modal sosial dan kemiskinan di kabupaten...
TRANSCRIPT
MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA
YOGJAKARTA
DISERTASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh
Gelar Doktor dalam Bidang Ekonomi Islam
Oleh
Any Widayatsari
10300108010115
KONSENTRASI EKONOMI ISLAM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015 H1435 H
iii
KATA PENGANTAR
Puji serta sukur terpanjatkan kepada Allah SWT atas
limpahan nikmatnya sehingga disertasi ini dapat terselesaikan
Semoga kebahagiaan dan keselamatan senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad beserta keluarga sahabat dan para
pengikut ajarannya
Disertasi ini disusun sebagai tugas akhir sekaligus syarat
meraih gelar Doktor dalam bidang pemikiran Islam di Sekolah
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamya kepad a
berbagai pihak yang telah banyak membantu sehingga tugas ini
dapat terselesaikan diantaranya
1 Ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk (Alm) Bapak
Soekadji Ibu Sadini anak anakku Bagas Anindyaguna
Bagus Raditya dan Bhimo Basil Baridwan saudara-
saudaraku Riana dan Achmad Noor serta M Ivan dan Ibu
Sofia Yusuf Razak atas motivasi dan semangat sehingga
desertasi ini dapat diselesaikan
2 Ucapan terima kasih untuk Prof Dr Dede Rosyada MA
selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr
Masykuri Abdillah selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Didin
SaepuddinMA Prof Dr Azyumardi Azra MA Prof Dr
Suwito MA Dan Dr Yusuf Rahman MA
3 Prof Dr Sri-Edi Swasono dan Prof Dr M Bambang
Pranowo selaku pembimbing I dan II yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing dan membuka
wawasan penulis
4 Ucapan terima kasih kepada Dekan dan Ketua Jurusan Ilmu
Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Riau atas
kesempatan yang diberikan untuk memperoleh gelar ini
5 Ucapan terimakasih kepada Bappeda DIY Dinas Sosial
DIY Bappeda KabGunungkidul Dinas Perindustrian
Kabupaten Gunungkidul BPMPKB Kabupaten
Gunungkidul Bapak Camat Saptosari beserta staff
Kecamatan Saptosari Dinas pertanian Kecamatan
Saptosari Bapak Lurah Desa Krambilsawit Bapak Lurah
iv
Desa Kanigoro yang telah banyak membantu dalam proses
penelitian desertasi ini
6 Terimakasih kepada Bapak Ngadi Prawirotomo atas
bantuan yang diberikan selama saya melakukan penelitian di
Kabupaten Gunungkidul dan Yogjakarta
7 Kepada para narasumber Ibu Roestin Ilyas Dr Yulianto
Winaro Bapak Daru Dananjaya (Ketua Ikaragil DKI) para
pemimpin Korwil dan anggota Ikaragil Korwil Jakarta
Timur dan Selatan atas bantuan dan masukan yang
diberikan
8 Juga kepada teman-teman diskusi saya DrEugenia
Mardanugraha MEc Dr Hanggono MSc Gideon
Adinirekso MEc Saepullah MA Hum Dr Sofyan Hadi
dan Dr Yusni Maulida MSc
9 Seluruh Staff Adminsitrasi SPS-UIN Ibu Ima Ibu Vemmy
Bapak Arif Bapak Adam dan Bapak Sahmy
10 Teman-teman yang selalu ada dalam senang ataupun susah
selama saya di SPS UIN Jakarta Sarwenda Wina Tresa
Rahayu Abubakr Ibragimov Magomed Tazhdinov Datul
Istada Inda Kartika Zaima Mufarini Mala Yasin Puji
Abdul Qodir Nurun Nisa Ibu Maya dan Artur Gubaydullin
juga para penghuni QR Zulhelmy dan Ade Wahyuddin
serta teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang tidak
mungkin penulis sebutkan satu persatu semoga amal
baiknya mendapat balasan pahala dari Allah SWT Amigtn yagt rabb alrsquoa gtlamigtn
Akhirnya penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh
dari sempurna karena kekurangan dan keterbatasan Oleh karena
itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan
penelitian ini
Jakarta Juli 2015
Penulis
Any Widayatsari
v
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama Any Widayatsari
Tempat Tanggal Lahir Tulungagung7 November 1968
NIM 10300108010115
Jenjang pendidikan Doktoral
Konsentrasi Ekonomi Islam
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi berjudul ldquoModal Sosial
dan Kemiskinan di Gunungkidulrdquo adalah hasil karya saya kecuali
kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya Apabila di dalamnya
terdapat kesalahan dan kekeliruan maka sepenuhnya menjadi tanggung
jawab saya Selain itu apabila di dalamnya terdapat plagiasi yang dapat
berakibat diberikan sanksi berupa pencabutan gelar oleh Sekolah
Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta maka saya siap menanggung resikonya
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
Jakarta 23 Juli 2015
Yang membuat pernyataan
Any Widayatsari
xi
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama Any Widayatsari
NIM 10300108010115
Judul Desertasi Modal Sosial dan Kemiskinan di
Kabupaten Gunungkidul
DI Yogjakarta
Menyatakan bahwa desertasi ini telah di verifikasi oleh DrYusuf
Rahman pada tanggal 6 Juli 2015
Desertasi ini telah diperbaiki sesuai dengan saran verfikasi meliputi
1 Perbaiki penulisan footnote dan daftar pustaka
2 Periksa dan perbaiki ejaan dalam penulisan
3 Perbaiki Abstrak Bahasa Inggris
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat
menjadi pertimbangan untuk menempuh ujian Promosi
Jakarta 6 Juli 2015
Saya yang membuat pernyataan
Any Widayatsari
xv
ABSTRAK
Kesimpulan disertasi adalah kualitas modal sosial modal finansial dan
pemberdayaan masyarakat apabila dikembangkan maka dapat
meningkatkan kapabilitas masyarakat untuk keluar dari kemiskinan Modal
sosial yang dimaksud terdapat dalam UUD 1945 pasal 33 yang merupakan
core values Indonesia yaitu azaz kerjasama dan kekeluargaan yang mengikat
setiap anggota masyarakat
Disertasi ini mendukung Putnam (1993) Woolcock dan Narayan
(2000) yang menyimpulkan bahwa modal sosial adalah sebuah platform
untuk pemberdayaan masyarakat Penurunan kualitas modal sosial
menyebabkan masalah sosial di masyarakat Modal sosial harus
dikembangkan dan harus mampu menjembatani masyarakat dengan sumber
daya yang tersedia di dalam dan di luar komunitas Disertasi ini pun
sependapat dengan Sri-Edi Swasono (2011) yang menyatakan bahwa
pembangunan selayaknya memperhatikan pemerataan untuk rakyat dan
membangun kemampuan produktif (productive capability) rakyat
Pembangunan bukan hanya menjadikan masyarakat mempunyai nilai tambah
secara ekonomi akan tetapi masyarakat mempunyai nilai tambah sosial
kultur
Disertasi ini berbeda dengan Joseacute del Rio Mustre (2005) dan Di Falco
dan Bulte (2011) yang menyatakan bahwa modal sosial tidak berpengaruh
terhadap perekonomian terutama dalam jangka panjang Ikatan sosial yang
menciptakan kebutuhan untuk berbagi dalam ikatan keluarga akan
mengakibatkan distorsi dalam keputusan pembelian aset menghalangi
penciptaan tabungan dan menekan pertumbuhan ekonomi
Disertasi ini membuktikan bahwa kemiskinan di Gunung Kidul
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kemiskinan alami yang berubah
menjadi kemiskinan struktural disebabkan oleh kegagalan pemerintah dalam
mengembangkan kapabilitas masyarakat miskin berdasarkan kepada teori-
teori pembangunan ekonomi yang telah terbukti Kemiskinan diperburuk
oleh program bantuan pemerintah yang bersifat alturistik yang tidak efektif
dan tidak mendorong kemandirian masyarakat untuk keluar dari
kemiskinan Bonding social capital yang berlimpah di Gunungkidul harus
dikembangkan ke dalam bentuk yang lebih luas menjadi modal sosial yang
menjembatani (bridging social capital) dan modal sosial yang
menghubungkan (linking social capital) dan harus didukung oleh modal
keuangan dan modal manusia untuk dapat secara efektif digunakan untuk
meningkatkan kesejahtraan masyarakat
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan dua
jenis data Pertama data primer yangbersumber dari hasil studi dokumen
wawancara observasi dan quesioner Kedua data sekunder yang bersumber
dari referensiyang mendukung berupa buku jurnal majalahdan lain-lain
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi ekonomi yang
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ekonomi dan fenomena
sosial Sedangkan metode penelitian menggunakan Rapid Participation Appraisal (RPA) dan Focus Group Discussion (FGD)
Kata Kunci Kemiskinan Modal Sosial Pemberdayaan Kapabilitas
xvii
ABSTRACT
The conclusion of this dissertation is that the development of social
capital financial capital and community empowerment can improve peoples
capability to escape poverty Social capital which is contained in Article 33 of the
1945 Basic Constitution (UUDrsquo45) are core values of Indonesia namely
cooperation and kinship principles that binds every member of the community
This research concludes that if a community have a more develop quality of
social capital bigger access to financial capital and more empowered then the
greater their capability to move out of poverty Social capital is social ties based on
mutual trust mutual cooperation values and behaviors that bind every member of
the community
This dissertation supports Putnam (1993) Woolcock and Narayan (2000)
whose research conclution is that social capital is a platform for community
empowerment The decline in the quality of social capital lead to social problems in
the community Social capital should be developed and should be able to bridge
communities and resources both of which are available within and outside the
society This research is also in line with Sri-Edi Swasono (2011) who states that
development should take notice to peoplersquos equity and productive capabilities
building Development should not only about economic value it have also count
for social culture value added
This dissertation againts Joseacute Mustre del Rio (2005) Di Falco and Bulte
(2011) statement that social capital has no effect to the economy especially in the
long run Social ties that create the need to share in the family bond will result in
distortions in the decision on the purchase of assets blocking the creation of
savings and suppress economic growth
This dissertation proved that poverty in Gunung Kidul Yogyakarta
Special Region is natural poverty turned into structural poverty caused by
Government failure to developed poor peoplersquos capability based on economic
development theories that has been proven Poverty is exacerbated by un-effective
alturistic based government poverty alleviation programs Gunungkidul has
abundant source of bonding social capital but to be able to used as a poverty
alleviation instrument social capital have to be developed into broader form of
bridging and linking social capital and supported by financial capital and human
capital
This study is a qualitative study using two types of data First the primary
data sourced from the study of documents interviews observations and
questionnaires Second secondary data obtained from the references that support
research either in the form of books journals and others The approach used is
economic sociology approach which aims to analyze the relationship between
economic and social phenomena While research method using Participation Rapid
Appraisal (RPA) and Focus Group Discussion (FGD)
Keywords Poverty Social Capital Empowerment Capability
xix
ادللخص
ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي
من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع
رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال
على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال
اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية
ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان
يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد
االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني
ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة
رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال
عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت
البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية
xx
حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات
FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع
والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات
xxi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam
karya ilmiah ini adalah sebagai berikut
A Konsonan
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = س
sh = ش
s = ص
d = ض
t = ط
z = ظ
ع = lsquo
gh = غ
f = ؼ
q = ؽ
k = ؾ
l = ؿ
m = ـ
n = ف
h = ق
w = ك
y = م
B Vokal
1 Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah A A
Kasrah I I
Dammah U U
xxii
2 Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
ل Fathah dan ya Ai a dan i
ك Fathah dan
wau
Au a dan w
Contoh
haul حول Husain حسني
C Maddah
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا
Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي
Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو
D Tarsquo Marbugttah (ة)
Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai
dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)
madrasah ( )مدرسة
Contoh
املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah
E Shaddah
Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh
nazzala نزل
xxiii
F Kata Sandang
Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang
mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai
huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf
qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل
Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah
seperti kata al-Rajulu (الرجل)
Contoh
al-Qalam القلم al-Shams الشمس
G Pengecualian Transliterasi
Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata
bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia
dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam
konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam
penulisan
xxv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v
PERSETUJUAN PROMOTOR vii
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi
PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii
ABSTRAK xv
PEDOMAN TRANSLITRASI xxi
DAFTAR ISI xxv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Permasalahan 20
1 Identifikasi Masalah 20
2 Pembatasan Masalah 21
3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22
C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22
D Tujuan Penelitian 25
E Manfaat Penelitian 25
F Metodologi Penelitian 26
1 Jenis Penelitian 26
2 Populasi dan Sampel Penelitian 27
3 Data dan Sumber Data 27
a) Data primer 27
b) Data Sekunder 28
4 Metode Pengolahan Data 28
G Sistimatika Penulisan 29
BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM
PERDEBATAN 31
A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan 31
B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan
Islam 44
C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49
D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63
E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan
Islam 73
xxvi
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85
A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat
Gunungkidul 85
B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91
C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97
D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100
BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT
GUNUNGKIDUL 107
A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di
Gunungkidul 107
B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan
Kapabilitas Masyarakat Miskin 118
C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty
Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan
Budaya 127
D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang
Tinggal 136
E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara
Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144
F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan
Peran Lembaga Keuangan 160
BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 181
A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181
B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190
C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197
D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan
Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205
E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan
Modal Sosial 214
BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 223
A Kesimpulan 223
B Saran dan Implikasi 224
xxvii
DAFTAR PUSTAKA 227
GLOSSARY 265
INDEKS 267
BIOGRAFI PENULIS 275
LAMPIRAN 277
xxviii
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
iii
KATA PENGANTAR
Puji serta sukur terpanjatkan kepada Allah SWT atas
limpahan nikmatnya sehingga disertasi ini dapat terselesaikan
Semoga kebahagiaan dan keselamatan senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad beserta keluarga sahabat dan para
pengikut ajarannya
Disertasi ini disusun sebagai tugas akhir sekaligus syarat
meraih gelar Doktor dalam bidang pemikiran Islam di Sekolah
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamya kepad a
berbagai pihak yang telah banyak membantu sehingga tugas ini
dapat terselesaikan diantaranya
1 Ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk (Alm) Bapak
Soekadji Ibu Sadini anak anakku Bagas Anindyaguna
Bagus Raditya dan Bhimo Basil Baridwan saudara-
saudaraku Riana dan Achmad Noor serta M Ivan dan Ibu
Sofia Yusuf Razak atas motivasi dan semangat sehingga
desertasi ini dapat diselesaikan
2 Ucapan terima kasih untuk Prof Dr Dede Rosyada MA
selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr
Masykuri Abdillah selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Didin
SaepuddinMA Prof Dr Azyumardi Azra MA Prof Dr
Suwito MA Dan Dr Yusuf Rahman MA
3 Prof Dr Sri-Edi Swasono dan Prof Dr M Bambang
Pranowo selaku pembimbing I dan II yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing dan membuka
wawasan penulis
4 Ucapan terima kasih kepada Dekan dan Ketua Jurusan Ilmu
Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Riau atas
kesempatan yang diberikan untuk memperoleh gelar ini
5 Ucapan terimakasih kepada Bappeda DIY Dinas Sosial
DIY Bappeda KabGunungkidul Dinas Perindustrian
Kabupaten Gunungkidul BPMPKB Kabupaten
Gunungkidul Bapak Camat Saptosari beserta staff
Kecamatan Saptosari Dinas pertanian Kecamatan
Saptosari Bapak Lurah Desa Krambilsawit Bapak Lurah
iv
Desa Kanigoro yang telah banyak membantu dalam proses
penelitian desertasi ini
6 Terimakasih kepada Bapak Ngadi Prawirotomo atas
bantuan yang diberikan selama saya melakukan penelitian di
Kabupaten Gunungkidul dan Yogjakarta
7 Kepada para narasumber Ibu Roestin Ilyas Dr Yulianto
Winaro Bapak Daru Dananjaya (Ketua Ikaragil DKI) para
pemimpin Korwil dan anggota Ikaragil Korwil Jakarta
Timur dan Selatan atas bantuan dan masukan yang
diberikan
8 Juga kepada teman-teman diskusi saya DrEugenia
Mardanugraha MEc Dr Hanggono MSc Gideon
Adinirekso MEc Saepullah MA Hum Dr Sofyan Hadi
dan Dr Yusni Maulida MSc
9 Seluruh Staff Adminsitrasi SPS-UIN Ibu Ima Ibu Vemmy
Bapak Arif Bapak Adam dan Bapak Sahmy
10 Teman-teman yang selalu ada dalam senang ataupun susah
selama saya di SPS UIN Jakarta Sarwenda Wina Tresa
Rahayu Abubakr Ibragimov Magomed Tazhdinov Datul
Istada Inda Kartika Zaima Mufarini Mala Yasin Puji
Abdul Qodir Nurun Nisa Ibu Maya dan Artur Gubaydullin
juga para penghuni QR Zulhelmy dan Ade Wahyuddin
serta teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang tidak
mungkin penulis sebutkan satu persatu semoga amal
baiknya mendapat balasan pahala dari Allah SWT Amigtn yagt rabb alrsquoa gtlamigtn
Akhirnya penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh
dari sempurna karena kekurangan dan keterbatasan Oleh karena
itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan
penelitian ini
Jakarta Juli 2015
Penulis
Any Widayatsari
v
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama Any Widayatsari
Tempat Tanggal Lahir Tulungagung7 November 1968
NIM 10300108010115
Jenjang pendidikan Doktoral
Konsentrasi Ekonomi Islam
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi berjudul ldquoModal Sosial
dan Kemiskinan di Gunungkidulrdquo adalah hasil karya saya kecuali
kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya Apabila di dalamnya
terdapat kesalahan dan kekeliruan maka sepenuhnya menjadi tanggung
jawab saya Selain itu apabila di dalamnya terdapat plagiasi yang dapat
berakibat diberikan sanksi berupa pencabutan gelar oleh Sekolah
Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta maka saya siap menanggung resikonya
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
Jakarta 23 Juli 2015
Yang membuat pernyataan
Any Widayatsari
xi
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama Any Widayatsari
NIM 10300108010115
Judul Desertasi Modal Sosial dan Kemiskinan di
Kabupaten Gunungkidul
DI Yogjakarta
Menyatakan bahwa desertasi ini telah di verifikasi oleh DrYusuf
Rahman pada tanggal 6 Juli 2015
Desertasi ini telah diperbaiki sesuai dengan saran verfikasi meliputi
1 Perbaiki penulisan footnote dan daftar pustaka
2 Periksa dan perbaiki ejaan dalam penulisan
3 Perbaiki Abstrak Bahasa Inggris
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat
menjadi pertimbangan untuk menempuh ujian Promosi
Jakarta 6 Juli 2015
Saya yang membuat pernyataan
Any Widayatsari
xv
ABSTRAK
Kesimpulan disertasi adalah kualitas modal sosial modal finansial dan
pemberdayaan masyarakat apabila dikembangkan maka dapat
meningkatkan kapabilitas masyarakat untuk keluar dari kemiskinan Modal
sosial yang dimaksud terdapat dalam UUD 1945 pasal 33 yang merupakan
core values Indonesia yaitu azaz kerjasama dan kekeluargaan yang mengikat
setiap anggota masyarakat
Disertasi ini mendukung Putnam (1993) Woolcock dan Narayan
(2000) yang menyimpulkan bahwa modal sosial adalah sebuah platform
untuk pemberdayaan masyarakat Penurunan kualitas modal sosial
menyebabkan masalah sosial di masyarakat Modal sosial harus
dikembangkan dan harus mampu menjembatani masyarakat dengan sumber
daya yang tersedia di dalam dan di luar komunitas Disertasi ini pun
sependapat dengan Sri-Edi Swasono (2011) yang menyatakan bahwa
pembangunan selayaknya memperhatikan pemerataan untuk rakyat dan
membangun kemampuan produktif (productive capability) rakyat
Pembangunan bukan hanya menjadikan masyarakat mempunyai nilai tambah
secara ekonomi akan tetapi masyarakat mempunyai nilai tambah sosial
kultur
Disertasi ini berbeda dengan Joseacute del Rio Mustre (2005) dan Di Falco
dan Bulte (2011) yang menyatakan bahwa modal sosial tidak berpengaruh
terhadap perekonomian terutama dalam jangka panjang Ikatan sosial yang
menciptakan kebutuhan untuk berbagi dalam ikatan keluarga akan
mengakibatkan distorsi dalam keputusan pembelian aset menghalangi
penciptaan tabungan dan menekan pertumbuhan ekonomi
Disertasi ini membuktikan bahwa kemiskinan di Gunung Kidul
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kemiskinan alami yang berubah
menjadi kemiskinan struktural disebabkan oleh kegagalan pemerintah dalam
mengembangkan kapabilitas masyarakat miskin berdasarkan kepada teori-
teori pembangunan ekonomi yang telah terbukti Kemiskinan diperburuk
oleh program bantuan pemerintah yang bersifat alturistik yang tidak efektif
dan tidak mendorong kemandirian masyarakat untuk keluar dari
kemiskinan Bonding social capital yang berlimpah di Gunungkidul harus
dikembangkan ke dalam bentuk yang lebih luas menjadi modal sosial yang
