mei 2012 1907 - 2694

16
Yogyakarta Mei 2012 ISSN 1907 - 2694

Upload: vothien

Post on 15-Jan-2017

245 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Yogyakarta Mei 2012

ISSN 1907 - 2694

Vol. 3 No.1, Mei 2012 ISSN 1907-2694

SABO DAFTAR 151

Pengendalian Erosi Lahan di Daratan Tinggi Dieng

Arif Rahmat Mulyana, Soewarno, Ardian Alfianto, I Gusti Ngurah Bagus Suryana, Rahmia

Pengembangan Sistem Prakiraan dan Peringatan f)ini Aliran Debris Ji Kali Putih, Kabupaten Jember Sutikno Hardjosuwarno, Adam Pamudji Rahardjo, lazaul Ikhsan, Oriza Andamari, Yanuar Tri Kurniawan

Penambangan M aterial Vulkanik Pasca Erupsi Merapi 2010

Dyah Ayu Puspitosari, Agus Sumaryono. lunichi Fukushima, Masaharu Mizoghuci, Suparman

Kajian Rencana Penanggulangan Banjir Lahar dengan Saluran Pengelak Kali Putih

F. Tata Yunita, Gideon Rizal Gardiawan

Transpor Sedimen dan Respon Pantai Pasca Pemasangan Pemecah Gelombang Ambang Rendah di Pantai Anyer, Serang, Banten Dede M. Sulaiman, Mahdi E. Sudjana, Rian M. Azhar, Abimanyu

1 - 14

15 - 28

29 - 44

45 -60

61-74

1

labkom
Highlight

Jurnal Saba, Vol. 3 No.1, Mei 2012: 15 - 21

THE DEVELOPMENT OF FORECASTING AND EARLY WARNING SYSTEM AGAINST DEBRIS FLOW IN PUTIH RIVER, JEMBER REGENCY

PENGEMBANGAN SISTEM PRAKIRAAN DAN PERINGATAN DINI ALIRAN DEBRIS DI KALI PUTIH, KABUPATEN JEMBER

Sutikno Hardjosuwarno 1, Adam Pamudji Rahardjo 2, Jazaul Ikhsan 3, Oriza Andamari 4,

Yanuar Tri Kurniawan 5

1) Peneliti Pusat Litbang SDA, 2) Staf Pengajar JTSL FT UGM, 3) Staf Pengajar JTS FT UMY, 4) Staf Balai Saba, 5) MPBA UGM

Balai Saba, Puslitbang Sumber Daya Air, Sopalan, Maguwoharjo, Yogyakarta 55282,

Telp. 0274-886350, Fax. 0274-885431, E-mail: [email protected]

Diterima: 16 Februari 2012; Disetujui: 23 April 2012

ABSTRAK

L~

Seringnya terjadi longsoran yang memicu terjadinya banjir debris di DAS Putih, telah banyak menelan korban jiwa sehingga diperlukan sistem prakiraan dan peringatan dini. Penelitian ini bertujuan mewujudkan sistem prakiraan dan peringatan dini aliran debris di DAS Putih. Prakiraan banjir debris dilakukan dengan model hidrologi, model keruntuhan bendung dan model2D banjir debris yang diintegrasikan menjadi satu model berbasis SIC menghasilkan rambatan banjir dan daerah yang terancam. Hasil simulasi menunjukkan bahwa mulai elevasi 630 m sampai 318 m kecepatan rambat banjir sebesar 8,41 mjdt untuk ketiga skenario dan terjadi perlambatan rata-rata sebesar 1,59 mjdt pada elevasi 318 m karena adanya perubahan kemiringan dasar sungai. Dengan sistem komunikasi, informasi peringatan dini aliran debris disebarluaskan ke pos-pos pemantau di lapangan menggunakan radio dan diteruskan kepada penduduk menggunakan kentongan dan sirine, agar mereka yang bermukim di daerah terancam dapat menyelamatkan diri. Kata kunci: Sistem praldraan dan peringatan dini, simulasi 2D, keruntuhan bendung alam, banjir debris, telemetri.

ABSTRACT

The frequent landslides triggering the occurrence of debris flow on Putih River had caused victims, so it needs forecasting and warning system. The purpose of this research is to provide debris flow forecasting and war­

ning system for Putih River. The forecasting of debris flow was done through a hydrological model, natural dam break model and 2D-debris flow simulation integrated to one CIS based model producing propagation of debris flow and its hazard zone. The result of simulation shows that beginning from elevation 630 m to 280, the propagation velocity were 8.41 mjs and same for the 3 scenarios and decreased to 1.59 mjs at the elevation 318 m due to Significant slope change. Through the comunication system, warning information for debris flow can be disseminated by radio to monitoring stations and relayed to residents by "kentongan" and sirens to allow the residents living in the dangerous zone to escape. Keywords: Forecasting and warning system, 2D-simulation, natural dam break, debris flow, telemetry.

PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

Kondisi tanah yang gembur dengan kemi­ringan terjal, dan curah hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan tebing longsor yang menutup palung sungai membentuk bendung alam yang kemudian runtuh menjadi aliran debris. Fenomena banjir tersebut telah terjadi di K. Putih, Kab. Jember tanggal1 Januari 2006, yang mengakibatkan korban

jiwa dan prasarana umum di 12 desa yang tersebar di wilayah Kecamatan Panti dan Kec. Rambipuji, Kab. Jember. Banjir bandang ini menelan korban 120 orang tewas dan kerusakan harta benda terdiri dari 86 unit rumah han cur tidak berbekas, 495 unit rumah terendam lumpur setinggi 0,5 sid 1 meter, 2 komplek pasar hancur tak berbekas dan 6 bendung irigasi rusak total. Dengan kondisi kerentanan la­han terhadap longsoran tebing, dan intensitas curah hujan yang tinggi, terjadinya bencana banjir debris

15

Pengembangan Sistem Prakiraan ... (Sutikno Hs., Adam Pamudji R., Jazaullkhsan, Oriza Andamari, Yanuar Tri K.)

adalah suatu keniscayaan, sehingga diperlukan an­tisipasi agar jumlah korban jiwa dapat dihindari. Pengembangan sistem prakiraan dan perlqgatan dini merupakan upaya antisipasi terhadap kemung­kinan banjir debris yang sewaktu-waktu terjadi. Keadaan K. Putih, di sebelah hilir lokasi terjadinya pembendungan alam tersebut merupakan kipas alluvial yang di dalamnya terdapat desa-desa Ke­miri, Suci dan Panti yang padat penduduknya se­hingga perlu dilindungi keselamatannya (Gam bar 1). UU No 24/2007 tentang Penanggulangan Ben­cana Pasal 26, ayat 1 huruf a, mengamanatkan bahwa masyarakat berhak untuk mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat rentan bencana.

Sumber: Google Earth

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

2 Permasalahan

Wilayah Kecamatan Panti, Kabupaten Jember yang berada di lereng Gunung Argopuro sebagian besar merupakan perkebunan kopi, dan 16% dari luas wilayah seluruhnya merupakan hutan yang sebagian besar mempunyai kemiringan lereng rata­rata 15° (h/v). Dengan struktur tanah yang gembur dan kemiringan lereng yang curam, kawasan ini rentan terhadap bahaya longsor tebing yang akan menjadi sumber sedimen ali ran debris. Beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut ini. 1) Curah hujan yang tinggi dan terpusat di daerah

sumber sedimen mampu memicu terjadinya longsor di lereng tebing yang mengakibatkan pembendungan alam.

