mp 01-management pengendalian operasi
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
1/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal i
MATA PELAJARAN I
Managemen Pengendalian Operasi
TUJUAN PELAJARAN :
Setelah mengikuti pelajaran ini peserta memahami Managemen
Pengendalian Operasi, mampu mensupervisi pengoperasian
pembangkit dengan efisien dan memahami bisnis pembangkitan
sesuai perundang-undangan yang berlaku
DURASI : 6 JP
PENYUSUN :
1. SUHARNO
2. HERI PURNOMO
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
2/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal ii
DAFTAR ISI
TUJUAN PELAJARAN ....................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................................................... iii
1. MANAGEMEN OPERASI ......................................................................................................................... 1
1.1 Proses Perencanaan Produksi ........................................................................................................... 2
1.2 Pengoperasian unit ............................................................................................................................ 3
1.3 Pengendalian dan Evaluasi Operasi ................................................................................................... 4
1.4 kegiatan penunjang ........................................................................................................................... 5
2. MANAGEMEN EFISIENSI ........................................................................................................................ 6
2.1 Performance Testing dan Monitoring ............................................................................................... 8
3. TATA NIAGA KELISTRIKAN ..................................................................................................................... 8
3.1 Power Purchase Agreement (PPA) .................................................................................................... 9
3.2 Status operasi pembangkit .............................................................................................................. 14
3.3 Indikator Kinerja Pembangkit .......................................................................................................... 17
3.4 Kebutuhan Pengaturan Sistem (Dispatch Requirement) ................................................................ 19
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
3/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Peta proses managemen operasi ................................................................................................. 1
Gambar 2. Sistem Tenaga Listrik ................................................................................................................... 6
Gambar 3. Management Effisiensi ................................................................................................................ 7
Gambar 4. Peta proses efficiency management ........................................................................................... 7
Gambar 5. Tata Niaga Kelistrikan .................................................................................................................. 9
Gambar 6. Status Operasi Pembangkit ....................................................................................................... 14
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
4/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kondisi Outage Pembangkit........................................................................................................... 15
Tabel 2. Kondisi Derating Pembangkit ........................................................................................................ 16
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
5/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 1
MANAGEMEN PENGENDALIAN OPERASI
1. MANAGEMEN OPERASI
Manajemen operasi merupakan suatu kegiatan yang menjamin agar unit pembangkit
dapat beroperasi secara kontinyu sesuai dengan target dan kontrak yang telah disepakati.
Kegiatan tersebut meliputi proses perencanaan produksi, pengoperasian, penjadwalan
outage, mengendalikan, serta mengevaluasi agar pembangkit beroperasi secara aman,
andal, efisien, serta mentaati ketentuan lingkungan dan keselamatan sesuai dengan
regulasi yang berlaku. Peta proses operation management dapat dilihat pada gambar 1 :
Masukan
PenanggungJawab
Keluaran
Manajer Sektor
Asman
Pemeliharaan
Asman Enjinirng
Kantor Induk
RenDal Op
SPV Operasi
Pembangkit
Operator, Teknisi
AE Kimia &
Lingkungan
Asman Operasi
Kesiapan sesuai
kebutuhan pelanggan
Operasi dengan Aman, Andal dan
Efisiensi
Tujuan dan
Sasaran
Renc JP &
AnggaranInformasi ke P3B
Ren Thn & Anggaran
Hasil Performance & Uji Peralatan
Laporan Operasi
JP & Tahunan
Rencana Operasi
Kompetensi
Kewenangan
Pengujian
Perencanaan SDM
Training
Service
MemenuhiPemeliharaan
Persetujuan
Catatan Operasi
Rekomendasi
Pemberi Instruksi & Kewenangan
Start-up
ProcessMonitoring and
Control
Shutdown
Stand-by
P e m a n t a u a n K i n e r j a
S a m p l i n g
P e n g u j i a n
K o n d i s i T i d a k N o
r m a l O p e r a s i
I j i n K e r j a
Kondisi Normal Operasi
Operasi Harian
P e n g e m b a n
g a n & P e r b a i k a n P r o s e s
Komunikasi Operasional
S
i t u a s i D a r u r a t
LaporanGangguan
Catatan
Gangguan(MMS)
Usulan
Perbaikan
Keperluan Pemeliharaan & Pengujian
Persyaratan KLH
Work History and Pengalaman Sebelumnya
O&M Manuals, InstructionsGangguan
Kinerja Pembangkit & Peralatan
Produksi Bulanan
Asman Operasi
Laboratorium Operasi
Gambar 1.Peta proses managemen operasi
Sasaran-sasaran utama dari Proses Operasi adalah :
1. Ketersediaan tenaga listrik sesuai dengan :
Batas kemampuan teknis dari pembangkit.
Kebutuhan PLN.
Untuk meyakinkan keamanan dan kestabilan sistem, PLN P3B meminta
kepada pembangkit untuk menyesuaikan dan melakukan perubahan
berkelanjutan.
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
6/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 2
Peraturan pemerintah dan/atau PLN.
