mp 01-management pengendalian operasi

Upload: wicaksana

Post on 06-Jul-2018

244 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    1/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal i 

    MATA PELAJARAN I

    Managemen Pengendalian Operasi

    TUJUAN PELAJARAN :

    Setelah mengikuti pelajaran ini peserta memahami Managemen

    Pengendalian Operasi, mampu mensupervisi pengoperasian

    pembangkit dengan efisien dan memahami bisnis pembangkitan

    sesuai perundang-undangan yang berlaku

    DURASI : 6 JP

    PENYUSUN :

    1. SUHARNO

    2. HERI PURNOMO

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    2/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal ii 

    DAFTAR ISI

    TUJUAN PELAJARAN  ....................................................................................................................................... i

    DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... ii

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................................................... iii

    1. MANAGEMEN OPERASI ......................................................................................................................... 1

    1.1 Proses Perencanaan Produksi ........................................................................................................... 2

    1.2 Pengoperasian unit ............................................................................................................................ 3

    1.3 Pengendalian dan Evaluasi Operasi ................................................................................................... 4

    1.4 kegiatan penunjang ........................................................................................................................... 5

    2. MANAGEMEN EFISIENSI ........................................................................................................................ 6

    2.1 Performance Testing dan Monitoring ............................................................................................... 8

    3. TATA NIAGA KELISTRIKAN ..................................................................................................................... 8

    3.1 Power Purchase Agreement (PPA) .................................................................................................... 9

    3.2 Status operasi pembangkit .............................................................................................................. 14

    3.3 Indikator Kinerja Pembangkit .......................................................................................................... 17

    3.4 Kebutuhan Pengaturan Sistem (Dispatch Requirement) ................................................................ 19

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    3/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal iii 

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.Peta proses managemen operasi ................................................................................................. 1

    Gambar 2. Sistem Tenaga Listrik ................................................................................................................... 6

    Gambar 3. Management Effisiensi ................................................................................................................ 7

    Gambar 4. Peta proses efficiency management ........................................................................................... 7

    Gambar 5. Tata Niaga Kelistrikan .................................................................................................................. 9

    Gambar 6. Status Operasi Pembangkit ....................................................................................................... 14

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    4/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal iv 

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Kondisi Outage Pembangkit........................................................................................................... 15

    Tabel 2. Kondisi Derating Pembangkit ........................................................................................................ 16

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    5/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    1

    MANAGEMEN PENGENDALIAN OPERASI

    1. MANAGEMEN OPERASI

    Manajemen operasi merupakan suatu kegiatan yang menjamin agar unit pembangkit

    dapat beroperasi secara kontinyu sesuai dengan target dan kontrak yang telah disepakati.

    Kegiatan tersebut meliputi proses perencanaan produksi, pengoperasian, penjadwalan

    outage, mengendalikan, serta mengevaluasi agar pembangkit beroperasi secara aman,

    andal, efisien, serta mentaati ketentuan lingkungan dan keselamatan sesuai dengan

    regulasi yang berlaku. Peta proses operation management dapat dilihat pada gambar 1 :

    Masukan

     PenanggungJawab

     

    Keluaran 

    Manajer Sektor

    Asman

    Pemeliharaan

    Asman Enjinirng

    Kantor Induk

    RenDal Op

    SPV Operasi

    Pembangkit

    Operator, Teknisi

    AE Kimia &

    Lingkungan

    Asman Operasi

    Kesiapan sesuai

    kebutuhan pelanggan

    Operasi dengan Aman, Andal dan

    Efisiensi

    Tujuan dan

    Sasaran

    Renc JP &

     AnggaranInformasi ke P3B

    Ren Thn & Anggaran

    Hasil Performance & Uji Peralatan

    Laporan Operasi

    JP & Tahunan

    Rencana Operasi

    Kompetensi

    Kewenangan

    Pengujian

    Perencanaan SDM

    Training

    Service

    MemenuhiPemeliharaan

    Persetujuan

    Catatan Operasi

    Rekomendasi

    Pemberi Instruksi & Kewenangan

    Start-up

    ProcessMonitoring and

    Control

    Shutdown

    Stand-by

       P  e  m  a  n   t  a  u  a  n   K   i  n  e  r   j  a

       S  a  m  p   l   i  n  g

       P  e  n  g  u   j   i  a  n

       K  o  n   d   i  s   i   T   i   d  a   k   N  o

      r  m  a   l   O  p  e  r  a  s   i

       I   j   i  n   K  e  r   j  a

    Kondisi Normal Operasi

    Operasi Harian

       P  e  n  g  e  m   b  a  n

      g  a  n   &   P  e  r   b  a   i   k  a  n   P  r  o  s  e  s

    Komunikasi Operasional

       S

       i   t  u  a  s   i   D  a  r  u  r  a   t

    LaporanGangguan

    Catatan

    Gangguan(MMS)

    Usulan

    Perbaikan

    Keperluan Pemeliharaan & Pengujian

    Persyaratan KLH

    Work History and Pengalaman Sebelumnya

      O&M Manuals, InstructionsGangguan

    Kinerja Pembangkit & Peralatan

    Produksi Bulanan

    Asman Operasi

      Laboratorium Operasi

     

    Gambar 1.Peta proses managemen operasi

    Sasaran-sasaran utama dari Proses Operasi adalah :

    1. Ketersediaan tenaga listrik sesuai dengan :

     Batas kemampuan teknis dari pembangkit.

     Kebutuhan PLN.

