meningkatkan motivasi belajar siswa kelas x

25

Click here to load reader

Upload: suryaharyandi

Post on 04-Jul-2015

329 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas x

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X-2 SMAN 2 BANJARMASIN

PADA POKOK BAHASAN GERAK LURUS BERATURAN

MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

DENGAN MODEL DIRECT INSTRUCTION

PROPOSAL

Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Metodologi Pendidikan

Oleh:

Marlina (A1C408239)

Zunnamal Islamy (A1C408265)

Muhammad Muslim (A1C408255)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2011

Page 2: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas x

I. JUDUL: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X-2 SMAN 2 Banjarmasin pada

Pokok Bahasan Gerak Lurus Beraturan Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan

Model Direct Instruction

II. LATAR BELAKANG

Proses belajar mengajar sesuai KTSP 2006 di atur dalam peraturan pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan yang diperjelas dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2007 tanggal 23 mei 2007 tentang standar pengelolaan pendidikan dasar dan menengah menjelaskan bahwa mutu pembelajaran di sekolah dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran yang mengacu pada standar proses, melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreatifitas, dan dialogis, diharapkan siswa mencapai pola pikir dan kebebasan berfikir sehingga dapat melaksanakan aktivitas intelektual yang berupa berfikir, berargumen mempertanyakan, mengkaji, menemukan, dan memprediksi.

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran IPA. IPA didefinisikan sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat dikatakan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:1. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab

akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;

2. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;

3. Produk: berupa fakta, konsep dan teori;4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil observasi penelitian di kelas guru mitra yakni kelas X-2 SMAN 2 Banjarmasin diperoleh data bahwa siswa belum terlatih untuk bertanya dan motivasi belajar masih rendah, siswa kurang aktif cenderung pasif sehingga pembelajaran masih satu arah atau pembelajaran berpusat pada guru. Hasil ulangan belum mencapai SKM; ini dapat dilihat dari skor rata-rata hasil ulangan semester I pokok bahasan gerak lurus berubah beraturan yaitu 62,91.

Karena adanya hasil yang tidak sesuai dengan harapan tersebut maka peneliti merasa perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara guru mengajar dengan mengembangkan bahan ajar serta meningkatkan keaktifan siswa dengan lebih banyak memberi tugas dan guru lebih banyak bertanya untuk menggali rasa ingin tahu serta keaktifan siswa dalam menjawab serta dengan media-media yang mendukung pengajaran.

Menurut Arend (1997), model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang di rancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaian dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur terstruktur dengan baik yang dapat di ajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Selain itu

Page 3: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas x

model pembelajaran langsung ditunjukan pula untuk membantu siswa mempeljari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat di ajarkan selangkah demi selangkah.

Pada model derict instruction guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi materi pembelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi dengan keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengtahuan atau keterampilan ang dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata.

Menurut Kardi &Nur (2000:8-9) meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin adanya keterlibatan siswa, terutama melalui memerhatikan, mendengarkan dua resensi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berotoriter pada tugas dan memberi harapan tinggi paa siswa agar memperoleh hasil belajar yang baik.

Proses belajar mengajar dapat berjalan efektif bila seluruh komponen yang berpengaruh saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan.misalnya ketertarikan siswa, motivasi siswa, metode guru bervariasi, teknik guru dalam mengajar dikelas mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Apabila metode yang digunakan dalam penyampaian materi-metari tertentu siswa antusias untuk belajar, karena siswa termotivasi. Dalam proses pembelajaran fisika hendaknya guru melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.

Satu ciri dalam pembelajaran langsung adalah diterapkannya strategi modelingnya. Strategi modeling adalah strategi yang di kembangkan bedasarkan prinsip bahwa seseoramg dapat belajar melalui pengamatan perilaku orang lain. Strategi belajar modeling berangkat dari teori belajar sosial, yang juga disebut belajar melalui observasi atau menurut Arends disebut juga dengan teori pemodelan tingkah laku (Kardi dan Nur (2000:11).

Ada dua alasan yang mendasari mendasari mengapa diterapkan strategi modeling dalam suatu pembelajaran. Alasan yang pertama adalah untuk mengubah perilaku baru peserta didik melalui pengamatan model pembelajaran yang di latihkan adalah perlu.Dengan melalui pengamatan guru (model) yang melakukan kegiatan semisal demonstrasi atau eksperimen, maka peserta didik dapat meniru perilaku (langkah-langkah) yang dimodelkan atau terampil melakukan kegiatan seperti yang di modelkan. Alasan yang kedua adalah untuk mendorong perilaku peserta didik tentang apa yang dipelajari, memperkuat atau memperlemah hambatan.

III. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah secara umum ”Bagaimanakah Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X-2 SMAN 2 Banjarmasin Pada Pokok Bahasan Gerak Lurus Beraturan Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual Dengan Model Direct Instruction?”Dari rumusan masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana motivasi belajar siswa pada Penerapan Pendekatan Kontekstual Dengan Model Direct Instruction?

Page 4: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas x

2. Bagaimanakah ketuntasan belajar siswa setelah diterapkan pendekatan kontekstual dengan model Direct Instruction?

3. Bagaimanakah keterlaksanaan model Direct Instruction dengan pendekatan kontekstual?4. Bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung ?5. Bagaimanakah respon siswa terhadap proses belajar mengajar model Direct Instruction

dengan pendekatan kontekstual?

IV. TUJUAN PENELITIANBerdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian di atas maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui model Direct Instruction dengan

pendekatan kontekstual.

2. Menjelaskan ketuntasan belajar siswa setelah diterapkan pendekatan kontekstual dengan

model Direct Instruction.

3. Menjelaskan keterlaksanaan model Direct Instruction dengan pendekatan kontekstual.

4. Menjelaskan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

5. Menjelaskan respon siswa terhadap proses belajar mengajar model Direct Instruction

dengan pendekatan kontekstual pada pokok bahasan .

V. MANFAAT PENELITIAN

Dengan terlaksananya penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan diperoleh adalah

sebagai berikut :

1. Bagi guru, penelitian ini sangat bermanfaat sebagai alternatif untuk

mengembangkan kemampuan dalam melakukan penelitian tindakan kelas dan

menerapkan pendekatan kontekstual dalam model pembelajaran Direct

Instruction.

2. Bagi siswa, penelitian ini merupakan salah satu alternatif yang dapat

meningkatkan keterampilan deklaratif guru terhadap siswa.

3. Bagi pembaca, dapat menambah pengetahuan dan dapat di jadikan panduan untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penderapan pendekatan kontekstual

dengan model Direct Instruction.

VI. PENJELASAN ISTILAH DAN BATASAN MASALAH

VI.1 Penjelasan Istilah

Page 5: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas x

a. Pendekatan kontekstual didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang di ajarkan dengan situasi

nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

di miliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

kjeluarga dalam masyarakat. Pembelajaran melibatkan siswa secara aktif

untuk mengkonstruksikan pengetahuanya sendiri, mengaitkan materi

pembelajaran dalam kehidupan nyata, pembelajaran sesuai dengan

kebutuhan siswa, menekankan pemecahan masalah, menekankan siswa

untuk memonitor pembelajarannya (refleksi diri), menekankan

keterampilan berpikir kritis ddan kretif untul mengumpulkan data dan

memecahkan masalah, dan menggunkana penelitian autentik dengan

berbagai gabungan model pembelajaran yang terintegrasi.

b. Model pembelajaran Direct Instruction model pembelajaran yang berpusat

pada guru dimana siswa hanya mendengar dan memperhatikan penjelasan

materi yang diperjelas dengan demonstrasi oleh guru sebagai

keterampilan deklaratif

c. Motivasi adalah dorongan atau rangsangan yang di berikan oleh guru

kepada siswa untuk tercapainya tujuan pembelajaran, dengan bertujuan

untuk memancing rasa ingin tahu siswa terhadap materi ajar yang ingin di

sampaikan oleh guru.

VI.2 Batasan Masalah

a. Ketuntasan belajar hanya dilihat dari aspek kognitif

b. Aspek afektif yang di nilai adalah kerja keras, respect, tanggung jawab

disiplin, rasa ingin tahu, dan terbuka menerima pendapat

c. Aspek psikomotor yang di nilai adalah kemampuan menganalisis suatu

pekerjaan dan menyusun urut-urutan pekarjaan

VII. KAJIAN PUSTAKA

VII.1 Pendekatan CTL (Contekstual Teaching Learning)

VII.2 Pengajaran Direct Instruction

VII.3 Pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan CTL

VII.4 Ketuntasan hasil belajar.

