memilih pengganti gula rendah kalori

2
Memilih Pengganti Gula Rendah Kalori Hidup tanpa gula hampir merupakan hal yang mustahil. Penganan maupun minuman yang kita konsumsi tiap hari, hampir selalu mengandung gula. Di samping itu, tubuh juga memerlukan gula, paling tidak sebanyak 200 sampai 240 kalori dalam satu hari. Jumlah itu setara dengan setengah batang cokelat atau setengah liter minuman bersoda. Sebenarnya, kita tidak disarankan mengonsumsi gula per harinya dalam batas maksimum. Sebab, dalam berbagai bahan makanan dan minuman yang disantap tiap harinya juga sudah mengandung gula. Lantas, bagaimana agar kita tidak kelebihan mengonsumsi gula? Mudah saja, pantau kadar gula dalam makanan dan minuman Anda. Jika ingin lebih mudah, ganti saja gula yang biasa Anda pakai dengan pemanis buatan. Pemanis ini umumnya rendah kalori. Tapi banyak produk pemanis buatan yang mencantumkan tulisan 'gula rendah kalori' dalam lebelnya, untuk menepis anggapan orang yang sering menyamakan pemanis buatan ini dengan sari manis, pemanis 'tempo doeloe' yang lebih diposisikan sebagai zat aditif makanan. Apa bedanya dengan gula biasa? Dalam istilah kimia, gula yang biasa kita gunakan sehari-hari disebut dengan nama sukrosa. Gula ini diperoleh dari hasil pemrosesan tebu atau nira. Selain itu, ada pula gula anggur (dekstrosa), gula buah (fruktosa), sirop glukosa, maltodekstrin, maltosa, dan gula susu (laktosa). Tidak terdapat sedikitpun vitamin maupun serat kasar pada gula. Hanya ada sejumlah kecil mineral di dalamnya. Meski begitu, dalam 100 gram gula terdapat kalori sebanyak 394 kkal. Tak heran jika secara sepintas gula memiliki citra sebagai sumber kalori yang miskin nilai gizi. Sementara itu, pemanis buatan didefinisikan Balai POM Amerika Serikat sebagai substrat yang menyumbangkan kurang dari dua kalori sukrosa per kapasitas kemanisan yang sama. Produk sintetis ini disebut juga pemanis tanpa zat. Tidak seperti gula sukrosa, pemanis tanpa zat tidak menimbulkan masalah kerusakan gigi. Contoh pemanis buatan antara lain terdapat sakarin, acesulfame-K, aspartame dan sukralase. Dalam jajaran bahan dasar permen, kita mengenal sorbitol, pemanis buatan yang aman bagi gigi dan harganya setingkat lebih mahal. Semuanya bisa

Upload: taufik-sopei-dewa-pnyabar

Post on 29-Sep-2015

225 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Memilih Pengganti Gula Rendah Kalori untuk kesehatan masyarakat

TRANSCRIPT

Memilih Pengganti Gula Rendah Kalori

Memilih Pengganti Gula Rendah Kalori

Hidup tanpa gula hampir merupakan hal yang mustahil. Penganan maupun minuman yang kita konsumsi tiap hari, hampir selalu mengandung gula. Di samping itu, tubuh juga memerlukan gula, paling tidak sebanyak 200 sampai 240 kalori dalam satu hari. Jumlah itu setara dengan setengah batang cokelat atau setengah liter minuman bersoda.

