masuknya belanda ke pulau sumatra

19
SEJARAH MASUKNYA BELANDA KE PULAU SUMATRA Perang Padri 1803-1838 Perang Palembang 1819-1921

Upload: aprian-hidayat

Post on 21-Jun-2015

1.612 views

Category:

Education


5 download

DESCRIPTION

sejarah indonesia III

TRANSCRIPT

Page 1: masuknya belanda ke pulau sumatra

SEJARAH MASUKNYA BELANDA KE PULAU SUMATRA

Perang Padri 1803-1838

Perang Palembang 1819-1921

Page 2: masuknya belanda ke pulau sumatra

PERANG PADRI DI MINANGKABAU

Perang Padri adalah peperangan yang berlangsung di Sumatera Barat dan sekitarnya terutama di kawasan Kerajaan Pagaruyung dari tahun 1803 hingga 1838. Perang ini merupakan peperangan yang pada awalnya akibat pertentangan dalam masalah agama sebelum berubah menjadi peperangan melawan penjajahan.

Page 3: masuknya belanda ke pulau sumatra

Perang Padri dimulai dengan munculnya pertentangan sekelompok ulama yang dijuluki sebagai Kaum Padri terhadap kebiasaan-kebiasaan yang marak dilakukan oleh kalangan masyarakat yang disebut Kaum Adat di kawasan Kerajaan Pagaruyung dan sekitarnya

Page 4: masuknya belanda ke pulau sumatra

Keterlibatan Belanda dalam perang karena diundang oleh kaum Adat, dan campur tangan Belanda dalam perang itu ditandai dengan penyerangan Simawang dan Sulit Air oleh pasukan Kapten Goffinet dan Kapten Dienema pada bulan April 1821 atas perintah Residen James du Puy di Padang. Kemudian pada 8 Desember 1821 datang tambahan pasukan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Raaff untuk memperkuat posisi pada kawasan yang telah dikuasai tersebut.

Page 5: masuknya belanda ke pulau sumatra

Pada tanggal 4 Maret 1822, pasukan Belanda dibawah pimpinan Letnan Kolonel Raaff berhasil memukul mundur Kaum Padri keluar dari Pagaruyung. Kemudian Belanda membangun benteng pertahanan di Batusangkar dengan nama Fort Van der Capellen, sedangkan Kaum Padri menyusun kekuatan dan bertahan di Lintau. Pada tanggal 10 Juni 1822 pergerakan pasukan Raaff di Tanjung Alam dihadang oleh Kaum Padri, namun pasukan Belanda dapat terus melaju ke Luhak Agam. Pada tanggal 14 Agustus 1822 dalam pertempuran di Baso, Kapten Goffinet menderita luka berat kemudian meninggal dunia pada 5 September 1822.

Page 6: masuknya belanda ke pulau sumatra

PEPERANGAN JILID KEDUA

Pada awal bulan Agustus 1831 Lintau berhasil ditaklukkan, menjadikan Luhak Tanah Datar berada dalam kendali Belanda. Namun Tuanku Lintau masih tetap melakukan perlawanan dari kawasan Luhak Limo Puluah. Sementara ketika Letnan Kolonel Elout melakukan berbagai serangan terhadap Kaum Padri antara tahun 1831–1832, ia memperoleh tambahan kekuatan dari pasukan Sentot Prawirodirdjo salah seorang panglima pasukan Pangeran Diponegoro yang telah membelot dan berdinas pada Pemerintah Hindia-Belanda setelah usai perang di Jawa.

Page 7: masuknya belanda ke pulau sumatra

Pada bulan Juli 1832, dari Jakarta dikirim pasukan infantri dalam jumlah besar di bawah pimpinan Letnan Kolonel Ferdinand P. Vermeulen Krieger, untuk mempercepat penyelesaian peperangan. Kemudian Kaum Padri terus melakukan konsolidasi dan berkubu di Kamang, namun seluruh kekuatan Kaum Padri di Luhak Agam juga dapat ditaklukkan Belanda setelah jatuhnya Kamang pada akhir tahun 1832, sehingga kembali Kaum Padri terpaksa mundur dari kawasan luhak dan bertahan di Bonjol.

Page 8: masuknya belanda ke pulau sumatra

PERLAWANAN BERSAMA

Sejak tahun 1833 mulai muncul kompromi antara Kaum Adat dan Kaum Padri. Di ujung penyesalan muncul kesadaran, mengundang Belanda dalam konflik justru menyengsarakan masyarakat Minangkabau itu sendiri. Hampir selama 20 tahun pertama perang ini (1803–1823), dapatlah dikatakan sebagai perang saudara melibatkan sesama etnik Minang dan Batak.

Page 9: masuknya belanda ke pulau sumatra

Menyadari hal itu, kini Belanda bukan hanya menghadapi Kaum Padri saja, tetapi secara keseluruhan masyarakat Minangkabau. Maka Pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1833 mengeluarkan pengumuman yang disebut "Plakat Panjang" berisi sebuah pernyataan bahwa kedatangan Belanda ke Minangkabau tidaklah bermaksud untuk menguasai negeri tersebut, mereka hanya datang untuk berdagang dan menjaga keamanan, penduduk Minangkabau akan tetap diperintah oleh para penghulu mereka dan tidak pula diharuskan membayar pajak.

Page 10: masuknya belanda ke pulau sumatra

SERANGAN KE BONJOL

Pada tanggal 17 Juni 1835 kembali datang bantuan tambahan pasukan sebanyak 2000 orang yang dikirim oleh Residen Francis di Padang dan pada tanggal 21 Juni 1835, dengan kekuatan yang besar pasukan Belanda memulai gerakan maju menuju sasaran akhir yaitu Benteng Bonjol di Bukit Tajadi.

