naskah akademik ikan gabus haruan channa striata bloch ... › index.php › mobile › arsip ›...

74
NASKAH AKADEMIK IKAN GABUS HARUAN (Channa striata Bloch 1793) HASIL DOMESTIKASI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR MANDIANGIN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014

Upload: others

Post on 08-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • NASKAH AKADEMIK

    IKAN GABUS HARUAN

    (Channa striata Bloch 1793)

    HASIL DOMESTIKASI

    BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR MANDIANGIN

    DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

    KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

    2014

  • ii

  • iii

    RINGKASAN

    Ikan gabus (Channa striata Bloch 1793) adalah salah satu ikan spesifik

    lokal perairan Indonesia yang habitatnya di rawa-rawa, sawah, genangan dan

    daerah aliran sungai arus tenang yang membawa emulsi lumpur, dan bisa juga di

    perairan payau. Ikan gabus tersebar di seluruh Indonesia, terutama di Sumatera,

    Jawa, dan Kalimantan (Courtenay et al., 2004). Ikan gabus dikenal dengan

    berbagai nama daerah, di antaranya: ikan kutuk (Jawa), ikan gabus (Betawi dan

    Sunda), ikan haruan (Kalimantan Selatan), ikan behau (Kalimantan Tengah), ikan

    deleg (Sumatra), bale salo (Sulawesi), dan ikan gastor (Papua). Untuk selanjutnya

    penyebutan dan penamaan ikan gabus dalam makalah ini menggunakan nama

    “GABUS HARUAN”. Di dunia sebaran ikan gabus haruan meliputi India,

    Myanmar, Banglades, Laos, Vietnam, Thailand, Kamboja, dan Malaysia. Ikan

    gabus pascaintroduksi terdapat di Madagaskar, Filipina, Indonesia bagian timur,

    Caledonia baru, dan Fuji.

    Ikan gabus haruan sangat disukai masyarakat Kalimantan karena rasanya

    gurih, permintaan pasar tinggi dan kontinyu, bernilai ekonomis tinggi dan

    harganya meningkat drastis pada saat musim tertentu. Harga ikan gabus haruan di

    pasar Kalimantan Selatan mencapai kisaran Rp. 30.000,- sampai Rp. 60.000,- per

    kilogram, sedangkan di Kalimantan Tengah dapat mencapai harga lebih dari

    Rp. 60.000,- per kilogram. Selain itu, tingginya kandungan albumin dalam daging

    ikan gabus haruan bermanfaat untuk mempercepat proses penyembuhan luka

    pasien pascaoperasi membuat ikan gabus haruan semakin dicari. Berdasarkan data

    BPS Provinsi Kalsel tahun 2012, peningkatan inflasi volatile food pada triwulan

    laporan terutama dipengaruhi oleh komoditas ikan gabus. Komoditas ini

    mengalami inflasi tertinggi dibandingkan komoditas lainnya yakni sebesar

    91,94% (yoy) jauh lebih tinggi dari inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,21%

    (yoy). Berdasarkan data SPH, harga ikan gabus telah menembus Rp. 54.000/kg.

    Berkurangnya areal rawa di Kalsel menyebabkan komoditas ini makin langka

    khususnya di musim penghujan (Bank Indonesia, 2012).

  • iv

    Menurut data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2012,

    jumlah produksi perikanan budidaya kolam di wilayah Kalimantan untuk ikan

    gabus haruan sebesar 420 ton dan budidaya karamba sebesar 5.895 ton, sedangkan

    produksi perikanan tangkap sebesar 18.269 ton. Jumlah penangkapan ikan gabus

    haruan di alam yang tinggi mendorong dilakukannya upaya pelestarian ikan gabus

    haruan melalui usaha budidaya ikan gabus haruan. Sebagai tanggung jawab

    terhadap pelestarian ikan spesifik lokal, Balai Perikanan Budidaya Air Tawar

    (BPBAT) Mandiangin telah melakukan kegiatan domestikasi melalui

    pengembangan teknologi budidaya ikan gabus haruan sejak tahun 2011. Kegiatan

    tersebut bertujuan untuk menghasilkan ikan gabus haruan yang lebih adaptif

    daripada ikan gabus haruan alam, lebih mudah dibudidayakan, mendapatkan

    teknologi budidaya ikan gabus haruan yang bisa diadopsi dan diterapkan oleh

    masyarakat, serta meningkatkan jumlah komoditas budidaya dan pelestarian

    sumberdaya hayati perikanan Indonesia.

    Tahap awal kegiatan domestikasi dimulai pada tahun 2011 dengan

    mengoleksi benih ikan gabus haruan dari alam yang dikumpulkan secara berulang

    dengan ukuran panjang 1-3 cm sebanyak 3.000 ekor pada 3 titik lokasi

    pengumpulan benih ikan (rawa, saluran, kanal) dengan habitat rawa gambut di

    Desa Garung Kec. Jabiren Raya Kab. Pulang Pisau Kalteng. Selanjutnya benih

    ikan gabus haruan tersebut diadaptasikan pada lingkungan budidaya dengan cara

    dipelihara dalam hapa yang dipasang di kolam dan diberi pakan buatan berupa

    pelet apung dengan kadar protein 30-40% sampai menjadi induk pada tahun 2012.

    Induk ikan gabus haruan hasil koleksi ini disebut sebagai induk awal (G0).

    Selama kegiatan koleksi juga dilakukan uji coba pembenihan. Hingga tahun 2012

    diperoleh teknologi pembenihan ikan gabus haruan secara alami dan semi-buatan,

    dan menghasilkan benih ikan gabus haruan ukuran 1-3 cm, umur 30 hari.

    Distribusi hasil uji coba pemijahan induk awal (G0) pada tahun 2012 adalah

    10.000 ekor benih. Pada tahun 2013 telah diperoleh induk ikan gabus haruan

    generasi satu (G1) hasil pembesaran selama 10 bulan di Instalasi Budidaya Ikan

    Lahan Gambut (IBILAGA) Pulang Pisau. Pada tahun 2014 telah dihasilkan benih

    ikan gabus haruan generasi dua (G2). Sampai saat ini benih ikan gabus haruan G2

  • v

    telah dibesarkan hingga menjadi calon induk dengan bobot rerata sebesar

    86,60±19,39 g/ekor.

    Kelebihan dari benih ikan gabus haruan hasil domestikasi ini adalah lebih

    mudah diproduksi secara alami dan semi-buatan, dapat diproduksi sepanjang

    tahun, adaptif terhadap pakan buatan (pelet apung, kadar protein 32-40%) dan

    adaptif terhadap lingkungan budidaya khususnya kondisi pH asam (>4) dan

    oksigen terlarut (DO) rendah (>0,2 mg/L). Berdasarkan hasil kegiatan domestikasi

    diketahui bahwa ikan gabus haruan dapat bertoleransi dengan baik pada kisaran

    pH 4-7, suhu 26,8-32,5 oC, dan oksigen terlarut (DO) 0,2-8,6 mg/L. Pemeliharaan

    benih ikan gabus haruan ukuran 5-8 cm pada salinitas 0-10 g/L tidak

    mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup secara signifikan, sehingga

    dapat dikatakan bahwa ikan gabus haruan memiliki toleransi sampai dengan

    salinitas 10 g/L. Pemeliharaan pada salinitas menjadi 12 g/L menunjukkan

    kematian ikan gabus haruan sangat tinggi dengan kelangsungan hidup rerata

    sebesar 8,89±15,39%.

    Hasil uji tantang menunjukkan bahwa kelangsungan hidup rerata ikan

    gabus haruan yang tidak diinjeksi bakteri Aeromonas hydrophila mempunyai

    kelangsungan hidup 100%, sedangkan kelangsungan hidup ikan gabus haruan

    yang diinjeksi bakteri A. hydrophila bervariasi antara 5-100% tergantung pada

    kepadatan bakteri Aeromonas hydrophila yang dinjeksikan sebanyak 0,2 ml/ekor.

    Pada perlakuan injeksi dengan kepadatan bakteri 105, 106, 107 sel/ml dihasilkan

    kelangsungan hidup ikan gabus haruan sebesar 100%. Kelangsungan hidup ikan

    gabus haruan menurun menjadi 90% bila disuntik A. hydrophila dengan

    kepadatan 108 sel/ml, menjadi 40% bila disuntik A. hydrophila 109 sel/ml, dan

    menjadi 5% bila disuntik A. hydrophila 1010 sel/ml.

    Pada bulan Januari hingga Agustus 2012 dilakukan pembesaran ikan gabus

    haruan induk awal (G0) selama 7 bulan pada hapa yang dipasang dalam kolam

    tanah di IBILAGA Pulang Pisau. Hapa yang digunakan berukuran 3x2x1,5 m3

    sebanyak enam buah dengan jumlah tebar masing-masing jaring 120 ekor

    (3 hapa), dan 180 ekor (3 hapa) benih ikan gabus haruan G0. Bobot rerata benih

    yang ditebar 6,83±1,92 g dengan panjang rerata 7,94±0,80 cm. Ikan diberi pakan

  • vi

    pelet apung (protein minimal 30%, lemak minimal 6%) dengan dosis 3-5% dari

    bobot bimassa dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari. Setelah dipelihara selama

    7 bulan, bobot rerata ikan gabus haruan adalah 152,78±30,03 g, panjang total

    20,98±1,62 cm, laju pertumbuhan spesifik bobot 1,48±0,09%, kelangsungan

    hidup rerata 77,76±5,08 %, dan konversi pakan rerata 2,20±0,12. Biomassa

    pembesaran ikan gabus haruan G0 ini adalah 98,96 kg.

    Pada bulan Mei hingga Desember 2013 dilakukan pembesaran ikan gabus

    haruan G1 selama 7 bulan di IBILAGA Pulang Pisau dengan dua wadah

    pemeliharaan berupa kolam dan hapa. Pembesaran yang dilakukan di kolam tanah

    berukuran 8x4x1,5 m3 sebanyak 3 unit kolam. Setiap kolam ditebar ikan gabus

    haruan sebanyak 1.000 ekor. Bobot rerata benih yang ditebar 7,18±3,14 g dengan

    panjang rerata 7,03±1,22 cm. Ikan diberi pakan pelet apung (protein minimal

    30%, lemak minimal 6%) dengan dosis 3-5% dari bobot biomassa dengan

    frekuensi pemberian 2 kali/hari. Bobot tubuh akhir adalah 190,52±6,61 g, panjang

    akhir 0,75 ± 0,66 cm/ekor, laju pertumbuhan spesifik bobot 1,56±0,22%,

    kelangsungan hidup 80,93±2,21%, dan konversi pakan 1,91±0,17. Biomassa hasil

    pembesaran benih ikan gabus haruan G1 adalah 461,3 kg.

    Pembesaran ikan gabus haruan di hapa dengan kepadatan 120 ekor dan

    180 ekor masing-masing sebanyak 3 hapa. Hapa yang dipasang dalam kolam

    sebanyak 6 buah berukuran 3x2x1,5 m3. Bobot rerata benih yang ditebar

    6,64±1,18 g dengan panjang rerata 7,73±0,93 cm. Jenis dan metode pemberian

    pakan seperti pada percobaan sebelumnya. Hasil pembesaran ikan gabus haruan

    (G1) selama 7 bulan yang dipelihara pada hapa di kolam tanah lahan gambut

    diperoleh bobot rerata akhir 166,54±16,35 g, panjang akhir 20,82±1,16 cm, laju

    pertumbuhan spesifik bobot 1,53±0,19%, kelangsungan hidup 79,81±3,16%, dan

    konversi pakan rerata 2,06±0,15. Biomassa yang diperoleh adalah 133,5 kg.

