membangun peternakan berkelanjutan menuju era industri 4
TRANSCRIPT
Penerbit : Fakultas
Peternakan
Universitas Jambi
PROSIDING Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat
“ Membangun Peternakan Berkelanjutan
Menuju Era Industri 4.0”
2 - 3 Oktober 2019, BW Luxury Hotel Jambi
TIM PENYELIA : Prof. Dr. Ir .H. R.A. Muthalib, MS Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, MSc. Agr. Prof. Dr. Ir . Hj. Adriani. MS Prof. Dr. Ir. H. Abdul Azis , MS Prof. Dr. Ir. Hj. Zubaidah, MS Prof. Dr. Ir. Ucop Haroen, MS
ii
PROSIDING HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
SEMINAR NASIONAL 2019
“Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuj Era Industri 4.0”
Tim Penyelia :
Prof. Dr. Ir .H. R.A. Muthalib, MS Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, MSc. Agr. Prof. Dr. Ir . Hj. Adriani. MS Prof. Dr. Ir. H. Abdul Azis , MS Prof. Dr. Ir. Hj. Zubaidah, MS Prof. Dr. Ir. Ucop Haroen, MS
ISBN : 978-602-50946-1-3
Disain sampul dan tata letak :
Dr. Ir. H.M. Afdal, MSc., M.Phil.
Penerbit :
Fakultas Peternakan Universitas Jambi
Alamat :
Kampus UNJA Mendalo Indah KM 15 Jambi 36361 Telepon/Fax : (0741) 582907
Cetakan pertama Januari 2020
Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
iii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 2019
Hasil Pengabadian Kepada Masayarakat
Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4.0”
Panitia Pelaksana kegiatan Seminar Nasional tahun 2019 Fakultas
Peternakan Universitas Jambi
Steering Comitee Penanggung Jawab : Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, MSc. Agr.
(Dekan Fakultas Peternakan) Anggota Dr. Sc. Agr Ir. Teja Kaswari, MSc
(Wakil Dekan Bidang Akademik, Kerjasama dan Sistem Informasi) Dr. Ir. Agus Budiansyah, MS (Wakil Dekan Bidang Umum, Perencanaan dan Keuangan) Dr. Ir. Depison, M.P. (Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni)
Ketua : Dr. Firmansyah, SPt. MP Wakil ketua : Dr. Ir. Mairizal, Msi Sekretaris : Dr. Heni Suyani, SPt. Bendahara : Afriani H. SPt. M.P
Bagian Pelaksanaan Acara Seminar
: Prof. Dr. Ir . Adriani. MS Ir. Yusrizal, MSc., Ph.D Ir. Wiwaha A.S, MSc., Ph.D. Dr. drh. Fahmida Manin, MP Dr. Ir. Syafril Hadi, M.S Dr. Ir. H. Afzalani, M.P Dr. Ir. Suparjo, M.P
Bagian Sekretariat, Publikasi dan dokumentasi
: Dr. Ir. H.M. Afdal, MSc., M.Phil Dr. Ir . Akmal MSi Dr. Bagus Pramusintho, SPt. MSc. M. Hariski, S.Pi
iv
RTS Sherly Dwijayanti, S.Pt, M.Pt. Siti Rahayu, S.E Drh. Nurbani Azis
Bagian Kerjasama : Dr. Ir. Fachroerrozy Hoesni, M.P.
Bagian Field Trip : Ir. Saitul Fakhri, M.Sc, Ph.D Dr. Ir Rahmi Dianita SPt. MSc
Bagian Konsumsi : Nelwida, S.Pt, MP
Filawati, S.Pt, M.P
Bagian Perlengkapan dan Transprotasi
: Dr. Yatno, S.Pt, M.Si Supriyadi, SH Wahyudi Darmawan Fauzan Ramadan S.Pi
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa atas segala rahmatNya kepada kita sekalian, serta dengan izinNya SEMINAR
NASIONAL TAHUN 2019 Hasil Penelitian yang bertema : Membangun Peternakan
Berkelanjutan Menuju Era Industri 4.0 yang diadakan oleh Fakultas Peternakan
Universitas Jambi dapat terlaksana dengan baik dan prosiding ini dapat diterbitkan.
Teknologi akan selalu berkembang untuk mendukung berbagai aspek
kehidupan manusia, tidak terkecuali di bidang peternakan. Industri peternakan
semakin berkembang di era industri 4.0 dimana produk peternakan diciptakan dan dibuat
segala sesuatunya menjadi lebih cepat, smart, dan efisien.
Prosiding ini memberikan kesempatan untuk berbagi informasi tentang
berbagai strategi untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam melakukan
penelitian serta penerapan hasil-hasil penelitian bidang peternakan. Melalui kegiatan
ini diharapkan dapat menciptakan inovasi serta memenuhi tuntutan pengembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan sosial ekonomi khususnya di bidang peternakan
Kami menyadari bahwa dalam penyelenggaran seminar ini masih banyak
kekurangan baik dalam penyajian acara, pelayanan administrasi maupun
keterbatasan fasilitas, serta penyusunan prosiding Seminar Nasional hasil penelitian
tahun 2019 ini masih banyak kekurangan. Pada akhirnya kami ucapkan banyak terima
kasih dan penghargaan yang begitu tinggi kepada semua pihak yang membantu
dalam penyusunan prosiding Seminar Nasional hasil penelitian tahun 2019.
Jambi, Oktober 2019
Ketua Panitia
Dr. Firmansyah SPt. MP.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PEMAKALAH SEMINAR HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
1. Introduksi Teknologi Biochar pada Usahatani Hortikultura Sebagai Upaya
Meningkatkan Pendapatan Petani Desa Kasang Lopak Alai Kabupaten Muaro Jambi
Armen Mara, Endriani, dan M. Syarif ............................................................................ 1
2. PKM Kelompok Peternak Sapi Dalam Pembuatan Probio_fm F3 Di Desa Lubuk
Lingkuk Kabupaten Bangka Tengah
Rufti Puji Astuti , Evahelda dan Nur Annis Hidayati ................................................... 11
3. Metode Cepat Perkecambahan Jernang Di Mandiangin, Provinsi Jambi
Revis Asra, Ade Octavia , Lisna ...................................................................................... 23
4. Penerapan Sistem Integrasi Ternak Sapi Dengan Tanaman Padi
Murnita, Nitta Yessirita dan Yonny Arita Taher .......................................................... 35
5. Penerapan Teknologi Bioproses Bahan Pakan Lokal Untuk Ayam Kampung Di Desa Lopak Aur Kabupaten Batanghari
Noferdiman dan Yusma Damayanti ................................................................................ 50
6. Meningkatkan Akses Permodalan Kelompok Tani Teman Abadi Kepada Lembaga
Keuangan Untuk Usaha Ternak Sapi
Afriani H, Firmansyah, M. Farhan ................................................................................. 62
7. Implementasi Sistem Pertanian Tekno-Ekologis Untuk Meningkatkan Pendapatan
Petani Dan Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Sri Arnita Abu Tani, Darlis Dan Suhessy Syarief .......................................................... 71
8. Sosialisasi Model 5C Untuk Membantu Peternak Sapi Memperoleh Akses Modal
Afriani H, Firmansyah dan Rahmi Dianita .................................................................... 86
9. Pengenalan Saccharomyces cerevisiae sebagai Probiotik Dalam Pakan Ternak Sapi
Potong
Teja Kaswari, H. Suryani, S. Fakhri dan M. Afdal ....................................................... 93
10. Pengembangan Ayam Kampung Unggul Balitnak (Kub) Secara Longyam Dengan Ikan
Lele Berbasis Probiotik Di Desa Nyogan Kecamatan Mestong
Mairizal, Hutwan Syarifuddin dan M. Afdal ................................................................ 100
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
1
Introduksi Teknologi Biochar pada Usahatani Hortikultura Sebagai
Upaya Meningkatkan Pendapatan Petani Desa Kasang Lopak Alai
Kabupaten Muaro Jambi
Armen Maraa)
, Endriani, M. Syarif Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Jalan Raya Jambi Ma. Bulian KM. 15 Mendalo Indah.
a )Korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Inovasi teknologi produksi biochar dan biokompos dapat menghasilkan bahan pembenah tanah yang baru atau pengembangan produk, sehingga tanah menjadi lebih
berkualitas, efektif dan efisien, produk hortikultura yang dihasilkan lebih sehat dan
dapat diterima oleh pasar. Tujuan kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini
adalah untuk membentuk atau mengembangkan sekelompok masyarakat yang
tergabung dalam kelompok tani “Tani Makmur” menjadi kelompok yang produktif,
berkinerja tinggi dan mandiri secara ekonomis, serta meningkatkan ketrampilan
masyarakat petani dalam memproduksi tanaman hortikultura sekaligus mengelola tanah
ramah lingkungan agar sustainable. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini
dilaksanakan pada Mitra Kelompok Tani “Tani Makmur” di Desa Kasang Lopak Alai
Kecamatan Kumpeh Ulu, selama 6 (enam) bulan dalam tahun 2019. Metode
pelaksanaan kegiatan PKM melalui penyuluhan, pelatihan dan demplot yang
selanjutnya diikuti dengan pendampingan. Hasil yang dicapai dari kegiatan ini adalah
sebagai berikut : (1) Pemberdayaan kelompok tani melalui kegiatan pelatihan dan
praktek lapang (demplot) mampu meningkatkan ketrampilan anggota dalam
menerapkan teknologi; (2) Introduksi teknologi biochar dan biokompos dapat
mendorong tumbuhnya usaha sentra biochar skala rumah tangga, yang ditandai dengan
pengabdosian teknologi biochar dan biokompos oleh 5 (lima) orang petani. Penguasaan
teknologi pemanfaatan biochar dan biokompos dapat memicu tumbuhnya usaha
agroindustri, khususnya biochar dan pengomposan di lingkungan kelompok tani “Tani
Makmur”; (3) Usaha produksi biochar meningkatkan pendapatan petani dengan R/C =
6,87 serta meningkatkan produksi tanaman hortikultura. Dapat dikatakan bahwa
teknologi biochar dan biokompos yang diterapkan pada kelompok masyarakat sangat
layak untuk dilanjutkan.
Kata Kunci: biochar, biokompos, hortikultura, limbah pertanian peternakan, ekonomi
rumah tangga
PENDAHULUAN
Kecamatan Kumpeh Ulu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Muaro
Jambi. Berdasarkan RTRW Kabupaten Muaro Jambi (2016), pemanfaatan ruang
Kecamatan Kumpeh diarahkan sebagai perkebunan, pertanian lahan kering dan
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
2
pemukiman. Kecamatan Kumpeh Ulu dikenal sebagian sebagai daerah utama penghasil
sayur dan buah-buahan karena sebagian besar penduduk bermata pencarian petani,
khususnya tanaman palawija dan holtikultura. Hal ini didukung kondisi lahan yang
sebagian terdiri dari dataran rendah / lahan basah sehingga sangat cocok untuk budidaya
tanaman sayuran dan buah-buahan. Menurut BPS Kabupaten Muaro Jambi (2017),
Desa Kasang Lopak Alai terletak di Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi.
Desa ini memiliki luas ±700 ha yang terdiri dari tanah sawah ±100 ha, tanah
pekarangan ±300 ha, tanah perkebunan ±150 ha, dan tanah tegalan ±150 ha. Mayoritas
mata pencarian penduduk desa ini adalah sebagai petani sawah ataupun petani
hortikultura dan perkebunan. Jumlah penduduk Desa Kasang Lopak Alai adalah 1.919
jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 513 KK, dengan rincian jumlah penduduk laki-
laki sebanyak 1.016 jiwa, perempuan 903 jiwa.
Desa Kasang Lopak Alai Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi,
merupakan wilayah yang berpotensi dalam pengembangan tanaman hortikultura, namun
hasil yang diperoleh petani masih rendah dan tidak seimbang dengan input yang
diberikan. Hal tersebut disebabkan karena lahan petani umumnya lahan kering masam
dengan sifat fisika yang kurang baik dan kesuburan yang rendah. Petani umumnya
masih melakukan usaha tani sayuran secara kimiawi, melalui pemanfaatan pupuk kimia
dan pestisida. Padahal untuk menuju pertanian yang ramah lingkungan dan konservatif,
sangat perlu pengurangan aplikasi bahan kimia dalam usaha tani, dintaranya adalah
dengan pemanfaatan biochar pada lahan usahatani.
Biochar atau arang hayati merupakan pembenah tanah alami berbahan baku
hasil pembakaran tidak sempurna (pirolisis) dari residu atau limbah pertanian yang sulit
didekomposisi, seperti kayu-kayuan, kakao, dan lain-lain. Pembakaran tidak sempurna
dilakukan dengan menggunakan alat pembakaran atau pirolisator suhu sekitar 2500 –
3500 C, selama 2-3,5 jam, sehingga diperoleh arang yang mengandung karbon tinggi
dan dapat diaplikasikan sebagai pembenah tanah. Pemilihan bahan baku pembenah
tanah dari bahan tang sulit didekomposisi dimaksudkan agar dapat bertahan lama di
dalam tanah (Gani, 2010, Endriani et al., 2016). Di Jambi, potensi penggunaan biochar
cukup besar mengingat bahan baku seperti residu kayu, tempurung kelapa dan sekam
padi cukup tersedia, pada setiap proses penggilingan gabah akan dihasilkan 16,3 – 28 %
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
3
sekam. Berdasarkan analisis situasi yang dijelaskan di atas, maka perlu usaha untuk
menjaga kelestarian tanah dan meningkatkan produktivitasnya sehingga dapat
mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan (Sustainable agriculture
development), meningkatkan pendapatan petani yang pada gilirannya akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu kelompok tani produktif di Desa
Kasang Lopak Alai adalah kelompok tani ”Tani Makmur” dengan anggota 18 orang
yang diketuai oleh Suprayogi. Hasil diskusi dengan kelompok tani dan berdasarkan
kunjungan lapangan, diketahui terdapat beberapa permasalah yang ditemui di lapangan,
di antaranya : pengelolaan lahan kering marjinal belum maksimal, usaha tani sayuran
yang dilakukan masih menggunakan pestisida dan pupuk kimia, kesadaram petani yang
masih rendah dalam penerapan Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan berbasis
bioorganik baik berupa pembenah tanah biochar, pupuk organik maupun pestisida
organik.
Tujuan kegiatan ini adalah : a) mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat
dengan cara mengoptimalkan kemampuan budidaya hortikultura secara ramah
lingkungan; b). meningkatkan kemampuan masyarakat tani dalam memproduksi biochar
berbasis bahan lokal dan biokompos limbah pertanian, serta biopestisida,
pemanfaatannya untuk budidaya tanaman sayuran; c). pengelolaan lahan kering
marjinal yang ramah lingkungan untuk masa depan dengan mengembangkan biochar
dan biokompos dan; d). peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan cara
mengembangkan kegiatan ekonomi produktif, membentuk kelompok usaha baru sentra
produksi biochar sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan hidup secara mandiri.
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
Materi yang diperlukan antara lain, bahan pembuat biochar seperti sekam padi,
serbuk gergaji, ram kawat, kotoran sapi/ayam, hijauan gamal, rock phosphate,
Trichoderma, gembor, papan, seng, karung, semen, spanduk, stiker, materi untuk
penyuluhan, dan lain-lain. Metode kegiatan PKM berupa penerapan IPTEK yang akan
dilaksanakan meliputi : penyuluhan dan atau pelatihan, tujuannya untuk menambah
pengetahuan petani tentang pengelolaan lahan marginal yang ramah lingkungan,
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
4
mengenalkan biochar “si pembenah tanah yang ramah lingkungan”, mengenalkan
pupuk organik biokompos berbasis bahan lokal, pada kelompok tani Tani Makmur.
1) Pembentukan kelompok usaha baru Sentra Produksi Biochar dan Biokompos.
2) Pelaksanaan demonstrasi produksi biochar dan biokompos sebagai usaha baru untuk
pemenuhan kebutuhan petani pada budidaya sayuran dan menstimulasi petani dalam
penerapan pada usaha tani sayuran masing masing,
3) Melaksanakan percontohan penerapan teknologi biochar pada lahan sayuran dengan
melibatkan seluruh anggota kursus, yang mencakup kegiatan pembuatan pupuk
biochar, pembuatan dan pemberian pupuk organik, pestisida organik.
4) Melaksanakan percontohan pola diversifikasi pangan dan sayuran dengan
memberikan bantuan bibit.
5) Melaksanakan pembinaan terhadap petani-petani yang akan menerapkan teknologi
rumah pangan lestari bebas pupuk kimia dan pestisida di lahan pekarangan milik
petani itu sendiri.
6) Melaksanakan pendampingan pemeliharaan tanaman sayuran secara tepat guna untuk
mendapat hasil yang menguntungkan sekaligus bebas dari bahan kimia.
7) Melaksanakan evaluasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Lokasi
Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat berupa program Kemitraan
Masyarakat dilaksanakan di Desa Kasang Lopak Alai Kecamatan Kumpeh Ulu
Kabupaten Muaro Jambi terletak pada lokasi yang cukup strategis dengan jarak tempuh
ke ibu kota kecamatan sekitar 20 km, ke ibu kota kabupaten sekitar 50 km dan ke ibu
kota provinsi sekitar 25 km. Orbitasi ini menunjukkan bahwa akses Desa Kasang
Lopak Alai ke kota Jambi sangat dekat sehingga memudahkan bagi masyarakat
khususnya petani yang tergabung dalam kelompok Tani Makmur menjual hasil
pertaniannya ke kota.
Kawasan ini merupakan kawasan yang juga kaya akan potensi sumberdaya alam
maupun sumberdaya manusia. Walaupun memiliki potensi sumber daya alam yang
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
5
cukup besar, namun tingkat perekonomian masyarakat di Desa Kasang Lopak Alai
masih tergolong rendah. Selain itu, juga terdapat potensi pencemaran lingkungan di
sekitar pemukiman, sampah-sampah anorganik dibuang secara langsung ke lingkungan
permukiman. Jika hal ini dibiarkan, tentunya dapat menjadi permasalahan yang cukup
serius bagi lingkungan maupun bagi masyarakat pada umumnya. Sampah merupakan
material sisa yang dihasilkan oleh pemanfaatan suatu benda atau produk yang
dimanfaatkan oleh manusia maupun aktivitas alam.
Lahan milik petani di lokasi PPM umumnya tidak dimanfaatkan secara optimal,
sebagian besar lahan pekarangan hanya dibiarkan tanpa pengelolaan yang baik.
Sebagian lahan pekarangan ditanami tanaman buah-buahan seperti rambutan, durian dan
duku, serta sirsak, namun tanaman tersebut terlihat tidak dipelihara dan dirawat dengan
baik. Petani melakukan kegiatan usahatani hanya pada musim penghujan saja
sedangkan pada musim kemarau membiarkan lahan pertaniannya tanpa dikelola dengan
baik. Petani umumnya menanam tanaman sayuran, diantaranya : kacang panjang, pare,
gambas, mentimun, dan lain sebagainya, disamping itu juga menanam tanaman palawija
seperti jagung. Lahan usahatani masyarakat juga ditanami buah buahan seperti papaya
dan pisang.
Permasalahan yang sering ditemui petani dalam budidaya sayuran adalah
serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), sehingga secara rutin dilakukan
penyempRotan pestisida setiap empat hari. Namun sebagian besar petani belum paham
bahwa sebelum pemanenan tidak boleh dilakukan penyempRotan pestisida karena akan
membahayakan konsumen. Aplikasi pupuk organik masih terbatas dan lahannya nampak
miskin hara.
Introduksi Teknologi Biochar
Solusi lahan usaha tani yang masih miskin hara adalah mengurangi penggunaan
pupuk kimia, serta upaya terciptanya lingkungan hidup yang sehat dan membantu
meningkatkan pendapatan rumah tangga petani adalah dengan introduksi teknologi
biochar dan biokompos. Dimulai dari pengenalan biochar pada petani dan sosialisasi
manfaatnya dalam memperbaiki kesuburan tanah dan menghasilkan tanaman sayuran
yang sehat dan bebas pestisida. Selanjutnya dilakukan pelatihan pembuatan biochar
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
6
(Gambar 1) dan pelatihan pembuatan biokompos yang pelaksanaannya mendapat respon
sangat baik dari petani, dibuktikan dari jumlah kehadiran petani, respo kemampuan
menyerap teknologi yang diintroduksikan.
Gambar 1. Kegiatan pelatihan produksi biochar sekam padi
Tabel 1. Hubungan antara kegiatan, target, realisasi kegiatan dan capaian
No. Kegiatan Target Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Capaian
1. Penyuluhan usaha 20 orang peserta Kegiatan penyuluhan dan diskusi 100 %
tani berbasis hadir dan mengenai usaha tani berbasis (semua anggota
organik farming memaham usaha organik terlaksana dengan baik dan kelompok tani hadir tani berbasis mendapat tanggapan yang baik dan mendengar pertanian organic yang dinilai berdasarkan keaktifan penyuluhan) dalam diskusi dan jumlah petani
yang berpartisipasi
2. Penyuluhan 20 orang peserta Kegiatan penyuluhan dan diskusi 100 %
pengenalan fungsi hadir dan melihat mengenai usaha tani berbasis (semua anggota
dan manfaat biochar serta organik berupa biochar dan kelompok tani yang
biochar sebagai mengetahui pengenalan biochar terlaksana hadir megetahui apa
pembenah tanah manfaatnya dengan baik dan mendapat itu biochar dan sebagai tanggapan yang baik dari petani mengetahui ppembenah tanah yang dinilai berdasarkan keaktifan manfaatnya) dalam diskusi dan jumlah petani
yang berpartisipasi
3. Pelatihan Minimal 50 % Pelatihan pembuatan bochar 100 %
Pembuatan petani mampu berjalan baik, petani mampu dan (semua petani yang
Biochar membuat biochar bisa membuat biochar dengan baik, hadir bisa membuat hampir semua petani yang hadir (20 biochar) orang) mampu membuat biochar
dengan pyrolysis sederhana
4. Pembuatan rumah 1 rumah biochar Pembuatan Sentra Biochar 100 %
biochar /sentra berbasis sekam padi dan serbuk (sudah terbentuk satu
biochar gergaji sudah terlaksana, rumah “sentra kesepakatan ketua kelompok tani Biochar”) (Bapak Yogi Pratama) adalah di
Loorong antu Rengas RT 01 Desa
Lasang Lopak Alai
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
7
Lanjutan Tabel.1
5. Pelatihan
membuat
biokompos
6. Penerapan aplikasi
biochar pada
tanaman buah
buahan
7. Pendampingan
keberlanjutan
sentra biochar
Minimal 50 %
anggota yang
hadir mampu
membuat pupuk
organic
biokompos
Sudah dilakukan
penerapan biochar
pada lahan
hortikultura
Minimal 2 orang
anggota keompok
tani mau
mengelola usaha
baru sentra
biochar
Pelatihan pembuatan biokompos
berjalan baik, petani mampu dan
bisa membuat biokompos dengan
baik, hampir semua petani yang
hadir sudah mampu membuat
biokompos dengan bahan kotoran
sapi, hijauan legume, dan
trichoderma
Penerapan aplikasi biochar pada
lahan tanaman buah buahan sudah
dilaksanakan, biochar diaplikasikan
pada lahan yang ditanami pepaya
Diskusi lebih diutamakan mencari
alternatif dan solusi untuk
keberlanjutan usaha “Sentra
Biochar” dan manajemen
pengelolaannya dengan Tim PPM
dari PT sebagai fasilisator
100%
(semua petani yang
hadir dapat membuat
biokompos)
20 %
(penerapan biochar
dilakukan pada
tanaman papaya 5
orang petani)
100 %
(biochar dan
biokompos sudah
memiliki labeling dan
pemasaran lebih luas)
Introduksi teknologi biochar telah mendorong tumbuhnya usaha sentra biochar
skala rumah tangga, ditandai dengan diadopsinya teknologi biochar oleh 5 orang petani.
Petani tersebut melakukan produksi biochar secara individu dengan cara sederhana
sebanyak 500 kg/petani. Alasan yang disampaikan petani, pengangkutan yang selama
ini menjadi masalah dapat diatasi.
Gambar 2. Proses produksi biochar kelompok Tani Makmur Desa Kasang Lopak Alai
Tabel 2. menunjukkan bahwa pengolahan limbah pertanian menjadi biochar
telah dapat diadopsi petani khususnya anggota kelompok Tani Makmur. Dari ± 1.000 kg
bahan baku pembuatan biochar diperoleh biochar jadi sebanyak 500 kg, dan dengan
total biaya Rp.800.000,00 maka harga pokok biochar Rp.800/kg.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
8
Tabel 2. Analisa Usaha Produksi Biochar di Kelompok Tani Tani Makmur Desa Kasang Lopak Alai, 2019.
No Uraian Fisik Harga/satuan Jumlah
I. Biaya : Sekam padi (Kg)
1000,00
400,00
400.000,00
Tenaga kerja (HOK) 10,00 30.000,00 300.000,00 Penyusutan saung (bulan) 1,00 100.000,00
II. Total biaya 800.000,00
III. Hasil (kg) 500,00 Harga pokok biochar/kg 800,00 Harga jual biochar/kg 5.500,00
IV. Pendapatan 2.350.000,00
V. Keuntungan 1.950.000,00
VI. R/C 6,875
Sumber : data primer (diolah)
Berdasarkan pengamatan, dengan harga jual bochar yang beredar di pasaran
sekitar Rp.5.500/kg, maka petani dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp.1.950.000,-
dengan R/C = 6,87. Namun apabila bahan utama biochar dapat disediakan oleh petani
(dari limbah pertanian milik petani) dan dikemas sendiri, maka biaya produksi dapat
diturunkan menjadi Rp.500.000,- , akan diperoleh keuntungan Rp.2.500.000,- dengan
R/C= 11,0. Artinya akan diperoleh keuntungan 11 kali lipat apabila biochar dibuat dari
bahan sendiri dibandingkan bahan dibeli yang hanya memperoleh keuntungan 6,88 kali
lipat. Biochar merupakan bahan padat kaya karbon hasil konversi dari limbah organik
(biomas pertanian) melalui pembakaran tidak sempurna atau suplai oksigen terbatas
(Gambar. 3)
Gambar 3. Proses Pembakaran Limbah Organik
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
9
Biochar bukan pupuk tetapi berfungsi sebagai pembenah tanah. Aplikasi biochar
ke lahan pertanian dapat meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air dan hara,
memperbaiki kegemburan tanah, mengurangi penguapan air dari tanah dan membuat
habitat yang baik untuk mikroorganisme simbiotik. Biomas pertanian yang dapat
menjadi bahan biochar dapat berupa sekam padi, tempurung kelapa, tempurung kelapa
sawit, kulit buah kakao, dan tongkol jagung. Dari berbagai hasil penelitian
mengungkapkan bahwa kulit buah kakao merupakan bahan baku yang paling baik untuk
pembuatan biochar.
Hasil pembakaran tak sempurna dari biomas di atas akan menjadi arang. Arang
(biochar) itulah yang akan dibenamkan ke dalam tanah sehingga memberikan dampak
pertukaran air dan udara dalam tanah/daerah perakaran tanaman menjadi lebih baik, dan
sejumlah manfaat lainnya seperti tersebut di atas. Dengan berbagai manfaat tersebut,
Tim dari Unversitas Jambi telah berinisiasi mengadakan pelatihan pembuatan biochar
kepada kelompok tani Tani Makmur dan masyarakat sekitar agar teknologi ini dapat
didiseminasikan secara luas di Desa Kasang Lopak Alai Kecamatan Kumpeh Ulu
Provinsi Jambi.
KESIMPULAN
Berdasarkan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa introduksi teknologi biochar telah mendorong tumbuhnya
usaha produksi biochar skala rumah tangga, ditandai dengan telah diadopsinya
teknologi produksi biochar oleh 5 orang petani. Penguasaan teknologi biochar dapat
memicu tumbuhnya usaha agroindustri, khususnya produksi biochar di lingkungan
kelompok tani Tani Makmur. Usaha produksi biochar meningkatkan pendapatan petani
dengan R/C 6,88, serta meningkatkan produksi tanaman hortikultura.
UCAPAN TERIMAKASIH
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dibiayai oleh Direktorat Riset dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi,
Republik Indonesia melalui Hibah PKM. Ucapan terima kasih kepada Yang Terhormat
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
10
Bapak Dirjen DRPM Dikti, Bapak Rektor Universitas Jambi, Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Jambi, yang telah mendanai dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan ini,
terima kasih PPL Kecamatan Kumpeh Ulu Ir. Ramli atas bantuannya.
DAFTAR PUSTAKA
Asai, H., Samson, B.K., Stephan, H.M., Songyikhangsuthor, K., Homma, K., Kiyono,
Y., Inoue, Y., Shiraiwa, T., & Horie, T. (2009). Biochar amendment techniques for
upland rice production in Northern Laos 1. Soil physical properties, leaf SPAD and
grain yield. Field Crops Research, 111, 81–84.
Balai Penelitian Tanah, 2017. Teknologi Pembuatan Biochar sederhana. Badan Litbang
Pertanian. Kementerian Pertanian.http://www.litbang.pertanian.go.id/berita.php/one
/2845/ Balai Penelitian Tanah, 2017).
BPS Kabupaten Muaro Jambi. 2017. Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka.
https://muarojambikab.bps.go.id/publication/2017/08/10/f86ba3d3d3847237b843ca
8c/
Chan K Y, A, E, L. Van Zwieten B , I. Meszaros A , A. Downie C,D, and S. Joseph D
A. 2007. Agronomic values of greenwaste biochar as a soil amendment. Australian
Journal of Soil Research, 2007, 45: 629–634. www.publish.csiro.au/journals/ajsr Djaenudin D. 2007. Potensi Sumber Daya Lahan untuk Perluasan Areal Tanaman
Pangan di Kabupaten Merauke. Jrnal Iptek Tanaman Pangan. 2(2):180-194.
Endriani dan A Kurniawan. 2017. Pengembangan Soil Amandement Biochar Untuk
Pengelolaan Lahan Kering Sub-Optimal Hemat Karbon dan Rendah Emisi
Mendukung Ketahanan Pangan. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Universitas Jambi.
Endriani, Sunarti dan Ajidirman. 2012. Biochar cangkang kelapa sawit sebagai sumber
energi alternatif yang renewable dan soil amandement lahan sub optimal di Provinsi
Jambi. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Jambi.
Gani, A. 2010. Multiguna Arang - Hayati Biochar. Sinar Tani. Edisi 13-19 Okt 2010.
Juniadi, 2012. Teknis pembuatan arang sekam. Balai Besar Pelatihan Pertanian
Lembang. www.bbpp-lembang.info
RTRW Kabupaten Muaro Jambi. 2016. Revisi Rencana Umum Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Muaro Jambi. file:///G:/DES%20KASANG/rtrw_105_2016.pdf
Sapto A, Bambang. 2012. Si Hitam Biochar yang Multiguna. PT. Perkebunan Nusantara
X (Persero), Surabaya.
