modul mata kuning.doc
DESCRIPTION
Tutorial basic mechanism of diseaseTRANSCRIPT
LAPORAN LENGKAP
MODUL II
MATA KUNING
Mata Kuning dengan Demam
KELOMPOK 5A
Muthia Ali
Bella Anggraeni Sari
Andi Amalia Ayu Pratiwi
Lisni Triana
Sadriani Hm
Jumatman
Nur Hasni Oktarina
Damayanti Rachman
Hidayatullah
Amrul Mushlihin
Zarah Alifani Dzulhijjah
Rhabiatul Ihrana
Irnawati Astuti Arsyad
Tiro
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan kedokteran pada dasarnya adalah usaha untuk menumbuhkembangkan
potensi sumber daya mahasiswa dalam bidang kedokteran dengan cara mendorong dan
memfasilitasi kegiatan mahasiswa. Dalam pendidikan kedokteran di Universitas Muslim
Indonesia,Makassar terjadi perubahan kurikulum pembelajaran dari teaching based ke
learning based dimana kurikulum yang baru diterapkan ini sangat membutuhkan
keaktifan mahasiswa secara utuh.
Dalam prosesnya, kemudian muncul sistem pembelajaran yang dinamakan PBL
(Problem Based Learning). Sistem pembelajaran seperti ini akan membutuhkan
kreativitas mahasiswa yang tinggi. Pada kegiatan PBL ini mahasiswa akan
menumbuhkembangkan kemampuan intelektualnya. Pada kegiatan tutorial blok
mekanisme dasar penyakit kali ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang
penyakit- penyakit yang terkait obstruksi hepatobilier.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB II
ISI
A. Pegertian Ikterus
Adalah perubahan warna kuning pada kulit, membrane mukosa, sclera dan organ
lain yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darah dan ikterus
sinonim dengan jaundice.
B. Anatomi dan Fisiologi Organ Hepatobilier
Anatomi Fisiologi Hati
Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau lebih
25% berat badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan
fungsi sangat kompleks yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas
abdomen. Batas atas hati berada sejajar dengan ruangan interkostal V kanan dan
batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Permukaan
posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah transversal sepanjang 5 cm
dari system porta hepatis. Omentum minor terdapat mulai dari system porta yang
mengandung arteri hepatica, vena porta dan duktus koledokus. System porta
terletak didepan vena kava dan dibalik kandung empedu. Permukaan anterior
yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan ligamentum
falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali lobus
kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada dasarnya, garis
cantlie yang terdapat mulai dari vena kava sampai kandung empedu telah
membagi hati menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya daerah dengan
vaskularisasi relative sedikit, kadang-kadang dijadikan batas reseksi. Secara
mikroskopis didalam hati manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli, setiap lobulus
berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hati berbentuk kubus yang tersusun
radial mengelilingi vena sentralis. Pembuluh darah kecil (kapiler) di dinding usus
mengalirkan darahnya ke dalam vena porta, yang akan masuk ke dalam hati.
Selanjutnya darah mengalir melalui saluran-saluran kecil di dalam hati, dimana
zat gizi yang dicerna dan berbagai zat yang berbahaya diproses. Arteri hepatika
membawa darah dari hati ke jantung. Darah ini membawa oksigen untuk jaringan
hati, kolesterol dan zat lainnya. Darah dari usus dan jantung kemudian bercampur
dan mengalir kembali ke dalam jantung melalui vena hepatika.
Anatomi Fisisologi Saluran Empedu
Empedu
Empedu terdiri dari:
- garam-garam empedu
- elektrolit
- pigmen empedu (misalnya bilirubin)
- kolesterol
- lemak.
Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen
hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu
pencernaan dan penyerapan lemak.
Saluran empedu adalah struktur-struktur berbentuk tabung panjang yang membawa
empedu. Empedu diperlukan untuk pencernaan makanan dan diekskresikan oleh hati
melalui duktus hepatikus (hepatic duct). Saluran ini akan bergabung dengan duktus
sistikus (cystic duct - membawa empedu keluar masuk kantung empedu) untuk
membentuk suatu saluran empedu besar menuju usus.
