memahami kebudayaan amerika latin serta … · brasil yang mana brasil sangat ... keturunan dari...
TRANSCRIPT
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 41
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
MEMAHAMI KEBUDAYAAN AMERIKA LATIN SERTA PELUANG KERJASAMA INDONESIA DENGAN NEGARA-NEGARA AMERIKA
LATIN
Oleh Iwan B. Irawan
Dosen Pengajar di Prodi Ilmu Hubungan Internasional FISIP UNPAS Bandung
Abstrak Amerika Latin merupakan kawasan kultural terbesar di dunia dengan luas area sebesar 20,5 juta kilometer persegi. Luas tersebut lebih dari dua kali lipat luas wilayah Amerika Serikat. Amerika Latin juga merupakan kawasan dengan rentang latitudinal terbesar diantara berbagai kawasan di dunia yang terbentang dari 32 lintang utara hingga 56 lintang selatan. Oleh karenanya kawasan tersebut memiliki keragaman ekologi karena meskipun secara umum beriklim beriklim tropis tetapi juga terdapat pengaruh dari garis katulistiwa yang membentang melewati kawasan ini sehingga terdapat keragaman fisiografi, iklim, vegetasi, fauna, karakter tanah dan kandungan mineral dalam kawasan tersebut. Kata Kunci: Amerika Latin
Pendahuluan
Istilah Amerika Latin mulai digunakan pada abad ke 19 untuk
menyebut kawasan di selatan negara Amerika Serikat, dikarenakan kawasan
tersebut dipengaruhi oleh bahasa dan budaya Roma. Hal ini disebabkan
karena budaya dan bahasa tersebut dibawa oleh orang-orang Spanyol,
Portugis, dan Perancis dari Eropa yang datang ke wilayah Amerika Selatan
sejak abad ke 16 (http://www.historyworld.net). Oleh sebab itu budaya dan
bahasa yang mayoritas digunakan adalah bahasa Spanyol, Portugis, dan
Perancis.
Kata “Latin” pada Amerika Latin berarti “Latium” merupakan rumpun
bangsa Romawi termasuk rumpun bangsa-bangsa Portugis, Spanyol, Italia,
Inggris serta bangsa-bangsa Eropa lainnya. Amerika Latin mendapat banyak
pengaruh dari bangsa-bangsa Eropa, baik politik maupun kebudayaan.
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 42
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
Sebagian besar negara-
negara di Amerika Latin
merupakan daerah kekuasaan
Spanyol dan Portugis. Namun
pada dasarnya Amerika Latin tidak
hanya dipengaruhi politik dan
kebudayaan Spanyol dan Portugis
saja, tetapi juga oleh Inggris,
Perancis, Belanda dan Amerika
Serikat.
Pada awalnya para
penjelajah Eropa melakukan
pelayaran dengan kepentingan
pribadi maupun ditugaskan oleh
pemerintahnya. Dan penjajahan
bangsa Barat di Amerika Latin
mempunyai persamaan yaitu
menemukan daerah-daerah baru
kemudian dikuasai dan dijadikan
koloni. Perkembangan dunia
pelayaran dan kebutuhan akan
daerah baru baik untuk keperluan
ekonomi maupun politik
mendorong bangsa Eropa untuk
mencari daerah kekuasaan.
Khususnya Amerika Latin,
merupakan daerah yang kaya
akan sumber daya alam terutama
bahan tambang yang sangat
menggiurkan bangsa Eropa.
Secara geografis, Amerika
Latin memiliki banyak
keistimewaan.Seperti pegunungan
Andes dimana merupakan barisan
pegunungan tertinggi di dunia
dimana membentang sejauh 7000
kilometer. Di Amerika Latin juga
terdapat Sungai Amazon, sungai
terbesar di dunia dimana juga
merupakan sungai dengan
volume, arus, dan jalan air
terbesar di dunia. Air terjun
terbesar dengan volume terbanyak
terletak di Amerika Selatan. Dua
dari tiga air terjun tertinggi di dunia
terdapat di dataran tinggi Guiana,
dan lima dari tujuh air terjun
dengan volume terbesar di dunia
berada di dataran tinggi Brazil.
Meskipun potensi tenaga air di
Amerika Latin masih lebih rendah
daripada di Asia, namun seperlima
dari potensi tenaga hidroelektrik
terdapat di Amerika Latin. Amerika
Latin juga memiliki kekayaan fauna
yang meskipun masih kalah oleh
keragaman fauna di Afrika, namun
di Amerika Latin terdapat berbagai
macam spesies burung dan
kompleksitas famili mamalia.
Region fauna Amerika Latin
termasuk dalam Neotropical
Zoological Realm yang mencakup
Amerika Latin kecuali dataran
tinggi Brazil bagian utama dan
tengah serta kepulauan Bahama.
