meningkatkan kemampuan motorik anak usia dini melalui
TRANSCRIPT
PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA p-ISSN 2549-7928
Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42 e-ISSN 2621-1017
31
http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/Purwadita Penerbit: STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Melalui Latihan Yoga
Asanas Putu Emy Suryanti1, Kadek Bayu Indrayasa2 1Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Indonesia 2Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Indonesia
[email protected]; [email protected]
ARTICLE INFO ABSTRACT
Received
2021-02-20
Revised
2021-02-24
Accepted
2021-03-11
This is an open access article
under the CC–BY-SA license.
One of the visions of national development to develop human
resources is realized by providing education aimed at developing
intelligence holistically which includes cognitive, social, emotional,
aesthetic and kinesthetic, as well as affective and psychomotor
abilities. There are two components of mobility that need to be
developed in children, namely: basic movement skills/gross motor
skills and fine motor skills. This motor skills are very vital for
children to be able to be independent in their future lives, so the right
stimulus is needed to be able to get optimal motor skills of children.
One of the stimuli that can be given to children is by practicing yoga
āsana. Movements in yoga āsana that are done in a disciplined and
regular manner from an early age can improve motor skills of
children.
Keywords: motor skills, early childhood, yoga āsana.
Visi pembangunan nasional untuk membangun sumber daya manusia
seutuhnya salah satunya diwujudkan dengan penyelenggaraan
pendidikan yang diarahkan untuk mengembangkan kecerdasan
secara holistik yang meliputi kemampuan kognitif, sosial, emosional,
estetis dan kinestetis, serta afektif dan psikomotorik. Terdapat dua
komponen kemampuan gerak yang perlu dikembangkan pada anak,
yaitu: keterampilan gerak dasar/motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan motorik ini sangat vital bagi anak untuk mampu
mandiri dalam menjalani kehidupannya kelak, sehingga diperlukan
stimulus yang tepat untuk mampu mendapatkan kemampuan motorik
anak yang optimal. Salah satu stimulus yang dapat diberikan pada
anak adalah dengan latihan yoga āsana. Gerakan dalam yoga āsana
yang dilakukan dengan disiplin dan teratur sejak dini dapat
meningkatkan kemampuan motorik anak.
Kata kunci: kemampuan motorik, anak usia dini, yoga āsana.
32 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA p-ISSN 2549-7928
Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42 e-ISSN 2621-1017
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu
pilar utama untuk menyokong
pembangunan nasional. Sesuai dengan
visi pembangunan nasional yaitu
membangun manusia seutuhnya yang
dilakukan melalui pendidikan untuk
mewujudkan potensi sumber daya
manusia yang dimiliki sehingga mampu
mengaktualisasikan potensi dirinya secara
optimal. Untuk mewujudkan sumber daya
manusia yang bermutu, penyelenggaraan
pendidikan diarahkan untuk
mengembangkan kecerdasan secara
menyeluruh yang meliputi kemampuan
kognitif, sosial, emosional, estetis dan
kinestetis, serta afektif dan psikomotorik.
Adapun salah satu program pemerintah
dalam mewujudkan sasaran pembangunan
pendidikan nasional adalah melalui
pengembangan pendidikan anak usia dini.
Pendidikan pada tahap awal ini bertujuan
untuk membantu anak usia dini dalam
mengembangkan berbagai potensi yang
dimilikinya baik fisik maupun psikis yang
meliputi moral dan nilai-nilai agama,
sosial emosional, kognitif, bahasa,
fisik/motorik, kemandirian, dan seni
sehingga anak-anak siap untuk memasuki
pendidikan dasar (Komaini, 2018).
Anak usia dini dikatakan berada
dalam masa emas (golden age). Masa
keemasan ini merupakan masa dimana
anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat, baik
secara fisik maupun psikis. Perkembangan
fisik seorang anak erat kaitannya dengan
perkembangan motoriknya yaitu
perkembangan pengendalian gerakan
jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf,
urat saraf, dan otot yang terkoordinasi.
Perkembangan fisik seorang anak salah
satunya ditentukan oleh kemampuan
gerak anak. Kemampuan gerak anak
sendiri akan menentukan keterampilan
anak dalam bergerak dan secara tidak
langsung akan mempengaruhi cara
pandang anak terhadap kemampuan
dirinya. Gerak merupakan sifat kehidupan
dan gerak terus mengalami perubahan
yang dapat kita amati dari sejak manusia
lahir sampai dewasa, dari gerak bebas
yang tidak bermakna menjadi gerak yang
terarah dan memiliki makna; dari gerak
kasar menjadi gerak halus; dari yang tidak
beraturan menjadi beraturan. Banyak jenis
dan bentuk gerakan yang perlu dipelajari
oleh anak, dibina dan disesuaikan dengan
kebutuhan diri, serta pertumbuhan dan
perkembangan anak. Gerak merupakan
unsur pokok dalam perkembangan
motorik anak. Tanpa gerak, manusia akan
menjadi kurang sempurna dan dapat
menyebabkan kelainan dalam organ tubuh
maupun fungsi organ-organ tubuh
tersebut. Oleh karena itu, gerak menjadi
kebutuhan yang sangat penting seperti
kebutuhan hidup lainnya yang dapat
membantu kelangsungan hidup manusia.