Page 6: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas x

VII.5 Motivasi belajar siswa

VII.6 Materi Gerak lurus beratura.

VII.7 Penelitian yang relevan

VII.8 Kerangka berfikir

VIII. METODE PENELITIAN

I.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (clasroom action research), karena dalam

penelitian ini untuk mengatasi adanya masalah yang ada dalam kelas Kelas X-2 SMAN 2

Banjarmasin berkaitan dengan sifat individualis dan motivasi belajar siswa yang rendah.

Adapun alur penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

alur penelitian tindakan kelas model Hopkinsyang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 8.1 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Model HopkinsEmpat tahap penelitian kelas yang dirumuskan oleh Hopkins (Budi, 2003: 4) adalah

sebagai berikut:

Plan

Reflective

Action/ Observation

Revised Plan

Reflective

Action/ Observation

Reflective

Action/ Observation

Revised Plan

Page 7: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas x

8.1.1 Plan(Rencana Awal)

Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan

sesuatu. Rencana yang dilakukan meliputi:

a. Menyusun RPP pembelajaran Direct Instruction dengan pendekatan kontekstual

untuk 3 siklus (1 siklus dilaksanakan dalam 1 pertemuan).

b. Menyusun LKS, Hand Out, LP, dan media pembelajaran yang layak.

c. Menyusun lembar pengamatan keterlaksanaanRPP dan aktivitas siswa.

d. Membuat angket respon siswa terhadap pembelajaran Direct Instruction dengan

CTL, aktivitas siswa, suasana belajar, dan cara guru mengajar.

8.1.2Action(Tindakan)

Setelah kegiatan perencanaan selesai tahap berikutnya adalah melakukan

implementasi/tindakan dikelas sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang disusun dalam

rencana pembelajaran yaitu memotivasi dan menyampaikan tujuan, menyajikan informasi yang

diperlukan untuk kerja kelompok, transisi menuju kerja kelompok, pembimbingan dalam

kelompok, presentasi hasil kelompok, pemantapan dan evaluasi (mengerjakan soal kuis), dan

akhirnya memberikan penghargaan kepada kelompok yang kinerjanya baik.

8.1.3Observation (Pengamatan)

Selama melakukan tindakan kelas, maka dilakukan observasi oleh observer (guru mitra

dan teman sejawat) tentang keterlaksanaan RPP dan aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama

proses pembelajaran berlangsung, setelah proses pembelajaran dilakukan tes hasil belajar.

8.1.4Reflection (Refleksi)

Setelah semua data terkumpul meliputi keterlaksanaan RPP, aktivitas siswa, dan tes hasil

belajar, selanjutnya dilakukan analisis dan refleksi antara guru/peneliti dan observer. Analisis

data dilakukan melalui reduksi data, paparan, dan kesimpulan. Selanjutnya refleksi untuk

mengkaji tindakan terhadap keberhasilan pencapaian berbagai tujuan dan perlu tidaknya

ditindaklanjuti dalam rangka mencapai tujuan akhir. Berdasarkan hasil refleksi, maka kesalahan-

kesalahan yang terjadi selama pembelajaran dijadikan pertimbangan untuk memperbaiki

kesalahan pada siklus berikutnya.

Pada siklus terakhir, siswa diminta mengisi angket respon siswa berkaitan dengan proses

pembelajaran, aktivitas siswa, suasana kelas, dan cara guru mengajar.

Page 8: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas x

I.2 Subyek dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X-2 SMAN 2 Banjarmasin pada Pokok Bahasan

Gerak Lurus Berubah Beraturan.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2011 sampai dengan Mei 2011.

a. Ketuntasan belajar hanya dilihat dari aspek kognitif

b. Aspek afektif yang di nilai adalah kerja keras, respect, tanggung jawab disiplin, rasa

ingin tahu, dan terbuka menerima pendapat

c. Aspek psikomotor yang di nilai adalah kemampuan menganalisis suatu grafik.

