mk-jentik ayu wratasih.pdf
TRANSCRIPT
Gambaran kehidupan ..., Jentik Ayu Wratasih, FIB UI, 2014
Gambaran kehidupan ..., Jentik Ayu Wratasih, FIB UI, 2014
Gambaran kehidupan ..., Jentik Ayu Wratasih, FIB UI, 2014
GAMBARAN KEHIDUPAN IMIGRAN DALAM LAGU RAP PRANCIS: ‘BANLIEUE’
Jentik Ayu.
Pembimbing Diah Kartini Lasman (Sastra Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya)
ABSTRAK
Nama : Jentik Ayu Program Studi : Sastra Prancis Judul : Gambaran Kehidupan Imigran Dalam Lagu Rap Prancis : ‘Banlieue’ Jurnal ini bertujuan untuk memberikan gambaran kehidupan kaum imigran yang tinggal di daerah pinggiran atau di banlieue yang diambil dari lagu karya Karim Kacel, seorang musisi Prancis keturunan Aljazair, berjudul Banlieue. Dalam lagu ini, Kacel mencoba mengungkapkan keadaan kaum imigran sehari-hari yang tinggal di banlieue dan menuangkan keluh kesah kaum imigran dalam menghadapi permasalahan-permasalahan sosial yang mereka rasakan, mulai dari diskriminasi ras, marginalisasi, kekerasan, pengangguran, konsumsi alkohol, dll. Kata Kunci : Banlieue, kaum imigran, lagu.
ABSTRACT
Name : Jentik Ayu Program : French Literature Title : The Life Picture of Immigrant On French Rap: ‘Banlieue’ The purpose of this journal is to describe the portrait of immigrant who live at suburb area or called banlieue, this is the description given in one of Karim Kacel’s rap song called “Banlieue”. In this song, Kacel tried to exemplify condition of immigrant’s daily life and expressing their complaints of confronting the social problems that their accepted like racial discrimination, marginality, violence, unemployment, alcohol consummation. Keyword: Banlieue, the immigrant, the song.
Gambaran kehidupan ..., Jentik Ayu Wratasih, FIB UI, 2014
PENDAHULUAN
Di era globalisasi ini, dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat selalu ada
persinggungan antar budaya. Tidak mungkin jika sebuah negara hanya terdiri dari satu etnis atau
satu budaya saja. Pertemuan berbagai macam budaya ini yang membawa pluralitas dalam
masyarakat. Pluralisme kultural adalah yang membedakan antara ruang publik yang homogen,
tempat semua warga bersosialisasi dan berpartisipasi dalam politik, dan ruang pribadi yang penuh
keragaman budaya berdasarkan latar belakang masing-masing warga (Anderson Gold, 1996:12)
sedangkan kemajemukan budaya adalah terdirinya atas kelompok-kelompok, yang tinggal
bersama dalam suatu wilayah, tetapi terpisah menurut garis budaya masing-masing (Suparlan,
2001:2).
Prancis adalah salah satu negara di dunia dengan identitas nasional yang berasal dari
keragaman dan kemajemukan1. Terlihat dari banyaknya latar belakang suku, agama, ras, dll yang
berada di negara ini. Multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama
sebagai satu kesatuan, tanpa memedulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa, dan agama
masalah (Parekh 1998: 45). Konsep multikulturalisme tidak dapat disamakan dengan konsep
keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa yang menjadi ciri masyarakat
majemuk, tetapi multikulturalisme sebagai cara bagaimana memandang dan menyikapi
perbedaan – perbedaan yang ada, seperti budaya, etnik, gender, bahasa, dan agama yang
berpotensi menimbulkan masalah.
Banyak faktor yang menyebabkan keberagaman masyarakat Prancis. Bila dikaitkan
dengan konteks sejarah Prancis, sejak akhir abad ke-18, Prancis mengalami masalah demografi
yang ditandai dengan penuruan angka kelahiran (“L’Histoire d’Immigration en France”.
www.histoire-immigration.fr). Hal ini menjadi masalah karena pada saat itu industrialisasi di
Prancis mulai berkembang dan membutuhkan banyak tenaga kerja. Oleh karena itu, untuk
mengatasi masalah ini, pemerintah Prancis membuka peluang bagi orang asing yang sebagian
besar berasal dari Belgia, Polandia, Afrika Utara, dan juga Indocina untuk bekerja di Prancis.
