money - bpr lestari
TRANSCRIPT
1Vol. 105 | Nov - Des 2018
Money&IEMPOWERING ENTREPRENEUR
VOL. 105 NOV- DEC ’18
ISSN: 2087-5975
Rp. 32.500WWW.MONEYINSIGHT.ID
MONTHLY MAGAZINE
EMPOWERING ENTREPRENEUR
MENAKAR RUPIAHFILM INDONESIAIndustri layar raksasa ini konon tengah menggeliat, tapi masih banyak PR yang belum tuntas. Bagaimana pula proyeksi keuntungan dari industri kreatif ini?
PUTRI AYUDYASetelah sukses menaklukkan puncak Himalaya, kini ia menantang layar kaca
MENAKAR RUPIAHFILM INDONESIAIndustri layar raksasa ini konon tengah menggeliat, tapi masih banyak PR yang belum tuntas. Bagaimana pula proyeksi keuntungan dari industri kreatif ini?
PUTRI AYUDYASetelah sukses menaklukkan puncak Himalaya, kini ia menantang layar kaca
2 Vol. 105 | Nov - Des 2018
HEALTH
3Vol. 105 | Nov - Des 2018
HEALTH
4 Vol. 105 | Nov - Des 2018
FROM THE EDITORArif RahmanIG @arifrahman.journal
Saya ingat betul waktu itu,
tahun 2000 ketika saya
masih mahasiswa semester
tengah, tahun ketika Film
Petualangan Sherina dirilis. Antrian
panjang di sejumlah bioskop terjadi,
dan saya bersama beberapa kawan,
termasuk diantaranya.
Sebagai anak kos masa itu,
sebenarnya nonton bioskop masuk
kategori barang mewah, bukan
privilige yang mudah bisa saya
dapatkan, tapi suasana ‘heboh’ akan
fenomena film Petualangan Sherina
yang dibicarakan dimana-mana, serta
‘paksaan’ kawan-kawan kampus,
akhirnya membawa saya menjadi
salah satu bagian dari penonton yang
kebanyakan sebenarnya anak-anak
dengan orang tuanya.
Namun dari film inilah kemudian
‘dampak sistemik’ terjadi, melihat
animo masyarakat yang besar di film ini,
menjadi semangat bagi sejumlah sineas
muda untuk memproduksi film lainnya,
berturut-turut kemudian muncul Film ‘Ada
Apa Dengan Cinta’ dan ‘Jelangkung’
yang mengundang antrian tak kalah
panjangnya. Sejak itulah, momentum
ini menjadi tonggak kebangkitan film
Indonesia hingga sekarang.
Bagi saya pribadi, tidak banyak memang
pengalaman saya menonton Film
Indonesia di bioskop, Petualangan Sherina
adalah ‘kasus khusus’, selebihnya, saya
lebih menaruh perhatian pada film-film
Hollywood. Alasannya sederhana, saya
belum bisa cukup terhibur secara layak
menonton film Indonesia di bioskop.
Namun apa yang saya rasakan, bukan
tidak beralasan, memang saat ini
kebangkitan film Indonesia tengah terjadi,
namun dari sisi kualitas, belum banyak
yang dapat dikategorikan menghibur
dengan level kepuasan yang sama
atau setidaknya mendekati seperti saat
menonton film produksi Hollywood.
Jenny Jusuf, ketika saya jumpai untuk
wawancara menyampaikan, “masalahnya
di film Indonesia tuh begini, saya pernah
mendapat tawaran remake film tahun
70-an hanya diberi waktu sebulan sinopsis
sampai final draft. Saya bilang tidak bisa,
minimal saya butuh waktu 1 bulan untuk
sinopsis, 1-2 bulan untuk treatment,
kira-kira 2 minggu sampai 1 bulan untuk
first draft, lalu 4 hari untuk revisi-revisi.
Itu sudah yang paling padat,” ujarnya.
Artinya, proses pembuatan Film Indonesia
relatif cepat, tujuannya mungkin untuk
meghemat biaya, namun justru hal ini
mungkin bisa membuat kualitas film
PETUALANGAN SHERINA
5Vol. 105 | Nov - Des 2018
COVERFoto oleh IB Baruna Luhur
Desain oleh Sahal Putra
Money & I Magazine is published monthly by PT. Literatur Negeri, Jalan Dewi Madri III, Bali, Indonesia. Tel: +62 821 4402 1868. No part of
this publication may be reproduced or transmitted in any form or by any means, electronic or mechanical, including photocopy, recording or any
information storage or retrieval system without permission in writing from PT. Literatur Negeri. While the editors do their utmost to verify information
published, they do not accept responsibility for its absolute accuracy; Editorial & Advertising E-mail: [email protected]. Tel: +62 821
4402 1868.
PuBLISHEr
PT Literatur Negeri
EDITOrIAL BOArD
Alex P. Chandra
EDITOr IN CHIEF
Arif rahman
KOrESPONDEN
Khoirur rozy I Jakarta
rheza Alfian I Jakarta
Cucuk Espe I Jatim
Yeti Kartika Sari I Jatim
Angga Wijaya I Bali
COmmuNICATION
OFFICEr
Kadek Pebriyanti
DESIGN & ArT WOrKING
Ida Bagus Baruna Luhur
Sahal Putra
menurun. Sementara film-film Hollywood, produksinya bisa
lewat dari satu tahun, bahkan sekalipun untuk sebuah film
drama.
Kondisi inilah yang menjadi tantangan Film Indonesia saat
ini, di satu sisi kebangkitan sudah terjadi, namun belum
mampu mencapai puncaknya, karena jumlah penonton
Film Indonesia dinilai masih relatif rendah. Sehingga hitung-
hitungan bisnisnya, jadi tarik-ulur antara kualitas dan biaya
produksi. Topik ini yang kami jadikan Special Feature pada
edisi ini. Penulis skenario Jenny Jusuf, artis berbakat Putri
Ayudya dan Direktur Festival Film Pendek minikino, Edo
mulia, menjadi narasumber kami untuk memperkuat liputan
utama ini.
Sementara pada rubrikasi lainnya, kami masih terus
mengabarkan informasi yang kami harapkan bisa menjadi
wacana bagi Anda untuk menambah referensi. Selamat
bermanfaat, selamat membaca.
Jabat Erat,
Arif rahman
mONEY&I mAGAZINEAkubank College
Jl. Dewi Madri III Sumertha Klod
Denpasar - Bali
T. +62 823 3996 [email protected]
For advertising enquiries please send an email to :
Indah Kencana [email protected]. 0823 3996 4020
Desak Putu [email protected]. 0823 4112 7767
DISTrIBuTION SuPPOrTAdi [email protected]. 081 337 666 430
For transfers and payments :PT Literatur Negeri BCA KCP Teuku umar Denpasar 7680391216
Confirm / Info about transfer & payment to :
Eka Putri [email protected] m. 0878 6151 1609
@MNImagz
Money&I Magazine
@moneyandimagz
6 Vol. 105 | Nov - Des 2018
CONTENTS
Also In this edition
04 From the Editor
Petualangan Sherina
10 Marketing
Empat Faktor Yang
Mempengaruhi Pasar
E-Grocery
28 Interview : Edo Mulia
Masa depan Film Pendek &
Independen
44 Book Review
66 Intermezo
7 Kesalahan HRD
68 Health
Rokok Murah : Si (Apa)
yang Berpengaruh dan
Terpengaruh
66Community
I- Studio
Walaupun sibuk berbisnis,
menjaga kebugaran badan
tetap menjadi prioritas.
Inilah alasan sejumlah
wanita pebisnis muda
mendekralasikan I-Studio.
Biar tetap sehat, bugar dan
tangguh bekerja.
58Travellers Note
Phnom Penh
Kamboja dikenal dengan
kisah kelamnya di masa
silam. Apalagi kalau bukan
peristiwa genosida pada
masa pemerintahan Khamer
merah. Dalam museum Tuol
Sleng di Phnom Penh, jejak
‘berdarah’ itu masih terpatri.
38Interview
Edo Mulia
Bertahun-tahun ia menggelar
miniKino Film Festival,
deretan pemutaran film
pendek yang diselenggarakan
di Bali. Darinya, kita mencari
tahu bagaimana masa depan
Film Pendek dan Independen
di Indonesia
Interview With Putri Ayudya
Penyuka dunia teater dan pecinta alam, inilah representasi dari Putri Ayudya, yang kemarin
namanya ramai dibicarakan karena perannya yang sukses dalam film Kafir. Artis muda
kelahiran 1988 ini memulai karirnya sebagai presenter program Jejak Petualang. Ikuti kisah
lengkap perjalanan karirnya, dan bagaimana kecintaannya terhadap seni peran pada rubrik
Interview!
Special Feature
Film Indonesia &
Industrinya 3214Special Feature
Film Indonesia &
Industrinya
Special Feature
Film Indonesia &
Industrinya
7Vol. 105 | Nov - Des 2018
8 Vol. 105 | Nov - Des 2018
CONTRIBUTORS
..marketing tidak identik dengan iklan TV.
Kreativitas adalah batasnya. “And don’t fight the
fight you can not win…”
12 Notes From A Friend - Batasan Dari
Marketing adalah Kreativitas Kita oleh
Alex P Chandra
Alex P ChAndrA
Chairman Lestari Group
Memulai karir sebagai profesional banker
di BCA selama 8 tahun sebelum akhirnya
memutuskan untuk mendirikan bisnisnya
sendiri BPR Lestari, perusahaan yang
dibawanya menjadi BPR terbesar di Bali
dalam waktu 5 tahun.
YuswohAdY
Marketing Consultant
Penulis 40 buku mengenai pema-saran.
Pernah bekerja selama 12 tahun di
MarkPlus Inc dengan posisi terakhir sebagai
Chief Executive. Di bidang keorganisasian
Yuswohady pernah menjadi Sekjen
Indonesia Marketing Association (IMA).
Ben ABAdi
www.benabadi.com.
Menciptakan seseorang untuk menjadi
miliuner & pebisnis. Penulis buku laris yang
sudah melatih lebih dari 200 pengusaha
dan pemimpin dari ribuan sales. Misinya
menciptakan miliader me-lalui training yang
inovatif
PriBAdi Budiono
CEO BPR Lestari
Ulasannya erat terkait dengan
kepemimpinan yang banyak di adopsi
dari sejumlah pemikir besar. Memberikan
alternatif solusi pada permasalahan yang
kerap dihadapi bangsa ini khususnya yang
ada di Bali.
suZAnA ChAndrA
Managing Director Kampoeng Villa
Smart Family adalah rubrik yang diasuh.
Wanita yang pernah menimba pengalaman
hidup di Australia ini dengan lugas
memaparkan bagaimana kiat cerdik untuk
mengelola investasi khususnya di bidang
properti.
40 Insight - Millenial Voters 2019
oleh Yuswohady
46 Smart Family - Retail Shop Jaman
Now oleh Suzana Chandra
50 Leadership - Bedanya Bagaikan
Bumi dan Langit oleh Pribadi
Budiono
54 Coaching Clinic - From Zero To
Hero oleh Ben Abadi
9Vol. 105 | Nov - Des 2018
10 Vol. 105 | Nov - Des 2018
MARKETING
Hasil studi Tetra Pak Index 2018, yang rutin digelar tiap tahun
mengungkapkan tidak hanya produk fashion, cara belanja e-grocery untuk
produk pangan, belakangan kian digemari konsumen di Indonesia.
Hal ini diungkap Gabrielle Angriani, Communications manager Tetra Pak
Indonesia, yang menyatakan berdasarkan riset Tetra Pak Index di Indonesia, pada tahun
2016 sebanyak 1,2% konsumen di Jakarta telah berbelanja pangan secara online.
“Angka itu diharapkan terus bertumbuh hingga 5,4% pada tahun 2030 mendatang.
Sementara itu, kegiatan belanja di pasar tradisional mungkin akan menurun pada tahun
2030 menjadi 46,6% dari sebelumnya di angka 56,3% pada tahun 2016,” ungkap
Gabrielle.
Tren belanja konsumen Indonesia yang beralih ke e-grocery disambut sangat
gembira oleh para e-commerce, khususnya Bukalapak. “Di Jakarta sendiri, e-grocery
berkompetisi langsung dengan minimarket dan supermarket karena permintaan
konsumen akan pengalaman belanja yang mudah dan cepat, serta akses internet yang
EmPAT FAkToR YANG mEmPENGARUHI PASAR
E-GRocERY
“...dengan wawasan yang ditangkap
melalui kode-kode digital..,
brand dapat terus meningkatkan
pengalaman belanja dan
membuatnya lebih personal bagi
konsumen. Dengan mengaplikasikan
teknologi QR Code unik dan RFID,
pengusaha serta perusahaan akan
terbantukan dalam memenangkan
era omnichannel”
Ilustrasi : economy.okezone.com
11Vol. 105 | Nov - Des 2018
MARKETING
membaik,” ujar rahmat Danu Andika,
Associate Vice President of O2O Business
Bukalapak.
Hasil riset Tetra Pak Index juga
memaparkan empat faktor utama yang
mempengaruhi pasar e-grocery, yaitu :
#1. Faktor pertama
Kemudahan sebagai penentu utama
dalam aktivitas belanja online akibat
meningkatnya permintaan konsumen akan
produk yang mudah dan nyaman didapat
serta kemasan yang praktis.
#2. Faktor kedua
Teknologi dan Kinerja yang terus
mengubah rantai pasokan (supply chain),
terutama dalam hal kecepatan pengiriman
barang yang diprediksikan dapat
dikirimkan dalam waktu 10 menit pada
tahun 2025. Termasuk, perilaku belanja
konsumen secara menyeluruh, seperti
pola belanja konsumen dengan jumlah
sedikit, namun dengan frekuensi yang
lebih sering.
#3. Faktor ketiga
Keberlanjutan, dimana konsumen mulai
peduli akan pentingnya menggunakan
produk dari perusahaan yang peduli
akan isu lingkungan hidup, termasuk isu
penggunaan plastik, daur ulang, serta
ekonomi melingkar (circular economy)
yang menjadi sorotan utama belakangan
ini.
#4. Faktor keempat
Personal dan unik, di mana brand
berupaya menghadirkan produk yang
dapat dipersonalisasi bagi pembeli
sebagai pembeda dari produk lainnya
di pasaran, serta untuk meningkatkan
loyalitas dan penjualan.
“riset kami membuktikan bahwa daya
tahan dan efisiensi kemasan menjadi
persyaratan penting dalam kegiatan
belanja online. Bahkan, hasil riset pun
menunjukkan bahwa kemasan yang
efisien secara berat maupun ruang
dapat memberikan pengurangan volume
transportasi sebesar 30-50%,” tambah
Gabrielle.
Sebagai perusahaan yang menawarkan
solusi pemrosesan serta pengemasan
bagi makanan dan minuman, Tetra Pak
menawarkan inovasi terbaru dalam
era omnichannel ini melalui teknologi
Kemasan menggunakan Qr Code unik
dan Radio-Frequency Identification (rFID).
Teknologi pengemasan cerdas dengan Qr
Code unik memungkinkan setiap paket
produk untuk diberikan tanda pengenal
yang unik atau berbeda. Kode-kode itu
dapat dibaca oleh perangkat pemindaian
data atau smartphone biasa.
“Inovasi tersebut memungkinkan
adanya interaksi antara produk dengan
konsumen untuk berbagi informasi
seputar sumber bahan dasar, fakta
nutrisi, maupun aktivitas promosi dan
informasi lingkungan. Di saat yang sama,
dengan wawasan yang ditangkap melalui
kode-kode digital ini, brand dapat terus
meningkatkan pengalaman belanja
dan membuatnya lebih personal bagi
konsumen. Dengan mengaplikasikan
teknologi Qr Code unik dan rFID,
pengusaha serta perusahaan akan
terbantukan dalam memenangkan era
omnichannel,” pungkas Gabrielle.
Ilustrasi : factordaily.com
12 Vol. 105 | Nov - Des 2018
Alex P. Chandra@alex_lestari
Komisaris BPR Lestari &
Founder of Lestari Group
www.alexpchandra.com
“Don’t fight the fight
you can not win…”
NOTES FROM A FRIEND
Beberapa tahun silam, saya membuat iklan 30 detik untuk salah satu program
BPr Lestari. Ketika pengambilan gambar, saya menyempatkan diri untuk
menontonnya. Ketika sedang menonton syuting itu, teman saya dari Jakarta,
SmS menanyakan saya sedang berada dimana. Saya jawab,” sedang di
tempat syuting”.
Kawan saya langsung menelpon, katanya, ”sama Julia roberts yah, wow keren..”
“Bukan,” kata saya, “tapi sama Cedil (artis lokal dari Bali.red).”
“Batasan dari marketing adalah
kreativitas kita”
BATASAN DARI mARkETING ADALAH kREATIvITAS kITA
ww
w.fre
ep
ik.c
om
13Vol. 105 | Nov - Des 2018
NOTES FROM A FRIEND
memang, ketika itu Julia roberts datang
ke Bali, teman-teman saya di Jakarta tahu,
seluruh Indonesia tahu, seluruh dunia
tahu.
Ketika filmnya nanti tayang, seluruh dunia
akan melihat Bali.
Berapa biaya yang dikeluarkan oleh Bali
untuk promosi sedahsyat itu? Zero…!
Dalam salah satu program talk show,
pemerintah mengeluhkan bahwa aktivitas
promosi pariwisata Indonesia ‘is not
comparable’ dengan campaign malaysia
“Truly Asia”. Sepanjang talk show, tak
henti-hentinya kementerian pariwisata
mengungkapkan betapa budget promosi
kita tidak ada apa-apanya dibandingkan
dengan malaysia yang mencapai 20 Juta
Dollar. Jadi wajar kalau kita kalah dengan
malaysia, begitu kira-kira rasionalitasnya.
“Don’t fight the fight you can not win,”
begitu salah satu ajaran strategis di dunia
bisnis.
Kalau budget kita 2 Juta Dollar, terus di-
head on dengan campaign yang 20 Juta
Dollar, maka sudah jelas kalahnya. Kalau
dilakukan dengan cara yang sama, maka
kita akan membuat iklan dengan budget
yang lebih rendah, maka kualitasnya
pun akan lebih rendah, dan spot tayang
yang sepersepuluhnya. Bayangkan,
kualitasnya lebih jelek, spot tayangnya
sepersepuluhnya. menurut saya itu sama
saja dengan tidak beriklan.
Yang besar belum tentu tidak terkalahkan.
David bisa mengalahkan Goliath. Tapi
yang kecil harus cerdik dan banyak
akalnya.
Industri BPr yang diserang habis-habisan
oleh bank-bank besar, bahkan oleh bank-
bank asing pun, tidak mau menyerah. Tapi
jangan ikut-ikutan cara mereka. Kalau
mengikuti mereka sudah jelas kalahnya.
Namun ada kelemahan-kelemahan yang
bisa kita eksploitasi, diantaranya, produk-
produk mereka cenderung standar dan
birokrasi yang keterlaluan rumitnya. Belum
lagi overhead cost mereka yang relatif
lebih tinggi dibandingkan kita di industri
BPr yang gaji Direkturnya tidak ada apa-
apanya dengan Direksi di bank umum.
“mereka Gajah kita monyet,” demikian
kata saya di hadapan para karyawan BPr
Lestari. “Elephant can not dance, monkey
can”. Gajah tidak dapat menari, monyet
bisa. Gajah kuat tapi monyet cepat. Jadi
monyet tidak boleh adu otot, bisa mati,
tapi mungkin akan menang kalau adu
cepat.
Artinya selalu ada peluang, selalu ada
cara, kreativitas kitalah batasannya.
Kembali ke masalah tourism campaign,
bagaimana jika kementerian pariwisata,
mendorong para pelaku industri perfilman
membuat karya dengan latar belakang
Bali yang lebih kental. Tapi bikinnya jangan
tanggung-tanggung. Bikin Nicole Kidman
atau Jessica Alba yang main. Angelina
Jolie juga boleh. Nanti premiere dan
promonya dimulai dari Bali. Pemerintah
tinggal memfasilitasi acaranya, jangan
dikenakan pajak lagi. Hal ini seperti “The
Beach”-nya Leonardo di Caprio yang
sukses mempromosikan pulau-pulau di
Thailand.
Bagaimana kalau melalui musik. Secara
sengaja minta Anggun untuk menyanyikan
“Welcome to Paradise” dengan latar
belakang Bali. Dan di-release di pasar
international misalnya. Atau minta West
Life menyanyikan another version dari
“Paradise City”-nya Gun’s n roses.
Klipnya dibikin di Bali, konser promonya
di GWK.
“Welcome to my paradise, where the sun
so bright and the party never ending..”
Dan seterusnya.
Jadi, marketing tidak identik dengan iklan
TV. Kreativitas adalah batasnya. “And
don’t fight the fight you can not win…”.
““Mereka Gajah kita Monyet,”
demikian kata saya di hadapan para
karyawan BPR Lestari. “Elephant can
not dance, monkey can”. Gajah tidak
dapat menari, monyet bisa. Gajah
kuat tapi monyet cepat. Jadi monyet
tidak boleh adu otot, bisa mati, tapi
mungkin akan menang kalau adu
cepat. Artinya selalu ada peluang,
selalu ada cara, kreativitas kitalah
batasannya.”
