modul membaca

55
KETERAMPILAN MEMBACA Kegiatan Belajar 1 A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari uraian materi berikut ini, peserta diklat dapat memahami apa sebenarnya pengertian istilah membaca, tujuan yang terkandung dalam kegiatan membaca, jenis-jenis membaca, dan proses membaca, serta dapat mengimplementasikannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. B. Uraian Materi . Arti, Tujuan, Aspek-aspek, Jenis-jenis, dan Proses membaca Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata- kata/ bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan

Upload: rosmainifadil

Post on 30-Jun-2015

1.913 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Membaca

KETERAMPILAN MEMBACA

Kegiatan Belajar 1

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Setelah mempelajari uraian materi berikut ini, peserta diklat dapat

memahami apa sebenarnya pengertian istilah membaca, tujuan yang terkandung

dalam kegiatan membaca, jenis-jenis membaca, dan proses membaca, serta dapat

mengimplementasikannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

B. Uraian Materi

. Arti, Tujuan, Aspek-aspek, Jenis-jenis, dan Proses membaca

Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

media kata-kata/ bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata

yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan

agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak

terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau

dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson 1960 :

43-44).

Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan

pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara

dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek

pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written

word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup

pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. (Anderson 1972 : 209-

210).

Page 2: Modul Membaca

Istilah-istilah linguistik decoding dan encoding tersebut akan lebih mudah

dimengerti kalau kita dapat memahami bahasa (language) adalah sandi (code)

yang direncanakan untuk membawa/mengandung makna (meaning). Kalau kita

menyimak ujaran pembicara maka pada dasarnya kita men-decode (membaca

sandi) makna ujaran tersebut. Apabila kita berbicara, maka pada dasarnya kita

meng-encode (menyandikan) bunyi-bunyi bahasa untuk membuat/mengutarakan

makna (meaning). Seperti juga halnya berbicara dalam dalam bentuk grafik, maka

menulis pun merupakan suatu proses penyandian (encoding process), dan

membaca sebagai suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran yang berada

dalam bentuk tulisan adalah suatu proses pembacaan sandi (decoding process).

Beberapa ahli lebih cenderung memakai istilah recording (penyandian kembali)

untuk menggantikan istilah reading (membaca) sebab pertama sekali lambang-

lambang tertulis (written symbols) diubah menjadi bunyi, dan kemudian barulah

sandi itu dibaca (are decoded). Menyimak dan membaca berhubungan erat karena

keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis

berhubungan erat karena keduanya merupakan alat untuk mengutarakan makna,

mengemukakan pendapat, mengekspresikan pesan. (Anderson 1972 : 3).

Di samping pengertian atau batasan yang telah diutarakan di atas maka

membaca pun dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan

untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang

lain, yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada

lambang-lambang tertulis. Bahkan ada beberapa penulis yang seolah-olah

beranggapan bahwa “membaca” adalah suatu kemampuan untuk melihat

lambang-lambang tertulis serta mengubah lambang-lambang tertulis tersebut

melalui fonik (phonics = suatu metode pengajaran membaca, ucapan, ejaan

berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi/menuju membaca

lisan (oral reading). Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk

memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di

dalam kata-kata yang tertulis. Tingkatan hubungan antara makna yang hendak

dikemukakan oleh penulis dan penafsiran atau interpretasi pembaca turut

menentukan ketepatan membaca. Makna bacaan tidak terletak pada halaman

Page 3: Modul Membaca

tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah,

karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dia

pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut. (Anderson

1972 : 211).

Secara singkat dapat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing meaning

to and getting meaning from printed or written material”, memetik serta

memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis (Finochiaro

and Bonomo 1973:119). Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa membaca

adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu maka

para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi responsi terhadap

lambang-lambang visual yang menggambarkan tanda-tanda oditori yang sama

yang telah mereka tanggapi sebelum itu. Menyimak dan berbicara haruslah selalu

mendahului kegiatan membaca. Ketika membaca kita membuat bunyi dalam

kerongkongan kita. Kita membaca lebih cepat kalau kita tahu bagaimana cara

mengatakan serta mengelompokkan bunyi-bunyi tersebut dan kalau kita tidak

tertegun-tegun melakukannya. Oleh karena itu maka penting sekali diingat agar

setiap kesulitan yang berkenaan dengan bunyi, urutan bunyi, intonasi, atau jeda

haruslah dijelaskan sebelum para pelajar disuruh membaca dalam hati ataupun

membaca lisan. (Finocchiaro and Bonomo 1973:120). Kesimpulan yang dapat

ditarik dari pembicaraan di atas adalah bahwa “membaca ialah memahami pola-

pola bahasa dari gambaran tertulisnya” (Lado 1976 : 132).

Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh

informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat

sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.

Berikut ini kita kemukakan beberapa yang penting :

Page 4: Modul Membaca

a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang

telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh;

apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-

masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca

untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or

facts).

b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan

menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau

yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh

sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca

untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap

bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan

ketiga/seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah,

adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca

untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita ( reading for sequence

or organization).

d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan

seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang

kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang

dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut

membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak

wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah

cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk

mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).

f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan

ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh

sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini

disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evakuate).

Page 5: Modul Membaca

g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah,

bagaiman hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaiman dua

cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini

disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan

(readingto compare or contrast). (Anderson 1972 : 214).

Aspek – Aspek Membaca

Di muka telah diutarakan bahwa membaca merupakan suatu ketrampilan

yang kompleks yang melibatkan serangkaian ketrampilan yang lebih kecil

lainnya.

Secara garis besarnya terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu :

1. Ketrampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap

berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup :

a. Pengenalan bentuk huruf.

b. Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klause,

kalimat, dan lain-lain).

c. Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan

menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”).

d. Kecepatan membaca bertaraf lambat.

2. Ketrampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat

dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini

mencakup :

a. Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).

b. Memahami signifikansi atau makna (a.l. maksud dan tujuan pengarang

relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca).

c. Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk).

b) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan

keadaan.

Page 6: Modul Membaca

Jenis-jenis Membaca

Dengan bertolak dari aspek-aspek membaca yang terdiri atas ketrampilan

yang bersifat mekanis dan ketrampilan yang bersifat pemahaman, Tarigan

(1985:11 – 13) membagankan jenis-jenis membaca sebagai berikut :

Membaca Membaca Nyaring Survei Membaca MembacaMembaca Ektensif Sekilas Membaca Membaca Dalam Dangkal Hati Membaca Teliti

Membaca Membaca Membaca Telaah Isi Pemahaman Intensif

Membaca Kritis

Membaca Ide-ide

Membaca Membaca Bahasa Telaah Bahasa

Membaca Sastra

A. Membaca Nyaring

Membaca nyaring disebut juga membaca bersuara karena pembaca

mengeluarkan suara. Hal-hal yang dibicarakan berikut ini adalah pengertian dan

hakikat membaca nyaring, aspek membaca nyaring, dan ketrampilan dalam

membaca nyaring.

Page 7: Modul Membaca

1. Hakikat Membaca Nyaring

Membaca nyaring adalah suatu kegiatan membaca yang merupakan

alat bagi pembaca bersama orang lain untuk melengkapi isi yang berupa

informasi dari pengarang (Kamidjan, 1996:9). Tarigan (1985:22) berpendapat

bahwa membaca nyaring adalah suatu kegiatan yang merupakan alat bagi guru,

murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk

menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seorang

pengarang.

Pada hakikatnya, membaca nyaring adalah proses melisankan sebuah

tulisan dengan memperhatikan suara, intonasi, dan tekanan secara tepat, yang

diikuti oleh pemahaman makna bacaan oleh pembaca (Kamidjan, 1996:9).

