metode penelitian uisu
DESCRIPTION
bagus dongTRANSCRIPT
43
3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian dari mulai persiapan sampai dengan penyusunan
disertasi telah dilaksanakan dalam waktu 7 (tujuh) bulan yakni antara Juni 2008
sampai Februari 2009.
Penelitian dilaksanakan di pelabuhan perikanan yang menjadi basis
penangkapan ikan, baik di pantai utara Jawa Tengah yaitu: PPN Pekalongan, PPP
Tegalsari dan PPP Juwana maupun di pantai selatan Jawa Tengah yaitu di PPS
Cilacap.
Alasan pemilihan tempat penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut:
1) Populasi nelayan penangkap ikan di pantai utara Pulau Jawa,
khususnya di pantai utara Jawa Tengah cukup tinggi dengan
karakteristik penangkapan perikanan pantai menggunakan peralatan
penangkapan bervariasi seperti gillnet, lampara dasar dan mini
purseseine. Jumlah awak kapal per unit kapal karena padat karya
relatif tinggi sehingga kondisi kerja akan kurang kondusif, hal ini
dapat menyebabkan tingginya kecelakaan. Skala gelombang laut
diperkirakan antara Skala 4-6 (Beaufort Scale) atau ketinggian
gelombang antara 0,5 s/d 2 meter. Kapal–kapal penangkap didominasi
oleh kapal berukuran < 24 meter.
2) Geografi pantai selatan Pulau Jawa merupakan daerah terbuka dengan
laut lepas Samudera Hindia, sehingga pada kondisi tertentu
bergelombang dengan skala Beaufort antara 6–8 atau ketinggian
gelombang mencapai 2-4 m, bahkan bisa mencapai skala Beaufport 8
dengan ketinggian gelombang di atas 8 m. Kapal penangkap
berukuran <24 meter, beroperasi dari perairan pantai hingga perairan
lepas pantai di wilayah ZEE. Kesulitan penangkapan dan navigasi
diperkirakan lebih tinggi sehingga risiko kecelakaan kapal penangkap
ikan diperkirakan lebih tinggi dibanding kapal-kapal yang beroperasi
di perairan pantai utara Jawa.
44
3.2 Langkah-langkah Penelitian
Identifikasi kebutuhan para pemangku kepentingan sebagai aktor yang
berperan dalam keselamatan operasi penangkapan ikan merupakan kegiatan awal
penelitian terutama awak kapal, pemilik/operator kapal, syahbandar pelabuhan
perikanan, kepala lembaga pendidikan dan pelatihan, HNSI dan Dinas kelautan
dan perikanan.
Identifikasi permasalahan keselamatan yang terjadi di lapangan dilakukan
melalui studi kasus pada industri perikanan tangkap di lokasi penelitian.
Identifikasi meliputi aspek sumberdaya manusia, teknis dan aspek hukum dan
kelembagaan dan aspek lain yang relevan. Langkah berikutnya melakukan
formulasi masalah yakni membandingkan hasil identifikasi lapangan dengan
standar yang tersedia baik standar nasional maupun standar internasional yang
dikeluarkan ILO/FAO/IMO (misal masalah kompetensi awak kapal dibandingkan
dengan standar STCWF 1995, peralatan keselamatan dibandingkan dengan standar
keselamatan Code of Safety of Fishermen dan Fishing Vessel atau Torremolinos
Safety of Fishing Vessel Convention/Protocol). Hasil perbandingan dapat
dijadikan bahan untuk penyusunan model pengembangan keselamatan kapal
penangkap ikan.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun model pengembangan
sistim operasi penangkapan ikan yang aman bagi awak dan kapal penangkap ikan,
adalah sebagai berikut:
1) Melakukan hazard identification untuk penangkapan ikan dengan
alat tangkap cantrang, purse seine, dan longline sebagai alat tangkap
dominan di lokasi penelitian;
2) Melakukan risk analysis dan menspesifikasi safety requirement;
3) Risk assesment terhadap penangkapan ikan di lokasi penelitian perlu
dilaksanakan untuk memperoleh informasi posisi tingkat kecelakaan
dan risiko kecelakaan yang mungkin terjadi pada penangkapan ikan.
Pelaksanaan risk assesment dapat mengetahui Fatality Index, Severity
Index dan Frequency Index yang penting dalam merencanakan upaya-
upaya tindakan penurunan risiko kecelakaan kapal penangkap ikan.