14 Vol. 105 | Nov - Des 2018
CINEM
A
ADMIT ONE
SPECIAL FEATURE INDUSTRI FILM INDONESIA
Agak kaget juga membaca
laporan dari CNN, disebutkan
dalam situs berita tersebut
bahwa penonton terendah
Korsel, setara film terlaris Indonesia.
Dan inipun, pencapaian film yang
paling laris di Indonesia baru terjadi
tahun 2016 silam lewat komedi Warkop
DKI reborn, yang menurut Wikipedia,
jumlah penjualan tiketnya mencapai
6,8 juta. Di peringkat 2 pun, hanya 4,7
juta penonton melalui film remaja Dilan.
Sekarang bandingkan dengan film terlaris
FILm INDoNESIA & INDUSTRINYA
di Korea, roaring Currents, film yang rilis
pada bulan Juli tahun 2014 ini, berhasil
menyedot penonton sebanyak 17.615.152
sebagaimana diberitakan oleh IDN Times,
sementara jumlah terendah terjadi bulan
Februari 2018 lalu sebanyak 6.9 juta.
Padahal kalau kita lihat dari jumlah
penduduk, Indonesia jauh lebih besar
dari negeri ginseng ini, namun banyak
faktor yang menyebabkan industri film kita
sepertinya belum mencapai peak-nya.
KONTRIBUSI EKONOMI KREATIF
UNTUK PDB CAPAI RP 1,2 T.
Jika mengacu pada data Bekraf, pada
2016 kontribusi ekonomi kreatif terhadap
perekonomian nasional mencapai 7,44%
dan diproyeksikan akan meningkat dua
kali lipat di tahun 2019 dengan nilai
mencapai rp 1,2 triliun. Potensi ekonomi
kreatif ini disampaikan oleh Kepala Badan
Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan munaf
saat peluncuran buku tahunan Bekraf,
Ilustrasi : Freepik.com
15Vol. 105 | Nov - Des 2018
00
01
23
45
Opus 2019 di Jakarta, bulan Oktober
lalu. “Ini adalah paradigma baru dalam
ekonomi yang mengandalkan gagasan,
ide atau kreativitas sebagai faktor
produksi utama, ini adalah bidang yang
sangat terbuka bagi siapapun (inklusi)
untuk bisa masuk kedalamnya. Tidak ada
batasan atau syarat khusus, siapa pun
bisa berkreatifitas dan menciptakan nilai
ekonominya,” ungkap Triawan
Data Bekraf menunjukkan pada tahun
2017, jumlah tenaga kerja yang terserap
ke dalam bidang ekonomi kreatif ini
mencapai 17,43 juta orang, meningkat
4,13%. Peningkatan serapan tenaga kerja
dalam bidang ekonomi kreatif itu lebih
tinggi dari peningkatan serapan tenaga
kerja nasional yang hanya mencapai
3,02% di tahun yang sama.
Bekraf juga membuat daftar sektor-sektor
penyumbang pertumbuhan ekonomi
terbesar. Kategori penyumbang revenue
terbesar tahun 2016 adalah sektor
kuliner sebesar rp 382 triliun, sektor
fashion sebesar rp 166 triliun, dan sektor
kerajinan rp 142 triliun. Sedangkan
kategori penyumbang pertumbuhan bisnis
terbesar tahun 2016 adalah, industri TV
dan radio, yang tumbuh sebesar 10,33%,
industri film, animasi dan video tumbuh
10.9%, dan industri seni pertunjukan
tumbuh 9,54%.
Dari kategori penyumbang ekspor
terbesar, pertama adalah industri fashion
yang menyumbang 54,54% dari total
ekspor non migas, industri kerajinan
sebesar 39,01% dan kuliner sebesar
6,31%. “Dari data ini kami melihat
bahwa kedepan ada empat sektor yang
akan menjadi kekuatan ekonomi baru
Indonesia, yakni film, musik, seni dan
animasi yang memiliki pertumbuhan
pesat,” jelas Triawan.
Jika mengacu pada data 2015-2017,
jumlah penonton film Indonesia terus
meningkat. Di tahun 2015 mencapai 16,2
juta, ini angka yang kemudian meningkat
lebih dari seratus persen di tahun 2016.
Ilustrasi : Jakartainsight.com
Ilustrasi : www.muvila.com
Ilustrasi : Freepik.com
16 Vol. 105 | Nov - Des 2018
Ini adalah paradigma baru dalam ekonomi yang
mengandalkan gagasan, ide atau kreativitas sebagai faktor produksi utama, ini adalah bidang yang sangat terbuka bagi
siapapun (inklusi) untuk bisa masuk kedalamnya. Tidak ada
batasan atau syarat khusus, siapa pun bisa berkreatifitas dan menciptakan nilai ekonominya..”
“
indikator penting untuk suksesnya industri
film. “Tahun lalu kita nomor 9 untuk market
share untuk film lokal sekitar 32%. Jadi
60% film asing dan film lokal 40% dan
saya pikir bukan kita menafikan film asing
karena ekosistemnya harus berjalan
bersama,” ujarnya.
Ia mengatakan, untuk target market
share angka tersebut sudah baik, tetapi
ia berharap ada kenaikan dari jumlah
penonton. “Penonton targetnya tahun ini
tumbuh 15% - 20%, kami harapannya
untuk film nasional bisa lebih dari 50 juta
penonton,” ujarnya.
Itu sebabnya, untuk medukung ini, Bekraf
akan membangun ekosistem ekonomi
kreatif yang kohesif. Ekosistem yang
di dalamnya mempertemukan ide atau
produk, produksi, perlindungan HKI,
pemasaran dan penjualan. Sehingga geliat
industri perfilman di tanah air, mengalami
peningkatan yang signifikan.
Ilustrasi : www.themoviebit.com
Ilust
rasi
: a
miratt
hem
ovi
es.
co
m
Ketika itu penonton film Indonesia
mencapai 34,5 juta penonton. Di
tahun 2017, berdasar data Gabungan
Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia
(GPBSI), meningkat kembali menjadi 42,7
juta dari 119 judul film.
Pada tahun 2018 ini, sampai dengan
per 12 September lalu, dari 94 judul film
tercatat penonton film Nasional sebanyak
36,3 juta. Diperkirakan penonton film
Indonesia dapat mencapai 50 juta
penonton dan melampaui jumlah tahun
2017.
Namun peningkatan ini bukan berarti
industri film kita sudah mapan, masih
banyak hal yang harus dibenahi, mulai
dari regulasi, jumlah layar sampai dengan
kualitas para sineas untuk menghasilkan
karya. Karena pada dasarnya, jumlah ini
masih jauh dari potensi yang kita miliki.
menurut Fauzan Zidni, Ketua umum
Asosiasi Produser, sebagaimana di kutip
dari www.kontan.co.id, menyebutkan
bahwa penonton merupakan salah satu
SPECIAL FEATURE INDUSTRI FILM INDONESIA
17Vol. 105 | Nov - Des 2018
18 Vol. 105 | Nov - Des 2018
ANomALI & TANTANGAN FILm INDoNESIA
“Gini, harga tiketnya sama, tapi kualitas
film Indonesia masih kalah dengan film
asing, kan wajar kalau penonton lebih
memilih untuk menonton film luar daripada
film nasional.”
Inilah yang disampaikan Jenny Jusuf
ketika wawancaranya kepada kami.
Penulis skenario film yang telah
mendulang sejumlah penghargaan ini,
berbagi cerita soal dilema film Indonesia
yang memang selama ini pertumbuhannya
bak anomali. Di satu sisi, sejumlah
film yang digarap dengan serius dan
sangat baik namun justru sepi penonton,
sebaliknya film bergenre horor yang bak
terlihat asal buat, punya pencapaian yang
lebih baik. Ini pula alasannya kenapa
masih banyak orang Indonesia yang
enggan untuk menonton film Indonesia di
bioskop, “takut zonk,” ujar salah satu tim
di redaksi kami. Statement yang cukup
mewakili sejumlah orang.
Netizen masih menilai bahwa Film
Indonesia terlalu sederhana, plot ceritanya
mudah ditebak, nggak ada spesial efek,
durasinya terlalu singkat, bahkan akting
pemainnya yang kurang mumpuni.
Sekalipun secara kualitas terus mengalami
perbaikan yang signifikan, namun
paradigma itu tak lantas pupus begitu
saja. Terutama dengan adanya sejumlah
film yang kemudian laris sekalipun dari sisi
kualitas dipertanyakan.
Hal ini sebenarnya menjadi isu lama,
ketika tahun 2006 sebanyak 22 Piala
Citra dikembalikan oleh penerimanya,
karena memprotes keputusan FFI yang
menjadikan film Ekskul sebagai film
terbaik, padahal film tersebut dinilai tidak
orisinil.
Berbagai catatan inilah yang menjadikan
pencapaian penjualan tiket film Indonesia,
terengah-engah untuk mencapai
angka yang maksimum, bahkan data
dari Cinema 21, PPFI, Blitzmegaplex,
produser film dan sumber-sumber lainnya
menunjukkan, hanya sekitar 60-an film
yang berhasil menembus angka 1 juta
penonton sampai dengan tahun 2018 ini.
Yang berhasil menembus 4 juta penonton
pun, tak lebih dari 10 judul saja.
Hipotesanya memang bisa sangat
beragam menyikapi ini. Laman www.
beritasatu.com pun memberikan highlight,
dalam artikel ‘2018 Bisa menjadi Tahunnya
Film Indonesia’, dipaparkan pendapat
Sutradara Eugene Panji, yang menurutnya,
Indonesia belum memiliki ruang yang
sama dengan film-film Hollywood. maka
diperlukannya regulasi yang tepat dari
pemerintah, dalam pembagian ruang
tayang film lokal dan internasional.
“Film Hollywood, dalam perspektif ruang
tayang masih mendominasi. Seharusnya
ada aturan main dengan lembaga negara
dan pelaku industri. Seperti, berapa
persentase pembagian dari bioskop
untuk menayangkan film Indonesia dan
luar negeri? Kemudian, jika kita memiliki
regulasi yang baik untuk film lokal,
tentu akan membantu para pekerja film.
Ilustrasi : Freepik.com
SPECIAL FEATURE INDUSTRI FILM INDONESIA
19Vol. 105 | Nov - Des 2018
20 Vol. 105 | Nov - Des 2018
menurut saya, kalau hal ini tidak digarap
secara serius, maka pelaku film lokal akan
mati,” jelasnya.
Selain jumlah porsi untuk penayangan
film Indonesia yang tidak ada regulasinya,
jumlah bioskop di Indonesia juga dinilai
masih terbatas. masih banyak kota besar
di Indonesia yang belum memiliki bioskop,
namun hal ini sudah langsung direspon
pemerintah dengan dikeluarkannya film
dari Daftar Negatif Investment (DNI) sesuai
Perpres No 44 Tahun 2016. Hal inilah
yang kemudian menjadikan pertumbuhan
jumlah layar bioskop di tahun 2018
yang di targetkan sebanyak 1.680 telah
tercapai.
Berdasarkan data Gabungan Perusahaan
Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) total
layar per 12 September 2018 berjumlah
1.681 layar dengan total bioskop 312.
Angka tersebut meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya. Adapun total layar
tahun lalu sebanyak 1.518 layar dengan
total bioskop berjumlah 279. Proyeksinya
tahun 2019 bisa mencapai 2.400 layar.
Asumsi banyaknya jumlah layar akan
memperbaiki kualitas film juga diyakini
oleh sutradara asal Indonesia Livi Zheng,
ia menuturkan bahwa film Amerika bisa
sukses karena negara ini memiliki jumlah
penduduk 320 juta jiwa dan memiliki
jumlah layar sekitar 40.759. Sementara
Korea dengan jumlah penduduk 51,3
juta jiwa dengan jumlah layar yang lebih
besar dari Indonesia, yaitu sekitar 1.880.
Jadi di Amerika, banyak sekali bioskop
yang lokasinya tidak di tengah kota, maka
industrinya terus berkembang, jika banyak
layar, maka banyak sineas yang membuat
film, maka otomatis akan semakin bagus
film yang dibuat.
Namun dua tokoh film Indonesia
Produser mira Lesmana dan Sutradara
Joko Anwar berbeda pandangan.
menurut mereka, yang terpenting adalah
membuat para sineas, atau SDm yang
bergelut dalam dunia film, memiliki
pendidikan. Semakin baik pendidikan
mereka, profesionalismenya tidak akan
berkembang dan pertumbuhan perfileman
akan tetap tersendat.
Bahkan Joko Anwar masih melihat adanya
kekurangan dalam membangun ide dan
tema sebuah cerita. Ia mengatakan,
Indonesia masih kekurangan penulis
skenario berkualitas, bahkan ia juga
menyampaikan, untuk membantu
kemajuan film Indonesia, jangan produksi
film banyak-banyak, tapi buatlah film yang
memiliki kualitas,” tuturnya.
“Film Hollywood, dalam
perspektif ruang tayang masih
mendominasi. Seharusnya ada
aturan main dengan lembaga
negara dan pelaku industri.
Seperti, berapa persentase
pembagian dari bioskop untuk
menayangkan film Indonesia dan luar negeri? Kemudian,
jika kita memiliki regulasi
yang baik untuk film lokal, tentu akan membantu para
pekerja film”
Ilustrasi : www.pinterest.nz
SPECIAL FEATURE INDUSTRI FILM INDONESIA
21Vol. 105 | Nov - Des 2018
22 Vol. 105 | Nov - Des 2018
Ada masanya Film Indonesia
disebut mati suri, namun
dua dekade terakhir, disebut
sebagai fase kebangkitannya,
dimana film Indonesia bukan hanya
meningkat dari sisi produksi, namun juga
secara kualitas.
memang, industri yang satu ini punya
rekam jejak sejarah yang berliku, namun
boleh dikata tetap menjadi primadona
dengan segala kekurangannya. Kisah
‘Catatan Si Boy’ di tahun 1980an, adalah
satu cerita tersendiri yang hingga saat ini
menyisakan memori bagi penonton pada
generasinya, melejitkan sejumlah nama
artis seperti Onky Alexander, merriam
Bellina dan Paramitha rusady.
Namun di tahun 90an, situasi beralih.
Layar-layar bioskop dipenuhi oleh film-film
Hollywood dan Hong Kong, nyaris tidak
ada film Indonesia yang mampu bersuara
pada masa ini. Barulah kemudian di tahun
2000an, si kecil Sherina munaf dengan
filmnya Petualangan Sherina, membuat
antrian panjang di bioskop-bioskop.
Pembesutnya, adalah duo kriting riri riza
dan mira Lesmana dan menjadi lecutan
kesadaran bagi para sineas yang selama
ini lelap.
Sejak itu, muncullah satu persatu film-
film yang menyita perhatian kita, mulai
Ilustrasi : www.rmmagazine.com
SPECIAL FEATURE INDUSTRI FILM INDONESIA
FASE PERJALANAN PERFILEmAN INDoNESIA
Ilustrasi : IndiaEducation.net
23Vol. 105 | Nov - Des 2018
“..di tahun 2000an, si kecil
Sherina Munaf dengan
filmnya Petualangan Sherina, membuat antrian
panjang di bioskop-
bioskop. Pembesurtnya, adalah duo kriting Riri
Riza dan Mira Lesmana
dan menjadi lecutan
kesadaran bagi para sineas
yang selama ini lelap. “
dari Jelangkung, Ada Apa Dengan
Cinta, Arisan dan sejumlah film lainnya
yang kemudian booming. Inilah fase
kebangkitan Film Indonesia. Di jajaran film
non komersil, ada Pasir Berbisik dan Daun
di Atas Bantal yang turut menjadi bagian
dari ramainya industri ini.
Tahap yang lebih tinggi, kemudian terjadi
ketika sejumlah film menembus angka
penonton hingga 1 juta, kemudian 2 juta
dan yang paling heroik dibuat oleh Laskar
Pelangi dengan 4.7 juta penonton. Hal ini
bertahan hingga 8 tahun sebelum akhirnya
dilewati oleh Warkop DKI reborn di tahun
2016 lalu dan Dilan tahun 2018 ini. Berikut,
adalah sejumlah milestone perfileman
Indonesia dari masa ke masa.
1900-an
Belanda mengawalinya dengan
mendirikan bioskop pertama pada
5 Desember 1900 di daerah Tanah
Abang, Batavia dengan, saat itu baru
menayangkan film bisu.
1926 Diproduksi film pertama, dengan judul
Loetoeng Kasaroeng, dibuat oleh
sutradara Belanda G. Kruger dan L.
Heuveldorp. Statusnya ketika itu masih
merupakan produksi Hindia Belanda.
1931Sineas lokal mulai membuat film bicara,
salah satunya adalah Boenga roos dari
Tcikembang (1931).
1940an Pada masa peperangan ini, terutama
pada periode 1942 – 1949, produksi film
dijadikan alat propaganda politik Jepang,
sehingga pemutarannya dibatasi untuk
film-film tertentu saja. Di masa ini, proses
perkembangan dunia film terhambat.
24 Vol. 105 | Nov - Des 2018
“ Ilustrasi : www.raindance.org
Terjadi peristiwa
G30SPKI dan munculnya gerakan anti
imperialisme, sehingga
bisokop-bioskop
kekurangan stok film dari luar, sementara film nasional produksinya
sedikit. Ini menjadi fase berikutnya dari surutnya
industri film Indonesia.”
SPECIAL FEATURE INDUSTRI FILM INDONESIA
1950Di masa kemerdekaan, setelah Indonesia resmi berdiri, mulai muncul film yang bercirikan
Indonesia seperti Darah & Doa atau Long march of Siliwangi yang disutradarai oleh
usmar Ismail. Juga film pertama yang benar-benar disutradarai oleh orang Indonesia
asli dan diproduksi oleh perusahaan film milik orang Indonesia asli yang bernama
Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia) dimana usmar Ismail tercatat juga sebagai
pendirinya.
1951Diresmikan metropole, bioskop termegah dan terbesar pada saat itu, dan jumlah
bioskop meningkat pesat.
1955-anTerbentuk Persatuan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia dan Gabungan Pengusaha
Bioskop Seluruh Indonesia (GAPEBI).
25Vol. 105 | Nov - Des 2018
..dari film Cinta dalam Sepotong Roti karya Garin Nugroho, kemudian Petualangan Sherina dan Ada
Apa dengan Cinta? (AADC) yang sukses, menandai bangkitnya perfileman Indonesia hingga saat ini.
Terus bertumbuh dengan jumlah penonton yang kian
bertambah dalam beberapa tahun terakhir.”
“
1998 - sekarangDiawali dari film Cinta dalam Sepotong
roti karya Garin Nugroho, kemudian
Petualangan Sherina dan Ada Apa dengan
Cinta? (AADC) yang sukses, menandai
bangkitnya perfileman Indonesia hingga
saat ini. Terus bertumbuh dengan jumlah
penonton yang kian bertambah dalam
beberapa tahun terakhir.
Ilustrasi : Freepik.com
1965-an Terjadi peristiwa G30SPKI dan munculnya
gerakan anti imperialisme, sehingga
bioskop-bioskop kekurangan stok film dari
luar, sementara film nasional produksinya
sedikit. Ini menjadi fase berikutnya dari
surutnya industri film Indonesia.
1970-an mulai muncul TVrI, dan menjadi salah
satu pesaing dari sisi hiburan rakyat,
karena ada alternatif yang bisa diperoleh.
1978 - 1987Berdirilah Sinepleks Jakarta Theater oleh
pengusaha Indonesia, Sudwikatmono.
Kemudian pada tahun 1987 berdirinya
Studio 21. Di periode tahun ini pula mulai
banyak fenomena pembajakan video tape.
1991 - 1998Inilah fase mati suri film Indonesia, karena
hanya mampu memproduksi 2-3 film
saja pertahunnya. Di satu sisi, TV swasta
bermunculan, demikian pula dengan VCD
dan DVD.
26 Vol. 105 | Nov - Des 2018
Tahu film The Blair Witch
Project? Ini salah satu film yang
meraih kesuksesan luar biasa,
diproduksi hanya dengan biaya
$60.000 yang pada proses pembuatannya
hanya dengan kamera genggam, berhasil
meraih pendapatan $248.000.000. Film
ini sukses karena proses pemasaran yang
unik, sehingga banyak penonton berpikir
bahwa apa yang terjadi dalam film ini,
adalah ‘reality show’.
Namun kemudian, rekor ini terpecahkan,
dengan sebuah film yang hanya bermodal
kamera CCTV, bermodal $15.000, namun
meraup $193.000. Film ini masih berada
di genre yang sama, yakni horor, judulnya
Paranormal Activity.
Namun adapula yang paradok, diproduksi
dengan biaya besar-besaran, namun
justru merugi total. Bahkan sekalipun
digawangi oleh pabrikan besar macam
Disney, dengan modal rp 2,7 triliun, film
Tomorrowland hanya meraup rp 1,4
triliun. Film yang dibintangi nama besar
George Clooney ini rugi rp 1,2 triliun.
