mekanisme pertahanan sistem imun

44
TUGAS IMUNITAS DAN HEMATOLOGI 1 OLEH KELOMPOK 1, 5A : 1. ABDUL LATIEF (12321001) 2. CICIK YUWITA R (12321011) 3. MUFARIKHATUL F (12321040) 4. ENNY MARAKONITA (12321020) 5. HENTI PRIMA (12321025) 6. SUWITA (12321054) 7. WILMA (12321057) PRODI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG TAHUN AJARAN 2014

Upload: radna-detra

Post on 13-Sep-2015

86 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

mata kuliah sistem imunologi

TRANSCRIPT

TUGAS IMUNITAS DAN HEMATOLOGI 1

OLEH KELOMPOK 1, 5A :1. ABDUL LATIEF(12321001)2. CICIK YUWITA R(12321011)3. MUFARIKHATUL F(12321040)4. ENNY MARAKONITA(12321020)5. HENTI PRIMA(12321025)6. SUWITA(12321054)7. WILMA(12321057)

PRODI S1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANINSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANGTAHUN AJARAN 2014

KATA PENGANTARPuji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang IMUNITAS DAN HEMATOLOGI untuk memenuhi tugas imunitas dan hematologi 1.Makalah ini disusun dengan harapan agar tiap mahasiswa mampu berfikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi masalah-masalah yang timbul di tengah masyarakat dan bisa berpartisipasi secara aktif. Dalam penyusunan makalah ini kami tidak luput dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:1) Ketua STIKES ICME JOMBANG Drs. M. Zainul Arifin,M.Kes.2) Kaprodi S1 Keperawatan Muarrofah, S.Kep.,Ns.M.Kes3) Dosen pembimbing mata kuliah Sistem Imunitas dan Hematologi 1 Rifai, S.Kep.,Ns.M.Kes4) Teman teman sekelas kami yang telah membantu dan mendukung kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kehidupan dan dalam proses belajar.

Jombang, 28 september 2014

Penyusun

DAFTAR ISIKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiii1. BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar belakang 11.2. Rumusan masalah11.3. Tujuan11.4. Manfaat2

2. BAB II TINJAUAN TEORI2.1 pengertian32.2 fungsi system imun32.3 respon imun42.4 sel-sel system imun52.5 hematologi 10

3. BAB III PEMBAHASAN3.1 Mekanisme pertahanan143.2 Faktor yang mempengaruhi pertahanan 163.3 Defisiensi imun17

4. BAB IV PENUTUP4.1 Kesimpulan254.2 Saran25DAFTAR PUSTAKA 26

22BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDewasa ini, semakim banyak penyakit yang bermunculan.Penyakit system imun adalah penyakit yang sedang ramai dibahas.Defisiensi system imun yang paling melekat di masyarakat adalah HIV/AIDS. Padahal masih banyak penyakit gangguan system imun atau gangguan imunologi yang terdapat disekitar kita. Tubuh kita secara terus-menerus terpapar oleh mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit.Namun kita belum tentu sakit, hal ini dikarenakan adanya peran dari sistem imun.Mikroorganisme yang menyerang tubuh kita dapat berupa :- Bakteri- mycoplasma- Virus- jamur- Riketsial- bahan kimiaRespon tubuh terhadap imun pada dasarnya berupa proses pengenalan dan eliminasi. Jika salah satu atau kedua proses ini terganggu maka akan terjadi gangguan seperti : autoimun, hipersensistif, dan imunodefisiency.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana konsep dasar mengenai imunitas dan hematologi ?2. Bagaimana mekanisme pertahan imunitas dan hematologi ?3. Bagaimana proses terjadinya defisiensi imun ?

1.3 Tujuan1. Tujuan UmumAdapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui tentang mekanisme pertahanan imunitas dan hematologi serta faktor yang mempengaruhi defisiensi imun.2. Tujuan Khusus:a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar mengenai sistem imunitas dan hematologi. b.Mahasiswa mampu menjelaskan tentang mekanisme pertahanan imunitas dan hematologic.Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor yang menyebabkan defisiensi imun1.4Manfaat1. Bagi PenulisSemoga dengan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapatmeningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai konsep dasar mengenai sistem imunitas dan hematologi, defisiensi umum.2. Bagi PembacaDiharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang sistem imunitas dan hematologi lebih dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari macam penyakitimun .3. Bagi Petugas Kesehatan dan Institusi PendidikanDapat menambah bahan pembelajaran dan informasi tentang sistem imunitas dan hematologi.

BAB IIKONSEP DASAR IMUNOLOGI DAN HEMATOLOGI2.1PENGERTIAN Imunologi:ilmu yang mempelajari proses-proses yang dipergunakan oleh hospes untuk mempertahankan kestabilan dalam lingkungan internalnya bila dihadapkan pada benda asing ( Subowo, 2013,. IMUNOLOGI KLINIK; Jakarta ) Sistim imun:mekanisme yang dipergunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Imunitas:semua mekanisme fisiologis yang membantu untuk o mengenal benda asing (self/non-self)o menetralkan dan mengeliminasi benda asingo memetabolisme benda asing tanpa menimbulkan kerusakan jaringan sendiri

Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh.Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.(Setiadi,.2007,anatomi fisiologi,graha ilm.jakarta)2.2FUNGSI SISTEM IMUN1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit dengan menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh.2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal serta Sebagai pendeteksi adanya sel-sel abnormal, termutasi, atau ganas, serta menghancurkannya.4. Sasaran utama yaitu bakteri patogen dan virus.Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast).Sistem imun tidak dapat dibentuk dalam waktu yang singkat. Respon imun tubuh alamiah terhadap serangan pathogen baru akan muncul dalam waktu 24 jam.Kebanyakan pathogen yang ada di sekitar kita sulit masuk ke dalam tubuh akibat adanya mekanisme pertahanan tubuh secara alami.(http://kidungkawan.blogspot.com/2013/10/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-sistem.html )

2.3RESPON IMUN Respon Imun Non-SpesifikKetika tubuh terluka karena tergores, terpotong, terbakar, atau diserang oleh pathogen yang berhasil menembus pertahanan tubuh, tubuh akan menghasilkan respon imun non-spesifik. Inflamasi : Pembengkakan jaringan merupakan reaksi cepat terhadap kerusakan jaringan. Inflamasi sanagt berguna sebagai perthanan tubuh, sebab reaksi tersebut mencegah penyebaran infeksi ke jaringan lain dan mempercepat proses penyembuhan. Fagositosis : Sel darah putih menelan pathogen, membawanya ke dalam vakuola yang ada di sitoplasma sel tersebut, lalu dicerna dengan enzim litik. Respon Imun Spesifik Antibody-Mediated ImmunityAntibody akan menyerang bakteri atau virus sebelem pathogen tersebut masuk ke dalam sel tubuh. Antibody dihasilkan oleh limfosit B dan teraktivasi bila mengenali antigen yang terdapat pada permukaan sel pathogen, dengan bantuan sel limfosit T. terdapat 3 jenis sel limfosit B yaitu Sel B plasma : Mensekresikan antibody ke system sirkulasi tubuh. Setiap antibody sifatnya spesifik terhadap satu antigen patogenik. Sel B memori : Sel yang deprogram untuk mengingat suatu antigen yang spesifik dan akan merespon dengan sangat cepat bila terjadi infeksi kedua. Sel B pembelah : Berfungsi untuk menghasilkan lebih banyak lagi sel-sel limfosit B.Apabila suatu masuk dalam tubuh dan mampu melewati pelindung lapis pertama dan kedua pada sistem pertahanan alami, misal sel limfosit B dan sel limfosit T yang memiliki reseptor antigen A akan membelah dan berdiferensiasi. Hasil pembelahan dan diferensiasi tersebut akan membentuk dua klon. Klon pertama menghasilkan sel-sel efektor, sedangkan klon kedua menghasilkan sel-sel memori.Apabila kemudian antibodi menang melawan antigen mak morang tersebut akan sehat dan memiliki sel memori untuk melawan antigen yang sama di waktu yang akan datang. Oleh karena itu, jika suatu saat orang tersebut dimasuki oleh antigen (kuman) berjenis sama, tubuh orang tersebut akan mengaktifkan sel-sel memori yang telah terbentuk sebelumnya. Waktu untuk menanggapi dan melawan kuman tersebut cenderung lebih pendek di bandingkan respons pertahanan primer. Hal ini disebut respons pertahanan sekunder.( Kresno, siti Boedina, 2010, imunologi; Jakarta )2.4SEL-SEL SISTEM IMUN1. Sel-Sel Sistem Imun NonspesifikSel sistem imun non spesifik bereaksi tanpa memandang apakah agen pencetus pernah atau belum pernah dijumpai.Reaksinya pun tidak perlu diaktivasi terlebih dahulu seperti pada sistem imun spesifik.Lebih jauh lagi respon imun non spesifik merupakan lini pertama pertahanan terhadap berbagai faktor yang mengancam.Sel-sel yang berperan dalamnsistem imun nonspesifik adalah sel fagosit, sel nol, dan sel mediator.a. Sel FagositSel fagosit terbagi dua jenis, yaitu fagosit mononuclear dan fagosit polimorfonuklear.Fagosit mononuclear terdiri dari sel monosit dan sel makrofag, sedangkan fagosit polimorfonuclear terdiri dari neutrofil dan eusinofil.1) Sel Monosit dan Sel MakrofagPersentase sel monosit dalam sel darah putih berkisar 5 %. Monosit bersirkulasi dalam darah hanya selama beberapa jam, kemudian bermigrasi ke dalam jaringan, dan berkembang menjadi makrofaga (macrophage) besar (pemangsa besar). Makrofaga jaringan, yang merupakan sel-sel fagositik terbesar, adalah fagosit yang sangat efektif dan berumur panjang.Sel-sel ini menjulurkan kaki semu (psedopodia) yang panjang yang dapat menempel ke polisakarida pada permukaan mikroba dan menelan mikroba itu, sebelum kemudian dirusak oleh enzim-enzim di dalam lisosom makrofaga itu.Beberapa makrofaga bermigrasi ke seluruh tubuh, sementara yang lain tetap tinggal secara permanen dalam jaringan tertentu: dalam paru-paru (makrofaga alveoli), hati (sel-sel Kupffer), ginjal (sel-sel mesangial), otak (sel-sel mikroglia), jaringan ikat (histiosit), dan pada limpa, nodus limfa, serta jaringan limfatik. Mikroorganisme, fragmen mikroba, dan molekul asing yang memasuki darah menghadapi makrofaga ketika mereka terjerat dalam bangun limpa yang mirip dengan jarring, sementara yang berada dalam cairan jaringan mengalir ke dalam limfa dan disaring melalui nodus limfa.2) Sel NeutrofilNeutrofil merupakan sel fagosit yang berasal dari sel bakal myeloid dalam sumsum tulang.Jumlahnya