2) Runtuhnya bendung alam menyebabkan terjadi­nya banjir debris yang membawa lumpur, batu­batu berbagai ukuran, dan kayu glondongan.

3) Kapasitas alur K. Putih tidak memadai sehingga terjadi limp as an banjir yang menerjang daerah

16

permukiman yang padat dan mengancam ke­selamatan warga.

4) Belum adanya sistem peringatan dini untuk menghadapi ancaman banjir debris yang se­waktu-waktu datang.

5) Perlunya penyempurnaan software aplikasi si­mulasi banjir debris untuk penyempurnaan sis­tern prakiraan.

3 Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut di atas, masalah yang akan dipecahkan pada penelitian ini dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan belum adanya sistem peringatan dini banjir debris untuk menghadapi ancaman banjir debris yang sewaktu­waktu datang.

4 Lingkup Penelitian

Melakukan prakiraan banjir debris menggu­nakan simulasi 2 dimensi banjir debris, dengan ma­teri bahasan dibatasi pada masalah sub-sistem:

1) Akuisisi data realtime. 2) P/akiraan banjir debris. 3) Komunikasi.

5 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah terwujudnya sistem prakiraan dan peringatan dini ali ran debris berbasis SIG yang akurat dan handal di DAS Putih, Kab. Jember.

6 Sasaran

Mendapatkan data dini rambatan banjir de­bris dan lokasi daerah yang terancam untuk diinfor­masikan kepada warga di daerah bahaya mengguna­kan peralatan komunikasi agar menyelamatkan diri.

KA,IAI<{ PUSTAKA

Lin, et al (2005) dalam penelitiannya di Sungai Chui-Sue, Taiwan untuk mengidentifikasi potensi bahaya banjir debris menggunakan model simulasi 2 dimensi yang disebut dengan FLO 2D, untuk men­simulasikan banjir debris di alur sungai. Model ini tidak memperhitungkan erosi tebing yang biasanya terjadi di daerah hulu dan sepanjang alur sungai. Model ini cocok digunakan untuk penelusuran aliran debris dan endapannya. Hidrograf yang digunakan dalam simulasi dihitung berdasarkan data curah hu­jan pada saat terjadi taifun Herb pada tahun 1996.

Model simulasi 2 dimensi telah digunakan untuk mensimulasikan banjir debris di alur sungai Sungai Chui-Sue, Taiwan untuk mengidentifikasi po­tensi bahaya banjir (Lin, et al 2005). Model ini tidak memperhitungkan erosi tebing yang biasanya ter­jadi di daerah hulu dan sepanjang alur sungai. Model

ini coeok digunakan untuk penelusuran aliran de­bris dan endapannya. Hidrografyang digunakan da­lam simulasi dihitung berdasarkan data curah hujan pada saat terjadi taifun di tahun 1996. Untuk mem­bandingkan kondisi lapangan dengan hasil simulasi, tebal rata-rata erosi dan sedimentasi pada tiap pias dihitung dari analisis mikro-geomorfik. Hasil peneli­tian ini menunjukkan bahwa ada kesesuaian antara hasil simulasi dengan kondisi lapangan.

Metoda simulasi 2 dimensi juga telah diguna­kan di K. Leprak, lereng selatan G. Semeru pada ta­hun 2002 (Sutikno, et aI, 2002). Ukuran daerah yang dimodelkan dalam penelitian ini adalah 2.000 meter ke arah samping dan 5.300 m ke arah hilir. Simulasi dilakukan pada empat maeam kondisi, pertama, de­ngan debit puneak 972 m 3fdt dan 370 m3fdt, ma­sing-masing dengan dan tanpa bangunan sabo.

Hasil simulasi lahar tanpa bangunan sabo menunjukkan terjadinya aliran sedimen yang me­nyebar (kasus 1). Pada kondisi ada bangunan sa­bo menunjukkan pola penyebaran yang hampir sarna, baik pada debit puneak yang besar (kasus 2) maupun sedang (kasus 3). Keduanya menunjukkan gejala terjadi loneatan aliran ke luar tanggul kiri dan sebagian aliran membelok ke kanan dan menganeam daerah permukiman penduduk di sepanjang tebing. Pada kasus 4 yang men~unakan debit puneak keeil ternyata alirannya hanya meneapai jarak kurang dari 2 km dari titik awal.

Mori, et al (2008) dalam laporannya berjudul Dissemination of Information on Debris Flow Hazard Areas Using GIS Technology, merekomendasikan pembuatan peta bahaya menggunakan teknologi SIG terkini untuk digunakan dalam penyebarluasan informasi daerah bahaya banjir debris dan untuk kegiatan sistem peringatan dini dan pengungsian. Peta daerah bahaya dibuat dengan superposisi dae­rah bahaya, daerah pengungsian, jalur pengungsian dan lain-lain, yang disajikan pada peta digital dan ortofoto menggunakan teknologi SIG. Peta daerah bahaya yang dihasilkan memungkinkan untuk diin­formasikan kepada penduduk setempat dan dengan lebih mudah dipahami.

Sutikno, dkk (2009) dalam penelitian dan pe­ngembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masya­rakat di S. Jeneberang dilakukan dengan memanfaat­kan sarana yang sudah ada baik sarana fisik maupun non fisiko Dalam sistem ini, prakiraan terjadinya banjir debris dilakukan dengan merumuskan curah hujan kritis menggunakan metode Yano (Yano, et ai, 1985). Data yang digunakan adalah pos eurah hujan di lokasi yang paling dekat dengan akumulasi bahan lepas hasillongsoran. Peta daerah bahaya banjir de­bris ditentukan berdasarkan simulasi dua dimensi

Jurnal Sabo, Vol. 3 No.1, Mei 2012: 15 - 28

dengan masukan hidrograf banjir debris terbesar yang pernah terjadi dan pengeeekan lapangan atas beneana banjir yang pernah terjadi dan dilengkapi dengan wawaneara penduduk setempat.

METODOLOGI .

1 Akuisisi Data Realtime

Data curah hujan realtime dapat diperoleh dengan memasang alat penakar hujan yang dileng­kapi dengan perangkat telemetri seluler di DAS Putih di Dusun Gentong, Desa Kemiri, Keeamatan Panti. Data tersebut langsung diterima Stasiun In­duk di Jember yang berfungsi selain menerima data juga menyimpan data. Sistem telemetri tersebut di­pasang sejak Nopember 2011. Lokasi stasiun-stasi­un tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Kantor OJl'las PctnSlairan • POI! Po",."",,, I3Mjjr (f&af/!trU» • POI Pemantau 8Ml1;" -- a ..... 0 ... - - aaja. ~maJan - Su"fI"i

-J31.1on

I II + .. Sumber: RBI skala 1:25.000; Hasil survei

lapangan; Citra AIDS Prism 2006

Gambar 2 Lokasi stasiun hujan telemetri

2 Prakiraan Debit Banjir Debris

Metode yang dikembangkan dalam mempra­kirakan banjir debris di daerah ini dilengkapi de­ngan kemampuan simulasi banjir debris yang memperhitungkan keruntuhan bendung alam yang dibentuk oleh material longsoran tebing tersebut. Keruntuhan bendung alam itu sendiri dipicu oleh curah hujan di hulu bendung tersebut. Data hujan pada saat kejadian banjir 1 Januari 2006 belum da­pat seeara realtime. Karena pada saat itu peralatan belum terpasang. Oleh karena itu, data hujan ha­rian yang diperoleh dari beberapa stasiun terdekat

17

Pengembangan Sistem Prakiraan ... (Sutikno Hs., Adam Pamudji R., Jazaullkhsan, Oriza Andamari, Yanuar Tri K.)

didistribusikan dulu ke dalam satuan waktu yang lebih kecil (seperempat jam sampai dengan satu jam) dengan metode yang ada. Selanjutnya dengan metode hidrograf satuan sintetik Nakayasu hidro­graf banjir didapatkan.

