muga restunaesha - 160110140070 - biokompabilitas
DESCRIPTION
biokompatibilitas dental materialsTRANSCRIPT
MUGA RESTUNAESHA160110140070
Biokompabilitas
BIOKOMPABILITAS
Definisi :kemampuan bahan untuk
memperlihatkan respon biologi yang sesuai dengan pengaplikasiannya dalam tubuh.
• Hippocrates (460-377 S.M)
Mencetuskan konsep mengenai perlakuan etis terhadap pasien Bahan dental material terbaru wajib diuji sebelum digunakan di klinik untuk keamanan dan efisiensi sudah ada sebelumnya
• Pertengahan 1800
Untuk pertama kalinya dokter gigi mencoba menggunakan material baru pada mulut pasien dan pasien dipaksa untuk bertahan hidup selama 30-40 tahun untuk melihat apa yang terjadi
• Tahun 1960
karena banyak yang tidak setuju bahwa manusia dijadikan bahan percobaan, maka ditemukanlah sebuah sistem baru dengan berbagai tes untuk menguji respons biologi
Sejarah Biokompabilitas
• Manusia sebagai subjek percobaan untuk material yang belum diketahui dianggap ilegal dan tidak etis. Namun banyak tes alternatif yang dilakukan untuk meminimalisir resiko terhadap manusia
• Terlepas dari pengawasan tersebut masih ada aspek eksperimental untuk penggunaan semua bahan dalam kedokteran gigi, dan meskipun penelitian klinis yang baik, bahan masih digunakan sebelum sifat biologis mereka dapat sepenuhnya dipastikan
• Perkembangan saat ini :
- teknik Kultur Sel : mekanisme yg memengaruhi respon biologi terhadap bahan
- Biologi Molekuler : mempelajari respon biologi trhdp bahan
- Biokompabiilitas : mempelajari sifat biologis agar dapat membuat bahan KG yg berkualitas
Efek Samping Dental Material(Adverse effect from dental materials)
Toxicity Inflamasi
Alergi Mutagenesitas
Toxicity
Material punya kemampuan untuk menghasilkan substansi
dalam jumlah adekuat tertentu Berpengaruh pada tubuh
pasien keracunan
Material yang menghasilkan toksik berlebih tidak
digunakan lagi di kedokteran gigi
E.g : dental material dulu mengandung timah
menyebabkan resiko terhadap pasien karena sifat toksis
timah yang luluh kedalam tubuh pasien tidak
digunakan lagi
Contoh Tes Toksistas in vitro dari dental alloys
Sel aktif
Sel mati
Inflamasi
Merupakan respon yang kompleks yang melibatkan
aktivasi sistem imun dari tubuh yang mampu menangkal
beberapa ancaman
Inflamasi dapat timbul dari toksisitas atau alergi, dan
respon inflamasi sering lebih dulu terjadi daripada
toksisitas
Ciri-ciri adanya respon inflamasi: Edema dengan
infliltrasi dari sel sel peradangan yaitu neutrofil,
monosit dan limfosit.
Kontribusi reaksi inflamasi ini sangat penting karena penyakit pulpa
ataupun periodontal merupakan respon terhadap infeksi yang
berupa inflamasi kronis
Alergi
Respon alergi terjadi saat tubuh secara spesifik
mengenali suatu bahan sebagai benda asing
Kemudian secara langsung bereaksi terhadap bahan
tersebut
Reaksi ini biasanya melibatkan sistem imun, terutama
limfosit T dan B dan monosit / makrofag
Reaksi alergi menyebabkan respon inflamasi secara
histologis yang sulit dibedakan dengan inflamasi
nonalergi atau toksisitas tingkat rendah
Tipe-tipe reaksi alergi :
– Tipe I atopik atau reaksi anafilaksis ketika antigen bereaksi dengan basofil & sel mast
– Tipe II reaksi hipersensitivitas cytotoksik – Tipe III reaksi kompleks hipersensitivitas
imun – Tipe IV indikasi penundaan atau
hipersensitifitas sebuah sel– Tipe V reaksi antibodi-stimulasi– Tipe VI bergantung pada antibodi, sel
penengah reaksi sitotoksik
Allergic
Beberapa material seperti latex menyebabkan alergi secara langsung dengan mengaktivasi antibodi terhadap material.
