsumen akan keberadaan ikan lele semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan
yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.
2.3.3. Ikan Karper
Di Indonesia, ikan karper memiliki beberapa nama sebutan yakni ikan mas, kancra, tikeu,
tombro, raja, rayo, ameh atau nama lain sesuai dengan daerah penyebarannya. Ikan karper
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Gambaran Umum Kawasan II - 11
sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni ras ikan karper bersisik penuh
dan ras ikan karper bersisik sedikit. Kelompok ras ikan karper yang bersisik penuh adalah
ras-ras ikan karper yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan menyelimuti seluruh
tubuh. Ras ikan karper yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah ikan karper majalaya,
ikan karper punten, ikan karper si nyonya dan ikan karper merah atau mas. Sedangkan
yang tergolong dalam ras karper bersisik sedikit adalah ikan karper kaca yang oleh petani
di Tabanan biasa disebut dengan nama karper gajah. Untuk kelompok ras ikan karper hias,
beberapa di antaranya adalah karper kumpay, kaca, mas merah dan koi.
Budidaya ikan Karper di Kabupaten Temanggung cenderung meningkat, seperti terlihat
pada Tabel 2.2 dan 2.3. Pada tahun 2005, produksi ikan Karper hasil budidaya di kolam
sebesar 1.821,41 Kw, meningkat menjadi 2.613,43 Kw pada tahun 2009 (Tabel 2.2). Sedangkan
dari hasil budidaya minapadi, pada tahun 2005 sebesar 3.911,61 Kw meningkat menjadi
7.234,92 Kw pada tahun 2009.
Berdasarkan gambaran tersebut terlihat bahwa produksi ikan Karper di Kabupaten Temanggung
terutama berasal dari budidaya minapadi. Kecamatan yang paling besar produksi ikan Karpernya
berturut turut adalah Kecamatan Bulu (3.051,93 Kw), Parakan (605,78 Kw), Kedu (548,59
Kw) dan Kecamatan Temanggung (436,50 Kw).
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan III -
1
BAB 3
AAnnaalliissiiss PPeennggeemmbbaannggaann KKaawwaassaann
Konsep kawasan adalah wilayah yang berbasis pada keanekaragaman fisik dan ekonomi
tetapi memiliki hubungan erat dan saling mendukung satu sama lain secara fungsional
dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kawasan sentra perikanan budidaya (minapolitan) merupakan kota perikanan yang tumbuh
dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis serta mampu melayani,
mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan perikanan di wilayah sekitarnya.
Kawasan sentra perikanan terdiri dari kota perikanan dan desa-desa sentra produksi
perikanan yang ada disekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan
administratif pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi
kawasan yang ada.
Pengelolaan ruang diartikan sebagai kegiatan pengaturan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, penertiban dan peninjauan kembali atas pemanfaatan ruang kawasan sentra
perikanan. Program pengembangan kawasan sentra perikanan adalah pembangunan
ekonomi berbasis perikanan yang dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai
potensi yang ada, utuh dan menyeluruh, berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan
dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah.
Kawasan perikanan yang terdapat di daerah pedesaan harus dikembangkan sebagai satu
kesatuan pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antara desa-kota
(urban-rural linkages), dan menyeluruh hubungan yang bersifat timbal balik yang dinamis.
3.1. VISI DAN MISI
3.1.1. Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
Kebijakan sektor pembangunan kelautan dan perikanan merupakan upaya mewujudkan
Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Visi KKP adalah ”Indonesia
Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015” dan Misinya adalah
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan III -
2
"Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan ". Berawal dar Visi
dan Misi tersebut, maka disusun kebijakan strategis dan kemudian dikenal sebagai GRAND
STRATEGY (The Blue Revolution Policies) yang berisikan 4 (empat) kebijakan yaitu :
1. Memperkuat Kelembagaan dan SDM secara Terintegrasi
a. Peraturan perundang-undangan di bidang Kelautan dan Perikanan sesuai kebutuhan
nasional dan tantangan global serta diimplementasikan secara sinergis lintas sektor,
pusat dan daerah
b. Seluruh perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pelaporan terintegrasi,
akuntabel dan tepat waktu berdasarkan data yang terkini dan akurat
c. Sumber daya manusia kelautan dan perikanan memiliki kompetensi sesuai
kebutuhan
2. Mengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara Berkelanjutan
a. Sumber daya kelautan dan perikanan dimanfaatkan secara optimal dan
berkelanjutan
b. Konservasi kawasan dan jenis biota perairan yang dilindungi dikelola secara
berkelanjutan
c. Pulau-pulau kecil dikembangkan menjadi pulau bernilai ekonomi tinggi
d. Indonesia bebas Illegal, Unreported dan Unregulated (IUU) Fishing serta kegiatan
yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan
3. Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Berbasis Pengetahuan
a. Seluruh kawasan potensi perikanan menjadi kawasan Minapolitan dengan usaha
yang bankable
b. Seluruh sentra produksi kelautan dan perikanan memiliki komoditas unggulan yang
menerapkan teknologi inovatif dengan kemasan dan mutu terjamin
c. Sarana dan prasarana kelautan dan perikanan mampu memenuhi kebutuhan serta
diproduksi dalam negeri dan dibangun secara terintegrasi
4. Memperluas Akses Pasar Domestik dan Internasional
a. Seluruh desa memiliki pasar yang mampu memfasilitasi penjualan hasil perikanan
b. Indonesia menjadi market leader dunia dan tujuan utama investasi di bidang
kelautan dan perikanan.
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan III -
3
Dalam melaksanakan kebijakan tersebut dilakukan progam strategis pembangunan
perikanan berbasis kawasan, yang dikenal dengan program Minapolitan. Minapolitan
merupakan upaya percepatan pengembangan pembangunan kelautan dan perikanan di
sentra-sentra produksi perikanan yang memiliki potensi untuk dikembangkan dalam rangka
mendukung Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pengembangan
minapolitan ini hakekatnya mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Meningkatkan produksi perikanan, produktivitas usaha, dan meningkatkan kualitas
produk perikanan;
2. Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan yang adil dan
merata;
3. Mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah
dan sentra-sentra produksi perikanan sebagai penggerak ekonomi rakyat.
3.1.2. Visi dan Misi Kabupaten Temanggung 2008-2013
1. Visi Kabupaten Temanggung
Dalam rangka mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance)
dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk 5 (lima) tahun kedepan,
maka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah didasarkan pada asas-asas
umum, yaitu :
a. Asas Kepastian Hukum, yaitu mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan pemerintahan.
b. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu mengutamakan keteraturan, keserasian, dan
keseimbangan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
c. Asas Kepentingan Umum, yaitu mendahuluan kesejahteraan umum dengan cara
aspiratif, akomodatif, dan selektif.
d. Asas Keterbukaan, yaitu membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, bersikap jujur, dan tidak diskriminatif dalam penyelenggaraan
pemerintahan dengan tetap memperhatikan perlindungan hak asasi pribadi, golongan,
dan rahasia negara.
e. Asas Proporsionalitas, yaitu mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
penyelenggaraan pemerintah.
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan III -
4
f. Asas Profesionalitas, yaitu mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik
profesional dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
g. Asas Akuntabilitas, yaitu setiap penyelenggaraan pemerintahan daerah harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Sejalan dengan penerapan asas-asas umum pemerintahan tersebut dan agar pelaksanaan
pemerintahan dan pembangunan daerah dapat terarah dan berkelanjutan maka diperlukan
adanya Visi Daerah baik untuk jangka panjang maupun jangka menengah. Visi Daerah
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Temanggung Tahun 2005-2025
adalah Temanggung makin Maju, Mandiri, Aman, Adil, dan Sejahtera. Untuk jangka
menengah periode tahun 2008-2013 Visi Kabupaten Temanggung adalah ”Bersatu Untuk
Maju dan Sejahtera”.
Visi tersebut mempunyai filosofi dasar, yaitu :
a. Mewujudkan Temanggung yang lebih baik maka diperlukan adanya tekad semua
komponen baik Pemerintah Daerah, swasta maupun masyarakat untuk “Bersatu”. Hal
ini mengandung makna menyatukan semua potensi sumberdaya manusia (SDM) dalam
lingkungan birokrasi (eksekutif), legislatif, dunia usaha dan masyarakat agar mampu
mengelola sumberdaya alam (SDA) secara terarah, didasarkan pada program yang
mantap, pelaksanaan yang tepat, serta pengawasan yang ketat sehingga “Kemajuan”
bisa tercapai.
b. Masyarakat yang “Maju” mengandung makna terwujudnya kondisi masyarakat yang
berkembang dan berorientasi pada upaya memajukan daerah dengan dilandasi sikap
disiplin, bekerja keras, dan gemar membaca/meningkatkan kapasitas dan kapabilitas
diri. Kondisi ini akan mengantarkan pada terwujudnya masyarakat yang “Sejahtera”.
c. “Sejahtera” mengandung arti tercukupinya kebutuhan pokok material dan spiritual
bagi masyarakat, yang ditandai dengan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), yaitu meningkatnya kehidupan perekonomian masyarakat, pelaksanaan
pendidikan yang berkeadilan dan derajat kesehatan yang berkualitas, serta didukung
oleh kepastian hukum dan penegakan has azasi manusia.
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan III -
5
2. Misi Kabupaten Temanggung
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi. Misi Pemeritah Daerah Kabupaten Temanggung jangka panjang tahun
2005-2025 adalah:
a. Mewujudkan pemerintahan yang bersendikan pada prinsip-prinsip tata kelola
pemerintahan yang baik, kapasitas daerah dan jaringan kerjasama dalam rangka
optimalisasi kinerja pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam
suasana politik yang demokratis berdasarkan pada penegakan supremasi hukum dan
Hak Azasi Manusia (HAM)
b. Mewujudkan kondisi sosial dan budaya masyarakat yang bermoral, beretika,
berbudaya, beretos kerja, berkemampuan, sehat dan cerdas berbasis pada nilai-nilai
luhur bangsa dan beragama dalam rangka pencapaian masyarakat yang sejahtera lahir
dan batin.
c. Mewujudkan perekonomian daerah yang semakin kuat berbasis pada ekonomi
kerakyatan, potensi sektor unggulan daerah, dan cluster usaha tingkat pedesaan dalam
rangka meningkatkan daya saing dan kemandirian daerah.
d. Mewujudkan ketersediaan dan pemerataan prasarana dan sarana pelayanan dasar dalam
rangka peningkatan aksestabilitas dan mobilitas ekonomi dan non-ekonomi,
pengembangan kawasan serta pengurangan kesenjangan antar wilayah.
e. Mewujudkan pembangunan daerah secara berkelanjutan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara lestari berbasis pada
partisipasi segenap pemangku kepentingan dan memperhatikan dimensi tata ruang.
Misi jangka panjang tersebut diimplementasikan pada setiap periodisasi 5 (lima) tahunan
menjadi jangka menengah. Untuk periode tahun 2008-2013 misi Pemerintah Kabupaten
Temanggung adalah :
a. Meningkatkan kualitas iman dan taqwa melalui pembinaan dan pengembangan
kehidupan beragama, kerukunan umat beragama, dan fasilitas kehidupan beragama.
b. Meningkatkan fasilitas pendidikan, ketrampilan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam rangka pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
c. Meningkatkan kualitas dan keterjangkauan pelayanan kesehatan secara merata.
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan III -
6
d. Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat yang bebas korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN).
e. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh potensi ekonomi kerakyatan, bertumpu pada
potensi sumberdaya alam dan potensi unggulan daerah menuju pemerataan
pertumbuhan ekonomi daerah.
f. Meningkatkan kualitas dan pelestarian lingkungan hidup.
3.1.3. Misi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung
Guna mewujudkan Visi Pemerintah Kabupaten Temanggung, maka ditetapkan misi oleh
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung sebagai berikut:
a. Mewujudkan sumber daya aparatur yang profesional sesuai kompetensi tugasnya.
b. Mewujudkan kesehatan hewan yang optimal dan produk hewani yang aman.
c. mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas ternak dan ikan.
d. mewujudkan agribisnis peternakan dan perikanan yang berwawasan lingkungan dalam
pengelolaan kelembagaan petani yang tangguh.
3.2. STRATEGI PENGEMBANGAN
Minapolitan merupakan upaya percepatan pengembangan pembangunan kelautan dan
perikanan di sentra-sentra produksi perikanan yang memiliki potensi untuk dikembangkan
dalam rangka mendukung Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Pengembangan minapolitan ini hakekatnya mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1) Meningkatkan produksi perikanan, produktivitas usaha, dan meningkatkan kualitas
produk perikanan;
2) Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan yang adil dan
merata; serta
3) Mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah
dan sentra-sentra produksi perikanan sebagai penggerak ekonomi rakyat.
Program ini mempunyai sasaran pengembangan sebagai berikut :
1) Ekonomi rumah tangga masyarakat kelautan dan perikanan skala kecil makin kuat;
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan III -
7
2) Usaha kelautan dan perikanan kelas menengah ke atas makin bertambah dan berdaya
saing tinggi; serta
3) Sektor kelautan dan perikanan menjadi penggerak ekonomi nasional.
Dalam mencapai sasaran tersebut maka dilakukan pendekatan pengembangan minapolitan
melalui:
1) Ekonomi Perikanan Berbasis Wilayah
Mendorong penerapan manajemen hamparan untuk mencapai skala ekonomi,
mencegah penyebaran penyakit, meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber
daya, sekaligus mengintegrasikan pemenuhan kebutuhan sarana produksi, proses
produksi, pengolahan dan pemasaran hasil dan pengelolaan lingkungan dalam suatu
kesisteman yang mapan
2) Kawasan Ekonomi Unggulan
Memacu pengembangan komoditas yang memiliki kriteria (i) bernilai ekonomis tinggi,
(ii) teknologi tersedia, (iii) permintaan pasar besar, dan (iv) dapat dikembangkan secara
massal
3) Sentra Produksi
Minapolitan berada dalam kawasan pemasok hasil perikanan (sentra produksi
perikanan) yang dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian
dan kesejahteraan masyarakatnya. Seluruh sentra produksi perikanan menerapkan
teknologi inovatif dengan kemasan dan mutu terjamin.
4) Unit Usaha
Seluruh unit usaha dilakukan dengan menggunakan prinsip bisnis secara profesional
dan berkembang dalam suatu kemitraan usaha yang saling memperkuat dan
menghidupi
5) Penyuluhan
Penguatan kelembagaan dan pengembangan jumlah penyuluh merupakan salah satu
syarat mutlak keberhasilan pengembangan minapolitan. Penyuluh akan berperan
sebagai fasilitator dan pendamping penerapan teknologi penangkapan dan budidaya
ikan serta pengolahan hasil perikanan.
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan III -
8
6) Lintas Sektor
Minapolitan dikembangkan dengan dukungan dan kerjasama berbagai instansi terkait
untuk mendukung kepastian usaha antara lain terkait dengan sarana dan prasarana
pemasaran produk perikanan, tata ruang wilayah, penyediaan air bersih, listrik, akses
jalan, dan BBM.
Di masa yang akan datang, Suatu kawasan sentra perikanan budidaya yang sudah
berkembang harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Sebagian besar kegiatan masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan
perikanan budidaya dalam suatu sistem yang utuh dan terintegrasi mulai dari:
a) Subsistem minabisnis hulu (up stream minabusiness) yang mencakup: penelitian
dan pengembangan, sarana perikanan, pemodalan, dan lain-lain;
b) Subsistem usaha perikanan budidaya (on farm minabusiness) yang mencakup
usaha: pembenihan ikan, pembesaran ikan dan penyediaan sarana perikanan
budidaya;
c) Subsistem minabinis hilir (down stream minabusiness) yang meliputi: industri-
industri pengolahan dan pemasarannya, termasuk perdagangan untuk kegiatan
ekspor,
d) Subsistem jasa-jasa penunjang (kegiatan yang menyediakan jasa bagi minabisnis)
seperti: perkreditan, asuransi, transportasi, pendidikan, penyuluhan, infrastruktur,
dan kebijakan pemerintah.
2) Adanya keterkaitan antara kota dengan desa (urban-rural linkages) yang bersifat
timbal balik dan saling membutuhkan, dimana kawasan perikanan budidaya di
pedesaan mengembangkan usaha budi daya (on farm) dan produk olahan skala rumah
tangga (off farm), sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha
budi daya dan minabisnis seperti penyediaan sarana perikanan antara lain: modal,
teknologi, informasi, peralatan perikanan dan lain sebagainya;
3) Kegiatan sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan
perikanan budidaya, termasuk didalamnya usaha industri (pengolahan) produk
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan III -
9
perikanan, perdagangan hasil-hasil perikanan (termasuk perdagangan untuk kegiatan
ekspor), perdagangan minabisnis hulu (sarana perikanan dan permodalan), minawisata
dan jasa pelayanan;
4) Infrastruktur yang ada di kawasan diusahakan tidak jauh berbeda dengan di kota.
Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan perikanan budidaya harus
dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki sumber daya lahan dan perairan yang sesuai untuk mengembangkan
komoditi perikanan budidaya, yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar
(selanjutnya disebut komoditi unggulan);
2) Memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan
usaha perikanan, seperti misalnya: jalan, sarana irigasi/pengairan, sumber air baku,
pasar, terminal, jaringan telekomunikasi, fasilitas perbankan, sarana produksi
pengolahan hasil perikanan, dan fasilitas umum serta fasilitas sosial lainnya;
3) Memiliki sumber daya manusia yang mau dan berpotensi untuk mengembangkan
kawasan perikanan budidaya secara mandiri.
Pembangunan kawasan adalah usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan
saling ketergantungan dan interaksi antara sistem ekonomi (economic system), masyarakat
(social system), dan lingkungan hidup beserta sumber daya alamnya (ecosystem), dimana
setiap sistem memiliki tujuannya masing-masing. Secara umum, tujuan dari
pengembangan kawasan minapolitan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Membangun masyarakat pedesaan, beserta sarana dan prasarana yang mendukungnya;
2) Mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan;
3) Mengurangi tingkat kemiskinan melalui peningkatan pendapatan masyarakat;
4) Mendorong pemerataan pertumbuhan dengan mengurangi kesenjangan antar daerah;
5) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan konservasi sumber daya alam untuk
kesinambungan pembangunan daerah.
6) Mendorong pemanfaatan ruang desa yang efisien dan berkelanjutan.
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Pengembangan Komoditas dan Usaha IV- 1
BAB 4
PPeennggeemmbbaannggaann KKoommooddiittaass ddaann UUssaahhaa
4.1. SKALA PRODUKSI
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, diketahui bahwa kegiatan budidaya ikan di
Kabupaten Temanggung didominasi oleh beberapa jenis ikan, terutama jenis ikan Nila,
Karper dan ikan Lele. Ke tiga jenis ikan tersebut tersebar di seluruh kecamatan di wilayah
Kabupaten Temanggung. Lima kecamatan yang pemanfaatan lahan untuk kolam budidaya
ikan paling besar adalah Kecamatan Temanggung (17,1355 Ha), Parakan (16,8440 Ha),
Kedu (16,2484 Ha), Kecamatan Tembarak (11,8991 Ha) dan Kecamatan Selopampang.
Sedangkan Kecamatan Bulu merupakan kecamatan yang mempunyai kawasan budidaya
mina padi paling luas (1.268,23 Ha). Kabupaten Temanggung merupakan salah satu
kabupaten di Jawa Tengah yang sangat potensial untuk pengembangan kawasan
minapolitan. Hal ini antara lain adanya kekuatan sumberdaya air tawar yang cukup
melimpah serta produksi benih ikan yang bisa mencukupi kebutuhan. Gambaran luas lahan
budidaya saaat ini, baik kolam maupun mina padi disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Pemanfaatan Lahan Budidaya Ikan di Kabupaten Temanggung
Kecamatan Luas Kolam
(Ha)
Luas Mina
Padi (Ha)
Luas Total
(Ha)
Jumlah
Produksi (Kw)
Parakan 16,844 254,65 271,494 2193,350
Kledung 4,1347 16,95 21,085 415,940
Bansari 0,8335 35,21 36,044 180,410
Bulu 5,9323 1.268,23 1274,162 4117,790
Temanggung 17,1355 172,78 189,916 2019,240
Tlogomulyo 1,8235 113,65 115,474 492,890
Tembarak 11,8991 144,67 156,569 1465,980
Selopampang 8,1448 116,68 124,825 1056,740
Kranggan 1,046 24,18 25,226 168,870
Pringsurat 4,4834 43,08 47,563 523,230
Kaloran 1,3363 25,92 27,256 199,150
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Pengembangan Komoditas dan Usaha IV- 2
Tabel 4.1. Lanjutan .............
