model sistem pertanian bioindustri...

82
MODEL SIS BERBASIS SPESIFIK L BALAI PENGK BADAN PENE LAPORAN AKHIR STEM PERTANIAN BIOIN INTEGRASI TANAMAN-T LOKASI DI PROVINSI BE UMI PUDJI ASTUTI KAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN B ELITIAN DAN PENGEMBANGAN PE 2015 NDUSTRI TERNAK ENGKULU BENGKULU ERTANIAN

Upload: vuongdiep

Post on 21-Aug-2018

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

LAPORAN AKHIR

MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRIBERBASIS INTEGRASI TANAMAN-TERNAK

SPESIFIK LOKASI DI PROVINSI BENGKULU

UMI PUDJI ASTUTI

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULUBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

2015

LAPORAN AKHIR

MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRIBERBASIS INTEGRASI TANAMAN-TERNAK

SPESIFIK LOKASI DI PROVINSI BENGKULU

UMI PUDJI ASTUTI

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULUBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

2015

LAPORAN AKHIR

MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRIBERBASIS INTEGRASI TANAMAN-TERNAK

SPESIFIK LOKASI DI PROVINSI BENGKULU

UMI PUDJI ASTUTI

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULUBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

2015

Page 2: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

LAPORAN AKHIR

MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRIBERBASIS INTEGRASI TANAMAN-TERNAK

SPESIFIK LOKASI DI PROVINSI BENGKULU

Umi Pudji AstutiShannora Yuliasari

AfrizonHamdan

Zul EfendiYuli OktaviaLinda HartaTri WahyuniYesmawatiCatur Yanto

Basuni AsnawaiSri Hartati A

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULUBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

2015

Page 3: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga

Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

Integrasi Tanaman – Ternak Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu dapat tersusun.

Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil

pelaksanaan kegiatan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun

2015.

Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini

tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan

sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu

pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga kegiatan ini

dapat memberikan manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi berbasis

Bioindustri di Provinsi Bengkulu. Kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat kami harapkan demi perbaikan kegiatan ini.

Bengkulu, Desember 2015Penanggung jawab Kegiatan

Dr. Ir. Umi Pudji Astuti, MPNIP. 19610531 199003 2 001

Page 4: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

iii

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP : Model Sistem Pertanian Bioindustri BerbasisIntegrasi Tanaman-Ternak Spesifik Lokasi DiProvinsi Bengkulu

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu3. Alamat Unit Kerja : Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 381194. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu TA. 20155. Status Kegiatan (L/B) : B (Baru)6. Penanggung Jawab

a. Nama : Dr. Ir. Umi Pudji Astuti, MPb. Pangkat/Golongan : Pembina/IVac. Jabatan Fungsional : Penyuluh Madya

7. Lokasi : Kabupaten Rejang Lebong8. Agroekosistem : Lahan kering9. Tahun Mulai : 201510. Tahun Selesai : 2017

11. Output Tahunan (2015) : 1. Menyusun database (monograf) wilayahpengkajian, inventarisasi kebutuhaninovasi (teknologi dan kelembagaan)

2. Membangun sistem dan mekanismepertanian bioindustri spesifik lokasi(desain) serta memperkuat kompetensiSDM kelompok.

3. Meningkatkan produksi kopi, produksidaging sapi, serta mendorong penerapansitem integrasi tanaman-ternak berbasisinovasi teknologi

4. Memanfaatkan limbah usahatani kopi,ternak, sayuran dan limbah tanaman danternak menjadi teknologi terbarukanmenjadi produk-produk sekunder yangbernilai tambah

12. Output Akhir : 1. Rekomendasi Model Sistem PertanianBioindustri Berbasis Integrasi Kopi-SapiSpesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu.

2. Berkembangnya model sistem pertanianbioindustri di Provinsi Bengkulu.

3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakatserta daya beli masyarakat/petani dikawasan kajian melalui percepatanpembangunan ekonomi wilayah berbasisintegrasi tanaman dan ternak

Page 5: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

iv

13. Biaya Kegiatan : Rp. 457.700.000,00 (Empat ratus limapuluh tujuh juta tujuh ratus ribu rupiah).

Koordinator Program, Penanggung Jawab Kegiatan,

Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP Dr. Ir. Umi Pudji Astuti, MPNIP. 19690427 199803 1 001 NIP. 19610531 199003 2 001

MengetahuiKepala BBP2TP, Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. Ir. Abdul Basit, MS Dr. Ir. Dedi Sugandi, MPNIP. 19610929 198603 1 003 NIP. 19590206 198603 1 002

Page 6: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

v

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR.................................................................................... iiLEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iiiDAFTAR ISI.............................................................................................. vDAFTAR TABEL......................................................................................... viiDAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viiiDAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ixRINGKASAN ............................................................................................. xSUMMARY................................................................................................ xii

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 11.1. Latar Belakang............................................................................. 11.2. Tujuan ........................................................................................ 21.3. Keluaran ..................................................................................... 41.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak..................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 62.1. Landasan Teori ............................................................................ 62.2. Penelitian Terdahulu..................................................................... 7

III. PROSEDUR PELAKSANAAN.................................................................. 103.1. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 103.2. Pendekatan ................................................................................. 113.3. Ruang Lingkup............................................................................. 113.4. Waktu dan Tempat ...................................................................... 123.5. Tahapan Pelaksanaan................................................................... 123.6. Rancangan Pengkajian ................................................................. 133.7. Data dan Analisis ......................................................................... 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 174.1. Menyusun data base (monograf) wilayah pengkajian,

inventarisasi kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan) ......... 174.2. Membangun sistem dan mekanisme pertanian bioindustri

spesifik lokasi (desain) serta memperkuat kompetensi SDMkelompok/kelembagaan................................................................ 24

4.3. Meningkatkan produksi kopi, produksi daging sapi, sertamendorong penerapan sitem integrasi tanaman –ternakberbasis inovasi teknologi ............................................................. 41

4.4. Memanfaatkan limbah usahatani kopi, ternak, sayuran danlimbah tanaman dan ternak melalui teknologi terbarukanmenjadi produk-produk sekunder yang bernilai tambah................... 41

V. KESIMPULAN .................................................................................... 49

KINERJA HASIL ....................................................................................... 50DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 51ANALISIS RISIKO ..................................................................................... 54JADUAL KERJA ......................................................................................... 55PEMBIAYAAN ........................................................................................... 56PERSONALIA ............................................................................................ 58LAMPIRAN ............................................................................................... 60

Page 7: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

vi

DAFTAR TABEL

Halaman1. Jumlah Kepemilikan Ternak petani sampel di Desa Air Meles

Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2015 ............................................. 19

2. Teknologi yang sudah diketahui dan diterapkan dalam usaha sapiDesa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur Kabupaten RejangLebong Tahun 2015 ......................................................................... 20

3. Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Kopi di Desa Air MelesBawah Kecamatan Curup Timur Kabupaten Rejang Lebong Tahun2015 ............................................................................................... 21

4. Komoditas Sayuran di Desa Air Meles Bawah Kabupaten RejangLebong Tahun 2015.......................................................................... 22

5. Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Cabe di Desa Air MelesBawah Kabupaten Rejang Lebong tahun 2015 .................................... 22

6. Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Tomat di Desa Air MelesBawah Kabupaten Rejang Lebong tahun 2015 .................................... 23

7. Data Sifat dan Curah Hujan Bulan Maret-Agustus serta PrakiraanSifat dan Curah Hujan Bulan Oktober-Nopember Kabupaten RejangLebong Tahun 2015.......................................................................... 23

8. Hasil Analisa Tanah Sawah, Kopi, dan Sayuran di Desa Air MelesBawah Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2015. .................................. 24

9. Kegiatan Peningkatan Sumber Daya Manusia Kelompok Tani GadingIndah Desa Air Meles Bawah Kabupaten Rejang Lebong tahun 2015..... 28

10. Peningkatan Pengetahuan Petani melalui Pelatihan di Desa Air MelesKabupaten Rejang Lebong Tahun 2015 ………………. ............................ 28

11. Peningkatan pengetahuan petani sebelum dan setelah mengikutipelatihan peremajaan tanaman kopi dengan sistem penyambunganTag Ent di Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup TimurKabupaten Rejang Lebong Tahun 2015. ............................................. 29

12. Rata-rata Tingkat Ketrampilan Teknis Penyambungan/Okulasi Kopidi Desa Air Meles Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2015 .................... 30

13. Komponen hasil tanaman kopi sambung Tag Ent desa Air MelesAtas Rejang Lebong.......................................................................... 31

14. Syarat mutu umum biji kopi beras menurut SNI 2907 – 2008 .............. 36

15. Hasil Analisis Proksimat Produk Fermentasi Limbah Kulit Kopi danDaun Kopi Segar di Desa Air Meles tahun 2015................................... 43

16. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Ternak yang beri pakanFermentasi Tahun 2015 .................................................................... 44

17. Hasil Analisa Kompos Kotoran padat Sapi dan kulit kopi di Desa AirMeles tahun 2015............................................................................. 47

Page 8: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

vii

18. Data Tinggi Tanaman dan Jumlah Cabang Cabai denganimplementasi Berbagai Macam POP di Desa Air Meles tahun 2015 ........ 48

19. Daftar risiko dan dampak pelaksanan pengkajian model sistempertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi spesifik lokasi diProvinsi Bengkulu Tahun 2015........................................................... 54

20. Daftar penanganan risiko pengkajian model sistem pertanianbioindustri berbasis integrasi padi-sapi spesifik lokasi di ProvinsiBengkulu Tahun 2015 ..................................................................... 54

Page 9: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman1. Kerangka Pikir Model Pengembangan Pertanian Bioindustri Sistem

Integrasi Tanaman dan Ternak di Bengkulu.......................................... 10

2. Sistem dan Mekanisme Pertanian Eksisting Mengarah ke PertanianBioindustri Berbasis Sumberdaya Lokal Spesifik Bengkulu ...................... 14

3. Peta Desa Air Meles Bawah Kabupaten Rejang Lebong..... ..................... 18

4. Rancangan Sistem dan Mekanisme Pertanian Bioindustri IntegrasiTanaman - Ternak di Provinsi Bengkulu Tahun 2015 ............................. 25

5. Struktur Organisasi Kelompok Tani Gading Indah Desa Air MelesBawah Kecamatan Curup Tengah Kabupaten Rejang LebongTahun 2015 ....................................................................................... 27

6. Kelembagaan dan Tata Kelola Usaha Pertanian Bioindustri..................... 31

7. Mesin pengupas kulit buah kopi (a), dan mesin pencuci lendir bijikopi (b) ............................................................................................. 35

Page 10: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman1. Dokumentasi pelaksanaan PRA, pengambilan sampel tanah,

perbaikan kandang, dan pengolahan lahan tanaman cabe pengkajianmodel sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapispesifik lokasi di Provinsi Bengkulu Tahun 2015 .................................... 60

2. Dokumentasi pelaksanaan pengolahan kopi petik merah pengkajianmodel sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapispesifik lokasi di Provinsi Bengkulu Tahun 2015............. ....................... 61

3. Dokumentasi pelaksanaan pembuatan kompos dan perakitan instalasibiourine pengkajian model sistem pertanian bioindustri berbasisintegrasi padi-sapi spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu Tahun2015........ ......................................................................................... 62

4. Dokumentasi pelaksanaan sosialisasi kegiatan pengkajian modelsistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi spesifik lokasidi Provinsi Bengkulu Tahun 2015......... ................................................ 63

5. Hasil Analisa Tanah ............................................................................ 64

6. Hasil Analisa Proksimat Daun Kopi Segar dan Fermentasi Kulit Kopi ........ 65

7. Hasil Analisa Proksimat Silase Kulit Kopi ............................................... 66

8. Hasil Analisa Proksimat Silase Daun Kopi .............................................. 67

9. Hasil Analisa Kompos.......................................................................... 68

Page 11: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

x

RINGKASAN

1 Judul : Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis IntegrasiTanaman-Ternak Spesifik Lokasi Di Provinsi Bengkulu.

2 Unit kerja : BPTP Bengkulu3 Tujuan Umum : 1. Rekomendasi Model Sistem Pertanian Bioindustri

Berbasis Integrasi Kopi – Sapi Spesifik Lokasi diProvinsi Bengkulu

2. Berkembangnya model sistem pertanian bioindustri di Provinsi Bengkulu

Tujuan 2015 : 1. Menyusun data base (monograf) wilayahpengkajian, inventarisasi kebutuhan inovasi(teknologi dan kelembagaan)

2. Membangun sistem dan mekanisme pertanianbioindustri spesifik lokasi (desain) sertamemperkuat kompetensi SDM kelompok.

3. Meningkatkan produksi kopi, produksi dagingsapi, serta mendorong penerapan sitem integrasitanaman – ternak berbasis inovasi teknologi

4. Memanfaatkan limbah usahatani kopi, ternak,sayuran dan limbah tanaman dan ternak menjaditeknologi terbarukan menjadi produk-produksekunder yang bernilai tambah

4 Keluaran 2015 : 1. Tersusunnya informasi basis data wilayahpengkajian, kebutuhan inovasi (teknologi dankelembagaan)

2. Terbangunnya sistem dan mekanisme (desain)pertanian bioindustri spesifik lokasi sertapenguatan kapasitas SDM

3. Peningkatan produksi kopi, produksi daging sapi,serta mendorong penerapan sistem integrasitanaman – ternak berbasis inovasi teknologi

4. Memanfaatkan limbah usahatani kopi, ternak,sayuran dan limbah tanaman dan ternak menjaditeknologi terbarukan menjadi produk-produksekunder yang bernilai tambah

5 Prosedur : Pengkajian dilakukan selama 3 tahun, mulai daritahun 2015 sampai dengan tahun 2017 di Desa AirMeles Kabupaten Rejang Lebong denganpertimbangan sebagai berikut : 1) Merupakan sentrapengembangan kopi dan sapi di Provinsi Bengkulu;2) Mempunyai kesesuaian agroekosistem untukpengembangan tanaman kopi dan ternak di ProvinsiBengkulu; 3) Adanya dukungan programpengembangan kopi dan ternak sapi dari DinasPerkebunan, Dinas Pertanian dan Dinas Peternakanprovinsi dan kabupaten. Pengkajian dilakukan melalui

Page 12: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

xi

survey, pengkajian lapangan dan laboratorium,dengan tahapan : 1) Koordinasi antar pemangkukepentingan; 2) Penyusunan rencana kegiatan; 3)Penelusuran literatur (desk studi); 4) Penyusunaninstrumen penggalian data primer (kuesioner); 5)Survey lapang menggunakan metode pengamatanlapangan secara cepat (PartisipqaatoryRuralAppraisa/PRA); 6) Identifikasi dan analisa datamelalui pendekatan evaluasi teknis dan sosialekonomi; 7) Penyusunan desain dan road map modelbioindustri berkelanjutan spesifik lokasi di ProvinsiBengkulu; 8) Pengumpulan data sosial ekonomi,kelembagaan, agronomi, kandungan nutrisi padapakan, kandungan hara pada kompos, efikasibiopestisida dari urine, kandungan hara pada tanah;9) Sosialisasi, pelatihan dan demplot; 10) Pelaporan

6 Capaian : 1. Inovasi teknologi2. Inisiasi kelembagaan3. Model diseminasi yang diterapkan4. 3 buah Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang meliputi

teknis budidaya, pasca panen, dan diseminasi

7 Manfaat : 1. Terjadinya peningkatan produktivitas usahaagribisnis dan pendapatan petani melaluipercepatan penggunaan inovasi pertanianbioindustri.

2. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat berbasisintegrasi tanaman dan ternak di kawasan kajian

3. Teradopsinya model pertanian bioindustri spesifiklokasi oleh petani dan stakeholders

8 Dampak : 1. Terciptanya pertanian ramah lingkungan melaluiintegrasi tanaman – ternak di Provinsi Bengkulu

2. Meningkatnya daya beli masyarakat/petani diProvinsi Bengkulu melalui percepatanpembangunan ekonomi wilayah

3. Meningkatnya akuntabilitas Badan LitbangPertanian sebagai penghasil Inovasi melaluipenyebaran dan adopsi inovasi oleh pengguna.

9 JangkaWaktu : 3 (tiga) tahun (2015 -2017)10 Biaya : Rp. 457.700.000,00 (Empat ratus lima puluh tujuh

juta tujuh ratus ribu rupiah)

Page 13: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

xii

SUMMARY

1 Title : The Model of Bioindustri Farming Sistem Based onSpecific Location of Crop-live stock Integration inBengkulu Province

2 ImplementingUnit

: Assessment Institution of Agriculture TechnologyBengkulu

3 Objectives : 1. Recommendation Model-Based Farming SistemsIntegration Bioindustri Coffee-Cow SpecificLocation in Bengkulu

2. The development of bio-industrial model offarming sistems in Bengkulu

Objectives of2015

1. To arrange the database (monographs) ofassessment area, to inventory the innovationneeds (technological and institutional), to buildthe agricultural sistem and mechanism of specificlocation bioindustri (design) and to strengthenthe competencies of human resources group

2. To strengthen the implementation and develop/modify the agricultural sistem design of specificlocation bioindustri and institutional capacity

3. To develop and replicate the agricultural model ofspecific location bioindustri to the region withsimilar potencies and agroecosistems

4. Utilizing waste coffee farming, cattle, vegetabelsand crops and livestock waste into renewabletechnologies into secondary products are value-added

4 Output of 2015 : 1. Database information of assessment area, theinnovation needs (technological and institutional),sistem and mechanism (design) of specificlocation bioindustri and strengthening thecompetencies of human resources

2. The development/modification of the agriculturalsistem design of specific location bioindustri andinstitutional capacity

3. The development and replication of specificlocation bioindustri model to the region withsimilar potencies and agroecosistems

4. Utilizing waste coffee farming, cattle, vegetabelsand crops and livestock waste into renewabletechnologies into secondary products are value-added

5 Procedure : The assessment carried out for 3 years, startingfrom 2015 up to 2017 in the village of AirMelesBawahRejang Lebong with the followingconsiderations: 1) Represents the coffee and cattledevelopment centers in the province of Bengkulu;2) Have the suitability of agro-ecosistem for the

Page 14: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

xiii

development of coffee crops and livestock in theBengkulu Province; 3) There is support coffeedevelopment program and the cattle of PlantationOffice, Department of Agriculture and AnimalHusbandry Department provinces and districts.Assessment is done through surveys, field andlaboratory assessment, with the following steps: 1)The coordination between stakeholders; 2)Preparation of action plans; 3) Search literature(desk studi); 4) Preparation of primary datacollection instrument (questionnaire); 5) field surveyusing rapid methods of field observations(Partisipqaatory Rural Appraisa / PRA); 6)Identification and analysis of data through a socialapproach to technical and economic evaluation; 7)Preparation of design and sustainable road mapbioindustri specific models in the Bengkulu Province;8) Data collection of socio-economic, institutional,agronomic, nutritional content of the feed, thenutrient content of compost, biopesticide efficacy ofurine, the nutrient content of the soil; 9)socialization, training and demonstration plots; 10)Reporting

6 Achievements : 1. Technological innovation2. Initiation of institutional3. The dissemination model is applied4. 3 pieces of Scientific Writing, which includes

cultivation techniques, post-harvest, anddissemination

7 Benefit : 1. An increase in the productivity of agribusinessand farmers' income through the acceleration ofthe use of agricultural innovation bioindustry.

