monumen batik jogja (tanpa gambar)

Upload: whaone-weizz

Post on 13-Jul-2015

78 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kawung Berarti daun aren yang bentuknya diangkat dari buah randu beisi kapuk berwarna putih, yang mengandung elemen sukra (skt= air mani), melambangkan kekuatan raga manusia. Grompol Motif grompol termasuk dalam pola nitik yang terdiri dari titik-titik dan garis. Grompol berasal dari kata menggerompol (ngrompol) yang berarti berkumpul menjadi satu senasib sepenanggungan dalam suka dan duka. Motif ini dikenakan dalam rangkaian upacara daur hidup, antara lain perkawinan yang melambangkan bersatunya dua keluarga yang berbeda. Poleng Berarti belang, yang diangkat dari bidang warna semula lima warna (putih, merah, kuning, hitam, dan biru) yang melambangkan makrokosmo. Puth (endra) sebagai symbol dewa kesuburan, merah (yama) sebagai symbol dewa maut atau kematian, kuning (waruna/baruna) symbol dewa laut/angina, hitam (wisnu) sebagai symbol dewa pemelihara, biru (syiwa) symbol dewa segalanya. Kemudian erubah menjadi empat warna yang melambangkan mikrokosmo, terdiri dari warna putih, merah, kuning, hitam, sebagai simbolisme empat nafsu manusia (mutmamah, amarah, auwamah, dan supiah) dalam perkembangannya berubah menjadi dua warna hitam, putih sebagai symbol rwa bhineda (dua berlainan tetapi saling mengisi) yang melambangkan ketegasan dalam keselrasan. Semen rama Diambil dari nama prabu rama wijaya dalam cerita Ramayana. Motif semen rama menyimbolkan delapan ajaran keutamaan bagi seorang pemimpin atau raja yang dikenal sebagai asta brata (asta:8, brata:keutamaan) & diwejangkan oleh rama wijaya kepada gunawan wibisana saat akan dinobatkan menjadi raja negri alengka. Asta brata terdiri dari endra (kemakmuran), yama (adil), surya (keteguhan hati), sasi (penerangan), bayu (budiluhur), dana atau baruna (kesejahteraan), pasa (berhati lapang), agni (sakti menumpas angkara murka) Nitik cakar Diambil dari kulit tanaman berupa titik-titik dan garis pendek yang tersusun secara geometris, terbentuk dalam bidang yang membentuk ruang. Nitik melambangkan kekuatan jiwa manusia untuk berjuang. Gringsing Bentuknya diangkat dari bunga angrek berbintik-bintik berwarna merah yang mengandung elemen swanita (skt=darah), melambangkan kekuatan jiwa manusia. Parang (barong) Bentuknya diangkat dari cadas-cadas gunung sebagai symbol girisa (skt=siwa) yang melambangkan kekuasaan raja khusus untuk parang barong hanya dikenakan oleh raja pada upacara-upacara kerajaan Rujak senthe

Motif rujak senthe termasuk dalam pola lereng yang terdiri dari minimal 7 motif batik yaitu lidah api, setengah kawung, banji sawit, mlinjon, tritis, ada-ada, untu walang, yang tersusun dalam bentuk lereng berlatar hitam. Rujak senthe menggambarkan perpaduan antara hal-hal yang baik dengan yang kurang baik. Dahulu bermasuk motif larangan yang hanya boleh dikenakan oleh raja dan keluarganya. Udan riris Motif udan riris termasuk dalam pola lereng yang terdiri dari minimal 7 motif batik yaitu lidah api, setengah kawung, banji sawit, mlinjon, tritis, ada-ada, untu walang, yang tersusun dalam bentuk lereng berlatar putih. Udan riris berarti hujan rintik-rintik melambangkan kesuburan yang barokah untuk kesejahteraan lahir dan batin. Dahulu termasuk motif larangan yang hanya boleh dikenakan raja dan keluarganya. Sida mukti Motif sida mukti gaya yogyakarta termasuk dalam pola semen. Sida berarti menjadi, sedangkan mukti berarti mulia. Sida mukti berlambangkan harapan hidup menjadi kecukupan, bahagia lahir dan batin. Motif ini dikenakan pada upacara daur hidup seperti pernikahan, mitoni, tetesan, supitan dan terapan. Parang kusuma Parang kusuma termasuk dalam pola parang. Parang adalah karang yang tajam atau cadas melambangkan ketajaman rasa dan pikir. Kusuma berarti bunga atau kembangin jagad atau dharahing kusuma. Parang kusuma melambangkan harapan menjadi orang yang selalu menjaga dan menjunjung tinggi keharuman atau nama baik diri pribadi, bangsa dan Negara. Dahulu motif ini dikenakan oleh ksatria. Parang parikesit Termasuk dalam pola parang. Parang adalah karang yang tajam atau cadas melambangkan ketajaman rasa dan pikir. Parikesit adalah raja astina dalam pewayangan yang berkarakter kuat dalam perasaan. Parang parikesit melambangkan kepemimpinan yang kuat, tajam dalam rasa dan polah pikir serta tegas dalam tindakan. Dahulu termasuk dalam motif larangan yang hanya dikenakan oleh raja dan keluarganya. Parang mangkara Parang mangkara termasuk dalam pola parang. Parang adalah karang yang tajam atau cadas melambangkan ketajaman rasa dan pikir. Pada motif ini pola parang dihiasi mangkara, yaitu stilasi dari mahkota yang dikenakan raja. Parang mangkara melambangkan bahwa seorang raja harus melindungi rakyatnya. Dahulu motif ini dikenakan oleh ksatria. Truntum Motif ini termasuk dalam pola nitik dengan ornamen pokok bunga tanjung, yang menggambarkan bintang-bintang. Berasal dari kata truntum (berkumpul kembali) melambangkan bertaut atau berseminya kembali cinta kasih suami-istri. Motif ini dikenakan dalam upacara pernikahan. Semen Huk

