modul bah indo untuk perguruan tinggi

Upload: andre-pinontoan

Post on 07-Apr-2018

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    1/38

    BAB I

    KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN GAMBARAN UMUM

    MATERI BAHASA INDONESIA

    1.1 Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

    Seminar politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan pada Februari 1975,

    memutuskan kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia sebagai berikut:

    a) Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional.

    b) Bahasa Indonesia sebagai lambang identitas nasional.

    c) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat yang memungkinkan penyatuan

    berbagai masyarakat yang berbeda latar belakang sosial, budaya, dan bahasa.

    d) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat penghubung antar daerah dan antar

    budaya.

    1.2 Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara

    Sedangkan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara memiliki fungsi sebagai

    berikut:

    a) Bahasa resmi kenegaraan.

    b) Bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan.

    c) Alat penghubung pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan

    pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan.

    d) Alat pengembangan kebudayaan, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

    teknologi.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    2/38

    1.3 Ragam Bahasa Indonesia

    a) Ragam Daerah atau Ragam Dialek

    Ragam patokan daerah, lazim dikenal dengan dialek/logat. Ragam ini digunakan

    sekelompak masyarakat dari suatu wilayah atau daerah tertentu. Misalnya dialek

    Medan, Jawa, Sunda, dan Aceh.

    b) Ragam Sosiolek

    Ragam sosiolek adalah ragam bahasa yang mencerminkan pribadi sosial pengguna

    bahasa. Seorang yang berpendidikan tinggi tentu berbeda ragam dalam

    pemakaian bahasa dengan orang yang berpendidikan rendah. Begitu juga jika kita

    membandingkan bahasa yang digunakan oleh para pekerja pelabuhan dan calo di

    terminal. Bahasa yang digunakan oleh cerdik pandai umumnya lebih bagus dan

    piawai. Mereka yang pernah mengecap pendidikan dapat membedakan

    pengucapan kata-kata seperti: folio, film, apotek, dan fitnah. Mereka dapat

    menganalisis kebenaran sesuai dengan konteks kalimat atau kebakuan kata. Folio

    sebagai jenis kertas atau polio yang merupakan jenis penyakit sesuai dengankonteks kalimat yang diinginkan. Demikian juga kata film adalah jenis kata yang

    baku bukan filem. Begitu juga kata apotek, termasuk kata baku, karena toko obat

    disebut sebagai apoteker bukan apotiker. Sedangkan mereka yang tidak pernah

    belajar bahasa akan semena-mena mengucapkan kata-kata seperti: pilem/pilm,

    pitnah dan lain-lain (Yamilah dan Samsoerizal, 1994:10).

    c) Ragam Fungsiolek

    Ragam berdasarkan sikap penutur mencakup daya ucap secara khas. Ragam ini

    digunakan antara lain dalam kegiatan: kesehatan, susastra, olahraga, jurnalistik,

    lingkungan, dan karya ilmiah. Setiap bidang tersebut menampakkan ciri tersendiri

    dalam pengungkapannya.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    3/38

    d) Ragam Lisan dan Tulis

    Ragam lisan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Memanfaatkan alat ucap dengan bantuan intonasi, mimik, dan gerak-gerik

    anggota tubuh.

    2. Komunikasi berlangsung secara tatap muka.

    Ragam bahasa tulis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Menggunakan ejaan dalam penyampaian informasi.

    2. Komunikasi berlangsung secara non tatap muka.

    Ragam bahasa lisan, dalam kegiatan sehari-hari terwujud melalui:

    1) Ragam percakapan.

    2) Ragam pidato.

    3) Ragam kuliah.

    Sedangkan ragam bahasa tulis dapat dilihat pada penggunaan:

    1) Ragam teknis.

    2) Ragam undang-undang.

    3) Ragam catatan.

    4) Ragam surat-menyurat.

    e) Ragam Baku dan Tidak Baku

    Ragam bahasa baku (standar) memiliki sifat; kemantapan, dinamis, kecendikiaan,

    dan keseragaman. Ragam baku adalah ragam (konfensional) yang telah disepakati

    bersama dan terkumpul dalam Tata Bahasa Baku.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    4/38

    1.4 Ejaan Bahasa Indonesia

    Ejaan dalam bahasa tulis. Di dalamnya berisi kaidah yang mengatur; a) bagaimana

    menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran, dan b) bagaimana hubungan

    antar lambang-lambang itu baik pemisahan atau penggabungan dalam suatu

    bahasa. Secara teknis ejaan dimaksud sebagai cara penulisan huruf, penulisan

    kata, penulisan kalimat, dan penulisan tanda-tanda baca atau pungtuasi.

    Ejaan yang pernah dirumuskan untuk kepentingan tulis menulis di Indonesia

    adalah sebagai berikut:

    1. Ejaan Van Ophuysen (1901).

    2. Ejaan Soewandi (1947).

    3. Ejaan Pembaharuan (1957).

    4. Ejaan Melayu-Indonesia/Melindo (1959).

    5. Ejaan Lembaga Bahasa dan Kesusastraan/LBK (1966).

    6. Ejaan Yang Disempurnakan (17 Agustus 1972).

    1.5 Jenis-Jenis Karya Tulis (Wacana)

    Berdasarkan wacana karangan dapat dikelompokkan sesuai dengan jenis isi dan

    tujuannya, dikenal beberapa jenis wacana yaitu:

    1. Deskripsi

    Deskripsi atau pelukisan adalah jenis karya tulis yang berupaya melukiskan

    sesuatu dengan keadaan sebenarnya, sehingga dapat mencitrai (melihat,

    mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dicitrakan penulis kepada

    pembaca.

    2. Eksposisi

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    5/38

    Eksposisi atau paparan adalah jenis karya tulis yang berusaha menjelaskan pokok

    pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca.

    3. Persuasi

    Persuasi atau bujukan merupakan jenis karya tulis bertujuan membujuk,

    mempengaruhi pembaca dengan cara mengemukakan argumentasi disertai data

    atau fakta. Itulah sebabnya persuasi ditulis dalam bentuk artikel, makalah, hingga

    ke orasi ilmiah.

    4. Argumentasi

    Argumentasi adalah sebuah karya tulis yang berusaha memberikan alasan untuk

    memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan. Data atau

    fakta dalam argumentasi digunakan sebagai penguat alasan.

    5. Narasi

    Narasi atau cerita adalah jenis karya tulis yang berkenaan dengan rangkaian

    peristiwa. Rangkaian itu dapat disusun menurut urutan waktu (kronologis).

    1.6 Keterampilan Berbahasa Indonesia

    A. Pendahuluan

    Keterampilan berbahasa Indonesia merupakan keahlian (skils) yang harus dikuasai

    dan diberikan kepada guru, calon guru (mahasiswa keguruan), penceramah, kaum

    intelektual, maupun masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Bertujuan untuk

    meningkatkan keterampilan berbahasa sehingga akan lebih mantap dan handal

    dalam pemakaian segala aspek kebahasaan. Keterampilan berbahasa Indonesia

    mencakup: Keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan

    menulis, dan keterampilan membaca. Penyajian materi ini dilatarbelakangi oleh

    suatu kenyataan bahwa keterampilan berbahasa sangat penting dalam kehidupan

    sehari-hari.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    6/38

    Mari perhatikan kehidupan masyarakat. Anggota-anggota masyarakat saling

    berhubungan dengan cara berkomunikasi. Komunikasi dapat berupa komunikasi

    satu arah, dua arah, dan multi arah. Komunikasi satu arah terjadi ketika seseorang

    mengirim pesan kepada orang lain, sedangkan penerima pesan tidak menanggapi

    isi pesan tersebut. Misalnya, khotbah jumat dan berita di TV atau radio.

    Komunikasi dua arah terjadi ketika pemberi pesan dan penerima pesan saling

    menanggapi isi pesan. Komunikasi multi arah terjadi ketika pemberi pesan dan

    penerima pesan yang jumlahnya lebih dari dua orang saling menanggapi isi pesan

    (Ghofur, 2009:1).

    Dalam kegiatan komunikasi, pengirim pesan aktif mengirim pesan yang

    diformulasikan dalam lambang-lambang berupa bunyi atau tulisan. Proses ini

    disebut dengan encoding. Selanjutnya si penerima pesan aktif menerjemahkanlambang-lambang tersebut menjadi bermakna sehingga pesan tersebut dapat

    diterima secara utuh. Proses ini disebut dengan decoding.

    B. Aspek-Aspek Keterampilan Berbahasa

    Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar

    berbahasa yaitu; menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Keempatketerampilan tersebut saling terkait antara yang satu dengan yang lain.