Amerika Latin memiliki
proporsi kawasan dengan hutan
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 43
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
terbesar di dunia, yakni hampir
setengah dari seluruh kawasan di
Amerika Latin merupakan
kawasan hutan. Kawasan Amazon
dan dataran tinggi Guiana
merupakan kawasan hutan hujan
tropis terbesar di dunia. Amerika
Latin juga merupakan kawasan
dengan hutan terbesar di dunia,
yaitu seperempat dari total hutan
di dunia. Akan tetapi hanya
sepertiga dari luas hutan tersebut
yang produktif secara ekonomis
yang mengakibatkan Amerika
Latin menjadi importir produk
perhutanan. Selain itu reduksi
kawasan hutan terjadi secara
signifikan sejak tahun 1990an
terutama di kawasan Amerika
Selatan dan Mexico.
Amerika Latin memiliki
beberapa keunikan dalam hal
iklim. Beberapa kawasan pantai
dan dataran rendah di Amerika
Latin tercatat dalam rekor dunia
dimana hanya memiliki perbedaan
temperatur sebesar 13 antara
suhu terendah dan tertinggi.
Kawasan terkering di dunia
terdapat di gurun Peruvian-
Antacama terutama di sebelah
utara Chile, namun daerah selatan
Chile merupakan kawasan
terbasah di dunia dimana hujan
turun sepanjang tahun.
Kawasan Amerika Latin
rutin mengalami bencana alam
yang bersifat destruktif. Gempa
bumi dengan frekuensi yang besar
sering terjadi di tepi selatan
kawasan tersebut. Lebih dari 50
gunung berapi yang masih
berstatus aktif juga terdapat di
kawasan tersebut, merupakan
seperempat dari total jumlah
gunung berapi aktif di seluruh
dunia. Angin topan seringkali
muncul di Karibia dan pantai
Pasifik di Mexico. Tanah longsor
terbesar pernah terjadi di kawasan
Andean, Peru.
Populasi dan pola
masyarakat di Amerika Latin juga
tergolong unik. Amerika Latin
merupakan satu-satunya kawasan
di dunia dimana pertumbuhan
penduduknya lebih tinggi daripada
rata-rata pertumbuhan penduduk
dunia. Pertumbuhan penduduk
terbesar terjadi di sisi utara
Amerika Tengah dan Amerika
Selatan Andean (Andean South
America). Pertumbuhan penduduk
paling lambat terjadi di Argentina
dan Uruguay yang diikuti oleh
Chile, Antilles, Brazil dan beberapa
negara kecil yang lain. Kawasan
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 44
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
yang berpotensi untuk
meningkatkan populasi adalah
negara-negara yang memiliki
tingkat kematian yang tinggi,
seperti Haiti.
Struktur usia penduduk di
Amerika Latin secara general
menunjukkan karakter kawasan
tersebut sebagai kawasan yang
terbelakang (underdeveloped)
dimana proporsi penduduk usia
muda lebih tinggi dibandingkan
proporsi penduduk usia tua. Rasio
dependensi (proporsi penduduk
usia muda dan tua terhadap
penduduk usia produktif) sangat
tinggi serta hanya dua perlima dari
total jumlah penduduk tergolong
aktif secara ekonomi, dimana
menambah beban ekonomi
kawasan tersebut. Akan tetapi
angka kematian di kawasan ini
merupakan yang terendah dan
merupakan populasi dengan
tingkat harapan hidup tertinggi
diantara kawasan terbelakang
(underdeveloped) yang lain).
Selain itu, masih terdapat
kesenjangan tingkat kehidupan
yang cukup signifikan di kawasan
tersebut.
Penjelajahan Bangsa Portugis Dibandingkan Fransicsco
Hermandes de Cordoba yang
menemukan Yucatan pada 1517
maupun Juan de Gijalva yang
sampai di Veacruz pada 1518.
Bangsa Portugis telah lebih dahulu
dari pada Spanyol dalam memulai
eksplorasi daerah-daerah baru.
Eksplorasi yang sistematis
terhadap "dunia baru" Amerika
dilakukan oleh bangsa Portugis
yang dipimpin oleh Pangerah
Henry atau Prince Henry (1394-
1460). Henry berambisi untuk
mengembangkan kejayaan
Portugal dan oleh karena itu
mendorong setiap penjelajah
Portugal untuk melakukan
penjelajahan dan menemukan rute
baru ke kawasan yang kaya akan
rempah-rempah, emas, dan perak.
Melalui kepeloporan Henry,
bangsa Portugis memperoleh
emas dari Afrika dan menjadikan
jalur Portugal dan pantai Afrika
Barat sebagai jalur perdagangan
mereka.
