nasionalisme i.j. kasimo pada zaman kolonial … · lalu disusul indische partij oleh e.f.e. douwes...

118
NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh: Klemens Setya Puja Kisworo Nim: 121314014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: duongtruc

Post on 26-Feb-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

Klemens Setya Puja Kisworo

Nim: 121314014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

i

NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

Klemens Setya Puja Kisworo

Nim: 121314014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan rahmatNya kepada

saya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Kepada orang tua yang saya cintai, Ayahanda Agustinus Suhadi dan Ibunda

Agatha Sutantini.

3. Kedua kakak saya yang telah mendukung dan memberi semangat.

4. Monica Inggrid Kurniawan yang selalu memberi semangat dan motivasi

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Sahabat-sahabat saya yang telah memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Teman-teman Pendidikan Sejarah 2012 yang telah berjuang bersama.

7. Para pendidik dan saudara-saudaraku yang telah membantu, membimbing,

memotivasi, dan mendoakanku selama ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

v

MOTTO

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu

kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat

(Winston Churchill)

Life is just script to play.

The good news is, you can choose the character you want to play

(Monica Ingrid Kurniawan)

Jangan pernah berhenti melangkah ketika kamu ingin mencapai tujuanmu

(Klemens Setya Puja Kisworo)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

viii

ABSTRAK

NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL

Oleh :

Klemens Setya Puja Kisworo

Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa tiga

permasalahan pokok, yaitu : (1) latar belakang I.J. Kasimo mengembangkan

nasionalisme pada zaman kolonial; (2) proses yang dilalui I.J. Kasimo dalam

mengembangkan nasionalismenya pada zaman kolonial; (3) Sumbangan

pemikiran I.J. Kasimo dari nasionalisme yang dimilikinya bagi masyarakat

Indonesia.

Penelitian ini disusun berdasarkan metode penelitian historis faktual dengan

tahapan : pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi dan

historiografi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan multidimensional

yaitu ilmu sosial-politik dengan model penulisan deskriptif analitis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Munculnya nasionalisme I.J.

Kasimo merupakan akibat dari adanya sistem feodalisme dan kolonialisme yang

dialaminya sejak kecil. Selain itu aspek lain yang yang mendorongnya menjadi

seorang yang nasionalis adalah ajaran-ajaran dari Pastor van Lith serta

kegemarannya membaca buku-buku yang berkaitan dengan sosial politik. (2) I.J.

Kasimo mengembangkan nasionalisme dengan cara yang evolusioner. Ia

bekerjasama dengan kaum pergerakan lainnya untuk mendapatkan hak mereka

dengan meyakinkan pemerintah kolonial menggunakan cara-cara yang tidak

bertentangan dengan hukum. (3) I.J. Kasimo memberikan banyak pelajaran bagi

masyarakat Indonesia. Ia mengajarkan kepada seluruh masyarakat Indonesia agar

hidup toleran dan berjuang sepenuh hati untuk mempertahankan NKRI.

Kata Kunci: I.J. Kasimo, Nasionalisme, Kolonialisme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

ix

ABSTRACT

I.J. KASIMO NASIONALISM IN COLONIAL ERA

By:

Klemens Setya Puja Kisworo

University of Sanata Dharma

2017

This study aims to describe and analyze three major problems; they are: (1)

the background of I.J. Kasimo who had developed nationalism in colonial era; (2)

the process of I.J. Kasimo in developing his nationalism in colonial era. (3) I.J.

Kasimo’s conceptual contribution of nationalism for Indonesian society.

This study is based on factual historical research involving selection topics,

researches collection, verification, interpretation, and historiography. Approaches

that has been used is a multidimensional approach. It is a socio-political science

with an analytical model of descriptive writing.

The result of the study showed that : (1) The emergence nationalism of I.J.

Kasimo were is the result of feudalism and colonialism’s system that he had been

undergone since he was a child. Other than that, other aspects that pushed him to

be a nationalism were the teachings from Pastor van Lith and the hobby of reading

books related to social politics. (2) I.J. Kasimo developed nationalism in an

evolutionary way. He cooperated with other movements to get their rights by

convincing the colonial’s government using ways that were not contradicting to

the law. (3). I.J. Kasimo had offered many lessons for the people of Indonesia. He

taught the whole community of Indonesia to live a tolerant life and striving

wholeheartedly to maintain NKRI.

Keywords : I.J. Kasimo, Nasionalism, Colonialism

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan anugerah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Nasionalisme I.J. Kasimo Pada Zaman Kolonial”. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata

Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan

Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan

ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd, M.Si. selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Universitas Sanata Sharma Yogyakarta.

3. Dra. Theresia Sumini, M.Pd. selakuKetua Progam Studi Pendidikan

Sejarah Universitas Sanata Dharma yang memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Anton Haryono, M.Hum selaku dosen pembimbing I yang telah sabar

membimbing, membantu, dan memberikan banyak pengarahan, saran serta

masukan selama penyusunan skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

xii

DAFTAR ISI

HALAMA JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................ viii

ABSTRACT ...................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ...................................................................................... x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4

C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

E. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 5

F. Landasan Teori ....................................................................................... 8

G. Metodologi Penelitian ............................................................................ 13

H. Sistematika Penulisan ............................................................................ 18

BAB II LATAR BELAKANG I.J. KASIMO MENGEMBANGKAN

NASIONALISME ............................................................................................ 19

A. Masa Kecil I.J. Kasimo .......................................................................... 19

B. Bertemu Pastor F. van Lith .................................................................... 24

C. Kegemaran Membaca yang Dimiliki I.J. Kasimo .................................. 27

BAB III PROSES I.J. KASIMO MENGEMBANGKAN

NASIONALISME ............................................................................................ 32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

xiii

A. Mengembangkan Nasionalisme melalui Partai katolik .......................... 32

B. Mengaktualisasikan Nasionalisme Melalui Voolksraad ........................ 42

C. Mendukung Petisi Soetardjo dan GAPI ................................................. 50

D. I.J. Kasimo pada Zaman Jepang ............................................................. 54

BAB IV SUMBANGAN PEMIKIRAN I.J. KASIMO .................................. 58

A. Bagi Dunia Politik .................................................................................. 58

B. Bagi Umat Katolik di Indonesia ............................................................. 67

C. Bagi Keberagaman di Indonesia ............................................................ 72

BAB V KESIMPULAN ................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 80

LAMPIRAN ...................................................................................................... 82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ignatius Joseph Kasimo adalah salah satu tokoh Katolik Indonesia yang

dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

pada tanggal 8 November 2011.1 Ia dinilai pantas mendapatkan gelar Pahlawan

Nasional karena berjasa sebagai salah satu tokoh pelaku sejarah pergerakan awal

kemerdekaan Indonesia. Tokoh ini memiliki jiwa kepemimpinan yang nasionalis,

jujur, berani, dan konsisten. I.J Kasimo juga memberikan teladan nyata dalam

pengabdian tanpa pamrih bagi bangsa serta melaksanakan politik yang beretika

dan bermartabat.

I.J. Kasimo dilahirkan dalam zaman di mana rakyat mulai sadar dan

bangkit melawan penjajah Belanda. Pada awal abad ke-20 berbagai organisasi

pergerakan nasional didirikan. Mula-mula masih bersikap hati-hati dan

terselubung “meningkatkan martabat rakyat”. Akan tetapi kemudian makin berani

dan makin terang-terangan. Tujuan perjuangannya, yaitu : kemerdekaan

Indonesia. Pada tanggal 20 Mei 1908 Boedi Oetomo didirikan.2 Tiga tahun

kemudian golongan Islam mendirikan Sarekat Islam. Lalu disusul Indische Partij

oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa,

Jong Celebes, Jong Ambon dan Jong Sumatranen Bond. Indonesia benar-benar

dilanda pergerakan nasional. Setahun setelah Boedi Oetomo didirikan, pada 1909

organisasi tersebut sudah mempunyai 40 cabang dengan jumlah anggota kurang

1 Benny Sabdo, “ Pahlawan Nasional untuk Kasimo” Hidup, 27 November 2011, hlm. 14.

2 Mikhael Dua, dkk, Politik Katolik Politik Kebaikan Bersama, Jakarta: Obor, 2008, hlm. 28.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

2

lebih 10.000 orang. Sarekat Islam juga tumbuh pesat sehingga antara 1917-1920

menjadi organisasi massa pertama yang sangat terasa pengaruhnya di dalam

politik Indonesia.3

Ketika I.J. Kasimo masih belajar di Muntilan, iklim pergerakan nasional

yang melanda kota-kota besar di Indonesia sudah menghembus dan

mempengaruhi murid-murid Kweekschool4 Muntilan. Akan tetapi kesempatan

yang luas baru terbuka setelah mereka meninggalkan sekolah. Pada tahun 1918,

I.J. Kasimo memasuki Middelbare Landbouwschool Bogor.5 Di sekolah tersebut

ia aktif dalam keanggotaan Jong Java yang bertujuan untuk mendidik para

anggota supaya kelak dapat memberikan tenaganya untuk pembangunan Jawa

Raya dengan jalan mempererat persatuan, menambah pengetahuan anggota, serta

berusaha menimbulkan rasa cinta akan budaya sendiri. 6

Pada tahun 1924-1960 I.J. Kasimo dipilih sebagai ketua Pakempalan

Politiek Katholiek Djawi (PPKD)7. Karena jiwa nasionalisme yang dimilikinya,

anggota PPKD meluas sampai ke luar Jawa. Untuk itu, pada 1930 nama organisasi

diubah menjadi Perkoempoelan Politiek Katholiek di Djawa (PPKD) dan bahasa

Indonesia dijadikan sebagai bahasa organisasi. Perubahan nama terjadi lagi pada

1935, menjadi Perkoempoelan Politiek Katholiek Indonesia (PPKI)8

3Tim Wartawan Kompas, I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya, Jakarta : PT Gramedia, 1980 ,

hlm. 18. 4 Kweekschool adalah sekolah pendidikan guru 6 tahun berbahasa Belanda, menyiapkan tenaga

pengajar bagi HIS (SD Pribumi 7 tahun berbahasa Belanda) dan dapat dimasuki oleh lulusan HIS. 5 Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 16.

6 Ibid., hlm. 19.

7 Ibid., hlm. 26.

8 Anton Haryono, Awal Mulanya adalah Muntilan: Misi Jesuit di Yogyakarta 1914-1940,

Yogyakarta: Kanisius, 2009, hlm. 202.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

3

Pada masa pergerakan kemerdekaan, Kasimo ditunjuk sebagai anggota

Volksraad periode 1931-1942.9 Ia ikut menandatangani petisi Soetardjo yang

menginginkan kemerdekaan Hindia-Belanda.10

Dalam sebuah sidang di Volksraad

19 Juli 1932, ia mengemukakan sebuah pernyataan politik tentang kemerdekaan

Indonesia.

“ Suku-suku bangsa Indonesia yang berada di bawah kekuasaan Belanda,

menurut kodratnya mempunyai hak dan kewajiban untuk membina

eksistensinya sebagai bangsa dan berhak memperjuangkan pengaturan

Negara sendiri sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan bangsa sesuai

dengan kebutuhan nasionalnya”.11

Beberapa kali ia menjabat sebagai menteri, diantaranya menjadi Menteri

Muda Kemakmuran (1947-1948), Menteri Persediaan Makanan Rakyat (1948-

1949 dan 1949-1950), Menteri Kemakmuran (1949-1950), Menteri Perekonomian

(1955-1956). Ia juga sempat mendapat penghargaan Bintang Ordo Gregorius

Agung dari Paus Yohanes Pulus II pada 29 Agustus 1980.12

I.J. Kasimo merupakan seseorang yang mengubah citra golongan Katolik

sebagai unsur yang melekat pada kolonialisme menjadi bagian integral dari

bangsa Indonesia. Ia telah berjuang sejak menjadi anggota Volksraad dengan

gagasan yang mendukung perjuangan kemerdekaan antara lain dengan

mendukung petisi Soetardjo. Pada masa revolusi kemerdekaan, ia menjadi menteri

yang mengupayakan swasembada pangan ketika hubungan dengan dunia luar

terputus. Dalam persidangan konstituante ia memperjuangkan Pancasila agar tetap

9 Anhar Gonggong, “Kasimo layak jadi Pahlawan Nasional”, Hidup, 9 November 2008, hlm. 6.

10 Alexander Aur, “Perjuangkan Kemerdekaan”, Hidup, 9 November 2008, hlm. 7.

11 Ibid

12 Greg Soetomo, “Katolik yang tidak minder”, Hidup, 27 November 2011, hlm. 11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

4

menjadi dasar negara.13

Bahkan ia turut bergerilya dari desa ke desa selama

beberapa bulan dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember

1948.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat

dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apa latar belakang I.J. Kasimo mengembangkan Nasionalisme pada

zaman kolonial ?

2. Bagaimana proses yang dilalui I.J. Kasimo dalam mengembangkan

Nasionalismenya pada zaman kolonial ?

3. Apa saja sumbangan pemikiran I.J. Kasimo dari Nasionalisme yang

dimilikinya bagi masyarakat Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan masalah yang dikemukakan, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penulisan ini adalah:

1. Menjelaskan latar belakang I.J. Kasimo mengembangkan Nasionalisme pada

zaman kolonial.

2. Menjelaskan proses yang dilalui I.J. Kasimo dalam mengembangkan

Nasionalismenya pada zaman kolonial.

13

Asvi Warman Adam, Menyingkap Tirai Sejarah, Bung Karno & Kemeja Arrow, Jakarta: PT

Kompas Media Nusantara, 2012, hlm. 69.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

5

3. Mendiskripsikan sumbangan-sumbangan I.J Kasimo dari Nasionalisme yang

dimilikinya bagi masyarakat Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan dari Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Diharapkan hasil dari penelitian ini akan dapat

membantu penulis memahami perjuangan-perjuangan I.J. Kasimo dalam

mengembangkan nasionalisme, sehingga tokoh ini sangat berperan dalam

mengangkat jati diri dan martabat bangsa Indonesia. Hasil penulisan skripsi juga

berguna sebagai sumbangan pemikiran dalam menganalisa perjuangan-perjuangan

I.J. Kasimo pada masa kolonial. Skripsi ini pun dapat digunakan sebagai kajian

lebih lanjut bagi institusi atau lembaga terkait, mahasiswa dan pihak lain yang

membutuhkan.

E. Tinjauan Pustaka

Jika seseorang ingin menulis sejarah, maka pertama yang dibutuhkan

adalah sumber-sumber sejarah. Sumber-sumber sejarah yang digunakan dalam

skripsi ini antara lain buku karangan Anton Haryono berjudul Awal Mulanya

Adalah Muntilan : Missi Jesuit Di Yogyakarta14

. Buku ini mendiskripsikan

sejarah penyebaran dan perkembangan misi agama Katolik di Yogyakarta pada

tahun 1914 hingga tahun 1940. Di dalamnya juga terdapat data-data mengenai

14

Anton Haryono, Awal Mulanya Adalah Muntilan: Misi Jesuit di Yogyakarta1914-1940,

Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2009.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

6

perkembangan umat Katolik Jawa yang sudah mempunyai organisasi politik yang

mandiri, yaitu PPKD. Selain itu, buku ini mendiskripsikan berbagai visi

kebangsaan PPKD, diantaranya terrmuat dalam pidato-pidato I.J. Kasimo di

Voolksraad. Dari pidato-pidato I.J. Kasimo ataupun visi-visi kebangsaan PPKD,

nantinya akan terlihat bagaimana perjuangan I.J. Kasimo untuk mengembangkan

nasionalisme yang tampak semakin nyata.

Sumber berikutnya adalah buku berjudul Sejarah Nasional Indonesia V

karangan Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto.15

Buku ini membahas

mengenai zaman kebangkitan nasional sampai masa akhir pemerintahan Belanda

di Indonesia. Dalam buku ini diterangkan mengenai kegigihan I.J. Kasimo dalam

mengembangkan nasionalismenya lewat dukungannya agar Petisi Soetardjo dapat

diterima oleh pemerintahan Belanda. Buku ini juga menerangkan saat I.J. Kasimo

terlibat dalam GAPI (Gabungan Politik Indonesia) yang kemudian ia menjadi

semakin akrab dengan tokoh pergerakan yang beragama non Katolik.

Buku Menyingkap Tirai Sejarah, Bung Karno & Kemeja Arrow16

, karya

Asvi Warman Adam menguraikan bagaimana I.J. Kasimo telah berjasa mengubah

citra golongan Katolik yang semula dianggap sebagai golongan yang pro terhadap

bangsa kolonial kemudian diakui menjadi bagian integral dari bangsa Indonesia.

Citra Katolik yang melekat dengan kolonialisme dibuang, namun penampilan

golongan Katolik yang sedari dulu peduli dengan kesejahteraan rakyat yang

ditonjolkan. Buku tersebut juga memberikan gambaran bagaimana I.J. Kasimo

15

Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia V, Jakarta :PN. Balai

Pustaka, 1984. 16

Asvi Warman Adam, Menyingkap Tirai Sejarah, Bung karno & Kemeja Arrow, Jakarta : PT

Kompas Media Nusantara, 2012.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

7

berjuang dengan mendirikan PPKD, masuk dalam anggota Voolksraad dan

mendukung petisi Soetardjo.

Buku Politik Katolik Politik Kebaikan Bersama17

karya Mikhael Dua.

Buku ini memberikan gambaran seputar perjuangan-perjuangan tokoh Katolik

untuk mencapai kemerdekaan melalui dunia politik, salah satunya adalah I.J.

Kasimo. Buku ini juga menguraikan tentang ajaran-ajaran dari Pastor van Lith

yang mempengaruhi I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya. Dalam

mengembangkan nasionalismenya, melalui partai Katolik ia berusaha

membuktikan kepada kaum pribumi dengan bekerja sekuat-kuatnya untuk

mengembangkan kemajuan negara dan kesejahteraan rakyat. Sejak awal

perjuangan kemerdekaan, gerakan politik Katolik secara sadar memang diarahkan

dengan menjadikan kepentingan bersama sebagai tujuan tertinggi politik Katolik,

yaitu kemerdekaan.

Buku berjudul Peringatan Perdjoangan Politik Khatolik Indonesia18

yang

ditulis I.J. Kasimo sendiri membahas bagaimana lahirnya golongan-golongan

Katolik yang turut memperjuangkan hak sebagai warga negara melalui partai

politik. Buku ini juga menjelaskan keterlibatan PPKD sebagai partai yang menjadi

pusat penggerak perjuangan politik Katolik di Indonesia.

Buku karya Thasadi, dkk yang berjudul Tokoh-Tokoh Pemikir Paham

kebangsaan19

menguraikan bagaimana I. J. Kasimo mempunyai rasa nasionalisme

yang tinggi karena ia dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang merasakan betapa

sistem feodalisme dan kolonialisme yang sangat merugikan keluarganya. Buku ini

17

Mikhael Dua, dkk, Politik Katolik Politik Kebaikan Bersama, Jakarta: Obor, 2008. 18

I.J. Kasimo, Peringatan Perdjoangan Politik Khatolik Indonesia, Jakarta : Dewan PKRI, 1949. 19

Tashadi, dkk, Tokoh-Tokoh Pemikir paham Kebangsaan, Jakarta : Dedikbud, 2001.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

8

juga menjelaskan tentang kehidupan I.J. Kasimo setelah mengenal Pastor van Lith

yang membuatnya semakin menghayati ajaran Katolik. Situasi tersebut ternyata

mampu membentuk pribadi dan pemikiran-pemikiran I.J. Kasimo sebagai

penganut agama Katolik yang taat sekaligus sebagai nasionalis yang gigih.

Semuanya itu terlihat dari aktivitas dan perjuangannya selama masa pergerakan

nasional, masa merebut kemerdekaan dan masa mengisi kemerdekaan.

Buku karya Tim Wartawan Kompas dan Redaksi Penerbit Gramedia

dengan judul I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya20

, memberikan gambaran

tentang kehidupan dan perjuangan I.J. Kasimo secara keseluruhan. Buku ini

berisi tentang kehidupan I.J. Kasimo semasa kecil hingga dewasa yang kemudian

berperanan dalam berbagai aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, budaya

serta agama.

F. Landasan Teori

Sebelum masuk pada pokok pembahasan, penulis perlu menguraikan

beberapa konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini yakni mengenai konsep

nasionalisme dan kolonialisme. Hal ini bertujuan untuk memperjelas arti dari

beberapa kata penting yang sering kali digunakan dalam pembahasan sehingga

ada kesamaan pandang.

1. Nasionalisme

Boy C. Shafer mendefinisikan nasionalisme sebagai berikut: 1)

nasionalisme adalah rasa cinta pada tanah air, ras, bahasa serta sejarah budaya

20

Tim Wartawan Kompas , I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya, Jakarta : PT Gramedia, 1980.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

9

bersama; 2) nasionalisme adalah suatu keinginan yang tinggi akan kemerdekaan

politik, keselamatan dan prestise bangsa; 3) nasionalisme adalah suatu kebaktian

mistis terhadap organisme sosial yang kabur, kadang-kadang bahkan adikodrati

yang disebut bangsa atau Volk yang kesatuannya lebih unggul daripada bagian-

bagiannya; 4) nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa setiap

individu hanya hidup untuk bangsa dan demi bangsa itu sendiri; 5) nasionalisme

adalah dogma yang menyatakan bahwa bangsa sendirilah yang harus dominan di

antara bangsa-bangsa lain dan harus bertindak lebih agresif.21

Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan

tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara kebangsaan. Perasaan sangat

mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, tradisi

setempat dan penguasa resmi di daerahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengan

kekuatan yang berbeda-beda. Akan tetapi baru pada akhir abad ke-18 Masehi

nasionalisme dalam arti kata modern menjadi suatu perasaan yang diakui secara

umum. Nasionalisme ini makin lama makin kuat peranannya dalam membentuk

semua segi kehidupan baik yang bersifat umum maupun yang bersifat pribadi.22

Dahulu kesetiaan orang tidak ditujukan kepada negara kebangsaan, melainkan

kepada berbagai macam bentuk kekuasaan sosial, organisasi politik atau raja

feodal, dan kesatuan ideologi seperti misalnya suku dan clan, negara kota, atau

raja feodal, kerajaan dinasti, Gereja atau golongan keagamaan. Berabad-abad

lamanya cita-cita dan tujuan politik bukanlah negara kebangsaan, melainkan

21

Boyd C. Shafer, Nationalism Myth and Reality, New York, A Harvest Book Harcourt Brace &

World Inc, 1955, hlm. 6. 22

Hans Kohn, Nasionalisme arti dan sejarahnya, Jakarta : P.T. Pembangunan Djakarta, 1961,

hlm. 11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

10

setidak-tidaknya dalam teori imperium yang meliputi seluruh dunia, meliputi

berbagai bangsa dan golongan-golongan etnis di atas dasar peradaban yang sama

serta untuk menjamin perdamaian bersama.

