menciptakan hub baik guru & siswa @rahman
DESCRIPTION
Guru harus bisa memahami siswanya bukan siswa yang memahami gurunyaTRANSCRIPT
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang
dewasa, sebagai pengajar dan pendidik serta sebagai pegawai. Yang paling utama
adalah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru.
Proses pendidikan banyak terjadi dalam interaksi sosial antara guru dan
murid. Sifat interaksi ini banyak bergantung pada tindakan guru yang ditentukan
oleh antara lain oleh tipe peranan guru. Bagaimana reaksi murid terhadap peranan
guru dapat diketahui dari ucapan murid tentang guru itu.
Seseorang dikatakan sebagai guru tidak hanya cukup tahu sesuatu materi
yang akan diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seseorang yang
memang memiliki kepribadian guru, dengan segala ciri tingkat kedewasaannya.
Dengan kata lain, bahwa untuk menjadi seorang pendidik ia harus berkepribadian.
Masalah yang terpenting adalah mengapa seorang guru itu dikatakan seorang
pendidik? Guru memang seorang pendidik, sebab dalam pekerjaannya ia tidak
hanya mengajar seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga melatih
beberapa keterampilan dan terutama sikap mental anak didik. Mendidik sikap
mental seseorang tidak cukup hanya mengajarkan sesuatu pengetahuan, tetapi
bagaimana pengetahuan dididikkan, dengan guru sebagai idolanya.
2
Bila seorang mengajar, ini berarti ia telah mengemban tugas moral, yaitu
tugas moral sebagai orang yang dianggap dapat menurunkan apa yang ia miliki
untuk memberikan pengetahuannya. Tugas moral ia tidak akan mengkhianati ilmu
pengetahuannya, untuk menjadikan anak seorang manusia yang berguna. Inilah
citra keguruan. Yang ideal adalah, di samping guru mengajarkan ilmu
pengetahuan, juga sebagai pengganti orang tua di sekolah, menyalami jiwa murid-
muridnya.
Sebagai lanjutan atau penyempurnaan peranan guru sebagai pendidik,
maka harus berperan juga sebagai pembimbing. Membimbing dalam hal ini dapat
dikatakan sebagai kegiatan atau menuntun anak didik dalam perkembangannya
dengan jalan memberikan lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan
pendidikan.1 Di samping fungsi-fungsi guru itu, yang juga penting adalah
bagaimana hubungan guru dengan murid. Oleh karena itu harus diperhatikan
bagaimana guru melihat dirinya sendiri, apakah ia memandang dirinya sebagai
pemimpin yang paling berkuasa, atau sebagai orang tua, sebagai teman yang lebih
tua yang membantu murid kalau diperlukan. Pandangan ini akan ikut menentukan
corak hubungan yang terjadi antara guru dengan murid.2 Menurut Sardiman
Pendidikan adalah usaha pendidik memimpin anak didik dalam arti khusus
1 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar, Raja Wali Perss, Jakarta,
1992,hal. 138. 2 Singgih D. G, & Yulia Singgih D.G, Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja,PT.BPK Gunung Mulia, 1995, hal. 113.
3
misalnya memberikana dorongan atau motivasi dan mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dihadapi anak didik.3
Sehubungan dengan perannya sebagai pengajar, pendidik dan
pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan
guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan
dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru,
maupun dengan staf lainnya.Sardiman mengemukakan pendapat Havighurst
tentang peranan guru yaitu :
“Perana guru di sekolah adalah sebagai pegawai dalam hubungan kedinasan,
sebagai bawahan terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan
anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua”.4
Sedangkan menurut Nana Sudjana, peranan guru dalam pengajaran adalah
:
“1. Pemimpin belajar, artinya merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengontrol kegiatan siswa belajar.
2. Fasilitator belajar, artinya memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya.
3. Moderator belajar, artinya sebagai pengatur urusan kegiatan belajar siswa.
4. Motivator belajar, artinya pendorong agar siswa mau melakukan kegiatan belajar.
5. Evaluator belajar, artinya sebagai penilai yang objektif dan konfrehensif.5
3 Sardiman A.M, op. cit, hal .139. 4 Ibid,hal .141. 5 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru
Al Gensindo, 1996,hal. 32-35.
4 Interaksi antara manusia merupakan syarat mutlak bagi tercapainya
perkembangan jiwa yang sehat dan sempurna. Pertentangan antara manusia
seringkali disebabkan karena kurangnya komunikasi, yaitu timbulnya kurang
pengertian atau hubungan yang tidak baik atau bahkan salah paham. Hal ini
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam hubungan antara manusia.
