metafora n metonimi

5
Tugas Kapita Selekta Linguistik Vici Alfanani P 1006741803 Metafora dan Metonimi Konseptual Dalam pendekatan tradisional, metafora dianggap sebagai gaya bahasa dengan fungsi retorik atau estetik yang sering digunakan dalam pidato, puisi, dan karya sastra lainnya. Metafora dibentuk berdasarkan relasi persamaan atau perbandingan antara makna literal dan makna figuratif suatu kata atau frasa. Berdasarkan hubungan persamaan dan subtitusi tersebut, I. A. Richards (1936) dan Max Black (1962, 1993) menyusun teori interaksi metafora yang menyatakan bahwa inti metafora berada dalam sebuah interaksi antara ekspresi metaforis dan konteks yang digunakan. Interaksi tersebut merupakan pertentangan semantis antara kategori yang digunakan secara metaforis dengan konteks yang ingin dimunculkan, sehingga mempengaruhi interpretasi yang akan dihasilkan. Dalam pandangan kognitif, penggunaan metafora dan metonimi tidak terbatas pada gaya bahasa dalam karya sastra dengan fungsi estetiknya, metafora dan metonimi banyak terdapat dalam bahasa sehari-hari. Lakoff dan Johnson (1980/2003) menyatakan bahwa metafora banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya dalam bentuk bahasa, tetapi dalam pikiran dan tindakan. Selain itu, sistem konseptual manusia yang digunakan untuk berpikir dan bertindak pada dasarnya merupakan metafora. Metafora dan metonimi yang menunjukkan sistem konseptual dalam kognisi manusia disebut dengan metafora dan metonimi konseptual. Dalam hal ini, metafora dan metonimi tidak hanya berfungsi untuk mengekspresikan gagasan melalui bahasa, tetapi mereka juga berfungsi sebagai instrumen kognitif yang menunjukkan cara berpikir manusia melalui bahasa yang digunakannya dan menyediakan struktur atau kerangka untuk sistem konseptual 1

Upload: vicialfanani

Post on 14-Jul-2016

234 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

konseptual metafora

TRANSCRIPT

Page 1: Metafora n Metonimi

Tugas Kapita Selekta LinguistikVici Alfanani P1006741803

Metafora dan Metonimi Konseptual

Dalam pendekatan tradisional, metafora dianggap sebagai gaya bahasa dengan fungsi retorik atau estetik yang sering digunakan dalam pidato, puisi, dan karya sastra lainnya. Metafora dibentuk berdasarkan relasi persamaan atau perbandingan antara makna literal dan makna figuratif suatu kata atau frasa. Berdasarkan hubungan persamaan dan subtitusi tersebut, I. A. Richards (1936) dan Max Black (1962, 1993) menyusun teori interaksi metafora yang menyatakan bahwa inti metafora berada dalam sebuah interaksi antara ekspresi metaforis dan konteks yang digunakan. Interaksi tersebut merupakan pertentangan semantis antara kategori yang digunakan secara metaforis dengan konteks yang ingin dimunculkan, sehingga mempengaruhi interpretasi yang akan dihasilkan.

Dalam pandangan kognitif, penggunaan metafora dan metonimi tidak terbatas pada gaya bahasa dalam karya sastra dengan fungsi estetiknya, metafora dan metonimi banyak terdapat dalam bahasa sehari-hari. Lakoff dan Johnson (1980/2003) menyatakan bahwa metafora banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya dalam bentuk bahasa, tetapi dalam pikiran dan tindakan. Selain itu, sistem konseptual manusia yang digunakan untuk berpikir dan bertindak pada dasarnya merupakan metafora. Metafora dan metonimi yang menunjukkan sistem konseptual dalam kognisi manusia disebut dengan metafora dan metonimi konseptual. Dalam hal ini, metafora dan metonimi tidak hanya berfungsi untuk mengekspresikan gagasan melalui bahasa, tetapi mereka juga berfungsi sebagai instrumen kognitif yang menunjukkan cara berpikir manusia melalui bahasa yang digunakannya dan menyediakan struktur atau kerangka untuk sistem konseptual yang mempengaruhi bagaimana manusia berpikir atau memaknai sesuatu.