Setelah terjadi longsoran yang menutup alur Sungai Putih dengan ketinggian tertentu, maka hujan yang terjadi di hulu bendung akan menimbulkan aliran yang akan mengisi tampungan bendung alam tersebut. Waktu terjadinya keruntuhan bendung alam dipengaruhi oleh besarnya tampungan, intensitas dan durasi eurah hujan. Keruntuhan bendung alam terjadi pada saat muka air pada tampungan bendung alam meneapai penuh. Oleh karena itu, prakiraan banjir debris diawali dengan perhitungan hidrograf aliran akibat eurah hujan yang akan mengisi tampungan bendung sampai penuh, kemudian setelah ada over­topping, terjadilah keruntuhan. Selanjutnya dilakukan perhitungan rambatan banjir debris.

Dengan ketiadaan data debit di hulu K. Pu­tih pada saat kejadian banjir 1 Januari 2006, maka dibuat model eurah hujan-debit metode Nakayasu untuk mendapatkan hidrograf satuan sintetik. Me­tode ini dipilih karena kesesuaian pada ukuran dae­rah tangkapan hujan yang relatif keci!. Bentuk unit hidrograf ditentukan oleh karakteristik DAS dan eurah hujan dalam satllan waktll tertentu seperti persamaan berikut ini:

T Tg + 0,8 tr· (1) p

T 0,40 + 0,058 L lIntuk L > 15 km (2) g T 0,21 LO,70 lIntllk L < 15 km' (3) g Qp (l/3,6) A Ro [1/(0,3 Tp + To)] (4)

TO.3 aT (5) g a 1,5 sd 3,5 yang dapat didekati

dengan persamaan, a (l/Tg) 0,47 (A L)O,25 (6)

dengan, Tp: waktll meneapai debit pllneak (jam), Tg: waktll setelah hlljan selesai sampai meneapai debit puneak atau time lag (jam), tr: waktu hujan satuan (jam), L : panjang sungai utama (km), Q : debit pun-

p

eak (m3/d), A: luas daerah tangkapan hujan (km2),

Ro: eurah hujan efektif satuan (mm), To,3: waktu dari debit puneak sampai meneapai 0,3 debit puneak (jam), a : koefisien. Parameter DAS yang digunakan dalam metode Nakayasu disajikan pada Gambar 3,

Bentuk hidrograf satuan mengikuti kurva berikut ini. Lengkung naik = Q

p (t/Tl.4 (7)

Lengkung turun 1 = Qp

[0,3 (t-Tp)/To,3 1 (8) Lengkung turun 2 = Qp [0,3 (t-Tp+O,STo,3)/I,STo) (9) Lengkung turun 3 = Q [0,3(t-T +O,ST )/2T 1 (10)

p p 0.3 0,3

Sketsa hidrograf satuan metode Nakayasu disajikan pada Gambar 4.

18

~ I

/ I A

I L I I ,

\ 4J

Gambar 3 Sketsa daerah aliran sungai

Dengan metode ini, prediksi kejadian banjir debris ke depan dapat dihitung berdasarkan hi­drograf yang ditimbulkan oleh eurah hujan di hulu K. Putih menggunakan data eurah hujan Stasiun Gentong yang dapat dipantau seeara realtime.

3 Model Keruntuhan Bendung Alam

Bendung alam terbentuk oleh longsoran te­bing yang menutup lembah sungai, pada umumnya yang masih di kaki gunung dimana bentuk profil me­lintang lembah sungai seperti huruf V. Model yang dikembangkan mempunyai dua elemen yaitu model tampungan atau waduk dan model bendung alam,

~ ~~

Lengkung naik Lengkung turun

/~~Q' o,Qp ~

T To,3 p

--,.

1,5 To.,

2 To"

Gambar 4 Sketsa kurva hidrograf satuan Nakayasu

Luas permukaan genangan waduk diasum­sikan sebagai gabungan segi empat dengan lebar sarna dengan lebar dasar lembah sungai dan panjang sarna dengan panjang genangan di lembah sungai dari ujung hulu sampai ujung hilir, serta dua buah segitiga dengan masing-masing mempunyai alas sarna dengan panjang genangan dan tinggi sarna dengan kemiringan tebing dikalikan tinggi genang­an di bendungan alam, Volume genangan dihitung sebagai gabungan prisma dengan tebal sarna de­ngan lebar dasar lembah sungai, alas sarna dengan panjang genangan, tinggi sarna dengan tinggi ge­nangan di bendung serta dua buah piramid dengan luas alas sarna dengan luas segitiga permukaan di atas dan tinggi sarna dengan tinggi genangan di ben­dung seperti disajikan pada Gambar 5,

\ "

Gambar 5 Model tampungan waduk

Model keruntuhan bendungan didekati de­ngan proses keruntuhan bendungan urugan ta­nah dengan lubang keruntuhan yang berbentuk trapesium yang ukurannya tumbuh membesar sampai dengan ukuran maksimumnya. Gambar 6 menunjukkan sketsa pertumbuhan lubang kerun­tuhan dan parameter-parameter keruntuhan. Para­meter keruntuhan adalah tinggi dan lebar dasar lubang keruntuhan rerata dan maksimum.

Gambar 6 Sketsa model keruntuhan bendungan urugan

Hidrografbanjir yang disebabkan oleh kerun­tuhan ben dung dihitung dengan model penelusuran waduk pool-level dengan air waduk melimpah mela­lui lubang keruntuhan yang tumbuh melebar dan dasar lubang bergerak turun. Waktu keruntuhan dibagi dalam pias-pias waktu atau interval dan da­lam setiap interval waktu dilakukan hitungan pene­lusuran waduk dengan pendekatan sebagai berikut.

Prinsip hitungan yang digunakan adalah kekekalan massa yaitu Qout - Q;n = t,. Vol serta debit outflow sama dengan debit pelimpah yang besarnya tergantung pad a selisih antara elevasi muka air waduk dan elevasi dasar lubang bukaan keruntuhan waduk pada selang waktu yang dipertimbangkan. Oengan prinsip tersebut dikembangkan langkah hitungan iteratif untuk mendapat penyelesaian debit hidrografpada setiap selang waktu.

Pada saat lubang bukaan keruntuhan men­dekati dasar lembah dan kedalaman hilir dan hulu mendekati sam a proses penelusuran dihentikan sehingga setelah itu debit outflow disamakan de­ngan debit inflow hydrograph. Selanjutnya hidrograf outflowtersebutdiinputkan dalam program simulasi 20 yang akan menghasilkan rambatan banjir dari waktu ke waktu dan daerah-daerah yang terancam bahaya banjir di sepanjang sungai.

