metode analisis data.doc

Upload: ekapurnamaharahap

Post on 15-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Metode Analisa Data Pada IT Research

TRANSCRIPT

TUGAS MANDIRI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini akhirnya bisa terselesaikan.

Makalah ini disesuaikan dengan tujuannya untuk menunjang perkuliahan dalam mata kuliah IT Research.

Materi sudah diurutkan sesuai dengan kapasitas masing-masing, sehingga Mahasiswa insya Allah dapat dengan mudah memahaminya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak ketidaksempurnaan pada penulisan makalah ini, baik isi maupun redaksinya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat memperbaiki makalah ini untuk selanjutnya.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung ataupun tidak terhadap terselesaikannya makalah ini.

Akhir kata, insya Allah makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.

Tangerang, 15 Mei 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiMENTODE ANALISA SWOT

Apa Itu SWOT? 4Studi Kasus 4MENTODE ANALISA BALANCED SCORECARDApa Itu Balanced Scorecard? 9Studi Kasus 17MENTODE ANALISA PIECESApa Itu PIECES? 28Studi Kasus 31MENTODE ANALISA TAMApa Itu TAM? 35Studi Kasus 37DAFTAR PUSTAKA 46METODE ANALISIS SWOTAPA ITU SWOT ?SWOT adalah singkatan dari Strenghths (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Ini adalah teknik untuk menyediakan kerangka kerja untuk mengidentifikasi secara sistematis posisi organisasi; caranya berhubungan dengan lingkungan eksternal dan masalah serta peluang yang dihadapi. Tujuan analisis SWOT adalah untuk memisahkan masalah pokok dan memudahkan pendekatan strategis.STUDI KASUS

Kekuatan

Kualitas sumber mata air selalu terjaga. Lokasi mata air AQUA senantiasa berada jauh dari pemukiman penduduk. Faktor ini penting dilakukan demi mencegah rembesan limbah pemukiman di sekitar sumber mata air. Kemurnian sumber air AQUA, dijaga dan dilindungi untuk mencegah rembesan air tanah atau air hujan.

AQUA dapat kokoh berdiri karena budaya perusahaan adalah bersikap toleran, tidak memaksakan kehendak pusat, berbagi kekuasaan dengan eselon bawah dan mempraktikkan desentralisasi.

Kesuksesan AQUA sangat ditunjang oleh para karyawannya yang mempunyai loyalitas dan dedikasi tinggi serta berpengetahuan luas dan mendalam, baik di bidang masing-masing maupun secara umum.

Menjadi pelopor kemasan gelas plastik (cup) di dunia sehingga kini menjadi standar industri. AQUA pula yang mempelopori peralihan dari PVC ke PET. Dan AQUA pula yang mempelopori konsep fully integrated manufacturing yang memungkinkan produksi terpadu air minum dan botol kemasannya mulai dari tingkat biji plastik.

Melakukan aliansi dengan Group DANONE yang merupakan salah satu kelompok perusahaan air minum dalam kemasan terbesar di dunia dan ahli dalam nutrisi. Hal ini berdampak pada peningkatan kualitas produk, market share, dan penerapan teknologi pengemasan air terkini..

Kelemahan

Adanya produk palsu di pasaran yang menggunakan label AQUA. Oleh karna itu AQUA berkomitmen untuk meminimalkan pemalsuan produknya dengan melakukan pengecekan pasar secara rutin, untuk memastikan bahwa produk yang beredar adalah benar-benar produk AQUA yang memenuhi standar kualitas yang sudah ditentukan.

Harga produk AQUA sangat ditentukan oleh kebijakan harga yang digunakan oleh perusahaan AQUA yaitu kebijakan harga wholesaler. Antara lain yaitu geographical price quotation dan price adjusted to buyers position.

Saluran ditribusi terlalu panjang. Dimana hasil produksi dari AQUA kemudian disalurkan ke distributor-distributor, kemudian aqua disalurkan ke retailer dan pada akhirnya sampai ke tangan konsumen.

Perusahaan AQUA dalam penarikan karyawan masih menggunakan spoil system karena perusahaan pada awal berdiri merupakan perusahaan keluarga. Meskipun kini sudah menggunakan merit system dalam memberikan kesempatan kerja di lingkungan AQUA.

Kesempatan

Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, diharapkan permintaan konsumen akan produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat meningkat. Sehingga perusahaan dapat meningkatkan produksi penjualannya.

Perkembangan teknologi yang sangat cepat mendorong kemajuan dunia bisnis. Perusahaan yang mempunyai keunggulan dalam hal teknologi tentunya dapat menunjang keadaan produksi yang dihasilkan, mulai dari efektifitas dan efisiensi proses produksi yang dapat dihasilkan.

Hasil produksi AQUA ditujukan untuk semua kalangan. Mulai dari anak-anak, dewasa, hingga golongan tua. Hal ni dapat dikatakan karena air dibutuhkan oleh semua manusia.

AQUA memiliki penelitian yang aktif dan usaha pengembangan yang mencari bahan-bahan pengemasan dan cara-cara yang baru untuk menarik konsumen.

AQUA menggunakan seluruh media untuk promosi iklannya. Seperti product knowledge melalui brosur sederhana. Dan pada even-even olahraga, bus, taxi, dan kendaraan umum lainnya, TV, radio, koran, dam majalah

Ancaman

Di indonesia, situasi politik setiap tahunnya cukup dapat dikontrol oleh pemerintah, walaupun keadaan politik yang ada tidak begitu stabil. Kondisi politik yang terjadi akan mempengaruhi aktivitas perusahaan.

Saat ini kondisi perekonomian indonesia masih belum stabil. Hal ini dikarenakan karena laju inflasi yang cukup tinggi dan berfluktuasi.

AQUA memiliki banyak pesaing. Bahwa saat ini ada begitu banyak perusahaan sejenis yang memproduksi air minum dalam kemasan (AMDK) dengan harga dan kualitas yang dihasilkan bervariasi. Dengan keadaan ini, perusahaan dituntut untuk dapat terus memiliki keunggulan bersaing, sehingga perusahaan akan tetap hidup dan bersaing secara sehat.

Dalam pengolahan sumber air oleh AQUA sangat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Hal ini sangat berpengaruh bagi dunia usaha seperti yang dilakukan oleh AQUA. Air adalah salah satu sumber daya alam yang dalam pengolahannya mendapatkan ikut campur tangan pemerintah. Oelh karena itu, kapasitas produksi per detik yang dilakukan oleh kegiatan produksi AMDK harus dalam pengawasan pemerintah. Perusahaan AMDK tidak boleh mengeksploitasi air sesuka hatinya.

Strategi SO :

Meningkatkan kualitas sumber mata air dengan menggunakan teknologi yang tepat.

Dengan karyawan yang loyal dan berdedikasi tinggi akan dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan produksi dan memenuhi pemintaan konsumen.

Bergabung dengan group DANONE untuk penerapan teknologi pengemasan air terkini.

Melakukan penelitian secara aktif untuk menemukan formula dan teknik baru agar selalu menjadi pelopor AMDKStrategi WO :

Dengan meningkatnya jumlah permintaan akibat pertumbuhan jumlah penduduk harus diantisipasi dengan pemenuhan kuota produksi agar tidak timbul produk palsu.

Hasi produksi dari AQUA harus menggunakan teknologi yang tepat untuk menentukan kebijakan harga.

Menggunakan media promosi untuk meningkatkan brand image dari AQUA untuk menigkatkan daya jual.

Strategi ST :

Dengan budaya perusahaan AQUA yang kokoh akan dapat mengunguli para pesaing.

Bergabung dengan DANONE membuat AQUA menjadi perusahaan yang lebih maju dan kuat.

Mempertahankan budaya perusahaan agar tidak terpengaruhi oleh situasi poitik.

Strategi WT :

Membuat saluran distribusi menjadi lebih efisien agar harga lebih mudah bersaing.

Menghilangkan kebijakan harga wholesaler untuk meningkatkan penjualan di saat ekonomi belum stabil.

Harus merubah system penarikan karyawan dan mengganti kebijakan-kebijakan yang dapat menghambat perusahaanStrategi alternatif

Menjaga sumber air dari kontaminasi bakteri dan virus.

Melakukan Kemajuan di bidang teknologi agar menjadi semakin lebih efektif dan efisien dalam proses proses produksi..

Melakukan program pembinaan yang teratur mengarahkan seluruh jajaran karyawannya untu meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan disiplin kerja yang tinggi untuk mendayagunakan kemampuan karyawan.