2. Operasi yang aman, andal dan efisien, dengan dampak lingkungan yang minimum
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa kegiatan utama dalam managemen operasidibagi menjadi empat bagian utama yaitu :
1.1 Proses Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi berarti merencanakan pengoperasian unit pembangkit
berdasarkan kebutuhan sistem dan kesiapan unit. Kegiatan-kegiatan operasi dalam
proses ini diantaranya:
a. Membuat rencana operasi jangka panjang untuk periode lima tahunan dan
tahunan yang perencanaannya mengacu pada histori kejadian kritis masa lalu,rencana produksi, aturan PLN, estimasi unjuk kerja pembangkit, kebutuhan
investasi serta jadwal pemeliharaan (preventive / outage).
Rencana operasi jangka panjang dilaksanakan berdasarkan perencanaan kebutuhan
produksi jangka panjang (5 tahun). Rencana Jangka Panjang dan Anggaran akan
direview dalam periode satu tahun, meliputi:
Tinjauan ulang kejadian kritis yang telah lalu.
Tindakan yang diperlukan untuk suatu operasi yang aman, andal, efisien dan
ramah lingkungan.
Perubahan rencana produksi. Rencana Operasi Tahunan.
Perubahan di dalam aturan yang diwajibkan PLN.
Perubahan unjuk kerja pembangkit dan peralatan.
Kebutuhan tindakan dan/atau koreksi kedepan.
Kebutuhan investasi.
Target operasi pembangkit dan syarat pemeliharaan preventif dan planned outages
direncanakan tahunan. Perencanaan sasaran operasional pembangkit sudah
mempertimbangkan persyaratan pemeliharaan preventif dan rencana planned
outages.
b. Rencana operasi tahunan disusun berdasarkan rencana produksi tahunan yang
tercantum dalam RJP&A yang dituangkan dalam RKAP. Perencanaan sasaran
operasional pembangkit sudah mempertimbangkan persyaratan pemeliharaan
preventif dan plannedoutages.
c. Rencana operasi tahunan juga meliputi identifikasi sumber daya dan biaya-biaya
yang diperlukan, termasuk kebutuhan pelatihan.
d. Membuat rencana daya mampu mingguan dan bulanan yang disesuaikan dengan
kondisi unit (stock batubara, rencana perbaikan, histori peralatan dan lain - lain).
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
7/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 3
e. Merencanakan kesesuaian tugas yang diperlukan untuk mengidentifikasi sumber
daya dan biaya-biaya, meliputi :
Perencanaan kebutuhan sumber daya manusia.
Pengembangan dan pelatihan SDM untuk mencapai kemampuan yang
diperlukan.
Pengujian kompetensi SDM.
f. Memastikan setiap personel / operator memiliki sertifikat yang sah dan masih berlaku
seperti :
Semua operator wajib mempunyai sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh
lembaga yang berwenang
Semua analis kimia laboratorium wajib mempunyai sertifikat kima
laboratiorium
Semua operator alat berat dan angkat angkut wajib mempunyai sertifikat
operator alat angkat dan angkut
1.2 Pengoperasian unit
Mengoperasikan unit pembangkit untuk kondisi normal, seperti tertuang dalam dokumen
prosedur operasi normal untuk start-up unit, shut- down unit, start-stop peralatan,
pengaturan beban unit dan pembangkit stand-by.
Dokumen operasi harian menjelaskan tindakan pengoperasian harian pembangkit padakondisi normal. Tindakan ini merupakan implementasi rencana produksi jangka pendek,
yang terdiri atas :
i. Koordinasi dengan P3B
ii. Komunikasi dengan pihak internal dan eksternal
iii. Pengaturan daftar tugas shift
iv. Persetujuan ijin kerja
v. Pengumpulan dan Penyimpanan Data Operasi
vi. Membantu investigasi kecelakaan kerjavii. Pengecekan peralatan dan pelaksanaan kebersihan dilakukan bersama Bidang
Pemeliharaan
viii. Pembuatan Laporan Operasi
Mengoperasikan unit saat keadaan tidak normal, seperti tertuang pada prosedur situasi
tidak normal operasi, yang disebabkan adanya gangguan jaringan transmisi, gangguan
pada kualitas bahan bakar / air / bahan kimia, tingkat polusi melebihi ambang batas,
pembatasan sistem pembangkit serta adanya gangguan/ kerusakan peralatan.
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
8/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 4
Mengoperasikan unit saat kondisi darurat, seperti adanya bencana alam, huru hara,
kebakaran/ ledakan, pencemaran bahan berbahaya, bocoran uap dan air serta black-out.
Tindakan yang dilakukan adalah:
Melaksanakan prosedur tanggap darurat
Melakukan komunikasi dan koordinasi
Menghubungi pihak keamanan dan terkait lainnya
Melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan
Melakukan first line maintenance
Melakukan patrol check dan house keeping operasi minimal 3 kali per shift.
Melakukan tindakan first line maintenance (menambah oli / minyak,
pengencangan baut - baut, pembersihan filter, pembersihan peralatan dan lain
lain) Melakukan pengamanan dan penanganan awal jika terjadi gangguan sesuai
dengan prosedur penanganan gangguan.
Melaporkan, memonitor dan mengendalikan gangguan.
1.3 Pengendalian dan Evaluasi Operasi
Pengoperasian, pengujian dan pengaturan jam kerja operasi peralatan.