Reaksi tipe I, II, III cenderung terjadi secara cepat dan diatur oleh eosinofil, mast cell, atau limfosit B yang memproduksi antibodi
Material lain (ion logam), pertama tama harus berinteraksi dengan molekul inang
Reaksi tipe IV cendering untuk ditunda dan diatur oleh monosit dan sel T
Allergic
Perbedaan antara respon inflamasi nonalergi dan respon alergi :
Pada respon alergi sistem imun seseorang mengenali substansi sebagai benda
asing. Dengan demikian tidak semua individu akan bereaksi pada substansi itu
Respon inflamasi umum akan terjadi pada setiap individu, karena menyangkut
pengenalan spesifik terhadap substansi
Reaksi alergi cenderung tidak bergantung pada dosis dan berlaku tidak
proporsional terhadap jumlah substansi
Reaksi toksik atau inflamsi cenderung bergantung pada dosis dan bertindak
proporsional terhadap jumlahsubstansi
Mutagenesitas
Keadaan dimana komponen material mengubah
urutan pasangan basa DNA di dalam sel
Dapat terjadi akibat interaksi langsung antara
substansi dengan DNA atau secara tidak langsung
mengubah proses intergritas DNA di dalam sel
Faktor: - Radiasi
- Bahan kimia
- Kegagalan proses replikasi DNA
Reaksi Mutagenik
Bebebapa ion logam dental material seperti nikel, cuprum, berilium adalah mutagen dan beberapa komponen seperti pelindung saluran akar bersifat mutagenik
Mutagenisitas tidak menyebabkan karsinogen karena banyak mutasi yang diperbaiki dan yang lainnya tidak relevan
Tidak ada dental material yang diketahui menyebabkan karsinogen pada aplikasinya pada pasien
Efek Lokal dan SistemikLokal and Systemic Effects of Materials
Efek Lokal
Merupakan sebuah fungsi dari kemampuan suatu zat untuk
disalurkan ke tempat-tempat tertentu, dimana konsentrasi
dan waktu pemaparannya berkisar dari detik ke tahun
Efek hanya terjadi di suatu tempat, misalnya : .
Jaringan pulpa
Periodontium
Apex akar
Dekat jaringan oral (buccal mukosa / lingual)
Efek Sistemik
Substansi yang dilepas bahan kedokteran gigi mendapat
akses ke seluruh tubuh melalui ingesti dan absorbsi pada usus;
pernafasan: absorbsi pada mukosa oral.
Distribusi dapat terjadi melalui difusi sederhana atau
melalui trasnsport lewat limfatik dan pembuluh darah.
Respon biologi sistemik tergantung pada
1. Durasi dan konsentrasi pemaparan
2. Laju eksresi substansi
3. Tempat pemaparan
4. Reaksi sistemik dapat dipengaruhi olh organ (seperti hati)
yang merubaj substansi dalam usahanya mencerna atau
mengeksresikan substansi tersebut
Prinsip utama yang Menentukan Efek Samping BahanKey Principle that Determine Adverse Effects from Materials
Ada dua faktor kunci yang menjadi
pokok dalam menentukan biokompatibilitas
bahan kedokteran gigi
1. Korosi logam atau degradasi tipe lain dari
material
2. Karakteristik permukaan substansi
Degradasi Material (Korosi Logam)
Korosi menyebabkan pelepasan substansi dari
material ke hospes. Pelepasan dapat dalam berbagai
bentuk dan disebabkan oleh berbagai faktor.
Penyebabnya dapat beragam salah satunya
adalah energi dari elektrokimia dan tenaga mekanis Gaya elektromekanikal: mahkota logam
melepaskan ion logam Gaya mekanik (oklusi ; penyikatan gigi) : mahkota
logam melepaskan partikel
Biokompabilitas material sangat bergantung pada proses degradasi
Respon biologis pada produk korosif bergantung pada jumlah, komposisi, bentuk produk dan letaknya pada jaringan
korosi ditentukan tidak hanya oleh komposisi material tapi juga oleh lingkungan biologis saat kontak dengan material e.g :
Saliva esterase : mempercepat kerusakan resin Ingesti substansi acid : menyebabkan korosi alloy atau
keramik
biological interface menghasilkan kondisi untuk terjadinya korosi Hubungan bersifat aktif dan dinamis, dengan material mempengaruhi tubuh dan tubuh mempengaruhi material
Karakteristik Permukaan
Komposisi bahan pada permukaan biasanya berbeda dengan komposisi pada bagian dalamnya, permukaan adalah hal yang penting karena permukaan adalah yang berkontak langsung dengan tubuh
Permukaan merupakan bagian dari material yg dapat “terlihat”. Hal yang penting bagi biokompatibilitas bahan :
Komposisi permukaan
Kekasaran (Roughness)
Sifat mekanik
Sifat kimia
Dapat mempengaruhi sifat korosi dari material atau mempengaruhi biokompatibilitas dengan cara lain
Permukaan juga dapat berpengaruh negatif terhadap respon biologi. Semakin rapuh permukaan maka akan mempercepat korosi,selain itu kerapuhan akan mempertinggi adhesi bakteri dan mempercepat peradangan periodontal dan karies pada gigi. Sifat kimia pada permukaan juga dapat menghambat respon biologis
E.g adanya lipoposakarida pada permukaan dapat memengaruhi respons biologinya juga yaitu mempercepat radang periodental
Immunotoxicity
Didasarkan pada prinsip bahwa perubahan kecil sel pada sistem imun dapat menyebabkan konsekuensi biologis yang signifikan
Konsekuensi yang signifikan ini terjadi karena adanya sifat penguatan dari sel imun yang bekerja secara ilmiah E.g monosit mengatur dan
berperan banyak dalam peradangan kronis dan respon imun dengan cara mengeksresikan substansi yang memengaruhi sel lainnya. Kalau suatu bahan mengganggu kerja monosit untuk memproduksi sbstansi imun, maka respons biologi akan semakin timbul.