Kecamatan Luas Kolam
(Ha)
Luas Mina
Padi (Ha)
Luas Total
(Ha)
Jumlah
Produksi (Kw)
Kandangan 1,0284 11,38 12,408 123,040
Kedu 16,2484 221,33 237,578 2069,950
Ngadirejo 7,6007 145,29 152,891 1083,100
Jumo 5,5241 127,24 132,764 859,930
Gemawang 0,8837 87,9 88,784 331,500
Candiroto 4,1791 35,12 39,299 384,400
Bejen 0,5525 88,1 88,653 298,390
Tretep 0,122 5,57 5,692 29,860
Wonoboyo 4,3185 36,92 41,239 486,340
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung yang Diolah
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa luas lahan budidaya di Kabupaten Temanggung
masih relatif sempit.
Sebagaimana dijelaskan di bab terdahulu, kegiatan budidaya ikan di Kabupaten
Temanggung yang dominan adalah 3 (tiga) jenis ikan yaitu : ikan Karper, ikan Nila dan
ikan Lele. Sedangkan target produksi budidaya ikan di Kabupaten Temanggung pada tahun
2014 adalah sebesar 2.041,66 ton, terdiri atas ikan Karper, Nila dan Lele (Tabel 4.2).
Tabel 4.2. Target Produksi Budidaya Ikan Komoditas Unggulan Tahun 2010-2014
No Komoditas Total Produksi Budidaya (Ton)
2010 2011 2012 2013 2014
1. Mas/Karper 1.016,74 1.029,09 1.044,77 1.057,208 1.071,205
2. Nila 425,57 433,36 445,70 459,300 475,050
3. Lele 418,15 440,75 457,00 476,556 495,406
Jumlah 1.860,46 1.903,20 1.947,47 1.993,06 2.041,66
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Temanggung
Untuk dapat menghasilkan produksi ikan hasil budidaya tersebut, maka Dinas Peternakan
dan Perikanan menargetkan lahan kolam budidaya pada tahun 2014 seluas 119,24 Ha.
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Pengembangan Komoditas dan Usaha IV- 3
Tabel 4.3. Target Area Perikanan Budidaya Tahun 2010-2014
No Komoditas Luas Areal Kolam (Ha)
2010 2011 2012 2013 2014
1. Mas 34,15 34,50 34,80 35,20 35,53
2. Nila 38,70 39,10 39,48 39,80 40,27
3. Lele 28,45 28,75 39,48 29,35 29,81
Jumlah 101,3 102,35 113,76 104,35 105,61
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Temanggung
Apabila menyimak potensi yang ada di Kabupaten Temanggung, target tersebut akan dapat
dicapai dengan baik, mengingat potensi lahan budidayanya cukup luas (Tabel 4.4).
Tabel 4.4. Potensi Lahan Pengembangan Perikanan Budidaya Tahun 2010-2014
No Jenis Budidaya Potensi Areal (Ha)
2010 2011 2012 2013 2014
1. Kolam 488,94 488,94 488,94 488,94 488,94
2. Dana/waduk (KJA) 13,00 13,00 13,00 13,00 13,00
3. Sawah 19.833,01 19.833,01 19.833,01 19.833,01 19.833,01
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Temanggung
Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa proyeksi luas lahan budidaya tidak bertambah
lagi sejak tahun 2010. Apabila telah disetujui dan ditetapkan sebagai Kawasan
Minapolitan, maka luas lahan kolam budidaya, khususnya di Kecamatan Parakan sebagai
kawasan Minapolitan, diproyeksikan akan terus bertambah sampai luas kolam di atas 200
hektar. Lahan – lahan kurang produktif diarahkan untuk dikonversi menjadi kolam
budidaya ikan.
Skala produksi suatu kegiatan usaha atau industri dapat dilihat berdasarkan luas distribusi
output/produk, jumlah tenaga yang terlibat, jumlah modal dan sebagainya. Berdasarkan
distribusi produk hasil usaha dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu:
a. Skala lokal yaitu: produk tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan di daerah
sekitarnya.
b. Skala regional yaitu; produk tersebut tidak hanya memenuhi daerah sekitar, akan tetapi
sudah menjangkau di luar kabupaten maupun provinsi akan tetapi masih di dalam
negeri.
c. Skala internasional yaitu : produk tersebut telah di ekspor ke luar negeri.
Berdasarkan tiga komoditas unggulan yang telah dibudidayakan di Kabupaten
Temanggung, dari data yang didapatkan di lapangan, skala produksi usaha budidaya ikan
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Pengembangan Komoditas dan Usaha IV- 4
pada umumnya masih kategori skala lokal. Saat sekarang di Kabupaten Temanggung
masih mendatangkan dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan.
Selain skala produksi, penggolongan industri juga diperlukan untuk mengetahui posisi
industri yang akan dikembangkan di kawasan minapolitan serta kebutuhan apa yang
diperlukan untuk mengembangkan komuditas tersebut. Berdasarkan jumlah tenaga
kerjanya, industri dapat dibagi menjadi 4 (empat) jenis yaitu:
a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari
empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal
dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah
tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri
kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.
b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang.
Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal
dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng,
industri batu bata, dan industri pengolahan rotan.
c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99
orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja
memiliki ketrampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan
manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.
d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri
industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam
bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan
pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and profer
test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat
terbang.
Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya, saat sekarang usaha budidaya ikan di Kabupaten
Temanggung sebagian besar masih masuk dalam kategori skala rumah tangga.
Pada masa yang akan datang, komoditas unggulan yang direncanakan untuk dikembangkan
di kawasan minapolitan dapat ditingkatkan menjadi industri kecil, artinya disamping
memperkerjakan anggota keluarga, juga mampu merekrut tenaga kerja dari luar keluarga,
yang berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang.
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Pengembangan Komoditas dan Usaha IV- 5
Tabel 4.5. Skala dan Kelompok Usaha Tiga Komuditas Unggulan di Kabupaten
Temanggung Saat Sekarang
No Komuditas Unggulan Skala Kelompok Industri Jenis usaha
1 Ikan Karper Lokal Rumah tangga Budidaya
2 Ikan Nila Lokal Rumah tangga Budidaya dan
pembibitan
3 Ikan Lele Lokal Rumah tangga Budidaya dan
pembibitan
4.2. RANTAI DAN PELAKU BISNIS
Distribusi atau rantai pemasaran menurut Stanton (1995), merupakan struktur saluran yang
didayagunakan untuk mentransfer produk dan jasa dari perusahaan ke pasar, termasuk di
dalamnya struktur eceran dan grosir serta saluran-saluran yang dipergunakan untuk
membawa produk ke pasar. Sedangkan pusat distribusi merupakan pusat pergudangan
yang besar yang melaksanakan strategi lokasi persediaan barang dari perusahaan.
Berdasarkan hasil observasi lapang diperoleh gambaran bahwa distribusi produk hasil
budidaya ikan di Kabupaten Temanggung secara garis besar adalah sebagai berikut.
1. Penyaluran langsung
Distribusi produk perikanan tidak menggunakan pedagang perantara. Produsen
langsung menjual produksinya ke konsumen.
2. Penyaluran semi langsung
Distribusi produk perikanan dari produsen menyalurkan hasil produksinya ke pedagang
eceran kemudian ke konsumen.
Gambaran secara keselurahan tentang distribusi dan jalur pemasaran produk budidaya
ikan di Kabupaten Temanggung disajikan pada Gambar 4.1.
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Pengembangan Komoditas dan Usaha IV- 6
Gambar 4.1. Distribudi dan Jalur Pemasaran Produk Budidaya Ikan di Kab. Temanggung
4.3. TEKNOLOGI
Teknologi budidaya ikan yang digunakan adalah teknologi budidaya yang ramah
lingkungan. Salah satu indikator penting teknologi yang ramah lingkungan adalah tidak
digunakannya bahan-bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan, baik dari bahan
pembuat sarana produksi, peralatan, pakan yang diberikan, pupuk serta obat-obatan.
Ikan yang akan dibudidayakan (kultivan) terutama adalah ikan Nila, Karper dan Lele.
Teknologi yang digunakan adalah monokultur dan minapadi. Minapadi terutama
diaplikasikan untuk ikan Karper dan Nila.
PEMBUDIDAYA
KONSUMEN AKHIR
BAKUL PENGECER
KONSUMEN AKHIR
PENGOLAH
KONSUMEN AKHIR
BAKUL
PENGECER
BAKUL LOKAL
Analisis Pengembangan Kawasan V-
2
BAB 5
PPeennggeemmbbaannggaann KKaawwaassaann
5.1. KONDISI FISIK
5.1.1. Topografi
Permukaan wilayah Kabupaten Temanggung termasuk dataran tinggi. Pola topografi
wilayah secara umum mirip sebuah cekungan raksasa yang terbuka di bagian Tenggara, di
bagian Selatan dan Barat, dibatasi oleh 2 buah gunung yaitu Gunung Sumbung (3.340 m
dpl) dan Gunung Sindoro (3.115 m dpl). Di bagian Utara dibatasi oleh sebuah perbukitan
yang membujur dari Timur Laut kearah Tenggara. Berdasarkan topografi semacam itu,
wilayah Kabupaten Temanggung memililki permukaan yang sangat beragam ditinjau dari
ketinggian dan luas wilayah/kawasan. Sebagian wilayah Kabupaten berada pada ketinggian
500 m -1000 m (24,3 %). Luasan areal ini merupakan daerah lereng Gunung Sindoro dan
Sumbing yang terhampar dari sisi Selatan, Barat sampai dengan Utara. Karakteristik
topografi terkait dengan ketinggian tempat. Wilayah Kabupaten Temanggung terbagi
kedalam 5 kelas ketinggian yaitu 400-500 meter dpl, 500-750 meter dpl, 750-1000 meter
dpl, 1000-1500 meter dpl, dan 1500-3000 meter dpl.
Tabel 5.1. Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian dari Permukaan Laut (Ha)
No Kecamatan Klasifikasi (m dpl) Jumlah Luas
Wilayah
(ha) 400-500 500-750 750-1000 1000-1500 1500-3000
1. Parakan - 103 1.208 2.375 1.510 5.196
2. Bulu - 818 1.915 1.824 923 5.480
3. Temanggung 2.055 7.079 502 210 286 10.132
4. Tembarak 533 1.548 852 890 477 4.300
5. Pringsurat 66 4.610 1.052 - - 5.728
6. Kaloran - 3.522 2.433 237 - 6.192
7. Kandangan 618 7.768 1.529 - - 9.915
8. Kedu - 3.633 330 - - 3.963
9. Jumo 977 4.095 2.138 - - 7.210
10. Ngadirejo - - 2.612 1.979 1.012 5.603
11. Candiroto 4.219 2.935 3.504 470 613 11.741
12. Tretep - 83 2.004 3.461 1.608 70156
Jumlah 8.468 36.194 20.079 11.446 6.429 82.616
Sumber : Temanggung Dalam Angka 2010
Analisis Pengembangan Kawasan V-
3
Sedangkan untuk kemiringan lahan, dibedakan menjadi 4 kelas kemiringan yaitu datar (0-
2%) dengan luas 968 ha (1,17%), bergelombang (2-15%) dengan luas 32.492 ha (39,31%),
curam (15-40%) dengan luas 31.232 ha (37,88%) dan kemiringan sangat curam (>40%)
dengan luas 17.983 ha (21,64%).
Dijelaskan dalam RTRW bahwa wilayah Kabupaten Temanggung pada umumnya
bergelombang - terjal dan sebagian kecil datar – landai. Identifikasi bentuk lahan di wilayah
Kabupaten Temanggung dapat dibedakan menjadi 9 (sembilan) daerah bentuk lahan yaitu:
1) Punggung Bukit sangat curam di atas vulkan Basa yang mempunyai kemiringan lereng 41-60%
dengan relief berkisar 51 – 300 m.
2) Bukit yang agak curam di atas vulkan basa dengan kemiringan lereng 16-25% relief 51-300m.
3) Lereng Lahan yang tertoreh agak curam mempunyai kemiringan lereng 16 – 25% dengan
relief 2 – 50 m.
4) Gunung berapi strato muda basa/sedang dengan relief 41- 60% dengan relief > 300m.
5) Aliran lava basa/sedang yang agak tertoreh pada daerah dataran tinggi dengan kemiringan
lereng 16 – 25 % Relief 11 – 50 m.
6) Aliran Lava basa/ sedang yang agak tertoreh pada daerah dataran tinggi dengan kemiringan
lereng 16 – 25 % Relief 11 – 50 m.
7) Bukit rendah yang membulat di atas napal dan batu liat dengan relief 26 – 40 % relief 51 –
300m.
8) Punggung bukit asimetrik yang tertoreh melebar di atas batu pasir dan batuan lumpur
mempunyai kemiringan lereng >60% dengan relief >300m
9) Lereng lahar yang landai dengan bukit kecil basalt yang membulat dengan kemiringan lereng
9-15 % dan relief 2 – 10 m.
5.1.2. Struktur Geologi
Bentuk Kabupaten Temanggung secara makro merupakan cekungan atau depresi, artinya
rendah di bagian tengah, sedangkan sekelilingnya berbentuk pegunungan, bukit atau
gunung. Oleh karena itu, geologi Kabupaten Temanggung tersusun dari batuan beku, yaitu
sedimen dari piroklastik gunung api Sindoro-Sumbing dan sekitarnya. Piroklastik ini
ukurannya bervariasi antara blek, gragal, kerikil, pasir debu, dan lempung sebagai akibat
dari muntahan materi piroklastik gunung api yang mengendap kemudian membentuk
daerah alluvial atau sedimen sehingga terjadi berlapis, dan butiran besar terletak di bawah.
Analisis Pengembangan Kawasan V-
4
Lapisan atas mudah sekai dipengaruhi oleh tenaga eksogen dan mampu menyerap atau
menahan air. Morfologi Kabupaten Temanggung pada dasarnya dibedakan menjadi dataran
rendah dan dataran tinggi. Dataran rendah dibentuk oleh sedimen atau alluvial, sedang
dataran tinggi dibentuk oleh pegunungan perbukitan yang keadaannya bergelombang.
5.1.3. Hidrologi
Berdasarkan RTRW 2011-2031 dijelaskan tentang kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten
Temanggung yang diuraikan berdasarkan identifikasi sungai dan Satuan wilayah Sungai
(SWS). Sungai yang melintas di Kabupaten Temanggung antara lain Kali Trocoh, Kali
Progo, Kali Murung, dan Kali Klegung. Sungai-sungai pada wilayah ini tergabung dalam 2
SWS yaitu SWS Jratunseluna dan SWS Progo Opak Oyo.
Gambar 5.1. Daerah Aliran Sungai dan arah aliran sungai (Sumber gambar: draft RTRW
2011-2031)
Analisis Pengembangan Kawasan V-
5
Dijelaskan lebih lanjut bahwa kondisi hidrologi terbentuk oleh masing-masing formasi
batuan mempunyai karakteristik dan ciri fisik tersendiri terhadap kemampuan
penyimpanan air tanah, tergantung pada sistem ruang antar butir, celah, rekahan, ataupun
struktur sekunder lainnya. Umumnya sebaran batuan yang muda dan belum terkonsolidasi
batuan vulkanologi gunung api. Berdasarkan ciri litologi, fasies dan lingkungan
pengendapan dan batuan muda yang tersingkap di daerah Temanggung, maka dapat
diidentifikasi ada cekungan cukup baik mengandung dan mengalirkan air tanah salah
satunya adanya tumpukan guguran lava jenis air tanah potensial yaitu Cekungan
Magelang-Temanggung. Cekungan Magelang-Temanggung mendapat imbuhan yang
cukup penting dari bagian pegunungan di barat dan utara yaitu Gunung Sindoro dan
Sumbing. Cekungan ini dilalui oleh sungai-sungi kecil yang bermuara dan membentuk
sungai inti yang merupakan satuan DAS Bodri dan DAS lainnya. Sumber air yang ada di
wilayah Kabupaten Temanggung meliputi dua macam sumber air yaitu sungai dan sumber
air dangkal atau mata air. Jumlah masing-masing sumber air tersebut sebagai berikut
(RTRW 2011-2031):
1. Sungai, terdapat di Kabupaten Temanggung merupakan hulu sungai atau Daerah Aliran
Sungai diantaranya yang cukup besar adalah DAS Bodri.
2. Mata air, di tinjau dari kondisi geologi, Kabupaten Temanggung cukup potensial mata
air, terurama di bagian Barat (sekitar lereng Gunung Sindoro dan Sumbing serta
Ungaran yaitu Kecamatan yang berbatasan langsung seperti Kecamatan Kledung,
Tretep, Bejen, Wonoboyo, Selopampang, Banasari, Ngadirejo dan Pringsurat).
Berdasarkan hasil data survei tahun 2008, wilayah Kabupaten Temanggung memiliki
sumber mata air yang cukup banyak. Masing – masing mata air tersebut tersebar di
seluruh kecamatan.
5.1.4. Jenis Tanah
Secara umum, jenis tanah di Kabupaten Temanggung, dan sebarannya adalah sebagai
berikut:
1) Latosal Coklat seluas 26.563,47 ha (32,13%) membentang di tengah-tengah wilayah
Kabupaten Temanggung dari arah Barat laut ke Tenggara;
Analisis Pengembangan Kawasan V-
6
2) Latosal Coklat-kemerahan seluas 7.879,93 ha (9.53%) membentang di bagian Timur ke
Tenggara;
3) Latosal Merah-kekuningan seluas 29.209,08 ha (35,33%) membentang di bagian Timur
dan Barat;
4) Regosol seluas 16.873,97 ha (20,14%) membentang sebagian di sekitar Sungai Progo
dan lereng-lereng terjal;
5) Andosol seluas 2.149,55 ha (2,60%) membentang di aluvial antar bukit.
Gambar 5.3. Irigasi dan Bendung di Kabupaten Temanggung ( sumber: draft RTRW
2011-2031)
5.1.5. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung adalah untuk sawah seluas 20.634 ha dan
bukan sawah seluas 66.431 ha. Sawah sendiri terbagi menjadi sawah irigasi seluas 19.693
ha dan sawah tadah hujan seluas 941 ha, bangunan seluas 9.274 ha, tegalan/huma seluas
Analisis Pengembangan Kawasan V-
7
28.093 ha, kolam/empang seluas 31 ha, hutan Negara/rakyat seluas 16.117 ha, perkebunan
Negara /swasta seluas 10.816 ha dan untuk lahan lainnya seluas 2.100 ha.
Tabel 5.2. Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan (Ha) di Kabupaten Temanggung
Tahun 2009
Kecamatan Lahan Sawah Bukan Lahan Sawah Jumlah Prosentase
Parakan 1.223 1.000 2.223 2,55
Kledung 247 2.974 3.221 3,70
Bansari 619 1.635 2.254 2,59
Bulu 1.364 2.940 4.304 4,94
Temanggung 1.890 1.449 3.339 3,84
Tlogomulyo 385 2.099 2.484 2,85
Tembarak 752 1.932 2.684 3,08
Selopampang 790 939 1.729 1,99
Kranggan 1.425 4.336 5.761 6,62
Pringsurat 639 5.088 5.727 6,58
Kaloran 1.436 4.956 6.392 7,34
Kandangan 1.516 6.320 7.836 9,00
Kedu 2.190 1.306 3.496 4,02
Ngadirejo 1.505 3.826 5.331 6,12
Jumo 1.279 1.654 2.932 3,37
Gemawang 643 6.068 6.711 7,71
Candiroto 1.195 4.799 5.994 6,88
Bejen 678 6.206 6.884 7,91
Tretep 57 3.308 3.365 3,86
Wonoboyo 802 3.596 4.398 5,05
Jumlah 20.634 66.431 87.065 100,00
Sumber : Badan Pusat Statisitik Kabupaten Temanggung
Sedangkan jenis sawah berdasarkan jenis pengairannya dapat dibedakan menjadi sawah
dengan irigasi teknis, setengah teknis, pengariran sederhana dari PU, pengariran sederhana
non PU dan sawah tadah hujan (Tabel 5.3).
Lahan sawah merupakan salah satu potensi untuk pengembanganan budidaya ikan
menggunakan sistem mina padi, tanpa harus merubah dan mengganggu peruntukan lahan
lain, khususnya sawah yang menggunakan irigasi teknis dan semi teknis. Pada kondisi
geografi yang bergelombang seperti Kabupaten Temanggung, serta ketersediaan sumber
air yang masih cukup melimpah, lahan sawah dengan irigasi sederhana juga masih
memungkinkan untuk pengembangan budidaya ikan sistem mina padi.