Rekomendasi strategi

Sistem produksi untuk produk AQUA diproses dengan teknologi tinggi dan penuh kontrol kualitas di setiap titiknya. Ruang produksi dan mesin-mesin senantiasa disanitasi secara rutin. AQUA menjadi pabrik air mineral pertama yang menerapkan sistem produksi in line, in line system adalah sebuah sistem produksi yang berkesinambungan tanpa proses terputus mulai dari pemprosesan air hingga pemasangan tutup dan segel dengan seminimal mungkin sentuhan tangan manusia. Dengan kata lain, hasil sistem in line ini adalah botol Aqua yang baru dibuat dapat segera diisi air bersih di ujung proses produksi. Selain itu, tersedia laboratorium dengan peralatan terbaru di setiap pabrik yang akan mengkontrol kualitas produk yang dihasilkan. Dengan adanya pemprosesan yang berteknologi tinggi dan laboratorium dengan peralatan lengkap, air terbebas dari bakteri patogen penyebab penyakit.

METODE ANALISIS BALANCED SCORECARD

APA ITU BALANCED SCORECCARD ?

Menurut Kaplan dan Norton (1996), Balanced Scorecard merupakan:

a set of measures that gives top managers a fast but comprehensive view of the business includes financial measures that tell the results of actions already taken complements the financial measures with operational measures on customers satisfaction, internal processes, and the organizations innovation and improvement activities operational measures that are the drivers of future financial performance.

Sementara, Anthony, Banker, Kaplan, dan Young (1997) mendefinisikan Balanced Scorecard sebagai: a measurement and management system that views a business units performance from four perspectives: financial, customer, internal business process, and learning and growth.

Dengan demikian, Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran, dan pengendalian yang secara cepat, tepat, dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang performance bisnis. Pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard memandang unit bisnis dari empat perspektif,yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis dalam perusahaan, serta proses pembelajaran dan pertumbuhan. Melalui mekanisme sebab akibat (cause and effect), perspektif keuangan menjadi tolak ukur utama yang dijelaskan oleh tolak ukur operasional pada tiga perspektif lainnya sebagai driver (lead indicator).

Selain itu, Balanced Scorecard juga memberikan kerangka berpikir untuk menjabarkan strategi perusahaan ke dalam segi operasional. Sebelum Balanced Scorecard diimplemantasikan, pada saat penyusunan (building) Balanced Scorecard, terlebih dulu dijabarkan dengan jelas visi, misi, dan strategi perusahaan dari top-management perusahaan, karena hal ini menentukan proses berikutnya berupa transaksi strategis kegiatan operasional.

Dengan Balanced Scorecard, tujuan suatu unit usaha tidak hanya dinyatakan dalam suatu ukuran keuangan saja, melainkan dijabarkan lebih lanjut ke dalam pengukuran bagaimana unit usaha tersebut menciptakan nilai terhadap pelanggan yang ada sekarang dan masa datang, dan bagaimana unit usaha tersebut harus meningkatkan kemampuan internalnya termasuk investasi pada manusia, sistem, dan prosedur yang dibutuhkan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik di masa mendatang.

Melalui Balanced Scorecard diharapkan bahwa pengukuran kinerja financial dan non financial dapat menjadi bagian dari sistem informasi bagi seluruh pegawai dan tingkatan dalam organisasi.

PERSPEKTIF DALAM BALANCE SCORE CARD

A. Perspektif KeuanganSecara tradisional, laporan keuangan merupakan indicator historis-agregatif yang merefleksikan akibat dari implementasi dan eksekusi strategi dalam satu periode.

Pengukuran kinerja keuangan akan menunjukkan apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar bagi keuntungan perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan usaha, dan nilai pemegang saham.

Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu: growth, sustain, dan harvest. Tiap tahapan memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannya pun berbeda pula.

Growthadalah tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Di sini, manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan system, infrastruktur, dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta membina dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan.

Dalam tahap pertumbuhan, perusahaan biasanya beroperasi dengan arus kas yang negatif dengan tingkat pengembalian modal yang rendah. Dengan demikian, tolak ukur kinerja yang cocok dalam tahap ini adalah, misalnya, tingkat pertumbuhan pendapatan atau penjualan dalam segmen pasar yang telah ditargetkan.

Sustainadalah tahapan kedua di mana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Dalam tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya, jika mungkin. Investasi yang dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan bottleneck, mengembangkan kapasitas, dan meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten. Sasaran keuangan pada tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. Tolak ukur yang kerap digunakan pada tahap ini, misalnya ROI, ROCE, dan EVA.

Harvestadalah tahapan ketiga di mana perusahaan benar-benar memanen/menuai hasil investasi di tahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi maupun pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan utama dalam tahap ini, sehingga diambil sebagai tolak ukur, adalah memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja.

B. Perspektif PelangganFilosofi manajemen terkini telah menunjukkan peningkatan pengakuan atas pentingnya customer focus dan customer satisfaction. Perspektif ini merupakan leading indicator. Jadi, jika pelanggan tidak puas mereka akan mencari produsen lain yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kinerja yang buruk dari perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan di masa depan meskipun saat ini kinerja keuangan terlihat baik.

Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu: customer core measurement dan customer value prepositions.

1) Customer Core Measurement Customer core measurement memiliki beberapa komponen pengukuran, yaitu: market share, customer retention, customer acquisition, customer satisfaction, dan customer profitability.

Market Share; Pengukuran ini mencerminkan bagian yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang meliputi antara lain: jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit penjualan.

Customer Retention:Mengukur tingkat di mana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen.

Customer Acquisition:mengukur tingkat di mana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru.

Customer Satisfaction: Menaksir tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik dalam value proposition.

Customer Profitability; Mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau segmen setelah dikurangi biaya yang khusus diperlukan untuk mendukung pelanggan tersebut.

2) Customer Value PropositionCustomer value proposition merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada core value proposition yang didasarkan pada atribut sebagai berikut: product/service attributes, customer relationship, dan image and relationship.

a) Product/service attributes

Meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga, dan kualitas. Pelanggan memiliki preferensi yang berbeda-beda atas produk yang ditawarkan. Ada yang mengutamakan fungsi dari produk, kualitas, atau harga yang murah. Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas produk yang ditawarkan. Selanjutnya pengukuran kinerja ditetapkan berdasarkan hal tersebut.

b) Customer relationship

Menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses pembelian produk yang ditawarkan perusahaan. Perasaan konsumen ini sangat dipengaruhi oleh responsivitas dan komitmen perusahaan terhadap pelanggan berkaitan dengan masalah waktu penyampaian. Waktu merupakan komponen yang penting dalam persaingan perusahaan. Konsumen biasanya menganggap penyelesaian order yang cepat dan tepat waktu sebagai faktor yang penting bagi kepuasan mereka.c) Image and reputation

Menggambarkan faktor-faktor intangible yang menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan. Membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.

C. Perspektif Proses Bisnis InternalAnalisis proses bisnis internal perusahaan dilakukan dengan menggunakan analisis value-chain. Disini, manajemen mengidentifikasi proses internal bisnis yang kritis yang harus diunggulkan perusahaan. Scorecard dalam perspektif ini memungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk dan atau jasa mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Perspektif ini harus didesain dengan hati-hati oleh mereka yang paling mengetahui misi perusahaan yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh konsultan luar.

Perbedaan perspektif bisnis internal antara pendekatan tradisional dan pendekatan Balanced Scorecard adalah:

1. Pendekatan tradisional berusaha untuk mengawasi dan memperbaiki proses bisnis yang sudah ada sekarang. Sebaliknya, Balanced Scorecard melakukan pendekatan atau berusaha untuk mengenali semua proses yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan strategi perusahaan, meskipun proses-proses tersebut belum dilaksanakan.

2. Dalam pendekatan tradisional, system pengukuran kinerja hanya dipusatkan pada bagaimana cara menyampaikan barang atau jasa. Sedangkan dalam pendekatan Balanced scorecard, proses inovasi dimasukkan dalam perspektif proses bisnis internal.

Aktivitas penciptaan nilai perusahaan, terangkai dalam suatu rantai nilai yang dimulai dari proses perolehan bahan baku sampai penyampaian produk jadi ke konsumen. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Shank dan Govindarajan, yaitu: The value chain for any firm in any business is linked set of value creating-activities-from basic raw material sources to the ultimate product or service that is delivered to customers. Aktivitas penciptaan nilai di atas diistilahkan sebagai proses bisnis internal.

Kaplan dan Norton membagi proses bisnis internal ke dalam: inovasi, operasi, dan layanan purna jual.

1. Proses inovasiDalam proses ini, unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan laten dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang mereka butuhkan. Proses inovasi dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian R&D sehingga setiap keputusan pengeluaran suatu produk ke pasar telah memenuhi syarat-syarat pemasaran dan dapat dikomersialkan (didasarkan pada kebutuhan pasar). Aktivitas R&D ini merupakan aktivitas penting dalam menentukan kesuksesan perusahaan, terutama untuk jangka panjang.