Tahun 1487 Bartolomeu
Dias mencapai ujung menemukan
Tanjung Harapan. Dan juga
seorang marinir Portugal bernama
Vasco da Gama (1497-1499),
mencapai pelabuhan-pelabuhan
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 45
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
India, selain itu dilanjutkan oleh
Pedro Alvares Cabral berusaha
berlayar ke India, tetapi karena
berlawanan dengan arus laut ia
kemudian terdampar dan
menemukan pantai Brasil dalam
tahun 1500. Yang mana
mencapaian di India disitulah
didirikan pangkalan dagang. Tetapi
sayangnya pelabuhan-pelabuhan
penting yang dikuasai para
pedagang Portugis akhirnya
diserahkan pada kekuasaan tahta
Spanyol.
Dan ekspedisi Pedro
Alvares Cabral ke Brasil pada
tanggal 22 April 1500 merintis
kekuasaan bangsa Portugis atas
wilayah Amerika Selatan. Para
penguasa dan pedagang lokal di
daerah yang didatanginya dan
yang tidak mau tunduk pada
Portugal diserang dan
ditaklukkannya. Kota-kota
pelabuhan India, seperti Calicut
dan Goa dan pelabuhan Ormuz di
Iran diserangnya. Dibawah
gubernur Portugal di India, Alfonso
Albuquerque (menjabat antara
1509-1515), kota-kota tersebut
diserahkan kepada tahta Portugal.
Pada tahun 1526, Diogo
Garcia mendarat di sebuah tempat
yang saat ini lebih dikenal Santa
Catarina. Kolonisasi besar-
besaran muncul pada tahun 1530
ketika Bangsa Portugis mengirim
ekspedisi Martim Alfonso de
Sousa.
Periode Pra kolonial (1500-1530) Kolonisasi Portugis atas
Amerika Latin adalah bagian dari
perspektif kebijakan merkantilis
dan pada tahap kapitalisme
komersial. Merkantilisme adalah
kebijakan ekonomi dimana negara
membuat intervensi dalam
perekonomian. Dalam tiga puluh
tahun pertama kedatangan
Portugis di Brasil, pemerintah
Portugal tidak mengambil tindakan
yang ditujukan untuk kolonisasi
Brasil. Selama periode ini,
kepentingan ekonomi metropolis
terfokus pada perdagangan
rempah-rempah di Hindia. Dan
penjelajahan Portugal ke Brasil
yaitu untuk mencari kekayaan di
Brasil yang mana Brasil sangat
kaya akan bahan tambang berupa
emas dan kayu celup. Dan untuk
orang-orang India yang sudah
memiliki tradisi komersial,
berdasarkan rempah-rempah
sebagai produk utama dan
kegiatan-kegiatan ekonomi
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 46
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
tersebut untuk penghidupan
mereka.
Kolonialisasi bangsa Portugis
Pada awalnya Amerika
Selatan sebenarnya kurang
menarik bagi Bangsa Portugis,
akan tetapi dengan adanya
penjelajahan Bangsa Portugis
yang dilakukan oleh Pedro Alvares
Cabral yang awalnya berlayar ke
India, tetapi karena berlawanan
dengan arus laut ia kemudian
terdampar dan menemukan pantai
Brasil dalam tahun 1500. Yang
mana mencapaian di India
disitulah didirikan pangkalan
dagang. Dan ekspedisi Pedro
Alvares Cabral ke Brasil pada
tanggal 22 April 1500 merintis
kekuasaan bangsa Portugis atas
wilayah Amerika Selatan. Yang
mana para penguasa dan
pedagang lokal di daerah tersebut
harus tunduk pada Portugal,
apabila ada perlawanan akan
terjadi penyerangan maupun
penaklukan. Dan untuk
mengkonsolidasikan dan
memperkuat kendali Portugis atas
Brasil, pada tahun 1553 Raja John
III membentuk 12 sistem kerajaan
kecil meskipun hanya Pernambuco
dan Sao Vicente yang benar-benar
menguntungkan.
Seperti yang sudah
disinggung bahwa pelabuhan-
pelabuhan penting yang awalnya
dikuasai para pedagang Portugis
akhirnya diserahkan pada
kekuasaan tahta antara tahun
1580-1640. Pada saat itu Raja
Philip II dari Spanyol berhasil
merebut singgasana Portugis dan
menguasai seluruh semenanjung
Iberia. Raja Spanyol juga
menguasai daerah jajahan
Portugis di Afrika, Asia, dan
Amerika. Dan antara Portugis dan
Spanyol kemudian terjadi
perjanjian Tordesillas (7 Juni
1494), yang membagi daerah
kekuasaan mereka menjadi dua
bagian dengan satu garis
demarkasi yang berawal dari garis
meridian 370 sebelah Barat
Kepulauan Cape Varde. Pada
Perjanjian Zaragoza (22 April
1529) garis demarkasi diperluas
hingga ke Samudera Pasifik,
sehingga Portugis memperoleh
Filipina namun kemudian ditukar
oleh Spanyol dengan daerah
Amerika Latin, yakni Brazil yang
berada di sebelah barat demarkasi
Tordesillas.