Melakukan change over peralatan sesuai jadwal.
Melakukan routine test peralatan sesuai jadwal (mingguan, 2 mingguan dan
bulanan).
Melakukan pengujian / performance test setelah perbaikan / overhaul.
Melakukan optimasi dan evaluasi kinerja operasi.
Melakukan pengukuran / metering, pencatatan dan pelaporan energi listrik
untuk memantau kinerja pembangkit dan pembuatan neraca energi listrik
bulanan.
Membandingkan dan mengevaluasi kesiapan unit yang telah dicapai (waktu dan
produksi listrik netto) dengan target yang telah disepakati.
Membandingkan dan mengevaluasi konsumsi spesifik unit pembangkit aktual
(uap panas bumi , bahan kimia, auxiliary) dengan target yang telah disetujui.
Melakukan review / update Standard Operating Procedure (SOP) dan
mengeluarkan rekomendasi untuk menjaga keandalan dan efisiensi,
berdasarkan kondisi terakhir unit pembangkit (kajian evaluasi gangguan, histori
peralatan, rencana pemeliharaan, rencana produksi, kondisi energi primer dan
lain lain).
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
9/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 5
1.4 kegiatan penunjang
Untuk managemen operasi di bagi dua penyelia antara lain : penyelia operasi dan
penyelia Perencanaan dan Pengendalian Operasi dan Niaga, tugas penyelia operasional
antara lain:
Mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan pengoperasian PLTP sesuai
prosedur dan standar kerja (IK), mencatat dan melaporkan kepada atasan
Mengkoordinasikan kesiapan peralatan serta pelaksanaan start/stop Unit
Pembangkit
Mengendalikan pengoperasian peralatan operasi pembangkit sesuai Rencana
Operasi Harian (ROH) yang telah ditetapkan dan Mengendalikan Pemakaian
Sendiri (PS) unit pembangkit sesuai kewenangannya Menyelia kegiatan pengoperasian pembangkit sesuai SOP termasuk instalasi
Penunjang
Mengidentifikasi dan mengatasi gangguan sebatas kewenangan operasional
Mengusulkan kebutuhan material operasi untuk masing-masing unit
pembangkit
Menyelia penerapan TPM / first line maintenance pada satuan kerjanya
Mematuhi dan melaksanakan seluruh program perusahaan yang meliputi,namun
tidak terbatas pada manajemen risiko, Lingkungan dan K3 (LK3),Pengamanan,
5S, Sistem Manajemen Terpadu (SMT), dan Coaching-Mentoring-Counseling
(CMC) sesuai dengan kewenangannya di unit kerja masing-masing.
Tugas penyelia Perencanaan dan Pengendalian Operasi dan Niaga antara lain:
Membuat berita acara transaksi energi antara unit pembangkit dengan Pihak
pemasok uap dan Pusat Pengatur Beban sert.
Mengusulkan RKA operasi untuk menjamin keandalan, kesiapan, dan efisiensi
unit pembangkit
Mengusulkan target kinerja unit pembangkit meliputi: Kinerja keandalan
(EAF,SFF), Kinerja pelayanan (SOF, UCE, EFOR), Kinerja Efisensi (PS, efisiensi
Thermal, heat rate) dan evaluasi realisasinya
Menganalisis rencana / perhitungan biaya dan pendapatan operasi
sesuaidengan kontrak niaga dan memberikan rekomendasi
Menganalisis data specific fuel consumption (SFC) dan Pemakaian Sendiri(PS)
seluruh unit pembangkit
Menghitung proyeksi pemakaian energi primer dalam bentuk energi listrik
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
10/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 6
Menganalisis efisiensi, keandalan dan kinerja pembangkit dan memberikan
rekomendasi berupa rencana kerja optimalisasi efisiensi dan
keandalanpembangkit
Menganalisa pola operasi dan pembebanan Unit Pembangkit dan menyusun
rekomendasi pola pengoperasian dan pembebanan unit pembangkit yang paling
efisien
Mematuhi dan melaksanakan seluruh program perusahaan yang meliputi,
namun tidak terbatas pada manajemen risiko, Lingkungan dan K3 (LK3),
5S,Sistem Manajemen Terpadu (SMT), sesuai dengan kewenangannya di unit
kerja masing-masing.
Gambar 2. Sistem Tenaga Listrik
2. MANAGEMEN EFISIENSI
Efficiency Management Program merupakan kegiatan untuk mengelola unit pembangkit
dengan melakukan perencanaan, implementasi program dan evaluasi secara
berkesinambungan sehingga dicapai efisiensi unit yang optimal. Untuk menjamin unit
beroperasi secara efisien dibutuhkan identifikasi setiap peralatan, analisa, simulasi dan
optimasi peralatan peralatan agar bekerja pada titik optimumnya.
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
11/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 7
Gambar 3. Management Effisiensi
Dalam BMS Manajemen Efisiensi adalah serangkaian proses yang meliputi kegiatanPersiapan dan Identifikasi, Performance Monitoring &Testing, dan Efficiency
Improvement. Peta proses efficiency management dapat dilihat pada gambar 4.
Sasaran utama proses ini adalah:
Mempertahankan efisiensi Operasi Pembangkit setara dengan heat rate pada saat
komisioning.