Migrasi ke Prancis ini terus berlanjut sampai mencapai puncaknya pada tahun 1960-an
(Liauzu 1996: 122). Alasan utama dari para imigran tersebut adalah untuk mendapatkan
1 Dikutip dari Jurnal Wilayah Eropa Volume III – No. 3 – 2007: Multikulturalisme di Prancis: Perspektif Historis dan Produk Budaya Massa - Joesana Tjahjani
Gambaran kehidupan ..., Jentik Ayu Wratasih, FIB UI, 2014
pekerjaan yang lebih baik di Prancis. Selain itu, kolonialisasi yang dilakukan Prancis atas
Aljazair berdampak pada terjadinya migrasi besar-besaran antar kedua negara. Sejak masa
kolonialisasi tersebut, banyak orang-orang Prancis yang berpindah ke Aljazair dan menetap di
sana. Keturunan-keturunan orang-orang Pranis tersebut kemudian dikenal sebagai Les Pieds-
Noirs. Begitu pula sebaliknya, ada orang-orang Aljazair yang bermigrasi dan menetap di Prancis,
yang disebut sebagai Les Beurs.
KAUM IMIGRAN DI BANLIEUE PRANCIS
Mayoritas para imigran berprofesi sebagai buruh kasar dengan penghasilan yang kecil.
Kaum imigran masuk ke dalam golongan pekerja yang tidak berpendidikan tinggi. Mereka
tinggal di pemukiman padat yang dalam satu rumah dihuni oleh lebih dari satu keluarga. Tujuan
mereka adalah untuk menekan biaya hidup dan juga kondisi finansial mereka yang tidak begitu
baik sehingga mereka tidak mampu pindah ke tempat yang lebih layak. Sebagian besar dari
mereka tinggal di wilayah Paris, terutama di daerah banlieue atau di sekitar wilayah industri.
Karena lebih memudahkan mereka untuk menjangkau tempat kerja mereka. Kaum ini juga hidup
secara komunal atau berkelompok, dengan demikan mereka dapat tetap hidup dengan tradisi dan
kebiasaan mereka. Mereka berasal dari berbagai kawasan, yaitu: Asia Timur dan Selatan seperti
Vietnam, Cina, India, dan kawasan Afrika seperti Aljazair, Maroko, Tunisia, Mali, Kongo dan
lain sebagainya
Kondisi kaum imigran ini dipengaruhi oleh sikap masyarakat Prancis dalam berinteraksi
dengan mereka, sebagian besar dari orang Prancis masih sulit menerima kehadiran mereka
sebagai bagian dari masyarakat. Perbedaan ras, budaya, dan warna kulit yang mencolok
menimbulkan stereotip negatif yang ditujukan bagi kaum imigran. Dalam hal bahasa, kaum
imigran berbahasa bukan bahasa Prancis. Dalam hal warna kulit, imigran dari Afrika Selatan
berkulit hitam. Dalam hal agama, sebagian besar kaum imigran dari negara magribi beragama
Islam sedangkan mayoritas orang Prancis beragama Katolik.
Perbedaan-perbedaan itulah yang membuat kaum imigran sering mendapatkan
diskriminasi oleh orang Prancis seperti contoh kaum Magribi sulit untuk mendapatkan apartemen
karena sebagian pengelola gedung menolak untuk menyewakan apartemennya kepada kaum
Gambaran kehidupan ..., Jentik Ayu Wratasih, FIB UI, 2014
Magribi dengan alasan mereka memiliki anggota keluarga yang banyak dan berpotensi untuk
menimbulkan kegaduhan dan menganggap bahwa orang Magribi kurang bersih (Fahdel 1990:
140).