Jurnal Saba, Vol. 3 No.1, Mei 2012: 15 - 28

Ketiga model tersebut di atas, selanjutnya diin­tegrasikan ke dalam perangkat lunak aplikasi berba­sis GIS yang dikembangkan dalam studi ini. Fungsi­fungsi aplikasi dan susunan menu disusun sehingga memungkinkan pengguna pada saat menjalankan aplikasi ini dapat memilih beberapa kemungkinan skenario simulasi. Oimungkinkan menjalankan menu keruntuhan bendung alam yang diikuti dengan simu­lasi banjir aliran debris 20 atau menjalankan simu­lasi banjir aliran debris 20 tanpa didahului simulasi keruntuhan bendung alam setelah terlebih dahulu memasukkan input data inflow hydrograph.

4 Model Simulasi 2D Banjir Debris

Persamaan aliran dua dimensi yang mempe­ngaruhinya dinamika aliran didasarkan pada per­samaan gerak sebagai berikut: Persamaan momentum arah x,

oN +jJo(uN) + jJo(vN) =_ghOR _'[ 01 Ox oy Ox ar

arah y,

oM + jJO(lIM) +jJo(vM) = _ (7h oR _ '[ 01 Ox 0.1 "0.1 by

Persamaan keseimbangan :

oh + oM +oN =0 ot ox oy

(11)

(12)

(13)

dengan, h: tebal aliran (m), M: kecepatan ali ran ke arah x (m/d), N: kecepatan aliran ke arahy (m/d), H: kedalaman aliran (m), 1: tegangan geser (N/m2)

Persamaan kekekalan massa pada dasar sungai:

c. 0 Z b + ( 0 q Bx + 0 q By J = 0 ot o x oy

(14)

dengan c,,: konsentrasi sedimen di dasar sungai, qBx dan qBy : debit sedimen ke arah x dan ke arah y, merupakan jumlah sedimen dasar (bedload). Erosi tebing dipertimbangkan dengan persamaan Ashida, Egashira, dan Kamamoto berikut ini. (Yama­shita, 2005)

qp = qp.u.d

=R }i (l-~ T.sc J3(~_1 ) qp' o·T. 2 . [; r" d smB

u. =.fihi

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

19

Alat ini juga dilengkapi dengan data logger yang dapat menampilkan data pada display, modem

pengirim data dan antena. Data logger dapat me­nyimpan data hujan sampai dengan 10 tahun. Perangkat modem GSM berfungsi mengirimkan data seeara menerus ke stasiun induk dengan menggunakan media GPRS. Berdasarkan uji sinyal menggunakan beberapa provider, sinyal paling kuat untuk daerah Gentong adalah Indosat. Sistem suplai tenaga menggunakan baterai kering 12 volt DC yang dicharge dengan solar eel/. Data yang tersimpan di dalam data logger dapat juga diunduh melalui

internet ataupun seeara langsung di lapangan ke laptop dengan media RS-232 menggunakan SEBA software. Data eurah hujan Stasi un Gentong juga dapat diakses melalui internet pada situs http:j( www.seba-hydro-eenter.de(projeets.php.

b) Stasiun Induk Prakiraan Dini

Peralatan telemetri yang dipasang pada sta­siun induk adalah seperangkat komputer server yang berfungsi sebagai penerima data dari lapang­

an, penyimpanan dan pengolah data. Komputer di Stasiun Induk menggunakan Intel Ceon Proccessor dengan keeepatan 2,13 GHz dan kapasitas memori 250 GB dan konsumsi daya 460 W. Dalam kondisi pemadaman Iistrik, akses data Stasiun Gentong dari Stasiun Induk menggunakan modem GSM. Server stasiun induk ini ditempatkan di salah satu ruang media di Dinas Pengairan Kabupaten Jember, yang dioperasikan oleh personil dari Dinas Pengairan Jember (Gambar 9).

Pengiriman data ke stasiun induk seeara menerus melalui internet dengan menggunakan media GPRS, sedangkan format data yang dida­patkan dalam sistem ini adalah ASC. Gambar 10 menunjukkan eontoh data curah hujan 10 menitan yang diakses langsung dari Stasiun Gentong melalui internet.

Sumber: Data primer

Gambar 9 Stasiun induk prakiraan dini di Jember

120

100

AO

()

Jurnal Sabo, Vol. 3 No.1, Mei 2012: 15 - 28

---.-/" --

/

Cu, .,Il"u, :,,, 10

nH 'l"!lldll , 111111 --Cur .. )h hI 11 .. )/\

kUIlHd.lllf. 111111

___ I I • I _ _ _

Wal<tu

Sumber: Data primer

Gambar 10 Contoh data eurah hujan 10 menitan Stasiun Gentong

Kelebihan peralatan sistem seluler adalah biaya pengadaan alat dan pemeliharaan lebih murah dibandingkan dengan telemetri radio, tidak diper­lukan ijin frekuensi radio, uji propagasi gelombang dan pemindahan alat lebih mudah. Sedangkan kele­mahannya adalah adanya jeda pengiriman data dari stasiun pemantau ke stasiun induk dan(atau dari stasiun induk ke posko. Di samping sinyal yang lemah sangat mengganggu pengiriman data dari stasiun hujan di lapangan ke stasiun induk, sehingga tekno­logi ini tidak dapat digunakan di daerah terpeneil yang biasanya tidak ada stasiun panear ulang.

2 Sub-Sistem Prakiraan Banjir Debris

Sub-sistem ini berfungsi memproses data eu­rah hujan realtime menjadi informasi akan terjadi­nya banjir debris. Untuk memprakirakan terjadinya banjir debris di K. Putih dilakukan pemodelan banjir debris menggunakan simulasi 2D. Sebagaimana di­paparkan dimuka, kasus banjir debris yang terjadi df K. Putih Jember didahului oleh longsor tebing yang menutup alur sungai pada elevasi 675 m yang kemudian runtuh menjadi banjir debris. OIeh karena itu, dilakukan juga pemodelan hidrograf aliran akibat eurah hujan dan pemodelan keruntuhan bendung alam yang menghasilkan hidrograf aliran debris. Dengan masukan hidrograftersebut akan didapatkan rambatan banjir debris dari waktu ke waktu di se­panjang alur sungai, sehingga dapat diketahui kapan banjir akan datang dan daerah mana yang akan ter­dampak. Ketiga model tersebut diintegrasikan men­jadi satu model berbasis GUI. Seeara singkat ketiga model tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Model Curah Hujan-Debit

Model ini diperlukan untuk mendapatkan hidrograf banjir di titik awal simulasi akibat eurah

hujan yang terjadi di DAS Putih sebelah hulu di atas elevasi 675 m. Aliran yang terjadi akibat hujan

21

Pengembangan Sistem Prakiraa\n ... (Sutikno Hs., Adam Pamudji R., Jazaullkhsan, Oriza Andamari, Yanuar Tri K.)

I II . " .... . .... , "l'h fl l ''' 'I ' 1 j.''' ' '' I - .. .... ur' oIll .... ' •• ' .... . .

. " ...