Biaya bahan bakar yang efisien.
Pengoperasian pembangkit yang ramah lingkungan (Emission Reduction).
MencapaiBest Practice Efficiency diukur dengan Key Performance Indicator dan
Business Process Maturity.
Aims and
Targets
Inputs
Responsibility
Outputs
Efisiensi Operasi
Pembangkit setara
dengan
Komissioning
Manajer Operasi
Kalkulasi dan Analisa :· Unjuk Kerja (Performance)· (Heatrates, SFC, Eff
System, dll)· Biaya dan Keuntungan
(CBA)
Efficiency Report
Ramah
Lingkungan
(Emision
Reduction)
Best Practice
Effisiensi
Biaya Bahan Bakar
Data Komissioning Pembangkit
Kontrak Kinerja Tahunan
Standard Performance Calculation
Jadwal Pengujian
Plant Performance
Keperluan Pengujian Operasi dan Har
Peta Kesehatan Peralatan
O & M Manual
Kelainan Peralatan
Plant History
Efficiency RecordsRekomendasi Effisiesi· Maintenance
Planning· Operation Planning
Instruksi Operasi
Service Request & ECP
Kantor
IndukManajer Unit/
General
Manager
Manager
Pemeliharaan
Manager
Enjiniring
Manajer
Operasi
Persiapan danIdentifikasi· Perencanaan
Sumber Daya· Penentuan
standard/ acuan· Pemodelan System· Data Collection dan
verifikasi parameter · Simulasi Model· Perhitungan dan
analisa
Performance Testing &Monitoring :· Terjadwal· Terus menerus dan Konsisten· Melihat kecenderungan (Trending
base)
· Sesuai dengan Standardyang ada
· Identifikasi kelainanparameter Operasi
· Kondisi ideal & SteadyState
Effieciency Improvement
Peningkatan Pola Operasi danRekomendasi EffisiensiImprovement
Engineering Change Management(ECM)
Gambar 4. Peta proses efficiency management
Selain dari performa peralatan pembangkit yang sangat mempengaruhi efficiency
pemabangkit adalah energi primernya berupa uap panas bumi, baku mutu yang
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
12/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 8
ditetapkan dalam kontrak jual beli energi primer disesuaikan dengan kondisi / operation
manual peralatan pembangkit dari pabrikan, kesepakatan antara penjual energi primer
dengan pembeli (pihak pembangkit) untuk mengetahui kwalitas uap yang dikirim telah
diatur dalam SOP bersama.
Pembangkit yang energi primernya dipasok dari pihak lain di atur dalam kontrak berupa
take or pay (TOP), pencapaian TOP berkisar dari 80%- 96 % pertahun/perbulan, titik
perhitungan TOP diambil dari banyaknya energi listrik yang dibangkitkan oleh sisi
pembangkit dikurangi pemakaian sendiri (PS), dengan melihat titik transaksi jual beli
(TOP), maka untuk efficiency thermal, heat rate dan SSC kurang diperhatikan, kecuali
apabila pembangkit menemui derated dan sisi kwalitas uap terpenuhi baru dilakukan
analisa perhitungan efficiency.
2.1 Performance Testing dan Monitoring
Sebagai tindak lanjut dari SOP bersama pengoperasian unit pembangkit dengan pihak
pemasok uap, dilakukan monitoring kwalitas uap secara periodik dengan tool dan titik
pengambilan sumpling uap yang disepakati bersama, apabila ditemukan salah satu
unsur kwaltas uap yang sangat dominan terhadap derated pembangkit melebihi baku
mutu dan kondisi peralatan pembangkit tidak ada kelainan, maka pihak pembangkit bisa
melakukan komplen terhadap si pemasok uap dengan dikuranginya penagihan uap
bulanan.
Performance unit pembangkit dilakukan dari hasil monitoring dengan tool yang sudahdisepakati, maka perlu dilakukan secara konsisten dan terjadwal untuk mengetahui
perkembangan dalam kurun waktu tertentu. Prinsip monitoring dapat berjalan dengan
baik bilamana proses ini dilakukan dengan konsisten, terjadwal (termasuk sebelum dan
sesudah overhaul ) dan dalam kondisi yang sama. Sehingga dapat diketahui kelainan-
kelainan yang terjadi pada beberapa parameter operasi pembangkit.
3. TATA NIAGA KELISTRIKAN
Secara umum proses bisnis dalam ketenagallistrikan di Indonesia dapat dijelaskan
sesuai diagram berikut:
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
13/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 9
Gambar 5. Tata Niaga Kelistrikan
3.1 Power Purchase Agreement (PPA)
Transaksi pembangkitan adalah transaksi tenaga listrik langsung dengan pembangkitan.
Transaksi ini dituangkan dalam PJBTL (Power Purchase Agreement, PPA) yang
merupakan kesepakatan jual beli tenaga listrik antara penjual dengan pembeli dimana
mengatur hak dan kewajiban antara penjual dan pembeli berkaitan dengan kesepakatan
tersebut. Dalam kaitan ini yang bertindak sebagai pembeli adalah Single Buyer.