2. Proses OperasiProses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk/jasa. Aktivitas di dalam proses operasi terbagi ke dalam dua bagian: 1) proses pembuatan produk, dan 2) proses penyampaian produk kepada pelanggan. Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi dikelompokkan pada: waktu, kualitas, dan biaya.

3. Proses Pelayanan Purna JualProses ini merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk/jasa tersebut dilakukan. Aktivitas yang terjadi dalam tahapan ini, misalnya penanganan garansi dan perbaikan penanganan atas barang rusak dan yang dikembalikan serta pemrosesan pembayaran pelanggan. Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya dalam pelayanan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan, dengan menggunakan tolak ukur yang bersifat kualitas, biaya, dan waktu seperti yang dilakukan dalam proses operasi. Untuk siklus waktu, perusahaan dapat menggunakan pengukuran waktu dari saat keluhan pelanggan diterima hingga keluhan tersebut diselesaikan.D. Perspektif Pembelajaran dan PertumbuhanProses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem, dan prosedur organisasi. Termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu dan organisasi. Dalam organisasi knowledge-worker, manusia adalah sumber daya utama.

Dalam berbagai kasus, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan fondasi keberhasilan bagi knowledge-worker organization dengan tetap memperhatikan faktor sistem dan organisasi.

Hasil dari pengukuran ketiga perspektif sebelumnya biasanya akan menunjukkan kesenjangan yang besar antara kemampuan orang, system, dan prosedur yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang diinginkan. Inilah mengapa, perusahaan harus melakukan investasi di ketiga faktor tersebut untuk mendorong perusahaan menjadi sebuah organisasi pembelajar (learning organization).

Menurut Kaplan dan Norton learning lebih dari sekedar training karena pembelajaran meliputi pula proses monitoring dan tutoring, seperti kemudahan dalam komunikasi di segenap pegawai yang memungkinkan mereka untuk siap membantu jika dibutuhkan.

Dalam perspektif ini, perusahaan melihat tolak ukur: employee capabilities, information system capabilities, dan motivation, empowerment, and alignment.

1. Employee capabilitiesTidak ada yang lebih baik bagi transformasi revolusioner dari pemikiran era industrial ke era informasi dibandingkan folosofi manajemen baru, yaitu bagaimana para pegawai menyumbangkan segenap kemampuannya untuk organisasi. Untuk itu perencanaan dan upaya implementasi reskilling pegawai yang menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat dimobilisasi untuk mencapai tujuan organisasi.2. Information systems capabilitiesBagaimanapun juga, meski motivasi dan keahlian pegawai telah mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, masih diperlukan informasi-informasi yang terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi yang memadai, kebutuhan seluruh tingkatan manajemen dan pegawai atas informasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.

3. Motivation, empowerment, and alignmentPerspektif ini penting untuk menjamin adanya proses yang berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang sebesar-besarnya bagi pegawai. Paradigma manajemen terbaru menjelaskan bahwa proses pembelajaran sangat penting bagi pegawai untuk melakukan trial and error sehingga turbulensi lingkungan sama-sama dicoba-kenali tidak saja oleh jenjang manajemen strategis tetapi juga oleh segenap pegawai di dalam organisasi sesuai kompetensinya masing-masing. Upaya tersebut perlu didukung dengan motivasi yang besar dan pemberdayaan pegawai berupa delegasi wewenang yang memadai untuk mengambil keputusan. Selain itu, upaya tersebut juga harus dibarengi dengan upaya penyesuaian yang terus menerus yang sejalan dengan tujuan organisasi.

Balanced ScoreCard bukanlah sekumpulan ukuran kinerja yang terpisah satu sama lain, ukuran-ukuran key success factor dalam Balanced ScoreCard terdiri atas serangkaian sasaran dan ukuran yang konsisten dan saling menguatkan satu sama lain dan menunjukkan hubungan sebab akibat, yang terlihat seperti gambar di bawah ini :

STUDI KASUS

Analisis Balanced Scorecard pada Hotel The Royal Pita Maha A Tjampuhan Relaxation Resort

1. Responden penelitian

Responden pada penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Bagian reception, bagian ini diipilih untuk menilai kinerja dari perspektif proses bisnis internal yang menggunakan tolak ukur berupa waktu penyelesaian proses check in dan check out. Data yang didapat berupa data yang diperlukan untuk menyelesaikan proses check in dan check out (dalam satuan menit) pada hotel tersebut. Receptionist terdiri dari 4 (empat) orang yang di bagi kedalam 2 (dua) shift. Penelitian dilakukan pada tanggal 3-5 Juni 2011 karena pada saat itu merupakan peak season.b. Tamu hotel periode 2009 dan 2010 dipilih karena menilai kinerja dari perspektif pelanggan yang menggunakan tolak ukur berupa Skor Nyata Rata-rata dari lima dimensi kualitas jasa (bukti langsung, keandalan, jaminan, daya tangkap, empati).

c. Karyawan hotel dipilih untuk menilai kinerja dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang menggunakan tolak ukur berupa Indeks Kepuasan Karyawan (IKK).

2. Penilaian Kinerja

a. Penilaian Kinerja Perspektif Keuangan

Kinerja keuangan yang dinilai adalah kinerja keuangan pada tahun 2009 dan 2010. Untuk menghitung seluruh rasio-rasio keuangan yang telah disebutkan di atas, diperlukan sumber data berupa laporan Hotel yang terdiri dari laporan laba rugi komparatif serta neraca komparatif untuk periode yang berakhir 31 Desember 2009 dan 2010.Teknik analisis yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan Hotel The Royal Pita Maha A Tjampuhan Relaxation Resort adalah:

1. Rasio likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menganalisis seberapa jauh sebuah perusahaan mampu bertahan hidup (Riyanto, 2001).

Current ratio

Rasio ini menunjukkan posisi kas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban/hutang lancar.

Current Ratio =

Current Ratio tahun 2009 = 1,01

Current Ratio tahun 2010 = 1,64

Pada tahun 2009, setiap Rp1 hutang lancar perusahaan dijaminkan dengan Rp1,01 aktiva lancar. Pada tahun 2010 setiap Rp.1 hutang lancar perusahaan dijaminkan dengan Rp 1,64 aktiva lancar. Ini berarti kemampuan perusahaan untuk melunasi setiap hutang lancar dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki menunjukkan peningkatan sebesar Rp 0,63 atau sebesar 63%.

Quick ratio

Untuk menganalisis quick ratio tahun 2009 dan 2010 pada hotel The Royal Pita Maha A Tjampuhan Relaxation Resort digunakan rumus sebagai berikut:

Quick Ratio =

Quick Ratio tahun 2009 = 0,81

Quick Ratio tahun 2010 = 1,46

Pada tahun 2009, setiap Rp1 hutang lancar perusahaan dijaminkan dengan Rp0,81 kas dan piutang. Pada tahun 2010 setiap Rp1 hutang lancar perusahaan dijaminkan dengan Rp1,46 kas dan piutang. Ini berarti kemampuan perusahaan untuk melunasi setiap Rp1 hutang lancar dengan menggunakan kas dan piutang yang dimiliki menunjukkan peningkatan sebesar Rp0,65 atau sebesar 65%

Cash ratio

Untuk menganalisis cash ratio tahun 2009 dan 2010 pada hotel The Royal Pita Maha A Tjampuhan Relaxation Resort digunakan rumus sebagai berikut:

Cash Ratio =

Cash Ratio tahun 2009 = 0,34

Cash Ratio tahun 2010 = 0,86

Pada tahun 2009, setiap Rp1 hutang lancar perusahaan dijaminkan dengan Rp0,34 kas. Pada tahun 2010, setiap Rp1 hutang lancar perusahaan dijaminkan dengan Rp0,86 kas. Ini berarti kemampuan perusahaan untuk melunasi setiap Rp1 hutang lancar dengan mengguankan aktiva lancar yang dimiliki menunjukkan peningkatan sebesar Rp0,52 atau sebesar 52%.2. Rasio profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan baik hubungannya dengan penjualan, aktiva maupun modal sendiri (Riyanto, 2001).

Return on Investment (ROI)

Untuk menganalisis ROI tahun 2009 dan 2010 pada hotel The Royal Pita Maha A Tjampuhan Relaxation Resort digunakan rumus sebagai berikut:

ROI =

ROI tahun 2009 = 0,02

ROI tahun 2010 = 0,04

Pada tahun 2009, untuk setiap Rp1 aktiva yang dimiliki oleh perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar Rp0,02 atau sebesar 2%. Pada tahun 2010, setiap Rp1 aktiva yang dimiliki menghasilkan laba bersih sebesar Rp0,04 atau sebesar 4%. Ini berarti terjadi peningkatan laba bersih untuk setiap Rp1 aktiva yang dimiliki perusahaan yaitu sebesar Rp0,02 atau sebesar 2%.