Bagaimana dengan Indonesia, fenomena
yang sama juga terjadi. Ada sejumlah
film yang berbiaya besar bahkan dengan
spesial efek canggih seperti rafatar
(diproduksi oleh raffi Ahmad) yang
ternyata tidak bertahan lama di layar
bioskop. Namun ada pula yang berbiaya
murah, seperti beberapa film karya
rumah produksi besutan Nia Dinata,
yang umumnya bermodal rendah namun
ada yang sanggup mencapai angka
jutaan penonton, Ouickie Express salah
satunya, dibintangi Tora Sudiro dan Aming
pada tahun 2000 sempat meraih 2 juta
penonton, padahal targetnya hanya 200
ribu orang.
Lalu sebenarnya bagaimana cara kita
menghitung keuntungan dari sebuah film?
Ilustrasi : inform.tmforum.org
SPECIAL FEATURE INDUSTRI FILM INDONESIA
UNTUNG / BUNTUNG PRoDUkSI LAYAR kAcA
27Vol. 105 | Nov - Des 2018
Dari berbagai sumber, kami mendapatkan
sejumlah ‘draft’ hitung-hitungannya,
memang satu dan lainnya tidak persis
sama, namun secara umum bisa menjadi
patokan jika kita hendak berinvestasi pada
sebuah film.
Pertama, kami membagi film itu dalam 3
kelompok modal produksi, ada yang di
bawah rp. 3 miliar, sebagaimana film-
film besutan rumah produksi Nia Dinata,
sehingga dengan modal sebesar itu,
ketika filmnya hanya ditonton 300.000-
600.000 orang, dia sudah bisa balik
modal dari penjualan tiket. “Jadi bagi saya
ukuran laku atau tidaknya itu bukan jumlah
penonton sampai 3 juta. Saya bikin film
realistis saja, jadi enggak tergoda untuk
bikin film tertentu demi jumlah penonton,”
katanya sebagaimana dalam www.
lifestyle.bisnis.com.
Lalu ada yang bermodal antara rp. 3-10
miliar di level kedua, kemudian rp. 10-20
miliar di level ketiga dan yang terakhir,
diatas rp. 20 miliar. umumnya, film
kolosal seperti Pendekar Tongkat Emas,
bisa mencapai angka diatas rp. 20 miliar.
Demikian pula film-film yang syutingnya
di luar negeri, atau banyak menggunakan
spesial efek, seperti The raid atau
sejumlah film roman macam Ketika Cinta
Bertasbih yang memang pengambilan
gambarnya di mesir.
modal ini, untuk segala biaya produksi
meliputi Sutradara, Penulis Skenario,
Aktor dan Aktris dan crew serta semua
properti lainnya. Jenny Jusuf sendiri
ketika kami wawancarai, menyebutkan
bahwa tarifnya untuk menulis skenario
sebuah film berkisar diangka rp. 60 juta.
Lain lagi jika berperan sebagai konsultan
saja. Ia pula menyebutkan, biaya yang
tinggi umumnya untuk Sutradara, baru
kemudian aktor dan aktrisnya. Sementara
penulis skenario sendiri di Indonesia,
masuk bagian relatif lebih rendah daripada
sutradara atau aktor dan aktris.
Sekarang, mari kita hitung berapa yang
diperoleh oleh produsen film. Penjualan
tiket bioskop, itu ‘kue’ yang akan
dibagi untuk 3 pihak, yakni pajak untuk
pemerintah 20%, pemilik bioskop 40%
dan produsen 40%. Harga tiket di setiap
daerah dan hari, tentu saja berbeda-beda,
jika kita main asumsi rata-rata produsen
memperoleh rp. 10 ribu saja dari setiap
karcis yang terjual, maka proyeksi kas
mereka bertambah tinggal dikalikan
dengan jumlah penontonnya. Jika
penonton film mencapai 1 juta saja, maka
produsen akan memperoleh rp. 10 miliar.
Jika modal produksi filmnya rp. 3 miliar,
maka produsen memperoleh keuntungan
sebesar rp. 7 miliar.
Itu sebabnya, Nia Dinata menyebutkan,
dengan modal film karyanya yang di
kisaran rp. 3 miliar, dengan kisaran
penonton 300.000 orang saja, ia sudah
balik modal, lebih dari 300.000 penonton,
merupakan keuntungan untuknya.
Sisanya, produsen biasanya masih bisa
memperoleh insentif tambahan dari
penjualan DVD, atau penayangan filmnya
di televisi. So, tertarik untuk terjun di
industri ini?
Ilustrasi : Freepik.com
28 Vol. 105 | Nov - Des 2018
WAWANCARA EDo mULIADIREKTUR FESTIVAL FILM PENDEK MINIKINO
Sejak tahun 2000an,
Film Indonesia diklaim
kebangkitannya, dan terus
mengalami pertumbuhan sejak
itu. Dan menariknya, bukan hanya Film
bioskop saja yang kemudian berkembang,
pelan tapi pasti ekosistem film mulai
terbentuk, munculnya banyak sineas-
sineas muda dengan berbagai karya yang
unik, termasuk genre lainnya seperti Film
Pendek. Indonesia sendiri punya satu
festival Film Pendek yang selama belasan
tahun konsisten menggelar programnya,
mASA DEPAN FILm PENDEk & INDEPENDEN
berlokasi di Bali, Festival ini mengambil
nama minikino. Kami di redaksi, sudah
menjadi media partnernya sejak beberapa
tahun terakhir untuk men-support
program ini, dan pada edisi kali ini, kami
berbincang dengan Direktur Festival Film
minikino Edo mulia, untuk menggali lebih
jauh soal Festival ini, termasuk industri
Film terutama film Pendek di Indonesia.
APA DAN BAGAIMANA ITU MINIKINO?
Secara mudah mungkin jawaban
singkatnya, minikino adalah sebuah
organisasi festival film. Artinya, kami
sebagai sebuah organisasi merancang
dan menjalankan festival film. Dan yang
unik mungkin adalah kami tidak hanya
membuat satu festival film tapi kita
memiliki beberapa festival film yang sudah
berjalan bahkan selama enam belas tahun
sejak tahun 2002 berdirinya minikino.
Inisiatornya waktu itu antara lain Tintin
Wulia, Kiki Zakiah dan Judith Guritno,
hanya saja mereka semua kini sudah tidak
aktif lagi di organisasi, jadi minikino ini
sudah melewati beberapa generasi.
SPECIAL FEATURE INTERVIEW
29Vol. 105 | Nov - Des 2018
BAGAIMANA MENDEFINISIKAN FILM
PENDEK?
Secara teknis, film pendek adalah
film yang durasinya pendek, memang
mengacunya pada durasi. Tapi lebih jauh
sebetulnya tidak hanya durasi, ketika kita
melihat film yang lebih pendek daripada
pada umumnya yang kita lihat di bioskop,
tentu akhirnya karya-karya ini menuntut
sebuah perencanaan yang berbeda
dengan film yang misalnya secara umum
di bioskop kan dua jam gitu ya.
Pada film pendek kita selalu analogikan
seperti novel dan cerpen. Bukan berarti
film pendek adalah film panjang yang
dipendekkan, sama seperti cerpen
atau puisi itu bukan berarti novel
yang kemudian dipotong atau diambil
sebagian tapi dia adalah sebuah karya
yang berdiri sendiri dengan format dan
rancangan yang berbeda tentu saja, dan
cara bertuturnya pun berbeda pula. Di
masyarakat tentu sudah akrab namanya
cerpen atau puisi dan novel. Cara bertutur
sebuah puisi pasti berbeda dengan novel,
cara bertutur cerpen berbeda dengan
novel, bukan sekedar dipendekkan saja,
tapi dia memiliki cara bertutur yang
berbeda, pembahasannya, penyusunan
kalimat, pemilihan kalimat pasti berbeda
dengan di novel yang punya sekian ratus
halaman.
KELEBIHAN FILM PENDEK MENURUT
ANDA APA?
Sebetulnya bukan yang mana lebih dan
yang mana kurang. Yang harus disadari
adalah kekuatannya berbeda. Film pendek
secara teknis dia pendek. Film pendek
ada yang bagus dan ada yang jelek, ada
yang kualitasnya tinggi dan ada yang
kualitasnya rendah, ada yang kita lihat
dibuat dengan sungguh-sungguh oleh
senimannya, dan ada yang dibuat asal-
asalan, hanya coba-coba.
Sama, film panjang juga begitu. Yang
di bioskop tidak semuanya bagus juga
tidak semuanya jelek, setiap film pasti
punya kualitas, kaliber pembuatnya
pun berbicara, semakin berpengalaman
seorang seniman tentu karyanya semakin
luas berbicara. Jadi, bukan berarti film
pendek lebih kuat dan film panjang lebih
lemah atau sebaliknya tapi yang kita
sadari adalah kekuatannya berbeda. Film
pendek dengan durasi yang pendek dia
relatif lebih mampu untuk tersebar lebih
luas, karena pendek.
APA TANTANGAN TERBESAR DALAM
MEMBUAT FESTIVAL FILM?
Tantangan banyak sebenarnya.
Tapi tantangan terbesarnya adalah
bagaimana bisa merepresentasikan
festival film ini kepada masyarakat
atau kepada orang yang belum paham
festival film ini, bagaimana caranya kita
merepresentasikan ini secara sederhana
karena skala festival ini begitu besar,
misinya begitu besar, kadang-kadang
kita harus mencari kata-kata atau kalimat
yang tepat supaya mudah dipahami oleh
masyarakat yang paling awam sekalipun.
Tantangan lainnya, mempertemukan
orang-orang yang belum pernah bertemu
sebelumnya.
BAGAIMANA ANDA MELIHAT DUNIA
PERFILMAN INDONESIA SAAT INI?
Semakin berkembang. Saya lihat juga
banyak terobosan-terobosan baru
dan inovatif yang belum pernah ada
sebelumnya serta berusaha terus untuk
memperbaiki situasi perfilman, termasuk
juga peraturan pemerintah, bagaimana
kerja badan sensor di Indonesia.
Kini banyak sineas muda lahir yang
kemudian juga terekspos dengan dunia
internasional. Saya selalu percaya bahwa
penting bagi Indonesia untuk berdiri
bersama dunia internasional. Tidak harus
diagung-agungkan Indonesia paling
indah, tapi juga tidak harus lebih rendah
dari yang lainnya, tapi kita bersama,
menjalin hubungan kerjasama yang setara.
Kemudian, yang bagus ya bagus, yang
jelek ya jelek bukan karena Indonesia
kemudian jadi bagus, atau bukan karena
Indonesia ia jadi lebih jelek, tapi setara. Itu
hal penting yang kita perlu sadari.
30 Vol. 105 | Nov - Des 2018
BAGAIMANA ANDA MELIHAT DUNIA
TELEVISI KITA DENGAN BERBAGAI
SINETRON DAN REALITY SHOW-NYA?
Saya lihat televisi itu adalah media yang
paling dekat dengan masyarakat. Dan
dia pasti melengkapi banyak sisi-sisi
kehidupan masyarakat, buktinya adalah
masyarakat tetap membeli TV, tetap
menonton TV artinya dia dibutuhkan. Saya
menganalogikan baca buku itu penting,
tapi kalau yang dibaca hanya satu buku
saja, apalagi yang dibaca hanya satu
halaman saja, atau lebih parah yang
dibaca hanya satu kalimat saja itu jadi
berbahaya. Sama juga dengan media
lainnya termasuk TV ketika yang hanya
ditonton sinetron saja atau bahkan lebih
spesifik yang ditonton hanya satu sinetron
saja yang ditonton, itu akan memberi
dampak merusak.
Televisi adalah televisi. Visi dan misinya
berbeda dengan karya lain, untuk di
bioskop visi dan misinya berbeda lagi,
termasuk film pendek visi dan misinya
berbeda pula. Tentu punya kekuatannya
masing-masing, dan saya tidak
membanding-bandingkan, tapi situasi
yang ideal adalah kemajuan industri
televisi ini sebaiknya juga dibarengi
dengan kemajuan industri di bidang lain
seperti di film juga, film bioskop dan karya
film-film pendek yang lebih berkualitas
lagi. Bahkan tidak hanya itu saja,
pembangunan mesti meluas ke karya-
karya seni lainnya seperti seni rupa dan
desain, harus berbarengan semua. Ketika
industri televisi menguasai tapi tidak
dibarengi oleh kemajuan yang lain atau
kesadaran masyarakat akan hal-hal lain itu
yang membuat prihatin.
DARI MANA PENDANAAN FESTIVAL
INI?
Pendanaannya yang terbesar adalah tidak
dalam bentuk uang, tapi dalam bentuk
pengabdian, tenaga, waktu dan perhatian.
Itu sumbangan terbesar yang membuat
festival ini bisa berjalan. Tentu pendanaan
ada, tahun ini kami dibantu Badan
Ekonomi Kreatif (BEKrAF) dan beberapa
sumbangan dari kantong pribadi dan dari
para donatur yang tidak mau disebutkan
namanya. Tapi kembali lagi, sumbangan
uang untuk skala festival yang sebesar ini
sangat kecil sebetulnya jumlahnya. Yang
terbesar justru dari teman-teman yang
bekerja dengan bayaran yang sangat
rendah, istilahnya hanya mendapat uang
makan dan bensin saja. Volunteer juga
datang dari seluruh indonesia, filmmaker
juga membantu, semua film di-submit
bahkan mereka membantu sedikit uang.
Akhirnya semua ini merupakan kerja
kolektif.
APAKAH INDUSTRI PERFILMAN
INDEPENDEN BISA PROFIT
DAN MENJADI PROFESI HIDUP
SEBAGAIMANA DI NEGARA MAJU?
Ngomong independen, sebetulnya saya
selalu merasa bahwa tidak signifikan
lagi untuk berbicara independen karena
akhirnya semua independen sekarang.
Pada era sebelumnya misalnya era 1970-
an, 1980-an dan 1990-an ada beberapa
badan-badan yang besar dan kuat
sehingga yang di luar itu kita bisa sebut
independen. Ada badan utama yang
berkuasa, misalnya suatu perusahaan
yang besar dan di sampingnya ada
perusahaan-perusahaan kecil dan itu kita
sebut di luar jalur utama. Tetapi sekarang
semua teknologi sudah memungkinkan
untuk semua orang untuk independen.
Bahkan perusahan-perusahaan yang dulu
besar kini merangkul perusahaan kecil
untuk bekerja sama. Jadi tidak signifikan
lagi bicara mana independen dan mana
yang tidak independen, yang mana
mainstream dan yang mana independen.
Jadi tidak signifikan lagi karena batasan-
batasan itu kini sudah kabur.
Soal profit, rasanya itu juga susah, istilah
profit itu agak susah didefinisikan. Film
pendek lebih ke arah karya seni daripada
karya industri yang mana karya indsutri
dari awal dirancang untuk mendapatkan
profit. Kalau film pendek di seluruh
dunia bermainnya di festival-festival film.
Istilah profit ini agak susah, sama seperti
menanyakan profit kepada pelukis atau
penulis buku, saya kira bentuknya bukan
profit tapi benefit bagi seniman. Jadi
benefit bagi pembuat film pendek salah
satunya adalah pengakuan, misalnya
ketika memenangkan festival film
bergengsi itu sangat membanggakan bagi
pembuat film pendek dan tidak ternilai
harganya.
BAGAIMANA DENGAN MASA DEPAN
FILM PENDEK MENURUT ANDA?
masa depannya cerah. Teknologi
memungkinkan sekarang film pendek
bergerak lebih luas. Ada platform online
dan segala macam, kita ngomong sepuluh
tahun lalu belum ada seperti ini semua.
Saya pikir film pendek ke depannya akan
berbicara jauh lebih banyak daripada
film di bioskop, dilihat dari kemungkinan
penyebaran dan isu yang diangkat. Kalau
SPECIAL FEATURE INTERVIEW
31Vol. 105 | Nov - Des 2018
SPECIAL FEATURE
film panjang di bioskop kan sebuah
industri, artinya dia mikirin bagaimana
agar bisa laku jika tidak kan nombok.
Dia tidak sebebas film pendek untuk
mengeksplor ide dan lain-lain. Film
pendek durasinya pendek, biayanya relatif
lebih murah. Saya bilang relatif karena
ada juga film pendek yang biayanya
lebih mahal daripada film panjang dan
relatif lebih personal karena filmnya lebih
pendek dan relatif timnya lebih kecil dan
eksplorasi tema jauh lebih personal.
Tema-tema yang diangkat yang tak bisa
disentuh film panjang film pendek bisa
mampu menyentuhnya.
BISAKAH SINEAS FILM PENDEK HIDUP
DARI KARYANYA?
Seperti yang saya bilang sebelumnya,
film pendek lebih merupakan karya seni
daripada karya industri dan pembuatnya
bisa disebut sebagai seorang seniman.
Seniman tentu bisa hidup dari karyanya
dengan catatan tidak hanya dilihat
dari segi materi atau profit tapi lebih
ke benefit. Di saat seorang seniman
mendapat pengakuan dari masyarakat
dan lingkungan sekitarnya di situ ia akan
merasa hidup.
APA HARAPAN ANDA UNTUK DUNIA
PERFILMAN KITA?
Semoga semakin terbuka, berani dan
mengambil tema-tema yang lebih luas
lagi. Dan, semakin beragam. Itu penting.
APA FILM PENDEK FAVORIT ANDA,
DAN MENGAPA?
Saya sebenarnya tidak etis untuk
menyatakan film favorit karena saya
direktur festival film. Tapi berkaca pada
festival sebelumnya, saya sangat suka
film “moriom” produksi Swiss tapi
pembuatannya di India. Film itu berkisah
tentang salah satu korban traficking dan
pemerkosaan di India. Ini merupakan
film dokumenter dan yang menarik,
pembuat film ini sangat kreatif, dia sangat
menghormati korban.
Teknologi memungkinkan sekarang film pendek bergerak lebih luas. Ada platform online dan segala macam, kita ngomong
sepuluh tahun lalu belum ada seperti ini semua. Saya pikir film pendek ke depannya akan berbicara jauh lebih banyak daripada
film di bioskop, dilihat dari kemungkinan penyebaran dan isu yang diangkat.”
“
32 Vol. 105 | Nov - Des 2018
Penyuka dunia teater dan pecinta
alam, inilah representasi dari
Putri Ayudya, yang kemarin
namanya ramai dibicarakan
karena perannya yang sukses dalam
film Kafir. Artis muda kelahiran 1988
ini memulai karirnya sebagai presenter
program Jejak Petualang, dan tidak
tanggung-tanggung, dalam acara ini,
ia mendaki 2 puncak di Himalaya,
Kallaphatar (Black Stone) dan Imja Tse
(Island Peak). Sementara di Indonesia,
Gunung rinjani yang menjadi pengalaman
pendakiannya. Kisahnya ini kemudian ia
tuliskan dalam artikel yang diterbitkan
beberapa majalah nasional.
Finalis Wajah Femina 2008 ini sudah
menyukai teater sejak Smu, dan ketika
kuliah Fakultas Psikologi universitas
Indonesia, ia mendirikan Teko (Teater
Psikologi) bersama kawan-kawannya. Ia
lulus tahun 2010, dan setahun berikutnya,
terpilih sebagai Putri Intelegensia
Indonesia 2011. Ia kemudian melanjutkan
pendidikan master di bidang bisnis dan
melanjutkan kembali karir seni perannya
ke layar kaca. Kepada reporter money&I
Angga Wijaya, Putri menceritakan soal
pengalamannya dalam kesibukan barunya
saat ini.
JADI SUDAH MENCINTAI DUNIA
TEATER SEJAK LAMA?
Iya, perjalanan karir saya awalnya dari
anak teater, saya suka teater itu sejak
PUTRI AYUDYA
‘JEJAK PETUALANG’ DARI DUNIA TEATER KE LAYAR KACA
SPECIAL FEATURE INTERVIEW
33Vol. 105 | Nov - Des 2018
..perjalanan karir saya awalnya
dari anak teater, saya suka
teater itu sejak SMP, kemudian
menekuninya di bangku SMA pada
tahun 2002-2003. Kemudian
ada kejadian kayak dapat durian
runtuh, karena pas lagi jalan-
jalan, saya didatangi oleh pencari
bakat dan ditawari main film. Dari
situ kemudian mulai main film,
termasuk salah satunya “Guru
Bangsa: Tjokroaminoto”
- Putri Ayudya
“
SmP, kemudian menekuninya di bangku
SmA pada tahun 2002-2003. Kemudian
ada kejadian kayak dapat durian runtuh,
karena pas lagi jalan-jalan, saya didatangi
oleh pencari bakat dan ditawari main
film. Dari situ kemudian mulai main film,
termasuk salah satunya “Guru Bangsa:
Tjokroaminoto”. Sekarang, hampir setiap
tahun ada saja film yang saya perankan.
APA AKTIVITAS SAAT INI?
Dalam waktu dekat ini ada promo film.
Kalau belum jalan promonya, saya lagi
mengerjakan satu film, baru saja saya
selesai syuting dan saya mencoba
menjadi co-producer di film ini.
34 Vol. 105 | Nov - Des 2018
WAH MULAI JADI CO PRODUCER NIH,
FILM APA?
Ini saya belum boleh bilang judulnya
secara resmi. Film ini tentang perjalanan
spiritual kita. Very intimate, seputar
keluarga, pasangan dan interaksi sosial.