Sukartono, W. H. Utomo, Z. Kusuma, and W. H. Nugroho. "Soil Fertility Status,
Nutrient Uptake, and Maize (Zea Mays L.) Yield Following Biochar and Cattle
Manure Application on Sandy Soils of Lombok, Indonesia." Journal of Tropical
Agriculture49.1-2 (2011): 47-52.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
11
PKM Kelompok Peternak Sapi Dalam Pembuatan Probio_FM F3 Di
Desa Lubuk Lingkuk Kabupaten Bangka Tengah
Rufti Puji Astuti1a
, Evahelda2 , Nur Annis Hidayati
3
1,2 Pogram Studi Agribisnis, Universitas Bangka Belitung, 3 Pogram Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung,
1a) Korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Teknologi Probio_fm dikenal masyarakat Bangka Belitung sebagai bahan
fermentasi pakan dalam kegiatan budidaya ternak sapi. Teknologi Probio_fm dinilai
sederhana dan tepat guna, tidak hanya menjadikan cara budidaya ternak sapi lebih
mudah, namun peternak juga terbebas dari masalah pencemaran bau limbah kotoran
ternak. Kendala yang dihadapi peternak yang tergabung dalam Kelompok Tani Saling
Gumilang dalam penerapan Teknologi Probio_fm adalah, ketergantungan peternak
untuk membeli Probio_fm F3, biaya pengiriman produk mahal dan distribusi
pengiriman produk terkendala adanya penolakan oleh jasa ekpedisi sehingga
penggunaannya belum berkelanjutan.
Tujuan pengabdian ini untuk memberdayakan peternak dalam membuat
Probio_fm F3. Metode pelaksanaan pengabdian dilakukan melalui tahapan sosialisasi,
aksi demontrasi dan pelatihan, serta evaluasi dan monitoring. Metode pengumpulan data
dengan wawancara dan penyebaran angket. Analisis data dilakukan dengan analisis
deskriptif kualitatif. Hasil pelaksanaan program kemitraan masyarakat menunjukkan
adanya perubahan pengetahuan, keterampilan dan perilaku peternak di kelompok saling
gumilang dalam menerapkan teknologi probio_fm. Pengetahuan peternak tentang
tekknologi probio_fm meningkat 44%; sebagain besar (80% peternak) terampil
membuat Probio_fm F3 sehingga peternak tidak lagi membeli Probio_fm F3 dan 25%
peternak sudah menerapkan teknologi berkelanjutan dengan mengolah pakan silase
pelepah sawit.
Hasil evaluasi dan monitoring menemukan adanya kendala dalam produksi Probio_fm F3, yaitu masalah penyaringan bahan. Hasil evaluasi dan monitoring juga
menemukan adanya dampak aplikasi pakan berbasis teknologi probio_fm mampu
mengatasi pencemaran bau di lingkungan kandang dan efisien waktu dalam manajemem
pemberian pakan.
Kata Kunci: Perberdayaan , Teknologi Probio_Fm ,Ternak Sapi.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
12
PENDAHULUAN
Penguasaan dan pengembangan IPTEKS baik oleh masyarakat peternak maupun
petani perkebunan, menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan produksi hasil
perkebunan maupun peternakan. Pemeritah Kabupaten Bangka Tengah
memprioritaskan program peningkatan penerapan teknologi dan menargetkan terdapat
30 kelompok yang memiliki kemampuan dalam pengembangan dan penguasaan
teknologi dibidang peternakan dan perkebunan. Penerapan teknologi (minimal 30
kelompok tani), diyakini mampu berkontribusi dalam pencapaian target populasi
sebanyak 5000 ekor ternak sapi pada tahun 2019. Dalam hal ini, pemerintah juga
mengandalkan program sistem integrasi sapi kelapa sawit (SISKA) untuk mewadahi
peternak maupun petani perkebunan dalam penguasaan dan pengembangan teknologi.
Usaha pengembangan ternak sapi Bali banyak dibudidayakan oleh sebagian
masyarakat di desa Lubuk Lingkuk. Kelompok Tani Saling Gumilang merupakan salah
satu kelompok yang aktif melakukan kegiatan usaha pengembangan ternak sapi. Tidak
hanya memelihara ternak sapi, peternak anggota Kelompok Tani Saling Gumilang juga
berprofesi sebagai petani kebun kelapa sawit. Pengembangan ternak sapi oleh peternak
dilakukan secara bersamaan dengan mengelola kebun kelapa sawit. Peternak
menerapkan sistem integrasi sapi dan kelapa sawit dalam pemeliharaan ternak sapi dan
tanaman sawit.
Bentuk penerapan sisten integrasi sapi-kelapa sawit di Kelompok Tani Saling
Gumilang adalah dengan mengolah limbah pelepah sawit sebagai pakan ternak dan
sebaliknya limbah kotoran ternak digunakan untuk pupuk tanaman. Desa Lubuk
Lingkuk berpotensi untuk menjadi desa percontohan dalam penerapan sistem integrasi
sapi kelapa sawit. Keberadaan kebun sawit milik masyarakat maupun perusahaan
swasta berpotensi untuk menyediakan sumber pakan bagi ternak dan sebaliknya kotoran
ternak berpotensi untuk pupuk tanaman sawit. Namun faktanya kegiatan pemelihraan
ternak sapi oleh sebagai peternak di Kelompok Tani Saling Gumilang masih dilakukan
dengan cara tradisional, yaitu mengandalkan rumput alam. Cara tradisional juga terlihat
dari cara peternak menggunakan limbah kotoran ternak sebagai pupuk tanaman sawit
secara langsung tanpa pengolahan.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
13
Kelompok Tani Saling Gumilang terbentuk sejak tahun 2011 dengan jumlah
anggota sebanyak 20 orang. Kelompok tani ini termasuk salah satu kelompok penerima
bantuan mesin pencacah pelepah sawit maupun mesin kompos dari Dinas Pertanian
Kabupaten Bangka Tengah. Permasalahan yang dihadapi pada awal kelompok terbentuk
adalah belum optimalnya penggunaan mesin pencacah dan kompos. Kelompok tani
kembali aktif melakukan kegiatan pengembangan ternak sapi sejak tahun 2017.
Permasalahan cara budidaya yang dianggap kurang menguntungkan oleh sebagian
anggota kelompok, telah diatasi dengan menerapkan teknologi probio_fm untuk
pengolahan pakan silase pelepah sawit.
Probio_Fm merupakan probiotik cair mengandung beberapa spesies bakteri asam
laktat, yang merupakan hasil isolasi mikroba dari saluran pencernaan itik Kerinci
(Manin et al. 2003; Manin et al. 2010). Probio_Fm baik digunakan untuk pengolahan
pakan ternak unggas maupun ruminansia dan telah digunakan oleh peternak di berbagai
daerah seperti Provinsi Banten, Kabupaten Kerawang Provinsi Jawa Barat dan Provinsi
Kalimantan Selatan. Mayoritas peternak merasa puas dengan hasil yang dirasakan
setelah menggunakan probio_Fm, dikarenakan selain dapat mengurangi pencemaran
lingkungan kandang (bau kandang), penggunaan probio_Fm juga terbukti dapat
mengurangi jumlah bakteri patogen pada saluran pencernaan unggas, meningkatkan
kesehatan ternak, serta meningkatkan produktivitas ternak itik dan sapi (Yusrizal dan
Aziz 2009; Hendalia et al. 2010; Manin et al. 2010; Hendalia et al. 2012; Yusrizal et al.
2012; Manin et al. 2014; Riza et al 2015). Probio_Fm juga sudah digunakan oleh
peternak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan terbukti mampu mengatasi
permasalahan pencemaran bau kandang, menjaga kesehatan ternak, serta dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan pakan (Hendalia et al. 2017)
Probiotik juga dikenal sebagai produk suplemen pakan berisi bakteri hidup yang
berfungsi untuk menjaga keseimbangan mikroflora dalam usus, dengan mengurangi
jumlah mikroba patogen dalam saluran pencernaan (Fuller, 2002). Teknologi probio_fm
pertama dikenal Kelompok Tani Saling Gumilang pada tahun 2018. Informasi tentang
teknologi probio_fm diperoleh ketua kelompok saat mengikuti acara pameran produk di
Kelompok Tunas Baru. Peternak menggunakan produk probiotik probio_fm produksi
Kelompok Tunas Baru.Penggunaan Probio_fm dinilai peternk tidak hanya memudahkan
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
14
proses manajemen pemberian pakan tapi juga dapat mengatasi masalah pencemaran bau
di lingkungan kandang. Permasalahannya peternak tidak berdaya untuk memproduksi
probiotik Probio_fm,sehingga keberlanjutan penggunaan probio_fm berkelanjutan
berdampak pada ketergantungan peternak membeli probiotik Probio_fm.
Keberhasilan peternak menerapkan teknologi probio_fm untuk mengolah pakan
silase pelepah sawit, menjadikan penggunaan mesin pencacah lebih optimal.
Keberhasilan ini juga memotivasi peternak di Kelompok Saling Gumilang untuk
memiliki keterampilan memproduksi Probio_fm F3. Kegiatan pelatihan produksi
Probio_fm perlu dilakukan agar peternak tidak ketergantung untuk terus membeli
Probio_fm F3. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan memproduksi Probio_fm F3
dapat dilakukan melalui kegiatan sosialisasi, demontrasi dan pelatihan serta evaluasi
dan monitoring. Cara ini terbukti mampu menjadikan peternak di Kelompok Nadi
Lestari trampil membuat Probio_fm F3 (Astuti at al, 2018). Tujuan pengabdian ini
adalah untuk memberdayakan peternak untuk membuat Probio_fm F3. Pengetahuan
dan keterampilan peternak dalam memproduksi probio_fm akan bermanfaat untuk
menunjang penerapan teknologi probio_fm berkelanjutan oleh Kelompok Tani Saling
Gumilang, serta mengatasi masalah ketergantungan membeli produk.
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dilaksanakan di Desa Lubuk Lingkuk,
Kecamatan Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Pengabdian dilaksanakan selama 4 bulan sejak bulan Mei - Agustus 2019.
Pelaksanaan pengabdian melibatkan peternak mitra, yaitu peternak di Kelompok Tani
Saling Gumilang. Pemilihan lokasi dan mitra sasaran didasari oleh pengalaman dan
minat peternak menggunakan Probio_fm.
Mekanisme Penyelesain Masalah
Kemampuan peternak untuk memproduksi Probio_fm berkelanjutan harus
didukung dengan kepemilikan alat produksi, salah satu diantaraya adalah inkubator.
Pelaksanaan program pemberdayaan peternak dalam membuat Probio_fm F3 ini diawali
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
15
dengan kegiatan pendampingan merakit inkubator sederhana. Pelaksanaan program
kemudian akan dilanjutkan dengan pelatihan produksi Probio_fm setelah dipastikan
peternak memiliki kemampuan merakit inkubator. Bentuk pelaksanaan program
produksi Probio_fm ini dilakukan secara berkelompok, dengan 1 (satu) kepemilikan
inkubator diyakini kualitas produk yang dihasilkan dapat terjaga.
Metode Pelaksanaan Pengabdian
Pelaksanaan program kegiatan pengabdian dilakukan dengan melalui 3 (tiga)
bentuk metode, yaitu: sosialisasi, aksi dalam bentuk demontrasi dan pelatihan serta
evaluasi dan monitoring.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Program terlaksana secara sistematis melalui tiga tahapan, diawali dengan
kegiatan sosialisai materi cara memproduksi Probio_fm F3 maupun merakit inkubator,
dilanjutkan dengan demontrasi dan pelatihan pembuatan Probio_fm F3. Pelaksanaan
program diakhri dengan kegiatan evaluasi dan moitoring yang bertujuan untuk
mengukur tingkat keberdayaan peternak. Noor (2011) menyatakan bahwa tujuan utama
kegiatan pemberdayaan adalah untuk menjadikan masyarakat mampu mengatasi
permasalahan dengan segala keterbatasan yang dimiliki dan memiliki rasa tanggung
jawab, mau berkerja keras dan mau menerima perubahan. Hasil kegiatan pengabdian
masyarakat secara detail dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Persentase persepsi peternak yang menyatakan setuju sampai dengan sangat
setuju tentang penilaian indikator dalam kegiatan pengabdian
Indikator penilaian Persentase (%)
Sebelum Sesudah
Sosialisasi
Pengetahuan tentang teknologi probio_fm 36 71
Pengalaman menggunakan teknologi probio_fm 15 -
Minat mengikuti pelatihan produksi probio_fm - 100
Demontrasi/ pelatihan produksi probio_fm
Pengetahuan tentang teknologi probio_fm 71 100
Kemampuan merakit alat produksi dan produksi f3 0 100
Kemampuan memproduksi Probio_fm F3 0 80
Evaluasi dan monitoring
Pengalaman menggunakan teknologi probio_fm 15 80
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
16
Tahapan Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi dilakukan untuk mengawali kegiatan Pengabdian Kepada
Masyarakat. Tim pengabdian menggunakan kesempatan dengan membentuk dan
menyepakati jadwal pelaksanaan program bersama peserta dalam kegiatan sosialisasi.
Tujuan utama pelaksanaan kegiatan sosialisasi adalah untuk memastikan kesiapan dan
minat peternak di Kelompok Saling Gumilang untuk mengikuti kegiatan pendampingan
pembuatan Probio_fm F3. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi sosialisasi
program, pengenalan teknologi probio_fm dan sosiliasi materi pelatihan baik materi
perakitan inkubator maupun materi pembuatan Probio_fm F3. Kegiatan sosialisasi
dihadiri oleh 14 peternak anggota kelompok tani. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi
diawali dengan pembagian buku pedoman pelatihan, dilanjutkan dengan penyampaian
masing-masing materi oleh tim pengabdi (Gambar 1)
Gambar 1. Foto kegiatan sosialisasi
Hasil penilaian angket kegiatan sosialisasi (Tabel.1) menunjukkan adanya
perubahan pengetahuan peternak tentang teknologi probio_fm kearah yang positif.
Pengetahuan peternak tentang teknologi probio_fm mengalami peningkatan dari 36%
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
17
menjadi 71%, setelah dilakukan kegiatan sosialisasi. Peternak pernah mendengar dan
mengetahui manfaat probio_fm dengan melihat anggota lain yang sudah menerapkan
teknologi namun belum memahami alat dan bahan untuk pembuatan probio_fm F3.
Peternak saat ini tidak hanya mengetahui manfaat teknologi probio_fm, namun juga
memahami alat, bahan serta proses produksi Probio_fm F3.
Pengenalan teknologi probio_fm yang dilakukan melalui kegiatan sosialisasi
terbukti mampu meningkatkan pengetahuan peternak. Kegiatan pengenalan teknologi
probio_fm di Kelompok Tunas Hijau terbukti memapu menambah pengetahuan
peternak. Peternak tidak hanya mengetahui manfaat saja, peternak juga mengetahui
tentang cara penggunaan teknologi (Astuti et al, 2019). Peternak di Kelompok Saling
Gumilang sebagain besar belum berpengalaman menggunakan probio_fm, hasil
penilaian angket dalam kegiatan sosialisasi menunjukkan hanya 15% atau sebanyak 3
orang saja yang pernah menggunakan. Namun demikian, berdasarkan hasil penilaian
minat diketahui bahwa semua peternak atau 100% menyatakan setuju sampai sangat
setuju perlu dilakukan pelatihan produksi Probio_fm F3. Minat peternak juga
ditunjukan dengan kesiapan peternak mengikuti jadwal pelatihan yang telah disepakati
bersama.
Tahapan Demontrasi/pelatihan Pembuatan Probio_fm
Kegiatan demontrasi dilaksanakan menggunakan pendekatan metode partisipatif.
Menurut Dewi (2014) pendekatan partisipatif dapat digunakan untuk mempengaruhi
kemandirian yang mengarah pada kesadaran masyarakat. Pelaksanaan kegiatan
demontrasi dihadiri oleh pakar teknologi probio_FM (Ibu Dr. drh Fahmida Manin M.P)
dari Universitas Jambi sebagai narasumber. Pelaksanaan kegiatan demontrasi diawali
kegiatan diskusi dan tanya jawab bersama antara peternak dan narasumber.
Pelaksanaan kegiatan demontrasi dilanjutkan dengan pengumpulan alat dan bahan,
setelah diskusi peternak dan narasumber selesai. Kehadiran narasumber dalam kegiatan
demontrasi menambah motivasi peternak untuk mengikuti pelatihan, peternak tidak
hanya bertanya tentang cara penggunaan probio_fm untuk pakan ternak, peternak juga
memanfaatkan kesempatan tersebut untuk bertanya tentang cara penggunakan teknologi
probio_fm untuk pengolahan pelet ikan maupun pakan ternak unggas.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
18
Pelaksanaan kegiatan demontrasi pembuatan Probio_fm F3 dilakukan oleh
narasumber bersama peternak secara langsung dengan mempraktekkan materi pelatihan.
Narasumber berperan sebagai pengarah sekaligus pemeraga, dalam hal ini tim pengabdi
dan peternak juga terlibat aktif dalam memperagakan arahan narasumber. Proses
pembuatan probio_fm secara keseluruhan dilakukan melalui 7 (tujuh) tahapan. Hasil
kegiatan demotrasi menunjukkan peserta pelatihan aktif dan secara langsung terlibat
pada semua proses, baik penimbangan, pencampuran, pengadukan, perebusan,
penyaringan dan pendinginan, penambahan bahan starter dan inkubasi, maupun pada
saat pemanenan produk (Gambar 2.)
Hasil penilaian angket (Tabel.1) menunjukan sebelum kegiatan mengikuti
kegiatan demontrasi sebanyak 71% peternak menyatakan setuju sampai dengan sangat
setuju memiliki pengetahuan tentang teknologi probio_fm, pengetahuan peternak
meningkat menjadi 100% setelah mengikuti kegiatan demontasi. Bentuk pengetahuan
peternak setelah mengikuti kegiatan demontrasi tidak hanya ditunjukkan oleh
pengetahuan tentang manfaat dan cara menggunaan teknologi, tetapi juga pengetahuan
tentang cara produksi Probio_fm F3. Artinya kegiatan demontrasi yang dilakukan
terbukti mampu memberikan tambahan pengetahuan pada peternak, dari belum
mengetahui menjadi mengetahui.
Hasil penilaian angket pada Tabel 1 juga menunjukkan adanya perubahan kearah
yang positif pada kemampuan peternak merakit inkubator dan membuat Probio_fm F3.
Peternak tidak hanya mampu merakit inkubator dan memproduksi probio_fm, tetapi
juga trampil memproduksi probio_fm dengan berbagai varian takaran bahan dalam 4
kali pengulangan percobaan. Keterampilan peternak juga ditunjukkan dari kemampuan
menjelaskan cara membuat Probio_fm F3 kepada sesama peserta pelatihan. Perubahan
keterampilan peternak ke arah yang positif ini ditunjjukkan oleh pernyataan setuju
sampai dengan sangat setuju oleh 80% sampai 100% peternak pada indikator penilaian
yang ditentukan. Hasil serupa juga terjadi di Kelompok Tani Nadi Lestari. Adanya
kegiatan demontrasi pelatihan pembuatan probio_fm memberikan pengaruh pada
perubahan keterampilan petermak dalam membuat Probio_fm F3. Keterampilan
membuat probio_fm dimiliki oleh sebagian peternak saja, karena hanya 65% peternak
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
19
yang berhasil mempraktekkan membuat probio_fm dengan berbagai ukuran takaran
bahan dalam berbagai percobaan (Astuti et al. 2018).
Keterampilan peternak membuat Probio_fm F3 dengan berbagai takaran ukuran
bahan dinilai sangat bermanfaat untuk peternak, misalnya produksi probio_fm dapat
disesuaikan dengan ketersediaan biaya, jumlah bahan, maupun disesuaikan dengan
kebutuhan. Jumlah peternak yang berhasil mempraktekkan proses produksi probio_fm
dengan berbagai variasi takaran bahan di Kelompok Nadi Lestari jauh lebih banyak
(80%) bila dibandingkan kelompok Nadi lestari (65%). Artinya Kelompok Saling
Gumilang juga berpotensi untuk menerapkan teknologi probio_fm berkelanjutan, untuk
mendukung kegiatan pengembangan ternak sapi.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
20
Gambar 2. Foto kegiatan produksi Probio_fm F3
Tahapan evaluasi dan monitoring
Evaluasi dan monitoring dilakukan selama dua bulan. Pelaksanaan kegiatan
dilakukan melalui kegiatan tatap muka, maupun komunikasi melalui media sosial
(whatsapp). Pelaksanaan kegiatan evaluasi dan monitoring juga melibatkan mahasiswa
untuk membantu di lapangan. Tujuan utama kegiatan evaluasi dan monitorng adalah
untuk memastikan keberlanjutan program, mengamati temuan di lapangan terkait
dampak dan kendala. Hasil monitoring dan evaluasi akan digunakan sebagai dasar
membuat perbaikan pada tahap selanjutnya.
Hasil penilaian angket pada Tabel. 1, menunjukkan adanya perubahan kearah
positif pada pengalaman peternak menggunakan probio_fm. Jika sebelum peternak
memiliki pengetahuan dan keterampilan membuat probio_fm hanya terdapat 15%
peternak yang menggunakan probio_fm, saat ini dengan pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki jumlah pengguna probio_fm di Kelompok Saling Gumilang mencapai
80%. Hasil evaluasi dan monitoring menunjukkan bahwa pengalaman menggunakan
probio_fm oleh anggota Kelompok Saling Gumilang sebagain beasar dilakukan melalui
pemberian air minum dan hanya 25% persen peternak yang sudah menggunakan
berkelanjutan untuk mengolah pakan silase pelepah sawit.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan beberapa dampak nyata yang
dirasakan peternak adalah adanya perubahan anggota kelompok ternak, sebeleumnya
membeli probio_fm dari Kelompok Tunas Baru saat ini sudah memproduksi sendiri dan
tidak membeli lagi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap penurunan biaya produksi
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
21
pakan mencapai 68,3%. Perubahan perilaku tidak hanya terjadi pada perolehan
Probio_fm F3 sebagai bahan dalam pengolahan pakan, keterampilan membuat
probio_fm dan kepemilikan alat inkubator meningkatkan keaktifan anggota dalam
kelompok tani.
Hasil wawancara angket juga menemukan adanya kendala dalam proses produksi
Probio_fm F3 di Kelompok Saling Gumilang. Bentuk kendala yang dirasakan peternak
adalah, kendala penyaringan bahan yang terlalu halus sulit untuk dipisahkan dengan air
rebusan. Jumlah kepemilikan ternak juga menjadi kendala menerapkan atau
memproduksi probio_fm dalam jumlah besar. Pada peternak dengan jumlah
kepemilikan ternak 1 sampai 2 ekor penggunaan probio_fm masih relatif sedikit, belum
menjadi kebutuhan dan bersifat uji coba saja. Penyuluhan dan monitoring perlu terus
dilakukan untuk mendampingi peternak dalam menerapkan teknologi probio_fm
berkelanjutan, pada berbagai jumlah kepemilikan ternak.
KESIMPULAN
Pelaksanaan program pengabdian memberikan perubahan pada pengetahuan,
sekaligus perilaku peternak dalam menerapkan teknologi probio_fm. Peternak anggota
Kelompok Saling Gumilang trampil membuat Probio_fm F3. Peternak mampu
mengatasi pencemaran bau di lingkungan kandang dengan menerapkan teknologi
probio_fm berkelanjutan melalui aplikasi pakan berbasis probio_fm.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kemenristek Dikti yang telah
memberi pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat melalui hibah
program kemitraan masyarakat (PKM) tahun 2019. Kepada Universitas Bangka
Belitung (UBB) yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk mengikuti
pendampingan penyusunan proposal pengabdian masyarakat tahun 2019, serta kepada
Universitas Jambi (UNJA) atas dukungan pengiriman bahan dan tranfer teknologi yang
diberikan. Kepada Dinas Pertanian Bangka Tengah atas izin dan dukungan menugaskan
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
22
penyuluh lapangan mendampingi pelaksanaan program. Serta Kepada kelompok tani
saling gumilang atas kesediaan dan kerjasamanya menjadi mitra.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti R.P. Yulia.2018. Pemberdayaan Kelompok Tani dalam Pembuatan Probio_Fm
sebagai Bahan Fermentasi Pakan Ternak di Bangka Tengah. Jurnal ilmiah
pengabdian kepada masyarakat agrokreatif.Vol 5 (2):141-149.
Astuti R.P., Manin F., Adriani, Bahtera N.I.,Adawiyah C.R 2019. The Agricultural
Extension Services to Stock Farmers through Utilizing The Probio_Fm in
Improving The Productivity of Beef Cattle in Central Bangka, Indonesia.
Prociding WoMELA-GG 2019, January 26-28, Medan, Indonesia. DOI
10.4108/eai.26-1-2019.2283322.
Dewi NK. 2014. Pendidikan Lingkungan Hidup bagi Masyarakat. Madiun (ID): IKIP
PGRI Madiun.
Fuller R. 2002. Probiotic-What they are and what they do. [Internet]. [diunduh 2018
November 28]: Tersedia pada https://digestive-disorders/what-are-probiotics.
Hendalia E, Yusrizal, Manin F. 2010. Pemanfaatan Berbagai Spesies Bakteri Bacillus
dan Lactobacillus dalam Probiotik Untuk Mengatasi Polusi Lingkungan Kandang
Unggas. Jurnal Penelitian Universitas Jambi. 12(3): 26–32.
Hendalia E, Manin F, Yusrizal, Nasution GM. 2012. Aplikasi probiotik untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan protein dan menurunkan emisi amonia pada
ayam broiler. Agrinak. 1(2): 29–35.
Manin F, Hendalia E, Yatno, Kompiang IP. 2003. Potensi Saluran Pencernaan Itik
Lokal Kerinci Sebagai Sumber Probiotik dan Implikasinya Terhadap
Produktivitas Ternak dan Penanggulangan kasus Salmonellosis. Laporan
Penelitian Hibah Bersaing X Tahun Kedua. Jambi (ID): Universitas Jambi.
Manin F, Hendalia E, Yusrizal, Yatno. 2010. Penggunaan Simbiotik yang Berasal dari
Bungkil Inti Sawit dan Bakteri Asam Laktat Terhadap Performans, Lingkungan
dan Status Kesehatan Ayam Broiler. Laporan Penelitian Strategi.
Manin F, Hendalia E, Yatno, Rahayu P. 2014. Dampak Pemberian Probiotik
Probio_FM Terhadap Status Kesehatan Ternak Itik Kerinci. Jurnal Ilmu Ternak.
1(2): 7–11.
Noor, M. 2011. Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ilmiah CIVIS. 1 (2): 87-99. Riza H, Wizna, Rizal Y, Yusrizal. 2015. Peran Probiotik dalam Menurunkan Amonia
Feses Unggas. Jurnal Peternakan Indonesia. 17(1): 19–26.
https://doi.org/10.25077/jpi.17.1.19-26.2015
Yusrizal, Aziz A. 2009. Identifikasi dan Pemanfaatan Kombinasi Berbagai Bakteri
untuk menurunkan kadar amonia feses dan litter unggas. Laporan Penelitian
Fundamental.
Yusrizal, Manin F, Yatn, Noverdiman. 2012. The use of probiotic and prebiotic
(symbiotic) derived from palm kernel cake in reducing ammonia emission in the
broiler house. Proc. The 1st Poult Int.Sem P : 3334- 343. ISBN 798-602-969334-
6-1
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
23
Metode Cepat Perkecambahan Jernang Di Mandiangin, Provinsi
Jambi
Revis Asra1a
, Ade Octavia 2, Lisna
3
1 Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi.
2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jambi
3 Program Studi Perikanan, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi
aKoperpondensi:[email protected]
ABSTRAK
Salah satu hasil hutan non kayu yang memiliki potensi yang besar dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat di Jambi adalah resin merah dari Rotan
Jernang. Rotan Jernang tidak seperti Rotan pada umumnya, dimana yang dimanfaaatkan
bukanlah batangnya melainkan resin merah yang dihasilkan dari permukaan buah
Rotan. Rotan Jernang merupakan sumber penghasilan bagi masyarakat pedalaman di
Jambi, seperti Suku Anak Dalam dan Talang Mamak serta masyarakat yang tinggal di
pedesaan terutama di sekitar hutan. Pada umumnya masyarakat akan mencari buah
Rotan Jernang ke hutan alam ketika musim buah Rotan Jernang telah tiba. Namun
dengan berkurangnya luasan hutan alam karena konversi menjadi perkebunan, maka
keberadaan Rotan Jernang di hutan alam juga menurun drastis. Budidaya Rotan
Jernang oleh masyarakat sangat minim. Beberapa faktor penyebabnya adalah sulitnya
mendapatkan buah tua dan lamanya perkecambahan biji Rotan tersebut (8-12 bulan).
Oleh karena itu melalui Pengabdian Kepada Masyarakat dengan skim Program
Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD) telah melakukan pelatihan metode
cepat perkecambahan Jernang di Mandiangin.
Kegiatan pengabdian ini menggunakan metode Participatory Rural Apraisal (PRA). Kegiatan PPPUD melibatkan Kelompok Tani Jernang Rimbo dan Jernang
Lestari. Berdasarkan hasil pengabdian pelatihan budiaya Jernang melalui biji sudah
berhasil dilakukan yang ditandai dengan berhasilnya anggota kelompok tani dalam
mengecambahkan biji Jernang. Waktu yang dibutuhkan untuk tumbuhnya kecambah
hanya 2 (dua) minggu, waktu jauh lebih cepat dibandingkan metode konvensional,
karena menggunakan teknogi sederhana dengan memanfaatkan hormone pertumbuhan
alami dan sintetis. Scarifikasi yang dilakukan juga sangat membantu untuk proses
imbibisi, sehingga perkecambahan lebih cepat.
Kata kunci: Rotan Jernang (Daemonorops spp.), perkecambahan, hormone alami dan
sintetis, scarifikasi.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
24
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di kawasan khatulistiwa
dengan keanekaragaman hayati yang melimpah di dunia. Sumber plasma nutfah yang
dimiliki oleh Indonesia bersumber dari hutan. Salah satu manfaat hutan yang dapat
diambil secara langsung adalah hasil hutan bukan kayu (HHBK), misalnya Rotan
(Arecacea) (Jumiati et al., 2012; Schreer, 2016). Rotan merupakan jenis tanaman yang
dapat ditemui hampir diseluruh wilayah Indonesia. Ada 314 jenis rotan yang dapat
dikelompokkan kedalam 8 (delapan) genus. Hanya terdapat 62 jenis rotan di Indonesia
yang dikomersialkan atau diperdagakan, misalnya spesies-spesies dari genus
Daemonorops (Jasni et al., 2017; Rachamn and Jasni, 2013).
Rotan Jernang (Daemonorops) adalah salah satu hasil hutan bukan kayu yang
memiliki potensi tinggi menjadi produk unggulan Provinsi Jambi. Penelitian dari Asra
et al. (2014) yang menyatakan bahwa keanekaragaman genetik dari Jernang yang
berada dikawasan hutan konservasi ataupun hutan sekunder di Provinsi Jambi dan
Provinsi Riau. Hasil tertinggi berada di hutan sekunder Sepintun, Kabupaten
Sorolangun, Jambi. Resin Jernang (dragon’s blood) merupakan getah termahal di dunia
dan sangat dicari oleh dunia farmasi. Hal ini disebabkan karena resin Jernang
mengandung senyawa yang memiliki aktivitas farmakologis (antimikroba, antitumor,
antivirus, antisitotoksi, anifungal) dan aktivitas biologi (Gupta et al., 2008; Waluyo dan
Pasaribu, 2015). Resin Jernang juga dimanfaatkan dalam indusutri bahan baku pewarna
keramik, mamer, kayu, alat kert dan dalam pembuatan kosmetik (Gafar, 2010).