Sumber: Hasi/ ana/isis

Gambar 11 Hidrografbanjir yang memicu keruntuhan bendung alam tanggal1 Januari 2006

akan memenuhi tampungan bendung alam. Waktu yang diperIukan untuk memenuhi tampungan ter­gantung pada intensitas dan durasi hujan serta volume tampungan tersebut. Makin besar volume longsoran makin besar volume tampungannya se­hingga dibutuhkan intensitas dan durasi curah hu­jan yang cukup untuk mencapai kondisi kritis.

Gambar 11 menunjukkan hidrograf banjir yang ditimbulkan oleh hujan efektif tanggal 1 Ja­nuari 2006. Data curah hujan yang digunakan ada­lah hujan harian di Stasiun Hujan Gentongyakni 160 mm. Gambar 12 menunjukkan hubungan antara tinggi bendung alam, debit banjir dan curah hujan kritik yang mampu memicu keruntuhan bendung alam. Hidrograf banjir ini digunakan sebagai input dalam model keruntuhan bendung alam yang akan menimbulkan hidrograf banjir baru akibat ke­runtuhan bendung alam terse but.

2,500 -....... /

"'- /

"" /

· uebit un //'\ Banjl r Ba an.

/ \ - Tinggihuj nr'

./ \ ./

~ 2,000

1 ~ 1,500

j 1,000

~ o 500

10 20

Tinggi Bendung Alam (m)

Sumber: Hasi/ analisis ,

30

o 10

20 I 30 E 40 E 50 ~ 60 ~ .;;-70 I

'",

80 ~ 1=

90

100

Gambar 12 Hubungan antara batas minimum 'cu­rah hujan pemicu keruntuhan ben­dung alam dan debit puncak banjir terhadap tinggi bendung

Model ini menggunakan metode hidrograf sintetik Nakayasu. Parameter yang digunakan da­lam model ini adalah morfometri DAS Putih dan curah hujan efektif.

b) Model Keruntuhan Bendung

Dengan cara trial and error, diperoleh debit puncak banjir akibat keruntuhan sebesar 1,799 . m3/dt (Hitungan dengan rumus Manning dan data

22

bekas tinggi muka air memberikan angka 1,762 m3/dt). Hasil hitungan tersebut diperoleh dengan setting data berikut: tinggi pembendungan 20 m, lebar dasar sungai di tempat pembendungan 50 m, kemiringan lereng lembah 1:1, kemiringan lubang keruntuhan 1:2, lebar rerata bukaan keruntuhan 91 m, tinggi pembendungan tersisa 3 m, waktu periode keruntuhan 0,53 jam, dan koefisien non-Iinearitas pertumbuhan bukaan keruntuhan 1,8. Hitungan routing pada periode keruntuhan menggunakan langkah hitungan 0,0265 jam (1,59 menit) hingga mendapatkap hitungan yang stabil. Langkah hitungan setelah proses keruntuhan berhenti sebesar 0,02 jam (1,2 menit). Hasil hitungan routing tersebut memberikan durasi banjir bandang sebesar 0,81 jam (48,6 menit) dengan bentuk hidrograf mendekati segitiga seperti ditunjukkan pada Gambar 13.

Output yang dihasilkan oleh model ini adalah hidrograf aliran mulai saat awal keruntuhan sampai dengan keseluruhan ben dung alam hanyut terbawa banjir. Hidrografini selanjutnya diinputkan ke dalam program simulasi 2D yang akan menghasilkan ram­batan banjir dan jangkauan daerah yang terdampak.

2.000

1.800 .

1.600 ,

1,dOO 1 /{ g M 1.200 I §. 1.000

£ 800 Q

600 .

400 I

200 I o I

-2 -1 0

Sumber: Hasil ana/isis

2 3 4

waktu(jam)

'6 \) 10

Gambar 13 Hasil hitungan hidrograf akibat kerun­tuhan bendung alam tanggal1 Januari 2006

c) Model Simulasi 2D Banjir Debris

Model ini mensimulasikan banjir debris de­ngan menerapkan persamaan momentum dan kon­tinuitas, serta rumus-rumus sedimen (persamaan

11 sid 22), menggunakan data input yang terdiri dari elevasi permukaan tanah berupa data Digital

Elevation Model (DEM) dalam bentuk raster ASCII berfarmat ASCI dan ESRI Grid, erasi maksimum da­sar sungai yang diperbalehkan, training dyke, data inflow (hidragraf) dan kaefisien-koefisien. Data DEM diolah dari citra Alos bulan September 2006, enam bulan setelah setelah banjir bandang di K. Putih. Ha­sil running program ini berupa rambatan banjir (ani­masi) dari waktu ke waktu dan daerah-daerah yang akan terdampak banjir debris di sepanjang alur su­ngai. Hasil running berupa sebaran banjir debris tiap interval hitungan 10 menit yang digambarkan dalam bentuk garis kontur yang tersimpan dalam format shp dalam layer-layer pada aplikasi program ArcGIS. Apabila sebaran banjir debris tiap interval waktu ter­sebut ditayangkan secara bergantian pada peta citra atau peta topografi akan nampak pergerakannya. Hasil ini merupakan informasi peringatan dini yang harus disampaikan kepada warga masyarakat yang tinggal di daerah bahaya. Serdasarkan pengalaman, untuk melakukan running simulasi 2D di sepanjang alur K. Putih dengan DEM yang mempunyai resolusi spasial 10 meter dan interval waktu perhitungan sebesar 0,5 detik, diperlukan waktu berjam-jam, se­dangkan waktu tiba banjir di K. Putih kurang dari 1 jam schingga apabila pengolahannya dilakukan seca­ra realtime akan tejadi kelambatan dalam pemberian peringatan dini. Untuk mengatasi hal itu, maka di­lakukan running dengan 3 (tiga) skenario debit yaitu skenario 1 dengan debit sebesar 1,762 m3/dt, sarna dengan debit banjir bandang tanggal1 Januari 2006. Skenario 2 dengan debit sebesar 0,7 kali debit ban­jir tahun 2006 (1,233 m 3/dt) dan skenario 3 dengan debit sebesar 1,5 kali debit banjir tahun 2006 (2,613 m 3/dt). Hasil running model dengan skenario debit tersebut menghasilkan jarak rambatan banjir untuk tiap interval waktu pada masing-masing skenario yang disajikan pada Gambar 13 dan hasil secara rinei dalam bentuk tabel dapat disimak pada Lampiran 1. Daerah-daerah yang terancam banjir debris disajikan pada Lampiran 2. Hasil simulasi banjir debris di K.

Putih, menunjukkan bahwa dari elevasi 630 m - 318 m kecepatan rambat banjir pada ketiga skenario ada­lah 8,41 m/dt. Adanya perubahan kemiringan dasar sungai pada elevasi dasar sungai 318 m, maka terjadi perlambatan kecepatan. Dari titik perubahan ter­sebut ke hilir kecepatan rambatan banjir rata-rata untuk skenario 1 sebesar 1,66 m/dt, skenario 2 sebe­sar 1,19 m/dt dan skenario 3 sebesar 1, 91 m/dt. De­ngan skenario tersebut petugas di Pos Induk cukup memantau curah hujan Stasiun Gentong yang dapat diakses secara realtime kemudian menginputkannya ke dalam model dan menjalankannya untuk menda-

Jurnal Sabo, Vol. 3 No.1, Mei 2012: 15 - 28

patkan besaran debit banjir yang terjadi. Selanjutnya debit yang didapatkan dicocokkan dengan tabel ram­batan banjir yang merupakan hasil simulasi dengan berbagai skenario yang telah disiapkan untuk menge­tahui daerah-daerah yang akan terdampak dan waktu banjir mencapai daerah itu (dalam hitungan menit). Daerah yang terdampak banjir adalah sebagian Desa Kemiri Dusun Kali Putih, Sodong, Pasar Sunut, Desa Suei yang meliputi Dusun Delima, Gaplek dan Suei. Daerah-daerah tersebut menderita kerusakan parah pada saat banjir bandang terjadi pada tanggal 1 Ja­nuari 2006. Desa Suci berada di bagian tengah DAS Putih pada pada elevasi antara 260 m-180 m dpl. Desa ini merupakan daerah kipas alluvial, K. Putih, pada saat banjir ban dang aliran terpecah menjadi K. Putih Saru ke arah kanan dan K. Putih lama ke arah kiri, namun sebagian besar aliran banjir mengarah ke K.

