muhammad widad bayuadi, wiwik setyaningsih, yosafat

10
Muhammad Widad Bayuadi, Wiwik Setyaningsih, Yosafat Winarto/ Jurnal SENTHONG 2019 489 PENERAPAN KONSEP MITIGASI STRUKTURAL PADA BANGUNAN MUSEUM DI PESISIR PANTAI WATUKARUNG Muhammad Widad Bayuadi, Wiwik Setyaningsih, Yosafat Winarto Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta [email protected] Abstrak Perubahan iklim global terutama pada abad 21 meningkat secara signifikan akibat perilaku pembakaran bahan bakar fosil yang tidak terkontrol khususnya pada negara berkembang. Perubahan iklim yang merusak keseimbangan alam memicu peningkatan frekuensi munculnya berbagai bencana alam. Peningkatan frekuensi bencana alam tersebut terjadi secara global sehingga diperlukan sistem untuk mencegah dampak yang lebih buruk. KTT PBB Polandia dan pertemuan tahunan IMF dengan World Bank tahun 2018 membahas perubahan iklim hingga tahun 2018 yang berdampak pada peningkatan frekuensi bencana. Meski telah diadakan banyak konferensi, hingga saat ini masih banyak wilayah yang rawan bencana seperti kawasan pesisir pantai di Indonesia yang belum berorientasi pada pengelolaan mitigasi. Kawasan pesisir pantai ini memerlukan penerapan konsep mitigasi struktural pada bangunan dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip mitigasi sesuai karakteristik dan potensi Pesisir Pantai Watukarung. Tujuan dari penelitian ini adalah mengimplementasikan konsep pendekatan mitigasi bencana struktural pada massa museum dalam kawasan eduwisata mitigasi bencana. Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif-analitif yang menggunakan data dan sampel untuk merumuskan konsep perencanaan yang diterapkan. Hasil dari penelitian berupa konsep penerapan bangunan yang menggunakan konsep mitigasi bencana secara struktural dengan penerapan pola keseimbangan bangunan, struktur bangunan, penzonaan bangunan, dan perangkat peredam guncangan bangunan yang dapat meredam guncangan semaksimal mungkin sehingga mendekati titik 0 getaran. Kata kunci: pesisir pantai watukarung, mitigasi struktural, museum, pengembangan kawasan 1. PENDAHULUAN Pengembangan sebuah kawasan diperlukan untuk memberikan dampak baik bagi kawasan dengan melakukan proses pencocokan data dan penyesuaian yang adaptif dan kontinu antara ketersediaan dan permintaan baik bagi masyarakat sekitar atau pengunjung sebuah kawasan dalam tujuan memenuhi misi yang telah ditentukan. Perencanaan terpadu yang mengarah pada keadaan aman dan edukasi mengenai bagaimana menerapkan keamanan atas kemungkinan terdampak bencana pada kawasan, menjadi hal yang dinilai penting sebagai tindak lanjut dari kawasan yang berorientasi pada wisata (Winarto, Y., dkk, 2018). Pemerintah Kabupaten Pacitan dalam riparkab 2016 menetapkan 9 destinasi unggulan, salah satu dari destinasi tersebut adalah Kawasan Pantai Watukarung yang identik dengan objek wisata pantai, desa wisata Limasan, area selancar berstandar internasional, dan wilayah batuan karst perlindungan geopark Gunung Sewu oleh UNESCO. Potensi- potensi dalam kawasan ini tengah terancam oleh isu peningkatan frekuensi berbagai bencana pada kawasan pesisir pantai yang berdampak pada penurunan pengunjung. Pengelolaan kawasan pesisir yang berorientasi pada mitigasi bencana harus dapat mempertahankan eksistensi wisatanya secara maksimal yang sekaligusberupaya menciptakan perasaan aman dan nyaman bagi pengunjung baik melalui edukasi atau mitigasi kebencanaan. Frekuensi atas bencana (khususnya gempa bumi dan tsunami) yang tinggi baik di Pacitan secara khusus maupun di Indonesia secara umum akhir-akhir ini dapat mengurangi minat dari wisatawan pada objek wisata pantai, terlebih objek yang mempunyai riwayat terdampak bencana. Bencana-bencana tersebut mempengaruhi kenyamanan wisatawan pada kawasan pesisir pantai dan cenderung untuk memilih objek yang dirasa lebih aman. BPBD Kabupaten Pacitan sendiri pada tahun 2015 telah menetapkan dua daerah yang telah ditetapkan sebagai berpotensi tinggi terdampak tsunami yang disiapkan untuk menjadi Desa