Nasionalisme adalah salah satu dari kekuatan yang menentukan dalam

sejarah modern. Nasionalisme berasal dari Eropa Barat abad ke-18; selama abad

ke-19 nasionalisme telah tersebar diseluruh Eropa dan dalam abad ke -20 menjadi

suatu pergerakan sedunia. Dari tahun ke tahun arti nasionalisme makin bertambah

penting di Asia dan Afrika. Tetapi nasionalisme tidaklah sama di setiap negara

dan setiap zaman. Nasionalisme merupakan suatu peristiwa sejarah, jadi

ditentukan oleh ide-ide politik dan susunan masyarakat dari berbagai negara di

mana ia berakar. Sebagaimana agama, nasionalisme dapat menggambarkan

bentuk-bentuk yang sangat berbeda-beda. Hanya dengan mempelajari

pertumbuhan sejarah nasionalisme dan mengadakan penyelidikan perbandingan

tentang bentuknya yang berbeda itu, akan dipahami pengaruh nasionalisme

sekarang, dan harapan serta bahaya yang telah dibawanya dan akan terus

dibawanya, bagi kemerdekaan umat manusia dan pemeliharaan perdamaian.23

Sebelum abad nasionalisme muncul, banyak individu yang mempunyai

perasaan yang mirip dengan nasionalisme. Namun perasaan ini hanyalah terbatas

kepada individu-individu saja. Banyak rakyat melihat bahwa hidupnya hanya

tergantung kepada negaranya saja. Bisa saja bahaya dari luar membangkitkan

perasaan persatuan nasional, sebagaimana yang terjadi di Yunani selama perang

Persia atau di Perancis dalam perang Seratus Tahun.

23

Ibid., hlm. 5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

11

Nasionalisme Indonesia dapat dilihat dari pembukaan UUD 1945 sebagai

nasionalisme Pancasila, yaitu religius, monoteistis, humanistis, berkerakyatan, dan

keadilan sosial. Nasionalisme dan patriotisme saling kait mengkait dan merupakan

dwi tunggal. Keduanya disumberi oleh rasa cinta, hanya arahnya berbeda. Apabila

cinta nasionalisme lebih terarah kepada sesama bangsa, maka patriotisme lebih

terarah kepada cinta tanah air dan keduanya berisikan solidaritas atau rasa setia

kawan.24

Nasionalisme Indonesia dipertegas secara khusus sebagai nasionalisme

pancasila, yaitu nasionalisme yang 1) ber-Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) ber-

Perikemanusiaan yang berorientasi internasionalsime; 3) ber-Persatuan Indonesia

yang patriotik; 4) ber-Kerakyatan atau demokratis, dan; 5) ber-Keadilan sosial

untuk seluruh rakyat.25

2. Kolonialisme

Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas

wilayah dan manusia di luar batas negaranya, sering kali kolonialisme digunakan

untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar

wilayah. Istilah ini juga menunjuk kepada suatu himpunan keyakinan yang

digunakan untuk melegitimasi atau mempromosikan sistem ini, terutama

kepercayaan bahwa moral dari pengkoloni lebih hebat ketimbang yang

dikolonikan.26

Kekuasaan dari kolonialisme biasanya mengambil sikap

bermusuhan terhadap pergerakan nasional dan menentangnya. Kekuasaan tersebut

24

Roeslam Abdulghani, Indonesia Menatap Masa Depan, Jakarta: Pustaka Merdeka, 1987, hal.

200. 25

Siswono Yudohusodo, dkk, Nasionalisme Indonesia dalam Era Globalisasi, Yogyakarta: Widya

Patria, 1994, hlm. 35. 26

https://id.m.wikipedia.org/wiki/kolonialisme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

12

mempertahankan tata tertib yang ada sebagai realitas yang berfungsi. Ideologi

kolonialisme dengan jelas menunjukkan orientasinya ke masa lampau dan tidak

mempunyai pandangan ke masa depan. Bahkan kelompok konservatif yang

ekstrem ingin mengembalikan masa depan ke masa lampau.27

Masyarakat kolonial terbagi atas dua golongan yang berbeda, yakni

penjajah dan terjajah, dan sebagai dua kesatuan yang berlawanan kepentingannya

menciptakan situasi konflik yang permanen di berbagai bidang kehidupan. Prinsip

diskriminasi pada masyarakat kolonial, lebih memperhebat konflik ini.

Nasionalisme yang lahir, berkembang, dan terwujud sebagai pergerakan nasional

adalah suatu bentuk tanggapan terhadap situasi tersebut. Nasionalisme sebagai

faktor kekuatan juga menentukan jalannya politik kolonial. 28

Kehadiran kolonialisme di bumi Indonesia adalah fakta historis yang turut

menentukan perjalanan sejarah bangsa Indonesia.29

Bagi Indonesia, masa

kolonialisme dapat dikatakan sebagai masa tersulit. Kondisi sosial dan ekonomi

pada masa 1800-an mengalami ketidakstabilan yang cukup hebat akibat adanya

sistem kolonial yang cenderung memaksa.30

Kondisi masyarakat Jawa tidak

semakin baik tetapi semakin miskin dan mengalami pembodohan yang dilakukan

oleh pemerintah demi mencapai keuntungan ekonomi tersebut. Masyarakat Jawa

27

Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari

Kolonialisme sampai Nasionalisme, Jakarta : PT Gramedia, 1990, hlm. 260. 28

Sartono Kartodirdjo, op.cit., hlm. 252. 29

Ibid., hlm. 15. 30

Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Jilid V, Jakarta: PN Balai Pustaka,

1984, hlm. 5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

13

hanya sekedar dimanfaatkan sebagai penyedia sumber tenaga kerja murah serta

memiliki tanah sangat potensial31

G. Metode dan Pendekatan Penelitian

1. Metode Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : (1)

pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) verivikasi, (4) interpretasi, (5)

penulisan.32

a. Pemilihan Topik

Penelitian ini telah menentukan topik “Nasionalisme I.J. Kasimo pada

Zaman Kolonial”. Nasionalisme pada zaman kolonial sangat menarik untuk

dibahas, karena Indonesia pada zaman itu sudah terdiri dari golongan-golongan

yang beranekaragam sehingga untuk mewujudkan nasionalisme diperlukan

kerjasama antara golongan yang satu dengan golongan yang lain.

Topik harus memiliki nilai, artinya harus berdasarkan pengalaman

manusia yang dianggap penting terutama peristiwa-peristiwa yang dapat

membawa perubahan dalam masyarakat. Bagi penulis, skripsi ini memiliki nilai

yang sangat mendalam bagi kemajemukan Indonesia di mana pada masa kolonial

orang kristiani dianggap sebagai sekutu Belanda, namun I.J. Kasimo yang selalu

mengedepankan kemerdekaan Indonesia membuktikan bahwa pada saat itu orang

kristiani tidak berpihak pada Belanda melainkan kemerdekaan untuk Indonesia.

31

Ibid., hlm. 5. 32

Kuntowijoyo, PengantarIlmu Sejarah, Yogyakarta : Bentang Pustaka, 2005, hlm. 89.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

14

b. Heuristik atau Pengumpulan Sumber

Setelah topik ditentukan, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan

sumber-sumber sejarah (Heuristik) baik yang berupa sumber primer dan sumber

sekunder. Karena penelitian ini merupakan penelitian pustaka, maka data-data

diperoleh dari laporan-laporan penelitian tentang Nasionalisme I.J. Kasimo yang

terdapat dalam buku, majalah, maupun artikel di internet. Karena keterbatasan

sumber di perpustakaan Sanata Dharma, maka penulis juga mencari sumber-

sumber terkait di perpustakaan Kolsani Yogyakarta dan Perpustakaan Seminari

Tinggi Santo Paulus Kentungan.

c. Verifikasi atau Kritik Sumber

Verifikasi atau kritik sumber merupakan tahap penelitian setelah

pengumpulan data. Ktitik sumber bertujuan untuk mengetahui kredibilitas (dapat

dipercaya atau tidaknya sebuah sumber) dan otentisitas (asli atau tidaknya)

sumber data yang dipakainya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kritik

sumber dalam penelitian atau penulisan sejarah merupakan langkah yang harus

dilakukan untuk mengetahui apakah data yang ada dapat dipertanggungjawabkan

atau tidak.33

Langkah-langkah konkret kritik sumber dalam rangka mendapatkan data

yang kredibel menggunakan beberapa sumber buku yang terkumpul seperti pada

buku yang ditulis oleh Tim Wartawan Kompas dengan judul “I.J. Kasimo Hidup

dan Perjuangannya” yang diterbitkan oleh PT Gramedia Jakarta tahun 1980, yang

nantinya dianggap sebagai sumber primer karena buku ini menggali data dengan

33

Ibid., hlm. 98.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

15

mewawancarai I.J. Kasimo sendiri di samping kerabat, para sahabat dan rekan-

rekan seperjuangannya. Buku ini juga memuat tulisan-tulisan yang disumbangkan

oleh sejumlah tokoh masyarakat, yakni Mohammad Hatta, A.H. Nasution,

Mohammad Roem, Sjafruddin Prawiranegara, Dr. T.B. Simatupang, Dr. Alfian

dan Drs. Ben Mang Reng Say yang mengungkapkan segi-segi tertentu dari hidup

dan perjuangan I.J. Kasimo.

Selain menggunakan sumber-sumber yang terdapat dalam buku, penelitian

ini juga menggunakan majalah yang pernah memuat tulisan mengenai I.J. Kasimo.

Data-data yang berhasil diperoleh kemudian akan dibandingkan sesuai konteks

Zaman yang dialami I.J. Kasimo. Data-data tersebut kemudian ditelaah dan

dibandingkan dengan data-data lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini.

d. Interpretasi

Interpretasi juga sering disebut penafsiran data. Data yang diperoleh dari

sumber kemudian diintepretasi. Terdapat dua macam interpretasi yaitu analisis

(menguraikan) dan sintesis (menyatukan). Fakta-fakta yang diperoleh melalui

sumber kemudian diinterpretasi menjadi rangkaian peristiwa yang dapat diuji

kebenarannya. Dengan demikian interpretasi data tersebut menjadi kuat karena

berdasarkan data yang relevan.

e. Historiografi atau Penulisan

Tahap terakhir yang dilakukan adalah penulisan. Penulisan ini berdasarkan

data-data yang diperoleh dari sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan.

Dalam penulisan ini, penulis harus memperhatikan penyusunan cerita yang

berurutan, penyusunan berbagai kejadian sesuai urutan waktu, hal yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

16

berhubungan dengan sebab akibat dari suatu peristiwa, daya pikir untuk

menciptakan sesuatu yang ada dipikirannya berdasarkan pengalamannya.

Berdasarkan judul “Nasionalisme I.J. Kasimo pada Zaman Kolonial” yang

menyiratkan ruang dan waktu yang begitu luas, maka diperlukan sistem,

kronologi dan periodisasi dalam penulisannya, yaitu terlihat dalam pembagian

periodisasi pada masa pemerintahan Hindia Belanda dan masa pendudukan

Jepang.

Penulisan sejarah ini dilakukan setelah melalui beberapa kriteria yang

telah tercantum dalam metode penelitian sejarah, antara lain: pemilihan topik,

pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Di samping itu

dalam penulisan sejarah haruslah sistematis yang mencakup topik, latar belakang,

permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,

metode penelitian, dan sistematika penelitian.

Beberapa masalah pokok yang akan dibahas pada penulisan ini adalah,

pertama : Bagaimana latar belakang I.J. Kasimo mengembangkan Nasionalisme

pada zaman kolonialisme; kedua : Bagaimana proses yang dilalui I.J. Kasimo

dalam mengembangkan nasionalismenya; ketiga : sumbangan I.J. Kasimo dari

nasionalisme yang dimilikinya bagi masyarakat Indonesia.

2. Pendekatan Penelitian

Sejarah sebagai ilmu sosial tidak bisa berdiri tanpa bantuan ilmu sosial

yang lain. Maka dari itu sejarah meminjam ilmu sosial yang lain agar penelitian

sejarah lebih jelas. Pendekatan menjadi sangat penting, sebab dari pendekatan

yang mengambil sudut pandang tertentu akan menghasilkan kisah kejadian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

17

tertentu.34

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pendekatan sosial

dan pendekatan politik dalam memahami Nasionalisme I.J. Kasimo.

a. Pedekatan Sosial

Pendekatan sosial adalah pendekatan yang mempelajari manusia dalam

hubungannya dengan manusia-manusia lainnya. Selain itu, dapat diartikan sebagai

pendekatan yang mempelajari perilaku dan aktivitas sosial dalam kehidupan

bersama. Pendekatan sosial dipilih karena Nasionalisme I.J. Kasimo berawal dari

lingkungan tempat tinggal Kasimo pada masa feodalisme dan kolonialisme. Ia

melihat betapa menderitanya kaum pribumi karena adanya sistem feodalisme dan

kolonialisme. Dalam pendekatan ini, akan dilihat kembali loyalitas I.J. Kasimo

beserta kaum pergerakan lain untuk bersama-sama berusaha menyejahterakan

rakyat.

b. Pendekatan Politik

Pendekatan politik merupakan pendekatan yang berorientasi pada

kebijakan-kebijakan politik. Pendekatan politik digunakan untuk melihat

kehidupan politik khususnya pada zaman kolonial di Indonesia. Pendekatan

politik juga digunakan untuk melihat kembali perjuangan I.J. Kasimo melawan

kolonialisme di Indonesia.

34

Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010, hlm. 37.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

18

H. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini dituangkan dalam tulisan dengan sistematika sebagai

berikut :

BAB I pendahuluan memuat latar belakang masalah, permasalahan, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi

penelitian dan pendekatan, serta sistematika penulisan.

BAB II membahas latar belakang I.J. Kasimo mengembangkan

Nasionalisme pada zaman kolonial.

BAB III membahas proses yang dilalui I.J. Kasimo dalam

mengembangkan Nasionalismenya pada zaman kolonial.

BAB IV membahas sumbangan pemikiran I.J. kasimo dari Nasionalisme

yang dimilikinya bagi masyarakat Indonesia.

BAB V berisi kesimpulan. Bab ini berisi pernyataan penulis mengenai

hasil penelitian sekaligus jawaban atas permasalahan yang ada pada pendahuluan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

19

BAB II

LATAR BELAKANG

I. J. KASIMO MENGEMBANGKAN NASIONALISME

A. Masa Kecil I.J. Kasimo

Permulaan abad ke-20 adalah keadaan di mana orang-orang Katolik mulai

menemukan jalan baru untuk ikut memperjuangkan nasionalisme. Hal ini

dikarenakan menjelang akhir abad ke-19, perubahan haluan politik terjadi di

negeri Belanda. Kaum Liberal yang didukung oleh partai-partai Kristen dan

Katolik menang dalam parlemen terhadap kelompok konservatif. Dengan

kemenangan ini, politik Cultuurstelsel, politik “tanam paksa” yang digulirkan

oleh van den Bosch dan didukung oleh partai konservatif pada 1830 diganti

dengan politik etis.1 Meskipun akhirnya politik etis terbilang gagal di beberapa

bidang, namun politik etis membawa pengaruh besar bagi lahirnya partai-partai

dari golongan pribumi yang nantinya memberikan semangat nasionalisme kepada

masyarakat pribumi. Dari partai-partai pribumi itulah orang Katolik mulai sadar

besarnya pengaruh politik pada nasib dan masa depan bangsa. Keterlibatan

kalangan Katolik akan sangat bermanfaat untuk ikut mempengaruhi dan

mengarahkan kebijakan-kebijakan publik selaras dengan nilai-nilai Katolik.

Salah satu tokoh Katolik yang turut memperjuangkan nasionalisme di

Indonesia adalah Ignatius Joseph Kasimo Endrawahjana. I.J. Kasimo lahir di

Yogyakarta, 10 April 1900.2 Ia dilahirkan sebagai anak keempat di antara sebelas

1 Mikhael Dua, dkk, Politik Katolik Politik Kebaikan Bersama, Jakarta: Obor, 2008, hlm. 27.

2 Alexander Aur, “Perjuangkan Kemerdekaan”, Hidup, 9 November 2008, hlm. 7.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

20

orang anak dari suami-istri Ronosentiko dan Dalikem. Ayahnya bekerja sebagai

prajurit Keraton Yogyakarta, sedangkan segala urusan rumah tangga diserahkan

kepada istrinya. Dalikemlah yang harus mengurusi segala urusan rumah tangga,

karena pada saat itu seorang prajurit Keraton tidak diperkenankan memiliki

pekerjaan lain selain mengabdi pada Sultan.

I.J. Kasimo dilahirkan di Yogyakarta, dimana sistem feodalisme saat itu

sangat merugikan rakyat kecil. Segala sesuatu dipusatkan untuk kepentingan

Sultan serta keluarganya. Kepentingan rakyat kecil tidak pernah menjadi bahan

pertimbangan utama. Hampir seluruh tanah di dalam wilayah kesultanan

misalnya, dikuasai oleh Sultan dan dibagikan kepada para pangeran (putra-putri

Sri Sultan) dan petugas-petugas kesultanan sebagai sumber kehidupan. Rakyat

kecil sudah boleh merasa bangga jika sampai dipilih menjadi bekel3 dan menerima

sebagian dari hasil tanah.4

Dalam struktur feodal yang berlaku di Yogyakarta pada waktu itu, abdi

dalem merupakan milik pribadi sultan. Ronosentiko sebagai abdi dalem prajurit

Mantrijero tidak menerima gaji. Sebagai imbalan atas jasa-jasanya, Ronosentiko

memperoleh sebidang tanah seluas dua jung atau kurang lebih delapan bahu

(7096,50 m2). Setelah sistem apanage

5dihapuskan dan diganti dengan undang-

undang tahun 1918, ia menerima ganti berupa uang sebesar 26 gelo.6

3 Bekel adalah pengelola milik pangeran atau keluarga Sultan. Ia biasanya berfungsi sebagai lurah

oleh karena lurah sebagai kepala desa menurut pengertian sekarang, pada waktu itu belum

dikenal. 4 Tim Wartawan Kompas, I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya, Jakarta : PT Gramedia, 1980,

hlm. 3. 5 Apanage adalah sistem tanah untuk jabatan sementara, sebagai upah atau gaji seorang priyayi

atau bangsawan. 6 Tashadi, dkk, Tokoh-Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan, Jakarta : Dedikbud, 1993, hlm. 156.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

21

Sejak kecil I.J. Kasimo sudah merasakan betapa sistem feodal yang

berlaku sangat merugikan rakyat kecil. Gaji ayahnya tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan keluarganya. Untuk itu ibunya harus membanting tulang untuk mencari

tambahan penghasilan dengan membuka warung dan menjadi Parealan7 serta

mengusahakan pembatikan kecil-kecilan. Melihat kerja keras ibunya, ia tidak

tinggal diam. Setiap hari Kasimo kecil pergi ke pasar bersama ibunya untuk

membeli kebutuhan sehari-hari. Ia juga membantu ibunya melayani pelanggan di

warung, mengerok batik, dan sebagainya. Setiap pagi ia membuat teh untuk

ayahnya, membersihkan rumah, dan menimba air untuk mandi.

Dalam keluarganya, I.J. Kasimo juga mendapat perlakuan tidak adil

karena sistem feodalisme pada saat itu. Pada zaman itu merupakan kebiasaan yang

lazim bahwa anak laki-laki sulung dicalonkan untuk menggantikan kedudukan

ayah. Akan tetapi karena Daliman (anak laki-laki pertama dalam keluarga

Ronosentiko) meninggal dunia ketika masih kecil, maka anak kedua yaitu

Mangoenprawiro, yang mempersiapkan untuk menggantikan ayahnya menjadi

prajurit Mantrijero.8 Sebagai calon pengganti ayahnya, kakak yang akan menjadi

priyayi ini mempunyai kedudukan istimewa di dalam keluarga. Ia adalah seorang

kompris.9 Sebagai kompris ia dibebaskan dari semua pekerjaan rumah tangga dan

setelah cukup usianya harus meninggalkan rumah untuk magang di kediaman

7 Parealan adalah tukang tukar uang di pasar.

8 Mantrijero adalah salah satu laskar prajurit professional dan prajurit pengawal Keraton

Yogyakarta. 9 Kompris berasal dari bahasa Belanda kroonprins, yang di sini berarti anak laki-laki tertua dari

keluarga priyayi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

22

seorang pangeran10

Dengan begitu semua pekerjaan untuk membantu pekerjaan

rumah tangga dibebankan oleh I.J. Kasimo dan adik-adiknya.

Selain dilahirkan di zaman feodal, Kasimo juga dilahirkan pada zaman di

mana kolonialisme Belanda di Indonesia masih sangat besar pengaruhnya

terhadap kehidupan di Hindia Belanda. Khususnya pada 1901 saat sistem tanam

paksa dihapuskan dan pemerintah Belanda mengumumkan politik kolonial baru,

yaitu politik etis. Tanam Paksa dihapuskan karena alasan kemanusiaan. Tanggal

17 September 1901 pada pidato kerajaannya, Ratu Wilhemina mendesak

pemerintahan Hindia Belanda untuk menjalankan kewajiban moral

mengembangkan perbaikan nasib penduduk pribumi. Daerah jajahan seperti

Indonesia tidak harus dieksploitasi untuk memberikan keuntungan bagi negeri

Belanda. Menjadi kewajiban Belanda untuk mendidik bangsa Indonesia ke arah

pemerintahan sendiri yang harus dilakukan secara adil dan jujur berdasarkan rasa

kemanusiaan.11

Politik etis tersebut seakan memberikan harapan baru bagi kaum pribumi

karena pendidikan dan pelayanan kesehatan mulai dibangun untuk kepentingan

kaum pribumi. Banyak pengusaha mulai menanamkan modalnya di Indonesia.

