modul praktikum manajemen masjidalmuchlish.com/dokumen/modul_manajemen_masjid.pdf · modul...

39
MODUL PRAKTIKUM MANAJEMEN MASJID Disusun Oleh: Elmansyah, S.PdI., M.S.I. JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK PONTIANAK 2016

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • MODUL PRAKTIKUM

    MANAJEMEN MASJID

    Disusun Oleh:

    Elmansyah, S.PdI., M.S.I.

    JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

    FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK

    PONTIANAK

    2016

  • ii

  • iii

    DAFTAR ISI

    BAB I

    Pendahuluan______1

    BAB II

    Menyusun Profil Masjid______7

    BAB III

    Menyusun Renstra Sebuah Masjid______15

    BAB IV

    Menyusun Program______19

    BAB V

    Menata Keuangan______ 25

    BAB VI

    Pengembangan Fungsi Masjid______29

    BAB VII

    Penutup______31

  • iv

    IMPLEMENTASI MODUL DALAM PRAKTIKUM

    NO. PERT.

    KE:

    MATERI WAKTU

    1. 1 Pengenalan Materi Manajemen Masjid 120 Menit

    2. 2 Menyusun Profil Masjid 120 Menit

    3. 3 Menyusun Renstra 120 Menit

    4. 4 Menyusun Program 120 Menit

    5. 5 Menata Keuangan 120 Menit

    6. 6 Pengembangan Fungsi Masjid 120 Menit

    7. 7 UTS

  • v

    KATA PENGANTAR

    SEGALA puji bagi Allah SWT, atas selesainya penyusunan Modul ini,

    “MODUL PRAKTIKUM MANAJEMEN MASJID”. Buku modul ini disusun

    guna melengkapi dan memudahkan proses pembelajaran dan pelatihan bagi

    mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Adab, Ushuluddin dan

    Dakwah, Institute Agama Islam (IAIN) Pontianak tahun 2016. Berisi tentang

    seputar pengelolaan masjid yang efektif dan efesien.

    Buku ini disusun dalam 6 (enam) bab, yang meliputi:

    Bab Pertama berbicara tentang pentingnya pengelolaan masjid secara

    baik dan benar, sesuai dengan manajemen organisasi modern. Bab ini bertajuk

    Pendahuluan, dalam artian menjelaskan sekilas sebagai pengenalan materi

    manajemen masjid secara keseluruhan. Bahasan-bahasannya bersifat

    pengenalan saja, sehingga hanya sekilas-sekilas mengenai manajemen masjid.

    Pada Bab Kedua, akan dibahas mengenai tata cara menyusun profil

    masjid. Hal ini penting dipahami secara seksama, dalam rangka menata masjid

    ke arah yang berkemajuan. Selanjutnya pada Bab Ketiga akan dibahas

    mengenai Analisa SWOT. Bagian ini dimaksudkan untuk mempersiapkan

    takmir dalam menyusun program di kemudian hari.

    Dilanjutkan dalam Bab Keempat, yakni menyusun program. Takmir

    diajari bagaimana menyusun program yang sesuai dengan kebutuhan jama’ah.

    Kemudian pada Bab Kelima diteruskan dengan menata keuangan dari program

    yang telah disusun sedemikian rupa sebelumnya. Setelah semuanya selesai,

    maka barulah dipikirkan mengenai pengembangan program berikutnya untuk

    keberlangsungan masjid ideal, dengan tajuk Pengembangan Fungsi Masjid.

    Kehadiran buku ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan

    mahasiswa praktikum manajemen masjid, maupun masyarakat yang berniat

  • vi

    mengelola masjid lebih baik. Kritik dan saran sangat dinantikan oleh penyusun

    dari pembaca dan pengguna yang budiman, dalam upaya perbaikan ke depan.

    Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku ini,

    penyusun ucapkan terima kasih.

    Pontianak, April 2016

    Penyusun

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    asjid merupakan fasilitas terpenting bagi umat Islam. Ketika awal-

    awal hijrah ke Madinah, hal pertama yang dilakukan oleh

    Rasulullah SAW dan para sahabat adalah membangun masjid. Di

    masjid, yang kelak dikenal dengan nama Masjid Nabawi inilah, gerakan Islam

    dimulai1.

    Secara etimologis, kata “Masjid” merupakan isim makan dari kata

    "sajada" - "yasjudu" - "sujudan", yang artinya tempat sujud. Sujud dalam arti

    melakukan aktifitas/perbuatan sujud, yakni meletakkan kepala sejajar dengan

    lutut dan jari-jari kaki dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Karena

    isim makan berarti tempat, maka kata masjid dimaknai sebagai tempat

    melakukan sujud, atau tempat untuk mengerjakan shalat2.

    Meski demikian, tempat sujud bukan berarti harus di sebuah bangunan

    yang dikhususkan untuk itu, akan tetapi tempat sujud (masjid) bisa saja di luar

    itu, seperti di rumah, di lapangan, atau di mana saja asalkan tidak ada larangan.

    Beberapa tempat yang di larang untuk melakukan sujud, antara Toilet/Kamar

    Mandi, Makam dan tempat yang kotor3.

    1 Ketika itu Rasulullah SAW membeli tanah seluas 3 x 30 m, milik dua orang

    anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail seharga 10 Dinar. Lihat: M. Irawan, Keajaiban

    Masjid Nabawi: Menguak Misteri dan Keajaiban Menakjubkan dari Setiap Sisi Masjid

    Nabawi (Jakarta: Spasi Media, 2014) hlm. 99. 2 Aziz Muslim, “Manajemen Pengelolaan Masjid” dalam Jurnal Aplikasia:

    Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Vol.V., No.2, Desember 2004, hlm. 108. 3 Rasulullah SAW bersabda: "...Dijadikan bagiku seluruh bumi sebagai

    tempat sujud (masjid) dan tanahnya dapat digunakan untuk bersuci... " (HR. Muslim).

    M

  • 2

    Dalam sejarah, disebutkan bahwa pada masa Rasulullah SAW, masjid

    sangat berperan penting dalam Islam. Selain untuk tempat sujud (shalat),

    Rasulullah SAW menjadikannya sebagai tempat menerima tamu, bermusya-

    warah, menyusun strategi perang, dan menyelesaikan persoalan-persoalan

    umat, termasuk sebagai pusat pembelajaran. Demikian juga dengan masa

    sahabat, masjid berperan sebagai pusat pemerintahan, pusat dakwah dan pusat

    perekonomian. Segala persoalan umat, diselesaikan di masjid.

    Saat ini, dinamika masjid dari masa ke masa terus terjadi. Kini masjid

    telah berkembang sedemikian pesatnya. Di Indonesia saja, terhitung telah

    mencapai ± 650 ribu buah (data tahun 2010). Meski demikian, jumlahnya

    tidaklah naik secara signifikan, jika dibandingkan dengan rumah ibadah agama

    lain di Indonesia. Menurut Kepala Pusat Kerukunan Beragama Kemenag RI,

    Abdul Fatah, pada tahun 1997 hingga 2004 jumlah gereja Katolik bertambah

    153 persen dari 4.934 menjadi 12.473, gereja Protestan 131 persen dari 18.977

    menjadi 43.909, jumlah vihara bertambah 368 persen dari 1.523 menjadi

    7.129, jumlah pura Hindu naik 475,25 persen dari 4.247 menjadi 24.431,

    sedangkan masjid hanya bertambah 64 persen dari 392.044 menjadi 643.843.4

    Sebenarnya bukan masalah bertambah atau tidaknya jumlah masjid di

    negeri ini, tapi bagaimana kualitasnya jauh lebih penting. Ironis memang,

    jumlah masjid kita banyak, tapi “keropos”, tidak berisi/bermakna. Megahnya

    bangunan masjid hanya sekedar untuk berbangga-bangga saja, minim kualitas.

    Masjid hanya dipenuhi oleh kaset-kaset mengaji, yang entah orangnya di

    mana? Jama’ah sepi, pengajian jarang dilakukan, apalagi pengkajian? Bahkan

    hampir semua masjid di lingkungan kita, tidak tahu berapa jumlah jama’ah

    tetap yang ada di sekitarnya? Ini adalah fakta yang harus kita pikirkan!

