melalui sprint training dan hollow sprint

21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user JURNAL SKRIPSI PENINGKATAN KECEPATAN LARI ANTAR BASE MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER SOFTBALL KELAS X SMK BHINA KARYA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh : AMIRUDIN FATHONI K5610008 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember 2014

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

JURNAL SKRIPSI

PENINGKATAN KECEPATAN LARI ANTAR BASE

MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER SOFTBALL

KELAS X SMK BHINA KARYA KARANGANYAR

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh :

AMIRUDIN FATHONI

K5610008

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Desember 2014

Page 2: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENINGKATAN KECEPATAN LARI ANTAR BASE

MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER SOFTBALL

KELAS X SMK BHINA KARYA KARANGANYAR

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

AMIRUDIN FATHONI

K5610008

Pendidikan Kepelatihan Olahraga

JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret

Email : [email protected]

ABSTRAK

Amirudin Fathoni. PENINGKATAN KECEPATAN LARI ANTAR BASE

MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT PADA SISWA

PUTRA EKSTRAKURIKULER SOFTBALL KELAS X SMK BHINA

KARYA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015. Skripsi,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

November 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh

latihan lari sprint training dan hollow sprint terhadap kecepatan lari antar base

pada siswa putra ekstrakurikuler softball kelas X SMK Bhina Karya Karanganyar

Tahun Pelajaran 2014/2015; (2) Manakah yang lebih baik antara latihan lari sprint

training dan hollow sprint terhadap kecepatan lari antar base pada siswa putra

ekstrakurikuler softball kelas X SMK Bhina Karya Karanganyar Tahun Pelajaran

2014/2015. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Subyek

penelitian ini adalah siswa putra ekstrakurikuler softball kelas X SMK Bhina

Karya Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 32 siswa.

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data kecepatan lari antar base.

Tes dan pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes base

Page 3: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

running. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji

perbedaan (uji – t) dengan melalui uji persyaratan terlebih dahulu seperti uji

reliabilitas, uji normalitas, dan uji homogenitas. Setelah melakukan penelitian,

diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Ada pengaruh latihan lari sprint training dan

hollow sprint terhadap kecepatan lari antar base pada siswa putra ekstrakurikuler

softball kelas X SMK Bhina Karya Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015,

dengan peningkatan sprint training= 2,07s dan peningkatan hollow sprint= 0,53s;

(2) Latihan lari sprint training lebih baik dari pada hollow sprint terhadap

kecepatan lari antar base pada siswa putra ekstrakurikuler softball kelas X SMK

Bhina Karya Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015, dengan peningkatan sprint

training= 14,3% > peningkatan hollow sprint= 3,67%. Berdasarkan hasil

penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Ada pengaruh latihan lari sprint

training dan hollow sprint terhadap kecepatan lari antar base pada siswa putra

ekstrakurikuler softball kelas X SMK Bhina Karya Karanganyar Tahun Pelajaran

2014/2015; (2) Latihan lari sprint training lebih baik dari pada hollow sprint

terhadap kecepatan lari antar base pada siswa putra ekstrakurikuler softball kelas

X SMK Bhina Karya Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015.

Kata kunci: Kecepatan Lari antar base, Sprint Training, Hollow Sprint.

Page 4: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENDAHULUAN

Softball adalah suatu aktivitas

fisik sekaligus olahraga permainan

beregu yang dimainkan oleh

sembilan orang. Permainan ini

pertama kali ditemukan oleh George

Hancock pada tahun 1887 di kota

Chicago, Amerika Serikat. Olahraga

softball bermain dengan 7

inning, yaitu masing-masing regu

mendapat giliran menjadi pemain

bertahan dan menyerang masing-

masing 7 kali. Pergantian permainan

ini apabila regu bertahan (deffense)

berhasil mematikan pemain dari regu

penyerang (offense) sebanyak 3

orang. Cara memainkannya ialah

seorang pemukul melakukan pukulan

terhadap bola yang dilemparkan oleh

pitcher (pelempar bola). Bola

dipukul dengan menggunakan alat

pukul (bat). Pelempar bola bertugas

dari tengah lapangan, dimana

anggota regunya empat pemain

bertugas juga di tiga home base, tiga

pemain di luar lapangan dan satu di

home plate. Seorang pemukul, harus

berhasil mengelilingi semua base

sebelum bola mengenai base

yang ditujunya. Pemukul dapat

menolak lemparan bola yang dirasa

tidak sesuai. Akan tetapi, lemparan

yang ketiga harus dipukul.

Permainan softball yang

digemari dikalangan remaja maupun

umum serta adanya tuntutan prestasi

yang setinggi-tingginya dan

banyaknya kejuaraan di tingkat

daerah maupun nasional bahkan

sekarang-sekarang ini sudah sering

diadakan kejuaraan softball antar

klub se-Asean untuk seleksi yang

digunakan dalam kejuaraan Sea

Games pada tahun 2013 kemarin di

Myanmar, yang bermula dari adanya

turnamen atau kejuaraan antar klub

lalu dipilih atau disaring pemain-

pemain yang terbaik dari masing-

masing klub tersebut untuk mewakili

Indonesia dalam kejuaraan softball

se-Asean. Maka diperlukan adanya

pembinaan yang sebaik-baiknya

yang dilakukan sejak usia dini,

pembinaan tersebut di mulai dari

sekolah-sekolah yang masuk dalam

kurikulum sebagai salah satu cabang

olahraga pilihan ekstrakurikuler.