Analisis Pengembangan Kawasan V-
8
Tabel 5.3. Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan per Kecamatan (Ha) di
Kabupaten Temanggung Tahun 2009
Kecamatan Pengairan
Teknis
Pengairan
Setengah
Teknis
Pengairan
Sederhana
PU
Pengairan
Sederhana
Non PU
Tadah
Hujan Jumlah
Parakan 417 637 75 91 3 1.223
Kledung - 17 100 130 - 247
Bansari - 396 113 - 110 619
Bulu 170 588 546 - 60 1.364
Temanggung 684 530 164 511 1 1.890
Tlogomulyo - 268 103 14 - 385
Tembarak 292 302 93 65 - 752
Selopampang 372 301 - 96 21 790
Kranggan 512 142 80 682 9 1.425
Pringsurat 284 111 37 63 144 639
Kaloran 197 889 277 - 73 1.436
Kandangan 188 232 346 532 218 1.516
Kedu 1.162 931 59 36 2 2.190
Ngadirejo 164 966 375 - - 1.505
Jumo 199 861 190 - 28 1.278
Gemawang - 198 248 73 124 643
Candiroto - 965 24 178 28 1.195
Bejen - - 30 533 115 678
Tretep - 47 - 10 - 57
Wonoboyo - 157 129 511 5 802
Jumlah 4.641 8.538 2.989 3.525 941 20.634 Sumber : Badan Pusat Statisitik Kabupaten Temanggung
Penggunaan lahan bukan sawah didominasi oleh lahan yang digunakan untuk perkebunan
dan lahan untuk bangunan (Tabel 5.4). Sedangkan penggunaan lahan untuk empang atau
kolam sangat kecil, yakni hanya sekitar 31 Ha.
Analisis Pengembangan Kawasan V-
9
Tabel 5.4. Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah Menurut Kecamatan (Ha) dan Jenisnya
di Kabupaten Temanggung Tahun 2009
Kecamatan Lahan Untuk
Bangunan
Tegal/
Huma
Kolam/
Empang
Hutan
Negara/
Rakyat
Perkebunan
Negara/
Swasta
Lainnya Jumlah
Parakan 313 473 1 135 16 62 1.000
Kledung 138 2.124 - 680 - 32 2.974
Bansari 134 826 - 647 27 1 1.635
Bulu 372 2.095 3 411 - 59 2.940
Temanggung 847 315 7 14 9 257 1.449
Tlogomulyo 239 1.615 1 190 - 54 2.099
Tembarak 290 906 2 640 62 32 1.932
Selopampang 214 561 3 115 29 17 939
Kranggan 797 2.490 - - 697 352 4.336
Pringsurat 1.177 1.770 - 590 1.375 176 5.088
Kaloran 689 2.560 - 22 1.590 95 4.956
Kandangan 994 1.528 - 727 2.629 442 6.320
Kedu 492 446 12 50 230 76 1.306
Ngadirejo 313 1.270 - 2.174 14 55 3.826
Jumo 365 125 - 325 791 48 1.654
Gemawang 451 1.763 - 1.544 2.190 120 6.068
Bejen 509 1.653 - 3.547 439 58 6.206
Tretep 188 2.204 - 887 - 29 3.308
Wonoboyo 305 1.425 2 1.111 718 35 3.596
Jumlah 9.274 28.093 31 16.117 10.816 2.100 66.431
Sumber : Badan Pusat Statisitik Kabupaten Temanggung
5.2. STRUKTUR RUANG
Struktur ruang wilayah diwujudkan berdasarkan arahan pengembangan sistem
pusat permukiman perdesaan, sistem pusat permukiman perkotaan serta sistem prasarana
wilayah. Struktur ruang merupakan suatu sistem yang menggambarkan karakter
pemanfaatan ruang yang terdiri dari strata pusat-pusat pelayanan serta hierarki pusat yang
terkait dengan pola transportasi dan sistem prasarana wilayah lainnya dalam ruang wilayah
daerah. Dalam kontek pengembangan kawasan perikanan (minapolitan) maka harus
menserasikan dengan arahan pemanfaatan ruang sebagaimana tertuang dalam RTRW.
5.2.1. Rencana Sistem Perkotaan Perikanan
Kawasan sentra perikanan budidaya (minapolitan) merupakan kota perikanan yang tumbuh
dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis serta mampu melayani,
mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan perikanan di wilayah sekitarnya.
Analisis Pengembangan Kawasan V-
10
Kawasan perkotaan sebagaimana dijelaskan dalam draft RTRW 2011-2031, merupakan
wilayah yang mempunyai kegiatan utama dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi. Kabupaten Temanggung secara alamiah mempunyai
beberapa wilayah sebagai pusat-pusat pertumbuhan dimana masing-masing memiliki
tingkat pelayanan tersendiri yang didukung dengan keberadaan kawasan hinterland.
Perbedaan tingkat pelayanan tersebut dilihat dari aspek jumlah penduduk, ketersediaan
fasilitas, aktifitas ekonomi, serta aspek lainnya.
Gambar 5.3. Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Pengembangan Perikanan Kabupaten
Temanggung (Sumber Gambar: Draft RTRW Kab. Temanggung tahun 2011-
2031)
Secara umum struktur kota digunakan untuk mengetahui sistem perkotaan pada wilayah
yang lebih luas (kabupaten). Struktur kota dapat dilihat dari perkembangan suatu daerah
yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal digunakan untuk
mengetahui hubungan fungsional antar kota, dan faktor internal digunakan untuk
Analisis Pengembangan Kawasan V-
11
mengetahui struktur keruangan kota itu sendiri. Hal ini berguna untuk mengintegrasikan
kota dalam wilayah yang lebih luas.
Pola perkembangan kota lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan penduduk,
perkembangan prasarana, kondisi relief, dan aksesibilitas yang mempengaruhi pergerakan
barang atau orang. Untuk daerah yang landai dengan aksesibilitas tinggi seperti Pringsurat,
Kranggan, Temanggung, Kedu, Parakan cepat berkembang.Rencana sistem perkotaan
Kabupaten Temanggung berdasarkan Draft RTRW Kab. Temanggung 2011-2031 sebagai
berikut:
a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Temanggung meliputi kawasan perkotaan
Temanggung dan Parakan. PKL berfungsi sebagai pusat pelayanan umum, pusat
perdagangan dan jasa maupun koleksi dan distribusi hasil-hasil bumi dari kecamatan-
kecamatan yang menjadi wilayah pengaruhnya. Untuk mendukung fungsi tersebut
maka fasilitas yang harus ada adalah fasilitas pelayanan umum serta perdagangan dan
jasa skala kecamatan dan ditunjang oleh sarana dan prasarana transportasi yang
memadai. Kota PKL direncanakan memiliki skala pelayanan satu wilayah kabupaten.
Jenis fasilitas dan prasarana yang dilokasikan di kawasan perkotaan ini dirancang
untuk memiliki pelayanan Kabupaten.
b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) di Kabupaten Temanggung adalah kawasan
Ngadirejo dan Kranggan. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) merupakan kawasan
perkotaan yang dalam jangka waktu tertentu akan diusulkan menjadi Pusat Kegiatan
Lokal (PKL).
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di Kabupaten Temanggung adalah kawasan
Perkotaan Pringsurat, Kedu, Kandangan, Kledung, Bulu, Candiroto, Selopampang,
Bejen, Jumo, Tlogomulyo, Tembarak, Kaloran, Gemawang, Wonoboyo, Bansari dan
Tretep. Kawasan Perkotaan yang akan dikembangkan menjadi PPK adalah kota-kota
ibukota kecamatan yang memiliki skala kecamatan dan beberapa desa. Kota-kota ini
merupakan pusat pemerintahan, aktifitas sosial, serta kegiatan perekonomian di tingkat
lokal (kecamatan).
Analisis Pengembangan Kawasan V-
12
5.2.2. Rencana Sistem Pedesaan
Permukiman perdesaan pada dasarnya dapat dianalogikan dengan terminologi wilayah
belakang (hinterland) pada konsep pusat-wilayah belakang (center-hinterland). Pusat
adalah kawasan perkotaan yang dicirikan oleh dominasi kegiatan non-pertanian, baik
dalam aktivitas ekonomi maupun sosial. Sedangkan hinterland adalah kawasan “di luar”
kawasan perkotaan. Kawasan yang berada di luar kawasan perkotaan tersebut, tentunya
adalah kawasan perdesaan, di mana kegiatan pertanian sangat dominan.
Sesuai dengan arahan yang tertuang di dalam RTRW, sistem permukiman perdesaan
dikembangkan sebagai pusat kegiatan kawasan perdesaan atau hinterland. Dengan
demikian, dalam konteks Jawa Tengah pengembangan sistem permukiman perdesaan dapat
diarahkan kepada hal-hal sebagai berikut:
a. Permukiman perdesaan akan menjadi penyeimbang pertumbuhan pusat dan wilayah
belakang, sehingga tidak terjadi kesenjangan yang semakin melebar antara perdesaan
dan perkotaan.
b. Permukiman perdesaan diarahkan sebagai media transformasi fungsi perkotaan kepada
kawasan perdesaan.
c. Permukiman perdesaan menjadi pusat distribusi dan koleksi (pengumpulan)
sumberdaya yang diperlukan bagi pengembangan wilayah perdesaan.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Temanggung adalah perdesaan, sehingga wajib untuk
membuat perencanaan perdesaan. Daerah perdesaan merupakan penghasil sumberdaya.
Sebagian besar penduduk Kabupaten Temanggung bermukim pada wilayah perdesaan. Jadi
membangun perdesaan merupakan membangun masyarakat pada umumnya. Pembangunan
perdesaan umumnya dipengaruhi faktor fisik. Rencana kawasan pedesaan meliputi
kawasan:
a. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) meliputi kawasan Perdesaan Kebumen di
Kecamatan Pringsurat, Desa Kebonsari di Kecamatan Wonoboyo, Desa Gentan di
Kecamatan Kranggan dan Desa Malebo di Kecamatan Kandangan. PPL adalah Desa
dengan dengan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan antar desa.
PPL berfungsi sebagai pusat pelayanan umum serta perdagangan dan jasa. Fasilitas
yang harus ada diantaranya adalah fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan
Analisis Pengembangan Kawasan V-
13
maupun perdagangan dan jasa skala kecamatan. Jenis fasilitas dan prasarana yang
dilokasikan di kawasan pusat pelayanan lingkungan ini dirancang untuk memiliki
skala pelayanan beberapa desa atau satu wilayah kecamatan.
b. Kawasan Agropolitan meliputi Kecamatan Kledung, Pringsurat, Gemawang dan
Selopampang
5.3. POLA PEMANFAATAN RUANG
Rencana pola pemanfaatan ruang Kabupaten Temanggung seperti tertuang dalam draft
RTRW tahun 2011-2031 dibedakan atas ruang-ruang yang berfungsi sebagai kawasan
lindung dan kawasan budidaya.
5.3.1. Kawasan Lindung
Pengelolaan kawasan lindung dilakukan untuk melestarikan kawasan-kawasan yang
berfungsi lindung, dengan sasaran untuk :
1) Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa, serta
nilai sejarah dan budaya.
2) Mempertahankan keanekaragaman hayati meliputi tumbuhan, satwa, tipe ekosistem,
dan keunikan alam.
Kawasan Lindung meliputi (1) Kawasan Hutan Lindung (2) kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan di bawahnya, (3) kawasan perlindungan setempat, (4)
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya (5) kawasan rawan bencana alam
dan (6) kawasan lindung geologi.
Sasaran utama pengaturan dan penataan kawasan lindung untuk menjaga, memelihara, dan
meningkatkan fungsi lindung atas tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah
dan budaya bangsa, mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem
dan keunikan alam, serta menjaga, melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya alam dan
buatan untuk memajukan kebudayaan nasional.
Analisis Pengembangan Kawasan V-
14
5.3.1.1.Kawasan Yang Memberi Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
1. Kawasan Hutan Lindung
a. Potensi dan Manfaat
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas mampu
memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur
tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Kawasan hutan
lindung sepenuhnya diperuntukkan bagi konservasi hidrologis. Kawasan lain di luar
kawasan hutan dimungkinkan sebagai kawasan lindung asalkan memenuhi kriteria yang
dimaksud. Luasan kawasan hutan lindung sebesar 3.282 (tiga ribu dua ratus delapan
puluh dua) hektar. Persebaran kawasan lindung pada 10 kecamatan yang sebagian besar
berada pada lereng Gunung Sumbing dan Sindoro yaitu:
a. Kecamatan Tretep;
b. Kecamatan Wonoboyo;
c. Kecamatan Candiroto;
d. Kecamatan Ngadirejo;
e. Kecamatan Bansari;
f. Kecamatan Kledung;
g. Kecamatan Bulu;
h. Kecamatan Tlogomulyo;
i. Kecamatan Tembarak; dan
j. Kecamatan Selopampang.
b. Arahan Pengelolaan
Pengelolaan kawasan hutan lindung tidak diarahkan untuk pemanfaatan budidaya. Arahan
tersebut meliputi :
1) Kegiatan yang ada di kawasan hutan lindung yang tidak menjamin fungsi lindung,
secara bertahap dikembalikan pada fungsi utama kawasan.
2) Kegiatan perindustrian, kegiatan penambangan golongan C, dan atau kegiatan lain
yang bersifat membuka lahan/hutan tidak diperkenankan.
Analisis Pengembangan Kawasan V-
15
2. Kawasan Resapan Air
a. Potensi dan Manfaat
Kawasan resapan air diperuntukkan bagi kegiatan pemanfaatan tanah yang dapat menjaga
kelestarian ketersediaan air bagi daerah bawahannya. Berdasarkan kriteria yang ada,
seluruh wilayah Kabupaten Temanggung termasuk kawasan resapan air, namun demikian
terdapat tiga kawasan yang perlu dijaga kelestariannya yaitu kawasan Sindoro dan
Sumbing yang kondisinya relatif kritis serta cekungan Kledung. Kawasan resapan air di
Kabupaten Temanggung memililki luas kurang lebih 22.215 (dua puluh dua ribu dua ratus
lima belas) hektar
b. Arahan
Arahan pengelolaan Kawasan Resapan Air meliputi:
1. Kegiatan atau hal-hal yang bersifat menghalangi masuknya air hujan ke dalam tanah
diminimalkan, bahkan ditiadakan;
2. Kegiatan budidaya yang diperbolehkan adalah kegiatan yang tidak mengurangi fungsi
lindung kawasan;
3. Kegiatan yang diperbolehkan dilaksanakan di kawasan resapan air adalah pertanian
tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang disertai tindakan konservasi; dan
Kawasan resapan air dapat dimanfaatkan untuk kegiatan agrowisata, termasuk didalamnya
adalah minawisata.
5.3.1.2.Kawasan Perlindungan Setempat
1. Sempadan Sungai Dan Saluran Irigasi
a. Potensi dan Manfaat
Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk
sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan kawasan sempadan
sungai adalah melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan
merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir sungai dan dasar sungai serta
mengamankan aliran sungai.
Analisis Pengembangan Kawasan V-
16
Sempadan sungai direncakan meliputi: Sungai Progo beserta anak sungainya; Sungai
Logung beserta anak sungainya; Sungai Lutut beserta anak sungainya; dan Sungai Putih
beserta anak sungainya;
b. Arahan Pengelolaan
Guna memberikan perlindungan sungai dengan optimal maka arahan pemanfaatan
kawasan sempadan sungai ditetapkan sebagai berikut :
1) Dilarang mendirikan bangunan pada kawasan sempadan sungai;
2) Dilarang melakukan kegiatan yang secara sengaja dan jelas menghambat arah dan
intensitas aliran air sama sekali tidak diperbolehkan;
3) Diperbolehkan bagi kegiatan pertanian dengan jenis tanaman yang diijinkankan pada
kawasan sempadan sungai;
4) Diperbolehkan bagi kegiatan yang tidak memanfaatkan lahan secara luas;
5) Diperbolehkan melakukan kegiatan yang dapat memperkuat fungsi perlindungan
kawasan sempadan sungai dan tidak mengubah fungsi kegiatannya di masa
mendatang.
Pengendalian sungai perlu dilakukan sebagai upaya untuk mencegah dan menanggulangi
terjadinya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh banjir, pencemaran, kekeringan,
erosi, dan sedimentasi. Pengendalian kegiatan yang ada disekitar sungai dengan
memanfaatkan lahan di daerah manfaat sungai dapat diperuntukan bagi kegiatan tertentu
sebagai berikut :
1) Kegiatan budidaya pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan; namun lebih
diutamakan dilakukan penanaman tumbuhan/ pepohonan berakar dalam guna
mencegah terjadinya longsor;
2) Untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan, ramburambu
pekerjaan/pengamanan, serta sarana bantu navigasi pelayaran;
3) Untuk pemasangan rentang kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air minum;
4) Untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan umum;
Analisis Pengembangan Kawasan V-
17
5) Untuk pembangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan
pembuangan air;
6) Untuk menyelenggarakan kegiatan bagi masyarakat yang tidak menimbulkan dampak
merugikan bagi kelestarian dan fungsi sungai (dapat digunakan untuk olah raga,
rekreasi, parkir dan lain-lain);
7) Untuk pemanfaatan lain yang diatur melalui peraturan daerah sesuai dengan kondisi
sungai dan kondisi daerah, serta tetap mempertimbangkan kelestarian dan fungsi
sungai.
Sedangkan pemanfaatan badan air sungai dapat diperuntukan bagi kegiatan tertentu
sebagai berikut:
1) prasarana angkutan air;
2) sarana kegiatan pariwisata;
3) olah raga air;
4) perikanan;
5) pembangkit listrik tenaga air (jika memungkinkan);
6) penambangan bahan galian (dengan batasan tertentu, dalam arti kegiatan yang
dilakukan tidak mengganggu ekosistem sungai, kelestarian sungai dan kualitas air
sungai);
7) Kegiatan budaya dan keagamaan.
Penentuan Garis Sempadan jaringan irigasi untuk pagar diukur dari sisi atau tepi saluran
yang tidak bertanggul atau kaki tanggul sebelah luar saluran / bangunan irigasi atau
pembuangan dengan jarak. Sempadan saluran irigasi meliputi 579 (lima ratus tujuh puluh
sembilan) Daerah Irigasi yang terdapat di Kabupaten Temanggung.
5.3.1.3.Kawasan Sekitar Mata Air
Kawasan lindung sekitar mata air merupakan kawasan di sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Tujuan
perlindungan kawasan adalah mempertahankan dan melestarikan sumber mata air dari
berkurangnya kualitas dan kuantitas debit air.
Analisis Pengembangan Kawasan V-
18
Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air memiliki kriteria sekurang-kurangnya
dengan jari-jari 200 m di sekitar mata air. Pada wilayah Temanggung terdapat 141 sumber
mata air yang tersebar di 20 kecamatan.
5.4. KAWASAN BUDIDAYA
Kawasan budidaya didefinisikan sebagai bagian wilayah yang secara langsung digunakan
atau diambil manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pengelolaan kawasan
budidaya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumberdaya serta untuk
menghindari konflik pemanfaatan ruang dan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan
sasaran yang diinginkan dari pengelolaan kawasan budidaya adalah:
1) Terselenggaranya pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan
masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
2) Terhindarinya konflik pemanfaatan sumberdaya dengan pengertian pemanfaatan ruang
yang berdasarkan pada prioritas pemanfaatan bagi kegiatan yang memberikan
keuntungan terbesar pada masyarakat.
Alokasi pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan budidaya dilakukan dengan
memperhatikan berbagai aspek. Untuk mencapai tujuan pemanfaatan ruang yang optimal
maka alokasi pemanfaatan ruang memperhatikan asas kelestarian, kesesuaian dan
kemanfaatan. Asas kelestarian dimaksudkan agar pemanfaatan ruang tidak mengurangi
nilai manfaat di masa yang akan datang dengan memberikan perlindungan terhadap
kualitas ruang. Asas kesesuaian bertujuan untuk memanfaatkan ruang sesuai dengan
potensi yang dikandungnya sedangkan asas kemanfaatan ditujukan agar nilai manfaat
ruang dapat memberikan dampak bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat secara
optimal.
Kesesuaian kawasan untuk kegiatan budidaya, selain berdasar atas perhitungan skor
kesesuaian lahan seperti pada kawasan fungsi lindung dan penyangga, secara lebih rinci
juga dilakukan identifikasi faktor-faktor fisik kawasan untuk kesesuaian fungsi kegiatan
tertentu. Kawasan budidaya merupakan kawasan yang disediakan untuk berbagai kegiatan
pembangunan.
5.4.1. Kawasan Tanaman Pangan
Analisis Pengembangan Kawasan V-
19
Kawasan tanaman pangan terbagi menjadi kawasan pertanian lahan berirrigasi dan
kawasan pertanian tidak berirrigasi.
1. Kawasan Pertanian Lahan Beririgasi
a. Potensi dan Manfaat
Merupakan kawasan pertanian lahan basah/beririgasi merupakan kawasan pertanian yang
tersedia air secara terus menerus sepanjang tahun dan cocok untuk komoditas tanaman padi
dengan ciri pengolahan tanah sawah. Kawasan ini digunakan tidak hanya sebagai lahan
produksi tetapi juga digunakan sebagai daerah resapan air.
