mempelajari migrasi radionuklida terhadap web viewmemperkenalkan teknik penentuan migrasi...
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES KIMIA
MEMPELAJARI MIGRASI RADIONUKLIDA TERHADAPBAHAN MATERIAL DASAR PENYUSUN KERAMIK
Disusun oleh :
Nama : Dewi Ramandhanni K
NIM : 010800214
Kelompok : V
Teman Kerja : Sri Nuryani
Taufik Juliade H
Asisten : Sukosrono, A.Md
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIRYOGYAKARTA
2011
MEMPELAJARI MIGRASI RADIONUKLIDA TERHADAP
BAHAN MATERIAL DASAR PENYUSUN KERAMIK
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memperkenalkan teknik penentuan migrasi radionuklida U pada bahan
material dasar penyusun keramik untuk pengolahan sludge limbah radioaktif.
2. Menentukan koefisien distribusi (Kd), faktor dekontaminasi (FD), dan
kapasitas serap (Ks) bahan material dasar penyusun keramik bentonit
terhadap limbah uranium cair fasa air.
II. DASAR TEORI
Limbah radioaktif adalah zat radioaktif yang tidak terpakai atau bahan
bekas serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif
karena operasi nuklir yang tidak direncanakan dan tidak dapat untuk
dipergunakan lagi. Limbah radioaktif akan sangat berbahaya bagi
keselamatan/kesehatan manusia dan lingkungan baik masa sekarang atau masa
yang akan datang bila tidak dikelola dengan baik.
Pengelolaan limbah radioaktif terdiri dari beberapa tahap yaitu
pengolahan awal, pengolahan, immobilisasi dan penyimpanan. Pengolahan awal
meliputi: perlakuan administrasi, pengumpulan/pengangkutan, sortir,
pengelompokan, reduksi ukuran (untuk limbah padat), pewadahan, pemantauan,
dan pengolahan awal lainnya. Pengolahan limbah radioaktif dilakukan sesuai
dengan jenis limbahnya, untuk limbah gas diolah ditempat proses dengan sistem
ventilasi sedang untuk limbah cair dengan cara pengolahan kimia, evaporasi,
penukar ion dan immobilisasi, untuk limbah padat dengan system kompaksi,
insenerasi/pembakaran, distruksi kimia, metal melting proses, dekontaminasi,
microwave melting proses, immobilisasi, dll.
Immobilisasi atau kondisioning merupakan upaya untuk mengungkung
radionuklida dalam limbah supaya tidak mudah terlepas sehingga mencemari
lingkungan pada saat pengangkutan maupun penyimpanan atau pembuangan
akhir. Keramikisasi merupakan salah satu proses immobilisasi. Keramik
merupakan bahan yang cukup prospek untuk penggunaan disegala bidang,
mempunyai unjuk kerja tinggi, rancang bangun yang luwes, indah dan kuat.
Dibandingkan dengan semen, keramik mempunyai keunggulan- keunggulan
sebagai berikut:
Lebih tahan variasi suhu karena porositas lebih terkendali lebih baik.
Lebih tahan bahan kimia (klorida, sulfat).
Bahan keramiknya dapat dipilih yang sesuai.
Lebih tahan keausan mekanis karena lebih keras dan tahan aus.
Lebih tegar, elastis, daya kompresi dan tensile lebih baik.
Stabilitas dimensi lebih besar, tidak mudah retak.
Pembuatan keramik, baik untuk keramik tradisional ataupun keramik
canggih dilakukan dengan proses kalsinasi pada suhu tinggi. Hal ini akan
melibatkan tahap sintering, yaitu suatu cara memadat-kompakkan bubuk oksida,
karbida ataupun nitrida halus dengan sintesis berbahan baku lempung, kaolin
dan feldspar.