    Pada bulan April 2014 dilakukan pembesaran benih ikan gabus haruan G2

    untuk mendapatkan calon induk G2. Pembesaran dilakukan di kolam tanah

    berukuran 8x4x1,5 m3 sebanyak 2 unit di IBILAGA Pulang Pisau. Setiap kolam

    ditebar sebanyak 1.000 ekor ikan, dengan bobot rerata 1,70±1,25 g dan panjang

    rerata 4,76±1,00 cm. Ikan diberi pakan pelet apung (protein minimal 30%, lemak

  • vii

    minimal 6%) dengan dosis 3-5% dari bobot bimassa dengan frekuensi pemberian

    2 kali/hari. Hasil pembesaran ikan gabus haruan G2 yang sudah berlangsung

    selama 5 bulan adalah bobot rerata 86,60±19,39 g, panjang rerata 17,52±1,12 cm,

    dan laju pertumbuhan spesifik bobot 2,62±0,10%.

    Kegiatan domestikasi ikan gabus haruan telah memberikan manfaat bagi

    masyarakat dalam berbagai aspek teknologi, aspek ekonomi, aspek sosial, dan

    aspek lingkungan. Aspek teknologi dari pembenihan ikan gabus haruan secara

    alami dan semi-buatan, ditambah dengan keberhasilan adaptasi ikan gabus haruan

    untuk memakan pelet apung telah memicu maraknya pembudidayaan ikan gabus

    haruan karena teknologinya mudah untuk diadopsi dan diterapkan oleh

    masyarakat. Aspek ekonomi dari harga jual ikan gabus haruan yang tinggi sebagai

    makanan kesukaan masyarakat memberikan peluang usaha budidaya yang

    menguntungkan bagi masyarakat. Berdasarkan harga jual tersebut, teknologi

    pembenihan maupun pembesaran ikan gabus haruan dapat diatur sedemikian rupa

    sehingga nilai biaya produksi dapat disesuaikan untuk mencapai keuntungan

    semaksimal mungkin. Aspek sosial dari usaha budidaya ikan gabus

    haruan dapat menjadi sebuah lapangan kerja baru dan memberikan peluang usaha

    bagi masyarakat. Usaha budidaya ikan gabus haruan juga ikut berperan dalam

    mendukung ketahanan pangan di daerah, karena ketersediaan ikan gabus haruan

    hasil budidaya tidak tergantung dari musim seperti halnya ikan gabus haruan hasil

    tangkapan di alam. Selain itu, kandungan protein ikan gabus memberikan

    kecukupan gizi bagi masyarakat dan kandungan albumin pada ikan gabus haruan

    bermanfaat untuk kesehatan manusia. Aspek lingkungan dari teknologi budidaya

    ikan gabus haruan yang dikenalkan pada masyarakat diharapkan akan mengurangi

    kebiasaan masyarakat untuk menangkap ikan gabus haruan di alam dan beralih

    untuk melakukan usaha budidaya ikan gabus haruan. Hal ini akan mengurangi

    terjadinya penangkapan ikan gabus haruan di alam dan dapat menjaga kelestarian

    populasi ikan gabus haruan di habitatnya sehingga keseimbangan ekosistem tetap

    terjaga.

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL ........................................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xi

    I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

    1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

    1.2. Tujuan .......................................................................................................... 4

    1.3. Sasaran ......................................................................................................... 4

    II. BAHAN DAN PELAKSANAAN .......................................................................... 5

    2.1. Bahan atau Material Awal ........................................................................... 5

    2.1.1. Informasi Sumber Induk .............................................................................. 5

    2.1.2. Klasifikasi .................................................................................................... 7

    2.2. Pelaksanaan Kegiatan .................................................................................. 8

    III. METODE DAN HASIL PENGUJIAN JENIS IKAN BARU

    YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN .....................................................................

    10

    3.1. Karakter Hasil Uji Fenotipe ......................................................................... 10

    3.1.1. Morfometrik ................................................................................................. 10

    3.1.2. Meristik ........................................................................................................ 11

    3.1.3. Warna ........................................................................................................... 12

    3.1.4. Pertumbuhan ................................................................................................ 14

    3.1.5. Nilai Toleransi Lingkungan ......................................................................... 18

    3.1.6. Kualitas Daging ........................................................................................... 20

    3.1.7. Jenis Pakan dan Kebiasaan Makan .............................................................. 22

    3.1.8. Reproduksi ................................................................................................... 23

    3.1.9. Ketahanan terhadap Penyakit ....................................................................... 36

    3.2.0. Produktivitas ................................................................................................ 40

    3.2. Karakter Hasil Uji Genotipe ........................................................................ 51

    3.2.1. Keragaman Genetik ..................................................................................... 51

    3.3. Ketersediaan Induk ...................................................................................... 54

    IV. MANFAAT ATAU BENEFIT .............................................................................. 55

    4.1. Aspek Teknologi .......................................................................................... 55

    4.2. Aspek Ekonomi ........................................................................................... 56

    4.3. Aspek Sosial ................................................................................................ 57

    4.4. Aspek Lingkungan ....................................................................................... 58

    V. DESKRIPSI RINGKAS ........................................................................................ 60

    VI. PENUTUP .............................................................................................................. 67

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 68

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... 71

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel Judul Halaman

    1 Koleksi ikan gabus haruan (Channa striata) di Instalasi Budidaya

    Ikan Lahan Gambut Pulang Pisau (IBILAGA) - BPBAT

    Mandiangin ................................................................................................

    5

    2 Roadmap kegiatan domestikasi ikan gabus haruan ................................... 9

    3 Deskripsi morfometrik ikan gabus haruan asal lokasi dari Pulang

    Pisau (Kalimantan Tengah) .......................................................................

    10

    4 Deskripsi meristik ikan gabus haruan asal lokasi dari Pulang Pisau

    (Kalimantan Tengah) .................................................................................

    11

    5 Deskripsi warna ikan gabus haruan asal lokasi dari Pulang Pisau

    (Kalimantan Tengah) .................................................................................

    13

    6 Deskripsi pertumbuhan ikan gabus haruan asal lokasi dari Pulang

    Pisau (Kalimantan Tengah) .......................................................................

    14

    7 Data uji toleransi salinitas pada benih ikan gabus haruan selama

    masa pemeliharaan 30 hari ........................................................................

    19

    8 Persentase karkas dan fillet ikan gabus haruan ......................................... 21

    9 Proksimat ikan gabus haruan berdasarkan bobot basah (%) ..................... .............................. 21

    10 Proksimat ikan gabus haruan berdasarkan bobot kering (%) .................... 21

    11 Hasil analisis kadar albumin ikan gabus haruan ........................................ 22

    12 Parameter sifat kimia dan fisika air di Instalasi Budidaya Ikan

    Lahan Gambut Pulang Pisau, Kalimantan Tengah ....................................

    27

    13 Pengamatan perkembangan gonad induk ikan gabus haruan .................... 28

    14 Data hasil pemijahan alami induk ikan gabus haruan ............................... 32

    15 Data hasil pemijahan semi-buatan induk ikan gabus haruan ..................... 33

    16 Data fekunditas dan derajat penetasan telur dari hasil pemijahan

    alami ..........................................................................................................

    35

    17 Data fekunditas dan derajat penetasan telur dari hasil pemijahan

    semi-buatan ................................................................................................

    35

    18 Data identifikasi penyakit pada ikan gabus haruan ................................... 37

    19 Data kelangsungan hidup ikan gabus haruan selama uji tantang .............. 39

    20 Data hasil pendederan III di hapa .............................................................. 41

    21 Data pemijahan induk ikan gabus haruan G0 dan G1 ............................... 46

    22 Data pendederan benih ikan gabus haruan G1 dan G2 .............................. 46

    23 Data pembesaran benih ikan gabus haruan G0, G1, dan G2 ..................... 47

    24 Data pemijahan induk ikan gabus haruan (G1) ......................................... 48

    25 Kegiatan diseminasi budidaya ikan gabus haruan yang telah

    dilakukan BPBAT Mandiangin .................................................................

    48

    26 Produksi dan pemasaran ikan gabus haruan di Kalimantan ...................... 51

    27 Pola pemotongan produk amplifikasi PCR gen COI-mtDNA dan

    haplotipe ikan gabus haruan ......................................................................

    53

    28 Data induk dan benih ikan gabus haruan G0, G1, dan G2 sampai

    bulan Oktober 2014 ...................................................................................

    54

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Judul Halaman

    1 Lokasi awal koleksi ikan gabus haruan (Channa striata) ....................... 6

    2 Distribusi ikan gabus haruan (Channa striata). (Sumber:

    Courtenay et al., 2004) ............................................................................

    7

    3 Morfologi ikan gabus haruan (Channa striata) ....................................... 11

    4 Pertumbuhan larva ikan gabus haruan ..................................................... 16

    5 Pertumbuhan benih ikan gabus haruan .................................................... 17

    6 Warna tubuh induk jantan lebih gelap ..................................................... 25

    7 Warna tubuh induk betina lebih terang ................................................... 25

    8 Bentuk tubuh induk jantan lebih ramping ............................................... 26

    9 Bentuk tubuh induk betina lebih membulat dan lebar ............................. 26

    10 Bagian urogenital induk jantan, terdapat tonjolan kecil (genital

    papilla) ....................................................................................................

    26

    11 Bagian urogenital induk betina, genital pore oval dan melebar .............. 26

    12 Hapa pemeliharaan induk ikan gabus haruan yang dipasang di

    kolam .......................................................................................................

    27

    13 Induk jantan matang gonad ..................................................................... 29

    14 Induk betina matang gonad ..................................................................... 29

    15 Tagging plastik ........................................................................................ 29

    16 Pemberian tanda (tagging) pada ikan gabus haruan ................................ 29

    17 Gonad induk setelah memijah pada hari kelima ...................................... 31

    18 Gonad induk setelah memijah pada hari ketujuh .................................... 31

    19 Histologi gonad bagian belakang induk pada hari kelima pasca

    memijah ...................................................................................................

    31

    20 Histologi gonad bagian belakang induk pada hari ketujuh pasca

    memijah ...................................................................................................

    31

    21 Bak pemijahan ikan gabus haruan ........................................................... 32

    22 Telur ikan gabus haruan yang terbuahi dan tidak terbuahi ...................... 34

    23 Perkembangan telur ikan gabus haruan ................................................... 35

    24 Penyakit tumor yang ditemukan pada ikan gabus haruan 38

    25 Histologi tumor pada permukaan tubuh ikan gabus haruan pada

    skala 1 : 500 µm dan skala 1 : 50 µm ......................................................

    38

    26 Hapa pemeliharaan benih ikan gabus haruan .......................................... 40

    27 Benih ikan gabus haruan berumur 90 hari (panjang 5-8 cm) .................. 41

    28 Benih ikan gabus haruan hasil pendederan III berumur 4 bulan

    (panjang 8-12 cm) ....................................................................................

    42

    29 Hapa pembesaran ikan gabus haruan ...................................................... 43

    30 Grafik Pertumbuhan bobot ikan gabus haruan G0 dan G1 yang

    dipelihara di hapa selama 7 bulan ...........................................................

    44

    31 Ikan gabus haruan hasil pembesaran (bobot rerata 190,52 ± 6,61 g) ...... 45

    32 Situs pemotongan produk amplifikasi PCR dengan target gen COI-

    mtDNA, menggunakan enzim AvaII, HaeIII, TaqI, dan MspI ................