sekitar 60-70% dari semua sel darah putih (leukosit).Neutrofil adalah fagosit pertama yang tiba, diikuti oleh monosit darah, yang berkembang menjadi makrofaga besar dan aktif.Sel-sel yang dirusak oleh mikroba yang menyerang membebaskan sinyal kimiawi yang menarik neutrofil dari darah untuk datang. Neutrofil itu akan memasuki jaringan yang terinfeksi, lalu menelan dan merusak mikroba yang ada disana. (Migrasi menuju sumber zat kimia yang mengundang ini disebut kemotaksis).Di dalam neutrofil terdapat enzim lisozim dan laktoferin untuk menghancurkan bakteri atau benda asing lainnya yang telah difagositosis.Setelah memfagositosis 5-20 bakteri, neutrofil mati dengan melepaskan zat-zat limfokin yang mengaktifasi makrofag. Biasanya, neutrofil hanya berada dalam sirkulasi kurang dari 48 jam karena neutrofil cenderung merusak diri sendiri ketika mereka merusak penyerang asing.3) Sel EusinofilSama seperti sel fagosit lainnya, sel eosinofil berasal dari sel bakal myeloid.Ukuran sel ini sedikit lebih besar daripada neutrofil dan berfungsi juga sebagai fagosit.Eosinofil berjumlah 2-5% dari sel darah putih.Peningkatan eosinofil di sirkulasi darah dikaitkan dengan keadaan-keadaan alergi dan infeksi parasit internal (contoh, cacing darah atau Schistosoma mansoni). Walaupun kebanyakan parasit terlalu besar untuk dapat difagositosis oleh eosinofil atau oleh sel fagositik lain, namun eosinofil dapat melekatkan diri pada parasit melalui molekul permukaan khusus, dan melepaskan bahan-bahan yang dapat membunuh banyak parasit. Selain itu, eosinofil juga memiliki kecenderungan khusus untuk berkumpul dalam jaringan yang memiliki reaksi alergi.Kecendrungan ini disebabkan oleh faktor kemotaktik yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil yang menyebabkan eosinofil bermigrasi kearah jaringan yang meradang. Sel fagosit terutama makrofag dan neutrofil; memiliki peran besar dalam proses peradangan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun spesifik lainnya.b. Sel NolSel Natural Killer (Sel NK) merupakan golongan limfosit tapi tidak mengandung petanda seperti pada permukaan sel B dan sel T. Oleh karena itu disebut sel nol. Sel ini beredar dalam pembuluh darah sebagai limfosit besar yang khusus, memiliki granular spesifik yang memiliki kemampuan mengenal dan membunuh sel abnormal, seperi sel tumor dan sel yang terinfeksi oleh virus. Sel NK berperan penting dalam imunitas nonspesifik pada patogen intraseluler.Sel jenis khusus mirip limfosit yang diproduksi di dalam sumsum tulang ini juga tersedia di limpa, nodus limfa, dan timus dan merupakan 10 % 20 % bagian dari limfosit perifer.Bentuknya lebih besar dari limfosit B dan limfosit T.c. Sel MediatorSel yang termasuk sel mediator adalah sel basofil, sel mast, dan trombosit.Sel tersebut disebut sebagai mediator dikarenakan melepaskan berbagai mediator yang berperan dalam sistem imun.1) Sel basofil dan sel mastBasofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya dan diduga juga dapat berfungsi sebagai fagosit. Sel basofil secara struktural dan fungsional mirip dengan sel mast, yang tidak pernah beredar dalam darah tapi tersebar di jaringan ikat di seluruh tubuh. Awalnya sel basofil dianggap berubah menjadi sel mast dengan bermigrasi dari sistem sirkulasi, tapi para peneliti membuktikan bahwa basofil berasal dari sumsum tulang sedangkan sel mast berasal dari sel prekursor yang terletak di jaringan ikat.2) TrombositTrombosit adalah fragmen sel yang berasal dari megakariosit besar di sumsum tulang belakang. Trombosit berperan dalam pembatasan daerah yang meradang, dimana apabila terpajan ke tromboplastin jaringan di jaringan yang cedera maka fibrinogen, yang telah diaktifkan melalui proses berjenjang yang melibatkan pengaktifan suksesif faktor-faktor pembekuan, diubah menjadi fibrin. Fibrin inilah yang membentuk bekuan cairan interstitiumdi ruang-ruang di sekitar bakteri dan sel yang rusak.2. Sel-sel Sistem Imun Spesifika. Sel T1) Karakteristik Sel Ta. Sel T tidak mengeluarkan antibodi. Sel sel ini harus berkontak langsung dengan sasaran suatu proses yang dikenal sebagai immunitas yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immunity, imunitas seluler).b. Bersifat klonal dan sangat spesifik antigen. Di membran plasmanya, setiap Sel T memiliki protein-protein reseptor unik.c. Sel T diaktifkan oleh antigen asing apabila antigen tersebut disajikan di permukaan suatu sel yang juga membawa penanda identitas individu yang bersangkutan, yaitu, baik antigen asing maupun antigen diri harus terdapat di permukaan sel sebelum sel T dapat mengikuti keduanya.d. Tidak semua turunan sel T yang teraktivasi menjadi sel T efektor. Sebagian kecil tetap dorman, berfungsi sebagai cadangan sel T pengingat yang siap merespon secara lebih cepat dan kuat apabila antigen asing tersebut muncul kembali di sel tubuh.e. Selama pematangan di timus, sel T mengenal antigen asing dalam kombinasi dengan antigen jaringan individu itu sendiri, suatu pelajaran yang diwariskan ke semua turunan sel T berikutnya.f. Diperlukan waktu beberapa hari setelah pajanan antigen tertentu sebelum sel T teraktivasi besiap untuk melancarkan serangan imun