     Untuk meyakinkan keamanan dan kestabilan sistem, PLN P3B meminta

    kepada pembangkit untuk menyesuaikan dan melakukan perubahan

    berkelanjutan.

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    6/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    2

     Peraturan pemerintah dan/atau PLN.

    2. Operasi yang aman, andal dan efisien, dengan dampak lingkungan yang minimum

    Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa kegiatan utama dalam managemen operasidibagi menjadi empat bagian utama yaitu :

    1.1 Proses Perencanaan Produksi

    Perencanaan produksi berarti merencanakan pengoperasian unit pembangkit

    berdasarkan kebutuhan sistem dan kesiapan unit. Kegiatan-kegiatan operasi dalam

    proses ini diantaranya:

    a. Membuat rencana operasi jangka panjang untuk periode lima tahunan dan

    tahunan yang perencanaannya mengacu pada histori kejadian kritis masa lalu,rencana produksi, aturan PLN, estimasi unjuk kerja pembangkit, kebutuhan

    investasi serta jadwal pemeliharaan (preventive / outage).

    Rencana operasi jangka panjang dilaksanakan berdasarkan perencanaan kebutuhan

    produksi jangka panjang (5 tahun). Rencana Jangka Panjang dan Anggaran akan

    direview dalam periode satu tahun, meliputi:

      Tinjauan ulang kejadian kritis yang telah lalu.

      Tindakan yang diperlukan untuk suatu operasi yang aman, andal, efisien dan

    ramah lingkungan.

      Perubahan rencana produksi.  Rencana Operasi Tahunan.

      Perubahan di dalam aturan yang diwajibkan PLN.

      Perubahan unjuk kerja pembangkit dan peralatan.

      Kebutuhan tindakan dan/atau koreksi kedepan.

      Kebutuhan investasi.

    Target operasi pembangkit dan syarat pemeliharaan preventif dan planned outages

    direncanakan tahunan. Perencanaan sasaran operasional pembangkit sudah

    mempertimbangkan persyaratan pemeliharaan preventif dan rencana planned

    outages.

    b. Rencana operasi tahunan disusun berdasarkan rencana produksi tahunan yang

    tercantum dalam RJP&A yang dituangkan dalam RKAP. Perencanaan sasaran

    operasional pembangkit sudah mempertimbangkan persyaratan pemeliharaan

    preventif dan plannedoutages.

    c. Rencana operasi tahunan juga meliputi identifikasi sumber daya dan biaya-biaya

    yang diperlukan, termasuk kebutuhan pelatihan.

    d. Membuat rencana daya mampu mingguan dan bulanan yang disesuaikan dengan

    kondisi unit (stock batubara, rencana perbaikan, histori peralatan dan lain - lain).

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    7/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    3

    e. Merencanakan kesesuaian tugas yang diperlukan untuk mengidentifikasi sumber

    daya dan biaya-biaya, meliputi :

      Perencanaan kebutuhan sumber daya manusia.

      Pengembangan dan pelatihan SDM untuk mencapai kemampuan yang

    diperlukan.

      Pengujian kompetensi SDM.

    f. Memastikan setiap personel / operator memiliki sertifikat yang sah dan masih berlaku

    seperti :

      Semua operator wajib mempunyai sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh

    lembaga yang berwenang

      Semua analis kimia laboratorium wajib mempunyai sertifikat kima

    laboratiorium

      Semua operator alat berat dan angkat angkut wajib mempunyai sertifikat

    operator alat angkat dan angkut

    1.2 Pengoperasian unit

    Mengoperasikan unit pembangkit untuk kondisi normal, seperti tertuang dalam dokumen

    prosedur operasi normal untuk start-up unit, shut- down unit, start-stop peralatan,

    pengaturan beban unit dan pembangkit stand-by.

    Dokumen operasi harian menjelaskan tindakan pengoperasian harian pembangkit padakondisi normal. Tindakan ini merupakan implementasi rencana produksi jangka pendek,

    yang terdiri atas :

    i. Koordinasi dengan P3B

    ii. Komunikasi dengan pihak internal dan eksternal

    iii. Pengaturan daftar tugas shift

    iv. Persetujuan ijin kerja

    v. Pengumpulan dan Penyimpanan Data Operasi

    vi. Membantu investigasi kecelakaan kerjavii. Pengecekan peralatan dan pelaksanaan kebersihan dilakukan bersama Bidang

    Pemeliharaan

    viii. Pembuatan Laporan Operasi

    Mengoperasikan unit saat keadaan tidak normal, seperti tertuang pada prosedur situasi

    tidak normal operasi, yang disebabkan adanya gangguan jaringan transmisi, gangguan

    pada kualitas bahan bakar / air / bahan kimia, tingkat polusi melebihi ambang batas,

    pembatasan sistem pembangkit serta adanya gangguan/ kerusakan peralatan.

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    8/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    4

    Mengoperasikan unit saat kondisi darurat, seperti adanya bencana alam, huru hara,

    kebakaran/ ledakan, pencemaran bahan berbahaya, bocoran uap dan air serta black-out.

    Tindakan yang dilakukan adalah:

      Melaksanakan prosedur tanggap darurat

      Melakukan komunikasi dan koordinasi

      Menghubungi pihak keamanan dan terkait lainnya

      Melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan

    Melakukan first line maintenance 

      Melakukan patrol check dan house keeping operasi minimal 3 kali per shift.

      Melakukan tindakan first line maintenance (menambah oli / minyak,

    pengencangan baut - baut, pembersihan filter, pembersihan peralatan dan lain

    lain)  Melakukan pengamanan dan penanganan awal jika terjadi gangguan sesuai

    dengan prosedur penanganan gangguan.