2. Aspek Membaca Nyaring

Membaca nyaring menurut Kamidjan (1996: 9-10) memiliki beberapa

aspek, yaitu :

a. Membaca dengan pikiran dan perasaan pengarang ;

b. Memerlukan keterampilan menafsirkan lambang-lambang grafis ;

c. Memerlukan kecepatan pandangan mata ;

d. Memerlukan ketrampilan membaca, terutama mengelompokkan

kata secara tepat ;

e. Memerlukan pemahaman makna secara tepat.

3. Ketrampilan dalam Membaca Nyaring

Beberapa keterampilan yang diperlukan dalam membaca nyaring,

antara lain :

a. Penggunaan ucapan yang tepat ;

b. Pemenggalan frasa yang tepat ;

c. Penggunaan intonasi, nada, dan tekanan yang tepat ;

d. Penguasaan tanda baca yang baik ;

e. Penggunaan suara yang jelas ;

f. Penggunaan ekspresi yang tepat ;

g. Pengaturan kecepatan pembaca ;

h. Pengaturan ketepatan pernafasan ;

Page 8: Modul Membaca

i. Pemahaman bacaan ;

j. Pemilikan rasa percaya diri.

B. Membaca Dalam Hati

1. Membaca Ekstensif

Ketika mengunjungi perpustakaan atau toko buku, anda akan menjumpai

banyak buku, baik jenis maupun jumlahnya. Apa yang anda lakukan ? Pasti anda

tidak akan langsung terpaku pada satu buku, dan membacanya sampai tuntas.

Anda akan membuka buku-buku, membaca halaman sampul dan membaca daftar

isi. Apa yang anda lakukan tersebut termasuk membaca ekstensif.

Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas.

Luas bermakna (1) bahan-bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya. (2)

waktu yang digunakan cepat dan singkat. Tujuan membaca ekstensif adalah

sekadar memahami isi yang penting dari bacaan dengan waktu yang cepat dan

singkat.

Menurut Broughton dalam Tarigan (1985:31), membaca ekstensif meliputi

membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. Ketiga macam

membaca ekstensif tersebut diuraikan di bawah ini.

a. Membaca Survei

Membaca survei merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk

mengetahui gambaran-gambaran umum isi dan ruang lingkup bahan bacaan.

Membaca survei merupakan kegiatan membaca, misalnya melihat judul,

pengarang, daftar isi dan lain-lain

b. Membaca Sekilas

Membaca sekilas adalah membaca yang membuat mata kita bergerak cepat

melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan

informasi secara cepat. Membaca sekilas disebut juga skimming, yakni kegiatan

membaca secara cepat dan selektif serta mempunyai. Membaca sekilas disebut

juga membaca layap, yakni membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum

Page 9: Modul Membaca

suatu bacaan atau bagian-bagiannya. Membaca sekilas merupakan salah satu

teknik dalam membaca cepat.

Soedarso (1991 : 88-89) menyatakan bahwa skimming adalah suatu

keterampilan membaca yang diatur secara sistematis unuk mendapatkan hasil

yang efesien dengan tujuan :

1) mengetahui topik bacaan ;

2) mengetahui pendapat orang lain ;

3) mendapatkan bagian penting tanpa membaca seluruhnya ;

4) mengetahui organisasi tulisan ;

5) menyegarkan apa yang pernah dibaca ;

c. Membaca Dangkal

Membaca dangkal merupakan kegiatan membaca untuk memperoleh

pemahaman yang dangkal dari bahan bacaan yang kita baca. Bahan bacaannya

merupakan jenis bahan bacaan ringan karena tujuan membaca dangkal adalah

untuk mencari kesenangan.

2. Membaca Intensif

Jika membaca sebuah bahan bacaan secara telii dengan tujuan

memahaminya secara rinci, anda berarti melakukan membaca intensif. Membaca

intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara seksama dan merupakan

salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca

secara kritis. Tarigan (1990 : 35) yang mengutip pendapat Brook tentang

membaca intensif menyatakan bahwa membaca intensif merupaan studi saksama,

telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan. Membaca intensif

adalah kegiatan membaca dengan penuh saksama terhadap suatu bacaan sehingga

timbul pemahaman yang tinggi.

Tarigan (1985 : 35) membagi membaca intensif menjadi dua kelompok,

yakni membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi

meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis dan membaca ide,

sedangkan membaca telaah bahasa meliputi membaca telaah bahasa dan membaca

telaah sastra.

Page 10: Modul Membaca

a. Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan

utamanya adalah memahami bacaan secara tepat dan cepat. Menurut Kamidjan

(1996) sejumlah aspek yang diperlukan pembaca dalam membaca pemahaman

adalah :

1) memiliki kosa kata yang banyak ;

2) memiliki kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan wacana ;

3) memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide penunjang ;

4) memiliki kemampuan menangkap garis besar bacaan dan rinciannya ;

5) memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan.

Dalam membaca jenis ini, yang diutamakan adalah pemahaman isi

wacana.

b. Membaca Kritis

Sewaktu membaca bahan bacaan, dalam diri anda timbul pertanyaan,

”mengapa penulis berpendapat demikian, apa maksud penulis dan sebagainya”.

Itu berarti anda telah ersikap kritis terhadap bacan dan penulisnya.

Membaca kritis ialah kegiatan membaca yang dilakukan dengan bijaksana,

penuh tenggang rasa, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari

kesalahan penulisnya. Membaca kritis ialah kemampuan berfikir dan bersikap

kritis. Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis.

Adapun kemampuan berfikir dan bersifat kritis menurut Nurhadi (1987 :

143) meliputi :

a. menginteprestasi secara kritis ;

b. menganalisis secara kritis ;

c. mengorganisasi secara kritis ;

d. menilai secara kritis ;

e. menerapkan konsep secara kritis.

Pelatihan peningkatan sikap kritis meliputi 1) kemampuan mengingat dan

mengenali bahan bacaan, 2) kemampuan menginterapsikan makna tersirat, 3)

kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan, 4) kemampuan

menganalisis isi bacaan, 5) kemampuan membuat sintesis dan 6) kemampuan

Page 11: Modul Membaca

menilai isi bacaan (Nurhadi, 1987 : 143-181). Keenam sikap kritis tersebut sejalan

dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom.

(1) Kemampuan mengingat dan mengenali ditandai dengan :

a) mengenali ide pokok paragraf ;

b) mengenali tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya ;

c) menyatakan kembali ide pokok paragraf ;

d) menyatakan kembali fakta-fakta/detail bacaan ;

e) menyatakan kembali fakta-fakta perbandingan, unsur-unsur hubungan

sebab akibat, karakter tokoh, dan sebagainya.

(2) Kemampuan menginterapsi makna tersirat ditandai dengan :

a) menafsirkan ide pokok paragraf ;

b) menafsirkan gagasan utama bacaan ;

c) membedakan fakta/detail bacaan ;

d) menafsirkan ide-ide penunjang ;

e) membedakan fakta/detail bacaan ;

f) memahami secara kritis hubungan sebab-akibat ;

g) memahami secara kritis unsur-unsur perbandingan.

(3) Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsepditandai dengan :

a) mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan ;

b) menerapkan konsep-konsep/gagasan utam bacaan ke dalam situsi baru

yang problematis ;

c) menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang

dihadapi.

(4) Kemampuan menganalisis ditandai dengan :

a) memeriksa gagasan utama bacaan ;

b) memberikan detail/fakta penunjang ;

c) mengklasifikasikan fakta-fakta ;

d) membandingkan antargagasan yang ada dalam bacaan ;

e) membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.

