modul farmako cardio praktikan

Upload: muhammad-sidiq

Post on 07-Jul-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    1/26

     

    I.  HIPERTENSI

    Klasifikasi Menurut JNC VII

    Kategori  Sistolik (mmHg)  Diastolik (mmHg) 

    Normal  < 120 dan < 80

    Prehipertensi  120-139  atau 80-89 

    Hipertensi derajat 1 140-159  atau 90-99 

    Hipertensi derajat 2  ≥ 160  atau ≥ 100 

    Rekomendasi 1

      Pada populasi umum usia ≥60 tahun   Terapi farmakologis dimulai : sistolik ≥150 mm Hg atau diastolik ≥90 mm Hg  Target TD : sistolik

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    2/26

    Rekomendasi 5

      Pada populasi usia ≥18 tahun disertai diabetes   Terapi farmakologis dimulai : sistolik ≥140 mm Hg atau diastolik ≥90 mm Hg  Target TD : sistolik

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    3/26

     

    Tambahkan obat kelas 4 (ex: Betablocker, aldosterone atau rujuk pada dokter yang ahli

    dalam mana emen Hi ertensi

    Dewasa ≥18 tahun, diawali perubahanlifest le

    Usia

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    4/26

    A. Diuretik  

    Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air, dan klorida

    sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya

    terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Diuretik mempunyai 5

    golongan, golongan tiazid, diuretik kuat, diuretik hemat kalium, carbonic

    anhidrase inhibitor, dan diuretik osmotik. Penjelasan lebih mengenai 5

    golongan ini akan dipelajari pada blok NU. Berikut akan dibahas golongan-

    golongan dari diuretik yang digunakan pada terapi antihipertensi :

    1.  Tiazid

    a.  Mekanisme kerja

    Menghambat transport NaCl di tubulus distal ginjal

     meningkatkan

    ekskresi Na dan Cl   meningkatkan eksresi air   Volume darah

    menurun

     Cardiac Output menurun

     Tekanan Darah turun

     b.  Indikasi

    Sampai sekarang masih digunakan sebagai terapi utama dalam

     pengobatan hipertensi.

    c. 

    ESO

    -  Hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia, hiperkalsemia

    Hambat ekskresi asam urat

    -  Serangan gout akut (pada pasien hiperurisemia)

    Meningkatkan LDL dan trigliserida

    -  Hiperglikemi (pada DM)

    -  Gangguan fungsi seksual

    d. 

    Dosis dan contoh obat

    Obat  Dosis (mg)  Pemberian  Sediaan (mg) 

    CT  12.5-25  1dd  25, 50 

    lortalidon  12.5-25  1dd  50 

    ndapamid  1.25-2.5  1dd  2.5 

    endroflumetiazid  2.5-5  1dd  5 

    etolazon  2.5-5  1dd  2.5, 5, 10 

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    5/26

    2.  Diuretik kuat

    a.  Mekanisme kerja

    Bekerja di di ansa henle asenden  bagian epitel yang tebal dengan

    menghambat kotranspor Na, K, Cl dan hambat reabsorbsi air dan

    elektrolit.

     b. 

    Indikasi

    Hanya diperlukan pada hipertensi berat, adanya gangguan fungsi

    ginjal dan payah jantung.

    c.  ESO

    Hampir sama dengan tiazid, kecuali diuretik kuat menimbulkan

    hiperkalsiuria dan menurunkan kadar kalsium darah.

    d.  Dosis dan contoh obat

    Obat  Dosis (mg)  Pemberian  Sediaan 

    Furosemid  20-80 2-3 dd 

    Tab 40 mg, amp 20 mg 

    Torsemid  2.5-10  1-2 dd

    Tab 5 mg, 10, 20, 100 mg, amp 10

    mg/ml 

    Bumetanid  0.5-4  2-3 dd

    Tab 0.5 mg, 1 mg, 2 mg 

    As.etakrinat   25-100  2-3dd Tab 25 dan 50 mg  

    3. 

    Diuretik Hemat Kalium

    a.  Mekanisme kerja

    Hambat reabsorbsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan

    antagonis kompetitif (spironolakton) atau secara langsung (triamteren

    dan amilorid) di hilir tubuli distal  dan duktus koligentes daerah

    korteks.

     b.  Indikasi

    Digunakan kombinasi dengan diuretik lain untuk mencegah

    hipokalemia

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    6/26

    c.  ESO

    -  Ginekomastia

    -  Mastodinia

    -  Gangguan menstruasi

    -  Penurunan libido pada pria

    d. 