Demikian pula, komunikasi merupakan hal yang penting dalam hubungan antara
guru dan murid. Bagaimana komunikasi atau interaksi itu berlangsung? Untuk
menciptakan interaksi belajar mengajar yang bergairah bagi anak didik tentu saja
tidak terlepas dari peranan metode dan alat motivasi yang dipilih sebagaii
penunjang pencapaian tujuan pengajaran. Menurut M.Uzer Usaman menjelaskan
proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasaar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi yang ediukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Hubungan timbal
balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya
proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa proses belajar mengajar
mempunya arti yang lebih luas. tidak sekedar hubungan guru dan siswa, tetapi
merupakan interaksi edukatif.6
Harus disadari pula mengajar dan belajar mempunyai fungsi yang berbeda,
proses yang tidak sama dan terpisah. Perbedaan antara belajar dengan mengajar
bukan hanya disebabkan mengajar dilakukan oleh seorang guru sedangkan proses
belajar berlangsung di dalamnya. “Bila proses belajar mengajar secara efektif, itu
berarti telah terbina suatu hubungan yang unik antara guru dengan murid, proses
5
itu sendiri adalah mata rantai yang menghubungankan antara guru dengan
murid.”7 Dalam buku Sosiologi Pendidikan oleh S. Nasution ,menjelaskan :
“Peranan guru dalam hubungannya dengan murid bermacam-macam menurut situasi interaksi sosial yang dihadapinya, yakni situasi formal dalam proses belajar mengajar dalam kelas dan dalam situasi informal. Dalam situasi formal, yakni dalam usaha guru mendidik dan mengajar anak dalam kelas guru harus sanggup menunjukkan kewibawaan atau ototritasnya, artinya ia harus mampu mengendalikan, mengatur, dan mengontrol kelakuan anak. Kalau perlu ia dapat menggunakan kekuasaanya untuk memaksa anak belajar, melakukan tugasnya atau memetuhi peraturan. Dengan kewibawaan ia menegakkan disiplin demi kelancaran dan ketertiban proses belajar mengajar.”8
Dari apa yang dijelaskan di atas, jelas bahwa pelaksanaan peranan guru
dalam penciptaan hubungan yang baik dengan anak didik dalam proses belajar
mengajar dapat dilakukan dengan mengendalikan, mengatur dan mengontrol
kelakuan siswa di dalam proses belajar mengajar berlangsung, agar para siswa
dapat belajar dengan tenang. Dan setiap kelakuan yang dapat menyinggung serta
membuat siswa takut harus dihindari.
Menciptakan hubungan baik antara guru dengan murid merupakan faktor
terpenting keberhasilan guru dalam mengajar. Kualitas hubungan guru dengan
murid sangat memegang peranan penting dalam menjalankan peranannya sebagai
pengajar dan pendidik. Hal ini sesuai dengan pendapat Thomas G :
“Kualitas hubungan guru-murid adalah penting bila guru ingin efektif dalam
mengajar apapun, mata pelajaran apapun, isi bidang studi apapun, keterampilan
apapun, nilai atau norma apapun, semuanya dapat dibuat menarik dan
6 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja RK, Bandung, 1990, hal. 1 7 Thomas G, Guru Yang Efektif, CV Rajawali, Jakarta, hal. 3.
6
mengasyikkan anak-anak apabila diberikan oleh guru yang telah mempelajari
bagaimana menciptakan hubungan saling menghargai antara guru dan murid”.9
Sedangkan menurut Sardiman A.M. bahwa :
“Hubungan guru dengan siswa di dalam proses belajar mengajar merupakan
faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang
diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang dipergunakan, namun jika
hubungan guru-siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat
menciptakan suatu kekeliruan yang tidak diinginkan”.10
Dari apa yang dikemukakan di atas, jelaslah bahwa kalau ingin berhasil
dalam mengajar, ingin apa yang disampaikan guru didengar dan diterima oleh
siswanya dengan baik, maka guru harus berusaha semaksimal mungkin untuk
menciptakan hubungan baik dan harmonis dengan para siswanya. Untuk itu guru
perlu mengadakan komunikasi dan hubungan baik dengan anak didik. Hal ini
terutama agar guru mendapatkan informasi secara lengkap mengenai anak didik.
Dengan mengetahui keadaan dan kriteria anak didik ini, maka akan sangat
membantu bagi guru dan siswa dalam upaya menciptakan proses belajar mengajar
yang optimal. Menurut Sardiman,Untuk hal di atas, ada hal-hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
“1. Segala bentuk kekakuan dan ketakutan harus dihilangkan dari perasaan anak didik, tetapi sebaliknya harus dirangsang sedemikioan rupa, sehingga sifat terbuka, berani mengemukakan pendapat dan segala masalah yang dihadapinya.
8 S.Nasution, Sosiologi Pendidikan, Bumi Aksara, 1995,hal. 92. 9 Thomas G, op .cit,hal. 5. 10 Sardiman A.M. op. cit,hal. 144.
7
2. Semua tindakan guru terhadap anak didik harus selalu mengandung unsur kasih sayang, ibarat orang tua dengan anaknya, guru harus bersifat sabar, ramah, terbuka.
3. Diusahakan guru dan anak didik dalam suatu kebersamaan orientasi agar tidak menimbulkan suasana konflik.11
Dan yang harus diingat oleh guru adalah dalam mengadakan komunikasi,
hubungan yang harmonis dengan anak didik itu tidak boleh disalah gunakan.
Dengan sifat ramah, kasih sayang dan saling keterbukaan yang kemudian dapat
memperoleh informasi mengenai diri anak didik secara lengkap ini semata-mata
demi kepentingan belajar anak didik, tidak boleh untuk kepentingan guru, apalagi
untuk maksud-maksud pribadi guru itu sendiri. Suharsimi A, juga mengemukakan
pendapat Thomas G :
“Sebagai guru yang manusia biasa mereka menginginkan dekat dengan siswanya, ingin berhasil, yang juga manusia pernah frustasi, pernah merasa kalah dengan siswanya sehingga lebih berhati-hati dalam bertindak, dan sebagainya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa model hubungan yang baik antara guru dengan siswa adalah apabila guru dan siswa sama-sama pernah merasa menang dan merasa kalah.12 Dari apa yang dikemukanan di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa
pelaksanaan peranan guru dalam penciptaan hubungan antara guru dan siswa yang
baik perlu dan memang sangat penting untuk dilaksanakan oleh guru. Hal itu akan
dapat menunjang terlaksana peranannya sebagai guru dengan sebaik-baiknya
terutama sebagai motivator, karena dorongan tidak akan berhasil diberikan
apabila hubungan guru dan siswanya tidak terjalin dengan baik.