2. Increased public welfare based integration ofcrops and livestock in the area of study

3. The adaptation of bioindustri model of site-specific farming by farmers and stakeholders

8 Impact : 1. The creation of environmentally friendly farmingthrough integrated crop - livestock in theprovince of Bengkulu

2. The increasing purchasing power of people /farmers in Bengkulu Province through theacceleration of regional economic development

3. Increased accountability IAARD as a producer ofinnovation through the deployment and adoptionof innovation by users.

9 Time Period : 3 (three) years (2015 -2017)10 Cost : IDR. 457.700.000,00

Page 15: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian ke depan harus dibangun dengan konsep model pertanian

ramah lingkungan spesifik lokasi untuk mewujudkan pertanian bio-industri.

Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat akan diiringi dengan peningkatan

kesadaran terhadap penyelamatan dan pelestarian lingkungan.

Tantangan dan permasalahan pembangunan pertanian secara nasional

maupun global semakin besar. Degradasi sumberdaya pertanian, variabilitas dan

ketidakpastian iklim, konversi dan alih fungsi lahan, serta pencemaran di sektor

pertanian menjadi ancaman sekaligus tantangan dalam mewujudkan sistem

pertanian bio-industri yang berkelanjutan. Bioindustri adalah sistem pertanian

yang mengelola dan/atau memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya

hayati termasuk biomasa dan/atau limbah organik pertanian, bagi kesejahteraan

masyarakat dalam suatu ekosistem secara harmonis (SIPP, 2014).

Pembaharuan diperlukan sebagai upaya mewujudkan pertanian bio-

industri yang berkelanjutan. Pembaharuan dalam perspektif sistem pertanian

bioindustri dapat dilakukan melalui: (1) Usaha pertanian berbasis ekosistem

intensif; (2) Pengolahan seluruh hasil pertanian dengan konsep whole biomass

biorefinery; (3) Integrasi usaha pertanian-biodigester-biorefinery. Prinsip dasar

pembaharuan dalam konsep bioindustri diantaranya adalah: (1) Berkelanjutan;

(2) Mengoptimalkan pemanfaatan produk dengan mengurangi/meminimalkan

limbah (ramah lingkungan); (3) Memaksimalkan pendapatan melalui peningkatan

nilai tambah; (4) Mempertimbangkan keseimbangan dan efisiensi (economic

scale).

Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian di Provinsi

Bengkulu karena menyumbangkan porsi terbesar (39,84%) dalam pembentukan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (Badan Pusat statistik Provinsi Bengkulu,

2012). Dukungan luas wilayah, kondisi lahan, iklim dan geografi di Provinsi

Bengkulu menjadikan wilayah ini di dominasi oleh komoditas perkebunan dan

ternak. Kelapa sawit, karet, dan kopi merupakan komoditas yang dominan dan

menjadi komoditas unggulan, sedangkan sapi potong merupakan komoditas

ternak utama di Provinsi Bengkulu.

Page 16: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

2

Selain komoditas perkebunan, Provinsi Bengkulu juga mempunyai potensi

pengembangan komoditas tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan.

Tanaman pangan potensial untuk dikembangkan di Provinsi Bengkulu

diantaranya adalah padi, jagung, kedelai dan kacang tanah. Tanaman

hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan diantaranya adalah sayuran

(bawang merah, bawang daun, cabe, wortel, sawi, kentang, kubis, tomat,

terung, ketimun, kangkung, dan bayam) dan aneka buah. Selain komoditas

tanaman, Provinsi Bengkulu juga mempunyai peluang pengembangan komoditas

peternakan. Ternak yang berpotensi untuk dikembangkan diantaranya adalah

sapi perah, sapi potong, kerbau, kambing, ayam dan itik (Badan Pusat Statistik

Provinsi Bengkulu, 2012).

Secara umum, komoditas tanaman pangan, hortikultura, maupun ternak

masih diusahakan secara monokultur dan belum ke pola usahatani tanaman

multikultur maupun integrasi tanaman ternak. Kondisi ini banyak menimbulkan

permasalahan dalam sistem pertanian yang diantaranya adalah: (1) Produktivitas

dan kualitas produk yang rendah, (2) Banyak limbah yang belum dimanfaatkan

secara optimal, (3) Sangat tergantung dengan input eksternal, (4) Bersifat

subsisten dan belum mempertimbangkan economic scale. Kondisi ini

mengindikasikan bahwa secara umum pertanian bioindustri belum diterapkan

dan perlu diinisiasi sesuai dengan kondisi wilayah (spesifik lokasi). Studi dan

identifikasi model pertanian bioindustri perlu dilakukan untuk mendapatkan

gambaran riel dalam upaya mempermudah mengenal dan mendesain model

pertanian bioindustri spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu. Kopi dan sapi

merupakan komoditas unggulan dan diusahakan oleh sebagian besar masyarakat

tani di Provinsi Bengkulu.

1.2. Tujuan Umum

1. Rekomendasi Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi

Tanaman – Ternak (SITT) Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu

2. Berkembangnya model sistem pertanian bioindustri di Provinsi

Bengkulu

Page 17: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

3

Tujuan (2015)

1. Menyusun data base (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi

kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan)

2. Membangun sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi

(desain) serta memperkuat kompetensi SDM kelompok/kelembagaan.

3. Meningkatkan produksi kopi, produksi daging sapi, serta mendorong

penerapan sitem integrasi tanaman – ternak berbasis inovasi teknologi

4. Memanfaatkan limbah usahatani kopi, ternak, sayuran dan limbah tanaman

dan ternak melalui teknologi terbarukan menjadi produk-produk sekunder

yang bernilai tambah

Tujuan Tahun 2016

1. Memantapkan disain model sistem pertanian bioindustri berbasis tanaman

(kopi) - ternak (Sapi) spesifik lokasi Bengkulu

2. Mengembangkan produk pertanian bioindustri

3. Mengetahui potensi produk bioindustri terhadap peningkatan produktivitas

tanaman dan ternak

4. Mendiseminasikan inovasi teknologi kepada stakeholders

Tujuan Akhir (2017)

Tujuan tahun 2017 secara khusus ingin :

1. Menyusun Rekomendasi Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

Integrasi Tanaman – Ternak (SITT) Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu

2. Mewujudkan suatu kawasan pengembangan pertanian bioindustri berbasis

tanaman- ternak yang berwawasan lingkungan.

3. Mengembangkan/mereplikasi bioindustri berbasis SITT di wilayah-wilayah

pengembangan tanaman – ternak oleh Pemerintah Daerah pada

agroekosistem yang berbeda

4. Memandirikan kelembagaan kelompok tani dalam pengelolaan terpadu

komoditas tanaman - ternak (SITT) yang berkelanjutan.

Page 18: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

4

1.3 Keluaran

Tahun 2015

1. Tersusunnya data base (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi

kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan)

2. Terbangunnya sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi

(desain) serta memperkuat kompetensi SDM kelompok.

3. Meningkatnya produksi kopi, produksi daging sapi, serta mendorong

penerapan sitem integrasi tanaman – ternak berbasis inovasi teknologi

4. Termanfaatkannya limbah usahatani kopi, ternak, sayuran dan limbah

tanaman dan ternak menjadi teknologi terbarukan menjadi produk-produk

sekunder yang bernilai tambah

Keluaran Tahun 2016

1. Diperolehnya disain model sistem pertanian bioindustri berbasis tanaman

(kopi) - ternak (Sapi) spesifik lokasi Bengkulu

2. Berkembangnya produk pertanian bioindustri

3. Diketahuinya potensi produk bioindustri terhadap peningkatan produktivitas

tanaman dan ternak

4. Terdiseminasikannya inovasi teknologi kepada stakeholders

Keluaran Akhir (2017)

Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta daya beli

masyarakat/petani di kawasan kajian melalui percepatan pembangunan ekonomi

wilayah, yang secara khusus ingin :

1. Diperolehnya Rekomendasi Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

Integrasi Tanaman – Ternak (SITT) Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu yang

siap direplikasi ke kawasan lain

2. Terwujudnya suatu kawasan pengembangan pertanian bioindustri berbasis

tanaman- ternak yang berwawasan lingkungan.

3. Berkembangnya dan tereplikasikannya model pertanian bioindustri berbasis

integrasi tanaman-ternak ke kawasan lain oleh Pemerintah Daerah pada

agroekosistem yang berbeda.

4. Mandirinya kelembagaan kelompok tani dalam pengelolaan terpadu

komoditas tanaman - ternak (SITT) yang berkelanjutan.

Page 19: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

5

1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak

Perkiraan Manfaat

1. Terjadinya peningkatan produktivitas usaha agribisnis dan pendapatan

petani melalui percepatan penggunaan inovasi pertanian bioagroindustri.

2. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat berbasis integrasi tanaman dan

ternak di kawasan kajian.

3. Teradopsinya model pertanian bioindustri spesifik lokasi oleh petani dan

stakeholders.

Perkiraan Dampak

1. Terciptanya pertanian ramah lingkungan melalui integrasi tanaman – ternak

di Provinsi Bengkulu.

2. Meningkatnya daya beli masyarakat/petani di Provinsi Bengkulu melalui

percepatan pembangunan ekonomi wilayah.

3. Meningkatnya akuntabilitas Badan Litbang Pertanian sebagai penghasil

inovasi melalui penyebaran dan adopsi inovasi oleh pengguna.

Page 20: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Landasan Teori

Kementerian Pertanian (Kementan) menggagas konsep bioindustri atau

zero waste sebagai bagian upaya merevitalisasi unit industri pengolahan di

tingkat pedesaan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Pertanian

bioindustri atau industri pertanian adalah usaha pengolahan sumber daya alam

hayati (pertanian) dengan bantuan teknologi industri untuk menghasilkan

berbagai macam hasil yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Pengolahan itu

tidak hanya terbatas pada upaya meningkatkan hasil pertanian saja, akan tetapi

bagaimana mengelola hasil pertanian menjadi komoditas yang bervariasi,

sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Indonesia yang

sebagian besar merupakan para petani.

Pengelolaan tanaman berskala industri yang dapat meningkatkan

kesejahteraan dan perekonomian masyarakat Indonesia adalah melalui pertanian

bioindustri. Salah satunya dengan memanfaatkan tanaman sebagai sumber

energi alternatif dengan mengolah tanaman menjadi biofuel. Pertanian

bioindustri dapat menjadi alternatif pilihan sebagai bahan baku energi untuk

menggantikan BBM yang ketersediannya semakin menipis. Meningkatnya harga

bahan bakar minyak dan gas, ketahanan energi serta meningkatnya polusi

lingkungan dalam kaitannya dengan penggunaan bahan bakar merupakan

penyebab bangkitnya kembali bioindustri pada beberapa tahun terakhir (Ariati,

2006).

Pertanian bioindustri berkelanjutan adalah konsep pembangunan

pertanian masa mendatang, memandang lahan pertanian tidak semata-mata

merupakan sumberdaya alam namun juga industri yang memanfaatkan seluruh

faktor produksi untuk menghasilkan pangan guna mewujudkan ketahanan

pangan dan non pangan yang dikelola menjadi bioenergi, pakan, dan pupuk

dengan prinsip zero waste. Prinsip dari konsep bioindustri adalah proses

produksi yang mampu menghilangkan dampak polusi dan sekaligus menawarkan

berbagai produk yang tidak merusak lingkungan. Jadi konsep ini menyediakan

berbagai siklus produk melalui proses produksi yang tidak menghasilkan polusi

dan tidak ada akhir dari sebuah produk setelah selesai digunakan, dan tidak

menjadi sampah. Produk-produk dalam suatu proses akan menjadi residual yang

Page 21: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

7

tetap dapat digunakan kembali sebagai input bagi proses lainnya yang biasa

disebut zero waste.

Konsep ini dapat bersifat spesifik lokasi yang berkaitan dengan

keragaman dari variabel penyusun maupun lingkungan/agroekosistemnya. Hal ini

dapat terjadi karena konsep ini mempunyai karakteristik penting yaitu

independensi terhadap bahan baku alam, dimana proses produksi dapat di

kontrol. Konsep ini akan dapat berjalan jika semua komponen, akademisi, bisnis,

goverment dan komunitas bergerak bersama secara sinergi. Kaitan antar pelaku

bersifat interlocked, yang berarti ada keterkaitan yang erat antara satu dengan

lainnya. Jika salah satu dari 4 komponen (quatro helix) tidak dapat berjalan

dengan baik, maka hampir dipastikan konsep tidak dapat berjalan dengan

optimal.

Pertanian ramah lingkungan merupakan konsep model yang bertujuan

agar kegiatan ekonomi tidak merusak lingkungan, dengan tetap memperhatikan

keterkaitan antara ekologi, ekonomi, dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Manfaat utama dari pendekatan ini adalah pada proses dan inovasi produk dan

penciptaan rantai nilai, seperti pangan yang sehat dan aman, sumberdaya

terbarukan, dan energi berbasis bio-massa, yang seluruh proses dan aplikasinya

menggunakan sumberdaya tanaman, mikroorganisme, dan hewan/ternak. Salah

satu contoh konsep pengembangan pertanian bioindustri berbasis sumberdaya

lokal adalah integrasi antara tanaman dan ternak dalam efisiensi produksi.

Keterkaitan antara tanaman dengan ternak sapi dalam satu sistem

usahatani terpadu dapat dikembangkan secara berkelompok dalam kawasan

perkebunan. Dengan pola ini petani mendapatkan sumber income dari dua

komoditas yang diusahakan, disamping kemungkinan penurunan biaya produksi

baik pada usaha tanaman maupun usaha ternaknya dengan munculnya kondisi

saling menunjang diantara kedua usaha komoditas tersebut. Manajemen yang

diaplikasikan adalah 'zero waste' dan 'zero cost' (Priyanti dan Djajanegara, 2004).

2.2. Penelitian Terdahulu

Penggunaan pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan

biologi tanah (Soetanto Abdoelah, 2013). Pupuk kandang dapat mensuplai

semua nutrisi yang diperlukan tanaman kopi walaupun dalam jumlah kecil.

Nitrogen dan kalium merupakam unsur hara paling penting untuk memperoleh

Page 22: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

8

produksi tinggi pada tanaman kopi. Dalam kurun waktu 1 tahun satu ekor sapi

dewasa dapat menghasilkan kompos 963,65 kg dengan kadar air 20% (Adijaya

dan Yasa, 2013). Kadar rata-rata unsur hara dalam pupuk kandang untuk

masing-masing unsur hara adalah sebagai berikut: N 0,5%; P 0,25%; K 0,4%;

Na 0,08%; S 0,02%; Zn 0,004%; Co 0,0003%; Mg 0,007%; Fe 0,45%).

Kulit kopi merupakan limbah yang cukup melimpah, karena jumlahnya

mencapai 45-50% dari berat kopi yang dipanen. Dalam setiap ton buah basah

diperoleh 200 kg kulit kopi kering. Hasil analisis kesetimbangan massa buah kopi

diperoleh bahwa dari 100 kg buah kopi yang diolah kering akan diperoleh 29 kg

(29%) gelondong kering yang terdiri dari 15,95 kg biji kopi (55%) dan 13,05 kg

kulit gelondong kering (45%). Kulit gelondong kering terdiri kulit cangkang,

lendir dan kulit buah dengan perbandingan bobot kering 11,9 : 4,9 : 28,7

(Widyotomo, 2013). Kandungan nutrisi dari kulit kopi cukup baik berpotensi

untuk dikonversi menjadi sumber bahan baku pakan ternak. Zainuddin dan

Murtisari (1995) melaporkan bahwa kulit buah kopi potensial untuk digunakan

sebagai bahan pakan ternak ruminansia. Kandungan zat nutrisi yang terdapat

pada kulit buah kopi diantaranya adalah protein kasar sebesar 10,4%, serat

kasar sebesar 17,2% dan energi metabolis 14,34 MJ/kg relatif sebanding dengan

zat nutrisi rumput. Fermentasi limbah kulit kopi dengan Aspergillus niger mampu

meningkatkan nilai gizi limbah kopi yang ditunjukkan dengan meningkatnya

protein dari 6,67% menjadi 12,43% dan menurunkan kadar serat kasar dari

21,4% menjadi 11,05%. Limbah kulit buah kopi dapat menggantikan 20%

kebutuhan konsentrat komersial yang digunakan sebagai pakan ternak, dan

menekan biaya pakan hingga 30% (Rathinavelu & Graziosi, 2005).

Seekor sapi dapat menghasilkan kotoran (feses) sebanyak 8-10 kg setiap

hari. Dari kotoran sapi sebanyak ini dapat dihasilkan 4-5 kg pupuk organik/hari

setelah melalui pemroresan. Penggunaan pupuk organik pada lahan sawah rata-

rata 2 ton/ha/musim, sehingga pupuk organik yang dihasilkan dapat memenuhi

kebutuhan pupuk organik bagi lahan sawah seluas 1,8 – 2,7 ha untuk dua musim

tanam padi (Badan Litbang Pertanian, 2002).

Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik dapat meningkatkan

kesuburan tanah yang pada akhirnya memiliki dampak positif pada peningkatan

hasil panen, sehingga mewujudkan usaha agribisnis yang berdaya saing dan

ramah lingkungan. Pembuatan pupuk kompos dari limbah ternak yang dicampur

Page 23: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

9

dengan jerami padi memiliki kandungan hara yaitu: pH (7,15); N-total (0,64 %),

C-organik (9,31 %), P2O5 (0,02 %), K2O (0,59 %), dan C/N (14,55) (Elma Basri).

