naskah drama krakatoa
DESCRIPTION
Buku drama yang diadaptasi dari novel "krakatoa" karya Kwee Tek HoayTRANSCRIPT
Naskah Drama KRAKATOA 1
Naskah Drama
Naskah Drama KRAKATOA 5
Diadaptasi dari novel ‘Drama Krakatau’ karya Kwee Tek Hoay
KrakatoaOleh Mahdiduri
Hak cipta pada pengarangCetakan Pertama, 2010Ukuran : A5 (21 X 14.2 cm)Hal : 116
Photo SampulKolase
Setting & layoutTim Kreatif nimusInstitute
Diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Propinsi Banten bekerjasama dengan Lembaga Keilmuan dan Kebudayaan nimusInstitute
PROLOG Tentunya ada perbedaan gaya penyajian antara karya fiksi dan non fiksi, terlebih jikalau tema yang diusung menyangkut cerita sejarah. Non fiksi menyajikan sejarah sesuai fakta dan data di lapangan, untuk kemudian dirangkum dan susun dalam sebentuk karya tulis yang sifatnya ilmiah. Sedangkan karya fiksi sejarah mengolah data-data yang tersedia dengan mengambil sudut pandang personal dan dipilin dalam alur cerita dan sifatnya dramatik.
Perletusan gunung Krakatau pada 1883, merupakan bencana umat manusia, dimana banyak menelan korban dan dampaknya dapat dirasakan di seperempat bumi ini. Kedahsyatan letusan Krakatau menjadi fenomena tersendiri, dan manusia sesudahnya mencoba menjejaki kemungkinan atas apa yang pernah terjadi menjelang, sedang ataupun sesudah perletusan Krakatau. Untuk dijadikan cermin dan bahan pembelajaran bagi generasi yang akan datang.
Saat ini, sudah banyak bentuk dokumentasi yang mengangkat peristiwa itu, mulai dari bentuk film, sandiwara radio, buku bacaan atau naskah drama. Dalam mengangkat peristiwa itu, para ahli menggunakan metode sederhana dengan cara mengumpulkan kesaksian korban hidup, baik berupa catatan harian, cerita lisan ataupun berbentuk gambar (photo). Seperti halnya dalam film berjudul ‘The Last Day’ karya sineas berkebangsaan Australia, mengangkat bencana Krakatau dari catatan harian seorang istri pejabat Belanda. Pendekatan tersebut dilakukan dalam upaya mendapatkan gambaran utuh peristiwa secara emosional maupun empiris.
Adalah Kwee Tek Hoay, seorang penulis Indonesia berdarah Tionghoa yang mencoba mengangkat bencana Krakatau lewat sebuah novel berjudul ‘Drama Krakatau’. Novel itu sendiri didasarkan dari hasil penelitian dia atas korban hidup yang berada di pesisir Banten Selatan. Hal itu nampak dari setting
tempat cerita berlangsung. Kehadiran novel tersebut, setidaknya membuka mata pembaca perihal dampak bencana Krakatau di Banten, sekaligus merupakan salah satu karya sastra yang berbicara Banten. Hal menarik lainnya adalah rentang waktu penulisan novel tersebut hanya terpaut 46 tahun dari kejadian, tepatnya novel itu dipublikasi pada tahun 1929. Hal ini memungkinkan tarikan historisnya sangat mendekati realita.
Atas dasar kedekatan waktu itu, saya tertarik untuk melakukan sesuatu. Maka saya mengadaptasi novel tersebut ke dalam naskah drama. Awal ketertarikan saya karena beberapa hal. Pertama Kehadiran novel itu sendiri yang sepertinya luput dari pengamatan masyarakat Banten, setidaknya saya mendapatkan novel tersebut via internet dalam bentuk buku digital. Kedua, budaya membaca masyarakat Banten masih tergolong rendah. Ketiga, Drama (Teater) bisa menjadi media informasi yang menarik, mengingat peristiwa Krakatau disajikan dengan laku dramatik dan mengandung alur cerita.
Pembukuan naskah drama ini dimaksudkan sebagai upaya pengabdian masyarakat lewat media teater, dengan harapan bermanfaat bagi generasi yang akan datang, baik itu dijadikan bahan bacaan ataupun dipentaskan. Adapun tema Krakatau yang diangkat, tak lain agar kita semua menyadari dan waspada bahwa di tengah-tengah kita ada sumber bencana maha dahsyat yaitu gunung merapi Krakatau, yang kapan waktu bisa meletus. Saya haturkan terima kasih pada bapak Kwee Tek Hoay yang telah menginspirasi, Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Banten beserta jajarannya, kawan-kawan teater AnonimuS san semua pihak yang telah membantu terbitnya buku ini.
Banten, 20 Januari 2010Mahdiduri
SINOPSIS
Sewaktu terjadinya letusan gunung Krakatau pada tahun 1883, Seminggu sebelumnya, Raden Ayu Sadijah sudah mengutarakan pertanda akan kehancuran Krakatau, hanya saja suaminya selaku Wedana Caringin mengindahkannya. Raden Tjakra Amidjaja bersikukuh bahwa tidak akan ada bencana apapun. Hingga pada senin, 27 Agustus 1883 pagi harinya, pertanda buruk dari Raden Ayu menjadi kenyataan. Raden Tjakra segera memerintahkan anak buahnya agar segera mengevakuasi penduduk ke dataran tinggi, begitu juga dengan kedua anaknya, hasan dan Suryati. Dalam perjalanan evakuasi, dokar mereka terguling dan akhirnya Suryati dan Hasan terpisah dan tidak diketahui nasibnya masing-masing.
44 tahun kemudian, seorang Asisten Wedana, Raden Mulia sedang menyelidiki kedatangan seorang pandhita di gunung Ciwalirang. Dia menerima laporan kalau pandhita tersebut sedang menyusun rencana pemberontakan. Dia pun mendatangi Pandhita tersebut dan sempat bercakap dengannya, sesudahnya dia percaya bahwa rumor yang berkembang di masyarakat itu tidaklah benar. Bahwa Pandhita tersebut hanya sedang memberi bantuan pengobatan alternative bagi yang membutuhkan. Keahlian dan keikhlasannya itulah yang menjadikan Pandhita dikenal banyak orang. Dari pertemuan itu, satu hal yang membuat Raden Mulia terkesima adalah sosok anak Pandhita, Ratna Sari. Raden
Ternyata bukan hanya Raden Mulia yang jatuh hati, banyak pula pemuda-pemuda pendatang yang merasakan hal yang sama. Adalah Abdul Sintir yang tak bias menahan diri hingga memutuskan untuk menculik Ratna Sari. Rencana pun disusun, dia melaporkan Pandhita pada komandan pasukan Belanda agar Pandhita ditangkap dengan alasan akan berbuat makar. Rencana mereka berhasil. Pandhita ditangkap dan dibawa ke rumah Raden Mulia, di sana dia diinterogasi. Untungnya, Raden Mulia bias membuktikan kalau Pandhita tersebut tidak bersalah. Maka pandhita pun lekas pulang ke gunung Ciwalirang. Ketika sampai, Pandhita sudah tidak menemukan lagi istri dan anaknya, dia pun menyangka, kalau mereka ikut serta Abdul Sintir karena tergiur hartanya. Pandhita pun murka dan mengutuk bahwasanya Krakatau akan meletus yang akan memusnahkan segala yang ada disekitarnya.
Keesokan paginya, Raden Mulia menyusul Pandhita ke gunung Ciwalirang. Mulai saat itu, seantero pesisir pantai anyer mulai dilanda gempa. Di sana ia mendapatkan berita menghilangnya Ratna Sari dan Ibunya. Ia pun bergegas ke pesisir pantai, bermaksud
mengejar rombongan . Setelah melewati banyak ombak besar, Raden Mulia berhasil menyusul rombongan Abdul Sintir, terjadilah adu tembak.
Singkat cerita, Raden Mulia berhasil membawa Ratna Sari dan Ibunya kembali. Ia menginapkan mereka di rumahnya. Secara kebetulah, pagi harinya, Raden Mulia kedatang bupati Rangkas Gombong yang tak lain adalah ayahnya, Raden Hasan beserta istrinya. Bertemulah mereka semua. Kecurigaan Raden Mulia atas kemiripan Ratna Sari dengan seseorang yang tak lain adalah neneknya. Ia pun menumpahkannya pada saat itu, ia menyelidikinya secara halus. Ternyata ibu kandung Ratna Sari tak lain adalah Bibinya Raden Mulia yakni Suryati. Raden Hasan tak kepalang kaget dengan kebenaran itu, ia menderaikan air mata. Kesemuanya bersuka ria karena bisa kembali dipertemukan dengan keluarga yang pernah hilang.
Sesampainya keluarga Raden Mulia dan Ratna Sari di gunung Ciwalirang disambut dengan muka sedih Kusdi, pelayan Pandhita, ia mengatakan bahwa sudah dua hari Pandhita terus bersemedi di gua di belakang gubuk mereka. Mereka semua lekas menyusul Pandhita ke dalam
dan bertemu dengannya. Awalnya, Pandhita pun merasa tak percaya dengan berita yang dibawa hingga akhirnya Raden Mulia bisa memberi bukti. Setelah percakapan panjang dan Raden Mulia menyampaikan keinginannya mempersunting Ratna Sari, Pandhita menerima lamaran itu dan semuanya sepakat. Akhirnya Raden Mulia dinikahkan dengan Ratna Sari dengan konsekuensi Ratna Sari tidak bisa menjadi penerus tahta Bapaknya.
DRAMATIC PERSONAE
R. TJAKRA AMIDJAJA WEDANAR. AYU SADIJAH ISTRINYALURAHKARNAEN MANDORBI SATIMAH PEMBANTU WEDANAHASAN KECIL UMUR TUJUH TAHUNSURYATI KECIL UMUR LIMA TAHUNNURHALI TELIK SANDIPANDHITA NUSA BRAHMA PANDHITA ORANG BADUYRATNA SARI ANAK PANDHITAKUSDI PEMBANTU PANDHITA MIKUNG PENJAGA WARUNGABDUL SINTIR ORANG PALEMBANGSURYATI TUA ISTRI PANDHITAHASAN TUA BUPATI RANGKAS GOMBONGRADEN AYU BUPATI ISTRI BUPATI RADEN MULIA ANAK LELAKI BUPATIRUKMINI ANAK PEREMPUAN BUPATIKOM. POLISI PATROLI ORANG BELANDA
Naskah Drama KRAKATOA 13
BABAK I
Naskah Drama KRAKATOA 15
BABAK I
SATU
SATU PAGI DI DAERAH BANTEN KIDUL TAHUN 1883, TEPATNYA DI KEWEDANAAN DISTRIK WARINGIN, NAMPAK RADEN TJAKRA AMIDJAJA SEDANG DUDUK BERSAMA ISTRINYA DI PENDOPO; RADEN AYU SADIJAH SEPERTI HABIS MENANGIS. MATANYA SEMBAB.
R. TJAKRA AMIDJAJA (Lemah lembut)
Sudahlah, Den Ayu. Buat apa bersedih akan sebuah perkara yang tidak jelas sumbernya. Toh, bahaya dan kesedihan tidak akan bisa dirubah dengan ratap tangis. Lebih baik kita serahkan nasib kita pada Tuhan. Ia yang tahu bagaimana melindungi hambanya.
R. AYU SADIJAH
Itu betul, kang. Dan aku tidak sedikit pun merasa khawatir pada mimpi yang datang berulang-ulang selama beberapa minggu ini. Jika yang hidup di dunia ini hanya kita berdua, aku tidak takut pada bencana yang akan melanda. Hanya saja aku mengkhawatirkan kedua anak kita , Hasan dan Suryati.
Apa jadinya kalau distrik ini benar-benar disapu ombak yang lebih tinggi dari pohon kelapa, disertai hujan api dan lahar panas yang akan membinasakan mahluk hidup, kang?
R. TJAKRA AMIDJAJA (Menghela napas)
Ah, Jadi mimpi itu sudah berulang kali?
R. AYU SADIJAH
Iya kang. Dan rasanya sudah bukan mimpi lagi. Aku merasa itu sebuah pertanda atas apa yang akan terjadi. Bahkan kini aku sering merasa mendengar jeritan orang-orang yang akan jadi korban
R. TJAKRA AMIDJAJA
Kalau begitu, ini tidak bisa dibiarkan. Ya sudah, nanti sore akang akan
Naskah Drama KRAKATOA 16
beri tahu soal ini pada Kiayi Haji Anwar. Dan akhir bulan ini, Den Ayu harus ikut akang ke Serang buat bertemu dokter dari Belanda. Akang rasa den ayu terkena halusinasi sehabis demam tinggi beberapa hari ini.
RADEN AYU KAGET DENGAN UCAPAN SUAMINYA
R. AYU SADIJAH
Jadi akang pikir, saya sakit ingatan?
R. TJAKRA AMIDJAJA
Bukan itu maksud akang, den ayu. Hanya saja akang khawatir dengan kondisi den ayu. Tidak ada salahnya kan kalau den ayu pergi periksa ke dokter?
R. AYU SADIJAH
Aku mau saja ikut akang ke dokter atau dukun sekalipun, kalau akang memang menganggap yang aku alami ini sebagai penyakit. Hanya saja aku merasa ini adalah pertanda dari bahaya yang akan datang. Sejak beberapa kali kita dilanda gempa dan pulau krakatau di tengah laut itu mengeluarkan asap dan bunyi menggelegar, aku merasa ini firasat buruk. Aku sangat takut gunung itu akan datangkan bencana
RADEN TJAKRA AMIDJAJA BERDIRI DAN JALAN MONDAR-MANDIR SAMBIL BERPIKIR KERAS
R. TJAKRA AMIDJAJA
Memang sedari bulan Mei, para nelayan sering membawa kabar aktifitasnya yang terkadang aktif untuk kemudian tenang kembali. Tapi sejauh ini belum pernah mendatangkan marabahaya bagi manusia. Tapi sekalipun gunung api itu meletus hebat, toh letaknya jauh di tengah laut dan dampaknya tidak akan sampai di sini. Lain soal kalau yang meletus itu gunung Walirang atau gunung Karang, aku baru percaya akan banyak kota dan desa yang hancur. Itu aku bisa pastikan!
Oleh karenanya Den ayu tak usahlah bersusah hati dan murung secara tak beralasan. Tegarlah seperti halnya turunan bangsawan, mengingat kau akan menjadi Raden Ayu Bupati.
Naskah Drama KRAKATOA 17
Lihatlah rakyat kita, bukankah mereka selalu gembira dan bekerja seperti bisaanya? Malah di pesisir pantai, setiap hari banyak orang berkumpul menyaksikan asap yang keluar dari Krakatau. Mereka sama sekali tidak takut, dan memang tidak ada yang perlu ditakutkan.
R. AYU SADIJAH
Kalau saja orang-orang itu juga dapat melihat mimpiku dengan jelas! Akang tentu ingat mimpiku tentang perahu karam di teluk carita yang benar-benar terjadi
R. TJAKRA AMIDJAJA
Itu kebetulan saja, Den Ayu..
R. AYU SADIJAH
Terus bagaimana dengan kematian nenek di Cilegon yang juga aku impikan sebelumnya? Entah mengapa, aku juga merasakan mimpiku kali ini juga akan jadi kenyataan….
R. TJAKRA AMIDJAJA
Lebih baik kita simpan cerita ini sebagai rahasia. Jangan sampai didengar orang, nantinya akan menimbulkan kekalutan. Kalau hatimu tetap merasa takut, baiklah. Besok pagi kau dengan Muhammad dan Suryati berangkat ke Rangkas-Gombong, ke tempat ayahku yang jadi bupati di sana. Kalian tinggal sana sampai semua bencana ini berakhir. Sekalian Den Ayu berobat. Dan awal bulan, kira-kira tanggal empat atau lima nanti akang menyusul kalian.
R. AYU SADIJAH
Kang mas…. Aku tak mau meninggalkan akang di tempat berbahaya ini
R. TJAKRA AMIDJAJA
Bahaya apa? Bahaya itu Cuma ada dalam pikiranmu, Den Ayu. Orang lain tidak merasakan adanya bahaya
R. AYU SADIJAH
Naskah Drama KRAKATOA 18
Kang mas, apa tidak mungkin kita pergi dari sini untuk sementara atau bahkan kang mas minta dipindahkah ke distrik lain, setidaknya tiga bulan dari sekarang?
R. TJAKRA AMIDJAJA
Itu tidak mungkin Den Ayu. Aku terlanjur jatuh hati dengan kehidupan di distrik ini. Lagipula, pemimpin macam apa aku ini berani meninggalkan rakyatnya di tengah bencana. Kalau memang bencana itu terjadi. Tidak. Apapun yang terjadi, aku tetap di sini.
R. AYU SADIJAH
Seandainya mimpi itu hanya isapan jempol belaka. Tapi aku mohon, akang ijinkan aku tinggal di sini sampai senin tanggal 27, kalau di hari itu tidak terjadi apa-apa, baru aku akan berangkat ke Rangkas-Gombong
R. TJAKRA AMIDJAJA
Sudahlah Den Ayu, jangan dibahas lagi.
RADEN TJAKRA PUN PERGI. RADEN AYU SADIJAH TERMENUNG SESAAT, MERASA SEDIH KARENA SUAMINYA TIDAK PERCAYA AKAN FIRASAT BURUKNYA.
DUA
DI PESISIR PANTAI. RADEN TJAKRA AMIDJAJA BERDIRI MENGHADAP LAUT, TATAPANNYA JAUH KE ARAH GUNUNG KRAKATAU. RAUT MUKANYA MENAMPAKKAN BAHWA IA SEDANG BERPIKIR KERAS. SESEKALI MENGHELA NAPAS PANJANG. SEMENTARA ITU SUARA GEMURUH SEPERTI MERIAM YANG MENANDAKAN AKTIFITAS KRAKATAU MENJADI BACKSOUND BAGIAN INI. BEBERAPA ORANG NAMPAK JUGA SEDANG MENONTON FENOMENA ITU, DIANTARANYA LURAH. MENYADARI KEHADIRAN WEDANA, ORANG-ORANG ITU TERMASUK LURAH TERSEBUT MENGHAMPIRINYA DAN DUDUK BERSIMPUH
Naskah Drama KRAKATOA 19
AGAK JAUH. RADEN TJAKRA MEMINTANYA MENDEKAT DENGAN ISYARAT TANGAN. LURAH ITU PUN MENDEKAT.
R. TJAKRA AMIDJAJA
Bagaimana menurutmu, lurah? Apa aktifitas gunung api dari pulau krakatau itu semakin sering atau turun beberapa hari ini?
LURAH
Semakin meningkat, Juragan. Kalau malam hari nampak seperti ada banyak api menyala, sedang gemuruh seperti ini semakin keras terdengar. Banyak nelayan yang tidak berani lagi melaut di daerah sana, kata mereka, air laut disekitar sana sudah mendidih.
R. TJAKRA AMIDJAJA
Kalau begitu, aku ingin kau adakan pengawasan penuh di pesisir sini siang atau pun malam. Kau suruh saja para mandor yang melakukannya. Dan kalau terjadi apa-apa yang dirasa mengkhawatirkan, segera kasih tahu aku. Biarpun tengah malam, kau harus memberi tahu. Mengerti!?
LURAH
Baik juragan… Tapi hamba sendiri merasa tidak ada bahaya apa-apa, mengingat gunung itu jauh dari sini.
R. TJAKRA AMIDJAJA
Aku juga merasa begitu. Tapi bersikap waspada dan hati-hati tidak ada jeleknya…. Aku pamit dulu lurah, jangan lupa laksanakan tugasmu.
LURAH
Iya, juragan…..
RADEN TJAKRA KELUAR. LURAH MENGIKUTI KEPERGIANNYA DENGAN TATAPANNYA.
LAMPU PADAM
Naskah Drama KRAKATOA 20
TIGA
MALAM HARI. 27 AGUSTUS 1883.
GUNUNG KRAKATU MULAI MENAMPAKKAN AKTIFITASNYA. SEMAKIN INTENS DAN BESAR. SUARA GEMURUH DAN GONCANGAN GEMPA SKALA KECIL KIAN SERING TERJADI. PENGGAMBARAN ADEGAN INI TERJADI DI PENDOPO KEWEDANAAN. HANYA TERDENGAR SUARA ORANG BERDOA. SEMENTARA DI PANGGUNG TERJADI GONCANGAN GEMPA SKALA KECIL DISERTAI GEMURUH KRAKATAU.
“Allahuma inna nastainuka, wa nastaghfiruka, wa numinunika, wa natawakkalu alaika wa husni alaikal khaira, wan ash kuruka, wa lanakfuruka, wan nak lawwa natroko man tafdzoroka.
Allahuma ijjaka, nabudu wa laka, nusoli wa nas judu, wa alaika nasa wa nahfidu, wa narju rahmataka, wa naksha azabaka inna izabaka bilol kuffari mulhik”
DI SETIAP KALI BERDOA DIIRINGI MENGUCAPKAN AMIN DAN SAHADATAIN
LAMPU PADAM
EMPAT
PAGI HARI. MATAHARI REDUP. BUNYI KENTONGAN DI SEGALA PENJURU BERGEMA. DI PENDOPO KEWEDANAAN. NAMPAK RADEN TJAKRA AMIDJAJA SEDANG MEMBERI INSTRUKSI PADA PARA LURAH DAN POLISI.
R. TJAKRA AMIDJAJA
Naskah Drama KRAKATOA 21
Saya minta para lurah segera mengevakuasi penduduk ke sebelah hulu sebelum sore. Bawa barang secukupnya, jangan berlebihan. Yang penting bagi kita adalah menyelamatkan nyawa. Dan pihak keamanan, saya minta membantu para lurah. Dahulukan kaum wanita dan anak-anak. Bawa juga perbekalan. Beras dan makanan lainnya selama pengungsian. Demikian instruksi saya. Segera laksanakan.
SEMUA
Baik, juragan.
SEMUA ORANG PERGI MENGERJAKAN TUGAS YANG DIEMBAN. RADEN TJAKRA MEMANDANG KE ARAH KEPULAN ASAP KRAKATAU, TAK BERAPA LAMA MUNCUL RADEN AYU SADIJAH YANG BARU BERES BERBENAH.
R. AYU SADIJAH
Kang Raka, sebaiknya kita berangkat sekarang. Kalau tidak, saya takut sudah terlambat.
R. TJAKRA AMIDAJAJA (Tersenyum getir)
Aku tidak bisa pergi sekarang, Den. Aku tidak bisa meninggalkan tempat ini sebelum semua orang sudah mengungsi. Lagipula aku ini kepala distrik, maka aku wajib menjaga harta benda milik rakyat, agar tidak dicuri orang
R. AYU SADIJAH
Kalau begitu, kapan kita berangkat?
R. TJAKRA AMIDAJAJA
Kau dan anak-anak berangkatlah dulu, nanti aku menyusul secepatnya setelah semua urusan di sini selesai.
RADEN AYU SADIJAH TERCENUNG MERASA SEDIH MENDENGAR UCAPAN SUAMINYA. TAPI TIBA-TIBA IA TERSENYUM TIPIS DAN MENDEKATI SUAMINYA.
R. AYU SADIJAH
Naskah Drama KRAKATOA 22
Akang benar. Seorang pembesar harus menjaga keselamatan rakyatnya, meski dirinya harus binasa. Memang tidak layak kalau akang pergi duluan, sementara perbekalan bagi pengungsi belum diselesaikan. Kalau begitu, ijinkan saya untuk tinggal menemani dan membantu akang. Lagipula, tidak pantas seorang istri mencari selamat sendiri sedang suaminya tengah menghadapi bahaya. Aku siap mati bersama, kang!
R. TJAKRA AMIDAJAJA
Jangan berpikir begitu, Den! Kau harus pergi dari sini dan mencarikan tempat aman bagi anak-anak kita. Tentang aku, jangan kau khawatirkan. Sebab aku punya kuda tunggangan yang bisa kupakai setiap saat. Jadi aku bisa menyingkir kapanpun kalau bencana ini terjadi.
R. AYU SADIJAH
Tidak. Aku tidak akan membiarkan suamiku tercinta menghadapi maut sendirian. Sebagai seorang istri aku wajib membantu dan menemanimu. Dalam senang dalam bahaya sampai titik darah penghabisan
RADEN TJAKRA MERASA TERHARU DENGAN UCAPAN ISTRINYA. IA PUN MEMELUK DAN MENCIUMNYA DENGAN PERASAAN KAGUM DAN CINTA. IA MERASA BANGGA DENGAN SIKAP RADEN AYU
R. TJAKRA AMIDAJAJA
Kalau begitu, baiklah, Den! Biar Hasan dan Suryati berangkat lebih dulu diantar mandor Karnaen dan Bi Satimah. Aku akan mengerjakan tugasku dengan lebih bersemangat dengan kau ada di sisiku.
Kiranya bahaya yang mengancam ini telah menyembuhkanmu. Kau tidak lagi takut dan kagetan seperti kemarin-kemarin
R. AYU SADIJAH
Akang….
KEDUANYA TENGGELAM DALAM KEHARUAN.
Naskah Drama KRAKATOA 23
R. TJAKRA AMIDAJAJA (Memanggil)
Karnaen!
MANDOR KARNAEN
Ya, gan.
R. TJAKRA AMIDAJAJA
Siapkan dokar dan bawa segala kebutuhan buat Hassan dan Suryati. Lekas!
MANDOR KARNAEN
Baik, gan.
SEGERA MANDOR KURNAEN MEMERINTAHKAN BEBERAPA PEMBANTU MENYIAPKAN SEGALA SESUATUNYA. BI SATIMAH MASUK MEMBAWA KELUAR HASAN DAN SURYATI.
BI SATIMAH
Gan. Den!
RADEN TJAKRA DAN RADEN AYU MENOLEH DAN MENDAPATI ANAKNYA SUDAH DIDANDANI. RADEN AYU MENGHAMPIRI DAN MEMELUK DAN MENCIUMI KEDUANYA.
R. TJAKRA AMIDAJAJA
Bi. Aku percayakan anak-anakku padamu. Bawalah mereka ke Rangkas-Gombong. Tapi sebelumnya mampirlah dulu di Menes, temui wedana di sana dan kasihkan surat ini. (Menyerahkan surat yang sudah disediakan) Dan ini surat untuk ayahku. Berikan padanya.
BI SATIMAH
Baik, gan.
R. TJAKRA AMIDAJAJA
Naskah Drama KRAKATOA 24
Den Ayu, sudah waktunya!
RADEN AYU SEPERTI ENGGAN MELEPASKAN ANAK-ANAKNYA. TAPI KEMUDIAN IA MENGELUARKAN SESUATU DARI SAPU TANGANNYA
R. AYU SADIJAH (Sambil berlinang airmata)
Ini gelang, pusaka pemberian uyutmu sewaktu pulang dari Mekkah. (Pada Mandor Karnaen) Karnaen! Simpan gelang ini untuk mereka agar bisa mengingat kami jika kita tidak bertemu lagi! Jaga baik anak-anakku dan gelang ini, jangan sampai hilang!
KARNAEN (Terharu)
Baik, den!
RADEN TJAKRA TIDAK BISA MENAHAN KESEDIHAN, IA PUN MEMELUK DAN MENCIUMI ANAK-ANAKNYA. ENTAH BAGAIMANA, IA PUN MERASAKAN BAHWA IA TIDAK AKAN BERTEMU LAGI DENGAN MEREKA
R. TJAKRA AMIDAJAJA
Kalian harus sampai di Rangkas-Gombong. Harus! (Pada Karnaen) Dan ini Kalung medali peninggalan Sultan Haji. Berikan pada mereka kalau sudah waktunya. Sudah! Kalian pergilah!
KARNAEN SUDAH TIDAK BISA LAGI BICARA. IA HANYA BISA MENGANGGUK. MATANYA SUDAH BERLINANG AIR MATA. BEGITU JUGA BI SATIMAH. KEMUDIAN MEREKA MENINGGALKAN RADEN TJAKRA DAN RADEN AYU.
LAMPU PADAM
Naskah Drama KRAKATOA 25
BABAK II
Naskah Drama KRAKATOA 26
Naskah Drama KRAKATOA 27
BABAK II
SATU
PAGI HARI, DESEMBER 1927. KANTOR POLISI NAMPAK ASISTEN WEDANA BERNAMA RADEN MULIA SEDANG DUDUK MENGHADAP MEJA KERJANYA. IA MEMBUKA SURAT-SURAT YANG SAMPAI DI MEJANYA TADI MALAM, MENANDAINYA DENGAN PENSIL. KEMUDIAN IA MENDEKATKAN MESIN TIK DAN MULAI MENGETIK. DI TENGAH AKTIFITASNYA ITU, TERDENGAR SUARA PINTU DIKETUK.
RADEN MULIA
Masuk!
(Muncul seorang tua penuh uban. Ia menyalaminya, dan mengambil posisi duduk di seberang raden muria. Mereka berhadapan)
Ah, bapak Nurhali. Selamat datang kembali. Kapan sampai?
NURHALI
Baru tadi malam, gan.
RADEN MULIA
Terus, apakah Anda berhasil menemui kiayi itu?
NURHALI
Sudah. Setelah dua malam saya tinggal di sana, saya berhasil mendapatkan informasi soal orang itu.
RADEN MULIA
Dari informasi yang bapak dapat, apa kiai itu berbahaya atau tidak? Dan apa yang dilakukannya di gunung itu?
Naskah Drama KRAKATOA 28
NURHALI
Sejauh yang saya selidiki dengan menyaksikan sendiri pekerjaannya dan dari keterangan orang-orang kampong di dekat situ, ia tidaklah berbahaya. Hal itu karena ia tidak pernah berbicara soal politik atau agama. Kerjaannya Cuma berdoa dan sembahyang, tiap jumat, ia membuka praktek pengobatan bagi masyarakat. Anehnya dia tidak pernah mau menerima pamrih atas jasanya itu.
RADEN MULIA
Apa dia memiliki banyak murid?
NURHALI
Sama sekali tidak, karena dia bukan seorang muslim.
RADEN MULIA
Bukan?
NURHALI
Ya. Karena ketika saya berdialog tentang Islam, dia tidak tahu menahu segala ajaran yang saya bicarakan. Menurut orang yang sering bertemu dengannya. Cara berdoanya sangat lain dengan kita. Ia sering menyebut nama-nama dewa yang ada dalam pewayangan. Seperti Batara Guru, Batara Wishnu dan lainnya.
Selain itu dia yang dipanjatkan memakai bahasa kawi atau sansakerta yang saya tidak mengerti.
RADEN MULIA
Kalau begitu, ia bukan kiayi ataupun santri!?
NURHALI
Bukan sama sekali. Walaupun begitu, ia tidak keberatan orang-orang memanggil dia sebagai “Kiayi” atau apa pun. Orang-orang desa bisaa memanggil dia dengan sebutan “Embah”. Sedang ia sendiri menamakan dirinya Pandhita Noesa Brahma, dan ia punya bapak.
Naskah Drama KRAKATOA 29
Namanya Embah Asheka
RADEN MULIA
Apa Anda sempat bertemu dengan bapaknya itu?
NURHALI
Tidak sama sekali. Tapi saya dengar dari orang-orang, sejak beberapa tahun lalu sebelum bapaknya meninggal, ia sering datang ke gunung itu bersama bapaknya.
RADEN MULIA
Dari keterangan bapak, nampaknya dia penganut agama hindu atau budha.
NURHALI
Betul sekali. Bahkan ia juga bilang kalau dia masih memegang kepercayaan orang-orang baduy
RADEN MULIA
Maksud bapak, ia orang baduy?
NURHALI
Tepat sekali, gan. Tapi dia ini kelihatan pintar, punya sopan santun. Tidak seperti orang baduy di gunung Kedeng yang punya tabiat aneh, tidak mau bergaul selain kaumnya sendiri
RADEN MULIA
Sungguh tak seorangpun yang tahu asalnya?
NURHALI
Tak ada yang bisa pastikan. Dan kalau ia ditanya soal itu, ia hanya tertawa dan menjawab kalau ia berasal dari tempat yang jauh. Tapi ia enggan menyebutkan tempat asalnya. Salah seorang penduduk pernah bercerita kalau ia pertama kali bertemu embah itu di pesisir
Naskah Drama KRAKATOA 30
laut kidul. Jadi kemungkinannya ia datang dari wilayah kaum baduy yang memang tinggal di pegunungan sebelah selatan Malimping.
RADEN MULIA (berpikir)
Ini sungguh aneh… Buat apa dia datang kemari? Kalau Cuma buat mengobati orang sakit. Dan dia tidak mau meminta bayaran….hmmm
NURHALI
Justru kelakuannya itu yang membuat penduduk sana juga heran tidak habis pikir, gan. Ia selalu datang ke tempat itu setiap bulan Desember, dan tinggal di puncak gunung Walirang selama sebulan lamanya. Sesudahnya ia pergi lagi secara diam-diam dengan tidak ada satu orang pun tahu dari mana datangnya, kemana ia pergi dan apa yang ia kerjakan di puncak gunung yang sepi itu. Kelakuannya seperti seorang pertapa.
RADEN MULIA
Apa dia bawa orang lain ke sana?
NURHALI
Dulu dia datang dengan bapaknya, belakangan ia datang bersama seorang bujang lelaki. Nah, sekarang bahkan ia membawa istri dan anaknya perempuannya.
RADEN MULIA
Apa? Dia punya istri dan anak?
NURHALI
Iya, gan. Dan ini semakin membuat orang kampong bingung. Soalnya anak perempuan itu sangat cantik parasnya seperti seorang menak. Umurnya sekitar 20 an. Pokoknya berbeda dengan anak-anak desa lainnya. Ya, meskipun tingkah lakunya sama.
RADEN MULIA
Naskah Drama KRAKATOA 31
Sungguh Aneh! Semakin aku mendengar cerita pandhita ini, semakin aku ingin bertemu dengannya. Bapak yakin, baru kali pertama ini dia datang bersama anak dan istrinya?
NURHALI
Betul, gan. Ia bilang tahun lalu ia batalkan niatnya datang ke gunung Walirang, lantaran ada kerusuhan kaum komunis yang menyebabkan semua jalanan di jaga serdadu. Makanya ia sekarang bawa anak dan istrinya agar tidak dicurigai bermaksud jahat.
RADEN MULIA
Apa pernah Bapak tanyakan, maksud kedatangannya setiap tahun ke sana?
NURHALI
Susah, gan. Sudah banyak juga yang menanyakan, tapi selalu jawabannya kalau ia hanya mejalankan kewajiban agamanya.
RADEN MULIA
Kewajiban apa? Membantu orang sakit!?
NURHALI
Inilah yang masih misteri. Sewaktu Embah Asheka masih hidup, belum pernah ia mengobati. Tapi beberapa tahun belakangan ini, ia sudah menolong beberapa orang. Atas keahliannya itu, segera tersiar kabar tentang dia. Sejak itu banyak orang berbondong-bondong meminta diobati. Soal bagaimana ia mengobati, Apakah itu dengan Jampi-jampi, air yang didoakan atau ramuan mujarab yang bisa menyembuhkan orang buta hingga bisa melihat kembali, atau orang lumpuh bisa jalan kembali, saya tidak tahu pasti. Tapi saya pernah membuktikan sendiri, manakala saya gigi saya sakit, saya diberi air jampiannya. Setelah dikumur, sekitar 15 menit, sakitnya hilang.
RADEN MULIA
Aku semakin penasaran. Apa Bapak bisa antar saya ke sana menemuinya?
Naskah Drama KRAKATOA 32
NURHALI
Dengan senang hati. Kapan juragan mau berangkat?
RADEN MULIA
Besok pagi. Apa kita bisa berkuda ke sana?
NURHALI
Hanya sampai di Sukarame. Sesudahnya kita harus berjalan kaki menyusuri sungai Citanjur. Di Hulu sungai itu kita bisa menemukan pondok pandhita tersebut. Kalau saat seperti ini, tempat itu sangat ramai sekali, gan. Bahkan banyak berdiri pondokan yang dibuat para pendatang yang mau berobat, ada juga warung kopi dan penganan.
Di puncak gunung Walirang itu kita bisa memandang laut selat sunda serta pulau-pulau di sekelilingnya, bahkan pesisir Sumatera.
RADEN MULIA
Baiklah. Besok pukul enam, saya harap bapak sudah ada di sini.
NURHALI
Baik, gan. Mohon pamit.
NURHALI BERDIRI DAN MENYEMBAH DAN PERGI MENINGGALKAN RADEN MULIA. SESUDAH ITU RADEN MULIA DUDUK DAN TECENUNG DENGAN POKOK PEMBICARAAN TADI.
LAMPU PADAM
DUA
PUNCAK GUNUNG CIWALIRANG. RADEN MULIA DUDUK
Naskah Drama KRAKATOA 33
BERSIDAKEP DI ATAS SEBUAH BATU KARANG, MENIKMATI PEMANDANGAN YANG TERHAMPAR LUAS DI BAWAHNYA. IA TERMENUNG DENGAN SEGALA KEINDAHAN ITU. MUNCUL PANDHITA NUSA BRAHMA DARI BELAKANGNYA. UNTUK SEBENTAR PANDHITA ITU MEMERHATIKAN PERILAKU RADEN MULIA. KEMUDIAN IA TERSENYUM DAN MENDEKATI RADEN MULIA
P. NUSA BRAHMA
Selamat datang, juragan. Saya senang sekali juragan menyempatkan diri datang ke tempat hamba yang hina ini.
RADEN MULIA KAGET, LANTAS BERPALING. NAMPAK SOSOK PANDHITA ITU SEORANG TUA YANG BERJANGGUT PUTIH, MEMAKAI PENUTUP KEPALA SEPERTI KOKOJONG (BAGIAN BELAKANGNYA MENUTUP BAGIAN RAMBUT DAN TELINGANYA). IA MEMAKAI JUBAH ABU-ABU DAN CELANA PANGSI. RADEN MULIA BERDIRI DAN MENYALAMI PANDHITA ITU.
RADEN MULIA
Apa saya sedang berhadapan dengan Pandhita Nusa Brahma?
P. NUSA BRAHMA
Betul juragan
RADEN MULIA
Akhirnya, saya bisa bertemu dengan tuan Pandhita yang sudah termashyur ahli mengobati orang sakit. Bahkan saya dengar, karena kebaikan tuan Pandhita, banyak orang sekitar kampung datang kemari hanya untuk mendapatkan pengobatan dari tuan.
P. NUSA BRAHMA
Itu betul, juragan. Tapi saya kesini sebenarnya bukan untuk mengobati atau jadi dukun. Makanya saya hanya meluangkan waktu saya untuk mengobati hanya pada hari Jum’at. Soal kemujaraban jampi atau ramuan saya bukan berasal dari keahlian saya, melainkan pertolongan
Naskah Drama KRAKATOA 34
dari yang maha kuasa. Kalau Tuhan menyayangi si sakit, tentulah Ia akan menyembuhkannya, tapi kalau sudah saat kematiannya, tidak ada satu kekuatanpun yang bisa menolong dia.
RADEN MULIA
Kau benar, Pandhita. Ucapanmu itu masuk akal. Saya senang sekali mendengar penerangamu yang berbeda dengan dukun-dukun pada umumnya yang suka membanggakan diri sendiri karena kemampuannya, seolah-olah mereka itu berkuasa menentukan umur manusia.
Sebenarnya tidak ada dukun, tabib ataupun dokter yang bisa menyiasati kematian, hanya saja ada yang mengherankan saya dengan cara pengobatan pandhita dalam mengobati pasien yang sakit parah.
P. NUSA BRAHMA
Juragan, dalam dunia ini tak ada yang perlu diherankan kalau sudah tahu rahasianya. Apa yang sudah saya perbuat, orang lainpun bisa kalau tahu jalannya. Meski begitu, di dunia ini masih banyak orang-orang bodoh yang mudah ditipu oleh dukun atau tabib yang dikira sakti. Hingga tidak sedikit orang diperas kekayaannya untuk kepentingan dukun tersebut, kalau orang itu sampai masuk dalam perangkapnya
RADEN MULIA
Tuan Pandhita, dari cara bicara dan gaya bahasamu, saya yakin bahwa Anda adalah seorang yang bijaksana. Saya senang mengenal Anda. Saya kagum pada Anda yang telah banyak menolong orang sakit tanpa mengharapkan pamrih apa pun, tidak mencari keuntungan pribadi, meski Anda sendiri bukan orang kaya.
P. NUSA BRAHMA
Juragan, kalau orang tidak mengharap pamrih, itu belumlah layak dipuji. Karena masih banyak dukun atau dokter yang tidak menerima pamrih berupa uang atau barang, melainkan berupa pujian agar namanya termashyur. Bagi seorang dukun, tabib atau dokter kaya, yang hidup layak tanpa kekurangan apa pun, ia tentu akan menampik pemberian dari orang-orang miskin yang ditolong. Tapi itu bukan satu
Naskah Drama KRAKATOA 35
kebaikan yang besar, karena kahlian yang didapatkan oleh mereka berasal dari Tuhan agar bisa menolong sesame.
Tapi bisaanya, lantaran tidak mau menerima upah, banyak dukun atau tabib yang meminta pasiennya agar mengingat budinya, menghormatinya bahkan mengkultuskannya seperti layaknya seorang dewa atau orang suci yang mesti di gugu segala perilakunya dan perintahnya. Ini menyebabkan semua orang yang pernah ditolongnya harus tunduk dan berada di bawah kekuasaannya.
Dan hal seperti itu lebih berat tinimbang mendapatkan upah uang atau barang.
RADEN MULIA
Oh, jadi itu yang menyebabkan tuan Pandhita enggan memberi tahu tempat tinggal tuan sebenarnya, supaya orang-orang yang disembuhkan tuan tidak mencari tuan guna membalas budi tuan?
P. NUSA BRAHMA
Begitulah kira-kira. Tapi itu bukan satu-satunya alasan. Ada yang lebih penting dari itu yang saya tidak boleh beri tahu pada siapa saja, yang membuat saya terus berpindah-pindah.
Sebagai seorang pengelana, saya selalu bepergian ke tempat yang jauh dan tidak pernah menetap untuk waktu yang lama. Nama Nusa Brahma sendiri hanya saya pakai di gunung ini, di lain tempat, saya memakai nama yang lain, terkait dengan kepercayaan saya.
Juragan, lebih baik kita pindah dari sini, anginnya terlalu kencang. Kita tidak bisa berbincang dengan leluasa… mari…
RADEN MULIA
Baik.
RADEN MULIA MENGIKUTI PANDHITA PERGI.
LAMPU PADAM
Naskah Drama KRAKATOA 36
TIGA
PONDOK PANDHITA NUSA BRAHMA. PONDOK ITU TERBUAT DARI BAMBU DENGAN ATAP DARI ALANG-ALANG. PANDHITA DAN RADEN MULIA MASUK. PANDHITA MEMPERSILAHKAN RADEN MULIA DUDUK DI AMBEN DI DEPAN PONDOK. PANDHITA MASUK PONDOK. TERCIUM BAU DUPA, RADEN MULIA MENGAMATI TEMPAT ITU, NAMPAK PERKAKAS SEPERTI TEMPAT SIRIH, KENDI, TEKO DAN BEBERAPA CANGKIR DARI BAMBU. ADA JUGA SETANDAN PISANG TERGANTUNG DI TEMBOK PONDOK. DI SUDUT KIRI PONDOK ADA BEKAS PERAPIAN, PACUL DAN LIDI. MASUK PANDHITA NUSA BRAHMA.
RADEN MULIA
Pondokan ini nyaman sekali, tuan Pandhita. Saya jadi betah tinggal di sini. Pandai sekali tuan memilih tempat tinggal
P. NUSA BRAHMA
Tempat ini bukan pilihan saya. Sudah ada sejak dulu semenjak Aki dan Bapak saya masih hidup. Kami selalu tinggal di sini setiap kali datang ke gunung ini, ya tentunya dengan membangun pondokan baru.
RADEN MULIA
Kalau begitu, Keluarga tuan melakukan perjalanan ini turun temurun?
P. NUSA BRAHMA
Betul. Bahkan sudah beberapa generasi. Bagi kami, tempat ini adalah tempat yang keramat, jauh sebelum orang-orang putih dan atau Islam datang.
RADEN MULIA
Tuan Pandhita, boleh saya tahu alasannya? Apa yang membuat tempat ini suci? Sejauh pengamatan saya, gunung Ciwalirang ini tidak jauh beda dengan gunung lain yang ada di Bantam. Malah ada gunung yang lebih tinggi dan angker, di mana ada kuburan keramat yang sering
Naskah Drama KRAKATOA 37
disembah oleh sebagian penduduknya?
P. NUSA BRAHMA
Juragan, untuk menjelaskannya satu persatu, saya tidak bisa. Tapi begini, setiap kita punya agama dan selalu berusaha menjalankan ajarannya. Seperti juragan tahu, setiap tahun ada ratusan bahkan ribuan orang pergi ke Mekkah hanya untuk sekedar mencium batu hitam di sana, meski di tempat lain banyak batu lain yang lebih indah dan mulia dari batu di Kabah itu.
Begitu pun bagi kami yang datang kemari dan menetap selama satu bulan, tak lebih hanya untuk sekedar menjalankan ajaran agama kami
RADEN MULIA
Tapi tuan, mengapa hanya keluarga Anda saja yang datang kemari. Kemana orang-orang yang memiliki kepercayaan sama dengan tuan tidak ikut serta?
P. NUSA BRAHMA
Itulah mengapa kewajiban ini hanya berlaku bagi pandhita saja. Lain dari itu, juragan tahu sendiri, orang-orang Bantam membenci dan memusuhi orang lain agama. Juragan tahu, kejadian di Cilegon tahun 1888, ada beberapa priyayi Islam yang dibunuh karena mereka telah dianggap kafir dengan bekerja pada Belanda.
Lantaran mereka fanantik, kami harus hati-hati dan tidak gegabah dalam menjalankan ajaran agama kami.
RADEN MULIA
Tapi pemerintah sekarang sudah melarang keras peperangan antar agama, tuan Pandhita
P. NUSA BRAHMA
Benar, juragan. Tapi dampak dari kebencian masa lalu, membuat penganut agama Hindu tidak berani unjuk dirinya lagi. Hingga kami harus melarikan diri menyingkir ke dalam hutan rimba yang tidak bisa dijangkau oleh orang. Kaum saya sendiri, orang-orang baduy yang
Naskah Drama KRAKATOA 38
masih tinggal di pedalaman hutan di sebelah selatan Lebak, terpaksa bersembunyi terus. Keadaaan itu telah mendarah daging turun temurun. Hingga meskipun keadaan sekarang lebih sejahtera, mereka lebih memilih cara hidup yang lama seperti waktu orang bukan Islam dalam bahaya.
Oleh karenanya, kekuasaan kaum Baduy yang sebelumnya seluas Jawa Kulon semasa kerajaan Padjajaran menjadi satu golongan pribumi yang terbelakang di seluruh Bantam dan Parahyangan. Ya, bahkan di seluruh pulau Jawa
RADEN MULIA
Anda sungguh bijak. Saya kagum dengan pandangan hidup Anda, ternyata di antara kaum Baduy terdapat seseorang yang memiliki pandangan luas dan cerdas seperti Anda.
Tapi maafkan saya tuan Pandhita, kalau saya tak pintar menyimpan perasaan saya. Saya merasa heran dengan sosok Anda yang berpengetahuan luas dan cerdas ini sampai meninggalkan kaum Anda sendiri tertinggal dalam berbagai hal? Dan kenapa Anda tidak mengajak mereka perbaiki jalan hidupnya, agar mereka jadi masyarakat modern?
PANDHITA NUSA BRAHMA MANGGUT-MANGGUT DAN TERSENYUM. IA MENYeRUPUT KOPI DI CANGKIRNYA.
P. NUSA BRAHMA
Pertanyaan juragan sama sekali tidak mengherankan saya. Jika orang selalu memerhatikan bagian luar, niscaya akan bertanya seperti itu. Seeprti halnya bunga, ada waktunya ia mekar dan ada pula waktunya ia layu. Begitu juga satu bangsa, ada waktunya ia berada dipuncak peradaban, lalu merosot, jatuh binasa.
Apa yang terjadi dengan kaum saya, itu sudah menjadi takdir dari yang kuasa, hingga tak ada kecerdasan manusia mampu memperbaikinya. Seperti juga tak ada orang yang mampu mengembalikan bunga layu segar kembali.
RADEN MULIA
Naskah Drama KRAKATOA 39
Anda benar kalau semua upaya sudah dijalankan. Tapi apa Anda pernah mencobanya?
P. NUSA BRAHMA
Mencoba apa, juragan?
RADEN MULIA
Mencoba, agar mereka menjadi pintar, dengan membangun sekolah, ajari sopan santun. Pimpin mereka supaya mengerti manfaat bergaul dengan kaum lainnya. Ajari mereka berdagang, bertukang atau berkuli. Luaskan wawasan mereka tentang pertanian, pertukangan dan keterampilan. Seperti yang sedang diupayakan pemimpin bangsa ini agar lebih maju dan beradab.
P. NUSA BRAHMA
Memang. Saya belum mencoba itu semua. Tapi saya tahu kalau itu akan percuma saja dan malah akan membuat kaum saya lebih celaka lagi
RADEN MULIA
Bagaimana bisa?
P. NUSA BRAHMA
Itulah jadinya kalau seseorang melihat persoalan dari kulitnya saja, tidak mengerti seluk beluknya. Selama tiga abad kaum baduy hidup terpisah dengan kaum lainnya di tengah hutan, menyebabkan ketertinggalan yang sangat. Hingga dala soal kesopanan, keterampilan dan agama mereka tidak akan bisa mengejar, meskipun saya adalah pandhita mereka, saya sudah tidak dipercaya. Tidak cukup pengaruh untuk membuat mereka patuh. Agama kami sudah sia-sia, bahkan dewa-dewa dan tempat pemujaan yang suci ditelantarkan, lantaran agama mereka sudah tercampur baur sedemikian rupa hingga tak lagi berbentuk.
Agama yang saya peluk sekarang ini ialah agama yang suci seperti yang diturunkan oleh nenek moyang kami, yang bagi orang baduy sama asingnya dengan agama Islam atau Kristen. Maka saya yakin,
Naskah Drama KRAKATOA 40
untuk menata ulang kehidupan orang baduy bagi saya atau juragan sendiri adalah sesuatu yang mustahil!
RADEN MULIA TERCENGANG MENDENGAR PAPARAN PANDHITA
RADEN MULIA
Kalau begitu Tuan Pandhita tidak tinggal bersama mereka?
P. NUSA BRAHMA (Sambil menggelengkan kepala)
Saya tidak tinggal dengan mereka, ya. Saya tinggal di dekat perkampungan mereka. Kalau saya tinggal di sini, tentulah tidak akan berlama-lama seperti halnya mereka lakukan. Sekalipun saya ada keinginan tinggal bersama mereka, mereka akan menolak saya karena ajaran agama yang saya pegang sudah tidak mereka akui lagi.
RADEN MULIA
Berarti Tuan Pandhita tidak termasuk golongan mereka lagi?
P. NUSA BRAHMA
Saya tetap orang baduy, Pandhita dari kaum baduy. Meskipun saya tidak diakui. Kedudukan saya ini tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun karena sifatnya turunan. Saya selalu memerhatikan kebaikan dan keselamatan kaum saya dan masih tetap berhubungan dengan para tetua, baik itu soal nasehat sipirtual atau pun soal obat-obatan.
Saya sudah mengawasi dan mengerti pola hidup kaum saya, akhirnya saya ambil keputusan untuk tidak turut campur segala berjalan seperti adanya dan tidak akan membuat mereka maju agar mereka senang dan beruntung
RADEN MULIA
Tegasnya tuan membiarkan mereka berada dalam kebodohan dan kegelapan selamanya!?
P. NUSA BRAHMA
Naskah Drama KRAKATOA 41
Benar. Sebab dengan begitu tidak akan mengganggu kesenangan dan keberuntungan mereka.
RADEN MULIA
Maksud Tuan, orang-orang bodoh bisa lebih beruntung daripada orang pintar dan terpelajar?
P. NUSA BRAHMA
Bagi satu bangsa yang dekat dengan kehidupan normal, tentunya kebodohan akan mendatangkan bencana, karena selamanya akan dibodohi. tapi bagi kaum baduy yang sudah tiga abad hidup sendiri dalam sepi dan keramaian kaum lainnya, maka kepintaran itu akan melenyapkan kesenangan dan keberuntungan mereka
RADEN MULIA
Saya jadi tidak mengerti dengan jalan pikiran tuan…
P. NUSA BRAHMA
Baiklah, akan saya ceritakan. Seperti yang juragan dengar atau tahu kalau kaum saya itu punya adat kebisaaan yang buruk dan tercela. Tetapi sesungguhnya mereka juga punya sifat yang baik, seperti tidak suka berbohong, menipu, mencuri, bikin keonaran. Selalu hidup rukun antar sesama, jadi tidak perlu lagi yang namanya pengadilan atau pun polisi.
Lain dari itu, mereka tidak suka keramaian, menumpuk kekayaan dan kemewahan. Tidak ada dengki diantara sesama, dan inilah yang paling bersih. Memang benar mereka hidup di bawah kemiskinan, bodoh dan percaya takhayul, tapi mereka hidup aman dan damai. Tidak mengenal persaingan dan segala hal yang membuat bangsa maju berani berbuat apa saja untuk mewujudkan mimpinya.
Percayalah, juragan. Keadaan ini akan berubah kalau mereka bersekolah, membaca buku, Koran dan bergaul dengan orang lain bangsa. Mereka akan mengenal makanan yang lezat, pakaian perlente, rumah tangga yang nyaman serta mengenal betapa berharganya uang, pangkat, kekayaan dan kehormatan. Kalau sudah begitu, apa jadinya?
Naskah Drama KRAKATOA 42
Kaum baduy nanti musnah. Selain itu juga kejujuran, keamanana dan kesenangan pikiran juga akan hilang.
Sebagai gantinya, nanti pulau Jawa ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang hanya memikirkan uang, tidak peduli dengan jalan mencuri, mencopet, merampok atau membunuh. Akan terciptalah keserakahan atas nama “Pengetahuan dan kemajuan” yang kini juga sedang dicari oleh para pribumi di pulau ini yang notabene mengejar kemerdekaan dan harkat derajat bangsa. Semua itu hanya menghasilkan kekacauan, seperti pemberontakan kaum komunis yang menelan korban ribuan nyawa manusia.
KEMBALI RADEN MULIA TERCENGANG DENGAN OMONGAN PANDHITA NUSA BRAHMA.
RADEN MULIA
Jadi, pengetahuan dan kemajuan tidak selamanya membawa berkah, begitu tuan?
P. NUSA BRAHMA
Itulah yang kukatakan tadi. Coba juragan camkan omongan saya. Maaf, saya permisi sebentar.
PANDHITA TURUN DARI AMBEN KELUAR. RADEN MULIA BINGUNG DENGAN APA YANG BARU SAJA DIUTARAKAN OLEH PANDHITA. RADEN MULIA MENGERNYITKAN DAHINYA, PERTANDA IA MERENUNGI SEMUA UCAPAN PANDHITA TADI. TAK BERAPA LAMA, PANDHITA MASUK KEMBALI
P. NUSA BRAHMA
Hari sudah siang. Tentunya juragan belum makan, bagaimana kalau kita makan dulu. Tapi saya mohon juragan maklum kalau makanan di sini Cuma nasi merah, lalapan dan sambal.
RADEN MULIA (Terperanjat)
Makan siang…? Eh, tentu tuan Pandhita. Saya senang sekali bisa menemani tuan Pandhita makan. Lalapan dan sambal, sudah lebih dari
Naskah Drama KRAKATOA 43
cukup.
P. NUSA BRAHMA (Memanggil)
Ratna…Bawa makanannya keluar!
MUNCUL SEORANG PEREMPUAN TUA YANG RAUT MUKANYA CERAH, MEMBAWA SATU BAKUL NASI MERAH YANG MASIH MENGEBUL. DITARUHNYA DI AMBEN.
P. NUSA BRAHMA
Ini istri saya, juragan… namanya Ratna.
RADEN MULIA
Salam… Terima kasih bu. Maaf sudah merepotkan
ISTRI PANDHITA
Ah, tidak apa-apa. Mohon maklum, gan, kalau makanannya tidak pas dengan selera agan.
RATNA KELUAR, DAN MUNCUL SEORANG GADIS MEMBAWA NAMPAN DILAPISI DAUN PISANG YANG BERISI LALAPAN DAN SAMBEL. GADIS ITU MENYUGUHKAN LALAPAN ITU DAN MEMBERESKAN SISA MAKANAN SEBELUMNYA DI AMBEN. RADEN MULIA KAGET SETELAH MENYADARI KALAU ANAK PANDHITA ITU CANTIK DAN MOLEK. RADEN MULIA MEMERHATIKAN SOSOK GADIS ITU. DENGAN BUNGA CEMPAKA DI TELINGA DAN KALUNG UANG LOGAM TERGANTUNG DI LEHER, MEMBUAT RADEN MULIA KIAN BERDECAK KAGUM. PANDHITA NUSA BRAHMA MEMERHATIKAN PRILAKU RADEN MULIA TERSENYUM TIPIS
P. NUSA BRAHMA (Terbatuk)
Ehemmm….
RADEN MULIA
Naskah Drama KRAKATOA 44
Ooo…. maaf.
ISTRI PANDHITA
Lekas sedikit, Ratna
RADEN MULIA
Anak Ibu?
ISTRI PANDHITA
Betul, Gan. Namanya Ratna Sari. Dia anak semata wayang kami.
P. NUSA BRAHMA
Silakan makan dulu gan. Ngobrolnya kita lanjutkan nanti.
RADEN MULIA
Baik, tuan Pandhita. Bapak Nurhali….
NURHALI HANYA MENGANGGUK. MEREKA MULAI MENYANTAP MAKANAN.
SESUDAH MAKAN
RADEN MULIA
Tuan Pandhita punya anak gadis sudah besar. Saya kira tidak lama lagi tuan akan dapat mantu
P. NUSA BRAHMA (Tersenyum)
Tidak segampang itu, gan. Sebab kami bukan orang Islam. Hingga tidak gampang mencarikan jodoh buat Ratna, sedang di antara kaum kami, saya belum melihat sosok yang pantas mendampingi dia
RADEN MULIA
Apa tuan Pandhita tidak punya sanak famili lelaki?
P. NUSA BRAHMA
Naskah Drama KRAKATOA 45
Tidak ada. karena dalam keluarga saya, saya adalah turunan terakhir. Meski dulunya saya punya keluarga besar. Kalau saya mati, maka kepandhitaan ini tidak akan ada penerusnya. Saya tidak punya anak lagi selain Ratna Sari, sementara seorang Pandhita harus lelaki.
RADEN MULIA
Apa yang terjadi sampai keluarga besar tuan habis? Mungkin kalau dicari, masih ada sanak keluarga lain.
P. NUSA BRAHMA
Akan saya katakana yang sejujurnya. Keluarga besar saya habis karena dulu kami sangat keras dengan prinsip hidup tidak boleh menikah kecuali dengan kaum sendiri, hingga banyak yang harus kawin sedarah. Ini menyebabkan keluarga kami kondisi tubuhnya lemah, umurnya pendek dan rentan kena penyakit hingga akhirnya mati.
Keturunan kami sudah putus puluhan tahun silam, tatkala Ibu saya meninggal, hingga saya harus dicarikan istri dari luar kaum tapi masih yang seiman dengan kami.
RADEN MULIA
Kalau begitu, kenapa tuan tidak mengikuti cara bapak tuan? Memungut seorang anak lelaki dan didik dia dari kecil hingga layak jadi mantu? Dengan begitu, turunan tuan tidak putus, karena tuan akan dapat cucu lelaki hingga bisa meneruskan pekerjaan sebagai Pandhita?
P. NUSA BRAHMA
Hal itu tidak bisa dilakukan, juragan. Lantaran keluarga kami tidak boleh menikah sembarangan dengan keluarga yang kastanya lebih rendah dan tidak sederajat.
RADEN MULIA
Kalau tuan Pandhita bersikeras dengan prinsip itu, tentunya, anak gadis tuan akan menjadi perempuan tua. Apa tuan tidak kasihan dengan hidup anak gadis tuan yang cantik itu?
P. NUSA BRAHMA
Naskah Drama KRAKATOA 46
Saya terlalu keras? Ini saya lakukan tiada lain dengan maksud agar anak saya mempunyai suami seorang yang sama derajatnya, satu adat kebisaaan yang juga diberlakukan di beberapa suku bangsa. Malah, banyak priyayi-priyayi sini yang juga memegang prinsip itu. Saya lebih memilih melihat Ratna Sari tidak menikah sama sekali daripada jadi istri seseorang yang tidak sebanding.
RADEN MULIA
Tadi tuan mengatakan soal ketidakmungkinan menikah dengan orang lain agama, menurut saya itu akan sangat menyusahkan, karena agama tuan sekarang tidak dikenal. Bahkan tuan bilang sendiri kalau agama yang dianut kaum baduy sudah tidak murni lagi seperti dulu.
P. NUSA BRAHMA
Itu betul. Tapi halangan itu tidak terlalu berat bagi saya. Saya sudah mempelajari banyak agama, dan kesemuanya berpokok satu, hanya kulitnya saja yang berbeda sedang isinya sama. Yang saya khawatirkan justru tentangan itu datang dari pihak luar. Umpamanya seorang suku sunda yang beragama Islam, tentu tidak mau menikahi orang di luar Islam, sedang saya tidak mau anak saya di duakan.
RADEN MULIA
Kalau begitu, tuan tidak keberatan kalau anak tuan menikah dengan orang lain agama?
P. NUSA BRAHMA
Selama ada kesamaan intisari ajaran, saya tidak keberatan, dengan catatan harus sederajat dengan saya.
RADEN MULIA
Maaf, tuan Pandhita, ini agak membingungkan saya. Soal takaran sederajat yang tuan maksud seperti apa? Apa maksud tuan seseorang yang kaya raya atau berpangkat tinggi?
P. NUSA BRAHMA (Tertawa)
Hahaha…. bukan begitu, gan. Saya tidak keberatan dapat mantu
Naskah Drama KRAKATOA 47
seorang miskin, karena saya sendiri orang yang tidak punya. Yang saya maksud bahwa orang itu mempunyai prilaku, keturunan dan pemahaman agama yang sama dengan saya. Tidak peduli apa ia Kristen atau Islam.
RADEN MULIA
Bagaimana kalau seorang santri, penghulu atau seorang pandhita seperti tuan?
P. NUSA BRAHMA (Tersenyum. Air mukanya berubah)
Saya tidak jelaskan lebih lanjut soal ini. Saya Cuma mau bilang bahwa adalah keliru orang yang memandang saya sama derajatnya dengan para santri, penghulu atau pandhita seantero Bantam ini. Saya juga tidak lebih rendah dari Sultan Jogja atau Sunan Solo. Hanya itu yang bisa saya jelaskan, saya mohon jangan perpanjang persoalan ini…
RADEN MULIA KEMBALI KAGET DENGAN UCAPAN PANDHITA NUSA BRAHMA. IA PERHATIKAN RAUT MUKANYA.
RADEN MULIA
Baiklah, saya tidak akan mengungkitnya lagi. Tapi maafkanlah saya, sebelum saya pergi, saya ingin mengajukan satu pertanyaan lagi.
P. NUSA BRAHMA
Silakan
RADEN MULIA
Kalau tidak ada yang orang dirasa cocok dengan keinginan tuan, apa Ratna Sari akan diijinkan menikah dengan siapapun?
P. NUSA BRAHMA (Tegas)
Naskah Drama KRAKATOA 48
Tidak!
RADEN MULIA
Bagaimana kalau ia sendiri punya pilihan sendiri? Karena tuan Pandhita sudah tua dan tidak akan sanggup lagi menjaga anak tuan.
P. NUSA BRAHMA
Kalau aku sudah mati, ia boleh berbuat sesukanya, meski nantinya roh saya tidak akan tenang dan akan mengutuk kalau ia berani menikah sembarangan. Kalau saya masih hidup dan ia melanggar ketentuan saya, akan saya bunuh dia!
MENDENGAR INI, RADEN MULIA TERKEJUT DENGAN KEPRIBADIAN PANDHITA YANG SELAIN LEMAH LEMBUT BUDI BAHASANYA TERNYATA JUGA SANGAT ANGKUH DAN BERHATI KERAS.
RADEN MULIA
Baiklah, tuan Pandhita. Saya rasa cukup dulu pembicaraan kita sampai di sini. Kami pulang dulu…
P. NUSA BRAHMA
Baiklah, juragan. Semoga perjalanan Anda mendapat keselamatan.
RADEN MULIA
Terima kasih….
RADEN MULIA DAN NURHALI KELUAR. TINGGAL PANDHITA NUSA BRAHMA YANG KEMBALI DUDUK DI AMBEN, MERENUNGI PERCAKAPAN TADI DAN AKHIRNYA MENARIK NAPAS PANJANG.
LAMPU PADAM
Naskah Drama KRAKATOA 49
EMPAT
SATU
RUMAH RADEN MULIA. IA SEDANG BERISTIRAHAT, DUDUK DI KURSI MALAS. WAJAHNYA NAMPAK LESU, KARENA BEBAN PIKIRAN. PERCAKAPANNYA DENGAN PANDHITA TEMPO HARI MEMBUAT IA BERPIKIR KERAS.
RADEN MULIA
Segala persoalan ini membuatku makin bingung. Dari cara dia bicara, pengetahuannya yang luas, pemikirannya yang bijaksana, menampakkan kalau dia bukan keturunan rakyat bisaa. Apa ada kemungkinan pandhita itu keturunan raja-raja di Jawa ini? Tapi Keturunan raja yang memeluk Hindu hanya ada di Bali, sedang Pandhita itu bukan orang sana. Ia hanya seorang warga Bantam yang sepertinya belum pernah menginjakkan kakinya ke Bali.
Jangan-jangan dia masih terkait dengan kerajaan Padjajaran. Bagaimana pun juga pada waktunya, Padjajaran ialah kerajaan besar yang pernah menguasai kulon pulau Jawa ini. Ya, ya…. Kalau dirunut kemungkinan itu sangat besar. Bahkan bisa jadi kalau dia….keturunan terakhir kerajaan Padjajaran.
Kotapraja Padjajaran….. (mencari dan membuka buku) ah ya…Batu tulis…. (Membaca tulisan dari buku) Di sini dikatakan kalau
“pada waktu terjadi peperangan antara Padjajaran dengan pasukan Sunan Gunung Jati dari Cirebon, mereka mengalami kekalahan dan akhirnya menyingkir ke Priyangan Kidul, bersembunyi di pegunungan yang ada di Bantam sini.
Mereka memilih tidak berbaur hidup dengan orang lain, dan tidak mau masuk Islam. Kemudian mereka dikenal dengan nama suku Kanekes, wilayahnya terbentang sepanjang Ciboleger sampai Cikeusik”.
Naskah Drama KRAKATOA 50
Dan sepertinya, gelar Pandhita yang disandangnya, hanya untuk menyembunyikan identitas sebenarnya kalau ia seorang raja dari kaum Baduy yang diwariskan bagi keturunan Prabu Siliwangi.
(termenung cukup lama)
Aku makin yakin. Mengingat dia juga punya tabiat seperti seorang raja dari zaman Hindu. Ancaman bagi Ratna Sari yang tak boleh menikah dengan kaum bawah itulah alasannya. Persis seperti lakon dalam pewayangan yang menegaskan soal kehormatan keluarga dijunjung di atas segalanya. Dan menikah dengan yang tidak sederajat adalah suatu dosa besar.
Kalau itu benar, kenapa pula dia sampai menikah dengan perempuan dari Bantam, yang nyata di luar ketentuannya sendiri? Siapa istri dia itu sebenarnya? Apa anak pungut yang dijadikan istrinya itu perempuan bangsawan? Tapi siapa pula bangsawan Sunda yang sudi menyerahkan anaknya untuk di asuh orang baduy di pegunungan? Ah…makin pusing aku dibuatnya….
(Jalan mondar-mandir)….
Bicara tentang Ibu itu dan Ratna Sari….Aku seperti kenal dengan raut wajah itu. Tapi di mana?
(Sampai di sini, Raden Mulia kembali duduk di kursi malas, menyalakan sebatang rokok kretek dan mengepulkan asapnya. Kemudian dia melirik ke Lonceng yang menempel di tembok dan waktu menunjukan pukul empat. Di bawah lonceng itu terdapat beberapa photo keluarganya. Tiba-tiba ia terkejut dan setengah melompat, mendekati dan akhirnya mengambil satu photo yang sudah tua tapi masih jelas. Gambarnya seorang priyayi bergandengan istrinya)
Inikan photo nenek!
(Menatap lekat pada photo itu)
Ini aneh….semakin diamati mereka berdua sangat mirip. Pantas aku merasa kenal dengan wajah ibu itu. Tapi ada hubungan apa antara nenek dengan ibu itu? Aku harus mencari tahu! Dan salah satu caranya, aku harus kembali ke sana secepatnya.
Naskah Drama KRAKATOA 51
LAMPU PADAM
DUA
KAKI GUNUNG CIWALIRANG. NAMPAK BEBERAPA PONDOKAN, TEMPAT ITU RAMAI OLEH ORANG YANG AKAN BEROBAT. KEBANYAKAN ORANG YANG SAMA DENGAN WAKTU KUNJUNGAN PERTAMA RADEN MULIA. RADEN MULIA SENDIRI SEDANG BERISTIRAHAT DI WARUNG DAN MINUM TEH. DI ANTARA ORANG-ORANG ITU ADA BEBERAPA YANG TERLIBAT PERCAKAPAN YANG CUKUP SERIUS, DARI LOGATNYA ORANG-ORANG ITU BERASAL DARI PALEMBANG. HAL INI MENGUNDANG PENASARAN RADEN MULIA. IA PUN MENCURI DENGAR.
ORANG I
Kalau niat kau sudah bulat, kau harus segera membicaran hal ini dengan tuan Pandhita. Sebab aku dengar, dua minggu lagi mereka akan meninggalkan tempat ini, kembali ke tempatnya yang jauh, entah di mana. Dan pastinya kita akan kesusahan mencari jejak keberadaan mereka. Paling-paling kau harus menunggu satu tahun lagi, dan kau akan semakin bertambah tua! Hahaa!
ORANG II
Dan mungkin saja, dalam tempo satu tahun itu Ratna Sari sudah jadi milik orang lain… Iya gak? Hahahaa…
MENDENGAR NAMA RATNA SARI DI SEBUT, RADEN MULIA TERKEJUT. AIR THE YANG MAU DIMINUMNYA TUMPAH. IA MAKIN PENASARAN, MAKA IA PUN DUDUK AGAK MENDEKAT KE MEREKA.
ORANG I
Naskah Drama KRAKATOA 52
Aku pikir tidak gampang mendapatkan gadis itu. Sebab, tidak mungkin Pandhita itu merelakan anaknya dibawa ke seberang lautan.
ABDUL SINTIR
Tapi aku sudah berjanji kalau sudah menikahi Ratna Sari, aku akan tinggal bersama mereka. Lagipula aku sudah menganggap Pandhita itu bak ayahku sendiri karena jasanya menyembuhkan penyakit mataku.
Kalau sudah begitu, kan gampang. Aku tinggal membujuk mereka agar mau tinggal bersama di Palembang.
ORANG III
Itu memang gampang, kalau kau direstuinya. Nah, kalau tidak? Bagaimana?
ABDUL SINTIR (Sombong)
Menurutmu, apa ia akan tetap menolak, kalau aku memberi mas kawin sebanyak sepuluh ribu dan semua hasil perkebunan karetku? Dia pasti akan menerima! Abdul Sintir!
ORANG II
Jangan sombong dulu kau!. Kau tentu tahu kalau pandhita itu tidak mau menerima pemberian setiap kita yang diobatinya. Uang ataupun barang!
ABDUL SINTIR
Alah! Sudah banyak dukun aku datangi, dan mereka semua mata duitan! Ingat, Uang yang berkuasa! Jadi aku pikir Pandhita itu pun akan tergoda kalau aku sodorkan seluruh kekayaanku padanya. Bahkan aku sudah berniat akan menggunakan segala kekayaan dan cara zntuk mendapatkan Ratna Sari!
Beban sakit mata, memang sudahlah hilang. Tapi beban hati yang mencinta makinlah besar. Buat apa mataku sembuh kalau harus menderita kerinduan tak berbalas pada bidadari yang bernama Ratna Sari. O, Ratna! Ratna! Sia-sia ayahmu menyembuhkan kebutaanku kalau harus jauh darimu. Lebih baik aku buta, tapi ada
Naskah Drama KRAKATOA 53
kau disampingku!
ORANG I
Kau jangan gila, Tir! Kau punya hutang budi besar pada Pandhita itu. Kau tidak kurang ajar dengan meminta paksa Ratna Sari untukmu
ABDUL SINTIR
Siapa yang gila!? Lagipula belum tentu Pandhita itu menolak. Apalagi kalau aku iming-imingi seluruh kekayaanku. Aku akan meratap, berlutut di hadapan Pandhita dan istrinya itu, agar mereka iba. Akan kutunjukan kesungguhanku. Bahkan kalau perlu, aku akan mengancam bunuh diri kalau aku ditolaknya. Kalau sudah begitu, tentunya aku akan diangkat sebagai mantunya. Iya kan!? Hahaha….
ORANG I
Bagaimana kalau ia bersikukuh menolakmu?
ABDUL SINTIR
Kalau ia tetap menolakku, terpaksa aku harus memilih dua cara. Bunuh diri atau bawa lari paksa anaknya. Aku tahu Ratna Sari menaruh hati padaku, aku tahu dari tatapannya padaku. Ia pun sudah menerima pemberianku.
ORANG III
Apa?
ABDUL SINTIR
Iya. Ratna Sari menerima pemberianku. Kejadiannya di dekat pancuran. Di sana aku beri dia beberapa sarung tenun, arloji, lima keping uang emas Inggris dan perhiasan. Sayangnya waktu itu kami tidak bisa berbincang, karena ia tidak bisa bahasa melayu dan aku sendiri tidak bisa sunda.
ORANG II
Aku setuju dengan rencanamu, kawan! Kita bawa lari paksa Ratna
Naskah Drama KRAKATOA 54
Sari.
ORANG I
Caranya?
ORANG II
Kita bawa dia dengan mobil. niscaya sebentar saja kita sudah jauh dari sini. Lagipula kalau kawan kita ini sampai bunuh diri atau menyerahkan kekayaannya, itu percuma saja. Kalian seperti tidak tahu saja sifat perempuan. Kalau kekayaan kita habis, pasti ia akan rewel dan minta cerai. Apalagi gadis-gadis sunda! Kita harus waspada! Aku saja sudah habis-habisan dieret sama aceuk-aceuk Bandung!
MENDENGAR INI, RADEN MULIA TERPANCING AMARAHNYA. TERLEBIH ORANG YANG DIBICARAKAN ADALAH RATNA SARI. IA BERDIRI DAN MENGHAMPIRI MEREKA.
RADEN MULIA
Kawan! Jaga ucapan kalian! Jangan macam-macam terhadap Pandhita dan keluarganya! Aku Kepala keamanan dan Asisten Wedana tempat ini. Aku sudah mendengar rencana jahat kalian. Kalau kalian menjalankan niatan itu, aku tidak akan segan-segan menangkap dan menebas leher kalian!
ABDUL SINTRI DAN KAWAN-KAWAN MENDENGAR INI TERKEJUT SETENGAH MATI. ABDUL SINTIR WAJAHNYA PUCAT PASI.
ABDUL SINTIR (Tergagap)
Maaf, tuan…. Omongan saya barusan Cuma bercanda. Tidak sungguh-sungguh. Maaf…
RADEN MULIA
Kau bercanda atau tidak, aku tidak peduli! Aku hanya ingin mengingatkan, bahwa niatan kau tidak pantas, mengingat kau berhutang budi pada Pandhita itu yang telah menyembuhkan matamu. Aku peringatkan, kalau kalian sampai berani mengganggu Ratna Sari
Naskah Drama KRAKATOA 55
seujung rambunya pun, aku akan membekuk dan memasukkan kalian ke penjara! Akan kusampaikan niatan jahat kalian ini pada Pandhita, dan aku minta kalian lekas pergi dari sini!
(Abdul Sintir dan kawan-kawannya segera pergi dengan mengumpat)
Lebih baik aku segera ke puncak, keadaan sudah tidak baik.
RADEN MULIA BERLALU
LAMPU PADAM
TIGA
JALAN SETAPAK MENUJU PUNCAK GUNUNG CIWALIRANG. RADEN MULIA BERPAPASAN DENGAN RATNA SARI YANG SEDANG MEMANGGUL LODONG AIR.
RADEN MULIA (Memanggil)
Ratna! Ratna!
(Ia bergegas menghampiri dan menawarkan bantuan. Ratna sari berhenti dan menurunkan lodong air. Menoleh ke sumber suara)
Ratna, ijinkan aku membantumu membawakan lodong air yang berat itu. Aku tidak tega melihatmu kesusahan menaiki tanjakan ini
RATNA SARI
Tak apa Juragan, saya sudah terbisaa bawa baranng naik turun gunung.
Naskah Drama KRAKATOA 56
RADEN MULIA
Aku memaksa
(Raden Mulia mengambil dan memanggul lodong air itu, mereka berjalan berdampingan)
Apa kau betah di sini Ratna? Aku rasa tempat sunyi ini tidak cocok bagi gadis ayu sepertimu
RATNA SARI
Sunyi. Ya, saya sudah dekat dengan kesunyian. Bahkan saya hidup dengan kesunyian. Tempat ini tidak seberapa sunyinya. Malah saya merasa tidak suka tempat ini, karena banyak orang datang berobat. Dan setiap kali saya ke pancuran, selalu saja ada laki-laki yang mengintip dan mengajak saya bicara. Terlebih orang palembang itu yang memaksa saya menerima pemberian dia.
RADEN MULIA
Apa benar kau menerima sejumlah uang emas Inggris, sarung dan arloji?
RATNA SARI KAGET MENDENGAR PERTANYAAN RADEN MULIA, DENGAN SEDIKIT KIKU IA MENJAWAB
RATNA SARI
Benar. Tapi tolong juragan jangan beri tahu ayah saya. Tentunya ia akan marah kalau tahu saya menerima pemberian orang, meski saya dipaksa menerima oleh orang-orang itu.
RADEN MULIA
Apa setiap ke pancuran, tak ada yang menemanimu?
RATNA SARI
Ibu saya sudah tidak kuat naik turun ke pancuran setiap hari. Selain itu tak ada kawan, sebab ayah tidak mengijinkan siapapun tinggal bersama kami. Di puncak sana tidak ada air buat minum, mencuci atau
Naskah Drama KRAKATOA 57
mandi. Kalaupun ada sumur di dalam gua, airnya bau walirang.
RADEN MULIA
Di dalam goa? Goa yang mana?
RATNA SARI
Yang ada di belakang pondok kami. Gua itu panjang dan gelap. Di sana ayah saya setiap hari sembahyang kecuali hari Jumat. Kalau turun hujan deras, bisaanya kami berteduh di sana, karena pondok kami bocor.
RADEN MULIA
Berapa dalam goa itu?
RATNA SARI
Sekitar lima sepuluh meter, tapi kata ayah masih ada terusannya. Saya tidak pernah masuk karena gelap dan sempit. Kalau mau masuk, juragan mesti merangkak di celah-celah karangnya.
RADEN MULIA
O…Begitu….
SAMPAI DIALOG INI MEREKA BERDUA SAMPAI DI DEPAN PONDOK. SUDAH NAMPAK ISTRI PANDHITA SEDANG DI LUAR. RADEN MULIA MENARUH LODONG AIR DI PINGGI PONDOK. RATNA SARI MEMBAWANYA KE BELAKANG.
ISTRI PANDHITA
O, ada tamu… Silakan duduk gan. Sebentar, saya panggilkan suami saya.
ISTRI PANDHITA MASUK. SEBENTAR KEMUDIAN MUNCUL PANDHITA NUSA BRAHMA, MEREKA BERSALAMAN.
Naskah Drama KRAKATOA 58
P. NUSA BRAHMA
Kiranya gerangan apa yang membawa tuan kembali kesini?
RADEN MULIA
Saya dapat kabar kalau tuan tidak lama lagi akan pergi dari sini. Apa betul?
P. NUSA BRAHMA
Betul gan. kira-kira sepuluh hari lagi dari sekarang.
RADEN MULIA
Itu alasannya kenapa saya datang lagi kemari. Saya ingin belajar pada tuan yang sudah saya anggap sebagai guru sendiri.
P. NUSA BRAHMA (Tersenyum)
Pelajaran semacam apa yang mesti saya berikan pada juragan? Saya ini tak lebih dari orang desa yang bodoh
RADEN MULIA
Saya ingin tahu bagaimana menjalankan tugas saya sebagai seorang pejabat negeri ini. Tak lain agar wilayah ini aman dan rakyat sejahtera. Karena tuan tahu sendiri keadaan sekarang ini, di mana-mana ada pemberontakan, hingga bukan main beratnya tugas yang diemban ini
P. NUSA BRAHMA
Hmmm…. Di tengah kekacauan seperti sekarang ini, bukan hanya para pembesar negeri ini saja yang merasa memanggul beban berat, tapi juga para pemuka agama, orang tua, guru, majikan, pedagang dan lain-lainnya. Hal ini disebabkan karena kalau salah ambil keputusan akan menimbulkan kekacauan dan keonaran, mengingat kebanyakan kita belum siap dengan perubahan.
RADEN MULIA
Makanya, tuan Pandhita, saya perlu masukan dari orang bijak seperti
Naskah Drama KRAKATOA 59
Anda. Saya ingin berdiri di tempat yang tepat. Pekerjaan saya ini mengharuskan saya berdiri di dua tempat. Satu sisi saya harus melaksanakan kepentingan negara, di sisi lain saya juga harus menjaga kepentingan rakyat.
P. NUSA BRAHMA
Begini, juragan. Dalam dunia ini ada dua pengabdian. Pertama aturan negara yang kalau dijalankan dengan benar akan membuahkan kehormatan dari atasan tuan, dan inilah yang banyak dipegang oleh para pejabat.
RADEN MULIA
Dan aturan yang satunya?
P. NUSA BRAHMA
Pengabdian pada hati. Aturan yang berasal dari Tuhan yang sudah ada semenjak manusia lahir. Semakin luas pengetahuan, kesopanan dan budi bahasanya bagus, maka artinya semakin aturan hatinya itu bermakna. Aturan macam ini tidak berbentuk kongkrit, tidak nampak, tidak ada hurufnya, tapi merupakan aturan tertinggi diantara Aturan lainnya di dunia ini.
RADEN MULIA
Lantas perbedaannya apa, tuan?
P. NUSA BRAHMA
Aturan negara dibuat oleh manusia, bisa dirubah atau diganti kapanpun, orang berbuat salah bisa tidak dihukum, umpamanya polisi yang tidak punya bukti atau saksi kuat. sedang aturan hati akan selamanya tetap, tidak bisa digeser. Tidak seorang pintar pun bisa membohongi dan menyangkalnya. aturan hati ini akan sanggup menghukum siapapun orangnya, meski kesalahannya ditutupi di bawah bumi.
Bisaanya, kalau seseorang memegang aturan hati, ia tidak akan takut mengatakan kebenaran. Keberaniannya tanpa batas, pikirannya tenang, tidak gampang dipengaruhi meski keadaan yang dihadapi begitu berat dan menyiksa.
Naskah Drama KRAKATOA 60
RADEN MULIA
Tentunya tidak sembarang orang yang bisa mengamalkan aturan hati ini. Karena untuk memahami soal ini seseorang harus belajar banyak dan pengetahuannya luas bukan begitu, tuan?
P. NUSA BRAHMA
Tidak serumit itu, juragan. Kalau saja seseorang mau berpikir dan bertindak untuk tidak menyakiti orang, sebagaimana ia juga tidak mau disakiti dan memperlakukan orang sebagaimana kita ingin diperlakukan niscaya akan menciptakan keseimbangan hidup. Untuk itulah kita semua perlu mempelajari tentang keadilan dan kesesuaian.
RADEN MULIA
Tapi kenyatannya, dalam sebuah pemerintahan tidak bisa selamanya orang bisa menerapkan aturan hati ini. Misalnya di saat terjadi kerusuhan, maka diperlukannya tindakan tegas demi menjaga keamanan dan kekuasaan pemerintah, tuan Pandhita.
P. NUSA BRAHMA
Itulah sebabnya, kaum Brahman, enggan berurusan dengan pemerintahan negara dan peperangan. Semuanya itu diserahkan pada kaum Ksatria. Bagi orang-orang yang hendak menjalankan ajaran agama dengan benar yaitu mereka yang taat pada aturan hati, perkara pemerintahan hanya akan menjauhkan mereka dari kemajuan rohani, karena seringkali mereka mesti melakukan sesuatu yang bertentangan dengan aturan hati.
RADEN MULIA
Tapi, bukankah…
P. NUSA BRAHMA (Memotong)
Sudahi dulu bicara kita gan. Sudah waktunya makan siang, mari makan bersama… Ratna! Ratna….
RADEN MULIA MERASA TERGANGGU DENGAN INTERUPSI DARI PANDHITA ITU. TAPI IA TIDAK BISA BERBUAT APA-
Naskah Drama KRAKATOA 61
APA. IA IKUT SAJA PERMINTAAN PANDHITA NUSA BRAHMA. MEREKA PUN MAKAN BERSAMA
LAMPU PADAM
EMPAT
PONDOK PANDHITA BRAHMA. MALAM HARI. NAMPAK PEMBANTU KELUARGA PANDHITA SEDANG MENCOBA TIDUR DI AMBEN DI TERAS PONDOK. BELUM SEMPAT DIA MEMEJAMKAN MATANYA. MUNCUL BEBERAPA ORANG BERSERAGAM YANG TAK LAIN ADALAH VOLDPOLITIE (POLISI PATROLI BELANDA)
KOM. POLISI
Bangun!
KUSDI (Kaget, melilir)
Siapa?
KOM. POLISI
Bangun! kami polisi!
KUSDI
Ada apa tuan, datang malam-malam begini? Tuan pandhita sudah tidur
KOM POLISI
Jangan banyak omong! Cepat buka pintu pondok! Kalau tidak kami akan masuk paksa!
BELUM LAGI KUSDI MEMBUKA PINTU, TERDENGAR SUARA DARI DALAM
Naskah Drama KRAKATOA 62
P. NUSA BRAHMA
Ada apa, Kusdi?
KUSDI (Takut)
Tuan Pandhita, ada polisi mencari tuan…
DERIT PINTU PONDOK TERBUKA DARI DALAM. MUNCUL PANDHITA NUSA BRAHMA. PARA OPSIR LANGSUNG MENGACUNGKAN SENJATANYA MENGARAH KE PANDHITA. SONTAK PANDHITA KAGET, TAPI IA MENCOBA UNTUK TENANG.
KOM. POLISI
Apa kowe yang bernama Nusa Brahma?
P. NUSA BRAHMA
Betul, tuan
KOM. POLISI
Apa yang kowe bikin di sini?
P. NUSA BRAHMA
Saya bersembahyang di gunung ini. Saya kesini setahun sekali
KOM. POLISI
Perlu apa kowe bersembahyang di ini gunung? Jangan bohong!
P. NUSA BRAHMA
Saya hanya menjalankan ajaran agama saya, tuan
KOM. POLISI
Ah, omong kosong! Kowe datang ke sini untuk menghasut orang bukan? mengumpulkan mereka untuk memberontak! Kowe orang komunis dan punya banyak pengikut! Ngaku!
Naskah Drama KRAKATOA 63
P. NUSA BRAHMA
Saya tidak punya pengikut, tuan. Saya hanya punya satu pembantu
KOM. POLISI
Kowe berani bohong sama saya!? Apa kowe pikir kami tidak tahu setiap hari Jumat banyak orang berkumpul di sini, ha!?
P. NUSA BRAHMA
Mereka tidak saya undang, tuan. Mereka ke sini untuk berobat.
KOM. POLISI
Apa kowe punya surat ijin jadi dokter, ha!? Kalau kowe pintar mengobati, kenapa kowe tidak ke tempat ramai, di mana kowe bisa dapat uang banyak dari orang-orang yang bisa kowe tipu?
P. NUSA BRAHMA
Saya tidak menerima bayaran dari mereka, tuan.
KOM. POLISI
Semua santri dan kiayi penipu bilang begitu. Kowe boleh kasih keterangan nanti di depan polisi penyidik
P. NUSA BRAHMA
Polisi sudah tahu pekerjaan saya. Asisten Wedana daerah ini sudah dua kali datang kemari. Ia bisa menjadi saksi kalau saya bukan penipu atau penghasut
KOM. POLISI
Ya, itu boleh jadi, sebab asisten wedana itu sudah jad murid dan takut sama kowe. Sekarang kowe mesti ikut kami!
P. NUSA BRAHMA
Naskah Drama KRAKATOA 64
Sekarang, tuan?
KOM. POLISI
Ya!
P. NUSA BRAHMA
Kemana saya mau dibawa?
KOM. POLISI
Ke rumah asisten wedana yang jadi murid kowe!
P. NUSA BRAHMA
Apa tidak bisa besok saja? Saya tidak akan lari.
KOM. POLISI
Jangan bantah! Sebelum pergi, kami akan geledah tempat ini!
PARA OPSIR ITU PUN DIPERINTAHKAN MENGGELEDAH PONDOK. SETELAH TIDAK MENEMUKAN SESUATU YANG MENCURIGAKAN, MEREKA PUN KEMBALI KELUAR. SEDANG RATNA SARI DAN IBUNYA HANYA BISA MENYAKSIKAN PENANGKAPAN PANDHITA.
P. NUSA BRAHMA
Saya mohon tuan, besok saja saya dibawanya. Saya tidak bisa meninggalkan istri dan anak saya.
SESEORANG MEMBISIKKAN SESUATU PADA KOMANDAN POLISI, IA PUN MENGANGGUK.
KOM. POLISI
Kowe punya istri dan anak musti diperiksa juga, tapi tidak usah malam ini. Besok pagi mereka boleh nyusul ke rumah itu asisten wedana. Ini Reserse dan dua kawannya akan jaga ini tempat. Ayo berangkat! Kowe jangan takut, siapa yang tidak salah, tidak nanti dihukum!
Naskah Drama KRAKATOA 65
PANDHITA PUN DI BAWA PERGI OLEH ROMBONGAN POLISI ITU. KINI YANG TINGGAL DI PONDOK ITU HANYA SEORANG RESERSE DAN DUA ORANG KAWANNYA. MEREKA DUDUK DI AMBEN. MUNCUL TIGA ORANG LELAKI PRIBUMI. TINGKAH MEREKA SEPERTI PENCURI. SEGERA MEREKA BERENAM BERKUMPUL SEPERTI SEDANG BEREMBUG SESUATU.
ORANG I
Coba kalian lihat di sana (Menunjuk ke arah lautan) Api itu menandakan perahu kita sudah siap. Ayo, jangan tunggu lagi
RESERSE
Aku mengerti.
RESERSE ITU LEKAS MENUJU PONDOK DAN MENGETUK PINTUNYA. ISTRI PANDHITA DAN RATNA SARI KELUAR. MATA MEREKA SEMBAB HABIS MENANGIS.
RESERSE
Ibu, Saya baru terima perintah dari komandan saya agar membawa ibu dan anak ibu untuk diperiksa.
ISTRI PANDHITA
Tapi, tuan. Hari sudah sangat larut. Bagaimana kami bisa menuruni gunung dengan kondisi seperti ini?
RESERSE
Jangan takut. Kami sudah sediakan lampu senter. Nanti kita berangkat bersama. Silakan ibu bersiap-siap, jangan ragu lagi, kalau terlambat, saya khawatir terjadi apa-apa pada Pandhita.
Selain itu, karena perjalanan kita cukup panjang dan melelahkan, jadi kita nanti naik perahu, biar cepat sampai.
UCAPAN RESERSE ITU MEMBUAT ISTRI PANDHITA DAN
Naskah Drama KRAKATOA 66
RATNA SARI MAKIN KHAWATIR, SEGERA MEREKA BERGANTI PAKAIAN. MEREKA MEMAKAI BAJU TEBAL DAN KERUDUNG. MEREKA MENGIKUTI KE ENAM LELAKI ITU. TANPA MEREKA SADARI, SESEORANG DI BALIK RIMBUNAN SEMAK DAN POHONAN MENGAWASI MEREKA.
LAMPU PADAM
LIMA
RUMAH ASISTEN WEDANA. RADEN MULIA TENGAH MEMBACA KORAN SAAT TERDENGAR DERU BEBERAPA MOBIL YANG BERHENTI DI DEPAN RUMAHNYA. RADEN MULIA BERANJAK DAN MENUJU PINTU. MEMBUKANYA DAN TERKEJUT MELIHAT PANDHITA NUSA BRAHMA DAN KUSDI DIAPIT BEBERAPA ORANG POLISI BELANDA.
SUARA RADEN MULIA
Astaga! Tuan Pandhita, ada perkara apa malam-malam datang kemari. Guden avond meneer! Silakan masuk, tuan-tuan. (Mereka masuk) Saya kira tentunya ada perkara penting sekali dengan tuan Pandhita, hingga malam-malam begini datang kemari.
KOMANDAN
Kita orang baru tangkap ini orang tua yang tinggal di puncak gunung Ciwalirang. Sebab kita dapat kabar kalau dia ada jadi penghasut yang berbahaya, menjual jimat pada itu orang-orang kampung dan punya banyak murid.
RADEN MULIA
Saya kira Anda keliru, tuan! Tuduhan ini tidak beralasan. Saya kenal baik dengan Pandhita ini, seseorang yang berbudi dan tidak punya niatan jahat sama sekali.
KOMANDAN
Naskah Drama KRAKATOA 67
Justru saya khawatir Anda diperdaya olehnya, hingga tidak tahu niat jahat sebenarnya
RADEN MULIA
Itu tidak benar, tuan. Sesudah saya mendapat kabar tentang banyaknya orang-orang yang berobat padanya, saya langsung suruh orang kepercayaan saya guna mengusut kebenaran berita itu. Dari laporan yang saya peroleh, dia tak lebih dari orang bisaa yang tak berbahaya. Untuk memastikan laporan ini, saya langsung pergi ke sana, ke puncak gunung Ciwalirang pada hari minggu tanggal 18. Dan tiga hari sesudahnya saya kembali ke sana. Dan sama seperti laporan yang saya terima, saya tidak menemukan bukti kalau ia berbahaya.
Maka kalaupun ada gerakan-gerakan membahayakan, tentunya saya akan tahu. Saya heran darimana tuan dapat kabar ini dan menuduh Pandhita ini seorang penghasut!?
KOMANDAN
Saya dapat laporan dari beberapa orang bumiputra yang diantar mata-mata kewedanaan. Awalnya saya sarankan agar melaporkan hal ini pada tuan selaku asisten wedana, karena saya tahu kepandaian Anda dalam menuntaskan perkara seperti ini. Tapi mereka bilang kalau Anda sendiri sudah jadi muridnya ini Pandhita. Mereka meminta saya untuk menggerebek malam ini juga, sebab mereka berani menjadi saksi kalau orang tua ini betul-betul seorang komunis yang menghasut rakyat agar melawan pemerintah.
RADEN MULIA
Siapa mata-mata itu?
KOMANDAN
Kimong. Ia mengaku mata-mata dari kewedanaan Labuan.
RADEN MULIA
Kimong!? Tuan! Orang itu adalah penjahat besar! Sebulan kemarin dia dilepas. Dia ditangkap karena memberikan laporan palsu, ia pun sering memeras orang-orang kampung, perkaranya sedang diusut.
Naskah Drama KRAKATOA 68
Tapi saya penasaran, siapa orang-orang yang mengadu itu?
KOMANDAN
Saya tidak tahu nama-nama mereka, hanya saja saya yakin kalau orang-orang pribumi itu bukan orang sini. Wajahnya seperti menunjukan kalau mereka orang-orang Palembang atau Bengkulen. Mereka mengaku hendak berobat pada ini orang tua, malah dikasih jimat kebal tidak mempan senjata, dan memintanya agar melawan pemerintah.
RADEN MULIA (Geram dan gusar)
Oh, kalau begitu mereka kawanan si Abdul Sintir! Sekarang tuan Komandan, saya minta kita bergegas kembali ke sana dan menangkap orang-orang itu. Saya kira saya tahu rencana jahat apa yang mereka miliki!
KOMANDAN
Soal ini Anda tidak perlu khawatir. Mereka semua masih di puncak Ciwalirang.
RADEN MULIA
Tidak, tuan! Saya minta sekarang kita kembali kesana
KOMANDAN
Besok pagi saja, tuan! Sebab mereka tentu tidak akan melarikan diri. Lagipula saya sudah sangat capek kalau harus naik gunung itu lagi. Orang tua dan temannya ini saya serahkan pada tuan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Kami harus kembali ke Labuan malam ini juga, sebab besok pagi saya tugaskan jaga di Citereup. Perkara ini selesaikan saja oleh Anda sebagaimana mestinya. Tiga orang polisi akan tinggal di sini supaya bisa bantu menyelesaikan perkara ini.
Baiklah, Tuan. Sudah waktunya kami pergi.
KOMANDAN ITU BERDIRI DAN BERSALAMAN DENGAN RADEN MULIA. MEREKA BERDUA KELUAR. PANDHITA DAN KUSDI DUDUK DIKURSI TANPA BERANJAK. TERDENGAR DERU MOBIL MENJAUH. KEMUDIAN RADEN MULIA MASUK
Naskah Drama KRAKATOA 69
LAGI.
P. NUSA BRAHMA
Bagaimana, juragan!?
RADEN MULIA
Tuan Pandhita, Anda telah difitnah oleh orang-orang yang dengki pada tuan.
P. NUSA BRAHMA
Bagaimana bisa? Saya tidak pernah berbuat jahat pada orang.
RADEN MULIA
Kalau iblis sudah menjalankan rencananya, dia tidak pandang bulu. Tapi baiknya kita bicarakan ini lain kali saja. Sekarang, saya minta tuan untuk kembali ke pondok tuan. Tuan akan diantar tiga orang polisi tadi dan dua oppas saya. Nanti saya juga kerahkan keamanan desa Sukarame
(memanggil tiga polisi patroli) Veldpolitie! (Muncul bertiga) Ingat! Kalau kalian bertemu dengan orang-orang palembang itu, tangkap mereka!
VELD POLITIE
Baik, tuan!
P. NUSA BRAHMA
Kalau begitu, kami pamit, juragan.
RADEN MULIA
Silakan tuan.
MEREKA PUN KELUAR. SESUDAHNYA RADEN MULIA DUDUK KEMBALI DAN MERENUNGI PERSOALAN INI.
Naskah Drama KRAKATOA 70
LAMPU PADAM
ENAM
PONDOK PANDHITA BRAHMA. HUJAN, PETIR MENERJANG TEMPAT ITU. NAMPAK MIKUNG SI TUKANG WARUNG SEDANG MENCOBA BERTEDUH GIGIR PONDOK. TAK BERAPA LAMA MUNCUL PANDHITA DAN ROMBONGAN. ORANG ITU LANGSUNG MENGHAMPIRI PANDHITA.
MIKUNG
Tuan Pandhita!
P. NUSA BRAHMA
Mana para polisi itu dan mana Istri dan anakku, Mikung? Apa yang terjadi?
MIKUNG
Semua sudah pergi ke pesisir, terus naik perahu ke tengah laut, Mbah!
KAGET, MUKA PANDHITA BERUBAH.
P. NUSA BRAHMA (Geram)
Apa? Semuanya? Termasuk istri dan anakku?
MIKUNG
Begitulah yang terjadi, Mbah. Ketika saya sengaja ingin memeriksa tempat ini, saya kaget melihat Ratna dan istri Mbah jalan bersama mereka. Karena penasaran, saya pun ikuti mereka sembunyi-sembunyi. Sampai di pesisir saya lihat mereka semua naik perahu besar yang ada tiangnya dua dan layarnya bercat hijau. Perahu itu pun berangkat ke tengah laut, Mbah.
P. NUSA BRAHMA
Naskah Drama KRAKATOA 71
Apakah Ratna dan istriku dipaksa ikut atau mereka ingin sendiri?
MIKUNG
Rasanya tidak dipaksa, Mbah. Waktu itu seseorang diantaranya membisiki Ibu, tapi saya tidak tahu apa yang diomongkannya
P. NUSA BRAHMA
Apa kau kenal orang-orang itu?
MIKUNG
Saya hanya tahu kalau mereka semua, kawan-kawannya Abdul Sintir, yang dulu Mbah sembuhkan dari penyakit mata
P, NUSA BRAHMA
Ya. Aku kenal dia. Orang yang memaksa aku menerima segala pemberiannya, tapi aku tolak. Rupanya dia tidak senang dengan itu, maka dia pergi dari sini tanpa berpamitan.
MIKUNG
Kalau begitu Mbah tidak tahu, kalau orang itu pernah diancam oleh tuan Asisten Wedana kalau tidak hengkang dari tempat ini?
P. NUSA BRAHMA
Lantaran apa?
MIKUNG
Sebab Abdul Sintir tergila-gila pada neng Ratna. Setiap kali neng Ratna ke pancuran, selalu diikuti oleh orang palembang itu. Lantas ia kasih banyak barang mahal agar neng Ratna mau jadi istrinya. Tuan Asisten Wedana yang mendengar ini menjadi gusar dan marah, terlebih saat orang-orang palembang ini merencanakan membawa lari neng Ratna. Karenanya tuan Asisten mengancam akan menangkapnya kalau mereka berani macam-macam.
PANDHITA NUSA BRAHMA TAK KUASA MENAHAN
Naskah Drama KRAKATOA 72
AMARAHNYA. NAPASNYA NAIK TURUN CEPAT. DI SAAT INI MUNCUL LURAH SUKARAME DAN BEBERAPA WARGA.
P. NUSA BRAHMA
Mikung! Jawab pertanyaanku! Kenapa urusan segenting ini tidak ada yang beritahu aku! Kenapa!?
MIKUNG
Anu…anu Mbah, saya kira neng Ratna atau Juragan Asisten sudah beri tahu kelakuan orang-orang Palembang itu Mbah.
P. NUSA BRAHMA
Mikung! Jawab yang jujur! Apa Ratna pernah menerima pemberian itu?
MIKUNG
Eee…ampun, Mbah. Saya dengar sendiri dari Abdul Sintir kalau Ratna sudah menerima pemberiannya
P. NUSA BRAHMA
Baiklah! Aku harus buktikan ini! Kusdi, ikut aku!
(Pandhita pun masuk ke pondok. Tak berapa lama pandhita keluar dan membuang barang berupa cincin, gelang, arloji, uang emas dan beberapa sarung yang di bungkus kain. Lalu ia menjatuhkan diri ke tanah, berlutut dan dengan kedua tangan gemetar, ia bersidakep dan mencium tanah)
Oh, Batara Wisnu!
(Lima menit kemudian dia berdiri dengan limbung. Kusdi langsung memapahnya duduk di amben. Hujan kian deras)
Kalian Polisi, lakukanlah apa yang harus kalian lakukan! Aku sendiri akan memberi hukuman pada mereka dengan caraku! Pergilah!
Naskah Drama KRAKATOA 73
LURAH (pada Polisi Patroli)
Tuan-tuan, saya kira tidak ada gunanya kita berdiam di sini. Karena mereka sudah ada di tengah laut.
POLISI I
kejadian ini harus saya laporkan pada tuan Asisten Wedana, biar ia perintahkan mengejar dan menangkap mereka
LURAH
Baiklah! Mari tuan-tuan, kita harus bergegas!.
MEREKA PUN PERGI. HANYA ADA PANDHITA, MIKUNG DAN KUSDI SAJA DIANTARA KESEDIHAN DAN KEMARAHAN, MENDADAK PANDHITA BERUCAP
P. NUSA BRAHMA
Semua sudah ludes! Apa yang bisa kuharapkan lagi di dunia ini? Kalau istri dan anakku tega berkhianat dan tinggalkan aku sendiri dan mengejar kesenangan dan harta dunia; Kalau orang-orang yang kuhargai dan kucintai bisa berbalik hatinya; Kalau Abdul Sintir yang aku sembuhkan matanya tega membawa lari istri dan anakku, milikku yang paling berharga di dunia ini…. Apalagi yang bisa kuharapkan dari dunia yang penuh dosa ini? Apa gunanya aku, ayahku dan nenek moyangku berabad-abad berupaya menjaga sebisa-bisanya penduduk Bantam dan Sumatera dari bencana?
Oh, Betara Wishnu, penjaga alam semesta! Sampai sini habislah semuanya! Oh, Sanghyang Prabu Siliwangi, Prabu Guru Dewata Bana, Sanghyang Dewa, Niskala, kakek moyangku termulia!...Lihatlah, bagaimana besar dosaku, yang sudah membuat keturunan terakhirku binasa dengan cara hina!
Oh, Ratna Sari. Sri Ratu Dewi Ratna Sari, ahli waris dari ratu kerajaan Padjajaran, yang bakal jadi penggantiku. Sungguh sia-sia didikanku padamu hingga kau bisa tergoda oleh bangsat rendah derajat! Sia-sia kau menjadi Ratu Padjajaran yang begitu agung dan mulia! ….Musna! Putuslah harapanku! ….Biarlah dunia ini kiamat!
Naskah Drama KRAKATOA 74
(Sesudah mengucapkan dialog ini pandhita pingsan, kusdi dan mikung membawa masuk ke dalam pondok. Hari mulai pagi. Cahaya di ufuk timur merekah. Sesudah pingsannya, pandhita keluar pondok dan duduk di amben.)
Kusdi, angkatlah batu yang menutupi mulut gua itu, bersihkan dalamnya serta siapkan kembang-kembangan. Juga dupa buat sembahyang.
SEMENTARA KUSDI MENJALANKAN PERINTAH ITU. MIKUNG MASUK DENGAN WAJAH GUGUP.
MIKUNG
Mbah….! Mbah..!
P. NUSA BRAHMA
Ada apa?
MIKUNG (Terengah-engah)
Mbah, perahu yang ditumpangi neng Ratna dan Ibu berlabuh di Tanjung Bangkuang dekat Pasauran. Sepertinya mereka terhadang badai tadi malam mbah. Di luar ada orang utusan lurah Sukarame ingin menyampaikan hal ini, agar mbah tidak khawatir karena orang-orang Palembang itu belum jauh.
MENDENGAR BERITA ITU PANDHITA BERGEGAS KELUAR, PANDHITA DAN MIKUNG BERANJAK KE SEBUAH BATU BESAR, PANDANGANNYA MENGIKUTI ARAH YANG MANDOR ITU TUNJUKKAN.
MIKUNG
Sebelah sana Mbah.
P. NUSA BRAHMA
kau yakin itu perahu yang dipakai mereka?
Naskah Drama KRAKATOA 75
MIKUNG
Saya yakin, Mbah. Sebab saya hapal betul ciri-cirinya. Dua buah pasang tiang dan layarnya yang hijau. Selain itu arah yang ditujunya tidak ke tempat lain, mereka menuju pulau Krakatau yang jarang dilintasi perahu-perahu lain.
P. NUSA BRAHMA
Kalau begitu. Saya minta kau lekas ke rumah asisten wedana dan beri tahu dia untuk tidak mengejar perahu itu, karena sebentar lagi gunung api itu akan meletus hingga akan membumi hanguskan segala yang ada di sekitarnya.
(Mikung tersenyum mendengar ini)
Kenapa kau tersenyum? Kau pikir saya main-main? Saya tidak suka bercanda. Ini kenyataannya. Beberapa jam lagi gunung krakatau itu akan bekerja kembali dan nanti seluruh Bantam dan Sumatera akan binasa seperti kejadian 45 tahun silam.
Bekerjanya gunung Krakatau itu tak lain untuk menghukum manusia yang sudah terlalu jahat. Berangkatlah sekarang dan sampaikan kabar ini pada Raden Mulia, agar perahu polisi tidak mendekati pulau itu. Dan kalau bisa ia dan seluruh keluarganya mengungsi.
(Mikung mulai begidik mendengar omongan pandhita. Ia pun bergegas pergi. Pandhita masih berdiri di atas batu karang itu. Kemudian ia menunjuk arah perahu itu berada.)
Hai! Orang-orang yang tidak tahu terima kasih! Sebentar lagi kalian akan binasa! Agar dunia yang sudah kotor dan penuh dosa ini, tidak jadi lebih kotor lagi dengan adanya kalian. Api dari Betara Wishnu yang suci, akan dimuntahkan Krakatau dan melebur sekalian bumi agar terbersihkan kembali dari dosa-dosa kalian
(Kemudian Pandhita turun dan hendak masuk ke dalam pondoknya. muncul Kusdi)
KUSDI
Mbah, semua sudah siap
Naskah Drama KRAKATOA 76
P. NUSA BRAHMA
Baiklah Kusdi. Sekarang saya minta kau untuk menjaga tempat ini. Kalau ada yang datang bilang saya sedang sembahyang dan baru kembali besok pagi.
PANDHITA MASUK PONDOK. KUSDI HANYA BISA DIAM, DIA TIDAK BERANI BERTANYA MACAM-MACAM. IA PUN DUDUK DI AMBEN DAN MENUNGGU.