    Pernyataan dan pertanyaan di atas adalah fakta. Oleh karena itu,

    diperlukan pengelolaan masjid secara lebih intensif, dan ini merupakan

    “Seluruh bumi adalah tempat sujud, kecuali kuburan dan kamar mandi” (H.R. Tirmizi,

    Ibnu Majjah dan Ahmad). Adil Sa’adi, Fiqhu al-Nisa Fi al- Thaharah & Fiqhu al-Nisa

    Fi al-Shalah (Jakarta Selatan: Hikmah, 2006), hlm. 156-157. 4 http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/06/03/m

    51lw4-pertumbuhan-masjid-di-indonesia-rendah.

    http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/06/03/m%2051lw4-pertumbuhan-masjid-di-indonesia-rendahhttp://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/06/03/m%2051lw4-pertumbuhan-masjid-di-indonesia-rendah

  • 3

    kebutuhan yang mendesak. Umat Islam harus bangkit dengan segala kekuatan

    untuk memanaj masjid-masjidnya dengan baik, sesuai dengan perkembangan

    zaman. Itulah sebabnya, pembelajaran, pengkajian dan pengembangan

    manajemen masjid menjadi sangat urgen untuk segera dilakukan, agar

    nantinya masjid-masjid kita dapat tertata.

    Manajemen Masjid

    Manajemen adalah suatu ilmu untuk mengelola suatu aktivitas, dalam

    rangka mencapai tujuan, dengan bekerja sama secara efisien dan terencana

    dengan baik. Sebagai ilmu baru yang muncul menjelang abad dua puluh,

    manajemen terus berkembang dengan pesat, sesuai dengan tuntutan zaman.

    Ilmu manajemen, dewasa ini dapat digunakan untuk kegiatan apa saja, yang

    bersifat kerjasama untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien, atau

    usaha dengan kegiatan sekecil mungkin dan memperoleh hasil yang maksimal.

    Ilmu Manajemen bergerak untuk mengefisienkan semua unsur

    manajemen, yaitu orang, uang, barang, mesin dan sebagainya. Paling tidak ia

    dilakukan melalui empat fungsi manajemen yang disingkat POAC, yaitu (1)

    Planning, (2) Organizing, (3) Actuating dan (4) Controlling. Para ahli yang

    lain menambahkan beberapa fungsi, sebagai pengembangan dari empat fungsi

    di atas, yaitu: (1) research, atau penelitian, (2) staffing atau penempatan

    personil, (3) evaluating dan (4) budgeting atau anggaran pendapatan dan

    belanja5.

    Teori perencanaan management di atas pada awalnya dikembangkan

    oleh George R Terry. Planning adalah berawal dari tujuan apa yang hendak

    dicapai. Organizing adalah pengorganisasian atau pengumpulan segala sumber

    dan potensi yang dimiliki. Actuating adalah tindakan menggunakan sumber

    daya potensial tadi. Controlling adalah pengawasan terhadap tindakan-

    tindakan yang dilakukan6.

    5 Aziz Muslim, “Manajemen.., hlm. 106. 6 https://id.wikibooks.org/wiki/Kurikulum_Kepemimpinan/Perencanaan.

    https://id.wikibooks.org/wiki/Kurikulum_Kepemimpinan/Perencanaan

  • 4

    Dengan kata lain, Planning adalah pengaturan tujuan dan mencari cara

    bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam tahap planning ini bisa

    mencakup pembuatan visi, misi, tujuan dan program kerja sebuah

    organisasi/lembaga/perusahaan. Organizing (Pengorganisasian). Organizing

    adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik setiap sumber

    daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang

    berhubungan dengan organisasi. Bahasa sederhananya penempatan orang,

    siapa di bagian komputer, siapa di bagian personalia, keuangan, dan lain lain.

    Actuating (Implementasi). Actuating adalah peran manajer untuk mengarahkan

    pekerja yang sesuai dengan tujuan organisasi7.

    Dalam sebuah masjid, tentu saja memerlukan apa yang disebut dengan

    manajemen. Ketakmiran membutuhkan pengelolaan yang baik, agar dapat

    berhasil dengan baik. Tujuan utamanya adalah memakmurkan masjid. Itulah

    sebabnya kepemimpinan dan keorganisasian masjid dikenal dengan istilah

    ketakmiran, bukan kepemimpinan atau pengurus.

    Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memanaj sebuah masjid

    antara lain sebagai berikut:

    1. Pendataan Jama’ah

    Sampai sejauh ini, persoalan yang belum pernah selesai adalah

    persoalan data jama’ah. Masing-masing masjid tidak tahu berapa jumlah

    jama’ah yang seharusnya dinaungi. Jama’ah masjid terdiri dari 2 macam,

    yaitu jama’ah tetap dan jama’ah tidak tetap. Jama’ah tetap adalah jama’ah

    yang tinggal di daerah sekitar, yang sering datang ke masjid atau

    seharusnya selalu datang ke masjid tersebut. Sedangkan jama’ah tidak

    tetap adalah jama’ah yang sesekali datang, atau hanya sekedar mampir

    menumpang tempat untuk shalat.

    Untuk mendata jama’ah ini dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara,

    yaitu: Pertama, takmir masjid melakukan sensus jama’ah dalam wilayah

    dakwahnya (jama’ah tetap). Kedua, dengan cara membuat daftar

    kunjungan jama’ah tidak tetap, seperti halnya di perpustakaan daerah

    (jama’ah tidak tetap).

    7 http://www.katabah.com/2015/10/empat-fungsi-manajemen-poac.html.

    http://www.katabah.com/2015/10/empat-fungsi-manajemen-poac.html

  • 5

    Contoh Blanko Pendataan Jama’ah Tetap

    No. No. KK No.

    RUMAH,

    RT/RW

    STATUS DALAM

    KELUARGA

    No. URUT

    JAMA’AH

    NAMA

    JAMA’AH

    (UMUR)

    PEKERJAAN

    1. 616758 B-27 –

    12/VIII

    Kepala

    Keluarga/Suami

    0001 Paiman (56) Buruh

    Istri 0002 Suliyem (50) IRT

    Anak 0003 Hartono (20) Mahasiswa

    Anak 0004 Mariani (16) Pelajar SMA

    Asisten RT 0005 Partinah (46) ART

    Dst. Dst. Dst. Dst. Dst. Dst. Dst.

    Contoh Blanko Jama’ah Tidak Tetap

    No. Tgl.

    Kunjungan

    NAMA ALAMAT Kunjungan Ke- Kritik & Saran

    1.

    Dst. Dst. Dst. Dst. Dst. Dst.

    2. Penataan Organisasi

    Organisasi harus ditata layaknya organisasi professional, sesuai

    dengan kebutuhan ketakmiran. Karena masjid adalah milik umat, maka

    biarkan umat yang memilih, siapa yang pantas untuk menjadi

    pemimpinnya, imamnya atau pun gurunya, sehingga masing-masing

    jama’ah akan merasa bertanggung jawab atas organisasi itu. Tidak ada

    istilah “Penjual Sate”, Dia yang membeli ayam, menyembelih, menguliti,

    mengiris, menusuk dan membakarnya, sampai pada menyajikannya ke

    pembeli. Jika ketakmiran dikelola seperti ini, maka jama’ah akan merasa

    tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki atas keberadaan masjid

    tersebut. Karenanya, ada menejemen kepemimpinan, yang meliputi

    pemilihan, masa bakti dan pertanggung jawaban serta suksesi yang jelas

    dalam ketakmiran.

    3. Penataan Keuangan

    Kesadaran jama’ah dalam ber-shadaqah, baik yang wajib (zakat fitrah

    dan Mal), maupun yang sunnah (Infaq, wakaf dan Hibah), semakin tinggi.

  • 6

    Akan tetapi tidak sedikit pula yang usil menanyakan pengelolaan

    keuangan yang berhasil masuk ke kas masjid. Oleh karena itu, pengelolaan

    keuangan harus ditata dengan baik. Pemasukan dan pengeluaran, harus

    disampaikan kepada jama’ah secara transparan.

    4. Penataan Program.

    Urusan program merupakan urusan yang rumit dan melelahkan.