Lahan beririgasi di Kabupaten Temanggung mempunyai luas kurang lebih 19.693
(sembilan belas ribu enam ratus sembilan puluh tiga) hektar yang berada diseluruh wilayah
kecamatan di Kabupaten Temanggung.
b. Arahan Pengelolaan
Arahan pengelolaan Kawasan Pertanian Lahan Basah adalah :
1) Kawasan pertanian lahan basah (sawah) diarahkan untuk budidaya tanaman
pangan;
2) Mempertahankan lahan basah (sawah) yang beririgasi teknis untuk mendukung
program ketahanan pangan nasional;
3) Pertanian lahan basah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dan
cadangan lahan pertanian pangan berkelanjutan;
4) Pengaturan debit air irigasi sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan air;
5) Pengelolaan pertanian lahan basah harus memperhatikan kaidah pelestarian dan
ramah lingkungan;
6) Pemeliharaan sumber air untuk menjaga kelangsungan irigasi; dan
7) Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 8 % (delapan persen), perlu
memperhatikan pengelolaan teknis budidaya padi sawah.
2. Kawasan Pertanian Lahan Bukan Irigasi
Analisis Pengembangan Kawasan V-
20
a. Potensi dan Manfaat
Merupakan Kawasan pertanian lahan kering yang kawasan yang fungsi utamanya
diperuntukkan tidak hanya kegiatan pertanian diluar/selain sawah karena didukung oleh
kondisi dan topografi tanah yang memadai dan sumber utama pengairannya berasal dari air
hujan. Lahan bukan irigasi memiliki luas luas kurang lebih 940 (sembilan ratus empat
puluh) hektar
b. Arahan Pengelolaan
Lahan peruntukan pertanian tanaman pangan diarahkan menjadi lahan pertanian pangan
berkelanjutan dengan luas 20.630 (dua puluh ribu enam ratus tiga puluh) hektar. Untuk
mendukung pengembangan pertanian lahan kering supaya dapat lebih maju dilakukan
dengan:
1) Peningkatan pengolahan lahan dengan menggunakan teknologi yang sesuai;
2) Mempertahankan tanaman yang telah ada dan memiliki daya saing tinggi;
3) Penambahan sarana dan prasarana pendukung pengolahan hasil-hasil pertanian; dan
4) Penggunaan teknologi tepat guna dan memperhatikan kaidah pelestarian dan ramah
lingkungan serta melakukan kerjasama dengan pihak investor luar.
5) Kawasan ini merupakan kawasan yang boleh dialihfungsikan untuk kawasan
terbangun, sebagai cadangan lahan dengan berbagai fungsi, sejauh sesuai dengan
rencana rinci tata ruang;
5.4.2. Kawasan Pertanian Hortikultura
1. Potensi dan Manfaat
Kawasan budidaya hortikultura adalah kawasan lahan kering potensial untuk pemanfaatan
dan pengembangan tanaman hortikultura secara monokultur maupun tumpangsari.
Kesesuaian lahan kawasan pertanian hortikultura adalah dataran rendah dan dataran tinggi,
dengan bentuk lahan datar sampal berbukit, dan tersedia sumber air yang cukup.
Pada Kabupaten Temanggung, kawasan pertanian holtikultura dengan luas kurang lebih
28.093 (dua puluh delapan ribu sembilan puluh tiga) hektar meliputi Kecamatan Parakan,
Kecamatan Kledung, Kecamatan Bansari, Kecamatan Bulu, Kecamatan Temanggung,
Analisis Pengembangan Kawasan V-
21
Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Selopampang, Kecamatan
Kranggan, Kecamatan Pringsurat, Kecamatan Kaloran, Kecamatan Kandangan, Kecamatan
Kedu, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Jumo, Kecamatan Gemawang, Kecamatan
Candiroto, Kecamatan Bejen, Kecamatan Tretep dan Kecamatan Wonoboyo.
2. Arahan Pengelolaan
1) Penetapan komoditas tanaman hortikultura dengan mempertimbangkan kesesuaian
lahan, konservasi tanah dan air, serta mempertimbangkan aspek sosial ekonomi
masyarakat; dan
2) Mengembangkan jenis tanaman hortikultura yang memiliki prospek pasar lokal dan
regional.
5.4.3. Kawasan Perkebunan
1. Potensi dan Manfaat
Kawasan budidaya perkebunan adalah kawasan/areal/bidang tanah yang diusahakan untuk
tempat budidaya tanaman keras dengan tanaman sejenis, sistem pengambilan hasilnya
bukan dengan cara menebang pohon.
Kawasan perkebunan ini memliki luas kurang lebih 10.816 (sepuluh ribu delapan ratus
enam belas) hektar berupa:
1) Perkebunan yang diusahakan perusahaan dengan luas kurang lebih 783 (tujuh ratus
belapan puluh tiga) hektar yang berada di Kecamatan Bejen, Kecamatan Kandangan
dan Kecamatan Pringsurat.
2) Perkebunan rakyat terdapat di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih 10.033
(sepuluh ribu tiga luluh tiga) hektar.
2. Arahan
a. Mempertahankan dan mengembangkan jenis tanaman tahunan yang sudah ada serta
mengintroduksi jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi dan prospek pasar
yang baik.
Analisis Pengembangan Kawasan V-
22
b. Perlu dilakukan pola tanam dan pola tata tanam yang baik dengan memperhatikan
asas konservasi tanah dan air kawasan budidaya tanaman tahunan ini.
5.4.4. Kawasan Peruntukan Peternakan
1. Potensi dan Manfaat
Kawasan peternakan adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan
peternakan dan segala kegiatan penunjangnya. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah
untuk memanfaatkan lahan yang sesuai untuk kegiatan peternakan dalam menghasilkan
produksi peternakan seperti ternak dan hasil ternak lainnya dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan.
Kawasan peternakan dikembangkan di daerah yang selama ini sudah berkembang
peternakan dan memiliki sumberdaya yang mendukung yaitu sumber pakan yang
mencukupi. Kawasan peternakan di Kabupaten Temanggung terdiri atas budidaya ternak
besar, budidaya ternak kecil, aneka ternak dan budidaya ternak unggas. Anaeka ternak
disini berupa ternak kelinci dan puyuh. Lokasi peternakan diarahkan pada lahan pertanian
bukan irigasi, kawasan pertanian tanaman holtikultura dan kawasan perkebunan yang ada
di seluruh wilayah Kabupaten Temanggung.
2. Arahan Pengelolaan
Arahan pengelolaan kawasan peternakan meliputi :
1. Mengutamakan komoditas ternak yang bernilai ekonomis tinggi dan pemasaran yang
luas;
2. Usaha peternakan yang sudah ada dan berkembang serta berada di luar kawasan
peternakan dan tidak memenuhi persyaratan lokasi bagi jenis ternak tertentu serta
menimbulkan dampak bagi masyarakat, secara bertahap diusahakan pemindahannya
ke tempat yang memenuhi syarat;
3. Kegiatan peternakan masyarakat yang merupakan bagian dari budaya ekonomi
masyarakat perdesaan dapat menyatu di kawasan permukiman perdesaan;
4. penyediaan lahan untuk kawasan penggembalaan umum terletak di wilayah padat
ternak yang fungsinya meliputi penghasil tumbuhan pakan, tempat perkawinan alami,
Analisis Pengembangan Kawasan V-
23
seleksi, kastrasi dan pelayanan inseminasi buatan, tempat pelayanan kesehatan hewan
dan/atau tempat obyek penelitian pengembangan peternakan dan kesehatan ternak; dan
5. Peningkatan nilai ekonomi ternak dengan mengelola dan mengolah hasil ternak seperti
pembuatan industri pengolahan hasil ternak, mengolah kulit, dan industri lainnya.
5.4.5. Budidaya Perikanan
Pada draft RTRW dijelaskan rencana alokasi pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya,
dimana salah satu kegiatan didalamnya adalah untuk kegiatan perikanan. Kawasan
budidaya didefinisikan sebagai bagian wilayah yang secara langsung digunakan atau
diambil manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pengelolaan kawasan budidaya
bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumberdaya serta untuk
menghindari konflik pemanfaatan ruang dan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan
sasaran yang diinginkan dari pengelolaan kawasan budidaya adalah:
1) Terselenggaranya pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan
masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
2) Terhindarinya konflik pemanfaatan sumberdaya dengan pengertian pemanfaatan ruang
yang berdasarkan pada prioritas pemanfaatan bagi kegiatan yang memberikan
keuntungan terbesar pada masyarakat.
Alokasi pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan budidaya dilakukan dengan
memperhatikan berbagai aspek. Untuk mencapai tujuan pemanfaatan ruang yang optimal
maka alokasi pemanfaatan ruang memperhatikan asas kelestarian kesesuaian dan
kemanfaatan. Asas kelestarian dimaksudkan agar pemanfaatan ruang tidak mengurangi
nilai manfaat di masa yang akan datang dengan memberikan perlindungan terhadap
kualitas ruang. Asas kesesuaian bertujuan untuk memanfaatkan ruang sesuai dengan
potensi yang dikandungnya sedangkan asas kemanfaatan ditujukan agar nilai manfaat
ruang dapat memberikan dampak bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat secara
optimal.
Kesesuaian kawasan untuk kegiatan budidaya, selain berdasar atas perhitungan skor
kesesuaian lahan seperti pada kawasan fungsi lindung dan penyangga, secara lebih rinci
juga dilakukan identifikasi faktor-faktor fisik kawasan untuk kesesuaian fungsi kegiatan
Analisis Pengembangan Kawasan V-
24
tertentu. Kawasan budidaya merupakan kawasan yang disediakan untuk berbagai kegiatan
pembangunan.
Kawasan perikanan dikembangkan di daerah yang tersedia pasokan air secara kontinyu
yaitu daerah yang tersedia banyak mata air, dan kondisi tanah yang sesuai. Kawasan
perikanan ini diperuntukkan untuk menampung kegiatan perikanan kolam pada hamparan
dengan luasan minimum 10 hektar. Kawasan perikanan yang menampung kegiatan
perikanan kolam hanya dimungkinkan bila tersedia cukup air. Arahan RTRW untuk lokasi
kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Temanggung direncanakan, meliputi:
1. Kecamatan Wonoboyo;
2. Kecamatan Parakan;
3. Kecamatan Temanggung;
4. Kecamatan Tlogomulyo;
5. Kecamatan Candiroto;
6. Kecamatan Tembarak;
7. Kecamatan Selopampang;
8. Kecamatan Kedu; dan
9. Kecamatan Bulu.
5.4.6. Rencana Kawasan Minapolitan
Kawasan sentra perikanan (Minapolitan) terdiri dari kota perikanan dan desa-desa sentra
produksi perikanan yang ada di sekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh
batasan administratif pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala
ekonomi kawasan yang ada.
Pengelolaan ruang diartikan sebagai kegiatan pengaturan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, penertiban dan peninjauan kembali atas pemanfaatan ruang kawasan sentra
perikanan. Program pengembangan kawasan sentra perikanan adalah pembangunan
ekonomi berbasis perikanan yang dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai
potensi yang ada, utuh dan menyeluruh, berdaya saing , berbasis kerakyatan, berkelanjutan
dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah.
Kawasan perikanan yang terdapat di daerah pedesaan harus dikembangkan sebagai satu
kesatuan pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antara desa-kota
(urban-rural linkages), dan menyeluruh hubungan yang bersifat timbal balik yang dinamis.
Analisis Pengembangan Kawasan V-
25
Adapun kriteria umum dalam perencanaan pengembangan kawasan perikanan budidaya
(minapolitan) adalah:
1. Penggunaan lahan untuk kegiatan perikanan harus memanfaatkan potensi yang sesuai
untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan hidup serta mencegah kerusakannya;
2. Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi
geografis dilarang untuk dialih fungsikan;
3. Kegiatan perikanan skala besar, baik yang menggunakan lahan luas ataupun teknologi
intensif harus terlebih dahulu memiliki kajian Amdal sesuai dengan ketentuan
perundangan yang berlaku;
4. Kegiatan perikanan skala besar, harus diupayakan menyerap sebesar mungkin tenaga
kerja setempat;
5. Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan dan
RTRW.
Kriteria pengembangan kawasan perikanan budidaya antara lain adalah:
1. Memiliki kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan pertumbuhan daerah;
2. Mempunyai sektor ekonomi unggulan yang mampu mendorong kegiatan ekonomi
sektor lain dalam kawasan itu sendiri maupun di kawasan sekitarnya;
3. Memiliki keterkaitan kedepan (daerah pemasaran produk-produk yang dihasilkan)
maupun ke belakang (suplai kebutuhan sarana produksi) dengan beberapa daerah
pendukung;
4. Memiliki kemampuan untuk memelihara sumber daya alam sehingga dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan dan mampu menciptakan kesejahteraan ekonomi
secara adil dan merata bagi seluruh masyarakat.
5. Memiliki luasan areal budidaya eksisting minimal 200 Ha.
Berdasarkan draft RTRW sebagaimana telah dijelaskan di depan, ada 9 kecamatan yang
diarahkan untuk menjadi kawasan minapolitan, yaitu Kecamatan Wonoboyo, Candiroto,
Parakan, Temanggung, Tlogomulyo, Tembarak, Selopampang, Kedu, dan Bulu.
Dibandingkan dengan kecamatan lain yang direncanakan sebagai kawasan minapolitan,
Kecamatan Parakan memiliki berbagai keunggulan, antara lain:
1) Terdapat pasar ikan modern Dangkel, meskipun saat sekarang belum berfungsi.
2) Terdapat pasar ikan tradisional
Analisis Pengembangan Kawasan V-
26
3) Banyak terdapat kelompok pembudidaya ikan, kelompok pengolah dan pemasar,
serta kelompok petani (Tabel 5.5).
4) Kecamatan Parakan memiliki luas lahan kolam paling luas kedua setelah
Kecamatan Temanggung,
5) Kecamatan Parakan memiliki luas lahan mina padi kedua setelah Kecamatan Bulu.
6) Kecamatan Parakan memiliki posisi sangat strategis, karena berada di
persimpangan jalan kolektor primer.
7) Kecamatan Parakan memiliki sumber mata air paling banyak
8) Pada draft RTRW 2011-2031, Kecamatan Parakan direncanakan sebagai Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) bersama dengan Kecamatan Temanggung.
9) Kecamatan Parakan memiliki sumber mata air paling banyak (34 mata air), dibaning
kecamatan lain, seperti Kecamatan Bulu (31 mata air), dan Kedu (17 mata air), sehingga
perlu dimaksimalkan dalam operasionalnya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan air
domestik maupun air untuk keperluan irigasi dan perikanan.
Berdasarkan kriteria tersebut maka kawasan yang diuusulkan menjadi Kawasan
Minapolitan di Kabupaten Temanggung adalah Kecamatan Parakan.
Pengembangan kawasan dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang sesuai
dengan arah kebijakan ekonomi nasional, yaitu:
1. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar
yang berkeadilan;
2. Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan kemajuan
eknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan kompetensi produk
unggulan di setiap daerah;
3. Memberdayakan usaha kecil, menengah dan koperasi, agar mampu bekerjasama secara
efektif, efisien dan berdaya saing;
Analisis Pengembangan Kawasan V-
27
Tabel 5.5. Data Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) dan Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar)
N
O
ALAMAT
TANGGA
L
JUMLAH KELOMPOK DAN ANGGOTA
BERDASARKAN NAMA PENGURUS
POKDAKAN/POKLAHSAR NAMA NAMA PEMBEN
POKDAKAN JENIS USAHA
DESA POKDAKAN TUKAN
NILA MAS LELE CAM
P Ketua Sekretaris Bendahara
Penguru
s
Angg
.
1 2 3 4 5 6 7 10 11 12 13 14 15 16
1 Nglondong Mina Karya
Abadi Nglondong 28-Jul-10 6 9 V
Agus Sulawal
S
Awid
Darmuji
Umar
Rosyid
Mina Falaah Kroyo -
Nglondong 3 7 V V Jumali Sunardi
2 Campursalam Mina Manfaat Campursala
m
04-Agust-
10 7 8 V
Abdur
Rochman
Anis
Mustofa
Ahmad
Qodar
Mina Baabus
Salam
Campursala
m 3 V V Bunyamin Karwan
3 Wanutengah Mina Berkah
Sejahtera Wanutengah 20-Jul-08 8 10 V V
Muhtadin,
S.Ag
Zaini
Arifin Widiyanto
4 Traji Mina Aji Traji 13-Agust-
10 7 11 V V V Sariyanto
Budi
Arifin Nur Ariadi
Cempaka Rasa Traji 14-Mar-11 3 3 Kripik
Nila
Kripik
lele
Kripi
k
Bawa
l
Hemie
Fitriyasari
Hemi
Kurnia
Dewi
Rusmiyati
5 Bagusan - Bagusan
6 Mandisari Wijoyo Syawal Mandisari 3 9 V V V Drs. Khoeron Imam S Musawir
Kerajaan Mina Mandisari 28-Jul-10 5 9 V V V Nurul Huda,
S.Ag
Agus
Imanafi Tafsir
7 Watukumpul - Watukumpul
8 Depokharjo Mina Sumber
Rezeki Depokharjo 3 5 Slamet Riyadi
Analisis Pengembangan Kawasan V-
28
Tabel 5.5. Lanjutan .........
NO
ALAMAT
TANGGAL JUMLAH KELOMPOK DAN ANGGOTA
BERDASARKAN NAMA PENGURUS
POKDAKAN/POKLAHSAR NAMA NAMA PEMBEN
POKDAKAN JENIS USAHA
DESA POKDAKAN TUKAN NILA MAS LELE CAMP Ketua Sekretaris Bendahara
Pengurus Angg.
9 Dangkel Sari Ulam Dangkel 02-Mei-08 4 13 V V Hari Prasetyo
Wibowo
Arif Budi
Kurniawan Musta'in
Clarias Dangkel 18-Apr-11 3 3 Abon
Lele
Kripik
Lele Eni Suharti
Uswatun
Khasanah
Ria
Nurmayanti
10 Ringinanom - Ringinanom
11 Glapansari - Glapansari
12 Sunggingsari Mina Margo
Makmur Sunggingsari 01-Apr-11 3 7 V Sugiyanto
13 Parakan
Kauman
Mina Mukti
Bambu Runcing
Jetis- Parakan
Kauman 3 10 V V V Jastihari
M. Amin
Priyanto Wangkono
Mina Barokah
Karangsari-
Parakan
Kauman
19-Mar-10 6 5 V V V M. Asyari Galih
Rakasiwi
Adip Rochani,
S.Ag,
Mina Papilon
Kp. Sidorejo
dan Tejosari -
Parakan
Kauman
12-Mar-11 3 7 Ikan Hias (KOI, MASKOKI,
Cupang dll
Untung
Sugiharto Danang Nurcholis
14 Parakan
Wetan -
15 Caturanom Mimi Mintuna Catgawen-
Caruranom 03-Mei-10 6 9 V V V Isrofi
Chakiem
Harmoko H
CH
Erma
Setyowati
Mina Makmur Catgawen-
Caruranom 3 10 V V V H. Nursalim Toni Jumar
16 Tegalroso -
Jumlah 15 POKDAKAN 58 94
-
-
- -
Analisis Pengembangan Kawasan V-
29
4. Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumber daya
perikanan budidaya dan budaya lokal;
Sebagai Kawasan Minapolitan, Kecamatan Parakan akan didukung oleh sentra-sentra
produksi perikanan yang akan dikembangkan di Kecamatan Wonoboyo, Candiroto,
Temanggung, Tlogomulyo, Tembarak, Selopampang, Kedu, dan Kecamatan Bulu.
Kecamatan Wonoboyo, Candiroto dan Temanggung diarahkan sebagai sentra produksi
Lele. Kecamatan Kedu dan Bulu diarahkan sebagai sentra produksi ikan Karper/Emas, dan
Kecamatan Tlogomulyo, Tembarak dan Selopampang diarahkan sebagai sentra budidaya
Nila.
Gambar 5.4. Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Pengembangan Perikanan Kabupaten
Temanggung
Analisis Pengembangan Kawasan V-
30
Arahan tersebut didasarkan atas hasil observasi yang menunjukkan adanya kecenderungan
masyarakat rentang komoditas yang banyak dibudidayakan. Bagi usaha budidaya yang saat
sekarang telah berlangsung dan berbeda dengan arahan jenis ikan yang direkomendasikan
tetap diperbolehkan, namun bagi pembudidaya baru diarahkan untuk membudiyakan jenis
ikan sesuai dengan jenis ikan pada masing-masing kawasan. Pembuatan kluster
berdasarkan jenis ikan yang dibudidayakan tersebut dimaksudkan agar lebih
mempermudah dalam pengelolaan kawasan.