Imunotoksisitas juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan dan peningkatan fungsi sel. e.g ion mercury menaikkan
kandungan gluthathione pada monosit manusa dalam kultur sel. Ion palladium menurunkan gluthothione penting untuk mempertahankan oxidative stress pada sel, bila ada perubahan dapat mengubah fungsi selular
Biological Response in The Dental Environment
ENAMEL DENTIN
Lapisan enamel gigi adalah
material anorganik (96%), tersusun
dari crystalline array yang disebut
enamel rods.
Meskipun enamel permeabel
untuk beberapa substansi seperti
peroksida yang dapat mempengaruhi
pemutihan gigi,tetapi tidak
permeabel untuk komponen material,
bakteri, atau produk bakteri
Lapisan dentin gigi berbeda
dengan lapisan enamel. Dentin adalah
matriks mineral yang melekatkan
jaringan organik. Bahan anorganik
dentin lebih sedikit (70 %) dan bahan
organiknya (18%) didominasi kolagen
tetapi ada juga protein lain dan bahan
jaringan ekstraselular. Gabungan itu
dapat menyebabkan ikatan terjadi
karena asam dapat melarutkan
matriks mineral.
Anatomi Oral yang Mempengaruhi Respon BiologisOral Anatomy That Influences the Biological Response
DENTIN
Gabungan alami (Composite nature) yang terdapat
pada dentin bisa menghasilkan ikatan karena asam
secara selektif menghancurkan matriks yang
termineralisasi tetapi bukan jaringan kolagen yang
melekat pada gabungan tersebut.
Sebagian besar agen ikatan dentin mencoba untuk
menembus matriks kolagen yang tidak hancur.
Dentin mengandung 12% air, yang sangat penting
karena resin restoratif material bersifat hidrophobic dan
harus didesign untuk membasahi dentin jika berhasil
berikatan dengan strukturnya.
Dentin dilintasi oleh ribuan tubuli dentin. Dari enamel
hingga ke pulpa. Semakin ke pulpa tubuli semakin besar
dan semakin banyak .
Jika enamel terkena karies, patologi, atau oleh dokter
gigi, maka tubuli ini akan menjadi saluran bagi
komponen material, bakteri, atau produk bakteri yang
akan mencapai pulpa dan mempengaruhi pulpa
Bagian yang menghadap pulpa pada dentin dibatasi
oleh odontoblast yang membentuk dentin selama
pertumbuhan gigi dan memelihara dentin saat gigi
menua atau saat dipiicu oleh stimulus yang berbahaya
Odontoblast memiliki proses odontoblastic yang
dapat meluas ke tubuli dentin. Tubulus ini dikelilingi
oleh aquous extraseluler fluid yang berlanjut dengan
extraseluler fluid pada pulpa
Bila terjadi sakit pada pulpa itu disebabkan oleh
perpindahan dari fluida ini dan akan mempengaruhi
proses odontoblastik yang sekarang disebut
hydrodinamic teori (fluid model) of pulpa pain
PULPA PERIODONTAL ATTACHMENT
Pulpa merupakan jaringan ikat yang berisi element yang normal misalnya fibroblas, colagen, kapiler, dan saraf.
Pulpa menghasilkan sel untuk mengganti odontoblas yang hancur akibat cavity preparation atau penempatan material dan membentuk reparative dentin (dentin sekunder)
Pembentukan dentin sekunder juga dapat disebabkan oleh difusi produk bakteri atau komponen material seperti kalsium hidoksida
Periodontal attachment merupakan simpangan antara bagian luar dalam dalam gigi.