C. Histologi Hepatobilier
Hati terdiri atas bermacam-macam sel. Hepatosit meliputi kurang lebih 60% sel
hati,sedangkan sisanya terdiri dari sel-sel epithelial system empedu dalam jumlah
yang bermakna dan sel-sel parenkimal yang termasuk di dalamnya endotolium,
sel kuffer dan sel stellatayang berbentuk seperti bintang. Hepatosit sendiri
dipisahkan oleh sinusoid yang tersusun melingkari efferent vena hepatica dan
duktus hepatikus. Saat darah memasuki hati melalui arteri hepatica dan vena porta
serta menuju vena sentralis maka akan didapatkan pengurangan oksigen secara
bertahap. Sebagai konsekuensinya, akan didapatkan variasi penting kerentanan
jaringan terhadap kerusakan asinus. Membrane hepatosit berhadapan langsung
dengan sinusoid yang mempunyai banyak mikrofili. Mikrofili juga tampak pada
sisi lain sel yang membatasi saluran empedu dan merupakan petunjuk tempat
permulaan sekresi empedu. Permukaan lateral hepatosit memiliki sambungan
penghubung dan desmosom yang saling bertautan dengn sebelahnya. Sinusoid
hati memiliki lapisan endothelial endothelial berpori yang dipisahkan dari
hepatosit oleh ruang disse (ruang sinusoida). Sel-sel lain yang terdapat dalam
dinding inusoid adalah sel fagositik. Sel Kuffer yang merupakan bagian penting
sistem retikuloendothellial dan sel stellata disebut sel itu, limposit atau perisit.
Yang memiliki aktifitas miofibroblastik yang dapat membantu pengaturan aliran
darah. Sinosoidal disamping sebagai faktor penting dalam perbaikan kerusakan
hati. Peningkatan aktifitas sel-sel stellata tampaknya merupakan faktor kunci
dalam pembentukan jaringan fibrotik di dalam hati.
D. Proses Pembentukan Empedu
Merupakan gangguan yang paling sering terjadi pada sistem biliaris. Lebih dari
90% klien dengan Cholecystitis (inflamasi kantung empedu) disebabkan oleh
sumbatan batu empedu yang terbentuk di saluran kantung empedu. Secara normal,
empedu yang dihasilkan oleh organ hati ditampung sementara oleh kantung
empedu (gallbladder) sebelum digunakan untuk mengemulsi lemak di saat ada
makanan berlemak yang datang di duodenum agar lebih mudah dicerna. Cairan
empedu yang dihasilkan oleh hati ini terdiri atas biliubin,air, garam empedu,
lendir/musin, asam lemak, kolesterol, lecithin, dan garam anorganik. Di dalam
kantung empedu terjadi proses pemekatan cairan empedu dengan cara menyerap
air yang terkandung dalam cairan empedu. Penyebab pasti dari batu empedu
belum dapat dipahami dengan pasti, namun faktor-faktor yang mempengaruhi
sudah dapat diketahui seperti, kadar kolesterol dalam darah, perubahan
konsentrasi cairan empedu, penurunan frekuensi pengosongan kantung empedu,
dan cairan yang mengalami stasis di dalam kantung empedu. Frekuensi terjadinya
cholelithiasis meningkat pada diabetes mellitus, kehamilan, anemia hemolitik, dan
anemia perniciosa (ketidakmampuan sum-sum tulang menghasilkan eritrosit).
E. Metabolisme Bilirubin
Pembagian metabolisme bilirubin berlangsung dalam 3 fase, yaitu fase
Prahepatik, fase Intrahepatik dan fase Pascahepatik.
1. Fase Prahepatik
a. Pembentukan bilirubin.
Setiap harinya, terjadi pembentukan bilirubin sekitar 250-350 mg bilirubin
atau sekitar 4mg per kg berat badan. Sekitar 70-80% berasal dari pemecahan
sel darah merah yang matang. Sedangkan sisanya 20-30% (early labelled
bilirubin) datang dari protein hem lainnya yang berada dalam sumsum tulang
dan hati.
Sel darah merah yang telah tua, yaitu berumur 120 hari akan mengalami
degenerasi dengan cara hemolitik. Sel darah merah yang sudah tua ini
difagositosis oleh makrofag dan dirubah menjadi heme dan globin.
Selanjutnya, heme dipecah menjadi besi bebas di dalam darah dan pigmen
empedu yang disebut biliverdin yang berwarna kehijauan. Biliverdin akan
direduksi menjai bilirubin bebas. Bilirubin bebas biasa disebut bilirubin tak
terkonjugasi atau indirect bilirubin. Bilirubin indirect selanjutnya terikat
bersama albumin dan menuju hati untuk disekresikan. Bilirubin indirect larut
dalam lemak namun tidak larut dalam air, sehingga tidak bisa dikeluarkan
melalui urin.
2. Fase Intrahepatik
a. Liver Uptake.
Proses pengambilan bilirubin tak terkonjugasi oleh hati secara rinci dan
pentingnya protein pengikat seperti ligandin atau protein Y, belum jelas.
Pengambilan bilirubin melalui transport yang aktif dan berjalan cepat, namun
tidak termasuk pengambilan albumin.
b. Konjugasi.
Bilirubin bebas yang terkonsentrasi dalam sel hati mengalami konjugasi
dengan asam glukuronik membentuk bilirubin di glukorinida atau bilirubin
konjugasi atau bilirubin direct.
3. Fase Pascahepatik
a. Ekskresi bilirubin.
Bilirubin konjugasi dikeluarkan kedalam kanalikulus bersama bahan
lainnya. Anion organic lainnya atau obat dapat mempengaruhi proses ini.