Kondisi sosial kultural kaum imigran dapat dikatakan dinamis, berbeda halnya dengan
kondisi sosial ekonomi mereka yang cenderung statis. Seperti dalam bidang seni dan sastra,
bermunculan orang-orang Magribi yang karya-karyanya berhasil diterima oleh masyarakat
Prancis. Salah satunya adalah lagu rap dan raï yang pada umumnya jenis musik ini isinya banyak
dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi komunitas Magribi. Melalui bentuk kesenian ini mereka
dapat mengekspresikan keprihatinan mereka akan keadaan komunitas Magribi yang sarat dengan
masalah-masalah sosial seperti diskriminasi, pengangguran, dan kenakalan remaja. Salah satu
penyanyi rap yang cukup terkenal adalah Karim Kacel dengan karyanya yang berjudul Banlieue.
KARIM KACEL
Karim Kacel adalah seorang penyanyi dan komposer terkenal Prancis. Lahir di Paris pada
tanggal 30 Agustus 1959. Kacel dibesarkan dalam keluarga imigran, ayah dan ibunya berasal dari
Aljazair. Tidak lama setelah kelahiran Kacel, orang tuanya memutuskan untuk pindah ke daerah
pinggiran kota untuk menghemat kehidupan sehari-hari mereka (“Biography of Karim Kacel”.
www.rfimusique.com). Tumbuh di daerah pinggiran kota membuat Kacel dikelilingi berbagai ras
dan etnis, hal ini memudahkan Kacel untuk beradaptasi dengan budaya-budaya yang ada di
lingkungan ia tinggal.
Motivasinya dalam dunia musik sudah terlihat saat Kacel remaja, ia sering mendengarkan
lagu prancis klasik seperti karya Serge Reggiani, Jacques Brel, Georges Brassens and Georges
Moustaki yang menjadi inspirasi dalam menentukan jenis muskinya. Kacel memutuskan untuk
berhenti sekolah pada usia 16 tahun dan fokus untuk memulai karirnya di dunia musik. Sempat
bekerja sebagai petugas sosial membantu anak-anak bermasalah di banlieue, membuat Kacel
terinspirasi menuliskan lirik lagu tentang kehidupan di banlieue.
Setelah beberapa tahun mengajar musik dan menyanyi untuk anak-anak di lingkungan ia
tinggal, pada tahun 1982 Kacel memberanikan diri untuk ikut dalam audisi yang diadakan oleh
salah satu label rekaman terkenal di Prancis yaitu Pathé-Marcon. Melalui audisi ini Kacel mulai
Gambaran kehidupan ..., Jentik Ayu Wratasih, FIB UI, 2014
dikenal oleh masyarakat luas karena lagunya yang berjudul Banlieue disambut hangat oleh
banyak kritikus Prancis yang beranggapan bahwa Kacel mampu mewakilkan suara para imigran
dengan menggambarkan kehidupannya melalui gaya bermusiknya. Pada tahun 1988 Kacel
mendapat penghargaan dalam acara ‘Piaf’ Awards untuk kategori Live Show of the Year (untuk
konsernya di Olympia).
REPRESENTASI KAUM IMIGRAN DALAM LAGU BANLIEUE
Banlieue
1 Il regarde sa ville Dia melihat kotanya
2 Tranquille et il attend Damai dan dia menunggu
3 Il sait qu'il est fragile,
difficile
Dia tahu bahwa ia rapuh, sulit
4 Et pourtant Bagaimanapun
5 Il ouvre ses grands yeux Dia membuka kedua matanya
lebar-lebar
6 Et regarde sa banlieue Dan dia melihat banlieuenya
7 Le chômage à son âge Pengangguran di usianya
8 Ne le rend pas heureux Tidak membuatnya bahagia
9 Cet horizon de tours, qui
l'entoure
Barisan gedung tinggi, yang
mengelilinginya
10 L'asphyxie2 Sesak nafas
11 Son univers est lourd, passent
les jours
Dunianya berat, hari-hari
berlalu
12 Et l'ennui Begitupula kejemuan
13 Ce n'est qu'un enfant, qui
rêve de grands vents
Ini hanya impian seorang
anak, mengenai angin yang
2 État pathologique déterminé par le ralentissement ou l’ârret de la respiration
Gambaran kehidupan ..., Jentik Ayu Wratasih, FIB UI, 2014
kencang
14 Donnez-lui de l'espace, qu'il
efface ses tourments
Berikanlah dia ruang, agar dia
menghapus rasa sakitnya.