    B.1. Hubungan Menyimak dengan Berbicara

    Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang

    langsung. Menyimak bersifat reseptif, sedangkan berbicara bersifat produktif.

    Misalnya, komunikasi yang terjadi antar teman, antara pembeli dan penjual atau

    dalam suatu diskusi di kelas. Dalam hal ini A berbicara dan B mendengarkan.

    Setelah itu giliran B yang berbicara dan A mendengarkan. Namun, ada pula dalamsuatu konteks bahwa komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu satu

    pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan. Misalnya Khotbah

    di masjid, dimana pemceramah menyampaikan ceramahnya, sedangkan yang

    lainnya hanya mendengarkan.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    7/38

    Terkait dengan kegiatan pembelajaran, maka mahasiswa keguruan atau calon

    guru dituntut untuk mampu memodifikasi aktivitas pembelajaran agar siswa

    mampu untuk melaksanakan kegiatan komunikasi baik satu arah, dua arah,

    maupun multi arah. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah dengan metode diskusi

    kelompok, Tanya jawab, dan sebagainya.

    B.2. Hubungan Menyimak dan Membaca

    Menyimak dan membaca sama-sama merupakan keterampilan berbahasa yang

    bersifat reseptif. Menyimak berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan,

    sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Penyimak

    maupun pembaca melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur

    bahasa yang berupa suara (menyimak), maupun berupa tulisan (membaca) yang

    selanjutnya diikuti dengan proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa

    konsep, ide, atau informasi.

    Keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh

    manusia bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa. Secara berturut-turut

    pemerolehan keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak,

    berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan menyimak diawali dengan

    mendengarkan, dan pada akhirnya memahami apa yang disimak. Untuk

    memahami isi bahan simakan diperlukan suatu proses berikut; mendengarkan,

    mengidentifikasi, menginterpretasi atau menafsirkan, memahami, menilai, dan

    yang terakhir menanggapi apa yang disimak. Dalam hal ini menyimak memiliki

    tujuan yang berbeda-beda yaitu untuk; mendapatkan fakta, manganalisa fakta,

    mengevaluasi fakta, mendapat inspirasi, menghibur diri, dan meningkatkan

    kemampuan berbicara.

    Menyimak memiliki jenis-jenis sebagai berikut:

    1. Menyimak kreatif: menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya

    imajinasi dan kreativitas pembelajar.

    2. Menyimak kritis: menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk

    memberikan penilaian secara objektif.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    8/38

    3. Menyimak ekstrinsik: menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang tidak

    umum dan lebih bebas.

    4. Menyimak selektif: menyimak yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dan

    memilih untuk mencari yang terbaik.

    5. Menyimak sosial: menyimak yang dilakukan dalam situasi-situasi sosial.

    6. Menyimak estetik: menyimak yang apresiatif, menikmati keindahan cerita,

    puisi, dll.

    7. Menyimak konsentratif: menyimak yang merupakan sejenis telaah atau

    menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk.

    B.3. Hubungan Membaca dan Menulis

    Membaca dan menulis merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Menulis

    adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca adalah

    kegiatan yang bersifat reseptif. Seorang penulis menyampaikan gagasan,

    perasaan, atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya seorang pembaca

    mencoba memahami gagasan, perasaan atau informasi yang disajikan dalam

    bentuk tulisan tersebut.

    Burns, Anderson, dan Ulit dalam Ghofur (2009:2) memaparkan bahwa Membaca

    adalah suatu proses kegiatan yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah pada

    tujuan melalui tahap-tahap tertentu. Proses tersebut berupa penyandian kembali

    dan penafsiran sandi. Kegiatan dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan,

    frasa, kalimat, dan wacana, serta menghubungkannya dengan bunyi dan

    maknanya. Lebih dari itu, pembaca menghubungkannya dengan kemungkinan

    maksud penulis berdasarkan pengalamannya. Sejalan dengan hal tersebut,

    Kridalaksana dalam Ghofur (2009:2) menyatakan bahwa membaca adalah

    keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-

    lambang grafis dan perubahannya menjadi bicara bermakna dalam bentuk

    pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras. Kegiatan membaca dapat

    bersuara nyaring dan dapat pula tidak bersuara (dalam hati).

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    9/38

    Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang

    menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain

    dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut (Bryne dalam Ghofur, 2009:3).

    Lebih lanjut Bryne menyatakan bahwa mengarang pada hakikatnya bukan sekadar

    menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata tersusun

    menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, akan tetapi mengarang adalah

    menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang

    dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat

    dikomunikasikan kepada pembaca.

    Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan karang-mengarang,

    pengarang menggunakan bahasa tulis untuk menyatakan isi hati dan buah

    pikirannya secara menarik kepada pembaca. Oleh karena itu, di samping harusmenguasai topik dan permasalahannya yang akan ditulis, penulis dituntut

    menguasai komponen (1) grafologi, (2) struktur, (3) kosakata, dan (4) kelancaran.

    Aktivitas menulis mengikuti alur proses yang terdiri atas beberapa tahap. Mckey

    dalam Ghofur (2009:3) mengemukakan tujuh tahap yaitu (1) pemilihan dan

    pembatasan masalah, (2) pengumpulan bahan, (3) penyusunan bahan, (4)

    pembuatan kerangka karangan, (5) penulisan naskah awal, (6) revisi, dan (7)

    penulisan naskah akhir.

    Secara padat, proses penulisan terdiri atas lima tahap yaitu; (1) pramenulis, (2)

    menulis, (3) merevisi, (4) mengedit, dan (5) mempublikasikan (Ghofur, 2009:3).

    1. Pramenulis

    Pramenulis merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini seorang penulis

    melakukan berbagai kegiatan, misalnya menemukan ide/gagasan, menentukan

    judul karangan, menentukan tujuan, memilih bentuk atau jenis tulisan, membuat

    kerangka dan mengumpulkan bahan-bahan.

    Ide tulisan dapat bersumber dari pengalaman, observasi, bahan bacaan, dan

    imajinasi. Oleh karena itu, pada tahap pramenulis diperlukan stimulus untuk

    merangsang munculnya respon yang berupa ide atau gagasan. Kegiatan ini dapat

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    10/38

    dilakukan melalui berbagai aktivitas, misalnya membaca buku, surat kabar,

    majalah, dan lain-lain.

    Penentuan tujuan menulis erat kaitannya dengan pemilihan bentuk karangan.

    Karangan yang bertujuan menjelaskan sesuatu dapat ditulis dalam bentukkarangan eksposisi; karangan yang bertujuan membuktikan, meyakinkan, dan

    membujuk dapat disusun dalam bentuk argumentasi dan persuasi. Karangan yang

    bertujuan melukiskan sesuatu dapat ditulis dalam bentuk karangan deskripsi. Di

    samping seorang penulis dapat memilih bentuk prosa, puisi, atau drama untuk

    mengkomunikasikan gagasannya.

    2. Menulis

    Tahap menulis dimulai dari menjabarkan ide-ide ke dalam bentuk tulisan. Ide-ide

    dituangkan dalam bentuk satu karangan yang utuh. Pada tahap ini diperlukan

    berbagai pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan. Pengetahuan

    kebahasaan digunakan untuk pemilihan kata, penentuan gaya bahasa, dan

    pembentukan kalimat. Sedangkan teknik penulisan diterapkan dalam penyusunan

    paragraf sampai dengan penyusunan karangan secara utuh.

    3. Merevisi

    Pada tahap merivisi dilakukan koreksi terhadap keseluruhan paragraf dalam

    tulisan. Koreksi harus dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya struktur

    karangan dan kebahasaan. Struktur karangan meliputi penataan ide pokok dan

    ide penjelas serta sistematika penalarannya. Sementara itu aspek kebahasaan

    meliputi pemilihan kata, struktur bahasa, ejaan dan tanda baca.

    4. Mengedit

    Apabila karangan sudah dianggap sempurna, penulis tinggal melaksanakan tahap

    pengeditan. Dalam pengeditan ini diperlukan format baku yang akan menjadi

    acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan, dan pengaturan spasi. Proses

    pengeditan dapat diperluas dan disempurnakan dengan penyediaan gambar atau

    ilustrasi. Hal itu dimaksudkan agar tulisan itu menarik dan lebih mudah dipahami.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    11/38

    5. Mempublikasikan

    Mempublikasikan mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama, berarti

    menyampaikan karangan kepada publik dalam bentuk cetakan, sedangkan

    pengertian yang kedua disampaikan dalam bentuk noncetakan. Penyampaiannoncetakan dapat dilakukan dengan pementasan, penceritaan, peragaan, dan

    sebagainya.