Putih baru yang menggenangi wilayah Dusun Gaplek Sarat. Dengan menggunakan metode simulasi, ban­jir debris disimulasi dengan beberapa skenario yang disimpan dalam database sehingga prakiraan banjir debris dapat dilakukan dengan cepat menggunakan hasil-hasil simulasi yang telah dilakukan sebelumnya. Namun demikian, metode ini juga ada kelemahannya, yaitu diperlukan waktu yang cukup untuk menyiap­kan data input dan penyesuaian-penyesuaian agar model ini dapat diterapkan di suatu sungai.

3 Sub-Sistem Komunikasi

Informasi prakiraan terjadinya banjir debris harus secepatnya sampai ke warga agar mereka dapat menyelamatkan diri sebelum banjir datang. Sub-sistem kamunikasi merupakan jaringan komu­nikasi antara Stasiun Induk dengan pos-pos pe­mantau di lapangan dan pihak-pihak terkait dalam sistem (Gambar 14). Sub-sistem ini berfungsi me­nyampaikan informasi prakiraan banjir debris dari Stasiun Induk ke pas-pos pemantau di lapangan menggunakan handy talkie (HT), selanjutnya mene­ruskanya kepada warga di daerah bahaya menggu­nakan media sirine manual dan kentangan.

Berdasarkan hasil survei di beberapa lokasi di sepanjang Kali Putih, ditetapkan ada 5 pos peman­tauan. Masing-masing dipilih lakasi pas pemantauan banjir yang dapat secara langsung mengamati aliran sungai, namun lokasi pas berada di lakasi yang aman dari limpasan banjir, dan merupakan tempat yang aktif digunakan oleh masyarakat sekitar, seperti: pas/gardu ronda. Satu pos pengamatan berlokasi di Ds. Kemiri, dua pas pengamatan berlokasi di Ds. Suei dan dua pos pengamatan berlakasi di Ds. Panti (Tabel 1). Kelima pos tersebut ditempatkan sedemikian sehingga dapat melihat alur sungai tetapi tetap berada di daerah yang aman. Masing-

23

Pengembangan Sistem Prakiraan ... (Sutikno Hs., Adam Pamudji R., Jazaullkhsan, Oriza Andamari, Yanuar Tri K.)

masing pos pemantau banjir dilengkapi dengan radio tranciever (HT), sirine manual, kentongan dan lampu senter. HT digunakan untuk melakukan komunikasi antara pos pemantau dengan pos induk dan antara pos pemantau dengan pos-pos lainnya. Sirine manual yang mempunyai jangkauan antara 500-700 meter dari sumber bunyi (Bambang Sukatja, dkk., 2009) digunakan di pos pemantau untuk untuk memberikan tanda bahaya kepada warga, setelah menerima informasi melalui jaringan komunikasi radio.

PET A JARINGAN SISTEM PERINGATAN DlNI

SUB OAS PUTIH KABUPATEN JEMBER

o 0,5 - -Legonds :

SUllSlunHujau

(') B;t[al OMII

lit Lok.osl Olnns PU d:'JU Penguu-nn

Po, Pemantauao Sanli(

- Sungal

Stlnoai Mus/man

Jalan

-- Jalan Ancel

-- Jalan Koioktor

JBlnn l3ln

JC(Joatan

--.. JllnllJ<lIIko,...,'IIi

•• ~* •• • GIH1. InlOlm . ..

. ' . O .... KOQo'dtn ....

- - .. C all. KoO\lW'OCJo

2. SUfviIPyLIIII~lll.1I

3 H,ull/vlll"'"

Tabel1 Nama pas pengamatan di DAS Kali Putih

No

4

Nama Pas

Pas 1

Lokasi

Dsn Keputren Desa Kemiri

Koordinat

BT LS

Jarak dari titikawal

(m)

79'09'54" 91 '058"75" 1.624

Pos 2 Kantor PDP 79'06'30" 91 '035'90" 3.737 Gn. Pasang,

Pas 3

Desa Kemiri

Delima Timur, Desa Kemiri

Pas 4 Balai Desa Suci

Pas 5 Prapah, Desa Panti

79'05'23" 91 '020'60" 5.259

78' 93'89" 91 '003'86" 6.927

78'87'88" 90'979'43" 9.820

Sumber: Hasil survei 19 April 2012

Sumber: Laparan Akhir Penelitian Pengembangan Sistem Prakiraan dan Peringatan Dini

Banjir Debris, 2011, Balai Saba

Gambar 14 jaringan sistem peringatan dini banjir debris di K. Putih, jember

24

Penggunaan sirine manual mempunyai kele­bihan, yaitu perala tan dapat dibuat dengan dengan teknologi sederhana, pengoperasian mudah, jang­kauan propagasi cukup jauh, pemeliharaan murah dan tidak menggunakan daya listrik sehingga pengoperasia nnya tidak rerga ntung pada kondisi kelistrikan d i Indonesia yang sc ring kali terjadi pemadaman. Peta Daerah Sahaya Banjir Debris yang telah disiapka n pada tahun 2010 (Suti kno Ha rdjosu­warno dkk., 2010) digunakan untuk menunj ukkan kan kepada warga masyarakat dan pihak-pihak terkait lokasi daerah bahaya dan daerah aman di sepanjang K. Putih.

Peta tersebut juga mcmuat jalu r da n tempat­tcmpat pengungsian ya ng akan membantu pctugas dalam mcnempatkan rambll-rambll penunjuk arah menlljll tempat pengungsian scmentara dan pe­ngungsian akhir sebaga imana dapat dis imak pada Gambar 14. Agar sllpaya Sistem Praki raan dan Peringatan Dini dapa! berfungsi dengan baik dan berkesinambunga n, peran masyarakat dan peme­rintah sa ngat diperlukan. Dalam sistem inl. ma­syara kat tidak hanya scbagai obyek, tetapi pada saat yang sama mereka juga sebagai subyek yang ikut ambil bagian da lam penyelenggaraan Sistem Prakiraan dan Pcringatall Din i. Hal ini seja lan dengan amana t UU No 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana Pasa l 5 bahwa Pemerintah Daerah men­jadi penanggungjawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Dalam undang·undang yang sarna Pasal 26 Ayat 1, 2, 3 memuat hak dan kewaj iban masyarakat dalam penangglliangan ben­cana. Oleh karena ito, Pemerintah Daerah bertang­gllngjawab terhadap berfungsinya sistem ini, se­dangkan masyarakat sebagai obyek dan subyek ikut berpartisipasi aktif dalam sistc m inl.

