model pembelajaran efektif untuk pencapaian
TRANSCRIPT
MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF
UNTUK MENCAPAI KOMPETENSIDALAM
KURIKULUM 2013
Oleh: Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.SDosen Jurusan Fisika FMIPA Unimed
Dosen S2 Prodi Pendidikan Fisika, Dikdas dan Kimia Sekolah Pascasarjana Unimed
Page 1
1: Mengapa Harus Menggunakan Model Pembelajaran
Empirik?;2: Konsep Model Pembelajaran Yang Efektif Untuk
Pencapaian Kompetensi Dasar:3: Kompetensi dalam Kurikulum 2013;
3.1 Model Pembelajaran berbasis Pendekatan Saintifik (scientific approach), 3.2 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL),3.3 Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL),
3.4 Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Discovery;
4: Pengembangan Model-Model Pembelajaran Melalui Penelitian.
Pembahasan :
2
Mengapa…….(1): Dahar (1988:2): seseorang dapat mengajar, dan terus mengajar dengan baik
tanpa peserta didik belajar
Bodner (1986:873): "Teaching and learning are not synonymous, we can teach, and teach well, without having the students learn"
• van den Berg (editor) (1991:17), berdasarkan beberapa hasil penelitian mereka, mengemukakan bahwa di beberapa SMU, bahkan di beberapa perguruan tinggi di Indonesia, konsepsi peserta didik tentang konsep konsep ilmu mengandung miskonsepsi.
• Dapat disimpulkan bahwa pengajaran yang tidak memperhatikan aspek teori pembelajaran tidak menyebabkan peserta didik belajar
4
Mengapa…….(2): Seseorang dapat mengajar dengan baik tanpa peserta didik belajar.
Pengajaran tersebut tidak mencapai kompetensi. Pengajaran yang seharusnya terjadi adalah pengajaran yang menimbulkan belajar untuk pencapaian kompetensi.
• Pembelajaran (pengajaran yang menimbulkan belajar) yang diinginkan adalah pembelajaran yang efektif untuk pencapaian kompetensi.
• Arends (2001: 24) menyatakan bahwa konsep model pembelajaran yang dikembangkan Joyce et al. (1992; 2000) sangat tepat digunakan sebagai sumber rancangan proses pembelajaran yang luaran atau hasil pelaksanaan rancangan proses pembelajaran tersebut adalah kompetensi yang telah dirumuskan (pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk pencapaian kompetensi)
5
Mengapa…….(3): Mengapa harus menggunakan model pembelajaran?
Apakah tidak cukup menggunakan metode dan/atau strategi pembelajaran saja?.
Menurut Arends (2001: 24) konsep model pembelajaran Joyce et al. dan Arends sendiri lebih luas dari konsep strategi maupun metode pembelajaran. Dengan demikian, menggunakan model pembelajaran yang ditawarkan Joyce et al. dan Arends serta para pengembang model lainnya, berarti telah menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan telah teruji melalui penelitian untuk mencapai hasil belajar berupa kompetensi yang spesifik untuk model-model tersebut.
6
Konsep….(2): Joyce et al. (1992: 4) mendefinisikan model pembelajaran sebagai
berikut: “A model of teaching is a plan or pattern that we can use to design face to face teaching in classrooms or tutorial settings and to shape instructional materials-including books, films, tapes, and computer-mediated programs and curriculums (long term courses of study).
Arends (2001: 24) mengemukakan: “Models of teaching is an overall plan, or pattern, for helping students to learn spesific kinds of knowledge, attitudes, or skills”.
Berdasarkan pengertian konsep model pembelajaran seperti itu, maka setiap model pembelajaran berfungsi memberikan arah dalam pendesainan pembelajaran dalam rangka membantu peserta didik mencapai berbagai tujuan dan/atau kompetensi
8
Konsep........(3) Sintaks atau pemfasean model merupakan penjelasan
pengoperasian model (model in action). Sintaks dijelaskan dalam term-term deretan aktivitas yang disebut fase (phase).