    Banyak terjadi di masjid-masjid kita, programnya tidak tertata. Contoh

    sederhana adalah masalah pengajian: materi yang disampaikan oleh

    penceramah, cenderung itu-itu saja, berkisar antara kematian dan

    kehidupan duniawi yang sementara yang tidak ada gunanya. Materi seperti

    ini bukannya menumbuhkan kesadaran dalam hati jama’ah untuk berbuat

    lebih baik, alih- alih justru malah menjadi takut malas untuk melakukan

    apa pun, padahal mereka harus menghadapi urusan duniawi yang begitu

    keras. Bukan berarti tidak boleh, tapi takmir harus memikirkan kondisi

    jama’ah di era yang terus berubah. Karenanya, perlu penataan program

    yang jelas, agar jama’ah senantiasa merasa mendapat tempat di rumah

    Allah ini.

    Semua materi yang telah disampaikan di atas, akan dibahas lebih

    lanjut dalam bab-bab berikutnya. Point penting dalam materi ini adalah

    bagaimana kita semua dapat menata masjid-masjid yang ada di sekitar

    kita. Metode-metode yang akan digunakan adalah metode manajemen

    modern, yakni yang menekankan pada penerapan POAC yang baik dan

    benar. [01].

  • 7

    BAB II

    MENYUSUN PROFIL MASJID

    UGAS pertama dalam praktikum Manajemen Masjid adalah

    menyusun profil sebuah masjid. Tugas ini dimaksudkan agar

    mahasiswa dapat memahami betul mengenai kondisi masjid yang

    akan dijadikan sebagai objek kajian dan pengembangan. Pemahaman atas

    kondisi masjid, akan memudahkan mahasiswa dalam mengelola masjid pada

    tahap berikutnya.

    Secara umum, hampir semua masjid telah memiliki profilnya sendiri,

    profil itu disusun pada saat harus membuat proposal permohonan bantuan bagi

    renovasi bangunan. Akan tetapi, profil tersebut masih bersifat sederhana,

    belum sampai pada detail yang menggambarkan kondisi masjid yang ada. Oleh

    karena itu, berikut ini bahan-bahan untuk penyusunan profil masjid yang

    lengkap, yang diyakini mampu memberikan gambaran utuh mengenai suatu

    masjid.

    A. Nama

    Semua masjid pastilah memiliki nama. Nama itu biasanya dibuat

    berdasarkan keinginan penggagasnya. Banyak nama yang dipakai untuk

    masjid, misalnya: Bait al-Rahman (ditulis: Baiturrahman), Miftah al-

    Jannah (ditulis: Miftahul Jannah), Al-Muhajirin, dan lain sebagainya.

    Penamaan sebuah masjid, tentu ada latar belakangnya, bisa karena yang

    membangun atau masyarakat sekitar berasal dari para pendatang, diberi

    nama Al-Muhajirin, karena ingin menjadikannya Pintu Syurga, dinamailah

    Miftahul Jannah, dan seterusnya, sesuai dengan keinginan para pendirinya.

    Oleh karena itu, para praktikum harus mengetahui asal muasal

    penamaan masjid tersebut, sehingga dapat dipahami arah pengembangan

    masjid ke depan. Kendati demikian, ada juga yang hanya ikut-ikutan,

    T

  • 8

    tanpa tujuan sama sekali, yang penting masjid itu ada namanya. Jika

    demikian, maka arah pengembangannya dapat disesuaikan dengan

    perkembangan jama’ah yang ada.

    B. Lokasi

    Pendataan mengenai lokasi menjadi penting untuk dilakukan, hal

    ini dimaksudkan agar orang yang membacanya dapat mengetahui secara

    pasti keberadaan masjid yang disebutkan. Pendataan tersebut dapat

    dimulai dari Kampung, Kelurahan/Desa, Kecamatan, Kabupaten, sampai

    Provinsi. Contoh:

    Kampung : Parit Seribu Kompleks Duta Bandara

    Desa : Parit Baru

    Kecamatan : Sungai Raya

    Kabupaten : Kubu Raya

    Provinsi : Kalimantan Barat.

    Di daerah tertentu seperti di Jawa, keberadaan masjid menjadi

    patokan arah (Timur, Barat, Utara dan Selatan). Arah mata angin adalah

    sesuatu yang vital bagi masyarakat Jawa. Mereka selalu menanyakan

    sesuatu berdasarkan arah mata angin. Karenanya, pendataan lokasi

    didasarkan pada arah mata angin itu.

    Contoh:

    Sebelah Utara : Jalan Gang Blok E

    Sebelah Selatan : Jalan Gang Blok D

    Sebelah Timur : Jalan Utama

    Sebelah Barat : Perkebunan dan Rumah Warga

    Jadi, jika dibuat peta lokasi. Keberadaan Masjid tersebut sudah

    dapat diperkirakan dengan mudah. Sekali membaca, pembacanya sudah

    dapat membayangkan, di mana lokasi masjid yang dimaksud.

    C. Ruang Lingkup Dakwah

    Setelah menggambarkan lokasi, selanjutnya mendata ruang lingkup

    dakwahnya. Ruang lingkup dakwah yang dimaksud di sini adalah wilayah

  • 9

    yang menjadi cakupan atau tanggung jawab dakwah suatu masjid. Pada

    persoalan ini ada beberapa hal yang harus didata, yaitu: Luas wilayah,

    batas wilayah dakwah, jumlah penduduk (umat Islamnya), dan

    infrastruktur yang ada.

    Contoh:

    1. Luas Wilayah

    Mencakup 18 Rukun Tetangga (RT), 4 Rukun Warga (RW), 400 KK.

    2. Batas Wilayah Dakwah

    Batas wilayah dakwah adalah batas wilayah yang dapat

    dijangkau, atau menjadi tanggung jawab dakwah, berbagi dengan

    masjid lainnya di sekitar masjid tersebut jika ada.

    Contoh:

    Sebelah Timur : Sampai sebelah Timur Jalan Arteri Supadio

    Sebelah Selatan : Pesantren Khulafaur Rasyidin.

    Sebelah Barat : Parit Derabak

    Sebelah Utara : Parit Sebin.

    3. Jumlah Penduduk

    Jumlah penduduk yang didata adalah jumlah keseluruhan

    penduduk di wilayah cakupan dakwah, yang meliputi batas-batas

    wilayah di atas. Pendataan ini didasarkan pada jumlah penduduk dan

    agama yang dianut.

    Contoh:

    NO. AGAMA JUMLAH

    1. Islam 900 Jiwa

    2. Kristen Protestan 36 Jiwa

    3. Kristen Katolik 240 Jiwa

    4. Hindu 8 Jiwa

    5. Budha 10 Jiwa

    6. Konghuchu 120 Jiwa

    Jumlah Total 1.314 Jiwa

    4. Infra Struktur

    Infra Struktur yang dimaksud adalah berbagai wilayah publik

    yang terdapat di sekitar masjid, yang tentunya ada peluang dakwah,

  • 10

    dan memang terdapat tempat yang harus dibina. Misalnya, Madrasah

    yang memiliki Musholla, Tempat Olah Raga yang ada Mushollanya,

    Taman, Pom Bensin, Kantor, dan lain sebagainya.

    Contoh:

    Terdapat 1 buah Sekolah Dasar Tanpa Musholla, 2 Buah SMP/MTs

    ber-Musholla, 2 Buah SMA/MA ber-Musholla, 4 buah Mushollah

    Umum, 1 buah Lapangan Futsal Tanpa Musholla, 1 buah Taman

    Bermain Tanpa Musholla, 1 buah Gedung Pertemuan Tanpa Musholla.

    D. Sejarah Berdirinya

    Menulis sejarah berdirinya masjid, dapat dilakukan dengan

    menggunakan patokan sebagai berikut: Kondisi awal sebelum dibangun,

    Para Penggagas/ Pendiri, Luas dan Status Tanah Awal, Peletakan Batu

    Pertama, Luas Masjid awal dan setelah dibangun, Daya Tampung

    Jama’ah.

    Contoh:

    - Berawal dari langgar kecil di pojok kampung;

    - Didirikan oleh Panitia yang dibentuk oleh warga dan dimotori oleh

    Bapak Suparto (Pengusaha Es Potong, Alumni Pesantren KR);

    - Berdiri diatas tanah wakaf seluas 770 m2.(sekarang 1118 m2.);

    - Peletakan batu pertama September 1990;

    - Diresmikan 20 Agustus 1992;

    - Bangunan awal 9 x 9 m satu lantai, kini 15x21. 3lantai;

    - Daya tampung 1200 jamaah.