    Dosis dan contoh obat

    Obat  Dosis (mg)  Pemberian  Sediaan 

    Amilorid  5-10 mg  1-2 dd 

    Spironolakton   25-100 mg  1 dd 

    Tab 25 mg,100 mg 

    Triamteren  25-300 mg  1 dd 

    Tab 50 mg,100 mg 

    Mekanisme dan Tempat Kerja Obat Diuretik : 

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    7/26

    B.  Simpatolitik

    1.  β-bloker

    a.  Mekanisme

    Menghambat reseptor beta adrenergik sehingga :

    -  Terjadi penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas

    miokard  menurunkan curah jantung

    Hambatan sekresi renin  penurunan produksi angiotensi II

    -  Menekan aktivitas saraf simpatis

     b.  Penggunaan

    Terutama pada pasien hipertensi dengan penyakit jantung koroner,

    aritmia supraventrikel dan angina pektoris.

    c.  Kontraindikasi

    -  Pasien asma

    -  PPOK

    -  Bradikardi

    Blokade AV derajat 2 dan 3

    -  Sick sinus syndrome

    Gagal jantung yang belum stabil

    -  DM

    d. 

    ESO

    -  Bronkospasme

    -  Bradikardi

    Menurunkan kekuatan kontraksi miokardium

    -  Hambatan nodus SA

    Efek sentral, seperti mimpi buruk, depresi, dan halusinasi

    -  Gangguan fungsi seksual

    Mengurangi gejala hipoglikemi

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    8/26

    e. Sediaan dan dosis

    Dosis awal  Dosis maks 

    Sediaan 

    Obat  (mg/hr)  (mg/hr) 

    1. Kardioselektif  

    a.  Atenolol  25  100  Tab 50 mg, 100 mg

    b. Metoprolol  50-100  200  Tab 50 mg, 100 mg

    2. Kardiononselektif  

    a.  Karvedilol  12.5  50  Tab 25 mg 

    b. Labetolol  100  300  Tab 100 mg 

    2.  α-blocker

    a.  Mekanisme kerja

    Antagonis reseptor α-1 di perifer  vasodilatasi arteri dan vena  

    menurunkan resistensi perifer

     b. 

    Penggunaan

    -  Cocok untuk pasien hipertensi dengan dislipidemia dan atau

    DM

    -  Digunakan untuk mengurangi hiperplasia prostat

    c.  ESO

    -  Hipertensi ortostatik pada pemberian dosis awal atau

     peningkatan dosis

    Sakit kepala

    -  Palpitasi

    Edema perifer

    -  Hidung tersumbat

    Mual

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    9/26

    d. Dosis dan sediaan

    Obat  Dosis awal  Dosis  Sediaan 

    (mg/hr)  maksimal 

    (mg/hr) 

    Prazosin  0.5  4  Tab 1 mg, 2 mg 

    Terazosin  1-2  4  Tab 1 mg, 2 mg 

    Bunazosin  1-5  3  Tab 0.5 mg, 1 mg 

    Doksazosin  1-2  4  Tab 1 mg, 2 mg 

    C. 

    Angiotensin Receptor B locker (ARB) 

    1.  Mekanisme kerja

    Menghambat reseptor angiontensin I (AT1) dan tipe II (AT2).

    Obat golongan ini tidak memiliki efek terhadap metabolism bradikinin

    dan memiliki potensi menghamat kerja angiotensin secara lebih

    menyeluruh. Penghambatan pada AT1  akan menyebabkan

     pengurangan vasokontriksi dan penurunan pengeluaran aldosteron dan

    ADH. Bioavailabilitas obat golongan ini secara umum sangat rendah

    90%

    - - l -

    l

     

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    10/26

     

    2.  ESO

    a.  Angioedema (insiden angioedema lebih kecil dibandingkan dengan

    ACE-inhibitor)

     b.  Hipotensi

    c. 

    Oliguria

    d.  Progressive azotemia

    e. 

    Acute renal failure

    3.  Contoh obat

    a. 

    Kandesartan tablet 4 mg, 8 mg, 16 mg

     b.  Losartan tablet 50mg

    c.  Eprosartan tablet 400mg

    d.  Irbesartan tablet 600mg

    D.  Angiotensin Converting Enzyme  – Inhibitor (ACE-I) 

    1. 

