modul praktikum asuhan kebidanan neonatus, bayi …

128

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …
Page 2: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

1

MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI BARU

LAHIR, BALITA DAN ANAK PRAKSEKOLAH

PRODI D III KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

Page 3: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

2

HADIST & ALQURAN

Zaid bin Aslam rahimahullah berkata:

ر انأ انجزح اندو وأ ه وسهى أصابه جزح فاحتق عه صهى الل رسىل الل جلا ف سيا ي جم دعا رجه ز

ه وسهى عه صهى الل رسىل الل ا أ ه فشع ار فظزا إن ز ا ب أ ب خ ا أطب فقال أو ف انط ا أك قال نه

شل اندواء انذي أ ه وسهى قال أ عه صهى الل رسىل الل د أ فشعى س دواء رسىل الل شل ا

―Bahwa seseorang di jaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terkena luka.

Kemudian luka tersebut mengeluarkan darah. Orang tersebut memanggil 2 orang

dari Bani Anmar, kemudian keduanya memeriksa orang tersebut. Rasulullah

shallallahu alaihi wasallam berkata kepada keduanya: ―Siapakah yang paling

mengerti ilmu kedokteran di antara kalian berdua?‖ Keduanya

bertanya: ―Memangnya di dalam ilmu kedokteran terdapat kebaikan, wahai

Rasulullah?‖ Beliau menjawab: ―Dzat yang menurunkan penyakit telah menurunkan

obatnya.‖ (HR. Malik dalam al-Muwaththa: 1689 (2/943) dan Ibnu Abi Syaibah

dalam Mushannafnya: 23886 (7/361).

Page 4: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

3

VISI MISI PRODI KEBIDANAN

I. Visi Program Studi :

Pada tahun 2036 menjadi Program Studi D III Kebidanan yang unggul dan

berdaya saing global menghasilkan tenaga bidan profesional berlandaskan nilai-nilai

islami dan berjiwa enterpreuner.

II. Misi Program Studi :

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam ilmu kebidanan yang terkini.

2. Menyelenggarakan penelitian dan pengabdian pada masyarakat dengan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kebidanandan kesehatan.

3. Menyelenggarakan pembelajaran kewirausahaan di bidang kebidanan.

4. Menyelenggarakan perkuliahan Al Islam Kemuhammadiyahan.

III. Tujuan Program Studi:

1. Menghasilkan lulusan kebidanan yang mempunyai pengetahuan, sikap dan

keterampilan di bidang kebidanan dan kesehatan yang terkini.

2. Menghasilkan karya ilmiah dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dalam

bidang kebidanan dan kesehatan dengan mengamalkan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam bentuk pengabdian masyarakat.

3. Menghasilkan lulusan yang berjiwa enterpreneur di bidang kebidanan dan kesehatan.

4. Mampu mengamalkan nilai-nilai Al-Islam Kemuhammadiyahan dalam kehidupan.

Page 5: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

4

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum warohmatullohi Wabarokatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan

rahmat dan hidayah Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum Asuhan

Kebidanan Neonatus, Bayi Baru Lahir, Balita dan Anak Prasekolah untuk mahasiswa Prodi D

III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Modul

praktikum ini digunakan sebagai acuan bagi mahasiswa, pembimbing dan semua pihak untuk

kelancaran pelaksanaan kegiatan praktikum sehingga diperoleh kesatuan persepsi dan langkah

untuk mencapai kompetensi dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Baru

Lahir, Balita dan Anak Sekolah.

Modul Praktikum ini disusun atas bantuan dan kerja sama semua pihak, oleh karena

itu kami mengucapkan terima kasih bagi semua pihak yang telah membantu. Semoga Allah

SWT membalas semua bantuan dan kerjasama tersebut dengan kebaikan pula. Amin

Penyusun menyadari Modul ini jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan masukan

sangat diharapkan.

Wassalaamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Ponorogo, 2017

Tim Penyusun

Page 6: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

5

DAFTAR ISI

HADIST ................................................................................................................................ I

VISIMISI ............................................................................................................................ II

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... III

PENDAHULUAN .............................................................................................................. IV

I. KONSEP DASAR KETERAMPILAN PERAWATAN BAYI SEHARI-HARI

A. DEFINISI .............................................................................................................. 1

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI .............................................................................. 1

C. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PERAWATAN

BAYI ......................................................................................................................... 4

II. PERAWATAN BAYI SEHARI-HARI ............................................................................ 4

III. PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR ............................................................ 13

IV. PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG

A.KPSP .................................................................................................................. 25

B. DENVER ........................................................................................................... 27

V. IMUNISASI

1. BCG .................................................................................................................... 43

2. HEPATITIS B .................................................................................................... 53

3.. POLIO ............................................................................................................... 71

4. DPT ..................................................................................................................... 85

5. CAMPAK ......................................................................................................... 110

Page 7: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

1

KONSEP DASAR KETERAMPILAN

I. PERAWATAN BAYI SEHARI-HARI

A. DEFINISI

Perawatan bayi adalah suatu tindakan merawat dan memelihari kesehatan bayi dalam

bidang preventif dan kuratif(Baety,2011).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Anatomi bayi baru lahir memiliki berbagai ciri khas yang membantunya untuk tumbuh

dan berkembang di luar rahim. Seorang bayi tumbuh lebih cepat di tahun pertama setelah

ia lahir dibandingkan waktu lain selama hidupnya.

1. Mata sembab

Kelopak mata bayi yang baru lahir seringkali sembap. Beberapa bayi matanya

tampak berwarna merah muda sesaat setelah dilahirkan yang disebabkan oleh

sumbatan saluran air mata atau infeksi bakteri jalan lahir.

Page 8: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

2

2. Verniks

Zat putih berlemak di seluruh tubuh bayi mencegah kulit mengerut akibat paparan

cairan amnion selama berada di uterus (rahim). Verniks ini bisa dibilas atau dihapus

setelah lahir.

3. Tali pusat

Tali pusat lokal yang merupakan penghubung antara janin dan plasenta ibu

memiliki 2 arteri dan sebuah vena dengan selaput yang mirip seperti agar-agar. Tali

pusat ini akan dijepit dan dipotong segera setelah bayi lahir.

Page 9: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

3

4. Fontanela

Fontela adalah sendi jaringan ikat yang lentur antara tulang-tulang tengkorak.

Fontela ini memungkinkan adanya perubahan bentuk tengkorak, serta membantu

perjalanan bayi melewati saluran lahir.

5. Kelenjar timus

Merupakan bagian dari sistem imun (kekebalan tubuh) yang memiliki ukuran

besar saat lahir karena sistem imun sedang berkembang pesat.

6. Hati

Ukuran hati bayi relatif besar saat lahir karena merupakan organ utama penghasil

darah pada janin.

Page 10: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

4

7. Pelvis

Bagian tubuh ini terutama terbuat dari tulang rawan saat lahir. Pelvis akan

mengeras untuk membentuk jaringan tulang (osifikasi) saat usia kanak-kanak.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PERAWATAN

BAYI

1. Kasih sayang yang dapat membantu pembentukan bayi kearah positif dan membuat

rasa aman, nyaman dan bahagia.

2. Makanan yang sesuai kebutuhan gizi yang menunjang pertumbuhan otak

3. Lingkungan yang higienis akan menunjang kesehatan dan mengurangi terjadinya

infeksi kuman.

4. Tidur nyenyak sesuai dengan kebutuhan akan membantu produksi hormone

pertumbuhan saat tidur.

5. Kesehatan kulit agar terhindar dari penyakit kulit.

D. PERAWATAN BAYI SEHARI-HARI

1. Membersihkan kotoran mata

Gunakan kapas steril yang dibasahi air matang untuk membersihkan tahi mata.

Selalu gunakan kapas baru untuk tiap mata. Lakukan pijatan lembut dari sudut mata

kebawah dan kearah hidung selama 5-10 kali. Selewat usia 2 minggu lazimnya tahi

mata tak lagi berlebihan karena saluran air matanya sudah berfungs. Bersihkan mata

dari arah dalam keluar dengan bola kapas yang sudah dicelup dalam ai hangat. Ganti

Page 11: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

5

kapas setiap kali membersihkan mata agar tidak terjadi perpindahan kuman. Gunakan

tisu untuk mengeringkan mata.

2. Membersihkan kerak kepala

Kerak di kulit kepala ada hamper setiap bayi. Kerak ini disebut sela karang atau

cradle crap. Meski tidak berbahaya, tetapi sungguh menjengkelkan. Cara

menghilangkannya dengan mengoleskan baby oil pada kepala bayi, diamkan 10-15

menit, lalu pijat perlahan sebelum mengeramasinya.

Jangan sampai kulit kepalanya berdarah. Ingat, ada peredaran darah di kepala

yang menyambung ke otak. Usahakan kulit kepala tetap sejuk dan kering supaya tidak

bertambah banyak.

3. Mencuci rambut

Mencuci rambut bayi yang masih kecil sebenarnya mudah. Selain belum banyak

bergerak, rambutnya pun sedikit. Jangan panic melhat ubun-ubun sikecil yang belum

rapat. Kulit yang melindungi ubun-ubun cukup kokoh. Cuci rambut bayi dengan

sampo bayi. Pegang kepalanya erat-erat dan jaga jangan sampai sampo masuk ke

matanya. Meski sampo bayi terbuat dari ramuan khusus sehingga lembut dan tidak

membuat mata pedih, bisa jadi ia kaget saat kemasukan sampo.

Page 12: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

6

4. Membersihkan hidung

Bagian dalam hidung memiiki daya pembersih sendiri, sehingga tak perlu

perawatan khusus. Untuk membersihkan cuping hidung, gunakan kapas bertangkai

yang sudah dicelup dalam air hangat. Jangan dalam-dalam. Cuping hidung sikecil bisa

terluka nantinya. Ganti kapas bertangkai untuk cuping hidung lainnya. Saat nafasnya

terganggu karena lendir berlebih, gunakan aspirator. Lakukan satu per satu secara

bergantian karena menghisap kedua lubang sekaligus berbahaya. Lendir dapat naik

dan berpeluang menyebabkan infeksi.

Page 13: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

7

5. Merawat tali pusat

PERAWATAN TALI PUSAT

Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord. Merupakan

saluran kehidupan bagi janin selama ia di dalam kandungan, sebab selama dalam

rahim, tali pusat ini lah yang menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke

janin yang berada di dalam nya. Begitu janin dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan

oksigen dari ibunya, karena bayi mungil ini sudah dapat bernafas sendiri melalui

hidungnya. Karena sudah tak diperlukan lagi maka saluran ini harus dipotong dan dijepit,

atau diikat (Wibowo, 2008).

Diameter tali pusat antara 1cm - 2,5cm, dengan rentang panjang antara 30cm-

100cm, rata-rata 55cm, terdiri atas alantoin yang rudimenter, sisa-sisa omfalo

mesenterikus, dilapisi membran mukus yang tipis, selebihnya terisi oleh zat seperti

agar-agar sebagai jaringan penghubung mukoid yang disebut jeli whartor. Setelah tali

pusat lahir akan segera berhenti berdenyut, pembuluh darah tali pusat akan menyempit

tetapi belum obliterasi, karena itu tali pusat harus segera dipotong dan diikat kuat-kuat

supaya pembuluh darah tersebut oklusi serta tidak perdarahan (Retniati, 2010;9).

1. Definisi perawatan tali pusat

Perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau memelihara pada tali pusat

bayi setelah tali pusat dipotong atau sebelum puput (Paisal, 2008).

Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikatan tali pusat yang

menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu bayi, kemudian tali pusat dirawat

dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan terhindar dari infeksi tali pusat

(Hidayat,2005).

Page 14: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

8

2. Tujuan perawatan tali pusat

Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah terjadinya penyakit tetanus pada

bayi baru lahir, agar tali pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak

terjadi infeksi pada tali pusat bayi. Penyakit tetanus ini disebabkan oleh clostridium

tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (Racun), yang masuk melalui luka tali

pusat, karena perawatan atau tindakan yang kurang bersih (Saifuddin, 2001).

Menurut Paisal (2008), perawatan tali pusat bertujuan untuk menjaga agar tali

pusat tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada bayi baru lahir, membiarkan

tali pusat terkena udara agar cepat kering dan lepas.

3. Penatalaksanaan perawatan tali pusat yang benar

(Panduan APN, 2010)

a. Peralatan Yang Dibutuhkan:

1) 2 Air DTT, hangat:

- 1 untuk membasahi dan menyabuni

- 1 untuk membilas

2) Washlap kering dan basah

3) Sabun bayi

4) Kassa steril

5) 1 set pakaian bayi

b. Prosedur Perawatan Tali Pusat:

1) Cuci tangan.

2) Dekatkan alat.

3) Siapkan 1 set baju bayi yang tersusun rapi, yaitu: celana, baju, bedong yang sudah

digelar.

Page 15: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

9

4) Buka bedong bayi.

5) Lepas bungkus tali pusat.

6) Bersihkan/ ceboki dengan washlap 2-3x dari bagian muka sampai kaki/ atas ke

bawah.

7) Pindahkan bayi ke baju dan bedong yang bersih.

8) Bersihkan tali pusat, dengan cara:

a) Pegang bagian ujung

b) Basahi dengan washlap dari ujung melingkar ke batang

c) Disabuni pada bagian batang dan pangkal

d) Bersihkan sampai sisa sabunnya hilang

e) Keringkan sisa air dengan kassa steril

f) Tali pusat tidak dibungkus.

9) Pakaikan popok, ujung atas popok dibawah tali pusat, dan talikan di pinggir.

Keuntungan: Tali pusatnya tidak lembab, jika pipis tidak langsung mengenai

tali pusat, tetapi ke bagian popok dulu.

10) Bereskan alat.

11) Cuci tangan.

Menurut rekomendasi WHO, cara perawatan tali pusat yaitu cukup

membersihkan bagian pangkal tali pusat, bukan ujungnya, dibersihkan

menggunakan air dan sabun, lalu kering anginkan hingga benar-benar kering.

Untuk membersihkan pangkal tali pusat, dengan sedikit diangkat (bukan ditarik).

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan

dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas) dibanding tali pusat yang

dibersihkan menggunakan alkohol.

Page 16: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

10

Selama sebelum tali pusat puput, sebaiknya bayi tidak

dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air, cukup dilap saja dengan air

hangat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya 2x sehari selama balutan atau

kain yang bersentuhan dengan tali pusat tidak dalam keadaan kotor atau basah.

Tali pusat juga tidak boleh dibalut atau ditutup rapat dengan apapun, karena akan

membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga

dapat menimbulkan resiko infeksi. Intinya adalah membiarkan tali pusat terkena

udara agar cepat mengering dan terlepas.

4. Dampak positif dan dampak negatif

Dampak positif dari perawatan tali pusat adalah bayi akan sehat dengan kondisi

tali pusat bersih dan tidak terjadi infeksi serta tali pusat pupus lebih cepat yaitu antara

hari ke 5-7 tanpa ada komplikasi (Hidayat, 2005).

Dampak negatif perawatan tali pusat adalah apabila tali pusat tidak dirawat dengan

baik, kuman-kuman bisa masuk sehingga terjadi infeksi yang mengakibatkan penyakit

Tetanus neonatorum. Penyakit ini adalah salah satu penyebab kematian bayi yang

terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah 220.000 kematian bayi, sebab masih banyak

masyarakat yang belum mengerti tentang cara perawatan tali pusat yang baik dan benar

(Dinkes RI, 2005). Cara persalinan yang tidak steril dan cara perawatan tali pusat

dengan pemberian ramuan tradisional meningkatkan terjadinya tetanus pada bayi baru

lahir (Retniati, 2010;11).

Page 17: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

11

5. Cara pencegahan infeksi pada tali pusat

Cara penanggulangan atau pencegahan infeksi pada tali pusat

meliputi:

a) Penyuluhan bagi ibu pasca melahirkan tentang merawat tali pusat

b) Memberikan latihan tentang perawatan tali pusat pada ibu pasca persalinan.

c) Instruksikan ibu untuk selalu memantau keadaan bayinya.

d) Lakukan perawatan tali pusat setiap hari dan setiap kali basah atau kotor.

1. Skenario Kasus

Seorang bayi baru lahir sejak 24 jam yang lalu tampak tali pusat yang sudah

terbungkus kasa namun kotor karena terkena urin bayi melalui popok yang basah.

Selanjutnya buatlah roleplay merawat tali pusat sesuai dengan kasus!

2. Petunjuk Praktikum

Lakukan kegiatan praktikum sesuai dengan scenario kasus diatas!

3. SOP

PERAWATAN TALI PUSAT

Pengertian Perawatan tali pusat bayi baru lahir adalah memberikan perawatan

tali pusat pada bayi baru lahir sampai tali pusat mongering dan lepas

dengan spontan

Tujuan Untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat putusnya tali

Page 18: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

12

pusat

Persiapan 1. Persiapan Tempat

2. Persiapan Alat/Bahan

Prosedur

Tindakan

A. Persiapan Alat

1. Ruang yang hangat dan menjaga privasi

2. Air hangat

3. Handuk tangan

4. Kapas air hangat

5. Kassa steril

6. Perlak

B. Prosedur Kerja

1. Menyapa pasien dengan sopan dan ramah

2. Menjaga Privasi dan kehangatan ruangan

3. Cuci tangan dengan air bersih dan sabun

4. Letakkan bayi diatas perlak

5. Buka pakaian bayi di area pusat

6. Bersihkan tali pusat dengan kapas air hangat

7. Keringkan tali pusat dengan handuk tangan

8. Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena

udara dan tutupi dengan kassa steril secara longgar. Lipatlah

popok dibawah sisa tali pusat.

9. Kembalikan bayi ke ibu dan lakukan konseling pasca tindakan

10. Bereskan alat-alat

Page 19: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

13

III. PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR

1. Ciri Neonatus

Neonatus memiliki ciri berat badan 2700-4000 gram, panjang, panjang 4853 cm,

Lingkar kepala 33-35 cm. Neonatus memiliki frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit,

pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku

agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik.

1) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180/menit yang kemudian turun sampai

140/menit – 120/menit pada waktu bayi berumur 30 menit.

2) Pernapasan cepat pada menit-menit pertama (kira-kira 80/menit) disertai dengan

pernapasan cuping hidung, retraksi suprastenal dan intercostals, serta rintihan hanya

berlangsung 10 sampai 15 menit.

3) Nilai apgar 7-10 (Lihat tabel Apgar Score).

4) Berat badan 2500 gram- 4000 gram.

5) Panjang badan lahir 48-52 cm.

6) Lingkar kepala 33-35cm.

7) Lingkar dada 30-38 cm.

8) Lingkar lengan atas 11 cm.

9) Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

10) Reflek moro sudah baik, apabila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan memeluk.

11) Grasping reflek sudah baik, apabila diletakan suatu benda di atas telapak tangan, bayi

akan mengengam.

12) Genatalia : labia mayora sudah menutupi labia minora ( pada perempuan).

13) Testis sudah turun di scortum (pada laki-laki).

14) Eliminasi : baik urin, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama.mekonium bewarna

coklat kehijauan.

Page 20: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

14

15) Kesadaran

Enam keadaan tentang kesadaran pada bayi baru lahir :

Menangis

Keadaan menangis bayi mengeluarkan aktifitas motorik yang tidak jelas dan aktif

menangis. Tangis yang normal adalah kuat dan keras/nyaring.

Tidur nyenyak

Keadaan tidur tenang bayi jarang bergerak dan pernapasan lambat serta teratur.

Tidur dengan gerakan mata yang tepat (REM, rapid eye movement)

Keadaan tidur REM bayi bernafas tidak teratur dan meringis serta gerakan mata yang

cepat.

Aktif - sadar

Keadaan aktif-sadar, bayi memperlihatkan gerakan tubuh yang aktif dengan ekpresi

wajah tenang atau meringis.

Tenang - sadar

Keadaan sadar-tenang, bayi sadar tapi relaks. Mata terbuka dan terfokus.