    E. Bangunan

    Data bangunan harus detail, berdasarkan kondisi bangunan yang ada.

    Contoh:

    Luas Tanah : 1118 m2

    Luas Bangunan

    Lantai 1 : 387 m2

    Lantai 2 : 400 m2

    Lantai 3 : 170 m2

  • 11

    Jumlah Lantai : 3 lantai

    Ruang Utama : 1 buah

    Serambi : 3 buah

    Ruang Serbaguna : 1 buah

    Ruang Tidur/Penginapan : 3 buah

    Ruang Etalase : 1 buah.

    Ruang Kantor : 1 buah

    Ruang Gudang : 3 buah

    Ruang Poliklinik : 1 buah

    Ruang Perpustakaan : 1 buah

    Garasi : 1 buah

    Tempat Wudhu : 8 buah

    Kamar Mandi : 10 buah

    Ruang Dapur : 3 buah

    Menara : 1 buah

    F. Kepengurusan/Organisasi

    1. Manajemen Kepengurusan

    Kepengurusan masjid konvensional, umumnya bersifat sederhana,

    bahkan seumur hidup. Dengan demikian, manajemen kepengurusan

    modern harus mampu merombak sistem lama yang kurang baik. Akan

    tetapi, dibutuhkan pendekatan yang intens terhadap kepengurusan

    lama, sehingga perubahan sistem tidak akan mempengaruhi secara

    negatif terhadap jama’ah dan kepengurusan berikutnya.

    Contoh:

    Pengurus dipilih langsung oleh Jamaah melalui “Pemilu Takmir”,

    untuk masa bakti tertentu (2-4 tahun).

    Pemilu menetapkan Tim Formatur.

    Tim Formatur terpilih bersama Pengurus Domisioner, membentuk

    komisi penyusunan struktur kepengurusan.

    Menetapkan Rapat Rutin Pengurus (Bisa Setiap Jum’at Kliwon

    ba’da Jum’atan, atau hari lainnya).

  • 12

    Menyusun Renstra Satu masa bakti, dituangkan dalam suatu visi,

    Misalnya: “TAHUN 2019 DUTA BANDARA KOMPLEKS

    ISLAMI”, “TAHUN 2O23 MENUJU DUTA BANDARA

    DARUSSALAM’’.

    2. Struktur Organisasi

    Penentuan Struktur dapat dilakukan dengan melihat kebutuhan

    dan perkembangan masjid yang ada. Masing-masing masjid bisa jadi

    berbeda. Karenanya, penyusunan ini dibentuk berdasarkan kebutuhan

    yang mendesak dan perencanaan yang telah dibuat.

    Contoh:

    Struktur Kepengurusan Masjid …

    Dewan Penasehat

    Ketua Umum

    Ketua I

    Sekretaris I

    Sekretaris II

    Bendahara I

    Bendahara II

    Biro-Biro (30 Biro) :

    1. Biro Pembinaan Hamas (Himp. Anak-anak Masjid)

    2. Biro Pembinaan RMJ (Remaja Masjid)

    3. Biro Pembinaan Kurma (Keluarga Muda Masjid)

    4. Biro Pembinaan Ibadah Haji

    5. Biro Pembinaan Kader Mubaligh

    6. Biro Pembinaan Kewirausahaan

    7. Biro Pembinaan Perpustakaan

    8. Biro Imam & Muadzin

    9. Biro Ibadah Jum’at

    10. Biro Layanan Perawatan Jenazah

    11. Biro Pemberdayaan Perempuan

    12. Biro KAUM (Komite Aksi Untuk Ummat)

    13. Biro PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)

    14. Biro FKMS (Forum Kajian Malam Selasa)

  • 13

    15. Biro IKS (Ikatan Keluarga Sakinah)

    16. Biro Humas & Penerbitan

    17. Biro Koordinator Jamaah

    18. Biro Klinik Masjid

    19. Biro Donor Darah

    20. Biro Olah Raga

    21. Biro Teknologi Informasi

    22. Biro Keamanan

    23. Biro Dokumentasi & Kearsipan

    24. Biro Kerumahtanggaan

    25. Biro Pembangunan & Pemeliharaan

    26. Biro Seni & Budaya

    27. Biro Bimbingan Al Qur’an

    28. Biro Zakat

    39. Biro Kuliah Subuh

    Dalam hal perekrutan pengurus, harus ada mekanismenya.

    Ada 4 (empat) alternative perekrutan pengurus, yaitu: 1) Profesional;

    2) Kaderisasi; 3) Akomodir; dan, 4) Representasi.

    G. Kaderisasi

    Ada ungkapan, “Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang

    mampu menciptakan kader kepemimpinan berikutnya”. Demikian juga

    takmir, takmir yang baik adalah takmir yang mampu menciptakan takmir

    selanjutnya. Oleh karena itu, kaderisasi menjadi sangat vital dalam

    kelangsungan kepengurusan, sehingga sebuah masjid tidak hanya maju

    dalam periode tertentu, tapi mundur dalam periode lainnya. Kaderisasi

    dapat dilakukan sejak dini, yaitu membina anak-anak, remaja, dan dewasa

    yang aktif dalam kepengurusan yang sedang berjalan. Misalnya kaderisasi

    dalam kategori:

    1. Anak-anak

    Anak-anak dapat dibuatkan wadah tersendiri (perhimpunan),

    di mana ada kepengurusannya yang dibimbing dan dimonitor oleh

    takmir. Namanya bisa apa saja, yang penting ada wadah dan

  • 14

    pembinaannya. Bisa dengan nama: HAMAS (Himpunan Anak-anak

    Masjid), misalnya, yang terdiri dari nggota dan Pengurus Hamas.

    Anggotanya terdiri dari anak pra TK-kelas 6 SD & Pengurus terdiri

    dari kelas 1 sampai dengan kelas 2 SMP.

    2. Remaja

    Anak usia remaja juga harus dibina/dikader agar menjadi

    pengurus takmir yang baik. Dibuatkan wadah yang cocok bagi

    mereka, misalnya RISMA (Remaja Islam Masjid) yang terdiri dari

    anggota dan pengurus mulai dari kelas 3 SMP sampai dengan sebelum

    menikah.

    3. Keluarga Muda

    Mereka yang telah menikah, bapak-bapak atau ibu-ibu muda,

    harus tetap diwadahi dalam sebuah organisasi. Diberi nama KURMA

    (Keluarga Alumni Remaja Masjid), misalnya. Anggotanya bisa terdiri

    dari Mantan RISMA dan bapak-bapak/ibu-ibu muda yang aktif di

    masjid. Pembinaan pada usia ini sangatlah penting, karena biasanya

    transisi dari masa remaja ke dewasa membutuhkan perhatian yang

    cukup, agar mereka mampu menapaki kehidupan dengan baik.

    4. Takmir

    Takmir adalah orang-orang yang merupakan akumulasi dari

    berbagai potensi yang ada di masjid, baik anak-anak, remaja, KURMA

    maupun orang tua. Bagaimanapun, mereka ini tetap harus ditingkatkan

    kemampuannya, jangan sampai mereka hanya melayani orang lain,

    tapi melupakan dirinya sendiri. Takmir harus senantiasa mengadakan

    pengajian dan pengkajian secara intensif, agar dapat berkembang dan

    mampu mengembangkan jama’ah.

    Setelah semuanya tertata, maka setiap kali rapat takmir, mereka ini

    selalu dilibatkan perwakilannya. Selain itu, juga sesering mungkin diadakan

    pelatihan kemimpinan dan manajemen masjid. Dengan demikian, kaderisasi

    itu akan berjalan.[02].

  • 15

    BAB III

    MENYUSUN RENSTRA SEBUAH MASJID

    gar kinerja ketakmiran dapat berjalan dengan baik, maka perlu

    adanya Renstra (Rencana Strategis). Renstra atau Perencanaan

    Strategis adalah suatu disiplin yang bertujuan untuk menghasilkan

    keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan mendasar, yang membentuk dan

    membimbing organisasi untuk memahami dirinya sendiri (what an

    organization is), apa yang dikerjakannya (what it does), dan mengapa

    organisasi mengerjakannya (why it does it)8.