Dentin pada akar gigi diselubungi oleh lapisan tipis sementum
Sementum menjadi sambungan serat kolagen pada ligamen periodental
Epitel gingiva menepel pada sementum membentuk rongga potensial pada enamel (Periodental Pocket)
Periodontal pocket adalah tempat pertumbuhan penyakit periodontal yang dapat menghancurkan epitelium, ligamen periodental dan tulang alveolar
Biokompabilitas material ini dapat memengaruhi
oBentuk normal periodontal
oProses penyakit
oKemampuan tubuh untuk bertahan melawan bakteri yang menyebabkan penyakit periodontal
AREA APIKAL
Periapikal area merupakan bagian lain dari interface antara material dan tubuh
Apex terdiri dari simpangan pulpa terhadap gigi, dan tulang alveolar. Saraf dan pembuluh darah berada pada foramen apikal
Saat pulpa hancur akibat infeksi saat restorasi, material endodontik digunakan untuk mengisi ruang pulpa, dan material ini berinteraksi dengan tubuh melalui apex. Jika perawatan endodontik tidak terbentuk secara sempurna, maka material akan menekan apex hingga ke periapikal area dan menyebabkan kerusakan fisik.
Meskipun demikian, ketika pulpa gigi hancur karena terinfeksi selama restorasi, jaringan endodontik ditempatkan dalam ruang pulpa, dan jaringan-jaringan yang memisahkan jaringan tubuh dengan apex gigi. Jika prosedur endodontik tidak berjalan dengan semestinya, jaringan isi tersebut akan dikeluarkandari apex ke area periapikal karena kerusakan tambahan. Kemampuan material saluran akar untuk melawan migrasi bakteri atau produk bakteri dari mahkota gigi sampai ke apex adalah pertimbangan yang penting juga. Sehingga material yang diatasnya akan berkonTak dengan jaringan periapikal.
Respon biologis tersebut terhadap material itu harus segera diperiksa. Area jaringan periodontal, melepas substansi dari isi material saluran akar mungkin menyebabkan respon buruk pada sekitar apex atau mngubah reaksi tubuh terhadap produk bakteri yang mencemari area tersebut.
1 . DENTIN RESIN INTERFACE2. IMPLANT BONE INTERFACE
Special Biological Interfaces with Dental Materials
Permukaan dentin-resin dibentuk ketika ikatan
resin mendasari material restorasi pada dentin.
Natural komposit dentin memungkinakan matriks
mineral melarutkan asam untuk menyediakan
jaringan kolagen . Jika tidak ada jaringan tersebut,
dentin akan sangat kering. Permukaan material resin
dan jaringan kolagen mempunyai pengaruh yang
mendalam pada biokompatibilitas dari material.
1. DENTIN – RESIN INTERFACE
DENTIN – RESIN INTERFACE
Jika material resin tidak menerobos jar.
Kolagen, suatu celah akan dibentuk
antara resin dan dentin, biasa disebut
kebocoran mikro (microleakage) dan
dapat menyebabkan bakteri dan cairan
oral masuk kedalam pulpa.
Biokompabilitas restorasi berubah oleh
proses kebocoran
1. Bakteri atau produknya sampai ke
pulpa dan menginfeksi
2. Mendukung kerusakan material
3. Memperbesar kebocoran dan celah
4. Perubahan warna restorasi
Jika resin menerobos jar.kolagen
dari dentin tetapi tidak sempurna,
celah yang lebih kecil terbentuk
(nanoleakage). Meski bakteri
tidak dapat masuk ke dalam
nanaoleakage dalam pulpa tapi
pertukaran cairan menyebabkan
penurunan resin atau kolagen dan
membuat perlekatan resin tidak
sempurna mengurangi
umur ikatan resin – dentin
menambah ukuran celah
Implant – Bone Interface
Prosesnya sama dengan dentin – resin yaitu dikarenakan ketidaksempurnaan pembuatan implan sehingga tidak sesuai dengan tular alveolar
Osseointegration
Osseointegration didefinisikan sebagai perkiraan tulang terhadap bahan implant. Untuk mencapai osseointegration, tulang harus sudah layak, ruang antara tulang dan implan harus mampu menahan gaya yang diberikan selama keadaan normal seperti mengunyah, menggigit dan lain-lain. Kemampuan dari material untuk osseointegration mirip dengan biokompatibilitas. Material osseointegration antara lain:
1. Titanium komersial murni2. Logam campuran titanium-alumunium-vanadium3. Tantalum4. Beberapa tipe keramik
beberapa material seperti yang disebut keramik bioglass, meningkatkan penggabungan antara tulang dan material dengan tidak ada ruang sama sekali. Ketika penggabungan itu terjadi, material itu disebut biointegrate dengan tulang.