    B.4. Hubungan Menulis dengan Berbicara

    Berbicara dan menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.

    Berbicara merupakan kegiatan ragam lisan, sedangkan menulis merupakan

    kegiatan berbahasa ragam tulis. Menulis pada umumnya merupakan kegiatan

    berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara merupakan kegiatan berbahasa

    yang bersifat langsung.

    Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi yang dalam

    proses itu terjadi pemindahan pesan dari satu pihak (komunikator) ke pihak lain

    (komunikan). Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu

    diubah ke dalam simbol-simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak (Ghofur,

    2009:5).

    Aspek-aspek yang dinilai pada kegiatan berbicara terdiri atas aspek kebahasaan

    dan nonkebahasaan. Aspek kebahasaan terdiri atas; ucapan atau lafal, tekanan

    kata, nada dan irama, persandian, kosakata atau ungkapan, dan variasi kalimat

    atau struktur kalimat. Aspek nonkebahasaan terdiri atas; kelancaran, penguasaan

    materi, keberanian, keramahan, ketertiban, semangat, dan sikap.

    Langkah-langkah yang harus dikuasai oleh seorang pembicara yang baik adalah:

    1. Memilih topik, minat pembicara, kemampuan berbicara, minat pendengar,

    kemampuan mendengar, dan waktu yang disediakan.

    2. Memahami dan menguji topik, memahami pendengar, situasi, latar belakang

    pendengar, tingkat kemampuan, serta sarana.

    3. Menyusun kerangka pembicaraan, pendahuluan, isi dan penutup.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    12/38

    Latihan dan Soal

    1. Sebutkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negera !

    2. Sebutkan ejaan-ejaan yang pernah digunakan (diberlakukan) di Indonesia untuk

    kepentingan tulis menulis !

    3. Sebutkan jenis-jenis wacana beserta contohnya masing-masing dalam bentuk

    paragraf !

    4. Apakah tujuan dan maksud dari keterampilan berbahasa ?

    5. Langkah apa saja yang harus ditempuh oleh seorang pembicara yang baik

    (orator) ?

    BAB II

    TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH

    2.1 Pengertian Karya Ilmiah

    Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu

    pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti.Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para

    pembaca. Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu

    hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam

    objek tulisan. Maka sudah selayaknyalah, jika tulisan ilmiah sering mengangkat

    tema seputar hal-hal yang baru (aktual) dan belum pernah ditulis orang lain. Jika

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    13/38

    pun, tulisan tersebut sudah pernah ditulis dengan tema yang sama, tujuannya

    adalah sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu. Disebut juga dengan

    penelitian lanjutan.

    Tradisi keilmuan menuntut para calon ilmuan (mahasiswa) bukan sekadar menjadipenerima ilmu. Akan tetapi sekaligus sebagai pemberi (penyumbang) ilmu.

    Dengan demikian, tugas kaum intelektual dan cendikiawan tidak hanya dapat

    membaca, tetapi juga harus dapat menulis tentang tulisan-tulisan ilmiah. Apalagi

    bagi seorang mahasiswa sebagai calon ilmuan wajib menguasai tata cara

    menyusun karya ilmiah. Ini tidak terbatas pada teknik, tetapi juga praktik

    penulisannya. Kaum intelektual jangan hanya pintar bicara dan menyanyi saja,

    tetapi juga harus gemar dan pintar menulis.

    Istilah karya ilmiah di sini adalah mengacu kepada karya tulis yang penyusunan

    dan penyajiannya didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Dilihat dari

    panjang pendeknya atau kedalaman uraian, karya tulis ilmiah dibedakan atas

    makalah (paper) dan laporan penelitian. Dalam penulisan, baik makalah maupun

    laporan penelitian, didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah.

    Penyusunan dan penyajian karya semacam itu didahului oleh studi pustaka dan

    studi lapangan (Azwardi, 2008:111).

    Finoza dalam Alamsyah (2008:98) mengklasifikasikan karangan menurut bobot

    isinya atas 3 jenis, yaitu: (1) karangan ilmiah, (2) karangan semi ilmiah atau ilmiah

    populer, dan (3) karangan non ilmiah. Yang tergolong ke dalam karangan ilmiah

    antara lain makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan

    semi ilmiah antara lain adalah artikel, editorial, opini, feuture, reportase; yang

    tergolong dalam karangan non ilmiah antara lain anekdot, dongeng, hikayat,

    cerpen, novel, roman, dan naskah drama.

    Ketiga jenis karangan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Karanganilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut

    metode dan penggunaan bahasa. Sedangkan karangan non ilmiah adalah

    karangan yang tidak terikat pada karangan baku; sedangkan karangan semi ilmiah

    berada diantara keduanya.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    14/38

    Sementara itu, Yamilah dan Samsoerizal (1994:90) memaparkan bahwa ragam

    karya ilmiah terdiri atas beberapa jenis berdasarkan fungsinya. Menurut

    pengelompokan itu, dikenal ragam karya ilmiah seperti; makalah, skripsi, tesis,

    dan disertasi.

    2.2 Sikap Ilmiah

    Ada tujuh sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh setiap penulis atau peneliti

    berdasarkan pendapat Istarani (2009:4) yaitu: sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap

    terbuka, sikap objektif, sikap menghargai karya orang lain, sikap berani

    mempertahankan kebenaran, dan sikap menjangkau ke depan.

    2.3 Ciri-Ciri Karya Ilmiah

    Karangan ilmiah adalah karangan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan

    yang dikomunikasikan melalui bahasa tulis yang formal dengan sistematis-

    methodis. Karangan ilmiah bersifat sistematis dan tidak emosional. Dalam karya

    ilmiah disajikan kebenaran fakta.

    Ciri-ciri karya ilmiah menurut Alamsyah (2008:99) adalah sebagai berikut: (1)

    merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif ). Artinya,

    faktanya sesuai dengan yang diteliti, (2) bersifat methodis dan sistematis. Artinya,

    dalam pembahasan masalah digunakan metode tertentu dengan langkah langkah

    yang teratur dan terkontrol secara tertip dan rapi, (3) tulisan ilmiah menggunakan

    laras ilmiah. Artinya, laras bahasa ilmiah harus baku dan formal. Selain itu laras

    ilmiah harus lugas agar tidak ambigu (ganda).

    2.4 Manfaat Penulisan Karya Ilmiah

    Ada beberapa manfaat penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut: (1) penulis

    akan terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif, karena

    sebelum menulis karya ilmiah, penulis harus membaca dulu, (2) penulis akan

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    15/38

    terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber dan mengembangkan

    ke tingkat pemikiran yang lebih matang, (3) penulis akan terasa akrab dengan

    kegiatan perpustakaan, seperti bahan bacaan dalam katalog pengarang atau

    katalog judul buku, (4) penulis akan dapat meningkatkan keterampilan dalam

    mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara jelas dan sistematis, (5) penulis

    akan memperoleh kepuasan intelektual, dan (5) penulis turut memperluas

    cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat (Istarani, 2009:5).

    Selain itu, dengan karya ilmiah penulis juga telah ikut serta dalam usaha

    pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) melalui karya tulis yang

    dihasilkannya. Dengan demikian para penulis dan peneliti telah memberikan

    royalti (masukan) yang berguna bagi pengembangan iptek itu sendiri. Sehingga

    karya ilmiah tersebut dapat dibaca dan bermanfaat bagi para mahasiswa,intelektual, pendidik (guru dan dosen), dan bagi masyarakat umum.

    2.5 Prinsip-Prinsip Penulisan Karya Ilmiah

    Prinsip-prinsip umum yang mendasari penulisan sebuah karya ilmiah adalah:

    1. Objektif, artinya setiap pernyataan ilmiah dalam karyanya harus didasarkan

    kepada data dan fakta. Kegiatan ini disebut studi empiris. Objektif dan empiris

    merupakan dua hal yang bertautan.

    2. Prosedur atau penyimpulan penemuannya melalui penalaran induktif dan

    deduktif.

    3. Rasio dalam pembahasan data. Seorang penulis karya ilmiah dalam

    menganalisis data harus menggunakan pengalaman dan pikiran secara logis.