5.5. INDIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN
5.5.1. Sistem Transportasi
Pada draft RTRW dijelaskan bahwa sistem j`aringan terbagi menjadi sistem jaringan jalan
dan sistem perangkutan, baik barang maupun orang. Sistem jaringan jalan dilihat dari kelas
jalan dan kualitas jalan, disamping kuantitas (ukuran) dari jalan yang dibutuhkan. Untuk
sistem perangkut menganalisa sistem angkutan orang dan angkutan barang dari moda
angkutan. Wilayah Kabupaten Temanggung dilewati oleh jaringan jalan provinsi yaitu
yang menghubungkan antara Magelang-Temanggung-Wonosobo. Jalur jalan tersebut
merupakan wadah pola pergerakan transportasi regional antar kabupaten. Rencana
pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi meliputi rencana sistem jaringan
jalan, rencana sistem jaringan pelayanan angkutan umum dan rencna sarana pelayanan
umum.
5.5.1.1. Rencana Sistem Jaringan Jalan
Sasaran pembangunan sistem transportasi Kabupaten Temanggung sebagai berikut :
a. Menyediakan sarana dan prasarana transportasi yang memadai dengan
mengembangkan sistem jaringan jalan yang baik dan menyediakan sarana angkutan
umum untuk membuka wilayah terisolir dan merangsang pertumbuhan pada wilayah-
wilayah tertentu yang saat ini pertumbuhannya masih sangat rendah.
b. Memadukan sistem jaringan jalan dalam wilayah Kabupaten Temanggung dengan
wilayah sekitarnya agar sistem transportasi dapat berfungsi secara optimal dalam
melayani kegiatan lokal dan wilayah sekitarnya.
Analisis Pengembangan Kawasan V-
31
c. Mengembangkan keterpaduan intra dan antar moda yang sejalan dengan kebijakan
spasial dan daya dukung lingkungan serta mampu menjawab pertumbuhan kebutuhan.
d. Mengembangkan manajemen transportasi dalam rangka mencapai efisiensi dan kualitas
pelayanan yang lebih tinggi melalui kebijakan seperti:
1) Penataan trayek angkutan umum sesuai dengan hirarki trayek dikaitkan dengan
karakteristik permintaan angkutan dan karakteristik jalan.
2) Penataan arus lalu-lintas pada pusat-pusat kegiatan seperti Parakan, Ngadirejo, dan
Temanggung, seperti pengaturan fasilitas parkir, pedestrian/pejalan kaki, pedagang
kaki lima, dan arus lalu-lintas.
3) Mempertahankan tingkat pelayanan jalan melalui pengawasan dan pengendalian
terhadap setiap pembangunan yang dapat menimbulkan gangguan lalu-lintas pada
pusat-pusat kegiatan seperti Parakan, Temanggung, dan Ngadirejo.
Rencana pembangunan sistem transportasi di Kabupaten Temanggung antara lain:
1) Rencana jaringan jalan arteri primer
Rencana jaringan arteri primer, peningkatan ruas jalan Secang – Pringsurat; dan
peningkatan ruas jalan Pringsurat – batas Kedu Timur/Semarang Barat (Pringsurat-
Bawen);
2) Rencana jalan kolektor primer
a) jalan kolektor primer yang berstatus jalan nasional meliputi:
(1) ruas jalan batas Kabupaten Wonosobo – Parakan;
(2) ruas jalan Parakan - Pertigaan Bulu berupa Jalan Diponegoro;
(3) ruas jalan pertigaan Bulu – Kedu;
(4) ruas jalan Kedu - batas Kota Temanggung meliputi :
Jalan Hayam Wuruk;
Jalan Gajahmada; dan
Jalan Diponegoro.
(5) ruas jalan batas Kota Temanggung – Kranggan meliputi :
Jln. S. Parman; dan
Jln. Sudirman.
(6) peningkatan ruas jalan Kranggan - Secang.
b) jalan kolektor primer yang berstatus jalan provinsi meliputi:
Analisis Pengembangan Kawasan V-
32
jalan Temanggung – Kaloran – Batas Kabupaten Semarang;
jalan Pringsurat – Kranggan;
jalan Temanggung – Pertigaan Bulu - Parakan; dan
jalan Parakan – Ngadirejo – Patean.
3) Rencana jalan lokal primer
peningkatan jalan Kaloran – Kandangan;
peningkatan jalan Kandangan Jumo;
peningkatan jalan Jumo – Ngadirejo;
peningkatan jalan Wonoboyo – Ngadirejo;
peningkatan jalan Tretep – Candiroto;
peningkatan jalan Tretep – Wonoboyo;
peningkatan jalan Kedu – Kandangan;
peningkatan jalan Gemawang – Jumo;
peningkatan jalan Selopampang – Kranggan;
peningkatan jalan Selopampang – Tembarak – Temanggung;
peningkatan jalan Tlogomulyo – Temanggung;
peningkatan jalan Bansari – Parakan; dan
peningkatan jalan Bansari – Ngadirejo;
Dengan peningkatan jalan lokal primer tersebut akan semakin memperlancar arus
transportasi barang dan orang dari dan ke kawasan sentra produksi dan minapolitan.
Dengan demikian akan terbentuk keterkaitan antara Minapolitan sebagai pusat
perkotaan perikanan dengan Desa Perikanan (sentra produksi) sebagai hinterland.
4) Rencana jalan lingkungan dan jalan sekunder berupa peningkatan dan pengembangan
sistem jalan lingkungan dan jalan sekunder di seluruh wilayah Kabupaten. Jalan
lingkungan dan jalan sekunder di kawasan Minapolitan, yakni di Kecamatan Parakan,
khususnya di desa-desa dengan aktivitas perikanan budidaya tinggi perlu mendapat
prioritas.
Analisis Pengembangan Kawasan V-
33
5.5.1.2. Rencana Jaringan Pelayanan Angkutan Umum
Rencana pelayanan jaringan angkutan umum merupakan peningkatan rute pelayanan
umum agar tercipta jaringan pelayanan angkutan umum yang baik dan terencana, rencana
ini meliputi:
a. Peningkatan rute pelayanan angkutan perdesaan meliputi :
Temanggung – Kranggan - Secang;
Selopampang – Tambarak - Kranggan;
Temanggung – Kaloran - Sumowono;
Temanggung – Kedu - Kandangan;
Gumawang – Jumo – Ngadirejo – Parakan;
Bejen – Candoroto – Gngadirejo - Parakan;
Parakan – Kledung - Wonosobo;
Bansari – Parakan;
Kandangan – Kedu - Temanggung; dan
Tlogomulyo - Temanggung.
b. Peningkatan rute pelayanan angkutan perkotaan meliputi :
kawasan perkotaan Temanggung; dan
kawasan perkotaan Parakan.
5.5.1.3. Rencana Sarana Pelayanan Umum
Rencana sarana pelayanan umum dimaksud untuk meningkatkan kualitas sarana sebagai
pendukung aktivitas pelayanan umum yang berada di Kabupaten Temannggung. Rencana
ini meliputi:
1) Rencana Terminal Penumpang
Peningkatan terminal Tipe A di Kawasan Perkotaan Temanggung
Peningkatan dan pengembangan terminal Tipe C meliputi: Kawasan Perkotaan
Parakan; Kawasan Perkotaan Ngadirejo; Kawasan Perkotaan Kranggan; Kawasan
Perkotaan Pringsurat Kawasan Perkotaan Kedu; Kawasan Perkotaan Kandangan;
Kawasan Perkotaan Kledung; Kawasan Perkotaan Bulu; Kawasan Perkotaan
Candiroto; Kawasan Perkotaan Selopampang; Kawasan Perkotaan Bejen; Kawasan
Analisis Pengembangan Kawasan V-
34
Perkotaan Jumo;Kawasan Perkotaan Tlogomulyo; Kawasan Perkotaan Tembarak
Kawasan Perkotaan Kaloran; Kawasan Perkotaan Gemawang; Kawasan Perkotaan
Wonoboyo; Kawasan Perkotaan Bansari; Kawasan Perkotaan Tretep.
2) Rencana terminal barang yang direncanakan berada di Kecamatan Pringsurat;
Kecamatan Selopampang; Kecamatan Temanggung; Kecamatan Kranggan; Kecamatan
Candiroto; Kecamatan Ngadirejo dan Kecamatan Parakan untuk mendukung kegiatan
akses keluar masuknya barang ke Kabupaten Temanggung.
5.5.2. Infrastruktur Dasar Wilayah
5.5.2.1.Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi
Sistem jaringan listrik sebagai salah satu sumber energi bagi penerangan, industri maupun
perdagangan dan lain-lain, telah sepenuhnya memberikan pelayanan diseluruh wilayah
Kabupaten Temanggung. Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana energi ini
direncanakan sesuai dengan kebutuhan perkembangan yang ada.
1. Kebutuhan Pelayanan Prasarana Listrik
Kebutuhan listrik untuk perencanaan dapat dihitung dengan kriteria untuk pertimbangan
perkembangan meliputi:
a) Daerah perkotaan jumlah kepala keluarga harus terpenuhi 100% atau seluruhnya.
b) Skala prioritas pengembangan jaringan listrik sesuai dengan urgenitas pengembangan
jaringan listrik yang dikaitkan dengan radius pelayanan dan pengembangannya.
c) Untuk kebutuhan daya listrik, baik rumah tangga, komersial serta sosial dan komersial
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan masing-masing.
Berdasarkan atas perhitungan, dapat diidentifikasi kebutuhan listrik untuk kebutuhan tahun
2031 adalah:
a) Kebutuhan listrik untuk rumah tangga (domestik) di Kabuaten Temanggung mencapai
80.180.501 watt.
b) Kebutuhan penerangan jalan mencapai 8.018.050 watt.
c) Kebutuhan sosial dan komersial mencapai 16.036.100 watt.
d) Sehingga kebutuhan total untuk tahun 2031 mencapai 104.234.651 watt.
Analisis Pengembangan Kawasan V-
35
Kebutuhan ini selain menjadi tanggungjawab PLN, juga diupayakan untuk dapat dipenuhi
konsumen sendiri secara mandiri dengan memanfaatkan teknologi yang sesuai. Untuk
memenuhi kebutuhan jaringan listrik tersebut secara umum dapat dilakukan dengan
menambahkan jaringan dan daya, baik pada daerah baru yang terjangkau dan juga untuk
daerah yang sudah ada jaringan. Sedangkan untuk daerah yang belum terjangkau karena
hambatan alam dan terisolir baik karena berbukit maupun karena adanya hutan yang cukup
luas dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna (alternatif) dalam
penyediaan energi antara lain dapat dilakukan dengan mengembangkan listrik tenaga surya
atau listrik tenaga air (micro hydro), atau listrik tenaga angin.
2. Rencana Pengembangan Transmisi Tenaga Listrik
Arah pengembangan energi listrik di Kabupaten Temanggung untuk peningkatan kapasitas
layanan sambungan ke rumah tangga. Prioritas rencana lebih diorientasikan pada
pengembangan sistem jaringan listrik yang masih belum merata ke seluruh wilayah
Kabupaten Temanggung. Pemerataan ini meliputi sistem jaringan yang belum menjangkau
pada seluruh wilayah maupun pembagian daya listrik yang harus dipenuhi. Rencana
pengembangan transmisi tenaga listrik meliputi:
1) pengembangan jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dan Saluran
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) melalui Kecamatan Kandangan - Kecamatan Kaloran
- Kecamatan Kranggan.
2) Pengembangan jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) di seluruh
kecamatan.
3. Rencana Pengembangan Gardu Induk Distribusi Dan/Atau Pembangkit Listrik
Kebutuhan tenaga listrik digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, industri,
pemerintahan, pelayanan, perdagangan dan sosial serta penerangan jalan. Untuk itu
direncakan pengembangan gardu induk distribusi dan/atau pembangkit listrik yang
meliputi kawasan:
1) peningkatan dan pengembangan gardu induk listrik meliputi Kawasan Perkotaan
Temanggung; Kawasan Perkotaan Parakan; dan Kawasan Perkotaan Pringsurat.
Analisis Pengembangan Kawasan V-
36
2) peningkatan dan pengembangan pembangkit listrik berupa pengembangan Listrik
Tenaga Mikrohidro, dan/atau Minihidro di seluruh Kecamatan (terutama untuk daerah
yang belum terjangkau karena hambatan alam dan terisolir, baik karena berbukit
maupun karena adanya hutan yang cukup luas)
3) Pengembangan energi biogas di lokasi yang memiliki potensi limbah organik.
5.5.2.2.Rencana Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
1. Rencana Kebutuhan Sambungan Telepon
Rencana penentuan kebutuhan sambungan telepon, standar yang digunakan adalah 1
satuan sambungan telepon (SST) untuk 100 penduduk dan kebutuhan sambungan telepon
umum adalah 1 satuan sambungan telepon umum untuk 500 penduduk. Selengkapnya
mengenai rencana kebutuhan prasarana telekomunikasi/telepon yang diproyeksikan untuk
Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.6. Rencana Penyediaan Sambungan Telepon Tahun 2031
No Kecamatan
Jumlah
Penduduk Kebutuhan Sambungan Telepon
2011 2031 SST Telepon Umum Jumlah
1 Parakan 50.376 60.863 609 122 730
2 Kledung 26.560 32.089 321 64 385
3 Bansari 22.912 27.681 277 55 332
4 Bulu 44.439 53.690 537 107 644
5 Temanggung 80.671 97.464 975 195 1.170
6 Tlogomulyo 21.224 25.642 256 51 308
7 Tembarak 28.579 34.528 345 69 414
8 Selopampang 18.427 22.263 223 45 267
9 Kranggan 43.778 52.891 529 106 635
10 Pringsurat 46.548 56.238 562 112 675
11 Kaloran 43.806 52.925 529 106 635
12 Kandangan 47.874 57.839 578 116 694
13 Kedu 52.958 63.982 640 128 768
14 Ngadirejo 54.432 65.763 658 132 789
15 Jumo 28.201 34.072 341 68 409
16 Gemawang 29.983 36.225 362 72 435
17 Candiroto 32.264 38.980 390 78 468
18 Bejen 20.356 24.593 246 49 295
Analisis Pengembangan Kawasan V-
37
Tabel 5.6.Lanjutan ...................
No Kecamatan
Jumlah
Penduduk Kebutuhan Sambungan Telepon
2011 2031 SST Telepon Umum Jumlah
19 Tretep 19.716 23.820 238 48 286
20 Wonoboyo 24.291 29.347 293 59 352
Jumlah 737.394 890.894 8.909 1.782 10.691
Sumber: RTRW, 2011- 2031
Kebutuhan sambungan telepon di Kabupaten Temanggung sampai dengan Tahun 2031
sebanyak 10.691 sambungan dengan rincian 8.909 sambungan SST dan 1.782 sambungan
telepon umum.
2. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Telepon
Sarana telekomunikasi sangat dipengaruhi oleh tersedianya prasarana jaringan telepon
yang masih mempergunakan kabel. Sambungan telepon untuk kebutuhan pemerintahan,
industri, perdagangan dan jasa, perumahan dan pelayanan sosial. Arahan Pengembangan,
Peningkatan pelayanan untuk pemerintahan (sampai dengan ibukota kecamatan), untuk
industri, pariwisata, usaha perdagangan dan pelayanan sosial. Selain itu direncanakan
dengan pengembangan sistem prasarana jaringan kabel dan pembangunan rumah kabel
berada di seluruh kecamatan
Pada akhir-akhir ini sarana telekomunikasi sudah berkembang dengan pesat, bahkan
pemerintah melalui PT Telkom sudah menyerahkan sarana ini pada pihak swasta. Pihak
swasta telah mengembangkan teknologi telekomunikasi dengan media seluler atau telepon
tanpa kabel. Pihak PT Telkom sudah menyerahkan pada anak perusahaan Swasta PT
Telkomsel, dan beberapa perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang telekomunikasi
ini seperti Fren, Pro XL, Esia, PT.Indosat. Pesatnya perkembangan teknologi ini melalui
sistem pra bayar maupun pasca bayar, dimana pelanggan dapat membuka dan menjadi
pelanggan telepon baru tanpa harus melalui birokrasi dan tergantung jaringan kabel telepon
yang ada, maka pemerintah sangat sulit mengontrol, jumlah maupun arus telekomunikasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan berupa pengontrolan sarana telepon seluler ini yang
biasanya mempergunakan fasilitas pemancar ulang (Re Peater), dimana tiap perusahaan
saling berlomba untuk membangun pemancar sebanyak mungkin dengan harapan dapat
Analisis Pengembangan Kawasan V-
38
menjangkau pelanggan sampai ke pelosok daerah. Pembangunan pemancar ulang (Re
Peater) ini perlu dikaji terhadap lingkungan dan keselamatan penerbangan, maupun
gangguan komunikasi lain seperti radio dan televisi.
Adapun perencanaan sambungan sistem jaringan nirkabel direncanakan sebagai berikut:
a. Pembangunan menara telekomunikasi sistem nirkabel di seluruh wilayah.
b. Pemerintah kabupaten mengarahkan penggunaan bersama menara telekomunikasi
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan ruang.
c. Penataan dan pengaturan lokasi pembangunan menara telekomunikasi akan diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Daerah.
5.5.2.3.Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumberdaya Air
Rencana sistem jaringan prasarana sumberdaya air dilakukan melalui :
1. Peningkatan Pengelolaan Wilayah Sungai Strategis Nasional
Peningkatan pengelolaan wilayah sungai strategis nasional berupa peningkatan
pengelolaan wilayah sungai Progo Opak Serang berupa daerah aliran sungai (DAS) Progo
dan wilayah sungai Bodri Kuto berupa daerah aliran sungai Bodri. Pengelolaan daerah
aliran sungai Progo dan daerah aliran sungai Bodri meliputi:
1) operasi dan pemeliharaan daerah aliran sungai Progo dan daerah aliran sungai Bodri
sesuai dengan kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Daerah;
dan
2) pengendalian tutupan di kawasan tangkapan air sungai-sungai di wilayah sungai Progo
Opak Serang.
Peningkatan pengelolaan wilayah sungai ini bertujuan untuk menjaga kelestarian dan
fungsi sungai agar tetap optimal penggunaan untuk Kabupaten Temanggung dan
sekitarnya.
2. Pengembangan Sistem Prasarana Air Baku Dan Irigasi
Rencana pengembangan sistem pengairan untuk memenuhi kebutuhan air baku domestik,
air baku industri dan air baku untuk pertanian irigasi. Secara umum kebutuhan air
digunakan untuk keperluan domestik rumah tangga, irigasi pertanian, industri dan
Analisis Pengembangan Kawasan V-
39
keperluan umum atau lainnya. Keberadaan mata air yang cukup banyak terdapat di
Kecamatan Parakan (34 mata air), Bulu (31 mata air), Kedu (17 mata air), Ngadirejo (16
mata air) perlu dimaksimalkan dalam operasionalnya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
air domestik maupun air untuk keperluan industri dan irigasi.
Sumber air yang digunakan untuk keperluan domestik rumah tangga dengan
memanfaatkan air tanah dangkal dan dalam yang berasal melalui sumur, mata air, atau
jaringan pipa PDAM. Arahan pengembangan untuk memenuhi kebutuhan air baku
domestik adalah dengan menambah kapasitas layanan kebutuhan air bersih, peningkatan
pelayanan distribusi dengan meningkatkan sumber daya manusia dan pola kinerja PDAM.
Kegiatan pertanian memerlukan sumber air sebagai kebutuhan pokok, tanpa air lahan
pertanian tidak akan berproduksi secara maksimal. Jaringan irigasi di Kabupaten
Temanggung meliputi irigasi teknis, setengah teknis, sederhana dan tadah hujan. Sumber
air untuk irigasi memanfaatkan air permukaan (sungai), air tanah dan tadah hujan. Lahan
pertanian yang membutuhkan irigasi mencakup lahan seluas 20.642 ha. Oleh karena
jaringan irigasi tersebut selain melayani lahan persawahan di wilayahnya Kabupaten
Temanggung juga melayani lahan persawahan di Kabupaten dan Kota Magelang, untuk itu
keberadaan jaringan irigasi tersebut harus dipertahankan.
Untuk hal di atas maka Rencana Pengembangan sistem prasarana air baku dan irigasi
direncanakan meliputi:
a. Pengembangan sistem prasarana air baku dan irigasi meliputi:
1. Peningkatan koordinasi pengelolaan daerah irigasi yang menjadi kewenangan
Pemerintah Kabupaten berupa daerah irigasi Progo Manggis – Kalibening;
2. Peningkatatan koordinasi pengelolaan daerah irigasi yang menjadi kewenangan
Pemerintah Provinsi meliputi:
1) daerah irigasi Soropadan;
2) daerah irigasi Catgawen I, II, III, IV; dan
3) daerah irigasi Galeh.
3. Peningkatan pengelolaan daerah irigasi yang menjadi kewenangan Kabupaten
meliputi 579 (lima ratus tujuh puluh sembilan) daerah irigasi,
Analisis Pengembangan Kawasan V-
40
4. Melakukan pembangunan embung untuk keperluan irigasi air baku dan
pengendalian banjir di seluruh kecamatan.
b. Peningkatan pengelolaan daerah irigasi dengan cara pembangunan dan perbaikan
operasional prasarana jaringan irigasi di seluruh kecamatan.