MTsN Pekanbaru mempunyai guru 68 orang, di mana sebagian besar
gurunya itu tamatan dari sekolah atau perguruan tinggi keguruan, seperti
11 Sardiman, op. cit,hal. 150.
8
PGA\SPG, Serjana Muda dan Serjana Lengkap dari Fakultas Tarbiyah serta
FKIP. Di antara guru itu juga telah banyak mengikuti penataran-penataran sesuai
dengan bidangnya masing-masing, yang gunanya untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan hasil belajar siswa, di samping penataran tersebut, mereka juga
senantiasa mendapat bimbingan dari kepala sekolah. Berdasar studi pendahuluan
penulis, masih banyaknya kekeliruan- kekeliruan dalam melaksanakan
peranannya sebagai guru dalam penciptaan hubungannya dengan siswa dalam
proses belajar mengajar, hal ini dapat dilihat hubungan antara guru dan siswa
masih belum baik dalam proses belajar mengajar, seperti :
1. Sebagian guru hubungannya dengan siswa kurang harmonis.
2. Sebagian guru suka meremehkan siswa/ kurang menghargai siswa.
3 Sebagian guru .(para wali kelas) kurang mengenal siswa.
4. Sebagian guru kurang berkomunikasi dengan siswa di dalam kelas.
5. Sebagian guru pilih kasih terhadap siswa lainnya.
Dari latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
menelitinya dengan judul :
“Studi Tentang Pelaksanaan Peranan Guru Dalam Penciptaan
Hubungan Baik Antara Guru Dan Siswa Dalam Proses Belajar
Mengajar Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Pekanbaru.”
12 Suharsimi A,Managemen Pengajaran, Remaja RK, Bandung, 1990,hal.39
9
B. PENEGASAN ISTILAH
1. Usaha guru, yaitu serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan oleh
guru yang dilakukan dalam proses belajar mengajar serta berhubungan
dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa
yang menjadi tujuannya.
2. Penciptaan hubungan baik, yaitu kemampuan guru untuk menciptakan
hubungan yang dekat dan akrab serta harmonis
3. Usaha guru dalam penciptaan hubungan baik antara guru dan siswa
adalah suatu usaha yang dilakukan guru untuk menciptakan hubungan
yang dekat dan akrab serta harmonis dengan siswan dalam proses
belajar mengajar.
4. Proses belajar mengajar, yaitu suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.13
5. Pelaksanaan peranan guru dalam penciptaan hubungan baik antara guru
dan siswa dalam proses belajar mengajar adalah pelaksanaan
serangkaian tingkah laku guru yang saling berkaitan (belajar dan
mengajar) dalam menciptakan hubungan yang timbal balik yang dekat
dan harmonis yang berlangsung dalam situasi proses belajar mengajar
untuk mencapai tujuan pendidikan.
13 M.Uzer Usman, op. cit, hal .1
10 C. PERMASALAHAN
1. Pembeberan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dilihat
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan peranan guru dalam penciptaan hubungan
baik antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar di MTsN
Pekanbaru.?
2. Apakah guru telah melaksanakan semaksimal mungkin peranannya
sebagai guru dalam proses belajar mengajar di MTsN Pekanbaru?
3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terlaksananya peranan guru
dalam penciptaan hubungan baik antara guru dan siswa dalam proses
belajar mengajar di MTsN Pekanbaru?
4. Sejauhmanakah pelaksanaan peranan guru dalam penciptaan hubungan
baik antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar di MTsN
Pekanbaru?
2. Batasan Masalah
Untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka permasalahan di atas
dibatasi pada hal sebagai berikut :
“Pelaksanaan peranan guru dalam penciptaan hubungan baik antara
guru dan siswa dalam proses belajar mengajar pada bidang pendidikan
agama Islam (Quran-Hadits, Akidah-Akhlak, Fiqih, Sejarah
Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab) di MTsN pekanbaru”
3. Rumusan Masalah
11 “Bagaimanakah pelaksanaan peranan guru dalam penciptaan
hubungan baik antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar
pada bidang pendidikan agama Islam (Quran-Hadits, Akidah-Akhlak,
Fiqih, SKI, dan Bahasa Arab) di MTsN pekanbaru.”
D. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah peranan
guru dalam penciptaan hubungan baik antara guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar di MTsN Pekanbaru.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
a. Sebagai bahan informasi bagi IAIN SUSQA Pekanbaru.
b. Sebagai sumbangan penulis bagi dunia pendidikan.
c. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar serjana Pendidikan Agama
Islam.
E. KERANGKA TEORITIS DAN KONSEP OPERASIONAL
1. Kerangka Teoritis
Dalam interaksi belajar mengajar, seorang guru memegang peran yang
menentukan. Karena bagaimanapun keadaan sistem pendidikan di sekolah, alat
apapun yang digunakan dan bagaimanapun keadaan anak didik, maka pada
akhirnya tergantung pada guru di dalam memenfaatkan semua komponen yang
12 ada. Peranan guru yang utama adalah guru sebagai pendidik, pengajar,
pembimbing dan guru sebagai administrator.
Guru sebagai pendidik, dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk
membantu seseorang agar menjadi dewasa, baik dewasa jasmani maupun dewasa
rohani. Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang
dewasa, sebagai pengajar dan pendidik dan sebagai pegawai. Yang paling utama
adalah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru.
Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukkan kelakuan yang
layak bagi guru menurut harapan masyarakat. Apapun yang dituntut dari guru
dalam aspek etis, intelektual dan sosial yang lebih tinggi daripada yang dituntut
dari orang dewasa lainnya. Guru sebagai pendidik dan pembina generasi muda
harus menjadi tauladan, di dalam maupun di luar sekolah. Guru harus sadar akan
kedudukannya selama 24 jam sehari. Di mana dan kapan saja ia akan selalu
dipandang sebagai guru yang harus memperlihatkan kelakuan yang dapat ditiru
oleh masyarakat, khususnya oleh anak didik.
Dalam buku Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar oleh S. Nasution
,menjelaskan bahwa :
“Peranan guru dalam hubungannya dengan murid bermacam-macam menurut situasi interaksi sosial yang dihadapinya, yakni situasi formal dalam proses belajar mengajar dalam kelas dan dalam situasi informal. Dalam situasi formal, yakni dalam usaha guru mendidik dan mengajar anak dalam kelas guru harus sanggup menunjukkan kewibawaan atau ototritasnya, artinya ia harus mampu mengendalikan, mengatur, dan mengontrol kelakuan anak. Kalau perlu ia dapat menggunakan kekuasaanya untuk memaksa anak belajar, melakukan tugasnya atau
13
memetuhi peraturan. Dengan kewibawaan ia menegakkan disiplin demi kelancaran dan ketertiban proses belajar mengajar.”14
Dari apa yang dijelaskan di atas, jelas bahwa pelaksanaan peranan guru
dalam penciptaan hubungan yang baik dengan anak didik dalam proses belajar
mengajar dapat dilakukan dengan mengendalikan, mengatur dan mengontrol
kelakuan siswa di dalam proses belajar mengajar berlangsung, agar para siswa
dapat belajar dengan tenang. Dan setiap kelakuan yang dapat menyinggung serta
membuat siswa takut harus dihindari.
Menurut M. Uzer Usman bahwa :
“Satu prinsip pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah terjadinya hubungan akrab dan sehat antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa. Hal ini dapat terwujud apabila guru memiliki keterampilan berkomunikasi secara pribadi yang dapat diciptakan antara lain : - mewujudkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa baik
kelompok kecil maupun perorangan. - memberikan respon positif terhadap buah pikir siswa. - membangun hubungan yang saling mempercayai. - menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa. - menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan terbuka. - berusaha mengendalikan situasi sehingga siswamerasa aman, penuh
pemahaman, dan dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.”15
Pelaksanaan peranan guru dalam penciptaan hubungan guru-murid banyak
ragamnya tergantung pada guru, murid serta situasi yang dihadapi. Menurut
S.Nasution:
“Tiap guru mempunyai hubungan yang berbeda-beda menurut pribadi dan situasi yang dihadapi, misalnya guru yang otoriter yang menjaga jarak dengan muridnya dan guru yang ramah, yang dekat serta akrab dengan muridnya. Guru yang otoriter tak mengizinkan anak melewati batas atau
14 S. Nasution ,op cit,hal. 92
15 M. Uzer Usman, op. cit, hal. 98-99
14
jarak sosial tertentu. Guru itu tidak ingin murid menjadi akrab dengan dia. Juga dalam situasi rekreasi ia mempertahankan jarak itu. Guru tetap merasa berkuasa dan berhak untuk memberi perintah. Guru yang otoriter ini, yang mungkin dianggap kurang ramah tidak diajak oleh murid-murid dalam kegiatan santai yang gembira. Murid juga tidak akan mudah membicarakan soal-soal pribadi dengan dia.Jadi antara guru dan murid tidak terdapat hubungan yang akrab. Guru seperti ini disegani, ditakuti, mungkin juga kurang disukai atau justru dikagumi bila ia juga memiliki sifat-sifat yang baik. Sebaliknya guru yang ramah akan dekat dengan muridnya. Murid-murid suka memintanya untuk turut serta dalam kegiatan rekreasi dan membicarakan soal-soal pribadi, namun mungkin dianggap kurang berwibawa”.16
Dari pendapat di atas, bahwa pelaksanaan peranan yang dijalankan oleh
guru dalam hubungannya dengan murid-muridnya dalam proses belajar mengajar
ada dengan bersikap keras atau guru berkuasa sepenuhnya terhadap tingkah laku
siswa, siswa berbuat sesuai dengan perintah guru. Sikap seperti ini akan membuat
siswa merasa tertekan dan takut, akibatnya siswa pasif atau diam saja tidak mau
mengeluarkan pendapat atau pikirannya. Sedangkan sikap guru yang kedua ada
yang bersikap acuh tak acuh saja dengan siswanya, ia semata-mata mengajar, ia
tidak/ kurang mau berhubungan dengan siswanya apalagi dekat dengan siswanya,
hal ini tentu membuat siswa juga bersikap acuh tak acuh dengan gurunya . Kalau
hubungan seperti ini terus berlanjut, tentu bisa mengakibatkan proses belajar
mengajar tidak akan bisa berjalan dengan lancar dan hasilnya juga akan kurang
baik. Dan sikap guru yang ketiga adalah ia berusaha bagaimana hubungannya
dengan siswa bisa terjalin dengan akrab, harmonis dan baik, karena dengan