Standar kualitas kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004 minimum mengandung

Nitrogen (N) 0,40%, Fosfor (P2O5) 0,1% danKalium (K2O) 0,20%. Kandungan N

dalam kompos berasal dari bahan organic kompos yang didegradasi oleh

mikroorganisme, sehingga berlangsungnya proses degradasi (pengomposan)

sangat mempengaruhi kandungan N dalamkompos. Kandungan (P2O5) dalam

komposan diduga berkaitan dengan kandungan N dalam komposan. Kalium (K2O)

tidak terdapat dalam protein, elemen ini bukan elemen langsung dalam

pembentukan bahan organik, kalium hanya berperan dalam membantu

pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium digunakan oleh mikroorganisme

dalam bahan substrat sebagai katalisator, dengan kehadiran bakteri dan

aktivitasnya akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kandungan kalium.

Imbangan feses sapi potong dan sampah organic 25 : 75 menghasilkan kualitas

kompos terbaik (N = 2.18%; P = 1,17% dan K = 0,95% ) (Hidayati dkk., 2010).

Potensi pengembangan Biogas di Provinsi Bengkulu masih cukup besar.

Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat dihasilkan ± 2m3 biogas/hari. Potensi

ekonomis Biogas adalah sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m biogas

dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah (Ali, dkk). Residu

pembuatan biogas, dalam bentuk kompos merupakan sumber pupuk organik

bagi tanaman, sekaligus sebagai pembenah tanah (soil amendment)

(Haryanto,B., 2009).

Zubir dkk.(2010) menyatakan bahwa penggunaan pakan komplet berbasis

limbah jagung di Kabupaten Bungo dapat meningkatkan pendapatan sebesar

19% jika biaya tenaga kerja diperhitungkan. Sedangkan jika biaya tenaga kerja

tidak diperhitungkan pendapatan menurun sebesar 59%. Penggunaan pakan

komplet dapat meningkatkan kapasitas pemeliharaan ternak berdasarkan

ketersediaan tenaga kerja sebesar 4,33 kali. Hal ini menimbulkan opportunity

cost pada usaha sapi bibit tanpa pakan komplet sebesar 271%. Penggunaan

pakan komplet pada usaha sapi bibit milik rakyat akan efektif jika skala

pemeliharaan ditingkatkan.

Page 24: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

10

III. PROSEDUR PELAKSANAAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Wilayah terpilih sebagai model pertanian bioindustri berwawasan

lingkungan berbasis tanaman – ternak (SITT), merupakankawasan strategis

untuk dikembangkan sebagai kawasan agribisnis. Penanaman dengan integrasi

tanaman ternak mempunyai keuntungan ganda, sebagai upaya mempersiapkan

wilayah ini sebagai model percontohan tanaman yang diintegrasikan dengan

ternak yang berwawasan lingkungan sebagaimana kerangka pikir berikut.

Gambar 1. Kerangka Pikir Model Pengembangan Pertanian Bioindustri SistemIntegrasi Tanaman dan Ternak di Bengkulu

Pengembangan pertanian bioindutri sistemintegrasi tanaman - ternak (SITT) spesifik

Bengkulu

POTENSI :Sumberdaya alam berupa lahanyang luas dan cukup suburSumberdaya manusia yang cukuplama berusahatani dan ternakTersedianya limbah pertanian yangbelum dimanfaatkanTersedianya teknologi tepat gunadari Balitbangtan

MASALAH :Harga saprodi dan produkpertanian fluktuasiLuas kepemilikan lahan usahataniModal terbatasAdopsi teknologi rendahKebiasaan usahatani masihmonokultur/belum terintegrasi

Produktivitas pertanian dan pendapatan petanimasih rendah

Pengelolaan limbah belum dilakukan

Model Pengembangan Pertanian bioindustri Sistem IntegrasiTanaman Dan Ternak di Bengkulu

Usaha pertanianberwawasan bioindustrisistem integrasi tanaman(kopi, padi, sayuran) danternak (sapi, kambing,ayam) di lahan datarantinggi spesifik Bengkulu

Sumber Daya Alam,sumber Daya Manusiadan Sumber DayaBuatan (inovasi danregulasi), teknologiterbarukan

Keberlanjutanusaha bioindustrisistem integrasitanaman danternak di Bengkulu

Page 25: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

11

3.2. Pendekatan

Kegiatan ini menggunakan beberapa pendekatan, meliputi pendekatan

agroekosistem, wilayah, agribisnis, kelembagaan, wawasan ramah lingkungan,

usaha integrasi, serta pemberdayaan masyarakat dan partisipatif.

1. Agroekosistem, artinya kegiatan yang dilakukan berdasarkan agroekosistem

tertentu di mana sifat bio-fisik lahan secara relatif dianggap homogen, yang

dalam hal ini adalah lahan kering dataran tinggi

2. Wilayah, artinya kegiatan ini berupaya secara maksimal memanfaatkan

sumberdaya wilayah dalam pengertian admisnistratif

3. Agribisnis, artinya fokus kegiatan pengembangan mencakup semua

subsistem agribisnis secara lengkap dan padu

4. Kelembagaan, maksudnya adalah kegiatan dilaksanakan dengan fokus ada

perubahan tindakan (perilaku sosial) dan organisasi (struktur sosial) dalam

kerangka rantai pasok teknologi dan sub-sistem agribisnis.

5. Berwawasan ramah lingkungan/minimize waste : seluruh limbah yang

dihasilkan diolah menggunakan teknologi terbarukan

6. Usahatani Integrasi : usaha tani satu mendukung usahatani lainnya

7. Pemberdayaan masyarakat dan partisipatif, maksudnya kegiatan ini terutama

ditujukan untuk pengembangan seluruh potensi dan sumberdaya yang

dimiliki masyakat dimana kebutuhan dan partisipasi menjadi titik sentral

kegiatan ini. Pendekatan pemberdayaan yang akan dilakukan melalui:

a. unit percontohan meliputi rehabilitasi tanaman kopi, pola tanam padi,

pengendalian terpadu hama dan penyakit, peningkatan kualitas lahan

melalui penambahan pupuk anorganik, pupuk organik, dan pupuk hayati;

peningkatan produktivitas ternak, biogas.

b. Pendampingan teknologi kepada masyarakat, petugas lapangan

dilaksanakan di lokasi unit percontohan melalui penyusunan inovasi

teknologi, demplot pengolahan pengolahan limbah ternak sapi potong,

padi, kopi, sayuran, ayam, kambing, pencatatan usahatani.

3.3. Ruang Lingkup

1. Inventarisasi kebutuhan inovasi (teknologi kopi, padi, sayuran,sapi,

kambing, ayam dan inovasi kelembagaan tani, pasar, kelembagaan

pendukung), potensi wilayah

Page 26: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

12

2. Penguatan kompetensi SDM kelompok dan kelembagaan (pertemuan,

sosialiisasi, FGD, pelatihan, partisipatif on farm research).

3. Perbaikan teknis budidaya untuk meningkatkan produksi kopi, produksi

daging sapi, padi, sayuran, ayam, kambing serta mendorong

penerapan sitem integrasi tanaman – ternak berbasis inovasi teknologi

4. Pengolahan limbah usahatani kopi, ternak, sayuran dan limbah

tanaman dan ternak melalui teknologi terbarukan menjadi produk-

produk sekunder yang bernilai tambah.

3.4. Waktu dan Tempat

Kegiatan dilaksanakan di Kelompok Tani Gading Indah Desa Air Meles

Bawah Kecamatan Curup Timur Kabupaten Rejang Lebong, yang dimulai bulan

Januari sampai Desember 2015.

3.5. Tahapan Pelaksanaan

Persiapan

Kegiatan persiapan yang telah dilakukan meliputi perbaikan RDHP,

penyusunan RODHP, dan pertemuan tim. RODHP disusun untuk mempermudah

pelaksanaan kegiatan di lapangan sebagai penjabaran dari proposal (RDHP).

RODHP lebih rinci memuat aspek administrasi/keuangan dan tahap pelaksanaan

kegiatan.

Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan kegiatan meliputi (1) Koordinasi antar pemangku

kepentingan (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten, Badan Pelaksana

Penyuluhan Kabupaten), (2) Sosialisasi kegiatan, (3) Penentuan calon lokasi dan

petani kooperator, (4) Penyusunan rencana kegiatan melalui Focus Group

Discussion (FGD) dalam identifikasi permasalahan serta merumuskan tindakan

dan aksi kegiatan yang mempunyai titik ungkit tinggi, (5) Penelusuran literatur

(desk study), (6) Penyusunan instrumen penggalian data primer, (7) Survei

lapang menggunakan metode pengamatan lapangan secara cepat (Rapid Rural

Appraisal/RRA) untuk menggali informasi keragaan atau karakteristik usahatani,

(8) Penyusunan desain dan road map model bioindustri berkelanjutan spesifik

lokasi di Provinsi Bengkulu, (9) Sosialisasi disain, pelatihan dan demplot, serta

Page 27: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

13

(10) Tabulasi dan analisis data melalui pendekatan evaluasi teknis dan sosial

ekonomi.

Tahap penyusunan desain dan road map model bioindustri berkelanjutan

spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu dilaksanakan secara bertahap. Kegiatan yang

dilaksanakan pada tahun pertama (tahun 2015), meliputi penyusunan database

(monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi kebutuhan inovasi (teknologi dan

kelembagaan), pembangunan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri

spesifik lokasi (desain) serta penguatan kompetensi SDM kelompok. Pada tahun

kedua (tahun 2016) dilakukan pemantapan pelaksanaan dan mengembangkan/

memodifikasi disain sistem pertanian bioindustri spesifik lokasi serta penguatan

kelembagaan. Pada tahun ketiga, meliputi (1) pengembangan dan

mereplikasikan model pertanian bioindustri spesifik lokasi ke kawasan dengan

potensi dan agroekosistem yang serupa, serta (2) Kelompok binaan sudah

mandiri dan dapat menjadi visitor plot bagi kelompok lainnya.

Monitoring dan Evaluasi

Tahap monitoring dan evaluasi meliputi pelaporan (bulanan, triwulan,

tengah tahun dan akhir), seminar hasil, dan penulisan KTI.

3.6. Rancangan Pengkajian

Keragaan Usaha Kelompok yang Mengarah ke Sistem PertanianBioindustri

Prinsip dari konsep bioindustri adalah proses produksi yang mampu

menghilangkan dampak polusi dan sekaligus menawarkan berbagai produk yang

tidak merusak lingkungan. Jadi konsep ini menyediakan berbagai siklus produk

melalui proses produksinya yang tidak menghasilkan polusi dan tidak ada akhir

dari sebuah produk setelah selesai digunakan, dan tidak menjadi sampah.

Produk-produk dalam suatu proses akan menjadi residual yang tetap dapat

digunakan kembali sebagai input bagi proses lainnya yang biasa disebut zero

waste.

Dengan melakukan integrasi tanaman-ternak diperoleh beberapa

keuntungan diantaranya adalah: (1) Mampu menjamin keberkelanjutan

usahatani, (2) Meningkatkan pemanfaatan produk sampingan dan meminimalkan

limbah (ramah lingkungan), (3) Meningkatkan pendapatan melalui peningkatan

Page 28: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

14

Daging

anak

URINE FAECES

POC POP

SayuranPadi

BUBUKKOPI

INDUSTRIPAKAN

Kulit Kopi

Biji Kopi petikmerah

Daun Kopi

KONSUMEN

INDUSTRIPUPUK

INDUSTRIBUBUK KOPI

kopi

nilai tambah, dan (4) Meningkatkan produktivitas tanaman melalui penambahan

bahan organik dari ternak (Gambar 2).

Gambar 2. Sistem dan Mekanisme Pertanian Eksisting Mengarah ke PertanianBioindustri Berbasis Sumberdaya Lokal spesifik Bengkulu

Integrasi ternak sapi dengan tanaman kopi adalah integrasi utama dalam

konsep Bioindustri spesifik Bengkulu. Ternak sapi mengeluarkan feses dan urine.

Feses ini dapat dimanfaatkan menjadi biogas sebagai sumber energi dan bisa

juga sebagai pupuk organik yang langsung diberikan kepada tanaman kopi. Dari

proses biogas, limbah dari kotoran ternak akan di berikan juga ke tanaman kopi

sebagai pupuk organik. Bagian lain dari kotoran ternak sapi adalah dalam bentuk

cairan yaitu urine. Bagian cairan ini dapat difermentasi atau diolah menjadi

pupuk cair dan pestisida organik yang dapat diberikan kepada tanaman kopi.

Sinergi lain dari integrasi ternak sapi dengan tanaman kopi, adalah

integrasi Antara ternak kambing dengan tanaman kopi. Kotoran ternak kambing

diolah menjadi Pupuk Organik Padat (POP) dan selanjutnya diberikan ke tanaman

Page 29: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

15

kopi. Mutualisme yang terjadi dari tanaman kopi adalah, limbah kulit kopi

dicampur dengan dedak dari kotoran ayam dengan perlakuan khusus, akan

menjadi pakan tambahan untuk ternak kambing. Kotoran dari ternak ayam

dicampur dengan dosis tertentu diberikan sebagai pupuk organik pada tanaman

sayuran yang ada di lokasi.

Implementasi penggunaan POP pada tanaman cabai dilakukan pada lahan

seluas 0,2 ha. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak

lengkap (RAL), dengan faktor tunggal yaitu perlakuan jenis pupuk kandang.

Adapun perlakuannya terdiri pukan yang berasal dari kotoran sapi yang

merupakan fermentasi dari kulit kopi (S), pukan dari kotoran kambing (K) dan

pukan dari kotoran ayam (A). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 6 kali

dengan 3 sampel tanaman sehingga terdapat 48 tanaman. Varietas cabai yang

digunakan adalah F1 Lado. Variabel pertumbuhan dan hasil yang diamati antara

lain tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah bunga pertanaman, jumlah buah

pertanaman, bobot buah rata-rata dan bobot buah pertanaman. Untuk

mengetahui hasil dan pengaruh dari perlakuan yang telah diberikan, data hasil

pengamatan ditabulasikan sehingga diperoleh nilai rata-rata.

Komoditi yang juga ikut dalam integrasi ini adalah komoditi padi. Limbah

dari tanaman padi ini adalah dalam bentuk sekam, jerami dan dedak. Limbah

jerami dari tanaman padi ini diberikan sebagai pakan ternak sapi. Untuk limbah

dedak dengan campuran kulit kopi diberikan sebagai pakan ternak sapi dan

ternak kambing. Komoditi lain adalah sayur-sayuran. Rancangan inovasi yang

akan dilakukan sebanyak 3 yaitu inovasi teknis, Inovasi kelembagaan dan

Diseminasi Inovasi.

3.7. Data dan Analisis

Data yang akan dikumpulkan adalah: 1) data sekunder (potensi wilayah,

potensi pasar, potensi usaha, swasta yang ada) dari disperta, disperindag,

bapeluh, statistik Kabupaten; 2) Jenis data primer dikumpulkan melalui

pengumpulan langsung kepada responden (petani, kelompok, tokoh masyarakat

formal/in-formal) dengan metode survei dan Focus Group Discussion (FGD).

Data primer meliputi aspek ekonomi terdiri atas: (i) data input-output

usahatani komoditas dominan didesa contoh, (ii) struktur dan pendapatan

setahun di desa contoh, (iii) data produksi dan pendapatan dari setiap usahatani

Page 30: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

16

yang diusahakan, (iv) data upah pertanian dan non-pertanian yang berlaku di

desa contoh, dan (v) data harga input produksi dan harga output; Data primer

aspek sosial budaya meliputi: (i) pranata sosial, (ii) kohesi sosial,(iii) modal

sosial, (iv) kelompok strategis/panutan, (v) sistem kepemimpinan, (vi) tradisi dan

(vii). Semua macam data primer yang dikumpulkan dituangkan dalam kuisioner

terstruktur yang telah disiapkan.

Indikator yang diukur:

1. Data teknis : komponen hasil, produksi, nilai tambah, efisiensi teknis

2. Data ekonomi: penggunaan input, harga input-output, losess and gain,

efisiensi ekonomis, pendapatan sistem bioindustri dalam satu kawasan

3. Data social: perubahan Prilaku, Sikap, Ketrampilan

Analisis data:

1. Analisis ekonomi meliputi data usahatani komoditas existing/prospektif

diolah dengan analisis finansial untuk melihat profitabilitas usahatani,

efisiensi usahatani, struktur biaya, distribusi penggunaan tenaga kerja

berdasarkansumber tenaga keluarga, luar keluarga dan jenis kelamin, nilai

imbalannya terhadap tenaga keluarga serta menganalisis tingkat teknologi

usahatani.

2. Analisis pendapatan dan pengeluaran usahatani dengan analisis

tabulasiuntuk melihat jumlah pendapatan dan pengeluaran, struktur

pendapatan dan sumbangan masing-masing usahatani komoditas sebagai

sumber pendapatan keluarga terhadap total pendapatan, analisis loss and

gain.

3. Analisis sosial budaya dilakukan melalui Pranata sosial, sosiogram (click,

liasion, group), Interaksi dan simbol prilaku, kohesi sosial dan modal sosial.

4. Setelah semua data dan informasi terkumpul dan dianalisa, kemudian

dilakukan sintesa hasil analisis dan informasi dan analisis pendukung

meliputi: (i) analisis kesesuaian lokasi dan komoditas, (ii) analisis pemilihan

teknologi, (iii) analisis dampak lingkungan dan ekologi.

5. Analisis Pasar, Penelitian tentang aspek pasar dan manajemen kemitraan,

menggunakan metode deskriptif survei analitik.

6.

Page 31: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Menyusun data base (monograf) wilayah pengkajian,inventarisasi kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan)

Penyusunan data base (monograf) wilayah pengkajian dilakukan

berdasarkan hasil kegiatan PRA Model Sistem Pertanian Bio Industri Berbasis

Integrasi Tanaman - Ternak Spesifik Lokasi di Propinsi Bengkulu. Kegiatan PRA

dilaksanakan di Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur Kabupaten

Rejang Lebong pada bulan April 2015.

Wilayah pengkajian berada di Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup

Timur Kabupaten Rejang Lebong dengan koordinat LS : 3O27’721” BT :

102O32’419” pada ketinggian 747 m dpl. Desa Air Meles Bawah memiliki

topografi, berbukit dengan ketinggian tempat antara ±250-1000 mdpl. Pada

umumnya tekstur tanah di Desa Air Meles Bawah adalah lempung dengan warna

tanah hitam.