Transisional

Keadaan transisional bayi mengalami dari satu keadaan sadar ke keadaan sadar

lainnya.

Karakteristik Khusus Neonatus menurut Hamilton (2005 : 217-221) :

a. Kepala

Kepala neonatus ¼ dari panjang tubuh keseluruhan. Lingkar kepala bayi berkisar

12 ½ inci – 4 inci (31-35,5 cm), pada tulang kepala dapat terjadi saling tindih yang

disebut molding.

Page 21: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

15

Diantara 2 tulang atau lebih yang menjadi satu terdapat ruang yang disebut

pontanela (ubun-ubun kecil) denyutan kadang terlihat. Fontanela anterior lebih besar

(bregma) tertutup sampai usia 18 bulan. Fontanela posterior tertutup bulan kedua

pontanela anterior cekung menandakan dehidrasi, fontanel menonjol menunjukkan

peningkatan tekanan intra kranial.

b. Kulit,

kulit bayi sangat halus, merah kehitaman karena tipis dan lapisan lemak

subkutan belum melapisi kapiler. Karakteristik pada kulit bayi berupa:

1) Vernik kaseosa

Berupa pasta seperti keju yang melindungi kulit selama kehidupan di intra

uterin dalam cairan amnion, setelah lahir vernik kaseosa hilang dalam 2 atau 3 hari.

2) Milla

Bintik keputihan khas pada hidung, pipi dan dahi bayi baru lahir, milla

bertahap hilang sekitar 2 minggu.

3) Lanugo

Adalah rambut halus yang terdapat pada bahu, bokong, dan extremitas dan

menghilang selama minggu pertama kehidupan.

4) Eritema toksikum

Ini adalah jenis dari ―alergi kemerahan‖ yang terlihat sebagai bercak-bercak

kemerahan pada kulit bayi normal dan menghilang secara bertahap.

5) Bercak mongolian

Terkadang, terdapat area bercak lebar hitam berpigmen pada bokong atau

bagian bawah bayi dengan warna kulit kuning, menghilang sekitar 1 atau 2 tahun

pertama.

Page 22: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

16

6) Tanda lahir (nevi)

Bersifat sementara dan permanen, akibat kelainan struktur pigmen,

pembuluh darah rambut atau jaringan lainnya.

7) Ikterik

Warna kuning pada kulit atau sklera mata disebabkan karena bilirubin

berlebihan dalam darah dan jaringan, imaturitas hepar bayi baru lahir, menghilang

sekitar hari ke tujuh yang biasa disebut ikterik neonatum.

c. Rambut dan kuku

Rambut bayi mungkin panjang dan tebal atau mungkin botak, bulu mata dan

alis terdapat sejak lahir. Kuku jarinya mungkin panjang dan cukup tajam.

d. Payudara

Payudara pada bayi laki-laki dan perempuan mungkin terlihat membesar

karena banyaknya hormon wanita dan darah ibu, kadang mensekresi colostrom.

e. Genetalia

Pada laki-laki testis normalnya turun selam kehidupan intrauterin dan telah

berada pada kantung skrotum pada saat lahir. Pada bayi perempuan labia minora dan

klitorisnya mungkin membengkak saat lahir akibat tingginya hormon wanita dalam

darah ibu. Keluaran lendir putih pada vagina kadang dengan darah (perdarahan

withdrawal). Reflek yang ditemukan pada neonatus yang normal menurut Ladewidg

(2005 : 174) adalah sebagai berikut

Page 23: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

17

Reflek normal pada bayi lahir, menurut Ladewidg (2005:174) :

1) Refleks moro

Didapat dengan cara memberikan isyarat (teriakan, gerakan mendadak)

pada bayi. Respon bayi baru lahir berupa menghentakkan tangan dan kaki lurus

kearah ke luar, lutut fleksi dan bayi mungkin menangis.

2) Refleks menggenggam

Didapat dengan cara menstimulasi telapak tangan bayi dengan sebuah

obyek atau jari. Respon bayi berupa menggenggam dan memegang erat.

3) Refleks menghisap

Didapat saat sisi mulut bayi baru lahir atau dagu disentuh. Sebagai respon

bayi akan menoleh dan membuka mulut untuk menghisap obyek.

4) Rotting refleks

Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh

bagian pinggir mulutnya. Sebagai respons, bayi itu memalingkan kepalanya ke

arah benda yang menyentuhnya, dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat

dihisap. Refleks menghisap dan mencari menghilang setelah bayi berusia sekitar 3

hingga 4 bulan. Refleks digantikan dengan makan secara sukarela. Refleks

menghisap dan mencari adalah upaya untuk mempertahankan hidup bagi bayi

mamalia atau binatang menyusui yang baru lahir, karena dengan begitu dia dapat

menemukan susu ibu untuk memperoleh makanan.

5) Refleks tonus leher

Reflek tonik leher atau reflek‖ angguk‖ diobservasi pada neonatus dalam

posisi terlentang. Ketika kepala bayi digerakkan ke kiri atau kanan, bayi

membentangkan tangannya kemana kepalanya digerakkan dan menekukkan

Page 24: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

18

tangan yang berlawanan. Reflek ini tidak terlihat pada bayi usia 1 hari. Reflek ini

dapat diamati sampai bayi berusia 3-4 bulan. Reflek yang terus menerus pada bayi

yang melebihi usia 4 bulan menunjukkan adanya kelumpuhan pada otak.

1. Skenario Kasus

Seorang ibu usia 24 tahun telah melahirkan bayi laki – laki AS 8 – 9 BB 3000 gr

TB 50 Cm, selanjutnya bayi tersebut akan dilakukan pemeriksaan fisik oleh bidan

2. Petunjuk Praktikum

Lakukan kegiatan praktikum sesuai dengan kasus yang telah tersedia

Page 25: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

19

3. Standart Operasional Prosedur

SOP PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR

Pengertian Kegiatan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan terhadap bayi

baru lahir

Tujuan 1. untuk memastikan keadaan fisik bayi baru lahir dalam keadaan

normal atau abnormal

2. Untuk mendeteksi adanya penyimpangan dari normal atau

abnormal

Persiapan 1. Persiapan Tempat

2. Persiapan Alat/Bahan

Prosedur

Tindakan

Tahap Persiapan

1. Justifikasi Identitas klien

2. Menyiapkan peralatan

3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:

4. Memperkenalkan diri

5. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan

6. Mendapatkan persetujuan klien

7. Mengatur lingkungan sekitar bayi

8. Membantu bayi mendapatkan posisi yang nyaman

Page 26: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

20

Tahap Kerja

9. Mengisi status kelahiran (tanggal lahir, jam)

10. Menulis identifikasi Jenis persalinan (spontan/ tindakan,atas

indikasi )

11. Menulis identifikasi penolong persalinan (bidan/ dokter/ dukun/

lain-lain)

12. Menulis evaluasi lama pertolongan persalinan (Kala I, II, III, IV,

berapa jam menit)

13. Menulis komplikasi persaliran dari ibu (HT / Hipotensi, Partus

Lama, Infeksi, KPD, Perdarahan dll)

14. Menulis komplikasi persalinan dari bayi (Prematur/ Postmatur,

Malposisi/ MaIpresentasi, Gawat janin, Ketuban campur

Mekoneum, Prolaps tali Pusat DII)

15. Mencuci tangan dengan sabun dan air

16. Mengeringkan tangan dengan handuk pribadi

17. Memakai sarung tangan

18. Melepas baju bayi, (bayi hanya menggunakan bedong)

19. Melakukan pemeriksaan fisik pada kulit BBL (warna, lanugo,

turgor, verniks kaseosa, oedema, kelainan, dll)

20. Melakukan pemeriksaan AS (APGAR SCORE)

21. Menimbang Berat Badan bayi menggunakan selimut

Page 27: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

21

22. Mengukur PB bayi

23. Menghitung suhu tubuh (axiler) BBL

24. Menghitung pernafasan BBL (40 s/d 60 x/menit)

25. Menghitung denyut jantung BBL

26. Pemeriksaan Reflek morro

27. Melakukan pemeriksaan fisik pada kepala BBL (bentuk, UUB,

moulage, caput succedanum, cephal haematoma, perdarahan

intra cranial, dll)

28. Mengukur Lingkar Kepala BBL

29. Mengukur Diameter Kepala (cirkumferensia fronto oksipital/

CFO)

30. Mengukur Diameter Kepala (cirkumferensia mento oksipltalis/

CMO)

31. Mengukur Diameter Kepala (sub oksipito bregmatika/ SOB)

32. Mengukur Diameter Kepala (sub mento bregmatika/ SMB)

33. Mengukur Diameter Kepala (fronto oksipito/ FO)

34. Mengukur Diameter Kepala (mento oksipito/ MO)

35. Melakukan pemeriksaan fisik pada Muka BBL (bentuk, paralisis

syaraf facial, syndrom down)

36. Melakukan pemeriksaan fisik Pada muka BBL (bentuk, kotoran,

Page 28: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

22

perdarahan, strabismus, sklera, konjungtiva, reaksi pupil, dll)

37. Melakukan pemeriksaan fisik Pada hidung BBL (bentuk, atresia

koana, mukosa, gerakan ujung hidung, sekresi dan kelainan

lainya)

38. Melakukan pemeriksaan fisik pada mulut BBL (bentuk, palatum

molle, palatum durum, saliva, bibir/ labiopalatoskisis (kelainan

pada daerah mulut, misalnya bibir sumbing)) dan lidah)

39. Memeriksa reflek rooting

40. Memeriksa reflek sucking

41. Memeriksa reflek swallowing

42. Melakukan pemeriksaan fisik pada telinga BBL (bentuk, daun

telinga, sekresi)

43. Melakukan pemeriksaan fisik pada leher BBL (meningokel,

gerakan dll)

44. Mengukur lila BBL

45. Melakukan pemeriksaan fisik pada lengan tangan BBL (bentuk,

pergerakan, kelainan, jumlah jari)

46. Memeriksa Refleks grabs dengan cara menyentuh telapak tangan

bayi

47. Memeriksa reflek tonick neck

48. Melakukan pemeriksaan fisik pada klavikula BBL (bentuk)

Page 29: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

23

49. Melakukan pemeriksaan fisik pada dada BBL (bentuk,

pernafasan, ronchi, refraksi, denyut jantung, mur-mur, dll)

50. Mengukur Lingkar Dada Bayi

51. Memeriksa keadaan tali pusat BBL (melihat kondisi tali pusat

(mulai dari teksturnya, kesegarannya, jumlah pembuluh darah

arteri dan vena, serta ada tidaknya tali simpul))

52. Melakukan pemeriksaan fisik pada abdomen BBL (distended,

meteorismus, bising usus, kelainan dll)

53. Melakukan pemeriksaan fisik pada punggung BBL (spinabifida)

54. Melakukan pemeriksaan fisik pada genetalia BBL

Laki-laki: memperlihatkan skrotum, apa sudah turun, penis

berlubang/ tidak

Perempuan: memperhatikan vagina berlubang, labia

mayora/minora sudah tertutup/belum, uretra berlubang

55. Memeriksa sudahkah mengeluarkan urine

56. Melakukan pemeriksaan fisik pada anus BBL ( berlubang/tidak,

mekoneum)

57. Memeriksa sudahkah megeluarkan mekoneum/belum

58. Melakukan pemeriksaan fisik pada tungkai dan kaki BBL

(bentuk, pergerakan, kelainan, jumlah jari)

Page 30: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

24

59. Memeriksa reflect Babinski

60. Memeriksa reflek walking

61. Memakaikan pakaian bayi dan menyelimuti bayi

62. Berikan bayi kepada ibunya untuk disusui

Tahap Terminasi

63. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada

tempatnya

64. Mencuci tangan

65. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah

dilakukan

66. Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bayinya

67. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan

Dokumentasi

68. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

Page 31: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

25

IV. PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG

A. KPSP

KUESIONER PRA-SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP)

Formulir KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk mengetahuiperkembangan

anak normal atau ada penyimpangan. Skrining /pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan,

guru TK dan petugas PADU terlatih.

Jadwal Screening KPSP

Jadwal screening/pemeriksaan KPSP rutin pada umur anak 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24,

30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72 bulan. Jika anak belum mecapai umur skrining tersebut,

mintalah ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin.Bila

anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih kecil dari usia

anak.Sepertibayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6 bulan.Bila anak ini

kemudian sudah berumur 9 bulan yang diberikan adalah KPSP 9 bulan.

Alat/Instrumen Yang Digunakan

1. Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang

kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72

bulan.

2. Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan,

kucus berukuran 2,5cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit

kecil berukuran 0,5-1 cm.

Cara Menggunakan KPSP

1. Pada waktu pemeriksaan anak harus dibawa

2. Tentukan umur anak dengan menjadikan dalam bulan.

- Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : bayi

umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3 bulan 15 hari

dibulatkan menjadi 3 bulan

3. Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.

4. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :

Page 32: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

26

o Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh : ―dapatkah bayi

makan kue sendiri?‖

o Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas

yang tertulis pada KPSP. Contoh : ―pada posisi bayi anda terlentang, tariklah

bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk‖

5. Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak jelas atau ragu-

ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.

6. Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu.

7. Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK.

8. Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.

Intrepetasi Hasil KPSP

1. Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang)

2. Hitung jawabab Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)

3. Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan perkembangan

(S)

4. Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)

5. Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).

6. Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja.

Intervensi

1. Untuk Anak dengan Perkembangan SESUAI (S)

• Orangtua/pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik.

• Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi

sesuaikan dengan umur dan kesiapan anak.

• Keterlibatan orangtua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi. Tidak usah

mengambil momen khusus. Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan sehari-hari

yang terarah.

• Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu.

2. Untuk Anak dengan Perkembangan MERAGUKAN (M)

• Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang

diberikan lebih sering .

• Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk mengejar ketertinggalan

anak.

Page 33: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

27

• Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter/dokter anak.

Tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat

perkembangannya.

• Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP yang sama

pada saat anak pertama dinilai.

• Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah bisa

semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak.

Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu, dan ia hanya bisa 7-8

YA. Lakukan stimulasi selama 2 minggu. Pada saat menilai KPSP kembali gunakan

dulu KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena anak sudah berusia 9 bulan, bisa

dilaksanakan KPSP 9 bulan.

• Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi.

• Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban

YA. Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan fasilitas

klinik tumbuh kembang.

KUESIONER KPSP

(Terlampir)

B. DENVER II

DEFINISI

Perkembangan anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi individu dan

merupakan indikator penting dalam menilai kualitas hidup anak. Oleh karena itu,

perkembangan anak harus dipantau secara berkala. Bayi atau anak dengan risiko tinggi

terjadinya penyimpangan perkembangan perlu mendapat prioritas, antara lain bayi prematur,

berat lahir rendah, riwayat asfiksia, hiperbilirubinemia, infeksi intrapartum, ibu diabetes

melitus, gemeli, dll

Denver II merupakan salah satu alat skrining perkembangan, membantu tenaga

kesehatan atau dokter untuk mengetahui sedini mungkin penyimpangan perkembangan yang

terjadi pada anak sejak lahir sampai berumur 6 tahun.

Page 34: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

28

TUJUAN

1. Tujuan Umum

- Mampu melakukan skrining perkembangan dengan cara Denver II secara mandiri

2. Tujuan Khusus

- Menjelaskan pengertian skrining perkembangan

- Mendemonstrasikan menyiapkan skrining perkembangan

- Mendemonstrasikan langkah-langkah tes perkembangan secara berurutan dan

tepat

- Dapat menginterprestasikan hasil tes perkembangan

- Membuat kesimpulan hasil tes perkembangan

- Menjelaskan tindak lanjut pada anak dengan masalah perkembangan

LANGKAH PERSIAPAN

1. Tempat

Tes perkembangan dilakukan di tempat yang tenang/ tidak bising, dan bersih.

Sediakan meja tulis dengan kursinya dan matras.

2 . Perlengkapan Test

Gulungan benang wool berwarna merah (dengan diameter 10 cm)

Kismis

Kerincingan dengan gagang yang kecil

Page 35: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

29

10 buah kubus berwarna dengan ukuran 2,5 cm x 2,5 cm

Botol kaca kecil dengan diamater lubang 1,5 cm

Bel kecil

Bola tenis

Pinsil merah

Boneka kecil dengan botol susu

Cangkir plastik dengan gagang/ pegangan

Kertas kosong

SOP KPSP

Pengertian KPSP ( KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN )

adalah alat / instrument yang di gunakakan untuk mengetahui

perkembangan anak,apakah normal atau ada penyimpangan.

Tujuan Sebagai acuan bagi petugas Untuk mengetahui apakah

perkembangan balita atau anak pra sekolah apakah normal/ sesuai atau

ada penyimpangan.

Persiapan 1. Persiapan Tempat

a. Mudah di Akses.

b. Penyiapan Tempat Pelayanan KPSP

c. Penyiapan Pelayanan KPSP

d. Pelaksanaan Pelayanan KPSP

e. Tidak terkena langsung terhadap sinar matahari cukup

terang.

g. Pemantauan Kejadian Ikutan Paska KPSP

Page 36: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

30

2. Persiapan Alat/Bahan

Kuesioner (daftar pertanyaan) sesuai umur anak2. Kertas,

pensil,

Bola karet atau plastik seukuran bola tenis,

Kerincingan,

Kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah,

Benda-benda kecil seperti kismis/potongan biskuit kecil

berukuran 0,5-1 cm

Prosedur

Tindakan

Tahap Persiapan

3. Justifikasi Identitas klien

4. Menyiapkan peralatan

Komunikasi terapeutik:

5. Memperkenalkan diri

6. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan

7. Mendapatkan persetujuan klien

8. Mengatur lingkungan sekitar anak

9. Membantu anak mendapatkan posisi yang nyaman

Tahap Kerja

10. Petugas melakukan pemeriksaan, yaitu:

a) Menghitung umur anak (tanggal, bulan, tahun)

Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1

bulan. Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi

4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3

Page 37: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

31

bulan.

1) Buka kuesioner KPSP sesuai dengan umur anak

2) Menjelaskan tujuan KPSP pada orangtua

3) Menanyakan isi KPSP sesuai urutan atau melaksanakan

perintah sesuai KPSP

4) Interprestasi hasil KPSP

Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau

kadang-kadang)

Hitung jawaban Tidak (bila jawaban belum pernah

atau tidak pernah)

Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai

dengan tahapan perkembangan (S)

Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak

meragukan (M)

Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada

penyimpangan (P).

Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja.

11. Tindak Lanjut

Untuk Anak dengan Perkembangan SESUAI (S)

Orangtua/pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan

Page 38: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

32

baik.

Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan

bagan stimulasi sesuaikan dengan umur dan kesiapan

anak.

Keterlibatan orangtua sangat baik dalam tiap kesempatan

stimulasi. Tidak usah mengambil momen khusus.

Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan sehari-hari yang

terarah.

Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu.

Untuk Anak dengan Perkembangan MERAGUKAN (M)

Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis

stimulasi apa yang diberikan lebih sering .

Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk

mengejar ketertinggalan anak.

Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada

dokter/dokter anak. Tanyakan adakah penyakit pada anak

tersebut yang menghambat perkembangannya.

Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan

daftar KPSP yang sama pada saat anak pertama dinilai.

Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang

pertama sudah bisa semua dilakukan. Lakukan lagi untuk

Page 39: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

33

KPSP yang sesuai umur anak.

Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami

ketertinggalan lagi.

Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih

(M) = 7-8 jawaban YA. Konsultasikan dengan dokter

spesialis anak atau ke rumah sakit dengan fasilitasklinik

tumbuh kembang.