Akibat banyaknya kebutuhan resin Jernang dalam berbagai industri menyebabkan
harganya selalu mengalami kenaikan. Saat ini pada tingkat petani harga resin Jernang
per kilogramnya dapat mencapai Rp. 5 juta, sedangkan buah segar dijual dengan harga
Rp. 200-400 ribu rupiah/kilogram (Ridwhan et al., 2018). Inilah yang menyebabkan
Jernang menjadi salah satu mata pencaharian bagi masyarkat pedalaman Jambi seperti
Suku Anak Dalam dan Talang Mamak serta masyarakat yang tinggal di pedesaan
terutama di sekitar hutan. Pada umumnya masyarakat akan mencari buah Rotan
Jernang ke hutan alam ketika musim berbuah Rotan Jernang telah tiba. Akan tetapi saat
ini menurut Widiyaningsih et al. (2019) kawasan hutan dibanyak negara yang sedang
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
25
berkembang seperti Indonesia mengalami penyusutan dan penuruan kualitas, salah
satunya mengarah ke penurunan HHBK seperti Jernang. Berkurangnya luasan hutan
alam, karena konversi menjadi perkebunan menyebabkan keberadaan Rotan Jernang di
hutan alam juga menurun drastis ditambah dengan upaya budidaya Rotan Jernang oleh
masyarakat sangat minim. Faktor penyebab minimnya upaya budidaya salah satunya
karena sulitnya mendapatkan buah tua dan lamanya perkecambahan biji Rotan (8-12
bulan). Sulasmi et al. (2012) menyatakan bahwa penyebab menurunnya dan langkanya
produksi getah Jernang karena semakin ekspansifnya pengembangan perkebunan
disamping tidak optimalnya sistem regenerasi alami dan pola pemanenan dengan cara
menebang pohon Jernang tersebut. Sementara menurut Asra et al. (2014), resin Jernang
adalah sumber penghasilan bagai masyarakat di Mandiangain ketika musim berbuah
Jernang tiba. Mereka akan mencari buah Jernang di hutan sekunder disekitar lingkungan
mereka.
Desa Liam Lestari dan Desa Mandiangan pasar merupakan desa yang terletak di
Kecamatan Mandingan, Kabupaten Sorolangun, Provinsi Jambi. Awalnya masyarakat
disana sebagian besar memiliki mata pencarian sebagai petani karet. Harga karet yang
sangat fluktuatif menyebabkan kehidupan petani karet masih jauh dari sejahtera. Saat
musim hujan tiba, petani karet tidak dapat memanen karetnya dan guna memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari biasanya mereka akan berhutang pada toke karet dan baru
akan membayar hutangnya kalau mereka sudah bisa memanen karetnya kembali. Hal
tersebutlah yang menyebabkan masyarakat tersebut akhirnya berprofesi sebagai pencari
getah Jernang di hutan alam karena harganya lebih menjanjikan.
Hasil wawancara dengan masyarakat masyarakat Desa Liam Lestarari dan Desa
Mandiangin, Jambi diperoleh informasi bahwa keberadaan Jernang dihutan alam
semakin hari semakin sedikit, kalaupun ada jarak tempuh untuk pengambilan Jernang
semakin jauh dari desa mereka dan hasil yang didapatpun sedikit. Hutan alam di daerah
tersebut telah banyak berubah menjadi lahan perkebunan karet dan kelapa sawit. Tiap
tahun luas hutan terus berkurang sehingga berdampak terhadap hasil yang diperoleh.
Upaya untuk membudidayakan Jernang (regenerasi) oleh masyarakat tersebut masih
sangat mimim, sehingga muncul eksploitasi yang berlebih dan mengancam kelestarian
populasi Jernang di hutan alam sebab bersifat open acces dan berlaku hukum rimba,
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
26
siapa cepat dia dapat. Pola pemanenan yang dilakukan juga tidak lestari, dimana para
pencari Jernang selalu memanen buah Jernang yang masih muda, karena getah Jernang
lebih banyak diperoleh pada buah yang masih muda. Hal ini menyebabkan kesempatan
buah menjadi tua untuk bergenerasi menghasilkan bibit menjadi tidak ada. Ini
merupakan faKtor utama yang menyebabkan produksi Jernang di Jambi menurun
drastis. Hal ini mengakibatkan Jernang masuk dalam kategori langka (Balai Informasi
Kehutanan Provinsi Jambi, 2009). Baru-baru ini, Jernang termasuk di antara 22 spesies
yang terdaftar sebagai tanaman berpotensi terancam (Adiwibowo et al. 2012).
Desa Liam Lestari dan Desa Mandiangan pasar merupakan desa yang memiliki 3
(tiga) rumpun Jernang yang diintegrasi dengan kebun karet di desa ini. Buah dari pohon
induk Jernang tersebut dapat dimanfaatka sebagai bibit dalam pembudidayaan oleh
masyarakat sekitar. Tidak hanya itu, kedua desa tersebut juga memiliki akses yang
mudah kelokasi penjualan biji Jernang berkualitas baik yang cocok digunakan sebagai
sumber bibit. Namun masyarakat disana masih konvensional dan masih membutuhkan
waktu yang lama dalam mengecambahkan Jernang yakni 8 bulan hingga 12 bulan. Oleh
karena itu dilakukan upaya untuk membudidayakan Jernang dengan memberikan
penyuluhan metode perkecambahan yang cepat dengan teknologi sederhana
menggunakan hormon alami dan sintesis melalu skim Program Pengembangan Produk
Unggulan Daerah (PPPUD).
METODE PENERAPAN
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini telah dilaksanakan di Desa
Mendiangin Pasar dan di Desa Liam Lestari, Kecamatan Mandiangin, Kabupaten
Sarolangun, bersama Kelompok Tani Jernang Rimbo (Desa Mandiangin Pasar) dan
Kelompok Tani Lestari (Desa Liam Lestari). Pemilihan lokasi ini didasarkan karena
sebagian besar masyarakat ini merupakan petani karet dan di daerah ini memiliki
sumber plasma nutfah Rotan Jernang yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
tanaman budidaya. Metode pengabdian yang digunakan adalah PRA (Participatory
Rural Apraisa), yaitu metode pendidikan pada masyarakat.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
27
Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dengan metode penyuluhan, pelatihan,
demonstrasi di lapangan serta aplikasi langsung melalui percontohan dengan melibatkan
kelompok tani sebagai pengelola. Langkah pertama dalam kegiatan ini adalah
sosialisasi yang dilakukan pada Kelompok Tani Jernang Lestari dan Tani Jernang
Rimbo terkait teknologi sederhana mempercepat perkecambahan Jernang dengan
menggunakan hormon alami dan sintetis.
HASIL KEGIATAN PENGABDIAN
Target luaran yang diharapkan dalam pelaksanaan Pengabdian Kepada
Masyarakat dalam skim PPPUD (Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah) di
Mandiangin, Provinsi Jambi, adalah untuk meningkatkan minat masyarakat yang
berprofesi sebagai petani karet di Mandiangin dalam budidaya Jernang dengan
teknologi sederhana menggunakan hormon alami dan sintetis. Guna mendapatkan buah
Jernang tua sebagai sumber bibit dalam budidaya maka dilakukan perlindungan pohon
induk Jernang dengan cara pemagaran menggunakan kayu besi/kayu bulian bertujuan
supaya pagar yang dibuat bisa tahan lama.
Sosialisasi Kegiatan PPPUD
Sosialisasi terkait kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat PPPUD (Program
Pembangungan Produk Unggulan Daerah) bertujuan untuk memberikan informasi
kepada masyarakat khususnya Kelompok Tani Jernang Rimbo dan Jernang Lestari
bahwa ada metode cepat yang dapat digunakan dalam mengecambahkan biji Jernang
untuk budidaya Jernang di desa tersebut. Masyarakat juga diberi penjelasan terkait
pentingnya budidaya Jernang, salah satunya mereka tidak perlu lagi mencari Jernang di
hutan alam yang lokasinya jauh dan jumlah yang didapatpun tidak banyak serta
mengeluarkan biaya yang cukup besar.
Semakin menurunnya produksi Jernang di Jambi diperoleh informasi dari
anggota kelompok tani. Hal yang sama juga dikemukan oleh Yetty et al. (2013), sejak
zaman dahulu Rotan Jernang merupakan salah satu komoditas yang diperdagangkan,
akan tetapi saat ini tingkat produktifitasnya sedang mengalami penurunan. Hal tersebut
ditunjukkan pada tahun 1960an, setiap pengekstrak Jernang dapat menghasilkan getah
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
28
Jernang setiap musim berbuah sebanyak 30-50 kg, sedangkan saat ini hanya dapat
menghasilkan sebanyak 5-15 kg. Demikian juga jumlah populasi Jernang menjadi
semakin berkurang akibat kerusakan habitatnya. Budidaya Jernang merupakan salah
satu upaya yang dapat dilakukan. Nasution (2018) juga menyatakan bahwa keberadaan
dari Rotan Jernang dihutan alam semakin langka. Selain itu para pemburu Jernang saat
ini juga sulit untuk mendapatkannya (mereka harus berjalan sejauh 5 km- 10 km) dan
hasil yang didapatkan biasanya tidak banyak.
Kegiatan sosialisasi ini untuk menumbuhkan kesadaran dan kemauan petani
karet untuk melakukan budidaya Jernang dan selanjutnya bibit akan diintegrasikan di
kebun karet mereka. Hasil sosialisasi dapat dianggap berhasil dengan banyaknya
pertanyaan dan antusias dari anggota kelompok tani.
Pelatihan Mengecambahkan Jernang
Perkecambahan Jernang secara alami (konvensional) yang biasa dilakukan oleh
anggota kelompok tani membutuhkan waktu 8 bulan hingga 12 bulan. Lamanya
perkecambahan tersebut menyebabkan masyarakat tidak tertarik untuk melakukan
budidaya, masyarakat justru lebih tertarik untuk mengambil buah Jernang secara
langsung dihutan dan kemudain menjualnya. Oleh karena itu pada kegiatan Pengabdian
Kepada Masyarakat PPPUD, kelompok tani dilatih untuk mengecambahkan Jernang
dengan metode pemanfaatan hormon alami dan sintetis. Pelatihan perkecambahan ini
dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, sampai masyarakat berhasil melakukannya sendiri
(Gambar 1).
A B Gambar 1. Pelatihan metode cepat dalam mengecambahkan biji Jernang dengan metode cepat
dalam mengecambahkan biji (A); yang kedua kalinya (B).
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
29
Metode yang pertama kali diajarkan dalam pelatihan tersebut adalah teknik
dalam mencari buah Jernang yang dapat digunakan sebagai bibit. Buah yang dicari
berasal dari pohon induk yang berada di desa tersebut. Buah yang diambil haruslah buah
yang telah tua/masak. Pengambilan buah dilakukan dengan cara memanjat pohon bukan
dengan cara menebang. Ada beberapa masyarakat yang telah menerapkan hukum adat
berupa denda bagi para penJernang yang mengambil buah dengan cara menebang pohon
secara langsung seperti pada suku Batin Sembilan dan Suku Talang Mamak (Asra, et al.
2012). Pemanenen buah yang telah masak biasanya dilakukan pada saat tanaman
Jernang yang berusia 6-7 tahun. Biji yang dipergunakan merupakan biji yang benar-
benar masak dan sehat. Cirinya adalah mengkilap, berwarna coklat tua serta tidak
terserang hama/penyakit.
Gambar 2. Pemanenan buah Jernang tua yang dimanfaatkan untuk perkecambahan
Setelah diperoleh buah yang sesuai dengan kriteria, biji dipisahkan dari kulit
buah, daging buah serta kotoran yang terdapat pada buah tersebut. Kulit biji kemudian
dikupas dan dicuci hingga bersih dengan menggunakan air hingga bersih. Selanjutnya
biji yang sudah bersih disimpan di tempat kering dan teduh selama ±5 menit lalu biji
diberikan hormon. Hormon yang digunakan berupa hormon alami (air kelapa muda)
dan sintetis (atonik). Telah lama masyarakat mengenal air kelapa sebagai zat pengatur
pertumbuhan. Air kelapa mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin
(vitamin C dan B Kompleks), beberapa jenis hormon (auksin, sitokinin dan giberelin),
Ca dan P (Purdyaningsih, 2013). Menurut Azwar (2008), air kelapa juga memiliki
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
30
manfaat dalam meningkatkan pertumbuhan suatu tanaman. Hormon yang terdapat
didalam air kelapa juga dapat memecahkan masa istirahat (masa dormansi) dari suatu
biji dan menumbuhkan tunas beberapa tumbuhan. Selain banyaknya kandungan yang
mampu mendorong perkecambahan pada Jernang, di lokasi pengabdian tanaman kelapa
merupakan tanaman yang mudah didapatkan dan harga jualnya tidak terlalu mahal
sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mengecambahkan
Jernang.
Atonik merupakan hormon sintetis yang dapat dengan mudah ditemukan di toko
pertanian dengan harga terjangkau yakni Rp.14.000-/100 ml (botol berukuran kecil).
Hormon ini juga mudah ditemukan di toko pertanian di pasar Mandiangin. Bahan-bahan
yang terkandung didalam atonik diantaranya bahan aktif natrium, senyawa fenol yang
berfungsi sebagai karier metabolit dalam proses metabolisme dan ion Na+ yang mampu
menggantikan fungsi dari ion K+. Komponen aktif utama yang menyusun atonik terdiri
dari natrium 5–nitroguaicol (C7H6NO4Na), natrium ortonitrofenol (C6H4NO3Na),
natrium para-nitrofenol (C6H4NO3Na) dan natrium 2,4–dinitrofenol (C6H3N2O5Na)
(Afandhie dan Yuwono, 2007). Komponen aktif tersebutlah yang mampu mendorong
Jernang berkecambah lebih cepat.
Larutan hormon alami dibuat dalam konsentrasi 75% dan hormon sintesis dibuat
dalam konsentrasi 1%. Sebelumnnya penulis terlebih telah mencoba membuat beberapa
konsentrasi dan waktu perendaman yang dilakukan di laboratorium guna mendapatkan
konsentrasi terbaik untuk diajarkan ke masyarakat Mandiangin. Biji Jernang kemudian
direndam dalam larutan hormon tersebut selama 36 jam, diganti setiap 12 jam sekali
untuk hormon alami (air kelapa).
(A) (B)
Gambar 3. Biji Jernang yang direndam larutan Hormon Alami (A) dan Sintesis (B)
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
31
Perendaman ini merupakan metode sklarifikasi yang dapat membantu imbibisi
dari biji Jernang sehingga perkecambahan berjalan cepat. Setelah dilakukan perendaman
dengan meggunakan hormon, biji kemudan dibilas dengan air dan direndam dalam
larutan fungisida selama 5 menit mencegah agar biji tidak terserang jamur. Cara
perkecambahan yang diajarkan ialah perkecambahan pada tempat kedap udara. Agustin
(2011), wadah kedap udara yang digunakan pada saat perkecambahan dapat
mempengaruhi sirkulasi dari oksigen. Selama proses respirasi, oksigen menjadi sangat
terbatas akibatnya aktivitas metabolisme dibutuhkan lebih awal untuk proses
perkecambahan. Rahayu dan Widajati (2007) juga menyatakan bahwa oksigen yang
terbatas pada benih menyebabkan proses metabolisme sangat diperlukan untuk proses
perkecambahan sehingga proses perkecambahan akan menjadi lebih awal. Akibatnya
kelompok tani dan masyarakat Mandiangin tidak perlu melakukan penyiraman setiap
harinya, sehingga cara mengecambahkan ini lebih efektif dan efesien.
Kelebihan dari metode perkecambahan yang diajarkan kepada kelompok tani
diantaranya perkecambahan menjadi lebih cepat hanya memerlukan waktu paling lama
7 hari. Metode perkecambahan ini berhasil meningkatkan viabilitas dan vigoritas dari
biji yang dipergunakan sebagai bibit. Penggunaan hormon alami (air kelapa) mampu
meningkakan potensi tumbuh biji hingga 75%, laju perkecambahan 84,25% dan daya
berkecambah 91,67%, kerserampakan tumbuh dan indeks vigor 91,67% sedangkan
penggunaan hormon sintetis (atonik) mampu meningkatkan poensi tumbuh biji hingga
75%, laju perkecambahan 89,25% dan daya berkecambah 91,67%, kerserampakan
tumbuh dan indeks vigor 91,67%. Selain itu metode ini juga dapat mampu mendorong
pertumbuhan radikula dan plumula yang lebih cepat dan lebih panjang.
Beberapa bulan setelah dilakukannya pelatihan perkecambahan tersebut, Ketua
Kelompok Tani yakni Bapak Herlandes Gros menginformasikan bahwa banyak
masyarakat mandiangin yang sudah sadar untuk melakukan budidaya Jernang tersebut.
Selain itu, masyarakat yang tidak tergabung kedalam kelompok tani Jernang Rimbo dan
Kelompok Tani Jernang Lestari turut serta mendatangi ketua kelompok tani tersebut
untuk belajar cara mengecambahkan Jernang dengan cepat. Selain itu, masyarakat yang
menemukan biji Jernang tua dihutan akan langsung melakukan perkecambahan sendiri
dengan metode yang telah diajarkan.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
32
Gambar 4. Kecambah Jernang yang dihasilkan dari pelatihan
Saat ini Ketua Kelompok Tani Jernang di Desa Liam Lestari sudah menjadi
instruktur bagi masyarakat Mandiangin untuk belajar cara mengecambahkan Jernang.
Ketua Kelompok Tani sudah memiliki keahlian dalam melakukan perkecambahan
Jernang dan ketika mendapatkan biji tua, beliau langsung melakukan perkecambahan
Jernang setelah kecambah menghasilkan akar, baru ditanam ke polybag.
Gambar 5. Biji Jernang yang dikecambahkan oleh Ketua kelompok tani
Metode yang diajarkan melalui pelatihan tersebut kemudain dituangkan dalam
brosur yang dibagikan kepada masyarakat. Pemberian brosur ini bertujuan agar
kelompok tani yang telah diberikan pelatihan tidak lupa tentang metode yang diajarkan.
Gambar 6. Brosur yang dibagikan ke masyarakat Mandiangin
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
33
Gambar 7. Bibit Jernang hasil perkecambahan
Kecambah yang dipindahkan kedalam polybag adalah kecambah yang telah
memiliki akar. Kecambah yang memiliki akar tersebut diyakini dapat tumbuh pada
media tanam yang dipergunakan dan dapat dikembangkan menjadi bibit.
Gambar 7: Bibit hasil pengecambahkan Jernang
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengabdian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa sosialisasi dan pelatihan tentang budidaya Jernang di Mandiangin dengan
memanfaatkan hormon alami beruapa air kelapa dan hormon sintesis beruapa atonik
mendapat respon positif dari anggota kelompok tani, hal ini dapat dilihat dari
antusiasme anggota kelompok tani mengikuti rangkaian pelatihan dari awal
hingga akhir berjalan lancar serta masyarakat di luar kelompok tani juga ikut
memotivasi untuk melakukan budidaya Jernang dengan menggunakan metode yang
telah diajarkan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih tidak terhingga kami sampaikan kepada Direktorat Riset dan
Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Sesuai dengan Perjanjian
Pendanaan Pelaksanaan Program Pengabdian Kepada Masyarakat Nomor:
013/SP2H/PPM/DRPM/2018 .
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
34
DAFTAR PUSTAKA
Adiwibowo A, Is S, Nisyawati. 2012. The relationships of forest biodiversity and rattan
Jernang (Daemonorops draco) sustainable harvesting by Anak Dalam tribe in
Jambi, Sumatra. Biodiversitas. 13(1):46–51.
Afandhie, R dan N.W. Yuwono. 2007. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Agustin, W. 2008. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh BAP (6-Benzi Amino
Purine) terhadap Perkecambahan Biji Kapas (Gossypium hirsutum L.). Skripsi.
Malang: Universitas Islam Negri (UIN) Malang.
Asra, R., Syamsuardi, Mansyurdin dan J. R. Witono. 2012. Rasio Seks Jernang
(Daemonorops draco (Wild.) Blume) pada Populasi Alami da Budidaya :
Implikasi untuk Produksi Biji. Buletin Kebun Raya. 15(1): 1-9.
Asra, R. Syamsuardi, Mansyurdin, Joko Ridho Witono. 2014. Genetic Diversity of the
Dragon’s Blood Rattan Daemonorops draco (Palmae) Using ISSR Markers,
BIODIVERSITAS Journal of Biological Diversity, Volume 15, Number 2
Azwar. 2008. Air Kelapa Pemacu Pertumbuhan Anggrek. http://www.azwar.web.ac.id. Diakses tanggal 14 September 2019.
Balai Informasi Kehutanan Provinsi Jambi. 2009. http://infokehutananjambi.or.id (diakses
tanggal 2 Januari 2009)
Gupta, D.; B. Bleakley And R. K. Gupta. 2008. Dragon's Blood : Botany, Chemestry
And Therapeuticuses. Journal of Ethnopharmacology. 115(3) : 361-380.
Nasution, N.R. 2018. Potensi dan Pemanfaatan Tanaman Jernang (Daemonorops
didymophylla Becc.) di Kawasan Taman Nasional Batang Gadis.Skripsi.
Sumatera Utara: Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
Purdyaningsih, E. 2013. Kajian Pengaruh Pemberian Air Kelapa dan Urine Sapi
Terhadap Pertumbuhan Stek Nilam. Balai besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan.
Rahayu, E. dan E. Widajati. 2007. Pengaruh Kemasan, Kondisi Ruang Simpan dan
Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih Caisin (Brassica hinensis L.).
Sulasmi, I. S., Purwanto, Y., dan Fatimah, S. 2012. Rattan Jernang (Daemonorops
draco) management by Anak Dalam Tribe in Jebak Batanghari, Jambi Province.
Biodiversitas, 13(3), p. 152 - 162.
Waluyo, T. K., dan G. Pasaribu. 2015. Aktivitas Antijamur, Antibakteri dan
Penyembuhan Luka Ekstrak Resin Jernang. Jurnal Penelitian Hasil Hutan.
33(4): 377-285.
Widianingsih, N.N., Schmidt, L. H., and Theilade, I. 2009. Jernang (Daemonorops
spp.) Commercalization and its role for Rural Incomes and Livelihoods in
Southern Sumatra, Indonesia. Forests, Trees and Livelihoods. 28 (3) : 143-159.
Yetty., B. Hariyadi dan P. Murni. 2013. Studi Etnobotani Jernang (Daemonorops spp.) pada Masyarakat Desa Lamban Sigatal dan Sepintun Kecamatan Pauh
Kabupaten Sorolangun Jambi. Jurnal Biospcies. 6(1): 38-44.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
35
Penerapan Sistem Integrasi Ternak Sapi dengan Tanaman Padi
Murnita
a), Nitta Yessirita dan Yonny Arita Taher
Fakultas Pertanian Universitas Ekasakti Padang a) Korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Penerapan Sistem integrasi tanaman padi sawah dengan ternak sapi pada
Kelompok Tani Bina Karya, Nagari Koto Hilalang Kecamatan Kubung Kabupaten
Solok belum terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, kegiatan Program Kemitraan
Masyarakat (PKM) dilakukan dengan tujuan untuk: (1) meningkatkan motivasi petani
membuat pupuk organik dan pakan ternak dari amoniasi jerami padi; (2) meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petani tentang pembuatan pupuk organik dan pakan
ternak serta; (3) meningkatkan penggunaan pupuk organik dari kotoran sapi untuk
mengurangi pemakaian pupuk anorganik pada tanaman padi. Tujuan tersebut dicapai
dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan demonstrasi. Hasil kegiatan ini
menunjukkan bahwa PKM berlangsung dengan baik. Mitra memiliki motivasi yang
tinggi untuk melanjutkan pembuatan pupuk organik dan pakan ternak. Terlihat dari
kegiatan pembuatan pupuk organik dan pakan ternak yang dilakukan kembali oleh
kelompok tani. Kegiatan PKM telah dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan
sehingga pengetahuan dan keterampilan petani dalam pembuatan pupuk organik dari
kotoran ternak dan jerami padi serta pakan ternak dari amoniasi jerami padi meningkat.
Penggunaan pupuk organik saja menghasilkan produksi padi yang rendah (6,08-6,20
ton/ha) tetapi dengan pemberian pupuk organik dapat mengurangi pemakaian pupuk
anorganik. Sedangkan pemberian (pupuk anorganik 50% + organik 50%) dapat
meningkatkan hasil tanaman padi sebesar 25% (8,34 ton/ha) dan dengan penambahan
pupuk organik cair lebih meningkatkan produksi padi yaitu sebanyak 27% (8,6 ton/ha)
dibandingkan tanpa menambahkan pupuk organik.
Kata Kunci: integrasi, sapi, padi sawah, pupuk organik, pakan ternak
PENDAHULUAN
Kelompok Tani Bina Karya didirikan pada tahun 2003, dengan jumlah anggota 20
orang. Umumnya mata pencaharian dari anggota kelompok tani adalah petani sawah,
petani kebun coklat, petani kebun karet dan peternak sapi. Luas sawah garapan sekitar
10 ha, tanaman sayur-sayuran sekitar 5 ha (cabe, bawang merah), luas tanaman kakao
sekitar 15 ha dan perkebunan karet 30 ha. Kelompok memiliki 11 ekor sapi yang
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
36
dipelihara pada satu tempat oleh kelompok tani dan diusahakan di kandang individu
milik warga sebanyak 20 ekor. Dengan demikian jumlah keseluruhan sapi yang terdapat
di Jorong Dalam Nagari ada 31 ekor. Kelompok Tani ini, untuk proses pematangan
kotoran padat ternak sapi (feses) dengan cara pembakaran, sehingga kualitas unsur hara
pupuk organik berkurang. Belum ada upaya dari masyarakat untuk mengolah limbah
sapi yang cair (urine). Padahal limbah peternakan baik feses atau urine dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik sehingga mampu mensubstitusi pupuk anorganik.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Budiyanto (2011) bahwa satu ekor sapi setiap
harinya menghasilkan kotoran berkisar 8 - 10 kg per hari atau 2,6 - 3,6 ton per tahun
atau setara dengan 1,5-2 ton pupuk organik sehingga akan mengurangi penggunaan
pupuk anorganik dan mempercepat proses perbaikan lahan. Selanjutnya Ustriyana
(2011) menyatakan bahwa pengelolaan limbah peternakan dapat memberikan manfaat
ekonomi dan lingkungan bila dikelola dengan baik.
Jorong Dalam Nagari, Nagari Koto Hilalang Kecamatan Kubung sebagai daerah
persawahan memiliki ketersediaan jerami padi yang sangat berlimpah. Produksi jerami
padi mencapai 8,4 - 15 ton per hektar per panen, bervariasi tergantung pada lokasi dan
jenis varietas tanaman padi yang digunakan. Jerami padi di lokasi pengabdian, dapat
panen 2 kali setahun sehingga jerami yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pakan
sapi dewasa sebanyak 2 - 3 ekor sepanjang tahun atau dapat menunjang kebutuhan
pakan berserat untuk 4 - 6 ekor per ha sawah. Dengan luas areal sawah yang dimiliki
kelompok tani mencapai 10 Ha, secara matematis walau hanya mengandalkan jerami
sebagai sumber pakan ternak, seharusnya dapat dipelihara ternak sapi lebih kurang 60
ekor. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Marjuki (2013), untuk mengatasi kendala
dan meningkatkan potensinya sebagai pakan ternak, maka limbah pertanian harus diolah
atau diberi perlakuan terlebih dahulu sebelum diberikan pada ternak. Salah satu
perlakuan yang mudah diaplikasikan dan berpengaruh baik terhadap peningkatan
kualitas limbah pertanian adalah perlakuan urea amoniasi.
Jerami padi dibakar selama ini oleh kelompok tani, apabila diolah menjadi
kompos akan menjadi alternatif pengurangan penggunaan pupuk anorganik dan ramah
lingkungan. Wiwaha (2013), pupuk organik dapat diperoleh dengan memanfaatkan
limbah padi sawah yaitu jerami padi yang biasanya hanya dibakar di areal persawahan
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
37
sehingga menimbulkan polusi udara yang dapat membahayakan lingkungan. Pupuk
organik yang berasal dari jerami padi yang telah dikomposkan memiliki potensi hara
yang sangat tinggi dengan komposisi: rasio C/N =18,88, C= 35,11, N= 1,86% , P2O5=
0,21% , K2O 5,35% dan air= 55%.. Hal ini berarti bahwa kompos jerami padi per ton
memiliki kandungan hara setara dengan 41,3kg urea, 5,8 kg SP36, dan 89,17kg KCl
atau total 136,27 kg NPK .
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan ketua dan anggota pada
Kelompok Tani Bina Karya, umumnya masyarakat masih mengeluhkan rendahnya
pendapatan petani karena rendahnya produktivitas dan tidak efisiennya penggunaan
sumber daya yang mereka miliki. Beberapa permasalahan yang berhasil diidentifikasi
meliputi:
1. Belum efisiennya pemanfaatan jerami untuk pakan ternak dan kompos. Jerami padi
yang dihasilkan dari pertanaman padi baru sebagian kecil saja yang bisa
dimanfaatkan untuk makanan ternak karena pemberiannya dalam bentuk segar.
Sebagian besar lainnya dibakar petani untuk memudahkan pengolahan tanah
berikutnya. Sementara menyabit rumput menyita waktu petani sekitar 2-3
jam/hari/ekor sepulang dari sawah/ladang, ini menyebabkan terbatasnya jumlah
ternak yang mampu dipelihara oleh setiap petani.
2. Masih dilakukan pembakaran feses ternak untuk proses pematangan pupuk dan
belum dimanfaatkan urine untuk dijadikan pupuk. Feses ternak sapi biasanya
langsung menjualnya kepada petani yang ada di sekitar Kabupaten Solok, dengan
terlebih dahulu dilakukan pematangan dengan pembakaran, sehingga pupuk
organiknya kurang berkualitas. Padahal feses maupun urine diolah dengan teknologi
yang tepat akan memiliki kualitas yang baik serta nilai jual yang tinggi.
3. Harga pupuk anorganik yang semakin mahal. Harga pupuk urea non subsidi
mencapai Rp 367.500,- /50 kg. Sementara pupuk urea bersubsudi susah diperoleh.
Petani yang terlibat pada kelompok tani dapat memperoleh pupuk bersubsidi tetapi
terbatas jumlahnya yaitu 1 sak (50 kg), padahal petani memerlukan pupuk urea 100 -
200 kg/ha. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus dapat mengakibatkan
tidak efisiensinya pemupukan tersebut, rusaknya struktur tanah, rendahnya
mikrobiologi tanah dan ketidakseimbangan unsur hara di dalam tanah. Penggunaan
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
38
pupuk cair dapat mengantisipasi ketidakseimbangan unsur hara tanah, sehingga
tanaman memperoleh unsur hara yang cukup dan berimbang.
4. Sumberdaya manusia masih rendah. Sumberdaya manusia rendah, terutama untuk
mengelola kotoran ternak sapi dan jerami padi menjadi pupuk organik dan pakan
ternak. Dalam hal ini terutama wawasan dan pengetahuan dalam mengope-rasikan
teknologinya membutuhkan pelatihan secara cukup.
Solusi terbaik yang dapat dilakukan adalah Penerapan Sistem Integrasi Ternak
Sapi dengan Tanaman Padi. Limbah dari sawah (jerami) merupakan sumber pakan
untuk ternak, limbah ternak (feses dan urine) dijadikan pupuk organik merupakan
sumber unsur hara yang sangat baik bagi pertumbuhan padi sawah. Tujuan dari
kegiatan PKM yaitu untuk: a) meningkatkan motivasi petani tentang pembuatan pupuk
organik dan pakan ternak; b) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani
tentang pembuatan pupuk organik dan pakan ternak serta; c) aplikasi pupuk organik
dari kotoran sapi untuk mengurangi pemakaian pupuk anorganik pada tanaman padi.
Metode Pelaksanaan
Waktu dan Tempat
Lama waktu pelaksanaan kegiatan PKM di kelompok tani sekitar 5 (lima) bulan
(Bulan April 2019 sampai Agustus 2019). Tempat PKM dilaksanakan di Kelompok
Tani Bina Karya yang terletak di Jorong Dalam Nagari, Nagari Koto Hilalang
Kecamatan Kubung Kabupaten Solok.