(5) Kemampuan membuat sintesis ditandai dengan :

a) membuat simpulan bacaan ;

Page 12: Modul Membaca

b) mengorganisasikan gagasan utama bacaan ;

c) menentukan tema bacaan ;

d) menyusun kerangka bacaan ;

e) menghubungkan data sehingga diperoleh kesimpulan ;

f) membuat ringkasan.

(6) Kemampuan menilai isi bacaan ditandai dengan :

a) menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara

keseluruhan ;

b) menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini;

c) menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau

fantasi pengarang ;

d) menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasan ;

e) menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan

yang dibuat ;

f) menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata,

frasa, atau penyusunan kalimat.

Proses Membaca

Membaca ialah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca

untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis.

(Hodgson dalam Tarigan, 1985:7).

Membaca ialah proses pengolahan bacaan secara kritis dan kreatif yang

dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh

tenang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak

bacaan itu. (Depdikbud, 1985:11). Batasan tersebut lebih tepat jika dikenakan

pada membaca tingkat lanjut , yakni membaca kritis dan membaca kreatif.

Selanjutnya, Anderson dalam Tarigan (1985:7) berpendapat bahwa

membaca adalah proses keiatan memncocokkan huruf atau melafalkan lambang-

lambang bahasa tulis. Batasan membaca tersebut dikenakan pada membaca level

yang paling rendah. Fiochiaro dan Bonono(1985:119) menyatakan bahwa

Page 13: Modul Membaca

membaca adalah proses memahami arti/makna yang terkandung dalam bahasa

tulis. Batasan itu lebih tepat dikenakan pada membaca literal.

Menurut Harras dan Sulistianingsih (1997:1998), membaca merupakan

proses psikologis, sensori, perseptual, dan proses perkembangan keterampilan

berbahasa. Membaca sebagai proses psikologis, artinya adalah kesiapan dan

kemampuan membaca sangat dipengaruhi dan berkaitan erat dengan faktor-faktor

yang bersifat psikis seperti motivasi, minat, latar belakang sosial ekonomi, serta

tingkat perkembangan diri, seperti inteligensi dan usia mental. Membaca sebagai

proses sensoris berarti bahwa membaca dimulai dari melihat atau meraba dengan

indera penglihatan dan perabaan. Membaca sebagai proses perseptual berarti

bahwa dalam membaca, persepsi dimulai dari melihat dan mendengar. Menurut

Vernon (1962), proses perseptual dalam membaca terdiri atas empat bagian,

yakni:

1. kesadaran akan rangsangan visual

2. kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan klasifikasi umum

3. klasifikasi lambang-lambang visual untuk kata-kata yang ada dalam

kelas yang umum

4. identifikasi kata-kata yang dilakukan dengan jalan menyebutkannya.

Membaca sebagai proses perkembangan berari bahwa membaca merupakan

proses perkembangan sepanjang hidup seseorang. Membaca merupakan sesuatu

yang diajarkan dan dipelajari, bukan sesuatu yang terjadi secara insidental.

C. Rangkuman

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

media kata-kata atau bahasa tulis. Di samping itu tujuan utama membaca adalah

untuk memperoleh informasi yang mencakup isi, dan memahami makna bacaan.

Kegiatan membaca melibatkan dua aspek penting yaitu: a. Keterampilan

yang bersifat mekanis, yang meliputi pengenalan huruf, unsur-unsur linguistik,

Page 14: Modul Membaca

hubungan ejaan dan bunyi serta kecepatan membaca bertaraf lambat. b.

Keterampilan yang bersifat pemahaman yang meliputi pemahaman pengertian

yang sederhana, pemahaman makna , evaluasi, serta kecepatan yang fleksibel.

Untuk mencapai tujuan yang terdapat dalam keterampilan mekanis tersebut,

maka aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring. Dan untuk

keterampilan pemahaman adalah dengan membaca dalam hati. Membaca dalam

hati terdiri dari membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif terdiri dari

membaca survei, sekilas, dan dangkal. Sedangkan membaca intensif terdiri dari

membaca telaah isi dan telaah bahasa. Telaah isi meliputi, membaca teliti,

pemahaman, kritis, dan ide. Sedangkan telaah bahasa meliputi, membaca bahasa

asing dan membaca sastra. Membaca merupakan proses psikologis, sensori,

perseptual, dan proses perkembangan keterampilan berbahasa.

D. Tugas

1. Kegiatan membaca meliputi 2 aspek penting yaitu: keterampilan yang bersifat

Mekanis, dan keterampilan yan bersifat pemahaman. Jelaskan maksud kedua

Aspek tersebut.

2. Mengapa membaca disebut sebagai proses psikologis? Jelaskan.

3. Uraikan dengan contoh, kapan kapan seseorang harus membaca nyaring dan

Kapan harus membaca dalam hati.

4. Kemampuan membaca sangat erat hubungannya dengan ujuan membaca,

Jelaskan maksudnya.

Page 15: Modul Membaca

Kegiatan Belajar 2.

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Sesudah memahami dan mampu menggunakan pengetahuan yang

diperoleh dari modul ini, peserta diklat dituntut pula untuk dapat menyampaikan

kemampuannya itu kepada anak didik untuk dapat membaca lebih baik dan lebih

cepat lagi.

Mampu menerapkan teknik membaca skimming dan skanning. Di samping

itu peserta diklat juga harus mampu menerapkan dan mengajarkan konsep-konsep

dan langkah-langkah SQ3R dengan tepat. Kemudian untuk mengukur tingkat

keterbacaan siswa, peserta diklat harus mampu menerapkan prosedur klose dalam

pembelajaran, serta mampu membuat berbagai tes klose untuk berbagai keperluan

dan tujuan.

B. Uraian Materi

1. Membaca Cepat dan Efektif

a. Pengertian

Membaca cepat dan efektif yaitu membaca yang mengutamakan kecepatan

dan harus diikuti pula oleh peningkatan pemahaman terhadap bacaan. Mengapa

kita dituntut untuk menjadi pembaca yang cepat dan efektif ? Pertama, yang perlu

diingat ialah bahwa membaca itu sebuah proses yang kompleks dan rumit.

Kompleks artinya dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dan

faktor eksternal pembaca. Faktor internal dapat berupa intelegensi (IQ), minat,

sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan sebagainya. Faktor eksternal bisa

dalam bentuk sarana membaca, teks bacaan (sederhana - berat, mudah - sulit),

faktor lingkungan, atau faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan, dan

tradisi membaca.

Sebuah contoh, mengapa dalam proses membaca melibatkan faktor

intelektual (IQ), kita semua sepakat bahwa membaca pada hakikatnya adalah

Page 16: Modul Membaca

proses berpikir. Ingat apa kata seorang ahli membaca yang bernama Edward L.

Thorndike, Reading as Thinking dan Reading as Reasoning. Artinya, bahwa

proses membaca itu sebenarnya tak ubahnya dengan proses ketika seseorang

sedang berpikir dan bernalar. Dalam proses membaca ini terlibat aspek-aspek

berpikir seperti mengingat, memahami, membeda-bedakan, membandingkan,

menemukan, menganalisis, mengorganisasi, dan pada akhirnya menerapkan apa-

apa yang yang terkandung dalam bacaan. Bukankah ini melibatkan tipe-tipe

berpikir divergen (induktif), berpikir konvergen (deduktif), dan tipe berpikir

abstrak ?

Nah, untuk inilah dalam membaca diperlukan potensi yang berupa kemampuan

intelektual yang tinggi.

Aspek intelektual yang lain, adalah minat. Hasil beberapa penelitian yang

pernah dilakukan menunjukkan adanya korelasi yang tinggi anatara minat

terhadap bacaan dan kemampuan membacanya. Seseorang yang mempunyai

minat dan perhatian yang tinggi terhadap bacaan tertentu, dapat dipastikan akan

memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap topik tersebut

dibandingkandengan orang yang kurang berminat terhadap topik tersebut..

