mathematics ability based on teacher’s teaching …

10
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 2 Juli 2016 119 THE PROFILE OF TEACHER’S UNDERSTANDING ON STUDENT’S MATHEMATICS ABILITY BASED ON TEACHER’S TEACHING EXPERIENCE AT SMPN 1 GANTARANGKEKE Hari Aningrawati Bahri 1) , Alimuddin 2) 1 SMP Negeri 1 Gantarangkeke, Bulukumba 2 Prodi Pendidikan Matematika PPs Universitas Negeri Makassar ABSTRACT The objectives of the research were discover the profile of the teachers understanding by revealing the depth of students’ knowledge based on misconception and precondition knowledge in solving the questions. The research was descriptive with qualitative approach. The researcher was the main instrument guided by mathematics ability diagnostic test, format of teachers written analysis result, and interview guidance which were valid. The data of the research was collected through test; then, the test was analyzed by the teachers in writing and verified through interview. The subjects of the research were teachers and student, namely one student of class IXB at SMPN 1 Gantarangkeke and two teachers with qualification of one novice teacher and one senior teacher. The results of the research showed that: (1) in identifying the student’s misconception, the novice teacher’s perspective and senior teacher’s perspective were similar. They thought that procedure mistake was also the student’s misconception, the teachers did not differentiate the student’s mistake whether its procedural or misconception; (2) the understanding of novice teacher and senior teacher on the students precondition knowledge of the subject understood that the mistake done by the student did not remember precondition material in solving the problem; (3) the understanding of senior teacher on the students precondition knowledge was the subject understood that the mistake done by the student was due to the student did not remember precondition material in solving the problem; the follow up plan for novice teacher referred to instrumental or procedural understanding, the divergent learning was centered in one way, the PCK component of novice teacher did not develop equally between the students knowledge identification and follow up plan; (5) the follow up plan for senior teacher did not only notice the student’s conceptual knowledge, but also how to build the student’s skill in solving the question based on the right procedure, able to demonstrate the connection in learning between the knowledge on student and pedagogic knowledge Key Words : Teacher Knowledge, Student Knowledge, teacher experience. PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia berkualitas. Pendidikan juga bertujuan untuk menghasilkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi pekerti yang luhur. Hal tersebut hanya dapat dicapai manakala ditunjang oleh usaha dan kerja keras sedini mungkin. Guru yang profesional adalah guru yang mempunyai sejumlah kompetensi yang dapat menunjang tugasnya yang meliputi kompetensi pendagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial maupun kompetensi pribadi. Dari kompetensi tersebut guru dapat menciptakan suasana dalam belajar menjadi nyaman dan optimal sehingga menumbuhkan persepsi siswa yang positif. Guru merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MATHEMATICS ABILITY BASED ON TEACHER’S TEACHING …

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 2 Juli 2016

119

THE PROFILE OF TEACHER’S UNDERSTANDING ON STUDENT’SMATHEMATICS ABILITY BASED ON TEACHER’S TEACHING

EXPERIENCE AT SMPN 1 GANTARANGKEKE

Hari Aningrawati Bahri1), Alimuddin2)

1SMP Negeri 1 Gantarangkeke, Bulukumba2Prodi Pendidikan Matematika PPs Universitas Negeri Makassar

ABSTRACTThe objectives of the research were discover the profile of the teachersunderstanding by revealing the depth of students’ knowledge based onmisconception and precondition knowledge in solving the questions.The research was descriptive with qualitative approach. The researcher was themain instrument guided by mathematics ability diagnostic test, format of teacherswritten analysis result, and interview guidance which were valid. The data of theresearch was collected through test; then, the test was analyzed by the teachers inwriting and verified through interview. The subjects of the research were teachersand student, namely one student of class IXB at SMPN 1 Gantarangkeke and twoteachers with qualification of one novice teacher and one senior teacher. Theresults of the research showed that: (1) in identifying the student’s misconception,the novice teacher’s perspective and senior teacher’s perspective were similar.They thought that procedure mistake was also the student’s misconception, theteachers did not differentiate the student’s mistake whether its procedural ormisconception; (2) the understanding of novice teacher and senior teacher on thestudents precondition knowledge of the subject understood that the mistake doneby the student did not remember precondition material in solving the problem; (3)the understanding of senior teacher on the students precondition knowledge wasthe subject understood that the mistake done by the student was due to the studentdid not remember precondition material in solving the problem; the follow up planfor novice teacher referred to instrumental or procedural understanding, thedivergent learning was centered in one way, the PCK component of novice teacherdid not develop equally between the students knowledge identification and followup plan; (5) the follow up plan for senior teacher did not only notice the student’sconceptual knowledge, but also how to build the student’s skill in solving thequestion based on the right procedure, able to demonstrate the connection inlearning between the knowledge on student and pedagogic knowledge

Key Words : Teacher Knowledge, Student Knowledge, teacher experience.

PENDAHULUANPendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia

berkualitas. Pendidikan juga bertujuan untuk menghasilkan insan-insan yangcerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi pekerti yangluhur. Hal tersebut hanya dapat dicapai manakala ditunjang oleh usaha dan kerjakeras sedini mungkin.

Guru yang profesional adalah guru yang mempunyai sejumlah kompetensiyang dapat menunjang tugasnya yang meliputi kompetensi pendagogik,kompetensi profesional, kompetensi sosial maupun kompetensi pribadi. Darikompetensi tersebut guru dapat menciptakan suasana dalam belajar menjadinyaman dan optimal sehingga menumbuhkan persepsi siswa yang positif. Gurumerupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagaipemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang

Page 2: MATHEMATICS ABILITY BASED ON TEACHER’S TEACHING …

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 2 Juli 2016

120

mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbalbalik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.Oleh karena itu kegiatan supervisi dipandang perlu untuk memperbaiki kinerjaguru dalam proses pembelajaran dan sebagai sumber daya manusia yang memilikiperan sangat strategis yang dapat menentukan keberhasilan program pendidikan.Guru merupakan unsur penting yang sangat dekat hubungannya dengan anakdidik dalam pelaksanaan pendidikan dan interaksi sehari-hari di sekolah.

Seorang guru harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang materiyang diajarkan dan juga pemahaman konsep yang kuat tentang suatu topik danhubungan dengan topik lainnya. Mempunyai pengetahuan materi subjek(matematika) yang kuat adalah sangat penting untuk seorang guru, tetapi tidakcukup untuk mengajar yang efektif (Ball dan Bass, 2000). Berdasarkan Kahan etal. dalam (Turnuklu dan Yesilder, 2007), para peneliti secara berkelanjutanmenyimpulkan bahwa siswa akan mau belajar lebih tentang matematika jika gurumengetahui tentang matematika, namun pengetahuan tentang materi (matematika)tidak cukup untuk mengajar matematika dengan baik.

Menurut Shulman dalam (Turnuklu dan Yesilder, 2007) pengetahuankonten matematika dan pengetahuan pedagogik bagian terintegrasi dari instruksimatematika yang efektif. Untuk membangun konsep matematika dalam pikiransiswa, pengetahuan pedagogik sama diperlukannya dengan pengetahuan kontenmatematika. Cara guru dalam menghubungan materi-materi (apa yang merekaketahui tentang apa yang mereka ajarkan) dengan pengetahuan pedagogik(pengetahuan tentang apa yang mereka ketahui tentang cara mengajar) danbagaimana suatu pengetahuan materi dapat menjadi suatu bagian dari prosesberpikir pedagogik dilihat sebagai suatu bagian yang diintegrasikan dalampengetahuan pedagogik.

Pemahaman materi pelajaran yang oleh Shulman dalam (Turnuklu danYesilder, 2007) disebut sebagai pengetahuan pedagogik perlu dikuasai denganbaik, terkait penyajian materi kepada peserta didik perlu dikemas sedemikian rupasesuai dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan memperhatikanbagaimana seharusnya siswa belajar, sejauh mana guru mengetahui konsepsi awalsiswa terhadap materi pelajaran, penguasaan dan kesalahan konsep, serta strategipemecahan masalah untuk mata pelajaran tersebut.

Seorang guru yang kuat pengetahuan materinya, namun lemahpengetahuan pedagogiknya akan mengakibatkan siswa sulit menerima materiyang disampaikan oleh guru. Sebaliknya apabila pengetahuan materi guru lemah,pengetahuan pedagogik kuat akan terjadi ketidaksesuaian antar materi yangdisampaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan demikianpengetahuan matematika dan pedagogik harus dimiliki oleh seorang gurumatematika.