Permulaan abad ke-20 ditandai oleh semangat baru: rakyat Hindia Belanda perlu

dipersiapkan untuk menangani administrasi pemerintahan. Pendidikan menjadi

fokus kebijakan baru pemerintah Hindia Belanda dan lembaga-lembaga non

pemerintah.12

10

Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 5. 11

Mikhael Dua, dkk, op.cit, hlm. 27. 12

Ibid., hlm. 28.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

23

Pada kelanjutannya, politik etis dianggap gagal karena pelaksanaannya

berlangsung sangat lambat. Politik etis gagal memecahkan masalah ekonomi,

politik, dan sosial. Politik etis juga menyebabkan diskriminasi rasial semakin

kuat di kalangan masyarakat. Dalam bidang pendidikan misalnya, sistem

persekolahan oleh pemerintah Hindia Belanda waktu itu secara politis

mengelompokkan masyarakat ke dalam golongan-golongan dengan garis pemisah

yang tajam. Tidak hanya antara masyarakat Eropa dan masyarakat pribumi saja,

melainkan pemerintah mendorong penggolongan-penggolongan di dalam

masyarakat pribumi sendiri. Bentuk-bentuk pengelompokan itu, selain kelas

Ongko Loro13

yang diperuntukan bagi pribumi sebagai sekolah rakyat, juga ada

sekolah Bumiputera Kelas Satu (Eerste Indlandsche-School) yang didirikan tahun

1907 dan kemudian di tahun 1914 diganti dengan nama Holland Inlandsche

School (HIS), yang diperuntukkan bagi anak-anak pribumi dari golongan

masyarakat kelas atas seperti bangsawan dan priyayi tinggi.14

Dalam zaman kolonialisme inilah I.J. Kasimo dilahirkan dan dibesarkan.

Sebagai anak kecil yang baru berusia 11-12 tahun, I.J. Kasimo memang

sepenuhnya belum menyadari akibat-akibat buruk yang disebabkan oleh sistem

feodalisme dan kolonialisme. Akan tetapi pengalaman pribadi yang dirasakannya

dari keadaan tersebut sangat menentukan kepribadian dan perjuangan hidupnya di

kemudian hari.

13

Ongko Loro adalah sekolah yang diperuntukkan untuk kaum pribumi. 14

Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 156.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

24

B. Bertemu Pastor F. van Lith

Watak dan kepribadian I.J. Kasimo semakin terbentuk ketika ia bertemu

dengan Frans van Lith S.J. atau lebih dikenal dengan nama Pastor van Lith. Pastor

van Lith adalah seorang imam Jesuit dari Belanda yang meletakkan dasar karya

Katolik di Jawa. Ia dicintai masyarakat pribumi karena turut membela dan

berjuang bersama masyarakat pribumi dibandingkan mendukung penindasan yang

dilakukan oleh pemerintah kolonial. Pastor van Lith selalu membela dan

memotivasi murid-muridnya supaya kelak bisa menjadi pemimpin bagi kaum

pribumi. Bahkan ia berusaha membentuk jiwa-jiwa pejuang agar kelak bisa bebas

dari penindasan bangsa asing. Ia dikenal sangat sabar dan lebih mementingkan

agar apa yang diajarkannya itu benar-benar meresap ke dalam jiwa murid-

muridnya. Apabila para pastor lain yang datang dari negeri Belanda hanya

mempunyai misi untuk membabtis orang-orang pribumi, tidak demikian dengan

Pastor van Lith. Ia berusaha keras untuk benar-benar menyelami jiwa Jawa

dahulu, baru kemudian ia memberikan pengertian kepada orang Jawa tentang

pembabtisan tersebut. Selain itu, ia juga mempelajari bahasa Jawa, bahasa Kawi

(Jawa Kuno), sejarah serta kebudayaan Jawa.15

Dalam misinya, Pastor van Lith bertujuan untuk memberikan pendidikan

yang tinggi kepada pemuda-pemuda Jawa, sehingga mereka mendapat kedudukan

yang lebih baik dalam masyarakat. Ia menyadari perasaan tertindas yang

dirasakan oleh murid-muridnya. Ia juga tahu bahwa murid-muridnya mempunyai

bibit-bibit nasionalisme yang sudah tertanam karena faktor keadaan. Tetapi Pastor

15

Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

25

van Lith tidak mematikan perasaan nasionalisme itu, namun ia malah

membinanya sambil membuang sentimen negatif tentang nasionalisme.

Berkat kepedulian dan kecintaannya terhadap kaum pribumi, Pastor van

Lith mendapat julukan sebagai “Bapak orang Jawa” dan “Perintis misi Jawa”.

Pastor van Lith sangat dihormati dan disayangi oleh siswa-siswanya ataupun

bekas anak didiknya. Mereka sering menganggapnya sebagai seorang rasul.

Banyak di antara bekas siswanya yang kemudian memeluk sambil berjongkok jika

mereka bertemu kembali dengan Pastor van Lith. Di luar lingkungan Katolik pun

ia sangat dihormati dan disegani orang. Hidupnya yang sangat akrab dengan

dengan rakyat membuat Pastor van Lith diterima di semua lapisan masyarakat. Ia

diterima baik di antara para petani kecil maupun di kalangan bangsawan.16

Pengaruh imam Jesuit ini amat besar terhadap I.J. Kasimo. Ajaran-ajaran

Pastor van Lith demikian meresap dalam jiwa I.J. Kasimo sehingga dapat

dikatakan menjadi pedoman hidup dalam dirinya. Ia terkesan dengan pribadi

Pastor van Lith yang sangat menyelami jiwa Jawa, padahal ia adalah seorang

Belanda. Ia juga terkesan karena Pastor van Lith halus perangainya dan sesuai

dengan kepribadian orang Jawa. Menghadapi anak-anak yang nakal misalnya, ia

hanya melelehkan air mata. Mungkin karena ia menyelami jiwa Jawa yang lebih

dapat menerima kritik yang disampaikan secara halus daripada dimaki-maki atau

dibentak secara kasar.17

Banyak dari murid-muridnya yang memilih dipukuli

daripada melihat Pastor van Lith menangis, karena jika Romo van Lith menangis

mereka tahu bahwa Pastor van Lith sangat terluka hatinya.

16

Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 181. 17

Ibid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

26

Berkat ajaran Romo van Lith, bibit-bibit nasionalisme yang ada pada I.J.

Kasimo semakin tertanam kuat. Ia mengajarkan kepada I.J. Kasimo untuk bekerja

keras, hidup sederhana, mempunyai rasa kemanusiaan, serta bersikap jujur dan

berani dalam mebela hak dan kepentingan rakyat yang tertindas. Ia juga

mengajarkan agar I.J. Kasimo mempunyai sikap toleransi terhadap golongan lain

yang bukan Katolik dengan memberikan kepada yang bukan Kristen kebahagiaan

dari iman kepercayaan dan permandian. Sifat-sifat seperti perikemanusiaan,

kerakyatan, kesederhanaan, kejujuran dan keberanian serta toleransi terhadap

golongan lain yang dimiliki I.J. Kasimo, sedikit banyak merupakan pencerminan

dari ajaran yang diterimanya dari Pastor van Lith yang nantinya sangat berguna

untuk memperjuangkan nasionalisme yang ia cita-citakan kelak. Banyak ucapan

Pastor van Lith yang masih diingat oleh I.J. Kasimo. Diantaranya adalah :

“ Ik leef te midden der Javanen. Ik voel en denk met hun”. (Saya hidup

ditengah-tengah orang Jawa. Saya merasakan dan berpikir seperti mereka)

“De Javaan is eenverschoppeling in zijn eigen land” (Orang Jawa menjadi

orang yang diperlakukan dengan hina di negaranya sendiri.)18

Ucapan dari Pastor van Lith tersebut membuat I.J. Kasimo kagum karena

rasa peduli yang dimiliki Pastor van Lith terhadap kaum pribumi. Ia juga kagum

terhadap ucapannya tersebut karena Pastor van Lith yang seorang Belanda lebih

membela kaum pribumi dibandingkan bangsanya sendiri.

Tidak diragukan lagi bahwa ajaran-ajaran dari Pastor van Lith memang

menjadi faktor penting dalam menentukan watak dan kepribadian I.J. Kasimo

dalam mengembangkan benih-benih nasionalisme yang dimilikinya. Berkat

dukungan, semangat, dan kerja nyata dari Pastor van Lith untuk membebaskan

18

Ibid., hlm. 12.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

27

Indonesia dari penjajahan bangsa asing membuat I.J. Kasimo semakin berpegang

teguh pada pendiriannya. Pastor van Lith selalu menekankan kesetaraan, bahwa

pribumi sama kedudukannya dengan bangsa Belanda. Dengan kata lain, Pastor

van Lith selalu menanamkan jiwa nasionalisme kepada muridnya, termasuk I.J.

Kasimo.

C. Kegemaran Membaca yang Dimiliki I.J Kasimo

I.J. Kasimo adalah seseorang yang sangat gemar membaca. Karena

kegemarannya ini, ia menjadi seseorang yang mempunyai pikiran yang sangat

luas dan menjadi bekalnya dikemudian hari untuk turut serta membangun bangsa

Indonesia. Kegemaran membacanya ini sebenarnya ia peroleh sejak kecil.

Sewaktu kecil ia sering meminjam buku-buku milik ayahnya, Ronosentiko. Setiap

malam ia selalu membaca buku tentang babad Ramayana.

Sewaktu sekolah di Muntilan, I.J. Kasimo mempunyai lebih banyak waktu

untuk membaca. Jika ada waktu luang di sekolah, ia selalu menggunakann waktu

tersebut untuk membaca. Keadaan ini sangat berbeda sewaktu ia masih tinggal

dengan keluarganya. Setiap hari ia harus membantu ibunya untuk mengurus

kebutuhan rumah tangga. Keadaan itu membuat kesempatannya untuk membaca

hanya didapatkan sewaktu malam hari saja.

Kesempatan membaca yang banyak membuat minat membacanya makin

berkembang di Muntilan, terlebih karena ia sudah lancar berbahasa Belanda. Hal

ini membuat wawasannya semakin luas karena ia bisa mempelajari buku-buku

yang menggunakan bahasa Belanda. Di Muntilan, ia selalu membaca majalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

28

Sworo Tomo19

dan banyak membaca buku yang berhubungan dengan ilmu

pengetahuan ekonomi dan sosial. Akan tetapi kadang-kadang ia juga tertarik

dengan buku-buku lain, seperti buku-buku tentang ilmu sosiologi, agama serta

roman.20

Kegemaran membacanya ini ternyata sangat bermanfaat ketika I.J. Kasimo

menjadi anggota klub diskusi di sekolahnya. Pada waktu itu setiap murid kelas IV

harus mengikuti klub diskusi yang dipimpin oleh Mas Soejoet, guru bahasa Jawa.

Setiap hari miggu tertentu mereka berkumpul dan salah seorang harus

menyampaikan pidato atau pendapat yang mengomentari suatu masalah yang

yang dianggap yang paling menarik. Pada waktu itulah nampak benar bagaimana

ketekunan I.J. Kasimo dalam membaca memberikan sumbangan yang besar

terhadap kemampuannya untuk menyampaikan argumentasi. Dukungan kekayaan

pengetahuan umum serta bacaan yang luas yang mencakup segala masalah, sangat

membantunya dalam mengutarakan pendapat maupun dalam menyanggah

pendapat orang lain. Ditambah lagi dengan kelincahannya berbicara, I.J. Kasimo

waktu itu tampil sebagai anggota yang paling menonjol dan disegani oleh yang

lain.21

Dari kegemarannya ini, banyak buku-buku yang sangat mempengaruhi I.J.

Kasimo untuk menjadi seorang yang nasionalis. Seperti buku karangan de Bruijn

yang berjudul Sociologische Beginselen (Prinsip-prinsip Sosiologi). Di dalam

19

Sworo Tomo adalah sebuah terbitan yang semula merupakan sebuah forum komunikasi untuk

alumni Kolese Xaverius Muntilan. Tujuan Sworo Tomo adalah sebagaimana terumus dalam

terbitan No.34/IV, September 1926 berbunyi, antara lain: Untuk menjelaskan ajaran Katolik guna

melawan ajaran-ajaran lain yang mengaburkan. 20

Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 14. 21

Ibid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

29

buku ini dikatakan bahwa pemerintah yang terbaik sebaiknya berasal dari

masyarakat itu sendiri. Hal ini disebabkan anggota masyarakat yang bersangkutan

jauh lebih mengenal masyarakatnya sendiri daripada orang lain yang datang dari

luar masyarakat itu sendiri.22

Sebuah buku lain yang sangat mempengaruhi pemikirannya adalah buku

Katholieke Maatschappijleer (Ajaran Sosial Katolik), terjemahan oleh Dr.

Drieschen dari buku karangan seorang imam Karmelit, Dr. Llovera. Ia

mengatakan bahwa setiap bangsa mempunyai hak untuk mencapai kemerdekaan

dan persatuan.23

Buku ini memberikan landasan idiil kepada Kasimo untuk

memperjuangkan kemajuan sosial ekonomi yang memang sudah lama menjadi

minat dan perhatiannya.

Kemudian ada artikel yang dibuat oleh Pastor van Lith yang tentunya

sangat berpengaruh besar bagi I.J. Kasimo. Artikel ini berjudul De Politiek Van

Nederlands ten Opzinchte Van Nederlands Indie (politik Negeri Belanda terhadap

Hindia Belanda). Dalam artikel ini Romo van Lith mempunyai pandangan

mengenai perkembangan politik yang akan terjadi di negeri ini. Dalam seruannya

kepada orang-orang Indo-Belanda misalnya, Romo van Lith mengatakan,

“ Berlalulah sudah zaman penjajahan oleh bangsa kulit putih. Seorang kulit

putih tidak akan bertahan untuk selama-lamanya menghadapi 100.000

orang Asia. Orang bermain dengan api jika dengan tinggi hati ingin

menjajah orang Jawa, hanya dengan alasan karena ia seorang Jawa. Akuilah

hak-hak golongan pribumi, jika kalian ingin agar hak-hakmu diakui. Di

dalam gereja kristus tidak ada orang Jahudi, orang Romawi, orang Junani,

orang Belanda atau orang Jawa. Dan apa yang ada di dalam gereja sejak

semula sudah merupakan hukum, kini kita harus dijadikan hukum pula di

luar gereja. Orang Belanda. orang Indo, orang Jawa mulai saat ini harus

22

Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 185. 23

Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 17.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

30

hidup rukun seperti saudara. Jika tidak maka dalam waktu dekat pasti akan

terjadi perpecahan. Banyak orang di negeri Belanda tidak melihat keadaan

di Hindia Belanda seperti kenyataannya. Mereka mengira bahwa keadaan

akan tetap berlangsung seperti sekarang, akan tetapi mereka salah. Apa

yang berlangsung sekarang tidak akan tetap demikian, yang lemah menjadi

kuat dan yang kuat menjadi lemah. Apa yang sekarang berjalan akan

berhenti dan apa yang sekarang tegak akan jatuh. Zaman baru dan dunia

baru akan tiba dan siapa yang bijaksana akan mempersiapkan diri.”24

Artikel tersebut dipahami sebagai ancaman Pastor van Lith kepada

pemerintah Belanda untuk segera mengembalikan kesejahteraan kaum pribumi

yang telah hilang akibat keserakahan bangsa Belanda. Artikel tersebut juga

membenarkan bahwa perlawanan dari kaum pribumi sebenarnya adalah hal yang

wajar dilakukan. Bahkan Pastor van Lith meyakini jika Belanda tidak segera

mengembalikan kesejahteraan kaum pribumi, mereka akan bersatu untuk

mengusir bangsa Belanda dari bumi Indonesia.

Artikel Pastor van Lith ini sangat penting artinya untuk I. J. Kasimo.

Artikel tersebut memberikan pedoman kepada I. J. Kasimo dalam tahun-tahun

pertamanya mengenai perjuangan politiknya di Indonesia, bahkan dapat dikatakan

bahwa seluruh hidupnya merupakan jawaban terhadap seruan Romo van Lith

tersebut.

Pengalaman-pengalaman inilah yang menumbuhkan jiwa kerakyatan pada

diri I.J. Kasimo. Ia semakin yakin dan berani untuk membela rakyat yang tertindas

akibat kebijakan-kebijakan dari bangsa penjajah. Pengalaman-pengalamannya

tersebut juga mendorongnya untuk selalu berjuang bagi kepentingan rakyat kecil.

24

Tashadi, dkk, op.cit, hlm. 183.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

31

Di samping itu, pengalaman ini juga menyebarkan benih nasionalisme yang akan

nampak berkembang dalam periode hidup yang berikutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

32

BAB III

PROSES

I.J. KASIMO MENGEMBANGKAN NASIONALISME

A. Mengembangkan Nasionalisme melalui Partai Katolik

Upaya I.J. Kasimo untuk memperjuangkan nasionalisme di tengah

masyarakat pribumi yang mempunyai sentimen negatif terhadap agama Kristiani

semakin terbukti setelah ia lulus dari MLS pada tahun 1921.1 Pada saat itu orang

Kristiani dianggap sebagai sekutu dari pemerintah Hindia Belanda dikarenakan

persamaan agama yang mereka anut. I.J. Kasimo sebagai seorang pribumi yang

beragama Katolik mempunyai keinginan untuk membentuk suatu partai Katolik

khusus untuk golongan pribumi. Hal tersebut dilakukannya karena ia ingin

membuktikan bahwa agama Katolik bukan berarti agama yang mendukung

pemerintah Hindia Belanda. Dari situ nasionalisme I.J. Kasimo sangat terlihat

karena pemikirannya mengenai pendirian partai Katolik khusus untuk golongan

pribumi. Rencana pendirian partai Katolik tersebut berarti sama saja ingin

memisahkan diri dari pemerintah Hindia Belanda karena pasti terdapat tujuan

yang berbeda antara golongan pribumi dan pemerintah Belanda. Jika ia

bergabung dengan partai dari orang Belanda, maka nasionalismenya sangat sulit

tercapai karena partai Belanda pasti mempunyai kepentingan sendiri untuk

bangsanya. Sedangkan jika ia memiliki partai sendiri, maka ia bisa mengajak

kaum pribumi untuk memberikan pengertian mengenai pentingnya nasionalisme

bagi kermajuan bangsa.

1 Thasadi, dkk, Tokoh-Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan, Jakarta: Dewan PKRI, 1949, hlm. 164.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

33

I.J. Kasimo semakin berpegang teguh pada pendiriannya untuk mendirikan

partai Katolik ketika pada tahun 1922 Pastor Frans van Lith menulis sebuah

artikel yang antara lain berbunyi :

“Berlalulah sudah zaman penjajahan oleh bangsa kulit putih. Seorang kulit

putih tidak akan dapat bertahan untuk selama-lamanya menghadapi

100.000 orang Asia. Orang bermain dengan api jika dengan tinggi hati

ingin menjajah orang Jawa, hanya dengan alasan karena ia orang Jawa.

Akuilah hak-hak golongan pribumi, jika kalian ingin agar hak-hakmu

diakui.”2

Artikel ini membuat I.J. Kasimo semakin yakin untuk mengembangkan

nasionalisme di tengah keraguan masyarakat Indonesia terhadap umat Kristiani.

I.J. Kasimo mengartikan artikel tersebut sebagai kritik terhadap kolonialisme

Belanda dan bukti keberpihakan Pastor van Lith kepada kaum pribumi yang

menghendaki kemerdekaan. Artikel tersebut juga menjadi suatu peringatan dari

Pastor van Lith terhadap pemerintah Belanda bahwa penjajahan tidak akan

bertahan selamanya. Suatu saat kaum pribumi akan bangkit untuk menuntut hak

mereka. Yang lebih mendalam lagi, artikel ini mencoba menegaskan bahwa

arogansi Belanda terhadap kaum pribumi tidak hanya merusak citra Belanda,

melainkan juga citra agama Kristiani di hadapan orang-orang Indonesia.

Artikel ini menjadi inspirasi utama bagi I.J. Kasimo dan mantan murid-

muridnya di Kweekschool3 Muntilan yang ingin melibatkan diri secara aktif dalam

kehidupan politik. Artikel ini dipandang sebagai sebuah pedoman yang menjadi

alasan utama bagi pertemuan para tokoh seperti I.J. Kasimo, F.S Harjadi, dan

Raden Mas Jakobus Soejadi Djajasepoer. I.J. Kasimo memulai pemikirannya

2 Mikhael Dua, dkk, Politik Katolik Politik Kebaikan Bersama, Jakarta: Obor, 2008, hlm. 34.

3 Kweekschool adalah salah satu jenjang pendidikan resmi untuk menjadi guru pada zaman Hindia

Belanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

34

untuk mendirikan partai Katolik pada tahun 1923 bersama F.S. Harjadi dan RM

Jakob Soedjadi.4 Mereka bertiga sepakat untuk membentuk sebuah panitia

persiapan untuk mendirikan partai Katolik. Selama satu tahun mereka

mengadakan persiapan dengan memberikan pengertian kepada masyarakat Jawa

di Yogyakarta dan sekitarnya. Setiap mengadakan pertemuan dengan masyarakat

pribumi Jawa selalu dimanfaatkan untuk mematangkan gagasan mendirikan partai

politik tersebut.