    2.6 Tema Karya Ilmiah

    Dalam menulis karya ilmiah, penulis hendaklah mengangkat tema-tema yang

    aktual dan bukan suatu tema yang sudah basi dan kusam. Sehingga karya tulis

    yang dihasilkan lebih berbobot dan mendapat sambutan yang baik dari pembaca.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    16/38

    Sebagian penulis kadang kala mengangkat tema yang kurang penting yang hanya

    menjadi sebuah tulisan yang mubazir. Selain itu, ada sebagian penulis ilmiah

    hanya bertindak sebagai seorang penulis plagiator atau diistilahkan dengan

    penulis ceplakan atau sarjana foto kopi, julukan bagi mahasiswa yang skripsinya

    diupahkan pada tukang buat skripsi.

    Mengenai tema Walija (1996:19-20) memaparkan bahwa kata tema diserap dari

    bahasa Inggris theme yang berarti pokok pikiran. Kata theme itu sendiri berasal

    dari bahasa Yunani, tithenai, yang berarti; meletakkan atau menempatkan. Tema

    sebuah karangan merupakan ide dasar atau ide pokok sebuah tulisan. Biasanya

    tema tidak dapat dilihat dengan kasat mata dalam sebuah karangan, karena

    bukan terdapat dalam sebuah kalimat yang utuh, tetapi tema merupakan

    cerminan dari keseluruhan isi karangan dari awal sampai akhir. Tema merupakanamanat atau pesan-pesan yang dapat dipetik dari karangan. Rumusan dari

    simpulan yang berupa pesan-pesan pengarang itulah yang disebut tema.

    Sebuah tema yang baik adalah harus menarik perhatian penulis sendiri. Apabila

    penulis senang dengan pokok pembicaraan yang ingin dikarang tentu seorang

    pengarang dalam keadaan senang atau tidak dalam keadaan terpaksa. Selain

    menarik perhatian, tema yang hendak ditulis terpahami dengan baik oleh penulis.

    Selain tema dalam setiap tulisan ilmiah juga harus memiliki topik. Ada sebagian

    orang menyamakan antara topik dengan tema. Ternyata pendapat itu keliru.

    Topik adalah pokok pembicaraan yang ingin disampaikan dalam karangan.

    Rambu-rambu yang harus diketahui dan dipahami oleh seorang penulis untuk

    menentukan dan memilih topik yang baik adalah sebagai berikut:

    (1) Topik sebaiknya aktual.

    (2) Topik sebaiknya berasal dari dunia atau bidang kehidupan yang akrab denganpenulis.

    (3) Topik sebaiknya memiliki nilai tambah atau memiliki arti yang penting, baik

    bagi penulis sendiri atau bagi orang lain.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    17/38

    (4) Topik sebaiknya selaras dengan tujuan pengarang dan selaras dengan calon

    pembaca.

    (5) Topik sebaiknya asli, bukan pengulangan atas hal yang sama yang pernah

    disajikan oleh orang lain.

    (6) Topik sebaiknya tidak menyulitkan pencarian data, bahan, dan informasi lain

    yang diperlukan.

    2.7 Tahapan Umum Penulisan Karya Ilmiah

    Tahap persiapan mencakup kegiatan menemukan masalah atau mengajukan

    masalah yang akan dibahas dalam penelitian. Masalah yang ditemukan itu

    didukung oleh latar belakang, identifikasi masalah, batasan, dan rumusan

    masalah. Langkah berikutnya mengembangkan kerangka pemikiran yang berupa

    kajian teoritis.

    Langkah selanjutnya adalah mengajukan hipotesis atau jawaban atau dugaan

    sementara atas penelitian yang akan dilakukan. Metodelogi dalam tahap

    persiapan penulisan karya ilmiah juga diperlukan . Metodelogi mencakup

    berbagai teknik yang dilakukan dalam pengambilan data, teknik pengukuran, danteknik analisis data. Kemudian tahap penulisan merupakan perwujudan tahap

    persiapan ditambah dengan pembahasan yang dilakukan selama dan setelah

    penulisan selesai. Terakhir adalah tahap penyuntingan dilakukan setelah proses

    penulisan dianggap selesai.

    2.8 Bahasa Karya Ilmiah

    Bahasa memegang peranan penting dalam penulisan karya ilmiah. Oleh sebab itu

    pemahaman tentang diksi (pilihan kata atau seleksi kata, bahasa Inggris; diction),

    istilah, kalimat, penyusunan paragraf, dan penalaran yang diungkapkan harus

    dikuasai peneliti. Selain itu, penulisan karya ilmiah harus mengacu pada Pedoman

    Umum Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan sesuai dengan penggunaan

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    18/38

    bahasa Indonesia yang baku. Dengan demikian, gaya penulisan karya ilmiah

    hendaknya memiliki kejelasan, reproduktif, dan impersonal.

    Disisi lain, bahasa merupakan alat yang cukup penting dalam karangan ilmiah.

    Langkah pertama dalam menulis karya ilmiah yang baik adalah menggunakan tatabahasa yang benar (Suriasumantri, 1986:58). Apabila bahasa kurang cermat

    dipakai, karangan bukan saja sukar di pahami, melainkan juga mudah

    menimbulkan salah pengertian. Bahasa karangan yang kacau menggambarkan

    kekacauan pikiran penulis (Surakhmat dalam Finoza, 2006:215).

    Dalam menulis karya ilmiah penulis juga diharapkan mampu menggunakan

    bahasa secara cermat. Sajikan ide-ide secara urut sehingga pokok-pokok pikiran

    dan konsep tersusun secara koheren. Gunakan ungkapan yang ekonomis sehingga

    tidak terjadi pengulangan ide atau penggunaan kata-kata yang berlebihan. Selain

    itu, gunakan ungkapan halus (smooth), agar pembaca dapat mengikuti alur

    pembahasan dengan mudah. Gaya kalimat jangan seperti puitis dan perhatikan

    penulisan secara benar dan baku.

    2.9 Penggunaan Bahasa dalam Karya Ilmiah

    Dalam penggunaan bahasa terdapat beberapa ragam bahasa. Sugono (1999:10)

    berpendapat bahwa berdasarkan pokok persoalan yang dibicarakan, ragam

    bahasa dapat dibedakan atas bidang-bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,

    seperti ragam bahasa hukum, ragam bahasa niaga, ragam bahasa sastra, dan

    ragam bahasa jurnalistik.

    Yamilah dan Samsoerizal (1994:10) mengklasifikasikan ragam bahasa dengan

    nama istilah ragam fungsioleg. Ragam fungsioleg adalah ragam berdasarkan sikap

    penutur mencakup daya ucap secara khas. Ragam ini digunakan antara lain dalamkegiatan: kesehatan, susastra, olahraga, jurnalistik, lingkungan, dan karya ilmiah.

    Setiap bidang tersebut menampakkan ciri tersendiri dalam pengungkapannya.

    Hadi dalam Alamsyah (2008:102) mengatakan bahwa bahasa ragam karya ilmiah

    memiliki karakteristik tersendiri yaitu : singkat, padat, sederhana, lugas, lancar,

    dan menarik.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    19/38

    Selain itu, gaya penulisan karya ilmiah hendaknya memiliki kejelasan, reproduktif,

    dan impersonal. Kejelasan dimaksudkan bahwa setiap karya ilmiah harus mampu

    menyampaikan informasi kepada pembaca tentang objek penelitiannya secara

    gamblang. Kegamblangan ini dibicarakan sebagai foto kopi dari aslinya. Inilah

    yang dimaksud dengan reproduktif. Sedangkan impersonal berarti peniadaan kata

    ganti perorangan seperti: saya atau peneliti. Misalnya: Adapun masalah yang akan

    diteliti mencakup, pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan penelitian. Pada

    posisi kata impersonal diteliti tidak boleh menggunakan kata saya atau peneliti.

    2.10 Tertib Mengutip

    Dalam tradisi mengarang ilmiah berlaku mengutip pendapat orang lain. Karya

    ilmiah pada umumnya merupakan hasil pengamatan atau penelitian yang

    merupakan lanjutan dari penelitian yang terdahulu. Dengan kata lain, hasil-hasil

    penelitian orang lain, pendapat ahli, baik yang dilisankan maupun yang dituliskan

    dapat digunakan sebagai rujukan untuk memperkuat uraian atau untuk

    membuktikan apa yang dibentangkan (Walija, 1996:125). Dalam dunia tulis

    menulis ilmiah ada dua macam jenis kutipan, yaitu: kutipan langsung dan kutipan

    tidak langsung. Kutipan langsung dalam pengutipannya harus diberi tanda kutip

    ( ). Sedangkan kutipan tidak langsung tidak diberikan tanda kutip. Namun,

    kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung dalam tertib mengutip harus

    diberikan tanda dengan catatan kaki (foot notes).