Pembinaan yang dilakukan di

sekolah sejak usia dini ini sangat

mendukung karena usia sekolah atau

usia dini merupakan usia dalam masa

perkembangan jasmani dan rohani

Page 5: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang membutuhkan rangsangan

berupa gerak, sehingga saat yang

tepat untuk mendapat pembinaan.

Tahap-tahap awal dalam melakukan

pembinaan lebih ditekankan pada

penguasaan teknik dasar, karena

dalam permainan softball sangat

dibutuhkan untuk mengembangkan

mutu dari permainan dan untuk dapat

memenangkan permainan dalam

suatu pertandingan atau turnamen.

Sehubungan dengan hal tersebut,

setiap cabang olahraga khususnya

softball harus mengoptimalkan

semua usaha pembinaan sehingga

dalam proses pembelajarannya

maupun latihannya diperoleh

efisiensi dan efektifitas dalam

mencapai dan meningkatkan prestasi.

Melihat perkembangan

softball sedemikian cepatnya dan

adanya kompetisi antara negara

setiap tahunnya. Timbul perhatian

kita terhadap cabang olahraga ini

secara serius. Mulanya softball hanya

berkembang di Jakarta, Bandung,

Palembang, Semarang dan Surabaya.

Tetapi kini telah menjadi salah satu

cabang olahraga yang sangat

digemari masyarakat, terutama para

pelajar dan mahasiswa. Untuk

menyalurkan kegiatan-kegiatan

Softball di Indonesia, diperlukan

suatu badan organisasi yang

mengaturnya, maka dibentuklah

Organisasi Induk dengan nama

PERBASASI (Perserikatan Baseball

dan Softball Amatir Seluruh

Indonesia).

Olahraga permainan softball

merupakan salah satu cabang

olahraga yang masuk kedalam

kurikulum pendidikan jasmani, tetapi

dikarenakan permainan ini

membutuhkan penguasaan tehnik

dan waktu permainan yang cukup

lama, maka permainan ini di

masukkan kedalam kegiatan

ekstrakurikuler. Dengan adanya

ekstrakurikuler softball yang terdapat

disekolah-sekolah tertentu, maka

guru olahraga harus dapat menguasai

materi, teknik dasar dan peraturan

permainan tersebut, sehingga tidak

mengalami kesulitan dalam

menjalankan kegiatan ekstrakurikuler

ini.

SMK Bhina Karya

Karanganyar merupakan sekolah

dengan salah satu keunggulan

terdapat pada olahraga softball,

dengan adanya sarana dan prasarana

Page 6: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang cukup memadahi, olahraga

permainan softball ini bertempat

latihan di alun-alun Utara

Karanganyar setiap hari Selasa dan

Kamis pada sore hari. Sejak tahun

2003, SMK Bhina Karya

Karanganyar sudah mencari siswa

yang berbakat dalam olahraga ini

dikarenakan banyak sekali event-

event kejuaraan antar SMA/SMK se-

Jawa Tengah bahkan sampai tingkat

Nasional.

Dalam kegiatan

ekstrakurikuler kelas X terdapat 2

tim softball putra yang berjumlah 32

siswa, maka guru/ pelatih harus

memberikan program latihan yang

meningkat karena program latihan

yang meningkat sangat berpengaruh

pada pencapaian prestasi seorang

atlet. Pencapaian prestasi dalam

berbagai kejuaraan di tingkat daerah

maupun nasional juga masih rendah,

setiap tahunnya saat mengikuti

kejuaraan nasional mewakili Jawa

Tengah, SMK Bhina Karya

Karanganyar menduduki peringkat 3

pada tahun 2004, dan tahun

berikutnya berturut-turut menjadi

peringkat 4 dari tahun 2005-2008.

Dilihat dari prestasi yang

telah dicapai, grafik prestasinya

selalu menurun ini apakah akibat dari

cara melatih yang tidak sesuai

program latihan atau minat siswa

mengikuti kegiatan ektrakurikuler

tersebut. Dari beberapa pertandingan

ada beberapa faktor penyebab kurang

berhasilnya proses latihan permaian

softball yaitu terbatasnya sumber-

sumber yang digunakan, kurang

seriusnya dalam latihan (faktor

internal atlet) dan faktor dari

program latihan itu sendiri (faktor

pelatih). Kenyataan yang terjadi saat

ini, pelatih dihadapkan dengan

keterbatasan waktu serta belum

memadainya alat-alat latihan yang

tidak standar dan sesuai dengan

jumlah pemain yang akan dilatih,

sementara banyaknya materi yang

akan dilatih kepada siswa.