Salah satu bentuk perhatian terhadap prestasi belajar matematika adalahdengan dilakukan berbagai studi ilmiah yang bertujuan mengevaluasikeberhasilan pembelajaran matematika sekolah. Sejalan dengan hasil TIMSS, hasiltes Programme for International Student Assesment (PISA) 2003 dan 2006 yangdikoordinir oleh Organization for Economic Co-operation and Development(DECD) menunjukkan bahwa kemampuan matematis siswa Indonesia masih

Page 3: MATHEMATICS ABILITY BASED ON TEACHER’S TEACHING …

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 2 Juli 2016

121

relatif lemah dalam menyelesaikan soal-soal non rutin, lemah dalammengidentifikasi hubungan antar konsep, namun relatif baik dalammenyelesaikan soal-soal fakta dan prosedur (Ismaimuza, 2010). Inimengindikasikan bahwa siswa Indonesia menunjukkan karakteristik berpikir yangbervariasi. Dalam kasus di atas, siswa cenderung mahir dalam melakukansejumlah operasi untuk menentukan hasil akhir, namun lemah dalam membuatinteraksi antar konsep yang ada dalam konten permasalahan.

Salah satu kajian yang menarik untuk dicermati adalah penelitian yangdilakukan oleh Dr. Regina Panasuk dari University of Massachusetts Lowell(2010), yang melaporkan tentang beragamnya karakteristik berpikir siswa dalammemecahkan masalah pada materi aljabar. Hasil penelitiannya menyatakanbahwa siswa memiliki karakteristik berpikir yang bervariasi dalam memahamibentuk-bentuk aljabar melalui representasi yang berbeda. Dalam penelitian inidiambil 9 orang siswa untuk diwawancarai yang terdiri dari 4 orang siswadengan kategori kemampuan tinggi dan 5 orang siswa dengan kategorikemampuan rendah. Siswa yang berkemampuan rendah cenderung menggunakanmetode mencoba-coba untuk menyelesaikan masalah. Hal ini menjelaskan bahwacara berpikir aljabar siswa belum beralih dari tahap ikonik ke tahap simbolik. Duadari lima orang yang ada, mampu menemukan solusi yang tepat untukpersamaan yang disajikan dalam simbol-simbol dan kata-kata denganmenggunakan manipulasi numerik atau simbol-simbol aljabar, namun hal inimasih terasa sulit bagi mereka. Dr. Regina panasuk lebih jauh menegaskanbahwa siswa dengan tingkat berpikir seperti ini menunjukkan bahwakarakteristik berpikir mereka masih berada pada tahap prosedural, namunbelum didukung oleh pemahaman konseptual yang benar.

Pengetahuan pedagogik bisa sama untuk beberapa guru dan berbeda untukguru lainnya. Oleh karena itu, banyak peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuanpedagogik merupakan pengetahuan yang dikembangkan guru sepanjang waktu,melalui pengalaman, bagaimana mengajarkan suatu materi dalam berbagai caradan representasi agar siswa berhasil dalam belajarnya. Hal ini senada dengan yangdikemukakan pula oleh Van Driel dkk. (2002), bahwa pengetahuan keahlian inidiperoleh dari pendidikan sebelumnya, latar belakang personal guru, konteksmengajar, dan melalui pengalaman mengajar.

Menurut Daryanto (2009), guru yang efektif dalam mengajar adalah guruyang memiliki pengalaman mengajar. Guru yang berpengalaman cenderung tahulebih baik apa aktivitas dan praktik mengajar yang harus dipakai saat mengajarkankonsep-konsep tertentu, dan juga lebih mampu mengindividualisir pelajaran agarsesuai dengan kebutuhan setiap siswa.. Sejalan dengan itu, Harvey dalam (Ellisa,S. & Aryani, 2013) berpendapat, bahwa guru berpengalaman mempunyai sikap-sikap positif terhadap mengajar dibandingkan guru pemula dalam penelitiannyamenemukan bahwa guru-guru pemula kurang menunjukkan kesadaran tentangmiskonsepsi yang dialami siswa.

Pengalaman mengajar dalam penelitian ini didasarkan pada masa kerjaseorang guru yang dibagi menjadi dua jenis guru yaitu guru pemula dengan masakerja kurang dari atau sama dengan 8 tahun dan guru Pembina dengan masa kerja

Page 4: MATHEMATICS ABILITY BASED ON TEACHER’S TEACHING …

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 2 Juli 2016

122

lebih dari 8 tahun. Hal ini sejalan dengan Lehrer dan Frankel (1992) menegaskan,bahwa kinerja guru ditentukan oleh masa kerja (pengalaman mengajar).