Untuk Anak dengan Penyimpangan perkembangan (P)

Segera rujuk ke Rumah Sakit

Tulis jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (mis.

gerak kasar, halus, bicara & bahasa, sosial dan

kemandirian)

Tahap Terminasi

12. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada

tempatnya

13. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah

dilakukan

14. Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan anaknya

15. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan

Dokumentasi

16. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan kedalam

Rekam Medis, Buku register pasien, Buku KIA, lembar KPSP,

Page 40: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

34

kohort bayi dan balita

A. FORMULIR DENVER II

Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur < 6 tahun, berisi 125 gugus

tugas yang disusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk menjaring fungsi berikut:

1. Personal social (Personal sosial)

Penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatian terhadap kebutuhan

perorangan

2. Fine motor adaptive (Adaptif-Motorik halus)

Koordinasi mata tangan, memainkan, menggunakan benda-benda kecil

3. Language (Bahasa)

Mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa.

4. Gross motor (Motorik kasar)

Duduk, jalan, melompat, dan gerakan umum otot besar

- Skala umur tertera pada bagian atas formulir yang terbagi dari umur dalam bulan dan

tahun, sejak lahir sampai berusia 6 tahun.

- Setiap ruang antara tanda umur mewakili 1 bulan, sampai anak berumur 24 bulan.

Kemudian mewakili 3 bulan, sampai anak berusia 6 tahun.

- Pada setiap tugas perkembangan yang berjumlah 125, terdapat batas kemampuan

perkembangan yaitu 25%; 50% dan 90% dari populasi anak lulus pada tugas

perkembangan tersebut.

6 9 12 15

25% 50% 75% 90%

Berjalan dg baik

Page 41: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

35

- Pada contoh diatas menunjukkan bahwa 25% populasi anak sudah dapat berjalan dengan

baik pada usia 11 bulan lebih, 50% pada usia 12 1/3 bulan. Pada ujung sebelah kiri dari

daerah hitam menunjukkan bahwa 75% populasi sudah dapat berjalan dengan baik pada

usia 13 ½ bulan, pada ujung kanan dari daerah hitam menunjukkan 90% populasi anak

sudah dapat berjalan dg baik pada usia 15 bulan kurang.

- Pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan angka pada ujung kotak sebelah

kiri:

o R (report) = L (laporan) artinya tugas perkembangan tersebut dapat lulus berdasarkan

laporan dari orang tua/ pengasuh. Akan tetapi apabila memungkinkan maka penilai

dapat memperhatikan apa yang bisa dilakukan oleh anak.

o Angka kecil menunjukkan tugas yang harus dikerjakan sesuai dengan nomor yang ada

pada formulir.

B. LANGKAH PELAKSANAAN

1. Sapa orang tua/ pengasuh dan anak dengan ramah

2. Jelaskan tujuan dilakukan tes perkembangan, jelaskan bahwa tes ini bukan untuk

mengetahui IQ anak.

3. Buat komunikasi yang baik dengan anak.

4. Hitung umur anak dan buat garis umur

- Instruksi umum: catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal pemeriksaan pada

formulir.

- Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal lahir.

(1 thn = 12 bulan; 1 bulan = 30 hari; 1 minggu = 7 hari)

Tahun Bulan Hari

Tgl pemeriksaan (26/4-12) ……………… 12….……4………….26

Tgl lahir (20/2-11)……….………………..-11……...-2…...……-20

Umur anak : …………………………….…1............2…………..6

.....…………………………………..…………………14

Tgl pemeriksaan (11/3-12)………….…….12….……3…….…….11

Tgl lahir (20/7-11)……….………………..-11…...….-7…………-20

R

1

Page 42: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

36

Umur anak………………………………….0……….7……...…..21

5. Bila anak lahir prematur, koreksi faktor prematuritas

Untuk anak yang lahir lebih dari 2 minggu sebelum tanggal perkiraan dan

berumur kurang dari 2 tahun, maka harus dilakukan koreksi.

(1 thn = 12 bulan; 1 bulan = 30 hari; 1 minggu = 7 hari)

Tahun Bulan Hari

Tanggal pemeriksaan (11/3-12) ……………12….……3………….11

Tanggal lahir (4/2-11)......……………………11……….2…………..4

Umur anak:.........................…………………..1……….1…………..7

Prematur 6 minggu .....................……………………...-1……..…-14

Umur yang sudah dikoreksi …………………11……..…23

6. Tarik garis umur dari garis atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada

ujung atas garis umur.

9-9-2004

6 9 12 15

-------------------------------------------------------------------------------------------

Umur anak 13 ½ bulan, tgl pemeriksaan 9 Sept 2004

7. Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan dimulai dari sektor

yang paling mudah dan dimulai dengan tugas perkembangan yang terletak di sebelah

kiri garis umur, kemudian dilanjutkan sampai ke kanan garis umur.

a. Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling dekat di

sebelah kiri garis umur serta tiap tugas perkembangan yang ditembus garis umur

b. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu ujicoba pada langkah i

(―gagal‖; ―menolak‖; ―tidak ada kesempatan‖), lakukan ujicoba tambahan ke

sebelah kiri garis umur pada sektor yang sama sampai anak dapat ―lulus‖ 3 tugas

perkembangan

c. Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkembangan pada langkah i,

lakukan tugas perkembangan tambahan ke sebelah kanan garis umur pada sektor

yang sama sampai anak ‖gagal‖ pada 3 tugas perkembangan.

Page 43: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

37

8. Beri skor penilaian

Skor dari tiap ujicoba ditulis pada kotak segi empat.

- P: Pass/ lulus. Anak melakukan ujicoba dengan baik, atau ibu/ pengasuh anak

memberi laporan anak dapat melakukannya.

- F: Fail/ gagal. Anak tidak dapat melakukan ujicoba dengan baik atau

ibu/pengasuh anak memberi laporan anak tidak dapat melakukannya dengan

baik.

- No: No opportunity/ tidak ada kesempatan. Anak tidak mempunyai

kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini hanya

boleh dipakai pada ujicoba dengan tanda R.

- R: Refusal/ menolak. Anak menolak untuk melakukan ujicoba.

9. Selama tes perkembangan, amati perilaku anak. Apakah ada perilaku yang khas,

bandingkan dengan anak lainnya. Bila ada perilaku yang khas tanyakan kepada orang

tua/ pengasuh, apakah perilaku tsb merupakan perilaku sehari-hari yang dimiliki anak

tsb. Bila tes perkembangan dilakukan sewaktu anak sakit, merasa lapar. dll dapat

memberikan perlaku yang menghambat tes perkembangan

TEST PERILAKU

- Khusus

- Patuh

- Tertarik sekeliling

- Ketakutan

- Lama perhatian

C. INTERPRETASI PENILAIAN INDIVIDU

1. Lebih (advanced)

Bilamana lewat pada ujicoba yang terletak di kanan garis umur, dinyatakan

perkembangan anak lebih pada ujicoba tsb.

garis umur

P

Page 44: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

38

2. Normal

Bila gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan disebelah kanan garis

umur, dikatagorikan sebagai normal.

garis umur garis umur

Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada tugas

perkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75, maka

dikatagorikan sebagai normal.

garis umur garis umur garis umur

3. Caution/ peringatan

Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) tugas perkembangan, dimana

garis umur terletak pada atau antara persentil 75 dan 90

C C C

4. Delayed/keterlambatan

Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan ujicoba yang terletak

lengkap disebelah kiri garis umur.

5. No Opportunity/ tidak ada kesempatan.

Pada tugas perkembangan yang berdasarkan laporan, orang tua melaporkan

bahwa anaknya tidak ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan tsb. Hasil

ini tidak dimasukkan dalam mengambil kesimpulan.

F R

P F R

F F R C

R

NO

R

F

NO

Page 45: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

39

Page 46: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

40

LANGKAH MENGAMBIL KESIMPULAN

1. Normal

- Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution.

- Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.

2. Suspect/ Suspek

- Bila didapatkan > 2 caution dan/atau > 1 keterlambatan.

- Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat

seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan

3. Untestable/ Tidak dapat diuji

- Bila ada skor menolak pada > 1 uji coba terletak disebelah kiri garis umur atau

menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75-90%

- Lakukan uji ulang dalam 1 -2 minggu

D. TINDAK LANJUT

SKRINING PERKEMBANGAN

SUSPEK/CURIGA ADA GANGGUAN NORMAL

EVALUASI UNTUK DIAGNOSTIK MONITORING/STIMULASI

(Development Assesment)

MASALAH PERKEMBANGAN NORMAL

INTERVENSI DINI MONITOR/STIMULASI

E. PENUTUP

Beri pujian kepada orang tua atau pengasuh atas tindakannya membawa anak

untuk dilakukan tes perkembangan

Page 47: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

41

Beri penjelasan mengenai hasil tes perkembangan, kapan harus kembali,

anjuran di rumah dan apabila ada anjuran tindak lanjut

Ucapkan terima kasih atas kunjungannya

1. Petunjuk Praktikum

Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan

kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.

2. Standart Operasional Prosedur

PEMERIKSAAN DENVER

Pengertian Salah satu metode screening terhadap kelainan perkembangan

anak. Tes ini bukanlah tes diagnostic atau tes IQ

Tujuan Untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik halus,

bahasa dan motorik kasar pada anak umur 1 bulan sampai 6

tahun

Persiapan

Alat/Bahan

1. Persiapan Tempat

a. Mudah di Akses.

b. Penyiapan Tempat Pelayanan DDST

c. Penyiapan Pelayanan DDST

d. Pelaksanaan Pelayanan DDST

e. Tidak terkena langsung terhadap sinar matahari cukup

terang.

g. Pemantauan Kejadian Ikutan Paska DDST

Persiapan Alat-alat

1. Formulir pencatatan DDST

2. Benang wol

3. Manik-manik dan botol

4. Boneka

5. Bola

6. Kertas dan pensil

7. Alat permainan sesuai usia

Page 48: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

42

Prosedur

Tindakan

Tahap Persiapan

1. Justifikasi Identitas klien

2. Menyiapkan peralatan

3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:

1. Memperkenalkan diri

2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan

dilakukan

3. Mendapatkan persetujuan klien

4. Mengatur lingkungan sekitar klien

5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman

Tahap Kerja

Pelaksanaan

1. Tentukan usia anak

(<15 hari dibulatkan kebawah, ≥ 15 hari dibulatkan keatas)

2. Beri garis vertical pada form DDST sesuai usia anak

(memotong semua kotak-kotak tugas perkembangan pada

semua sector)

3. Lakukan penilaian sector motorik kasar, bahasa, motorik

halus dan personal social pada sebelah kiri garis vertical

secara bergantian (tidak harus berurutan)

4. Selanjutnya nilai juga tugas perkembangan setiap kotak

yang terpotong garis vertical pada setiap sector

5. Beri tanda P (Passed) didepan kotak tugas perkembangan

bila anak mampu melaksanakan. Beri tanda F (Fail) bila

anak tidak mampu dan R (Refused) bila anak menolak

6. Lakukan penilaian selesai pemeriksaan

a. Abnormal

Jika ada ≥2 keterlambatan pada sektor / lebih

Jika satu sektor ada > 2 keterlambatan 1> sektor dengan

1 keterlambatan 1 sektor yang sama tidak ada yang

lulus pada kotak yang berpotongan garis vertikal

Page 49: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

43

b. Meragukan

Jika pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih

Jika pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan

dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada

kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia

c. Tak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes

menjadi

abnormal atau meragukan

d. Normal semua

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria diatas

Tahap Terminasi

1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada

tempatnya

2. Mencuci tangan

3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang

telah dilakukan

4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada

hal – hal yang belum dimengerti

5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan

6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila

ia mempunyai masalah atau pertanyaan

7. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi

Dokumentasi

1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan

ibu harus kembali)

Page 50: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

44

V. IMUNISASI

Imunisasi yang diwajib

Imunisasi Wajib inilah ada 5 jenis imunisasi yang wajib diperoleh bayi sebelum usia

setahun. Penyakit-penyakit yang hendak dicekalnya memiliki angka kesakitan dan kematian

yang tinggi, selain bisa menimbulkan kecacatan.

1. Imunisasi BCG

a) Definisi Vaksin BCG

BCG (Bacillus calmet-Guerin) berasal dari strain bovinum M. tuberculosis

yang dikultur Calmette dan Guerin 1906. Mereka menyelidiki bahwa bila empedu

ditambahkan ke medium tempat tumbuhnya bakteri ini maka kelompok

mikroorganisme akan tersebar dan terjadi perubahan di dalam bentuk dan

virulensinya. Mereka mendalilkan bahwa subkultur lama di dalam medium yang

mengandung empedu menghasilkan suatu strain vaksin yang dilemahkan sesudah

selama 1-3 tahun.

Vaksin bcg atau pemberian imunisasi bcg bertujuan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap penyakit Tuberculosis (TBC). Vaksin bcg mengandung

kuman bcg yang masih hidup. Jenis kuman TBC ini telah dilemahkan. Seorang

anak menderita TBC karena terhisapnya percikan udara yangmengandung kuman

TBC, yang berasal dari orang dewasa berpenyakit TBC.Mungkin juga bayi sudah

terjangkit penyakit TBC sewaktu lahir. Ia terinfeksi kuman TBC sewaktu masih

dalam kandungan, bila ibu mengidap penyakit TBC. Pada anak yang terinfeksi,

kuman TBC dapat menyerang berbgai alat tubuh yangdiserangnya adalah peru

(paling sering), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak.

Page 51: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

45

Vaksin BCG menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin. Efek proteksi

timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan. Efek proteksi bervariasi antara 0-80%.

Hal ini mungkin tergantung jenis vaksin yang dipakai, lingkungan dengan

Mycobacterium atipik, atau faktor penjamu

b) Fungsi Imunisasi BCG

Imunisasi BCG merupakan pemberian vaksin yang mengandung kuman TBC

yang telah dilemahkan. BCG juga merupakan imunisasi yang diberikan untuk

menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC) yaitu penyakit

paru-paru yang sangat menular. Imunisasi ini berguna untuk mencegah terjadinya

penyakit TBC yang primer atau yang ringan dan juga TBC yang berat seperti TBC

pada selaput otak, TBC milier yaitu pada seluruh lapangan paru dan TBC tulang

(Maryunani Anik, 2010).

Imunisasasi BCG merupakan vaksin yang digunakan di Indonesia yang

diproduksi oleh PT. Biofarma Bandung. Vaksin ini berisi suspensi Mycobacterium

bovis hidup yang sudah dilemahkan. Vaksin BCG tidak mencegah infeksi

tuberkulosis tetapi mengurangi resiko tuberkulosis berat seperti meningitis

tuberkulosa dan tuberkulosis milier (Ranuh dkk, 2011).

c) Sifat Imunisasi BCG

Vaksin BCG merupakan vaksin yang sensitif terhadap panas atau heat

sensitive yaitu golongan vaksin yang akan rusak jika terpapar dengan suhu panas

yang belebihan. Vaksin yang bersifat seperti ini antara lain vaksin polio, vaksin

BCG dan vaksin campak (Dwi Andhini dan Proverawati, 2010). Penyimpanan

Imunisasi BCG Menurut WHO dalam Ranuh dkk (2011) penyimpanan vaksin BCG

dalam thermostability of vaccines umur vaksin dapat bertahan sampai 1 tahun

Page 52: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

46

dengan suhu penyimpanan 2-8°C dan pada suhu beberapa °C di atas suhu udara

luar atau ambient temperature lebih dari 34 drj C.

Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCL 0,9

%. Setelah dilarutkan atau setelah vaksin dibuka harus segera dipakai dalam waktu

3 jam, sisanya dibuang. Penyimpanan pada suhu lebih dari5°C terhindar dari sinar

matahari atau indoor day light (Marimbi Hanum, 2010).

d) Waktu Pemberian

Dibawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes

Montoux (tuberculin) dahulu untuk mengetahui apakah pada bayi telah terdapat

kuman Mycrobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil

tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke

rumah, segera setelah lahir bayi harus di imunisasi BCG.

e) Pemberian Imunisasi BCG dan Dosis

Menurut WHO dan International Union Againts Tuberculosis and Lung

Disease dalam buku Miller Fred dkk (2002) bahwa di negara-negara dengan

prevalensi tuberkulosis yang tinggi hendaknya BCG diberikan secara rutin kepada

semua bayi tetapi dengan beberapa pengecualian, misalnya pada AIDS yang aktif.

Dosis normal adalah 0,05 ml untuk neonatus dan bayi di bawah 1 tahun dan 0,1 ml

untuk anak lebih dari 1 tahun dan orang dewasa. Frekuensi pemberian imunisasi

BCG adalah satu kali dan tidak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi

kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan

vaksin yang berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan (Maryunani Anik,

2010).

Page 53: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

47

f) Cara Pemberian Imunisasi BCG

Sesuai anjuran WHO cara pemberian imunisasi BCG adalah melalui

intradermal dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas atau penyuntikan

pada paha kanan. Imunisasi BCG disuntikkan secara intrakutan didaerah lengan

kanan atas. Disuntikkan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan.

Dalam memberikan suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus

menggunakan jarum pendek yang sangat halus dengan panjang jarum 10 mm dan

ukuran jarum 26 mm. Kerjasama antara Ibu dengan petugas imunisasi sangat

diharapkan, agar pemberian vaksin berjalan dengan tepat (Dwi Andhini dan

Proverawati, 2010). Penyuntikan imunisasi BCG ini sebaiknya diberikan pada

muskular deltoid kanan atau lengan kanan atas sehingga bila terjadi limfadenitis

pada aksila akan lebih mudah terdeteksi. Vaksin BCG disuntikkan pada intrakutan

didaerah muskular deltoid karena vaksin BCG lapisan chorium kulit sebagai depo

berkembang biak reaksi indurasi, eritema, pustula. Bayi kulitnya tipis jadi cocok

disuntikkan secara intrakutan dibandingkan suntikan secara subkutan yang terlalu

dalam disuntikkan pada bayi (Marimbi Hanum, 2010).

g) Kontra indikasi :

Tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukan

mantoux positif. Adanya penyakit kulit yang berat dan menahun seperti : eksim,

furunkulosis dan sebagainya

Page 54: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

48

h) Efek Samping:

Imunisasi BCG tidak menimbulkan reaksi yang bersifat umum seperti demam.

Setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang

berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu

pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-

kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat

tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal tidak memerlukan

pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.

SOP IMUNISASI BCG

Pengertian Pemberian imunisasi BCG adalah menyiapkan dan memberikan

obat tertentu melalui suntikan ke dalam jaringan kulit pada bayi

umur 0 bln – 12 bln yang dilakukan pada lengan kanan atas.

Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan

kekebalan agar anak mempunyai daya tahan terhadap penyakit

Tuberkulosis.

Persiapan 3. Persiapan Tempat

a. Mudah di Akses.

b. Penyiapan Tempat Pelayanan Imunisasi

c. Penyiapan Pelayanan Imunisasi

d. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi

Page 55: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

49

e. Tidak terkena langsung terhadap sinar matahari Cukup terang.

f. Pemantauan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi.

4. Persiapan Alat/Bahan

a. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)

b. Pelarut BCG

c. Termos / Vaccine Carrier.

d. Cool Pack / kotak dingin cair.

e. Alat suntik (spuit 0,05ml, spuit 5ml ).

f. Pemotong Ampul pelarut.

g. Safety Box.

h. Kapas basah dan wadah.

i. Bahan penyuluh.

j. Alat tulis.

k. Kartu Imunisasi/ KMS.

l. Buku Regester bayi, anak, BIAS dan Bumil.

m. Tempat sampah

n. Sabun untuk cuci tangan.

3. Sebelum melakukan Imunisasi harus diyakini bahwa vaksin

mencukupi dan aman untuk diberikan dengan prosedur sebagai

berikut :

a. Periksa vaksin dan pelarut,jika label rusak atau tidak ada

jangan gunakan.

b. Periksa alat pemantau vaksin (VVM),jika label vaksin

menunjukkan kriteria C dan D jangn digunakan.