Solusi
Solusi (Gambar. 1) yang akan diberikan dibidang produksi, berupa introduksi
Ipteks yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu:
a. Memanfaatkan limbah jerami padi untuk pupuk organik dan pakan ternak
b. Memanfaatkan kotoran ternak sapi untuk pupuk organik
c. Pembuatan demplot ternak sapi dengan memberikan pakan ternak berupa amoniasi
jerami padi.
d. Pembuatan demplot budidaya tanaman padi dengan memanfaatkan kombinasi pupuk
organik (feses dan urine sapi) dengan pupuk anorganik.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
39
Permasalahan manajemen tentang pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk dan
meningkatkan kesadaran mintra tentang memanfaatkan pupuk organik ada beberapa
solusinya yaitu:
1. Mitra diberikan motivasi untuk memanfaatkan jerami di lingkungan mereka untuk
dijadikan makanan ternak dan pupuk organik yang digunakan untuk tanaman padi,
palawija dan tanaman hortikultura serta perkebunan.
2. Mitra diberikan pengetahuan dan keterampilan tentang kelebihan dan kekurangan
serta manfaat pupuk organik.
Bahan dan alat
Untuk terlaksananya kegiatan PKM diperlukan bahan-bahan sebagai berikut: atap
kayu ukuran : 6 x 12 x 4 cm; 5 x 10 x 4 cm, 4 x 6 x 4 cm, dan 5 x 7 x 4 cm, paku,
semen, pasir, parabung, dedak halus, EM4, gula merah, terasi, benih padi, urea, NPK
phonska. Alat yang digunakan adalah: cangkul, parang, penggaru, masker, sepatu boot,
sarung tangan, ember plastik, karung plastik, terpal, dan hand sprayer.
Metode
Pelaksanaan PKM dilakukan dengan metode ceramah, diskusi, dan demonstrasi.
Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Sosialisasi dan pemahaman kegiatan PKM
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang
teknologi yang akan diterapkan diterapkan pada PKM agar seluruh anggota kelompok
tani tidak salah paham dari kegiatan ini dan tertarik untuk melaksanakannya.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
40
Gambar 1. Solusi yang ditawarkan di bidang produksi
2. Pembuatan pondok pupuk organik/ fermentasi
Kegiatan ini dilakukan secara bergotong royong oleh kelompok tani. Tempat ini
dibangun agar mempermudah dan melindungi bahan baku pembuatan pupuk organik
dan tempat ketika proses fermentasi pupuk organik dan pakan ternak.
3. Demonstrasi pembuatan pupuk organik
Pembuatan pupuk organik yang dilakukan dengan sumber bahan organik berasal
dari feses dan urine sapi serta jerami padi. Pada tahap ini melibatkan kelompok tani
secara langsung dalam pembuatan pupuk organik sehingga memperdalam pemahaman
petani tentang cara pembuatan pupuk organik yang dibimbing oleh narasumber dari Tim
PKM.
Sebelum pelaksanaan telah dipersiapkan alat dan bahan. Kelompok tani
menyediakan kotoran ternak, jerami padi dan dedak, bahan lainnya disediakan melalui
dana PKM. Kegiatan yang dilakukan antara lain: menyiapkan bahan, mencampurkan
bioaktifator dengan bahan, menyusun tumpukan bahan dan menutup dengan
terpal/menutup derigen untuk pembuatan pupuk cair, selanjutnya memaksimalkan
proses fermentasi.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
41
4. Demonstrasi pembuatan pakan ternak
Teknik yang digunakan dalam demonstasi jerami padi untuk makanan ternak yaitu
teknik amoniasi. Bahan dan alat yang dipakai adalah: 100 kg jerami padi kering udara,
3-4 kg Urea (3-4% dari bahan), lembaran plastik sebagai alas, dan timbangan. Cara
membuatnya: jerami ditimbang dan dicincang dan ditaburi dengan cairan urea secara
merata, dimasukkan ke dalam kantong plastik. Selanjutnya ikat kantong plastik dengan
rapat agar tidak ada udara yang masuk/anerob dan simpan di tempat yang teduh dan
tidak kena hujan/air selama satu bulan. Kelompok tani menyediakan jerami, sedangkan
bahan lainnya disediakan melalui dana PKM. Pembuatan pakan ternak dilakukan oleh
anggota kelompok tani dengan dibimbing oleh anggota Tim PKM.
5. Demplot pemeliharaan ternak sapi
Demplot pemeliharaan ternak sapi, dipelihara sapi sebanyak 6 ekor. Amoniasi
jerami padi diberikan cukup 2 kali sehari dengan dosis sesuai dengan umur sapi. Untuk
umur sapi 1-2 tahun diberikan jerami 5 kg/ekor, umur sapi 3 tahun diberikan 8 kg/ekor,
dan umur sapi 4 atau lebih diberikan 9 kg/ekor. Untuk melengkapi kandungan gizi
pakan sapi penggemukan dilakukan pemberian pakan konsentrat sebanyak 1 % dari
berat badan. Formula ransum pakan konsentrat dapat disesuaikan dengan bahan yang
ada ditempat yaitu: 50% dedak, 22% jagung halus dan 18% bungkil kelapa, 5% tepung
Ikan, 4% mineral dan 1% garam.
Sapi diperiksa kesehatannya secara berkala berdasarkan gejala klinisnya sekali
sebulan oleh anggota Tim PKM. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan ektoparasit dan
endoparasit. Pengobatan diberikan berdasarkan kebutuhan. Biaya pembelian obat-
obatan berasal dari dana PKM. Peran serta kelompok tani yakni melakukan pemberian
obat-obatan sesuai petunjuk dari anggota Tim PKM.
6. Demplot tanaman padi
Pembuatan demplot tanaman padi dengan kombinasi pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pemberian pupuk organik berupa pupuk padat dan cair yang diberikan pada
tanaman padi. Pemberian 50% NPK (200 kg/ha Urea + 200 kg/ha NPK Ponska) dan
50% pupuk padat dari kotoran sapi. Takaran pupuk organik padat dari kotoran sapi 5
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
42
Gambar 2. Pondok pembuatan pupuk organik/ fermentasi
ton/ha. Pupuk cair dari urine sapi 1: 15 disemprotkan pada tanaman padi. Luas petakan
tanaman padi yaitu 2 m x 3 m.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum kegiatan tahap demi tahap dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan
koordinasi dengan kelompok tani untuk mendiskusikan proses pelaksanaannya serta
dibuat spanduk kegiatan PKM. Hasil-hasil dan luaran yang telah dicapai meliputi:
pembuatan pondok pupuk organik, demonstrasi pembuatan pupuk organik dan
pembuatan pakan ternak, demplot ternak sapi dan tanaman padi.
1. Pembuatan pondok pupuk organik (fermentasi)
Pondok untuk pembuatan pupuk organik dibuat berukuran 3 x 8 m. Bahan dan
alat dari dana PKM sesuai dengan proposal, karena sebagian bertingkat maka
kekurangan untuk beli bahan berupa dana swadaya dari kelompok tani dan begitu juga
pelaksanaan pekerjaannya. Lokasi ini dibuat untuk mempermudah dan melindungi
bahan baku ketika proses fermentasi pembuatan pupuk organik baik dari bahan kotoran
sapi maupun jerami padi serta pakan ternak dari fermentasi jerami padi. Hasilnya seperti
Gambar 2.
2. Pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi dan jerami padi
Untuk memenuhi kebutuhan pupuk bagi petani baik untuk tanaman pangan,
perkebunan salah satu kegiatan pengabdian yang sudah dilakukan adalah pembuatan
pupuk organik dengan memanfaatkan bahan yang ada di sekitar petani. Pupuk organik
yang dihasilkan berasal dari bahan baku di lingkungan petani (kotoran ternak: feses dan
urine sapi serta jerami padi). Pembuatan dan pendampingan pembuatan pupuk organik
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
43
telah dilakukan oleh Tim PKM dengan petani, dimulai dari pengumpulan kotoran ternak
sapi dan jerami, dilanjutkan dengan penimbangan bahan, hingga proses pembuatan
pupuknya dan pengemasan seperti ditunjukkan pada Gambar 3.
Untuk mempercepat proses dekomposisi dari feses dan jerami padi serta proses
fermentasi dari urine sapi ditambah EM4. Dengan sentuhan inovasi teknologi, limbah
urine diproses (fermentasi) menjadi pupuk cair dengan kandungan hara tinggi berbahan
limbah urine (biourine) sebagai nutrisi tanaman. Yuniwati, Iskarima dan Padulemba
(2012) menjelaskan bahwa fermentasi urin bertujuan menghasilkan pupuk cair dengan
bahan dasar urin dengan komposisi yang dihasilkan menjadi lebih baik, dengan
sentuhan inovasi tekhnologi, limbah urine sebagai nutrisi tanaman.
(c)
(e) (f)
Gambar 3. Pembuatan pupuk organik dari feses (a) dan kemasannya (b), Pembuatan
pupuk organik dari jerami padi (c) dan kemasannya (d), Pembuatan pakan
ternak dari amoniasi jerami padi (e) dan pemberiannya pada ternak (f)
Kelompok tani yang hadir menyimak dengan seksama dan mengajukan beberapa
pertanyaan pada setiap kegiatan. Pertanyaan petani berkisar pada kualitas pupuk organik
(a) (b)
(d)
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
44
dan pemasarannya. Setelah tahap diskusi selesai, warga kemudian mengikuti kegiatan
selanjutnya yaitu demonstrasi dan praktek pembuatan pupuk organik. Pada tahap ini
Tim PKM terlebih dahulu mendemonstrasikan cara pembuatan pupuk organik yang
kemudian diikuti dan dilaksanakan secara langsung oleh petani. Pada akhir kegiatan,
pupuk organik yang dibuat oleh petani dievaluasi dan diberikan saran agar pupuk yang
dibuat lebih baik lagi.
Demonstrasi pembuatan pakan ternak
Kegiatan pengabdian masyarakat selanjutnya adalah demonstrasi pembuatan
pakan ternak dengan teknik amoniasi jerami padi. Sama dengan mekanisme kegiatan
sebelumnya bahwa kegiatan ini dimulai dengan penjelasan tentang pembuatan amoniasi
jerami padi dan kegunaan dilakukan amoniasi jerami padi. Selanjutnya petani
mengajukan beberapa pertanyaan dan diskusi mengenai kegunaan amoniasi jerami padi
dan hal-hal yang terkait dengan ransum pakan ternak serta penyakit pada ternak.
Tingkat partisipasi dan antusiasme petani yang hadir sangat baik. Hal ini dilihat dari
banyaknya pertanyaan seputar pakan dan penyakit ternak serta ada partisipasi
keikutsertaan petani di luar Kelompok Tani Bina Karya.
Setelah itu tahap pembuatan dan praktek dimulai dengan menyiapkan bahan dan
alat serta langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan pakan ternak dari amoniasi
jerami padi. Dengan dimanfaatkannya jerami padi sebagai bahan pakan ternak berarti
ketersediaan pakan bertambah, sehingga akan membuka peluang peternak untuk
menambah jumlah ternaknya untuk dipelihara tanpa terkendala pakan. Pada kegiatan
ini bahan pakan limbah pertanian berupa jerami padi sangat potensi sebagai sumber
serat, satu kendala penggunaannya sebagai pakan ternak ruminansia adalah kandungan
nutrisi dan daya cernanya lebih rendah dibanding rumput atau bahan pakan hijauan lain.
Untuk mengatasi kendala dan meningkatkan potensinya sebagai pakan ternak, maka
limbah pertanian harus diolah atau diberi perlakuan terlebih dahulu sebelum diberikan
pada ternak. Sebagaimana menurut Marjuki (2013) salah satu perlakuan yang mudah
diaplikasikan dan berpengaruh baik terhadap peningkatan kualitas limbah
pertanian adalah perlakuan urea amoniasi.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
45
Produk kali pertama pembuatan pupuk organik dari kotoran ternak dan jerami
padi serta pakan ternak dari amoniasi jerami dibuat bersama dengan Tim PKM
Universitas Ekasakti Padang. Hasil produk kedua diproduksi oleh Kelompok Tani Bina
Karya sendiri. Pada proses ini, terbukti bahwa mitra memiliki motivasi yang tinggi
untuk melanjutkan pembuatan pupuk organik dan pakan ternak.
Program Kemitraan Masyarakat telah dilaksanakan secara bertahap dan
berkelanjutan sehingga petani meningkat pengetahuan dan keterampilan dalam
pembuatan pupuk organik dari kotoran ternak dan jerami padi serta pakan ternak dari
amoniasi jerami. Teknologi pembuatan pupuk organik dari kotoran ternak dan jerami
padi yang telah dilatihkan pada petani sangat bermanfaat untuk menciptakan usaha
bisnis pupuk organik akibatnya pendapatan petani bertambah. Sholihul (2017) yang
memanfaat-kan limbah kotoran sapi diolah menjadi pupuk organik ternyata
menghasilkan potensi ekonomi yang lumayan besar bagi anggota kelompok tani ternak
sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi dan dapat mendorong kesejahertaan
petani. Ditinjau dari sisi analisis bisnis dari kotoran sapi sangat layak dikembangkan
menjadi bisnis desa setempat dengan didapatkan nilai B/C >1 yakni 6,67 yang berarti
usaha ini layak untuk dijalankan.
Demplot ternak sapi
Kegiatan PKM untuk demplot ternak sapi dengan pemberian pakan ternak berupa
amoniasi jerami padi sebanyak 2 kali sehari. Sapi yang diberikan pakan amoniasi
jerami padi pada awalnya kurang menyukai karena bau amoniaknya dan baru
beradaptasi atau belum terbiasa dengan pakan amoniasi jerami padi. Tetapi hari-hari
berikutnya dengan pakan tersebut sapi menyukainya.
Demplot tanaman padi
Dari hasil diskusi antara para peserta kegiatan PKM dengan ketua kelompok tani
Bina Karya ternyata petani tertarik mengembangkan padi sawah dengan menggunakan
pupuk organik dan anorganik, sehingga didapatkan dan disepakti bahwa ketua
kelompok tani bersedia lahannya dijadikan demplot untuk penanaman padi sawah. Tim
PKM mengunjungi lahan yang telah ditetapkan untuk melihat kesiapan petani. Setelah
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
46
lahan siap untuk ditanam, tim PKM bersama petani melakukan pemberian pupuk
organik dan pupuk anorganik serta menanam padi varietas Galur Harapan (GH).
Setelah kegiatan penanaman,tim PKM masih akan terus memantau perkembangan
demplot, pemberian pupuk susulan pertama dan kedua serta pemberian pupuk cair dari
urine sapi. Selain itu demplot yang diperlakukan terus diamati dan dihitung produksi
tanamnya. Sebagaimana Peraturan Meteri Pertanian Nomor 40/2007 merekomendasikan
pengembalian bahan organik atau pemberian pupuk organik yang dikombinasikan
dengan pupuk anorganik bertujuan untuk memperbaiki kondisi dan kesuburan tanah.
Dari hasil demplot tanaman padi terlihat bahwa pertumbuhan tanaman yang paling
bagus adalah dengan pemberian pupuk organik dari feses sapi 50% + pupuk anorganik
50% dan disemprot dengan pupuk organik cair (Gambar 4 d). Kemudian berkurang
pertumbuhannya bertutur-turut sebagai berikut: pemberian 50% pupuk organik + 50%
pupuk anorganik (4 c), pemberian pupuk anorganik (4 b) dan pemberian pupuk organik
(4 a).
Demikian pula dengan produksi padi, aplikasi pupuk organik dari feses sapi saja
menghasilkan produksi padi yang rendah yaitu 6,08 - 6,20 ton/ha tetapi dengan
pemberian pupuk organik dapat mengurangi pemakaian pupuk anorganik. Sebagaimana.
yang dikemukakan oleh Widowati (2009); Rochmah (2009) bahwa aplikasi pupuk
organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan meningkatkan efisiensi pemupukan.
(4a) (4b)
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
47
(4c) (4d) Gambar 4. Padi umur 2 bulan dengan pemberian pupuk organik (a), pemberian pupuk
anorganik (b), pemberian 50% pupuk organik + 50% pupuk anorganik (c)
dan disemprot pupuk cair (d)
Selanjutnya Eugene, Jacques, Desire dan Paul (2010); Leszczyinska dan Malina
(2011) menambahkan bahwa pemberian bahan organik sebagai pupuk organik dapat
meningkatkan aktivitas mikroba dalam tanah. Pemberian (pupuk anorganik 50% +
organik 50%), dapat meningkatkan hasil tanaman padi sebesar 25% (produksi mencapai
8,34 ton/ha) dibandingkan tanpa menambahkan pupuk organik. Sarwono (2011)
menyatakan bahwa pupuk organik mempunyai banyak kelebihan, apabila dibandingkan
dengan pupuk anorganik yaitu pupuk yang memiliki unsur hara yang lebih lengkap,
baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro, mengandung asam-asam organik,
enzim dan hormon yang tidak terdapat dalam pupuk buatan. Selanjutnya Bakri (2011)
dengan aplikasi pupuk anorganik + organik hayati dengan metode SRI dapat
bmeningkatkan aktivitas dan jumlah populasi mikroba (Azotobacter dan mikroba
pelarut fosfat)
Apabila ada penambahan pupuk cair lebih meningkatkan produksi padi sebanyak
27% (produksi padi terbaik yaitu 8,6 ton/ha) karena pupuk organik cair merupakan
pupuk yang dapat langsung diserap tanaman dan mempunyai kandungan hara N, P dan
K. Sebagaimana dijelaskan oleh Sutedjo (2010) bahwa urine sapi memiliki kandungan
N dan K yang tinggi dan terdapat cukup kandungan P untuk perkembangan tanaman.
Selain dapat bekerja dengan cepat, urine ternyata mengandung hormon tertentu yang
dapat merangsang perkembangan tanaman. Urine pada ternak sapi terdiri dari air (92%),
nitrogen (1,00%), fosfor (0,2%) dan kalium (0,35%).
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
48
KESIMPULAN
Berdasarkan kegiatan PKM yang telah dilakukan di Kelompok Tani Bina Karya
dapat disimpulkan bahwa: mitra memiliki motivasi yang tinggi untuk melanjutkan
pembuatan pupuk organik dan pakan ternak terlihat dari kegitan pembuatan pupuk
organik dan pakan ternak yang dilakukan kembali oleh kelompok tani. Program
Kemitraan Masyarakat telah dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan sehingga
petani meningkat pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan pupuk organik dari
kotoran ternak dan jerami padi serta pakan ternak dari amoniasi jerami padi.
Penggunaan pupuk organik saja menghasilkan produksi padi yang rendah (6,08-6,20
ton/ha) tetapi dengan pemberian pupuk organik dapat mengurangi pemakaian pupuk
anorganik. Sedangkan pemberian pupuk anorganik 50% + organik 50% dapat
meningkatkan hasil tanaman padi sebesar 25% (8,34 ton/ha) dan dengan penambahan
pupuk organik cair lebih meningkatkan produksi padi yaitu sebanyak 27% (8,6 ton/ha)
dibandingkan tanpa menambahkan pupuk organik
SARAN
Saran dari Tim PKM Fakultas Pertanian Universitas Ekasakti pada Kelompok
Tani Bina Karya yaitu program pengabdian masyarakat sebaiknya dilakukan
berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi di kelompok tani yaitu kotoran ternak
sapi sebagai pupuk organik untuk tanaman dan memanfaatkan amoniasi jerami padi
sebagai pakan ternak. Untuk menambah pendapatan petani pupuk organik dikemas
sebaik mungkin dan dipasarkan baik untuk petani di Kabupaten Solok maupun di
kabupaten lainnya yang ada di Sumatera Barat.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penghargaan dan ucapan terima kasih diberikan kepada Ibu Nitta Yessirita dan Yonny
Arita Taher atas kerjasamanya dalam tim PKM. Selanjutnya Afifah dan Kiki
mahasiswa yang telah terlibat di dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini.
Demikian pula apresiasi disampaikan kepada kementerian Riset, Teknologi dan
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
49
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia atas dukungan pendanaannya dan Universitas
Ekasakti yang sudah memfasilitasi kegiatan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bakri, M.M. 2011. Aplikasi pupuk anorganik dan pupuk organik terhadap pertumbuhan
dan hasil padi sawah (oriza sativa L.). Skripsi. Institute Pertanian Bogor. Bogor.
Budiyanto, Krisno. 2011. “Tipologi pendayagunaan kotoran sapi dalam upaya
mendukung pertanian organik di Desa Sumbersari Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang. Jurnal GAMMA 7 (1) 42 - 49.
Eugene, E.E., E. Jacques, V.T. Desire, B. Paul. 2010. Effect of some physical and chmeical characteristic of soil on productivity and yield of cowpea (Vigna
anguiculata L. Walp.) in Costal Ragion (Cameroon) Afr. J. Environ Sci. Technol,
4: 108 - 114.
Leszczynska, D., J. K. Malina. 2011. Effect of organic matter from various sources on
yield and quality of plant on soils contaminated with heavy metals. J. Ecol.
Chem Enginering. 18: 501 – 507.
Marjuki, 2013. Peningkatan Kualitas Jerami Padi Melalui Perlakuan Urea Amoniasi.
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.
Rochmah, H. F. 2009. Pengaruh pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan
dan hasil padi sawah (Oriza sativa L.) Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sarwono, 2011. Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan /SR.140/10/2011. Pupuk
Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah.
Sholihul H. 2017, Penerapan pola usaha tani terintegrasi tribionik sebagai upaya peningkatan pendapatan petani. Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35 Issn 2528-4967 (Print) Dan
Issn 2548-219x (Online).
Sukamta, M. A. Shomad dan A. Wisnujat. 2017. Pengelolaan limbah ternak sapi
menjadi pupuk organik komersial di Dusun Kalipucang, Bangunjiwo, Bantul,
Yogyakarta Jurnal BERDIKARI Vol.5 No.1 Februari 2017.
Sutedjo, M. 2010. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta. 177 hal.
Ustriyana, I. Nyoman Gede. 2011. Analisis nilai tambah dan pendapatan usaha
pengolahan limbah ternak: Studi Kasus Di Desa Babahan Kecamatan Penebel
Kabupaten Tabanan, Dwijenagro Vol. 1 No. 2 Issn : 1979-3901.
Widowati, L. R. 2009. Peranan pupuk organik terhadap efisiensi pemupukan dan
tingkat kebutuhannya untuk tanaman sayuran pada tanah Inseptisol Ciherang. J.
Tanah Tropika. 14: 221 – 228.
Wiwaha.2013.https://lemahlanang.wordpress.com/2013/01/23/kandungan-jerami-padi/
diakses tanggal 30 November 2017.
Yuniwati M., F. Iskarima dan A. Padulemba. 2012. Optimasi kondisi proses pembuatan
kompos dari sampah organik dengan carafermentasi menggunakan EM4. Jurnal
Teknologi, Vol. 5 (2): 172 - 181.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
50
Penerapan Teknologi Bioproses Bahan Pakan Lokal Untuk Ayam
Kampung Di Desa Lopak Aur Kabupaten Batanghari
Noferdiman1)
dan Yusma Damayanti 2)
1)
Dosen Fakultas Peternakan Universitas Jambi 2)
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan pengabdian pada masyarakat (PPM) ini adalah: (1) penerapan teknologi
bioproses bahan pakan lokal oleh petani peternak ayam kampung; (2) peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan petani peternak ayam dalam menyusun ransum yang tepat
dan biaya yang lebih murah; dan (3) peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani
peternak ayam dalam manajemen pemeliharaan yang lebih efisien dan menghasilkan
produksi yang lebih baik. Metode pelaksanaan pada kegiatan pengabdian pada
masyarakat dilakukan dengan metode interaksi aktif antara tim pelaksana kegiatan
dengan kelompok sasaran yang terlibat dalam kegiatan ini yaitu 40 anggota masyarakat
dan kelompok tani. Beberapa program yang ditawarkan untuk pencapaian target PPM
adalah: penyuluhan dan pelatihan, partisipatif aktif anggota masyarakat dan kelompok
tani, serta penerapan teknologi bioproses, penyusunan ransum ayam kampung berbasis
bahan pakan lokal, penerapan manajemen pemeliharaan untuk produksi ayam kampung.
Hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat adalah: (1) pelaksanaan
penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan, dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan peserta pelatihan, dimana keberhasilan penyuluhan berkategori baik; (2).
pemeliharaan ayam kampung dapat dilakukan oleh masyarakat, petani dan peternak di
Desa Lopak Aur Kabupaten Batanghari, tapi masih perlu bimbingan teknis agar tercapai
tingkat produksi yang lebih baik dan (3). pelaksanaan pengabdian pada masyarakat
(PPM) di Desa Lopak Aur Kabupaten Batanghari dapat direspon dengan baik oleh
masyarakat, petani dan peternak.
Kata kunci : teknologi bioproses, manajemen pemeliharaan, dan ayam kampung
PENDAHULUAN
Kelompok Tani dan masyarakat petani peternak unggas (ayam kampung) di
Desa Lopak Aur Kabupaten Batnaghari dibentuk dari kondisi sosial masyarakat yang
tumbuh karena adanya keinginan untuk usaha bersama dalam satu tujuan, yaitu
peningkatan kesejahteraan. Kebersamaan ini lebih dari identitas untuk bereaksi dalam
melakukan usaha tani ternak yang lebih baik dari segi manajemen pemeliharaan,
penggunaan teknologi, permodalan dan pemasaran produk ternak yang akan dihasilkan.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
51
Kemampuan kelompok untuk mencapai kondisi tersebut sangat tergantung dari
kemampuan melibatkan anggotanya dalam kelompok-kelompok kerja dan masyarakat
sesuai dengan rencana usaha dan penggunaan teknologi yang dapat mendukung usaha
tani ternaknya.
Permasalahan utama dalam usaha pemeliharaan ayam kampung yang dihadapi
oleh kelompok tani ternak dan masyarakat adalah: ketersediaan bahan-bahan pakan
penyusun ransum yang lazim digunakan pada akhir-akhir ini makin terasa sulit dan
mahal harganya, kondisi ini disebabkan oleh meningkatnya harga bahan-bahan pakan
ternak ayam terutama bahan baku yang masih impor seperti: bungkil kedelai, jagung,
dan tepung ikan. Pada tahun 2016, Indonesia masih mengimpor bungkil kedele sebesar
4,2 juta ton/tahun, jagung 850 ribu ton/tahun, tepung ikan 80 ribu ton/tahun dan tepung
daging tulang 450 ribu ton/tahun (BPS, 2017).
Penggunaan komponen impor ini dapat diturunkan atau dikurangi melalui
penggunaan sumberdaya pakan lokal, antara lain dengan menggali potensi limbah non
konvensional yang jumlahnya semakin meningkat, seperti: bungkil inti sawit dan dedak
padi. Bila dihitung secara nominal potensi dedak padi dan bungkil inti sawit
berdasarkan produksi tanaman padi dan produksi minyak sawit serta diestimasikan
menurut Aritonang (1984) dan Sutardi (1991), maka Provinsi Jambi pada tahun 2017
memiliki potensi dedak padi sebesar 168.500 ton/tahun dan bungkil inti sawit sebesar
97.420 ton/tahun.
Bungkil inti sawit dan dedak padi ini diharapkan dapat menunjang bahkan
mengefisienkan penggunaan bahan pakan untuk penyusun ransum unggas yang lebih
murah dan tersedia. Kandungan serat kasar yang tinggi pada bungkil inti sawit (17,40
%) dan dedak padi (15,10%) merupakan suatu kendala untuk dimanfaatkan sebagai
bahan pakan ternak ayam kampung, dikarenakan ayam kampung memiliki sistem
pencernaan tunggal tidak menghasilkan enzim selulase untuk mencerna komponen serat
kasar.
Salah satu cara untuk menurunkan kandungan serat kasar adalah dengan cara
memanfaatkan aktivitas mikroba melalui proses biodegradasi, dimana mikroba mampu
mendegradasi komponen serat secara lebih ekonomis dan hasilnya dapat lebih
bermanfaat. Salah satu mikroba selulolitik adalah jamur Trichoderma harzianum
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
52
karena mampu mendegradasi selulosa yang merupakan komponen dari serat kasar.
Peningkatan nilai manfaat selulosa harus didahului dengan penguraian ikatan kompleks
lignoselulosa yang dapat dilakukan oleh enzim selulase dari jamur Trichoderma
harzianum. Pada proses fermentasi terjadi pemecahan oleh enzim terhadap komponen
serat seperti: selulosa, hemiselulosa, serta polimer lainnya menjadi lebih sederhana
sehingga bahan-bahan hasil fermentasi mempunyai mutu dan daya cerna lebih baik dari
bahan asalnya. Penelitian Nuraini (2002) melaporkan bahwa jamur Trichoderma
harzianum mempunyai kemampuan yang tinggi dalam merombak selulosa dibanding
species lain.
Ayam kampung merupakan komoditas peternakan yang sangat disukai oleh
masyarakat, dimana jika dibandingkan dengan ternak lain, namun ternak ini mempunyai
produktivitas masih rendah sebagai akibat dari pemeliharaan yang masih sederhana
dan belum memperhatikan tata laksana atau manajemen pemeliharaan yang baik,
pemberian pakan yang belum seimbang baik kulaitas maupun kuantitasnya (Muryanto
et al, 1994) dan pencegahan penyakit belum optimal (Lestari 2000). Sartika (2005)
menyatakan bahwa produktivitas ayam kampung beragam, bergantung pada sistem
pemeliharaan dan keragaan individu. Upaya meningkatkan produktivitas ayam buras
dapat dilakukan melalui introduksi teknologi pemeliharaan dari ekstensif-tradisional
menjadi semi-intensif atau intensif (Zakaria, 2004) disamping juga memperbaiki
managemen pemberian pakan dengan pemanfaatan sumber daya pakan dan meramu
bahan pakan lokal yang lebih bermutu.
Teknologi bioproses pada bahan pakan lokal untuk penyusunan ransum ayam
kampung merupakan solusi dalam penyediaan pakan yang lebih murah bagi petani
peternak ayam kampung serta dapat memperbaiki penampilan produksi ayam kampung
yang lebih baik sehingga akan memberikan kontribusi pendapatan bagi kelompok tani
dan masyarakat untuk menuju pengembangan kawasan unggas di pedesaan.
MATERI DAN PELAKSANAAN
Pelaksanan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) dilakukan dengan beberapa
tahapan, yaitu: Tahap I. Pengenalan Program dan Persiapan PPM; Tahap II. Penyuluhan
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
53
dan Pelatihan; Tahap III. Demonstrasi, Praktek, dan Pembinaan; Tahap IV. Layanan
Konsultasi Teknis; dan Tahap V. Evaluasi Program.
1. Tahap I: Pengenalan program Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) dan Persiapan,
Tim Pelaksana PPM memperkenalkan rencana kegiatan pada masyarakat pada
kelompok tani ternak ayam kampung dengan menjelaskan secara detail rencana
kegiatan yang akan dilakukan. Pada tahap ini dibuat kesepakatan pengaturan rencana
kegiatan dan jadwal pelaksanaan pengabdian masyarakat, sehingga komitmen untuk
ikut serta dan partisipasi aktif kelompok lebih tinggi. Tahap ini dilakukan juga
survey awal tentang potensi kelompok tani dan masyarakat petani peternak unggas,
baik dari potensi sumberdaya usahatani ternak ayam kampung (sarana dan
prasarana), sumberdaya pendukung ketersediaan bahan-bahan pakan sumberdaya
manusia anggota kelompok tani, maupun keterkaitan kelompok tani dengan
Kelembagaan Desa, Kelembangaan Permodalan, serta peluang pemasaran produk
ayam kampung.