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini akan fokus mengkajikomponen pemahaman guru terkait pengetahuan tentang kandungan/ isipedagogik guru matematika terintegrasi dengan pengetahuan tentang pemikiransiswa dan mengeksplorasi bagaimana pengetahuan ini digunakan oleh guru untukmemahami dan mengembangkan pemikiran matematika siswa, berdasarkankomponen pengetahuan konten pedagogik menurut Shulman yaitu Pengetahuansiswa atau Knowledge Of Students (KS).

METODE PENELITIANJenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif untuk

mendeskripsikan tentang pemahaman guru terkait komponen PedagogicalContent Knowledge (PCK) yaitu Knowledge Of Student (KS) atau PengetahuanSiswa, terkait bagaimana guru mengidentifikasi dan mengatasi miskonsepsi danmengidentifikasi pengetahuan prasyarat siswa. Pengetahuan siswa yang dimaksudadalah pengetahuan matematika siswa dalam menyelesaikan soal pada materimenyederhanakan bentuk aljabar, pertidaksamaan linear satu variabel, persamaanlinear dua variabel dan kesebangunan.

Fokus utama peneltian ini adalah mengenai profil pemahaman guruterhadap pengetahuan matematika siswa ditinjau dari pengalaman mengajar guru.Pada penelitian ini, pengetahuan matematika siswa berdasarkan aspekPedagogical Content knowledge (PCK) yang dikemukakan oleh Shulman. Aspek-aspek tersebut yaitu bagaimana guru mengidentifikasi dan mengatasi miskonsepsidan pengetahuan prasyarat yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan soal. Untukmengetahui miskonsepsi siswa mengacu pada indikator pemahaman konsep yaitu;(1) Kurang tepat atau tidak mampu menyatakan ulang sebuah konsep, (2) Kurangtepat atau tidak mampu dalam mengklasifikasikan objek matematika berdasarkansifatnya (3) Kurang tepat atau tidak mampu memberikan contoh dan bukan contohkonsep (4) Kurang tepat atau tidak mampu menyajikan konsep dalam berbagaibentuk representasi matematis, (5) Kurang tepat atau tidak mampu menggunakan,memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, (6) Kurang tepat atautidak mampu mengaplikasikan konsep pada pemecahan masalah. Sedangkanuntuk aspek pengetahuan prasyarat siswa berdasarkan kemampuan siswa dalam(1) Mengingat bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya, (2) Mampuuntuk menghubungkan ide atau pelajaran baru dengan ide – ide atau pelajaranyang telah dipelajari terlebih dahulu.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IXB SMP Negeri 1 Gantarangkekepada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Karena penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui profil pemahaman guru terhadap pengetahuan siswa, makapemilihan subjek dilakukan berdasarkan sifat konsistensi data yang diperoleh darihasil identifikasi secara tertulis dan melalui wawancara terhadap subjek.

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah adalah peneliti sendiri, karenapeneliti bertugas sebagai perencana, pelaksana, pengamat, pengumpul data,penganalisis data, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian. Peneliti sebagaiinstrumen utama akan mempermudah menggali informasi yang menarik meliputi

Page 5: MATHEMATICS ABILITY BASED ON TEACHER’S TEACHING …

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 2 Juli 2016

123

informasi lain dari yang lain (temuan-temuan yang menarik), yang tidakdirencanakan sebelumnya, yang tidak terduga terlebih dahulu atau yang tidaklazim terjadi. Pada penelitian ini juga digunakan instrumen pendukung lainnyayaitu: (1) tes diagnostic kemampuan matematika siswa, (2) pedoman penilaianpengetahuan siswa (3) format analisis hasil tes siswa dan (4) pedomanwawancara.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANGuru pemula dan guru Pembina berpandangan bahwa kesalahan siswa