45
Penerapan model manajemen keselamatan pada masing-masing kapal
penangkap ikan sebagai individu kapal sangat penting. Nakhoda dan awak kapal
harus mengetahui bahaya-bahaya (hazards) yang dapat terjadi pada berbagai
kegiatan kapal, frequency terjadinya kecelakaan serta cosequency kecelakaan
serta risk level dengan metode analisis hazard identification, risk assesment. Hasil
analisis merupakan informasi yang sangat berharga untuk melakukan langkah-
langkah pencegahan (preventive) untuk menurunkan tingkat frequency dan
cosequency.
Pengumpulan data kecelakaan mencakup jenis kapal, waktu (bulan)
terjadinya kecelakaan, jumlah korban kecelakaan, penyebab, lokasi, kegiatan
yang dilakukan saat terjadi kecelakaan dan asuransi atau uang duka yang diterima
keluarga korban. Secara agregat perlu diketahui “Fatality Accident Rate (FAR),
FAR yang terjadi di lokasi penelitian dan dibandingkan dengan FAR ditingkat
nasional (bila ada) atau negara lain sehingga kita mengetahui posisi berada di FAR
yang tergolong tinggi, sedang atau pada tingkat yang dapat ditolerir. Setelah
dilakukan penelusuran belum ada angka yang menunjukkan FAR pada industri
perikanan tangkap di Indonesia. Metode analisis hazard dan risk assesment
menggunakan Formal Safety Assesment (FSA) dari IMO.
Setelah permasalahan sumberdaya manusia awak kapal, pemilik kapal,
regulasi, pendidikan, pelatihan dan penyuluhan perikanan dan kondisi kapal serta
peralatan keselamatan, sistem pendataan kecelakaan teridentifikasi dan dianalisa
maka selanjutnya dicarikan solusi atas permasalahan tersebut melalui suatu model
pengembangan yang efisien dan efektif. Selanjutnya dengan model tersebut
apabila sesuai dengan daerah lain dapat diterapkan sebagai model pengembangan
sistem keselamatan operasi penangkapan.
Rekomendasi hasil penelitian diharapkan akan bermanfaat untuk
peningkatan kemampuan sumberdaya manusia, pengembangan pendidikan dan
pelatihan perikanan, pembinaan melalui pengawasan dan penyuluhan,
pengembangan desain/konstruksi dan alat-alat keselamatan di kapal, regulasi,
kelembagaan dan lain-lain yang relevan. Gambaran pola pikir penelitian
ditampilkan pada Gambar 5.
46
Desain Model
Gambar 5 Diagram alir kerangka penelitian.
Permasalahan Keselamatan
Operasi Penangkapan Ikan
menyangkut kualitas SDM awak
kapal, kelengkapan alat
keselamatan, hukum dan
kelembagaan
Terancamnya jiwa awak
kapal, usaha tangkap dan
lingkungan
Operasi penangkapan
ikan kurang aman
(Unsafe fishing
operation)
Identifikasi kebutuhan dan
masalah keselamatan
operasi penangkapan ikan
Kerangka kerja
keselamatan operasi
penangkapan ikan
Formulasi permasalahan
keselamatan operasi
penangkapan ikan
Pengembangan aspek
teknis kelengkapan
alat-alat keselamatan
Penyusunan pengembangan
kerangka kerja keselamatan
operasi penangkapan ikan
Rekomendasi
Peraturan
daerah, nasional
dan
internasional
IMO/ILO/FAO,
persyaratan
keselamatan
operasi
penangkapan
Kondisi cuaca dan
gelombang serta
budaya nelayan risk
taker
Hazard
identification, Risk
assesment
(verifikasi)
Pengembangan
SDM awak kapal
Pengembangan
hukum dan
kelembagaan
Teknologi
SDM
Regulasi
47
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Metode
pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey melalui wawancara dan kuisioner. Metode ini merupakan metode yang
menggali data dan informasi yang diperlukan dari responden contoh atau orang-
orang yang berpengalaman (pejabat atau key person) dalam bidang keselamatan
dan penangkapan di wilayah lokasi studi.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur dan instansi terkait
seperti Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten/Kota, Dinas Kelautan dan
Perikanan Propinsi Jawa Tengah, Balai Diklat Perikanan Tegal, Syahbandar
Pelabuhan Perikanan, HNSI dan dari sumber lainnya.