Kondisi fisik merupakan

kebutuhan dasar setiap cabang

olahraga. Kondisi fisik yang baik

sangat diperlukan untuk menunjang

prestasi atlet dalam cabang olahraga

tersebut. Jika kondisi fisik seorang

atlet bagus maka akan ada

peningkatan kemampuan dan

peningkatan kondisi fisik tersebut.

Page 7: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam olahraga softball banyak

unsur kondisi fisik yang diperlukan

untuk menunjang prestasi atlet dalam

olahraga softball. Jika dianalisa dari

gerakan lari antar base (base

running) pada olahraga softball

memerlukan gerakan mulai dari kaki,

tungkai, pinggul, dan lengan sebagai

keseimbangan. Unsur kondisi fisik

tersebut sangat memungkinkan untuk

mendukung tingkat keterampilan

seorang atlet untuk berlari ke base

dalam permainan softball.

Keterampilan ini sangat

penting bagi siswa karena tidak

menutup kemungkinan seorang

runner/ pelari dapat berlari dan

menembus pertahanan pemain

bertahan (deffense) dan dapat

menghasilkan poin untuk setiap

pemain penyerang (offense). Teknik-

teknik dasar penguasaan dalam

permainan Softball itu antara lain

berupa melambungkan bola,

melempar bola (throwing),

menangkap bola (catching),

memukul bola (batting), pelari base

(base running) dan meluncur

(sliding).

Diantara teknik-teknik dasar

diatas tersebut yang tidak kalah

pentingnya adalah pelari base (base

running), karena kecepatan lari antar

base pada siswa putra SMK Bhina

Karya Karanganyar sebagian besar

belum maksimal untuk mencapai

prestasi. Hal itu terlihat pada saat

pelaksanaan latihan, dalam latihan

game antar tim, maupun pada saat

separing dengan klub lain.

Kecepatan berlari ke base I

dan ke base selanjutnya sebagaian

besar belum mencapai target prestasi.

Hasilnya, banyak terjadi “tik” atau

bola lebih cepat sampai ke base dari

pada pelarinya (runner). Dalam

latihan lari antar base juga terlihat,

bahwa kecepatan dalam berlari masih

banyak mengurangi kecepatannya

sebelum menyentuh base, yaitu di

base I. Dan banyak terlihat gerakan

yang kurang benar saat melakukan

teknik lari antar base, pada saat

berlari dari home base ke base II atau

selanjutnya, sering kali tidak

menggunakan lengan sebagai

keseimbangan saat berlari menuju

base berikutnya. Jika dianalisa dari

gerakan lari antar base (base

running) pada olahraga softball

memerlukan gerakan mulai dari kaki,

Page 8: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tungkai, pinggul, dan lengan sebagai

keseimbangan.

Dalam gerakan lari antar base

adapun beberapa perbedaan cara

berlari, yaitu pada saat berlari dari

home base ke base I setelah

pemukul/ batter dapat memukul

bola, dia akan berusaha berlari

menuju base I dengan hanya

menginjak base walaupun runner

melebihi base I, berbeda dengan

berlari dari base I ke base II dan III

yaitu runner berlari semaksimal

mungkin dan harus dapat berhenti

menyentuh base sebelum di “tik”

oleh pemain bertahan (deffense).

Secara teknis gerakan berlari

antar base adalah gerakan yang

spontan dan maksimal. lari antar

base merupakan teknik dasar dalam

permainan bola softball yang

sebenarnya mudah tetapi apabila

tidak dengan teknik yang benar maka

akan mengurangi hasil kecepatan

berlari. Upaya meningkatkan

kecepatan berlari harus dilakukan

latihan dengan menerapkan metode

latihan yang baik dan tepat.

Karenanya perlu dirancang sebuah

metode latihan yang sesuai supaya

pemain mudah mempelajarinya,

mengelola pemain dan mengemas

metode latihan dengan bahan ajar

secara menarik yang dapat

merangsang minat belajar siswa agar

tidak merasa jenuh.

Kecepatan berlari merupakan

salah teknik dasar dalam permainan

bola softball namun sering

disepelekan fungsinya dan teknik

dasaranya sehingga banyak yang

tidak sesuai dengan yang diharapan.

Upaya meningkatkan kemampuan

dalam kecepatan lari antar base harus

dilakukan latihan dengan

menerapkan metode latihan yang

baik dan tepat. Karenanya perlu

dirancang sebuah metode latihan

yang sesuai karakter siswa supaya

pemain mudah mempelajarinya dan

tanpa meninggalkan tentang teknik

dasar dalam berlari. Agar metode

latihan yang akan diterapkan dapat

dirancang dengan baik, terlebih

dahulu ditelusuri faktor-faktor yang

mempengaruhi kecepatan lari antar

base. Selain dari unsur utama atau

komponen fisik yang harus

diperhatikan dalam melatih harus

memperhatikan prinsip-prinsip

latihan agar latihan dapat dilakukan

dengan benar dan tepat.