I.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

a. Aktivitas siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa pada saat proses pembelajaran

meliputi menghargai pendapat orang lain, mengambil giliran dan berbagi tugas,

mengundang orang lain untuk berbicara, mendengarkan dengan aktif, bertanya, berada

dalam tugas, dan memeriksa ketepatan.

b. Ketuntasan belajar siswa ditekankan pada tes hasil belajar produk dan proses. Siswa secara

individual telah tuntas belajar, apabila rata-rata ketercapaian indikator minimal 65% dan

ketuntasan hasil belajar secara klasikal 85 % individu tuntas.

c. Keterlaksanaan RPP adalah keterlaksanaan dari fase-fase pembelajaran Direct Instruction

dengan pendekatan kontekstual yang diukur dengan instrumen pengamatan keterlaksanaan

pembelajaran.

d. Respon siswa adalah pendapat siswa terhadap proses pembelajaran Direct Instruction dengan

pendekatan kontekstual, aktivitas siswa, suasana belajar, dan cara guru mengajar yang

diukur dengan instrumen angket respon siswa.

I.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

I.4.1 Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP yang dilakukan oleh guru dan

aktivitas siswa.Observer adalah teman sejawat dan guru pengajar di SMA 2 Banjarmasin.

I.4.2 Tes

Page 9: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas x

Soal tes digunakan untuk mengetahui peningkatan ketuntasan belajar secara keseluruhan

pada materi fluida.Tes dilakukan pada setiap akhir putaran yaitu sebanyak 10 soal untuk tiap-tiap

putaran untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa terhadap konsep fluida dinamis dalam

penerapan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan kontekstual.

I.4.3 Angket

Angket atau kuesioner diberikan kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap

penerapan pembelajaran Direct Instruction dengan pendekatan kontekstual.

I.4.4 Dokumentasi

Dokumen yang diambil dalam penelitian ini adalah foto saat proses pembelajaran

berlangsung, hasil power point yang dibuat oleh siswa, dan daftar nilai siswa kelas X-2 SMAN 2

Banjarmasin tahun ajaran 2010-2011 semester kedua.

I.5 Perangkat dan Instrumen Penelitian

Perangkat dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

8.5.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP disusun menggunakan pembelajaran Direct Instruction dengan pendekatan

kontekstual. RPP ini disusun untuk mengajarkan materi Gerak Lurus Berubah Beraturan yang

disampaikan selama tiga kali pertemuan.

8.5.2 Hand Out

Ringkasan materi gerak lurus beraturan yang terdiri dari tujuan pembelajaran, materi grafik

kecepatan dan posisi GLBB dan kinematika gerak lurus beraturan.

8.5.3 Lembar Kegiatan Siswa

LKS adalah serangkaian kegiatan atau tugas yang harus dilakukan oleh siswa untuk menunjang

proses belajarnya guru untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

8.5.3Lembar Tes Hasil Belajar

Tes ini disusun berdasarkan indikator yang akan dicapai. Tes dilakukan pada setiap akhir

putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Penyusunan soal tes ini

berdasarkan pada indikator yang akan dicapai sebagai penjabaran dari kompetensi dasar dengan

mempertimbangkan aspek taksonomi bloom yang meliputi pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis, dan kreativitas.

Page 10: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas x

Soal yang telah dibuat selanjutnya divalidasi oleh pakar atau praktisi, kemudian

dilakukan ujicoba instrumen tes pada siswa yang telah menerima materi gerak lurus beraturan.

Data yang diperoleh dilakukan analisis sebagai berikut:

a. Uji validitas soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahian

instrumen. Uji validitas menggunakan hitungan statistik korelasi product moment dengan

menggunakan rumus:(Suharsimi, 2006: 170)

2 2 2 2

( )( )

{ ( ) }{ ( ) }xy

N XY X Yr

N X X N Y Y

.......................... (8.1)

Keterangan

rxy = koefisien korelasi

X = skor tes pada butir soal yang dicari validitas

Y = skor soal yang dicapai tes

N = jumlah peserta tes

X = jumlah skor butir tes yang diukur validitasnya

Y = jumlah skor total

Untuk menginterpretasikan koefisien validitas dapat digunakan kriteria sebagai berikut :

rxy = 0,800 – 1,000 = sangat tinggi.

rxy = 0,600 – 0,400 = tinggi.

rxy = 0,400 – 0,600 = cukup.

rxy = 0,200 – 0,400 = rendah.

rxy = 0,000 – 0,200 = sangat rendah.

(Surapranata, 2005: 59)

Koefisien product moment yang didapat berdasarkan perhitungan selanjutnya dibandingkan

dengan harga tabel. Jika harga rxy lebih besar dari harga tabel maka product moment koefisien

valid.