terciptanya hubungan yang akrab dengan siswa tentu guru lebih mudah lagi
16 Ibid, hal. 95-96
15 memasukkan pengetahuan-pengetahuan ke dalam diri siswa, dan siswa sendiri
pun senang menerima pelajaran dari gurunya. Tipe hubungan guru -murid yang
lain adalah :
“Adapula klasifiaksi yang lain tentang, peranan guru yakni dengan membedakan tipe guru yang dominatif dan yang integratif. Tipe guru yang dominatif mendominasi atau menguasai murid, menentukan dan mengatur kelakuan murid dan menginginkan konformitas dalam kelakuan mereka. Guru ini sering mencampuri apa yang dilakukan murid dan hal ini dapat menimbulkan konflik antara dia dengan murid. Sebaliknya guru yang integraif membolehkan anak untuk menentukan sendiri apakah ia suka melakukan apa yang disarankan oleh guru. Murid-murid diajak berunding dan merencanakan bersama apa yang dikerjakan atau dipelajari untuk mencapai tujuan yang ditentukan bersama. Guru tidak akan banyak mencampuri, mengatur atau menegur pekerjaan anak, akan tetapi membiarkannya bekerja menurut kemampuan dan cara masing-masing. Tiap anak dihargainya menurut pribadinya masing-masing. Dengan demikian terjadi integrasi atau keharmonisan guru dan anak tanpa menimbulkan pertentangan.”17 Pelaksanaan peranan guru dalam penciptakan hubungan yang baik dengan
murid menurut teori di atas adalah guru tidak mau menciptakan pertentangan atau
permusuhan apalagi kebencian pada siswa, karena hal itu bisa menimbulkan
konflik, kalau hal itu terjadi maka suasana kelas akan tegang dan siswa tidak
tenang dalam belajar dan bisa juga memicu keributan. Sikap selanjutnya guru
mengajak siswa untuk berunding atau bermusyawarah setiap mengambil tindakan
yang berhubungan dengan kepentingan murid, murid diajak bekerja sama, siswa
diberi kebebasan untuk melakukan aktivitas yang ada hubungannya dengan
pelajaran, tetapi selalu diawasi oleh guru. Siswa dihargai dan dihormati menurut
pribadinya dan kemampuannya, guru tidak mengejek apalagi memarahi siswa
yang memang tidak bisa melakukan tugas yang diberikan. Ini kewajiban utama
16
bagi guru. Walaupun kewajiban inilah yang paling sulit untuk dilaksanakan.
Menurut Michael Marland dalam bukunya Seni Mengelola Kelas, menyatakan
bahwa
“Untuk menciptakan hubungan yang baik dengan murid adalah Anda harus merencanakan tujuan jangka panjang, menciptakan bermacam-macam prosedur kelas yang teratur dan sistematis, yang memebri kesempatan bagi terciptanya hubungan baik. untuk menciptakan hubungan yang baik itu, yaitu : Untuk permulaannya, anda tidak boleh meremehkan. Jangan berpendapat bahwa andalah orang yang menyenangkan yang pertama kali mereka temui. Selain itu, anda juga tidak boleh beranggapan bahwa kemauan anda untuk mengadakan hubungan baik akan mendapatkan hasil yang sepadan. Anda harus bekerjaa keras, dengan penuh kesabaran dan keahlian. Anda harus merencanakan tujuan jangka pangjang, menciptakan bermacam-macam prosedur kelas yang teratur dan sistematis, yang memberi kesempatan bagi terciptanya hubugan baik tersebut. Berikan senyuman anda pada saat yang tepat. Senyuman itu akan memberikan manfaat besar secara psikologis. Namun sangat besar bahayanya jika anda banyak mengobral senyum, pada kelas yang baru anda masuki, hanya ingin mendapat kepopuleran.18 Dari apa yang dikemukakan di atas, menegaskan bahwa untuk
menciptakan hubungan baik dengan siswa guru jangan meremehkan siswa, suka
memberikan senyuman. Selanjutnya Michael mengatakan :
“Kedisiplinan menciptakan suasana damai, yang sangat perlu untuk tumbuhnya hubungan yang positif. Hal kedua, yaitu menciptakan hubungan baik dengan menempatkan diri kita sebagai guru. Pengajaran yang kita berikan janganlah hanya sebagai obyek, tetapi kita hendaknya mewujudkan seolah-olah sebagai sesuatu yang istimewa, sesuatu yang tidak mungkin didapat dari orang lain. Seorang guru jangan terperangkap dalam pandangan sosialmasyarakaat terhadap murid-muridnya yang berasal dari kelas-kelas sosial tertentu. Hal ketiga, merencanakan motivasi yang setinggi-tingginya. Dan hal yang keempat, guru adalah seorang pemimpin, mengingat tanggung jawabnya terhadap sekelompok murid. Sebagai guru, anda harus mampu menguasai sekelompok tersebut.Kemampuan untuk itu memang harus dipergunakan secara tegas
17 Ibid,hal.116. 18 Micheald M, Seni Mengelola Kelas, Dahara Prize, 1990,hal.17.
17
dan sangat hati-hati, tetapi harus ada. Tidak ada gunanya, anda merasa khawatir untuk menguasai murid-murid, entah dengan alasan untuk menjaga hubungan baik atau pun untuk memungkinkan perkembangan individu mereka.”19
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa melaksanakan peranannya dalam
menciptakan hubungan yang baik itu, guru hendakny menciptakan disiplin,
menempatkan dirinya sebagai guru, memberikan motivasi yang baik agar siswa
termotivasi untuk belajar dengan baik dan guru harus mampu menguasai siswa
yang diajarnya agar suasana belajar dapat tenang.
