meningkatkan kemampuan berbicara dan …
TRANSCRIPT
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN
MENDENGARKAN MELALUI MEDIA CELEMEK CERIA
PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN
(Penelitian Tindakan Kelas di Raudhatul Athfal Darul Hikmah Jakarta Utara)
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh Nama : Annisa Hakim Nim : 2013810011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2018
i
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Skripsi Agustus 2018
Annisa Hakim (2013810011)
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN MENDENGARKAN MELALUI MEDIA CELEMEK CERIA PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN (Penelitian Tindakan Kelas di Raudhatul Athfal Darul Hikmah Jakarta Utara)
xv + 111 + 3 tabel + 11 gambar + 4 grafik + 14 lampiran
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan mendengarkan anak usia 4-5 tahun di Raudhatul athfal Darul Hikmah Jakarta Utara melalui metode bercerita dengan menggunakan celemek ceria. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (action research) yang dilakukan dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, evaluasi, dan refleksi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif yaitu prolehan hasil perbandingan antara kemampuan bahasa anak sebelumnya dan sesudah tindakan. Hasil penelitian diketahui (1) Cara guru meningkatkan keterampilan bahasa khususnya kemampuan berbicara dan mendengarkan melalui media celemek ceria yaitu dengan menggunakan media bantuan berupa media gambar. Selain itu, guru juga memberikan cerita yang beragam pada tiap pertemuannya sehingga anak tidak bosan dan menyukainya. Guru juga menceritakan tokoh dan binatang peliharaan sehingga alur cerita menjadi lebih menarik, (2) Metode bercerita dengan celemek ceria mampu meningkatkan kemampuan berbicara dan mendengarkan anak usia 4-5 tahun di Raudathul Athfal Darul Hikmah Jakarta Utara.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap pra siklus hanya mencapai 31.5%, kemudian terjadi peningkatan siklus I mencapai 54.4% dan terjadi peningkatan kembali pada siklus II mencapai 93.4%. Hasil tersebut telah mencapai target bahkan melampauinya sehingga penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus II.
Kunci : Keterampilan Bahasa, Anak usia 4-5 Tahun, Media Celemek Ceria
Daftar Pustaka: 40 Buku (1988 - 2016)
ii
iii
iv
v
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK PENINGKATAN AKADEMIK
Sebagai sivitas Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya yang bertandatangan di bawahini: Nama : Annisa Hakim No. Pokok : 20138170011 Program Studi : Pendidikan Guru Anak Usia Dini Fakultas : Ilmu Pendidikan JenisKarya : Skripsi Demi pengembangan ilmu pendidikan menyetujui untuk memberikan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta Hak Bebas Royalty Non Eksklusif (Non Exlussive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Meningkatkan Kemampuan Berbicara dan Mendengarkan Melalui Media Celemek Ceria Pada Anak Usia 4-5 Tahun (Penelitian Tindakan Kelas di Raudhatul Athfal Darul Hikmah Jakarta Utara)
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan ini hak bebas royalty Fakultas Ilmu Pendidikan berhak menyimpan, menggali media mengelola dalam bentuk perangkat data (data base), merawat dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di Jakarta, Pada tanggal, 28 Agustus 2018
Annisa Hakim
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Kupersembahkan untuk: Kedua orang tua dan orang-orang yang
membantu hingga selesainya skripsi ini..
viii
MOTTO
Yakin dan percaya dengan kemampuan yang
kita miliki...
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha mendengar lagi maha
melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayahnnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
baginda nabi besar Muhammad saw beserta seluruh keluarga dan
sahabatnya yang selalu setia membantu perjuangan beliau dalam
menegakan dinullah di muka bumi ini.
Dalam penlisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Iswan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Ibu Dr. Diah Andika Sari, M.Pd., selaku Ketua Prodi PGPAUD Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Ibu Dr. Tiara Astari, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan banyak masukan
4. Ibu Subur Sutrismi S.Pd.I, Pimpinan Yayasan Darul Hikmah yang telah
memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
5. Orang tua tercinta Bapak Margono dan Ibu Subur Sutrismi.
6. Buah hati tercinta Hazim Quthbie Al-musyaffa .
7. Rekan-rekanku seperjuangan PG-PAUD 2013
x
8. Rekan-rekanku guru Ra Darul Hikmah Jakarta Utara
9. Siswa dan siswi Ra Darul Hikmah Jakarta Utara
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi.
Penulis berharap kiranya pengajuan skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukan dan berguna bagi yang akan melaksanakan penelitian.
Jakarta, Juli 2018
(Annisa Hakim)
xi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK…………………………………………………………………
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………
i
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI……………… iii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………
FAKTA INTEGRITAS……………………………………………………
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH………………
iv
v
vi
PERSEMBAHAN………………………………………………………… vii
MOTTO…………………………………………………………………… viii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................... 1
B. Fokus Masalah......................................................... 6
C. Rumusan Masalah ................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ..................................................... 7
E. Manfaat Penelitian .................................................. 7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ................................................................. 9
1. Keterampilan Bahasa ............................................ 9
a. Keterampilan Berbicara ..................................... 13
b. Menyimak .......................................................... 18
c. Menulis .............................................................. 21
d. Membaca ........................................................... 24
2. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak usia 4-5
Tahun .................................................................... 27
3. Metode Pembelajaran ........................................... 32
4. Metode Bercerita ................................................... 32
B. Media Pembelajaran ................................................. 39
xii
C. Media Celemek Cerita ............................................... 44
D. Kerangka Berpikir ...................................................... 47
E. Hipotesis Tindakan .................................................... 49
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................... 50
B. Metode Penelitian ...................................................... 51
C. Kriteria Keberhasilan Tindakan .................................. 54
D. Desain dan Prosedur Tindakan .................................. 55
E. Teknik Pengambilan Data .......................................... 66
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................... 68
G. Teknik Analisis Data ................................................... 71
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ............................................................ 74
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................... 106
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................... 109
B. Implikasi .................................................................... 110
C. Saran ......................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 112
LAMPIRAN ........................................................................................ 115
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... 145
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Observasi Pra Siklus ................................................ 79
Tabel 4.2 Hasil Observasi Siklus I .................................................... 93
Tabel 4.3 Hasil Observasi Siklus II ................................................... 104
xiv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Gambar 4.1 Hasil Observasi Pra Siklus .......................................... 80
Gambar 4.2 Hasil Observasi Siklus I ............................................... 93
Gambar 4.3 Hasil Observasi Siklus II .............................................. 105
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Kegiatan Harian (RKH).................................... 115
Lampiran 2 Instrumen Penelitian ....................................................... 133
Lampiran 3 Data hasil observasi pra siklus ....................................... 134
Lampiran 4 Data hasil observasi siklus I ........................................... 135
Lampiran 5 Data hasil observasi siklus II .......................................... 136
Lampiran 6 Foto Hasil Kegiatan Pra Siklus ...................................... 137
Lampiran 7 Foto Hasil Kegiatan Siklus I ............................................ 138
Lampiran 8 Foto Hasil Kegiatan Siklus II ........................................... 139
Lampiran 9 Lembar Bimbingan ......................................................... 140
Lampiran 10 Kartu Menyaksikan Sidang Skripsi ................................. 141
Lampiran 11 Surat Pengantar Izin Penelitian ...................................... 142
Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian ........................................... 143
Lampiran 13 Daftar Riwayat Hidup Kolaborator .................................. 144
Lampiran 14 Daftar Riwayat Hidup Penulis ......................................... 145
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia yang dilahirkan di dunia dianugrahi oleh Allah
SWT di antaranya memiliki panca indera. Yang mana kita harus
merawatnya dan menjaganya dengan baik, panca indra ini memiliki
banyak manfaatnya untuk setiap manusia. Di antaranya ketika orang lain
berbicara telinga mendengarkan dan disalurkan kepada otak kita yang
akan merespon dan menyerap semua informasi yang diterima. Sebagai
contoh, orang yang terbiasa mendengar kata-kata kotor, akan meniru
dan mengucapkannya. Sebaliknya, bilamana seseorang mendengar
perkataan yang baik maka dia akan berbicara dengan bahasa yang baik.
Anak yang dibiasakan jajan akan selalu meminta jajan. Anak yang
diajarkan menjaga kebersihan tidak akan tinggal diam ketika melihat
sampah. Ketika seseorang sering melihat perkelahian maka orang itu
akan terbiasa dengan berkelahi, sebaliknya jika seseorang melihat sering
memberi pertolongan pada orang lain maka orang itu akan terbiasa
dengan menolong sesamanya. Gunakanlah panca indra kita dengan
sebaik mungkin untuk menghasilkan hasil yang baik.
The golden age, usia keemasan seorang manusia, dimana
kualitas otak anak sangat ditentukan oleh tiga tahun pertama
kehidupannya. Saat kelahiran, otak memiliki satu triliun sel otak. Tidak
lama setelah kelahiran, otak bayi menghasilkan bertriliun-triliun
2
sambungan (sinapsis) antara neuron yang banyaknya melebihi
kebutuhan. Proses inilah yang membentuk pengalaman dan akan
dibawanya seumur hidup. Dalam masa golden age orang tua dianjurkan
untuk selalu menjaga dan mengembangkan panca indra anaknya
dengan baik karena dalam masa golden age ini anak akan selalu meniru
apa yang dilihat dan apa yang didengar.
Usia 4-5 tahun merupakan masa peka bagi perkembangan
kepribadian anak dan selama masa ini beberapa kepribadian mulai
terbentuk. Pemberian stimulus dan latihan diberikan sejak dini agar
dapat merangsang dan mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak selain kepribadian yang berkembang pada
anak usia dini. Adapun kemampuan lain yang juga berkembang pesat
yaitu kemampuan berbahasa.
Menurut Septiyaningsih (2013:16), keterampilan berbahasa
mempunyai peran penting dalam aspek-aspek perkembangan anak.
Keterampilan berbahasa dapat membantu anak dalam mengatasi
masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh anak untuk hidup
bersama dengan orang lain di sekitarnya. Tidak ada seorang manusia
pun yang bisa hidup sendirian. Selain sebagai makhluk individu, manusia
merupakan makhluk sosial yang sering diistilahkan mono-dualis.
Seorang individu membutuhkan bantuan individu lainnya baik secara
langsung maupun tak langsung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
demikian juga dengan seorang anak. Anak juga membutuhkan orang lain
3
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk kepentingan tersebut, maka
anak harus hidup bersama dengan orang lain di sekitarnya. Dalam
kebersamaan tersebut anak menjalani kerja sama, dimana sukses atau
tidaknya kerjasama di antara mereka dipengaruhi oleh bahasa yang
digunakannya.
Tentu dapatlah dibayangkan apa yang akan terjadi jika seorang
individu tidak pandai dalam berbahasa, khususnya dalam berbicara.
Kemampuan bicara merupakan anugerah dari Allah SWT yang sangat
berharga bagi setiap individu. Allah SWT berfirman;
maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana
kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?“
[QS. Maryam 19:29]
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut“. [QS. Thaha 20:44]
Kemampuan bahasa merupakan salah satu keterampilan yang
diajarkan pada siswa di sekolah taman kanak-kanak, dengan
kemampuan bahasa anak dapat berkomunikasi dengan mudah kepada
lawan bicaranya. Dengan kita berkomunikasi dengan orang atau
mendengarkan orang secara tidak langsung kita akan mendapatkan
beberapa kosata dari sebuah percakapan.
4
Pada umumnya di usia 4-5 tahun anak sangat membutuhkan
kosakata yang lebih banyak lagi agar anak bisa menambah bahasa
dengan berkomunikasi dengan orang lain.
Sekolah sebagai sarana pendidikan formal mempunyai tanggung
jawab yang besar dalam mempersiapkan generasi muda agar mampu
hidup secara mandiri serta menguasai keterampilan bahasa karena
bahasa sangat penting dalam berkomunikasi dengan orang lain,untuk itu
proses pendidikan dan pembelajaran harus dilakukkan dengan penuh
perencanaan dan dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi baik.
Guru sebagai pendidik dan pengajar hendaklah memiliki
keterampilan dalam mengemas proses pembelajaran secara menarik
dan menyenangkan. Keberadaan metode belajar akan sangat membantu
siswa berinteraksi dengan materi pelajaran dan selanjutnya menyerap
informasi yang disampaikan.
Menjadi pendidik tidaklah mudah bukan hanya mengandalkan
bernyanyi dan bertepuk tangan, namun lebih dari itu pendidik harus
meletakkan kemampuan dasar serta kepribadian anak agar berhasil di
masa selanjutnya.
Sujiono (2009:122) mengemukakan bahwa salah satu cara belajar
anak usia dini adalah belajar melalui active learning atau belajar aktif.
Active learning dalam pendidikan hendaknya mengarahkan anak untuk
menjadi pembelajar yang aktif.
Untuk itu, pendidikan harus dirancang secara kreatif agar anak-
anak terbiasa dan mempelajari berbagai aspek pengetahuan dan
5
keterampilan melalui berbagai aktivitas, contohnya mengamati, mencari
menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan serta mengemukakan
sendiri berbagai hal yang ditemukan di lingkungan sekitar. Metode yang
dapat digunakan di antaranya: praktik langsung, metode cerita, tanya
jawab, metode proyek, metode bermain peran, dan metode demonstrasi
(Sujiono, 2009: 122).
Pendidikan usia dini atau dikenal dengan pendidikan taman
kanak-kanak, merupakan pendidikan formal yang dikembangkan dengan
kurikulum Taman Kanak-kanak dengan penekanan pada pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Siswa Taman Kanak-kanak dibedakan
antara siswa kelas 0 (nol) kecil dengan usia 4-5 tahun dan siswa kelas 0
(nol) besar dengan usia 6-7 tahun. Pada usia tersebut pembelajaran
akan berlangsung maksimal jika kegiatan belajar mampu memberi
pengalaman menarik pada siswa dan dapat merangsang kemampuan
belajar siswa.
Metode cerita adalah pembelajaran yang digunakan untuk
meningkatkan bahasa atau kosa kata pada siswa yang disampaikan oleh
guru, cerita sangat digemari oleh kalangan anak-anak, apalagi bercerita
dengan cerita yang bisa membawa kita kedalam dunia ceritanya anak
lebih menyukainya. Pendidikan usia dini merupakan pendidikan yang
sangat berkesan bagi anak, karena pada tahap ini anak mendapatkan
6
pengalaman melihat, mendengar, menyentuh, merasa dan membau
yang membantu siswa dalam pengembangan diri di masa akan datang.
Penggunaan media celemek ceria merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan bahasa atau kosakata anak dalam berkomunikasi
terhadap temannya dan melestarikan kembali yang sudah punah.
Karena di dalam terdapat banyak kosakata yang belum pernah didengar
oleh anak, dan akan menambah dalam kosakata anak.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang meningkatkan kemampuan berbicara dan mendengar melalui
media celemek ceria pada anak usia 4-5 tahun di Raudhatul Athfal (RA)
Darul Hikmah Penjaringan Jakarta.
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka fokus penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
berbicara dan mendengar anak usia dini 4-5 tahun melalui media
celemek ceria agar kemampuan berbicara dan mendengar anak
berkembang lebih optimal.
C. Rumusan Masalah
Mengacu pada berbagai fenomena dan kondisi yang ada di
sekolah dan yang disampaikan di latar belakang masalah, identifikasi
masalah ,dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian yaitu:
7
1. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan berbicara dan mendengar
melalui media celemek ceria pada anak usia 4-5 tahun di RA Darul
Hikmah?
2. Apakah media celemek ceria dapat meningkatkan kemampuan berbicara
dan mendengar anak usia 4-5 tahun di RA Darul Hikmah?
D. Tujun Penelitian
Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam
berbagai tujuan, di antaranya:
1. Untuk mengetahui cara meningkatkan kemampuan berbicara dan
mendengar melalui media celemek ceria pada usia 4-5 tahun di RA Darul
Hikmah.
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara dan mendengar
melalui media celemek ceria pada anak usia 4-5 tahun di RA Darul
Hikmah.
E. Manfaat Penelitian
Adapula manfaat yang dapat diperoleh dari peneliti ini:
1. Manfaat teoritis
a. Untuk menambah referensi dalam peningkatan keterampilan bahasa
khususnya kemampuan berbicara dan mendengar.
b. Sebagai bahan acuan dan referensi pada penelitian sejenis yang
dilakukkan di masa yang akan datang.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa sekolah taman kanak-kanak
8
Dapat meningkatkan keterampilan bahasa khususnya kemampuan
berbicara dan mendengar melalui media celemek ceria.
b. Bagi guru sekolah taman kanak-kanak
1) Meningkatkan kemampuan guru sebagai fasilitator dan motivator.
2) Memberi gambaran pada guru tentang cara pembelajaran metode
pembelajaran menggunakan media celemek ceria yang disukai
anak.
3) Bagi sekolah
Meningkatkan kualitas/mutu TK yang bersangkutan, sehingga diminati
oleh para orangtua peserta didik dan masyarakat sekitarnya untuk
memasukkan putra-putrinya ke sekolah tersebut.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Keterampilan Bahasa
Keterampilan berasal dari kata dasar terampil yang berarti
cakap, mampu, dan cekatan dalam menyelesaikan tugas.
Menerampilkan berarti membuat menjadi terampil atau memberikan
keterampilan. Keterampilan secara bahasa adalah kecakapan untuk
menyelesaikan tugas dan kecakapan dalam pemakaian bahasa baik
secara lisan maupun tulis, sedangkan keterampilan secara tematis
adalah kesanggupan pemakai bahasa untuk menanggapi secara
benar stimulus lisan atau tulisan, menggunakan pola gramatikal dan
kosa kata secara tepat, dan menerjemahkan dari satu bahasa ke
bahasa lain (Sulastri, 2008: 9).
Seseorang dikatakan mempunyai keterampilan apabila orang
tersebut mempunyai kesanggupan untuk berbuat dan melakukan
tindakan dengan mudah dan tepat setelah melalui belajar. Agar
terampil seseorang harus belajar, artinya keterampilan seseorang
tidak mudah langsung bisa terampil melainkan harus dengan
pembelajaran terlebih dahulu, semakin seseorang termotivasi mau
belajar maka keterampilannya akan semakin terasah. Demikian
halnya dengan keterampilan berbahasa, semakin sering belajar dan
10
berlatih secara rutin dan teratur dalam berkomunikasi aktif maka
kemampuan berbahasanya menjadi lebih terampil (Sulastri, 2008: 9).
Dalam berkomunikasi kita menggunakan keterampilan
berbahasa yang telah kita miliki, seberapa pun tingkat atau kualitas
keterampilan itu. Ada orang yang memiliki keterampilan berbahasa
secara optimal sehingga setiap tujuan komunikasinya mudah
tercapai. Namun, ada pula orang yang sangat lemah tingkat
keterampilan berbahasanya sehingga menimbulkan salah pengertian
dalam berkomunikasi (Sulastri, 2008: 10).
Komunikasi sesungguhnya terjadi dalam suatu konteks
kehidupan yang dinamis, dalam suatu konteks budaya. Dalam
komunikasi yang sesungguhnya, ketika melakukan proses encoding
si pengirim berada dalam suatu konteks yang berupa ruang, waktu,
peran, serta konteks budaya yang menjadi latar belakang pengirim
dan penerima. Keberhasilan suatu komunikasi sangat bergantung
kepada proses encoding dan decoding yang sesuai dengan konteks
komunikasinya. Seseorang dikatakan memiliki keterampilan
berbahasa dalam posisi sebagai pengirim pesan (encoder), jika
dalam proses encoding ia terampil memilih bentuk-bentuk bahasa
yang tepat, sesuai dengan konteks komunikasi. Kemudian, ia dapat
dikatakan memiliki keterampilan berbahasa dalam posisi sebagai
penerima pesan (decoder), jika dalam proses decoding ia mampu
mengubah bentuk-bentuk bahasa yang diterimanya dalam suatu
konteks komunikasi menjadi pesan yang utuh, yang isi dan
11
maksudnya sama dengan maksud si pengirimnya (Sulastri, 2008:
10).
Welton & Mallon (dalam Moeslichatoen, 1999:158)
menyatakan, bahwa bahasa merupakan bentuk utama dalam
mengutarakan pikiran ketika mengadakan hubungan dengan orang
lain. Anak yang berada pada masa tumbuh kembang
mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan perasaannya melalui
bahasa dengan kata-kata. Kemampuan anak dalam menyampaikan
hasil pemikiran dan perasaan disebut dengan kemampuan bahasa
lisan. Perkembangan kemampuan bahasa lisan bagi anak TK dapat
dilihat dari komunikasi yang dilakukan dengan teman sebayanya.
Kemampuan bahasa lisan anak juga dapat dilihat dalam kegiatan
bercerita.
Bahasa dipandang dan merupakan media yang
memungkinkan seseorang menyampaikan pikirannya kepada orang
lain. Bahasa dapat mengidentifikasikan perasaan manusia yang
paling dalam, membantu memecahkan masalah pribadi, dan
menjelajah dunianya melebihi apa yang telah dilihat (Bunawan dan
Yuati 2000:33). Bahasa bagi seseorang selain sebagai media untuk
dapat mengekspresikan keinginannya atau perasaannya dengan
bahasa pula orang berimajinasi dan bercita-cita akan masa
depannya.
Stahlman & Luckner (dalam sadjaah, 2005:115) menyatakan,
bahwa bahasa merupakan sarana yang paling berperan dalam
12
memperoleh pengertian dan kemampuan. Bahasa menurut Clark &
Stewart (1986:72), diartikan sebagai suatu interaksi dinamis antara
aspek kognisi, linguistik dan komunikasi.
Santrock (dalam Dhieni 2007:3.1) mengatakan, bahwa
bahasa merupakan suatu sistem-simbol saat melakukan komunikasi
yang meliputi suara, arti, tata bahasa, variasi arti dan penggunaan.
Penggunaan bahasa dilakukan dalam seluruh situasi kehidupan
dalam arti bahasa merupakan kegiatan manusia selama bernafas
dan beraktifitas. Kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari dari
bangun sampai tidur lagi menggunakan bahasa.
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang,
termasuk anak-anak, anak dapat mengembangkan kemampuan
sosialnya (social skill) melalui berbahasa dengan lingkungan sosial
dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa, melalui
berbahasa anak dapat mengekspresikan pikirannya sehingga orang
lain dapat mengerti dan menangkap apa yang dipikirkan oleh anak
dan dapat menciptakan suatu hubungan sosial, dengan kemampuan
berbahasa anak juga dapat mengembangkan kemampuan lain yang
berhubungan dengan kemampuan bahasa yaitu, menulis, membaca
(Semiawan, Conny R: 2008).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahasa
merupakan alat komunikasi bagi setiap orang, termasuk anak-anak,
anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya (social skill)
13
sebagai suatu interaksi dinamis antara aspek kognisi, linguistik dan
komunikasi.
Morrison (2012:197) perkembangan bahasa dimulai pada saat
lahir. tangisan pertama, dekuran pertama, “pa-pa” dan “ma-ma”
pertama. Kata-kata awal merupakan bukti auditoris bahwa anak
sedang berpartisipasi dalam proses perkembangan bahasa
Keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh seluruh
peserta didik di sekolah meliputi empat aspek dasar, yaitu
keterampilan mendengarkan atau menyimak (listening skills),
membaca (reading skills), berbicara (speaking skills), dan menulis
(writing skills) (Tarigan, 2008:1).