Page 11: masuknya belanda ke pulau sumatra

AKHIR PEPERANGAN

Meskipun pada tahun 1837 Benteng Bonjol dapat dikuasai Belanda, dan Tuanku Imam Bonjol berhasil ditipu dan ditangkap, tetapi peperangan ini masih berlanjut sampai akhirnya benteng terakhir Kaum Padri, di Dalu-Dalu (Rokan Hulu), yang waktu itu telah dipimpin oleh Tuanku Tambusai jatuh pada 28 Desember 1838. Jatuhnya benteng tersebut memaksa Tuanku Tambusai mundur, bersama sisa-sisa pengikutnya pindah ke Negeri Sembilan di Semenanjung Malaya, dan akhirnya peperangan ini dianggap selesai kemudian Kerajaan Pagaruyung ditetapkan menjadi bagian dari Pax Neerlandica dan wilayah Padangse Bovenlanden telah berada di bawah pengawasan Pemerintah Hindia-Belanda.

Page 12: masuknya belanda ke pulau sumatra

PERANG PALEMBANG 1819-1821

Bangsa asing pertama yang terlibat konflik dengan kesultanan adalah Inggris, yang memegang mandat sementara atas koloni Belanda di Nusantara sampai perang melawan Napoleon di Eropa selesai. Sebuah peristiwa pembunuhan orang-orang Eropa di Palembang yang dikenal dengan “Palembang Massacre” membuat Raffles geram kepada pemimpin kesultanan saat itu, Sultan Mahmud Badaruddin II (1803-1821). Raffles kemudian memerintahkan Mayor Jendral Robert Gillispie untuk menghukum Palembang. Armada Gillispie akhirnya sampai ke Palembang dan menaklukkan kota Palembang pada 26 April 1812.

Page 13: masuknya belanda ke pulau sumatra

PERTEMPURAN PERTAMA

Bentrokan terjadi pada 12 Juni 1819 ketika seorang ulama ditembak mati oleh tentara Belanda tanpa sebab yang jelas. Pertempuran hebat pun terjadi. Meriam-meriam dari Kuto Besak (pusat pertahanan Palembang) memborbardir kapal Eendtagt dan Ajax. Penyerbuan yang dilakukan oleh 200 prajurit Belanda ke dalam Kuto Besak mengalami kegagalan akibat kokohnya pertahanan benteng yang dijaga oleh rakyat Palembang.

Page 14: masuknya belanda ke pulau sumatra

PERTEMPURAN KEDUA

Armada Belanda datang kembali ke Palembang pada tanggal 18 September 1819, diiringi dengan pelepasan yang sangat meriah pada saat mereka berangkat dari Batavia. Jumlah personil yang dikerahkan berjumlah 2000 personil dan puluhan kapal tempur yang dipimpin oleh Laksamana laut Wolterbeck. Perjalanan armada kedua ini tidak begitu mulus, karena begitu memasuki muara sungai Musi mereka sudah harus berhadapan dengan serangan gerilya pejuang-pejuang Palembang. Akibat dari semua hambatan itu, armada Wolterbeck membutuhkan waktu satu bulan untuk sampai ke mulut kota Palembang, sebuah waktu yang sangat lama dibandingkan dengan waktu normal yang hanya membutuhkan beberapa hari saja.

Page 15: masuknya belanda ke pulau sumatra

PERTEMPURAN KETIGA

Armada de Kock akhirnya tiba di muara sungai Musi pada 22 Mei 1821. Hambatan-hambatan yang ditemui oleh Wolterbeck saat serangan kedua bisa ditangani dengan baik oleh de Kock. Pos-pos meriam tersembunyi di pesisir sungai Musi bisa diketahui dan dihancurkan karena dia telah mendapatkan peta strategi Badaruddin II dari seorang ulama yang berkhianat. Satu-satunya hambatan yang berarti bagi armada itu hanyalah penyakit. Banyak serdadu-serdadu Eropa yang belum bisa beradaptasi dengan cuaca tropis dan akhirnya 100 personil tewas akibat wabah penyakit tropis.

Page 16: masuknya belanda ke pulau sumatra

Karena tidak ingin menderita kerugian yang lebih besar lagi, maka de Kock meminta gencatan senjata kepada Badaruddin II. Dia berjanji tidak akan menyerang benteng-benteng Palembang pada hari Jumat. Sebagai gantinya Badaruddin II sendiri harus berjanji untuk tidak menyerang pada hari Minggu. Hal ini dilakukan untuk menghormati hari suci agama masing-masing. Badaruddin II sendiri mengiyakan karena dia juga ingin memberi kesempatan beristirahat bagi pasukannya yang sedang berpuasa (saat itu sedang bulan Ramadhan).

Page 17: masuknya belanda ke pulau sumatra

Badaruddin II dan keluarganya pun akhirnya diasingkan oleh Belanda ke Ternate pada 3 Juli 1821. Ternyata, Najamuddin IV tidak sanggup memerintah kesultanan karena rakyat Palembang tidak mendukungnya. Akibatnya Belanda turun tangan dan akhirnya menghapuskan sistem kesultanan dan menggantinya dengan keresidenan Palembang pada tanggal 7 Oktober 1823. Dengan itu, maka berakhirlah perlawanan Kesultanan Palembang terhadap Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

Page 18: masuknya belanda ke pulau sumatra

Pertempuran maritim yang dilakukan Pemerintah kolonial Hindia Belanda terhadap Kesultanan Palembang merupakan yang terbesar dan termahal bagi angkatan laut Kerajaan Belanda di Nusantara saat itu. Selain itu, setelah kesultanan jatuh tetap saja rakyat Palembang tetap mengadakan perlawanan.

Page 19: masuknya belanda ke pulau sumatra