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 47
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
Nilai-nilai universal dalam penemuan dan penguasaan atas Amerika Latin
1. Semangat dan keberanian
para penjelajah mengarungi
lautan unuk menemukan
daerah baru. Hal tersebut
mengajarkan kita agar
selalu kreatif dan tertantang
untuk menemukan hal-hal
baru.
2. Kecintaan bangsa asli
Amerika pada bangsanya
terutama
mempertahankannya dari
penjajah.
3. Semangat persatuan yang
harus selalu dijaga agar
tidak mudah kuasai dan
dipecah belah pihak asing.
Pembahasan
Komposisi masyarakat
Amerika Latin memiliki keunikan
tersendiri, dimana ia tersusun atas
beberapa kelompok ras yang
berbeda, yaitu orang asli Indian,
orang kulit putih Eropa, dan orang
kulit hitam Afrika, dan yang paling
mendominasi adalah Mestizo,
keturunan dari pasangan orang
Indian dan kulit putih Eropa. Orang
kulit putih Eropa datang dan
menetap di Amerika Latin ini pada
masa kolonisasi Spanyol dan
Portugis pada abad 16. Sementara
itu orang-orang Afrika yang berada
di Amerika Latin ini pada
umumnya dibawa oleh orang-
orang kulit putih Eropa yang
datang ke Amerika Selatan
sebagai budak.
Di lihat dari tingkat densitas,
Amerika Latin merupakan wilayah
yang tidak terlalu padat
penduduknya. Dari total luas
wilayah yang hampir mencapai 18
juta km2, jumlah penduduk yang di
data oleh World Bank adalah
sebanyak 582,6 juta jiwa, dengan
pertumbuhan penduduk hanya
sebesar 1% tiap tahunnya
(http://web.worldbank.org). Hal ini
menunjukkan bahwa Amerika Latin
bukanlah sebuah wilayah yang
padat penduduknya.
Mayoritas orang asli Indian
tinggal di daerah pedesaan
sementara orang-orang Eropa
tinggal di kota-kota besar.
Perpaduan antara pengaruh
masyarakat Indian lokal dengan
pengaruh asing menyebabkan
beragamnya kebudayaan yang
ada di Amerika Latin. Pengaruh
orang Eropa terutama Spanyol dan
Portugis dapat dilihat mulai dari
hasil seni, arsitektur, hingga gaya
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 48
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
hidup yang masih terbawa hingga
saat ini. Misalnya adalah gaya
cowboy yang ada di Mexico.
Disamping itu gaya hidup yang
diperkenalkan adalah melalui
bahasanya serta agama yang
dibawa, yaitu Katolik Roma, yang
pada saat itu cenderung
dipaksakan pada masyarakat lokal
(http://geography.howstuffworks.co
m).
Sementara itu orang-orang
kulit hitam membawa kebudayaan
yang berbeda pula dengan
statusnya sebagai budak. Mereka
memperkenalkan banyak jenis
karya seni, tarian, dan musik.
Pengaruh kebudayaan orang kulit
hitam terlihat jelas di Brasil, Kuba,
dan Haiti hingga saat ini. Orang
Afrika tersebut memperkenalkan
budaya juga sebagai bentuk
adaptasi mereka dengan
kebudayaan lokal Amerika, dimana
proses adaptasi tersebut kemudian
disebut sebagai creolization
(http://www.aaregistry.org).
Sedangkan orang Indian sendiri
meski banyak dipengaruhi oleh
banyak kebudayaan asing yang
masuk, tetap dapat
mempertahankan kebudayaan
aslinya. Mereka yang tetap
bertahan dengan kebudayaan asli
itu adalah para petani yang
umumnya tinggal di wilayah
pedesaan. Mereka tetap berbicara
dengan bahasa asli Indian, dengan
hanya sedikit atau bahkan sama
sekali tidak memiliki pengetahuan
mengenai bahasa asing yang
masuk. Pada awal masuknya
penjajah Eropa yang membawa
budaya dan bahasa Eropa ke
wilayah Amerika Latin,
kebudayaan asli Indian dan orang-
orang kulit hitam Afrika menjadi
minoritas. Akan tetapi setelah
abad ke 19, kebudayaan mereka
mulai mendapatkan apresiasi
(http://geography.howstuffworks.co
m).