Bagaimana dengan faktor eksternal ? Tidak banyak perbedaannya. Ada

faktor-faktor eksternal tertentu yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca,

seperti faktor sarana membaca. Penerangan yang jelek akan mempengaruhi hasil

membaca. Ingat kejadian kelelahan mata yang kita alami ketika kita membaca di

tempat yang kurang terang. Demikian juga faktor latar belakang sosial ekonomi.

Status sosial ekonomi yang tinggi cenderung dilimpahi kemudahan sarana

membaca yang memadai, sehingga terbentuk tradisi atau kebiasaan membaca.

Kebiasaan membaca ini yang akan mempengaruhi kemampuan dan latihan

membaca. Kebiasaan membaca akan berpengaruh pada kecepatan dan keefektifan

membaca seseorang. Inilah yang dimaksudkan bahwa membaca itu adalah proses

yang kompleks. Kedua, membaca itu rumit. Apa artinya? Rumit yang

dimaksudkan bahwa faktor-faktor di atas (faktor internal dan eksternal) saling

bertautan atau berhubungan, membentuk semacam koordinasi yang rumit untuk

menunjang pemahaman terhadap bacaan. Ada saatnya pada tahap membaca

Page 17: Modul Membaca

tertentu, kemampuan intelektual dibutuhkan; dan pada saat yang lain, dibutuhkan

faktor pengetahuan, pengalaman, dan persepsi untuk menelaah, menyintesis,

menilai, atau membantu berimajinasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya membaca

adalah proses yang kompleks dan rumit. Kemampuan membaca itu adalah

kemampuan yang spesifik, yang menyebabkan setiap orang mempunyai

kemampuan membaca yang berbeda dengan orang lain.

b. Tuntutan Realitas Sehari-Hari

Berapa juta eksemplar surat kabar terbit hari ini di seluruh dunia? Berapa

juta eksemplar majalah dalam berbagai jenis terbit setiap minggu? Berapa juta

eksemplar buku terbit tiap tahun? Anda bisa membayangkan hal itu. Semuanya

menyajikan informasi-informasi, baik pengetahuan, fakta, hasil penelitian, telaah

perkembangan politik, ulasan, liputan peristiwa, dan sebagainya. Jika kita tidak

mau dikatakan masyarakat yang paling terbelakang, maka ada semacam

kewajiban atau kebutuhan untuk membaca, membaca, dan membaca seri-seri

bahan cetak tersebut. Minimal yang berkepentingan dengan kebutuhan kita.

Informasi apa yang tidak bisa kita jumpai dari bahan-bahan penerbit tersebut?

Hampir tidak ada. Dan itu semua membutuhkan kecepatan dan ketepatan

membaca yang tinggi.

Perhatikan koran hari ini! Ingin memperoleh pekerjaan? Baca kolom iklan.

Ingin tahu perkembangan politik luar negeri? Baca kolom liputan luar negeri.

Ingin memasak masakan baru? Baca bagian ”menu hari ini”, dst.

Belum lagi beribu-ribu judul buku yang terbit setiap tahun. Jelas bahwa

tidak semuanya menuntut untuk kita baca. Akan tetapi, pada jenis-jenis tertentu,

yang sesuai dan berkepentingan dengan hidup kita, tentu perlu untuk dibaca.

Fakta di atas telah menunjukkan betapa peran membaca demikian besar

merasuk ke segala segi kehidupan modern dewasa ini. Meskipun muncul media-

media informasi yang lain, televisi, radio, misalnya, peran membaca tidak dapat

digantikan sepenuhnya.

Page 18: Modul Membaca

c. Hasil Studi Membaca

Telah lama para ahli berusaha merumuskan dan mencari jawaban atas dua

pertanyaan pokok tentang membaca, yaitu :

1) bagaimana membaca yang baik itu? (Bagaimana menjadi pembaca yang

efektif itu?)

2) bagaimana mengajarkannya? Atau dengan kata lain, bagaimana melatih

dan mengembangkannya?

Dua pertanyaan ini telah lama dicari jawabannya melalui berbagai

pendekatan kajian, baik secara konseptual, empiris, maupun eksperimental. Pada

akhirnya tak dapat dihindari berbagai variasi rumusan teori membaca dan

penerapannya, namun satu hal yang pasti bahwa semua mengharapkan pada setiap

orang untuk menjadi pembaca yang cepat dan efektif, saran-saran, serta langkah-

langkah yang perlu dilakukannya.

Demikianlah tiga hal yang bisa kita pahami bersama, yang membawa pada

satu kesepakatan bahwa kemampuan membaca cepat dan efektif itu penting,

terutama untuk dipelajari dan dikembangkan. Ingat pesan William Francis Bacon,

seorang filsuf abad XVI yang lalu, yang mengatakan bahwa ”membaca membuat

manusia penuh, berdiskusi membuat manusia siap, dan menulis membuat

manusia cermat”.

2. Masalah Umum yang Dihadapi Pembaca

Pada umumnya orang tak sadar dengan masalah membacanya.

Kebanyakan orang telah puas dengan kondisi kemampuan membacanya, baik

dalam kecepatan maupun dalam tingkat pemahamannya. Padahal, secara teoretis

kecepatan dan pemahaman terhadap bacaan itu dapat ditingkatkan dua atau tiga

kali lipat dari kecepatan dan pemahaman semula. Ada beberapa masalah dan

hambatan yang umum terjadi pada setiap orang. Masalah tersebut antara lain :

Page 19: Modul Membaca

a. Rendahnya Tingkat Kecepatan Membaca

Berapa kecepatan membaca Anda? Bila kecepatan membaca sekitar 175 -

250 kata atau kurang, maka kecepatan membaca Anda termasuk rendah,

sedangkan bila kecepatan itu berkisar antara 250 - 350 kata per menit, kecepatan

membaca Anda termasuk sedang atau cukup memadai. Akan tetapi, bila

kecepatan membaca berkisar antara 400 - 500 kata, atau bahkan lebih, Anda

dikatakan sebagai pembaca yang cepat. Kecepatan membaca biasanya memang

diukur dengan berapa banyaknya kata atau jumlah kata yang terbaca setiap

menitnya. Jika teks itu cukup banyak, tinggal menghitung berapa jumlah kata,

kemudian di bagi dengan waktu untuk menyelesaikannya.

Masalah kecepatan membaca ini menjadi hambatan karena pada umumnya

orang tidak ambil pusing dengan kebiasaan membacanya, termasuk cara membaca

yang buruk. Misalnya kecepatan membaca yang rendah. Masalahnya, orang

kebanyakan tidak menyadari bahwa ada jenjang kemampuan membaca cepat yang

merentang dari tingkat rendah hingga tingkatan yang efektif. Ingat bahwa semakin

tinggi tingkat kecepatan membaca seseorang, semakin efektif pula kebiasaan

membacanya.

