model pembelajaran gal'perin pada mata kuliah statistika
TRANSCRIPT
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
69
Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika
Bambang Soenarko1, Abdul Aziz Hunaifi2, Kukuh Andri Aka3 Universitas Nusantara PGRI Kediri123
[email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Sebagaimana dipahami bahwa belajar statistika tidak bisa menggunakan ‘Sistem Kebut Semalam” (SKS), melainkan harus melalui proses pembentukan dan pengembangan karakter pola berpikir yang cermat, teliti, logis, kritis, analisis, sistematis, dengan melalui latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan melalui tugas-tugas. Melalui proses latihan-latihan inilah diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang teliti, cermat, logis, kritis, dan analitis. Salah satu pola atau model yang dimungkinkan untuk mewujudkan pembelajaran efektif adalah model pembelajaran Gal’Perin yang merupakan gabungan dari beberapa metode mengajar. Gabungan metode ini dapat meningkatkan minat dan interaksi peserta sisik serta menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif. Model ini memiliki langkah antara lain orientasi, latihan, umpan balik dan lanjutan.
Kata Kunci: statistika, gal’perin
PENDAHULUAN Sebagaimana diketahui, mata kuliah statistika merupakan matu
kuliah wajib pada jenjang S1. Mata kuliah ini menjadi bekal mahasiswa untuk
mendukung proses tugas akhir (skripsi). Pada mata kuliah ini, banyak sekali
konsep terkait pengolahan data berupa angka-angka, baik berupa deskriptif
maupun inferensi.
Secara konseptual, mata kuliah statistika memberikan tolok ukur bagi
kelancaran mahasiswa dalam penyelesaian tugas akhir, karena melalui
penguasai konsep statistika, mahasiswa diharapkan mampu berpikir teliti,
cermat, logis, kritis, dan analitis, serta dapat menerapkan konsep statistika
terutama dalam pelaksanaan tugas pekerjaan dalam berbagai bidang
kehidupan. Dalam mempelajari materi statistika ini mahasiswa dituntut untuk
dapat menguasai konsep dengan memahami dengan memikirkan,
menyelidiki dan menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya, serta
mencoba mengaplikasikannya dalam praktik.
Dalam kenyataannya, pembelajaran yang efektif secara umum
belum tercapai secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh banyak mahasiswa
yang kurang mempersiapkan diri sebelum belajar, bahkan tugas yang
diberikan belum maksimal dikerjakan (kebanyakan dari mereka lebih
bergantung kepada temannya, atau dengan kata lain menyontek).
Kurangnya persiapan dan keseriusan mahasiswa berakibat kurang baik
dalam pelaksanaan proses belajar, hal ini terlihat dari proses belajar yang
cenderung pasif dengan tingkat partisipasi yang sangat rendah dalam setiap
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
70
kegiatan. Disamping itu, terungkap pula bahwa permasalahan di atas juga
disebabkan oleh kurangnya minat untuk belajar, tampak pula ekspresi
kebosanan ketika mengikuti proses pembelajaran, tidak/ kurang konsentrasi
karena pikiran yang mengembara, akhirnya menimbulkan ketidak-mengertian
mereka pada materi yang diajarkan, bahkan juga tidak tahu apa yang harus
dipertanyakan. Mahasiswa ditengarai kurang memiliki greget (bhs. Jawa)
dalam belajar, hal ini diduga dilatarbelakangi adanya pemikiran negative
bahwa “Gampang…, semuanya sudah ada tersedia di google, jika ada
kesulitan yang nanti diatasi dengan cara explore di internet”. Dengan
demikian terutama dalam konteks pembelajaran terkesan adanya kemalasan
dalam mempelajari segala sesuatu saat belum benar-benar dibutuhkan,
sehingga jelas sekali dampaknya bahwa keaktifan belajarnya rendah, dan
sebagai akibatnya kemampuan berpikir kritisnya juga lemah. Hal ini
terungkap dari hasil Ujian Akhir Semester (UAS) yang didukung nilai akhir
dari pelaksaan tugas-tugas maupun hasil Ujian Tengah Semester (UTS),
yang menunjukkan hasil tidak/ kurang memuaskan. Sementara sebagaimana
dipahami bahwa belajar statistika tidak bisa menggunakan ‘Sistem Kebut
Semalam” (SKS), melainkan harus melalui proses pembentukan dan
pengembangan karakter pola berpikir yang cermat, teliti, logis, kritis, analisis,
sistematis, dengan melalui latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan
melalui tugas-tugas. Melalui proses latihan-latihan inilah diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan berpikir yang teliti, cermat, logis, kritis, dan
analitis. Jika hal tersebut melemah, maka sebagai akibat akhir yakni
rendahnya hasil belajar statistika (tidak mampu mencapai nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal/ (KKM) yang telah ditetapkan sebelumnya.
Salah satu pola atau model yang dimungkinkan untuk mewujudkan
pembelajaran efektif adalah model pembelajaran Gal’Perin yang merupakan
gabungan dari beberapa metode mengajar, oleh karena itu, pada kajian kali
ini penulis akan melakukan proses kajian teoritik pada model tersebut untuk
merumuskan suatu pola perancanaan yang matang dan menghindari
kelemahan-kelemahan pada model tersebut sebelum nantinya akan
diterapkan pada suatu pembelajaran.