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat
aspek keterampilan berbahasa yang biasa digunakan untuk
berkomunikasi, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara,
membaca, dan menulis.
a. Ketrampilan Berbicara
Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbicara
apabila yang bersangkutan terampil memilih bunyi-bunyi bahasa
(berupa kata, kalimat, serta tekanan dan nada) secara tepat serta
memformulasikannya secara tepat pula guna menyampaikan
pikiran, perasaan, gagasan, fakta, perbuatan dalam suatu
konteks komunikasi tertentu. Kemudian, seseorang dikatakan
terampil mendengarkan (menyimak) apabila yang bersangkutan
memiliki kemampuan menafsirkan makna dari bunyi-bunyi
14
bahasa (berupa kata, kalimat, tekanan, dan nada) yang
disampaikan pembicara dalam suatu konteks komunikasi
tertentu. Selanjutnya, seseorang dikatakan memiliki keterampilan
menulis bila yang bersangkutan dapat memilih bentuk-bentuk
bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf) serta
menggunakan retorika (organisasi tulisan) yang tepat guna
mengutarakan pikiran, perasaan, gagasan, fakta. Terakhir,
seseorang dikatakan terampil membaca bila yang bersangkutan
dapat menafsirkan makna dan bentuk-bentuk bahasa tertulis
(berupa kata, kalimat, paragraf, organisasi tulisan) yang
dibacanya (Iskandarwassid dan Suhendar, 2011: 241).
Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan
keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk
menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan
kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap
seseorang merupakan persyaratan alamiah yang memungkinkan
untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi,
tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu bicara. Keterampilan ini
juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar,
jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan menghilangkan
masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan,
berat lidah, dan lain-lain (Iskandarwassid dan Suhendar, 2011:
241).
15
Berbicara merupakan kegiatan komunikasi lisan yang
melibatkan dua orang atau lebih dan para partisipannya berperan
sebagai pembicara maupun yang memberi reaksi terhadap apa
yang didengarnya serta memberi kontribusi dengan segera
(Sulastri, 2008: 13). Berbicara sebagai cara berkomunikasi antara
pembicara dan pendengar. Komunikasi lisan memerlukan
keterampilan berbicara dan saling pengertian antara pembicara
dan pendengar (Sulastri, 2008: 14). Berbicara merupakan
kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan (Tarigan, 2008: 16).
Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan
gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara
merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak
secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak,
baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya, apakah
dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak
pada saat dia mengomunikasikan gagasannya, dan apakah dia
waspada serta antusias atau tidak (Tarigan, 2008: 16).
Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-
bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk
mengekpresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan,
dan perasaan (Arsjad dan Mukti, 1988: 17). Berbicara merupakan
16
suatu aktivitas komunikasi yang penting dalam kehidupan
manusia normal. Dengan berbicara maka manusia bisa saling
berkomunikasi, menyatakan pendapat, menyampaikan maksud
dan pesan, serta mengungkapkan perasaan (Kusuma, 2009: 18).
Kemampuan anak dalam menyampaikan hasil pemikiran
dan perasaan disebut dengan kemampuan bahasa lisan,
perkembangan kemampuan bahasa lisan, bagi anak TK dapat
dilihat dari komunikasi yang dilakukan dengan teman sebayanya.
Menurut Sadjaah (2005:119), bahasa lisan merupakan cara
penyampaian sesuatu yang diucap secara lisan. Menurut
Sugiono (dalam Septyaningsih, 2013:15), bahasa lisan adalah
bahasa sebagai alat komunikasi yang cara penyampaiannya
secara lisan dari seseorang (komunikator) kepada lawan bicara
(komunikan). Dalam komunikasi menggunakan bahasa lisan
terjadi suatu proses penyampaian pesan dari yang berbicara dan
proses penerimaan pesan yaitu seorang pendengar.
Menurut Direktorat Pembinaan TK dan SD (dalam
Somenadi, 2013:3) menyebutkan bahwa ciri-ciri kemampuan
bahasa lisan adalah dapat berbicara dengan menggunakan
kalimat sederhana yang terdiri dari 4-5 kata, mampu
melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar,
senang mendengarkan dan menceritakan kembali cerita
sederhana dengan urut dan mudah dipahami, mengerti bentuk
pertanyaan dengan menggunakan kata apa, siapa, dan
17
mengapa, dimana, dapat mengajukan pertanyaan dengan
menggunakan kata (apa, siapa, dimana dan mengapa), dapat
menyampaikan pesan sederhana dan dapat berperan serta
dalam suatu percakapan.
Kemampuan bahasa lisan anak juga dapat dilihat dalam
kegiatan bercerita, metode bercerita merupakan metode yang
banyak dipergunakan di TK
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa berbicara merupakan sebuah proses komunikasi aktif
dengan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi serta mengucapkan
kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan, menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain. Hal utama
dari kegiatan berbicara khususnya dalam meningkatkan proses
pembelajaran berbicara agar efektif, Yang menjadi catatan dan
kunci dalam keberhasilan berbicara dan menyampaikan kata-kata
itu, adalah “berbicara dengan bahasa pendengar”.
b. Menyimak
Menyimak merupakan skill yang sangat penting bagi
setiap individu, karena Dengan kemampuan tersebut akan
memungkinkan dirinya untuk mengembangkan potensi dan
kemampuannya dalam berkomunikasi serta meningkatkan
kemampuan berbahasa baik lisan maupun tulisan.
Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat
pada objek yang disimak. Pernyataan ini menegaskan bahwa
18
dengan menyimak akan memungkinkan seorang untuk
mengetahui secara detail setiap kondisi dari suatu objek. Karena
dengan menyimak ia akan memberikan seluruh perhatian dan
fungsi inderanya untuk mengetahui segenap informasi tentang
objek tersebut. Dengan demikian, menyimak tidak hanya sebatas
mendengar tetapi menyimak adalah menyimak adalah
mendengar dan menggali informasi secara optimal.
Tarigan (2008:19) menjelaskan bahwa menyimak dapat
didefinisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar
dan bunyi bahasa, mengidentifikasi, memiliki, dan mereaksi atas
makna yang terkandung dalam bahan yang disimak. Kegiatan
menyimak membutuhkan perhatian khusus dari penyimak agar
setiap detil informasi yang disampaikan dapat dipahami.
Menyimak tidak hanya mendengar tetapi lebih pada upaya
mengerti dan menguasai, sehingga dari kegiatan menyimak akan
mampu mendukung peningkatan pengetahuan.
Anderson (dalam Tarigan, 2008:20) menyetakan bahwa
menyimak adalah proses besar mendengarkan, menyimak, serta
menginterpretasikan lambang-lambang lisan. Menyimak juga
memahami dan memaknai lambang bahasa lisan yang
disampaikan, kemampuan ini sangat dibutuhkan karena makna
informasi lisan akan dapat dicerna jika mampu memahami
lambang-lambang yang digunakan oleh penyampai berita.
19
Russel & Russel (dalam Tarigan 2008:21) menyatakan
bahwa menyimak mempunyai makna mendengarkan dengan
penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Dalam
menyimak membutuhkan adanya keseriusan dan perhatian
secara penuh dari menyimak, tanpa didukung oleh keseriusan
dan tanggung jawab, kegiatan menyimak tidak akan memberi
perubahan penyimak.
Pendapat ini sejalan dengan pendapat Tarigan, menyimak
bukan hanya sebatas mendengar (hearing) saja, tetapi
memerlukan kegiatan lainnya yakni memahami (understanding)
isi pembicaan yang disampaikan oleh si pembicara. Lebih jauh
lagi diharapkan dalam menafsirkan (interpreting) butir-butir
pendapat yang disimaknya baik tersurat maupun tersirat.
Kegiatan selanjutnya dalam proses menyimak adalah kegiatan
mengevaluasi (evaluating). Pada kegiatan ini si penyimak menilai
gagasan baik dari segi keunggulan maupun dari segi
kelemahannya. Kegiatan akhir yakni menanggapi (responding).
Pada tahap akhir ini penyimak menyebut, mencamkan,
menyerap, serta menerima gagasan yang dikemukakkan oleh si
pembicara.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami
menyimak merupakan sebuah aktivitas penyimak untuk dapat
memahami dengan baik informasi yang disampaikan. Menyimak
tidak hanya sebatas mendengar dan menghafal informasi yang
20
disampaikan. Tetapi menyimak adalah memahami secara detail
setiap fakta yang disampaikan pembicara dan selanjutnya
dengan merangkai kata penyimak dapat menjelaskan kembali
informasi yang telah disimak. Menyimak adalah suatu proses
kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh
pembicra melalui ujaran atau bahasa lisan.
c. Menulis
Menurut pendapat Saleh Abbas (2006:125), keterampilan
menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan,
pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui
bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung
dengan ketepatan bahasa yang digunakan, kosakata dan
gramatikal dan penggunaan ejaan. Menurut Ahmad Rofiúddin
(1999:159), keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan
menuangkan pikiran, gagasan, pendapat tentang sesuatu,
tanggapan terhadap suatu pernyataan keinginan, atau
pengungkapan perasaan dengan menggunakan bahasa tulis.
Menurut Tarigan (2008:3), keterampilan menulis adalah
salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif
yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung
dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain. Sedangkan
21
menurut Byrne (dalam Haryadi dan Zamzani, 1996:77),
keterampilan menulis karangan atau mengarang adalah
menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat
yang dirangkai secara utuh dan jelas sehingga dapat
dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil.
Menurut The Liang Gie (2002:3), keterampilan menulis
adalah keterampilan dalam pembuatan huruf, angka, nama,
suatu tanda bahasa apapun dengan suatu alat tulis pada suatu
halaman tertentu
M. Atar Semi (2007:14) mengungkapkan pengertian
menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke
dalam lambang-lambang tulisan. Burhan Nurgiantoro (1988:273)
menyatakan, bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu
aktivitas menghasilkan bahasa.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang
bersifat aktif produktif. Keterampilan ini dipandang menduduki
hierarki yang paling rumit dan kompleks di antara jenis-jenis
keterampilan berbahasa lainnya. Mengapa? Aktivitas menulis
bukanlah sekadar hanya menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat;
melainkan menuangkan dan mengembangkan pikiran-pikiran,
gagasan-gagasan, ide, dalam suatu struktur tulisan yang teratur,
logis, sistematis, sehingga mudah ditangkap oleh pembacanya.
Sama seperti halnya dengan keterampilan membaca,
22
keterampilan menulis pun dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kategori, yakni (a) menulis permulaan dan (b) menulis lanjutan.
Menulis permulaan sesungguhnya identik dengan melukis
gambar. Pada fase ini, si penulis tidak menuangkan ide/gagasan,
melainkan hanya sekadar melukis atau menyalin
gambar/lambang bunyi bahasa ke dalam wujud lambang-
lambang tertulis. Pada awal-awal memasuki persekolahan, para
siswa dilatih menulis permulaan yang proses pembelajarannya
sering disinergiskan dan diintegrasikan dengan kegiatan
membaca permulaan. Kegiatan menulis yang sesungguhnya
merupakan aktivitas curah ide, curah gagasan, yang dinyatakan
secara tertulis melalui bahasa tulis.
Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang
diperlukan dalam menulis, di mana penulis perlu untuk: 1)
menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini
penggunaan ejaan, 2) memilih kata yang tepat, 3) menggunakan
bentuk kata dengan benar, 4) mengurutkan kata-kata dengan
benar, 5) menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi
pembaca, 6)memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan
pembaca yang dituju, 7) mengupayakan ide-ide atau informasi
utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau informasi
tambahan, 8) mengupayakan, terciptanya paragraf, dan
keseluruhan tulisan koheren sehingga pembaca mudah mengikuti
jalan pikiran atau informasi yang disajikan, 9) membuat dugaan
23
seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca
sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi
mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting untuk
ditulis (Tarigan, 2008:4-5).
d. Membaca
Membaca pada hakikatnya adalah suatu kegiatan
menerjemahkan simbol-simbol kedalam bunyi-bunyi dan
memahami maknanya. Para ahli memberikan pengertian
membaca secara berbeda-beda, di antaranya :
Farris (dalam Rouf, 2009:32) mendefinisikan membaca
sebagai pemrosesan kata-kata, konsep informasi, dan gagasan-
gagasan yang dikemukakkan oleh pengarang yang berhubungan
dengan pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan
demikian, pemahaman diperoleh apabila pembaca mempunyai
pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya
dengan apa yang terdapat di dalam bacaan.
Syafií (dalam Rouf, 2009:32) menyatakan bahwa
“membaca adalah suatu proses yang bersifat fisik atau yang
disebut proses mekanis berupa kegiatan mengamati tulisan
secara visual, sedangkan proses psikologis berupa kegiatan
berpikir dalam mengelola informasi”.
Rouf (2009:34) mengatakan membaca adalah melihat
serta memahami isi dari apa yang tertulis, yang dibaca secara
24
lisan atau dalam hati. Secara linguistic, membaca adalah suatu
proses penyandian kembali dan pembacaan sandi. Berdasarkan
beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca
merupakan proses menerjemahkan sandi atau simbol-simbol
yang tertulis terhadap teks bacaan dengan memanfaatkan
kemampuan melihat (mata) yang dimiliki oleh pembaca, dan
menerapkan pola berfikir dan bernalar mengolah teks bacaan
secara kritis dan kreatif untuk mendapatkan pesan baik secara
tersirat maupun tersurat.
Keterampilan membaca tergolong keterampilan yang
bersifat aktif reseptif. Aktivitas membaca dapat dikembangkan
secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan
berbicara. Namun, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi
yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca
dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan
menyimak dan berbicara.
Keterampilan membaca terbagi ke dalam dua klasifikasi,
yakni (a) membaca permulaan, dan (b) membaca lanjutan.
Kemampuan membaca permulaan ditandai oleh kemampuan
melek huruf, yakni kemampuan mengenali lambang-lambang tulis
dan dapat membunyikannya dengan benar. Pada fase ini,
pemahaman isi bacaan belum begitu tampak karena orientasi
pembaca lebih ke pengenalan lambang bunyi bahasa. Sementara
pada membaca lanjut, kemampuan membaca ditandai oleh
25
kemampuan melek wacana. Artinya, pembaca bukan hanya
sekadar mengenali lambang tulis, bisa membunyikannya dengan
lancar, melainkan juga dapat memetik isi/makna bacaan yang
dibacanya. Penekanan membaca lanjut terletak pada
pemahaman isi bacaan, bahkan pada tingkat tinggi harus disertai
dengan kecepatan membaca yang memadai. Keterampilan-
keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang
harus dimiliki pembicara, adalah: a) mengenal sistem
tulisan yang digunakan, b) mengenal kosakata, c) menentukan
kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan
utama, d) menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata, dari
konteks tertulis, e) mengenal kelas kata gramatikal: kata benda,
kata sifat, dan sebagainya, f) menentukan konstituen-konstituen
dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan preposisi, g)
mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis, h) merekonstruksi dan
menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipan,
i) menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna
menarik kesimpulan-kesimpulan, j) menggunakan pengetahuan
dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan gramatikal untuk
memahami topik utama atau informasi utama, k) membedakan
ide utama dari detail-detail yang disajikan, l) menggunakan
strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan
membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide
26
utama atau melakukan studi secara mendalam. (Tarigan,
2008:11)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami
keterampilan membaca adalah suatu proses yang bersifat fisik
atau yang disebut proses mekanis berupa kegiatan mengamati
tulisan secara visual, sedangkan proses psikologis berupa
kegiatan berpikir dalam mengelola informas. Keterampilan
membaca tergolong keterampilan yang bersifat aktif reseptif.
Keterampilan membaca terbagi ke dalam dua klasifikasi, yakni (a)
membaca permulaan, dan (b) membaca lanjutan.
2. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak 4-5 Tahun
Anak merupakan manusia kecil yang memiliki karakteristik
unik seperti mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar dan
memiliki daya serap dan imajinasi yang kuat. Prasodjo (2010; 8)
mengemukan bahwa anak adalah pemikir yang konkret, spontan,
dan penuh rasa ingin tahu untuk memiliki akses ke dunia orang
dewasa. Menurut Dariyo (2007; 17) yang dimaksud dengan anak
adalah mereka yang sedang berada dalam perkembangan masa
prenatal, lahir, bayi atitama (anak tiga tahun pertama), alitama (anak
lima tahun pertama, dan anak tengah (6-12 tahun).
Golden age adalah masa keemasan manusia. Usia ini
merupakan priode yang amat penting bagi seorang anak. Pendidikan
pada rentang usia tersebut sangat menentukan tahap
perkembangan anak selanjutnya. Masa-masa emas tersebut berada
27
dalam rentang antara usia 0 sampai 6 tahun. Walaupun ada yang
mengatakan sampai usia 5 tahun. Mungkin karena sangat
berharganya masa-masa tersebut sehingga dinamakan usia emas.
Pendidikan untuk anak usia dini bukan merupakan proses
mengisi otak dengan berbagai informasi sebanyak mungkin,
melainkan proses menumbuhkan, memupuk, mendorong, dan
menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak
mengembangkan potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin.
Karena itu, pendidikan bukan didasarkan atas apa yang terbaik
menurut orang dewasa tapi didasarkan apa yang terbaik untuk anak.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelengaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan
dasar ke arah pertumbuhan dan enam perkembangan yaitu;
perkembangan moral dan agama, perkembangan fisik (koordinasi
motorik kasar dan halus), kecerdasan/kognitif (daya fikir, daya cipta),
sosio-emosional (sikap dan emosi), bahasa dan komunikasi, sesuai
dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan sesuai kelompok
usia yang dilalui oleh anak usia dini (Mansur, 2013:41).
Berdasarkan dimensi perkembangan bahasa anak usia dini,
pada usia 4-6 tahun memiliki karakteristik perkembangan, antara
lain: a) Dapat berbicara dengan menggunakan kalimat sederhana
yang terdiri dari 4-5 kata, b) Mampu melaksanakan tiga perintah
lisan secara berurutan dengan benar, c) Senang mendengarkan dan
menceritakan kembali cerita sederhana dengan urut dan mudah
28
dipahami, d) Menyebut nama, jenis kelamin dan umurnya. menyebut
nama panggilan orang lain (teman, kakak, adik, atau saudara yang
telah dikenalnya), e) Mengerti bentuk pertanyaan dengan
menggunakan apa, mengapa dan bagaimana, f) Dapat mengajukan
pertanyaan dengan menggunakan kata apa, siapa, dan mengapa, g)
Dapat menggunakan kata depan seperti di dalam, di luar, di atas, di
bawah, di samping, h) Dapat mengulang lagu anak- anak dan
menyanyikan lagu sederhana, i) Dapat menjawab telepon dan
menyampaikan pesan sederhana, j) Dapat berperan serta dalam
suatu percakapan dan tidak mendominasi untuk selalu ingin
didengar.
Menurut Kartono (2007:109) anak usia dini memiliki
karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa, karena anak usia
dini tumbuh dan berkembang dengan banyak cara dan berbeda.
Kartono menjelaskan bahwa anak usia dini memiliki karakteristik: 1)
bersifat egosentris, 2) mempunyai relasi sosial dengan benda-benda
dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif, 3) ada kesatuan
jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai
satu totalitas, 4) sikap hidup yang fisiognomis, yaitu anak secara
langsung memberikan atribut/sifat lahiriah atau materiel terhadap
setiap penghayatannya.
Sedangkan menurut Bredekamp dan Copple (dalam Syaodih
dan Agustin, 2008:2.3-2.4) berbagai karakteristik perkembangan
anak usia dini perlu dipahami oleh pendidik untuk memudahkan
29
dalam pendampingan perkembangan anak usia dini sebagai anak
didik. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut: a) Ranah
perkembangan anak: fisik, sosial, emosional, bahasa dan kognitif
saling berkaitan, b) Perkembangan terjadi berdasarkan urutan yang
realatif teratur dengan kemampuan, keterlampilan dan pengetahuan
berikutnya dibangun berdasarkan kemampuan, keterlampilan dan
pengetahuan yang telah dicapai sebelumnya, c)
Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berbeda dari
satu anak kepada anak yang lain demikian juga pada setiap bidang
perkembangan bagi setiap anak, d) Pengalaman awal memiliki
pengaruh kumulatif dan pengaruh tunda terhadap perkembangan
anak secara individual, e) Perkembangan berlangsung berdasarkan
arah yang dapat diprediksi ke arah kompleksitas, organisasi, dan
internalisasi yang semakin besar, f) Perkembangan dan
belajar di dalam dan dipengaruhi oleh berbagai konteks sosial dan
budaya, g) Anak-anak adalah pembelajar yang aktif, mereka
mengambil pengalaman fisik dan social langsung dan pengetahuan
yang tersebar melalui budaya untuk membentuk pemahamannya
tentang dunia di sekitar mereka, h) Perkembangan dan belajar
berasal dari interaksi kematangan biologis dan lingkungan yang
meliputi dunia fisik dan sosial tempat anak hidup, i) Bermain
merupakan suatu alat yang penting bagi perkembangan sosial,
emosi, kognitif, dan bahasa anak demikian pula refleksi
perkembangannya, j) Perkembangan maju saat anak-anak memiliki
30
kesempatan mempraktekan keterlampilan yang baru diperoleh
demikian pula saat mereka mengalami tantangan di atas tingkat
penguasaannya sekarang, k) Anak-anak menunjukan cara-cara
mengetahui dan belajar yang berbeda-beda demikian pula cara-cara
yang berbeda dalam mewujudkan pengetahuan mereka, l) Anak-
anak berkembang dan belajar dengan sangat baik dalam konteks
suatu komunitas dimana mereka merasa aman secara psikologis.
Berdasarkan karakteristik yang telah disampaikan maka dapat
diketahui bahwa anak usia 4-5 tahun (kelompok A), mereka dapat
melakukan gerakan yang terkoordinasi, perkembangan bahasa
sudah baik dan mampu berinteraksi sosial. Usia ini juga merupakan
masa sensitif bagi anak untuk belajar bahasa. Dengan
mengkoordinasikan pendengaran dan pikiran, maka anak akan
menyimpan bahasa/kosakata ketika mendengarkan sebuah cerita.
3. Metode Pembelajaran
Menurut M. Sobri (2009:88) metode pembelajaran adalah
cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik
agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk
mencapai tujuan.
Menurut Gerlach dan Elly (2008:14) metode pembelajaran
dapat diartikan sebagai rencana yang sistematis untuk
menyampaikan informasi.
31
Berdasarkan definisi atau pengertian metode pembelajaran
yang dikemukakan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang
dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri
siswa untuk mencapai tujuan.
4. Metode Bercerita
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara lisan
kepada orang lain dengan alat tentang apa yang harus disampaikan
dalam bentuk pesan. Informasi atau hanya sebuah cerita yang dapat
didengar dengan rasa menyenangkan. Pada pendidikan anak usia
dini, bercerita merupakan salah satu metode pengembangan bahasa
yang dapat mengembangkan beberapa aspek fisik maupun psikis
anak sesuai dengan terhadap perkembangannya. Nurgiyantoro
(2014) berpendapat, bahwa bercerita merupakan kegiatan
berbahasa yang bersifat produktif. Artinya, dalam bercerita
seseorang melibatkan pikiran, kesiapan mental, keberanian,
perkataan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh orang lain.
Piaget (Widiasih, 2013:3) mengatakan, bahwa peningkatan
kemampuan bahasa lisan anak dapat dilakukan dengan
menggunakan metode bercerita. Kegiatan bercerita dapat
memberikan kesempatan kepada anak untuk berfikir, berpendapat
secara bebas sesuai dengan cerita yang didengar. Kebebasan anak
dalam mendengarkan cerita dapat membangkitkan motivasi anak
dalam kegiatan belajar.