dalam mengaplikasikan sifat-sifat serta dalam menerapkan algoritma adalahtermasuk miskonsepsi. Hal ini mengindikasikan bahwa guru pemula dan guruPembina dalam menganalisis miskonsepsi siswa memiliki pandangan yang samabahwa kesalahan prosedur yaitu kesalahan penerapan algoritma juga merupakanmiskonsepsi. Sementara menurut Kastolan dalam (Sahriah, 2012) miskonsepsiatau kesalahan konsep adalah kesalahan yang dilakukan siswa dalam menafsirkanistilah, konsep, dan prinsip. Atau salah dalam menggunakan istilah, konsep, danprinsip. Young dan O’shea (Kusaeri, 2012) membedakan antara miskonsepsidengan bentuk kesalahan lain, seperti kesalahan dan algoritma. Kesalahanmerupakan jawaban salah dari suatu masalah yang diberikan, bisa karena ceroboh,lupa atau belum pernah diberikan materi yang diujikan. Sementara kesalahanalgoritma merupakan ketidaksempurnaan langkah sehingga menghasilkanjawaban salah. Miskonsepsi merupakan pemahaman anak yang salah sehinggamenyebabkan kesalahan yang sistematis. L.S. Cox dalam (Setiawan, 2015)mengemukakan miskonsepsi ditinjau dari sifatnya dikelompokkan menjadi 4bagian yaitu: (1) miskonsepsi yang sistematis (systematic error), yaitu kesalahanyang terjadi jika siswa membuat kesalahan dengan pola yang sama pada sekurang-kurangnya tiga dari lima soal yang diberikan; (2) miskonsepsi yang random(random error) adalah kesalahan yang terjadi jika siswa membuat kesalahandengan pola yang berbeda pada sekurang-kurangnya tiga soal dari lima soal yangdiberikan ; (3) miskonsepsi yang diakibatkan dari kecerobohan adalah kesalahanyang terjadi jika siswa hanya membuat dua kesalahan dari lima soal yangdiberikan; (4) miskonsepsi yang tidak dapat dimasukkan dalam salah satu tipe diatas, misalnya lembar data yang tidak lengkap.

Sementara dalam mengidentifikasi pengetahuan prasyarat siswa, gurupemula menyebutkan bahwa siswa lupa tentang materi pelajarannya sepertirumus-rumus dan pengertian materi, sehingga siswa tidak dapat mengaitkanpengetahuannya tentang rumus-rumus yang ada untuk memecahkan masalah.Penggunaan kata “tidak mengingat” atau “lupa” menandakan bahwa guru tidakmemahami kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah. Gurutampaknya meyakini bahwa belajar hanya terdiri dari mengetahui atau tidakmengetahui; yaitu mengingat atau melupakan (Shuhua An, dkk. 2004). Gurupembina menjelaskan bahwa siswa tidak dapat mengaitkan pengetahuannyatentang balok untuk menyelesaikan masalah terkait pertidaksamaan linear satuvariabel. Guru yang menyebutkan bahwa “siswa tidak memahami” menunjukkanbukti bahwa mengetahui pemikiran siswa dalam menyelesaikan soal tentangpertidaksamaan linear satu variabel. Memahami juga berarti bahwa siswa dapat

Page 6: MATHEMATICS ABILITY BASED ON TEACHER’S TEACHING …

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 2 Juli 2016

124

menginternalisasi suatu konsep dan menggunakannya dalam situasi yang berbeda(Shuhua An, dkk, 2004).

Dari hasil identifikasi terhadap miskonsepsi dan pengetahuan prasyaratsiswa, guru pemula mengemukakan rencana tindak lanjut yaitu menekankanbagaimana agar siswa memahami konsep materi prasyarat, tetapi masih tetapberfokus pada keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal. Guru pemulacenderung memperhatikan bagaimana membangun kecakapan siswa dalammengerjakan soal dengan memperbanyak latihan-latihan mengerjakan soalberdasarkan prosedur yang benar dengan berdasarkan contoh-contoh soal yangdiberikan oleh guru dan memprioritaskan pada hasil akhirGuru pemula menuntut siswa untuk menghafalkan dan lebih banyak latihanmengerjakan soal. Hal ini sejalan dengan pendapat Ball (1988), bahwa guru barulebih banyak bergantung pada rumus dan kaidah yang dihafalkan tanpamengarahkan siswa untuk memahami konsep.Guru pemula mengidentifikasi bahwa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soaltentang pertidaksamaan disebabkan miskonsepsi siswa dan kurangnyapengetahuan prasyarat siswa, namun dalam rencana tindak lanjut yang dijelaskan,tidak mengarahkan siswa untuk lebih memahami konsep tetapi Guru pemula lebihfokus pada keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal berdasarkan proseduryang tepat, juga kurang fleksibel dalam memilih metode pembelajaran denganhanya menggunakan metode konvensional.