Gerak merupakan suatu hal yang sangat
vital dan mempunyai nilai yang sangat
strategis bagi manusia dalam
kehidupannya. Hal tersebut dikatakan
vital karena melalui gerak manusia dapat
mengatasi berbagai persoalan dalam
hidupnya. Tanpa gerak, manusia dianggap
lemah dan memiliki tingkat
ketergantungan yang sangat tinggi pada
lingkungannya.
Pentingnya stimulasi kemampuan
motorik anak sejak dini secara optimal
adalah karena perkembangan motorik
akan mempengaruhi tahap perkembangan
anak selanjutnya seperti perkembangan
fisiologis, perkembangan sosio-
emosional, dan perkembangan kognitif.
Pemahaman mengenai konsep dan
perkembangan kemampuan motorik anak
p-ISSN 2549-7928 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA 33 e-ISSN 2621-1017 Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42
dapat dijadikan dasar untuk memantau
dan mengevaluasi pertumbuhan serta
perkembangan fisik motorik anak. Selain
itu juga dapat digunakan sebagai bentuk
pencegahan pada beberapa ancaman
kondisi patologis pada anak akibat
keterlambatan perkembangan motorik,
antara lain: koordinasi gerak yang tidak
seimbang, gangguan fungsi panca indra,
cacat tubuh, serta kegemukan (obesitas).
Pentingnya perkembangan motorik anak
membuat kita harus memberikan stimulus
seoptimal mungkin. Stimulus yang dapat
diberikan untuk mengembangkan
kemampuan motorik anak salah satunya
adalah dengan latihan yoga. Yoga
merupakan kegiatan olah tubuh, olah
nafas, serta olah pikiran yang memiliki
beragam manfaat. Di masyarakat, yoga
dipahami hanya sebatas aktivitas fisik
dengan gerakan dan pose tertentu.
Gerakan tubuh tersebut disebut dengan
āsana. Asana merupakan tahap ketiga dari
delapan tahapan yoga (Astangga Yoga)
yang berupa suatu pose atau gerakan
dalam yoga yang memiliki banyak
manfaat, salah satunya adalah
meningkatkan kesehatan jasmani atau
fisik. Asana sendiri dapat dilakukan oleh
masyarakat luas dari berbagai kalangan
dan usia. Latihan gerak yoga āsana yang
dilakukan secara teratur dan disiplin oleh
anak sejak dini dapat menjadi stimulus
yang baik dalam melatih perkembangan
motorik anak.
METODE
Metode penelitian yang digunakan
dalam penulisan artikel ini adalah studi
kepustakaan atau studi literatur (literature
review). Studi kepustakaan merupakan
teknik pengumpulan informasi melalui
kajian teoritis atau mengkaji referensi
yang berkaitan dengan suatu topik yang
diteliti (Sugiyono, 2015). Dalam studi
kepustakaan ini, referensi yang digunakan
untuk mengumpulkan informasi terkait
dengan topik penelitian adalah berupa
buku, artikel jurnal, artikel di media
internet, serta referensi lain mengenai
yoga āsana serta perkembangan
kemampuan motorik anak usia dini yang
menunjang dalam penulisan artikel ini.
Sehingga informasi yang didapatkan
dalam penulisan artikel ini merupakan
jenis data sekunder. Data-data serta
informasi yang didapatkan dari hasil studi
kepustakaan selanjutnya digunakan untuk
membahas topik mengenai peningkatan
kemampuan motorik anak usia dini
melalui latihan yoga āsana.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Yoga Asana
Yoga berasal dari Bahasa
Sanskerta “yuj” yang memiliki makna
menyatukan diri dengan Tuhan. Dalam Rg
Veda, yoga disimbolkan dengan “tapas”
yang berfokus pada pengendalian indria
(Somvir, 2010). Yoga dalam Kamus
Bahasa Jawa Kuna-Indonesia diartikan
sebagai pengerahan tenaga, usaha keras,
metode atau praktik pemusatan pikiran
atau tapa yaitu dengan mengontrol indera,
menahan gejolak pikiran, memperoleh
kekuatan supernatural, mencapai kesatuan
dengan Dewa atau kelepasan (Zoetmulder
& Robson, 2006). Sementara dalam
Kamus Bahasa Bali-Indonesia, yoga
memiliki makna cara untuk
menghubungkan diri dengan Tuhan (Tim
Penyusun, 2014). Inti dari ajaran yoga
yang sesungguhnya adalah rasa bakti dan
cinta kasih yang mendalam kepada Tuhan
Yang Maha Esa, sehingga yoga
diharapkan mampu memberikan nilai-
nilai yang positif serta bermanfaat bagi
jasmani maupun rohani penekunnya.
34 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA p-ISSN 2549-7928
Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42 e-ISSN 2621-1017
Menurut Maha Rsi Patanjali dalam
Kitab Yoga Sutra, istilah yoga dirangkum
dalam sebuah kalimat “Yogas Citta Vrtti
Nirodhah” yang memiliki makna “Yoga
merupakan pengekangan benih-benih
pikiran (citta) dari pengambilan berbagai
wujud” (Saraswatī, 2005). Berdasarkan
kalimat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa yoga merupakan aktivitas mental
atau pikiran yang berfungsi sebagai
pengendalian pikiran dari berbagai wujud
atau perubahan-perubahan yang timbul
dari pikiran akibat adanya kontak dengan
panca indria. Untuk mencapai keadaan
tersebut, Maha Rsi Patanjali merumuskan
beberapa tahapan untuk mencapai hakekat
yoga yang sesungguhnya, yaitu:
pengendalian diri (yama), kepatuhan
(niyama), sikap tubuh (āsana), pengaturan
nafas (prānayāma), pengendalian indria
(pratyāhāra), konsentrasi (dhāranā),
meditasi (dhyāna), penyatuan (samādhi).