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Muhammad Widad Bayuadi, Wiwik Setyaningsih, Yosafat

MuhammadWidadBayuadi,WiwikSetyaningsih,YosafatWinarto/JurnalSENTHONG2019

489

PENERAPANKONSEPMITIGASISTRUKTURALPADABANGUNANMUSEUMDIPESISIRPANTAIWATUKARUNG

MuhammadWidadBayuadi,WiwikSetyaningsih,YosafatWinartoProdiArsitekturFakultasTeknikUniversitasSebelasMaretSurakarta

[email protected]

Abstrak

Perubahan iklim global terutama pada abad 21 meningkat secara signifikan akibat perilakupembakaran bahan bakar fosil yang tidak terkontrol khususnya pada negara berkembang. Perubahan iklimyang merusak keseimbangan alam memicu peningkatan frekuensi munculnya berbagai bencana alam.Peningkatan frekuensi bencana alam tersebut terjadi secara global sehingga diperlukan sistem untukmencegahdampakyanglebihburuk.KTTPBBPolandiadanpertemuantahunanIMFdenganWorldBanktahun2018membahasperubahan iklimhinggatahun2018yangberdampakpadapeningkatanfrekuensibencana.Meski telahdiadakanbanyakkonferensi,hinggasaat inimasihbanyakwilayahyangrawanbencanasepertikawasan pesisir pantai di Indonesia yang belum berorientasi pada pengelolaan mitigasi. Kawasan pesisirpantai inimemerlukanpenerapan konsepmitigasi struktural padabangunandenganmengimplementasikanprinsip-prinsipmitigasi sesuai karakteristikdanpotensiPesisirPantaiWatukarung.Tujuandaripenelitian iniadalah mengimplementasikan konsep pendekatan mitigasi bencana struktural pada massa museum dalamkawasan eduwisata mitigasi bencana. Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif-analitif yangmenggunakandatadansampeluntukmerumuskankonsepperencanaanyangditerapkan.Hasildaripenelitianberupa konseppenerapanbangunan yangmenggunakan konsepmitigasi bencana secara struktural denganpenerapanpolakeseimbanganbangunan,strukturbangunan,penzonaanbangunan,danperangkatperedamguncangan bangunan yang dapat meredam guncangan semaksimal mungkin sehingga mendekati titik 0getaran.Katakunci:pesisirpantaiwatukarung,mitigasistruktural,museum,pengembangankawasan

1.PENDAHULUAN Pengembangansebuahkawasandiperlukanuntukmemberikandampakbaikbagikawasandengan melakukan proses pencocokan data dan penyesuaian yang adaptif dan kontinu antaraketersediaandanpermintaanbaikbagimasyarakatsekitarataupengunjungsebuahkawasandalamtujuanmemenuhimisi yang telahditentukan.Perencanaan terpaduyangmengarahpadakeadaanaman dan edukasi mengenai bagaimana menerapkan keamanan atas kemungkinan terdampakbencana pada kawasan,menjadi hal yang dinilai penting sebagai tindak lanjut dari kawasan yangberorientasi pada wisata (Winarto, Y., dkk, 2018). Pemerintah Kabupaten Pacitan dalam riparkab2016menetapkan 9 destinasi unggulan, salah satu dari destinasi tersebut adalah Kawasan PantaiWatukarungyangidentikdenganobjekwisatapantai,desawisataLimasan,areaselancarberstandarinternasional,danwilayahbatuankarstperlindungangeoparkGunungSewuolehUNESCO.Potensi-potensidalamkawasaninitengahterancamolehisupeningkatanfrekuensiberbagaibencanapadakawasanpesisirpantaiyangberdampakpadapenurunanpengunjung.Pengelolaankawasanpesisiryangberorientasipadamitigasibencanaharusdapatmempertahankaneksistensiwisatanyasecaramaksimal yang sekaligusberupayamenciptakanperasaanamandannyamanbagi pengunjung baikmelalui edukasi ataumitigasi kebencanaan. Frekuensi atas bencana (khususnya gempa bumi dantsunami)yangtinggibaikdiPacitansecarakhususmaupundiIndonesiasecaraumumakhir-akhirinidapatmengurangiminatdariwisatawanpadaobjekwisatapantai,terlebihobjekyangmempunyairiwayat terdampak bencana. Bencana-bencana tersebut mempengaruhi kenyamanan wisatawanpadakawasanpesisirpantaidancenderunguntukmemilihobjekyangdirasalebihaman.