Sistem sosial merupakan penjelasan tentang peranan pendidik dan peserta didik dan keterhubungan serta jenis norma-norma yang didukung
Di dalam prinsip-prinsip reaksi dijelaskan bagaimana sebaiknya pendidik memandang peserta didik dan bagaimana berespons terhadap yang dilakukan peserta didik
Di dalam sistem pendukung dijelaskan apa saja yang mungkin diperlukan sebagai tambahan terhadap model yang berkaitan dengan pendukung keterampilan manusia, kapasitas dan fasilitas
9
Konsep........(4) Menurut Arends (1997: 6-7) term model pembelajaran
mempunyai 4 (empat) atribut yang tidak dimiliki term strategi dan metode pembelajaran secara spesifik, yakni:
1) rasional teoretis yang koheren, yang dibuat secara eksplisit oleh pencipta atau pengembang model (Landasan Teoretik);
2) pandangan (point of view) tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (Tujuan (Hasil Belajar) Peserta Didik) ;
3) prilaku mengajar yang diperlukan yang membuat model bekerja (prilaku mengajar pendidik); dan
4) struktur ruang kelas yang dibutuhkan (Lingkungan Belajar dan sistem Pengelolaan)
10
MODEL PEMBELAJARAN
EMPIRIK
Empat Ciri Khusus
LandasanTeoritik
TujuanHasil
Belajar Siswa
LingkunganBelajar dan
Sistem Pengelolaan
Tingkah Laku Mengajar(Sintaks)
Konsep…(6)
PERUBAHAN KURIKULUM 2013 WUJUD PADA:
KOMPETENSILUUSAN MATERI PROSES PENILAIAN
• Konstruski yang holistik
• Didukung oleh Semua Materi atau Mapel
• Terintegrasi secara Vertikal maupun Horizontal
• Dikembangkan Berbasis Kompetensi sehingga Memenuhi Aspek Kesesuaian dan Kecukupan
• Mengakomodasi Content Lokal, Nasional dan Internasional (antara lain TIMMS, PISA, PIRLS)
• Berorientasi pada karakteristik kompetensi: • Sikap (Krathwohl) : Menerima +
Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan
• Keterampilan (Dyers) : Mengamati + Menanya + Mencoba + Menalar + Menyaji + Mencipta
• Pengetahuan (Bloom & Anderson): Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa + Mengevaluasi +Mencipta
• Menggunakan Pendekatan Saintifik, Karakteristik Kompetensi sesuai Jenjang (SD: Tematik Terpadu, SMP: Tematik Terpadu-IPA & IPS- dan Mapel, SMA : Tematik dan Mapel
• Mengutamakan Discovery Learning dan Project Based Learning
• Berbasis Tes dan Non Tes (porfolio)
• Menilai Proses dan Output dengan menggunakan authentic assesment
• Rapor memuat penilaian kuantitatif tentang pengetahuan dan deskripsi kualitatif tentang sikap dan keterampilan Kecukupan 13
KOMPETENSI LULUSANSIKAP PENGETAHUAN
ISI PROSES PENILAIAN1. EVALUASI RUANG LINGKUP2. EVALUASI KESESUAIAN,
KECUKUPAN, KEDALAMAN DAN KELUASAN (STUDI BANDING INTERNASIONAL: REASONING)
1. TEMATIK TERPADU2. PENDEKATAN SAINTIFIK3. INQIURY & DISCOVERY
LEARNING4. PROJECT BASED LEARNING5. BAHASA SEBAGAI PENGHELA
1. AUTHENTIC 2. MENGUKUR TINGKAT BERPIKIR
DARI RENDAH HINGGA TINGGI3. MENGUKUR PROSES KERJA
SISWA4. TES DAN PORTFOLIO
PTK SARPRAS PEMBIAYAAN1.KOMPETENSI GURU,
KS ,PS.2.KINERJA GURU, KS, PS3.PEMBINAAN
BERKELANJUTAN4. REKRUT., PPA dan PPG
1. KECUKUPAN DAN KESESUAIAN (USB, REHAB, PERAALATAN, PERPUST., )
2. PEMANFAATAN3. RESOURCE SHARING
1. UNIT COST2. SUMBER PENDANAAN3. KECUKUPAN BOS,
BSM, BOPTN4. EFISIENSI
PEMANFAATAN
PENGELOLAAN1. MANAJEMEN PERUBAHAN2. POLA KEPEMIMPINAN3. POLA SUPERVISI
LAYA
NAN
KOM
PON
EN U
TAM
A PE
LAY
ANAN
HAS
IL
KETERAMPILAN
STRUKTUR KURIKULUM
15
MUATAN PEMBELAJARAN
KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI INTI
MATA PELAJARAN
BEBAN BELAJAR
Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi landasan Pengembangan Kompetensi dasar.
Kompetensi Inti dimaksud pada mencakup: sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang berfungsi sebagai pengintegrasi muatan Pembelajaran, mata pelajaran atau program dalam mencapai Standar Kompetensi Lulusan.
STRUKTUR KURIKULUM
16
MUATAN PEMBELAJARAN
KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI INTI
MATA PELAJARAN
BEBAN BELAJAR
Kompetensi Dasar merupakan tingkat kemampuan dalam konteks muatan Pembelajaran, pengalaman belajar, atau mata pelajaran yang mengacu pada Kompetensi inti. Kompetensi Dasar dikembangkan dalam konteks muatan Pembelajaran, pengalaman belajar, mata pelajaran atau mata kuliah sesuai dengan Kompetensi inti.
17
Sikap(Tahu Mengapa)
Keterampilan(Tahu Bagaimana)
Pengetahuan(Tahu Apa)
ProduktifInovatifKreatifAfektif
Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi.