2. Tahap II: Penyuluhan dan Pelatihan dengan metode ceramah dan diskusi yang
dilaksanakan langsung di Kantor Kepala Desa dan di rumah ketua Kelompok Tani.
Penyuluhan dibantu dengan alat multimedia projector agar memudahkan peserta
penyuluhan dalam memahami materi yang disampaikan. Tahap ini materi yang
diberikan adalah:
a. Potensi ayam kampung pedaging unggul, potensi bahan-bahan pakan lokal,
potensi bungkil inti sawit, dedak padi dan kandungan nutrisinya.
b. Teknologi bioproses bahan pakan lokal, cara membuat bungkil inti sawit, dedak
padi melalui bioproses oleh jamur Trichoderma harzianum dan penggunaan
dalam ransum ayam kampung.
c. Cara menyusun pakan ayam kampung bermutu yang berbasis bahan-bahan pakan
lokal.
d. Manajemen pemeliharaan, perkandangan dan pemberian pakan pada ayam
kampung.
e. Permodalan dan peningkatan pemasaran produk ayam kampung.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
54
1. Tahap III: Demonstrasi, Praktek, dan Pembinaan: Pembuatan bungkil inti sawit
(BIS) dan dedak padi (DP) melalui bioproses oleh jamur Trichoderma harzianum,
dan penyusunan ransum ayam kampung per kelompok peserta pelatihan. Setiap
kelompok peserta membuat bioproses bahan pakan local sebanyak 10 kg dan
penyusunan ransum ayam kampung berbasis bahan-bahan pakan lokal dilakukan
dengan teknik menyusun ransum yang paling sederhana namun aplikatif. Selanjutnya
peserta mencoba sendiri cara menyusun ransum dan langsung memberikan kepada
ternak ayam kampung hasil ransum buatannya sendiri tersebut.
2. Tahap IV: Layanan Konsultasi Teknis: Memberi jasa konsultasi teknis kepada
anggota kelompok tani dan masyarakat tentang manajemen pemeliharaan ayam
kampung, baik masalah bibit, teknologi bioproses bahan pakan lokal, penyusunan
ransum dan pemberiannya, perkandangan, penyakit dan pengendaliannya,
pengolahan hasil ternak ayam, standar mutu hasil ternak ayam, solusi permodalan,
dan peningkatan pemasaran produk ayam kampung unggul.
3. Tahap V: Pelaksanaan evaluasi dilakukan dua kali, yaitu: pada akhir penyuluhan
dan pelatihan dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan materi yang
disampaikan, dan pada akhir demonstrasi/praktek pembuatan bioproses bahan pakan
lokal, menyusun ransum ayam bermutu basis bahan-bahan pakan lokal, dan
manajemen pemberian pakan ayam untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan
ketrampilan peserta pelatihan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Penyuluhan dan Pelatihan Kegiatan PPM.
Penyuluhan dan pelatihan program yang telah dilakukan pada kegiatan
pengabdian pada masyarakat (PPM) ini dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
55
Tabel 1. Materi penyuluhan dan jenis kegiatan pengabdian pada masyarakat di Desa Lopak Aur Kabupaten Batanghari.
Materi Penyuluhan Jenis Kegiatan Target Capaian
Ayam Kampung Pedaging Unggul/Super
1. Potensi ayam kampung super
2. Ciri-ciri ayam kampung super 3. Jenis, macam ayam kampong
super
1. Peternak mengetahui potensi
ayam kampung super 2. Mengetahui Ciri-ciri dan jenis
ayam kampung super. Teknologi Bioproses 1. Potensi dan kualitas bahan 1. Peternak mengetahui bahan
Bahan Pakan Lokal pakan lokal potensial (bungkil pakan lokal tersedia (BIS dan inti sawit dan dedak padi). DP), mengetahui kualitasnya,
2. Penggunaan jamur Trichoderma
harzianum dalam proses
dan batas penggunaannya dalam
ransum unggas bioproses. 2. Peternak mengetahui 3. Cara membuat bahan pakan penggunaan jamur Trichoderma lokal dengan teknologi harzianum. bioproses. 3. Peternak mendapat pengetahuan tentang teknologi bioproses untuk bahan pakan lokal.
Cara Menyusun Ransum 1. Pemilihan bahan-bahan pakan 1. Peternak memahami tentang
Ayam Kampung Berbasis lokal untuk ayam. pemilihan bahan-bahan pakan
Bahan-Bahan Pakan Lokal 2. Penggunaan bahan pakan lokal lokal yang murah untuk hasil bioproses. menyusun ransum ayam 3. Menyusun ransum ayam dengan kampung. metode sederhana. 2. Peternak mendapat pengetahuan tentang menyusun ransum yang sederhana untuk ayam.
Manajemen Pemberian 1. Cara pemberiaan pakan yang 1. Peternak dapat melaksanakan
Pakan untuk Ayam efisien (jumlah dan frekuensi). pemberian pakan secara efisien.
Kampung 2. Penempatan tempat pakan dan 2. Penempatan tempat pakan dan minum. minum yang tepat sehingga 3. Sanitasi pakan. tidak tumpah/ tercecer. 3. Peternak paham cara pemberian pakan dan air minum yang
efisien.
Manajemen Pemeliharaan 1. Pemeliharaan Periode Starter 1. Pengaturan kandang, pakan dan
Anak Ayam (DOC) dan 2. Pemeliharaan Periode pemeliharaan untuk anak ayam
Masa pertumbuhan Pertumbuhan. (DOC). 2. Biosecurity untuk ayam. 3. Penanganan masa pertumbuhan hingga panen
Pemasaran Produksi Ayam
Kampung
1. Cara pemasaran telur dan ayam
pedaging unggul
2. Cara pemasaran bibit ayam
kampung (DOC).
1. Terbentuknya jalur pemasaran
produksi ayam di kawasan
Village Poultry Farming (VPF)
ayam kampung.
2. Peternak akan memperoleh
keuntungan yang lebih baik.
Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan dan Pelatihan.
Evaluasi pelaksanaan penyuluhan dilakukan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan peternak sebelum dilakukan penyuluhan dan pada akhir dilakukan
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
56
penyuluhan dan pelatihan. Pengetahuan yang dievaluasi meliputi: pengetahuan tentang
ayam kampung unggul/super, cara menyusun ransum ayam kampung berbasis bahan-
bahan pakan lokal, manajemen pemberian pakan untuk ayam kampung, manajemen
pemeliharaan anak ayam (DOC) dan dara/petelur, serta pemasaran produksi ayam
kampung.
Evaluasi ini dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan dari pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan, sehingga dari evaluasi ini akan diketahui batas pengetahuan,
keterampilan peserta pelatihan, serta kegiatan apa lagi yang akan dilakukan untuk
menunjang keberhasilan yang telah dicapai dan target pelatihan sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Evaluasi tingkat pengetahuan peserta pelatihan dapat dilhat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Evaluasi Tingkat Pengetahuan Peserta Penyuluhan dan Pelatihan.
Tingkat Pengetahuan (%)
No. Materi Penyuluhan Sebelum Pelatihan Setelah Pelatihan
1. Pengetahuan Bibit Ayam 40,00 70,00 Unggul/Super
2 Teknologi Bioproses Bahan Pakan 35,00 65,00 Lokal
3. Menyusun Ransum Ayam Kampung 50,00 75,00 Berbasis Bahan-Bahan Pakan Lokal
4. Manajemen Pemberian Pakan untuk 55,00 80,00 Ayam Kampung
6. Manajemen Pemeliharaan Anak Ayam 50,00 75,00 (DOC) dan Dara/Petelur
7. Pemasaran Produksi Ayam Kampung 60,00 70,00
Berdasarkan Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan peserta
pelatihan mengalami peningkatan dari beberapa aspek materi penyuluhan yang
disampaikan dan di kategorikan berhasil. Tingkat pengetahuan tentang bibit ayam
kampong berkategori baik, dimana tingkat pengetahuan sebelum melakukan penyuluhan
hanya 40,00 % dan meningkat menjadi 70,00 %, keadaan ini menunjukkan bahwa
peserta pelatihan telah mengetahui ciri-ciri bibit ayam kampung super yang baik,
mengetahui potensi ayam kampung untuk bibit, petelur dan pedaging, serta mengetahui
keunggulan produksi ayam kampung. Tingkat pengetahuan teknologi bioproses hanya
35,00 % sebelum pelatihan dan meningkat menjadi 65,00 % setelah pelatihan, artinya
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
57
peserta pelatihan sudah mengetahui cara-cara melakukan pembuatan bahan pakan local
dedak padi dan bungkil inti sawit menggunakan teknologi bioproses dengan baik.
Aspek menyusun ransum ayam kampung berbasis bahan-bahan pakan local
tingkat pengetahuan juga meningkat dari 50,00 % menjadi 75,00 %, artinya peserta
pelatihan sudah mengetahui beberapa macam bahan-bahan pakan lokal seperti: jagung,
dedak padi, bungkil kelapa, tepung, ikan, tepung bekicot, bungkil inti sawit, serta
mengetahui potensi, kualitas zat-zat gizi, dan batas penggunaannya dalam ransum ayam.
Sedangkan untuk manajemen pemberian pakan ayam kampung, pengetahuan peserta
meningkat dari 55 % ke 80 %, dimana peserta pelatihan sudah mengetahui tentang cara
pemberian ransum yang efisien, bentuk ransum, jumlah yang harus diberikan, waktu
pemberian ransum, dan perhitungan jumlah konsumsi ransum terhadap
bobot badan dan produksi telur yang dihasilkan.
Pengetahuan tentang pemasaran produk ayam kampung masih berkatagori baik
60,00 %, karena selama ini masyarakat sudah pernah dilakukan melakukan penjualan
ayam kampung di sekitar Desa saja. Setelah melakukan pelatihan, pengetahuan petani
peternak meningkat menjadi 70,00 % artinya masyarakat telah mengetahui tentang cara
memasarkan produk yang meliputi: menjual langsung di Desa atau ke Pasar Kota
Jambi, serta di beberapa rumah makan yang selalu menyediakan ayam kampung di
dekat dengan Desa setempat, serta sudah bias mencari pasar di luar Desa atau di
Kabupaten dengan bekerjasama dengan tenaga pemasaran, serta menjual langsung di
rumah dengan cara promosi sehingga konsumen bisa langsung memesan produk ayam
kampung.
Perkembangan Pemeliharaan Ayam Kampung
Pelaksanaan program PPM di Desa Lopak Aur Kabupaten Batanghari dimulai
bulan Juli 2019 untuk pemeliharaan ayam kampung pedaging unggul/super dengan
jumlah ayam yang dipelihara sebanyak 100 ekor bibit anak ayam (DOC). Ayam ini
secara manajemen kelompok dipelihara di kandang ketua kelompok. Pada awal bulan
Juli 2019, bibit ayam berjumlah 100 ekor dipelihara secara intensif dengan pemberian
pakan yang telah disediakan dengan standar dibuat sesuai kebutuhan gizi ayam, dimana
selama bulan Juli rataan konsumsi ransum per ekor sebanyak 1.192 gram dengan rataan
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
58
pertambahaan bobot badan sebesar 416 gram per ekor, sehingga konversi mencapai
2,86. Kondisi ini berarti tingkat efisiensi ransum untuk ayam kampung cukup baik
dimana ayam mengkonsumsi sebanyak 2,86 kg ransum untuk mencapai pertambahan
bobot badan setiap unit ayam 1 kg.
Pada minggu ke 4 bulan Agustus 2019, dimana ayam sudah dipelihara selama 8
minggu dengan rataan pencapaian bobot badan ayam sebesar 812 gram per ekor dengan
konversi ransum 3,24. Terjadi peningkatan nilai konversi ransum dibanding dengan
bulan sebelumnya, hal ini dikarenakan ayam mengalami pertumbuhan dengan
mengkonsumsi ransum yang lebih banyak, sehingga untuk mencapai pertambahan
bobot badan 1 kg akan mengkonsumsi ransum sebanyak 3,24 kg. Begitu juga pada umur
ayam 10 minggu, rataan pencapaian bobot badan ayam sebesar 970 gr per ekor dengan
konversi 3,37.
Hasil perhitungan nilai income over feed chick cost (IOFCC) selama
pemeliharaan ayam kampung dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini. Hasil perhitungan
dari nilai Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC) selama pemeliharaan ayam
kampung dapat dilihat di Tabel 4, dimana nilai IOFCC sebesar Rp. 8.690,- per kg ayam,
berarti setiap penerimaan penjualan ayam per ekor adalah Rp 8.690,- dari perhitungan
komponen biaya bibit ayam dan ransum, belum termasuk biaya tenaga kerja, investasi
kandang, dan komponen lainnya.
Tabel 3. Perkembangan pemeliharaan ayam kampung di Desa Lopak Aur Batanghari (2019).
Bulan Jumlah Ayam
(Umur ayam) Kampung Super (ekor)
Rataan Konsumsi
Ransum (gr/ekor)
Ratan PBB
(gr/ekor)
Konversi
Ransum
Juli (4 minggu) 100 1.192 416 2,86
Agustus (8 minggu) 97 2.631 812 3,24
September (10 minggu) 95 3.268 970 3,37
*) September minggu ke 2 ; PPB = Pertambahan bobot badan.
Nilai ekonomi dari biaya pakan ditujukan untuk melihat keuntungan dari
pendapatan yang diterima dalam usaha pemeliharaan ayam. Pendapatan merupakan
selisih antara penerimaan dan biaya produksi. Harga ransum dihitung berdasarkan harga
yang berlaku saat pemeliharaan dilakukan, sedangkan perbedaan harga ransum yang
timbul ditentukan oleh persentase atau komposisi bahan penyusun ransum percobaan
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
59
masing-masing pemeliharaan. Nilai ekonomis ransum setiap ekor ayam dihitung
sebagai biaya ransum per kilogram bobot badan yang dihasilkan. Angka tersebut adalah
hasil perkalian konversi ransum dengan harga ransum masing-masing perlakuan setiap
kilogramnya.
Tabel 4. Nilai income over feed chick cost (IOFCC) pemeliharaan ayam kampung.
No. Komponen Perhitungan Nilai IOFCC
1. Harga DOC (Rp/ekor) 8.000
2. Harga Ransum (Rp/kg) 6.000
3. Rataan Konsumsi (Kg/ekor) 3.2
4. Biaya Konsumsi Ransum (Rp) (2 x 3) 19.200 5. Biaya Konsumsi Ransum + DOC (Rp) (4 + 1) 27.200
6. Rataan Bobot Hidup (Kg/ekor) 0,970
7. Harga Ayam per kg (Rp/kg) 37.000
8. Hasil Penjualan (Rp/ekor) (6 x 7) 35.890
9. Nilai IOFCC (Rp/kg) (8 – 5) 8.690
Nilai IOFCC dapat mengetahui efisiensi penggunaan ransum secara ekonomis,
selain memperhitungkan bobot badan akhir yang dihasilkan, juga harga ransum yang
dikonsumsi. Nilai IOFCC ini diperoleh dari hasil penjualan produksi dikurangi biaya
ransum untuk menghasilkan produksi (termasuk biaya bibit). Menurut Rasyaf (1989)
ada tiga faktor yang mempengaruhi nilai IOFC yaitu : jumlah ransum yang dikonsumsi,
pertambahan bobot badan dan harga ransum yang diberikan. Semakin tinggi nilai
IOFCC maka semakin tinggi pendapatan kotor yang diperoleh.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan pelaksanaan pengabdian pada masyarakat dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan, dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan, dimana keberhasilan penyuluhan
berkategori baik, berarti semua materi penyuluhan yang disampaikan dapat dipahami
oleh petani peternak ayam kampung di Desa Lopak Aur Kabupaten Batanghari.
2. Pemeliharaan ayam kampung dapat dilakukan oleh masyarakat, petani dan peternak
di Desa Lopak Aur Kabupaten Batanghari, tapi masih perlu bimbingan teknis agar
tercapai tingkat produksi yang lebih baik.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
60
3. Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat (PPM) di Desa Lopak Aur Kabupaten
Batanghari dapat direspon dengan baik oleh masyarakat, petani dan peternak.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Jambi, Direktur
Pascasarjana Universitas Jambi, dan Ketua LPPM Universitas Jambi yang telah
memberi izin dan dukungan dana PNBP terhadap pelaksanaan pengabdian pada
masyarakat ini serta ucapan terima kasih juga kepada Kepala Desa Lopak Aur, anggota
masyarakat dan kelompok tani yang telah memberi respon dan semangat dalam
melaksanakan kegiatan PPM ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, D. 1984. Pengaruh penggunaan bungkil inti sawit dalam ransum babi yang
sedang bertumbuh. Disertasi, Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor.
----------, 2014. Analisis Usaha: Cara Cerdas Memulai Usaha.
http://www.analisisusaha.com/analisis-usaha-telur-asin/. (Diakses, 28 Maret
2014).
BPS, 2017. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Gibson, T.S. and B.V. McCleary. 2003. A simple procedure for the lange scale
purification of ß-D-Xilanase from Tricoderma viride. Carbohydrate Polymer.
Volume 7, Issue 3, p: 225-240. Available on line 25 April 2003.
Hardjosworo, P.S., A. Setioko, P.P. Ketaren, L. H. Prasetyo, A.P. Sinurat dan
Rukmiasih. 2001. Perkembangan teknologi peternakan unggas air di Indonesia.
Prosiding Lokakarya Unggas Air, BPT Ciawi, Bogor.
Iskandar, S. A.P. Sinurat, B.Tiesnamurti, dan A.Bamualim. 2008. Bungkil inti sawit
potensial untuk pakan ternak. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Vol.30. No.1;16-17.
Jaelani, A dan N. Firahmi. 2007. Kualitas sifat fisik dan kandungan nutrisi bungkil inti
sawit dari Berbagai proses pengolahan crude palm oil (CPO). Jurnal Al Ulum
Vol.33 No 3; 1-7.
Noferdiman dan Zubaidah. 2012. Penggunaan Azolla microphylla fermentasi dalam
ransum broiler. Prosiding Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang Ilmu-
Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2012, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal : 792 – 799.
Nuraini. 2002. Campuran ampas sagu dan enceng gondok fermentasi sebagai pakan
buras. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun 2002. Fakultas Peternakan
Universitas Andalas, Padang.
Pasaribu, A, M. 2012. Kewirausahaan Berbasis Agribisnis. Penerbit: Andi. Yogyakarta.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
61
Putra, R. 2012. Pengaruh Pendidikan, Permodalan, dan Pembinaan dalam Meningkatkan Kinerja Industri Kecil Hasil Pertanian.
http://raswanputra.blogspot.com/ (Diakses, 28 Maret 2014).
Rasyaf, M. 1989. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Sumarsono, S. 2013. Kewirausahaan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sutardi, T. 1991. Pemanfaatan limbah tanaman perkebunan sebagai pakan ternak
ruminansia. Proseding seminar peningkatan produksi dan teknologi
peternakan. Fakultas Peternakan IPB dan Pemda Bogor. hal : 1 – 7.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
62
Meningkatkan Akses Permodalan Kelompok Tani Teman Abadi
Kepada Lembaga Keuangan Untuk Usaha Ternak Sapi
Afriani H a)
, Firmansyah, M. Farhan
Fakultas Peternakan Universitas Jambi a)
korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Kelompok Tani Teman Abadi berada di wilayah Kelurahan Mudung Laut
Kecamatan Pelayangan Kota Jambi menghadapi permasalahan, yaitu sulitnya untuk
mengakses sumber modal ke lembaga keuangan karena keterbatasan informasi dan
kemampuan menembus sumber modal tersebut. Kelompok tani dituntut menyajikan
proposal usaha yang feasible atau layak usaha dan menguntungkan. Disamping itu
lembaga keuangan bank mensyaratkan kelompok tani harus bankable atau dapat
memenuhi ketentuan bank. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan
adalah melaksanakan pelatihan dan bimbingan pembuatan laporan keuangan, dan
penyusunan proposal usaha yang berisi kelayakan usaha Kelompok Tani Teman Abadi
dengan menggunakan program komputer sederhana dan mudah untuk dioperasikan. Metode pendekatan menggunakan prinsip yaitu setiap inovasi yang diterima oleh mitra
kelompok tani melalui proses mendengar, mengetahui, mencoba, mengevaluasi,
menerima, meyakini, dan melaksanakan, melalui proses-proses tersebut diharapkan
inovasi dapat diadopsi secara berkesinambungan. Tahapan kegiatan yang dilakukan
meliputi: sosialisasi kegiatan, diskusi, penyuluhan dan pelatihan, bimbingan dan
pendampingan serta evaluasi. Setelah dilakukan evaluasi dapat diketahui bahwa
pengurus dan anggota kelompok Tani Teman Abadi dapat menerima materi yang
diberikan, hal ini terbukti pengurus dan anggota dapat mengoperasikan program
komputer yang disediakan sehingga laporan keuangan kelompok menjadi lengkap dan
tertata dengan rapi, selain itu juga dengan bimbingan dari tim pengabdian pengurus
telah mampu membuat proposal kelayakan usaha.
Kata Kunci : Akses permodalan, lembaga keuangan, usaha ternak sapi
PENDAHULUAN
Kelompok Tani Teman Abadi berada di wilayah Kelurahan Mudung Laut
Kecamatan Pelayangan Kota Jambi telah berdiri sejak tahun 1975 dan dikukuhkan
kembali pada tahun 1982. Kelompok Tani Teman Abadi terus berkembang, baik secara
kelembagaan maupun usaha tani. Secara kelembagaan, Kelompok Tani Teman Abadi
berkembang menjadi Gapoktan yaitu berdiri tahun 2009 yang merupakan gabungan dari
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
63
8 kelompok tani yang ada di Kelurahan Mudung Laut Kecamatan Pelayangan dengan
jumlah anggota 70 orang. Secara usaha tani, Kelompok Tani Teman Abadi memiliki
usaha tani yang beragam. Jenis usaha yang dilakukan anggota kelompok meliputi
bidang pertanian, peternakan dan perikanan. Usaha tani bidang pertanian, rata-rata
anggota Kelompok Tani Teman Abadi memiliki lahan sekitar 0,5 Hektar. Untuk usaha
tani ternak, didominasi ternak sapi yaitu berjumlah 125 ekor yang berasal dari bantuan
pemerintah dan ada juga yang milik sendiri, sedangkan khusus bidang perikanan
pelaksanaannya belum optimal.
Khusus untuk usaha ternak sapi, Kelompok Tani Teman Abadi di Kelurahan
Mudung Laut Kecamatan Pelayangan masih menghadapi berbagai permasalahan, yaitu
kesulitan untuk mengakses sumber-sumber modal ke lembaga keuangan karena
keterbatasan informasi dan kemampuan menembus sumber modal tersebut. Padahal
pilihan sumber modal sangat banyak dan beragam. Lembaga keuangan bank adalah
sumber modal terbesar yang dapat dimanfaatkan oleh Kelompok Tani Teman Abadi.
Namun untuk bermitra dengan bank, Kelompok Tani Teman Abadi dituntut menyajikan
proposal usaha yang feasible atau layak usaha dan menguntungkan. Disamping itu
lembaga keuangan bank mensyaratkan Kelompok Tani Teman Abadi harus bankable
atau dapat memenuhi ketentuan bank. Inilah persoalannya akibat bank berlaku prudent
atau hati-hati, maka semakin mempersulit Kelompok Tani Teman Abadi untuk
mengakses sumber modal. Menurut Ningtyas (2017), pihak bank/lembaga keuangan
biasanya akan mensyaratkan laporan keuangan untuk melihat kelayakan pemberian
kredit.
Kelompok Tani Teman Abadi yang sulit mengakses bank hanya menunggu
bantuan atau hibah dari pemerintah atau akan mencari jalan pintas. Kemana lagi kalau
bukan kepada para rentenir dengan biaya yang mencekik. Mengandalkan modal sendiri
tidak mungkin karena jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank
atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif
dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi.
Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi Kelompok Tani Teman Abadi
adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena kelompok tani tidak memiliki aset
yang memadai dan cukup untuk dijadikan agunan. Selain itu, Kelompok Tani Teman
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
64
Abadi harus menyerahkan dokumen-dokumen pendukung persyaratan kredit
atau pembiayaan yang ditetapkan Laporan Keuangan Usaha (laporan neraca, laporan
rugi laba, dan laporan cash flow) dan Proposal Usaha yang berisi kelayakan usaha
kelompok tani ternak sapi).
Untuk itu perlu dilakukan pelatihan, bimbingan dan arahan dalam membuat
dokumen-dokumen pendukung persyaratan kredit atau pembiayaan yang ditetapkan
lembaga keuangan berupa Laporan Keuangan Usaha (laporan neraca, laporan rugi laba,
dan laporan cash flow) dan Proposal Usaha yang berisi kelayakan usaha kelompok tani
ternak sapi pada Kelompok Tani Teman Abadi.
METODE PELAKSANAAN
a. Sosialisasi Program
Meskipun ketua Kelompok Tani Teman Abadi sebagai Mitra sudah menandatangani
kesediaan bekerjasama, namun karena kegiatan usaha ternak sapi pada Kelompok
Tani Teman Abadi melibatkan berbagai pihak (anggota kelompok tani), maka
sosialisasi perlu juga dilakukan terhadap mereka, karena pihak lain akan turut terlibat
dalam aktivitas pendampingan, serta secara langsung turut berperan untuk mencapai
keberhasilan kegiatan Program Pengabdian Kepada Masyarakat.
b. Diskusi Tim Pelaksana Program Dengan Kelompok Tani
Kegiatan diskusi antara tim pelaksana Program Pengabdian Kepada Masyarakat
dengan ketua, pengurus dan anggota Kelompok Tani Teman Abadi dimaksudkan
untuk membicarakan tentang tujuan dan materi kegiatan, langkah-langkah yang akan
dilakukan, peranan kelompok tani dan tim pelaksana program, jadwal pelaksanaan
program, serta pengumpulan data tentang usaha ternak sapi yang ada pada kelompok
tani Teman Abadi.
c. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan oleh tim pelaksana Program Pengabdian Kepada Masyarakat
dengan materi yaitu : laporan neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan analisis
kelayakan usaha
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
65
d. Kegiatan pendampingan dan bimbingan
Transfer pengetahuan ini akan dilaksanakan dengan cara pelatihan dan
pendampingan dalam menyusunan kelayakan usaha yang ditinjau dari beberapa
aspek yaitu : Aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek
manajerial dan administrasi, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial, serta
aspek ekonomis.
e. Evaluasi hasil kegiatan
Pada akhir kegiatan dilakukan diskusi dan evaluasi hasil kegiatan Program
Kelompok Tani Teman Abadi terutama : 1) Gambaran umum hasil kegiatan
sosialisasi, diskusi, penyuluhan, pendampingan dan bimbingan penyusunan laporan
keuangan dan analisis kelayakan usaha, 2) Respon, permasalahan dan harapan petani
terkait materi penyuluhan yang ditawarkan dan diterapkan; dan 3) Evaluasi peluang
penerapan selanjutnya oleh kelompok tani dan petani lainnya di Kelurahan Mudung
Laut Kecamatan Pelayangan.
Metode Pendekatan
Transfer IPTEKS yang dilakukan oleh tim pelaksana pengabdian kepada
Kelompok Tani Teman Abadi di Kelurahan Mudung Laut Kecamatan Pelayangan
dilakukan dengan menggunakan prinsip :
1. Setiap inovasi yang diterima oleh Mitra Kelompok Tani Teman Abadi di Kelurahan
Mudung Laut sebaiknya melalui proses mendengar, mengetahui, mencoba,
mengevaluasi, menerima, meyakini, dan melaksanakan.
2. Melalui proses-proses tersebut diharapkan inovasi dapat diadopsi secara
berkesinambungan, serta target sasaran mempunyai kemampuan untuk melakukan
analisis terhadap perkembangan usahanya, serta mampu mengembangkan inovasi
yang telah dikuasainya.
3. Agar setiap proses berlangsung dengan baik, maka penyampaian inovasi kepada
Mitra Kelompok Tani Teman Abadi di Kelurahan Mudung Laut ditempuh melalui
tahapan penjelasan, diskusi, praktek serta dilakukan tahapan pendampingan dan
bimbingan.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
66
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sosialisasi Kegiatan
Kegiatan program pengabdian kepada masyarakat ini diawali dengan pertemuan
antara ketua tim pengabdian dengan ketua kelompok Tani Teman Abadi, yang bertujuan
untuk mensosialisasikan upaya meningkatkan akses permodalan kelompok tani Teman
Abadi kepada lembaga keuangan khususnya untuk usaha ternak sapi. Hal ini mendapat
respon dan tanggapan yang baik dari ketua kelompok, karena pada umumnya peternak
sapi di daerah ini mendapat modal hanya bersumber dari bantuan pemerintah, sementara
itu kelompok juga belum mampu melakukan penguatan modal, sehingga peternak
mengalami kesulitan untuk pengembangan usaha, sedangkan untuk memperoleh
pinjaman modal yang bersumber dari bank sangat sulit karena terkendala dengan
sejumlah persyaratan yang ditetapkan oleh pihak bank, peternak diwajibkan untuk
mengajukan proposal yang layak usaha. Selain bank, instansi pemerintah ada juga yang
menetapkan syarat apabila ingin memperoleh bantuan juga harus membuat proposal
kelayakan usaha. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam pemberian pinjaman modal
kepada peternak, pemerintah juga sudah menerapkan prinsip kehati-hatian.
Berdasarkan keadaan ini maka kegiatan penyuluhan dan pelatihan tentang usaha
untuk meningkatkan akses permodalan kelompok tani Teman Abadi kepada lembaga
keuangan untuk usaha ternak sapi merupakan solusi yang tepat.
Gambar 1. Usaha Ternak Sapi pada Kelompok Tani Teman Abadi
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
67
Tahap Diskusi
Tahap diskusi dilakukan antara tim pengabdian dan pengurus dan perwakilan
anggota kelompok membicarakan tentang tujuan dan materi kegiatan, langkah-langkah
yang akan dilakukan, peranan kelompok tani dan tim pelaksana program, serta jadwal
pelaksanaan program Pengabdian Kepada Masyarakat. Salah satu kegiatan terpenting
dalam diskusi tersebut adalah mengumpulkan sejumlah data kelompok yang terkait
dengan usaha ternak sapi. Hal ini penting dilakukan karena sistem pencatatan data
kelompok tentang usaha ternak sapi belum tertata dengan baik dan masih dilakukan
secara manual. Adapun data yang dikumpulkan meliputi jumlah ternak, data
penerimaan, biaya investasi berupa banguinan kandang, sarana produksi, kebun hijauan
makanan ternak, kendaraan dan mesin, serta peralatan. Sedangkan untuk data biaya
operasional data yang dikumpulkan meliputi biaya variable dan biaya tetap. Data
tersebut diperlukan dalam pembuatan laporan keuangan dan proposal kelayakan usaha.
Setelah seluruh data terkumpul tim pengabdian membuat program komputer yang
telah diprogram, dan untuk memudahkan pengoperasian program tersebut juga dibuat
buku panduan sebagai petunjuk bagi anggota dan pengurus kelompok. Program
komputer ini akan membantu anggota terutama pengurus kelompok dalam membuat
laporan keuangan yang meliputi laporan neraca, laporan rugi laba, dan laporan cash
flow serta proposal usaha yang berisi kelayakan usaha kelompok tani ternak sapi.