menjembatani (bridging social capital) dan modal sosial yang
menghubungkan (linking social capital) dan harus didukung oleh modal
keuangan dan modal manusia untuk dapat secara efektif digunakan untuk
meningkatkan kesejahtraan masyarakat
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan dua
jenis data Pertama data primer yangbersumber dari hasil studi dokumen
wawancara observasi dan quesioner Kedua data sekunder yang bersumber
dari referensiyang mendukung berupa buku jurnal majalahdan lain-lain
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi ekonomi yang
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ekonomi dan fenomena
sosial Sedangkan metode penelitian menggunakan Rapid Participation Appraisal (RPA) dan Focus Group Discussion (FGD)
Kata Kunci Kemiskinan Modal Sosial Pemberdayaan Kapabilitas
xvii
ABSTRACT
The conclusion of this dissertation is that the development of social
capital financial capital and community empowerment can improve peoples
capability to escape poverty Social capital which is contained in Article 33 of the
1945 Basic Constitution (UUDrsquo45) are core values of Indonesia namely
cooperation and kinship principles that binds every member of the community
This research concludes that if a community have a more develop quality of
social capital bigger access to financial capital and more empowered then the
greater their capability to move out of poverty Social capital is social ties based on
mutual trust mutual cooperation values and behaviors that bind every member of
the community
This dissertation supports Putnam (1993) Woolcock and Narayan (2000)
whose research conclution is that social capital is a platform for community
empowerment The decline in the quality of social capital lead to social problems in
the community Social capital should be developed and should be able to bridge
communities and resources both of which are available within and outside the
society This research is also in line with Sri-Edi Swasono (2011) who states that
development should take notice to peoplersquos equity and productive capabilities
building Development should not only about economic value it have also count
for social culture value added
This dissertation againts Joseacute Mustre del Rio (2005) Di Falco and Bulte
(2011) statement that social capital has no effect to the economy especially in the
long run Social ties that create the need to share in the family bond will result in
distortions in the decision on the purchase of assets blocking the creation of
savings and suppress economic growth
This dissertation proved that poverty in Gunung Kidul Yogyakarta
Special Region is natural poverty turned into structural poverty caused by
Government failure to developed poor peoplersquos capability based on economic
development theories that has been proven Poverty is exacerbated by un-effective
alturistic based government poverty alleviation programs Gunungkidul has
abundant source of bonding social capital but to be able to used as a poverty
alleviation instrument social capital have to be developed into broader form of
bridging and linking social capital and supported by financial capital and human
capital
This study is a qualitative study using two types of data First the primary
data sourced from the study of documents interviews observations and
questionnaires Second secondary data obtained from the references that support
research either in the form of books journals and others The approach used is
economic sociology approach which aims to analyze the relationship between
economic and social phenomena While research method using Participation Rapid
Appraisal (RPA) and Focus Group Discussion (FGD)
Keywords Poverty Social Capital Empowerment Capability
xix
ادللخص
ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي
من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع
رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال
على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال
اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية
ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان
يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد
االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني
ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة
رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال
عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت
البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية
xx
حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات
FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع
والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات
xxi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam
karya ilmiah ini adalah sebagai berikut
A Konsonan
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = س
sh = ش
s = ص
d = ض
t = ط
z = ظ
ع = lsquo
gh = غ
f = ؼ
q = ؽ
k = ؾ
l = ؿ
m = ـ
n = ف
h = ق
w = ك
y = م
B Vokal
1 Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah A A
Kasrah I I
Dammah U U
xxii
2 Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
ل Fathah dan ya Ai a dan i
ك Fathah dan
wau
Au a dan w
Contoh
haul حول Husain حسني
C Maddah
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا
Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي
Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو
D Tarsquo Marbugttah (ة)
Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai
dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)
madrasah ( )مدرسة
Contoh
املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah
E Shaddah
Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh
nazzala نزل
xxiii
F Kata Sandang
Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang
mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai
huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf
qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل
Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah
seperti kata al-Rajulu (الرجل)
Contoh
al-Qalam القلم al-Shams الشمس
G Pengecualian Transliterasi
Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata
bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia
dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam
konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam
penulisan
xxv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v
PERSETUJUAN PROMOTOR vii
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi
PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii
ABSTRAK xv
PEDOMAN TRANSLITRASI xxi
DAFTAR ISI xxv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Permasalahan 20
1 Identifikasi Masalah 20
2 Pembatasan Masalah 21
3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22
C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22
D Tujuan Penelitian 25
E Manfaat Penelitian 25
F Metodologi Penelitian 26
1 Jenis Penelitian 26
2 Populasi dan Sampel Penelitian 27
3 Data dan Sumber Data 27
a) Data primer 27
b) Data Sekunder 28
4 Metode Pengolahan Data 28
G Sistimatika Penulisan 29
BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM
PERDEBATAN 31
A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan 31
B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan
Islam 44
C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49
D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63
E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan
Islam 73
xxvi
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85
A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat
Gunungkidul 85
B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91
C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97
D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100
BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT
GUNUNGKIDUL 107
A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di
Gunungkidul 107
B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan
Kapabilitas Masyarakat Miskin 118
C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty
Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan
Budaya 127
D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang
Tinggal 136
E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara
Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144
F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan
Peran Lembaga Keuangan 160
BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 181
A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181
B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190
C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197
D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan
Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205
E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan
Modal Sosial 214
BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 223
A Kesimpulan 223
B Saran dan Implikasi 224
xxvii
DAFTAR PUSTAKA 227
GLOSSARY 265
INDEKS 267
BIOGRAFI PENULIS 275
LAMPIRAN 277
xxviii
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
iv
Desa Kanigoro yang telah banyak membantu dalam proses
penelitian desertasi ini
6 Terimakasih kepada Bapak Ngadi Prawirotomo atas
bantuan yang diberikan selama saya melakukan penelitian di
Kabupaten Gunungkidul dan Yogjakarta
7 Kepada para narasumber Ibu Roestin Ilyas Dr Yulianto
Winaro Bapak Daru Dananjaya (Ketua Ikaragil DKI) para
pemimpin Korwil dan anggota Ikaragil Korwil Jakarta
Timur dan Selatan atas bantuan dan masukan yang
diberikan
8 Juga kepada teman-teman diskusi saya DrEugenia
Mardanugraha MEc Dr Hanggono MSc Gideon
Adinirekso MEc Saepullah MA Hum Dr Sofyan Hadi
dan Dr Yusni Maulida MSc
9 Seluruh Staff Adminsitrasi SPS-UIN Ibu Ima Ibu Vemmy
Bapak Arif Bapak Adam dan Bapak Sahmy
10 Teman-teman yang selalu ada dalam senang ataupun susah
selama saya di SPS UIN Jakarta Sarwenda Wina Tresa
Rahayu Abubakr Ibragimov Magomed Tazhdinov Datul
Istada Inda Kartika Zaima Mufarini Mala Yasin Puji
Abdul Qodir Nurun Nisa Ibu Maya dan Artur Gubaydullin
juga para penghuni QR Zulhelmy dan Ade Wahyuddin
serta teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang tidak
mungkin penulis sebutkan satu persatu semoga amal
baiknya mendapat balasan pahala dari Allah SWT Amigtn yagt rabb alrsquoa gtlamigtn
Akhirnya penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh
dari sempurna karena kekurangan dan keterbatasan Oleh karena
itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan
penelitian ini
Jakarta Juli 2015
Penulis
Any Widayatsari
v
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama Any Widayatsari
Tempat Tanggal Lahir Tulungagung7 November 1968
NIM 10300108010115
Jenjang pendidikan Doktoral
Konsentrasi Ekonomi Islam
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi berjudul ldquoModal Sosial
dan Kemiskinan di Gunungkidulrdquo adalah hasil karya saya kecuali
kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya Apabila di dalamnya
terdapat kesalahan dan kekeliruan maka sepenuhnya menjadi tanggung
jawab saya Selain itu apabila di dalamnya terdapat plagiasi yang dapat
berakibat diberikan sanksi berupa pencabutan gelar oleh Sekolah
Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta maka saya siap menanggung resikonya
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
Jakarta 23 Juli 2015
Yang membuat pernyataan
Any Widayatsari
xi
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama Any Widayatsari
NIM 10300108010115
Judul Desertasi Modal Sosial dan Kemiskinan di
Kabupaten Gunungkidul
DI Yogjakarta
Menyatakan bahwa desertasi ini telah di verifikasi oleh DrYusuf
Rahman pada tanggal 6 Juli 2015
Desertasi ini telah diperbaiki sesuai dengan saran verfikasi meliputi
1 Perbaiki penulisan footnote dan daftar pustaka
2 Periksa dan perbaiki ejaan dalam penulisan
3 Perbaiki Abstrak Bahasa Inggris
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat
menjadi pertimbangan untuk menempuh ujian Promosi
Jakarta 6 Juli 2015
Saya yang membuat pernyataan
Any Widayatsari
xv
ABSTRAK
Kesimpulan disertasi adalah kualitas modal sosial modal finansial dan
pemberdayaan masyarakat apabila dikembangkan maka dapat
meningkatkan kapabilitas masyarakat untuk keluar dari kemiskinan Modal
sosial yang dimaksud terdapat dalam UUD 1945 pasal 33 yang merupakan
core values Indonesia yaitu azaz kerjasama dan kekeluargaan yang mengikat
setiap anggota masyarakat
Disertasi ini mendukung Putnam (1993) Woolcock dan Narayan
(2000) yang menyimpulkan bahwa modal sosial adalah sebuah platform
untuk pemberdayaan masyarakat Penurunan kualitas modal sosial
menyebabkan masalah sosial di masyarakat Modal sosial harus
dikembangkan dan harus mampu menjembatani masyarakat dengan sumber
daya yang tersedia di dalam dan di luar komunitas Disertasi ini pun
sependapat dengan Sri-Edi Swasono (2011) yang menyatakan bahwa
pembangunan selayaknya memperhatikan pemerataan untuk rakyat dan
membangun kemampuan produktif (productive capability) rakyat
Pembangunan bukan hanya menjadikan masyarakat mempunyai nilai tambah
secara ekonomi akan tetapi masyarakat mempunyai nilai tambah sosial
kultur
Disertasi ini berbeda dengan Joseacute del Rio Mustre (2005) dan Di Falco
dan Bulte (2011) yang menyatakan bahwa modal sosial tidak berpengaruh
terhadap perekonomian terutama dalam jangka panjang Ikatan sosial yang
menciptakan kebutuhan untuk berbagi dalam ikatan keluarga akan
mengakibatkan distorsi dalam keputusan pembelian aset menghalangi
penciptaan tabungan dan menekan pertumbuhan ekonomi
Disertasi ini membuktikan bahwa kemiskinan di Gunung Kidul
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kemiskinan alami yang berubah
menjadi kemiskinan struktural disebabkan oleh kegagalan pemerintah dalam
mengembangkan kapabilitas masyarakat miskin berdasarkan kepada teori-
teori pembangunan ekonomi yang telah terbukti Kemiskinan diperburuk
oleh program bantuan pemerintah yang bersifat alturistik yang tidak efektif
dan tidak mendorong kemandirian masyarakat untuk keluar dari
kemiskinan Bonding social capital yang berlimpah di Gunungkidul harus
dikembangkan ke dalam bentuk yang lebih luas menjadi modal sosial yang
menjembatani (bridging social capital) dan modal sosial yang
menghubungkan (linking social capital) dan harus didukung oleh modal
keuangan dan modal manusia untuk dapat secara efektif digunakan untuk
meningkatkan kesejahtraan masyarakat
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan dua
jenis data Pertama data primer yangbersumber dari hasil studi dokumen
wawancara observasi dan quesioner Kedua data sekunder yang bersumber
dari referensiyang mendukung berupa buku jurnal majalahdan lain-lain
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi ekonomi yang
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ekonomi dan fenomena
sosial Sedangkan metode penelitian menggunakan Rapid Participation Appraisal (RPA) dan Focus Group Discussion (FGD)
Kata Kunci Kemiskinan Modal Sosial Pemberdayaan Kapabilitas
xvii
ABSTRACT
The conclusion of this dissertation is that the development of social
capital financial capital and community empowerment can improve peoples
capability to escape poverty Social capital which is contained in Article 33 of the
1945 Basic Constitution (UUDrsquo45) are core values of Indonesia namely
cooperation and kinship principles that binds every member of the community
This research concludes that if a community have a more develop quality of
social capital bigger access to financial capital and more empowered then the
greater their capability to move out of poverty Social capital is social ties based on
mutual trust mutual cooperation values and behaviors that bind every member of
the community
This dissertation supports Putnam (1993) Woolcock and Narayan (2000)
whose research conclution is that social capital is a platform for community
empowerment The decline in the quality of social capital lead to social problems in
the community Social capital should be developed and should be able to bridge
communities and resources both of which are available within and outside the
society This research is also in line with Sri-Edi Swasono (2011) who states that
development should take notice to peoplersquos equity and productive capabilities
building Development should not only about economic value it have also count
for social culture value added
This dissertation againts Joseacute Mustre del Rio (2005) Di Falco and Bulte
(2011) statement that social capital has no effect to the economy especially in the
long run Social ties that create the need to share in the family bond will result in
distortions in the decision on the purchase of assets blocking the creation of
savings and suppress economic growth
This dissertation proved that poverty in Gunung Kidul Yogyakarta
Special Region is natural poverty turned into structural poverty caused by
Government failure to developed poor peoplersquos capability based on economic
development theories that has been proven Poverty is exacerbated by un-effective
alturistic based government poverty alleviation programs Gunungkidul has
abundant source of bonding social capital but to be able to used as a poverty
alleviation instrument social capital have to be developed into broader form of
bridging and linking social capital and supported by financial capital and human
capital
This study is a qualitative study using two types of data First the primary
data sourced from the study of documents interviews observations and
questionnaires Second secondary data obtained from the references that support
research either in the form of books journals and others The approach used is
economic sociology approach which aims to analyze the relationship between
economic and social phenomena While research method using Participation Rapid
Appraisal (RPA) and Focus Group Discussion (FGD)
Keywords Poverty Social Capital Empowerment Capability
xix
ادللخص
ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي
من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع
رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال
على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال
اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية
ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان
يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد
االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني
ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة
رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال
عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت
البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية
xx
حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات
FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع
والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات
xxi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam
karya ilmiah ini adalah sebagai berikut
A Konsonan
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = س
sh = ش
s = ص
d = ض
t = ط
z = ظ
ع = lsquo
gh = غ
f = ؼ
q = ؽ
k = ؾ
l = ؿ
m = ـ
n = ف
h = ق
w = ك
y = م
B Vokal
1 Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah A A
Kasrah I I
Dammah U U
xxii
2 Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
ل Fathah dan ya Ai a dan i
ك Fathah dan
wau
Au a dan w
Contoh
haul حول Husain حسني
C Maddah
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا
Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي
Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو
D Tarsquo Marbugttah (ة)
Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai
dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)
madrasah ( )مدرسة
Contoh
املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah
E Shaddah
Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh
nazzala نزل
xxiii
F Kata Sandang
Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang
mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai
huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf
qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل
Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah
seperti kata al-Rajulu (الرجل)
Contoh
al-Qalam القلم al-Shams الشمس
G Pengecualian Transliterasi
Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata
bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia
dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam
konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam
penulisan
xxv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v
PERSETUJUAN PROMOTOR vii
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi
PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii
ABSTRAK xv
PEDOMAN TRANSLITRASI xxi
DAFTAR ISI xxv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Permasalahan 20
1 Identifikasi Masalah 20
2 Pembatasan Masalah 21
3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22
C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22
D Tujuan Penelitian 25
E Manfaat Penelitian 25
F Metodologi Penelitian 26
1 Jenis Penelitian 26
2 Populasi dan Sampel Penelitian 27
3 Data dan Sumber Data 27
a) Data primer 27
b) Data Sekunder 28
4 Metode Pengolahan Data 28
G Sistimatika Penulisan 29
BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM
PERDEBATAN 31
A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan 31
B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan
Islam 44
C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49
D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63
E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan
Islam 73
xxvi
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85
A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat
Gunungkidul 85
B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91
C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97
D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100
BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT
GUNUNGKIDUL 107
A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di
Gunungkidul 107
B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan
Kapabilitas Masyarakat Miskin 118
C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty
Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan
Budaya 127
D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang
Tinggal 136
E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara
Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144
F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan
Peran Lembaga Keuangan 160
BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 181
A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181
B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190
C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197
D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan
Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205
E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan
Modal Sosial 214
BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 223
A Kesimpulan 223
B Saran dan Implikasi 224
xxvii
DAFTAR PUSTAKA 227
GLOSSARY 265
INDEKS 267
BIOGRAFI PENULIS 275