15 Hé banlieue, empêche les de
vieillir
Hei banlieue, hindarkan
mereka dari masa tua
16 Leur jeunesse se tire, banlieue Masa muda telah
meninggalkannya, banlieue
17 Hé banlieue, ta grisaille ne
m'inspire
Hei banlieue, kesuramanmu
hanya membuatku tidak dapat
bernafas
18 Que l'envie de partir, banlieue Ingin pergi, banlieue
19 Hé banlieue, ne les laisse pas
tomber
Hei banlieue, jangan
tinggalkan mereka
20 Ils ont droit d'exister eux aussi Mereka memiliki hak hidup
juga
21 Banlieue… oh oh… banlieue Banlieue ohh ohhh banlieue
22 De café en café, avec des
paumés
Dari kafe ke kafe, dengan
kegagalan
23 Il passe son temps Dia menjalani waktunya
24 Il se saoule un p'tit peu, joue
avec le feu
Dia sedikit mabuk, bermain
dengan api
25 Joue au delinquent Bermain dengan kejahatan
26 C'est pas qu'il soit méchant Bukan karena dia jahat
27 Demandez aux parents Tanyalah ke orang tua
28 Mettez-vous à sa place Bayangkan berada di
posisinya
29 C'est dur de faire face Sulit menjalaninya
30 Quand on a qu'dix-sept ans Ketika kita masih usia 17
Gambaran kehidupan ..., Jentik Ayu Wratasih, FIB UI, 2014
31 Il vole des mobylettes3, on fait
la fête
Dia mencuri sepeda, sedang
berpesta
32 Sur le moment Pada saat itu
33 La police le guette, ses parents
s'inquiètent
Polisi mengawasinya, orang
tuanya cemas
34 Comme dans un roman Seperti dalam novel
35 Regarde, c'est ton enfant Lihat, dia adalah anakmu
36 C'est le sang de ton sang Dialah darah dagingmu
37 C'est toi qui l'as nourri et jeté
dans la vie
Dialah yang kamu beri makan
dan buang dalam hidup
38 Il n'y a pas si longtemps Belum lama ini
39 Hé banlieue, empêche les de
vieillir
Hei banlieue, hindarkan
mereka dari masa tua
40 On a peur de mourir, banlieue Kami takut akan kematian,
banlieue
41 Hé banlieue, ta grisaille ne
m'inspire
Hei banlieue, kesuramanmu
membuatku tidak dapat
bernafas
42 Que l'envie de partir, banlieue Ingin pergi, banlieue
43 Hé banlieue, ne les laisse pas
tomber
Hei banlieue, jangan
tinggalkan mereka
44 On a l'droit d'exister nous
aussi
Kami juga memili hak untuk
hidup juga
45 Banlieue… oh oh… banlieue Banlieue ohh..ohh.. banlieue
MASALAH PENGANGGURAN
3 Cyclomoteur de cette marque
Gambaran kehidupan ..., Jentik Ayu Wratasih, FIB UI, 2014
Pengangguran juga menjadi salah satu masalah yang dihadapi kaum imigran. Seperti yang
telah dikatakan pada bab pendahuluan, kaum imigran khususnya yang berasal dari wilayah
Magribi masuk ke dalam pekerja yang tidak berpendidikan tinggi, sehingga seiring dengan
perkembangan waktu, mereka tidak dapat bersaing dengan penduduk asli Prancis. Tingkat
pengangguran pada kelompok imigran dua kali lebih tinggi daripada tingkat pengangguran orang
Prancis, yaitu 23% dibandingkan 12% (Mermet, 1999:259). Tingkat pengangguran pekerja
Magribi sangat tinggi yaitu mencapai 45% (‘L’emploi des immigrés en 2013’. www.insee.fr).