Setting-nya waktu mudik jelang lebaran.
Ini jadi co-producer karena diajakin. Dan
aku sudah pernah sebelumnya di teater
dan film pendek. Saya mau belajar dan
punya waktu hingga akhir tahun ini. So
why not?
APAKAH KEDEPANNYA AKAN
MENGAMBIL PERAN DARI BALIK
LAYAR?
Sangat bisa. Saya ternyata menikmati juga
berproses di balik layar.
APA TANTANGAN TERBESAR DALAM
INDUSTRI FILM BAGI ANDA SEBAGAI
SENIMAN?
Tawar-tawaran itu yang paling susah,
ngomongin honor ha..ha... tapi sekarang
saya ada manajer yang ngurusin itu.
Kedua, buat saya teater adalah proses
yang panjang, sementara film lebih
singkat, ada action dan cut yang kita
terputus di antara emosi, buat saya itu
butuh penyesuaian lebih.
BAGAIMANA ANDA MELIHAT DUNIA
PERFILMAN INDONESIA SAAT INI?
Saat ini sudah mulai terbuka, saat ini
semakin banyak penggerak dan pembuat
film yang lebih jujur untuk bercerita lewat
film, mereka juga membuka kerjasama
dengan banyak negara. Jadi industri film
kita sangat berpotensi untuk maju ke
depannya.
SPECIAL FEATURE INTERVIEW
35Vol. 105 | Nov - Des 2018
Semua film punya tantangan tersendiri, setiap karya punya
tantangan tersendiri. Saya tidak bisa membandingkan satu karya
dengan karya lain. Bahkan dalam satu karya saja, dalam film, kan
scene-nya banyak banget, setiap scene punya keunikan dan titik
berat sendiri.”
- Putri Ayudya
“meskipun ada beberapa catatan. Salah
satunya adalah peran Lembaga Sensor
Film (LSF) yang semakin bijaksana
dengan menetapkan sistem kategorisasi
dibandingkan dengan pembatasan
ketat tanpa benar-benar memperhatikan
konteks adegan.
BAGAIMANA ANDA MELIHAT DUNIA
TELEVISI KITA DENGAN BERBAGAI
SINETRON DAN REALITY SHOWNYA?
menurutku semua karya yang sudah
masuk ke publik, ya jadi milik publik.
Karena film dan televisi, juga punya
karakter masing-masing dan tak bisa
dipungkiri, yang masuk ke televisi punya
tingkat popularitas lebih tinggi. makanya
ada yang bilang, kalau kamu mau terkenal,
carilah televisi, karena orang akan lebih
familiar, setiap hari ngelihat. Sementara
film, kadang-kadang masih terbatas,
yang mau datang ke bioskop dan nonton.
Aku sih berharap banget penonton mau
datang ke bioskop dan nonton, sekalipun
mungkin nonton yang bajakan.
Kalau sinetron, itu ada yang bagus lho.
Kalau reality show aku nggak begitu
nonton jadi nggak bisa komen. Tapi aku
melihat TV series sekarang banyak yang
kece dan keren menurutku.
APA KARYA TERBAIK SELAMA INI
YANG PERNAH DIBUAT?
Yang saat ini sedang diproses, rasanya
akan terus begitu, setiap saya proses
sesuatu yang baru, akan jadi yang terbaik.
Saya sih berharap begitu.
MANA PROSES BERKARYA YANG
SELAMA INI ANDA KESULITAN
MENGERJAKANNYA?
Semua film punya tantangan tersendiri,
setiap karya punya tantangan tersendiri.
Saya tidak bisa membandingkan satu
karya dengan karya lain. Bahkan dalam
satu karya saja, dalam film, kan scene-
nya banyak banget, setiap scene
punya keunikan dan titik berat sendiri.
Jadi saya tidak bisa kasih garis bawah
secara khusus. Film saya sekarang ini,
“Boundless Love”, yang diputar perdana
di Balinale Film Festival hari ini, itu
tantangannya cukup besar, karena saya
mesti belajar bahasa mandarin. Film ini
produksi Tiongkok tentang kisah cinta
beda bangsa dan budaya.
MANA HASIL KERJA DI FILM YANG
PALING MEMBUAT ANDA MERASA
PUAS?
Kayaknya belum ada yang puas banget
ya, karena film itu kan kerja kolektif, nggak
bisa seleraku saja yang masuk ke sana.
Jadi selama ini nggak ada yang puas
banget, belum ada tapi semoga setiap
kali bikin karya, aku cukup memberikan
perjuangan untuk hasil terbaik.
Karena gimanapun, kita harus
mengembangkan, kupikir ketika kita
melihat lagi karya-karya yang lama, aku
36 Vol. 105 | Nov - Des 2018
37Vol. 105 | Nov - Des 2018
bisa menemukan bahwa ada hal-hal yang
saat ini belum tercapai atau malah sempat
terlupakan, jadi pasti ada titik kepuasan
sendiri-sendiri. Nggak ada satu karya utuh
yang paling puas yang mana, kayaknya
belum ada deh sejauh ini.
BAGAIMANA ANDA MELIHAT FILM
SEBAGAI MEDIASI PERBAIKAN
PENDIDIKAN KITA?
Aku sangat bersyukur pada media-media
yang kemudian bisa mengekspos, betapa
film Indonesia itu kaya, dan katanya,
negara dengan karya yang beraneka-
ragam seperti yang ada di Indonesia,
ini berarti masalahnya itu banyak.
Salah satunya menurut aku ya memang
pendidikan. Nah, ketika pendidikan
di Indonesia yang semakin disorot di
media, kupikir ini salah satu pintu bagi
semua orang untuk berkontribusi pada
pendidikan. Pendidikan di Indonesia
masih belum merata. Itu garis bawahnya.
Dan saat ini sudah ada fasilitas pendidikan
online, bimbel-bimbel online yang juga
berusaha untuk meraih sampai ke pelosok
Indonesia.
APAKAH JARINGAN INTERNET SUDAH
MENJANGKAU SEJAUH ITU?
Ya, kayaknya kita mesti nunggu sampai
tahun 2022, pemerintah rencananya mau
meratakan jaringan internet dari Sabang
sampai merauke. Kalau itu sudah terjadi,
harapan aku sih nggak gegar budaya
juga yang ada di daerah dan beneran
siap menyambut pemerataan jaringan
di Indonesia. Pemerataan jaringan ini
bisa menambahkan akses untuk semua
pendidikan. Setidaknya sebagian
besarlah. Yang saat ini bisa diharapkan
menurutku adalah peningkatan setiap
bulannya, setiap tahunnya, setiap dekade
harapannya kita selalu ada perbaikan.
Pendidikan di Indonesia bentuk aksesnya
sudah banyak, tapi channel-nya memang
kita pastikan agar bisa kemana-mana, dan
sekarang makin banyak orang yang mau
berkontribusi dalam bidang pendidikan
dan itu penting menurutku.
SIAPA AKTOR ATAU AKTRIS YANG
ANDA SENANG UNTUK DIAJAK
BEKERJASAMA?
Ade Firman Hakim dan maryam Supraba.
Kami memulai dari seni pertunjukkan
teater dan terus berjuang. mereka berdua
seperti abang dan saudara perempuan
saya. mereka jujur, apa adanya, dan bisa
diajak bertukar pikiran dengan objektif
yet comfort my feelings. Terus ada reza
rahardian yang selalu mendukung
saya. Film pertama saya dengan beliau.
mas reza tidak segan menyampaikan
pendapatnya dengan gamblang akan
karya-karya saya. Ini memang yang saya
butuhkan.
Kemarin juga saya baru bekerja sama
dengan Asmara Abigail dan Ariyo Wahab,
aktor anak Arina Disha dan Abirama
Putra juga sangat uplifting karena mereka
memberikan energi yang besar, sekaligus
menerima peran dengan apa adanya.
Itu aku suka banget sama mereka,
connected.
KARAKTER MANA YANG LEBIH
MUDAH ANDA PERANKAN?
Setiap karakter punya tantangan yang
berbeda, dan karakter yang dikasih ke aku
Alhamdulillah beda-beda, dan aku punya
perjuangan sendiri untuk masuk ke setiap
karakter-karakter tersebut.
APA FILM, BUKU DAN MUSIK FAVORIT
ANDA?
Film favorit saya One Flew Over the
Cuckoo’s Net, Big Fish dan Daun di Atas
Bantal. Kalau buku favorit, aku suka
karya-karya Paulo Coelho. Kalau soal
musik, musik boleh genre apa saja, tapi
aku menikmati jazz dan musik-musik
tradisional. Pada dasarnya aku suka
pada karya yang membawa emosi dan
bercerita, apa pun medianya.
APA HARAPAN YANG BELUM
TERCAPAI?
Punya yayasan seni dan art therapy, yang
harapannya bisa untuk semua umur, tapi
awalnya kita mau masuk ke anak-anak
dulu, setelah itu ke orang dewasa. Saya
tertarik art therapy karena bidang yang
saya tahu adalah seni dan budaya. Pernah
suatu ketika saya dengar soal psikodrama
dan ikut suatu pelatihannya, sebuah grup
terapi yang memanfaatkan psikodrama,
seni, spiritualisme dan psikologi. Dan
karena saya lulusan Psikologi, maka
art therapy adalah salah satu cara
untuk mengawinkan passion saya dan
pendidikan. Jadi kenapa tidak, kalau ada
kesempatannya dan jika saya bisa.
APA HARAPAN ANDA UNTUK DUNIA
PERFILMAN KITA?
Semakin banyak film yang berkualitas.
Semakin banyak kolaborasi yang juga
memperkenalkan budaya Indonesia ke
mancanegara. Dan banyak elaborasi dan
film berkualitas yang gambarnya bagus,
story telling-nya semakin menarik, serta
adanya regenerasi pembuat film atau
pemain film yang bagus.
38 Vol. 105 | Nov - Des 2018
Salah satu bagian penting
untuk sebuah film yang bagus,
adalah skenario yang baik.
Bahkan Joko Anwar secara
serius mengatakan ini sebagai salah satu
cara untuk meningkatkan kualitas film
Indonesia. Namun jumlah penulis skenario
memang tak banyak di Indonesia, apalagi
yang bagus. Itu sebabnya, maju mundur
soal bobot Film Indonesia, salah satunya
ditentukan dari seberapa baik skenario
yang dihasilkan.
Salah satu penulis skenario yang sudah
berhasil melahirkan sejumlah film yang
Karena penonton kita, sudah kehilangan kepercayaan dengan film-film Indonesia, apalagi dengan biaya tiket yang sama dengan film barat. Makanya setiap kita bikin film, kita harus berikan penonton sesuatu yang akan dibawa
pulang setelah menonton film itu.”
“kece dengan sederet prestasi, adalah
Jenny Jusuf. Naskah debutannya
diganjar penghargaan dalam Film Festival
Indonesia 2015 sebagai penulis skenario
adaptasi terbaik lewat film Filosofi Kopi.
Bukan cuma satu, ia juga meraih Piala
maya 2015 dan penghargaan sebagai
Penulis Naskah Film Terbaik dalam
Bandung Film Festival 2015. Kepada kami,
ia beropini soal dunia Film Indonesia.
BAGAIMANA ANDA MELIHAT
PERFILMAN INDONESIA SAAT INI?
Kondisi perfilman Indonesia seperti apa
ya…, buat saya perfilman Indonesia
akan bagus perkembangannya kalau kita
tahu bagaimana bikin film Indonesia itu
sustainable. Beberapa minggu lalu saya
mulai dengar film Indonesia horor yang
ada esek-eseknya muncul lagi. Buat
saya itu tidak apa-apa, semua orang bisa
berkarya dan semua orang boleh menjual
filmnya. Tapi ini menunjukkan bahwa kita
masih tergantung sama investor, dan
masih belum dapat dukungan pendanaan
dari pemerintah seperti halnya Thailand,
Korea atau India. Jadi emang apa yang
dibuat lebih mempertimbangkan berapa
hasil yang bisa diperoleh dari situ.
SPECIAL FEATURE INTERVIEW
WAWANCARA JENNY JUSUFPENULIS SKENARIO FILOSOFI KOPI & CRITICAL ELEVEN
mENAkAR kUALITAS FILm INDoNESIA
39Vol. 105 | Nov - Des 2018
“Padahal sebenarnya, peluang Film Indonesia itu besar, dan sudah banyak
juga orang yang suka
nonton film Indonesia yang bagus-bagus saja, mereka
selektif dan memilih
film-film yang memang berkualitas.”
Yang kedua, ketika bicara kualitas film,
maka kita harus mempertimbangkan,
kalau investor asing melihat ternyata film-
fim yang laku di Indonesia semacam itu,
horor dengan bumbu esek-esek, tentu
akan mempersulit film maker lain untuk
mengerjakan sebuah film yang “baik dan
benar”.
Padahal sebenarnya, peluang Film
Indonesia itu besar, dan sudah banyak
juga orang yang suka nonton film
Indonesia yang bagus-bagus saja,
mereka selektif dan memilih film-film yang
memang berkualitas.
BERDASARKAN DATA, JUMLAH
PENONTON TERBANYAK DI
INDONESIA, ITU MASIH YANG PALING
SEPI DI KOREA, PADAHAL JUMLAH
PENDUDUK KITA JAUH LEBIH
BANYAK, KENAPA BISA BEGITU?
Karena penonton sudah kehilangan
kepercayaan dengan film-film Indonesia,
apalagi dengan biaya sama dengan
nonton film barat. makanya setiap
bikin film, kita harus berikan penonton
sesuatu yang akan dibawa pulang setelah
menonton film itu.
masalahnya di film Indonesia tuh begini,
saya pernah mendapat tawaran remake
film tahun 70an, hanya diberi waktu
sebulan untuk menulis sinopsis sampai
final draft. Saya bilang tidak bisa, minimal
saya butuh waktu 1 bulan untuk sinopsis,
1-2 bulan untuk pendalaman, kira-kira 2
minggu sampai 1 bulan untuk first draft
lalu 4 hari untuk revisi-revisi. Itu sudah
yang paling padat.
BERARTI IDEALNYA, MENULIS 1 ATAU
2 PROYEK SAJA DALAM 1 TAHUN?
Kalau saya untuk skenario film pas tahun
2016 pernah ambil 3 judul. Tapi nggak
kelar. mungkin idealnya ambil 2 film
dan 1 series atau 1 film dan 1 series,
sehingga hasilnya maksimal. makanya
kalau soal begini, dari banyak film maker,
saya cukup salut salah satunya dengan
Ernest Prakasa, dia tipe orang yang mau
mendengar saran.
ADA PROYEK DENGAN ERNEST?
Saya konsultan skenarionya untuk film
Cek Toko Sebelah dan Susah Sinyal. Dia
orangnya sangat mau dengar, dan sangat
sadar dengan kondisi perfilman Indonesia.
malah sempet waktu kapan itu, dia minta
maaf di sosial media, melalui Twitter,
tentang filmnya yang dulu mengandung
joke seksi atau perempuan dengan
tampak belahan dada, dan buat saya,
apa yang dia lakukan itu adalah kualitas
terbesar dari seorang film maker.
JADI NULIS SKENARIO JUGA UNTUK
KOMEDI?
Kalau komedi saya tidak familiar dengan
gaya komedi orang Indonesia, sementara
kalau genre lain seperti horor, saya gak
hobi nakut-nakutin orang. mending kasih
aja ke yang Ernest dan lain-lain, saya jadi
konsultannya saja.
40 Vol. 105 | Nov - Des 2018
YuswohadyPraktisi Pemasaran dan ex. Sekjen
Indonesia Marketing Association
www.yuswohady.com
“..millennial voters adalah
juga emotional voters.
Artinya, pilihan mereka
banyak pula dipengaruhi
oleh faktor-faktor
emosional seperti
kefiguran, kesamaan
identitas dan latar
belakang, atau personal
branding si kandidat
yang mereka nilai lebih
millennial-friendly
INSIGHT
mILLENNIAL voTERS 2019
Millennial voters bakal menjadi titik pertaruhan di pemilu 2019. mereka
menjadi faktor penentu kemenangan dalam persaingan partai atau
kandidat di tahun sulit 2019.
minggu lalu saya diundang oleh Polemik TrijayaFm membahas tema
menarik “Berebut Pemilih milenial” dalam pemilu 2019. Di situ banyak hadir para tokoh
partai mulai dari Golkar, PKS, PAN, juga peneliti dari LSI.
Dalam diskusi tersebut saya katakan bahwa pemilih milenial bakal menjadi ajang
pertarungan menentukan dan menjadi pertaruhan kemenangan partai atau kandidat di
Pemilu 2019. Kenapa? Ya, karena sebagian besar pemilih pemilu 2019 adalah milenial.
Dari total pemilih 195 juta pemilih, sekitar 85 juta di antaranya adalah pemilih milenial
atau lebih dari 40 persen.
Ilustrasi : shutterstock.com
41Vol. 105 | Nov - Des 2018
INSIGHT
“Dalam psikologi dikenal istilah “emotional hijacking”. Artinya, sentuhan emosional bisa “menyandera” pikiran
serasional apapun. Jadi, dalam Pemilu 2019 nanti di hari-hari menjelang pencoblosan sentuhan-sentuhan emosional
kepada kaum milenial bisa jadi justru menjadi senjata
pamungkas untuk memenangkan persaingan”
Karena itu kejelian partai atau kandidat
dalam menangkap isu-isu millennial voters
dan bagaimana mereka merumuskan
program dan mengelola isu terkait isu-
isu yang “milenial banget” tersebut akan
menentukan menang-tidaknya mereka di
Pemilu 2019.
Singkatnya partai atau kandidat harus
melontarkan isu atau program yang:
“millennial-friendly”
Dua Segmen Milenial
Saya membagi ada dua segmen besar
millennial voters di pemilu 2019 yaitu early
millennials (usia 18-25 tahun) dan late
millennials (26-40 tahun).
Di usia 18-25 tahun, early millennial saya
sebut sebagai “generasi hepi-hepi” karena
leisure amat penting bagi mereka. Tapi
di balik hedonisme itu milenial adalah
juga generasi kreatif, entrepreneurial, dan
paling terkoneksi (socially-connected).
Sebagian besar mereka masih ada di
SmA atau kuliah sehingga beban hidup
dan persoalan hidup belum menghimpit
mereka.
Sementara late millennial umumnya first
jobber yang mulai merintis karir, mulai
berumah tangga dan punya anak, dan
mulai merasakan beratnya beban ekonomi
yang berat. Dalam siklus hidup di rentang
usia inilah perjuangan hidup dirasakan
paling berat.
Pesan saya, dua segmen ini memiliki
karakteristik, perilaku, dan preferensi yang
sama sekali berbeda sehingga butuh
perlakuan berbeda untuk menarik simpati
mereka. Partai atau kandidat harus jeli
melihat ini.
2019 Tahun Sulit
Saat ini beberapa pakar ekonomi global
sudah memberikan prediksinya bahwa
krisis ekonomi global bakal berulang
di tahun 2019 atau 2020. memang
perkembangan ekonomi dunia mengikuti
sebuah siklus booming-crisis sebagai
bagian dari business cycle perekonomian
dunia.
Setelah sebelumnya krisis Asia terjadi
tahun 1998, kemudian krisis finansial 2008
(subprime mortgage), maka para pakar
meramalkan krisis berikutnya akan terjadi
tahun depan.
Diramalkan krisis ini terutama melanda
negara-negara maju baru (emerging
economies) seperti Turki, malaysia,
Thailand, meksiko, Argentina, Brasil,
42 Vol. 105 | Nov - Des 2018
INSIGHT
termasuk Indonesia. Sinyalnya sudah kita
dapat beberapa minggu terakhir saat mata
uang negara-negara tersebut rontok. Di
Indonesia rupiah mulai melintasi ambang
batas 15 ribu per dolar.
Lalu apa implikasinya bagi pemilu 2019?
Isu ekonomi menjadi sangat krusial bagi
milenial, apalagi kalangan late millennials
yang akan menerima beban paling
signifikan dari krisis ekonomi. Kalau
partai atau kandidat bisa mengemas isu
ekonomi dalam kampanye mereka, maka
ini akan menjadi senjata ampuh untuk
memenangkan persaingan.
Tidak Loyal
milenial adalah pemilih yang galau (baca:
ikut-ikutan) dan cenderung tidak loyal
kepada partai atau kandidat tertentu.
Berbagai hasil survei menunjukkan
bahwa milenial cenderung apolitis, tak
mau tahu tetek-bengek urusan politik
karena dalam persepsi mereka politik
itu kotor dan dipenuhi berbagai intrik
dan pat-gulipat. mereka memilih partai
atau kandidat secara pragmatis karena
pertimbangan konten atau substansi dari
program yang ditawarkan. Sejauh program
yang ditawarkan partai atau kandidat
menguntungkan dan mengakomodasi
kepentingan mereka, maka mereka akan
memilihnya. Karena itu Pemilu 2019 bakal
betul-betul menjadi “perang isu” dan
“perang program” di antara partai atau
kandidat.