KESIMPULAN DAN SARAN

1 Kesin,lpulan

a) Sistem akuisisi data menggunakan teknologi sel ulcr telah berfungsi mengirim data curah hujan secara realtime ke stasiun induk untuk diproses menjadi infonnasi peringatan dinl.

b) Prakiraa n banjir debris menggunakan model simulasi dengan beberapaskenario memberikan hasil berupa laju ra mbatan banjir di sepanjang alur da n daerah-daerah yang terancam banjir debris.

c) Hasil sim ulasi banjir debris di K. Putih, me­nunjukkan ba hwa mu lai elevasi 630 m turun sampa i dengan 280 m, kecepatan rambat banjir sama untuk ketiga skenario sebesar 8,4] m/dt.

Jurnal Sabo, Vol. 3 No. 1, Mei 201 2: 15 - 28

d) Terjadi perlambatan bju rClmbatan banjir pada elevasi mulai 318 III kc arah hilir karena adanya perubahan kemiringan dasar sungai yang sign ifikan di eleva.;; tersebut, kecepatan rambatan banjir rata-rata pada skenario 1 sebesar 1,66 m/dt, skenario 2 sebesar 1,19 m/ dt dan skenario 3 sebesat· l, 91 m/clt.

e) Melal ui sistem komuni kasi yang menggabu ng­ka n teknologi tinggi dan tcknologi sederhana (sirine manual/kentongan) informasi hasil pra­kiraan banjir debris dapat dipastikan sa mpai ke warga sehingga mereka dapat menyelamatkan diri sebelum ba njir datang.

2 Saran

a) Perlu partisipasi aktif masya rakat dalam meng­operasikan sistem prakiraan dan peringatan dini banjir debris melalu i komunitas-komun itas rclawan peduli bencana yang sudah ada di ling­kungan warga.

b) Perlu fasllitasi Pemerintah Daerah dalam peng­,operasian dan pemeli haraa n sistem prakira­an dan peringatan dini sebagai mana diama­natkan oleh UU No 24 Tahun 2007 ten tang Pe­nyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

c) Perlu adanya sosialisasi dan simulasi sistem prakiraan dan pcringatan di ni banjr debris agar warga dan pihak-pihak ya ng tergabung da lam sistcm menj adi !cbih siap dalam menghadapi bencana.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada Bupati Jember melalui Asisten JI 8idang Pembangunan yang telah memberikan ijin ~.e nel itian yang telah berlangsung sejak tahun 2010 sampa i denga n tahun 2011. Ucapan yang sa rna di­sa mpaikan kepada Kepala Bakesbangpol Kabupaten Jember beserta jajarannya yang telah memproses perijinan untuk melaksanaka n penelitian. Tcri ma kasih juga di sam paikan kepada Kepala Pusat Li t­bang Sumber Daya Air dan Kepala Balai Sabo ya ng telah memberikan arahan dan dukungan dana se­hingga pcnelitian ini dapat terlaksana dengan bai k. Selanjutnya terima kasih disampaikan kepada Ke­pain Dinas PU Pengairan Kabllpaten Jember beserta jajarannya, Direktur Utama Perusa han Oaerah Per­kebunan (PDP) Kabupaten Jember, Mr. Ueno dan Mr. Ciba OICA Jakarta). Didik Kuswi nardi, A.Md (Narasu mber oru Pcngairan) yang telah mem­berikan bantuan beru pa data-data, fasil itas dan ke­mudahan lainnya dalam pelaksanan pencli tian di lapangan. Ucapan terima kasih juga di sampaikan

25

Pengembanga n Sistem Prakiraan ... (Sutikno Hs., Adam Pamudii R., Jazaul Ikhsan, Oriza Andamari, Yanuar Tri K.)

kepada Camat Panti, kepala-kepala Desa Kemiri. Suci dan Panti di Kabupa ten jember yang telah memberika n kemudahan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Sukatja, c., Sutikno Hardjosuwarno, Arif Hah mat Mu lya na. 2009. Uji Propagasi un­tuk Menentuka n Jangkauan Sumber Bunyi pada Sistem Peringatan ' Di ni Banjil: jllrnal Teknologi Sumber Daya Air Vol. 6 No.1 Edisi Bulan April Tahull 2009.

Fread. 1998. Dambreak Reference Guide

Kubota 'I:, Otsuki. K. i, I. Can tu Silva, Hasnawi r. 2008. The Warning Criteria Allolysis of Sediment Runoff, Debris Flows, Shallow Landslides along The Mounta illous Torrent. Geophysical Research Abstracts, Vol. 10, EGU2008-A-01460, 2008 SRef-lD: 1607-7962/gra/ EGU2 008-A-01460 EGU Genera l Assembly 2008, © Author(s) 2008.

Mori T.& Tanaka, H, Ku rihara J., Mori K., Tsuzuki N. 2008 . Dissemination of Informatio n on Debris Flow Hazard Areas Using GIS Technology. Sabo Fron tier Foundation, Tokyo; Public Works Research Institute, Ibaraki; Digital Earth Technology, Tokyo; japan, Nakani hon Air Service, Aichi, japan.

M.-L. Un, K.-L.Wang. and J.- j. Huang. 2005. Debris Flow Runoff Simulation and Verification - Case Study of Chen-You-Lan Watershed, Taiwan. Department of Civil Engineering, National Ta iwan University, Taiwan Rece ived : 20 September 2004 - Revised: 12 February 200S - Accepted: 19 May 2005 - Published: 2 June 2005, Part of Special Issue "Landslides and Debris Flows: Analysis, Monitoring, Mo­deling and Hazard ".

26

Sutikno Hardjosuwarno. 2003. Peneropon Model Simulosi 2-Dimensi untuk Prokiraon Doerah Rowan Hanjir Lahar Daerah Gunungapi, Studi Kasus di K. Leprak Daerah Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, jawa Timur. Prosidi ng Lokakarya Nasional, "Menuju Pengelolaan Su mberdaya Wilayah Berbasis Ekosistem untu k Mereduksi Potens\ Konflik Anta r Daerah", dalam rangka Lustrum Vl11 Fakultas Geografi UGM , 30 Agustus 2003, Yogyakarta.

Sutikno Hardjosuwarno, Bambang Sukatja, Har­yanto, Koj i NAKAN ISH I. 2005. Warning Sys­tem Against Mudf10w Disaster in Gendol River, Mt. Merapi Area,

Proceedings of the International Conference on Integrated Sed imen t Related Disaster; August 3-5,2005.

Su tikno Hardjosuwarno, Sadwandharu, Katsuo SA­SA HARA. 1998. Volcanic Hydrological Aprro­ach to Sediment Vied Assesment in the Area of Mt Merapi. 11th Congress of the IAHR-,. APD, September 8-10, 1998, Yogyakarta, In donesia.

Sutikno Hardjosuwarno, Oriza Andamari, Ari f Rah­mat Mulyana. 2010. KinerjaSistem Peringotan Dini Banjir Debris Berbasis Mosyarakat di Sungai jeneberang, Kabupaten Gowa, Ju rnal Sabo Vol. I No. 1 Nopember Tahun 2010,

Sutikno Hardjosuwarno, Oriza Andamari. 2011. Peta Daerah Bahaya Banjil" Debris Berbasis SIG Dalam Sistem Peri ngatan Din i Sungai Putih, Kabupaten jember. jurnal Saba Vol. /I

No.1 Mel 2011,

Vano, K, Senoo, K. 1985. How to set Standard Rainfalls faf< Debris Flow Warning and Evacuation. Proceedings of the International Symposium on Erosion, Debris Flow and Disasater Pre­vention. Tsukuba, Japan, p. 451-453.