Page 9: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Para siswa putra khususnya

kelas X SMK Bhina Karya

Karanganyar tahun pelajaran

2014/2015 yang mengikuti

ektrakurikuler softball tingkat

kecepatan berlarinya belum

mencapai target prestasi, karena

sering terjadi “tik” atau hasil bola

yang di pukul lebih cepat sampai ke

base dari pada pelarinya dan

memungkinkan latihan yang

diberikan kurang variatif sehingga

hasil yang didapatkan siswa kurang

maksimal.

Dalam penerapan latihan

yang digunakan pada siswa putra

kelas X SMK Bhina Karya

Karanganyar tahun pelajaran

2014/2015, dengan metode latihan

yang diterapkan, sehingga mampu

meningkatkan hasil latihan pemain

dalam kecepatan lari antar base. Pada

penelitian ini akan dicobakan dua

macam metode latihan yang

diterapkan dalam proses latihan

kecepatan, yaitu menggunakan

latihan sprint training dan latihan

hollow sprint.

Latihan sprint training

merupakan latihan yang dilakukan

dengan intensitas atau kecepatan

penuh yang diselingi waktu istirahat

pada setiap sesi latihannya dan

diselesaikan dalam waktu yang

singkat serta dikerjakan berulang-

ulang secara maksimal pada

permukaan yang rata dan berpegas

seperti rumput, matras atau tanah.

Latihan hollow sprint

merupakan latihan berlari yang

dalam satu rangkaiannya terdapat lari

cepat, jogging/berjalan dan

selanjutnya lari cepat sampai jarak

yang ditentukan. Dalam

pelaksanaanya berbeda dengan lari

sprint karena latihan dengan metode

hollow sprint waktu yang digunakan

lebih lama dari pada sprint training.

Kedua bentuk latihan tersebut

sama-sama memiliki pengaruh yang

baik dalam meningkatkan kecepatan

berlari, sehingga akan berpengaruh

pada kecepatan lari antar base. Disisi

lain, kecepatan lari antar base tidak

hanya dipengaruhi oleh bentuk

latihan yang diterapkan. Faktor

individu (atlet) sangat menentukan

terhadap penguasaan keterampilan

yang dipelajari.

Cara mengetahui bentuk

latihan mana yang lebih baik

pengaruhnya antara latihan sprint

Page 10: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

training dan hollow sprint terhadap

kecepatan lari antar base, maka perlu

dikaji dan diteliti lebih mendalam

baik secara teori maupun praktik

melalui penelitian eksperimen.

Berdasarkan observasi yang

dilakukan dan diamati, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian

pada siswa putra kelas X SMK Bhina

Karya Karanganyar dengan judul:

Peningkatan Kecepatan Lari Antar

Base Melalui Sprint Training dan

Hollow Sprint Pada Siswa Putra

Ekstrakurikuler Softball Kelas X

SMK Bhina Karya Karanganyar

Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang

digunakan adalah metode

eksperimen, dasar penggunaan

metode ini adalah kegiatan

percobaan yang diawali dengan

memberikan perlakuan kepada

subjek yang diakhiri dengan suatu tes

guna mengetahui pengaruh perlakuan

yang diberikan. Sugiyanto (1995:21)

menyatakan, “Tujuan penelitian

eksperimental adalah untuk meneliti

ada tidaknya hubungan sebab akibat

tersebut dengan cara memberikan

perlakuan (treatment) terhadap

kelompok eksperimen yang hasilnya

dibandingkan dengan hasil kelompok

kontrol yang tidak diberikan

perlakuan atau diberi perlakuan yang

berbeda”. Sedangkan rancangan yang

digunakan yaitu “Pretest-Posttest

Design”.

Pembagian kelompok

eksperimen didasarkan pada

kecepatan bese running pada tes

awal. Setelah hasil tes awal

dirangking, kemudian subjek yang

memiliki kemampuan setara

dipasang-pasangkan ke dalam

kelompok 1 (K1) dan kelompok 2

(K2). Dengan demikian kedua

kelompok tersebut sebelum diberi

perlakuan merupakan kelompok

yang sama. Apabila pada akhirnya

terdapat perbedaan, maka hal ini

disebabkan oleh pengaruh perlakuan

yang diberikan. Pembagian

kelompok dalam penelitian ini

dengan cara ordinal pairing.

Populasi dalam penelitian ini

adalah siswa putra ekstrakurikuler

softball kelas X SMK Bhina Karya

Karanganyar Tahun Pelajaran

2014/2015 yang berjumlah 32 siswa.

Page 11: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sampel dalam penelitian ini

adalah semua populasi berjumlah 32

siswa putra kelas X SMK Bhina

Karya Karanganyar yang mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler softball.

Dari 32 orang yang dijadikan sampel

penelitian, selanjutnya dibagi

menjadi dua kelompok dengan cara

ordinal pairing. Kelompok 1

sebanyak 16 orang mendapat

perlakuan latihan sprint training.

Kelompok 2 sebanyak 16 orang

mendapat perlakuan latihan hollow

sprint. Sampel dalam penelitian ini

adalah semua siswa putra

ekstrakulikuler softball kelas X SMK

Bhina Karya Karanganyar Tahun

Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah

32 orang siswa.