Luas wilayah desa yaitu 270 ha dan populasi penduduk sebanyak 4.080

jiwa, terdiri dari laki-laki 2.448 jiwa dan perempuan 1.632 jiwa. Desa Air Meles

terletak ± 2,5 km dari perkantoran (kantor bupati). Penduduk Desa Air Meles

Bawah terdiri dari suku Jawa, Rejang, Batak, Musi, Lembak, Aceh, Sulawesi,

Sunda dan Serawai. Desa Air Meles Bawah terdiri dari 5 (lima) dusun. Mata

pencaharian penduduk antara lain sebagai petani/buruh tani sebesar 46,48%,

pedagang keliling 0,11%, peternak 1,56%, karyawan swasta 1,67%,

PNS/TNI/POLRI 1,42%, dan lain-lain sekitar 6,94%.

Desa Air Meles Bawah Berbatasan dengan beberapa kelurahan dan desa

tetangga, yaitu.

Sebelah Utara : Kelurahan Talang Ulu dan Desa Kesambe Baru

Kecamatan Curup Timur.

Sebelah Selatan : Kelurahan Air Bang Kecamatan Curup Tengah.

SebelahTimur : Desa Air Meles Atas Kecamatan Selupu Rejang.

Sebelah Barat : Kelurahan Sukaraja dan Kelurahan Sidorejo Kecamatan

Curup Timur dan Kecamatan Curup Tengah.

Peta Desa Air Meles Bawah tersaji pada Gambar 3.

Page 32: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

18

Gambar 3. Peta Desa Air Meles Bawah Kabupaten Rejang Lebong

Lahan yang ada di Desa Air Meles Bawah dimanfaatkan untuk bercocok

tanam meliputi lahan sawah, perkarangan dan perkebunan. Potensi peternakan

yang ada antara lain ternak sapi potong, kambing dan ayam. Ada 9 kelompok

tani yang ada di Desa Air Meles Bawah, terdiri dari 3 kelompok ternak, 3

kelompok pertanian, 2 kelompok home industri dan 1 kelompok KPR.

Penggalian informasi yang berhubungan dengan usaha petani pada

bidang peternakan, perkebunan, tanaman pangan dan pasca panen (home

industri) dilakukan dengan metode PRA. Informasi diperoleh berdasarkan data

sekunder, wawancara dengan 7 kelompok yang terdiri dari kelompok

peternakan, kelompok pertanian, kelompok perkebunan rakyat dan home

industri, wawancara dengan key person (tokoh masyarakat dan kepala desa) dan

pengamatan langsung ke lapangan (observasi). Kegiatan PRA diakhiri dengan

wawancara mendalam dengan pendekatan focus Group Discussion (FGD) dan

pemaparan hasil FGD kepada kelompok peternakan, kelompok pertanian,

kelompok perkebunan rakyat dan home industri, petugas lapang, penyuluh

pertanian, BPP dan perangkat desa.

Pelaksanaan PRA melibatkan instansi/stakeholder yang terkait, meliputi 7

kelompok yang ada di Desa Air Meles Bawah yang terdiri dari kelompok

Page 33: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

19

peternakan, kelompok pertanian, kelompok perkebunan rakyat dan home

industri, penyuluh, Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Tokoh Masyarakat.

Hasil Pelaksanaan PRA

a. Peternakan

Jumlah populasi kepemilikan ternak yang ada di Desa Air Meles Bawah

terdapat pada Tabel 1. Jenis ternak sapi yang dipelihara peternak yaitu sapi bali

dan simental, dengan rata-rata pengalaman beternak selama 3 – 14 tahun.

Tujuan dari pemeliharaan ternak untuk pembibitan dengan sistem pemeliharaan

secara intensif. Jenis pakan yang diberikan pada ternak berupa jerami, rumput

lapang, rumput gajah dan daun jagung. Sumber hijauan diperoleh dari mengarit

sebanyak 77% dan hanya 23% yang mempunyai kebun rumput. Sedangkan

potensi limbah yang ada yaitu kulit kopi, kulit ubi, bunga aren, dedak padi,

ampas tahu dan ampas sagu.

Jenis ternak kambing yang dipelihara adalah kambing peranakan etawa

(PE) dan kambing kacang. Pengalaman beternak rata-rata selama 3 tahun

dengan rata-rata kepemilikan sebanyak 6 ekor. Jenis pakan yang biasa

digunakan peternak yaitu rumput lapang, rumput gajah, daun gamal, daun

nangka. Sumber pakan diperoleh dari kebun dan pinggir jalan.

Tabel 1. Jumlah Kepemilikan Ternak petani sampel di Desa Air Meles KabupatenRejang Lebong Tahun 2015

No Jenis Ternak Induk pejantan PedetBetina

PedetJantan

Total

1 Sapi 27 8 8 9 53

2 Kambing 32 11 26 28 97

Sumber: data survei (diolah) 2015

Hasil survey menunjukkan pengetahuan petani tentang komponen

teknologi usahatani sapi sebesar 55,4% dan petani yang telah menerapkan

komponen teknologi hanya sebesar 37%. Hal ini menunjukkan bahwa ada

peluang untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang komponen teknologi

ternak sapi, dan peningkatan motivasi untuk menerapkan teknologi budidaya. Hal

inilah menjadi dasar tindakan pelaksanaan yang dimulai dari titik ungkit tinggi

yang dimiliki petani (Tabel 2).

Page 34: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

20

Tabel 2. Teknologi yang sudah diketahui dan diterapkan dalam usaha sapi DesaAir Meles Bawah Kecamatan Curup Timur Kabupaten Rejang LebongTahun 2015

Komponen teknologi Diketahui *) Diterapkan*)Penggunaan bibit unggul 65% 35%Perkandangan dan sanitasi lingkungan 76.50% 55%Kebersihan dan kesehatan ternak 80% 55%Pemberian pakan hijauan 70% 62.50%Pemberian pakan tambahan (konsentrat) 25% 2.50%Pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan 42.50% 22.50%Pengawetan dan Pengolahan Pakan 17.50% 5%Perkawinan secara alam 87.50% 75%Perkawinan buatan/IB 25% 10%Pemanfaatan dan pengolahan kotoran sapi 65% 47.50%

Rata-rata 55,4% 37%Sumber: data survei (diolah) 2015

Pada pelaksanaan pengkajian, komponen teknologi yang telah diketahui

oleh petani namun belum sepenuhnya dilaksanakan akan menjadi perhatian dan

diharapkan adanya perubahan perilaku petani terhadap penerapan komponen

teknologi tersebut. Komponen teknologi yang direkomendasikan antara lain (1)

perbaikan pakan melalui teknologi fermentasi kulit kopi dan amoniasi jerami padi,

dan (2) teknologi pembuatan pupuk kandang dan pupuk cair (biourine).

b. Perkebunan Kopi

Luas perkebunan kopi di Desa Air Meles sebanyak 40 ha. Rata-rata

kepemilikan lahan lahan kopi adalah 0,25 – 0,5 ha dengan pengalaman usahatani

selama 10 - 12 tahun. Klon yang biasa digunakan petani kopi yaitu Robusta.

Umur tanaman kopi sekitar 10 - 12 tahun. Teknik peremajaan tanaman kopi

yang telah dilakukan petani adalah kapak kulai dan tag end. Jarak tanam yaitu 1

X 1,5 m dan 1.7 X 2 m. Pengendalian gulma dilakukan sebanyak 1-2 kali/tahun,

dengan menggunakan herbisida dan arit. Periode panen kopi di Desa Air Meles

Bawah pada April – Juni/tahun, dengan tingkat kematangan buah saat panen

adalah 50 % buah merah atau kuning. Produksi rata-rata sekitar 8 - 20 karung

(400 - 1000 kg/thn). Metode pengeringan kopi yang diterapkan petani adalah

penjemuran dengan alas jemur terpal. Komoditas perkebunan lainnya adalah

aren. Tanaman aren berada ditengah-tengah kebun kopi dengan luas sekitar 40

ha.

Page 35: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

21

Tingkat penerapan teknologi budidaya kopi oleh petani masih sangat

rendah (Tabel 3). Titik ungkit tertinggi antara lain panen merah dan penggunaan

mesin pengupas. Pada pelaksanaanya, petani belum melakukan seleksi buah

masak. Rekomendasi teknologi yang akan dilakukan antara lain (1) pemupukan

menggunakan pupuk kandang dan biourine, (2) peremajaan tanaman dengan

sistem tag end, (3) pemanfaatan limbah tanaman naungan/gamal untuk pakan

ternak, (4) panen merah, (5) penggunaan mesin pengupas, dan (6) melakukan

penjemuran di lantai jemur.

Tabel 3. Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Kopi di Desa Air Meles BawahKecamatan Curup Timur Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2015

Tingkat penerapan teknologi budidaya Kopi ya tidak keterangan

Penggunaan Klon unggul 29% 71 % var. sidodadimelakukan peremajaan tanaman 57 % 43 % kp kl, tag entjarak tanam : 2 x 2 m 57 % 43 %pemupukan 2 x /tahun 14 % 86 %Pemangkasan tanaman Naungan 71 % 29 %Pemanfaatan limbah tanaman naungan/gamal untuk pakan ternak 29 % 71 % pakan ternak,

pupuk,kayu bakarPemangkasan tunas wiwilan (4-6 kali) 50 % 50 %Panen : waktu (april-Agustus) 100 % -Panen : petik merah - 100 % petik tidak

diseleksi, sudahada yang merahlangsung dipetiksemua

penggunaan mesin pengupas - 100 %penjemuran di lantai jemur 43 % 56 %Rata-rata 40,91% 59%

Sumber: data survei (diolah) 2015

c. Sayuran

Komoditas tanaman sayuran yang biasa ditanam petani di Desa Air Meles

disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 menyatakan bahwa komoditas sayuran terong

merupakan pilihan tertinggi ditanam oleh petani diikuti oleh kol dan cabai.

Namun pengkajian ini akan dititikberatkan pada tanaman cabai dan tomat

dikarenakan cabai mendukung program strategis pemerintah, sedangkan tomat

merupakan keinginan petani (pergiliran tanaman).

Page 36: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

22

Tabel 4. Komoditas sayuran di Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur

Jenis sayuran Jumlah petani (%) Luas tanam (ha) Produksi (ton/ha)Sawi 22.22 0,25 1,50Bayam 16.67 0,50 -Kol 27.78 0,38 3,00Cabai 27.78 0,40 2,70Buncis 22.22 0,14 2,13Tomat 16.67 0,37 2,50Wortel 5.56 0,50 -Timun 5.56 0,50 6,00Terong 33.33 0,25 6,00

Sumber: data survei (diolah) 2015

Tingkat penerapan teknologi budidaya cabai masih sangat rendah. Petani

yang telah menerapkan teknologi budidaya cabai sebanyak 36,67% dan yang

belum melaksanakan teknologi budidaya cabai sebanyak 63,33%. Sedangkan

tingkat penerapan teknologi budidaya tomat masih sangat rendah. Petani yang

telah menerapkan teknologi budidaya tomat sebanyak 38,89% dan yang belum

melaksanakan teknologi budidaya tomat sebanyak 61,11%. Hal ini menunjukkan

bahwa ada peluang untuk meningkatkan penerapan teknologi budidaya sayuran,

dan peningkatan motivasi petani agar mau menerapkan teknologi budidaya. Hal

inilah menjadi dasar tindakan pelaksanaan yang dimulai dari titik ungkit tinggi

yang dimiliki petani (Tabel 5 dan 6).

Tabel 5. Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Cabe di Desa Air Meles BawahKabupaten Rejang Lebong tahun 2015

Penerapan Teknologi Ya TidakVarietas (unggul spesifik lokasi) 60 40penggunaan mulsa 60 40pemupukan dengan biourine 0 100pemupukan dengan pupuk kandang (sapi) 0 100pemupukan dengan pupuk kandang (sapi) + kimia 80 20Tidak menggunakan pestisida kimia 20 80Rata-rata 36,67 63,33

Sumber: data survei (diolah) 2015

Page 37: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

23

Tabel 6. Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Tomat di Desa Air Meles BawahKabupaten Rejang Lebong tahun 2015

Penerapan Teknologi Ya Tidak

Varietas (unggul spesifik lokasi) 33.33 66.67penggunaan mulsa 66.67 33.33pemupukan dengan biourine 100pemupukan dengan pupuk kandang (sapi) 100pemupukan dengan pupuk kandang (sapi) + kimia 100Tidak menggunakan pestisida kimia 33.33 66.67Rata-rata 38,89 61,11

Sumber: data survei (diolah) 2015

Rekomendasi teknologi yang dilakukan antara lain: 1) pemupukan

menggunakan pupuk kandang dan biourine, dan 2) penggunaan mulsa.

Sedangkan luas area persawahan yang ada di Desa Air Meles Bawah sebanyak

30 ha.

Pada pelaksanaannya, kegiatan menghadapi kendala yaitu iklim yang

ekstrim. Hal ini menyebabkan beberapa kegiatan tidak dapat berjalan sesuai

dengan harapan. Pada kegiatan penanaman cabai dan sayuran yang seharusnya

mulai dilakukan pada bulan April tidak dapat terlaksana dikarenakan curah hujan

yang tidak mencukupi. Dikhawatirkan jika penanaman tetap dilaksanakan maka

pertanaman akan mengalami kekurangan air sehingga penanaman cabai dan

sayuran dimundurkan sampai dengan bulan Agustus Sedangkan tanaman

sayuran kol baru akan dilaksanakan di bulan Desember. Data Sifat dan Curah

Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2015 tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7. Data Sifat dan Curah Hujan Bulan Maret-Agustus serta Prakiraan Sifatdan Curah Hujan Bulan Oktober-Nopember Kabupaten Rejang LebongTahun 2015

Bulan Curah Hujan(mm)

Prakiraan Sifat Hujan (%) Prakiraan

Maret 326 - 119 -April 174 - 126 -Mei 176 - 97 -Juni - Rendah-menengah - Bawah normal-normalJuli 32 - 22 -Agustus 200 - 171 -September - Rendah - Bawah normal-normalOktober - Menengah - Bawah normal-normalNopember - Menengah - Bawah normal-normal

Sumber : laporan BMKG 2015

Page 38: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

24

Analisa tanah diperlukan guna mengetahui kesuburan lahan yang

digunakan. Kesuburan lahan berhubungan langsung dengan kandungan unsur

hara tanah yang dapat digunakan oleh tanaman. Kandungan unsur hara tanah

sawah, kopi dan sayuran berdasarkan analisa di Laboratorium Tanah BPTP

Bengkulu seperti pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Analisa Tanah Sawah, Kopi, dan Sayuran di Desa Air MelesBawah Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2015

No Jenis Sampel N P K C-Organik pH1 260 sayuran um 0-30 cm 0.47 3.94 0.51 4.45 6.182 260 sayuran um 03 30-60 cm 0.28 0.76 0.20 3.49 6.923 Um 02 kopi 0-30 cm 0.54 2.01 0.28 7.87 6.134 Um 02 kopi 30-60 cm 0.36 2.19 0.10 7.12 6.615 255 air meles um 01 0-20 cm 0.58 4.94 0.70 3.95 6.22

Sumber: data Hasil Analisa Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu 2015

Berdasarkan hasil analisa tanah, status tanah sayuran unsur N berada

pada kondisi sedang, unsur P pada kondisi rendah, unsur K pada kondisi sedang,

unsur C-Organik pada kondisi tinggi, dan pH tanah pada kondisi agak masam.

Pada status tanah tanaman kopi unsur N berada pada kondisi sedang, unsur P

pada kondisi sangat rendah, unsur K pada kondisi rendah, unsur C-Organik pada

kondisi sangat tinggi, dan pH tanah pada kondisi agak masam. Pada status tanah

tanaman kopi unsur N berada pada kondisi sedang, unsur P pada kondisi sangat

rendah, unsur K pada kondisi rendah, unsur C-Organik pada kondisi tinggi, dan

pH tanah pada kondisi agak masam.

Dengan status hara tersebut, untuk meningkatkan produksi diperlukan

penambahan pupuk N, P, dan K untuk meningkatkan produksi serta penggunaan

pupuk kompos untuk menambah kesuburan tanah. Penambahan pupuk dapat

menggunakan pupuk tunggal maupun pupuk majemuk. Pada penggunaan pupuk

majemuk, unsur yang memiliki kadar rendah dijadikan sebagai dasar

perhitungan.

4.2. Membangun sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifiklokasi (desain) serta memperkuat kompetensi SDMkelompok/kelembagaan

Sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi dirancang

berdasarkan potensi desa yang dapat dikembangkan.Rancangan sistem dan

mekanisme pertanian bioindustri integrasi tanaman – ternak spesifik bengkulu

tersaji pada Gambar 4.

Page 39: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

25

Daging

anak

URINE FAECES

POC POP

Sayuran Padi

BUBUKKOPI

INDUSTRIPAKAN

Kulit Kopi

Biji Kopi petikmerah

Daun Kopi

KONSUMEN

INDUSTRIPUPUK

INDUSTRIBUBUK KOPI

kopi

Integrasi ternak sapi dengan tanaman kopi adalah integrasi utama dalam

konsep Bioindustri spesifik Bengkulu. Ternak sapi mengeluarkan feses dan urine.

Feses digunakan sebagai pupuk organik yang langsung diberikan kepada

tanaman kopi. Bagian lain dari kotoran ternak sapi adalah urine. Urine

difermentasi atau diolah menjadi pupuk cair dan pestisida organik yang diberikan

kepada tanaman kopi.

Komoditas lain yang terlibat dalam integrasi ini adalah komoditas padi.

Limbah dari tanaman padi berupa sekam, jerami dan dedak. Jerami digunakan

sebagai pakan ternak sapi. Limbah dedak dicampur dengan kulit kopi digunakan

sebagai pakan ternak sapi dan ternak kambing. Komoditas lain adalah aneka

sayuran. Namun dalam pelaksanaannya hasil belum dapat diukur karena

terkendala dengan kekeringan yang terjadi di lokasi kegiatan.