    Catatan kaki adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan uraian (teks) yang

    ditulis di bagian bawah halaman yang sama. Apabila keterangan semacam ini

    disusun dibagian akhir karangan biasanya disebut keterangan saja. Catatan kaki

    bukan hanya untuk menunjukkan sumber kutipan, melainkan juga dipergunakan

    untuk memberikan keterangan tambahan terhadap uraian atau teks.

    Ada beberapa prinsip mengutip, yaitu: (1) tidak mengadakan perubahan, (2)

    memberitahu bila sumber kutipan mengandung kesalahan, (3) memberitahu bila

    melakukan perbaikan, dan (4) memberitahu bila menghilangkan bagian-bagian

    tertentu yang ada didalam kutipan.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    20/38

    2.11 Daftar Pustaka

    Daftar pustaka merupakan daftar sejumlah buku acuan atau referensi yang

    menjadi bahan utama dalam suatu tulisan ilmiah. Selain buku, majalah, surat

    kabar, catatan harian, dan hasil pemikiran ilmuan juga dapat dijadikan sebagai

    referensi dalam menulis. Walija (1996:149) mengatakan bahwa daftar pustaka

    atau bibliografi adalah daftar buku atau sumber acuan lain yang mendasari atau

    menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan karangan. Unsur-unsur pada

    daftar pustaka hampir sama dengan catatan kaki. Perbedaannya hanya pada

    daftar pustaka tiada nomor halaman.

    Unsur-unsur pokok daftar pustaka adalah sebagai berikut:

    A. Buku sebagai Bahan Referensi

    1) Nama pengarang, diurutkan berdasarkan huruf abjad (alfabetis). Jika nama

    pengarang lebih dari dua penggal nama terakhir didahulukan atau dibalik.

    2) Tahun terbit buku, didahulukan tahun yang lebih awal jika buku dikarang oleh

    penulis yang sama.

    3) Judul buku, dimiringkan tulisannya atau digaris bawahi.

    4) Data publikasi, penerbit, dan tempat terbit.

    5) DAFTAR PUSTAKA ditulis dengan huruf kapital semua dan menempati posisi

    paling atas pada halaman yang terpisah.

    Contoh penulisan daftar pustaka buku sebagai referensi:

    Ismail, Taufiq. 1993. Tirani dan Benteng. Jakarta: Yayasan Ananda.

    Mulya, Hamdani. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Lhokseumawe:

    STAIN Malikussaleh.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    21/38

    Namun, jika bahan rujukan atau acuan dalam daftar pustaka yang bersumber dari

    internet ditulis sesuai dengan aturannya tersendiri berdasarkan pendapat

    Alamsyah (2008:119) sebagai berikut:

    B. Rujukan dari Internet Berupa Artikel dari Jurnal

    Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti oleh tahun, judul

    karya (dicetak miring) dengan diberikan keterangan dalam kurung (Online),

    volume dan nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai

    dengan keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.

    Contoh:

    Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal

    Ilmu Pendidikan, (Online), jilid 5, No 4, (http://www.malang.ac.id, diakses 20

    Januari 2000).

    C. Rujukan dari Internet Berupa E-mail Pribadi

    Nama pengirim (jika ada) disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mailpengirim), diikuti oleh tanggal, bulan, tahun, topik isi bahan (dicetak miring),

    nama yang dikirimi disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang

    dikirim).

    Contoh: 1

    Davis, A. (a.davis @uwts.edu.au). 10 Juni 1996. Learning to Use Web Authoring

    Tolls. Email kepada Alison Hunter (huntera @usq.edu.au).

    Contoh: 2

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    22/38

    Mulya, Hamdani. (mulyahamdani @yahoo.com). 15 Oktober 2009. Teknik Menulis

    Karya Ilmiah. Email kepada Redaktur Majalah Santunan Jadid (redaksisantunan

    @gmail.com).

    2.12 Contoh Format Umum Karya Ilmiah

    Dalam tulisan ini disajikan contoh format umum skripsi mahasiswa Bahasa dan

    Sastra Indonesia. Format karya ilmiah lazim juga disebut sebagai kerangka karya

    ilmiah.

    KATA PENGANTAR

    ABSTRAK

    DAFTAR ISI

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    1.2 Masalah

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.4 Sumber Data

    1.5 Hipotesis

    1.6 Manfaat Penelitian

    1.7 Pentingnya Penelitian

    1.8 Metode Penelitian

    1.9 Teknik Penelitian

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    23/38

    BAB II LANDASAN TEORITIS

    2.1 Pengertian Cerpen

    2.2 Pengertian Metafora Menurut Para Ahli

    2.3 Metafora dalam Cerpen

    2.4 Tipe Pelimpahan Metafora dalam Cerpen

    2.5 Metafora sebagai Simbolis dalam Cerpen

    2.6 Metafora sebagai Sarana Penceritaan dalam cerpen

    2.7 Metafora sebagai Gaya dan Nada

    2.8 Metafora sebagai Penggambaran Watak Tokoh

    BAB III ANALISIS METAFORA DALAM CERPEN KARYA TAUFIQ ISMAIL

    3.1 Pengolahan dan Analisis Data

    BAB IV PENUTUP

    4.1 Simpulan

    4.2 Saran-Saran

    DAFTAR PUSTAKA

    TABEL

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    BIOGRAFI PENULIS

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    24/38

    Latihan dan Tugas

    1. Sebutkanlah ciri-ciri karya ilmiah yang anda ketahui !

    2. Sebutkan prinsip-prinsip penulisan karya ilmiah yang baik !

    3. Bahasa Indonesia yang bagaimakah digunakan dalam penulisan karya ilmiah !

    4. Apa syarat-syarat tema karya ilmiah yang baik ?

    5. Sebutkan aturan-aturan penulisan daftar pustaka dalam karya ilmiah beserta

    contohnya !

    BAB III

    BUNGA RAMPAI BAHASA INDONESIA

    AMBIGUITAS, KALIMAT EFEKTIF

    DAN PESONA KEBAHASAAN

    Oleh Hamdani, S.Pd.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    25/38

    Preman Bahasa /telah menghilangkan pesona/ citra kebahasaan/ bahasa

    Indonesia yang selama ini kita banggakan/ telah luntur terkoyak/ Mereka adalah

    preman bahasa; gaul, prokem, elite/ Pudarlah nasionalis bahasa bangsa. Puisi :

    Hamdani Mulya, 1 Januari 2009. (Puisi ini dipublikasikan di web :

    http://gemasastrin.wordpres.com ).

    Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di dunia pendidikan. Demikian

    antara lain fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Namun, dalam realitas

    keseharian dalam berbudaya berbahasa, pengguna bahasa sering kali

    mengabaikan aturan-aturan kebahasaan seperti ejaan. Bahkan problema seperti

    itu dilakukan oleh kaum intelektual. Dalam pemakaian ejaan sering kita

    menemukan pemakaian huruf kapital yang kurang tepat. Misalnya penulisan

    nama dosen dan gelar pada absensi, dalam makalah atau lembaran pengesahan

    skripsi yang disusun oleh mahasiswa sering ditulis dengan huruf kapital semua.

    Contoh: DRS. MUKHLIS A. HAMID, M.S. Padahal penggunaan huruf kapital

    semacam itu suatu yang bertentangan dengan Pedoman Umum Bahasa Indonesia

    Yang Disempurnakan (EYD), pada tahun 1972.

    Sebenarnya cara penulisan ejaan yang benar nama dan gelar pada contoh di atas

    adalah Drs. Mukhlis A. Hamid, M.S. Untuk lebih jelas silahkan anda baca lagi EYD

    terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) sebagai tugas

    pribadi anda. Menarik bukan ? Bukankah anda seorang penulis buku, peneliti,

    dosen, guru, insan pers, mahasiswa, atau minimal anda masyarakat pemakai

    bahasa Indonesia. Karena santunnya suatu bahasa mencerminkan luhurnya budi

    pengguna bahasa suatu bangsa. Indah sekali bukan?

    EYD didalamnya mengulas bagaimana penggunaan aturan kebahasan secara

    cermat dan rapi mengenai: huruf kapital, huruf miring, tanda baca, dan

    peristilahan. Masih banyak kesalahan lain yang sering kita temukan dalam

    penulisan huruf kapital seperti pada penulisan nama jenis makanan, misalnya

    pada penulisan kata pisang ambon dan asam jawa. Pemakai bahasa sering

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    26/38

    terkecoh dengan aturan penulisan huruf kapital pada nama suku dan bangsa.

    Sering menyamakan dengan penulisan suku Ambon dan suku Jawa.