Langkah-langkah dalam penentuan sampel penelitian adalah sebagai
berikut, berdasarkan:
1) Lokasi Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah;
2) Ukuran panjang kapal: 12–24 m (LOA 15–26,5 m);
3) Nakhoda/Awak kapal pada ukuran kapal 12–24 m (LOA 15–26,5 m);
4) Pemilik kapal berukuran 12–24 m (LOA 15–26,5 m).
Adapun untuk survei kepada pihak responden berikut melalui wawancara
langsung dengan:
1) Kepala Pelabuhan Perikanan/Syahbandar PPP Tegalsari, PPN
Pekalongan dan PPS Cilacap;
2) HNSI di PPP Tegalsari, PPN Pekalongan dan PPS Cilacap;
3) Penyuluh/pengawas perikanan tangkap yang ada di PPP Tegalsari,
PPN Pekalongan dan PPP Juwana serta PPS Cilacap;
4) Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota Tegal, Pekalongan,
Juwana dan Cilacap;
5) Lembaga pendidikan dan pelatihan perikanan (SUPM Tegal, BP3
Tegal, SMK NPL/TPL di Tegal/Pekalongan/ dan Cilacap);
6) Pihak lain seperti Polairud, BMG atau SAR (bila ada).
48
Data primer diarahkan kepada pengumpulan data mengenai aspek SDM
awak kapal, pembinaan/penyuluhan dan informasi, teknis dan teknologis kapal
dan alat-alat keselamatan, peraturan dan kelembagaan.
Data sekunder akan dikumpulkan dari berbagai sumber yang memberikan
informasi relevan terhadap penelitian seperti Ditjen Perikanan Tangkap, Ditjen
Perhubungan Laut, Depnakertrans, Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Perikanan,
Mahkamah Pelayaran, BMG dan Badan SAR.
3.3.2 Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan meliputi:
1) Kebutuhan (needs) dari masing-masing pihak pemangku
kepentingan;
2) Aspek SDM awak kapal meliputi kesadaran dan kepedulian
(awareness), kompetensi/keterampilan keselamatan, sertifikat
kepelautan yang dimiliki, pelatihan keselamatan di atas kapal,
pelatihan yang diikuti tentang penangkapan, pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab sebagai awak kapal, tugas pemeliharaan dan
perawatan alat keselamatan;
3) Aspek teknis meliputi pengecekan kapal dan peralatan keselamatan
meliputi: kondisi umum kapal seperti alat-alat navigasi dan
komunikasi, permesinan dan pompa-pompa yang dapat digunakan
dalam keadaan darurat, alat-alat pemadam kebakaran, life raft, life
buoy, life jacket, parchute signal, hand flare, radio darurat.
Pengumpulan data dikaitkan dengan keberadaan alat, berfungsinya
alat, penempatan alat, jumlah alat, sertifikat alat, perawatan alat,
cara penggunaan alat;
4) Data pemilik kapal meliputi: safety awareness pemilik kapal
terhadap keselamatan kapal, awak kapal, risiko-risiko yang
dihadapi bila terjadi kecelakaan, kewajiban dan tugas serta
tanggung jawab pemilik kapal terhadap keselamatan awak kapal,
asuransi awak kapal dan kapal; dukungan pembiayaan pengadaan,
perawatan dan perbaikan peralatan keselamatan;
49
5) Data yang dikumpulkan dari Syahbandar berkaitan dengan
Sertifikat kelaiklautan kapal, persyaratan untuk sebuah kapal
dinyatakan laik laut, dan proses pemeriksaannya; Surat Ijin
Berlayar (SIB) dan data kecelakaan kapal. Peraturan yang menjadi
pedoman dalam melaksanakan kegiatan kelaiklautan kapal
penangkap ikan;
6) Data yang diperlukan dari lembaga pendidikan dan pelatihan
perikanan berkaitan dengan keterampilan keselamatan meliputi:
kurikulum pada lembaga pendidikan, paket pelatihan, kualifikasi
tenaga pengajar, sarana pendidikan dan atau pelatihan serta
program-program pelatihan;
7) Dari asosiasi awak kapal atau HNSI data yang diperlukan meliputi
pembinaan kepada awak kapal tentang keselamatan dan data
kecelakaan kapal dan santunan;
8) Pembinaan atau penyuluhan berkenaan dengan keselamatan yang
dilakukan penyuluh atau pengawas menyangkut metode, frekuensi