Emotional Voters
Walaupun millennial voters peduli pada
subtansi program yang ditawarkan partai
atau kandidat, namun jangan lupa bahwa
millennial voters adalah juga emotional
voters. Artinya, pilihan mereka banyak
pula dipengaruhi oleh faktor-faktor
emosional seperti kefiguran, kesamaan
identitas dan latar belakang, atau personal
branding si kandidat yang mereka nilai
lebih millennial-friendly.
Ilustrasi : VectorStock.com
“Walaupun millennial voters peduli pada subtansi program
yang ditawarkan partai atau
kandidat, namun jangan
lupa bahwa millennial voters adalah juga emotional voters.
Artinya, pilihan mereka banyak pula dipengaruhi
oleh faktor-faktor emosional seperti kefiguran, kesamaan identitas dan latar belakang,
atau personal branding si
kandidat yang mereka nilai
lebih millennial-friendly
Karena itu jangan remehkan aksi Jokowi
naik moge di gelaran Asian Games
beberapa waktu lalu. Banyak kalangan
yang mencibir aksi itu sebagai lebay
dan alay. Kenyataannya, aksi itu punya
emotional impact yang sangat powerful
dan bisa meluluhkan hati milenial.
Dalam psikologi dikenal istilah “emotional
hijacking”. Artinya, sentuhan emosional
bisa “menyandera” pikiran serasional
apapun. Jadi, dalam Pemilu 2019 nanti
di hari-hari menjelang pencoblosan
sentuhan-sentuhan emosional kepada
kaum milenial bisa jadi justru menjadi
senjata pamungkas untuk memenangkan
persaingan.
43Vol. 105 | Nov - Des 2018
44 Vol. 105 | Nov - Des 2018
BOOK REVIEW
oleh Rizal Mantovani
oleh Garin Nugroho dan Dyna Herlina S
Teman-teman ingin tahu proses pembuatan sebuah
film. Yuk, kita lihat di dalam buku ini, proses
pembuatan film Crush yang dibintangi Cherrybelle.
Selain itu, kita juga bisa mengetahui profesi dan
orang orang yang terlibat di dalamnya. Lihat juga foto-foto
pada saat syuting yang seru dan kostum-kostum Cherrybelle
yang ceria dan penuh warna.
Bikin Film Itu Gampang
Tak banyak buku tentang film
Indonesia yang diterbitkan,
terlebih terkait sejarah film
dengan konteks kesenian
dan perubahan sosial politik yang terjadi
di masanya. Karena itu, buku Krisis
dan Paradoks Film Indonesia mengisi
kekosongan tersebut.
Krisis dan Paradoks
Film Indonesia
dan paradoks. Pengalaman pribadi
penulis saat berbenturan dengan berbagai
konteks di atas turut menjadi penguat
kisah dan analisis dalam buku ini.
“Buku film yang harus dibaca, baik oleh
insan film, pelajar, hingga pengamat
budaya dan politik. Buku sejarah yang
melihat dalam hubungan timbal balik
dengan kondisi sosial politik 1900-2013.”
Christine Hakim (produser dan artis)
“Sejarah film yang ditulis dengan renyah
dalam bingkai sosial politik yang aktual
dan unik, patut dan perlu dibaca.” Ifa
Isfansyah (pengajar dan sutradara Garuda
di Dadaku, Sang Penari, dan Pendekar
Tongkat Emas).
Buku ini membahas film dalam enam
babak. Indonesia berkali-kali menghadapi
globalisasi dalam beragam bentuk: modal
dan administrasi perkebunan (1900),
tiruan produk impor (1970-1985), dan
liberalisasi ekonomi (1985-1998). Di dalam
negeri terjadi beberapa kali perseteruan
politik atau ideologis dalam berbagai
bentuk periode: kemerdekaan (1930-
1950), pembasmian komunisme (1950-
1970), serta kebebasan dan radikalisme
(1998-2013). Globalisasi dan pertentangan
ideologis memengaruhi konstelasi
ekonomi, politik, budaya pop, dan tentu
saja film.
Sejarah selalu berulang, dinamika
perfilman bergerak dalam kutub krisis
45Vol. 105 | Nov - Des 2018
BOOK REVIEW
Memahami Filmoleh Himawan Pratista
oleh Nurul Muslimin
Buku ini mencoba membuka dan menyebarkan rahasia memahami
sebuah film. memahami film berarti tahu dan mengerti unsur-
unsur pembentuk film, yaitu aspek naratif dan aspek sinematik.
Dalam buku ini pembaca akan diajak mengupas unsur-unsur
tersebut melalui pokok bahasan:
1. Jenis dan Ciri Genre
2. Aspek Naratif
• Pola Linier dan Nonlinier, • Struktur Tiga Babak dan Alternatif
3. Aspek Sinematik
• Mise En Scene: Latar, Kostum, Lighting • Sinematografi: Deep Focus,
Kamera Subyektif, Handheld Camera, Long Take dll. • Ending: Efek
Kuleshov, Editing Kontinuiti dan Diskontinuiti, dll. • Suara: Efek suara,
ilustrasi musik, diegetic dan nondiegetic sound, dll.
untuk memudahkan pemahaman pembaca pada setiap bahasan dalam buku
ini dilengkapi dengan contoh film dan ilustrasi gambar. Dalam Bab X secara
khusus mengulas film melalui studi kasus Kill Bill Vol. 1 untuk memberikan
penegasan pada setiap bab yang sudah dibahas sebelumnya.
Bikin Film, Yuk
Transformasi pengetahuan itu tidak harus
dengan mengernyitkan dahi, tapi bisa
dengan santai. Oh ya, bisa sambil ngopi
tentunya. Buku ini adalah hasil belajar
film di lokasi shooting yang dikuatkan dengan
penelusuran referensi yang valid. Ditulis mengalir
begitu saja, penulis menyajikan apa yang pernah
ia alami sebagai ‘penggila’ dunia kreatif. Jauh dari
kesan menggurui, tetapi dapat menjadi stimulus dan
inspirasi bagi pembaca yang berminat di bidang
film.
46 Vol. 105 | Nov - Des 2018
SMART FAMILY
Suzana ChandraManaging Director, Lestari Living
“..retail shop jaman NOW,
cashier sudah tidak
dibutuhkan lagi. Fungsi check
out counters sudah digantikan
oleh mesin. Di catalog online
shop (seperti ARGOS) cashier
merangkap sebagai sales
assistants, dan tugas lainnya
dilakukan oleh komputer. Nah
lho, persaingan kita dengan
para mesin pintar dijaman
NOW, kayaknya sudah
semakin heboh nih.”
RETAIL SHoP JAmAN NoW
Minggu lalu saya menemani
anak yang mau memulai
kehidupan kuliah. Karena
tinggal di apartemen,
dengan dapur bersama, maka ada banyak
barang-barang keperluan dapur seperti
panci, penggorengan, piring sendok
garpu, dkk yang diperlukan. Ditambah
lagi dengan keperluan bedding seperti
selimut, comforter, sprei, bantal, handuk
dkk. Dengan gaya jaman “NOW”, saya
(dalam hal ini anak saya) mencari segala
sesuatu melalui laptop dengan bantuan
‘paman’ Google. Karena kita tidak
memiliki kendaraan, penelusuran selalu
memiliki kriteria, harus dekat dengan
subway (kereta bawah tanah) atau walking
distance (dapat dicapai dengan berjalan
Ilustrasi : marketingland.com
47Vol. 105 | Nov - Des 2018
SMART FAMILY
kaki). Setelah beberapa kali bolak-balik
ke supermarket dan departemen store
dan berjibaku membawa barang-barang
tersebut pulang dengan kereta. Akhirnya
penelusuran di Google, menemukan
sebuah toko yang “sepertinya” memiliki
segalanya, namanya ArGOS.
Yang dimaksudkan dengan segalanya
adalah “segalanya”, mulai dari ranjang,
sofa, dapur, elektronik, bedding dan linen,
keperluan peralatan dapur, lighting dan
bahkan sampai keperluan office atau
stationeries dan perhiasan. Dalam kepala
saya, yang terbayang adalah sebuah
warehouse super duper besar, paling
tidak sebesar IKEA. Tetapi sekilas, kalau
melihat alamat lokasinya, ArGOS selalu
berada di prime location, jalan utama dan
hampir dipastikan selalu “walking distance
dari subway.
Akhirnya kami memilih mengunjungi salah
satu toko ArGOS di city area. Turun dari
subway, sekitar 100 meter sudah terlihat
logo ArGOS. Agak terheran-heran saya,
karena tokonya tidak besar, tampak
depannya saja hanya sekitar 20 meter
lebarnya. Ketika masuk ketoko, lho…, kok
tidak ada satupun barang yang di display
(kecuali sedikit jewellery yang dipajang di
dinding). Yang terlihat adalah deretan meja
dengan komputer dan sebuah katalog
amat sangat tebal (mungkin sekitar 15
cm) disebelah masing-masing komputer.
Disana, terlihat banyak customer tampak
serius dengan mengutak atik komputer
dan sesekali membolak-balik katalog.
Wow…, dengan sedikit bingung tapi pura-
pura tahu, saya mulai mencari komputer
yang kosong dan mulai membuka
komputer tersebut. Ternyata komputer itu
adalah online catalog dari sekitar 20.000
merchandise atau products. Jadi seperti
membuka online shop saja, lengkap
dengan keranjang belanjanya. Bedanya,
ini langsung dilakukan di tokonya dan
pembayaran bisa langsung ke kasir.
Barangnya juga bisa langsung diambil.
Setelah mengerti konsepnya, saya mulai
mencari barang yang masih dibutuhkan,
kemudian melihat variasi produk yang
ditawarkan, sizes, review, ketersediaan,
delivery dan lain sebagainya, hanya
dengan bantuan “jari”. Kalau sudah
menentukan pilihan, tinggal masukkan
kedalam virtual shopping bag, kemudian
lanjut mencari produk yang lain.
masukkan nama, dan kalau sudah beres,
click “done”, kemudian antri ke kasir. Ini
seperti belanja “online”, tetapi secara
fisik ada tokonya. Dan juga ada pilihan
lokasi dimana kita mau mengambil barang
belanjaan atau opsi delivery.
Dari sisi operation, yang terbayang
adalah system logistic dan inventory yang
luar biasa efisien dan canggih, karena
semua update stock, delivery dan pick
up sudah terintegrasi. Kita hanya perlu
“menari” dengan jari kita. Dan disini
tidak ada “keraguan” kalau-kalau barang
atau penjualnya “bodong” seperti selalu
dikhawatirkan kalau kita belanja online.
Dan tanpa capek keliling toko, kita
dapat melakukan seleksi barang dengan
otomatis, bahkan melihat review produk.
memang sih.., kita tidak bisa memegang
dan memeriksa barang yang akan kita
beli, tetapi dari review pelanggan, paling
tidak kita dapat gambaran tentang barang
yang kita mau beli.
Sedangkan bagi retailer sendiri (ArGOS),
dengan melakukan retail dengan online
catalog, ArGOS melakukan penghematan
atas space retail shop yang biasanya
merupakan salah satu factor biaya
yang mahal. Dengan penghematan ini,
ArGOS yang ternyata memiliki 800
retail shop di uK dan Ireland, mampu
membuka “shop’nya di hampir semua
shopping centre di prime location. Karena
walaupun selaku retail shop dengan
48 Vol. 105 | Nov - Des 2018
20.000 merchandise, ArGOS tidak
memerlukan space yang besar, tetapi
dapat memberikan kenyamanan dan
kepercayaan berbelanja pada customers.
Di ArGOS, kita bisa mengisi rumah baru
hanya dalam waktu 1 jam. Tanpa harus
keliling toko. Terbayang, selama 3 hari
pertama, saya dan anak saya Nadia
berjalan kaki rata-rata 12 km dalam sehari,
naik turun tangga dengan kereta bawah
tanah, berjalan dari satu blok ke blok
lain, mencari toko yang dituju kemudian
menenteng barang belanjaan balik ke
akomodasi. Great legs and arms exercises
^_^.
Dengan ArGOS, selama 1 jam, semua
kekurangan yang diperlukan, diselesaikan
dengan tarian “jari” di komputer. What a
brilliant idea.
ArGOS ternyata merupakan retailer
terbesar buat “general goods” di uK
dan Ireland dengan 800 retailer shops.
Dengan 340 juta kunjungan ke website per
tahunnya. ArGOS (dimulai ditahun 1973)
adalah British Catalog retailer terbesar.
Saya pribadi mengatakan ini merupakan
terobosan baru yang merupakan
‘improvement catalogue shop”, yang
lumayan marak di negara-negara maju di
tahun 1980an. Nyaman buat pelanggan,
nyaman buat pelaku bisnis dan relative
lebih ekonomis karena penghematan
“biaya toko retail” yang bisa dinikmati oleh
pelanggan juga. Kesimpulannya, gaya
online catalog shop ini menjadi business
retail yang cantik. mungkin bisa dijadikan
salah satu inspirasi kita dalam melakukan
bisnis.
Di retail shop lainnya, seperti supermarket
dan berbagai convenience stores,
juga dilakukan berbagai inovasi untuk
mempercepat proses check out. rata-
rata, sudah tidak banyak lagi counters
yang ditunggu oleh cashier. Kebanyakan
sudah automatic check out counters,
SMART FAMILY
dimana pelanggan melakukan scan
sendiri barcode dari barang yang dibeli,
memasukkan ke kantung belanjaan
(sudah tidak disediakan gratis, jadi harus
bawa kantung belanja sendiri), men
“swipe” credit card atau debit card atau
cash. rata-rata dari sekitar 10 check out
machines, hanya dibutuhkan 1 orang
pekerja yang mensupervisi proses ini.
Jadi, di retail shop jaman NOW, cashier
sudah tidak dibutuhkan lagi. Fungsi
check out counters sudah digantikan oleh
mesin. Di catalog online shop (seperti
ArGOS) cashier merangkap sebagai sales
assistants, dan tugas lainnya dilakukan
oleh komputer. Nah lho, persaingan kita
dengan para mesin pintar dijaman NOW,
kayaknya sudah semakin heboh nih.
mungkin sebentar lagi, fenomena ini akan
sampai ke Indonesia. Hmm.., apa tenaga
kerja kita siap ya?
Ilustrasi : www.retailgazette.co.uk
49Vol. 105 | Nov - Des 2018
50 Vol. 105 | Nov - Des 2018
“
Pribadi BudionoDirektur Utama BPR Lestari
LEADERSHIP
Jika kita melakukan sedikit
saja hal besar yang sangat
berharga, yang sangat
sulit untuk memulainya,
dalam waktu singkat
kita akan melakukannya
dengan mudah.”
BEDANYA BAGAIkAN BUmI DAN LANGIT
Tidak ada satu orang pun
di dunia yang tidak punya
keinginan, mimpi. mereka
semua memiliki, tidak hanya
satu tapi banyak hal yang diinginkan.
Ketika sekolah kita ingin jadi bintang
kelas. Ketika dagang atau bisnis, inginnya
laku dan untung. Ketika terjun di politik,
inginnya terpilih jadi anggota legislatif,
ingin jadi manajer, ingin jadi kepala bagian,
ingin jadi kepala cabang. Ini berlaku di
semua lini kehidupan, tanpa kecuali. Tapi,
yang menjadi atau berhasil, jumlahnya
tidak banyak. Hanya sedikit, tidak lebih
dari 2 persen. Sedangkan sebagian
besar orang bisa dikatakan hidup, karir,
bisnisnya, hanya biasa-biasa, tidak
menonjol.
Apa yang membuat mereka berhasil,
yang membedakan mereka dengan yang
lainnya? Adalah aktivitas, tindakannya.
Sebagian besar orang mengerjakan
semua hal sendiri. Dari hal yang remeh-
temeh, kecil-kecil sampai yang berat.
Pekerjaannya tidak didelegasikan sama
orang lain. mereka tidak percaya sama
orang, tidak mau kehilangan, tidak mau
berbagi. memaksa semua aktivitas
dilakukan sendiri. Yang terjadi adalah
bisnis tidak bergerak, hanya jalan di
tempat.
Beda dengan orang sukses. mereka
mempunyai kebiasaan mengerjakan hal-
hal yang tidak suka dikerjakan oleh orang
Ilustrasi : Freepik.com
51Vol. 105 | Nov - Des 2018
LEADERSHIP
“Hal yang sangat sulit
dilakukan, perlahan menjadi
semakin mudah ketika kita
berulang kali melakukannya.
Anda akan ketemu titik
dimana Anda telah
membangun kebiasaan.
Titik tersebut adalah ketika
Anda justru lebih mudah
melakukannya dibanding
tidak melakukannya.”
gagal. mereka pun juga belum tentu suka
mengerjakannya. Namun, ketidaksukaan
mereka dikalahkan oleh kekuatan tujuan
yang dimiliki. Kekuatan ini memaksa
mereka untuk melakukan tindakan.
mereka tahu, bahwa pekerjaan tidak bisa
dilakukan sendiri. Waktu yang dimiliki
sangat terbatas, hanya 24 jam sehari.
Apa yang mereka lakukan? Yang mereka
lakukan adalah meluangkan waktu untuk
hal-hal penting bagi mereka. untuk
sebagian kecil hal penting tempat mereka
mencurahkan keunggulan mereka. Bukan
untuk hal-hal remeh-temeh yang diurusi
sepanjang waktu oleh rekan-rekan mereka
yang bekerja keras. Orang yang bekerja
keras seringkali terlalu sibuk untuk melihat
hal-hal yang sangat penting. mereka
bisa memilih mana pekerjaan yang harus
dilakukan, mana yang harus ditinggal.
Tidak bisa semua dilakukan. mereka
melakukan sedikit hal, tapi memberikan
hasil yang paling besar.
untuk melakukan itu, Anda harus bisa
mendefinisikan dan memisah aktivitas
yang mendesak dan penting. mendesak
berarti memerlukan perhatian segera.
Sekarang. Hal-hal yang mendesak
bertindak terhadap kita. mengangkat
jemuran ketika turun hujan bersifat
mendesak. Telepon yang berdering
bersifat mendesak. Kebanyakan orang
tidak tahan membiarkan telepon berdering
begitu saja. Walaupun kita sedang
meeting yang membahas hal penting,
ketika telepon berdering. Anda seperti
terganggu dan berusaha menjawab
telepon. Padahal telepon salah sambung.
Sesuatu yang tidak penting mengganggu
hal yang penting. Ini sering terjadi.
masalah yang mendesak biasanya
tampak jelas. Ini seringkali mendesak
kita, menuntut tindakan segera. Biasanya
ada tepat di depan hidung kita. Sering
menarik, mudah, dan menyenangkan
untuk dikerjakan. Namun, begitu sering
masalah mendesak ini sebenarnya tidak
penting.
Sebaliknya, masalah yang penting ada
hubungannya dengan hasil. Olahraga
penting bagi kesehatan. membaca
penting bagi pengembangan diri.
membuat visi penting bagi kemajuan
perusahaan. Komunikasi penting untuk
menjaga hubungan. Tidak banyak orang
melakukan hal yang penting. Karena tidak
begitu terlihat. Hasilnya belum ada, masih
jauh di depan. Hanya orang yang bisa
melihat ke depan saja yang melakukan
hal penting. Jika sesuatu adalah penting,
maka sesuatu itu menunjang misi Anda,
tujuan Anda, sasaran prioritas tertinggi
Anda. Ketika kita bisa memisahkan hal
penting dengan tidak penting. Dan kita
hanya melakukan hal penting yang akan
berdampak langsung terhadap hasil.
Seperti menerapkan prinsip lebih banyak
dengan lebih sedikit. melakukan sedikit
tindakan. Tapi memberikan hasil yang
paling banyak. Kalau kita lakukan, kita
akan menjadi bagian yang 2%. Orang-
orang yang berhasil. melakukan ini tidak
mudah. Bukan berarti tidak bisa.
Hal yang sulit menjadi mudah. Salah
satu elemen untuk menerapkan prinsip
lebih banyak dengan lebih sedikit yang
akan membuat perubahan besar dalam
kehidupan kita adalah kebiasaan. Ya,
kebiasaan. Pada awalnya apapun yang
kita lakukan adalah hal yang sulit. Kalau
nggak pernah olahraga, diajak olahraga
adalah hal yang sulit. Kalau tidak pernah
membaca, diminta untuk membaca adalah
hal yang sangat sulit. Kalau tidak pernah
bangun pagi, diminta untuk bangun pagi
adalah hal yang sangat sulit. Hal yang
sangat sulit dilakukan, perlahan menjadi
semakin mudah ketika kita berulang
kali melakukannya. Anda akan ketemu
titik dimana Anda telah membangun
kebiasaan. Titik tersebut adalah ketika
Anda justru lebih mudah melakukannya
dibanding tidak melakukannya.
Lari sejauh 5 km adalah hal yang sangat
berat untuk pertama kalinya. Namun
jika kita melakukannya setiap hari. Lari
sejauh itu akan menjadi sangat ringan.
Sesungguhnya, tubuh dan pikiran menjadi
terbiasa dengan segala yang kita lakukan.
Hal itu telah menjadi kebiasaan. “Yang
sulit menjadi mudah dan yang mudah
seringkali menciptakan kesulitan.”
Jika kita melakukan sedikit saja hal besar
yang sangat berharga, yang sangat sulit
untuk memulainya, dalam waktu singkat
kita akan melakukannya dengan mudah.