Hal lain yang dapat tidak baiknya hubungan guru siswa adalah :
“Di antara para guru muda terdapat semacam sikap malu-malu yang menghalangi mereka untuk menekankan keinginan. Hasilnya, sering kali hal ini terjadi, suatu gap murid di kelas, yang akhirnya berhasil memaksakan keinginan sendiri. Hal ini tentu tidak disukai murid-murid lain, dan timbullah ketegangan, pertengkaran, dan keributan. Selain itu, guru-guru juga sering dijangkiti rasa takut akan hilangnya rasa kasih sayangmurid ataupun hubungan baik dengan murid. Perasaan itu membuat mereka bersikap semacam pemalu bagi yang sedang jatuh cinta. Sedikit saja air muka gelap terlihat, dia akan segera mundur untuk selamanya. Ketegangan sementara yang timbul dalam usaha menciptakan hubungan baik mungkin malah memojokkan guru sendiri, apabila ia cepat-cepat mengalah atau mengurangi tuntutannya untuk segera mengembalikan suasana. Pengajaran adalah aktivitas jangka panjang, dan hubunbgan baik yang berhasil akan dibangun dengan sendirinya melalui kebijaksanaan jangka panjang. Hubungan baik itu akan tercapai, katakanlah pada akhir tahun ajaran, bukan pada akhir minggu pertama kita mengajar”.20 Selanjutnya cara lain untuk menciptakan hubungan yang baik itu adalah
dengan:
“Mengenal nama-nama mereka. Mengenal masing-masing murid dengan nama yang benar lengkap dengan pangilan dan nama kecil akan sangat membantu kita. Hendaknya anda, tidak memilih tokoh-tokoh bandit di
19 Ibid,,hal. 23-38. 20 Ibid,hal.21-22.
18
kelas itu utnuk memulainnya, jika tidak ingin rencana anda berantakan. Sebaliknya akan baik sekali kalau anda mencoba mengajak mereka mengobrol santai di luar kelas sedini mungkin. Tentu saja anda hendaknya selalu menjaga agar tindakan anda itu tidak terlalu berlebihan.”21
Dari penjelasan di atas, nyata bahwa dengan mengenal nama siswa, nama
panggilan atau nama kecilnya akan sangat membantu guru untuk menciptakan
hubungan yang akrab dengan siswa. Juga dengan melakukan tatap muka atau
bercakap-cakap dengan siswa diluar kelas dapat juga menciptakan suasana
hubungan yang harmonis antara guru dan siswa, untuk itu guru perlu memberi
luang waktu di luaar jam pelajaran untuk mengobrol dengan siswanya.
Guru handaknya selalu menumbuhkan sikap konsisten dalam mengajar.
Untuk menerapkan sikap selalu konsisten, kenyataannya memang sangat sulit.
Tetapi apabila anda memang berniat menciptakan hubungan baik itu, anda harus
melaksanakannya. Dan guru juga dapat menggunakan kritikan dan sanjungan
dalam mengajar.
“Jangan lupa untuk memuji hal-hal yang remeh-remeh dalam pertemuan sehari-hari. Juga pujian yang bersifat pribadi, misalnya kenecisan seorang murid, model potong rambutnya dll. Dalam hal mengkritik/ mengecam, lakukanlah dengan kalimat yang jelas dan singkat serta hal itu dilakukan dengan cara baik agar siswa tidak tersinggung. Jangan lama-lama menyampaikan ketidakpuasan anda, apalagi mengarahkannya kepada seorang murid secara khusus. Kecaman itu akan menimbulkan sakit hati anak yang anda tuju, sehingga bukannya memperbaiki diri, dia malah semakin membangkang dan merasa diperlakukan tidak adil. Lagi pula, murid-murid lain bersimpati dengan korban dalam situuasi tersebut dan anda akan kehilangan rasa bersahabat dari seluruh kelas. Jangan memberikan perhatian secara berlebihan terhaadap seorang pengacau, karena memberikan perhatian berarti menghargainya. Cobalah mempengarahui anak-anak yang sedang bertindak buruk dengan diam-diam tanpa sepengetahuan teman-temannya, setiap ada kesempatan.
21 Ibid, hal.23-24.
19
Mungkin dengan isyarat kecil yang bisa ditangkapnya atau dengan pandangan mata anda. Kritikan dan larangan anda harus jelas. Kata-kata anda biasanya diingat, karena itu jangan sampai anda membuat ancaman-ancaman yang tidak akan anda laksanakan. Jangan suasana tidak enak berlangsung terus. Janganlah sekali-kali membuat kritikan itu berpindah dari kesalahan ke diri mereka. Sering saya menjumpai guru-guru yang tidak puas atas kesalahan muridnya lalu mencerca watak dan diri si murid dari awal sampai akhir. Tindakan demikian menurut saya tidak adil, karena tugas guru adalah menjelaskan dan mengkritik tindakan si murid saja. Dan tidak bijaksana membuat hubungan guru murid menjadi rusak untuk selamanya.”22 Dan yang tidak kalah pentingnya adalah guru senang memberikan pujian
terhadap kegiatan atau aktivitas siswanya yang baik, sikap dan penampilannya
yang baik, karena hal itu bisa membuat siswa merasa dihargai dan dan
diperhatikan.
Langkah selanjutnya menurut Michael dalam menciptakan hubungan baik
itu adalah dengan hukuman fisik. Kadang-kadang kita benar-benar terangsang
untuk memukul siswa, kalau perasaan itu menjangkiti, jangan anda menggunakan
ujung jari anda sekalipun untuk memberikan hukuman fisik. Termasuk di
dalamnya hukuman berpura-pura. Ada satu pribahasa mengatakan bahwa “ Jangan
sekali-kali menyentuh murid, baik karena marah atau karena sayang”. Anak-anak
sama sekali tidak menyukai segala bentuk gangguan terhadap badannya. Coba
anda perhatikan lagi, tujuan Michael tetang itu adalah penciptaan hubungan yang
baik. Dan yang lebih penting lagi, menyakiti murid dengan cara apapun berarti
membuka kemungkinan untuk dituntut oleh orang tua murid.