dan pelaksana;
9) Data mengenai informasi cuaca, keadaan gelombang laut dan skala
Beaufort laut, waktu dan lama berlayar dikaitkan dengan cuaca,
sumber informasi cuaca saat di darat dan di laut;
10) Peraturan perundangan daerah, pusat/nasional, implementasi di
lapangan, serta peraturan internasional berkenaan dengan
keselamatan operasi penangkapan ikan;
11) Data operasi penangkapan meliputi jumlah hari layar, jarak
pelayaran dari pantai, fishing ground, pernah atau tidak mengalami
kecelakaan, jenis kecelakaan, risiko yang ditimbulkan, kondisi
kapal saat kecelakaan, waktu kecelakaan, alat tangkap ikan yang
digunakan serta jumlah awak kapal;
12) Data yang berkaitan dengan Hazard Analysis dan Risk Assesment
pada kapal cantrang, purse seine dan longline oleh
nakhoda/mantan nakhoda dan pihak independen;
50
13) Data pendapat pakar tentang prioritas pengembangan model sistem
keselamatan kapal penangkap ikan berkaitan dengan prioritas
pengembangan sistem manajemen keselamatan.
3.4 Metode Analisis
Analisis data akan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Aspek kajian,
kriteria dan instrumen disajikan pada Tabel 7. Aspek kualitatif (deskriptif)
terutama digunakan dalam menganalisis aspek kebijakan dan data lain yang tidak
bisa dikuantitatifkan serta data yang tidak ditujukan untuk melihat hubungan antar
variabel.
Analisis data meliputi:
1) Analisis Aspek SDM Awak Kapal
Analisis SDM dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kepedulian
awak kapal terhadap keselamatan dan sejauh mana kompetensi yang
dimiliki awak kapal baik materi kompetensi langsung yang berkaitan
dengan keselamatan ataupun materi lainnya yang berkaitan dengan
penangkapan dan navigasi serta penanganan kapal, serta sejauh mana awak
kapal mampu mengidentifikasi bahaya-bahaya dan risiko kecelakaan yang
mereka hadapi.
Analisis tentang kemampuan kompetensi yakni dengan
membandingkan persyaratan minimum pengetahuan dan keterampilan yang
harus dimiliki nakhoda kapal berukuran 12–24 m (nasional/internasional
STCW-F 1995) dengan yang pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
nakhoda saat ini.
2) Pengukuran tingkat kecelakaan fatal saat ini menggunakan Kurva F-N
Pada Tabel 4 menggambarkan Konsekuensi (Severity Index,SI) yang
menunjukkan tingkat efek kecelakaan kepada manusia dan kapal dan Tabel
5 menggambarkan frekuensi indeks. Kecelakaan tingkat minor (1) sampai
dengan bencana besar (catastrophic) (4) dan pengaruh dari masing-masing
tingkatan terhadap keselamatan manusia dan keselamatan kapal. Pada
tingkat kecelakaan minor hanya satu korban dengan luka-luka ringan.
Significant (2) banyak korban luka-luka. Severe (3) satu korban meninggal
51
atau banyak korban luka berat. Sedangkan bencana besar (catastrophic)
banyak korban meninggal dalam satu kecelakaan.
Risk = Frequency x Consequences
Log (Risk) = log (Frequency) + log (Consequence)
Resiko (risk) merupakan perkalian antara frekuensi (frequency)
kecelakaan dengan konsekuensi (consequences) kecelakaan, sedangan
konsekuensi menunjukkan jumlah orang yang terluka atau meninggal
akibat kecelakaan dan frekuensi merupakan jumlah kejadian kecelakaan per
satuan waktu, biasanya digunakan per tahun.
Tabel 4 Logaritmic severity index (Paulsson, 1999)
TingkatKekerasanKecelakaan(Severity)
Pengaruh kepadakeselamatan awak kapal
Pengaruh terhadapkapal
S(equivalentfatalities)
Sangat ringan(Minor)
Satu luka ringan Perlengkapankapal rusak ringan
0.01
Ringan Banyak luka ringan ataubeberapa luka berat.
Kapal rusak ringan 0.1
Sedang(Major)
Satu awak kapal meninggalatau banyak luka berat.