Teknik pengumpulan data

menggunakan petunjuk tes base

running Parno (1992:133). Tes ini

dilakukan dengan memberi

kesempatan dua kali berlari full base,

waktu yang terbaik dalam dua kali

percobaan akan dicatat.

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Deskripsi data hasil analisis

tes awal dan tes akhir kecepatan lari

antar base yang dilakukan dengan

latihan sprint training pada

kelompok I (K1) dan dengan hollow

sprint pada kelompok II (K2)

disajikan dalam bentuk tabel sebagai

berikut:

Tabel 1. Deskripsi Data Hasil

Analisis Sebelum

Mendapat Perlakuan

Kelom

pok Tes N

Mea

n

Peningk

atan

K1

Awal

16

14,4

4

2,07

Akhir 12,3

8

K2

Awal 14,3

7

0,53

Akhir 13,8

4

Gambaran nilai rata-rata tes

awal dan akhir pada kelompok 1 dan

2 dapat dibuat histogram

perbandingannya sebagai berikut:

Page 12: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 4.7 : Histogram Data Tes

Awal dan Akhir Kelompok 1 dan 2

Kelompok perlakuan

dengan sprint training dan kelompok

perlakuan dengan hollow sprint

memberikan pengaruh yang berbeda

terhadap kecepatan lari antar base.

Pada kelompok sprint training,

memiliki peningkatan 2,07s atau

14,30%, sedangkan pada kelompok

hollow sprint memiliki peningkatan

0,53s atau 3,67%.

B. Uji Persyaratan Analisis

Sebelum dianalisis, data

perlu diuji terlebih dahulu mengenai

persyaratan analisisnya. Pengujian

persyaratan analisis yang dilakukan

yaitu dengan uji reliabilitas, uji

normalitas, dan uji homogenitas.

1. Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui tingkat

keajegan hasil tes kecepatan lari

antar base, dilakukan uji reliabilitas.

Hasil uji reliabilitas tes awal dan tes

akhir kecepatan lari antar base yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Tes

Awal dan Tes Akhir

Tes Reliabilitas Kategori

Awal 0,928 Very good

Akhir 0,859 Acceptable

Dalam mengkategorikan

koefisien hasil uji reliabilitas,

menggunakan tabel koefisien Strand

& Wilson 1993 dari Mulyono B

(2010: 49) sebagai berikut:

Tabel 3. Standar untuk

Menginterpretasi Koefisien

Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas

.95-.99 Excellent

.90-.94 Very good

.80-.89 Acceptable

.70-.79 Poor

.60-.69 Questionable

2. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisis

data, perlu diuji distribusi

11

12

13

14

15

Awal Akhir Awal Akhir

Kelompok

1

Kelompok

2

Page 13: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kenormalannya. Uji normalitas data

pada penelitian ini digunakan metode

Lilliefors. Hasil uji normalitas data

yang dilakukan pada tiap kelompok

adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas

Kelom

pok Tes

Lhit

ung

Lta

bel

Kesimp

ulan

1

Aw

al

0.18

83

0,2

13

Normal

Ak

hir

0.12

31 Normal

2

Aw

al

0.12

52 Normal

Ak

hir

0.10

98 Normal

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan

untuk mengetahui kesamaan varians

dari kedua kelompok. Jika kedua

kelompok tersebut memiliki

kesamaan varians pada tes awal,

maka apabila nantinya kedua

kelompok memiliki perbedaan

setelah diberikan perlakuan, maka

perbedaan tersebut disebabkan oleh

pemberian perlakuan yang berbeda.

Hasil uji homogenitas data antara

kelompok 1 (K1) dan kelompok 2

(K2) sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas

Tes Fhitung Ftabel Kesimpulan

Awal 1.415 2.40 Homogen

C. Hasil Analisis Data

1. Tes Awal Kelompok 1 dan

Kelompok 2

Sebelum diberi perlakuan

yang berbeda, kelompok yang

dibentuk dalam penelitian ini diuji

perbedaannya terlebih dahulu. Hal

ini bertujuan untuk mengetahui

perbedaan pada kedua kelompok

tersebut, selama diberi perlakuan

berangkat dari keadaan yang sama

atau tidak. Berikut adalah tabelnya:

Tabel 6. Hasil Uji Beda Kelompok 1

dan 2 Sebelum Diberi Perlakuan

Kelo

mpo

k Tes

M

ea

n

thit

ung

tta

bel

Kesi

mpul

an

1

Seb

elu

m

(Aw

al)

14,

44

0,

81

2.

13

1

Tidak

Berbe

da

2

14,

37

Page 14: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dapat dilihat bahwa pada

hasil tes awal, tidak terjadi perbedaan

yang signifikan antara kelompok 1

dan kelompok 2, hal tersebut

dikarenakan nilai uji beda antara tes

awal kelompok 1 dan tes awal

kelompok 2 sebesar 0,81, sedangkan

nilai tabel 2,131. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa pada

kelompok 1 dan kelompok 2,

berangkat dari keadaan yang

seimbang sebelum diberi perlakuan

yang berbeda.