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
3.1 Model Pembelajaran berbasis Pendekatan Saintifik (scientific approach
18
Langkah-Langkah Pembelajaran
Observing(mengamati)
Questioning(menanya)
Associating(menalar)
Experimen-ting
(mencoba)
Networking(membentuk
Jejaring)
Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran
3.2 PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBL)
Inquiry
Landasan Teoritik
Teori Belajar Konstruktivis Belajar penemuan
Sintaks
Hasil BelajarSiswa
Lihat tabel 3
Menjadi pembelajarYang otonom,mandiri
Lima faseutama
Bruner
Pemecahan masalah
(autentik)
Norma inquiry terbuka Bebas kemukakan dpt
Terbuka, proses demokrasi, peran aktif siswa
Lingkungan belajar dan Sistem Pengelolaan
“SINTAKS MODEL PEMBELAJARAN PBL“
FASE - FASE PERILAKU GURUFase 1Orientasi siswa kepada masalah
Fase 2Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Fase 3Membimbing penyelidikan individu dan klp
Fase 4Mengembangkan dan menyajikan hasil karyaFase 5Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
• Menjelaskan tujuan,logistik yg dibutuhkan
• Memotivasi siswa terlibat aktif pemecahan masalah yg dipilih
• Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas bel yg berhub dg Masalah tersebut
• Mendorong siswa utk mengumpulkan informasi yg sesuai, melaksanakan eksperimen utk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
• Membantu siswa dal merencanakan dan menyiapkan karya yg sesuai spt laporan, model dan berbagi tugas dengan teman
• Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yg tlh dipelajari /meminta klp presentasi hasil kerja
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
3.3 MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)
Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
o Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
o Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. o Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang kompleks.o Meningkatkan kolaborasi. o Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi. o Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
mengelola sumber.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
o Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
o Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
o Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
o Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah. Membutuhkan biaya yang cukup banyak Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas
tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas. Banyaknya peralatan yang harus disediakan. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok
berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
Langkah-Langkah Operasional
1 PENENTUAN PERTANYAAN MENDASAR
2
MENYUSUN PERECANAAN PROYEK
3
MENYUSUN JADUAL
4
MONITORING5
MENGUJI HASIL
6
EVALUASI PENGALAMAN
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru
3.4 Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Discovery
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
Definisi/Konsep
Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik; Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi proses belajar yang baru;
Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri; Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri; Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses
belajar menjadi lebih terangsang; Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya; Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa; Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber belajar; Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan
Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
Kelemahan Pembelajaran Penemuan
1. Langkah Persiapan a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)
c. Memilih materi pelajaran.d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara
induktif (dari contoh-contoh generalisasi)e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-
contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswaf. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
Langkah-Langkah Operasional
2. Pelaksanaan
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu
yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
Langkah-Langkah Operasional
b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah) Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
Langkah-Langkah Operasional
c. Data collection (Pengumpulan Data). Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi
kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Langkah-Langkah Operasional
d. Data Processing (Pengolahan Data) Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
Langkah-Langkah Operasional
e. Verification (Pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Langkah-Langkah Operasional
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses
menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi
Langkah-Langkah Operasional
Pengembangan........ Jika tidak ada model pembelajaran yang tersedia untuk
kepentingan pencapaian kompetensi yang anda rumuskan, mengapa anda tidak mengembangkan model pembelajaran yang cocok untuk kebutuhan anda melalui penelitian?
Pengembangan model pembelajaran berbasis penelitian biasanya dikembangakan dengan metode Riset dan Pengembangan (Research & Development: R&D).
SEBAIKNYA KITA HANYA PERCAYA PADA HASIL PENELITIAN. Mengapa? Karena model-model pembelajaran yang digunakan hendaknya model-model yang efektif mencapai kompetensi yang dirumuskan. Hanya model-model pembelajaran yang telah teruji melalui penelitianlah yang efektif mencapai kompetensi yang dirumuskan sebagai hasil belajar model-model tersebut.
42
Pengembangan........ Jika tidak ada model pembelajaran yang tersedia untuk
kepentingan pencapaian kompetensi yang anda rumuskan, mengapa anda tidak mengembangkan model pembelajaran yang cocok untuk kebutuhan anda melalui penelitian?
Pengembangan model pembelajaran berbasis penelitian biasanya dikembangakan dengan metode Riset dan Pengembangan (Research & Development: R&D).
SEBAIKNYA KITA HANYA PERCAYA PADA HASIL PENELITIAN. Mengapa? Karena model-model pembelajaran yang digunakan hendaknya model-model yang efektif mencapai kompetensi yang dirumuskan. Hanya model-model pembelajaran yang telah teruji melalui penelitianlah yang efektif mencapai kompetensi yang dirumuskan sebagai hasil belajar model-model tersebut.
43