    Hal itu mengingatkan kita bahwa pada penulisan kata pisang ambon dan asam

    jawa tidak menggunakan huruf kapital, karena bukan nama suku dan bangsa.Melainkan nama jenis makanan atau buah-buahan. Demikian juga jika kita hendak

    menulis nama geografis seperti dalam kalimat berikut:

    Kapal besar itu akan berlayar ke samudera luas.

    Samudera luas ditulis dengan huruf kecil, karena samudera luas bukan nama

    geografis. Namun, jika kalimat tersebut diubah menjadi:

    Kapal besar itu akan berlayar ke Samudera Hindia.

    Maka Samudera Hindia pada setiap awal kata ditulis dengan huruf kapital, karena

    merupakan nama geografis.

    Dari segi lain kesalahan berbahasa Indonesia juga kita dapatkan dalam pemakaian

    bahasa yang ambiguitas. Artinya bahasa yang bermakna ganda sehingga

    membingungkan pembaca karena multi tafsir. Ambigu tidak sama dengan

    konotasi atau makna sampingan. Lazim disebut dengan makna kias, karena makna

    kias lebih menyarankan pada pengertian bahasa figuratif atau gaya bahasa.

    Walaupun demikian, ambiguitas dan konotasi keduanya dilarang keras

    pemakaiannya dalam bahasa karya ilmiah. Ambiguitas dan konotasi hanya

    dibolehkan pemakaiannya dalam karya sastra seperti novel, cerpen, dan puisi.

    Kadang-kadang juga digunakan dalam bahasa jurnalis dan feature untuk menarik

    perhatian dan membuat pembaca penasaran.

    Contoh kalimat ambigu antara lain: Kucing makan tikus mati.

    Dalam kalimat tersebut siapa yang mati ? Tikus atau kucing?

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    27/38

    Kita dapat memperbaiki kalimat tersebut dengan memberikan tanda koma (,)

    pada posisi berikut: a) Kucing, makan tikus mati. Kalimat tersebut berarti seekor

    kucing yang makan tikus sudah mati, b) Kucing makan, tikus mati. Berarti kucing

    dan tikus tidak saling berinteraksi, tetapi bersifat individualistis, c) Kucing makan

    tikus, mati. Berarti seekor kucing setelah makan tikus, kucing ini mati. Disebabkan

    oleh asumsi bahwa tikus mati, yang dimakan oleh kucing sebelum mati kucing,

    telah memakan racun berbahaya.

    Masih banyak contoh lain kalimat ambigu yang menjadi tugas pribadi anda di

    rumah untuk memperbaikinya. Sebagai Pekerjaan Rumah (PR) silahkan anda baca

    buku Komposisi: Mengolah Gagasan Menjadi Karangan karya Walija (1996) atau

    baca Menulis Ilmiah karya Azwardi, S.Pd., M.Hum (2008).

    Ambigu adalah salah satu ciri dari kalimat yang tidak efektif. Kalimat efektif

    merupakan suatu kalimat yang mampu menyampaikan pesan secara akurat dan

    mampu juga diterima dengan akurat oleh pembaca atau pendengar. Apabila yang

    di sampaikan X oleh pembicara dan penulis maka yang diterima juga X oleh

    pendengar dan pembaca. Tidak kurang dan tidak lebih (Walija, 1996:33). Sebagai

    seorang orator ulung dan penulis handal kita harus mampu memahi dan

    menggunakan kalimat efektif secara cermat. Ciri-ciri kalimat efektif selanjutnya

    adalah sebagai berikut: a) memilih kata (diksi, bahasa Inggris: diction) dan istilah

    yang tepat, b) menggunakan ejaan secara cermat, c) penghematan kata dan tidak

    menggunakan kata secara mubazir.

    Contoh kalimat mubazir: Banyak sekali surat-surat masuk ke kantor redaksi.

    Kalimat tersebut lebih efektif jika ditulis Banyak surat masuk ke kantor redaksi, d)

    menggunakan kata yang segar dan bervariasi. Jangan menggunakan kata-kata

    yang kusam dan bertele-tele serta membosankan, e) menyelaraskan dengankalimat-kalimat lain atau disebut juga dengan dinamis dan koheren.

    Dalam bahasa keseharian kita juga mendengar pemakaian bahasa yang tidak

    efektif pada acara seminar, orasi ilmiah, dan ceramah. Misalnya: (1) Kepada Bapak

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    28/38

    tempat dan waktu kami persilahkan dengan segala hormat. Dalam kalimat ini

    yang dipersilahkan untuk berceramah adalah tempat seperti meja dan kursi, (2)

    Untuk mempersingkat waktu acara kami lanjutkan. Yang seharusnya, Untuk

    menghemat waktu acara kami lanjutkan, dan (3) Hari Ulang Tahun Republik

    Indonesia ke-63 . Penulisan yang benar adalah Hari Ulang Tahun ke-63 Republik

    Indonesia. Karena ke-63 dalam kalimat tersebut menunjukan jumlah tahun atau

    hari, bukan jumlah negara atau seri. Boleh kita menggunakan jumlah di akhir, jika

    kalimat itu menunjukkan seri. Contoh: Pesawat Seulawah Agam RI-01 dan

    Pesawat Seulawah Dara RI-02. Kemudian dilanjutkan dengan Pesawat Garuda RI-

    03.

    Demikian banyak problema kesalahan dalam berbahasa Indonesia. Ketika penulis

    megasuh mata kuliah Bahasa Indonesia di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

    (STAIN) Malikussaleh Lhokseumawe, Politeknik Negeri Lhokseumawe, dan

    Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe, beberapa mahasiswa bertanya.

    Kenapa kesalahan-kesalahan berbahasa seperti di atas sering terjadi berulang-

    ulang. Telah menjadi budayakah kesalahan seperti itu di negeri ini? Penulis hanya

    bisa menjawab karena tidak ada sangsi hukum bagi pelanggar aturan kebahasaan.

    Kita istilahkan saja tidak ada undang-undang dan sangsi hukum bagi premanbahasa. Bahasa Indonesia juga memiliki corak dan ragam yaitu: daerah

    (logat/dialeg), sosioleg, fungsioleg, ragam lisan dan tulis, ragam baku dan tidak

    baku (Yamilah dan Samsoerizal, 1994:10). Kemudian juga dibenarkan oleh

    mahasiswa tentang membudidayakan kesalahan lama. Dengan jawaban sejak

    dulu para dosen juga menulis begitu, bernuansa keliru dan salah. Mahasiswa juga

    ikut dosen, misalnya pada kasus penulisan nama dan gelar di absensi, pada

    lembaran pengesahan, dan pada surat-surat resmi.

    Kesalahan bahasa ditambah lagi oleh Preman Bahasa dengan menerbitkan

    kamus bahasa prokem alias bahasa gaul. Agar lebih kronis bahasa terus dirusak

    oleh pengguna Hand Phone (HP) dengan bahasa layanan SMS yang multi tafsir.

    Untuk selanjutnya kalangan artis menganggap bahasa Indonesia yang baik dan

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    29/38

    benar terlalu kaku digunakan saat berbicara di depan publik. Lahirlah bahasa

    Indonesia bernuansa ala artis. Memperbaiki bahasa Indonesia bukan hanya tugas

    ahli bahasa, tetapi tugas kita semua pengguna bahasa Indonesia. Pesona bahasa

    kali ini membuat pandangan kita kabur dan merasa prihatin, karena banyak

    bahasa yang telah di rusak oleh kaum kita sendiri. Begitu juga dengan

    penggunaan bahasa gado-gado campur bahasa. Seperti RCTI Okey: Indonesia-

    Inggris dan SCTV Ngetop: Indonesia-Jawa-Inggris. Selamat berkarya semoga

    harapan berubah menjadi kenyataan.

    (Hamdani, S.Pd. adalah Guru MAN Lhokseumawe dan Jurnalis di Beberapa Surat

    Kabar).

    SENI BERBICARA

    DENGAN BAHASA YANG SANTUN

    Oleh Hamdani, S.Pd.

    (Majalah Fakta, Februari 2009)

    Dalam hidup bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak terlepas

    dari berbagai problema. Telah menjadi kodrat manusia yang selalu dihinggapi

    oleh masalah. Namun, manusia sebagai hayawan natiq (bahasa Arab): hewan

    yang memiliki daya pikir. Tentu ingin bebas dari bermacam persoalan. Seperti

    persoalan karir yang gagal, keharmonisan dalam lingkungan kerja, maupun

    masalah yang kita hadapi dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Masalah

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    30/38

    yang menggerogoti kita sering membuat kita jenuh dan berputus asa.