2. Tes Akhir Kelompok 1 dan

Kelompok 2

Setelah berangkat dari

keadaan yang seimbang sebelum

diberi perlakuan yang berbeda,

kemudian diberikan perlakuan yang

berbeda, kedua kelompok diberikan

tes akhir untuk mengetahui

perbedannya, kemudian hasil tes

akhir kedua kelompok disajikan

dalam tabel berikut:

Tabel 7. Hasil Uji Beda Kelompok 1

dan 2 Setelah Diberi Perlakuan

Kelo

mpo

k Tes

M

ea

n

thit

ung

tta

bel

Kesi

mpul

an

1 Ses

12

,35,

2.

13Berbe

uda

h

(Ak

hir)

8 92 1 da

2

13,

84

Dapat dilihat pada hasil

penghitungan tes akhir, terjadi

perbedaan yang signifikan antara

kelompok 1 dan kelompok 2, hal

tersebut dikarenakan nilai uji beda

antara tes akhir kelompok 1 dan tes

akhir kelompok 2 sebesar 5,92,

sedangkan nilai tabel 2,131.

3. Tes Awal dan Tes Akhir

Kelompok 1

Pada masing-masing

kelompok dihitung nilai

perbedaannya antara hasil tes awal

dan tes akhir, hal ini bertujuan untuk

mengetahui keberhasilan pemberian

perlakuan pada masing-masing

kelompok. Hasil penghitungan pada

kelompok 1 disajikan dalam tabel

berikut:

Tabel 8. Hasil Uji Beda Tes Awal

dan Tes Akhir Kelompok 1

Kelo

mpo

k

Te

s

M

ea

n

thit

ung

tta

bel

Kesim

pulan

1 A

wa

14,

44

11,

39

2,

13

Berbe

da

Page 15: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

l 1

Ak

hir

12,

38

Dapat dilihat bahwa pada

kelompok 1 antara mean tes awal dan

mean tes akhir, nilai perbedaannya

11,39 padahal t tabel 2,131, dengan

demikian antara mean tes awal dan

mean tes akhir pada kelompok 1

terdapat berbedaan yang signifikan.

Dengan demikian pemberian

perlakuan pada kelompok 1 berhasil.

4. Tes Awal dan Tes Akhir

Kelompok 2

Pada masing-masing

kelompok dihitung nilai

perbedaannya antara hasil tes awal

dan tes akhir, hal ini bertujuan untuk

mengetahui keberhasilan pemberian

perlakuan pada masing-masing

kelompok. Hasil penghitungan pada

kelompok 2 disajikan dalam tabel

berikut:

Tabel 9. Hasil Uji Beda Tes Awal

dan Tes Akhir Kelompok 2

Kelo

mpo

k

Te

s

M

ea

n

thit

ung

tta

bel

Kesim

pulan

1 A

wa

14,

37

5,0

8

2,

13

Berbe

da

l 1

Ak

hir

13,

84

Pada kelompok 2 antara

mean tes awal dan mean tes akhir,

nilai perbedaannya 5,08, padahal t

tabel 2,131, dengan demikian antara

mean tes awal dan tes akhir pada

kelompok 2 terdapat perbedaan yang

signifikan. Adapun besaran nilai uji

beda yang lebih besar terjadi pada

kelompok 1. Dengan demikian

pemberian perlakuan pada kelompok

2 berhasil.

5. Perbandingan Persentase

Peningkatan

Mengetahui besaran

persentase peningkatan pada

kelompok 1 dan kelompok 2,

dilakukan penghitungan peningkatan

pada masing-masing kelompok.

Berikut adalah tabelnya:

Tabel 10. Hasil Penghitungan

Persentase Peningkatan

Kelo

mpok

Me

an

Aw

al

Me

an

Ak

hir

Pening

katan

Perse

ntase

1

14,

44

12,

38 2,07 14,3%

Page 16: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

14,

37

13,

84 0,53 3,67%

Dilihat dari hasil

penghitungan, kelompok 1 memiliki

persentase peningkatan yang lebih

besar dibandingkan dengan

kelompok 2.

D. Pengujian Hipotesis

1. Hipotesis I

Dari data yang diperoleh

sebelum diberikan perlakuan, setelah

dianalisis diperoleh nilai t antara tes

awal pada kelompok I dan tes awal

kelompok II = 0,81, sedangkan ttabel =

2,131. Berarti tidak terdapat

perbedaan yang signifikan. Dengan

demikian kelompok I dan kelompok

II sebelum diberi perlakuan dalam

keadaan seimbang. Antara kelompok

I dan kelompok II berangkat dari titik

tolak yang sama, yang berarti apabila

setelah diberi perlakuan terdapat

perbedaan, hal itu terjadi karena

adanya perbedaan perlakuan yang

diberikan.

Nilai t antara tes awal dan

tes akhir pada kelompok I = 11,39.

Sedangkan t tabel = 2,131. Berarti

hipotesis nol ditolak, dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan

antara hasil tes awal dan tes akhir

pada kelompok I. Nilai t antara tes

awal dan tes akhir pada kelompok II

= 5,08. Sedangkan t tabel = 2,131.