    Untuk membuat renstra, perlu terlebih dahulu memahami beberapa hal

    penting mengenai kondisi diri sendiri, sehingga dapat dilakukan antisipasi-

    antisipasi atau upaya lain untuk mengatasi kondisi tersebut. Oleh karena itu,

    analisis SWOT sangat dibutuhkan. SWOT adalah sebuah metode perencanaan

    strategis yang digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan (strengths),

    kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats).

    Teknik ini dirumuskan oleh Albert Humphrey, pemimpin proyek riset

    Universitas Stanford pada tahun 1960-1970, dari perusahaan Fortune 5009.

    Metode analisis ini adalah metode analisis yang paling dasar, yang

    bermanfaat untuk melihat suatu topik ataupun suatu permasalahan dari 4 empat

    sisi yang berbeda. Hasil analisis biasanya berupa arahan ataupun rekomendasi

    untuk mempertahankan kekuatan dan untuk menambah keuntungan dari segi

    peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan juga menghindari

    8 Riant Nugroho, Perencanaan Strategis in Action (Jakarta: PT Elex Media

    Komputindo, 2010), hlm. 11. 9 Lihat: https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT

    A

  • 16

    ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisis ini akan membantu untuk

    melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini10.

    Dalam hal manajemen masjid, metode analisis ini dapat digunakan

    dalam upaya mengelola masjid secara terarah. Akan tetapi, harus ditentukan

    terlebih dahulu visi dan misinya. Hasilnya, nantinya dapat dijadikan sebagai

    acuan dalam mengelola masjid sesuai dengan visi dan misi tersebut. Setelah

    dipahami SWOT-nya, maka langkah berikutnya adalah menyusun rencana

    strategis dalam upaya mengatasi kelemahan, memaksimalkan kekuatan,

    memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Untuk menyusun renstra,

    rekomendasi yang telah diberikan, dapat dijadikan sebagai bahan acuan.

    Contoh:

    Ketika kekuatan kita terletak pada fasilitas yang mencukupi, maka

    program utamanya adalah memaksimalkan fasilitas yang ada, baik waktu,

    ruang maupun sumber daya manusianya. Saat kelemahan kita diketahui tidak

    banyak SDM yang memadai, maka harus ada program yang dapat mengatasi

    kelemahan itu, seperti kerjasama dengan pihak lain, atau kaderisasi.

    Selanjutnya, program-program yang akan di susun harus merujuk pada

    hasil analisis SWOT yang telah dibuat, berdasarkan misi yang hendak dicapai.

    Program-program tersebut disusun secara lengkap, dengan alokasi waktu dan

    pendanaannya. Berikut ini adalah contoh alur penyusunan renstra masjid:

    Bagian Pertama (Pendahuluan)

    1) Arah Kebijakan

    Takmir Masjid Miftahul Jannah Banjaran, sesuai dengan visi dan misi

    yang diemban, terus bekerja keras untuk menjadikan masjid ini sebagai

    pusat kegiatan masyarakat. Oleh karena itu, segala upaya akan dilakukan

    10 Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di manajemen perusahaan.

    Analisis ini dapat juga digunakan dalam sebuah organisasi. Secara sistematis, analisis

    ini dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk

    mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan panjang.

    http://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-analisis-swot-dan-manfaat nya.html.

    http://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-analisis-swot-dan-manfaat%20nya.html

  • 17

    dalam rangka mewujudkan cita-cita bersama dalam membangun suatu

    masyarakat yang Islami dan berkemajuan. …dst.

    2) Tujuan dan Manfaat Penyusunan Renstra

    Rentra ini bertujuan untuk menegaskan arah pengembangan masjid

    Miftahul Jannah Banjaran dalam kurun waktu 4 tahun ke depan…dst.

    3) Sasaran Renstra

    Tujuan utama renstra ini adalah membangun masyarakat Islami yang

    berkemajuan, sehingga penekanannya terletak pada peningkatan mutu

    jama’ah dalam segala bidang, sehingga nantinya jama’ah akan dapat

    mandiri dalam setiap lini kehidupan. Semua itu tentu saja harus dimulai

    dari kemandirian masjid ini dalam pengelolaan administrasi, organisasi,

    program dan keuangan…dst.

    4) Tonggak Sejarah (milestone).

    1999 : Peletakan Batu Pertama, dimotori oleh Bapak Sukarjo (pegawai

    pabrik kertas).

    2000 : Peresmian masjid oleh ketua RW, Bapak Sukarjan.

    200- : dst. Hingga tahun saat dibuat Renstra.

    Bagian Kedua (Lansan Dasar Penyusunan Renstra)

    1) Landasan Filosofis

    Masjid pada masa Rasulullah SAW berfungsi sebagai …dst. Sehingga

    masjid ini harus dikelola, paling tidak, ia dapat berfungsi selayaknya pada

    masa Rasulullah SAW tersebut, dalam rangka mencerdaskan umat…dst.

    2) Landasan Institusional.

    Masjid Miftahul Jannah Banjaran adalah masjid satu-satunya di

    wilayah …, sehingga harus difungsikan atau dikembangkan fungsinya

    sebagaimana mestinya…dst.

    Bagian Ketiga (Analisis Situasi)

    1) Isu Strategis

    - Banyak kasus PHK massal, jama’ah banyak yang menganggur.

  • 18

    - Banyak peluang yang dapat dibuka dan diyakini dapat

    mensejahterakan umat.

    2) Analisa SWOT

    Sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

    Bagian Keempat (Kebijakan Dasar dan Rencana Program)

    1) Kebijakan Dasar

    Meningkatkan kemampuan entrepreneurship umat melalui masjid.

    Bidang-bidang yang akan dikembangkan antara lain: a) Kualitas Keilmuan

    Islam Jama’ah; b) Kualitas Enterpreneurship Jama’ah; c) Kualitas

    Organisasi, dst.

    2) Rencana Program

    - Bidang Kualitas Keilmuan Jama’ah: Kajian Tafsir Kontemporer, dst.

    Bagian Kelima (Rencana Implementasi Program).

    Bidang Kualitas Keilmuan Jama’ah No. Kegiatan Tahun Pelaksanaan Target Pencapaian

    2016 2017 2018 2019 2020

    1 Kajian Tafsir Seminggu Sekali. V V v v v 5000 Jama’ah

    2 Workshop Kewirausahaan V V v v v 5000 Jama’ah

    - - - - - - - -

    Demikian juga dengan bidang-bidang lainnya, sesuai dengan arah

    kebijakan yang telah dibuat sebelumnya. Tahun dan bulan pelaksanaan dapat

    disesuaikan dengan kemampuan dan alokasi waktu yang memungkinkan bagi

    takmir untuk menjalankan programnya. Semua program tersebut harus

    mengacu kepada visi dan misi yang telah disepakati bersama oleh para

    pengurus takmir. [03].

  • 19

    BAB IV

    MENYUSUN PROGRAM

    etika telah selesai merumuskan renstra, langkah berikutnya adalah

    menyusun program kerja, baik untuk jangka pendek maupun jangka

    panjang. Program kerja ini penting dalam rangka memudahkan arah

    selanjutnya dalam mencapai tujuan. Tujuan utama keberadaan masjid, selain

    untuk sarana ibadah mahdhah, sebagaimana pada masa Rasulullah SAW,

    masjid diharapkan dapat menjadi pusat pendidikan, pengajaran, dan

    pengembangan ilmu, khususnya Al Islam, pusat peribadatan, pusat informasi

    masyarakat, pusat pengumpulan dan distribusi zakat, infaq, dan shodaqoh,

    pusat kegiatan masyarakat, pusat pertolongan Ummat, rumah sakit di saat

    kritis, tempat menginap para musafir, tempat penyelesaian sengketa, dan lain-

    lain.