Sistem Imun Oral
Sistem imun berperan penting dalam respon biologis pada semua material. Sistem imun memperlihatkan perilaku yang berbeda dalam epitel mulut dan jaringan pengikat dengan di seluruh tubuh, dan respon biologis pada material di dalam mulut mungkin tidak selalu sama pada lokasi lain. Ekspos oral pada alergi metal tertentu seperti krom atau nikel sebenarnya dapat memicu toleransi imunologis terhadap logam ini. Meskipun ekspos terjadi pada lokasi lain seperti lambung, alergi sering berkembang. Mekanisme toleransi dengan alergi pada dental material tidak diketahui, keduanya tidak berpotensi pada tipe reaksi yang terjadi pada manusia. Meskipun penting untuk diingat bahwa lingkungan mulut tidak selalu sebanding dengan struktur atau fungsi pada area lain tubuh dan respon biologis dapat berbeda-beda.
Measuring The Biocompability Issues in Dentistry
Defining the use of material
Fungsi atau penggunaan material dalam tubuh
memiliki pengaruh penting pada sifat respon biologis
yang menginduksi.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan
ketika mencoba untuk mengukur respon biologis.
1. Lokasi Bahan
Lokasi bahan ini penting untuk respon biologis secara keseluruhan.
Apakah ia (bahan) dikeliling oleh jaringan lunak? Apakah akan keluar ke epitel mulut atau justru akan
berkomunikasi melalui epitel seperti implan endoesseous?
Apakah bahan tersebut akan terkena langsung ke tulang, cairan jaringan, darah, dan air liur? atau akan ada semacam penghalang?
Bahan yang berkontak dengan epitel atau menembus epitel akan membutuhkan pengawasan yang lebih ketat daripada bahan yang tidak menembus epitel.
Sama halnya dengan bahan yang menembus gigi (enamel) akan membutuhkan pengawasan yang lebih ekstra dibandingkan bahan yang tidak menembus gigi.
2. Durasi Bahan
Durasi bahan di dalam tubuh juga penting dalam respon biologis.
Impression materials, yaitu bahan yang hanya hadir sekitar 4 sampai 6 menit di dalam mulut dapat menyebabkan respon biologis yang berbeda dengan bahan yang akan hadir selama 10 tahun di dalam mulut.
Contohnya, sebuah band tembaga yang digunakan sebagai penahan matriks untuk amalgam besar jika dibiarkan beberapa minggu dimulut maka akan menyebabkan inflamasi ginggiva yang cukup parah.
Secara umum, tes yang paling ketat untuk mengukur biokompatibilitas sangat diperlukan untuk bahan yang hadir dalam jangka waktu yang panjang.
Jangka waktu yang lama memberikan waktu yang cukup bagi bahan untuk mempengaruhi tubuh, begitupun sebaliknya.
3. Tekanan yang diberikan pada bahan
Tekanan pada bahan penting dalam respon biologis.
Tekanan ini dapat bersifat : fisik, kimia atau termal.
Jangka pendek, jangka panjang, dan tekanan
kelelahan perlu dipertimbangkan ketika menilai
pengaruh stress terhadap kinerja biologis material.
TYPE OF TEST : ADVANTAGES - DISADVANTAGES
Tipe-tipe Test: Keuntungan dan Kerugian
Pada dasarnya terdapat 3 tipe dasar tes yang digunakan untuk mengukur biokompatibilitas dental material
Masing-masing uji ini memiliki keuntungan dan kelebihan, dan digunakan untuk mengevaluasi material sebelum dijual ke masyarakat.
The In Vitro Test
The Animal
Test
The Usage Test
Performed
The In Vitro Test
Dilakukan diluar tubuh organisme.
Pada dasarnya, uji in vitro telah digunakan sebagai uji pertama terhadap material baru.
Sistem biologi dapat terdiri dari sel mamalia, organel selular, jaringan, bakteri, atau beberapa macam enzim.
Hubungan antara sistem biologis dan material bisa langsung maupun tidak langsung.
Keuntungan : Cepat, murah, dan mudah distandarisasi. Bahkan, dapat digunakan dalam skala besar daripada hewan atau uji kegunaan.
Kerugian : Potensi kekurangan dari kesesuaian penggunaan dari material secara in vivo.
The Animal TestMenempatkan material ke dalam beberapa jenis
organisme.
Studi pulpa dan uji hewan lebih jarang daripada uji in
vitro.
Uji hewan juga dapat juga dikelompokkan dalam
beberapa jenis, yaitu toksisitas sistemik jangka
pendek dan jangka panjang terfokus pada membrane
utuh dan sensitisasi imun atau respon tulang.
Keuntungan : Kemampuannya yang memungkinkan
sistem biologis yang utuh
merespon material.
Kerugian : Mahal, sulit dikontrol, dan memakan
waktu yang lama, tergantung pada spesies yang
digunakan
The Usage Test Performance
Dapat diujikan di hewan berukuran besar ataupun
manusia (clinical trial ).
Uji kegunaan membutuhkan material yang ditempatkan
pada lingkungan yang relevan secara klinis untuk
kegunaan praktik material secara klinis.