Pedoman Transaksi Tenaga Listrik sisi Pembangkitan
Kesepakatan/perjanjian/aturan/code/SOP yang menjadi pedoman transaksi tenaga listrik
sisi Pembangkitan:
Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (Power Purchase Agreement; PPA) antara
Perusahaan Pembangkit dan PT PLN (Persero): memuat aspek teknis, legal,
operasional dan komersial jual beli.
Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Jamali (Grid Code): memuat tata carapemrosesan data transaksi, penagihan dan pembayaran serta penyelesaian
perselisihan
Aturan Transaksi Pembangkitan Sistem Tenaga Listrik Jamali yang berlaku di
internal PLN: memuat tata cara pemrosesan data transaksi, penagihan dan
pembayaran serta penyelesaian perselisihan transaksi di pembangkitan
Prosedur Tetap (Protap) Transaksi Tenaga Listrik antara PT IP, PT PJB, PLN
Pembangkitan dan PLN P3B: memuat prosedur pengambilan dan pemrosesan data
transaksi, prosedur perhitungan dan pembuatan Berita Acara Transaksi (Jumlah
Tagihan Final).
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
14/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 10
Prosedur Tetap (Protap) Deklarasi Kondisi Pembangkit & Indeks Kinerja
Pembangkit untuk Jawa Bali: memuat prosedur deklarasi kondisi pembangkit dan
perhitungan indeks kinerja pembangkit.
Proses Transaksi Pembangkitan Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali
1. Rencana Kesiapan Pembangkit
Pembangkit menyampaikan rencana kesiapan pembangkit bulanan periode tahun
kontrak berjalan ke PLN P3B JB
2. Penjadwalan Operasi Pembangkit
PLN P3B JB menyampaikan rencana pembebanan (dispatch) pembangkit bulanan /
mingguan / harian ke Pembangkit
3. Operasi Real Time Pembangkit
PLN P3B JB men-dispatch pembangkit sesuai rencana dan menyampaikan revisi
pembebanan (redispatch) pembangkit harian/jam-an ke pembangkit (bila ada)
4. Pengumpulan Data Meter Transaksi dan Data Operasi Pembangkit
PLN P3B JB dan Pembangkit setiap bulan melaksanakan:
· Download data meter transaksi pada Meter Utama (Main Meter) dan Meter
Pembanding (Check Meter) dicacah per ½ jam-an
· Pengumpulan data operasi pembangkit (Dispatch, Redispatch, Gangguan
Pembangkit dll) utk perhitungan kesiapan aktual pembangkit (AFa)
pendukung setelmen transaksi
5. Pemeriksaan & validasi data meter
PLN P3B JB dan Pembangkit melaksanakan pemeriksaan dan validasi data meter
transaksi (Meter Utama dan Meter Pembanding), seperti kelengkapan data per ½
jam-an, deviasi Meter Utama thd Meter Pembanding (pada Protap disyaratkan
sebesar +/- 0,4 %).
6. Pembuatan Berita Acara Pembacaan Meter / Pengiriman Energi dari Pembangkit ke
PLN P3B JB
PLN P3B JB dan Pembangkit membuat Berita Acara Pembacaan Meter / Pengiriman
Energi dari Pembangkit ke PLN P3B JB bila Data Meter sudah dinyatakan benar dan
valid.
7. Data siap untuk proses setelmen
PLN P3B JB dan Pembangkit menyiapkan data meter, data operasi dan data
indicator ekonomi (kurs, harga bahan bakar dll) untuk proses setelmen.
8. Proses Setelmen (Perhitungan Pembayaran)
PLN P3B JB dan Pembangkit masing-masing melakukan proses setelmen
(perhitungan pembayaran) sesuai struktur pembayaran pada Kontrak/PPA.
9. Pembuatan Draft Berita Acara Jumlah Tagihan Sementara (JTS)
PLN P3B JB dan Pembangkit masing-masing menuangkan hasil perhitungan
pembayaran ke dalam draft Berita Acara Jumlah Tagihan Sementara (JTS) Transaksi
Tenaga Listrik.
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
15/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 11
10. Verifikasi Draft BA JTS Transaksi
PLN P3B JB dan Pembangkit saling berdiskusi dan melakukan verikasi atas hasil
perhitungan JTS masing-masing.
11. Pembuatan Berita Acara Jumlah Tagihan Final (JTF) oleh Pembangkit
Bila draft BA JTS sudah disepakati PLN P3B JB dan Pembangkit, maka Pembangkit
membuat Berita Acara Jumlah Tagihan Final (JTF) dan disampaikan ke PLN P3B JB
untuk ditandatangani.
12. Invoicing / Tagihan Pembangkit ke PLN Pusat
Pembangkit menyampaikan Invoice/Tagihan ke PLN Pusat berpedoman pada Berita
Acara Transaksi Tenaga Listrik (BA JTF)
13. Proses Pembayaran
PLN Pusat melaksanakan pembayaran tagihan dari Pembangkit sesuai ketentuan
Kontrak/PPA.