    Mekanisme kerja

    Menghambat converting enzyme yang menghidrolisisangiotensin I menjadi angiotensin II dan meningkatkan bradikinin 

    (vasodilator poten). Penghambat angiotensin II menurunkan tekanan

    darah terutama dengan mengurangi tahanan vaskuler perifer. Obat-obat

    ini tidak mengaktifkan reflex simpatis dan dapat digunakan dengan aman

    untuk penderita jantung iskemik.

    2.  Indikasi

    Hipertensi sedang atau berat, gagal jantung, infark miokard,

     penyakit ginjal kronik.

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    11/26

    3.  Kontraindikasi

    Wanita hamil trimester kedua dan ketiga, insufisiensi ginjal, syok  

    kardiogenik, hipotensi parah

    4.  ESO

    Paling sering adalah batuk dan angioedema.  Batuk terjadi karena

    adanya peningkatan reseptor proinflamasi, yakni bradikinin. ESO

    lainnya: hipotensi berat, gagal ginjal akut, hiperkalemia, dll.

    5. 

    Contoh obat

    Captopril, enalapril, lisinopril, benazepril, ramipril, dll

    Captopril : 2-3 kali sehari 6,25 mg - 12,5 mg 1 jam sebelum makan,

    sediaan tablet 12,5 mg , 25 mg, 50 mg

    Enalapril : 2 kali sehari 1,25 mg. Sediaan tablet 5 mg dan 10 mg

    Lisinopril : 1 kali sehari 2,5 mg. Sediaan tablet 5 , 10, dan 20 mg.

    Benazepril : 5 –  80 mg per hari

    Ramipril : 1,25-20 mg per hari (dosis tunggal atau terbagi)

    6.  Interaksi obat :

    a. 

    Suplemen kalium atau diuretic hemat kalium menyebabkan

    hiperkalemia.

     b. 

    Antiinflamasi non steroid menyebabkan mengganggu efek hipotensi.

    7.  Potensi obat

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    12/26

    E.  Calcium Channel Bloker (CCB)

    1.  Mekanisme kerja

    Obat golongan ini berikatan pada kanal Ca di sisi dalam membrane 

      menghambat Ca masuk ke dalam sel otot polos pembuluh darah atau

     jantung  relaksasi otot polos pembuluh darah  resistensi perifer

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    13/26

    4.  Contoh obat :

    a.  Hidralazin

    Menimbulkan efek relaksasi arteriol, tetapi vena tidak.

    Hidralazin digunakan sebagai terapi kombinasi untuk terapi

    hipertensi berat. 

    Indikasi : gagal jantung kongestif, penanganan kedaruratan

    hipertensi pada wanita hamil

    Kontraindikasi : digunakan dengan sangat hati-hati pada pasien

     berusia tua dan pasien hipertensi yang juga menderita penyakit

    arteri koroner karena kemungkinan dapat memicu iskemia

    miokardial akibat takikardia refleks.

     b.  Minoksidil

    Efek vasodilator arteriol dihasilkan oleh pembukaan kanal

    kalium pada membrane otot polos oleh metabolit aktifnya.

    Indikasi : hipertensi parah dan resisten terhadap obat

    c.   Natrium nitroprussid

    Vasodilator kuat yang diberikan secara parenteral  untuk

    hipertensi emergency dan gagal jantung berat. Nitroprussid

    dapat melebarkan pembuluh darah arteri dan vena  

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    14/26

    II.  GAGAL JANTUNG

    A.  Klasifikasi CHF menurut NYHA:

    I : telah terjadi disfungsi namun tidak ada tanda dan gejala meskipun

     beraktivitas

    II 

    : adanya tanda dan gejala ketika melakukan aktivitas moderate, ex:

    menaiki tangga

    III 

    : terdapat gangguan ketika melakukan aktivitas ringan sekalipun,

     berkurang ketika istirahat

    IV : istirahat total

    B.  Patofisiologi dan tempat kerja obat secara garis besar 

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    15/26

     

    Disease spesific treatment:

    -CHD: aspirin, beta-blocker,

    statin

    -HT: obat gol.II jika diperlukan

    ACEI

    Beta blocker

     Nonmedikamentosa:

    Perubahan gaya hidup

     NYHA class I

    Beta-Blocker***

    Spironolakton

    (classIII)