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas suatu tes menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya

untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen itu baik. Instrumen yang

dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Rumus

Page 11: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas x

yang dapat digunakan untuk mencari reliabilitas adalah dengan menggunakan rumus

Spearmen Brown.(Suharsimi, 2001: 93)

2/12/1

2/12/111 1

2

rr

rrr

Dengan

22222/21/1

YYNXXN

YXXYNr

......... (8.2)

Keterangan :

r1/21/2 = koefisien korelasi belahan tes

r11 = koefisien korelasi reliabilitas

c. Taraf kesukaran

Taraf kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu

soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Analisis

tingkat kesukaran item tes digunakan rumus sebagai berikut:(Suharsimi, 2001: 208)

BP

Js ................................................................................... (8.3)

dengan: P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab benar

Js = jumlah responden

Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 8.1 Kategori Tingkat Kesukaran

Nilai p KategoriP < 0,3

0,3 < P ≤ 0,7P > 0,7

SukarSedangMudah

(Surapranata, A 2005 : 21)

d. Daya beda

Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang

pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa berkemampuan rendah.(Suharsimi, 200: 213)

.A B

A BA B

B BD P P

J J ……………………….…………… (8.4)

Page 12: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas x

D = daya pembeda

BA = jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar

JA = Jumlah peserta kelompok atas

JB = Jumlah peserta kelompok bawah

Proporsi kelompok atas yang menjawab benar

Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Dengan klasifikasi daya beda sebagai berikut :

D = 0,00 sampai 0,20 = item jelek

D = 0,20 sampai 0,70 = item cukup

D = 0,40 sampai 0.70 = item baik

D = 0,70 sampai 1,00 = item baik sekali

Jika nilai D negatif sebaiknya di buang

8.5.4Lembar Observasi

Lembar observasi terdiri dari lembar keterlaksanaan pembelajaran Direct Instruction

dengan pendekatan kontekstual dan aktivitas siswa.

8.5.5 Lembar Angket

Digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang kegiatan pembelajaran CTL dengan

model pembelajaran Direct Instruction, akivitas siswa, suasana belajar, dan cara guru mengajar.

I.6 Teknik Analisis Data

I.6.1 Analisis KeterlaksanaanPembelajaran Direct Instruction dengan CTL.

Pengamatan keterlaksanaan RPP dilakukan oleh pengamat dengan memberikan tanda (√)

pada kolom keterlaksanaan (ya atau tidak). Teknik analisis data secara deskriptif kuantitatif

dengan teknik persentase sebagai berikut:

…………………………………… (8.5)

Keterangan:P = Persentase keterlaksanaan RPP

K = Jumlah aspek yang terlaksana

N = jumlah keseluruhan aspek yang diamati

Persentase keterlaksanaan fase menggunakan kriteria sebagai berikut:

A

AA J

BP

B

BA J

BP

Page 13: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas x

P = 0% - 24% (tidak terlaksana)

P = 25% - 49% (terlaksana kurang)

P = 50% - 74% (terlaksana baik)

P = 75% -100% (terlaksana sangat baik)

I.6.2 Aktivitas Siswa

Data hasil pengamatan yang digunakan untuk mendiskripsikan aktivitas siswa selama

proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa meliputi menghargai pendapat orang lain,

mengambil giliran dan berbagi tugas, mengundang orang lain untuk berbicara, mendengarkan

secara aktif, bertanya, tidak berada dalam tugas, dan memeriksa ketepatan dll.

………………………….. (8.6)

Keterangan:

A = Besarnya jumlah frekuensi aktivitas siswa yang muncul.

B = Jumlah total seluruh frekuensi aktivitas siswa yang muncul.

I.6.3 Analisis Tes Hasil Belajar

Berdasarkan tes hasil belajar pada subyek penelitian, dilakukan analisis ketuntasan secara

individual dan klasikal. Siswa secara individual telah tuntas belajar, apabila rata-rata

ketercapaian indikator yang mewakili tujuan pembelajaran memenuhi Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) mata pelajaran Fisika di SMAN 2 Banjarmasin yang ditetapkan sebesar 65%.