LAMPIRAN 277
xxviii
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
v
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama Any Widayatsari
Tempat Tanggal Lahir Tulungagung7 November 1968
NIM 10300108010115
Jenjang pendidikan Doktoral
Konsentrasi Ekonomi Islam
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi berjudul ldquoModal Sosial
dan Kemiskinan di Gunungkidulrdquo adalah hasil karya saya kecuali
kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya Apabila di dalamnya
terdapat kesalahan dan kekeliruan maka sepenuhnya menjadi tanggung
jawab saya Selain itu apabila di dalamnya terdapat plagiasi yang dapat
berakibat diberikan sanksi berupa pencabutan gelar oleh Sekolah
Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta maka saya siap menanggung resikonya
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
Jakarta 23 Juli 2015
Yang membuat pernyataan
Any Widayatsari
xi
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama Any Widayatsari
NIM 10300108010115
Judul Desertasi Modal Sosial dan Kemiskinan di
Kabupaten Gunungkidul
DI Yogjakarta
Menyatakan bahwa desertasi ini telah di verifikasi oleh DrYusuf
Rahman pada tanggal 6 Juli 2015
Desertasi ini telah diperbaiki sesuai dengan saran verfikasi meliputi
1 Perbaiki penulisan footnote dan daftar pustaka
2 Periksa dan perbaiki ejaan dalam penulisan
3 Perbaiki Abstrak Bahasa Inggris
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat
menjadi pertimbangan untuk menempuh ujian Promosi
Jakarta 6 Juli 2015
Saya yang membuat pernyataan
Any Widayatsari
xv
ABSTRAK
Kesimpulan disertasi adalah kualitas modal sosial modal finansial dan
pemberdayaan masyarakat apabila dikembangkan maka dapat
meningkatkan kapabilitas masyarakat untuk keluar dari kemiskinan Modal
sosial yang dimaksud terdapat dalam UUD 1945 pasal 33 yang merupakan
core values Indonesia yaitu azaz kerjasama dan kekeluargaan yang mengikat
setiap anggota masyarakat
Disertasi ini mendukung Putnam (1993) Woolcock dan Narayan
(2000) yang menyimpulkan bahwa modal sosial adalah sebuah platform
untuk pemberdayaan masyarakat Penurunan kualitas modal sosial
menyebabkan masalah sosial di masyarakat Modal sosial harus
dikembangkan dan harus mampu menjembatani masyarakat dengan sumber
daya yang tersedia di dalam dan di luar komunitas Disertasi ini pun
sependapat dengan Sri-Edi Swasono (2011) yang menyatakan bahwa
pembangunan selayaknya memperhatikan pemerataan untuk rakyat dan
membangun kemampuan produktif (productive capability) rakyat
Pembangunan bukan hanya menjadikan masyarakat mempunyai nilai tambah
secara ekonomi akan tetapi masyarakat mempunyai nilai tambah sosial
kultur
Disertasi ini berbeda dengan Joseacute del Rio Mustre (2005) dan Di Falco
dan Bulte (2011) yang menyatakan bahwa modal sosial tidak berpengaruh
terhadap perekonomian terutama dalam jangka panjang Ikatan sosial yang
menciptakan kebutuhan untuk berbagi dalam ikatan keluarga akan
mengakibatkan distorsi dalam keputusan pembelian aset menghalangi
penciptaan tabungan dan menekan pertumbuhan ekonomi
Disertasi ini membuktikan bahwa kemiskinan di Gunung Kidul
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kemiskinan alami yang berubah
menjadi kemiskinan struktural disebabkan oleh kegagalan pemerintah dalam
mengembangkan kapabilitas masyarakat miskin berdasarkan kepada teori-
teori pembangunan ekonomi yang telah terbukti Kemiskinan diperburuk
oleh program bantuan pemerintah yang bersifat alturistik yang tidak efektif
dan tidak mendorong kemandirian masyarakat untuk keluar dari
kemiskinan Bonding social capital yang berlimpah di Gunungkidul harus
dikembangkan ke dalam bentuk yang lebih luas menjadi modal sosial yang
menjembatani (bridging social capital) dan modal sosial yang
menghubungkan (linking social capital) dan harus didukung oleh modal
keuangan dan modal manusia untuk dapat secara efektif digunakan untuk
meningkatkan kesejahtraan masyarakat
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan dua
jenis data Pertama data primer yangbersumber dari hasil studi dokumen
wawancara observasi dan quesioner Kedua data sekunder yang bersumber
dari referensiyang mendukung berupa buku jurnal majalahdan lain-lain
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi ekonomi yang
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ekonomi dan fenomena
sosial Sedangkan metode penelitian menggunakan Rapid Participation Appraisal (RPA) dan Focus Group Discussion (FGD)
Kata Kunci Kemiskinan Modal Sosial Pemberdayaan Kapabilitas
xvii
ABSTRACT
The conclusion of this dissertation is that the development of social
capital financial capital and community empowerment can improve peoples
capability to escape poverty Social capital which is contained in Article 33 of the
1945 Basic Constitution (UUDrsquo45) are core values of Indonesia namely
cooperation and kinship principles that binds every member of the community
This research concludes that if a community have a more develop quality of
social capital bigger access to financial capital and more empowered then the
greater their capability to move out of poverty Social capital is social ties based on
mutual trust mutual cooperation values and behaviors that bind every member of
the community
This dissertation supports Putnam (1993) Woolcock and Narayan (2000)
whose research conclution is that social capital is a platform for community
empowerment The decline in the quality of social capital lead to social problems in
the community Social capital should be developed and should be able to bridge
communities and resources both of which are available within and outside the
society This research is also in line with Sri-Edi Swasono (2011) who states that
development should take notice to peoplersquos equity and productive capabilities
building Development should not only about economic value it have also count
for social culture value added
This dissertation againts Joseacute Mustre del Rio (2005) Di Falco and Bulte
(2011) statement that social capital has no effect to the economy especially in the
long run Social ties that create the need to share in the family bond will result in
distortions in the decision on the purchase of assets blocking the creation of
savings and suppress economic growth
This dissertation proved that poverty in Gunung Kidul Yogyakarta
Special Region is natural poverty turned into structural poverty caused by
Government failure to developed poor peoplersquos capability based on economic
development theories that has been proven Poverty is exacerbated by un-effective
alturistic based government poverty alleviation programs Gunungkidul has
abundant source of bonding social capital but to be able to used as a poverty
alleviation instrument social capital have to be developed into broader form of
bridging and linking social capital and supported by financial capital and human
capital
This study is a qualitative study using two types of data First the primary
data sourced from the study of documents interviews observations and
questionnaires Second secondary data obtained from the references that support
research either in the form of books journals and others The approach used is
economic sociology approach which aims to analyze the relationship between
economic and social phenomena While research method using Participation Rapid
Appraisal (RPA) and Focus Group Discussion (FGD)
Keywords Poverty Social Capital Empowerment Capability
xix
ادللخص
ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي
من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع
رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال
على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال
اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية
ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان
يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد
االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني
ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة
رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال
عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت
البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية
xx
حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات
FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع
والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات
xxi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam
karya ilmiah ini adalah sebagai berikut
A Konsonan
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = س
sh = ش
s = ص
d = ض
t = ط
z = ظ
ع = lsquo
gh = غ
f = ؼ
q = ؽ
k = ؾ
l = ؿ
m = ـ
n = ف
h = ق
w = ك
y = م
B Vokal
1 Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah A A
Kasrah I I
Dammah U U
xxii
2 Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
ل Fathah dan ya Ai a dan i
ك Fathah dan
wau
Au a dan w
Contoh
haul حول Husain حسني
C Maddah
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا
Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي
Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو
D Tarsquo Marbugttah (ة)
Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai
dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)
madrasah ( )مدرسة
Contoh
املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah
E Shaddah
Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh
nazzala نزل
xxiii
F Kata Sandang
Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang
mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai
huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf
qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل
Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah
seperti kata al-Rajulu (الرجل)
Contoh
al-Qalam القلم al-Shams الشمس
G Pengecualian Transliterasi
Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata
bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia
dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam
konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam
penulisan
xxv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v
PERSETUJUAN PROMOTOR vii
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi
PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii
ABSTRAK xv
PEDOMAN TRANSLITRASI xxi
DAFTAR ISI xxv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Permasalahan 20
1 Identifikasi Masalah 20
2 Pembatasan Masalah 21
3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22
C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22
D Tujuan Penelitian 25
E Manfaat Penelitian 25
F Metodologi Penelitian 26
1 Jenis Penelitian 26
2 Populasi dan Sampel Penelitian 27
3 Data dan Sumber Data 27
a) Data primer 27
b) Data Sekunder 28
4 Metode Pengolahan Data 28
G Sistimatika Penulisan 29
BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM
PERDEBATAN 31
A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan 31
B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan
Islam 44
C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49
D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63
E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan
Islam 73
xxvi
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85
A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat
Gunungkidul 85
B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91
C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97
D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100
BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT
GUNUNGKIDUL 107
A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di
Gunungkidul 107
B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan
Kapabilitas Masyarakat Miskin 118
C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty
Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan
Budaya 127
D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang
Tinggal 136
E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara
Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144
F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan
Peran Lembaga Keuangan 160
BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 181
A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181
B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190
C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197
D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan
Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205
E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan
Modal Sosial 214
BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 223
A Kesimpulan 223
B Saran dan Implikasi 224
xxvii
DAFTAR PUSTAKA 227
GLOSSARY 265
INDEKS 267
BIOGRAFI PENULIS 275
LAMPIRAN 277
xxviii
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
xi
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama Any Widayatsari
NIM 10300108010115
Judul Desertasi Modal Sosial dan Kemiskinan di
Kabupaten Gunungkidul
DI Yogjakarta
Menyatakan bahwa desertasi ini telah di verifikasi oleh DrYusuf
Rahman pada tanggal 6 Juli 2015
Desertasi ini telah diperbaiki sesuai dengan saran verfikasi meliputi
1 Perbaiki penulisan footnote dan daftar pustaka
2 Periksa dan perbaiki ejaan dalam penulisan
3 Perbaiki Abstrak Bahasa Inggris
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat
menjadi pertimbangan untuk menempuh ujian Promosi
Jakarta 6 Juli 2015
Saya yang membuat pernyataan
Any Widayatsari
xv
ABSTRAK
Kesimpulan disertasi adalah kualitas modal sosial modal finansial dan
pemberdayaan masyarakat apabila dikembangkan maka dapat
meningkatkan kapabilitas masyarakat untuk keluar dari kemiskinan Modal
sosial yang dimaksud terdapat dalam UUD 1945 pasal 33 yang merupakan
core values Indonesia yaitu azaz kerjasama dan kekeluargaan yang mengikat
setiap anggota masyarakat
Disertasi ini mendukung Putnam (1993) Woolcock dan Narayan
(2000) yang menyimpulkan bahwa modal sosial adalah sebuah platform
untuk pemberdayaan masyarakat Penurunan kualitas modal sosial
menyebabkan masalah sosial di masyarakat Modal sosial harus
dikembangkan dan harus mampu menjembatani masyarakat dengan sumber
daya yang tersedia di dalam dan di luar komunitas Disertasi ini pun
sependapat dengan Sri-Edi Swasono (2011) yang menyatakan bahwa
pembangunan selayaknya memperhatikan pemerataan untuk rakyat dan
membangun kemampuan produktif (productive capability) rakyat
Pembangunan bukan hanya menjadikan masyarakat mempunyai nilai tambah
secara ekonomi akan tetapi masyarakat mempunyai nilai tambah sosial
kultur
Disertasi ini berbeda dengan Joseacute del Rio Mustre (2005) dan Di Falco
dan Bulte (2011) yang menyatakan bahwa modal sosial tidak berpengaruh
terhadap perekonomian terutama dalam jangka panjang Ikatan sosial yang
menciptakan kebutuhan untuk berbagi dalam ikatan keluarga akan
mengakibatkan distorsi dalam keputusan pembelian aset menghalangi
penciptaan tabungan dan menekan pertumbuhan ekonomi
Disertasi ini membuktikan bahwa kemiskinan di Gunung Kidul
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kemiskinan alami yang berubah
menjadi kemiskinan struktural disebabkan oleh kegagalan pemerintah dalam
mengembangkan kapabilitas masyarakat miskin berdasarkan kepada teori-
teori pembangunan ekonomi yang telah terbukti Kemiskinan diperburuk
oleh program bantuan pemerintah yang bersifat alturistik yang tidak efektif
dan tidak mendorong kemandirian masyarakat untuk keluar dari
kemiskinan Bonding social capital yang berlimpah di Gunungkidul harus
dikembangkan ke dalam bentuk yang lebih luas menjadi modal sosial yang
menjembatani (bridging social capital) dan modal sosial yang
menghubungkan (linking social capital) dan harus didukung oleh modal
keuangan dan modal manusia untuk dapat secara efektif digunakan untuk
meningkatkan kesejahtraan masyarakat
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan dua
jenis data Pertama data primer yangbersumber dari hasil studi dokumen
wawancara observasi dan quesioner Kedua data sekunder yang bersumber
dari referensiyang mendukung berupa buku jurnal majalahdan lain-lain
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi ekonomi yang
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ekonomi dan fenomena
sosial Sedangkan metode penelitian menggunakan Rapid Participation Appraisal (RPA) dan Focus Group Discussion (FGD)
Kata Kunci Kemiskinan Modal Sosial Pemberdayaan Kapabilitas
xvii
ABSTRACT
The conclusion of this dissertation is that the development of social
capital financial capital and community empowerment can improve peoples
capability to escape poverty Social capital which is contained in Article 33 of the
1945 Basic Constitution (UUDrsquo45) are core values of Indonesia namely
cooperation and kinship principles that binds every member of the community
This research concludes that if a community have a more develop quality of
social capital bigger access to financial capital and more empowered then the
greater their capability to move out of poverty Social capital is social ties based on
mutual trust mutual cooperation values and behaviors that bind every member of
the community
This dissertation supports Putnam (1993) Woolcock and Narayan (2000)
whose research conclution is that social capital is a platform for community
empowerment The decline in the quality of social capital lead to social problems in
the community Social capital should be developed and should be able to bridge
communities and resources both of which are available within and outside the
society This research is also in line with Sri-Edi Swasono (2011) who states that
development should take notice to peoplersquos equity and productive capabilities
building Development should not only about economic value it have also count
for social culture value added
This dissertation againts Joseacute Mustre del Rio (2005) Di Falco and Bulte
(2011) statement that social capital has no effect to the economy especially in the
long run Social ties that create the need to share in the family bond will result in
distortions in the decision on the purchase of assets blocking the creation of
savings and suppress economic growth
This dissertation proved that poverty in Gunung Kidul Yogyakarta
Special Region is natural poverty turned into structural poverty caused by
Government failure to developed poor peoplersquos capability based on economic
development theories that has been proven Poverty is exacerbated by un-effective
alturistic based government poverty alleviation programs Gunungkidul has
abundant source of bonding social capital but to be able to used as a poverty
alleviation instrument social capital have to be developed into broader form of
bridging and linking social capital and supported by financial capital and human
capital
This study is a qualitative study using two types of data First the primary
data sourced from the study of documents interviews observations and
questionnaires Second secondary data obtained from the references that support
research either in the form of books journals and others The approach used is
economic sociology approach which aims to analyze the relationship between
economic and social phenomena While research method using Participation Rapid
Appraisal (RPA) and Focus Group Discussion (FGD)
Keywords Poverty Social Capital Empowerment Capability
xix
ادللخص
ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي
من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع
رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال
على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال
اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية
ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان
يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد
االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني
ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة
رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال
عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت
البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية
xx
حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات
FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع
والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات
xxi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam
karya ilmiah ini adalah sebagai berikut
A Konsonan
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = س
sh = ش
s = ص
d = ض
t = ط
z = ظ
ع = lsquo
gh = غ
f = ؼ
q = ؽ
k = ؾ
l = ؿ
m = ـ
n = ف
h = ق
w = ك
y = م
B Vokal
1 Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah A A
Kasrah I I
Dammah U U
xxii
2 Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
ل Fathah dan ya Ai a dan i
ك Fathah dan
wau
Au a dan w
Contoh
haul حول Husain حسني
C Maddah
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا
Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي
Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو
D Tarsquo Marbugttah (ة)
Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai
dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)
madrasah ( )مدرسة
Contoh
املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah
E Shaddah
Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh
nazzala نزل
xxiii
F Kata Sandang
Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang
mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai
huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf
qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل
Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah
seperti kata al-Rajulu (الرجل)
Contoh
al-Qalam القلم al-Shams الشمس
G Pengecualian Transliterasi
Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata
bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia
dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam
konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam
penulisan
xxv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v
PERSETUJUAN PROMOTOR vii
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi
PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii
ABSTRAK xv
PEDOMAN TRANSLITRASI xxi
DAFTAR ISI xxv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Permasalahan 20
1 Identifikasi Masalah 20
2 Pembatasan Masalah 21
3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22
C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22
D Tujuan Penelitian 25
E Manfaat Penelitian 25
F Metodologi Penelitian 26
1 Jenis Penelitian 26
2 Populasi dan Sampel Penelitian 27
3 Data dan Sumber Data 27
a) Data primer 27
b) Data Sekunder 28
4 Metode Pengolahan Data 28
G Sistimatika Penulisan 29
BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM
PERDEBATAN 31
A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan 31
B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan
Islam 44
C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49
D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63
E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan
Islam 73
xxvi
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85
A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat
Gunungkidul 85
B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91