Gambar 4. Rancangan Sistem dan Mekanisme Pertanian Bioindustri IntegrasiTanaman-Ternak di Provinsi Bengkulu Tahun 2015

Berdasarkan hasil PRA maka Inovasi yang dikembangkan dalam model

sistem pertanian bioindustri adalah:

Page 40: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

26

1. Inovasi Teknologi

Peremajaan tanaman kopi dengan sistem Tag End/plagiotrop

menggunakan entres unggul Sintaro-1, Sintaro-2, dan C-hasen seluas 2

ha dan perluasan 10 ha

Pemupukan tanaman kopi dengan 2 perlakuan dosis pupuk fuul dosis dan

setengah dosis dengan penambahan pupuk kompos dan pengurangan

pupuk kimia

Implementasi produk pakan lokal pada sapi

Pengembangan sapi dengan IB (kerjasama dengan Dinas Peternakan)

Perbaikan kanadang ternak untuk memisahkan kotoran padat dan cair

Pembuatan bio urine dan kompos padat

Implementasi bio urine dan kompos pada tanaman sayuran (cabe, Kobis),

padi dan kopi

2. Inovasi Kelembagaan

Pembenahan struktur organisasi kelompok tani

Dinamika kelompok (pengaktifan pertemuan rutin kelompok)

Pembenahan ruang pertemuan kelompok tani dan display

Pembuatan etalase dan kemasan produk

Pemantapan SDM kelompok dan Kelembagaan dilakukan melalui inovasi

kelembagaan dan diseminasi. Pada awalnya, Kelompok Tani Gading Indah

belum memiliki perangkat organisasi yang memadai. Organisasi hanya diisi oleh

ketua saja. Sistem kelembagaan kelompok telah dibenahi dengan melengkapi

struktur organisasi kelompok, mengaktifkan pertemuan kelompok, menambah

sarana etalase produk, dan membenahi ruang pertemuan. Struktur organisasi

kelompok tersaji pada Gambar 5.

Umur anggota kelompok tani dapat dikategorikan masih relatif muda

dengan kisaran umur 30-40 tahun sekitar 50%, 40-50 tahun 25%, dan 50-60

tahun 25%. Secara umum dapat dilihat bahwa sebagian besar petani dalam

Kelompok Tani Gading Indah tergolong dalam usia produktif, yaitu mempunyai

kisaran umur antara 15 – 64 tahun. Semakin muda petani biasanya mempunyai

semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga mereka

berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya

Page 41: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

27

mereka masih belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut

(Soekartawi, 1988).

Selain itu tingkat pendidikan seseorang juga dapat mengubah pola pikir,

daya penalaran yang lebih baik, sehingga makin lama seseorang mengenyam

pendidikan akan semakin rasional. Secara umum petani yang berpendidikan

tinggi akan lebih baik cara berfikirnya, sehingga memungkinkan mereka

bertindak lebih rasional dalam mengelola usahataninya. Sebagaimana dinyatakan

Soekartawi (1988) bahwa mereka yang berpendidikan tinggi akan relatif lebih

cepat dalam melaksanakan adopsi teknologi. Tingkat pendidikan petani

bervariasi, sebagian besar petani berpendidikan setingkat SD yaitu sebesar 60%,

SLTP 20% dan SLTA 20%.

Gambar 5. Struktur Organisasi Kelompok Tani Gading Indah Desa Air MelesBawah Kecamatan Curup Tengah Kabupaten Rejang Lebong Tahun2015.

Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) anggota Kelompok Tani Gading

Indah dilakukan dengan beberapa kegiatan seperti sosialisasi dan bimbingan

teknis. Kegiatan peningkatan SDM tersaji pada Tabel 9.

Page 42: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

28

Tabel 9. Kegiatan Peningkatan Sumber Daya Manusia Kelompok Tani GadingIndah Desa Air Meles Bawah Kabupaten Rejang Lebong tahun 2015.

No Jenis Kegiatan Judul Kegiatan JumlahPeserta

Output

1. PRA 25 Data eksisting2. Bimbingan

Teknis/Pelatihana. Pembuatan pakanb.Pembuatan komposc. Penanaman tanaman

cabaid.Sambung pucuk tanaman

kopie. Pengolahan hasil panen

buah kopi petik merahmenjadi kopi bubuk

f. Pembuatan biourineg.Manajemen Kandangh.Implementasi pupuk

kandang pada Budidayapadi, cabe, kobis

5050

25

20

2020

Petanikooperator

Tersampaikannya inovasiteknologi kepada petani

Meningkatnyapengetahuan petani danpengalaman penyuluhlapangan

3 Sosialisasi Hasil kegiatan inovasiteknis, kelembagaan dandiseminasi

70 Tersampaikannya inovasiteknologi dankelembagaan kepadastakeholders dan petanidi Kab. Rejang Lebong

3. FGD Diskusi bersama stakeholderse Provinsi Bengkulu

30 Terjaringnya umpanbalik dari stakeholders

Hasil kegiatan menunjukan bahwa pada saat pemberian informasi melalui

bimbingan teknis dan pelatihan, diskusi dan tanya jawab peserta sangat

semangat dan antusias mengikuti kegiatan. Indikator keberhasilan kegiatan

pelatihan ini adalah meningkatnya pengetahuan petani yang mengikuti pelatihan

(Tabel 10) dan bimbingan teknis. Secara visual, petani sudah dapat melakukan

sendiri inovasi teknologi yang telah diberikan pada saat bimbingan teknis dan

pelatihan.

Tabel 10. Peningkatan Pengetahuan Petani melalui Pelatihan di Desa Air MelesKabupaten Rejang Lebong Tahun 2015

KegiatanTingkat Pengetahuan Perbedaan

Sebelumpelatihan

Setelahpelatihan

Nilai %

Pembuatan Pakantambahan dari kulitkopi

5,71 7,20 1,49 26,14

Pembuatan kompos 6,95 7,53 0,58 8,35

Sumber: tabulasi data primer

Page 43: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

29

Tabel 10 menunjukkan pentingnya pelatihan teknis bagi petani,

pembuatan pakan tambahan belum banyak dipahami petani karena ketersediaan

rumput lapangan cukup banyak sehingga petani tidak berupaya memberikan

pakan tambahan. Di sisi lain limbah usahatani (kulit kopi, daun kopi hasil

pangkasan, jerami padi) cukup banyak tersedia dan hanya dibuang petani

sehingga bahan ini bisa dijadikan produk yang bernilai ekonomis sebagai pakan

ternak.

Hasil pelaksanaan pelatihan peremajaan tanaman kopi dengan sistem

penyambungan Tag Ent di Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur

diketahui bahwa peserta pelatihan memiliki umur rata-rata 39,6 tahun dengan

tingkat pendidikan SMA sebanyak 41,67%, SMP 33,33%, SD 16,67%, dan

sarjana (S1) sebanyak 8,33%. Selanjutnya, peningkatan pengetahuan petani

untuk peremajaan tanaman kopi dengan sistem penyambungan Tag Ent dapat

dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Peningkatan pengetahuan petani sebelum dan setelah mengikutipelatihan peremajaan tanaman kopi dengan sistem penyambunganTag Ent di Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur KabupatenRejang Lebong Tahun 2015.

Sebelum Pelatihan Setelah Pelatihan BedaTingkat

PengetahuanNilai % Tingkat

PengetahuanNilai %

Terendah (nilai=1) 1 8,33 Terendah(nilai=31)

3 16,67

Tertinggi (nilai=7) 7 8,33 Tertinggi (nilai=7) 7 16,67Rata-rata Nilai 4,3 Rata-rata Nilai 5 0,7

Nilai diatasrata-rata

50,00 50,00

Sumber: data survei (diolah) 2015

Tabel 11 menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan mampu meningkatkan

pengetahuan petani dalam melakukan peremajaan tanaman kopi dengan sistem

penyambungan Tag Ent dari 4,3 menjadi 5,0 atau meningkat sebesar 0,7%

sedangkan 50,00% pengetahuannya berada di atas rata-rata. Pengetahuan

petani tentang peremajaan tanaman kopi dengan sistem penyambungan Tag Ent

masih dalam kategori sedang. Hal ini dapat diduga bahwa selama ini petani

sudah mengetahui tentang teknik peremajaan tanaman kopi dengan sistem

penyambungan Tag Ent.

Page 44: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

30

Tabel 12 menunjukkan 11 komponen ketrampilan teknis yang dilakukan

petani. Hasil menunjukkan 57% petani cukup terampil dan 41% sudah terampil

dan 2% kurang terampil khususnya pada aspek kecepatan menyelesaikan

penyambungan. Dari 11 Aspek ketrampilan, ternyata pemilihan batang bawah

sudah terampil dilakukan oleh petani, sedangkan aspek kecepatan penyelesaian

penyambungan belum banyak dikuasaioleh petani. Oleh karena itu perlu

bimbingan lanjutan dan pelatihan untuk penyambungan supaya ketrampilan

petani dalam okulasi/penyambungan meningkat.

Tabel 12. Rata-rata Tingkat Ketrampilan Teknis Penyambungan/Okulasi Kopi diDesa Air Meles Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2015

Komponenketrampilan teknis

yang dinilai

Tingkat Ketrampilan PetaniTerampil cukup kurang

1 37,5 62,6 -2 62,5 37,5 -3 50 50 -4 50 50 -5 25 75 -6 50 50 -7 25 75 -8 50 50 -9 37,5 62,5 -10 50 50 -11 12,5 62,5 30

Rata-rata 40,91 56,72 2,33Sumber: data survei (diolah) 2015

Di sisi kelembagaan, yang ingin dikuatkan menuju kelembagaan agribisnis

spesifik Bengkulu adalah pengelolaan usaha pertanian dengan sistem manajerial

dan administrasi yang baik seperti pada Gambar 6.

Page 45: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

31

Gambar 6. Kelembagaan dan Tata Kelola Usaha Pertanian Bioindustri

4.3. Meningkatkan produksi kopi, produksi daging sapi, sertamendorong penerapan sitem integrasi tanaman - ternakberbasisinovasi teknologi

a. Produksi Kopi

Beberapa komponen yang menjadi acuan untuk mengetahui produksi

tanaman kopi, antara lain (a) Jumlah tanaman per hektar, (b) Jumlah cabang

produktif per tanaman, (c) Jumlah dompolan per cabang produktif, (d) Jumlah

buah per dompolan dan jarak antar dompolan. Inovasi yang dilakukan adalah

okulasi tanaman sistem Tag-ent, pemupukan tanaman dan pemangkasan

ranting. Hasil pengamatan awal terhadap beberapa komponen hasil disajikan

pada Tabel 13. Peningkatan produktivitas pada tanaman yang telah dipupuk

belum dapat diukur karena musim kemarau dan dampak pemupukan akan

terlihat setelah perlakuan minimal 6 bulan.

Tabel 13. Komponen hasil tanaman kopi sambung Tag Ent desa Air MelesAtas Kabupaten Rejang Lebong tahun 2015

No Perlakuan

Komponen Hasil (rata rata)Panjang

cabang (cm)Jumlahcabang(Buah)

Jumlahdompolan

(buah)

JarakDompolan

(cm)1 Dosis anjuran 152,1 4,85 27,14 8,392 ½ dosis 113,075 4,4 3,25 7,053 Kontrol 118,5 10,0 2,1 6,7

Sumber : data primer terolah

MANAJER

UNIT PENGELOLA

SARANA DAN

PRASARANA

UNIT PENGELOLA

PRODUKSIUNIT PENGELOLA

PEMASARAN PRODUK

SUB UNIT PENGELOLA PENGOLAHAN

PRODUK KOPI, PADI, JERUK SAPI,

KAMBING DAN HORTI

SUB UNIT PENGELOLA BUDIDAYA

KOMODITAS KOPI, PADI, JERUK

SAPI, KAMBING DAN HORTI

UNIT PENGELOLA

KEUANGAN

Page 46: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

32

Cabang produktif merupakan bagian tanaman kopi tempat tumbuhnya

dompolan buah kopi. Panjang cabang dan jumlah cabang akan menentukan

jumlah dompolan buah. Semakin panjang dan semakin banyak cabang produktif

akan semakin banyak pula jumlah dompolan yang bisa tumbuh. Begitu juga

dengan komponen hasil dompolan. Semakin banyak jumlah dompolan dan

semakin rapat jarak antar dompolan akan semakin banyak pula produksi yang

akan dihasilkan.

Mengingat tanaman kopi yang disambung baru berumur 6 bulan maka

pada saat pengamatan hanya bisa diamati komponen produksi saja. Sedangkan

produksi tanaman kopi baru bisa dihitung pada saat panen (pada umur diatas 1

tahun). Tabel 13 menunjukkan bahwa dengan perbedaan pemberian dosis pupuk

terjadi perbedaan pertumbuhan tanaman khususnya pada pertumbuhan panjang

cabang dan jumlah dompolan. Secara umum ternyata dengan pemberian pupuk

dosis anjuran pertumbuhan tanaman lebih baik dari pada pemberian pupuk

setengah dosis maupun kontrol. Sedangkan untuk komponen hasil belum

memperlihatkan perbedaan yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk

menyatakan produksi yang dipengaruhi oleh pemberian pupuk. Dari

pertumbuhan vegetatif yang dijadikan sebagai komponen hasil memperlihatkan

pertumbuhan yang tidak optimal.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman

kopi adalah ketersediaan hara di tanah yang tidak seimbang dengan kebutuhan

tanaman serta naungan (Sakiroh, 2010). Pemupukan tanaman kopi baru

dilakukan pada bulan Oktober 2015, sehingga pengaruh pemupukan terhadap

pertumbuhan tanaman belum terlihat. Kondisi iklim khususnya curah hujan saat

itu sangat rendah (Tabel 7) sehingga pupuk yang diberikan kemungkinan tidak

dapat diserap tanaman. Selain itu kondisi naungan di lapangan dengan

presentase diatas 70% sangat tidak mendukung pertumbuhan tanaman kopi

yang hanya menghendaki naungan 50 – 60 % untuk mencapai pertumbuhan

yang optomal. Tanaman kopi memerlukan tanaman pelindung yang dapat

mengatur intensitas sinar matahari sesuai yang dikehendaki. Dengan penyinaran

yang tidak teratur dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan pola

pembungaan tidak teratur serta tanaman terlalu cepat berbuah, tetapi

produksinya sedikit dan cepat menurun. Pada kondisi ini diperlukan pengaturan

pohon naungan baik jenis maupun jarak tanamnya. Menurut Iing Sobari dkk

Page 47: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

33

(2012), kebutuhan naungan tergantung pada kondisi tanaman kopi. Makin baik

kondisi tanaman semakin sedikit diperlukan naungan. Apabila terlalu gelap maka

respon terhadap pemupukan sangat kurang, maka naungan perlu dikurangi,

namun harus diimbangi dengan penambahan mulsa. Semakin banyak dipakai

pupuk dan mulsa maka semakin banyak naungan dapat dikurangi. Pada kondisi

naungan yang kurang, tanaman kopi sangat peka terhadap kondisi pertumbuhan

ekstrim dan mudah mengalami pembuahan terlalu lebat. Jenis tanaman penaung

juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman kopi. Tanaman gliricidia (Gliricidia

sepium) merupakan jenis tanaman penaung yang baik bagi pertumbuhan dan

persentase pembuahan tanaman kopi. Tanaman penaung tersebut dapat

memberikan jumlah dan distribusi cahaya matahari yang optimal bagi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

b. Pengolahan Kopi Petik Merah secara Basah

Pengolahan kopi basah di tingkat petani saat ini masih sulit diterapkan

karena alasan keamanan sehingga jumlah kopi masak atau petik merah sangat

sedikit. Kebiasaan petani untuk memanen kopinya sampai masak atau berwarna

merah perlu terus diupayakan, sehingga pengolahan kopi basah di tingkat petani

semakin banyak. Melalui pengolahan kopi basah akan diperoleh kualitas biji kopi

yang baik dan aroma bubuk kopi yang harum sehingga nilai jualnya lebih tinggi

daripada kopi biasa (petik hijau).

Di sisi teknologi, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao telah menghasilkan

teknologi pengolahan kopi secara basah. Pengolahan kopi secara basah

dimaksudkan untuk mempercepat proses pengolahan. Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Bengkulu melalui fasilitas Laboratorium Pascapanen telah memiliki 2

(dua) alat pengolah kopi secara basah, yaitu alat pengupas kulit buah kopi

(Pulper) dan alat pencuci lendir biji kopi (Washer).

Sampai saat ini, pengolahan biji kopi yang dilakukan di tingkat petani di

Desa Air Meles Kabupaten Rejang Lebong adalah pengolahan biji kopi secara

kering. Pengolahan kering biasanya dilakukan dengan cara menjemur buah kopi,

dilanjutkan dengan pengupasan kullit dan pensortiran. Terkadang petani kopi

menjual dalam bentuk buah kopi yang telah kering (kopi asalan). Melalui

kegiatan Model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi tanaman-ternak di

Provinsi Bengkulu yang dilaksanakan di Desa Air Meles Kabupaten Rejang Lebong

Page 48: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

34

telah dilakukan bimbingan teknis pengolahan kopi secara basah kepada petani

kopi yang ada di Kelompok Tani 4S Gading Indah, Desa Air Meles.

Tahapan pengolahan kopi basah, meliputi panen, sortasi buah kopi,

pengupasan kulit buah, pencucian lendir, pengeringan, pengupasan kulit tanduk,

sortasi biji kopi, penyangraian, penggilingan, dan pengemasan.

Proses pengolahan kopi secara basah memerlukan buah kopi yang benar-

benar matang (merah). Buah matang ditandai oleh perubahan warna kulit buah.

Buah matang penuh ditandai oleh perubahan warna kulit buah menjadi merah.

Kulit buah berwarna kuning adalah setengah masak dan jika sudah menjadi

kehitam-hitaman artinya masak penuh sudah terlampaui (over ripe) (Starfarm,

2010). Untuk mendapatkan hasil yang bermutu tinggi, buah kopi harus dipetik

dalam keadaan masak penuh. Kopi robusta memerlukan waktu 8–11 bulan sejak

dari kuncup sampai matang (Prastowo et al. 2010). Biji kopi yang berwarna

hitam dapat menimbulkan rasa asam yang berat yang berpengaruh terhadap

selera (Franca et al. 2005). Sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang

superior (masak, bernas, seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah,

berlubang dan terserang hama/penyakit). Buah superior adalah buah matang

yang bernas, tidak terkena serangan hama dan penyakit dan ditandai oleh

tampilan kulit buah yang mulus dan segar. Buah kopi merah segera diolah lanjut

tanpa penundaan. Hal yang harus dihindari adalah menyimpan buah kopi di

dalam karung plastik selama lebih dari 12 jam, karena akan menyebabkan pra-

fermentasi sehingga aroma dan citarasa biji kopi menjadi kurang baik dan berbau

busuk (Prastowo et al. 2010).