Kapal rusak berat 1
Berat Awak kapalmeninggal 2–10 orang.
Kapal rusak sangatberat
10
Sangat berat(Catastrophic)
Awak kapal meninggal >10orang.
Kapal tenggelam(Total loss)
100
Tabel 5 Frequency index (FI) (Paulsson, 1999)Frequency Definition F (per ship
year)Sangat tinggi Kecelakaan terjadi > 10% dari armada
kapal per tahun10
Tinggi Kecelakaan terjadi 1 - <10% per tahun 1Sedang Kecelakaan terjadi 1kapal per tahun 0.1Jarang Kecelakaan terjadi 1 kapal per 10 tahun 0.01Sangat Jarang(Extremelyremote)
Kecelakaan terjadi 1 kapal per 100 tahun 0.001
Tabel 6 berikut menggambarkan risk matrix berdasarkan Tabel 4 dan
Tabel 5, yang menghasilkan Risk Index (RI). Risk Index menunjukkan posisi
tingkat risiko penangkapan secara agregat sehingga para pemangku
52
kepentingan dapat melakukan upaya-upaya preventif dan mitigasi. Angka
RI bernilai 2-3 menunjukkan bahwa risiko kecelakaan dapat diterima tetapi
harus yakin bahwa keadaan tidak akan lebih buruk, angkat RI bernilai 4-5
berada pada tingkat Intermediate risk sehingga perlu mengambil
langkah/tindakan yang wajar dan memungkinkan, angka RI bernilai 6-7
berada pada tingkat yang paling membahayakan (unacceptable risk)
sehingga harus mengurangi risiko kecelakaan, sedangkan angka RI bernilai
8-9 menunjukkan tingkat kecelakaan dengan risiko paling membahayakan
(unacceptable risk) sehingga kegiatan tidak dapat diterima/dilanjutkan.
Tabel 6 Risk Index (RI) (Paulsson, 1999)Risk Index (RI)
FI Frequency SISangatringan
(Minor)
Ringan Sedang(Major)
Berat Sangat Berat(Catastrophic)
5 Sangat tinggi(Frequent)
5 6 7 8 9
4 Tinggi (ReasonablyProbable)
4 5 6 7 8
3 Sedang (probable) 3 4 5 6 72 Rendah (remote) 2 3 4 5 61 Sangat rendah
(Extremely remote)1 2 3 4 5
Untuk validasi dan skenario penurunan angka kecelakaan perlu
diketahui ranking kecelakaan. Severity Index (SI), Frequency Index (FI),
Risk Index (RI) dan Predicted Risk and Acceptance Criteria, diplot pada
matriks logaritma F-N. Fatality Accident Rate (FAR) dihitung jumlah
korban meninggal/hilang per 100.000 nelayan. Dengan rumus sebagai
berikut:
R = P
Q 100.000
Q = 100.000 x R
P
Keterangan ;
53
P : Jumlah nelayan aktif
R : Jumlah nelayan meninggal/hilang
Q : Fatality Accident Rate (FAR)
3) Analisis Aspek teknis dan teknologis
Analisis deskriftif dari jumlah kapal yang memenuhi ketentuan
keselamatan dan kelaiklautan kapal, sejauh mana perlengkapan
keselamatan, alat komunikasi dipenuhi secara riil. Pengamatan lapangan
menyangkut keberadaan alat, penempatan alat, kondisi alat operasional atau
rusak, sertifikat dan kesiapan digunakan pada keadaan darurat. Aspek teknis
dan teknologis yang diperoleh di lapangan dibandingkan dengan standar
sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan, nomor 46 Tahun
1996, sebagaimana disajikan pada Lampiran 2.
4) Analisis Aspek Hukum dan Kelembagaan
Analisis aspek hukum dan kelembagaan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauhmana ruang lingkup pengaturan, kewenangan, lembaga-
lembaga yang berwenang berkaitan dengan keselamatan, pendidikan,
pelatihan dan ujian kepelautan perikanan, pengawakan kapal penangkap
ikan, jam kerja awak kapal penangkap ikan, kesehatan awak kapal,
akomodasi dan konsumsi awak kapal, peralatan keselamatan, alat
komunikasi darurat dan tindakan pencegahan kecelakaan. Analisa
pengaturan hal diatas pada tataran undang-undang (UU), Peraturan
Pemerintah (PP), Keputusan Presiden (Keppres), Peraturan Menteri, atau
Keputusan Direktur Jenderal.