C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97
D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100
BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT
GUNUNGKIDUL 107
A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di
Gunungkidul 107
B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan
Kapabilitas Masyarakat Miskin 118
C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty
Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan
Budaya 127
D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang
Tinggal 136
E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara
Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144
F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan
Peran Lembaga Keuangan 160
BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 181
A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181
B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190
C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197
D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan
Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205
E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan
Modal Sosial 214
BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 223
A Kesimpulan 223
B Saran dan Implikasi 224
xxvii
DAFTAR PUSTAKA 227
GLOSSARY 265
INDEKS 267
BIOGRAFI PENULIS 275
LAMPIRAN 277
xxviii
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
xv
ABSTRAK
Kesimpulan disertasi adalah kualitas modal sosial modal finansial dan
pemberdayaan masyarakat apabila dikembangkan maka dapat
meningkatkan kapabilitas masyarakat untuk keluar dari kemiskinan Modal
sosial yang dimaksud terdapat dalam UUD 1945 pasal 33 yang merupakan
core values Indonesia yaitu azaz kerjasama dan kekeluargaan yang mengikat
setiap anggota masyarakat
Disertasi ini mendukung Putnam (1993) Woolcock dan Narayan
(2000) yang menyimpulkan bahwa modal sosial adalah sebuah platform
untuk pemberdayaan masyarakat Penurunan kualitas modal sosial
menyebabkan masalah sosial di masyarakat Modal sosial harus
dikembangkan dan harus mampu menjembatani masyarakat dengan sumber
daya yang tersedia di dalam dan di luar komunitas Disertasi ini pun
sependapat dengan Sri-Edi Swasono (2011) yang menyatakan bahwa
pembangunan selayaknya memperhatikan pemerataan untuk rakyat dan
membangun kemampuan produktif (productive capability) rakyat
Pembangunan bukan hanya menjadikan masyarakat mempunyai nilai tambah
secara ekonomi akan tetapi masyarakat mempunyai nilai tambah sosial
kultur
Disertasi ini berbeda dengan Joseacute del Rio Mustre (2005) dan Di Falco
dan Bulte (2011) yang menyatakan bahwa modal sosial tidak berpengaruh
terhadap perekonomian terutama dalam jangka panjang Ikatan sosial yang
menciptakan kebutuhan untuk berbagi dalam ikatan keluarga akan
mengakibatkan distorsi dalam keputusan pembelian aset menghalangi
penciptaan tabungan dan menekan pertumbuhan ekonomi
Disertasi ini membuktikan bahwa kemiskinan di Gunung Kidul
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kemiskinan alami yang berubah
menjadi kemiskinan struktural disebabkan oleh kegagalan pemerintah dalam
mengembangkan kapabilitas masyarakat miskin berdasarkan kepada teori-
teori pembangunan ekonomi yang telah terbukti Kemiskinan diperburuk
oleh program bantuan pemerintah yang bersifat alturistik yang tidak efektif
dan tidak mendorong kemandirian masyarakat untuk keluar dari
kemiskinan Bonding social capital yang berlimpah di Gunungkidul harus
dikembangkan ke dalam bentuk yang lebih luas menjadi modal sosial yang
menjembatani (bridging social capital) dan modal sosial yang
menghubungkan (linking social capital) dan harus didukung oleh modal
keuangan dan modal manusia untuk dapat secara efektif digunakan untuk
meningkatkan kesejahtraan masyarakat
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan dua
jenis data Pertama data primer yangbersumber dari hasil studi dokumen
wawancara observasi dan quesioner Kedua data sekunder yang bersumber
dari referensiyang mendukung berupa buku jurnal majalahdan lain-lain
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi ekonomi yang
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ekonomi dan fenomena
sosial Sedangkan metode penelitian menggunakan Rapid Participation Appraisal (RPA) dan Focus Group Discussion (FGD)
Kata Kunci Kemiskinan Modal Sosial Pemberdayaan Kapabilitas
xvii
ABSTRACT
The conclusion of this dissertation is that the development of social
capital financial capital and community empowerment can improve peoples
capability to escape poverty Social capital which is contained in Article 33 of the
1945 Basic Constitution (UUDrsquo45) are core values of Indonesia namely
cooperation and kinship principles that binds every member of the community
This research concludes that if a community have a more develop quality of
social capital bigger access to financial capital and more empowered then the
greater their capability to move out of poverty Social capital is social ties based on
mutual trust mutual cooperation values and behaviors that bind every member of
the community
This dissertation supports Putnam (1993) Woolcock and Narayan (2000)
whose research conclution is that social capital is a platform for community
empowerment The decline in the quality of social capital lead to social problems in
the community Social capital should be developed and should be able to bridge
communities and resources both of which are available within and outside the
society This research is also in line with Sri-Edi Swasono (2011) who states that
development should take notice to peoplersquos equity and productive capabilities
building Development should not only about economic value it have also count
for social culture value added
This dissertation againts Joseacute Mustre del Rio (2005) Di Falco and Bulte
(2011) statement that social capital has no effect to the economy especially in the
long run Social ties that create the need to share in the family bond will result in
distortions in the decision on the purchase of assets blocking the creation of
savings and suppress economic growth
This dissertation proved that poverty in Gunung Kidul Yogyakarta
Special Region is natural poverty turned into structural poverty caused by
Government failure to developed poor peoplersquos capability based on economic
development theories that has been proven Poverty is exacerbated by un-effective
alturistic based government poverty alleviation programs Gunungkidul has
abundant source of bonding social capital but to be able to used as a poverty
alleviation instrument social capital have to be developed into broader form of
bridging and linking social capital and supported by financial capital and human
capital
This study is a qualitative study using two types of data First the primary
data sourced from the study of documents interviews observations and
questionnaires Second secondary data obtained from the references that support
research either in the form of books journals and others The approach used is
economic sociology approach which aims to analyze the relationship between
economic and social phenomena While research method using Participation Rapid
Appraisal (RPA) and Focus Group Discussion (FGD)
Keywords Poverty Social Capital Empowerment Capability
xix
ادللخص
ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي
من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع
رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال
على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال
اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية
ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان
يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد
االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني
ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة
رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال
عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت
البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية
xx
حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات
FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع
والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات
xxi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam
karya ilmiah ini adalah sebagai berikut
A Konsonan
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = س
sh = ش
s = ص
d = ض
t = ط
z = ظ
ع = lsquo
gh = غ
f = ؼ
q = ؽ
k = ؾ
l = ؿ
m = ـ
n = ف
h = ق
w = ك
y = م
B Vokal
1 Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah A A
Kasrah I I
Dammah U U
xxii
2 Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
ل Fathah dan ya Ai a dan i
ك Fathah dan
wau
Au a dan w
Contoh
haul حول Husain حسني
C Maddah
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا
Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي
Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو
D Tarsquo Marbugttah (ة)
Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai
dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)
madrasah ( )مدرسة
Contoh
املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah
E Shaddah
Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh
nazzala نزل
xxiii
F Kata Sandang
Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang
mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai
huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf
qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل
Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah
seperti kata al-Rajulu (الرجل)
Contoh
al-Qalam القلم al-Shams الشمس
G Pengecualian Transliterasi
Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata
bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia
dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam
konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam
penulisan
xxv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v
PERSETUJUAN PROMOTOR vii
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi
PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii
ABSTRAK xv
PEDOMAN TRANSLITRASI xxi
DAFTAR ISI xxv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Permasalahan 20
1 Identifikasi Masalah 20
2 Pembatasan Masalah 21
3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22
C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22
D Tujuan Penelitian 25
E Manfaat Penelitian 25
F Metodologi Penelitian 26
1 Jenis Penelitian 26
2 Populasi dan Sampel Penelitian 27
3 Data dan Sumber Data 27
a) Data primer 27
b) Data Sekunder 28
4 Metode Pengolahan Data 28
G Sistimatika Penulisan 29
BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM
PERDEBATAN 31
A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan 31
B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan
Islam 44
C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49
D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63
E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan
Islam 73
xxvi
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85
A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat
Gunungkidul 85
B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91
C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97
D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100
BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT
GUNUNGKIDUL 107
A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di
Gunungkidul 107
B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan
Kapabilitas Masyarakat Miskin 118
C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty
Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan
Budaya 127
D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang
Tinggal 136
E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara
Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144
F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan
Peran Lembaga Keuangan 160
BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 181
A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181
B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190
C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197
D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan
Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205
E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan
Modal Sosial 214
BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 223
A Kesimpulan 223
B Saran dan Implikasi 224
xxvii
DAFTAR PUSTAKA 227
GLOSSARY 265
INDEKS 267
BIOGRAFI PENULIS 275
LAMPIRAN 277
xxviii
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi ekonomi yang
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ekonomi dan fenomena
sosial Sedangkan metode penelitian menggunakan Rapid Participation Appraisal (RPA) dan Focus Group Discussion (FGD)
Kata Kunci Kemiskinan Modal Sosial Pemberdayaan Kapabilitas
xvii
ABSTRACT
The conclusion of this dissertation is that the development of social
capital financial capital and community empowerment can improve peoples
capability to escape poverty Social capital which is contained in Article 33 of the
1945 Basic Constitution (UUDrsquo45) are core values of Indonesia namely
cooperation and kinship principles that binds every member of the community
This research concludes that if a community have a more develop quality of
social capital bigger access to financial capital and more empowered then the
greater their capability to move out of poverty Social capital is social ties based on
mutual trust mutual cooperation values and behaviors that bind every member of
the community
This dissertation supports Putnam (1993) Woolcock and Narayan (2000)
whose research conclution is that social capital is a platform for community
empowerment The decline in the quality of social capital lead to social problems in
the community Social capital should be developed and should be able to bridge
communities and resources both of which are available within and outside the
society This research is also in line with Sri-Edi Swasono (2011) who states that
development should take notice to peoplersquos equity and productive capabilities
building Development should not only about economic value it have also count
for social culture value added
This dissertation againts Joseacute Mustre del Rio (2005) Di Falco and Bulte
(2011) statement that social capital has no effect to the economy especially in the
long run Social ties that create the need to share in the family bond will result in
distortions in the decision on the purchase of assets blocking the creation of
savings and suppress economic growth
This dissertation proved that poverty in Gunung Kidul Yogyakarta
Special Region is natural poverty turned into structural poverty caused by
Government failure to developed poor peoplersquos capability based on economic
development theories that has been proven Poverty is exacerbated by un-effective
alturistic based government poverty alleviation programs Gunungkidul has
abundant source of bonding social capital but to be able to used as a poverty
alleviation instrument social capital have to be developed into broader form of
bridging and linking social capital and supported by financial capital and human
capital
This study is a qualitative study using two types of data First the primary
data sourced from the study of documents interviews observations and
questionnaires Second secondary data obtained from the references that support
research either in the form of books journals and others The approach used is
economic sociology approach which aims to analyze the relationship between
economic and social phenomena While research method using Participation Rapid
Appraisal (RPA) and Focus Group Discussion (FGD)
Keywords Poverty Social Capital Empowerment Capability
xix
ادللخص
ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي
من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع
رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال
على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال
اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية
ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان
يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد
االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني
ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة
رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال
عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت
البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية
xx
حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات
FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع
والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات
xxi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam
karya ilmiah ini adalah sebagai berikut
A Konsonan
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = س
sh = ش
s = ص
d = ض
t = ط
z = ظ
ع = lsquo
gh = غ
f = ؼ
q = ؽ
k = ؾ
l = ؿ
m = ـ
n = ف
h = ق
w = ك
y = م
B Vokal
1 Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah A A
Kasrah I I
Dammah U U
xxii
2 Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
ل Fathah dan ya Ai a dan i
ك Fathah dan
wau
Au a dan w
Contoh
haul حول Husain حسني
C Maddah
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا
Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي
Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو
D Tarsquo Marbugttah (ة)
Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai
dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)
madrasah ( )مدرسة
Contoh
املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah
E Shaddah
Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh
nazzala نزل
xxiii
F Kata Sandang
Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang
mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai
huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf
qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل
Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah
seperti kata al-Rajulu (الرجل)
Contoh
al-Qalam القلم al-Shams الشمس
G Pengecualian Transliterasi
Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata
bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia
dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam
konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam
penulisan
xxv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v
PERSETUJUAN PROMOTOR vii
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi
PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii
ABSTRAK xv
PEDOMAN TRANSLITRASI xxi
DAFTAR ISI xxv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Permasalahan 20
1 Identifikasi Masalah 20
2 Pembatasan Masalah 21
3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22
C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22
D Tujuan Penelitian 25
E Manfaat Penelitian 25
F Metodologi Penelitian 26
1 Jenis Penelitian 26
2 Populasi dan Sampel Penelitian 27
3 Data dan Sumber Data 27
a) Data primer 27
b) Data Sekunder 28
4 Metode Pengolahan Data 28
G Sistimatika Penulisan 29
BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM
PERDEBATAN 31
A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan 31
B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan
Islam 44
C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49
D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63
E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan
Islam 73
xxvi
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85
A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat
Gunungkidul 85
B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91
C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97
D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100
BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT
GUNUNGKIDUL 107
A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di
Gunungkidul 107
B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan
Kapabilitas Masyarakat Miskin 118
C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty
Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan
Budaya 127
D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang
Tinggal 136
E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara
Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144
F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan
Peran Lembaga Keuangan 160
BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 181
A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181
B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190
C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197
D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan
Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205
E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan
Modal Sosial 214
BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 223
A Kesimpulan 223
B Saran dan Implikasi 224
xxvii
DAFTAR PUSTAKA 227
GLOSSARY 265
INDEKS 267
BIOGRAFI PENULIS 275
LAMPIRAN 277
xxviii
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
xvii
ABSTRACT
The conclusion of this dissertation is that the development of social
capital financial capital and community empowerment can improve peoples
capability to escape poverty Social capital which is contained in Article 33 of the
1945 Basic Constitution (UUDrsquo45) are core values of Indonesia namely
cooperation and kinship principles that binds every member of the community
This research concludes that if a community have a more develop quality of
social capital bigger access to financial capital and more empowered then the
greater their capability to move out of poverty Social capital is social ties based on
mutual trust mutual cooperation values and behaviors that bind every member of
the community
This dissertation supports Putnam (1993) Woolcock and Narayan (2000)
whose research conclution is that social capital is a platform for community
empowerment The decline in the quality of social capital lead to social problems in
the community Social capital should be developed and should be able to bridge
communities and resources both of which are available within and outside the
society This research is also in line with Sri-Edi Swasono (2011) who states that
development should take notice to peoplersquos equity and productive capabilities
building Development should not only about economic value it have also count
for social culture value added
This dissertation againts Joseacute Mustre del Rio (2005) Di Falco and Bulte
(2011) statement that social capital has no effect to the economy especially in the
long run Social ties that create the need to share in the family bond will result in
distortions in the decision on the purchase of assets blocking the creation of
savings and suppress economic growth
This dissertation proved that poverty in Gunung Kidul Yogyakarta
Special Region is natural poverty turned into structural poverty caused by
Government failure to developed poor peoplersquos capability based on economic
development theories that has been proven Poverty is exacerbated by un-effective