BPBDKabupatenPacitansendiripadatahun2015telahmenetapkanduadaerahyangtelahditetapkan sebagai berpotensi tinggi terdampak tsunami yang disiapkan untuk menjadi Desa

Page 2: Muhammad Widad Bayuadi, Wiwik Setyaningsih, Yosafat

SENTHONG,Vol.2,No.2,Juli2019

490

Tangguh Bencana dengan salah satunya adalah Desa Watukarung. Penerapan mitigasistrukturalmenjadi urgensi yang sesuai dengan program pemerintah kabupaten, dimana berbagaifasilitas dalam upaya mendukung pemitigasian bencana struktural memang dibutuhkan secarakonkret bagi subjek pelaku kawasan Watukarung yang meliputi masyarakat pemukimanWatukarung,pengunjungobjekwisatadisekitarsite,danpengunjungyangmemangbertujuanuntukmendapatkanedukasikebencanaanpadazonapengedukasianmitigasi.Konseppendekatanmitigasibencana struktural padamassa museum mitigasi bencana menjadi bentuk nyata dari fasilitasmitigasi, evakuasi, dan edukasi mengenai kebencanaan di Indonesia. Fasilitas–fasilitas yangdisediakan tadi berupaya untuk merangkul pihak-pihak yang membutuhkan edukasi mengenaipenguranganrisikokebencanaansecarakontinu,sepertipihaksekolah,swasta,pemerintahan,danorganisasi-organisasi.

2.METODEPENELITIAN

Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran adalah metode deskriptifanalisis.Metodeinimeliputiunsurpencariandatasepertiperumusanmasalah,pengumpulandata,metode analisis, dan metode sintesis yang didasari oleh data-data dan sampel sebagai variabelpemecahanmasalah(Suparno,2009),sedangkankonsepyangdigunakanuntukmengemasmetodeyang akan ditujukan adalah dengan menerapkan pendekatan interaktif sebagai salah satu upayauntuk menyelesaikan desain secara optimal. Pendekatan interaktif tersebut terdiri atas 3 prosesutama yaitu pengumpulan data, analisis, dan sintesa dengan menentukan poin-poin pentingpembahasanmasalahyangkemudianditelitidanditentukanpenyelesaianmasalahterbaik.

Perumusan masalah penelitian diawali dengan menganalisis unsur kawasaneduwisatayangakanmempengaruhi desain dan bentuk fisik lansekap sertamassa dalam kawasan.Pengumpulan data dan metode analisis dirangkai untuk menelaah segmentasi pasar yang akandituju oleh kawasan eduwisata serta perilaku-perilaku sosial para penggunanya. Perilaku-perilakuyangberkaitandenganjenispenggunaakanlangsungberpengaruhkepadasistemolahlansekapdanmassa yang akan didesain. Penerapan sintesa pada metode ini dilakukan dengan menguraipenerapan konsep mitigasi bencana pada lansekap dan unsur massa pada kawasan sekaligusmenerapkan struktur bangunan yang tahan bencana. Sintesa–sintesa yang telah diurai tadi akandiselesaikan dengan menghubungkan faktor-faktor pada site seperti segi geografis, potensi yangdimiliki, dan budaya sehingga dapat menetukan rancangan fasad, zonasi, dan keamanan mitigasibencanasesuaistudiliteratur(teoriparaahli),preseden,danregulasidaripemerintahanterkait.