Jurnai Saba, Vol. 3 No . 1, Mei 2012: 15 - 28

Lampiran 1 Contoh rambatan banjir debris dan daerah yang terdampak di K. Putih (skenario 1)

784000 786000

PETA PER~ANDINGAN HASIL RUNNING 10 DAN 20 (DEBIT 2006}

SUBDASPUTIHKAB.JEMBER

...... ~Q5;.. .. ~=-.......... ========~~Km Legenda :

Kantor Dinas Pengairan

P05 Pen"\i}ntau Banjlr

aatas Des.

Batas Kecamatcm

SUl1gai

- - Sungai

Sungai Musirl"lan

Jalan

- Jalan Ar1eri

-- Jalan Kolek1or

o aala. Banilr Survoy

Running 10 (t-2 men it)

_ Simulasi Banj r 1

_ Sicl'lutasi 8 anjir 2

Shn..dasi Banj r 3

Sirrokisi Banjr ..a

Si<rulllsi Btltljr 5

Simulnsi lIoo~r e

--I PIIf. ~Dutnllndon .. ;. $#I.'. " 1'.000 2. H .. II RurWr'"J Str'Uo'UI rrh t lOtH, J . HuJl ~y l.apMg • .r: {I.IKUI ~tO·201 J)

4. Oft_ At.OS PRISM r"l'u1J ,"008

.' ,.",.,

~IUI

Runolng 2 0 (1111: 10 menit)

_ SimulasJ Banj.f 1

SimulH~i B;:)nji f 2

Simufasl Bnow 3

Simulasi Ban)lr 4

_ Simutaol BanJ,r 5

SilTlJlasi Ballpr 6

Silrutasi Banjir 7

Simulasl Baopr 8

Simulasi Banjir 9

Simul\Jsl 8 ilnjir 11

K te R_mb lp u JI

184000 780000

768000 790000

.... >

792000

\ \ .\ \

629.0~ m'" or I \ I §

) \ IC.l r. nl~ron. ~ -+ 1950. 11 mOlAr

i \ i i

2940.16 melt\.

/- .. 3764.32 mete l

// \ \, ./ ) ", '. '. Sukoromb'

( ...: '" ' - " __ ... ~ ." " ~ "" '~ " _ , . .1 ' i : ,".. - - . ... 4699.971 meier

) .. / \ . i I .. /! .. .. 5449.6S lneter

/ I •. - J f i 5394 O1Ot: '

'\ sm.l : ! I ,

I \

( \" .. : \ \. ,

780000 180000

i \.

702000

Sumber: Laparan Akhir Penelitian Pengembangan Sistem Prakiraan dan Peringatan Dini Banjir Debris, 2011, Balai Saba

27

Pengembangan 5istem E)ra kiraan ... (5utikno Hs., Adam Pamudji R., Jazaullkhsan, Oriza Andamari, Vanuar Trt K.'

28

Lampiran 2 Hambatan banjir debris pada tiap skenario

Waktu (menit)

o

2

4

6

8

10

12

22

32

42

52

62

72

72

Jarak, m Elevasi, rn Dusun Desa JaniK, rn Elevasi, rn Dusun Desa Jarak, rn Elevasi, rn Dusun Oe~

Jarak, rn Elevasi, m Dusun De~a

Jarak, m Elevasi, m Dusun Desa Jarak, m Elevasi, m Du;un

Desa Jarak, m

Eievasi, rn Dusun O~,

Jarak, m

Elevasi, m Dusun Desa Jarak, m

Elevasi, m Dusun Desa Jarak, m

Elevasi, m Dusun D~sa

Jarak, m

E!evasi, m Dusun

0." Jarak, m Elevasi, m Dusun Oesa Jarak, m Elevasi, rn Dusun Desa Jarak, m

Elevasi, m Dusun Desa

Skenario 1

o 629 Kali Putih Kemlrl 629 521 Kali Putih Kernlri 1,950 500 Kemiri Kernir l 2,940 405 Sodong Kemiri 3,764 357 Delima Kernirl 4,700 319 Delima Sue; 5,394 310 Gaplek Suci 6,055 281 Gaplek Sud 6,971 237 Glundengan Suci 8,389 200 Glundengan Suci 8,431 195 Glundengan Sucl 8,431 195 Grundengan Suci 8,431 195 Glundengan Suci 8,431 195 Glundengan Sucl

Sumber: Anali!is hasil simulasi

Skenario 2

Qp '" 1.233 m~/dt

Jarak, m Elevasi, rn Dusun Desa Jarak, rn Erevasi, rn Dusun Desa Jarak, m Erevasi, rn Dusun Desa Jarak, rn Elevasi, m Dusun Desa Jarak, m Elevasi, rn Dusun Desa Jarak, m Elevasi, m Dusun

0." Jarak, rn Elevasi, m Dusun Desa Jarak, m Elevasi, rn Dusun Desa Jarak, m Erevasi, m

Dusun Desa Jarak, m Elevasi, m

Dusun Desa Jarak, rn Elevasi, rn Dusun Desa Jarak, m

Elevasi, m Dusun Desa Janik, m

Elevasi, m Dusun Desa Jarak, m Elevasi, m Dusun Desa

o 629 Kari Putih Kerniri 630

521 Kari Putih Kerniri 1,614 500 Kernlri Kerniri 2,941 405 50dong Kernlri 3,769 357 Delima Kemir! 4,697

319 Delima SU!:i 5,392 310 Gaplek Su!:i 5,943 281 Gaplek Sud 6,537 237 Glundengan Suci 7,276 200

Glundengan 5ud 8,197 195 Glundengan Sud 8,949 142

Glundengan Suci 8,950 195 Glundengan Suci 8,950 195 Glundengan Suci

Skenario 3

Jarak, rn Erevasi, m

Dusun Desa Jarak, m Elevasi, rn Dusun Desa Jarak, m

Elevasi, m Dusun Desa Jarak, m Elevasi, m Dusun Desa Jarak, m Elevasi, m Dusun Desa Jarak, m

Elevasl. m Dusun Desa Jarak, m

Elevasi, m Dusun Desa Jarak, m Elevasi, m Dusun Desa Jarak, m

Elevasi, m Dusun Desa Jarak, m

Elevasi, m Dusun Desa Jarak, m

Eleva;i, m Dusun

Desa Jarak. m

Elevasi, m Dusun

Desa Jarak, m

Elevasi, m Dusun Desa Jarak, m Elevasi, m

Dusun Desa

o 629 Kali Putih Kerniri 841 521 Kali Putih Kern!rl 1,951 500 Kerniri Kemiri 3,026 405 Sodong Kemirl 4,089

357 De lima Kemirl 5076,10 319 Delima Suci 5,392 310 Gaplek Suci 5,979 281

Gaplek Suci 6,293 237 Glundengan Sud 8,830 200 Grundengan Sud 9,113 195 Grundengan Sud 9,113 142

Glundengan Sue;

9,113 195 Glundengan Suci 9,113 195 Glundengan Suci