Berarti hipotesis nol ditolak, dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan

antara hasil tes awal dan tes akhir

pada kelompok II.

Dengan demikian hipotesis

yang menyatakan “Ada pengaruh

latihan lari sprint training dan hollow

sprint terhadap kecepatan lari antar

base pada siswa putra ekstrakurikuler

softball kelas X SMK Bhina Karya

Karanganyar Tahun Pelajaran

2014/2015” dapat diterima.

2. Hipotesis II

Kelompok I yang diberikan

perlakuan sprint training memiliki

nilai persentase peningkatan sebesar

14,3%. Sedangkan pada kelompok II

yang diberikan perlakuan hollow

sprint memiliki nilai persentase

peningkatan sebesar 3,67%. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan

“Latihan lari sprint training lebih

baik dari pada hollow sprint terhadap

kecepatan lari antar base pada siswa

putra ekstrakurikuler softball kelas X

Page 17: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SMK Bhina Karya Karanganyar

Tahun Pelajaran 2014/2015” dapat

diterima.

Hal ini dikarenakan latihan

sprint training pemain dituntut dapat

melaksanakan metode tersebut dalam

waktu dan jarak yang ditentukan.

Peningkatan latihan akan dilakukan

dengan beban bertahap sesuai

program latihan yang ada. Untuk

menguasai suatu teknik tersebut

maka pemain diberi tugas latihan

yang berulang-ulang dalam satu

bagian , sehingga pengulangan

gerakan lebih banyak dilakukan

karena penguasaan teknik gerakan

lari sangat mempengaruhi hasil yang

akan dicapai

Kelebihan dari latihan sprint

training adalah metode yang

digunakan dalam keterampilan

berlari dengan intensitas atau

kecepatan penuh yang diselingi

waktu istirahat pada setiap sesi

latihannya. Kelemahan dari latihan

resiko cidera tinggi bagi atlet pemula

terutama pada otot kaki, kurang

efektif untuk mengembangkan

panjang langkah pada lari cepat.

Akan tetapi latihan dengan

menggunakan metode ini

mempunyai kelebihan yaitu

frekuensi latihan kecepatan lebih

efektif, karena jarak yang ditempuh

harus dengan intensitas maksimal,

terdapat pemulihan sempurna karena

pemulihan diperlukan setelah

melakukan kerja dengan intensitas

maksimal beban latihan,efektif untuk

mengembangkan kecepatan reaksi

pada pelari cepat, efektif untuk

mengembangkan kecepatan

maksimum dan kekuatan otot kaki

serta koordinasi lari cepat.

Metode hollow sprint yaitu

pemain lari sprint (kecepatan

maksimal) 30 meter, jogging 30

meter, sprint 30 meter, kemudian

berjalan 30 meter. Jadi

pelaksanaannya dalam satu ulangan

(repetisi) yaitu, cepat-lambat-cepat-

lambat. Diantara ulangan yang

dilakukan diselingi dengan periode

istirahat. Adapun kelemahan dalam

menggunakan metode ini yaitu

kurang efektif untuk

mengembangkan langkah (stredle

length) pada lari cepat, resiko cidera

yang terjadi tinggi, terutama pada

otot kaki, karena kecepatan lari

ditambah secara tidak bertahap.

Page 18: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disamping itu terdapat pula

keuntungan yang dapat dicapai yaitu

efektif untuk mengembangkan

frekuensi langkah pada lari cepat,

dapat memberikan pengaruh pada

peningkatan kecepatan reaksi, efektif

untuk mengembangkan kekuatan otot

dan kecepatan.

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN

SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan, dapat diperoleh

simpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh latihan

lari sprint training dan hollow

sprint terhadap kecepatan lari

antar base pada siswa putra

ekstrakurikuler softball kelas X

SMK Bhina Karya Karanganyar

Tahun Pelajaran 2014/2015,

dengan peningkatan sprint

training= 2,07s dan peningkatan

hollow sprint= 0,53s.

2. Latihan lari sprint training lebih

baik dari pada hollow sprint

terhadap kecepatan lari antar

base pada siswa putra

ekstrakurikuler softball kelas X

SMK Bhina Karya Karanganyar

Tahun Pelajaran 2014/2015,

dengan peningkatan sprint

training= 14,3% > peningkatan

hollow sprint= 3,67%.

B. Implikasi

Dari penelitian ini dapat

diketahui bahwa pada kelompok

sprint training maupun pada

kelompok hollow sprint keduanya

dapat meningkatkan kecepatan lari

antar base. Namun besarnya

peningkatan dari masing-masing

metode latihan tersebut berbeda, hal

ini dipengaruhi oleh karakteristik

latihan yang diberikan. Karakteristik

latihan yang berbeda menimbulkan

efek pada tubuh yang berbeda,

sehingga terjadilah perbedaan hasil.

Setiap jenis metode memiliki tipe

kerja yang berbeda, perbedaan tipe

kerja berpengaruh terhadap hasil

latihan.