32
Menurut Sulastri dan Parmiti (2010:27), metode bercerita
merupakan cara bertutur kata dan menyampaikan cerita atau
memberikan penerangan secara lisan. Musfiroh (2005:79),
mengatakan bahwa metode bercerita adalah salah satu metode
yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa anak.
Dengan kata lain bercerita adalah salah satu keterlampilan
berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang
lain dengan cara menyampaikan berbagai macam ungkapan,
berbagai perasaan sesuai dengan apa yang di dalam, dirasakan,
dilihat, dan dibaca.
Kegiatan bercerita merupakan kegiatan yang bermakna dalam
kaitannya dengan perkembangan anak. Alasan bercerita sebagai
sesuatu yang penting bagi anak, dapat disimak pada uraian berikut:
a) Bercerita merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling
mudah dicerna anak di samping teladan yang dilihat anak tiap hari,
b) Bercerita merupakan metode dan materi yang dapat
diintegrasikan dengan dasar keterampilan lain, yakni berbicara,
membaca, menulis dan menyimak, c) Bercerita memberi ruang
lingkup yang bebas pada anak untuk mengembangkan kemampuan
bersimpati dan berempati terhadap peristiwa yang menimpa orang
lain, hal tersebut mendasari anak untuk memiliki kepekaan sosial, d)
Bercerita memberi contoh pada anak bagaimana menyikapi suatu
permasalahan dengan baik, bagaimana melakukan pembicaraan
33
yang baik, sekaligus memberi pelajaran bagi anak bagaimana cara
mengendalikan keinginan-keinginan yang dinilai negatif oleh
masyarakat, e) Bercerita memberikan barometer sosial pada anak,
nilai-nilai apa saja yang diterima oleh masyarakat sekitar, seperti
patuh pada perintah orang tua, mengalah pada adik, dan selalu
bersikap jujur, f) Bercerita memberikan pelajaran budaya dan budi
pekerti yang memiliki retensi lebih kuat dari pada pelajaran budi
pekerti yang diberikan melalui penuturan dan perintah langsung, g)
Bercerita memberikan ruang gerak pada anak, kapan suatu nilai
yang berhasil ditangkap akan diaplikasikan, h) Bercerita
membangkitkan rasa ingin tahu anak akan peristiwa atau cerita, alur,
plot, dan demikian itu menumbuhkan kemampuan merangkai
hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa dan memberikan
peluang bagi anak untuk belajar menelaah kejadian di sekelilingnya.
Arti penting bercerita begi pendidikan anak taman kanak
kanak, tidak dapat dilepaskan dari kemampuan guru dalam
mentransmisikan nilai-nilai luhur kehidupan dalam bentuk cerita atau
dongeng. Kemampuan guru menjadi tolak ukur kebermaknaan
bercerita. Cerita untuk anak dapat dikatagorikan sebagai karya
sastra. Hanya saja prioritas penikmatnya berbeda meskipun
demikian, membuat cerita untuk anak tetap harus memenuhi
persyaratan. Membuat cerita anak, terlebih cerita tertulis,
membutuhkan ketekunan, pendalaman, energi yang besar, dan
34
pengetahuan tentang pembacanya itu sendiri. (Epstin, dalam
Bunanta, 2000:18).
Cerita merupakan dunia yang diciptakan melalui kata-kata.
Dunia itu diciptakan, dibangun, ditawarkan, dan diabstraksikan, dan
sekaligus ditafsirkan lewat kata-kata. (Nurgiyantoro, 2011.164).
Cerita dengan media bahasa harus dapat dipahami pembaca atau
pendengarnya, oleh karena itu bahasa yang digunakan harus sesuai
dengan tingkat usia, sekolah, dan pendidikan pembaca atau
pendengarnya. Bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak
sesuai taman kanak-kanak ditandai sifat-sifatnya, sebagai berikut:
a. Kosakata sesuai tahap perkembangan bahasa anak: 1) Cerita
untuk anak usia 4 tahun berisi kata-kata mudah yang didasarkan
pada kurang lebih 1.500 kata yang diperoleh anak. Untuk anak
usia lima tahun didasarkan pada sekitar 3.000 kata, 2) Kosakata
yang digunakan tidak bermakna ganda sehingga akan
menyulitkan anak dalam memahami cerita, 3) Kata-kata yang
dianggap penting dapat diulang-ulang dalam penceritaan.
b. Struktur kalimat sesuai tingkat prolehan anak, 1) Cerita untuk
anak yang berumur empat tahun berisi kira-kira empat kata
dalam satu kalimat, anak lima tahun lima kata, hal tersebut
didasarkan pada teori piaget tentang perkembangan struktur
kalimat anak, 2) Kalimat yang panjang baiknya dipecah menjadi
beberapa kalimat, 3) Dapat diperkenalkan pada berbagai jenis
35
dan kalimat: kalimat aktif, kalimat pasif, dan kalimat majemuk
misalnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode bercerita merupakan
salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak dengan
membawakan cerita kepada anak secara lisan.
a. Manfaat Bercerita untuk Anak
Muslichatoen (2004:168-170) mengemukakan bahwa
metode bercerita mempunyai beberapa manfaat penting bagi
anak yaitu sebagai berikut: a) bercerita merupakan kegiatan yang
menarik bagi anak, b) bercerita dapat memberikan sejumlah
pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan, c)
bercerita dapat memberikan pengalaman belajar untuk melatih
pendengaran, d) bercerita dapat mengembangkan kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor, e) Bercerita dapat menggetarkan
perasaan, membangkitkan semangat dan menimbulkan
keasyikan tersendiri, f) Bercerita dapat digunakan guru untuk
menuturkan beragam pekerjaan atau profesi yang ada di
masyarakat.
Manfaat bercerita dikemukakan juga oleh Yudha (dalam
Rahayu, 2013: 82) yaitu sebagai berikut: a) Kegiatan bercerita
melatih daya konsentrasi anak, b) Melatih anak untuk
berasosiasi, c) Mengasah kreativitas anak, d) Sebagai media
bersosialisasi, e) menumbuhkan kepercayaan dalam diri anak,f)
melatih anak berfikir kritis dan sistematis, g) kegiatan
36
pembelajaran yang menyenangkan bagi anak, h) melatih
kemampuan berbahasa anak.
Bercerita sangat bermanfaat bagi pengembangan anak.
Berikut ini dapat disimak beberapa pandangan mengenai
manfaat bercerita; a). Membantu pembentukan pribadi dan moral
anak. Bercerita sangat efektif membentuk pribadi dan moral
anak. Melalui bercerita, anak dapat memahami nilai baik dan
buruk yang berlaku pada masyarakat, b) Menyalurkan kebutuhan
imajinasi dan fantasi. Bercerita dapat dijadikan sebagai media
menyalurkan imajinasi dan fantasi anak. Pada saat menyimak
cerita, imajinasi anak mulai dirangsang. Imajinasi yang dibangun
anak saat menyimak cerita memberikan pengaruh positif
terhadap kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah
secara kreatif, c) Memacu kemampuan verbal anak. Cerita dapat
memacu kecerdasan linguistik anak. Bercerita mendorong anak
bukan saja senang menyimak cerita tetapi juga senang bercerita
atau berbicara anak belajar tata cara berdialog dan bernarasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan
manfaat bercerita yaitu membantu pembentukan pribadi dan
moral anak. Bercerita sangat efektif membentuk pribadi dan
moral anak, menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi serta
memacu kemampuan verbal anak.
37
b. Tujuan Metode Bercerita
Tujuan dari metode bercerita adalah melatih daya tangkap,
melatih daya fikir, melatih daya konsentrasi, membantu
perkembangan fantasi, menciptakan suasana menyenangkan
dan akrab. Moeslichatoen (1999:170), mengungkapkan melalui
bercerita anak dapat menyerap pesan-pesan yang dituturkan.
Penuturan cerita yang mengendung informasi atau nilai-nilai itu
dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Widiasih (2013:3), menyatakan bahwa metode bercerita
bagi anak TK bertujuan agar anak mampu mendengarkan dan
memahami apa yang disampaikan orang lain. Anak juga dapat
bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan serta anak
dapat menceritakan kembali dan mengekspresikan apa yang
telah didengar kepada orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan
tujuan metode bercerita adalah melatih daya tangkap, melatih
daya fikir, melatih daya konsentrasi, membantu perkembangan
fantasi, menciptakan suasana menyenangkan dan akrab. Selain
itu, metode bercerita bertujuan agar anak mampu mendengarkan
dan memahami apa yang disampaikan orang lain.
B. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti “tengah”atau “pengantar” (Arsyad, 2013:3). Gerlach dan Ely
38
mengatakan, “media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi, kejadian yang membangun suatu kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterlampilan, atau
sikap.”
Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah
merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
belajar-mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis,
atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal.
AECT (Assosiation of Education and Communication
Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk
dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi. Di samping sebagai sistem penyampai atau pengantar,
media-yang sering diganti dengan kata mediator-menurut Flemming
(1987:234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam
dua pihak dan mendamaikannnya.
Fungsi dan peran mediator yaitu mengatur hubungan yang efektif
antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan dalam isi
pelajaran. Di samping itu, mediator dapat pula mencerminkan
pengertian setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi-
mulai dari guru sampai peralatan paling canggih-dapat disebut sebagai
media.
Sementara itu, Gagne dan Briggs (dalam Arsyad, 2013:4) secara
implist mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang
39
secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang
terdiri dari buku, tape recorder, kaset, vidi camera, vidio recorder, film,
Slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.
Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana
fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang
dapat merangsang siswa untuk belajar.
McLuhan (dalam Sadiman, 2004:24), berpendapat bahwa media
adalah sarana yang juga disebut channel. Media tersebut dapat
digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat
siswa sehingga terjadi proses belajar. Pada hakekatnya media bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan manusia dalam merasakan,
mendengarkan dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang, dan waktu
yang hampir tak terbatas lagi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, Disimpulkan bahwa
media adalah sarana yang digunakan untuk menyampaikan informasi
kepada orang lain, yang dapat mendukung proses belajar mengajar di
sekolah. Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan membantu
guru dalam proses pembelajaran. Namun dalam hal ini yang terpenting
bukanlah peralatannya, melainkan pesan belajar yang dibawa oleh
media atau guru yang memanfaatkannya.
Adapun pembelajaran adalah kata yang paling tepat untuk
mengartikan instruction, yaitu bagaimana mengelola agar tindakan
belajar pada seseorang atau sejumlah orang secara efektif dan efesien
(ahmad Rohani:68).
40
Setelah mencermati pengertian di atas, maka media
pembelajaran itu terdiri atas dua unsur penting; a). Unsur peralatan atau
perangkat keras (hardware)-yaitu sarana atau peralatan yang digunakan
atau menyajikan pesan, b) Unsur pesan yang dibawanya
(message/software)-yaitu informasi atau bahan ajar dalam tema atau
topic tertentu yang akan disampaikan atau dipelajari anak, c) Dengan
demikian, sesuatu baru bisa dikatakan sebagai media pembelajaran jika
sudah memiliki dua unsur tersebut.
Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode bercerita
harus memperhatikan situasi lingkungan dan media yang digunakan
agar kegiatan bercerita menjadi menarik bagi anak. Penggunaan media
dan bahasa yang disampaikan saat bercerita harus disesuaikan dengan
tahap perkembangan anak.
Cerita yang disampaikan juga harus disesuaikan dengan tema
dan dikaitkan dengan kehidupan anak sehari-hari agar lebih efektif,
komunikatif dan menyenangkan bagi anak. Pelaksanaan metode
bercerita membutuhkan media yang tepat dan menyenangkan bagi
anak. Media dapat membantu memperjelas bahan atau materi yang
disampaikan oleh guru.
Menurut Sujana (2007:2) beberapa manfaat media pembelajaran,
antara lain: a) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga
dapat menumbuhkan motivasi belajar, b) Bahan pengajaran akan lebih
jelas maknanya sehingga lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan
siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik, c) Metode mengajar
41
akan lebih bervariasi tak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga, d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan
belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tapi juga aktivtas
lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Dalam ensiklopedi of Educational Research (dalam Syukur, 2008:
120) manfaat media pendidikan atau pembelajaran sebagai berikut; a)
Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir sehingga
mengurangi verbalitas, b) Memperbesar perhatian siswa, c)
Meletakkan dasar yang penting untuk perkembangan belajar oleh
karena itu pelajaran lebih mantap, d) Memberikan pengalaman yang
nyata, e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu,
f) Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu
perkembangan bahasa, g) Memberikan pengalaman yang tidak
diperoleh dengan cara yang lain, h) Media pendidikan memungkinkan
terjadinya interaksi langsung antara guru dan siswa, i) Media pendidikan
memberikan pengertian atau konsep yang sebenarnya secara realitas
dan teliti, j) Media pendidikan membangkitkan motivasi dan merangsang
kegiatan belajar.
Media yang dimaksud dalam hal ini adalah alat peraga yang
digunakan dalam pembelajaran yang pengadaannya dibuat oleg guru itu
sendiri. Pengadaan alat peraga dapat memanfaatkan sumber atau
bahan yang mudah didapat misalnya menggunakan kain celemek.
Media kain celemek merupakan media yang terbuat dari kain planel
42
yang berbentuk seperti celemek dengan di tempel gambar-gambar yang
sesuai dengen cerita. Gambar pada kain celemek tersebut bisa ditempel
dan dilepas sesuai dengan kebutuhan dan cerita yang disampaikan.
Gambar-gambar yang digunakan pada gambar kain celemek tersebut
dapat mempermudah anak memahami isi cerita yang disampaikan.
C. Media Celemek Cerita
Moeslichatun (2012:82) mengatakan, bahwa metode bercerita
dengan celemek ceria merupakan salah satu metode guna menarik
minat anak untuk mau mendengarkan cerita dan memperhatikan isi
cerita melelui sebuah media sederhana yang menarik berupa celemek
yang digunakan ditempel didada guna menunjang penyampaian isi
cerita. Selaras dengan pendapat tersebut (Nata, 2011) menyampaikan
tentang metode bercerita menggunakan celemek ceria, yaitu kegiatan
bercerita atau menyampaikan isi cerita dengan media celemek yang
telah dimodifikasi menjadi alat peraga edukatif untuk menyampaikan isi
cerita. Dengan media celemek ceria yang bersifat mobile diharapkan
dapat membuat anak lebih tertarik pada cerita yang dibawakan guru dan
pendidik berhasil menyampaikan isi cerita yang ingin disampaikan.
Menurut Piaget (dalam Dhieni, 2007:2.15), menyatakan bahwa
anak belajar mengenal konsep melalui gambar-gambar dan benda yang
ada di sekitar. Saat kegiatan bercerita anak dapat melihat gambar-
gambar yang ada pada cerita kain celemek dan menempelkannya
sesuai dengan cerita yang disampaikan.
43
Media celemek ceria merupakan sarana fisik berupa kain
penutup baju menempel di dada yang digunakan untuk membantu
menyampaikan pesan, informasi, atau dongeng yang didengarkan
dengan cara menyenangkan. Menurut Satriana (2010), ada beberapa
manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan bercerita dengan media
celemek cerita, yaitu; a) Menumbuhkembangkan kemampuan kognitif
anak, untuk terlatih memahami proses cerita, mempelajari hubungan
bagian-bagian dalam cerita termasuk hubungan sebab-akibat,
b) Melatih daya konsentrasi anak untuk memusatkan perhatiannya pada
keseluruhan gambar tokoh pada celemek, karena dengan pemusatan
perhatian tersebut anak dapat melihat hubungan bagian-bagian cerita
sekaligus menangkap ide pokok dalam cerita yang diilustrasikan dalam
gambar dan latar suasana yang dilukiskan melalui media celemek ceria,
c) Mengembangkan daya imajinasi anak. Ketika melihat gambar tokoh
dan latar pada celemek ceria akan membentuk suatu cerita sesuai versi
anak sendiri melalui indra pendengaran dan penglihatannya yang
kemudian akan disesuaikan dengan kenyataan cerita dalam celemek
ceria, d) Menciptakan situasi yang menggembirakan serta
mengembangkan suasana hubungan yang akrab sesuai dengan
tahapan perkembangannya. Anak senang mendengarkan cerita
terutama bila guru menyajikannya dengan menarik.
Selaras dengan pendapat tersebut, Susilawati (2010)
mengungkapkan manfaat cerita dengan celemek ceria, yaitu menjadi
fondasi dasar kemampuan berbahasa, meningkatkan kemampuan
44
komunikasi verbal, meningkatkan kemampuan menyimak, mengasah
logika berfikir dan rasa ingin tahu, menambah wawasan,
mengembangkan imajinasi dan jiwa petualangan, mempererat ikatan
batin orangtua dan anak, meningkatkan kecerdasan emosional, dan alat
untuk meningkatkan nilai moral, etika, serta membangun pribadi.
Metode bercerita dengan menggunakan media kain celemek
cerua dapat memanfaatkan indera visual anak dalam meningkatkan
kemampuan bahasa lisan anak. Sadjaah (2005:137), menyatakan
pemerolehan bahasa melalui dimensi-dimensi proses lihat, merasa dan
meraba secara langsung akan melekat dalam ingatannya. Pada saat
guru bercerita menggunakan media kain celemek ceria ini, guru
meminta anak untuk memilih dan menempelkan gambar pada celemek
sesuai dengan cerita. Kegiatan ini bertujuan untuk memotivasi anak
sehingga anak lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan karena anak
terlibat langsung dalam proses bercerita. Kegiatan memasangkan
gambar sesuai dengan kata atau kalimat yang diucapkan guru bertujuan
untuk mempermudah anak dalam mengingat cerita.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan media
celemek ceria merupakan sarana fisik berupa kain penutup baju
menempel di dada yang digunakan untuk membantu menyampaikan
pesan, informasi, atau dongeng yang didengarkan dengan cara
menyenangkan yang bertujuan untuk memotivasi anak sehingga anak
lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan karena anak terlibat langsung
dalam proses bercerita.
45
D. Kerangka Berfikir
Kemampuan bahasa merupakan suatu kemampuan siswa dalam
berkomunikasi terhadap lawan bicaranya dengan penguasaan
kemampuan bahasanya. Untuk dapat membangun kemampuan bahasa
dibutuhkan berbagai faktor pendukung yang mampu menambah
kosakata atau bahasa anak.
Kualitas metode yang digunakan dalam menyampaikan informasi
atau fakta secara langsung mampu mempengaruhi perilaku belajar
dalam bahasa. Terdapat banyak metode serta media yang dapat
digunakan untuk menambah bahasa. Metode bercerita merupakan
salah satu metode yang menambah bahasa atau kata pada diri anak.
Bercerita adalah hal yang sangat disukai oleh kalangan anak-
anak terutama pada siswa sekolah taman kanak-kanak, karena dalam
menyampaikan sebuah cerita anak akan mendapatkan kosakata atau
bahasa baru dari sebuah cerita tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut
dapat dijelaskan bahwa penggunaan metode bercerita melalui media
celemek ceria diharapkan dapat membantu meningkatkan keterampilan
bahasa siswa di taman kanak-kanak khususnya kemampuan berbicara
dan mendengar.
Celemek ceria adalah salah satu media untuk membantu atau
memudahkan guru dalam penyampaian materi atau sebuah cerita
kepada siswa agar siswa mudah memahami melewati media celemek
ceria tersebut.
46
Bagan 2.1
Bagan Kerangka Berfikir
E. Hipotesis Tindakan
Mengacu pada uraian serta teori pendukung yang telah
dipaparkan di atas dan didasari oleh latar belakang yang ada, dapat
disusun hipotesis tindakan sebagai berikut: ”Media celemek ceria dapat
meningkatkan keterampilan bahasa anak khususnya kemampuan
berbicara dan mendengar pada anak usia 4-5 tahun di RA Darul
Hikmah”.
Keterampilan bahasa anak usia 4-5 tahun di RA
Darul Hikmah sebelum dilakukan pembelajaran
bercerita dengan celemek ceria masih rendah dan
media- media bercerita belum variatif
Meningkatkan keterampilan bahasa anak khususnya
kemampuan berbicara dan mendengar melalui
metode bercerita dengan media celemek ceria
Keterampilan bahasa anak meningkat khususnya
kemampuan berbicara dan mendengar setelah
kegiatan pembelajaran melalui metode bercerita
dengan media celemek ceria
Kondisi Awal
Tindakan (PTK)
Kondisi Akhir
(Harapan)
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RA Darul Hikmah Penjaringan
Jakarta Utara. Penelitian dilakukan pada anak usia 4-5 tahun
kelompok A. Pemilihan sekolah ini karena didasarkan pada
pertimbangan perlu diadakannya perbaikan dalam kegiatan bahasa
pada anak.
Selama ini di RA Darul Hikmah Penjaringan Jakarta Utara
keterampilan bahasa pada anak belum berkembang dengan baik.
Metode yang diterapkan guru dalam mengajarkan keterampilan
bahasa kurang inovatif dan kurangnya media yang digunakan untuk
belajar di sekolah ini.
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian dilakukan pada semester genap
tahun ajaran 2017/2018, yaitu bulan Januari sampai Maret 2018.
Penentuan waktu penelitian berdasarkan pada kalender akademik
sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang
membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.
Penelitian dimulai dengan kegiatan pra siklus, kemudian dilanjutkan
48
dengan siklus I dan siklus ll. Pada setiap siklus dilakukan dalam 3
pertemuan.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok A di Raudathul
Athfal Darul Hikmah Penjaringn Jakarta Utara, yang berjumlah 9
dengan 3 anak perempuan dan 6 anak laki-laki. Penelitian ini diawali
dengan kegiatan pra siklus, kemudian dilanjutkan dengan siklus 1
dan 2. Pada setiap siklus dilakukan 3 kali pertemuan adapun
kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Jenis penelitian Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1 Menyusun proposal
2 Penyusunan bab 1-3
3 Revisi bab 3
4 Penyusunan instrumen
5 Penelitian
6 Mengelola data hasil
penelitian
7 Penyusunan bab 4 dan 5
8 Revisi bab 4 dan 5
9
Perlengkapan skripsi dari
bab 1 sampai 5 lembar
persetujuan dan lampiran
10 Acc untuk sidang
B. Metode Penelitian
1. Metode penelitian
49
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian tindakan kelas atau (Classroom Action
Research/CAR). Menurut Trianto (2011:13) penelitian tindakan kelas
barasal dari istilah bahassa inggris (Classroom Action Research),
yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk
mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek
penelitian di kelas tersebut.
Menurut Kunandar (2008:41), bahwa Penelitian Tindakan
Kelas atau PTK (Classroom Action Research) memiliki peranan yang
sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran
apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.
Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam
PTK (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan
dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi
dalam pembelajaran di dalam kelas. Diimplementasikan dengan
benar, artinya sesuai dengan kaidah-kaidah PTK.
Menurut Elliott (dalam Ekawarna, 2013:5), PTK adalah kajian
dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk
memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut.
Menurut Kunandar (2008:58) Tindakan kelas (PTK) memiliki
karakteristik, yaitu: a. On-the job problem oriented (masalah yang
diteliti adalah masalah rill atau nyata yang muncul dari dunia kerja
peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab
peneliti), b. Problem-solving oriented (berorientasi pada pemecahan
50
masalah), c. Improvement-oriented (beroeientasi pada peningkatan
mutu), d. Ciclic (siklus).
Maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk
memperbaiki kualitas situasi sosial atau meningkatkan mutu
pembelajaran pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut dengan
cara mengimplementasikan penelitian tindakan kelas yang baik dan
benar.