3. Peningkatan Pengelolaan Air Tanah
Peningkatan pemanfaatan air tanah dilakukan erat hubungannya sebagai Supply air bersih
untuk kebutuhan Kabupaten Temanggung dan sebagai aturan untuk pemanfaatan air tanah
yang ada di Kabupaten Temanggung. Adapun rencana peningkatan pemanfaatan air tanah
meliputi:
a. Peningkatan prasarana air minum di kawasan perkotaan dan perdesaan;
b. Pemanfaatan secara optimal sumber mata air untuk air minum, air bersih, dan air untuk
irigasi; dan
c. Mengendalikan dengan ketat penggunaan air tanah dalam.
5.5.2.4.Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan
Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan bertujuan untuk mendukung kualitas
lingkungan yang lebih baik lagi. Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan ini
meliputi rencana jaringan persampahan, jaringan air minum, rencana sistem jaringan
pengelolaan air limbah dan rencana sistem jaringan drainase.
1. Rencana Jaringan Persampahan
Pengelolaan sampah di Kabupaten Temanggung dilakukan dengan dua sistem tradisional
yaitu dilakukan sendiri-sendiri dengan cara menimbun atau membakar maupun dengan
sistem pengelolaan yang dilakukan melalui lembaga yang terstruktur dengan cara
mengkoordinir sampah-sampah kemudian membuang ke tempat pembuangan akhir (TPA)
maupun ke tempat pembuangan sementara. Produksi sampah di Kabupaten Temanggung
sebesar terdiri dari sampah domestik (permukiman) dan sampah non domestik (pasar,
pertokoan, jalan, dan lain-lain).
Pengelolaan sampah di Kabupaten Temanggung sama dengan yang dilakukan pada
wilayah lain di Jawa Tengah, yaitu mempunyai masalah dalam penanganan sampah.
Analisis Pengembangan Kawasan V-
41
Penanganan sampah diperlukan untuk tiga kecamatan yang mempunyai kepadatan
penduduk tinggi yakni Kecamatan Temanggung, Parakan, dan Kedu.
Di tingkat Kabupaten Temanggung Pengelolaan sampah dapat dilaksanakan dengan cara
beberapa tahapan. Pengelolaan sampah tahap sementara, jangka menengah dan jangka
panjang. Masing-masing tahap dapat dilaksanakan dengan cara sistem setempat,
pengelolaan sistem terpusat dan pengelolaan terpusat.
Idealnya di setiap tempat yang menjadi konsentrasi kegiatan penduduk di setiap wilayah
kecamatan memiliki TPS. Ditinjau dari kebutuhan TPA, idealnya setiap wilayah yang
menjadi konsentrasi penduduk dibuatkan TPA, sehingga minimal di Kabupaten
Temanggung memiliki 3 TPA, yaitu di Kecamatan Temanggung, Kecamatan Parakan, dan
Kecamatan Kedu.
Sampah merupakan kendala yang cukup besar dalam meningkatkan kualitas suatu daerah
baik di perkotaan maupun di perdesaan. Oleh sebab itu pengelolaannya perlu dilaksanakan
secara terencana. Empat wilayah kecamatan yang kepadatannya menduduki ranking
urutan satu sampai empat tertinggi, yaitu Kecamatan Temanggung, Parakan, Kedu dan
Pringsurat perlu perencanaan pengelolaan sampah. Kecamatan Pringsurat menjadi wilayah
perhatian karena direncanakan untuk masa yang akan datang diperuntukkan menjadi
daerah kawasan khusus industri.
Rencana sistem persampahan di Kabupaten Temanggung meliputi perencanaan dengan
prinsip mengurangi (re-duce), menggunakan kembali (re-use) dan mendaur ulang (re-
cycle) meliputi:
a. Rencana lokasi tempat pemrosesan akhir dengan cara peningkatan tempat pemrosesan
akhir di Kecamatan Kranggan; pengembangan tempat pemrosesan akhir di Kecamatan
Kedu; dan pengembangan tempat pemrosesan akhir di Kecamatan Parakan dengan
proses rencana sistem pengelolaan tempat pemrosesan akhir dilakukan dengan
sanitary landfill
b. Rencana lokasi tempat penampungan sementara yang direncanakan tersebar diseluruh
kecamatan
c. Rencana pengelolaan sampah skala rumah tangga dengan cara berupa peningkatan
partisipasi setiap rumah tangga.
Analisis Pengembangan Kawasan V-
42
2. Rencana Sistem Jaringan Air Minum
Sumber air yang digunakan untuk keperluan domestik rumah tangga dengan
memanfaatkan air tanah dangkal dan dalam yang berasal melalui sumur, mata air, atau
jaringan pipa PDAM. Arahan pengembangan untuk memenuhi kebutuhan air baku
domestik adalah dengan menambah kapasitas layanan kebutuhan air bersih, peningkatan
pelayanan distribusi dengan meningkatkan sumber daya manusia dan pola kinerja PDAM.
Rencana peningkatan sistem jaringan air bersih dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu
dengan sistem perpipaan untuk daerah yang cukup mudah terlayani dan non perpipaan
untuk wilayah yang sulit dilayani dengan cara membuat terminal tangki air bersih.
Rencana tersebut meliputi:
1) Sistem Jaringan Perpipaan
Sistem jaringan perpipaan dengan cara peningkatan dan pengembangan prasarana
jaringan perpipaan air minum diseluruh wilayah kabupaten. Strategi rencana
pengembangan jaringan perpipaan SPAM perkotaan adalah:
(a) Meningkatkan cakupan pelayanan, yaitu memanfaatkan peluang relatif tingginya
pendapatan masyarakat, khususnya di daerah perkotaan. Hal ini juga didukung
adanya Daftar Tunggu masyarakat yang ingin menyambung air PDAM.
(b) Menurunkan tingkat kehilangan air, khususnya kehilangan air yang disebabkan
oleh adanya pipa distribusi yang rusak dan adanya meter pelanggan yang tidak
secara rutin diganti atau diperbaiki.
(c) Menambah kapasitas produksi, yang hingga saat ini hampir seluruh kapasitas
produksi terpasang sudah termanfaatkan untuk melayani pelanggan yang ada.
(d) Melakukan penyesuaian tarif air minum sudah merupakan keharusan yang akan
dilakukan, meningkatknya biaya operasional seiring adanya inflasi tidak dapat
dihindari. Strategi harga ini juga bertujuan agar PDAM dapat secara rutin
meningkatkan kesejahteraan pegawai yang dimiliki.
(e) Melakukan penyelamatan lingkungan daerah tangkapan air, telah mengalami
kerusakan akibat tingginya penebangan liar
Analisis Pengembangan Kawasan V-
43
(f) Melakukan sosialisasi kondisi PDAM kepada seluruh stakeholder termasuk
masyarakat pelanggan dan non-pelanggan, melalui misalnya pendirian forum
komunikasi pelanggan.
Rencana pengembangan jaringan perpipaan di Kabupaten Temanggung sebagia
berikut:
(a) Peningkatan kapasitas produksi
Rencana pengembangan unit produksi direncanakan untuk menambah debit sumber
mata air baru seperti:
Mata Air Serancah dengan kapasitas 10 L/det, untuk menambah pasokan air
IKK Jumo
Mata Air Bebengan dengan kapasitas 25 L/det, untuk menambah pasokan air
IKK Kaloran
Mata Air Tuk Bening 2, dengan kapasitas 10 L/det, untuk menambah pasokan
air IKK Pringsurat
Peningkatan kapasitas penyadapan di Mata Air Pikatan yang memiliki kapasitas
90 L/det, dimana semula disadap 26 L/det ditingkatkan menjadi 51 L/det untuk
menambah pasokan air IKK Kranggan.
(b) Peningkatan kapasitas reservoir distribusi dari kapastitas total 2.105 m3 menjadi
4.455 m3 Penambahan perpipaan transmisi dan jaringan distribusi
Upaya peningkatan kapasitas produksi harus diikuti dengan penyesuaian kapasitas
perpipaan transmisi, penyesuaian kapasitas reservoir distribusi dan pengembangan
perpipaan distribusi
(c) Penambahan sambungan baru sejumlah 9.774 unit Penggantian meter tua dan rusak
sejumlah 19.000 unit.
2) Sistem Jaringan Non Perpipaan
Analisis Pengembangan Kawasan V-
44
Sistem jaringan non perpipaan dilakukan pada wilayah yang tidak terlayani jaringan
meliputi penggalian atau pengeboran air tanah dan pengeboran air tanah dalam secara
terbatas dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Strategi rencana pengembangan jaringan non perpipaan
SPAM perdesaan adalah:
(a) Peningkatan pelayanan air bersih sistem perpipaan.
(b) Rehabilitasi sumur air tanah dangkal untuk daerah yang diprioritaskan berdasarkan
hasil perhitungan konsultan.
(c) Pembangunan dan atau rehabilitasi prasarana dan sarana sanitasi
3) Rencana Kebutuhan Air Bersih
Rencana kebutuhan air bersih masyarakat meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk dan aktivitas penduduk. Kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan standar
pemenuhan yaitu untuk kebutuhan domestik sebesar 60lt/hari/orang, kebutuhan jasa dan
pelayanan umum sebesar 30% dari kebutuhan domestik dengan tingkat kebocoran sebesar
20%.
Berdasarkan atas perhitungan dapat diidentifikasi kebutuhan air bersih di Kabupaten
Temanggung sampai tahun 2031 adalah:
a) Kebutuhan air bersih untuk keperluan domestik sebesar 53.453.667 lt.
b) Kebutuhan air bersih untuk pemenuhan jasa dan pelayanan umum sebesar 16.036.100 lt.
c) Tingkat kebocoran air bersih sebesar 10.690.733 lt, sehingga jumlah keseluruhan
kebutuhan air bersih Kabupaten Temanggung sebesar 80.180.501 lt.
3. Rencana Sistem Jaringan Pengelolaan Air Limbah
Pelayanan jaringan air limbah melayani air limbah yang dihasilkan oleh domestik,
perdagangan industri dan fasilitas sosial yang berada di kawasan perkotaan dan pedesaan.
Perencanaan sistem jaringan air limbah ini bertujuang untuk pengelolaan air limbah
domestik dan industri agar lebih teratur dan tidak mencemari lingkungan. Perencanaan
sistem jaringan air limbah di Kabupaten Temanggung meliputi:
Analisis Pengembangan Kawasan V-
45
a. Pengembangan instalasi pengolahan limbah industri di Kecamatan Pringsurat;
Kecamatan Temanggung; Kecamatan Kranggan; dan kawasan industri kecil dan/atau
mikro.
b. Pengembangan instalasi pengolahan limbah tinja dan limbah rumah tangga perkotaan;
dan
c. Pengembangan instalasi pengolahan limbah kotoran hewan dan rumah tangga
perdesaan
4. Rencana Sistem Jaringan Drainase
Pengembangan jaringan drainase dilakukan dengan pembangunan sistem drainase primer
sekunder dan tersier yang berfungsi untuk melayani seluruh bagian wilayah kabupaten,
dengan memanfaatkan sistem jaringan drainase yang sudah ada secara maksimal, baik
sungai, anak sungai, maupun saluran-saluran sistem irigasi sebagai saluran pembuang
utama.
Bagi penduduk yang terbiasa membuang air limbahnya ke saluran drainase atau sungai,
harus ditiadakan secara perlahan dengan memberikan penyuluhan terus menerus mengenai
adanya bibit penyakit yang dapat ditularkan melalui air sehingga membahayakan kesehatan
masyarakat. Disamping itu melalui penyuluhan diharapkan penduduk yang belum memiliki
tangki septik atau cubluk dapat membangunnya untuk melengkapi jamban yang telah ada.
Rencana sistem jaringan drainase di Kabupaten Temanggung meliputi:
1) Pembangunan dan peningkatan saluran drainase perkotaan di Kabupaten pada
kawasan permukiman padat, kumuh, dan kawasan sekitar pasar tradisional;
2) Pembangunan dan peningkatan saluran drainase kanan-kiri jalan pada ruas jalan
nasional, provinsi, dan Kabupaten;
3) Normalisasi peningkatan saluran primer di Kawasan Perkotaan; dan
4) Normalisasi saluran sekunder di Kawasan Perkotaan.
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VI - 1
BAB 6
KKeelleemmbbaaggaaaann ddaann PPeemmbbiiaayyaaaann
6.1. LEMBAGA PENGELOLA MINAPOLITAN
Untuk mengelola kawasan minapolitan perlu dikembangkan suatu forum atau focal
point yang berfungsi sebagai lembaga yang mengorkestra pembangunan kawasan
minapolitan. Forum ini tidak perlu sebagai lembaga baru (mengurangi konflik antar
lembaga), cukup mendayagunakan lembaga atau dinas terkait. Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Temanggung dapat menjadi conductor
yang mengorkestra kinerja lembaga atau dinas terkait, sehingga terjadi paduan kerja yang
sinergis dan komplementer. Anggota Forum Pengembangan Kawasan Minapolitan atau
POKJA meliputi unsur-unsur dari BAPPEDA, Dinas Peternakan dan Perikanan; Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan; Dinas Pekerjaan Umum; Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika; Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga;
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, serta
unsur pemerintahan lainnya. Mekanisme kinerja forum pengembangan kawasan
Minapolitan seperti diagram berikut ini:
Gambar 6.1. Koordinasi POKJA dalam Pembangunan-Pengembangan dan Pengelolaan
Kawasan Minapolitan
4
1
8
6
2
5
3
9 10
POKJA
BUPATI
PEMERINTAH PUSAT dan PROVINSI
- INVESTASI - PEMBIAYAAN - BANTUAN
TEKNIS
DINAS TERKAIT
IMPLEMENTASI PROYEK
- PROGRAM - INVESTMENT
PLANT - BUSSINES
PLANT
KAWASAN MINAPOLITAN
MASYARAKAT
SWASTA NASIONAL
LOKAL BUMN
Peningkatan PAD dan Pendapatan Masyarakat
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VI - 2
Keterangan :
1. Collecting Data : Customers Requirements
2. Analizing Data dan Aspirasi Masyarakat
3. Output Proposal Plant: Program Investment Plan dan Bussines Plan
4. Projec Realization : Investasi, Pembiayaan dan Bantuan Teknis
5. Implementasi Protek Melalui Dinas Teknis Terkait
6. Proyek Pembangunan Kawasan dan Masyarakat
7. Hasil Akhir : Peningkatan PAD dan Pendapatan Masyarakat
8. Evaluasi dan Kontrol
9. Improvement Plant
10. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Kepada Bupati
Strategi pengembangan kemitraan merupakan suatu pendekatan untuk
mengembangkan pelaku-pelaku atau stakeholder yang berkaitan dengan minapolitan.
Diharapkan dengan adanya keterkaitan antara pelaku minapolitan melalui pola kemitraan,
maka akan terjadi pertumbuhan dan perkembangan usaha, dan meningkatkan
perekonomian pelaku minapolitan tersebut.
Gambar 6.2. Keterkaitan Antara Pelaku Agribisnis Melalui Pola Kemitraan
Strategi pengembangan kelembagaan merupakan suatu alat penunjang
pengembangan, pembinaan, pendampingan dan pembiayaan yang diperlukan untuk
pengembangan minapolitan. Keterkaitan antar stakeholder pada kawasan minapolitan
dilakukan melalui berbagai kegiatan yang dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait.
Pembudidaya
LSM / PT
(Lembaga Pengembangan Swadaya
masyarakat)
BUMN
BUMD SWASTA
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VI - 3
6.2. PERMODALAN / PEMBIAYAAN
Salah satu faktor produksi yang sangat penting adalah modal usaha. Modal usaha
umumnya merupakan kendala utama bagi usaha kecil mikro di pedesaan, termasuk usaha
budidaya ikan, terlebih bagi usaha yang baru dirintis. Hal ini karena usaha budidaya ikan
pada umumnya belum “bankable”. Berdasarkan observasi lapang diperoleh gambaran
bahwa modal usaha pembudidaya ikan di Kabupaten Temanggung pada umumnya adalah
modal sendiri. Pada kondisi yang demikian, usaha budidaya ikan akan sangat lambat
berkembang.
Menyadari hal tersebut, pemerintah telah memberikan berbagai bantuan langsung maupun
pembinaan teknis. Disamping itu, pemerintah juga telah merintis berbagai skema
pembisyaan usaha mikro kecil untuk membantu pembubidaya ikan, dan mengusahakan
mereka supaya bankable, sehingga pemerintah mendirikan Lembaga Penjamin Kredit
untuk Kredit Usaha Ranyat (KUR) dan kebijakan subsidi bunga rendah untuk KKP-E.
Skema kredit lain yang dapat dimanfaatkan oleh pembudidaya ikan di Kabupaten
Temanggung antara lain:
1) Dana APBN yang disalurkan melalui LPBD, PNPM, PUMP, dan lain-lain.
2) Dana bantuan dari APBD disalurkan melalui LKPD, dana ini disalurkan untuk kegiatan
usaha yang produktif.
3) Dana CSR (coorporate social responsibility) dari BUMN maupun swasta, yang
disalurkan dalam bentuk Bina Lingkungan dan kemitraan. Dana bina lingkungan dapat
digunakan untuk membangun fasilitas atau sarana prasarana produksi,
pelatihan/penyuluhan dan pendampingan usaha. Sedangkan dana kemitraan dapat
digunakan untuk modal usaha.
Salah satu model pendanaan usaha bagi pengusaha mikro kecil seperti pembudidaya ikan
adalah model Hibrid Mikro. Model ini adalah pembiayaan usaha mikro yang bergerak di
bidang pertanian/perikanan dengan menggunakan sinergi sumber dana melalui anggaran
Pemerintah (APBN/APBD) dan dana masyarakat melalui mekanisme perbankan (bentuk
skema KUR Mikro dan Linkage. Pendanaan hibrid model ini melibatkan banyak lembaga
keuangan bank/nonbank dan jenis paket bantuan.kredit yang disalurkan dengan mekanisme
sebagai berikut:
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VI - 4
Gambar 6.3. Alur Sumber Dana Distribusi dan Lembaga Penyalur
Dana yang bersumber dari APBN disalurkan untuk masyarakat perikanan melalui LPDB
(Lembaga Pengelola Dana Bantuan) dalam bentuk capacity building untuk kegiatan tata
niaga dan dana yang disalurkan melalui PNPM (PT. Permodalan Nasional Pengusaha
Mandiri) berupa dana bergulir.
Dana yang disalurkan pemerintah dalam bentuk PUMP (Pengembangan Usaha Masyarakat
Perikanan) dan dana yang disalurkan melalui LPBD ditambah dengan dana masyarakat
yang dihimpun oleh lembaga perbankan, disalurkan untuk bantuan dana usaha produktif
bagi usaha mikro kecil (sektor informal) dan KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan
Energi), yakni kredit tanpa bunga. Oleh karena pengusaha mikro kecil dan menengah tidak
bankable, diperlukan lembaga penjamin kredit yang dibentuk oleh pemerintah yaitu
ASKRINDO, LPKD (Lembaga Penjamin Kredit Daerah), KKMB (Konsultan Keuangan
Mitra Bisnis) dan LKM (Lembaga Keuangan Mikro), agar UMKM mampu mengakses ke
perbankan, sehingga pengusaha kecil mikro tersebut dapat memperoleh fasilitas
kredit/bantuan modal kerja bagi usahanya.
DANA PEMERINTAH (APBN)
DANA MASYARAKAT (DPK)
PUMP
LPDB
PNPM
bantuan sosial
padat karya
Kredit Mikro
Askrindo & Jaskrindo
Penjaminan kredit
Perbangkan
KUR Mikro + KKP+E (penjaminan) (subsidi bunga)
APBD LPKD
sinergi pembiayaan
usaha produktif
KKMB
LKM
Lembaga Pemeringka
t Independen
Sektor informal
Capacity Building
Tata Niaga
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VI - 5
6.2.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Dana yang bersumber dari APBN merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi
pembudidaya ikan dalam kawasan minapolitan, yakni dana lintas sektor pemerintah pusat
yang dianggarkan setiap tahun yang diusulkan oleh kementerian teknis terkait melalui
kementerian keuangan cq. Ditjen Angggaran, dalam bentuk bantuan stimulan antara lain
sebagai berikut:
1) Dana stimulan pemberdayaan usaha, misalnya bantuan kredit program, PUMP, PNPM,
KUR, KKP-E dan sejenisnya bagi masyarakat pengusaha kecil mikro bidang
perikanan.
2) Bantuan dana untuk pendidikan dalam rangka BOS untuk meringankan beban biaya
pendidikan masyarakat marginal (termasuk nelayan dan pembudidaya) pada umumnya.
3) Bantuan dana untuk pembangunan insfrastruktur perikanan, sarana dan prasarana
produksi perikanan budidaya serta pengolahan hasil yang mendukung peningkatan
produksi perikanan (blue revolution program).
4) Dana bantuan untuk sentra produksi, pengolahan dan pemasaran modern dan atau rest
area dengan main business-nya minakuliner.