52 Vol. 105 | Nov - Des 2018
INTERMEZZO
1. Salah dalam merekrut
Satu hal yang harus disadari, tidak
semua karyawan merupakan aset penting
perusahaan, namun hanya orang yang
tepat merupakan asset perusahaan, orang
yang didasarkan kepada karakter bukan
skill, itu sebabnya, jika Anda ragu untuk
melakukan penerimaan pada salah satu
calon karyawan, maka sebaiknya ditolak
dan tetaplah mencari yang tepat.
2. Salah memberikan
pembekalan
Kerap kali, ketika kita sudah merekrut
karyawan, tidak banyak arahan yang kita
berikan kepada mereka, beritahu apa yang
kita harapkan dari mereka. Disatu sisi agar
karyawan melakukan hal yang benar dan
perlu dilakukan. Berikan pelatihan dan
pengetahuan. Serta berikan waktu dan
kesempatan untuk menunjukkan performa
mereka.
3. Salah dalam memberikan
motivasi
motivasi sangat penting, terlebih untuk
memacu kembali kinerja mereka yang
menurun, namun salah memberikan
motivasi bisa berujung kinerja yang
kontraproduktif. Itu sebabnya kenali
tipe motivasi yang tepat dan bagaimana
pemberian motivasi yang sesuai dengan
kebutuhan karyawan.
Dulu, persoalan paling klasik
dalam sebuah bisnis adalah
modal, namun kini masalah
yang dirasa paling pelik dalam
sebuah entitas bisnis adalah pengelolaan
tenaga kerja atau karyawan. Bergesernya
orientasi kerja, kompetensi dan kesalahan
motivasi merupakan satu dari sedikit
faktor yang menjadikan seorang karyawan
tidak produktif, bahkan menjadi trouble
maker. Setidaknya, ada tujuh kesalahan
umum yang kerap dilakukan oleh HrD
dan berdampak pada buruknya kinerja
karyawan.
77HRDkESALAHAN
Ilustrasi : Freepik.com
53Vol. 105 | Nov - Des 2018
INTERMEZZO
4. Salah memberikan tugas
dan tanggung jawab
Banyak manager yang fokus pada
kelemahan karyawannya, hal tersebut
terkadang justru menciptakan jarak
dan persepsi yang melemahkan kinerja
karyawan. Itu sebabnya sangat penting
untuk memberikan kesempatan lebih
besar kepada orang yang memiliki potensi
lebih besar dan tidak fokus kepada
kekurangan mereka.
5. Salah dalam menentukan
tolak ukur kinerja
Berikan gambaran serta target yang jelas
kepada karyawan, sesuai dengan tugas
dan tanggung jawab mereka. Target
tersebut menjadi goal mereka, jika perlu
buatlah papan score dan permainan
menarik untuk menstimulasi motivasi
mereka.
6. Salah dalam memberikan
penghargaan (kompensasi)
Tujuan kompensasi untuk mendapatkan
orang yang tepat dan menyimpan mereka,
itu sebabnya sangat penting untuk
mengkorelasikan antara kompensasi
dengan kinerja. Berikan mereka
kompensasi 3x dibanding karyawan
sejenis dengan produktifitas 5x lebih besar
7. Salah dalam memberikan
perhatian
Kesalahan klasik lainnya adalah
memberikan perhatian lebih besar kepada
karyawan yang berpotensi, bukan kepada
karyawan yang bermasalah. Jangan terlalu
memaksa untuk merubah karyawan yang
tidak tepat. Buatlah kesepakatan untuk
mengakhiri kerjasama jika memang hal
tersebut diperlukan.
Fokus kepada kesempatan dan bukan
pada hambatan menjadi awal perbaikan
kinerja karyawan.
www.ccmalta.com
54 Vol. 105 | Nov - Des 2018
COACHING CLINIC
“
Ben AbadiFounder of Ben Abadi Rapid Profit
FRom ZERo To HERo
..dari ZERO menjadi HERO
kita dapat mengambil
banyak hal yang dapat kita
pelajari, seperti semangat
pantang menyerah
dan kerja keras, punya
kemauan untuk maju dan
berkembang, dan berani
untuk mengambil resiko
yang harus di hadapi
nantinya.” Setiap manusia ingin
meraih kesuksesan dalam
kehidupannya, namun tidak
semua dari mereka berhasil
mencapainya. Karena banyak yang
harus diperjuangkan oleh tekad untuk
mendapatkan keberhasilan tersebut.
Hidup itu adalah belajar dan berproses
dari tidak tahu apa-apa (kosong) menjadi
mengetahui, kemudian mengerti, lalu
memahami dan selalu berulang setiap
hari, berganti minggu, kemudian berganti
dengan bulan dan berganti dari tahun ke
tahun sampai akhirnya kita meninggalkan
dunia yang fana ini.
Indonesia memiliki banyak sumber daya
manusia yang unggul. Di dunia usaha,
sejak jaman kerajaan di Nusantara sudah
dikenal banyak pedagang kaya dari
minang, melayu, makassar, dan Jawa.
memulai usaha dari nol tidaklah gampang.
Beberapa orang bahkan keteteran
hingga akhirnya bangkrut saat berusaha
mewujudkan impiannya. usaha untuk
Ilustrasi : Freepik.com
55Vol. 105 | Nov - Des 2018
COACHING CLINIC
dapat menjadi orang sukses dilakukan
dari usaha kecil-menengah (uKm) dengan
optimisme dan semangat pantang
menyerah. Bagi kamu yang ingin memulai
sebuah bisnis, sebaiknya belajarlah dari
tokoh-tokoh pebisnis sukses yang berhasil
membuat bisnisnya sukses.
Keberhasilan mereka tidak datang dari
keberuntungan, bahkan keahlian atau
bakat tetapi satu keteguhan mereka
bekerja sangat keras dan mereka tidak
pernah menyerah!
Banyak Pengusaha yang dulunya ZErO
sekarang menjadi HErO. usaha yang
mereka lakukan hingga sukses seperti ini
tidaklah gampang dan mudah, banyak
kegagalan yang harus mereka hadapi
dalam mencapai semuanya. Contohnya
saja seperti Jack ma pemilik Alibaba,
Jack ma berasal dari keluarga musisi
dan pencerita di Hangzhou, Tiongkok.
Ia pernah hidup pahit di masa revolusi
Kebudayaan dan mengalami berbagai
kegagalan. Lelaki itu bangkit, membangun
situs Alibaba, dan kini menjadi orang
terkaya kedua di negerinya.
Singkat cerita setelah Jack ma melalui
perjalanan yang sangat panjang dan
sangat berliku, dia mencoba untuk
membuka perusahaan e-commerce
bernama Alibaba dengan hanya
bermodalkan 500.000 Yuan China. Tidak
banyak yang mengira bahwa Alibaba akan
sebesar saat ini dengan pendapatan saat
ini mencapai $25 miliar. Hebat bukan?
Tidak semata-mata Jack ma mendapatkan
semuanya gampang dia pernah ditolak
lebih dari 30 perusahaan, bahkan Jack
ma pun pernah ditolak di kepolisian dan
KFC. Tetapi berkat semua pengalaman
yang dia alami dia menjadikan itu semua
sebagai pengalaman dan pembelajaran
di dalam kehidupannya untuk terus
maju. Jika Jack ma sukses dengan
Alibaba beda hal dengan Ferry unardi
pendiri dari Traveloka. Lahir pada 16
Januari 1988 di kota Padang. Setelah
menyelesaikan pendidikan di Sekolah
menengah, Ferry memutuskan untuk
melanjutkan pendidikan tinggi di Purdue
university jurusan Computer Science and
Engineering.
Setelah menyelesaikan pendidikan
S1, beliau memutuskan untuk bekerja
di microsoft, Seattle. Dengan tingkat
persaingan yang tinggi, Ferry menilai
bahwa kariernya di microsoft akan sulit
naik. Beliau kemudian memutuskan
untuk berhenti bekerja dan melanjutkan
studinya.
Sambil menjalani studi di Harvard
university, Ferry unardi tertarik untuk
mengembangkan perusahaan rintisan
(startup). Beliau memilih bidang mesin
pencari tiket pesawat. Karena ide inilah,
lahir Traveloka, startup di bidang reservasi
tiket yang tergolong baru dan langsung
menarik perhatian para investor. Sejauh
ini, Traveloka sudah mendapatkan
pendanaan dari beberapa perusahaan
modal ventura (venture capital).
Banyak hal yang harus dipelajari
oleh Ferry saat mengawali Traveloka.
Tantangan terberat adalah bagaimana cara
mengelola tim yang awalnya berjumlah 8
orang menjadi belasan, puluhan bahkan
ratusan orang. Banyak hal yang harus
dilakukan sebagai perusahaan baru,
termasuk membentuk budaya perusahaan
dan membangun manajemen yang solid.
Sama seperti halnya dengan pendiri dari
Tokopedia, William Tanuwijaya, dilahirkan
pada tanggal 11 November 1981. Setelah
tamat SmA, Beliau merantau ke ibukota
untuk melanjutkan pendidikan. William
Tanuwijaya mengenyam pendidikan di
universitas Bina Nusantara (Binus), di
jurusan Teknik Informatika.
Selama kuliah, tepatnya saat semester
II, William juga bekerja sebagai penjaga
warnet. William mengatakan pekerjaan
sebagai penjaga warnet banyak
memberikan keuntungan, selain tambahan
uang saku juga akses internet gratis. Dari
sinilah William Tanuwijaya mengenal lebih
dalam mengenai internet. Setelah lulus
kuliah, William sempat bekerja di beberapa
perusahaan software developer dan game
“Banyak Pengusaha yang
dulunya ZERO sekarang
menjadi HERO. Usaha yang
mereka lakukan hingga
sukses seperti ini tidaklah gampang dan mudah,
banyak kegagalan yang
harus mereka hadapi dalam
mencapai semuanya.”
56 Vol. 105 | Nov - Des 2018
COACHING CLINIC
developer, bahkan di perusahaan jual beli
online KafeGaul.
Awalnya William mengajak salah satu
rekannya bernama Leontinus Alpha
Edison, merintis Tokopedia.com
pada tanggal 6 Februari 2009. Waktu
pengembangan Tokopedia, membutuhkan
waktu kurang lebih 6 bulan. Tepat pada
ulang tahun Indonesia yang ke 64 (17
Agustus 2009), William Tanuwijaya dan
Leontinus Alpha Edison merilis Tokopedia.
Dalam membangun Tokopedia pun
William sempat mengalami kesusahan
dalam mencari modal. Dari banyaknya
penolakan karena melihat latar belakang
yang dirasa belum pas sejumlah orang
pun meragukan kesuksesan William, tapi
penolakan tersebut tidak membuatnya
berhenti, William terus mencari alternatif
dan coba menyakinkan sejumlah orang
agar mau memberinya bantuan.
Tokopedia boleh dibilang memiliki
perkembangan jumlah penjual dan
pembeli yang cukup bagus. Pada tahun
pertamanya, Tokopedia mendapatkan
suntikan investasi. Prestasi di tahun
pertamanya, Tokopedia mendapatkan
penghargaan dari Bubu Awards sebagai
startup e-commerce terbaik di Indonesia.
model bisnis yang ditawarkan Tokopedia
adalah menghubungkan antara penjual
dan pembeli dengan aman, nyaman dan
praktis. Tokopedia memberikan rasa aman
kepada pembeli dan penjual, sehingga
bisnis ini dapat meminimalkan angka
kriminalitas di bisnis online.
Berkat kegigihan dan dengan modal
seadanya, Tokopedia berjalan dengan
usaha yang maksimal. Tak lama investor
mulai berdatangan, salah satunya East
Ventures. Sejak tahun 2010, Tokopedia
selalu mendapat investasi dari asing,
seperti East Ventures (pada 2010),
CyberAgent Ventures (2011), Beenos
(2012), dan SoftBank (2013).
Dari kisah-kisah para pengusaha
inilah, mereka mengawali karirnya dari
zero menjadi hero dimana kita dapat
mengambil banyak hal yang bisa
dipelajari, seperti semangat pantang
menyerah dan kerja keras, punya
kemauan untuk maju dan berkembang,
dan berani untuk mengambil resiko yang
harus di hadapi nantinya.
Berikut adalah 7 Kunci From Zero To Hero
Versi Coach Ben Abadi:
1. BerPikir Positive wAlAu di tengAh
situAsi kesulitAn.
2. PerCAYA BAhwA hAri dePAn AkAn
leBih BAik.
3. BelAjAr high-inCoMe skill AgAr BisA
leBih ProduktiF.
4. MeMiliki koMunitAs YAng
MeMBAngun dAn Mendukung.
5. kerjA leBih kreAtiF dAn sukA
MeMBAntu.
6. BergAul dengAn orAng YAng leBih
sukses dAn kAYA.
7. Miliki Mentor untuk MeMBiMBing
ke next level.
Ilustrasi : Freepik.com
57Vol. 105 | Nov - Des 2018
58 Vol. 105 | Nov - Des 2018
Foto dan Teks : Kinan
Khamer adalah penguasa Indochina dimasa lalu, pusat kotanya di Angkor Wat,
tepatnya Siem Reap, Kamboja. Namun abad ke 14, karena perang dan konflik
berkepanjangan, berpindah ke Phnom Penh hingga sekarang. Di sinilah proses
dunia baru dibentuk, dengan kekerasan, darah dan nyawa. Tidak tanggung-
tanggung, berbagai sumber merilis angka yang menyayat hati, bahwa seperempat
dari populasi rakyat Kamboja, tewas dalam proses penciptaan era baru ini.
Sungai Mekong & Sejarah Silam Era KelamPhnom Penh
TRAVELER NOTES
59Vol. 105 | Nov - Des 2018
Negara yang juga dilewati
oleh Sungai mekong ini,
kini tengah berbenah,
sejumlah pembangunan
mulai dilakukan, ibukota Kamboja ini pun
kini mulai terlihat geliat metropop-nya,
sekalipun mungkin tak segemerlap kota-
kota lainnya di negara-negara ASEAN
yang lebih maju.
Hamparan Sungai mekong dipercantik.
Salah satu sungai terpanjang di dunia ini,
yang melintasi banyak negara dari China
hingga Thailand, menjadi pusat keramaian
dan pesta rakyat di malam hari. Tak jauh
dari sana, ada pasar malam dengan
panggung kecil yang menampilkan biduan
lokal unjuk suara. Juga Grand Palace,
istana raja yang terhampar luas sebagai
simbol birokrasi. Tidak sedikit pula tampak
sejumlah ekspatriat hilir mudik di kawasan
ini.
Namun tentu bagi para turis, yang paling
menyita perhatian dari kota ini, adalah
peninggalan kisah kelamnya di masa
silam, yakni peristiwa genosida ketika
negara ini dipimpin oleh Khamer merah,
kelas pemberontak yang dalam 4 tahun
masa kekuasaannya, 1-3 juta orang
meninggal karena berbagai hal, termasuk
kelaparan, kekerasan dan penyiksaan.
Simbolnya yang dipertahankan sebagai
museum adalah Tuol Seng, sebuah
TRAVELER NOTES
sekolah yang oleh pimpinan Khamer
merah, Polpot, dialihfungsikan sebagai
penjara dan tempat penyiksaan. Dalam
museum ini, cerita dipaparkan dengan
menyayat hati, dari foto-foto korban
yang tampak miris dan menakutkan,
hingga proses penyiksaan yang tak
berperikemanusiaan.
museum ini, menjadi pengingat bukan
hanya untuk Kamboja, tapi juga dunia,
bahwa penciptaan dunia baru dengan
kekerasaan, punya konsekuensi pada
sebuah tirani. Dan tidak ada kekuasaan
apapun yang dibenarkan untuk
menjadikan ini sebagai sebuah jalan
keluar.
60 Vol. 105 | Nov - Des 2018
TRAVELER NOTES
61Vol. 105 | Nov - Des 2018
TRAVELER NOTES
62 Vol. 105 | Nov - Des 2018
HEALTH
Rokok mURAH:
Di antara negara-negara Asia,
rokok di Indonesia memiliki
harga yang rata-rata yang
sangat murah, dibandingkan
Singapura, malaysia, Thailand dan bahkan
India. Pada 2015, Oxford Business Group
mengungkapkan bahwa di Indonesia,
rokok dapat dijual secara eceran dengan
harga rata-rata uS$ 0,10 (atau sekitar
rp1.000) per batang. 1 Satu bungkus
rokok di Indonesia dapat dijual seharga
rp 5.900,00 (0,45 uS$), termasuk yang
termurah di dunia. 2 rata-rata harga satu
bungkus rokok di Indonesia sekitar uS$
1,65 jauh lebih rendah dari harga rata-rata
harga di dunia (yang adalah uS$ 3,38),
maupun di Asia Pasifik (yang adalah
uS$ 4.67). Harga rokok di Indonesia
menduduki ranking rokok termurah
peringkat 10 dari 36 negara Asia Pasifik.
“Hal ini sangat mengkhawatirkan, karena
rokok di Indonesia demikian terjangkau,
dapat diakses bukan hanya oleh keluarga
miskin – tetapi juga oleh anak-anak. Inilah
yang mendorong kami untuk membangun
wacana penetapan cukai dan harga rokok
yang lebih tinggi demi pengendalian
konsumsi yang lebih baik, utamanya
di antara kedua kelompok konsumen
tadi,” jelas Direktur Program Center for
Indonesia’s Strategic Initiative (CISDI),
Anindita Sitepu.
Sejak Agustus 2018 lalu, CISDI
secara rutin menggelar diskusi ruang.
Temu (baca: ruang Titik Temu), untuk
berbagi pemahaman dan mendorong
pembentukan opini tentang tarif cukai dan
harga rokok di Indonesia. Diskusi ke-2
yang diselenggarakan pada 6 September
2018 lalu menghadirkan tiga narasumber
yaitu Nurul Luntungan (CISDI), Yasha
Chatab (pakar branding dan komunikasi
pemasaran) dan Laila munaf (pegiat gaya
hidup sehat dan pendiri Sana Studio),
dipandu moderator Sari Soegondo
(Founder dan Direktur Eksekutif ID
COmm).
Anindita menegaskan bahwa semua pihak
perlu mendengar pendapat masyarakat
awam tentang kegiatan transaksi dan
budaya konsumsi rokok sehari-hari di
lingkungan terdekat mereka. “melalui
kesempatan ini kita belajar bagaimana
kelompok masyarakat yang telah memiliki
kesadaran untuk mempraktikkan gaya
hidup sehat dapat melindungi dirinya dari
pengaruh informasi promosi rokok. Harga
penjualan rokok menentukan bagaimana
kegiatan pemasaran produk tersebut
dilakukan, dan sebaliknya perlu cara
pemasaran yang lebih terkendali bagi
produk yang membahayakan kesehatan
publik seperti rokok. Oleh sebab itu
kali ini kami juga melibatkan para
social influencers di bidang komunikasi
pemasaran,” imbuhnya.
Diskusi dibuka dengan mengungkapkan
fakta bahwa harga jual saat ini masih
belum memberi dampak optimal bagi
SI(APA) YANg BERPENgARUh DAN
TERPENgARUh?
63Vol. 105 | Nov - Des 2018
HEALTH
penurunan angka perokok. “Saat ini di
Indonesia, perokok aktif berjumlah 30%
dari total populasi dan 60% didominasi
oleh laki-laki. Fakta lain yang cukup
mengerikan adalah jumlah perokok anak
di bawah 18 tahun terus meningkat, yaitu
dari 7,2 % di tahun 2009 menjadi 8,8 % di
tahun 2016. Angka ini semakin jauh dari
target rencana Pembangungan Jangka
menengah Nasional (rPJmN) 2019 yang
berada di 5,5%. Fakta ini menggambarkan
bahwa belum ada dampak signifikan dari
kenaikan harga rokok setiap tahunnya,”
ungkap Nurul Luntungan.
Nurul juga menekankan pada dampak
signifikan akibat tingginya prevalensi
merokok di Indonesia, yaitu kerugian
negara yang mencapai rp 500 triliun, yang
dihitung dari jumlah uang yang ‘dibakar’
untuk merokok, opportunity loss karena
sakit akibat merokok, biaya pengobatan
penyakit yang diakibatkan oleh rokok,
dan waktu produktif yang ‘hilang’ akibat
merokok.
menyentuh topik layanan kesehatan
melalui BPJS, Nurul mengatakan, “Beban
negara yang besar dapat dilihat dari
kenyataan bahwa 25% klaim BPJS adalah
untuk penyakit akibat rokok di antaranya
jantung dan kanker paru. misalnya, dari
10 orang pasien kanker paru, 9 orang
di antaranya umum disebabkan oleh
kebiasaan merokok.” CISDI merujuk pada
data bahwa BPJS Kesehatan saat ini
mengalami defisit; dimana pemasukannya
hanya sekitar rp 150 triliun, namun
pengeluarannya mencapai rp 600 triliun
untuk biaya pengobatan penyakit-penyakit
yang disebabkan oleh rokok.