PEMBAHASAN
Tinjauan Umum Konsep Dasar Statistika
Dewasa ini permasalahan dalam kehidupan manusia semakin hari
semakin kompleks dan semakin rumit, sehingga manusia dituntut untuk terus
dan terus berpikir dan berbuat. Dalam proses berpikir ini terus mengalami
perkembangan mulai dari pemikiran yang sederhana hingga yang kompleks,
yang dilakukan secara logis, cermat, kritis dan analitis hingga mampu
mengambil suatu keputusan yang baik dan benar, yang cepat dan tepat.
Untuk mendukung kegiatan itu diperlukan sejumlah informasi, dalam bentuk
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
71
apapun, yang didengar, dilihat, dimengerti. Informasi sebagai bahan baku
untuk memgambil keputusan agar dapat dilaksanakan kegiatan/ kerja,
adalah berupa data. Sehingga sebelum sampai pada keputusan, maka data-
data dimaksud diolah, diuji dan dibuatkan model sesuai dengan
permasalahannya.
Disisi lain dengan melihat kenyataan bahwa semakin kompleks dan
rumitnya permalasahan sebagaimana disinggung di atas, maka tanpa
disadari bahwa penyelesaian terhadap suatu masalah ternyata juga
membawa dampak munculnya persoalan baru sesuai bidang masing-
masing, yang kesemuanya juga selalu menuntut penyelesaian dan
pemecahan dengan cara-cara yang cepat dan tepat. Seirig dengan
kecepatan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan daan teknologi
(ipteks), yang diimbangi pula dengan kecepatan berkembangnya usaha-
usaha manusia,maka diikuti pula dengan kecepatan perubahan-perubahan
dalam berbagai hal, sehingga banyak hal menjadi tidak pasti lagi, dan
mengkondisikan dalam siatuasi ketidakpastian (uncertainly). Ketidak-pastian
ini hanya dapat dikendalikan dan dipolakan dengan suatu metode dan ilmu
yang dikenal dengan “Statistika”.
Pengertian Statistika
Secara etimologis, bahwa statistik berasal dari kata “status”
(=bahasa Latin), yang memiliki kesamaan arti dengan kata “state” (=bahasa
Inggris) dan “Staat” (=bahasa Belanda), yang dalam bahasa Indonesia
berarti Negara. Hal ini mengingat pada mulanya memang statistik ini
merupakan kumpulan bahan dan keterangan (data kualitatif maupun data
kuantitatif) yang penting dan berguna bagi suatu Negara; misalnya untuk
menyatakan kondisi ekonomi, kependudukan, masalah politik, pendidikan,
kriminalitas, dan sebagainya. Sehingga statistic dalam istilah sehari-hari
selalu dikaitkan dengan angka, table, grafik/ gambar/ diagram tentang fakta-
fakta.
Dalam bahasa Inggris katak “Statistic” dengan “Statistics” memiliki
makna yang berbeda. “Statistics” (Statistika) berarti ilmu statistic. Sedang
“statistic“ (Statistik) berarti segala data/ informasi dan ukuran yang diperoleh
atau bersumber dari sampel. Sebagai lawan dari istilah “parameter” yang
berarti segala data/ informasi dan ukuran yang diperoleh dari populasi.
Mengingat statistika yang berkerja dengan angka-angka berdasarkan
data yang riil untuk diolah dan dianalisis guna menarik suatu simpulan yang
bisa dipertanggungjawabkan, maka sebagai simpulan sederhana seperti
ditegaskan Riduwan (2013:3) bahwa Statistika adalah suatu ilmu
pengetahuan yang berhubungan data statistik dan fakta yang benar atau
suatu kajian ilmu pengetahuan yang dengan teknik pengumulan data, teknik
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
72
pengolahan data,teknik analisis data, penarikan kesimpulan, dan pembuatan
kebijakan/ keputusan yang cukup kuatalasannya berdasarkan data dan fakta
yang benar.
Namun sesuai dengan kondisi perkembangan yang ada, dimana
statistika sebagai konsep dan metode memiliki peran penting dalam
pengolahan data dan pengambilan kesimpulan dalam situasi adanya ketidak
pastian dan variasi, maka Zanzawi Soejoeti (1985:2) memberikan rumusan
yang lebih mendalam tentang makna statistika bahwa: “Statistika adalah
sekumpulan konsep dan metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan
menginterpretasi data tentang bidang kegiatan tertentu dan mengambil
kesimpulan dalam situasi dimana ada ketidak-pastian dan variasi”
Statisika dan Ilmu Pengetahuan/ Metode Ilmiah
Ilmu pengetahuan merupakan hasil dari proases kajian ilmiah yang
berlangsung cukup lama, yang diawali dari perumusan ide-ide, konsep-
konsep dan mengujinya dengan pengalaman empiris hingga sampai pada
penyusunan teori-teori denga metod eilmiah, deduksi, induksi dll. Namun
demikian dewasa ini pemikiran secara induksi-deduksi yang dikenal sebagai
metode untuk memecahkan suatu masalah, ternyata sudah kurang memadai
dalam upaya pemecahan masalah-masalah yang semakin kompleks dan
penuh dengan variasi. Oleh karena itu kehadiran statistika sebagai suatu
cabang ilmu tersendiri sangat diperlukan, yang dalam perkembangan
selanjutnya semakin dikenal bahwa kedudukan statistika semakin penting
dalam perkembangan ilmu dan teknologi, karena merupakan landasan
penemuan ilmiah (Soenarko, 1993). Hal ini sebagaimana ditegaskan Sofyan
Siregar (2012:3-4) bahwa seiring dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi pesat saat ini, maka peranan ilmu statistic
semakin penting. Hampir seluruh kebijakan atau keputusan yang diambil
oleh pakar pengetahuan atau para eksekutif (sesuai dengan ilmu mereka)
didasari oleh ilmu statistic serta hasil analisis dan interpretasi data, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif.