Return on Equity (ROE)

Untuk menganalisis ROE tahun 2009 dan 2010 pada hotel The Royal Pita Maha A Tjampuhan Relaxation Resort digunakan rumus sebagai berikut:

ROE =

ROE tahun 2009 = = 0,04

ROE tahun 2010= = 0,06

Pada tahun 2009, setiap Rp1 modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar Rp0,04 atau sebesar 4%. Pada tahun 2010, setiap Rp1 modal sendiri yang dimiliki menghasilkan keuntungan sebesar Rp0.06 atau sebesar 6%. Ini berarti terjadi peningkatan laba bersih untuk setiap Rp1 modal sendiri yang dimiliki perusahaan yaitu sebesar Rp0,02 atau sebesar 2%. Operating Income

Untuk menganalisis ROE tahun 2009 dan 2010 pada hotel The Royal Pita Maha A Tjampuhan Relaxation Resort digunakan rumus sebagai berikut:

Operating income ratio =

Operating income ratio tahun 2009 = 0,02

Operating income ratio tahun 2010 = 0,03Pada tahun 2009, setiap Rp1 penjualan neto menghasilkan laba operasi sebesar Rp0,02 atau sebesar 2%. Pada tahun 2010, setiap Rp1 penjualan neto menghasilkan laba operasi sebesar Rp0,03 atau sebesar 3%. Ini berarti peningkatan laba operasi untuk setiap Rp1 penjualan neto sebesar Rp0,01 atau sebesar 1%.

Cost of Goods to Net Sales Ratio

Untuk menganalisis Cost of Good to Net Sales Ratio tahun 2009 dan 2010 pada hotel The Royal Pita Maha A Tjampuhan Relaxation Resort digunakan rumus sebagai berikut:

Cost of Goods to Net Sales Ratio =

Cost of Goods to Net Sales Ratio = 0,45 ( Tahun 2009 )Cost of Goods to Net Sales Ratio = 0,44 ( Tahun 2010 )Pada tahun 2009, setiap Rp1 penjualan neto mengandung harga pokok penjualan (HPP) Rp0,45 atau sebesar 45%. Pada tahun 2010, setiap Rp1 penjualan neto mengandung HPP Rp0,44 atau sebesar 44%. Ini berarti Cost of Goods Sold to Net Sales Ratio dalam kurun waktu 2009 dan 2010 turun sebesar 1%.

Operating ratio

Untuk menganalisis operating ratio tahun 2009 dan 2010 pada hotel The Royal Pita Maha A Tjampuhan Relaxation Resort digunakan rumus sebagai berikut:

Operating ratio =

Operating ratio tahun 2009 = = 0,98

Operating ratio tahun 2010 = = 0,97

Pada tahun 2009, untuk setiap Rp1 penjualan neto mengandung HPP dan biaya operasi sebesar Rp0,98 atau sebesar 98%. Pada tahun 2010, setiap Rp1 penjualana neto mengandung HPP dan biaya operasi sebesar Rp0,97 atau sebesar 97%. Ini berarti terjadi penurunan operating ratio sebesar 1%3. Rasio pertumbuhan

Rasio pertumbuhan adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui perkembangan suatu komponen laporan dari periode ke periode (Riyanto, 2001).

Tingkat pertumbuhan pendapatan x 100 % = 59,95 %Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa total pendapatan dalam kurun waktu 2009 dan 2010 menunjukkan pertumbuhan sebesar 59,95%.

Tingkat pertumbuhan total harga pokok dan biaya

x 100% = 57,39 %

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2009 dan 2010, total harga pokok penjualan menunjukkan peningkatan sebesar 57,39%.

Tingkat pertumbuhan laba bersih

x100 % = 119,55%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja keuangan Hotel menunjukkan peningkatan. Dengan membandingkan rasio rasio keuangan untuk kurun waktu tahun 2009 dan 2010, dapat diketahui bahwa kinerja Hotel ditinjau dari perspektif keuangan menunjukkan peningkatan yang berarti kinerja Hotel ditinjau dari perspektif keuangan adalah baik.

b. Penilaian Kinerja Perspektif Pelanggan

Penilaian Kinerja perspektif pelanggan pada Hotel The Royal Pita Maha A Tjampuhan Relaxation Resort mengukur kepuasan tamu atau pelanggan yang menikmati jasa di hotel atas pelayanan yang diberikan.Teknik analisis yang digunakan untuk menilai kinerja perspektif pelanggan adalah Skor Nyata Rata-rata kelima dimensi kualitas jasa untuk menentukan kepuasan pelanggan.

Dari tabel diatas diperoleh hasil bahwa Skor Nyata Rata-rata untuk dimensi bukti langsung, keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati masing-masing adalah 92,55%, 93,25%, 91,33%, 95,25%,92,00%. Skor Nyata Rata-rata untuk seluruh dimensi berada pada rentang nilai 60%Skor Nyata Rata-rata100%. Ini berarti para pelanggan merasa puas dengan kualitas pelayanan yang disediakan Hotel. Skor Nyata Rata-rata secara menyeluruh untuk kelima dimensi kualitas jasa adalah 93,28% yang berarti Skor Nyata Rata-rata secara menyeluruh berada pada interval 60%Skor Nyata Rata-rata100%. Hasil perhitungan tersebut memperlihatkan bahwa para pelanggan puas dengan kualitas pelayanan yang disediakan oleh Hotel dan kinerja dari perspektif pelanggan adalah baik.

c. Penilaian Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal

Teknik analisis yang digunakan dalam menilai kinerja dari perspektif proses bisnis internal adalah dengan menggunakan Service Cycle Efficiency (SCE) dan hanya dibatasi pada pengukuran efektivitas waktu proses, dalam hal ini waktu dalam penyelesaian proses check in dan check out. SCE adalah perbandingan antara waktu yang berkaitan dengan value added activity dalam transaksi check in atau check out dengan waktu total untuk memproses transaksi check in atau check out (waktu yang berkaitan dengan value added activity dan non value added activity).

Waktu bernilai tambah adalah waktu standar pemrosesan check in maupun check out. Throungput time terdiri dari pengisian formulir registrasi, pemrosesan voucher, pemberian passport, dan input data untuk proses check in sedangkan untuk proses check out terdiri dari pengecekan tagihan ke masing-masing outlet, mengecek tagihan (bill), menerima pembayaran.

Data tamu yang memesan kamar melalui travel agent seharusnya telah diproses oleh pihak Hotel. Pengisian formulir registrasi seharusnya tidak

diperlukan karena data-data yang diperlukan telah tersedia pada voucher dari tamu yang bersangkutan. Waktu rata-rata penyelesaian proses check in yaitu 3-5 Juni 2011 sehingga dapat dihitung:

SCE = 0,61

Sehingga dapat disimpulkan bahwa SCE untuk proses check in belum mencapai 1 dan hanya sebesar 0,61. Ini berarti ada 39% aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added activity).

Hotel sudah menerapkan system online untuk memproses tagihan tamu.

Jika sistem ini difungsikan sebagaimana mestin ya, maka pengecekan tagihan ke masing-masing outlet tidak perlu lagi dan dalam hal ini berarti aktivitas tersebut bisa digolongkan menjadi aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added activity). Waktu rata-rata penyelesaian check

out yaitu 3-5 Juni 2011 sehingga dapat dihitung:

SCE = 0,64

Sehingga dapat dilihat bahwa SCE untuk proses check out belum mencapai 1 dan hanya sebesar 0,64. Ini berarti ada 36% aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added activity). Hasil perhitungan SCE dalam hal ini waktu rata-rata check in dan check out di Hotel, menunjukkan kinerja Hotel masih perlu ditingkatkan karena SCE untuk proses check in maupun check out masih kurang dari 1. Ini berarti masih ada non value added activity. Jadi kinerja Hotel dilihat dari perspektif proses bisnis internal masih perlu ditingkatkan.

d. Penilaian kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Teknik analisis yang digunakan untuk menilai kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah dengan menggunakan Indeks Kepuasan Karyawan (IKK) berdasarkan lima unsur yang menentukan kepuasan kerja yaitu unsur kerjaa secara mental, ganjaran, kondisi kerja, rekan kerja, dan kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan.

Tingkat atau derajat kepentingan factor atau unsur penentu kepuasan karyawan.

Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa faktor atau penentuan kepuasan kerja yang mendapat bobot yang paling tinggi adalah ganjaran yaitu dengan bobot 20,40%. Ini berarti ganjaran merupakan faktor atau unsur yang terpenting dalam membentuk kepuasan kerja, sedangkan faktor atau unsur kondisi kerja mendapatkan bobot yang paling rendah yaitu sebesar 19,78%. Hal ini berarti faktor atau unsur kondisi kerja kurang menentukan dalam membentuk kepuasan kerja dibandingkan dengan keempat faktor lainnya.

Perhitungan Indeks Kepuasan Karyawan Berdasarkan Penilaian Responden

Perhitungan Indeks Kepuasan Karyawan Tertinggi yang Mungkin Dicapai

Perhitungan Indeks Kepuasan Karyawan Terendah yang Mungkin Dicapai

Perhitungan:

1. Menentukan IKK tertinggi dan IKK terendah yang mungkin dicapai:

a = IKK tertinggi yang mungkin dicapai = 0,00

b = IKK terendah yang mungkin dicapai = -0,80

2. Menentukan daerah nilai

Daerah nilai (r) = a b = 0,00 (-0,80) = 0,80

3. Menentukan interval nilai

Interval nilai (c) = = = 0,16

4. Menentukan rentang nilai masing-masing kriteria penilain

b + 4c IKK a -0,16 IKK 0,00 berarti karyawan sangat puas terhadap situasi dan kondisi kerja di Hotel (kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah sangat baik)

b + 3c IKK b + 4c -0,32 IKK -0,16 berarti karyawan puas terhadap situasi dan kondisi kerja di Hotel (kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah baik)

b + 2c IKK b + 3c -0,48 IKK -0,32 berarti karyawan cukup puas terhadap situasi dan kondisi kerja di Hotel (kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan cukup baik)

b + c IKK b + 2c -0,64 IKK -0,48 berarti karyawan tidak puas terhadap situasi dan kondisi kerja di Hotel (kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan tidak baik)

b IKK b + c -0,80 IKK -0,64 berarti karyawan sangat tidak puas terhadap situasi dan kondisi kerja di Hotel (kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan sangat tidak baik)

a. IKK (Indeks Kepuasan Karyawan) untuk unsur kerja secara mental, ganjaran, kondisi kerja, rekan kerja dan kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan masing-masing adalah -0,20; -0,19; -0,18; -0,17; -0,19 berada di interval . -0,32 IKK -0,16. Ini berarti karyawan puas terhadap pekerjaan yang mereka lakukan ditinjau dari aspek kerja secara mental, ganjaran, kondisi kerja, rekan kerja serta kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan.

b. Rata-rata Indeks Kepuasan Karyawan dari kelima unsur pembentuk kepuasan kerja adalah -0,19 yang berada pada interval -0,32 IKK -0,16 yang berarti karyawan puas terhadap situasi dan kondisi kerja Hotel. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja Hotel ditinjau dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah baik.METODE ANALISIS PIECESAPA ITU PIECES ?Menurut Al fatta (2007:51) metode yang menggunakan enam variabel yaitu Performance, Information/Data, Economic, Control/Security, Efficiency, dan Service.

Performance (Analisis Kinerja)Masalah kinerja terjadi ketika tugas-tugas bisnis yang dijalankan tidak mencapai sasaran. Kinerja diukur dengan jumlah produksi dan waktu tanggap. Jumlah produksi adalah jumlah pekerjaan yang bisa diselesaikan selama jangka waktu tertentu. Pada bagian pemasaran, kinerja diukur berdasarkan volume pekerjaan. Pangsa pasar yang diraih, atau citra perusahaan.

Waktu tanggap adalah keterlambatan rata-rata antara suatu transaksi dengan tanggapan yang diberikan kepada transaksi tersebut.

Information (Analisis Informasi) Informasi merupakan komoditas krusial bagi pengguna akhir. Evaluasi terhadap kemampuan sistem informasi dalam menghasilkan informasi yang bermanfaat perlu dilakukan untuk menyikapi peluang dan menangani masalah yang muncul. Dalam hal ini meningkatkan kualitas informasi tidak dengan menambah jumlah informasi, karena terlalu banyak informasi malah akan menimbulkan masalah baru. Situasi yang membutuhkan peningkatan informasi meliputi.

a. Kurangnya informasi mengenai keputusan atau situasi yang sekarang.

b.Kurangnya informasi yang relevan mengenai keputusan atau situasi sekarang.

c. Kurangnya informasi yang tepat waktu.

d. Terlalu banyak informasi.

e. Informasi tidak akurat.

Informasi juga dapat merupakan fokus dari suatu batasan atau kebijakan. Sementara analisis informasi memeriksa output sistem, analisis yang tersimpan dalam sebuah sistem. Permasalahan yang meliputi:a. Data yang berlebihan. Data yang sama ditangkap dan/atau disimpan di banyak tempat.

b. Kekakuan data. Data di tangkap dan disimpan, tetapi diorganisasikan sedemikian rupa sehingga laporan dan pengujian judul dan pengujian tidak dapat atau sulit dilakukan.

Economic (Analisis Ekonomi)Alasan ekonomi barangkali merupakan motivasi paling umum bagi suatu proyek. Pijakan bagi kebanyakan manajer adalah biaya atau rupiah. Persoalan ekonomis dan peluang berkaitan dengan masalah biaya. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dapat disimak berikut:

a. Biaya

1. Biaya tidak diketahui.

2. Biaya tidak dapat dilacak kesumber.

3. Biaya terlalu tinggi.

b. Keuntungan

1. Pasar-pasar baru dapat dieskplorasi.

2. Pemasaran saat ini dapat diperbaiki.

3. Pesanan-pesanan dapat ditingkatkan.

Security (Analisis Keamanan)Tugas-tugas bisnis perlu dimonitor dan dibetulkan jika ditemukan kinerja yang di bawah standar. Kontrol dipasang untuk meningkatkan kinerja sistem, mencegah, atau mendeteksi kesalahan sistem, menjamin keamanan data, dan persyaratan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Keamanan atau kontrol yang lemah

a. Input data tidak diedit dengan cukup.

b. Kejahatan (misalnya, penggelapan atau pencurian) terhadap data.

c. Pelanggaran etika pada data atau informasi. Misalnya, data atau informasi diakses orang yang tidak berwenang.

d. Data tersimpan secara berlebihan, tidak konsisten pada dokumen atau database yang berbeda.

e. Pelanggaran peraturan atau panduan privasi data.

f. Terjadi error saat pemrosesan (oleh manusia, mesin, atau perangkat lunak).

g. Terjadi error saat membuat keputusan.2. Kontrol atau keamanan berlebihan.

a. Prosedur birokratis memperlamban sistem.

b. Pengendalian yang berlebihan mengganggu para pelanggan atau karyawan.

c. Pengendalian berlebihan menyebabkan penundaan pemrosesan.Efficiency (Analisis Efisiensi)Efisiensi menyangkut bagaimana menghasilkan output sebanyak-banyaknya dengan input yang sekecil mungkin.

Berikut adalah suatu indikasi bahwa suatu sistem dapat dikatakan tidak efisien:

a. Banyak waktu yang terbuang pada aktivitas sumber daya manusia, mesin, atau komputer.

b. Data dimasukkan atau disalin secara berlebihan.

c. Data diproses secara berlebihan.

d. Informasi dihasilkan secara berlebihan.

e. Usaha yang dibutuhkan untuk tugas-tugas terlalu berlebihan.

f. Material yang dibutuhkan untuk tugas-tugas terlalu berlebihan.

Services (Analisis Layanan)Berikut adalah keriteria penilaian dimana kualitas suatu sistem bisa dikatakan buruk:

a. Sistem menghasilkan produk yang tidak akurat.

b. Sistem menghasilkan produk yang tidak konsisten.

c. Sistem menghasilkan produk yang tidak dipercaya.

d. Sistem tidak mudah dipelajari.

e. Sistem tidak mudah digunakan.

f. Sistem canggung untuk digunakan.

g. Sistem tidak fleksibel.STUDI KASUSAnalisis WEB Poltek Pos Indonesia Dengan Menggunakan Metode PIECESUntuk menganalisa Web portal Politeknik Pos Indonesia (www.poltekpos.ac.id) menggunakan metode PIECES (Performance, Information, Economic, Control, Efficiency And Service) sebagai dasar untuk memperoleh analisa yang lebih jelas dan spesifik mengenai Web Politeknik Pos Indonesia, hal ini juga diharapkan dapat membantu dalam pengembangan Web Politeknik Pos Indonesia. Adapun Metode PIECES yaitu sebagai berikut:a. Analisis Kinerja (Performance)

Analisis kinerja adalah kemampuan dalam menyelesaikan tugas bisnis dengan cepat sehingga sasaran dapat segera tercapai. Kinerja diukur dengan jumlah produksi (throughput) dan waktu tanggap (response time) dari suatu sistem. Jumlah produksi (throughput) adalah jumlah pekerjaan yang bisa diselesaikan selama waktu tertentu. Waktu tanggap (response time) adalah keterlambatan rata-rata antara suatu transaksi dengan tanggapan yang diberikan kepada transaksi tersebut.