Uji ini sangat kompleks dan sulit diujikan dalam hal
control eksperimental dan interpretasi, juga sangat mahal
dan memakan waktu yang lama serta mempunyai
beberapa kerugian.
Sebenarnya tidak ada uji yang dilakukan secara tunggal. In vitro, animal, dan uji percobaan dilakukan bersama. Meskipun peran setiap uji dasar ini keseluruhan skema pengujiannya kontroversial dan masih berkembang.
Ada tiga fase dalam menguji biomaterial baru, antara lain primer, sekunder, penggunaan. Pada tampilan pertama, fase-fase ini terlihat tidak berguna bagi kategori in vitro, hewan, dan uji kegunaan.
1. Uji primer mulai dilakukan pada uji material baru, uji-uji ini sering dilakukan pada in vitro. Uji primer juga dapat menguji beberapa hewan untuk mengukur sistem toksisitas.
2. Uji sekunder hampir selalu berhubungan dengan hewan. Uji sekunder menemukan lebih dari toksisitas dan mutagenasi isu-isu seperti alergi , inflamasi, dan pengaruh biologi kronis.
3. Uji kegunaan umumnya hampir sama dengan sebelumnya karena material harus diuji pada situasi relevan secara klinis.
Bagaimana Uji-Uji tersebut Digunakan Bersama untuk Mengukur Biokompabilitas
Uji dari material baru mengalami pertumbuhan linier dari primer ke sekunder lalu ke uji kegunaan. Paradigma dari pengujian ini ditampilkan dalam sebuah segitiga dengan material inti diuji di fase primer, beberapa material yang bertahan diuji di fase sekunder, dan beberapa material mendekati uji kegunaan. Paradigma linear ini terlihat menjadi yang paling efisien dan paling efektif pembiayaannya dengan memberikan material baru yang aman ke masyarakat.Untuk tambahan secara luas, paradigma linear saat ini yang akurat dalam uji biokompabilitas
STANDARDS : ADVANTAGES - DISADVANTAGES
Standar : Keuntungan
Meskipun upaya awal secara formal mengembangkan tes standar untuk biokompatibilitas bahan datang pada tahun 1933, tidak sampai 1972 American National Standards Institute/American Dental Association(ANSI/ADA) menyetujui Dokumen No. 41
Recommended Standard Practice for Biological Evaluation of Dental Material. Sampai batas tertentu dokumen ini dikembangkan dalam menanggapi gerakan di Kongres AS untuk meminta pengujian biologis dari semua perangkat medis
Gerakan ini diresmikan oleh bagian dari Rill Alat Kesehatan pada tahun 1976
Poin penting adalah bahwa bahan restorasi gigi
dianggap perangkat sebagai berbeda dengan obat
dalam pandangan Food and Drug Administration (I DA)
Ketelitian terhadap alat agak kurang dibandingkan
dengan obat, yang harus menunjukkan keamanan dan
efisiensi alat yang diperlukan hanya untuk menunjukkan
keamanan saja
Standar - Kerugian
Sebagian standar tidak dapat mengikuti perkembangan informasi ilmiah baru,
Standar merupakan kompromi antara produsen, akademisi, dan masyarakat awam, karena itu mereka cenderung berkembang dengan lambat
Standar juga mungkin dipilih acak di alam karena mereka harus menetapkan cut-off poin untuk dapat diterima
Namun dengan semua kekurangan ini, standar untuk pengujian biologis yang diinginkan dan diperlukan bagi para ilmuwan, manulacturers, dan pasien sama.
ANSI/ADA Document 41
Dokumen asli ANSI / ADA No. 41 untuk pengujian biologis dental material(dirilis pada 1972) telah diperbaharui pada tahun 1382 dan memasukkan tes untuk mutagenisitas.
Spesifikasi ini menggunakan paradigma linier atau penyaringan bahan dan membagi pengujian ke dalam awal, menengah, dan tes penggunaan
Tes awal : - Uji in vitro untuk sitotoksisitas
- Sel darah merah
- Lisis membran
- Mutagenesis
- Karsinogenesis
- Tes hewan toksisitas sistemik oleh konsumsi oral.
• Tes sekunder: - Tes hewan untuk respon
inflamasi/imun
- Termasuk tes untuk respon pulpa dan tulang.
• Tes Pengujian: Pengujian yang diperlukan untuk bahan
yang tidak terdaftar secara khusus. Terserah kepada
produsen untuk memilih tes dan mempertahankan
pilihan ke ANSI / ADA dan kemudian ke FDA saat
mengajukan permohonan persetujuan terhadap bahan.
• Dokumen No 41 saat ini sedang direvisi, namun revisi
ini tidak lengkap, sehingga versi 1382 masih berlaku.