Jenis pekerjaan yang rentan terhadap pengangguran adalah buruh (ouvrier). Jumlah tenaga kerja
yang tersedia lebih banyak dibandingkan dengan lapangan kerja yang ada yang memicu
timbulnya masalah pengangguran dikalangan imigran. Kurang diminatinya tenaga kaum imigran
juga dapat menunjukkan marginalisasi dalam bidang ekonomi, sehingga kaum imigran tetap
hidup dalam kesengsaraan.
Pada larik 4 – 8 disebutkan tokoh il melihat banyak pengangguran di banlieuenya. Keadaan
tersebut tidak membuatnya bahagia dan menjadikan banlieue menjadi sebuah tempat yang sedih,
suram, dan tanpa masa depan. Banlieue juga digambarkan dalam lagu ini dekat dengan kesia-
siaan karena setelah masa sekolah mereka hanya menganggur dan itu yang membuat mereka
tidak bahagia dengan kondisi seperti itu.
Dalam larik 9 – 11 digambarkan tokoh il yang dikelilingi oleh barisan gedung tinggi namun
membuatnya sesak nafas ini dapat diartikan walaupun terdapat banyak lahan pekerjaan kaum
imigran sulit mendapatkannya karena rendahnya tingkat pendidikan.
TINDAK KRIMINAL DAN KENAKALAN REMAJA
Kaum imigran juga sering dikaitkan dengan kriminalitas. Daerah tempat tinggal kaum
imigran ini juga dianggap berbahaya karena tingginya tingkat kenakalan remaja; seperti perang
antarkelompok, tukang mabuk, dan pencurian (“French against French The uneasy incorporation
of Beurs into French Society”. www.arts.uwa.edu.au). Dalam larik 22 - 25, kaum imigran
digambarkan hanya menghabiskan waktunya dengan mabuk-mabukan dan suka bermain dengan
senjata api yang diasosiasikan dengan feu. Selain itu, mereka juga dinilai suka bermain dengan
kejahatan yang diartikan dari déliquant. Namun mereka menyanggah anggapan tersebut. Menurut
Gambaran kehidupan ..., Jentik Ayu Wratasih, FIB UI, 2014
mereka, apa yang mereka lakukan bukan semata-mata karena mereka jahat. Selain itu, lirik ini
juga memperlihatkan bahwa kaum imigran sangat dekat kaitannya dengan alkohol.
Di samping keadaan banlieue yang memprihatinkan, tindak kriminalitas yang dilakukan
kaum imigran ini memang sulit untuk dhindari karena juga merupakan sebuah kenakalan remaja,
ketika mereka berumur 17 tahun, terlihat dalam larik 29 - 30. Remaja adalah masa peralihan yang
ditempuh oleh seseorang dari anak-anak menuju dewasa, meliputi semua perkembangan yang
dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Darajad,1990:67). Oleh karena itu, rasa ingin
tau mereka lebih besar.
Bukti tindak kriminal mereka juga dapat dilihat dalam larik 31 yang dapat dilihat bahwa
mereka mencuri mobylette (sejenis sepeda), kemudian berpesta. Namun polisi berhasil
menangkapnya. Oleh karena itu, gambaran pelaku kriminal sulit untuk dilepaskan dari kaum
imigran, walaupun di satu sisi mereka melakukan tindak kriminalitas atas dasar tuntutan
kehidupan mereka yang serba berkekurangan sehingga mereka perlu memenuhinya walaupun
dengan melakukan tindakan kriminal.