    52

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Judul Halaman

    1 Hasil identifikasi klasifikasi sampel ikan gabus haruan G1 yang

    dilakukan oleh LIPI .................................................................................

    71

    2 Gambar Ikan Gabus Haruan Hasil Domestikasi BPBAT

    Mandiangin ..............................................................................................

    73

    3 Deskripsi meristik ikan gabus haruan yang telah diamati ....................... 74

    4 Data Pengukuran Morfometrik Ikan Gabus Haruan Jantan .................... 75

    5 Data Pengukuran Morfometrik Ikan Gabus Haruan Betina .................... 76

    6 Data Pengukuran Meristik Ikan Gabus Haruan Jantan ............................ 77

    7 Data Pengukuran Meristik Ikan Gabus Haruan Betina ........................... 78

    8 Data perhitungan truss morfometrik ikan gabus haruan .......................... 79

    9 Jenis pakan buatan yang digunakan untuk ikan gabus haruan ................ 81

    10 Data perhitungan edible portion ikan gabus haruan ................................ 82

    11 Data mortalitas dan kelangsungan hidup dalam penentuan LD 50

    Selama 14 hari dengan penyuntikan bakteri Aeromonas hydrophila

    pada ikan gabus haruan yang dipelihara di akuarium .............................

    83

    12 Hasil analisis proksimat ikan gabus haruan ............................................. 84

    13 Kegiatan dalam penghitungan edible portion ikan gabus haruan............ 85

    14 Hasil analisis albumin sampel ikan gabus haruan yang dilakukan

    oleh Laboratorium Lingkungan Jurusan Kimia Universitas

    Brawijaya Malang ...................................................................................

    86

    15 Data perhitungan analisa usaha pembesaran ikan gabus haruan ............. 87

    16 Data perhitungan analisa usaha pembesaran ikan gabus haruan ............. 88

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 5

    II. BAHAN DAN PELAKSANAAN

    2.1. Bahan atau Material Awal

    2.1.1. Informasi Sumber Induk

    Kegiatan domestikasi ikan gabus haruan diawali dengan mengumpulkan

    ikan uji yang berasal dari tangkapan alam (rawa gambut) di daerah Kab. Pulang

    Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2011.

    Ikan-ikan tersebut selanjutnya dipelihara dan diadaptasikan di kolam

    IBILAGA Pulang Pisau - BPBAT Mandiangin dan disebut sebagai induk G0 yang

    digunakan untuk produksi benih dan induk generasi pertama (G1). Secara lengkap

    data jumlah dan ukuran ikan gabus haruan hasil koleksi tertera dalam Tabel 1.

    Tabel 1. Koleksi ikan gabus haruan (Channa striata Bloch 1793) di Instalasi

    Budidaya Ikan Lahan Gambut Pulang Pisau (IBILAGA) - BPBAT

    Mandiangin.

    Waktu Asal Habitat Jumlah

    (ekor) Ukuran Kolektor

    11/09/2011 Desa Garung, Kab. Pulang

    Pisau, Kalimantan Tengah

    (3 titik lokasi : saluran, rawa,

    kanal)

    Rawa 3.000 1 – 3 cm Wahyutomo

    & Tulus

    05/01/2012 Desa Sungai Bakung, Kab.

    Banjar, Kalimantan Selatan

    (2 titik lokasi : rawa dan kanal)

    Sungai 4.000 2 – 3 cm Wahyutomo

    & Syafrudin

    12/11/2013 Desa Basarang, Kab. Kapuas,

    Kalimantan Tengah (2 titik

    lokasi : saluran dan sungai)

    Sungai Jantan 72;

    Betina 110

    0,3 – 1 kg Tulus &

    Yodesi

    Lokasi pengumpulan ikan gabus haruan yang telah dilakukan tertera pada

    Gambar 1. Koleksi awal ikan gabus haruan dilakukan secara berulang di

    beberapa titik lokasi yang terletak pada saluran, rawa, dan kanal. Kemudian ikan

    gabus haruan ini diadaptasikan dan dipelihara dalam hapa yang dipasang di kolam

    dengan pemberian pakan buatan sampai menjadi induk dan dilakukan ujicoba

    pembenihannya. Selama proses adaptasi dan pemeliharaan dalam hapa di kolam

    terjadi kematian ikan yang diduga disebabkan antara lain sifat kanibal pada benih

    ikan, luka pada saat pengangkutan, perbedaan lingkungan pada saat sebelum dan

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 6

    sesudah dipindahkan ke dalam hapa, kemampuan adaptasi terhadap pakan buatan

    yang diberikan, dan adanya serangan penyakit.

    Keterangan : : Desa Garung Kab. Pulang Pisau Provinsi Kalimantan

    Tengah

    : Desa Basarang Kab. Kapuas Provinsi Kalimantan

    Tengah

    : Desa Sungai Bakung Kab. Banjar Provinsi Kalimantan

    Selatan

    Gambar 1. Lokasi awal koleksi ikan gabus haruan (Channa striata)

    Ikan gabus merupakan jenis ikan perairan umum dengan habitat utama di

    sungai, danau, kolam, bendungan, rawa, banjiran, sawah bahkan parit dan air

    payau (Allington, 2002). Ikan gabus bahkan dapat hidup dalam kondisi air kotor

    dan kekeringan karena memiliki alat pernafasan yang disebut labyrinth. Menurut

    Courtenay et al. (2004) disebutkan bahwa ikan gabus tersebar di seluruh

    Indonesia, terutama di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Di dunia sebaran ikan

    gabus haruan meliputi India, Myanmar, Banglades, Laos, Vietnam, Thailand,

    Kamboja, dan Malaysia. Daerah sebaran ikan gabus pascaintroduksi meliputi

    Madagaskar, Philipina, Indonesia bagian timur, Caledonia baru, dan Fuji

    (Gambar 2).

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 7

    Gambar 2. Distribusi ikan gabus haruan (Channa striata Bloch 1793). Sumber :

    Courtenay et al. (2004).

    2.1.2. Klasifikasi

    Berdasarkan Kottelat et al. (1993), ikan gabus haruan dikelompokkan ke

    dalam ordo Pleuronectiformes dan famili Channidae. Ikan ini mempunyai ciri-ciri

    seluruh tubuh dan kepala ditutupi sisik sikloid dan stenoid. Bentuk badan hampir

    bundar di bagian depan dan pipih tegak ke arah belakang sehingga disebut ikan

    berkepala ular (snake head). Karakteristik taksonomi adalah D.41-43; P1 16-76;

    P2, i, 5; A.26-27. TL 57-58. Ikan gabus termasuk dalam golongan ikan yang

    memiliki sirip mengkilat/bersinar (Actinopterygii), menyerupai jenis ikan perch

    (perciformes) dan berkepala ular (channidae). Taksonomi ikan gabus haruan

    Channa striata (Bloch 1793) menurut Kotellat et al. (1993) dan Courtenay et al.

    (2004) dalam www.fishwise.co.za adalah:

    Domain

    Kingdom

    Filum

    Sub filum

    Super kelas

    Grade

    Kelas

    Sub kelas

    Divisi

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    Eukaryota

    Animalia

    Chordata

    Vertebrata

    Gnathostomata

    Teleostomi

    Actinopterygii

    Neopterygii

    Teleostei

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 8

    Sub divisi

    Super ordo

    Seri

    Ordo

    Sub ordo

    Family

    Sub Family

    Genus

    Spesies

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    Euteleostei

    Acanthopterygii

    Percomorpha

    Perciformes

    Channoidei

    Channidae

    Channiae

    Channa

    Channa striata Bloch, 1793

    Hasil identifikasi yang telah dilakukan dengan mengirimkan sampel ikan

    gabus haruan G1 dari hasil domestikasi ke LIPI, Pusat Penelitian Biologi di Bogor

    diketahui bahwa sampel ikan gabus haruan tersebut termasuk dalam spesies

    Channa striata (Bloch 1793). Secara lengkap hasil identifikasi dari LIPI disajikan

    pada Lampiran 1.

    2.2. Pelaksanaan Kegiatan

    2.2.1. Lokasi

    Lokasi kegiatan domestikasi ikan gabus haruan bertempat di Instalasi

    Budidaya Ikan Lahan Gambut BPBAT Mandiangin di Desa Garung, Kecamatan

    Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah dan Balai

    Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin di Desa Mandiangin Kabupaten

    Banjar Provinsi Kalimantan Selatan.

    2.2.2. Waktu

    Kegiatan domestikasi ikan gabus haruan dimulai sejak tahun 2011 sampai

    sekarang, dari koleksi ikan gabus haruan dari alam (G0) sampai menjadi induk G2

    pada tahun 2014. Secara lengkap roadmap pelaksanaan kegiatan domestikasi ikan

    gabus haruan disajikan pada Tabel 2.

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 9

    Tabel 2. Roadmap pelaksanaan kegiatan domestikasi ikan gabus haruan

    (Channa striata Bloch 1793)

    TOLAK UKUR TAHUN

    2011 2012 2013 2014

    Kegiatan Koleksi Ikan

    dari Alam,

    Adaptasi, dan

    Pemeliharaan

    ke dalam

    Lingkungan

    Budidaya

    Pembesaran

    Benih dari

    Alam

    Produksi

    Calin/Induk

    (G0)

    Pemijahan Induk

    (G0)

    Produksi Benih

    (G1)

    Pembesaran

    Benih (G1)

    Produksi

    Calin/Induk (G1)

    Persiapan Rilis

    Domestikasi

    Pemijahan Induk (G1)

    Produksi Benih (G2)

    Pembesaran Benih (G2)

    Produksi Calon Induk

    (G2)

    Kelengkapan Data dan

    Penyusunan Dokumen

    Rilis

    Pengajuan Permohonan

    Rilis Domestikasi

    Target Diperoleh

    ikan gabus

    haruan dari

    berbagai

    lokasi

    Mampu

    beradaptasi

    pada

    lingkungan

    budidaya

    (kolam) dan

    memakan

    pelet

    Diperoleh

    induk (G0)

    yang

    matang

    gonad/siap

    pijah

    Induk (G0) dapat

    memijah secara

    alami dan semi-

    buatan dengan

    HR >50%

    Diperoleh benih

    (G1) hingga

    ukuran siap tebar

    dengan SR >30%

    Diperoleh calon

    induk (G1)

    dengan berat

    >100 g/ekor

    sebanyak 1.000

    ekor

    Diperoleh induk

    (G1) yang matang

    gonad/siap pijah

    dengan berat

    >150 g/ekor

    sebanyak 500

    ekor

    Induk (G1) dapat

    memijah secara alami

    dan semi-buatan dengan

    HR >60%

    Diperoleh benih (G2)

    hingga ukuran siap

    tebar dengan SR >40%

    Diperoleh calon induk

    (G2) dengan berat >100

    g/ekor sebanyak 1.000

    ekor

    Diperoleh induk (G2)

    yang matang gonad/siap

    pijah dengan berat >200

    g/ekor sebanyak 500

    ekor

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 10

    III. METODE DAN HASIL PENGUJIAN JENIS IKAN BARU

    YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN

    3.1. Karakteristik Fenotipe

    3.1.1. Morfometrik

    Karakter morfometrik dievaluasi menggunakan analisis komponen utama

    dilakukan untuk memperoleh korelasi antar karakter serta pengelompokan

    individu berdasarkan karakter morfometrik (Effendie, 2002). Pengujian

    morfometrik dilakukan pada induk yang telah mengalami matang gonad pertama

    kali. Jumlah ikan yang diukur paling sedikit 30 ekor, terdiri atas 15 ekor jantan

    dan 15 ekor betina. Hasil pengamatan karakter morfometrik disajikan dalam

    Tabel 3. Data pengukuran morfometrik ikan gabus haruan dapat dilihat pada

    Lampiran 4 dan 5. Sedangkan perhitungan data truss morfometrik ikan gabus

    haruan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8.