Dari kanakuli, bilirubin direct akan masuk ke duktus choledochus dan
akan disalurkan ke kantong empedu bersama garam- garam empadu dan
selanjutnya masuk ke usus. Di ussu, bakteri akan mengubahnya menjadi
urobilinogen.
F. Patofisiologi Ikterus yang Disertai Demam
1. Prahepatik
Terjadi bila terjadi gangguan sebelum bilirubin masuk ke hati. Misalnya,
hemolisis berlebihan pada darah yang melebihi kemampuan normal hati untuk
mengeksresikannya. Ikterus ini disebut ikterus hemolitik. Konjugasi dan
transfer pigmen empedu berlangsung normal, tetapim suplai bilirubin tak
trekonyugasi melampaui kemampiuan hati. Akibatnya kadar bilirubin tak
terkonyugasi meningkat. Meskipun demikian, kadar biliribun serum jarang
melebihi 5 mg/100 ml pada penderita hemolitik berat, dan ikterus yang timbul
bersifat ringan, berwarna kuning pucat. Karena bilirubin tak terkonyugasi
tidak larut dalam air maka tidak dapat diekskresikan ke dalam kemih, dan
bilirubin tidak terjadi. Tetapi pembentukan urobilinogen meningkat
menyebabkan meningkatnya ekskresi feses dan kemih. Kemih dan feses
berwarna gelap.
Bilirubin yang tertimbun akan masuk kembali dalam peredaran darah
dan membuat kulit serta organ- organ dalam berwarna kuning.
Blirubi indirect yang terbentuk dan beredar dalam darah tidak mampu
berikatan dengan air sehingga tidak terjadi bilirubinuria
2. Hepatik
Terjadi karena adanya gangguan pada bagian dalam hati, yaitu hepatosit.
Hal ini mneyebabkan kurangnya kapasitas hati untuk menampung beban
normal bilirubin. Hal ini terjadi bisa karena Ikatan bilirubin dengan protein
terganggu seperti gangguan metabolic yang terdapat pada bayi hipoksia atau
asidosis. Atau bisa juga karena peradangan hati atau hepatitis. Hepatitis
menyebabkan hepatosit tidak bekerja secara normal sehingga fungsinya untuk
mengkonjugasi berkurang. Bilirubin kembali masuk ke peredaran daran
sehingga membuat kulit dan organ dalam menjadi kuning.
Bilirubin yang terbentuk adalah bilirubin direct yang larut air sehingga
dapat diekskresi melalui urin sehingga menyebabkan bilirubinuria.
3. Pascahepatik
Gangguan terjadi setelah bilirubin terkonjugasi dan keluar dari hepatosit.
Gangguan ini paling sering terjadi karena obstruksi saluran pengeluaran. Pada
kasus hepatitis, selain mengalami gangguan intrasel, peradangan sel disekitar
kanakuli juga dapat membuat kanakuli menyempit dan tidak mampu
mengekskresikan bilirubin direct yang sempat terbentuk. Peradangan juga
dapat terjadi di saluran duktus choledocus.
Selain peradangan, batu empedu juga dapat menyebabkan tersembatnya
saluran. Batu kandung empedu bisa menyumbat aliran empedu dari kandung
empedu, dan menyebabkan nyeri (kolik bilier) atau peradangan kandung
empedu (kolesistitis).
Batu juga bisa berpindah dari kandung empedu ke dalam saluran empedu,
sehingga terjadi jaundice (sakit kuning) karena menyumbat aliran empedu
yang normal ke usus.
Penyumbatan aliran empedu juga bisa terjadi karena adanya tumor.
Karena tertahan, bilirubin kembali masuk ke peredaran daran sehingga
membuat kulit dan organ dalam menjadi kuning.Bilirubin yang terbentuk
adalah bilirubin direct yang larut air sehingga dapat diekskresi melalui urin
sehingga menyebabkan bilirubinuria. Feses menjadi pucat sebab tidak
mengandung pigmen dari bilirubin.
Adanya demam diakibatkan adanya reaksi radang. Radang juga dapat
mengakibatkan hati membesar dan menimbulkan rasa sakit bagian epigastrium kuadran
kanan atas. Rasa Mual akibat adanya gangguan peristaltik. Makanan tertahan diusus
tanpa mengalami pencernaan lanjutan karena adanya gangguan penyaluran empedu
BAB III
PENUTUP
Kesempulan:
1. Ikterus Adalah perubahan warna kuning pada kulit, membrane mukosa, sclera dan
organ lain yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darah dan
ikterus sinonim dengan jaundice.
2. Ikterus ditandai dengan warna kuning yang terlihat pada kulit serta mata dan rasa
mual akibat gangguan pencernaan
3. Ikterus umumnya menyertai beberapa penyakit yang terjadi di hati, seperti
hepatitis, kolesistitis, atau tumor hati.