Hal yang menarik lain dari
masyarakat di kawasan ini adalah
banyaknya aksi-aksi
pemberontakan di beberapa
negara. Banyaknya
pemberontakan di kawasan ini
tidak lepas dari “kesalahan”
bangsa Spanyol yang telah
menjajah kawasan tersebut dalam
kurun waktu yang cukup lama,
tanpa membekali ilmu mengenai
tata cara pengelolaan negara yang
baik. Hasil dari hal tersebut adalah
banyak munculnya caudillos, atau
pemimpin dari masyarakat, yang
nantinya memimpin beberapa
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 49
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
kelompok untuk memberontak
kepada pemerintahan, yang dinilai
tidak efektif dalam menjalankan
tugasnya. Salah satu contoh dari
caudillos tersebut adalah Fidel
Castro dan Ernesto “Che”
Guevarra, yang memimpin
masyarakat Kuba dalam melawan
dan menggulingkan rezim
kepemimpinan Batista.
Selain itu, isu tentang
demokrasi dan demokratisasi
merupakan topik hangat yang
sering dibicarakan mengenai
kawasan selatan negara Amerika
Serikat ini. Negara-negara di
kawasan Amerika Latin banyak
yang menganut paham sayap kiri,
yang pada dasarnya bertentangan
dengan Amerika Serikat. Hugo
Chavez, Evo Morales, Fidel
Castro, dan Raul Castro adalah
beberapa tokoh yang berasal dari
Amerika Latin, yang cukup
terkenal di dunia ini. Hal ini
disebabkan karena para tokoh
tersebut memiliki pengaruh yang
cukup kuat di negara asal masing-
masing tokoh tersebut, serta
mereka memiliki pemikiran yang
berseberangan dengan Amerika
Serikat. Oleh karenanya, tidak
jarang beberapa negara di
kawasan Amerika Latin memiliki
masalah dengan negara-negara
barat, terutama Amerika Serikat,
terkait dengan perbedaan ideologi
tersebut.
Sejak tahun 1970, bangsa
Amerika Latin mulai mencoba
untuk melakukan restrukturisasi di
bidang ekonomi. Di tahun tersebut,
Chile, merupakan negara pelopor
di kawasan Amerika Latin, yang
melakukan perubahan struktur
ekonomi, dari terpusat menjadi
market oriented (Teichman, 2001).
Hal ini merupakan bukti bahwa
negara-negara di sebelah selatan
negara Amerika Serikat ini mulai
memasuki era globalisasi,
terutama di bidang ekonomi.
Tahapan awal yang terjadi di
kawasan tersebut adalah
menciptakan kawasan yang
berorientasi pada pasar, dengan
harapan akan muncul aktor-aktor
yang kompetitif, yang akan
membawa pengaruh yang positif
terhadap perekonomian setiap
negara di kawasan tersebut.
Setelah itu, banyak pemerintah
dari negara-negara lain di
kawasan ini yang mengikuti
“resep” tersebut, yang ditandai
dengan banyaknya reformasi
struktural yang dilakukan terkait
dengan kegiatan perekonomian
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 50
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
negara, seperti liberalisasi dan
privatisasi. Tujuan dari tindakan ini
adalah untuk menumbuhkan dan
meningkatkan sifat kompetitif di
sektor ekonomi, yang nantinya
akan memberikan pertumbuhan
ekonomi yang masiv serta
meningkatkan kemakmuran setiap
warga.
Sayangnya, mayoritas dari
masyarakat di kawasan Amerika
Latin belum siap dalam memasuki
globalisasi ekonomi tersebut.
Sebagai indikasi adalah
banyaknya “aturan main” yang
tidak ditepati oleh aktor-aktor yang
bermain di dalam perekonomian
negara. Salah satu “aturan main”
tersebut adalah kebebasan dalam
persaingan bisnis. Di beberapa
negara, seperti Meksiko dan
Argentina, trend globalisasi
ekonomi yang terjadi adalah
banyaknya konglomerat yang
muncul, yang membeli sejumlah
sektor publik, dan menjadikannya
keuntungan bagi pihaknya sendiri.
Sehinga, yang terjadi adalah
konglomerat-konglomerat tersebut
(atau korporasi-korporasi yang
ada) seakan-akan “membeli”
pemerintah, dan mereka mampu
menggunakan uang yang
dimilikinya untuk membiayai
sejumlah urusan politik demi
mencapai keuntungan ekonomi
(Teichman, 2001). Hal ini
mengakibatkan tidak tercapainya
pertumbuhan ekonomi yang sehat,
melainkan justru mengakibatkan
tidak terciptanya persaingan-
persaingan yang sehat dalam
ekonomi, yang kemudian
mengakibatkan gagalnya proses
globalisasi ekonomi tersebut.
Hal itulah yang
mengakibatkan terjadinya dampak
yang kurang baik atas proses
globalisasi ini di kawasan Amerika
Latin. Hanya terdapat beberapa
aktor saja yang mampu menikmati
“buah” daripadanya, sementara
mayoritas dari warga tidak
mendapatkan peningkatan yang
signifikan, terutama di bidang
ekonomi.