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam
pelaksanaan penelitian adalah teori yang diperkenalkan Kemmis dan
Mc. Taggart (dalam Kunandar, 2010: 96) yaitu penelitian yang
dilakukan melalui empat tahap proses yang dinamis antara lain : 1)
penyusunan rencana, 2) tindakan, 3) observasi dan 4) refleksi.
Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang selama dua siklus
agar tujuan penelitian dapat tercapai.
51
Model Kemmis dan Mc. Taggart
Sumber : Suharsimi Arikunto dalam Kunandar (2010: 96)
Pada awalnya proses penelitian dimulai dari perencanaan,
namun karena keempat komponen tersebut berfungsi dalam suatu
kegiatan yang berupa siklus, maka untuk selanjutnya masing-masing
berperan secara berkesinambungan.
3. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Menurut Tampubolon (2014:35) bahwa keberhasilan kualitas
proses pembelajaran minimal “baik” indikator keberhasilan perbaikan
keberhasilan perilaku siswa dan indikator keberhasilan hasil belajar
secara klasikal minimal 75% dari jumlah siswa mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) = 70.
52
Menurut Iskandar (2011 : 133) kriteria keberhasilan tindakan
apabila 75% dari siswa berani dan mampu menjawab pertanyaan
dari guru atau peneliti.
Menurut Ekawarna (2010 : 92) menyatakan bahwa menjadi
kriteria keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas yaitu tingkat
penguasaan kompetensi minimal 75% baik dari siswa maupun guru
penyaji/peneliti.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam kriteria
keberhasilan tindakan kelas yang tersusun dalam lembar observasi
kegiatan dapat diketahui dengan cara membandingkan hasil
kegiatan dari setiap siklus. Maka peneliti menetapkan kriteria
keberhasilan tindakan dari aspek kemampuan pengembangan
berbicara dan mendengarkan anak usia 4-5 tahun mencapai 75%.
4. Desain dan Prosedur Tindakan
a. Desain Tindakan
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang dilakukan melalui beberapa tahap tahap, yaitu pra siklus,
siklus I dan siklus II. Peneliti bersama pihak sekolah senantiasa
berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan
prosedur yang efektif.
Desain tindakan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.
Taggart. Sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli, secara
garis besar terdapat empat tahapan yang harus dilalui,yaitu ; a.
53
Perencanaan, b. Pelaksanaan / Tindakan, c. Observasi, d.
Refleksi
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
peserta didik kelompok A usia 4-5 tahun Pendidikan Anak Usia
Dini RA Darul Hikmah yang terdiri dari 9 anak yaitu 6 laki-laki dan
3 anak perempuan. Sementara kolaborator yang terlibat dalam
penelitian ini adalah peneliti langsung merangkap sebagai guru
kelompok A.
Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pemimpin
perencana dan pelaksana. Peneliti membuat rencana tindakan
secara sistematik yang berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran, kemudian memberikan tindakan kepada subjek
penelitian. Selama proses penelitian, peneliti melakukan
pengamatan yang hasilnya dievaluasi. Hasil pengamatan dan
refleksi tindakan yang telah dilakukan dapat digunakan untuk
menganalisis data dan sebagai bahan acuan untuk memperbaiki
perencanaannya pada siklus selanjutnya.
b. Prosedur Tindakan
1) Tahap Pra Siklus
Sebelum melakukan siklus pertama, peneliti akan
melakukan beberapa persiapan. Adapun persiapan-persiapan
tersebut antara lain; 1). Mendiskusikan instrumen yang akan
digunakan kepada dosen pembimbing untuk penelitian, 2).
Meminta izin kepada pihak sekolah terkait, 3). Menentukan
54
waktu pelaksanaan penelitian, 4). Mencari dan
mengumpulkan data-data anak-anak sebagai subjek
penelitian. Data tersebut diperoleh dari hasil observasi
langsung terhadap anak-anak yang akan diteliti, 5).
Mengumpulkan informasi untuk mengetahui sejauhmana
pengembangan keterampilan bahasa anak khususnya
kemampuan berbicara dan mendengar pada anak melalui
observasi yang telah dilakukan.
Tabel 3.2
Jadwal Penelitian Pra Siklus
Pertemuan
ke
Hari / Tanggal Lama
pertemuan
Waktu
pelaksanaan
1 Senin-12-Febuari-2018 45 menit 08.30-09.15
2 Selasa-13-Febuarii-
2018
45 menit 08.30-09.15
3 Rabu-14-Febuarii-2017 45 menit 08.30-09.15
Tabel 3.3
Satuan Perencanaan Prasiklus Pertemuan ke 1
Materi : Bercerita
Tujuan :untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada anak
Aktivitas belajar : anak menjawab pertanyaan, dan mengulang kata atau
cerita yang disampaikan oleh guru.
Waktu : 45 menit
Metode penilaian : observasi, tanya jawab, unjuk kerja
55
Alat pengumpul data
- Instrumen kecerdasan linguistik - Lembar penilaian siswa
Pertemuan ke 2
Materi : Mewarnai
Tujuan : Untuk meningkatkan keterampilan seni anak dalam mewarnai
Aktivitas belajar : anak mewarnai pada buku panduan
Waktu : 45 menit
Metode penilaian : observasi, unjuk kerja
Alat pengumpul data
- Lembar kerja
- Lembar Penilaian
Pertemuan 3
Materi : Bercerita
Tujuan :untuk meningkatkan kemampuan bahasa dan menambah
kosakata pada anak
Aktivitas belajar : anak bercerita sesuai imajinasinya
Waktu : 45 menit
Metode penilaian : observasi, berbicara
Alat pengumpul data
- Lembar catatn penilaian
- Instrumen kecerdsan bahasa
Catatan kegiatan pra siklus :
a) Hari pertama yaitu tanggal 15 Januari 2018 Peneliti
melakukan pengamatan dengan mengikuti kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas. Setelah
pembelajaran selesai, peneliti melakukan wawancara
dengan guru kelas bernama bunda Isti yang nantinya akan
membantu peneliti sebagai kolaborator.
56
b) Hari kedua yaitu tanggal 16 Januari 2018 Peneliti
melakukan pengamatan kembali dengan mengikuti
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas.
Peneliti mengamati subyek peneliti dan mencatat nama-
nama anak yang akan diteliti serta melakukan diskusi
dengan guru kelas/ kolaborator mengenai Rencana
Kegiatan Harian yang akan dilakukan untuk peneliti siklius
1.
c) Hari ketiga yaitu tanggal 17 Januari 2018 Peneliti
melakukan pengamatan kembali dengan mengikuti
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas.
Kemudian peneliti melakukan persiapan alat-alat dan
media pembelajaran dibantu oleh pihak sekolah dan
kolaborator.
2) Tahap Siklus I
Setelah melakukan pra siklus, peneliti membuat
langkah-langkah penelitian siklus I dengan tahapan sebagai
berikut:
a) Tahapan Perencanaan (planning)
(1) Membuat rencana tindakan yang akan diberikan
kepada anak. Satuan perencanaan disusun
berdasarkan materi, tujuan, aktivitas bermain, metode
penelitian, media, kegiatan, dan alat pengumpulan data
57
yang terbagi dalam 3 kali pertemuan dan membuat
Rencana Kegiatan Harian (RKH) berdasarkan acuan di
Pendidikan Anak Usia Dini RA Darul Hikmah.
(2) Menyiapkan media yang sesuai dengan yang akan
diberikan kepada anak dalam mengembangkan
keterampilan bahasa khususnya kemampuan berbicara
dan mendengar melalui metode celemek ceria.
(3) Menyiapkan alat pengumpulan data berupa lembar
observasi, lembar kerja anak dan alat dokumentasi
berupa kamera.
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian Siklus I
Pertemua
n ke
Hari /
Tanggal
Lama
pertemua
n
Waktu
pelaksanaa
n
Kegiatan
1 Senin, 21
Mei 2018
45 menit 08.30-09.15 Bercerita “Dokter
Kelinci dan Pak
Buaya”
2 Rabu, 23
Mei 2018
45 menit 08.30-09.15 Bercerits “Nelayan”
3 Kamis, 24
Mei 2018
45 menit 08.30-09.15 Bercerita “Petani dan
Anak Harimau”
58
Tabel 3.5
Satuan Perencanaan Siklus I
Pertemuan ke 1
Materi : Berbicara
Tujuan :untuk meningkatkan keterampilan bahasa : anak dapat
menjawab pertanyaan, dan berbicara dengan jelas dan tidak terbata-bata, anak
dapat berbicara didepan umum.
Aktivitas belajar : anak menjawab pertanyaan, dan mengulang kata atau
cerita yang disampaikan oleh guru.
Waktu : 45 menit
Metode penilaian : observasi, tanya jawab, unjuk kerja
Alat pengumpul data
- Lembar catatan lapangan - Instrumen kecerdasan linguistik - Kamera untuk dokumentasi
Pertemuan ke 2
Materi : Membaca
Tujuan :. Untuk meningkatkan keterampilan bahasa : anak dapat
mengenal huruf konsonan dan anak dapat mengenal kata yang huruf depannya
“ne, ra ,dan su”
Aktivitas belajar : anak membaca kosakata
Waktu : 45 menit
Metode penilaian : observasi, tanya jawab, unjuk kerja
Alat pengumpul data
- Lembar catatan lapangan
- Instrumen kecerdsan bahasa
- Kamera untuk dokumentasi
Pertemuan 3
Materi : Menulis
Tujuan :untuk meningkatkan keterampilan bahasa: anak dapat
membuat gambar dan anak dapat menulis sesuai contoh
Aktivitas belajar : anak mengikuti sesuai pola yang sudah dibuat.
59
Waktu : 45 menit
Metode penilaian : observasi, tanya jawab, unjuk kerja
Alat pengumpul data
- Lembar catatan lapangan
- Instrumen kecerdsan bahasa
- Kamera untuk dokumentasi - Lembaran kerja
b) Tahapan Tindakan
Tahapan ini merupakan tahapan pelaksanaan
peneliti dari satuan perencanaan siklus satu yaitu pada
pertemuan pertama peneliti akan melakukan tindakan
membaca tokoh-tokoh yang ada di dalam buku cerita.
Pada pertemuan kedua peneliti dan anak-anak bersama-
sama menggambar salah satu tokoh dalam sebuah cerita
atau pemandangan yang ada di buku cerita. Pada
pertemuan ketiga peneliti akan bercerita dan anak-anak
menyimak lalu mengulang kembali apa yang telah
diceritakan. Tindakan yang dilakukan peneliti tujuannya
untuk mengembangkan keterampilan bahasa khususnya
kemampuan berbicara dan mendengar pada anak usia 4-5
tahun melalui metode celemek ceria. Pelaksanaan
tindakan tersebut dilakukan 3 kali pertemuan yang
disesuaikan dengan waktu belajar yang telah dijadwalkan
pihak sekolah.
c) Tahapan Observasi
60
Pada tahapan ini akan dilakukan observasi secara
langsung dengan memakai format observasi yang telah
disusun dan melakukan penilaian terhadap hasil tindakan
dengan menggunakan format evaluasi.
Kolaborator akan mengamati jalannya kegiatan
untuk melihat apakah tindakan tersebut sesuai dengan
yang direncanakan. Pengamatan dicatat dalam bentuk
uraian pada lembar catatan lapangan berdasarkan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan kolaborator
serta dilengkapi dengan hasil dokumentasi.
d) Tahapan Refleksi
Setelah dilakukan perencanaan, tindakan dan
observasi maka peneliti bersama kolaborator akan
mengadakan refleksi terhadap tindakan-tindakan yang
telah dilakukan untuk menganalisis ketercapaian proses
pemberian tindakan maupun untuk menganalisis faktor
penyebab tidak tercapainya tindakan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi yaitu
peneliti membandingkan keterampilan bahasa pada anak
sebelum diberikan tindakan dengan sesudah diberikan
tindakan pada akhir siklus. Selanjutnya peneliti dan
kolaborator akan melihat kekurangan dan perkembangan
pada anak serta mengevaluasinya. Terakhir peneliti membuat
daftar hasil kemampuan yang dicapai oleh masing-masing
61
anak. Hasil refleksi akan digunakan sebagai revisi tindakan
siklus I apabila telah terjadi peningkatan tetapi belum
signifikan pada setiap aspeknya, maka perlu dilanjut pada
siklus II.
3) Tahap Siklus II
Secara umum tahapan siklus kedua sama dengan
siklus pertama. Siklus kedua juga terdiri dari empat tahapan.
Pada tahapan perencanaannya tindakan dilakukan identifikasi
masalah yang timbul pada siklus pertama. Kegiatan ini akan
dilakukan oleh peneliti dan kolaborator dengan mengacu pada
hasil refleksi pada siklus pertama. Tahapan peneliti pada
siklus II meliputi:
a) Tahapan Perencanaan (Planning)
(1) Membuat rencana tindakan yang akan diberikan
kepada anak. Satuan perencanaan disusun
berdasarkan materi, tujuan, aktivitas bermain, metode
penilaian, media, kegiatan dan alat pengumpul data
yang terbagi dalam 3 kali pertemuan dan membuat
Rencana Kegiatan Harian (RKH) berdasarkan acuan di
RA. Darul Hikmah.
(2) Menyiapkan media yang sesuai dengan yang akan
diberikan kepada anak dalam mengembangkan
keterampilan bahasa melalui metode celemek ceria
Menyiapkan alat pengumpul data berupa lembar
62
observasi, lembar kerja anak dan alat dokumentasi
berupa kamera.
Tabel 3.6 Jadwal Penelitian Siklus II
Pertemuan
ke
Hari /
Tanggal
Lama
pertemuan
Waktu
pelaksanaan
Kegiatan
1 Senin, 28
Mei 2018
45 menit 08.30-09.15 Bercerita
“Semut dan
Belalang”
2 Rabu, 30
Mei 2018
45 menit 08.30-09.15 Bercerita “Gajah
yang baik hati”
3 Kamis, 31
Mei 2018
45 menit 08.30-09.15 Bercerita “si
Kancil dan
Harimau”
Tabel 3.7 Satuan Perencanaan Siklus II
Pertemuan ke 1
Materi : Berbicara
Tujuan :untuk meningkatkan keterampilan bahasa : anak dapat bercerita
dengan jelas dan tidak terbata-bata, anak dapat bercerita di depan umum
Aktivitas belajar : anak bercerita dengan imajinasinya
Waktu : 45 menit
Metode penilaian : observasi, tanya jawab, unjuk kerja
Alat pengumpul data
- Lembar catatan lapangan - Instrumen kecerdasan naturalis - Kamera untuk dokumentasi
Pertemuan ke 2
Materi : Membaca
Tujuan :. Untuk meningkatkan keterampilan bahasa : anak dapat membaca
huruf konsonan ga dan ka
Aktivitas belajar : anak dapat membaca huruf konsonan
63
Waktu : 45 menit
Metode penilaian : observasi, tanya jawab, unjuk kerja
Alat pengumpul data
- Lembar catatan lapangan - Instrumen kecerdsan bahasa - Kamera untuk dokumentasi
Pertemuan 3
Materi : Menulis
Tujuan :untuk meningkatkan keterampilan bahasa: anak dapat membuat
gambar dan anak dapat menulis sesuai contoh
Aktivitas belajar : anak menggambar dan melengkapi huruf dengan menempel
Waktu : 45 menit
Metode penilaian : observasi, unjuk kerja
Alat pengumpul data
- Lembar catatan lapangan - Instrumen kecerdsan bahasa - Kamera untuk dokumentasi
b) Tahapan Tindakan
Tahapan ini merupakan tahapan pelaksanaan
peneliti dari satuan perencanaan tindakan yang sudah
direncanakan yaitu pada pertemuan pertama peneliti akan
meminta anak-anak untuk mengulang kembali atau
menyebutkan kembali kata-kata yang baru didengarnya.
Misalnya “saya suka mendengarkan cerita” atau anak-
anak membuat 3 kosa kata yang berkaitan dengan
binatang peliharaan mereka. Pada pertemuan kedua
peneliti akan meminta anak-anak untuk mengekspresikan
imajinasi mereka ke dalam bentuk gambar. Dan pada
pertemuan ketiga peneliti akan meminta anak-anak untuk
64
dapat bercerita tentang cerita yang sudah didengarnya.
Tindakan yang dilakukan peneliti tujuannya untuk
mengembangkan kemampuan berbicara dan
mendengarkan anak usia 4-5 tahun melalui metode
celemek ceria. Pelaksanaan tindakan dilakukan selama 3
kali pertemuan yang disesuaikan dengan waktu belajar
yang telah dijadwalkan pihak sekolah.
c) Tahapan Observasi
Pada tahapan ini akan dilakukan observasi secara
langsung dengan memakai format observasi yang telah
disusun dan melakukan penilaian terhadap hasil tindakan
dengan menggunakan format evaluasi.
Guru akan mengamati jalanya kegiatan untuk
melihat apakah tindakan tersebut sesuai dengan yang
direncanakan pengamatan dicatat dalam bentuk uraian
pada lembar catatan lapangan berdasarkan pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti serta dilengkapi dengan hasil
dokumentasi.
d) Tahapan Refleksi
Setelah dilakukan perencanaan, tindakan dan
observasi maka peneliti akan mengadakan refleksi
terhadap tindakan-tindakan yang telah dilakukan untuk
menganalisis ketercapaian proses pemberian tindakan
65
maupun untuk menganalisis faktor penyebab tidak
tercapainya tindakan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi yaitu
peneliti membandingkan keterampilan bahasa pada anak
sebelum diberikan tindakan pada siklus I dengan sesudah
diberikan tindakan pada akhir siklus II. Selanjutnya peneliti
akan melihat kekurangan dan perkembangan pada anak
serta mengevaluasinya. Terahir peneliti membuat daftar
hasil kemampuan yang dicapai oleh masing-masing anak.
Hasil refleksi akan digunakan sebagai revisi tindakan
siklus II. Namun jika pada siklus II telah terjadi
peningkatan yang signifikan maka peneliti dapat dikatakan
berhasil.
C. Teknik Pengambilan Data
1. Definisi Konseptual
Keterampilan bahasa adalah kecerdasan yang dimiliki anak
sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pengenalan terhadap
kemampuan berbicara anak, pengenalan terhadap membaca,
pengenalan terhadap menulis, dan kepekaan terhadap
pendengaran.
2. Definisi Operasional
Secara operasional, keterampilan bahasa anak usia 4-5 tahun
adalah skor yang diperoleh berdasarkan instrumen keterampilan
bahasa khususnya kemampuan berbicara dan mendengarkan yang
66
terdiri dari 2 aspek, yaitu: 1) Berbicara, dengan indikator : a) anak
mampu berbicara dengan jelas dan tidak terbata-bata, b) anak
mampu berani berbicara di depan umum, 2) Memahami informasi
dan komunikasi kepada/dari pihak lain baik secara lisan maupun
tertulis, dengan indikator : a) anak dapat memahami informasi yang
diterima, b) anak dapat memberikan informasi/ keterangan tentang
suatu hal.
3. Kisi-kisi Instrumen
Kisi-kisi instrument dalam pengembangan keterampilan
bahasa khususnya kemampuan berbicara dan mendengarkan,
mengacu definisi operasional variabel keterampilan bahasa yang
diteliti terdiri dari dua aspek, yaitu: Berbicara, dan mendengarkan
atau memahami/menyimak informasi dan komunikasi dari pihak lain
baik secara lisan maupun tertulis. Berikut secara rinci tertulis dalam
tabel dibawah ini :
Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrument Keterampilan bahasa
Anak Usia 4-5 Tahun
Variable Aspek Indikator No item
Kemampuan
berbicara dan
mendengarkan
1. Berbicara a. Anak mampu berbicara dengan jelas dan tidak terbata-bata
b. Anak mampu berbicara di depan umum
1
2
2. Menyimak a. Anak mampu mendengar informasi
b. Anak mampu mengulang informasi
3
4
67
D. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu dengan
beberapa cara sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi ini digunakan untuk menjaring data tentang
pengembangan keterampilan bahasa. Observasi adalah metode
cara-cara menganalisis dan pengadaan pencatatan secara
sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati
individu atau kelompok secara langsung.
Obsevasi ini dilakukan melalui observasi langsung dengan
menggunakan lembar pengamatan untuk pengambilan data proses
mengenai permasalahan yang terjadi ketika pengamatan
berlangsung yang dilakukan oleh peneliti.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sesuatu yang dapat dijadikan sebagai
pengumpul bukti atau keterangan mengenai penelitian. Dokumentasi
yang dimaksud yaitu video foto dan kegiatan penelitian.
3. Wawancara
Wawancara merupakan proses interaksi atau komunikasi
secara langsung antara guru/peneliti dan anak, kepala sekolah dan
peneliti, peneliti dan kolaborator agar dapat mengambil data
68
mengenai permasalahan penelitian dan agar tujuan pelaksanaan
penelitian dapat berjalan lancar,
4. Catatan lapangan
Catatan lapangan atau catatan penelitian selama
pelaksanaan penelitian berlangsung baik berupa kelebihan yang
perlu diperhatikan maupun kekurangan yang perlu mendapat
perbaikan.
5. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
mengacu pada pencatatan hasil pengamatan sehingga hasil yang
didapat menjadi valid. Dalam pengisian lembar pengamatan peneliti
memberi tanda checklist (v) pada skala keterampilan bahasa yang
sesuai. Setiap butir indikator yang muncul diberi skor 1 sampai 4
sesuai dengan tingkat jawabannya. Setiap indikator yang dinilai atau
diamatin diberikan penjelasan skor instrumen kemampuan berbicara
dan mendengarkan agar dapat dilihat sejauh mana anak tersebut
mencapai perkembangan keterampilan bahasanya.
Tabel 3.8
Aspek Pencapaian Kemampuan Berbicara dan Mendengarkan
Berkembang Sangat Baik (BSB) 4
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 3
Mulai Muncul (MM) 2
69
Belum Muncul (BM) 1
Adapun keterangan yang dimaksud di atas yaitu:
4 = BSB (Berkembang Sangat Baik) yaitu penilaian yang diberikan
kepada anak yang sudah terlihat mampu mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik.
3 = BSH (Berkembang Sesuai Harapan) diberikan kepada anak yang
telah terlihat dapat mengikuti kegiatan pembelajaran tanpa dibantu
oleh guru.
2 = MM (Mulai Muncul) diberikan kepada anak yang mulai terlihat
tertarik untuk mengikuti kegiatan walaupun harus dibantu guru
1 = BM (Belum Muncul) diberikan kepada anak yang belum terlihat
tertarik ataupun masih ragu untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Dalam pengisian lembar pengamatan dan penilaian terhadap
aspek pencapaian kemampuan berbicara dan mendengarkan, maka
dibuatlah tabel instrumen penelitian yang dapat memudahkan
peneliti dalam pengamatan.
Pengisian lembar penilaian tersebut harus sesuai dengan
keterangan skor terhadap indikator-indikator yang telah disepakati
bersama dengan kolaborator dan pihak sekolah.