3.HASILDANPEMBAHASAN

SecarageografisNegaraKesatuanRepublikIndonesiaberadapadakawasanrawanbencanasehingga diperlukan penataan ruang yang berbasismitigasi bencana sebagai upayameningkatkankeselamatandankenyamanankehidupandanpenghidupan(UUNo.26Tahun2007).PesisirPantaiWatukarungPacitanmemilikibeberapaobjekwisatayangsedangdalamperkembanganyangpesatakibat terhubungnya Jalur Lintas Selatan (JLS). Berkembangnya objek-objekwisata tersebut harusdiiringi dengan menciptakan suasana aman dan nyaman, salah satunya adalah denganmengorientasikanpengolahansistemkawasanmitigasibencana.

Page 3: Muhammad Widad Bayuadi, Wiwik Setyaningsih, Yosafat

MuhammadWidadBayuadi,WiwikSetyaningsih,YosafatWinarto/JurnalSENTHONG2019

491

Gambar1

PotensiwisatapadakawasanWatukarung,Kec.Pringkuku,Kab.Pacitan

BeberapaobjekwisatasebagaipotensiPesisirPantaiWatukarungantaralainadalahPantaiWatukarung yangmerupakanobjekwisata pantai skala nasional denganpengunjungobjekwisatapantai ketiga terbanyakdipacitanpada tahun2017;batukarstputri samuderayangmenjadi iconpadapesisirpantai selatanpacitanberupabatuankarstdenganbentukkepalaseorangputri;desawisatalimasanyangterdiridarikawasandesawisatadengan6objekrumahlimasandengannuansaalamdanperbukitan;homestaysurfinginternasionalsebagaipenyediafasilitassurfing;danvillabatuhill yang merupakan villa dengan standar internasional dan paling terkenal pada kawasanWatukarung.

Gambar2

SiteTerpilihPadaKawasanWatukarung,Kec.Pringkuku,Kab.PacitanSumber:SurveidanPemetaanNusantara,2009

Potensi-potensi objek wisata yang ada pada Pesisir Pantai Watukarung harus memenuhi

aspek-aspek yang dapat dikategorikan sebagai objek penunjang mitigasi struktural yang amanterhadap bencana, dimana terdapat beberapa kriteria yang mendukung keamanan pemitigasianbencana.Kriteriayangberpotensimengamankanareasitetersebutadalahletaksiteyangberbatasandengan laut sehingga memudahkan dalam upaya mendapat sumber air dan mengurangi biayaoperasional khususnya program pelatihan water rescue; telah terdapatnya berbagai fasilitasamenitas karena merupakan area objek wisata pantai; merupakan salah satu destinasi unggulanPacitan dan terdapat area surfing kelas Internasional; dan terdapat batuan karst sebagai dayadukungdalampewujudankawasanmitigasibencana.

Page 4: Muhammad Widad Bayuadi, Wiwik Setyaningsih, Yosafat

SENTHONG,Vol.2,No.2,Juli2019

492

Pengurangan risikobencanadapatdiciptakandalambentukkomunitasyangberkelanjutandengansebuahfondasisosialyangmeminimalisirdampakbencana,menghargaikeragamanbudaya,dan memperhatikan kebutuhan generasi mendatang. Pengurangan risiko tersebut haruslahberkaitandanmemnberitimbalbalikpadaketerkaitandankonvergensi,sertaintregrasistudi-studitentang bahaya dalam kesadaran yang lebih luas tentang keberlanjutan dan pencegahan bencana(White,GilbertF,1974).KegiatanPencegahanbencanaadalahserangkaiankegiatanyangdilakukansebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana (UU No. 24 Tahun2007 Pasal 1 ayat (6)). Pencegahan merupakan suatu upaya preventif atau pelindungan padakawasan,pencegahantersebutdapatberupamitigasistrukturalyangberkaitandenganpencegahanmelaluikonstruksifisikataurekayasalandscape,massa,danprasaranalainnya(BAPPENAS,2010).

