model usahatani terpadu sayuran organik-hewan … · aktif sebagai anggota rohis osis smp ... sp,mm...

214
MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN TERNAK (Studi Kasus: Gapoktan Pandan Wangi, Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang,Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI FIRZA MAUDI H34060227 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Upload: vuonghanh

Post on 08-Mar-2019

266 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

i

MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN TERNAK

(Studi Kasus: Gapoktan Pandan Wangi, Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang,Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

SKRIPSI

FIRZA MAUDI H34060227

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2010

Page 2: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

ii

RINGKASAN

FIRZA MAUDI. Model Usahatani Terpadu Sayuran Organik-Hewan Ternak (Studi Kasus: Gapoktan Pandan Wangi, Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI).

Gapoktan Pandan Wangi (GPW) yang berada di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, memiliki rencana untuk menerapkan pertanian terpadu antara usahatani sayuran organik-hewan ternak pada skala wilayah, dengan melibatkan beberapa kelompok tani. Setiap kelompok tani memiliki aktivitas usahatani yang spesifik yakni diantaranya aktivitas usahatani sayuran organik, ternak kelinci, ternak domba, aktivitas produksi pupuk bokashi dan silase. GPW dihadapkan pada berbagai pilihan aktivitas yang akan diintegrasikan dan berbagai kendala dalam penerapan pertanian terpadu di Desa Karehkel. Oleh karena itu perencanaan pertanian terpadu perlu dilakukan secara tepat sehingga penerapan pertanian terpadu di Desa Karehkel dapat meningkatkan total keuntungan wilayah dan mengoptimalkan sumberdaya yang tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk membantu GPW dalam merencanakan pertanian terpadu di Desa Karehkel melalui pendekatan permodelan linear usahatani sayuran organik terpadu sehingga dapat diketahui aktivitas-aktivitas yang sebaiknya diintegrasikan, jumlah pengusahaan masing-masing aktivitas, dan alokasi sumberdaya yang optimal sehingga mampu memaksimumkan total keuntungan wilayah dalam keterbatasan sumberdaya yang dimiliki.

Pemilihan Desa Karehkel sebagai lokasi penelitian dilakukan secara purposive yang dilatarbelakangi oleh adanya rencana GPW untuk menerapkan pertanian terpadu. Responden yang dipilih dalam penelitian ini juga dilakukan secara purposive sehingga dapat menggambarkan pengusahaan masing-masing aktivitas yang mendekati aktual. Data mengenai koefisien teknis yang diperoleh dari lapangan dan dari studi literatur dijadikan acuan dalam merancang model usahatani sayuran organik terpadu di Desa Karehkel. Model kemudian diolah secara kuantitatif menggunakan LINDO lalu hasilnya dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan hasil analisis terhadap model integrasi yang dibangun, bahwasanya penerapan model usahatani sayuran organik terpadu (MUSOT) di Desa Karehkel perlu didukung oleh adanya kebijakan pemanfaatan pupuk bokashi di dalam desa. Hal ini disebabkan karena harga pupuk bokashi lebih mahal dibandingkan dengan pupuk organik yang dibeli dari luar desa sehingga akan lebih menguntungkan apabila usahatani sayuran organik menggunakan pupuk organik yang dibeli dari luar desa untuk memenuhi 100 persen kebutuhan pupuknya.

Untuk mencapai total keuntungan wilayah secara maksimum maka aktivitas-aktivitas yang sebaiknya diintegrasikan antara lain usahatani sayuran organik, ternak kelinci, aktivitas memproduksi silase, dan aktivitas memproduksi pupuk bokashi. Sangat besarnya skala ekonomi masing-masing aktivitas usahatani yang sebaiknya diusahakan menyebabkan setiap aktivitas usaha yang diintegrasikan perlu diusahakan pada tingkat kelompok tani.

Page 3: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

iii

Penerapan model usahatani terpadu sayuran organik-hewan ternak sangat berperan dalam meningkatkan total output wilayah. Khususnya dalam meningkatkan jumlah ternak yang dipelihara karena adanya pemanfaatan limbah sayuran sebagai pakan ternak dalam bentuk silase dapat mengurangi curahan tenaga kerja peternak untuk mencari pakan hijauan sehingga curahan tenaga kerja untuk memelihara ternak akan lebih besar. Selain itu, adanya pemanfaatan limbah ternak sebagai bahan baku pembuatan pupuk bokashi sangat berperan dalam penghematan biaya produksi pupuk bokashi. Model usahatani terpadu sayuran organik-hewan ternak dapat memberikan total keuntungan wilayah yang lebih tinggi daripada penerapan pertanian secara tidak terpadu apabila diiringi dengan insentif ekonomi yang lebih tinggi yakni peningkatan harga sayuran organik per kilogramnya sebagai konsekuensi penerapan kebijakan pemanfaatan pupuk bokashi di dalam Desa Karehkel.

Page 4: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

iv

MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN TERNAK

(Studi Kasus: Gapoktan Pandan Wangi, Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang,Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

FIRZA MAUDI H34060227

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2010

Page 5: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

v

Judul Skripsi : Model Usahatani Terpadu Sayuran Organik-Hewan Ternak (Studi Kasus: Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten BogorProvinsi Jawa Barat)

Nama : Firza Maudi

NIM : H34060227

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

Page 6: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

vi

PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Model Usahatani

Terpadu Sayuran Organik-Hewan Ternak (Studi Kasus: Desa Karehkel,

Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)” adalah karya

saya sendiri, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2010

FirzaMaudi H34060227

Page 7: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Firza Maudi, dilahirkan di Semarang, 1

November 1988. Penulis merupakan anak sulung dari tiga bersaudara pasangan

Muktiono dan Hunang Indriarsi.

Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah di

Semarang. Pendidikan sekolah dasar diselesaikan di SD H Isriati pada tahun 2000.

Lalu studi dilanjutkan di SMP Negeri 3 Semarang, lulus pada tahun 2003, dan

aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP Negeri 3. Pendidikan kemudian

dilanjutkan di SMA Negeri 3 Semarang. Semasa di SMA, penulis aktif pada

kegiatan PKS (Patroli Keamanan Sekolah) sebagai Kortulat (Kordinator Tugas

dan Latihan) dan Ketua Sie Tugas Jalan. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan

pendidikan di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis

diterima di Departemen Agribisnis sebagai program Mayor (S1), Fakultas

Ekonomi dan Manajemen dan Departemen Agronomi dan Hortikultura sebagai

program keahlian minor.

Selama menjalani pendidikan di perguruan tinggi, penulis aktif dalam

berbagai macam kegiatan. Misalnya aktif pada kepengurusan HIPMA (Himpunan

Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis ) pada tahun 2008 dan sebagai ketua

panitia YES (Young Entrepreneur Seminar) tahun 2008. Selain itu penulis juga

aktif dalam mengikuti kegiatan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yang

diselenggarakan oleh DIKTI antara tahun 2007-2010 sehingga dapat

menghasilkan kurang lebih delapan PKM, dimana empat diantaranya didanai oleh

DIKTI. Penulis juga pernah menjadi Finalis KPKM (Kompetisi Pemikiran Kritis

Mahasiswa) Bidang Kesra tahun 2009 di Surabaya dan menjadi finalis KKTM

(Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa ) Bidang Kesenian pada tahun 2009 di

Yogyakarta. Keseharian penulis selain menjalani pendidikan di kuliah, juga kerap

mengikuti ajang wirausaha mahasiswa diantaranya yang diadakan oleh CDA-IPB

dan Go Entrepreneur oleh Perum Pegadaian. Sampai dengan saat ini, bisnis

memproduksi nugget jamur Bongo-bongo yang dirintis bersama rekan-rekan

masih terus berlanjut dan penulis dipercaya menjadi manajer bahan baku dan

pemasaran. Saat ini penulis juga diberikan kesempatan untuk bergabung bersama

Bank BNI 46 melalui jalur ERP-ODP BNI 46 tahun 2010.

Page 8: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

viii

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karuniaNya

sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Model Usahatani

Terpadu Sayuran Organik-Hewan Ternak (Studi Kasus: Gapoktan Pandan Wangi,

Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)”

ini dengan lancar. Ucapan shalawat serta salam juga ditujukan kepada junjungan

besar Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat. Secara garis besar penelitian

ini bertujuan untuk membantu Gapoktan Pandan Wangi (GPW) dalam

merencanakan pertanian terpadu yang akan diterapkan di Desa Karehkel. Model

yang dibangun dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada gapoktan mengenai aktivitas yang perlu diintegrasikan, jumlah

pengusahaan masing-masing aktivitas, dan alokasi sumberdaya yang optimal

sehingga dapat memaksimumkan keuntungan wilayah.

Namun demikian, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini

masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya saran

dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2010

Firza Maudi

Page 9: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin

menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas

bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada

penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi selaku dosen penguji utama dalam sidang

skripsi penulis yang berkenan memberikan kritik dan saran demi perbaikan

skripsi ini.

3. Eva Yolynda Aviny, SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi

pendidikan dalam sidang skripsi penulis yang berkenan memberikan kritik

dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Ibu Sayekti Handayani sebagai Staf Pengajar Jurusan Peternakan Fakultas

Pertanian Universitas Tadulako, Palu dan Ibu Laeli Komalasari sebagai

Staf Pengajar Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Fakultas Peternakan IPB, atas bimbingan jarak jauh kepada penulis saat

menyusun skripsi ini.

5. Ayah dan Ibu Tercinta, Muktiono dan Hunang Indriarsi, kedua adik Flodi

Medial dan Fahri Mubin, keluarga Pramusti Indrascaryo, keluarga Ngesti

Indriawulan, dan Alifa Fitriani atas cinta, kasih sayang, semangat,

dukungan, motivasi dan doa yang tiada henti-hentinya selama penulis

menempuh pendidikan hingga saat ini.

6. Abah Soleh, Pak Galung, Pak Entis, Pak Asmin, Pak Eman, Pak Yani, Pak

Zulfakar, dan segenap anggota Gapoktan Pandan Wangi atas keramahan

dan dukungan kepada penulis selama melakukan penelitian di Desa

Karehkel.

7. Sahabat-sahabat: Syura, Fani, Gangga, Adam, Mawar, Evy, Faisal, Triana,

Dhia, Dini, Rojak, Achmad, Tita, Sarwanto atas canda, tawa, dan arti

persahabatan yang telah diberikan selama penulis menempuh pendidikan

di IPB

Page 10: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

x

8. Rekan-rekan Agribisnis 43 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, dan

tidak lupa Lutfi, Fiqi IPTP 43, Mbak LI INTP 42 yang telah memberikan

dukungan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

Bogor, Agustus 2010

Firza Maudi

Page 11: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xviii

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 7 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 11 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 11 1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ............................... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 14

2.1. Konteks, Ruang Lingkup, dan Faktor Penting dalam Pembangunan dan Pengembangan Pertanian Terpadu ................. 14

2.2. Dampak Pertanian Terpadu ......................................................... 18 2.3. Pernodelan Pertanian Terpadu ..................................................... 20

III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................... 24

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................... 24 3.1.1. Definisi Pertanian Terpadu ................................................ 24 3.1.2. Pertanian Terpadu Tanaman-Ternak .................................. 25 3.1.3. Konsep Ekonomi Pertanian Terpadu .................................. 27 3.1.4. Konsep Pemecahan Masalah dengan Program Linear ......... 31

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................ 34

IV. METODE PENELITIAN ................................................................ 37

4.1. Lokasi dan Objek Penelitian ....................................................... 37 4.2. Penentuan Responden ................................................................. 37 4.3. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 38 4.4. Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 39

4.4.1. Perancangan Model Linear Usahatani Sayuran Organik Terpadu .................................................. 39 4.4.1.1. Penerapan Model Usahatani Terpadu Sayuran

Organik-Hewan Ternak (MUSOT) ....................... 40 4.4.1.2. Penentuan Aktivitas Fungsi Tujuan ...................... 41 4.4.1.3. Pengukuran Kendala ............................................ 42 4.4.1.4. Model Matematis Usahatani Sayuran

Organik Terpadu .................................................. 43 4.4.1.5. Analisis Sensitivitas ............................................. 47 4.4.1.6. Analisis PascaOptimal ......................................... 48

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................ 49

5.1. Lokasi dan Topografi .................................................................. 49 5.2. Keadaan Iklim ............................................................................ 49

Page 12: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

xii

5.3. Kependudukan ............................................................................ 50 5.4. Aktivitas Usahatani Desa Karehkel ............................................. 54

5.5.1. Usahatani Sayuran Organik ................................................ 54 5.4.1.1. Sejarah Budidaya Sayuran Organik

Desa Karehkel ...................................................... 54 5.4.1.2. Produksi Sayuran Organik dan Potensi

Limbah Sayuran ................................................... 56 5.4.1.3. Gambaran Budidaya Sayuran Organik .................. 57

5.5.2. Usahaternak Domba ........................................................... 59 5.5.3. Usahaternak Kelinci ........................................................... 60 5.5.4. Aktivitas Produksi Pupuk Bokashi danSilase ..................... 61

5.5. Karakteristik Responden .............................................................. 63

VI. ANALISIS KERAGAAN USAHATANI ......................................... 65

6.1. Usahatani Sayuran Organik ......................................................... 65 6.1.1. Penggunaan Lahan dan Pola Tanam

Sayuran Organik ................................................................ 65 6.1.2. Kebutuhan Input Produksi Sayuran Organik ...................... 67 6.1.3. Kebutuhan Tenaga Kerja Sayuran Organik ........................ 69 6.1.4. Produksi Sayuran Organik dan Limbah Sayuran ................ 71

6.2. Usahaternak Domba .................................................................... 76 6.2.1. Kebutuhan Input Produksi Domba ..................................... 76 6.2.2. Kebutuhan Tenaga Kerja Domba ....................................... 77 6.2.3. Produksi Domba ................................................................ 78

6.3. Usahaternak Kelinci .................................................................... 79 6.3.1. Kebutuhan Input Produksi Kelinci ..................................... 79 6.3.2. Kebutuhan Tenaga Kerja Kelinci ....................................... 81 6.3.3. Produksi Kelinci ................................................................ 83

6.4. Aktivitas Produksi Pupuk Bokashi .............................................. 84 6.4.1. Kebutuhan Input Produksi Pupuk Bokashi ......................... 84 6.4.2. Kebutuhan Tenaga Kerja Pupuk Bokashi ........................... 87 6.4.3. Produksi Pupuk Bokashi .................................................... 88

6.5. Aktivitas Produksi Silase ............................................................ 89 6.5.1. Kebutuhan Input Produksi Silase ....................................... 90 6.5.2. Kebutuhan Tenaga Kerja Silase ......................................... 92 6.5.3. Produk Silase ..................................................................... 92

6.6. Ketersediaan Sumberdaya dan Input Pendukung ......................... 93

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 96

7.1. Deskripsi Model Usahatani Sayuran Organik Terpadu ................ 96 7.2. Analisis Model Usahatani sayuran Organik Terpadu ................... 98

7.2.1. Kegiatan Usahatani Sayuran Organik ................................. 98 7.2.1.1. Penggunaan Lahan Usahatani

Sayuran Organik .................................................. 98 7.2.1.2. Ketersediaan dan Penggunaan

Tenaga Kerja Usahatani Sayuran Organik ............ 99 7.2.1.3. Penggunaan Pupuk Organik ................................. 101

Page 13: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

xiii

7.2.1.4. Produk Utama danLimbah Sayuran Organik ........ 101

7.2.2. Kegiatan Usahaternak Domba ............................................ 103 7.2.2.1.Pengusahaan Ternak Domba ................................... 103 7.2.2.2.Ketersediaan dan Penggunaan Tenaga Kerja

Ternak Domba ....................................................... 104 7.2.2.3.Pemenuhan Kebutuhan Pakan Domba .................... 105 7.2.2.4.Produksi Daging dan Limbah Ternak Domba ......... 105

7.2.3. Kegiatan Usahaternak Kelinci ............................................ 105 7.2.3.1. Pengusahaan Indukan Kelinci .............................. 105 7.2.3.2. Kebutuhan dan Penggunaan Tenaga Kerja pada

Usahaternak Kelinci ............................................. 106 7.2.3.3. Pemenuhan Kebutuhan Pakan Kelinci .................. 107 7.2.3.4. Produk Utama dan Limbah Kelinci ...................... 108

7.2.4. Kegiatan Produksi Silase ................................................... 109 7.2.4.1. Jumlah Produksi Silase ........................................ 109 7.2.4.2. Kebutuhan dan Penggunaan Tenaga Kerja ........... 109 7.2.4.3. Pemenuhan Kebutuhan Bahan Baku Hijauan ........ 110 7.2.4.4. Aktivitas Menjual dan Pemanfaatan Silase ........... 110

7.2.5. Kegiatan Produksi Pupuk Bokashi ..................................... 111 7.2.5.1. Jumlah Produksi Pupuk Bokashi ......................... 111 7.2.5.2. Pemenuhan Kebutuhan Bahan Baku

Pupuk Bokashi ...................................................... 111 7.2.5.3. Kebutuhan dan Penggunaan Tenaga Kerja

Produksi Pupuk Bokashi ...................................... 113 7.2.5.4. Aktivitas Menjual Pupuk Bokashi ........................ 113

7.2.6. Status dan Penggunaan Sumberdaya Pendukung ................ 113 7.2.7. Aliran Produk dan Total Keuntungan Model SI dan SII ..... 115

7.2.7.1. Aliran Produk Model SI dan SII ........................... 115 7.2.7.1.1. Aliran Produk Model SI ....................... 115 7.2.7.1.2. Aliran Produk Model SII ...................... 117

7.2.7.2. Perbandingan Total Keuntungan Model SI dan Model SII ...................................................... 120

7.3. Analisis Pasca Optimal ............................................................... 122 7.3.1. Skenario Model Usahatani Sayuran

Organik Terpadu ................................................................ 122 7.3.1.1. Model Skenario I (MS1): Kebijakan

Penggunaan Pupuk Bokashi Sebanyak 30Persen dari Total Kebutuhan Pupuk Organik ................... 124

7.3.1.2. Model Skenario II (MS2): Kebijakan Penggunaan Pupuk Bokashi Sebanyak 50 Persen dari Total Kebutuhan Pupuk Organik ................... 125

7.3.1.3. Model Skenario III (MS3): Kebijakan Penggunaan Pupuk Bokashi Sebanyak 70 Persen dari Total Kebutuhan Pupuk Organik ................... 126

7.3.1.4. Model Skenario IV (MS4): Kebijakan Penggunaan Pupuk Bokashi Sebanyak 100 Persen dari Total Kebutuhan Pupuk Organik ................... 126

Page 14: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

xiv

7.3.1.5. Analisis Kebijakan MS1, MS2, MS3, dan MS4 ..................................................... 128

7.4. Analisis Sensitivitas .................................................................... 129

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 133

8.1. Kesimpulan ................................................................................. 133 8.2. Saran .......................................................................................... 134

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 135

LAMPIRAN ................................................................................................ 143

Page 15: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rata-rata Curah Hujan Selama 12 Tahun Terakhir di Kecamatan Karehkel ..................................................................... 50

2. Data Keragaan Penduduk Desa Karehkel Menurut Mata Pencaharian .............................................................................. 51

3. Data Jumlah Penduduk Tani Menurut Status Petani ........................... 53

4. Klasifikasi dan Tata Guna Lahan pada Kelompok Tani yang Tergabung dalam Gapoktan pandan Wangi ............................... 54

5. Karakteristik Responden Desa Karehkel ............................................ 64

6. Pola Tanam yang Diterapkan Petani Sayuran Organik ....................... 66

7. Kebutuhan Input dan Biaya Produksi di Luar Biaya Pupuk Organik pada Setiap Aktivitas Produksi Sayuran Organik Masing-masing Responden ..................................... 68

8. Kebutuhan Tenaga Kerja pada Setiap Aktivitas Usahatani Sayuran Organik di Musim Kemarau dan Penghujan ........................ 70

9. Penjualan Tiap Jenis Sayuran Organik oleh Enam Petani Sayuran Organik Periode Juli 2009 – Maret 2010 ......... 72

10. Asumsi Permintaan Setiap Jenis Sayuran Organik pada Model Usahatani Sayuran Organik Terpadu ............................. 73

11. Produksi Sayuran dan Limbah Sortasi per Bedengan Berukuran 23,9 m2 pada Musim Penghujan dan Musim Kemarau ........................................................................ 74

12. Perhitungan Harga Jual Limbah Sayuran Organik Berdasarkan Biaya Tenaga Kerja Pemanenan ................................... 75

13. Kebutuhan Tenaga Kerja per Ekor Domba pada Usahaternak Domba dalam Waktu Sebulan ...................................... 77

14. Biaya Produksi Kelinci per Bulan di Desa Karehkel ......................... 80

15. Kebutuhan Tenaga Kerja per Ekor Kelinci pada Setiap Bulan oleh Responden Peternak Kelinci ................................. 81

16. Kebutuhan Bahan Baku dan Biaya Produksi 10 Liter MOL Berbahan Dasar Bodogol Pisang ....................................................... 85

17. Produksi Bokashi Pupuk Kandang di Desa Karehkel dengan Total Penggunaan Bahan Baku Sebanyak 727,5 Kilogram ............................................................... 86

18. Kebutuhan Bahan Baku dan Biaya Per Kilogram Bokashi Pupuk Kandang yang Diproduksi ........................................ 87

Page 16: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

xvi

19. Curahan Tenaga Kerja Pembuatan Bokashi Sebanyak 472,875 Kilogram ............................................................. 88

20. Kebutuhan Input dan Biaya Non Bahan Hijauan untuk Memproduksi Silase dengan Bahan Baku Hijauan sebanyak 100 Kilogram .................................................................... 91

21. Kebutuhan Tenaga Kerja untuk Memproduksi Silase dengan Bahan Baku Hijauan sebanyak 100 Kilogram ....................... 92

22. Total Penyediaan Rumput Per Bulan oleh Peternak di Desa Karehkel .............................................................................. 94

23. Alokasi Lahan Model SI dan Model SII ............................................ 99

24. Jumlah Produksi Sayuran Organik dan Permintaan Setiap Jenis Sayuran Model SI dan Model SII ...................................................... 102

25. Hasil Analisis Optimal Jumlah Pemeliharaan Indukan Kelinci pada Model SI dan Model SII ................................. 106

26. Penerimaan dan Biaya Aktivitas Produksi Pupuk Bokashi Model SI dan Model SII pada Kondisi Optimal ................................ 112

27. Ketersediaan Sumberdaya Pendukung pada Kondisi Optimal Model TSI dan Model SII ................................................................. 114

28. Perbandingan Total Keuntungan Model SI dan Model SII pada Kondisi Optimal ....................................................................... 121

29. Konsekuensi Penerapan Kebijakan Penggunaan Pupuk terhadap Total Keuntungan MS1, MS2, MS3, dan MS4 ................... 128

30. Selang Kepekaan Perubahan Harga pada Fungsi Tujuan pada MS1, MS2, MS3, dan MS4 ..................................................... 130

31. Selang Kepekaan Perubahan Ketersediaan Sumberdaya MS1, MS2, MS3, dan MS4 .............................................................. 132

Page 17: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kombinasi Optimum Dua Produk yang Memberikan Penerimaan Maksimum Tanpa Pasar Produk Antara ........................ 28

2. Kombinasi Optimum Dua Produk yang Memberikan Penerimaan Maksimum dengan Pasar Produk Antara ...................... 30

3. KerangkaPemikiran Operasional ....................................................... 36

4. Aliran Produk Hasil Pemecahan Optimal Model SI ........................... 116

5. Aliran Produk Hasil Pemecahan Optimal Model SII .......................... 118

6. Aliran Produk Hasil Pemecahan Oprimal MS1 .................................... 125

7. Aliran Produk Hasil Pemecahan Optimal Model MS4 ....................... 127

Page 18: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kebutuhan Input Responden Aktivitas Usahatani Caisin pada Bedengan Berkuran 23,9 m2 ........................................... 144

2. Kebutuhan Input Responden Aktivitas Usahatani Kangkung pada Bedengan Berkuran 23,9 m2 ..................................... 144

3. Kebutuhan Input Responden Aktivitas Usahatani Bayam Merah pada Bedengan Berkuran 23,9 m2 ............................... 144

4. Kebutuhan Input Responden Aktivitas Usahatani Bayam Hijau pada Bedengan Berkuran 23,9 m2 ................................. 145

5. Kebutuhan Input Responden Aktivitas Usahatani Selada pada Bedengan Berkuran 23,9 m2 ........................................... 145

6. Potensi Kotoran Ayam di Sekitar Desa Karehkel ............................... 146

7. Kebutuhan Peralatan, Tenaga Kerja, Biaya Bahan Baku, dan Proporsi Bahan Baku Pupuk Bokashi oleh Responden ................ 147

8. Perhitungan HPP Pupuk Bokashi ....................................................... 149

9. Kebutuhan Peralatan, Tenaga Kerja, Biaya Bahan Baku, dan Proporsi Bahan Baku Silase yang Berbahan Dasar 100 kg Hijauan ........................................................ 150

10. Perhitungan HPP Silase ..................................................................... 151

11. Model SI ........................................................................................... 152

12. Output Model SI ................................................................................ 154

13. Model SII .......................................................................................... 159

14. Output Model SII .............................................................................. 161

15. Model Skenario MS1 ......................................................................... 165

16. Output Model Skenario MS1 ............................................................. 167

17. Model Skenario MS2 ......................................................................... 171

18. Output Model Skenario MS2 ............................................................. 173

19. Model Skenario MS3 .......................................................................... 177

20. Output Model Skenario MS3 ............................................................. 179

21. Model Skenario MS4 ......................................................................... 183

22. Output Model Skenario MS4 ............................................................. 185

23. Keterangan Kendala Model ............................................................... 189

24. Kenaikan Harga Sayuran Organik MS1 ............................................. 191

25. Kenaikan Harga Sayuran Organik MS2 ............................................. 192

Page 19: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

xix

26. Kenaikan Harga Sayuran Organik MS3 .............................................. 193

27. Kenaikan Harga Sayuran Organik MS4 ............................................. 194

28. Dokumentasi ..................................................................................... 195

Page 20: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini sudah mengalami penurunan

menjadi 1,3 persen namun pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif besar

yakni sekitar 3-4 juta jiwa per tahun1. Kondisi tersebut akan secara langsung

berdampak pada peningkatan kebutuhan pangan. Minami (1996) mengutarakan

bahwa peningkatan jumlah penduduk akan mendorong pengelolaan lahan

pertanian secara intensif sehingga akan meningkatkan kerusakan lingkungan.

Oleh karena itu pengelolaan pertanian secara berkelanjutan menjadi sangat

penting untuk menjaga kelestarian kegiatan pertanian dan menjaga kestabilan

produksi pertanian. Pentingnya pengelolaan pertanian secara berkelanjutan juga

disebabkan karena adanya keterbatasan lahan pertanian. Adanya tren penurunan

luasan lahan garapan dan kepemilikan lahan pertanian menjadi permasalahan bagi

keberlanjutan usahatani dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh petani.

Permasalahan tersebut dapat diatasi salah satunya dengan melakukan beberapa

aktivitas usahatani secara bersama pada lahan yang dimiliki. Sistem pertanian

berkelanjutan yang melibatkan berbagai aktivitas usaha disebut sebagai sistem

pertanian terpadu (Tampubolon 1997; Behera et al. 2008).

Pertanian terpadu adalah sebagai salah satu upaya dalam mengembangkan

pola usahatani di suatu daerah sesuai dengan potensi daerahnya. Komoditi

unggulan yang menjadi potensi utama di suatu daerah didukung oleh usaha

komoditi lain sebagai penunjang (Noor 1996). Sistem pertanian terpadu

sebenarnya bukanlah suatu teknologi baru karena kebiasaan bertani dan beternak

dalam satu rumah tangga sudah lama mengakar pada budaya pertanian di

Indonesia. Penyelenggaraan pertanian terpadu pada hakikatnya merupakan inovasi

terhadap sistem pengelolaan teknologi tanpa mengubah teknologi yang sudah ada

namun dapat memperbaiki pendapatan petani dan meningkatkan efisiensi

usahatani (Djajanegara et al. 2005; Haryani 2009).

1 Pertmumbuhan Penduduk Indonesia Masih Besar. http://www.bkkbn.go.id/Webs/DetailBerita.php?MyID=881 [April 2010]

Page 21: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

2

Keberhasilan dan kegagalan suatu inovasi teknologi dapat disebabkan oleh

berbagai faktor diantaranya kesesuaian antara ukuran usahatani petani dengan

kebutuhan ukuran usaha teknologi, sumber informasi teknologi, ketersediaan

sumberdaya lahan, modal, tenaga kerja, keterampilan teknis dan manajemen

petani, serta ketersediaan pasar input maupun pasar output setelah inovasi

diterapkan (Rogers 1962; Soekartawi 1988). Adanya kesesuaian antara tingkat

kerumitan inovasi dengan keahlian petani, tingkat kemudahan akses sumber

informasi inovasi, dapat menjadi salah satu pendukung sebuah inovasi lebih cepat

dan dapat diadopsi oleh petani (Kurnia 2000). Pertanian terpadu yang dirancang

sebaiknya disesuaikan dengan sumberdaya petani karena setiap skala

pengembangan dan pembangunan pertanian terpadu memerlukan pengetahuan dan

kemampuan manajemen yang berbeda (Minami 1996; Russelle 2007; Rosyid

1990). Ruang lingkup pengembangan dan pembangunan pertanian terpadu dapat

dilakukan dalam berbagai skala baik pada skala rumah tangga petani maupun pada

skala regional.

Keputusan petani untuk mengadopsi teknologi pertanian terpadu juga

sangat ditentukan oleh adanya informasi teknis dan informasi ekonomi mengenai

potensi keuntungan dari penerapan pertanian terpadu (Panggabean 1982).

Kegagalan petani dalam memanfaatkan teknologi akan berdampak pada

kegagalan produksi sehingga petani harus disiapkan sedini mungkin untuk

mengelola teknologi tersebut. Tidak semua petani yang mengusahakan tanaman

dan ternak secara bersamaan menerapkan pertanian terpadu karena terkadang

pengelolaan kedua aktivitas tersebut masih dilakukan secara terpisah. Oleh karena

itu penerapan pertanian terpadu pada skala rumah tangga petani seringkali

mengalami kendala akibat kemampuan manajemen usahatani yang rendah dalam

mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki. Akibatnya petani tidak dapat

memperoleh keuntungan yasng optimal dari beragam aktivitas usahatani yang

dilakukannya.

Pertanian terpadu yang diterapkan pada skala wilayah atau regional akan

melibatkan berbagai macam aktivitas usahatani dengan pola pengusahaan yang

berbeda-beda. Adanya pengembangan pertanian terpadu pada skala wilayah

mampu menyatukan sumberdaya yang dimiliki petani di daerah tersebut sehingga

Page 22: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

3

permasalahan keterbatasan sumberdaya di tingkat petani dapat teratasi. Pola

pertanian di Indonesia pada suatu daerah yang seringkali terdiri dari sub-sub

daerah yang mengembangkan pertanian monokultur dengan jenis komoditas yang

berbeda-beda. Kondisi tersebut sangat memungkinkan untuk membangun sentra-

sentra produksi komoditas tertentu di sub-sub daerah tersebut dengan skala

ekonomi yang lebih besar. Apabila kegiatan usahatani pada sub-sub daerah dapat

menunjang satu sama lainnya maka akan sangat memungkinkan untuk

membangun sistem pertanian terpadu pada skala regional.

Adanya kompleksitas hubungan antara aktivitas usahatani yang dipadukan

dapat menjadi kendala dalam proses adopsi sistem pengelolaan usahatani secara

terpadu. Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan usahatani

terpadu pada skala rumah tangga maunpun pada skala regional antara lain tingkat

produksi produk utama, tingkat produksi dan daya dukung limbah dalam

hubungan sinergis antar aktivitas usaha, ukuran usahatani, kapasitas teknologi

(peralatan yang telah dimiliki petani), ketersediaan tenaga kerja, fluktuasi

produksi terkait musim, fluktuasi harga pasar, dan sikap petani dalam

menghadapai risiko (Minami 1996; Russelle 2007). Selain itu, pertanian terpadu

pada skala wilayah perlu ditunjang oleh ketepatan media yang digunakan untuk

difusi teknologi sistem pertanian terpadu. Keberadaan kelompok tani (poktan)

atau gabungan kelompok tani (gapoktan) merupakan media yang cocok untuk

pengembangan pertanian karena memiliki peran yang sangat besar dalam

memfasilitasi transfer teknologi, media pelatihan, meningkatkan efisiensi

produksi, meningkatkan skala ekonomi, dan meningkatkan efisiensi pemasaran

(Hong 1993; Wang 1993).

Pengelolaan usahatani terpadu di Indonesia dapat dicirikan oleh usaha

yang saling mengisi antara pertanian tanaman pangan dengan peternakan di

bawah satu pengelolaan rumah tangga petani (Sastrodihardjo et al., 1982).

Pertanian terpadu antara tanaman dengan ternak mengacu pada satu kombinasi

atau lebih hewan dengan tanaman dan ikan yang memiliki fungsi yang berbeda-

beda namun memiliki sifat yang komplementer. Output dari salah satu kegiatan

menjadi input bagi kegiatan lain sehingga kedudukan sebuah output produksi

tidak selalu menjadi produk akhir namun dapat menjadi bahan baku bagi kegiatan

Page 23: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

4

usahatani lainnya atau disebut sebagai produk antara (intermediate product).

Hubungan sinergis antara aktivitas yang diintegrasikan dapat menghasilkan total

output yang lebih banyak daripada output setiap kegiatan tersebut secara

individual (Devendra 1993; Behera et al. 2008).

Pemanfaatan limbah tanaman yang dihasilkan dapat menjadi solusi dalam

mengatasi kekurangan pakan hijauan lapang pada musim kemarau. Limbah

tanaman dapat dikatakan sebagai sumber pakan yang bersifat underexploited atau

masih belum termanfaatkan secara optimal. Limbah tanaman tersebut dapat didaur

ulang secara alami sehingga dapat menghasilkan produk ternak yang bernilai

tinggi. Di sisi lain, keberadaan hewan ternak tidak hanya sebagai penghasil bahan

pangan namun juga berfungsi sebagai tenaga kerja dan penghasil limbah yang

dapat digunakan sebagai pupuk bagi tanaman. Pengelolaan usahatani terpadu

tersebut memiliki banyak manfaat antara lain diversifikasi dalam penggunaan

sumberdaya, meningkatkan efisiensi penggunaan input, mengoptimalkan

penggunaan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan

produksi, meningkatkan produktivitas, penghematan biaya produksi, mengurangi

risiko, serta mengurangi ketergantungan dengan input yang berasal dari luar

sistem (Sastrodihardjo et al. 1982; Devendra 1993; Kokubun 1998; Kariyasa dan

Pasandaran 2005).

Adanya berbagai manfaat penerapan pertanian terpadu dalam melestarikan

lingkungan, mengoptimalkan penggunaan sumberdaya yang dimiliki petani, dan

meningkatkan pendapatan petani melatarbelakangi banyaknya program pertanian

terpadu yang dicanangkan di Indonesia. Pengembangan pertanian terpadu di

Indonesia sebenarnya telah dilakukan sejak tahun 1980 oleh Badan Litbang

Pertanian misalnya melalui Crop- Livestock system, SUT (Sistem Usahatani

Terpadu) Sapi dan Padi, dan sistem integrasi kelapa sawit dan sapi di daerah

perkebunan (Kusnadi 2008). Tingginya tingkat pengeluaran (konsumsi) penduduk

Indonesia terhadap tanaman pangan khususnya padi dan palawija (36,25 persen)2

melatarbelakangi sebagian besar program pertanian terpadu di Indonesia

senantiasa melibatkan tanaman pangan sehingga kebutuhan pangan penduduk

dapat tercukupi. Program pertanian terpadu yang sudah dilaksanakan pemerintah 2 Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang Indonesia

1999, 2002-2009. http://www.bps.go.id [Agustus 2010]

Page 24: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

5

misalnya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Ternak atau yang biasa disebut SISKA

yang banyak dikembangkan di sentra-sentra kelapa sawit di Kalimantan (Paggasa

2008), pengusahaan tanaman karet terpadu dengan tanaman pangan-ternak di

daerah transmigrasi Batumarta,Sumatera Selatan (Rosyid 1990), integrasi kakao-

padi-ternak (domba dan sapi) di Provinsi Sulawesi Tengah (Handayani 2009), dan

integrasi ternak domba pada sentra produksi lada di Sulawesi Tenggara (Sahara et

al. 2004). Provinsi Banten juga berencana akan mengembangkan pertanian

terpadu antara ternak sapi, aktivitas produksi pupuk, biogas, dan usahatani padi

(Hamdani 2008).

Pelaksanaan program pertanian terpadu tersebut tidak terlepas dari adanya

kegagalan. Misalnya adalah pada program integrasi tanaman-ternak di Kabupaten

Parigi Moutong dan Kabupaten Donggala yang dicanangkan tahun 2004. Saat ini

paket teknologi integrasi tanaman-ternak di kedua lokasi tersebut sudah tidak

ditemui lagi. Penyebabnya adalah pada produksi bahan baku pakan yakni kulit

buah kakao yang sangat rendah akibat terserang hama dan sulitnya memperoleh

probiotik untuk pembuatan pakan ternak (Handayani 2009). Di sisi lain,

keberhasilan pengembangan dan pembangunan pertanian terpadu dapat dilihat

pada integrasi tanaman lada dengan domba di Desa Mowila dan Lakomea,

Kendari, Sulawesi Selatan yang ditunjukkan dengan masih diterapkannya

teknologi terpadu sampai dengan saat ini. Daya tarik bagi petani untuk

menerapkan pertanian terpadu lada-domba adalah potensi keuntungannya.

Apabila dibandingkan, sistem budidaya terintegrasi mampu menghasilkan

keuntungan sampai 341,85 persen lebih tinggi daripada usahatani lada monokultur

(Sahara et al. 2004).

Selain pengembangan pertanian terpadu antara tanaman pangan-hewan

ternak, pemerintah melalui Dirjen Hortikultura juga menetapkan pengembangan

agribisnis hortikultura terpadu yang didalamnya mencakup pengembangan

integrasi antara sayuran dan ternak3. Pengembangan program hortikultra terpadu

tersebut akan diarahkan pada pola zero waste agriculture sehingga setiap kotoran

ternak yang dihasilkan dapat dimanfaatakan sebagai pupuk organik dalam

budidaya tanaman sedangkan limbah tanaman dapat dimanfaatakan sebagai pakan 3 Hortikultura Terpadu Melalui CF-SKR (Counterpart Fund – Second Kennedy Round) dan “Zero Waste Agriculture”. http://www.hortikultura.go.id/ [Agustus 2010]

Page 25: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

6

ternak. Melalui usahatani hortikultura terpadu tersebut diharapkan agar aktivitas

usahatani tidak terus menerus menghasilkan limbah (waste biomass) yang

mencemari lingkungan4.

Pengembangan usahatani hortikultura terpadu dengan pola zero waste

agriculture sangat identik dengan pengembangan hortikultura secara organik.

Pertanian organik yang memadukan tanaman dengan hewan ternak dapat menjadi

salah satu upaya untuk menghilangkan ketergantungan terhadap input yang

berasal dari luar sistem. Semakin meningkatnya harga pupuk kimia dan pakan

ternak menyebabkan pengusahaan tanaman hortikultura secara organik yang

dipadukan dengan hewan ternak dapat menghasilkan penghematan sehingga

pendapatan atau keuntungan petani akan meningkat (Abadilla 1982).

Program pengembangan agribisnis hortikultura terpadu tersebut didukung

dengan adanya kebijakan pemantapan maupun pengembangan sentra-sentra

produksi hortikultura baru5 serta melalui Program Pengembangan Kawasan

Hortikultura Organik yang akan diimplementasikan dengan pengembangan pilot

project di berbagai provinsi di Indonesia. Sasaran dan pelaksana Program

Pengembangan Kawasan Hortikultura Organik tersebut adalah petani, salah

satunya adalah petani sayuran organik, yang tergabung dalam gapoktan. Salah

satu provinsi yang akan dijadikan pilot project adalah Provinsi Jawa Barat (Dirjen

Hortikultura 2010).

Pengembangan usahatani sayuran organik terpadu di suatu wilayah, yang

melibatkan gapoktan, dapat menjadi salah satu peluang untuk meningkatkan

pendapatan petani. Hal ini didasari oleh adanya tren penawaran dan permintaan

sayuran organik semakin meningkat. Adanya program Deptan (2009) Go

Organic 2010 juga memacu perkembangan usahatani sayuran organik di

Indonesia. Menurut survey FiBL (2008), Indonesia memiliki 41 ribu hektar lahan

organik yang dikelola sekitar 23 ribu petani dengan volume penjualan mencapai

US $200 juta (Prawoto 2008). Produksi produk organik di Indonesia diperkirakan

tumbuh kurang lebih 10% per tahun6. Harga sayuran organik setiap kilogramnya

4 Loc.cit 5 Strategi dan Kebijakan Dirjen Hortikultura 2010-2014. http://agribisnis.hortikultura.go.id/ [Agustus 2010] 6 http://www.pasartani.com/file/BeritaDetail.asp?ID=29 [Agustus 2010]

Page 26: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

7

dapat mencapai 2-4 kali lipat dibandingkan dengan sayuran non organik

(Rahmayanti 2008). Harga sayuran organik yang cukup tinggi dapat menjadi salah

satu daya tarik bagi petani sayuran non organik untuk beralih menjadi petani

sayuran organik.

Adanya rencana penerapan usahatani terpadi sayuran organik-hewan

ternak di suatu wilayah tentu saja memerlukan perencanaan secara matang.

Apalagi keberadaan usahatani terpadu antara sayuran organik dan hewan ternak

masih belum banyak diterapkan di Indonesia. Pemilihan jenis sayuran dan jenis

hewan ternak harus dilakukan secara tepat agar pola hubungan sinergis yang

dibangun dalam sistem usahatani terpadu dapat terlaksana. Selain itu sangat

penting untuk mengantisipasi adanya potensi kegagalan yang mungkin terjadi dari

penerapan pertanian terpadu tersebut. Berdasarkan uraian sebelumya, dapat

dikatakan bahwasanya pembangunan dan pengembangunan usahatani terpadu di

suatu lokasi sangat perlu untuk memperhatikan daya tarik ekonomi (keuntungan)

dari program pertanian terpadu serta kesesuaian sumberdaya modal, tenaga kerja,

lahan, dan kemampuan manajerial petani dalam mengelola pertanian secara

terpadu. Apabila rencana usahatani terpadu yang ditetapkan kurang tepat maka

dapat merugikan petani.

Adanya faktor ekonomi dan kesesuaian ketersediaan sumberdaya petani

yang menjadi faktor penentu keberhasilan program pertanian terpadu,

melatarbelakangi pentingnya analisis secara ekonomi terhadap rencana penerapan

usahatani terpadu antara sayuran organik dengan hewan ternak di suatu daerah.

Perencanaan dan analisis terhadap faktor ekonomi dapat dilakukan melalui

pendekatan perancangan model pertanian terpadu sayuran organik-hewan ternak

yang tentu saja perlu memperhatikan ketersediaan sumberdaya di daerah tersebut.

Dengan demikian, model yang dirancang dapat memaksimumkan total

keuntungan aktivitas-aktivitas yang diinttegrasikan dalam keterbatasan

sumberdaya yang tersedia.

1.2 Perumusan Masalah

Desa Karehkel merupakan salah satu lokasi yang akan membangun

pertanian terpadu antara sayuran organik dengan hewan ternak pada skala

wilayah. Sayuran organik di Desa Karehkel merupakan komoditas unggulan yang

Page 27: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

8

terdiri dari jenis selada, kangkung, caisin, bayam hijau, dan bayam merah.

Aktivitas budidaya sayuran organik di Desa Karehkel adalah salah satu yang

terbaik pada tingkat petani di Kabupaten Bogor. Produksi sayuran organik rata-

rata per bulannya dapat mencapai 1,68 ton (ICDF 2010). Keberadaan hewan

ternak di Desa Karehkel sebagian besar terdiri dari domba (624 ekor) dan kelinci

(421 ekor) (Gapoktan Pandan Wangi 2009; Kantor Desa Karehkel 2010).

Rencana penerapan pertanian terpadu tersebut diinisiasi oleh Gapoktan

Pandan Wangi (GPW) yang berlokasi di Desa Karehkel. Setiap jenis aktivitas

yang akan diintegrasikan merupakan suatu kelompok-kelompok terpisah sehingga

memiliki kegiatan produksi secara spesifik. Aktivitas produksi yang spesifik di

suatu kelompok tani diharapkan dapat meningkatkan skala ekonomi sehingga

dapat meningkatkan jumlah produksi. Rencana penerapan usahatani terpadu

sayuran organik-hewan ternak di Desa Karehkel ditujukan untuk mengoptimalkan

pemanfaatan limbah sayuran organik dan ternak. Potensi limbah sayuran, kotoran

domba, kotoran kelinci, dan urin kelinci yang belum dimanfaatkan setiap

bulannya masing-masing dapat mencapai 1,4 ton; 28,7 ton; 5 ton; dan 1279,84

liter. Adanya pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk organik dan pemanfaatan

limbah sayur sebagai pakan ternak akan dapat menghemat biaya pakan ternak dan

biaya pupuk sehingga keuntungan aktivitas yang diintegrasikan akan meningkat.

Pemanfaatan limbah ternak maupun limbah sayuran organik memerlukan

dukungan aktivitas penunjang berupa unit pengolah limbah . Hal ini disebabkan

karena limbah-limbah yang dihasilkan tidak dapat digunakan secara langsung bagi

aktivitas usahatani sayuran organik dan hewan ternak. Kotoran ternak

memerlukan penanganan secara khusus karena apabila digunakan secara langsung

akan berdampak kurang baik bagi tanaman. Karakter limbah sayuran organik yang

tidak tahan lama untuk disimpan juga menjadi kendala tersendiri dalam

pemanfaatannya sebagai pakan ternak. Oleh karena itu diperlukan penanganan

limbah ternak dan limbah sayur agar dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak

dengan nilai nutrisi yang baik dan memiliki daya simpan yang lebih lama.

Fasilitas yang dapat menunjang penanganan limbah tanaman dan ternak di Desa

Karehkel adalah unit produksi kompos dan silase.

Page 28: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

9

Upaya penerapan pertanian terpadu sayuran organik dan hewan ternak di

Desa Karehkel dihadapkan pada berbagai kendala. Kendala yang dimaksud antara

lain lahan, tenaga kerja, dan ketersediaan input produksi misalnya pupuk organik

dan pakan ternak. Rata-rata kepemilikan lahan pertanian masing-masing petani di

Desa Karehkel adalah sebesar 0,18 Ha (Hendayana 2010). Untuk petani sayuran

organik, rata-rata luasan lahan garapan aktual hanya mencapai 645,3 m2 atau

setara dengan 0,065 hektar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwasanya rata-

rata petani sayura organik di Desa Karehkel adalah sebagai petani gurem.

Keberadaan lahan dalam aktivitas usahatani di Desa Karehkel merupakan salah

satu kendala untuk meningkatkan produksi maupun pendapatan petani sehingga

setiap petani sayuran organik selalu menanam berbagai jenis sayuran di lahan

yang dimilikinya.

Saat ini aktivitas usahatani sayuran organik yang terpusat pada Poktan

Sugih Tani sangat bergantung pada pasokan pupuk kotoran ayam dari luar desa.

Adanya ketergantungan tersebut seringkali menyebabkan permasalahan tersendiri

bagi aktivitas budidaya sayuran organik. Meskipun pasokan kotoran ayam selalu

ada namun terkadang pengiriman pupuk kotoran ayam tersebut tidak tepat waktu.

Akibatnya kegiatan pemupukan terlambat sehingga berdampak langsung pada

produksi sayuran organik yang tidak maksimal.

Cukup banyaknya populasi ternak ruminansia di Desa Karehkel

menyebabkan adanya pola hubungan yang kompetitif antar hewan ternak yang

diusahakan yakni dalam hal pemenuhan kebutuhan pakan. Kebutuhan pakan bagi

hewan ternak di Desa Karehkel, terutama dipenuhi dengan hijauan lapang, baik

dalam bentuk rumput maupun dedaunan. Pada musim kemarau, peternak

mengalami kesulitan dalam mencari pakan hijauan lapang sehingga seringkali

peternak perlu mencarinya di daerah yang cukup jauh. Pada musim kemarau,

peternak kelinci memberikan dedak kepada kelinci yang dipelihara dalam jumlah

yang relatif lebih banyak daripada musim penghujan. Akibatnya biaya pakan

kelinci akan cenderung meningkat pada musim kemarau. Selain itu, produksi urin

kelinci jugaakan menurun apabila diberikan dedak dalam jumlah yang cukup

banyak sehingga penerimaan dari penjualan urin kelinci akan menurun. Adanya

pemanfaatan limbah sayuran sebagai pakan ternak dalam bentuk silase diharapkan

Page 29: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

10

dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut sehingga

aktivitas memproduksi silase memegang peranan yang cukup penting dalam

memenuhi kebutuhan pakan ternak selain dari hijauan lapang.

Ketersediaan tenaga kerja yang dimiliki setiap rumah tangga petani

maupun peternak juga sangat terbatas. Oleh karena itu, ketersediaan tenaga kerja

dalam bidang pertanian juga menjadi salah satu kendala dalam upaya

peningkatan jumlah pengusahaan masing-masing aktivitas usahatani. Rata-rata

tenaga kerja dalam rumah tangga petani di Desa Karehkel hanya terdiri dari satu

orang laki-laki dewasa dan satu orang wanita dewasa. Sebagian besar anggota

keluarga lainnya bermata pencaharian di luar usahatani dan sebagian lainnya

menempuh pendidikan sekolah. Data Profil Desa Karehkel (2009) menunjukkan

bahwa hanya 10 persen penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani.

Sebanyak 1,8 persen diantara petani tersebut berstatus sebagai buruh tani.

Sebagian besar penduduk Desa Karehkel (90 persen) lebih tertarik untuk bekerja

di luar aktivitas pertanian.

Adanya berbagai kendala tersebut menyebabkan rancangan model

usahatani terpadu sayuran organik-hewan ternak (MUSOT) yang dibangun di

Desa Karehkel perlu dirancang secara tepat. Artinya model yang dibangun harus

memperhatikan keberadaan berbagai kendala dalam setiap aktivitas usahatani

yang akan diintegrasikan. Perancangan MUSOT dilakukan agar dapat membantu

GPW untuk merencanakan pertanian terpadu di Desa Karehkel sehingga dapat

memaksimumkan total keuntungan wilayah sesuai dengan sumberdaya yang

tersedia. Perancangan model yang kurang tepat dapat berdampak negatif terhadap

aktivitas-aktivitas yang diintegrasikan sehingga akan merugikan petani. Oleh

karena itu, berdasarkan MUSOT yang dirancang dalam penelitian ini diharapkan

dapat menjawab berbagai permasalahan sebagai berikut:

1) Apakah pertanian terpadu pada skala wilayah dapat diterapkan di Desa

Karehkel?

2) Kegiatan usahatani apakah yang sebaiknya diintegrasikan sehingga dapat

memaksimumkan total keuntungan wilayah?

3) Bagaimanakah dampak penerapan pertanian terpadu terhadap pemanfaatan

produk antara di dalam desa serta total keuntungan wilayah yang

Page 30: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

11

dihasilkan jika dibandingkan dengan pelaksanaan setiap aktivitas usahatani

secara tidak terintegrasi?

1.3 Tujuan Penelitian

Perancangan MUSOT dalam penelitian ini diharapkan dapat menjawab

berbagai permasalahan di atas. Oleh karena perancangan MUSOT di Desa

Karehkel bertujuan untuk :

1) Menganalisis kemungkinan penerapan pertanian terpadu pada skala

wilayah di Desa Karehkel.

2) Menganalisis kegiatan usahatani yang sebaiknya diintegrasikan sehingga

dapat memaksimumkan total keuntungan wilayah.

3) Mengkaji dampak penerapan pertanian terpadu terhadap pemanfaatan

produk antara di dalam desa dan total keuntungan wilayah yang dapat

dicapai jika dibandingkan dengan pelaksanaan setiap aktivitas usahatani

secara tidak terintegrasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dijadikan

masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan dalam pembangunan pertanian

terpadu di Desa Karehkel. Secara rinci penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat antara lain:

1) Pemerintah Kabupaten Bogor, sebagai masukan dalam penentuan

kebijakan pengembangan pertanian Desa Karehkel di masa mendatang

serta memberikan informasi mengenai potensi desa dalam penerapan

pertanian terpadu.

2) Akademisi dan peneliti, sebagai bahan rujukan untuk penelitian serupa

atau pengembangan penelitian yang sudah dilaksanakan.

3) Perusahaan swasta, sebagai media informasi mengenai potensi Desa

Karehkel dalam memproduksi sayuran organik, hewan ternak (kelinci dan

kambing) serta pupuk organik sehingga dapat menunjang dalam

pengembangan pasar-pasar produk pertanian.

Page 31: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

12

4) Gapoktan Pandan Wangi, sebagai saran dalam rencana penerapan

pertanian terpadu di Desa Karehkel sehingga sumberdaya yang tersedia

dapat dialokasikan secara optimal.

5) Penulis, untuk memberikan wawasan, pengalaman, dan informasi baru

tentang pengelolaan pertanian secara terpadu, serta sebagai media

penerapan ilmu dan peningkatan pemahaman yang diperoleh selama masa

kuliah.

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Gapoktan Pandan Wangi (GPW) yang

berlokasi di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi

Jawa Barat. Objek penelitian ini antara lain petani sayuran organik, peternak, dan

aktivitas penunjang yang menangani limbah usahatani maupun usahaternak. Jenis

sayuran organik dalam penelitian ini dibatasi pada jenis selada, kangkung, caisin,

bayam merah, dan bayam hijau karena pengusahaan sayuran organik di Desa

Karehkel hanya dilakukan pada kelima jenis sayuran tersebut. Aktivitas ternak

ditentukan berdasarkan jenis ternak yang sangat potensial untuk memanfaatkan

limbah sayuran organik dan mampu menghasilkan limbah ternak yang dapat

digunakan bagi usahatani tanaman. Oleh karena itu hewan ternak yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah domba dan kelinci.

Keberadaan aktivitas penanganan limbah usahatani di Desa Karehkel

dibatasi pada aktivitas produksi pupuk bokashi dan aktivitas produksi silase.Pada

kondisi aktual, GPW telah mengetahui teknologi pembuatan pupuk bokashi dan

saat ini sedang dalam tahap pengembangan produksi dan komersialisasi. Berbeda

halnya pada aktivitas silase, dimana teknologi silase di Desa Karehkel belum

diketahui oleh GPW. Adanya silase dalam penelitian ini ditujukan sebagai salah

satu upaya pengelolaan dan penangan limbah sayuran sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai pakan ternak dengan umur simpan yang relatif lama.

Model yang dibangun pada penelitian ini tidak memiliki dimensi waktu

sehingga waktu produksi masing-masing aktivitas diabaikan. Pada kondisi aktual

produksi sayuran dan limbah sayuran organik dapat dipengaruhi oleh musim dan

penggunaan input yang berbeda. Model integrasi yang dibangun

menyederhanakan kondisi tersebut dimana diasumsikan sayuran diproduksi pada

Page 32: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

13

musim kemarau dan tidak adanya dampak perubahan produksi karena penggunaan

input yang berbeda. Begitu juga halnya pada usahaternak, seringkali penggunaan

pakan yang berbeda akan secara langsung berdampak pada perbedaan produksi

ternak. Model ini pun menyederhanakan kondisi aktual tersebut dimana

penggunaan input yang berbeda diasumsikan tidak berdampak pada perubahan

produksi ternak.

Pada model yang dirancang, kendala yang dimasukkan dalam model antara

lain sumberdaya tenaga kerja, lahan, dan berbagai sumberdaya pendukung

misalnya ketersediaan produk antara yang mendukung aktivitas usahatani terpadu.

Tidak dimasukkannya kendala modal dalam penelitian ini merupakan salah satu

keterbatasan dari penelitian ini. Model yang dibangun ditujukan untuk

memberikan informasi mengenai alokasi optimal sumberdaya tenaga kerja dalam

keluarga, sumberdaya lahan, sumberdaya pendukung misalnya ketersediaan

tenaga kerja sewa, ketersediaan rumput lapang, ketersediaan bahan baku hijauan

silase, ketersediaan pupuk kotoran ayam serta memberikan informasi mengenai

jumlah pengusahaan optimal masing-masing aktivitas kelompok tani sehingga

dapat memaksimumkan total keuntungan.

Page 33: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konteks, Ruang Lingkup, dan Faktor-faktor Penting dalam Pembangunan dan Pengembangan Pertanian Terpadu

Pembangunan dan pengembangan pertanian terpadu di suatu daerah

memiliki makna yang berbeda. Pembangunan pertanian terpadu diidentikan

dengan aktivitas memulai sebuah pertanian terpadu dimana sebelumnya sama

sekali masih belum ada pertanian terpadu di lokasi tersebut. Pada aktivitas

pengembangan pertanian terpadu lebih ditekankan pada pembenahan pola

pengusahaan atau penambahan aktivitas produksi pada pertanian terpadu yang

telah diterapkan .

Pengelolaan kebun kelapa sawit plasma merupakan salah satu contoh

pengelolaan pertanian terpadu secara vertikal. Perkebunan kelapa sawit plasma

melibatkan perkebunan rakyat dimana pengembangannya diintegrasikan ke

perkebunan besar swasta nasional maupun negeri yang berfungsi sebagai unit

pengolahan sawit sekaligus pemasaran produk olahan kelapa sawit (CPO). Model

pengembangan pertanian terpadu terbaik yang diperoleh adalah dengan

pemberdayaan kelompok tani, pemerintah daerah, dan LSM sehingga sehingga

dapat dikatakan bahwa model integrasi terbaik dibangun pada skala wilayah

(Wigena 2009). Model Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan

Perkebunan PIR-TRANS PTPN V Provinsi Riau yang dibangun oleh Wigena

(2009) dapat menunjukkan bahwa harga produk, tingkat produksi, serta ruang

lingkup pengembangan integrasi vertikal memegang peranan penting dalam

kesuksesan model integrasi vertikal ini.

Program pembanguan pertanian terpadu secara vertikal juga cukup banyak

yang dilakukan pemerintah. Pertanian terpadu secara vertikal biasanya dilakukan

pada skala wilayah karena melibatkan berbagai pihak yang memiliki fungsi

berbeda. Dirjen Hortikultura pada tahun 2009 berencana mengembangkan 16

kawasan terpadu yang tersebar di seluruh Indonesia7. Daerah-daerah yang akan

dikembangkan antara lain kawasan hortikultura mangga di kawasan Cirebon,

Indramayu, Majalengka, Probolinggo, Pasuruan, Situbondo, Bondowoso; bawang

7 Pemerintah Dorong Kawasan Hortikultura Terpadu. www.hortikultura.deptan.go.id [April, 2010]

Page 34: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

15

merah di Brebes, Cirebon, Kuningan; jamur di Karawang dan Subang; cabai

Ciamis dan Tasikmalaya; manggis di Purwakarta, Subang, Tasikmalaya dan

Bogor; melon di Pekalongan, Karanganyar, Sragen; temulawak di Semarang;

salak di(11) Sleman, Banjarnegara, Magelang; nanas di Kuburaya, Pontianak

(Kalimantan barat); kentang di Modoinding; kawasan tanaman hias daun potong

di Magelang, Semarang, Wonosobo dan Boyolali, tanaman taman di Sumatera

Barat (Padang, Padang Panjang, Bukittinggi), Riau (Pekanbaru) dan Kepulauan

Riau, Batam dan Bintan; bunga dan daun potong di Jawa Barat (Bandung,

Bandung Barat, Cianjur dan Sukabumi, Anggrek, bunga dan daun potong di

Jabodetabek dan Bunga Potong di Tomohon (Sulawesi Utara). Pengembangan

kawasan pertanian terpadu tersebut akan melibatkan aktivitas pasca panen, sortasi,

pengemasan, dan pengembangan rantai pasokan sampai dengan ke konsumen.

Berbeda halnya pada pertanian terpadu secara horisontal dimana dapat

dibangun atau dikembangan pada skala terkecil yakni rumah tangga petani.

Pertanian terpadu secara horisontal ditunjukkan dengan diversifikasi usaha yang

dikelola secara bersama dengan adanya hubungan sinergis antara aktivitas yang

dipadukan. Penerapan pertanian terpadu di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa

memiliki corak pengusahaan yang berbeda. Meskipun sebagian besar aktivitas

yang diusahakan dipadukan secara horizontal namum sebagian besar usahatani

terpadu di Pulau Jawa mayoritas ditunjukkan dengan integrasi antara tanaman

pangan maupun hortikultura dengan hewan ternak .

Misalnya adalah program introduksi ternak domba usahatani sayuran di

Desa Canggal, Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah. Penelitian

Kusnadi et al. ( 2006) di lokasi tersebut menunjukkan bahwasanya terdapat

perbedaan cara pengelolaan pertanian terpadu antara ternak domba dengan

usahatani sayuran. Petani-petani yang tidak diintroduksikan pola pertanian

integrasi mengusahakan usahatani sayuran dan ternak domba pada skala rumah

tangga petani. Berbeda halnya pada petani yang diintroduksikan pola pengelolaan

pertanian secara terpadu, dimana setiap petani mengusahakan sayuran organik

pada skala rumah tangga dengan pengelolaan ternak domba secara berkelompok.

Dengan demikian pengelolaan terpadu tersebut dilakukan pada skala wilayah.

Petani-petani yang diintroduksikan usahatani terpadu sayuran-domba yang

Page 35: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

16

dikelola secara kelompok memberikan peningkatan pendapatan yang lebih tinggi

(50,53 persen) daripada pengelolaan domba dalam skala rumah tangga petani (26

persen). Adanya pengelolaan domba secara berkelompok mampu meningkatkan

angka kelahiran anakan, menurunkan persentase kematian, dan meningkatkan

pertambahan bobot badan domba per bulannya.

Penerapan pertanian terpadu secara horizontal di luar Pulau Jawa sebagian

diusahakan dengan pengelolaan terpadu antara tanaman perkebunan-tanaman

pangan-hewan ternak. Kondisi tersebut dapat ditunjukkan oleh penelitian yang

dilakukan oleh Rosyid (1990) di Sumatera Selatan maupun oleh Handayani

(2009) di Sulawesi Tengah, dan Elly et al. (2008) di Sulawesi Utara. Pola

pengusahaan aktivitas usahatani terpadu di luar Pulau Jawa tersebut diidentikan

dengan pengusahaan bersama tanaman pangan baik palawija maupun padi,

tanaman perkebunan misalnya kakao, kelapa, karet, dan hewan ternak misalnya

sapi atau domba, dalam satu rumah tangga petani. Seringkali pola pengusahaan

ketiga kegiatan usahatani tani tersebut memiliki hubungan yang kompetitif dalam

hal penggunaan tenaga kerja. Misalnya adalah pada saat tanaman perkebunan

tidak berada pada masa menghasilkan atau tidak berbuah maka sebagian besar

curahan tenaga kerja akan dialokasikan untuk kegiatan usahatani tanaman pangan

sehingga keberadaan usahatani tanaman perkebunan dan ternak adalah sebagai

usahatani pendukung. Berbeda halnya pada saat tanaman perkebunan berada pada

masa berbuah atau menghasilkan maka sebagian besar curahan tenaga kerja akan

dialokasikan untuk kegiatan perkebunan sehingga keberadaan usahatani tanaman

pangan dan ternak adalah sebagai pendukung (Rosyid 1990). Maka dapat

dikatakan bahwasanya posisi sebuah aktivitas usahatani pada usahatani terpadu di

luar Pulau Jawa senantiasa berubah tergantung pada masa produksi tanaman.

Posisi hewan ternak adalah sama saja dari waktu ke waktu yakni sebagai aktivitas

usaha pendukung usahatani tanaman.

Penerapan pertanian terpadu secara horizontal juga cukup banyak

diterapkan di dunia. Misalnya dapat ditunjukkan oleh aktivitas usahatani terpadu

antara usaha perikanan, tebu, usahatani daun mulberi dan ulat sutera di delta

Sungai Zhujian, Cina (Ruddle dan Zhong 1988). Adanya keterpaduan antara

keempat aktivitas tersebut dapat memproduksi berbagai jenis komoditas dalam

Page 36: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

17

jumlah yang jauh lebih banyak dan memiliki areal produksi yang luas. Areal

produksi yang luas dan jumlah produksi yang melimpah tidak menjamin adanya

potensi keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan daerah lain yang

notabene aktivitas pertaniannya belum terintegrasi. Total keuntungan wilayah

akibat penerapan pertanian terpadu di delta Sungai Zhujian menunjukkan hasil

yang lebih rendah daripada daerah lain yang tidak terintegrasi. Penyebabnya

adalah faktor harga komoditas sutera yang dihasilkan oleh petani memiliki harga

yang lebih rendah dibanding daerah lain karena kualitasnya sutera yang dihasilkan

memang lebih rendah.

Adanya pasar input produksi usahatani yang berasal dari luar daerah

Zhujian dapat menjadi ancaman tersendiri bagi aktivitas pertanian terpadu di

daerah tersebut. Ancaman yang dimaksud adalah adanya penurunan total

keuntungan wilayah akibat pengggunaan input dari luar Zhujian dengan harga

lebih mahal pada tingkat produksi dan harga produk yang sama sehingga

keuntungan yang dihasilkan akan lebih kecil. Apabila produk antara yang

dihasilkan di dalam sistem terpadu Zhujian tidak mampu mampu memenuhi

kebutuhan input di dalam sistem maka kekurangan tersebut akan dipenuhi dengan

membeli dari luar sistem. Jumlah kekurangan input yang cukup besar tentu saja

akan meningkatkan penggunaan input dari luar sistem yang lebih mahal sehingga

keuntungan yang diperoleh akan jauh lebih kecil. Pada kondisi aktual, sistem

pertanian terpadu di Zhujian relatif mampu memenuhi kebutuhan produk antara

(intermediate product) di dalam sistem sehingga jumlah input produksi yang

dibeli dari luar sistem cukup rendah.Pemilihan aktivitas yang diintegrasikan di

Delta Zhujian tentu saja didasari oleh adanya pemahaman terhadap hubungan

sinergis yang dapat diciptakan oleh aktivitas-aktivitas tersebut.

Kondisi serupa juga terjadi di Desa Karehkel, dimana aktivitas yang

diintegrasikan merupakan aktivitas-aktivitas yang memungkinkan untuk

bersinergi satu sama lain dalam meningkatkan produksi maupun total keuntungan.

Rencana penerapan pertanian terpadu di Desa Karehkel yang melibatkan beberapa

kelompok tani yang memiliki aktivitas produksi secara spesifik menunjukkan

bahwa keterpaduan yang akan diterapkan adalah secara horisontal. Keberadaan

pertanian terpadu di Desa Karehkel yang masih dalam tahap perencanaan

Page 37: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

18

memposisikan penelitian ini pada perencanaan pembangunan pertanian terpadu

yang melibatkan aktivitas usahatani sayuran organik, ternak domba, ternak

kelinci, aktivitas produksi silase dan pupuk bokashi.

Adanya faktor harga produk dan ketersediaan pasar input (pasar produk

antara) dari luar sistem yang menjadi faktor penting dalam menentukan total

keuntungan wilayah, menyebabkan kedua faktor tersebut perlu diperhatikan saat

merencanakan pertanian terpadu di Desa Karehkel. Dengan memperhatikan kedua

faktor tersebut maka pertanian terpadu yang direncanakan di Desa Karehkel dapat

memberikan insentif ekonomi yang lebih tinggi daripada penyelenggaraan

pertanian secara tidak terpadu. Daya tarik ekonomi tersebut dapat menjadi

informasi bagi petani sehingga mampu mempengaruhi keputusan petani untuk

mengadopsi teknologi pengelolaan pertanian secara terpadu.

2.2. Dampak Penerapan Pertanian Terpadu

Sebagai pelaku ekonomi, seorang petani senantiasa berupaya untuk

meningkatkan pendapatan usahataninya. Upaya yang dapat dilakukan petani

untuk meningkatkan pendapatannya adalah dengan cara meningkatkan produksi

dan melakukan penghematan terhadap biaya-biaya usahatani. Melalui

penyelenggaraan pertanian terpadu, khususnya usahatani tanaman-hewan ternak

terpadu, petani sekaligus dapat meningkatkan produksi (jumlah maupun jenis

produk) dan melakukan penghematan biaya usahatani. Penghematan terhadap

biaya pupuk dan pakan ternak menjadi hal yang sangat penting karena kedua

komponen biaya tersebut merupakan salah satu komponen biaya terbesar.

Hanifah (2008) membuktikan bahwa dengan adanya penerapan pertanian

terpadu di Pondok Pesantren Al Ittifaq, Kampung Ciburial, Desa Alam Endah,

Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, dapat menghemat biaya pakan ternak

dan biaya pupuk yakni masing-masing sampai dengan 36,2 persen dan 24,5

persen. Terjadinya penghematan akibat penyelenggaraan pertanian secara terpadu

dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Kariyasa dan Pasandaran (2005)

pada beberapa lokasi integrasi usahtani tanaman-ternak yakni padi dan sapi di

Jawa Tengah. Penggunaan pupuk kandang pada usahatani terintegrasi tanaman

ternak dapat menghemat pengeluaran biaya pupuk sekitar 18,14%-19,48% atau

8,8% dari total biaya. Pada kondisi usahaternak maupun usahatani tanaman yang

Page 38: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

19

dilakukan secara tidak terintegrasi, komponen biaya pakan ternak rata-rata dapat

mencapai 48,77 persen (Agustina 2007; Febriliany 2008; Widagdho 2008; Stani

2009) sedangkan biaya pupuk rata-rata dapat mencapai 22 persen dari total

pengeluaran yakni komponen biaya terbesar kedua setelah biaya tenaga kerja

(Wahyuni 2007; Maimun 2009; Surbakti 2009).

Analisis pendapatan usahatani yang dilakukan oleh Noor (1996) ,

Kariyasan dan Pasandaran (2005), dan Hanifah (2008) memberikan hasil yang

bervariasi terhadap peningkatan pendapatan usahatani saat dilakukan secara

terpadu. Namun secara keseluruhan hasil analisis pendapatan usahatani

menunjukkan bahwa adanya penerapan pertanian terpadu dapat memberikan

pendapatan usahatani yang lebih tinggi daripada penyelenggaraan usahatani tidak

terpadu. Kariyasa dan Pasandaran (2005) bahkan menyebutkan pengelolaan

usahatani secara terpadu dapat memberikan pendapatan bersih hingga 21 persen

lebih tinggi dari pengusahaan usahatani tidak terpadu.

Penerapan pertanian terpadu ternyata tidak selamanya memberikan

dampak positif terhadap aktivitas usahatani yang dilakukan. Efisiensi tenaga kerja

dan efisiensi penggunaan modal pada aktivitas usahatani terpadu lebih rendah

daripada usahatani tidak terpadu. Cukup beragamnya aktivitas dalam usahatani

terpadu, misalnya pengelolaan dua atau lebih kegiatan usahatani secara

bersamaan, memerlukan modal dan curahan tenaga kerja yang lebih tinggi.

Apabila curahan tenaga kerja dan modal yang lebih tinggi tersebut tidak

diimbangi dengan peningkatan penerimaan usahatani yang lebih tinggi pula akan

menyebabkan pada efisiensi tenaga kerja dan efisiensi modal yang lebih rendah

daripada aktivitas usahatani monokultur atau tidak terintegrasi. Dwiyana dan

Mendoza (2002) menguatkan kondisi tersebut, dimana efisiensi penggunaan

tenaga kerja dan efisiensi penggunaan modal pada sistem usahatani minapadi

adalah lebih rendah daripada usahatani padi monokultur. Meskipun demikian,

secara keseluruhan pendapatan usahatani minapadi adalah lebih tinggi daripada

usahatani padi monokultur.

Agar penyelenggaraan pertanian terpadu dapat menguntungkan maka

selain perlu memperhatikan aspek kompatibilitas antara komoditas utama pada

suatu daerah dengan aktivitas pendukung dalam pertanian terpadu, petani juga

Page 39: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

20

perlu untuk memperhatikan daya dukung lingkungan terhadap aktivitas usahatani

yang dilakukan. Studi literatur yang dilakukan oleh Kusnadi (2008) terhadap

berbagai penelitian di agroekosistem lahan kering dataran tinggi, lahan kering

dataran rendah, lahan sawah, lahan pasang surut, lahan perkebunan, dan lahan

kering beriklim kering menunjukkan bahwa adanya perbedaan jenis komoditas

yang diintegrasikan, perbedaan jumlah pengusahaan masing-masing aktivitas, dan

dampak ekonomi yang dihasilkan. Misalnya pengembangan pertanian terpadu di

daerah dataran tinggi, tepatnya di hulu sungai yang harus memperhatikan

kemiringan lahan, kedalaman tanah, erodibilitas, persepsi petani, dan permintaan

pasar. Jumlah ternak yang dipelihara sebaiknya berjumlah 11-12 ekor domba atau

2 ekor sapi yakni sesuai dengan kapasitas lahan teras bangku. Pemeliharaan ternak

domba sebanyak 11-12 ekor atau dua ekor sapi mampu menyumbang 36 persen

kebutuhan pupuk kandang dalam setahun. Pengintegrasian aktivitas usahatani

yang kurang tepat dapat berdampak pada kerugian di tingkat petani dan kegagalan

program pertanian terpadu di daerah tersebut.

Rencana penerapan pertanian terpadu di Desa Karehkel juga harus

memperhatikan hubungan sinergis yang dapat dibangun pada aktivitas yang

diintegrasikan. Adanya pertanian terpadu di Desa Karehkel diharapkan dapat

mengoptimalkan pemanfatan limbah yang dihasilkan sehingga dapat menciptakan

penghematan dan meningkatkan total keuntungan wilayah Desa Karehkel. Sangat

pentingnya daya tarik ekonomi teknologi pengelolaan pertanian terpadu yang

ditujukan untuk memperbaiki teknologi pengelolaan usahatani yang sudah ada

(tidak terpadu) di Desa Karehkel, membuat analisis dalam penelitian ini dilakukan

untuk memperoleh informasi mengenai aktivitas usaha yang sebaiknya

diintegrasikan sehingga dapat memaksimumkan total keuntungan wilayah.

2.3. Permodelan Pertanian Terpadu

Perencaan pembangunan pertanian terpadu maupun perbaikan pola

pengusahaan pertanian terpadu kurang tepat jika hanya menggunakan pendekatan

analisis usahatani. Analisis melalui pendekatan pendapatan usahatani tidak dapat

memberikan informasi yang lengkap mengenai alokasi sumberdaya dan pola

pengusahaan usahatani yang optimal sehingga dapat memaksimumkan

keuntungan. Oleh karena itu perencanaan pertanian terpadu di suatu daerah

Page 40: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

21

maupun perbaikan pola pengusahan terpadu di suatu daerah seringkali

menggunakan permodelan linear programming (LP).

Penggunaan LP dalam perencanaan pertanian terpadu di suatu lokasi

sangat cocok untuk digunakan karena LP dapat menggambarkan alokasi

sumberdaya yang optimal yang disertai dengan adanya berbagai kendala

sumberdaya yang dimiliki petani (Schiere et al. 2002). Analisa program linear

juga dapat digunakan untuk menyusun kebijakan informasi mengenai struktur

hubungan yang salin terkait, keuntungan komparatif, potensi produksi,

kesempatan kerja, dan pola produksi pertanian (Kasryno 1979, diacu dalam

Amareko 1983). Oleh karena itu LP cukup banyak digunakan untuk membangun

maupun memperbaiki pola pengusahaan pertanian terpadu di suatu lokasi

sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimum jika dibandingkan

dengan pola pengusahaan yang dilakukan petani.

Penggunaan LP untuk membenahi pola usaha pertanian terpadu dilakukan

oleh Panggabean (1982) di dua desa di Kabupaten Magelang dan satu desa

Kabupaten Wonosobo dengan tipe daerah yang berbeda-beda. Desa Sewukan

mewakili lahan sawah di Kabupaten Magelang, Desa Kapuhan mewakili daerah

lahan sawah dan lahan kering, dan Desa Tambi mewakili lahan kering di

Kabupaten Wonosobo. Hasil analisis LP dapat memberikan informasi mengenai

realokasi sumberdaya yang perlu dilakukan oleh petani, perbaikan pola tanam,

dan perbaikan pola panen sehingga petani dapat memaksimumkan

keuntungannya. Adanya karakteristik pengusahaan tanaman-hewan ternak di

ketiga desa tersebut yang dikelola dalam satu rumah tangga petani menyebabkan

unit analisis usahatani terpadu dilakukan pada skala rumah tangga petani. Selain

itu Panggabean (1982) juga melibatkan adanya berbagai kendala dalam

penyusunan LP yakni diantaranya sumberdaya lahan, tenaga kerja keluarga,

modal kerja, dan konsumsi keluarga.

Penerapan pertanian terpadu di lokasi lainnya tentu saja akan melibatkan

jenis kendala yang berbeda serta perlu memperhatikan karakteristik pengusahaan

usahatani terpadu yang dilakukan oleh petani. Amareko (1983) menambahkan

kendala kepemilikan ternak dalam model pertanian terpadu yang dibangun di dua

kecamatan daerah kerja PDP II ( Provincial Areal Development Program),

Page 41: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

22

Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Petani di dua kecamatan tersebut

telah mengusahakan pertanian terpadu dengan jumlah lahan, jumlah ternak,

jumlah tenaga kerja keluarga, modal kerja, dan konsumsi keluarga dengan jumlah

tertentu sehingga model usahatani terpadu yang dibangun ditujukan untuk

memperbaiki pola pengusahaan petani sesuai dengan kondisi aktual kedua

kecamatan tersebut.

Model pertanian terpadu yang dibangun secara spesifik di Kabupaten

Donggala Provinsi Sulawesi Tengah, selain melibatkan kendala sumberdaya

lahan, tenaga kerja keluarga, modal, dan konsumsi keluarga, juga dilibatkan pula

kendala ketersediaan hijauan lapang, ketersediaan kredit yang dapat diakses

petani, dan kendala transfer pemanfaatan produk antara sebagai input produksi

kegiatan usahatani lainnya (Handayani 2009). Pengusahaan ternak di Kabupaten

Donggala memang seringkali menghadapai kendala pemenuhan kebutuhan pakan

pada musim kemarau sehingga model yang dibangun melibatkan kendala

ketersediaan hijauan lapang. Dalam kaitannya dengan modal petani di Kabupaten

Donggala, petani juga biasanya meminjam ke toko pertanian, koperasi, maupun

ke bank. Pada model usahatani terpadu yang dibangun oleh Howara (2004) di

lokasi program P3T (Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu) di tiga desa yakni

Desa Pasirmuncang, Desa Jatiserang, dan Desa Cijurey, Kecamatan Panyingkiran,

Kabupaten Majalengkan Provinsi Jawa Barat, melibatkan kendala yang lebih

banyak. Adanya keterbatasan benih dan pakan ternak membuat model yang

dibangun juga melibatkan kendala ketersediaan benih dan pakan ternak.

Model usahatani terpadu yang dibangun oleh Panggabean (1982),

Amareko (1983), Howara (2004) dan Handayani (2009) dapat menunjukkan

bahwasanya dengan melakukan realokasi sumberdaya dan memperbaiki pola

pengusahaan, pertanian terpadu dapat memberikan pendapatan usahatani yang

lebih tinggi daripada pengusahaan secara tidak terpadu. Namun di sisi lain,

pembenahan pola usahatani terpadu melalui pendekatan LP dapat merugikan

petani. Penelitian Veysset et al. (2005) terhadap pembenahan sistem peternakan

pembibitan sapi untuk menghadapi Reformasi Kebijakan Pertanian

(CAP:Common Agricultural Policy) tahun 1992 di Perancis menunjukkan bahwa

penerapapan model usahatani memberikan keuntungan yang lebih rendah sebesar

Page 42: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

23

2-5 persen daripada pola pengusahaan aktual peternak. Secara ekonomi, hasil

permodelan ini tentu saja tidak menarik bagi petani untuk menerapkan model

optimal pengusahaan ternak secara terpadu maupun secara tidak terpadu karena

potensi keuntungan yang dihasilkan adalah lebih rendah daripada pola usaha yang

dilakukan petani pada kondisi aktual.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwasanya LP dapat menjadi

salah satu alat analisis untuk merencanakan pertanian terpadu di suatu lokasi.

Oleh karena itu untuk merumuskan MUSOT Desa Karekel, pada penelitian ini

digunakan LP. MUSOT yang dibangun disesuaikan dengan rencana GPW dimana

setiap aktivitas usaha akan dilakukan oleh kelompok-kelompok secara spesifik

sehingga keterpaduan usahatani dibangun pada skala wilayah Desa Karehkel.

Cukup banyaknya variasi kendala yang ditetapkan pada model integrasi yang

dibangun pada berbagai lokasi menunjukkan bahwasanya dalam penyusunan

model integrasi harus dibangun secara spesifik lokasi. Artinya dalam perancangan

model integrasi di suatu lokasi harus memperhatikan berbagai kendala

ketersediaan sumberdaya di lokasi yang bersangkutan sehingga model yang

dibangun mungkin untuk diterapkan sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki oleh

petani.

Dengan demikian, model usahatani terpadu sayuran organik-hewan ternak

yang dirancang di Desa Karehkel harus memperhatikan ketersediaan sumberdaya

dalam setiap aktivitas usahatani maupun ternak di Desa Karehkel. Model

pertanian terpadu Desa Karehkel yang dirancang diharapkan dapat memberikan

informasi kepada GPW mengenai aktivitas usaha apa yang sebaiknya

diintegrasikan, banyaknya pengusahaan masing-masing aktivitas usaha,

pengalokasian sumberdaya yang tepat berdasarkan kendala yang dibangun dalam

MUSOT.

Page 43: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

24

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Pertanian terpadu yang dibangun pada suatu lokasi pada dasarnya

merupakan ilmu rancang bangun dan rekayasa sumber daya pertanian yang tuntas.

Pertanian terpadu pada dasarnya tidak terlepas dari kaidah-kaidah ilmu usahatani

yang berkembang lebih lanjut. Ilmu usahatani itu sendiri merupakan suatu proses

produksi biologis yang memanfaatkan sumber daya alam, sumber daya manusia,

modal, dan manajemen yang jumlahnya terbatas. Karena sumber daya tersebut

jumlahnya terbatas maka penerapan pertanian terpadu dalam proses produksi

pertanian tidak terlepas dari prinsip dan teori ekonomi (Kusnadi 2008).

3.1.1. Definisi Pertanian Terpadu

Pertanian terpadu atau Integrated Farming System (IFS) merupakan

pengembangan dari berbagai konsep pertanian berkelanjutan yang telah banyak

dikembangkan sebelumnya misalnya Biodinamic Farming oleh Steiner pada tahun

1924, LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) yang dikembangkan

Reintjess (Righby dan Caceres 2001). Pertanian terpadu adalah bentuk

pengembangan sektor pertanian yang memposisikan usahatani sebagai suatu

sistem dikenal sebagai usahatani terpadu atau farming system. Interaksi pada

usahatani yang diintegrasikan dapat mempertahankan keberadaan usahatani dan

menjaga bahkan meningkatkan kestabilan pendapatan usahatani (Harwood 1979).

Pengelolaan usahatani terpadu melibatkan berbagai kegiatan usahatani

yang dikelola secara bersamaan dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia.

Pengusahaan sistem usahatani yang berbeda perlu memperhatikan hal-hal sebagai

berikut antara lain (1) sifat usahatani, (2) sumber daya manusia, (3) skala usaha,

(4) sarana dan prasarana, (5) kemitraan dan hubungan antar subssitem agribisnis

(orientasi usaha), dan (6) kelestarian sumber daya dan lingkungan (Rusono 1999,

Sutanto 2004). Petani harus membuat pilihan terhadap cabang usaha yang akan

diterapkan agar diperoleh tingkat produksi tertentu dengan pendapatan usahatani

yang maksimal (Debertin 1986).

Kombinasi optimal dari aktivitas usahatani yang diintegrasikan memiliki

sifat melengkapi (komplementer), berinteraksi secara sinergis, dan berkelanjutan

Page 44: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

25

(Behera et al., 2008). Interaksi dalam hubungan tersebut dapat meningkatkan

efisiensi produksi, produksi optimal, peningkatan daya saing produk, peningkatan

pendapatan, sekaligus mewujudkan pertanian yang berwawasan lingkungan.

Usahatani terpadu akan tercapai dengan baik jika terjadi pemanfaatan antara

sumberdaya manusia, modal, alam, dan manajemen. Pemanfaatan keempat

sumberdaya tersebut akan memberikan ciri teknologi ushatani berupa luas

garapan, jumlah ternak, dan penggunaan tenaga kerja, penggunaan modal,

pemilihan pola tanam serta memilih kombinasi usaha yang dianggap paling

menguntungkan (Prodjodihardjo, 1988). Penerapan pertanian terpadu memiliki

banyak manfaat bagi petani dan lingkungan antara lain sebagai upaya untuk

mendiversifikasikan penggunaan sumberdaya, mengurangi risiko,

mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja, peningkatan produktivitas dan

pendapatan, peningkatan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan mengurangi

ketergantungan dengan output dari luar (Devendra 1993).

Konsep keterpaduan tersebut menurut Gumbira-Said (2002) identik

dengan pengelolaan sistem agribisnis yang meliputi sistem yang terpadu vertikal

maupun horizontal. Pertanian terpadu pun dapat dibangun dengan memadukan

antara integrasi vertikal dan integrasi horisontal. Sistem agribisnis sendiri

merupakan pengembangan dari diversifikasi usaha dimana masing-masing

subsistemnya terkait antara satu dengan lainnya dalam satu sistem yang tidak

dapat terpisahkan. Diversifikasi dapat dilakukan pada skala rumah tangga sampai

dengan skala regional (wilayah). Diversifikasi secara vertikal biasanya ditandai

dengan pengembangan usaha sampai dengan pasca panen misalnya sortasi,

grading, pemrosesan atau pengolahan, pengemasan, penyimpanan, sampai dengan

distribusi. Pengembangan diversifikasi secara horisontal diilustrasikan sebagai

pengalokasian sumberdaya untuk berbagai aktivitas dalam periode (tahun)

tertentu. Keberagaman aktivitas usahatani monokultur pada suatu wilayah dapat

membentuk suatu kawasan (regional) yang terdiversifikasi secara horisontal

(Siregar 2006).

3.1.2. Pertanian Terpadu Tanaman-Ternak

Proses integrasi ternak ke dalam usahatani tanaman, baik tanaman

perkebunan, pangan , maupun hortikultura adalah mengusahakan sejumlah ternak,

Page 45: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

26

baik ruminansia (sapi,kerbau, kambing, domba) dan atau pseudoruminansia

(kelinci, kuda) tanpa mengurangi aktivitas dan produksi tanaman. Bahkan

keberadaan ternak ini harus dapat meningkatkan produksi tanaman dan

produktivitas ternak itu sendiri. Baik hewan ternak maupun tanaman, keduanya

saling bersinergis dalam mencapai produksi yang optimal (Direktorat Jenderal

Peternakan Deptan 2008). Pengembangan usahatani tanaman-ternak secara

terpadu tersebut memiliki karakkteristik yang serupa pada pengelolaan usahatani

secara intensif (Powell et al. 2004).

Integrasi tanaman-ternak dapat dilakukan dalam satu rumah tangga petani

atau dilakukan antara beberapa rumah tangga usahatani. Pilihan pengusahaan

usahatani terpadu pada kedua skala tersebut sangat bergantung pada pengetahuan

petani, motivasi, dan ketersediaan sumberdaya. Perpaduan antara tanaman-ternak

dapat meningkatkan keuntungan dan keberlanjutan kegiatan usahatani. Integrasi

ternak ke dalam suatu usahatani tanaman menjadi sangat penting pada saat

pengusahaan tanaman secara organik (Russelle et al.2006).

Adanya hubungan yang erat antara usahatani tanaman dan usahaternak

salah satunya disebabkan karena ternak memiliki kemampuan mendaur ulang

limbah usahatani secara efektif. Peningkatan pemanfaatan limbah pertanaman

sebagai pakan ternak salah satunya dilatarbelakangi oleh adanya persaingan yang

cukup tinggi antar ternak untuk memperoleh pakan hijauan lapang. Bahkan

Zemmelink (2000) mengutarakan bahwa aksesibilitas pakan hijauan lapang sangat

dipengaruhi oleh ketersediaan sumberdaya tenaga kerja untuk mencari pakan.

Pemanfaatan limbah tanaman sebagai pakan ternak di berbagai negara

cukup tinggi. Sebanyak 70 persen kebutuhan pakan ternak di Bangladesh dipenuhi

dengan memanfaatkan limbah usahatani tanaman. Kondisi yang hampir serupa

juga terjadi di India dimana sekitar 350 juta ton limbah tanaman berpotensi untuk

memenuhi 66 persen kebutuhan pakan ternak. Pemanfaatan limbah tanaman

sebagai pakan ternak juga tinggi di beberapa negara lain, misalnya di Sri Lanka,

Nepal dan Pakistan yakni rata-rata mencapai 49 persen (Perera 1992, Sidhu 1996,

Renard 1997, Maehl 1997, diacu dalam Thomas et al. 2002). Hewan ternak juga

memiliki peran yang sangat besar dalam pertanian terpadu yakni menjaga

keberlanjutan produksi usahatani tanaman dengan cara penggunaan kotoran ternak

Page 46: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

27

sebagai pupuk (Schiere et al. 2002). Benjamin et al. (1990) diacu dalam Edwards

(1990) menunjukkan bahwa tanaman yang dipupuk dengan kotoran hewan

memiliki produksi panen yang paling tidak sebanding atau lebih tinggi daripada

tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia.

Usahatani terpadu di Indonesia dicirikan oleh usaha yang saling mengisi

antara pertanian tanaman pangan dan peternakan, karena ternak dapat digunakan

sebagai tambahan tenaga kerja untuk mengolah tanah dan juga sebagai penghasil

pupuk yang bermanfaat untuk meningkatkan kelestarian tanah. Ternak juga dapat

memanfaatkan limbah pertanian dan menghasilkan produk-produk bernilai tinggi

seperti daging, telur, dan susu. (Sastrodihardjo et al., 1982). Hubungan timbal

balik antara tanaman padi dan ternak terutama dalam memanfaatkan limbah, akan

menekan biaya produksi dan mengoptimalkan pendapatan keluarga petani

peternak. Selain itu pengusahaan ternak sebagai penunjang dan pelengkap

usahatani merupakan suatu cara dalam menambah penghasilan, juga berfungsi

sebagai tabungan dan membantu kesuburan tanah, serta dapat digunakan sebagai

tenaga mengolah tanah (Tawaf 1984).

3.1.3. Konsep Ekonomi Pertanian Terpadu

Pengelolaan bersama aktivitas yang diintergasikan ditujukan untuk

memaksimumkan pendapatan usahatani selalu dihadapkan oleh adanya

keterbatasan sumberdaya yang dimiliki (Debertin, 1986). Secara ekonomi konsep

pertanian terpadu tanaman-hewan ternak dapat dijelaskan dengan konsep produksi

ganda (multiproduct production). Keputusan petani dalam memproduksi dua atau

lebih produk yang memaksimumkan pendapatan usahatani dalam keterbatasan

sumberdaya dapat ditunjukkan oleh kurva kemungkinan produksi (KKP).

KKP seringkali disebut juga dengan kurva oportunitas maupun kurva

transformasi produk. LP dapat menjadi salah satu alat analisis untuk

merencanakan pertanian terpadu di suatu lokasi. Oleh karena itu untuk

merumuskan MUSOT Desa Karekel, pada penelitian ini digunakan LP. MUSOT

yang dibangun disesuaikan dengan rencana GPW dimana setiap aktivitas usaha

akan dilakukan oleh kelompok-kelompok secara spesifik sehingga keterpaduan

usahatani dibangun pada skala wilayah Desa Karehkel. (Doll dan Orazem, 1984;

Beattie dan Taylor, 1985). KKP sebagai kurva opportunitas ditunjukkan dengan

Page 47: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

28

B”

KKP

Output I (y1)

Kurva isokuan produk sayuran (KIPS)

Output II (y2)

O B’

A”

A’

Z

Output II (y2)

B

A

1 2

3

peningkatan jumlah produksi suatu produk akan diikuti dengan pengurangan

produksi produk lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam memproduksi dua

produk tersebut digunakan sumberdaya yang sama. Peningkatan sumberdaya

untuk satu kegiatan akan berdampak pada pengurangan curahan sumberdaya

aktivitas produksi produk lainnya sehingga salah satu output yang dihasilkan

harus dikorbankan (dikurangi).

GPW diasumsikan sebagai pengambil keputusan dalam menentukan

jumlah pengusahaan masing-masing aktivitas dalam MUSOT. Misalnya GPW

akan melakukan aktivitas produksi ternak kelinci dan ternak domba. Aktivitas

ternak kelinci menghasilkan produk anakan kelinci dan limbah kelinci (kotoran

dan urin) sedangkan aktivitas ternak domba menghasilkan produk daging dan

produk berupa kotoran ternak. Daging domba dan anakan kelinci merupakan

produk akhir sedangkan limbah kelinci (y1) dan kotoran domba (y2) adalah

sebagai produk antara (intermediate product) yang dijadikan sebagai input

produksi aktivitas produksi sayuran organik. Input produksi yang dimaksud

adalah berupa kebutuhan pupuk organik. Keputusan GPW dalam memproduksi

dua atau lebih produk dapat diilustrasikan oleh Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Keputusan Memproduksi Dua atau Lebih Produk yang Memaksimumkan Pendapatan Tanpa Pasar Produk Antara Sumber: Doll dan Orazem (1984)

Page 48: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

29

Adanya keterbatasan sumberdaya yang dimiliki menyebabkan GPW hanya

dapat memproduksi limbah kelinci dan kotoran domba pada alternatif keputusan

produksi yang berada di sepanjang kurva kemungkinan produksi (KKP).

Sumberdaya yang menjadi pembatas dalam aktivitas ternak domba dan produksi

limbah kelinci pada ilustrasi ini misalnya adalah ketersediaan tenaga kerja yang

dimiliki GPW. GPW tidak mungkin memilih seluruh alternatif produksi pada

KKP sehingga GPW hanya dapat memilih salah satu kombinasi produksi limbah

kelinci dan kotoran domba pada jumlah tertentu.

Kurva isokuan (KIPS) menggambarkan jumlah sayuran organik yang

dapat diproduksi dengan menggunakan pupuk organik yang berasal dari limbah

kelinci dan atau berasal dari kotoran domba. Berdasarkan ketersediaan

sumberdaya tenaga kerja yang dimiliki GPW, keputusan untuk memproduksi

limbah kelinci pada titik OB dan kotoran domba pada titik OA adalah keputusan

yang paling tepat. Hal ini disebabkan karena GPW dapat memproduksi sayuran

organik dalam jumlah yang maksimum (KIPS 2) sehingga dapat

memaksimumkan pendapatannya.

Keputusan GPW untuk memproduksi limbah kelinci dan kotoran domba

sebanyak OB dan OA” atau OB’ dan OA dapat menyebabkan GPW kehilangan

peluang untuk memaksimukan keuntungannya. Keputusan tersebut adalah kurang

tepat karena sumberdaya tenaga kerja yang dimiliki tidak dimanfaatkan secara

optimal. Akibatnya jumlah limbah kelinci dan kotoran domba yang diproduksi

berada di bawah tingkat produksi maksimum yang seharusnya dapat dicapai.

Akibatnya jumlah sayuran yang diproduksi adalah lebih sedikit (KIPS 1) jika

dibandingkan tingkat produksi sayuran maksimum yang sebenarnya dapat dicapai

(KIPS 2).

Sebagai pelaku ekonomi, GPW akan selalu berupaya untuk

meningkatkan pendapatan dari setiap aktivitas usaha yang dilakukannya. Aktivitas

memproduksi sayuran organik pada KIPS 3 menawarkan pendapatan yang lebih

tinggi bagi GPW daripada memproduksi sayuran organik pada KIPS 1 dan KIPS

2. Adanya keterbatasan sumberdaya tenaga kerja yang dimiliki menyebabkan

GPW tidak akan mampu memproduksi sayuran organik pada KIPS 3. GPW

memerlukan lebih sedikit kotoran domba (OA-A”A) dan membutuhkan lebih

Page 49: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

30

KKP

O B” B’

A”

A’

Z

B

A

1 2

3

Output I (y1)

Kurva isokuan produk sayuran (KIPS)

Output II (y2)

Isorevenue

banyak pupuk bokashi (OB+BB”).

Gambar 2. Keputusan Memproduksi Dua atau Lebih Produk yang Memaksimumkan Pendapatan dengan Pasar Produk Antara Sumber: Doll dan Orazem (1984)

GPW mungkin saja untuk memproduksi sayuran organik pada KIPS 3

apabila terdapat pasar produk antara. Adanya pasar produk antara dapat

ditunjukkan oleh Gambar 2 yang ditandai dengan adanya garis isorevenue. Garis

isorevenue ini tidak lain merupakan harga produk antara (limbah kelinci dan

kotoran domba) pada pasar produk antara. Garis isorevenue menggambarkan

kombinasi penjualan output yang menghasilkan jumlah penerimaan yang sama.

Pasar produk antara memungkinkan bagi GPW untuk menjual kelebihan produksi

suatu produk lalu membeli produk lainnya sehingga dapat terpenuhi

kebutuhannya.

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwasanya dengan memproduksi

limbah kelinci sejumlah OB’ dan kotoran domba sebanyak OA’ maka GPW

memiliki peluang untuk memperoleh keuntungan sama dengan aktivitas

memproduksi sayuran organik pada KIPS 3. GPW dapat menjual kelebihan

kotoran domba yang diproduksi (A’A”) lalu membeli kekurangan limbah kelinci

(B’B”) di pasar produk antara sehingga dapat memproduksi sayuran organik pada

KIPS 3. Garis isorevenue tersebut merupakan isocost dari aktivitas produksi

sayuran organik sehingga sayuran organik diproduksi pada biaya minimum.

Page 50: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

31

3.1.4. Konsep Pemecahan Masalah dengan Program Linear

Linear programming merupakan salah satu alat analisis yang dapat

digunakan untuk memecahkan permasalahan manajemen seperti pengambilan

keputusan dalam kegiatan pertanian. Misalnya adalah proses alokasi sumberdaya

yang terbatas pada sebuah kegiatan usahatani (Doll dan Orazem 1984). Setiap

input usahatani dapat dialokasikan ke berbagai kemungkinan produksi karena

adanya berbagai macam sumberdaya dan banyaknya alternatif produksi yang

layak dalam sebuah kondisi pertanian. Dengan pendekatan linear programming

seorang pengambil keputusan dalam usahatani dapat menentukan pilihan

keputusan terbaik dari banyak alternatif yang tersedia (Beneke dan Winterboer

1973) . Basis dari analisis menggunakan linear programming adalah bagaimana

mencapai maksimisasi keuntungan maupun minimisasi biaya melalui kombinasi

input atau kombinasi output yang optimal (Doll dan Orazem 1984).

Teknik linear programming menggunakan persamaan dan ketidaksamaan

linear dalam rangka untuk mencari pemecahaan yang optimum dengan

memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada (Supranto 1998). Pada

umumnya program linier yang dirancang digunakan panduan untuk

mengalokasikan sumber daya yang terbatas diantara berbagai alternatif

penggunaan sumber daya sehingga dapat dicapai tujuan yang telah ditetapkan

secara optimal (Siswanto 2007).

Beneke dan Winterboer (1973) mengutarakan beberapa keterbatasan

dalam pemecahan masalah dengan linear programming diantaranya (1) Linier

Programming tidak dapat membantu manajer dalam merumuskan ekspektasi

harga di masa depan, (2) Terkadang hambatan cukup sulit untuk ditentukan, (3)

Adanya fenomena diminishing marginal return dalam kegiatan pertanian yang

tidak terakomodasi, (4) Sangat banyaknya aktivitas dan hambatan yang dikajai

dalam linear programming membutuhkan fasilitas pembantu yang memadai,

misalnya computer. Dalam memecahkan masalah menggunakan program linier

terdapat beberapa asumsi yang berlaku diantaranya:

1) Fungsi produksi bersifat linear, tidak ada input yang dapat saling

mensubstitusi dan bersifat constant return to scale. Tipe khusus fungsi

produksi yang mendasari program linier disebut sebagai fixed-proportion

Page 51: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

32

production function ( Doll dan Orazem 1984; Nasendi 1985; Debertin

1986)

2) Finite atau Deterministik. Artinya setiap aktivitas atau parameter adalah

tetap, dan dapat diketahui secara pasti (Doll dan Orazem 1984; Nasendi

1985).

3) Divisibility. Artinya peubah-peubah pengambil keputusan jika diperlukan

dapat dibagi kedalam pecahan-pecahan, yaitu bahwa nilai-nilai tidak perlu

integer (hanya 0 dan 1 atau bilangan bulat), tetapi boleh non-integer (Doll

dan Orazem 1984; Nasendi 1985).

4) Proporsionalitas. Artinya jika peubah pengambil keputusan berubah, maka

dampak perubahannya akan menyebar dalam proporsi yang sama terhadap

fungsi tujuan dan juga pada kendalanya (Taha 1982; Nasendi 1985).

5) Additivity. Artinya nilai parameter suatu kriteria optimasi (koefisien

peubah pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan) merupakan jumlah

dari nilai individu dalam model program linear tersebut (Taha 1982; Doll

dan Orazem 1984; Nasendi 1985).

Beneke dan Winterboer (1973) menjelaskan prosedur dalam membangun program

linear, diantaranya:

1) Mendefinisikan aktivitas.

Aktivitas-aktivitas dalam permasalahan yang dikaji harus didefinisikan

secara jelas. Misalnya dalam sebuah kegiatan usahatani tanaman atau

ternak. Aktivitas membeli input, menjual output, penggunaan tenaga kerja,

aktivitas budidaya, panen, sampai dengan pemasaran harus dapat

didefinisikan secara jelas. Contoh lainnya adalah kegiatan pemupukan

pada musim tanam I dengan pemupukan pada musim tanam II merupakan

kedua aktivitas yang berbeda.

2) Fungsi Tujuan(Objective Function)

Tujuan yang akan dicapai perusahaan adalah terkait dengan maksimisasi

keuntungan atau minimisasi biaya.

3) Batasan atau Kendala (Restraint, Constraint)

Kendala dapat diumpamakan sebagai pembatas terhadap keputusan yang

mungkin dibuat. Batasan tersebut dapat dibedakan menjadi (1) Batasan

Page 52: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

33

sumberdaya input seperti tenaga kerja, lahan, modal, (2) Batasan eksternal

misalnya keterbatasan sumber dan besarnya pinjaman yang tersedia, (3)

Batasan subjektif yang disebabkan oleh individu pengambil keputusan.

Menurut Nasendi (1985), model matematis program linier dalam bentuk standar

dirumuskan sebagai berikut:

1) Fungsi tujuan yakni maksimisasi atau minimisasi yang dirumuskan sebagai

berikut:

푍 = 퐶푗푋푗

2) Fungsi kendala yang berfungsi sebagai pembatas dapat dirumuskan

sebagai berikut:

푎푖푗. 푥푗 ≥; ≤ 푏푖, untuk i = 1,2,3, … , m

Keterangan:

Z = fungsi tujuan

Cj = koefisien peubah pengambil keputusan ke-j dalam fungsi tujuan

xj = tingkat kegiatan ke-j

aij = koefisien dalam kendala ke-i dalam pengambilan keputusan ke-j

bi = kapasitas sumberdaya i yang tersedia untuk dialokasikan ke

setiap unit kegiatan

Setelah menentukan aktivitas, fungsi tujuan, kendala, kemudian dilakukan

beberapa analisis dalam linear programming. Analisis yang pertama adalah

primal. Analisis primal merupakan permasalahan yang dikemukakan mula-mula.

Solusi optimal dalam analisis primal dapat berupa memaksimumkan atau

meminimumkan nilai fungsi tujuan yang telah dikemukakan mula-mula. Solusi

yang dihasilkan menunjukkan kombinasi alternatif terbaik atau optimal dengan

keterbatasan sumberdaya yang tersedia.

Analisis yang kedua adalah dual. Analisis dual merupakan analisis

terhadap masalah tandingan primal. Dalam analisis dual melibatkan variable

slack/surplus.Hasil analisis dual menghasilkan ukuran ukuran marginal value

dari sumber daya primal yang disebut shadow price atau dual price. Shadow

price menunjukkan jumlah perbaikan pada fungsi tujuan optimal bila nilai sisi

Page 53: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

34

kanan kendala tertentu ditingkatkan sebesar satu satuan dengan parameter-

parameter lain konstan.

Di akhir linier programming dilakukan analisis sensitivitas yang terdiri

atas dua tipe, yaitu analisis perubahan nilai koefisien dari fungsi tujuan dan

analisis sisi kanan dari fungsi tujuan (Right Hand Side). Analisis perubahan

koefisien fungsi tujuan dilakukan untuk mengetahui efek perubahan koefisien

fungsi tujuan yang dapat dinaikkan atau diturunkan tanpa mengubah solusi

optimal dengan parameter lain dipertahankan konstan. Tujuan dari analisis

Right Hand Side (RHS) adalah untuk menentukan berapa banyak nilai sisi kanan

dari fungsi kendala dapat ditingkatkan atau diturunkan tanpa mengubah nilai

shadow price-nya dengan parameter lain dipertahankan konstan.

Pada tahap optimal Nasendi dan Anwar (1985); Soekartawi (1992), diacu

dalam Handayani (2009) mengutarakan bahwa terdapat beberapa penafsiran

dalam pemecahan masalah program linier, diantaranya:

1) Aktivitas yang masuk dalam program optimal akan memiliki reduced cost

atau opportunity cost sama dengan nol. Memperluas pengusahaan yang

masuk dalam program optimal satu unit tidak akan merubah nilai optimal.

2) Aktivitas yang tidak masuk dalam solusi optimal akan memiliki nilai

reduce cost tidak sama dengan nol. Penambahan satu unit aktivitas akan

menurunkan nilai fungsi tujuan sebesar opportunity cost nya.

3) Shadow price akan muncul pada sumberdaya yang habis terpakai. Nilai

shadow price adalah positif dan tidak sama dengan nol pada kondisi ini.

Penambahan satu unit faktor produksi yang terbatas ketersediaannya akan

menambah nilai fungsi tujuan sebesar harga bayangan sumberdaya

tersebut.

4) Faktor produksi yang tidak habis terpakai, harga bayangannya menjadi

sama dengan nol. Penambahan satu unit faktor produksi ini tidak akan

merubah nilai optimal fungsi tujuan.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Upaya GPW untuk meningkatkan total keuntungan wilayah yang

mencakup beragam kegiatan usahatani dapat dilakukan dengan membenahi pola

Page 54: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

35

pengelolaan aktivitas usahatani tersebut. Salah satu alternatif yang dapat

dilakukan adalah dengan menerapkan pertanian terpadu. Pertanian terpadu yang

dirancang berbasiskan komoditas unggulan di Desa Karehkel yakni sayuran

organik. Keberadaaan hewan ternak yakni kelinci dan domba, merupakan

penyokong yang sangat penting karena antara sayuran organik dan ternak tersebut

sangat memungkinkan untuk bersinergis satu sama lain dalam pertanian terpadu.

Selain itu, keberadaan aktivitas produksi pupuk bokashi dan silase juga cukup

penting untuk menangani limbah usahatani dan usahaternak.

Tentu saja setiap aktivitas usaha yang akan diintegrasikan memiliki

karakter pengusahaan sangat beragam baik dalam hal metode budidaya,

kebutuhan input, tingkat produksi, dan ketersediaan sumberdaya yang dimiliki.

Kondisi tersebut menjadi salah satu kendala dalam merencanakan pertanian

terpadu yang tepat untuk diterapkan di Desa Karehkel. Pemrograman linear dapat

menjadi salah satu alternatif untuk melakukan kegiatan perencanaan pertanian

terpadu di Desa Karehkel. Pemograman linear dibangun dengan merancang model

linear usahatani sayuran organik terpadu yang disokong oleh aktivitas ternak

kelinci, domba, produksi pupuk bokashi, dan silase.

Hasil pemrograman linear dapat memberikan informasi mengenai aktivitas

usaha yang sebaiknya diintegrasikan, jumlah pengusahaan masing-masing

aktivitas usaha, alokasi sumberdaya yang optimal, serta dampak penerapan

pertanian terpadu terhadap pemanfaatan produk antara di dalam desa dan terhadap

total keuntungan wilayah. Informasi tersebut dapat menjadi rekomendasi bagi

GPW sehingga program pertanian terpadu di Desa Karehkel dapat direncanakan

dengan lebih baik. Kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat

pada Gambar 3.

Page 55: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

36

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional

Upaya GPW untuk meningkatkan total keuntungan aktivitas usahatani di Desa

Karehkel

Adanya kendala : 1. Kendala lahan 2. Kendala ketersediaan tenaga kerja 3. Kendala ketersediaan input

pendukung aktivitas produksi yang berasal dari dalam dan luar desa

Aktivitas: 1. Usahatani sayuran organik 2. Ternak domba 3. Ternak kelinci 4. Usaha produksi kompos 5. Usaha produksi silase

Pertanian terpadu Sayuran Organik-Ternak

Analisis program linear

Aktivitas yang harus diintegrasikan Alokasi sumberdaya yang optimal Jumlah pengusahaan masing-masing

aktivitas

Dampak penerapan model sayuran organik terpadu terhadap pemanfaatan produk dan terhadap total keuntungan

wilayah

Rekomendasi

Page 56: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

37

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Karehkel yang berada di wilayah

Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Objek penelitian

ini adalah Gapoktan Pandan Wangi yang berada di Desa Karehkel. Penentuan

lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Pemilihan lokasi penelitian didasari

oleh adanya pertimbangan bahwa Gapoktan Pandan Wangi memiliki rencana

untuk mengembangkan usahatani terpadu antara sayuran organik-hewan ternak.

Keberadaan usahatani terpadu antara komoditas hortikultura-hewan ternak masih

sangat jarang dilakukan Indonesia karena sebagian besar program pertanian

terpadu yang diterapkan pemerintah hanya melibatkan usahatani tanaman pangan-

hewan ternak. Oleh karena itu rencana pembangunan pertanian terpadu sayuran

organik-hewan ternak di Desa Karehkel memerlukan penelitian secara khusus

sehingga dapat membantu Gapoktan Pandan Wangi dalam melakukan

perencanaan secara tepat. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2010.

4.2. Penentuan Responden

Responden dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi beberapa

golongan yakni responden untuk aktivitas usahatani sayuran organik, aktivitas

ternak domba, aktivitas ternak kelinci, dan aktivitas memproduksi pupuk bokashi.

Responden setiap aktivitas usaha tersebut dipilih secara purposive sehingga dapat

memberikan gambaran yang mendekati kondisi aktual pengusahaan masing-

masing aktivitas usahatani.. Petani sayuran yang menjadi responden adalah petani

sayuran yang telah memiliki pengalaman budidaya sayuran organik minimal

selama enam bulan. Jumlah petani organik di Desa Karehkel berjumlah enam

orang dan sudah berpengalaman bertani organik lebih dari enam bulan. Petani

yang dipilih menjadi responden hanya lima orang petani saja yang dipilih sebagai

responden. Hal ini disebabkan karena jenis sayuran organik yang dibudidayakan

di Desa Karehkel adalah lima jenis sayuran diantaranya selada, kangkung, caisin,

bayam merah, dan bayam hijau. Petani yang paling banyak menanam jenis

sayuran organik tertentu pada saat periode penelitian dijadikan sebagai responden.

Page 57: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

38

Peternak domba yang dijadikan sebagai responden hanya satu orang

peternak. Hal tersebut didasari oleh pengamatan lapangan saat pra penelitian

dimana aktivitas ternak domba di Desa Karehkel mayoritas dilakukan dengan

karakteristik yang relatif sama. Karakteristik yang dimaksud antara lain pola

budidaya yang mayoritas semi intensif, rata-rata kepemilikan domba per peternak

yang relatif sama, penggunaan input produksi, dan pakan yang relatif sama.