Melalui partai Katolik tersebut, sangat jelas bahwa nasionalisme yang

dikembangkan I.J. Kasimo memang tidak bisa terlepas dari nasionalisme yang

bersifat religius. Ia mengembangkan nasionalisme dengan berpedoman pada

ajaran-ajaran Katolik. Dari ajaran Katolik tersebut, ia mengaktualisasikannya ke

dalam nasionalisme yang ia cita-citakan. Hal itu dibuktikan saat ia menolak untuk

bergabung dengan IKP (Indische Katholieke Partij) yang berdiri sejak tahun

1917.5 Memang benar bahwa IKP adalah partai Katolik yang didalamnya pasti

terdapat banyak persamaan dengan partai yang ingin dibentuk I.J. Kasimo

mengenai ajaran-ajaran Katolik. Tetapi karena nasionalisme yang dimilikinya I.J.

Kasimo beranggapan jika ia bergabung dengan IKP, maka ia sama saja menjadi

penjajah bangsanya sendiri karena IKP dikendalikan oleh orang Belanda. Ia tidak

dapat mengabdikan diri pada negerinya jika nama Katolik terdiri dari orang-orang

yang menindas bangsanya. Hal tersebut semakin membuktikan bahwa I.J. Kasimo

memang seorang nasionalis sejati. Ia tetap berpegang teguh untuk mendirikan

partai khusus untuk golongan Katolik pribumi. Ia bisa saja bergabung dengan IKP

4Mikhael Dua, dkk, op.cit., hlm. 37.

5Ibid.,hlm. 33.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

35

jika hanya ingin memperkuat identitas agama Katolik. Tetapi ia dengan tegas

menolak bergabung dengan IKP dan ingin membuktikan bahwa Katolik Pribumi

adalah Katolik yang nasionalis.

Masalah-masalah yang dihadapi I.J. Kasimo untuk mendirikan partai

Katolik tidak membuatnya gentar untuk tetap bersikeras mendirikan partai Katolik

bersama teman-teman bekas murid Kweekschool Muntilan. I.J. Kasimo dan

teman-temannya tahu bahwa kedudukan mereka di kalangan masyarakat tidak

dapat dipandang tinggi. Kecuali itu, mereka juga tahu bahwa jumlah orang

Katolik Jawa waktu itu belum banyak, yaitu kurang dari 10.000 orang.6 Meskipun

demikian, dalam pertemuan tersebut mereka berani mengambil keputusan untuk

mendirikan partai politik untuk .golongan Jawa sendiri, di samping Indische

Katholieke Partij (IKP) yang anggota-anggotanya hampir 100% terdiri dari orang-

orang Katolik Belanda.

Akhirnya upaya I.J. Kasimo dan teman-temannya untuk mendirikan partai

Katolik untuk golongan pribumi dapat terwujud pada tahun 1923.7 Kebanyakan

dari mereka adalah guru sekolah rakyat di Jawa Tengah. Mereka adalah rakyat

biasa yang mempunyai cita-cita yang sangat tinggi demi tercapainya pemerintahan

yang adil di negaranya. Mereka sadar bahwa pemerintahan yang adil adalah

pemerintahan yang menjamin kebebasan beragama, kebebasan menerima

pendidikan, kebebasan pelayanan di bidang sosial, kesehatan, dan lain-lain.

6 Tim Wartawan Kompas, I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya, Jakarta : PT. Gramedia, 1980,

hlm. 21. 7 I.J. Kasimo, Perdjoangan Politik Katholik Indonesia, Jakarta :Penghubung Dewan Pimpinan

PKRI, 1949, hlm. 18.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

36

Pengurusnya terdiri atas tiga orang, yaitu FS. Haryadi sebagai ketua, I.J. Kasimo

sebagai sekretaris, dan RM. Yakob Sujadi sebagai bendahara.

Di dalam lembaran negara, nama resmi yang tercantum adalah Katholieke

Vereeniging Voor Politieke Actie Afdeling Khatolieke Javanen. Tetapi berkat

nasionalisme yang dimiliki I.J. Kasimo, ia merasa tidak pantas jika nama partai

yang dibentuknya menggunakan nama Belanda. Untuk itu, agar partai tersebut

dapat dimaknai sebagai partai Katolik pribumi, maka partai tersebut mempunyai

nama tersendiri di kalangan pribumi, yaitu Pakempalan Politik Katholik Djawi

(PPKD). Perubahan nama partai menggunakan bahasa Jawa tersebut bukan tanpa

alasan. Ia ingin menunjukkan bahwa partai yang ia dirikan adalah partai yang

benar-benar milik pribumi dan tidak ada campur tangan Belanda. Mengenai

perubahan nama partai di kalangan pribumi tersebut, nasionalis I.J. kasimo

semakin terbukti meskipun dalam lingkup nasionalis Jawa. Tetapi nasionalis Jawa

ini akan berkembang menjadi nasionalis Indonesia seiring dengan perjuangan-

perjuangannya kelak.

Upaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalisme kembali

mendapatkan hambatan pada awal terbentuknya partai, yakni pada tahun 1923.

Melalui partai Katolik ini ia harus memutuskan untuk bergabung dengan IKP

dengan alasan agar mendapat persetujuan dari hirarki gereja mengenai izin

pendirian partai. Memang pada saat itu tidak diperbolehkan mendirikan partai

Katolik baru jika sebelumnya sudah ada partai Katolik lain.8 Padahal izin dari

hirarki gereja adalah syarat mutlak untuk mendirikan partai katolik. Untuk itu,

8 Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 25.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

37

mau tidak mau partai yang baru didirikan itu harus bergabung dengan IKP agar

mendapatkan izin dari Hirarki Gereja.

Dengan bergabungnya PPKD dengan IKP tidak membuat semangat I.J.

Kasimo untuk mendirikan partai khusus untuk golongan Katolik pribumi luntur.

Bahkan setelah mendapat persetujuan dari hirarki gereja dan IKP untuk

mendirikan partai yang berafiliasi dengan IKP, I.J. Kasimo masih harus berjuang

untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda. Pada saat itu

pengakuan badan hukum dari pemerintah Hindia Belanda sangat penting bagi

suatu organisasi.

I.J. Kasimo adalah seorang Nasionalis yang sangat cerdas dan berani.

Demi mendapat persetujuan dari pemerintah Hindia Belanda, I.J. Kasimo

mencantumkan secara terselubung tujuan partai tersebut. Sejak semula I.J.

Kasimo ingin menunjukkan bahwa perjuangan golongan Katolik Jawa yang

dicanangkan adalah suatu perjuangan dalam rangka emansipasi bangsa, yang

bertujuan mencapai Indonesia merdeka.9 Dengan tujuan partai seperti itu I.J.

Kasimo tidak akan mendapat persetujuan dari pemerintah Hindia Belanda karena

pada saat itu adalah zaman penjajahan. Maka dari itu demi memperoleh

pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda, tujuan partai hanya dicantumkan

sebagai partai yang ikut serta berusaha membangun dan memajukan negara.

Dengan tujuan partai seperti itu, partai yang baru ini langsung memperoleh

pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda.

9 Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 189.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

38

Pada tahun 1925 merupakan langkah baru perjuangan I.J. Kasimo untuk

mendirikan partai Katolik tanpa adanya campur tangan oleh orang Belanda. Pada

saat itu di bidang politik terjadi perkembangan baru. Untuk menjamin agar

mayoritas di dalam dewan-dewan perwakilan rakyat tetap berada di tangan

Belanda, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan baru mengenai

pemilihan anggota dewan-dewan perwakilan ini. Menurut peraturan tersebut para

pemilih dibagi dalam 3 golongan : golongan Belanda, pribumi dan timur asing

(pemilihan anggota pada waktu itu dilakukan secara tidak langsung). Jika

sebelumnya golongan penduduk Belanda dapat memilih seorang pribumi atau

timur asing, maka kini tiap golongan penduduk hanya boleh memilih wakil dari

golongannya sendiri. 10

Dengan peraturan tersebut, pemerintah kolonial ingin

menjaga agar golongan Belanda tidak sampai kehilangan mayoritas melalui

politik tersebut.

Akibat perkembangan tersebut, cita-cita I.J. Kasimo untuk mendirikan

partai Katolik akhirnya terwujud. Kebijakan tersebut membuat sistem federasi di

dalam lingkungan IKP dihapuskan. IKP berdiri sendiri sebagai partai politik,

begitu juga dengan PPKD akhirnya bisa berdiri sendiri tanpa adanya campur

tangan dari pemerintah Belanda. Tepatnya pada tanggal 22 februari 1925

tercapailah cita-cita I.J. Kasimo untuk mempunyai partai politik yang berdiri

sendiri.11

Upaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalisme melalui PPKD

mulai berkembang dari nasionalis Jawa ke nasionalis Indonesia. Ia sadar bahwa

10

Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 27. 11

I.J. Kasimo, op. cit., hlm. 19.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

39

persatuanlah yang harus dicapai demi kemajuan bangsa Indonesia. Hal tersebut

terlihat dari tujuan PPKD yang akan turut berusaha sekuat-kuatnya bagi kemajuan

Indonesia. Usahanya itu didasarkan atas dasar-dasar Katolik, tetapi dengan

memperhatikan bahwa penduduk Indonesia terdiri terutama atas orang-orang yang

bukan Katolik.12

Sementara itu PPKD yang saat itu dipimpin I.J. Kasimo,

tepatnya pada 1924 mempunyai pedoman pokok yaitu (a) Aksi PPKD terletak

pada politik yang berdasarkan asas-asas Katolik. (b) Aksi ini bersifat pada

permulaan nasional Jawa, kemudian nasional Indonesia. (c) Haluan PPKD harus

evolusioner, artinya menurut jalan yang teratur, tetapi dengan tempo yang cepat.13

Atas dasar pemikiran I.J. Kasimo yang mulai mengembangkan

nasionalismenya dari Jawa menuju Indonesia, anggota PPKD meluas. Anggotanya

tidak hanya terdiri atas orang-orang Katolik Jawa tetapi juga orang-orang Katolik

pribumi lainnya. Untuk itu, pada 1930 nama organisasi diubah menjadi

Perkoempoelan Politiek Khatoliek di Djawa dan bahasa Indonesia dijadikan

sebagai bahasa organisasi.14

Perubahan nama partai tersebut kembali

memperlihatkan nasionalisme I.J. Kasimo yang semakin maju. Ia sadar bahwa

Indonesia terdiri dari berbagai pulau. Maka dari itu partai yang semula bernama

Pakempalan Politik Khatolik Djawa diubah menjadi Perkoempoelan Politiek

Khatolik di Djawa. Nama partai yang semula memakai bahasa Jawa diubah

menggunakan bahasa Indonesia. Kemudian bila dicermati nama partai ditambah

menggunakan kata “di”. Kata “di” dapat diartikan bahwa I.J. Kasimo menyadari

12

A.K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta : PT. Dian Rakyat, 1980,

hlm. 72. 13

I.J. Kasimo, Perdjoangan Politik Katholik Indonesia, Jakarta : Dewan Pimpinan PKRI, 1949,

hlm. 18. 14

Anton Haryono, Awal Mulanya adalah Muntilan. Yogyakarta : Kanisius, 2009, hlm. 202.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

40

bahwa Indonesia bukan hanya terdiri dari Jawa saja, melainkan terdiri dari banyak

daerah. Kata “di” dalam “di Jawa” menunjukkan bahwa Jawa hanya sebagian

daerah dari Indonesia.

Selain ditandai dengan perubahan nama partai yang semakin mengarah ke

sifat keindonesiaan, nasionalisme I.J. Kasimo semakin terlihat ketika ia

menerbitkan surat kabar politik berbahasa Indonesia yaitu Soeara Khatoliek.

Media komunikasi ini semula menumpang pada Swara Tama15

, pers Katolik

berbahasa Jawa yang sangat tekun mengulas berbagai persoalan bangsa. Namun,

sejak 1930 Soeara Katholiek terbit mandiri tiga kali sebulan dan sejak 1934

berubah menjadi mingguan.16

Dengan Soeara Katholiek, I.J. Kasimo berharap

umat Katolik bisa memperkokoh ikatan persaudaraan serta menumbuhkan

semangat kekatolikan dan nasionalisme di seluruh Indonesia.

Dari waktu ke waktu I.J. Kasimo semakin gencar dalam mengembangkan

nasionalismenya. Hal tersebut terbukti bahwa melalui PPKD, ia terus berusaha

memperluas jangkauan pengaruh perjuangan kebangsaannya. Melalui PPKD, ia

mulai mendekatkan diri dengan partai-partai nasional lainnya seperti Parindra,

Pasundan., Gerindo, dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukannya agar PPKD

bisa berdialog mengenai visi dan misi kebangsaan diantara partai-partai nasionalis

lainnya. Kedekatan PPKD dengan partai nasional lainnya semakin

memperlihatkan usaha I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya yang

semula hanya bersifat kedaerahan yang kemudian meluas dengan mendekatkan

15

Swara Tama adalah sebuah terbitan yang semula merupakan sebuah forum komunikasi untuk

alumni Kolese Xaverius Muntilan. Tujuan Sworo Tomo adalah sebagaimana terumus dalam

terbitan No.34/IV, September 1926 berbunyi, antara lain: Untuk menjelaskan ajaran Katolik guna

melawan ajaran-ajaran lain yang mengaburkan. 16

Anton Haryono, op. cit., hlm. 204.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

41

diri dengan partai-partai yang bersifat nasionalis lainnya. Hal tersebut semakin

meyakinkan masyarakat Indonesia bhawa PPKD pimpinan I.J. Kasimo adalah

partai yang nasionalis walaupun partai tersebut berlabel Katolik.

Semangat I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalime semakin nyata

ketika pada 1935 PPKD memutuskan untuk menganti nama partai menjadi

Perkoempoelan Politik Katholieke Indonesia (PPKI)17

. Perubahan tersebut

dikarenakan adanya kecenderungan pada organisasi-organisasi pergerakan

nasional di Indonesia untuk berkembang dari organisasi-organisasi lokal menjadi

nasional. Dari pengaruh tersebut, I. J. Kasimo yang semula mencita-citakan suatu

partai Katolik yang dikhususkan untuk golongan Katolik Jawa, kini ia mulai

menaruh perhatiannya kepada golongan Katolik di luar Jawa. Hal tersebut juga

dikarenakan mulai menyebarnya agama Katolik di luar Jawa. Semula PPKD

dengan kata Djawa-nya terasa kental dengan orang-orang Katolik jawa saja.

Dengan perubahan nama menjadi PPKI memungkinkan partai yang dipimpin I.J.

kasimo tersebut menerima anggota dari luar Jawa. Dari perubahan nama partai

tersebut, uapaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalisme kembali

muncul karena dengan perubahan nama partai tesebut, ia ingin menghilangkan

akar kesukuan di dalam partainya.

Sebenarnya yang mendorong I.J. Kasimo terjun dalam dunia politik adalah

kesadarannya tentang perintah keempat dari Sepuluh Perintah Tuhan yang

berbunyi “Hormati Ayah Ibumu”. Perintah ke empat tersebut dipahami I.J.

Kasimo dalam arti luas. Menurutnya hormat kepada ayah dan ibu dalam perintah

17

Ibid., hlm. 202.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

42

keempat tersebut tidak hanya hormat dan cinta kepada orang tua saja, melainkan

cinta dan hormat kepada nusa dan bangsa. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran

I.J Kasimo yang mengalami perubahan ketika awalnya ia memperjuangkan

nasionalisme dari nusa bangsa Jawa kemudian menjadi nusa bangsa Indonesia..

Hal ini mengundang kewajiban antara lain kewajiban untuk bekerja bagi

kesejahteraan dan keluhuran tanah air. Semuanya itu mempunyai arti

membebaskan tanah air dari belenggu penjajahan.18

Hal inilah yang mendorong

I.J. kasimo terjun dalam dunia politik khusunya melalui PPKD/PPKI untuk

mencapai cita-citanya dengan menyumbangkan tenaga untuk membebaskan

rakyat dari penindasan bangsa asing.

2. Mengaktualisasikan Nasionalisme melalui Voolksraad

Upaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya

kembali berlanjut ketika ia diangkat menjadi anggota Voolksraad pada 1931.19

Keanggotaan Volksraad terdiri dari wakil-wakil golongan masyarakat yang

jumlahnya sejak tahun 1927 diperluas dari 48 menjadi 60 orang. Dari jumlah ini,

sejak tahun 1931 golongan pribumi diwakili oleh 30 orang sedangkan sisanya

terdiri dari wakil-wakil golongan Belanda dan Timur Asing (yaitu Cina dan

Arab). Para anggota Voolksraad sebagian besar dipilih secara tidak langsung

melalui dewan perwakilan kotapraja, kabupaten dan propinsi. Sebagian lainnya

diangkat oleh gubernur jenderal. Untuk masa sidang tahun 1931-1935, ada 5

orang pribumi yang diangkat oleh gubernur jenderal termasuk I.J. Kasimo.

Bersama I.J. Kasimo diangkat pula Wiwoho dari golongan Islam, dr. Apituley

18

Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 190. 19

Greg Soetomo SJ, “Katolik yang Tidak Minder”. Hidup. 27 November 2011, hlm. 11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

43

dari Moluks Politiek Verbond (Perhimpunan Politik Maluku), Tuanku Mahmud

dari Kesultanan Aceh, dan dr. Arifin, yaitu adik dari Abdul Muis, seorang tokoh

Sarekat Islam.20

Voolksraad atau Dewan Rakyat didirikan pada 1917.21

Badan ini tidak

mempunyai kekuasaan legislatif, hanya memberi nasihat antara lain mengenai

keuangan. Voolksraad juga membahas mengenai segala permasalahan yang

dihadapi oleh negara Hindia Belanda pada waktu itu. Mulai dari masalah

anggaran belanja, pendidikan dan agama sampai kepada masalah tenaga kerja,

nasib petani kecil dan kemerdekaan bangsa. Pada tahun 1920 jumlah anggota

menjadi 49 orang, diantaranya 24 dipilih dan 24 diangkat termasuk 8 pribumi.

Anggota Dewan Rakyat mempunyai kebebasan untuk mengecam aturan-aturan

pemerintah. Dengan pecahnya perang Dunia I, muncullah suasana yang lebih

demokratis. Bahasa dewan boleh menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa

debat. Pidato dalam sidang-sidang permulaan sering mengarah pada revolusioner,

mengandung banyak kecaman terhadap pemerintah dan menimbulkan perasaan

anti terhadap kolonialisme, anti Belanda dan anti kapitalisme.22

Dengan adanya Voolksraad inilah muncul pidato-pidato I.J. Kasimo yang

dikenal sebagai pidato yang sangat berani menentang pemerintah Hindia Belanda.

Hal ini dikarenakan di dalam Voolksraad I.J. Kasimo beserta anggota lainnya

bebas melontarkan kritik-kritik tajam terhadap pemerintah Hindia Belanda karena

sidang-sidang Voolksraad sifatnya bebas dan terbuka. Setiap anggota bebas untuk

20

Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 33. 21

Mikhael Dua, dkk, op.cit., hlm. 29. 22

Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Jilid V, Jakarta, PN. Balai

Pustaka.1984, hlm. 50.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

44

mengajukan pendapatnya mengenai masalah apa saja. Mereka juga bebas untuk

menyerang pemerintah dan melontarkan kritik yang setajam-tajamnya. Semua

anggota di Voolksraad juga diperlakukan dengan sama. Seperti pada saat sidang

tidak ada anggota yang menempatkan dirinya lebih tinggi atau lebih rendah

daripada yang lain. Sekalipun mereka berbeda pendapat dan kerap kali terlibat

dalam perdebatan sengit, namun hubungan pribadi tetap baik. Terutama di antara

para anggota golongan pribumi, nampak terjalin hubungan yang akrab sekali.

I.J. Kasimo berpendapat bahwa cara terbaik untuk menarik kepercayaan

golongan lain adalah ikut serta duduk di dalam dewan-dewan perwakilan rakyat

seperti Voolksraad. Oleh sebab itu sebagian besar dari kegiatan partai diarahkan

untuk memperoleh kursi-kursi di dalam dewan-dewan perwakilan. Melalui

dewan-dewan perwakilan itu wakil-wakil PPKI memperjuangkan kepentingan

rakyat banyak. Tentu saja berdasarkan prinsip-prinsip Katolik dan sesuai dengan

program kerja PPKI yang antara lain bertujuan memperjuangkan desentralisasi

pemerintahan, undang-undang sosial, peningkatan dan perluasan fasilitas

pendidikan serta kesehatan rakyat.23

Di dalam Voolksraad, I.J. Kasimo dengan tegas berkomitmen agar PPKI

tidak berada dalam satu fraksi dengan IKP. Ia ingin menunjukkan kepada para

pemimpin dari golongan lain, bahwa PPKI dan IKP Sekalipun sama-sama partai

Katolik, tetapi mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda. Hal tersebut

sangat jelas menekankan bahwa I.J. Kasimo adalah seorang yang nasionalis. Ia

tidak mau bekerjasama dengan partai yang didirikan oleh orang Katolik Belanda,

23

Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 36.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

45

meskipun adanya persamaan agama yang mereka anut. Ia sangat yakin bahwa

partai tersebut hanya mementingkan kekuasaan, berbeda dengan pendiriannya

yang ingin mengembangkan nasionalisme untuk Indonesia.

Dalam mewujudkan kemerdekaan, kaum pribumi menempuh cara yang

berbeda-beda. Diantaranya ada yang melalui paham tentang sikap terhadap

pemerintah (kooperasi dan non-kooperasi), menurut agama (Islam, netral,

Kristen), dan menurut pengikutnya (laki-laki, perempuan, pemuda, pemudi)24

Mengenai Voolksraad ini memang ada dua aliran pendapat diantara kaum

pergerakan, diantaranya ada orang-orang yang berpendapat seperti I.J. Kasimo. Ia

mengatakan bahwa Volksraad mempersatukan gerakan nasional Indonesia.