Gambar3

SiklusMitigasiBencanaSumber:PanduanPerencanaanKontinjensiMenghadapiBencana(EdisiKedua)BNPB,2012

a.KonsepZonasidanLansekapBangunan

Lansekap pelindung diterapkan dengan memberikan beberapa jalur masuk yang mudahdikenali dari luar zona aman (lihat gambar 4). Area taman edukasi menerapkan beberapa jalurutama yang mudah dikenali untuk masuk dalam zona aman kawasan. Jalur-jalur masuk siteditentukandenganpenarikangarisarahstrategisyangpalingmudahdijangkauolehmasyarakatdanpengunjung di luar zona edukasi mitigasi, sehingga saat masyarakat atau pengunjung berlarimenghindaribencanadenganmengikutijaluryangadaakanberujungpadajalurdanzonaamandarizonaedukasimitigasiini.

Gambar4

ZonasiMassapadaLansekapZonaEdukasiMitigasiandZonaTIC

Site terpilih yang berada diantara batuan karst, jalan lokal, dan bibir PantaiWatukarung,direncanakandenganmengolahkeamananbangunanmenurutskalakepadatan,jenisuserdidalambangunan, dan kerentanan aktivitasnya terhadap dampak kebencanaan. Kawasan yang terciptaharusterintegrasidalammenciptakansistemmitigasibencanadenganbeberapapersyaratanutama

Page 5: Muhammad Widad Bayuadi, Wiwik Setyaningsih, Yosafat

MuhammadWidadBayuadi,WiwikSetyaningsih,YosafatWinarto/JurnalSENTHONG2019

493

dandiantaranyaadalahadanyabeberapaunsurmassayangberupayauntukmengedukasisekaligusmenerapkanprinsip-prinsipmitigasibencana.

Gambar5

KonsepPeletakanMassapadaZonaMitigasi

Daerah-daerah yang telah terdampak bencana, akan meninggalkan bekas perasaan bagimasyarakat yang merasakan sendiri kejadian secara nyata dan perasaan tersebut dapatmenimbulkan kesan emosi yang unik. Emosi inilah yang dapat memicu masyarakat terdampakbencana lebih merasa hati-hati dan lebih peduli dengan alam dan mitigasinya. Massa museummenerapkan bentuk dasar menggunakan pola Z yang merupakan pola planar seimbang dalammenghadapibencana.Bentukdasartersebutditambahkandenganbentuk-bentuksekunderberpolatahanbencanalainnyasepertilingkarandanpersegipanjang(lihatgambar12).b.KonsepSirkulasiBangunan

Gambar6

KonsepSirkulasidalamMassa

Massa museum dan pusat edukasi pengurangan risiko bencana masing-masing memilikilantaievakuasiyangdapatmenjadititikkumpulpengunjungyangberadadalammassa dalamupayamewujudkanbangunanyangadaptifterhadapbencana.Massamuseumyangdirancangmenerapkanmassalingkaranyangmenerapkansirkulasiliniermelingkardimanamenerapkankonsepmezzanine.Ruang ini menghadirkan diorama pasca bencana satu arah dengan 4 kategori bencana (gempa,tsunami,kebakaran,danbadai).

Massa museum mengangkat konsep mezzanine dimana pengunjung akan berada disetengah lantai atas untuk mengamati diorama secara maksimal, sedangkan diorama berada dilantaibawahyangsekaligusmemberikankeamananpengunjungsaatgelombangbesaratautsunami

Batuan karst

Zona Edukasi Mitigasi

Zona TIC

Page 6: Muhammad Widad Bayuadi, Wiwik Setyaningsih, Yosafat

SENTHONG,Vol.2,No.2,Juli2019

494

masukdalambangunanmuseum.Museumpadasisibangunanterakhirdihadapkanpadaopsiuntukmenuju lobby massa pusat edukasi pengurangan risiko bencana atau memilih keluar massabangunan,sedangkanpadamassapusatedukasibencanaditerapkanpolasirkulasi liniermelingkarmengikuti bentuk massa utama bangunan. Pola ini akan menaikkan elevasinya hingga pada titiktengahmassa yang sekaligusmerupakan tempat evakuasi sementara dalammenghadapi bencanapada massa ini. Sirkulasi seperti ini akan memudahkan pengunjung yang panik saat terjadinyabencana,karenasirkulasiakanhanyatertujupadasatutitikdanmenerapkanarussatuarahsetelahsampaipadatitiktengahtertinggi(zonaaman)sirkulasikembaliturunpadabagiandepanbangunandankembalipadalansekap.