Menurut definisi bahan keramik harus mengalami pembakaran paling
sedikit satu kali, yaitu untuk mengubah secara “irreversible” bahan keramik
yang telah dibentuk (dalam keadaan mentah) menjadi produk yang keras, tahan
terhadap air dan kimia. Untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya
pelucutan radionuklida akibat kerusakan kemasan limbah dalam penyimpanan
sementara atau pembuangan akhir perlu diberikan bahan penahan atau bahan isi
(back fill material) di antara kemasan limbah. Sebelum proses keramikisasi
bahan dasar penyusun keramik merupakan bahan pengemban limbah radioaktif.
Dalam mengetahui keefektifan bahan dasar penyusun keramik sebagai bahan
pengemban limbah radioaktif perlu adanya optimalisasi kegunaan setiap bahan
dasar penyusun keramik diantaranya adalah kaolin, felspar, clay, dll.
Mengingat fungsi dari bahan dasar penyusun keramik merupakan bahan
pengemban radioaktif di dalam perlu diketahui permeabilitas, porositas,
koefisien distribusi, kecepatan alir, kecepatan migrasi, kecepatan serap dan
faktor dekontaminasi bahan isi tersebut.
Koefisien permeabilitas adalah kapasitas tanah untuk dilalui air. Nilai
permeabilitas tanah dipengaruhi tingkat kebasahan, tekstur, struktur, bentuk, dan
susunan pori tanah. Untuk nilai koefisien permeabilitas yang besar maka nilai
pelepasan spesifiknya juga besar, sedang untuk tanah liat mempunyai nilai
sangat kecil.
III. ALAT DAN BAHAN
A. Bahan yang digunakan:
1. Limbah radioaktif Uranium
2. Mineral dasar penyusun keramik (bentonit)
3. Pengomplek arsenazo
4. Aquades
B. Alat yang digunakan:
1. Neraca analitik
2. Kolorimeter
3. Kaca arloji
4. Gelas ukur
5. Pipet ukur
6. Pipet gondok
7. Bulbpet
8. Mikro pipet
9. Labu ukur
10. Gelas beker
11. Tabung reaksi
12. Buret
13. Pompa dosis
14. Stop watch
IV. CARA KERJA
a. Menentukan kurva standar
1. Dibuat larutan standar dengan konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80
ppm, dan 100 ppm dari limbah yang memiliki konsentrasi 100 ppm.
2. Masing-masing larutan diberi 3 tetes pengompleks arsenazo.
3. Larutan standar tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang
gelombang optimum (680 nm).
4. Data yang didapatkan dicatat sebagai data panjang gelombang standar.
b. Analisa migrasi radionuklida
1. Satu buah buret dan pompa disiapkan.
2. Diameter kolom buret diukur.
3. Bentonit dimasukkan ke dalam buret sebanyak 1,505 gr.
4. Larutan uranium 100 ppm dimasukkan lewat selang pompa sebanyak
23,55 ml atau dengan ketinggian 30 cm dalam buret. Volume atau
ketinggian tersebut dipertahankan.
5. Ketinggian bentonit dalam buret diukur.
6. Cairan yang menetes dari buret ditampung dengan gelas ukur sebanyak 5
ml dan dicatat waktu migrasinya, disaring dan diukur absorbansinya.
7. Langkah 6 diulangi hingga diperoleh lima kali pengulangan data.
V. DATA PERCOBAAN
Dari hasil pengamatan diperoleh data sebagai berikut:
a. Membuat kurva standar
Tabel 1.