Dengan mengumpulkan pemimpin-pemimpin Indonesia dari berbagai daerah dan

menghadapkan mereka kepada masalah-masalah bersama, terutama hubungan

mereka dengan Belanda, Voolksraad membantu mempersatukan dan

mengintegrasikan gerakan nasional Indonesia. 25

Di samping pendapat I.J. Kasimo tersebut, ada pemikiran lain bahwa

Voolksraad justru memecah belah gerakan nasional Indonesia menjadi kelompok

nonkooperasi dan kelompok Kooperasi. Kelompok nonkooperasi terdiri dari

organisasi-organisasi seperti PNI (Partai Nasional Indonesia), PI (Perhimpunan

Indonesia), Partindo (Partai Indonesia), dan PKI (Partai Komunis Indonesia), serta

meliputi pemimpin-pemimpin seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutan

Sjahrir, Mr. Achmad Soebardjo, Mr. Ali Sastroamidjojo, dan lain-lain. Tujuan

perjuangan mereka adalah mencapai kemerdekaan Indonesia dengan kekuatan

24

A.K. Pringgodigdo, op.cit., hlm. 195. 25

Ibid.,hlm. 35.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

46

sendiri. Mereka menolak untuk bekerja sama dengan pemerintah kolonial

(nonkooperasi) dan menganggap dewan-dewan perwakilan seperti Voolksraad

tidak ada gunanya sama sekali.26

Jika kelompok radikal ini ingin mencapai kemerdekaan dengan aksi dan

revolusi, maka kelompok kedua yang terdiri dari partai-partai moderat ingin

mencapai kemerdekaan nasional melalui evolusi. Mereka ingin mengadakan

perombakan di bidang ketatanegaraan, politik, ekonomi dan sosial melalui cara-

cara yang tidak bertentangan dengan hukum. Tokoh –tokoh Voolksraad seperti

Mohammad Hoesni Thamrin, Soetardjo Kartohadikusumo, Mr. Soesanto

Tirtoprodjo, Soekardjo Wirjopranoto, Wurjaningrat dan dr. Sam Ratulangi serta

I.J. Kasimo termasuk tokoh-tokoh dalam kelompok moderat.27

I.J. Kasimo memilih jalan evolusi karena dengan duduk di Voolksraad, ia

ingin meyakinkan Pemerintah Belanda mengenai perlunya diadakan perubahan

dalam susunan ketatanegaraan di Indonesia. Ia tidak ingin menempuh jalur

revolusi karena pada saat itu Belanda sangat tegas dalam menangani gerakan yang

radikal atau revolusioner. Gerakan revolusioner tersebut akan ditindas dengan

alasan bahwa pemerintah Belanda bertanggung jawab atas keadaan di Indonesia

pada saat itu. Dengan keadaan seperti itu, ia memilih untuk mengembangkan

nasionalismenya melalui jalan evolusi agar tidak terjadi kelumpuhan perjuangan

dikalangan kaum pergerakan nasional. Dengan jalan evolusi yang dipilih I.J.

Kasimo, bukan berarti ia mengikuti alur dari pemerintah Belanda. Ketegasan dan

26

Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 35. 27

Ibid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

47

keberaniannya sangat terbukti melalui pidato-pidatonya di Voolksraad. Bahkan

pidato-pidatonya dikenal sangat radikal dikalangan kaum pergerakan nasional.

Hal ini terbukti dari pidato-pidatonya yang sangat berani untuk menentang

penjajahan di Indonesia. Hal ini ia lontarkan dalam pidatonya di depan

Voolksraad pada tanggal 13 Juli 1931. Mewakili PPKI, ia menegaskan bahwa

kekatolikan tidak bertentangan dengan kebangsaan. Ia menyatakan,

“Kami orang-orang Katolik Jawa bukanlah pengikut-pengikut yang baik

dari perintis besar Misi Jawa ini jika kami tidak sependapat dengan dia

serta pengarang-pengarang Katolik terkenal lainnya seperti Cathrein dan

Ferrari mengenai prinsip kebangsaan, yaitu prinsip yang mengatakan

bahwa setiap bangsa mempunyai hak untuk membentuk sebuah negara

merdeka”28

Pidato yang dikemukakan I.J. Kasimo di dalam Voolksraad tersebut sudah

sangat jelas bahwa ia ingin membuktikan bahwa umat Katolik pribumi sangat

mendukung dan mengupayakan kemerdekaan bagi Indonesia. Dalam pidatonya ia

menegaskan bahwa orang Katolik sangat sependapat dengan “perintis besar Misi

Jawa” yaitu Pastor van Lith. Pernyataan ini secara implisit memberi gambaran dua

hal sekaligus. Pertama, pendidikan karakter di Kweekschool Muntilan

menunjukkan keberhasilan Pastor van Lith. Pendidikan ini tidak hanya sebatas

pada terciptanya kader-kader Gereja, tetapi juga kader-kader bangsa yang tanggap

akan kebutuhan aktual masyarakat. Kedua, keberpihakan Pastor van Lith terhadap

aspirasi nasional bangsa Indonesia yang hendak diteladani merupakan daya

dorong yang sangat berharga. Misionaris Jesuit tidak hanya memberi ruang

kebebasan bagi umat Katolik pribumi untuk memupuk nasionalismenya, tetapi

28

Mikhael Dua, dkk, op.cit., hlm. 40.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

48

juga mendukungnya.29

Selain karena pendidikan karakter yang diterima I.J.

Kasimo dari Pastor van Lith, pidato tersebut juga terinspirasi dari buku Chaterin

dan Ferarri. Dalam buku tersebut ia menemukan bahwa setiap bangsa mempunyai

hak untuk merdeka. Dari buku tersebut, ia tahu bahwa Indonesia juga mempunyai

hak untuk lepas dari pemerintahan Belanda, pemerintahan yang sangat merugikan

kaum pribumi.

Dari pendidikan karakter dan buku-buku tentang prinsip kemerdekaan

yang diterimanya inilah yang mebuat I.J. Kasimo berani berpidato mengenai

keinginan untuk merdeka walaupun ia adalah kaum minoritas jika dilihat dari segi

agama. Ia ingin menyadarkan kaum pribumi bahwa Indonesia mempunyai hak

untuk merdeka. Indonesia berhak lepas dari belenggu pemerintah Belanda. Dari

pidato tersebut I.J. Kasimo juga ingin membuktikan bahwa kendati dirinya wakil

dari umat Katolik, namun sebenarnya ia mewakili kepentingan pribumi yang

sedang dibelenggu oleh penjajahan bangsa asing.

Sikap yang sama diungkapkannya setahun kemudian, tepatnya tanggal 19

Juli 1932 di sidang Voolksraad. Dalam sidang yang terhormat ini, ia

mengemukakan sebuah pernyataan politik yang tegas,

“Tuan Ketua! Dengan ini saya menyatakan suku-suku bangsa Indonesia

yang berada di bawah kekuasaan negeri Belanda, menurut kodratnya

mempunyai hak serta kewajiban untuk membina eksistensinya sendiri

sebagai bangsa, dan karenanya berhak memperjuangkan pengaturan

negara sendiri sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan bangsa sesuai

dengan kebutuhan nasional, yaitu sesempurna mungkin. Ini berarti bahwa

negeri Belanda sebagai negara berbudaya yang terpanggil mempunyai

kewajiban untuk ikut mengembangkan seluruh rakyat, dan khusunya

sebagai negara penjajah, mempunyai kewajiban untuk membimbing dan

merampungkan pendidikan rakyat, sehingga dengan demikian dapat

29

Anton haryono, op.cit., hlm. 204.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

49

dicapai kesejahteraan rakyat Indonesia, untuk kemudian dapat diberikan

hak untuk mengatur dan akhirnya memerintah negara sendiri.”30

Pidato dari I.J. Kasimo tersebut sudah sangat menegaskan bahwa ia

memiliki nasionalisme yang tinggi demi kepentingan bangsa Indonesia. Hal ini

terlihat dari pidatonya yang menekankan bahwa suku-suku bangsa Indonesia yang

berada di bawah kekuasaan negeri Belanda berhak merdeka. Pidato tersebut sudah

sangat jelas bahwa nasionalisme yang dimilikinya sudah meluas, tidak hanya

untuk kepentingan di Jawa saja, tetapi untuk kepentingan semua suku di

Indonesia. Selain itu melalui pidatonya tersebut, ia dengan tegas meminta

pertanggungjawaban dari pemerintah Hindia Belanda mengenai kebijakan-

kebijakan yang sangat merugikan kaum pribumi. Ia juga dengan tegas meminta

kepada pemerintah Belanda untuk segera pergi dari bumi Indonesia setelah

pemerintah Belanda merampungkan tanggungjawabnya untuk menyelesaikan

persoalan yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda sendiri.

Pidato tersebut dikenal sebagai pidato yang sangat radikal diantara kaum

pergerakan. Pidato tersebut sekaligus membuktikan bahwa I.J. Kasimo yang

merupakan kelompok moderat bukanlah sebagian orang yang hanya menunggu

kemerdekaan yang diberikan oleh pemerintah. Kelompok moderat juga bisa

bersikap radikal tetapi melalui cara yang berbeda.

Perjuangan I.J. Kasimo di dalam Voolksraad dalam tahun-tahun pertama

memang ditujukan untuk meyakinkan para pemimpin golongan lain, bahwa

golongan Katolik Indonesia adalah orang-orang nasionalis seperti golongan lain

30

Ibid., hlm. 41.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

50

juga. Hal ini terutama dilakukan dengan jalan memperjuangkan kepentingan

rakyat banyak.31

Selain itu, I.J. Kasimo juga banyak memperjuangkan

kepentingan rakyat khususnya dalam dua bidang, yaitu pertanian dan pendidikan

yang pada saat itu dinilai sangat merugikan kaum pribumi.

3. Mendukung Petisi Soetardjo dan GAPI

Upaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalisme kembali muncul

ketika ia mendukung gagasan dari Soetardjo Kartohadikusumo, teman

seperjuangannya di Voolksraad. Petisi ini berusaha mengupayakan agar

diselenggarakan suatu musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dengan negeri

Belanda dimana anggotanya harus mempunyai hak yang sama. Tujuannya adalah

untuk menyusun suatu rencana yang isinya adalah pemberian kepada Indonesia

suatu pemerintahan yang berdiri sendiri. Pelaksanaannya akan dijalankan secara

berangsur-angsur dalam waktu sepuluh tahun atau dalam waktu yang akan

ditetapkan dari kesepakatan kedua belah pihak.32

Gagasan tersebut dikenal dengan

nama “Petisi Soetardjo” yang diajukan pada tanggal 15 Juli 1936.33

I.J. Kasimo sangat peduli terhadap kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia

tanpa memandang agama apa yang mereka anut. Untuk itulah dengan jiwa

nasionalisme yang ia miliki, ia turut mendukung dan berupaya agar petisi tersebut

dapat terealisasi dengan baik. Selain itu ia sangat mendukung petisi Soetardjo

karena petisi tersebut sangat sejalan dengan pemikirannya yang moderat. Ia ingin

menuntut kemerdekaan dengan cara mengadakan perombakan di bidang

ketatanegaraan, politik, ekonomi, dan sosial melalui cara-cara yang tidak 31

Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 39. 32

Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto, op.cit., hlm. 221. 33

Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 196.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

51

bertentangan dengan hukum. Menurutnya, kerjasama di berbagai bidang antara

Indonesia dan negeri Belanda tidak akan memberikan keuntungan yang seimbang

bagi kedua belah pihak . Kerja sama tersebut hanya akan menguntungkan pihak

yang kuat dan merugikan pihak yang lemah saja. Untuk itulah ia turut mendukung

petisi tersebut dengan harapan pemerintah Hindia Belanda bersedia memikirkan

pertanggungjawabannya atas segala kerugian yang dialami Indonesia melalui

petisi tersebut.

Nasionalisme yang dimiliki I.J. Kasimo sangat berperan ketika ia turut

serta membantu menyerbarluaskan petisi Soetardjo dikalangan masyarakat

Indonesia. Hal itu dilakukannya dengan cara menyebarluaskannya melalui

majalah Soeara Katholik. Soeara Katholik adalah majalah milik PPKI yang saat

itu diketuai oleh I.J. Kasimo. Berkat upayanya tersebut, dengan cepat petisi ini

menyebar luas di kalangan masyarakat. Usahanya untuk menyebarluaskan isi

tentang petisi Soetardjo didasarkan atas dasar keinginannya agar masyarakat

Indonesia turut mendukung petisi tersebut. Upaya I.J. Kasimo untuk menyebarkan

petisi Soetardjo melalui majalah Soeara Katholik sudah sangat membuktikan

bahwa ia adalah kaum minoritas yang nasionalis. Melalui majalah yang

mempunyai label Katolik, ia tetap menyisipkan kepentingan bangsa dengan

menyuarakan agar rakyat Indonesia mendukung petisi Soetardjo. Selain itu,

dukungannya juga diwujudkan melalui keanggotaanya di Sentral Komite Petisi

Soetardjo yang diketuai oleh Mr. Sartono. Dalam komite tersebut, I.J. Kasimo

duduk sebagai anggota panitia. Sentral Komite Soetardjo adalah komite yang

berusaha mencari dukungan dari partai-partai di Indonesia agar petisi Soetardjo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

52

mendapat dukungan dari berbagai partai-partai di Indonesia. Melalui komite

tersebut, ia turut berkerja keras dengan mendirikan sub-komite melalui berbagai

cabang-cabang PPKI di berbagai daerah. Dalam hal ini, nasionalismenya kembali

dibuktikan dengan mendirikan sub-komite melalui PPKI. Ia tidak pernah

mempermasalahkan agama untuk mencapai tujuannya dalam mengembangkan

nasionalisme walaupun agama Katolik adalah agama yang minoritas. Yang

terpenting adalah memerdekaan Indonesia demi kesejahteraan seluruh rakyat

Indonesia, bukan kesejahteraan umat Katolik saja. Berkat I.J. Kasimo, PPKI

sebagai partai Katolik sangat berperan dalam usaha untuk turut memperjuangkan

petisi Soetardjo. Upaya tersebut membuat PPKI semakin dikenal dikalangan para

kaum pergerakan ataupun partai-partai yang turut memperjuangkan nasionalisme.

Hal tersebut juga semakin membuktikan bahwa Katolik pribumi adalah Katolik

yang nasionalis.

Namun usaha-usaha untuk mewujudkan Petisi Soetardjo gagal. Keputusan

Kerajaan Belanda No. 40 tanggal 16 November 1938, menegaskan petisi yang

diajukan atas nama Voolksraad ditolak oleh Ratu Belanda. Alasan penolakannya

antara lain ialah bahwa Indonesia belum matang untuk memikul tanggung jawab

memerintah diri sendiri. Surat keputusan itu disampaikan pada sidang Voolksraad

tanggal 29 November 1938.34

Kekecewaan atas penolakan tersebut mendorong

terbentuknya suatu federasi pada 21 Mei 1939 yang diberi nama Gabungan Politik

Indonesia (GAPI). Adapun organisasi politik yang tergabung di dalamnya yaitu

34

Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto, op.cit.,hlm. 229.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

53

Parindra, Gerindo, PSII, PII, Persatuan Minahasa, Pasundan, dan PPKI.35

GAPI

menuntut kepada pemerintah Belanda supaya di Indonesia membentuk parlemen

yang sebenarnya, bukan parlemen sandiwara seperti Voolksraad. Untuk

melancarkan aksinya tersebut, GAPI membentuk Kongres Rakyat Indonesia

(KRI). Kongres Rakyat Indonesia diresmikan sewaktu diadakannnya Kongres

Rakyat Indonesia yang pertama tanggal 25 Desember 1939 di Jakarta.36

Kongres

Rakyat Indonesia ini berhasil mengeluarkan keputusan antara lain adalah tuntutan

agar Indonesia berparlemen penuh dan penetapan bendera Merah Putih dan Lagu

Indonesia Raya sebagai bendera dan lagu persatuan Indonesia, serta peningkatan

pemakaian bahasa Indonesia bagi rakyat Indonesia.

Meskipun petisi yang didukung oleh I.J. Kasimo ini gagal, perjuangannya

untuk menarik kepercayaan dari masyarakat pribumi mulai memperlihatkan

hasilnya. Dalam lingkungan Voolksraad, ia sudah diterima sebagai seorang

nasionalis. Berbeda dengan sebelumnya, banyak yang menganggap I.J. Kasimo

adalah seorang tokoh yang pro terhadap Belanda. Selain itu, ia juga dikenal

karena bisa berelasi dan bersosialisasi dengan baik di dalam GAPI. Melalui GAPI,

ia bisa mendekatkan serta memperluas hubungannya dengan pemimpin-pemimpin

nasional lainnya yang beragama non Katolik seperti Muhammad Husni Thamrin

dan Abikusno Tjokrosuyoso. Melalui hubungan dekat antara I.J. Kasimo dan

tokoh-tokoh non Katolik tersebut sangat berpengaruh bagi upayanya untuk terus

mengembangkan nasionalisme. Ia semakin dikenal sebagai tokoh yang benar-

benar berupaya mengembangkan nasionalisme. Karena kedekatannya dengan para

35

Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 197. 36

Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto, op.cit., hlm. 232.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

54

tokoh pergerakan lain , PPKI juga mendapat pengaruh yang sangat besar darinya.

Untuk pertama kalinya di dalam sejarah, PPKI benar-benar ikut aktif di dalam

gelanggang percaturan politik. Untuk pertama kalinya juga, golongan Katolik

Indonesia secara terorganisir benar-benar ikut di dalam emansipasi bangsa yang

bertujuan mencapai negara merdeka dan berdaulat.37

4. I.J. Kasimo pada Zaman Jepang

Upaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalisme terus berlanjut

ketika Jepang berusaha masuk ke Indonesia dan merebut tampuk kekuasaan dari

tangan pemerintah Hindia Belanda. Usaha Jepang untuk membangun suatu

imperium di Asia telah menyebabkan suatu perang di Pasifik. Pada tanggal 8

Desember 1941 secara tiba-tiba Jepang menyerang dan membom Pearl Harbor

yakni pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat yang terbesar di Pasifik. Setelah

itu, tepatnya pada tanggal 10 Januari 1942 Jepang bergerak ke selatan dan

menyerang Indonesia.38

Tiga bulan kemudian, yaitu pada tanggal 8 Maret 1942,

pemerintah Hindia Belanda menyerah dan Jepang secara resmi memegang tampuk

kekuasaan di Indonesia. Bendera Hinomaru39

menggantikan bendera Merah-

Putih-Biru. Lagu kebangsaan Kimigayo40

dikumandangkan di seluruh Nusantara.

Zaman pendudukan Jepang adalah zaman dimana I.J. Kasimo mempunyai

beban yang sangat berat untuk mengembangkan nasionalismenya. Hal ini

dikarenakan Jepang menganggap agama Kristiani adalah agama “barat”, agama

37

Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 42. 38

Sartono Kartodirdjo, Sejarah Nasional Jilid VI, Jakarta, Depdikbud, 1975, hlm. 1. 39

Hinomaru adalah lambang bendera nasional Jepang dengan sebuah lingkaran merah di tengah

bidang putih. Hinomaru berarti lingkaran matahari. 40

Kimigayo adalah lagu kebangsaan Jepang yang berarti “Semoga kekuasaan yang mulia berlanjut

selamanya”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

55

barat berarti agama musuh. Oleh karena itu sikap mereka terhadap golongan

Kristiani sama sekali tidak menunjukkan toleransi. Banyak rohaniwan dan

pemimpin awam katolik disiksa dan dibunuh oleh tentara Jepang. Tidak kurang

dari 74 imam, 47 bruder, dan 160 suster meninggal. Selain itu Vikarius Apostolik

Maluku dan Papua, Mgr. J. Aerts dituduh menyembunyikan senjata. Bersama 12

imam dan bruder, ia ditembak mati tanpa proses pengadilan.41

Karena keadaan

tersebut kegiatan partai Katolik lumpuh total. Dalam situasi seperti ini,

pemerintah Jepang membuat sejumlah peraturan dalam rangka pengawasan dan

pengaturan hidup beragama, termasuk dilarangnya penggunaan bahasa Belanda

dalam kegiatan rohani.42

Kehidupan umat Katolik pada saat itu menjadi sangat

mencekam. Mereka tidak bisa menjalankan kegiatan keagamaan secara bebas.

Upaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya semakin sulit

ketika Jepang tidak mengikutsertakannya untuk bekerjasama dengan

pemerintahan Jepang. Padahal ia adalah tokoh pergerakan yang cukup terpandang

karena telah menjabat sebagai anggota Voolksraad selama lebih dari 10 tahun.

Sebaliknya, tokoh-tokoh seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta, dan Sutan Syahrir

yang sempat dipenjara oleh pemerintah Hindia Belanda dibebaskan dan mendapat

tawaran untuk bekerjasama dengan pemerintahan Jepang. Padahal sangat jelas

bahwa Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta dan Sutan syahrir adalah tokoh-tokoh yang

ingin mencapai kemerdekaan melalui cara-cara yang radikal, berbeda dengan I.J.

Kasimo yang ingin mencapai kemerdekaan dengan jalan moderat. Namun I.J.

41

Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 42. 42

Ibid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

56

Kasimo yang mempunyai paham moderat malah dimasukkan ke penjara tanpa

alasan yang jelas, tepatnya pada tahun 1942.43

Meskipun I.J. Kasimo tidak mengalami penyiksaan yang kejam, namun ia

sering menyaksikan bagaimana kejamnya tentara Jepang jika sedang menyiksa

tahanan. Ia sangat prihatin dengan keadaan para tahanan lain. Mereka tak segan-

segan menggunakan cara-cara penyiksaan yang paling kejam untuk mengorek

keterangan dari seorang tahanan.44

Setelah 53 hari di dalam tahanan, ia pun juga

dibebaskan tanpa alasan yang jelas oleh tentara Jepang.