70
Tabel 4.9
Instrument Keterampilan bahasa
Nama Anak :
Usia :
Hari / Tanggal :
No Indikator Perilaku skor
BM MM BSH BSB
1
Anak dapat
berbicara
dengan jelas
dan tidak
terbata-bata
1. Anak dapat menyebutkan dengan jelas gambar yang ada ditunjukkan
2. Anak dapat menyebutkan 2 macam hewan dengan jelas
3. Anak dapat menyebutkan 3 macam hewan dengan jelas
4. Anak dapat menyebutkan 5 macam hewan dengan jelas
2
Anak dapat
berbicara di
depan umum
1. Anak dapat mengenal jenis kelaminnya
2. Anak dapat menyebutkan namanya
3. Anak dapat memperkenalkan diri nya (nama,umur,sekolah)
4. Anak dapat menceritakan pengalaman bersama orang tuanya
3
Anak mampu
menyimak
informasi
1. Anak dapat menyampaikan informasi yang sudah di dengar
2. Anak mampu menjalankan perintah
4
Anak mampu
mengulang
informasi
1. Anak mampu mengulang sebuah cerita yang sudah disampaikan.
2. Anak dapat mengulang 3 kata.
E. Teknik Analisis Data
Tekhnik analisis data merupakan bagian yang sangat penting
dalam penelitian tindakan kelas sebab menganalisis berarti
mengidentifikasikan dan mengetahui keberhasilan penelitian. Dengan
71
analisis dapat diketahui perubahan-perubahan dan perbaikan
pembelajaran guna untuk mengembangkan keterampilan bahasa yang
sesuai dengan indikator aspek kemampuan berbicara dan
mendengarkan melalui aktivitas bercerita pada anak didik yang mungkin
terjadi selama pelaksanaan penelitian pada setiap siklusnya.
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan
pembelajaran dilakukan analisis data. Pada penelitian tindakan kelas ini
digunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif, yaitu suatu metode
yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta yang sesuai
dengan data yang diperoleh yang bertujuan untuk mengetahui cara
menerapkan proses pengembangan kemampuan berbicara dan
mendengarkan melalui metode celemek ceria pada anak usia 4-5 tahun
di RA Darul Hikmah”.
Alat statistik yang dapat digunakan adalah rerata dan prosentase.
Rumus rerata yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
M = ∑ fx
N
Keterangan M = mean
f = frekuensi siswa dalam suatu kategori
x = nilai peta pikiran siswa
N = jumlah siswa keseluruhan
Rumus prosentase yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
P = fx 100%
N
Keterangan: P = persentase
f = frekuensi siswa dalam suatu kategori
N = jumlah siswa keseluruhan
72
Melalui perhitungan analisis data di atas dapat diketahui data
peningkatan kemampuan perkembangan setiap anak. Peneliti membuat
catatan khusus pencapaian setiap siklus sesuai dengan Rencana
Kegiatan Harian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Data Pra Siklus
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, peneliti
bersama kolaborator melakukan observasi terlebih dahulu terhadap
anak-anak yang akan menjadi subyek penelitian dengan melihat
pembelajaran dikelas sehari-hari. Observasi ini dilakukan sebanyak
tiga hari yaitu senin, rabu dan kamis tanggal 21, 23,dan 24 Mei 2018.
Sedangkan anak yang diobervasi adalah 9 anak dari kelompok A
usia 4-5 tahun, dimana dalam kegiatan ini peneliti sebagai
pengamat.Persiapan yang dilakukan dalam kegiatan pra siklus ini
adalah :
a. Perencanaan
Peneliti menyiapkan lembar obsrvasi untuk mencatat
nama-nama anak mengumpulkan data hasil observasi subjek
penelitian ketika nama-nama anak yang akan diobservasi dan
menyiapkan lembar mencatat uraian hasil observasi.
b. Tindakan
73
Pada pra siklus ini peneliti hanya bertindak sebagai
pengamat yaitu mencatat keadaan perkembangan
keterampilanbahasa pada anak yang diobservasi sebelum
dilakukan tindakan dalam siklus 1.
Gambar 4.1 Kegiatan Pembukaan dan Penjelasan Tema Pada Kegiatan
Pra Siklus
Padagambar di ataskegiatan anak-anak diawali dengan
sholat sunah duha berjamaah, membaca surat hadits dan doa
harian. Setelah kegiatan sholat selesai anak-anak melakukan
jurnal pagi (baris-berbaris, bernyanyi dan membaca ikrar). Di
dalam kegiatan jurnal pagi guru akan menjelaskan tentang tema
pembelajaran kepada anak-anak, sebelum menjelaskan tema
pembelajaran.
c. Observasi
Pada pra siklus ini peneliti hanya sebagai pengamat
jalannya proses pembelajaran yang dilakukan sehari-hari,
pertemuan pertama pada penelitian pra siklus yaitu hari Kamis 22
74
febuari 2018 kegiatan awal yang dilakukan adalah melakukan
sholat berjamaah sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
Sebelum sholat berjamaah anak-anak menirukan pengucapan
asmaul husna, surat-surat pendek,hadits dan doa-doa harian
yang diucapkan guru. Dilanjut dengan jurnal pagi (baris-berbaris,
ikrar, bernyayi, berdoa dan absen) dilanjutkan dengan permainan
motorik kasar yaitu berjalan jongkok ke kelasnya.
Setelah selesai guru menjelaskan tema pembelajaran hari
itu yaitu profesi dengan sub tema “macam-macam profesi”. Guru
menjelaskan tentang apa itu profesi?, apa saja macam-macam
profesi?. Ketika guru sedang menjelaskan banyak anak yang
berjalan jalan dan tidak mendengarkan, setelah dijelaskan oleg
guru sang guru pun memberikan pertanyaan banyak anak yang
tidak bisa menjawab dan hanya diam dan tersenyum saja.
Diakhiri dengan pemberian tugasmeniru tulisan tentara lalu
mewarnai gambarnya. Setelah selesai anak-anak makan
melakukan kegiatan makan bersama. Setelah makan, anak-anak
diberi waktu bermain diluar kelas. Saat selesai bermain
dilanjutkan dengan kegiatan penutup yaitu Recalling adalah guru
bertanya mengenai kegiatan apa saja yang telah dilakukan pada
hari itu, menyebutkan nama-nama profesi, bernyanyi tentang
tema kemudia anak-anak berdoa dan salam.
Pada pertemuan kedua yaitu hari Jumat, 23 Febuari 2018
kegiatan awal yang dilakukan adalah melakukan sholat
75
berjamaah sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Sebelum
sholat berjamaah anak-anak menirukan pengucapan asmaul
husna, surat-surat pendek,hadits dan doa-doa harian yang
diucapkan guru. Kemudia melakukan jurnal pagi yaitu baris-
berbaris, bernyanyi, berdoa dan absen. Dilanjutkan dengan
pembacaan cerita kisah nabi. Kemudian anak-anak kembali
kekelas masing masing dan guru memberikan penjelasan
mengenai kegiatan tema pada hari itu yaitu “profesi”. Anak-anak
diberi penjelasan apa cita-cita kalian kalau sudah besar. Lalu
setelah menjelaskan tema anak-anak diberi tugas menebalkan
huruf hijayyah. Setelah selesai, anak-anak akan melakukan
kegiatan makan bersama dan dilanjutkan dengan bermain diluar.
Kemudian anak-anak berdoa, salam, dan pulang.
Pertemuan ketiga pada hari senin, 26 febuari 2018
kegiatan awal yang dilakukan adalah melakukan sholat
berjamaah sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Sebelum
sholat berjamaah anak-anak menirukan pengucapan asmaul
husna, surat-surat pendek,hadits dan doa-doa harian yang
diucapkan guru. Kemudia melakukan jurnal pagi yaitu baris-
berbaris, bernyanyi, berdoa dan absen.dilanjutkan permainan
motorik kasar yaitu melempat dengan satu kaki sampai kelas.
Setelah melakukan kegiatan motorik kasar anak-anak dijelaskan
tentang tema yaitu tentang “Profesi” . Kegiatan hari itu adalah
anak-anak mengerjakan lembar kerja yang diberikan oleh guru
76
kelas nya lalu mewarnai gambar yang ada di lembar kerja.
Setelah semua anak selesai mengerjakan tugas, anak-anak
membantu membereskan alat tulis yang mereka bawa dan
bersiap-siap untuk makan bersama. Lalu sehabis makan
bersama anak-anak diberikan waktu bermain bebas selama 15
menit sebelum kegiatan penutup. Kegiatan penutup pada hari itu,
guru bertanya mengenai kegiatan yang telah dilakukan pada hari
itu, menyebutkan kosa kata yaitu aku, rajin, sekolah dan
bernyanyi sesuai tema. Kemudian anak-anak berdoa, salam dan
pulang.
Berdasarkan hasil penelitian di atas peneliti mendapatkan
data bahwa pengembangan keterampilan bahasa pada anak
kelompok A Ra Darul Hikmah sangat beragam karena sebagian
besar anak perlu bimbingan untuk mengembangkan keterampilan
bahasa khususnya kemampuan berbicara dan mendengarkan,
dapat dilihat dari :
1) Kurang respon anak kepada pertanyaan yang diajukan oleh
guru mengenai tema pada saat itu. Contohnya ketika guru
bertanya mengenai jenis-jenis profesi dan tempat profesi,
hanya beberapa saja yang menjawab.
2) Kurang respon aktif mengnai tema yang dijelaskan guru,
maka anak kurang respon dalam mengajukan pertanyaan
ataupun jawaban dengan menggunakan alasannya,
contohnya pertanyaan guru mengenai profesi. Guru bertanya
77
kepada anak “kalau sudah besar anak-anak ingin menjadi
apa? Anak menjawab “polisi” .guru bertanya “kenapa ingin
menjadi polisi?” anak hanya menjawab “keren bu.. megang
tembakan”.
3) Selain itu, perkembangan dalam bahasa anak-anak masih
sangat rendah. Tidak sedikit anak-anak yang diam saja ketika
diberi pertanyaan. Mereka harus didekati dan diberi bujukan
untuk bisa menjawab pertanyaan yang diberikan.
4) Kurangnya imajinasi anak terhadap cerita-cerita yang
disampaikan kepada anak. Serta kurangnya pengenalan dan
penambahan kosa kata baru terhadap anak.
Tabel 4.1 Hasil Observasi Pra Siklus
keterlampilan Bahasa Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Media Celemek Ceria
No
Nama
Indikator Tota
l
Persentas
e %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Abrar 1 2 1 1 1 1 1 1 9 28%
2 Afif 2 2 2 1 2 2 1 1 13 41%
3 Nino 2 2 2 2 2 2 2 2 16 50%
4 Kafa 1 1 1 1 1 1 1 1 8 25%
5 Gufron 1 1 1 1 2 1 1 1 9 28%
6 Fadil 1 1 2 1 1 1 2 2 11 34%
7 Ira 1 2 1 1 1 2 1 1 10 31%
8 Irza 1 1 1 1 1 1 1 1 8 25%
9 Zara 2 2 2 2 2 2 2 2 16 50%
Total 100 284%
Rata-rata 31.5%
78
Diagram Batang 4.1 Kemampuan Berbicara dan Mendengarkan Anak Usia 4-5 Tahun
Melalui Media Celemek Ceria Pra Siklus
d. Refleksi
Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan refleksi ini hanya
mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan dari awal sampai dengan akhir. Dari hasil pengamatan
pra siklus didapati perkembangan kemampuan berbicara dan
mendengarkan anak usia 4-5 tahun di RA Darul Hikmah
sangatlah beragam dan sebagian besar anak masih perlu
bimbingan untuk mengembangkan keterampilan bahasa anak
agar lebih baik.
28%
41%
50%
25% 28%
34% 31%
25%
50%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Abrar Afif Nino Kafa Gufron Fadil Ira Irza Zara
Pra Siklus
79
Adapun kendala dari terjadinya keberagaman
keterlampilan bahasa dan masih perlu adanya bantuan dalam
mengembangkan keterampilan bahasa adalah sebagai berikut :
1) Kurangnya variasi kegiatan yang menarik dalam proses
pembelajaran, yang menyebabkan anak jenuh dan bosan.
2) Kurangnya media pembelajaran yang menarik bagi anak,
karena guru telah lebih banyak menggunkan lembar kerja
siswa.
3) Kurangnya tahapan guru terhadap pertanyaan yang diajukan
anak.
4) Kurangnya motivasi guru terhadap anak untuk dapat
mengungkapkan suatu pertanyaan.
5) Kurangnya keterampilan guru dalam membuat media dari
sumber belajar yang ada di sekitar lingkungan sekolah.
6) Kurangnya respon anak pada pertanyaan yang diajukan guru.
Berdasarkan proses pembelajaran di atas, peneliti
memutuskan untuk melakukan penelitian siklus I untuk
mengembangan kemampuan berbicara dan mendengarkanpada
anak usia 4-5 tahun melalui bercerita dengan menggunakan celemek
ceria.
2. Data Siklus I
a. Perencanaan
80
Peneliti melakukan tindakan siklus I dalam
mengembangkan kemampuan berbicara dan mendengarkan
berdasarkan hasil refleksi antara peneliti dengan kolaborator
pada tahap pra siklus, yaitu:
1) Proses pembelajaran agar menjadi bervariasi, sehingga
membuat anak lebih tertarik.
2) Media pembelajaran yang konkrit dan kreatif.
3) Motivasi guru terhadap anak untuk dapat mengungkapkan
sesuatu.
4) Memberikan motivasi pada anak untuk bertanya maupun
menjelaskan menurut kemampuan anak.
Oleh sebab itu, peneliti menyiapkan kegiatan pembelajaran
melalui media celemek ceria yaitu sebagai berikut:
1) Menyiapkan perencaan program tindakan berupa rencana
kegiatan pembelajaran yang telah disusun sebagai acuan
dalam proses pembelajaran yang telah didiskusikan dengan
guru kelas sebagai kolaborator pada peneliti ini.
2) Menyiapkan media yang digunakan sesuai dengan tindakan
yang akan disampaikan kepada anak.
3) Menyediakan alat pengumpulan data berupa catatan
lapangan, lembar observasi dan kamera untuk dokumentasi.
b. Tindakan
Dalam tindakan penelitian siklus I ini dilaksanakan dalam
3 kali pertemuan yaitu Senin, Rabu, Kamis, yaitu tanggal 21, 23,
81
24, Mei 2018. Kegiatan pembelajaran berjalan seperti biasa yaitu
sholat berjamaah, baris-berbaris, bernyanyi, berdoa, salam,
kemudia kegiatan awal yaitu menjelaskan tema kegiatan hari itu,
tanya jawab mengenai tema serta kegiatan yang akan dilakukan
pada hari itu.
1) Pertemuan ke-1
Dilaksanakan pada hari senin, tanggal 21 Mei 2018.
Pada pertemuan ke-1 kegiatan dilaksanakan adalah fokus
terhadap aspek bicara anak yaitu dengan indikator anak
mampu berbicara dengan jelas dan tidak terbata-bata, anak
mampu berbicara di depan umum dan anak mampu Dengan
cara peneliti bercerita dengan menggunakan celemek ceria.
Lalu anak mendengarkan cerita dengan menggunakan
celemek ceria dengan seksama. Lalu setelah selesai
bercerita peneliti menunjuk anak kedepan untuk mengulangi
apa yang diceritakan oleh peneliti secara bergiliran. Setelah
bergiliran anak bercerita peneliti menilai apakah anak dapat
berani mengulangi cerita secara berurutan di depan kelas.
Berikut adalah cerita tentang :
“Dokter Kelinci Dan Pak Buaya”
Dokter kelinci baik hati. Dia suka menolong siapa saja. Tidak
pandang bulu. Ia ikhlas menolong. Bila ada pasien tidak mampu maka dia
tidak segan-segan membebaskan biayanya. Semua hewan pernah
82
ditanganinya. Semua penyakit berhasil disembuhkan atas seizin Allah
lewat tangannya.
Rupanya sikap dermawan dan baik hati si kelinci akan dimanfaatkan
si buaya yang punya perangai buruk. Dia punya niat jahat akan
melenyapkan si kelinci dari muka bumi. Dia iri hati melihat kebaikan si
kelinci kepada sesamanya. Dia juga dengki melihat semua hewan
menyayangi si kelinci. Oleh karena itu, ia berniat akan melahap tubuh si
kelinci.
Suatu hari, si buaya pura-pura sakit gigi. Dia berkunjung ke dokter
kelinci. Si kelinci tidak menyadari akan bahaya yang mengancam dirinya.
Dia tetap berbaik sangka terhadap kedatangan seluruh pasien termasuk
kepada si buaya. Ia tetap memperlakukan si buaya seperti pasien-pasien
lainnya. Si kelinci lalu memeriksa.
“Wah, gigimu ternyata baik-baik saja kok, Pak buaya. Tidak ada
tanda-tanda sakit seperti yang kau bilang tadi,” kata si kelinci sambil terus
memeriksa satu demi satu gigi si buaya.
“Tapi...aku merasakan sakit....aduuhhhh....sepertinya gigi yang
terdalam yang terasa sakit ,” kata si buaya sambil terus berpura-pura
mengaduh kesakitan. Namun dalam hati si buaya mulai menyusun siasat
agar si kelinci memasuki lebh dalam ke mulutnya. Nah, begitu dia ada di
dalam mulutnya maka dia akan menyantap tubuhnya. “Iyaaa...tuh gigi yang
paling dalam yang sakit, dokter kelinci. Ayo dong segera periksa gigiku.
Masuk ke dalam mulutku juga nggak apa-apa kok”.
Rupanya si dokter kelinci tidak kalah cerdik. Dia sadar bahwa si
buaya akan berbuat jelek terhadapnya. Diam-diam dia segera mengambil
dua potongan bambu untuk ditaruh di atas rahang bawah si buaya tanpa
sepengetahuan pasiennya. Si dokter kelinci merasakan keanehan dengan
sikap si buaya. Dia merasa yakin bahwa gigi si buaya sebenarnya sehat
tetapi mengapa dia tetap ngotot mengatakan bahwa giginya sakit. Bahkan
si buaya senantiasa menyuruhnya untuk memeriksa gigi terdalamnya. Itu
artinya tubuhnya harus masuk ke mulut si buaya. “Wah, gawat kalau tiba-
tiba mulut si buaya tertutup maka tamatlah riwayatku,” demikian kata si
kelinci dalam hati. Namun dia tetap mengikuti perintah si buaya. Ia
mencoba memeriksa gigi terdalam si buaya dengan memasuki mulutnya.
“Iya betul Tuh gigi terdalamku yang terasa sakit." kata si buaya. “Rasain
83
kamu dengan sekali katupan mulutku maka si kelinci akan tewas di
tanganku,” pikir si buaya.
“Iya benar bagian gigi terdalamku....masukkan saja tubuhmu ke
mulutku agar pemeriksaannya lebih akurat,” kata si buaya.
Dan ketika tubuh dokter kelinci telah memasuki mulut si buaya, tiba-
tiba si buaya dengan sekuat tenaga cepat-cepat mengatupkan kedua
rahangnya sambil tertawa terbahak-bahak."Hahahaha...rasakan
jebakanku...!!"
“Kraaakkkk....aduuhh...aduuuhhh....aduuhhh....gigiku sakit...gigiku
sakit....aduuuhhh..gigiku benar-benar sakit dokter kelinci,” demikian teriak
si buaya sambil meraung-raung kesakitan sambil berlarian ke sana kemari.
Si kelinci terperanjat. Rupanya si buaya benar-benar telah
menjebaknya. Rupanya si buaya akan membunuhnya. Tetapi untung saja
dia telah menyiapkan dua potongan bambu untuk mengganjal kedua
rahang si buaya. Dan ketika mulut si buaya akan tertutup dia secepatnya
melarikan diri dan pergi menjauh. Sementara itu, niat busuk si buaya
hendak memangsa tubuh si kelinci gagal total karena si dokter kelinci lebih
cerdik dengan menyiapkan antisipasinya bila si buaya mengatupkan
mulutnya.
“Keterlaluan kamu, Pak Buaya! Kamu hendak membunuhku, ya!
Jahat benar sikapmu ! Kamu ternyata telah memiliki niat jelek
terhadapku....pantas saja semua teman-teman menjauhimu.” kata si dokter
kelinci sambil berlari menjauhi si buaya.
Si buaya merasa niat jeleknya terbongkar. Akhirnya dia lari tunggang
langgang sambil merasakan giginya benar-benar terasa sakit yang luar
biasa akibat rahangnya tersusuk potongan bambu.
Dan peneliti meringkas cerita “Dokter Kelinci Dan Pak Buaya” menjadi
sebuah cerita pendek agar anak bisa focus dan tertarik dengan
ceritanya
“Dokter Kelinci Dan Pak Buaya”
Di sebuah hutan terdapat seekor kelinci yang sangat ahli
dalam kesehatan atau dokter, semua binatang yang ada dihutan itu
selalu menemui kelinci tersebut ketika mereka para binatang dalam
84
keadaan sakit untuk meminta bantuan memeriksa dan meberi obat
agar sembuh dari penyakitnya.
Dan kelinci itu ikhlas tanpa pamrih menolong sesama
binatang, karna itu kelinci banyak disukai para hewan. Dan ada satu
hewan yang tidak suka dengan kelinci namanya buaya, sang buaya
ini benci melihat kelinci yang banyak temannya, dan akhirnya buaya
tersebut mempunyai niat jahat pada kelinci.
Suatu hari buaya tersebut dating menemui kelinci sambil merintih
sakit gigi dan kelinci itu memeriksa sang buaya, ketika kelinci melihat
kedalam mulut buaya kelinci tidak menemukan gejala apapun. Lalu
sang buaya berkata “hai kelinci ini gigi ak yang paling dalam coba
kau lihat sakit sekali” (haha ketika km masuk dalam mulutku akan
kumakan kau kelinci haha, ucap dalam hati). Akhirnya kelinci itu
berfikir kalau dia sedang dibohongi dan akhirnya kelinci tidak bodoh
dia mengambil sebuah ranting tajam dan menaruhnya di antara gigi
atas dan bawah buaya etika kelinci tersebut masuk kedalam mulut
buaya yang dalam, buaya itu langsung menutup giginya rapat-rapt
tapi usahanya gagal sang buaya kesakitan karena tertusuk ranting.
Gambar 4.2
Kegiatan Pembukaan Siklus 1
Pada gambar di samping, peneliti sedang melakukan kegiatan pembukaan pada siklus hari pertama dan menjelaskan kepada anak-anak apa itu celemek ceria dan bercerita dengan celemek berjudul “Dokter Kelinci dan Pak Buaya.
85
Gambar 4.3
Peneliti Menunjukkan Gambar dan Anak
Menyebutkan Gambar
Pada gambar disamping, peneliti
dan anak-anak sedang melakukan Tanya
jawab tentang cerita yang sudah
disampaikan, dan peneliti memberika
beberapa kosakata seperti kelinci, buaya,
ikhlas, iri, ranting.
Gambar 4.4
Anak Sedang Mengulangi Cerita
Pada gambar samping, kegiatan
anak sedang mengulangi cerita yang
telah disampaikan dengan indikator
kemampuan berbicara anak dan
pemakaian kosakata kelinci, buaya,
ikhlas, iri, ranting.
2) Pertemuan ke-2
Dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23 Mei 2018.
Pada pertemuan ke-2 kegiatan yang dilakukan adalah fokus
terhadap aspek membaca anak dengan indikator yaitu anak
mampu membaca kosa kata yang sudah ditulis oleh peneliti.
Dengan cara peneliti menulis kosakata di papan tulis. Pada
pertemuan ke-2 ini peneliti berlanjut bercerita dengan judul :
86
“Nelayan”
Di sebuah desa terdapat sebuah sungai yang lebar dan panjang. Didekat
sungai itu hiduplah seorang seorang nelayan dan isterinya dan anaknya. Mereka
tinggal tidak jauh dari sungai itu.
Keluarga nelayan itu tergolong keluarga miskin. Setiap hari sang ayah
hanya menggantungkan hidupnya dari menangkap ikan. Kadang kadang mujur,
tetapi ada kalanya sehari penuh tidak mendapat seekor ikan pun.