Lembaga mana saja yang mengatur hal ini, apakah kapal-kapal kecil
sudah diatur sebagaimana di negara lain. Peran lembaga-lembaga terkait
dalam penanganan keselamatan operasi penangkapan kapal ikan, seperti
Syahbandar, Dinas Kelautan dan Perikanan, HNSI, Lembaga Swadaya
Masyarakat dan Lembaga adat.
5) Analisis Aspek Lain
Analisis aspek lainnya seperti aspek lingkungan dan finansial. Aspek
lingkungan seperti kondisi cuaca dan keadaan laut dengan gelombang tinggi
54
dengan ukuran kapal penangkap ikan perlu dicari hubungan antara
kecelakaan pada kategori ukuran dan jenis alat tangkap dengan ketinggian
gelombang berdasarkan pengalaman responden. Sedangkan aspek finansial
dimaksudkan untuk mengetahui perkiraan biaya-biaya yang diperlukan guna
menurunkan tingkat kecelakaan dengan manfaat yang diperoleh dengan
upaya tersebut.
Kecelakaan dapat disebabkan oleh berbagai aspek, misalnya aspek
keputusan, manajemen lini, kondisi sebelum terjadi kecelakaan atau adanya
tindakan-tindakan yang tidak tepat sehingga menyebabkan terjadinya
kecelakaan. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan dari berbagai aspek di
atas, maka dalam penelitian ini digunakan Reason’s Model yaitu suatu cara
untuk menelaah kompleksitas sebab-sebab kecelakaan. Jenis jenis
kecelakaan berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dianalisis dengan
menggunakan model tersebut dengan tahapan sebagai berikut;
(1) Lapisan pertama adalah pertahanan (defences) yang
menunjukkan ketahanan dengan upaya mitigasi akibat dari
tindakan yang tidak aman;
(2) Pada lapisan kedua unsafe act;
(3) Lapisan ketiga adalah kondisi sebelum kejadian (precondition),
termasuk kondisi seperti adanya kelelahan, stres, praktik
pengoperasian dan lain-lain;
(4) Lapisan keempat (manajemen lini) meliputi aspek seperti
pelatihan, pemeliharaan dan lain-lain;
(5) Lapisan kelima menggambarkan semua keputusan tingkat
tinggi seperti pembuat regulator, pemilik, desainer, produsen,
serikat buruh, dan lain-lain.
Aspek kajian, kriteria dan analisis, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada pada Tabel 7.
55
Tabel 7 Aspek kajian, kriteria dan alat analisis
No Aspek Kajian Kriteria Alat Analisis1. SDM, Awak Kapal a. Safety awarness
b. Penguasaan kompetensi dantingkat pendidikan formal.
c. Kepemilikan sertifikatkepelautan dan keselamatan.
d. Pelatihan keselamatan di luarkapal maupun di kapal.
e. Pelaksanaan tugas dantanggung jawab awak kapal.
Deskriftif
Comparative
Deskriftif
Comparative
Deskriftif2. Teknis dan Teknologis a. Perlengkapan keselamatan
b. Tingkat kecelakaan di ataskapal
c. Identifikasi risikokecelakaan
d. Pendataan kecelakaane. Identifikasi penyebab
kecelakaan
DeskriptifRisk MatrixRiskassessmentDeskriftifReason’sModel
3. Aspek Legal danKelembagaan
a. Peraturan tingkatprovinsi/kota.
b. Peraturan nasionalc. Peraturan internasional
KualitatifKualitatifKualitatif
4. Aspek lainnya(lingkungan dankeuangan)
Cuaca dan kondisi lautPerairan Pantai Utara danSelatan Jawa
KualitatifFinansial
5. Prioritas pengembangan a. Peningkatan kompetensiSDM awak kapal melaluipelatihan keselamatan danpenyuluhan keselamatan
b. Penegakkan peraturankelaiklautan kapalpenangkap ikan
c. Pemenuhan kelengkapankeselamatan
d. Desain dan konstruksi kapale. Penerapan standar
pengawakan kapalf. Penerapan standar kapal dan
peralatan keselamatang. Penerapan sistem
manajemen keselamatanh. Standar operasional dan
prosedur dalam keadaandarurat
i. Pendataan dan safetyassesment
j.