I.J. Kasimo sadar bahwa pada saat zaman pemerintahan Jepang, sangat

sulit mengembangkan nasionalisme yang menjadi cita-citanya. Tetapi ia tidak

berdiam diri begitu saja dengan keadaan pada waktu itu. Setelah bebas dari

tahanan, I.J. Kasimo mencurahkan seluruh tenaga dan waktunya untuk

mensejahterakan masyarakat di bidang pertanian. Ia bekerja di kantor Jawatan

Pertanian Surakarta. Ia menjabat sebagai adjun landbouw consulent (penyuluh

pertanian). Tugasnya antara lain memberikan bimbingan kepada para mantri tani

atau demang tani. Pada waktu itu hampir semua mantri tani yang pernah

bersekolah di sekolah pertanian adalah bekas murid I.J. Kasimo di Tegalgondo45

,

bahkan di antara para kepala desa di daerah Surakarta banyak juga yang pernah

43

Tim Wartawan Kompas, op.cit, hlm. 45. 44

Ibid.,hlm. 46. 45

Seperti diketahui bahwa I.J. kasimo pernah menjadi guru sekolah pertanian di Tegalgondo

karena ia pernah berselisih paham dengan pimpinan tertinggi perkebunan sewaktu ia bekerja di

perkebunan karet milik Belanda di Merbuh. Kasimo tidak terima ia dikatakan sebagai anak kera.

Harga dirinya terasa diinjak-injak dan ia membalas perkataan pimpinan tersebut dengan

menyebutnya sebagai kera. Ia melarikan diri dan ia dipindahkan ke sekolah pertanian di

Tegalgondo.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

57

menjadi muridnya, sebab itu pengaruh I.J. Kasimo di bidang pertanian di daerah

Surakarta sangat besar pada waktu itu.46

Memang selama penjajahan Jepang I.J. Kasimo tidak mempunyai banyak

pilihan untuk terus memperjuangkan nasionalismenya. Terlebih agama yang

dianutnya sangat dibenci oleh pemerintahan Jepang. Tetapi dalam hal ini ia tidak

mudah menyerah. Ia tetap berpegang teguh pada agama yang dianutnya walaupun

taruhannya adalah nyawa. Ia juga tetap mengabdikan diri pada negara dengan

usaha mensejahterakan rakyat di bidang pertanian.

46

Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 170.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

58

BAB IV

SUMBANGAN PEMIKIRAN I.J. KASIMO

A. Sumbangan Pemikiran I.J. Kasimo Bagi Dunia Politik

I.J. Kasimo adalah seorang tokoh nasionalis yang memilih terjun ke dalam

dunia politik untuk mencapai cita-citanya. Ia adalah seorang politisi berkarakter

yang sulit dicari padanannya di masa sekarang ini. Ia menganggap berpolitik

adalah sebuah pengabdian, bukannya kesempatan untuk mencari keuntungan.

Dalam berpolitik ia tidak pernah menonjolkan jasa-jasa pribadinya kepada orang

lain. Ia bekerja dengan kerendahan hati, ketulusan, serta kejujuran. Untuk itulah ia

pantas menjadi seorang tokoh inspiratif bagi politikus-politikus di Indonesia

khususnya pada masa sekarang ini.

Dewasa ini banyak sekali tindakan-tindakan kurang terpuji yang dilakukan

oleh elit politik. Perlombaan untuk mendahulukan kepentingan pribadi atau

golongan dengan mengabaikan kepentingan umum atau kepentingan bersama,

korupsi yang menggerogoti hampir semua elemen politik, serta berbagai perilaku

tidak pantas lainnya yang didukung oleh kekuasaan politik tidak jarang

mengundang sinisme yang pada gilirannya membuat politik dipandang rendah

seakan-akan hanya layak bagi manusia tidak bermoral.1

Saat ini politik di Indonesia juga cenderung diikuti dengan semangat

perlombaan penguatan identitas komunal. Tuntutan untuk mendapatkan

pengakuan diri dan identitas kelompok menjadi sangat kuat. Asas partai politik

mulai dipersoalkan. Pancasila yang sebelumnya dijadikan asas setiap partai politik

1 Mikhael Dua, dkk, Politik Katolik Politik Kebaikan Bersama, Jakarta :Obor, 2008, hlm. 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

59

cenderung digugat. Tidak heran, gesekan dan konflik sosial sering terjadi dan

hampir tidak terhindarkan. Ruang kemerdekaan yang diciptakan oleh revolusi

diisi dengan persaingan politik yang tidak jarang menimbulkan konflik sosial.

Sebagian elemen bangsa sibuk dengan upaya penguatan komunal, bukannya

menggunakan kesempatannya untuk mendorong bangsa ini ke suatu masa depan

yang lebih baik. Akibatnya, mereka yang tidak lagi merasa aman berada dalam

ruang publik berlari masuk ke dalam kelompoknya sendiri dan ikut memperkuat

diri sehingga tercipta berbagai kelompok yang saling berhadapan secara

konfrontatif. Yang menyedihkan, tidak jarang agama dijadikan tameng penguatan

diri.2 Hal semacam itu tentunya sangat jauh dari sikap yang harusnya dilakukan

oleh masyarakat Indonesia, yaitu toleransi dan sikap saling menghargai. Padahal

untuk menjalankan sistem politik yang baik seharusnya diikuti dengan kesadaran

dan kearifan untuk menerima pluralisme. Oleh karena itu, seharusnya pluralisme

disadari sebagai sebuah kunci untuk mencapai suatu masyarakat yang demokratis.

Bahkan dalam semangat kebersamaan sebagai bangsa, kesadaran akan

kemajemukan seharusnya diikuti dengan semangat membangun kerjasama yang

saling menguntungkan. Sayangnya, yang terjadi adalah sebaliknya. Selalu saja ada

kelompok yang merasa tidak nyaman dan bahkan tidak rela hidup berdampingan

dengan mereka yang berbeda.3

Dari sikap dan tingkah laku seorang politikus akan mudah terlihat apakah

dia seorang oportunis ataukah seorang politikus konsekuen dan berkepribadian.

Seorang politikus oportunis akan memakai politik untuk kepentingan dirinya

2 Ibid., hlm. 15.

3 Ibid., hlm. 16.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

60

seperti memperkaya diri atau memperoleh kekuasaan. Dia tidak akan malu

mengubah pendirian politiknya sejauh itu menguntungkan dirinya. Berbeda

dengan itu, seorang politikus yang berkepribadian biasanya berpolitik untuk suatu

idealisme atau cita-cita tertentu yang diyakininya berguna bagi masyarakat

banyak. Oleh karena itu ia akan terus berjuang guna mencapai cita-cita itu, dan

tidak mungkin akan mengubah pendirian politiknya di dalam suasana politik yang

sebagaimanapun kalau seandainya ia menganggap hal itu bertentangan dengan

idealisme yang mendasari perjuangan politiknya.4

I.J. Kasimo adalah seorang politikus yang berkepribadian. Ia selalu

mendahulukan kepentingan orang banyak dibanding kepentingan dirinya sendiri.

Ia adalah seorang nasionalis sejati yang memilih terjun ke dunia politik untuk

mencapai cita-citanya. Salus populi suprema lex (Kesejahteraan Umum adalah

hukum yang tertinggi) adalah azas perjuangan politik yang utama bagi I.J.

Kasimo. Ia mengartikan Salus Populi sebagai tiga prinsip yang menjadi tujuan

perjuangan, yaitu keadilan bagi setiap warga negara, demokrasi sebagai sarana

dan tujuan perwujudan kehendak rakyat, dan kesejahteraan bangsa yang

diwujudkan dalam kemakmuran rakyat yang terlepas dari belenggu kemiskinan

dan kebodohan, keadilan, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat. Azas ini

memberikan dorongan dan insiprasi kepadanya untuk menerjunkan diri dalam

perjuangan politik. Ia percaya bahwa kekatolikan seorang Katolik dibangun tidak

dengan membangun diri sendiri, melainkan dengan membangun sesama, dengan

menjadikan nasib dan masa depan sesama sebagai bagian dari nasib dan masa

4Tim Wartawan Kompas, I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya, Jakarta : PT. Gramedia, 1980,

hlm. 164.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

61

depannya sendiri.5 Ia tidak ingin menjadi penonton pasif yang hanya menunggu

kebaikan yang diberikan oleh pihak penguasa. Terdapat suatu keyakinan kuat

untuk ikut mencerdaskan dan memajukan bangsa melalui politik.

Pertama-tama I.J. Kasimo ingin memperjuangkan tempat yang wajar bagi

umat Katolik sebagai kelompok minoritas di Indonesia. Pada zaman penjajahan

Belanda umat Katolik pribumi dianggap sebagai sekolompok orang yang pro

terhadap Belanda. Untuk itulah, ia bersama teman-teman bekas murid

kweekschool6 Muntilan memutuskan untuk mendirikan partai Katolik khusus

untuk golongan Katolik pribumi. I.J. Kasimo beranggapan bahwa jalan satu-

satunya untuk mendapatkan kepercayaan terhadap masyarakat Indonesia adalah

turut berjuang melalui partai Katolik. Memang pada saat itu sudah ada partai lain

seperti Indische Partij, Sarekat Islam dan Boedi Oetomo. Namun ia merasakan

adanya suatu kekurangan yang tidak dapat dipenuhi oleh partai-partai tersebut. Ia

pernah mengatakan bahwa :

“Sebab meskipun kita dengan partai-partai nasional itu mempunyai banyak

kepentingan-kepentingan nasional bersama, namun disana kita merasa

kekurangan banyak satu hal sangat penting, yaitu perhatian terhadap soal

agama Katolik di bidang politik. Memang sewajarnya bahwa suatu partai

netral tidak dapat memperhatikan kepentingan-kepentingan agama, dan

berdasarkan asas netralnya malahan tidak boleh berbuat demikian. Lain

dari pada itu meskipun tujuan-tujuan nasional golongan Katolik bangsa

kita sama dengan tujuan-tujuan partai netral, namun penentuan syarat-

syarat untuk mencapai tujuan tersebut dapat berlainan sekali karena azas

dan keyakinan berlainan”7

Dari ungkapan I.J. Kasimo , ia menyadari jika bergabung dengan partai-

partai tersebut, ia tidak bisa berjuang untuk membuktikan bahwa agama Katolik

5 Mikhael Dua, dkk, op.cit., hlm. 11.

6 Kweekschool adalah salah satu jenjang resmi untuk menjadi guru pada zaman Hindia Belanda

dengan bahasa pengantar bahasa Belanda. 7 Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 24.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

62

adalah agama yang nasionalis. Dalam partai-partai tersebut, masih timbul banyak

kecurigaan terhadap agama Katolik. Golongan Katolik dinggap sebagai golongan

yang mendukung pemerintahan Belanda di Indonesia. Untuk itu ia mempunyai

tekad untuk mendirikan partai khusus untuk golongan Katolik.

Kesetiaan I.J. Kasimo terhadap kaum pribumi semakin terbukti saat ia

tidak mau bergabung dengan IKP ( Indische Katholieke Partij). IKP adalah partai

Katolik yang dimiliki oleh orang Belanda. Jika ia hanya ingin memperkuat

identitas agama Katolik, maka tentu saja ia memilih bergabung dengan IKP.

Tetapi ia ingin mendirikan partai Katolik khusus golongan pribumi. Tujuannya

adalah agar masyararakat Indonesia percaya bahwa golongan Katolik pribumi

sangat berbeda dengan pemerintah Belanda. Golongan Katolik pribumi

sebenarnya adalah golongan yang menginginkan kesejahteraan bagi Indonesia.

Sebaliknya pemerintahan Belanda hanya ingin meraih keuntungan dengan

menindas kaum pribumi.

Kecintaan I.J. Kasimo kepada tanah air kembali dibuktikan melalui dunia

politik ketika ia berhasil membentuk partai khusus untuk golongan Katolik

pribumi di Yogyakarta pada tahun 1923. Dari keberhasilan I.J. Kasimo tersebut,

partai Katolik untuk kaum pribumi secara resmi sudah terbentuk. Di dalam

pemerintahan Belanda, partai ini dikenal dengan nama Katholieke Vereeniging

Voor Politieke Actie Afdeling Khatolieke Javanen. Tetapi karena I.J. Kasimo ingin

membuktikan bahwa partai yang baru dibentuknya ini adalah partai khusus untuk

golongan Katolik pribumi, maka nama partai menggunakan nama Jawa, yaitu

Pakempalan Politik Katholik Djawi (PPKD). Dalam kepengurusannya, PPKD

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

63

terdiri dari tiga orang, mula-mula F.S Haryadi sebagai ketua, I.J. Kasimo sebagai

sekretaris, dan R.M. Yakob Sujadi sebagai bendahara. Namun setelah setahun

kemudian yaitu pada 1924, I.J. Kasimo menjabat sebagai ketua PPKD.8

Upaya I.J. Kasimo untuk mendapatkan kepercayaan dari kaum pribumi

mulai mebuahkan hasil. Seiring dikenalnya PPKD oleh kaum pribumi, golongan

Katolik mulai mendapatkan kepercayaan dari kaum pribumi. Tetapi hal tersebut

tidak membuatnya berpuas diri. Ia masih harus berjuang agar masyarakat

Indonesia mendapatkan kesejahteraan yang selama ini dirampas oleh pemerintah

Belanda. Usahanya kembali dimulai ketika ia diangkat menjadi anggota

Voolksraad9 pada tahun 1931.

10 Sebagai anggota Voolksraad, ia dikenal sebagai

politikus yang sangat berani dalam menentang penjajahan Belanda yang memang

sangat merugikan rakyat. Dalam sidang Voolksraad, tidak segan-segan ia

berpidato yang langsung mengarah mengenai kemerdekaan Indonesia.

Sebagai anggota Voolksraad, I.J. Kasimo juga sangat peduli terhadap

kehidupan kaum pribumi yang banyak dirugikan oleh pemerintah Belanda. Di

bidang pertanian Ia selalu memperjuangkan agar setiap peraturan baru yang

dikeluarkan tidak merugikan kepentingan para petani. Seperti misalnya ketika

dalam tahun 1933 pemerintah bermaksud mengeluarkan peraturan baru dibidang

impor beras, maka I.J. Kasimo mendesak agar diambil langkah-langkah yang

melindungi harga beras dalam negeri, sehingga dengan demikian penghasilan

8 Tashadi, dkk, Tokoh-Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan, Jakarta : Dedikbud. 1993, hlm. 193.

9 Voolksraad adalahdewan perwakilan rakyat Hindia Belanda yang diprakarsai oleh Gubernur

Jendral J.P. van Limburg Stirum bersama dengan Menteri urusan Koloni Belanda; Thomas Bastian

Pleyte. 10

Anhar Gonggong, “Kasimo Layak Jadi Pahlawan Nasional”, Hidup. 9 November 2008, hlm. 6.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

64

petani tidak dirugikan.11

Sementara itu dibidang pendidikan ia mengkritik sistem

pendidikan yang berlaku pada saat itu. Sistem pendidikan pada sat itu bertujuan

untuk menghasilkan tenaga-tenaga pribumi bagi pemerintah dan perusahaan asing.

Hal ini dimaksudkan agar jumlah tenaga impor yang sangat mahal dapat dibatasi

dengan adanya tenaga pribumi yang murah. I.J. Kasimo sangat menentang hal ini

karena menurutnya sistem pendidikan yang demikian adalah hal yang salah.

Misalnya saja sistem pendidikan seperti itu menyebabkan anak-anak golongan

menengah yang sudah menyelesaikan pendidikan harus bekerja pada pemerintah

atau perusahaan Belanda dengan gaji yang lebih rendah dari pada meneruskan

usaha orangtuanya. Menurut I.J. Kasimo, sistem pendidikan di sekolah-sekolah

seharusnya lebih ditujukan untuk memberikan pendidikan kepada murid-murid,

bukannya mempersiapkan mereka untuk pekerjaan tertentu saja. Dengan begitu

pendidikan akan membantu perkembangan penduduk di bidang kebudayaan,

sosial, dan ekonomi.12

Hal-hal tersebut membuktikan bahwa sebagai politikus

yang beragama Katolik, I.J. Kasimo tidak hanya memperjuangkan golongan

Katolik agar diterima dalam masyarakat pribumi melainkan ia berjuang dengan

sepenuh hati untuk menyejahterakan kaum pribumi yang tidak lain bukan terdiri

dari golongan Katolik saja.

Upaya I.J. Kasimo untuk memperjuangkan kemerdekaan dan

memperjuangkan agar golongan Katolik mendapat kepercayaan dari kaum

pribumi kembali berlanjut tepatnya pada 1936. Pada saat itu ia memperlihatkan

sikap yang memihak perjuangan kaum nasionalis karena turut mendukung petisi

11

Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 40. 12

Ibid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

65

Soetardjo yang menuntut otonomi bagi Indonesia.13

Meskipun akhirnya Petisi

Soetardjo gagal, tetapi usaha I.J. Kasimo dengan turut mengumpulkan dukungan

dari berbagai pihak sangat dihargai oleh tokoh-tokoh nasionalis lainnya. Sebagai

politikus yang mulai mendapatkan kepercayaan dari tokoh-tokoh nasional lainnya,

ia bersama PPKD/PPKI bersama partai nasionalis lainnya mendirikan GAPI

(Gabungan Politik Indonesia) bersama PSII, PII, Gerindo, Pasundan, dan

Persatuan Minahasa. Saat bergabung dengan GAPI ia mulai akrab dengan tokoh

nasional non Katolik seperti Mohammad Hoesni Thamrin. Setelah berjuang

selama hampir 20 tahun, akhirnya I.J. Kasimo berhasil mendapatkan kepercayaan

dari tokoh-tokoh nasional lainnya. PPKI diterima sebagai partai nasional dan

sederajat dengan partai-partai politik lainnya.

Sebagai seorang politikus, hidup I.J. Kasimo secara keseluruhan dapat

dikatakan berhasil. Ia berhasil , dalam arti bahwa usaha dan jerih payahnya

membawa hasil yang baik. Cita-citanya untuk membuktikan bahwa golongan

Katolik Indonesia adalah golongan yang sepenuhnya menginginkan kemerdekaan

Indonesia sudah tercapai. Berkat usahanya, golongan Katolik tidak dianggap lagi

sebagai golongan yang pro Belanda. Mereka sudah dianggap sebagai warga

negara penuh yang mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama seperti

warga negara Indonesia lainnya. Selain itu ia juga berhasil mempertahankan

citranya sebagai seorang politikus yang jujur. Ia tidak pernah memakan uang

rakyat demi kepentingan pribadinya. I.J. Kasimo juga tidak mendirikan partai

Katolik untuk mencari kedudukan. Baginya, kegiatan politik memang tidak untuk

13

Asvi Warman Adam, Bung Karno & kemeja Arrow, Jakarta: Kompas. 2012, hlm. 66.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

66

mencari keuntungan pribadi. Menurutnya, kegiatan politik adalah suatu cara untuk

mengabdi rakyat dan mengabdi kepentingan umum. Ketika I.J. kasimo dan

kawan-kawannya mendirikan Pakempalan Politik Katolik Djawi dalam tahun

1923, tujuannya memang untuk membela kepentingan golongan Katolik,

khususnya golongan Katolik Jawa. Tetapi tujuan akhir dari seluruh perjuangan

politiknya adalah mengabdi kepentingan umum. Ia percaya bahwa kegiatan politik

merupakan suatu bentuk merasul. Melalui politik orang pun dapat berbuat banyak

bagi kepentingan umum.14

Untuk itulah ia patut menjadi panutan bagi politikus-politikus di

Indonesia karena ia adalah seorang politikus yang nasionalis. Memang pertama-

tama ia mencari keadilan dengan memperjuangkan hak kaum Katolik, dan setelah

itu ia mampu membuktikan bahwa kaum Katolik adalah kaum yang 100% pro

terhadap Indonesia. Baru setelah itu ia turut berjuang bersama-sama dengan

partai-partai non Katolik ataupun tokoh-tokoh non Katolik untuk mencapai

kesejahteraan bersama, bukannya malah memperkuat identitas agamanya sendiri.

Tidaklah mengherankan kalau dia dianggap sebagai pemimpin serta pengembang

nasionalisme oleh masyarakat Indonesia.

Tokoh-tokoh politik pada saat ini seharusnya mencontoh bagaimana

perjuangan I.J. Kasimo dalam mewujudkan nasionalismenya melalui dunia

politik. Ia mengajarkan politik yang jujur, konsekuen, dan politik yang

bermartabat. Ia juga sangat berani dalam menentang kebijakan-kebijakan yang

menurutnya merugikan rakyat kecil. Ia lebih mendahulukan kepentingan bersama

14

Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 107.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

67

dari pada kepentingan pribadi. Tokoh ini tidak mengenal kata mayoritas dan

minoritas saat berpolitik. Ia menganggap masyarakat Indonesia itu sama,

masyarakat Indonesia itu satu. I.J. Kasimo juga mengajarkan bahwa jika masuk

dalam dunia politik, maka cita-cita terpenting yang harus dicapai adalah kemajuan

bagi seluruh rakyat Indonesia, bukannya kemajuan dalam satu golongan saja.

B. Sumbangan pemikiran I.J. Kasimo bagi Umat Katolik di Indonesia

Mungkin tidak ada yang menyangka bahwa seorang anak dari latar

belakang agama Islam dan dari keluarga yang biasa kelak bisa menjadi seorang

yang sangat berjasa bagi umat Katolik di Indonesia. Itulah I.J. Kasimo, seorang

tokoh pergerakan nasional yang sangat dikenang oleh umat Katolik. Ia adalah

seorang nasionalis yang sangat hebat. Ia selalu membela rakyat kecil yang

tertindas tanpa membedakan suatu golongan apapun. Atas jasa-jasanya, umat

Katolik mendapatkan tempat setara di kalangan masyarakat Indonesia sampai saat

ini.

Dalam sambutan peringatan 40 tahun partai Katolik, ia pernah

mengungkapkan,

“Betul kita umat Katolik di tanah ini merupakan golongan kecil saja.

Tetapi dengan asas-asas katolik yang kita sadari serta kita yakini sebagai

asas-asas yang benar-benar dapat merupakan dasar kokoh bagi segala

usaha dan kegiatan ke arah lekas tercapainya masyarakat adil dan makmur,

kita tetap mempunyai panggilan. Janganlah kita hendaknya mengingkari

panggilan suci ini.”15

Ungkapan dari I.J. Kasimo jelas menunjukkan bahwa sebagai kaum

peribumi, umat Katolik tidak boleh takut untuk turut memperjuangkan

kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia meskipun golongan Katolik adalah

15

Ibid., hlm. 13.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

68

golongan yang minoritas. Golongan Katolik harus yakin bahwa asas-asas Katolik

adalah asas-asas yang tidak bertentangan dengan tujuan seluruh rakyat Indonesia,

yaitu kemerdekaan. Maka dari itu, I.J. Kasimo mengajak umat Katolik untuk turut

berjuang demi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur tanpa meninggalkan

ajaran-ajaran Katolik.