Pada suatu pagi, nelayan itu pergi memancing ke sungai. Ia membawa 2
buah pancing. Hal ini dilakukan untuk menjaga jika pancingnya putus, ia dapat
menggunakan pancing satunya.
Ia mendayung perahunya hingga di pusat sungai. Setelah pancing itu
diberi umpan, pancing itu diulurkan ke air dan ia menunggu pancingnya ditarik oleh
ikan. Matahari telah tinggi, namun tidak seekor ikan pun yang ia dapat. Akan tetapi
nelayan itu tidak putus asa. Telah beberapa kali ia berpindah tempat di sungai itu,
tetapi keadaanya sama saja. Nelayan itu telah bertekad bahwa jika ia pulang ke
rumah, ia harus membawa ikan untuk anak istrinya.
Namun tiba tiba ada kawat yang menyangkut di perahunya, Ia mengambil
kawat itu dan ia pun mengetahui kalau kawat itu adalah kawat emas. Ia lalu
menarik kawat itu. Hingga beberapa gulung kawat ia merasa belum cukup juga.
Padahal kalau ia mau bersyukur kawat yang telah ia ambil saja sudah cukup
menghidupi keluarganya. Dan ia juga tidak akan menjadi miskin lagi. Namun sifat
serakah telah merasuki dirinya. Ia pun ingin menjadi orang yang paling kaya.
“Ah... panjang sekali kawat ini, aku akan menjadi orang terkaya didunia jika terus
menarik kawat ini”pikir si nelayan. Ia terus menarik kawat itu tanpa menghiraukan
hari semakin gelap. Sampannya telah penuh dengan gulungan kawat emas itu. Ia
terus menarik dan kawat itu tidak habis habis.
Dari dalam air terdengar suara “ Sudaaaaaaaaaaaaah,sudahlah, potong saja
kawatnya” Namun nelayan itu pun tidak menghiraukannya. Ia terus menarik kawat
itu karena ingin menjadi cepat kaya.
Terdengar lagi suara dari dalam air memperingatkan kedua kalinya
“Potoooooooooooooong, potong sajaaaaaaaa........!!!!”
“Berhentiiiiiiiiiii,jangan teruskaaaaaaan....!!!!!!!”
Akan tetapi nelayan itu tetap tidak peduli. Karena perahu nelayan itu
sudah terlalu penuh dengan kawat emas itu maka air pun masuk kedalam perahu
si nelayan itu.
Si nelayan yang telah menjadi rakus tetap belum berhenti menarik kawat.
Sementara itu air perlahan lahan masuk ke perahunya. Nelayan itu baru sadar
87
ketika air telah benar benar memenuhi perahunya. Namun terlambat, seketika
perahu dan nelayan itu masuk ke dalam air atau tenggelam seketika.
Nelayan itu tidak pernah timbul, ia mati di dasar sungai akibat keserakahannya
yang berlebihan.
Dan peneliti meringkas cerita “Nelayan” menjadi sebuah cerita
pendek agar anak bisa focus dan tertarik dengan ceritanya
´” nelayan “
Di sebuah desa ditepi sungai hiduplah seorang nelayan bersama
keluarganya mereka tergolong orang miskin. Nelayan itu pergi melaut dari dini hari
hingga pagi hari dan meninggalkan keluarganya untuk mencari rezeki. Ketika
dilaut sang nelayan sedang mencari ikan dengan menggunakan jalanya dan
menaruh hasil tangkapan ikannya di ember, ditengah mencari ikan sang nelayan
itu mincing menggunakan pancingan sudah lama mincing nelayan itu tidak
mendapatkan ikan ketika sudah lama menunggu pancingan itu terasa berat dan
ditariklah pancingan itu dan mendapatkan sebuah kawat mas “wah ada kawat mas
lumayan kalau aku gulung dan aku akan mendapatkan kawat mas yang banyak
dan aku jual pasti aku jadi kaya raya” (gumamnya dalam hati). Dan akhirnya
nelayan ituterus menarik kawatnya dengan pancingannya tanpa disadari
perahunya sudah dipenuhi air karena keberatan menampung kawatnya, lambat
laun nelayan itu tenggelam bersama perahu,dan kawat emasnya. Karena sifat
yang serakah itu sang nelayan meninggal di laut dan meninggalkan keluarganya
untuk selamanya.
Gambar 4. 5
Anak mampu mengucapkan kata yang
sudah ditempel pada celemek
Pada gambar di samping, anak
sedang membaca kata “nelayan, rakus,
laut, kawat, miskin, meninggal,
emas.Sesuai cerita yang diceritakan.
88
3) Pertemuan ke-3
Dilaksanakan pada hari kamis tanggal 24 Agustus
2017. Pada pertemuan ke-3 kegiatan yang dilaksanakan
adalah fokus terhadap aspek menulis yaitu dengan indikator
anak dapat membuat gambar dan anak dapat menulis sesuai
yang dicontohkan. Dengan cara peneliti bercerita dengan
menggunakan celemek, dan peneliti menempel gambar
caping dan tulisan caping petani. Berikut adalah cerita tentang
:
“Kisah Petani dan Anak Harimau”
Pada zaman dahulu kala di dataran tanah jawa,pulau jawa masih
diliputi hutan belantara yang lebat. Jumlah manusia yang menghuni pulau
jawa kala itu masih sedikit. Hingga mereka hidup berpencar ke segala
penjuru dengan berkelompok untuk membangun peradaban.
Al-kisah ada sebuah desa kecil yang sangat subur. Desa itu terletak
di tengah-tengah persawahan. Itu berguna agar desa mereka tidak
langsung berbatasan dengan hutan,hingga mereka aman dari hewan-
hewan buas yang berkeliaran.
Dan sawah-sawah mereka berbatasan langsung dengan hutan. Maka
ketika mereka menggarap sawah,mereka juga harus waspada dari bahaya
sergapan hewan buas. Di antara hewan-hewan buas yang paling di takuti
adalah harimau,karena sudah sering memakan korban.
Di desa itu tinggalah seorang kakek terkenal baik hati dan ramah
yang bernama Ki Maulaya. Para warga desa sangat segan dan
mengagumi beliau. Bukan hanya karena keramahanya,sifatnya yang arif
dan bijaksana sering dijadikan patokan ketika ada perselisihan. Itu bukan
suatu hal yang aneh,karena Ki Maulaya adalah seorang penyiar agama.
Beliau datang ke desa itu untuk menyebarkan ajaran Islam yang beliau
89
bawa. Beliau mengajar bukan hanya lewat nasehat dan ucapan,tapi beliau
juga memberi contoh teladan dengan tingkah laku.
Pada suatu pagi ki maulaya berangkah ke sawah seperti hari biasa.
Dia membawa cangkul dan sebungkus bekal. Sesampainya di sawah,Ki
Maulaya pun melakukan kegiatan seperti biasa. Dan ketika hari beranjak
sore,Ki Maulaya pun bersiap pulang.
Di tengah-tengah perjalanan menuju rumahnya,Ki Maulaya terhenti
oleh suara yang didengarnya. Itu adalah suara binatang yang dia faham
betul,dan sepertinya binatang itu sedang dalam masalah dan butuh
pertolongan.
Ki Maulaya pun mencari dari mana suara itu berasal, dia pun menemukan
sebuah lubang jebakan,dan di lihatnya di dalam lubang itu ada tiga ekor
anak harimau yang terjebak tak bisa keluar.
Melihat bahwa binatang yang dia temukan bisa membahayakanya,diapun
tertegun sejenak. Terjadi pergulatan dalam batinya. Satu sisi dia kasihan
pada hewan itu dan ingin menolongnya,tapi pada sisi lain ketakukan juga
menyelimuti hatinya.
Ahirnya setelah beberapa saat terpaku,Ki Maulaya dapat menekan rasa
takutnya. "Aku percaya..bahwa kebaikan pasti dibalas dengan kebaikan
pula. Bismillahirrohmanirrohim..".gumamnya meneguhkan hati kemudian
masuk ke dalam lubang.
Di keluarkanya satu persatu anak harimau itu,setelah semua
terangkat dia pun naik keluar dari lubang itu. Tapi baru saja dia sampai di
atas,tiba-tiba dari semak belukar keluar seekok harimau yang sangat
besar. Harimau itu adalah induk dari tiga anak harimau yang dia tolong.
Ki Maulayapun gemetar dan berkeringat dingin,rasa takut telah menjalar ke
sekujur tubuhnya. Tapi dia mencoba mengendalikan diri,yang ada di
pikiranya saat itu hanya pasrah pada kehendak sang pencipta.
Diapun mencoba menenangkan diri dan menekan rasa takutnya. "Aku tak
berniat menyakiti anak-anak mu. Aku hanya mencoba menolong
mereka".katanya dengan bibir bergetar. "Apakah kau akan membalas
kebaikan ku dengan memakan ku? Kalau itu kehendak mu,aku ikhlas jadi
santapan mu. Tapi dengan satu perjanjian..jangan pernah kau ganggu
anak cucu dan semua keturunan ku,sebagai balasan aku selamatkan
keturunan mu hari ini".kata Ki Maulaya pada harimau itu.
90
Tapi tak ada tanda-tanda harimau itu akan menerkamnya. Harimau itu
hanya mendekatinya sambil mengendus-endus ki maulaya,lalu dia pergi
membawa anak-anaknya. Setelah mengalami kejadian yang mengerikan
itu,ki maulayapun meneruskan perjalanan pulang.
Konon setelah kejadian itu,Ki Maulaya dan harimau menjadi
sahabat. Harimau itu sering menunggui Ki Maulaya ketika di
sawah,menjaganya dari bahaya hewan-hewan buas di hutan.
Dan ketika Ki Maulaya mengadakan sebuah acara,pasti dia menemukan
seekor rusa yang ditaruh di depan pintunya. Rusa itu tidak mati,hanya
terlihat bekas luka gigitan di kakinya sehingga dia tak lagi bisa lari. Ki
Maulaya tahu kalau itu adalah kiriman dari si harimau sahabatnya.
Sampai ketika Ki Maulaya sudah wafat,terkadang para warga masih sering
melihat harimau yang berkunjung ke rumah Ki Maulaya. Harimau itu hanya
duduk sebentar di pelataran kemudian kembali lagi ke dalam hutan.
Entah itu induk harimau yang menjadi sahabat Ki Maulaya dulu
atau anak turunya. Tapi yang pasti..anak cucu Ki Maulaya tak lagi heran
jika pagi-pagi membuka pintu,mereka temui seekor harimau yang tidur di
pelataran.
Sebagaimanaperjanjian Ki Maulaya Dan induk harimau,anak cucu dan
keturunan Ki Maulaya tak pernah ada yang dilukai apa lagi dimangsa oleh
harimau.
Apayang diyakini Ki Maulaya kini terbukti.. "Kebaikan pasti dibalas dengan
kebaikan pula".
Inibisa memberi contoh pada kita, jangan ragu untuk menyebar kebaikan.
Bahkan pada musuh mu sendiri.
Dan peneliti meringkas cerita “Kisah Petani Dan Anak Harimau”
menjadi sebuah cerita pendek agar anak bisa focus dan tertarik
dengan ceritanya
“Kisah Petani Dan Anak Harimau”
Disebuah desa dekat dengan persawahan dan perbatasan hutan
hiduplah seorang petani dan 3 orang cucunya. Suatu hari petani itu pergi
kesawah dengan membawa cangkul, dan rantang nasi lalu petani itu harus
melewati hutan agar bisa sampai di sawah. Disawah petani itu bekerja
mencangkul dan menanam padi, dan sayuran. Menjelang siang hari petani
itu istirahat digubuk setelah istirahat berkerja lagi. Hari pun mulai sore
91
saatnya petani pulang ke rumah, ketika dalam perjalanan pulang melewati
hutan terdengar suara hewan mengaung-ngaung, dan di carilah oleh petani
itu ketika melihat kedalam lubang ada seekor anak harimau yang terjebak
dan petani itu berusaha menolongnya ketika sudah berhasil diselamtkan
datanglah induknya, lau petani itu ketakutan dan hanya berpasrah antara di
makan atau tidan dan petani itu memiliki permintaan “hai harimau kalau
kau ingin memakanku silahkan tapi aku sudah menyelamatkan anakmu,
tapi kalu km masih mau memakanku berjanjilah jangan kau sakiti
keturunanku” kata petani.
Dan akhirnya petani itu dibebaskan dan langsung pulang kerumah.
Matahari pagi pun sudah mulai muncul dan petani itu bersiap siap kembali
untuk pergi kesawah ketika petani itu membuka pintu ia kaget, ada harimau
didepan pintu. Dan harimau itu pun berkata”hai pak petani terimakasih ats
bantuanmu, aku berhutang budi padamu dan balasan dari kebaikanmu aku
akan berjanji selalu menjaga km dan keturunanmu walaupun suatu hari
nanti km sudah tiada aku yang akan menjaga keturunanmu”.
Setelah kejadian itu harimau sangat setia menjaga keluarga petani itu
hingga petani itu sudah tiada.
Gambar 4. 6 Guru bercerita tentang “Kisah Petani dan
Anak Harimau”
Pada gamabar disamping, guru
bercertia kembali berjudul “Kisah Petani
dan Anak Harimau” dengan celemek
siklus 1 hari ke 3. Dengan indikator anak
dapat meniru kataharimau, petani,induk ,
baik hati, menolong, cangkul, caping.
Gambar 4.7
Anak Sedang Meniru tulisan
92
Pada gambar disamping, anak
sedang meniru huruf atau kata caping
petani.
c. Observasi
Dalam kegiatan penelitian tindakan kelas pada siklus I
ditemukan peningkatan keterampilan bahasa pada anak usia 4-5
tahun yang mulai baik. Anak sudah merespon beberapa
pertanyaan yang diajukan guru dengan bantuan maupun tanpa
bantuan dan sudah ada yang mengajukan pertanyaan dengan
inisiatif sendiri. Serta kosa kata yang didapat juga sudah mulai
banyak. Seperti: harimau,petani,induk, baik hati,
menolong,caping, cangkul, nelayan, kawat, emas, jala,
rakus,kelinci, buaya, iri, dokter, ranting. Anak-anak saling
bertanya dan menjawab dengan nada yang masih dibantu guru
dalam memberikan jawaban dan ada yang tanpa bantuan guru
atau dengan inisiatif sendiri. Dan beberapa anak juga sudah
dapat menyampaikan cerita nya sendiri. Guru menggunakan
media yang menarik perhatian anak sehingga anak menjadi
antusias dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru
menggunakan kegiatan bercerita yang menarik dan
menyenangkan sehingga anak-anak mulai tertarik dan
mendengarkannya.
93
Anak-anak sangat senang dengan media celemek, karena
dalam celemek ceria tersebut anak dapat melihat cerita yang
berbeda dengan yang lainnya, dan dapat mengenal
keterlampilan berbahasa anak pada setiap kegiatan cerita
tersebut.
Hasil observasi Penelitian tindakan siklus 1 dapat
digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Hasil observasi siklus I
Kemampuan Berbicara dan MendengarkanAnak Usia 4-5 Tahun
Melalui Media Celemek Ceria
No Nama Indikator
Total Persentase
% 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Abrar 2 2 2 2 2 2 2 2 16 50%
2 Afif 2 2 3 3 3 3 2 2 20 63%
3 Nino 2 2 3 3 3 3 2 2 20 63%
4 Kafa 1 2 2 2 2 2 2 1 14 44%
5 Gufron 2 2 2 2 2 2 2 1 15 47%
6 Fadil 2 2 3 3 3 2 3 2 20 63%
7 Ira 2 2 2 2 2 3 3 2 18 56%
8 Irza 1 2 1 1 2 2 2 2 13 41%
9 Zara 2 2 3 3 3 3 2 2 20 63%
Total 156 490%
Rata-rata 54.4
Diagram Batang 4.2 Presentasi Hasil Pengamatan Siklus I
Kemampuan Berbicara dan Mendengarkan Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Media Celemek Ceria
94
d. Refleksi
Pada pelaksanaan refleksi, peneliti dan kolaborator
melakukan diskusi untuk mengevaluasi kelemahan maupun
kekuatan yang ditentukan selama siklus I berlangsung, kemudia
hasil refleksi ini akan dijadikan sebagai acuan dan pertimbangan
untuk pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.
Hasil diskusi dan refleksi antara peneliti dan kolaborator
selama proses pembelajaran siklus I telah ditemukan bahwa :
(1) Pada pertemuan ke-1, 2, dan 3terlihat peneliti sudah
melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana
kegiatan harian, khususnya dengan celemek ceria.
(2) Peneliti kurang memberikan stimulasi-stimulasi
perkembangan bahasa anak, sehingga masih ada anak yang
belum terlihat pada kemajuan perkembangan bahasa nya.
(3) Anak-anak sudah mulai menyukai cerita yang menggunakan
media celemek ceria.
50%
63% 63%
44% 47%
63% 56%
41%
63%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Abrar Afif Nino Kafa Gufron Fadil Ira Irza Zara
Siklus 1
95
(4) Langkah-langkah yang dilakukan pada proses pembelajaran
ini telah banyak membantu anak dalam mengembangkan
keterampilan bahasa.
Hasil pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar anak mulai menunjukkan hasil namun belum
optimal, maka perlu diadakan tindakan siklus II untuk mencapai
target yang diharapkan oleh peneliti dalam mengembangkan
keterampilan bahasa anak usia 4-5 tahun.
3. Data Siklus II
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan hasil
refleksipeneliti , yaitu :
1) Peneliti kurang memberikan stimulasi-stimulasi
perkembangan bahasa anak, sehingga masih ada anak yang
belum terlihat pada kemajuan perkembangan bahasanya.
2) Anak-anak sudah mulai menyukai cerita dengan
menggunakan media celemek ceria. Kemudian peneliti
melanjutkan tindakan pada siklus II dengan mempersiapkan
sebagai berikut:
a) Menyiapkan perencaan program tindakan berupa rencana
kegiatan yang telah disusun sebagai acuan dalam proses
penelitian ini.
b) Menyiapkan media yang digunakan sesuai dengan
tindakan yang akan diberikan.
96
c) Menyediakan alat pengumpul data berupa catatan
lapangan, lembar observasi dan kamera untuk
dokumentasi.
b. Tindakan
Dalam tindakan penelitian siklus II ini dilaksanakan dalam
3 kali pertemuan yaitu hari Senin, Rabu, Kamis, yaitu tanggal 28,
30, 31 Mei 2018. Kegiatan pembelajaran berjalan seperti biasa
yaitu baris-berbaris, bernyanyi, berdoa, salam, kemudia kegiatan
awal yaitu menjelaskan tema kegiatan hari itu, tanya jawab
mengenai tema serta kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu.
1) Pertemuan ke-1
Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 28 Agustus.
Pada pertemuan ke-1 kegiatan dilaksanakan adalah fokus
terhadap aspek bicara anak yaitu dengan indikator anak
mampu berbicara dengan jelas dan tidak terbata-bata, dan
guru memberikan beberapa kosakata untuk pedoman cerita
mereka seperti: semut, belalang, biola, mengumpulkan
makanan, gandum, bernyanyi.anak mampu berbicara di
depan umum dan anak mampu bercerita dengan
menggunakan kosakata yang sudah diberikan dan
mengembangkan imajinasinya, dengan bahasanya sendiri
menggunakan media celemek ceria ini. Pada aktivitas
bercerita ini dilakukan dengan cara yang berbeda dari
sebelumnya. Yaitu dengan cara memanggil 3 orang anak dan
97
bercerita di depan dengan bergiliran. Peneliti menilai apakah
dengan cara seperti ini, dapat menstimulasi keberanian tampil
di depan dan mengembangkan bahasanya dengan bercerita,
berikut adalah ceritanya:
“Semut Dan Belalang”
Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut
yang telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk
mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum
yang telah mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu
seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya
datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu
memberikan sedikit makan untuk dirinya.
"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu
telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim
dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu
lakukan sepanjang musim panas?" "Saya tidak mempunyai waktu
untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang; "Saya
sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim
panas pun telah berlalu."
Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena
merasa gusar."Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut,
"Baiklah, sekarang setelah lagu tersebtt telah kamu selesaikan
pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian
semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan
pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.
Gambar 4.8 Anak Bercerita Depan Umum
Pada gambar disamping anakmerangkai
cerita tentang semut dan belalang dengan
bahasanya sendiri.
98
2) Pertemuan ke- 2
Dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 29 Agustus.
Pada pertemuan ke-2 kegiatan yang dilakukan adalah fokus
terhadap aspek membaca anak dengan indikator yaitu anak
mampu mengenal huruf konsonan dan anak mampu
mengenal huruf awal dari kata“gajah” . Dengan cara peneliti
menempel huruf “ga” di celemek, lalu anak menyebutkan kata
yang depannya berawalan “ga”. Pada pertemuan ke-2 ini
anak berlanjut bercerita kembali dengan mengembangkan
bahasanya dan imajinasinya. Ketika anak bercerita sendiri
peneliti bisa menilai apakah anak dapat mengembangkan
kosakata dan bahasanya dengan baik. Pada aktivitas
bercerita ini dilakukan dengan cara memanggil 2 anak untuk
bercerita di depan. Peneliti menilai apakah dengan cara
seperti ini, dapat menstimulasi keberanian dan bahasa anak
untuk berani tampil di depan umum, berikut adalah ceritanya:
“Gajah Yang Baik Hati”
Tindakkan Kancil masuk ke dalam itu merupakan tindakan
yang sangat ceroboh. Ia tidak berpikir bagaimana caranya ia naik
ke atas bila sudah berada di dalam kolam tersebut. Beberapa kali
Kancil mencoba untuk memanjat tetapi ia tidak bisa sampai ke atas.
„‟Tolong.‟‟ Toloooonggggg..!‟‟
Si Kancil tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya berteriak
meminta tolong. Teriakan si Kancil ternyata terdengar oleh sang
Gajah yang kebetulan sedang berjalan melewati tempat itu. „‟Hai,
siapa yang ada di kolam itu?‟‟
“Aku… tolong aku..! jawab si Kancil.
99
“Siapa kau?‟‟ Tanya Gajah.
„‟Aku..si Kancil sahabatmu.‟‟
„‟Kenapa kamu bisa di dalam kolam ini? Dan berteriak meminta
tolong.‟‟
Kancil terdiam sesaat mencari akal agar Gajah mau menolongnya.
„‟Tolong aku mengangkat ikan ini.‟‟
“Yang benar kau mendapat ikan?‟‟
„‟Bener..benar !aku mendapatkan ikan yang sangat besar.‟‟
„‟Tapi bagaimana caranya aku turun kebawah.‟‟
„‟Sebaiknya kamu langsung turun saja kebawah. Sebab jika tidak
cepat-cepat ikan ini bisa lepas.!‟‟
Gajah berpikir sejenak. Bisa saja ia turun ke bawah dengan mudah
tetapi bagaimana jika naiknya nanti.
„‟Cil. Mana ikan yang kau dapatkan ?‟‟
„‟Ada di sepasang kakiku.‟‟ Kata Kancil.
„‟Kalau aku menolongmu. Lalu bagaimana caranya aku naik dari
kolam ini.?‟‟
Kini Kancil terdiam. Ia tidak menyangka gajah dapat berpikir sejauh
itu. Tidak seperti dirinya, karena kehausan langsung terjun ke
dalam kolam. Tanpa berpikir akibatbya.