No. Konsentrasi U (ppm) Absorbansi
1. 20 0,02
2. 40 0,025
3. 60 0,04
4. 80 0,05
5. 100 0,04
b. Data proses migrasi radionuklida
Volume limbah : 23,55 ml
Tinggi limbah : 30 cm
Diameter kolom : 1 cm
Jenis mineral : bentonit
Tinggi/berat mineral : 2,5 cm/1,505 gr
Waktu limbah ke batas bawah : 2 menit 14 detik
No. Vol.efluen (ml) Waktu (menit) Absorbansi
1. 5 3 menit 31 detik 0,1
2. 5 3 menit 57 detik 0,05
3. 5 3 menit 59 detik 0,02
4. 5 4 menit 12 detik 0,01
5. 5 4 menit 17 detik 0,01
VI. PERHITUNGAN
1. Membuat dan menentukan pesamaan kurva standart:
Data yang didapatkan:
No. Konsentrasi U (ppm) Absorbansi
1. 0 0
2. 20 0,02
3. 40 0,025
4. 60 0,04
5. 80 0,05
6. 100 0,04
Dari data di atas, maka dapat dibuat kurva dan persamaannya sebagai berikut:
0 20 40 60 80 100 1200
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
f(x) = 0.000435714285714286 x + 0.00738095238095243R² = 0.819904517076753
Grafik Hubungan Konsentrasi dengan Absorbansi
Konsentrasi (ppm)
Abs
orba
nsi
Dari grafik tersebut didapatkan bahwa persamaan grafiknya adalah:
y = 0,0004x + 0,0074
Dengan : y = absorbansi
x = konsentrasi (ppm)
Dengan menggunakan persamaan kurva standart di atas, maka konsentrasi U pada
perlakuan pengambilan 5 ml effluen yang pertama adalah:
Konsentrasi U setelah ada perlakuan (At):
y = 0,0004x + 0,0074
0,1 = 0,0004x + 0,0074
0,1 - 0,0074 = 0,0004x
0,0926 = 0,0004x
x = 231,5 ppm
Dengan menggunakan perhitungan yang sama, maka konsentrasi U untuk
pengambilan 5 ml effluen berikutnya diperoleh:
Volume effluen
(ml)Waktu Absorbansi
Konsentrasi
effluen (ppm)
(At)
5 3 menit 31 detik 0,1 231,55 3 menit 57 detik 0,05 106,5
5 3 menit 59 detik 0,02 31,55 4 menit 12 detik 0,01 6,55 4 menit 17 detik 0,01 6,5
2. Menentukan Koefisien Distribusi (Kd)
Untuk pengambilan 5 ml effluen yang pertama:
Berat mineral = 1,505 gr
Volume limbah =
14 πd2t
=
14 π(1 cm)2·30 cm
= 23,55 ml
Konsentrasi awal U (A0) = 100 ppm
Konsentrasi U setelah ada perlakuan (At) = 231,5 ppm
Kd =
Ao − AtAt x
Vg
Kd =
(100 ppm − 231,5 ppm)231,5 ppm x
23 , 551 ,505 (cm3/gr)
Kd = -8,89 cm3/gr
Dengan cara perhitungan yang sama, maka untuk pengambilan 5 ml effluen
berikutnya diperoleh:
Tabel.
No.Vol. Effluen
(ml)Konsentrasi (ppm) Kd (cm3/gr)
1. 5 231,5 -8,892. 5 106,5 -0,963. 5 31,5 34,034. 5 6,5 225,1
5. 5 6,5 225,1
3.Menentukan Kecepatan Perembesan (V)
L = 2,5 cm
TLi = 2 menit 14 detik = 134 detik
V = L
T Li
= 2,5 cm
134 detik = 0,0186cm / detik
4.Menentukan Kecepatan Lolos (Vi)
Vi = VLt
VT Lt
Data 1 :
Vi = 23,55 ml211detik = 0,1116 cm3/ detik
Dengan cara sama diperoleh:
No. L (ml) TLi (detik) Vi (cm3/detik)
1. 23,55 211 0,11162. 23,55 237 0,09943. 23,55 239 0,09854. 23,55 252 0,09355. 23,55 257 0,0916
5.Menentukan Koefisien Permeabilitas dan Porositas
A = 2πr2 + πDL
= 2.3,14( 1/2 cm)2 + (3,14.(1 cm.2,5 cm)
= 9,42 cm2
Data 1 :
K = Q . LA . H =