      Melaporkan, memonitor dan mengendalikan gangguan.

    1.3 Pengendalian dan Evaluasi Operasi

    Pengoperasian, pengujian dan pengaturan jam kerja operasi peralatan.

      Melakukan change over peralatan sesuai jadwal.

      Melakukan routine test peralatan sesuai jadwal (mingguan, 2 mingguan dan

    bulanan).

      Melakukan pengujian / performance test setelah perbaikan / overhaul.

    Melakukan optimasi dan evaluasi kinerja operasi.

      Melakukan pengukuran / metering, pencatatan dan pelaporan energi listrik

    untuk memantau kinerja pembangkit dan pembuatan neraca energi listrik

    bulanan.

      Membandingkan dan mengevaluasi kesiapan unit yang telah dicapai (waktu dan

    produksi listrik netto) dengan target yang telah disepakati.

      Membandingkan dan mengevaluasi konsumsi spesifik unit pembangkit aktual

    (uap panas bumi , bahan kimia, auxiliary) dengan target yang telah disetujui.

      Melakukan review / update Standard Operating Procedure (SOP) dan

    mengeluarkan rekomendasi untuk menjaga keandalan dan efisiensi,

    berdasarkan kondisi terakhir unit pembangkit (kajian evaluasi gangguan, histori

    peralatan, rencana pemeliharaan, rencana produksi, kondisi energi primer dan

    lain lain).

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    9/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    5

    1.4 kegiatan penunjang

    Untuk managemen operasi di bagi dua penyelia antara lain : penyelia operasi dan

    penyelia Perencanaan dan Pengendalian Operasi dan Niaga, tugas penyelia operasional

    antara lain:

      Mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan pengoperasian PLTP sesuai

    prosedur dan standar kerja (IK), mencatat dan melaporkan kepada atasan

      Mengkoordinasikan kesiapan peralatan serta pelaksanaan start/stop Unit

    Pembangkit

      Mengendalikan pengoperasian peralatan operasi pembangkit sesuai Rencana

    Operasi Harian (ROH) yang telah ditetapkan dan Mengendalikan Pemakaian

    Sendiri (PS) unit pembangkit sesuai kewenangannya  Menyelia kegiatan pengoperasian pembangkit sesuai SOP termasuk instalasi

    Penunjang

      Mengidentifikasi dan mengatasi gangguan sebatas kewenangan operasional

      Mengusulkan kebutuhan material operasi untuk masing-masing unit

    pembangkit

      Menyelia penerapan TPM / first line maintenance pada satuan kerjanya

      Mematuhi dan melaksanakan seluruh program perusahaan yang meliputi,namun

    tidak terbatas pada manajemen risiko, Lingkungan dan K3 (LK3),Pengamanan,

    5S, Sistem Manajemen Terpadu (SMT), dan Coaching-Mentoring-Counseling

    (CMC) sesuai dengan kewenangannya di unit kerja masing-masing.

    Tugas penyelia Perencanaan dan Pengendalian Operasi dan Niaga antara lain:

      Membuat berita acara transaksi energi antara unit pembangkit dengan Pihak

    pemasok uap dan Pusat Pengatur Beban sert.

      Mengusulkan RKA operasi untuk menjamin keandalan, kesiapan, dan efisiensi

    unit pembangkit

      Mengusulkan target kinerja unit pembangkit meliputi: Kinerja keandalan

    (EAF,SFF), Kinerja pelayanan (SOF, UCE, EFOR), Kinerja Efisensi (PS, efisiensi

    Thermal, heat rate) dan evaluasi realisasinya

      Menganalisis rencana / perhitungan biaya dan pendapatan operasi

    sesuaidengan kontrak niaga dan memberikan rekomendasi

      Menganalisis data specific fuel consumption (SFC) dan Pemakaian Sendiri(PS)

    seluruh unit pembangkit

      Menghitung proyeksi pemakaian energi primer dalam bentuk energi listrik

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    10/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    6

      Menganalisis efisiensi, keandalan dan kinerja pembangkit dan memberikan

    rekomendasi berupa rencana kerja optimalisasi efisiensi dan

    keandalanpembangkit

      Menganalisa pola operasi dan pembebanan Unit Pembangkit dan menyusun

    rekomendasi pola pengoperasian dan pembebanan unit pembangkit yang paling

    efisien

      Mematuhi dan melaksanakan seluruh program perusahaan yang meliputi,

    namun tidak terbatas pada manajemen risiko, Lingkungan dan K3 (LK3),

    5S,Sistem Manajemen Terpadu (SMT), sesuai dengan kewenangannya di unit

    kerja masing-masing.

    Gambar 2. Sistem Tenaga Listrik 

    2. MANAGEMEN EFISIENSI

    Efficiency Management Program merupakan kegiatan untuk mengelola unit pembangkit

    dengan melakukan perencanaan, implementasi program dan evaluasi secara

    berkesinambungan sehingga dicapai efisiensi unit yang optimal. Untuk menjamin unit

    beroperasi secara efisien dibutuhkan identifikasi setiap peralatan, analisa, simulasi dan

    optimasi peralatan peralatan agar bekerja pada titik optimumnya.

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    11/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    7

    Gambar 3. Management Effisiensi

    Dalam BMS Manajemen Efisiensi adalah serangkaian proses yang meliputi kegiatanPersiapan dan Identifikasi, Performance Monitoring &Testing, dan Efficiency

    Improvement. Peta proses efficiency management dapat dilihat pada gambar 4.