Parameter yang diukur / diperhitungkan dalam transaksi pembangkitan
Jumlah energi/daya (aktif dan reaktif) yang diterima dari pembangkit (sesuai Berita
Acara Transaksi kWh, kVARh)
Kinerja pembangkit, khususnya Faktor Kesiapan Ekivalen Pembangkit (EAF=
Equivalent Availability Factor )
Besaran tarif komponen pembangkitan yang terkait struktur biaya pembangkitan
Harga bahan bakar, heat content bahan bakar, heat rate mesin, dan volume bahan
bakar (untuk pembangkit dual fire/mix)
Layanan Tambahan (ancillary services) pembangkit untuk keandalan dan kualitas
suplai tenaga listrik, seperti: start up, voltage control, black start, keluaran darurat.
Layanan yang dibayar sesuai Kontrak Jual Beli (PPA).
Komponen biaya dalam transaksi pembangkitan dibagi menjadi dua :
1. Komponen Biaya Tetap
Komponen Biaya Tetap adalah biaya yang diperlukan untuk memenuhi kewajibankepada Pemilik Modal yang menyertakan ekuitasnya dan kewajiban kepada
Lender/Investor sedemikian sehingga Pusat Pembangkit tetap dapat tumbuh dan
bekembang.
Komponen Biaya tetap terdiri atas:
Komponen A adalah Biaya Kapital atau Capital Cost Recovery (CCR):
CCR = f (Investment Cost, Interest Rate, Payback Periods, Rate of Return)
Investment Cost = f (plant type)
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
16/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 12
Komponen B adalah Biaya Operasi dan Pemeliharaan Tetap:
Pemeliharaan Pembangkit yang merupakan f (Operating hours, Loading mode, Plant
availability)Biaya Pegawai, Administrasi dan Asuransi
2. Komponen Biaya Variabel
Komponen Biaya Variabel adalah biaya yang dikeluarkan agar pembangkit tetap dapat
beroperasi dan menghasilkan energi listrik secara kontinyu melalui penyediaan pasokan
energi primer yang berkesinambungan.
Komponen Biaya Variabel terdiri atas:
Komponen C adalah Biaya Bahan Bakar:
Biaya Bahan Bakar = f (Plant Heat Rate, Fuel Price)
Plant Heat Rate = f (plant type, loading)
Komponen D adalah Biaya Operasi dan Pemeliharaan Variabel:
Biaya bahan pelumas, air, bahan kimia dan bahan bantu lainnya
Komponen Tambahan (additional charge) adalah biaya yang dikeluarkan pembangkit
untuk penyediaan layanan tambahan (ancillary services) untuk keandalan dan
kualitas suplai tenaga listrik, seperti start up, keluaran darurat, pengaturan frekuensi,cadangan operasi, voltage control, black start dll
Metode transaksi pembangkitan
Secara umum metode transaksi pembangkitan dibedakan atas dua metode seperti
dituangkan dalam diagram dibawah ini :
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
17/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 13
1. Transaksi Pembangkitan Berbasis Kapasitas & Energi
Pembangkit yang menggunakan struktur pembayaran berbasis kapasitas dan energy
total pembayarannya adalah
Total Pembayaran = Komp. A+ Komp. B + Komp. C + Komp D + Komp. Tambahan
Dimana :
Komponen A.Pembayaran Komponen A untuk Pengembalian Biaya Investasi
Komp. A = DMN x Hkap x EAF
Komponen B.
Pembayaran Komponen B untuk Pengembalian Biaya Tetap O & M
Komp. B = DMN x (Hfix x I) x EAF
Komponen C.
Pembayaran Komponen C untuk Pengembalian Biaya Bahan Bakar
Komp. C = Ea x ECRm
Komponen D
Pembayaran Komponen D untuk Pengembalian Biaya Variabel O&M
Komp. D = Ea x (Hvar x I)
2. Transaksi Pembangkitan Berbasis Energi
Pembayaran dinyatakan dengan harga satuan energi:
T
S
T
T
R
A
Setelmen pembayaran berdasarkan kapasitas
yang dapat disediakan dan produksi enegi
Penetapan Tarif per Komponen Pembayaran:Komp A, B, C , D dan Pembayaran Tambahan Dibedakan atas Pembayaran Biaya Tetap (A&B)
Setelmen pembayaran berdasarkan besarnya energi yang dikirim (delivered)
Semua komponen biaya dinyatakan dengan tarif
curah dan single tarif (Rp/kWh atau US$/kWh)
Biasanya terdapat klausul Take or Pay (TOP)
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
18/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 14
Total Pembayaran = Ea x P x I
Dimana:
Ea = Energi (kWh) yang dikirim (delivered) atau Energy Take or Pay (TOP)
P = Harga energi untuk pengembalian seluruh biaya pembangkit (Rp/kWh atau
US$/kWh)
I = Indeks Inflasi terkait kurs serta Indeks Harga Konsumen (IHK) dalam dan luar
Negeri
3.2 Status operasi pembangkit
TIDAK AKTIF
RetiredMothballedInactive Reserve
AKTIF
Available (Zero to Full Load)
Reserve *)
Unavailable (No Load)
In Service **) Planned Outage Unplanned O.
PlannedDeratings
ForcedMaintenance
UnplannedDeratings
Planned P. Extension
Ext. M.
SFU3U2U1ScheduledD3D2D1
Forced
Scheduled
Maintenance(D4)
Ext.M.
No Deratings
*) Not connected, **) Connected
TIDAK AKTIF
RetiredMothballedInactive Reserve
AKTIF
Available (Zero to Full Load)
Reserve *)
Unavailable (No Load)
In Service **) Planned Outage Unplanned O.
