metode diskursus ucapan untuk...
TRANSCRIPT
Metode Diskursus Ucapan untuk Feminis Dr. Ivanovich Agusta [email protected]
Deskripsi Buku § Judul : Positioning Gender in Discourse: A Feminist Methodology
§ Pengarang : Judith Baxter § Tahun terbit : 2003 § Penerbit : Palgrave Macmillan § Tempat terbit : Hampshire § Halaman : vi + 215 halaman
Relevansi § Dalam konteks Indonesia à tanpa kritik diskursif maka yang terdominasi tidak pernah menyadarinya à justru mendukung kekerasan simbolik (efek produktif kekuasaan)
§ FPDA mestinya bisa membongkar kekerasan simbolik tersebut à terutama dari kelompok borjuis (menurut Barthes)
FPDA § pendekatan feminis untuk menganalisis cara
pembicara menurut cara diskursus yang terjalin untuk: § menegosiasikan identitas § hubungan dan posisi mereka dalam dunianya
§ lebih tertarik pada diskursus dan kekuasaan, sehingga membuka konteks untuk hubungan antar beragam suara berikut kompleksitas dan kontradiksinya.
§ membatasi peluang pembentukan wicara tunggal dari peneliti, melainkan memasukkan beragam suara dan partisipan dalam penelitiannya.
§ tulisan FPDA merupakan kolase dari suara-suara yang merepresentasikan perspektif dan minat yang berbeda-beda di antara subyek wicara.
Dimensi Pascastruktural dan Feminis § Dimensi pasca struktural § Diskursus : praktik yang secara sistematis membentuk obyek
yang dibicarakan. § Wicara atau percakapan rutin antar pihak yang berinteraksi
membentuk jaringan sosial, serta diskursus yang melembaga. § Peneliti menggali cara diskursus yang berbeda bekerja secara
intertekstual untuk menyusun posisi pembicara dalam rentang antara memiliki kekuasaan atau tidak memilikinya, kadang-kadang bergeser dari satu posisi ke posisi lain dalam momentum yang berbeda.
§ Makna "posisi yang berkuasa" haruslah menjadi interpretasi yang terbuka terus menerus dalam diskursus.
§ Mengetengahkan keragaman perspektif tentang gender serta menandingkan masing-masing perspektif tersebut.
§ Dimensi feminis: § memusatkan perhatian pada kategori sosial gender. § Kategori gender: hubungan kekuasaan yang muncul
melalui interaksi wicara. § Menantang pandangan simplistik tentang kelemahan
perempuan § kedua jenis kelamin mengadopsi posisi-posisi yang
beragam atau majemuk, bahkan kadang-kadang saling bersaing.
§ menekankan konteks tertentu di mana perempuan dominan, dan pada konteks tertentu lainnya perempuan terdominasi.
Antara CA dan CDA § CA (conversational analysis)/konstruktivis § Interpretif yang bersifat konstruktivis § Negosiasi konstruksi makna gender
§ CDA (critical discourse analysis)/kritis § Hegemoni terhadap perempuan § Negosiasi kekuasaan dalam memaknai gender
Proses Analisis FPDA § menganalisis transkrip diskursus yang diucapkan § menggali alasan proses kompetisi antar pembicara yang secara relatif lebih berkuasa, kurang berkuasa, atau tidak berkuasa.
§ mengedepankan kekuatan dalam interaksi yang melibatkan perempuan, dan pada saat yang sama efek reaksioner dari kelembagaan diskursus hubungan gender.
§ diskursus kunci perihal gender, senantiasa dinegosiasikan dan dibentuk dalam konteks spesifik dan terlokasisasi
Level Analisis Denotatif dan Konotatif
§ Level denotatif : § akar pada CA atau konstruktivisme. § memusatkan deskripsi linguistik yang detil pada interaksi
wicara. § Level konotatif § berakar pada CDA atau teori kritis § secara tradisional menolak detil deskripsi wicara tersebut § menekankan pada kekuasaan diskursif dalam
membentuk oposisi biner dari subyek, yang dominan atau yang terdominasi.
Contoh Kasus FPDA Kelas Perkuliahan
§ Tiga diskursus wicara mahasiswa dan dosen: § persetujuan (approval): berasal dari kelompok
mahasiswa, atas seleksi dosen untuk berbicara di ruangan.
§ pembedaan gender (gender differentiation): dosen dan mahasiswa memiliki perhatian jenis kelamin yang berbeda dalam topik yang berbeda pula
§ model wicara kolaboratif (a model of collaborative talk): ketrampilan untuk mendengarkan dengan tekun, mendukung kelompok, membagi ide.
Kritik untuk FPDA § Kontinuitas CA dan CDA à berlawanan dari diskontinuitas
§ Keragaman CA, keragaman CDA, keragaman feminisme, keragaman diskursus
Catatan Tambahan § Strukturalisme, semiologi § Roland Barthes à lebih penting wicara
PENANDA: Manusia
perempuan, lelaki
PETANDA: Konsep gender
§ Pascastruktural § Foucault: kuasa antara petanda dan penanda
§ Derrida: pembalikan arah dari penanda ke petanda à lebih penting tulisan
PENANDA: Manusia
perempuan, lelaki
PETANDA: Konsep gender
Kekuasaan
§ Pascamodern § Baudrillard à simulakra § Tidakidak ada penanda, semuanya petanda
PENANDA menjadi PETANDA
Konsep manusia perempuan, lelaki
PETANDA: Konsep gender