Kawasan Amerika Latin
pada dasarnya merupakan
kawasan yang kaya akan SDA.
Sayangnya, negara-negara di
kawasan tersebut memiliki
masalah yang sama, yaitu
pengelolaan negara yang kurang
baik, sehingga mayoritas
masyarakat Amerika Latin
hanyalah seperti beggar on top of
a gold mountain. Selain
dikarenakan banyaknya masalah
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 51
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
pemberontakan, pemerintahan
yang korup juga ikut menyumbang
peran atas terjadinya hal tersebut.
Oleh karenanya, kawasan yang
kaya akan SDA tersebut, hingga di
era globalisasi seperti saat ini,
masih memiliki banyak masalah,
terutama di bidang ekonomi.
Amerika Latin adalah
sebuah wilayah yang pada abad
15 merupakan wilayah kolonisasi
Spanyol dan Portugis
(Encyclopedia Britannica). Wilayah
Amerika Latin diakui meliputi
wilayah benua Amerika bagian
tengah, selatan dan Kepulauan
Karibia, oleh karena itu banyak
orang juga menyebutnya Amerika
Selatan. Nama Amerika Latin
sendiri diambil dari Bahasa Latin
yang banyak digunakan oleh
masyarakat yang tinggal di wilayah
tersebut (Hennida, 2012).
Masyarakat asli Amerika Latin
adalah suku Indian yang kemudian
bercampur baur dengan
masyarakat Spanyol dan Portugis
sejak masa penjajahan. Hal ini
yang pada akhirnya membuat pola
kebudayaan yang ada menjadi
beragam.
Pada pola kehidupan
masyarakat di Amerika Latin ada
serangkaian lembaga, nilai-nilai,
dan cara perilaku yang biasa
disebut dengan cultural common
denominator yang membedakan
budaya Amerika Latin dari budaya
negara dunia barat lainnya
(Wagley & Harris, 1955). Pada
awalnya kebudayaan asli suku
Indian di wilayah tersebut justru
dipandang sebelah mata oleh para
penjajahnya, namun seiring
berjalannya waktu perbedaan
budaya yang kompleks dan
heterogen justru menjadi
perhatian, terutama oleh para
peneliti. Meski demikian,
heterogenitas pola budaya di
Amerika Latin telah melahirkan
perbedaan kelas, perbedaan
antara penduduk desa dengan
kota, perbedaan ras dan berbagai
faktor pembeda lainnya.
Komposisi masyarakat
Amerika Latin terdiri dari suku asli
Indian, orang Eropa, orang Afrika
dan mestizo atau keturunan
pernikahan campuran suku Indian
dengan orang Eropa (Hennida,
2012). Charles Wagley dan Marvin
Harris (1955) dalam artikelnya A
Typology of Latin America
Subcultures membedakan
subkultur Amerika Latin menjadi
sembilan jenis, di antaranya 1)
Tribal Indian yang merupakan
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 52
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
budaya asli yang masih tertinggal;
2) Modern Indian yang merupakan
hasil percampuran antara budaya
asli dengan pola lembaga dan
budaya Iberia (Spanyol); 3) Petani
yang merupakan masyarakat
holtikultura yang terisolasi di kota-
kota kecil, biasa disebut dengan
mestizos, cholos, ladinos,
caboclos dan istilah lainnya tinggal
di tempat terpencil, disusul untuk
berkumpul ke tempat pemilihan
dan memilih bukan karena
pemahaman politik tp siapa yg
baik ke mreka; 4) Engenho
Plantation yang merupakan
subkultur perkebunan milik
keluarga; 5) Usina Plantation, di
mana pertanian memiliki cara
modern perusahaan besar; 6)
Kota, di mana ada pola kehidupan
masyarakat menengah dan atas
yang melayani administrasi, pasar
dan pusat keagamaan; 7) Kelas
Atas Metropolitan, yang
menempati puncak tertinggi dari
strata sosial ekonomi di kota-kota
besar dan para pemilik
perkebunan à lebih memahami
politik; 8) Kelas Menengah
Metropolitan yang muncul dari kota
besar dan memiliki pekerjaan
profesionalà susah diamati
perilaku politiknya krn tdk punya
tipe spesifik; 9) Proletariat
Perkotaan, yaitu kelompok pekerja
industri dan kasar terampil dan
semi-skilled di kota-kota besar.
Politik didriver oleh orang2 besar
yang ada di upper class saat
pemilihan berlangsung.
Adapun yang menjadi isu
sentral dalam kehidupan penduduk
Amerika Latin, yaitu imigrasi.