22 Ibid, hal. 31-34.
20 Dan yang tidak kalah perlunya adalah rasa humor. tertawa itu sehat.
Cobalah untuk beringan hati. Usahakan untuk dapat menguasai anak yang pelawa
dengan cara jenaka bukan dengan naik darah. Apabila segala sesuatu berjalan
baik, tercipta juga hubungan yang baik dan pelajaran yang lancar. Adalah
tanggung jawab guru untuk memulai terbentuknya lingkaran suci tersebut, dan
tindakan guru yang terbaik adalah menjaga ketentraman murid di dalam kelas.
Murid-murid menyukai guru yang memungkinkan mereka memperlihatkan sisi
baik dari diri mereka, dan membeci guru yang membuat udara kelas
memungkinkan memperlihatkan sisi buruk dari diri mereka. Ciptakanlah kelas
yang tenang, teratur, aktif, tak membiarkan seorang pun sengaja berbuat salah.
Hadiah yang anda peroleh untuk itu adalah hubungan yang baik.
Untuk melaksanakan perana guru dalam hal penciptaan hubungan yang
baik antara guru dan siswa dalam prosses belajar mengajar adalah guru harus
memiliki beberapa keterampilan dalam melaksanakan hubungan antar pribadi
sebagaimana yang dikemukakan oleh M.Uzer Usman, yaitu :
“1.Membantu mengembangkan sikap positif pada diri murid. a. Membantu siswa untuk menumbuhkan kepercayaan pada diri siswa. b. Membantu mengungkapkan buah pikir dan perasaan siswa.
2. Bersikap terbuka dan luwes terhadap siswa. a. Menunjukkan sikap terbuka terhadapa pendapat siswa. b. Menunjukkan sikap luwes baik di dalam maupun di luar kelas. c. Menerima siswa sebagaimana adanya (dengan keleibihan dan
kekurangannya) d. Menunjukkan sikap simpatik dan sensitif terhadap perasaan dan
kesulitan siswa. e. Menunjukkan sikap ramah, penuh pengertian dan kesadaran terhadap
siswa. 3. Menampilkan kegairahan dan kesungguhan dalam kegiatan mengajar.
a. Menunjukkan kegairahan dalam mengajar.
21
b. Memberikan kesen kepada siswa bahwa ia menguasai materi dan cara mengajarkannya.
4. Mengelola interaksi prilaku di dalam kelas. a. Mengembangkan hubungan antar pribadi yang sehat dan serasi. b. Memberikan tuntunan agar interaksi antar siswa terpelihara baik. c. Menangani prilaku siswa yang tidak diinginkan.”23
Dalam buku Sosiologi Pendidikan oleh S. Nasution ,menyatakan
penelitian Frank Hart 1934 bahwa :
“Guru yang disukai itu bila ia berprikemanusiaan, bersikap ramah,bersahabat, suka membantu dalam pelajaran, riang, gembira, mempunyai rasa humor, menghargai lelucon. Sifat-sifat yang dihargai murid-murid itu sesuai dengan gambaran guru yang demokratis Dan dalam penelitian lainnya didapatkan bahwa yang paling disenangi oleh para siswa adalah guru yang ramah, yang paling sering ikut serta dalam kegiatan rekreasi mereka, yang dapat dipercayakan soal-soal pribadi dan yang suka membantu dalam pelajaran. Singkatnya, secara umum guru yang disenangi ialah guru yang sering dimintai nasehat, yang mau diajak bercakap-cakap, tidak menunjukkan superioritasnya dalam pergaulannya sehari-hari dengan murid, selalu ramah, selalu berusaha memahami anak didiknya. Kalau guru itu disenangi oleh siswanya, hal itu berarti hubungan guru dengan siswanya sudah terjalin dengan baik, dan kalu sudah demikian guru lebih mudah lagi dalam mengajar, membantu siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar dll, sehingga prestasi siswa tentu akan lebih meningkat lagi.24 Menurut Singgih dan Yulia Singgih ,ada dua cara yang ditempuh oleh
guru dalam mendekati muridnya :
“1. Pendekatan terpusat pada guru. Di sini, semua aktifitas dan inisiatif ditentukan oleh guru. Mereka dianggap tidak mampu belajar tanpa pengawasan yang ketat. Di sini murid lebih pasif, mereka melakukan apa yaang diperintahkan kepadanya, bukan attas dasar kesadaran, tetapi karena takut. Guru acapkali menanamkan pola sikap serba mengancam pada murid-muridnya, sehingga muridnya pun hanya patuh hanya bila ada ancaman. Murid-murid mengeluarkan pendapatnya hanya bila diminta. Suasana kelas menjadi lesu, apatis, penuh ketakutan dan menekan. Dengan cara ini, murid-murid cendrung untuk secepat mungkin dibentuk, karena murid tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya sendiri.
23 M.Uzer Usman, op. cit,hal.127-128. 24 S. Nasution, op. cit, hal. 117.
22
2. Pendekatan terpusat pada murid. Guru berprinsip bahwa anak patut didengar pendapaatnya. Murid ikut menentukan proses belajar mengajar di kelas. Persoalan yang timbul, tidak diselesaikan oleh guru sendiri, melainkan murid diberi kesempatan untuk ikut memikirkan persoalan, sehingga diharapkan ikut bertanggung jawab terhadap tindakannya”.25
Menurut keterangan di atas, jelas bahwa banyak cara yang bisaa
dipergunakan oleh para guru dalam rangka untuk menciptakan hubungan yang
harmonis dan akrab dengan para siswanya dalam proses belajar mengajar.