Semen berasal dari kata semi (tumbuh), sedangkan huk sebagai ornamen pokok diciptakannya sultan agun di abad ke-17 dilukiskan sebagai embrio burung garuda. Merupakan simbol kepemimpinan yang baik, takwa kepada Tuhan YME, arif bijaksana, berudi luhur, terpercaya, cerdas terbuka, melindungi, mendidik dan dapat menyesuaikan diri dengan rakyat. Dahulu merupakan motif larangan yang hanya boleh dikenakan oleh raja dan putra mahkota dalam upacara kenegaraan dan keagamaan Semen sinom Semen berasal dari kata semi = tumbuh. Sedangkan sinom berasal dari kata isih enom berarti muda. Semen sinom mempunyai harapan kepada generasi muda untuk menjalani kehidupan yang lebih baik sebagaimana tunas yang beru tumbuh segar penuh semangat menatap masa depan. Umumnya dikenakan oleh para remaja yang berjiwa muda. Semen ageng Termasuk dalam pola semen dengan ornamen pokok garuda. Melambangkan kuasa dari sumber hidup, serta meru menggambarkan kedudukan tinggi sebagai lambang keadilan. Semen angeng kepemimpinan yang baik berbudi luhur, adil, tabah dalam menghadapi segala rintangan, mengayomi rakyat, lingkungan dan alam sekitarnya. Dahulu merupakan motif larangan yang hanya dikenakan oleh raja dan keluarganya. Sida asih Motif sida asih yogyakarta termasuk dalam pola semen. Sida berarti menjadi, sdangkan asih berarti kasih sayang. Sida asih melambangkan harapan hidup penuh kasih sayang dalam suka dan duka dengan landasan takwa kepada Tuhan YME. Motif ini dikenakan pada upacara daur hidup seperti pernikahan, mitoni, tetesan, supitan dan terapan. Srikaton Motif ini termasuk dalam pola semen. Srikaton berasal dari kata sri yang berarti raja/srinarendra dan katon berarti menampilkan diri dimuka rakyatnya. Motif ini melambangkan seorang raja/ pemimpin harus mampu menjadi contoh yang baik (panutan) bagi rakyatnya dengan memilki sifat adil, berperikemanusiaan, konsisten dalam kata dan peruatannya (berbudi bawa leksana) Tambal Motif tambal termasuk dalam motif pola ceplok (motif geometris yang diulang dan saling berhubungan) yang terdiri dari berbagai macam motif batik tambal berarti menutup sesuatu yang kurang baik agar menjadi lebih baik. Kumpulan berbagai motif batik ini mengandung harapan untuk saling mengisi dengan kebaikan sehingga terjadi keharmonisan Sekar jagad Termasuk dalam motif ceplok. Sekarjagad berasal dari kara sekar (kembang) dan jagad (semesta duani). Sekarjagad berarti sekaring jagad atau kusumaning jagad yang bermakna sebuah harapan untuk menjadi menusia terbaik berwatak dan berbudi pekerti luhur. Kasatriyan

Termasuk dalam pola ceplok. Dengan bentuk utama segiempat dengan satu bulatan ditengahnya. Isi bidang terdiri dari pola parang/lereng, nitik dan kawung. Motif ini mengandung nilai-nilai etis dan estetis dilihat dari kerumitan dan kesungguhan (greget). Melambangkan jiwa ksatria yang mendarma-baktikan hidupnya kepada nusa dan bangsa serta dapat melestarikan budaya luhur bangsa. Dapat dikenakan oleh siapa saja. Ciptoning Termasuk dalam pola ceplok. Motif ini mencertiakan arjuna yang mesu diri, manembah dan manekung sehigga berhasil mengalahkan segala godaan dan hawa nafsu jahat dan menjadi begawan ciptoning mintaraga. Dengan harapan yang mengenakan dapat meneladaninya. Dahulu dikenakan oleh para ksatria Hima krendha Termasuk dalam pola semen. Berasal dari kata ima (hima) yang berarti awan/mendung/salju yang terlihat lembut dan kendha berarti peti mati. Motif ini bermakna agar tidak menyepelekan yang lemah karena apabila sudah terhimpun menjadi satu akan menjadi kekuatan yang sangat dhsyat. Dahulu dikenakan oleh para pemuka agama dan sebagai blangkon panji atau pemimpin prajurit wirabraja.