Delapan tahapan tersebut kemudian
disebut “Astangga Yoga” yang
merupakan bagian dari disiplin diri dalam
yoga. Astangga Yoga juga disebut dengan
“eight limbs of yoga”. Dalam Astangga
Yoga, fokus awalnya adalah gerakan
tubuh (āsana) karena lebih mudah untuk
mengendalikan tubuh dibandingkan
dengan mengendalikan pikiran. Saat
latihan yoga telah semakin dalam, tubuh
menjadi lebih terhubung dengan aliran
nafas (prānayāma), dilanjutkan dengan
pengendalian indria (pratyāhāra) dan
meningkatkan konsentrasi (dhāranā).
Efek dari penggabungan gerakan tubuh,
pengaturan nafas, serta pengendalian
indria adalah peningkatan kemampuan
untuk berkonsentrasi yang secara perlahan
menuntun ke arah meditasi (dhyāna). Jika
siklus tersebut dilatih secara terus
menerus, maka akan terwujud penyatuan
diri dengan Tuhan (samādhi) (Saraswatī,
2005).
Masih banyak pemahaman yang
kurang mengenai yoga di kalangan
masyarakat, dimana beberapa kalangan
masyarakat masih memahami yoga hanya
sebatas aktivitas fisik dalam bentuk
gerakan dan pose tertentu. Akan tetapi
pemahaman masyarakat mengenai yoga
yang sebatas aktivitas fisik tersebut
tidaklah salah, hanya saja belum
mencakup pengertian yoga secara
keseluruhan. Pemahaman masyarakat
mengenai yoga sebagian besar hanya
sebatas gerakan tubuh (āsana). Asana
merupakan bagian ketiga dalam delapan
tahapan yoga (Astangga Yoga) menurut
Maha Rsi Patanjali. Asana dimaknai
sebagai postur atau gerakan tubuh.
Karakter postur atau gerakan tubuh dalam
āsana merupakan suatu tingkatan untuk
mencapai kesejahteraan yang dilakukan
dengan mantap dan stabil (sthira) secara
bertahap dengan tetap memperhatikan
kenyamanan (sukha) yang biasa disebut
dengan sthirasukhamasanam (Telles &
Singh, 2018). Adapun manfaat yang
didapatkan dari latihan yoga āsana, antara
lain:
1. Manfaat dari aspek fisik : melatih
kelenturan tubuh serta menjaga
kesehatan jasmani dengan
mengoptimalkan fungsi organ-
organ tubuh sehingga mencegah
berbagai penyakit.
2. Manfaat secara psikis : melatih
konsentrasi dan menjaga
keseimbangan pikiran sehingga
mampu menjaga kesehatan
mental.
3. Manfaat dari sisi spiritual :
merupakan tahapan untuk
mencapai jalan spiritual yang lebih
tinggi
p-ISSN 2549-7928 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA 35 e-ISSN 2621-1017 Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42
Terdapat banyak pengelompokan
āsana berdasarkan posisi, teknik, tujuan,
dan sebagainya yang diklasifikasikan
sesuai dengan nilai dan budaya masing-
masing (Telles & Singh, 2018).
Berdasarkan Kitab Gheraṇḍa Saṁhitā,
terdapat sekitar 8.400.000 jenis āsana atau
sikap tubuh yang digambarkan oleh Shiva.
Akan tetapi hanya 32 jenis yang sering
dipraktekkan hingga saat ini.
Ketigapuluh-dua jenis āsana tersebut,
yaitu: (1) Siddhasana (sikap duduk
sempurna); (2) Padmasana (sikap lotus);
(3) Bhadrasana (sikap jantan); (4)
Muktasana/Sukhasana (sikap bebas); (5)
Vajrasana (sikap genta); (6) Svastikasana
(sikap swastika); (7) Simhasana (sikap
singa); (8) Gomukthasana (sikap seperti
muka sapi); (9) Virasana (sikap heroik);
(10) Dhanurasana (sikap busur); (11)
Mrittasana/Savasana (sikap mayat); (12)
Guptasana (sikap dengan posisi kaki
tertutup badan); (13) Matsyasana (sikap
ikan); (14) Matsyendrasana (sikap raja
ikan/ikan besar); (15) Goraksana (sikap
Yogi); (16) Paschimothanasana; (17)
Utkataasana (sikap gagak); (18)
Sangkatasana (sikap berbahaya); (19)
Mayurasana (sikap burung merak); (20)
Kukutasana (sikap burung); (21)
Kurmasana (sikap penyu); (22) Utthana
Kurmasana (sikap kura-kura tidur); (23)
Utthana Mandukasana (sikap kodok I);
(24) Vrksasana (sikap pohon); (25)
Mandukasana (sikap kodok II); (26)
Garudasana (sikap garuda); (27)
Vrsasana (sikap sapi jantan); (28)
Salabhasana (sikap belakang); (29)
Makarasana (sikap buaya); (30)
Ustrasana (sikap unta); (31)
Bhujanggasana (sikap kobra); (32)
Yogasana (sikap duduk) (Vasu, 1933).