Berbeda dengan Lakoff dan Johnson, Reddy (1993) melihat metafora sebagai conduit metaphor yakni konseptualisasi komunikasi antar penutur dan pendengar yang dianalogikan sebagai suatu gagasan atau informasi yang memiliki wujud fisik yang dapat disalurkan atau ditransfer dari penutur ke pendengar melalui sebuah saluran, pipa, atau kabel. Gagasan pokok dari pemikirannya adalah (1) bahasa berfungsi seperti sebuah pipa; (2) dalam bahasa lisan dan tulisan, penutur memasukkan pemikiran atau perasaannya ke dalam kata-kata; (3) kata-kata yang mengandung pemikiran atau perasaan tersebut ditransfer dan disampaikan kepada pendengar; dan (4) ketika orang mendengar atau membaca, mereka mensarikan atau menyusun kembali pemikiran atau perasaan tersebut dari kata-kata yang ia terima. Sama seperti metafora dan metonimi konseptual, pemahaman dan pengetahuan dalam conduit metaphor juga diperoleh dari pengalaman hidup, objek, dan peristiwa yang dilihat dan dialami oleh manusia. Oleh karena itu, pengalaman manusia mendasari dan menyusun metafora dan metonimi dalam sistem konseptual.

1

Page 2: Metafora n Metonimi

Dalam pendekatan kognitif, terdapat beberapa perbedaan mendasar antara metafora dan metonimi. Pertama, metafora dibuat berdasarkan relasi persamaan atau perbandingan, sedangkan metonimi dibuat berdasarkan relasi kontiguitas atau kedekatan antara referen yang ditunjuk oleh makna literal dan makna figuratif. Kedua, metafora dan metonimi konseptual merupakan konseptualisasi dan pemindahan fenomena abstrak yang ada di ranah target ke dalam ranah sumber yang kongkret. Akan tetapi, metafora konseptual menunjukkan korespondensi antara dua entitas dalam dua domain yang berbeda, sedangkan metonimi konseptual menunjukkan kedekatan bagian suatu entitas dengan entitas yang dirujuknya melalui relasi asosiasi yang berada pada domain yang sama.

Tidak semua makna literal dalam ranah target ditransfer atau dipetakan ke dalam ranah sumber. Hanya fitur, aspek, dan peran tertentu yang merupakan prototipe dari makna literal dan yang sesuai dengan konteks yang akan dipindahkan. Selain itu, fitur atau elemen lain mungkin dihilangkan atau ditambahkan untuk menekankan rasa dan memunculkan penilaian tertentu (nilai positif atau negatif terhadap suatu hal). Pemilihan konsep dan rasa tersebut dapat berbeda karena bergantung pada pengalaman, kebudayaan, dan sudut pandang yang berbeda antara kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya.

Ketiga, metafora konseptual erat kaitannya dengan pemahaman dan interpretasi (fungsi konstitutif dan konstitutif) yaitu sebagai alat untuk memahami dan menjelaskan suatu fenomena yang abstrak dan sulit untuk dideskripsikan dengan menjelaskannya melalui istilah lain, sedangkan metonimi konseptual berkaitan dengan penunjukkan yaitu metode penamaan atau pengidentifikasian suatu hal dengan menyebutkan hal lain yang komponennya memiliki kedekatan. Metafora dan metonimi konseptual ditulis dengan huruf kapital. Dalam ARGUMENT is WAR, konsep metaforis dalam ranah target dituliskan terlebih dahulu (ARGUMENT) dan konsep dalam ranah sumber dituliskan kemudian (WAR). Keduanya beroperasi dalam ranah konseptual yang menghubungkan konsep satu dengan konsep yang lain secara sistematis dan koheren dari ranah target menuju ranah sumber.