0,1116 cm3
detik.2,5cm
9,42cm2 .30 cm = 0,000987 cm/ detik
f = K . HV . L =
0,000987 cmdet
.30 cm
0,0186 cmdet
.2,5 cm = 0,637008
Dengan cara yang sama seperti perhitungan data 1, maka untuk data berikutnya
diperoleh hasil :
No. Q (cm3/detik) K (cm/det) f
1. 0,1116 0,000987 0,6370082. 0,0994 0,000879 0,5671253. 0,0985 0,000872 0,5623794. 0,0935 0,000827 0,5333675. 0,0916 0,000811 0,522991
6.Menetukan Kecepatan Migrasi Rata- Rata
Tr = ∑ ti .Ci
∑Ci
= 211.231,5+237.106,5+239.31,5+252.6,5+257.6,5
231,5+106,5+31,5+6,5+6,5
= 222,0235 detik = 3,7 menit
Vr = LTr =
2,5cm3,7 menit = 0,676 cm/menit
7.Menghitung Faktor Retardasi (R)
Vm = kec aliran rerata
Vm = ∑ L/TLtn
= 2,5 cm
211detik+ 2,5 cm
237 detik+ 2,5 cm
239 detik+ 2,5 cm
252 detik+ 2,5 cm
257 detik5
= 0,010501 cm/ detik
= 0,63 cm/menit
R = VmVr =
0,63 cm /menit0,676 cm /menit = 0,932
8.Menentukan Harga Faktor Dekontaminasi (FD)
Untuk pengambilan effluen yang pertama:
A0 = 100 ppm
At = 231,5 ppm
FD =
AoAt
FD =
100 ppm231,5 ppm
FD = 0,43
Untuk pengambilan effluen yang lainnya diperoleh:
Pengambilan
effluen (ml)Waktu (menit)
Konsentrasi
effluen(ppm)
(At)
Faktor
dekontaminasi
(FD)
5 3 menit 31 detik 231,5 0,435 3 menit 57 detik 106,5 0,945 3 menit 59 detik 31,5 3,175 4 menit 12 detik 6,5 15,45 4 menit 17 detik 6,5 15,4
9.Menentukan Harga Kapasitas Serap (KS)
Untuk pengambilan 5 ml effluen yang pertama:
Konsentrasi awal (Ca) = 100 ppm
Konsentrasi setelah perlakuan = 231,5 ppm
Ks =
(Ca − Ct )g
Ks =
(100 ppm − 231,5 ppm)1 ,505 gr
Ks = -87,38 ppm/gr
Untuk pengambilan effluen yang lainnya adalah:
Pengambilan
effluen (ml)
Konsentrasi setelah
perlakuan(ppm) (Ct)
Kapasitas serap
(Ks) (ppm/gr)
5 231,5 -87,38
5 106,5 -4,32
5 31,5 45,52
5 6,5 62,13
5 6,5 62,13
VII. PEMBAHASAN
Immobilisasi atau kondisioning merupakan salah satu bentuk pengolahan
limbah radioaktif untuk limbah cair maupun padat serta merupakan salah satu
upaya untuk mengungkung radionuklida dalam limbah supaya tidak mudah
terlepas sehingga mencemari lingkungan pada saat pengangkutan maupun
penyimpanan atau pembuangan akhir.
Percobaan ini bertujuan untuk memperkenalkan teknik penentuan
migrasi radionuklida U pada bahan material dasar penyusun keramik untuk
pengolahan sludge limbah radioaktif serta menentukan koefisien distribusi (Kd),
faktor dekontaminasi (FD), dan kapasitas serap (Ks) bahan material dasar
penyusun keramik bentonit terhadap limbah uranium cair fasa air.
Percobaan ini tentunya memiliki maksud utama untuk memperkenalkan
salah satu proses pengolahan limbah radioaktif cair proses immobilisasi secara
keramikisasi. Untuk mendapatkan bahan keramik yang bagus, maka perlu
diadakannya suatu percobaan awal untuk menentukan migrasi radionuklida
suatu limbah radioaktif tertentu. Sehingga dilakukanlah percobaan ”Migrasi
Radionuklida Terhadap Material Dasar Penyusun Keramik”.