Asana dapat dilakukan oleh
berbagai kelompok usia, dari anak-anak,
remaja, dewasa, hingga lanjut usia dengan
gerakan yang disesuaikan dengan
kemampuan dan kondisi tubuh. Dalam
melakukan gerakan āsana ada tiga hal
yang harus dipenuhi, yaitu: (1) Gerakan
harus stabil dan kondisi tubuh tetap
nyaman; (2) Gerakan dilakukan dengan
penuh kesadaran dan perhatian; dan (3)
Gerakan membawa perubahan sikap
sesuai dengan nilai-nilai dalam ajaran
yoga. Berikut tahapan dalam latihan āsana
yaitu: persiapan, doa pembuka,
pemanasan, gerakan āsana inti,
peregangan/relaksasi, latihan nafas,
meditasi sederhana, doa penutup .
3.2 Perkembangan Kemampuan
Motorik Anak Usia Dini
Anak usia dini merupakan
pengelompokan usia anak sejak berada
dalam kandungan hingga usia 6 (enam)
tahun. Berdasarkan Standar Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak Usia
Dini (STPPA), pengelompokan usia anak
usia dini yaitu: tahap usia lahir sampai
dengan 2 tahun (terdiri dari kelompok usia
: lahir sampai dengan 3 bulan, 3-6 bulan,
6-9 bulan, 9-12 bulan, 12-18 bulan, 18-24
bulan); tahap usia 2-4 tahun (terdiri dari
kelompok usia : 2-3 tahun dan 3-4 tahun);
serta tahap usia 4-6 tahun (terdiri dari
kelompok usia : 4-5 tahun dan 5-6 tahun).
STPPA merupakan kriteria
pengelompokan usia anak berdasarkan
kemampuan yang dicapai anak pada
seluruh aspek pertumbuhan dan
perkembangannya. Aspek pertumbuhan
dan perkembangan tersebut meliputi :
aspek nilai agama dan moral, aspek fisik-
motorik, aspek kognitif, aspek bahasa,
aspek sosial-emosional, serta aspek seni.
(Permendikbud RI No. 137 Tahun 2014).
Anak usia dini merupakan individu yang
berbeda dan unik, serta memiliki
36 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA p-ISSN 2549-7928
Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42 e-ISSN 2621-1017
karakteristik tersendiri sesuai dengan
tahapan usianya. Masing-masing anak
dilahirkan memiliki potensi (inherent
component of ability) yang berbeda-beda.
Potensi anak dapat diwujudkan dengan
interaksi yang dinamis antara keunikan
anak dengan pengaruh lingkungannya.
Berbagai potensi yang teraktualisasikan
berawal dari berfungsinya otak anak.
Berfungsinya otak anak merupakan hasil
interaksi dari cetakan biru (blue print)
genetis dan pengaruh lingkungan. Usia
dini dikatakan sebagai usia emas (golden
age) yang merupakan usia kritis bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pada masa keemasan ini stimulasi yang
diberikan harus dimanfaatkan sebaik
mungkin untuk mencapai pertumbuhan
dan perkembangan anak yang optimal,
sebab stimulasi seluruh aspek
pertumbuhan dan perkembangan pada
masa keemasan berperan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak
pada fase berikutnya (Suryana, 2014).
Dalam bahasa Indonesia kata
“motor” dan “movement” diterjemahkan
sebagai gerak atau gerakan. Kedua kata ini
sesungguhnya memiliki perbedaan
makna. “Motor” memiliki makna gerak
yang bersifat internal atau dari dalam,
konstan, dan sukar diamati sedangkan
“movement” merupakan gerak yang
bersifat eksternal atau dari luar dan mudah
diamati. Gerak adalah salah satu
kemampuan penting dalam kehidupan
sehari-hari, terutama yang berhubungan
dengan aktivitas jasmani. Berbicara
mengenai konsep tentang gerak, tidak bisa
lepas dari konsep tentang gerak pada
umumnya. Gerak dapat dijelaskan sebagai
aksi atau proses perubahan letak atau
posisi yang ditinjau dari titik tertentu yang
digunakan sebagai pedomannya. Dalam
perkembangan fisik atau jasmani pada
anak usia dini, yang dimaksud dengan
gerak yaitu perubahan posisi dari tempat
semula sebagai akibat adanya rangsangan
baik dari luar maupun dari dalam diri
anak. Belajar bergerak merupakan hal
yang penting bagi semua anak terutama
bagi kehidupan sosial dan emosionalnya.
Kemampuan bergerak sangat membantu
anak untuk melepaskan diri dari
ketergantungan pada orang lain, dan juga
merupakan bagian dari perkembangan
intelektual anak (Depdiknas, 2007).
Terdapat beberapa tahapan anak-anak
dalam belajar gerak yaitu:
1. Tingkat Penjelajahan (Exploration)
Dalam mempelajari sesuatu, anak
melalui proses mencoba dan
mencari apa yang akan dikerjakan.
Misalnya: dalam mengembangkan
kegiatan berjalan, anak tidak
diberikan contoh bagaimana cara
berjalan melainkan anak mencari
sendiri bagaimana cara dan macam
berjalan. Bagi anak yang sehat,
tingkat perkembangan ini akan
menjadi tahap kesukaannya karena
anak dipercaya untuk menciptakan
dan menjelajahi sendiri apa yang
ditugaskan padanya.