Statistika sebagai ilmu dapat dirumuskan sebagai sekelompok
konsep dan metode yang digunakan untuk merencanakan dan
menguimpulkan informasi (data), memberikan interpretasi dan analisis, untuk
kemudia mengampil kesimpulan dalam situasi dimana ada ketidakpastian
dan variasi, yang berkaitan dengan kegiatan meneliti (menemukan sesuatu).
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan statistika dikenal sebagai
salah satu metode berpikir ilmiah (metode ilmiah).
Proses belajar dan berpikir (learning process) dalam setiap usaha
pengembangan ilmu merupakan proses iterasi dan interaksi dari berbagai
cabang ilmu dan metode. Sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
73
pengetahuan adalah sarana untuk mewujudkan proses berpikir yang berupa
iterasi berencana antara teori dan praktik. Dengan demikian proses
penemuan/ hasil penelitian adalah suatu proses berpikir yang lengkap,
merupakan paduan dari deduktif, induktif dan iterative, yang berorientasi
pada pemecahan masalah yang mendasarkan pada pengujian suatu
gagasan berdasarkan teori dan fakta, yang secara skematis dapat
digambarkan melalui diagram berikut.
Praktik, Data, Fakta
--------------------------------------------------------------------------------------
Masalah deduksi induksi deduksi induksi deduksi induksi deduksi
-------------------------------------------------------------------------------------- Hipotesis, Model, Teori
Gambar 1. Proses berpikir iterative (Soenarko, 1993)
Peranan Statisika dalam Pendidikan dan Penelitian (Research)
Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional Indonesia,
salah satu bidang penting yang memerlukan perhatian khusus termasuk
upaya pengembangannya yakni bidang pendidikan. Oleh karena itu statistika
dalam bidang pendidikan tidak dapat dikecualikan, karena justru di bidang
pendidikan ini ada banyak treatment-treatment yang cukup kompleks
dikenakan kepada subjek didik agar timbul efek yang diharapkan sebagai
produk pendidikan. Dalam hal ini peran statistika sebagai alat untuk
memonitor efek-efek baik instructional maupun nurturant yang
ditimbulkannya tidak dapat dihindarkan, tetapi sangat diperlukan.
Terkait dengan penelitian (research), perlu dipahami bahwa peran
statistika memang perlu untuk research, karena research merupakan
kegiatan formal (terstruktur), sistematik, menggunakan metode ilmiah. Disisi
lain tidak setiap reseach perlu statistika, hal ini mengingat adanya
keberagaman jenis penelitian.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila teori atau
generalisasinya berkaitan dengan dunia empiric (nyata), maka dapat
dipastikan perlu melakukan tahapan observasi dan karenanya perlu
statistika. Sebaliknya jika kegiatan beripikir hanya deduktif prosesnya tidak
terikat pada keadaan yang menimbulkan error (baik kesalahan bersumber
dari observasi, pengambilan sampel, maupun kesalahan-kesalahan dari cara
berpikir deduktifnya), maka tidak diperlukan statistika.
Tujuan Mempelajari Statisika
Mahasiswa di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pen-didikan
(FKIP) pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Prodi PGSD)
tidak diarahkan untuk menjadi seorang ahli statistika, melainkan melalui
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
74
pembelajaran statistika dalam Soenarko (1993:7-8) antara lain diharapkan
agar mahasiswa:
1) Dapat mengerti dan memahami beberapa istilah dalam statistika dan
manfaatnya.
2) Mampu menggunakan statistika (sebagai alat bantu) dalam penyusunan
laporan penelitian/ pendidikan.
3) Mampu menerapkan rumus-rumus dan teknik-teknik analisis statistic
dalam kegiatan penelitian/ penulisan skripsi.
4) Memiliki sikap kritis, teliti dan cermat dalam menerima dan
mengemukakan sesuatu.
5) Semakin memeperoleh pemahaman dalam kaitanya dengan penguasaan
mata kuliah evaluasi belajar dan penelitian pendidikan.
Dengan demikian jelaslah bahwa dengan pengajaran statistika ini
dimaksudkan statistika yang dipandang perlu dan relevan untuk dimiliki oleh
seorang peneliti di bidang pendidikan, seorang pendidik, dan seorang
administrator di bidang pendidikan.
Pembagian Statistika
Secara umum Mundir (2014:4) menegaskan bahwa berdasarkan
sudut pandang pada fungsi statistic dalam sebuah analisis data penelitian;
apakah ia berfungsi membangun sebuah konfigurasi atau penyajian
gambaran semata (deskriptif) atas data yang telah terkumpul dan terolah
atau teranalisis, atau lebih jauh lagi sampai dengan menarik sebuah
kesimpulan berdasarkan cirri-ciri statistik tertentu (inferensial), maka statistic
dapat dibedakan ke dalam dua jenis , yaitu statistic deskripstif (deduktif) dan
statistic inferensial (induktif).