Kemampuan membaca yang buruk (dalam arti rendahnya kecepatan

membaca) jelas sangat mengganggu orang-orang yang sehari-harinya memang

bergelut dengan buku. Misalnya pelajar dan mahasiswa. Sampai-sampai sering

kita jumpai ada pelajar dan mahasiswa yang kekurangan waktu untuk membaca

literatur-literatur yang diwajibkan padanya. Bukan karena waktu yang dimiliki

kurang, melainkan karena banyaknya waktu tersita untuk membaca satu judul

buku saja.

b. Minimnya Pemahaman yang Diperoleh

Tingkat pemahaman terhadap bacaan juga salah satu indikator keefektifan

membaca seseorang. Jawablah pertanyaan di bawah ini. Pemahaman dianggap

memadai pada kondisi normal, berkisar antara 40-60%, atau bila dapat menjawab

dengan benar separuh dari jumlah pertanyaan. Minimnya tingkat pemahaman ini

menjadi masalah karena ada kecendrungan anggapan bahwa semakin lambat cara

Page 20: Modul Membaca

membaca seseorang, semakin tinggi pula pemahamannya.padahal, pada kasus

latihan membaca cepat, anggapan itu justru terbalik, yaitu peningkatan kecepatan

membaca akan diikuti dengan peningkatan pemahaman bacaan.

c. Kurangnya Minat Baca

Masalah ketiga, yang menjadi hambatan dalam masalah membaca, adalah

kurangnya minat membaca. Mengapa? Banyak faktor yang melatarbelakangi hal

ini. Mungkin faktor kebiasaan, sarana, buku-buku yang dibaca, atau kurang

sesuainya bahan bacaan yang tersedia dengan minat yang dimiliki.

Ada indikator bahwa tingkat kemajuan suatu bangsa itu dapat diukur dari

berapa banyak waktu sehari-hari yang digunakan warga untuk membaca. Semakin

banyak waktu yang digunakan untuk membaca, artinya menurut kebutuhan secara

pribadi, bukan dipaksa membaca seperti halnya membaca demi tugas sekolah,

maka semakin tinggi tingkat budaya bangsa tersebut. Konon, kabarnya, di negara-

negaraseperti Swedia, Jerman Barat, Amerika Serikat, dan jepang, waktu bisa

berarti membaca. Orang membaca bisa dijumpai di mana saja: di perpustakaan

umum, di taman, di terminal bus, dan bahkan dalam antrian karcis bioskop.

d. Minimnya Pengetahuan tentang Cara Membaca yang Cepat dan Efektif

Pengetahuan tentang cara membaca yang efektif tampaknya juga

merupakan faktor yang tak kalah pentingnya sebagai masalah dalam membaca.

Secara teoretis, seorang pembaca yang lambat pada hakikatnya bukanlah pembaca

yang bodoh, tetapi mungkin ia hanyalah seorang pembaca yang tidak efisien. Dan

hal ini bisa dipelajari serta ditingkatkan, yang jelas faktor ketidaktahuan ini

banyak menjadi hambatan membaca pada setiap pembaca.

Bagaimana cara mengatasinya? Salah satunya adalah mengetahui berbagai

teknik dan metode mengembangkan kecepatan membaca, mengetahui berbagai

variasi teknik sesuai dengan tujuan membaca, mengetahui berbagai faktor

penghambat kecepatan membaca, serta melihat kemungkinan

mengembangkannya. Yang terakhir barangkali lebih utama, yaitu aktivitas

membaca itu sendiri, yakni membaca, membaca, dan terus membaca.

Page 21: Modul Membaca

e. Adanya Gangguan-gangguan Fisik yang Secara Tak Sadar Menghambat

Kecepatan Membaca antara lain :

membantu melihat /menelusuri baris-baris bacaan dengan alat-alat tertentu

(ujung pensil, jari tangan)

menggerak-gerakkan kaki menurut irama musik yang diperdengarkan

membaca sambil bergumam-gumam, atau bersenandung

kebiasaan berhenti lama pada setiap awal baris

kebiasaan mengulang-ulang unit bahasa yang telah dibaca dan sebagainya.

3. Pembaca yang Efektif dan Pembaca yang Tidak Efektif

a. Anda Dikatakan Sebagai Pembaca yang Kurang Efektif bila :

membaca dengan kecepatan rendah, umumnya antara 100-200 kata per

menit atau kurang.

membaca dengan kecepatan konstan untuk berbagai cuaca dan kondisi

membaca. Kecepatan itu selalu sama meskipun pada tujuan, bahkan

bacaan, dan keperluan yang berbeda.

Gerak mata diarahkan /dipusatkan pada kata demi kata dan memahaminya

secara terputus.

Banyak terjadi pengulangan gerak mata (regresi).

Menggerakkan bola mata 8 - 12 kali atau lebih pada setiap baris bacaan.

Memvokalkan (melisankan) bahan bacaan. Proses membaca diikuti gerak

mulut atau anggota badan lainnya.

Menarik makna literalnya dulu (fakta-fakta), unsur sub ordinatnya, baru

kemudian menyimpulkan gagasan utamnya

Membaca pasif kalimat demi kalimat.

Konsentrasi tidak sempurna

Membaca jika ada keperluan atau ada paksaan dari orang lain.

b. Anda Dikatakan Sebagai Pembaca yang Efektif bila :

Page 22: Modul Membaca

Membaca dengan kecepatan tinggi, biasanya berkisar antara 325-450 kata

per menit atau lebih.

Kecepatan membaca bervariasi, bergantung pada tujuan, keperluan, dan

bahan bacaan

Aspek yang dibaca adalah satuan pikiran, ide, atau kata-kata kunci saja.

Sedikit terjadi pengulangan gerak mata (regresi). Ketepatan selalu akurat

tanpa banyak berhenti.

Menggerakkan bola mata 3 - 4 kali pada setiap baris bacaan.

Waktu membaca, secara fisik diam.

Makna yang diambil adalah gagasan- gagasan pokok saja, tanpa banyak

melihat unsur-unsur yang kurang menunjang.

Membaca dengan sikap aktif, kritis, dan kreatif.

Konsentrasi terhadap bahan bacaan sempurna

Membaca dipandang sebagai kebutuhan, bukan suatu tugas atau beban.

Keperluan atau desakan untuk membaca selalu ada.

4. Metode Mengembangkan Kecepatan Membaca

a. Metode Kosa Kata

b. Metode Motivasi (minat)

c. Metode Gerak Mata (Nurhadi)

5. Mengukur Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi

bacaan. Kecepatan membaca dapat diukur dengan cara : jumlah kata dibagi waktu

yang diperlukan (dalam detik) dikali 60, hasilnya kata per menit / kpm.

Cara mengukur kemampuan membaca ialah : jumlah kata per menit (kecepatan

membaca) dikalikan dengan presentase pemahaman isi bacaan. Misalnya, jika

kecepatan membaca 200 kpm, dan jawaban yang benar diatas pertanyaan-

pertanyaan isi bacaan itu adalah 60%, maka kemapuan baca Anda adalah

Page 23: Modul Membaca

200 X 60% = 120 kpm. Jika lulusan SMU diharapkan memiliki kecepatan

membaca minimal 250 kpm dengan pemahaman 70%, maka kemampuan

membaca minimal lulusan SMU adalah 250 X 70% = 175 kpm

2. Teknik Membaca Skimming dan Skanning

A. Teknik Membaca Sekilas (Skimming)

Dalam pembahasan membaca ekstensif, membaca sekilas (skimming)

telah dibicarakan. Bila anda mencari sebuah buku di perpustakaan, mengenali isi

buku secara cepat dengan cara membuka daftar isi, membaca kata pengantar, atau

halaman sampul belakang, anda hendaknya melakukan skimming.

Dalam menghadapi sebuah bacaan, anda harus memperlakukannya sesuai

dengan maksud anda. Jika fakta dan detail tidak anda perlukan, lompati bagian

tersebut. Cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokok ini disebut

skimming.

Skimming bukan sekedar menyapu halaman buku, melainkan suatu

keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil

yang efesien, untuk mendapatkan berbagai tujuan membaca, misalnya :

1) mengenali topik bacaan ;

2) mengetahui pendapat orang ;

3) mendapatkan bagian penting yang kita perlu tanpa membaca seluruhnya ;

4) mengetahui organisasi tulisan, urutan ide pokok ;

5) penyegaran.