2. Tingkat Penemuan (Discovery)
Tingkat ini merupakan lanjutan dari
tingkat penjelajahan. Bila anak telah
menemukan berbagai macam cara
berjalan, yang sudah dikuasai
dengan berbagai kecepatan,
berbagai arah, berbagai irama, dan
berbagai lingkungan yang berbeda,
maka anak akan menemukan cara
mana yang paling bagus baginya
dalam berjalan dan pada saat
dipergunakan. Misalnya: untuk
berjalan yang paling baik adalah
dengan cara berjalan dengan
langkah dan ayunan tangan yang
p-ISSN 2549-7928 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA 37 e-ISSN 2621-1017 Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42
seimbang, pandangan ke depan dan
sebagainya. Selanjutnya anak akan
menentukan untuk berjalan
badannya harus demikian,
langkahnya demikian, badannya
harus begini atau begitu, ayunan
tangan dan pandangan, bahu serta
dadanya harus begini dan
sebagainya; berjalan untuk senam
irama harus begini dan sebagainya.
Keseluruhan hal tersebut merupakan
hasil penemuan anak sendiri. Orang
tua, guru, dan lingkungan lain hanya
memberikan teknik dan cara yang
benar dari gerakan dan sikap
berjalan, berlari, melompat, dan
sebagainya.
3. Tingkat Pemilihan (Selection)
Tingkatan ini biasanya mulai
diberikan pada pemilihan suatu
kegiatan olah raga atau teknik
cabang olah raga tertentu yang
biasanya mulai dilaksanakan pada
anak usia SD tepatnya anak dengan
kelas 5 ke atas.
4. Tingkat Penghalusan (Refine)
Tingkat penghalusan merupakan
tahap dalam melanjutkan latihan
atau aktivitas gerak yang sudah
diajarkan sebelumnya, yaitu seperti
proses seleksi.
Aktivitas gerak merupakan aktivitas
dominan pada anak usia dini, sehingga
permasalahan gerak dan belajar gerak
menjadi sangat penting dan harus
mendapatkan perhatian khusus. Stimulus
gerak yang benar sangat penting karena
akan memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan anak. Sehingga salah satu
komponen yang penting untuk
dikembangkan untuk anak usia dini adalah
kemampuan motorik. Kemampuan
motorik diartikan sebagai kualitas unjuk
kerja/tampilan yang dapat mempermudah
seseorang dalam melakukan keterampilan
gerak. Kemampuan motorik juga
merupakan kualitas umum yang dapat
ditingkatkan melalui aktivitas gerak.
Proses motorik melibatkan sebuah sistem
pola gerakan yang terkoordinasi (otak,
saraf, otot, dan rangka) dengan proses
mental yang sangat kompleks, disebut
sebagai proses cipta gerak. Keempat unsur
tersebut tidak bisa bekerja secara sendiri-
sendiri, melainkan selalu terkoordinasi.
Apabila salah satu unsur mengalami
gangguan, maka gerak yang dilakukan
dapat mengalami gangguan. Dengan kata
lain, gerakan yang dilakukan oleh anak
secara sadar dipengaruhi oleh stimulus
dari lingkungannya (informasi verbal atau
lisan, gambar, dan alat lainnya) yang dapat
direspons oleh anak (Depdiknas, 2007).
Masa keemasan merupakan waktu
yang ideal untuk menstimulasi
perkembangan kemampuan motorik anak.
Hal ini dikarenakan tubuh anak lebih
lentur dibandingkan tubuh saat remaja
ataupun dewasa, sehingga anak lebih
mudah menerima latihan fisik.
Selanjutnya, anak belum banyak memiliki
keterampilan yang akan berbenturan
dengan keterampilan baru yang
dipelajarinya, sehingga lebih mudah bagi
anak untuk mempelajari keterampilan
baru. Selain itu, secara keseluruhan anak
lebih berani mencoba hal baru pada saat
kecil dibandingkan dengan usia yang lebih
besar karena pada masa ini anak-anak
memiliki kemampuan belajar yang luar
biasa. Terdapat dua komponen
kemampuan gerak yang perlu
dikembangkan pada anak, yaitu:
keterampilan gerak dasar/motorik kasar
dan motorik halus. Keterampilan motorik
kasar yaitu gerakan yang dilaksanakan
dengan menggunakan otot-otot besar
(seperti: berjalan, berlari, melompat
38 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA p-ISSN 2549-7928
Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42 e-ISSN 2621-1017
dengan dua kaki, dan melompati
rintangan). Sedangkan keterampilan
motorik halus adalah gerakan yang
dilaksanakan oleh kerja dari otot-otot
kecil (seperti: menggunting, menempel,
meronce, merobek, menyusun balok
menjadi suatu bentuk yang representatif,
menggambar, mewarnai, dan menulis).
Perkembangan motorik ini dilakukan
dengan tujuan untuk memperkenalkan dan
melatih gerakan kasar dan gerakan halus;
meningkatkan kemampuan mengelola,
mengontrol gerakan tubuh dan
keterampilan tubuh serta koordinasi; dan
meningkatkan keterampilan tubuh
(Komaini, 2018).