Dengan demikian dengan mengacu pada tahapan yang ada dalam
kegiatan statistika, maka dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
Statistika Deskriptif
Adalah bagian statistika yang dipakai untuk memeberi gambaran
tentang keadaan kelompok (populasi/ sampel), yang meliputi kegiatan
menghimpun, menyusun, mengatur, mengolah dan menyajikan data serta
menganalisa data angka agar dapat memberikan gambaran yang teratur,
ringkas, jelas mengenai suatu gejala, peristiwa atau keadaan sehingga dapat
ditarik pengertian atau makna tertentu.
Statistika Inferensial
Adalah merupakan tindaklanjut dari statistika deskriptif, yakni
merupakan bagian statistika yang dapat digunakan untuk penarikan
kesimpulan (conclusion), penyusunan ramalan/ pembuatan ramalan
(prediction), penaksiran (estimation), dan sebagainya.
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
75
Jenis Data Statistik
Ditinjau dari berbagai aspek, maka data statistic dapat dibedakan
menjadi beberapa diantaranya:
Data Menurut Sifatnya
a) Data Kontinyu/ Kontinum
Adalah data statistic yang merupakan deretan angka yang sambung-
menyambung (bersifat kontinum), sebagai hasil pengukuran. Misalnya:
Tinggi badan, Jarak satu tempat ke tempat lain, dan sebagainya)
b) Data Diskrit
Adalah data statistic yang tidak berbentuk pecahan, sebagai hasil
perhitungan. Misalnya: Jumlah anggota keluarga, jumlah buku, dan
sebagainya.
Data Menurut Cara Pengukurannya
a) Data Nominal
Merupakan hasil pengukuran dengan menggunakan skala nominal,
yang dalam hal ini angjka digunakan untuk mem-bedakan satu objek dengan
objek lainnya dan tidak mempunyai kaitan blangsung dengan besaran fisik
atau ciri-ciri fisik lainnya. Angka hanya sekedar nama untuk suatu objek.
Penggukuran dengan menggunakan skala ini sama sekali tidak menyatakan
adanya urutan menurut besar, interval yang sama, maupun suatu nol mutlak.
b) Data Ordinal
Merupakan hasil pengukuran menggunakan skala ordinal, dimana
angka digunakan untuk menyatakan urutan tertentu. Angka yang lebih besar
digunakan untuk menyatakan sesuatu yang lebih dari objek yang
dipasangkan dengan angka itu. Dalam skala ini dapat dibedakan dan
mengandung urutan.
c) Data Interval
Merupakan hasil pengukuran menggunakan skala interval, dimana
angka digunakan untuk menyatakan interval-interval yang sama. Pengukuran
menggunakan skala ini mempunyai cirri dapat dibedakan, mengandung
urutan, dan adanya intervasl yang sama , tetapi tidak mengandung adanya
nol absolute.
d) Data Rasio
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
76
Merupakan hasil pengukuran denga menggunakan skala rasio, yang
mana angka digunakan sebagai pembanding terhadap sesuatu satuan
pengukuran yang besarnya standar. Dan pengkuran dengan skala ini ke
empat cirri pengukuran dipunyai (dapat dibedakan, mengandung urutan, dan
memiliki interval yang sama, serta mengandung nol absolute).
Berikut ini dapat digunakan sebagai acuan dalam melihat jenis data
berdasarkan karakteristik pengukurannya.
Tabel 1. Karakteristik Skala Pengukuran
(diadopsi dari Soenarko, 1993:10)
Data Menurut Cara Penyusunannya
a) Data Tunggal, adalah data statistic yang masing-masing angkanya
merupakan satu unit (satu kesatuan), yang tidak dikelompokkan.
b) Data Bergolong, adalah data statistic yang tiap-tiap unitnya terdiri dari
sekelompok angka.
Data Menurut Sumbernya
a) Data Primer, adalah data statistic yang diperoleh atau yang bersumber
dari tangan pertama.
b) Data Sekunder, adalah data statistic yang diperoleh atau bersumber dari
tangan kedua.
Ciri Khas Statistika
Ada beberapa cirri khas atau cirri pokok atau karakteristik dari
statistika, diantaranya menurut Riduwan (2013:4) menegaskan:
1) Statistic bekerja dengan angka. Angka-angka ini dalam
statistika mempunyai dua pengertian:
a) Pertama, angka statistic sebagai jumlah atau frekuensi, dan
angka statistic sebagai nilai atau harga. Pengertian ini mengandung arti
bahwa data statistic adalah dafat kuantitatif. Contoh: jumlah pegawai Pemda
Kota Surabaya, jumlah dosen UPI Bandung yang diangkat tahun 2001,
jumlah anggota MPR dari F-PDIP, harga villa di kawasan puncak Bogor,
harga sirip ikan Hiu di Menado, Harga Bandeng di Sidoarjo, Harga mangga
arum manis di Bangil. Angka-angka yang dinyatakan nilai atau harga
sesuatu.
JENIS DATA KARAKTERISTIK PENGUKURAN
BEDA URUTAN JARAK NOL ABSOLUT
NOMINAL Ya tidak tidak Tidak
ORDINAL Ya ya tidak Tidak
INTERVAL Ya ya ya Tidak
RASIO Ya ya ya Ya
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
77
b) Kedua, angka statistic sebagai nilai mempunyai arti data
kualitatif yang diwujudkan dalam angka. Contoh: Nilai kepribadian, nilai
kecerdasan mahasiswa, metode mengajar dosen, kualitas sekolah, mutu
pemberdayaan guru, pelaksanaan manajemen berbasis sekolah (MBS), dan
sebagainya.