Gambar7

RutePelarianHorizontalBangunanTahanBencanaSumber:JapanInstituteofArchitectdanJapanAseismicSafetyOrganitation(JASO),2015

Gempa yang mengguncang bangunan akkan mempengaruhi sistem yang bekerja dalam

bangunan, sistem perpindahan gaya horizontal dan kerusakan elemen bangunan saat terjadinyaguncangan akan berkonsentrasi pada struktur horizontal dengan kekakuan terendah (bagianbangunandenganareapilotisatauketinggianfloortoflooryanglebihtinggi)sehinggahal iniperludiantisipasi(Edgar,D.,1940).Contoh-contohkhasyangmudahrawanakankeretakankolomadalahbangunandenganpilotissertasebuahbangunanyangmenggunakanfloorratioyangberbedapadasalahsatulantainya.c.KonsepStrukturBangunan

Saat ini khususnya di Indonesia, bangunan-bangunan pesisir pantai belummengimplementasikanstrukturyangtahanterhadapbencanadanhanyaadaptifterhadapgayayangdihasilkan dari lingkungan, sehingga dalam penerapannya bangunan yang berada pada kawasanrawan bencana, memerlukan sistem struktur yang adaptif terhadap jenis kebencanaan yangmungkinmenerpabangunan.

Gambar8

InnovativeApplicationofDispersedShearWalltoaKilometer-HighConcreteSkyscraperSumber:FerozAlam,2016

Untukmenahanguncangangempabumi,diperlukanmekanismeyangdapatmenahansuatu

gayayangmendorongstrukturkearahhorizontaldansistemyang jelasuntukmenentukansistemkontruksiyangsesuai.

Page 7: Muhammad Widad Bayuadi, Wiwik Setyaningsih, Yosafat

MuhammadWidadBayuadi,WiwikSetyaningsih,YosafatWinarto/JurnalSENTHONG2019

495

Gambar9

GayaseismicyangmengenaibangunanSumber:JapanInstituteofArchitectdanJapanAseismicSafetyOrganitation(JASO),2015

Konsep sistem struktur yangditerapkan pada massa museum menggunakan sistem rigid

frame yang dikombinasikan dengan pengikat pada ujung atas kolom berupa batang karbon fiber(berfungsi sekaligusmenjadi angker) yangmenjuntai di luarmassa bangunan dan ujung dasarnyatertanam pada pondasi strauss pile (borepile manual) dengan kedalaman 6 meter. Kolom yangterikat oleh Batang Karbon Fiber tersebut juga terhubung dengan strauss pile namun disisipkanperangkat redaman guncangan berupa bantalan karet. Kolom-kolom yang berada pada bagiandalamnbangunanterikatolehsistembracesehinggatidakterlihatpadafasadluarbangunan.

Gambar10

GayaseismicyangmengenaibangunanSumber:JapanInstituteofArchitectdanJapanAseismicSafetyOrganitation,2015

Bangunandenganbentuk titikplanar simetris sepertipersegipanjang,plus,danbangunan

berbentuk Z adalah bangunan seimbang yang tidak menghasilkan torsi karena eksentrisitas padapusat gravitasi dan pusat kekakuan bertepatan (seimbang). Bangunan dengan massa yang tidaksimetrispadaderahrawanbencanaakanmengalamiperputaranatautorsi saatguncangan,hal inidikarenakangerakandariguncanganpadagempabumitidakberarah.Gerakantorsiyangberputardalam poros bangunan pada arah yang tidak tentu dapat bertampak buruk saat struktur daribangunantidakdisiapkanuntukmengatasiperputarantersebut.