Page 56: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

50

c. Periksa tanggal kadaluarsa,jangan gunakan vaksin dan

pelarut jika kadaluarsa.

d. Periksa dan pastikan suhu lemari es menunjukkan suhu 2 – 8

derajat celsius.

e. Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus dalam

vaksin carrier dengan menggunakan Cool Pack agar suhu

vaksin tetap terjaga pada suhu 2 – 8 derajad celcius.

f. Hindari Vaccine Carrier yang berisi vaksin dari sinar

matahari.

g. Sebelum sasaran datang vaksin dan pelarut harus tersimpan

dalam Vaccine Carrier yang tertutup rapat.

h. Jangan membuka vaksin atau pelarut vaksin bila belum ada

sasaran.

i. Pada saat melarutkan vaksin pastikan vaksin dan pelarut

pada suhu yang sama.

j. Tidak diperbolehkan membuka vaksin baru sebelum vaksin

yang terbuka/terpakai habis.

k. Vaksin yang terpakai diletakkan di lubang busa yang

terdapat di dalam atas vaccine carrier dan tertutup rapat.

l. Dalam setiap vaccine carrier terdapat empat Cool Pack.

m. Selain pada pelayanan Statis sisa vaksin tidak dapat

dipergunakan lagi.

Prosedur

Tindakan

Tahap Persiapan

69. Justifikasi Identitas klien

Page 57: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

51

70. Menyiapkan peralatan

71. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:

72. Berikan salam dengan ramah dan akrab

73. Memperkenalkan diri

74. Tanyakan pada ibu/keluarga tujuan dari kunjungan

75. Tanyakan apakah ibu/keluarga telah mendapat penyuluhan

tentang imunisasi

76. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan

dilakukan

77. Mendapatkan persetujuan klien

78. Mengatur lingkungan sekitar bayi

79. Membantu bayi mendapatkan posisi yang nyaman

Tahap Kerja

12. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian

keringkan dengan handuk kering

13. Peganglah ampul antara ibu jari dengan jari tengah,

pergunakan telunjuk untuk menyangga leher ampul,

gergajilah leher ampul.

14. Patahkan leher ampul dengan, hati — hati, leher ini akan

patah apabila sudah terbuat goresan, ambil pelarut.

15. Ambilah spuit 5 cc dan jarum yang steril, spuit dan jarum ini

hanya dipergunakan untuk oplos, bukan untuk suntikan,

sedotlah pelarut

Page 58: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

52

16. Sebelum ampul dibuka, ketuk — ketuklah agar semua

serbuk vaksin turun, apabila ini tidak dilakukan

kemungkinan vaksin akan berkurang sewaktu mematahkan

leher ampul.

17. Bersihkan bagian lehen ampul dengan kapas lembab steril,

hal ini adalah untuk menghilangkan serbuk gelas dan

rnencegah jangan sampai masuk kedalam vaksin, patahkan

leher ampul

18. Masukkan pelarut yang berada pada spuit 5 cc kedalam

ampul vaksin,

19. Hisap vaksin pelan - pelan, dan suntikkan kembali ke dalam

ampul beberapa kali sampai vaksin tercampur

20. Sediakan spuit BCG untuk pemberian vaksin BCG

Mengisi spuit

21. Masukkan jarum ke dalam ampul yang telah dibuka, hisap

vaksin sebanyak 0,05 cc

22. Keluarkan udara dengan posisi spuit tegak lurus, bila udara

telah terkumpul dibagian atas, doronglah pisionnya sampai

gelembung udara dan sedikit vaksin keluar, dan vaksin tepat

pada skala 0,05cc

23. Sapa ibu dan jelaskan cara memegang bayi ―bila bayi baru

lahir tidak rnemerlukan pegangan yang terlalu kuat‖

24. Membuka pakaian, penutup lengan kanan bayi

25. Peganglah lengan kanan atas bayi dengan tangan kiri

Page 59: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

53

26. Tentukan lokasi penyuntikan yaitu : 1/3 bagian lengan kanan

atas (intertia musculuc deItoideus)

27. Bersihkan lengan dengan kapas DTT

28. Pegang semprit dengan tangan kanan, lubang jarurn

menghadap keatas, Ietakkan jarum hampir sejajar dengan

lengan kanan anak

29. Tusuk jarum kedalam kulit secara intracutan, usahakan

sedikit mungkin melukai kulit, masukkan vaksin 0,05 cc dan

cabut jarum setelah semua vaksin Masuk

30. Jelaskan pada ibu tentang reaksi yang akan tirnbul setelah

penyuntikkan

31. Jelaskan pada ibu bila timbul infeksi:

32. Pembengkakan lokasi penyuntikkan tidak boleh diberi obat

apapun, cukup hanya ditutup dengan pembalut kering, bila

pembengkakan sangat besar dan terjadi pembengkakan

disekitar ketiak bawalah anak tersebut ke Puskesmas/ RS/

dokter untuk mendapatkan pengobatan

Tahap Terminasi

33. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada

tempatnya

34. Mencuci tangan

35. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang

telah dilakukan

36. Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bayinya

Page 60: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

54

37. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan

Dokumentasi

38. Mencatat dalam KMS/ kartu kontrol bayi, ucapkan salam

dan terima kasih

39. Beritahukan kepada ibu kapan ia harus datang kembali

2. Imunisasi Hepatitis B

a) Definisi Hepatitis B

Menurut Ling dan Lam (2007) Hepatitis B adalah infeksi yang terjadi pada hati

yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB). Penyakit ini bisa menjadi kronis atau

akut dan dapat pula menyebabkan radang hati, gagal hati, sirosis hati, kanker hati, dan

kematian.

Menurut Wening S, dkk (2008), Hepatitis B merupakan tipe hepatitis yang

berbahaya. Penyakit ini lebih sering menular dibandingkan hepatitis jenis lainnya.

Hepatitis B menular kontak darah atau cairan tubuh yang mengandung virus hepatitis

B (VHB).

b) Etiologi Penyakit Hepatitis B

Menurut National Institutes of Health (2006) etiologi Hepatitis B adalah virus

dan disebut dengan Hepatitis B Virus (VHB). Virus ini pertama kali ditemukan oleh

Blumberg pacta tahun 1965 dan di kenal dengan nama antigen Australia. Virus ini

termasuk DNA virus.

Virus hepatitis B berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang disebut

"Partikel Dane". Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang membungkus partikel

Page 61: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

55

inti (core). Pada inti terdapat DNA VHB Polimerase. Pada partikel inti terdapat

Hepatitis B core antigen (HBcAg) dan Hepatitis B antigen (HBeAg). Antigen

permukaan (HBsAg) terdiri atas lipo protein dan menurut sifat imunologik proteinnya

virus Hepatitis B dibagi menjadi 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw dan ayr. Subtipe ini

secara epidemiologis penting, karena menyebabkan perbedaan geografik dan rasial

dalam penyebarannya.

Misnadiarly (2007) menguraikan VHB terbungkus serta mengandung genoma

DNA melingkar. Virus ini merusak fungsi lever dan sambil merusak terus berkembang

biak dalam sel-sel hati (hepatocytes). Akibat serangan itu sistem kekebalan tubuh

kemudian memberi reaksi dan melawan. Kalau tubuh berhasil melawan maka virus

akan terbasmi habis, tetapi jika gagal virus akan tetap tinggal dan menyebabkan

Hepatitis B kronis dimana pasien sendiri menjadi karier atau pembawa virus seumur

hidupnya (Misnadiarly, 2007).

c) Manifestasi Klinik Hepatitis B

Infeksi Hepatitis B yang akut akan terjadi dalam waktu 30 sampai 180 hari

setelah virus memasuki tubuh. Pengaruh infeksi Hepatitis B banyak kasus yang tidak

menunjukkan gejala klinis yang khas. Namun, pada sebagian orang akan

menunjukkan gejala klinis yang klasik seperti dimulai dengan gejala prodromal atau

gejala pertama yang dirasakan oleh pasien adalah demam tidak terlalu tinggi,

rasa tidak selera makan, mual, dan kadang-kadang muntah. Gejala lain juga akan

terjadi rasa lemas, sakit kepala, rasa takut cahaya, sakit menelan, batuk, dan pilek.

Gejala Hepatitis B sangat mirip dengan flu, dimana 1 sampai 2 minggu

kemudian barulah timbul kuning pada seluruh badan penderita. Saat ini biasanya

penderita sudah pergi berobat karena merasa ada kelainan pada tubuhnya yang

Page 62: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

56

berwarna kuning. Warna kuning ini diikuti oleh perubahan fungsi hati (biasanya

meningkat) pada pemeriksaan laboratorium. Fungsi hati biasanya digambarkan oleh

kenaikan SGOT dan SGPT. Satu sampai lima hari sebelum badan kuning, keluhan

kencing seperti teh pekat dan warna buang air besar yang pucat seperti diliputi lemak

juga dirasakan oleh penderita.

Pada saat badan kuning, biasanya diikuti pula dengan oleh pembesaran

hati dan diikuti oleh rasa sakit bila ditekan di bagian perut kanan atas. Setelah gejala

tersebut akan timbul fase resolusi yang biasanya berada dalam rentang waktu 2 –

12 minggu. Pada fase ini, badan kuning dan ukuran hati berangsur kembali normal.

Demikian juga dengan kenaikan fungsi hati dari hasil pemeriksaan laboratorium

akan berangsur-angsur mencapai normal kembali.

Hepatitis B akut tidak ada komplikasi, akan mengalami resolusi lengkap

berkisar 3 sampai dengan 4 bulan. Bila fungsi hati ini tidak mencapai normal dalam

waktu 6 bulan atau lebih, maka inilah yang dikatakan dengan Hepatitis B

kronis (Zain, 2006).

d) Pengobatan Hepatitis B

Penderita yang diduga terkena penyakit Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang

ditegakkan maka akan dilakukan pemeriksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan

sebagai Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan

(oral) dan secara injeksi.

(1)Pengobatan oral yang terkenal adalah:

a. Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan

nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, Pemakaian obat ini

cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat

monitor bersinambungan dari dokter.

Page 63: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

57

b. Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih

efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk

terhadap fungsi ginjal.

c. Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis

B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih,

mual dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan

pemberian obat ini belum dikatakan stabil.

(2)Pengobatan dengan injeksi/ suntikan adalah:

Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar

sinar ß yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di

sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN,

ROFERON) diberikan secara subcutan dengaan skala pemberian 3 kali dalam

seminggu selama 12-16 minggu atau lebih.

Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang

memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot,

cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan

pemberian paracetamol.

2. Pencegahan Penyakit

Pencegahan penyakit dapat dilakukan melalui immunisasi baik aktif maupun

pasif.

a. Immunisasi Aktif

Pada negara dengan prevalensi tinggi, immunisasi diberikan pada bayi yang

lahir dari ibu HBsAg positif, sedang pada negara yang prevalensi rendah

Page 64: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

58

immunisasi diberikan pada orang yang mempunyai resiko besar tertular. Vaksin

hepatitis diberikan secara intra muskular sebanyak 3 kali dan memberikan

perlindungan selama 2 tahun.

Program pemberian sebagai berikut:

Dewasa: Setiap kali diberikan 20 μg IM yang diberikan sebagai dosis

awal, kemudian diulangi setelah 1 bulan dan berikutnya setelah 6 bulan.

Anak: Diberikan dengan dosis 10 μg IM sebagai dosis awal, kemudian

diulangi setelah 1 bulan dan berikutnya setelah 6 bulan.

b. Immunisasi Pasif

Pemberian Hepatitis B Imunoglobulin (HBIG) merupakan immunisasi pasif

dimana daya lindung HBIG diperkirakan dapat menetralkan virus yang infeksius

dengan menggumpalkannya. HBIG dapat memberikan perlindungan terhadap Post

Expossure maupun Pre Expossure. Pada bayi yang lahir dari ibu, yang HbsAs

positif diberikan HBIG 0,5 ml intra muscular segera setelah lahir (jangan lebih dari

24 jam). Pemberian ulangan pada bulan ke 3 dan ke 5. Pada orang yang

terkontaminasi dengan HBsAg positif diberikan HBIG 0,06 ml/Kg BB diberikan

dalam 24 jam post expossure dan diulang setelah 1 bulan.

K. Tahap-Tahap Pengelolaan Program Imunisasi Hepatitis B

a. Persiapan

1) Petugas kesehatan

Persiapan petugas dalam rangka pelaksanaan program imunisasi HB adalah:

a) Pelatihan semua vaksinator di puskesmas dan semua bidan di desa.

Page 65: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

59

b) Pelatihan semua Balai Pengobatan, Rumah Sakit pemerintah dan swasta serta

Puskesmas.

c) Sosialisasi kepada seluruh petugas puskesmas.

2) Lintas sektoral dan masyarakat

Persiapan lintas sektor dan masyarakat adalah sebagai berikut:

a) Sosialisasi pentingnya imunisasi Hb kepada camat, PKK, tokoh masyarakat, tokoh

agama, kader, aparat desa, RT, RW dan tokoh potensial lainnya pada momen dan

setiap kesempatan.

b) Penyuluhan langsung tentang imunisasi Hb kepada semua ibu hamil pada waktu

memeriksakan kehamilan (K1 s/d K4).

c) Penyuluhan lewat media yang ada (pengumuman di masjid, arisan, pengajian dll),

pemasangan spanduk dan poster di puskesmas, posyandu.

b. Perencanaan

Perencanaan merupakan salah satu unsur yang penting dalam pengelolaan

program imunisasi. Pada dasarnya perencanaan program imunisasi meliputi:

1) Menentukan target cakupan

Menentukan target cakupan adalah menetapkan berapa besar cakupan

imunisasi yang akan dicapai pada tahun yang direncanakan untuk mengetahui

kebutuhan vaksin yang sebenarnya. Contoh target cakupan yang akan dicapai:

HB 0 ≤ 7 hari = 80 %.

2) Menghitung Jumlah sasaran

Pada program imunisasi menentukan jumlah sasaran merupakan suatu

unsur yang paling penting. Menghitung jumlah sasaran bayi berdasarkan

besarnya angka persentasi kelahiran bayi dari jumlah penduduk masing-masing

wilayah atau dapat berdasarkan besarnya jumlah sasaran bayi tahun lalu yang

Page 66: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

60

diproyeksikan untuk tahun ini. Untuk tingkat desa dapat berdasarkan pendataan

sasaran per desa atau dengan rumus:

Desa = × Jumlah bayi kecamatan tahun ini

3) Lokasi Pelayanan

Lokasi pelayanan imunisasi Hb dilakukan di semua komponen pelayanan

kesehatan baik swasta maupun pemerintah. Pelayanan bisa melalui kunjungan

rumah/ KN 1 oleh bidan di desa.

4) Menghitung kebutuhan logistik

Setelah menghitung jumlah sasaran imunisasi, menentukan target cakupan

maka data-data tersebut digunakan untuk menghitung kebutuhan vaksin.

Puskesmas mengirimkan rencana kebutuhan vaksin ke kabupaten, kompilasi

dilakukan kabupaten/kota, selanjutnya kebutuhan vaksin tersebut dikirim ke

propinsi kemudian dilanjutkan ke pusat untuk proses pengadaannya. Menghitung

kebutuhan vaksin Hepatitis B (PID):

Buah = (Sasaran x target HB-0 80%)

Bidan merencanakan kebutuhan vaksin HB PID berdasarkan data perkiraan

persalinan 1 bulan, petugas imunisasi puskesmas menyediakan vaksin.

5) Kebutuhan Format Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan tentang adanya kelahiran bayi yang dilakukan oleh bidan desa

sebagai dasar menjadi sasaran yang akan diberi imunisasi. Pencatatan dan

pelaporan mempergunakan alur dan format laporan yang dipakai pada program

KIA rutin. Pencatatan menggunakan kohort bayi, buku KIA, buku harian

imunisasi di desa.

Page 67: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

61

Pelaporan hasil imunisasi harus lengkap dan tepat waktu. Pelaporan

menggunakan formulir desa, formulir rekapitulasi puskesmas untuk program

imunisasi. Laporan dilaksanakan setiap bulan kepada koordinator imunisasi

Puskesmas.

c. Pelaksanaan

Program imunisasi dituntut untuk melaksanakan ketentuan program secara

efektif dan efisien. Untuk itu pengelola program imunisasi harus dapat menjalankan

fungsi koordinasi dengan baik meliputi koordinasi horizontal terdiri dari kerjasama

lintas program dan kerjasama lintas sektoral. Untuk koordinasi pelaksanaan

imunisasi HB-0 melalui kerjasama dengan bidan di desa pada pertolongan

persalinan, kunjungan neonatal. Kerjasama pemberian imunisasi HB-0 juga

dilakukan dengan penolong persalinan di rumah bersalin/ rumah sakit.

d. Monitoring dan Evaluasi

Fungsi monitoring/pemantauan adalah untuk meningkatkan kinerja program,

sehingga sejalan dengan ketentuan program. Ada 2 alat pemantau yang dimiliki

program imunisasi yaitu:

1) Pematauan Wilayah Setempat (PWS)

Alat pemantau ini berfungsi untuk meningkatkan cakupan. Jadi sifatnya

lebih memantau kuantitas program.

2) Pembinaan

Tingginya cakupan saja tidak cukup untuk mencapai tujuan akhir program

imunisasi. Cakupan yang tinggi harus diikuti dengan mutu program yang tinggi

pula. Untuk meningkatkan mutu program pembinaan dari atas (supervisi) sangat

diperlukan. Pimpinan puskesmas juga dapat mengadakan supervisi intern/

Page 68: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

62

pembinaan internal kepada bidan di desa dengan menggunakan hasil analisa

supervisi.

Supervisi merupakan salah satu bagian dari fungsi penggerakan

pelaksanaan dari suatu manajemen. Dengan supervisi yang baik diharapkan

dapat dilakukan pembinaan dan pemantauan terhadap pelaksanaan program

secara teratur. Dengan supervisi diharapkan dapat mempercepat pencapaian

tujuan program sesuai target dan sasaran yang telah ditetapkan. Supervisi

diharapkan akan menimbulkan motivasi untuk meningkatkan kinerja petugas

lapangan. Hal tersebut dapat dicapai dengan membina hubungan kerja yang

baik, melalui prinsip‖ kemitraan dan cara fasilitasi ‖ bukan prinsip atasan

bawahan, serta memberikan penghargaan kepada prestasi kerja mereka.

Evaluasi bertujuan untuk mengetahui hasil ataupun proses kegiatan bila

dibandingkan dengan target atau yang diharapkan. Berdasarkan sumber data, ada

dua macam evaluasi: evaluasi dengan data primer melalui survey cakupan, survey

dampak. Evaluasi dengan data sekunder meliputi stok vaksin, cakupan pertahun.

e. Indikator Penilaian

Indikator Penilaian program imunisasi Hb adalah sebagai berikut:

1) % Cakupan imunisasi Hepatitis B.

2) Jumlah kemasan yang dipakai.

3) Semua sasaran yang diimunisasi tercatat dalam kohort bayi.

4) Semua sasaran yang diimunisasi terlaporkan sesuai catatan.

Jadwal Imunisasi Hepatitis B

Page 69: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

63

Pada dasarnya jadwal imunisasi Hepatitis B sangat fleksibel sehingga tersedia

berbagai pilihan untuk menyatukannya kedalam program imunisasi terpadu. Namun

demikian ada beberapa hal yang perlu diingat :

a. Minimal diberikan sebanyak 3 kali.

b. Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir.

c. Jadwal imunisasi dianjurkan adalah 0, 1, 6 bulan karena respons antibodi paling

optimal (Hadinegoro, 2008).