2) Statistik bersifat Objektif. Statistik bekerja dengan angka
sehingga mempunyai sifat objektif, artinya angka statistic dapat digunakan
sebagai alat pencari fakta, mengungkap kenyataan yang ada, dan
memberikan keterangan yang benar, kemudian menentukan kebijakan
sesuai fakta, dan temuan diungkapkan apa adanya.
3) Statistik bersifat Universal. Statistik tidak hanya digunakan
hanya dalam salah satu disiplin ilmu saja, tetapi dapat digunakan secara
umum dalam berbagai bentuk disiplin ilmu pengetahuan dengan penuh
keyakinan.
Ruang Lingkup Statistika (Khususnya Statistika Deskriptif)
Sesuai dengan yang ruang lingkup materi pada statistika-1
sebagaimana tertuang dalam rencana pembelajaran semester (RPS) yang
juga mengacu Soenarko (1993), meliputi :
Distribusi Frekuensi
Yang dimaksud dengan distribusi frekuensi yakni pengolahan data
statistic yang sebelumnya dalam kondisi berserak untuk diolah/ dianalisis
dan disajikan secara ringkas, jelas, dan sistematis dalam bentuk table
distribusi frekuensi, baik tunggal maupun bergolong, agar dapat memberikan
informasi yang seluas-luasnya tentang data dimaksud. Dengan demikian
distribusi frekuensi merupakan keadaan yang menggambarkan bagaimana
frekuensi dari suatu gejala atau variable yang dilambangkan dengan angka
ituterbagi atau tersaluir atau terpencar, yang juga menunjukkan frekuensi
absolute, frekuensi relative, maupun komulatif frekuensi.
Grafik dan Kurva
Grafik merupakan alat penyaji data statistic dalam bentuk lukisan,
garis, gambar atau lambing tertentu, yang berfungsi memperjelas data dalam
table secara lebih konkret dan menarik. Dalam konteks ini, ada banyak grafik
yang dapat digunakan, setidaknya grafik histogram, grafik polygon, dan
grafik ogive. Sedangkan Kurva merupakan grafik polygon yang dihaluskan
untuk memperjelas pola data, misalnya apakah data cenderung berbentuk
normal, berbentuk juling, atau bentuk yang lainnya.
Tendensi Sentral
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
78
Tendensi sentral merupakan skor atau nilai yang mempunyai
kedudukan cenderung memusat, atau berada di sekitar titik pusat
penyebaran data angka. Dalam hal ini ada berbagaimacam tendensi sentral
diantaranya berupa mean (nilai rerata) yang dapat dihitung melalui berbagai
cara, kemudian ada kuartil, desil dan persentil yang masing-masing
didasarkan atas pembagian dalam distribusi frekuensi. Perhitungan tendensi
sentral dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sederhana,
atau memprediksi sesuatu. Kemudian terkait dengan tendensi sentral ini, ada
Jenjang Persentil (JP) yang dapat digunakan untuk menentukan berapa
persen yang mendapatkan skor tersebut ke bawah.
Ukuran Variabilitas data
Variabilitas data adalah suatu harga angka yang menunjukkan tinggi-
rendahnya, atau luas-sempitnya suatu sebaran data, yang dapat
menggambarkan tingkat homogenitas/ heterogenitas data.
Ukuran variabilitas data ini dapat dilakukan secara sederhana dan
cepat dengan memperhitungkan range untuk mengetahui kondisi suatu
kelompok, hingga perhitungan deviasi yang di standarkan (Standar deviasi)
yang dapat digunakan untuk melakukan analisis-analisis pada statistika
infrensial (statistika lanjut)
Nilai Standar
Nilai standar ini dibedakan menjadi dua jenis yakni Z-score dan T-
score. Pada perhitungan standar deviasi selalu terkait dengan satuan angka
kasar pengukurannya (tergantung satuan pengukuran yang digunakan).
Selanjutnya untuk melepaskan diri dari satuan angka kasar pengukurannya,
maka digunakan nilai standar, yang dalam literature statistika dikenal dengan
istilah Z-score. Dengan demikian Z-score adlah suatu bilangan yang
menunjukkan seberapa jauh suatu nilai (angka kasar) menyimpang dari
mean dalam satuan SD.
Model Pembelajaran Gal’perin
Pengertian
Teori pendidikan Gal’perin pada dasarnya dapat dipandang sebagai
model pembelajaran, hal ini dapat diperjelas dengan mengungkap kembali
masalah fungsi pengajaran yang tidak dapat dilakukan terlepas dari proses
belajar. Sebagaimana paparan sebelumnya bahwa sejumlah komponen
pembelajaran akan dikemas dalam sebuah model pembelajaran. Model
pembelajaran merupakan kerangka/ pola pembelajaran sebagai acuan
pelaksanaan pembelajaran yang tergambar dari awal hingga akhir. Dengan
demikian dapatlah dipahami bahwa dalam setiap rencana pelaksanaan
pembelajaran senantiasa menggambarkan langkah-langkah yang ditempuh
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
79
guru dalam membelajarkan siswa. Langkah-langkah inilah yang merupakan
ciri dari sebuah model pembelajaran, artinya setiap model pembelajaran
selalu memiliki syntac tertentu yang diacu/ dipedomani guru dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Demikian halnya dalam konteks pelaksanaan teori pendidikan
Gal’perin dapat dipandang sebagai sebuah model/ kerangka/ pola
pembelajaran yang hatus mengikuti syntac/ langkah-langkah tertentu.