Sebenarnya, kita tidak disarankan mengonsumsi gula per harinya dalam batas maksimum. Sebab, dalam berbagai bahan makanan dan minuman yang disantap tiap harinya juga sudah mengandung gula.Lantas, bagaimana agar kita tidak kelebihan mengonsumsi gula? Mudah saja, pantau kadar gula dalam makanan dan minuman Anda. Jika ingin lebih mudah, ganti saja gula yang biasa Anda pakai dengan pemanis buatan.Pemanis ini umumnya rendah kalori. Tapi banyak produk pemanis buatan yang mencantumkan tulisan 'gula rendah kalori' dalam lebelnya, untuk menepis anggapan orang yang sering menyamakan pemanis buatan ini dengan sari manis, pemanis 'tempo doeloe' yang lebih diposisikan sebagai zat aditif makanan.Apa bedanya dengan gula biasa? Dalam istilah kimia, gula yang biasa kita gunakan sehari-hari disebut dengan nama sukrosa. Gula ini diperoleh dari hasil pemrosesan tebu atau nira. Selain itu, ada pula gula anggur (dekstrosa), gula buah (fruktosa), sirop glukosa, maltodekstrin, maltosa, dan gula susu (laktosa).Tidak terdapat sedikitpun vitamin maupun serat kasar pada gula. Hanya ada sejumlah kecil mineral di dalamnya. Meski begitu, dalam 100 gram gula terdapat kalori sebanyak 394 kkal. Tak heran jika secara sepintas gula memiliki citra sebagai sumber kalori yang miskin nilai gizi.Sementara itu, pemanis buatan didefinisikan Balai POM Amerika Serikat sebagai substrat yang menyumbangkan kurang dari dua kalori sukrosa per kapasitas kemanisan yang sama. Produk sintetis ini disebut juga pemanis tanpa zat. Tidak seperti gula sukrosa, pemanis tanpa zat tidak menimbulkan masalah kerusakan gigi.

Contoh pemanis buatan antara lain terdapat sakarin, acesulfame-K, aspartame dan sukralase. Dalam jajaran bahan dasar permen, kita mengenal sorbitol, pemanis buatan yang aman bagi gigi dan harganya setingkat lebih mahal. Semuanya bisa memberikan rasa manis hanya dengan jumlah yang lebih sedikit. Karena itulah ia juga disebut sebagai high-intensity sweetener.

Memilih yang terbaik

Belakangan ini, pemanis buatan makin mudah ditemui di pasaran. Pilihannya juga cukup banyak. Mana yang terbaik?

Pemanis rendah kalori yang baik adalah pemanis yang mampu memberikan rasa manis setara atau lebih kuat dibandingkan dengan sukrosa namun tidak meninggalkan rasa aneh setelah dikonsumsi.

Pemanis yang banyak disukai konsumen adalah pemanis yang bentuk dan rasanya menyerupai gula. Pemanis yang ideal adalah yang tidak berwarna, tidak berbau, mudah larut, stabil, fungsional, ekonomis, dan tidak merusak gigi. Selain itu, pemanis semestinya juga tidak menyebabkan masalah kesehatan di kemudian hari.

Gula rendah kalori dapat digunakan siapa saja yang ingin menjaga kesehatan dan berat badan yang ideal. Meski ia tidak memberikan nilai kalori kepada diet, ia dapat membantu individu dalam pengurusan pengambilan kalori.

Agar terhindar dari masalah kesehatan, Anda mesti mencermati batas jumlah gula rendah kalori yang dapat dikonsumsi tanpa menimbulkan risiko yang dikeluarkan Organisasi Pangan Dunia (WHO). Untuk sakarin, batas tersebut adalah 5 mg per berat badan dan siklamat batasnya 11 mg per kg berat badan.

Amankah pemanis buatan ini bagi kesehatan? Beberapa waktu silam memang sempat beredar kabar buruk tentang dampak pemanis buatan terhadap kesehatan. Dikatakan bahan pemanis buatan dapat menyebabkan kanker. Namun, hasil riset berbicara lain.

Kendati demikian, Anda tetap diminta untuk berhati-hati menggunakannya. Sebab, dalam jangka panjang pemakaian dosis tinggi pemanis buatan dapat mengakibatkan timbulnya gejala-gejala kanker. Gejala tersebut akan muncul sekitar 20-30 tahun kemudian.

Bagaimana dengan anak-anak? Sebaiknya, anak-anak tidak perlu mengonsumsi pemanis buatan ini. Pasalnya, selain tidak mengandung kalori, gula rendah kalori juga tidak bernilai gizi. rei/berbagai sumber.