Tahap selanjutnya adalah pengupasan kulit buah kopi. Pengupasan kulit

buah kopi dilakukan denganmesin pengupas (pulper) untuk menghasilkan kopi

HS (Haulk Snauk) yaitu biji kopi yang masih terbungkus kulit tanduk. Alat

pengupas kulit buah kopi disajikan pada Gambar 7a. Pengupasan kulit buah kopi

bertujuan untuk memudahkan pelepasan atau pembersihan lapisan lendir dari

permukaan kulit tanduk. Setelah proses pengupasan kulit buah kopi, diikuti tahap

pencucian lendir biji kopi. Lendir yang menyelimuti biji kopi merupakan salah

satu lapisan yang dapat menghambat proses pengeringan. Tahap pencucian

bertujuan untuk melepas lapisan lendir dan membersihkan benda asing

dipermukaan kulit tanduk. Proses pencucian lendir biji kopi menggunakan mesin

pencuci lendir (washer), ditunjukkan pada Gambar 7b.

Page 49: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

35

(a)

(b)

Gambar 7. Mesin pengupas kulit buah kopi (a), dan mesin pencuci lendir bijikopi (b)

Proses selanjutnya yaitu pengeringan biji kopi. Proses pengeringan

bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam biji kopi HS yang semula 60-

65% sampai menjadi 12,5%. Pada kadar air ini, biji kopi HS relatif aman untuk

dikemas dalam karung dan disimpan di gudang pada kondisi lingkungan tropis.

Pengeringan biji kopi dilakukan pada suhu 45 – 50 oC sampai tercapai kadar air

biji maksimal sekitar 12.5%. Suhu pengeringan yang terlalu tinggi dapat merusak

citarasa (Prastowo et al. 2010). Di tingkat petani, proses pengeringan dilakukan

dengan cara penjemuran. Jika cuaca memungkinkan dan fasilitas memenuhi

syarat, penjemuran merupakan cara pengeringan kopi yang sangat

menguntungkan, baik secara teknis, ekonomis maupun mutu hasil.

Biji kopi kering atau kopi HS kering selanjutnya digiling atau dikupas kulit

tanduknya dengan mesin huller untuk mendapatkan biji kopi pasar atau kopi

beras (Puslitkoka 2006). Proses pengupasan bertujuan untuk memisahkan biji

kopi beras dari lapisan kulit tanduknya. Pengupasan biji kopi di tingkat petani

telah biasa dilakukan pada pengolahan kopi secara kering menggunakan alat

penggiling biji kopi (huller). Kemudian dilakukan proses sortasi biji kopi beras. Di

Page 50: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

36

tingkat petani, proses sortasi dilaksanakan secara manual, yaitu memisahkan

antara biji kopi utuh, pecah, cacat, dan kotoran atau benda asing. Faktor

penting yang menentukan mutu biji kopi beras adalah kadar air, kadar kotoran

atau benda asing, tidak terdapat serangga hidup dan bau busuk akibat jamur

(BSN, 2008).

Proses pengolahan kopi secara basah menghasilkan produk berupa biji

kopi beras. Untuk mendapatkan kopi bubuk, dilakukan tahapan proses yang

meliputi penyangraian biji kopi, penggilingan, dan pengemasan. Penggilingan

kopi diperlukan untuk memperoleh kopi bubuk dan meningkatkan luas

permukaan kopi. Menurut SNI 01-3542-2004, kopi bubuk adalah biji kopi yang

disangrai (roasted), kemudian digiling, dengan atau tanpa penambahan bahan

lain dalam kadar tertentu tanpa mengurangi rasa dan aromanya serta tidak

membahayakan kesehatan (BSN 2004). Syarat mutu kopi bubuk menurut SNI

SNI 01-3542-2004 ditampilkan pada Tabel 14.

Tabel 14. Syarat mutu kopi bubuk menurut SNI 01-3542-2004

No Kriieria Uji Satuan PersyaratanMutu I Mutu II

1 Keadaan fisik:- Bau- Warna

NormalNormal

NormalNormal

2 Kadar air % b/b Maksimum 7,0 Maksimum 7,03 Kadar sari kopi % b/b 20 – 36 Maksimum 604 Kadar kafein (anhidrat) % b/b 0,9 – 2,0 0,45 – 0,95 Cemaran logam :

- Timbal (Pb)- Tembaga (Cu)- Seng (Zn)- Timah (Sn)- Raksa (Hg)- Arsen (As)

mg/kgmg/kgmg/kgmg/kgmg/kgmg/kg

Maksimum 2,0Maksimum 30,0Maksimum 40,0Maksimum 40,0/250Maksimum 0,03Maksimum 1,0

Maksimum 2,0Maksimum 30,0Maksimum 40,0Maksimum 40,0/250Maksimum 0,03Maksimum 1,0

6 Cemaran mikroba :- Angka lempeng total- Kapang

Koloni/gKoloni/g

Maksimum 106

Maksimum 104Maksimum 106

Maksimum 104

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2004)

Penyangraian biji kopi akan mengubah secara kimiawi kandungan-

kandungan dalam biji kopi, disertai susut bobotnya, bertambah besarnya ukuran

biji kopi dan perubahan warna bijinya. Biji kopi setelah disangrai akan mengalami

perubahan kimia yang sangat menentukan cita rasa. Pembentukan unsur cita

rasa kopi dan kehilangan berat kering sangat terkait erat dengan suhu

Page 51: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

37

penyangraian. Berdasarkan suhu penyangraian yang digunakan kopi sangrai

dibedakan atas 3 golongan yaitu (1) light roast, suhu yang digunakan sekitar 193

– 199 °C, (2) medium roast, suhu yang digunakan 204°C, dan (3) dark roast,

suhu yang digunakan sekitar 213 – 221°C. Proses roasting berlangsung selama

5-30 menit (Ridwansyah 2003).

Pada kegiatan ini, tahap penyangraian dilakukan dengan mesin

penyangrai pada industri kopi bubuk milik UKM. Suhu penyangraian sekitar 200oC

(medium roast), selama 30 menit. Tahap penyangraian sangat menentukan

warna dan cita rasa pruduk kopi yang akan dikonsumsi. Perubahan warna biji

dapat dijadikan dasar untuk sistem klasifikasi sederhana. Proses yang terjadi

selama penyangraian adalah (1) tahap awal roasting, terjadi pengupan air pada

saat suhu penyangraian 100°C. (2) tahap pyrolysis pada suhu 180°C, terjadi

perubahan-perubahan komposisi kimia dan pengurangan berat sebanyak 10%.

Perubahan sifat fisik dan kimia terjadi selama proses penyangraian, antara lain

swelling, penguapan air, terbentuknya senyawa volatil, karamelisasi karbohidrat,

pengurangan serat kasar, denaturasi protein, terbentuknya gas CO2 sebagai hasil

oksidasi, serta terbentuknya aroma yang khas pada kopi. Swelling selama

penyangraian disebabkan karena terbentuknya gas-gas yang sebagian besar

terdiri dari CO2, kemudian gas-gas ini mengisi ruang dalam sel atau pori-pori

kopi.

Biji kopi yang telah disangrai dapat langsung dikemas. Pengemasan

dilakukan dengan kantong kertas atau aluminium foil. Saat ini, beberapa industri

pengolahan kopi bubuk telah menggunakan kemasan vakum dari kaleng yang

mampu menahan tekanan yang terbentuk atau menggunakan kantung yang

dapat melepaskan CO2 tapi menerima oksigen.

Tahap akhir dalam pengolahan kopi bubuk adalah penggilingan.

Penggilingan kopi skala luas menggunakan gerinda beroda (roller). Gerinda roller

ganda dengan gerigi 2 sampai 4 pasang merupakan alat yang paling banyak

dipakai. Partikel kopi dihaluskan selama melewati tiap pasang roller. Selama

proses penggilingan, sejumlah kandungan CO2 akan terlepas dari kopi.

Pengemasan segera mungkin dilakukan setelah penggilingan untuk mencegah

terbentuknya tekanan akibat pelepasan CO2. Untuk memperpanjang masa

simpan kopi bubuk dikemas dengan menggunakan kemasan vakum dalam

aluminium foil atau kantong fleksibel (Ridwansyah, 2003).

Page 52: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

38

Bubuk kopi petik merah yang dihasilkan petani melalui kegiatan ini

memiliki bau (aroma) khas kopi bubuk yang harum, warna normal (coklat tua),

kadar air sebesar 2,15%, dan kadar sari kopi sebesar 33,58%. Berdasarkan

syarat mutu kopi bubuk menurut SNI SNI 01-3542-2004 yang ditampilkan pada

Tabel 14, kopi bubuk yang dihasilkan telah memenuhi syarat mutu I.

Pada saat kegiatan sosialisasi desain model yang dilaksanakan pada

tanggal 4 Nopember 2015 di Desa Air Meles, telah dilakukan uji preferensi

konsumen (petani) atau uji sensori terhadap aroma dan citarasa bubuk kopi petik

merah. Uji sensori adalah merupakan suatu metode yang dilakukan oleh manusia

menggunakan panca indera manusia yaitu mata, hidung, mulut, tangan dan juga

telinga. Melalui lima panca indera dasar ini, kita dapat menilai atribut sensori

sesuatu produk seperti warna, rupa, bentuk, rasa, dan tekstur. Uji sensori yang

dilakukan menggunakan responden sebanyak 80 orang, terdiri dari petani,

petugas/penyuluh, stakeholder, dan peneliti.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa 95% dari responden menyatakan suka

minum kopi dengan alasan sudah menjadi kebiasaan sekitar 72,5%, hanya pada

saat mengantuk sekitar 12,5%, dan karena pengaruh lingkungan sekitar 10%.

Sedangkan 5% responden lainnya menyatakan tidak suka mengonsumsi kopi

hitam. Berdasarkan data ini dapat dilihat bahwa konsumen kopi hitam masih

sangat banyak, meskipun saat ini sudah banyak beredar kopi instan dengan

berbagai citarasa.

Atribut sensori yang diamati, meliputi aroma dan warna bubuk kopi,

aroma, rasa, aftertaste, serta citarasa secara keseluruhan dari minuman kopi.

Hasil evaluasi sensori menunjukkan bahwa responden yang menyatakan suka

sampai sangat suka terhadap aroma bubuk kopi sebanyak 72,5%. Setelah

diseduh menjadi minuman kopi, aroma kopi semakin kuat dan disukai oleh 75%

dari responden. Sebanyak 71,3% dari responden menyatakan suka sampai

sangat suka terhadap rasa saat di dalam mulut. Berdasarkan citarasa secara

keseluruhan, sebanyak 73,8% dari responden menyatakan suka sampai sangat

suka terhadap citarasa minuman kopi yang dihasilkan dari bubuk kopi petik

merah. Rasa atau citarasa merupakan atribut penting yang mempengaruhi

penerimaan seseorang terhadap suatu minuman dan karena citarasa ini akan

mempengaruhi permintaan minuman kopi yang tinggi.

Page 53: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

39

c. Ternak

Manajemen Perkandangan

Tatalaksana perkandangan merupakan salah satu faktor produksi yang

belum mendapat perhatian dalam usaha peternakan sapi potong, khususnya

peternakan rakyat. Kontruksi kandang belum sesuai dengan persyaratan teknis

sehingga akan mengganggu produktivitas ternak sapi tersebut, kurang efisien

dalam penggunaan tenaga kerja dan berdampak terhadap lingkungan sekitarnya.

Kondisi kandang belum memberikan keleluasaan, kenyamanan dan kesempatan

bagi ternak. Beberapa persyaratan kandang yang diperlukan dalam mendirikan

kandang sapi antara lain (1) memenuhi persayaratan kesehatan ternak, (2)

mempunyai ventilasi yang baik, (3) efiseinsi dalam pengelolaan, (4) melindungi

ternak dari pengaruh iklim dan keamanan kecurian (5) serta tidak berdampak

terhadap lingkungan sekitarnya. Kontruksi kandang harus kuat dan tahan lama,

penataan dan perlengkapan kandang hendaknya dapat memberikan kenyamanan

kerja bagi petugas dalam proses produksi seperti memberi pakan, pembersihan,

pemeriksaan birahi dan penanganan kesehatan.

Beberapa bagian dan perlengkapan kandang untuk sapi potong yang

diperbaiki adalah lantai kandang, palungan (tempat pakan, tempat minum),

saluran urine, tempat penampungan kotoran, dan peralatan kandang. Lantai

kandang harus kuat, tahan lama, tidak licin dan tidak terlalu kasar, mudah

dibersihkan. Lantai kandang dibuat miring 10O kebagian kebelakang sehingga air

dan urine sapi tidak menggenang dilantai kandang sehingga kandang tetap

kering.

Palungan merupakan tempat pakan dan tempat minum yang berada

didepan ternak, terbuat dari kayu atau tembok dengan ukuran mengikuti lebar

kandang. Sedangkan lebar palungan adalah 50 cm, dan tinggi bagian luar 60 cm

dan bagian dalam sebesar 40 cm. Ukuran palungan untuk kandang kelompok

adalah mengikuti panjang kandang, dengan proporsi tempat minum yang lebih

kecil dari tempat pakan.

Selokan merupakan saluran pembuangan kotoran dan air kencing (urine)

yang berada dibelakang kandang ternak sapi. Ukuran selokan kandang

disesuaikan dengan kondisi kandang dan tujuan pemeliharaan. Selokan kandang

berguna sebagai saluran urine sehingga sampai pada bak penampungan urine

sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik cair (biourine), selokan selain

Page 54: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

40

berfungsi untuk saluran urine juga berfungsi sebagai saluran air pada waktu

pembersihan kandang, akan tetapi pada waktu pembersihan kandang sapi,

saluran yang menuju ke bak penampungan urine ditutup terlebih dahulu

sehingga air tidak ikut masuk ke bak penampungan urine. Begitu juga pada

waktu penampungan urine berlangsung, saluran yang menuju ke pembuangan

limbah air pada waktu pembersihan kandang ditutup dulu sehingga urine hanya

masuk kedalam bak penampungan urine.

Tempat penampungan kotoran atau bak penampungan yang terletak

dibelakang kandang, ukuran dan bentuknya disesuikan dengan kondisi lahan dan

tipe kandangnya. Pembuangan kotoran dari kandang kelompok disesuaikan

dengan kebutuhan, berupa bak penampungan limbah padat berupa feces dan

berfungsi untuk proses pengeringan dan pembusukan feses menjadi kompos.

Untuk limbah cair seperti urine langsung ditampung dengan drum penampungan

yang terletak pada bagian belakang kandang untuk selanjutnya diolah menjadi

biourine.

Peralatan Kandang

Dalam kegiatan pemeliharaan ternak, dibutuhkan peralatan untuk

keperluan di dalam kandang. Peralatan hendaknya selalu dalam keadaan bersih,

adapun peralatan kandang yang diperlukan antara lain sebagai berikut:

Ember, digunakan untuk mengangkut air, pakan penguat, dan memandikan

ternak. Sebaiknya ember terbuat dari bahan antikarat, seperti ember plastik.

Sikat, digunakan untuk menggosok badan ternak waktu dimandikan dan

menggosok lantai serta membersihkan kandang.

Skop, digunakan untuk mengambil/membuang kotoran dan mengaduk

pakan penguat.

Sapu lidi dan sapu ijuk, digunakan untuk membersihkan kandang, sebaiknya

sapu terbuat dari lidi daun kelapa.

Gerobak, untuk mengangkut sisa-sisa kotoran, sampah, rumput ke tempat

pembuangan.

Garu kecil, digunakan untuk membersihkan sisa pakan dan kotoran dalam

kandang.

Karung digunakan untuk tempat pakan

Page 55: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

41

4.4. Memanfaatkan limbah usahatani kopi, ternak, sayuran dan limbahtanaman dan ternak melalui teknologi terbarukan menjadiproduk-produk sekunder yang bernilai tambah

a. Pembuatan Fermentasi Kulit Kopi Sebagai Bahan Pakan TambahanTernak Sapi

Tanaman kopi memiliki potensi untuk digunakan sebagai pakan alternatif

ternak ruminansia. Limbah dari tanaman kopi yang bisa digunakan sebagai pakan

ternak yaitu kulit kopi kering, kulit kopi basah dan daun kopi. Kulit kopi basah

memiliki kadar air yang cukup tinggi sehingga mudah rusak dan kurang disukai

ternak. Selain itu tingginya kandungan serat kasar dan adanya kandungan zat

anti nutrisi (tannin), serta adanya serat kasar yang tinggi pada kulit kopi dapat

mengganggu pencernaan ternak jika diberikan dalam jumlah banyak. Untuk

mengatasi masalah tersebut perlu diberi perlakuan yaitu dengan teknologi

fermentasi dan silase.

Fermentasi merupakan salah satu teknologi untuk meningkatkan

kandungan nutrisi kulit buah kopi, terutama protein dan energi, dan disukai

ternak karena adanya aroma wangi dari hasil fermentasi. Silase adalah proses

pengawetan bahan pakan agar tetap segar dengan bantuan mikroorganisme.

Fermentasi kulit buah kopi akan meningkatkan daya cerna dan palatabilitas,

meningkatkan kandungan protein, menurunkan kandungan serat kasar, dan

menurunkan kandungan tannin. Fermentasi kulit buah kopi dapat menggunakan

kulit buah kopi yang masih kering atau kulit buah kopi yang masih basah.

(1) Fermentasi kulit buah kopi kering

Bahan utama dan bahan pendukung yang digunakan dalam fermentasi

kulit buah kopi kering adalah kulit kopi 600 kg, dedak padi 400 kg, gula

merah/mollases 2,5 kg, Biodecomposer (Starbio)/ Urea 2,5 kg, garam dapur 5 kg

dan air. Alat yang digunakan adalah sekop, terpal, ember, gembor, plastik dan

koran bekas.

Prosedur fermentasi kulit buah kopi, meliputi :

- Bahan utama yaitu kulit kopi dihamparkan di atas terpal dan didatarkan

setinggi + 20 cm, selanjutnya diatasnya ditaburkan bahan selanjutnya yaitu

dedak padi.

- Selanjutnya biodecomposer (starbio/urea) dilarutkan bersama gula

merah/mollases serta garam dapur dengan air yang bersih.

Page 56: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

42

- Larutan Starbio, gula merah dan garam dapur disiramkan pada tumpukan

bahan tersebut dengan menggunakan gembor. Selanjutnya aduk hingga rata

dan mencapai kelembaban sekitar 60%.

- Setelah selesai pengadukan, campuran tersebut dimasukkan ke dalam

plastik. Sebelum ditutup, bagian atasnya ditutup dengan koran bekas.

- Selanjutnya karung plastik yang sudah diisi disimpan selama 4 – 5 hari

ditempat yang aman dan terhindar dari cahaya matahari langsung.

- Setelah itu campuran siap diberikan pada ternak sapi, tapi sebelum diberikan

pada ternak kulit kopi fermentasi ini harus diangin- anginkan terlebih dahulu.