seluler.2) Subpopulasi sel TKetika sel T terpajan ke kombinasi antigen spesifik, sel-sel dari sel klon sel T komplementer berproliferisai dan berdiferensiasi selama beberapa hari, menghasilkan sejumlah besar sel T teraktivasi yang melaksanakan berbagai respons imunitas seluler.Terdapat tiga subpopulasi sel T, tergantung pada peran mereka setelah diaktifkan oleh antigen.a) Sel Tc (cytotocic)Sel T yang menghancurkan sel penjamu yang memiliki antigen asing, misalnya sel tubuh yang dimasuki oleh virus, sel kanker, dan sel cangkokan.b) Sel Th (helper)Berperan menolong sel B dalam memproduksi antibodi, memperkuat aktivitas sel T sitotoksik dan sel T penekan (supresor) yang sesuai, dan mengaktifkan makrofag.c) Sel Ts (supperssor) Sel T yang menekan produksi antibodi sel B dan aktivitas sel T sitotoksik dan penolong.Sebagian besar dati milyaran Sel T diperkirakan tergolong dalam subpopulasi penolong dan penekan, yang tidak secara langsung ikut serta dalam destruksi patogen secara imunologik.Kedua subpopulasi tersebut disebut sel T regulatorik, karena mereka memodulasi aktivitas sel B dan Sel T sitotoksik serta aktivitas mereka sendiri dan aktivitas makrofag.d) Sel Tdh (delayed hypersensitivity)Merupakan sel yang berperan pada pengerahan makrofag dan sel inflamasi lainnya ketempat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat.Dalam fungsinya, sel Tdh sebenarnya menyerupai sel Th.e) Limfokin Dalam biakan sel limfosit T dapat ditemukan berbagai bahan yang mempunyai efek biologic.Bahan-bahan tersebut disebut limfokin dan dilepas sel T yang disensitisasi. Beberapa jenis limfokin yaitu: interleukin, interferon, factor supresor, factor penolong , dan sebagainya.b. Sel BSel B merupakan 5-15 % dari jumlah seluruh limfosit dalam sirkulasi.Fungsi utamanya ialah memproduksi antibodi.Sel B ditandai dengan adanya immunoglobulin yang dibentuk didalam sel dan kemudian dilepas, tetapi sebagian menempel pada permukaan sel yang selanjutnya berfungsi sebagai reseptor antigen.Kebanyakan sel perifer mengandung IgM dan IgD dan hanya beberapa sel yang mengandung IgG, IgA, dan IgE, pada permukaannya.Sel B dengan IgA banyak ditemukan dalam usus.Antibody permukaan tersebut dapat ditemukan dengan teknik imunofluoresen.2.5 HEMATOLOGIHematologi adalah cabang kedokteran internal, fisiologi, patologi, pekerjaan laboratorium klinis, dan pediatri yang berkaitan dengan studi darah, darah-membentuk organ, dan penyakit darah. Hematologi mencakup studi etiologi, diagnosis, prognosis pengobatan, dan pencegahan penyakit darah. Pekerjaan laboratology yang masuk ke studi tentang darah sering dilakukan oleh teknolog medis. Darah dokter juga sangat sering melakukan studi lebih lanjut dalam onkologi - pengobatan medis kanker.Darah penyakit mempengaruhi produksi darah dan komponen-komponennya, seperti sel darah, hemoglobin, protein darah, mekanisme koagulasi, dll Dokter khusus dalam hematologi dikenal sebagai Darah. Pekerjaan rutin mereka terutama mencakup perawatan dan pengobatan pasien dengan penyakit hematologi, meskipun beberapa juga dapat bekerja di laboratorium hematologi melihat film slide darah dan sumsum tulang di bawah mikroskop, menafsirkan berbagai hasil tes hematologi. Fungsi Darah1. Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air)2. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)3. Imunologi (mengandung antibodi tubuh)4. Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator) KOMPONEN DARAH Eritrosit (Sel Darah Merah) Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Berbentuk Bikonkaf, warna merah disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) fungsinya adalah untuk mengikat Oksigen. Kadar 1 Hb inilah yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit Anemia.Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limpa, Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu). Lekosit (Sel Darah Putih)Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 9000 sel/cc darah. Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh.Peningkatan jumlah lekosit merupakan petunjuk adanya infeksi misalnya radang paru-paru.Lekopeni : Berkurangnya jumlah lekosit sampai di bawah 6000 sel/cc darah.Lekositosis : Bertambahnya jumlah lekosit melebihi normal (di atas 9000 sel/cc darah). Jenis Lekosit1. Granulosit : Lekosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar (granula). Jenisnya adalah eosinofil, basofil dan netrofil.2. Agranulosit : Lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granola. Jenisnya adalah limfosit dan monosit.3. Eosinofil : mengandung granola berwama merah (Warna Eosin) disebut juga Asidofil. Berfungsi pada reaksi alergi (terutama infeksi cacing).4. Basofil : mengandung granula berwarna biru (Warna Basa). Berfungsi pada reaksi alergi.5. Netrofil : (ada dua jenis sel yaitu Netrofil Batang dan Netrofil Segmen). Disebut juga sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear). Berfungsi sebagai fagosit.6. Limfosit : (ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B). Keduanya berfungsi untuk menyelenggarakan imunitas (kekebalan) tubuh.7. sel T4 : imunitas seluler sel B4 imunitas humoral8. Monosit: merupakan lekosit dengan ukuran paling besar