PlannedDeratings
ForcedMaintenance
UnplannedDeratings
Planned P. Extension
Ext. M.
SFU3U2U1ScheduledD3D2D1
Forced
Scheduled
Maintenance(D4)
Ext.M.
No Deratings
*) Not connected, **) Connected
Gambar 6. Status Operasi Pembangkit
· Outage
Outage terjadi apabila suatu unit tidak sinkron ke jaringan dan bukan dalam status
Reserve Shutdown.
Berikut status pembangkit yang tergolong pada kondisi outage :
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
19/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 15
Tabel 1. Kondisi Outage Pembangkit
NO STATUS ARTI SINGKATAN STATUS
1 FO Keluarnya pembangkit akibat adanya kondisi emergensi pada pembangkit atauadanya gangguan yg tdk diantisipasi sebelumnya serta yg tdk digolongkan ked
lm MO atau PO
2 FO1 FORCED OUTAGE1=Outage yang tidak direncanakan.
(Kurang dari 1 jam ex. Trip tanpa tunda
3 FO2 FORCED OUTAGE2=Outage yang tidak direncanakan
(Kurang dari 6 jam)
4 FO3 FORCED OUTAGE3=Outage yang tidak direncanakan
(kurang dari 1 hari)
5 PO Plan Outage
(Outage yang sudah direncanakan dalam bulanan atau tahunan) sesuai
rekomendasi pabrikan
6 PE Perpanjangan dari PO
7 MO MAINTENANCE OUTAGE=Keluarnya pembangkit yang sudah direncanakan
dalam mingguan
Keluarnya pembangkit untuk keperluan pengujian, pemeliharaan preventif,
pemeliharaan korektif, perbaikan atau penggantian suku cadang atau pekerjaan
lainnya pada pembangkit yg dianggap perlu dilakukan, yg tidak dapat ditunda
pelaksanaannya hingga jadwal PO berikutnya dan telah dijadwalkan dlm
ROB/ROM berikutnya
8 ME MAINTENANCE EXTENTION=Perpanjangan dari MO dan waktu ME belum
ditentukan
· Derated
Derating terjadi apabila daya keluaran (MW) unit kurang dari DMN-nya. Derating
digolongkan menjadi beberapa kategori yang berbeda. Derating mulai ketika unit tidak
mampu untuk mencapai 98% DMN dan lebih lama dari 30 (tiga puluh) menit. Derating
berakhir ketika peralatan yang menyebabkan derating tersebut kembali normal dan dapat
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
20/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 16
memenuhi perintah dispatch. Kapasitas yang tersedia didasarkan pada keluaran unit dan
bukan pada instruksi dispacth.
Semua derating lebih besar dari 2% DMN meskipun kurang dari 30 menit atau lebih kecildari 2% tetapi lebih dari 30 menit harus dilaporkan ke P3B JB. Sebagai contoh, suatu
derate 10% dari DMN tetapi berlangsung 10 menit harus dilaporkan ke P3B JB; suatu
derate 1% dari DMN tetapi berlangsung 6 (enam) jam harus dilaporkan ke P3B JB.
Derating jenis ini tidak diperhitungkan dalam transaksi tenaga listrik, tetapi akan
digunakan sebagai data operasional.
Berikut status pembangkit yang tergolong kondisi derated :
Tabel 2. Kondisi Derating Pembangkit
NO STATUS ARTI SINGKATAN STATUS
1 FD FORCED DERATING=Derating tanpa pemberitahuan / direncanakan sebelumnya
2 FD1 Derating yang membutuhkan penurunan kapasitas segera
(tidak dapat ditunda)
3 FD2 Derating yang tidak membutuhkan suatu penurunan kapasitas segera
(memerlukan penurunan dalam waktu 6 jam)
4 FD3 Derating yang tidak dapat ditunda
(lebih dari 6 jam)
5 SF Startup Failure : outage yg terjadi ketika unit tdk mampu sinkron dlm waktu
start up yg ditentukan setelah dari status outage atau RS.
(Gagal Start)
6 PD Plan Derating
(Derating yang sudah direncanakan dalam bulanan atau tahunan)
7 PDE Perpanjangan dari PD
8 MD MAINTENANCE DERATING=Derating yang sudah direncanakan dalam mingguan
· Reserve Shutdown (RS) dan Non Curtailing (NC)
RS – Reserve Shutdown: adalah suatu kondisi apabila unit siap operasi namun tidak
disinkronkan ke sistem karena beban yang rendah. Kondisi ini dikenal juga sebagai
economy outage atau economy shutdown. Jika suatu unit keluar karena adanya
permasalahan peralatan, baik unit diperlukan atau tidak diperlukan oleh sistem, maka
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
21/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 17
kondisi ini dianggap sebagai sebagai FO, MO, atau PO, bukan sebagai reserve
shutdown (RS).
Pada saat unit sedang dalam status RS, seringkali pekerjaan pemeliharaan yangdilakukan menyebabkan unit outage atau derating seandainya diminta operasi dan
sinkron ke sistem. Jika pekerjaan pemeliharaan tidak dapat dihentikan atau diselesaikan,
maka status RS berubah menjadi outage atau derating.