„‟Kau mau memanfaatkanku ya Cil?‟‟ kau akan menipuku untuk
kepentingan dan keselamatanmu sendiri?‟‟ Tanya Gajah.
Kancil hanya terdiam.
„‟Sekali-kali kamu harus diberi pelajaran.‟‟ kata Gajah sambil
meninggalkan tempat itu.
„‟Waduh.. Pak Gajah. Aku mohon tolonggggg….!‟‟
Gajah tidak mendengarkan teriakan Kancil. Kancil mulai putus asa.
Semakin lama berada di tempat itu Kancil mulai merasa kedinginan.
„‟Toolongg..tolongggg.‟‟
Hingga menjelang sore tidak ada seekor binatang yang mendengar
teriakannya.
„‟Aduh gawat! Aku benar-benar akan mati kaku di tempat ini.‟‟ Kancil
mulai membayangkan akhir hidupnya ditempat ini.
Lalu Kancil berteriak dengan keras.‟‟ Wahai langit dan bumi! Dan
seluruh binatang yang berasa di hutan. Aku bersumpah tidak akan
100
menipu untuk kepentinganku dan keselamatanku sendiri,
kecuali……!
Ketika Kancil mengucapkan kata kecuali, Kancil sengaja
mengecilkan suaranya sehingga hampir tidak terdengar lagi. Tak di
sangka ternyata Gajah tiba-tiba muncul di tepi kolam. Ternyata
Gajah tidak benar-benar meninggalkan Kancil sendirian dan
sengaja menyembunyikan dirinya. Ia penasaran mendengar ucapan
kancil yang terakhir.
“Kecuali apa?‟‟ tanya Gajah penasaran.
Kancil terkejut mendengar suara Gajah.
„‟Pak Gajah? Kau kembali lagi?‟‟
„‟Jawab pertanyaanku Cil. Kecuali apa?‟‟
„‟Hmm. Kecuali terpaksa untuk menyelamatkan diri. Karena aku
hewan kecil yang serimg terancam oleh Harimau, Singa, Srigala,
dan binatang lainnya yang jahat.‟‟
„‟Oh begitu..?‟‟ sahut Pak Gajah. „‟Sekarang apakah kamu sudah
sadar? Dan akan berjanji tidak akan menipu, jahil, iseng dan
perbuatan yang merugikan binatang lain?‟‟
„‟Benar Pak Gajah.‟‟
„‟Betul?‟‟
Betul Pak Gajah, saya benar-benar berjanji.‟‟
„‟Baiklah sekarang aku akan menolonhmu Cil.‟‟ Kata Gajah.
Gajah menjulurkan belalainya yang sangat panjang untuk
menangkap Kancil dan mengangkatnya ke atas. Begitu sampai di
atas Kancil berkata.
„‟Terima kasih Pak Gajah! Saya tidak akan pernah melupakan
kebaikanmu ini.‟‟
Sejak itu Kancil menjadi binatang yang sangat baik. Ia tidak lagi
berbuat iseng seperti yang pernah ia lakukan pada beruang dan
binatang-binatang yang lainya.
Dan peneliti meringkas cerita “Gajah dan Kancil” menjadi sebuah cerita
pendek agar anak bisa focus dan tertarik dengan ceritanya
“Gajah Dan Kancil”
Suatu hari seekor kancil masuk kedalam lubang yang sangat dalam dan
kancil itu bingung untuk keluar dari lubang yang sangat dalam itu, dan
101
akhirnya si kancil berteriak dan meminta tolong “tolooong….” Sampai
berulang kali tidak ada yang mendengarnya. Dan seekor gajah melewati
lubang yang mana sikancil itu jatuh dan gajah itu mendengar teriakannya
dan melihat kedalam lubang
„‟Kenapa kamu bisa di dalam kolam ini? Dan berteriak meminta
tolong.‟‟
Kancil terdiam sesaat mencari akal agar Gajah mau menolongnya.
„‟Tolong aku mengangkat ikan ini.‟‟
“Yang benar kau mendapat ikan?‟‟
„‟Bener..benar !aku mendapatkan ikan yang sangat besar.‟‟
„‟Tapi bagaimana caranya aku turun kebawah.‟‟
„‟Sebaiknya kamu langsung turun saja kebawah. Sebab jika tidak
cepat-cepat ikan ini bisa lepas.!‟‟
Gajah berpikir sejenak. Bisa saja ia turun ke bawah dengan mudah
tetapi bagaimana jika naiknya nanti.
„‟Cil. Mana ikan yang kau dapatkan ?‟‟
„‟Ada di sepasang kakiku.‟‟ Kata Kancil.
Dan akhirnya sang gajah pu berfikir “ahh sikancilkan suka bohong siapa
tau aku dibohongi” akhirnya gajah itu pergi. Dan kancil pun masih berteriak
lalu sang gajah merasa kasihan akhirnya ditolonglah dengan menjulurkan
belalainya dan akhirnya si kancil bisa keatas dengan selamat “terimakasih
gajah aku akan mengenang kebaikanmu”kata kancil.
Gambar 4.9
Anak bercerita depan umum
Pada gambar di samping anak bercerita
dengan bahasa dengan menggunakan
kosa kata: gajah, kancil, menolong,
bohong, belalai, lubang.
102
3) Pertemuan ke-3
Dilaksanakan pada hari rabu tanggal 30 Agustus 2017.
Pada pertemuan ke-3 kegiatan yang dilaksanakan adalah
fokus terhadap aspek menulis yaitu dengan indikator anak
dapat membuat gambar dan anak dapat melengkapi kata.
Dengan cara anak menempelkan huruf dicelemek pada kata
yang kurang. peneliti mempersiapkan lembaran kerja dan
anak meniru kata: gajah, kancil, menolong, bohong, belalai,
lubang dan bentuk yang ada pada celemek,peneliti menilai
dari berbicara anak, dapat mengulang kata, dan menyimak.
Pada pertemuan ke-3 ini anak berlanjut bercerita kembali.
Pada aktivitas bercerita dilakukan dengan cara yang berbeda
dari sebelumnya. Yaitu dengan cara memanggil 2 orang anak
dan bercerita di depan umum.Peneliti menilai apakah dengan
cara seperti ini, dapat menstimulasi keberanian anak untuk
berani tampil di depan umum. Berikut adalah ceritanya:
“Si Kancil dan Harimau”
Pada suatu hari, terjadilah kelaparan di sebuah pulau yang
penduduknya kebanyakan di huni oleh para Harimau. Mereka sangat
kelaparan, karena semakin hari tidak ada hewan yang dapat mereka
mangsa. Akhirnya, Raja Harimau mengutus Panglima dan para
Prajuritnya untuk pergi ke pulau kecil di sebrang dan kembali dengan
membawa banyak makanan.
Perjalanan ke pulau kecil di sebrang cukup jauh. Akhirnya,
mereka pun sampai di tempat tujuan. Di sana mereka sangat takjub
dengan melihat keindahan alam pulang kecil tersebut. Namun,
setibanya mereka disana. Mereka hanya melihat seekor Kancil kecil di
tepi pantai. Kancil pun segera berlari. Namun, ia terlambat. Ia sudah di
kepung oleh para Harimau.
„‟ Hei Kancil! Di mana Rajamu? Kami datang untuk meminta makanan.
Jika kalian menolak, kami akan menyerang pulau kecil ini. Dan lihatlah,
103
kami membawa potongan kumis raja kami.‟‟ Kata prajurit Harimau dan
menunjukkan kumis rajanya.
„‟ Kumis ini besar sekali. Pasti raja Harimau sangat besar dan kuat.
Aku akan membawa kumis raja Harimau dan menunjukkannya kepada
raja kami.‟‟ Kata Kancil.
Cerita Dongeng Si Kancil dan Harimau
Sebenarnya, Kancil sangat kebingungan karena di pulau kecil
tersebut tidak terdapat seorang Raja. Pada saat itu, Kancil melihat
sahabatnya seekor gajah yang sangat besar. Ia pun langsung
menemukan sebuah ide.
„‟ Hei sahabatku. Kemarilah, aku sangat membutuhkan bantuanmu!‟‟
kata Kancil.
„‟ Hah? Bantuanku? Buat apa Cil?‟‟ Tanya gajah.
„‟ Untuk keselamatan semua hewan di pulau ini.‟‟ Jawab Kancil.
Akhirnya, gajah pun mencabut gadingnya yang paling besar,
rajam dan panjang. Setelah mendapatkan gading tersebut. Kancil
langsung berlari membawa gading gajah dan menyerahkan kepada
para Harimau. Kancil pun mencari di mana para Harimau itu. Akhirnya,
Kancil berhasil menemukan mereka di tepi pantai. Mereka tertidur
sangat pulas. Kancil pun membangunkan panglima Harimau.
„‟ Tuan, raja kami siap untuk berperang. Sebagai buktinya. Raja kami
pun mengirimkan kumisnya.‟‟ Kata Kancil tegas. Ia pun langsung
menyerahkan gading gajah kepada para Harimau.
„‟ Ini kumis raja mu?‟‟ Tanya panglima Harimau.
„‟ Iya, itu adalah kumis raja kami yang paling kecil. Raja kami pun
menerima tantangan dari raja kalian.‟‟ Kata Kancil.
Para Harimau pun sangat terkejut melihat kumis raja pulau kecil yang
besar dan tajam.
„‟ Kumis raja Kancil sangat besar. Sangat besar dari kumis raja kita.
Kita pasti akan sulit untuk melawannya.‟‟ Bisik panglima Harimau
kepada para prajuritnya.
„‟ Lalu bagaimana?” Tanya salah satu Harimau.
„‟ Sebaiknya kita segera pergi dari pulau ini.‟‟ Jawab panglima Harimau.
Akhirnya, para Harimau pergi meninggalkan pulau kecil tersebut.
mereka pun melanjutkan perjalanan ke pulau lainnya untuk mencari
makanan.
Sejak saat itu, tidak ada satu Harimau pun yang berani datang ke
pulau kecil. Semua itu berkat kecerdikan Kancil dan kecerdikkannya.
Dan peneliti meringkas cerita “Si Kancil dan Harimau”menjadi sebuah
cerita pendek agar anak bisa focus dan tertarik dengan ceritanya
“Si Kancil dan Harimau”
Disebuah hutan yang banyak dihuni oleh para harimau, mereka sedang
dilanda kelaparan sehingga raja harimau menyuruh para harimau mencari
makan di pulau lain. Dari beberapa harimau itu ada 5 harimau pergi ke
sebuah pulau yang bagus ketika itu para harimau melihat seekor kancil dan
104
memanggilnya “hai kancil mana raja hutan sini akau sangat lapar”kata
salah satu harimau itu. Akhirnya kancil pergi sambil berfikir”wah pulau ini
dalam keadaan bahaya bagaimana aku menyelamatnkannya yaa?”
ditengah perjalanan kancil sambil berfikir dia bertemu dengan seekor gajah
dan langsung memiliki ide yang bagus”aha lebih baik aku meminjam gadai
gajah itu, dan akhirnya kancil memanggil gajah dan meminjam gadainya
lalu menemui 5 ekor harimau itu yang sedang tidur ditepi laut”hai harimau
dapat salam dari raja pulau ini dan di memberikan ini”kata kancil. “Wah
bagian dari raja ini sangat besar dan tajam bagaimana aslinya lebih baik ak
dan temanku pergi dari pulau ini”kata salah satu harimau tersebut. Dan
akhirnya mereka harimau lari dengan sekencang-kencangnya.
Gambar 4.10
Anak Menempel huruf pada celemek
Pada gambar di atas, anak sedang melakukan kegiatan menempel
huruf di celemek pada kata “harima...”yang kurang.
Gambar 4.13 Anak Membuat Bentuk sesuai contoh
Pada gambar disamping , anak sedang membuat bentuk
wajah harimau, dan kata harimau Peneliti menilai apakah anak sudah dapat membuat bentuk wajah dengan sempurna atau belu
c. Observasi
Dalam kegiatan penelitian tindakan siklus II ditemukan
perubahan pengembangan keterampilan bahasa pada anak usia
105
4-5 tahun yang begitu baik, dilihat dari antusias anak dalam
bercerita dan penambahan kosakata seperti: gadai, raja hutan,
lari, ide, gajah, kancil, kelaparan, pulau. serta antusias dalam
menjawab pertanyaan. Anak-anak sudah banyak yang berani
menjawab serta melakukan kegiatan-kegiatan lainnya.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II maka dapat dibuat
tabel yang menunjukkan peningkatan keterampilan bahasa
melalui hasil dan nilai persentasi per anak. Hasil persentasi ini
dilakukan agar penilaian anak pada lembar observasi dapat
dilihat dengan maksimal, sehingga sebagai tanda bukti bahwa
penelitian ini berhasil atau tidak, meningkat atau tidak. Maka
dapat dilihat tabel hasil observasi pada siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil observasi siklus Il
Kemampuan Berbicara dan MendengarkanAnak Usia 4-5 Tahun Melalui Media Celemek Ceria
No Nama Indikator
Total Persentase
% 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Abrar 4 3 4 3 4 4 3 4 29 91% 2 Afif 4 4 3 4 4 4 4 3 30 94% 3 Nino 4 4 3 4 4 4 4 3 30 94% 4 Kafa 4 4 4 4 3 4 3 3 29 91% 5 Gufron 3 4 3 4 3 3 4 4 28 88% 6 Fadil 4 4 4 4 3 4 4 4 31 97% 7 Ira 3 4 4 4 3 4 4 4 30 94% 8 Irza 4 4 4 4 3 4 4 3 30 94% 9 Zara 4 4 4 4 4 4 4 4 32 100%
Total 269 841% Rata-rata 93.4%
106
Diagram Batang 4.3 Presentasi Hasil Pengamatan Siklus II
Kemampuan Berbicara dan Mendengarkan Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Media Celemek Ceria
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Interpretasi Hasil Data Pra siklus
Berdasarkan hasil pengamatan pada pra siklus, diketahui
bahwa rata-rata nilai prosentase ketercapaian kemampuan berbicara
72%
75% 75%
72%
69%
72% 72% 72%
75%
65%
66%
67%
68%
69%
70%
71%
72%
73%
74%
75%
76%
Abrar Afif Nino Kafa Gufron Fadil Ira Irza Zara
Siklus 2
107
dan mendengarkan anak usia 4-5 Tahun di RA Mutiara masih terlihat
rendah, hanya mencapai 31.5%.
Pada pra siklus terlihat hampir keseluruhan anak
perkembangannya dapat dikatkaan Belum Muncul (BM), yaitu: Abrar,
Kafa, Gufron, Fadil, Ira, dan Irza. Oleh karena itu, peneliti
memutuskan untuk melakukan tindakan penelitian siklus I sebagai
upaya untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan
mendengarkan anak usia 4-5 tahun meluli permainan modifikasi
tapak gunung.
2. Interpretasi Hasil Data Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, diketahui bahwa
rata-rata nilai prosentase ketercapaian kemampuan berbicara dan
mendengarkan anak usia 4-5 Tahun di RA Mutiara masih terlihat
rendah, hanya mencapai 54.4%.
Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 22.9% dari siklus
sebelumnya. Hal ini juga dapat terlihat dari kemampuan berbicara
dan mendengarkan yang dimliki anak Mulai Berkembang (MB),
bahkan ada sebagian anak yang mampu Berkembang Sesuai
Harapan (BSH), yaitu Afif, Nino, Fadil, Ira, dan Zara. Meskipun
demikian, masih ada 2 (dua) orang anak yang perkembangan
kemampuan berbicara dan mendengarkan Belum Muncul (BM), yaitu
Kafa dan Irza.
Peningkatan kemampuan berbicara dan mendengarkan pada
tiap siklusnya berkembang sesuai harapan terlihat keseluruhan anak
108
mampu berkembang sesuai harapan. Hal ini disebabkan karena
media celemek ceria yang digunakan dimodifikasi cukup menarik
dengan menempel gambar sesuai dengan cerita yang dibawakan
guru sehingga kegiatan berjalan menarik minat anak. Selain itu,
media celemek cerita membuat anak mudah mengenal dan
memahami gambar yang dilihatnya sehingga secara otomatis akan
menambah kosa kata anak.
3. Interpretasi Hasil Data Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II, diketahui
bahwa rata-rata nilai prosentase ketercapaian kemampuan berbicara
dan mendengarkan anak usia 4-5 Tahun di RA Mutiara masih terlihat
rendah, hanya mencapai 93.4%.
Pada siklus II terjadi peningkatan sebesar sebesar 39.0% dari
siklus sebelumnya. Hal ini dapat terlihat dari perkembangan
peningkatan kemampuan berbicara dan mendengarkan mengalami
peningkatan yang signifikan. Hampir keseluruhan anak anak mampu
Berkembang Sesuai Harapan (BSH), bahkan ada sebagian anak
yang perkembangan kemampuan berbicara dan mendengarkan
Berkembang Sangat Baik (BSB) sesuai indikator penelitian yang
telah ditetapkan sebelumnya yaitu Zara.
Peningkatan kemampuan berbicara dan mendengarkan anak
usia 4-5 tahun pada tiap siklus kedua berkembang sangat baik.
Keseluruhan anak mampu menceritakan kembali cerita yang
diberikan guru melalui media celemek ceria. Hal ini menandakan
109
anak dapat bercerita dengan baik. Demikian pula halnya dengan
kemampuan anak mendengarkan dan menyimak cerita melalui
media celemek cerita. Anak memahami cerita yang didengarnya.
Selain itu, anak mampu menyerap informasi berkaitan dengan pesan
sosial pada setiap cerita yang diberikan guru.
Berdasarkan hasil penelitian siklus II diketahui adanya
peningkatan yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan
berbicara dan mendengarkan anak usia 4-5 tahun melalui media
celemek ceria mencapai 93.4% sehingga penelitian tindakan
dihentikan pada siklus II. Kemampuan berbicara dan mendengarkan
anak usia 4-5 tahun pada pra siklus hanya sebesar 31.5%, terjadi
peningkatan sebesar 22.9% pada siklus I menjadi 54.4%, dan pada
siklus II kembali terjadi peningkatan sebesar 39.0% menjadi 93.4%.
110
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas melalui metode bercerita dengan
celemek ceria untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan mendengarkan anak
usia 4-5 tahun di Raudhatul Athfal Darul Hikmah dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Cara guru meningkatkan keterampilan bahasa khususnya kemampuan berbicara
dan mendengarkan melalui media celemek ceria yaitu dengan menggunakan media
bantuan berupa media gambar. Selain itu, guru juga memberikan cerita yang
beragam pada tiap pertemuannya sehingga anak tidak bosan dan menyukainya.
Guru juga menceritakan tokoh dan binatang peliharaan sehingga alur cerita
menjadi lebih menarik.
2. Metode bercerita dengan celemek ceria mampu meningkatkan kemampuan
berbicara dan mendengarkan anak usia 4-5 tahun di Raudathul Athfal Darul Hikmah
Jakarta Utara.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap pra siklus hanya
mencapai 31.5%, kemudian terjadi peningkatan siklus I mencapai 54.4% dan terjadi
peningkatan kembali pada siklus II mencapai 93.4%. Hasil tersebut telah mencapai
target bahkan melampauinya sehingga penelitian tindakan kelas dihentikan pada
siklus II.
B. Implikasi
111
Metode bercerita dengan celemek ceria yang dibuat dari kain celemek dapat
diterapkan pada pendidikan anak usia dini untuk melihat keterampilan bahasa.
Terutama dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak yang berkaitan dengan
kemampuan berbicara dan mendengarkan.
Dengan diketahuinya celemek ceria dapat dibuat dari kain planel dapat
meningkatkan kemampuan berbicara dan mendengarkan anak usia 4-5 tahun, maka
hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan keterampilan bahasa perlu diberikan
suatu kegiatan yang menyenangkan, kreatif dan terprogram.
Berdasarakan hasil penelitian untuk anak usia 4-5 tahun, peneliti melihat
adanya peningkatan keterampilan bahasa. Kemampuan keterampilan bahasa anak
sebelumnya belum terlihat optimal, setelah diadakan penelitian dengan siklus I dan
siklus II, kemampuan keterampilan bahasa anak terlihat meningkat terutama berkaitan
dengan kemampuan berbicara dan mendengarkan.
Semua itu karena adanya kegiatan bercerita yang menyenangkan serta
ditunjang dengan alat atau media yang tepat, sehingga kemampuan berbicara dan
mendengarkan anak dapat berkembang dengan baik. Kreativitas guru tidak boleh
berhenti sampai di sini tetapi harus selalu dikembangkan sesuai dengan
perkembangan zaman.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka disarankan
sebagai berikut:
1. Bagi pengelola atau lembaga, semoga adanya penelitian ini sekolah dapat kembali
menerapkan celemek ceria yang telah diberikan, sehingga pembelajaran berjalan
lebih menarik, menyenangkan serta dapat membantu meningkatkan kemampuan
keterampilan bahasa. Dukungan dan motivasi harus terus diberikan kepada guru
agar guru lebih kreatif dan inovatif.
2. Bagi siswa, diharapkan dengan penggunaan celemek ceria dapat dapat
meningkatkan keterampilan bahasa anak.
3. Bagi orang tua, orang tua diharapkan dapat melatih keterampilan bahasa anak usia
4-5 tahun melalui kegiatan bercerita dengan media yang menarik sehingga
menyenangkan sehingga anak tertarik untuk menyimak.
112
4. Bagi peneliti, semoga penelitian ini dapat menjadi bahan kemajuan proses belajar
mengajar dan dapat memberikan informasi kepada rekan-rekan guru dan
masyarakat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Arsjad dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga. Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. Dariyo, A. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama.
Bandung: PT Refika Aditama. Ekawarna. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : GP. Press. Gerlach, Vernon S. & Donald P. Ely. 2008. Teaching & Media: A Systematic
Approach. Second edition. (Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc..
Gie, The, Liang. 2002. Administrasi Perkantoran Modern. Yogyakarta:
Liberty. Haryadi & Zamzani. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan PGSD. Iskandarwassid dan Suhendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: Remaja Rosdakarya. Kartono, Kartini. 2007. Psikologi Perkembangan Anak, Bandung : CV.
Mandar Maju. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Kusuma, Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT
Indek.
113
Lani, Bunawan & Yuwati. 2002. Pedoman Pelaksanaan Bina Persepsi Bunyi dan Irama. Jakarta: Direktorat Pendidikan dan Kebudayaan.
Made, Sulastri, dan D.P. Parmiti. 2008. Strategi Pembelajaran Anak TK.
Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan. Mansur. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. Moeslichatoen. 1999. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Rineka Cipta. Morrison, George S. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). Jakarta: Indeks. Nata, Abudin. 2016 Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta :
Kencana Prenada media Grup. N, Dhieni. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas
Terbuka. Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta. Rahayu, Aprianti Yofita, 2013. Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui
Kegiatan Bercerita. Jakarta: PT. Indeks Rofi‟uddin, Ahmad dan Darmiyati Zuhdi. 1998/1999. Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud. Sadiman, Arif S.,dkk. 2004. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sadjaah, Dardjosukarja. 2003. Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama.
Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Satriana, A., 2010, Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang
Bilangan 1 sampai 5 Melalui Media Flashcard bagi Siswa Tunagrahita Sedang, Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus.1(2) : 13-26.
Semi, M. Atar, 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis, Jakarta: Angkasa. Semiawan, Conny, R. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan
Sekolah Dasar.Jakarta:PT Index. Septiyaningsih, N.K. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Role Playing
Berbantuan Media Gambar Untuk Meningkatkan Keterampilan Bahasa Lisan Anak TK Tunas Gama School Kecamata Bitera Kabupaten Gianyar Pada Kelompok A Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Jakarta: Universitas Pendidikan Ganesha.