Imigrasi masih menjadi isu yang
menonjol dalam politik Amerika
Latin baik di dalam sejarah
maupun perkembangan
kontemporernya. Di masa yang
baru imigrasi telah memicu
pertumbuhan penduduk Latin
meningkat menjadi 40% di AS
(Sierra et al. 2000). Imigrasi
sangat berpengaruh dalam
kehidupan politik Amerika Latin,
sehingga menimbulkan implikasi
dalam domestik dan pembuatan
kebijakan internasional. Imigrasi
memiliki pengaruh pada pola
partisipasi politik masyarakat latin
dan telah mempengaruhi
hubungan antara negara pengirim-
penerima, terutama Meksiko dan
Amerika Serikat. Oleh karena itu
imigrasi menjadi isu publik yang
sangat diperhatikan dan telah
banyak membantu Amerika Latin
membangun ideantitas etnorasial,
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 53
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
membentuk perilaku politik dan
pengaruh kelompok mobilisasi
(Sierra et al. 2000).
Namun sayangnya, pada
awal masa imigrasi masih banyak
imigran tanpa dokumen
mendominasi status imigran Latin
ke Amerika Serikat. Hal ini
membuat Amerika Serikat harus
mengambil keputusan sepihak
untuk tetap menjaga
kesejahteraan penduduk tetapnya.
Di antaranya adalah menerapkan
sejumlah strategi untuk mengontrol
keberadaan para imigran yang
tidak dilengkapi dokumen.
Beberapa strategi yang telah
dijalankan antara lain memperkuat
penyebaran agen-agen Patroli
Perbatasan di sepanjang
perbatasan, terutama antara
Amerika Serikat dengan Meksiko
(Sierra et al. 2000). Agen tersebut
bertugas untuk mengontrol yang
melintasi perbatasan, serta
memfasilitasi perjanjian kerjasama
antara pemerintah dengan para
pengusaha untuk turut serta
mengidentifikasi buruh imigran
tanpa dokumen. Sayangnya,
operasi yang dilakukan tidak tepat
sasaran dan menghabiskan dana
besar.
Langkah lain yang diambil
oleh Kongres adalah dengan
mengeluarkan Immigration Reform
and Control Act (IRCA) untuk
mengatasi tingginya jumlah
imigran tanpa dokumen (Sierra et
all. 2000). IRCA menawarkan
pemberian legalitas pada para
imigran tanpa dokumen yang
menetap untuk jangka waktu yang
lama. Penawaran tersebut
mendapatkan antusiasme yang
besar dari para imigran karena
mereka memang menginginkan
pengakuan serta hak sebagai
warga negara Amerika Serikat.
Sebagian besar imigran yang
mendapat legalitas adalah imigran
latin. Setelah mendapatkan
legalitasnya sebagai penduduk
imigran, mereka menginginkan
adanya naturalisasi untuk menjadi
warga negara yang sah.
Dalam kehidupan politik
sendiri pada awalnya masih
banyak pemberontakan yang
terjadi akibat kolonialisasi Spanyol
yang tidak meninggalkan tata
pengelolaan negara yang baik
(Hennida, 2012). Oleh karena itu
muncullah kelompok pemberontak
yang merasa tidak puas akan
pemerintahan yang ada. Seiring
berjalannya waktu, politik negara-
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 54
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
negara Amerika Latin kebanyakan
berada di posisi sayap kiri atau
komunis sehingga pada abad 21
mereka merebut kursi kekuasaan
(Morgenstern & Nacif, 2002).
Namun isi demokrasi dan
demokratisasi juga menjadi topik
hangat di Amerika Latin.
Dalam kehidupan ekonomi
Perekonomian kawasan Amerika
Latin umumnya mengandalkan
sumber cadangan minyak, seperti
yang terdapat di Venezuela,
Argentina, Kolombia, Chile, Peru,
and Ekuador (FEALAC, 2010). Di
samping sumber daya migas,
kawasan ini juga memiliki sumber
daya mineral. Di sektor pertanian,
kawasan ini memiliki potensi
ekspor produk pertanian, antara
lain kopi, pisang, gula, tembakau,
dan gandum sedangkan Argentina
dan Brasil juga memiliki potensi di
bidang industri peternakan dan
produksi daging. Sementara itu
Kawasan Karibia miliki potensi
perekonomian pariwisata
(FEALAC, 2010). Namun hal ini
tidak mampu mendorong posisi
Amerika Latin untuk berada di atas
pada indeks tingkat kompetitif
negara. Hal ini dikarenakan
kesenjangan ekonomi antar kelas
terlalu besar.