    +/- digoxin

    +/-antagonis reseptor

    angiotensin II

    membaikOedem

     NYHA class II-III

    Perubahan gaya hidup

    ACEI **Diuretic* + ACEI**

    ≠ Cairan berlebih

    farmakologiPencegaha serangan akut,

    ex: iskemik/infark

    +Beta-Blocker***

    *loop diuretic paling sering digunakan seperti furosemide, meskipun belum ada bukti

     bawa loop diuretic lebih efektif dan lebih aman ketimbang tiazid

    ** jika alergi terhadap ACEI gunakan antagonis reseptor angiotensin II

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    16/26

    Obat Gagal Jantung 

    ACE-I 

    Angiotensin Receptor Blocker  

    Diuretik  

    Obat Gagal Jantung 

    Beta Blocker  

    Digitalis 

    Antagonis Aldosteron 

    A.  ACE-I

    a. Mekanisme Kerja

    Secara klinis, bila digunakan untuk pasien gagal jantung maka

    ACEI akan bekerja dengan (Klabunde, 2010):

    1) 

    Mengurangi afterload, yang meningkatkan stroke volume ventrikel

    dan meningkatkan fraksi ejeksi.

    2) Mengurangi preload, yang menurunkan kongesti paru dan sistemik

    dan mengurangi edema.

    3) 

    Menurunkan aktivasi simpatik, yang telah terbukti merugikan pada

    gagal jantung.

    4) Meningkatkan rasio suplai oksigen dengan permintaan dengan

    menurunkan permintaan melalui pengurangan afterload dan

     preload.

    5) 

    Mencegah angiotensin II dari memicu remodeling   jantung yang

    merugikan.

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    17/26

    B.  Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

    a. Mekanisme Kerja

    ARB merupakan antagonis reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1)

    reseptor pada pembuluh darah dan jaringan lainnya seperti jantung.

    Reseptor ini digabungkan ke Gq - protein dan sinyal IP3 jalur

    transduksi yang merangsang kontraksi otot polos pembuluh darah.

    Karena ARB tidak menghambat ACE, mereka tidak menyebabkan

     peningkatan bradikinin yang menyebabkan vasodilatasi yang

    dihasilkan oleh inhibitor ACE dan juga beberapa efek samping dari

    ACE inhibitor (batuk dan angioedema) (Klabunde, 2007).

     b. ESO

    Efek samping dari ARB relatif rendah dan dapat ditoleransi

    dengan baik. Obat ini tidak meningkatkan kadar bradikinin seperti

    ACE inhibitor, sehingga tidak timbul efek samping seperti batuk

    kering dan angioedema. ARB merupakan kontraindikasi pada

    kehamilan. Pasien dengan stenosis arteri ginjal bilateral mungkin

    mengalami gagal ginjal jika ARB diberikan. Alasannya adalah bahwa

     peningkatan sirkulasi dan angiotensin II intrarenal dalam kondisi ini

    akan menyempitkan arteriol eferen lebih dari arteriol aferen dalam

    ginjal, yang membantu untuk menjaga tekanan kapiler glomerulus dan

    filtrasi (Klabunde, 2007).

    Menghilangkan penyempitan ini dengan memblokir reseptor

    angiotensin II pada arteriol eferen dapat menyebabkan penurunan

    mendadak dalam laju filtrasi glomerulus. Namun tidak menjadi

    masalah dengan stenosis arteri ginjal unilateral karena ginjal yang

    tidak terpengaruh biasanya dapat mempertahankan filtrasi yang cukup

    setelah At1 reseptor diblokir (Klabunde, 2007).

    C.  Diuretik

    a. Loop Diuretic

    1) 

    Farmakokinetik

     Loop diuretic diabsorbsi secara cepat. Mereka dieliminasi

    oleh  ginjal melalui filtrasi glomerular dan sekresi tubular. Obat ini

     bekerja di sisi luminal tubulus, aktivitas diuretik mereka berkorelasi

    dengan sekresi mereka ditubulus proksimal. Pengurangan sekresi

    diuretik loop dapat terjadi karena adanya pemberian obat seperti

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    18/26

     NSAID atau probenesid, yang bersaing untuk disekresi di tubulus

     proksimal.

     b.  Tiazid

    1)  Farmakokinetik

    Biasanya semua Tiazid diberikan peroral. Klortiazid

    merupakan obat yang kurang larut dalam lemak sehingga harus

    diberikan dalam jumlah yang cukup besar.Klortalidon diabsorbsi

     perlahan dan masa kerjanya panjang.Pada indapamid, betuk

    ekskresinya dapat menimbulkan efek diuretik pada tubulus kontortus

    distal. Semua Tiazid diekskresikan oleh sistem asam organik dan

     bersaing pada eksresi asam urat. Maka dapat disimpulkan bahwa

    semakin banyak kadar Tiazid dalam darah, semakin tinggi kadar

    asam urat darah karena ekskresinya yang bersaing dengan asam urat.