Unsur-unsur utama dalam
kemampuan motorik, yaitu:
1. Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan
sekelompok otot untuk
menimbulkan tenaga saat terjadi
kontraksi. Kekuatan otot ini harus
dimiliki oleh anak. Apabila anak
tidak memiliki kekuatan otot, anak
tersebut tidak dapat melakukan
aktivitas bermain yang
menggunakan kekuatan fisik
seperti: berjalan, belari, melompat,
melempar, memanjat, bergantung
dan mendorong. Kekuatan
dipengaruhi oleh biomekanika,
ukuran otot, jenis kelamin, usia
dan aspek psikologis.
2. Koordinasi
Salah satu unsur penting untuk
mempelajari dan menguasai
keterampilan-keterampilan dalam
gerak adalah koordinasi.
Koordinasi merupakan
kemampuan untuk menyelesaikan
tugas-tugas motorik secara cepat
dan terarah. Gerakan yang
terkoordinasi disebabkan oleh
kesempurnaan waktu antara otot
dan sistem syaraf. Koordinasi
gerakan anak dikatakan baik
apabila mampu bergerak dengan
mudah, lancar dalam rangkaian,
dan irama gerakannya terkontrol
dengan baik. Koordinasi
ditentukan oleh proses
pengendalian dan pengaturan
gerakan, sehingga koordinasi
sering kali dikaitkan dengan
kualitas gerakan. Semakin baik
tingkat koordinasi, maka semakin
baik pula kualitas gerakan yang
ditampilkan demikian pula
sebaliknya. Kemampuan
koordinasi ditandai oleh
penguasaan berbagai bentuk dan
variasi gerakan.
3. Kecepatan
Kecepatan diartikan sebagai
kemampuan tubuh melakukan
gerakan sebanyak mungkin dalam
waktu tertentu, atau dapat juga
diartikan sebagai kemampuan
tubuh untuk melakukan suatu
gerakan dengan waktu yang
sesingkat mungkin. Secara
fisiologis, kecepatan diartikan
sebagai kemampuan untuk
melakukan gerakan-gerakan
dalam satu satuan waktu tertentu
yang ditentukan oleh fleksibilitas
tubuh, proses persyarafan, dan
kemampuan otot. Kecepatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor,
sedangkan faktor tersebut
tergantung dari jenis
kecepatannya, seperti: kecepatan
reaksi dipengaruhi oleh susunan
syaraf; kecepatan bergerak
ditentukan oleh faktor kekuatan
otot, daya ledak, dan daya
koordinasi gerakan; kecepatan
p-ISSN 2549-7928 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA 39 e-ISSN 2621-1017 Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42
sprint dipengaruhi oleh kekuatan
otot dan persendian.
4. Keseimbangan
Keseimbangan tubuh dipengaruhi
oleh panca indra dalam tubuh yang
bekerja secara bersamaan. Jika
salah satu sistem mengalami
gangguan, maka akan terjadi
gangguan kesimbangan pada
tubuh (imbalance). Keseimbangan
terbagi dalam dua jenis yaitu:
keseimbangan statis dan dinamis.
Keseimbangan statis merupakan
keseimbangan tubuh ketika berdiri
pada satu tempat, sementara
keseimbangan dinamis adalah
kemampuan untuk menjaga
keseimbangan tubuh ketika
berpindah dari suatu tempat ke
tempat lain.
5. Kelenturan
Kelenturan ditentukan oleh
kondisi tulang, otot, ligament,
jaringan ikat, dan kulit. Kelenturan
bersifat esensial untuk semua
gerak, untuk memberikan
kebebasan dari gerak pada
persendian, mempertinggi
elastisitas otot, dan membantu
untuk mencegah kerusakan pada
otot tendon. Kelenturan
(fleksibilitas) merupakan
persyaratan yang diperlukan
secara anatomis bagi
berlangsungnya gerak dalam
aktivitas.
6. Kelincahan
Kelincahan merupakan komponen
kesegaran jasmani yang sangat
diperlukan pada semua aktivitas
yang membutuhkan kecepatan
perubahan posisi tubuh dan
bagian-bagiannya. Kelincahan
merupakan kombinasi kecepatan,
kekuatan, kecepatan reaksi,
keseimbangan, fleksibilitas, dan
koordinasi neuromuscular.
Kelincahan bukan merupakan
kemampuan fisik tunggal,
melainkan tersusun dari komponen
koordinasi, kekuatan, kelenturan,
waktu reaksi, dan tenaga. Dalam
melakukan kelincahan,
keseimbangan posisi tubuh harus
dijaga (Komaini, 2018).
3.3 Stimulasi Perkembangan Motorik
Anak Usia Dini Melalui Latihan
Yoga Asana
Motorik adalah semua gerakan
yang mungkin dapat dilakukan oleh tubuh.
Sementara perkembangan motorik
merupakan perkembangan dari unsur
kematangan dan pengendalian gerak
tubuh. Perkembangan motorik erat
kaitannya dengan perkembangan pusat
motorik di otak. Keterampilan motorik
berkembang sejalan dengan kematangan
saraf dan otot anak. Oleh sebab itu, setiap
gerakan yang dilakukan anak sesederhana
apa pun, sebenarnya merupakan hasil pola
interaksi yang kompleks dari berbagai
bagian dan sistem dalam tubuh yang
dikontrol otak. Asana adalah tahapan yoga
ketiga dalam Astangga Yoga yang berupa
pose atau gerakan tubuh. Latihan āsana
dapat dilakukan oleh seluruh kalangan
masyarakat dari berbagai jenjang usia
karena manfaatnya yang besar untuk
kesehatan, salah satunya untuk anak usia
dini. Salah satu manfaat āsana khususnya
bagi anak usia dini adalah menstimulasi
perkembangan kemampuan motorik anak.