114
Somenadi, Ketut. 2013. Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media
Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Lisan Pada Anak Kelompok B Tk Stana Widya Kumara Depeha. Volume 1, Nomor 1
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2008. Landasan Psikologi Proses
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sulastri. 2008. Peningkatan Keterampilan Berbicara Formal dalam Bahasa
Indonesia Melalui Gelar Wicara. Jakarta: UNJ. Susilawati. 2010. Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalu Cerita
Bergambar pada Anak Didik Kelompok B Tk Bhayangkari 68 Mondokan. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sutikno, Sobry ,M.. 2009. Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna.
NTP Press Mataram. Syukur, Fatah. 2008. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasail. Tampubolon, Saur. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga. Tarigan, Henry, Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa. _________. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan. Bandung:
Angkasa. ________2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan. Bandung:
Angkasa. Trianto. 2011. Mendesaian Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:
Kencana. Widiasih, N.K. 2013. Metode Bercerita Berbantuan Media Gambar Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Pada Anak Tk Sinar Harapan Tahun Pelajaran 2012/2013. Jakarta: Universitas Pendidikan Ganesha.
115
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH)
Kompetensi Dasar(KD) 1.1, 2.5, 3.10, 2.3, 4.15
I. Indikator Pencapaian Pembelajaran: Beberapa indikator Pencapaian Pembelajaran pada klegiatan ini antara lain: 1. Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaannya (kd 1.1) 2. Berani menyampaikan keinginan (kd 2.5) 3. Meniru 4-5 urutan kata (kd 3.10) 4. Menyebutkan binatang darat 5. Berani cerita di depan umum
II. Materi:
1. Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaannya 2. Berani menyampaikan keinginan 3. Meniru 4-5 urutan kata 4. Menyebutkan binatang darat 5. Berani cerita didepan umum
III. Media:
1. Celemek cerita IV. Langkah-langkah kegiatan
1. Pembiasaan (07.00-08.00) - Sholat Dhuha - Baris - Ekskul
2. Pembukaan (08.00-08.30)
- Salam - Surat Al Fatheha, AnNas sampai surat al-Lahab - Doa ibu bapak, doa mau belajar - Doa lapang dada - Hadis senyum - Hadis dermawan - Hadis kebersihan - Bernyanyi lagu sekolah
3. Inti (08.30-09.00)
Usia : 5-6 Semester / Minggu : I / 2 Tema / Sub Tema / Sub Sub tema : Diri sendiri /Tubuhku/anggota tubuh Hari / Tanggal : Selasa / 2-8-2016
Usia : 4-5 Semester / Minggu : I / 12 Tema / Sub Tema / Sub Sub tema : Binatang/Binatang darat Hari / Tanggal : Senin/ 28 Mei Alokasi Waktu :180 menit
116
a. Bercakap-cakap tentang ciptaan Tuhan (Metode Observasi)
- Guru mengenalkan bentuk hewan semut dan belalang
- Anak menyebutkan kata belalang, semut
b. Berani menyampaikan keinginannya (Metode bercerita)
c. Guru bercerita tentang semut dan belalang
d. Meniru 4-5 urutan kata (Metode Pemberian LKA)
- Anak menyebutkan kata semut dan belalang
e. Anak berani tampil di depan umum
f. Anak dapat mengulang cerita yang telah di ceritakan
-anak bercerita dengan menggunakan celemek
4. Istirahat (09.00-09.15) - Mencuci tangan - Siswa membaca doa sebelum makan - Makan bersama di kelas - Siswa membaca doa selesai makan - Mencuci tangan - Bermain
5. Penutup (09.45-10.00)
- Evaluasi kegiatan hari ini - Berdoa - Bernyanyi - Janji siswa - Salam
V. Sumber / bahan
- Celemek cerita
117
PENILAIAN HARIAN
Kompetensi
Indikator pencapaian Pembelajaran
Hasil
Penilaian
Dasar {KD} BB MB BSH BSB
1.1 2.5 3.10
Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaannya Berani menyampaikan keinginan Meniru 4-5 urutan kata Berani tampil depan umum Dapat mengulang sebuah cerita yang sudah didengar
Jumlah peserta didik ... Siswa Sakit … Siswa Izin … Siswa Alpha … Siswa
Mengetahui, Jakarta, 28 Mei 2018 Kepala RA Darul hikmah Guru Kelas (Subur Sutrismi, S.Pd.I) (Anisa Hakim)
Keterangan: BB =Belum Berkembang MB = Mulai Berkembang BSH = Berkembang Sesuai Harapan BSB = Berkembang Sangat Baik
118
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH)
Kompetensi Dasar(KD) 1.2, 2.12, 2.3, 3.14
I. Indikator Pencapaian Pembelajaran: Beberapa indikator Pencapaian Pembelajaran pada klegiatan ini antara lain: 1. Menyebutka rukun islam (kd 1.2) 2. Mau mengakui kesalahan (kd 2.12) 3. Membaca kata konsonan 4. Mampu menjawab pertanyaan
II. Materi:
1. Rukun islam 2. Keberanian &Kejujuran 3. Menceritakan kembali tentang gajah dan kancil 4. Membaca huruf konsonan 5. Mampu menjawab pertanyaan
III. Media:
1. Celemek cerita IV. Langkah-langkah kegiatan
1. Pembiasaan (07.00-08.00) - Sholat Dhuha - Baris - Ekskul
2. Pembukaan (08.00-08.30)
- Salam - Surat Al Fatheha, AnNas sampai surat al-Lahab - Doa ibu bapak, doa mau belajar - Doa sebelum dan bangun tidur - Doa lapang dada - Hadis senyum - Hadis dermawan - Hadis kebersihan - Hadis sholat - Bernyanyi lagu sekolah
Usia : 5-6 Semester / Minggu : I / 2 Tema / Sub Tema / Sub Sub tema : Diri sendiri /Tubuhku/anggota tubuh Hari / Tanggal : Selasa / 2-8-2016
Usia : 4-5 Semester / Minggu : I / 12 Tema / Sub Tema / Sub Sub tema : Binatang/Binatang Darat/Gajah Hari / Tanggal : Rabu/ 30 Mei 2018 Alokasi Waktu : 180 Menit
119
3. Inti (08.30-09.00) a. Menyebutkan Rukun islam (Metode Ceramah)
- Guru menjelaskan tentang rukun islam yang pertama “syahadat”
- Anak mendengarkan dan mengamati b. Mau mengakui kesalahan (Metode bercerita)
- Guru menerangkan tentang dua orang sahabat yang salah satu anak maempunyai kesalahan dan anak tersebut mau mengakui kesalahannya
c. Menceritakan kembali tentang gajah dan kancil (Metode bercerita dan tanya jawab) - Guru bercerita tentang gajah dan kancil - Anak mengamati dan mendengarkan - Anak dapat menceritakan kembali cerita dari bu guru dengan
menggunakan media celemek cerita d. Membaca huruf konsonan
- Anak dapat membaca huruf konsonan
4. Istirahat (09.00-09.15) - Mencuci tangan - Siswa membaca doa sebelum makan - Makan bersama di kelas - Siswa membaca doa selesai makan - Mencuci tangan
5. Penutup (09.45-10.00)
- Evaluasi kegiatan hari ini - Berdoa - Bernyanyi - Janji siswa - Salam
V. Sumber / bahan
- Celemek cerita
120
PENILAIAN HARIAN
Kompetensi
Indikator pencapaian Pembelajaran
Hasil
Penilaian
Dasar {KD} BB MB BSH BSB
1.2 2.12 2.3 3.14
Menyebutka rukun islam
- Mau mengakui kesalahan - Menceritakan kembali
tentang kura-kura Memecahkan masalah sederhana Melukis gambar kura-kura
Jumlah peserta didik ... Siswa Sakit … Siswa Izin … Siswa Alpha … Siswa
Mengetahui, Jakarta, 30 Mei 2018 Kepala RA Darul hikmah Guru Kelas (Subur Sutrismi, S.Pd.I) (Anisa Hakim)
Keterangan: BB =Belum Berkembang MB = Mulai Berkembang BSH = Berkembang Sesuai Harapan BSB = Berkembang Sangat Baik
121
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH)
Kompetensi Dasar(KD) 1.2, 2.9, 3.11, 4.6, 4.3
I. Indikator Pencapaian Pembelajaran: Beberapa indikator Pencapaian Pembelajaran pada klegiatan ini antara lain: 1. Mengucap 2 kalimat syahadat (kd 1.2) 2. Berbagi dengan orang lain (kd 2.9) 3. Melengkapi huruf 4. Menempel huruf
II. Materi:
1. Kalimat Syahadat 2. Berbagi 3. Melengkapi huruf 4. Menempel huruf 5. Menulis sesuai contoh
III. Media:
1. Celemek cerita 2. Lembar kerja siswa 3. Huruf dari kain panel
IV. Langkah-langkah kegiatan:
1. Pembiasaan (07.00-08.00)
- Sholat Dhuha - Baris - Ekskul
2. Pembukaan (08.00-08.30)
- Salam - Surat Al Fatheha, AnNas sampai surat al-Lahab - Doa ibu bapak, doa mau belajar - Doa sebelum dan bangun tidur - Hadis senyum - Hadis dermawan - Hadis kebersihan - Hadis sholat
Usia : 5-6 Semester / Minggu : I / 2 Tema / Sub Tema / Sub Sub tema : Diri sendiri /Tubuhku/anggota tubuh Hari / Tanggal : Selasa / 2-8-2016
Usia : 4-5 Semester / Minggu : I / 12 Tema / Sub Tema / Sub Sub tema : Binatang/Binatang Buas/Harimau Hari / Tanggal : Kamis/ 31 Mei 2018 Alokasi Waktu : 180 menit
122
- Bernyanyi lagu sekolah
3. Inti (08.30-09.00) a. Mengucap 2 kalimat syahadat (Metode ceramah)
- Guru menjelaskan tentang 2 kalimat syahadat
“syahadat tauhid dan syahadat rosul”
- Anak dapat mendengarkan dengan penuh perhatian
b. Berbagi dengan orang lain (Metode bercerita dan praktek
langsung)
- Guru menjelaskan tentang berbagi dengan orang lain
(teman, tetangga, saudara)
- Anak mendengarkan, menyimak dan mempraktekkan
penjelasan bu guru
c. Melengkapi huruf - Anak mampu melengkapi huruf pada kata yang kurang - Anak dapat menempel huruf dengan benar
d. Menulis sesuai contoh - Anak dapat menuli kata harimau sesuai contoh yang di
celemek - Anak dapat menggambar kepala harimau
4. Istirahat (09.00-09.15) - Mencuci tangan - Siswa membaca doa sebelum makan - Makan bersama di kelas - Siswa membaca doa selesai makan - Mencuci tangan
5. Penutup (09.45-10.00) - Evaluasi kegiatan hari ini - Berdoa - Bernyanyi - Janji siswa - Salam
V. Sumber / bahan:
- Celemek cerita - Lembar kerja siswa - Huruf dari kain planel
123
PENILAIAN HARIAN
Kompetensi
Indikator pencapaian Pembelajaran
Hasil
Penilaian
Dasar {KD} BB MB BSH BSB
1.2 2.9
Mengucap 2 kalimat syahadat Berbagi dengan orang lain Melengkapi huruf Menulis sesuai contoh Menempel huruf dengan benar
Jumlah peserta didik ... Siswa Sakit … Siswa Izin … Siswa Alpha … Siswa
Mengetahui, Jakarta, 31 Mei 2018 Kepala RA Darul hikmah Guru Kelas (Subur Sutrismi, S.Pd.I) (AnisaHakim)
Keterangan: BB =Belum Berkembang MB = Mulai Berkembang BSH = Berkembang Sesuai Harapan BSB = Berkembang Sangat Baik
124
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH)
Kompetensi Dasar { KD } :
1.1,1.2,2.1,2.2,2.6,2.7,2.9,2.13,3.1,3.2,3.3,3.7,3.9,3.11,3.14,3.15
Indikator Pencapaian Pembelajaran :
Beberapa indikator pencapaian pembelajaran pada kegiatan ini antara lain
:
Mengenal doa harian
Memiliki perilaku yang mencerminkan rendah diri santun kepada
orang tua pendidik dan teman teman
Mengulang sebuah cerita yang telah didengar
Menunjuk perbuatan baik dan buruk
Mengenal dan menyebutkan perlengkapan dokter
Materi
Mengenal doa harian
Memiliki perilaku yang mencerminkan rendah diri santun kepada
orang tua pendidik dan teman teman
Mengulang sebuah cerita yang telah didengar
Menunjuk perbuatan baik dan buruk
Mengenal dan menyebutkan ruang ruang di sekolah
Media
- Celemek Cerita
Langkah Kegiatan:
I. Pembiasaan ( 07.00-08.00)
- Sholat dhuha
- Baris
II. Pembukaan (08.00-08.30)
Usia : 5-6 Semester / Minggu : I / 2 Tema / Sub Tema / Sub Sub tema : Diri sendiri /Tubuhku/anggota tubuh Hari / Tanggal : Selasa / 2-8-2016
Usia : 4-5 tahun Semester / Minggu : I I/ 7 Tema / Sub Tema / : Pekerjaan/tempat bekerja Hari / Tanggal : Senin 21 Mei
125
- Salam
- Al Quraisy
- Doa ibu bapak, doa mau belajar
- Hadist senyum
-
III. Inti ( 08.30-09.00)
a. Memiliki perilaku yang mencerminkan rendah diri,santun kepada
orang tua pendidik dan teman teman
- Guru bercerita kepada guru dan teman,berperilaku sopan
kepada guru dan teman
b. Anak dapat memahami cerita guru dan mempraktekaanya
didepan kelas anak dapat menghafal doa belajar
c. Menunjuk perbuatan baik dan buruk
- Guru menyiapkan 2 buah gambar benda perbuatan baik dan
buruk
- guru bertanya kepada anak yang mana yang baik dan yang
buruk dengan memberi tanda warna untuk membedakannya
d. Mengenal dan menyebutkan perlengkapan dokter
- Guru menjelasakan kepada anak perlengkapan dokter
- Anak dapat menyebutkan kembali apa yang sudah dijelaskan
guru
IV. Sumber / bahan
- Celemek cerita
V. Istirahat, makan (09.00-09.15)
- Doa masuk dan keluar WC
- Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
- Doa sebelum dan sesudah makan
- Makan bersama
VI. Penutup (09.45-10.00)
- Evaluasi kegiatan hari ini
- Berdoa
- Menyanyi
- Janji siswa
- Salam
126
PENILAIAN HARIAN
Kompetensi
Indikator pencapaian
Pembelajaran
Hasil
Penilaian
Dasar {KD} BB MB BSH BSB
Mengenal doa harian
Memiliki perilaku yang
mencerminkan rendah
diri santun kepada orang
tua pendidik dan teman
teman
Mengulang kembali
cerita yang sudah
didengar
Menunjuk perbuatan
baik dan buruk
Mengenal dan
menyebutkan
perlengkapan dokter
Ket : BB =Belum Berkembang
MB = Mulai Berkembang
BSH = Berkembang Sesuai Harapan
BSB = Berkembang Sangat Baik
127
Jakarta, 21 Mei 2018
Mengetahui
Guru Kelas Kepala RA Darul hikmah
(Annisa Hakim) { Subur Sutrismi,S.Pdi}
128
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
(RPPH)
Kompetensi Dasar { KD } :
1.1,1.2,2.1,2.2,2.6,2.7,2.9,2.13,3.1,3.2,3.3,3.7,3.9,3.11,3.14,3.15
Indikator Pencapaian Pembelajaran :
Beberapa indikator pencapaian pembelajaran pada kegiatan ini antara lain
:
Menyebut Asmaul Husna
Menunjukkan sikap santun mulia sebagai cerminan akhlak mulia
Bercerita tentang kegiatan nelayan
Menirukan 4-5 urutan kata “ nelayan mencari ikan”
Materi
Menyebut Asmaul Husna
Menunjukkan sikap santun mulia sebagai cerminan akhlak mulia
Bercerita tentang kegiatan nelayan
Menirukan 4-5 urutan kata “ dokter bekerja di rumah sakit”
Media
- Celemek cerita, huruf dari kain panel
Langkah Kegiatan:
I. Pembiasaan ( 07.00-08.00)
- Sholat dhuha
- Baris
II. Pembukaan (08.00-08.30)
- Salam
- Surat Al-Fatihah-Al-Quraisy
Usia : 5-6 Semester / Minggu : I / 2 Tema / Sub Tema / Sub Sub tema : Diri sendiri /Tubuhku/anggota tubuh Hari / Tanggal : Selasa / 2-8-2016
Usia : 4-5 tahun Semester / Minggu : I / 3 Tema / Sub Tema / : Pekerjaan/ Tempat bekerja Hari / Tanggal : Rabu 23 Mei
129
- Doa ibu bapak, doa mau belajar
- Hadist senyum
III. Inti ( 08.30-09.00)
a. Menunjukkan sikap santun mulia sebagai cerminan akhlak mulia
- Guru berdiskusi kepada anak bagaimana menunjukkan sikap
santun kepada orang yang lebih tua dan siapa saja tanpa pilih –
pilih dimanapun kita berada.
- Anak dapat menunjukkan sikap santun dalam kesehariannya
b. Anak dapat menghafal beberapa asmaul husna
Arrahman,Arrahim
d. Membaca kata nelayan mencari ikan
e. menirukan 4-5 urutan kata
IV. Sumber / bahan
- Celemek cerita, huruf panel
V. Istirahat, makan (09.00-09.15)
- Doa masuk dan keluar WC
- Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
- Doa sebelum dan sesudah makan
- Makan bersama
VI. Sentra bahan alam ( 09.15-09.45)
-
VII. Penutup (09.45-10.00)
- Evaluasi kegiatan hari ini
- Berdoa
- Menyanyi
- Janji siswa
- Salam
130
PENILAIAN HARIAN
Kompetensi
Indikator pencapaian
Pembelajaran
Hasil
Penilaian
Dasar {KD} BB MB BSH BSB
Menyebut Asmaul Husna
Menunjukkan sikap
santun mulia sebagai
cerminan akhlak mulia
Bercerita tentang
kegiatan nelayan
Membaca kata nelayan
mencari ikan
Menirukan 4-5 urutan
kata “nelayan mencari
ikan”
Ket : BB =Belum Berkembang
MB = Mulai Berkembang
BSH = Berkembang Sesuai Harapan
BSB = Berkembang Sangat Baik
131
Jakarta, 23 Mei 2018
Mengetahui
Guru Kelas Kepala RA Darul hikmah
(Annisa Hakim) { Subur Sutrismi,S.Pdi}
132
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
(RPPH)
Kompetensi Dasar { KD } :
1.1,1.2,2.1,2.2,2.6,2.7,2.9,2.13,3.1,3.2,3.3,3.7,3.9,3.11,3.14,3.15
Indikator Pencapaian Pembelajaran :
Beberapa indikator pencapaian pembelajaran pada kegiatan ini antara lain
:
Mempercayai adanya tuhan melalui ciptaannya”diskusi alam ciptaan
Allah”
Menghargai lingkungan sekitar”tidak menginjak tanaman”
menempel kata
meniru pola
Materi
Mempercayai adanya tuhan melalui ciptaannya”diskusi alam ciptaan
Allah”
Menghargai lingkungan sekitar”tidak menginjak tanaman”
Menempel kata
Meniru pola
Media
- Lembar kertas, celemek cerita, huruf dari kainpanel
Langkah Kegiatan:
I. Pembiasaan ( 07.00-08.00)
- Sholat dhuha
- Baris
II. Pembukaan (08.00-08.30)
- Salam
- Surat Al-Fatihah-Al-Quraisy
Usia : 5-6 Semester / Minggu : I / 2 Tema / Sub Tema / Sub Sub tema : Diri sendiri /Tubuhku/anggota tubuh Hari / Tanggal : Selasa / 2-8-2016
Usia : 4-5 tahun Semester / Minggu : I I/7 Tema / Sub Tema / : Pekerjaan/ Petani Hari / Tanggal : Kamis 24 Mei
133
- Doa ibu bapak, doa mau belajar
- Hadist senyum
III. Inti (08.30-09.00)
a. Mempercayai adanya tuhan melalui ciptaannya diskusi alam
ciptaan Allah
- Bercerita tentang alam dan isi nya ciptaan allah
- Anak mendengarkan cerita guru dengan baik
b. menghargai lingkungan sekitar “ tidak menginjak tanaman”
c. menempel kata pada celemek
- Guru mejelaskan tugas yang akan diberikan
- anak menempel huruf pada kata yang hilang
e. membuat pola
-Guru menyiapkan kata petani dan gambar caping
-Anak dapat meniru dan membuat pola dari gambar caping
IV. Sumber / bahan
- Celemek cerita, lembar kerja anak, huruf dari kain planel
V. Istirahat, makan (09.00-09.15)
- Doa masuk dan keluar WC
- Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
- Doa sebelum dan sesudah makan
- Makan bersama
VI. Penutup (09.45-10.00)
- Evaluasi kegiatan hari ini
- Berdoa
- Menyanyi
- Janji siswa
- Salam
134
PENILAIAN HARIAN
Kompetensi
Indikator pencapaian
Pembelajaran
Hasil
Penilaian
Dasar {KD} BB MB BSH BSB
Mempercayai adanya
tuhan melalui
ciptaannya”diskusi alam
ciptaan Allah”
Menghargai lingkungan
sekitar”tidak menginjak
tanaman”
Melengkapi kata
Membuat pola segitiga
(caping)
Meniru kata caping
petani
Ket : BB =Belum Berkembang
MB = Mulai Berkembang
BSH = Berkembang Sesuai Harapan
BSB = Berkembang Sangat Baik
135
Jakarta, 24 Mei 2018
Mengetahui
Guru Kelas Kepala RA Darul hikmah
(Annisa Hakim) { Subur Sutrismi,S.Pdi}
136
Lampiran
INSTRUMEN PENELITIAN
Nama
Berbicara Mendengarkan/Menyimak
Jumlah
Anak mampu
berbicara dengan
jelas dan tidak
terbata-bata
Anak mampu
berbicara di
depan umum
Anak
mampu
mendengar
informasi
Anak mampu
mengulang
informasi
Abrar
Afif
Nino
Kafa
Gufron
Fadil
Ira
Irza
Zara
Jumlah
Rata-rata
137
Lampiran
DAFTAR RIWAYAT HIDUP KOLABORATOR
Nama : Nisrina Handayani
Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Maret 1985
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jalan Raden Fatah, RT. 02/06, No. 8
Sudimara Barat, Ciledug, Tangerang
Riwayat Pendidikan :
1. SDN Pekojan 3 Pagi, Jakarta Barat, Tahun 1997.
2. MTs. Darussa‟adah Cikadeun, Pandeglang, Tahun 2000.
3. Madrasah Aliyah Darussa‟adah Cikadeun, Pandeglang, Tahun 2000.
4. Universitas Muhammadiyah Jakarta, Tahun 2004
138
Lampiran
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Annis Hakim
Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Juni 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl.Jaya 25, RT. 01/10, Cengkareng Barat
Jakarta Barat
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 13 Pagi, Cengkareng Barat, Jakarta Barat, Tahun 1997
2. SMP Da‟ar el Qalam, Gintung Jayanti, Tangerang, Tahun 2000
3. SMA Da‟ar el Qalam, Gintung Jayanti, Tangerang, Tahun 2013
4. Kuliah Program Strata Satu (S1), Program Studi Pendidikan Guru Anak Usia
Dini (PG-AUD), Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Jakarta,
Tahun 2013.