5) Suntikan dana berupa dana alokasi khusus (DAK) untuk pembangunan infrastruktur
jaringan listrik, saluran air bersih, sanitasi dan saluran untuk supply air bersih bagi
masyarakat daerah marginal dan pengembangan prasarana pengendalian air limbah,
fasilitas 3R dan pengembangan sarana drainase mandiri.
6) Dana bantuan untuk konservasi sumberdaya hutan untuk rehabilitasi hutan yang rusak
(green belt program).
6.2.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Dana APBD bersumber dari dana anggaran pendapatan daerah yang direncanakan setiap
akhir tahun anggaran melalui Bappeda. Pembiayaan dari APBD diperuntukan sebagai dana
bantuan operasional, bantuan perbaikan saluran irigasi, pengerasan jalan produksi, listrik,
air, bantuan sarana dan prasarana fisik.
6.2.3. Kerjasama Pemerintah dan Swasta.
Dana kerjasama pemerintah dan swasta biasanya berupa kerjasama operasional (KSO)
yang dituangkan dalam surat perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak yang
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VI - 6
mencantumkan hak dan kewajiban kedua belah pihak. Kerjasama semacam ini biasanya
dilakukan karena pemerintah memiliki aset, tetapi tidak mampu membiayai dana
operasionalnya.
6.2.4. Investasi Swasta.
Investasi diserahkan ke pihak swasta apabila biaya yang dubutuhkan untuk pembangunan
sarana dan prasarana Minapolitan cukup besar dan pemerintah tidak cukup dana untuk
melaksanakan kegiatan yang bersangkutan. Di sisi lain, pemerintah membutuhkan
pemanfaatan ruang untuk pengembangan usaha perikanan, misalnya membangun sentra
bisnis/pasar modern, pabrik pengolahan ikan modern dan sejenisnya, yang diperkirakan
dapat menyerap tenaga kerja setempat dan mampu menjadi mitra bisnis para pengusaha
kecil dan menengah. Hal ini akan ditempuh dengan catatan untuk swasta nasional
permodalan dapat 100% dari pengusaha itu sendiri, tetapi lahannya disediakan pemerintah
Kabupaten Temanggung.
6.2.5. Swadaya Masyarakat.
Dana swadaya masyarakat adalah dana atau modal usaha yang bersumber dari para
pembudidaya dan atau pengolah ikan atau dana tersebut dikumpulkan dan dijalankan oleh
KUD. Apabila dana tersebut dijalankan oleh KUD, maka pembudidaya sebagai anggota
KUD akan mendapatkan sisa hasil usaha.
6.2.6. Dana CSR dari BUMN/Swasta.
Dana tersebut berasal dari sebagian kecil keuntungan usaha perusahaan BUMN maupun
swasta. Dana CSR (Coorporate Social Responsibility) dapat dipisahkan menjadi dua
peruntukan, yakni dana bina lingkungan dan dana kemitraan. Dana bina lingkungan dapat
digunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana budidaya serta infrastruktur budidaya,
pelatihan, penyuluhan dan pendampingan usaha. Sedangkan dana kemitraan terutama
diperuntukan bagi modal usaha bergulir bagi berbagai usaha mikro kecil, termasuk
budidaya ikan.
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 1
Bab VII
PPeennggeemmbbaannggaann KKaawwaassaann MMiinnaappoolliittaann
7.1. ISU DAN PERMASALAHAN
Salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan antara lain terletak pada kemampuan
pengambil dan penyusun kebijakan dalam memahami isu dan permasalahan yang
berkembang di masyarakat. Pemahaman ini juga berlaku dalam pengembangan kawasan
perikanan budidaya di Kabupaten Temanggung. Oleh karenanya identifikasi isu dan
permasalahan terkait dengan pengembangan minapolitan menjadi suatu yang sangat
strategis. Hasil identifikasi terhadap isu dan masalah akan mencerminkan kekuatan dan
kelemahan dalam pengembangan kawasan perikanan budidaya. Di sisi lain, isu dan
permasalahan tersebut juga akan mencerminkan peluang dan ancaman yang datangnya dari
luar. Isu dan permasalahan dapat dikelompokkan berdasarkan keruangan menjadi dua,
yakni isu dan permasalahan mikro/ lokal dan makro/regional.
7.1.1. Isu Lokal
Isu yang berdasarkan aspek keruangan lokal yang juga merupakan faktor strategis internal,
antara lain meliputi:
1) Dukungan pemerintah daerah sangat tinggi terhadap rencana pengembangan
minapolitan di Kabupaten Temanggung
2) Kabupaten Temanggung memiliki potensi pengembangan perikanan budidaya air
tawar, karena didukung kondisi geografis dan sumber mata air yang cukup melimpah,
terutama budidaya kolam dan mina padi.
3) Lokasi Kabupaten Temanggung cukup strategis, karena berada diantara jalur ekonomi
diantara kota-kota besar di Jawa Tengah, yaitu antara Solo, Semarang, Purwokerto dan
Jogjakarta.
4) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung sudah menegaskan adanya
kawasan minapolitan, meskipun masih belum definitif, mengindikasikan kuatnya
dukungan pemerintah kabupaten.
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 2
5) Kabupaten Temanggung memiliki lembaga pendidikan tingkat menengah (SUPM)
bidang perikanan dan pariwisata, yang akan mencetak pelaku bisnis perikanan. Saat
sekarang telah menjalin kerjasama dengan UNSUD menyelenggarakan pendidikan
strata D-1 bidang studi budidaya Lele.
6) Kabupaten Temanggung bukan kawasan industri, sehingga kondisi sumberdaya air
masih sangat bagus untuk kegiatan budidaya ikan
7) Alih fungsi lahan daerah tangkapan air menjadi kawasan pertanian dapat
mengakibatkan kondisi lahan kritis, sehingga mengganggu keseimbangan lingkungan.
8) Keterbatasan alat dan sarana produksi (saprodi) kawasan Minapolitan yang sesuai
dengan kebutuhannya belum memadai.
9) Masih terbatasnya jumlah dan kualitas SDM perikanan, sebagai tenaga pelaksana
kawasan Minapolitan.
10) Saluran promosi dan pemasaran kawasan Minapolitan belum memadai.
11) Koordinasi, keterpaduan dan keterlibatan SKPD pada setiap level perlu ditingkatkan.
12) Keterlibatan dan kesadaran masyarakat lokal dalam kegiatan kewirausahaan di luar
usaha tembakau perlu dibangun dan ditingkatkan.
7.1.2. Isu Nasional
Isu dan permasalahan yang bersifat makro juga dapat dikategorikan sebagai isu dan
permaslahan strategis eksternal antara lain meliputi:
1) Kebijakan pemerintah pusat terhadap peningkatan peran sektor perikanan sebagai
penggerak perekonomian daerah sangat kuat.
2) Kebijakan pemerintah pusat melalui KKP dalam peningkatan produksi ikan melalui
pengembangan kawasan perikanan budidaya sangat jelas dan kuat.
3) Perubahan pola makan masyarakat (dunia dan nasional) dari konsumsi daging merah
berpindah menjadi menjadi ikan terus meningkat, sejalan dengan pemahaman dan
kesadaran bahwa ikan merupakan sumber makanan hewani yang sehat dan aman.
4) Iklim investasi di bidang perikanan masih perlu terus didorong.
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 3
7.2. ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN
Berdasarkan hasil identifikasi isu dan masalah, didukung dengan berbadai data dan
informasi yang telah dikumpulkan, selanjutnya dilakukan analisis potensi untuk
pengembangan kawasan minapolitan, menggunakan pendekatanan analisis SWOT.
Berbagai data dan informasi yang bersumber dari isu-isu strategis sebagaimana telah
dijelaskan di depan, selanjutnya diidentifikasi dan dikelompokkan untuk kemudian
dimasukkan ke dalam tabel analisis SWOT.
Hasil analisis SWOT akan menjadi arahan dalam penyusunan Masterplan Pengembangan
Kawasan Minapolitan, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai pedoman bagi para
pemangku kebijakan untuk mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan kebijakan
dan strategi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 4
Tabel 7. 1. Matrik SWOT Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Temanggung
INTERNAL KEKUATAN (STRENGTHS)
1) kebijakan terpadu antar sektor
2) institusi pendidikan mendukung
3) dukungan kuat dari PEMDA
4) dukungan masyarakat sangat positif
5) dukungan SDA sangat memadai
KELEMAHAN (WEAKNESSES)
1) SDM pengembangan minapolitan
masih terbatas
2) Wawasan masyarakat tentang
perikanan masih terbatas
3) EKSTERNAL
PELUANG (OPPORTUNITIES)
1) Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi
terhadap ikan
2) Permintaan pasar DN/LN terhadap produk
ikan meningkat
3) Kebijakan Pemerintah Pusat sangat
mengukung pengembangan kawasan
Minapolitan
4) Letak geografis strategis, berada diantara
kota-kota besar di Jateng
STRATEGI SO
1) Peningkatan sosialisasi dan promosi
2) Tingkatkan suasana kondusif
3) Terealisasinya RTRW
4) Meningkatkan profesionalisme
pengelola dan regulasi perikanan
STRATEGI WO
1) Perkuat lembaga pendidikan
perikanan budidaya
2) Perkuat SDM penyuluh
3) Kembangkan kerjasama
ANCAMAN (TREATHS)
1) Produk ikan LN yang lebih rendah
2) Jaringan pasar belum terbentuk
3) Sar-pras belum sepenuhnya mendukung
4) Biaya produksi, khususnya pakan, masih
tinggi, sehingga posisi tawar ikan masih
rendah.
STRATEGI ST
1) Meningkatkan koordinasi sinkronisasi
program/kegiatan
2) Meningkatkan dana pembangunan
sektor perikanan
3) Pelestarian kondisi lingkungan,
khususnya kawasan serapan air
STRATEGI WT
1) Optimasi pelaksanaan pemanfaatan
lahan bedasarkan RTRW
2) Pengendalian dampak negatif
kawasan Minapolitan
3) Merumuskan sinkronisasi kebijakan
pembangunan antar sektor/SKPD
dan antara daerah, provinsi dan
nasional
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 5
Berdasarkan matrik di depan maka dapat diketahui arahan alternatif strategi yang akan
dilakukan, sebagai berikut.
1) Staregi SO
Strategi kombinasi kekuatan dan peluang mencerminkan strategi yang agresif, memberi
arahan untuk berusaha memanfaatkan peluang yang ada di Kabupaten Temanggung
dengan cara mengoptimalkan segala kemampuan internal untuk memanfaatkan peluang
yang ada dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Strategi yang ditempuh dalam
hal ini adalah untuk mendukung kebijakan pengembangan pertumbuhan ekonomi, meliputi
arahan strategi:
a) Tercapainya peningkatan promosi produk perikanan secara bertahap/
berkesinambungan ;
b) Dengan dilakukannya deregulasi peraturan, pelaksanaan usaha perikanan bertambah
lancar;
c) Meningkatnya suasana kawasan minapolitan lebih kondusif;
d) Berkembangnya tingkat profesionalisme pengelola, dan kesadaran masyarakat;
e) Dengan adanya konsep pembangunan yang tepat dan berkelanjutan, potensi SDI dan
produktivitas perikanan akan terus meningkat.
2) Staregi WO
Strategi kombinasi kelemahan dan peluang adalah arahan strategi untuk memanfaatkan
peluang yang sangat baik, dengan jalan mengeliminir kelemahan internal, untuk merebut
peluang yang ada. Langkah-langkah strategis diarahkan pada:
a) Berkembangnua pendidikan formal perikanan untuk mendukung pengembangan
kawasan minapolitan
b) Terbangunya sarana dan prasarana Minapolitan dan berkembangnya program
pengembangan Kawasan Minapolitan yang didukung lintas sektor
c) Meningkatnya mutu SDM perikanan, baik aparat terkait maupun pengelolanya.
d) Lancarnya urusan legalitas operasional usaha perikanan;
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 6
3) Strategi ST
Strategi ST memberikan arahan berusaha untuk mengeliminir faktor ancaman dari luar,
dengan jalan mengoptimalkan berbagai kemampuan/ kekuatan internal, dalam rangka
meraih peluang jangka panjang dengan arahan strategi sebagai berikut:
a) Meningkatkan koordinasi sinkronisasi program/kegiatan, fungsi kontrol dan
pengendalian secara konsisten dan berkesinambungan
b) Meningkatkan dana pembangunan sektor perikanan untuk pengembangan Minapolitan
dari berbagai sumber dana.
c) Lestarinya kondisi kawasan Minapolitan sesuai rencana dan terbangunnya sarana/
prasarana perikanan bagi masyarakat khususnya dan para pelaku bisnis perikanan pada
umumnya.
4) Strategi WT
Strategi WT merupakan kombinasi antara kelemahan dan ancaman, sehingga merupakan
strategi defensif, yaitu strategi untuk menghadapi kondisi yang cukup sulit. Strategi yang
tepat untuk direapkan adalah berusaha mengoptimalkan potensi yang ada dan berusaha
mengeliminir ancaman dari luar dengan arahan strategi sebagai berikut:
a) Optimalnya pelaksanaan pemanfaatan lahan berdasarkan RTRW yang telah ditetapkan;
b) Terkendalinya dampak negatif pelaksnaan pengembangan kawasan Minapolitan di
lingkungan masyarakat sekitar.
c) Terumuskannya sinkronisasi kebijakan pembangunan antar sektor/SKPD dan antara
daerah, provinsi dan nasional
7.2.1. Rumusan Kebijakan Pengembangan Minapolitan
Berdasarkan uraian dan analisis terdahulu, selanjutnya disusun suatu matrik strategi dan
arah kebijakan yang akan dilakukan (Tabel 6.2.). Matrik tersebut menjelaskan secara rinci
tentang upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi berbagai kelemahan internal
dan menanggulangi ancaman yang mungkin terjadi dari luar. Atas dasar hal tersebut,
selanjutnya dapat dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan
menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang yang ada.
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 7
Tabel 7. 2. Strategi dan Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan Minapolitan
Temanggung
NO STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
1 STRATEGI SO
1) Peningkatan sosialisasi dan
promosi
2) Peningkatan suasana
kondusif
3) Terealisasinya RTRW
4) Meningkatkan
profesionalisme pengelola
dan regulasi perikanan
a) Menyusun program promosi pengembangan
kawasan monapolitan dan perikanan;
b) Menyusun program pelayanan yang baik dan
prima;
c) Menyusun program pendidikan formal yang
mendukung pengembangan kawasan
Minapolitan;
d) Menyusun konsep pembangunan yang
terintegrasi
2 STRATEGI WO
1) Perkuat lembaga pendidikan
perikanan budidaya
2) Terbangunnya fasilitas fisik
minapolitan
3) Perkuat SDM penyuluh
a) Menyempurnakan pendidikan formal dan non
formal perikanan untuk mendukung
pengembangan kawasan minapolitan
b) Melaksanakan pembangunan sarana dan
prasarana Minapolitan dan meningkatkan
koordinasi lintas sektor
c) Menambah dan meningkatnya mutu SDM
perikanan, baik aparat terkait maupun
pengelolanya untuk mendukung kawasan
minapolitan.
3 STRATEGI ST
1) Meningkatnya koordinasi
sinkronisasi program/
kegiatan
2) Meningkatnya dana
pembangunan sektor
perikanan
3) Pelestarian kondisi
lingkungan, khususnya
kawasan serapan air
a) Membentuk tim lintas sektor untuk
menyusun program/kegiatan jangka pendek
dan menengah sesuai masterplan
b) Meningkatkan dana pembangunan sektor
perikanan untuk pengembangan Minapolitan
dari berbagai sumber dana.
c) Merancang dan meningkatkan pelestarian
lingkungan dan program kebersihan
lingkungan.
4 STRATEGI WT
1) Optimalnya pelaksanaan
pemanfaatan lahan
bedasarkan RTRW
2) Pengendalian dampak
negatif kawasan
Minapolitan
3) Terumuskannya sinkronisasi
kebijakan pembangunan
antar sektor/SKPD dan
antara daerah, procinsi dan
nasional
a) Membuat rencana definitif dan dukungan
anggaran untuk pelaksanaan pemanfaatan
lahan berdasarkan RTRW yang telah
ditetapkan;
b) Mengoptimalkan pengendalian dampak
negatif atas pelaksanaan pengembangan
kawasan Minapolitan di lingkungan
masyarakat sekitar.
c) Melakukan/ meningkatkan sinkronisasi
kebijakan pembiayaan atas pengembangan
kawasan Minapolitan, baik secara sektoral
maupun antar wilayah dan nasional
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 8
7.2.2. Tujuan dan Sasaran program
Berdasarkan hasil analisis SWOT sebagaimana dijelaskan di depan, yang kemudian telah
dirumuskan dalam strategi dan arahan kebijakan, maka selanjutnya dirumuskan tujuan dan
sasaran program pengembangan Kawasan Minapolitan adalah: Terbangunnya Kawasan
Miapolitan yang mampu menjadi sentra produksi perikanan budidaya dari hulu sampai
hilir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap melestarikan lingkungan
dan semangat kebersamaan.
7.2.3. Arahan Strategi Perencanaan Jangka Menengah
Berdasarkan tujuan dan sasaran program sebagaimana dirumuskan di atas serta hasil
analisis SWOT di depan, maka disusun arahan strategi perencanaan pembangunan
Kawasan Minapolitan yang disusun secara bertahap, berkesinambungan, berorientasi pada
kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan serta tetap berpedoman pada
pendekatan Kebijakan Nasional. Strategi perencanaan pengembangan Kawasan
Minapolitan dalam periode RPJMD tahun pertama mulai tahun 2013 sampai dengan tahun
2017 dari RPJP yang terbagi menjadi empat tahap perencanaan jangka menengah
(RPJMD) dan setiap tahap memuat perencanaan satu tahunan dengan proyeksi arah dan
strategi perencanaan pembangunan Kawasan Minapolitan sebagai berikut.
1) Mewujudkan penataan ruang dan pemanfaatan sumberdaya dan lingkungan
Minapolitan dan sekitarnya sebagai suatu kesatuan sentra produksi/perikanan budidaya
yang dinamis, terpadu dan berkelanjutan.
2) Membangun infrastruktur penunjang (sarana listrik, air dan transportasi) dan utama
(sarana usaha perikanan budidaya) sesuai dengan kebutuhan tahapan perkembangan
usaha.
3) Menyiapkan SDM dan kelembagaan pengelola yang mampu mewujudkan
pembangunan Kawasan Minapolitan sebagai satu kesatuan secara berkelanjutan.
4) Mewujudkan keterpaduan dan sinergitas antar SKPD dan penggalangan kemitraan
dengan stakeholders selain Pemerintah dalam pembangunan insfrastruktur mulai dari
aspek penetapan program, sumber dana dan pengelolaan pembangunan fisik yang
mendukung sarana dan prasarana Kawasan Minapolitan dalam satu kesatuan secara
optimal.
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 9
7.3. TAHAPAN PENGEMBANGAN
Sasaran perencanaan strategis perlu ditetapkan agar arah dan tujuan pelaksanaan
pengemabngan Kawasan Minapolitan dapat terukur dan sekaligus merupakan indikator
keberhasilan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengembangan Kawasan Minapolitan dirancang secara bertahap, realistis,
berkesinambungan dan ramah lingkungan, dalam arti secara operasional rencana tersebut
dapat dicapai dengan mudah karena sesuai kemampuan dan daya dukungnya. Sasaran
pengembangan Kawasan Minapolitan secara rinci dipaparkan sebagai berikut.
Kawasan Minapolitan yang akan dikembangkan adalah di Kecamatan Parakan. Saat
sekarang luas lahan untuk budidaya kolam di Kecamatan Parakan sekitar 16 hektar,
sedangkan luas lahan perikanan budidaya minapadi sekitar 254 hektar. Luas lahan
budidaya masih dapat dikembangkan, baik budidaya ikan minapadi maupun kolam, karena
potensi sumberdaya air yang sangat melimpah.
Pengembangan Kawasan Minapolitan dilaksanakan secara bertahap, berorientasi jangka
panjang, dimulai dengan program jangka pendek yang bersifat rintisan dan stimulan, yang
perlu dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Waktu yang dibutuhkan
untuk mengembangkan kawasan minapolitan bisa mencapai 5 tahun, tergantung situasi dan
kondisi tingkatan kawasan yang akan dikembangkan. Program lima tahunan dirinci ke
dalam program tahunan. Pelaksanaan pengembangan Minapolitan Kabupaten Temanggung
direncanakan dimulai tahun 2013 untuk kurun waktu 5 tahun, yakni hingga tahun 2017.
7.4. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUNAN
Kegiatan pengembangan Minapolitan Kabupaten Temanggung yang bersifat tahunan
meliputi program pengembangan produksi, program pemasaran, program pengembangan
kelembagaan dan program pengembangan infrastruktur wilayah.