Dokumen ini tersedia di Council on Scientific Affairs at
the American Dental Association (www.ada org), 211 E
Chicago Avenue, Chicago, TI, GOGll or the American
National Standards Institutes (www ansi.01-g) 1819 L
Street NW, Washington, DC 20036.
ISO Standard 10993
Dokumen IS0 10993 merupakan standar internasional untuk pengujian biokompatibilitas mengenai bahan
Pertama kali diterbitkan pada tahun 1992, tetapi versi modifikasi diperbarui secara berkala
Pada tahun 2002, IS0 10993 terdiri dari 16 bagian, masing-masing menangani satu bidang yang berbeda dalam pengujian biologi
Dalam standar ini, tes penggunaan merupakan bagian dari tes tambahan. Seperti ANSI / ADA standard, pemilihan tes diserahkan kepada produsen, yang haruskemudian membela seleksi ini setelah permohonan persetujuan
Persoalan Biokompatibiliti dalam Kedokteran Gigi
Current biocompatibility issue in dentistry
Latex
Pemakaiannya dalam kedokteran gigi sebagai latex
rubber dam. Masalah biokompatibilitas yang seting
terjadi adalah sebagai berikut :
Hipersensitivitas produk yang mengandung latex akan
mengkasilkan alergi atau reaksi pada akselerator dan
antioksidan yang dipakai saat proses pembuatan
latex, dermatitis pada tangan (eczema) merupakan
contoh yang palling sering terjadi
Efek alergi sistemik yang lebih serius muncul saat latex berkontak dengan membran mukosa, hal tersebut dapat menyebabkan angionerotik edema, sakit dada, ruam pada leher dan dada sebagai respon alergi
Asma atau gangguan pernapasan disebabkan oleh bahan-bahan latex yang tersebar di udara seperti lapisan bubuk pada produk latex
blinkhorn dan leggate (1984) mengatakan bahwa edema angioneurotik umum, sakit dada, dan kemerahan pada leher merupaka reaksi terhadap penggunaan isolator karet
(rubber dam)
Nikel
Nikel adalah komponen yang biasanya terdapat pada dental
alloy yang dipakai dalam pembuatan mahkota, gigi palsu
parsial, dan beberapa kebutuhan orthodonsi. Masalah
biokompatibilitas pada nikel antara lain:
Nikel subsulfida (Ni2S3) bersifat karsinogenik pada sistem
pernapasan manusia
Ion nikel (Ni2+) merupakan mutagen pada manusia
Nikel karbonil [Ni(CO)4] merupakan senyawa berbahaya dalam
bidang industri, namun tidak pada bidang kedokteran gigi
Ion nikel juga merupakan penyebab radang nonspesifik
bersama cobalt dan merkuri
Gambar gingivitis seorang pasien ortodontik(yang mengandung perangkat nikel) yang mengungkapkan reaksi positif dalam
tes patch. peradangan
Gambar perioral reaksi alergi pada seorang gadis 15-tahun setelah penyisipan kabel ortodontik nikel yang mengandung (CuNiTi); Patchtes positif untuk nikel (Courtesy of D. Arenholt-Bindslev, Århus,Denmark)
Reaksi alergi tipe IV (reaksi pada tangan) setelah terpapar nikel selama
perawatan ortodontik (Courtesy of N. Veien, Aalborg, Denmark)
Biocompatibility of dental materials, Gottfried Schmalz & Dorte Arenholt-Bindslev
Berilium
Berilium dipakai dalam alloy Ni-Cr dengan
konsentrasi 1 wt% - 2wt% untuk meningkatkan
castability pada alloy dan menurunkan melting range.