Ketika diberikan contoh kesalahan siswa dan menanyakan bagaimanamengatasinya, Guru pemula cenderung mengulang bagaimana melaksanakanprosedur atau menjelaskan bagaimana menerapkan aturan atau fakta matematikauntuk menyelesaikan soal tersebut. Artinya, tanggapan mereka sebagian besartergolong ke dalam kategori "mendiagnosa beberapa kesulitan atau miskonsepsiyang mungkin dengan benar" dan " mengatasinya dengan memberitahukan aturandan prosedur untuk menyelesaikan soal yang diberikan dengan benar." Gurupemula memiliki rangkaian strategi pengajaran yang terbatas untuk membantusiswa memahami konsep matematika. Meskipun, dalam beberapa kasus, gurupemula menjelaskan bahwa dalam dalam membimbing siswa untuk membantumenilai pemahaman mereka sendiri dan menyadari kesalahan mereka, subjeklebih cenderung untuk mengajarkan secara langsung langkah menyelesaikan soalyang diberikan berdasarkan aturan atau rumus secara abstrak daripadamenggunakan berbagai alat bantu visual seperti tabel, skema, gambar, alat pergarauntuk membantu siswa menyelesaikan soal. Selain itu, ketika mereka menjelaskanpenyelesaian dari soal yang diberikan mereka jarang menyebutkan alasan yangmendasari prosedur tersebut. Dari penjelasan diatas, guru pemula dapatmengidentifikasi miskonsepsi dan pengetahuan prasyarat siswa tetapi dalammerencanakan pengajaran sebagai rencana tindak lanjut, subjek tidakmemperhatikan penyebab kesalahan dan kebutuhan siswa. subjek hanya mengacupada buku pegangan dan rencana pembelajaran yang berbasis kurikulum dalampembelajaran dikelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Kulm & Wu (2004)menyatakan bahwa guru pemula cenderung beraksi berdasarkan aturan atauketentuan dan pedoman yang telah ditetapkan oleh orang-orang yang memiliki

Page 7: MATHEMATICS ABILITY BASED ON TEACHER’S TEACHING …

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 2 Juli 2016

125

otoritas, sementara guru ahli mendasarkan pada keputusan mereka sendiri ketikamembuat perencanaan berdasarkan karakteristik siswa.

Guru pembina tidak hanya berpatokan pada satu metode saja, tetapibermacam-macam cara untuk menanamkan konsep kepada siswa. hal ini sejalandengan pendapat Lubinski dalam (Zawawi, 2009) menegaskan bahwaperancangan dan pelaksanaan pembelajaran banyak dipengaruhi oleh pengetahuankontent pedagogi yang dimiliki oleh guru. Guru-guru yang mengacu padapembelajaran berbasis kognitif dan mempunyai pengetahua konten pedagogi yangtinggi lebih memberi perhatian kepada penyelesaian masalah dan akan (a)melibatkan berbagai soal cerita, (b) mendengarkan penjelasan siswa dengan teliti,(c) menggalakkkan interaksi antar siswa, (d) berusaha membuat penjelasan yangringkas dan padat mengikuti kebutuhan siswa, (e) menyediakan berbagai contohkontekstual untuk membantu siswa dalam memahami konsep dan menyelesaikanmasalah, (f) kurang bergantung pada buku teks sebagai panduan utama untukmengajar.

Shulman (1986) menyebutkan bahwa landasan berpikir untuk mengajartidak cukup hanya memahami konten materi tetapi juga tentang cara mengajar.Guru harus mempunyai pengetahuan mengenai peserta didik, kurikulum, strategiinstruksional, assessment sehingga dapat melakukan transformasi pengetahuan.Faktor yang tidak dapat diabaikan adalah tentang pengalaman kerja guru, yangselanjutnya disebut dengan pengalaman mengajar. Semakin lama pengalamanmengajar seorang guru maka semakin matang kepribadiannya dalam menjalankantugas-tugas yang dipercayakan kepadanya (Winkel, 2012).

