metil proposal
TRANSCRIPT
PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merr.)
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:Nama : Prihanti Panditia KamuktenNIM : 105040201111095Minat : Pemuliaan TanamanProgram Studi : Agroekoteknologi
UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIANPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... i
1. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 2
1.2. Tujuan ..................................................................................................................... 2
1.3. Hipotesis ................................................................................................................. 3
2. TINJUAUAN PUSTAKA
2.1. Cekaman Kekeringan pada Tanaman ..................................................................... 4
2.2. Varietas Kedelai Toleran dan Peka Cekaman Kekeringan ..................................... 4
3. BAHAN DAN METODE3.1. Bahan dan Tempat Penelitian ................................................................................. 6
3.2. Metode .................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
i
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai ialah satu dari beberapa tanaman pangan utama di Negara Indonesia.
Konsumsi kedelai di Indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 3.0 juta ton per tahun. Namun
produktifitas kedelai nasional relatif rendah, yaitu hanya 1.2 ton/ha/tahun (Agroindonesia
2001). Pemerintah telah melakukan upaya impor kedelai dari Cina dan Amerika Serikat
untuk mencukupi kebutuhan kedelai nasional. Sehingga apabila terjadi ketidakstabilan
produksi kedelai dari kedua negara tersebut, akan berdampak buruk pula pada pasaran
kedelai di Indonesia. Padahal, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan
kedelai secara mandiri. Salah satu cara yang dapat digunakan ialah melalui intensifikasi
pertanian yaitu, perluasan wilayah sentra produksi kedelai di seluruh wilayah Indonesia.
Indonesia memiliki jumlah lahan kering yang lebih luas dibandingkan dengan
lahan yang berpengairan cukup. Luas lahan kering di Indonesia mencapai 133.7 juta ha
yang tersebar di pulau-pulau utama di luar Jawa yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi
dan Irian Jaya. Sedangkan, lahan yang sesuai untuk pengembangan tanaman pangan
ialah yang memiliki kemiringan <15%. Maka sekitar 47.23 juta ha atau 35.3% dari lahan
kering yang tersedia untuk tanaman pangan (Purwanto dan Agustono, 2010).
Salah satu penyebab rendahnya produktifitas kedelai nasional ialah faktor iklim.
Pada musim kemarau, pertanaman kedelai banyak yang mengalami penurunan hasil
akibat cekaman kekeringan. Untuk itu, diperlukan peranan dari bidang pemuliaan
tanaman mengenai varietas apa saja yang toleran pada cekaman kekeringan dan yang
tidak. Sehingga petani dapat menanam kedelai varietas toleran cekaman kekeringan pada
musim kemarau untuk antisipasi menurunnya hasil panen.
1.2 Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari sifat toleransi cekaman kekeringan
pada beberapa verietas kedelai dalam hal bobot kering tajuk, bobot kering dan panjang
akar, dan potensi osmosis daun.
2
1.3 Hipotesis
Varietas kedelai liar dapat tahan pada cekaman kekeringan hingga 12 hari setelah
penanaman.
2
2. TINJUAUAN PUSTAKA
2.1 Cekaman Kekeringan pada Tanaman
Menurut Harjadi (1979), berbagai definisi kekeringan (drought) telah diajukan,
diantaranya ialah suatu perioda dimana keadaan air tanah membatasi pertumbuhan atau
suatu periode selama 21 hari atau lebih saat hanya 30% hujan normal selama periode
tersebut. Tanggapan pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada cekaman kekeringan
beraneka ragam. Jumlah luas permukaan pada perakaran berpengaruh pada tanggapan
tanaman pada cekaman kekeringan.
Menurut Liu (2004) cekaman kekeringan mendorong perubahan konsentrasi ABA
dalam tanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan polong serta
mendorong kerontokan polong dan menurunkan pembentukan polong sampai 40% serta
menurunkan ukuran biji. Menurut Nabi (1989) cekaman kekeringan pada dalam stadia
pertumbuhan tanaman kedelai dapat menurunkan hasil biji, tetapi dalam stadia
pembentukan polong dan pengisian polong ialah stadia yang kritis pada cekaman
kekeringan, hal ini karena pada stadia ini dapat menyebabkan penurunan jumlah polong
dan bji per tanaman, bobot biji dan hasil. Arif (1999) menyatakan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman kedelai sampai umur 45 hari dapat mengakibatkan turunnya
produksi rata-rata sampai dengan 63% karena pada saat-saat itu merupakan masa kritis
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai.