    2)  ESO

    a)  Alkalosis metabolik hipokalemia dan hiperurisemia 

     b)  Toleransi gangguan karbohidrat

    c) 

    Hiperlipidemia

    d)  Hiponatremia

    e) 

    Reaksi alergi

    D. Beta Blocker

    a. 

    Farmakokinetik

    Golongan ini mudah diserap secara oral. Kadar puncak di plasma sekitar

    1-3 jam pasca menelan obat. Bioavaibilitas obat ini tergolong rendah

    karena melewati metabolisme lintas pertama di hepar. Beta blocker

    didistribusikan dalam jumlah besar, dengan waktu paruh rata-rata 3-10

     jam.

     b.  Mekanisme Kerja

    Secara farmakodinamik, obat golongan ini bersaing dalam menempati

    reseptor beta adrenergik. Pada pasien dengan hipertensi, beta blocker

     bekerja menurunkan tekanan darah. Selain itu, pada organ jantung, obat

    golongan ini juga memiliki efek penurunan kecepatan denyut

     jantung (kronotropik negatif) dan  memperkuat kontraktilitas

    (inotropik positif).

    c. 

    Indikasi

    Efektif digunakan sebagai obat hipertensi dan gagal jantung.

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    19/26

    d.  Kontraindikasi

    Pasien asma dikontraindikasikan dengan obat ini. Dahulu beta blocker

    dilarang pada kasus gagal jantung, namun sekarang digunakan secara

    hati-hati pada pasien gagal jantung kronis, namun tidak pada gagal

     jantung akut.

    e. 

    Efek samping

    Hipotensi, Bradikardi, Rasa lelah, Retensi urin.

    f. 

    Contoh dan Bentuk Sediaan Obat

    Esmolol

    Parenteral: 10 mg/mL for IV injection; 250 mg/ mL for IV infusion

    Labetalol

    Oral: 100, 200, 300 mg tablets Parenteral:

    5 mg/mL for injection Metoprolol

    (generic, Lopressor, Toprol)

    Oral: 50, 100 mg tablets Oral sustained-release: 25, 50, 100, 200 mg

    tablets Parenteral: 1 mg/mL for injection

     Nadolol

    Oral: 20, 40, 80, 120, 160 mg tablets

     Nebivolol

    Oral: 2.5, 5, 10 mg tablets

    Penbutolol

    Oral: 20 mg tablets

    Pindolol

    Oral: 5, 10 mg tablets

    Propranolol 

    Oral: 10, 20, 40, 60, 80, 90 mg tablets; 4, 8, 80 mg/mL solutions

    Parenteral: 1 mg/mL for injection 

    E.  Kardiotonik/Digitalis/Glikosida Jantung

    a.  Farmakokinetik

    65-80% diabsorbsi pada pemberian oral.Saat berada di dalam peredaran

    darah, seluruh glikosida jantung didistribusikan ke banyak jaringan,

    termasuk sistem saraf pusat.Digoksin tidak dimetabolisme secara luas

    oleh manusia.Sebagian besar diekskresikan tanpa perubahan oleh ginjal.

     b. 

    Mekanisme Kerja

    Digitalis memiliki dua efek besar, yaitu

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    20/26

    1) Meningkatkan curah jantung dengan efek inotropik positif.

    2) Menurunkan kecepatan konduksi melalui nodus AV dan nodus SA

     pada jantung.

    c.  Indikasi

    Gagal jantung dan atrial fibrilasi.

    d. 

    Kontraindikasi

    Hipersensitivitas, AV blok.

    e. 

    Efek Samping

     Nyeri kepala, kelemahan, gangguan penglihatan, mual, anoreksia, aritmia.

    f.  Contoh dan Bentuk Sediaan Obat

    Digoxin

    Oral: 0.125, 0.25 mg tablets; 0.05, 0.1, 0.2 mg capsules*; 0.05 mg/mL

    elixir

    Parenteral: 0.1, 0.f 25 mg/mL for injection

    F.  Antagonis aldosteron

    a.  Farmakokinetik

    Sebagian besar diinaktivasi di hepar. Onsetnya cenderung lambat,

    membutuhkan beberapa hari sampai efek penuh tercapai.

     b. 