Trombosit (KEPING DARAH)Disebut pula sel darah pembeku. Jumlah sel pada orang dewasa sekitar 200.000 500.000 sel/cc. Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku (Hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic Factor) Jika seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut, maka orang tersebut menderita Hemofili. Plasma DarahTerdiri dari air dan protein darah Albumin, Globulin dan Fibrinogen. Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut Serum Darah.Protein dalam serum inilah yang bertindak sebagai Antibodi terhadap adanya benda asing (Antigen).Zat antibodi adalah senyawa Gama : Globulin.Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam:1. Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen : Presipitin.2. Antibodi yang dapat menguraikan antigen : Lisin.3. Antibodi yang dapat menawarkan racun : Antitoksin.Donor Universal adalah golongan darah yang dapat memberikan darahnya pada semua jenis golongan darah yang lain : Golongan Darah O.Resipien Universal adalah golongan darah yang dapat memberikan darah dari semua jcnis golongan darah yang lain : Golongan Darah AB.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1MEKANISME PERTAHANAN IMUNTerdapat 4 mekanisme pertahanan tubuh alami terhadap pathogen yang akan masuk kedalam tubuh, yaitu pertahanan fisik, mekanik, kimia, dan biologis.1. Pertahanan FisikPertahanan fisik dapat berupa kulit, lapisan mukosa / lendir, silia atau rambut pada saluran nafas, mekanisme batuk dan bersin. Pertahanan fisik ini umumnya melindungi tubuh dari penyakit yang berasal dari lingkungan atau luar tubuh kita. Pertahanan ini merupakan pelindung pertama pada tubuh kita.Pertahanan fisik dalam tubuh manusia antara lain adalah :a. KulitKulit memberikan penghalang fisik bagi jalan masuknya pathogen ke dalam tubuh. Lapisan luar sel-sel kulit mati yang keras mengandung keratin dan sangat sedikit air, sehingga pertumbuhan pathogen menjadi terhambat. Contoh zat yang menghambat pertumbuhan bakteri : Air Mata : Kelenjar lakrimal mensekresi air mata, yang melarutkan dan mencuci mikroorganisme dan bahan kimia penyebab iritasi mata Sebum ( Minyak ) : Sebum diekskresikan oleh kelenjar sebaceous, mengandung asam lemak yang memiliki aksi antimikrobal. Mukus : Hasil ekskresi sel-sel goblet yang terdapat di sepanjang saluran pernapasan. Mukus merupakan cairan lender yang lengket sehingga dapat memerangkap pathogen yang berasal dari udara.b. Asam laktatDalam keringat dan sekresi sebasea dalam mempertahankan PH kulit tetap rendah, sehingga sebagian besar mikro organisme tidak mampu bertahan hidup dalam kondisi inic. CiliaMikroorganisme yang masuk saluran nafas diangkut keluar oleh gerakan silia yang melekat pada sel epitel.d. MukusMembran mukosa mensekresi mukus untuk menjebak mikroba dan partikel asing lainnya serta menutup masuk jalurnya bakteri/virus.e. GranulositMengenali mikro organisme sebagai musuh dan menelan serta menghancurkanf. Proses inflamasiInvasi jaringan oleh mikro organisme merangsang respon inflamasi pada tubuh dengan tanda inflamasi sebagai berikut : Kemerahan Panas Pembengkakan Nyeri Hilangnya fungsi2. Pertahanan KimiawiAir mata, mucus, saliva, dan keringat semuanya mengandung zat kimia yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Biasanya ditemukan enzim Lisozim di anatar mereka. Lisozim mengkatalis hidrolisis molekul dinding sel bakteri. Selain itu ada asam hidroklorik yang terdapat pada cairan lambung membunuh sebagian besar mikroorganisme yang masuk ke lambung. Enzim dan asam dalam cairan pencernaan berfungsi sebagai pelindung bagi tubuh. HCL lambung dan cairan empedu membunuh bakteri yang tidak tahan asam3. Pertahanan biokimiawiBahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel kulit, telinga, spermin dalam semen, mengandung bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi.asam HCL dalam cairan lambung , lisozim dalam keringat, ludah , air mata dan air susu dapat melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram positif dengan menghancurkan dinding selnya. Air susu ibu juga mengandung laktoferin dan asam neuraminik yang mempunyai sifat antibacterial terhadap E. coli dan staphylococcus. Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman gram negatif dan hal tersebut diperkuat oleh komplemen.Laktoferin dan transferin dalam serum dapat mengikat zan besi yang dibutuhkan untuk kehidupan kuman pseudomonas.4. Pertahanan mekanis Rambut Hidung : Berfungsi sebagi filter udara yang melewati saluran hidung. Bakteri dan partikel lain yang erperangkap di mucus akan diserap keluar dari paru-paru oleh silia. Bersin : reaksi tubuh karena ada benda asing (bakteri, virus, benda dan lain-lain yangmasuk ke hidung) reaksi tubuh untuk mengeluarkan dengan bersin Bilasan air mata : saat ada benda asing produksi air mata berlebih untuk mengeluarkan benda tersebut. Bilasan saliva : jika ada zat berbahaya produksi saliva berlebih akan menetralkan. Urine dan feses : jika berlebih maka respon tubuh untuk segera mengeluarkannya.