“Metode mengajar modern memang tidak lagi mengutamakan pada penyajian
bahan, melainkan memberikan tekanan pada interaksi sosial, yaitu pada hubungan
antara guru dan murid. Guru tidak hanya berperan mengajar di kelas, melainkan
juga bergaul dengan akan mendorong murid bekerja keras dan dengan
kegembiraan”.26
2. Konsep Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka konsep
teori perlu dioperasionalkan sebagai tolak ukur dalam penelitia ini. Adapun
indikator pelaksanaan peranan guru dalam penciptaan hubungan baik antara guru
dan siswa dalam proses belajar mengajar di MTsN yang baik itu adalah sebagai
berikut :
a. Membuat satuan pelajaran setiap mau mengajar di kelas.
b. Masuk dan keluar tepat waktunya.
c. Menciptakan suasana kelas yang tenang sebelum mengajar.
d. Merencanakan kegiatan belajar bersama siswa.
25 Ibid,hal. 116.
23
e. Menghimpun data pribadi siswa.
f. Dalam mengajar guru melaksanakan komunikasi multi arah.
g. Dalam mengajar guru suka memberi pujian atau sanjungan.
h. Dalam mengajar guru suka memberi motivasi.
i. Dalam mengajar guru suka humor.
j. Dalam mengajar guru memperhatikan dan mendengarkan pendapat
siswa.
k. Dalam mengajar guru menegur siswa dengan kata-kata halus.
l. Dalam mengajar guru memanggil siswa dengan namanya.
m. Dalam mengajar guru suka memberi nasehat dan bantuan kepada siswa
yang mengahadapi kesukaran .
n. Peka terhadap masalah yang dihadapi siswa.
o. Menampilkan sikap sopan dan ramah
p. Menghadapi siswa dengan tenang.
q. Dalam mengajar suara penuh semangat dan menyakinkan.
r. Dalam mengajar guru mengikuti terus kegiatan belajar siswa.
s. Dalam mengajar guru tidak pemarah
t. Dalam mengajar guru tidak pengejek atau menghina.
v. Dalam mengajar guru tidak pilih kasih.
w. Dalam mengajar guru tidak suka memberikan hukuman fisik.
Sedangkan indokator yang cukup baik apabila memenuhi 56-75 % dari indokator
di atas, dan kalau kurang baik, apabila memenuhi 40-55 % dari indikator di atas.
26 Ibid, hal. 117.
24 F. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Pekanbaru.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Sabjek penelitian ini adalah para guru, sedangkan objek penelitiannya
adalah pelaksanaan peranan guru dalam penciptaan hubungan baik
antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar pada bidang
pendidikan agama Islam (Quran-Hadits, Akidah-Akhlak, Fiqih, SKI,
dan Bahasa Arab) di MTsN Pekanbaru.
3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh guru yang mengajar pada bidang
studi Pendidikan Agama Islam, karena guru kelas III memperisiapkan
untuk EBTA, maka diambil guru yang mengajar di kelas 1 dan 2 yang
berjumlah 10 orang. Mengingat populasi sedikit maka penulis tidak
mengambil sampel, sehingga penelitian adalah penelitian populasi.
25 4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi, teknik ini digunakan untuk mengadakan pengamatan
secara langsung tentang bagaimanakah pelaksanaan peranan guru
dalam penciptaan hubungan baik antara guru dan siswa dalam proses
belajar mengajar di MTsN Pekanbaru. Obsevasi ini dilakukan
kepada guru pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar,
seperti dalam mengajar guru melaksanakan komunikasi banyak arah,
suka memberi pujian terhadap siswa yang berhasil, suka memberi
semangat kepada siswa yang belum berhasil, suka humor,
memperhatikan dan mendengarkan pendapat siswa, menegur siswa
dengan kata-kata halus, suka memberi nasehat dan bantuan kepada
siswa yang mengahadapi kesukaran,peka terhadap masalah yang
dihadapi siswa., Menampilkan sikap bersahabat, menghadapi siswa
dengan tenang, suara penuh semangat dan menyakinkan, mengikuti
terus kegiatan siswa, tidak pemarah, tidak pengejek, tidak pilih
kasih, tidak suka memberikan hukuman fisik.
b. Wawancara, teknik ini dipergunakan untuk mendapatkan data
tentang sekolah dan data lain yang dapat menunjang terhadap objek
penelitian. Wawancara ini dilakukan kepada kepala sekolah dan guru
serta siswa.
26 c. Angket, teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang
persiapan apa yang diperlukan oleh guru sebelum mengajar atau
penguat data observasi tentang pelaksanaan peranan guru dalam
penciptaan hubungan baik antara guru dan siswa dalam proses
belajar mengajar di MTsN Pekanbaru
5. Teknik Analisa Data
Penelitian ini tergolong kepada penelitian deskriptif, maka teknik analisa
datanya adalah deskriptif kualitatif prosentase, yakni menggambarkan apa adanya
dengan fenomena-fenomena yang ada kemudian diklasifikasikan lalu diambil
suatu kesimpulan. Setelah dipersentasekan lalu ditafsirkan dengan kalimat yang
bersifat kualitatif, yakni sebagai berikut :
1. Baik = 76 - 100 %
2. Cukup Baik = 56 - 75 %
3. Kurang Baik = 40 - 55 %
27 G. SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini terdiri dari lima bab, yakni sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang masalah,
alasan pemilihan judul, penegasan istilah, pembeberan
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konsep operasional,
metode penelitian, sistematika penelitian.
BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG MTSN PEKANBARU
,yang terdiri dari : Geografis, sejarah berdirinya MTsN
Pekanbaru, Keadaan guru, Keadaan siswa, Keadaan sarana
dan pra sarana serta Kurikulum MTsN Pekanbaru.
BAB III. PENYAJIAN DATA.
BAB IV. ANALISA DATA
BAB V. PENUTUP, yang terdiri dari : kesimpulan dan saran-saran.