Nurhadi (1987) menuliskan langkah-langkah membaca sekilas sebagai

berikut :

1) pertanyakan dulu, ”Apa yang akan anda cari dari buku ini ?”

2) baca daftar isi atau pengantar !

3) telusuri dengan kecepatan tinggi dengan judul, subjudul !

4) berhentilah ketika anda telah menemukan bagian yang anda cari !

5) baca dengan kecepatan normal dan pahami !

Page 24: Modul Membaca

B. Teknik Membaca Skanning

Sebaliknya, jika Anda hanya membutuhkan suatu fakta tertentu saja, atau

informasi tertentu saja, atau data statistik tertentu saja, misalnya Anda perlu

melompati lainnya dan langsung mencari ke hal tertentu saja. Teknik

melompati (skipping) untuk langsung ke sasaran yang kita cari itu disebut

skanning

Langkah-langkah yang bisa ditempuh adalah sebagai berikut :

1) Lihat daftar isi dan kata pengantar secara sekilas.

2) Telaah secara singkat latar belakang penulisan buku.

3) Baca bagian pendahuluan secara singkat.

4) Cari dalam daftar isi bab-bab yang penting. Cari dalam halaman-halaman

buku bab yang penting tersebut, kemudian baca beberapa kalimat yang

penting.

5) Baca bagian kesimpulan (jika ada).

6) Lihat secara sekilas adakah daftar pustaka, daftar indeks, atau apendiks.

c. Teknik SQ3R

SQ3R merupakan kependekan dari Survei, Question, Read, Recite, dan

Review. Metode ini dikemukakan oleh Francis P.Robinson tahun 1941.

Ada beberapa manfaat yang bisa dipetik dari penggunaan metode ini

dalam kegiatan membaca.

1) Dengan metode ini pembaca dapat mentukan apakah materi yang dihadapinya

sesuai dengan keperluannya atau tidak. Jika bacaan itu memang

diperlukannya, tentu pembaca akan meneruskan kegiatan bacanya. Jka tidak

pembaca akan mencari bahan lain yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini

dilakukan setelah pembaca melakukan survei terhadap bacaan.

2) Metode ini memberi kesempatan kepada para pembaca untuk lebih fleksibel.

Pengaturan kecepatan membaca untuk setiap bahan bacaan tidaklah sama.

Pembaca akan memperlambat waktu membacanya jika menemukan hal-hal

baru yang perlu dipahami. Sebaliknya pembaca akan mempercepat waktu

Page 25: Modul Membaca

membacanya jika menemukan bagian-bagian yang kurang relevan dengan

kebutuhannya.

3) Metode ini membekali pembaca dengan metode yang sistematis, untuk

menghasilkan efisiensi dan efektifitas hasil belajar. Menghasilkan pemahaman

yang komprehensif, bukan ingatan pemahaman yang komprehensif relatif

akan bertahan lebih lama tersimpan di dalam otak kita daripada hanya sekedar

mengingat fakta.

Deskripsi kegiatan untuk masing-masing fase dalam SQ3R adalah sebagai

berikut :

Langkah 1: S – Survei

Survei atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum

membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar

umum yang akan dibaca dengan maksud untuk :

1) Mempercepat menangkap arti,

2) Mendapatkan abstrak,

3) Mengetahui ide-ide yang penting,

4) Melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut,

5) Mendapatkan minat perhatian yang saksama terhadap bacaan, dan

6) Memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.

Prabaca dilakukan hanya beberapa menit, tetapi dengan cara yang

sistematis kita cepat menemukan ide-ide penting dan organisasi bahan. Hal itu

akan sangat membantu mencapai tujuan kita membaca. Selain itu, prabaca juga

digunakan untuk melihat suatu artikel di koran atau majalah dan menimbang-

nimbang buku di perpustakaan atau di toko buku untuk mengetahui : Apakah

tulisan atau buku ini cocok dengan kebutuhan saya ? Tidak terlalu sulit ? Atau

terlalu dangkal ? Apakah cocok dengan literatur yang disarankan ?

Page 26: Modul Membaca

Langkah 2 : Q – Question

Bersamaan pada saat survei, ajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya

tentang isi bacaan itu, dengan mengubah judul dan subjudul serta sub dari

subjudul menjadi suatu pertanyaan. Gunakan kata-kata ’siapa, apa, kapan, di

mana, atau mengapa’. Misalnya, subjudul itu ”Kekurangan Tenaga Ahli Ilmiah

dan Teknik”, dapat diubah dengan bertanya : Mengapa kekurangan tenaga ahli

ilmiah dan teknik ? Mungkin pertanyaan itu dapat anda persempit lagi dengan

dengan mengaitkan pengetahuan anda : Apa kurikulum di perguruan tinggi kurang

memadai ? Apa akibatnya terhadap perkembangan iptek ?

Pada waktu survei buku secara keseluruhan, pertanyaan anda mungkin

terlalu umum, tetapi pada saat survei pada bab ke bab pertanyaan-pertanyaan itu

dapat lebih spesifik. Suatu pertanyaan dapat menimbulkan beberapapertanyaan

lain tentang isi secara lebih mendalam. Dengan adanya berbagai pertanyaan itu

cara membaca kita menjadi lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang

ada daripada kalau hanya membaca asal membaca.

Langkah 3 : R – Read

Setelah melewati tahap survei dan timbul beberapa pertanyaan yang anda

harapkan akan mendapat jawaba di bacaan yang anda hadapi, langkah berikutnya

adalah : Read, membaca.

Jadi, membaca itu baru langkah ketiga, bukan langkah pertama atau satu-

satunya langkah untuk menguasai bacaan. Cara membaca pun bukan seperti

membaca novel, hanya mengkuti apa yang sedang berlangsung, melainkan secara

kritis.

Baca tulisan itu bagian demi bagian. Sementara membaca bagian-bagian

itu carilah jawaba atas pertanyaan yang anda bentuk berdasarkan judul-judul atau

bagian atau pertanyaan lain yang muncul sehubungan dengan topik bacaan itu.

Pada tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok serta detail yang

penting, yang mendukung ide pokok. Perlambat cara membaca anda di bagian-

bagian yang penting atau yang anda anggap sulit dan percepat kembali pada

bagian-bagian yang tidak penting atau yang telah anda ketahui.

Page 27: Modul Membaca

Pada tahap membaca ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu : (1)

Jangan membuat catatan-catatan. Ini akan memperlambat anda dalam membaca.

Selain itu juga berbahaya, catatan anda itu bisa jadi hanya merupakan kutipan

kata-kata penulisnya saja. (2) Jangan membuat tanda-tanda seperti garis bawah

pada kata maupun frase tertentu, bisa jadi setelah anda selesai membaca acap kali

ternyata anda salah memilihnya. Kalau memang ada yang menarik atau anda

anggap penting cukup beri tanda silang di pinggir halaman dulu. Untuk kemudian

nanti dicek kembali.

Pada tahap membaca ini, konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide

pokoknya serta mengetahui detail yang penting.

Langkah 4 : R – Recite atau Recall

Setiap selesai membaca suatu bagian, berhentilah sejenak. Dan cobalah

menjawab pertanyaan-pertanyaan bagian itu atau menyebutkan hal-hal penting

dari bab itu. Pada kesempatan itu, anda dapat juga membuat catatan seperlunya.

Jika masih mengalami kesulitan, ulangi membaca bab itu sekali lagi. Sebelum

menginjak langkah selanjutnya, pastikan empat langkah ini anda jalani dengan

benar. Sekalipun bahan itu mudah dimengerti, tahap mengutarakan kembali hal-

hal penting itu jangan dilewatkan agar tidak mudah kita lupakan.