    Sekarang, proyek kita adalah menyusun program. Untuk menyusun

    sebuah program bagi masjid, maka terlebih dahulu harus dipersiapkan

    langkah-langkah berikut:

    Menyusun Visi dan Misi

    Contoh:

    Visi:

    “Terwujudnya masyarakat sejahtera lahir bathin yang diridhoi Allah

    melalui kegiatan kemasyarakatan yang berpusat di Masjid”

    Misi:

    - Menjadikan Masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat;

    - Memakmurkan kegiatan ubudiyah di Masjid;

    - Menjadikan masjid sebagai tempat rekreasi rohani jama’ah;

    K

  • 20

    - Menjadikan masjid sebagai tempat merujuk berbagai persoalan

    masyarakat;

    - Menjadikan masjid sebagai pesantren dan kampus masyarakat.

    Membuat Analisis SWOT:

    Analisis ini hanya sebagai contoh sederhana saja, untuk lebih detailnya

    dapat dilakukan berdasarkan kenyataan di lapangan. Kekuatan, kelemahan,

    peluang dan ancaman, bisa saja berbeda dari satu tempat dengan tempat

    lainnya.

    Menjadikan Masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat:

    NO. JENIS ANALISIS HASIL ANALISIS

    1. Strenghts (Kekuatan) - Fasilitas masjid memadai

    - SDM cukup.

    2. Weaknesses

    (Kelemahan)

    - Tidak paham metodenya.

    - Belum tahu apa yang harus dilakukan.

    3. Opportunities (Peluang) - Masyarakat mendukung;

    - Belum banyak fasilitas public di sekitar

    masjid.

    4. Threats (Ancaman) - Khawatir kegiatan utama (ibadah) terganggu;

    - Orientasi pengurus menyimpang.

    5. Rekomendasi - Takmir harus mencari partner di bidangnya

    untuk kerjasama.

    - Masjid harus ada Ruang Serba Guna yang

    dapat dijadikan sebagai tempat kegiatan.

    Memakmurkan Kegiatan Ubudiyah:

    NO. JENIS ANALISIS HASIL ANALISIS

    1. Strenghts (Kekuatan) - Jama’ah banyak;

    - Fasilitas mencukupi.

    2. Weaknesses

    (Kelemahan)

    - Kesulitan mencari tenaga ahli yang mau

    bekerja suka rela.

    - Orientasi jama’ah kebanyakan ekonomi.

  • 21

    3. Opportunities (Peluang) - Banyak Hari besar Islam;

    - Hari besar, umumnya libur.

    4. Threats (Ancaman) - Banyak Media sosial;

    - Acara televisi yang menarik.

    5. Rekomendasi - Takmir harus banyak mengadakan kegiatan,

    terutama hari besar dan ibadah sunnah yang

    dapat dilakukan berjama’ah.

    - Takmir harus mengadakan kerjasama dengan

    pihak lain.

    Menjadikan Masjid sebagai Pusat Rekreasi Rohani Masyarakat:

    NO. JENIS ANALISIS HASIL ANALISIS

    1. Strenghts (Kekuatan) - Jama’ah banyak;

    - Posisi strategis.

    2. Weaknesses

    (Kelemahan)

    - Fasilitas kurang;

    - SDM di bidangnya kurang.

    3. Opportunities (Peluang) - Fasilitas bisa diadakan;

    - SDM siap dibina.

    4. Threats (Ancaman) - Orientasi yang salah;

    - Sakralitas masjid berkurang.

    5. Rekomendasi - Takmir harus banyak mengadakan kegiatan,

    terutama hari besar dan ibadah sunnah yang

    dapat dilakukan berjama’ah.

    - Takmir harus mengadakan kerjasama dengan

    pihak lain.

    Menjadikan Masjid sebagai tempat merujuk berbagai persoalan:

    NO. JENIS ANALISIS HASIL ANALISIS

    1. Strenghts (Kekuatan) - Fasilitas cukup.

    2. Weaknesses

    (Kelemahan)

    - SDM ahli pengurus, masih kurang.

    3. Opportunities

    (Peluang)

    - Banyak persoalan masyarakat.

    4. Threats (Ancaman) - Orientasi yang salah.

  • 22

    5. Rekomendasi - Takmir harus siap menampung persoalan-

    persoalan jama’ah.

    - Takmir harus mengadakan kerjasama dengan

    pihak lain, yang ahli di bidangnya.

    Menjadikan Masjid sebagai Pesantren dan Kampus Masyarakat:

    NO. JENIS ANALISIS HASIL ANALISIS

    1. Strenghts (Kekuatan) - Fasilitas cukup.

    2. Weaknesses

    (Kelemahan)

    - SDM kurang.

    3. Opportunities

    (Peluang)

    - Banyak cara bisa ditempuh.

    4. Threats (Ancaman) - Masyarakat masih belum percaya sepenuhnya

    terhadap kemampuan takmir.

    5. Rekomendasi - Takmir harus banyak mengadakan kegiatan.

    - Takmir harus mengadakan kerjasama dengan

    pihak lain, sesuai bidangnya.

    Menetapkan Program

    Contoh:

    Berdasarkan hasil analisis SWOT di atas, maka program kerja masjid tersebut

    adalah sebagai berikut:

    1. Memasyarakatkan masjid dan memasjidkan masyarakat.

    2. Membangun kelembagaan masjid yang profesional dalam karya,

    ikhlas dalam niat.

    3. Melaksanakan tertib administrasi, efisiensi, transparansi dalam

    anggaran.

    4. Mengembangkan seluruh potensi jama’ah bagi kemakmuran masjid

    dan kesejahteraan jamaah.

    5. Mengembangkan Dakwah jama’ah dan jama’ah dakwah.

    6. Pendekatan kesejahteraan dalam dakwah.

  • 23

    7. Menggarap dan membina generasi muda yang berjasad kuat,

    berwawasan luas, berjiwa marhamah, berprestasi, dan mandiri.

    8. Membina keluarga jama’ah yang sakinah sebagai benteng ketahanan

    ummat.

    9. Mengelola majlis-majlis ta’lim yang terencana dan terprogram untuk

    pemahaman Islam yang utuh dan luas, sempurna.

    10. Peningkatan kualitas ibadah dari segi syar’i maupun teknis.

    11. Menggali sumber dana yang optimal tanpa harus memberi beban

    kepada jama’ah.

    Program kerja ini harus diikuti dengan langkah-langkah nyata dalam upaya

    mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Misalnya pada point 11, “Menggali

    sumber dana yang optimal tanpa harus memberi beban kepada jama’ah”. Nah,

    di sini programnya apa? Salah satu contohnya adalah: Membangun lembaga

    usaha, seperti koperasi jama’ah, kerjasama bisnis, dan lain-lain, yang

    sekiranya dapat ditempuh secara syari’ah. Berikut ini contoh membuat

    program kerja dan target pencapaiannya:

    Program dan Target Pencapaian

    Program 5. Penggalian Sumber Dana yang tidak memberatkan Jama’ah

    No. Kegiatan Tahun Pelaksanaan Target

    Pencapaian 2016 2017 2018 2019 2020

    1 Infaq Mandiri. v V v V v 5000 Jama’ah

    2 Pendirian

    Koperasi.

    v V v V v 1 Koperasi

    Simpan Pinjam

    dan 1 Koperasi

    Barang & Jasa.

    3 Kerjasama bisnis

    catering untuk

    kegiatan jama’ah.

    v V v V v 4 Perusahaan.

    4 Pengelolaan

    Ruang serba

    v v v V v Rp. 1 M per

    tahun.

  • 24

    guna.

    5 Pengelolaan

    Parkir dan tempat

    penitipan barang.

    v V v V v Rp. 200 juta

    pertahun.

    Dalam penyusunan program ini, yang harus diperhatikan adalah daya

    keterjangkauan, baik itu waktu, kemampuan maupun pendanaan yang

    diperkirakan. Selain itu, arah kebijakan, visi dan misi, tetap harus dibawa dan

    dijadikan sebagai patokan dalam penyusunan program. Sejauh ini, kebanyakan

    masjid tidak menyusun program secara baik. Setiap program, selalu saja on the

    spot, sesuai kebutuhan. Di era seperti sekarang ini, model seperti itu harus

    segera dihilangkan.

    Selanjutnya, jika telah selesai, maka berikutnya adalah pengelolaan

    keuangan. Bahasan ini akan dilanjutkan pada bab V.[04].