Program pengembangan produksi budidaya ikan meliputi kegiatan pemanfaatan sarana
produksi, perluasan areal lahan budidaya, pemanfaatan teknologi budidaya serta
penanganan paska panen. Program pengembangan infrastruktur penunjang minapolitan
meliputi kegiatan penyediaan sarana dan prasarana produksi terkait dengan jenis komoditas
yang diusahakan dan teknologi produksi yang akan digunakan. Program pengembangan
infrastruktur kawasan minapolitan mencakup pengembangan sistem jaringan transportasi,
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 10
terutama jaringan jalan, penyediaan air bersih, penanganan drainase, pengelolaan sanitasi
dan sampah, serta pengembangan layanan listrik dan telekomunikasi.
Program utama pengembangan minapolitan sebagaimana dijelaskan di atas akan meliputi:
1. Usulan Program Utama
Usulan program utama adalah peningkatan produksi dan pengolahan hasil, serta
peningkatan infrastruktur pendukung pengembangan kawasan Minapolitan yang
diprioritaskan.
2. Lokasi
Lokasi adalah tempat usulan program akan dilaksanakan.
3. Besaran.
Besaran adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
4. Sumber pendanaan
Sumber pendanaan adalah sumber biaya yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan
kegiatan.
5. Instansi pelaksana
Instansi pelaksana adalah pelaksana kegiatan yang disesuaikan dengan tugas pokok dan
fungsi serta kewenangan masing-masing instansi pemerintah.
6. Waktu dan tahapan pelaksanaan
Waktu pelaksanaan pengembangan kawasan Minapolitan adalah dalam kurun waktu 5
tahun anggaran, yaitu TA 2013, TA 2014, TA 2015, TA 2016 dan TA 2017. Program
utama pengembangan kawasan Minapolitan dipaparkan pada tabel berikut.
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 11
Tabel 7.2. Program Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Temanggung
No Program Lokasi Besaran Biaya (Rp.) Sumber
dana
Instansi
pelaksanan
Waktu pelaksanaan
2013 2014 2015 2016 2017
A BUDIDAYA 1 Pengembangan budidaya kolam
untuk komoditas unggulan:
Subsidi benih
o Nila
o Lele
o Karper
Peningkatan Kolam
Kec. Parakan
Kec. Temanggung
Kec. Kedu
Kec. Bulu
Kec. Candiroto
Kec. Tlogomulyo
Kec.Tembarak
Kec.Selopampang
Kec.Wonoboyo
86
86.000.000
86
Ha
Ekor
Ha
430.000.000
**
APBN
Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
2 Pengembangan budidaya minapadi
o Subsidi benih
o Nila
o Karper
o Peningkatan minapadi
Kec. Parakan
Kec. Temanggung
Kec. Kedu
Kec. Bulu
Kec. Candiroto
Kec. Tlogomulyo
Kec.Tembarak
Kec.Selopampang
Kec.Wonoboyo
2364
118.000.000
Ha
ekor
590.000.000
Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
3 Peningkatan usaha pembenihan
o Nila
o Lele
o Karper
Kec. Parakan
Kec. Temanggung
Kec. Kedu
Kec. Bulu
Kec. Candiroto
Kec. Tlogomulyo
Kec.Tembarak
Kec.Selopampang
Kec.Wonoboyo
18 unit 270.000.000 APBN Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
JUMLAH 1.290.000.000
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 12
No Program Lokasi Besaran Biaya (Rp.) Sumber
dana
Instansi
pelaksanan
Waktu pelaksanaan
2013 2014 2015 2016 2017
B PASCA PANEN
1 Pengembangan pengolahan hasil
perikanan
o Bantuan peralatan
o Abon
o Kripik kulit ikan/sirip
o Pembangunan unit percontohan
pengolahan abon dan kripik
Kec. Parakan
Kec. Temanggung
2
2
Unit
unit
20.000.000
20.000.000
APBD
APBD
Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
2 Pengembangan usaha filet ikan
o Bantuan peralatan pengolahan
Kec. Parakan
2
unit
20.000.000
APBD Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
o Pembangunan contoh unit
produksi
Kec. Parakan
2 unit **
3 Perbaikan dan revitalisasi pasar
ikan Dongkel
Kec. Parakan
1 unit **
JUMLAH 60.000.000
C KELEMBAGAAN
1 Penguatan lembaga/instansi
pengelola kawasan
Bag. Perikanan menjadi
Kantor Perikanan
Kabupaten
Temanggung
1 unit
2 Penguatan kelembagaan kelompok
pembudidaya
o Subsidi insentif bagi pengurus
kelompok yang berdedikasi
o Penguatan kelompok
pembudidaya ikan dan
pengolah ikan
Kec. Parakan
Kec. Temanggung
Kec. Kedu
Kec. Bulu
Kec. Candiroto
Kec. Tlogomulyo
Kec.Tembarak
Kec.Selopampang
Kec.Wonoboyo
9
9
Unit
unit
18.000.000
27.000.000
APBD
APBD
Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 13
No Program Lokasi Besaran Biaya (Rp.) Sumber
dana
Instansi
pelaksanan
Waktu pelaksanaan
2013 2014 2015 2016 2017
3 Pemebentukan koperasi
pembudidaya dan pengolah
Kec. Parakan
Kec. Temanggung
Kec. Kedu
Kec. Bulu
Kec. Candiroto
Kec. Tlogomulyo
Kec.Tembarak
Kec.Selopampang
Kec.Wonoboyo
9 unit APBD/
Swasta
Dinas
Koperasi
4 Pengembangan lembaga pendukung
usaha budidaya dan pasca panen
o Laboratorium budidaya
o Laboratorium Bina Mutu
Kec. Parakan
1
1
Unit
unit
**
**
APBN
Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
JUMLAH 45.000.000
D SUMBERDAYA MANUSIA
1 Peningkatan Ketrampilan Teknis
dan Pengelolaan Usaha
Pelatihan budidaya
(pembenihan dan pembesaran)
Kec. Parakan
Kec. Temanggung
Kec. Kedu
Kec. Bulu
Kec. Candiroto
Kec. Tlogomulyo
Kec.Tembarak
Kec.Selopampang
Kec.Wonoboyo
18 paket 1.800.000.000 APBN Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 14
No Program Lokasi Besaran Biaya (Rp.) Sumber
dana
Instansi
pelaksanan
Waktu pelaksanaan
2013 2014 2015 2016 2017
Pelatihan pembuatan pakan
ikan
Kec. Parakan
Kec. Temanggung
Kec. Kedu
Kec. Bulu
Kec. Candiroto
Kec. Tlogomulyo
Kec.Tembarak
Kec.Selopampang
Kec.Wonoboyo
18 paket 1.800.000.000 APBN Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
Pelatihan pasca panen Kec. Parakan
Kec. Temanggung
Kec. Kedu
Kec. Bulu
Kec. Candiroto
Kec. Tlogomulyo
Kec.Tembarak
Kec.Selopampang
Kec.Wonoboyo
18 paket 1.800.000.000 APBN Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
Pelatihan kewirausahaan Kec. Parakan
Kec. Temanggung
Kec. Bulu
Kec. Candiroto
4 paket 600.000.000 APBN Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
Pembinaan dan pendampingan
manajemen usaha
Kec. Parakan
Kec. Tlogomulyo
Kec.Tembarak
Kec.Selopampang
Kec.Wonoboyo
5 paket 750.000.000 APBN Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
2 Peningkatan kapasitas SDM
pembina
Pelatihan TOT budidaya Kab Temanggung 2 Paket 400.000.000 APBN Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 15
No Program Lokasi Besaran Biaya (Rp.) Sumber
dana
Instansi
pelaksanan
Waktu pelaksanaan
2013 2014 2015 2016 2017
Pelatihan TOT Pascapanen Kab Temanggung 2 Paket 400.000.000 APBN Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
Pelatihan TOT Kewirausahaan Kab Temanggung 2 Paket 400.000.000 APBN Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
3 Rekrutmen tenaga penyuluh Kec. Parakan
Kec. Temanggung
Kec. Kedu
Kec. Bulu
Kec. Candiroto
Kec. Tlogomulyo
Kec.Tembarak
Kec.Selopampang
Kec.Wonoboyo
9 orang 810.000.000 APBN Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
4 Penguatan kerjasama dengan
Perguruan Tinggi dalam rangka
menghasilkan tenaga terdidik bid.
Usaha budidaya dan pengolahan
hasil
Kec. Temanggung SUPM
JUMLAH 8.350.000.000
E PERMODALAN
1 Pengembangan partisipasi dan
kerjasama dengan BUMN/Swasta
untuk kegiatan kemitraan
Kab. Temanggung
Penyusunan program CSR
BUMN dan Swasta dalam
mendukung Minapolitan
Kab. Temangggung 1 paket 150.000.000 APBD Bag.
Perikanan
DPP
Temanggung
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 16
No Program Lokasi Besaran Biaya (Rp.) Sumber
dana
Instansi
pelaksanan
Waktu pelaksanaan
2013 2014 2015 2016 2017
Sosialisasi program CSR Kec. Parakan
Kec. Temanggung
Kec. Kedu
Kec. Bulu
Kec. Candiroto
Kec. Tlogomulyo
Kec.Tembarak
Kec.Selopampang
Kec.Wonoboyo
9 paket 135.000.000 APBD Bag.
Perikanan
DPP
Temanggung
2 Dukungan akses permodalan
Pendirian BPR Perikanan Kec. Parakan 1 paket 2.000.000.000 swasta swasta
Sosialisasi BPR kepada pelaku
usaha perikanan
Kec. Parakan
Kec. Temanggung
Kec. Kedu
Kec. Bulu
Kec. Candiroto
Kec. Tlogomulyo
Kec.Tembarak
Kec.Selopampang
Kec.Wonoboyo
9 paket 450.000.000 APBD Bag.
Perikanan
DPP
Temanggung
3 Pendampingan pembuatan proposal
usaha yang bankable bagi
kelompok
Kec. Parakan
Kec. Temanggung
Kec. Kedu
Kec. Bulu
Kec. Candiroto
Kec. Tlogomulyo
Kec.Tembarak
Kec.Selopampang
Kec.Wonoboyo
9 paket 450.000.000 APBN Bag.
Perikanan
DPP
Temanggung
JUMLAH 3.195.000.000
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 17
Tabel 7.3. Program Pengembangan Prasarana Di Kawanan Minapolitan Kabupaten Temanggung
No Program Lokasi Besaran Biaya (Rp.) Sumber
dana
Instansi
pelaksanan
Waktu pelaksanaan
2013 2014 2015 2016 2017
A BUDIDAYA
1 Pengembangan kolam budidaya
Budidaya pembesaran ikan
lele, nila dan karper
Kec. Parakan
Kec. Temanggung
Kec. Kedu
Kec. Bulu
Kec. Candiroto
Kec. Tlogomulyo
Kec.Tembarak
Kec.Selopampang
Kec.Wonoboyo
86 Ha 430.000.000 APBN Bag.
Perikanan
DPP
Temanggung
Budidaya Mina padi Nila dan
Karper
Kec. Parakan
Kec. Temanggung
Kec. Kedu
Kec. Bulu
Kec. Candiroto
Kec. Tlogomulyo
Kec.Tembarak
Kec.Selopampang
Kec.Wonoboyo
2360 Ha 600.000.000 APBN Bag.
Perikanan
DPP
Temanggung
2 Pengembangan Pembenihan Ikan
(lele, nila, karper)
Kec. Parakan
Kec. Candiroto
Kec. Kedu
Kec. Bulu
8 paket 400.000.000
3 Pengembangan kolam budidaya Kec. Parakan
Kec. Temanggung
Kec. Kedu
Kec. Bulu
Kec. Candiroto
Kec. Tlogomulyo
Kec.Tembarak
Kec.Selopampang
Kec.Wonoboyo
90 Ha 450.000.000.00
0
APBN,
Swasta,
CSR,
swadaya
Bag.
Perikanan
DPP
Temanggung
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 18
No Program Lokasi Besaran Biaya (Rp.) Sumber
dana
Instansi
pelaksanan
Waktu pelaksanaan
2013 2014 2015 2016 2017
4 Pengembangan infrastruktur kolam
budidaya
Perbaikan jalan masuk ke
kawasan kolam budidaya
Kec. Parakan 400 ? m 1.000.000.000 APBN, Bag.
Perikanan
DPP
Temanggung
Perbaikan saluran irigasi Kec. Parakan m 1.000.000.000 APBN, Bag.
Perikanan
DPP
Temanggung
JUMLAH 452.330.000.00
0
B PASCAPANEN
1 Pengembangan usaha pengolahan
ikan
Abon ikan
Kripik kulit ikan
Kec. Parakan
Kec. Temanggung
4 paket 300.000.000 APBD Bag.
Perikanan
DPP
Temanggung
2 Peningkatan pemasaran produk
perikanan
Perbaikan pasar ikan Dangkel Ker. Parakan 1 paket 250.000.000 APBN Bag.
Perikanan
DPP
Temanggung
JUMLAH 550.000.000
C KELEMBAGAAN
3 Pengembangan lembaga pendukung
usaha budidaya dan pasca panen
o Laboratorium budidaya
o Laboratorium Bina Mutu
Kec. Parakan
1
1
Unit
unit
1.000.000.000
1.000.000.000
APBN
Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
4 Pengadaan fasilitas pembinaan Kab. Temanggung 1 unit 300.000.000 APBN Bid.
Perikanan
DPP Kab.
Temanggung
JUMLAH 2.300.000.000
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 19
Tabel 7.4. Program Pengembangan Insfrastruktur Kawanan Minapolitan Kabupaten Temanggung
No Usulan Program Kegiatan Lokasi Sumber dana Instansi pelaksanan Waktu pelaksanaan
2013 2014 2015 2016 2017
A Jaringan Jalan,
Pengembangan prasarana
jalan provinsi
Peningkatan dan
pelebaran jalan
provinsi
- jalan Temanggung – Kaloran -
Sumowono;
- jalan Pringsurat – Kranggan;
- jalan Temanggung - Bulu –
Parakan; dan
- jalan Parakan – Ngadirejo –
Candoroto – Bejen.
APBN
APBD Provinsi
Kementerian
Pekerjaan Umum
Dinas PU Binamarga
Prov
Pengembangan jalur jalan
lokal primer
Peningkatan dan
pelebaran, meliputi:
- jalan Wonoboyo – Ngadirejo;
- jalan Selopampang – Tembarak –
Temanggung;
- jalan Tlogomulyo –
Temanggung;
APBN
APBD
Provinsi
APBD
Kementerian
Pekerjaan Umum
Dinas PU Binamarga
Prov
Dinas PU Kabupaten
Pengembangan jalan
lingkungan
Peningkatan jalan
lingkungan kawasan
budidaya
- Kec. Parakan APBD Dinas PU Kabupaten
B Sistem Prasarana Energi
Pengembangan jaringan
listrik
peningkatan kualitas
pelayanan jaringan
listrik di setiap
Kecamatan
Seluruh desa di wilayah rencana APBD, Swasta PT. PLN, Swasta
pembangunan
prasarana dan sarana
Seluruh desa di wilayah rencana APBD, Swasta PT. PLN, Swasta
C Sistem Prasarana
Sumber Daya Air
Pengembangan
Prasarana Sumber Daya
Air
peningkatan
pengelolaan DAS WS Progo Opak Serang
APBN
APBD Prov
APBD
Dinas Pekerjaan
Umum
Badan Lingkungan
Hidup
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 20
No Usulan Program Kegiatan Lokasi Sumber dana Instansi pelaksanan Waktu pelaksanaan
2013 2014 2015 2016 2017
normalisasi sungai dan
saluran irigasi; Seluruh sungai dan 344 D.I
APBN
APBD Prov
APBD
Dinas Pekerjaan
Umum
Badan Lingkungan
Hidup
pembangunan dan
perbaikan operasional
prasarana jaringan
irigasi
344 D.I
APBN
APBD Prov
APBD
Dinas Pekerjaan
Umum
Badan Lingkungan
Hidup
pembangunan
embung; Seluruh Kecamatan
APBN
APBD Prov
APBD
Dinas Pekerjaan
Umum
Badan Lingkungan
Hidup
pelestarian sumber
mata air dan
konservasi daerah
resapan air Seluruh Kecamatan APBD
Dinas Pekerjaan
Umum
Badan Lingkungan
Hidup
PDAM
pengawasan dan
penertiban sumber air
yang berasal dari
sumber air tanah
dalam.
Seluruh Kecamatan APBD
Dinas Pekerjaan
Umum
Badan Lingkungan
Hidup
PDAM
D Sistem Prasarana
Lingkungan
a. Sistem Persampahan peningkatan dan
pengembangan TPA
Kecamatan Parakan
APBN
APBD
Kementrian
Pekerjaan Umum
Dinas Pekerjaan
Umum
Badan Lingkungan
Hidup
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 21
No Usulan Program Kegiatan Lokasi Sumber dana Instansi pelaksanan Waktu pelaksanaan
2013 2014 2015 2016 2017
peningkatan dan
pengembangan TPS
dan/atau TPST
Seluruh desa di wilayah
perencanaan APBD
Dinas Pekerjaan
Umum
Badan Lingkungan
Hidup
program pengelolaan
sampah 3R; Seluruh desa di wilayah
perencanaan APBD
Dinas Pekerjaan
Umum
Badan Lingkungan
Hidup
b. Air Bersih penambahan kapasitas
dan revitalisasi
sambungan rumah
(SR);
Seluruh Kabupaten
APBD
PDAM
pengembangan
jaringan distribusi
utama;
Seluruh Kabupaten
APBD
PDAM
penambahan kapasitas
dan revitalisasi
jaringan perdesaan
diseluruh kecamatan.
Seluruh Kabupaten
APBD
PDAM
Pembangunan
reservoir Kecamatan Parakan
APBD PDAM
c. Air Limbah
pemantapan instalasi
pengolahan limbah
tinja;
Kaw. Perkotaan Temanggung
Kaw. Perkotaan Parakan
APBD
Dinas Pekerjaan
Umum
Badan Lingkungan
Hidup
pengembangan sistem
pengolahan dan
pengangkutan limbah
tinja berbasis
masyarakat (sanimas)
dan rumah tangga
perkotaan;
Seluruh kawasan perkotaan APBD, Provinsi
APBD
Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Provinsi
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Dinas Pekerjaan
Umum
Badan Lingkungan
Hidup
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 22
No Usulan Program Kegiatan Lokasi Sumber dana Instansi pelaksanan Waktu pelaksanaan
2013 2014 2015 2016 2017
pengembangan sistem
pengolahan limbah
kotoran hewan dan
limbah rumah tangga
perdesaan.
Seluruh desa di wilayah
perencanaan
APBD
Dinas Pekerjaan
Umum
Badan Lingkungan
Hidup
d. Air Hujan dan Drainase
normalisasi
peningkatan saluran
primer dan sekunder;
Seluruh desa di wilayah
perencanaan APBD
Dinas Pekerjaan
Umum
normalisasi saluran
sungai; dan Seluruh Kabupaten APBN
APBD
Kementerian PU
Dinas Pekerjaan
Umum
Penyusunan Master Plan Mina Politan Kabupaten Temanggung Laporan Akhir
Analisis Pengembangan Kawasan VII - 23
7.5. INDIKATOR KEBERHASILAN
Sebelum pelaksanaan program pengembangan kawasan minapolitan dilakukan, perlu
disusun terlebih dahulu indikator keberhasilan sebagai salah satu instrumen pemantauan
dan evaluasi berhasil atau tidaknya program tersebut dilaksanakan. Sebagai instrumen
evaluasi pengembangan kawasan Minapolitan, dalam masterplan minapolitan ini juga
dilengkapi dengan standart keberhasilan program Pengembangan Kawasan Minapolitan
yang sedang dilakukan, agar Pemerintah Kabupaten Temanggung atau pihak-pihak lain
dapat melakukan evaluasi dengan sermat, terhadap tingkat keberhasilan kegiatan tersebut.
Sebagai bahan acuan untuk penyusunan indikator keberhasilan, bersama ini disampaikan
usulan indikator keberhasilan, yang secara rinci meliputi kriteria sebagai berikut:
1. Meningkatnya produksi perikanan budidaya dan pengolahan hasil perikanan
2. Berkembangnya pemasaran produk perikanan
3. Peningkatan modal usaha dan investasi di bidang perikanan
4. Terbangunnya sarana dan prasarana / infrastruktur wilayah yang memadai
5. Meningkatnya pendapatan rumah tangga dan ekonomi wilayah, baik secara langsung
dari hasil kegiatan perikanan maupun akibat dampak ikutan (multiplier effect)
6. Berkembangnya pendidikan dan ketrampilan masyarakat
7. Semakin dikenalnya Kabupaten Temanggung sebagai salah satu kabupaten penghasil
produk-produk perikanan.
Berdasarkan indikator tersebut diharapkan dapat membantu Pemerintah Kabupaten
Temanggung dalam mewujudkan program Minapolitan dengan baik sebagaimana
direncanakan.