Berapa lama untuk tahap ini ? Anda perlu menyediakan waktu setengah

dari waktu untuk membaca. Hal ini bukan merupakan pemborosan waktu,

melainkan memang diperlukan untuk tahap ini. Justru pembaca yang hanya

membaca sekadar membaca itu memboroskan waktu. Sekalipun mereka mengerti

apa yang dibaca, tetapi akan segera melupakannya.

Langkah 5 : R – Review

Daya ingat kita terbatas. Sekalipun pada waktu membaca 85% kita

menguasai isi bacaan, kemampuan kita dalam waktu 8 jam untuk mengingat detail

yang penting tinggal 40%. Dan, dalam tempo dua minggu pemahaman kita tinggal

20%.

Page 28: Modul Membaca

Oleh karena itu, janganlah anda lewatkan langkah terakhir ini : Review.

Setelah selesai keseluruhan dari apa yang harus dibaca, ulangi untuk menelusuri

kembali judul-judul dan subjudul dan bagian-bagian penting lainnya dengan

menemukan pokok-pokok penting yang perlu untuk diingat kembali. Tahap ini

selain membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman juga untuk

mendapatkan hal-hal penting yang barangkali kita lewati sebelum ini.

4. Prosedur Klose

Pengertian

Metode yang dipandang paling berhasil dalam pembeajaran membaca

adalah prosedur klose. Selain dapat dipergunakan sebagai alat untuk pengajaran

membaca juga untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa.

Metode ini diperkenalkan oleh Wilson Taylor (1953) yang berasal dari

istilah ”Clozure” suatu istilah dari ilmu jiwa Gestalt. Konsepnya menjelaskan

tentang kecenderungan orang untuk menyempurnakan suatu pola yang tidak

lengkap, secara mental menjadi suatu kesatuan yang utuh, melihat bagian-bagian

sebagai suatu keseluruhan.

Dalam prosedur klose pembaca diminta untuk dapat memahami

wacana yang tidak lengkap. Bagian-bagian tertentu dihilangkan dengan

pemahaman yang sempurna. Bagian-bagian kata yang dihilangkan itu, biasanya

kata ke-n digantikan dengan tanda garis lurus panjang atau dengan tanda titik-

titik. Penghilangan bagian-bagian kata dalam prosedur. Klose, mungkin juga tidak

berdasarkan kata ke-n secara konsisten dan sistematis. Kadang-kadang

pertimbangan lain turut menentukan kriteria pengosongan kata. Misalnya saja kata

kerja, kata benda, kata penghubung, atau kata-kata tertentu yang dianggap

penting. Tugas pembaca adalah mengisi bagian-bagian yang kosong itu dengan

kata-kata yang tepat.

Fungsi

Berbicara tentang fungsi prosedur klose, terdapat dua fungsi utama dari

prosedur ini. Pertama sebagai alat untuk mengukur tingkat keterbacaan. Suatu

Page 29: Modul Membaca

wacana dapat ditentukan tingkat kesukarannya serta dapat diketahui kelayakan

pemakaiannya untuk sisiwa. Kedua prosedur klose juga merupakan suatu alat

pengajaran membaca. Dalam fungsinya sebagai alat ajar, penggunaan teknik klose

dapat dipergunakan untuk melatih kemampuan dan keterampilan membaca siswa.

Nah, perhaikan wacana berikut:

Anak perlu dikenalkan kepada alam sekitarnya sedini mungkin. Ini penting

untuk perkembangan......(1) dan emosinya. Anda dapat......(2) proses mekarnya

bunga dan......(3) aneka warna bunga pada......(4). Kepada anak yang lebih......(5)

anda dapat menceritakan bentuk......(6) warna bunga yang indah......(7) baunya

yang harum atau......(8) membuat serangga tertarik dan......(9) untuk menghisap

madu.

Bandingkan dengan wacana di bawah ini !

Selain itu pengenalan......(1) alam sekitar.....(2) penting.....(3), merangsang

kepekaan penginderaan anak. Tangannya bisa setiapkali disentuhkan.....(4)

permukaan daun......(5) ujung daun.....(6) melatih alat perabanya. Anak.....(7)

sudah pandai berjalan.....(8) diajak menginjak rumput.....(9) berembun......(10)

pagi.

Apa kesimpulan anda setelah membaca kedua wacana di atas ?

Penggunaan teknik klose di atas tidak sama, bukan ? Pengosongan pada wacana

pertama dilakukan dengan tingkat teraturan yang konsisten. Perhatikan, setiap

kata keberapa penghilangan itu dilakukan ?

Pengosongan pada wacana kedua, tidak dilakukan atas dasar keteraturan

jarak penghilangan. Perhatikan sekali wacana tersebut ! Dapatkah anda

menemukan sesuatu dari bagian-bagian yang dihilangkan itu ? Ternyata semuanya

adalah kata-kata tugas, bukan ? Nah, bandingkanlah dengan teks aslinya.

Page 30: Modul Membaca

Wacana 1

Anak perlu diperkenalkan kepada alam sekitarnya sedini mungkin. Ini

penting untuk perkembangan intelektual (1) dan emosinya. Anda dapat

menceritakan (2) proses mekarnya bunga dan mengenalkan (3) aneka warna

bunga pada anak (4). Kepada anak yang lebih besar (5) anda dapat menceritakan

bentuk dan (6) warna bunga yang indah serta (7) baunya yang harum atau yang

(8) membuat serangga tertarik dan datang (9) untuk menghisap madu.

Wacana 2

Selain itu pengenalan terhadap (1) alam sekitar juga (2) penting untuk (3),

merangsang kepekaan penginderaan anak. Tangannya bisa setiapkali disentuhkan

ke (4) permukaan daun dan (5) ujung daun untuk (6) melatih alat perabanya. Anak

yang (7) sudah pandai berjalan dapat (8) diajak menginjak rumput yang (9)

berembun setiap (10) pagi.

Jawaban siswa untuk mengisi teknik klose dan fungsinya sebagai alat

ukur, hendaknya tepat benar, sesuai dengan teks aslinya.

Dalam kenyataannya, penggunaan teknik klose, tidak selalu menuntut

jawaban yang persisi sama sesuai dengan teks aslinya. Kata-kata yang bersinonim

atau kata-kata yang dapat menggantikan kedudukan kata asli, baik ditinjau dari

sudut makna atau struktur kalimatnya benar, dapat diterima. Cara ini biasanya

dipergunakan dalam teknik pengajaran untuk melatih keterampilan membaca

siswa.

Perhatikan contoh berikut dan lengkapilah bagian-bagian kalimat yang

dihilangkan !

”Keinginan untuk memperoleh kasih sayang dasar kecemburuan

antara saudara dalam keluarga.”

Cobalah anda isi ! Bandingkan jawaban anda dengan jawaban teman anda.

Beraneka ragam, bukan ? Kata-kata : ialah, adalah, merupakan, menjadi, dan

seterusnya boleh jadi menjadi pilihan anda dan teman anda.

Page 31: Modul Membaca

Penghilangan (delisi) untuk teknik klose sebagai alat ajar, tidak selalu

harus dengan jarak yang sama. Sebagai guru, anda tentu lebih tahu, apa yang

dibutuhkan siswa anda. Yang terpenting ialah tindak dari kegiatan ini.

Diskusikanlah setiap alternatif jawaban yang diajukan siswa. Bicarakanlah alasan

ketepatan atau kesalahan jawaban siswa, agar mereka lebih mengerti.