  • 25

    BAB V

    MENATA KEUANGAN

    alam organisasi publik – termasuk organisasi ketakmiran –

    masalah ketidak-konsistenan penerimaan dana merupakan

    masalah klasik. Sementara itu, pengeluaran dana akibat

    pelaksanaan aktivitas selalu muncul. Oleh karena itu, alokasi jumlah rupiah

    dan kapan (timing) penerimaan dana, dan pengeluaran dana menjadi

    penting untuk diidentifikasi agar aktivitas dapat terlaksana dengan baik.

    Dalam menata keuangan, terlebih dahulu yang harus diidentifikasi

    adalah sumber daya. Sumber daya disebut juga dengan aktiva, atau aset.

    Jenisnya bisa berupa uang (baik tunai maupun di tabungan atau deposito,

    atau cek), sediaan habis pakai (seperti obat pembersih lantai, semprot

    nyamuk, air minum dalam galon, dan lain sebagainya), perlengkapan

    (seperti karpet, microphone, dan lain sebagainya), kendaraan, dan gedung.

    Sumber daya yang paling penting adalah uang/dana.

    Berbicara tentang sumber dana, maka akan berbicara tentang

    pendapatan. Dari mana sumber pendapatan itu akan diperoleh? Pendapatan

    diterjemahkan sebagai peningkatan sumber daya, yang asalnya bukan dari

    pemilik. Pada organisasi sektor publik, pendapatan terbesar umumnya

    berasal dari penderma/donatur. Untuk dapat mengendalikan penggunaan

    pendapatan, maka pendapatan dapat dikelompokkan menurut tujuan

    penggunaannya.

    Berdasarkan tujuan penggunaan, pendapatan dikelompokkan

    menjadi dua, yaitu: 1) Pendapatan Mengikat Temporer; dan, 2) Pendapatan

    Tidak Mengikat. Pendapatan Mengikat Temporer, artinya pendapatan yang

    tujuan penggunaannya sudah jelas atau sudah ditentukan pendermanya.

    Dikatakan temporer karena pemanfaatannya jangka pendek (tidak

    D

  • 26

    permanen). Bisa jadi pendapatan yang diterima merupakan perpaduan

    (mix) antara pendapatan terikat dan temporer. Misalnya, pendapatan dari

    siswa TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) per bulan, maka ini harus

    ditentukan sejak awal berapa persen dari pendapatan tersebut yang

    dialokasikan untuk pendapatan terikat temporer (untuk membayar gaji

    guru, sarana pendidikan, kebersihan dan biaya yang pasti keluar lainnya

    dalam 1 bulan) dan berapa persen yang tergolong pendapatan tidak terikat.

    Sedangkan pendapatan tidak mengikat inilah yang fleksibel

    digunakan. Bisa jadi juga pendapatan dari siswa TPA merupakan

    pendapatan mengikat temporer semua. Besarnya proporsi alokasi serta

    jenis-jenis pengelompokan ini ditentukan oleh pengelola dan harus

    diterapkan secara konsisten. Oleh karena itu, untuk menata keuangan

    semacam ini, perlu diperhatikan langkah-langkah berikut:

    - Hitung Seluruh Pengeluaran selama setahun;

    - Dibagi per bulan dan per pekan;

    - Hitung kapasitas masjid (dapat menampung berapa jama’ah);

    - Bagi pengeluaran per pekan dengan kapasitas masjid.

    Contoh:

    Menghitung Pengeluaran Setahun:

    1. Listrik : Rp. 250.000 x 12 = Rp. 3.000.000,-

    2. Air : Rp. 35.000 x 12 = Rp. 420.000,-

    3. HR Kebersihan : Rp425rb x 12 = Rp. 5.100.000,-

    4. Khotib Jumat : Rp50rb x 4 x12 = Rp. 2.400.000,-

    5. MinumanShubuh : Rp500x250x4x12 = Rp. 6.000.000,-

    6. Minuman Jumat = Rp. 6.000.000,-

    7. HR Pengajian-2 = Rp.14.400.000,-

    8. Perawatan dan Pengembangan Masjid = Rp. 5.880.000,-

    JUMLAH = Rp.43.200.000,-

    Pengeluaran di atas belum mencakup kegiatan-kegiatan lain dalam

    program. Pengeluaran tersebut hanya sebatas kegiatan rutin sederhana, yang

    memang harus dikeluarkan oleh masjid pada umumnya. Ini belum termasuk

  • 27

    pengeluaran atas pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an, Pembinaan

    Remaja Masjid, dan lain sebagainya.

    Setelah mengetahui jumlah pengeluaran per-tahun, per-bulan dan

    perpekan, maka harus dicarikan solusi keuangan tersebut. Dari mana

    pendapatan bisa diperoleh? Dalam hal ini, renstra menjadi sangat berperan.

    Membuat Laporan Pertanggung Jawaban

    Ada dua macam laporan pertanggung jawaban, yaitu Laporan

    Kegiatan dan Laporan Keuangan. Laporan kegiatan berupa laporan yang

    bersifat deskriptif, sementara laporan keuangan berupa angka-angka dan bukti

    pengeluaran.

    Contoh Laporan Kegiatan Bulan April 2016

    NO. NAMA

    KEGIATAN

    TANGGAL

    RENCANA

    TANGGAL

    PELAKS.

    RENC.

    BIAYA

    BIAYA KETERANNGAN

    1. Kajian Tafsir

    Mingguan

    2, 9, 16, 23,

    30 April 2016

    2, 9, 23, 30

    April 2016

    Rp. 1.500.000,- Rp. 1.200.000,-

    (4 x Rp.

    300.000,00)

    Semula direncanakan akan

    dilaksanakan sebanyak 5 kali

    setiap Sabtu Malam, akan tetapi

    pada tanggal 16 April 2016,

    Pengisi acara berhalangan hadir,

    sehingga kegiatan dibatalkan.

    Pelaksanaannya terpaksa hanya 4

    kali dalam bulan tersebut. Sisa

    dana di kembalikan ke Kas

    Masjid.

    2. Pengajian

    Akbar

    21 April 2016 29 April 2016 Rp. 1.200.000,- Rp. 1.800.000,- Kegiatan sedianya dilaksanakan

    pada tanggal 21 April 2016,

    karena banyak yang merayakan

    hari Kartini, maka kegiatan

    diundur sampai tanggal 29 April

    2016. Biaya semula dianggarkan

    Rp. 1.200.000,-, membengkak

    menjadi Rp. 1.800.000,-, karena

    jama’ah membludak. Kekurangan

    dana diambilkan dari sisa kegiatan

    Kajian Tafsir dan Kas yang ada.

    Total kekurangan dana adalah

    sebesar Rp. 300.000,-.

    Kekurangan itu, nantinya akan

    ditutupi dengan kelebihan dari

    anggaran kegiatan lainnya, atau

    dicarikan donator yang tidak

  • 28

    mengikat.

    - - - - - - -

    Contoh Laporan Keuangan Bulan April 2016

    NO. NAMA

    KEGIATAN

    TANGGAL

    RENCANA

    TANGGAL

    PELAKS.

    RENC.

    ANGGARAN

    REALISASI

    ANGGARAN

    KETERANNGAN

    1. Kajian Tafsir

    Mingguan

    2, 9, 16, 23,

    30 April 2016

    2, 9, 23, 30

    April 2016

    Rp. 1.500.000,- Rp. 1.200.000,- (+ Rp. 300.000,-)

    2. Pengajian

    Akbar

    21 April 2016 29 April 2016 Rp. 1.200.000,- Rp. 1.800.000,- (-Rp.600.000,-)

    Total Anggaran dan Saldo Rp. 2.700.000,- Rp. 3.000.000,- -Rp. 300.000,-

    (Minus Tigaratus Ribu Rupiah)

    Keterangan:

    Laporan ini dilengkapi dengan dokumen-dokumen sebagai berikut:

    1. Daftar Hadir Jama’ah;

    2. Berita Acara Kegiatan;

    3. Notulen Kegiatan;

    4. Kwitansi-kwitansi Pembelanjaan;

    5. Dokumen Survey dan Penawaran Pembelian Barang;

    6. Foto-foto kegiatan;

    7. Standar Operasional Prosedur (SOP) Kegiatan; dan,

    8. Laporan Hasil Kegiatan.

    Kedua macam laporan ini harus dibuat setiap bulannya, sehingga dapat

    meringankan pekerjaan di akhir tahun. Selain itu, akan lebih baik jika

    ditempelkan di papan pengumuman masjid, agar masyarakat mengetahui

    perjalanan keuangan yang dikelola oleh Takmir masjid, sehingga masyarakat

    juga dapat ikut memikirkan kekurangan yang ada. Itulah keuntungan dari

    transparansi keuangan dalam organisasi. Dengan demikian, tidak ada

    kecurigaan dan buruk sangka dari jama’ah atas manajemen takmir Masjid yang

    bersangkutan. [05].