Dari penjelasan di atas, menunjukkan bahwa guru pembina dapatmemberikan solusi dengan rencana tindak lanjut berdasarkan kesalahan siswayang telah diidentifikasi. Menurut Shulman (1986) dalam (Zawawi, 2009), guruyang memiliki pengetahuan konten pedagogik yang baik akan menyampaikan isipembelajaran dengan menggunakan analogi, contoh konkrit, penjelasan dandemosntrasi yang efektif, disamping dapat mengidentifikasi kesulitan danmiskonsepsi siswa berkaitan dengan materi pelajaran tersebut. hal yang sama jugadijelaskan oleh Wallace dalam (Zawawi, 2009) bahwa guru matematika yangberpengalaman telah menunjukkan pengaitan dalam pembelajaran antarapengetahuan tentang siswa dengan pengetahuan pedagogi. Guru yang memilikipengetahuan pedagogi yang kuat mampu memilih strategi, tugas, contoh,representasi, dan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa,mengetahui konsep-konsep matematika apa yang sulit untuk dipahami siswa,konsep yang biasanya terjadi miskonsepsi bagi siswa, kemungkinan sumberkesalahan siswa, dan bagaimana untuk mengatasi kesulitan dan miskonsepsi siswa(An, Kulm, & Wu, 2004). Konsep PCK sangatlah beragam, tetapi para penelitipendidikan telah sepakat bahwa PCK merupakan pengetahuan pengalaman dankeahlian yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman di kelas (Baxter &Lederman, 1999) dan PCK merupakan kumpulan yang terintegrasi, konsep,kepercayaan dan nilai yang dikembangkan oleh guru pada situasi mengajar(Loughran, Mullhall, 2004). Dengan demikian preservis atau guru pemulacenderung memiliki PCK yang minim dibandingkan dengan guru yangberpengalaman NRC dalam (Zawawi, 2009)

Page 8: MATHEMATICS ABILITY BASED ON TEACHER’S TEACHING …

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 2 Juli 2016

126

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkanbahwa pengalaman mengajar guru sangat berpengaruh terhadap pengetahuan guruterhadap siswa. Guru matematika yang berpengalaman telah menunjukkanpengaitan dalam pembelajaran antara pengetahuan tentang siswa denganpengetahuan pedagogi. Guru yang memiliki pengetahuan pedagogi yang kuatmampu memilih strategi, tugas, contoh, representasi, dan pembelajaran yangsesuai dengan karakteristik siswa, mengetahui konsep-konsep matematika apayang sulit untuk dipahami siswa, konsep yang biasanya terjadi miskonsepsi bagisiswa, kemungkinan sumber kesalahan siswa, dan bagaimana untuk mengatasikesulitan dan miskonsepsi siswa. Komponen PCK guru pemula belumberkembang secara seimbang, guru pemula dapat mengidentifikasi kesulitan-kesulitan dan miskonsepsi siswa tetapi masih mengemukakan langkah-langkahpembelajaran secara procedural yang berpusatkan pada guru. Dengan demikianguru pemula cenderung memiliki PCK yang minim dibandingkan dengan guruyang berpengalaman.

SaranPeneliti merekomendasikan agar guru-guru melakukan analisis terhadap

kecenderungan kebutuhan setiap siswa terhadap pembelajaran, kesalahan-kesalahan siswa karena dari hasil analisis tersebut, guru dapat mengevaluasikualitas pembelajarannya dan dapat merencanakan solusi untuk perbaikankesalahan siswa, sehingga mampu memberikan stimulus pengajaran yang sesuaiserta untuk peningkatan kualitas pembelajaran kedepannya. Bagi sekolahdiharapkan mampu mengetahui dan memberikan perhatian terhadap setiap guru-guru, baik untuk guru pemula dan untuk guru Pembina terutama dalam halpengembangan PCK guru. Untuk penelitian yang relevan, berkaca dari penelitianini agar melakukan penelitian kembali dengan jumlah subjek yang lebih banyakyang dapat mewakili guru pemula dan guru Pembina, perlu dilakukan verivikasidengan: 1) menambahkan karakteristik sifat guru yang berbeda, seperti guru yangcenderung lebih aktif atau guru yag cenderung lebih kalem, 2) mengaitkan lebihspesifik guru pemula dan guru pembina dari latar belakang perguruan tingginegeri dan swasta.

DAFTAR PUSTAKAAn, S. Kulm, G. Wu, Z. 2004. The Pedagogical Content Knowledge of Middle

School, Mathematics Teachers in China and the U.S. Journal ofMathematics Teacher Education – Springer Journals .(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi_uqrG19zMAhUJtI8KHUSsDTEQFghfMAk&url=https%3A%2F%2Fwww.deepdyve.com%2Flp%2Fspringer-journals%2Fthe-pedagogical-content-knowledge-of-middle-school-mathematics-VVOITL3kLi&usg= AFQjCNEsQKEPGCMaSIpWimAGJwrBmqSVXQ. Diakses Oktober 2015).

Page 9: MATHEMATICS ABILITY BASED ON TEACHER’S TEACHING …

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 2 Juli 2016

127

Ball, D.L. & Bass, H. 2000. Interweaving Content and Pedagogy in Teaching andLearning to Teach: Knowing and Using Mathematics. In J. Boaler (Ed),Multiple Perspective on the Teaching and Learning of Mathematics (pp.83-104). Westport, CT: Ablex. (http://www-personal.umich.edu/~dball/chapters/BallBassInterweavingContent.pdf.Diakses September 2015).