I.J. Kasimo mempunyai pedoman sendiri dalam kiprahnya untuk

mengembangkan nasionalisme. Ia adalah seorang tokoh nasionalis yang

berpedoman pada ajaran-ajaran Katolik. Ia mengajarkan kepada umat Katolik agar

menjadi seorang yang nasionalis tanpa meninggalkan ajaran-ajaran Katolik. Selain

itu, ia ingin menggunakan ajaran-ajaran Katolik sebagai roh untuk berkiprah di

tengah masyarakat.16

Atas dasar pedoman tersebut, ia mampu menyelaraskan

ajaran-ajaran kekatolikan dengan perjuangannya untuk mengembangkan

nasionalisme.

Banyak sekali ajaran-ajaran Katolik yang mendoirong I.J. Kasimo untuk

mengembangkan nasionalismenya bagi bangsa Indonesia. . Salah satunya adalah

nilai kerasulan yang menjadi salah satu pedomannya untuk mengembangkan

nasionalisme. Secara garis besar nilai-nilai kerasulan yang dipahaminya adalah

nilai-nilai humanisme. Nilai humanisme berarti semua manusia memiliki

kedudukan yang sama di mata Tuhan. Maka dari itu diharuskan setiap bangsa

menghormati martabat bangsa lain, sehingga ia tidak setuju dengan perjuangan

nasionalisme yang revolusioner dan radikal. Ajaran mengenai nilai humanisme

telah diaktualisasikan oleh I.J. Kasimo saat terjadi dua aliran pendapat mengenai

16

Greg Soetomo, “Katolik yang Tidak Minder”. Hidup, 27 November 2011, hlm.11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

69

bagaimana cara meraih kemerdekaan. Kelompok pertama menginginkan

kemerdekaan dicapai melalui aksi dan revolusi. Kelompok ini terdiri dari Ir.

Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutan Sjahrir, Mr. Achmad Soebardjo, Mr. Ali

Sastroamidjojo, dan lain sebagainya. Sedangkan kelompok kedua menginginkan

kemerdekaan diraih dengan jalan evolusi. Yaitu dengan jalan mengadakan

perombakan di bidang ketatanegaraan, politik, ekonomi dan sosial melalui cara-

cara yang tidak bertentangan dengan hukum. I.J. Kasimo, dr. Sam Ratulangi,

Mohammad Hoesni Thamrin, Soetardjo Kartohadikusumo, Mr. Soesanto

Tirtoprodjo, Soekardjo Wirjopranoto dan Wurjaningrat tergolong dalam

kelompok pemimpin yang moderat ini.17

I.J. Kasimo memilih jalan evolusi karena

terpengaruh dari ajaran-ajaran Katolik tentang nilai humanisme. Ia lebih

mengutamakan cinta kasih dan persaudaraan antara semua bangsa. Ia menganggap

perang hanyalah sapu dendam.

Dalam perjuangan I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya, ia

selalu mengingat tentang perintah keempat dari Sepuluh Perintah Tuhan dalam

arti luas. “Hormati ayah-ibumu” tidak hanya berarti hormat dan cinta kepada

orang tua saja, melainkan juga cinta dan hormat kepada nusa dan bangsa. Hal ini

mengundang kewajiban antara lain kewajiban untuk bekerja bagi tercapainya

kehormatan dan keagungan tanah air. Semuanya itu mempunyai arti untuk

membebaskan tanah air dari belenggu penjajahan. Dalam hal ini, selain hormat

kepada kepada ayah dan ibu yang telah membesarkan I.J. Kasimo, ia juga sadar

bahwa Indonesia adalah suatu tempat dimana ia tinggal. Jika tempat kelahirannya

17

Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 35.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

70

diusik, maka ia juga harus berjuang agar di tanah kelahirannya ini ia beserta

seluruh rakyat Indonesia dapat hidup tentram. Rasa cinta dan hormat pada tanah

air tentu saja sudah dilakukan oleh I.J. Kasimo lewat perjuangan-perjuangannya

dalam mengembangkan nasionalisme. Seperti pada saat Jepang menguasai

Indonesia pada 1942.18

Ia dipenjara karena dituduh sebagai orang yang pro kepada

Belanda dan dapat membahayakan kelangsungan misi Jepang di Indonesia.

Setelah bebas dari penjara ia tetap berfikir bagaimana caranya agar dapat berjuang

untuk Indonesia. Ia tidak pernah takut kepada Jepang walaupun pada saat itu

Jepang dikenal sangat kejam pada agama Kristiani. Perasaan takut itu hilang

karena kecintaannya pada tanah air. Maka dari itu ia tetap mengabdi kepada

negara dengan mencurahkan seluruh tenaga dan waktunya dibidang pertanian.

Semuanya itu ia lakukan demi mensejahterakan kaum pribumi.

Selain itu, banyak sekali ajaran-ajaran yang diberikan oleh pastor van Lith

kepada I.J. Kasimo untuk menjadi seorang Katolik yang nasionalis. Pastor van

Lith memang dikenal sebagai pastor yang membela kaum pribumi dari penindasan

bangsa Belanda, padahal ia sendiri adalah seorang Belanda. Pastor van Lith

menyadari perasaan tertindas yang dirasakan oleh I.J. Kasimo beserta kaum

pribumi lainnya dan sangat memaklumi perasaan cinta kepada tanah air yang

dimiliki mereka. Berkat ajaran dari pastor van Lith, I.J. Kasimo sebagai seorang

Katolik bisa menjadi pribadi yang mempunyai sikap perikemanusiaan,

kerakyatan, kesederhanaan, kejujuran dan keberanian, serta toleransi terhadap

golongan lain yang bukan Katolik. Sifat-sifat yang dimiliki I.J. kasimo tersebut,

18

Sartono Kartodirdjo, Sejarah Nasional Jilid VI, Jakarta: Depdikbud, 1975, hlm. 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

71

ternyata membawa pengaruh besar bagi agama Katolik. Agama Katolik sudah

dianggap sebagai agama yang nasionalis. Selain itu, berkat kegigihannya, orang-

orang Katolik mulai masuk pada jabatan-jabatan di pemerintahan.

I.J. Kasimo juga seorang tokoh nasionalis yang patut diteladani oleh umat

Katolik karena ia bisa menyeimbangkan antara kegiatan berpolitik dan kegiatan

menggereja. Kesibukannya dalam berpolitik tidak membuatnya lupa untuk

menjalankan kewajibannya sebagai seorang Katolik yang taat. Ia mempunyai

kebiasaan untuk menghadiri misa kudus setiap hari. Suatu kebiasaan yang

dimulainya sejak ia bersekolah di Muntilan. Ia biasa berjalan kaki dari rumahnya

di Jalan Gresik ke gereja Santa Theresia. Ketika masih tinggal di Surakarta ia juga

sangat rajin untuk beribadah di gereja Purbayan walaupun ia harus berjalan sejauh

3 kilometer dari rumahnya. Dahulu ketika masih ada kebiasaan untuk

membagikan komuni suci sebelum misa untuk mereka yang terburu-buru, I.J.

Kasimo biasa menerima komuni sebelum misa.19

Dengan kegiatan menggereja

itulah ia dapat menimba kekuatan untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang

politikus.

I.J. Kasimo memang salah satu tokoh nasional yang patut menjadi teladan

bagi umat Katolik di Indonesia. Ia mengajarkan kepada umat Katolik di Indonesia

untuk lebih memahami dan memaknai ajaran-ajaran Katolik dengan baik. Bukan

hanya memahami dan memaknai saja, melalui ajaran Katolik ia mengajarkan

bahwa ajaran-ajaran Katolik harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, ia mengajarkan kepada umat Katolik sebagai umat yang minoritas

19

Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 108.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

72

untuk turut serta mengembangkan negara Indonesia agar menjadi bangsa yang

kokoh walaupun terdapat berbagai perbedaan di dalamnya. Setiap orang Katolik

dalam status atau profesi apapun harus mengambil bagian dalam perjuangan untuk

mengembangkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia20

. Ia juga

mengajarkan kepada umat Katolik agar menjadi seorang Katolik yang nasionalis.

Walaupun agama Katolik adalah agama yang minoritas di Indonesia, tetapi umat

Katolik harus terus berjuang demi kepentingan bersama tanpa memandang suku

ataupun golongan.

C. Sumbangan Pemikiran I.J. Kasimo bagi Keberagaman Agama di

Indonesia

I.J. Kasimo adalah seorang tokoh pergerakan yang patut menjadi teladan

bagi keberagaman agama yang ada di Indonesia jika melihat situasi di Indonesia

saat ini. Saat ini di Indonesia sering terjadi konflik yang diakibatkan oleh

kesalahpahaman di antara agama-agama yang ada di Indonesia. Jika dipahami

dengan baik, agama memang menjadi alat persatuan untuk membangun suatu

negara. Tetapi tidak sedikit orang malah menjadikan agama sebagai pemicu

konflik di dalam masyarakat Indonesia. Mereka berlomba-lomba untuk

menguatkan identitas agama mereka masing-masing. Wacana dominan dan non

dominan serta mayoritas dan minoritas pun semakin memperuncing terjadinya

konflik.

Mereka ingin menunjukkan bahwa agama yang mereka anut adalah

agama yang paling suci dengan cara yang salah. Tidak segan-segan agama yang

20

Benny Sabdo, Kiprah Tokoh Katolik Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

73

satu membuat kebohongan terhadap agama yang lain. Mereka sampai lupa bahwa

keberagaman agama yang ada di Indonesia itu sebenarnya bertujuan untuk

membangun bangsa yang hebat, bukannya berlomba-lomba untuk mendapat

pengakuan bahwa agama merekalah yang paling hebat. Mereka tidak sadar bahwa

apa yang mereka lakukan sebenarnya tidak bisa membuat bangsa Indonesia

menjadi semakin maju, tetapi sebaliknya hal itu membuat Indonesia akan semakin

hancur karena tidak adanya persatuan yang selama ini dicita-citakan oleh I.J.

Kasimo serta tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya.

Dari persoalan-persoalan yang didasari oleh agama tersebut, sebaiknya

masyarakat Indonesia belajar dari I.J. Kasimo. Ia adalah seorang tokoh nasionalis

yang mempunyai komitmen kemanusiaan tanpa mempersoalkan agama. Hal itu

terbukti ketika pada 1921 ia diangkat sebagai pegawai gubernemen di Merbuh

yang terletak di kabupaten Kendal, di sebelah barat kota Semarang.. Di dalam

perkebunan yang sangat luas ini ia bersama mandor-mandor lain dari bangsa

Belanda bertugas mengawasi buruh-buruh yang menyadap karet.21

Sebagai

mandor, ia tidak pernah menabur kebencian mengenai agama yang dianut oleh

buruh tersebut, padahal saat itu banyak kecurigaan dari kaum pribumi kepada

golongan Katolik. Kaum pribumi menganggap golongan Katolik adalah golongan

yang mendukung penuh pemerintahan Belanda di Indonesia. I.J. Kasimo tetap

bersikap baik walaupun terdapat perbedaan agama antara ia dan buruh-buruh

penyadap karet. Dengan sifatnya yang seperti itu, ia mempunyai hubungan yang

sangat erat dengan para buruh penyadap karet. Bahkan sewaktu ada buruh yang

21

Ibid.,hlm. 19.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

74

dipecat, ia tetap menerima buruh tersebut dan dipekerjakan di bagian lain. Padahal

peraturan pada saat itu melarangnya untuk melakukan hal tersebut. Akibatnya I.J.

Kasimo dipanggil oleh pemimpin tertinggi perkebunan. Ia dimaki-maki, dituduh

merusak ketertiban umum dan dituduh merusak suasana kerja. Akhirnya ia dipecat

oleh pemimpin tertinggi perkebunan tersebut. Ia rela kehilangan jabatannya hanya

demi seorang buruh. Ia rela membela kaum kecil karena alasan kemanusiaan. Ia

menolong rakyat kecil tanpa memandang latar belakang agamanya. Yang ia

pikirkan hanyalah menolong semua kaum pribumi tanpa kecuali.

I.J. Kasimo adalah salah satu tokoh Katolik yang dikenal mempunyai

nasionalisme yang tinggi. Pada saat penjajahan Belanda, tidak henti-hentinya ia

ingin membuktikan kepada masyarakat Indonesia bahwa agama Katolik adalah

agama yang nasionalis. Jika ia tidak mempunyai rasa nasionalis dan hanya ingin

menguatkan identitas agama Katolik, bisa saja ia menggabungkan diri dengan IKP

yang dibentuk oleh Belanda. IKP adalah partai Katolik yang dimiliki oleh

Belanda. Tetapi karena pendiriannya, ia tetap ingin membuktikan bahwa agama

Katolik adalah agama yang nasionalis. Agama Katolik ingin ikut berjuang demi

terciptanya kesejahteraan rakyat di Indonesia. Perjuangannya pun tidak sia-sia

karena ia bisa mendirikan partai khusus untuk golongan Katolik. Melalui partai

tersebut, ia berjuang bersama kelompok lain yang bukan berasal dari agama

Katolik. Lambat laun agama Katolik sudah dianggap sebagai agama yang

nasionalis karena bukti perjuangan yang nyata dari I.J. Kasimo untuk

mengembangkan nasionalismenya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

75

Ia adalah salah satu tokoh yang menginspirasi masyarakat Indonesia agar

bisa menghormati hak-hak semua agama yang ada di Indonesia. Ia selalu

membela kepentingan pribumi tanpa kecuali. Ia membela semua kaum pribumi,

termasuk membela kaum pribumi mayoritas padahal ia adalah kaum minoritas

jika dilihat dari segi agama. Ia dikenal sebagai tokoh yang bisa menerima semua

kalangan, tidak memandang latar belakang sosial ataupun agama. Ia tidak pernah

alergi pada perbedaan, baginya perbedaan justru bisa menjadi rahmat untuk

membangun negeri ini.22

I.J. Kasimo juga dikenal sebagai simbol minoritas yang percaya diri.

Dalam banyak hal, ia maju ke depan sebagai orang Katolik. Ia tidak pernah

menutup-nutupi kekatolikannya. Sejak berumur 23 tahun, ia berjuang tanpa ragu-

ragu menggunakan bendera Katolik. Kekatolikannya tidak pernah menjadi

penghambat baginya untuk berperan secara luas. Tetapi dengan menggunakan

ajaran-ajaran katolik, ia menyuarakan cita-cita yang universal. Dengan demikian,

dalam perjuangannya ia tidak bisa dikatakan minoritas. Perjuangannya yang

universal ini membawanya melintasi berbagai golongan dan agama. Inti

perjuangannya adalah mewujudkan hak-hak asasi manusia untuk merdeka dari

segala bentuk penjajahan dan penindasan.23

Perjuangan I.J. Kasimo tersebut tentunya sangat berbanding terbalik

dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang yang ingin memperkuat identitas

agamanya dengan cara yang salah. Mereka hanya ingin menghakimi dan mencari

kesalahan agama lain tanpa memikirkan pentingnya nasionalisme bagi

22

Tom Saptaatmaja, “ Belajar dari Kasimo dan Gus Dur”, Hidup, 27 November 2011, hlm.19. 23

Greg Soetomo, “Minoritas yang Percaya Diri”, Hidup, 9 November 2008, hlm. 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

76

kelangsungan hidup di Indonesia. Untuk itulah I.J. Kasimo patut menjadi teladan

oleh masyarakat Indonesia. Bukannya mencari kesalahan agama lain, tetapi ia

berusaha membuktikan bahwa agama yang ia anut adalah agama yang nasionalis

tanpa memandang rendah agama lain. Apa yang dilakukan I.J. kasimo tersebut

seharusnya menjadi contoh yang baik bagi kehidupan beragama di Indonesia.

Masyarakat Indonesia harus membuktikan bahwa agama yang mereka anut adalah

agama yang nasionalis tanpa memandang rendah agama lain dan siap bekerjasama

dengan agama lain untuk mewujudkan negara Indonesia menjadi negara yang

hebat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

77

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dari bab II sampai bab IV, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Sejak memutuskan untuk mengembangkan nasionalisme, I.J. Kasimo

bertekad untuk memperjuangkan nasib kaum pribumi agar mendapat

kehidupan yang layak di tanah airnya sendiri. Perilaku dan sifat I.J. Kasimo

terbentuk karena pengalaman masa kecilnya yang penuh dengan ketidak

adilan. Ia dibesarkan pada saat sistem feodalisme dan kolonialisme yang

menggerogoti hampir seluruh lapisan masyarakat. Sistem feodalisme dan

kolonialisme inilah yang nantinya menjadi salah satu alasannya untuk

mengembangkan nasionalisme. Tumbuhnya rasa nasionalisme dalam diri I.J.

Kasimo tidak luput dari pengaruh Pastor van Lith yang menanamkan rasa

cinta kepada tanah air dan patriotisme ditengah penderitaan yang terjadi

akibat kolonialisme. Selain itu aspek lain yang membentuk dirinya menjadi

seorang nasionalis adalah kegemarannya membaca. Dari kegemaran

membacanya tersebut, ia menemukan buku-buku yang semakin

mematangkan pemikirannya bahwa kesejahteraan rakyat memang hal yang

paling penting bagi kelangsungan hidup di suatu negara.

2. Proses yang dilalui I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya

ditempuh melalui jalur politik. Dalam mengembangkan nasionalismenya

melalui jalur politik, ia memilih jalan yang evolusioner. Ia memilih jalan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

78

evolusi karena pada saat itu Belanda sangat tegas dalam menangani

kelompok-kelompok revolusioner. Ia khawatir jika semua kaum pergerakan

menggunakan cara yang revolusioner , maka akan terjadi kelumpuhan

perjuangan karena akan ditindak tegas oleh Belanda. Oleh karena itu ia

memilih jalan evolusioner dengan cara bekerjasama dengan partai nasionalis

lainnya dan meyakinkan pemerintah Belanda melalui cara-cara yang tidak

bertentangan dengan hukum. Meskipun cara yang ditempuh I.J. Kasimo

melalui jalan evolusioner, namun ia menunjukkan sikap yang sangat radikal

melalui pernyataan-pernyatannya yang dikenal sangat berani.

3. Berkat upaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya, banyak

sekali pemikiran-pemikirannya yang bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat

Indonesia. Ia mengajarkan kepada seluruh masyarakat Indonesia agar

mayarakat Indonesia bisa menghargai perbedaan agama yang ada di

Indonesia. Ia mengajarkan kepada masyarakat Indonesia bahwa perbedaan

yang ada sebenarnya adalah suatu kekuatan yang hebat untuk membangun

negeri ini. Ia juga mengajarkan kepada politikus di Indonesia agar menjadi

politikus yang benar-benar mengorbankan tenaganya untuk rakyat, bukannya

memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi. Ia juga mengajarkan

politikus di Indonesia agar menjadi politikus yang jujur, bermartabat, dan

konsekuen untuk menjalankan tugasnya. Selain itu ia juga mengajarkan

kepada umat katolik agar mampu menyelaraskan ajaran-ajaran Katolik

dengan kegiatan sehari-hari. I.J. Kasimo juga menginspirasi umat katolik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

79

agar menjadi umat yang turut memajukan bangsa Indonesia meskipun

golongan katolik adalah golongan yang minoritas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

80

DAFTAR PUSTAKA

Asvi Warman Adam. 2012. Menyingkap Tirai Sejarah : Bung Karno dan kemeja

Arrow. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Benny Sabdo. 2015. Kiprah Tokoh Katolik Indonesia. Yogyakarta: PT Kanisius.

Dua, Mikhael, dkk. 2008. Politik Katolik Politik Kebaikan Bersama. Jakarta:

Obor.

Haryono, Anton. 2009. Awal Mulanya Adalah Muntilan. Yogyakarta: Kanisius.

Kasimo, I.J. 1949. Peringatan Perdjoangan Politik Khatolik Indonesia. Jakarta:

Dewan PKRI.

Kohn, Hans. 1961. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya. Jakarta: Pustaka Sardjana.

Kuntowijoyo. 2006. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Jilid V.

Jakarta: PN. Balai Pustaka.

--------------------- 1993. Sejarah Nasional Jilid VI. Jakarta : PN. Balai Pustaka.

Pringgodigdo, A. K. 1979. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: P.T.

Dian Rakyat.

Roeslam Abdulghani. 1987. Indonesia Menatap Masa Depan. Jakarta: Pustaka

Merdeka.

Sartono Kartodirjo. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah

Pergerakan nasional Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme. Jakarta:

P.T. Gramedia.

Shafer, Boyd. C. 1955. Nationalism Myth and Reality. New York: A Harvest

Book Harcourt Brace & World Inc.

Siswono Yudohusodo, dkk. Nasionalisme Indonesia dalam Era Globalisasi.

Yogyakarta: Widya Patria.

Suhartono Pranoto.W. 2010. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Thasadi, dkk. 1993. Tokoh-Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan. Jakarta: CV.

Manggala Bhakti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

81

Tim Wartawan Kompas. 1980. I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya. Jakarta:

Gramedia.

Sumber Majalah

Anhar Gonggong. 2008. “Kasimo layak jadi Pahlawan Nasional”. dalam Hidup, 62

(45), 6-7.

Aur, Alexander. 2008. “Perjuangkan Kemerdekaan”. dalam Hidup, 62 (45), 7.

Benny Sabdo. 2011. “Pahlawan Nasional untuk Kasimo”. dalam Hidup, 65 (48), 14.

Soetomo, Greg. 2011. “Katolik yang Tidak Minder”. dalam Hidup, 65 (48), 11.

------------------- 2008. “Minoritas yang Percaya Diri”. Dalam Hidup, 62 (45), 4.