Gambar11

GayaPutaryangMengenaiMassaBangunanSumber:JapanInstituteofArchitectdanJapanAseismicSafetyOrganitation,2015

Bentukmassayangrentanuntukmemutarakibatterkenatorsiperludilakukanpenanganan

khusus dalam massa bangunan (Gambar 11). Bangunan dengan massa yang berdekatanmembutuhkanperhatiankhususkarenarawanmenghasilkankonsentrasiteganganpadabagianatasbangunan, sehingga jika ketinggian dari kedua atau beberapa bangunan tersebut berbeda saat

Page 8: Muhammad Widad Bayuadi, Wiwik Setyaningsih, Yosafat

SENTHONG,Vol.2,No.2,Juli2019

496

gempaterjadidapatmerusakbangunanyangadadisekitarnyasehinggadiperlukanperhatianpadamomenpuntirpadabagianbawahbangunand.PolaMassaBangunan

Gambar12

AnalisaKarakteristikMassaAdaptifGuncanganSumber:JapanInstituteofArchitectdanJapanAseismicSafetyOrganitation(JASO),2015

Perancangan polamassa bentuk dasarmengimplementasimassa dan struktur yang dapat

mengurangi dampak guncangan yang dapat diterapkan pula isolator seismik berupa perangkatredaman.Strukturyangterisolasisecaraseismikinidapatmengurangigayaseismikyangditerapkankesebuahbangunanolehisolatorseismikdanmenyerapenergiseismikdenganperangkatredaman.Struktur terisolasi seismicdapatmengurangi kerusakanyang tidakhanyapada strukturbangunan,tetapi jugapadamaterial bahan finishing, kaca,danornamentbangunan lainnya. Struktur seismikyangdiimplementasikansecarasempurnamemilikimekanismeyangdapatmengurangiefekgerakanseismik yang disebarkan tanah ke struktur hingga ke nol getaran. Konsep sistem struktur yangbekerjabertujuanmewujudkanmekanismeyangmemungkinkanbangunanmeluncurpadagetarantanpagesekan,namuntetapmendukungberatbangunan.MassamuseumdenganbentukdasaryangmenggunakanpolaZadalahpenerapanpolaplanarseimbangdalammenghadapibencana.Bentukdasartersebutditambahkandenganbentuk-bentuksekunderberpolatahanbencanalainnyasepertilingkarandanpersegipanjang(lihatgambar13).

Gambar13

BentukDasarPolaKeseimbanganPlanardanPenerapanpadaMassaMuseum

Massapusat edukasi pengurangan risikobencana yangberhadapan langsungdengan arah

gelombang mengadaptasi bentuk-bentuk massa yang tahan terhadap guncangan gempa danhempasangelombangbesaratautsunami(menerapkanmassastreamline).

Page 9: Muhammad Widad Bayuadi, Wiwik Setyaningsih, Yosafat

MuhammadWidadBayuadi,WiwikSetyaningsih,YosafatWinarto/JurnalSENTHONG2019

497

Massa pusat edukasi ini menerapkan kombinasi modul massa plus dan lingkaran dimanakeduamodul initahanterhadaptekanandanguncangan.Modulplusyangditerapkandirancangandengansisiyangberbatasandenganlansekapberbentukstreamline(lihatgambar14).

Gambar14

BentukDasarPolaKeseimbanganPlanardanPenerapanpadaMassaPusatEdukasi

e.PerangkatStrukturyangTerisolasisecaraSeismic

Struktur yang terisolasi secara seismik dapatmengurangi gaya seismik yang diterapkan kesebuahbangunanolehperangkat isolatorseismiksehinggadapatmenyerapenergiseismikdenganperangkat redaman.Penerapanperangkatperedamdapatmenahandanmenyalurkanbebangayahorizontaldanvertikalsecaraoptimalmeratapadasistem-sistemstrukturinti(kolom,balok,dindingshearwall,danpondasistrausspile)danstrukturpendukung(bantalanperedamgempakaret,steeldamper,danbatangkarbonfiber),sehinggabangunandapatmemikulbebanhorizontaldanvertikalmaupungayalateral(angindangempa)denganbaik.