    Tabel 3. Deskripsi morfometrik ikan gabus haruan asal lokasi dari Pulang Pisau

    (Kalimantan Tengah)

    No Karakter Rerata ± SD

    1 Bobot total badan (g) 178,07±42,77

    2 Panjang total (PT) (cm) 26,95±2,31

    3 Panjang standar/ baku (PS) (cm) 22,55±1,90

    4 Panjang badan (PB) (cm) 16,21±1,29

    5 Tinggi badan (TB) (cm) 4,36±0,39

    6 Panjang kepala (PK) (cm) 6,46±0,68

    7 Tinggi kepala (TK) (cm) 3,22±0,33

    8 Lebar kepala (LK) (cm) 4,15±0,39 Jumlah ikan yang digunakan untuk deskripsi morfometrik sebanyak 30 ekor

    Dari hasil pengamatan diketahui bahwa ikan gabus haruan memiliki kepala

    berukuran besar dan agak gepeng mirip kepala ular, sehingga dinamai snakehead

    (Gambar 3). Terdapat sisik-sisik besar di atas kepala. Ikan gabus haruan

    mempunyai bibir bawah tanpa cuping. Mata terletak di bagian depan dari kepala.

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 11

    Mulut ikan gabus haruan besar dengan gigi-gigi besar dan tajam. Hanya gigi yang

    kecil di langit-langit mulut.

    PS

    TK TB

    PK

    PB

    PT

    Gambar 3. Morfologi ikan gabus haruan (Channa striata Bloch 1793).

    Menurut Talwar and Jhingran (1992) dalam Courtenay et al. (2004)

    dikatakan bahwa karakteristik ikan gabus antara lain bagian bawah kepala tanpa

    sisik; ukuran mulut besar; rahang lebih rendah dengan 4-7 gigi taring di belakang

    sederet gigi villiform yang melebar menjadi 6 baris rahang symphysis; gigi

    villiform pada bagian prevomer dan palatines. Sirip dada kira-kira setengah

    panjang kepala.

    3.1.2. Meristik

    Pengujian meristik dilakukan pada induk yang telah mengalami matang

    gonad pertama kali. Jumlah ikan yang diukur paling sedikit 30 ekor, terdiri atas 15

    ekor jantan dan 15 ekor betina. Hasil pengamatan karakter meristik disajikan

    dalam Tabel 4. Data pengukuran morfometrik ikan gabus haruan dapat dilihat

    pada Lampiran 6 dan 7.

    Tabel 4. Deskripsi meristik ikan gabus haruan asal lokasi dari Pulang Pisau

    (Kalimantan Tengah)

    No Karakter Deskripsi Keterangan

    1 Sirip punggung (Dorsal fin) 40-42 Lampiran 3

    2 Sirip dada (Pectoral fin) 13-17 Lampiran 3

    3 Sirip perut (Ventral fin) 5-7 Lampiran 3

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 12

    No Karakter Deskripsi Keterangan

    4 Sirip dubur (Anal fin) 23-26 Lampiran 3

    5 Sirip ekor (Caudal fin) 13-16 Lampiran 3

    6 Sungut 1 pasang Lampiran 3

    7 Jumlah sisik linea lateralis (LL) 50-55 -

    8 Bentuk badan Bentuk badan bulat

    memanjang ke belakang

    makin pipih

    -

    9 Ruas tulang belakang 48- 49 -

    10 Tulang tapis insang 4 -

    Jumlah ikan yang digunakan untuk deskripsi meristik sebanyak 30 ekor

    Dari hasil pengamatan diketahui bahwa ikan gabus haruan memiliki

    panjang sirip anal lebih pendek dari pada sirip dorsal. Tubuh berbentuk bulat

    memanjang (subsilinder), seperti peluru kendali atau torpedo. Sirip punggung

    memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya.

    Djuhanda (1981) mendeskripsikan ikan gabus (Channa striata) sebagai

    berikut: memiliki bentuk tubuh hampir bulat panjang, makin ke belakang makin

    menjadi gepeng. Punggungnya cembung, perutnya rata, sirip punggung lebih

    panjang dari sirip dubur, sirip yang pertama disokong oleh 38-45 jari-jari lunak,

    sirip yang disebut belakangan disokong oleh 23-27 jari-jari sirip dada lebar

    dengan ujung membulat disokong oleh 15-17 jari-jari lunak. Gurat sisi ada 52-57

    keping, panjang tubuhnya dapat mencapai 100 cm.

    Menurut Talwar and Jhingran (1992) dalam Courtenay et al. (2004)

    dikatakan bahwa karakteristik ikan gabus antara lain sirip punggung dengan

    jumlah jari-jari 37-46; jari-jari sirip anus 23-29; sirip dada dengan jari-jari 15-17;

    jari-jari sirip perut 6; sirip ekor membulat. Sisik diatas kepala besar dengan

    sebuah lingkaran mengelilingi pada sisik kepala, dengan sisik kepala depan

    membentuk lapisan setengah lingkaran; 9 baris sisik antara sudut preopercular

    dan posterior border of orbit; sisik predorsal 18-20; sisik linea lateralis berjumlah

    50-57.

    3.1.3. Warna

    Pengujian warna dilakukan pada induk yang telah mengalami matang

    gonad pertama kali. Jumlah ikan yang diukur paling sedikit 10 ekor, terdiri atas

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 13

    5 ekor jantan dan 5 ekor betina. Penentuan warna dominan dengan menggunakan

    toca colour finder. Warna ikan diamati oleh 3 panelis yang tidak buta warna,

    kemudian penentuan skor warna menggunakan kertas toca colour finder yang

    sudah dimodifikasi pada setiap ikan. Hasil pengamatan karakter warna disajikan

    dalam Tabel 5.

    Tabel 5. Deskripsi warna ikan gabus haruan asal lokasi dari Pulang Pisau

    (Kalimantan Tengah)

    No Karakter Deskripsi Keterangan

    1. Warna pipi/operculum Abu-abu cokelat putih Lampiran 2

    2. Warna perut Putih Lampiran 2

    3. Warna badan

    Warna tubuh bagian atas abu

    kehitaman dan bagian bawah

    berwarna keputihan, pada sisi

    tubuh terdapat garis-garis miring

    vertikal membentang dari bagian

    atas ke bawah berpola

    menyerupai bentuk “

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 14

    3.1.4. Pertumbuhan

    Uji pertumbuhan dilakukan pada ikan gabus haruan mulai ukuran larva

    sampai ikan yang telah mengalami matang gonad. Pengujian pertumbuhan

    dilakukan dengan mengukur panjang larva ikan setelah menetas (D1-D30) melalui

    pengamatan menggunakan mikroskop, kemudian mengukur panjang dan bobot

    benih ikan dan induk matang gonad menggunakan penggaris dan timbangan

    elektrik. Hasil pengukuran pertumbuhan ikan dari saat menetas sampai dewasa

    matang gonad disajikan dalam Tabel 6.

    Tabel 6. Deskripsi pertumbuhan ikan gabus haruan asal lokasi dari Pulang Pisau

    (Kalimantan Tengah)

    No Ikan gabus Umur Deskripsi

    Keterangan Panjang (cm) Bobot (g)

    1. Larva 1 jam 0,33 - Gambar 4

    2. Benih 3 hari 0,7 - Gambar 4

    3. Benih 31 hari 1,6 - Gambar 4

    4. Benih 60 hari 3-5 - Gambar 5

    5. Benih 90 hari 5-8 - Gambar 5

    6. Benih 120 hari 8-12 - Gambar 5

    7. Jantan matang

    gonad

    300 hari 22,7±2,44 177,67±57,70 Gambar 5

    8. Betina matang

    gonad

    300 hari 22,4±1,21 178,47±21,46 Gambar 5

    Jumlah ikan yang digunakan untuk deskripsi pertumbuhan sebanyak 30 ekor

    1. Pertumbuhan Larva

    Telur yang dibuahi setelah 8 jam dari pembuahan akan tampak bening,

    sementara yang tidak dibuahi, atau telur mati dicirikan dengan warna putih pekat

    segera dikeluarkan dari tempat penetasan dengan cara disipon. Telur akan menetas

    dalam interval waktu antara 24-38 jam masa inkubasi. Larva ikan gabus haruan

    dipelihara dalam bak pemijahan bersama dengan induknya, karena induk ikan

    gabus haruan bersifat mengasuh anak ikan.

    Kuning telur (yolk sack) larva ikan gabus haruan akan habis pada hari

    ketiga setelah telur menetas, sehingga pemberian pakan untuk larva mulai

    diberikan pada hari ketiga. Pemberian pakan untuk induk dengan pelet apung

    sebanyak 1 kali perhari, sedangkan larva diberi pakan alami berupa plankton

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 15

    artemia atau daphnia dan pakan buatan berbentuk tepung dengan kandungan

    protein 40%. Pemeliharaan larva berlangsung selama 1 bulan sampai masa asuh

    induk gabus haruan berakhir dan induk dipindahkan ke tempat pemeliharaan

    induk. Gambar 4 menyajikan pertumbuhan larva dan benih ikan gabus haruan

    selama 1 bulan.

    Larva umur 1 jam

    (panjang tubuh 3,826 mm)

    Larva umur 3 jam

    Larva umur 10 jam Larva umur 17 jam

    Benih umur 1 hari Benih umur 3 hari

    (panjang kotak 0,7 cm)

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 16

    Benih umur 10 hari

    Benih umur 17 hari

    Benih umur 24 hari Benih umur 31 hari

    Gambar 4. Pertumbuhan larva dan benih ikan gabus haruan

    2. Pertumbuhan Benih

    Larva dipelihara di bak terpal bersama dengan induknya yang bersifat

    mengasuh anaknya sampai menjadi benih berukuran 1-3 cm selama 1 bulan

    dengan diberi pakan pelet tepung dengan kandungan protein 40%. Setelah itu,

    dilakukan pendederan benih ukuran 1-3 cm dengan menggunakan wadah hapa

    ukuran 2x1x1 m3 yang dipasang di kolam. Pertumbuhan ikan gabus haruan relatif

    lambat di mana pada pendederan benih ukuran 1-3 cm memerlukan waktu selama

    1 bulan untuk mencapai ukuran panjang 3-5 cm dan pendederan benih ukuran

    3-5 cm memerlukan waktu selama 1 bulan untuk mencapai ukuran 5-8 cm.

    Pembesaran ikan gabus haruan ukuran 5-8 cm di kolam selama 7 bulan dapat

    mencapai ukuran induk jantan dengan panjang 22,7±2,44 cm dan bobot

    177,67±57,70 g, sedangkan ukuran induk betina dengan panjang 22,4±1,21 cm

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 17

    dan bobot 178,47±21,46 g. Berikut ini gambar pertumbuhan benih ikan gabus

    haruan sampai menjadi induk yang dihitung mulai saat menetas.

    Benih umur 30 hari

    (panjang tubuh 1-3 cm)

    Benih umur 60 hari

    (panjang tubuh 3-5 cm)

    Benih umur 90 hari

    (panjang tubuh 5-8 cm)

    Benih umur 120 hari

    (panjang tubuh 8-12 cm)

    Induk jantan umur 300 hari

    (berat 177,67±57,70 g)

    Induk betina umur 300 hari

    (berat 178,47±21,46 g)

    Gambar 5. Pertumbuhan benih ikan gabus haruan dihitung mulai saat menetas

    hingga mencapai ukuran induk

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 18

    3.1.5. Nilai Toleransi Lingkungan

    Uji toleransi terhadap lingkungan dilakukan pada ikan gabus haruan dari

    tahap pemijahan, pendederan, dan pembesaran. Pengujian dilakukan dengan

    mengukur suhu, pH, dan oksigen terlarut media pemeliharaan ikan menggunakan

    peralatan termometer, pH indikator/kertas lakmus, dan DO meter sebanyak 2 kali

    setiap minggu pada waktu pagi, siang, dan sore selama periode satu tahun.

    Pengujian toleransi salinitas dilakukan pada skala percobaan di laboratorium

    selama 1 bulan.

    1. Salinitas

    Hasil uji toleransi salinitas pada ikan gabus haruan disajikan pada Tabel 7.

    Ikan gabus haruan merupakan termasuk ikan yang bersifat stenohaline, yaitu jenis

    organisme air yang kurang dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan budidaya

    yang bersalinitas. Ikan gabus haruan hanya mampu beradaptasi sampai salinitas

    12 g/L. Berdasarkan uji coba perubahan salinitas terhadap kelangsungan hidup

    benih ikan gabus haruan ukuran 5-8 cm yang dipelihara dalam akuarium selama

    1 bulan dari kondisi salinitas 0 g/L kemudian dinaikkan secara bertahap setiap

    satu minggu menjadi salinitas 5 g/L; 10 g/L hingga mencapai 12 g/L, terlihat

    bahwa pada kondisi salinitas 12 g/L ikan gabus haruan mengalami kematian.

    Selain itu, tingkat salinitas yang diberikan dalam perlakuan kemungkinan terlalu

    tinggi di luar batas toleransi ikan gabus haruan. Mansuri et al. (1979) melaporkan

    bahwa toleransi salinitas dan periode kematian pada ikan stenohaline air tawar

    ikan gabus Channa punctatus dengan ukuran kecil (6-8 cm) dan besar (20-30 cm),

    kematian akibat stres osmotik disebabkan adanya kenaikan salinitas lebih dari

    6 g/L.

    Uji coba pemeliharaan benih ikan gabus haruan ukuran 5-8 cm selama

    1 bulan dengan perlakuan penambahan salinitas secara bertahap hingga mencapai

    salinitas yang berbeda menunjukkan bahwa kelangsungan hidup ikan gabus

    haruan pada perlakuan kontrol sebesar 78,0±26,94%; salinitas maksimal 5 g/L

    sebesar 46,67±29,05 %; salinitas maksimal 10 g/L sebesar 48,89±3,84%; dan

    salinitas maksimal 12 g/L sebesar 8,89±15,39 %. Hal tersebut memperlihatkan

    pola kecenderungan kelangsungan hidup menurun dengan bertambahnya salinitas.

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 19

    Pemeliharaan ikan gabus haruan pada salinitas 5 g/L tidak mempengaruhi

    pertumbuhan ikan gabus haruan secara signifikan sehingga dapat dikatakan bahwa

    ikan gabus haruan pada kegiatan ini mampu bertoleransi dengan baik sampai

    dengan salinitas 5 g/L. Namun demikian, pada kondisi pemeliharaan dengan

    salinitas 10 g/L pengaruh terhadap pertumbuhan ikan gabus haruan terlihat nyata

    dengan ditandai kurangnya nafsu makan ikan sehingga tubuh ikan terlihat kurus,

    dan pada pemeliharaan ikan gabus haruan pada salinitas 12 g/L menyebabkan ikan

    gabus mengalami kematian yang sangat tinggi.

    Tabel 7. Data uji toleransi salinitas pada benih ikan gabus haruan selama masa

    pemeliharaan 30 hari

    No. Perlakuan

    Salinitas (g/L)

    Pertumbuhan

    panjang relatif (%)

    Pertumbuhan

    bobot relatif (%)

    Kelangsungan

    hidup (%) Keterangan

    1. 0 (Kontrol) 48,62±11,69 356,10±94,27 78,00±26,94 -

    2. 5 30,22±27,59 229,79±203,64 46,67±29,05 -

    3. 10 26,11±20,53 139,54±118,89 48,89±3,84 -

    4. 12 2,68 11,37 8,89±15,39 Benih ikan

    gabus pada

    ulangan ke-1

    dan ke-2 mati

    total pada

    percobaan

    hari ke-18

    2. Suhu

    Hasil pengamatan dan pengukuran suhu di lapangan menunjukkan bahwa

    pada tahap pemijahan ikan gabus haruan dapat memijah dengan kisaran suhu

    27,9-31,2 ˚C. Tahap pendederan benih ikan gabus haruan selama 60 hari hingga

    mencapai ukuran 8-12 cm menghasilkan pertumbuhan yang baik dengan kisaran

    suhu 27,8-32,5 ˚C, sedangkan pada tahap pembesaran, ikan gabus haruan mampu

    hidup dan tumbuh dengan baik dengan kisaran suhu 26,8-32,1 ˚C.

    3. Oksigen

    Hasil pengamatan dan pengukuran oksigen terlarut di lapangan

    menunjukkan bahwa pada tahap pemijahan ikan gabus haruan dapat memijah

    dengan kisaran kisaran oksigen terlarut 0,6-8,7 mg/L. Tahap pendederan benih

    ikan gabus haruan selama 60 hari hingga mencapai ukuran 8-12 cm menghasilkan

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 20

    pertumbuhan yang baik dengan kisaran oksigen terlarut 0,5-7,4 mg/L, sedangkan

    pada tahap pembesaran, ikan gabus haruan mampu hidup dan tumbuh dengan baik

    dengan kisaran oksigen terlarut 0,2-8,6 mg/L.

    4. pH

    Hasil pengamatan dan pengukuran pH di lapangan menunjukkan bahwa

    pada tahap pemijahan ikan gabus haruan dapat memijah dengan kisaran pH 5,3-7.

    Tahap pendederan benih ikan gabus haruan selama 60 hari hingga mencapai

    ukuran 8-12 cm menghasilkan pertumbuhan yang baik dengan kisaran pH 4-6,3.

    Pada tahap pembesaran, ikan gabus haruan mampu hidup dan tumbuh dengan baik

    dengan kisaran pH 4,4-6,1.

    3.1.6. Kualitas Daging

    Uji kualitas daging dilakukan pada ikan gabus haruan ukuran konsumsi

    dari hasil budidaya pembesaran. Jumlah ikan yang diukur sebanyak 10 ekor.

    Pengujian dilakukan dengan menghitung berat karkas dan fillet ikan gabus haruan

    serta dengan melakukan analisis proksimat.

    1. Bagian Edible

    Edible portion adalah suatu bagian ikan yang dapat kita makan mulai dari

    ujung insang terluar sampai pangkal sirip ekor. Bagian tubuh ikan yang utama

    untuk kita makan adalah otot atau urat yang disebut sebagai daging ikan.

    Penghitungan bagian edible pada ikan gabus haruan yang telah dilakukan

    menunjukkan bahwa ikan gabus haruan memiliki bagian fillet sebesar

    39,47±3,35 % dan total daging, kulit, tulang, tanpa kepala (karkas) sebesar

    52,04±2,32 %. Bagian daging (fillet) ikan gabus haruan cukup besar dikarenakan

    bentuk tubuh ikan memanjang dan ukuran tulang lebih kecil sehingga lebih

    banyak terdapat daging dibandingkan tulang. Secara lengkap mengenai bagian

    edible ikan gabus haruan disajikan dalam Tabel 8. Data perhitungan bagian edible

    ikan gabus haruan dapat dilihat pada Lampiran 10.

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 21

    Tabel 8. Persentase karkas dan fillet ikan gabus haruan

    Jenis Kelamin

    Bobot ikan Karkas

    (Daging+Tulang+Kulit)

    Fillet (Daging)

    g g % g %

    Rerata Jantan 174,75±11,22 94,43± 9,23 53,97±2,25 71,40 ± 9,91 40,74±3,26

    Rerata Betina 172,23±38,04 87,58±20,27 50,76±1,30 67,30±19,57 38,62±3,41

    Rerata 173,24±29,11 90,32±16,40 52,04±2,32 68,94±15,81 39,47±3,35

    2. Analisis Proksimat

    Analisis proksimat juga dilakukan terhadap sampel ikan yang telah

    dilakukan perhitungan bagian edible. Hasil analisis proksimat menunjukkan

    bahwa nilai rerata kadar protein ikan gabus sebesar 18,14±0,94 % berdasarkan

    bobot basah, dan 77,41±2,23% berdasarkan bobot kering. Hasil analisis proksimat

    ikan gabus haruan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10.

    Tabel 9. Kadar proksimat ikan gabus haruan berdasarkan bobot basah (%)

    Jenis

    Kelamin Protein Lemak Air Abu Serat BETN

    Rerata Jantan 17,86±1,50 0,98±0,19 77,12±1,62 1,95±0,43 0,50±0,32 1,57±0,34

    Rerata Betina 18,34±0,38 1,49±0,36 76,14±0,87 2,26±0,37 0,38±0,26 1,39±0,36

    Rerata 18,14±0,94 1,28±0,39 76,56± 1,23 2,13±0,39 0,43±0,27 1,46±0,33

    Tabel 10. Kadar proksimat ikan gabus haruan berdasarkan bobot kering (%)

    Jenis Kelamin Protein Lemak Abu Serat BETN

    Rerata Jantan 78,05±1,95 4,31±0,79 8,56±1,76 2,18±1,33 6,88±1,64

    Rerata Betina 76,91±2,58 6,24±1,41 9,43±1,32 1,59±1,04 5,80±1,41

    Rerata 77.41±2.23 5,41±1,50 9,06±1,46 1,85±1,11 6,27±1,49

    3. Analisis Albumin

    Analisis albumin dilakukan terhadap sampel ikan gabus haruan hasil

    budidaya dan ikan gabus haruan hasil tangkapan dari alam. Sampel ikan gabus

    haruan dibuang isi perut dan sisiknya kemudian diblender dan dimasukkan dalam

    oven dengan suhu 50-60 ºC selama 2 hari. Setelah kering kemudian sampel ikan

    diblender lagi dan disaring dengan saringan tepung. Hasil saringan berupa tepung

    ikan gabus haruan yang akan digunakan dalam analisis albumin. Analisis albumin

    dilakukan dengan mengirimkan sampel ikan gabus haruan hasil domestikasi

    dalam bentuk tepung ke Laboratorium Lingkungan Jurusan Kimia Universitas

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 22

    Brawijaya di Malang. Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai rerata kadar

    albumin ikan gabus haruan hasil budidaya sebesar 6,36±0,00% dari sampel, dan

    kadar albumin ikan gabus haruan hasil tangkapan dari alam sebesar 7,02±0,01%

    dari sampel. Hasil analisis albumin ikan gabus haruan secara lengkap dapat dilihat

    pada Tabel 11. Laporan hasil analisis albumin secara lengkap dapat dilihat pada

    Lampiran 14.

    Tabel 11. Hasil analisis kadar albumin ikan gabus haruan

    Sampel ikan Kadar albumin

    (% dari sampel)

    Metode analisis

    Satuan Pereaksi Metode

    Hasil budidaya 6,36 ± 0,00 % Reagen Biuret Spektrofotometri Tangkapan

    alam 7,02 ± 0,01 % Reagen Biuret Spektrofotometri

    Sumber : Data hasil analisis albumin Laboratorium Lingkungan Unibraw Malang

    3.1.7. Jenis Pakan dan Kebiasaan Makan (Food and Feeding Habits)

    Pengujian terhadap jenis pakan dan kebiasaan makan dilakukan pada ikan

    gabus haruan mulai ukuran larva sampai ikan dewasa dari tahap pemijahan,

    pendederan, dan pembesaran. Pengujian dilakukan dengan mengamati respons

    ikan terhadap pakan yang diberikan serta dengan mengamati isi lambung ikan

    gabus haruan yang dipelihara dengan menggunakan mikroskop.

    Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa ikan gabus haruan

    bersifat karnivora di mana ikan gabus haruan memakan ikan lain yang berukuran

    lebih kecil, juga memangsa serangga dan katak. Ikan gabus haruan cenderung

    memangsa makanannya yang aktif bergerak dengan cara menyambar mangsanya

    yang berada di atas permukaan air. Hasil pengamatan di lapangan yang telah

    dilakukan mulai tahun 2011 sampai 2014 diketahui bahwa ikan gabus haruan

    yang dipelihara dalam kolam dapat mengonsumsi pakan buatan berupa pelet

    apung (protein minimal 32%, lemak minimal 6%, serat kasar maksimal 4,3%, abu

    maksimal 11%, kadar air maksimal 12%). Pemberian pakan buatan yang dipilih

    berupa pelet apung dikarenakan ikan gabus haruan lebih merespons pakan apung

    yang diberikan dibandingkan dengan pakan tenggelam (protein minimal 30%,

    lemak minimal 6%, serat kasar maksimal 5%, abu maksimal 10%, kadar air

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 23

    maksimal 12%). Ikan gabus haruan yang dipelihara dalam kolam lebih aktif

    memakan pelet apung pada pagi dan sore hari.

    Hasil pengamatan di lapangan mengenai jenis makanan ikan gabus haruan

    diketahui bahwa benih ikan gabus haruan selain memakan pelet juga memakan

    pakan alami berupa serangga air dan plankton. Dari hasil pengamatan isi lambung

    benih ikan gabus haruan ukuran 3-5 cm yang berasal dari kolam budidaya dapat

    diketahui makanan benih ikan gabus haruan berupa pelet, serangga air, daphnia,

    moina, cyclop, chironomus, dan rotifer.

    Ikan gabus haruan bersifat karnivora, kebiasaan makan/feeding habits

    adalah memakan cacing, udang, katak, dan ikan lain (Mohsin & Ambak, 1983).

    Ikan gabus haruan dilaporkan sebagai ikan yang suka menyendiri (kecuali selama

    musim pemijahan), memiliki daerah teritorial, dan memangsa dengan cara

    menyergap mangsanya (Lee & Ng, 1991). Jhingran (1984) menyatakan bahwa

    larva ikan gabus haruan memakan serangga dan kutu air; juvenil ikan gabus

    haruan lebih suka memakan larva diptera, zooplankton, dan benih ikan lain; dan

    ikan dewasa bersifat karnivora. Mahan et al. (1978) melaporkan hasil

    penelitiannya di sebuah danau di waduk Kedungombo Jawa Tengah bahwa dari

    32 individu ikan gabus haruan berukuran panjang antara 3,5-36,7 cm yang

    diperiksa 47% isi ususnya adalah udang. Selanjutnya, Dasgupta (2000)

    melaporkan dari penelitian di perairan barat Bengal, India bahwa ikan gabus

    mengonsumsi terutama serangga (40 %), ikan (30 %) dan krustasea (10 %).

    3.1.8. Reproduksi

    Uji reproduksi dilakukan pada ikan yang telah mencapai umur ikan

    dewasa pertama kali (bulan). Pengujian reproduksi dilakukan pada ikan gabus

    haruan yang telah mencapai ukuran dewasa pertama kali atau berumur 10 bulan

    yang dihitung sejak telur menetas dengan melalui proses kegiatan adaptasi

    terhadap pakan buatan, pengamatan karakter induk, pemeliharaan dan pematangan

    induk, pemilihan induk matang gonad, pemijahan, pengamatan perkembangan

    telur, dan penghitungan fekunditas.

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 24

    1. Adaptasi terhadap Pakan Buatan

    Pada tahun 2011 dilakukan koleksi ikan gabus haruan yang diperoleh dari

    tangkapan alam di sekitar lokasi Instalasi budidaya ikan lahan gambut Pulang

    Pisau. Ikan gabus haruan yang dikumpulkan berukuran benih dengan panjang

    1-3 cm sebanyak 3.000 ekor. Setelah itu benih ikan tersebut diadaptasikan dengan

    pakan buatan pelet tepung crumble (protein minimal 40%, lemak minimal 6%,

    serat kasar maksimal 3%, abu maksimal 15%, kadar air maksimal 10%) selama

    1 bulan sampai mencapai ukuran 3-5 cm, kemudian benih ikan dipelihara dalam

    hapa selama 1 bulan sampai mencapai ukuran 5-8 cm, dan dilanjutkan lagi

    dipelihara dalam hapa selama 1 bulan sampai mencapai ukuran 8-12 cm dengan

    pemberian pakan pelet apung crumble (protein 39%-41%, lemak minimal 5%,

    serat kasar maksimal 6%, abu maksimal 16%, kadar air maksimal 10%).

    Selanjutnya benih ikan gabus haruan dipelihara dalam hapha yang dipasang di

    kolam IBILAGA Pulang Pisau selama 7 bulan dengan pemberian pakan pelet

    apung no. 2 (protein minimal 32%) sampai menjadi induk (Lampiran 9).

    Ikan gabus haruan termasuk kelompok ikan karnivora sehingga dari

    beberapa jenis pakan buatan berupa pelet komersial yang bersumber dari bahan

    nabati dan hewani diujicobakan. Pemberian pakan dilakukan sekenyangnya

    (satiasi), diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore). Pada pengamatan awal digunakan

    ikan gabus haruan dewasa yang berasal dari tangkapan alam, namun terlihat ikan

    gabus haruan tidak memberikan respon terhadap pakan buatan berupa pelet apung

    (protein sekitar 30%). Oleh karena itu, adaptasi pakan buatan dalam pemeliharaan

    ikan gabus haruan diganti dengan menggunakan benih ikan gabus haruan

    berukuran 1-3 cm dengan pemberian pakan pelet berbentuk tepung (protein 40%)

    sampai akhirnya menjadi ukuran induk (G0) yang sudah terbiasa memakan pakan

    buatan berupa pelet apung (protein 32%). Adaptasi tersebut membuat ikan gabus

    haruan terbiasa memakan pakan buatan. Hasil pengamatan di lapangan diketahui

    adanya peningkatan jumlah pakan yang dikonsumsi benih ikan gabus haruan

    setiap hari dari 5% bobot badan hingga meningkat sampai 10% dari bobot badan

    per hari. Dengan demikian bahwa tingkat adaptasi terhadap pakan buatan telah

    berhasil dilakukan.

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 25

    2. Pengamatan Karakter Induk

    Ketersediaan induk matang gonad adalah salah faktor utama dalam proses

    pemijahan. Agar didapat induk yang matang gonad, maka perlu dilakukan

    manajemen induk, meliputi: pemeliharaan induk, pematangan induk, penanganan

    adaptasi terhadap pakan buatan, observasi perkembangan gonad dan pemilihan

    induk matang. Perbedaan yang menonjol antara induk ikan gabus haruan jantan

    dan induk betina, yaitu warna tubuh induk jantan (Gambar 6) lebih gelap

    dibanding induk betina (Gambar 7). Induk jantan memiliki bentuk tubuh yang

    ramping dan memanjang (Gambar 8), ciri pada bagian genital papilla terlihat

    adanya tonjolan kecil dengan lubang urogenital memanjang (Gambar 10),

    sedangkan induk betina memiliki bentuk tubuh yang membulat dan lebar

    (Gambar 9), ciri pada bagian genital pore terlihat oval dengan lubang urogenital

    melebar (Gambar 11). Selain itu, induk gabus haruan jantan ditandai dengan

    lubang kelamin memerah dan apabila diurut keluar cairan putih bening. Induk

    betina ditandai dengan warna tubuh lebih terang, perut membesar dan lembek, bila

    diurut keluar telur. Semakin besar ukuran induk maka perbedaan lubang kelamin

    akan terlihat jelas sehingga semakin mudah dalam membedakan induk jantan dan

    induk betina. Deskripsi karakter induk ikan gabus haruan yang telah diamati

    disajikan pada Gambar 6-11.

    Gambar 6. Warna tubuh induk jantan

    lebih gelap

    Gambar 7. Warna tubuh induk betina

    lebih terang

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 26

    Gambar 8. Bentuk tubuh induk jantan

    lebih ramping

    Gambar 9. Bentuk tubuh induk betina

    lebih membulat dan lebar

    Gambar 10. Bagian urogenital induk

    jantan, terdapat tonjolan kecil (genital

    papilla)

    Gambar 11. Bagian urogenital induk

    betina, genital pore oval dan melebar

    3. Pemeliharaan dan Pematangan Induk

    Pemeliharaan induk ikan gabus haruan dilakukan di hapa yang dipasang

    dalam kolam yang kondisi lingkungannya disesuaikan seperti habitat aslinya.

    Hapa yang digunakan berukuran 4x2x1 m3 dengan kepadatan ikan 120-180

    ekor/hapa (Gambar 12). Pada bagian atas hapa dilengkapi dengan tutup untuk

    mencegah agar ikan gabus haruan tidak melompat keluar dan ikan-ikan liar tidak

    masuk ke dalam hapa induk. Induk diberi pakan pelet apung (protein 32%) dosis

    3% dari bomassa perhari pada pagi dan sore hari.

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 27

    Gambar 12. Hapa pemeliharaan induk ikan gabus haruan yang dipasang di kolam.

    Sumber air yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan induk,

    pemijahan, pendederan, dan penetasan telur berasal dari air resapan dalam tanah.

    Adapun parameter kualitas air kimia dan fisika dapat dilihat dalam Tabel 12.

    Tabel 12. Parameter sifat kimia dan fisika air di Instalasi Budidaya Ikan Lahan

    Gambut Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.

    Parameter Nilai

    Suhu

    Kecerahan

    Oksigen terlarut

    pH air

    Amonia

    NO2

    26,8-32,5 ˚C

    25-30 cm

    0,2-8,6 mg/L

    4 – 7

    0,0 – 0,02 mg/L max

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 28

    sebanyak 30 ekor induk betina dengan menggunakan pakan pelet apung (kadar

    protein 30-32%, lemak 6%) sebanyak 3% dari bobot biomassa dengan pemberian

    2 kali sehari dapat memberikan hasil tingkat kematangan gonad induk betina

    berkisar antara 8,3-26,7%.

    Setiap bulan sekali dilakukan pengamatan perkembangan gonad dengan

    cara memilih induk yang telah matang gonad untuk persiapan pemijahan dari total

    60 ekor induk yang digunakan. Selanjutnya induk hasil seleksi yang matang

    gonad akan dipijahkan dalam hapa pada bak terpal dengan perbandingan 1 jantan :

    1 betina. Hasil pemilihan induk matang gonad dapat dilihat pada Tabel 13.

    Tabel 13. Pengamatan perkembangan gonad induk ikan gabus haruan

    (Channa striata Bloch 1793)

    Waktu

    (bulan)

    Induk Jumlah

    (ekor)

    Keterangan

    Februari Jantan 30 12 ekor TKG III, 10 TKG IV, 8 TKG II

    Betina 30 8 ekor TKG III, 12 TKG IV, 10 TKG II

    Maret Jantan 28 10 ekor TKG III, 11 TKG IV, 7 TKG II

    Betina 28 4 ekor TKG III , 16 TKG IV, 8 TKG II

    April Jantan 26 6 ekor TKG III, 10 TKG IV, 10 TKG II

    Betina 26 4ekor TKG III, 10 TKG IV, 12 TKG II

    Juli Jantan 24 2 ekor TKG III, 9 TKG IV, 13 TKG II

    Betina 24 2 ekor TKG III, 7 TKG IV, 15 TKG II Tingkat Kematangan Gonad terdiri atas TKG I : Dara, TKG II : Berkembang, TKG III : Mijah,

    TKG IV : Salin.

    Dari hasil seleksi diperoleh induk yang siap pijah dengan TKG III yang

    digunakan untuk pemijahan alami dan semi-buatan. Pemijahan ikan gabus haruan

    secara alami dan semi-buatan masing-masing menggunakan sepasang induk

    dengan perbandingan 1 ekor induk jantan dan 1 ekor induk betina. Pemijahan ikan

    gabus haruan dilakukan selama bulan Februari, Maret, April dan Juli. Hasil

    pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa ikan gabus haruan mencapai puncak

    musim pemijahan pada awal musim hujan sampai akhir musim hujan, dan saat

    musim kemarau ikan gabus haruan yang matang gonad mulai berkurang namun

    masih dapat dipijahkan. Pada awal musim kemarau ikan gabus haruan yang

    matang gonad lebih sedikit namun ikan gabus haruan dapat memijah sepanjang

    tahun di mana dalam tiap tahun dapat memijah 2 atau 3 kali bahkan lebih.

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 29

    4. Pemilihan Induk Matang Gonad

    Ciri-ciri visual pada ikan gabus haruan yang sudah matang gonad adalah

    induk jantan yang matang ditandai dengan adanya titik pada lubang kelamin yang

    agak kemerahan dan apabila ditekan keluar cairan bening (Gambar 13). Induk

    betina yang matang gonad ditandai dengan bagian perut membesar (buncit)

    lembek dan lubang kelamin kemerah-merahan (Gambar 14).

    Gambar 13. Induk jantan matang

    gonad

    Gambar 14. Induk betina matang

    gonad

    Induk-induk yang terpilih untuk kegiatan pemijahan diberi nomor dengan

    cara memasang tag/nomor yang ditempatkan pada bagian depan sirip punggung,

    agar tagging tidak mudah terlepas, tidak mengganggu pergerakan ikan, serta

    mudah dalam pembacaan pada saat sampling (Gambar 15 dan 16).

    Gambar 15. Tagging plastik Gambar 16. Pemberian tanda (tagging)

    pada ikan gabus haruan

    Tagging

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 30

    5. Pemijahan

    Perilaku Pemijahan

    Hasil pengamatan perilaku pemijahan (mating behavior) induk ikan gabus

    haruan dapat dijelaskan sebagai berikut:

    • Perilaku pemijahan ditandai induk jantan bergerak mendekati dan mengelilingi

    induk betina sebagai tanda mulai terjadi ovulasi

    • Saat terjadi pemijahan induk jantan melengkungkan tubuh pada tubuh induk

    betina

    • Kemudian induk betina mengeluarkan telur diikuti induk jantan mengeluarkan

    sperma untuk membuahi telur

    • Telur-telur yang mengandung lemak mengapung pada permukaan air dan

    setelah pemijahan selesai maka kedua induk ikan gabus haruan menjaga telur

    dengan cara bergerak berputar di bawah permukaan air

    • Ikan gabus haruan bersifat partial spawning yaitu memijah sebagian dimana

    seluruh telur tidak dikeluarkan semua sehingga induk ikan akan memijah lagi

    hingga 2-3 kali dengan interval waktu yang tidak menentu.

    Untuk membuktikan bahwa ikan gabus haruan

    bersifat partial spawning, maka dilakukan pembedahan induk ikan gabus haruan

    betina yang telah memijah. Induk ikan gabus haruan setelah memijah pada hari

    kelima dan ketujuh dibedah dan diamati secara visual kondisi gonadnya kemudian

    dilakukan pengamatan histologi gonad untuk mengetahui lebih jelas

    perkembangan gonad induk ikan gabus haruan.

    Hasil pengamatan terhadap gonad induk betina ikan gabus haruan

    menunjukkan bahwa telur ikan gabus haruan masih terdapat dalam gonad induk

    ikan gabus haruan yang telah memijah. Berdasarkan pengamatan histologi

    diketahui bahwa tahap perkembangan gonad induk ikan gabus haruan yang

    terlihat masuk pada stadium 3, stadium 4, stadium 5, dan 6 dimana pada

    pengamatan bagian anterior telur didominasi telur pada stadium 3 dan 4, bagian

    tengah didominasi telur pada stadium 5, bagian posterior masuk pada stadium 6

    dimana terlihat oosit atresia (Lawson, et. al, 2010). Hal ini membuktikan bahwa

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 31

    ikan gabus haruan bersifat partial spawning atau memijah sebagian. Gambaran

    gonad induk ikan gabus haruan ditampilkan pada Gambar 17-20.

    Gambar 17. Gonad induk setelah

    memijah pada hari kelima Gambar 18. Gonad induk setelah memijah

    pada hari ketujuh

    Gambar 19. Histologi gonad bagian

    belakang induk pada hari kelima pasca

    memijah (Skala 1 : 500 µm).

    Gambar 20. Histologi gonad bagian

    belakang induk pada hari ketujuh

    pasca memijah (Skala 1 : 500 µm).

    Pemijahan Secara Alami

    Data hasil pemijahan alami induk ikan gabus haruan disajikan pada

    Tabel 13. Pemijahan alami meliputi kegiatan pemilihan induk matang gonad,

    pencampuran induk, proses pemijahan, dan penetasan telur. Pemilihan induk

    dilakukan dengan melihat ciri-ciri visual induk jantan dan betina yang telah

    matang gonad, kemudian induk yang matang gonad dikumpulkan dalam

    baskom. Pencampuran induk dilakukan dengan memasukkan induk pada tiap

    bak pemijahan sebanyak satu pasang induk jantan dan betina (Gambar 21).

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 32

    Gambar 21. Bak pemijahan ikan gabus haruan

    Selanjutnya ditambahkan tanaman enceng gondok untuk tempat

    berlindung bagi telur yang akan dikeluarkan induk ikan gabus. Proses

    pemijahan alami biasanya akan terjadi selama 1-2 minggu. Setiap hari

    dilakukan pemeriksaan di bak pemijahan, apabila induk telah memijah akan

    ditandai dengan banyaknya tanaman air (enceng gondok) yang patah dan

    terdapat telur di permukaan air. Selanjutnya telur ikan gabus haruan dibiarkan

    sampai menetas di bak pemijahan selama 24-38 jam. Data hasil pemijahan alami

    induk ikan gabus haruan disajikan pada Tabel 14.

    Tabel 14. Data hasil pemijahan alami induk ikan gabus haruan

    No

    Hapa.

    Jumlah induk

    (ekor)

    Bobot induk

    (g) Keterangan

    Interval

    Waktu

    Pemijahan Jantan Betina Jantan Betina

    1 1 1 144,5 236,6 memijah 14 hari 2 1 1 200 220 memijah 6 hari 3 1 1 175 225 memijah 10 hari 4 1 1 140 215,5 memijah 8 hari

    Pemijahan Secara Semi-buatan

    Pemijahan semi-buatan meliputi kegiatan pemilihan induk matang gonad,

    penyuntikan hormon, pencampuran induk, proses pemijahan, dan penetasan telur.

    Pemilihan induk dilakukan dengan melihat ciri-ciri visual induk jantan dan betina

    yang telah matang gonad, kemudian induk yang matang gonad dikumpulkan

    dalam baskom. Penyuntikan ovaprim dilakukan secara intramuskuler terhadap

    Tempat pemijahan ikan gabus haruan

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 33

    induk jantan dan betina sebanyak 1 kali penyuntikan dengan dosis 0,5 ml/kg.

    Selanjutnya dilakukan pencampuran induk dengan memasukkan induk

    jantan dan betina hasil seleksi pada tiap bak pemijahan sebanyak satu pasang

    induk jantan dan betina. Proses pemijahan biasanya akan terjadi selama 1-7 hari.

    Setiap hari dilakukan pemeriksaan di bak pemijahan apabila induk telah memijah

    akan terdapat telur dipermukaan air. Selanjutnya telur ikan gabus haruan yang

    telah keluar dibiarkan sampai menetas di bak pemijahan selama 24-38 jam. Data

    hasil pemijahan semi-buatan induk ikan gabus haruan disajikan pada Tabel 15.

    Tabel 15. Data hasil pemijahan semi-buatan induk ikan gabus haruan

    No

    Hapa.

    Jumlah Induk

    (ekor)

    Bobot Induk

    (g) Keterangan

    Interval

    Waktu

    Pemijahan Jantan Betina Jantan Betina

    1 1 1 120,9 173,4 memijah 1 hari 2 1 1 215,0 151,9 memijah 3 hari 3 1 1 139,5 157,0 memijah 2 hari 4 1 1 150,5 270,0 memijah 5 hari

    5. Pengamatan Perkembangan Telur

    Telur ikan gabus haruan mempunyai sifat tidak lengket dan mengapung

    dipermukaan air. Telur yang telah dibuahi berwarna bening, sedangkan telur yang

    tidak dibuahi berwarna putih (Gambar 22). Telur yang belum dibuahi

    mempunyai diameter 0,9-1,5 mm. Setelah dibuahi, ukuran diameter telur akan

    berkembang menjadi 1,7-2,3 mm. Evaluasi keberhasilan pembuahan dapat diamati

    secara visual setelah terjadinya fase pembelahan sel kutub anima. Kecepatan

    perkembangan embrio selama proses inkubasi telur dipengaruhi oleh fisika dan

    kimia air khususnya suhu air. Proses perkembangan embrio pada suhu 27-30 ˚C

    sampai menetas memerlukan waktu 24-38 jam (Gambar 23).

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 34

    Gambar 22. Telur ikan gabus haruan yang terbuahi dan tidak terbuahi.

    Telur ikan gabus haruan setelah

    ovulasi terlihat rongga peritelin

    berkembang (1652,4 µm)

    Telur setelah 6-8 jam (diameter 1722,6

    µm), fase morula

    Fase gastrula (11-13 jam setelah

    pembuahan)

    Fase blastophore (16-18 jam setelah

    pembuahan)

    TELUR TIDAK DIBUAHI

    TELUR DIBUAHI

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 35

    Telur menetas antara 24-38 jam

    setelah pembuahan menjadi larva

    (panjang tubuh 3,826 mm)

    Gambar 23. Perkembangan telur ikan gabus haruan

    6. Penghitungan Fekunditas, Derajat Pembuahan, dan Derajat Penetasan

    Data fekunditas, derajat pembuahan, dan derajat penetasan telur dari hasil

    pemijahan alami dan semi-buatan ikan gabus haruan masing-masing disajikan

    pada Tabel 16 dan 17.

    Tabel 16. Data fekunditas, derajat pembuahan, dan derajat penetasan telur dari

    hasil pemijahan alami

    No Hapa.