Tom Saptaatmaja. 2011. ““ Belajar dari Kasimo dan Gus Dur”. dalam Hidup, 65 (48), 19.

Sumber Internet

Kolonialisme, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kolonialsime. Diakses 19 Oktober 2016.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

82

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

Foto diri I.J. Kasimo

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Ignatius_Joseph_Kasimo_Hendrowahyono

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

I.J. Kasimo (kanan) saat masa pendidikan di Bogor

Sumber : prioritasnews.com

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

I.J. Kasimo saat berbincang dengan Ir. Soekarno

Sumber : http://www.slideshare.net/giovannipromesso/gereja-dan-politik-belajar-

dari-ij-kasimo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

SILABUS

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Kelas : XI

Kompetensi Inti :

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong kerjasama, toleran, damai), santun, responsif,

dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban

terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat

dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah

secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber Belajar

1.1 Menghayati nilai-

nilai persatuan dan

keinginan bersatu

dalam perjuangan

pergerakan nasional

menuju

kemerdekaan

bangsa sebagai

karunia Tuhan

Yang Maha Esa

terhadap bangsa

dan negera

Indonesia.

2.1 Mengembangkan

nilai dan perilaku

mempertahankan

harga diri bangsa

dengan bercermin

pada kegigihan para

pejuang dalam

menjajah.

3.5 Menganalisis peran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

tokoh-tokoh nasional

dalam perjuangan

menegakkan negara

Indonesia.

4.5. Menulis sejarah

tentang salah satu

tokoh nasional yang

berjuang melawan

penjajahan kolonial

barat.

Tokoh-tokoh

nasional dalam

perjuangannya

menegakkan negara

republik Indonesia

Latar belakang

I.J. Kasimo

mengembangkan

nasionalisme

pada zaman

kolonial

Proses yang

dilalui I.J.

Kasimo dalam

mengembangkan

nasionalisme

pada zaman

kolonial

Sumbangan

pemikiran I.J.

Mengamati :

Membaca buku

teks, browsing

internet dan

berdiskusi dengan

teman di samping

tentang

nasionalisme I.J.

Kasimo pada

zaman kolonial

Menanya:

Tanya jawab,

berdiskusi, dan

memberi komentar

tentang

nasionalisme I.J.

Kasimo pada

zaman kolonial

Mengekspolrasikan

:

Observasi :

Mengamati

kegiatan

peserta didik

dalam proses

mengumpulkan

data, analisis

data dan

pembuatan

laporan tentang

nasionalisme

I.J. Kasimo

pada zaman

kolonial

Portofolio :

Menilai laporan

makalah

peserta didik

tentang

nasionalisme

2 X 45

menit

I Wayan

Badrika. 2006.

Sejarah untuk

SMA kelas XI

Progam

Pengetahuan

Sosial, Jilid 2.

Jakarta :

Erlangga.

Tim Wartawan

Kompas. 1980.

I.J. Kasimo

Hidup dan

Perjuangannya.

Jakarta : PT

Gramedia

Mikhael Dua,

dkk. 2008.

Politik Katolik

Politik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

Kasimo dari

nasionalime

yang dimilikinya

bagi masyarakat

indonesia

Di dalam

kelompok, siswa

mengumpulkan

data lanjutan

terkait dengan

latar belakang,

serta usaha-usaha

I.J. Kasimo

mengembangkan

nasionalisme pada

zaman

kolonialimse,

melalui bacaan

atau internet

Mengasosiasi :

Menganalisis

informasi yang

didapat dari

berbagai sumber

mengenai

I.J. Kasimo

pada zaman

kolonial

Tes Tertulis :

Menilai

kemampuan

peserta didik

dalam

penguasaan

materi tentang

nasionalisme

I.J. Kasimo

pada zaman

kolonial

Kebaikan

Bersama.

Jakarta : Obor

Adam, Asvi

Warman. 2012.

Bung Karno

dan Kemeja

Arrow. Jakarta :

Kompas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

keterkaitan untuk

mendapatkan

kesimpulan

tentang latar

belakang, proses,

serta sumbangan

pemikiran I.J.

Kasimo dari

nasionalisme yang

dimilikinya bagi

masyarakat

Indonesia, melalui

bacaan atau

internet

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA N 2 Yogyakarta

Kelas/ Semester : XI/ 2

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Materi Pokok : Tokoh-Tokoh Nasional

Pertemuan : 1

Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya.

2. Menghayati dan mengamati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli

(gotong royong kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif

dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan

dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta

dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab

fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada

bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan

metode sesuai kaidah keilmuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

1. 1.1 Menghayati nilai-nilai

persatuan dan keinginan

bersatu dalam perjuangan

pergerakan nasional

menuju kemerdekaan

bangsa sebagai karunia

Tuhan Yang Maha Esa

terhadap bangsa dan

negera Indonesia.

1.1.1 Menunjukkan sikap syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa atas

kemerdekaan Indonesia dari tangan

penjajah.

2. 2.1 Mengembangkan nilai

dan perilaku

mempertahankan harga

diri bangsa dengan

bercermin pada kegigihan

para pejuang dalam

melawan penjajah.

2.1.1 Menunjukkan sikap dan perilaku cinta

tanah air dalam kehidupan sehari-

hari.

3. 3.5 Menganalisis peran

tokoh-tokoh nasional

dalam perjuangan

menegakkan negara

Republik Indonesia,

khususnya I.J. Kasimo.

3.5.1 Mendiskripsikan latar belakang I.J.

Kasimo mengembangkan

nasionalisme pada zaman kolonial.

3.5.2 Mendiskripsikan proses yang dilalui

I.J. Kasimo dalam mengembangkan

nasionalisme pada zaman kolonial.

3.5.3 Mendiskripsikan sumbangan

pemikiran I.J. Kasimo dari

nasionalisme yang dimilikinya bagi

masyarakat Indonesia. 4.1 4.1 Menyajikan hasil analisis

tentang peran tokoh-

tokoh nasional dalam

perjuangan menegakkan

negara Republik

Indonesia, khususnya

I.J. Kasimo.

4.1.1 Melaporkan hasil analisis tentang latar

belakang, poses, dan sumbangan

pemikiran I.J. Kasimo dari

nasionalisme yang dimilikinya bagi

masyarakat Indonesia.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi sikap spiritual

a. Menunjukkan sikap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah dengan belajar tekun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

2. Kompetensi Sikap Sosial

b. Menunjukkan sikap perilaku menghargai jasa-jasa pahlawan dalam

melawan penjajah.

c. Menunjukkan sikap tanggungjawab dan peduli di sekolah.

d. Menunjukkan sikap responsif dan proaktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran di kelas.

e. Menunjukkan sikap dan perilaku cinta tanah air dalam kehidupan

sehari-hari.

f. Menunjukkan sikap dan perilaku jujur dan bertanggungjawab dalam

mengerjakan tugas.

3. Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan

Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik dapat :

g. Menjelaskan latar belakang I.J. Kasimo mengembangkan nasionalisme

pada zaman kolonial.

h. Menjelaskan proses yang dilalui I.J. Kasimo dalam mengembangkan

nasionalisme pada zaman kolonial

i. Menjelaskan sumbangan pemikiran I.J. Kasimo bagi masyarakat

Indonesia.

j. Mempresentasikan dan melaporkan latar belakang, proses, dan

sumbangan pemikiran I.J. Kasimo dalam mengembangkan

nasionalismenya bagi masyarakat Indonesia.

D. Materi Ajar

Nasionalisme I.J. Kasimo pada Zaman Kolonial

1. Latar belakang I.J. Kasimo mengembangkan nasionalisme pada zaman

kolonial.

2. Proses yang dilalui I.J. Kasimo dalam mengembangkan

nasionalismenya pada zaman kolonial.

3. Sumbangan pemikiran I.J. Kasimo dari nasionalisme yang dimilikinya

bagi masyarakat Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

E. Metode Pembelajaran

1. Metode Pembelajaran : Observasi, Diskusi, , presentasi, Tanya

Jawab, dan tugas.

2. Pendekatan Pembelajaran : Saintifik

3. Model Pembelajaran : Cooperative Learning

F. Sumber Belajar

Sumber buku

I Wayan Badrika. 2006. Sejarah untuk SMA kelas XI Progam

Pengetahuan Sosial, Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Tim Wartawan Kompas. 1980. I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya.

Jakarta : PT Gramedia.

Mikhael Dua, dkk. 2008. Politik Katolik Politik Kebaikan Bersama.

Jakarta : Obor.

Adam, Asvi Warman. 2012. Bung Karno dan Kemeja Arrow. Jakarta :

Kompas.

G. Media Pembelajaran

Alat : Laptop, LCD

Bahan : Foto-foto perjuangan I.J. Kasimo

H. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Alokasi

Waktu

1. Pendahuluan Guru mengucapkan salam.

Guru mengabsen siswa.

Orientasi : Guru memusatkan perhatian

siswa pada materi yang akan dipelajari

dengan menampilkan slide.

Apersepsi : Guru menanyakan tentang

peristiwa-peristiwa yang terjadi pada

10’

Menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

zaman kolonial.

Motivasi : Guru menyampaikan

mengenai dampak-dampak dari

pahlawan nasional dalam

mengembangkan nasionalismenya bagi

masyarakat Indonesia

Guru menuliskan tujuan pembelajaran.

Guru membagi siswa dalam beberapa

kelompok yang beranggotakan 3-5

siswa.

Guru memberikan bahan diskusi

pembelajaran.

2. Kegiatan Inti A. Mengamati

Siswa membaca teks atau referensi

yang disediakan oleh guru tentang

nasionalisme yang dikembangkan

para pahlawan nasional di Indonesia

Guru menampilkan gambar I.J.

Kasimo

B. Menanya

Guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya

berkaitan dengan nasionalisme I.J.

Kasimo pada zaman kolonial.

C. Mengumpulkan Informasi

Peserta didik dapat mengumpulkan

informasi melalui internet, teks yang

sudah disediakan atau referensi lain

yang relevan tentang nasionalisme I.J.

Kasimo pada zaman kolonial.

70’

Menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

D. Menalar

Peserta didik mendiskusikan tentang

nasionalisme I.J.Kasimo pada zaman

kolonial bersama teman satu

kelompoknya.

Dalam kelompok diskusi, peserta

didik menganalisis, menghubungkan,

dan mengasosiasikan informasi-

informasi yang ditemukan melalui

sumber tertulis atau internet tentang

nasionalisme I.J. Kasimo pada zaman

kolonial.

E. Mengkomunikasikan

Masing-masing kelompok

menyajikan secara lisan hasil analisis

dan kesimpulan tentang nasionalisme

I.J. Kasimo pada zaman kolonial.

Peserta didik yang lain menyimak dan

mencatat informasi dari siswa yang

mengungkapkan jawabannya di depan

kelas.

Peserta didik melaporkan hasil

analisis dan evaluasi dalam bentuk

tulisan yang berisi nasionalisme

I.J.Kasimo pada zaman kolonial.

3. Penutup Guru menyimpulan materi yang

dipelajari hari ini.

Guru mengevaluasi untuk mengukur

ketercapaian tujuan belajar.

10’

Menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

Peserta didik menyampaikan nilai-

nilai yang diperoleh hari ini.

Informasi pembelajaran yang akan

datang.

Mengucapkan salam.

I. Penilaian

A. Sikap Spiritual

1. Teknik penilaian : Non Tes (pengamatan sikap selama proses

Pembelajaran)

2. Bentuk instrumen : Lembar penilaian skala sikap

3. Kisi-kisi :

No Sikap/ nilai Butir Instrumen

1. Bersyukur kepada Tuhan 1

2. Berdoa kepada Tuhan 2

4. Instrumen :

No.

Nama Peserta

Didik

Indikator

Nilai Akhir Bersyukur Kepada

Tuhan (1-4)

Berdoa Sebelum dan

Sesudah Kegiatan

Pembelajaran (1-4)

1. Adam

2. Iwan

3. Arif

4. Aldi

Kisi-kisi indikator sikap spiritual : Bersyukur kepada Tuhan

1. Bersyukur dengan tidak sungguh-sungguh

2. Kadang-kadang bersyukur dengan sungguh-sungguh

3. Sering bersyukur

4. Selalu bersyukur dengan sungguh

Kisi-kisi indikator sikap spiritual: berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran

1. Berdoa tidak sungguh-sungguh

2. Kadang-kadang berdoa dengan sungguh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

3. Sering berdoa

4. Selalu berdoa dengan sungguh-sungguh

Petunjuk Penyekoran :

Peserta didik memperoleh nilai :

A= baik sekali : apabila memperoleh skor 8

B= baik : apabila memperoleh skor 6

C= cukup : apabila memperoleh skor 4

D= kurang : apabila memperoleh skor 2

a. Sikap Sosial

1. Teknik Penilaian: Non Tes (pengamatan sikap selama proses pembelajaran)

2. Bentuk instumen: Lembar penilaian skala sikap

3. Kisi-kisi: Sikap menghargai

No. Sikap/ nilai Butir Instrumen

1. Sikap saling menghormati 1

2. Peduli 2

3. Santun 3

4. Kerja sama 4

5. Instrumen

No. Peserta

Didik

Indikator Jumlah

Skor

Memiliki sikap

saling meng-

hormati (1-4)

Peduli

(1-4)

Santun

(1-4)

Kerja sama

(1-4)

1. Adam

2. Iwan

3. Arif

4. Aldi

Kisi-kisi indikator sikap saling menghormati :

Deskriptor Skor

Tidak saling menghormati 1

Kurang menghormati 2

Cukup menghormati 3

Sangat menghormati 4

Kisi-kisi indikator sikap peduli :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

Deskriptor Skor

Tidak saling peduli 1

Kurang peduli 2

Cukup peduli 3

Sangat peduli 4

Kisi-kisi indikator sikap santun :

Deskriptor Skor

Tidak pernah bersikap/ berperilaku santun 1

Kurang santun dalam bersikap/ berperilaku 2

Cukup santun dalam bersikap/ berperilaku 3

Sangat santun dalam bersikap/ berperilaku 4

Kisi-kisi indikator sikap kerja sama :

Deskriptor Skor

Tidak saling kerja sama 1

Kurang kerja sama 2

Cukup kerja sama 3

Sangat kerja sama 4

Petunjuk Penyekoran :

Peserta didik memperoleh nilai :

A= Baik Sekali : apabila memperoleh skor 16

B= Baik : apabila memperoleh skor 12

C= Cukup : apabila memperoleh skor 8

D= Kurang : apabila memperoleh skor 4

a. Penilaian Sikap Diskusi

1. Teknik : Non tes (pengamatan sikap selama diskusi)

2. Bentuk instrumen : Lembar penilaian skala nilai

3. Kisi-kisi : Sikap selama diskusi

No. Sikap/ nilai Butir Instrumen

1. Keaktifan 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

2. Keseriusan 2

3. Mengemukakan pendapat 3

4. Bertanya 4

4. Instrumen :

No. Nama Indikator Nilai

Akhir Keaktifan Keseriusan Bertanya Mengemukakan

Pendapat

1. Adam

2. Iwan

3. Arif

4. Aldi

Kisi-kisi indikator penilaian sikap diskusi :

4.1 (Keaktifan, mengemukakan pendapat, bertanya)

a. Skor 1 diperoleh siswa bila tidak terlibat dalam kelompok

b. Skor 2 diperoleh siswa bila terlibat dalam kelompok namun tidak memberi

masukan

c. Skor 3 diperoleh siswa bila terlibat dan memberi masukan

d. Skor 4 diperoleh siswa bila berperan aktif dalam kelompok

4.2 (Keseriusan)

a. Skor 1 diperoleh siswa bila tidak serius dalam mengerjakan tugas

b. Skor 2 diperoleh siswa bila siswa cukup serius dalam mengerjakan tugas

c. Skor 3 diperoleh siswa bila siswa serius dalam mengerjakan tugas

d. Skor 4 diperoleh siswa bila siswa sangat serius dalam mengerjakan tugas

Petunjuk Penyekoran:

Peserta didik memperoleh nilai :

A= Baik Sekali : apabila memperoleh skor 16

B= Baik : apabila memperoleh skor 12

C= Cukup : apabila memperoleh skor 8

D= Kurang : apabila memperoleh skor 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

D. Pengetahuan (Kognitif)

1. Teknik Penilaian : Tes

2. Bentuk Instrumen : Lembar tugas

3. Kisi-kisi : Tugas terstruktur

4. Instrumen : Essai

4.1 Apa latar belakang I.J. Kasimo mengembangkan nasionalisme pada zaman

kolonial ?

4.2 Bagaimana proses yang dilalui I.J. Kasimo dalam mengembangkan

nasionalisme pada zaman kolonial ?

4.3 Apa saja sumbangan pemikiran I.J. Kasimo dari nasionalisme yang

dimilikinya bagi masyarakat Indonesia ?

√ Kunci Jawaban

4.1 Sejak memutuskan untuk mengembangkan nasionalisme, I.J. Kasimo

bertekad untuk memperjuangkan nasib kaum pribumi agar mendapat

kehidupan yang layak di tanah airnya sendiri. Perilaku dan sifat I.J.

Kasimo terbentuk karena pengalaman masa kecilnya yang penuh

dengan ketidak adilan. Ia dibesarkan pada saat sistem feodalisme dan

kolonialisme yang menggerogoti hampir seluruh lapisan masyarakat.

Sistem feodalisme dan kolonialisme inilah yang nantinya menjadi

salah satu alasannya untuk mengembangkan nasionalisme.

Tumbuhnya rasa nasionalisme dalam diri I.J. Kasimo tidak luput dari

pengaruh Pastor van Lith yang menanamkan rasa cinta kepada tanah

air dan patriotisme ditengah penderitaan yang terjadi akibat

kolonialisme. Selain itu aspek lain yang membentuk dirinya menjadi

seorang nasionalis adalah kegemarannya membaca. Dari kegemaran

membacanya tersebut, ia menemukan buku-buku yang semakin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

mematangkan pemikirannya bahwa kesejahteraan rakyat memang hal

yang paling penting bagi kelangsungan hidup di suatu negara.

4.2 Proses yang dilalui I.J. Kasimo untuk mengembangkan

nasionalismenya ditempuh melalui jalur politik. Dalam

mengembangkan nasionalismenya melalui jalur politik, ia memilih

jalan yang evolusioner. Ia memilih jalan evolusi karena pada saat itu

Belanda sangat tegas dalam menangani kelompok-kelompok

revolusioner. Ia khawatir jika semua kaum pergerakan menggunakan

cara yang revolusioner , maka akan terjadi kelumpuhan perjuangan

karena akan ditindak tegas oleh Belanda. Oleh karena itu ia memilih

jalan evolusioner dengan cara bekerjasama dengan partai nasionalis

lainnya dan meyakinkan pemerintah Belanda melalui cara-cara yang

tidak bertentangan dengan hukum. Meskipun cara yang ditempuh I.J.

Kasimo melalui jalan evolusioner, namun ia menunjukkan sikap yang

sangat radikal melalui pernyataan-pernyatannya yang dikenal sangat

berani.

4.3 Berkat upaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya,

banyak sekali pemikiran-pemikirannya yang bisa menjadi inspirasi

bagi masyarakat Indonesia. Ia mengajarkan kepada seluruh

masyarakat Indonesia agar mayarakat Indonesia bisa menghargai

perbedaan agama yang ada di Indonesia. Ia mengajarkan kepada

masyarakat Indonesia bahwa perbedaan yang ada sebenarnya adalah

suatu kekuatan yang hebat untuk membangun negeri ini. Ia juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

mengajarkan kepada politikus di Indonesia agar menjadi politikus

yang benar-benar mengorbankan tenaganya untuk rakyat, bukannya

memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi. Ia juga

mengajarkan politikus di Indonesia agar menjadi politikus yang jujur,

bermartabat, dan konsekuen untuk menjalankan tugasnya. Selain itu

ia juga mengajarkan kepada umat katolik agar mampu menyelaraskan

ajaran-ajaran Katolik dengan kegiatan sehari-hari. I.J. Kasimo juga

menginspirasi umat katolik agar menjadi umat yang turut memajukan

bangsa Indonesia meskipun golongan katolik adalah golongan yang

minoritas.

E. Pedoman Penskoran

No. Rambu-rambu skor Skor

1. Jawaban yang lengkap dengan alasan yang tepat 20

2. Jawaban berdasarkan referensi yang relevan dengan

alasan seadanya 15

3. Jawaban kurang lengkap 6

4. Jawaban tidak sesuai dengan soal yang ditanyakan 4

Catatan : Setiap soal, skor maksimal 20

Keterangan :

- Siswa yang memperoleh nilai <75 dinyatakan tidak tuntas dan mengikuti

remidi

- Siswa yang memperoleh nilai >75 dinyatakan tuntas dan mengikuti

pengayaan

F. Psikomotorik

a. Teknik Penilaian : Tes

b. Bentuk Instrumen : Lembar Tugas

c. Kisi-kisi :

Tugas : Peserta didik diberi tugas untuk membuat artikel ilmiah.

d. Instrumen :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL … · Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan

Soal : Buatlah artikel ilmiah tentang I.J. Kasimo sebagai tokoh yang

mengembangkan nasionalisme dalam bentuk narasi !

No

.

Nama

Peserta

Didik

Aspek yang dinilai Nilai

akhir

Relevansi

(1-4)

Kelengkapan

(1-4)

Pembahasan

(1-4)

Ketepatan

waktu (1-4)

1. Adam

2. Iwan

3. Arif

4. Aldi

Petunjuk Penyekoran:

Peserta didik memperoleh nilai :

Baik sekali : apabila memperoleh skor 13-16

Baik : apabila memperoleh skor 9-12

Cukup : apabila meperoleh skor 5-8

Kurang : apabila memperoleh skor 1-4

Mengetahui :

Kepala SMA N 2 Yogyakarta

F. Rahardi. S.Pd.

NIP…….

Yogyakarta,…..Februari 2017

Guru Mata Pelajaran

Klemens Setya Puja Kisworo

NIP…..

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI