modul 1 kominusi (crushing dan grinding)

7
Laporan Modul 1, MG3017 Kominusi (Crushing dan Grinding) Hafidha Dwi Putri Aristien (12111003) / Kelompok 2 / Senin, 20 April 2014 Asisten : Daniel Christoffel (12510002) Abstrak Praktikum Modul 1 Kominusi merupakan tahap pertama pada pengolahan bijih, yaitu berupa proses pengecilan ukuran material yang bertujuan untuk membebaskanmineral berharga dari gangue mineral serta mempersiapkan ukuran yang tepat untuk proses konsentrasi. Sesuai tahapannya, kominusi dibagi menjadi dua jenis, yaitu crushing dan grinding. Praktikum crushing bertujuan untuk dapat memahami mekanisme peremukan dan cara kerja alat, serta memahami mekanisme pengayakan. Sedangkan pada praktikum grinding, tujuan yang ingin dicapai adalah agar praktikan dapat memahami mekanisme penggerusan dan cara kerja alat, serta mengetahui pengaruh durasi waktu penggerusan terhadap hasil penggerusan. A. Tinjauan Pustaka Kominusi merupakan salah satu tahapan pada pengolahan bijih, mineral atau bahan galian. Pada kominusi, bijih atau mineral dari tambang yang berukuran besar lebih daripada 1 meter dapat dikecilkan menjadi bijih berukuran kurang daripada 100 mikron. Pada umumnya bijih, mineral atau bahan galian dari tambang masih berukuran cukup besar. Sehingga sangat tidak mungkin dapat secara langsung digunakan atau diolah lebih lanjut. Bijih atau mineral dalam ukuran besar biasanya berkadar sangat rendah dan terikat dengan mineral pengotornya. Liberasi mineral berharga masih rendah pada ukuran bijih yang besar. Sehingga untuk dapat diolah dan untuk dapat meningkatkan kadar mineral tertentu harus melalui operasi pengecilan ukuran terlebih dahulu. Operasi pengecilan ukuran bijih umumnya dibagi dalam dua tahapan yaitu: operasai peremukan atau crushing dan operasi penggerusan atau grinding. Tujuan Operasi Pengecilan Ukuran Pada Kominusi Pada prinsipnya tujuan operasi pengecilan ukuran bijih, mineral atau bahan galian adalah: 1. Membebaskan ikatan mineral berharga dari gangue-nya. 2. Menyiapkan ukuran umpan sesuai dengan ukuran operasi konsentrasi atau ukuran pemisahan. 3. Mengekspos permukaan mineral berharga, Untuk proses hyrometalurgi tidak perlu benar-benar bebas dari gangue. 4. Memenuhi keinginan konsumen atau tahapan berikutnya. Tahapan Kominusi Peremukan, crushing biasanya digunakan untuk pengecilan ukuran sampai ukuran bijih kurang lebih 20 mm, sedangkan penggerusan, grinding digunakan untuk pengecilan ukuran mulai dari 20 mm sampai halus. Umumnya pengecilan ukuran bijih dilakukan secara bertahap yaitu: 1. Peremukan tahap pertama, primary crushing, mengecilkan ukuran bijih sampai ukuran 20 cm. 2. Peremukan tahap kedua, secondary crushing, mengecilkan ukuran bijih dari sekitar 20 cm sampai 5 cm. 3. Peremukan tahap ketiga, tertiary crushing, mengecilkan ukuran bijih dari 5 cm menjadi sekitar 1 cm 4. Penggerusan kasar, grinding, mengecilkan ukuran bijih mulai dari sekitar 1 cm menjadi selkitar 1 mm. 5. Penggerusan halus,fine grinding, mengecilkan ukuran bijih mulai dari 1 mm menjadi halus, biasanya ukuran bijih menjadi kurang dari 0,075 mm. Gambar 1. Diagram Operasi Kominusi Mekanisme Peremukan, Aksi Kominusi Prinsip peremukan adalah adanya gaya luar yang bekerja atau diterapkan pada bijih dan gaya tersebut harus lebih besar dari kekuatan bijih yang akan diremuk. Mekanisme peremukannya tergantung pada sifat bijihnya dan bagaimana gaya diterapkan pada bijih tersebut. Setidaknya ada empat gaya yang dapat digunakan untuk meremuk atau mengecilkan ukuran bijih. 1. Compression, gaya tekan. Peremukan dilakukan dengan memberi gaya tekan pada bijih. Peremukannya dilakukan diantara dua permukaan plat. Gaya diberikan oleh satu atau kedua permukaan plat. Pada Kompresi, energi yang digunakan hanya pada sebagian lokasi, bekerja pada sebagian tempat, energi yang digunakan hanya cukup untuk membebani daerah yang kecil dan menimbulkan titik awal peremukan. Alat

Upload: hafidha-dwi-putri-aristien

Post on 21-Nov-2015

349 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

Modul 1 Kominusi (Crushing Dan Grinding)

TRANSCRIPT

  • Laporan Modul 1, MG3017

    Kominusi (Crushing dan Grinding)

    Hafidha Dwi Putri Aristien (12111003) / Kelompok 2 / Senin, 20 April 2014

    Asisten : Daniel Christoffel (12510002)

    Abstrak Praktikum Modul 1 Kominusi merupakan tahap pertama pada pengolahan bijih, yaitu berupa proses pengecilan

    ukuran material yang bertujuan untuk membebaskanmineral berharga dari gangue mineral serta mempersiapkan ukuran yang

    tepat untuk proses konsentrasi. Sesuai tahapannya, kominusi dibagi menjadi dua jenis, yaitu crushing dan grinding. Praktikum

    crushing bertujuan untuk dapat memahami mekanisme peremukan dan cara kerja alat, serta memahami mekanisme pengayakan.

    Sedangkan pada praktikum grinding, tujuan yang ingin dicapai adalah agar praktikan dapat memahami mekanisme

    penggerusan dan cara kerja alat, serta mengetahui pengaruh durasi waktu penggerusan terhadap hasil penggerusan.

    A. Tinjauan Pustaka

    Kominusi merupakan salah satu tahapan pada pengolahan

    bijih, mineral atau bahan galian. Pada kominusi, bijih atau

    mineral dari tambang yang berukuran besar lebih daripada

    1 meter dapat dikecilkan menjadi bijih berukuran kurang

    daripada 100 mikron. Pada umumnya bijih, mineral atau

    bahan galian dari tambang masih berukuran cukup besar.

    Sehingga sangat tidak mungkin dapat secara langsung

    digunakan atau diolah lebih lanjut. Bijih atau mineral dalam

    ukuran besar biasanya berkadar sangat rendah dan terikat

    dengan mineral pengotornya. Liberasi mineral berharga

    masih rendah pada ukuran bijih yang besar. Sehingga untuk

    dapat diolah dan untuk dapat meningkatkan kadar mineral

    tertentu harus melalui operasi pengecilan ukuran terlebih

    dahulu. Operasi pengecilan ukuran bijih umumnya dibagi

    dalam dua tahapan yaitu: operasai peremukan atau crushing

    dan operasi penggerusan atau grinding.

    Tujuan Operasi Pengecilan Ukuran Pada Kominusi

    Pada prinsipnya tujuan operasi pengecilan ukuran bijih,

    mineral atau bahan galian adalah:

    1. Membebaskan ikatan mineral berharga dari gangue-nya.

    2. Menyiapkan ukuran umpan sesuai dengan ukuran

    operasi konsentrasi atau ukuran pemisahan.

    3. Mengekspos permukaan mineral berharga, Untuk proses

    hyrometalurgi tidak perlu benar-benar bebas dari

    gangue.

    4. Memenuhi keinginan konsumen atau tahapan

    berikutnya.

    Tahapan Kominusi

    Peremukan, crushing biasanya digunakan untuk pengecilan

    ukuran sampai ukuran bijih kurang lebih 20 mm, sedangkan

    penggerusan, grinding digunakan untuk pengecilan ukuran

    mulai dari 20 mm sampai halus.

    Umumnya pengecilan ukuran bijih dilakukan secara

    bertahap yaitu:

    1. Peremukan tahap pertama, primary crushing,

    mengecilkan ukuran bijih sampai ukuran 20 cm.

    2. Peremukan tahap kedua, secondary crushing,

    mengecilkan ukuran bijih dari sekitar 20 cm sampai 5

    cm.

    3. Peremukan tahap ketiga, tertiary crushing, mengecilkan

    ukuran bijih dari 5 cm menjadi sekitar 1 cm

    4. Penggerusan kasar, grinding, mengecilkan ukuran bijih

    mulai dari sekitar 1 cm menjadi selkitar 1 mm.

    5. Penggerusan halus,fine grinding, mengecilkan ukuran

    bijih mulai dari 1 mm menjadi halus, biasanya ukuran

    bijih menjadi kurang dari 0,075 mm.

    Gambar 1. Diagram Operasi Kominusi

    Mekanisme Peremukan, Aksi Kominusi

    Prinsip peremukan adalah adanya gaya luar yang bekerja

    atau diterapkan pada bijih dan gaya tersebut harus lebih

    besar dari kekuatan bijih yang akan diremuk. Mekanisme

    peremukannya tergantung pada sifat bijihnya dan

    bagaimana gaya diterapkan pada bijih tersebut.

    Setidaknya ada empat gaya yang dapat digunakan untuk

    meremuk atau mengecilkan ukuran bijih.

    1. Compression, gaya tekan.

    Peremukan dilakukan dengan memberi gaya tekan pada

    bijih. Peremukannya dilakukan diantara dua permukaan

    plat. Gaya diberikan oleh satu atau kedua permukaan

    plat. Pada Kompresi, energi yang digunakan hanya pada

    sebagian lokasi, bekerja pada sebagian tempat, energi

    yang digunakan hanya cukup untuk membebani daerah

    yang kecil dan menimbulkan titik awal peremukan. Alat

  • Gambar 3. Mekanisme kerja jaw crusher

    Gambar 4. Jenis jaw crusher berdasarkan sumbunya

    yang dapat menerapkan gaya compression ini adalah:

    jaw crusher, gyratory crusher, dan roll crusher.

    2. Impact, gaya banting.

    Peremukan terjadi akibat adanya gaya impak yang

    bekerja pada bijih. Gaya impak adalah gaya

    compression yang bekerja dengan kecepatan sangat

    tinggi. Dengan gaya impak, energi yang digunakan

    berlebih, bekerja pada seluruh bagian. Banyak daerah

    yang menerima beban berlebih. Alat yang mampu

    memberikan gaya impak pada bijih adalah impactor,

    hummer mill.

    3. Attrition atau abrasion.

    Peremukan atau pengecilan ukuran akibat adanya gaya

    abrasi atau kikisan. Peremukan dengan abrasi, gaya

    hanya bekerja pada daerah yang sempit (dipermukaan)

    atau terlokalisasi. Terjadi ketika energi yang digunakan

    cukup kecil, tidak cukup untuk memecah/meremuk

    bijih. Alat yang dapat memberikan gaya abrasi terhadap

    bijih adalah ballmill, rod mill.

    4. Shear, potong.

    Pengecilan ukuran dengan cara pemotongan, seperti

    dengan gergaji. Cara ini jarang dilakukan untuk bijih.

    Distribusi ukuran bijih hasil operasi pengecilan, kominusi

    ditentukan oleh jenis gaya dan metoda yang digunakan.

    Pengecilan ukuran bijih yang memanfaatkan gaya impak,

    akan menghasilkan ukuran dengan rentang atau distribusi

    yang lebar. Sedangkan kominusi yang memanfaatkan gaya

    abrasi akan menghasilkan dua kelompok distribusi ukuran

    yang sempit. Gambar di bawah ini menunjukkan ilustrasi

    distribusi ukuran bijih hasil kominusi dengan berbagai gaya

    yang berbeda.

    Gambar 2. Gaya dan Distribusi Ukuran

    Crushing

    Crushing adalah tahap mekanis awal dalam proses

    pengecilan ukuran yang tujuan utamanya adalah meliberasi

    mineral berharga dari pengotornya. Biasanya dilakukan

    dalam kondisi kering dan dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu

    primer, sekunder dan tersier. Ketiga tahapan tersebut

    didasarkan atas ukuran yang dihasilkan dari proses

    peremukan.

    Salah satu alat yang umum digunakan dalam primary

    crushing adalah jaw crusher. Jaw crusher terdiri dari dua

    plat tebal yang mekanisme geraknya membuka dan

    menutup seperti rahang manusia. Plat tebal tersebut

    dinamakan fixed jaw dan movable jaw. Movable jaw

    bergerak membuka dan menutup menurut sumbu tertentu,

    sedangkan fixed jaw dalam kondisi statis. Pada gambar di

    atas ditunjukkan mekanisme gerakan movable jaw pada jaw

    crusher dua toggle.

    Menurut poros atau sumbu dari movable jaw, jaw crusher

    dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu

    a) Blake crusher yang memiliki sumbu di atas,

    b) Dodge crusher yang memiliki sumbu di bagian bawah,

    c) Universal crusher yang sumbunya terletak di bagian

    tengah.

    Perbedaan mendasar yang ditimbulkan dengan adanya beda

    lokasi sumbu gerak movable jaw ini adalah luas bukaan

    masuk dan luas bukaan discharge.

    Pada tahapan secondary crusher biasanya digunakan roll

    crusher. Roll crusher, meski saat ini telah banyak

    tergantikan oleh cone crusher namun di beberapa lokasi

    masih juga digunakan. Roll crusher sangat bermanfaat

    digunakan untuk menangani material lengket, sangat dingin

    dan tidak abrasif, seperti halnya batu gamping, batubara,

    gipsum, fosfat dan bijih besi.

    Cara kerja dari roll crusher ini cukup sederhana, terdiri dari

    dua silinder yang disusun berdampingan dan berputar saling

    berlawanan arah menuju discharge. Ketika umpan

    dimasukkan, umpan akan diremukkan oleh kedua silinder

    dikarenakan gerakan silinder yang memberikan gaya gesek.

    Untuk lebih jelasnya, mekanisme kerja roll crusher dapat

    dilihat pada gambar di bawah ini.

    Gambar 5.Bagian dan mekanisme kerja roll crusher

  • Ukuran umpan yang dapat diproses oleh roll crusher ini

    tergantung pada diameter silinder. Semakin besar diameter

    silinder maka akan semakin besar juga ukuran umpan yang

    dapat diterima.

    Grinding

    Grinding merupakan proses akhir dari kominusi atau

    reduksi ukuran. Pada tahap ini partikel dikecilkan

    ukurannya dengan kombinasi impact dan abrasi (attrition

    dan shear). Proses grinding dilakukan di dalam sebuah

    silinder dari baja yang berisi media gerus, material yang

    akan digerus dapat dalam kondisi kering ataupun basah.

    Menurut geraknya, grinding mill dibedakan menjadi

    tumbling mill dan stirrer mill. Tumbling mill umum

    digunakan dalam industri pengolahan, ciri khas dari

    tumbling mill adalah dinding mill berputar yang

    memberikan pengaruh terhadap bergeraknya media gerus

    dan material. Sedangkan pada stirrer mill, gerakan media

    gerus dan material disebabkan oleh pengaduk yang berputar

    di dalam mill.

    Gambar 6. Jenis mekanisme penggerusan. a) impact; b) chipping; c) abrasi

    Media gerus yang dapat digunakan dalam tumbling mill di

    antaranya adalah bola-bola baja atau keramik, batang-

    batang baja, tanpa media (autogenous) dan semi

    autogenous. Berdasarkan media gerusnya, tumbling mill

    dapat dikelompokkan menjadi:

    a. Ball mill, media gerus berupa bola-bola baja

    b. Rod mill, media gerus berupa batang-batang baja

    berbentuk silinder

    c. Pebble mill, media gerus berupa kerikil yang sangat

    keras

    d. Autogenous mill, tanpa media (bijih yang digerus

    berfungsi sebagai media gerus)

    e. SAG (semi autogenous) mill, media gerus berupa

    campuran bijih ditambah bola-bola baja.

    Salah satu besaran yang penting dalam operasi kominusi

    adalah rasio ukuran bijih awal terhadap ukuran bijih hasil

    atau produk, atau biasa disebut dengan reduction ratio atau

    rasio reduksi. Nilai Reduction ratio akan berpengaruh

    terhadap kapasitas produksi dan juga berpengaruh terhadap

    energi produksi. Pada operasi crushing, rediction ratio

    biasanya berkisar antara 2-9. Untuk pengecilan ukuran yang

    menggunakan Jaw crusher atau cone crusher akan lebih

    efisien jika menerapkan reduction ratio sekitar 7. Pada

    operasi grinding atau penggerusan reduction rasio bisa

    mencapai lebih daripada 200. Artinya ukuran umpan 200

    kali lebih besar daripada ukuran produk..

    B. Data Percobaan

    Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh data sebagai

    berikut.

    Berat umpan : 2,15 kg

    Hasil crushing

    Fraksi Berat Tertampung (gram)

    +12,5 mm 1600

    -12,5 mm +3 # 250

    -3 # +8 # 150

    -8 # +14 # 50

    -14 # 100

    Total Hasil 2150 gram

    Hasil grinding

    Fraksi Berat Tertampung (gram)

    10 menit 15 menit 20 menit

    +28 # 269.1 273.4 254

    -28 # +35 # 18.4 13.2 3.9

    -35 # +65 # 53.9 43.5 22.1

    -65 # +100 # 51.4 149.7 135.8

    -100 # +150 # 45.6 83.2 118.6

    -150 # 153.3 25.3 53.2

    C. Pengolahan Data Percobaan

    Crushing

    Fraksi

    Berat

    Tertam

    pung

    Berat

    Lolos

    Berat

    Kumula-

    tif Lolos

    % Berat

    Kum

    Lolos

    +12,5 mm 1.6 0.55 0.55 50%

    -12,5 mm +3 # 0.25 0.3 0.85 77%

    -3 # +8 # 0.15 0.15 1.00 91%

    -8 # +14 # 0.05 0.1 1.10 100%

    -14# 0.1 0 1.10 100%

  • Grinding

    Fraksi

    Berat

    Tertam-

    pung

    Berat

    Lolos

    Berat

    Kumula-

    tif Lolos

    % Berat

    Kum

    Lolos

    10 menit

    +28 # 269.1 330.9 330.9 26%

    -28 # +35 # 18.4 312.5 643.4 50%

    -35 # +65 # 53.9 258.6 902 71%

    -65 # +100 # 51.4 207.2 1109.2 87%

    -100 # +150 # 45.6 161.6 1270.8 99%

    -150 # 153.3 8.3 1279.1 100%

    Fraksi

    Berat

    Tertam-

    pung

    Berat

    Lolos

    Berat

    Kumula-

    tif Lolos

    % Berat

    Kum

    Lolos

    15 menit

    +28 # 273.4 326.6 326.6 30%

    -28 # +35 # 13.2 313.4 640 59%

    -35 # +65 # 43.5 269.9 909.9 84%

    -65 # +100 # 149.7 120.2 1030.1 95%

    -100 # +150 # 83.2 37 1067.1 99%

    -150 # 25.3 11.7 1078.8 100%

    Fraksi

    Berat

    Tertam-

    pung

    Berat

    Lolos

    Berat

    Kumula-

    tif Lolos

    % Berat

    Kum

    Lolos

    20 menit

    +28 # 254 346 346.0 27%

    -28 # +35 # 3.9 342.1 688.1 54%

    -35 # +65 # 22.1 320 1008.1 79%

    -65 # +100 # 135.8 184.2 1192.3 94%

    -100 # +150 # 118.6 65.6 1257.9 99%

    -150 # 53.2 12.4 1270.3 100%

    D. Analisis Hasil Percobaan

    Proses crushing yang dilakukan selama percobaan cukup

    baik, dapat dilihat dengan tingginya efisiensi kerja alat

    (tidak ada material hilang selama proses). Berdasarkan

    grafik, dapat dilihat bahwa setelah melewati proses

    peremukan, 80% material berukuran > 5,2 mm.

    Setelah dilewatkan pada proses penggerusan (grinding),

    dari grafik dapat dilihat bahwa secara umum 100% material

    produkta berukuran < 0,6 mm. Hasil tersebut menunjukkan

    bahwa proses kominusi baik dilakukan secara bertahap,

    yaitu peremukan kemudian penggerusan untuk dapat

    menghasilkan material berukuran hasil, untuk dilakukan

    proses pengolahan selanjutnya (konsentrasi).

    Berdasarkan hasil dari perbedaan gape pada roll crusher

    (gambar terlampir), diketahui bahwa semakin kecil gape

    (bukaan pada crusher), material yang dihasilkan memiliki

    ukuran partikel yang semakin kecil/halus. Artinya,

    pengurangan lebar gape akan memperkecil ukuran partikel

    produkta.

    Sedangkan dari percobaan pada grinding dengan variabel

    lama waktu penggerusan, didapatkan hasil perbandingan

    dalam grafik berikut.

    Berdasarkan teori, semakin lama waktu penggerusan,

    material halus yang didapatkan akan semakin banyak.

    Namun dari grafik dapat dilihat bahwa material hasil

    penggerusan selama 15 menit lebih banyak daripada hasil

    penggerusan selama 20 menit. Hal ini diakibatkan oleh

    adanya ketidakmerataan jumlah material yang dimasukkan

    dalam proses grinding dengan lama waktu penggerusan

    berbeda, dimana material yang dimasukkan pada percobaan

    1 (10 menit) sebanyak 1279,1 gram, percobaan 2 (15 menit)

  • 1078,8 gram, dan percobaan 3 (20 menit) sebanyak 1270,3

    gram. Perbedaan jumlah material yang cukup besar (+200

    gram), dengan jumlah bola baja dalam silinder sama, akan

    berpengaruh pada efektivitas proses grinding yang terjadi,

    sehingga bukan hanya variabel lama penggerusan yang

    berpengaruh.

    E. Pertanyaan dan Jawaban

    Crushing

    1. Jelaskan istilah gape, setting, dan angle of nip!

    Jawab:

    Gape adalah suatu ukuran pada bagian bukaan umpan

    crusher. Pada jaw crusher, gape adalah jarak antar dua

    jaw di bukaan umpan. Pada gyratory crusher, gape

    adalah jarak ujung atas mantle terhadap shell bagian atas

    gyratory. Setting adalah jarak yang dapat diubah pada crusher.

    Untuk jaw crusher terdapat dua jenis setting, yaitu open

    setting dan closed setting. Open setting adalah jarak

    maksimum antara kedua jaw, sedangkan closed setting

    adalah jarak minimum antara kedua jaw. Angle of nip adalah sudut jepit, pada jaw crusher adalah

    sudut yang dibentuk antara fixed jaw dan movable jaw,

    sedangkan pada roll crusher adalah sudut yang dibentuk

    oleh tangen kedua permukaan roll pada titik kontak

    dengan partikel.

    2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan reduction ratio,

    limiting reduction ratio, dan reduction ratio 80%!

    Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya

    reduction ratio dari hasil peremukan?

    Jawab:

    Reduction ratio adalah perbandingan antara ukuran

    umpan yang masuk dengan ukuran produkta yang

    dihasilkan.

    Limitting reduction ratio adalah perbandingan antara

    ukuran bukaan screen dimana semua feed bisa lolos

    terhadap ukuran bukaan screen yang sama dimana

    semua produkta bisa lolos.

    Perbandingan antara ukuran bukaan screen yang

    meloloskan 80% feed dengan bukaan screen yang

    meloloskan 80% produkta.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya reduction

    ratio di antaranya adalah sifat fisik material yang akan

    diremukkan, seperti kekerasan, kandungan air,

    komposisi mineral, ukuran butir, porositas, selain itu

    juga dipengaruhi oleh discharge dari crusher.

    3. Ada berapa macam tipe Jaw Crusher menurut desainnya

    dan dimana letak perbedaannya?

    Jawab:

    Ada tiga macam, yaitu Blake, Dodge dan Universal.

    Perbedaannya terletak pada lokasi sumbu serta gerakan

    dari movable jaw. Perbedaan tersebut mengakibatkan

    variasi luas bukaan masuk dan luas bukaan discharge.

    4. Jelaskan apa yan dimaksud dengan Choke Crushing dan

    Arrested Crushing pada operasi peremukan serta beri

    contoh alat yang menggunakan cara tersebut!

    Jawab:

    Choke crushing adalah mekanisme peremukan dimana

    dalam prosesnya material diremukkan oleh alat serta

    tumbukan dengan material itu sendiri. Contoh alatnya

    adalah roll crusher.

    Arrested crushing adalah mekanisme peremukan yang

    selama prosesnya material diremukkan oleh alat sampai

    material lolos ke zona discharge. Contoh alatnya adalah

    jaw crusher.

    5. Jelaskan mekanisme remuknya material!

    Jawab:

    3 aksi peremukan, yaitu abrasi, kompresi, dan impact.

    Pada aksi abrasi, peremukan terjadi karena dua gaya

    geser yang berlawanan arah pada partikel. Kompresi

    terjadi di antara dua permukaan partikel dengan energy

    rendah. Impact terjadi karena energi yang cukup dalam

    peremukan dan dapat memecah partikel.

    6. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju partikel

    melewati permukaan ayakan!

    Jawab:

    Ukuran partikel umpan, bentuk partikel, water content

    mineral, ukuran lubang ayakan, amplitudo dan frekuensi

    getar alat serta sudut pengumpanan.

    Ukuran lubang ayakan yang besar akan semakin banyak

    meloloskan material. Semakin tinggi frekuensi getar

    juga akan membantu mempermudah lolosnya material.

    7. Bagaimana menyatakan ukuran dari alat Jaw Crusher,

    Gyratory Crusher, Roll Crusher, dan pengayak getar

    (Vibration Screen)?

    Jawab:

    Jaw crusher : gape x width

    Gyratory crusher : gape x mantle

    Roll crusher : diameter x width

    Pengayak getar : banyaknya lubang dalam

    ukuran 1 inchi linear (mesh),

    atau ukuran geometri 1 lubang

    (mm)

    Grinding

    1. Jelaskan mekanisme pengecilan ukuran yang terjadi

    dalam ball mill, demikian juga dengan roll mill!

    Jawab:

    Pada ball mill, bola akan ikut berputar dengan tumbling

    mill. Kemudian di suatu titik ketika kecepatannya sama

    dengan nol, bola akan jatuh dan menumbuk bijih di

    dalam mill.

  • Pada rod mill, material akan berada di antara dua rod

    dan dalam kondisi terjepit. Penggerusan terjadi akibat

    berat dari rod.

    2. Kenapa penggunaan bijih pada pengolahan bahan galian

    umumnya dilakukan dengan cara basah?

    Jawab:

    Agar bijih tidak lengket pada liner, serta karena proses

    selanjutnya dalam pengolahan bahan galian adalah

    dengan cara basah.