Masalah biokompatibilitas dari berilium adalah
sebagai berikut:
Berilium disebut sebagai karsinogen baik pada bentuk
metalnya (Be0) atau pada bentuk ionnya (Be2+)
Berilium jika terhirup dan terbawa sampai alveolus
dapat menyebabkan peradangan kronik yang disebut
berylliosis
Merkuri dan Amalgam
Terjadi kontroversi pada merkuri yang terdapat di dalam amalgam mengenai apakah bahan merkuri tersebut mengandung bahan beracun atau tidak
Merkuri muncul dalam tiga bentuk yaitu: Metal (Hg0) Ion anorganik (Hg2+) Bentuk organik (metil atau etil merkuri)
Portal masuk merkuri ke dalam tubuh adalah lewat pernapasan bahan merkuri yang menguap
Merkuri sebagai bahan beracun telah dikenal luas,
merkuri dapat menyebabkan penyakit akut
neurologikal atau renal, mulai dari paresthesia sampai
ataksia, nyeri sendi dan kematian
Pada level kronik penyakit yang tejadi lebih tidak
terlihat dan mengakibatkan kelemahan, kelelahan,
anoreksia, berat berkurang, insomnia, pemarah,
pemalu, pusing, dan tremor pada ekstremitas atau
kelopak mata, namum belum ada data yang
menyatakan bahwa merkuri dalam amalgam
berbahaya
Estrogenitas
Pada tahun 1996, terdapat penelitian yang menyatakan
bahwa dental sealant melepaskan zat estrogenik
Jika berasal dari luar tubuh, zat ini disebut
xenoestrogen. Kemunculan xenoestrogen ini dapat
menggangu siklus reproduksi dan proses perkembangan
dalam kehidupan alam
Perhatian terkait estrogenisitas pada kedokteran gigi
berpusat pada bisphenol A atau BPA, yang merupakan
bahan sintetis dari composit yang mempunyai efek
estrogenik sehingga berpotensi menyebabkan kanker
payudara
Namun, belum ada bukti yang meyakinkan mengenai
bahaya estrogenitas pada dental komposit
Efek Biologis Lain dari Resin
Resin sebagai bahan restoratif memunculkan banyak pertanyaan terkait biological safety dari material ini
Resiko primer yang ditimbulkan adalah reaksi alergi dan resiko paling tinggi untuk dental personnel saat terpapar material unpolimer
Reaksi alergi yang terjadi saat terjadi kontak adalah dermatitis
Pemakaian resin juga dapat menyebabkan peradangan
rongga mulut
Ada beberapa penetilitian yang menyebutkan resin
berpotensi menunjang pertumbuhan beberapa spesies
bakteri, namun ada juga penelitian mengenai
pemakaian spesial resin sebagai bahan antimikrobial
Saat ini banyak sekali perkembangan bahan-bahan kedokteran gigi, dan masing-masing produk memiliki klaim kinerja klinis sendiri. Hal ini membuat dokter gigi harus selektif dalam memilih bahan-bahan yang akan digunakan untuk keselamatan biologis. Oleh karena itu, penting untuk memiliki pengetahuan biokompatibilitas bahan.
Dalam memilih produk yang akan digunakan, dokter gigi harus memastikan terlebih dahulu produk tersebut telah dinyatakan aman dan sesuai dengan standar yang berlaku.
Pedoman Memilih Bahan Biokompatibel
Clinical Guidelines for Selecting Biocompatible Materials
Bahan Kedokteran Gigi
Bahan kedokteran gigi adalah bahan yang dipergunakan
dalam proses perawatan gigi langsung maupun tidak
langsung, tetapi tidak memiliki efek terapi.
Define the Use of the Material
Beberapa pertimbangan dalam mengevaluasi keamanan biologis bahan :
Penggunaan Bahan
Apakah bahan tersebut baru
diusulkan ( dengan cara
baru atau lingkungan
baru)
Apakah bahan tersebut telah
diuji keamanannya
Komposisi Bahan
Apakah komposisi bahan berbeda dari bahan sebelumnya
Define How the Material Has Been Tested
Pernyataan: “Bahan telah diuji biokompatibilitas nya dan tidak terdapat masalah” Dokter gigi tidak boleh langsung puas dengan pernyataan tersebut Dokter gigi harus benar-benar memahami apakah sudah dilakukan tes/uji pada bahan tersebut Pada tes/ uji, bahan tersebut harus dipastikan telah lulus uji dan aman untuk digunakan.
Hal yang harus diperhatikan dalam test/uji suatu bahan:
1. Waktu pengujian yang relevan.2. Kondisi Pengujian yang relevan.3. Mencari beberapa jenis tes/uji dibawah kondisi
klinis yang berbeda dan relevan.
Tes/Uji
Struktur Tes/Uji
Metode yang digunakan
saat Pengujian
Think in Terms of Risk and Benefit
Pada kenyataannya, tidak ada bahan yang dapat
terbukti 100% aman dan bebas resiko. Data yang
diperoleh pun tidak cukup untuk menentukan resiko
penggunaan bahan. Jadi, dalam membuat keputusan
dokter harus bergantung pada :
- Penilaian klinis
- Akal sehat
- Data yang tersedia
Dokter harus selalu menyadari bahwa penggunaan bahan dalam tubuh memerlukan analisis resiko-manfaat.
Tingkat resiko yang ditanggung harus lebih kecil dibandingkan dengan manfaatnya.
Dokter harus terbuka terhadap pasien, mengkomunikasikan secara jelas dan menyeluruh apa resiko dan manfaat yang akan diberikan oleh bahan tersebut.
Selanjutnya, pasienlah yang memutuskan apakah manfaat bahan tersebut lebih besar dibandingkan resiko bagi tubuhnya.
Komunikasi tersebut merupakan esensi dari “informed consent”
Dalam kedokteran gigi, proses informed consent tersebut lebih penting dibandingkan mengevaluasi efek biologis bahan.
THANK YOU