alturistic based government poverty alleviation programs Gunungkidul has
abundant source of bonding social capital but to be able to used as a poverty
alleviation instrument social capital have to be developed into broader form of
bridging and linking social capital and supported by financial capital and human
capital
This study is a qualitative study using two types of data First the primary
data sourced from the study of documents interviews observations and
questionnaires Second secondary data obtained from the references that support
research either in the form of books journals and others The approach used is
economic sociology approach which aims to analyze the relationship between
economic and social phenomena While research method using Participation Rapid
Appraisal (RPA) and Focus Group Discussion (FGD)
Keywords Poverty Social Capital Empowerment Capability
xix
ادللخص
ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي
من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع
رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال
على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال
اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية
ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان
يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد
االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني
ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة
رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال
عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت
البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية
xx
حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات
FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع
والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات
xxi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam
karya ilmiah ini adalah sebagai berikut
A Konsonan
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = س
sh = ش
s = ص
d = ض
t = ط
z = ظ
ع = lsquo
gh = غ
f = ؼ
q = ؽ
k = ؾ
l = ؿ
m = ـ
n = ف
h = ق
w = ك
y = م
B Vokal
1 Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah A A
Kasrah I I
Dammah U U
xxii
2 Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
ل Fathah dan ya Ai a dan i
ك Fathah dan
wau
Au a dan w
Contoh
haul حول Husain حسني
C Maddah
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا
Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي
Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو
D Tarsquo Marbugttah (ة)
Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai
dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)
madrasah ( )مدرسة
Contoh
املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah
E Shaddah
Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh
nazzala نزل
xxiii
F Kata Sandang
Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang
mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai
huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf
qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل
Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah
seperti kata al-Rajulu (الرجل)
Contoh
al-Qalam القلم al-Shams الشمس
G Pengecualian Transliterasi
Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata
bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia
dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam
konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam
penulisan
xxv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v
PERSETUJUAN PROMOTOR vii
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi
PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii
ABSTRAK xv
PEDOMAN TRANSLITRASI xxi
DAFTAR ISI xxv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Permasalahan 20
1 Identifikasi Masalah 20
2 Pembatasan Masalah 21
3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22
C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22
D Tujuan Penelitian 25
E Manfaat Penelitian 25
F Metodologi Penelitian 26
1 Jenis Penelitian 26
2 Populasi dan Sampel Penelitian 27
3 Data dan Sumber Data 27
a) Data primer 27
b) Data Sekunder 28
4 Metode Pengolahan Data 28
G Sistimatika Penulisan 29
BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM
PERDEBATAN 31
A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan 31
B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan
Islam 44
C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49
D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63
E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan
Islam 73
xxvi
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85
A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat
Gunungkidul 85
B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91
C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97
D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100
BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT
GUNUNGKIDUL 107
A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di
Gunungkidul 107
B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan
Kapabilitas Masyarakat Miskin 118
C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty
Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan
Budaya 127
D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang
Tinggal 136
E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara
Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144
F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan
Peran Lembaga Keuangan 160
BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 181
A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181
B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190
C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197
D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan
Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205
E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan
Modal Sosial 214
BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 223
A Kesimpulan 223
B Saran dan Implikasi 224
xxvii
DAFTAR PUSTAKA 227
GLOSSARY 265
INDEKS 267
BIOGRAFI PENULIS 275
LAMPIRAN 277
xxviii
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
xix
ادللخص
ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي
من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع
رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال
على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال
اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية
ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان
يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد
االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني
ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة
رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال
عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت
البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية
xx
حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات
FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع
والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات
xxi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam
karya ilmiah ini adalah sebagai berikut
A Konsonan
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = س
sh = ش
s = ص
d = ض
t = ط
z = ظ
ع = lsquo
gh = غ
f = ؼ
q = ؽ
k = ؾ
l = ؿ
m = ـ
n = ف
h = ق
w = ك
y = م
B Vokal
1 Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah A A
Kasrah I I
Dammah U U
xxii
2 Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
ل Fathah dan ya Ai a dan i
ك Fathah dan
wau
Au a dan w
Contoh
haul حول Husain حسني
C Maddah
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا
Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي
Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو
D Tarsquo Marbugttah (ة)
Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai
dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)
madrasah ( )مدرسة
Contoh
املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah
E Shaddah
Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh
nazzala نزل
xxiii
F Kata Sandang
Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang
mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai
huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf
qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل
Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah
seperti kata al-Rajulu (الرجل)
Contoh
al-Qalam القلم al-Shams الشمس
G Pengecualian Transliterasi
Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata
bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia
dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam
konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam
penulisan
xxv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v
PERSETUJUAN PROMOTOR vii
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi
PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii
ABSTRAK xv
PEDOMAN TRANSLITRASI xxi
DAFTAR ISI xxv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Permasalahan 20
1 Identifikasi Masalah 20
2 Pembatasan Masalah 21
3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22
C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22
D Tujuan Penelitian 25
E Manfaat Penelitian 25
F Metodologi Penelitian 26
1 Jenis Penelitian 26
2 Populasi dan Sampel Penelitian 27
3 Data dan Sumber Data 27
a) Data primer 27
b) Data Sekunder 28
4 Metode Pengolahan Data 28
G Sistimatika Penulisan 29
BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM
PERDEBATAN 31
A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan 31
B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan
Islam 44
C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49
D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63
E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan
Islam 73
xxvi
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85
A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat
Gunungkidul 85
B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91
C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97
D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100
BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT
GUNUNGKIDUL 107
A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di
Gunungkidul 107
B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan
Kapabilitas Masyarakat Miskin 118
C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty
Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan
Budaya 127
D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang
Tinggal 136
E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara
Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144
F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan
Peran Lembaga Keuangan 160
BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 181
A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181
B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190
C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197
D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan
Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205
E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan
Modal Sosial 214
BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 223
A Kesimpulan 223
B Saran dan Implikasi 224
xxvii
DAFTAR PUSTAKA 227
GLOSSARY 265
INDEKS 267
BIOGRAFI PENULIS 275
LAMPIRAN 277
xxviii
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
xx
حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات
FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع
والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات
xxi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam
karya ilmiah ini adalah sebagai berikut
A Konsonan
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = س
sh = ش
s = ص
d = ض
t = ط
z = ظ
ع = lsquo
gh = غ
f = ؼ
q = ؽ
k = ؾ
l = ؿ
m = ـ
n = ف
h = ق
w = ك
y = م
B Vokal
1 Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah A A
Kasrah I I
Dammah U U
xxii
2 Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
ل Fathah dan ya Ai a dan i
ك Fathah dan
wau
Au a dan w
Contoh
haul حول Husain حسني
C Maddah
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا
Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي
Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو
D Tarsquo Marbugttah (ة)
Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai
dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)
madrasah ( )مدرسة
Contoh
املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah
E Shaddah
Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh
nazzala نزل
xxiii
F Kata Sandang
Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang
mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai
huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf
qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل
Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah
seperti kata al-Rajulu (الرجل)
Contoh
al-Qalam القلم al-Shams الشمس
G Pengecualian Transliterasi
Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata
bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia
dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam
konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam
penulisan
xxv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v
PERSETUJUAN PROMOTOR vii
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi
PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii
ABSTRAK xv
PEDOMAN TRANSLITRASI xxi
DAFTAR ISI xxv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Permasalahan 20
1 Identifikasi Masalah 20
2 Pembatasan Masalah 21
3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22
C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22
D Tujuan Penelitian 25
E Manfaat Penelitian 25
F Metodologi Penelitian 26
1 Jenis Penelitian 26
2 Populasi dan Sampel Penelitian 27
3 Data dan Sumber Data 27
a) Data primer 27
b) Data Sekunder 28
4 Metode Pengolahan Data 28
G Sistimatika Penulisan 29
BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM
PERDEBATAN 31
A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan 31
B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan
Islam 44
C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49
D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63
E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan
Islam 73
xxvi
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85
A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat
Gunungkidul 85
B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91
C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97
D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100
BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT
GUNUNGKIDUL 107
A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di
Gunungkidul 107
B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan
Kapabilitas Masyarakat Miskin 118
C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty
Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan
Budaya 127
D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang
Tinggal 136
E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara
Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144
F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan
Peran Lembaga Keuangan 160
BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 181
A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181
B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190
C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197
D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan
Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205
E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan
Modal Sosial 214
BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 223
A Kesimpulan 223
B Saran dan Implikasi 224
xxvii
DAFTAR PUSTAKA 227
GLOSSARY 265
INDEKS 267
BIOGRAFI PENULIS 275
LAMPIRAN 277
xxviii
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
xxi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam
karya ilmiah ini adalah sebagai berikut
A Konsonan
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = س
sh = ش
s = ص
d = ض
t = ط
z = ظ
ع = lsquo
gh = غ
f = ؼ
q = ؽ
k = ؾ
l = ؿ
m = ـ
n = ف
h = ق
w = ك
y = م
B Vokal
1 Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah A A
Kasrah I I
Dammah U U
xxii
2 Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
ل Fathah dan ya Ai a dan i
ك Fathah dan
wau
Au a dan w
Contoh
haul حول Husain حسني
C Maddah
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا
Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي
Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو
D Tarsquo Marbugttah (ة)
Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai
dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)
madrasah ( )مدرسة
Contoh
املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah
E Shaddah
Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh
nazzala نزل
xxiii
F Kata Sandang
Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang
mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai
huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf
qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل
Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah
seperti kata al-Rajulu (الرجل)
Contoh
al-Qalam القلم al-Shams الشمس
G Pengecualian Transliterasi
Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata
bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia
dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam
konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam
penulisan
xxv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v
PERSETUJUAN PROMOTOR vii
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi
PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii
ABSTRAK xv
PEDOMAN TRANSLITRASI xxi
DAFTAR ISI xxv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Permasalahan 20
1 Identifikasi Masalah 20
2 Pembatasan Masalah 21
3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22
C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22
D Tujuan Penelitian 25
E Manfaat Penelitian 25
F Metodologi Penelitian 26
1 Jenis Penelitian 26
2 Populasi dan Sampel Penelitian 27
3 Data dan Sumber Data 27
a) Data primer 27
b) Data Sekunder 28
4 Metode Pengolahan Data 28
G Sistimatika Penulisan 29
BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM
PERDEBATAN 31
A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan 31
B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan
Islam 44
C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49
D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63
E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan
Islam 73
xxvi
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85
A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat
Gunungkidul 85
B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91
C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97
D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100
BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT
GUNUNGKIDUL 107
A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di
Gunungkidul 107
B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan
Kapabilitas Masyarakat Miskin 118
C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty
Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan
Budaya 127
D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang
Tinggal 136
E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara
Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144
F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan
Peran Lembaga Keuangan 160
BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 181
A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181
B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190
C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197
D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan
Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205
E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan
Modal Sosial 214
BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 223
A Kesimpulan 223
B Saran dan Implikasi 224
xxvii
DAFTAR PUSTAKA 227
GLOSSARY 265
INDEKS 267
BIOGRAFI PENULIS 275
LAMPIRAN 277
xxviii
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
xxii
2 Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
ل Fathah dan ya Ai a dan i
ك Fathah dan
wau
Au a dan w
Contoh
haul حول Husain حسني
C Maddah
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا
Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي
Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو
D Tarsquo Marbugttah (ة)
Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai
dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)
madrasah ( )مدرسة
Contoh
املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah
E Shaddah
Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh
nazzala نزل
xxiii
F Kata Sandang
Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang
mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai
huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf
qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل
Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah
seperti kata al-Rajulu (الرجل)
Contoh
al-Qalam القلم al-Shams الشمس
G Pengecualian Transliterasi
Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata
bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia
dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam
konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam
penulisan
xxv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v
PERSETUJUAN PROMOTOR vii
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi
PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii
ABSTRAK xv
PEDOMAN TRANSLITRASI xxi
DAFTAR ISI xxv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Permasalahan 20
1 Identifikasi Masalah 20
2 Pembatasan Masalah 21
3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22
C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22
D Tujuan Penelitian 25
E Manfaat Penelitian 25
F Metodologi Penelitian 26
1 Jenis Penelitian 26
2 Populasi dan Sampel Penelitian 27
3 Data dan Sumber Data 27
a) Data primer 27
b) Data Sekunder 28
4 Metode Pengolahan Data 28
G Sistimatika Penulisan 29
BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM
PERDEBATAN 31
A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan 31
B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan
Islam 44
C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49
D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63
E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan
Islam 73
xxvi
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85
A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat
Gunungkidul 85
B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91
C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97
D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100
BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT
GUNUNGKIDUL 107
A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di
Gunungkidul 107
B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan
Kapabilitas Masyarakat Miskin 118
C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty
Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan
Budaya 127
D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang
Tinggal 136
E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara
Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144
F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan
Peran Lembaga Keuangan 160
BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 181
A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181
B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190
C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197
D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan
Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205
E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan
Modal Sosial 214
BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 223
A Kesimpulan 223
B Saran dan Implikasi 224
xxvii
DAFTAR PUSTAKA 227
GLOSSARY 265
INDEKS 267
BIOGRAFI PENULIS 275
LAMPIRAN 277
xxviii
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
xxiii
F Kata Sandang
Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang
mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai
huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf
qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل
Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah
seperti kata al-Rajulu (الرجل)
Contoh
al-Qalam القلم al-Shams الشمس
G Pengecualian Transliterasi
Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata
bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia
dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam
konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam
penulisan
xxv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v
PERSETUJUAN PROMOTOR vii
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi
PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii
ABSTRAK xv
PEDOMAN TRANSLITRASI xxi
DAFTAR ISI xxv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Permasalahan 20
1 Identifikasi Masalah 20
2 Pembatasan Masalah 21
3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22
C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22
D Tujuan Penelitian 25
E Manfaat Penelitian 25
F Metodologi Penelitian 26
1 Jenis Penelitian 26
2 Populasi dan Sampel Penelitian 27
3 Data dan Sumber Data 27
a) Data primer 27
b) Data Sekunder 28
4 Metode Pengolahan Data 28
G Sistimatika Penulisan 29
BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM
PERDEBATAN 31
A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan 31
B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan
Islam 44
C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49
D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63
E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan
Islam 73
xxvi
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85
A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat
Gunungkidul 85
B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91
C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97
D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100
BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT
GUNUNGKIDUL 107
A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di
Gunungkidul 107
B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan
Kapabilitas Masyarakat Miskin 118
C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty
Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan
Budaya 127
D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang
Tinggal 136
E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara
Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144
F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan
Peran Lembaga Keuangan 160
BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 181
A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181
B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190
C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197
D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan
Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205
E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan
Modal Sosial 214
BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 223
A Kesimpulan 223
B Saran dan Implikasi 224
xxvii
DAFTAR PUSTAKA 227
GLOSSARY 265
INDEKS 267
BIOGRAFI PENULIS 275
LAMPIRAN 277
xxviii
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
xxv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v
PERSETUJUAN PROMOTOR vii
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi
PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii
ABSTRAK xv
PEDOMAN TRANSLITRASI xxi
DAFTAR ISI xxv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Permasalahan 20
1 Identifikasi Masalah 20
2 Pembatasan Masalah 21
3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22
C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22
D Tujuan Penelitian 25
E Manfaat Penelitian 25
F Metodologi Penelitian 26
1 Jenis Penelitian 26
2 Populasi dan Sampel Penelitian 27
3 Data dan Sumber Data 27
a) Data primer 27
b) Data Sekunder 28
4 Metode Pengolahan Data 28
G Sistimatika Penulisan 29
BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM
PERDEBATAN 31
A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan 31
B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan
Islam 44
C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49
D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63
E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan
Islam 73
xxvi
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85
A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat
Gunungkidul 85
B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91
C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97
D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100
BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT
GUNUNGKIDUL 107
A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di
Gunungkidul 107
B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan
Kapabilitas Masyarakat Miskin 118
C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty
Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan
Budaya 127
D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang
Tinggal 136
E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara
Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144
F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan
Peran Lembaga Keuangan 160
BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 181
A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181
B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190
C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197
D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan
Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205
E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan
Modal Sosial 214
BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 223
A Kesimpulan 223
B Saran dan Implikasi 224
xxvii
DAFTAR PUSTAKA 227
GLOSSARY 265
INDEKS 267
BIOGRAFI PENULIS 275
LAMPIRAN 277
xxviii
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
xxvi
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85
A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat
Gunungkidul 85
B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91
C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97
D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100
BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT
GUNUNGKIDUL 107
A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di
Gunungkidul 107
B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan
Kapabilitas Masyarakat Miskin 118
C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty
Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan
Budaya 127
D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang
Tinggal 136
E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara
Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144
F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan
Peran Lembaga Keuangan 160
BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 181
A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181
B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190
C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197
D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan
Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205
E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan
Modal Sosial 214
BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN 223
A Kesimpulan 223
B Saran dan Implikasi 224
xxvii
DAFTAR PUSTAKA 227
GLOSSARY 265
INDEKS 267
BIOGRAFI PENULIS 275
LAMPIRAN 277
xxviii
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
xxvii
DAFTAR PUSTAKA 227
GLOSSARY 265
INDEKS 267
BIOGRAFI PENULIS 275
LAMPIRAN 277
xxviii
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
xxviii
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
xxix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Penjelasan Halaman
Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia
2005-13 5
Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20
Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54
Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha 96
Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan
Saptosari 2011-2013 98
Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-
2013 99
Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103
Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105
Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124
Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan
Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140
Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan
Keputusan Pindah Desa 142
Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150
Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154
Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan
partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156
Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungkidulTahun 2009-2013 165
Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan
Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170
Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175
Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul 2007-2013 200
Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten
Gunungkidul 2012-2013 207
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
xxx
Daftar Gambar
Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia
Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3
Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4
Gambar 21 Kurva Lorenz 43
Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88
Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Gunungkidul 2002-2014 110
Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113
Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114
Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang
di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122
Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan
Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145
Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten
Gunungkidul 2011 145
Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-
Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149
Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153
Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan
Kecamatan 2008 193
Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten
di DIYogjakarta 2006-2012 199
Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-
2012 202
Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206
Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk
Remitansi 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai
keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144
persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun
1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan
sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1
Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya
pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun
Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di
dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada
tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US
dollar pada tahun 19912
Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga
terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang
pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi
krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial
terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional
meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir
19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan
kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam
kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada
tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun
1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic
Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5
2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104
(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty
Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May
2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth
and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components
of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
2
namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan
hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif
terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya
yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka
kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi
akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional
Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta
jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau
Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7
Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di
Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari
memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama
termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan
manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan
pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di
Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan
tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih
mampu 8
Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini
mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap
pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk
dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai
pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka
umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill
tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati
5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai
2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023
(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America
(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-
meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase
Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps
goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses
15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
3
penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan
usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor
tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah
Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral
maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa
dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah
pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah
serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau
Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan
2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua
provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi
Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210
Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk
sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah
9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989
juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen
relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang
(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)
10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
4
sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat
kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian
timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat
kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3
daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa
Timur11
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk
pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat
nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an
tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)
antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik
mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka
kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan gambar di bawah ini
Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di
Pedesaan 2005-2014
Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan
kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun
masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak
terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena
dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke
11
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian
Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=
com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)
20 218
204 189
174 166 157 143 144 138
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pddk dibawah garis kemiskinan ()
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
5
dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik
Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi
pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari
nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12
(lihat tabel 11)
Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan
perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi
tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13
Hal ini
membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan
oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan
kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa
kepada keadilan sosial14
Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di
Indonesia 2005-1315
Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115
Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29
Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041
Sumber World Bank dan BPS
Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya
dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan
pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju
tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir
12
Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien
Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang
menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan
atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael
PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson
Education2011) hlm 207-208 13
Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big
Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167
httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14
Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii
15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-
investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses
15814)
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
6
Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan
melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16
Dan pada
akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan
membawa kepada peningkatan kemiskinan
Tingkat kemiskinan17
di Indonesia belum cukup menggambarkan
kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun
tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk
Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18
Mereka inilah golongan
yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi
guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang
berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan
di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi
juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam
kemiskinan19
Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan
kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja
multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat
dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi
kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial
umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang
berbeda20
Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam
16
Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap
between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-
invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-
gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan
sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18
Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per
hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and
Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2
Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-
vulnerable (diakses 15814) 19
Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction
Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction
poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20
Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-
SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University
Press 2000) hlm 32-35
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
7
penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya
seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya
dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka
terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang
memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21
Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya
terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan
|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam
mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal
produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan
kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang
memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk
mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan 22
Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses
terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak
mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk
membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka
tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat
dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa
kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif
kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari
kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan
fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha
memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan
memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha
pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23
Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan
menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan
mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara
aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan
demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah
21
Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor
4 (Oktober 2001) hlm25-42 22
John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛
dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)
hlm 25-42
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
8
kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan
meningkatkan taraf hidupnya24
Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah
perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan
masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan
potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25
Di
Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat
dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26
Berdasarkan
UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan
demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang
pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah
berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian
menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari
pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan
(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial
keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos
kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan
mampu memperoleh penghidupan yang layak27
Empowerment pada masyarakat miskin merupakan
pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas
masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan
masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat
keterbukaan kebertanggungjawaban28
Dalam ajaran Islam kemandirian
dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah
24
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25
Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment
Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛
Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26
Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD
1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28
Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
9
berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan
mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan
dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak
akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya
Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129
bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum
atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah
nasib mereka sendiri
Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono
mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan
terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan
melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi
pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah
daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan
masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam
kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30
Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa
kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan
pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya
kemiskinan struktural31
Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka
yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan
kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai
29
Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi
إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu
sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment
Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The
Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011
hlm3-5 31
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset
produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir
Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
10
penyakit sosial32
Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini
adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang
disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau
disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan
membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada
pelumpuhan diri (self-disempowerment)33
Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja
dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan
budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa
kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam
masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah
menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah
seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang
awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak
menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari
generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun
keadaan tersebut telah berubah34
Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari
pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen
dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang
menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat
sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya
terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab
masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang
akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari
mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan
pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini
mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam
matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun
mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang
pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35
Adaptasi terhadap
32
CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory
Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis
Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33
Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta
Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34
Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New
York Random House 1966) hlm 9-25 35
Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and
J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
11
kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu
menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan
hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan
sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat
Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia
di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies
tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen
biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia
berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana
31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37
Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang
dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga
dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara
yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih
besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat
kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang
otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38
Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan
membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang
Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak
bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak
terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti
tenaga kerja dan tanah39
36
Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation
to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty
20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37
httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38
Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local
economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER
Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39
Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara
dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana
nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar
sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk
manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip
dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat
World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
12
Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga
kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai
budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini
menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota
masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal
fisik (physical capital) dan teknologi40
Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Fukuyama41
dan World Bank yang membuktikan
peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42
Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan
masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan
menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih
lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial
dan modal insani43
Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang
merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah
satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat
Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto
Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40
Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital
with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)
httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41
Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi
industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga
pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi
skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi
yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-
bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil
ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and
Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
4614) 42
Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses
2022014)
43
David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social
Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002
httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_
Exclusionpdf (diakses 31714)
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
13
individu maupun tingkat daerah44
Terlepas dari hubungan mutualnya
dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama
Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan
yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-
negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia
mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di
Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang
didukung oleh para penganut Islam yang taat45
Pendidikan dengan
landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam
ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan
iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana
yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146
Untuk
itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan
pengetahuannya bersama-sama dengan imannya
Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
persepsi47
manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang
mendudukkan dirinya di dunia 48
Dengan kata lain persepsi menjadi
penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun
beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu
maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat
mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama
Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49
Agama
44
Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1
st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47
45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital
with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas
Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46
QSAl-Mujadalah11
helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47
Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa
Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan
impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi
Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan 2008) 373 48
Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah
Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49
Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe
Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
14
sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma
norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan
kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber
penting penciptaan modal sosial50
dalam masyarakat 51
disamping
sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga
kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52
Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk
pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53
Dalam ajaran
Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan
kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap
modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial
dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah
institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata
melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054
dan
(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-
n6pdf (diakses 5714) 50
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-
norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat
Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper
presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and
for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan
Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan
Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi
ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on
IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund
(WashingtonIMF1999)
httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses
6614) 51
Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan
pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan
Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5
Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52
TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53
Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen
movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163
54 QS al Hujurat10
ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن
Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
15
juga hadis Rasulullah saw55
Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa
muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar
individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan
yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai
modal sosial
Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi
pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam
bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan
pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan
kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan
Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di
kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini
dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol
simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan
surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke
dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai
hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena
bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56
Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara
afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan
Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad
ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari
peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa
peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca
yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca
sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya
55
Hadis Bukhagtrigt no 6026
يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya
Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56
Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di
mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras
dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut
gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang
sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn
tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar
Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
16
meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan
pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan
kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami
peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan
human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan
perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan
Protestan57
Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan
kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun
Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah
etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab
pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini
tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan
Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika
kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka
menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat
dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58
Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara
agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp
Robbert Maseland59
yang meneliti tentang perubahan tingkat
kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk
agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60
57
Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua
pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam
kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia
sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas
Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich
(2007) hlm 1- 4 58
Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA
Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and
Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59
Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-
Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and
Economic History of the University of Granada (2008)
httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60
Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26
httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-
ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
17
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung
bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya
akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61
Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta
orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62
Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di
Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal
ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara
muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19
persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total
pendapatan dunia63
Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat
generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64
61
Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan
ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan
dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian
pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan
pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun
dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996
Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan
kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan
produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar
sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan
untuk keluar dari kemiskinan
Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius
pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya
penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban
umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga
menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty
Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum
on National Plans and PRSPs in East Asia 2006
httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315
6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62
Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013
httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab
=7 (Diakses 2022014) 63
Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1
64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah
disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
18
Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-
nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam
Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10
sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265
Hal ini
mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap
dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai
kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi
sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah
angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya
pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)66
Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai
propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12
tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada
diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181
negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah
suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini
disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM
Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti
ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan
Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF
ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65
Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis
Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi September 2012‛
http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal
yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan
hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks
Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178
67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis
moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun
drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat
tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi
peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM
Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛
httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
19
Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil
yang dapat di capainya68
Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa
Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini
terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini
selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani
hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas
dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah
longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat
Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang
merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh
lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi
masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar
dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti
masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu
kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk
sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69
Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau
kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)
Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun
2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi
tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan
kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan
68
United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted
Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index
(diakses 4615) 69
Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)
Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah
minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya
tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)
Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja
sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari
30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan
negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan
batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group
(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark
Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo
oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
20
dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil
dicapai70
Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh
tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari
masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh
aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah
masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan
mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup
tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah
program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat
charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas
partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen
sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah
kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-
faktor struktural ataukah karena faktor kultural
Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172
No KabKota Sangat
Miskin
Miskin Hampir
Miskin
Jumlah
1 Bantul 3714 37611 37549 1123
2 Sleman 27844 24254 24258 76356
3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895
4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277
5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253
Jumlah 132238 114452 114391 361081
Sumber diolah dari data PPLS 2011
B Permasalahan
1 Identifikasi Masalah
Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter
masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial
70
Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan
program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi
terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan
program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS
jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro
71
David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and
Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development
Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis
Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72
Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
21
berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar
anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini
selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf
kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan
pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial
Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di
Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat
membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang
membelengu mereka
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe
basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah
kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga
tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen
sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada
dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan
kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak
mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah
menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan
produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak
terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu
menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan
untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan
mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari
kemiskinan
2 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan
dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat
Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang
berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini
didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
22
3 Perumusan Masalah dan Hipotesis
Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi
masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi
kemiskinan jangka panjang yang mereka alami
2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal
finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri
dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal
finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari
kemiskinan
C Penelitian Terdahulu yang Relevan
Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi
dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic
evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan
bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73
Pendapat Arrow ini
tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya
fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi
saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam
pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam
sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber
menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah
yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74
Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama
merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan
mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro
and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada
73
Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic
Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)
924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)
74
Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New
York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
23
tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan
positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif
terhadap kehadiran di tempat ibadah75
Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang
berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama
dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama
terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama
terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan
negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal
China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap
kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak
baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan
bukan pemeluk agama76
Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos
opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan
World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku
ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama
75
Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan
beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon
negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman
individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil
ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi
perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang
dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya
dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa
kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini
sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan
kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu
pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic
Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682
httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76
Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada
pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi
pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun
memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional
China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai
adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga
memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama
namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan
tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and
Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics
(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid
=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
24
secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan
agama penduduknya tinggi77
Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and
Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)
menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat
pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama
terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk
mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini
akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang
akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan
tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan
negatif dengan religiusitas78
Hasil yang menarik diperoleh dari
penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011
yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi
pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif
77
Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang
terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama
terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan
bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil
penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama
pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada
kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah
bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang
berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di
tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara
religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk
semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di
dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang
agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas
berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan
agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana
yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten
untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih
kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola
SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛
Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf
(diakses 27813) 78
Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛
Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
25
bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan
subjektif pengikutnya79
D Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan
diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan
yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan
tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan
tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut
masyarakat di Gunungkidul
2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul
apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara
keduanya
3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan
pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di
Gunungkidul
4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan
ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul
E Manfaat Penelitian
Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang
mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan
peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model
guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam
pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini
terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan
cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas
kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam
memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka
ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum
79
Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect
Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No
19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
26
Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi
pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal
seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari
muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola
prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam
angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang
mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan
referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi
F Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya
sebagi berikut
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks
dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun
berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi
makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau
disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi
sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi
tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi
merupakan konstruksi sosial81
Dalam hal ini penelitian berusaha
untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang
tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta
berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang
pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam
80
MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and
recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San
FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134
81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam
Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251
httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM
20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
27
2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk
yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul
yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan
menggunakan metode cluster sampling82
Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan
Cochran83
(
)
Di mana
n = Jumlah sampel minimal
N = ukuran populasi
t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)
d = taraf kekeliruan (digunakan 005)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
q = 1 ndash p
1 = Bilangan Konstan
(
)
= 218
Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di
kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga
3 Data dan Sumber Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
a) Data primer yang terdiri atas
(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari
372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di
Kabupaten Gunungkidul
(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner
82
Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada
sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian
sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama
1999)hlm 89 83
W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John
Wileyamp Sons Inc 1977)
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
28
Terbagi atas
(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di
Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan
Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah
data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima
dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah
pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang
keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah
data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk
Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di
kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan
pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang
masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan
pendapat dari para ahli melalui interview dengan para
ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk
memperoleh sudut pandang yang objektif tentang
penelitian Serta informasi tentang program pengentasan
kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait
(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang
Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur
b) Data Sekunder
Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita
dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat
Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan
kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen
Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan
dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan
Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)
4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan
prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau
tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan
antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
29
keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah
masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan
pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan
pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan
pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih
komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari
masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan
Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para
ahli agama dan ekonomi
G Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa
yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan
sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai
masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan
Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan
tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini
akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh
agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam
penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal
sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan
bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab
ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi
penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta
hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di
bahas sistematika penyusunan
Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi
tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus
dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori
pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya
berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut
pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam
Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai
kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut
pandang ekonomi Islam
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-
30
Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah
penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh
masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator
kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi
serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan
modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkannya
Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan
masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin
sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan
yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk
melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat
karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan
kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap
atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan
menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya
kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap
yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini
akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai
kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini
juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan
pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang
ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam
ketergantungan kepada pihak luar
Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang
apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi
sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang
tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga
menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin
Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil
penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-
saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait
- Cover
- 1 Kata Pengantar
- 2 Pernyataan Plagiasi
-
- Blank Page
-
- 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
-
- Blank Page
-
- 5 Persetujuan hasil pendahuluan
-
- Page 1
- Page 2
- Page 3
- Page 4
- Page 5
- Page 6
-
- 6 abstrak_s
-
- 6 abstrak_sriedi
- 51 abstrak_sriedi-arab
-
- 7 Pedoman Translasi
-
- Blank Page
-
- 8 Daftar_isi
- 9 Tabel dan gambar
- 10 Bab_1_Preliminary
- 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
- 12 Bab_3_Preliminary
- 13 bab_4_preliminary_selip
-
- Blank Page
-
- 14 bab-5_edit
-
- Blank Page
-
- 15 Bab 6 _preliminary_edit
-
- Blank Page
-
- 16 Daftar Pustaka_Preliminary
-
- Blank Page
-
- 17 GLOSARIUM
- 18 INDEKS
-
- Blank Page
-
- 19 Biografi
-