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan dilakukan dengan mengkombinasikan anatara metode
ceramah, diskusi dan demonstrasi. Pada kegiatan ini materi penyuluhan yang diberikan
adalah tentang laporan keuangan (laporan neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus
kas), serta penyusunan proposal kelayakan usaha.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
68
Gambar 2. Tim pengabdian sedang berdiskusi dan memberikan penyuluhan
a. Laporan Neraca.
Laporan neraca yang menggambarkan posisi keuangan usaha Kelompok Tani
Teman Abadi pada saat tertentu. Dari laporan neraca bisa dilihat besarnya aset,
kewajiban, dan ekuitas sehingga bisa dilakukan evaluasi antara lain mengenai likuiditas
dan struktur modal usaha Kelompok Tani Teman Abadi. Menurut Hanafi (2004)
Laporan Keuangan Neraca yang menggambarkan posisi kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan pada waktu tertentu, neraca keuangan biasanya dinyatakan per tanggal
tertentu. Neraca dibagi kedalam dua bagian sisi kiri yang menyajikan aset yang dimiliki
perusahaan, sisi kanan menyajikan sumber dana yang dipakai untuk memperoleh aset
tersebut. Untuk setiap sisi neraca disusun atau diurutkan berdasarkan likuiditas aset
tersebut. Likuiditas yang dimaksud adalah kedekatan dengan kas. Karena itu kas
ditempatkan pada baris pertama. Demikian juga dengan sisi kanan (pasiva) neraca.
Kewajiban diurutkan dari utang dagang sampai modal saham.
b. Laporan Laba Rugi.
Laporan laba rugi yang menggambarkan kinerja keuangan usaha Kelompok Tani
Teman Abadi selama/dalam kurun waktu tertentu. Di laporan laba rugi ini bisa
mengetahui besarnya keuntungan atau kerugian yang dihasilkan usahanya, biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk menjalankan usahanya, dan pendapatan yang dicapai dari
melaksanakan kegiatan usahanya selama satu periode. Menurut Ikatan Akuntan
Indonesia (2016), pada laporan laba rugi menyajikan informasi tentang pendapatan,
beban keuangan, beban pajak, dan laba atau rugi neto dari perusahaan.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
69
c. Laporan Arus Kas.
Laporan arus kas menggambarkan aliran kas masuk (sumber) dan keluar
(penggunaan) pada usaha kelompok tani ternak sapi dalam satu periode tertentu.
Menurut Kieso dan Donald (2010) laporan arus kas merupakan laporan yang menajikan
informasi tentang arus kas masuk dan arus kas keluar dan setara kas suatu entitas untuk
priode tertentu.
Laporan keuangan tersebut dibuat dan disajikan dalam format excel yang
sederhana agar mudah dibaca dan dipahami, namun tetap mengikuti prinsip-prinsip
akuntansi yang ada dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya dari usaha yang
dimiliki secara tepat dan akurat. Setelah pemberian materi selesai diberikan lalu
dilanjutkan dengan demonstrasi dan diskusi dengan peternak. Dalam kegiatan diskusi
terlihat antusiasme anggota dan pengurus dalam bertanya seputar pengoperasian
program dan pembuatan proposal kelayakan usaha. Hal ini memberikan gambaran
bahwa pengurus dan anggota dapat memahami materi yang diberikan.
Kegiatan pendampingan dan bimbingan
Pada tahap ini pengurus dan anggota berlatih agar terampil mengoperasikan
program komputer berupa program laporan keuangan dan dibimbing dalam
menyusunan kelayakan usaha ternak sapi dengan kriteria-kriteria investasi berupa NPV,
Net B/C, dan IRR baik secara teori maupun praktek dengan menggunakan program
komputer yang telah diprogram.
Evaluasi hasil kegiatan
Pada akhir kegiatan dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana pengurus dan anggota kelompok Tani Teman Abadi dapat memahami materi yang
diberikan, mulai dari tahap sosialisasi, diskusi, penyuluhan, pendampingan dan
bimbingan penyusunan laporan keuangan dan analisis kelayakan usaha.
Setelah dilakukan evaluasi dapat diketahui bahwa pengurus dan anggota
kelompok Tani Teman Abadi dapat menerima materi yang diberikan, hal ini terbukti
pengurus dan peternak dapat mengoperasikan program komputer yang disediakan
sehingga laporan keuangan kelompok menjadi lengkap dan tertata dengan rapi, selain
itu juga dengan bimbingan dari tim pengabdian peternak telah mempu membuat
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
70
proposal kelayakan usaha kelompok, sehingga apabila ada tawaran pengajuan kredit ke
bank maupun pemerintah yang mengharuskan adanya persyaratan kelayakan usaha
maka kelompok tani Teman Abadi telah mampu mempersiapkannya
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan program Pengabdian Kepada Masyarakat dapat
disimpulkan bahwa :
1. Sistem pelaporan keuangan Kelompok Tani Teman Abadi menjadi lebih baik
2. Dihasilkannya proposal kelayakan usaha untuk pengajuan kredit kepada lembaga
keuangan sehingga kesulitan modal Kelompok Tani Teman Abadi dapat diatasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, M. M. 2004. Manajemen Keuangan. BPFE. Yogjakarta. Ikatan Akutansi Indonesia. 2016. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan
Menengah. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
Kieso dan Donald E. 2010. Akuntansi Intermediate. Erlangga. Jakarta.
Ningtyas, J. D. A. 2017. Penyusunan Laporan Keuangan UMKM Berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah (SAK-EMKM) (Study
Kasus Di UMKM Bintang Malam Pekalongan). Owner. Riset & Jurnal Akuntansi
Volume 2 Nomor 1 Agustus 2017. Hal : 11-17.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
71
Implementasi Sistem Pertanian Tekno-Ekologis Untuk Meningkatkan
Pendapatan Petani Dan Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Sri Arnita Abu Tani, Darlis dan Suhessy Syarief
Tim Pelaksan Kegiatan Ppm-Pkm
Kemenristekdikti-LPPM Univ Jambi
ABSTRAK
Program PKM pada Kelompok Tani Kajanglako Desa Pudak kecamatan Kumpeh
Ulu, tidak hanya untuk menciptakan petani mandiri dan berjiwa enterpreneur, tetapi
juga mampu menyelamatkan lingkungan dan meningkatkan pendapatan. Diketahui
selama ini sistim usaha tani ternak sapi potong selalu dilakukan secara tradional tanpa
adanya sentuhan teknologi dalam pemanfaatan limbahnya baik padat dan cair. Begitu
juga halnya terhadap usaha tani tanaman pangan seperti tanaman jagung manis (Zea
Mays L. Saccarata) ataupun tanaman padi yang dilakukan selalu bergantung kepada
pupuk bersubsidi yang selama ini ketersediaannya tidak kontinu, harga terus merangkak
naik sehingga biaya produksi yang dikeluarkan petani semakin tinggi. Dampak semua
ini adalah produktivitas usaha yang dilakukan tidak optimal, emisi gas rumah kaca
(GRK) seperti halnya N2O dan CH4 dan CO2 meningkat karena penumpukan limbah
padat dan cair sapi potong dan penggunaan pupuk kimia secara intensif. Oleh karena itu
perlu implementasi system pertanian tekno-ekologis guna meningkatkan pendapatan dan
mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Metode yang dilakukan dalam implementasi
sistem ini maka dilakukan beberapa kegiatan antara lain (1) Mengolah limbah padat dan
cair sapi potong dengan menjadi pupuk organik “Trichokompos” dalam berbagai
formula dengan menambahkan berbagai limbah seperti limbah batang pisang (LBP),
Hijauan sisa pakan (HSP) dan jerami padi (JP); (2) Mengolah limbah cair sapi potong
menjadi Pupuk Organik Cair (POC) Biourin Ekstrak Empon-Empon (E2P); (3)
Mengolah limbah tanaman pangan menjadi SIPROMO (Silase Probiotik Molasses)
yang dapat dijadikan feed suplemen untuk ternak sapi.. Seluruh kegiatan ini dilakukan
melalui sosialisasi dan penerapan langsung di lapangan.
Produk berbagai olahan limbah seperti limbah padat (Trichokompos) dan limbah cair (Biourine E2P) sapi potong serta limbah tanaman (SIPROMO) dapat mengurangi
biaya produksi, serta dapat menjadi peluang usaha untuk menambah peningkatan
pendapatan serta mengurangi emisi gas kaca (GRK)
Key word : pupuk organik, silase, emisi, gas rumah kaca, pendapatan
PENDAHULUAN
Pada umumnya usaha tani yang dilakukan oleh petani masih bersifat tradisional,
baik untuk usaha budidaya sapi potong maupun usaha tani tanaman pangan. Kondisi
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
72
disebabkan karena keterbatasan pengetahahuan petani, belum optimalnya teknologi
yang dapat diimplementasikan dalam melakukan usaha tani. Pada pemeliharaan sapi
potong biasanya petani hanya mengandalkan hijauan berupa rumput sebagai sumber
pakan ternak sapi, pada musim hujan permasalahan ketersediaan hijauan tidak menjadi
masalah, tetapi apabila pada musim kemarau ketersediaan hijauan berkurang sehingga
ketersedian hijauan mulai berkurang sehingga penyediaan hijauan akan mengalami
penurunan dan ini akan berpengaruh terhadap produktivitas ternak sapi potong. Dari hal
limbah yang dihasilkan dari ternak sapi, petani belum memanfaatkan secara optimal,
kotoran sapi dibuang ataupun ditumpuk disekitar kandang, begitu juga halnya dengan
limbah cair berupa urine juga tidak dimanfaatkan secara optimal. Sistem pemeliharaan
yang dilakukan ini, jelas akan mempengaruhi lingkungan terutama sekali terhadap emisi
gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan berupa methana (CH4). Kotoran sapi yang tidak
dimanfaatkan akan berkontribusi terhadap terjadinya global warming (pemanasan
global) karena emisi metan (CH4) yang dihasilkan. Gas metan (CH4) yang dihasilkan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap panas bumi. Kotoran ternak (51%) berperan
terhadap keberadaan gas rumah kaca (GRK) (Yusuf, 2015). Sri Arnita (2017)
menyatakan penumpukan kotoran sapi berpotensi meningkatkan produksi methane
(CH4) apabila tidak dimanfaatkan.
Pada usaha tani tanaman pangan, ketergantungan petani terhadap pupuk kimia
sangat tinggi, dengan harga pupuk kimia yang cukup mahal, membuat petani berharap
dari pupuk subsidi. Tetapi pupuk subsidi ini ketersediaannya tidak kontinu dan sulit
diperoleh petani. Kondisi ini juga akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas usaha
tani yang dilakukan. Penggunaan pupuk N yang tinggi oleh petani juga menyebakan
produksi gas rumah kaca (GRK) berupa N2O juga tinggi, mempunyai pengaruh 298 kali
pengaruhnya lebih kuat terhadap persatuan berat dari CO2 (Yusuf, 2015). Terhadap
limbah pangan petani juga tidak mampu mengolah menjadi produk yang dimanfaatkan,
dan oleh petani setelah panen dibiarkan menumpuk, biasanya akan dibakar pada saat
tanam kembali.
Prilaku petani dalam sistem tradisonal yang dilakukan, jelas akan berpengaruh
terhadap produktivitas usaha yang dilakukan, biaya produksi menjadi tinggi sebagai
akibat ketergantungan petani terhadap pupuk subsidi, yang lebih fatal lagi kebiasaan
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
73
membakar pada saat panen menjadi pencetus terhadap terjadinya kebakaran lahan
(Karhutla). Oleh karena itu perlu meminimalisir prilaku petani ini, dengan mulai
mengimplementasikan “sistem pertanian tekno-ekologis” dimana merupakan suatu
sistem pertanian dengan melakukan integrasi antara ternak dan tanaman dengan
mengimplementasikan teknologi dan mempertimbangkan lingkungan sehingga terwujud
pertanian ramah lingkungan (Guntoro, 2011). Pada sistem ini terjadi sustu sistem
sinergis antara ternak dan tanaman terutama dalam pemanfaatan limbah, dimana limbah
ternak dapat diberikan pada tanaman dan limbah tanaman dapat diberikan pada ternak,
Dengan sinergis antar konoditi ini, jelas tidak ada limbah yang terbuang yang akan
berpotensi merusak lingkungan terutama sekali terhadap emisi rumah kaca (GRK) yang
dihasilkan. Melalui sistem ini juga biaya produksi yang dikeluarkan akan berkurang
karena dapat memanfaatkan limbah yang dihasilkan antara ternak dan tanaman.
Dampak dari global warming ini sendiri juga akan berpengaruh terhadap iklim, yang
signifikan akan mempengaruhi usaha tani yang dilakukan. Sri Arnita (2017)
menyatakan penumpukan kotoran sapi berpotensi meningkatkan. Oleh karena itu perlu
suatu teknologi agar limbah yang terbuang dapat menjadi suatu produk yang
mempunyai nilai ekonomi sehingga produktifitas usaha tani meningkat.
Dengan Integrasi ternak dan tanaman dalam sistem pertanian tekno-ekologis
limbah padat dan cair sapi potong akan diolah menjadi pupuk organik “trichokompos”
dan pupuk cair “biourine Empon-Empon”.Aplikasi olahan limbah ternak sapi ini apabila
dikombinasikan di lahan akan menjadi sumber pupuk organik yang diharapkan dapat
mengurangi penggunaan pupuk kimia. Tehadap limbah tanaman apakah itu tanaman
padi atau jagung bila diolah akan menjadi produk feed suplemen dengan produk
SIPROMO.
Pemanfaatkan berbagai limbah baik dari ternak dan tanaman ini menjadi suatu
produk yang berdaya guna, dengan sendirinya petani telah berperan dalam mengurangi
emisi gas rumah kaca (GRK) yang berkontribusi terhadap terjadinya pemanasan global
(global warming). Peningkatan produktivitas usaha tani akan mendorong menciptakan
petani mandiri secara ekonomis karena dapat menggerakkan ekonomi perdesaan.
Dampak peningkatan produktivitas usaha tani akan sangat berpengaruh terhadap
kehidupan petani itu sendiri, sehingga secara keseluruhan tercipta masayarakat yang
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
lebih sejahtera, aman dan tentram. Oleh karena itu, penerapan sistem pertanian tekno-
ekologis seyogyanya diimplementasikan pada kelompok tani, sehingga pendapatan
petani dapat meningkat, dan emisi gas rumah kaca (GRK) berupa N2O, CH4 dan CO2
dapat dikurangi,terjadi perbaikan produktivitas dan manajemen usaha tani serta
pertanian ramah lingkungan dapat
METODE PELAKSANAAN
Berdasarkan pada permasalahan di atas maka dilakukanlah beberapa kegiatan
berupa sosialisasi dan penerapan langsung di lapangan . Kegiatan yang dilakukan antara
lain :
1. Sosialisasi tentang Sistem Pertanian Tekno-Ekologis, untuk memahami tentantang
manfaat sistem ini apabila diimplementasikan di dalam usaha tani.
2. Membuat demplot dalam hal ini membuat 4 (empat) buah boks untuk mengolah
limbah padat sapi potong untuk dijadikan pupuk organik “Trichokompos” dengan
memanfaatkan limbah lain yang ada disekitar lokasi usaha. Untuk ini dimanfaatkan
limbah batang pisang hasil penjarangan pisang (LBP).limbah hijauan sisa pakan
(HSP) dan jerami padi (JP)
3. Membuat pupuk organik cair (POC) biourine E2P , berbahan urine yang
difermentasikan dengan ekstrak empon-empon dan bioaktivator EM4
4. Membuat SIPROMO jerami padi dengan bahan-bahan : limbah jerami padi,dedak
padi, probiotik yang dihasilkan dari EM4, yoghurt, nenas dan molases.
Cara Pengolahan Limbah pada , Cair Sapi Potong Dan SIPROMO
1. Limbah Padat Sapi Potong
Berbagai limbah tambahan berupa limbah batang pisang (LBP), limbah hijauan sisa
pakan (HSP) dan Jerami Padi dan pengolahannya disajikan pada Gambar 1.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
75
Formula Trichokompos LBP, HSP dan JP
Bahan Trichokompos Trichokompos
LBP
Trichokompos
HSP
Trichokompos
JP
--------------------------------------- % -----------------------------------------
Feses 85 75 75 75
Limbah batang pisang
(LBP) - 10 - -
Hijauan Sisa Pakan - - 10 -
Jerami Padi - - - 10
Serbuk Gergaji 5 5 5 5
Arang Sekam 5 5 5 5
Dedak Padi 5 5 5 5
Trichoderma 1 kg 1 kg 1 kg 1 kg
Indikator Keberhasilan Pembuatan Trichokompos
A. Secara Fisik :
a. Tidak berbau
b. Berwarna Coklat kehitam-hitaman
c. Remah dan tidak melengket di tangan
Jerami Padi
Hijauan Sisa Pakan
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
76
B. Indikator terukur
Apabila proses fermentasi sudah selesai adalah melihat nilai suhu apakah telah
mencapai 300 C, kadar air 45-55 % dan pH kompos (6-8). Data diukur dengan alat
pengukur suhu kompos dan alat pengukur kadar air dan pH. Apabila indikator ini telah
tercapai kompos sudah dapat dipackaging untuk dapat dipasarkan. Pemasaran ini
sebaiknya diiringi dengan analisa laboratorium nilai nutrisi kompos sesuai dengan
aturan Permentan 70-2011 atau SNI untuk pupuk anorganik padat
2. Pengolahan Limbah Cair Sapi Potong
Bahan-Bahan Yang diperlukan :
a. Urine sapi 100-130 liter sapi
b. Molasses 750 ml
c. Empon-Empon 5 kg
d. Bioaktivator EM4 250 ml e. Air bersih 10 liter
Langkah Pembuatan :
Ada dua cara yang digunakan untuk membuat pupuk cair organik (POC) biourine sapi
antara lain :
a. Empon-empon yang telah dihaluskan langsung dimasukkan ke dalam urine dan
ditambahkan EM4
b. Empon-empon dihaluskan kemudian dibuat ekstrak baru di masukkan ke dalam
larutan urine
c. Bahan-bahan ini dimasukan ke dalam drum yang ditutup rapat agar tidak dimasuki
udara sehingga proses fermentasi dapat berlangsung sempurna
d. Aduk campuran selama 15 menit, kemudian drum ditutup rapat, pengadukan
dilakukan tiap hari selama 21 hari
e. Setelah 21 hari urine langsung di saring dan dilakukan aerasi menggunakan aerator
Gelembung selama 3 jam. Tujuannya untuk menurunkan kandungan amoniak dalam
larutan
f. Biourine siap digunakan
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
77
Cara penggunaan POC dari urine sapi ini dicampur atau diencerkan dengan air dengan
perbandingan 10 % ( 1 liter urine : 10 liter air)
3. Pembuatan SIPROMO limbah tanaman pangan (Padi atau Jagung)
Bahan –Bahan :
a. Jerami padi atau jagung
b. Probiotik :
Molasses 25 kg
Buah nenas 5 buah diblender
EM4 1 botol
Susu bubuk ½ bungkus
Yakult 3 botol
Drum kapasitas 150 liter
c. Dedak padi
d. Garam
Cara Membuat SIPROMO Jerami Padi
a. Siapkan jerami padi maupun jagung sebanyak 25 kg
b. Masukkan ke dalam drum selapis dan setiap lapis disiram dengan dedak setelah itu
disiram dengan probiotik yang telah diolah, lapis lagi dengan jerami padi/jagung
biotik
c. Lakukan sampai drum berisi penuh dan dipadatkan sehingga tidak ada udara yang
tertinggal
d. Setelah penuh dan padat dalam drum, tutup dengan dedak dan siram kembali dengan
probiotik
e. Tutup rapat-rapat, sampai waktu 2-3 minggu
f. Buka tutup drum setelah 2-3 minggu kemudian dibuka
g. Cium aroma dari SIPROMO apakah sudah berbau wangi
h. Sebelum diberi keternak sapi diangin-anginkan dulu
Penggunaan berbagai limbah baik dari ternak dan tanaman dapat menghemat biaya
produksi dan emisi gas rumah kaca.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
78
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Profil Petani di Kawasan Ekonomi Masyarakat Desa Pudak Kecamatan Kumpeh
Ulu Kabupaten Muaro Jambi
Pada umumnya pola budidaya bertani dan beternak sapi potong masih bersifat
tradisional, petani hanya mengandalkan rumput lapangan sebagai pakan andalan dari
sapi yang mereka pelihara. Sisa hijauan pakan terbuang dan tidak termanfaatkan dengan
baik, biasanya hanya digunakan sebagai pengasapan di kandang sapi untuk mencegah
berkembangnya lalat. Dari limbah sapi yangh dihasilkan baik padat maupun cair juga
tidak termanfaatkan dengan baik . Kotoran dan urine ternak hanya dibiarkan menumpuk
disekitar kandang,. Waaupun dimanfaatkan tetapi itupun tidak secara maksimal.
Penumpukan limbah sapi potong ini jelas akan mencemari lingkungan terutama
menghasilkan gas metan (CH4) sehingga menjadi kontributor bagi terjadinya
pemanasan global. Prilaku ini merupakan prilaku budidaya yang hampir dilakukan oleh
SIPROMO Jerami Padi JERAMI PADI
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
79
seluruh petani diperdesaan. Kondisi ini dikarenakan usaha yang dilakukan tidak
dilakukan secara agrisbisnis, mereka tidak ada target produktivitas yang akan dicapai.
Selanjutnya motivasi dan inovasi yang rendah membuat produktivitas usaha yang
dilakukan tidak optimal. Petani belum membaca peluang usaha dengan memanfaatkan
limbah yang dihasilkan dari beternak.
Pada budidaya tanaman pangan, kebutuhan petani akan pupuk subsidi sangat
tinggi. Ketersediaan pupuk ini tidak kontinue. Pada saat dibutuhkan ketersediaan pupuk
subsidi tidak ada. Apabila menggunakan pupuk komersial harga cukup tinggi.
Akibatnya kebutuhan pupuk yang seharusnya diatasi dengan pupuk subsidi ternyata
tidak terpenuhi. Hal ini juga menyebabkan produktivitas usaha tani menjadi rendah.
Prilaku selanjutnya yang terjadi pada petani diperdesaan dalam melakukan
budidaya ternak atau tanaman inilah menyebabkan petani tidak mempertimbangkan
lingkungan. Limbah tanaman yang terbuang menjadi sumber peningkatan emisi gas
rumah kaca (GRK) karena dibakar pada saat tanaman kembali. Pada musim kemarau
pembakaran pada lahan sering mencetus terjadinya kebakaran lahan.Oleh karena itu
perlu dilakukan implementasi sistem pertanian tekno-ekologis untuk mencegah
terjadinya kerusakan lingkungan dan mengurangi biaya produksi sehingga pendapatan
petani meningkat. Untuk mencapai hal ini, tentu saja perlu adanya kegiatan sinergis
antara ternak dan tanaman, sehingga seluruh limbah yang dihasilkan oleh ternak
maupun tanaman dapat saling memanfaatkan. Apabila ini terwujud akan menghasilkan
pertanian ramah lingkungan atau pertanian berkelanjutan.
2. Implementasi Sistem Pertanian Tekno-Ekologis
Sistem pertanian tekno-ekologis merupakan suatu sistem pertanian yang
mengimplementasikan teknologi dan mempertimbangkan ekologis (lingkungan). Sistem
ini sering juga dinyatakan dengan “eco-techno farming”. Menurut Guntoro (2011)
menyatakan bahwa ciri dan faktor pembentuk sistem pertanian tekno-ekologis antara
lain :
a) Adanya keragaman (diversifikasi) komoditas, sedikitnya harus ada dua
komoditas atau spesies yang diusahakan yang mempunyai hubungan fungsional
dengan komoditas pertama
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
80
b) Adanya pola integratif, tanpa adanya integrasi atau diversifikasi fungsional antara
dua komoditas atau lebih. Pola integratif adalah pola dalam usaha tani yang
menekankan komoditas-komoditas yang diusahakan memiliki hubungan fungsional
dalam pemanfaatan zat-zat makanan, sehingga antar komoditas tidak berkompetisi,
melainkan saling substitusi dalam memenuhi kebutuhan hara atau nutrisi. Dalam
hal ini rantai zat-zat makanan dibentuk terutama oleh pemanfaatan limbah. Limbah
tanaman diolah untuk pakan ternak, sedangkan limbah ternak diolah untuk pupuk
tanaman dan model pertanian ini akan mendorong lahirnya kawasan bebas limbah
(zero waste)
c) Orientasi pemanfaatan sumber daya lokal, karena model pertanian tekno-ekologis
mendorong terbentuknya siklus produksi tertutup, maka dengan sendirinya akan
berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya lokal dan menekan masuknya input dari
luar. Hal ini sesuai dengan prinsip low external input and sustainable agriculture
(LEISA), karena adanya rantai pemanfaatan zat-zat makanan dari tanaman ke
ternak berupa limbah tanaman untuk pakan dan dari ternak ke tanaman berupa
limbah (feses dan urine) untuk pupuk . Melalui proses dan penambahan bahan-
bahan tertentu dari sumber daya lokal ini juga dihasilkan biopestisida dan
bioenergi. Dengan berorientasi pada pemanfaatan sumber daya lokal ini, maka
model pertanian tekno-ekologis disamping lebih efisien juga akan mengurangi
ketergantungan petani terhadap input luar sehingga akan lebih menjamin
keberlanjutan usaha tani d)ramah lingkungan, aplikasi teknologi ramah
lingkungan merupakan ciri sekaligus pendukung penguatan model pertanian tekno-
ekologis. Pengertian ramah lingkungan di sini,di samping mengurangi penggunaan
bahan-bahan anorganik (pupuk,pestisida, pakan) dan meningkatkan penggunaan
bahan-bahan organik, juga berorientasi untuk menjaga keseimbangan antar
komponen ekosistem. Hal ini dilakukan untuk menjaga keragaman spesies
(komoditas) serta menjamin kelestarian sumber daya pertanian, seperti lahan, air
dan organisme-organisme yang hidup di dalamnya yang bermanfaat bagi kestabilan
ekosistem. Selain itu teknologi ramah lingkungan di sini merupakan teknologi-
teknologi yang dapat menekan emisi GRK).
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
81
(e) Adanya pengolahan hasil, ini merupakan pendukung yang sangat penting selain
dapat memberi nilai tambah hasil pertanian, aplikasi teknologi pengolahan hasil
juga akan mendukung terbentuknya produksi siklus
Pada kegiatan ini berbagai limbah yang terbuang seperti halnya limbah padat dan
cair sapi potong dan limbah batang pisang, hijauan sisa pakan dan jerami padi, dapat
dijadikan sebagai bahan penyusun pupuk organik. Bahan inilah digunakan untuk
menghasilkan pupuk organik Trichokompos. Produk trichokompos ini sendiri dapat
dihasilkan dalam berbagai produk seperti trichokompos LBP (limbah batang pisang),
trichokompos HSP (Hijauan sisa pakan) dan trichokompos JP (Jerami padi). Dengan
menghasilkan produk ini, secara tidak langsung memperlihatkan atau mensosialisasikan
pada petani bahwa banyak peluang usaha yang dapat dilakukan untuk dapat dijadikan
sumber pendapatan tambahan selain beternak maupun bertani. Setidak-tidaknya pupuk
organik yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sendiri, sehingga ketergantungan terhadap
pupuk kimia dapat dikurangi. Apabila hal ini difahami oleh petani, penggunaan pupuk
organik yang dihasilkan sendiri ini akan mengurangi biaya produksi.
Dampak secara langsung dari inovasi yang ditumbuhkan pada diri petani, dengan
sendirinya akan mengurangi potensi pencemaran lingkungan terutama sekaligus
mengurangi potensi terjadinya peningkatan gas rumah kaca berupa metana (CH4 ) dan
nitrogen di oksida (N2O). Sri Arnita (2017), mengemukakan bahawa penerapan sistim
pertanian tekno-ekologis dalam bentuk model integrasi antara sapi potong dan tanaman
pangan (PAJALE) dapat meningkatkan produktifitas, pendapatan peternak, dan
menekan produksi gas rumah kaca (GRK). Selanjutnya dikemukakan, limbah sapi
potong baik padat dan cair cukup banyak tersedia tidak dimanfaatkan secara optimal
oleh petani sehingga tumpukan kotoran sapi ini sangat berpotensi meningkatkan gas
metane (CH4) dan (CO2) yang berkontribusi terhadap peningkatan (GRK) serta
pemanasan global. Pengaruh gas metan (CH4) 23 kali lebih kuat dibandingkan CO2 dan
berkontribusi dalam memenuhi ruangan atmosfir yang menyebabkan suhu bumi
semakin panas. Begitu juga halnya dengan limbah cair sapi potong berupa urine juga
dapat berpotensi untuk dijadikan penambahan pendapatan. Dengan tehnologi fermentasi
dengan menggunakan empon-empon dan EM4 dapat dijadikan pupuk organik cair
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
82
(POC) yang dapat dijadikan sumber pupuk organik cair bagi tanaman. Produk POC ini
diharapkan dapat menggantikan pupuk N cair kimia. Diketahui penggunaan pupuk N
yang berlebihan akan mencetus terjadinya emisi N2
Pengolahan limbah pertanian seperti halnya limbah padi dan jagung, merupakan
limbah terbuang dan tidak dimanfaatkan oleh petani. Jerami padi biasanya akan
ditumpuk di lahan dan diibakar pada saat akan tanam kembali, kebiasaan ini merupakan
kebiasan yang dilakukan oleh petani pada sistem tradisional. Pada kegiatan ini juga,
petani dilatih untuk membuat pakan sapi dari limbah yang terbuang ini dengan
mentransferkan technologi SIPROMO (Silase Probiotik Molasses) berbasis limbah
tanaman pangan . SIPROMO ini diharapkan dapat mensubtitusi kebutuhan hijauan pada
saat musim kemarau.Transfer technologi SIPROMO ini diharapkan dapat mengurangi
prilaku petani yang lebih menyukai membakar limbah menjadi pakan sapi.
Abay (2018) menyatakan bahwa pakan yang telah diawetkan dan diproses bahan
bakunya berupa hijauan pakan ternak yang telah difermentasikan oleh bakteri asam
laktat dalam suasana asam dan aerob (berproses tanpa oksigen) untuk memacu
terbentuknya suasana asam dapat ditambahkan aditif berupa karbohidrat yang mudah
dicerna seperti tetes tebu dan dedak. Lebih lanjut dikemukakan bahwa tujuan dari
pembuatan silase adalah untuk mensiasati persediaan pakan ternak di musim kemarau,
menampung kelebihan hijauan pada musim penghujan agar dimanfaatkan secara
optimal serta mendayagunakan limbah hasil pertanian seperti jerami padi dan jagung.
Dengan memanfaatkan berbagai limbah baik dari ternak dan tanaman diharapkan petani
dapat mewujudkan pertanian berkelanjutan, dan dengan implementasi sistem pertanian
tekno-ekologis diharapkan akan terjadi peningkatan pendapatan petani dan megurangi
emisi gas rumah kaca (GRK).