    Sasaran utama proses ini adalah:

      Mempertahankan efisiensi Operasi Pembangkit setara dengan heat rate pada saat

    komisioning.

      Biaya bahan bakar yang efisien.

      Pengoperasian pembangkit yang ramah lingkungan (Emission Reduction).

      MencapaiBest Practice Efficiency diukur dengan Key Performance Indicator dan

    Business Process Maturity.

    Aims and

    Targets 

    Inputs

     Responsibility

     

    Outputs 

    Efisiensi Operasi

    Pembangkit setara

    dengan

    Komissioning

     Manajer Operasi

    Kalkulasi dan Analisa :· Unjuk Kerja (Performance)· (Heatrates, SFC, Eff

    System, dll)· Biaya dan Keuntungan

    (CBA)

    Efficiency Report

    Ramah

    Lingkungan

    (Emision

    Reduction)

    Best Practice

    Effisiensi

    Biaya Bahan Bakar 

    Data Komissioning Pembangkit

    Kontrak Kinerja Tahunan

    Standard Performance Calculation

    Jadwal Pengujian

    Plant Performance

    Keperluan Pengujian Operasi dan Har 

    Peta Kesehatan Peralatan

    O & M Manual

    Kelainan Peralatan

    Plant History

    Efficiency RecordsRekomendasi Effisiesi· Maintenance

    Planning· Operation Planning

    Instruksi Operasi

    Service Request & ECP

    Kantor

    IndukManajer Unit/

    General

    Manager

     Manager

    Pemeliharaan

    Manager

    Enjiniring

    Manajer

    Operasi

    Persiapan danIdentifikasi· Perencanaan

    Sumber Daya· Penentuan

    standard/ acuan· Pemodelan System· Data Collection dan

    verifikasi parameter · Simulasi Model· Perhitungan dan

    analisa

    Performance Testing &Monitoring :· Terjadwal· Terus menerus dan Konsisten· Melihat kecenderungan (Trending

    base)

    · Sesuai dengan Standardyang ada

    · Identifikasi kelainanparameter Operasi

    · Kondisi ideal & SteadyState

    Effieciency Improvement

    Peningkatan Pola Operasi danRekomendasi EffisiensiImprovement

    Engineering Change Management(ECM)

     

    Gambar 4. Peta proses efficiency management 

    Selain dari performa peralatan pembangkit yang sangat mempengaruhi efficiency

    pemabangkit adalah energi primernya berupa uap panas bumi, baku mutu yang

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    12/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    8

    ditetapkan dalam kontrak jual beli energi primer disesuaikan dengan kondisi / operation

    manual peralatan pembangkit dari pabrikan, kesepakatan antara penjual energi primer

    dengan pembeli (pihak pembangkit) untuk mengetahui kwalitas uap yang dikirim telah

    diatur dalam SOP bersama.

    Pembangkit yang energi primernya dipasok dari pihak lain di atur dalam kontrak berupa

    take or pay (TOP), pencapaian TOP berkisar dari 80%- 96 % pertahun/perbulan, titik

    perhitungan TOP diambil dari banyaknya energi listrik yang dibangkitkan oleh sisi

    pembangkit dikurangi pemakaian sendiri (PS), dengan melihat titik transaksi jual beli

    (TOP), maka untuk efficiency thermal, heat rate dan SSC kurang diperhatikan, kecuali

    apabila pembangkit menemui derated dan sisi kwalitas uap terpenuhi baru dilakukan

    analisa perhitungan efficiency.

    2.1 Performance Testing dan Monitoring

    Sebagai tindak lanjut dari SOP bersama pengoperasian unit pembangkit dengan pihak

    pemasok uap, dilakukan monitoring kwalitas uap secara periodik dengan tool dan titik

    pengambilan sumpling uap yang disepakati bersama, apabila ditemukan salah satu

    unsur kwaltas uap yang sangat dominan terhadap derated pembangkit melebihi baku

    mutu dan kondisi peralatan pembangkit tidak ada kelainan, maka pihak pembangkit bisa

    melakukan komplen terhadap si pemasok uap dengan dikuranginya penagihan uap

    bulanan.

    Performance unit pembangkit dilakukan dari hasil monitoring dengan tool yang sudahdisepakati, maka perlu dilakukan secara konsisten dan terjadwal untuk mengetahui

    perkembangan dalam kurun waktu tertentu. Prinsip monitoring dapat berjalan dengan

    baik bilamana proses ini dilakukan dengan konsisten, terjadwal (termasuk sebelum dan

    sesudah overhaul ) dan dalam kondisi yang sama. Sehingga dapat diketahui kelainan-

    kelainan yang terjadi pada beberapa parameter operasi pembangkit.

    3. TATA NIAGA KELISTRIKAN

    Secara umum proses bisnis dalam ketenagallistrikan di Indonesia dapat dijelaskan

    sesuai diagram berikut:

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    13/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    9

    Gambar 5. Tata Niaga Kelistrikan

    3.1 Power Purchase Agreement (PPA)

    Transaksi pembangkitan adalah transaksi tenaga listrik langsung dengan pembangkitan.

    Transaksi ini dituangkan dalam PJBTL (Power Purchase Agreement, PPA) yang

    merupakan kesepakatan jual beli tenaga listrik antara penjual dengan pembeli dimana

    mengatur hak dan kewajiban antara penjual dan pembeli berkaitan dengan kesepakatan

    tersebut. Dalam kaitan ini yang bertindak sebagai pembeli adalah Single Buyer.