    Kekecewaan membuat manusia stres karena frustasi. Sebagian orang kadang kala

    mengungkapkannya dengan kata-kata yang tidak santun. Bahasa dijadikan

    sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa ketidakpuasannya.

    Sebagai contoh Pak Hananan (bukan nama sebenarnya) setelah di Putuskan

    Hubungan Kerja (PHK) 2 tahun yang lalu, karena ada pengurangan karyawan di

    sebuah perusahaan. Lalu mendirikan usaha perdagangan tekstil, tetapi mengalami

    kebangkrutan dan terpaksa gulung tikar. Kemudian dengan tidak putus asa Pak

    Hananan membuka usaha warung nasi, namun tidak laris juga. Hanya mencukupi

    kebutuhan hidup keluarga secara pas-pasan. Pak Hananan semakin frustasi, di

    tambah dengan permintaan isteri yang sering ikut trend model tidak dapat

    dikabulkannya. Bahkan istrinya sering membandingkan penghasilannya dengan

    penghasilan suami tetangganya yang legeslatif, tentu memiliki gaji puluhan juta.

    Lama kelamaan Pak Hananan semakin frustasi. Akhirnya Pak Hananan menjadi

    seorang laki-laki yang beringas, seram, dan suka memaki dengan kata-kata kotor

    dan sering berantam dengan isterinya.

    Dari ilustrasi cerita di atas mengingatkan kita bahwa banyak persoalan yang di

    hadapi oleh seseorang yang akhirnya bahasa dijadikan pelampiasan. Tidak

    demikian bagi kita manusia yang sabar, berakhlak, dan santun berbahasa.

    Berikut ini ada beberapa kiat seni bertengkar. Jika anda ingin bertengkar dengan

    istri atau suami, dengan atasan, dengan kawan sejawat, atau dengan siapapun.

    Maka yang pertama anda sepakati adalah ajaklah lawan bertengkar anda dengan

    bahasa yang santun. Seperti debat ilmiah, orasi mahasiswa dengan tidak

    menghujat oknum tertentu, debat kandidat partai politik, dll. Semua itu pastikan

    anda lakukan dengan bahasa yang sopan, tidak menyinggung perasaan orang lain.

    Buat suatu kejutan agar lawan bertengkar anda tertawa. Dengan gaya kocak.

    Pertengkaranpun akan berhenti dengan sendirinya.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    31/38

    Jika dalam sebuah bus yang berdesak-desakan seseorang menginjak kaki anda.

    Lalu anda boleh menegurnya dengan bahasa yang santun. Maaf mas kaki saya

    terinjak. Insya Allah pertengkaran tidak akan terjadi. Tetapi jika anda memaki

    dengan kalimat: Dasar keparat kakiku kau injak!, kita khawatir jika beberapa

    detik lagi akan terjadi adu tinju ala ring bus antara pemaki dengan penginjak

    kaki. Biarkan anda menjadi manusia yang toleransi. Selain mendapat pahala kita

    juga akan menjadi manusia bijak dan luhur.

    Demikian juga jika kita mengalami masalah dengan istri jangan pernah memarahi

    istri anda. Berilah siraman rohani yang menyentuh perasaan. Bila sebagai atasan

    janganlah meremehkan bawahan. Berikan dukungan demi kemajuan karir

    bawahan. Kalau ada masalah nasihati dengan kalimat yang luhur. Berikan senyum

    dan pujian atau gunakan bahasa kias (majas ironi).

    Ironi adalah bahasa kias yang menyatakan sesuatu secara kebalikan atau disebut

    juga dengan sindiran halus. Sehingga membuat seseorang memutar haluan.

    Misalnya: bagus sekali baju anda seperti baju artis. Padahal kita tidak menyenangi

    pakaian seperti artis yang mengumbar aurat, karena bertentangan dengan ajaranagama Islam.

    Contoh lain: cepat sekali anda datang ke kantor hari ini sudah jam 10 WIB. Kalimat

    itu digunakan untuk menegur karyawan atau PNS yang terlambat masuk kantor.

    Ironis bukan?

    (Hamdani, S.Pd. adalah Dosen STAIN Malikussaleh dan Guru MAN Lhokseumawe,

    Peneliti bahasa dan Sastra).

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    32/38

    SMS RUSAK CITRA

    BAHASA INDONESIA

    Oleh Hamdani, S.Pd.

    ( http://forumpenulisaceh.blogspot.com, September 2009 )

    Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di dunia pendidikan. Demikian

    antara lain fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Namun, dalam realitas

    keseharian dalam berbudaya berbahasa. Pengguna bahasa sering kali

    mengabaikan aturan-aturan kebahasaan seperti ejaan. Bahkan problema seperti

    itu dilakukan oleh kaum intelektual. Dalam pemakaian ejaan sering kita

    menemukan pemakaian huruf kapital yang kurang tepat.

    Misalnya penulisan nama dosen dan gelar pada absensi, dalam makalah atau

    lembaran pengesahan skripsi yang disusun oleh mahasiswa sering ditulis dengan

    huruf kapital semua. Contoh: DRS. MUKHLIS A. HAMID, M.S. Padahal penggunaanhuruf kapital semacam itu suatu yang bertentangan dengan Pedoman Umum

    Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD), pada tahun 1972. Maka cara

    penulisan yang benar nama dan gelar pada contoh di atas adalah Drs. Mukhlis A.

    Hamid, M.S. Untuk lebih jelas silahkan anda baca lagi EYD terbitan Departemen

    Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) sebagai tugas pribadi anda.

    Bukankah anda seorang penulis buku, peneliti, dosen, guru, insan pers,

    mahasiswa, atau minimal anda masyarakat pemakai bahasa Indonesia. Karena

    santunnya suatu bahasa mencerminkan luhurnya budi pengguna bahasa suatu

    bangsa. Indah sekali bukan? Selain itu kesalahan fatal yang dapat merusak citra

    bahasa Indonesia adalah pada penulisan bahasa layanan SMS via HP.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    33/38

    Kesalahan berbahasa Indonesia kita dapatkan dalam pemakaian bahasa yang

    ambiguitas, sering kita temukan pada penggunaan bahasa layanan SMS.

    Ambiguitas artinya bahasa yang bermakna ganda, yang dapat membingungkanpembaca karena multi tafsir. Seperti bahasa yang sering digunakan oleh pengguna

    Hand Phone (HP) ketika menulis SMS.

    Ambigu tidak sama dengan konotasi atau makna sampingan. Lazim disebut

    dengan makna kias, karena makna kias lebih menyarankan pada pengertian

    bahasa figuratif atau gaya bahasa. Walaupun demikian, ambiguitas dan konotasi

    keduanya dilarang keras pemakaiannya dalam bahasa karya ilmiah. Sedangkan

    bahasa yang bermakna konotasi hanya dibolehkan pemakaiannya dalam karya

    sastra seperti novel, cerpen, dan puisi. Kadang-kadang juga digunakan dalam

    bahasa jurnalis dan feature untuk menarik perhatian dan membuat pembaca

    penasaran.

    Contoh kalimat ambigu antara lain: Kucing makan tikus mati. Dalam kalimat

    itersebut siapa yang mati ? Tikus atau kucing? Kita dapat memperbaikinya dengan

    memberikan tanda koma (,) pada posisi berikut: a) Kucing, makan tikus mati.Kalimat tersebut berarti ada seekor kucing yang makan tikus sudah mati, b)

    Kucing makan, tikus mati. Berarti kucing dan tikus tidak saling berinteraksi, tetapi

    bersifat individualistis, c) Kucing makan tikus, mati. Berarti seekor kucing setelah

    makan tikus, kucing ini mati. Disebabkan oleh asumsi bahwa tikus mati yang

    dimakan oleh kucing, sebelum mati kucing telah memakan racun berbahaya.

    SMS adalah singkatan dari bahasa Inggris: Short Message Service. Dalam bahasaIndonesia disebut Layanan Pesan Singkat, dan sebagian orang menafsirkan

    sebagai Surat Menyurat Singkat (SMS) melalui HP. Memang demikianlah awal

    kemunculannya SMS hanya ada diprogram HP. Sekarang SMS juga dapat diakses

    melalui internet pada program email. Banyak memang keuntungan dari SMS ini,

    antara lain menghemat pulsa, dan pesan lewat SMS dapat diterima dan dikirim di

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    34/38

    manapun dan kapan saja, karena HP dapat dibawa kemana saja dan dapat

    dimasukkan ke kantung atau saku pakaian. Jadi pemakaian HP lebih efisien dan

    praktis. Selain itu SMS juga lebih menjaga rahasia percakapan di depan umum,

    karena tidak bersuara seperti bicara langsung. Dalam konteks wacana teknologi

    seluler dan ekonomi, SMS via HP sangat menguntungkan.