    Bobot Induk (g) Fekunditas

    (butir)

    Derajat

    Pembuahan

    (%)

    Derajat

    Penetasan

    (%) Jantan Betina

    1 144,5 236,6 3250 86 54

    2 200,0 220,0 2660 82 41

    3 175,0 225,0 4970 79 42

    4 140,0 215,5 2790 93 83

    Tabel 17. Data fekunditas dan derajat penetasan telur dari hasil pemijahan semi-

    buatan

    No Hapa. Bobot Induk (g) Fekunditas

    (butir)

    Derajat

    Pembuahan

    (%)

    Derajat

    penetasan

    (%) Jantan Betina

    1 120,9 173,4 5350 80 45

    2 215,o 151,9 3460 75 50

    3 139,5 157,0 5200 78 52

    4 150,5 270,0 7140 89 71

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 36

    Hasil pengamatan fekunditas pada pemijahan alami dan semi buatan

    memperlihatkan bahwa telur yang dihasilkan bervariasi tergantung bobot induk

    betinanya. Dari hasil kegiatan pemijahan alami dan semi buatan telur yang

    dihasilkan bervariasi tergantung bobot induk betinanya. Nilai fekunditas ikan

    gabus dari pemijahan secara semi buatan lebih besar dari nilai fekunditas ikan

    dengan pemijahan secara alami diduga karena metode rangsangan hormon melalui

    penyuntikan menyebabkan induk ikan lebih mudah mengeluarkan telur

    dibandingkan dengan pemijahan secara alami. Induk ikan gabus haruan dapat

    memijah beberapa kali dalam 1 tahun pemijahan, di mana telur yang besar akan

    dikeluarkan lebih dahulu sesuai dengan yang dikemukakan Bijaksana (2006)

    bahwa ikan gabus memijah secara partial spawner di mana dalam satu musim

    pemijahan ikan gabus dapat memijah 2-3 kali pada induk yang sama. Hasil

    pengamatan fekunditas yang dilakukan dengan cara membedah dan menghitung

    jumlah total telur diperoleh jumlah telur antara 8.140 – 10.085 butir dengan bobot

    induk betina berkisar antara 270 – 360 gram/ekor. Dari hasil penghitungan derajat

    pembuahan telur ikan gabus haruan tergolong baik berkisar antara 75-93%,

    sedangkan derajat penetasan telur ikan masih tergolong rendah antara 41-83%.

    Menurut Nikolsky (1969) bahwa jumlah telur masak sebelum dikeluarkan

    pada saat ikan itu akan memijah dinamakan fekunditas individu atau fekunditas

    mutlak. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan.

    Nikolsky (1969) selanjutnya menyatakan bahwa fekunditas individu adalah

    jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Dalam

    ovari biasanya ada dua macam ukuran telur, yang besar dan yang kecil. Telur yang

    besar akan dikeluarkan pada tahun itu dan yang kecil akan dikeluarkan pada tahun

    berikutnya. Namun apabila kondisi baik, telur yang kecilpun akan dikeluarkan

    menyusul telur yang besar. Sehubungan dengan hal ini maka perlu menentukan

    fekunditas ikan apabila ovari ikan itu sedang dalam tahap kematangan yang ke-IV

    dan yang paling baik sesaat sebelum terjadi pemijahan.

    3.1.9. Ketahanan terhadap Penyakit

    Uji ketahanan terhadap penyakit dilakukan pada ikan gabus haruan dengan

    cara pengamatan dan pemeriksaan ikan yang terserang penyakit selama tahap

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 37

    pemijahan, pendederan, dan pembesaran. Pengujian dilakukan dengan mengambil

    sampel ikan hidup yang menunjukkan gejala serangan penyakit, kemudian

    dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan metode pemeriksaan parasit, jamur,

    dan bakteri. Uji tantang dilakukan pada penyakit bakteri Aeromonas hydrophila

    yang dijumpai menyerang ikan gabus haruan.

    Identifikasi atau pemeriksaan penyakit pada ikan gabus haruan hasil

    budidaya telah dilakukan selama tahun 2013-2014. Penyakit yang dijumpai

    menyerang ikan gabus haruan selama dalam kegiatan pemeriksaan penyakit

    adalah jenis parasit, jamur, dan bakteri yang secara lengkap dapat dilihat pada

    Tabel 18.

    Tabel 18. Data identifikasi penyakit pada ikan gabus haruan

    (Channa striata Bloch 1793)

    No. Jenis

    Sampel Asal Sampel

    Jenis penyakit yang ditemukan

    Parasit Jamur Bakteri

    1. Benih Mandiangin, Pulang Pisau

    - Ichthyoptirius

    multifilis/ White

    spot. - Trichodina sp.

    - Oodinium sp. - Achlya sp.

    Aeromonas

    hydrophila

    2. Calon induk

    Pulang Pisau,

    Mandiangin - - - Acinetobacter sp.

    - Bordetella sp.

    3. Induk Pulang Pisau - - - Aeromonas hydrophila.

    - Enterobacter sp.

    Sedangkan jenis penyakit lainnya yang sering menyerang ikan gabus

    haruan adalah tumor. Penyakit ini dapat menyerang ikan gabus haruan dalam

    ukuran benih dan calon induk/induk. Secara visual penyakit ini terlihat seperti

    tonjolan jaringan lunak pada permukaan tubuh, terkadang dapat menyebar ke

    seluruh permukaan tubuh. Dari pemeriksaan secara histopatologi menunjukkan

    abnormalitas pertumbuhan jaringan yang mengarah pada neoplasia. Penyakit

    tumor pada ikan gabus haruan dapat dilihat pada Gambar 24.

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 38

    Gambar 24. Penyakit tumor yang ditemukan pada ikan gabus haruan

    Gambar 25. Histologi tumor pada permukaan tubuh ikan gabus haruan pada

    skala 1 : 500 µm dan skala 1 : 50 µm.

    Pengujian ketahanan ikan gabus haruan terhadap penyakit bakterial

    dilakukan dengan metode uji tentang dengan menggunakan bakteri Aeromonas

    hydrophila. Isolasi bakteri A. hydrophila diambil dari organ ginjal, hati, dan luka

    pada permukaan tubuh ikan gabus haruan hasil budidaya yang mengalami

    serangan penyakit dengan gejala klinis A. hydrophila. Kemudian dilakukan

    pengujian biokimia serta pengamatan makroskopis dan mikroskopis. Hasil

    pengujian menunjukkan ikan gabus haruan positif (+) terinfeksi A. hydrophila.

    Isolat murni disimpan di media cair TSB + gliserol, pada suhu -80o C. Selanjutnya

    dilakukan infeksi ulang yang pertama dengan cara memindahkan isolat murni ke

    media NA yang baru kemudian diperbanyak untuk menginfeksi ikan gabus haruan

    yang sehat. Kepadatan bakteri 109 sel/ml dengan dosis penyuntikan 0,2 ml/ekor.

    Dari 10 ekor ikan gabus haruan yang diinfeksi, terdapat 3 ekor yang menunjukkan

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 39

    gejala klinis terinfeksi A. hydrophila, kemudian dilakukan isolasi bakteri pada

    media NA. Selanjutnya dilakukan pengujian biokimia serta pengamatan

    makroskopis dan mikroskopis. Hasil pengujian menunjukkan ikan gabus haruan

    positif (+) terinfeksi A. hydrophila.

    Setelah itu dilakukan infeksi ulang sampai 3 kali ulangan dengan hasil

    pemeriksaan positif (+) terinfeksi A. hydrophila, maka dilanjutkan dengan uji

    tantang. Uji tantang ketahanan ikan gabus haruan terhadap bakteri A. hydrophila

    dilakukan sebanyak 0,2 ml/ekor dengan berbagai tingkat kepadatan yaitu 105, 106,

    107, 108, 109, dan 1010 sel/ml diinfeksikan secara intraperitoneum pada ikan gabus

    haruan berukuran panjang rerata 16,83±1,82 cm dan bobot rerata 68,06±19,55 g,

    untuk kontrol disuntik dengan NaCl 0,9% sebanyak 0,2 ml/ekor.

    Perlakuan uji tantang dan kontrol ini dilakukan dengan ulangan 3 kali,

    masing-masing perlakuan menggunakan ikan gabus haruan sebanyak 10 ekor

    yang dipelihara dalam akuarium berkapasitas 80 L dengan volume air 20 L dan

    dilakukan pengamatan terhadap perkembangan gejala penyakit dan mortalitas

    ikan uji selama 14 hari. Data mortalitas dan kelangsungan hidup ikan gabus

    haruan selama kegiatan uji tantang disajikan pada Tabel 19. Data kelangsungan

    hidup ikan gabus haruan selama kegiatan uji tantang secara lengkap dapat dilihat

    pada Lampiran 11.

    Tabel 19. Data kelangsungan hidup ikan gabus haruan selama uji tantang

    Perlakuan kepadatan (sel/mL) Kelangsungan hidup (%)

    0 (Kontrol) 100

    105 100

    106 100

    107 100

    108 95

    109 40

    1010 3,3

    Peningkatan kepadatan bakteri yang diinfeksikan pada ikan gabus haruan

    mengakibatkan tingkat kematian yang semakin tinggi dan waktu kematian yang

    semakin singkat. Dari pengamatan terlihat bahwa kematian ikan uji pada tingkat

    kepadatan bakteri A. hydrophila sebesar 1010 sel/ml terjadi pada hari ke-2

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 40

    (±34 jam), kematian ikan uji pada tingkat kepadatan bakteri A. hydrophila sebesar

    109 sel/ml terjadi pada hari ke-3 (±60 jam), sedangkan pada ikan kontrol tidak

    terjadi kematian.

    Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kematian ikan setelah diinfeksi

    bakteri A. hydrophila terjadi cukup cepat dan mengakibatkan kematian total pada

    ikan uji dengan tingkat kepadatan bakteri A. hydrophila sebesar 1010 sel/ml

    berkisar antara 2–4 hari. Berdasarkan hasil perhitungan dari persamaan regresi

    y = 2,062ln(x)-38,08 maka diketahui dosis lethal yang dapat mematikan ikan

    gabus haruan sebesar 50% (LD 50 96 jam) adalah pada tingkat kepadatan bakteri

    1,184 x 109 sel/ml.

    3.1.10. Produktivitas

    1. Pendederan Benih

    Larva dipelihara sampai menjadi benih berukuran 1-3 cm di bak terpal

    bersama dengan induknya yang bersifat mengasuh anaknya selama 1 bulan

    dengan diberi pakan pelet tepung dengan kandungan protein 40%. Setelah itu

    dilakukan pendederan dengan menggunakan wadah hapa ukuran 2x1x1 m3 yang

    dipasang di kolam (Gambar 26).

    Gambar 26. Hapa pemeliharaan benih ikan gabus

    Padat tebar benih yang digunakan pada pendederan benih sebesar 400

    ekor/hapa dan 600 ekor/hapa dengan ukuran awal 1-3 cm. Setiap seminggu

    dilakukan penjarangan (grading) dengan cara menyeleksi benih yang berukuran

  • Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 41

    besar dan kecil, kemudian dipisahkan dalam hapa yang berbeda. Pertumbuhan

    ikan gabus relatif lambat dimana tahap pendederan I memerlukan waktu selama 1

    bulan dari ukuran 1-3 cm untuk mencapai ukuran panjang 3-5 cm dan tahap

    pendederan II memerlukan waktu selama 1 bulan dari ukuran 3-5 cm sampai

    mencapai ukuran panjang 5-8 cm (Gambar 27).

    Gambar 27. Benih ikan gabus berumur 90 hari (panjang 5-8 cm)

    Sedangkan tahap pendederan III memerlukan waktu selama 1 bulan dari

    ukuran 5-8 cm sampai mencapai ukuran panjang 8-12 cm (Gambar 28). Secara

    lengkap data hasil pendederan III