Web Portal Politeknik Pos Indonesia digunakan oleh masyarakat luas dan mahasiswa/i Poltek Pos Indonesia untuk mendapatkan informasi mengenai Poltek Pos Indonesia, diantaranya sebagai berikut :

1. Calon mahasiswa baru dan masyarakat umum dapat mengetahui Program studi apa saja yang ada di Poltek Pos Indonesia dan prospek lulusannya;

2. Masyarakat, khususnya calon mahasiswa dapat mengetahui informasi dan tahapan-tahapan penerimaan mahasiswa baru;

3. Mahasiswa dapat mengetahui UKM apa saja yang terdapat pada Politeknik Pos Indonesia;

b. Analisis Informasi (Informasion)

Informasi merupakan menilai apakah prosedur yang ada saat ini masih dapat diperbaiki sehingga kualitas informasi yang dihasilkan menjadi semakin baik. Yang dimaksud kualitas informasi yang semakin baik adalah yang semakin relevan, akurat, andal, dan lengkap serta disajikan secara tepat waktu. Evaluasi terhadap kemampuan web portal dalam meghasilkan informasi yang bermanfaat perlu dilakukan untuk menyikapi peluang dan menangani masalah yang muncul. Dalam hal ini meningkatkan kualitas informasi tidak dengan menambah jumlah informasi, karena terlalu banyak informasi malah akan menimbulkan masalah baru.

Informasi yang di dapatkan dari Web Portal Politeknik Pos Indonesia yaitu:

1. Mahasiswa/i Poltek Pos juga mendapatkan informasi dari Anjungan Informasi Mandiri (AIM) yang di peruntukan sebagai sarana informasi berupa pengumuman-pengumuman atau berita-berita yang terkait internal Politeknik Pos Indonesia seperti Pengumuman dari BAAK, Jurusan, BAUK dll. Hal ini merupakan salah satu layanan yang diberikan Politeknik Pos Indonesia sebagai salah satu sarana komunikasi yang efektif untuk mengurangi penggunaan kertas atau paperless.2. Mahasiswa harus mampu meningkatkan pemahaman dan kemampuanannya serta mampu beriringan dengan kemajuan teknologi agar tercipta kualitas individu dan kualitas hidup dalam menyelesaikan akademiknya. Maka dari itu Politeknik Pos Indonesia menyediakan Repository Digital Library yang diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam pengembangan akademiknya (pembelajaran dan penelitian).

c. Analisis Ekonomi (Economy)

Analisis ekonomi adalah senantiasa berhubungan dengan keberadaan anggaran instansi atau biaya, analisis ekonomi bersifat mempelajari dan menerapkan tentang biaya dan manfaatnya.

Biaya di sini tidak hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi non-finansial. Secara finansial, biaya yang bisa dihemat, antara lain biaya transportasi calon mahasiswa baru tidak perlu dating langsung untuk mengetahui jadwal pendataran mahasiswa baru, biaya administrasi serta cara pendaftaran mahasiswa.

Bagi mahasiswa yang ingin mengetahui prosedur penerimaan mahsiswa baru (PMB) di Politeknik Pos Indonesia cukup mengunjungi www.pmb.poltekpos.ac.id. Melalui website ini, calon mahasiswa bisa mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penerimaan mahasiswa baru untuk tahun akademik 2012/2013. Informasi yang tersedia antara lain, jadwal gelombang penerimaan mahasiswa baru, jadwal ujian saringan masuk, biaya pendidikan, jurusan yang ditawarkan, dan sebagainya. d. Analisis Pengendalian (Control)

Analisis pengendalian adalah peningkatan terhadap pengendalian untuk mendeteksi dan memperbaiki kesalahan - kesalahan serta kekurangan - kekurangan yang akan terjadi. Pengendalian dalam sistem sangat diperlukan keberadaanya untuk menghindari dan mendeteksi secara dalam penyalahgunaan atau kesalahan system serta menjamin keamanan data dan informasi. Dengan adanya control, maka semua kinerja yang mengalami gangguan bisa cepat diperbaiki.

Dengan WEB Portal yang saat ini dimiliki oleh Politeknik Pos Indonesia, kontrol terhadap informasi lebih mudah karena publikasi yang dilakukan lewat website dikelola oleh bagian pengolahan data akademik, sehingga kesalahan informasi langsung dapat diperbaiki.

e. Analisis Efisiensi (Efficiency)

Analisis efisiensi adalah penigkatan terhadap efesiensi operasional, berbeda dengan ekonomi. Bila ekonomi berhubungan dengan inputnya, efisiensi tersebut berhubungan dengan bagaimana sumber daya itu digunakan agar tidak terjadi pemborosan. Sistem dikatakan efisien atau berhasil, jika dapat mencapai sasaran yang diinginkan, tidak mengeluarkan banyak waktu dan tenaga kerja karyawan yang berlebihan. Hal ini berkaitan dengan system yang sedang dijalankan pada Politeknik Pos Indonesia.

Dengan adanya media informasi tambahan seperti WEB Portal Politeknik Pos Indonesia ini, diharapkan dapat meningkatkan kuantitas informasi yang di sampaikan, dan waktu untuk penyampaian singkat dan jelas. Sehingga sangat mengefisiensi waktu bagi pegawai di lingkungan Politeknik Pos Indonesia.

f. Analisis Layanan (Service)

Analisis pelayanan adalah peningkatan terhadap pelayanan yang dihasilkan oleh sistem. Sistem yang sedang dijalankan atau digunakan Politeknik Pos Indonesia saat ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja pelayanan terhadap penyampaian informasi kepada masyarakat maupun mahasiswa dengan tidak mengenal ruang dan waktu, dan informasi dapat diterima secara maksimal.

WEB Portal Politeknik Pos Indonesia selama ini menjadi media yang efektif bagi masyarakat atau mahasiswa dalam pelayanan informasi, karena untuk mendapatkan informasi, mereka tidak harus datang langsung ke Politeknik Pos Indonesia. Sehingga dengan keterbatasan jumlah pegawai yang dimiliki, tidak akan membuat masyarakat dan mahasiswa yang berkepentingan untuk menunggu, dan itu akan berpengaruh terhadap citra Politeknik Pos Indonesia sendiri.METODE ANALISIS TAM ( Technology Acceptance Model)Apa Itu TAM ?Technology Acceptance Model(TAM) merupakan salah satu model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktorfaktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer yang diperkenalkan pertama kali oleh Fred Davis pada tahun 1986. TAM merupakan hasil pengembangan dariTheory of Reasoned Action(TRA), yang lebih dahulu dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen pada 1980.

TAM bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan penerimaan (acceptance) pengguna terhadap suatu sistem informasi. TAM menyediakan suatu basis teoritis untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap suatu tekhnologi dalam suatu organisasi. TAM menjelaskan hubungan sebab akibat antara keyakinan (akan manfaat suatu sistem informasi dan kemudahan penggunaannya) dan perilaku, tujuan/keperluan, dan penggunaan aktual dari pengguna/usersuatu sistem informasi.

Model TAM sebenarnya diadopsi dari model TRA (Theory of Reasoned Action) yaitu teori tindakan yang beralasan dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi pengguna Teknologi Informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks pengguna teknologi, sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolok ukur dalam penerimaan sebuah teknologi.

Theory of Reasoned Action (TRA)Model TAM yang dikembangkan dari teori psikologis, menjelaskan perilaku pengguna komputer yaitu berlandaskan pada kepercayaan(belief), sikap(attitude),keinginan(intention),dan hubungan perilaku pengguna (user behaviour relationship).Tujuan model ini untuk menjelaskan faktorfaktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan pengguna teknologi. Secara lebih terinci menjelaskan tentang penerimaan TI dengan dimensidimensi tertentu yang dapat mempengaruhi diterimanya TI oleh pengguna(user).Model ini menempatkanusage(penggunaan) sebagai dependent variabel, serta perceived usefulness (U) dan ease of use (EOU) sebagai independen variabel. Kedua variabel independen ini dianggap dapat menjelaskan perilaku penggunaan (usage).