Sedangkan ketuntasan hasil belajar secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus:

(Ibrahim, dkk, 2001)

I.6.4 Analisis Respon Siswa

Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui pendapat siswa terhadap proses

pembelajaran Direct Instruction dengan CTL, aktivitas siwa, suasana belajar, dan cara guru

mengajar. Respon siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan persentase sebagai berikut:

……………………………………………. (8.8)

Keterangan P = Persentase

Page 14: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas x

R = Jumlah respon

N = Jumlah keseluruhan respon

I.7 Jadwal Penelitian

Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8.4 Jadwal Penelitian

No

Kegiatan Bulan ke …/Minggu …Januari Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Persiapan X

Observasi awal XPenyusunan proposal X X XSeminar Proposal X XPenyusunan Perangkat X X xPenyusunan instrumen X XValidasi perangkat dan instrumen

X X

Perbaikan instrumen X X2 Uji coba istrumen X

Perbaikan istrumen X3 Validasi perangkat

dan instrumen X X

Perbaikan instrumen X X4 Uji coba istrumen X

Perbaikan istrumen X5 Pelaksanaan PTK X X X X

Analisis data X X X XPembuatan skipsi X X X X X X

6 Ujian Skripsi X7 Perbaikan skripsi X X X8 Pengumpulan skripsi X

I.8 Biaya Penelitiana. Observasi awal Rp. 100.000,00b. Menyusun Proposal Rp. 100.000,00c. Penyusunan Instrumen Penelitian Rp. 500.000,00d. Ujicoba Instrumen Penelitian Rp. 500.000,00e. Revisi instrumen Rp. 300.000,00f. Pengambilan Data Rp. 1.000.000,00g. Analisis Data Rp. 500.000,00h. Menyusun Draft Laporan Rp. 200.000,00i. Seminar Draft Laporan Rp. 500.000,00j. Revisi Laporan Penelitian Rp. 500.000,00k. Penggandaan Laporan Penelitian Rp. 500.000,00l. Transportasi Rp. 500.000,00

Jumlah Rp. 5.200.000,00

Page 15: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas x

Biaya Tak Terduga Rp. 500.000,00Total Rp. 5.700.000,00

Page 16: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas x

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. 1994. Learning To Teach. New York: Mc Graw-Hill, Inc.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2003. Kurikulum 2004 SMA Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika. Jakarta: Depdiknas.

Ernawati, N. 2005. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Pendkatan Contexual Teaching And Learning (CTL) Pada Pokok Bahsan Energi Dan Usaha Di Kelas VII-B SMPN 1 Balongpanggang. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Unesa.

Hasan, M. 2005. Penerapan Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Kelas I-1 SMA Negeri 2 Pamekasan Pada Pokok Bahasan Dinamika Gerak Lurus. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Unesa.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Itho’ah, Z. 2005. Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar Fisika Siswa Kelas II E SMP Negeri 1 Bungah-Gresik Pada Pokok Bahasan Suhu Dan Pemuaian. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Unesa.

Jatmiko, Bi. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Unesa.

Kanginan, M. 2001. Fisika SMA Kelas X 1A. Jakarta: Erlangga.

Nur, M, dkk. 2000a. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa.

Nur, M, dkk. 2000b. Pembelajaran Konstruktivisme. Surabaya: Unesa.

Suryanti. 2000.Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VSD Laboratorium Unesa. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Unesa.

Tipler, P.A. 1998. Fisika Untuk Sains Dan Teknik Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Tim. 2005. Panduan Penulisan Skripsi dan Penilaian Skripsi. Surabaya: University Press.

Page 17: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas x

Koreksi :

1. Kata2 yg d stabile warna kuning harap d cek kembali dr segi ejaan atau

pemisahannya.

2. Utk dafus spasinya 1,15, before 0, after 0

3. Latar belakang perbaiki sistematika urutannya, yg mana yg perlu d

dahulukan antara : harapan, kenyataan, masalah, solusi, dan kajian

empirik.

4.Kalau mengutip dari modul PTK bapak, harusnya diberi tambahan kutipan

contoh: Suharsimi (dalam Suyidno & Arifuddin, 2011: 34)

5. Dafus sesuaikan dengan referensi yg kalian punya, jgn copas punya bapak

Sorry Sob, kami bnyk mengoreksi mpun

buan km….

Tp niat kami baik, sekira kd d revisi olh

“Si Lebay n Jayus”

Mauk klo buan km amun d bulikakannya

tarus, kd kh sangkal hati

Iyakaahhh ???!! hahahaahaha

Salam sayang dan hangat

mmmuuuuuuuaaaaaaaaaacccchhhhhh