    Pedoman Transaksi Tenaga Listrik sisi Pembangkitan

    Kesepakatan/perjanjian/aturan/code/SOP yang menjadi pedoman transaksi tenaga listrik

    sisi Pembangkitan:

      Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (Power Purchase Agreement; PPA) antara

    Perusahaan Pembangkit dan PT PLN (Persero): memuat aspek teknis, legal,

    operasional dan komersial jual beli.

      Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Jamali (Grid Code): memuat tata carapemrosesan data transaksi, penagihan dan pembayaran serta penyelesaian

    perselisihan

      Aturan Transaksi Pembangkitan Sistem Tenaga Listrik Jamali yang berlaku di

    internal PLN: memuat tata cara pemrosesan data transaksi, penagihan dan

    pembayaran serta penyelesaian perselisihan transaksi di pembangkitan

      Prosedur Tetap (Protap) Transaksi Tenaga Listrik antara PT IP, PT PJB, PLN

    Pembangkitan dan PLN P3B: memuat prosedur pengambilan dan pemrosesan data

    transaksi, prosedur perhitungan dan pembuatan Berita Acara Transaksi (Jumlah

    Tagihan Final).

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    14/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    10

      Prosedur Tetap (Protap) Deklarasi Kondisi Pembangkit & Indeks Kinerja

    Pembangkit untuk Jawa Bali: memuat prosedur deklarasi kondisi pembangkit dan 

    perhitungan indeks kinerja pembangkit. 

      Proses Transaksi Pembangkitan Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali

    1. Rencana Kesiapan Pembangkit

    Pembangkit menyampaikan rencana kesiapan pembangkit bulanan periode tahun

    kontrak berjalan ke PLN P3B JB

    2. Penjadwalan Operasi Pembangkit

    PLN P3B JB menyampaikan rencana pembebanan (dispatch) pembangkit bulanan /

    mingguan / harian ke Pembangkit

    3. Operasi Real Time Pembangkit

    PLN P3B JB men-dispatch pembangkit sesuai rencana dan menyampaikan revisi

    pembebanan (redispatch) pembangkit harian/jam-an ke pembangkit (bila ada)

    4. Pengumpulan Data Meter Transaksi dan Data Operasi Pembangkit

    PLN P3B JB dan Pembangkit setiap bulan melaksanakan:

    ·  Download data meter transaksi pada Meter Utama (Main Meter) dan Meter

    Pembanding (Check Meter) dicacah per ½ jam-an

    ·  Pengumpulan data operasi pembangkit (Dispatch, Redispatch, Gangguan

    Pembangkit dll) utk perhitungan kesiapan aktual pembangkit (AFa)

    pendukung setelmen transaksi

    5. Pemeriksaan & validasi data meter

    PLN P3B JB dan Pembangkit melaksanakan pemeriksaan dan validasi data meter

    transaksi (Meter Utama dan Meter Pembanding), seperti kelengkapan data per ½

     jam-an, deviasi Meter Utama thd Meter Pembanding (pada Protap disyaratkan

    sebesar +/- 0,4 %).

    6. Pembuatan Berita Acara Pembacaan Meter / Pengiriman Energi dari Pembangkit ke

    PLN P3B JB

    PLN P3B JB dan Pembangkit membuat Berita Acara Pembacaan Meter / Pengiriman

    Energi dari Pembangkit ke PLN P3B JB bila Data Meter sudah dinyatakan benar dan

    valid.

    7. Data siap untuk proses setelmen

    PLN P3B JB dan Pembangkit menyiapkan data meter, data operasi dan data

    indicator ekonomi (kurs, harga bahan bakar dll) untuk proses setelmen.

    8. Proses Setelmen (Perhitungan Pembayaran)

    PLN P3B JB dan Pembangkit masing-masing melakukan proses setelmen

    (perhitungan pembayaran) sesuai struktur pembayaran pada Kontrak/PPA.

    9. Pembuatan Draft Berita Acara Jumlah Tagihan Sementara (JTS)

    PLN P3B JB dan Pembangkit masing-masing menuangkan hasil perhitungan

    pembayaran ke dalam draft Berita Acara Jumlah Tagihan Sementara (JTS) Transaksi

    Tenaga Listrik.

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    15/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    11

    10. Verifikasi Draft BA JTS Transaksi

    PLN P3B JB dan Pembangkit saling berdiskusi dan melakukan verikasi atas hasil

    perhitungan JTS masing-masing.

    11. Pembuatan Berita Acara Jumlah Tagihan Final (JTF) oleh Pembangkit

    Bila draft BA JTS sudah disepakati PLN P3B JB dan Pembangkit, maka Pembangkit

    membuat Berita Acara Jumlah Tagihan Final (JTF) dan disampaikan ke PLN P3B JB

    untuk ditandatangani.

    12. Invoicing / Tagihan Pembangkit ke PLN Pusat

    Pembangkit menyampaikan Invoice/Tagihan ke PLN Pusat berpedoman pada Berita

     Acara Transaksi Tenaga Listrik (BA JTF)

    13. Proses Pembayaran

    PLN Pusat melaksanakan pembayaran tagihan dari Pembangkit sesuai ketentuan

    Kontrak/PPA.