Jumlah responden peternak kelinci juga sebanyak satu orang peternak. Hal ini

disebabkan karena karakteristik budidaya yang relatif sama. Peternak kelinci yang

dipilih sebagai responden adalah peternak kelinci yang memiliki jumlah kelinci

terbanyak sehingga dapat menggambarkan aktivitas beternak kelinci yang

mendekati aktual.

Aktivitas memproduksi pupuk bokashi di Desa Karehkel masih dilakukan

pada skala percobaan atau dalam skala kecil saja. Oleh karena itu responden

produsen pupuk bokashi dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa responden

tersebut benar-benar menguasai proses pembuatan pupuk bokashi. Responden

produsen pupuk bokashi berjumlah satu orang. Aktivitas memproduksi silase di

Desa Karehkel bahkan belum ada dan masih belum ada anggota GPW yang

mengetahui proses pembuatan silase. Bahkan aktivitas memproduksi silase di

Bogor masih sangat sulit untuk ditemui sehingga setiap metode produksi dan

kebutuhan bahan baku aktivitas memproduksi silase.

4.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara

dengan responden dengan menggunakan kuisioner yang telah disusun

sebelumnya. Data primer meliputi demografi responden, luas lahan usahatani

sayuran organik, pola tanam, penggunaan input, tingkat output yang dihasilkan,

ketersediaan dan pemakaian tenaga kerja, harga input dan output, serta upah

tenaga kerja.

Data sekunder merupakan data pelengkap yang bersumber dari literatur-

literatur yang relevan. Sumber data sekunder ini dapat berupa publikasi instansi-

instansi dan perusahaan seperti Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, BP4K, dan

ICDF. Selain itu data sekunder juga dapat diperoleh melalui jurnal, hasil

Page 58: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

39

penelitian, internet, dan buku yang dapat dijadikan rujukan terkait dengan

permodelan usahatani terpadu tanaman-ternak. Selanjutnya data-data tersebut

digunakan sebagai instrumentasi untuk menyusun permodelan usahatani sayuran

organik terpadu di Desa Karehkel.

4.4. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif

digunakan untuk mengolah data primer dan merancang model usahatani sayuran

organik terpadu yang tepat di Desa Karehkel. Analisis secara kualitatif dilakukan

untuk mengintepretasikan dan mendeskripsikan hasil analisis kuantitatif yang

dihasilkan oleh pendekatan LP. Pemilihan LP sebagai pendekatan untuk

membangun model usahatani terpadu sayuran organik-hewan ternak didasari oleh

adanya pertimbangan keterbatasan data yang dapat dikumpulkan karena pada

kondisi aktual pertanian terpadu masih belum dilaksanakan. Hasil analisis LP

yang bersifat normatif telah dapat memberikan informasi yang cukup mengenai

kegiatan usahatani yang sebaiknya diintegrasikan, skala usaha pengusahaan

masing-masing aktivitas usaha dan alokasi sumberdaya secara optimal sehingga

diperoleh keuntungan maksimum. Selain itu hasil analisis optimal model

usahatani sayuarn organik juga dapat memberikan informasi mengenai tingkat

penggunaan sumberdaya tenaga kerja, tingkat pemanfaatan produk antara yang

dihasilkan dan dipergunakan sendiri di dalam desa, serta tingkat penggunaan input

pendukung usahatani. Dengan demikian, penggunaan LP telah dapat membantu

perencanaan usahatani terpadu sayuran organik-hewan ternak di Desa Karehkel.

4.4.1. Perancangan Model Linear Usahatani Sayuran Organik Terpadu

Perancangan MUSOT didasarkan pada koefisien teknis kebutuhan input

produksi, tingkat produksi, tingkat harga maupun biaya, dan ketersediaan

sumberdaya pada tingkat wilayah yang diperoleh dari data primer maupun data

sekunder. Data primer yang diperoleh kemudian diolah terlebih dahulu

menggunakan bantuan software Microsoft Excel sehingga dapat memberikan

informasi yang mudah dipahami dan sesuai dengan kebutuhan peneliti. Persamaan

maupun pertidaksamaan yang dihasilkan dari perancangan MUSOT kemudian

diolah dengan LINDO (Linear Interactive Discrete Optimizer). Pemilihan

Page 59: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

40

software LINDO didasarkan pada pertimbangan kemudahan penggunaan dan hasil

analisis yang dihasilkan telah cukup memberikan informasi yang dibutuhkan

dalam penelitian ini serta lebih mudah dipahami. Penyusunan program linear

didahului dengan menentukan fungsi tujuan dan fungsi kendala. Besarnya nilai

koefisien pada fungsi tujuan dan fungsi kendala serta ketersediaan sumberdaya

masing-masing kendala didasarkan pada koefisien teknis setiap aktivitas yang

diperoleh dari data primer maupun sekunder.

4.4.1.1.Penerapan Model Usahatani Terpadu Sayuran Organik-Hewan Ternak (MUSOT)

Pada dasarnya model yang dibangun dalam penelitian ini adalah model

usahatani terpadu antara sayuran organik-hewan ternak. Namun untuk

memberikan gambaran mengenai perbandingan penerapan setiap aktivitas

usahatani secara tidak terpadu dengan penerapan usahatani secara terpadu maka

model yang dibangun diterapkan pada dua kondisi yang berbeda yakni kondisi

tidak terintegrasi (SI) dan kondisi terintegrasi (SII). Adanya penerapan model

pada dua kondisi yang berbeda dilatarbelakangi oleh adanya tujuan dari penelitian

ini yakni ingin memberikan informasi mengenai dampak ekonomi

penyelenggaraan aktivitas usahatani secara terpadu. Dengan demikian dapat

dibandingkan mana yang lebih menguntungkan saat menerapkan pertanian secara

terpadu atau pada saat setiap aktivitas usaha dilakukan secara tidak terpadu

sehingga pengambil keputusan, dalam hal ini GPW, dapat menentukan keputusan

yang tepat dalam pengelolaan aktivitas usahatani di Desa Karehkel.

Pada model SI diberikan kendala pemenuhan kebutuhan produk antara

sehingga setiap kebutuhan produk antara dalam aktivitas produksi di dalam desa

seluruhnya dipenuhi dengan membeli dari luar desa. Berbeda halnya pada model

SII dimana kebutuhan produk antara setiap aktivitas produksi di dalam desa dapat

dipenuhi dengan tiga alternatif yakni memanfaatkan produk antara yang

dihasilkan di dalam desa, membeli produk antara dari luar desa, atau kombinasi

keduanya.

Page 60: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

41

4.4.1.2.Penentuan Aktivitas dalam Fungsi Tujuan

Tujuan dari MUSOT adalah memaksimumkan total keuntungan wilayah

dengan adanya penerapan pertanian terpadu. Aktivitas-aktivitas yang dimasukkan

dalam fungsi tujuan meliputi komponen penerimaan dan komponen pengeluaran

masing-masing aktivitas usaha yang dilibatkan dalam MUSOT yang dibangun.

Fungsi tujuan MUSOT ini adalah untuk memaksimumkan total keuntungan

wilayah dari aktivitas-aktivitas yang diintegrasikan.

1. Aktivitas Produksi, antara lain aktivitas memproduksi sayuran selada,

kangkung, caisin, bayam merah, bayam hijau, ternak kelinci, ternak

domba, silase, dan pupuk bokashi. Aktivitas produksi diukur dengan biaya

produksi yang tidak termasuk biaya penggunaan produk antara. Biaya

produksi memproduksi sayuran organik adalah seluruh biaya pembelian

input kecuali biaya pupuk organik. Biaya produksi ternak domba dan

ternak kelinci adalah seluruh biaya kecuali aktivitas mencari maupun

membeli pakan hijauan. Pada aktivitas silase, biaya diukur berdasarkan

pembelian input-input kecuali pembelian bahan baku hijauan. Biaya

produksi pupuk bokashi adalah biaya-biaya selain biaya limbah ternak

untuk bahan baku pupuk bokashi. Biaya produk antara tersebut akan

dijadikan koefisien pada aktivitas penggunaan produk antara sehingga

dapat terlihat tingkat penggunaan produk antara di dalam desa dan

keputusan pemenuhan kebutuhan produk antara.

2. Aktivitas Jual, meliputi aktivitas menjual produk akhir maupun kelebihan

produk antara yang dihasilkan di Desa Karehkel. Output dari aktivitas

usahatani sayuran organik adalah sayuran segar dan limbah sayuran.

Produk yang dihasilkan dari aktivitas ternak yakni dapat berupa daging

(domba), anakan (kelinci), dan limbah ternak seperti kotoran dan urin.

Aktivitas memproduksi silase dan pupuk bokashi menghasilkan pakan

silase dan pupuk bokashi. Kedudukan sebuah produk dapat berperan

sebagai produk, produk akhir, maupun keduanya.

3. Aktivitas Beli, secara garis besar merupakan aktivitas untuk memperoleh

produk antara yang dijual pada pasar produk antara yang ada di luar Desa

Karehkel. Produk antara yang diperoleh dari aktivitas membeli ini

Page 61: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

42

merupakan produk antara yang berasal dari luar desa. Aktivitas beli yang

dimaksud antara lain membeli kotoran domba, kotoran kelinci, urin

kelinci, pupuk kotoran ayam dari luar desa, dan membeli limbah organik

pasar untuk bahan baku hijauan silase.

4. Aktivitas Sewa Tenaga Kerja, dibedakan menjadi lima jenis yakni setiap

aktivitas usaha memiliki aktivitas menyewa tenaga kerja yang berbeda-

beda. Hal ini disebabkan karena model yang dibangun merupakan model

terpadu yang dibangun pada skala wilayah dimana setiap aktivitas usaha

dilakukan oleh kelompok yang berbeda-beda sehingga ketersediaan

sumberdaya tenaga kerja keluarga akan berbeda dan aktvitas menyewa

tenaga kerja akan berbeda-beda pula. Adanya pembedaan aktivitas sewa

tenaga kerja dapat berfungsi untuk mengetahui tingkat pemanfaatan dan

kemampuan tenaga kerja dalam keluarga memenuhi kebutuhan tenaga

kerja aktivitas produksi.

4.4.1.3.Pengukuran Kendala

Kendala yang dimasukkan dalam MUSOT antara lain kendala

ketersediaan lahan, kendala tenaga kerja, kendala transfer produk, ketersedian

input maupun sumberdaya pendukung penerapan pertanian terpadu, dan kendala

permintaan sayuran organik.

1. Kendala Ketersediaan Lahan, hanya terdapat pada aktivitas usahatani

sayuran organik. Satuan lahan yang digunakan pada usahatani sayuran

organik adalah bedengan yakni sesuai dengan kondisi aktual lokasi

penelitian.Ukuran bedengan pada penelitian ini didasarkan ukuran

bedengan rata-rata di lokasi penelitian

2. Kendala Tenaga Kerja, dibedakan menjadi lima yakni masing-masing

untuk aktivitas memproduksi sayuran organik, ternak kelinci, ternak

domba, silase, dan pupuk bokashi. Komponen penyusan dalam kendala

tenaga kerja adalah kebutuhan tenaga kerja per unit aktivitas usaha dan

aktivitas menyewa tenaga kerja dari luar keluarga.

3. Kendala Transfer Produk, pada pertanian terpadu cukup banyak yakni

transfer produksi sayuran organik per jenis sayuran per bedeng, kendala

transfer produk ternak, kendala transfer produk silase dan pupuk bokashi,

Page 62: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

43

kendala transfer pemanfaatan produk antara di dalam desa, dan kendala

transfer kebutuhan pakan ternak. Kendala transfer produk sayuran, ternak,

silase, dan pupuk bokashi didefinsikan sebagai jumlah produk yang dapat

dihasilkan oleh satu satuan aktivitas produksi. Kendala transfer

ditunjukkan dengan aktivitas untukmemenuhi kebutuhan produk antara

oleh suatu aktivitas usaha melalui pemanfaatan produk antara di dalam

desa atau membeli dari luar desa.

4. Kendala Ketersediaan Input dan Sumberdaya Pendukung, dapat dibedakan

menjadi ketersediaan pakan hijauan lapang yang dapat disediakan

peternak, ketersediaan pupuk kotoran ayam yang dapat diperoleh dari luar

desa, ketersediaan tenaga yang dapat disewa di Desa Karehkel, dan

ketersediaan limbah organik pasar yang digunakan untuk aktivitas

produksi silase.

5. Kendala pakan rumput, dibedakan menjadi dua yakni pakan rumput untuk

kelinci dan pakan rumput untuk domba.

6. Kendala Permintaan Sayuran Organik, didasarkan pada data penjualan

sayuran organik aktual enam orang petani sehingga diasumsikan data

penjualan merupakan permintaan aktual pembeli. Data tersebut kemdudian

dikonversikan menjadi data permintaan kelompok tani yang berjumlah 29

orang petani.

4.4.1.4.Model Matematis Usahatani Sayuran Organik Terpadu

Penentuan aktivitas-aktivitas pada fungsi tujuan dan fungsi kendala

tersebut sangat penting untuk menyusun model linear usahatani sayuran oragnik

terpadu pada penelitian ini. Secara matematis, model yang dikembangkan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Tujuan

Maks Z = ∑푎푖푆푋푖-∑푏푖푋푖-∑푐푗푃퐴푗-∑푑푖푇퐾푆푖

dimana:

ai = harga jual produk aktivitas produksi Xi (Rp/unit)

bi = biaya produksi non produk antara aktivitas produksi Xi (Rp/unit)

cj = harga beli produk antara j (Rp/unit)

Page 63: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

44

di = biaya sewa tenaga kerja aktivitas produksi Xi (Rp/HOK)

SXi = aktivitas menjual produk aktivitas produksi Xi (unit)

aktivitas menjual produk aktivitas produksi Xi adalah sebagai berikut:

SXS = aktivitas menjual selada (kg)

SXK = aktivitas menjual kangkung (kg)

SXC = aktivitas menjual caisin (kg)

SXM = aktivitas menjual bayam merah (kg)

SXH = aktivitas menjual bayam hijau (kg)

SXG = aktivitas menjual daging domba (kg)

SXR = aktivitas menjual anakan kelinci (Rp)

SLIYUR = aktivitas menjual limbah sayuran organik (Kg)

SLULXG = aktivitas menjual kotoran domba ke luar desa (Kg)

SLULXR = aktivitas menjual kotoran kelinci ke luar desa (Kg)

SLULUR = aktivitas menjual urin kelinci ke luar desa (Kg)

SLUXKO = aktivitas menjual pupuk bokashi ke luar desa (Kg)

SLUXSIL = aktivitas menjual silase ke luar desa (Kg)

Xi = aktivitas produksi i (unit)

aktivitas produksi i yang dimaksud adalah sebagai berikut ini:

XS = aktivitas memproduksi selada (bedeng)

XK = aktivitas memproduksi kangkung (bedeng)

XC = aktivitas memproduksi caisin (bedeng)

XM = aktivitas memproduksi bayam merah (bedeng)

XH = aktivitas memproduksi bayam hijau (bedeng)

XG = aktivitas memelihara domba (ekor)

XR = aktivitas memelihara indukan kelinci (ekor)

XKO = aktivitas memproduksi pupuk bokashi(Kg)

XSIL = aktivitas memproduksi silase (Kg)

PAj = aktivitas membeli produk antara j (unit)

aktivitas membeli produk antara j yang dimaksud adalah sebagai berikut

ini:

BLLXG = aktivitas membeli kotoran domba dari luar desa (Kg)

BLLXR = aktivitas membeli kotoran kelinci dari luar desa (Kg)

Page 64: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

45

BLLUR = aktivitas membeli urin kelinci dari luar desa(Kg)

BKOTA = aktivitas membeli pupuk kotoran ayam dari luar desa (Kg)

BLUSIL = beli silase dari luar desa (kg)

BSOP = aktivitas membeli limbah organik pasar (Kg)

TKSi = aktivitas menyewa tenaga kerja luar keluarga aktivitas produksi

Xi, dimana terdiri dari:

TKSAY = aktivitas sewa tenaga kerja usahatani sayura organik

(HOK)

TKSG = aktivitas sewa tenaga kerja ternak domba (HOK)

TKSR = aktivitas sewa tenaga kerja ternak kelinci (HOK)

TKSKO = aktivitas sewa tenaga kerja produksi silase (HOK)

TKSIL = aktivitas sewa tenaga kerja produksi silase (HOK)

2. Fungsi Kendala

a. Kendala Ketersediaan Lahan Sayuran Organik

∑푋푖 ≤e1

dimana:

Xi = jenis sayuran organik: selada (XS), kangkung (XK),

caisin (XC), bayam merah (XM), bayam hijau (XH)

(bedeng)

e1 = ketersediaan lahan (bedengan)

b. Kendala Tenaga Kerja

Usahatani sayuran organik, silase, dan pupuk bokashi:

∑푓푋푖 − 푇퐾푆푖 ≤fi

Usahaternak:

∑푓푋푖 + 푅푈푀 − 푇퐾푆푖 ≤fi

dimana:

Xi = aktivitas produksi i (unit)

RUMz = aktivitas mencari rumput lapang ternak z(Kg/HOK)

GRUM = jumlah rumput yang disediakan untuk domba (Kg)

RRUM = jumlah rumput yang disediakan untuk kelinci (Kg)

f = kebutuhan tenaga kerja per unit aktivitas (HOK/unit)

fi = ketersediaan tenaga kerja aktivitas produksi i (HOK)

Page 65: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

46

c. Kendala Transfer Produk

Transfer Produk utama sayuran organik dan ternak:

SXi – gXi ≤ 0

Transfer Rendemen pupuk dan silase:

Xi - hiBBi ≤ 0

Transfer pupuk bokashi:

-BKOTA- XKO+XS+kXK+kXC+kXM+kXH+SLUXKO ≤ 0

Transfer silase:

-BLUSIL-XSIL+lXG+lXR+SLUXSIL≤ 0

Transfer kotoran domba:

-BLLXG-mXG+nBBKO+SLULXG ≤ 0

Transfer Kotoran kelinci

-BLLXR-oXR+pBBKO+SLULXR ≤ 0

Transfer urin kelinci:

-BLLUR-qXR+rBBKO+SLULUR ≤ 0

Transfer Limbah Sayuran:

sBBSIL-tXSay -BSOP +SLIYUR ≤ 0

dimana:

g =produksi produk per unit aktivitas selada,kangkung,caisin,bayam

merah, bayam hijau, daging domba (kg); kelinci (ekor anakan)

hi = koefisien teknis rendemen silase; pupuk bokashi

BBi = total kebutuhan bahan baku silase; pupuk bokashi (Kg)

k = kebutuhan pupuk organik per bedengan sayuran (Kg/bedeng)

l = kebutuhan pakan silase per jenis ternak (Kg)

m = produksi kotoran domba per ekor (Kg/ekor)

n = koefisien kebutuhan bahan baku bokashi kotoran domba

o = produksi kotoran kelinci per ekor (Kg/ekor)

p = koefisien kebutuhan bahan baku bokashi kotoran kelinci

q = produksi urin kelinci per ekor (Kg/ekor)

r = koefisien kebutuhan bahan baku bokashi urin kelinci

s = koefisien kebutuhan baku hijauan silase

t = produksi limbah sayuran per bedeng (Kg/bedeng)

Page 66: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

47

d. Kendala Pakan Rumput

-RUMz+a1XT ≤ 0

Dimana:

XT = jenis ternak domba (XG), kelinci (XR)

a1 = kebutuhan pakan rumput masing-masing jenis ternak (Kg)

e. Kendala Input dan sumberdaya pendukung

Tenaga Kerja Sewa:

∑푇퐾푆푖 ≤ a2

Ketersediaan Rumput Lapang:

∑푅푈푀푧 ≤ a3

Ketersediaan Pupuk Kotoran Ayam:

∑퐵퐾푂푇퐴 ≤ a4

Ketersediaan Limbah Organik Pasar:

∑퐵푆푂푃 ≤ a5

dimana:

a2 = ketersediaan tenaga kerja sewa di Desa Karehkel (HOK)

a3 = ketersediaan rumput lapang (Kg)

a4 = ketersediaan pupuk kotoran ayam luar desa(Kg)

a5 = Ketersediaan limbah organik pasar (Kg)

f. Kendala Permintaan Sayuran Organik

SXSay ≥ a6

dimana:

SXSay = jual setiap jenis sayuran organik: selada (XS), kangkung

(XK), caisin (XC), bayam merah (XM), bayam hijau (XH)

a6 = permintaan minimum sayuran organik (Kg)

4.4.1.5.Analisis Sensitivitas

Adanya sifat deterministik pada LP yang menyebabkan hasil yang

diperoleh berupa single value expectation menyebabkan analisis sensitivitas

menjadi hal yang sangat penting. Analisis sensitivitas digunakan untuk

menangkap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada kondisi aktual

sehingga dapat diketahui selang kepekaan yang dapat ditolerir sehingga tidak

mengubah keputusan optimal. Analisis sensitivitas dilakukan pada koefisien

Page 67: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

48

fungsi tujuan yakni berupa perubahan harga jual, harga beli, maupun biaya

produksi per unit aktivitas produksi. Analisis sensitivitas juga dilakukan pada

ketersediaan sumberdaya pada fungsi kendala.

4.4.1.6.Analisis Pasca Optimal

Analisis pasca optimal pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui

dampak dari adanya pemaksaan kondisi terintegrasi pada MUSOT yang dibangun

terhadap total keuntungan wilayah, alokasi sumberdaya, pengusahaan masing-

masing aktivitas usaha, dan tingkat pemanfaatan produk antara. Skenario yang

dijalankan adalah dengan menetapkan kebijakan penggunaan pupuk bokashi

masing-masing sebesar 30 persen, 50 persen, 70 persen, dan 100 persen dari total

kebutuhan pupuk organik di dalam desa. Penentuan setiap kebijakan pemanfaatan

pupuk bokashi yang semakin besar tersebut digunakan untuk mengetahui dampak

kebijakan terhadap total keuntungan wilayah apabila proporsi pemanfaatan pupuk

bokashi di dalam desa semakin besar. Total keuntungan yang dihasilkan oleh

kondisi optimal masing-masing kebijakan dijadikan sebagai dasar untuk

mengetahui konsekuensi penerapan kebijakan tersebut terhadap perubahan harga

jual sayuran organik setiap kilogramnya agar keuntungan yang diperoleh adalah

minimal sama dibandingkan penyelenggaraan usahatani secara tidak terintegrasi.

Page 68: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

49

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Lokasi dan Topografi

Desa Karehkel berada di Kecamatan Leuwiliang dan termasuk wilayah

pengembangan pembangunan Kabupaten Bogor bagian barat. Wilayah Karehkel

berbatasan langsung dengan Kecamatan Leuwisadeng di bagian barat, Kecamatan

Rumpin di sebelah utara, Kecamatan Cibungbulang di bagian timur, dan Desa

Cibeber I di bagian selatan. Berdasarkan ketinggiannya, Desa Karehkel termasuk

dalam dataran rendah karena berada pada ketinggian 175-250 mdpl. Hal tersebut

secara langsung mempengaruhi aktivitas di bidang pertanian sehingga seluruh

ternak dan tanaman yang diusahakan adalah hewan dan jenis tanaman dataran

rendah.

Topografi Desa Karehkel secara umum untuk lahan darat adalah berbukit

dengan kemiringan 10-25% sedangkan untuk lahan sawah landai sampai datar

dengan kemiringan antara 10-20%. Jenis tanah di Desa Karehkel adalah tanah

latosol dengan pH berkisar antara 4,5-5,5 sehingga tanahnya cenderung bersifat

asam. Mayoritas petani sayuran secara rutin menaburkan kapur pada lahannya

setiap tiga bulan sekali sebagai upaya memperbaiki kesuburan lahan garapannya.

Kegiatan pengembangan dan pembinaan pertanian di Desa Karehkel

berada di bawah pengawasan BP3K Wilayah Leuwiliang. Luas wilayah Desa

Karehkel adalah 807 Ha dengan penggunaan lahan sebagai lahan pertanian

sebesar 46,84%, 11,65% sebagai lahan pekarangan, 6,44% sebagai areal

pengangonan, 1,24% sebagai lahan usaha perikanan, dan sisanya sebanyak

33,83% sebagai areal hutan rakyat (BP3K Leuwiliang 2010).

5.2. Keadaan Iklim

Secara garis besar Kecamatan Leuwiliang memiliki dua musim yakni

musim penghujan dan musim kemarau. Wilayah Desa Karehkel yang berada di

Kecamatan Leuwiliang juga memiliki keadaan iklim yang tidak jauh berbeda.

Bulan kering atau musim kemarau merupakan bulan-bulan yang memiliki curah

hujan rata-rata kurang dari 60 milimeter/bulan. Bulan hujan atau bulan basah

merupakan saat dimana curah hujan rata-rata lebih dari 100 milimeter/bulan

Page 69: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

50

sedangkan bulan lembab memiliki curah hujan antara 60 milimeter/bulan sampai

dengan 100 milimeter/bulan.

Tabel 1. Rata-rata Curah Hujan Selama 12 Tahun Terakhir di Kecamatan Karehkel

No

Curah Hujan ( mm)

Bulan

Rata-rata

1998-

2002

Tahun

2003

Tahun

2004

Tahun

2005

Tahun

2006

Tahun

2007

Tahun

2008

Tahun

2009

1 Januari 314 391 93 404 274 105 271 96

2 Pebruari 165 97 354 327 138 284 240 372

3 Maret 112.6 230 400 423 112 239 231 200

4 April 176 404 421 640 201 266 345 307

5 M e i 310 457 324 374 409 274 341 317

6 J u n i 176.4 51 174 169 241 309 203 278

7 J u l i 271 24 15 209 350 35 156 144

8 Agustus 163 24 43 166 9 90 106 108

9 September 236 136 97 392 7 61 223 225

10 Oktober 269.3 231 297 277 605 314 335 644

11 Nopember 290.8 421 241 401 331 158 343 554

12 Desember 286.2 357 154 432 341 257 314 391

Rata-Rata 230,94 236 216 350.4 249 199 259 330

Sumber : Stasiun Klimatologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (2009)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwasanya rata-rata curah hujan di

Desa Karehkel adalah sebesar 230 milimeter/tahun. Maka dapat dikatakan

bahwasanya Desa Karehkel memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan

didominasi dengan bulan basah yakni rata-rata selama 10 bulan. Hal ini secara

langsung berpengaruh pada pola tanam berbagai jenis tanaman pertanian di Desa

Karehkel, terutama kegiatan usahatani tanaman berupa padi, sayuran, atau jenis

tanaman hutan lainnya.

5.3. Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Karehkel berdasarkan Laporan Register Penduduk

Tahun 2009 adalah sebanyak 16.244 jiwa yang terdiri dari penduduk pria

sebanyak 57,34% (9.314 jiwa) dan 42,66% (6.930 jiwa) sisanya adalah penduduk

Page 70: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

51

berjenis kelamin wanita dengan jumlah rumah tangga sebanyak 2.687 rumah

tangga. Ditinjau dari jumlah anggota keluarga maka rata-rata rumah tangga

beranggotakan 6 jiwa/rumah tangga. Sekitar 71,63% (11.635 jiwa) dari total

penduduk di Desa Karehkel tergolong pada usia produktif sedangkan 38% (4.609

jiwa) sisanya berada pada kategori usia tidak produktif. Keberadaan penduduk

dengan usia produktif menunjukkan potensi tenaga kerja yang ada di Desa

Karehkel.

Tabel 2. Data Keragaan Penduduk Desa Karehkel Menurut Mata Pencaharian

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Desa ( orang )

Karehkel Cibeber I

1 Pertanian 1667 1668

2 Pertambangan 997 967

3 Perikanan 999 669

4 Perdagangan 2875 1987

5 Jasa 287 498

6 Swasta 1540 2897

7 Pegawai Negeri 85 98

8 Buruh 698 599

9 Tidak Kerja 7096 6327

Jumlah 16244 15710

Sumber : Kantor Desa Karehkel (2009)

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwasanya mayoritas penduduk di

Desa Karehkel tidak memiliki pekerjaan. Angka pengangguran yang cukup tinggi

yakni mencapai 43,68 persen salah satunya disebabkan karena rendahnya tingkat

pendidikan di Desa Karehkel. Sebanyak 36,62 persen penduduk tidak bersekolah,

42,81 persen hanya lulusan SD, 10,41 persen telah mengenyam pendidikan setara

SMP, 9,82 persen adalah lulusan SMA, dan hanya sebanyak 0,33% yang lulus

pendidikan perkuliahan (D3 atau S1). Penduduk yang memiliki mata pencaharian

di bidang pertanian adalah sebanyak 2.666 jiwa dimana 62,53% berada pada

usahatani tanaman dan sisanya 37,47% di bidang perikanan. Keberadaan usaha

peternakan memang sulit ditemui di lapangan bahkan tidak ada. Hal ini

disebabkan usaha ternak di Desa Karehkel mayoritas diusahakan hanya sebagai

kegiatan sambilan di sela-sela kegiatan usahatani tanaman.

Page 71: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

52

5.4. Aktivitas Usahatani Desa Karehkel

Secara garis besar, kegiatan usahatani di Desa Karehkel dapat dibedakan

menjadi beberapa bagian yakni sektor usahatani tanaman yang meliputi usahatani

lahan basah misalnya padi sawah, usahatani lahan kering seperti perkebunan,

tegalan, pengangonan (ternak secara ekstensif atau semi intensif) ,kehutanan, dan

usahatani perairan yakni perikanan. Desa Karehkel memiliki empat kelompok tani

(poktan) dan satu kelompok wanita tani (KWT) yang tergabung dalam Gapoktan

Pandan Wangi (GPW). Poktan yang tergabung dalam GPW diantaranya Poktan

Mitra Tani yang berlokasi di kampung Tonjong, Poktan Cadas Gantung di

kampung Parung Singa, Berkah Tani di kampung Karehkel, dan di kampung

Pandu terdapat Poktan Sugih Tani.

Mayoritas kegiatan usahatani padi sawah dilakukan di Poktan Mitra Tani

sedangkan luasan lahan sawah paling kecil terdapat di kampung Pandu yakni

tempat dimana Poktan Sugih Tani berada. Pada kegiatan usahatani lahan kering,

Poktan Mitra Tani memiliki luasan lahan garapan yang terbesar diantara poktan

lainnya.Pada umumnya pola tanam kegiatan usahatani lahan basah dan lahan

kering dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Pola tanam usahatani lahan

basah (sawah) diantaranya pola tanam I: padi–padi–palawija, pola tanam II: padi–

palawija–bera. Pada aktivitas usahatani lahan darat dapat dibedakan menjadi tiga

macam yakni pola tanam I: palawija–palawija, pola tanam II: palawija – sayuran

dan pola tanam III: sayuran sepanjang tahun. Sebagian besar petani yang

mengusahakan tanaman berstatus sebagai petani pemilik yakni sebanyak 56,87%

(948 orang) dari total penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani.

Keberadaan buruh tani juga cukup banyak yakni mencapai 18,23% atau setara

dengan 304 petani. Jumlah petani berdasarkan statusnya secara lengkap dapat

dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Page 72: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

53

Tabel 3. Data Jumlah Penduduk Tani Menurut Status Petani

No Status Petani Jumlah Petani (orang) Proporsi (%)

1 Pemilik 948 56,87

2 Pemilik penggarap 316 18,96

3 Penyakap 99 5,94

4 Buruh tani 304 18,23

Jumlah 1667 100

Sumber : Laporan Register Desa (2009)

Sangat besarnya daya tarik secara ekonomi pengusahaan tanaman hutan

menyebabkan cukup banyak petani yang mengusahkan berbagai tanaman hutan

sebagai sumber penghidupannya. Penggunaan lahan untuk kegiatan pengusahaan

tanaman hutan di Desa Karehkel adalah mencapai 25,65 persen (207 ha).

Tanaman bambu merupakan jenis tanaman hutan yang banyak dibudidayakan

sedangkan tanaman hutan lainnya antara lain albazia, mahoni, dan aprika.

Pada sektor perikanan, kegiatan usahanya ditujukan untuk pembenihan dan

pembesaran ikan. Luasan kolam yang digunakan adalah seluas 10 ha. Jenis ikan

yang dibudiyakan antara lain ikan nila, ikan mas, dan ikan gurami. Pembudidaya

ikan konsumsi tersebut tergabung dalam Poktan Perikanan Cadas Gantung.

Adanya padang pengangonan menjadi salah satu potensi sumber pakan

bagi hewan ternak yang dibudidayakan. Peternak tersebut tergabung dalam

Poktan Ternak Cadas Gantung. Selain itu ketersediaan lahan pekarangan, ladang

atau tegalan juga menjadi salah satu potensi sumberdaya bagi aktivitas usahatani

tanaman darat lainnya, salah satunya adalah sayuran dataran rendah. Sebagian

besar petani sayuran berada di Kampung Pandu yang tergabung dalam Poktan

Sugih Tani. Petani sayuran di Poktan Sugih Tani dapat dibedakan menjadi dua

yakni petani-petani yang membudidayakan sayurannya secara organik dan petani

sayuran non-organik yakni yang menggunakan pupuk kimia dalam usahatani yang

dilakukannya. Keberagaman berbagai aktivitas usahatani dan penggunaan lahan

untuk setiap aktivitas usahatani, secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4 di

bawah ini.

Page 73: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

54

Tabel 4. Klasifikasi dan Tata Guna Lahan pada Kelompok Tani yang Tergabung dalam Gapoktan pandan Wangi

No Klasifikasi dan Tata

Guna Lahan

Kelompok Tani

Cadas Gantung Mitra Tani Sugih Tani Barokah Tani

1 Lahan Basah

Sawah Pengairan (Ha)

- Teknis 26 40 32 38

- 1/2 teknis 30 20 14 16

- Sederhana 15 16 11 8

- Tadah Hujan - - - -

2 Lahan Kering (Ha)

- Pekarangan 25 20 21 28

- Ladang / Tegalan 37 29 27 19

- Pengangonan 15 12 14 11

- Perkebunan - - - -

- Kehutanan 45 84 73 71

3 Perairan (Ha)

- Setu - - - -

- Kolam 3 2 1 4

- Akuarium -

Jumlah (Ha) 196 223 193 195

Sumber : Kantor Desa Karehkel (2009)

5.4.1. Usahatani Sayuran Organik

5.4.1.1. Sejarah Budidaya Sayuran Organik di Desa Karehkel

Kegiatan usahatani sayuran terpusat pada Poktan Sugih Tani. Jumlah

petani yang terdaftar sebagai anggota adalah sebanyak 29 petani. Pada awalnya

kegiatan usahatani sayuran di Desa Karehkel dilakukan secara non organik yakni

masih menggunakan pupuk kimia dan pestisida. Jenis sayuran yang

dibudidayakan petani antara lain bayam, caisin, kangkung, selada, lobak,

kemangi, kacang panjang, tomat, terong, buncis, ketimun, dan kucai ganda.

Aktivitas budidaya sayuran organik dimulai pada saat ICDF (International

Cooperation and Development Fund) Taiwan menjalin kerjasama dengan

Gapoktan Pandan Wangi. Poktan Sugih Tani dipilih sebagai pelaksana kegiatan

Page 74: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

55

budidaya sayuran organik karena poktan tersebut merupakan sentra petani sayuran

di Desa Karehkel sehingga difusi teknologi budidaya sayuran organik dapat

dilakukan dengan lebih mudah.

Kerjasama tersebut resmi terjalin pada bulan Mei 2009 yang ditandai

dengan penandatanganan MOU. Petani yang terikat kerjasama memiliki

kewajiban untuk memenuhi permintaan dan mengikuti kalender tanam yang

ditetapkan oleh pihak ICDF. Pada awalnya hanya satu orang petani saja yang

bersedia melakukan budidaya sayuran secara organik. Hal ini disebabkan karena

adanya persepsi negatf terhadap aktivitas budidaya sayuran organik. Petani yang

telah terbiasa menggunakan pupuk kimia dan pestisida dalam budidaya

sayurannya merasa khawatir terhadap hasil panen yang lebih rendah dan adanya

serangan hama yang tinggi pada aktivitas budidaya sayuran organik. Selain itu,

petani juga beranggapan bahwa modal yang diperlukan untuk budidaya sayuran

organik sangat besar karena harus memiliki paranet sebagai penutup

bedengannya. Persepsi tersebut menjadi salah satu kendala dalam mengajak

seluruh petani untuk membudidayakan sayuran organik.

Secara perlahan, petani mulai menyadari adanya potensi keuntungan yang

lebih besar dengan melakukan budidaya sayuran organik. Salah satu daya tarik

bagi petani untuk bergabung dalam usaha budidaya sayuran organik adalah harga

tiap jenis sayuran per kilogram yang lebih mahal daripada harga sayuran non-

organik. Harga per kilogram selada, caisin, kangkung, bayam hijau, dan bayam

merah yang dibudiayakan secara organik di Karehkel masing-masing adalah Rp

9.000,00; Rp 8.000,00; Rp 5.000,00; Rp 6.000,00; dan Rp 6.000,00. Saat ini,

jumlah petani yang membudidayakan sayuran secara organik adalah sebanyak

enam petani. Pada beberapa tahun ke depan, Poktan Sugih Tani akan dijadikan

sebagai sentra produksi sayuran organik di DesaKarehkel. Selain potensi

sumberdaya manusia yang telah berpengalaman untuk budidaya sayuran, alasan

lingkungan juga menjadi penyebabnya. Salah satu persyaratan lingkungan untuk

kegiatan budidaya tanaman secara organik adalah tidak boleh terdapat

kontaminasi bahan kimia dari aktivitas usahatani tanaman non-organik di

sekitarnya. Kondisi saat ini, lokasi aktivitas usahatani sayuran organik di Desa

Page 75: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

56

Karehkel masih dikelilingi usahatani tanaman lain yang dilakukan secara non-

organik.

5.4.1.2. Produksi Sayuran Organik dan Potensi Limbah Sayuran

Proses difusi teknologi budidaya sayuran organik dilakukan secara

bertahap di Desa Karehkel. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk melakukan uji

coba terhadap kesesuaian lahan, iklim untuk budidaya sayuran organik sehingga

dapat diketahui jenis sayuran yang paling cocok dikembangkan di Desa Karehkel.

Selain itu, hal tersebut ditujukan untuk mengetahui komitmen para petani organik

untuk konsisten mengembangkan sayuran organik untuk memenuhi permintaan

pembeli (ICDF). Pada mulanya, hanya tiga jenis sayuran yang dibudidayakan

yakni kangkung, caisin, dan bayam hijau. Aktivitas budidaya selada dimulai pada

bulan Agustus dan bayam merah baru dimulai pada bulan Oktober.

Adanya rencana untuk mengembangkan wilayah Poktan Sugih Tani

sebagai sentra pertanian sayuran organik di Desa Karehkel dilatarbelakangi oleh

tingginya permintaan sayuran organik oleh konsumen ICDF yang sebagian besar

terdiri dari ritel-ritel besar, seperti serambi botani, alfamart, dan giant. Pada

nantinya diharapkan petani sayuran yang ada di Desa Karehkel dapat

melaksanakan budidaya organik untuk memenuhi permintaan pasar yang lebih

besar. Jumlah sayuran organik yang diproduksi tiap bulannya cukup banyak.

Produksi selada per bulannya rata-rata mencapai 111,64 kg dan caisin mencapai

464,69 kg. Jenis sayuran yang memiliki permintaan tertinggi adalah kangkung

yakni mencapai 590,17 kg. Jumlah permintaan bayam hijau juga cukup banyak,

yakni terbesar kedua setelah caisin yakni rata-rata meencapai 487,7 kg tiap

bulannya.

Proses sortasi yang dilakukan terhadap sayuran organik dapat

menyebabkan adanya limbah sayuran. Sortasi yang dilakukan dapat mencapai 30

persen dari total sayuran yang diproduksi atau dikirim petani ke ICDF. Saat ini

keberadaan limbah tersebut masih belum termanfaatkan. Padahal limbah sayuran

organik sangat berpotensi sebagai sumber pakan ternak di Desa Karehkel.

Terkadang petani menjual limbah tersebut ke para tengkulak dengan jumlah dan

harga yang tidak menentu tergantung kesepakatan. Besarnya sortasi sayuran

tersebut sangat bervariasi dan sangat bergantung pada musim.

Page 76: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

57

Pada umumnya, saat musim kemarau, produksi sayuran akan tinggi

sehingga jumlah sayuran yang lolos sortasi adalah lebih banyak sehingga

berdampak pada keuntungan yang lebih tinggi bagi petani. Berbeda halnya pada

saat musim penghujan dimana cukup banyak hama dan penyakit yang menyerang.

Misalnya adalah kutu lengket atau kutu anjing (Phylotratta vittata) yang sering

menyerang tanaman caisin dan virus mozaik (Cucumber Mozaik Virus) yang

sering menyerang bayam. Akibatnya jumlah sayuran yang tidak lolos sortasi akan

lebih banyak dan keuntungan petani akan menurun. Besarnya sortasi di berbagai

musim tersebut juga tergantung pada ketahanan sayuran terhadap serangan hama

dan kesesuaian sayuran terhadap curah hujan tiap bulannya.

Selada merupakan jenis sayuran yang memerlukan banyak air dan relatif

sedikit hama yang menyerang. Sayuran ini memiliki produksi sayuran yang lebih

tinggi pada musim penghujan. Caisin juga memiliki karakter yang hampir sama

seperti selada yakni memerlukan air banyak sehingga produksinya pada musim

penghujan adalah lebih besar daripada musim kemarau. Serangan hama yang

semakin tinggi terhadap caisin menyebabkan produksi caisin pada musim

penghujan mengalami penurunan yang cukup drastis. Kangkung merupakan jenis

sayuran yang relatif stabil jumlah produksinya baik pada musim kemarau maupun

musim hujan.

Harga beli yang ditetapkan oleh ICDF terhadap sayuran organik yang pada

saat-saat tertentu mengalami perubahan. Misalnya adalah pada periode penelitian

ini, yakni bulan Maret-Mei 2010 yang bertepatan dengan musim hujan, harga

bayam hijau dan bayam merah mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena

meningkatnya intensitas serangan penyakit sehingga produksi sayuran mengalami

penurunan yang cukup drastis. Harga bayam yang semula Rp 6.000,00 tiap

kilogramnya mengalami kenaikan hingga Rp 9.000,00 tiap kilogramnya. Sayuran

yang relatif stabil jumlah produksi nya cenderung memiliki harga yang stabil

misalnya kangkung.

5.4.1.3. Gambaran Budidaya Sayuran Organik

Budidaya tanaman organik merupakan aktivitas budidaya yang tidak

menggunakan input kimia, baik berupa pupuk kimia maupun pestisida.

Kebutuhan pupuk organik pada usahatani sayuran organik di Desa Karehkel

Page 77: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

58

dipenuhi dengan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam. Seluruh kotoran

ayam tersebut diperoleh dari luar desa karena di Desa Karehkel sendiri tidak ada

peternakan ayam. Potensi kotoran domba dan kotoran kelinci sebagai pupuk

kandang yang cukup melimpah di Desa Karehkel masih belum termanfaatkan. Hal

ini disebabkan karena sifat dari kotoran domba sendiri seringkali membawa biji-

bijian gulma sehingga pada saat diaplikasikan sebagai pupuk kandang akan

menyebabkan timbulnya gulma yang sangat banyak. Setiap jenis sayuran ditanam

pada bedengan yang berbeda.

Untuk menghindari serangan hama maka pada budidaya sayuran organik

di Desa Karehkel menggunakan paranet yang disangga dengan menggunakan

tiang bambu yang disusun melengkung sehingga sayuran yang dipelihara

ternaungi paranet. Sebagian besar petani menyemai sendiri benih sayurannya

kecuali tanaman selada. Waktu semai yang cukup lama dan sulitnya benih selada

untuk disemai sendiri menjadi penyebab bagi petani untuk membeli bibit dari

pihak ICDF. Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali yakni pada awal saat tanam

dan di pertengahan periode produksi tanaman. Kegiatan penyiangan pada

umumnya dilakukan pada saat umur tanaman sampai dengan satu minggu namun

setelah tanaman sudah tinggi atau hampir panen, kegiatan penyiangan akan sangat

jarang dilakukan. Benih kangkung yang biasanya digunakan adalah bermerk

Petani Putih dan Cap Yayang sedangkan bayam merah mayoritas menggunakan

benih dengan merk Panah Merah. Berbeda halnya dengan bayam hijau, benih

dibeli dengan satuan botolan dan tidak bermerk.

Kegiatan penyiraman masih dilakukan secara tradisional yakni

menggunakan wadah siram yang dipikul (gembor). Penyiraman pada musim

kemarau dilakukan sebanyak tiga sampai dengan lima kali dalam sehari. Terutama

tanaman selada dan caisin yang memerlukan banyak air. Pada musim penghujan

intensitas penyiraman dikurangi yakni sebanyak dua atau hanya sekali dalam

sehari. Saat musim hujan, paranet harus sering dibuka sehingga sayuran terjemur.

Hal ini bertujuan untuk meminimalisir serangan penyakit pada tanaman sayuran.

Berdasarkan pengalaman yang dimiliki, virus mozaik yang menyerang bayam

disebabkan oleh air hujan yang turun pada jangka waktu yang singkat dan cipratan

air yang berasal dari tanah saat hujan turun. Petani terkadang menaman bayam

Page 78: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

59

dan selada pada satu bedengan. Biasanya petani menanam bayam terlebih dahulu.

Setelah berumur kurang lebih satu minggu, selada mulai ditanam sehingga pada

saat hujan akan mengurangi cipratan air hujan yang terpantul di tanah.

Tanaman selada dan caisin memerlukan jumlah tenaga kerja yang lebih

banyak daripada tanaman kangkung, bayam hijau, dan bayam merah. Jika

tanaman kangkung, bayam hijau, bayam merah hanya tinggal disemai, untuk

tanaman selada dan caisin harus disemai di bedeng semai terlebih dahulu

kemudian dipindahkan ke bedengan untuk kegiatan penanaman. Perbedaan antara

bedeng semai dan bedeng tanam terletak pada jarak tanamnya. Pada bedeng

semai, benih ditebar begitu saja sehingga memiliki kerapatan yang sangat tinggi.

Berbeda halnya dengan bedeng tanam dimana jarak tanamnya lebih jauh sehingga

memungkinkan bagi setiap tanaman untuk tumbuh secara maksimal.

Jenis sayuran yang ditanam, waktu tanam, waktu panen, dan waktu

pengiriman sayuran ditentukan sepenuhnya oleh ICDF. Seluruh produksi sayuran

organik disetorkan kepada ICDF. Permasalahan yang sering timbul adalah

terpusatnya aktivitas budidaya jenis sayuran tertentu pada seorang petani sehingga

berakibat pada jumlah keuntungan petani yang tidak merata . Selain itu, terkadang

petani tidak mengikuti jadwal tanam yang ditetapkan ICDF sehingga sayuran

dipanen lebih lama atau malah lebih cepat. Akibatnya pasokan sayuran dapat

sangat berlebih dan dapat sangat kurang. Perilaku petani yang tidak mematuhi

jadwal tanam tersebut akan merugikan petani. Jika sayuran yang diproduksi

melimpah maka kegiatan penyortiran akan dilakukan lebih ketat sehingga sayuran

tidak lolos sortir akan lebih banyak dan keuntungan petani akan lebih rendah. Di

sisi lain, saat pasokan kurang maka terpaksa sayuran-sayuran yang masih berumur

muda dipanen sehingga bobot sayuran yang disetorkan menjadi lebih rendah

sehingga keuntungan petani akan lebih sedikit.

5.4.2. Usahaternak Domba

Aktivitas ternak domba di Desa Karehkel sebagian besar dilakukan secara

semi intensif. Pada pagi sampai dengan siang hari ternak domba digembalakan di

padang rumput untuk mencari makan. Saat siang atau menjelang sore ternak

dikandangkan dan diberi pakan hijauan lapangan yang telah dicari oleh petani.

Seluruh pakan ternak domba dipenuhi dengan hijauan lapang. Usahaternak domba

Page 79: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

60

yang terdapat di Desa Karehkel sebagian dijadikan sebagai kegiatan sambilan di

sela-sela kegiatan bertani. Namun cukup banyak pula yang kegiatannya hanya

beternak domba. Ternak domba masih dilakukan secara tradisional dan sangat

sedikit menggunakan obat-obatan. Obat diberikan hanya pada saat ternak domba

mengalami diare. Ternak domba lebih jarang terserang diare daripada kambing

jawa.

Jumlah peternak domba yang tergabung dalam Poktan Ternak Cadas

Gantung adalah sebanyak 28 orang. Pada kondisi aktual, potensi ternak domba

adalah cukup merata di Desa Karehkel. Desa Karehkel terdiri dari 13 RW dan

masing-masing RW terdapat 5-10 orang yang memiliki domba dengan

kepemilikan ternak domba berkisar antara 5-7 ekor (Statistik Desa Karehkel

2010). Rata-rata setiap peternak memiliki satu ekor indukan jantan dan dua

indukan betina sedangkan sisanya adalah anakan domba. Jenis domba yang

banyak dibudidayakan adalah domba ekor tipis. Sebagian kecil lainnya adalah

kambing jawa. Jenis pakan yang diberikan adalah cukup berbeda yakni untuk

domba sebagian besar adalah rumput lapangan sedangkan pakan kambing jawa

berasal dari dedaunan yang dapat diperoleh di lapangan. Masih Harga kambing

jawa relatif lebih mahal daripada harga domba.

Biasanya domba-domba yang dipelihara tersebut dijual pada saat hari raya

kurban. Namun apabila peternak memiliki kebutuhan yang mendesak maka

seringkali ternaknya dijual. Limbah domba berupa kotoran maupun sisa pakan

masih belum termanfaatkan secara maksimal. Sebagian besar kotoran domba

tersebut masih dibiarkan begitu saja menumpuk di bawah kandang yang

berbentuk panggung. Berdasarkan data populasi ternak domba Statistik Desa

Karehkel (2010) maka dapat dikalkulasikan potensi kotoran domba yang

berpotensi untuk digunakan sebagai pupuk organik dapat mencapai sekitar 17 ton

setiap bulannya.

5.4.3. Usahaternak Kelinci

Keberadaan ternak kelinci di Desa Karehkel dapat dikatakan masih baru

sehingga pengetahuan para peternak untuk membudidayakan kelinci masih sangat

rendah. Ternak kelinci di Desa Karehkel merupakan bantuan dari program padat

karya Disnakertrans Bogor tahun 2009. Para peternak kelinci tergabung dalam

Page 80: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

61

Poktan Ternak Kelinci Cadas Gantung yang beranggotakan kurang lebih sebanyak

20 peternak dengan rata-rata kepemilikan ternak sebanyak 21 ekor. Jenis kelinci

yang dibudidayakan adalah mayoritas kelinci hias misalnya jenis lokal dan

angora. Sebagian kecil kelinci yang dibudidayakan adalah kelinci pedaging.

Kebutuhan pakan kelinci dipenuhi dengan konsentrat yang berasal dari

dedak dan sebagian besar dipenuhi dengan rumput lapangan. Penyakit yang sering

menyerang kelinci adalah penyakit buduk. Harga vaksin yang cukup mahal

menjadi salah satu kendala untuk mengatasi permasalahan tersebut. Akibatnya

banyak kelinci peternak yang mati. Berdasarkan data terakhir yang berasal dari

Gapoktan Pandan Wangi pada tahun 2009, jumlah populasi kelinci adalah

sebanyak 421 ekor. Diduga saat ini populasinya terus menurun yang ditandai

dengan adanya beberapa peternak kelinci yang sudah tidak lagi beternak kelinci.

Anakan kelinci hias yang dijual rata-rata berumur satu bulan. Pada umur satu

bulan anakan kelinci tersebut seharusnya belum lepas sapih namun untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi para peternak maka kelinci tersebut dijual pada

usia yang masih sangat muda. Limbah kelinci berupa kotoran kelinci dan urin

kelinci yang memiliki kualitas cukup baik bagi pupuk kandang, masih belum

termanfaatkan. Berdasarkan data terakhir Gapoktan Pandan Wangi tahun 2009

tersebut maka dapat diperkirakan potensi urin kelinci dan kotoran kelinci yang

dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik masing-masing dapat mencapai

sekitar 1.431 liter dan 5 ton untuk setiap bulannya.

5.4.4. Aktivitas Produksi Pupuk Bokashi dan Silase

Kotoran domba memiliki rasio karbon dengan nitrogen (C/N) yang lebih

tinggi daripada kotoran ayam sehingga lebih lama terurai. Kadar C/N domba dan

kelinci masing-masing adalah sebesar 19 dan 108 sedangkan kadar C/N kotoran

kelinci adalah 109. Sebelum kotoran ternak digunakan sebagai pupuk organik

memerlukan penanganan khusus sampai dengan kotoran ternak tersebut siap

digunakan sebagai pupuk organik. Tingkat kesiapan sebuah pupuk diukur dengan

tingkat kematangan pupuk yang ditunjukkan dengan rasio C/N nya. SNI (Standard

8 Pengolahan Limbah Peternakan Biogas. www.lolitsapi.litbang.deptan.go.id [Juli 2010] 9 Membangun Kemitraan Agribisnis Kelinci. www.balitnak.litbang.deptan.go.id [Juli 2010]

Page 81: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

62

Nasional Indonesia) 19-7030-2004 menerangkan bahwa kadar C/N kompos yang

baik adalah berkisar antara 10-2010.

Beberapa anggota Gapoktan Pandan Wangi telah mengetahui teknologi

pembuatan bokashi pupuk kandang yang mayoritas bahannya berasal dari kotoran

ternak. Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari limbah ternak, sampah dedaunan,

arang sekam, molasses, dan air kelapa. Sekitar 85 persen bahan bakunya berasal

dari limbah ternak baik berupa kotoran kelinci, kotoran domba, maupun urin

kelinci. Sangat besarnya kebutuhan bahan baku bokashi pupuk kandang berupa

limbah ternak dapat menjadi salah satu upaya dalam mengoptimalkan

pemanfaatan limbah ternak yang dihasilkan. Saat ini, aktivitas produksi bokashi di

Desa Karehkel masih dilakukan pada skala kecil atau pada skala percobaan.

Untuk mendukung adanya rencana penerapan pertanian terpadu antara sayuran

organik dengan hewan ternak GPW berencana akan membentuk suatu kelompok

tersendiri yang pada nantinya akan melakukan aktivitias produksi pupuk bokashi

secara spesifik. Saat ini GPW sedang menunggu realisasi bantuan rumah kompos

yang tidak lain merupakan program Deptan sehingga hal ini dapat menjadi salah

satu potensi dalam mendukung penerapan pertanian terpadu di Desa Karehkel.

Aktivitas produksi silase di Desa Karehkel masih belum dilaksanakan.

Selain itu petani juga masih belum memiliki informasi atau pengetahuan untuk

memproduksi silase. Adanya keterlibatan aktivitas produksi silase pada penelitian

ini ditujukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah sayuran organik sebagai

pakan ternak yang memiliki umur simpan yang lebih lama. Karaktertistik limbah

sayuran yang memiliki kadar air tinggi dan mudah membusuk dalam waktu tiga

hari memerlukan penanganan khusus sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan

ternak. Hal ini sangat penting mengingat jumlah produksi limbah sayuran yang

cukup tinggi tiap bulannya yakni dapat mencapai kurang lebih 6 ton.

Secara garis besar, kedua aktivitas tersebut memiliki proses produksi yang

relatif sama. Seluruh bahan baku, baik pada pupuk bokashi dan silase, di

fermentasi dengan menggunakan mikroba. GPW telah memiliki keterampilan

untuk mengembangbiakan mikroba pengurai yang dikenal sebagai MOL

10 Indrasti, NS. Tanpa tahun. Kompos: Teknologi Proses Produksi dan Aplikasi. Departemen

Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB

Page 82: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

63

(mikroorganisme lokal). Bahan baku hanya perlu dikumpulkan pada satu wadah

kemudian difermentasikan dalam keadaan tertutup atau anaerob. Proses

fermentasi pada bahan-bahan pupuk bokashi dapat mempercepat proses

dekomposisi bahan baku yang mayoritas berasal dari kotoran ternak sehingga

dapat digunakan sebagai pupuk bagi aktivitas usahatani sayuran organik. Pada

aktivitas fermentasi bahan-bahan silase, selain dapat mengawetkan bahan pakan

juga dapat meningkatkan nilai nutrisi pakan ternak.

5.5. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pelaku aktivitas-aktivitas yang

mendukung penerapan pertanian terpadu antara sayuran organik-hewan ternak.