(2) Silase kulit kopi basah

Bahan yang diperlukan untuk pembuatan silase dari kulit buah kopi basah

adalah kulit buah kopi sebanyak 990 kg, dedak padi 10 kg, gula merah 2,5 kg,

dan air secukupnya. Alat yang diperlukan antara lain sekop, terpal, ember,

gembor, karung, dan plastik pengganti silo/drum.

Prosedur pembuatan silase kulit kopi basah adalah sebagai berikut :

- Kulit buah kopi basah dikeringkan di atas terpal plastik dengan penyinaran

matahari selama ± 4 – 5 jam atau sampai sampai kadar air berkisar 50 – 60

%.

- Gula merah/molasses dilarutkan dengan air yang bersih.

- Kulit buah kopi yang sudah dikeringkan dihamparkan keatas terpal lalu

taburkan dedak padi.

- Larutan air gula disiram di atas bahan tersebut. Kemudian diaduk sampai rata

- Setelah selesai pengadukan, selanjutnya campuran tersebut dimasukkan

kedalam plastic dengan cara campuran dipadatkan untuk meminimumkan

udara (proses fermentasi anaerob) kemudian diikat.

- Selanjutnya karung plastik yang sudah diisi disimpan selama 21 hari ditempat

yang aman dan terhindar dari cahaya matahari langsung.

Hasil analisis proksimat produk fermentasi kulit kopi disajikan pada Tabel

15. Secara umum, limbah tanaman kopi baik kulit maupun daun sangat

berpotensi digunakan sebagai pakan ternak. Hal ini terlihat dari hasil analisa

proksimat kandungan protein kasar dari fermentasi kulit kopi, silase kulit kopi

Page 57: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

43

segar dan daun kopi (silase maupun segar) yang memiliki kandungan protein

setara dengan leguminosa, dedak padi, dan rumput gajah.

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kandungan protein

kasar limbah kulit kopi yang sudah difermentasi tidak kalah dibandingkan dengan

dedak padi berdasarkan tabel komposisi pakan untuk Indonesia yaitu PK: 8%-

14%, SK: 6%-30% dan BETN ± 23% - 70% (Hartadi, et.al 1997). Kandungan

protein kasar silase kulit kopi melebihi kandungan protein kasar rumput gajah

(10%-11%), serat kasar 23,12% (Hartadi, et. Al 1997). Tingginya kandungan

protein kasar pada silase kulit kopi basah diasumsikan adanya penambahan

bahan energi untuk menumbuhkan mikroorganisme dalam proses silase.

Kandungan protein kasar daun kopi segar setara dengan daun gamal 23%

(Harta, 2004) dan silase daun kopi kandungan protein kasar cukup tinggi.

Tingginya kandungan PK daun muda tanpa perlakuan, hal ini diansumsikan

bahwa masih banyaknya kandungan asam amino dibagian dinding sel. Berbeda

dengan daun tua telah terjadi proses lignifikasi yang akhirnya menambah serat

kasar pada daun.

Table 15. Hasil Analisis Proksimat Produk Fermentasi Limbah Kulit Kopi dan DaunKopi Segar di Desa Air Meles tahun 2015

Jenis pakan Kandungan Nutrisi bahan Pakan*PK SK LK Energi Air Abu Ca P

Fermentasi kulit kopi(21 hari)

10,27 29,64 4,14 4148 37,45 12,49 0,20 0,41

Silase kulit kopi 12,43 23,12 3,07 40,32 73,21 13,07 0,71 0,29Selase daun kopi 17,03 26,40 3,26 4464 69,65 9,43 0,51 0,39Daun Kopi segar 23,87 25,52 1,97 4456 66,97 25,52 0,4 0,22

Keterangan : * : Hasil analisis proksimat Laboratorium Balitnak Tahun 2015PK : protein kasar, SK : serat kasar, LK : lemak kasar, Ca: kalsiumP: phospor

Aplikasi Produk Fermentasi Kulit Kopi pada Ternak Sapi

Sebaiknya sebelum diberikan pada ternak produk fermentasi kulit kopi

diangin-anginkan terlebih dahulu. Fermentasi kulit kopi dari hasil kegiatan

demontrasi yang dilaksanakan di kelompok P4S Desa Air Meles Bawah

diaplikasikan langsung keternak. Tujuan dari aplikasi tersebut adalah untuk

melihat pertambahan bobot badan harian (PBBH) ternak yang diberi pakan kulit

kopi dengan menggunakan teknologi fermentasi. Menurut Londra, dkk (2013)

Page 58: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

44

menyatakan bahwa pemberian fermentasi kulit kopi sebanyak 60% pada

kambing peranakan etawah (PE) dapat meningkatkan pertambahan bobot badan

harian yaitu sebesar 71,39 (gr/ekor/hari).

Pemberian fermentasi kulit kopi dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap

pertama, tahap uji coba yang bertujuan untuk membiasakan ternak

mengkonsumsi fermentasi kulit kopi, yang dilakukan selama 7 hari dan tahap

kedua, tahap pengamatan yang dilakukan selama 21 hari. Sapi yang digunakan

adalah sapi umur 8 – 9 bulan. Fermentasi kulit kopi diberikan sebanyak 10% dari

berat badan. PBBH ternak tertuang dalam Table 16.

Tabel 16. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Ternak yang beri pakanFermentasi di Desa Air Meles tahun 2015

Ternak Berat Awal (kg) Berat selama21 hari (kg)

PBBH(gr/ekor/hari)

Sapi 1 79,57 81,72 102,3Sapi 2 60,02 65,13 243Sapi 3 55,16 58,44 156,4Sapi 4 64,76 66,07 62,30

Rata – rata 141Sumber : tabulasi data 2015

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa rerata pertambahan bobot badan

harian sebesar 141 gr/ekor. Pertambahan bobot badan ternak tersebut masih

tergolong rendah. Menurut Londra, dkk (2013) menyatakan bahwa pemberian

fermentasi kulit kopi sebanyak 60% pada kambing peranakan etawah (PE)

dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian yaitu sebesar 71,39

(gr/ekor/hari). Efendi, dkk (2013) menyatakan bahwa pemberian fermentasi kulit

kopi pada induk bunting dua bulan sebelum partus dapat meningkatkan bobot

lahir pedet sebesar 18 kg jika dibandingkan dengan induk bunting yang tidak

diberi pakan tambahan fermentasi kulit kopi bobot lahir pedet sebesar 14,90 kg.

Perbedaan respon yang ditampilkan oleh sapi memberikan gambaran umum

pengaruh kualitas dan kuantitas ransum yang dicobakan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Wiliamson et al (1978) bahwa pertambahan berat badan terutama

dipengaruhi oleh kualitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Adanya zat anti

nutrisi yang terkandung dalam limbah kulit kopi terfermentasi yaitu adanya

kafein dan tannin. Palatabilitas ternak rendah mengakibatkan konsumsi ransum

Page 59: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

45

juga rendah mengakibatkan ternak hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup

pokok.

b. Pembuatan Pupuk Organik Cair (Biourine)

Kelebihan pupuk organik cair (Biourine), antara lain (1) mempunyai

jumlah kandungan nitrogen, fosfor, kalium dan air lebih banyak jika

dibandingkan dengan kotoran sapi padat, (2) mengandung zat perangsang

tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh, dan (3) mempunyai

bau yang khas urine ternak yang dapat mencegah datangnya berbagai hama

tanaman.

Bahan utama dan pendukung yang diperlukan dalam pembuatan biourin

adalah urine sapi/kambing 100 - 130 liter, tetes tebu/molasses 750 ml, empon-

empon (temulawak, temuireng, kunyit, kencur, sirih, dll) 5 kg dan bacteri R

Bacillus dan Azobacter sebagai starter fermenter 250 ml. Kesulitan mencari

bakteri tersebut, maka dapat diganti dengan stardec dan bioaktivator lainnya

sebagai starter fermenter. Alat yang digunakan adalah drum plastik kapasitas

150 liter, aerator dan ember.

Cara pembuatan biourine, meliputi :

- Bioaktivator dan Molases dilarutkan dalam air jernih sebanyak 10 liter

kemudian dituangkan ke dalam drum urine.

- Empon-empon dihancurkan dan dimasukan ke dalam drum, serta diaduk

sampai rata selama 15 menit.

- Kemudian drum plastik ditutup rapat.

- Lakukan pengadukan setiap hari selama 15 menit dan kemudian drum

ditutup rapat kembali selama 21 hari.

- Setelah 21 hari urine dipompa dengan menggunakan pompa yang biasa

digunakan pada aquarium selama 3 jam. Proses ini bertujuan untuk

penipisan atau menguapkan kandungan gas ammonia, agar tidak berbahaya

bagi tanaman yang akan dberi pupuk bio urine tersebut, kemudian pupuk

cair ini siap digunakan.

Cara penggunaan pupuk organik cair dari urine sapi yaitu dicampur

dengan air dengan perbandingan 10% (1 urine:10 air). Untuk seed treatment

benih/biji direndam selama semalam. Untuk bibit perendaman selama maksimal

Page 60: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

46

10 menit. Untuk pupuk cair yang diaplikasi lewat daun gunakan 1 liter urine per

tangki.

c. Pembuatan Kompos dari Kotoran Sapi dan Limbah Kulit Kopi

Pupuk kompos merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan

alami daripada bahan pembenah buatan/sintetis. Pada umumnya pupuk organik

mengandung hara makro N,P,K rendah, tetapi mengandung hara mikro dalam

jumlah cukup yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Sebagai

bahan pembenah tanah, pupuk kompos mencegah terjadinya erosi, pergerakan

permukaan tanah dan retakan tanah, mempertahankan kelengasan tanah.

Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat

memberikan beberapa manfaat, antara lain menyediakan unsur hara mikro bagi

tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah,

meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah,

meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, memudahkan pertumbuhan akar

tanaman, menyimpan air tanah lebih lama, mencegah lapisan kering pada tanah,

mencegah beberapa penyakit akar, menghemat penggunaan pupuk kimia dan

atau pupuk buatan, meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia, menjadi

salah satu alternatif pengganti (substitusi) pupuk kimia karena harganya lebih

murah, berkualitas dan akrab lingkungan.

Bahan-bahan yang digunakan meliputi kotoran sapi 80 – 83%, serbuk

gergaji (bisa sekam, jerami padi, kulit kopi dll) sebanyak 5%, bahan pemacu

mikrorganisme (stardec) 0,25%, abu sekam 10%, dan kalsit/kapur 2%. Kotoran

sapi juga dapat dikombinasikan dengan kotoran ayam, dengan jumlah kotoran

sapi minimal 40% dan kotoran ayam 25%.

Tempat pembuatan kompos adalah sebidang tempat yang beralaskan

tanah dan dibagi menjadi 4 bagian (lokasi 1, 2, 3 dan 4) sesuai dengan ukuran

yang dibutuhkan dan tempat tersebut ternaungi agar pupuk tidak terkena sinar

matahari dan air hujan secara langsung.

Tahap pembuatan pupuk kompos adalah sebagai berikut :

- Kotoran sapi (fases dan urine) diambil dari kandang dan ditiriskan selama

satu minggu untuk mendapatkan kadar air sekitar 60%.

- Kemudian kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut dipindahkan ke lokasi

pertama tempat pembuatan kompos dan diberi serbuk gergaji atau bahan

Page 61: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

47

yang sejenis seperti sekam, jerami padi dll serta abu, kalsit/kapur dan stardec

sesuai dosis.

- Selanjutnya bahan campuran diaduk secara merata. Setelah satu minggu

lokasi 1, tumpukan dipindahkan ke lokasi 2 dengan cara diaduk/dibalik secara

merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas

bahan. Sedangkan lokasi pertama bisa dipakai untuk pembuatan pupuk

kompos tahap berikutnya. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu

hingga mencapai 70 derajat celcius untuk mematikan pertumbuhan biji gulma

sehingga kompos yang dihasilkan dapat bebas dari biji gulma.

- Selanjutnya setelah 1 minggu berikutnya tumpukan dipindahkan lagi ke lokasi

ke 3 dan dibiarkan selama 1 minggu untuk selanjutnya dipindahkan ke lokasi

ke 4 sambil diayak/disaring untuk dikemas dan dipasarkan.

Hasil analisa kandungan unsur hara pada kompos kotoran sapi dan limbah

kulit kopi disajikan pada Tabel 17. Berdasarkan hasil tersebut, kompos kotoran

sapi dan limbah kulit kopi yang dibuat dalam kegiatan pengkajian ini termasuk ke

dalam pupuk organik murni dengan kadar unsur hara N tinggi, P sedang, K

rendah, C-Organik rendah, dan pH sedang. Unsur Nitrogen (N) diperlukan oleh

tanaman untuk pertumbuhan tunas, batang dan daun. Unsur Fosfor (P)

diperlukan untuk merangsang pertumbuhan akar buah, dan biji. Unsur Kalium

(K) untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan

penyakit. Dengan demikian, pada pengkajian selanjutnya perlu adanya

peningkatan nilai K dan C-Organik yang masih dibawah standar sebagai pupuk

organik sehingga fungsi kompos sebagai bahan yang dapat memperbaiki struktur

tanah. Pada pengkajian selanjutnya, untuk meningkatkan unsur K dapat

ditambahkan daun kacang panjang, rumput gajah,benggala, ataupun kotoran

kelelawar pada bahan pembuatan kompos.

Tabel 17. Hasil Analisa Kompos Kotoran padat Sapi dan kulit kopi di Desa AirMeles tahun 2015

Jenis Analisa Satuan NilaiN % 6.06P % 4.09K % 0.40

C-Organik % 3.47pH - 8.9

Aplikasi Pupuk Kompos pada Tanaman Sayuran

Implementasi pupuk kompos (POP) dilaksanakan pada bulan Agustus

2015, pada tanaman sayuran cabai dan padi. Pengaruh pemberian POP terhadap

Page 62: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

48

pertumbuhan tanaman cabai disajikan pada Tabel 18. Pengukuran tinggi

tanaman dan jumlah cabang dilakukan pada umur 65 HST. Secara umum kedua

variabel pengamatan ini belum bisa dijadikan pertimbangan dalam menentukan

pertumbuhan yang lebih baik dari perlakuan. Namun jika dibandingkan dengan

deskripsi varietas, pertumbuhan tinggi tanaman lebih rendah. Berdasarkan

deskripsi tinggi tanaman varietas mencapai 110-140 cm. Kondisi ini diduga

merupakan pengaruh dari rendahnya curah hujan. Pertanaman cabai dan padi

mengalami kendala dengan rendahnya curah hujan pada saat pertanaman (Tabel

7).

Tabel 18. Data Tinggi Tanaman dan Jumlah Cabang Cabai dengan implementasiBerbagai Macam POP di Desa Air Meles tahun 2015.

No Perlakuan Rata-rata tinggi tanaman Rata-rata jumlah cabang

1 POP sapi (S) 52,2 8,22 POP kambing (K) 57,5 9,83 POP Ayam (A) 56,5 8,0

Kondisi lingkungan merupakan faktor eksternal yang mendukung

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satu faktor eksternal yang

dapat mennghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman diantaranya

adalah ketersediaan air. Kekurangan air memberikan respon terhadap penurunan

konsentrasi klorofil daun yang diakibatkan dari terhambatnya penyerapan unsur

hara dari tanah oleh akar sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan

metabolisme antara fotosintesis dan hasil produksi (Nio Song Ai dan Yunia

Banyo, 2011). Kekurangan air menyebakan penurunan hasil yang signifikan

bahkan dapat menyebabkan kematian pada tanaman (Salisbury dan Ross, 1992).

Page 63: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

49

V. KESIMPULAN

1. Data base wilayah pengkajian kondisi tanah, pengalaman dan pengetahuan

petani dalam berusahatani menjadi dasar melakukan inovasi teknologi dan

kelembagaan di wilayah kajian

2. Sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi (desain)

dibangun dengan rancangan bagan yang saling berkaitan dengan konsep

minimal waste

3. Penguatan kompetensi SDM kelompok melalui pelatihan menunjukkan

peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani sebesar 8 sampai 26 %

4. Upaya peningkatan produksi kopi dilakukan melalui peremajaan tanaman

yang telah tua dengan okulasi serta pemupukan dan pemangkasan tanaman.

Sedangkan peningkatan produksi daging dilakukan melalui perbaikan

penambahan pakan daun kopi maupun kulit kopi

5. Produk pakan ternak, kompos dan bio urine menjadi tambahan produk

petani dari usahatani kopi, kambing dan sapi yang memiliki kandungan gizi

dan hara yang cukup baik dan bernilai ekonomis tinggi

Page 64: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

50

KINERJA HASIL

1. 6 (enam) Inovasi teknologi

2. Inisiasi kelembagaan Tani dan Pemasaran

3. Model diseminasi yang diterapkan

4. 3 (tiga) buah Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang meliputi teknis budidaya, pasca

panen, dan diseminasi.

Page 65: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

51

DAFTAR PUSTAKA

Ariati, 2006. Kebijakan pengembangan bioenergi. Makalah disampaikan padaseminar Bioenergi : prospek bisnis dan peluang investasi. Jakarta, 6desember 2006. Direktorat Energi terbarukan dan konservasi energi.Departemen energi dan sumberdaya mineral, Jakarta

Adijaya., I. Nyoman dan I.M.R. Yasa. 2013. Hubungan Konsumsi Pakan denganPotensi Limbah pada Sapi Bali untuk Pupuk Organik Padat dan Cair. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian. Bali.

Ali, M.H., Yusuf, M., Syamsu, A.J. Prospek Pengembangan PeternakanBerkelanjutan Melalui Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Model Zero Wastedi Sulawesi Selatan.

Badan Litbang Pertanian. 2002. Panduan Teknis Sistem Integrasi Padi-Ternak.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.Jakarta.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. 2012. Provinsi Bengkulu Dalam Angka.Bengkulu.

Basri, E., Pujiharti, Y., dan Silalahi, M. Peranan Ternak Sapi dalam SistemUsahatani Tanaman Padi Sawah di Tulang Bawang. Balai PengkajianTeknologi Pertanian Lampung.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2004. Standar Nasional Indonesia Kopi Bubuk(SNI 01-3542-2004). http://websisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/unduh/7670. [Diunduh Tgl 5 Oktober 2015].Haryanto, Budi. 2009.Inovasi Teknologi Pakan Ternak dalam Sistem Integrasi Tanaman-TernakBebas Limbah Mendukung Upaya Peningkatan Produksi Daging.Pengembangan Inovasi Pertanian 2 (3), 2009: 163 – 176.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2004. Standar Nasional Indonesia Biji Kopi(SNI 01-2907 – 2008). http://websisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/unduh/7670. [Diunduh Tgl 5 Oktober 2015].Hidayati, Y.A, dkk. 2010.Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada ProsesPengomposan Terhadap Kualitas Kompos. Jurnal Ilmiah Ilmu-IlmuPeternakan Mei 2010, Vol. XIII, No.6.