    Parameter yang diukur / diperhitungkan dalam transaksi pembangkitan

      Jumlah energi/daya (aktif dan reaktif) yang diterima dari pembangkit (sesuai Berita

     Acara Transaksi kWh, kVARh)

      Kinerja pembangkit, khususnya Faktor Kesiapan Ekivalen Pembangkit (EAF=

    Equivalent Availability Factor )

      Besaran tarif komponen pembangkitan yang terkait struktur biaya pembangkitan

      Harga bahan bakar, heat content bahan bakar, heat rate mesin, dan volume bahan

    bakar (untuk pembangkit dual fire/mix)

      Layanan Tambahan (ancillary services) pembangkit untuk keandalan dan kualitas

    suplai tenaga listrik, seperti: start up, voltage control, black start, keluaran darurat.

    Layanan yang dibayar sesuai Kontrak Jual Beli (PPA).

    Komponen biaya dalam transaksi pembangkitan dibagi menjadi dua :

    1. Komponen Biaya Tetap

    Komponen Biaya Tetap adalah biaya yang diperlukan untuk memenuhi kewajibankepada Pemilik Modal yang menyertakan ekuitasnya dan kewajiban kepada

    Lender/Investor sedemikian sehingga Pusat Pembangkit tetap dapat tumbuh dan

    bekembang.

    Komponen Biaya tetap terdiri atas:

      Komponen A adalah Biaya Kapital atau Capital Cost Recovery (CCR):

    CCR = f (Investment Cost, Interest Rate, Payback Periods, Rate of Return)

    Investment Cost = f (plant type)

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    16/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    12

      Komponen B adalah Biaya Operasi dan Pemeliharaan Tetap:

    Pemeliharaan Pembangkit yang merupakan f (Operating hours, Loading mode, Plant

    availability)Biaya Pegawai, Administrasi dan Asuransi

    2. Komponen Biaya Variabel

    Komponen Biaya Variabel adalah biaya yang dikeluarkan agar pembangkit tetap dapat

    beroperasi dan menghasilkan energi listrik secara kontinyu melalui penyediaan pasokan

    energi primer yang berkesinambungan.

    Komponen Biaya Variabel terdiri atas:

      Komponen C adalah Biaya Bahan Bakar:

    Biaya Bahan Bakar = f (Plant Heat Rate, Fuel Price)

    Plant Heat Rate = f (plant type, loading)

      Komponen D adalah Biaya Operasi dan Pemeliharaan Variabel:

    Biaya bahan pelumas, air, bahan kimia dan bahan bantu lainnya

      Komponen Tambahan (additional charge) adalah biaya yang dikeluarkan pembangkit

    untuk penyediaan layanan tambahan (ancillary services) untuk keandalan dan

    kualitas suplai tenaga listrik, seperti start up, keluaran darurat, pengaturan frekuensi,cadangan operasi, voltage control, black start dll

    Metode transaksi pembangkitan

    Secara umum metode transaksi pembangkitan dibedakan atas dua metode seperti

    dituangkan dalam diagram dibawah ini :

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    17/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    13

    1. Transaksi Pembangkitan Berbasis Kapasitas & Energi

    Pembangkit yang menggunakan struktur pembayaran berbasis kapasitas dan energy

    total pembayarannya adalah

    Total Pembayaran = Komp. A+ Komp. B + Komp. C + Komp D + Komp. Tambahan

    Dimana :

      Komponen A.Pembayaran Komponen A untuk Pengembalian Biaya Investasi

    Komp. A = DMN x Hkap x EAF

      Komponen B.

    Pembayaran Komponen B untuk Pengembalian Biaya Tetap O & M

    Komp. B = DMN x (Hfix x I) x EAF

      Komponen C.

    Pembayaran Komponen C untuk Pengembalian Biaya Bahan Bakar

    Komp. C = Ea x ECRm

      Komponen D

    Pembayaran Komponen D untuk Pengembalian Biaya Variabel O&M

    Komp. D = Ea x (Hvar x I)

    2. Transaksi Pembangkitan Berbasis Energi

    Pembayaran dinyatakan dengan harga satuan energi:

    T

    S

     

    T

     

    T

    A

     

      Setelmen pembayaran berdasarkan kapasitas

    yang dapat disediakan dan produksi enegi 

      Penetapan Tarif per Komponen Pembayaran:Komp A, B, C , D dan Pembayaran Tambahan   Dibedakan atas Pembayaran Biaya Tetap (A&B) 

      Setelmen pembayaran berdasarkan besarnya energi yang dikirim (delivered)

     

      Semua komponen biaya dinyatakan dengan tarif

    curah dan single tarif (Rp/kWh atau US$/kWh) 

      Biasanya terdapat klausul Take or Pay (TOP) 

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    18/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    14

    Total Pembayaran = Ea x P x I

    Dimana:

      Ea = Energi (kWh) yang dikirim (delivered) atau Energy Take or Pay (TOP)

      P = Harga energi untuk pengembalian seluruh biaya pembangkit (Rp/kWh atau

    US$/kWh)

      I = Indeks Inflasi terkait kurs serta Indeks Harga Konsumen (IHK) dalam dan luar

    Negeri

    3.2 Status operasi pembangkit

    TIDAK AKTIF

    RetiredMothballedInactive Reserve

     AKTIF

     Available (Zero to Full Load)

    Reserve *)

    Unavailable (No Load)

    In Service **) Planned Outage Unplanned O.

    PlannedDeratings

    ForcedMaintenance

    UnplannedDeratings

    Planned P. Extension

    Ext. M.

    SFU3U2U1ScheduledD3D2D1

    Forced

    Scheduled

    Maintenance(D4)

    Ext.M.