2.2 Varietas Kedelai Toleran dan Peka Cekaman Kekeringan
Perlakuan cekaman kekeringan dapat menurunkan produktivitas tanaman,
termasuk pada kedelai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah biji dan bobot kering biji per
tanaman. Varietas Panderman paling peka pada cekaman kekeringan karena mengalami
penurunan jumlah dan bobot kering biji tertinggi sedangkan varietas kedelai liar (G.
tomentella) paling toleran pada cekaman kekeringan karena mengalami penurunan
jumlah dan bobot kering biji paling rendah. Kedelai liar merupakan kedelai yang tahan
pada cekaman kekeringan.
Cekaman kekeringan juga dapat mempengaruhi laju fotosintesis tanaman.
Menurut Violita (2007), penurunan laju fotosintesis terjadi seiring dengan semakin
lamanya perlakuan kekeringan. Penurunan tajam terjadi antara hari ke-4 dan ke-8 setelah
perlakuan kekeringan pada kedelai budidaya. Namun kedelai liar masih bertahan hingga
3
10 hari dan menurun tajam setelah 12 HSP pada perlakuan kekeringan. Hal ini berkaitan
dengan penurunan konduktan stomata, sehingga difusi CO2 ke dalam daun menurun yang
mengkibatkan penurunan laju fotosintesis. Peningkatan penutupan stomata sejalan
dengan semakin lamanya kekeringan, yang diikuti secara paralel oleh penurunan laju
fotosintesis (Medrano, et al., 2002).
4
3. BAHAN DAN METODA
2.1 Bahan dan Tempat Penelitian
Varietas. Kedelai yang akan digunakan berjumlah 4 varietas, yaitu Tidar, Burangrang,
Panderman, dan Kedelai Liar.
Tempat. Penelitian akan dilaksanakan di Rumah Kaca Stasiun Percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya yang terletak di Kota Malang, Jawa Timur.
2.2 Metoda
Penanaman. Kedelai ditanam di dalam polybag sebagai percobaan rumah kaca. Media
yang digunakan ialah campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 2:1. Perlakuan
cekaman kekeringan yang diberikan terdiri atas dua taraf yaitu P0 (kontrol): tanaman
disiram setiap hari, dan P1 (kering): tanaman disiram setiap 10 hari. Penyiraman
dilakukan hingga mencapai kapasitas lapang. Rancangan yang digunakan ialah
rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan, masing-masing ulangan terdiri atas dua
pot tanaman. Tanaman dipupuk dengan 0.5 g Urea, 1.0 g TSP dan 1.0 g KCl per pot.
Pengamatan. Sifat-sifat yang diamati ialah bobot kering tajuk, bobot kering dan panjang
akar dan potensi osmosis daun. Potensi osmosis daun ditentukan pada umur 50 hari
setelah tanam (HST), saat tanaman mengalami perubahan dari fase vegetatif ke generatif.
Pengamatan akar dan tajuk dilakukan dilakukan pada umur 67 HST.
Analisa Staistik. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisa regresi
linier dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).
5
DAFTAR PUSTAKA
Arif, R.S. 1999. Respon morfologi beberapa galur dan varietas kedelai untuk mengatasi cekaman kekeringan. Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. 38p
Agroindonesia. 2001. Produktivitas tanaman kedelai indonesia. http://www.agroindonesia.com/news/ind/2001/mei/03-05-01.html.
Harjadi, S.S. 1979. Pengantar agronomi. Jakarta: Gramedia.
Liu, F. 2004. Physiological regulation of pod set in soy-bean (Glycine max L. Merr.) during drought at early reproductive stages. Ph.D. Dissertation. Department of Agricultural Sciences, The Royal Veterinary and Agricultural University, Copenhagen. 45p
Medrano, H., Escalona J.M., Bota J., Gulias J., Flexas J. 2002. Regulation of photosynthesis of c3 plants in response to progressive drought: stomatal conductance as a reference parameter. Ann Bot 89: 895 – 905
Purwanto dan T. Agustono. 2010. Kajian fisiologi tanaman kedelai pada kondisi cekam kekeringan dan berbagai kepadatan gulma teki. Agrosains 12(1): 24-28
Violita. 2007. Komparasi respon fisiologi tanaman kedelai yang mendapat cekaman kekeringan dan perlakuan herbisida paraquat. Tesis. Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
Grafik 1. Jumlah Biji per Tanaman pada Perlakuan Kontro dan Kekeringan
(Violita, 2007)
Grafik 2. Bobot kering Biji per Tanaman pada Perlakuan Kontrol dan Kekeringan
(Violita, 2007)
Grafik 3. Laju Fotosintesis (Pn) kedelai pada 0 – 12 HSP Kekeringan
(Violita, 2007)