NC – Kondisi Noncurtailing: adalah kondisi yang dapat terjadi kapan saja dimana
peralatan atau komponen utama tidak dioperasikan untuk keperluan pemeliharaan,
pengujian, atau tujuan lain yang tidak mengakibatkan unit outage atau derating.
NC juga dapat terjadi ketika unit pembangkit sedang beroperasi dengan beban kurang
dari kapasitas penuh yang terkait dengan kebutuhan pengaturan sistem. Selama periode
ini, peralatan dapat dilakukan pekerjaan, pemeliharaan, pengujian, atau alas an lain dan
dilaporkan sebagai suatu NC jika kedua kondisi yang berikut dijumpai:
a) Kemampuan unit tidak berkurang sampai di bawah kebutuhan sistem; dan,
b) Pekerjaan dapat dihentikan atau diselesaikan dan tidak mengurangi kemampuan
DMN serta waktu ramp-up dalam jangkauan normal nya, jika dan ketika unit telah
diperlukan oleh sistem. Jika kondisi-kondisi tersebut tidak bisa dipenuhi, laporkan
kejadian tersebut sebagai peristiwa outage atau derating , bukan NC.
3.3 Indikator Kinerja Pembangkit
Availability Factor (AF): adalah rasio antara jumlah jam unit pembangkit siap
beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini
menunjukkan prosentase kesiapan unit pembangkit untuk dioperasikan pada satu
periode tertentu.
Equivalent Availability Factor (EAF): adalah ekivalen Availability Factor yang
telah memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
Service Factor (SF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit beroperasi
terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan
prosentase jumlah jam unit pembangkit beroperasi pada satu periode tertentu.
Planned Outage Factor (POF): adalah rasio jumlah jam unit pembangkit keluar
terencana (planned outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan
pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.
Maintenace Outage Factor (MOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar terencana (Maintenace outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode.
Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan
perbaikan, pada suatu periode tertentu.
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
22/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 18
Scheduled Outage Factor (SOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar terencana (planned outage dan maintenance outage) terhadap jumlah jam
dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit
akibat pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode
tertentu.
Unit Derating Factor (UDF): adalah rasio dari jumlah jam ekivalen unit pembangkit
mengalami derating terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat derating, pada suatu
periode tertentu.
Reserve Shutdown Factor (RSF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar reserve shutdown (RSH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran
ini menunjukkan prosentase unit pembangkit reserve shutdown, pada suatu periode
tertentu.
Forced Outage Factor (FOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar
paksa (FOH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan
prosentase kondisi unit pembangkit akibat FO, pada suatu periode tertentu.
Forced Outage Rate (FOR): adalah jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari
system (keluar paksa) dibagi jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari sistem
ditambah jumlah jam unit pembangkit beroperasi, yang dinyatakan dalam prosen.
Forced Outage Rate demand (FORd): adalah (f x FOH) dibagi [(f x FOH)+SH].
Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage tiap periode operasi yang
diharapkan.
Equivalent Forced Outage Rate (EFOR): adalah Forced Outage Rate yang telah
memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
Equivalent Forced Outage Rate demand (EFORd): adalah [(fxFOH)+(fpxEFDH)]
dibagi [(f x FOH) + SH]. Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage dan
derating tiap periode operasi yang diharapkan.
Net Capacity Factor (NCF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya
mampu netto unit pembangkit dikali dengan jam periode tertentu (umumnya periode
1 tahun, 8760 atau 8784 jam).
Net Output Factor (NOF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya
mampu netto unit pembangkit dikali dengan jumlah jam unit pembangkit beroperasi.
Plant Factor (PF): adalah rasio antara total produksi netto dengan perkalian antara
DMN dan jumlah jam unit pembangkit siap dikurangi jumlah jam ekivalen unit
pembangkit derating akibat forced derating, maintenance derating, planned
derating, dan derating karena cuaca/musim.
Sudden Outage Frequency (Sdof) : adalah rata – rata jumlah gangguan
mendadak unit pembangkit per periode tinjauan
-
8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi
23/23
Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 19
3.4 Kebutuhan Pengaturan Sistem (Dispatch Requirement)
Unit pembangkit yang beroperasi dibawah DMN karena pengaturan sistem dikenal
sebagai "load following", baik unit Pembangkit yang diatur secara manual, governor free,maupun oleh LFC (Load frequency control) tidak dilaporkan ke P3B sebagai derating,
dengan syarat:
Daya mampu pembangkit dapat mencapai perintah dispatch LFC (untuk
pembangkit yang bisa LFC dan diaktifkan);
Daya mampu pembangkit dapat mencapai + 2,5% dari DMN dibandingkan dengan
perintah dispatch (untuk pembangkit yang Governor Free nya diaktifkan)
Daya mampu pembangkit dapat mencapai perintah dispatch (untuk pembangkit
yang tidak bisa Governor Free/LFC).
Walaupun Load following tidak dilaporkan ke P3B sebagai derating, setiap pemeliharaan,
pengujian, dan lain lain yang dilakukan sepanjang periode load following harus
dilaporkan sebagai suatu peristiwa noncurtailing (NC).