Adapun syntac/ Langkah model pembelajaran Gal’perin:
Gambar 2. Langkah Gal’perin (diadopsi Utomo,T.dkk.1991:37)
Seperti yang ditegaskan Utomo, T dan Kees Ruijter (1991:36-37)
bahwa:
Menurut teori pendidikan Gal’perin proses belajar dapat digambarkan
sebagai serangkaian empat tahap. Teori Gal’perin dipilih karena tampaknya
berlaku untuk proses belajar orang dewasa di bidang sains dan teknologi.
1. Mahasiswa berorientasi terhadap unsur-unsur ilmu yang penting, termasuk
cara-cara penalaran yang khas untuk bidang itu.
2. Mahasiswa berlatih melakukan kegiatan-kegiatan bernalar itu melalui
kaitannya satu dengan yang lain.
3. Mahasiswa mendapat kesadaran tentang hasil belajar yang telah ia capai.
4. Mahasiswa melanjutkan proses belajar dengan cara orientasi – latihan –
pemeriksaan
Dengan demikian menurut teori Gal’perin, suatu sasaran belajar
hanya akan tercapai bila mahasiswa berorientasi, berlatih dan melanjutkan
proses belajar berdasarkan hasil umpan balik. Yang disimpulkan bahwa
rangkaian empat tahapan tersebut antara lain: orientasi, latihan, umpan balik
dan lanjutan.
1. Orientasi
2. Latihan
3. Umpan Balik BalikOrientasi
4. L
anju
tan
La
Lan
juta
n
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
80
Tahapan Model Gal’Perin
Tahap Orientasi
Tahap ini dimaksudkan agar siswa berorientasi terhadap unsur-unsur
ilmu yang penting, termasuk cara-cara penalaran yang khas untuk bidang
studi, dengan memperhatikan keterkaitan antara unsur-unsur ilmu. Dengan
demikian, guru/ dosen harus menyampaikan isi dan struktur mata pelajaran/
mata kuliah kepada siswa/ mahasiswa, hubungan mata pelajaran/ mata
kuliah tersebut dengan mata pelajaran/ mata kuliah lain dalam kerangka
kurikulum dan kegunaan materi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses
pembelajaran pada tahap orientasi ini, peran guru sangatlah penting, yang
mana pada umumnya guru/ dosen akan menggunakan metode ceramah/
kuliah interaktif, sehingga kualitas informasi sangat diperlukan. Seperti
ditegaskan Munif Chatib (2012: 84-85) :
Kualitas informasi itulah yang menjadikan siswa mau atau tidak
melakukan instruksi sebagai reaksinya
Gambar 3. Skema Kualitas Informasi (diadopsi dari Chatib, 2012:84)
Tim peneliti melakukan diskusi dengan beberapa orang guru tentang
siswa yang menolak atau tidak mau melakukan instruksi guru dan
sebaliknya. ternyata, biasanya siswa menolak instruksi jika guru tidak
mengaplikasikan apersepsi saat mengajar. Sebaliknya, jika guru rajin
menerapkan apersepsi, siswa mau melakukan instruksi apapun dengan
cepat. Siswa bahkan menganggap instruksi itu berasal dari rasa ingin tahu
yang ada dalam dirinya sendiri.
Ada sejumlah cara untuk meningkatkan kejelasan presentasi.
Menurut Daniel Muijs dan David Reynold (2008:47):
Dua model tradisional untuk menyampaikan sebuah topic adalah
model deduktif dan model induktif. 1) Di dalam model deduktif, presentasi
dimulai dengan prinsip atau aturan umum kemudian dilanjutkan dengan
contoh-contoh yang lebih terinci dan spesifik. Contoh untuk itu adalah
mengajarkan tentang demokrasi komparatif. Seorang guru dapat memulai
dengan apa yang dimaksud prinsip umum demokrasi, dan kemudian
berusaha menerapkannya pada system politik berbagai Negara. 2) Di dalam
model induktif, presentasi dimulai dengan contoh-contoh (aktual) dan
Kualitas Informasi
Proses
Reaksi
Melakukan
Tidak Melakukan
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
81
kemudian beralih ke aturan atau prinsip umum. Dengan menggunakan
contoh yang sama, guru dapat melihat system pemerintahan di sejumlah
Negara yang berbeda, dan kemudian membahas beberapa prinsip umum
dari pemerintahan yang demokratik.
Dalam hal ini berarti, adanya usaha menganalogkan suatu konsep
baru melalui suatu konsep atau gagasan yang sebelumnya telah dikenal
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, menyuruh satu atau dua
orang mahasiswa maju ke depan untuk menghitung nilai rerata dan
penyimpangan tiap nilai terhadap nilai rerata sebelum menjelaskan materi
tentang standart deviasi dalam pembelajaran statistika. Disamping itu
adanya upaya pengubahan dari sesuatu yang abstrak pada suatu konsep,
maka dari suatu konsep yang abstrak itu akan berubah menjadi konkrit
sehingga mudah dimengerti. Misalnya dengan menciptakan sebuah contoh
visual (melalui diagram ataupun lainnya) ketika menjelaskan konsep baru
kepada mahasiswa. Sebagai contoh dipaparkan melalui diagram tentang
perkembangan dari waktu ke waktu tentang pertumbuhan seorang anak
balita, sehingga mahasiswa memperoleh gambaran adanya peningkatan
atau kemungkinan penurunannya. Selanjutnya adanya action tertentu yang
menyangkut nada bicara, pengaturan ruang kelas dan gaya penyampaian.
Sebagai contoh, pendidik yang gaya penyampaiannya dengan nada yang
keras dan jelas akan lebih mempermudah dalam menangkap informasi dari
pada dengan suara yang pelan dan dan lamban.
Tahap Latihan
Dalam hal ini siswa/ mahasiswa diminta untuk melakukan sesuatu
secara lebih konkrit, terkait dengan bahan yang digunakan dalam orientasi.
Latihan ini terdiri dari tugas-tugas dan soal-soal atau demonstrasi tergantung
pada tingkat pengertian yang dikehendaki. Latihan akan lebih berhasil baik
kalau siswa/ mahasiswa didampingi dan benar-benar dibimbing oleh guru/
dosen. Pada tahap latihan siswa/ mahasiswa ditugaskan membahas soal-
soal mengerti dan memahami materi pelajaran/ materi kuliah yang dipelajari
dan hingga mencapai tujuan pengajaran/ tujuan perkuliahan. Latihan itu
dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok yang terdiri atas 2-5
anggota. Pada tahap latihan ini guru/ dosen berperan sebagai fasilitator.
Guru/ Dosen tidak hanya duduk, tetapi juga aktif memonitor kegiatan setiap
siswa/ mahasiswa dalam kegiatan latihan. Guru/ Dosen juga siap
memberikan penjelasan seperlunya manakala ada siswa/ mahasiswa yang
menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan soal atau tugasnya.
Tahap Umpan Balik
Umpan balik berisi informasi tentang hal yang dikerjakan selama
latihan, latihan ini hanya mempunyai arti kalau siswa/ mahasiswa diberitahu
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
82
kesalahan-kesalahannya selama melakukan latihan. Umpan balik ini dapat
berupa lisan atau tulisan. Dalam umpan balik ini siswa/ mahasiswa
diharapkan dapat mengutarakan pikirannya secara nyata (verbal dan
tertulis). Pelaksanaan umpan balik dapat dilakukan selama latihan maupun
sesudah latihan. Umpan balik selama latihan dapat berupa penyelesaian
soal-soal sedangkan sesudah latihan berupa tes. Namun perlu dipahami
bahwa umpan balik bukan merupakan penilaian.
Selama umpan balik, guru/ dosen hanya sebagai fasilitator yang
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana bahan yang telah dipelajari dapat
dimengerti oleh siswa/ mahasiswa. Kegiatan umpan balik tersebut
dimanfaatkan oleh guru/ dosen untuk menarik simpulan dalam mengambil
langkah-langkah selanjutnya, misalnya apakah masih perlu mengulangi
pelajaran atau harus melanjutkan pelajaran. Dengan demikian siswa/
mahasiswa mendapat kesadaran tentang hasil belajar yang telah ia capai.
Tahap Lanjutan
Tahap ini merupakan tahap lanjutan proses belajar berdasarkan
umpan balik. Pada tahap lanjutan ini guru/ dosen memberikan kesempatan
kepada siswa/ mahasiswa untuk memperbaiki berbagai hal mengenai
konsep yang belum dimengerti. Misalnya mahasiswa belum paham dalam
menghitung standar deviasi dalam mata kuliah statistika melalui berbagai
cara/ rumus, maka dalam tahap lanjutan berarti kembali melakukan orientasi
dan dosen akan menerangkan kembali permasalahan yang berkaitan
dengan standar deviasi tersebut. Dengan demikian tahap lanjutan dapat
dikatakan sebagai proses ulang, tetapi yang diulang hanya terbatas pada
bagian-bagian tertentu yang belum jelas. Dengan tahap lanjutan ini
diharapkan hasil belajar mahasiswa semakin meningkat. Selanjutnya jika
sudah mecapai penguasaan, maka tahap lanjutan berarti melakukan
orientasi pada materi selanjutnya.
Kelebihan dan Kekurangan Model Gal’Perin
Selanjutnya sebagai suatu model pembelajaran Gal’perin juga
memiliki keunggulan kekurangan. Keunggulan model pembelajaran Gal’Perin
ini adalah bahwa dengan 4 langkah dalam proses pembelajarannya yakni
orientasi, latihan, umpan balik, dan tahapan lanjutan, akan menunjukkan
hasil belajar yang efektif sehingga dapat membantu dalam pencapaian
kemampuan pada tingkat yang lebih tinggi. Menurut Tjipto Utomo dan Kees
Ruijter (1991: 86) yang mengisyaratkan bahwa teori Gal’perin memiliki
keunggulan, yang ditegaskan sebagai berikut:
Kami gunakan teori pendidikan psikolog Soviet, Petr Jakovlevic
Gal’perin (lahir tahun 1902), karena: 1) Teori itu baik memperhatikan proses
belajar maupun memberi pengarahan kepada pengajar; teori-teori yang lain
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
83
biasanya diarahkan kepada hasil belajar saja; 2) Teori itu berlaku untuk
pencapaian kemampuan pada tingkat yang tinggi; 3) Teori itu dibuktikan
berlaku untuk perguruan tinggi.
Dalam implementasi model pembelajaran Gal’Perin ini,
siswa/mahasiswa bisa melakukan aktivitas mandiri, maupun aktivitas
kelompok bisa yang dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan
2-5 orang. Pembelajaran ini terdiri dari tahap orientasi, tahap latihan, umpan
balik (mendiskusikan hasil latihan), dan tahapan lanjutan tergantung dari
hasil umpan balik. Jika sudah mencapai penguasaan, maka dapat diteruskan
dengan orientasi materi selanjutnya, sedang jika belum mencapai
penguasaan berarti kembali melakukan orientasi ulang pada pada bagian
materi yang belum dikuasai.
Meskipun demikian, adanya kelemahan dari model pembelajaran
Gal’perin seperti telah disingung di atas, bahwa Model pembelajaran
Gal’perin memerlukan waktu yang panjang, dan waktu sering terbuang jika
siswa tidak segera menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang
ditetapkan. Untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran Gal’Perin
tersebut maka siswa diberi tugas rumah membuat ringkasan agar mereka
menguasai terlebih dahulu materi pelajaran yang akan dipelajari. Tugas
rumah yang diberikan memiliki konsekuensi adanya penilaian sebagai
umpan balik.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui
implementasi model pembelajaran Gal’perin memiliki efek: 1) Timbulnya
kesadaran pada peserta didik bahwa setiap masalah dapat dipecahkan
melalui berbagai cara. 2) Timbulnya kesadaran pada peserta didik bahwa
mereka dapat saling mengajukan pendapat secara konstruktif hingga dapat
diperoleh suatu keputusan yang lebih baik. 3) Timbulnya kebiasaan pada
peserta didik untuk memiliki kemampuan memperhatikan orang lain dengan
mau mendengar pendapat orang lain meskipun pendapatnya berbeda, serta
membiasakan bersifat toleran. 4) Timbulnya kesanggupan pada peserta didik
untuk belajar merumuskan jalan pikirannya secara teratur dan dalam bentuk
yang dapat diterima orang lain. 5) Timbulnya rangsangan bagi
berkembangnya kreativitas peserta didik dalam bentuk ide, gagasan/
prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
KESIMPULAN
Terkait dengan penelitian (research), perlu dipahami bahwa peran
statistika memang perlu untuk research, karena research merupakan
kegiatan formal (terstruktur), sistematik, menggunakan metode ilmiah. Disisi
lain tidak setiap reseach perlu statistika, hal ini mengingat adanya
keberagaman jenis penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
84
apabila teori atau generalisasinya berkaitan dengan dunia empiric (nyata),
maka dapat dipastikan perlu melakukan tahapan observasi dan karenanya
perlu statistika. Sebaliknya jika kegiatan beripikir hanya deduktif prosesnya
tidak terikat pada keadaan yang menimbulkan error (baik kesalahan
bersumber dari observasi, pengambilan sampel, maupun kesalahan-
kesalahan dari cara berpikir deduktifnya), maka tidak diperlukan statistika.
Salah satu pola atau model yang dimungkinkan untuk mewujudkan
pembelajaran efektif pada mata kuliah statistika adalah model pembelajaran
Gal’Perin. Model ini merupakan gabungan dari beberapa metode mengajar,
setidaknya selalu melibatkan penggunaan metode ceramah dan metode
diskusi. Gabungan metode ini dapat meningkatkan minat dan interaksi
peserta sisik serta menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif. Dengan
penggabungan metode ini, maka kelemahan yang ada dari satu metode
dapat ditutup oleh metode lainnya
Dalam pelaksaan pembelajaran dengan model pembelajaran
Gal’perin, peserta didik bisa melakukan aktivitas mandiri, atau aktivitas
dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 2-5 orang. Menurut
teori Ga’perin ini bahwa setiap bagian pendidikan harus memenuhi tiga
tahapan belajar yakni tahap orientasi, tahap latihan, umpan balik
(mendiskusikan hasil latihan), dan tahapan lanjutan yang pada dasarnya
memperhatikan hasil umpan balik, jika belum mencapai penguasaan maka
harus dilanjutkan dengan orientasi ulang, berlatih, dan seterusnya. Meskipun
demikian, model ini memiliki kelemahan, yaitu memerlukan waktu yang
panjang, dan waktu sering terbuang jika siswa tidak segera menyelesaikan
tugasnya sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Untuk mengatasi
kelemahan model pembelajaran Gal’Perin tersebut maka siswa diberi tugas
rumah membuat ringkasan agar mereka menguasai terlebih dahulu materi
pelajaran yang akan dipelajari. Tugas rumah yang diberikan memiliki
konsekuensi adanya penilaian sebagai umpan balik.
SARAN
Mencermati efektifitas model Gal’perin pada mata kuliah statistika,
maka layak dilakukan sebuah penerapan praktis untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran statistika. Adapun beberapa saran
teknis dari hasil kajian ini adalah diperlukannya sebuah kegiatan melalui
penelitian tindakan atau penelitian eksperimen menggunakan model ini guna
mengintervensi proses-hasil belajar dan kecakapan-kecakapan era 4.0 pada
mahasiswa selama mengikuti perkuliahan statistika.
DAFTAR RUJUKAN
Chatib, Munif. 2012. Gurunya Manusia. Bandung: Penerbit Kaifa PT Mizan Pustaka.
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
85
Muijs, Daniel. Dkk. Diterjemahkan Helly Prayitno Soetjipto, dkk. 2008. Efektive Teaching (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Puistaka Pelajar.
Mundir. 2014. Statistik Pendidikan. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Riduwan. 2013. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Siregar, Sofyan. 2012. Statistik deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali.
Soejoeti, Zanzawi. 1985. Buku Materi Pokok Metode Statistik I. Modul 1-5. Jakarta: Karunika.
Soenarko, Bambang. 1993. Pengantar Statistika. Kediri: IKIP PGRI Kediri.
Utomo, Tjipto. Dkk. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.