Technology Acceptance Model (TAM)Davis et al. (1989)mendefinisikan persepsi atas kemanfaatan (perceivedusefulness) sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tersebut dapat meningkatkan kinerjanya dalam bekerja (p. 320). Sedangkan Marvine Hamner et al. (2008) menambahkan Persepsi atas manfaat untuk diri sendiri (Perceive Personal Utility), dimana lebih mengacu pada manfaat yang diperoleh untuk pribadi sedangkanPerceive Usefulnessmengacu pada manfaat untuk organisasi. Persepsi atas kemudahan penggunaan (Perceived ease of use), secara kontras, mengacu pada suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tersebut tak perlu bersusah payah (p. 320). Ini mengikuti definisi dari mudah (ease): freedom from difficulty or great effort atau tidak memiliki kesulitan atau atau upaya keras.

Attitude Toward Usingdalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan ataupenolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya. Peneliti lain menyatakan bahwa faktor sikap(attitude) sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorang terdiri atas unsur kognitif/cara pandang(cognitive), afektif(affective), dan komponenkomponen yang berkaitan dengan perilaku(behavioral components).

SedangkanBehavioral Intention to Useadalah kecenderungan perilaku untuk menggunakan suatu teknologi.

STUDI KASUS Pengaruh Kemudahan pada Minat Menggunakan Internet

Masih berkaitan dengan fenomena penggunaan teknologi informasi, variabel kemudahan juga merupakan anteseden penting dalam menjelaskan minat menggunakan TI. Davis (1989, 1993), Davis et al. (1989), Adam et al. (1992), Szajna (1994), Chin dan Todd (1995), Davis dan Venkatesh (1996), Gefen dan Straub (1997), Igbaria et al. (1997), Venkatesh dan Morris (2000), Sanjaya (2005). Dijelaskan oleh Davis et al (1989) bahwa kemudahan penggunaan teknologi informasi merupakan katalisator potensial untuk meningkatkan minat berperilaku dalam penggunaan teknologi informasi.

Dalam konteks penggunaan internet, karyawan dan mahasiswa akan mempertimbangkan kemudahan penggunaannya. Semakin mudah menggunakannya akan mendorong mereka berperilaku menggunakan internet.

H2. Kemudahan berpengaruh positif pada minat karyawan dan mahasiswa menggunakan internet.

Peran Pemoderasian Gender dalam TAM

Beberapa kajian menjelaskan pentingnya mempertimbangkan gender. Gefen dan Straub (1997) menjelaskan bahwa penggunaan e-mail antara laki-laki dan perempuan berbeda. Dalam kajian lainnya Venkatesh dan Morris (2000) menguji perbedaan laki-laki dan perempuan dalam penggunaan teknologi informasi. Kajian tersebut menunjukkan bahwa laki-laki lebih diperngaruhi persepsi manfaat dalam penggunaan TI, sedangkan perempuan lebih dipengaruhi oleh kemudahan. Demikian pula pandangan Sanjaya (2005) yang menduga perbedaan gender penting dipertimbangkan dalam fenomena penggunaan internet. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menduga gender akan memoderasi pengaruh manfaat dan kemudahan pada minat menggunakan internet.

H3. Gender memoderasi pengaruh manfaat pada minat karyawan dan mahasiswa menggunakan internet.

H4. Gender memoderasi pengaruh kemudahan pada minat karyawan dan mahasiswa menggunakan internet.Model Penelitian sbb:METODE PENELITIAN

Kajian ini berbasis pada dua penelitian. Penelitian pertama melibatkan sejumlah karyawan pada beberapa perusahaan di ambil atas dasar kemudahan - sebagai teknik convenience sampling. Jumlah reponden 60 orang dan yang dapat diolah berjumlah 57. Sedangkan penelitian kedua melibatkan sejumlah mahasiswa PTS dan data yang digunakan sebanyak 77 mahasiswa dengan teknik sampling yang sama.

Pengukuran Variabel1. Variabel Manfaat

Variabel manfaat menggunakan instrumen yang dikembangkan Davis (1989); Taylor dan Todd (1995) selanjutnya dimodifikasi dalam konteks penggunaan internet. Terdiri atas 3 item pertanyaan.2. Variabel Kemudahan

Variabel kemudahan menggunakan instrumen yang dikembangkan Davis (1989); Taylor dan Todd (1995) selanjutnya dimodifikasi dalam konteks penggunaan internet. Jumlah item pertanyaan 4 buah.3. Variabel Gender

Variabel gender terdiri atas laki-laki dan perempuan.4. Variabel Minat

Variabel minat berperilaku menggunakan internet terdiri atas 2 item seperti yang dikembangkan Davis (1989); Taylor dan Todd (1995) selanjutnya dimodifikasi dalam konteks penggunaan internet.

Variabel-variabel manfaat, kemudahan dan minat berperilaku diukur dengan menggunakan skala likert dengan rentang nilai (1) sampai dengan (5).

Analisis Data

Analisis data dilakukan denga regresi hirarkikal untuk menguji peran pemoderasian gender sbb:Y = 1X1 + 2X2 + 3X1X2

Y = minat menggunakan internet

X1 = manfaat

X2 = kemudahan

X3 = gender

Analisis Regresi Berganda Hirarkikal akan dilakukan dengan bantuan program SPSS dan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1)Menguji pengaruh variabel kontrol Pengujian ini dimaksudkan untuk menghindari confounding effect yang disebabkan background variable terhadap model. Statistik yang akan dianalisis R2, angka ini menunjukkan presentasi variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh variabel kontrol.

2)Menguji main effect manfaat, kemudahan dan gender pada minat berperilaku. Peningkatan R2 (R2) menunjukkan kontribusi efek utama pada minat. Pengaruh X1 dan X2.

3)Menguji pengaruh pemoderasian terhadap variabel dependen dengan menganalisis interaksi variabel independen dan variabel pemoderasian.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif

Tabel 2 di bawah ini menunjukkan deskripsi statistik pada studi 1.Tabel 2

Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Studi 1VariabelJumlah DataMinMaxMeanStd. Deviasi

Manfaat (X)578203,572,995

Kemudahan (X)579203,502,658

Minat Berperilaku (Y)578154,131,878

Tabel 3

Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Studi 2VariabelJumlah DataMinMaxMeanStd. Deviasi

Manfaat (X)778193,982,321

Kemudahan (X)779203,662,540

Minat Berperilaku (Y)778154,331,779

Statistik deskriptif studi 1 dan 2 menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda kisaran minimal sampai dengan maksimal untuk ketiga variabel. Demikian pula nilai mean dan standar deviasi yang menunjukkan pola yang tidak jauh berbeda. Secara umum mean ketiga variabel pada studi 2 lebih tinggi daripada mean ketiga variabel pada studi 1, namun standar deviasi studi 1 secara umum lebih besar daripada studi 2.

Dalam konteks penggunaan internet, baik karyawan maupun mahasiswa mempersepsikan bahwa derajat manfaat dan kemudahan internet tinggi. Secara umum minat mereka menggunakan internet tergolong tinggi. Dengan demikian internet merupakan hal yang dinilai penting bagi para karyawan dan para mahasiswa.

Apabila dibandingkan satu dengan lainnya, mahasiswa lebih tinggi mempersepsikan bahwa internet lebih bermanfaat daripada persepsi para karyawan. Demikian pula, mahasiswa mempersepsikan internet lebih mudah daripada persepsi para karyawan. Minat menggunakan internet pada kelompok mahasiswa lebih tinggi daripada kelompok karyawan.

Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan item-item pertanyaan mengukur variabel yang hendak diukur. Dari sisi validitas permukaan (face validity) dan validitas isi (content validity), penulis mengkaji kuesioner yang sudah mapan sehingga tidak ada permasalahan berkaitan dengan kedua kriteria tersebut. Secara statistik, analisis faktor dapat menunjukkan bahwa keseluruhan item-item pertanyaan pada variabel-variabel tersebut valid (Ghozali, 2005).

Pengujian reliabilitas menunjukkan bahwa keseluruhan item-item pertanyaan variabel manfaat, kemudahan dan minat baik pada studi 1 dan studi 2 menunjukkan hasil yang reliabel, karena cronbach alpha lebih besar daripada 0,60 (Ghozali, 2005).Tabel 4Hasil Pengujian ReliabilitasVariabelCronbach Alpha Studi 1Cronbach Alpha Studi 2Keterangan

Manfaat0,7660,741reliabel

Kemudahan0,6750,617reliabel

Minat0,6960,667reliabel

Dengan demikian keseluruhan skala variabel pada studi 1 dan 2 reliabel.