Gambar15

PerangkatRedamanSteelDamper,SlidingBearings,danimplementasiSumber:JapanInstituteofArchitectdanJapanAseismicSafetyOrganitation(JASO),2015

Strukturseismikyangsempurnamemilikimekanismeyangdapatmengurangiefekgerakan

seismikyangdisebarkantanahkestrukturhinggakenolgetaran.PenerapanSteelDamperbertujuanuntuk mewujudkan mekanisme yang memungkinkan bangunan bergeser pada getaran tanpagesekan,namuntetapmendukungberatbangunan.Perangkatredamandapatditempatkansecaraefektifdimanaperpindahanhorisontalbesarterjadikarenaisolatorseismik.Perangkatperedaminidapat meredam bangunan yang gerak akibat tanah yang berguncang. Bantalan karet yangdiimplementasikanmemiliki steker utama yang dimasukkan di tengah laminasi karet seperti yangterlihatpadagambar15,bantalanyangdapatberadadiantararuangisolatorseismicyangtertanamditanah.

Page 10: Muhammad Widad Bayuadi, Wiwik Setyaningsih, Yosafat

SENTHONG,Vol.2,No.2,Juli2019

498

Perangkat peredam yang diterapkan berbentuk peredam hidrolik dan baja yangmemanfaatkan viskositas tolak dari bahan material sehingga dapat membuat bangunan kembalipadatitikasalnya(lihatgambar16).

Gambar16

BantalanKaretpadaSistemPeredamSeismikSumber:Earthquake-ProofBuildings.USPatentNo.845.046.1907

4.KESIMPULANDANSARAN

KesimpulanyangdapatditarikdaripembahasanadalahkawasanpesisirpantaiWatukarungmembutuhkanpenerapanmitigasistrukturalsebagaiberikut,

1. Pengolahan konsep zonasi dan lansekap bangunan diimplementasikan dalam bentukkemudahansirkulasibagimasyarakatdanpengunjungdiluarzonaedukasimitigasi;

2. Pengimplementasian bangunan yang adaptif terhadap bencana diterapkan dalam zonaedukasi bencana yangdirancangdenganmemiliki lantai evakuasi yangdapatmenjadi titikkumpulpengunjungyangberadadalammassa;

3. Konsep struktur yang diterapkan berupa sistem rigid frame yang dikombinasikan denganpengikat ujung atas kolom berupa batang karbon fiber yang menjuntai di luar massabangunan dan ujung dasarnya tertanam pada pondasi strauss pile dengan kedalaman 6meter;

4. Pola massa bangunan dan struktur planar diterapkan dalam upaya meredam gerakanseismikyangdisebarkantanahkestrukturhinggakenolgetaran;

5. Struktur redaman yang diterapkan dalam bangunan bertujuan untuk meminimalisirguncangandarigetarangempa.

Sarandariperancangan iniadalahupayapemaksimalansistemmitigasistrukturalsehinggadapat menahan bangunan pada suatu titik atau posisi sampai tingkat tertentu ini harusmenerapkanpulasistemnonstrukturalyangbekerjapascaterjadinyabencana.

REFERENSI

BadanNasionalPenanggulanganBencana,2012,IndeksRisikoBencanaIndonesia,Jakarta:BNPBBAPPENAS, 2010, Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana. Jakarta: Badan

PerencanaandanPembangunanNasionaldanBadanNasionalPenanggulanganBencana.Edgar, D., 1940, Building a learning environment. Los Angeles: Phi Delta Kappa Educational

FoundationdanBloomington,Ind.Japan Institute of Architect dan JapanAseismic SafetyOrganitation (JASO), 2015, Earthquake-

resistantDesignforArchitect.Tokyo:BrocadeMAPIPTEK,2009,SurveidanPemetaanNusantara.Jakarta:BAKOSURTANALSuparno,M.Y.,2009,KeterampilanDasarMenulis.Jakarta:UniversitasTerbukaWhite,GilbertF.,1974,Naturalhazards,local,national,global,Oxford:OxfordUniversityPressWinarto,Y.,WiwikSetyaningsih,E.,danYuliani,S.2018,KawasanWisataEkologisBerkelanjutan

YangTanggapBencanadiPacitan,JawaTimur.JurnalArsitektura2019.Vol17.No.1