Material dasar penyusun keramik yang digunakan dalam percobaan ini
adalah bentonit, dimana bentonit merupakan batuan yang komposisi utamanya
adalah mineral montmorilonit dan beidelit yang terbentuk dari dekomposisi abu
vulkanik dan mempunyai kemampuan besar menyerap air. Kemampuannnya
dalam menyerap limbah radioaktif cair dikenal dengan sorpsi, dimana terjadi
interaksi dengan limbah cair yang mengandung radionuklida sehingga
menyebabkan adanya serapan air oleh butiran bentonit yang membuat terjadinya
penggembungan (swelling) pada bentonit. Peristiwa swelling bentonit dapat
menyebabkan jarak antar butir dari bentonit menjadi lebih dekat dan
mempersempit ruang inter partikel bentonit. Proses alami ini menyebabkan
menurunnya sifat kelulusan limbah cair/partikel radionuklida karena densitas
atau jarak butiran bentonit yang semakin rapat sehingga limbah cair yang
mengandung radionuklida tersebut terjebak diantara butiran-butiran bentonit.
Sehingga dapat dikatakan bahwa teknik penentuan migrasi radionuklida pada
pengolahan sludge limbah radioaktif dalam percobaan merupakan teknik
absorpsi.
Selain daripada itu, yang dilakukan dalam percobaan ini mula-mula
adalah membuat kurva standar konsentrasi vs absorbansi dari larutan standar
dengan konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, dan 100 ppm.
Pengukuran absorbansi dilkakukan pada panjang gelombang maksimum 680
nm. Grafik yang diperoleh memberikan persamaan yang tidak linier (R² =
0,8199), dimana R² tidak sama dengan atau mendekati 1. Hal ini terletak pada
kesalahan kolorimeternya. Alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi
tidak akurat dan bukan system digital sehingga sulit dalam membaca absorbansi
dan terkadang mengalami error dikarenakan usia alat yang sudah cukup tua.
Seharusnya konsentrasi berbanding lurus dengan absorbansi, dimana semakin
tinggi konsentrasi maka absorbansinya semakin besar. Dari grafik ini diperoleh
persamaan y = 0,0004x + 0,0074. Persamaan ini digunakan untuk menentukan
konsentrasi limbah radioaktif yang telah melewati bentonit, dimana dilakukan
sebanyak lima kali pengukuran absorbansi limbah radioaktif yang melewati
bentonit pada volume tetap 5 ml yang kemudian ditentukan konsentrasinya.
Data konsentrasi yang diperoleh setelah melewati bentonit digunakan untuk
menghitung koefisien distribusi (Kd). Koefisien distribusi adalah besaran yang
menunjukkan tingkat pemerataan (tersebarnya) aktivitas suatu limbah radioaktif
dalam medianya tiap satuan berat bahan penyerapnya atau proses penghambatan
migrasi radionuklida secara sorpsi. Pada percobaan ini didapatkan bahwa nilai
koefisien distribusi dalam tiap 1,505 gram bentonit semakin tinggi. Semakin
besarnya nilai koefisien distribusi (Kd) ini menunjukkan bahwa semakin besar
radionuklida terserap dan menyebar di padatan sehingga semakin minim
radionuklida tersisa di larutan. Hal ini disebabkan oleh radionuklida yang
tertahan dan terhambat di bentonit. Berdasarkan hasil percobaan dan
perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa semakin lama proses
kontak radionuklida dalam limbah cair terhadap medium bentonit, maka
kecenderungan nilai koefisien distribusinya semakin turun karena banyak
radionuklida yang terjebak dalam bentonit sehingga konsentrasi radionuklidanya
semakin rendah. Lamanya waktu kontak terhadap besarnya koefisien distribusi
dapat ditunjukkan melalui grafik berikut.