Selain ketiga perbedaan di atas, metafora dan metonimi juga memiliki hubungan dan kombinasi. Contoh kalimat “sel darah putih menyerang benda asing” menunjukkan bahwa pemahaman dan pengalaman manusia tentang penyakit sebagian dipengaruhi dan dibentuk oleh pengalaman manusia terhadap perang yang ditunjukkan melalui penggunaan verba metaforis “menyerang”. Metafora di sini tidak hanya memiliki fungsi eksplanatoris untuk menjelaskan sesuatu, tetapi di sisi lain juga memiliki fungsi konstitutif untuk menjembatani konseptualisasi manusia terhadap sesuatu yang abstrak menjadi sesuatu yang kongkret dan mudah dipahami. Kalimat tersebut juga menunjukkan metonimi dengan menggunakan “sel darah putih” untuk mewakili “sistem kekebalan tubuh manusia” secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya makna dalam metafor dan metonimi konseptual saling melengkapi dan tidak bertentangan. Selain itu, beberapa ahli bahasa menganggap bahwa metafora adalah salah satu jenis metonimi atau metonimi adalah salah satu bentuk metafora.

Persinggungan makna antara metafora dan metonimi terjadi karena dalam pendekatan kognitif, tidak ada makna tunggal yang mapan. Melainkan, manusia lah yang menciptakan konsep dan makna dari realitas yang dilihatnya. Konsep-konsep dalam metafora yang

2

Page 3: Metafora n Metonimi

dipetakan dan ditransfer juga tidak bersifat tunggal, melainkan ganda atau lebih dari satu. Satu domain sumber dapat digunakan untuk mengkonseptualisasi lebih dari satu domain target dengan konsisten dan koheren serta tidak berlawanan satu sama lain (cth. HAPPY IS UP dan HAPPY IS LIGHT). Inilah yang menimbulkan kekaburan makna dalam metafora konseptual. Makna metafora tidak dapat dengan mudah didefinisikan berdasarkan kata-kata atau struktur gramatikal yang menyusunnya. Akan tetapi, ketidakjelasan inilah yang memberikan keuntungan kepada para penutur dan pendengar untuk memberikan ruang interpretasi yang terbuka dan keberagaman konteks dalam komunikasi.

Karena fungsi ekspalatoris dan konstitutif yang dimiliki metafora dan metonimi konseptual, manusia dapat mengasosiasikan dan menganalogikan pengalaman hidupnya untuk memahami dan menjelaskan konsep emosi dan konsep dalam bidang ilmu pengetahuan alam, sosial, dan politik yang kompleks, menjadi lebih kongkret dan lebih mudah untuk dipahami. Dalam bidang politik, metafora konseptual digunakan untuk menimbulkan efek emosional yang digunakan untuk mempengaruhi dan memanipulasi publik, sehingga efek emosionalnya mengalahkan efek estetik dalam makna metaforisnya. Jenis metafora yang sering digunakan dalam ranah politik dan deskripsi ilmiah adalah metafora terkonvensi. Metafora ini sering tidak dikenali sebagai metafora karena kata atau ungkapannya sudah familiar dan sering digunakan dalam bahasa sehari-hari, sehingga efek metaforisnya hilang atau mati. Metafora seperti itu disebut metafora yang terkonvensi atau metafora yang sudah mati. Karena tingkat penggunaan dan kefamiliaran yang tinggi, ungkapan tersebut telah terkonvensi dalam masyarakat dan masuk ke dalam leksikon (terleksikalisasi) dengan makna tersendiri yang dibawanya, sehingga makna atau rasa metaforisnya telah mati atau hilang.

Penjelasan dan contoh tentang pemetaan konsep dalam metafora dan metonimi konseptual dalam artikel ini sangat detil dan jelas. Akan tetapi, tidak ada penjelasan tentang tipe metafora konseptual (Lakoff dan Johnson) yang terdiri dari 3 kategori: struktural (ARGUMENT is WAR), orientasional (HAPPY IS UP), dan ontologis yang saling tumpang tindih. Metafora struktural dan orientasional pada dasarnya juga memiliki fungsi ontologis yaitu untuk mengkonseptualisasi atau berbicara tentang sesuatu, pengalaman, dan proses yang abstrak seolah hal tersebut mempunyai wujud fisik (TIME IS MONEY).

Acuan Pustaka

Ugerer, Friedrich dan Hans-Jorg Schmid. 1996. An Introduction to Cognitive Linguistics. London/New York: Longman.

3