  • 29

    BAB VI

    PENGEMBANGAN FUNGSI MASJID

    ebelum sampai pada pembahasan mengenai pengembangan fungsi

    masjid, terutama di era digital seperti sekarang ini, terlebih dahulu

    tentang bagian-bagian masjid, sebagaimana pada masa Rasulullah

    SAW. Sebuah Masjid memiliki beberapa komponen, yaitu: Kubah, Menara,

    Mihrab dan Minbar. Kubah adalah bagian yang meninggi sebagai penutup

    bangunan dasar. Bentuk kubah ini pada awalnya berasal dari bangunan

    Bizantium dan Persia. Kemudian berkembang di masjid-masjid, sebagai ciri

    khasnya. Meski demikian, banyak juga masjid yang tidak berkubah, seperti

    masjid-masjid di Jawa yang berbentuk joglo. Menara adalah bangunan yang

    tinggi mendampungi bangunan utama. Selain sebagai perias masjid, menara

    juga dapat digunakan untuk mengumandangkan azan. Di masa Rasul dan

    Sahabat, muazin mengumandangkan azan di atas tembok masjid, karena belum

    ada menara. Mimbar adalah tempat yang ditinggikan di dalam masjid, dulunya

    tempat Rasul SAW berkhutbah. Mihrab adalah relung di dalam masjid yang

    berada di paling depan. Mihrab berfungsi sebagai tempat Imam memimpin

    shalat. Selain itu, ia juga merupakan pemandu arah kiblat11.

    Pada masjid Nabawi terdapat beberapa komponen yang

    ditetapkan oleh Rasulullah SAW, yaitu: 1) Lapangan Luas terbuka

    disebut Sahan; 2) Bagian dari Sahan yang diperuntukkan bagi tempat

    shalat yang disebut Mushalla atau al-Haram; 3) Kiblat, petunjuk arah

    shalat; 4) Mihrab, tempat imam memimpin shalat jama’ah; dan, 5)

    11 Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Van-Hoeve, 2003), hlm. 173-175.

    S

  • 30

    Minbar, tempat khatib menyampaikan khutbah yang terletak di sebelah

    kanan mihrab12.

    Dahulu di masa Rasul SAW, masjid merupakan tempat segala-

    galanya bagi perjalanan dakwah. Masjid memiliki multifungsi yang

    menyangkut semua lini kehidupan umat. Politik, ekonomi, sosial,

    budaya dan pertahanan keamanan terbentuk dan berkembang dari sini.

    Rasul SAW menjadikannya sebagai tempat belajar, tempat menyusun

    strategi perang, pengembangan ekonomi, termasuk menerima tamu

    Negara.

    Dewasa ini telah terjadi degradasi fungsi, masjid hanya sebagai

    tempat shalat dan ritual-ritual keagamaan saja. Karenanya,

    mengembalikan fungsi masjid, menjadi sesuatu yang urgen bagi umat

    Islam. Paling tidak, masjid dapat menjadi pusat kegiatan masyarakat.

    Di berbagai tempat, saat ini sudah mulai berkembang sistem One

    Stop Service. Masjid Agung Jawa Tengah, misalnya. Masjid yang

    dikenal sebagai MAJT ini, dikelola sedemikian rupa, sehingga

    kebutuhan apa pun tersedia di lokasi. Jama’ah hendak makan, ada

    Restoran, Belanja ada Mall, Pusat Oleh-oleh, dan Kebutuhan sehari-hari

    lainnya. Ada Hotel/Wisma, Gedung Pertemuan, Menara Komersial Al-

    Husna, Toko Buku, Area Parkir yang luas dan aman, Play Ground,

    Taman Bunga, 25 Payung Raksasa dan arena rekreasi yang lengkap

    dengan aneka fasilitasnya. Kegiatan keagamaan tidak pernah putus

    setiap saat, sehingga jama’ah dapat mengikuti kegiatan apa pun yang

    mereka kehendaki, dan bersifat gratis.

    Tentu saja kita sangat berharap ada banyak masjid yang berperan

    seperti MAJT. Di Kalimantan Barat, masjid yang seperti ini belum ada.

    Kita baru memiliki Masjid Raya Mujahidin di Pontianak, akan tetapi

    fasilitasnya masih belum mencukupi. Ke depan, semoga terwujud dari

    tangan-tangan mahasiswa Menejemen Dakwah IAIN Pontianak, Amin!

    [06].

    12 Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam …, hlm. 171.

  • 31

    BAB VII

    PENUTUP

    yukur Alhamdulillah, akhirnya selesai juga buku modul

    sederhana ini. Penyusun berharap, buku ini dapat digunakan

    sebagai panduan dalam memanaj keberadaan masjid bagi para

    takmir atau mahasiswa praktikum. Tentu saja isi dan kelengkapannya

    jauh dari sempurna. Kritik dan saran, penyusun nantikan dari pembaca

    dan pengguna, demi kemudahan dalam perbaikan ke depan. [07].

    S

  • 32

    DAFTAR BACAAN

    Adil Sa’adi, Fiqhu al-Nisa Fi al- Thaharah & Fiqhu al-Nisa Fi al-Shalah

    (Jakarta Selatan: Hikmah, 2006).

    Aziz Muslim, “Manajemen Pengelolaan Masjid” dalam Jurnal Aplikasia:

    Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Vol.V., No.2, Desember 2004.

    http://www.katabah.com/2015/10/empat-fungsi-manajemen-poac.html.

    http://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-analisis-swot-dan-manfaat

    nya.html.

    http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/06/03/m

    51lw4-pertumbuhan-masjid-di-indonesia-rendah.

    https://id.wikibooks.org/wiki/Kurikulum_Kepemimpinan/Perencanaan.

    https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT

    M. Irawan, Keajaiban Masjid Nabawi: Menguak Misteri dan Keajaiban

    Menakjubkan dari Setiap Sisi Masjid Nabawi (Jakarta: Spasi Media,

    2014).

    Riant Nugroho, Perencanaan Strategis in Action (Jakarta: PT Elex Media

    Komputindo, 2010).

    Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Van-Hoeve, 2003).

    http://www.katabah.com/2015/10/empat-fungsi-manajemen-poac.htmlhttp://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-analisis-swot-dan-manfaat%20nya.htmlhttp://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-analisis-swot-dan-manfaat%20nya.htmlhttp://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/06/03/m%2051lw4-pertumbuhan-masjid-di-indonesia-rendahhttp://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/06/03/m%2051lw4-pertumbuhan-masjid-di-indonesia-rendahhttps://id.wikibooks.org/wiki/Kurikulum_Kepemimpinan/Perencanaan

  • 33

    TUGAS AKHIR

    PRAKTIKUM MANAJEMEN MASJID

    FUAD 2016

    1. Masjid Nurul Ikhsan (Pal IX)

    a. Ketua: Nor Purnamasari

    b. Sekretaris: Ningrum Mutiari

    c. Anggota: Samsul B

    d. Anggota: Dedi

    2. Al-Ashrof (Kota Baru)

    a. Ketua: Idris

    b. Sekretaris: Saridawati

    c. Anggota: Masruroh

    d. Anggota: Elsi Dini M

    3. Masjid Al-Manar (Jendral Urip)

    a. Ketua: Indah Dwi Saprina

    b. Sekretaris: Fitri B

    c. Anggota: Mu’ammaliyah

    d. Anggota: Nurhayati

    e. Anggota: Anitasari

    4. Masjid Al-Muhsinin (Tanjung Raya II)

    a. Ketua: Ismail

    b. Sekretaris: Fitri A

    c. Anggota: Jaka D

    d. Anggota: Esha Destania