Kesimpulan Pada dasarnya penjajahan
bangsa Portugis di Amerika Latin
mempunyai pola yang sama pada
bangsa-bangsa lain yaitu
menemukan daerah-daerah baru
kemudian dikuasai dan dijadikan
koloni. Yang mana perkembangan
dunia pelayaran dan kebutuhan
akan daerah baru baik untuk
keperluan ekonomi maupun politik
mendorong bangsa Eropa untuk
mencari daerah kekuasaan. Dan
Amerika Latin, merupakan daerah
yang kaya akan sumber daya alam
terutama bahan tambang yang
sangat menggiurkan bangsa
Eropa, dengan demikian banyak
bangsa Eropa yang awalnya
hanya melakukan penjelajahan
akan tetapi selanjutnya
menjadikan Amerika Latin sebagai
pusat jajahan.
Penjelajahan Bangsa
Portugis yang dilakukan oleh
Pedro Alvares Cabral yang
awalnya berlayar ke India, tetapi
karena berlawanan dengan arus
laut ia kemudian terdampar dan
menemukan pantai Brasil dalam
tahun 1500. Yang mana
mencapaian di India disitulah
didirikan pangkalan dagang. Dan
adapun faktor atas kolonialisasi
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 55
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
terhadap Brasil yaitu yang mana
Brasil memiliki bahan tambang
berupa emas dan kayu celup yang
sangat laku di pasaran Eropa.
Masyarakat Amerika Latin
bersifat heterogenitas yang diikat
oleh cultural common
denominator, namun dari
heterogenitas tersebut justru
muncul perbedaan kelas,
perbedaan antara penduduk desa
dengan kota, perbedaan ras dan
berbagai faktor pembeda lainnya.
Selain itu juga terdapat pembagian
subkultur masyarakat menurut
keturunan dan tingkat
pekerjaannya. Adapula migrasi
yang menjadi isu publik yang
sering dibahas di beberapa
wacana Amerika Latin dan
Amerika Serikat. Di mana, proses
migrasi ini telah banyak
mempengaruhi pembuatan
kebijakan internasional.
Imigrasi dilakukan untuk
memperbaiki ekonomi individu
yang melakukannya. Mereka lebih
memilih berpindah ke Amerika
Serikat karena melihat sektor
pekerjaan yang lebih mapan di
sana. Apalagi melihat lemahnya
perekonomian Amerika Latin,
sehingga mereka
memperhitungkan stabilitas
finansial ke depan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Mukmin, Hidayat.1981. Pergolakan
Di Amerika Latin Dalam
Dasawarsa Ini. Jakarta: Ghalia.
www.wikipedia.com
Encyclopedia Britannica. History of
Latin America (online) diambil
pada 04 Maret 2013 dalam
http://global.britannica.com/EBche
cked/topic/331694/history-of-Latin-
America
FEALAC. Deskripsi Umum
Hubungan Indonesia – Kawasan
Amerika Latin (online) diambil
pada 04 Maret 2013 dalam
http://fealac.kemlu.go.id/index.php
?option=com_content&view=article
&id=9&Itemid=125&lang=in
Hennida, Citra. (2012). Masyarakat
Budaya Politik Amerika Latin.
Cakra Studi Global Strategis
Publisher.
Morgenstern, Scott & Nacif,
Benito. (2002). Legislative Politics
in Latin America. Cambridge
University Press.
Sierra, Christine Marie et al.
(2000). “Latin Immigration and
Citizenship”, dalam PS: Political
Science and Politics, 33 (3): 535-
540.
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 56
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
Wagley, Charles & Harris, Marvin.
(1955). “A Typology of Latin
America Subcultures” in American
Anthropologyst, Vol. 57, pp 428-
451.
Teichman, Judith. 2001. Latin
America in the Era of Globalization
: Inequality, Poverty, and
Questionable Democracies.
University of Toronto.
Gonzalez, Alfonso. 2005.
Landscape and Settlement
Patterns. In Black, Jan Knippers.
2005. Latin America : Its Problem
and Its Promise, pp 22-40.
Anonym. n.d. History of Latin
America. Tersedia pada
http://www.historyworld.net/wrldhis
/PlainTextHistories.asp?historyid=
aa87 [diakses pada 3 Maret 2012]
Anonim. n.d. Blacks in Latin
America, a Brief History. Tersedia
pada
http://www.aaregistry.org/historic_
events/view/blacks-latin-america-
brief-history [diakses pada 3 Maret
2012]
http://web.worldbank.org/WBSITE/
EXTERNAL/COUNTRIES/LACEX
T/0,,contentMDK:22117191~page
PK:146736~piPK:146830~theSite
PK:258554,00.html [diakses pada
3 Maret 2012]
Anonim. 2010. Generalizations
About People in America. Tersedia
pada http://central-america-
forum.com/forum-
topic/generalizations-about-
people-latin-america [diakses pada
4 Maret 2012]
Latin America. Tersedia pada
http://geography.howstuffworks.co
m/terms-and-associations/latin-
america1.htm [diakses pada 4
Maret 2012] vbcc