Jadwal imunisasi Hepatitis B yaitu :

a. Imunisasi hepB-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir.

b. Imunisasi hepB-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi hepB-1 yaitu

saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapat respons imun optimal, interval

imunisasi hepB-2 dengan hepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi

hepB-3 diberikan pada umur 3-6 bulan (Hadinegoro, 2008).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. berikut:

Tabel 1. Jadwal Imunisasi Hepatitis B

Umur Bayi Imunisasi Kemasan

Saat lahir Hep B-0 Uniject (hepB-monovalen)

2 bulan DTwP dan hepB-1 Kombinasi DTwP/hepB-1

3 bulan DTwP dan hepB-2 Kombinasi DTwP/hepB-2

4 bulan DTwP dan hepB-3 Kombinasi DTwP/hepB-3

Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008

Pemberian imunisasi Hepatitis B berdasarkan status HBsAg ibu pada saat

melahirkan adalah :

Page 70: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

64

a. Bayi yang lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg-nya mendapatkan 5 mcg

(0,5 mL) vaksin rekombinan atau 10 mcg (0,5 mL) vaksin asal plasma dalam waktu

12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga

pada umur 6 bulan. Kalau kemudian diketahui ibu mengidap HBsAg positif maka

segera berikan 0,5 mL HBIg (sebelum anak berusia satu minggu).

b. Bayi yang lahir dari ibu HBsAg positif mendapatkan 0,5 mL HBIg dalam waktu 12

jam setelah lahir dan 5 mcg (0,5 mL) vaksin rekombinan. Bila digunakan vaksin

berasal dari plasma, diberikan 10 mcg (0,5 mL) intramuskular dan disuntikkan pada

sisi yang berlainan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga

pada umur 6 bulan.

c. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif diberi dosis minimal 2,5 mcg (0,25

mL) vaksin rekombinan, sedangkan kalau digunakan vaksin berasal dari plasma,

diberikan dosis 10 mcg (0,5 mL) intramuskular pada saat lahir sampai usia 2 bulan.

Dosis kedua diberikan pada umur 1-4 bulan, sedangkan dosis ketiga pada umur 6-

18 bulan.

d. Ulangan imunisasi Hepatitis B diberikan pada umur 10-12 tahun (Wahab, 2002).

Cara Pemberian :

Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi dipaha

lewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot bagian luar).

Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.

Alat dan bahan :

1. Spuit diposibel 2,5 cc dan jarumnya

2. Vaksin hepatitis dan pelarutnya dalam termos es.

3. Kapas alcohol dalam tempatnya.

4. Sarung tangan bersih.

Page 71: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

65

Prosedur :

1. Cuci tangan

2. Gunakan sarung tangan

3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

4. Ambil vaksin hepatitis dengan spuit sesuai program/anjuran, yakni 0,5.

5. Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya, tangan kiri ibu merangkul bayi,

menyangga kepala, bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi, tangan

kanan bayi melingkar kebadan ibu dan tangan kanan ibu memegang kaki

bayi dengan kuat).

6. Lakukan desinfeksi didaerah 1/3 tengah paha bagian luar yang akan

diinjeksi dengan kapas alcohol.

7. Tegangkan daerah yang akan diinjeksi.

8. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum ke intramuscular didaerah

fermur

9. Cuci tangan

10. Catat reaksi yang terjadi.

Kontraindikasi dan Efek Samping

Vaksin hepB diberikan kepada semua orang termasuk wanita hamil, bayi baru

lahir, pasien dengan immunocompromised, yaitu pasien dengan kelainan sistem

imunitas seperti penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) (Dalimartha,

2004).

Gejala Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang disebabkan vaksin

umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang

vaksin dan secara klinis biasanya ringan.Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala

klinis hebat seperti reaksi anafilaktik sistemik dengan resiko kematian. Reaksi

Page 72: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

66

simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam petunjuk

pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian

khusus, atau berbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya termasuk kemungkinan

interaksi dengan obat atau vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi

dengan baik oleh pelaksanan imunisasi (Ranuh dkk, 2011).

Reaksi lokal setelah dilakukan vaksinasi hepatitis B, antara lain:

1. Rasa nyeri pada tempat suntikan.

2. Bengkak dan kemerahan ditempat suntikan sekitar 10%.

Reaksi sistemik setelah dilakukan vaksinasi hepatitis B, yaitu demam sekitar

10%, juga reaksi lain seperti irritable, malaise dan gejala sistemik lainnya.

Reaksi berat yang dapat terjadi setelah dilakukan vaksin hepatitis B, antara lain:

1. Kejang

2. Trombositopenia

3. Hypotonic Hyporesponsive Episode (HHE)

4. Persistent inconsolable screaming yang merupakan rekasi yang bersifat self-imiting

dan tidak merupakan masalah jangka panjang

5. Anafilaksis yaitu kejadian yang berpotensial menjadi fatal tetapi dapat disembuhkan

tanpa dampak jangka panjang.

Pemberian imunisasi hepatitis B jarang menimbulkan efek samping yang

serius.Efek samping yang paling umum dari vaksin tersebut biasanya ringan dan cepat

hilang. Efek samping yang terasa pada umumnya antara lain: rasa sakit pada tempat

yang disuntik, sakit demam dan sakit pada tulang sendi (Cahyono dkk, 2010).

Efek samping yang terjadi setelah dilakukan vaksinasi hepatitis B biasanya

berupa reaksi-reaksi lokal, yaitu:

1. Rasa sakit kemerahan disekitar tempat penyuntikan

Page 73: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

67

2. Pembengkakan disekitar tempat penyuntikan

Reaksi-rekaksi yang terjadi tersebut bersifat ringan dan biasanya hilang setekah

2 hari. Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai

kejang.

Menurut Pernyataan Informasi Vaksin yang dikeluarkan oleh CDC,

kebanyakan orang yang mendapatkan vaksin hepatitis B tidak mengalami efek

samping. Efek samping yang dilaporkan adalah sebagai berikut:

1. Rasa sakit pada area suntikan, yang berlangsung satu atau dua hari: terjadi pada satu

dari sebelas anak dan remaja serta satu dari empat orang dewasa.

2. Demam ringan sampai menengah: pada satu dari empat belas anak dan remaja serta

satu dari seratus orang dewasa.

3. Reaksi alergi yang serius, yang bisa termasuk ruam, suara napas mengdengking, pucat,

lemah, denyut jantung yang cepat, pusing dan sulit bernapas: sangat jarang terjadi.

Pabrik pembuat vaksin hepatitis B melaporkan bahwa selain efek buruk yang

dinyatakan oleh CDC, reaksi lain yang bisa terjadi pada sampai 17% orang yang

menerima suntikan termasuk keletihan, diare, sakit kepala, infeksi tenggorokan dan

saluran pernapasan, kepala terasa ringan, menggigil, muntah, nyeri dan kejang

lambung, hilangnya selera makan, mual, berkeringat, flu, ruam, nyeri seperti arthritis,

pembengkakan kelenjar getah bening, insomnia, sakit telinga dan tekanan darah

rendah.

SOP IMUNISASI HEPATITIS B

Page 74: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

68

Pengertian Suatu proses pemberian hepatitis (0) pada semua BBL secara injeksi

intramuscular sebanyak 0,5ml dosis tunggal (diberikan 1-2 jam

setelah injeksi vit K) untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap

bayi terutama alur penularan ibu bayi

Tujuan • Tercapainya target pemberian profilaksis hepatitis B pada

bayi baru lahir

• Tercapainya target pelayanan kesehatan bayi baru lahir yang

komprehensif di tingkat pelayanan dasar

Terlindunginya bayi baru lahir terhadap infeksi Hepatitis B

Persiapan 1. Persiapan Tempat

a. Mudah di Akses.

b. Penyiapan Tempat Pelayanan Imunisasi

c. Penyiapan Pelayanan Imunisasi

d. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi

e. Tidak terkena langsung terhadap sinar matahari Cukup terang.

f. Pemantauan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi.

2. Persiapan Alat/Bahan

1. Sediaan vaksin Hepatitis B Pertama (Hb0) 0,5 ml

2. Kapas DTT

3. Sarung tangan

4. Safety box

5. Alcohol

Page 75: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

69

6. Handuk cuci tangan

Prosedur

Tindakan

Tahap Persiapan

1. Justifikasi Identitas klien

2. Menyiapkan peralatan

3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:

4. Berikan salam dengan ramah dan akrab

5. Memperkenalkan diri

6. Tanyakan pada ibu/keluarga tujuan dari kunjungan

7. Tanyakan apakah ibu/keluarga telah mendapat penyuluhan

tentang imunisasi hepatitis B

8. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan

9. Mendapatkan persetujuan klien

10. Mengatur lingkungan sekitar bayi

11. Membantu bayi mendapatkan posisi yang nyaman

Tahap Kerja

12. Cuci tangan dari lengan dengan sabun dibawah air mengalir,

kemudian keringkan dengan handuk

13. Ambil flakon vaksin dan cek label flakon vaksin

14. Ambil semprit Hepatitis dan hisaplah vaksin sesuai ketentuan

15. Jelaskan pada Ibu cara memegang bayi

16. Tentukan lokasi penyuntikan yaitu pada paha sebelah luar,

desinfeksi lokasi penyuntikan

Page 76: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

70

17. Letakkan ibu jari dan jari telunjuk anda pada posisi yang akan

disuntik. Peganglah otot paha diantara jari-jari telunjuk dan ibu

jari

18. Masukkan jarum ke dalam kulit secara intramuscular (posisi

jarum tegak lurus) pada paha bayi

19. Tarik piston sedikit untuk meyakinkan bahwa jarum tidak

mengenai pembuluh darah

20. Dorong pangkal piston perlahan dengan ibu jari untuk

memasukkan vaksin dan cabut jarum. Apabila ada darah usap

dengan kapas kering

21. Mengembalikan alat-alat dan vaksin ketempat semula

22. Jelaskan pada ibu reaksi yang akan timbul setelah penyuntikan

23. Jelaskan pada ibu tentang penanganannya bila timbul reaksi

setelah pemberian imunisasi

24. Memberi kesempatan pada ibu untuk bertanya tentang hal-hal

yang kurang jelas

25. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan keringkan

dengan handuk kering

Dokumentasi

26. Mencatat dalam KMS/kartu control bayi, ucapkan salam dan

terima kasih

Page 77: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

71

3. Imunisasi Polio

a. Pengertian Imunisasi Polio

Polio adalah infeksi virus yang berkembang di tenggorokan dan saluran

pencernaan manusia, yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen.

Penyebaran virus antar manusia umumnya karena adanya kontak dengan

kotoran dari orang yang terinfeksi dan melalui lendir atau cairan dari hidung dan

mulut. Jadi kebersihan diri dan lingkungan harus menjadi perhatian.

Virus polio sangat berbahaya, karena kebanyakan orang yang terinfeksi virus

tidak menunjukan adanya gejala apapun, namun beberapa orang yang terjangkit

virus polio dapat mengalami kelumpuhan yang bisa mengakibatkan cacat permanen

dan bahkan kematian. Karena risiko dan dampaknya yang berat, setiap anak

dianjurkan mulai mendapat vaksin sedini mungkin; segera setelah kelahiran.

Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan terhadap penyakit poliomielitis yaitu penyakit radang yang menyerang

syaraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki (Anik Maryunani,2010).

b. Etiologi Poliomielitis

Polio, disebut juga sebagai paralisis infantil, etiologi disebabkan oleh virus

polio, virus RNA yang berasal dari famili Picornaviridae, genus Enterovirus. Virus

ini memiliki inti dari single-stranded RNA diliputi oleh kapsul protein tanpa sampul

lipid sehingga tahan terhadap zat yang dapat melarutkan lipid, dan stabil pada pH

rendah. Virus polio dapat dinonaktifkan dengan panas, formaldehida, klorin, sinar

ultraviolet.

Virus polio terdiri dari 3 jenis strain antigen atau serotipe wild poliovirus

(WPV) atau virus polio liar, yaitu tipe 1, tipe 2, dan tipe 3.

Page 78: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

72

a) Virus Polio Tipe 1

Virus polio tipe 1 merupakan penyebab dari 85% kasus polio paralitik.

Virus ini memiliki sifat imunitas heterotipik minimal, yaitu imunitas terhadap

satu tipe, tidak melindungi tubuh terhadap infeksi tipe lainnya. Namun, imunitas

yang timbul dari tiap tipe adalah untuk jangka panjang, atau seumur hidup.

b) Virus Polio Tipe 2 dan 3

Virus polio tipe 2 secara resmi dideklarasikan dan disertifikasi pada bulan

September 2015, sebagai tipe yang telah dieradikasi. Virus polio tipe 3 juga

tidak terdeteksi sejak November 2012. Karenanya, diperkirakan hanya tipe 1

WPV yang masih bersirkulasi saat ini.

b. Tujuan

Imunisasi polio bertujuan untuk mencegah penyakit poliomyelitis.

c. Manfaat

Vaksin diberikan dengan jumlah dosis yang sedikit, yang berfungsi membantu

mengembangkan kekebalan tubuh terhadap penyakit. Vaksin ini tidak akan

mengobati infeksi aktif yang sudah berkembang di dalam tubuh.

Vaksin polio untuk digunakan pada orang dewasa dan anak-anak yang berusia

minimal 6 minggu. Seperti halnya vaksin apa pun, vaksin polio mungkin tidak

memberikan perlindungan dari penyakit pada setiap orang.

Seseorang tidak boleh menerima vaksin ini jika pernah mengalami reaksi alergi

yang mengancam jiwa terhadap vaksin yang mengandung virus polio hidup atau

tidak aktif, atau jika Anda alergi terhadap 2-phenoxyethanol, formaldehyde,

neomycin, streptomycin, atau polymyxin B.

Page 79: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

73

Sementara itu, seseorang tidak boleh menerima vaksin ini jika memiliki

penyakit sedang atau berat dengan demam. Vaksin ini harus dihindari jika:

Memiliki penyakit sedang atau berat dengan demam

Pernah mengalami reaksi alergi yang mengancam jiwa terhadap vaksin apa

pun yang mengandung virus polio hidup atau tidak aktif

Alergi terhadap 2-phenoxyethanol, formaldehyde, neomycin, streptomycin,

atau polymyxin B.

d. Fungsi

Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit poliomyelitis.

Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan dengan vaksin DPT. Terdapat 2

macam vaksin polio:

1 Inactivated Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk), mengandung virus polio yang

telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.

IPV dihasilkan dengan cara membiakkan virus dalam media pembiakkan,

kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan pemanasan atau bahan kimia.

Karena IPV tidak hidup dan tidak dapat replikasi maka vaksin ini tidak dapat

menyebabkan penyakit polio walaupun diberikan pada anak dengan daya tahan

tubuh yang lemah.

Vaksin yang dibuat oleh Aventis Pasteur ini berisi tipe 1, 2, dan 3 dibiakkan

pada sel-sel VERO ginjal kera dan dibuat tidak aktif dengan formadehid. Selain

itu dalam jumlah sedikit terdapat neomisin, streptomisin dan polimiksin. IPV

harus disimpan pada suhu 2 – 8 C dan tidak boleh dibekukan. Pemberian vaksin

tersebut dengan cara suntikan subkutan dengan dosis 0,5 ml diberikan dalam 4

kali berturut-turut dalam jarak 2 bulan.

Page 80: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

74

Orang yang mempunyai kontraindikasi atau tidak diperbolehkan

mendapatkan OPV maka dapat menggunakan IPV. Demikian pula bila ada

seorang kontak yang mempunyai daya tahan tubuh yang lemah maka bayi

dianjurkan untuk menggunakan IPV.

2 Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah

dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen

(Trivalen Oral Polio Vaccine; TOPV) efektif melawan semua bentuk polio,

sedangkan bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan satu jenis polio.

Vaksin OPV pemberiannya dengan cara meneteskan cairan melalui mulut.

Vaksin ini terbuat dari virus liar (wild) hidup yang dilemahkan. Komposisi

vaksin tersebut terdiri dari virus Polio tipe 1, 2, dan 3 adalah suku Sabin yang

masih hidup tetapi sudah dilemahkan (attenuated). Vaksin ini dibuat dalam

biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dalam sucrosa. Tiap dosis sebanyak 2

tetes mengandung virus tipe 1, tipe 2, dan tipe 3 serta antibiotika eritromisin

tidak lebih dari 2 mcg dan kanamisin tidak lebih dari 10 mcg.

Virus dalam vaksin ini setelah diberikan 2 tetes akan menempatkan diri di

usus dan memacu pembentukan antibodi baik dalam darah maupun dalam

dinding luar lapisan usus yang mengakibatkan pertahan lokal terhadap virus

polio liar yang akan masuk. Pemberian air susu ibu tidak berpengaruh pada

respon antibodi terhadap OPV dan imunisasi tidak boleh ditunda karena hal ini.

Setelah diberikan dosis pertama dapat terlindungi secara cepat, sedangkan pada

dosis berikutnya akan memberikan perlindungan jangka panjang. Vaksin ini

diberikan pada bayi baru lahir 2, 4, 6, 18 bulan, dan 5 tahun.

Page 81: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

75

Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak

mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5

hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar dan di Indonesia yang umum

diberikan adalah vaksin sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya

melalui mulut. Dibeberapa negara dikenal pula tetravaccine yaitu kombinasi

DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur

beberapa hari atau selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin

polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT.

Imunisasi ulang diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT, pmberian

imunisasi polio dapat menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit

poliomyelitis. Imunisasi polio.

Imunisasi ulang dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5-6 tahun)

dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 thun). Cara memberikan imunisasi

polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung ke

dalam mulut anak. Imunisasi ini jangan diberika pada anak yang sedang diare

berat, efek samping yang terjadi sangat minimal dapat berupa kejang.

Vaksin dari virus polio (tipe 1,2, dan 3) Virus polio terdiri atas tiga strain,

yaitu strain 1 (brunhilde), strain 2 (lanzig), dan strain 3 (leon) yang dilemahkan,

dibuat dalam biakkan sel-vero: asam amino, antibiotic, calf serum dalam

magnesium clorida, dan fenol merah. Vaksin yang berbentuk cairan dengan

kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet. Pemberian secara oral sebanyak 2

tetes (0,1 ml). Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu. Penyimpana

pada suhu 2-8ºC.

Page 82: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

76

e. Gejala

Gejala dari penyakit polio ini dapat muncul bermacam-macam. Kendati 95

hingga 99% dari orang yang terinfeksi virus polio ini tidak memiliki gejala apapun.

Namun, perlu diketahui, meskipun pengidap polio tidak memiliki gejala, ia tetap

dapat menyebarkan virus ini kepada orang lain yang berada disekitarnya.

Gejala dari polio tipe non-paralisis adalah sebagai berikut:

Demam.

Nyeri menelan.

Nyeri kepala.

Muntah.

Lemas.

Meningitis.

Gejala dari polio tipe paralisis yaitu sebagai berikut:

Gejala awal yang muncul dapat menyerupai polio tipe non-paralisis namun

setelah satu minggu, gejala lainnya akan mengikuti.

Kehilangan refleks.

Nyeri otot dan kram otot yang parah.

Kaki menjadi terkulai.

Paralisis yang terjadi tiba-tiba, hal ini dapat bersifat temporer maupun

permanen.

Kelainan ekstremitas bawah, terutama pada pinggul dan pergelangan kaki.

Sindroma paska polio

Page 83: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

77

Polio sangat mungkin untuk muncul kembali meskipun seseorang telah

dinyatakan sembuh. Hal ini dapat terjadi 15 - 40 tahun setelah seseorang pertama

kali terinfeksi. Gejala yang sangat umum terjadi antara lain adalah:

Kelemahan pada otot dan sendi.

Nyeri otot yang terus memburuk.

Menjadi mudah lelah dan lesu.

Berkurangnya massa otot.

Kesulitan dalam menelan dan bernapas.

Sleep-apnea, gangguan bernapas pada saat tidur.

Rendahnya toleransi terhadap coach dinging.

Depresi.

Masalah dalam konsentrasi dan daya ingat.

f. Diagnosis Polio

Diagnosis dari polio sendiri ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang. Dalam anamnesis, dokter

akan mencari gejala-gejala yang muncul, kemudian melalui pemeriksaan fisik dokter

akan mencari tanda-tanda penyakit seperti adanya kaku kuduk, dan kelainan pada

refleks.

Pemeriksaan penunjang melalui pemeriksaan swab tenggorok, pemeriksaan

feses dan analisis cairan sistem taraf pusat juga dapat dilakukan untuk mencari

keberadaan dari virus polio.

g. Kriteria penyakit

Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu

dari tiga virus yang berhubungan yaitu virus polio 1, 2, 3. Secara klinis

Page 84: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

78

penyakit polio adalah dibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu

akut. Penyebarannya melalui kotoran manusia yang terkontaminasi.

Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi

pada minggu pertama sakit. Kematian bisa tejadi jika otot-otot pernafasan

terinfeksi dan tidak segera ditangani.

h. Penyebab dan Faktor Resiko

Virus polio menyebar melalui kontak dengan feses yang terinfeksi. Barang-

barang yang dekat dengan feses yang terinfeksi juga dapat menjadi pusat penyebaran

dari virus. Tidak jarang pula virus ini ditularkan dari pengidap ke orang sekitar

melalui bersin maupun batuk.

Orang-orang yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit ini adalah:

Orang yang tinggal di daerah terpentin dengan sulitnya akses air mengalir yang

bersih terutama untuk MCK.

Ibu hamil dengan HIV positif.

Anak-anak yang tidak divaksinasi.

Bagi orang-orang yang tidak pernah divaksinasi, risiko tertular penyakit ini

akan semakin tinggi, bila:

Bepergian ke daerah yang baru saja terjadi wabah polio.

Tinggal atau merawat pengidap polio.

Bekerja dengan spesimen virus.

Sudah menjalani operasi tonsilektomi.

i. Penanganan Polio

Sampai saat ini obat untuk menyembuhkan polio belum ditemukan. Maka

jika seseorang mengidap penyakit polio, dokter akan merawat dan memberi terapi

Page 85: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

79

suportif, selain itu pengidap polio juga perlu diisolasi. Terapi suportif yang diberikan

dapat berupa:

Tirah baring.

Obat anti nyeri.

Obat antispasmodic untuk membuat otot menjadi relaks.

Antibiotik untuk mengobati infeksi saluran kemih.

Ventilator portabel untuk membantu pernapasan.

Fisioterapi.

j. Pencegahan Polio

Pencegahan dari penyakit polio ini adalah dengan vaksinasi. Vaksinasi polio

sendiri sudah ditemukan sejak tahun 1957 dan menjadi salah satu upaya pencegahan

yang paling efektif. Vaksinasi diberikan sebanyak 3x dan ditambah dengan 1x

booster. Vaksinasi perlu diberikan pada anak di usia 2 bulan, 4 bulan, 6-18 bulan dan

booster-nya di antara usia 4-6 tahun.

k. Usia Pemberian :

Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia

18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin DPT.

l. Cara pemberian

Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I, II, III dan IV) dengan interval

tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun setelah

imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat

meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin.

Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung kemulut anak atau

Page 86: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

80

dengan atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap membuka

vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.

Cara pemakaian:

1 Orang tua memegang bayi dengan lengan kepala di sangga dan

dimiringkan ke belakang.

2 Mulut bayi dibuka hati-hati menggunakan ibu jari atau dengan menekan

pipi bayi dengan jari-jari.

3 Teteskan dengan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan

biarkan alat tetes menyentuh bayi.

m. Efek samping

Pada umunya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa

paralisis yang disebabkan oleh vaksin jarang terjadi.

n. Kontra Indikasi :

Tidak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam

tinggi (di atas 38 derajat Celsius), muntah atau diare, penyakit kanker atau

keganasan, HIV/AIDS, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi

umum, serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu.

Pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, imunisasi polio

sebaiknya ditangguhkan, demikian juga pada anak yang menderita penyakit

gangguan kekebalan (difisiensi imun). Alasan untuk tidak memberikan vaksin polio

pada keadaan diare berat adalah kemungkinan terjadinya diare yang lebih parah.

Pada anak dengan penyakit batuk, pilek, demam, atau diare ringan imunisasi polio

dapat diberikan seperti biasanya.

Page 87: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

81

SOP IMUNISASI POLIO

Pengertian Vaksin polio merupakan vaksin yang digunakan imunisasi aktif

terhadap polio yang berisi virus polio tipe 1,2 dan 3 yang masih

hidup tetapi sudah dilemahkan. Pemberian secara oral, dosis 2

tetes (0,1 ml). Untuk imunisasi diberikan 3 dosis dengan interval

pemberian 4 minggu mulai usia 2 bulan, dan diulang pada usia 9

bulan

vaksin bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV) adalah merupakan

vaksin sangat efektif melawan tipe 1 dan tipe 3 virus polio dalam

waktu yang bersamaan.

Tujuan Untuk mencegah penyakit poliomyelitis.

Persiapan 1. Persiapan Tempat

Mudah di Akses.

Penyiapan Tempat Pelayanan Imunisasi

Penyiapan Pelayanan Imunisasi

Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi

Tidak terkena langsung terhadap sinar matahari Cukup terang.

Pemantauan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi

2. Persiapan Alat/Bahan

Termos es + cool pack

Page 88: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

82

Vaksin Polio

Pipet plastik khusus untuk vaksin polio

Handuk cuci tangan

Kapas alcohol

Prosedur

Tindakan

Tahap Persiapan

1. Justifikasi Identitas klien

2. Menyiapkan peralatan

3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:

4. Berikan salam dengan ramah dan akrab

5. Memperkenalkan diri

6. Tanyakan pada ibu/keluarga tujuan dari kunjungan

7. Tanyakan apakah ibu/keluarga telah mendapat penyuluhan

tentang imunisasi polio

8. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan

9. Mendapatkan persetujuan klien

10. Mengatur lingkungan sekitar bayi

11. Membantu bayi mendapatkan posisi yang nyaman

Tahap Kerja

1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian

keringkan dengan handuk kering

2. Ambil flakon vaksin dan cek label flakon vaksin

3. Ambil pipet dari kantong dan pasanglah pipet pada flakon vaksin

polio, usahakan tangan jangan sampai menyentuhujung flakon

Page 89: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

83

4. Membuka mulut bayi dengan cara menggunakan 2 jari (ibu jari

dan jari telunjuk)

5. tekanlah kedua pipi bayi sehingga mulutnya tebuka

6. Teteskan langsung vaksin polio pada mulut bayi sebanyak 2 tetes

7. Beritahukan pada ibu bahwa pemberian imunisasi polio sudah

selesai (bayi digendong kembali oleh ibunya)

8. Mengembalikan alat-alat vaksin ke tempat semula

9. Jelaskan pada ibu tentang reaksi setelah pemberian imunisasi

diberikan

10. Jelaskan pada ibu tentang penanganannya bila timbul reaksi

setelah pemberian imunisasi polio

11. Memberi kesempatan pada Ibu/keluarga untuk bertanya tentang

hal-hal yang kurang jelas

12. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan

dengan handuk kering

Tahap Terminasi

13. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada

tempatnya

14. Mencuci tangan

15. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah

dilakukan

16. Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bayinya

17. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan

Dokumentasi

Page 90: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

84

18. Mencatat dalam KMS/kartu control bayi, ucapkan salam dan

terima kasih

19. Beritahu ibu kapan imunisasi selanjutnya dilaksanakan

Page 91: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

85

A. MASA INKUBASI DAN PENULARAN DPT

1. Difteri

Masa inkubasi penyakit difteri ini 2 – 5 hari, masa penularan penderita 2-4

minggu sejak masa inkubasi, sedangkan masa penularan carier bisa sampai 6 bulan.

Penyakit difteri yang diserang terutama saluran pernafasan bagian atas.

Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia, baik sebagai penderita

maupun sebagai carier. Cara penularannya yaitu melalui kontak dengan penderita

pada masa inkubasi atau kontak dengan carier. Caranya melalui:

a. Penularan penyakit difteri terjadi melalui tetes udara yang dikeluarkan oleh

penderita ketika batuk atau bersin.

b. Penularan juga dapat terjadi melalui tissue/ sapu tangan atau gelas bekas minum

penderita atau menyentuh luka penderita.

c. Barang rumah tangga, penularan dapat terjadi melalui berbagai barang rumah

tangga yang dipakai bersamaan seperti handuk atau mainan.

2. Pertusis

Masa inkubasi pertusis 6 - 20 hari, rata-rata 7 hari, sedangkan perjalanan

penyakit ini berlangsung antara 6 – 8 minggu atau lebih. Gejala timbul dalam waktu

7 - 10 hari setelah terinfeksi. Bakteri menginfeksi lapisan tenggorokan, trakea dan

saluran udara sehingga pembentukan lendir semakin banyak.

Bordetella pertusis diitularkan melalui sekresi udara pernapasan yang

kemudian melekat pada silia epitel saluran pernapasan. Basil biasanya bersarang

pada silia epitel thorax mukosa, menimbulkan eksudasi yang muko purulen, lesi

Page 92: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

86

berupa nekrosis bagian basal dan tengah epitel torak, disertai infiltrate netrofil dan

makrofag.

3. Tetanus

Masa inkubasi berkisar dari 2 hari sampai sebulan, dengan sebagian besar

(rata-rata) kasus terjadi dalam 14 hari. Pada neonatus, masa inkubasi biasanya 5-14

hari. Secara umum, periode inkubasi pendek berhubungan dengan terkontaminasi

luka, penyakit lebih parah, dan prognosis yang buruk.

Masa inkubasi berkisar antara 3 sampai 21 hari, biasanya sekitar 8 hari.

Semakin pendek masa inkubasi, semakin tinggi peluang kematian, biasanya kurang

dari 72 jam. Dalam gejala tetanus neonatorum, biasanya muncul 4-14 hari setelah

kelahiran, rata-rata sekitar 7 hari.

B. Gejala dan Tanda Penyakit serta Diagnosis

1. Difteri

a. Gejala

Gejala penyakit ini mulai timbul dalam waktu 1-4 hari setelah terinfeksi.

Tanda pertama dari difteri adalah sakit tenggorokan, demam dan gejala yang

menyerupai pilek biasa. Bakteri akan berkembang biak dalam tubuh dan melepaskan

toksin (racun) yang dapat menyebar ke seluruh tubuh dan membuat penderita

menjadi sangat lemah dan sakit. Gejala-gejala lain yang muncul, antara lain:

1) Menelan sakit, batuk keras dan suara menjadi parau

2) Mual dan muntah-muntah

3) Demam, menggigil dan sakit kepala

4) Denyut jantung meningkat

Page 93: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

87

5) Terbentuk selaput/membran yang tebal, berbintik, berwarna hijau kecoklatan atau

keabu-abuan di kerongkongan sehingga sukar sekali untuk menelan dan terasa

sakit.

6) Bila difteri bertambah parah, tenggorokan menjadi bengkak sehingga

menyebabkan penderita menjadi sesak nafas, bahkan yang lebih membahayakan

lagi, dapat pula menutup sama sekali jalan pernafasan.

7) Kelenjar akan membesar dan nyeri di sekitar leher.

8) Kadang-kadang telinga menjadi terasa sakit akibat peradangan

9) Penyakit difteri dapat pula menyebabkan radang pembungkus jantung sehingga

penderita dapat meninggal secara mendadak.

Gejala-gejala ini disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh kuman difteri.

Jika tidak diobati, racun yang dihasilkan oleh kuman ini dapat menyebabkan reaksi

peradangan pada jaringan saluran napas bagian atas sehingga sel-sel jaringan dapat

mati.

Sel-sel jaringan yang mati bersama dengan sel-sel radang membentuk suatu

membran atau lapisan yang dapat menggangu masuknya udara pernapasan. Membran

atau lapisan ini berwarna abu-abu kecoklatan, dan biasanya dapat terlihat. Gejalanya

anak menjadi sulit bernapas. Jika lapisan terus terbentuk dan menutup saluran napas

yang lebih bawah akan menyebabkan anak tidak dapat bernapas. Akibatnya sangat

fatal karena dapat menimbulkan kematian jika tidak ditangani dengan segera.

Racun yang sama juga dapat menimbulkan komplikasi pada jantung dan

susunan saraf, biasanya terjadi setelah 2-4 minggu terinfeksi dengan kuman difteri.

Kematian juga sering terjadi karena jantung menjadi rusak.

Serangan berbahaya pada periode inkubasi 1 sampai dengan 5 hari, jarang

ditemui lebih lama. Dapat menyebabkan infeksi nasopharynx yang menyebabkan

Page 94: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

88

kesulitan bernapas dan kematian. Penyebab utamanya adalah radang pada membran

saluran pernapasan bagian atas, biasanya pharynx tetapi kadang-kadang posterior

nasal passages, larynx dan trakea, ditambah kerusakan menyeluruh ke seluruh organ

termasuk myocardium, sistem saraf, ginjal yang disebabkan eksotosin (Plotkins)

organisme.

Ketika difteri menyerang tenggorokan dan tonsil, gejala awalnya adalah

radang tenggorokan, kehilangan nafsu makan dan demam. Dalam waktu 2-3 hari,

lapisan putih atau aba-abu ditemukan di tenggorokan atau tonsil. Lapisan ini

menempel pada langit-langit dari tenggorokan dan dapat berdarah. Jika terdapat

pendarahan, lapisan berubah menjai aba-abu kehijauan atau hitam. Penderita difteri

biasanya tidak demam panas tapi dapat sakit leher dan sesak napas.

b. Diagnosis

Diagnosis dini difteri sangat penting karena keterlambatan pemberian

antitoksin sangat mempengaruhi prognosa penderita. Diagnosis harus segera

ditegakkan berdasarkan gejala-gejala klinik tanpa menunggu hasil mikrobiologi.

Karena preparat smear kurang dapat di percaya, sedangkan untuk biakan

membutuhkan waktu beberapa hari. Adanya membran di tenggorok tidak terlalu

spesifik untuk difteri, karena beberapa penyakit lain juga dapat ditemui adanya

membran, tetapi membran pada difteri agak berbeda dengan membran penyakit lain,

warna membran pada difteri lebih gelap dan lebih keabu-abuan disertai dengan lebih

banyak fibrin dan melekat dengan mukosa dibawahnya. Bila diangkat terjadi

pendarahan. Biasanya dimulai dari tonsil dan menyebar ke uvula.

Diagnosa banding

Pada difteri nasal perdarahan yang timbul harus dibedakan dengan perdarahan

akibat luka dalam hidung, korpus alienium atau sifilis kongenital.

Page 95: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

89

a. Tonsilitis folikularis atau lakunaris

Terutama bila membran masih berupa bintik-bintik putih. Anak harus dianggap

sebagai penderita difteri bila panas tidak terlalu tinggi tetapi anak tampak lemah dan

terdapat membran putih kelabu dan mudah berdarah bila diangkat. Tonsilitis lakunaris

biasanya disertai panas yang tinggi sedangkan anak tampak tidak terlampau lemah, faring

dan tonsil tampak hiperimis dengan membran putih kekuningan, rapuh dan lembek, tidak

mudah berdarah dan hanya terdapat pada tonsil saja.

b. Angina plaut vincent

Penyakit ini juga membentuk membran yang rapuh, tebal, berbau dan tidak

mudah berdarah. Sediaan langsung akan menunjukkan kuman fisiformis (gram positif)

dan spirila (gram negatif).

c. Infeksi tenggorok oleh mononukleosus infeksiosa

Terdapat kelainan ulkus membranosa yang btidak mudah berdarah dan disertai

pembengkakan kelenjar umum. Khas pada penyakit ini terdapat peningkatan monosit

dalam darah tepi.

d. Blood dyscrasia (misal agranulositosis dan leukemia)

Mungkin pula ditemukan ulkus membranusa pada faring dan tonsil. Difteri laring

harus dibedakan dengan laringitis akuta, laringotrakeitis, laringitis membranosa

(dengan membran rapuh yang tidak berdarah) atau benda asing pada laring, yang

semuanya akan memberikan gejala stridor inspirasi dan sesak.

2. Pertusis

a. Gejala

Penyakit ini cukup parah bila diderita anak balita, bahkan dapat berakibat

kematian pada anak usia kurang dari 1 tahun. Gejalanya sangat khas, yaitu anak tiba-

Page 96: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

90

tiba batuk keras secara terus menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau

kebiruan, keluar air mata dan kadang-kadang sampai muntah. Karena batuk yang

sangat keras, mungkin akan disertai dengan keluarnya sedikit darah. Batuk akan

berhenti setelah ada suara melengking pada waktu menarik nafas, kemudian akan

tampak letih dengan wajah yang lesu. Batuk semacam ini terutama terjadi pada

malam hari. Bila penyakit ini diderita oleh seorang bayi, terutama yang baru berumur

beberapa bulan, akan merupakan keadaan yang sangat berat dan dapat berakhir

dengan kematian akibat suatu komplikasi. Masa tunas 7 – 14 hari penyakit dapat

berlangsung sampai 6 minggu atau lebih dan terbagi dalam 3 stadium, yaitu :

1. Stadium kataralis lamanya 1 – 2 minggu

Pada permulaan hanya berupa batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari. Batuk-

batuk ini makin lama makin bertambah berat dan terjadi serangan dan malam. Gejala

lainnya ialah pilek, serak dan anoreksia. Stadium ini menyerupai influenza.

2. Stadium spasmodik lamanya 2 – 4 minggu

Pada akhir minggu batuk makin bertambah berat dan terjadi paroksismal berupa

batuk-batuk khas. Penderita tampak berkeringat, pembuluh darah leher dan muka

melebar. Batuk sedemikian beratnya hingga penderita tampak gelisah. Gejala – gejala

masa inkubasi 5 – 10 hari. Pada awalnya anak yang terinfeksi terlihat seperti terkena

flu biasa dengan hidung mengeluarkan lendir, mata berair, bersih, demam dan batuk

ringan. Batuk inilah yang kemudian menjadi parah dan sering. Batuk akan semakin

panjang dan seringkali berakhir dengan suara seperti orang menarik nafas

(melengking). Anak akan berubah menjadi biru karena tidak mendapatkan oksigen

yang cukup selama rangkaian batuk. Muntah-muntah dan kelelahan sering terjadi

setelah serangan batuk yang biasanya terjadi pada malam hari. Selama masa

penyembuhan, batuk akan berkurang secara bertahap.

Page 97: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

91

3. Stadium konvalesensi Lamanya kira-kira 4-6 minggu

Beratnya serangan batuk berkurang. Juga muntah berkurang, nafsu makan

pun timbul kembali. Ronki difus yang terdapat pada stadium spasmodik mulai

menghilang. Infaksi semacam ―Common Cold‖ dapat menimbulkan serangan

batuk lagi.

b. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisis, dan

pemeriksaan laboratorium. Pada anamnesis penting ditanyakan adanya riwayat kontak

dengan pasien pertusis, adakah serangan khas yaitu paroksismal dan bunyi whoop yang

jelas. Perlu pula ditanyakan mengenai riwayat imunisasi. Gejala klinis yang didapat

pada pemeriksaan fisis tergantung dari stadium saat pasien diperiksa. Diagnosis dapat

dibuat dengan memperhatikan batuk yang khas bila penderita datang pada stadium

spasmodik, sedang pada stadium kataralis sukar dibuat diagnosis karena menyerupai

common cold.

Tes Diagnostik

a. Pemeriksaan sputum

b. Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertussis

c. ELISA

Elisa dapat dipakai untuk menentukan IgM, IgG, dan IgA serum terhadap

―filamentous hemoaglutinin (FHA)‖ dan toksin pertussis (TP). nilai IgM-FHA dan

IgM-TP serum tidak bernilai dalam penentuan seropositif oleh karena menggambarkan

respon imun primer dan dapat disebabkan oleh penyakit atau vaksinasi. IgG langsung

terhadap toksin pertussis merupakan test yang paling sensitif dan spesifik untuk

infeksi akut. IgA-FHA dan IgA-TP kurang sensitif daripada IgG-TP tetapi sangat

spesifik untuk infeksi natural dan tidak terlihat sesudah imunisasi pertussis.