    No Deratings

    *) Not connected, **) Connected

    TIDAK AKTIF

    RetiredMothballedInactive Reserve

     AKTIF

     Available (Zero to Full Load)

    Reserve *)

    Unavailable (No Load)

    In Service **) Planned Outage Unplanned O.

    PlannedDeratings

    ForcedMaintenance

    UnplannedDeratings

    Planned P. Extension

    Ext. M.

    SFU3U2U1ScheduledD3D2D1

    Forced

    Scheduled

    Maintenance(D4)

    Ext.M.

    No Deratings

    *) Not connected, **) Connected

     

    Gambar 6. Status Operasi Pembangkit

    · Outage

    Outage terjadi apabila suatu unit tidak sinkron ke jaringan dan bukan dalam status

    Reserve Shutdown.

    Berikut status pembangkit yang tergolong pada kondisi outage :

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    19/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    15

    Tabel 1. Kondisi Outage Pembangkit

    NO STATUS ARTI SINGKATAN STATUS

    1 FO Keluarnya pembangkit akibat adanya kondisi emergensi pada pembangkit atauadanya gangguan yg tdk diantisipasi sebelumnya serta yg tdk digolongkan ked

    lm MO atau PO

    2 FO1 FORCED OUTAGE1=Outage yang tidak direncanakan.

    (Kurang dari 1 jam ex. Trip tanpa tunda

    3 FO2 FORCED OUTAGE2=Outage yang tidak direncanakan

    (Kurang dari 6 jam)

    4 FO3 FORCED OUTAGE3=Outage yang tidak direncanakan

    (kurang dari 1 hari)

    5 PO Plan Outage

    (Outage yang sudah direncanakan dalam bulanan atau tahunan) sesuai

    rekomendasi pabrikan

    6 PE Perpanjangan dari PO

    7 MO MAINTENANCE OUTAGE=Keluarnya pembangkit yang sudah direncanakan

    dalam mingguan

    Keluarnya pembangkit untuk keperluan pengujian, pemeliharaan preventif,

    pemeliharaan korektif, perbaikan atau penggantian suku cadang atau pekerjaan

    lainnya pada pembangkit yg dianggap perlu dilakukan, yg tidak dapat ditunda

    pelaksanaannya hingga jadwal PO berikutnya dan telah dijadwalkan dlm

    ROB/ROM berikutnya

    8 ME MAINTENANCE EXTENTION=Perpanjangan dari MO dan waktu ME belum

    ditentukan

    · Derated

    Derating terjadi apabila daya keluaran (MW) unit kurang dari DMN-nya. Derating

    digolongkan menjadi beberapa kategori yang berbeda. Derating mulai ketika unit tidak

    mampu untuk mencapai 98% DMN dan lebih lama dari 30 (tiga puluh) menit. Derating

    berakhir ketika peralatan yang menyebabkan derating tersebut kembali normal dan dapat

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    20/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    16

    memenuhi perintah dispatch. Kapasitas yang tersedia didasarkan pada keluaran unit dan

    bukan pada instruksi dispacth.

    Semua derating lebih besar dari 2% DMN meskipun kurang dari 30 menit atau lebih kecildari 2% tetapi lebih dari 30 menit harus dilaporkan ke P3B JB. Sebagai contoh, suatu

    derate 10% dari DMN tetapi berlangsung 10 menit harus dilaporkan ke P3B JB; suatu

    derate 1% dari DMN tetapi berlangsung 6 (enam) jam harus dilaporkan ke P3B JB.

    Derating jenis ini tidak diperhitungkan dalam transaksi tenaga listrik, tetapi akan

    digunakan sebagai data operasional.

    Berikut status pembangkit yang tergolong kondisi derated :

    Tabel 2. Kondisi Derating Pembangkit

    NO STATUS ARTI SINGKATAN STATUS

    1 FD FORCED DERATING=Derating tanpa pemberitahuan / direncanakan sebelumnya

    2 FD1 Derating yang membutuhkan penurunan kapasitas segera

    (tidak dapat ditunda)

    3 FD2 Derating yang tidak membutuhkan suatu penurunan kapasitas segera

    (memerlukan penurunan dalam waktu 6 jam)

    4 FD3 Derating yang tidak dapat ditunda

    (lebih dari 6 jam)

    5 SF Startup Failure : outage yg terjadi ketika unit tdk mampu sinkron dlm waktu

    start up yg ditentukan setelah dari status outage atau RS.

    (Gagal Start)

    6 PD Plan Derating

    (Derating yang sudah direncanakan dalam bulanan atau tahunan)

    7 PDE Perpanjangan dari PD

    8 MD MAINTENANCE DERATING=Derating yang sudah direncanakan dalam mingguan

    · Reserve Shutdown (RS) dan Non Curtailing (NC)

    RS  –  Reserve Shutdown: adalah suatu kondisi apabila unit siap operasi namun tidak

    disinkronkan ke sistem karena beban yang rendah. Kondisi ini dikenal juga sebagai

    economy outage atau economy shutdown. Jika suatu unit keluar karena adanya

    permasalahan peralatan, baik unit diperlukan atau tidak diperlukan oleh sistem, maka

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    21/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    17

    kondisi ini dianggap sebagai sebagai FO, MO, atau PO, bukan sebagai reserve 

    shutdown (RS).

    Pada saat unit sedang dalam status RS, seringkali pekerjaan pemeliharaan yangdilakukan menyebabkan unit outage atau derating seandainya diminta operasi dan

    sinkron ke sistem. Jika pekerjaan pemeliharaan tidak dapat dihentikan atau diselesaikan,

    maka status RS berubah menjadi outage atau derating.