Gerakan latihan yoga āsana untuk anak
disesuiakan dengan kemampuan anak
yang dilakukan sambil bermain agar anak
merasa senang dan tidak terbebani.
40 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA p-ISSN 2549-7928
Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42 e-ISSN 2621-1017
Adapun tahapan dalam latihan
yoga āsana yaitu:
1. Persiapan
Dalam tahap persiapan, anak
diajarkan untuk mempersiapkan
diri dan lingkungannya sebelum
melakukan latihan yoga āsana.
Persiapan lingkungan yang
dilakukan dapat berupa mengajak
anak untuk menciptakan
lingkungan yang bersih dan
kondusif untuk berlatih yoga
dengan cara sambil bermain.
Setelah persiapan lingkungan,
dilanjutkan dengan persiapan diri
anak untuk berlatih yoga. Dalam
persiapan diri ini, kita dapat
menjelaskan pada anak kegiatan
latihan yoga āsana yang akan
dilakukan dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti
oleh anak.
2. Doa pembuka
Tahap kedua adalah doa pembuka.
Pada tahap ini, kita akan mengajak
anak untuk melakukan doa
sebelum melakukan sesuatu dalam
hal ini adalah berlatih yoga āsana.
Dengan doa pembuka ini kita
mengajarkan anak untuk terbiasa
berdoa sebelum memulai kegiatan
apapun.
3. Pemanasan
Tahap ketiga adalah gerakan
pemanasan. Gerakan pemanasan
yang dilakukan dalam latihan yoga
āsana ini adalah gerakan awal
untuk mempersiapkan tubuh anak
dalam melakukan gerakan inti
āsana. Gerakan pemanasan
dilakukan mulai dari leher, bahu,
lutut, kaki, serta mempersiapkan
tulang belakang dengan posisi
duduk dan berdiri. Keterampilan
motorik kasar yang dilatih dalam
tahap pemanasan yaitu melatih
fleksibilitas anak, meningkatkan
rentang gerak anak melalui
gerakan sendi, meningkatkan
kinerja aktivitas fisik dengan
mempersiapkan otot-otot,
meningkatkan aliran darah ke otot,
memperbaiki postur tubuh, dan
meningkatkan koordinasi anggota
tubuh anak (Astuti, 2020a).
Gerakan dalam pemanasan ini
dapat dipilih sesuai dengan usia
dan kondisi tubuh anak yang
dilakukan dengan cara sambil
bermain.
4. Gerakan inti āsana
Selanjutnya adalah memasuki
gerakan inti latihan yoga āsana.
Sama seperti gerakan pemanasan,
gerakan inti āsana juga dipilihkan
sesuai dengan usia dan kondisi
tubuh anak. Gerakan inti āsana
yang dipilih dapat berupa
menirukan gerakan-gerakan benda
atau binatang yang ada di sekitar
anak, sehingga memudahkan anak
untuk melakukan gerak tersebut.
Manfaat yang dapat dirasakan oleh
anak dalam gerakan inti āsana
berhubungan dengan otot dan
saraf. Salah satu gerakan inti āsana
yang dapat dilakukan oleh anak-
anak adalah Suryanamaskara.
Gerakan ini dapat melatih
kelenturan otot di belakang lutut,
memperkuat otot lengan,
punggung, perut, bahu dan kaki.
Pada tulang anak, gerakan ini
dapat meningkatkan kelenturan
tulang belakang dan tulang leher,
menyelaraskan urat saraf tulang
belakang, memberikan saraf-saraf
tersebut aliran darah yang optimal,
p-ISSN 2549-7928 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA 41 e-ISSN 2621-1017 Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42
serta memperbaiki tulang belakang
yang bungkuk. Selain itu, gerakan
ini dapat meningkatkan koordinasi
anggota tubuh anak, memperbaiki
postur serta meningkatkan
kelenturan tubuh anak (Astuti,
2020a).
5. Rileksasi
Tahap rileksasi merupakan tahap
latihan yoga āsana dengan
gerakan untuk membuat tubuh
anak merasa rileks setelah
melakukan gerakan inti dari
latihan yoga āsana.
6. Latihan pernafasan
Tahap setelah rileksasi adalah
latihan pernafasan. Latihan
pernafasan baik diajarkan pada
anak sedini mungkin. Selain untuk
mengoptimalkan oksigen yang
masuk ke tubuh, latihan
pernafasan juga mampu
melancarkan sirkulasi darah ke
seluruh tubuh termasuk ke otak.
Lancarnya sirkulasi darah ke otak
dapat meningkatkan sistem kerja
otak termasuk meningkatkan
kemampuan motorik anak, karena
kemampuan motorik anak
dikoordinasikan oleh otak dan
sistem saraf untuk menggerakkan
otot-otot anak.