Pengujian Hipotesis

Hasil pengujian regresi hirakikal pada studi 1 dan 2 dipaparkan dalam tabel 5 dan tabel 6. Pengujian bertujuan menguji pengaruh variabel manfaat dan kemudahan dalam memprediksi perilaku minat menggunakan internet. Di samping itu, peneliti mempertimbangkan peran gender pada kedua penelitian ini.Tabel 5

Hasil Analisis Regresi Hirarkikal Studi 1VARIABEL INDEPENDENMINAT BERPERILAKU

(R2)p

STEP 1: VARIABEL KONTROL

(R2)

0,019ns

STEP 2: EFEK UTAMA

Manfaat

Kemudahan

Gender

(R2)

R20,461

0,276

0,1980,502

0,5210,001

0,05

ns

STEP 3: EFEK INTERAKSI

Interaksi Manfaat x Gender

Interaksi Kemudahan x Gender

( R2)

R21,073

-1,1230,024

0,5450,05

0,05

Tabel 6

Hasil Analisis Regresi Hirarkikal Studi 2

VARIABEL INDEPENDENMINAT BERPERILAKU

(R2)p

STEP 1: VARIABEL KONTROL

(R2)

0,014ns

STEP 2: EFEK UTAMA

Manfaat

Kemudahan

Gender

(R2)

R20,764

0,170

0,1510,7170,7310,001

0,05

ns

STEP 3: EFEK INTERAKSI

Interaksi Manfaat x Gender

Interaksi Kemudahan x Gender

( R2)

R21,209

-1,3030,028

0.7590,05

0,05

Step 1 pada studi 1 dan studi 2 (dalam tabel 5 dan 6) menunjukkan bahwa variabel kontrol tidak signifikan sehingga peneliti dapat meyakini bahwa variabel tersebut tidak menimbulkan efek gangguan pada model. Secara statistik, hal tersebut dijelaskan variabel-variabel kontrol menunjukkan hasil yang tidak signifikan.

Step 2 pada studi 1 dan studi 2 menunjukkan bahwa manfaat dan kemudahan merupakan determinan penting minat berperilaku menggunakan internet. Variabel manfaat signifikan berpengaruh pada minat berperilaku menggunakan internet (p 0,001), sedangkan variabel kemudahan signifikan berpengaruh pada minat berperilaku menggunakan internet (p 0,05). Dengan demikian manfaat dan kemudahan berperan penting dalam menjelaskan perilaku para mahasiswa dan para karyawan dalam menggunakan internet. Apabila peneliti mencoba membandingkan variabel yang paling dominan di antara keduanya, manfaat merupakan variabel yang lebih kuat dibandingkan kemudahan. Hasil tersebut konsisten antara studi 1 dan 2. Hasil studi 1 dan studi 2 memberikan dukungan empiris pada hipotesis 1 dan 2.

Sedangkan pada step 3 baik dalam studi 1 dan studi 2 interaksi manfaat dan gender serta interaksi kemudahan dan gender berpengaruh signifikan pada minat berperilaku menggunakan Internet (p 0,05). Hasil kedua studi tersebut juga mendukung hipotesis 3 dan 4. Dengan demikian baik studi 1 dan studi 2 menunjukkan hasil yang konklusif, baik pengaruh utama seperti manfaat dan kemudahan serta peran pemoderasian gender. Hasil penelitian ini memberikan dukungan pada dugaan Sanjaya (2005) mengenai peran gender dalam model dan hasil ini sejalan dengan penelitian Gefen dan Straub (1997) serta Venkatesh dan Morris (2000) mengenai eksistensi gender dalam model TAM. Dengan demikian hasil regresi hirarkikal secara keseluruhan mendukung keseluruhan hipotesis yang diajukan peneliti.

Kontribusi gender dalam TAM mampu meningkatkan kemampuan model menjelaskan variabel minat berperilaku khususnya berkaitan dengan minat menggunakan internet. Interaksi gender dengan manfaat dan gender dengan kemudahan mampu meninkatkan daya prediksi model. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil empiris studi 1 dan studi 2 yang memperlihatkan bahwa R2 kedua studi itu jauh lebih besar daripada hasil empiris TAM tanpa moderasi gender yang dilakukan Sanjaya (2005) dalam konteks penggunaan internet mahasiswa.

Peran efek utama manfaat pada kedua studi menunjukkan bahwa manfaat lebih dominan daripada kemudahan dalam memprediksi minat berperilaku menggunakan Internet. Artinya perilaku para karyawan dan mahasiswa dalam menggunakan internet lebih dipengaruhi oleh variabel manfaat. Hal tersebut diduga dipengaruhi peran gender, karena perbandingan responden laki-laki dan perempuan dalam penelitian ini kurang lebih 70:30. Dengan demikian dugaan peneliti, responden laki-laki secara umum lebih terdorong menggunakan teknologi internet, disebabkan manfaat dari penggunaan internet tersebut. Dugaan ini sealan dengan kajian Venkatesh dan Morris (2000) yang menguji perbedaan laki-laki dan perempuan dalam penggunaan teknologi informasi. Kesimpulan Venkatesh dan Morris (2000) adalah bahwa laki-laki lebih diperngaruhi persepsi manfaat dalam penggunaan TI, sedangkan perempuan lebih dipengaruhi oleh kemudahan.DAFTAR PUSTAKA1. Robert S Kaplann dan David P Norton The Balanced ScoreCard Translating Strategy Into Action , 19962. http://muthiarizki21.blogspot.com/2013/03/contoh-makalah-balanced-scorecard.html3. http://kktara.blogspot.com/2013/11/definisi-analisis-metode-pieces.html4. http://lennysweet90.blogspot.com/2012/02/analisis-web-portal-debgan-menggunakan.html5. http://statistikakomputasi.wordpress.com/2010/03/18/sekilas-tentang-technology-acceptance-model-tam/6. Adam, D. A.,R. R. Nelson, dan P. A. Todd (1992). Perceived Usefulness, Ease of Use and Usage of Information Technology: A Replication. MIS Quarterly, 16 (2), 227-250.7. Agrawal, R and Karahanna, E (2000) Times Flies When Youre Having Fun : Cognitive Absorption And Belief About Information Technology Usage, MIS Quarterly, Desember, Vol 24 No 44, 655-674.8. Chin, W.W., and Todd, P.A. (1995). On the Use, Usefulness, and Ease of Use of Structural Equation Modeling in MIS Research: A Note of Caution. MIS Quarterly, 19. 237-246.9. Davis, F.D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use and User Acceptance of Information Technology. MIS Quarterly, 13(3): 319-339.10. Davis, F.D. (1993). User Acceptance of Information Technology: System Characteristics, User Perception and Behavioral Impacts. International Journal of Man-Machine Studies. 38 (3): 475-487.11. Davis, F.D., Bagozzi, R.P dan Warshaw, P.R. (1989). User Acceptance of Information Technology: A Comparison of Two Theoritical Model. Management Science, 35, 982-1002.12. Gefen, D., and Straub, D.W., (1997). Gender Differences in the Perception and Use E-mail: An Extension to the Technology Acceptence Model, MIS Quarterly, Desember, .389-400.13. Ghozali, I., (2005). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbitan Universitas Diponegoro, Semarang.14. Hair J.F., Anderson R.E., Tatham R.L., Black W.C., (1998), Multivariate Data Analysis, Prentice-Hall International, Edisi 5, United States of America. 15. Indriantoro, N. dan Supomo, B., (1999), Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta. 16. Igbaria, M.N., Zinaelli, P.C. and Cavaye, L.M. (1997). Personal Computing Acceptance Factors in Small Firms: A Structural Equation Model. MIS Quarterly, 21(3), 279-305.17. Mathieson, K. (1991). Predicting User Intentions: Comparing the Technology Acceptance Model with the Theory of Planned Behavior. Information System Research. 2: 173-191.18. Sanjaya, I.P.S.,(2005), Pengaruh Manfaat dan Kemudahan Pada Minat Berperilaku (behavioral intention) Dalam Penggunaan Internet, Kinerja, 9, 146-156.19. Subramanian, G.H. (1994). A Replication of Perceived Usefulness and Perceived Ease of Use Measurement. Decision Sciences, 25/5/6. 863-874.20. Szajna, B. (1994). Software evaluation and choice: Predictive Validation of the Technology Acceptence Instrument. MIS Quarterly, 18, 319-324. 21. Venkatesh, V. dan Davis, F.D. (1996). A Model of the Perceived Ease of Use Development and Test. Decision Sciences, 27(3): 451-481.22. Venkatesh, V. dan Michael G. Morris. (2000). Why Dont Men Ever Stop to Ask for Direction? Gender Social Influence, and Their Role in Technology Acceptence and Usage Behavior. MIS Quarterly, 24 No. 1, 115-139.

15 Mei 2014

STMIK RAHARJA TANGERANG

IT RESEARCH

Metode Analisis Data

ANGGOTA

EKA PURNAMA HARAHAP

1222474044

ELY SUSANTI

1222472352

JUITA KRISTINNA

1222471868

Gender

Minat Menggunakan Internet

Kemudahan

Manfaat

Gambar 1.

Peran Pemoderasian Gender dalam TAM

ii