3.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTAHANAN TUBUHBeberapa faktor yang mempengaruhi sistem imun, yaitu :1. UsiaUsia juga mempengaruhi system imun, pada saat usia balita dan anak-anak systemimun belum matang di usia muda dan system imun akan menjadi matang di usia dewasadan akan menurun kembali saat usia lanjut.d.

2. KeturunanGenetis sangat berpengaruh terhadap system imun, hal ini dapat dibuktikandangan suatu penelitian yang dibuktikan bahwa pasangan anak kembar homozigot lebihrentan terhadap suatu allergen dibandingkan dengan pasangan anak kembar yangheterozigot. Hal ini membuktikan bahwa factor hereditas mempengaruhi system imun.b.3. StresStres dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh karena melepas hormonseperti neuro-endokrin, glukokortikoid dan katekolamin. Stres bahkan bisa berdampakburuk pada produksi antibodi.c.4. Olahraga berlebihanOlahraga berlebihan bisa membakar lebih banyak oksigen dalam tubuh.Pembakaran yang berlebihan menghasilkan radikal bebas yang menyerang sel sistemkekebalan tubuh dan menurunkan jumlahnya.f.

5. HormonePada saat sebelum masa reproduksi, system imun lelaki dan perempuan adalahsama, tetapi ketika sudah memasuki masa reproduksi, system imun antara keduanyasangatlah berbeda. Hal ini disebabkan mulai adanya beberapa hormone yangmuncul.Pada wanita telah diproduksi hormone estrogen yang mempengaruhi sintesis IgGdan IgA menjadi lebih banyak (meningkat). Dan peningkatan produksi IgG dan IgAmenyebabkan wanita lebih kebal terhadap infeksi. Sedangkan pada pria telah diproduksihormone androgen yang bersifat imunosupresan sehingga memperkecil resiko penyakitautoimun tetapi tidak membuat lebih kebal terhadap infeksi.Oleh karenanya, wanita lebihbanyak terserang penyakit autoimun dan pria lebih sering terinfeksi.

3.3 DEFISIENSI IMUNImunitas atau kekebalan adalah system mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh pathogen serta sel tumor. System ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus samaoi cacing parasit. Serta menghancurkan zat-zat asinglain dan memusnahkan mereka dari organisme yang sehat dari jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.Gangguan system imun atau gangguan imunologi bisa seperti defisiensi imunDefisiensi Imun muncul ketika satu atau lebih komponen sistem Imun tidak aktif, kemampuan sistem Imun untuk merespon patogen berkurang pada baik golongan muda dan golonga tua, respon imun berkurang pada usia 50 tahun, respon juga dapat terjadi karena penggunaan Alkohol dan narkoba adalah akibat paling umum dari fungsi imun yang buruk, namun, kekurangan nutrisi adalah akibat paling umum yang menyebabkan difisiensi imun di negara berkembang. Diet kekurangan cukup protein berhubungan dengan gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen, fungsi fagosit, konsentrasi antibody, IgA dan produksi sitokin, Defisiensi nutrisi seperti zinc, Selenium, zat besi, tembaga, vitamin A, C, E, B6 dan asam folik (vitamin B9) juga mengurangi respon imun.a. Pengertian Penyakit defisiensi imun adalah sekumpulan aneka penyakit yang karena memiliki satu atau lebih ketidaknormalan sistem imun, dimana kerentanan terhadap infeksi meningkat. Defisiensi imun primer tidak berhubungan dengan penyakit lain yang mengganggu sistem imun, dan banyak yang merupakan akibat kelainan genetik dengan pola bawaan khusus. Defisiensi imun sekunder terjadi sebagai akibat dari penyakit lain, umur, trauma, atau pengobatan.Meskipun kemungkinan defisiensi imun harus dipikirkan pada seseorang yang sering mengalami infeksi, tetapi sejatinya penyakit imunodefiensi angka kejadiannya tidak tinggi. Karena itu selalu pertimbangkan kondisi lain yang membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi, seperti penyakit sickle cell, diabetes, kelainan jantung bawaan, malnutrisi, splenektomi, enteropati, terapi imunosupresif dan keganansan.Penyebab Defisiensi ImunPenyebab defisiensi imun sangat beragam dan penelitian berbasis genetik berhasil mengidentifikasi lebih dari 100 jenis defisiensi imun primer dan pola menurunnya terkait pada X-linked recessive, resesif autosomal, atau dominan autosomal (Tabel 28-1).Penyebab defisiensi imunDefek genetic Defek gen-tunggal yang diekspresikan di banyak jaringan (misal ataksia-teleangiektasia, defsiensi deaminase adenosin)Defek gen tunggal khusus pada sistem imun ( misal defek tirosin kinase pada X-linked agammaglobulinemia; abnormalitas rantai epsilon pada reseptor sel T) Kelainan multifaktorial dengan kerentanan genetik (misal common variable immunodeficiency)

Obat atau toksin Imunosupresan (kortikosteroid, siklosporin)Antikonvulsan (fenitoin)