    NC  –  Kondisi Noncurtailing: adalah kondisi yang dapat terjadi kapan saja dimana

    peralatan atau komponen utama tidak dioperasikan untuk keperluan pemeliharaan,

    pengujian, atau tujuan lain yang tidak mengakibatkan unit outage atau derating.

    NC juga dapat terjadi ketika unit pembangkit sedang beroperasi dengan beban kurang

    dari kapasitas penuh yang terkait dengan kebutuhan pengaturan sistem. Selama periode

    ini, peralatan dapat dilakukan pekerjaan, pemeliharaan, pengujian, atau alas an lain dan

    dilaporkan sebagai suatu NC jika kedua kondisi yang berikut dijumpai:

    a) Kemampuan unit tidak berkurang sampai di bawah kebutuhan sistem; dan,

    b) Pekerjaan dapat dihentikan atau diselesaikan dan tidak mengurangi kemampuan

    DMN serta waktu ramp-up dalam jangkauan normal nya, jika dan ketika unit telah

    diperlukan oleh sistem.  Jika kondisi-kondisi tersebut tidak bisa dipenuhi, laporkan

    kejadian tersebut sebagai peristiwa outage atau derating , bukan NC.

    3.3 Indikator Kinerja Pembangkit

      Availability Factor (AF): adalah rasio antara jumlah jam unit pembangkit siap

    beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini

    menunjukkan prosentase kesiapan unit pembangkit untuk dioperasikan pada satu

    periode tertentu.

      Equivalent Availability Factor (EAF): adalah ekivalen Availability Factor yang

    telah memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.

      Service Factor (SF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit beroperasi

    terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan

    prosentase jumlah jam unit pembangkit beroperasi pada satu periode tertentu.

      Planned Outage Factor (POF): adalah rasio jumlah jam unit pembangkit keluar

    terencana (planned outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini

    menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan

    pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.

      Maintenace Outage Factor (MOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit

    keluar terencana (Maintenace outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode.

    Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan

    perbaikan, pada suatu periode tertentu.

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    22/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    18

      Scheduled Outage Factor (SOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit

    keluar terencana (planned outage dan maintenance outage) terhadap jumlah jam

    dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit

    akibat pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode

    tertentu.

      Unit Derating Factor (UDF): adalah rasio dari jumlah jam ekivalen unit pembangkit

    mengalami derating terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini

    menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat derating, pada suatu

    periode tertentu.

      Reserve Shutdown Factor (RSF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit

    keluar reserve shutdown (RSH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran

    ini menunjukkan prosentase unit pembangkit reserve shutdown, pada suatu periode

    tertentu.

      Forced Outage Factor (FOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar

    paksa (FOH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan

    prosentase kondisi unit pembangkit akibat FO, pada suatu periode tertentu.

      Forced Outage Rate (FOR): adalah jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari

    system (keluar paksa) dibagi jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari sistem

    ditambah jumlah jam unit pembangkit beroperasi, yang dinyatakan dalam prosen.

      Forced Outage Rate demand (FORd): adalah (f x FOH) dibagi [(f x FOH)+SH].

    Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage tiap periode operasi yang

    diharapkan.

      Equivalent Forced Outage Rate (EFOR): adalah Forced Outage Rate yang telah

    memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.

      Equivalent Forced Outage Rate demand (EFORd): adalah [(fxFOH)+(fpxEFDH)]

    dibagi [(f x FOH) + SH]. Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage dan

    derating tiap periode operasi yang diharapkan. 

      Net Capacity Factor (NCF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya

    mampu netto unit pembangkit dikali dengan jam periode tertentu (umumnya periode

    1 tahun, 8760 atau 8784 jam).

      Net Output Factor (NOF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya

    mampu netto unit pembangkit dikali dengan jumlah jam unit pembangkit beroperasi.

      Plant Factor (PF): adalah rasio antara total produksi netto dengan perkalian antara

    DMN dan jumlah jam unit pembangkit siap dikurangi jumlah jam ekivalen unit

    pembangkit derating akibat forced derating, maintenance derating, planned

    derating, dan derating karena cuaca/musim.

      Sudden Outage Frequency (Sdof) : adalah rata  –  rata jumlah gangguan

    mendadak unit pembangkit per periode tinjauan

  • 8/17/2019 MP 01-Management Pengendalian Operasi

    23/23

     

    Simple Inspiring PerformIing Phenomenal    19

    3.4 Kebutuhan Pengaturan Sistem (Dispatch Requirement)

    Unit pembangkit yang beroperasi dibawah DMN karena pengaturan sistem dikenal

    sebagai "load following", baik unit Pembangkit yang diatur secara manual, governor free,maupun oleh LFC (Load frequency control) tidak dilaporkan ke P3B sebagai derating,

    dengan syarat:

      Daya mampu pembangkit dapat mencapai perintah dispatch LFC (untuk

    pembangkit yang bisa LFC dan diaktifkan);

      Daya mampu pembangkit dapat mencapai + 2,5% dari DMN dibandingkan dengan

    perintah dispatch (untuk pembangkit yang Governor Free nya diaktifkan)

      Daya mampu pembangkit dapat mencapai perintah dispatch (untuk pembangkit

    yang tidak bisa Governor Free/LFC).

    Walaupun Load following tidak dilaporkan ke P3B sebagai derating, setiap pemeliharaan,

    pengujian, dan lain lain yang dilakukan sepanjang periode load following harus

    dilaporkan sebagai suatu peristiwa noncurtailing (NC).