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran. Surabaya: Cerdas Pustaka.Ellisa, S., Wrastari, T.,Aryani. 2013. Sikap Guru Terhadap Pendidikan Inklusi

Ditinjau dari Faktor Pembentukan Sikap. Jurnal PsikologiPerkembangan dan Pendidikan Vol. 2, N0. 01, Februari 2013.(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjF-I-xzdzMAhUGLo8KHQWTBvMQFghSMAk&url=http%3A%2F%2Fjournal.uny.ac.id%2Findex.php%2Fjppm%2Farticle%2Fview%2F6325&usg=AFQjCNGfIvc_XnBeKR7r_0XJn5C_HsYhoQ&bvm=bv.122129774,d.c2I. Diakses September 2015).

Kusaeri. 2012. Pengembangan Tes Diagnostik dengan Menggunakan ModelDINA untuk Mendapatkan Informasi Salah Konsepsi dalam Aljabar.Disertasi, Tidak Dipublikasikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Lehrer, R., Frangke, M. L. 1992. Applying Personal Construct Psychonology tothe Study of Teacher’ Knowledge of Fractions. Journal for Research inMathematics education. 23 (3), 223-241.(https://books.google.co.id/books?id=wsklBAAAQBAJ&pg=PA82&lpg=PA82&dq=Applying+Personal+Construct+Psychology+to+the+Study+of+Teacher%E2%80%99+Knowledge+of+Fractions&source=bl&ots=thu4PbZbFO&sig=qV8sTPJeuk5P2-Ksi3yua6JFBdA&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjgtrj00NzMAhUGuY8KHS5ECpEQ6AEIMjAD. Diakses September 2015).

Loughran, J., Berry, A., & Mullhall, P. (2006). Understanding and developingscience teachers’ pedagogical content knowledge. Rotterdam, TheNetherlands: Sense Publishers.

NCTM. 2000. Principles and Standars for School Mathematics. Reston, VA:NCTM.

Regina M. Panasuk & Matthew L. Beyranevand. 2010. Algebra Student’s Abilityto Recognize Multiple Representations and Achievment.MassachusettsLowell University

Sahriah, Siti. 2012. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan SoalMatematika Materi Operasi Pecahan Bentuk Aljabar Kelas VIII SMPNegeri 2 Malang. (http://jurnal-online. um.ac.id/data/artikel/artikel9EEC8FEB3F87AC825C375098E45CB689.pdf. Diakses April2016).

Shulman, L. S. 1986. Those who understand: Knowledge growth in teaching.Educational Resercher, 15(2).(http://www.fisica.uniud.it/URDF/masterDidSciUD/materiali/pdf/Shulman_1986.pdf. Diakses September 2015).

Page 10: MATHEMATICS ABILITY BASED ON TEACHER’S TEACHING …

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 2 Juli 2016

128

Turnuklu, E.B. & Yesildere, S. 2007. The Pedagogical Content Knowledege inMathematics: Pre Service Primary Mathematics Teacher’s Perspective inTurkey. Journal IUMPST. Vol 1. 1-13. (http://www.k-12prep.math.ttu.edu/journal/1.contentknowledge/yesildere01/article.pdf.Diakses September 2015).

Van Driel, J.H., & Berry, A. 2012. Teacher Professional Development Focusingon Pedagogical Content Knowledge. Educational Researcher, 41, 26 –28.

WS, Winkel. 2012. Psikologi Pengajaran. Jakarta: GrasindoZawawi, T. Mustapha, R. Razak, H, A. 2009. Pengetahuan Pedagogi Isi

Kandungan Guru Matematik bagi Tajuk Pecahan: Kajian Kes di SekolahRendah (Pedagogical Content Knowledge of Mathematic Teachers onFraction: A case Study at Primary School). Jurnal Pendidikan Malaysia34(1) (2009): 131-153. https://www. researchgate. net/publication/260286390_Pengetahuan_Pedagogi_Isi_Kandungan_Guru_Matematik_bagi_Tajuk_Pecahan_Kajian_Kes_di_Sekolah_Rendah_Pedagogical_Content_Knowledge_of_Mathematic_Teachers_on_Fraction_A_Case_Study_at_Primary_Schools. Diakses Maret 2016).