    3. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keausan

    bola pelapis (liner) pada ball mill?

    Jawab:

    Kecepatan rotasi, ukuran umpan, bahan dasar liner,

    ketebalan liner, dan zona cascading.

    4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kecepatan kritis

    dan turunkan persamaannya!

    Jawab:

    Kecepatan yang menyebabkan bola-bola baja akan

    melekat pada liner, sehingga tidak terjadi penggerusan.

    Penurunan rumus:

    2

    = cos

    V pada proses dapat dinyatakan dalam:

    = 2

    60

    Sehingga jika disubstitusikan:

    cos = 4222

    602

    cos = 0,0011 ( ) 2

    2

    Kecepatan kritis terjadi saat =0, sehingga nilai cos =1.

    1 = 0,0011 ( ) 2

    2

    2 = 2

    0,0011 ( )

    = 42,3

    Kecepatan kritis dinyatakan dalam satuan putaran per

    menit (rpm).

    5. Jelaskan tiga hubungan putaran mill dengan aksi

    penggerusan!

    Jawab:

    Abrasi, terjadi apabila putaran realtif rendah, sehingga

    energi belum cukup untuk menghasilkan penggerusan

    dengan cara kompresi dan impact.

    Kompresi, semakin cepat putaran akan semakin banyak

    terjadi impact asalkan tidak melebihi kecepatan kritis.

    Hal ini disebabkan energi penggerusan telah tercapai.

    Impact, semakin cepat putaran akan semakin banyak

    terjadi impact asalkan tidak melebihi kecepatan kritis

    F. Kesimpulan

    Kominusi dapat dilakukan secara bertahap dengan crushing

    (peremukan) dan grinding (penggerusan). Mekanisme

    peremukan yang terjadi pada material adalah abrasi,

    kompresi, dan impact. Alat yang dapat digunakan untuk

    proses crushing adalah jaw crusher (cara kerjanya seperti

    rahang manusia, dengan satu jaw bergerak maju dan

    mundur) pada primary crushing, dan roll crusher (cara

    kerjanya berdasarkan gesekan dan gaya putar dari silinder

    yang menjepit material) pada secondary crushing. Semakin

    kecil ukuran gape yang digunakan, hasil yang diperoleh

    berukuran semakin halus.

    Pada proses grinding, ball mill menggerus material dengan

    adanya putaran tumbling mill sehingga terbentuk dua zona

    di dalamnya, yaitu cataracting zone dan cascading zone.

    Dalam kedua zona tersebut terjadi mekanisme abrasi,

    kompresi, dan impact.

    Material hasil grinding seluruhnya berukuran < 0,6 mm,

    hampir 1/10 kali ukuran hasil crushing, dimana 80%

    material hasil crushing berukuran > 5,2 mm. Semakin lama

    waktu penggerusan yang dilakukan, akan didapatkan lebih

    banyak material berukuran halus.

    G. Daftar Pustaka

    Barry A. Wills. Tim Napier-Munn 2006. Mineral

    Processing Technology: An Introduction to the

    Practical Aspects of Ore Treatment and Mineral

    Recovery. Elsevier Science & Technology Books:

    Australia. (halaman 109-115)

    Kelly, G., W. 1982. Introduction to Mineral Processing.

    John Wiley & Son, New York. (halaman 127-157)

    Operasi Pengecilan Ukuran. Diperoleh pada 26 April 2014

    (pukul 21.00) dari http://ardra.biz/sain-teknologi/mineral/

    pengolahan-mineral/kominusi-operasi-pengecilan-ukuran/.

  • H. Lampiran

    Gambar 7. Jaw crusher

    Gambar 8. Roll crusher

    Gambar 9. Hasil roll crusher dengan gape berbeda-beda (dari kiri: ukuran gape = 0,5 cm; 1 cm; 1,5 cm)

    Gambar 10. Ball mill

    Gambar 11. Foto Kelompok 2 PBG