    Mekanisme kerja

    Obat yang juga tergolong diuretik ini menurunkan absorbs Na+ di tubulus

    dan ductus colligentes, sehingga menahan retensi Na+, air dan beberapa

    zat lainnya.

    c.  Indikasi

    Gagal jantung, hipertensi dan beberapa penyakit ginjal.

    d.  Kontraindikasi

    Pasien dengan insufisiensi ginjal, dan keadaan hiperkalemia.

    e.  Efek samping

    Ginekomastia, hiperkalemia, asidosis metabolik, gagal ginjal akut, batu

    ginjal.

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    21/26

     

    III.  OBAT ANTIARITMIA

    Aritmia adalah gangguan irama jantung, suatu kondisi dimana jantung

     berdenyut tidak menentu, baik kecepatan, irama, maupun tempat asal

    impuls dan gangguan konduksi yang menyebabkan perubahan aktivasi

    atrium dan ventrikel. Kelainan yang terjadi adalah pembentukan impuls,

    konduksi impuls, atau pembentukan dan konduksi impuls. Obat

    antiaritmia dapat digolongkan kedalam beberapa kelas berdasarkan efek

    obatnya, yaitu:

    a.  Golongan 1

    -  Penghambat kanal natrium

    -  Golongan 1A : kuinidin, prokainamid, disopiramid

    -  Golongan 1B : lidokain, fenitoin, tokainid,

    meksiletin

    -  Golongan 1C : flekainid, enkainid, propafenon

     b. 

    Golongan 2

    -  Mengurangi aktivitas adrenergik-β

    Propanolol, asebutolol, esmolol

    c.  Golongan 3

    -  Blokade kanal kalium

    -  Bretilium, amoidaron, sotalol

    d.  Golongan 4

    -  Blokade kanal kalsium

    Verapamil, diltiazem

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    22/26

    IV.  OBAT ANTIANGINA 

    Angina pectoris merupakan kondisi iskemia jaringan yang ditandai

    dengan nyeri dada hebat yang disebabkan karena ketidakseimbanganantara kebutuhan oksigen miokard dengan pasokan oksigen melalui

     pembuluh darah koroner. Obat antiangina berperan dalam mengurangi

    kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan faktor-faktor penentu

    kebutuhan oksigen (frekuensi jantung, volume ventricular, tekanan darah

    dan kontraktilitas). Kelompok obat yang digunakan untuk terapi angina

    adalah:

    A.  Nitrat organik

     Nitrogliserin merupakan terapi utama yang berefek cepat

    untuk angina. Nitrogliserin menyebabkan aktivasi guanilil siklase

    dan peningkatan cGMP yang memicu relaksasi semua jenis otot

     polos. Efek langsung nitrogliserin adalah relaksasi vena dan >>

    kapasitas vena

     

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    23/26

     

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    24/26

    Cara Kerja Praktikum 

    A.  Capaian pembelajaran

    1.  Umum

    Mahasiswa dapat menjelaskan perubahan jantung katak setelah

     pemberian sulfas atropin

    2.  Khusus

    a. 

    Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh kelistrikan jantung

     b.  Mahasiswa mampu menjelasakan peran syaraf autonom dalam

    mengatur jantung

    c.  Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme sulfas atropin terhadap

     perubahan fisiologis jantung

    B.  Alat dan Bahan

    1.  Alat

    a. Beaker Glass

     b. Spuit Tuberculin

    c. Pinset

    d. Gunting

    e. Perusak SSP Katak

    f. Isolasi

    g. Papan

    h. Penggantung Katak

    2. 

    Bahan

    a. Sulfas Atropin 0,5 cc

     b. Ringer Laktat

    3.  Binatang percobaan

    a. 2 Ekor Katak

    C.  Rencana Kerja

    1.  Rusak SSP masing –  masing katak.

    2.  Terlentangkan masing –  masing katak di atas papan.

    3. 

    Gunting kulit bagian ventral katak untuk membuka abdomen sampai

    thoraks dari katak

    4.  Buka selaput perikardium katak

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    25/26

    5.  Jaga jantung katak agar tetap basah dengan diteteskan larutan ringer

    laktat secukupnya

    6.  Katak pertama berikan 1 tetes larutan ringer laktat tiap 1 menit,

    sedangkan katak kedua berikan sulfas atropin 1 tetes.

    7.  Catat denyut, ukuran, warna, irama atrium dan ventrikel selama 5 menit

    selama 15 menit.

  • 8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan

    26/26

     

    D.  Buka selaput perikardium dari katak.

    E.  Jaga agar jantung katak tetap basah dengan diberikan larutan ringer laktat.

    F. 

    Pada

    G.  Catat