Terkait dengan tingginya beban
BPJS tersebut, diskusi ini kemudian
mempersoalkan besaran dan alokasi
pemanfaatan hasil cukai rokok. Wacana
yang semakin besar terbangun adalah
bahwa sebagai salah satu produk yang
dapat menimbulkan adiksi, maka sudah
sepatutnya hasil cukai rokok dimanfaatkan
untuk biaya pengobatan atas penyakit
akibat rokok.
“Analogi yang sama juga berlaku bagi
produk-produk yang mengandung alkohol,
dimana tarif cukai yang dikenakan begitu
tinggi karena didasari kesadaran akan
bahaya konsumsinya. Nah, masyarakat
pada umumnya belum paham bahwa
cukai bukanlah pendapatan negara
untuk kepentingan pembangunan umum.
Sebaliknya cukai seharusnya dialokasikan
untuk mengontrol dampak yang mungkin
ditimbulkan oleh produk tersebut,” tutur
Sari Soegondo saat memandu jalannya
diskusi.
Egi Abdulwahid, salah satu peserta
diskusi, menukas, “Kategori (tier) cukai
di Indonesia terlalu banyak, karena
mengikuti varian produk yang terlalu
banyak. Ini menyulitkan kontrol otorita
cukai dan memudahkan produsen untuk
berimprovisasi secara penetapan harga.”
Yasha Chatab, Director of Overseas
Development WIr Group yang juga adalah
pendiri Indorunner, mengatakan, “Industri
rokok sebenarnya menjelang sunset,
“Perlu ada kesepakatan
sosial dan gerakan publik
untuk menurunkan angka
perokok – terutama anak-
anak – di Indonesia. Kita bisa
memulainya dari diri sendiri,
misalnya menegur anak-anak
yang kedapatan merokok,
para influencer gaya hidup sehat ‘memagari’ diri dari
tawaran sponsor brand rokok,
mendorong naiknya harga rokok,
atau pun hal-hal yang lain yang
dapat membatasi ruang gerak
promosi rokok.”
Ilustrasi : Freepik.com
64 Vol. 105 | Nov - Des 2018
HEALTH
namun secara inovatif terus berupaya
‘menunda’ sunset tersebut. Oleh sebab
itu industri ini melahirkan begitu banyak
variasi produk dan harga jual untuk
menggairahkan konsumen, membubuhkan
emotional value di tiap-tiap varian,
menyuburkan marketing game bahkan di
antara brand kompetitor itu sendiri, dan
seterusnya.”
Secara menarik Yasha juga mengatakan
bahwa perlu perumusan kebijakan
dan penegakkan peraturan yang lebih
baik untuk membatasi promosi rokok
– utamanya untuk melindungi anak-
anak dari terpaan pesan-pesan rokok.
“Sepanjang law enforcement belum
diimplementasikan secara sungguh-
sungguh, maka tim komunikasi
pemasaran rokok akan terus mencari cara
sekreatif mungkin untuk memanfaatkan
celah yang belum diregulasi.”
Sebagai ibu rumah tangga, Laila munaf,
yang juga adalah pegiat gaya hidup sehat
mengungkapkan kekhawatirannya, “Perlu
ada kesepakatan sosial dan gerakan
publik untuk menurunkan angka perokok
– terutama anak-anak – di Indonesia. Kita
bisa memulainya dari diri sendiri, misalnya
menegur anak-anak yang kedapatan
merokok, para influencer gaya hidup sehat
‘memagari’ diri dari tawaran sponsor
brand rokok, mendorong naiknya harga
rokok, atau pun hal-hal yang lain yang
dapat membatasi ruang gerak promosi
rokok.”
Penggagas Nusantarun Christopher
Tobing yang juga hadir dalam sesi ini
mengatakan, “Kita bisa mereplikasi
apa yang dilakukan oleh para pejuang
pelestarian lingkungan. Pengendalian diri
terhadap konsumsi atau pemanfaatan
materi-materi yang mengandung plastik
kini semakin populer dan konsumen
bangga diasosiasikan dengan upaya
baik ini. mungkin perlu ada atribut sosial
tertentu yang diciptakan bagi mereka yang
tidak merokok.”
Counter message bagi konsumen anak-
anak, menurut Adeline salah satu peserta
diskusi, “Fear Communication yang
membangkitkan rasa takut untuk merokok
dengan menunjukkan visual penyakit
yang dapat ditimbulkannya, menurut studi
yang baru-baru ini saya lakukan, terbukti
masih ampuh.” Hal ini dipahami bahwa
anak-anak belum memiliki otonomi untuk
mengelola informasi yang abstrak dan
membuat keputusan.
“Di kelompok yang lebih dewasa, studi
yang sama memperlihatkan perokok
akan enggan membeli jika harga jual
rokok menembus rp 50.000. Ini menjadi
benchmark harga jual yang bisa kita
perjuangkan,” tambahnya.
Diskusi ini mengerucut pada kesepakatan
para social change-makers yang
berpartisipasi dalam diskusi ini terhadap
upaya penurunan prevalensi merokok di
Indonesia.
Pertama, diskursus tentang rokok perlu
mengikutsertakan sudut pandang lain
selain kesehatan, yaitu sudut pandang
ekonomi yang dapat memberikan
intervensi terhadap besaran tarif cukai
rokok dan harga jualnya.
Kedua, selain melakukan kampanye
edukasi secara berkelanjutan, maka para
social change-makers diharapkan dapat
ikut menjadi kelompok yang mampu
mengontrol kebijakan terkait rokok
sehingga dapat memberikan masukan
bagi bergulirnya proses pembuatan
kebijakan terkait.
Ketiga, sudah saatnya harga rokok di
Indonesia dinaikkan setinggi-tingginya
agar mampu menurunkan angka perokok
di Indonesia, utamanya di antara
kelompok rentan; anak dan remaja, serta
keluarga miskin.
Ilustrasi : Freepik.com
65Vol. 105 | Nov - Des 2018
Creator.Inc
STARTUP
7270
APPS COMMUNITY
78
Oktober-November’18
Vol#33
I-STUDIO
KOMUNITAS PENGUSAHA WANITA MUDA PENCARI SEHAT
Oktober-November’18
KOMUNITAS PENGUSAHA WANITA MUDA PENCARI SEHAT
KOMUNITAS PENGUSAHA WANITA MUDA PENCARI SEHAT
66 Vol. 105 | Nov - Des 2018
COMMUNITY
MENCARI SEHAT DI
Ruangan berukuran 7x8 meter
sore itu ramai oleh musik yang
keluar dari pengeras suara.
Belasan perempuan tampak
mengikuti panduan instruktur dengan
semangat. mereka melakukan gerakan
olahraga, diselingi tawa dan canda
beberapa orang.
Namanya I-Studio, sebuah komunitas
olahraga yang anggotanya adalah
perempuan muda pengusaha di Denpasar.
Komunitas yang berusia seumur jagung
ini dikoordinir oleh Indriana Juanita Julian,
pengusaha muda asal Jakarta yang sejak
tiga tahun lalu menetap di Bali.
Ia menuturkan, I-Studio dibentuk sejak
mei 2018, berawal dari pertemuan dan
perkenalan beberapa anggota saat rutin
berolahraga di sebuah gym di Denpasar
yang mana gym tersebut tutup karena
sesuatu hal dan akhirnya anggota yang
telah saling mengenal dan akrab tersebut
meminta instruktur di gym itu untuk
mengajar di tempat yang baru, yakni di
rumah Indriana yang kebetulan memiliki
ruangan luas yang cocok untuk dipakai
nge-gym.
“Kami nge-gym di sini sejak lima bulan
lalu. Sebelumnya kami nge-gym di
sebuah gym dan karena tempat gym itu
KOMUNITAS I-STUDIO
67Vol. 105 | Nov - Des 2018
““Hal yang membedakan latihan di I-Studio dengan di gym lain adalah latihan di sini kami mengidolakan instruktur kami, Dewi
Hindra karena dia nggak monoton, kelas bervariatif seperti body step dan fun fit dan di setiap pertemuan jenis latihan yang
diberikan selalu berbeda, dan itu tak bikin bosan,”
tutup akhirnya kami minta instrukturnya
untuk mengajar di tempat saya. Anggota
I-Studio 14 orang, dibatasi jadi bukan
untuk publik atau masyarakat umum, yang
sekali datang membayar. Kami bukan
seperti itu, kami lebih private,” ujarnya.
Latar belakang para anggota I-Studio
adalah pengusaha muda dalam berbagai
jenis bisnis, seperti kuliner, fashion bahkan
percetakan. mereka memiliki passion yang
sama yakni di bidang olahraga, termasuk
di dalamnya menularkan gaya hidup
sehat.
Indriana menjelaskan, passion itulah yang
menyatukan mereka. Selain ingin sehat
dan memiliki berat badan proporsional,
para anggota I-Studio merasa senang
bisa berkumpul bersama. Alasannya, jika
ditanya suami hendak kemana, mereka
bisa menjawab pasti bahwa akan nge-
gym, daripada hanya sekadar makan
di café atau restoran mereka merasa
kegiatan olahraga lebih baik daripada
sekedar ngobrol dan makan. mereka tiga
kali bertemu dalam seminggu.
“Para anggota sebagian kenal pada waktu
arisan, sebagian kenal pada waktu di
gym sebelumnya. Di sini dikenakan biaya,
untuk membayar instruktur dan untuk
biaya kebersihan, sedangkan tempat tak
bayar karena berada di rumah saya,” jelas
Indri.
Komunitas ini lambat laun dikenal banyak
orang karena mereka sering mem-posting
kegiatan mereka di media sosial. Banyak
sekali yang mau ikut terutama netizen
atau warga net yang mengetahui aktivitas
mereka dari media sosial.
Saat ditanya mengapa memilih komunitas
olahraga, Indri mengungkapkan bahwa
sejak kecil ia bercita-cita menjadi atlet
bulutangkis, namun belum kesampaian.
untuk itu, kini ia ingin menularkan gaya
hidup sehat yang mana hal tersebut bisa
dilakukan dengan cara mudah yakni
dengan nge-gym.
“Kenapa nge-gym penting? untuk healthy
life tentunya. Jujur baru dua minggu saya
menjalani healthy life. Itu memang super.
Saya nge-gym sejak Januari 2018, tapi
makannya masih berantakan. Nah, kalau
makan-makan berantakan namun tetap
nge-gym berat badan memang turun tapi
ya segitu-segitu saja,” katanya.
menurut Indri, ia nge-gym bukan untuk
body goals atau mencapai berat ideal. Ia
mengaku, baru dua minggu ini menjaga
pola makan dan tidur, nggak merokok,
nggak minum alkohol.
“Itu merubah lifestyle banget, sebelumnya
aku merasa tidak sesehat ini, sekarang
COMMUNITY
68 Vol. 105 | Nov - Des 2018
COMMUNITY
lebih sehat dan kuat. Diet bagiku bersifat
sementara, dan itu menurutku mesti
dibarengi dengan olahraga. At least I try
my best,” pungkasnya.
Berkaitan dengan I-Studio, ia menjelaskan
jadwal nge-gym tiga kali dalam seminggu
yakni Senin sore, Kamis sore dan Sabtu
pagi. Dari 14 orang anggota aktif, lebih
dari 10 orang punya kegiatan olahraga,
seperti muathai dan boxing. meski begitu,
kesibukan di luar tersebut tak membuat
para anggota meninggalkan jadwal wajib
nge-gym di I-Studio.
“Hal yang membedakan latihan di I-Studio
dengan di gym lain adalah latihan di sini
kami mengidolakan instruktur kami, Dewi
Hindra karena dia nggak monoton, kelas
bervariatif seperti body step dan fun fit
dan di setiap pertemuan jenis latihan yang
diberikan selalu berbeda, dan itu tak bikin
bosan,” pungkasnya.
Indri mengatakan, instruktur mereka
sangat kreatif. Dalam latihan ia bisa
memakai bola, tongkat atau drum stick
dan apa saja bisa dipakai olahraga.
Peraturan pun ketat, saat latihan tidak
boleh memegang handphone.
“Handphone hanya digunakan untuk
merekam kegiatan saat latihan, yang
kemudian kami unggah di media sosial
seperti Instastory di Instagram. Kami
tak bermaksud nampang di media
sosial, namun untuk mengkampanyekan
pentingnya berolahraga dan hidup sehat,”
jelasnya.
Indri mengaku, ia tak pernah
membayangkan punya komunitas
69Vol. 105 | Nov - Des 2018
COMMUNITY
olahraga seperti I-Studio. Ia sejak
dulu memang suka memotivasi dan
mengumpulkan orang lain untuk sama-
sama menularkan gaya hidup sehat.
Seminggu tiga kali bertemu, ia dan kawan-
kawannya sudah seperti keluarga, dan,
menurutnya, satu kata yang mewakili
semua itu adalah fun.
“Kami juga sebenarnya ada tawaran
di-endorse local sport brand. mereka
mau kami memakai produk mereka dan
divideokan, namun kami merasa kami
belum body goal. Tawaran itu any time
bisa kami ambil, saat bentuk tubuh kami
six pack, hehehe..,” kata Indri sambil
tertawa lepas.
Soal publikasi, biasanya para anggota
I-Studio menggunggah foto atau video di
Instagram mereka masing-masing. Sang
Instruktur juga share kegiatan mereka. Ke
depan ada kepikiran untuk membuat sport
brand sendiri, yang diharapkan semoga
bisa menginspirasi masyarakat untuk lebih
giat berolahraga
“Dari postingan di Instastory, kami
beberapa waktu lalu diikutkan event
“Strong by Zumba”, oleh umar Syarief
dan kami diundang ikut di barisan depan.
Netizen juga banyak yang bertanya
tentang I-Studio dan mereka ingin
bergabung. Tapi karena kami batasi
anggota sebanyak 14 orang maka dengan
berat hati kami menolak permintaan
mereka,” terang Indri.
70 Vol. 105 | Nov - Des 2018
APPS
APLIKASI YOUTUBE
KIDS RESMI HADIR
DI INDONESIA
Aplikasi YouTube Kids, aplikasi
yang berisi kumpulan konten
video dari seluruh dunia yang
ramah anak dan keluarga,
resmi diluncurkan di Indonesia, Kamis,
6/9/2018.
Sejak pertama kali diperkenalkan
pada tahun 2015, YouTube Kids telah
diluncurkan di lebih dari 37 negara,
ditonton lebih dari 70 miliar kali,
memiliki lebih dari 11 juta penonton aktif
mingguan, dan telah diunduh puluhan
juta oleh keluarga. Saat ini YouTube Kids
Ilustrasi : dailyonline.it
71Vol. 105 | Nov - Des 2018
APPS
menempati peringkat lima terbaik dalam
kategori aplikasi anak.
Don Anderson, Head of Kids and Learning
Partnerships, YouTube Asia Pacific,
mengatakan, prioritas utamanya adalah
memberikan pengalaman terbaik bagi
keluarga dan anak-anak untuk mengakses
konten ramah keluarga. “Kami berharap
YouTube Kids bisa menjadi tools untuk
membantu mengelola pengalaman
keluarga. Khususnya bagi para orang
tua dalam mengontrol pengalaman apa
saja yang sesuai untuk anak-anak dalam
mengeksplorasi keingintahuan mereka
yang tak ada habisnya. Ini adalah sebuah
pengalaman dan aplikasi, yang kami
banggakan dan yang kami percaya dapat
memberi anak-anak kesempatan untuk
mengeksplorasi keingintahuan mereka
yang tak ada habisnya, belajar tentang
topik baru, dan terhibur,” ungkap Don.
untuk menarik pengguna, tim
membedakan desain dan fitur aplikasi
YouTube Kids dengan aplikasi YouTube.
YouTube Kids didesain ramah keluarga,
sehingga aplikasi ini memudahkan
pengguna menemukan Naura TV
misalnya, atau video terbaru dari Kids
TV Indonesia. Aplikasi YouTube Kids
juga memiliki lebih banyak warna dan
Kami berharap YouTube Kids bisa
menjadi tools untuk membantu
mengelola pengalaman keluarga.
Khususnya bagi para orang tua dalam
mengontrol pengalaman apa saja
yang sesuai untuk anak-anak dalam
mengeksplorasi keingintahuan mereka
yang tak ada habisnya. Ini adalah
sebuah pengalaman dan aplikasi, yang
kami banggakan dan yang kami percaya
dapat memberi anak-anak kesempatan
untuk mengeksplorasi keingintahuan
mereka yang tak ada habisnya, belajar
tentang topik baru, dan terhibur.”
“karakter yang menjadi contoh keajaiban
YouTube. mulai dari botol air, sandal pria
hingga karakter roti bakar, untuk menarik
ketertarikan anak-anak sebagai pengguna
aplikasi.
untuk melengkapi konten, tim YouTube
Kids menjalin kerja sama dengan mitra
yang menawarkan koleksi saluran
terpercaya tentang berbagai subjek
dari seni, kerajinan dan musik hingga
olahraga, pembelajaran, dan lainnya. Ini
memudahkan orang tua untuk memilih
koleksi saluran dan topik apa saja yang
menurut mereka layak untuk diakses
anak-anak.
Ilustrasi : www.cnet.com
“Peluncuran YouTube Kids adalah
bukti pertumbuhan luar biasa dari
konten keluarga dan pembelajaran di
Indonesia. Tim kami berkomitmen untuk
mengembangkan ekosistem ini lebih jauh
lagi, dan untuk membawa konten lokal
dan global yang lebih berguna untuk
keluarga Indonesia. Dengan hadirnya
YouTube Kids, kami berharap orangtua
dapat memutuskan pengalaman yang
tepat untuk keluarga mereka sejak dini,”
pungkas Don Anderson.
Ilustrasi : www.macrumors.com
72 Vol. 105 | Nov - Des 2018
Fashion Division (FD), startup
fashion Indonesia, membawa
lima perancang busana pemula
dan berusia di bawah 23 tahun,
memamerkan busana rancangannya di
Paris Fashion Week dan mengadakan
independent fashion show dalam
rangkaian acara dari Paris Fashion
Week 2018, akhir September - Oktober
mendatang.
Dalam Paris Fashion Show 2018 ini,
kelima perancang busana muda dari
Indonesia akan mendapat kesempatan
memperlihatkan delapan rancangan
busananya, di Hotel Le marois Salons
France-Ameriques, Paris. Ini adalah venue
yang juga digunakan oleh John Galliano
saat mengadakan showcase koleksinya
tahun lalu. Acara ini akan dihadiri oleh
calon pembeli potential kelas dunia, di
antaranya pemilik The Goods departemen
store, pemilik butik di Eropa, serta
sekitar 50 media dan fashion blogger dari
Perancis, rusia, Jerman dan Amerika
Serikat.
STARTUP INDONESIA BAWA
DESAINER MUDA KE PARIS
FASHION WEEK 2018
“Event ini kami dedikasikan untuk
mempromosikan fashion Indonesia”, ujar
Wulan S. Haryono, Founder & Program
Director Fashion Division Indonesia.
Kelima perancang busana yang akan
berangkat diseleksi lewat beberapa kriteria
yaitu keunikan desain, ciri khas brand
dan kualitas bahan. Kelima perancang
busana yang dibawa oleh startup Fashion
Division menuju runway di Paris Fashion
week adalah Amelia Novarienne Barus
(23 tahun, brand: Dakada), Aurelia Joyann
Trudy (18 tahun, brand: Trudy), Daniella
73Vol. 105 | Nov - Des 2018
STAT UP
“Paris Fashion Week itu fashion show terbesar Dunia dan sudah
prestige. Akan memudahkan brand
saya untuk berkembang karena sudah melalui show tersulit dulu.
Selain itu, nanti kami punya akses after show party dimana kami akan dikenalkan dengan orang penting
industri fashion seperti pemilik butik dan departement store,
seperti Galeries Lafayette Paris,” ungkap Amelia
tidak akan meninggalkan sisa bahan.
“Paris Fashion Week itu fashion show
terbesar Dunia dan sudah prestige.
Akan memudahkan brand saya untuk
berkembang karena sudah melalui show
tersulit dulu. Selain itu nanti kami punya
akses after show party dimana kami
akan dikenalkan dengan orang penting
industri fashion seperti pemilik butik
dan departement store, seperti Galeries
Lafayette Paris,” ungkap Amelia.
Selain membuka akses bagi para
perancang busana Indonesia di runway
Paris Fashion Week 2018, Fashion Division
Indonesia juga akan mempertemukan
kelima perancang busana muda ini, ke
para pemilik departemen store dan butik
ternama di Benua Eropa, dalam sesi
business networking.
Grace (23 tahun, brand: Danielle), Edrick
Young (21 tahun, brand: EDr by Edrick
Young), dan Grasheli Andhini (23 tahun,
brand: Grasheli Andhini).
Desainer termuda Aurelia Joyann
Trudy berencana menampilkan desain
yang terinspirasi dari karakter wanita
Perancis yaitu Femme Fatale. “Saya
menerjemahkan karakter Femme Fatale
ini ke dalam busana yang berwarna
merah, hitam dan berbahan kulit yang
menampilkan kesan berani dan misterius,”
ungkap Aurelia.