Penyakit nutrisi dan metabolikMalnutrisi ( misal kwashiorkor)Protein losing enteropathy (misal limfangiektasia intestinal)Defisiensi vitamin (misal biotin, atau transkobalamin II) Defisiensi mineral (misal Seng pada Enteropati Akrodermatitis)

Kelainan kromosomAnomali DiGeorge (delesi 22q11)Defisiensi IgA selektif (trisomi 18)

InfeksiImunodefisiensi transien (pada campak dan varicella )Imunodefisiensi permanen (infeksi HIV, infeksi rubella kongenital)

b. Penyakit defisiensi imunPenyakit defisiensi imun muncul ketika system imun kurang aktif dari pada biasanya, menyebabkan munculnya infeksi. Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetika, seperti severecombined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh oleh retrovirus HIVDefisiensi imun non-spesifika. Defisiensi komplemenAktivitas komplemen yang rusak biasanya terjadi sekunder terhadap penyakit yang menggunakan komplemen melalui jalur klasik atau alternatif. Contohnya adalah penyakit lupus eritematosus sistemik yang mengkonsumsi jalur klasik kompenen komplemen C1, C4 dan C2 dan mengakibatkan rusaknya kemampuan komplemen untuk melarutkan kompleks imun.

b. Diferensiasi interferon dan losozim1) Defisiensi interferon congenital2) Defisiensi interferon dan lisozim didapatc. Defisiensi sel NK1) Defisiensi congenital 2) Defisiensi didapatd. Defisiensi system fagosit1) Defisiensi kuantitatif2) Defisiensi kualitatifc. Defisiensi imun spesifik a. Defisiensi kongiental atau primerDefisiensi sel B: infeksi rekuren oleh bakteri berupa gangguan perkembangan sel BDefisiensi sel T: kerentanan meningkat terhadap virus, jamur dan protozoab. Defisiensi imun fisiologik1) Kehamilan2) Usia tahun pertama3) Usia lanjutc. Defisiensi didapat atau sekunder1) Malnutrisi2) Infeksi3) Obat, trauma, tindakan kateterisasi dan bedah4) Penyinaran5) Penyakit berat6) Kehilangan Ig/leukosit7) Stressd. Manifestasi KlinisDalam penegakan diagnosis defisiensi imun, penting ditanyakan riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, sejak masa kehamilan, persalinan dan morbiditas yang ditemukan sejak lahir secara detail.Riwayat pengobatan yang pernah didapat juga harus dicatat, disertai keterangan efek pengobatannya, apakah membaik, tetap atau memburuk.Bila pernah dirawat, operasi atau transfusi juga dicatat.Riwayat imunisasi dan kejadian efek simpangnya juga dicari.Defisiensi antibodi primer yang didapat lebih sering terjadi dibandingkan dengan yang diturunkan, dan 90% muncul setelah usia 10 tahun. Pada bentuk defisiensi antibodi kongenital, infeksi rekuren biasanya terjadi mulai usia 4 bulan sampai 2 tahun, karena IgG ibu yang ditransfer mempunyai proteksi pasif selama 3-4 bulan pertama. Beberapa defisiensi antibodi primer bersifat diturunkan melalui autosom resesif atau X-linked.Defisiensi imunoglobulin sekunder lebih sering terjadi dibandingkan dengan defek primer.Pemeriksaan fisik defisiensi antibodi jarang menunjukkan tanda fisik diagnostik, meskipun dapat menunjukkan infeksi berat sebelumnya, seperti ruptur membran timpani dan bronkiektasis.Tampilan klinis yang umum adalah gagal tumbuh.Pemeriksaan laboratorium penting untuk diagnosis.Pengukuran imunoglobulin serum dapat menunjukkan abnormalitas kuantitatif secara kasar. Imunoglobulin yang sama sekali tidak ada (agamaglobulinemia) jarang terjadi, bahkan pasien yang sakit berat pun masih mempunyai IgM dan IgG yang dapat dideteksi. Defek sintesis antibodi dapat melibatkan satu isotop imunoglobulin, seperti IgA atau grup isotop, seperti IgA dan IgG. Beberapa individu gagal memproduksi antibodi spesifik setelah imunisasi meskipun kadar imunoglobulin serum normal. Sel B yang bersirkulasi diidentifikasi dengan antibodi monoklonal terhadap antigen sel B. Pada darah normal, sel-sel tersebut sebanyak 5-15% dari populasi limfosit total. Sel B matur yang tidak ada pada individu dengan defisiensi antibodi membedakan infantile X-linked agammaglobulinaemia dari penyebab lain defisiensi antibodi primer dengan kadar sel B normal atau rendah.d. Gejala KlinisGejala klinis penyakit defisiensi imunGejala yang biasanya dijumpai Infeksi saluran napas atas berulangInfeksi bakteri yang beratPenyembuhan inkomplit antar episode infeksi, atau respons pengobatan inkomplit

Gejala yang sering dijumpai Gagal tumbuh atau retardasi tumbuh, Jarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesarInfeksi oleh mikroorganisma yang tidak lazim , Lesi kulit (rash, ketombe, pioderma, abses nekrotik/noma, alopesia, eksim, teleangiektasi, warts yang hebat), Oral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan, Jari tabuh, Diare dan malabsorpsi, Mastoiditis dan otitis persisten, Pneumonia atau bronkitis berulang, Penyakit autoimunKelainan hematologis (anemia aplastik, anemia hemolitik, neutropenia, trombositopenia)