7. Meditasi sederhana
Setelah pelaksanaan latihan
pernafasan, dilanjutkan dengan
tahap meditasi. Meditasi yang
dilakukan untuk usia dini adalah
meditasi sederhana. Meditasi
sederhana dapat berupa aktivitas
untuk mengajak anak tersenyum
dan bersyukur atas kehidupannya
saat ini. Meditasi sederhana ini
mampu meningkatkan rasa
percaya diri anak untuk mampu
melakukan segala aktivitasnya
secara mandiri.
8. Doa penutup
Tahap terakhir dalam latihan yoga
āsana adalah doa penutup. Dalam
doa penutup ini kita mengajak
anak untuk selalu berterima kasih
kepada Tuhan Yang Maha Esa
setelah melakukan kegiatan
apapun. Doa penutup ini
diharapkan mampu emningkatkan
rasa syukur anak terhadap
kehidupannya.
Berdasarkan penjelasan dari tahapan
latihan yoga āsana di atas dapat dilihat
manfaat latihan yoga āsana untuk
kesehatan anak secara menyeluruh. Hal
tersebut menjelaskan bahwa latihan yoga
āsana sangat baik bagi anak terutama
dalam masa pertumbuhan dan
perkembangannya, dengan catatan asupan
gizi anak terpenuhi sesuai kebutuhannya
(Kinasih, 2010). Yoga yang dilaksanakan
secara disiplin dan teratur tidak hanya
bermanfaat untuk kesegaran jasmani dan
rohani, melainkan juga bermanfaat dalam
proses tumbuh kembang anak (Astuti,
2020b). Dalam delapan tahapan yoga
(Astangga Yoga) telah dijelaskan
bagaimana yoga mampu meningkatkan
kesehatan manusia seutuhnya baik secara
fisik-psikis-sosial-spiritual, sesuai dengan
definisi sehat menurut World Health
Organization (WHO) maupun sehat
berdasarkan Undang-Undang Kesehatan
Indonesia. Melalui pelaksanaan latihan
yoga sejak dini pada anak-anak yang
dilaksanakan secara disiplin dan teratur,
dapat menstimulasi perkembangan
kemampuan motorik anak. Stimulasi yang
baik sesuai dengan kebutuhan anak pada
tahapan usianya diharapkan mampu
mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan anak selanjutnya. Hal ini
42 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA p-ISSN 2549-7928
Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42 e-ISSN 2621-1017
diharapkan mampu membangun sumber
daya manusia seutuhnya sesuai dengan
hakekat penyelenggaraan visi
pembangunan nasional. Sumber daya
manusia yang baik akan menghasilkan
kualitas Negara yang baik pula.
SIMPULAN
Anak usia dini sedang dalam masa
emas (golden age) dimana anak sedang
mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat, baik secara
fisik maupun psikis. Perkembangan fisik
seorang anak erat kaitannya dengan
perkembangan motoriknya yang salah
satunya ditentukan oleh kemampuan
gerak anak yang berikutnya akan
menentukan keterampilan anak dalam
bergerak dan secara tidak langsung akan
mempengaruhi cara pandang anak
terhadap kemampuan dirinya dan
meningkatkan kemandirian anak dalam
menjalani kehidupannya. Demikian
pentingnya kemampuan motorik anak
sehingga diperlukan stimulus dalam
perkembangan kemampuan motoriknya,
salah satunya adalah dengan latihan yoga
āsana. Gerakan-gerakan dalam yoga
āsana yang dilakukan dengan disiplin dan
teratur oleh anak sejak dini dapat
merangsang pertumbuhan dan
perkembangan anak sehingga dapat
meningkatkan kemampuan motorik anak.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, N. P. . (2020a). Optimalisasi
Keterampilan Fisik Motorik Kasar
Anak dengan Latihan Yoga Asana di
Tengah Pandemi Covid-19. PAJAR
(Pendidikan Dan Pengajaran), 4(5).
Astuti, N. P. . (2020b). Yoga Asana Untuk
Anak Usia Sekolah Dasar. Badung:
NILACAKRA.
Depdiknas. (2007). Pedoman
Pembelajaran Bidang
Pengembangan Fisik/Motorik di
Taman Kanak-Kanak. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Kemendikbud. (2014). Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 137
Tahun 2014. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kinasih, A. S. (2010). Pengaruh Latihan
Yoga Terhadap Peningkatan Kualitas
Hidup. Buletin Psikologi, 18(1).
Komaini, A. (2018). Kemampuan Motorik
Anak Usia Dini. Depok: PT
Rajagrafindo Persada.
Saraswatī, S. S. P. (2005). Pātañjali Rāja
Yoga. Surabaya: Paramita.
Somvir. (2010). Mari Beryoga. Denpasar:
Bali-India Foundation.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Suryana, D. (2014). Hakikat Anak Usia
Dini. In Dasar-Dasar Pendidikan TK
(pp. 1–65). Jakarta: Universitas
Terbuka.
Telles, S., & Singh, N. (2018). Research-
Based Perspectives on the
Psychophysiology of Yoga. In
Advances in Medical Diagnosis,
Treatment, and Care (AMDTC).
United States of America: IGI
Global.
Tim Penyusun. (2014). Kamus Bali-
Indonesia Beraksara Bali dan Latin.
Denpasar: Badan Pembina Bahasa,
Aksara, dan Sastra Bali Kerjasama
Dinas Kebudayaan Kota Denpasar.
Zoetmulder, P. & Robson, S. (2006).
Kamus Jawa Kuna Indonesia.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.