Page 98: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

92

d. Leukositosis (15.000-100.000/mm3) dengan limfositosis absolut selama stadium 1

(catarrhal) dan stadium 2 (paroxysmal).

e. Didapatkan antibodi (IgG terhadap toksin pertusis)

f. Diagnosis pasti dengan ditemukannya organisme Bordetella pertussis pada apus

nasofaring posterior (bahan media Bordet-Gengou).

g. Polymerase chain reaction (PCR) assay memiliki keuntungan sensitivitasnya lebih

tinggi daripada kultur pertusis konvensional.

h. Foto toraks

Infiltrat perihiler (perihilar infiltrates), edema (atau mild interstitial edema) dengan

berbagai tingkat atelektasis yang bervariasi, mild peribronchial cuffing, atau empiema.

Konsolidasi (consolidation) merupakan indikasi adanya infeksi bakteri sekunder

atau pertussis pneumonia (jarang). Adakalanya pneumothorax, pneumomediastinum,

atau udara di jaringan yang lunak dapat terlihat.

Radiography tidak diindikasikan pada pasien dengan tanda-tanda vital (vital

signs) yang normal. Vital signs ini meliputi: tekanan darah, nadi, heart rate,

respiration rate, dan suhu tubuh.

3. Tetanus

a. Gejala

Gejala tetanus yang khas adalah kejang, dan kaku secara menyeluruh,

otot dinding perut yang teraba keras dan tegang seperti papan, mulut kaku dan

sukar dibuka. Tetanus tak segera dapat terdeteksi karena masa inkubasi

penyakit ini berlangsung hingga 21 hari setelah masuknya kuman tetanus ke

dalam tubuh. Pada masa inkubasi inilah baru timbul gejala awalnya. Gejala

penyakit tetanus bisa dibagi dalam tiga tahap, yaitu:

Page 99: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

93

1) Tahap awal

Rasa nyeri punggung dan perasaan tidak nyaman di seluruh tubuh

merupakan gejala awal penyakit ini. Satu hari kemudian baru terjadi

kekakuan otot. Beberapa penderita juga mengalami kesulitan menelan.

Gangguan terus dialami penderita selama infeksi tetanus masih berlangsung.

2) Tahap kedua

Gejala awal berlanjut dengan kejang yang disertai nyeri otot pengunyah

(Trismus). Gejala tahap kedua ini disertai sedikit rasa kaku di rahang, yang

meningkat sampai gigi mengatup dengan ketat, dan mulut tidak bisa dibuka

sama sekali. Kekakuan ini bisa menjalar ke otot-otot wajah, sehingga wajah

penderita akan terlihat menyeringai (Risus Sardonisus), karena tarikan dari

otot-otot di sudut mulut.

Selain itu, otot-otot perut pun menjadi kaku tanpa disertai rasa nyeri.

Kekakuan tersebut akan semakin meningkat hingga kepala penderita akan

tertarik ke belakang. (Ophistotonus). Keadaan ini dapat terjadi 48 jam

setelah mengalami luka.

Pada tahap ini, gejala lain yang sering timbul yaitu penderita menjadi

lambat dan sulit bergerak, termasuk bernafas dan menelan makanan.

Penderita mengalami tekanan di daerah dada, suara berubah karena

berbicara melalui mulut atau gigi yang terkatub erat, dan gerakan dari

langit-langit mulut menjadi terbatas.

3) Tahap ketiga

Daya rangsang dari sel-sel saraf otot semakin meningkat, maka terjadilah

kejang refleks. Biasanya hal ini terjasi beberapa jam setelah adanya

kekakuan otot. Kejang otot ini bisa terjadi spontan tanpa rangsangan dari

Page 100: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

94

luar, bisa pula karena adanya rangsangan dari luar. Misalnya cahaya,

sentuhan, bunyi-bunyian dan sebagainya. Pada awalnya, kejang ini hanya

berlangsung singkat, tapi semakin lama akan berlangsung lebih lama dan

dengan frekuensi yang lebih sering.

Ada empat bentuk tetanus yang dikenal secara klinis, yakni:

1) Localited tetanus (Tetanus Lokal)

Pada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten,

pada daerah tempat dimana luka terjadi (agonis, antagonis, dan fixator).

Hal inilah merupakan tanda dari tetanus lokal. Kontraksi otot tersebut

biasanya ringan, bisa bertahan dalam beberapa bulan tanpa progressif dan

biasanya menghilang secara bertahap.

Lokal tetanus ini bisa berlanjut menjadi generalized tetanus,

tetapi dalam bentuk yang ringan dan jarang menimbulkan kematian.

Bisajuga lokal tetanus ini dijumpai sebagai prodromal dari klasik tetanus

atau dijumpai secara terpisah. Hal ini terutama dijumpai sesudah

pemberian profilaksis antitoksin.

2) Cephalic Tetanus

Cephalic tetanus adalah bentuk yang jarang dari tetanus. Masa

inkubasi berkisar 1 –2 hari, yang berasal dari otitis media kronik (seperti

dilaporkan di India), Luka pada daerah muka dan kepala, termasuk

adanya benda asing dalam rongga hidung.

3) Generalized Tetanus (Tetanus umum)

Bentuk ini yang paling banyak dikenal. Sering menyebabkan

komplikasi yang tidak dikenal beberapa tetanus lokal oleh karena gejala

timbul secara diam-diam. Trismus merupakan gejala utama yang sering

Page 101: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

95

dijumpai (50 %), yang disebabkan oleh kekakuan otot-otot masseter,

bersamaan dengan kekakuan otot leher yang menyebabkan terjadinya

kaku kuduk dan kesulitan menelan. Gejala lain berupa Risus Sardonicus

(Sardonic grin) yakni spasme otot-otot muka, opistotonus (kekakuan otot

punggung), kejang dinding perut. Spasme dari laring dan otot-otot

pernafasan bisa menimbulkan sumbatan saluran nafas, sianose asfiksia.

Bisa terjadi disuria dan retensi urine, kompressi fraktur dan pendarahan

didalam otot. Kenaikan temperatur biasanya hanya sedikit, tetapi

begitupun bisa mencapai 40’ C. Bila dijumpai hipertermi ataupun

hipotermi, tekanan darah tidak stabil dan dijumpai takhikardia, penderita

biasanya meninggal. Diagnosa ditegakkan hanya berdasarkan gejala

klinis.

4) Neonatal Tetanus

Biasanya disebabkan infeksi C. tetani, yang masuk melalui tali

pusat sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk

disebabkan oleh proses pertolongan persalinan yang tidak steril, baik

oleh penggunaan alat yang telah terkontaminasi spora C. tetani, maupun

penggunaan obat-obatan Wltuk tali pusat yang telah terkontaminasi.

Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan obat tradisional

yang tidak steril, merupakan faktor yang utama dalam terjadinya neonatal

tetanus.

b. Diagnosis

Diagnosis tetanus ditegakkan berdasarkan:

1) Riwayat adanya luka yang sesuai dengan masa inkubasi.

2) Gejala klinis.

Page 102: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

96

3) Penderita biasanya belum mendapatkan imunisasi.

Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan fisik pasien sewaktu istirahat,

berupa:

1) Gejala klinik

2) Kejang tetanic, trismus, dysphagia, risus sardonicus (sardonic smile).

3) Adanya luka yang mendahuluinya. Luka adakalanya sudah dilupakan.

4) Kultur: C. tetani (+).

5) Lab: SGOT, CPK meninggi serta dijumpai myoglobinuria

Pemeriksaan laboratorium kurang menunjang dalam diagnosis. Pasca

pemeriksaan darah rutin tidak ditemukan nilai-nilai spesifik, leukosit dapat normal

atau dapat meningkat. Pemeriksaan mikrobiologi, bahan diambil dari luka berupa pus

atau jaringan nekrotis kemudian dibiakkan pada kultur agar darah atau kaldu daging.

Tetapi pemeriksaan mikrobiologi hanya pada 30% kasus ditemukan Clostridium

tetani.

Pemeriksaan cairan serebrospinalis dalam batas normal, walaupun kadang-

kadang didapatkan tekanan meningkat akibat kontraksi otot. Pemeriksaan

elektroensefalogram adalah normal dan pada pemeriksaan elektromiografi hasilnya

tidak spesifik.

Diagnosa Banding

1. Meningitis Bakterial

Pada penyakit ini trismus tidak ada dan kesadaran penderita biasanya menurun.

Diagnosis ditegakkan dengan melakukan lumbal fungsi, di mana adanya kelainan

cairan serebrospinalis yaitu jumlah sel meningkat, kadar protein meningkat dan

glukosa menurun.

Page 103: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

97

2. Poliomielitis

Didapatkan adanya paralisis flaksid dengan tidak dijumpai adanya trismus.

Pemeriksaan cairan serebrospinalis menunjukkan leukositosis. Virus polio diisolasi

dari tinja dan pemeriksaan serologis, titer antibodi meningkat.

3. Rabies

Sebelumnya ada riwayat gigitan anjing atau hewan lain. Trismus jarang ditemukan,

kejang bersifat kronik.

4. Keracunan strichnine

Pada keadaan ini trismus jarang, gejala berupa kejang tonik umum.

5. Tetani

Timbul karenahipokalsemia dan hipofasfatemia di mana kadar kalsium dan fosfat

dalam serum rendah. Yang khas bentuk spasme otot adalah karpopedal spasme dan

biasanya diikuti laringospasme, jarang dijumpai trismus.

6. Retropharingeal abses

Trismus selalu ada pada penyakit ini, tetapi kejang umum tidak ada.

7. Tonsilitis berat

Penderita disertai panas tinggi, kejang tidak ada tetapi trismus ada.

8. Efek samping fenotiasin

9. Adanya riwayat minum obat fenotiasin. Kelaianan berupa sindrom ekstrapiramidal.

Adanya reaksi distonik akut, torsicolis, dan kekakuan otot. lobaris atas, miositis leher

dan spondilitis leher.

I. Pencegahan DPT

1. Difteri

Setiap orang dapat terinfeksi oleh difteri, tetapi kerentanan terhadap infeksi

tergantung dari pernah tidaknya ia terinfeksi oleh difteri dan juga pada

Page 104: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

98

kekebalannya. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kebal akan mendapat kekebalan

pasif, tetapi taka akan lebih dari 6 bulan dan pada umur 1 tahun kekebalannya

habis sama sekali. Seseorang yang sembuh dari penyakit difteri tidak selalu

mempunyai kekebalan abadi. Paling baik adalah kekebalan yang didapat secara

aktif dengan imunisasi.

Berdasarkan penelitian Basuki Kartono bahwa anak dengan status imunisasi

DPT dan DT yang tidak lengkap beresiko menderita difteri 46.403 kali lebih besar

dari pada anak yang status imunisasi DPT dan DT lengkap. Keberadaan sumber

penularan beresiko penularan difteri 20.821 kali lebih besar daripada tidak ada

sumber penularan. Anak dengan ibu yang bepengetahuan rendah tentang

imunisasi dan difteri beresiko difteri pada anak-anak mereka sebanyak 9.826 kali

dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pengetahuan tinggi tentang imunisasi

dan difteri. Status imunisasi DPT dan DT anak adalah faktor yang paling dominan

dalam mempengaruhi terjadinya difteri (Kartono,2008).

Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan

tetanus dan pertusis (DPT) sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan

dengan selang penyuntikan satu – dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan

memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam

waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri

dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat

penurun panas. Berdasarkan program dari Departemen Kesehatan RI imunisasi

perlu diulang pada saat usia sekolah dasar yaitu bersamaan dengan tetanus yaitu

DT sebanyak 1 kali. Sayangnya kekebalan hanya diiperoleh selama 10 tahun

setelah imunisasi, sehingga orang dewasa sebaiknya menjalani vaksinasi booster

(DT) setiap 10 tahun sekali.

Page 105: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

99

Selain pemberian imunisasi perlu juga diberikan penyuluhan kepada

masyarakat terutama kepada orang tua tentang bahaya dari difteria dan perlunya

imunisasiaktif diberikan kepada bayi dan anak-anak. Dan perlu juga untuk

menjaga kebersihan badan, pakaian dan lingkungan. Penyakit menular seperti

difteri mudah menular dalam lingkungan yang buruk dengan tingkat sanitasi

rendah. Oleh karena itulah, selain menjaga kebersihan diri, kita juga harus

menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Disamping itu juga perlu diperhatikan

makanan yang kita konsumsi harus bersih. Jika kita harus membeli makanan di

luar, pilihlah warung yang bersih. Jika telah terserang difteri, penderita sebaiknya

dirawat dengan baik untuk mempercepat kesembuhan dan agar tidak menjadi

sumber penularan bagi yang lain. Pengobatan difteri difokuskan untuk

menetralkan toksin (racun) difteri dan untuk membunuh kuman Corynebacterium

diphtheriae penyebab difteri. Setelah terserang difteri satu kali, biasanya penderita

tidak akan terserang lagi seumur hidup.

Perawatan umum penyakit difteri yaitu dengan melakukan isolasi, bed rest:

2-3 minggu, makanan yang harus dikonsumsi adalah makanan lunak, mudah

dicerna, protein dan kalori cukup, kebersihan jalan nafas, pengisapan lendir.

Penanggulangan melalui pemberian imunisasi DPT (Dipteri Pertusis

Tetanus) dimana vakisin DPT adalah vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan

tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktifkan. Imunisasi

DPT diberikan untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri,

pertusis dan tetanus, diberikan pertama pada bayi umur 2 bulan, dosis selanjutnya

diberikan dengan interval paling cepat 4 (empat) minggun (1 bulan). DPT pada

bayi diberikan tiga kali yaitu DPT1, DPT2 dan DPT 3. Imunisasi lainnya yaitu DT

Page 106: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

100

(Dipteri Pertusis) merupakan imunisasi ulangan yang biasanya diberikan pada

anak sekolah dasar kelas 1.

2. Pertusis

Cara terbaik untuk mengontrol penyakit ini adalah dengan imunisasi. Banyak

laporan mengemukakan bahwa terdapat penurunan angka kejadian pertusis

dengan adanya pelaksanaan program imunisasi. Pencegahan dapat dilakukan

melalui imunisasi aktif dan pasif.

1) Imunisasi pasif

Dalam imunisasi pasif dapat diberikan human hyperimmune globulin,

ternyata berdasarkan beberapa penelitian di klinik terbukti tidak efektif

sehingga akhir-akhir ini tidak lagi digunakan untuk pencegahan.

2) Imunisasi aktif

Remaja usia 11-18 tahun (terutama usia 11-12 tahun) harus mendapat dosis

tunggal Terdapat 0,5 mL i.m. di daerah m. deltoideus. Kontra indikasi bila

terdapat riwayat reaksi anafilaksis terhadap komponen vaksin dan

ensefalopati (koma, kejang lama) dalam 7 hari pemberian vaksin pertusis.

Pencegahan penyebarluasan penyakit dilakukan dengan cara:

1) Isolasi

Mencegah kontak dengan individu yang terinfeksi, diutamakan bagi bayi dan anak

usia muda, sampai pasien setidaknya mendapatkan antibiotik sekurang-kurangnya

5 hari dari 14 hari pemberian secara lengkap. Atau 3 minggu setelah batuk

paroksismal reda bilamana pasien tidak mendapatkan antibiotik.

2) Karantina

Kasus kontak erat terhadap kasus yang berusia <7 tahun, tidak diimunisasi, atau

imunisasi tidak lengkap, tidak boleh berada di tempat publik selama 14 hari atau

Page 107: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

101

setidaknya mendapat antibiotik selama 5 hari dari 14 hari pemberian secara

lengkap.

3) Disinfeksi

Direkomendasikan untuk melakukan pada alat atau ruangan yang terkontaminasi

sekret pernapasan dari pasien pertussis

3. Tetanus

Seorang penderita yang terkena tetanus tidak imun terhadap serangan

ulangan artinya dia mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapat tetanus

bila terjadi luka sama seperti orang lainnya yang tidak pernah di imunisasi. Tidak

terbentuknya kekebalan pada penderita setelah ia sembuh dikarenakan toksin yang

masuk ke dalam tubuh tidak sanggup untuk merangsang pembentukkan antitoksin

(karena tetanospamin sangat poten dan toksisitasnya bisa sangat cepat, walaupun

dalam konsentrasi yang minimal, yang mana hal ini tidak dalam konsentrasi yang

adekuat untuk merangsang pembentukan kekebalan).

Vaksinasi adalah cara pencegahan terbaik terhadap tetanus. Komite

Penasehat untuk Praktik Imunisasi (ACIP) merekomendasikan bahwa semua anak

menerima serangkaian rutin dari 5 dosis difteri dan vaksin tetanus pada usia 2, 4,

6, 15-18 bulan, dan 4-6 tahun. Dosis booster difteri dan tetanus toxoid harus

diberikan dimulai pada usia 11-12 tahun (minimal 5 tahun sejak dosis terakhir)

dan diulangi setiap 10 tahun sesudahnya. Saat ini, DTaP dan DT harus digunakan

pada orang kurang dari tujuh tahun, sedangkan Td diberikan kepada mereka yang

berusia tujuh tahun atau lebih. Jadwal catch-up imunisasi Td bagi mereka dimulai

pada usia tujuh tahun atau lebih terdiri dari tiga dosis. Dosis kedua biasanya

diberikan 1-2 bulan setelah dosis pertama, dan dosis ketiga diberikan 6 bulan

setelah dosis kedua. Aselular formulasi vaksin pertusis bagi remaja dan orang

Page 108: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

102

dewasa yang berlisensi dan dikombinasikan dengan difteri dan tetanus-toxoid.

Jadwal yang disarankan untuk DTap belum ditentukan, tetapi vaksin ini harus

diterima dalam kondisi yang tepat.

Untuk pencegahan tetanus neonatorum, langkah-langkah pencegahan,

selain imunisasi ibu, adalah program imunisasi untuk gadis remaja dan wanita

usia subur serta pelatihan yang tepat bidan dalam rekomendasi untuk imunisasi

dan teknik aseptik dan pengendalian infeksi. Maternal and Neonatal Tetanus

Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi tetanus pada neonatal dan

wanita usia subur termasuk ibu hamil. Strategi yang dilakukan untuk

mengeliminasi tetanus neonatorum dan maternal adalah:

1) Pertolongan persalinan yang aman dan bersih;

2) Cakupan imunisasi rutin tt yang tinggi dan merata; dan

3) Penyelenggaraan surveilans.

Beberapa permasalahan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita usia

subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal, pencatatan yang dimulai

dari kohort WUS (baik kohort ibu maupun WUS tidak hamil) belum seragam, dan

cakupan imunisasi TT2 bumil jauh lebih rendah dari cakupan K4. Cakupan

imunisasi TT2 selama tahun 2003-2007 tidak mengalami perkembangan, bahkan

cenderung menurun. Namun sejak dua tahun terakhir terjadi peningkatan cakupan

imunisasi TT2+, dari 26% pada tahun 2007 menjadi 42,9% pada tahun 2008,

kemudian meningkat lagi menjadi 62,52% pada tahun 2009 (Kemenkes RI. 2009).

4. Pencegahan dengan Program Imunisasi DPT

Pengertian Imunisasi DPT

Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap

suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah

Page 109: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

103

dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh. Dengan memasukkan kuman atau

bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan zat anti yang ada

pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit

yang menyerang tubuh. Imunisasi adalah memasukkan vaksin kedalam tubuh

untuk membuat zat anti untuk mencegah penyakit.

Vaksin adalah suatu bahan yang terbuat dari kuman, komponen kuman,

atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksin difteri terbuat dari

toksin kuman difteri yang telah dilemahkan. Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman

tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Vaksin Pertusis terbuat

dari kuman Bordetella Pertusis yang telah dimatikan. Selanjutnya ketiga vaksin ini

dikemas bersama yang dikenal dengan vaksin DPT.

Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap

penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri,

pertusis, tetanus yang telah dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga

tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk

melawan kuman atau bibit ketiga penyakit tersebut (Markum, 2005). Imunisasi

DPT (Diphteri, Pertusis dan Tetanus) merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah terjadinya penyakit difteri. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang

mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi

masih dapat merangsang pembentukkan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian

imunisasi DPT adalah tiga kali, dengan maksud pemberian pertama zat anti

terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan

mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat

anti yang cukup (Alimul, 2008)

Page 110: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

104

Manfaat Imunisasi DPT Dasar

Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit

adalah dengan jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan

membuat zat anti dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap

penyakit. Jadi tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak kebal terhadap penyakit

Difteri, Pertusis, Tetanus. Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :

1. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap

penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.

2. Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena

penyakit secara alami.

Secara alamiah sampai batas tertentu tubuh juga memiliki cara membuat

kekebalan tubuh sendiri dengan masuknya kuman-kuman kedalam tubuh. Namun bila

jumlah yang masuk cukup banyak dan ganas, bayi akan sakit. Dengan semakin

berkembangnya teknologi dunia kedokteran, sakit berat masih bisa ditanggulangi

dengan obat-obatan. Namun bagaimanapun juga pencegahan adalah jauh lebih baik

dari pada pengobatan (Markum, 2005).

Jadwal Pemberian Imunisasi

Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali, karena saat imunisasi pertama belum

memiliki kadar antibodi protektif terhadap difteri dan akan memiliki kadar antibodi

setelah mendapatkan imunisasi 3 kali dengan interval 4 minggu. Imunisasi DPT tidak

boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit

kejang demam kompleks. Jika tidak boleh diberikan pada anak dengan batuk yang

diduga mungkin sedang menderita batuk rejan. Bila pada suntikan DPT pertama

terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan berikut jangan diberikan DPT lagi

melainkan DT saja (tanpa P). DPT biasanya tidak diberikan pada anak usia kurang dari

Page 111: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

105

6 minggu, disebabkan respon terhadap pertusis dianggap tidak optimal, sedangkan

respon terhadap tetanus dan difteri adalah cukup baik tanpa memperdulikan adanya

antibodi maternal (Markum, 2005).

Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan

pemberian vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang telah

dimurnikan ditambah dengan bakteri Bortella pertusis yang telah dimatikan. Dosis

penyuntikan 0,5 ml diberikan secara subkutan atau intramuscular pada bayi yang

berumur 2-12 bulan sebanyak 3 kali dengan interval 4 minggu. Vaksin DPT adalah

vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun.

Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot

lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak

berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak

kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan

pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin

pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT. Setelah mendapatkan serangkaian

imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin DPT pada usia 14-16 tahun

kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10

tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster).

Reaksi spesifik yang timbul setelah penyuntikan tidak ada. Gejala biasanya

demam ringan dan reaksi lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan

seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun, menangis yang

berkepanjangan lebih dari 3 jam, hendaknya pemberian vaksin DPT diganti dengan

DT. (Depkes RI, 2005).

Page 112: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

106

SOP IMUNISASI DPT

Pengertian Imunisasi DPT adalah usaha untuk memberikan kekebalan kepada

bayi dan anak terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis

B dan peradangan selaput otak.

Tujuan Membentuk daya tahan tubuh sehingga bayi./anak

terhindar dari penyakit tersebut dan kalau terkena penyakit ini

tidak sampai menyebabkan kecacatan dan kematian

Persiapan 1. Persiapan Tempat

a. Mudah di Akses.

b. Penyiapan Tempat Pelayanan Imunisasi

c. Penyiapan Pelayanan Imunisasi

d. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi

e. Tidak terkena langsung terhadap sinar matahari Cukup

terang.

f. Pemantauan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi.

2. Persiapan Alat/Bahan

1. Vaksin DPT/HB/HIB

2. Spuit 1 cc / 0,5 ml

3. Kapas DTT

4. Register imunisasi, KMS dan alat tulis

Page 113: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

107

Prosedur

Tindakan

Tahap Persiapan

1. Justifikasi Identitas klien

2. Menyiapkan peralatan

3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:

4. Berikan salam dengan ramah dan akrab

5. Memperkenalkan diri

6. Tanyakan pada ibu/keluarga tujuan dari kunjungan

7. Tanyakan apakah ibu/keluarga telah mendapat penyuluhan

tentang imunisasi

8. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan

dilakukan

9. Mendapatkan persetujuan klien

10. Mengatur lingkungan sekitar bayi

11. Membantu bayi mendapatkan posisi yang nyaman

Tahap Kerja

1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian

keringkan dengan handuk kering

2. Cek label flacon vaksin, kocok hingga endapan vaksin

tercampur dengan sempurna apabila vaksin tidak tercampur

sempurrn anda akan memberikan dosis yang tidak tepat

3. Hangatkan sebentar dengan cara menggenggam flacon

untuk mencegah abses steril

4. Buka tutup Bacon kemudan masukkan pelarut dalam vaksin

Page 114: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

108

dan pastikan benar-benar tercampur

5. Ambil semprit DPT buka sermprit yang telah disiapkan dan

hisaplah vaksin sesuai dengan dosis yang ditentukan

6. Semprit ditegakkan keatas untuk melihat menggelembung

udara. Apabila ada gelembung udara ketuklah pelan - pelan

supaya gelembung naik ke atas lalu doronglah piston

sehingga gelembung naik ke atas

7. Jelaskan pada ibu cara memegang bayi

8. Tentukan tempat penyuntikkan yaitu pada bagian paha

sebelah luar. Usaplah daerah pada baglan luar paha sebelah

luar. Usaplah daerah paha bagian luar dengan kapas DTT

9. Letakkan ibu jari dan jari telunjuk anda pada posisi yang

akan disuntik. Peganglah otot paha diantara jari telunjuk dan

ibu jari

Mengisi Semprit

10. Tarik pistonnya sedikit untuk meyakinkan bahwa jarum

tidak mengenai pembuluh darah

11. Dorong pangkal piston perlahan-lahan dengan ibu jari untuk

memasukkan vaksin, cabut jarum.

12. Jelaskan pada ibu tentang reaksi yang akan timbul setelah

penyuntikan

13. Jelaskan pada ibu bila timbul reaksi:

Suhu tubuh meningkat segera meminumkan obat

penurun panas sesuai dengan dosis yang telah ditentukan,

Page 115: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

109

anak tidak boleh dibungkus dengan selimut tebal dan

jangan memandikan bayi (cukup diseka dengan air

hangat)

Rasa sakit didaerah suntikan: lakukan pengompresan

pada tempat penyuntikan dengan air hangat dan yakinkan

ibu pada keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu

pengobatan

Pembengkakan lokasi penyuntikan: bawalah anak

tersebut ke puskesmas/RS untuk pengobatan

14. Jelaskan pada ibu cara memberi (meminumkan) obat

penurun panas

15. Memberi kesempatan pada ibu/keluarga untuk bertanya

tentang hal-hal yang kurang jelas

16. Mencuci tangan dengan sabun can air mengalir, keringkan

dengan handuk keringkan

Tahap Terminasi

17. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada

tempatnya

18. Mencuci tangan

19. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang

telah dilakukan

20. Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bayinya

21. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan

Page 116: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

110

Dokumentasi

22. Mencatat dalam KMS/kartu kontrol bayi, ucapkan salam

dan terima kasih

23. Beritahu ibu kapan imunisasi selanjutnya dilaksanakan

4. Campak

1. Jenis Imunisasi Campak

a. Vaksin Campak Kering

1) Deskripsi

Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap

dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain

CAM 70, dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu

erythromycin. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan

hanya dengan pelarut steril yang tersedia secara terpisah untuk tujuan

tersebut. Vaksin ini telah memenuhi persyaratan WHO untuk vaksin campak.

Jumlah pemberian imunisasi campak diberikan sebanyak 2 kali; 1 kali di

usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1

sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan,

penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan

belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus

diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).

2) Indikasi

Untuk Imunisasi aktif terhadap penyakit campak.

3) Komposisi

Tiap dosis vaksin yang sudah dilarutkan mengandung :

Page 117: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

111

Virus Campak >= 1.000 CCID50

Kanamycin sulfat <= 100 mcg

Erithromycin <= 30 mcg

4) Dosis dan Cara Pemberian

Imunisasi campak terdiri dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara

Subkutan, lebih baik pada lengan atas. Pada setiap penyuntikan harus

menggunakan jarum dan syringe yang steril. Vaksin yang telah dilarutkan hanya

dapat digunakan pada hari itu juga (maksimum untuk 8 jam) dan itupun berlaku

hanya jika vaksin selama waktu tersebut disimpan pada suhu 2°-8°C serta

terlindung dari sinar matahari. Pelarut harus disimpan pada suhu sejuk sebelum

digunakan. Satu dosis vaksin campak cukup untuk membentuk kekebalan

terhadap infeksi. Di negara-negara dengan angka kejadian dan kematian karena

penyakit campak tinggi pada tahun pertama setelah kelahiran, maka dianjurkan

imunisasi terhadap campak dilakukan sedini mungkin setelah usia 9 bulan (270

hari). Di negara-negara yang kasus campaknya sedikit, maka imunisasi boleh

dilakukan lebih dari usia tersebut. Vaksin campak tetap aman dan efektif jika

diberikan bersamaan dengan vaksin-vaksin DT, Td, TT, BCG, Polio, (OPV dan

IPV), Hepatitis B, dan Yellow Fever.

Tata Cara Pemberian Imunisasi Campak

Imunisasi campak dilakukan dengan menggunakan alat suntik sekali pakai

(autodestruct syringe). Penggunaan alat suntik tersebut dimaksudkan untuk

menghindari penularan penyakit HIV/AIDS dan Hepatitis B.

Dengan cara :

1. Vaksin Campak dilarutkan dulu sebelum saat pelayanan akan dimulai.

Page 118: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

112

2. Buka tutup torak dan tutup jarum.

3. Tusukkan jarum tersebut ke vial vaksin. Pastikan ujung jarum selalu berada

didalam cairan vaksin, jauh dibawah permukaan cairan vaksin, sehingga tidak

ada udara yang masuk kedalam semprit.

4. Tarik torak perlahan-lahan agar cairan vaksin masuk kedalam semprit, sampai

torak terkunci secara otomatis, torak tidak dapat ditarik lagi.

5. Cabut jarum dari vial, keluarkan udara yang tersisa dengan cara mengetuk alat

suntik dan mendorong torak sampai pada skala 0,5 cc.

6. Bersihkan kulit dengan air hangat, kemudian suntikan vaksin secara

intramuskular (lakukan aspirasi sebelumnya untuk memastikan apakah jarum

tidak menembus pembuluh darah). Alat suntik yang telah dipakai langsung

dibuang kedalam insinerator tanpa penutup jarum dan penutup torak.

Untuk menghindari resiko tertusuk jarum, petugas kesehatan tidak

boleh memasang kembali penutup jarum.

Insinerator berisi alat suntik bekas pakai dibawa kembali ke Puskesmas

dan kemudian setelah penuh, baru dipakai.

Perhatian !

Alat suntik ini bersifat sekali pakai (autodestruct), maka torak tidak

boleh ditarik sebelum jarum tersebut ditusukkan kedalam vial vaksin. Torak

yang sudah ditarik sebelum diisi vaksin tidak akan dapat digunakan lagi.

Page 119: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

113

7. Vaksin campak yang telah dilarutkan hanya bertahan 3 jam, setelah lewat

waktu tersebut tidak boleh dipakai lagi.

8. Lokasi penyuntikan sebaiknya paha anak, tekhnis penyuntikan sesuai juknis

imunisasi.

5) Efek Samping

Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama

3 hari yang dapat terjadi 8 - 12 hari setelah vaksinasi. Terjadinya Encephalitis

setelah vaksinasi pernah dilaporkan yaitu dengan perbandingan 1 kasus per 1

juta dosis yang diberikan.

6) Kontraindikasi

Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan pemberian vaksin

campak. Walaupun berlawanan penting untuk mengimunisasi anak yang

mengalami malnutrisi. Demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas atau

diare, dan beberapa penyakit ringan lainnya jangan dikategorikan sebagai

kontraindikasi. Kontraindikasi terjadi bagi individu yang diketahui alergi berat

terhadap kanamycin dan erithromycin. Karena efek vaksin virus campak hidup

terhadap janin belum diketahui, maka wanita hamil termasuk kontraindikasi.

Individu Pengidap Virus HIV (HUMAN IMMUNODEFFICIENCY

VIRUS). Vaksin Campak kontraindikasi terhadap individu-individu yang

mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderita

gangguan respon imun karena leukimia, lymphoma atau generalized

malignancy. Bagaimanapun penderita HIV, baik yang disertai gejala ataupun

tanpa gejala harus diimunisasi vaksin campak sesuai jadual yang ditentukan.

Page 120: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

114

7) Penyimpanan dan Daluarsa

Vaksin Campak beku-kering harus disimpan pada suhu dibawah 8 °C (kalau

memungkinkan di bawah 0 °C) sampai ketika vaksin akan digunakan. Tingkat

stabilitas akan lebih baik jika vaksin (bukan pelarut) disimpan pada suhu -20 °C.

Pelarut tidak boleh dibekukan tetapi disimpan pada kondisi sejuk sampai dengan

ketika akan digunakan. Vaksin harus terlindung dari sinar matahari.

Daluarsa : 2 tahun

8) Kemasan

Vaksin tersedia dalam kemasan vial 10 dosis + 5 ml pelarut dalam ampul.

Gambar Vaksin Campak

Page 121: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

115

JADWAL IMUNISASI 2008

REKOMENDASI IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA (IDAI) PERIODE 2008

JENIS

VAKSIN

UMUR PEMBERIAN VAKSINASI

BULAN TAHUN

L

H R 1 2 3 4 5 6 9

1

2

1

5

1

8 2 3 5 6

1

0

1

2

PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI (PPI diwajibkan)

BCG

HEPATITIS

B 1 2

3

POLIO 0 1 2 3 4 5

DTP

1

2

3

4

5

6

CAMPAK

1

2

PROGRAM IMUNISASI NON-PPI (dianjurkan)

Hib

1

2

3

4

PNEUMOK

OKUS (PCV)

1

2

3

4

INFLUENZ

A DIBERIKAN SETAHUN SEKALI

MMR 1 2

Page 122: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

116

TIFOID ULANGAN TIAP 3

TAHUN

HEPATITIS

A

2x INTERVAL 6 - 12

BULAN

VARISELA

HPV

Keterangan Jadwal Imunisasi Periode 2008

Page 123: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

117

Vaksin Keterangan

BCG Diberikan sejak lahir.

Apabila umur > 3 bulan harus

dilakukan uji tuberkulin terlebih

dulu, BCG diberikan apabila uji

tuberkulin negatif.

Hepati

tis B

HB diberikan dalam

waktu 12 jam setelah lahir,

dilanjutkan pada umur 1 dan 3-6

bulan.

Interval dosis minimal 4 minggu.

Polio Polio-0 diberikan saat

kunjungan pertama. Untuk bayi

yang lahir di RB/RS OPV

diberikan saat bayi dipulangkan

(untuk menghindari transmisi

virus vaksin kepada bayi lain).

DTP Diberikan pada umur ³ 6

minggu, DTwP atau DTaP atau

secara kombinasi dengan Hep B

program BIAS SD kelas VI. atau

Hib. Ulangan DTP umur

Campa

k

Campak-1 umur 9

bulan,campak-2 diberikan pada

program BIAS pada SD kl 1,

umur 6 tahun.

Vaksin Keterangan

Hib Diberikan mulai umur 2

bulan dengan interval 2 bulan.

Diberikan terpisah atau

kombinasi.

Pneum

okokus ( PCV

)

Pada anak yang belum

mendapat PCV pada umur > 1

tahun PCV diberikan dua kali

dengan interval 2 bulan. Pada

umur 2 - 5 tahun PCV diberikan

satu kali.

Influe

nza

Umur < 8 tahun yang

mendapat vaksin influenza

trivalen (TIV) pertama kalinya

harus mendapat 2 dosis dengan

interval minimal 4 minggu.

MMR MMR dapat diberikan

pada umur 12 bulan, apabila

belum mendapat campak 9

bulan.

Umur 6 tahun diberikan untuk

ulangan MMR maupun catch-up

immunization.

Tifoid Tifoid polisakarida

injeksi diberikan pada umur ³ 2

tahun, diulang setiap 3 tahun.

Hepati

tis A

Hepatitis A diberikan

pada umur > 2 tahun, dua kali

dengan interval 6-12 bulan.

Page 124: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

118

HPV Vaksin HPV diberikan

pada umur >10 tahun dengan

jadwal 0, (1-2) dan 6 bulan

Sumber : Buku Pedoman Imunisasi Di

Indonesia –

IDAI Edisi III, 2008

Page 125: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

119

SOP IMUNISASI CAMPAK

Pengertian Pemberian vaksin (antibody) kepada bayi dan balita dalam upaya

meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit.

Tujuan Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi campak agar

anak mempunyai daya tahan terhadap penyakit campak.

Persiapan 1. Persiapan Tempat

a. Mudah di Akses.

b. Penyiapan Tempat Pelayanan Imunisasi

c. Penyiapan Pelayanan Imunisasi

d. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi

e. Tidak terkena langsung terhadap sinar matahari Cukup terang.

g. Pemantauan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi.

2. Persiapan Alat/Bahan

a. Vaksin Campak

b. Pelarut Vaksin

c. Kapas

d. Disposable 0,5cc

e. Alcohol

Prosedur

Tindakan

Tahap Persiapan

1. Justifikasi Identitas klien

2. Menyiapkan peralatan

Page 126: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

120

3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:

4. Berikan salam dengan ramah dan akrab

5. Memperkenalkan diri

6. Tanyakan pada ibu/keluarga tujuan dari kunjungan

7. Tanyakan apakah ibu/keluarga telah mendapat penyuluhan

tentang imunisasi

8. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan

9. Mendapatkan persetujuan klien

10. Mengatur lingkungan sekitar bayi

11. Membantu bayi mendapatkan posisi yang nyaman

Tahap Kerja

12. Cuci tangan dari lengan dengan sabun dibawah air mengalir

kemudian keringkan dengan handuk

13. Cek label flakon vaksin berapa cc pelarut yang dibutuhkan

14. Ambil semprit 5cc dan jarum yang steril, dan jarum ini hanya

digunakan untuk oplos

15. Buka ampul pelarut/flakon pelarut yang diperlukan sedot

pelarut dalam semprit

16. Masukkan pelarut ke dalam vaksin

17. Kocoklah sampai vaksin betul-betul tercampur

Mengatur posisi bayi

18. Beritahu Ibu untuk menunjukkan bayi diatas pengkuannya dan

jelaskan pada ibu cara memangku bayinya

Page 127: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

121

19. Ambil spuit Campak untuk mengambil vaksin sesuai dengan

dosis yang ditentukan

20. Spuit ditegak luruskan keatas untuk melihat gelembung udara

keluar, ketuk pelan — pelan supaya gelembung udara, keatas

lalu dorong fiston sehingga gelembung udara

21. Tentukan tempat yang akan disuntik yaitu 1/3 lengan kiri

bagian atas

22. Jepitlah lengan yang akan disuntik dengan jari — jari kiri

perawat

23. Tusukkan jarum ke dalan kulit yang di jepit tadi dengan sudut

30 derajat terhadap lengan

24. Tekan pistonnya pelan — pelan cabut jarum dan usap bekas

suntikan dengan kapas lembab dan buang kapas ke dalam

bengkok

25. Jelaskan pada ibu tentang penanganannya bila timbul reaksi

setelah pemberian imunisasi

26. Jelaskan pada ibu bila timbul reaksi suhu tubuh meningkat

segera minumkan obat penurun panas sesuai dengan dosis

yang telah ditentukan

27. Jelaskan pada ibu cara memberi (meminumkan) obat penurun

panas

28. Memberi kesempatan pada ibu/keluargai untuk bertanya

tentang hal-hal yang kurang jelas

29. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan

Page 128: MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI …

122

dengan handuk kering

Tahap Terminasi

30. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada

tempatnya

31. Mencuci tangan

32. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah

dilakukan

33. Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bayinya

34. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan

Dokumentasi

35. Mencatat dalam KMS/kartu kontrol bayi, ucapkan salam dan

terima kasih