3. Dampak Pengolahan Berbagai Limbah (Ternak dan Tanaman)
Untuk melihat seberapa jauh dampak pengolahan limbah ternak (padat dan cair)
sapi potong menjadi trichokompos dan biourin dapat dilihat berapa produk ini dapat
dijadikan sebagai sumber pendapatan selain dari sapi dan tanaman. Perhitungan analisa
usaha tani sistem pertanian tradisional dan sistem pertanian tekno-ekologis disajikan
pada Tabel 2.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
83
Tabel 2. Analisa Usaha Tani Sistem Pertanian Tradisional Dan Sistem Pertanian Tekno- ekologis (Sapi Bali 4 ekor dan tanaman jagung seluas 1 Ha)
No Biaya Tenaga Kerja Dan Saprodi
Satuan Harga satuan
Sistem Sistem
Jagung
(Rp) Tradisional Tek-Eko
1. Tenaga Kerja
a. Biaya pengolahan lahan (Ha) 1 1.500.000 1.500.000 1.500.000
b. PenyempRotan herbisida sblm tanam
(HOK) 2 60.000 120.000 120.000
c. Penanaman (HOK) 15 60.000 900.000 900.000 d. PenyempRotan herbisida setelah tanam 12 60.000 720.000 720.000 penyempRotan insektisida (HOK)
e. Panen 15 60.000 900.000 900.000 SUB TOTAL (1) 4.140.000 4.140.000
2. Saprodi
a. Benih (kg) 15 120.000 1.800.000 1.800.000 b. Herbisida sistemik (ltr) 6 75.000 450.000 450.000 c. Kapur (ton) 1 1.500.000 1.500.000 0 d. Kompos kotoran sapi (ton) 1 750.000 0 750.000 e. Bio-slurry (ltr) 100 1.000 0 100.000 e. Bio-urine (ltr) 100 45.000 0 45.000 f. Urea (kg) 300 5.500 1.650.000 825.000 g.SP36 (kg) 200 6.000 1.200.000 60.000 h. KCL 100 7.000 700.000 350.000 i. Insektisida (ltr) 3 100.000 300.000 0 SUB TOTAL (2) 7.600.000 4.380.000
3. TOTAL BIAYA (1) 11.740.000 8.520.000
4. PANEN
PRODUKSI 5.000 6.300 HARGA 4.000 4.000 PENERIMAAN 20.000.000 25.200.000
5. PENDAPATAN (1) 8.260.000 16.680.000
II. SAPI
a. Harga awal sapi (ekor) 4 1.000.0000 40.000.000 40.000.000 b. Rumput (kg)(15 kgx4 ekorx120 hr) 7200 500 3.600.000 0 b. SIPROMO (kg) 4000 60.000 0 60.000 c. Tenaga Kerja (HOK) 30 80.000 2.400.000 2.400.000 d. Kandang (%) 0,33 1.000.000 330.000 330.000 e. Drum (unit) 1 250.000 0 250.000 SUB TOTAL 46.330.000 42.790.000 Rataan 11.582.500 10.697.500 PANEN
a. PBBH (kg/120 hr) 0,2-0,4 50.000 120 192 b. Harga akhir sapi (ekor) 16000000 19600000 PENDAPATAN (Rp) 4.417.500 8.902.500
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
84
Lanjutan Tabel 2.
III KOMPOS
a.Feses Sapi (4 ekor x15 kg x 120 hr)( karung) 144 3.000 0 432.000
b. Dedak (kg) 360 2.000 0 720.000
c. Trichoderma (kg) 7 10.000 0 70.000
d. Sekam padi (karung) 4 3.000 0 12000
e. Serbuk gergaji (karung) 4 10.000 0 40000
SUB TOTAL 0 1.274.000
PANEN
Produksi kompos (4 ekor)(kg) 3.690 0 0 0
- Digunakan untuk lahan (kg) 1.000 300 0 0
- Potensi dijual (kg) 2.690 1500 162000 4.035.000
SUB TOTAL 162.000 4.035.000
PENDAPATAN 162.000 2.761.000
BIOURINE
a. Urine (4 ekor x 8 ltr x 120 hr) (liter) 3.840 250 960.000
b. Drum 16 200.000 0 3.200.000
c. Empon - empon 960 10.000 0 9.600.000
d .Em4 (botol) 16 22.000 0 352.000
e. Diregen kapasitas 1 liter (paket) 768 5.000 0 3.840.000
17.952.000
PANEN
Produksi urine ( 4 ekor X 8 liter X 120 hr) 3.840 0 0 0
- Digunakan untuk lahan (liter) 100 5.000 0 500.000
- Potensi dijual (liter) 3.740 10.000 0 37.400.000
SUB TOTAL 0 37.900.000
PENDAPATAN 19.948.000
TOTAL BIAYA PRODUKSI 23.322.500 38.443.500
TOTAL PENERIMAAN 36.162.000 66.787.000
Pendapatan 12.839.500 28.343.500
R/C 1,55 1,74
Berdasarkan data Tabel 2. Terlihat bahwa usaha tani yang dilakukan dengan
implementasi sistem pertanian tradisional, pendapatan yang diterima lebih rendah
dibandingkan dengan implementasi sistem pertanian tekno-ekologis. Hal ini disebabkan
dengan melakukan implementasi istem pertanian tekno-ekologis terbuka peluang usaha
untuk menambah pendapatan bagi petani. Melalui implementasi Sistem pertanian tekno-
ekologis ini selain menambhan pendapatan, dampak yang akan terlihat adalah
pencemaran lingkungan berupa potensi terjadinya peningkatan emisi gas rumah kaca
(GRK) dapat dikurangi, karena semua limbah diolah menjadi produk yang bernilai jual.
Strategi agar sistem ini dapat memotivasi petani lainnya, kegiatan yang
diimplementasi dalam bentuk demplot, dalam satu kawasan usaha tani ini secara terus
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
85
menerus harus dilakukan, sehingga demplot dalam kawasan ini akan menjadi suatu
percontohan bagi kelompok tani lainnya dan kelompok tani yang dibina akan menjadi
pioneer bagi kelompok tani tersebut.
KESIMPULAN
Implementasi sistem pertanian tekno-ekologis dapat meningkatkan pendapatan
petani dan berdampak posistif terhadap penurunan emisi gas rumah kaca (GRK).
Pengolahan berbagai limbah disuatu kawasan usaha tani akan menjadi sumber
pendapatan bagi petani dan terwujudnya pertanian berkelanjutan.
ACKNOWLEGMENTS
Directorate General of Higher Education (DGHE) for providing funds PKM (Program
Kemitraan Masyarakat) program in 2019
DAFTAR PUSTAKA
Sri Arnita. 2017. Integration of Beef Cattle and Crops on Tidal Swamps at Tanjung
Jabung Timur Jambi Province (Eco-Techno Farming Sistem) .Disertation.
Institute Pertanian Bogor (IPB). Bogor
Abay, U. 2018. Silage Jerami Sosialisasi Pakan Ternak Musim Kemarau. Swadaya
Media Bisinis Pertanian
Guntoro, S. 2011. Saatnya Menerapkan Pertanian Tekno-Ekologis. Sebuah Model
Masa Depan Untuk Menyikapi Perubahan Iklim. PT Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Yusuf, A.C. 2015. Pertanian dan Peternakan Penyumbang Efek Rumah Kaca.
www.bonepos.com.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
86
Sosialisasi Model 5C Untuk Membantu Peternak Sapi Memperoleh
Akses Modal
Afriani H, Firmansyah dan Rahmi Dianita
Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Jambi
Jl. Jambi-Ma. Bulian KM 15. Mendalo Darat Jambi
ABSTRAK
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan mensosialisasikan model
5C (Character, Capacity, Collateral, Condition, dan Capital) untuk membantu peternak
memperoleh akes modal. Target khusus yang ingin dicapai pada kegiatan ini adalah
peternak mampu menyiapkan dokumen 5C sebagai salah satu persyaratan memperoleh
pinjaman modal. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan maka dilakukan sosialisasi
tentang persyaratan untuk memperoleh kredit terutama menyangkut kelengkapan
dokumen model 5C. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap, dengan metode ceramah
dan diskusi dan bimbingan kepada peternak. Adapun materi yang diberikan meliputi :
penjelasan tentang peluang memperoleh kredit, penjelasan tentang model 5C
(Character, Capacity, Collateral, Condition, dan Capital) dan penyusunan dokumen
5C.
Kata kunci : sosialisasi, model 5C, akses modal
PENDAHULUAN
Peluang usaha ternak sapi sangat besar, karena permintaan terus meningkat
setiap tahun, ini terbukti di provinsi Jambi selama lebih 20 tahun (periode 1995 – 2015)
selalu mendatangkan sapi dari luar provinsi dengan jumlah yang terus meningkat tajam
yaitu dari 2.738 ekor tahun 1995 menjadi 40.632 ekor tahun 2015 atau rata-rata
bertambah 29,12 % per tahun. Kondisi ini disebabkan karena perkembangan populasi
ternak sapi di provinsi Jambi pada periode tersebut tumbuh sangat lambat, dari 132.864
ekor tahun 1995 menjadi 145.760 ekor tahun 2015 atau rata-rata tumbuh hanya 1,17 %
pertahun (Firmansyah dan Afriani 2017), akan tetapi peluang ini belum dapat
dimanfaatkan sepenuhnya karena peternak mengalami kesulitan untuk mengembangkan
usaha disebabkan terbatasnya modal yang dimiliki.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
87
Pinjaman modal yang diberikan pemerintah berupa pinjaman ternak, yang
dilakukan dengan cara pengadaan ternak sapi bibit melalui program pola gaduhan
ternak pemerintah. Program penyebaran ternak sapi dapat berjalan dengan baik apabila
pemberdayaan peternak berjalan optimal, akan tetapi pinjaman modal yang diberikan
pemerintah tidak selalu berjalan lancar, yang berakibat pada kredit macet.
Ketidaklancaran pengembalian kredit oleh peternak karena terdapat beberapa
penyimpangan dalam mekanisme perguliran ternak, pelimpahan ternak sebelum ternak
beranak, dan adanya perguliran ternak di luar anggota kelompok (Wibowo dkk, 2011).
Lebih lanjut hasil penelitian Basuno dan Suhaeti (2007) ditemukan bahwa penerima
pinjaman modal enggan untuk menyerahkan aset ternak untuk digulirkan.
Berdasarkan fakta yang ada, maka dalam pemberian pinjaman modal kepada
peternak, pemerintah menerapkan prinsip kehati-hatian dan dilakukan analisis calon
peternak dan calon lokasi melalui modifikasi dan rekayasa model perbankan dengan
model 5C (Character, Capacity, Collateral, Condition, dan Capital)
Kelurahan Mudung Laut merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Pelayangan
Kota Jambi dengan luas wilayah 15,29 KM 2 dan jumlah penduduk 13.469 jiwa (Badan
Pusat Statistik Kota Jambi, 2017). Daerah tersebut dapat ditempuh melalui jalan darat
maupun sungai dengan jarak dari pusat kota Jambi ± 15 KM, mata pencaharian sebagian
besar penduduknya adalah bertani, selain itu mereka juga menjalankan usaha beternak
sapi sebagai usaha sambilan, dan bahkan sudah ada yang menjadikannya sebagai usaha
pokok.
Untuk modal usaha rata-rata peternak memperoleh modal awal (pembelian bibit
ternak) berasal dari pinjaman modal dari pemerintah. Masih banyak petani di daerah
tersebut yang berminat untuk beternak sapi, karena potensi yang cukup banyak di
daerah tersebut seperti limbah pertanian, rumput lapang, lahan, potensi tenaga kerja
keluarga dan lokasi pemasaran. Akan tetapi belum semua peternak mendapatkan
kesempatan memperoleh pinjaman modal baik dari pemerintah maupun swasta, karena
pihak pemberi modal biasanya memberikan sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi
oleh calon peternak termasuk persyaratan model 5C (Character, Capacity, Collateral,
Condition, dan Capital)
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
88
METODE PELAKSANAAN
Berdasarkan permasalahan yang ada maka dilakukan kegiatan sosialisasi dengan
metode sebagai berikut :
1. Memberikan materi dengan kombinasi antara metode ceramah dan diskusi, tentang
kiat-kiat untuk mendapatkan pinjaman kredit baik dari pemerintah maupun pihak
swasta. Dengan metode ini diharapkan akan tumbuh pengertian dan pemahaman
peternak sehingga kelompok mitra akan dapat memanfaatkan peluang pinjaman
modal yang akan digunakan untuk pengembangan usahanya.
2. Memberikan materi dengan kombinasi antara metode ceramah dan diskusi, tentang
persyaratan model 5C (Character, Capacity, Collateral, Condition, dan Capital ).
Persyaratan model 5C sangat penting untuk diketahui oleh anggota kelompok mitra
karena dalam pemberian pinjaman modal kepada peternak, pemerintah menerapkan
prinsip kehati-hatian dan dilakukan analisis calon peternak dan calon lokasi melalui
modifikasi dan rekayasa model perbankan dengan model 5C.
3. Setelah peternak mengerti dan paham tentang materi yang diberikan, maka
selanjutnya peternak dibimbing dalam penyusunan dokumen 5C.
4. Guna mengetahui sejauh mana perubahan pengetahuan, dan pemahaman peternak
terhadap materi yang diberikan tim pengabdian melakukan evaluasi ke lapangan.
Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang
diperoleh dari pelaksanaan kegiatan yang dilakukan, sehingga dari evaluasi yang
dilakukan akan diketahui faktor-faktor yang menjadi penunjang dan penghambat
pelaksanaan program tersebut
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
Tahap Persiapan
Hari sabtu tanggal 1 September 2018 tim pengabdian melakukan kunjungan ke
RT. 08 Kelurahan Mudung Laut Kecamatan Pelayangan Kota Jambi tepatnya ke
kelompok Tani Teman Abadi dan kelompok Wanita Tani Serasi. Adapun maksud
kedatangan tim pengabdian adalah untuk membicarakan rencana kegiatan yang akan
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
89
dilakukan, pada pertemuan tersebut disepakati tentang jadwal, tempat dan peserta yang
akan mengikuti kegiatan penyuluhan tersebut. Pada pertemuan ini juga banyak
diperoleh informasi tentang pemeliharaan ternak sapi di daerah ini. Untuk tahun 2018
peternak di kelurahan Mudung Laut tidak ada yang mendapat bantuan ternak sapi dari
pemerintah Kota Jambi, hal ini tentu membuat peternak kesulitan memperoleh modal
untuk membeli bibit, meskipun sebagian tetap ada yang memelihara sapi dengan modal
sendiri, dan modal ini juga awalnya mereka peroleh dari keuntungan memelihara ternak
sapi bantuan pemerintah baik untuk sapi penggemukan maupun pada pola
pengembangbiakan.
Berdasarkan kunjungan ke lapangan diketahui bahwa minat dan motivasi peternak
di Kelurahan Mudung Laut cukup tinggi untuk memelihara sapi, hal ini didukung
dengan ketersediaan tenaga kerja keluarga baik ayah, ibu dan anak. Hal ini terbukti di
daerah ini terdapat kelompok wanita tani, yang ikut berperan aktif pada usaha pertanian
maupun peternakan. Selain itu juga tersedia lahan yang cukup luas untuk pembuatan
kandang ternak individu maupun kandang koloni masih memungkinkan didirikan di
daerah ini. Tersedianya limbah pertanian dan rumput lapang, serta adanya kebun rumput
dan legume merupakan hal yang sangat mendukung pengembangan ternak sapi di
daerah tersebut. Sementara itu untuk pemasaran ternak tidak menjadi masalah, karena
kelurahan Mudung Laut dekat dengan pusat pasar sehingga bisa dijadikan sebagai
daerah penyangga dalam penyediaan ternak sapi khususnya untuk kota Jambi.
Tahap Pelaksanaan
Berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat maka pelaksanaan kegiatan
penyuluhan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 8 September 2018 bertempat di
kediaman ketua kelompok tani Teman Abadi. Pada pertemuan ini dilakukan penyuluhan
dengan kombinasi antara metode ceramah dan diskusi. Adapun materi penyuluhan yang
diberikan tentang kiat-kiat untuk mendapatkan pinjaman kredit baik dari pemerintah
maupun pihak swasta dan persyaratan model 5C (Character, Capacity, Collateral,
Condition, dan Capital ), materi penyuluhan terlampir.
Pada kegiatan ini terlihat antusiasme dari peserta untuk mendengarkan dan
bertanya tentang hal-hal yang belum mereka pahami. Selama ini mereka memperoleh
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
90
bantuan ternak dari pemerintah tanpa harus melengkapi berbagai persyaratan dan
apabila terjadi kematian karena sakit, kecelakaan dan pencurian peternak tidak perlu
menanggung resikonya, akibatnya banyak program bantuan sapi pemerintah mengalami
kegagalan, karena itu pemerintah sudah mulai menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
memberikan bantuan ternak dengan melakukan analisis calon peternak dan calon lokasi
melalui modifikasi dan rekayasa model perbankan yaitu model 5C, dengan harapan agar
bantuan kredit ternak sapi ini dapat berjalan dengan baik dan peternak dapat merasakan
manfaatnya. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peternak diharapkan dapat
mempersiapkan berbagai persyaratan untuk memperoleh bantuan kredit ternak sapi
apabila sewaktu-waktu diperlukan.
Evaluasi Kegiatan
Guna mengetahui sejauh mana peserta kegiatan penyuluhan dapat menerima
materi yang diberikan maka tim pengabdian melakukan evaluasi ke lapangan, terutama
dalam mempersiapkan persyaratan dokumen 5C yang diperlukan apabila sewaktu-waktu
diminta oleh pihak pemerintah maupun swasta selaku pemberi bantuan kredit ternak.
Setelah dilakukan evaluasi dapat diketahui bahwa Character sebagian besar
peternak cukup baik atau dapat dikatakan peternak jujur, sehingga dapat dikatakan layak
untuk menerima bantuan kredit ternak sapi. Hal ini terbukti bahwa peternak di
Kelurahan Mudung laut jarang yang menunggak pembayaran rekening listrik,
sedangkan untuk pembayaran PBB juga secara rutin mereka bayar, karena pembayaran
PBB juga menjadi syarat untuk berbagai urusan khususnya di kota Jambi. Sementara
untuk pembayaran angsuran motor, dan kredit baik di bank maupun dikoperasi mereka
jarang menunggak, bahkan banyak diantara peternak yang tidak memiliki pinjaman.
Ditinjau dari segi Capacity, peternak mampu menyediakan rumput lapang,
limbah pertanian, dan konsentrat berupa dedak padi yang cukup banyak di daerah
tersebut. Sementara itu pemeliharaan ternak sapi dilakukan dengan sistem semi intensif,
siang hari ternak dilepas dan malam hari dikandangkan.
Modal (Capital) merupakan hal pertama yang dibutuhkan saat seseorang memulai
usaha, begitu pula dalam menjalankan usaha peternakan. Peternak sapi di kelurahan
Mudung Laut sebagian besar bersedia mengeluarkan modal untuk membeli bibit sapi,
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
91
membuat kandang, membeli peralatan kandang, obat-obatan, dan untuk biaya
inseminasi buatan.
Collateral adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon debitur
benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Untuk lebih menjamin agar bantuan
kredit ternak dari pemerintah atau swasta dapat dikembalikan atau digulirkan oleh
peternak dengan lancar sebaiknya peternak mengikuti program asuransi ternak. Di
kelurahan Mudung Laut belum ada peternak yang mengikuti asuransi ternak, bahkan
banyak diantara peternak belum mengetahuinya, akan tetapi peternak berminat untuk
pengikutinya.
Untuk pemeliharaan ternak sapi, kondisi ekonomi (economic condition) tidak
begitu menjadi masalah, karena kebutuhan daging sapi terus meningkat, bahkan
permintaan lebih tinggi dibanding ketersediaan, dan bila dilihat harga daging sapi
dipasaran cukup stabil, hal ini cukup menguntungkan bagi peternak.
Luaran yang Dicapai
Hasil dari kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat menambah bobot atau
memperkaya materi kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi, Komunikasi dan penyuluhan, serta
akan dipublikasi pada prosiding Semnas Fapet Unja Tahun 2019.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari kegiatan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa peternak
dapat memahami materi yang diberikan dan peternak mampu menyiapkan persyaratan
dokumen 5C apabila diperlukan untuk memperoleh bantuan kredit ternak baik dari
pemerintah maupun swasta.
Saran
Sebelum memberikan kredit usaha pemilikan ternak sapi kepada peternak,
sebaiknya pemerintah atau pihak swasta selaku pemberi modal melakukan sosialisasi
tentang persyaratan yang harus dipenuhi oleh peternak selaku calon penerima bantuan.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
92
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Jambi, 2018. Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan
Kepadatan. https://jambikota.bps.go.id. Diakses tanggal 16 Februari 2018.
Basuno, E dan R.N. Suhaeti. 2007. Analisis Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat
(BPLM) : Kasus Pengembangan Usaha Ternak Sapi di Provinsi Sulawesi
Selatan. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 5 No. 2. Juni 2007 : 150-
166.
Firmansyah dan H, Afriani. 2017. Model 5C untuk Meningkatkan Keberhasilan Pola
Gaduhan Ternak Sapi Pemerintah Daerah pada Beberapa Kawasan Sentra
Ternak Sapi di Propinsi Jambi. Laporan Penelitian, Universitas Jambi.
Wibowo , M. H. S., B. Guntoro dan E. Sulastri. 2011. Penilaian Pelaksanaan Program
Pengembangan Agribisnis Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Sekadau,
Kalimantan Barat. Buletin Peternakan Vol. 35 (2) : 143-153, Juni 2011.
Winarso, B. 2015. Keberhasilan Pengembangan Ternak Sapi Potong Melalui Pola
Pengembangan Model Usaha (KUPS). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan
Volume 15. Nomor 2, Mei 2015. Hal : 138-150.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
93
Pengenalan Saccharomyces cerevisiae sebagai Probiotik Dalam Pakan
Tenak Sapi Potong
Teja Kaswari, H. Suryani, S. Fakhri dan M. Afdal
Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi
Kampus Pinang Masak Jl. Raya Jambi Ma- Bulian KM. 15 Mendalo Darat Jambi
Korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk mengenalkan probiotik
saccharomyces cerevisiae (SC) dalam pakan ternak Sapi Potong di Kelompok Tani Suka Maju. Target dan luaran dari program pengabdian kepada masyarakat ini diantaranya meningkatkan pengetahuan petani tentang penggunaan probiotik SC. Secara umum, permasalahan yang dihadapi oleh mitra saat ini adalah keterbatasan pengetahuan tentang cara penggunaan probiotik dalam pakan dan keterbatasan pengetahuan mengenai dosis probiotik yang dapat diberikan pada ternak Sapi Potong. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan beberapa
kegiatan antara lain: Penyuluhan dan pelatihan cara menggunakan probitok SC. Program ini dimulai dengan pembekalan atau penyuluhan anggota kelompok ternak tentang manfaat probiotik, jenis – jenis probiotik yang dapat digunakan untuk ternak ruminansia. Selanjutnya, pelatihan tentang cara dan dosis penambahannya dalam pakan ternak Sapi Potong. Kegiatan pengabdian dilaksanakan Kelompok Tani Suka Maju. Peternak sangat antusias dengan materi penyuluhan dan pelatihan yang diberikan. Hal ini terbukti dengan meningkatnya pemahaman peternak sekitar 90% setelah penyuluhan. Disimpulkan bahwa kegiatan yang telah dilaksanakan dapat meningkatkan pengetahuan
peternak tentang pemanfaatan probiotik SC dalam pakan ternak ruminansia.
Kata kunci : probiotik, Saccharomyces cerevisiae, pakan sapi potong
PENDAHULUAN
Pemberian Saccharomyces cerevisiae (SC) sebagai imbuhan mikroba hidup ke
dalam tubuh akan mempengaruhi induk semang melalui perbaikan keseimbangan
mikroorganisme rumen (Zain et al., 2011, 2015). S.cerevisiae mampu bersaing dengan
bakteri pati (Lynch dan Marti, 2002) yang mengarah ke pencegahan akumulasi laktat
dalam rumen. Selain itu, dilaporkan bahwa SC memiliki kemampuan untuk merangsang
faktor pertumbuhan, seperti asam organik atau vitamin, sehingga merangsang populasi
bakteri selulolitik dan penggunaan bakteri asam laktat di dalam rumen (Chaucheyras et
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
94
al., (1995); Zain et al., (2011). Wina, (2000) menyatakan bahwa penambahan probiotik
S. cerevisae (PSc) 5,2 x 1011
pada ternak sapi brahman cross menghasilkan kenaikan
produksi daging 0,43 kg/ekor/hari. Abd.El-Ghani (2004), menyatakan bahwa pemberian
3 g atau 6 g S. cerevisiae pada pakan sapi perah yang berupa alfafa dan jerami gandum
dapat meningkatkan produksi susu. Pada kambing saanen pemberian S. cerevisiae 4 x
109 CFU per harinya dapat meningkatkan produksi susu sebesar 14,4%.
Kelompok Tani Suka Maju sepakat dibentuk pada tanggal 15 Mei 2008 terletak di
Desa Kota Baru merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Geragai, Tanjung
Jabung Timur, Provinsi Jambi. Didaerah ini sebagian besar masyarakat memiliki ternak
sapi Bali. Kelompok Tani ini juga telah memiliki koperasi yang diberi nama koperasi
Suka Maju. Mata pencaharian dari masyarakat didaerah ini bervariasi diantaranya
sebagai petani karet, sawit, pedagang dan peternak. Namun, mata pencaharian sebagai
peternak sebagian besar dilakukan sebagai usaha sampingan. Banyak manfaat yang
telah mereka rasakan dengan adanya usaha sampingan ini. Hal ini terbukti dengan
meningkatnya kesejahteraan peternak.
Pengenalan tentang manfaat probiotik untuk ternak perlu dilakukan pada
dikelompok tani tersebut. Hal ini mengingat sistem pemeliharaan yang diterapkan di
kelompok tani ini adalah sistem pemeliharaan intensif, dimana ternak selalu
dikandangkan dan makanannya berupa rumput dan konsentrat diberikan di dalam
kandang. Permasalahannya, ternak Sapi yang dikandangkan hanya akan memperoleh
makanan dari apa yang diberikan oleh peternak. Penambahan probiotik dalam pakan
akan membantu mengoptimalkan perkembangan mikroorganisme dalam rumen,
meningkatkan kesehatan ternak dengan meningkatkan imun atau sistem kekebalan
tubuh. Dengan meningkatkan optimalisasi bioproses dalam rumen melalui penambahan
probiotik dapat meningkatkan produktivitas ternak.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
95
METODE PELAKSANAAN
Penyuluhan Tentang Manfaat Probiotik Dalam Pakan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
peternak tentang jenis – jenis probiotik yang dapat ditambahkan pada pakan ruminansia.
Pelatihan dilakukan di rumah kelompok tani dan kandang ternak sapi selama satu hari.
Metode pelatihan yang digunakan adalah metode pembelajaran orang dewasa
(andragogi) serta partisipatif dengan menitikberatkan cara belajar sambil bekerja.
Manfaat probiotik untuk ternak ruminansia, cara penambahan probiotik dalam pakan
dan jenis – jenis probiotik untuk ternak ruminansia Peserta pelatihan adalah seluruh
anggota Kelompok Tani Suka Maju. Pelatihan yang dilakukan melibatkan Petugas
Penyuluh Lapangan (PPL), praktisi serta kepala desa setempat.
Pelatihan Penambahan Probiotik SC dalam Pakan
Tujuan Kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman peternak mengenai
dosis penambahan probiotik SC yang efektif dalam pakan ternak Sapi Potong. Pelatihan
dilakukan di saung kelompok tani dan kandang ternak sapi selama satu hari. Metode
pelatihan yang digunakan adalah metode pembelajaran orang dewasa (andragogi) serta
partisipatif dengan menitikberatkan cara belajar sambil bekerja. Materi yang
disampaikan yaitu Pengertian probiotik, jenis – jenis probiotik, dosis probiotik untuk
ternak ruminansia, cara penambahan probiotik SC, Efek negatif dari kelebihan dosis
penambahan probiotik SC dalam pakan. Peserta pelatihan adalah seluruh anggota
kelompok tani mitra (Suka Maju dan Sumber Jaya).
Iplementasi Kegiatan Pengabdian
Persiapan dan Pembuatan Probiotik SC
Pada kegiatan pengabdian ini kultur murni SC diperoleh dari laboratorium
pangan dan gizi UGM dan diperbanyak dilaboratorium Fak. Peternakan Universitas
Jambi. Pembuatan inokulum SC mengikuti prosedur (Suryani et al., 2016). Dosis dan
cara penambahan SC dalam pakan harus sesuai dengan kebutuhan ternak, yaitu 1%
berdasarkan bobot badan dan bahan kering ransum. Penambahan probiotik SC 1% BK
(Suryani et al., 2016) dapat ditambahkan secara langsung dalam bahan pakan. Sebelum
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
96
dilakukan atau dimulai kegiatan evaluasi. Para petani akan memperoleh pengetahuan
dasar tentang probiotik SC, manfaat dan dosisnya pada ternak. Setelah penyuluhan, para
peternak diberi pelatihan dikandang tentang cara penambahan probiotik SC.
Evaluasi Pelaksanaan Program
Keberhasilan kegiatan pengabdian ini dinilai dari beberapa indikator yaitu :
a. Peningkatan pemahaman petani tentang manfaat probiotik SC dalam ransum ternak
ruminansia
b. Peningkatan pemahaman petani tentang dosis probiotik SC dalam pakan
c. Peningkatan keterampilan peternak tentang cara menambahkan probiotik SC dalam
pakan
Untuk mengukur tingkat pemahaman petani tentang pemanfaatan probitotik, dosis
beserta cara penambahannya dalam pakan ternak dilakukan pengamatan dan tanya
jawab dan pengisian kuisioner.
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
Kegiatan PPM yang telah dilakasanan di Kelompok Tani Suka Maju yaitu
kegiatan yang dilakukan dengan metode ceramah tatap muka dan demonstrasi tentang
pemberian probiotik SC dalam pakan ternak ruminansia berjalan dengan baik dan
lancar. Kegiatan penyuluhan dilakukan pada Kelompok Tani Suka Maju dihadiri oleh
anggota kelompok tani dan masyarakat desa setempat. Pertemuan berlangsung di rumah
ketua Kelompok Tani Suka Maju (Gambar 1)
Gambar 1. Gambar Kegiatan Penyuluhan
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
97
Materi penyuluhan yang disampaikan meliputi pemahaman tentang penegrtian
probiotik, jenis – jenis probiotik, manfaat probiotik SC, dosis pemberian probiotik SC
dan cara pemberiannya pada ternak.
Kegiatan Demonstrasi Pemberian Probiotik SC
Kegiatan percontohan pemberian probiotik SC dalam pakan ternak dilakukan
untuk memberi pengetahuan dan keterampilan pada peternak dengan melihat langsung
prosesnya (Gambar 2).
Gambar 2. Gambar Kegiatan Demonstrasi Pemberian Probiotik SC
Dari proses demontrasi yang dilakukan, semua peternak tertarik untuk
menerapkannya karena mengetahui cara yang dilakukan sangatlah mudah yaitu dengan
menambahkan secara langsung pada kosentrat pakan tanpa menambahkannya untuk
fermentasi pakan. Sejauh ini pemahaman peternak dikelompok Tani Suka Maju yaitu
memanfaatkan probiotik untuk pengolahan limbah kotoran ternak untuk menjadi
kompos dan digunakan untuk memfermentasi pakan. Sehingga peternak sangat antusias
karena cara penambahan probiotik SC yang praktis dalam pakan.
Peningkatan Pengetahun dan Keterampilan Peternak
Sebagai upaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan ini, peternak
diberikan kuisioner pada akhir kegiatan. Hasil peningkatan pengetahuan dan
ketermpilan peternak dapat dilihat pada gambar 3.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
98
Gambar 3. Pengisian kuisioner
Anggota kelompok tani Suka Maju merupakan peternak yang ulet serta bersedia
menerima, mencoba dan menerapkan inovasi-inovasi baru. Hal ini dibuktikan dengan
antusianya anggota dalam berdiskusi pada saat penyuluhan dan demonstrasi.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan PPM ini adalah pengenalan probiotik
dapat meningkatkan keterampilan peternak terutama tingkat pengetahuan petani
terhadap hal – hal baru yang berkembang sesuai dengan ilmu pengetahuan. Hal ini perlu
dievaluasi secara terus menerus agar hasil hasil penelitian perguruan tinggi dapat
dirasakan manfaanya oleh ke kelompok tani yang berada di daerah daerah tertentu.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada LPPM Universitas Jambi yang telah
membiayai kegiatan ini melalui DIPA-PNBP LPPM pada Fakultas Peternakan
Universitas Jambi Tahun Anggaran 2019 Nomor : SP DIPA-042.01.2.400950/2019 .