Sedangkan Amelia Novarienne Barus
diajang ini akan meluncurkan brand
Dakada dengan tema Zero Waste,
selama proses produksi hasil desainnya Ilustrasi : www.viva.co.id
Ilustrasi : www.viva.co.id
74 Vol. 105 | Nov - Des 2018
MARKETING
SEGmENTASI PELANGGAN, kUNcI kEBERHASILAN RAIH DAN PERTAHANkAN PELANGGAN
Menurut artikel yang
dilansir dari www.
business2community.com,
65%-75% produk baru,
ternyata gagal mencapai target penjualan
karena pemasar gagal memahami apa
yang benar-benar pelanggan inginkan,
namun justru mengikuti pendekatan one-
size-fits-all.
Personalisasi saat ini dinilai sebagai salah
satu cara paling efektif untuk menarik
pelanggan baru dan mempertahankan
pelanggan lama. Hal ini ditunjukkan
oleh fakta 59% pelanggan yang
sudah merasakan sebuah produk,
mengungkapkan bahwa personalisasi
memiliki dampak besar terhadap
keputusan pembelian mereka.
Sebesar 88% pemasar juga menyadari
perubahan signifikan dalam bisnis dengan
strategi personalisasi yang mereka
lakukan. Sementara itu 53% dari pemasar
melaporkan bahwa mereka memperoleh
pertumbuhan hingga 10%.
Data tersebut menunjukkan personalisasi
pelanggan merupakan hal penting,
saatnya bagi merek untuk mengenal
pelanggan dengan baik. Segmentasi
pelanggan berdasarkan kebutuhan,
kepentingan, kebiasaan, dan preferensi
dari pelanggan adalah kunci pengalaman
luar biasa bagi pelanggan.
Diperlukan pengumpulan data yang
cukup tentang pelanggan dan gunakan
data tersebut untuk mengelompokkan
pelanggan dan prospek ke dalam segmen.
Ilustrasi : Freepik.com
75Vol. 105 | Nov - Des 2018
MARKETING
segmen geografis yang berbeda mampu
memberikan nilai lebih bagi pelanggan
dan mendorong pembeli untuk membeli
produk.
#Tipe ketiga, segmentasi
perilaku.
Segmentasi perilaku melibatkan
pengelompokkan pelanggan berdasarkan
cara mereka berinteraksi dengan
merek atau produk. mungkin Anda bisa
membuat segmen bagi konsumen yang
menambahkan produk ke keranjang
mereka namun tidak menyelesaikan
pembeliannya. Atau konsumen yang sama
sekali tidak menambahkan produk ke
keranjang tetapi hanya mencarinya. Anda
juga bisa mengelompokkan konsumen
dengan produk atau layanan yang mereka
beli atau yang sekadar tertarik.
Beberapa variabel umum yang
menentukan segmentasi perilaku adalah :
a) Acara atau perhelatan: Segmentasi
berdasarkan pembelian untuk acara atau
perhelatan tertentu seperti pernikahan,
Lebaran, Natal, dan lainnya.
b) Kegunaan: Segmentasi berdasarkan
frekuensi pembelian.
c) Proses pemikiran: Segmentasi
berdasarkan kekuatan yang mendorong
di belakang keputusan pembelian
konsumen.
#Tipe keempat, segmentasi
siklus hidup atau customer
journey.
Terlepas dari memahami ketertarikan
dan preferensi pembeli, pemasar juga
harus tahu pembeli sedang berada di
tahap proses pembelian yang mana. Tipe
segmentasi pelanggan ini disebut juga
sebagai segmentasi siklus hidup atau
customer journey.
Pemasar bisa membuat berbagai
jenis segmen seperti pelanggan yang
mengunjungi online store namun tidak
melakukan pembelian. Atau pelanggan
yang hanya membeli sekali dalam 12
bulan atau tidak membeli sama sekali
dalam 12 bulan. Segmentasi customer
journey memberikan pendekatan yang
kuat untuk menyasar pelanggan dengan
lebih relevan dan rekomendasi yang
berguna.
menurut www.business2community.com,
ada empat tipe segmentasi pelanggan
yang paling efektif, yaitu :
#Tipe pertama, segmentasi
demografis.
Sebanyak 63% pemasar setuju bahwa
segmentasi pasar sangatlah berharga
dalam memberikan pengalaman
terbaik bagi pelanggan. Dan, salah
satu tipe segmentasi pelanggan yang
paling umum adalah mengelompokkan
pelanggan dengan menggunakan data
demografis atau kependudukan dan
menggunakan alat ukur seperti usia,
generasi, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, status pernikahan,
atau entitas untuk membuat segmen
pelanggan.
#Tipe kedua, segmentasi
geografis.
Segmentasi geografis melibatkan
pengelompokan pelanggan berdasarkan
negara, negara bagian, daerah, iklim,
atau ukuran pasar. memodifikasi
penawaran dan pesan pemasaran untuk
“Pemasar bisa membuat berbagai jenis segmen seperti pelanggan yang mengunjungi online store namun tidak melakukan pembelian. Atau pelanggan yang hanya membeli sekali dalam 12 bulan atau tidak
membeli sama sekali dalam 12 bulan. Segmentasi customer journey memberikan pendekatan yang kuat untuk menyasar pelanggan dengan
lebih relevan dan rekomendasi yang berguna.”
76 Vol. 105 | Nov - Des 2018
JAck mA : PLATFoRm DIGITAL DAN INovASI mENGUBAH
NEGARA BERkEmBANG
Pendiri Alibaba Jack ma, dipandu
Presiden Bank Dunia Jim Yong
Kim, memulai kisahnya pada
sesi “Disrupting Development
- How Digital Platform and Innovation
are Changing the Future of Developing
Nations” di Pertemuan Tahunan ImF-World
Bank Group 2018 Nusa Dua, Bali, Jumat
(12/10) dengan menuturkan saat memulai
bisnis perdagangan elektronik.
Saat memulai Alibaba pada 1999,
jaringan internet China masih sangat
lambat dan infrastruktur pendukung
lainnyapun masih sangat terbatas.
“membantu usaha kecil untuk
menghasilkan uang adalah kuncinya.
Kalau tidak memiliki internet mereka tidak
memiliki pasar dan hanya menjual di kota
mereka sendiri,” tuturnya.
Namun demi misi utamanya untuk
memberi akses pasar melalui internet
untuk para pengusaha kecil, ma jalan
terus.
Dengan sejumlah keterbatasan
infrastruktur, ma membangun
perdagangan elektronik dengan mimpi
utama bagaimana barang-barang yang
dimiliki oleh para pedagang kecil dapat
dijual hingga ke daerah, kota, bahkan
hingga negara lain.
ma menyulap keterbatasan menjadi
peluang. “Saat orang mengatakan China
tidak punya kesempatan, hal itu justru
menghadirkan peluang bagi kami. Kalau
tidak ada logistik, kami bangun logistik,
kalau tidak ada sistem finansial, kami
bangun sistem finansial,” tambah ma lagi
dalam diskusi tersebut.
ma menegaskan untuk tidak hanya
berpikir untuk 1 tahun ke depan, tapi 10
tahun ke depan. ma yakin keterbatasan
saat ini justru menjadi peluang bagi para
pengusaha ke depannya.
Pesan ini yang selalu ma coba sampaikan
dalam setiap kunjungannya ke negara
berkembang. Seperti di Afrika, yang
langsung mengeluhkan keterbatasan
infrastruktur, persis seperti yang
dialaminya di China beberapa belas tahun
silam.
ma menilai negara berkembang senang
berubah dan harus berubah. Hal itu yang
membuatnya optimistis dengan prospek
yang dimiliki.
Salah satu kunci penting untuk
menangkap peluang di sektor
perdagangan menurut ma adalah
infrastruktur internet. Saat ini, evolusi
teknologi membuat masyarakat dari kota
sampai petani memiliki perangkat seluler.
ma juga berpesan pentingnya
pengembangan infrastruktur yang
bersifat perangkat lunak. Beberapa
unsur yang ditekankan yakni edukasi dan
kewirausahaan
“Evolusi teknologi memberikan
kesempatan bagi negara berkembang
bila Anda mempercayainya maka akan
terjadi,” pungkas ma.
DIGITAL
77Vol. 105 | Nov - Des 2018
BATcH 7SEP-DES 2018
BREVET A & BREVET B#MUDAH MEMAHAMI PAjAK
WAKTU PELATIHAN SETIAP KAMIS-JUMAT JAM 18.00 s/d 22.00 Wita
TEMPAT : KAMPUS AKUBANK JL. DEWI MADRI III RENON DENPASAR
MODUL
MATERI
COFFEE
BREAK
SERTIFIKASI
PROFESI /
KEAHLIAN*
FASILITAS
Desak (0821 4463 9670)
www.akubank.co.id
Akuntansi Rp. 1.850.000
Brevet A Rp. 1.850.000
Brevet B Rp. 1.850.000
Semua Paket Rp. 4.500.000
• Pertemuan 1 : Ketentuan Umum & an Tata Cara
Perpajakan (KUP)
• Pertemuan 2 : PPh Potong dan Pungut (PPh Pasal 21/26)
• Pertemuan 3 : PPh Potong dan Pungut (PPh Pasal 21/26)
• Pertemuan 4 : SPT PPh Orang Pribadi 1770 / 1770 S
• Pertemuan 5 : PPN & PPn BM + SPT PPN & PPnBM
• Pertemuan 6 : Bea Materai & Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa (PPSP)
• Pertemuan 7 : Review & Ujian
BREVET A OKTOBER - NOVEMBER 2018
• Pertemuan 1 : Pajak Bumi Bangunan & Bea Perolehan
Hak atas Tanah & Bangunan & Bea Materai
• Pertemuan 2 : PPh Potong dan Pungut (PPh Pasal 22/23/4 (2)
• Pertemuan 3 : PPh Potong dan Pungut (PPh Pasal 22/23/4 (2)
• Pertemuan 4 : Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan)
• Pertemuan 5 : SPT PPh Badan 1771
• Pertemuan 6 : e-(elektronik) SPT & e-Filing
• Pertemuan 7 : Akuntansi Pajak
• Pertemuan 8 : Review & Ujian
BREVET B NOVEMBER - DESEMBER 2018
78 Vol. 105 | Nov - Des 2018
CORPO-RATE
NEWS
Minikino FilM Week 4: Bali international Short FilM FeStival
"rayakan keBeragaMan DalaM BerBagai kolaBoraSi"
mINIKINO FILm WEEK 4,
Bali International Short Film
Festival 6 – 13 Oktober
2018 telah berakhir. Tahun
ini festival melibatkan 10 venues, dan 3
dari itu adalah Pop up Cinema venues
di berbagai pelosok Pulau Bali. Lokasi
acara tahun ini meliputi Kota Denpasar,
Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar,
Buleleng, Jembrana dan Klungkung,
semua dilakukan serentak.
mFW 4 melakukan 92 acara screening dan
12 acara talks serta workshop pelengkap.
Lebih dari 215 short film yang berasal
dari 60 negara ditayangkan. Lebih dari
40 sutradara, penulis dan produser serta
aktris dari 11 negara berkesempatan hadir,
termasuk dari Indonesia. Terhitung lebih
dari 3500 penonton menghadiri berbagai
acara yang disuguhkan selama festival
berlangsung.
Acara pembukaan mFW 4 pada hari
Sabtu, 6 Oktober 2018 dimeriahkan
pertunjukan kolaborasi antara melati
Dance Studio dan kelompok pemusik
gamelan Narwastu Art Community yang
terdiri atas musisi lintas negara. mereka
mempersembahkan Tarian rejang
Purwa Siddhi serta Tari Condong yang
dikomposisikan khusus untuk malam ini.
Setelah tayangan program pembuka,
minikino juga menghadirkan proyek
kolaborasi antara Teater Kalangan dan
Sanggar Anak Tangguh, menampilkan
live voice-dubbing, menterjemahkan
bahasa Korea ke dalam bahasa Bali dari
sebuah film pendek ‘Be The reds’ (Korea
Selatan).
Sang sutradara Kim Yoongi
berkesempatan hadir bersama
produsernya merasakan kehangatan
luar biasa dan bahagia karena untuk
pertama kali filmnya dialihsuarakan ke
dalam bahasa lain. Bahkan dipertunjukkan
langsung di depan penonton.
"rayakan keBeragaMan DalaM BerBagai kolaBoraSi"
Credit : VIFICK BOLANG
79Vol. 105 | Nov - Des 2018
Seluruh rangkaian acara selama delapan hari ditutup dengan
malam penganugerahan internasional, mempersembahkan
penghargaan non-moneter berupa pengakuan prestasi hasil
penjurian dari tiga juri utama, bersama komite inti festival dan
tim juri muda hasil pelatihan mINIKINO sejak Juli 2018 lalu.
Penghargaan internasional tahun ini dari mFW4 adalah Best
Children Short 2018 “mogu and Perol” Tsuneo Goda/Jepang,
Best Fiction Short 2018 dan International Youth Jury Award
2018 “Schoolyard Blues” maria Eriksson-Hecht/Swedia, Best
Documentary Short 2018 “The Seven Abdulkarims” Elham
rokni/Israel, Best Animation Short 2018 “Airport” michaela
müller/Swiss-Kroasia, Best Audio Visual Experimental Short
2018 “Edge of Alchemy” Stacey Steers/united States,
Programmer’s Choice 2018 “Kampung Tapir” Aw See Wee/
malaysia, serta Best Short Film of the Year “Kimchi” Jackson
Segars/uSA. Selanjutnya dewan juri juga mengumumkan
pemenang kompetisi skala nasional Begadang Filmmaking
Competition 2018; “Taksa” Produksi Kecil/Denpasar, Bali.
melanjutkan kegiatan pasca-festival, minikino didukung
rotary Club Disaster relief D3420 akan membawa layar dan
peralatan, dan melakukan jalan darat menuju Dusun Teluk
Dalem Kern, Desa medana (Lombok utara), Dusun Kopang
(Lombok utara), dan Dusun Wadon, Desa Kekait (Lombok
Barat). Ekspedisi akan memutar film pendek pilihan untuk
anak-anak dan keluarga menggunakan layar tancap 2-4
November 2018 mendatang. Tanggal penyelenggaraan
mFW5 tahun 2019 juga telah diumumkan oleh Direktur
minikino - Edo mulia, yakni pada tanggal 5-12 Oktober
2019 mendatang. (adv)Credit : mArTINO
Credit : VIFICK BOLANG
Credit : VIFICK BOLANG
Credit : mArTINO
CORPO-RATE
NEWS
80 Vol. 105 | Nov - Des 2018
“SEAKAN DI SURGA”
Setelah pengunduran diri Tirta
(Vocalist) pada bulan mei
2017 dan diikuti pengunduran
diri Adi (Drummer) sebulan
setelahnya, DrIVE yang terdiri dari Budi
(Guitarist) dan Dygo (Bassist) sempat
memutuskan “istirahat” dari industri
rekaman dan perpanggungan musik
Indonesia. Ternyata di waktu yang
berdekatan, rizki Abdurahman juga
menyatakan pengunduran dirinya dari
THE TITANS. Hal tersebut membuat Budi,
Dygo, rizki sepakat untuk menjalankan
panggungan bersama dengan tetap
membawa nama DrIVE. Hal ini ternyata
sangat disambut baik oleh penikmat
musik Indonesia, terutama Drivemaniacs
(sebutan bagi fans DrIVE).
“Setelah mundurnya Tirta dan Adi, kami
memutuskan untuk vakum dahulu. Karena
sulit juga ya nge-band tanpa vokalis dan
drummer. Lalu kepikiran buat project
Off-Air dengan rizki, kita foto dan upload
di Sosmed ternyata responnya bagus
dan banyak yang mengundang kami
dengan format kolaborasi ini”, ucap
Dygo. Yang awalnya hanya sebatas
kesepakatan bekerjasama dalam bentuk
Off-Air, akhirnya Budi, Dygo dan rizki
memutuskan untuk merilis sebuah single
bersama-sama.
Lagu “Seakan Di Surga” yang diciptakan
Budi dan Dygo dipilih sebagai single
DrIVE terbaru dengan formasi baru ini.
Sebelumnya lagu ini sudah pernah dirilis
oleh DrIVE pada tahun 2011. “Lagu ini
saya buat bersama Dygo ditahun 2011
yang bercerita tentang sepasang kekasih
yang mengalami pasang surut hubungan,
ada dukanya ada bahagianya. Ketika rizki
nyanyi bareng DrIVE, saya kepikiran lagu
ini cocok dibawakan rizki,” ujar Budi
tentang lagu ini.
DrIVE me-remake lagu “Seakan Di
Surga” dengan berbagai perubahan, salah
satunya adanya perubahan sebagian
lirik. Kemudian DrIVE menggandeng
Figgy Papilaya sebagai music Producer,
sehingga menghasilkan sebuah
aransemen dan nuansa musik yang
berbeda dengan single-single DrIVE
sebelumnya. Seorang Violinist cantik, Ava
Victoria juga turut dilibatkan dalam proses
rekaman lagu ini yang membuat lagu
ini menjadi indah dan berkelas. Proses
rekamannya pun dikerjakan di Erwin
Gutawa music School (EGmS). “Yang
seru, pada proses pembuatan lagu ini
kami tidak mengeluarkan banyak biaya.
Karena banyak sahabat-sahabat kita yang
bantuin, mulai dari music producer, studio
rekaman, mixing dan mastering hingga
pembuatan video liriknya. Dan kami
berterima kasih banget untuk itu, bahwa
masih banyak yang support DrIVE hingga
saat ini,” tambah Budi.
“Bila duka tidak dirasa, bila maaf selalu
ada, itulah bahagia” adalah pesan yang
ingin disampaikan DrIVE pada single
Seakan Di Surga ini. “Semoga lagu ini bisa
menjadi obat rindu bagi Drivemaniacs,
bisa mewakili rasa cinta dan bahagia para
pendengar yang menyukai karya-karya
kami serta bisa dinikmati seluruh pencinta
musik Indonesia. Dan ini menjadi langkah
baru bagi DrIVE kedepannya dalam
berkarya dan aktif lagi di dunia musik
Indonesia,” tutup Dygo.
DRIVE
MUSIC
81Vol. 105 | Nov - Des 2018
82 Vol. 105 | Nov - Des 2018
RESEARCH
F5 Networks, perusahaan
penyedia solusi cloud dan
keamanan aplikasi digital,
baru saja merampungkan riset
seputar generasi digital Asia dan faktor-
faktor yang memengaruhi sikap mereka
dalam menggunakan aplikasi. riset
bersama dengan YouGov ini dilakukan
di tujuh negara yakni Australia, China,
Hong Kong, India, Filipina, Singapura, dan
Indonesia pada maret 2018.
“Asia memiliki ekonomi yang digerakkan
oleh aplikasi. Aplikasi kini menjadi
bagian dari hidup sehari-hari. Namun,
satu pengalaman aplikasi tidak dapat
memuaskan beragam pengguna di
Asia Pasifik. Dalam penelitian ini, F5
mengamati berbagai kepribadian yang
berbeda dalam penggunaan aplikasi,
perilaku, dan sikap terhadap keamanan,”
ujar Fetra Syahbana, Country manager F5
Indonesia.
SURvEI F5 : oRANG INDoNESIA mENJUNJUNG kENYAmANAN DI
ATAS kEAmANAN
Dalam hasil riset tersebut, F5
mengategorikan personalities menjadi
4 jenis, yaitu the Cynic, the Guarded,
the Voyagers, dan the Enlightened.
India, Filipina, dan Indonesia memiliki
kepribadian serupa yang tergolong
ke the Voyagers, yakni mereka yang
mendahulukan segala sesuatu yang
bersifat mobile, cenderung menjunjung
tinggi kenyamanan di atas keamanan,
serta sangat terbuka untuk mencoba
teknologi baru.
“The Voyagers 26% lebih peduli terhadap
kenyamanan daripada keamanan dan
sangat haus akan pengalaman yang
baru dibandingkan yang aman. F5
menerjemahkannya sebagai experience
first, security second mindset,” ujar Fetra.
Hampir setengah responden (47%) tidak
puas dengan penggunaan aplikasi secara
keseluruhan, serta meyakini masih banyak
hal yang perlu dilakukan perusahaan
untuk mempertahankan konsumennya.
Fetra menambahkan bahwa aktivitas
aplikasi digital responden Indonesia lebih
banyak untuk social networking seperti
chatting dan media sosial, disusul oleh
aktivitas Banking and payment. Sementara
untuk Asia Pasifik keseluruhan yaitu paling
banyak adalah aktivitas untuk Banking dan
payment.
Sebanyak 42% responden Indonesia
kemungkinan besar akan meninggalkan
aplikasi yang bocor, angka yang lebih
rendah ketimbang rata-rata Asia Pasifik,
di mana pada saat bersamaan, 50% akan
meninggalkan aplikasi begitu terdapat
kebocoran.
“Perilaku responden Indonesia terhadap
keamanan cukup biasa. Ini terlihat dari
hanya 37% milenial yang memperhatikan
keamanan, sementara Gen X sebanyak
57% dan Baby Boomers 63% yang
memilih keamanan,” tambahnya.
Ilustrasi : Freepik.com
83Vol. 105 | Nov - Des 2018
...inspiring you with
GREAT & RELIABLE
SUCCESS STORY
INFO ADVERTISING : INDAH KENCANA PUTRI (0823 3996 4020)
84 Vol. 105 | Nov - Des 2018