Effendi Zul dan Dedi Sugandi. 2013. Pengaruh pemberian pakan tambahanberbahan kulit kopi fermentasi dengan metode flushing terhadap bobotlahir anak sapi bali di kabupaten Rejang Lebong. Prosiding Inovasiteknologi pertanian ramah lingkungan, BPTP Bengkulu 2013.

FrancaAS, Oliveira LS, Mendonca JCF, Silva XA. 2005. Physical and ChemicalAttributes of Defective Crude and Roasted Coffee Beans. Journal of FoodChemistry.90 : 89-94.

Hartadi, H. , S. Reksohadiprojo, A. D. Tilman. 1997. Tabel Komposisi PakanUntuk Indonesia. Cetakan Keempat. Gadjah MadaUniversityPress.Yogyakarta.

Harta, Linda. 2004. Evaluasi Nilai Degradasi Jerami padi, Limbah Buah Nangka,Daun Gamal (gliricidia sepium, HBK), Daun Ketela Pohon (manihotutilisima) Pada Domba Yang Diberi Ransum Berbeda.

Page 66: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

52

Londra, I Made dan Putu Sutami. 2013. Pengaruh Pemberian Kulit KopiTerfermentasi Dan Leguminosa Untuk Pertumbuhan Kambing PeranakanEtawah. Informatika Pertanian. Vol. 22 No.1, Juni 2013: 45-51.

Nio Song Ai dan Yunia Banyo. 2011. Jurnal Ilmiah Sains vol. 11 No 2 Oktober2011

Prastowo B, Karmawati E, Rubijo, Siswanto, Indrawanto C, dan Munarso SJ.2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian danPengembangan Perkebunan.

Priyanti., A. dan A. Djajanegara. 4002. Pengembangan Usaha Sapi Potong PolaIntegrasi (Development of Cattle Beef Production Towards IntegratedFarming Sistems). Lokakarya Nasional Sapi Potong.

[Puslitkoka] Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2006. Pedoman TeknisTanaman Kopi. 96 hal. Jember.

Rathinavelu dan Graziosi. 2005. Potential Alternative uses of Coffe Wwastes andby Products, ICS-UNIDO, Science Park. Department of Biology University ofTrieste. Italy.

Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi. Jurusan Teknologi Pertanian, FakultasPertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. library.usu.ac.id/download/fp/tekper-ridwansyah4.pdf. [Diunduh Tgl 25 April 2009].

Sakiroh, Sobari dan Maman Herman. 2010. Pertumbuhan, Produksi, dan CitaRasa Kopi pada Berbagai Tanaman Penaung. Prosiding Seminar NasionalInovasi Teknologi Kopi. Puslit Kopi dan Kakao. Jember

Salisbury, F.B. and C.W Ross. 1992. Plant Fisiology. 4rd Ed. Wardsworthpublishing Company. California.

SIPP. 2013. Strategi Induk Pembangunan Pertanian 2013 – 2045 : MembangunPertanian-Bioindustri Berkelanjutan. Sidang Kabinet Terbatas. Jakarta.

Sobari, Sakiroh dan Eko Purwanto. 2012. Pengaruh jenis tanaman penaungterhadap Pertumbuhan dan persentase tanaman berbuah Pada tanamanKopi. Bulletin Ristri 3 (3):217-222. Balittri Bogor.

Soetanto Abdullah. 2013. Pengelolaan Nutrisi Tanaman Terpadu di PerkebunanKopi. Review Penelitian Kopi dan Kakao. Vol. 1 No. 1 : 39-49.

Starfarm. 2010. Pengolahan Pasca Panen Kopi. http://www.starfarmagris.co.cc/2009/06/pengolahanpasca-panen-kopi.html. [Diunduh Tgl 20 Nopember2015].

Widyotomo Sukirno. 2013. Potensi dan Teknologi Diversifikasi Limbah KopiMenjadi Produk Bermutu dan Bernilai Tambah. Review Penelitian Kopi danKakao. Vol. 1 No. 1 : 63-80.

William, G and Payne. W. J. A. 1978. An Introduction to Animal Husbandry in theTropics. 3rd. Ed. London: Longmans and CO, Ltd.

Zubir, Z. Batubara dan A. Yusri. 2010. Peluang peningkatan kinerja usaha sapibibit dengan pakan komplet berbasis limbah jagung. Prosiding : SeminarNasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010. Pusat Penelitian danPengembangan Peternakan. Bogor.

Page 67: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

53

Zainuddin, D. & T. Murtisari (1995). Penggunaan limbah agro-industri buah kopi(kulit buah kopi) dalam ransum ayam pedaging (Broiler).Pros. PertemuanIImiah Komunikasi dan Penyaluran Hasil Penelitian. Semarang. Sub BalaiPenelitian Klepu, Puslitbang Petemakan, Badan Litbang Pertanian, p. 71-78.

Page 68: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

54

ANALISIS RISIKO

Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang

mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dengan mengenal

risiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun strategi ataupun

cara penanganan risiko baik secara antisipatif maupun responsif (Tabel 19 dan

20).

Tabel 18. Daftar risiko dan dampak pelaksanan pengkajian model sistempertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi spesifik lokasi diProvinsi Bengkulu Tahun 2015.

No. Risiko Penyebab Dampak

1. Inovasi tidak dapatberkembang di kawasan

Petani sulit meninggalkankebiasaan lama

Produktivitas usahatidak dapatditingkatkan

2. Penguatan kelembagaantidak dapat dilaksanakan

- Kurangnya jumlah SDMkelompok yang kompeten

- Kurangnya pengetahuankelompok mengenaikelembagaan

Model kelembagaanpengkajian tidak dapatterbentuk

3. Model sistem pertanianbioindustri integrasitanaman-ternak tidakdireplikasi olehpemerintah daerah

- Ketidak serasian denganprogram di Daerah

Pertumbuhan ekonomidan peningkatan dayabeli masyarakat hanyaterjadi pada kawasanpengkajian

Tabel 19. Daftar penanganan risiko pengkajian model sistem pertanianbioindustri berbasis integrasi padi-sapi spesifik lokasi di ProvinsiBengkulu Tahun 2015.

No. Risiko Penyebab Penanganan

1. Inovasi tidak dapatberkembang dikawasan

Petani sulitmeninggalkan kebiasaanlama

Peningkatan jumlahfrekuensi pelatihan,keterlibatan demplot,

2. Penguatankelembagaan tidakdapat dilaksanakan

- Kurangnya jumlah SDMkelompok yangkompeten

- Kurangnyapengetahuan kelompokmengenai kelembagaan

Peningkatan peran danperilaku kelompok dalamkelembagaan melaluisosialisasi, anjangsanakelompok

3. Model sistem pertanianbioindustri integrasitanaman-ternak tidakdireplikasi olehpemerintah daerah

- Ketidak serasiandengan program diDaerah

- Koordinasi denganBupati/PemerintahDaerah lebih intens

- Peningkatan frekuensisosialisasi model danapresiasi

Page 69: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

55

JADUAL KERJATabel 20. Jadual kerja kegiatan pengkajian model sistem pertanian bioindustri

berbasis integrasi padi-sapi spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu Tahun2015.

KegiatanWaktu Pelaksanaan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Perbaikan Proposal XKoordinasi dan Sosialisasi X2. Koordinasi dengan Pusat X X X X3. Sosialisasi hasil koordinasi X X X X4. Pertemuan rutin bulanan X X X X X X X X X X X X5. Menyusun mekanisme kerja X X

Pelaksanaan lapangan

6. Inisiasi model X X X X

7. Penyediaan bahan saprodi X X X X X X X X X

8. Penyiapan IK, juknis X X X

9.Pengamatan, analisis data X X X X

Monitoring dan Evaluasi

10. Dokumentasi kegiatam X X X X X X X X X X X

11. Laporan X X X X X X X X X X X X

12. Penulisan KTI, Seminar hasil X

Page 70: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

56

PEMBIAYAAN

Tabel 21. Rencana Anggaran Belanja (RAB) kegiatan pengkajian model sistempertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi spesifik lokasi diProvinsi Bengkulu Tahun 2015.

No Uraian Volume Harga Satuan(Rp)

Jumlah (Rp)

1. Belanja Bahan 267.700.000- Benih, saprodi, dan bahan pendukung

kegiatan1 Tahun 240.570.000 240.570.000

- ATK, Komputer supplies danpelaporan

1 Tahun 6.630.000 6.630.000

- Pencetakan bahan informasi 1 Tahun 6.500.000 6.500.000

- Konsumsi 280 OK 50.000 14.000.0002. Honor Output Kegiatan 27.500.000

- UHL petani 500 OH 35.000 17.500.000- Honor petugas lapang 100 OH 100.000 10.000.000

3. Belanja Barang Non OperasionalLainnya

7.000.000

- Analisa laboratorium 1 KEG 7.000.000 7.000.0004. Belanja Jasa Profesi 10.000.000

- Narasumber, pengarah, evaluator 20 OJ 500.000 10.000.0005. Belanja perjalanan biasa 130.000.000

- Perjalanan dalam rangka pelaksanaankegiatan (berkisar antara Rp. 365.000,-s/d Rp. 5.000.000)

26 OP 5.000.000 130.000.000

6. Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota 5.500.000- Perjalanan dalam rangkapelaksanaan kegiatan

50 OH 110.000 5.500.000

7. Belanja Perjalanan Dinas Paket MeetingLuar Kota

10.000.000

- Uang harian dan transport perjalananke luar propinsi/pusat dalam rangkapelaksanaan kegiatan

2 OH 2.900.000 5.800.000

- Penginapan perjalanan ke luarpropinsi/pusat dalam rangkapelaksanaan kegiatan

6 OP 700.000 4.200.000

Jumlah 457.700.000

Page 71: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

57

Tabel 22. Realisasi anggaran kegiatan pengkajian model sistem pertanianbioindustri berbasis integrasi padi-sapi spesifik lokasi di ProvinsiBengkulu Tahun 2015.

No Uraian RealisasiAnggaran

PersentaseKeuangan

(%)

PersentaseFisik (%)

1. Belanja Bahan- Benih, saprodi, dan bahan pendukung

kegiatan178.667.852 92,97 100

- ATK, Komputer supplies danpelaporan

5.500.000 100 100

- Pencetakan bahan informasi 3.350.000 100 100- Konsumsi 12.400.000 100 100

2. Honor Output Kegiatan- UHL petani 9.575.000 100 100- Honor petugas lapang 4.000.000 70 100

3. Belanja Barang Non OperasionalLainnya- Analisa laboratorium 5.344.000 82.66 100

4. Belanja Jasa Profesi- Narasumber, pengarah, evaluator 9.900.000 99,00 100

5. Belanja perjalanan biasa

- Perjalanan dalam rangka pelaksanaankegiatan (berkisar antara Rp.365.000,- s/d Rp. 5.000.000)

128.480.650 100 100

6. Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota

- Perjalanan dalam rangka pelaksanaankegiatan

5.500.000 100 100

Belanja Perjalanan Dinas Paket MeetingLuar Kota

7. - Uang harian dan transport perjalananke luar propinsi/pusat dalam rangkapelaksanaan kegiatan

5.741.500 98,99 100

- Penginapan perjalanan ke luarpropinsi/pusat dalam rangkapelaksanaan kegiatan

4.200.000 100 100

JUMLAH 367.314.502 80,25 100

Page 72: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

58

PERSONALIA

Tenaga yang terlibat dalam kegiatan ini terdiri atas peneliti, penyuluh,

dan teknisi dengan latar belakang pendidikan yang beragam antara lain bidang

agronomi, sosek, pasca panendan administrasi.

Tabel 23. Tenaga operasional kegiatan pengkajian model sistem pertanianbioindustri berbasis integrasi padi-sapi spesifik lokasi di ProvinsiBengkulu Tahun 2015.

No Nama/NIP

JabatanFungsional/

BidangKeahlian

Jabatandalam

kegiatanUraian Tugas

Alokasi

Waktu(jam/

minggu)

1. Dr. Umi PudjiAstuti, MP19610531 1990032 001

PenyuluhMadya

PenanggungJawab

1.Mengkoordinir pelaksanaan semuakegiatan model sistem pertanianbioindustri integrasi tanaman-ternakspesifik lokasi

2.Analisis data3.Menyusun laporan4.Menyusun KTI

15

2. Dr. ShanoraYuliasari, S.TP.,M.Si

19740731 2003122 001

PenelitiMuda

Anggota 1.Mengkoordinir Pelaksanaan kegiatanpengkajian Pengolahan Kopi danproduk turunannya

2.Melakukan pengambilan data, analisis3.Membantu pelaporan kegiatan4.Menyusun KTI

10

3. Drs. Afrizon, M.Si.

19620415 1993031 001

PenelitiMuda

Anggota 1. Mengkoordinir Pelaksanaankegiatan pengkajian Kopi danproduk turunannya

2. Melakukan pengambilan data,analisis

3. Membantu pelaporan kegiatan4. Menyusun KTI

10

4. Hamdan, SP, M.Si

19770621 200212 1001

PenelitiPertama

Anggota 1.Melaksanakan kajian Sosial ekonomipada sistem integrasi tanaman-ternak

2.Menyusun questioner kajian3.Melakukan pengolahan dan analisis

data4.Membuat KTI

10

5 Zul Efendi, S.Pt

19690227 200701 1001

PenelitiPertama

Anggota 1.Melaksanakan kajian peternakan :sapi, ayam, kambing dan produkturunannya

2.Menyusun indikator pengukurankajian

3.Melakukan pengolahan dan analisisdata

4.Membuat KTI

10

7. Yesmawati , SP

19760912 200912 2001

PenelitiPertama

Anggota 1.Membantu melaksanakan kajianSosial ekonomi pada sistemintegrasi tanaman-ternak

2.Menyusun questioner kajian3.Melakukan pengolahan dan analisis

data

4.Membuat KTI

10

Page 73: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

59

Tabel 23. Lanjutan

No Nama/NIP JabatanFungsional/BidangKeahlian

Jabatandalamkegiatan

Uraian Tugas Alokasi

Waktu(jam/

minggu)

8. Yuli Oktavia, SP

19790721 2009122 001

PenelitiPertama

Anggota 1. Membantu melaksanakan kajiantanaman padi dan sayuran padasistem integrasi tanaman-ternak

2.Menyusun daftar isian indikatorpengukuran pengkajian

3.Melakukan pengolahan dan analisisdata

4.Membuat KTI

10

9. Tri Wahyuni, S.Si

19790603 2011012 003

PenelitiPertama

Anggota 1.Melaksanakan kajian Sumber dayalahan pada lokasi kegiatan

2.Menyusun inovasi terbarukan berbasissumberdaya yang tersedia

3.Melakukan pengolahan dan analisisdata

4.Membuat KTI

10

10. Linda Harta, S.Pt

19800917 2008012 023

PenyuluhPertanianPertama

Anggota 1.Melaksanakan kajian Diseminasi2.Menyusun questioner untuk mengukur

perubahan PSK3.Melakukan pengolahan dan analisis

data

4.Membuat KTI

10

11. Catur Yanto, A.Md

19630727 1986031 003

Teknisi Anggota 1.Membantu melaksanakan kajianSumberdaya lahan pada lokasikegiatan

2.Membantu pengukuran indikatorkajian dan tabulasi data

5

12 Basuni Asnawi

19680921 1998031 002

Teknisi Anggota 1.Membantu melaksanakan kajianbudidaya tanaman pada lokasikegiatan

2.Membantu pengukuran indikatorkajian dan tabulasi data

5

13 Sri Hartati. A

19780403 2008122 001

Administrasikeuangandan fisik

Anggota 1.Membantu penjab dalam realisasikuangan

2.Membantu menyelesaiakankelengkapan administrasi di lapangan

3.Membantu membuat laporankeuangan (realisasi keuangan) danserapan anggaran

5

Page 74: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

60

Lampiran 1. Dokumentasi pelaksanaan PRA, penambilan sampel tanah,perbaikan kandang, dan pengolahan lahan tanaman cabepengkajian model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasipadi-sapi spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu Tahun 2015

Wawancara pada saat pelaksanaanPRA

Wawancara dengan key person padasaat pelaksanaan PRA

Transek desa Pengambilan sampel tanah

Perbaikan kandang Pengolahan lahan cabe

Page 75: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

61

Lampiran 2. Dokumentasi pelaksanaan pengolahan kopi petik merahpengkajian model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasipadi-sapi spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu Tahun 2015

Sortasi kopi merah Kopi petik merah hasil sortasi

Proses pengupasan kulit buah kopimenggunakan mesin pemecah kulit

Proses pencucian lendir buah kopimenggunakan mesin pencuci lendir bijikopi

Proses pemisahan kulit buah kopisecara manual

Proses penjemuran biji kopi

Page 76: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

62

Lampiran 3. Dokumentasi pelaksanaan pembuatan kompos dan perakitaninstalasi biourine pengkajian model sistem pertanian bioindustriberbasis integrasi padi-sapi spesifik lokasi di Provinsi BengkuluTahun 2015

Proses Fermentasi kompos Proses pengomposan selama 2minggu

Proses pengomposan selama 3minggu

Perakitan instalasi Biourine

Perakitan instalasi Biourine Biourine dan kompos

Page 77: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

63

Lampiran 4. Dokumentasi pelaksanaan sosialisasi kegiatan pengkajian modelsistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi spesifiklokasi di Provinsi Bengkulu Tahun 2015

Proses registrasi peserta sosialisasi Narasumber sosialisasi

Penyampaian hasil kegiatan olehpenanggungjawab

Peserta melakukan uji rasa olahankopi petik merah

Bubuk kopi petik merah Display produk bioindustri pada saatsosialisasi

Page 78: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

64

Lampiran 5. Hasil Analisa Tanah

Page 79: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

65

Lampiran 6. Hasil Analisa Proksimat Daun Kopi Segar, dan Fermentasi KulitKopi

Page 80: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

66

Lampiran 7. Hasil Analisa Proksimat Silase Kulit Kopi

Page 81: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

67

Lampiran 8. Hasil Analisa Proksimat Silase Daun Kopi

Page 82: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../bioindustri-tanaman-ternak.pdf · Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

68

Lampiran 9. Hasil Analisa Kompos