Kegunaan

Apa manfaat teknik klose untuk anda dan siswa anda ? kembali kepada

dua fungsi utama yang telah dibicarakan di muka, teknik klose bermanfaat untuk :

1) Mengukur tingkat keterbacaan sebuah wacana untuk :

a) Menguji tingkat kesukaran dan kemudahan bahan bacaan ;

b) Mengklasifikasikan tingkat baca siswa : pembaca independen,

instruksional, atau frustasi,dan

c) Mengetahui kelayakan wacana sesuai dengan peringkat siswa.

2) Melatih keterampilan dan kemampuan baca siswa melalui kegiatan belajar-

mengajar, pengajaran membaca melatih :

a) Siswa menggunakan isyarat sintaksis ;

b) Siswa menggunakan isyarat semantik ;

c) Siswa menggunakan isyarat skematis ;

d) Peningkatan kosa kata ; dan

e) Daya nalar siswa dalam upaya pemahaman bacaan.

Dengan manfaat-manfaat yang telah diuraikan tersebut, guru dalam waktu

relatif singkat akan segera dapat mengetahui tingkat keterbacaan wacana, tingkat

keterbacaan siswa, latar belakang pengalaman, minat dan bahasa siswa. Dengan

demikian, guru akan dapat dengan tepat membuat keputusan instruksional untuk

membantu anak didiknya dalam belajar, khususnya dalam kegiatan membaca.

Kriteria Pembuatan Klose

Sebelum anda mencoba berlatih membaca dan atau menggunakannya

dalam pengajaran membaca untuk siswa anda, tentu terlebih dahulu anda harus

mengetahui kriteria pembuatannya. Setidak-tidaknya anda harus mengetahui

Page 32: Modul Membaca

aturan yang baku/standar, meskipun mungkin anda memiliki ide baru yang lebih

jitu.

Wilson Taylor (1953) sebagai pencipta teknik ini, mengusulkan sebuah

prosedur yang baku untuk sebuah konstruksi klose, sebagai berikut :

1) Memilih suatu wacana yang relatif sempurna yakni wacana yang tidak

tergantung pada informasi sebelumnya.

2) Melakukan penghilangan/pengosongan kata ke-n, tanpa memperhatikan arti

dan fungsi kata-kata yang dihilangkan.

3) Mengganti bagian-bagian yang dihilangkan tersebut dengan tanda garis lurus

datar yang sama panjangnya.

4) Memberi salinan (copy) dari semua bagian yang direproduksi kepada

siswa/peserta tes.

5) Mengingatkan siswa untuk berusaha mengisi semua delisi dengan pertanyaan-

pertanyaan dari konteks atau kat-kata sisanya.

6) Menyediakan waktu yang relatif cukup untuk memberi kesempatan kepada

siswa dalam menyelesaikan tugasnya.

John Haskall menyempurnakan konstruksi tersebut dengan variasi sebagai

berikut :

1) Memilih suatu teks yang panjangnya lebih kurang 250 kata.

2) Biarkan kalimat pertama dan kalimat terakhir utuh.

3) Mulailah penghilangan itu dari kalimat kedua, yakni pada setiap kata kelima.

Pengosongan ditandai dengan garis lurus mendatar.

4) Jika kebetulan kata kelima jatuh pada kata bilangan, janganlah melakukan

delisi pada kata tersebut. Biarkan kata itu hadir secara utuh, sebagai gantinya

mulailah kembali dengan hitungan kelima.

Bagaimana jika anda ingin melatih kecakapan penggunaan kata penghubung

siswa anda dengan menggunakan teknik klose/adakah keberatan anda terhadap

prosedur baku yang dikemukakan di atas ? Coba renungkan sekali lagi !

Page 33: Modul Membaca

Dalam suatu teks/wacana, kata penghubung seperti yang anda maksud

tidak selalu terletak pada setiap kata kelima atau ke-n, bukan ? Jika demikian

halnya, kita perlu memisahkan kriteria (sesuai dengan fungsinya) pembuatan

klose sebagai pedoman.

Untuk lebih mempermudah pemahaman anda lihatlah tabel berikut :

Karakteristik Sebagai Alat Ukur Sebagai Alat Ajar

1. Panjangnya Antara 250-350 kata pilihan Wacana yang terdir atas

maksimal 500 kata

2. Delisi Setiap kata ke-n hingga

berjumlah lebih kurang 50

buah

Delisi secara selektif

tergantung pada kebutuhan

siswa dan pertimbangan guru

3. Evaluasi Jawaban berupa kata persis

sesuai dengan kunci/teks

aslinya

Jawaban boleh berupa

sinonim atau kata yang secara

struktur dan makna dapat

menggantikan kedudukan

kata yang dihilangkan

4. Tindak Lanjut Lakukan diskusi untuk

membahas jawaban-jawaban

siswa

Bagaimana kesimpulan anda setelah membaca seluruh uraian mengenai

prosedur klose ? Dapatkah anda mengaplikasikannya untuk kepentingan

keterampilan baca anda ? Bagaimana pula dalam kaitannya dengan kebutuhan

siswa anda dalam pengajaran menbaca ?

Untuk kepentingan keterampilan baca anda, mintalah bantuan teman anda

untuk bertindak sebagai penguji. Lakukanlah secara bergilir dan bergantian agar

semua mendapat giliran.

Page 34: Modul Membaca

Selain itu, cobalah anda membuat berbagai tes klose untuk berbagai

keperluan dan tujuan. Perhatikan konsep-konsep dan prosedur pembuatannya

terapkanlah kepada siswa anda selamat mencoba !

C. Rangkuman

Membaca cepat dan efektif artinya membaca yang mengutamakan

kecepatan serta diikuti pula oleh peningkatan pemahaman terhadap bacaan.

Kecepatan membaca dapat diukur dengan mengalikan jumlah kata dengan 60

dibagi waktu yang diperlukan, hasilnya kata per menit. Sedangkan kemampuan

membaca adalah hasil kali antara kecepatan membaca dengan persentase

pemahaman.

Kecepatan membaca dapat dikembangkan dengan berbagai metode yaitu:

metode kosakata, metode motivasi, metode bantuan alat dan metode gerak mata.

Teknik membaca skimming berarti menyapu halaman-halaman buku

dengan cepat untuk menemukan sesuatu yang dicari. Sedangkan teknik skanning

dilakukan bila anda hanya membutuhkan suatu fakta tertentu saja, atau informasi

tertentu saja, atau data statistik tertentu saja.

Metode lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan

membaca adalah SQ3R, yaitu singkatan dari Survei, Question, Read, Recite, dan

Review.

Metode yang dipandang paling berhasil dalam pembelajaran membaca

adalah prosedur klose. Dalam prosedur klose pembaca diminta untuk dapat

memahami wacana yang tidak lengkap. Metode ini memiliki dua fungsi utama

yaitu, sebagai alat ukur untuk mengukur tingkat keterbacaan siswa dan dapat juga

digunakan sebagai alat pengajaran membaca.

Page 35: Modul Membaca

D. Tugas

1. Sebutkan dua alternatif kriteria penilaian kemampuan klose siswa menurut

para ahli.

1. Coba uraikan dengan singkat keunggulan dan kelemahan teknik klose.

2. Jika Anda hendak membaca buku dengan metode SQ3R, langkah apa yang

pertama sekali Anda lakukan? Berikan contohnya.

3. Apa yang dimaksud dengan R1 dalam metode SQ3R? Berikan penjelasan

ilustrasi prosedur penghubung dalam kegiatan ini.

4. Ambillah sebuah wacana yang panjangnya kira-kira 1000 kata, lalu ukurlah

kecepatan membaca Anda.

5. Jelaskan langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam membaca skimming.

6. Kecepatan membaca dapat ditingkatkan dengan berbagai metode yaitu :

metode kosakata, metode motivasi, metode bantuan alat dan metode gerak

mata. Jelaskanlah tiap-tiap metode tersebut beserta contohnya.