Gejala yang jarang dijumpaiBerat badan turun, DemamPeriodontitis Limfadenopati, Hepatosplenomegali, Penyakit virus yang berat, Artritis atau artralgia, Ensefalitis kronik, Meningitis berulang, Pioderma gangrenosa, Kolangitis sklerosis, Hepatitis kronik (virus atau autoimun), Reaksi simpang terhadap vaksinasi, Bronkiektasis, Infeksi saluran kemih, Lepas/puput tali pusat terlambat (> 30 hari), Stomatitis kronik, Granuloma, Keganasan limfoid

e. DiagnosaInfeksi yang menetap atau berulang, atau infeksi berat oleh mikroorganisme yang biasanya tidak menyebabkan infeksi berat, bisa merupakan petunjuk adanya penyakit immunodefisiensi.Petunjuk lainnya adalah: Respon yang buruk terhadap pengobatan Pemulihan yang tertunda atau pemulihan tidak sempurna Adanya jenis kanker tertentu Infeksi oportunistik (misalnya infeksi Pneumocystis carinii yang tersebar luas atau infeksi jamur berulang).Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui: jumlah sel darah putih kadar antibodi/immunoglobulin jumlah limfosit T kadar komplemenf. Pemerikasaan LanjutanPemeriksaan penunjang merupakan sarana yang sangat penting untuk mengetahui penyakit defisiensi imun. Karena banyaknya pemeriksaan yang harus dilakukan (sesuai dengan kelainan klinis dan mekanisme dasarnya) maka pada tahap pertama dapat dilakukan pemeriksaan penyaring dahulu, yaitu:1. Pemeriksaan darah tepi a. Hemoglobin

Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.

b. Leukosit total

Leukosit, juga dikenal sebagai sel darah putih, yang merupakan komponen penting dari darah dan pemain kunci dalam sistem kekebalan tubuh. Ada beberapa jenis leukosit yang berbeda, masing-masing dengan fungsi tertentu. Peningkatan tajam pada jumlah leukosit dalam darah dapat menunjukkan adanya infeksi atau penyakit yang mendasari, sedangkan leukopenia, di mana sel-sel ini berkurang jumlahnya, juga dapat menjadi indikator masalah medis.

c. Morfologi limfosita) Ukuran : 7 10 mikrometerb) Bentuk : Roundedc) Nukleus : Rounded and Occupies most of celld) Nukleus Stain : Rede) Sitoplama : Thin rim of bluish sitoplasma around nucleus

d. Hitung trombositDisebut pula sel darah pembeku. Jumlah sel pada orang dewasa sekitar 200.000 500.000 sel/cc.2. Pemeriksaan imunoglobulin kuantitatif (IgG, IgA, IgM, IgE) ImmunoglobulinA(IgA), yang ditemukan dalam konsentrasi tinggi padaselaput lendir, terutama yangmelapisisaluran pernapasandansaluran pencernaan, sertadalam air liurdan air mata. ImmunoglobulinG(IgG), jenis yang palingmelimpahdariantibodi, ditemukandalam semuacairan tubuhdanmelindungi terhadapinfeksi bakteri dan virus. ImmunoglobulinM(IgM), yang ditemukan terutama dalamdarah dangetah beningcairan, adalahantibodipertama yangdibuat oleh tubuhuntuk melawaninfeksibaru. ImmunoglobulinE(IgE), yang berhubungan terutamadenganreaksi alergi(ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihanterhadap antigenlingkunganseperti serbuk sariataubulu hewan peliharaan). Hal ini ditemukandi paru-paru, kulit, danselaput lendir. 3. Kadar antibodi terhadap imunisasi sebelumnya (fungsi IgG) a. Titer antibodi Tetatus, Difterib. Titer antibodi H.influenzaec. Penilaian komplemen (komplemen hemolisis total = CH50)d. Evaluasi infeksi (Laju endap darah atau CRP, kultur dan pencitraan yang sesuai)BAB IVPENUTUP

4.1 KesimpulanDefisiensi sistem imun merupakan penyebab utama menurunnya pertahanan tubuh terhadap antigen. Defisiensi sitem imun dapat disebabkan karena infeksi virus, hipersensitif, mulai genetik pada sistem imun, faktor psikologi dan usia. Gangguan sistem imun meliputi gangguan limfosit B dan T, gangguan makrofag (inflamasi), gangguan sistem komplemen maupun gangguan imunitas sistemik. Dan salah satu penyakit yang umum diserita terkait dengan infeksi gastrogenital adalah HIV/AIDS.4.2SaranSaran yang dapat saya sampaikan dalam makala ini yaitu untuk pembaca diharapkan dalam membaca makalah ini dapat lebih tahu dan memahami tentang pentingnya system imun sehingga pemahaman itu dapat diinformasikan kepada orang awam dan dapat diaplikasikan untuk diri sendiri dan lingkungan.selain itu penulis mengharapkan saran yang membangunyang dapat menjadi motivasi dalam pembuatan makala berikutnya sehingga dalam pembuatan makala berikutnya penulis lebih teliti dan lebih baik lagi dalam menyampaikan informasi dalam bentuk tertulis seperti makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Setiadi,.2007,anatomi fisiologi,graha ilm.jakarta Irianto,koes,.2012,anatomi dan fisiologi,Bandunghttp://kidungkawan.blogspot.com/2013/10/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-sistem.htmlhttp://ekamardina47.blogspot.com/2013/01/kosep-dasar-imunologi-dan-hematologi.html