Implikasi yang diberikan

bahwa kecepatan lari antar base

dapat meningkat melalui metode

latihan yang diberikan, baik pada

kelompok sprint training maupun

pada kelompok hollow sprint. Dalam

latihan kecepatan lari antar base,

atlet atau pelatih harus memilih suatu

bentuk metode latihan yang sesuai.

Page 19: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Metode latihan mana yang paling

baik pengaruhnya terhadap

peningkatan kecepatan lari antar

base, dilihat dari adaptasi tubuh saat

menerima latihan, atau

menyesuaikan dengan kondisi atlet.

Dalam penelitian ini, ternyata latihan

sprint training lebih bagus untuk

meningkatkan kecepatan lari antar

base.

C. Saran

Berhubungan dengan

simpulan yang telah diambil dan

implikasi yang ditimbulkan, maka

kepada para pelatih dan khususnya

peneliti selanjutnya, disarankan hal-

hal sebagai berikut:

1. Dalam memilih jenis latihan,

khususnya untuk meningkatkan

kecepatan lari antar base,

hendaknya memilih jenis latihan

yang terbaik untuk meningkatkan

kecepatan lari antar base.

2. Dalam upaya untuk meningkatkan

kecepatan lari antar base, pelatih

dapat menggunakan sprint

training maupun hollow sprint

karena keduanya terbukti dapat

meningkatkan kecepatan lari antar

base walaupun latihan dengan

sprint training lebih baik

pengaruhnya.

Page 20: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Bompa. (1994). Theory and

Methodology of Training,The

Key of Atletic Performanc,

3th Edition. Kandall/Hunt:

Publishing Company.

Bompa. (1999). periodizationTheory

and Methodology of Training.

Kendall/Hunt:

HumanKinetics.

Boosey, D. (1980). The Jump,

Conditioning and Technical

Training. Beatrice Pubhlising

PTY. LTD:Beatrice Avenue.

FKIP UNS. (2012). Pedoman

Penulisan Skripsi. Surakarta: UNS

Press.

Fox, Marie L., Richard W, Bower

and Merie L.Foss. (1988).

The Physiological Basic Of

Physical Education and

Athletics, 4th Edition.

Philadelphia: Saunders

College Pubhlising.

Fox, E.L. Bowers, R.W. & Foss,

M.L. (1992). The

Physiological Basis For

Exercise and Sport. Dubuque:

WCB Brown Benchmark

Publisher.

Hadi, Sutrisno. (1995). Metodologi

Research. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada

Press.

Harsono. (1988). Coaching Dan

Aspek- Aspek Psikologis

Dalam Coaching. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi.

Jonath. U, Haag E & Krempel R.

1987. Atletik 1, Alih Bahasa

Suparno, Jakarta : PT. Rosda

Jaya Putra.

Mathews & Fox. (1988). The

Physiological Basis of

Physical Education and

Athletics. Philadelphia: W.B.

SaundersCompany.

Mulyono B. (1996). Pembinaan dan

Peningkatan Kondisi Fisik.

Surakarta: Universitas

Sebelas Maret.

Mulyono B. (2010). Tes dan

Pengukuran dalam

Pendidikan

Jasmani/Olahraga.

Surakarta: JPOK FKIP UNS.

Nossek, Josef. (1982). General Teori

Of Training, ( Terjemahan M.

Furqon H. 1995) Surakarta:

Sebelas Maret University

Press

Parno. (1992). Olaraga Pilihan

Softball. Jakarta: Dependent

Pendidikan dan Kebudayaan

Dirjen Dikti Proyek

Pengembangan Tenanga

Kependidikan.

Potter, Diane L. (2003). Softball Step

to Success. Springfield,

Massachusetts : Human

Kinetics.

Purnama Sapta Kunta. (2010).

Kepelatihan Bulutangkis

Page 21: MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Modern. Surakarta: Yuma

Pustaka.

Rex Hazeldine. (1985). Fitness for

Sport. Marlborough: The

Crawford Press.

Sajoto. (1988). Pembinaan Kondisi

Fisik dalam Olahraga.

Semarang: FPOK IKIP

Semarang.

Sudjana. (2002). Metode Statistika.

Bandung: Tarsito.

Sudjarwo. (1995). Ilmu Kepelatihan

I. Surakarta: Sebelas Maret

University Press.

Sugiyanto. (1995). Metodologi

Penelitian. Surakarta.

Suharno. (1985). Ilmu Coaching

Umum. Yogyakarta: IKIP

Yogyakarta.

Suharno. (1993). Ilmu Coaching

Umum. Yogyakarta: IKIP

Yogyakarta Press.

Suharsimi Arikunto. (1998).

Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik.

Yogyakarta: Rineka Cipta.

Watts, Lew. (1964). The Fine Art Of

Baseball. Englewood Cliffs,

New Jersey Prentice-Hall,

INC.

Yusuf dan Aip Syarifuddin. (1996).

Ilmu Kepelatihan Dasar.

Jakarta:

Dekdikbud.Dirjendikti.