Responden yang dimaksud antara lain petani sayuran organik, peternak kelinci,

peternak domba, dan anggota GPW yang memiliki pengetahuan dalam

memproduksi pupuk bokashi. Pengumpulan data mengenai aktivitas memproduksi

silase diperoleh dengan menggunakan studi literatur.

Rata-rata petani responden memiliki usia 46,63 tahun. Hal ini

menunjukkan bahwa rata-rata petani yang menjadi responden masih berada pada

usia produktif untuk bekerja. Seluruh responden merupakan keluarga dengan rata-

rata tanggungan keluarga sebanyak tiga orang. Jumlah anggota keluarga yang

berumur lebih dari 15 tahun rata-rata berjumlah 2,38 orang. Namun anggota

keluarga yang berpotensi sebagai tenaga kerja di bidang pertanian (berusia lebih

dari 15 tahun) hanya berjumlah dua orang yang terdiri dari seorang pria dan

seorang wanita. Petani maupun peternak di Desa Karehkel bekerja penuh dalam

sebulan sehingga hari kerja dalam sebulan adalah selama 30 hari dengan lama

kerja delapan jam dalam sehari dan tenaga kerja wanita adalah 0,7 tenaga kerja

pria. Berdasarkan kondisi tersebut maka setiap rumah tangga petani tersedia

tenaga kerja pria sebanyak 30 HOK dan tenaga kerja wanita sebanyak 21 HOK

atau total sebanyak 51 HOK per bulan. Pada penelitian ini, ketersediaan tenaga

kerja dalam satu rumah tangga petani adalah 51 HOK setiap bulannya.

Karakteristik responden pada penlitian ini dapat dilihat selengkapnya pada Tabel

5.

Page 83: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

64

Tabel 5. Karakteristik Responden Desa Karehkel

Karakteristik Responden Satuan Rata-rata

Karakteristik Keluarga Responden

Umur petani Tahun 46,63

Tingkat pendidikan formal Tahun 8,88

Jumlah tanggungan keluarga Orang 3,00

Jumlah anak sekolah Orang 1,63

Jumlah anggota keluarga yang berusia >15 tahun Orang 2,38

Jumlah tenaga kerja potensial pria di bidang pertanian Orang 1,00

Jumlah tenaga kerja potensial wanita di bidang pertanian Orang 1,00

Karakteristik Kegiatan Usaha

Kepemilikan bedengan Bedeng 27

Luasan tiap bedeng m2 23,9

Kepemilikan ternak domba* ekor 6

Kepemilikan ternak kelinci* ekor 21

Keterangan: * kepemilikan rata-rata ternak di Desa Karehkel

Sumber : Data Primer (diolah)

Pada Tabel 5 terlihat bahwasanya luasan lahan garapan yang dimiliki

petani sayuran organik yang seluruhnya merupakan lahan darat (kering) masih

sangatlah kecil yakni rata-rata seluas 645,3 m2. Maka dapat dikatakan bahwasanya

petani sayuran organik termasuk dalam petani gurem. Jumlah kepemilikan ternak

di Desa Karehkel, baik ternak kelinci maupun ternak domba cukup rendah yakni

masing-masing sebanyak 6 ekor dombadan 21 ekor indukan kelinci. Ketersediaan

sumberdaya setiap petani, baik lahan maupun tenaga kerja dalam keluarga akan

menjadi salah satu kendala pada model sayuran organik terpadu yang dibangun

pada skala wilayah Desa Karehkel. Selain itu ketersediaan input lainnya seperti

ketersediaan pakan hijauan lapang dan ketersediaan tenaga kerja sewa secara

langsung akan mempengaruhi skala pengusahaan setiap aktivitas usaha yang

terdapat dalam model sayuran organik terpadu yang dirancang.

Page 84: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

65

V. ANALISIS KERAGAAN USAHATANI

Analisis keragaan berbagai aktivitas usahatani yang dilibatkan dalam

MUSOT dilakukan secara deskriptif. Analisis tersebut meliputi ketersediaan

sumberdaya lahan, sumberdaya tenaga kerja dalam keluarga, ketersediaan tenaga

kerja sewa di Desa Karehkel, ketersediaan pakan hijauan lapang, ketersediaan

berbagai produk antara di lokasi penelitian, tingkat produksi per unit aktivitas

produksi, kebutuhan input per unit aktivitas produksi dan harga setiap aktivitas

yang dilakukan. Analisis keragaan usaha di lokasi penelitian sangat penting untuk

menggambarkan kondisi aktual penyelenggaraan aktivitas usahatani sayuran

organik, usahaternak kelinci, domba, aktivitas produksi pupuk bokashi dan

aktivitas produksi silase sehingga model linear yang dirancang dapat memberikan

gambaran yang mendekati kondisi aktual daerah penelitian. Hasil analisis ini

selanjutnya akan digunakan sebagai acuan penentuan koefisien pada fungsi tujuan

dan fungsi kendala kendala pada model usahatani sayuran organik terpadu pada

skala wilayah Desa Karehkel.

6.1. Usahatani Sayuran Organik

6.1.1. Penggunaan Lahan dan Pola Tanam Sayuran Organik

Petani sayuran organik bertani sayuran sepanjang tahun. Pemberaan lahan

sangat jarang dilakukan karena permintaan sayuran organik selalu ada pada setiap

bulannya. Adanya keterbatasan kepemilikan lahan garapan yang dimiliki masing-

masing petani juga menjadi alasan mengapa tidak terdapat aktivitas pemberaan

lahan. Sesekali petani melakukan pemberaan lahan yakni paling lama tiga hari

sejak pemanenan. Tujuannya adalah selain untuk pembalikkan dan penggemburan

tanah juga sebagai upaya mereduksi bahan anorganik yang masih tersisa di lahan

garapan. Rotasi tanaman selalu dilakukan petani yakni dengan cara mengganti

jenis sayuran yang ditanam pada bedengan yang sama. Misalnya pada bulan April

bedengan A ditanami kangkung. Setelah kangkung dipanen kemudian bedengan

tersebut digunakan untuk menanam selada.

Periode produksi setiap jenis sayuran berbeda-beda. Bayam hijau dan

bayam merah biasanya dipanen rata-rata pada saat tanaman berumur 20 hari.

Kangkung biasanya dipanen pada umur tanaman 20 hari sedangkan untuk selada

Page 85: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

66

dan caisin masing masing selama 21 hari dan 40 hari. Tanaman kangkung, bayam

hijau, dan bayam merah tidak memerlukan penyemaian benih. Benih yang ada

ditabur begitu saja pada bedengan yang akan digunakan dan dipelihara sampai

dengan panen. Berbeda halnya dengan selada, tanaman ini merupakan hasil

pemindahan bibit yang dibeli dari ICDF. Sebenarnya periode produksi selada

hampir sama dengan caisin. Sangat tingginya angka kegagalan petani saat

menyemai sendiri benih selada membuat petani lebih memilih untuk membeli

bibit dari ICDF. Periode produksi caisin yang lama disebabkan karena petani

menyemai sendiri benihnya kemudian dipindahkan ke bedengan tanam untuk

pembesaran sayuran. Tabel 6 berikut ini menggambarkan pola usahatani dan pola

tanam sayuran organik di Desa Karehkel.

Tabel 6. Pola Tanam yang Diterapkan Petani Sayuran Organik

Jenis Sayuran

Pola Tanam

Periode Tanam (Hari)

0 20 40

Caisin Selada Kangkung Bayam hijau Bayam merah

Keterangan: = caisin = selada = kangkung = bayam hijau = bayam merah = caisin/selada/kangkung/bayam hijau/bayam merah; sesuai

dengan permintaan ICDF

Lahan yang dimiliki petani sayuran organik rata-rata dipergunakan untuk

lahan garapan, pembuatan saung-saung untuk tempat beristirahat dan menaruh

pupuk, dan sebagai tempat untuk penampungan air (kobak). Penampungan air

Page 86: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

67

tersebut merupakan tanah yang digali yang memiliki kedalaman kurang lebih satu

meter yang digunakan untuk mengambil air saat menyiram sayuran. Berdasarkan

pengamatan di lapangan, rata-rata luasan saung tersebut adalah sekitar 2,56 m2

dan luasan kobak kurang lebih 1 m2. Jarak antar bedengan adalah setara dengan

lebar bahu orang dewasa atau selebar 50 cm. Luasan lahan yang dimaksud dalam

model ini adalah luas garapan aktual berupa bedengan-bedengan yang digunakan

untuk budidaya sayuran organik.

Pada kondisi aktual, kepemilikan bedengan setiap petani organik adalah

berbeda-beda. Selain itu ukuran masing-masing bedengan juga berbeda-beda.

Rata-rata kepemilikan bedengan setiap petani sayuran organik adalah sebanyak 27

bedeng dengan luasan masing-masing bedengan adalah 23,9 m2. Saat ini,

penggunaan bedengan di setiap bulannya adalah 100 persen. Artinya seluruh

bedengan yang dimiliki petani digunakan seluruhnya untuk menanam sayuran

organik. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwasanya setelah tanaman dipanen maka

bedengan akan segara ditanami dengan tanaman sayuran lainnya. Pemberaan

lahan yang dilakukan dengan sangat singkat atau bahkan tidak terdapat aktivitas

pemberaan lahan dapat dilihat dengan blok persegi yang tidak berjarak dengan

blok persegi yang berwarna abu-abu yang berarti bedengan tersebut segera

ditanami dengan jenis sayuran lain yang disesuaikan dengan permintaan ICDF.

Setiap bulannya, setiap petani menanam sayuran dengan kombinasi yang

berbeda-beda. Sangat jarang seorang petani menanam kelima jenis sayuran

tersebut secara bersamaan dalam sebulan. Pengaturan ini sengaja dilakukan oleh

ICDF sebagai upaya pemerataan keuntungan yang diperoleh petani karena harga

tiap jenis sayuran yang berbeda-beda. Jenis sayuran, waktu tanam, dan waktu

panen setiap petani per bulan sepenuhnya ditentukan berdasarkan permintaan

ICDF. Secara keseluruhan petani sayuran organik yang ada di Desa Karehkel

dalam sebulan menanam kelima jenis sayuran tersebut.

6.1.2. Kebutuhan Input Produksi Sayuran Organik

Kebutuhan input produksi dalam aktivitas usahatani sayuran organik

antara lain benih atau bibit, bahan organik, dan pupuk organik. Terkadang petani

sayuran memberikan kapur apabila berdasarkan pengamatan petani pertumbuhan

sayuran kurang baik. Adanya perbedaan kebutuhan benih atau bibit menyebabkan

Page 87: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

68

biaya produksi per jenis sayuran adalah berbeda-beda. Keberadaan bahan organik

seringkali dicampurkan dengan pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan

tanah. Bahan organik tersebut bermerk Kuda laut dan merupakan bantuan dari

pemerintah. Setiap karung bahan organik yang memiliki berat 50 kg berharga Rp

20.000,00. Meskipun sebenarnya gratis, seringkali petani membayarkan sejumlah

uang tersebut untuk mengganti biaya transportasi pengiriman. Banyaknya

penggunaan bahan organik dan pupuk aktivitas produksi setiap jenis sayuran

adalah relatif sama. Kebutuhan pupuk organik dipenuhi dengan membeli kotoran

ayam yang berasal dari luar desa. Banyaknya pupuk organik yang digunakan

untuk bedengan dengan luasan 23,9 m2 adalah rata-rata sebanyak 45,75 kg.

Sekarung kotoran ayam berisi sekitar 30 kg berharga Rp 5.000,00 atau sekitar Rp

166,67 setiap kilogramnya. Pada Tabel 7 di bawah ini akan disajikan kebutuhan

input produksi dan biaya produksi setiap jenis sayuran di luar biaya pupuk

organik.

Tabel 7. Kebutuhan Input dan Biaya Produksi di Luar Biaya Pupuk Organik pada Setiap Aktivitas Produksi Sayuran Organik Masing-masing Responden

Nama Input Biaya Tiap Aktivitas Produksi Sayuran Organik/Bedeng Berukuran 23,9 m2

(Rp/bedeng) Selada Caisin Kangkung Bayam merah Bayam hijau

Benih/bibit 28007.81 11316.29 13225.91 5736.00 4481.25 Bahan organik 1555.99 1555.99 1555.99 1555.99 1555.99 Jumlah biaya 29563.80 12872.28 14781.90 7291.99 6037.24

Pada penggunaan input bahan organik yang relatif sama maka komponen

biaya benih atau bibit lah yang menyebabkan suatu aktivitas usahatani sayuran

memiliki biaya produksi non pupuk organik yang lebih mahal. Berdasarkan Tabel

7 dapat dilihat bahwasanyabiaya produksi non pupuk organik termahal adalah

pada aktivitas produksi selada. Hal ini disebabkan karena bibit yang dibeli adalah

dalam satuan tray. Satu bedengan diperlukan kurang lebih 1.195,52 bibit selada

atau setara dengan 9,34 tray. Harga satu tray bibit selada adalah Rp 3.000,00.

Berbeda halnya pada aktivitas usahatani caisin, kangkung, bayam merah, dan

bayam hijau dimana menggunakan benih yang dibeli berdasarkan ukuran

kilogram benih. Misalnya untuk 1 kg benih caisin dapat digunakan untuk

menanam selada sekitar 14 bedeng. Begitu juga untuk tanaman kangkung, bayam

Page 88: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

69

hijau, dan bayam merah sehingga biaya produksinya secara komparatif lebih

murah dibandingkan selada.

Harga benih bayam hijau dan bayam merah setiap kilogramnya adalah

sama yakni Rp 60.000,00. Biaya produksi non pupuk organik pada aktivitas

budidaya bayam merah yang lebih mahal daripada bayam hijau disebabkan karena

kebutuhan benih untuk bayam merah lebih banyak. Bayam merah di Desa

Karehkel memiliki daya berkecambah yang lebih rendah daripada bayam hijau.

Salah satu penyebabnya adalah dari kesuburan lahan dan faktor musim. Selain itu,

warna bayam merah yang begitu mencolok menyebabkan apabila terjadi sedikit

kontaminasi virus mozaik yang ditandai dengan bercak putih pada daun bayam

akan sangat terlihat sehingga petani akan menderita kerugian yang lebih tinggi

akibat proses sortasi. Oleh karena itu petani mengantisipasinya dengan

menaburkan benih dalam jumlah yang lebih banyak atau memerlukan benih lebih

banyak untuk kegiatan penyulaman. Besarnya biaya produksi non pupuk organik

yang tercantum pada Tabel 7 akan digunakan sebagai dasar penentuan koefisien

biaya masing-masing aktivitas usahatani sayuran organik per bedeng sedangkan

aktivitas membeli pupuk organik akan dibedakan menjadi aktivitas tersendiri pada

pada model linear yang dibangun.

6.1.3. Kebutuhan Tenaga Kerja Sayuran Organik

Kegiatan bertani sayuran organik diawali dengan persiapan lahan berupa

membersihkan bedengan, menggemburkan tanah, memupuk, menyemai benih,

menyiram, menyiangi gulma, menyulam, memanen sayuran, dan membersihkan

sayuran yang dipanen. Aktivitas usahatani selada dan caisin memerlukan tenaga

kerja yang lebih banyak daripada aktivitas usahatani sayuran lainnya. Salah satu

penyebabnya adalah pada selada bibit yang dibeli dalam satuan tray sehingga

harus dipindahkan satu per satu di bedengan tanam. Aktivitas usahatani caisin

memerlukan curahan tenaga terbesar dibandingkan dengan yang lain. Benih caisin

terlebih dahulu disemai di bedeng penyemaian kemudian setelah sekitar seminggu

atau dua minggu dipindahkan ke bedengan tanam. Adanya aktivitas penggaruan

tanah pada usahatani selada dan caisin juga menjadi salah satu penyebab curahan

tenaga kerja kedua usahatani tersebut lebih tinggi Tabel 8 menyajikan curahan

tenaga kerja masing-masing jenis aktivitas usahatani sayuran organik.

Page 89: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

70

Tabel 8. Kebutuhan Tenaga Kerja pada Setiap Aktivitas Usahatani Sayuran Organik di Musim Kemarau dan Musim Penghujan

HOK= 10-1

Kegiatan

Kebutuhan Tenaga Kerja (HOK)

Selada Kangkung Caisin Bayam Merah

Bayam Hijau

K H K H K H K H K H Persiapan + Tanam Membersihkan+meng-gemburkan bedengan 4,59 7,10 1,16 1,86 3,64 6,87 5,41 6,86 4,41 7,26

Pemupukan I 0,61 0,61 0,06 0,06 0,20 0,20 0,39 1,55 0,28 0,28 Penyemaian 0,06 0,06 0,10 0,10 0,39 1,55 0,28 0,28 Memindahkan bibit+ tanam 4,88 4,88 1,21 1,21 Menutup dengan net 0,03 0,03 0,05 0,05 0,05 0,05 0,07 0,07 Memasang ajir dan menaikkan net 0,09 0,09 0,06 0,06 0,10 0,10 0,10 0,10 0,11 0,11

Pemeliharaan Menyiram 4,78 2,39 2,20 1,10 1,82 7,88 5,51 2,75 8,11 5,41 Menggaru tanah 0,96 0,96 1,21 1,35 Pemupukan II 0,67 0,67 0,06 0,06 0,61 0,61 0,77 0,77 0,28 0,28 Menyulam 0,41 0,41 0,46 0,46 0,34 0,20 0,39 0,39 1,14 1,14 Menaikkan dan menurunkan net saat musim hujan 1,79 0,58 2,20 1,16 1,28

Pemanenan Memanen sayuran, 1,58 1,58 0,47 0,47 1,45 1,45 1,72 1,72 1,45 1,45 Total Kebutuhan tenaga kerja 18,5 20,5 4,56 4,73 20,7 22,2 14,7 16,9 16,1 17,6

Keterangan : K : musim kemarau H : musim penghujan

Pada usahatani kangkung, bayam merah, dan bayam hijau, benih ditebar

begitu saja di bedengan tanam sehingga kerapatan tanamannya jauh lebih tinggi

daripada tanaman caisin dan selada. Berbeda halnya dengan selada dan caisin

yang memiliki jarak tanam tersendiri yakni antar tanam berjarak kurang lebih 12

cm x 12 cm. Adanya jarak tanam tersebut menyebabkan di sela-sela tanaman

memungkinkan tumbuhnya gulma sehingga memerlukan penyiangan. Biasanya

penyiangan dilakukan sekaligus dengan penggaruan tanah untuk menggemburkan

tanah di sela-sela tanaman. Jarak tanam tersebut adalah lebih kecil daripada jarak

tanam ideal untuk tanaman selada dan caisin. Susila (2006) mengutarakan bahwa

jarak tanam selada adalah 20 cm x 20 cm atau 20 cm x 25 cm sedangkan jarak

tanam caisin 40 cm x 40 cm atau 20 cm x 20 cm. Hal tersebut akan berpengaruh

langsung pada produktivitas sayuran per bedengnya.

Page 90: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

71

Tabel 8 menunjukkan bahwa kebutuhan tenaga kerja musim penghujan

setiap aktivitas usahatani adalah lebih besar daripada musim kemarau.

Penyebabnya antara lain penggemburan tanah lebih sulit karena tanah menjadi

lebih lengket untuk dicangkul sehingga memerlukan waktu yang lebih lama.

Selain itu pada musim penghujan, petani harus membuka paranet setiap harinya

untuk menjemur sayurannya agar terhindar dari serangan fungi yang terutama

menyerang tanaman bayam. Pada saat musim kemarau, aktivitas penyiraman

membutuhkan curahan tenaga kerja yang lebih tinggi daripada musim penghujan.

Rata-rata kebutuhan tenaga kerja pada musim penghujan adalah 9 persen lebih

tinggi daripada musim kemarau.

Dalam aktivitas budidaya sayuran organik, petani-petani seringkali

membutuhkan bantuan tenaga kerja dari luar keluarga. Sebagian besar tenaga

kerja yang disewa digunakan untuk membantu kegiatan pemanenan. Jadwal

pengiriman sayuran dilakukan setiap hari Selasa dan Sabtu maksimal pukul 09.00

WIB. Karakteristik sayuran yang tidak memiliki waktu simpan yang lama maka

mendorong petani untuk memanen sayuran pada pagi harinya. Terkadang

beberapa petani melakukan pemanenan pada hari Senin atau Jumat sore untuk

memenuhi jadwal pengiriman sayuran. Tenaga kerja luar keluarga disewa

digunakan untuk mempercepat proses pemanenan sayuran.

Informasi mengenai kebutuhan tenaga kerja setiap jenis sayuran menjadi

dasar pada penentuan koefisien fungsi kendala tenaga kerja pada MUSOT yang

dibangun. Tidak adanya dimensi waktu produksi yang diperhitungkan dalam

penelitian ini maka pada koefisien fungsi kendala tenaga kerja sayuran organik

diasumsikan menggunakan data kebutuhan tenaga kerja pada musim kemarau.

6.1.4. Produksi Sayuran Organik dan Limbah Sayuran

Saat ini seluruh sayuran yang dihasilkan dijual kepada ICDF. Padahal

pasar sayuran organik cukup terbuka lebar bagi petani sayuran organik di Desa

Karehkel. Berdasarkan keterangan dari ketua Poktan Sugih Tani, cukup banyak

perusahaan yang menawarkan kerjasama dengan para petani sayuran organik Desa

Karehkel. Bahkan ada salah satu pihak yang menawarkan kerjasama ekspor

sayuran organik. Namun hal tersebut terkendala dengan ketersediaan teknologi

dan modal petani sayuran organik itu sendiri. Selain itu, dari segi persepsi petani

Page 91: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

72

merasa memiliki hutang budi dengan ICDF yang selama ini telah membantu dan

membina petani organik di Karehkel sehingga tidak memiliki keberanian untuk

menjalin kerjasama dengan pihak lain. Petani sayuran organik sangat memerlukan

penyuluhan dan penyadaran terhadap berbagai macam potensi pasar yang sangat

besar bagi produk-produk organik.

Kegiatan produksi sayuran organik di Desa Karehkel dilakukan sesuai

dengan permintaan ICDF, baik dalam jumlah pengusahaan, waktu tanam, dan

waktu panen. Produksi sayuran organik tiap bulannya oleh keenam petani cukup

besar yakni rata-rata dalam sebulan petani menjual selada sebanyak 111,64 kg,

caisin mencapai 464,69 kg, kangkung sebanyak 590,17 kg, dan bayam hijau

mencapai 487,7 kg tiap bulannya. Penjualan bayam merah untuk setiap bulannya

masih sangat rendah yakni 20,84 kg. Data penjualan tersebut dapat

menggambarkan permintaan aktual setiap jenis sayuran organik per bulan oleh

ICDF. Tabel 9 berikut ini akan menyajikan penjualan masing-masing jenis

sayuran organik oleh keenam petani sayuran organik di Desa Karehkel.

Tabel 9. Penjualan Tiap Jenis Sayuran Organik oleh Enam Petani Sayuran Organik Periode Juli 2009 – Maret 2010

Bulan Jenis Sayuran (kg)

Selada Caisin Kangkung Bayam Merah Bayam Hijau

Juli 2009

361.08 503.919

570.472

Agustus2009 52.78 248.88 330.759

525.168

September 2009 280.111 279.36 282.906

575.904

Oktober 2009 7.98 473.616 747.63 26.26 726.6

November 2009 6.156 391.716 781.092 51.74 397.32

Desember 2009 26.22 789.048 833.391 4.94 556.8

Januari 2010 238.032 574.938 391.482 8.84 429.48

Februari 2010 210.9 665.847 644.085 33.28 185.16

Maret 2010 70.908 397.683 796.302 0 422.28

Sumber: ICDF (2010)

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa saat ini permintaan

sayuran organik di Desa Karehkel dipenuhi dengan aktivitas produksi yang

dilakukan oleh enam orang petani sayuran organik. Adanya rencana perluasan

areal tanam sayuran organik oleh ICDF dan rencana GPW untuk menjadikan

Page 92: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

73

Poktan Sugih Tani sebagai sentra sayuran organik perlu didukung oleh adanya

peningkatan pasar sayuran organik. Rencana tersebut akan berdampak langsung

terhadap peningkatan jumlah produksi setiap bulannya yang disebabkan karena

seluruh anggota Poktan Sugih Tani (29 petani sayuran) akan menjadi petani

sayuran organik.

Tabel 10. Asumsi Permintaan Setiap Jenis Sayuran Organik pada Model Usahatani Sayuran Organik Terpadu

Jenis Sayuran Rata-rata Jumlah Permintaan per Bulan (kg)

Kondisi aktual (6 orang petani) 1 Orang Petani 29 Orang Petani

Selada 111.64 18.61 539.69 Kangkung 590.17 98.36 2852.44 Caisin 464.69 77.45 2246.05 Bayam merah 20.84 3.47 100.63 Bayam hijau 487.69 81.2 2354.80

Adanya keterbatasan aksesibilitas data permintaan pasar sayuran organik

ICDF setiap bulannya maka dalam permodelan usahatani sayuran organik ini

memerlukan pendekatan untuk menentukan kendala jumlah permintaan sayuran

setiap bulannya. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengasumsikan data

penjualan sayuran organik aktual pada Tabel 10 di atas adalah sebagai gambaran

permintaan sayuran organik tiap bulannya untuk enam orang petani sayuran

organik sehingga permintaan setiap satu orang petani petani sayuran organik dan

permintaan sayuran organik 29 orang petani dapat dilihat pada tabel di atas.

Informasi rata-rata jumlah permintaan sayuran organik untuk 29 orang petani akan

menjadi acuan dalam penentuan kendala permintaan sayuran organik pada model

usahatani sayuran organik terpadu yang dibangun.

Setiap sayuran yang disetorkan kepada ICDF akan mengalami proses

sortasi sehingga terdapat limbah sayuran organik. Selama ini limbah sayuran

sortasi tersebut masih belum termanfaatkan dan cenderung hanya dibuang saja.

Sebenarnya jumlah sayuran yang diproduksi petani adalah lebih besar daripada

jumlah penjualan sayuran aktual (enam orang petani) seperti yang tercantum pada

Tabel 10. Jumlah produksi sayuran dipengaruhi oleh musim. Begitu juga dengan

besarnya limbah sayuran sortasi. Potensi limbah sayuran organik yang dapat

Page 93: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

74

mencapai 30 persen dari total sayuran organik yang diproduksi dapat

dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Rencana GPW untuk menerapkan pertanian

terpadu di Desa Karehkel selain untuk meningkatkan keuntungan atau pendapatan

petani juga bertujuan untuk memanfaatkan potensi limbah yang dihasilkan dari

aktivitas budidaya sayuran organik.

Pada kondisi aktual, jumlah produksi sayuran dan limbah sayuran sortasi

dipengaruhi oleh musim. Saat musim hujan misalnya, jumlah produksi bayam

hijau akan lebih sedikit karena banyak yang terserang penyakit sehingga proporsi

limbah sortasi bayam hijau akan lebih banyak daripada musim kemarau. Tanaman

yangcenderung stabil jumlah produksinya adalah kangkung. Informasi produksi

sayuran organik dan limbah sayuran organik per bedeng pada musim kemarau

yang tercantum pada Jumlah produksi sayuran dan limbah sayuran per bedeng

dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 11 berikut ini.

Tabel 11. Produksi Sayuran dan Limbah Sortasi per Bedengan Berukuran 23,9 m2 pada Musim Penghujan dan Musim Kemarau

Jenis

Sayuran Musim Produksi

Sayuran/bedeng (kg/bedeng)

Proporsi limbah (%)

Produksi Limbah sayuran/bedeng

(kg/bedeng) Selada Kemarau 15.56 30.00 4.67 Hujan 10.89 14.29 1.56 Caisin Kemarau 24.57 20.00 4.91 Hujan 29.48 16.67 4.91 Kangkung Kemarau 46.68 16.67 7.78 Hujan 46.68 16.67 7.78 Bayam merah Kemarau 21.97 25.00 5.49

Hujan 10.98 30.00 3.29 Bayam hijau Kemarau 24.90 12.00 2.99

Hujan 9.96 20.00 1.99

Tabel 11 akan menjadi acuan dalam penentuan koefisien pada kendala

transfer produk sayuran organik MUSOT. Harga jual sayuran organik per

kilogramnya pada model linear ditentukan berdasarkan harga beli masing-masing

jenis sayuran oleh ICDF. Harga beli selada oleh ICDF adalah Rp 9.000,00 per

kilogram; kangkung Rp 5.000,00 per kilogram; caisin Rp 8.000,00 per kilogram;

bayam hijau dan bayam merah adalah sama yakni Rp 6.000,00 per kilogram.

Page 94: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

75

Keberadaan limbah sayuran juga memiliki potensi untuk dijual atau

dimanfaatkan. Limbah sayur berasal dari sayuran organik yang tidak lolos sortasi.

Proses sortasi dilakukan sebanyak dua kali yakni di tingkat petani dan pada saat

sayuran disetorkan ke ICDF. Terkadang petani menjual sayuran yang tidak lolos

sortir kepada siapa saja yang berminat dengan jumlah dan harga yang tidak

menentu. Terkadang petani juga menjual kepada tengkulak yang kebetulan sedang

memborong sayuran non organik yang banyak terdapat di sekitar lahan petani

sayur organik. Limbah sayuran organik tersebut masih layak konsumsi dan masih

dapat dijual namun petani seringkali tidak memanfaatkan limbah sayur tersebut

baik untuk dikonsumsi maupun dijual.

Uraian di atas menunjukkan bahwa sebenarnya limbah sayuran organik

memiliki nilai pasar. Pada penelitian ini, nilai limbah sayuran organik dihitung

dengan pendekatan biaya tenaga kerja untuk memanen sayuran setiap

kilogramnya. Adanya produksi sayuran per bedeng yang berbeda-beda antar

setiap jenis sayuran maka memerlukan pendekatan untuk menghitung harga

limbah sayuran per kilogramnya. Pendekatan yang dilakukan adalah berdasarkan

biaya tenaga kerja untuk memanen setiap kilogram sayuran. Tabel 12 akan

menunjukkan pendekatan untuk memperhitungkan harga jual limbah sayuran

organik.

Tabel 12. Perhitungan Harga Jual Limbah Sayuran Organik Berdasarkan Biaya Tenaga Kerja Pemanenan

Jenis sayuran

Kebutuhan HOK untuk

Panen (HOK)

Produksi sayuran/bedeng

(kg/bedeng)

Tenaga Kerja

Panen/kg (HOK/kg)

Upah Tenaga Kerja Pria (Rp/HOK)

Biaya tenaga kerja panen /kg (Rp/kg)

Selada 0.158 15.56 0.0101430 25000 253.58

Caisin 0.145 24.57 0.0059217 25000 148.04

Kangkung 0.047 46.68 0.0010062 25000 25.16

Bayam merah 0.172 21.97 0.0078302 25000 195.75

Bayam hijau 0.145 24.9 0.0058276 25000 145.69

Rata-rata Harga Jual Limbah Sayuran per kilogram 153.64

Page 95: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

76

Berdasarkan Tabel 12 dapat diperoleh informasi bahwa harga jual limbah

setiap kilogramnya adalah Rp 153,64. Nilai tersebut diperoleh dengan merata-

ratakan harga limbah tiap jenis sayuran yang secara langsung yang dipengaruhi

oleh banyaknya kebutuhan HOK untuk aktivitas pemanenan dan jumlah produksi

sayuran per bedengnnya. Harga limbah sayuran per kilogram setiap jenis sayuran

diperoleh dengan mengalikan kebutuhan tenaga kerja untuk memanen sayuran

tiap kilogramnyadengan upah tenaga kerja yang dalam hal ini disetarakan dengan

upah tenaga kerja pria di Desa Karehkel. Berdasarkan informasi pada Tabel 12

maka harga setiap kilogram limbah sayuran yang dijual pada MUSOT adalah Rp

153,64.

6.2. Usahaternak Domba

6.2.1. Kebutuhan Input Produksi Domba

Rata-rata setiap peternak domba di Desa Karehkel memiliki enam domba

yang biasanya terdiri dari satu domba jantan dan sisanya adalah domba betina.

Kandang yang digunakan berbentuk panggung dan rata-rata memiliki luasan 9,92

m2 dan berkapasitas kurang lebih enam ekor domba. Konstruksi kandang terbuat

dari kayu-kayu hutan yang didapat dari hutan rakyat di sekitar rumah warga.

Sebagian besar kandang tidak bersekat sehingga bercampur antara indukan jantan,

indukan betina, dan anakannya. Pada beberapa peternak terdapat penyekatan

kandang namun tidak terlalu besar karena hanya ditujukan untuk mengawinkan

domba.

Aktivitas ternak domba di Desa Karehkel masih dilakukan secara

tradisional sehingga input produksi yang diperlukan sangat sederhana. Input

produksi ternak domba adalah pakan dan obat-obatan. Obat yang diberikan

kepada domba adalah obat diare dan pemberiannya tidak menentu yakni hanya

pada saat domba diare. Rata-rata petani memberikan obat diare sebutir per bulan

untuk setiap domba yang dipelihara. Biaya produksi per ekor domba pada model

sayuran organik terpadu adalah sebesar Rp 500,00 yang tidak lain merupakan

harga obat diare per butirnya.

Sebagian besar domba-domba dipelihara secara semi intensif. Pada pagi

hari sampai dengan menjelang sore hari domba digembalakan. Pemilik hewan

Page 96: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

77

ternak tetap mencari pakan untuk persediaan pakan ternak saat malam sampai

keesokan harinya. Beberapa peternak tidak menggembalakan dombanya dan

pakan dipenuhi dengan hijauan yang dicarinya. Berdasarkan pengamatan di

lapangan terhadap responden peternak domba menunjukkan bahwa setiap ekor

domba diberi pakan sebanyak 6,25 kg setiap harinya. Pada model linear yang

dibangun dalam penelitian ini pakan hijauan atau rumput yang dicari oleh petani

tidak dinilai dengan uang namun dinilai dengan curahan tenaga kerja untuk

mencari rumput. Curahan tenaga kerja untuk mencari rumput tersebut kemudian

dimasukkan pada kendala tenaga kerja aktivitas ternak domba.

6.2.2. Kebutuhan Tenaga Kerja Domba

Secara garis besar tenaga kerja pada usahaternak dialokasikan pada dua

kegiatan yakni pemeliharaan ternak dan mencari pakan hijauan lapangan.

Peternak membersihkan kandang dan membersihkan kotoran dalam sebulan

sebanyak empat kali. Aktivitas mencari pakan rumput hijauan dilakukan setiap

hari. Bisanya peternak mencari hijauan lapang (rumput dan daun-daunan) dari

pukul 09.00 sampai dengan pukul 12.00. Pada pola pemeliharaan domba intensif,

pakan hijauan lapangan yang dicari tersebut digunakan untuk pakan ternak sampai

keesokan harinya. Biasanya pakan diberikan pada waktu siang hari, menjelang

malam, dan pada pagi harinya. Kebutuhan tenaga kerja per ekor domba dalam

sebulan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Kebutuhan Tenaga Kerja per Ekor Domba padaUsahaternak Domba dalam Waktu Sebulan

No Jenis Kegiatan Konversi HOK/ ekor

1 Membersihkan kandang dan mengumpulkan kotoran domba 0.11 2 Mencari rumput 3.21 3 Memberi pakan 2.68 Total kebutuhan tenaga kerja per ekor domba per bulan 6.00

Tabel 13 menunjukkan bahwa kebutuhan tenaga kerja terbesar adalah pada

aktivitas mencari pakan hijauan lapang. Pada musim penghujan hijauan lapang

cukup mudah didapatkan. Pada saat musim kemarau tiba, peternak terkadang

harus mencari hijauan lapang di tempat yang cukup jauh. Meskipun demikian,

Page 97: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

78

secara keseluruhan hijauan lapang yang menjadi bahan pakan utama ternak di

Desa Karehkel tersedia sepanjang tahun. Curahan tenaga kerja untuk mencari

rumput sebanyak 3,21HOK dapat menghasilkan rumput sekitar 187,5 kg sehingga

setiap kilogram rumput yang disediakan bagi domba memerlukan curahan tenaga

kerja sebanyak 0,02 HOK. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, maka pada

model linier usahatani terpadu yang dibangun curahan tenaga kerja dalam

keluarga akan dibedakan menjadi dua yakni curahan tenaga kerja untuk

pemeliharaan domba yang meliputi aktivitas membersihkan kandang,

membersihkan kotoran domba, dan memberi pakan sedangkan aktivitas mencari

rumput dibedakan menjadi variabel tersendiri. Kebutuhan tenaga kerja per ekor

domba per bulan adalah sebanyak 2,79 HOK dan kebutuhan tenaga kerja untuk

setiap kilogram rumput yang disediakan adalah 0,02 HOK.

6.2.3. Produksi Domba

Keberadaan ternak domba di Desa Karehkel sebagian besar ditujukan

sebagai tabungan. Ternak tersebut akan dijual apabila pemilik domba memiliki

kebutuhan yang sangat mendesak sehingga aktivitas penjualan domba dilakukan

secara tidak menentu. Pada model linier usahatani terpadu yang dibangun

penerimaan peternak domba berasal dari pertambahan bobot hidup domba.

Pertambahan bobot hidup harian domba dan kambing adalah relatif sama. Ella et

al. (2003) menyebutkan bahwa rata-rata pertambahan bobot badan harian

kambing adalah 0,047 kg atau 1,41 kg per bulan. Harga per kilogram daging

domba di tingkat produsen adalah Rp 21.000,0011.

Selain potensi berupa pertambahan bobot hidup domba, maka hasil

sampingan ternak domba berupa kotoran domba juga memiliki nilai ekonomi.

Peternak domba di Desa Karehkel sangat jarang menjual limbah domba. Apabila

ada yang membutuhkan petani biasanya memberikan saja kotoran domba tersebut.

Terkadang ada yang membeli kotoran dengan harga Rp 5.000,00 per karung yang

berisi sekitar 35 kg namun hal tersebut jarang terjadi karena mayoritas usahatani

tanaman di Desa Karehkel kurang meminati penggunaan pupuk kotoran domba

dalam jumlah besar. Penyebabnya adalah sifat dari kotoran domba itu sendiri yang

11 Harga Komoditas Ternak Bulan Oktober 2009. www.disnakan.bogorkab.go.id [April 2010]

Page 98: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

79

banyak mengandung biji-biji gulma. Pada saat digunakan untuk pupuk akan

sangat banyak gulma yang tumbuh sehingga perlu sering disiangi.

Limbah domba berasal dari kotoran domba dan urin domba yang

bercampur dengan sisa pakan. Balitnak Bogor (2003) menyebutkan bahwa setiap

ekor domba memerlukan pakan hijauan segar sebanyak 5,35 kg setiap harinya

atau 160,5 kg setiap bulannya. Feses yang dihasilkan adalah 0,633 kg setiap

harinya sehingga dari 100% pakan yang dikonsumsi yang dikeluarkan sebagai

feses adalah sekitar 11,83%. Apabila rata-rata setiap domba per harinya diberi

pakan sebanyak 6,25 kg maka sisa pakan per harinya adalah sebanyak 0,9 kg. Jika

dikalkulasikan maka limbah domba (sisa pakan dan kotoran) yang dihasilkan per

harinya diperkirakan mencapai 1,533 atau selama 30 hari (satu bulan) setiap ekor

domba menghasilkan sekitar 46 kg limbah domba. Keberadaan limbah domba

yang cukup melimpah sangat berpotensi sebagai bahan baku pupuk kandang bagi

usahatani tanaman. Adanya karakteristik kotoran domba sebagai pupuk yang

kurang disukai petani menyebabkan sangat perlunya penanganan kotoran domba

secara khusus sehingga dapat digunakan sebagai pupuk. Saat ini GPW telah

mengetahui teknologi pembuatan bokashi pupuk kandang dengan kebutuhan

bahan baku 28,8% berasal dari kotoran domba. Oleh karena itu, pengembangan

usaha produksi bokashi pupuk kandang di Desa Karehkel diharapkan dapat

mengoptimalkan pemanfaatan limbah ternak domba.

6.3. Usahaternak Kelinci

6.3.1. Kebutuhan Input Produksi Kelinci

Aktivitas ternak kelinci di Desa Karehkel dapat dikatakan sebagai sebuah

aktivitas peternakan yang tergolong baru karena diintroduksikan pada tahun

2009. Pada awalnya kelinci tersebut merupakan bantuan dari program padat karya

Disnakertrans Bogor untuk menggerakan ekonomi masyarakat petani.

Sebelumnya sama sekali tidak ada aktivitas ternak kelinci sehingga sampai

dengan saat ini tingkat penerapan teknologi dan pengetahuan peternak dalam

budidaya kelinci masih rendah.Bangunan kandang berbahan baku bambu dan

setiap ekor kelinci dikandangkan satu per satu secara terpisah dengan kandang

baterai (kandang individu). Jenis kelinci yang banyak dibudidayakan adalah

Page 99: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

80

kelinci hias lokal. Pada beberapa peternak memiliki indukan kelinci angora

namun jumlahnya sangat sedikit dikarenakan harga indukan angora yang sangat

mahal. Peternak kelinci yang terbesar di Desa Karehkel hanya memiliki bangunan

yang berkapasitas sekitar 64 kandang baterai.

Sebagian besar pakan kelinci di Desa Karehkel dipenuhi dengan rumput

yang berasal dari lapangan yakni sekitar 67,32 persen dan sisanya sebanyak 32,68

berasal dari dedak. Adanya penyakit buduk pada kelinci menjadi suatu

permasalahan tersendiri bagi peternak, terutama bagi peternak yang memiliki

modal kecil. Pencegahan penyakit buduk dapat dilakukan dengan memvaksin

ternak kelinci. Responden peternak kelinci yang memiliki indukan kelinci

sebanyak 35 ekor memerlukan vaksin buduk dengan volume isi 50 cc berharga Rp

250.000,00 digunakan untuk dua bulan. Diperkirakan setiap bulannya

membutuhkan biaya Rp 125.000,00 untuk memvaksin 35 ekor indukan kelinci

tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari responden maka kebutuhan biaya

produksi per ekor kelinci non pakan hijauan lapang setiap bulannya dapat dilihat

pada Tabel 14 berikut ini. Biaya produksi tersebut merupakan acuan dalam

menentukan koefisien biaya pada aktivitas ternak kelinci per ekor indukan pada

model linier yang dirancang dalam penelitian ini. Pakan berupa hijauan lapang

tidak dimasukkan dalam komponen biaya per ekor indukan kelinci karena setiap

kilogram rumput yang disediakan oleh peternak diukur dengan curahan tenaga

kerja pada kendala tenaga kerja model sayuran organik terpadu.

Tabel 14. Biaya Produksi Kelinci per Bulan di Desa Karehkel

Komponen Biaya Kebutuhan Input Satuan Harga Satuan

(Rp)

Total Biaya

(Rp)

Dedak 2 kg 1.500 3.000

Obat suntik 0,357143 cc 10.000 3571,43

Total biaya 6.571,43

Aktivitas ternak kelinci pada penelitian ini didefinisikan sebagai aktivitas

memelihara indukan kelinci betina. Asumsi tersebut digunakan untuk

menyederhanakan MUSOT yang dibangun pada penelitian ini karena

pengusahaan ternak kelinci di Desa Karehkel ditujukan untuk dapat menghasilkan

anakan kelinci hias sehingga aktivitas produksi anakan kelinci hias dikaitkan

Page 100: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

81

dengan memelihara indukan betina. Peternak kelinci di Desa Karehkel, biasanya

menggunakan seekor pejantan untuk mengawini 6-10 ekor.

6.3.2. Kebutuhan Tenaga Kerja Kelinci

Seperti halnya pada aktivtas ternak domba, kegiatan pada ternak kelinci

dibedakan menjadi dua yakni kegiatan pemeliharaan kelinci dan kegiatan untuk

mencari hijauan lapang. Kegiatan pemeliharaan kelinci meliputi membersihkan

kandang, memberi pakan kelinci, memberikan obat, dan mengawinkan kelinci.

Seekor kelinci memiliki masa bunting selama sebulan dan masa menyusui

anaknya selama dua bulan. Indukan betina kelinci siap untuk dikawinkan pada

saat sudah tidak menyusui. Para peternak kelinci di Desa Karehkel sebagian besar

menjual anakan kelinci saat berusia satu bulan sehingga indukan betina kelinci

dapat segera dikawinkan dan menghasilkan anakan lagi.

Tabel 15 menunjukkan kebutuhan tenaga kerja untuk memelihara kelinci

selama satu bulan dengan adanya aktivitas mengawinkan yakni disertai dengan

buntingnya indukan kelinci dan usahaternak kelinci dengan seluruh indukan

menyusui. Total kebutuhan tenaga kerja setiap ekor kelinci dalam satu bulan pada

saat indukan kelinci bunting dan menyusui masing-masing sebanyak 0,745 HOK

dan 0,841 HOK.

Tabel 15. Kebutuhan Tenaga Kerja per Ekor Kelinci pada Setiap Bulan oleh Responden Peternak Kelinci

Jenis Kegiatan Kebutuhan Tenaga Kerja

Bunting (HOK) Kebutuhan Tenaga Kerja

Menyusui (HOK)

Membersihkan kandang 0,201 0,201

Mencari rumput 0,067 0,167

Memberi pakan 0,469 0,469

Memberikan obat 0,004 0,004

Mengawinkan 0,004

Jumlah kebutuhan tenaga kerja 0,745 0,841

Tabel 15 menunjukkan bahwa aktivitas memberi pakan kelinci adalah

aktivitas yang memerlukan curahan tenaga kerja terbanyak yakni rata-rata sekitar

59,4 persen dari total curahan tenaga kerja per ekor kelinci. Hal ini disebabkan

karena peternak harus meracik pakan terlebih dahulu misalnya mengencerkan

Page 101: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

82

dedak dan pakan rumput perlu di potong-potong sehingga curahan ternaga kerja

yang dibutuhkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan aktivitas lain dalam

usahaternak kelinci.

Selain itu, Tabel 15 juga menunjukkan bahwa mencari pakan hijauan

ternak kelinci bukanlah aktivitas yang memerlukan curahan tenaga kerja terbesar.

Kondisi ini tentu saja berbeda dengan aktivitas ternak domba dimana aktivitas

mencari hijauan lapang memerlukan curahan tenaga kerja terbanyak.

Penyebabnya adalah kebutuhan pakan hijauan per ekor kelinci adalah jauh lebih

kecil daripada domba sehingga curahan kerja yang digunakan untuk mencari

pakan hijauan kelinci adalah jauh lebih sedikit.

Kebutuhan pakan kelinci juga berbeda-beda tergantung pada kondisi

indukan yang sedang bunting atau menyusui. NRC (1977) dalam Ensminger

(1991) diacu dalam Muslih et al. (2005) menyebutkan bahwa rata-rata kebutuhan

pakan kelinci saat bunting dan menyusui masing-masing adalah 0,183 kilogram

per hari dan 0.521 kilogram per hari. Dalam sebulan maka kebutuhan pakan per

ekor kelinci saat bunting adalah mencapai 5,49 kilogram dan saat menyusui

sebanyak 15,6 kilogram. Adanya kendala dalam menghitung jumlah rumput yang

diarit setiap harinya maka khusus untuk ternak kelinci, penyediaan pakan per ekor

kelinci baik pada saat bunting maupun menyusui mengacu pada Muslih et al.

(2005). Setiap bulannya, peternak responden dengan kepemilikan indukan ternak

35 ekor selalu menggunakan dedak sebagai campuran pakan kelinci sebanyak 70

kilogram. Maka seekor kelinci mengkonsumsi dedak dalam sebulan sebanyak 2

kilogram. Berdasarkan kebutuhan pakan kelinci menurut Muslih et al. (2005)

maka pakan hijauan kelinci saat bunting adalah 3,49 kilogram per ekor sedangkan

pada saat menyusui sebanyak 13,6 kilogram. Dari Tabel… di atas dapat diketahui

bahwasanya setiap kilogram rumput yang disediakan rata-rata memerlukan

curahan tenaga kerja sebesar 0,02 HOK.

Model yang dibangun pada penelitian ini membedakan kegiatan ternak

kelinci menjadi dua bagian yakni aktivitas memelihara kelinci dan aktivitas

mencari pakan hijauan lapang. Kebutuhan tenaga kerja per ekor kelinci untuk

kegiatan pemeliharaan kelinci saat terdapat aktivitas mengawinkan adalah

Page 102: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

83

sebanyak 0,679 HOK sedangkan jika tidak terdapat aktivitas mengawinkan kelinci

kebutuhan tenaga kerjanya adalah sebanyak 0,675 HOK.

6.3.3. Produksi Kelinci

Mayoritas kelinci yang dibudidayakan oleh peternak di Desa Karehkel

adalah kelinci hias lokal sehingga produk utama berupa anakan kelinci hias.

Setiap anakan kelinci hias dihargai Rp 10.000,00. Setiap indukan kelinci mampu

menghasilkan anakan antara 8-10 ekor. Derajat kematian usahaternak kelinci

mencapai 25 persen sehingga rata-rata kelinci yang hidup adalah sebanyak 7 ekor.

(Farrell dan Raharjo, 1984). Peternak kelinci di Desa Karehkel mengantisipasi

risiko kerugian tersebut dengan menjual anakan kelinci pada usia yang masih

muda yakni saat berumur satu bulan.

Saat ini, kesadaran masyarakat akan kelebihan limbah kelinci sebagai

pupuk organik semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan semakin

banyaknya penelitian dan mulai ada permintaan limbah kelinci sebagai bahan

baku pupuk organik. Petani salak di Yogyakarta misalnya, mereka senantiasa

mencari pupuk kelinci karena sangat baik untuk pertumbuhan tanaman dan buah.

Harga pupuk kotoran kelinci dapat mencapai Rp 7.500,00 per kilogramnya

sedangkan urin kelinci mencapai Rp 5.000,00 per liternya12. Harga urin kelinci

dan kotoran kelinci yang belum diolah menjadi pupuk di Cileungsi, Pancawati

yang berlokasi di sekitar Sukabumi adalah lebih murah daripada harga di

Yogyakarta. Harga urin kelinci di Cileungsi hanya berkisar antara Rp 1.000,00-Rp

1.500,00 sedangkan harga kotoran kelinci per 25 kilogramnya berkisar antara Rp

10.000,00-Rp 15.000,00 (Setyadi 2009).

Produksi urin kelinci dan feses kelinci per harinya sangat bergantung pada

bobot badan hidup kelinci. NRC (1977) dalam Ensminger (1991) diacu dalam

Muslih et al. (2005) kembali mengutarakan bahwasanya bobot badan hidup

kelinci saat bunting berkisar antara 2,3-6,8 kilogram atau rata-rata 4,55 kilogram

sedangkan pada saat menyusui adalah 4,5 kilogram. Setiap kilogram bobot badan

seekor kelinci berpotensi untuk menghasilkan urin kelinci sekitar 0,01-0,035 liter

per hari atau rata-rata 0,0225 liter per hari dan kotoran kelinci sebanyak 0,028 kg

12 Mencoba Hoki Berbisnis Kelinci. www.agrina..com [November 2006]

Page 103: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

84

per hari13. Dalam jangka waktu sebulan maka seekor kelinci bunting dan

menyusui berpotensi untuk menghasilkan urin masing-masing sebanyak 3,07 liter

dan 3,04 liter. Satuan liter urin kelinci dalam penelitian ini akan diasumsikan

setara dengan satuan kilogram urin kelinci.

Produksi feses kelinci setiap ekor dalam sebulan dapat mencapai sekitar

3,822 kilogram pada kondisi kelinci bunting dan 3,78 kilogram pada saat kelinci

menyusui. Biasanya feses urin tercampur dengan sisa pakannya. Sisa pakan

kelinci dapat mencapai 75 persen dari total pakan kelinci yang diberikan14.

Produksi kotoran dan urin anakan kelinci diabaikan dalam penelitian ini. Hal ini

disebabkan karena produksi limbah kelinci ditentukan berdasarkan bobot badan

kelinci. Bobot badan anakan kelinci sangatlah kecil yakni sekitar 55 gram

sehingga dalam jangka waktu sebulan tidak mengalami peningkatan bobot badan

yang begitu signifikan (Lebas et al. 1986). Pada penelitian ini, harga jual masing-

masing limbah kelinci tersebut diasumsikan memiliki harga yang sama dengan

harga limbah di Cileungsi karena di sekitar Bogor masih sangat sulit untuk

menelusuri harga pasar limbah kelinci tersebut.

6.4. Aktivitas Produksi Pupuk Bokashi

6.4.1. Kebutuhan Input Produksi Pupuk Bokashi

Jenis pupuk bokashi yang diproduksi di Desa Karehkel adalah bokashi

pupuk kandang karena sebagian besar bahan bakunya (sekitar 59%) berasal dari

limbah ternak. Adanya proses fermentasi bahan-bahan pupuk menggunakan MOL

(mikroorganisme lokal) dapat mempercepat penguraian bahan organik kotoran

ternak tersebut. Deptan mendefiniskan bokashi pupuk kandang dengan suatu

aktivitas memproduksi kompos dengan bahan tertentu yang melibatkan proses

fermentasi bahan baku kompos berupa kotoran ternak15. Bahan baku yang

digunakan untuk membuat pupuk bokashi di Desa Karehkel antara lain kotoran

domba, kotoran kelinci, urin kelinci, sampah dedaunan, molasses (air gula), MOL,

dan arang sekam. Penggunaan MOL dapat mempercepat proses pengomposan. 13 The Rabbit. www.quavet.i12.com%2FRabbit.htm&anno=2 [Mei 2010] 14 Memproduksi Pupuk Organik dari Kelinci. http://foragri.blogsome.com/memproduksi-pupuk-

organik-dari-kelinci/ [Mei 2010] 15 Bokashi (Bahan Organik Kaya Akan Sumber Hayati).

http://www.deptan.go.id/feati/teknologi/BOKASHI.pdf [Juli 2010]

Page 104: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

85

Pengomposan pupuk kandang secara alami memakan waktu antara 3-4 bulan

sedangkan dengan menggunakan MOL pengomposan hanya memakan waktu

sekitar dua minggu (Setiawan 2010). MOL yang diproduksi oleh GPW terdiri dari

berbagai macam bahan baku yang mudah didapatkan di sekitar desa misalnya

bodogol pisang, berenuk, dan rebung.

Kebutuhan tenaga kerja tersebut meliputi aktivitas memproduksi MOL

(mikroorganisme lokal) dan memproduksi bokashi itu sendiri. MOL yang

dimaksud dalam penelitian ini dikhususkan pada MOL yang berbahan dasar

bodogol pisang. Ketersediaan bodogol pisang yang cukup banyak di Desa

Karehkel sangat memungkinkan untuk dapat memproduksi MOL sepanjang

tahun. Bahan-bahan MOL lainnya seperti rebung dan buah berenuk yang cukup

terbatas ketersediaannya serta keong sawah yang seringkali beraroma tidak sedap

saat dibuat menjadi MOL menjadi kendala tersendiri dalam memproduksi MOL

dengan bahan-bahan tersebut. Secara garis besar, aktivitas memproduksi MOL

memerlukan bahan baku berupa bodogol pisang, air kelapa, molasses (air gula

jawa), dan air besar. Biaya produksi setiap liter MOL bodogol pisang adalah Rp

475,00. Tabel 16 di bawah ini akan menunjukkan kebutuhan bahan baku dan

biaya produksi berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden produsen

bokashi di Desa Karehkel.

Tabel 16. Kebutuhan Bahan Baku dan Biaya Produksi 10 Liter MOL Berbahan Dasar Bodogol Pisang

Bahan Baku Kebutuhan Satuan Harga Satuan (Rp) Total Biaya (Rp)

Bodogol Pisang 1 kg 1000 1000 Air beras 5 liter 100 500 Air kelapa 5 liter 250 1250 Gula 0.25 kg 8000 2000

Total Biaya Produksi 10 Liter MOL Bodogol Pisang 4750

Dalam aktivitas produksi kompos, seringkali terjadi penyusutan bobot

bahan baku kompos yakni sebanyak 30-40 persen (Gaur 1980). Sebanyak 100

kilogram bahan baku yang dikomposkan akan menjadi kompos seberat 60-70

kilogram kompos. Penyusutan bobot bahan baku saat dikomposkan adalah sekitar

35 persen. Adanya penyusutan bobot bahan baku dalam memproduksi bokashi

Page 105: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

86

pupuk kandang sebanyak 35 persen menyebabkan dengan bahan baku sebanyak

727,5 kilogram akan menghasilkan bokashi sebanyak 472,875 kilogram.