HUBUNGAN ORANG TUA – ANAK
Dalam keluarga imigran juga terdapat hubungan kurang baik antara orang tua dan anak-
anak mereka. Kondisi keluarga imigran rata-rata serba berkekurangan. Kepala keluarga mereka
hanya bekerja sebagai buruh kasar dengan tingkat pendidikan rendah, hal ini menyebabkan peran
orang tua yang seharusnya dapat memberikan fasilitas dan mendidik anak-anak mereka tidak
dapat terpenuhi. Terlihat dalam larik 33 – 37, yang digambarkan bahwa orang tua tidak dapat
berbuat apa-apa atas tindak kriminal yang dilakukan sang anak. Fasilitas yang tidak diberikan
orang tua mereka terpaksa membuat mereka berbuat kriminal.
Orangtua seolah-olah terpisah dari anak-anak mereka. Anak-anak seolah-olah hidup dalam
dunia mereka sendiri dan tidak dapat berkomunikasi secara langsung dengan orangtua mereka.
Hal ini terlihat dalam larik 27 dan 33 bahwa orangtua hanya dapat mencemaskan anaknya tapi
tidak dapat langsung menegur. Orangtua juga tidak memiliki kontrol terhadap anak-anaknya, hal
ini terlihat dari larik-larik yang menggambarkan remaja banlieue yang sedang melakukan
beragam tindak kriminal.
Gambaran kehidupan ..., Jentik Ayu Wratasih, FIB UI, 2014
PENUTUP
Kaum imigran telah lama hadir dan menjadi bagian dari masyarakat Prancis. Sejak awal
kedatangannya hingga sekarang, kondisi sosial ekonomi komunitas imigran tidak banyak
mengalami perubahan. Jika dibandingkan dengan orang Prancis, kondisi sosial ekonomi mereka
berada di tingkat yang lebih rendah. Hingga saat ini mayoritas kaum imigran bekerja sebagai
buruh kasar, tingkat pengangguran mereka juga cenderung tinggi.
Melalui lagu ini kaum imigran yang diwakilkan oleh Karim Kacel dalam lagunya yang
berjudul Banlieue ingin mengungkapkan keadaan hidup mereka sehari-sehari dan menuangkan
keluh kesahnya dalam menghadapi permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapi, mulai dari
diskriminasi ras, marginalisasi, kekerasan, pengangguran, konsumsi alkohol, dll. Mereka tinggal
di banlieue yang dikelilingi gedung tingi dan terkesan suram. Dengan semua permasalahan yang
melingkupi kehidupan mereka seperti masalah pengangguran, kenakalan remaja, tindak kriminal
dan juga hubungan orang tua anak yang kurang harmonis, anak-anak muda imigran ini merasa
semakin terbelenggu dan terkungkung.
Selain itu, melalui lagu ini pula, digambarkan bahwa kaum imigran merasa banlieue telah
merenggut masa muda, banlieue telah memupuskan semua impian mereka sehingga timbul
keinginan untuk meninggalkan banlieue dan berusaha untuk bangkit dan menggapai cita-cita
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Tjahjani, Joesana. 2007. “Multikulturalisme di Prancis: Perspektif Historis dan Produk Budaya
Massa”. Jurnal Kajian Wilayah Eropa: Multikulturalisme di Eropa. Program Studi Kajian
Wilayah Eropa Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
Alain Rey, Le Robert Micro, dictionnaire d’apprentissage de la langue française ed. ke-3,
(Paris : Le Robert, 2006).
Liauzu, Claude. 2004. Colonisation: droit d’inventaire. Paris: Armand Colin.
Gambaran kehidupan ..., Jentik Ayu Wratasih, FIB UI, 2014
Memret. Gérard. 1998. Francoscopie 1999. Paris : Librairie Larousse.
Parekh, Bhikhu. 2000. Rethinking multiculturalism: cultural diversity and political theory.
Basingstoke.
Zakiah. Darajat. 1990. Kesehatan Mental. Jakarta: CV Haji Masagung.
Situs Internet
www.arts.uwa.edu.au
www.encarta.msn.com/dictionary
www.histoire-immigration.fr/histoire-de-l-immigration/le-film
www.insee.fr
www.rfimusique.com
www.sunderland.ac.uk
Gambaran kehidupan ..., Jentik Ayu Wratasih, FIB UI, 2014