200 210 220 230 240 250 260-50
0
50
100
150
200
250
Grafik Hubungan Antara Waktu VS Koefisien Distribusi
Waktu (detik)
Koefi
sien
Dist
ribus
i (Kd
)
Grafik yang diperoleh tidak bersifat linier dikarenakan sifat dari bentonit itu
sendiri yang memiliki komposisi tidak stabil. Informasi mengenai nilai Kd yang
diperoleh ini, dapat digunakan sebagai acuan mengenai seberapa besarkah
potensi release radionuklida ke lingkungan. Untuk hasil perhitungan Kd yang
benilai negative diabaikan saja karena errornya alat yang digunakan untuk
menentukan absorbansi sehingga berdampak pada validitas penentuan
konsentrasi setelah perlakuan dan koefisien distribusinya.
Setelah Kd ditentukan, selanjutnya ditentukan kecepatan perembesan.
Kecepatan perembesan ini menunjukkan panjang bentonit yang dapat dilampaui
dalam waktu tertentu. Berdasarkan percobaan ini diperoleh kecepatan
perembesan sebesar 0,0186cm/detik. Ini artinya bahwa, dalam tiap detik dapat dicapai
perembesan sepanjang 0,0186 cm dari bentonit sepanjang 2,5 cm.
Kecepatan lolos dihitung dengan maksud untuk mengetahui seberapa banyak
volume limbah yang dapat melewati bentonit tiap detik. Pada percoban ini
didapatkan nilai kecepatan lolos dari limbah simulasi yang semakin lama
semakin kecil. Hal ini dikarenakan semakin banyak pori serbuk bentonit yang
dipenuhi oleh radioelement dari limbah simulasi tersebut sehingga semakin lama
waktu yang diperlukan agar limbah simulasi dapat lolos melewati pori-pori
bentonit.
Pada penentuan koefisien permeabilitas dan porositas, diperoleh hasil
bahwa semakin lama waktu kontak antara limbah cair yang mengandung
radionuklida dengan bentonit, maka nilai koefisien permeabilitas dan
porositasnya semakin kecil.
200 210 220 230 240 250 2600
0.00020.00040.00060.0008
0.0010.0012
Grafik Hubungan Antara Waktu VS Koefisien Permeabilitas
Waktu (detik)
Koefi
sien
Perm
eabi
litas
(cm
/deti
k)
200 210 220 230 240 250 2600
0.10.20.30.40.50.60.7
Grafik Hubungan Antara Waktu VS Porositas
Waktu (detik)
Poro
sitas
Koefisien permeabilitas merupakan kapasitas bentonit untuk dilalui air
sedangkan porositas meripakan banyaknya pori yang dapat dilalui. Untuk nilai
permeabilitas yang kecil maka nilai pelepasan spesifiknya juga kecil, sehingga
kemungkinan radionuklida yang lolos semakin kecil sehingga ini berarti
menguatkan persepsi bahwa bahan yang digunakan sebagai medium
pengungkung limbah tersebut cukup baik. Nilai permeabilitas dapat dipengaruhi
berbagai macam factor salah satunya adalah susunan pori tanah, dimana semakin
lama waktu kontak bentonit dengan limbah cair maka akan terjadi proses
reposisi dari butiran bentonit yang ada dalam kolom, terutama pada saat air
memasuki kolom dan berinteraksi dengan bentonit. Selain menyebabkan adanya
reposisi, dapat pula menyebabkan adanya serapan air oleh butiran tanah yang
membuat terjadinya penggembungan (swelling) bentonit. Peristiwa swelling
dapat menyebabkan jarak antar butir dari serbuk bentonit menjadi lebih dekat
dan mempersempit ruang inter partikel bentonit sehingga porositasnya semakin
kecil, dengan demikian koefisien permeabilitasnyapun semakin kecil.
0.5 0.52 0.54 0.56 0.58 0.6 0.62 0.64 0.660
0.0002
0.0004
0.0006
0.0008
0.001
0.0012
Grafik Hubungan Antara Porositas VS Koefisien Permeabilitas
Porositas
Koefi
sien
Perm
eabi
litas
(cm
/deti
k)
Factor retardasi (R) merupakan perbandingan antara kecepatan aliran
rata-rata limbah melewati bahan isian yang dengan kecepatan migrasi rata-rata
limbah. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh R = 0,932.
Faktor dekontaminasi (FD) adalah nilai perbandingan antara aktivitas
awal limbah sebelum melewati kolom dengan aktivitas limbah setelah melewati
kolom sehingga menunjukkan tingkat kemudahan suatu kontaminan untuk
didekontaminasi. Berdasarkan percobaan, diperoleh harga FD yang semakin
besar dikerenakan semakin kecilnya konsentrasi setelah melewati bentonit akibat
semakin lamanya waktu kontak.
0 50 100 150 200 25002468
1012141618
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi VS Faktor Dekontaminasi
Konsentrasi (ppm)
Fakt
or D
ekon
tam
inas
i
Dengan semakin besarnya nilai FD tersebut, dapat dikatakan bahwa kerja
atau kemampuan bentonit dalam mengisolasi radionuklida cukup baik sehingga
bentonit dapat digunakan sebagai material dasar penyusun keramik. Karena
semakin besarnya FD, kemungkinan terlepasnya radionuklida ke lingkungan
semakin kecil dan otomatis hal ini dapat meningkatkan tingkat keselamatan.
Kapasitas serap (Ks) adalah besaran yang menunjukkan banyaknya atau
jumlah limbah yang mampu diserap oleh bahan penyerap tiap satuan beratnya.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa semakin
lama proses migrasi limbah maka semakin besar Ks-nya. Hal ini dikarenakan
semakin lama proses migrasi limbah simulasi, semakin banyak ion-ion atau
partikel uranium yang terserap atau terikat dalam bentonit sehingga didapatkan
konsentrasi yang lebih kecil setiap tahap pengambilan efluen dan mencapai
konsentrasi yang tetap sampai batas kejenuhan bentonit. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa semakin kecil konsentrasi yang diperoleh setelah
perlakuan, menunjukkan bahwa kapasitas serap dari bentonit semakin besar. Hal
ini dapat ditunjukkan melalui grafik linier hubungan kapasitas serap terhadap
konsentrasi setelah perlakuan berikut.
0 50 100 150 200 250
-100-80-60-40-20
020406080
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi (Ct) VS Kapasitas Serap (KS)
Konsentrasi (ppm)
Kapa
sitas
Ser
ap (p
pm/g
ram
)
VIII. KESIMPULAN
1. Teknik migrasi radionuklida pada pengolahan sludge limbah radioaktif
dapat dilakukan dengan absorpsi oleh bahan pengemban bentonit.
2. Bahwa semakin lama proses migrasi, maka nilai koefisien distribusi (Kd),
faktor dekontaminasi (FD), dan kapasitas serap (Ks) bahan material dasar
penyusun keramik bentonit terhadap limbah uranium cair fasa air semakin
besar.
3. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan nilai koefisien
distribusi (Kd), faktor dekontaminasi (FD), dan kapasitas serap bahan
material dasar penyusun keramik kaolin terhadap limbah uranium cair fasa
air sebagai berikut:
No. Vol.efluen
(ml)
Absorbansi Konsentras
i
Kd FD Ks
ppm
1. 5 0,1 231,5 -8,89 0,43 -87,382. 5 0,05 106,5 -0,96 0,94 -4,323. 5 0,02 31,5 34,03 3,17 45,524. 5 0,01 6,5 225,1 15,4 62,135. 5 0,01 6,5 225,1 15,4 62,13
IX. DAFTAR PUSTAKA
Putra,Sugili,dkk. 2006. Petunjuk Pratikum Proses Kimia. Yogyakarta: STTN-
BATAN.
Sardjono. 2003. Diktat Pengolahan Limbah Radioaktif. Yogyakarta: STTN-
BATAN.
Sukosrono,dkk.2006.MEMPELAJARI SIFAT SERAP MINERAL FELSPAR
TERHADAP LIMBAH URANIUM CAIR FASA AIR.pdf
http://www.batan.go.id/ensiklopedi/index.html
http://www.tekmira.esdm.go.id/data/ulasan.asp
Yogyakarta, 6 Mei 2011
Asisten Praktikan
Sukosrono,A.Md Dewi Ramandhanni Kusumawati