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, I. (2000). Oil palm frond (OPF) : A potential bio-waste material for commercial
feed production. Agro-Search. 7(1):29 – 34.
Dewhurst, R.J, D.R. Davies and R.J. Merry. 2000. Microbial Protein Supply from The
Rumen. J. Anim. Feed Sci and Tech. 85.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
99
Ørakov, E.R. and I McDonald. 1979. The estimation of protein degradability in the
rumen from incubation measurements weighted according to rate of passage. J.
Agr. Sci. Camb. S2:499-503
Pahan, Iyung. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.
Salminen, S. and A. V. Wright. 2004. Lactic Acid Bacteria. Microbiology and
Functional Aspects. 2nd Edition, Revised and Expanded. Marcell Dekker, Inc.,
New York.
Suryani, H., M. Zain, R.W.S. Ningrat and N. Jamarun. 2016. Effect supplementation of
direct fed microbials on digestibility and fermmentability oil palm frond in vitro.
Pakistan Journal of Nutrition. 15(1) : 90-95
Suryani, H., M. Zain, R.W.S. Ningrat and N. Jamarun. 2017. Effect supplementation
based on ammoniated palm frond with direct fed microbials and virgin coconut oil
on the growth perfomance and methane production of bali cattle. Pakistan journal
of nutrition. 16(6):599-604.
Suyitman., L. Warly and Evitayani. 2018. In-vitro digestibility of palm leaf waste
treated with different processing methods. Pakistan Journal and Nutrition. 17
(8):368-373.
Tilley, M. A and R.A Terry. 1963. A two-stage technique for the in vitro digestion of
forage crops. Journal of British Grassland Society, 18 :104-111.
Warly, L. 1994. Study on improving nutritive valueof rice straw and physico-chemical
aspects of its digestion in sheep. Ph.D. Thesis. The UnitedGraduated School of
Agriculture Sciences, Tottori University, Japan.
Weinberg, Z.G., 2003. Effect of lactic acid bacteria on animal performance. Indian J.
Biotechnol. 2: 378-38i
Widyobroto B.P., SPS. Budhi. A Agus and B Santosa. 1995. Effect of undegraded
protein level on nutrient digestibility and microbial protein synthesis of dairy
cows.
Yoon, I.K. and M.D. Stern, 1995. Influence of direct-fed microbials on ruminal
microbial fermentation and performance of ruminants-A review. Asian-Aust. J.
Anim. Sci. 8: 533-555.
Zain, M., N. Jamarun dan Elihasridas. 2002. Suplementasi rumput dengan jerami
olahan dalam ransum ternak sapi. J. Andalas. No.31/Mei/Tahun XI.
Zain, M., N. Jamarun, A. Arnim, W.S.N. Ningrat and R. Herawati 2011. Effect of
Yeast (Saccharomyces cerevisiae) on fermentability, microbial population and
digestibility low quality roughage (in vitro). Archiva Zootecnica 14(4), 51-58.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
100
Pengembangan Ayam Kampung Unggul Balitnak (Kub) Secara
Longyam Dengan Ikan Lele Berbasis Probiotik Di Desa Nyogan
Kecamatan Mestong
Mairizal, Hutwan Syarifuddin dan M. Afdal
Fakultas Peternakan, Universitas Jambi
RINGKASAN
Usaha budidaya ikan dan ayam kampung unggul sama-sama memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan dikalangan masyarakat mengingat permintaannya yang sangat besar dipasaran. Konsep Integrasi pemeliharaan ternak unggas dan ikan berbasiskan penggunaan probiotik diharapkan akan meningkatkan pendapatan petani peternak. Kelompok usaha bersama (KUBE) Mina Jaya dan Harapan Jaya yang berada
di Desa Nyogan Kecamatan Mestong merupakan kelompok usaha bersama yang bergerak dibidang pemeliharaan ikan. Untuk meningkatkan pendapatan petani (income generating) bagi KUBE khususnya, maka perlu dikembangkan usaha mereka melalui integrasi pemeliharaan ikan dan ayam dengan system longyam dan berbasiskan probiotik. Kegiatan PPM penerapan ipteks ini melibatkan kelompok mitra Kelompok usaha bersama (KUBE) Mina Jaya dan Harapan Jaya. Metode pelaksanaan kegiatan menggunakan metode Participatory Rural Apraisal (PRA) melalui focus group
discussion, penyuluhan, transfer teknologi tepat guna (introduksi ayam, ikan dan probiotik), pelatihan dan percontohan. Hasil kegiatan IPTEK telah berhasil dikembangkan ayam kampung unggul KUB dengan sistem longyam yang berbasiskan pemanfaatan probiotik. Selama masa pemeliharaan ayam kampung KUB tingkat kematian atau mortalitas ayam cukup rendah dan hal ini menunjukkan nahwa ransfer ilmu berupa pemeliharaan ikan dan ayam secara longyam telah memberikan hasil yang baik. Demikian juga dengan kondisi lingkungan kandang dan kolam yang terjaga bersih dengan memanfaatkan probiotik sehingga dapat meningkatkn kesehatan ternak.
Kesimpulan kegiatan IPTEK ini adalah sistem pemeliharaan ayam dan ikan yang terintegrasi dapat membantu program pemerintah dalam rangka membangun ketahanan pangan serta peningkatan pendapatan masyarakat. Disamping itu, kegiatan ini juga dapat meningkatkan peran masyarakat dalam menjaga, menciptakan, mendukung, dan memperkuat penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Kata kunci: desa Nyogan, ikan lele, nila, integrasi, ayam kampung unggul Balitnak (KUB)
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
101
PENDAHULUAN
Analisis Situasi
Desa Nyogan yang dahulunya disebut Dusun Sugandi Kecamatan Mestong
Kabupaten Muara Jambi merupakah salah satu daerah tempat pemukiman Suku Anak
Dalam (SAD) yang ada di Provinsi Jambi. Desa Nyogan mempunyai jarak yang cukup
dekat dengan ibukota propinsi Jambi yaitu sekitar 60 Km. Dalam rangka peningkatan
kualitas sumberdaya manusia Suku Anak Dalam (SAD) Jambi yang merupakan
komunitas masyarakat yang memiliki kebiasaan hidup berpindah-pindah dari suatu
lokasi hutan ke lokasi lainnya maka saat ini SAD yang ada di Desa Nyogan sudah mulai
hidup menetap.
Secara Geografis desa Nyogan berada pada ketinggian 5 – 10m dpl yang terletak
di bagian barat kabupaten Muaro Jambi dengan luas wilayah + 7.872 Hektar dan berada
pada posisi : 01o45’ Lintang Utara ( LU ) s/d 01
o49’ Lintang Selatan ( LS ) dan 103
o30’
Bujur Timur ( BT ) s/d 103o27’ Bujur Barat (BB), dengan batas – batas wilayah
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pelempang, sebelah selatan dengan Desa Berkah
( Sei Bahar ), sebelah timur dengan Desa Suka Damai dan sebelah barat dengan Desa
Tanjung Pauh Talang Pelita / Markanding.
Peruntukan lahan di Desa Nyogan adalah bagian utara memiliki wilayah tanah
yang subur dengan Kultur tanah yang berbukit dengan lembah – lembah kecil di sela
perkebunan rakyat dan di aliri jalur sungai kecil, sedangkan dibagian selatan memiliki
kultur tanah sedikit landai atau datar dengan dilewati sungai besar lahan dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk bercocok tanam, berupa kebun karet dan kebun sawit sebagian
kecil lagi untuk lahan palawija dan tanaman sayuran. Kemudian dibagian Timur
merupakan lahan perkebunan Karet dan terdapat Tambang Batu bara sampai saat ini
dikeola Oleh PT Argo Makmur dan dibagian barat wilayah ini merupakan dataran
rendah dan daerah rawa. Hampir 50% dari jumlah penduduk di Desa Nyogan
merupakan komunitas SAD dan selebihnya adalah masyarakat pendatang. Mata
pencaharian yang dilakukan penduduk Desa Nyogan sebagai petani karet, kelapa
sawit, beternak dan memelihara ikan.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
102
Berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
perekonomian komunitas SAD yang dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk
membangun permukiman, sarana pendidikan, tempat ibadah dan lain-lain.
Pembangunan sarana dan prasarana akan memberikan peluang berusaha bagi penduduk
Desa Nyogan dan mengurangi perambahan hutan serta meningkatkan pelayanan
kesehatan bagi komunitas SAD. Pembangunan “Desa Sejahtera Mandiri” di Desa
Nyogan Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi sangat penting dalam rangka
menuju pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) terutama untuk
meningkatkan pengetahuan, kesehatan, perekonomian, pelestarian budaya terutama
komunitas SAD. Selama ini yang menjadi permasalahan dalam pembangunan
komunitas SAD adalah sumberdaya manusia, permodalan, penguasan teknologi dan
daya tawar yang masih rendah.
Salah satu upaya dalam Pembangunan “Desa Sejahtera Mandiri” melalui usaha
pemanfaatan sumberdaya yang ada berupa pemanfaatan kolam ikan untuk budidaya
ikan lele. Selama ini budidaya ikan lele yang dilakukan oleh penduduk Desa Nyogan
secara tradisional sehingga hasil yang didapat masih belum optimal. Untuk
meningkatkan hasil usaha perikanan maka perlu perbaikan dengan menggunakan
metode partisipatif dan aksi dari Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang ada di Desa
Nyogan. Dari hasil pengabdian Desa Binaan tahun 2017, Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Universitas Jambi telah berhasil membina KUBE dalam hal peternakan ikan
Nila. KUBE telah melakukan panen ikan Lele sebanyak dua kali dan ikan Nila sebanyak
satu kali. Pada saat sekarang telah terjadi peningkatan luas kolam pemeliharaan ikan di
KUBE dari 30 meter persebi sudah menjadi 80 meter persegi dimana pada awalnya
hanya bisa menampung 6 jaring pemeliharaan sekarang sudah menjadi 10 jaring
pemeliharaan ikan lele dan ikan nila. Berdasarkan pengamatan dilapangan, kondisi air
kolam pemeliharaan ikan di kelompok usaha bersama KUBE termasuk cukup bersih
dan mengalir sehingga sangat memungkin untuk diadakan usaha integrasi dengan
peternakan ayam dengan teknik pemeliharaan secara Longyam.
Longyam merupakan pemeliharaan ikan di kolong kandang ayam merupakan
suatu perpaduan kegiatan budidaya yang saling menguntungkan. Dua kegiatan budidaya
tersebut berjalan bersama-sama. Petani ikan yang membudidayakan ikan di kolong
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
103
kandang ayam secara tidak langsung akan menghasilkan penghasilan ganda. Selain
dapat memanen ikan dari kegiatan memelihara ikan, petani juga dapat memanen ayam
dari kegiatan budidaya ayam. Selain itu keuntungan yang diperoleh yaitu kotoran ayam
yang jatuh ke kolam akan membuat atau akan menghasilkan pakan alami berupa
plankton, yang sangat berguna bagi pertumbuhan ikan, selain bisa menumbuhkan pakan
alami kotoran ayam tersebut bisa menjadi pakan langsung bagi ikan. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pemeliharaan ikan secara longyam ini adalah aerasi lancer, kolam
tidak tertutup dan sinar matahari dapat menembus kolam serta kedalam 75 sampai 100
cm. Penggelolan produksi meliputi aspek terpadu antara segi teknis dengan segi bisnis.
Setiap kegitan peternakan sudah tentu melibatkan ternak, yaitu hewan yang telah
diarahkna kemampuan produksinya untuk memenuhi tujuan pemeliharaan. Salah satu
ternak unggas yang dapat dipelihara secara longyam dengan ikan lele adalah ayam
kampung unggul dari Balitnak (KUB) yang sudah mulai merata penyebarannya di
seluruh wilayah Indonesia.
Ayam kampung unggul Balitnak atau ayam KUB merupakan ayam hasil seleksi
Ayam Kampung asli Indonesia galur betina (female line) selama enam generasi. Ayam
KUB memiliki banyak keunggulan, diantaranya adalah pemberian pakan lebih efisien
dengan konsumsinya yang lebih sedikit, lebih tahan terhadap penyakit, tingkat
mortalitas yang lebih rendah, serta produksi telur Ayam KUB lebih tinggi dibanding
ayam kampung lain dengan frekuensi bertelurnya setiap hari, sehinga dapat dijadikan
solusi pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Berdasarkan
keunggulannya tersebut Ayam KUB dapat menjadi ayam dengan tujuan penghasil telur
atau sebagai pedaging.
Pengembangan ternak ayam lokal seperti ayam KUB sebagai produk pangan
komplemen dalam penyediaan daging unggas dewasa ini memiliki prospek yang cukup
baik. Salah satu indikasinya adalah kecenderungan peningkatan permintaan produk
ayam lokal dari tahun ke tahun dan hal ini menunjukkan bahwa: (1) masih tingginya
preferensi masyarakat terhadap produk ayam lokal karena rasa daging yang khas; (2)
terdapat kecenderungan beralihnya pangsa konsumen tertentu dari produk daging
berlemak ke produk daging yang lebih organik dan (3) adanya pangsa pasar ayam lokal
tersendiri yang tercermin dari semakin banyaknya restauran/outlet/gerai yang
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
104
menggunakan ayam lokal seperti Ayam Suharti, Ayam Kalasan, Mbok Berek dll
(Priyanti et al., 2005). Demikian juga dengan telur ayam lokal yang oleh sebagian besar
masyarakat diyakini mempunyai khasiat yang lebih tinggi dibandingkan dengan telur
ayam ras, selain itu kuatnya pendapat konsumen bahwa daging ayam lokal dan telurnya
lebih enak dibandingkan dengan ayam ras, sehingga dalam pemasarannya masih mudah
dan tidak mengalami kesulitan (Ratnawaty et al., 2006).
Pengembangan peternakan ayam dan khususnya ayam kampung unggul Balitnak
(KUBE) sering terkendala oleh dampak yang ditimbulkannya berupa bau kandang yang
menyengat sehingga akan mencemari lingkungan sekitarnya. Pengembangan ternak
ayam kampung dengan pemberian probiotik merupakan salah satu solusi yang dapat
mengatasi dampak lingkungan tersebut. Pemberian probiotik kepada ternak unggas,
selain dapat meningkatkan status kesehatan ternak juga akan mengurangi bau amoniak
dari kandang sehingga kandang tidak menimbulkan bau lagi. Berdasarkan beberapa
hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemberian probiotik dapat menggantikan
penggunaan antibiotik untuk ternak unggas serta dapat menjaga ekosistim kolam ikan
sehingga akan meningkatkan produktivitas ternak ayam ataupun ikan.
Permasalahan Mitra
Peluang usaha dibidang budidaya unggas lokal seperti ayam kampung unggul
Balitnak (KUB) masih terbuka lebar. Hal ini disebabkan permintaan konsumen akan
daging dan telur dari ayam kampung masih cukup tinggi. Berdasarkan hasil kegiatan
pengabdian sebelumnya dan hasil survey awal menunjukkan bahwa kelompok usaha
bersama (KUBE) Mina Jaya dan Harapan Makmur memungkinkan untuk
pengembangan usaha pemeliharaan ikan dengan integrasi usaha pemeliharaan ayam
kampung unggul Balitnak (KUBE). Namun anggota kelompok usaha bersama
terkendala oleh beberapa faktor. Adapun masalah yang dihadapi oleh kelompok usaha
bersama (KUBE) Mina Jaya dan Harapan Makmur dapat dirumuskan prioritas masalah
yang perlu ditangani oleh anggota kelompok dengan pendampingan dari perguruan
tinggi yaitu :
1. Modal usaha yang masih kecil sehingga mengalami kesulitan untuk pengembangan
usaha integrasi pemeliharaan ikan dengan ayam kampung secara longyam.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
105
2. Kurangnya pengetahuan anggota kelompok tentang beternak ayam kampung
unggul Balitnak (KUB) sebagai sumber pendapatan yang dapat diandalkan
3. Kurangnya pengetahuan anggota kelompok tentang pemanfaatan probiotik untuk
menjaga kesehatan ternak dan kebersihan lingkungan.
4. Kurangnya kemampuan anggota kelompok untuk mengadopsi teknologi tepat guna
dalam pemeliharaan ayam dan ikan terintegrasi secara longyam berbasiskan
probiotik.
5. Masih kurangnya sumber daya manusia serta daya tawar dari kelompok usaha
bersama dalam memasarkan hasil ternak dan ikan.
Prioritas utama bagi KUBE Mina Jaya dan Harapan Makmur Desa Nyogan
adalah membangun Desa Sejahtera Mandiri berupa peningkatan produksi dengan
melakukan kerjasama pada berbagai stakeholders seperti perguruan tinggi, dinas
perikanan dan kelautan, dinas perindustrian dan perdagangan, dinas kesehatan, dinas
pendidikan, dinas lingkungan (DLH), pemerintah daerah dan pihak swasta untuk
mengembangkan usaha ikan lele dan ayam kampung unggul Balitnak (KUB) agar
menjadi usaha mandiri yang berkelanjutan
METODE PELAKSANAAN
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam penerapan Ipteks melibatkan
kelompok mitra yaitu KUBE Mina Jaya dan Harapan Makmur Desa Nyogan
Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi yang akan dilaksanakan selama 8 bulan.
dengan menggunakan metode Participatory Rural Appraisal ( PRA)
Solusi yang Ditawarkan
1. Metode Pendekatan yang ditawarkan
Metode yang ditawarkan adalah Participatory Rural Appraisal (PRA). PRA
adalah suatu metode yang menempatkan masyarakat sebagai subyek, perencana,
pelaksana, sekaligus sebagai penilai dalam program pemberdayaan sehingga tim dan
stakeholder yang terlibat sebagai fasilitator dan masyarakat dalam hal ini kelompok
mitra ternak sebagai pelakunya (Sidu, 2006). Metode partisipasi aktif pada Kelompok
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
106
Usaha Bersama (KUBE) Mina Jaya dan Harapan Makmur dengan melibatkan secara
proaktif antar pihak, yaitu Pemerintah/Pemerintah Daerah, masyarakat (termasuk
jaringan kesetiakawanan sosial), dunia usaha, Perguruan Tinggi dan sebagainya.
2. Rencana Kegiatan (Langkah-Langkah Solusi)
Rencana kegiatan dibagi dalam beberapa tahapan yaitu; Melanjutkan program,
kegiatan demonstrasi dan pembinaan dari hanya satu sistem pembudidayaan ikan lela
saja kemudian diintegrasikan dengan pemeliharaan ayam kampung unggul KUB
secara longyam berbasiskan probiotik, tahap pengolahan hasil ikan lele, telur dan
daging ayam kampung unggul KUB dan tahap pelayanan jasa serta konsultasi
perikanan dan peternakan.
Rencana Kegiatan
Pelaksanaan pengabdian dilakukan kepada KUBE Mina Jaya dan Harapan Makmur
Desa Nyogan Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi.
Perintisan kerja sama antara KUBE Mina Lestari dengan stakeholder lainnya.
Penyusunan program lanjutan untuk peningkatan usaha KUBE Mina Jaya dan
Harapan Makmur.
Tahap Kegiatan
Sosialisasi rencana kegiatan,
Persiapan teknis untuk Pemberdayaan masyarakat Desa Nyogan dan KUBE melalui
kegiatan pendampingan dan FGD,
Melakukan penyuluhan, pelatihan, demontrasi dan pendampingan pada anggota
KUBE,
Pelatihan teknik integrasi budidaya ikan lele dan ayam kampung unggul KUB
berbasiskan penggunaan probiotik untuk meningkatkan produktivitas ternak dan ikan
serta menjaga kesehatan lingkungan.
Pelatihan pemeliharaan ternak ayam potong yang terintegrasi dengan ikan dan
ikan nila berbasiskan penggunaan probiotik.
Pelatihan teknik pengolahan ikan lele, dan ayam kampung unggul KUB yang
ramah lingkungan.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
107
Keberlanjutan kegiatan melalui perluasan kepada kelompok lain di sekitar
Desa Nyogan.
Monitoring dan Evaluasi dari kegiatan yang telah dilakukan.
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
Tahapan Persiapan
Kegiatan PPM pemeliharaan ayam kampong unggul Balitnak (KUB) dan
pemeliharaan ikan secara terintegrasi dengan system longyam berbasiskan probiotik
diawali dengan tahapan persiapan. Pada tahap persiapan ini, tim melakukan komunikasi
dengan ketua kelompok dan sekaligus mengurus keperluan administrasi lainnya.
Sebagai gambaran, bahwa kelompok usaha Bersama Mikna Jaya dan Harapan Makmur
merupakan kelompok binaan dari LPPM Universitas Jambi dalam pemeliharaan ikan.
Awalnya, kelompok mitra ini hanya memiliki 4 jaring pemeliharaan untuk ikan lele dan
ikan nila dan pada saat sekarang sudah berkembang sebanyak 19 jaring pengembangan
ikan lele.
Berdasarkan wawancara dengan ketua kelompok didapatkan informasi bahwa
pemeliharaan ikan lele lebih menguntungkan karena cepat masa panen serta
pemeliharaannya yang tidak begitu sulit. Berdasarkan kondisi tersebut, maka kelompok
mitra ini lebih memilih pemeliharaan ikan lele jika dibandingkan dengan ikan nila.
Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan PPM diawali dengan pertemuan tim dengan ketua dan
anggota kelompok mitra untuk memulai kegiatan pemeliharaan ayam dan ikan secara
longyam dan berbasiskan probiotik.
Adapun serangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Penyuluhan tentang pemeliharaan ikan lele dan prospek ekonominya.
2. Kegiatan penyuluhan dengan materi pemeliharaan ikan lele dan prospek ekonominya
telah dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 29 Juni 2019 dengan jumlah peserta 8
orang. Pada kesempatan ini juga dijelaskan tentang program PPM yang akan
memberikan bantuan berupa bibit ikan lele sebanyak 2000 ekor serta pakan yang
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
108
disediakan selama 3 bulan pemeliharaan. Pemberian bantuan ini ditujukan untuk
meningkatkan kemauan dan kemampuan kelompok Mitra untuk dapat meningkatkan
pendapatan mereka melalui usaha tambahan berupa pemeliharaan ikan lele.
3. Penyuluhan beternak ayam kampung unggul Balitnak (KUB) yang terintegrasi
dengan pemliharaan ikan secara longyam dan berbasiskan penggunaan probiotik.
4. Kegiatan penyuluhan tentang cara beternak ayam KUB yang terintegrasi dengan
pemeliharaan ikan lele (Longyam) serta penggunaan probiotik untuk menjaga
kesehatan ternak dan ikan serta lingkungan kandang dan kolam. Pelaksanaan
kegiatan penyuluhan ini pada hari senin tanggal 8 Juli 2019 jam 13.00 dengan
peserta sebanyak 10 orang. Adapun materi yang disampaikan adalah keuntungan
pemeliharaan ayam KUB, kandang dan peralatan kandang, cara pemeliharaan ayam
KUB, pencegahan dan pengobatan penyakit yang menyerang ternak serta
penggunaan probiotik untuk menjaga kesehatan ternak dan meningkatkan produksi
ternak dan ikan. Pada kesempatan ini juga dijelaskan kepada kelompok mitra bahwa
tim PPM akan memberikan bantuan berupa bibit ayam KUB sebanyak 200 ekor
sebagai awal permulaan pemeliharaan ayam kampung KUB.
5. Pendampingan pembuatan kandang ayam diatas kolam pemeliharaan ikan dan jaring
apung untuk pemeliharaan ikan lele.
6. Kegiatan pembuatan kandang ayam diatas kolam ikan ditujukan untuk meningkatkan
pendapatan petani atau kelompok Mitra dalam usaha terintegrasinya (longyam) ikan
dan ayam. Pendampingan pembuatan kandang ayam dan jaring apung dilakukan
pada hari Sabtu tanggal 20 Juli 2019.
Gambar 1. Pendampingan pembuatan kandang ayam dan pembuatan jarring
pemeliharaan ikan lele
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
109
1. Persiapan pemeliharaan anak ayam unggul KUB, pengadaan bibit ayam dan ikan
serta penggunaan probiotik. Kegiatan pendampingan ini telah dilaksanakan pada
tanggal 3 Agustus 2019 pada hari sabtu jam 11.00 dengan kehadiran peserta
sebanyak 7 orang. Pada saat pendampingan ini tim PPM memberikan bantuan
berupa bibit ayam KUB dan bibit ikan serta pakan selama pemeliharaan sampai
panen. Kegiatan usaha integrasi budidaya ikan lele dan peternakan ayam sangat
tergantung kepada kemampuan pembudidaya memilih benih yang baik dan murah,
nilai konversi pakan yang menjadi daging (feed conversion ratio) yang rendah sama
dengan 1, ukuran panen seragam 6-10 ekor per kg dan waktu budidaya pendek
maksimum 90 hari (Nasrudin, 2010). Penguasaan pasar yang baik, penguasaan
teknologi pembesaran ikan lele, dan strategi yang tepat dalam hal persiapan kolam,
pemilihan benih, pengisian air, manajemen pakan, manajemen mutu air, manajemen
panen, sangat berpengaruh terhadap keuntungan petani (Nugroho, 2007). Disamping
itu juga disediakan probiotik untuk selama pemeliharaan.
Gambar 2. Pengadaan bibit ayam KUB dan pakan ayam
Gambar 3. Penyerahan bantuan bibit ikan lele dan pakan ikan.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
110
1. Pemeliharaan ayam unggul KUB dan ikan Lele secara longyam dengan berbasiskan
pengguanaan probiotik.
Ayam KUB ini sudah dilepas sebagai ayam unggulan Balitnak sejak tahun 2009
dan merupakan hasil seleksi galur betina (female line) selama 6 generasi dengan
keunggulan produksi telur tinggi (henday 45-50%), Puncak produksi 65%, produksi
telur 160-180butir/tahun, konsumsi pakan 80-85 gram, sifat mengeram 10% dari total
populasi, umur pertama bertelur 22-24 minggu, bobot telur 35-45 gram dan konversi
pakan 3,8. (Sartika et al. 2009). Pada saat sekarang ayam sudah memasuki
pemeliharaan 2,5 bulan dan sebahagian sudah dipanen sesuai dengan permintaan pasar
yaitu ayam kampung KUB dengan bobot hidup dengan kisaran 1 – 1,2 kg per ekor.
Pemanenan dilaksanakan pada tanggal 24 oktober 2019 sebanyak 90 ekor sedangkan
sisanya masih dipelihara untuk mencapai bobot badan yang sesuai dengan permintaan
pasar.
Budidaya ikan lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) secara intensif dapat
menyebabkan menurunnya kualitas air media budidaya, antara lain menurunnya
kandungan oksigen terlarut dan meningkatnya kandungan limbah khususnya nitrogen
organik. Rachmawati dkk. (2015) Selanjutnya Avnimelech dan Kochba (2009) juga
Ekasari (2008) serta Kuhn dkk. (2009) mengaplikasikan probiotik dalam pakan
berperan dalam perbaikan kualitas air, peningkatan produktivitas dan efisiensi pakan
serta penurunan pakan. Pratama dkk. (2016) melaporkan bahwa kualitas air kolam yang
diberikan probiotik lebih baik dari kolam tanpa probiotik dan memberikan pengaruh
positif pada ikan lele ditinjau dari pertambahan panjang dan berat. Sedangkan untuk
ikan lele pemanenan akan dilaksanakan pada akhir November 2019.
Gambar 4. Pemeliharaan ayam kampung KUB
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
111
Gambar 5. Pemanenenan ayam tahap awal
2. Monitoring dan evaluasi kegiatan
Selama kegiatan PPM di kelompok Mitra yang berada di desa Nyogan Kecamatan
Mestong Kabupaten Muaro Jambi selalu dipantau oleh tim melalui kegiatan monitoring
dan evaluasi. Pada saat monitoring dan evaluasi tim memberikan pengarahan dan
pengetahuan praktis kepada kelompok mitra dalam pemeliharaan ayam dan lele secara
longyam berbasiskan probiotik. Berdasarkan kondisi dilapangan, banyak ilmu yang
didapatkan peternak dalam memelihara ayam dan ikan secara longyam. Jika mereka
menemukan kendala atau masalah dalam pemeliharaan mereka sering berkomunikasi
dengan tim PPM melalui sosial media seperti Whatshap ataupun mennelpon langsung
ke tim terhadap kendala yang mereka hadapi. Berkat ketekunan dari kelompok Mitra
angka mortalitas dalam pemeliharaan ayam KUB hanya 5 % dan ini dapat dikategorikan
sangat bagus bagi pemelihara ayam kampung KUB yang masih tahap pemula.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari kegiatan PPM adalah adanya kemauan kelompok mitra untuk
meningkatkan pengetahuan beternak ayam dan memelihara ikan dengan menggunakan
probiotik untuk menjaga lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya angka
kematian ayam KUB yang dipelihara rendah. Ayam KUB yang dipeliharapun men
unjukkan bobot badan yang lebih baik jika dibandingkan dengan pemeliharaan ayam
kampung biasa secaar tradisional. Kelompok Mitra juga sangat antusial dalam
pemeliharaan ayam dan ikan dan pada saat ini jaring ikan untuk pemeliharaan ikan lele
sudah berkembang dari 6 jaring apung menjadi 24 jaring apung.
POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0
ISBN : 978-602-50946-1-3
112
DAFTAR PUSTAKA
Arief, M., Fitriani, N. dan Subekti, S. . 2014. Pengaruh pemberian probiotik berbeda
pada pakan komersial terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan lele
Sangkuriang (Clarias sp.). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, . 6(1): 49-53.
April 2014.
Fuller R. 1992. Probiotics in man and animals. J. Appl. Bacterial. 66: 365-378. Di
dalam: Agrawal, R.2005. Probiotics: An Emerging Food Supplement With
Health Benefits. Food Biotechnology 19:227-246
Pratama, F. A., N. Afiati, dan A. Djunaedi . 2016. Kondisi Kualitas Air Kolam
Budidaya Dengan Penggunaan Probiotik Dan Tanpa Probiotik Terhadap
Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Sp) Di Cirebon, Jawa Barat.
Diponegoro Journal Of Maquares. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman
38-45.
Rachmawati, D., I. Samidjan. dan H.Setyono. 2015. Manajemen kualitas air media
budiaya ikan lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) dengan teknik probiotik pada
kolam terpal di desa Voksi Rektosari, Kecamaan Suruh, Kabupaen Semarang.
PENA Akuatika.Volume 12 No. 1 - September 2015.
Sartika, T., S. Iskandar, D. Zainuddin, S. Iskandar, B. Wibowo dan A. Udjianto. 2009.
Seleksi dan “open nucleus” ayam KUB (Kampung Unggul Balitnak). Lap.
Penelitian No: NR/G-01/Breed/APBN 2009.
Shepherd dan Bromage, 1988. Intensive Fish Farming. BSP Professional Books.
Oxford, London
Sidu, D. 2006. Pemberdayaan Masyarakat sekitar Hutan Lindung Jompi Kabupaten
Muna Propinsi Sulawesi Tenggara (Disertasi Doktor). Bogor: Pasca Sarjana IPB