    Namun, jika SMS dikaitkan dengan wacana kebahasaan ternyata bahasa SMS

    telah merusak citra bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa SMS telah

    melanggar kaidah penulisan yang tercantum dalam Bahasa Indonesia Yang

    Disempurnakan (EYD) dan Tata Bahasa Baku. Bahkan bahasa SMS sangat banyak

    ragamnya sehingga semakin memperparah kerusakan bahasa Indonesia. Padahal

    bangsa Indonesia sedang menggalakkan pemberantasan tuna aksara (buta huruf).

    Atas keprihatinan penulis terhadap problema bahasa di atas, maka penulis

    melakukan penelitian terhadap beberapa SMS yang terdapat dalam HP beberapa

    orang kawan yang terlebih dulu penulis minta izin. Selain itu penulis juga meneliti

    bahasa SMS di beberapa surat kabar lokal terbitan Aceh di rubrik Suara

    Masyarakat Susah (Pro Haba, 2009) dan di rubrik Aspirasi (Metro Aceh/Rakyat

    Aceh, 2009-2010).

    Dari hasil survei yang penulis lakukan tersebut membuktikan bahwa sangat

    banyak pengguna bahasa SMS yang dapat dikatagorikan buta huruf. Walaupun

    penggunaan bahasa semacam itu disengaja oleh orang yang tidak buta huruf.

    Kenapa disebut buta huruf, karena dalam penulisan bahasa SMS banyak huruf

    yang tinggal, kalimat tidak efektif, dan sebagian pengguna HP memang benar-

    benar buta huruf. Namun, karena telah memakai HP sedikitnya telah berusaha

    untuk belajar menulis. Sebaiknya bagi orang yang mahir menulis gunakanlahbahasa Indonesia yang baik dan benar. Demi pengembangan bahasa Indonesia

    sebagai bahasa negara yang kita banggakan.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    35/38

    Berikut beberapa contoh bahasa SMS yang dikutip seperlunya di rubrik Aspirasi

    Metro Aceh (10 Desember 2010).

    SMS 1.

    Hai metro nm aq Dewi, aq 9e cri kwn ne. kriteria@, tinggi, maniez, baek,

    pn9rtian, n uda kerja, kuliah uga bleh. Oy umr dwi 21, n mci kuliah

    Pengirim : 085365XXXXXX

    SMS 2.

    Ass. Metro o ya perknlkan nm aq Nabila umrku 18 thn ? Aq krng pingn cri kwn

    ? Aq orng@ manis ? Tinggi ? Aq tinggl di daerah X

    Pengirim : 085260XXXXX

    SMS 3.

    Ass metrO,,, nma sya Rida sya t9l d kota X, umur sya 17 thun. sya mw cri tmen

    y6 bsa prhtian n y6 bsa mn9hbvr sya d saat sya sdih mwpun senang

    Pengirim : 085260XXXXXX

    SMS 4.

    Assalamualaikum. Kepada Dirut PT PLN Cabang X, jangan tarif saja yangdisesuaikan dan denda yang ditepat waktukan. Tapi pelayanan belum juga ada

    perbaikn sampai sekarang. Masih juga sering terjadi mati lampu berjam-jam.

    Pengirim : 081990XXXXX

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    36/38

    Dari ke-4 contoh SMS di atas membuktikan bahwa bahasa SMS itu banyak

    ragamnya dan merupakan corak yang sangat tidak baku. Pada bahasa SMS contoh

    no. 1, 2, dan 3 di atas merupakan bahasa yang sangat di bawah standar bahasa

    Indonesia yang baik dan benar. Jika diberi bobot nilai hanya mendapat nilai 3.

    Bahasa semacam itu biasanya merupakan bahasa tingkat anak SD kelas 2. Dalam

    penulisan bahasa tersebut banyak huruf yang tinggal dan sangat jauh dari syarat

    sebuah kalimat efektif yang mungkin juga membuat sebuah kalimat jadi ambigu.

    Ambigu adalah salah satu ciri dari kalimat yang tidak efektif.

    Kalimat efektif merupakan suatu kalimat yang mampu menyampaikan pesan

    secara akurat dan mampu juga diterima dengan akurat oleh pendengar dan

    pembaca. Apabila yang di sampaikan X oleh pembicara dan penulis maka yang

    diterima juga X oleh pendengar dan pembaca. Tidak kurang dan tidak lebih

    (Walija, 1996:33). Sebagai seorang orator ulung dan penulis handal kita harus

    mampu memahi dan menggunakan kalimat efektif secara cermat.

    Ciri-ciri kalimat efektif selanjutnya adalah sebagai berikut: a) memilih kata (diksi

    bahasa Inggris: diction) dan istilah yang tepat, b) menggunakan ejaan secaracermat, c) penghematan kata dan tidak menggunakan kata secara mubazir.

    Contoh kalimat mubazir: Banyak sekali surat-surat masuk ke kantor redaksi. Lebih

    efektif jika ditulis: Banyak surat masuk ke kantor redaksi, d) menggunakan kata

    yang segar dan bervariasi. Jangan menggunakan kata-kata yang kusam dan

    bertele-tele dan membosankan, e) menyelaraskan dengan kalimat-kalimat lain

    atau disebut juga dengan dinamis dan koheren.

    Sedangkan SMS no. 4 sudah termasuk dalam kalimat yang lumayan standar,

    tetapi pengirim SMS tidak peduli terhadap aturan penggunaan tanda baca yang

    benar. Seperti tanda titik, koma, dan huruf kapital yang terkumpul dalam Ejaan

    Yang Disempurnakan (EYD). Aturan kebahasaan telah diabaikan dan di luar

    kepedulian pengguna SMS tersebut.

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    37/38

    Memang semua orang faham termasuk penulis dan pembaca bahwa layar

    monitor HP itu sempit dan kecil. Jika pengguna HP mengetik SMS sesuai kaidah

    Tata Bahasa Indonesia Baku pasti kalimatnya tidak muat semua. Namun, jika andamenulis SMS gunakanlah kalimat yang lengkap dan standar. Jangan terlalu

    menyingkat sehingga membingungkan pembaca. Betapa banyak orang kehilangan

    pekerjaan, karena dipecat oleh kepala kantor yang disebabkan oleh SMS yang

    bermakna ganda dan dianggap melecehkan atasan. Beberapa orang juga putus

    cinta dan bertengkar dengan isterinya, karena salah menulis SMS sehingga

    bermakna ganda. Selain itu, ada juga pengirim SMS yang dipengadilankan, karena

    dianggap SMS yang bermakna ambigu merupakan pencemaran nama baik

    seseorang.

    Di akhir tulisan ini penulis mengajak semua pengguna bahasa Indonesia untuk

    menulis SMS yang standar. Walaupun tidak terlalu baku, minimal tulislah dengan

    kalimat yang lengkap dan tidak terlalu menyingkat. Demi pengembangan dan

    pemeliharaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

    LATIHAN DAN TUGAS

    Soal-soal

    Tugas Pribadi

    1. Analisislah penggunaan tanda baca dan huruf kapital dalam wacana yang

    berjudul Seni Berbicara dengan Bahasa yang Santun!

    2. Seni Berbicara dengan Bahasa yang Santun termasuk jenis wacana apa ?

    deskripsi, narasi, argumentasi, persuasi, atau eksposisi ?, berikan tanggapan anda

    !

  • 8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi

    38/38

    3. Carilah ide pokok setiap paragraf dalam wacana yang berjudul Ambiguitas,

    Kalimat Efektif, dan Pesona Kebahasaan !

    4. Setujukah anda dengan opini-opini yang dituangkan oleh penulis dalam

    karangan SMS Rusak Citra Bahasa Indonesia ?. Apa tanggapan anda ?

    5. Carilah kalimat fakta dan opini yang terdapat dalam wacana SMS Rusak Citra

    Bahasa Indonesia !

    6. Bagaimanakah yang dimaksud dengan kalimat efektif ?, dan sebutkan ciri-ciri

    kalimat efektif tersebut !

    7. Apakah yang dimaksud dengan karya ilmiah ?, berikan ulasan anda mengenai

    pokok-pokok penulisan karya ilmiah yang baik !

    8. Apa tujuan dan manfaat mempelajari Bahasa Indonesia sebagai salah satu

    pelajaran di sekolah ?

    9. Tulislah 5 contoh kata baku dan kata tidak baku !

    10. Bacalah sebanyak-banyaknya buku tentang Bahasa Indonesia dan bacalah

    buku-buku yang tercantum dalam daftar pustaka atau referensi !