Berdasarkan teknologi pembuatan pupuk bokashi di Desa Karehkel, 58,2

persen bahan baku berasal dari limbah ternak. Hal ini menunjukkan bahwa

teknologi pembuatan pupuk bokashi di Desa Krehkel sangat berpotensi untuk

mengoptimalkan pemanfaatan limbah ternak. Kebutuhan bahan lain yang cukup

besar adalah pada kebutuhan sampah daun kering yang diperoleh dengan cara

mengumpulkan di sekitar lokasi produksi. Oleh karena itu, kegiatan mencari

sampah daun kering dimasukkan pada komponen kebutuhan tenaga kerja untuk

memproduksi pupuk bokashi. Kebutuhan molasses dipenuhi dengan membeli

limbah industri gula aren yang ada di sekitar lokasi penelitian. Tabel 17 berikut ini

akan memberikan informasi mengenai kebutuhan pembuatan bokashi pupuk

kandang di Desa Karehkel berdasarkan informasi responden.

Tabel 17. Produksi Bokashi Pupuk Kandang di Desa Karehkel dengan Total Penggunaan Bahan Baku sebanyak 727,5 Kilogram

Bahan Baku Satuan Kebutuhan Bahan Baku Proporsi Bahan Baku (%)

Kotoran kambing Kg 210 28.9 Kotoran lunak kelinci Kg 210 28.9 Sampah daun kering Kg 240 33.0 Sekam Kg 40 5.5 MOL Kg 2.5 0.3 air kelapa Kg 20 2.7 urine kelinci Kg 3 0.4 molases (air gula) Kg 2 0.3 Total kebutuhan bahan baku Kg 727.5 100.0

Komponen biaya per kilogram pupuk bokashi yang diproduksi diperoleh

dengan menjumlahkan seluruh biaya-biaya bahan baku di luar limbah ternak

yakni diantaranya biaya pembelian sekam, biaya bahan baku MOL, biaya

pembelian molasses, dan biaya pembelian air kelapa. Pada kondisi aktual,

kebutuhan input tersebut selalu tersedia sehingga tidak menjadi kendala dalam

model yang dibangun.

Komponen biaya limbah ternak pada model ini dipisahkan sehingga dapat

terlihat keputusan optimal dalam memenuhi kebutuhan bahan baku pupuk baik

dari dalam maupun luar desa. Kebutuhan bahan baku bokashi pupuk kandang

berupa kotoran ternak dibedakan menjadi komponen biaya tersendiri. Harga beli

Page 106: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

87

setiap kilogram limbah ternak adalah sama dengan harga jual setiap limbah ternak

yang dihasilkan di Desa Karehkel. Hal ini disebabkan karena pada penelitian ini,

kotoran domba, kotoran kelinci, dan urin kelinci menghadapai pasar yang sama

sehingga harga setiap limbah tersebut adalah sama dengan harga pasar. Harga

masing-masing limbah ternak tersebut adalah Rp 142,86 per kilogram kotoran

domba, Rp 1.250,00 untuk setiap liter urin kelinci yang dibeli, dan Rp 500,00

untuk setiap kilogram kotoran kelinci. Struktur biaya per kilogram bokashi yang

menjadi acuan dalam penentuan koefisien biaya pada aktvitas memproduksi

pupuk organik bokashi dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini.

Tabel 18. Kebutuhan Bahan Baku dan Biaya Per Kilogram Bokashi Pupuk Kandang yang Diproduksi

Bahan Baku Satuan

Kebutuhan Bahan Baku untuk 472.875 kg

bokashi (Kg)

Kebutuhan Bahan Baku per Kilogram Bokashi

(kg)

Harga Satuan (Rp)

Biaya (Rp)

Sekam kg 40 0.0846 150 12.69 MOL kg 2.5 0.0053 475 2.51 Air kelapa kg 20 0.0423 250 10.57

Mollases kg 2 0.0042 8000 33.84 Total Biaya per Kilogram Bokashi 59.61

6.4.2. Kebutuhan Tenaga Kerja

Kebutuhan tenaga kerja dalam memproduksi bokashi pupuk kandang tidak

terlalu besar. Produksi bokashi dengan total bahan baku mencapai 727,5 kilogram

hanya membutuhkan curahan tenaga kerja sekitar 5,3 HOK. Kebutuhan tenaga

kerja tersebut sudah termasuk dengan aktivitas memproduksi MOL sesuai dengan

kebutuhan bahan baku pembuatan bokashi. Data mengenai kebutuhan curahan

tenaga kerja produksi pupuk bokashi pada Tabel 19 memiliki periode produksi

selama satu bulan yakni 30 hari. Aktivitas memproduksi MOL yang lebih

sederhana menyebabkan curahan tenaga kerja yang digunakan adalah lebih kecil

daripada aktivitas pembuatan bokashi. Tabel 19 secara lengkap akan

menunjukkan curahan tenaga kerja dalam memproduksi bokahi pupuk kandang

sesuai data yang diperoleh dari responden.

Page 107: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

88

Tabel 19. Curahan Tenaga Kerja Pembuatan Bokashi Sebanyak 472,875 Kilogram

Jenis Kegiatan Kebutuhan Tenaga Kerja (HOK)

Pembuatan MOL (2.5L) Menghaluskan bahan baku (bodogol pisang) 0,050 mencampur bahan 0,006 Pembuatan MOL 0,025 Aktivitas produksi bokashi (472.875kg) Mengumpulkan dan mencampur bahan baku 0,286 Pembuatan kompos 0,286 Pembalikkan kompos 0,357 Mengumpulkan sampah dedaunan kering 4,286 Total Kebutuhan Tenaga Kerja (HOK) 5,296

Secara kesuluruhan, aktivitas mengumpulkan sampah dedaunan kering

membutuhkan curahan tenaga kerja terbesar yakni sekitar 81 persen. Curahan

tenaga kerja untuk memproduksi MOL hanya sebesar 1,53 persen dari total

kebutuhan tenaga kerja total sedangkan sisanya digunakan untuk aktivitas

produksi bokashi. Berdasarkan informasi pada Tabel 19 di atas dapat diketahui

bahwasanya setiap kilogram bokashi yang diproduksi memerlukan curahan tenaga

kerja sekitar 0,01 HOK. Kebutuhan curahan kerja sebanyak 0,01 HOK tersebut

menjadi acuan dalam menentukan koefisien fungsi kendala tenaga kerja model

terintegrasi yang dibangun pada aktivitas produksi pupuk bokashi.

6.4.3. Produksi Pupuk Bokashi

Adanya perbedaan teknologi yang digunakan dalam memproduksi pupuk

bokashi di Desa Karehkel dengan pupuk kotoran ayam yang biasanya digunakan

petani sayuran organik menyebabkan adanya perbedaan harga antara kedua jenis

pupuk tersebut. Kotoran ayam yang digunakan sebagai pupuk organik sama sekali

tidak terdapat perlakuan secara khusus. Kotoran ayam tersebut hanya didiamkan

saja sampai dengan suhunya meningkat kemudian menjadi stabil sehingga dapat

digunakan sebagai pupuk. Berbeda halnya dengan pupuk kandang yang

diproduksi di Desa Karehkel dimana bahan baku mengalami proses fermentasi

sehingga menjadi pupuk bokashi.

Cukup beragamnya bahan baku yang digunakan untuk memproduksi

bokashi pupuk kandang di Desa Karehkel berdampak pada tingginya biaya

produksi per kilogramnya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwasanya harga

Page 108: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

89

pokok produksi per kilogram bokashi di Desa Karehkel mencapai Rp 665,97. Jika

dibandingkan dengan harga pasar pupuk kotoran ayam maka tentu saja harga

pupuk bokashi lebih mahal. Kondisi tersebut menimbulkan dugaan bahwa

penggunaan pupuk bokashi untuk kegiatan usahatani sayuran organik kurang

menguntungkan pada tingkat produksi sayuran dan harga sayuran organik yang

sama. Berapapun keuntungan yang diambil oleh produsen kompos untuk setiap

kilogram bokashi yang dijual, harga pupuk bokashi akan tetap lebih mahal

daripada harga kotoran ayam per kilogramnya di pasaran. Pada penelitian ini

diasumsikan produsen pupuk organik menjual pupuk bokashi dengan keuntungan

per kilogramnya sebanyak 10 persen. Perhitungan mengenai HPP pupuk bokashi

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.

6.5. Aktivitas Produksi Silase

Adanya rencana penerapan pertanian terpadu di Desa Karehkel merupakan

sebuah upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah yang dihasilkan dari

aktivitas usahatani, salah satunya adalah limbah sayuran. Karakteristik limbah

sayuran yang mudah busuk menjadi salah satu kendala dalam pemanfaatannya

sebagai pakan ternak. Berdasarkan asumsi permintaan sayuran organik setiap

bulannya maka potensi limbah yang dapat dihasilkan per bulannya dapat

mencapai sekitar 1,4 ton. Pengolahan limbah sayuran menjadi silase dapat

menjadi salah satu upaya dalam mengoptimalkan pemanfaatan limbah sayur

sebagai pakan ternak yang memiliki umur simpan yang lebih lama.

Silase merupakan hijauan pakan ternak yang disimpan dalam wadah

tertutup yang kedap udara sehingga terfementasi dalam keadaann tersebut (Gohl

1981 diacu dalam Maskitono 1990). Dalam pembuatan silase memerlukan

berbagai bahan baku pendukung yakni bahan pengawet dan zat aditif. Bahan

pengawet yang dapat digunakan salah satunya adalah dedak. Zat aditif digunakan

sebagai pemacu aktivitas fermentasi. Zat aditif tersebut terdiri dari bakteri-bakteri

yang berfungsi sebagai pencegah pembusukan dan perombak karbohidrat dan

protein. Penggunaan silase sebagai pakan ternak memiliki beberapa kelebihan

diantaranya pakan ternak lebih awet, memiliki kandungan bakteri asam laktat

yang bersifat sebagai probiotik sehingga dapat memperbaiki konversi pakan,

meningkatkan pertumbuhan berat badan, memperbaiki resistensi penyakit dan

Page 109: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

90

natural immunity, dan memiliki kandungan asam organik yang berperan sebagai

growth promoter dan penghambat penyakit (Sapienza dan Keith 1993).

Penggunaan silase untuk memenuhi 100 persen kebutuhan pakan ternak

sangatlah memungkinkan namun tidak dianjurkan bagi ternak-ternak yang berusia

muda. Mc Donald et al. (1991) menyebutkan bahwa ayam yang berumur sehari

tidak dapat meningkatkan bobot badan karena kurang dapat memanfaatkan zat

makanan dalam bentuk silase (ph 4,6) sehingga metabolisme di dalam tubuh akan

terganggu karena ph rendah menyebabkan enzim pencernaan tidak bekerja secara

optimal, sedangkan pH dalam saluran pencernaan berkisa antara 5-7,5 (basa).

Namun adanya silase dapat memacu pertumbuhan, meningkatkan pertumbuhan

berat badan dan mencegah gangguan pencernaan pada ternak muda. Kajian

lainnya mengenai pemanfaatan silase sebagai pakan ternak menunjukkan bahwa

pada komposisi silase tertentu dapat meningkatkan produksi ternak, tidak

berpengaruh terhadap produksi ternak, atau malah menurunkan produksi ternak

jika dibandingkan dengan dampak penggunaan pakan ternak secara tradisional

(Nikmah 2006; Tonnedy 2006; Asminaya 2007).

Jenis dan takaran bahan baku silase yang tepat memerlukan kajian teknis

tersendiri sehingga silase yang dihasilkan dapat memaksimumkan pertumbuhan

ternak. Penelitian ini tidak membahas aktivitas produksi silase yang sesuai dengan

kebutuhan nutrisi ternak yang dapat memaksimumkan pertumbuhannya. Secara

teknis penggunaan silase untuk memenuhi 100 persen kebutuhan pakan ternak

adalah memungkinkan sehingga dalam penelitian ini kajian mengenai aktivitas

produksi silase lebih diarahkan pada sisi ekonomi. Aktivitas produksi silase yang

masih jarang dilakukan oleh para peternak menyebabkan data mengenai

kebutuhan input produksi diperoleh dengan studi literatur. Silase dalam penelitian

ini menggunakan bahan baku berupa limbah hijauan sebanyak 95 persen dari total

kebutuhan bahan baku silase. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan silase dapat

menggantikan kebutuhan pakan hijauan yang berbahan dasar limbah sayuran bagi

ternak di Desa Karehkel.

6.5.1. Kebutuhan Input Produksi Silase

Silase yang dilibatkan dalam model memiliki bahan baku utama berupa

limbah sayuran atau limbah organik. Bahan baku lainnya yang digunakan adalah

Page 110: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

91

bahan aditif yang berasal dari MOL (mikroorganisme lokal) dan bahan pengawet

berupa dedak. Aktivitas memproduksi silase dengan 100 kilogram bahan baku

utama memerlukan dedak sebanyak 4,89 kilogram (Soegiri et al. 1981). Seperti

halnya pada aktivitas produksi bokashi, dalam memproduksi silase juga terdapat

penyusutan bobot bahan baku. Mc Donald et al. (1991) menyebutkan bahwasanya

penyusutan yang terjadi adalah sekitar 16,5 persen.

Penentuan koefisien biaya per unit aktivitas produksi silase pada model

sayuran organik terpadu yang dibangun didasarkan pada biaya produksi per unit

silase non biaya pembelian bahan baku hijauan. Aktivitas menggunakan bahan

baku hijauan dibedakan menjadi aktivitas tersendiri sehingga model yang

dibangun dapat memberikan informasi mengenai keputusan optimal pemenuhan

kebutuhan hijauan tersebut. Alternatif yang dapat dipilih yakni memanfaatkan

limbah sayuran di dalam desa, membeli limbah organik yang dihasilkan di pasar

yang berada di sekitar Bogor atau kombinasi keduanya. Kebutuhan bahan baku

dan biaya pembelian bahan baku dapat ditunjukkan oleh Tabel 20 berikut ini.

Tabel 20. Kebutuhan Input dan Biaya Non Bahan Hijauan untuk Memproduksi Silase dengan Bahan Baku Hijauan sebanyak 100 Kilogram

Bahan Baku Kebutuhan Bahan Baku

(Kg) Satuan Harga Satuan (Rp)

Total biaya variabel (Rp)

Bahan baku hijauan 100 kg 153,64 15.364 MOL 0,01 liter 475 475 Dedak 4,89 kg 1500 7.335 Total 104.9 22.703,75

Adanya penyusutan bobot silase maka berdasarkan total bahan baku silase

pada Tabel 20 menunjukkan banyaknya silase yang dapat diproduksi adalah

sebanyak 87,6 kilogram. Biaya produksi non limbah hijauan silase setiap kilogram

nya adalah Rp 73,4. Harga pasar limbah sayuran organik diasumsikan sama

dengan harga jual limbah sayuran yang dihasilkan pada usahatani sayuran organik

di Desa Karehkel. Selain limbah sayuran organik, usaha produksi silase juga

memiliki alternatif lain pemenuhan kebutuhan bahan baku hijauan. Pada model ini

diasumsikan produsen silase dapat memperoleh bahan baku hijauan berasal dari

limbah organik pasar yang diperoleh dari luar desa. Harga per kilogram limbah

organik pasar adalah diasumsikan sama dengan limbah sayuran organik yang

Page 111: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

92

dihasilkan di Desa Karehkel karena keduanya merupakan produk antara yang

relatif sama dan berada pada pasar yang sama.

6.5.2. Kebutuhan Tenaga Kerja Silase

Aktivitas memproduksi silase tidak jauh berbeda dengan memproduksi

bokashi pupuk kandang. Bahan-bahan yang ada dikumpulkan menjadi satu

kemudian dibuat tumpukan dan diberi zat aditif. Proses pembuatan silase

dilakukan secara anaerob sehingga bahan baku tidak boleh kontak langsung

dengan udara. Akibatnya tidak ada proses pembalikkan bahan baku yang

dilakukan secara rutin. Kebutuhan tenaga kerja untuk memproduksi silase dengan

bahan baku hijauan sebanyak 100 kilogram adalah sebanyak 0,005 HOK dan

dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini.

Tabel 21. Kebutuhan Tenaga Kerja untuk Memproduksi Silase dengan Bahan Baku Hijauan sebanyak 100 Kilogram

Jenis Kegiatan Curahan Kerja (HOK)

87.6 kg 1 kg

Membuat MOL sebanyak (10 gr) 0.0000001 0.000

Mengumpulkan dan mencampur bahan baku 0.286 0.003

Pembuatan silase 0.143 0.002

Total Kebutuhan curahan tenaga kerja silase 0.429 0.005

6.5.3. Produk Silase

Hasil dari aktivitas memproduksi silase adalah silase itu sendiri namun

pada penerapan usaha secara terpadu keberadaan silase dapat sebagai produk

akhir maupun produk antara. Posisi silase sebagai produk akhir apabila silase

yang diproduksi dijual ke luar desa sedangkan silase sebagai produk antara yaitu

pada saat dipergunakan sebagai input aktivitas usaha lainnya misalnya sebagai

pakan ternak.

Pakan ternak silase komersial masih sangat sulit ditemui sehingga tidak

ada aktivitas jual beli silase di pasaran. Hal ini menyebabkan tidak adanya

informasi mengenai harga pasar untuk setiap kilogram silase yang dijual. Pada

penelitian ini harga jual silase setiap kilogram dilakukan dengan menambahkan

biaya produksi per kilogram silase dengan profit sebesar 10 persen. Hasil dari

perhitungan menunjukkan bahwasanya harga pokok produksi adalah Rp 590,77.

Page 112: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

93

Berdasarkan asumsi profit yang digunakan maka besarnya harga jual satu

kilogram silase adalah Rp 649,85. Harga jual ini akan menjadi koefisien

penerimaan pada aktivitas menjual silase dalam model sayuran organik terpadu

yang dibangun. Pemanfaatan silase sebagai pakan ternak hanya terdapat pada

model terintegrasi. Pada penelitian ini, diasumsikan pemanfaatan pakan silase

sebagai pakan ternak adalah sebesar 50 persen dari total kebutuhan pakan ternak.

Kondisi tersebut didasari oleh penelitian Nikmah (2006) yang mengutarakan

bahwa pemberian silase dengan kadar 50 persen memberikan hasil terbaik pada

produksi ternak dan aman bagi konsumsi pakan ternak.

6.6. Ketersediaan Sumberdaya dan Input Pendukung

Sumberdaya pendukung yang dimaksud pada bagian ini antara lain

sumberdaya tenaga kerja sewa yang tersedia di Desa Karehkel, ketersediaan

rumput yang dapat disediakan petani setiap bulannya, ketersediaan limbah organik

pasar dan ketersediaan kotoran ayam yang di sekitar Desa Karehkel. Kantor

Pengendalian Lingkungan Hidup Bogor (2004) diacu dalam Muthmainnah (2008)

menyebutkan bahwa produksi sampah perbulan oleh TPA Galuga yang berada di

Kecamatan Cibungbulang per bulannya mencapai 11.092.500 kilogram. Limbah

organik yang dihasilkan per bulan oleh pasar dari tahun 2001-2003 rata-rata

adalah sebesar 13 persen dari total sampah yang diproduksi atau setara dengan

1.442.025 kilogram. Adanya kesulitan dalam memperoleh data dan

memperkirakan jumlah produksi aktual sampah organik pasar maka pada kendala

ketersediaan limbah organik pasar diperkirakan sama dengan 1.442.025 kilogram.

Sebagian besar limbah organik pasar tersebut terdiri dari sayur-sayuran yang

sudah tidak layak untuk dijual.

Ketersediaan tenaga kerja sewa luar keluarga ditentukan berdasarkan

Laporan Register Desa (2009) mengenai jumlah buruh tani yang tersaji pada di

Tabel 3 pada Bab V. Jumlah buruh tani atau tenaga kerja sewa dalam kegiatan

pertanian berjumlah 304 orang. Diasumsikan seluruh buruh tani tersebut adalah

pria sehingga ketersediaan tenaga kerja setiap bulannya adalah sebanyak 9120

HOK. Upah tenaga kerja setiap HOK di Desa Karehkel adalah Rp 25.000,00 yang

terdiri dari Rp 20.000,00 sebagai upah dan Rp 5.000,00 sebagai natura berupa

makan siang.

Page 113: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

94

Ketersediaan rumput diperkirakan dengan pendekatan kemampuan

peternak menyediakan rumput untuk pakan ternaknya setiap bulannya. Dalam hal

ini, peternak yang dimaksud ialah peternak kelinci dan peternak domba.

Berdasarkan perhitungan maka dapat diperoleh bahwasanya dalam sebulan pakan

hijauan lapang berupa rumput yang dapat disediakan peternak adalah mencapai

122,7 ton. Perhitungan tersebut secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 22 berikut

ini.

Tabel 22. Total Penyediaan Rumput Per Bulan oleh Peternak di Desa Karehkel

Jenis ternak

Kepemilikan/ orang (ekor)

Jumlah pemilik segapoktan

(orang)

Penyediaan rumput/ekor

/bulan(kg)

Jumlah penyediaan rumput (kg)

Domba 6 104 187,5 117.000 Kelinci 21 20 13,63 5.724,6

Total penyediaan rumput 122.724,6

Kebutuhan pakan hijauan kelinci ditentukan berdasarkan kebutuhan pakan

terbanyak yakni pada saat menyusui yakni 13,63 kilogram. Hasil perhitungan di

atas didasarkan pada kemampuan masing-masing peternak dalam menyediakan

pakan hijauan populasi ternak domba dan kelinci di Desa Karehkel. Populasi

ternak pada Tabel 22 diperoleh dari data GPW maupun dari Statistik Desa

Karehkel. Jumlah tersebut akan dijadikan sebagai kendala ketersediaan pakan

hijauan lapang pada model yang dibangun. Kebutuhan curaha kerja untuk mencari

rumput dirata-ratakan antara mencari rumput pada ternak domba dan mencari

rumput pada ternak kelinci sehingga diperoleh HOK per kilogram rumput yang

disediakan adalah sebesar

Selain ketersediaan buruh tani dan ketersediaan pakan hijauan lapang,

jumlah kotoran ayam yang berfungsi sebagai pupuk pada usahatani sayuran

organik tersedia dengan terbatas. Kondisi tersebut terjadi karena kebutuhan

kotoran ayam dipenuhi dengan membeli dari peternakan ayam yang berada di

sekitar Desa Karehkel. Berdasarkan statistik peternakan oleh Disnakan (2008)

dapat diketahui bahwasanya populasi ternak ayam, pedaging maupun petelur,

yang berada di sekitar Desa Karehkel mencapai 5,945 juta ekor dan berpotensi

untuk menghasilkan kotoran ayam setiap bulannya sekitar 59,45 ton. Lokasi

peternakan yang berada di sekitar Desa Karehkel diantaranya Leuwisadeng,

Page 114: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

95

Rumpin, Cibungbulang, Cibeber, Barengkok, Tajur Halang, dan Pabangbon.

Lokasi peternakan ayam yang berada di sekitar Desa Karehkel yang sering

memasok kebutuhan kotoran ayam dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 6.

Pada model yang dibangun, kendala ketersediaan kotoran ayam yang dapat dibeli

adalah sama dengan kebutuhan maksimum pupuk organik untuk budidaya sayuran

organik sebanyak 783 bedengan atau sebanyak 35.822,25 kilogram.

Page 115: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

96

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

7.1. Deskripsi Model Usahatani Sayuran Organik Terpadu

Model usahatani sayuran organik terpadu dalam penelitian ini dibangun

pada skala wilayah Desa Karehkel dimana akan melibatkan beberapa kelompok

tani yang masing-masingnya memiliki aktivitas produksi yang berbeda. Kondisi

tersebut disesuaikan dengan rencana GPW dalam menerapkan pertanian terpadu

di Desa Karehkel sehingga setiap kelompok tani memiliki aktivitas spesifik yang

dapat saling bersinergi satu sama lainnya. Aktivitas yang dilibatkan pada model

yang dibangun antara lain aktivitas usahatani sayuran organik, aktivitas ternak

kelinci, aktivitas ternak domba, aktivitas memproduksi pupuk bokashi dan

aktivitas memproduksi silase.

Pelaksanaan pertanian terpadu yang melibatkan berbagai kelompok tani

atau kelompok ternak tersebut akan berdampak pada model usahatani sayuran

organik terpadu yang dibangun. Ketersediaan sumberdaya didasarkan pada

penguasaan atau ketersediaan sumberdaya tingkat kelompok tani. Sumberdaya

yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada sumberdaya lahan pada sayuran

organik dan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga pada masing-masing

kelompok tani. Model linear yang dibangun dalam penelitian ini mengabaikan

dimensi waktu setiap periode produksi aktivitas usaha. Tidak dimasukannya

kendala modal per masing-masing petani dalam model yang dibangun menjadi

salah satu keterbatasan dalam penelitian ini. Model yang dibangun ditujukan

untuk memberikan informasi kepada GPW mengenai aktivitas yang perlu

diintegrasikan dan berapa jumlah pengusahaan yang sebaiknya dilakukan.

Saat ini kelompok tani yang sudah dibentuk antara lain Poktan Sugih Tani

yang melakukan budidaya sayuran secara organik yang beranggotakan 29 petani,

Poktan Ternak Domba Cadas Gantung yang terdiri dari sekitar 104 peternak

domba, dan Poktan Ternak Kelinci Cadas Gantung yang terdiri dari 20 peternak.

Aktivitas produksi pupuk bokashi masih belum dilaksanakan namun GPW telah

berencana untuk membuat kelompok produsen pupuk bokashi. Adanya pelibatan

aktivitas produksi silase dalam penelitian ini ditujukan sebagai salah satu upaya

dalam mengoptimalkan pemanfaatan limbah sayuran organik sehingga dapat

menjadi pakan ternak yang memiliki umur simpan relatif lama. Banyaknya

Page 116: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

97

anggota dalam kelompok produsen bokashi dan silase dalam penelitian ini

masing-masing sebanyak 5 rumah tangga produsen.

Ketersediaan sumberdaya lahan dan tenaga kerja dalam keluarga masing-

masing aktivitas disesuaikan dengan ketersediaan sumberdaya dalam kelompok

tani. Ketersediaan bedengan untuk usahatani sayuran organik adalah 783 bedeng

yang tidak lain merupakan total kepemilikan bedengan 29 orang petani sayuran.

Ketersediaan tenaga kerja masing-masing rumah tangga petani dalam sebulan

adalah 51 HOK yakni sesuai dengan karakteristik responden dalam penelitian ini

yang terdiri dari satu orang tenaga kerja pria dewasa dan satu orang tenaga kerja

wanita dewasa dengan hari kerja selama 30 hari. Ketersediaan sumberdaya

lainnya seperti tenaga kerja sewa (luar keluarga), ketersediaan pakan rumput,

ketersediaan limbah organik pasar dan ketersediaan kotoran ayang yang berasal

dari luar desa ditentukan berdasarkan analisis keragaan usahatani yang telah

dilakukan pada bab sebelumnya.

Adanya faktor musim yang mempengaruhi produksi sayuran dan limbah

sayuran serta adanya pengaruh kondisi kelinci saat bunting atau menyusui dalam

penggunaan input dan produksi maka diperlukan asumsi-asumsi dalam model

untuk menyederhanakan kondisi aktual. Diasumsikan aktivitas usahatani sayuran

organik berproduksi pada musim kemarau sedangkan ternak kelinci dilakukan

pada saat masa menyusui. Pemilihan periode budidaya kelinci saat menysui

disebabkan karena pada akhir periode kegiatan budidaya kelinci menyusui dapat

menunjukkan aktivitas menjual produk akhir kelinci berupa anakan kelinci.

Model terpadu yang dibangun tidak ditujukan untuk memaksimumkan

keuntungan setiap kegiatan usaha namun ditujukan untuk memaksimumkan

keuntungan dalam lingkup wilayah Desa Karehkel dengan kombinasi usahatani

terpadu yang optimum. Adanya perbedaan kondisi dalam penerapan model

usahatani sayuran organik terpadu bertujuan untuk melihat potensi profit yang

dapat dihasilkan atau hilang akibat pelaksanaan setiap aktivitas usaha pada dua

kondisi yang berbeda. Diasumsikan setiap produk antara menghadapi pasar yang

sama sehingga memiliki harga pasar yang sama kecuali pada pupuk bokashi yang

diproduksi dalam desa. Produksi pupuk bokashi menggunakan teknologi yang

Page 117: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

98

berbeda dengan produk substitusinya yakni pupuk kandang kotoran ayam

sehingga harga pasar kedua produk tersebut akan berbeda.

7.2. Analisis Model Usahatani Sayuran Organik Terpadu

Hasil analisis MUSOT dalam penelitian ini dapat memberikan informasi

mengenai pengalokasian sumberdaya yang tepat dan aktivitas yang perlu

diintergasikan sehingga dapat mendukung penerapan usahatani sayuran organik

terpadu di Desa Karehkel. Selain itu melalui model ini dapat diketahui potensi

keuntungan yang dapat dihasilkan pada skala wilayah oleh penerapan model

usahatani sayuran organik terpadu dibandingkan dengan pelaksanaan aktivitas

secara tidak terpadu (terintegrasi).

7.2.1. Kegiatan Usahatani Sayuran Organik

7.2.1.1. Penggunaan Lahan Usahatani Sayuran Organik

Hasil analisis model tidak terintegrasi (SI) dan model terintegrasi (SII)

menunjukkan bahwa alokasi bedengan optimal adalah 100 persen. Artinya seluruh

bedengan yang tersedia digunakan untuk usahatani sayuran organik sehingga

menjadikan sumberdaya lahan menjadi kendala pembatas dalam aktivitas

usahatani sayuran organik. Alokasi sumberdaya lahan sebanyak 783 bedengan

model SI sebaiknya sebanyak 4,47 persen dialokasikan untuk menanam selada,

bayam merah 5 persen, caisim 11,75 persen, dan proporsi lahan untuk menanam

bayam hijau sebanyak 12,13 persen. Permintaan sayuran kangkung yang terbesar

mempengaruhi pengalokasian sumberdaya lahan tersebut sehingga lahan yang

dialokasikan untuk usahatani kangkung adalah terbesar yakni mencapai 71,01

persen.

Nilai reduced cost pada pengalokasian bedengan sayuran menunjukkan

nilai opportunity cost dari masing-masing bedengan untuk setiap jenis sayuran.

Apabila seorang petani sayuran organik bermaksud untuk menambah bedengan

untuk menanam suatu jenis sayuran maka petani tersebut harus mengurangi

bedengan tanam jenis sayuran lainnya. Konsekuensi dari adanya perubahan

alokasi bedengan akan berdampak langsung pada peningkatan atau penurunan

nilai fungsi tujuan. Alokasi lahan hasil pemecahan optimal selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 23.

Page 118: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

99

Tabel 23. Alokasi Lahan Model SI dan Model SII

Jenis Sayuran Alokasi Bedengan (bedeng) Reduced Cost (Rp)

SI SII SI SII Selada 35 35 -103.568,55 -77.679,08 Kangkung 556 556 -212.188,27 -186.298,79 Caisin 92 92 -176.816,94 -150.929,47 Bayam Merah 5 5 -117.747,34 -91.856,87 Bayam Hijau 95 95 -136.196,98 -110.307,52 Jumlah bedengan 783 783

Misalnya pada model SI seorang petani sayuran organik bermaksud untuk

menambah jumlah bedengan kangkung sebanyak satu bedeng sehingga petani

harus mengurangi bedengan tanam jenis sayuran lainnya. Pada permisalan ini

petani lebih memilih untuk mengurangi satu bedengan tanam bayam merah.

Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwasanya petani kehilangan peluang untuk

meningkatkan keuntungan wilayah sebesar Rp 117.746,34. Keputusan petani

untuk mengurangi bedengan jenis sayuran lainnya sebagai akibat petani

meningkatkan bedengan kangkung sebanyak satu bedeng memiliki konsekuensi

yang berbeda-beda terhadap pengurangan. Jika petani memilih untuk mengurangi

bedengan tanam bayam hijau maka petani akan menyebabkan wilayah kehilangan

peluang untuk meningkatkan profit secara keseluruhan sebanyak Rp 136.196,98.

Adanya perbedaan opportunity cost tersebut sangat erat kaitannya dengan

keuntungan yang diterima petani atas korbanan sumberdaya petani dalam

mengusahakan setiap aktivitas usahatani sayuran organik. Sumberdaya yang

dimaksud berupa alokasi bedengan, penggunaan tenaga kerja yang berbeda-beda

setiap pengusahaan masing-masing jenis sayuran organnik per bedeng, dan biaya

pembelian input produksi berupa bibit atau benih dan bahan organik per bedeng.

7.2.1.2.Ketersediaan dan Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Sayuran Organik

Keputusan optimal pengusahaan setiap jenis sayuran organik secara

langsung akan berdampak pada alokasi tenaga kerja yang tersedia. Hal ini

disebabkan karena setiap jenis sayuran organik memiliki kebutuhan tenaga kerja

yang berbeda-beda untuk setiap bedenganya. Model SI dan SII menunjukkan

bahwa ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga aktivitas usahatani sayuran

Page 119: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

100

organik mencukupi kebutuhan tenaga kerja pengusahaan kelima jenis sayuran

organik tersebut. Bahkan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga usahatani

sayuran organik berlebih.

Pemanfaatan tenaga kerja dalam keluarga usahatani sayuran organik hanya

sebesar 45,4 persen dari tenaga kerja dalam keluarga yang tersedia. Artinya masih

terdapat sekitar 54,6 persen (807,4 HOK) tenaga kerja dalam keluarga yang belum

termanfaatkan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja dalam keluarga

aktivitas usahatani sayuran organik adalah melimpah atau tidak menjadi

sumberdaya pembatas. Pada kondisi aktual petani sayuran organik seringkali

menggunakan tenaga kerja sewa untuk mempercepat kegiatan pemanenan.

Adanya jadwal pengiriman sayuran kepada pembeli yang harus ditepati oleh

petani menyebabkan tenaga kerja sewa tetap dipergunakan.

Petani dianjurkan untuk mengirim sayuran maksimal pukul 09.00 WIB

sehingga maksimal pukul 10.00-11.00 WIB sayuran tersebut sudah sampai ke

tempat pembeli. Peraturan tersebut diberlakukan agar sayuran yang dikirimkan

dapat terjaga kesegarannya. Sayuran yang sudah dipanen tidak boleh terlampau

lama dibiarkan sehingga harus segera dikirim ke pembeli untuk dimasukkan ke

dalam kulkas. Karakteristik sayuran yang tidak memiliki daya simpan yang lama

membuat petani seringkali memanen sayurannya pada pagi hari yakni rata-rata

dimulai pada pukul 06.00 WIB. Adanya rentang waktu yang sempit untuk

kegiatan pemanenan dan luasnya areal tanam menyebabkan pentingnya bantuan

tenaga kerja sewa untuk mempercepat pemanenan. Rata-rata jumlah tenaga kerja

sewa yang digunakan untuk membantu pemanenan adalah sebanyak satu orang

baik pria maupun wanita.

Pada kondisi aktual, keputusan petani untuk menggunakan tenaga kerja

sewa tersebut adalah merugikan karena tenaga kerja dalam keluarga mampu

mencukupi total kebutuhan tenaga kerja usahatani sayuran organik. Kondisi

tersebut dapat dilihat dari potensi kerugian yang akan diterima untuk setiap unit

tenaga kerja (HOK) yang disewa yakni sebesar Rp 80.538,09. Kerugian tersebut

adalah 2,22 kali lipat lebih tinggi daripada biaya sewa tenaga kerja per HOK di

Desa Karehkel (Rp 25.000,00).

Page 120: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

101

7.2.1.3.Penggunaan Pupuk Organik

Pupuk organik dikategorikan sebagai produk antara atau intermediate

product dalam model usahatani sayuran organik terpadu yang dibangun sehingga

keberadaannya dipisahkan dalam aktivitas tersendiri. Pada model SI petani

sayuran organik tidak memiliki pilihan untuk memenuhi kebutuhan pupuk

organiknya kecuali dari kotoran ayam yang berasal dari desa. Kondisi tersebut

adalah sama persis dengan kondisi aktual dimana seluruh kebutuhan pupuk

dipenuhi dengan membeli dari luar desa.

Berbeda halnya dengan model SII, dimana aktivitas usahatani sayuran

organik memiliki alternatif pemenuhan kebutuhan pupuk organiknya. Aktivitas

usahatani sayuran organik dapat memenuhi kebutuhan pupuknya dengan membeli

kotoran ayam dari luar desa atau memanfaatkan bokashi pupuk kandang yang

dihasilkan di dalam desa. Namun dari hasil analisis model SII menunjukkan

bahwa sebaiknya seluruh kebutuhan pupuk usahatani sayuran organik dipenuhi

dengan membeli kotoran ayam dari luar desa karena pupuk bokashi yang

dihasilkan lebih menguntungkan apabila dijual ke luar desa. Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa antara aktivitas usahatani sayuran organik dan aktivitas

produksi pupuk bokashi model SII tidak terintegrasi.

7.2.1.4.Produk Utama dan Limbah Sayuran Organik

Produk yang dihasilkan oleh aktivitas usahatani sayuran organik dapat

dibedakan menjadi dua macam yakni produk utama berupa sayuran segar dan

limbah sayuran. Produktivitas sayuran (kilogram/bedeng) dan alokasi bedengan

yang berbeda-beda pada setiap jenis sayuran organik yang diusahakan berdampak

pada produksi setiap jenis sayuran pada kondisi optimal. Baik pada model SI dan

model SII seluruh sayuran segar yang dihasilkan dijual ke luar desa.

Model SI dan SII menunjukkan bahwa usahatani sayuran organik di Desa

Karehkel menghasilkan sayuran segar yang lebih tinggi daripada permintaan

pembeli. Jumlah produksi kangkung 810 persen lebih tinggi daripada permintaan

pasar. Begitu juga pada aktivitas usahatani sayuran organik lainnya dimana

produksi selada adalah 0,91 persen lebih tinggi daripada permintaan pasar,

produksi caisin 0,64 persen lebih tinggi daripada permintaan pasar, bayam hijau

0,45 persen lebih tinggi dan produksi bayam merah juga lebih tinggi 9,16 persen

Page 121: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

102

dari permintaan pasar. Kondisi tersebut menyebabkan perlunya perluasan pasar

sayuran organik. Cukup banyaknya potensi pasar sayuran organik menyebabkan

kelebihan produksi tersebut sangat memungkinkan untuk dapat tertampung pasar.

Posisi Poktan Sugih Tani sebagai produsen sayuran organik terbaik di Kabupaten

Bogor di tingkatan kelompok tani, menyebabkan poktan ini mendapat banyak

perhatian dari banyak pihak. Pihak tersebut antara lain Bappeda, Dinas Pertanian

Kabupaten Bogor, dan beberapa perusahaan eksportir yang pernah menawarkan

kerjasama dalam perdagangan sayuran organik.

Peningkatan jumlah sayuran organik yang dijual di pasaran setiap

kilogramnya dapat meningkatkan total keuntungan wilayah sebesar harga jual

masing-masing jenis sayuran. Apabila selada yang dijual meningkat sebanyak 1

kg maka akan berdampak pada peningkatan total keuntungan sebesar Rp

9.000,00. Peningkatan penjualan caisin, kangkung, bayam merah, dan bayam

hijau setiap kilogramnya akan meningkatkan nilai fungsi tujuang masing-masing

sebesar Rp 8.000,00, Rp 5.000,00, Rp 6.000,00, dan Rp 6.000,00. Peningkatan

jumlah sayuran organik yang dijual tentu saja memerlukan peningkatan luasan

tanam, perubahan alokasi tenaga kerja, dan biaya produksi yang dikeluarkan

setiap jenis sayuran tersebut. Hal ini akan berdampak langsung terhadap

perubahan alokasi sumberdaya apabila perubahan tersebut berada di luar selang

sensitifitas kondisi optimal aktivitas usahatani sayuran yang bersangkutan.

Produksi sayuran organik pada kondisi optimal dapat ditunjukkan pada Tabel 24

di bawah ini.

Tabel 24. Jumlah Produksi Sayuran Organik dan Permintaan Setiap Jenis Sayuran Model SI dan Model SII

Jenis Sayuran Produksi optimal (kg) Jumlah Permintaan

(kg) Selisih (%)

Selada 544.60 539.69 0.91 Caisin 2260.44 2246.05 0.64 Kangkung 25954.08 2852.44 809.89 Bayam Merah 2365.5 2354.8 0.45 Bayam Hijau 109.85 100.63 9.16

Limbah sayuran yang berasal dari proses sortasi juga memiliki nilai

ekonomi. Model SI menunjukkan bahwa seluruh limbah sayuran yang dihasilkan

dijual ke luar desa. Berbeda halnya dengan model SII dimana diterapkan pada

Page 122: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

103

kondisi teritegrasi sehingga limbah sayuran yang dihasilkan dimanfaatkan di

dalam desa. Pada model SII tidak ada aktivitas menjual limbah sayuran ke luar

desa karena 100 persen limbah sayuran yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai

bahan baku pembuatan silase.

Nilai dual price pada kendala transfer produk limbah sayuran model SI

dan model SII memiliki nilai yang sama yakni setara dengan harga jual setial

limbah sayuran organik yang dihasilkan yakni Rp 153,64. Nilai dual price

kendala kendala transfer produk limbah sayuran model SI menunjukkan bahwa

peningkatan setiap kilogram limbah sayuran yang dijual ke luar desa dapat

meningkatkan keuntungan wilayah sebesar Rp 153,64. Nilai dual price kendala

kendala transfer produk limbah sayuran model SII dapat menunjukkan bahwa

sebenarnya setiap kilogram sayuran yang dimanfaatkan untuk bahan baku

produksi silase di dalam desa memiliki nilai yang sama dengan harga limbah

sayuran organik di pasar yakni Rp 153,64.

7.2.2. Kegiatan Usahaternak Domba

Sangat besarnya potensi ternak domba sebagai penghasil bahan baku

bokashi pupuk kandang menjadi salah satu latar belakang bagi ternak domba

dimasukkan dalam model sayuran organik terpadu yang dibangun. Keberadaan

limbah domba ini menjadi salah satu bahan baku yang cukup penting bagi

kegiatan produksi bokashi pupuk kandang yang telah dirintis oleh Gapoktan

Pandan Wangi. Sekitar 28,8% bahan baku bokashi pupuk kandang di Desa

Karehkel berasal dari limbah domba. Selain sebagai penghasil kotoran domba

yang bernilai ekonomis, aktivitas ternak domba juga berpotensi menghasilkan

produk akhir berupa pertambahan bobot badan domba yang sangat mempengaruhi

harga jual per ekor domba.

7.2.2.1.Pengusahaan Ternak Domba

Model SI menunjukkan bahwa aktivitas ternak domba menguntungkan

untuk diusahakan. Banyaknya ternak domba yang perlu untuk diusahakan untuk

memaksimumkan total keuntungan model SI adalah sebanyak 392 ekor. Jumlah

tersebut adalah lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah domba aktual yang

dibudidayakan di Desa Karehkel (624 ekor domba). Berdasarkan analisis model

Page 123: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

104

SI maka dapat dikatakan bahwasanya pengusahaan domba pada kondisi aktual di

Desa Karehkel saat ini belum optimal. Pada model yang dibangun,ternak domba

akan berkompetisi dengan ternak kelinci dalam penggunaan pakan rumput yang

tersedia secara terbatas. Pengusahaan kelinci yang cukup banyak dan kebutuhan

pakan rumput kelinci mencapai 40 persen dari total rumput yang tersedia

menyebabkan proporsi pakan rumput yang tersedia untuk domba menjadi lebih

sedikit. Pada kondisi aktual sangat memungkinkan adanya pengaruh variabel lain

yang tidak dimasukkan dalam model terpadu yang dibangun di penelitian ini

sehingga dapat menyebabkan kondisi optimal model belum tentu sama dengan

kondisi optimal usahaternak domba secara aktual.

Model SII menunjukkan bahwa pengusahaan ternak domba pada kondisi

teritegrasi adalah merugikan. Selang perubahan harga jual daging domba (SXG)

model SII yang dapat ditoleransi menunjukkan bahwa berapapun kenaikan harga

jual daging domba dan harga jual kotoran domba per kilogramnya akan selalu

merugikan. Oleh karena itu pada model SII tidak terdapat aktivitas beternak

domba. Apabila pada model SII dipaksakan untuk membudidayakan domba maka

setiap ekor domba yang dibudidayakan akan mengurangi total keuntungan

wilayah sebesar Rp 25.243,30.

7.2.2.2.Ketersediaan dan Penggunaan Tenaga Kerja dalam Ternak Domba

Sekitar 42,66 persen dari total kebutuhan tenaga kerja untuk

membudidayakan domba, ditujukan untuk aktivitas pemeliharaan domba. Seperti

halnya dijelaskan pada bab sebelumnya aktivitas pemeliharaan domba meliputi

aktivitas membersihkan kandang dan mengumpulkan kotoran domba, serta

memberi pakan domba. Curahan tenaga kerja sebanyak 57,34 persen sisanya

dipergunakan untuk mencari pakan rumput.

Jumlah tenaga kerja dalam keluarga yang tersedia pada usahaternak domba

pada kondisi optimal model SI adalah berlebih. Hal ini ditunjukkan dengan

tingkat penggunaan tenaga kerja dalam keluarga sebesar 48,33 persen. Sisanya

sebanyak 51,67 persen (2740,32 HOK) masih belum termanfaatkan. Pada kondisi

aktual, peternak domba memang tidak pernah menggunakan bantuan tenaga kerja

sewa karena aktivitas pemeliharaan domba masih dilakukan secara tradisional dan

relatif sederhana. Selain itu kepemilikan ternak domba per peternak masih relatif

Page 124: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

105

rendah yakni berkisar antara 5-7 ekor. Apabila peternak domba menggunakan

tenaga kerja sewa maka setiap HOK nya akan berkonsekuensi terhadap

pengurangan total keuntungan wilayah sebesar Rp 80.538,09.

7.2.2.3.Pemenuhan Kebutuhan Pakan Ternak Domba

Kebutuhan pakan ternak aktivitas ternak domba pada kondisi tidak

terintegrasi SI seluruhnya dipenuhi dengan rumput lapang. Secara keseluruhan

usahaternak domba pada model SI memanfaatkan rumput lapang yang tersedia

sebanyak 60 persen.

7.2.2.4.Produksi Daging dan Limbah Ternak Domba

Domba sebanyak 392 ekor berpotensi untuk menghasilkan daging

sebanyak 552,72 kg dan limbah domba sekitar 18 ton. Seluruh daging yang

dihasilkan seolah-olah dijual ke luar desa. Seluruh limbah domba yang dihasilkan

dijual ke luar desa karena tidak adanya hubungan terintegrasi antara ternak domba

dengan aktivitas memproduksi pupuk bokashi. Setiap peningkatan jumlah produk

daging dan limbah domba yang dijual dapat meningkatkan total keuntungan

model terpadu masing-masing Rp 21.000,00 dan Rp 142,86 untuk setiap kilogram

produk tersebut.

7.2.3. Kegiatan Usahaternak Kelinci

7.2.3.1.Pengusahaan Indukan Kelinci

Model SI dan model SII menunjukkan jumlah pengusahaan indukan

kelinci yang berbeda. Jumlah indukan kelinci yang dibudidayakan pada kondisi

optimal SII adalah 13,3 persen lebih tinggi daripada jumlah indukan kelinci yang

diusahakan pada model SI. Hasil analisis optimal aktivitas memeliharan indukan

kelinci dapat dilihat pada Tabel 25 berikut ini. Tabel 25 menunjukkan bahwa

pada kondisi optimal aktivitas ternak kelinci memiliki nilai reduced cost.

Munculnya nilai reduced cost pada aktivitas-aktivitas yang masuk dalam hasil

solusi optimal merupakan hal yang tidak biasa (Siswanto 2007). Kemunculan nilai

reduced cost tersebut dalam penelitian ini disebabkan karena adanya kendala

bilangan bulat pada variabel aktivitas ternak kelinci. Reduced cost yang bernilai

positif tersebut sebenarnya menunjukkan kondisi optimal tanpa kendala bilangan

Page 125: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

106

bulat menghasilkan jumlah pemeliharaan indukan kelinci yang lebih sedikit

daripada hasil solusi optimal dengan menggunakan kendala bilangan bulat.

Tabel 25. Hasil Analisis Optimal Jumlah Pemeliharaan Indukan Kelinci pada Model SI dan Model SII

Model Aktivitas produksi

(ekor indukan)

Reduced Cost

(Rp)

SI 3.610 15.458,66

SII 4.090 8.910,04

Apabila jumlah indukan kelinci yang dipelihara model SI ditingkatkan

maka dapat merugikan. Besarnya kerugian yang ditanggung untuk peningkatan

setiap ekor indukan kelinci yang dipelihara model SI adalah Rp 15.458,66

sedangkan pada model SII sebesar Rp 8.910,04. Jumlah indukan kelinci model SI

yang lebih sedikit daripada jumlah indukan yang dibudidayakan pada model SII

disebabkan oleh adanya keterbatasan ketersediaan tenaga kerja dan ketersediaan

alternatif pemenuhan kebutuhan pakan. Adanya alternatif pemenuhan kebutuhan

pakan selain menggunakan rumput misalnya dengan silase, dapat mengurangi

sifat kompetitif penggunaan tenaga kerja untuk aktivitas pemeliharaan kelinci dan

aktivitas mencari pakan rumput untuk kelinci.

7.2.3.2.Kebutuhan dan Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahaternak Kelinci

Cukup banyaknya jumlah kelinci yang dibudidayakan pada model SI dan

SII menyebabkan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga peternak kelinci tidak

mampu mencukupi total kebutuhan tenaga kerja. Akibatnya peternak kelinci

menggunakan tenaga kerja sewa dengan jumlah yang bervariasi antara model SI

dan model SII. Pada model SI, tenaga kerja dalam keluarga peternak kelinci hanya

mampu memenuhi 25,37 persen (1020 HOK) total kebutuhan tenaga kerja untuk

membudidayakan kelinci sebanyak 3.610 ekor. Sisanya sebanyak 74,63 persen

(3000,1 HOK) dipenuhi dengan menyewa dari luar keluarga. Dari curahan tenaga

kerja sebanyak 4.020,1 HOK, 75,52 persen (3036 HOK) tenaga kerja

dilakokasikan untuk memelihara kelinci sedangkan sisanya sebanyak 24,48 persen

(984,1 HOK) digunakan untuk mencari pakan rumput.

Page 126: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

107

Kebutuhan tenaga kerja usahaternak kelinci pada kondisi optimal model

SII adalah 0,57 persen lebih rendah daripada model SI namun jumlah indukan

kelinci yang dipelihara 13,3 persen lebih banyak daripada model SI. Adanya

pemenuhan kebutuhan pakan kelinci berasal dari silase sangat berperan dalam

mengurangi curahan tenaga kerja untuk mencari pakan hijauan lapang sehingga

dapat meningkatkan jumlah kelinci yang dipelihara. Sebanyak 25,52 persen (1020

HOK) curahan tenaga kerja berasal dari tenaga kerja dalam keluarga sedangkan

sisanya sebanyak 74,48 persen (2.977,16 HOK) berasal dari tenaga kerja luar

keluarga. Curahan tenaga kerja yang ditujukan untuk kegiatan mencari pakan

hijauan lapang adalah sebesar 13,95 persen (557,47 HOK) dan 86,05 persen

(3.439,69 HOK) digunakan untuk aktivitas pemeliharaan kelinci.

Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga peternak kelinci yang mencapai

100 persen menunjukkan bahwa keberadaan tenaga kerja dalam keluarga

peternak kelinci merupakan sumberdaya pembatas. Hasil analisis model SI dan

model SII menunjukkan bahwa nilai tenaga kerja dalam keluarga per HOK

peternak kelinci adalah 222,2 persen lebih mahal daripada upah per HOK tenaga

kerja sewa.

Peran silase sebagai substitusi pakan mampu menghemat curahan tenaga

kerja untuk aktivitas ternak kelinci. Khususnya adalah pada aktivitas mencari

pakan berupa rumput lapang. Kondisi ini menunjukkan bahwasanya keberadaan

silase mampu mendukung aktivitas ternak kelinci sehingga tenaga kerja yang

seharusnya digunakan untuk mencari pakan hijauan lapang, dapat dialokasikan

untuk aktivitas memelihara kelinci. Akibatnya jumlah indukan kelinci yang

dipelihara lebih banyak dan secara proporsional akan meningkatkan produksi

anakan dan limbah kelinci.

7.2.3.3.Pemenuhan Kebutuhan Pakan Ternak Kelinci

Model SI menunjukkan bahwa seluruh kebutuhan ternak kelinci dipenuhi

dengan rumput lapangan. Hal ini disebabkan karena pada model SI setiap kegiatan

usahaternak belum terintegrasi sehingga 100 persen pakan kelinci dipenuhi

dengan mencari rumput lapangan. Pada model SII, kebutuhan hijauan ternak

dipenuhi dengan rumput lapang (50 persen) dan dengan silase (50 persen) yang

Page 127: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

108

dapat diperoleh melalui pemanfaatan silase di dalam desa, membeli silase dari

luar desa maupun kombinasi keduanya.

Ternak kelinci model SII sebaiknya memenuhi 100 persen kebutuhan

pakan silase dengan cara memanfaatkan silase yang diproduksi di dalam desa.

Setiap kilogram rumput lapang yang digunakan untuk pakan ternak, memiliki

nilai yang lebih tinggi daripada setiap kilogram silase yang dimanfaatkan untuk

pakan ternak. Nilai rumput per kilogramnya (Rp 1.610,76) adalah 147,86 persen

lebih tinggi daripada nilai silase per kilogramnya (Rp 649,85). Artinya,

penggunaan silase adalah lebih menguntungkan karena nilai per kilogram silase

yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah lebih murah daripada nilai rumput

setiap kilogramnya. Selain itu potensi penggunaan silase dalam proporsi pakan

yang lebih besar mampu meningkatkan curahan tenaga kerja untuk memelihara

kelinci sehingga indukan kelinci yang dipelihara semakin banyak dan produk

yang dihasilkan pun akan meningkat.

7.2.3.4. Produk Utama dan Limbah Usahaternak Kelinci

Produk utama anakan kelinci dan produk sampingan berupa kotoran dan

urin kelinci model SI seluruhnya dijual ke luar desa. Tidak adanya pemanfaatan

limbah kelinci sebagai bahan baku aktivitas produksi bokashi pupuk kandang di

Desa Karehkel menyebabkan limbah-limbah tersebut lebih menguntungkan jika

dijual ke luar desa. Setiap peningkatan jumlah anakan kelinci yang dijual per

ekornya akan meningkatkan total keuntungan wilayah sebesar harga per ekor

anakan kelinci yang dijual yakni Rp 10.000,00. Begitu juga dengan adanya

peningkatan penjualan urin dan kotoran kelinci setiap unitnya akan berdampak

pada kenaikan nilai fungsi tujuan masing-masing sebanyak Rp 1.250,00 dan Rp

500,00.

Berbeda halnya pada model SII yang terintegrasi dimana sebagian limbah

kelinci yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk

bokashi. Sebanyak 57,3 ton kotoran kelinci yang dihasilkan, 19,73 persen

(11.298,46 kg) dimanfaatkan di dalam desa untuk memenuhi kebutuhan bahan

baku pembuatan pupuk bokashi sedangkan sisanya dijual ke luar desa.

Pemanfaatan kotoran kelinci di dalam desa mampu memenuhi 100 persen

kebutuhan bahan baku kotoran kelinci pada aktivitas produksi pupuk bokashi.

Page 128: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

109

Kondisi serupa juga ditunjukkan pada produk urin kelinci dimana urin yang

diproduksi mampu memenuhi 100 persen kebutuhan urin kelinci aktivitas

produksi pupuk bokashi. Bahkan produksi urin kelinci tersebut berlebih sehingga

sisanya sebanyak 98,74 persen dijual ke luar desa. Hasil analisis model SII juga

menunjukkan bahwa setiap kilogram kotoran kelinci maupun urin kelinci yang

dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk bokashi memiliki nilai yang sama

dengan harga pasar yakni masing-masing Rp 500,00 dan Rp 1.250,00.

7.2.4. Kegiatan Produksi Silase

7.2.4.1.Jumlah Produksi Silase

Jumlah silase yang diproduksi pada model SI dan SII masing-masing adalah

sebesar 1.274.980,75 kilogram dan 1.279.568,625 kilogram. Perbedaan jumlah

silase yang diproduksi akan berdampak pada perbedaan kebutuhan bahan baku,

aktivitas membeli bahan baku, penggunaan tenaga kerja, dan aktivitas penjualan

silase yang sangat erat kaitannya dengan ada atau tidaknya pemanfaatansilase di

dalam desa.

7.2.4.2.Kebutuhan dan Penggunaan Tenaga Kerja

Seluruh tenaga kerja dalam keluargaprodusen silase pada model SI dan

model SII telah habis terpakai sehingga tenaga kerja dalam keluarga produsen

silase menjadi sumberdaya pembatas. Tenaga kerja sewa menutupi kekurangan

tenaga kerja produksi silase model SI sebanyak 96 persen. Tenaga kerja dalam

keluarga produsen silase memiliki nilai setara dengan Rp 80.538,09 yakni 2,22

kali lipat lebih tinggi dari upah tenaga kerja sewa per unit di Desa Karehkel.

Jumlah produksi silase SII yang lebih tinggi daripada model SI tentu saja

berdampak pada kebutuhan tenaga kerja yang lebih banyak. Seperti halnya model

SI, tenaga kerja dalam keluarga produsen silase merupakan sumberdaya pembatas

dalam aktivitas produksi silase karena penggunaanya telah mencapai 100 persen

atau habis terpakai. Tenaga kerja dalam keluarga produsen silase model SII

memiliki nilai kelangkaan sebesar Rp 80.538,09 yakni sama dengan nilai

kelangkaan tenaga kerja dalam keluarga model SI. Tenaga kerja dalam keluarga

hanya mampu memenuhi kebutuhan tenaga kerja produksi silase model SII sekitar

4 persen saja dan sisanya dipenuhi dengan tenaga kerja sewa.

Page 129: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

110

7.2.4.3.Pemenuhan Kebutuhan Bahan Baku Hijauan

Tidak adanya hubungan terintegrasi yang dibangun pada model SI

menyebabkan kebutuhan bahan baku hijauan aktivitas produksi silase dipenuhi

sepenuhnya dengan membeli limbah organik pasar yang berasal dari luar desa.

Berbeda halnya pada model SII dimana terdapat hubungan integrasi sehingga

apabila limbah sayuran organik di dalam desa tidak mencukup maka

kekurangannya dapat dipenuhi dengan membeli limbah organik pasar dari luar

desa.

Kemampuan aktivitas usahatani sayuran organik dalam memenuhi

kebutuhan bahan baku hijauan silasee sangatlah rendah. Hal ini ditunjukkan

dengan daya dukung usahatani sayuran organik hanya sebesar 0,36 persen

(5.252,35 kg) dalam memenuhi kebutuhan bahan baku hijauan silase. Aktivitas

usahatani sayuran organik tidak dapat menyediakan limbah sayuran dengan

jumlah lebih banyak karena peningkatan produksi limbah sayuran harus diikuti

dengan peningkatan luasan tanam sayuran organik. Pada model SII penggunaan

lahan sayuran organik telah mencapai 100 persen. Setiap kilogram limbah

sayuran organik yang dimanfaatkan sebagai bahan baku hijauan silase memiliki

nilai Rp 153,64 yakni setara dengan harga setiap kilogram limbah sayuran pasar

di pasaran.

7.2.4.4. Aktivitas Menjual dan Pemanfaatan Silase

Seluruh silase model SI yang diproduksi di dalam desa dijual ke luar desa

karena tidak adanya pemanfaatan silase sebagai pakan ternak di Desa Karehkel.

Pakan ternak kelinci maupun domba model SI dipenuhi seluruhnya dengan

rumput lapang. Adanya peningkatan jumlah silase yang dijual ke luar desa setiap

kilogramnya maka dapat meningkatkan total keuntungan sebesar Rp 649,85.

Silase yang diproduksi pada kondisi optimal model SII sebagian

dialokasikan untuk pakan ternak di dalam desa dan sisanya dijual ke luar desa.

Banyaknya pemanfaatan silase sebagai pakan ternak di Desa Karehkel hanya

sebesar 2,18 persen (27,9 ton) dan sisanya sebanyak 97,82 persen (1.251 ton)

dijual ke luar desa. Setiap kilogram silase yang dimanfaatkans sebagai pakan

ternak di dalam desa memiliki nilai yang sama dengan harga jual silase di pasaran

yakni Rp 649,85.

Page 130: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

111

7.2.5. Kegiatan Produksi Pupuk Bokashi

7.2.5.1.Jumlah Produksi Pupuk Bokashi

Keputusan optimal aktivitas produksi bokashi pupuk kandang pada model

SI dan SII menunjukkan hasil yang sama yakni sebesar 25,5 ton. Jumlah produksi

pupuk bokashi yang sama menunjukkan bahwa jumlah sumberdaya dan input

produksi yang digunakan adalah sama. Perbedaannya terletak pada sumber

pemenuhan inputnya yakni sebagian besar berupa limbah ternak baik melalui

pemanfaatan limbah ternak di dalam desa atau membelinya dari luar desa. Istilah

membeli produk antara diartikan sebagai aktivitas unit pelaksana model usahatani

terpadu yakni wilayah Desa Karehkel, untuk membeli produk antara dari luar

Desa Karehkel. Istilah memanfaatkan memiliki arti menggunakan produk antara

yang dihasilkan di dalam sistem (indigenous) atau di dalam Desa Karehkel untuk

aktivitas usaha di dalam Desa Karehkel itu sendiri.

7.2.5.2.Pemenuhan Kebutuhan Bahan Baku Pupuk Bokashi

Bahan baku aktivitas produksi bokashi pupuk kandang terdiri dari 28,8%

kotoran domba, 28,8% kotoran kelinci, 0,4% urin kelinci dan sisanya sebanyak

42% bahan lain terdiri dari sampah dedaunan, dedak, molasses, MOL dan air

kelapa. Pada model ini yang termasuk dalam aktivitas membeli atau

memanfaatkan produk antara antara lain membeli atau memanfaatkan kotoran

domba, kotoran kelinci, dan urin kelinci. Sebagai model yang diterapkan pada

kondisi tidak terintegrasi maka kebutuhan limbah ternak untuk aktivitas produksi

pupuk bokashi model SI seluruhnya dipenuhi dengan membeli dari luar desa.

Adanya hubungan terintegrasi yang dibangun pada model SII

menyebabkan aktivitas produksi pupuk bokashi memiliki alternatif untuk

memenuhi kebutuhan bahan baku limbah ternak. Alternatif yang tersedia adalah

dengan membeli limbah ternak tersebut dari luar desa atau dengan memanfaatkan

limbah ternak yang dihasilkan di Desa Karehkel atau kombinasi keduanya. Model

SII menunjukkan bahwa seluruh kebutuhan kotoran domba dipenuhi dengan

membelinya dari luar desa. Hal ini disebabkan karena di Desa Karehkel tidak

terdapat aktivitas beternak domba sehingga tidak ada pula kotoran domba yang

dihasilkan. Kebutuhan kotoran kelinci dan urin kelinci dapat dipenuhi seluruhnya

Page 131: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

112

dengan memanfaatkan limbah kelinci yang dihasilkan di dalam desa. Usaha

produksi pupuk bokashi memanfaatkan sekitar 19,73 persen kotoran kelinci dan

1,26 persen urin kelinci yang dihasilkan oleh aktivitas ternak kelinci di Desa

Karehkel. Berdasarkan nilai dual price hasil analisis optimal dapat diketahui

bahwasanya sebenarnya setiap kilogram kotoran kelinci dan urin kelinci yang

dimanfaatkan sebagai bahan baku aktivitas produksi pupuk bokashi memiliki nilai

yang sama dengan harga produk-produk antara tersebut di pasaran. Nilai kotoran

kelinci dan urin kelinci saat dimanfaatkan sebagai bahan baku aktivitas produksi

bokashi di Desa Karehkel masing-masing adalah Rp 500,00 dan Rp 1.250,00.

Pemanfaatan limbah ternak yang diproduksi di dalam desa membuat biaya

produksi aktivitas produksi bokashi model SII lebih murah dan keuntungan yang

diperoleh lebih tinggi pada jumlah produksi bokashi yang sama. Adanya

pemanfaatan kotoran kelinci dan urin kelinci pada model SII dapat menghemat

biaya sekitar 65,1 persen. Penghematan tersebut berdampak langsung pada

peningkatan keuntungan aktivitas produksi bokashi model SII dibandingkan

dengan model SI. Keuntungan aktivitas produksi pupuk bokashi SII 60,26 persen

lebih tinggi daripada keuntungan produksi bokashi model SI. Tabel 26 akan

menunjukkan penerimaan dan biaya aktivitas produksi pupuk bokashi model SI

dan SII pada kondisi optimal.

Tabel 26. Penerimaan dan Biaya Aktivitas Produksi Pupuk Bokashi Model SI dan Model SII pada Kondisi Optimal

Komponen Penerimaan, Pengeluaran

Total (Rp) Model SI Model SII

Penerimaan Jual bokashi 18,680,280.00 18,680,280.00 Total penerimaan 18,680,280.00 18,680,280.00 Pengeluaran Biaya bokashi non limbah ternak 1,520,055.00 1,520,055.00 Beli kotoran domba 1,614,098.00 1,614,098.00 Beli kotoran kelinci 5,649,230.00 0.00 Beli urin kelinci 196,150.00 0.00 Sewa tenaga kerja 0.00 0.00 Total Pengeluaran 8,979,533.00 3,134,153.00 Total Keuntungan 9,700,747.00 15,546,127.00

Page 132: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

113

7.2.5.3.Kebutuhan dan Penggunaan Tenaga Kerja Produksi Pupuk Bokashi

Tenaga kerja dalam keluarga yang tersedia (255 HOK) habis terpakai

dalam kegiatan produksi pupuk bokashi sebanyak 25,5 ton pada model SI maupun

model SII. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga yang telah mencapai 100

persen memberikan informasi bahwa sumberdaya tenaga kerja keluarga produsen

pupuk bokashi menjadi sumberdaya yang langka. Setiap unit tenaga kerja dalam

keluarga yang digunakan untuk aktivitas produksi pupuk bokashi memiliki nilai

Rp 38.042,13 yakni 52,17 persen lebih tinggi daripada biaya untuk menyewa

tenaga kerja per unitnya.

7.2.5.4.Aktivitas Menjual Pupuk Bokashi

Hasil analisis model SI tentu saja menunjukkan bahwa 100 persen pupuk

bokashi yang diproduksi dijual ke luar desa. Kondisi serupa juga terjadi pada hasil

analisis output optimal model SII dimana seluruh pupuk bokashi yang diproduksi

dijual ke luar desa sehingga pupuk bokashi menjadi produk akhir. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pada model SII tidak terdapat pemanfaatan pupuk bokashi

sebagai input produksi usahatani sayuran organik. Artinya antara usahatani

sayuran organik dengan aktivitas produksi pupuk bokashi tidak terdapat hubungan

yang terintegrasi.

7.2.6. Status dan Penggunaan Sumberdaya Pendukung

Seperti halnya yang telah dijelaskan pada bagain sebelumnya bahwa

sumberdaya pendukung yang dimasukkan dalam model ini terdiri dari

ketersediaan tenaga kerja sewa di Desa Karehkel, ketersediaan rumput lapang, dan

ketersediaan limbah organik pasar yang dapat digunakan sebagai bahan baku

pembuatan silase. Adanya perbedaan jumlah pengusahaan masing-masing

aktivitas pada model SI dan model SII menyebabkan tingkat penggunaan

sumberdaya pendukung juga berbeda.

Status sumberdaya yang dimaksud adalah posisi sumberdaya tersebut yang

melimpah atau bahkan telah habis terpakai. Model SI dan model SII menunjukkan

kondisi yang hampir sama dimana sumberdaya tenaga kerja sewa telah habis

terpakai sedangkan rumput lapang dan limbah pasar organik tidak habis terpakai.

Page 133: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

114

Tabel 27 berikut ini akan menyajikan ketersediaan sumberdaya pendukung pada

model SI dan model SII.

Tabel 27. Ketersediaan Sumberdaya Pendukung pada Kondisi Optimal Model TSI dan Model SII

Jenis Sumberdaya Pendukung Satuan

Model SI Model SII

Sisa Ketersediaan

Nilai Kelangkaan

(Rp)

Sisa Ketersediaan

Nilai Kelangkaan

(Rp) Tenaga kerja sewa HOK 0 55.538,09 0 55.538,09 Rumput lapang kg 20,29 0 94.851,25 0 Limbah organik pasar kg 82,41 0 146,18 0

Tenaga kerja sewa di Desa Karehkel dikategorikan sebagai sumberdaya

pendukung yang bersifat langka sehingga keberadaannya menjadi sumberdaya

pendukung yang membatasi setiap kegiatan usaha. Sebanyak 9.120 tenaga kerja

sewa yang tersedia, pada model SI sebanyak 32,9 persen (3000,09 HOK)

digunakan untuk membantu aktivitas ternak kelinci dan sisanya sebanyak 67,1

persen ( 6.119,9 HOK) digunakan untuk menunjang aktivitas produksi silase.

Pada model SII, tenaga kerja sewa juga digunakan oleh aktivitas produksi silase

dengan proporsi yang lebih besar yakni 67,36 persen (6.142,84 HOK) sedangkan

sisanya dipergunakan dalam aktivitas ternak kelinci. Nilai kelangkaan tenaga

kerja sewa per HOK di Desa Karehkel 122 persen lebih tinggi daripada upah

tenaga kerja per HOK pada kondisi aktual. Artinya, setiap penggunaan tenaga

kerja sewa mampu menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi daripada biaya

sewa tenaga kerja di Desa Karehkel.

Meskipun demikian, apabila dibandingkan dengan nilai kelangkaan tenaga

kerja dalam keluarga peternak kelinci dan produsen silase model SI dan model SII

maka nilai kelangkaan tenaga kerja sewa 45 persen lebih rendah. Kondisi tersebut

dapat menjelaskan bahwasanya pada harga output yang sama (jenis produk yang

sama) maka setiap tambahan tenaga kerja dalam keluarga mampu menghasilkan

penerimaan yang lebih besar daripada tenaga kerja sewa. Di sisi lain, nilai

kelangkaan tenaga kerja sewa 31,5 persen lebih tinggi.

Dalam hal penggunaan rumput lapang, model SI menggunakan 40,09

persen rumput yang tersedia untuk pakan kelinci, 59,9 persen untuk pakan domba,

Page 134: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

115

dan yang tersisa hanyalah 0,01 persen. Adanya rumput yang tersisa menyebabkan

sumberdaya ini bukanlah merupakan sumberdaya yang bersifat langka.

Penggunaan rumput SI lebih jauh dapat menyebabkan rumput menjadi

sumberdaya pembatas pada aktivitas ternak di Desa Karehkel. Berbeda halnya

pada status ketersediaan rumput model SII dimana rumput yang tersisa masih

cukup melimpah. Rumput pada model SII hanya dipergunakan untuk memenuhi

kebutuhan pakan kelinci sehingga penggunaannya relatif sedikit daripada model

SI. Jumlah rumput yang digunakan untuk pakan ternak kelinci adalah sebanyak

22,71 persen dari total rumput yang tersedia.

Keberadaan limbah sayuran pasar pada kedua model tidak menjadi

sumberdaya pembatas dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku silase di Desa

Karehkel. Jumlah limbah sayuran pasar yang tersisa tidak begitu banyak yakni

masing-masing pada model SI dan SII adalah sebanyak 0,006 persen dan 0,01

persen. Penggunaan limbah pasar dengan tidak terkontrol dapat menyebabkan

limbah pasar menjadi sumberdaya pendukung yang bersifat terbatas atau langka.

7.2.7. Aliran Produk dan Total Keuntungan Model SI dan Model SII

Faktor ekonomi menjadi salah satu penentu keberhasilan penerapan

pertanian terpadu di Desa Karehkel. Indikator ekonomi yang digunakan dalam

model ini adalah berupa total keuntungan wilayah. Apabila penerapan pertanian

terpadu (terintegrasi) pada skala wilayah dapat memberikan keuntungan yang

lebih tinggi daripada penerapan setiap aktivitas usaha secara tidak terintegrasi

maka hal tersebut dapat menjadi insentif ekonomi untuk menerapkan pertanian

terpadu. Selain itu akan dilakukan pula analisis mengenai aliran produk pada

model SI dan model SII sehingga dapat memberikan informasi mengenai produk

yang bernilai ekonomi dan kedudukan produk pada model yang dibangun apakah

sebagai produk akhir, produk antara, atau keduanya.

7.2.7.1.Aliran Produk Model SI dan Model SII

a. Aliran Produk Model SI

Uraian pada bagian sebelumnya telah menerangkan bahwa pada model SI

diterapkan pada kondisi tidak terintegrasi. Produk yang dihasilkan baik produk

utama maupun produk sampingan dijual ke luar desa. Limbah-limbah yang

Page 135: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

116

dihasilkan dari setiap aktivitas usahatani sama sekali tidak dimanfaatkan di dalam

desa. Gambar 4 berikut ini akan mengilustrasikan aliran produk pada model SI.

Keterangan: : Produk dijual ke luar desa : Aktivitas dan aliran produk di dalam desa : Aktivitas dan aliran produk dari luar desa

Gambar 4. Aliran Produk Model SI

59,9% (73500 kg)

40,09 % (49.204,3 kg)

Produksi Sayur (bedeng)

Selada : 35 Kangkung : 556 Caisin : 92 Bayam merah : 5 Bayam hijau : 95

Jual sayur (kg)

Selada : 544.6 Kangkung : 25.954,08 Caisim : 2.260,44 B. Hijau : 2.365,5 B. Merah : 109,85

Jual limbah sayur (kg) 5.252,35

Domba (ekor) 392

Produksi daging domba

(kg) 552.72

Jual limbah domba

(kg) 18.028

Kelinci (ekor) 3.610

Jual anakan kelinci (ekor) 25.270

Jual urin (kg)

10.974,34

Jual kotoran kelinci (kg)

50.540

Bokashi (kg)

25.500

Jual pupuk bokashi (kg)

25.500

Silase (kg) 1.274.980,75

Jual silase (kg) 1.274.980,75

Beli kotoran domba(kg) 11.298,46

Beli urin

kelinci(kg)

156,92

Beli kotoran kelinci(kg) 11.298,46

Beli pupuk kotoran ayam

(kg) 35.822,25

Beli limbah organik pasar

(kg) 1.441.942,63

Ketersediaan rumput (kg) 122.724,,6

Page 136: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

117

Gambar 4 selain menunjukkan 100 persen produk yang dihasilkan dijual

ke luar desa, input produksi berupa pupuk kotoran ayam, urin kelinci, kotoran

kelinci, kotoran domba, limbah organik pasar seluruhnya juga dibeli dari luar desa

dengan harga pasar yang berlaku seperti halnya yang telah dipaparkan pada

bagian sebelumnya. Aliran produk tersebut dapat menjelaskan kedudukan produk

yang dihasilkan, baik produk utama maupun produk sampingan dari setiap

aktivitas usaha dalam model SI adalah sebagai produk akhir. Final product yang

memiliki nilai ekonomi diantaranya selada, kangkung, caisin, bayam merah,

bayam hijau, limbah sayuran, kotoran domba, daging domba, kotoran kelinci, urin

kelinci, anakan kelinci, silase, dan pupuk bokashi.

b. Aliran Produk Model SII

Keterkaitan antara aktivitas satu dengan aktivitas lainnya dalam suatu

hubungan yang terintegrasi pada model SII menyebabkan aliran produk menjadi

lebih kompleks. Berdasarkan analisis kualitatif model SII maka dapat diperoleh

informasi bahwasanya model usahatani sayuran organik terpadu tidak dapat

diterapkan di Desa Karehkel. Penyebabnya adalah tidak terintegrasinya aktivitas

usahatani sayuran organik dengan aktivitas produksi pupuk bokashi. Model SII

menunjukkan tidak aktivitas pemanfaatan pupuk bokashi di dalam desa. Atau

dengan kata lain, seluruh pupuk bokashi yang diproduksi lebih baik dijual ke luar

desa dan kebutuhan pupuk organik dipenuhi dengan membeli kotoran ayam yang

berasal dari luar desa.

Adanya keputusan penggunaan suatu produk untuk dua tujuan dapat

menunjukkan hubungan yang kompetitif. Kondisi tersebut dapat ditunjukkan

misalnya oleh produk silase yang dihasilkan pada model SII. Pada kondisi

terintegrasi, silase dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan atau dijual ke

luar desa. Peningkatan pemanfaatan silase akan diikuti dengan penurunan jumlah

silase yang dijual. Sejumlah silase yang tidak jadi dijual merupakan sebuah

korbanan agar dapat meningkatkan pemanfaatan silase di dalam desa. Gambar 5

berikut ini dapat menunjukkan hubungan kompetitif suatu produk untuk dua

alternatif tujuan penggunaan dan akan memberikan informasi mengenai aliran

produk model SII. Selain itu Gambar 5 juga dapat menggambarkan kedudukan

produk sebagai produk akhir, produk antara, maupun sekaligus keduanya.

Page 137: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

118

Keterangan : : Produk akhir dijual ke luar desa : Aktivitas dan aliran produk di dalam desa : Aktivitas dan aliran produk dari luar desa : Aktivitas usaha/produksi : Produk antara

Gambar 5. Aliran Produk Model SII

Hubungan kompetitif pada sebuah produk juga dapat ditunjukkan pada

produk pupuk bokashi. Peningkatan jumlah pupuk bokashi yang akan

dimanfaatkan sebagai pupuk organik di dalam desa harus diikuti dengan korbanan

sejumlah pupuk bokashi yang tidak jadi dijual ke luar desa. Berdasarkan analisis

model SII, menunjukkan bahwasanya setiap pupuk bokashi yang dimanfaatkan di

dalam desa memiliki nilai yang sama dengan harga jual pupuk bokashi yakni Rp

98,74%

1,26%

80,27% 19,73%

2,18%

97,82%

100%

Produksi Sayur (bedeng)

Selada : 35 Kangkung : 556 Caisin : 92 Bayam merah : 5 Bayam hijau : 95

Jual sayur (kg)

Selada : 544.6 Kangkung : 25.954,08 Caisim : 2.260,44 B. Hijau : 2.365,5 B. Merah : 109,85

Pemanfaatan limbah sayur

(kg) 5.252,35

Silase (kg) 1.274.980,75

Jual silase (kg) 1.251.695,25

Ternak kelinci (ekor)

4.090

Jual anakan kelinci (ekor) 25.270

Jual kotoran kelinci

(kg) 45.961,5

Jual urin (kg) 12.276,68

Produksi kotoran

kelinci (kg) 57.260

Pupuk Bokashi

(kg) 25.500

Jual bokashi (kg)

25.500

Produksi urin (kg) 12.433,6

Pemanfaatan urin (kg)

156,92

Pemanfaatan kotoran

kelinci (kg) 11.298,46

Beli kotoran

domba(kg) 11.298,46

Beli pupuk kotoran ayam

(kg) 35.822,25

Beli limbah organik pasar

(kg) 1.441.878,88

Pakan rumput (kg) 27.873,35

Pemanfaatan silase(kg) 27.794,58

Page 138: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

119

732,56 per kilogramnya. Misalnya peningkatan pemanfaatan pupuk bokashi di

dalam desa sebanyak 1 kg harus diikuti dengan penurunan silase yang dijual

sebanyak 1 kg. Apabila terdapat peningkatan pemanfaatan pupuk bokashi di

dalam desa sebanyak 1 kg maka akan secara langsung mengurangi jumlah pupuk

bokashi yang dijual sehingga penerimaan GPW akan berkurang sebesar Rp

732,56. Pada tingkat produktivitas sayuran organik dan harga sayuran per

kilogram yang sama tentu saja pemanfaatan pupuk bokashi akan merugikan.

Usahatani sayuran organik harus mengeluarkan biaya pupuk yang lebih

tinggi daripada saat menggunakan pupuk kotoran ayam. Harga pupuk bokashi per

kilogram yang diproduksi (Rp 732,56) adalah 340 persen lebih mahal daripada

harga kotoran ayam per kilogramnya (Rp 166,67). Keputusan memanfaatkan

pupuk bokashi di dalam desa adalah merugikan sistem (wilayah) karena biaya

produksi yang digunakan untuk memproduksi sayuran organik akan meningkat

tanpa disertai dengan kenaikan harga atau peningkatan produktivitas dan

produsen pupuk bokashi akan kehilangan penerimaan sebanyak Rp 732,56 untuk

setiap pupuk bokashi yang dimanfaatkan. Oleh karena itu antara usahatani

sayuran organik dan aktivitas produksi pupuk bokashi tidak dapat terintegrasi.

Berdasarkan aliran produk pada Gambar 5 di atas dapat dilihat

bahwasanya produk-produk yang termasuk produk akhir antara lain sayuran

organik segar, anakan kelinci, kotoran kelinci, urin kelinci, silase, dan pupuk

bokashi. Selain sebagai produk akhir, kotoran kelinci, urin kelinci, dan silase juga

berkedudukan sebagai produk antara (intermediate product). Keberadaan limbah

sayuran juga berfungsi sebagai produk antara. Kotoran dan urin kelinci

dipergunakan sebagai bahan baku produksi pupuk bokashi, silase yang dihasilkan

digunakan sebagai pakan kelinci, dan limbah sayuran digunakan sebagai bahan

baku hijauan silase. Jadi dalam sebuah sistem pertanian terpadu sebuah produk

dapat memiliki dua kedudukan yakni sebagai produk akhir maupun produk antara.

Final product yang memiliki nilai ekonomi pada model SII antara lain sayuran

organik segar, anakan kelinci, kotoran kelinci, urin kelinci, pupuk bokashi dan

silase. Keberadaan produk antara sebenarnya juga memiliki nilai ekonomi pada

saat dimanfaatkan sebagai input produksi aktivitas usaha lain. Nilai ekonomi

Page 139: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

120

produk antara dapat dilihat pada nilai dual price produk antara yakni setara

dengan harga pasar per unit produk antara tersebut.

7.2.7.2.Perbandingan Total Keuntungan Model SI dan Model SII Berdasarkan analisis aliran produk model SII pada bagian sebelumnya

menunjukkan bahwa pertanian terpadu tidak dapat diterapkan di Desa Karehkel.

Meskipun demikian, adanya hubungan sinergis antara usahatani sayuran organik-

aktivitas produksi silase, produksi silase dengan ternak kelinci, dan ternak kelinci

dengan aktivitas produksi bokashi dapat menghasilkan total keuntungan yang

lebih tinggi daripada model tidak terintegrasi SI. Adanya hubungan yang sinergis

juga dapat berdampak terhadap adanya penghematan biaya produksi, khususnya

pada aktivitas produksi pupuk bokashi pada model SII. Kondisi tersebut

membuktikan bahwasanya pertanian terpadu dapat berpotensi untuk

meningkatkan total keuntungan baik dengan cara peningkatan jumlah ouput

produksi maupun penghematan yang dapat dilakukan.

Hasil pemecahan optimal menunjukkan bahwa total keuntungan yang

dihasilkan model SII 0,74 persen lebih tinggi daripada model SI. Komponen

penerimaan terbesar pada kedua model tersebut berasal dari penjualan silase yakni

rata-rata 62,06 persen dari total penerimaan. Aktivitas ternak kelinci juga

menunjukkan potensi yang cukup besar dalam menyumbang penerimaan model SI

dan SII. Penerimaan dari aktivitas ternak kelinci berasal dari penjualan tiga

produk yakni penjualan anakan kelinci, penjualan kotoran kelinci, dan penjualan

urin kelinci. Produk-produk kelinci menghasilkan penerimaan terbesar kedua

setelah produk silase yakni berkontribusi rata-rata sebesar 23,3 persen. Komponen

penerimaan terkecil pada kedua model berasal dari aktivitas penjualan pupuk

bokashi. Pada komponen biaya, aktivitas memproduksi silase memberikan

kontribusi terbesar terhadap pengeluaran model SI dan SII yakni rata-rata sebesar

70,19 persen dari total pengeluaran. Tabel 28 akan secara lengkap menyajikan

komponen penerimaan dan komponen pengeluaran dari hasil analisis optimal

model SI dan model SII.

Page 140: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

121

Tabel 28. Perbandingan Total Keuntungan Model SI dan Model SII pada Kondisi Optimal

Komponen Penerimaan/Pengeluaran Model SI Model SII

Total (Rp) % Total (Rp) % Penerimaan Jual sayuran organik 167,607,420.00 12.68 167,607,420.00 12.66 Jual limbah sayuran 806,971.05 0.06 0.00 0.00 Jual daging domba 11,607,120.00 0.88 0.00 0.00 Jual kotoran domba 2,575,491.51 0.19 0.00 0.00 Jual anakan kelinci 252,700,000.00 19.12 286,300,000.00 21.62 Jual kotoran kelinci 25,270,000.00 1.91 22,980,770.00 1.74 Jual urin kelinci 13,717,987.50 1.04 15,345,850.00 1.16 Jual Silase 828,546,240.39 62.70 813,414,158.21 61.42 Jual bokashi 18,680,280.00 1.41 18,680,280.00 1.41 Total Penerimaan 1,321,511,510.45 100.00 1,324,328,478.21 100.00 Pengeluaran Biaya sayuran organik non pupuk 11,047,716.91 1.86 11,047,716.91 1.87 Beli pupuk kotoran ayam 5,970,494.41 1.01 5,970,494.41 1.01 Sewa tenaga kerja sayur 0.00 0.00 0.00 0.00 Biaya domba non pakan 196,000.00 0.03 0.00 0.00 Sewa tenaga kerja domba 0.00 0.00 0.00 0.00 Biaya kelinci non pakan 23,722,862.30 4.00 26,877,148.70 4.55 Sewa tenaga kerja kelinci 75,002,250.00 12.65 74,429,000.00 12.60 Biaya silase non bahan baku hijauan 93,583,587.05 15.78 93,920,337.08 15.91 Beli sampah organik pasar 221,540,064.91 37.36 221,530,270.36 37.52 Sewa tenaga kerja silase 152,997,500.00 25.80 153,571,000.00 26.01 Biaya bokashi non limbah ternak 1,520,055.00 0.26 1,520,055.00 0.26 Beli kotoran kelinci 5,649,230.00 0.95 0.00 0.00 Beli kotoran domba 1,614,098.00 0.27 1,614,098.00 0.27 Beli urin kelinci 196,150.00 0.03 0.00 0.00 Sewa tenaga kerja bokashi 0.00 0.00 0.00 0.00 Total Pengeluaran 593,040,008.57 100.00 590,480,120.44 100.00 Total Keuntungan 728,471,501.88 733,848,357.77

Jumlah pengusahaan setiap jenis sayuran organik model SI adalah sama

dengan model SII (25,5 ton). Aktivitas ternak domba hanya ada pada model SI

sehingga komponen biaya dan komponen penerimaan ternak domba model SII

bernilai nol. Pada aktivitas produksi silase dan ternak kelinci model SII

diusahakan lebih banyak daripada model SI. Adanya pemanfaatan silase untuk

pakan ternak kelinci dan pemanfaatan limbah kelinci sebagai bahan baku pupuk

bokashi pada model SII menyebabkan penerimaan dari penjualan produk silase

dan kotoran kelinci menjadi lebih kecil daripada model SI. Pemanfaatan silase dan

kotoran kelinci di Desa Karehkel pada model SII masing-masing adalah sebanyak

Page 141: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

122

2,18 persen (27,9 ton) dan 19,73 persen (11,3 ton) secara langsung berdampak

pada pengurangan jumlah silase dan kotoran kelinci yang dijual. Jika

dibandingkan dengan model SI maka jumlah silase yang dijual pada model SII

1,83 persen lebih rendah dan penjualan kotoran kelinci model SII 9,06 persen

lebih rendah. Pemanfaatan kotoran kelinci sebagai bahan baku pupuk bokashi di

dalam desa dapat menghemat biaya pembelian kotoran kelinci sebesar 65,1

persen. Meskipun demikian, secara keseluruhan penghematan yang dilakukan

pada aktivitas produksi pupuk bokashi tersebut tersebut tidak berdampak begitu

besar bagi penghematan biaya pada model SII. Hal-hal tersebutlah yang

menyebabkan peningkatan total keuntungan penerapan model SII tidak terlalu

besar jika dibandingkan dengan model SI.

7.3. Analisis Pasca Optimal

Analisis pasca optimal pada penelitian ini meliputi analisis sensitivitas dan

analisis skenario kebijakan penggunaan pupuk bokashi di dalam desa. Analisis

sensitivitas dilakukan untuk mengetahui kepekaan model terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi pada kondisi aktual. Analisis kebijakan penggunaan pupuk

bokashi adalah skenario yang dirancang sedemikian rupa sehingga pada model SII

dapat diterapkan pertanian terpadu. Setiap skenario tersebut tentu saja memiliki

konsekuensi yang berbeda-beda terhadap keputusan optimal model dan

berdampak langsung pada total keuntungan wilayah yang dihasilkan. Pada

pemaparan selanjutnya akan dibahas secara lebih rinci mengenai analisis pasca

optimal ini.

7.3.1. Skenario Model Usahatani Sayuran Organik Terpadu

Produsen bokashi model SII lebih menguntungkan untuk menjual seluruh

pupuk yang diproduksi ke luar desa sedangkan seluruh kebutuhan pupuk

usahatani sayuran organik lebih baik jika dipenuhi dengan membeli dari luar desa.

Pembuatan pupuk bokashi dan pupuk kotoran ayam adalah dua teknologi yang

berbeda sehingga memiliki harga yang berbeda di pasaran. Harga pupuk kotoran

ayam jauh lebih murah daripada pupuk bokashi. Oleh karena itu agar

memungkinkan untuk menerapkan pertanian terpadu di Desa Karehkel perlu

disusun skenario berupa kebijakan penggunaan pupuk bokashi untuk usahatani

Page 142: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

123

sayuran organik dengan proporsi tertentu. Skenario kebijakan yang dibangun

dalam penelitian ini berupa kewajiban pemakaian pupuk bokashi sebanyak 30

persen dari total kebutuhan pupuk organik, lalu dilanjutkan dengan proporsi yang

terus meningkat yakni 50 persen, 70 persen, dan 100 persen.

Skenario kebijakan yang dilakukan tentu saja akan berdampak pada

perubahan total keuntungan wilayah. Analisis ekonomi pada skenario-skenario

tersebut ditujuan untuk mengetahui besarnya peningkatan atau penurunan total

keuntungan wilayah sehingga akan menentukan daya tarik ekonomi rencana

penerapan pertanian terpadu ini di Desa Karehkel. Apabila adanya kebijakan

tersebut menghasilkan total keuntungan yang lebih besar daripada kondisi tidak

terintegrasi maka kondisi tersebut dapat menunjukkan adanya insentif ekonomi

terhadap program pertanian terpadu sehingga akan menguntungkan apabila

diterapkan. Apabila kondisi sebaliknya yang terjadi, maka program pertanian

terpadu ini memerlukan insentif ekonomi yang lebih tinggi agar total keuntungan

yang dihasilkan secara komparatif adalah minimal sama atau lebih tinggi daripada

kondisi tidak terintegrasi.

Insentif ekonomi yang digunakan dalam skenario ini adalah berupa

kenaikan harga jual sayuran organik setiap kilogramnya. Tidak digunakannya

insentif ekonomi berupa peningkatan jumlah produksi sayuran organik akibat

penggunaan pupuk bokashi daripada pupuk kotoran ayam disebabkan karena

dalam penelitian ini mengabaikan adanya pengaruh penggunaan input produksi

yang berbeda terhadap jumlah produk yang dihasilkan. Selain itu penentuan

peningkatan produksi akibat penggunaan pupuk bokashi tidak dapat dilakukan

begitu saja karena memerlukan kajian teknis secara khusus mengenai dampak

penggunaan pupuk bokashi bagi peningkatan produksi sayuran.

Melalui skenario ini dapat diketahui peningkatan harga sayuran organik

yang harus dilakukan untuk setiap kilogramnya sehingga total keuntungan yang

dihasilkan adalah minimal sama dengan model SII. Harga produk lain

diasumsikan tetap karena penggunaan pupuk bokashi merupakan input produksi

usahatani sayuran organik sehingga sebagai kompensasinya harga per kilogram

sayuran organik harus mengalami peningkatan.

Page 143: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

124

7.3.1.1.Model Skenario I (MS1): Kewajiban Penggunaan Pupuk Bokashi Sebanyak 30 Persen dari Total Kebutuhan Pupuk Organik

MS1menunjukkan bahwa jumlah pengusahaan setiap jenis sayuran

organik, ternak kelinci, ternak domba, produksi silase, dan produksi pupuk

bokashi adalah sama dengan kondisi optimal model SII. Aliran produk utama

maupun produk sampingan yang dihasilkan usahatani sayuran organik, ternak

kelinci, dan produksi silase juga sama. Perbedaannya adalah pada aliran produk

pupuk bokashi dimana sebanyak 42,14 persen (10,7ton) pupuk bokashi yang

diproduksi dimanfaatkan oleh aktivitas usahatani sayuran organik.

Jumlah produksi pupuk bokashi yang sama dengan model SII

menyebabkan jumlah pupuk bokashi yang dijual adalah lebih sedikit daripada

model SII. Jumlah pupuk bokashi yang dijual pada SII sekitar 73 persen lebih

banyak daripada MS1. Hal ini menyebabkan total keuntungan MS1 0,83 persen

lebih rendah dibandingkan dengan total keuntungan wilayah model SII. Kebijakan

penggunaan pupuk bokashi sebanyak 30 persen dari total kebutuhan pupuk

organik usahatani sayuran organik adalah merugikan. Berdasarkan hasil trial and

error maka untuk memperoleh keuntungan yang relatif sama atau lebih besar

dibanding total keuntungan wilayah model SII maka harga jual setiap jenis

sayuran organik per kilogramnya harus meningkat minimal 3,63 persen.

MS1 menunjukkan bahwasanya aktivitas-aktivitas yang sebaiknya

diintegrasikan antara lain usahatani sayuran organik, aktivitas produksi silase,

aktivitas produksi pupuk bokashi, dan ternak kelinci. Produk-produk yang bernilai

ekonomi dalam pada MS1 antara lain selada, kangkung, caisin, bayam merah,

bayam hijau, kotoran kelinci, anakan kelinci, urin kelinci, silase, dan pupuk

bokashi. Adanya hubungan integrasi pada keempat aktivitas tersebut

menunjukkan bahwa limbah sayuran yang dihasilkan, urin kelinci, kotoran

kelinci, silase, dan pupuk bokashi juga berkedudukan sebagai produk antara

(intermediate product). Gambar 5 berikut ini akan menggambarkan aliran produk

pada MS1.

Page 144: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

125

Keterangan : : Produk akhir dijual ke luar desa : Aktivitas dan aliran produk di dalam desa : Aktivitas dan aliran produk dari luar desa : Aktivitas usaha/produksi : Produk antara

Gambar 6. Aliran Produk Hasil Pemecahan Optimal MS1

7.3.1.2.Model Skenario II (MS2): Kewajiban Penggunaan Pupuk Bokashi Sebanyak 50 Persen dari Total Kebutuhan Pupuk Organik

Kondisi optimal MS2 relatif sama dengan kondisi optimal MS1 dan model

SII. Perbedaannya hanya pada aliran produk pupuk bokashi dimana sekitar 70,24

persen bokashi yang diproduksi (17,91 ton) digunakan sebagai pupuk usahatani

98,74%

1,26%

80,27% 19,73%

2,18%

97,82%

100%

Produksi Sayur (bedeng)

Selada : 35 Kangkung : 556 Caisin : 92 Bayam merah : 5 Bayam hijau : 95

Jual sayur (kg)

Selada : 544.6 Kangkung : 25.954,08 Caisim : 2.260,44 B. Hijau : 2.365,5 B. Merah : 109,85

Pemanfaatan limbah sayur

(kg) 5.252,35

Silase (kg) 1.274.980,75

Jual silase (kg) 1.251.695,25

Ternak kelinci (ekor)

4.090

Jual anakan kelinci (ekor) 25.270

Jual kotoran kelinci

(kg) 45.961,5

Jual urin (kg) 12.276,68

Produksi kotoran

kelinci (kg) 57.260

Pupuk Bokashi

(kg) 25.500

Jual bokashi (kg)

14.753,33

Produksi urin (kg) 12.433,6

Pemanfaatan urin (kg)

156,92

Pemanfaatan kotoran

kelinci (kg) 11.298,46

Beli kotoran

domba(kg) 11.298,46

Beli limbah organik pasar

(kg) 1.441.878,88

Pakan rumput (kg) 27.873,35

Pemanfaatan silase(kg) 27.794,58

42,14%

Pemanfaatan bokashi (kg)

10.746,68

Page 145: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

126

sayuran organik. Jumlah pupuk bokashi yang dijual adalah semakin sedikit jika

dibandingkan dengan MS1dan model SII. Besarnya penurunan total keuntungan

jika dibandingkan dengan model SII adalah sebesar 1,38 persen (-Rp

10.135.726,53). Agar total keuntungan MS2 lebih besar dibandingkan model SII

maka harga jual per kilogram sayuran organik perlu dinaikkan minimal 6,05

persen.

7.3.1.3.Model Skenario III (MS3): Kewajiban Penggunaan Pupuk Bokashi Sebanyak 70 Persen dari Total Kebutuhan Pupuk Organik

Kewajiban penggunaan pupuk bokashi sebanyak 70 persen memberikan

dampak yang lebih besar terhadap penurunan total keuntungan MS3. Total

keuntungan MS3 1,93 persen lebih rendah jika dibandingkan dengan model SII.

Sebagai konsekuensinya memerlukan peningkatan harga sayuran yang lebih tinggi

dibandingkan dengan MS2 dan MS1. Besarnya peningkatan minimal harga jual

per kilogram sayuran yang perlu dilakukan agar setidaknya total keuntungan MS3

lebih besar daripada model SII adalah sebesar 8,47 persen. Jumlah pengusahaan

dan aliran produk aktivitas usahatani sayuran organik, ternak kelinci, dan silase

adalah sama dengan kondisi optimal model SII. Jumlah pupuk bokashi yang

diproduksi pun sama namun 98,34 persen pupuk bokashi yang diproduksi

dimanfaatkan oleh aktivitas usahatani sayuran organik.

7.3.1.4.Model Skenario IV (MS4): Kewajiban Penggunaan Pupuk Bokashi Sebanyak 100 Persen dari Total Kebutuhan Pupuk Organik Semakin besarnya kewajiban penggunaan pupuk bokashi untuk usahatani

sayuran organik berdampak pada penurunan total keuntungan yang lebih besar.

Total keuntungan MS4 3,23 persen lebih rendah dibandingkan dengan total

keuntungan model SII. Kondisi tersebut memerlukan peningkatan harga jual per

kilogram setiap jenis sayuran organik yakni minimal sebesar 14,15 persen.

Kondisi optimal MS4 berbeda dengan hasil analisis optimal model SII, MS1,

MS2, dan MS3. Jumlah pengusahaan usahatani sayuran organik dan aliran produk

sayuran organik masih sama namun untuk aktivitas ternak kelinci, produksi silase

dan produksi pupuk bokashi adalah berbeda. Gambar 6 berikut ini

menggambarkan jumlah pengusahaan dan aliran produk pada MS4.

Page 146: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

127

Keterangan : : Produk akhir dijual ke luar desa : Aktivitas dan aliran produk di dalam desa : Aktivitas dan aliran produk dari luar desa : Aktivitas usaha/produksi : Produk antara

Gambar 7. Aliran Produk Hasil Pemecahan Optimal Model MS4

Jumlah kelinci yang dibudidayakan pada kondisi optimal MS4 2,6 persen

lebih sedikit dibandingkan dengan model SII. Adanya peningkatan produksi

pupuk bokashi menyebabkan terjadinya peningkatan pemanfaatan limbah kelinci

di dalam desa. Besarnya peningkatan pemanfaatan urin kelinci dan kotoran kelinci

100%

98,18%

1,82%

71,54% 28,46%

2,12%

97,88%

100%

Produksi Sayur (bedeng)

Selada : 35 Kangkung : 556 Caisin : 92 Bayam merah : 5 Bayam hijau : 95

Jual sayur (kg)

Selada : 544.6 Kangkung : 25.954,08 Caisim : 2.260,44 B. Hijau : 2.365,5 B. Merah : 109,85

Pemanfaatan limbah sayur

(kg) 5.252,35

Silase (kg) 1.279.642.88

Jual silase (kg) 1.252.491.88

Ternak kelinci (ekor)

3.984

Jual anakan kelinci (ekor) 27.888

Jual kotoran kelinci

(kg) 39.903.9

Jual urin (kg) 11.890,92

Produksi kotoran

kelinci (kg) 55.776

Pupuk Bokashi

(kg) 35.822,25 Produksi

urin (kg) 12.111,36

Pemanfaatan urin (kg)

220.44

Pemanfaatan kotoran

kelinci (kg) 15.872,01

Beli kotoran

domba(kg) 15.872.01

Beli limbah organik pasar

(kg) 1.441.962.75

Pakan rumput (kg) 27.150,96

Pemanfaatan silase(kg)

27.151

Pemanfaatan bokashi (kg)

35.822,25

Page 147: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

128

di dalam desa masing-masing 0,56 persen dan 8,73 persen lebih tinggi daripada

model SII.

Model MS4 menunjukkan aktivitas yang sebaiknya diintegrasikan antara

lain usahatani sayuran organik, ternak kelinci, aktivitas produksi silase, dan

aktivitas produksi pupuk bokashi. Limbah sayuran organik hanya berfungsi

sebagai produk antara sedangkan limbah ternak kelinci, silase, dan pupuk bokashi

memiliki fungsi ganda yakni sebagai produk antara dan produk akhir. Produk

akhir yang memiliki nilai ekonomi pada MS4 antara lain sayuran organik segar,

anakan kelinci, kotoran kelinci, urin kelinci, silase, dan pupuk bokashi.

7.3.1.5.Analisis Kebijakan MS1, MS2, MS3 dan MS4 Hasil analisis optimal MS1, MS2, MS3, dan MS4 menunjukkan

bahwasanya kebijakan penggunaan pupuk bokashi untuk aktivitas usahatani

sayuran organik adalah merugikan. Besarnya kerugian yang harus diterima

sebagai konsekuensi penerapan kebijakan pemanfaatan pupuk bokashi pada MS1,

MS2, MS3, dan MS4 dapat dilihat pada Tabel 29 berikut ini.

Tabel 29. Konsekuensi Penerapan Kebijakan Penggunaan Pupuk terhadap Total Keuntungan MS1, MS2, MS3, dan MS4

Skenario Kerugian (Rp) Persentase Kerugian (%)

MS1 -6.081.435,92 0,83 MS2 -10.135.726,53 1,38 MS3 -14.190.017,14 1,93 MS4 -23.713.275,80 3,23

Tabel 29 dapat menunjukkan bahwasanya setiap kebijakan penggunaan

pupuk bokashi dengan jumlah yang semakin meningkat akan semakin merugikan

bagi pengusahaan usahatani sayuran organik secara terpadu. Hal tersebut lah yang

menjadi alasan mengapa hasil analisis optimal model SII menunjukkan bahwa

sebaiknya seluruh pupuk bokashi yang diproduksi dijual ke luar desa. Kerugian

yang harus ditanggung adalah keuntungan yang harus dikorbankan akibat

penggunaan sejumlah pupuk bokashi pada masing-masing skenario.

Setiap kilogram pupuk bokashi MS1, MS2, dan MS3 yang dimanfaatkan

di dalam desa akan merugikan sebesar Rp 565,89. Kerugian yang harus

ditanggung dari setiap kilogram pupuk bokashi MS4 yang dimanfaatkan (Rp

Page 148: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

129

661,97) adalah 17 persen lebih tinggi daripada MS1, MS2, dan MS3. Oleh karena

itu, perlu adanya peningkatan efisiensi dalam aktivitas produksi pupuk bokashi.

Peningkatan efisiensi tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan skala

ekonomi. Selain itu, adanya perubahan teknologi dalam pembuatan pupuk bokashi

juga dapat menunjang efisiensi produksi pupuk bokashi. Adanya teknologi baru

dalam pembuatan pupuk bokashi dapat ditujukan untuk menghasilkan pupuk

dengan jumlah yang relatif sama atau lebih besar dengan input yang lebih rendah

atau mampu menghasilkan output lebih tinggi dengan jumlah penggunaan input

relatif sama. Selain itu komposisi bahan baku juga dapat ditinjau ulang karena

bahan baku yang cukup beragam dapat meningkatkan biaya produksi. Adanya

perbaikan komposisi bahan baku pupuk bokashi dapat menjadi salah satu

alternatif untuk memproduksi pupuk bokashi dengan biaya produksi yang lebih

murah.

7.4. Analisis Sensitivitas

Adanya hubungan terintegrasi pada berbagai aktivitas usaha pada MUSOT

yang dibangun salah satunya ditentukan oleh adanya pasar produk antara di luar

desa. Pasar produk antara dapat menjadi penyebab kegagalan suatu sistem

pertanian terintegrasi apabila produk antara yang dihasilkan di dalam sistem (di

dalam desa) lebih menguntungkan apabila dijual ke luar desa. Adanya perubahan

harga jual maupun harga beli produk antara di pasar produk antara juga sangat

mempengaruhi keberlanjutan pertanian terpadu yang diterapkan.

Tabel 30 dapat memberikan informasi bahwa adanya peningkatan harga

jual per kilogram limbah sayur, kotoran kelinci, urin kelinci, dan silase pada

seluruh skenario akan sangat mempengaruhi hubungan terintegrasi yang dibangun

pada MUSOT. Hal ini dapat ditunjukkan pada besarnya peningkatan harga jual

per kilogram limbah sayur, kotoran kelinci, urin kelinci, dan silase yang dapat

ditolerir bernilai nol persen. Artinya apabila terjadi peningkatan harga jual

produk-produk tersebut akan memberikan insentif ekonomi yang lebih tinggi atau

lebih menguntungkan apabila produk antara yang dihasilkan dijual ke luar desa.

Kondisi tersebut dapat berdampak pada dapat diterapkan atau tidaknya pertanian

terpadu di Desa Karehkel.

Page 149: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

130

Tabel 30. Selang Kepekaan Perubahan Harga pada MS1, MS2, MS3, dan MS4

Aktivitas Harga Saat Ini (Rp)

Perubahan Harga (%)

MS1, MS2, MS3 MS4 Maksimum Minimum Maksimum Minimum

Biaya produksi selada -29,563.80 tak terhingga 0.00 tak terhingga 0.00 Biaya produksi kangkung -14,781.90 tak terhingga 0.00 tak terhingga 0.00 Biaya produksi caisin -12,872.28 tak terhingga 0.00 tak terhingga 0.00 Biaya produksi bayam merah -7,291.99 tak terhingga 0.00 tak terhingga 0.00 Biaya produksi bayam hijau -6,037.24 tak terhingga 0.00 tak terhingga 0.00 Biaya produksi domba -500.00 tak terhingga -5,048.66 tak terhingga -5,048.66 Biaya produksi kelinci -6,571.43 tak terhingga -135.59 tak terhingga -135.59 Biaya produksi bokashi -59.61 638.18 -712.90 638.18 -712.90 Biaya produksi silase -73.40 289.48 tak terhingga 289.48 tak terhingga Beli pupuk kotoran ayam -166.67 tak terhingga tak terhingga tak terhingga tak terhingga Beli kotoran kelinci -500.00 tak terhingga 0.00 tak terhingga 0.00 Beli urin kelinci -1,250.00 tak terhingga 0.00 tak terhingga 0.00 Beli kotoran domba -142.86 601.00 0.00 tak terhingga 0.00 Beli limbah pasar -153.64 122.29 0.00 122.29 0.00 Beli silase -649.85 tak terhingga 0.00 tak terhingga 0.00 Sewa tenaga kerja kelinci -25,000.00 tak terhingga -322.15 tak terhingga -322.15 Sewa tenaga kerka domba -25,000.00 tak terhingga -322.15 tak terhingga -322.15 Sewa tenaga kerja sayuran -25,000.00 tak terhingga -322.15 tak terhingga -322.15 Sewa tenaga kerja silase -25,000.00 169.98 tak terhingga 169.98 tak terhingga Sewa tenaga kerja bokashi -25,000.00 tak terhingga -169.98 tak terhingga -169.98 Jual limbah sayur 153.64 0.00 tak terhingga 0.00 tak terhingga Jual selada 9,000.00 tak terhingga -100.00 tak terhingga -100.00 Jual kangkung 5,000.00 tak terhingga -100.00 tak terhingga -100.00 Jual caisin 8,000.00 tak terhingga -100.00 tak terhingga -100.00 Jual bayam merah 6,000.00 tak terhingga -100.00 tak terhingga -100.00 Jual bayam hijau 6,000.00 tak terhingga -100.00 tak terhingga -100.00 Jual daging domba 21,000.00 tak terhingga -100.00 tak terhingga -100.00 Jual kotoran domba 142.86 0.00 tak terhingga 0.00 tak terhingga Jual anakan kelinci 10,000.00 tak terhingga -100.00 tak terhingga -100.00 Jual kotoran kelinci 500.00 0.00 -100.00 0.00 -100.00 Jual urin kelinci 1,250.00 0.00 -100.00 0.00 -100.00 Jual bokashi 732.56 58.01 -51.93 58.01 tak terhingga Jual silase 649.85 0.00 -32.70 649.85 -32.70

Berapapun besarnya peningkatan harga jual sayuran organik segar per

kilogramnya tidak akan mengubah keputusan optimal model masing-masing

skenario. Adanya peningkatan harga sayuran organik setiap kilogramnya pada

MS1, MS2, MS3, dan MS4 sebagai konsekuensi kebijakan penggunaan pupuk

bokashi di dalam desa tidak merubah keputusan optimal keempat model tersebut.

Perubahan harga tersebut akan berdampak langsung pada peningkatan total

Page 150: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

131

keuntungan wilayah sehingga minimal akan sama dengan total keuntungan

wilayah model SII yang tidak terintegrasi.

Peningkatan biaya produksi non produk antara pada setiap aktivitas usaha

di dalam MUSOT juga akan menentukan apakah usaha tersebut dijalankan atau

tidak. Aktivitas ternak domba adalah aktivitas yang sangat merugikan apabila

diusahakan. Hal ini terlihat pada Tabel 30 dimana apabila ternak domba

diusahakan maka setiap peternak domba tersebut harus diberikan insentif ekonomi

yang sangat tinggi untuk setiap kilogram domba yang dipeliharanya yakni

minimal -5.048,67 persen dari biaya produksi domba non pakan. Atau dengan

kata lain, setiap peternak domba harus diberi insentif ekonomi minimal sebesar

Rp 24.743,35 untuk setiap ternak domba yang dipelihara. Perubahan biaya

produksi non produk antara pada aktivitas lain di luar selang kepekaan Tabel 30,

dapat merubah hubungan terintegrasi yang dibangun pada keempat skenario

kebijakan tersebut.

Selain perubahan harga setiap aktivitas, adanya perubahan terhadap

ketersediaan sumberdaya yang terdapat pada masing-masing model juga dapat

mempengaruhi hubungan terintegrasi antar masing-masing aktivitas. Perubahan

iklim yang senantiasa tidak dapat diprediksi dapat menyebabkan perubahan

ketersediaan sumberdaya misalnya ketersediaan pakan hijauan lapang pada musim

kemarau dan hujan, produksi limbah sayuran di setiap musimnya. Hal lain yang

mungkin saja terjadi adalah apabila terjadi migrasi penduduk atau alih pekerjaan

tenaga kerja usahatani sehingga dapat mempengaruhi ketersediaan sumberdaya

tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja sewa. Tabel 31 berikut ini akan

menyajikan selang kepekaan perubahan ketersediaan masing-masing sumberdaya

pada keempat skenario.

Berdasarkan analisis terhadap selang kepekaan perubahan sumberdaya

menunjukkan bahwa Pengurangan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga

aktivitas usahatani sayuran organik MS1, MS2, MS3, dan MS4 sebanyak 54,9

persen (807,4 HOK) tidak mempengaruhi keputusan optimal keempat skenario.

Kondisi tersebut disebabkan karena sisa tenaga kerja sebanyak 45,1 persen dari

total ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga mampu memenuhi kebutuhan

tenaga kerja dalam berusahatani sayuran organik. Pengurangan ketersediaan

Page 151: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

132

kotoran ayam sebesar 30 persen pada skenario MS1 tidak mengubah keputusan

optimal karena pada MS1 kebutuhan kotoran ayam adalah sebesar 70 persen dari

total kebutuhan pupuk pada aktivitas usahatani sayuran organik. Penurunan

ketersediaan pupuk kotoran ayam dapat ditolerir apabila jumlah pupuk kotoran

ayam yang tersedia mampu memenuhi kekurangan kebutuhan pupuk organik.

Adanya perubahan ketersediaan sumberdaya lainnya pada selang kepekaan yang

dapat ditolerir, tidak akan mengubah hubungan terintegrasi yang telah terbangun.

Perubahan ketersediaan sumberdaya pada batas selang kepekaan juga tidak akan

berdampak pada aliran produk antara pada kondisi optimal. Selang kepekaan

perubahan ketersediaan sumberdaya MS1, MS2, MS3, dan MS4 yang tidak

merubah keputusan optimal disajikan selengkapnya pada Tabel 31 berikut ini.

Tabel 31. Selang Kepekaan Perubahan Sumberdaya MS1, MS2, MS3, dan MS4

Kendala Ketersediaan

Saat Ini (unit)

Perubahan Sumberdaya (%)

MS1 MS2 MS3 MS4

Maks Min Maks Min Maks Min Maks Min TKDK sayur organik

1,479.00 tak hingga -54.59 tak

hingga -54.59 tak hingga -54.59 tak

hingga -54.59

TKDK ternak domba

5,304.00 tak hingga -100 tak

hingga -100 tak hingga -100 tak

hingga -100

TKDK ternak kelinci

1,020.00 0.06 -602.2 0.06 -602.24 0.06 -602.24 0.03 -602.28

TKDK bokashi 255.00 406.80 -57.85 406.8

0 -57.85 406.80 -57.85 0.11

-2,409.

10

TKDK silase 255.00 0.25

-2,454.

31 0.25 -

2,454.31 0.25 -

2,454.31

0.11 -

2,455.87

Lahan 783.00 0.00 0.00 tak hingga 0.00 tak

hingga 0 tak hingga 0

Tenaga kerja sewa

9,120.00 0.01 -67.36 0.01 -67.36 0.01 -67.36 0.00 -67.36

Jumlah rumput lapang

122,724.60 tak hingga -77.29 tak

hingga -77.29 tak hingga -77.29 tak

hingga -77.88

Limbah organik pasar

1,442,025.00 tak hingga -0.01 tak

hingga -0.01 tak hingga -0.01 tak

hingga 0

Kotoran ayam 35,822.25 tak

hingga -30 tak hingga -50 tak

hingga -70 tak hingga -100

Keterangan: TKDK = Tenaga kerja dalam keluarga Maks = Perubahan maksimum sumberdaya Min = Perubahan minimum sumberdaya

Page 152: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

133

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada permodelan usahatani

terpadu sayuran organik-hewan ternak (MUSOT) di Desa Karehkel maka dapat

diperoleh kesimpulan diantaranya:

1) Model usahatani terpadu sayuran organik-hewan ternak dapat diterapkan

pada skala wilayah apabila didukung dengan adanya kebijakan

pemanfaatan pupuk bokashi di dalam Desa Karehkel. Hal ini disebabkan

karena harga pupuk bokashi yang diproduksi di dalam desa lebih mahal

jika dibandingkan dengan pupuk organik yang berasal dari luar desa

sehingga akan lebih menguntungkan apabila usahatani sayuran organik

menggunakan pupuk organik yang dibeli dari luar desa.

2) Untuk mencapai total keuntungan wilayah secara maksimum maka

aktivitas-aktivitas yang sebaiknya diintegrasikan antara lain usahatani

sayuran organik, ternak kelinci, aktivitas memproduksi silase, dan

aktivitas memproduksi pupuk bokashi. Sangat besarnya skala ekonomi

masing-masing aktivitas usahatani yang sebaiknya diusahakan

menyebabkan setiap aktivitas usaha yang diintegrasikan perlu diusahakan

pada tingkat kelompok tani.

3) Penerapan model usahatani terpadu sayuran organik-hewan ternak sangat

berperan dalam meningkatkan total output wilayah. Khususnya dalam

meningkatkan jumlah ternak yang dipelihara karena adanya pemanfaatan

limbah sayuran sebagai pakan ternak dalam bentuk silase dapat

mengurangi curahan tenaga kerja peternak untuk mencari pakan hijauan

sehingga curahan tenaga kerja untuk memelihara ternak akan lebih besar.

Selain itu, adanya pemanfaatan limbah ternak sebagai bahan baku

pembuatan pupuk bokashi sangat berperan dalam penghematan biaya

produksi pupuk bokashi. Model usahatani terpadu sayuran organik-hewan

ternak dapat memberikan total keuntungan wilayah yang lebih tinggi

daripada penerapan pertanian secara tidak terpadu apabila diiringi dengan

insentif ekonomi yang lebih tinggi yakni peningkatan harga sayuran

Page 153: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

134

organik per kilogramnya sebagai konsekuensi penerapan kebijakan

pemanfaatan pupuk bokashi di dalam Desa Karehkel.

8.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat dirumuskan beberapa saran

antara lain:

1) Untuk mendukung penerapan pertanian terpadu sayuran organik-hewan

ternak di Desa Karehkel, GPW perlu menambah jumlah petani sayuran

organik, membentuk kelompok produsen kompos, membentuk kelompok

produsen silase, dan meningkatkan kepemilikan jumlah indukan kelinci

masing-masing peternak kelinci. Cukup besarnya peningkatan

kepemilikan kelinci yang harus dilakukan maka perlu dilakukan

usahaternak kelinci pada skala kelompok dengan jumlah anggota yang

lebih besar.

2) Perlu adanya perbaikan teknologi produksi pupuk bokashi sehingga lebih

efisien dan dapat berproduksi lebih banyak. Cukup beragamnya bahan

baku yang digunakan dalam pembuatan pupuk bokashi perlu menjadi

perhatian sehingga dapat menghemat biaya produksi. Hal yang dapat

dilakukan adalah dengan cara memperbaiki komposisi bahan baku pupuk

bokashi yang diproduksi. Selain itu adanya realisasi bantuan rumah

kompos di Desa Karehkel dapat menjadi salah satu upaya untuk

meningkatkan efisiensi dan skala ekonomi pengusahaan pupuk bokashi di

Desa Karehkel.

3) Adanya potensi peningkatan produksi sayuran organik, kelinci, domba,

kompos, dan silase perlu didukung dengan adanya perluasan pasar

sehingga produk yang dihasilkan dapat terjual dan menghasilkan

keuntungan yang lebih tinggi.

4) Penerapan model sayuran organik terpadu di Desa Karehkel perlu

memperhatikan faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan di dalam model.

Misalnya keterbatasan sumberdaya modal masing-masing petani, faktor

demografi, faktor musim, adanya peningkatan produksi akibat

penggunaan input yang berbeda dan lain lain.

Page 154: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

135

DAFTAR PUSTAKA

Abadilla DC. 1982. Organic farming. Manila: Afa Publications Inc.

Amareko SL. 1983. Perencanaan Usahatani Terapdu di Daerah Pertanian Tanah Kering (Studi Kasus pada Desa Binaan PDP II di Nusa Tenggara TImur) [tesis]. Bogor: Bidang Keahlian Ekonomi Pertanian, Fakultas Pascasarjana, Institu Pertanian Bogor.

Asminaya NS. 2007. Penggunaan Ransum Komplit Berbasis Samppah Sayuran Pasar untuk Produksi dan Komposisi Susu Kambing Perah [tesis]. Bogor: Program Studi Ilmu Ternak Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

[Balitnak] Balai Penelitian Ternak Bogor. 2003. Kotoran Kambing-Domba pun Bisa Bernilai Ekonomis. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Indonesia Vol 5 no 5: 16-18.

Behera UK, CM Yates, E Kebreab, dan J France. 2008. Farming systems Methodology for efficient Resource Management at The Farm Level : A Review from an Indian Perspective. Journal of Agriculture Science, 146: 494

Beneke RR. dan Ronald W. 1973. Linear Programming Applications to Agriculture. The Iowa State University Press, AMES.

Debertin DL. 1986. Agricultural Production Economics. Mc.Millan Publishing Company, New York.

Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. 2008. Pedoman Teknis Integrasi Ternak Ruminansia-Tanaman. Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.

Devendra. 1993. Development of Sustainable Animal Production in Integrated Small Farm Systems in Asia. Di dalam Sustainable Agriculture Developmentin Asia. Report on APO study meeting 23rd February-5th March 1993. Tokyo: APO (Asian Productivity Organization). hlm 124-125.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2010. Program Pengembangan Agribisnis Hortikultura: Pedoman Teknis Pengembangan Hortikultura Tahun 2010. Jakarta: Dirjen Hortikultura

[Disnakan] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2008. Buku Data Potensi Peternakan Tahun 2008. Bogor: Disnakan Kabupaten Bogor.

Page 155: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

136

Djajanegara A, Inu GI, dan Sunendar K. 2005. Teknologi dan Manajemen Usaha Berbasis ekosistem. Di dalam prosiding Kelembagaan Tanaman Ternak Terpadu. Badan Litbang Pertanian.

Dobbs TL. 1994. Agricultural Systems in The Context of Sustainable Development. Di dalam Sustainable Agriculture Development in Asia. Report on APO Study Meeting: Tokyo, 23 Februari-5 Maret 1993. Tokyo: APO (Asian Productivity Organization). hlm 25.

Doll JP, Frank O. 1984. Prduction Economics, Theory with Application 2nd ed. Kanada: John Willey & Sons, Inc.

Dwiyana E, TC Mendoza. 2006. Comparative Productivity, Profitability, and Efficiency of Rice Monoculture. Journal of Sustainable Agriculture, vol.29(1): 145-160.

Edwards CA. 1990. The Importance of Integration in Sustainable Agricultural Systems. Di dalam Clive A Edwards, Rattan Lal, Patrick Madden, Robert H Miller, dan Gat House. Sustainable Agricultural Systems.Delray Beach, Florida: St. Lucie Press.

Ella AMS, D Pasambe, dan Yunus. 2003. Kajian Pola Usaha Pengembangan Kambing pada Lahan Kering di Sulawesi Tenggara. Di dalam Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

Farrel DJ, Raharjo YC. 1984. Potensi Ternak Kelinci sebagai Penghasil Daging. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

Febriliany V. 2008. Potensi Pengembangan Usaha Ternak kelinci di Kecamatan

Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Gapoktan Pandan Wangi. 2009. Data Kelompok Tani Cadas Gantung Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang. Bogor: Gapoktan Pandan Wangi

Gaur DC. 1980. Present Status of Composting and Agricultural Aspect. Di dalam Hess PR, editor. Improving Soil Fertility Through Organic Recycling Compost Technology. New Delhi: FAO of United Nation.

Hamdani M. 2008. Sistem Pertanian Terpadu untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan dan Pendapatan Petani. Di dalam Workhsop Teknologi untuk Masyarakat: Serang, 24 Desember 2008. Balai Inkubator Teknologi BPPT. hlm 1-15.

Handayani S. 2009. Model Integrasi Tanaman-Ternak di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah: Pendekatan Optimasi Program Linier [tesis]. Bogor : Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, InstitutPertanian Bogor.

Page 156: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

137

Hanifah RN. 2008. Pendapatan Usahatani Integrasi Pola Sayuran-Ternak-Ikan (Studi Kasus Pondok Pesantren Al Ittifaq, Kmapung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung [skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Harwood RR. 1979. Small Farm Development: Understanding and Improving Farming System The HumidTropics. Colorado: Wesville Press.

Haryani D. 2009. Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah pada Program Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu di kabupaten Serang provinsi Banten [tesis] Bogor: program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hong PF. 1993. Conditions and Guidance for Effective Group Farming Programs: Lesson from The Experience in The Rep. China. Di dalam Group Farming in Asia and The Pacific. Report on APO Study Meeting: Tokyo, 20th-30th July. Tokyo: APO (Asian Productivity Organizatioan). hlm 6.

Howara D. 2004. Optimalisasi Pengembangan Usahatani Tanaman Padi dan Ternak sapi Secara Terpadu di Kabupaten Majalengka [tesis]. Bogor: Jurusan Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Kantor Desa Karehkel. 2009. Statistik Desa Karehkel. Bogor: Kantor Desa Karehkel

Kariyasa K, Pasandaran E. 2005. Dinamika Struktur Usaha dan Pendapatan Tanaman-Ternak Terpadu. Di dalam Prosiding; Kelembagaan Tanaman Ternak Terpadu. Badan Litbang Pertanian. Hlm 238-239.

Kokubun M. 1998. JIRCAS Projects for The Development of Technologies for Sustainable Agriculture in Asia. Di dalam H.Horiuchi, K.Tsubota, editor. The 4th JIRCAS (Japan International Research Center for Agricultural Sciences) International Symposium Sustainable Agricultural Development Compatible with Environment Conservation in Asia: Japan, March 1998. hlm 136.

Kurnia G. 2000. Keterkaitan Penelitian dan Penyuluhan dalam Perspektif Penyebaran Inovasi Pertanian. Di dalam Lokakarya Nasional Penyebaran Inovasi Pertanian Era Otonomi Daerah. Bogor

Kusnadi U, E Juarni, Sajimin, dan Isbandi. 2006. Produktivitas dan Dampak Integrasi Domba Ekor Gemuk terhadap Pendapatan Petani dalam Sistem Sayuran di Lahan Marjinal. Di dalam Seminar Nasional Teknologi Petrenakan dan Veteriner: 2006. Hlm 419.

Page 157: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

138

Kusnadi U. 2008. Inovasi Teknologi Peternakan dalam Sistem Integrasi Tanaman-Ternak untuk Menunjang Swasembada Daging Sapi. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian (13):193.

[LPPM IPB] Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat. 1988. Laporan Akhir Pengembangan Sumber Daya Keluarga melalui Pemanfaatan Lahan Pekarangan Bagi Usaha Ternak Kelinci. Bogor: LPPM IPB

Lebas F, P. Coudert, R. Rovier, dan De Rochambeau. 1986. The Rabbit. Rome: FAO, UN.

Maimun. 2009. Analisis Pendapatan Usahatani, Nilai Tambah, dan Saluran Pemasaran Kopi Arabika Organik dan Non Organik Aceh Tengah (Kasus Pengolahan Bubuk Kopi Ulee Kareng di Banda Aceh) [skripsi]. Bogor : Jurusan ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Maskitono T. 1990. Nilai Nutrisi Silase Onggok yang Difermentasikan dengan Pengawet Molases dan Dedak Padi [skripsi]. Bogor: Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

McDonald P, A.R Handerson, S.J.E. Heron. 1991. The Biochemistry of Silage. Marlow: Chalcombe Publications.

Minami K. 1996. How to Achieve Sustainable Agriculture. Di dalam Appropriate Use of Inputs for Sustainable Agriculture. Report of an APO Seminar : Tokyo, 27 August-6 September 1996. Tokyo : APO (Asian Productivity Organization). hlm 89 dan 96.

Muslih D, IW Pasek, Rossuartini, Bram B. 2005. Tatalaksana Pemberian Pakan Kelinci untuk Menunjang Agribisnis Kelinci. Di dalam Prosiding Lokakarya/Lok Nas Pot. Pel. Peng. Usaha Kelinci: 62

Muthmainnah A. 2008. Pengelolaan Sampah Kota Berbasis Partisipasi Masyarakat Menuju Zero Waste di TPA Galuga Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor [tesis]. Bogor: Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor.

Nasendi NB, A.Anwar. 1985. Program Linear dan Variasinya. Jakarta: Gramedia.

Nikmah FK. 2006. Performan Itik Mojosari Alabio Jantan dengan Pemberian Silase Ransum Komplit [skripsi]. Bogor: Program Studi Ilmu dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Noor NR. 1996. Keragaan Usahatani Terpadu di Lahan Kering Marjinal dan Dampaknya terhadap Lingkungan Ekonomi [tesis]. Bogor: Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan., Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Page 158: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

139

Norman MJT. 1974. How Can Research Help to Raise Incomes of Small Farmers in Rainfeed Areas of S.E. Asia. Di dalam FAO/UNDP International Expert Consultation on The Use Of Improved Technology for Food Production in Rainfed Areas of Tropical Asia: Khon-Kaen, Thailand, 1-7 December, 1974. Food and Agriculture Organization of The United Nations. hlm 10.

Paggasa Y. 2008. Potensi Pengembangan Sapi Potong Melalui Sistem Integrasi Sawit Ternak di Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Panggabean G. 1982. Studi Perencanaan Sistem Usahatani Terpadu Kasus Tiga Desa di Jawa Tengah [tesis]. Bogor: Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Powell JM, Pearson NA, Hiernaux PH. 2004. Review and Intepretation Crop Livestock Interactions in The West African Drylands. Agronomic Journal 96: 480.

Prawoto A. 2008. Januari-Maret 2008. Potret Perkembangan Pertanian Organik Asia. Newspaper Trust In Organic. 2 (kolom 4).

Prodjodihardjo S. 1988. Prospek Pengembangan Peternakan Dalam USahatani di Lahan Kering dan Rawa Pasang Surut. Di dalam Risalah Lokakarya Penelitian Sistem Usahatani di Lima Agroekosistem. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Righby D, Caceres D. 2001. Organic Farming and The Sustainability of Agricultural System. Journal Agricultural System 68: 21-40

Rogers EM. 1962. Characteristics of Agricultural Innovators and Other Adopter Categories. California: Institute for Communication Research

Rosyid M. Jahidin. 1990. Optimalisasi Pola Usahatani Karet Terpadu pada Lahan Kering Podsolik Merah Kuning di Daerah Transmigrasi Batumarta Sumatera Selatan. [tesis]. Bogor: Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ruddle K, Zhong G. 1988. Integrated Agriculture-Aquaculture in South China: The Dike-Pond System of The Zhujian Delta. Cambridge University Press.

Rusono N. 1999. Sinergis Antar Sub Sektor Pengembangan Pertanian Terpadu. Seminar Nasional dalam Rangka Lustrum Fapet UGM Yogyakarta.

Russelle MP, Entz MH, Franzluebbers AJ. 2007. Reconsidering Integrated Crop-Livestock Systems in North America. Symposium Papers American Society of Agronomy: 325

Page 159: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

140

Sahara D, Yusuf, Suhardi. 2007. Peningkatan Pendapatan Petani Lada Melalui Perbaikan Sistem Usahatani. Mediasoca (Socio-Economic of Agriculture and Agribussiness) Vol.7 No.2: 1-9

Sapienza DA dan Keith KB. 1993. Teknologi Silase. Terjemahan. Rini BS. Martoyuedo Pioneer Seeds, Kansas State University.

Sastrodihardjo S, T Manurung, A.R. Siregar dan P. Sitorus. 1982. Pengembangan Budidaya Ternak di Wilayah Transmigrasi. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1 (1) : 15-22.

Setyadi M. 2009. Program Pengembangan Sistem Agribisnis Peternakan Kelinci Dalam Rangka Peningkatan Indeks Mutu Masyarakat. Di dalam Laporan Gladikarya Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Siregar M, Suryadi M. 2006. Enhancing Sustainable Development of Diverse Agriculture in Indonesia. CAPSA Working Paper no 96. United Nations ESCAP(Economic and Social Commision for Asia and The Pacific).

Schiere JB, MNM Ibrahim, Keulen HV. 2002. The Role of Livestock for Sustainability In Mixed Farming: Criteria and Scenario Studies Under Varying Resource Allocation. Journal of Agriculture, Ecosystems, and Environment 90: 141

Setiawan BS. 2010. Membuat Pupuk Kandang Secara Cepat. Jakarta: Penebar Swadaya.

Siswanto. 2007. Operation Research Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Soegiri J, Mauli S, dan Nanda MT. 1981. Ransum Praktis untuk Ternak Potong. Jakarta: Direktorat Bina Produksi Dirjen Peternakan.

Soekartawi, J.L. Dillon, J.B Hardaker, A. Soeharjo. 1985. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk perkembangan Petani Kecil. Jakarta: UI Press.

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta:Universitas Indonesia

Stani D. 2009. Analisis Struktur Biaya Usaha Ternak Kambing Perah (Kasus : Tiga Skala Pengusahaan di Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut pertanian Bogor.

Stinner, Benjamin R., Blair John M. 1990. Ecological and Agroeconomic Characteristics of Innovate Cropping Systems. Di dalam Clive A Edwards, Rattan Lal, Patrick Madden, Robert H Miller, dan Gat House. Sustainable Agricultural Systems.Delray Beach, Florida: St. Lucie Press.

Sugito Y. 1995. Sistem Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Page 160: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

141

Supranto J. 1998. Riset Operasi: Untuk Pengambil Keputusan. Jakarta: UI Press.

Susila AD. 2006. Panduan Budidaya Tanaman dan Sayuran. Bogor: Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.

Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta : Kanisius.

______. 2004. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Jakarta: Kanisius

Taha, Hamdy A. 1982. Operation Research an Introduction. New York: McMillan Publishing Co.Inc.

Tampubolon B. 1997. Pertanian Masa Depan. Di dalam Arah Pengembangan Pertanian Indonesia. Di dalam Proceeding; Medan , 7 Oktober 1954- 7 Oktober 1997. Medan: Universitas HKBP Nommensen. Hlm 70

Tawaf R. 1984. Prospek Usahaternak sebagai Diversifikasi Usahatani untuk MEningkatkan Pendapatan Petani. Laporan Penelitian. Bandung: Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran.

Thomas D, Zerbini E, Rao PP, Vaidyanathan A. 2002. Increasing Animal Productivity on Small Mixed Farms in South Asia: A Systems Perspective. Journal Agriculturan Systems 71: 47.

Tonnedy EIR. 2006. Performa Ayam Broiler dengan Pakan Silase Ransum Komersil [skripsi]. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan . Institut Pertanian Bogor.

Veysset P, Debin D, Lherm M. 2005. Adaptation to Agenda 2000 (CAP Reform) and Optimisation of the Farming System of French Suckler Cattle Farms in The Charolais Area: A Model-Based Study. Journal Agricultural Systems 83: 179 dan 199.

Wahyuni YT. 2007. Analisis Cabang Usahatani Sayuran Organik di Mega Surya Organic Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor : Jurusan Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Wang IK. 1993. Conditions and Guidance for Effective Group Farming. Di dalam Group Farming in Asia and The Pacific. Report on APO Study Meeting: Tokyo, 20th-30th July. Tokyo: APO (Asian Productivity Organizatioan). hlm 90.

Widagdho ND. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Kelinci Asep’s Rabbit Project di Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Jurusan Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Page 161: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

142

Wigena IGP. 2009. Model Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit Plasma berkelanjutan (Studi Kasus: Perkebunan PIR-TRANS PTPTN V Sei Pagar Kabupaten Kampar [disertasi]. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Page 162: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

143

LAMPIRAN

Page 163: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

144

Lampiran 1. Kebutuhan Input Responden Aktivitas Usahatani Caisin pada Bedengan Berkuran 23,9 m2

Jenis input Banyaknya Satuan Harga Satuan

(Rp) Total biaya

(Rp) Benih 0.07 kg 160000.00 11316.29 Bibit - tray - - Kotoran Ayam 1.53 karung 5000.00 7625.00 Bahan Organik 3.89 kg 400.00 1555.99

Total Biaya 20497.28 Keterangan: 1 karung kotoran ayam : 30 kg

Lampiran 2. Kebutuhan Input Responden Aktivitas Usahatani Kangkung pada Bedengan Berkuran 23,9 m2

Jenis input Banyaknya Satuan Harga Satuan

(Rp) Total biaya

(Rp) Benih 0.78 kg 17000 13225.91146 Bibit - tray - - Kotoran Ayam 1.53 karung 5000.00 7625.00 Bahan Organik 3.89 kg 400.00 1555.99

Total modal 22406.90 Keterangan: 1 karung kotoran ayam : 30 kg

Lampiran 3. Kebutuhan Input Responden Aktivitas Usahatani Bayam Merah pada Bedengan Berkuran 23,9 m2

Jenis input Banyaknya Satuan Harga Satuan

(Rp) Total biaya

(Rp) Benih 0.10 kg 60000 5736 Bibit - tray - - Kotoran Ayam 1.53 karung 5000.00 7625.00 Bahan Organik 3.89 kg 400.00 1555.99

Total modal 14916.99 Keterangan: 1 karung kotoran ayam : 30 kg

Page 164: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

145

Lampiran 4. Kebutuhan Input Responden Aktivitas Usahatani Bayam Hijau pada Bedengan Berkuran 23,9 m2

Jenis input Banyaknya Satuan Harga Satuan

(Rp) Total biaya

(Rp) Benih 0.07 kg 60000.00 4481.25 Bibit - tray - - Kotoran Ayam 1.53 karung 5000.00 7650.00 Bahan Organik 3.89 kg 400.00 1555.99

Total modal 13687.24 Keterangan: 1 karung kotoran ayam : 30 kg

Lampiran 5. Kebutuhan Input Responden Aktivitas Usahatani Selada pada Bedengan Berkuran 23,9 m2

Jenis input Banyaknya Satuan Harga Satuan

(Rp) Total biaya

(Rp) Benih Bibit 9.34 tray 3000.00 28007.81 Kotoran Ayam 1.53 karung 5000.00 7650.00 Bahan Organik 3.89 kg 400.00 1555.99

Total modal 37213.80 Keterangan: 1 karung kotoran ayam : 30 kg

Page 165: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

146

Lampiran 6. Potensi Kotoran Ayam di Sekitar Desa Karehkel

Kecamatan Populasi Ternak Ayam (Ekor) Produksi Kotoran Ayam/bulan (Kg)

Rumpin 1125500 11255 Gunung Sindur 1370500 13705 jasinga 126000 1260 jonggol 210000 2100 Cariu 225000 2250 Cijeruk 30000 300 Nanggung 15000 150 Cibungbulang 330000 3300 Tajur Halang 339000 3390 Bojong Gede 25000 250 Sukaraja 50000 500 Caringin 340000 3400 Pamijahan 95000 950 Leuwisadeng 255000 2550 Leuwiliang 30000 300 Sukajaya 98000 980 Cigudeg 155000 1550 Ciampea 50000 500 Jumlah 4869000 48690 Keterangan: Produksi kotoran ayam/ekor/bulan: 0,01 kg

Sumber: Disnakan Bogor (2008) (diolah)

Page 166: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

147

Lampiran 7. Kebutuhan Peralatan, Tenaga Kerja, Biaya Bahan Baku, dan

Proporsi Bahan Baku Pupuk Bokashi oleh Responden Investasi Peralatan

Jenis Barang Harga satuan(Rp) Unit

Total harga (Rp)

Umur ekonomis (th)

Penyusutan/ tahun (Rp)

Penyusutan/ bulan (Rp)

Cangkul 30000 2 60000 2 30000 2500.00 Drum 200000 1 200000 5 40000 3333.33 Pengaduk kayu 15000 1 15000 1 15000 1250.00 Baskom 10000 2 20000 2 10000 833.33 Golok 15000 2 30000 2 15000 1250.00

Total Penyusutan 110000 9166.67

Tenaga Kerja

Tenaga Kerja HOK Upah/HOK (Rp) Kalkulasi upah (Rp) Anak-anak 4.928571429 25000 123214.2857 Pria 0.285714286 25000 7142.857143 Wanita 0.325 25000 2031.25

Total biaya tenaga kerja 132388.3929

Biaya Bahan Baku

Bahan Baku Kebutuhan Satuan Harga Satuan (Rp)

Total biaya variabel (Rp)

Kotoran kambing 6 karung (@ 35 kg) 5000 30000

Kotoran lunak kelinci 6 karung (@ 35 kg) 17500 105000

Sekam 4 karung (@ 10 kg) 1500 6000

MOL 2.5 liter=kg 475 1187.5 Air kelapa 20 liter=kg 250 5000 Urine kelinci 3 liter=kg 1250 3750 Molases (air gula) 2 kg 8000 16000

Total biaya variabel 166937.5

Page 167: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

148

Proporsi Bahan Baku Bahan Baku Kebutuhan Satuan Total bobot

bahan baku (Kg) Proporsi bahan

baku (%)

Kotoran kambing 6 karung (@ 35 kg) 210 28,8

Kotoran lunak kelinci 6 karung (@ 35 kg) 210 28,8

Sampah daun kering(udah di cover biaya tenaga kerja) 16

karung (@ 15 kg) 240 33,2

Sekam 4 karung (@ 10 kg) 40 5,5

MOL 2.5 liter=kg 2.5 0,3 air kelapa 20 liter=kg 20 2,7 urine kelinci 3 liter=kg 3 0,4 molases (air gula) 2 kg 2 0,3

Total bahan baku 727,5 100 Keterangan: Rendemen Pupuk Bokashi = 65%

Page 168: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

149

Lampiran 8. Perhitungan HPP Pupuk Bokashi

Biaya Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Biaya pembuatan lubang kompos 7142.857

Biaya tetap

Tenaga Kerja 132388.4 132388.39 132388.3929 132388.4 132388.4 132388.4 132388.4 132388.4 132388.4 132388.4 132388.4 132388.4

Penyusutan 9166.67 9166.67 9166.67 9166.67 9166.67 9166.67 9166.67 9166.67 9166.67 9166.67 9166.67 9166.67

Plastik terpal 70000

Biaya Variabel

Kotoran kambing 30000 30000 30000 30000 30000 30000 30000 30000 30000 30000 30000 30000

Kotoran lunak kelinci 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000

Sampah daun kering/ sisa pakan (udah di cover biaya tenaga kerja)

Sekam 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000

MOL 1187.5 1187.5 1187.5 1187.5 1187.5 1187.5 1187.5 1187.5 1187.5 1187.5 1187.5 1187.5

air kelapa 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000

urine kelinci 3750 3750 3750 3750 3750 3750 3750 3750 3750 3750 3750 3750

molases (air gula) 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000

Total biaya per bulan 385635.4 308492.56 308492.5595 308492.6 308492.6 308492.6 308492.6 308492.6 308492.6 308492.6 308492.6 308492.6

Total biaya per tahun 3779054

Produksi pupuk 1 tahun (kg) 5674.5

BEP Harga (Rp/kg) 665.9712

Margin (%) 10

Harga jual/ kg (Rp/kg) 732.5683

Page 169: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

150

Lampiran 9. Kebutuhan Peralatan, Tenaga Kerja, Biaya Bahan Baku, dan Proporsi Bahan Baku Silase yang Berbahan Dasar 100 kg Hijauan

Investasi Peralatan

Jenis Barang Harga satuan(Rp) Unit

Total harga (Rp)

Umur ekonomis (th)

Penyusutan/ tahun (Rp)

Penyusutan/ bulan (Rp)

Cangkul 30000 2 60000 2 30000 2500 Golok 15000 1 15000 2 7500 625 Wadah MOL 30000 1 30000 1 30000 2500 Baskom 10000 1 10000 2 5000 416.67

Total Penyusutan 72500 6041.666667

Biaya Bahan Baku Bahan Baku Kebutuhan Satuan Harga Satuan Total biaya variabel Sisa Hijauan 100 kg 153.64 15364 MOL 0.01 liter 475 4.75 Dedak 4.89 kg 1500 7335

Total biaya variabel 22703.75

Proporsi Bahan Baku

Bahan baku Kebutuhan Satuan Kebutuhan (kg) Proporsi (%) Sisa Hijauan 100 kg 100.00 95 MOL 0.01 liter=kg 0.01 0 Dedak 4.89 kg 4.89 5

Jumlah bahan baku 104.90 100

Keterangan: Rendemen Silase = 16,5%

Page 170: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

151

Lampiran 10. Perhitungan HPP Silase

Biaya Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pembuatan lubang fermentasi 7142.857

Biaya Tetap

Tenaga Kerja 10725 10725 10725 10725 10725 10725 10725 10725 10725 10725 10725 10725

Penyusutan 6041.67 6041.67 6041.67 6041.67 6041.67 6041.67 6041.67 6041.67 6041.67 6041.67 6041.67 6041.67

Plastik terpal 70000 70000

Biaya variabel

Sisa Hijauan 15364 15364 15364 15364 15364 15364 15364 15364 15364 15364 15364 15364

MOL 4.75 4.75 4.75 4.75 4.75 4.75 4.75 4.75 4.75 4.75 4.75 4.75

Dedak 7335 7335 7335 7335 7335 7335 7335 7335 7335 7335 7335 7335

Total biaya per bulan 116632.32 39489.46 39489.46 39489.46 39489.46 39489.46 109489.46 39489.46 39489.46 39489.46 39489.46 39489.46

Total biaya dalam 1 tahun 621016.43

Produksi silase 1 tahun (kg) 1051.2

BEP Harga (Rp/kg) 590.7691

margin (%) 10

Harga jual 649.846

Page 171: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

152

Lampiran 11. Model Tidak Terintegrasi SI MAX 9000SXS+8000SXC+5000SXK+6000SXM+6000SXH+153.64SLIYUR +21000SXG+142.86SLULXG+10000SXR+1250SLULUR+500SLULXR +732.56SLUXKO+649.85SLUXSIL-29563.8XS-14781.90XK-2872.28XC-7291.99XM-6037.24XH-500XG-6571.43XR-59.61XKO-73.40XSIL-142.86BLLXG-500BLLXR-1250BLLUR-166.67BKOTA -153.64BSOP-25000TKSAY-25000TKSG-25000TKSR-25000TKSKO-25000TKSIL ST Pupuk) -BKOTA-XKO+45.75XS+45.75XK+45.75XC+45.75XM

+45.75XH+SLUXKO<=0 pakan1) -XSIL+SLUXSIL<=0 sipakdo) -GRUM+187.5XG<=0 sipakke) -RRUM+13.63XR<=0 urin) -BLLUR-3.04XR+0.004BBKO+SLULUR<=0 kotkel) -BLLXR-14XR+0.288BBKO+SLULXR<=0 kotdom) -BLLXG-45.99XG+0.288BBKO+SLULXG<=0 bhnsil) 0.95BBSIL+SLIYUR-4.67XS-4.91XC-7.78XK-5.49XM-

2.99XH-BSOP=0 !kendala transfer produk akhir TRS) SXS-15.56XS<=0 TRC) SXC-24.57XC<=0 TRK) SXK-46.68XK<=0 TRH) SXH-24.9XH<=0 TRM) SXM-21.97XM<=0 TRKE) SXR-7XR<=0 TRGO) SXG-1.41XG<=0 TRKO) -0.65BBKO+XKO<=0 TRSIL) -0.84BBSIL+XSIL<=0 !kendala terkait ketersediaan tenaga kerja !asumsi: jumlah produsen silase sebanyak 5RT petani !asumsi:jumlah produsen kompos sebanyak 5RT petani TKSAY) 1.86XS+2.07 XC+0.46XK+1.47XM+1.61XH-TKSAY<=1479 TKDO) 2.79XG+0.02GRUM-TKSG<=5304 TKKE) 0.841XR+0.02RRUM-TKSR<=1020 TKSIL) 0.005XSIL-TKSIL<=255 TKKO) 0.01 XKO-TKSKO<=255 !kendala terkait ketersediaan input produksi dan sumberdaya lain di desa JUMBED) XS+XC+XK+XM+XH<=783 jumrum) GRUM+RRUM<=122724.6

Page 172: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

153

btsampor) BSOP<=1442025 BTSTKS) TKSIL+TKSKO+TKSR+TKSG+TKSAY<=9120 BTSKOTA) BKOTA<=35822.25 !kendala terkait jumlah produksi minimum/bulan minsel) SXS>=539.69 minka) SXK>=2852.44 minca) SXC>=2246.05 minrah) SXM>=100.63 minhi) SXH>=2354.8 !KEndala terkait kondisi penerapan model NOKODE) BKOTA+45.75XS+45.75XK+45.75XC+45.75XM+45.75XH=0 NOURDE) -BLLUR+0.004BBKO=0 NOKOKEDE) -BLLXR+0.288BBKO=0 NOKODODE) -BLLXG+0.288BBKO=0 NOLIMSAY) -BSOP+0.95BBSIL=0 END GIN XS GIN XK GIN XC GIN XM GIN XH GIN XG GIN XR

Page 173: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

154

Lampiran 12. Output Model Tidak Terintegrasi SI LP OPTIMUM FOUND AT STEP 10 OBJECTIVE VALUE = 728608320. SET XG TO >= 393 AT 1, BND= 0.7282E+09 TWIN=

0.7286E+09 22 SET XC TO >= 92 AT 2, BND= 0.7282E+09 TWIN=-

0.1000E+31 24 SET XH TO >= 95 AT 3, BND= 0.7282E+09 TWIN=-

0.1000E+31 25 SET XS TO >= 35 AT 4, BND= 0.7282E+09 TWIN=-

0.1000E+31 25 SET XR TO <= 3597 AT 5, BND= 0.7281E+09 TWIN=-

0.1000E+31 31 SET XG TO <= 393 AT 6, BND= 0.7281E+09 TWIN=

0.7277E+09 33 NEW INTEGER SOLUTION OF 728108224. AT BRANCH 5

PIVOT 33 BOUND ON OPTIMUM: 0.7285640E+09 DELETE XG AT LEVEL 6 DELETE XR AT LEVEL 5 DELETE XS AT LEVEL 4 DELETE XH AT LEVEL 3 DELETE XC AT LEVEL 2 FLIP XG TO <= 392 AT 1 WITH BND=

0.72856403E+09 SET XC TO >= 92 AT 2, BND= 0.7285E+09 TWIN=-

0.1000E+31 35 SET XH TO >= 95 AT 3, BND= 0.7285E+09 TWIN=-

0.1000E+31 36 SET XS TO >= 35 AT 4, BND= 0.7285E+09 TWIN=-

0.1000E+31 36 SET XR TO >= 3610 AT 5, BND= 0.7285E+09 TWIN=

0.7285E+09 41 NEW INTEGER SOLUTION OF 728471296. AT BRANCH 8

PIVOT 41 BOUND ON OPTIMUM: 0.7284713E+09 DELETE XR AT LEVEL 5 DELETE XS AT LEVEL 4 DELETE XH AT LEVEL 3 DELETE XC AT LEVEL 2 DELETE XG AT LEVEL 1 ENUMERATION COMPLETE. BRANCHES= 8 PIVOTS= 41 LAST INTEGER SOLUTION IS THE BEST FOUND RE-INSTALLING BEST SOLUTION... OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.7284713E+09

Page 174: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

155

VARIABLE VALUE REDUCED COST XS 35.000000 -103568.546875 XK 556.000000 -212188.265625 XC 92.000000 -176816.937500 XM 5.000000 -117746.335938 XH 95.000000 -136196.984375 XG 392.000000 -35680.132812 XR 3610.000000 15458.657227 SXS 544.600037 0.000000 SXC 2260.439941 0.000000 SXK 25954.080078 0.000000 SXM 109.849998 0.000000 SXH 2365.500000 0.000000 SLIYUR 5252.350098 0.000000 SXG 552.719971 0.000000 SLULXG 18028.080078 0.000000 SXR 25270.000000 0.000000 SLULUR 10974.399414 0.000000 SLULXR 50540.000000 0.000000 SLUXKO 25500.000000 0.000000 SLUXSIL 1274980.750000 0.000000 XKO 25500.000000 0.000000 XSIL 1274980.750000 0.000000 BLLXG 11298.460938 0.000000 BLLXR 11298.460938 0.000000 BLLUR 156.923080 0.000000 BKOTA 35822.250000 0.000000 BSOP 1441942.625000 0.000000 TKSAY 0.000000 80538.093750 TKSG 0.000000 80538.093750 TKSR 3000.096191 0.000000 TKSKO 0.000000 42495.968750 TKSIL 6119.903809 0.000000 GRUM 73500.000000 0.000000 RRUM 49204.300781 0.000000 BBKO 39230.769531 0.000000 BBSIL 1517834.250000 0.000000 ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES PUPUK) 0.000000 732.559998 PAKAN1) 0.000000 649.849976 SIPAKDO) 0.000000 0.000000 SIPAKKE) 0.000000 1610.761963 URIN) 0.000000 1250.000000 KOTKEL) 0.000000 500.000000 KOTDOM) 0.000000 142.860001 BHNSIL) 0.000000 153.639999 TRS) 0.000000 9000.000000 TRC) 0.000000 8000.000000 TRK) 0.000000 5000.000000 TRH) 0.000000 6000.000000 TRM) 0.000000 6000.000000

Page 175: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

156

TRKE) 0.000000 10000.000000 TRGO) 0.000000 21000.000000 TRKO) 0.000000 292.528717 TRSIL) 0.000000 173.759521 TKSAY) 807.400024 0.000000 TKDO) 2740.320068 0.000000 TKKE) 0.000000 80538.093750 TKSIL) 0.000000 80538.093750 TKKO) 0.000000 38042.128906 JUMBED) 0.000000 0.000000 JUMRUM) 20.299587 0.000000 BTSAMPOR) 82.414955 0.000000 BTSTKS) 0.000000 55538.097656 BTSKOTA) 0.000000 0.000000 MINSEL) 4.910015 0.000000 MINKA) 23101.640625 0.000000 MINCA) 14.389972 0.000000 MINRAH) 9.219996 0.000000 MINHI) 10.699964 0.000000 NOKODE) 0.000000 -565.890015 NOURDE) 0.000000 0.000000 NOKOKEDE) 0.000000 0.000000 NOKODODE) 0.000000 0.000000 NOLIMSAY) 0.000000 0.000000 NO. ITERATIONS= 45 BRANCHES= 8 DETERM.= 1.000E 0 RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED: OBJ COEFFICIENT RANGES VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE COEF INCREASE DECREASE XS -29563.800781 0.000000 INFINITY XK -14781.900391 0.000000 INFINITY XC -12872.280273 0.000000 INFINITY XM -7291.990234 0.000000 INFINITY XH -6037.240234 0.000000 INFINITY XG -500.000000 0.000000 INFINITY XR -6571.430176 15458.654297 INFINITY SXS 9000.000000 INFINITY 9000.000000 SXC 8000.000000 INFINITY 8000.000000 SXK 5000.000000 INFINITY 5000.000000 SXM 6000.000000 INFINITY 6000.000000 SXH 6000.000000 INFINITY 6000.000000 SLIYUR 153.639999 INFINITY INFINITY SXG 21000.000000 INFINITY 21000.000000 SLULXG 142.860001 INFINITY 142.860001 SXR 10000.000000 INFINITY 10000.000000 SLULUR 1250.000000 INFINITY 1250.000000 SLULXR 500.000000 INFINITY 500.000000 SLUXKO 732.559998 424.959686 380.421295 SLUXSIL 649.849976 INFINITY 212.479843

Page 176: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

157

XKO -59.610001 424.959686 380.421295 XSIL -73.400002 INFINITY 212.479843 BLLXG -142.860001 660.221069 858.589783 BLLXR -500.000000 660.221069 858.589783 BLLUR -1250.000000 47535.914062 61818.457031 BKOTA -166.669998 INFINITY INFINITY BSOP -153.639999 153.639999 187.876923 TKSAY -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSG -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSR -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSKO -25000.000000 42495.968750 INFINITY TKSIL -25000.000000 INFINITY 42495.968750 GRUM 0.000000 INFINITY INFINITY RRUM 0.000000 1610.761963 INFINITY BBKO 0.000000 190.143661 247.273819 BBSIL 0.000000 145.957993 178.483063 RIGHTHAND SIDE RANGES ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE RHS INCREASE DECREASE PUPUK 0.000000 INFINITY 25500.000000 PAKAN1 0.000000 INFINITY 1274980.750000 SIPAKDO 0.000000 73500.000000 20.299587 SIPAKKE 0.000000 18.218042 20.299587 URIN 0.000000 INFINITY 10974.399414 KOTKEL 0.000000 INFINITY 50540.000000 KOTDOM 0.000000 INFINITY 18028.080078 BHNSIL 0.000000 INFINITY 5252.350098 TRS 0.000000 INFINITY 4.910015 TRC 0.000000 INFINITY 14.389972 TRK 0.000000 INFINITY 23101.640625 TRH 0.000000 INFINITY 10.699964 TRM 0.000000 INFINITY 9.219996 TRKE 0.000000 INFINITY 25270.000000 TRGO 0.000000 INFINITY 552.719971 TRKO 0.000000 25499.998047 INFINITY TRSIL 0.000000 1274980.750000 72.872169 TKSAY 1479.000000 INFINITY 807.400024 TKDO 5304.000000 INFINITY 2740.320068 TKKE 1020.000000 0.364361 6119.903809 TKSIL 255.000000 0.364361 6374.903809 TKKO 255.000000 INFINITY 254.999985 JUMBED 783.000000 INFINITY 0.000000 JUMRUM 122724.601562 INFINITY 20.299587 BTSAMPOR 1442025.000000 INFINITY 82.414955 BTSTKS 9120.000000 0.364361 6119.903809 BTSKOTA 35822.250000 INFINITY 0.000000 MINSEL 539.690002 4.910015 INFINITY MINKA 2852.439941 23101.640625 INFINITY MINCA 2246.050049 14.389972 INFINITY MINRAH 100.629997 9.219996 INFINITY MINHI 2354.800049 10.699964 INFINITY NOKODE 0.000000 25500.000000 0.000000

Page 177: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

158

NOURDE 0.000000 156.923080 INFINITY NOKOKEDE 0.000000 11298.460938 INFINITY NOKODODE 0.000000 11298.460938 INFINITY NOLIMSAY 0.000000 5252.350098 82.414955

Page 178: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

159

Lampiran 13. Model SII MAX 9000SXS+8000SXC+5000SXK+6000SXM+6000SXH+153.64SLIYUR+21000SXG+142.86SLULXG+10000SXR+1250SLULUR+500SLULXR+732.56SLUXKO +649.85SLUXSIL-29563.8XS-14781.90XK-12872.28XC-7291.99XM-6037.24XH-500XG-6571.43XR-59.61XKO-73.40XSIL-142.86BLLXG -500BLLXR-1250BLLUR-166.67BKOTA-153.64BSOP-649.85BLUSIL -25000TKSAY-25000TKSG-25000TKSR-25000TKSKO-25000TKSIL ST pupuk)-BKOTA-XKO+45.75XS+45.75XK+45.75XC

+45.75XM+45.75XH+SLUXKO<=0 pakan1) -XSIL-BLUSIL+93.75XG+6.815XR+SLUXSIL<=0 sipakdo) -GRUM+93.75XG<=0 sipakke) -RRUM+6.815XR<=0 urin) -BLLUR-3.04XR+0.004BBKO+SLULUR<=0 kotkel) -BLLXR-14XR+0.288BBKO+SLULXR<=0 kotdom) -BLLXG-45.99XG+0.288BBKO+SLULXG<=0 bhnsil) 0.95BBSIL+SLIYUR-4.67XS-4.91XC-7.78XK-5.49XM-

2.99XH-BSOP=0 !kendala transfer produk akhir TRS) SXS-15.56XS<=0 TRC) SXC-24.57XC<=0 TRK) SXK-46.68XK<=0 TRH) SXH-24.9XH<=0 TRM) SXM-21.97XM<=0 TRKE) SXR-7XR<=0 TRGO) SXG-1.41XG<=0 TRKO) -0.65BBKO+XKO<=0 TRSIL) -0.84BBSIL+XSIL<=0 !kendala terkait ketersediaan tenaga kerja !asumsi: jumlah produsen silase sebanyak 5RT petani !asumsi:jumlah produsen kompos sebanyak 5RT petani TKSAY) 1.86XS+2.07 XC+0.46XK+1.47XM+1.61XH-TKSAY<=1479 TKDO) 2.79XG+0.02GRUM-TKSG<=5304 TKKE) 0.841XR+0.02RRUM-TKSR<=1020 TKSIL) 0.005XSIL-TKSIL<=255 TKKO) 0.01 XKO-TKSKO<=255 !kendala terkait ketersediaan input produksi dan sumberdaya

lain di desa JUMBED) XS+XC+XK+XM+XH<=783 jumrum) GRUM+RRUM<=122724.6 btsampor) BSOP<=1442025 BTSTKS) TKSIL+TKSKO+TKSR+TKSG+TKSAY<=9120 BTSKOTA) BKOTA<=35822.25 !kendala terkait jumlah produksi minimum/bulan minsel) SXS>=539.69

Page 179: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

160

minka) SXK>=2852.44 minca) SXC>=2246.05 minrah) SXM>=100.63 minhi) SXH>=2354.8 END GIN XS GIN XK GIN XC GIN XM GIN XH GIN XG GIN XR

Page 180: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

161

Lampiran 14. Output Model SII LP OPTIMUM FOUND AT STEP 34 OBJECTIVE VALUE = 733981760. SET XC TO >= 92 AT 1, BND= 0.7339E+09 TWIN=-

0.1000E+31 39 SET XH TO >= 95 AT 2, BND= 0.7339E+09 TWIN=-

0.1000E+31 40 SET XK TO <= 556 AT 3, BND= 0.7339E+09 TWIN=-

0.1000E+31 42 SET XS TO >= 35 AT 4, BND= 0.7339E+09 TWIN=-

0.1000E+31 42 SET XR TO >= 4090 AT 5, BND= 0.7338E+09 TWIN=

0.7338E+09 53 NEW INTEGER SOLUTION OF 733848384. AT BRANCH 4

PIVOT 53 BOUND ON OPTIMUM: 0.7338484E+09 DELETE XR AT LEVEL 5 DELETE XS AT LEVEL 4 DELETE XK AT LEVEL 3 DELETE XH AT LEVEL 2 DELETE XC AT LEVEL 1 ENUMERATION COMPLETE. BRANCHES= 4 PIVOTS= 53 LAST INTEGER SOLUTION IS THE BEST FOUND RE-INSTALLING BEST SOLUTION... OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.7338484E+09 VARIABLE VALUE REDUCED COST XS 35.000000 -77679.078125 XK 556.000000 -186298.796875 XC 92.000000 -150927.468750 XM 5.000000 -91856.867188 XH 95.000000 -110307.523438 XG 0.000000 25243.306641 XR 4090.000000 8910.041992 SXS 544.600037 0.000000 SXC 2260.439941 0.000000 SXK 25954.080078 0.000000 SXM 109.849998 0.000000 SXH 2365.500000 0.000000 SLIYUR 0.000000 0.000001 SXG 0.000000 0.000000 SLULXG 0.000000 -0.000001 SXR 28630.000000 0.000000 SLULUR 12276.676758 0.000000 SLULXR 45961.539062 0.000000 SLUXKO 25500.000000 0.000000

Page 181: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

162

SLUXSIL 1251695.250000 0.000000 XKO 25500.000000 0.000000 XSIL 1279568.625000 0.000000 BLLXG 11298.460938 0.000000 BLLXR 0.000000 0.000000 BLLUR 0.000000 0.000000 BKOTA 35822.250000 0.000000 BSOP 1441878.875000 0.000000 BLUSIL 0.000000 -0.000024 TKSAY 0.000000 80538.093750 TKSG 0.000000 80538.093750 TKSR 2977.156982 0.000000 TKSKO 0.000000 42495.968750 TKSIL 6142.842773 0.000000 GRUM 0.000000 0.000000 RRUM 27873.349609 0.000000 BBKO 39230.769531 0.000000 BBSIL 1523296.000000 0.000000 ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES PUPUK) 0.000000 732.559998 PAKAN1) 0.000000 649.849976 SIPAKDO) 0.000000 0.000000 SIPAKKE) 0.000000 1610.761963 URIN) 0.000000 1250.000000 KOTKEL) 0.000000 500.000000 KOTDOM) 0.000000 142.860001 BHNSIL) 0.000000 153.639999 TRS) 0.000000 9000.000000 TRC) 0.000000 8000.000000 TRK) 0.000000 5000.000000 TRH) 0.000000 6000.000000 TRM) 0.000000 6000.000000 TRKE) 0.000000 10000.000000 TRGO) 0.000000 21000.000000 TRKO) 0.000000 292.528717 TRSIL) 0.000000 173.759521 TKSAY) 807.400024 0.000000 TKDO) 5304.000000 0.000000 TKKE) 0.000000 80538.093750 TKSIL) 0.000000 80538.093750 TKKO) 0.000000 38042.128906 JUMBED) 0.000000 0.000000 JUMRUM) 94851.250000 0.000000 BTSAMPOR) 146.183029 0.000000 BTSTKS) 0.000000 55538.097656 BTSKOTA) 0.000000 565.890015 MINSEL) 4.910015 0.000000 MINKA) 23101.640625 0.000000 MINCA) 14.389972 0.000000 MINRAH) 9.219996 0.000000 MINHI) 10.699964 0.000000

Page 182: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

163

NO. ITERATIONS= 58 BRANCHES= 4 DETERM.= 1.000E 0 RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED: OBJ COEFFICIENT RANGES VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE COEF INCREASE DECREASE XS -29563.800781 0.000000 INFINITY XK -14781.900391 0.000000 INFINITY XC -12872.280273 0.000000 INFINITY XM -7291.990234 0.000000 INFINITY XH -6037.240234 0.000000 INFINITY XG -500.000000 25243.304688 INFINITY XR -6571.430176 8910.039062 INFINITY SXS 9000.000000 INFINITY 9000.000000 SXC 8000.000000 INFINITY 8000.000000 SXK 5000.000000 INFINITY 5000.000000 SXM 6000.000000 INFINITY 6000.000000 SXH 6000.000000 INFINITY 6000.000000 SLIYUR 153.639999 0.000000 INFINITY SXG 21000.000000 INFINITY 21000.000000 SLULXG 142.860001 0.000000 INFINITY SXR 10000.000000 INFINITY 10000.000000 SLULUR 1250.000000 0.000000 1250.000000 SLULXR 500.000000 0.000000 500.000000 SLUXKO 732.559998 424.959686 380.421295 SLUXSIL 649.849976 0.000000 212.479843 XKO -59.610001 424.959686 380.421295 XSIL -73.400002 INFINITY 212.479843 BLLXG -142.860001 0.000000 858.589783 BLLXR -500.000000 0.000000 INFINITY BLLUR -1250.000000 0.000000 INFINITY BKOTA -166.669998 INFINITY 565.890015 BSOP -153.639999 0.000000 187.876923 BLUSIL -649.849976 0.000000 INFINITY TKSAY -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSG -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSR -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSKO -25000.000000 42495.968750 INFINITY TKSIL -25000.000000 INFINITY 42495.968750 GRUM 0.000000 0.000000 INFINITY RRUM 0.000000 1610.761963 INFINITY BBKO 0.000000 190.143661 247.273819 BBSIL 0.000000 145.957993 178.483063 RIGHTHAND SIDE RANGES ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE RHS INCREASE DECREASE PUPUK 0.000000 INFINITY 25500.000000 PAKAN1 0.000000 INFINITY 1251695.250000 SIPAKDO 0.000000 INFINITY 0.000000 SIPAKKE 0.000000 32.314144 94851.250000

Page 183: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

164

URIN 0.000000 INFINITY 12276.676758 KOTKEL 0.000000 INFINITY 45961.539062 KOTDOM 0.000000 11298.460938 INFINITY BHNSIL 0.000000 1441878.875000 146.183029 TRS 0.000000 INFINITY 4.910015 TRC 0.000000 INFINITY 14.389972 TRK 0.000000 INFINITY 23101.640625 TRH 0.000000 INFINITY 10.699964 TRM 0.000000 INFINITY 9.219996 TRKE 0.000000 INFINITY 28630.000000 TRGO 0.000000 INFINITY 0.000000 TRKO 0.000000 25500.000000 103732.640625 TRSIL 0.000000 1274924.500000 129.256577 TKSAY 1479.000000 INFINITY 807.400024 TKDO 5304.000000 INFINITY 5304.000000 TKKE 1020.000000 0.646283 6142.842773 TKSIL 255.000000 0.646283 6258.476074 TKKO 255.000000 1037.326416 254.999985 JUMBED 783.000000 INFINITY 0.000000 JUMRUM 122724.601562 INFINITY 94851.250000 BTSAMPOR 1442025.000000 INFINITY 146.183029 BTSTKS 9120.000000 0.646283 6142.842773 BTSKOTA 35822.250000 INFINITY 25500.000000 MINSEL 539.690002 4.910015 INFINITY MINKA 2852.439941 23101.640625 INFINITY MINCA 2246.050049 14.389972 INFINITY MINRAH 100.629997 9.219996 INFINITY MINHI 2354.800049 10.699964 INFINITY

Page 184: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

165

Lampiran 15. Model Skenario MS1 MAX 9000SXS+8000SXC+5000SXK+6000SXM+6000SXH+153.64SLIYUR +21000SXG+142.86SLULXG+10000SXR+1250SLULUR+500SLULXR +732.56SLUXKO+649.85SLUXSIL-29563.8XS-14781.90XK-12872.28XC-7291.99XM-6037.24XH-500XG-6571.43XR-59.61XKO-73.40XSIL -142.86BLLXG-500BLLXR-1250BLLUR-166.67BKOTA-649.85BLUSIL -153.64BSOP-25000TKSAY-25000TKSG-25000TKSR-25000TKSKO-25000TKSIL ST pupuk) -BKOTA-XKO+45.75XS+45.75XK+45.75XC+45.75XM +45.75XH+SLUXKO<=0 pakan1) -XSIL-BLUSIL+93.75XG+6.815XR+SLUXSIL<=0 sipakdo) -GRUM+93.75XG<=0 sipakke) -RRUM+6.815XR<=0 urin) -BLLUR-3.04XR+0.004BBKO+SLULUR<=0 kotkel) -BLLXR-14XR+0.288BBKO+SLULXR<=0 kotdom) -BLLXG-45.99XG+0.288BBKO+SLULXG<=0 bhnsil) 0.95BBSIL+SLIYUR-4.67XS-4.91XC-7.78XK-5.49XM -2.99XH-BSOP=0 !kendala transfer produk akhir TRS) SXS-15.56XS<=0 TRC) SXC-24.57XC<=0 TRK) SXK-46.68XK<=0 TRH) SXH-24.9XH<=0 TRM) SXM-21.97XM<=0 TRKE) SXR-7XR<=0 TRGO) SXG-1.41XG<=0 TRKO) -0.65BBKO+XKO<=0 TRSIL) -0.84BBSIL+XSIL<=0 !kendala terkait ketersediaan tenaga kerja !asumsi: jumlah produsen silase sebanyak 5RT petani !asumsi:jumlah produsen kompos sebanyak 5RT petani TKSAY) 1.86XS+2.07 XC+0.46XK+1.47XM+1.61XH-TKSAY<=1479 TKDO) 2.79XG+0.02GRUM-TKSG<=5304 TKKE) 0.841XR+0.02RRUM-TKSR<=1020 TKSIL) 0.005XSIL-TKSIL<=255 TKKO) 0.01 XKO-TKSKO<=255 !kendala terkait ketersediaan input produksi dan sumberdaya lain di desa JUMBED) XS+XC+XK+XM+XH<=783 jumrum) GRUM+RRUM<=122724.6 btsampor) BSOP<=1442025 BTSTKS) TKSIL+TKSKO+TKSR+TKSG+TKSAY<=9120 BTSKOTA) BKOTA<=35822.25 !kendala terkait jumlah produksi minimum/bulan minsel) SXS>=539.69

Page 185: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

166

minka) SXK>=2852.44 minca) SXC>=2246.05 minrah) SXM>=100.63 minhi) SXH>=2354.8 !KEndala terkait kondisi penerapan model (dipaksa integrasi 30% XKO) NOKOTA) BKOTA=25075.58 END GIN XS GIN XK GIN XC GIN XM GIN XH GIN XG GIN XR

Page 186: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

167

Lampiran 16. Output Model Skenario MS1 LP OPTIMUM FOUND AT STEP 30 OBJECTIVE VALUE = 727900352. SET XC TO >= 92 AT 1, BND= 0.7278E+09 TWIN=-

0.1000E+31 36 SET XH TO >= 95 AT 2, BND= 0.7278E+09 TWIN=-

0.1000E+31 37 SET XK TO <= 556 AT 3, BND= 0.7278E+09 TWIN=-

0.1000E+31 39 SET XS TO >= 35 AT 4, BND= 0.7278E+09 TWIN=-

0.1000E+31 39 SET XR TO >= 4090 AT 5, BND= 0.7278E+09 TWIN=

0.7278E+09 49 NEW INTEGER SOLUTION OF 727766912. AT BRANCH 4

PIVOT 49 BOUND ON OPTIMUM: 0.7277669E+09 DELETE XR AT LEVEL 5 DELETE XS AT LEVEL 4 DELETE XK AT LEVEL 3 DELETE XH AT LEVEL 2 DELETE XC AT LEVEL 1 ENUMERATION COMPLETE. BRANCHES= 4 PIVOTS= 49 LAST INTEGER SOLUTION IS THE BEST FOUND RE-INSTALLING BEST SOLUTION... OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.7277669E+09 VARIABLE VALUE REDUCED COST XS 35.000000 -77679.078125 XK 556.000000 -186298.796875 XC 92.000000 -150927.468750 XM 5.000000 -91856.867188 XH 95.000000 -110307.523438 XG 0.000000 25243.306641 XR 4090.000000 8910.041992 SXS 544.600037 0.000000 SXC 2260.439941 0.000000 SXK 25954.080078 0.000000 SXM 109.849998 0.000000 SXH 2365.500000 0.000000 SLIYUR 0.000000 0.000001 SXG 0.000000 0.000000 SLULXG 0.000000 -0.000001 SXR 28630.000000 0.000000 SLULUR 12276.676758 0.000000 SLULXR 45961.539062 0.000000 SLUXKO 14753.330078 0.000000

Page 187: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

168

SLUXSIL 1251695.250000 0.000000 XKO 25500.000000 0.000000 XSIL 1279568.625000 0.000000 BLLXG 11298.460938 0.000000 BLLXR 0.000000 0.000000 BLLUR 0.000000 0.000000 BKOTA 25075.580078 0.000000 BLUSIL 0.000000 -0.000024 BSOP 1441878.875000 0.000000 TKSAY 0.000000 80538.093750 TKSG 0.000000 80538.093750 TKSR 2977.156982 0.000000 TKSKO 0.000000 42495.968750 TKSIL 6142.842773 0.000000 GRUM 0.000000 0.000000 RRUM 27873.349609 0.000000 BBKO 39230.769531 0.000000 BBSIL 1523296.000000 0.000000 ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES PUPUK) 0.000000 732.559998 PAKAN1) 0.000000 649.849976 SIPAKDO) 0.000000 0.000000 SIPAKKE) 0.000000 1610.761963 URIN) 0.000000 1250.000000 KOTKEL) 0.000000 500.000000 KOTDOM) 0.000000 142.860001 BHNSIL) 0.000000 153.639999 TRS) 0.000000 9000.000000 TRC) 0.000000 8000.000000 TRK) 0.000000 5000.000000 TRH) 0.000000 6000.000000 TRM) 0.000000 6000.000000 TRKE) 0.000000 10000.000000 TRGO) 0.000000 21000.000000 TRKO) 0.000000 292.528717 TRSIL) 0.000000 173.759521 TKSAY) 807.400024 0.000000 TKDO) 5304.000000 0.000000 TKKE) 0.000000 80538.093750 TKSIL) 0.000000 80538.093750 TKKO) 0.000000 38042.128906 JUMBED) 0.000000 0.000000 JUMRUM) 94851.250000 0.000000 BTSAMPOR) 146.183029 0.000000 BTSTKS) 0.000000 55538.097656 BTSKOTA) 10746.669922 0.000000 MINSEL) 4.910015 0.000000 MINKA) 23101.640625 0.000000 MINCA) 14.389972 0.000000 MINRAH) 9.219996 0.000000 MINHI) 10.699964 0.000000

Page 188: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

169

NOKOTA) 0.000000 565.890015 NO. ITERATIONS= 53 BRANCHES= 4 DETERM.= 1.000E 0 RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED: OBJ COEFFICIENT RANGES VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE COEF INCREASE DECREASE XS -29563.800781 0.000000 INFINITY XK -14781.900391 0.000000 INFINITY XC -12872.280273 0.000000 INFINITY XM -7291.990234 0.000000 INFINITY XH -6037.240234 0.000000 INFINITY XG -500.000000 25243.304688 INFINITY XR -6571.430176 8910.039062 INFINITY SXS 9000.000000 INFINITY 9000.000000 SXC 8000.000000 INFINITY 8000.000000 SXK 5000.000000 INFINITY 5000.000000 SXM 6000.000000 INFINITY 6000.000000 SXH 6000.000000 INFINITY 6000.000000 SLIYUR 153.639999 0.000000 INFINITY SXG 21000.000000 INFINITY 21000.000000 SLULXG 142.860001 0.000000 INFINITY SXR 10000.000000 INFINITY 10000.000000 SLULUR 1250.000000 0.000000 1250.000000 SLULXR 500.000000 0.000000 500.000000 SLUXKO 732.559998 424.959686 380.421295 SLUXSIL 649.849976 0.000000 212.479843 XKO -59.610001 424.959686 380.421295 XSIL -73.400002 INFINITY 212.479843 BLLXG -142.860001 0.000000 858.589783 BLLXR -500.000000 0.000000 INFINITY BLLUR -1250.000000 0.000000 INFINITY BKOTA -166.669998 INFINITY INFINITY BLUSIL -649.849976 0.000000 INFINITY BSOP -153.639999 0.000000 187.876923 TKSAY -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSG -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSR -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSKO -25000.000000 42495.968750 INFINITY TKSIL -25000.000000 INFINITY 42495.968750 GRUM 0.000000 0.000000 INFINITY RRUM 0.000000 1610.761963 INFINITY BBKO 0.000000 190.143661 247.273819 BBSIL 0.000000 145.957993 178.483063 RIGHTHAND SIDE RANGES ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE RHS INCREASE DECREASE PUPUK 0.000000 INFINITY 14753.330078 PAKAN1 0.000000 INFINITY 1251695.250000

Page 189: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

170

SIPAKDO 0.000000 INFINITY 0.000000 SIPAKKE 0.000000 32.314144 94851.250000 URIN 0.000000 INFINITY 12276.676758 KOTKEL 0.000000 INFINITY 45961.539062 KOTDOM 0.000000 11298.460938 INFINITY BHNSIL 0.000000 1441878.875000 146.183029 TRS 0.000000 INFINITY 4.910015 TRC 0.000000 INFINITY 14.389972 TRK 0.000000 INFINITY 23101.640625 TRH 0.000000 INFINITY 10.699964 TRM 0.000000 INFINITY 9.219996 TRKE 0.000000 INFINITY 28630.000000 TRGO 0.000000 INFINITY 0.000000 TRKO 0.000000 25500.000000 103732.640625 TRSIL 0.000000 1274924.500000 129.256577 TKSAY 1479.000000 INFINITY 807.400024 TKDO 5304.000000 INFINITY 5304.000000 TKKE 1020.000000 0.646283 6142.842773 TKSIL 255.000000 0.646283 6258.476074 TKKO 255.000000 1037.326416 147.533295 JUMBED 783.000000 0.000000 0.000000 JUMRUM 122724.601562 INFINITY 94851.250000 BTSAMPOR 1442025.000000 INFINITY 146.183029 BTSTKS 9120.000000 0.646283 6142.842773 BTSKOTA 35822.250000 INFINITY 10746.669922 MINSEL 539.690002 4.910015 INFINITY MINKA 2852.439941 23101.640625 INFINITY MINCA 2246.050049 14.389972 INFINITY MINRAH 100.629997 9.219996 INFINITY MINHI 2354.800049 10.699964 INFINITY NOKOTA 25075.580078 10746.669922 14753.330078

Page 190: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

171

Lampiran 17. Model Skenario MS2 MAX 9000SXS+8000SXC+5000SXK+6000SXM+6000SXH+153.64SLIYUR+21000SXG+142.86SLULXG+10000SXR+1250SLULUR+500SLULXR+732.56SLUXKO+649.85SLUXSIL-29563.8XS-14781.90XK-12872.28XC-7291.99XM-6037.24XH-500XG-6571.43XR-59.61XKO-73.40XSIL-142.86BLLXG -500BLLXR-1250BLLUR-166.67BKOTA-649.85BLUSIL-153.64BSOP -25000TKSAY-25000TKSG-25000TKSR-25000TKSKO-25000TKSIL ST pupuk) -BKOTA-XKO+45.75XS+45.75XK+45.75XC+45.75XM+45.75XH +SLUXKO<=0 pakan1) -XSIL-BLUSIL+93.75XG+6.815XR+SLUXSIL<=0 sipakdo) -GRUM+93.75XG<=0 sipakke) -RRUM+6.815XR<=0 urin) -BLLUR-3.04XR+0.004BBKO+SLULUR<=0 kotkel) -BLLXR-14XR+0.288BBKO+SLULXR<=0 kotdom) -BLLXG-45.99XG+0.288BBKO+SLULXG<=0 bhnsil) 0.95BBSIL+SLIYUR-4.67XS-4.91XC-7.78XK-5.49XM-

2.99XH-BSOP=0 !kendala transfer produk akhir TRS) SXS-15.56XS<=0 TRC) SXC-24.57XC<=0 TRK) SXK-46.68XK<=0 TRH) SXH-24.9XH<=0 TRM) SXM-21.97XM<=0 TRKE) SXR-7XR<=0 TRGO) SXG-1.41XG<=0 TRKO) -0.65BBKO+XKO<=0 TRSIL) -0.84BBSIL+XSIL<=0 !kendala terkait ketersediaan tenaga kerja !asumsi: jumlah produsen silase sebanyak 5RT petani !asumsi:jumlah produsen kompos sebanyak 5RT petani TKSAY) 1.86XS+2.07 XC+0.46XK+1.47XM+1.61XH-TKSAY<=1479 TKDO) 2.79XG+0.02GRUM-TKSG<=5304 TKKE) 0.841XR+0.02RRUM-TKSR<=1020 TKSIL) 0.005XSIL-TKSIL<=255 TKKO) 0.01 XKO-TKSKO<=255 !kendala terkait ketersediaan input produksi dan sumberdaya

lain di desa JUMBED) XS+XC+XK+XM+XH<=783 jumrum) GRUM+RRUM<=122724.6 btsampor) BSOP<=1442025 BTSTKS) TKSIL+TKSKO+TKSR+TKSG+TKSAY<=9120 BTSKOTA) BKOTA<=35822.25 !kendala terkait jumlah produksi minimum/bulan minsel) SXS>=539.69 minka) SXK>=2852.44

Page 191: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

172

minca) SXC>=2246.05 minrah) SXM>=100.63 minhi) SXH>=2354.8 !KEndala terkait kondisi penerapan model (dipaksa integrasi 50% XKO) NOKOTA) BKOTA=17911.125 END GIN XS GIN XK GIN XC GIN XM GIN XH GIN XG GIN XR

Page 192: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

173

Lampiran 18. Output Model Skenario MS2 LP OPTIMUM FOUND AT STEP 18 OBJECTIVE VALUE = 723846016. SET XC TO >= 92 AT 1, BND= 0.7238E+09 TWIN=-

0.1000E+31 30 SET XH TO >= 95 AT 2, BND= 0.7238E+09 TWIN=-

0.1000E+31 31 SET XK TO <= 556 AT 3, BND= 0.7237E+09 TWIN=-

0.1000E+31 33 SET XS TO >= 35 AT 4, BND= 0.7237E+09 TWIN=-

0.1000E+31 33 SET XR TO >= 4090 AT 5, BND= 0.7237E+09 TWIN=

0.7237E+09 44 NEW INTEGER SOLUTION OF 723712640. AT BRANCH 4

PIVOT 44 BOUND ON OPTIMUM: 0.7237126E+09 DELETE XR AT LEVEL 5 DELETE XS AT LEVEL 4 DELETE XK AT LEVEL 3 DELETE XH AT LEVEL 2 DELETE XC AT LEVEL 1 ENUMERATION COMPLETE. BRANCHES= 4 PIVOTS= 44 LAST INTEGER SOLUTION IS THE BEST FOUND RE-INSTALLING BEST SOLUTION... OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.7237126E+09 VARIABLE VALUE REDUCED COST XS 35.000000 -77679.078125 XK 556.000000 -186298.796875 XC 92.000000 -150927.468750 XM 5.000000 -91856.867188 XH 95.000000 -110307.523438 XG 0.000000 25243.306641 XR 4090.000000 8910.041992 SXS 544.600037 0.000000 SXC 2260.439941 0.000000 SXK 25954.080078 0.000000 SXM 109.849998 0.000000 SXH 2365.500000 0.000000 SLIYUR 0.000000 0.000001 SXG 0.000000 0.000000 SLULXG 0.000000 -0.000001 SXR 28630.000000 0.000000 SLULUR 12276.676758 0.000000 SLULXR 45961.539062 0.000000 SLUXKO 7588.875000 0.000000

Page 193: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

174

SLUXSIL 1251695.250000 0.000000 XKO 25500.000000 0.000000 XSIL 1279568.625000 0.000000 BLLXG 11298.460938 0.000000 BLLXR 0.000000 0.000000 BLLUR 0.000000 0.000000 BKOTA 17911.125000 0.000000 BLUSIL 0.000000 -0.000024 BSOP 1441878.875000 0.000000 TKSAY 0.000000 80538.093750 TKSG 0.000000 80538.093750 TKSR 2977.156982 0.000000 TKSKO 0.000000 42495.968750 TKSIL 6142.842773 0.000000 GRUM 0.000000 0.000000 RRUM 27873.349609 0.000000 BBKO 39230.769531 0.000000 BBSIL 1523296.000000 0.000000 ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES PUPUK) 0.000000 732.559998 PAKAN1) 0.000000 649.849976 SIPAKDO) 0.000000 0.000000 SIPAKKE) 0.000000 1610.761963 URIN) 0.000000 1250.000000 KOTKEL) 0.000000 500.000000 KOTDOM) 0.000000 142.860001 BHNSIL) 0.000000 153.639999 TRS) 0.000000 9000.000000 TRC) 0.000000 8000.000000 TRK) 0.000000 5000.000000 TRH) 0.000000 6000.000000 TRM) 0.000000 6000.000000 TRKE) 0.000000 10000.000000 TRGO) 0.000000 21000.000000 TRKO) 0.000000 292.528717 TRSIL) 0.000000 173.759521 TKSAY) 807.400024 0.000000 TKDO) 5304.000000 0.000000 TKKE) 0.000000 80538.093750 TKSIL) 0.000000 80538.093750 TKKO) 0.000000 38042.128906 JUMBED) 0.000000 0.000000 JUMRUM) 94851.250000 0.000000 BTSAMPOR) 146.183029 0.000000 BTSTKS) 0.000000 55538.097656 BTSKOTA) 17911.125000 0.000000 MINSEL) 4.910015 0.000000 MINKA) 23101.640625 0.000000 MINCA) 14.389972 0.000000 MINRAH) 9.219996 0.000000 MINHI) 10.699964 0.000000

Page 194: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

175

NOKOTA) 0.000000 565.890015 NO. ITERATIONS= 48 BRANCHES= 4 DETERM.= 1.000E 0 RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED: OBJ COEFFICIENT RANGES VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE COEF INCREASE DECREASE XS -29563.800781 0.000000 INFINITY XK -14781.900391 0.000000 INFINITY XC -12872.280273 0.000000 INFINITY XM -7291.990234 0.000000 INFINITY XH -6037.240234 0.000000 INFINITY XG -500.000000 25243.304688 INFINITY XR -6571.430176 8910.039062 INFINITY SXS 9000.000000 INFINITY 9000.000000 SXC 8000.000000 INFINITY 8000.000000 SXK 5000.000000 INFINITY 5000.000000 SXM 6000.000000 INFINITY 6000.000000 SXH 6000.000000 INFINITY 6000.000000 SLIYUR 153.639999 0.000000 INFINITY SXG 21000.000000 INFINITY 21000.000000 SLULXG 142.860001 0.000000 INFINITY SXR 10000.000000 INFINITY 10000.000000 SLULUR 1250.000000 0.000000 1250.000000 SLULXR 500.000000 0.000000 500.000000 SLUXKO 732.559998 424.959686 380.421295 SLUXSIL 649.849976 0.000000 212.479843 XKO -59.610001 424.959686 380.421295 XSIL -73.400002 INFINITY 212.479843 BLLXG -142.860001 0.000000 858.589783 BLLXR -500.000000 0.000000 INFINITY BLLUR -1250.000000 0.000000 INFINITY BKOTA -166.669998 INFINITY INFINITY BLUSIL -649.849976 0.000000 INFINITY BSOP -153.639999 0.000000 187.876923 TKSAY -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSG -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSR -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSKO -25000.000000 42495.968750 INFINITY TKSIL -25000.000000 INFINITY 42495.968750 GRUM 0.000000 0.000000 INFINITY RRUM 0.000000 1610.761963 INFINITY BBKO 0.000000 190.143661 247.273819 BBSIL 0.000000 145.957993 178.483063 RIGHTHAND SIDE RANGES ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE RHS INCREASE DECREASE PUPUK 0.000000 INFINITY 7588.875000 PAKAN1 0.000000 INFINITY 1251695.250000

Page 195: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

176

SIPAKDO 0.000000 INFINITY 0.000000 SIPAKKE 0.000000 32.314144 94851.250000 URIN 0.000000 INFINITY 12276.676758 KOTKEL 0.000000 INFINITY 45961.539062 KOTDOM 0.000000 11298.460938 INFINITY BHNSIL 0.000000 1441878.875000 146.183029 TRS 0.000000 INFINITY 4.910015 TRC 0.000000 INFINITY 14.389972 TRK 0.000000 INFINITY 23101.640625 TRH 0.000000 INFINITY 10.699964 TRM 0.000000 INFINITY 9.219996 TRKE 0.000000 INFINITY 28630.000000 TRGO 0.000000 INFINITY 0.000000 TRKO 0.000000 25500.000000 103732.640625 TRSIL 0.000000 1274924.500000 129.256577 TKSAY 1479.000000 INFINITY 807.400024 TKDO 5304.000000 INFINITY 5304.000000 TKKE 1020.000000 0.646283 6142.842773 TKSIL 255.000000 0.646283 6258.476074 TKKO 255.000000 1037.326416 75.888748 JUMBED 783.000000 INFINITY 0.000000 JUMRUM 122724.601562 INFINITY 94851.250000 BTSAMPOR 1442025.000000 INFINITY 146.183029 BTSTKS 9120.000000 0.646283 6142.842773 BTSKOTA 35822.250000 INFINITY 17911.125000 MINSEL 539.690002 4.910015 INFINITY MINKA 2852.439941 23101.640625 INFINITY MINCA 2246.050049 14.389972 INFINITY MINRAH 100.629997 9.219996 INFINITY MINHI 2354.800049 10.699964 INFINITY NOKOTA 17911.125000 17911.125000 7588.875000

Page 196: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

177

Lampiran 19. Model Skenario MS3 MAX 9000SXS+8000SXC+5000SXK+6000SXM+6000SXH+153.64SLIYUR+21000SXG+142.86SLULXG+10000SXR+1250SLULUR+500SLULXR+732.56SLUXKO +649.85SLUXSIL-29563.8XS-14781.90XK-12872.28XC-7291.99XM-6037.24XH-500XG-6571.43XR-59.61XKO-73.40XSIL-142.86BLLXG -500BLLXR-1250BLLUR-166.67BKOTA-649.85BLUSIL-153.64BSOP -25000TKSAY-25000TKSG-25000TKSR-25000TKSKO-25000TKSIL ST pupuk) -BKOTA-XKO+45.75XS+45.75XK+45.75XC+45.75XM+45.75XH +SLUXKO<=0 pakan1) -XSIL-BLUSIL+93.75XG+6.815XR+SLUXSIL<=0 sipakdo) -GRUM+93.75XG<=0 sipakke) -RRUM+6.815XR<=0 urin) -BLLUR-3.04XR+0.004BBKO+SLULUR<=0 kotkel) -BLLXR-14XR+0.288BBKO+SLULXR<=0 kotdom) -BLLXG-45.99XG+0.288BBKO+SLULXG<=0 bhnsil) 0.95BBSIL+SLIYUR-4.67XS-4.91XC-7.78XK-5.49XM-

2.99XH-BSOP=0 !kendala transfer produk akhir TRS) SXS-15.56XS<=0 TRC) SXC-24.57XC<=0 TRK) SXK-46.68XK<=0 TRH) SXH-24.9XH<=0 TRM) SXM-21.97XM<=0 TRKE) SXR-7XR<=0 TRGO) SXG-1.41XG<=0 TRKO) -0.65BBKO+XKO<=0 TRSIL) -0.84BBSIL+XSIL<=0 !kendala terkait ketersediaan tenaga kerja !asumsi: jumlah produsen silase sebanyak 5RT petani !asumsi:jumlah produsen kompos sebanyak 5RT petani TKSAY) 1.86XS+2.07 XC+0.46XK+1.47XM+1.61XH-TKSAY<=1479 TKDO) 2.79XG+0.02GRUM-TKSG<=5304 TKKE) 0.841XR+0.02RRUM-TKSR<=1020 TKSIL) 0.005XSIL-TKSIL<=255 TKKO) 0.01 XKO-TKSKO<=255 !kendala terkait ketersediaan input produksi dan sumberdaya

lain di desa JUMBED) XS+XC+XK+XM+XH<=783 jumrum) GRUM+RRUM<=122724.6 btsampor) BSOP<=1442025 BTSTKS) TKSIL+TKSKO+TKSR+TKSG+TKSAY<=9120 BTSKOTA) BKOTA<=35822.25 !kendala terkait jumlah produksi minimum/bulan minsel) SXS>=539.69

Page 197: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

178

minka) SXK>=2852.44 minca) SXC>=2246.05 minrah) SXM>=100.63 minhi) SXH>=2354.8 !KEndala terkait kondisi penerapan model (dipaksa integrasi 70% XKO) NOKOTA) BKOTA=10746.675 END GIN XS GIN XK GIN XC GIN XM GIN XH GIN XG GIN XR

Page 198: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

179

Lampiran 20. Output Model Skenario MS3 LP OPTIMUM FOUND AT STEP 6 OBJECTIVE VALUE = 719791744. SET XC TO >= 92 AT 1, BND= 0.7197E+09 TWIN=-

0.1000E+31 18 SET XH TO >= 95 AT 2, BND= 0.7197E+09 TWIN=-

0.1000E+31 19 SET XK TO <= 556 AT 3, BND= 0.7197E+09 TWIN=-

0.1000E+31 21 SET XS TO >= 35 AT 4, BND= 0.7197E+09 TWIN=-

0.1000E+31 21 SET XR TO >= 4090 AT 5, BND= 0.7197E+09 TWIN=

0.7197E+09 32 NEW INTEGER SOLUTION OF 719658368. AT BRANCH 4

PIVOT 32 BOUND ON OPTIMUM: 0.7196584E+09 DELETE XR AT LEVEL 5 DELETE XS AT LEVEL 4 DELETE XK AT LEVEL 3 DELETE XH AT LEVEL 2 DELETE XC AT LEVEL 1 ENUMERATION COMPLETE. BRANCHES= 4 PIVOTS= 32 LAST INTEGER SOLUTION IS THE BEST FOUND RE-INSTALLING BEST SOLUTION... OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.7196584E+09 VARIABLE VALUE REDUCED COST XS 35.000000 -77679.078125 XK 556.000000 -186298.796875 XC 92.000000 -150927.468750 XM 5.000000 -91856.867188 XH 95.000000 -110307.523438 XG 0.000000 25243.306641 XR 4090.000000 8910.041992 SXS 544.600037 0.000000 SXC 2260.439941 0.000000 SXK 25954.080078 0.000000 SXM 109.849998 0.000000 SXH 2365.500000 0.000000 SLIYUR 0.000000 0.000001 SXG 0.000000 0.000000 SLULXG 0.000000 -0.000001 SXR 28630.000000 0.000000 SLULUR 12276.676758 0.000000 SLULXR 45961.539062 0.000000 SLUXKO 424.424805 0.000000

Page 199: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

180

SLUXSIL 1251695.250000 0.000000 XKO 25500.000000 0.000000 XSIL 1279568.625000 0.000000 BLLXG 11298.460938 0.000000 BLLXR 0.000000 0.000000 BLLUR 0.000000 0.000000 BKOTA 10746.674805 0.000000 BLUSIL 0.000000 -0.000024 BSOP 1441878.875000 0.000000 TKSAY 0.000000 80538.093750 TKSG 0.000000 80538.093750 TKSR 2977.156982 0.000000 TKSKO 0.000000 42495.968750 TKSIL 6142.842773 0.000000 GRUM 0.000000 0.000000 RRUM 27873.349609 0.000000 BBKO 39230.769531 0.000000 BBSIL 1523296.000000 0.000000 ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES PUPUK) 0.000000 732.559998 PAKAN1) 0.000000 649.849976 SIPAKDO) 0.000000 0.000000 SIPAKKE) 0.000000 1610.761963 URIN) 0.000000 1250.000000 KOTKEL) 0.000000 500.000000 KOTDOM) 0.000000 142.860001 BHNSIL) 0.000000 153.639999 TRS) 0.000000 9000.000000 TRC) 0.000000 8000.000000 TRK) 0.000000 5000.000000 TRH) 0.000000 6000.000000 TRM) 0.000000 6000.000000 TRKE) 0.000000 10000.000000 TRGO) 0.000000 21000.000000 TRKO) 0.000000 292.528717 TRSIL) 0.000000 173.759521 TKSAY) 807.400024 0.000000 TKDO) 5304.000000 0.000000 TKKE) 0.000000 80538.093750 TKSIL) 0.000000 80538.093750 TKKO) 0.000000 38042.128906 JUMBED) 0.000000 0.000000 JUMRUM) 94851.250000 0.000000 BTSAMPOR) 146.183029 0.000000 BTSTKS) 0.000000 55538.097656 BTSKOTA) 25075.574219 0.000000 MINSEL) 4.910015 0.000000 MINKA) 23101.640625 0.000000 MINCA) 14.389972 0.000000 MINRAH) 9.219996 0.000000 MINHI) 10.699964 0.000000

Page 200: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

181

NOKOTA) 0.000000 565.890015 NO. ITERATIONS= 36 BRANCHES= 4 DETERM.= 1.000E 0 RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED: OBJ COEFFICIENT RANGES VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE COEF INCREASE DECREASE XS -29563.800781 0.000000 INFINITY XK -14781.900391 0.000000 INFINITY XC -12872.280273 0.000000 INFINITY XM -7291.990234 0.000000 INFINITY XH -6037.240234 0.000000 INFINITY XG -500.000000 25243.304688 INFINITY XR -6571.430176 8910.039062 INFINITY SXS 9000.000000 INFINITY 9000.000000 SXC 8000.000000 INFINITY 8000.000000 SXK 5000.000000 INFINITY 5000.000000 SXM 6000.000000 INFINITY 6000.000000 SXH 6000.000000 INFINITY 6000.000000 SLIYUR 153.639999 0.000000 INFINITY SXG 21000.000000 INFINITY 21000.000000 SLULXG 142.860001 0.000000 INFINITY SXR 10000.000000 INFINITY 10000.000000 SLULUR 1250.000000 0.000000 1250.000000 SLULXR 500.000000 0.000000 500.000000 SLUXKO 732.559998 424.959686 380.421295 SLUXSIL 649.849976 0.000000 212.479843 XKO -59.610001 424.959686 380.421295 XSIL -73.400002 INFINITY 212.479843 BLLXG -142.860001 0.000000 858.589783 BLLXR -500.000000 0.000000 INFINITY BLLUR -1250.000000 0.000000 INFINITY BKOTA -166.669998 INFINITY INFINITY BLUSIL -649.849976 0.000000 INFINITY BSOP -153.639999 0.000000 187.876923 TKSAY -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSG -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSR -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSKO -25000.000000 42495.968750 INFINITY TKSIL -25000.000000 INFINITY 42495.968750 GRUM 0.000000 0.000000 INFINITY RRUM 0.000000 1610.761963 INFINITY BBKO 0.000000 190.143661 247.273819 BBSIL 0.000000 145.957993 178.483063 RIGHTHAND SIDE RANGES ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE RHS INCREASE DECREASE PUPUK 0.000000 INFINITY 424.424805 PAKAN1 0.000000 INFINITY 1251695.250000

Page 201: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

182

SIPAKDO 0.000000 INFINITY 0.000000 SIPAKKE 0.000000 32.314144 94851.250000 URIN 0.000000 INFINITY 12276.676758 KOTKEL 0.000000 INFINITY 45961.539062 KOTDOM 0.000000 11298.460938 INFINITY BHNSIL 0.000000 1441878.875000 146.183029 TRS 0.000000 INFINITY 4.910015 TRC 0.000000 INFINITY 14.389972 TRK 0.000000 INFINITY 23101.640625 TRH 0.000000 INFINITY 10.699964 TRM 0.000000 INFINITY 9.219996 TRKE 0.000000 INFINITY 28630.000000 TRGO 0.000000 INFINITY 0.000000 TRKO 0.000000 25500.000000 103732.640625 TRSIL 0.000000 1274924.500000 129.256577 TKSAY 1479.000000 INFINITY 807.400024 TKDO 5304.000000 INFINITY 5304.000000 TKKE 1020.000000 0.646283 6142.842773 TKSIL 255.000000 0.646283 6258.476074 TKKO 255.000000 1037.326416 4.244248 JUMBED 783.000000 INFINITY 0.000000 JUMRUM 122724.601562 INFINITY 94851.250000 BTSAMPOR 1442025.000000 INFINITY 146.183029 BTSTKS 9120.000000 0.646283 6142.842773 BTSKOTA 35822.250000 INFINITY 25075.574219 MINSEL 539.690002 4.910015 INFINITY MINKA 2852.439941 23101.640625 INFINITY MINCA 2246.050049 14.389972 INFINITY MINRAH 100.629997 9.219996 INFINITY MINHI 2354.800049 10.699964 INFINITY NOKOTA 10746.674805 25075.574219 424.424805

Page 202: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

183

Lampiran 21. Model Skenario MS4 MAX 9000SXS+8000SXC+5000SXK+6000SXM+6000SXH+153.64SLIYUR+21000SXG+142.86SLULXG+10000SXR+1250SLULUR+500SLULXR+732.56SLUXKO +649.85SLUXSIL-29563.8XS-14781.90XK-12872.28XC-7291.99XM-6037.24XH-500XG-6571.43XR-59.61XKO-73.40XSIL-142.86BLLXG -500BLLXR-1250BLLUR-166.67BKOTA-649.85BLUSIL-153.64BSOP -25000TKSAY-25000TKSG-25000TKSR-25000TKSKO-25000TKSIL ST pupuk) -BKOTA-XKO+45.75XS+45.75XK+45.75XC+45.75XM+45.75XH +SLUXKO<=0 pakan1) -XSIL-BLUSIL+93.75XG+6.815XR+SLUXSIL<=0 sipakdo) -GRUM+93.75XG<=0 sipakke) -RRUM+6.815XR<=0 urin) -BLLUR-3.04XR+0.004BBKO+SLULUR<=0 kotkel) -BLLXR-14XR+0.288BBKO+SLULXR<=0 kotdom) -BLLXG-45.99XG+0.288BBKO+SLULXG<=0 bhnsil) 0.95BBSIL+SLIYUR-4.67XS-4.91XC-7.78XK-5.49XM-

2.99XH-BSOP=0 !kendala transfer produk akhir TRS) SXS-15.56XS<=0 TRC) SXC-24.57XC<=0 TRK) SXK-46.68XK<=0 TRH) SXH-24.9XH<=0 TRM) SXM-21.97XM<=0 TRKE) SXR-7XR<=0 TRGO) SXG-1.41XG<=0 TRKO) -0.65BBKO+XKO<=0 TRSIL) -0.84BBSIL+XSIL<=0 !kendala terkait ketersediaan tenaga kerja !asumsi: jumlah produsen silase sebanyak 5RT petani !asumsi:jumlah produsen kompos sebanyak 5RT petani TKSAY) 1.86XS+2.07 XC+0.46XK+1.47XM+1.61XH-TKSAY<=1479 TKDO) 2.79XG+0.02GRUM-TKSG<=5304 TKKE) 0.841XR+0.02RRUM-TKSR<=1020 TKSIL) 0.005XSIL-TKSIL<=255 TKKO) 0.01 XKO-TKSKO<=255 !kendala terkait ketersediaan input produksi dan sumberdaya

lain di desa JUMBED) XS+XC+XK+XM+XH<=783 jumrum) GRUM+RRUM<=122724.6 btsampor) BSOP<=1442025 BTSTKS) TKSIL+TKSKO+TKSR+TKSG+TKSAY<=9120 BTSKOTA) BKOTA<=35822.25 !kendala terkait jumlah produksi minimum/bulan minsel) SXS>=539.69

Page 203: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

184

minka) SXK>=2852.44 minca) SXC>=2246.05 minrah) SXM>=100.63 minhi) SXH>=2354.8 !KEndala terkait kondisi penerapan model (dipaksa integrasi 100% XKO) NOKOTA) BKOTA=0 END GIN XS GIN XK GIN XC GIN XM GIN XH GIN XG GIN XR

Page 204: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

185

Lampiran 22. Output Model Skenario MS4 LP OPTIMUM FOUND AT STEP 15 OBJECTIVE VALUE = 710264832. SET XC TO >= 92 AT 1, BND= 0.7102E+09 TWIN=-

0.1000E+31 54 SET XH TO >= 95 AT 2, BND= 0.7102E+09 TWIN=-

0.1000E+31 55 SET XK TO <= 556 AT 3, BND= 0.7102E+09 TWIN=-

0.1000E+31 57 SET XS TO >= 35 AT 4, BND= 0.7102E+09 TWIN=-

0.1000E+31 57 SET XR TO >= 3984 AT 5, BND= 0.7101E+09 TWIN=

0.7101E+09 72 NEW INTEGER SOLUTION OF 710134848. AT BRANCH 4

PIVOT 72 BOUND ON OPTIMUM: 0.7101348E+09 DELETE XR AT LEVEL 5 DELETE XS AT LEVEL 4 DELETE XK AT LEVEL 3 DELETE XH AT LEVEL 2 DELETE XC AT LEVEL 1 ENUMERATION COMPLETE. BRANCHES= 4 PIVOTS= 72 LAST INTEGER SOLUTION IS THE BEST FOUND RE-INSTALLING BEST SOLUTION... OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.7101348E+09 VARIABLE VALUE REDUCED COST XS 35.000000 -58237.175781 XK 556.000000 -166856.890625 XC 92.000000 -131485.562500 XM 5.000000 -72414.960938 XH 95.000000 -90865.617188 XG 0.000000 25243.306641 XR 3984.000000 8910.041992 SXS 544.600037 0.000000 SXC 2260.439941 0.000000 SXK 25954.080078 0.000000 SXM 109.849998 0.000000 SXH 2365.500000 0.000000 SLIYUR 0.000000 0.000001 SXG 0.000000 0.000000 SLULXG 0.000000 -0.000001 SXR 27888.000000 0.000000 SLULUR 11890.915039 0.000000 SLULXR 39903.988281 0.000000 SLUXKO 0.000000 424.959686

Page 205: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

186

SLUXSIL 1252491.875000 0.000000 XKO 35822.250000 0.000000 XSIL 1279642.875000 0.000000 BLLXG 15872.011719 0.000000 BLLXR 0.000000 0.000000 BLLUR 0.000000 0.000000 BKOTA 0.000000 0.000000 BLUSIL 0.000000 -0.000024 BSOP 1441962.750000 0.000000 TKSAY 0.000000 80538.093750 TKSG 0.000000 80538.093750 TKSR 2873.563232 0.000000 TKSKO 103.222504 0.000000 TKSIL 6143.214355 0.000000 GRUM 0.000000 0.000000 RRUM 27150.960938 0.000000 BBKO 55111.152344 0.000000 BBSIL 1523384.375000 0.000000 ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES PUPUK) 0.000000 1157.519653 PAKAN1) 0.000000 649.849976 SIPAKDO) 0.000000 0.000000 SIPAKKE) 0.000000 1610.761963 URIN) 0.000000 1250.000000 KOTKEL) 0.000000 500.000000 KOTDOM) 0.000000 142.860001 BHNSIL) 0.000000 153.639999 TRS) 0.000000 9000.000000 TRC) 0.000000 8000.000000 TRK) 0.000000 5000.000000 TRH) 0.000000 6000.000000 TRM) 0.000000 6000.000000 TRKE) 0.000000 10000.000000 TRGO) 0.000000 21000.000000 TRKO) 0.000000 292.528717 TRSIL) 0.000000 173.759521 TKSAY) 807.400024 0.000000 TKDO) 5304.000000 0.000000 TKKE) 0.000000 80538.093750 TKSIL) 0.000000 80538.093750 TKKO) 0.000000 80538.093750 JUMBED) 0.000000 0.000000 JUMRUM) 95573.640625 0.000000 BTSAMPOR) 62.197979 0.000000 BTSTKS) 0.000000 55538.097656 BTSKOTA) 35822.250000 0.000000 MINSEL) 4.910015 0.000000 MINKA) 23101.640625 0.000000 MINCA) 14.389972 0.000000 MINRAH) 9.219996 0.000000 MINHI) 10.699964 0.000000

Page 206: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

187

NOKOTA) 0.000000 990.849670 NO. ITERATIONS= 79 BRANCHES= 4 DETERM.= 1.000E 0 RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED: OBJ COEFFICIENT RANGES VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE COEF INCREASE DECREASE XS -29563.800781 0.000000 INFINITY XK -14781.900391 0.000000 INFINITY XC -12872.280273 0.000000 INFINITY XM -7291.990234 0.000000 INFINITY XH -6037.240234 0.000000 INFINITY XG -500.000000 25243.304688 INFINITY XR -6571.430176 8910.039062 INFINITY SXS 9000.000000 INFINITY 9000.000000 SXC 8000.000000 INFINITY 8000.000000 SXK 5000.000000 INFINITY 5000.000000 SXM 6000.000000 INFINITY 6000.000000 SXH 6000.000000 INFINITY 6000.000000 SLIYUR 153.639999 0.000000 INFINITY SXG 21000.000000 INFINITY 21000.000000 SLULXG 142.860001 0.000000 INFINITY SXR 10000.000000 INFINITY 10000.000000 SLULUR 1250.000000 0.000000 1250.000000 SLULXR 500.000000 0.000000 500.000000 SLUXKO 732.559998 424.959656 INFINITY SLUXSIL 649.849976 0.000000 212.479828 XKO -59.610001 424.959656 INFINITY XSIL -73.400002 INFINITY 212.479828 BLLXG -142.860001 0.000000 INFINITY BLLXR -500.000000 0.000000 INFINITY BLLUR -1250.000000 0.000000 INFINITY BKOTA -166.669998 INFINITY INFINITY BLUSIL -649.849976 0.000000 INFINITY BSOP -153.639999 0.000000 187.876907 TKSAY -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSG -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSR -25000.000000 80538.093750 INFINITY TKSKO -25000.000000 42495.964844 INFINITY TKSIL -25000.000000 INFINITY 42495.964844 GRUM 0.000000 0.000000 INFINITY RRUM 0.000000 1610.761963 INFINITY BBKO 0.000000 190.143661 INFINITY BBSIL 0.000000 145.957993 178.483063 RIGHTHAND SIDE RANGES ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE RHS INCREASE DECREASE PUPUK 0.000000 27.498055 90061.085938 PAKAN1 0.000000 INFINITY 1252491.875000

Page 207: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

188

SIPAKDO 0.000000 INFINITY 0.000000 SIPAKKE 0.000000 13.749027 95573.640625 URIN 0.000000 INFINITY 11890.915039 KOTKEL 0.000000 INFINITY 39903.988281 KOTDOM 0.000000 15872.011719 INFINITY BHNSIL 0.000000 1441962.750000 62.197979 TRS 0.000000 INFINITY 4.910015 TRC 0.000000 INFINITY 14.389972 TRK 0.000000 INFINITY 23101.640625 TRH 0.000000 INFINITY 10.699964 TRM 0.000000 INFINITY 9.219996 TRKE 0.000000 INFINITY 27888.000000 TRGO 0.000000 INFINITY 0.000000 TRKO 0.000000 35822.250000 90061.085938 TRSIL 0.000000 1274998.625000 54.996109 TKSAY 1479.000000 INFINITY 807.400024 TKDO 5304.000000 INFINITY 5304.000000 TKKE 1020.000000 0.274981 6143.214355 TKSIL 255.000000 0.274981 6262.459473 TKKO 255.000000 0.274981 6143.214355 JUMBED 783.000000 INFINITY 0.000000 JUMRUM 122724.601562 INFINITY 95573.640625 BTSAMPOR 1442025.000000 INFINITY 62.197979 BTSTKS 9120.000000 0.274981 6143.214355 BTSKOTA 35822.250000 INFINITY 35822.250000 MINSEL 539.690002 4.910015 INFINITY MINKA 2852.439941 23101.640625 INFINITY MINCA 2246.050049 14.389972 INFINITY MINRAH 100.629997 9.219996 INFINITY MINHI 2354.800049 10.699964 INFINITY NOKOTA 0.000000 27.498055 0.000000

Page 208: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

189

Lampiran 23. Keterangan Kendala Model

Nama Kendala KeteranganKendala Pupuk Transfer pupuk organik Pakan1 Transfer pakan silase Sipakdo Transfer pakan rumput domba Sipakke Transfer pakan rumput kelinci Urin Transfer urin kelinci Kotkel Transfer kotoran kelinci Kotdom Transfer kotoran domba

Bhnsil Transfer limbah sayuran;limbah organik pasar sebagai bahan baku silase

Trs Transfer produk selada Trc Transfer produk caisin Trk Transfer produk kangkung Trh Transfer produk bayam hijau Trm Transfer produk bayam merah Trke Transfer produk anakan kelinci Trgo Transfer produk daging domba Trko Transfer produksi pupuk bokashi Trsil Transfer produksi silase Tksay Tenaga kerja usahatani sayuran organik Tkdo Tenaga kerja usahaternak domba Tkke Tenaga kerja usahaternak kelinci Tksil Tenaga kerja produsen silase Tkko Tenaga kerja produsen pupuk bokashi Jumbed Ketersediaan bedengan Jumrum Ketersediaan rumput lapangan Btsampor Ketersediaan limbah organik pasar Btstks Ketersediaan tenaga kerja sewa di Desa Karehkel Btskota Ketersediaan pupuk kotoran ayam dari luar desa Minsel Permintaan minimum selada Minka Permintaan minimum kangkung Minca Permintaan minimum caisin Minrah Permintaan minimum bayam merah Minhi Permintaan minimum bayam hijau

Nokode Seluruh pemenuhan kebutuhan pupuk berasal dari luar desa

Nourde Seluruh pemenuhan kebutuhan urin berasal dari luar desa

Nokokede Seluruh pemenuhan kebutuhan kotoran kelinci berasal dari luar desa

Nokodode Seluruh pemenuhan kebutuhan kotoran domba berasal dari luar desa

Page 209: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

190

Nolimsay Seluruh pemenuhan kebutuhan bahan hijauan silase berasal dari luar desa

nokota Pemenuhan kebutuhan pupuk kotoran ayam dari luar desa pada skenario kebijakan

Page 210: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

191

Lampiran 24. Kenaikan Harga Sayuran Organik MS1

Aktivitas Harga Awal

Kenaikan Harga (%)

Harga Akhir

Jumlah Aktivitas

Jumlah penerimaan

Usahatani Sayuran Organik

a. Jual selada 9,000.00 3.628400 9,326.56 544.60 5,079,242.40

b. Jual kangkung 5,000.00 3.628400 5,181.42 25,954.08 134,478,989.19

c. Jual caisim 8,000.00 3.628400 8,290.27 2,260.44 18,739,662.44

d. Jual bayam merah 6,000.00 3.628400 6,217.70 109.85 683,014.78

e. Jual bayam hijau 6,000.00 3.628400 6,217.70 2,365.50 14,707,978.81

f. Jual limbah sayuran 153.64 0.000000 153.64 0.00 0.00 g.PL limbah sayura di dalam desa 0.00 0.000000 0.00 5,252.35 0.00

Usaha Ternak Domba 0.00

a. Menjual daging 21,000.0

0 0.000000 21,000.00 0.00 0.00

b. JL domba dalam 0.00 0.000000 0.00 0.00 0.00

c. JL domba luar 142.86 0.000000 142.86 0.00 0.00

Usaha Ternak Kelinci 0.00

a. Menjual anakan 10,000.0

0 0.000000 10,000.00 28,630.00 286,300,000.00

b. PL kelinci dalam 0.00 0.000000 0.00 11,298.46 0.00

c. JL kelinci luar 500.00 0.000000 500.00 45,961.54 22,980,770.00

d. PL urin dalam 0.00 0.000000 0.00 156.92 0.00

e. JL urin luar 1,250.00 0.000000 1,250.00 12,276.68 15,345,850.00

Usaha produksi silase 0.00

a. pemanfaatan ke dalam 0.00 0.000000 0.00 27,873.38 0.00

b. Jual silase ke luar 649.85 0.000000 649.85 1,251,695.25 813,414,158.21

Usaha produksi kompos 0.00

a. pemanfaatan ke dalam 0.00 0.000000 0.00 10,746.68 0.00

b. Jual kompos ke luar 732.56 0.000000 732.56 14,753.33 10,807,695.76 TOTAL PENERIMAAN

1,322,537,361.60

TOTAL PENGELUARAN 588,688,972.12

PROFIT 733,848,389.48

Page 211: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

192

Lampiran 25. Kenaikan Harga Sayuran Organik MS2

Aktivitas Harga Awal

Kenaikan Harga (%)

Harga Akhir

Jumlah Aktivitas

Jumlah penerimaan

Usahatani Sayuran Organik

a. Jual selada 9,000.00 6.047400 9,544.27 544.60 5,197,807.26

b. Jual kangkung 5,000.00 6.047400 5,302.37 25,954.08 137,618,135.17

c. Jual caisim 8,000.00 6.047400 8,483.79 2,260.44 19,177,102.79

d. Jual bayam merah 6,000.00 6.047400 6,362.84 109.85 698,958.41

e. Jual bayam hijau 6,000.00 6.047400 6,362.84 2,365.50 15,051,307.48

f. Jual limbah sayuran 153.64 0.000000 153.64 0.00 0.00 g.PL limbah sayura di dalam desa 0.00 0.000000 0.00 5,252.35 0.00

Usaha Ternak Domba 0.000000 0.00

a. Menjual daging 21,000.0

0 0.000000 21,000.00 0.00 0.00

b. JL domba dalam 0.00 0.000000 0.00 0.00 0.00

c. JL domba luar 142.86 0.000000 142.86 0.00 0.00

Usaha Ternak Kelinci 0.00

a. Menjual anakan 10,000.0

0 0.000000 10,000.00 28,630.00 286,300,000.00

b. PL kelinci dalam 0.00 0.000000 0.00 11,298.46 0.00

c. JL kelinci luar 500.00 0.000000 500.00 45,961.54 22,980,770.00

d. PL urin dalam 0.00 0.000000 0.00 156.92 0.00

e. JL urin luar 1,250.00 0.000000 1,250.00 12,276.68 15,345,850.00

Usaha produksi silase 0.00

a. pemanfaatan ke dalam 0.00 0.000000 0.00 27,873.38 0.00

b. Jual silase ke luar 649.85 0.000000 649.85 1,251,695.25 813,414,158.21

Usaha produksi kompos 0.00

a. pemanfaatan ke dalam 0.00 0.000000 0.00 17,911.13 0.00

b. Jual kompos ke luar 732.56 0.000000 732.56 7,588.88 5,559,306.27 TOTAL PENERIMAAN

1,321,343,395.60

TOTAL PENGELUARAN 587,494,873.24

PROFIT 733,848,522.36

Page 212: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

193

Lampiran 26. Kenaikan Harga Sayuran Organik MS3

Aktivitas Harga Awal

Kenaikan Harga (%)

Harga Akhir

Jumlah Aktivitas

Jumlah penerimaan

Usahatani Sayuran Organik

a. Jual selada 9,000.00 8.466300 9,761.97 544.60 5,316,367.23

b. Jual kangkung 5,000.00 8.466300 5,423.32 25,954.08 140,757,151.38

c. Jual caisim 8,000.00 8.466300 8,677.30 2,260.44 19,614,525.05

d. Jual bayam merah 6,000.00 8.466300 6,507.98 109.85 714,901.38

e. Jual bayam hijau 6,000.00 8.466300 6,507.98 2,365.50 15,394,621.96

f. Jual limbah sayuran 153.64 0.000000 153.64 0.00 0.00 g.PL limbah sayura di dalam desa 0.00 0.000000 0.00 5,252.35 0.00

Usaha Ternak Domba 0.00

a. Menjual daging 21,000.0

0 0.000000 21,000.00 0.00 0.00

b. JL domba dalam 0.00 0.000000 0.00 0.00 0.00

c. JL domba luar 142.86 0.000000 142.86 0.00 0.00

Usaha Ternak Kelinci 0.00

a. Menjual anakan 10,000.0

0 0.000000 10,000.00 28,630.00 286,300,000.00

b. PL kelinci dalam 0.00 0.000000 0.00 11,298.46 0.00

c. JL kelinci luar 500.00 0.000000 500.00 45,961.54 22,980,770.00

d. PL urin dalam 0.00 0.000000 0.00 156.92 0.00

e. JL urin luar 1,250.00 0.000000 1,250.00 12,276.68 15,345,850.00

Usaha produksi silase 0.00

a. pemanfaatan ke dalam 0.00 0.000000 0.00 27,873.38 0.00

b. Jual silase ke luar 649.85 0.000000 649.85 1,251,695.25 813,414,158.21

Usaha produksi kompos 0.00

a. pemanfaatan ke dalam 0.00 0.000000 0.00 25,075.58 0.00

b. Jual kompos ke luar 732.56 0.000000 732.56 424.43 310,916.78 TOTAL PENERIMAAN

1,320,149,261.99

TOTAL PENGELUARAN 586,300,774.36

PROFIT 733,848,487.63

Page 213: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

194

Lampiran 27. Kenaikan Harga Sayuran Organik MS4

Aktivitas Harga Awal

Kenaikan Harga (%)

Harga Akhir

Jumlah Aktivitas

Jumlah penerimaan

Usahatani Sayuran Organik

a. Jual selada 9,000.00 14.149000 10,273.41 544.60 5,594,899.09

b. Jual kangkung 5,000.00 14.149000 5,707.45 25,954.08 148,131,613.90

c. Jual caisim 8,000.00 14.149000 9,131.92 2,260.44 20,642,157.24

d. Jual bayam merah 6,000.00 14.149000 6,848.94 109.85 752,356.06

e. Jual bayam hijau 6,000.00 14.149000 6,848.94 2,365.50 16,201,167.57

f. Jual limbah sayuran 153.64 0.000000 153.64 0.00 0.00 g.PL limbah sayura di dalam desa 0.00 0.000000 0.00 5,252.35 0.00

Usaha Ternak Domba 0.00

a. Menjual daging 21,000.0

0 0.000000 21,000.00 0.00 0.00

b. JL domba dalam 0.00 0.000000 0.00 0.00 0.00

c. JL domba luar 142.86 0.000000 142.86 0.00 0.00

Usaha Ternak Kelinci 0.00

a. Menjual anakan 10,000.0

0 0.000000 10,000.00 27,888.00 278,880,000.00

b. PL kelinci dalam 0.00 0.000000 0.00 15,872.01 0.00

c. JL kelinci luar 500.00 0.000000 500.00 39,903.99 19,951,995.00

d. PL urin dalam 0.00 0.000000 0.00 220.44 0.00

e. JL urin luar 1,250.00 0.000000 1,250.00 11,890.92 14,863,650.00

Usaha produksi silase 0.00

a. pemanfaatan ke dalam 0.00 0.000000 0.00 27,150.96 0.00

b. Jual silase ke luar 649.85 0.000000 649.85 1,252,491.88 813,931,844.97

Usaha produksi kompos 0.00

a. pemanfaatan ke dalam 0.00 0.000000 0.00 35,822.25 0.00

b. Jual kompos ke luar 732.56 0.000000 732.56 0.00 0.00 TOTAL PENERIMAAN

1,318,949,683.82

TOTAL PENGELUARAN 585,099,828.00

PROFIT 733,849,855.82

Page 214: MODEL USAHATANI TERPADU SAYURAN ORGANIK-HEWAN … · aktif sebagai anggota Rohis OSIS SMP ... SP,MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis ... HASIL

195

Lampiran 28. Dokumentasi Kegiatan