LAMPU PADAM
TUJUH
DI ATAS KAPAL BOOT (STOOMBARKAS), TENGAH LAUT. NAMPAK RADEN MULIA, MIKUNG, LURAH SUKARAME DAN BEBERAPA OPSIR VELDPOLITIE. MEREKA BERUPAYA MENGEJAR KAPAL ABDUL SINTIR YANG SUDAH BERLAYAR LEBIH DULU.
MIKUNG
Tuan, saya Cuma mengingatkan pesan dari Mbah Pandhita agar tuan jangan berlayar mendekati pulau Krakatau. Karena gunung merapi itu sebentar lagi akan meletus.
RADEN MULIA
Jangan bercanda. Mungkin kau salah paham dengan omongan tuan Pandhita
MIKUNG
Tidak. Saya yakin tidak salah terima dengan pesan dari mbah Pandhita itu
RADEN MULIA MENGANGKAT PUNDAKNYA LANTAS TERSENYUM
Naskah Drama KRAKATOA 77
RADEN MULIA
Kalaupun Krakatau akan meletus, meletuslah. Tapi aku punya kewajiban menangkap para penjahat ini
OPAS I (sambil menunjuk)
Tuan, di sebelah sana. Arah pulau Krakatau!
RADEN MULIA (sambil memerhatikan)
Kejar mereka! Tambah kecepatan!
MIKUNG
Tapi tuan!?
RADEN MULIA
Sudahlah Mikung. Tekad saya sudah bulat. Apapun yang terjadi saya harus selamatkan Ratna Sari dan Ibu.
MIKUNG TERCENUNG DENGAN NIAT KERAS RADEN MULIA.
Berapa lama lagi kita akan sampai ke mereka?
JURU MUDI
Sekitar lima belas menit lagi, tuan
RADEN MULIA MENGAMBIL SENAPAN SALAH SATU OPAS, BERDIRI DI DEPAN GELADAK. MATANYA TAJAM MENATAP KAPAL DI DEPANNYA. UNTUK SEBENTAR SEMUANYA HENING. UNTUK KEMUDIAN RADEN MULIA MENGARAHKAN SENAPAN ITU KE ATAS DAN MENEMBAK SEBANYAK TIGA KALI SEBAGAI PERINGATAN.
MENDADAK TERDENGAR SUARA TEMBAKAN BALASAN DARI KAPAL DI DEPANNYA. BEBERAPA KALI. MEMBUAT PENUMPANG DI STOOMBARKAS MENCARI POSISI AMAN.
Naskah Drama KRAKATOA 78
RADEN MULIA
Tiarap!
TIGA OPAS VELDPOLITIE SUDAH MENYIAPKAN SENAPANNYA DAN MEMBIDIK KE ARAH PERAHU DI DEPANNYA DAN SIAP MENEMBAK, TAPI RADEN MULIA MENCEGAHNYA.
Jangan! Saya khawatir nanti akan mengenai Ratnasari dan Ibu. Kita tunggu sampai dekat betul agar tidak salah sasaran. mengerti?
OPAS I
Baik tuan.
TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA GEMURUH DARI BAWAH LAUT. DIIKUTI GELOMBANG OMBAK BESAR.
RADEN MULIA (pada juru mudi)
Berpegangan!
OMBAK MENERJANG, KAPAL YANG DINAIKI RADEN MULIA OLENG. SEMUA ORANG DI DALAMNYA MENCOBA BERTAHAN.
Terus maju! Kita harus menyelamatkan kedua wanita itu meski kapal ini karam!
MIKUNG
Tuan, lihat! Kapal Abdul Sintir terbalik!
RADEN MULIA MEMPERHATIKAN KAPAL DI DEPANNYA
RADEN MULIA
Cepat! Kita harus segera kesana!
LAMPU PADAM
Naskah Drama KRAKATOA 79
DELAPAN
RUANG TAMU RUMAH ASISTEN WEDANA, SINDANG LAYA. NAMPAK BUPATI RANGKAS GOMBONG RADEN HASAN DININGRAT DUDUK DI KURSI SAMBIL MEMBACA KORAN DAN ISTRINYA RADEN AYU BUPATI TENGAH MEMPERHATIKAN BEBERAPA PHOTO LAWAS YANG TERPAJANG DI LEMARI. BEBERAPA WAKTU KEMUDIAN MUNCUL RADEN MULIA DARI PINTU DEPAN.
RADEN MULIA
Assalamualaikum. Rama, Ibu. (mencium tangan keduanya) Terima kasih sudah datang kemari. Maaf menunggu..
R. HASAN DININGRAT
Tak apa.
RADEN MULIA
Ada beberapa hal penting yang harus dibicarakan terkait letusan yang terjadi di Gunung Krakatau. Rama, Apa rama akan percaya kalau ada orang yang bisa tahu bencana yang akan menimpa? Di sini ada seorang pendhita turunan orang Kanekes yang sudah beri tahu letusan Krakatau sebelumnya, bahkan ia meminta kita untuk tidak melaut disekitarnya dan agar kita mengungsi?
R. HASAN DININGRAT
Meskipun mustahil. Tapi aku harus percaya. Sewaktu Krakatu meletus 1883, Nenekmu sudah dapat pertanda tiga minggu sebelumnya, dan meminta kakekmu, Wedana Waringin agar menjauh. Alasannya, letusan itu akan menyebabkan hujan api dan air laut tumpah seluruh ke daratan.
Tapi sayangnya pertanda itu tidak dianggap, hingga pada saatnya semua sudah terlambat. Rama masih ingat, waktu itu rama berumur delapan dan bibimu Suryati berumur tujuh tahun. Rama dan bibimu naik dokar, diantar Mang Kurnaen dan Bi Satimah. Nenekmu tidak
Naskah Drama KRAKATOA 80
mau ikut serta meski sudah dipaksa kakekmu, sebab ia tidak mau meninggalkannya sendirian.
Rama masih ingat betul raut muka nenekmu yang sangat sedih saat ia buka sepasang gelangnya yang terbuat dari uang emas Turki, lantas dipakaikan pada rama dan bibimu masing-masing satu. Sedang Kakekmu memberikan rante perak dan medali Arab yang juga dikasihkan pada kami setiap orang satu.
Belum jauh Dokar kami melaju, langit menjadi sangat gelap dan suara letusan Krakatau itu sangat hebat, menyebabkan kuda penarik Dokar ketakutan dan kabur. Maka dokar itu pun terbalik. Rama mengalami luka di kepala dan Suryati bibimu telah hilang entah kemana.
RADEN MULIA
Mudah-mudahan saja seluruh rakyat Bantam dilindungi Allah dari bencana yang mengerikan.
RADEN AYU BUPATI
Apa kamu tidak takut tinggal di sini?
RADEN MULIA
Takut atau tidak, Tugas harus dilaksanakan, bu. Tadi pagi saya baru saja kembali dari Pulau Krakatau. Dengan Stoombarkas saya sudah melewati lokasi terjadinya letusan itu. Kalau sudah ditakdirkan, tentunya saya sudah mati di sana. Sebab beberapa menit dari letusan pertama disusul letusan yang lebih hebat yang telah menghantam satu kapal lainnya.
RADEN HASAN DININGRAT DAN ISTRINYA TERKEJUT
R. HASAN DININGRAT
Ada urusan apa kamu di sana? Kamu jangan cari mati!
RADEN MULIA
Tidak, Rama. Saya kesana menjalankan kewajiban. Dua orang perempuan telah diculik sekelompok orang dari Palembang. Maka
Naskah Drama KRAKATOA 81
saya mengejar mereka ke tengah laut pakai Stoombarkas.
RADEN AYU BUPATI
Siapa yang diculik?
RADEN MULIA
Istri dan anak Pandhita orang Kanekes itu. Ceritanya panjang, bu. Nanti saja saya paparkan. Yang pasti, sekarang kedua perempuan itu selamat dan ada di kantor, sedang dimintai keterangan.
RADEN AYU BUPATI
Penjahatnya?
RADEN MULIA
Kemungkinan besar sudah tewas di sana.
R. HASAN DININGRAT
Mulia, rama ingin menyaksikan sendiri letusan Krakatau itu. Dan sudah seberapa besar letusan?
RADEN MULIA
Baru sampai letusan di puncak. meski begitu sesekali gempa terjadi dan bisa dirasakan di sini. Kalau rama berkenan, nanti saya antarkan ke gunung Ciwalirang. Di sana kita dapat menyaksikan dengan jelas seluruh selat sunda.
TERDENGAR SUARA KETUKAN PINTU
RADEN MULIA
Masuk.
MASUK OPAS DAN MEMBERI HORMAT
OPAS I
Maaf tuan, pemeriksaan istri dan anak Pandhita sudah selesai. Sesuai
Naskah Drama KRAKATOA 82
titah tuan, kami membawa mereka kemari.
RADEN MULIA
Bawa masuk
OPAS I
Baik.
TAK BERAPA LAMA MASUK RATNA SARI DAN ISTRI PANDHITA. RADEN HASAN DININGRAT DAN RADEN AYU BUPATI MENATAP LEKAT PADA KEDUANYA. KEDUANYA BERDIRI, RATNA SARI DAN ISTRINYA PANDHITA MEMBERI SALAM BISAA. TIDAK MEMBUNGKUK ATAU MENYEMBAH.
RADEN MULIA
Silakan duduk bu, Ratna.
RATNA SARI DAN IBUNYA DUDUK DI KURSI DIIKUTI BUPATI DAN ISTRI BUPATI. DENGAN RASA HERAN PANDANGAN MEREKA BERDUA MENYELIDIK WAJAH RATNA DAN IBUNYA ITU.
RADEN AYU BUPATI
Saya senang akhirnya bisa bertemu langsung dengan Ibu. Anak saya sudah cerita pengalaman pahit ibu hari ini dan saya bersyukur ibu dan anak ibu selamat.
ISTRI PANDHITA
Saya yang harus berterima kasih pada juragan Mulia, karena tanpa bantuan juragan Mulia, kami tentu sudah tewas di sana.
RADEN MULIA
Sama-sama bu.
RADEN AYU BUPATI
Naskah Drama KRAKATOA 83
Anak ibu sungguh cantik. Kalau boleh tahu berapa umurnya bu dan apa ia pernah sekolah?
ISTRI PANDHITA
Kecantikan Ratna, anak kami tak lain pemberian sang hyang widi. Umurnya sekitar 20 tahun. Selama ini kami hidup mengembara dan tidak menetap, jadi Ratna tidak pernah kami sekolahkan.
RADEN AYU BUPATI
Oo…begitu.
R. HADI DININGRAT
Mulia, kapan tuan Pandhita akan kemari? Rama sangat ingin bertemu dengannya.
RADEN MULIA
Saya sudah menyuruh orang memberi tahu kabar ini pada Pandhita. Semoga sebentar lagi beliau datang Rama. (pada Rukmini) Rukmini, cobalah ajak jalan-jalan Ratna Sari. Jangan didiamkan begitu saja, Ratna Sari ini orangnya sangat sopan dan berbudi halus.
RUKMINI
Baiklah, kang. (Mendekati Ratna sari dan mengulurkan tangannya) Ayo Ratna, kita ngobrol di luar.
RATNA SARI SEKEJAP MELIHAT IBUNYA, PERTANDA MEMINTA PERSETUJUAN, IBUNYA MENGANGGUK. IA PUN MELANGKAH KELUAR DENGAN RUKMINI DAN RADEN MULIA.
LAMPU PADAM
Naskah Drama KRAKATOA 84
SEMBILAN
HALAMAN RUMAH RADEN MULIA. RUKMINI DAN RATNA SARI BERCAKAP SAMBIL BERJALAN PELAN DI SEKITAR HALAMAN
RUKMINI
Adik, apa benar kalau adik selalu tinggal di dalam hutan atau pegunungan, jarang bergaul dengan orang?. Kalau benar, menurutku keadaan seperti itu kurang baik, sebab selamanya adik akan ketinggalan zaman, di mana pengetahuan kita terus bertambah.
RATNA SARI
Hidup saya tergantung pada bapak saya. Beliaulah yang akan menunjukan arah bagaimana hidup saya nanti. Dan saya tahu kalau beliau akan menunjukkan arah yang benar. Bergaul dengan banyak orang tidak selamanya baik, seperti yang telah saya alami kemarin yang hampir saja membuat ibu dan saya mati lantaran perbuatan jahat orang luar.
RUKMINI (Mengernyitkan dahinya, kaget dengan jawaban Ratna)
Adik betul. Kehidupan sunyi di pegunungan dan kehidupan ramai di perkotaan punya kebahagiaan dan kesulitan sendiri. Tapi menurut saya, seorang gadis seperti adik, tidak harus menyembunyikan diri.
RATNA SARI
Kenapa tidak boleh? Yang dimaksud kebahagiaan itu kan tidak lebih dari kepuasan. Di mana kalau seseorang merasa tidak puas, maka di situlah orang itu tidak bahagia. Biarpun ia orang berada dalam istana kerajaan. Sebaliknya, meski hidup di gubug di atas gunung yang sepi, kalau orang bisa merasa puas, maka ia akan bahagia.
RUKMINI
Apakah adik merasa puas dengan kehidupan di hutan seperti sekarang ini?
RATNA SARI
Naskah Drama KRAKATOA 85
Saya akan merasa puas kalau hidup berada di samping bapak dan ibu, di mana pun berada dan dalam keadaan miskin, saya tetap bahagia
RADEN MULIA
Tapi saya rasa, Ratna bukan orang miskin. Pernah satu kali bapak Pandhita bilang kalau ia punya derajat dan kehormatan tidak lebih rendah dari sunan Solo atau Sultan Jogja. Meskipun Pandhita hidup sederhana sesuai ajaran agamanya, tapi ia bukan dari kasta rendah. Anak dari orang miskin tidak mungkin pakai gelang uang emas yang mahal.
RUKMINI
Benarkah itu adik? Coba saya lihat.
RATNA SARI MENUNJUKKAN GELANG YANG DIPAKAINYA
RATNA SARI
Gelang ini bukan pemberian bapak. Tapi milik ibu, warisan dari orang tuanya. Begitu juga kalung perak yang saya pakai, semua barang pusaka ibu saya.
RATNA MEMERHATIKAN GELANG ITU. KEMUDIAN IA PUN MENJULURKAN TANGANNYA. NAMPAK IA JUGA MEMAKAI GELANG YANG MIRIP DENGAN GELANG RATNA SARI. RADEN MULIA TERKEJUT DENGAN KEMIRIPAN INI.
RADEN MULIA
Ini aneh….aneh sekali. Ada dua gelang yang sama bentuknya. Dan bahannya juga dari uang emas Turki yang langka. Coba katakan, Ratna darimana ibumu dapat gelang ini.
RATNA SARI
Saya tidak tahu. Coba juragan tanya pada ibu saya. Beliau tentu bisa menjelaskannya.
RUKMINI MEMEGANG KALUNG YANG DI PAKAI RATNA SARI DAN KEMUDIAN IA MENGELUARKAN KALUNG DARI
Naskah Drama KRAKATOA 86
KERAH LEHERNYA
RUKMINI (pada Raden Mulia)
Kang, kalung ini juga sama seperti yang saya pakai
UNTUK SESAAT RADEN MULIA TERCENUNG. MENDADAK IA INGAT SESUATU DAN LANGSUNG MASUK RUMAH. TAK BERAPA LAMA IA KEMBALI DENGAN MEMBAWA SEBUAH POTRET
RADEN MULIA (Pada Rukmini)
Kau kenal, ini potret siapa?
RUKMINI
Ini kan potret Aki dan Nini, Raden Tjakra Amidjaja dengan istrinya. Kalau tak salah mereka meninggal saat meletus Karakatau meletus zaman dulu.
RADEN MULIA
Kau benar. tapi cobalah kau pandang baik-baik wajah nini kita, Raden Ayu Sadijah. Sesudah itu kau bandingkan dengan wajah Ratna dan ibunya. Apa kau tidak melihat sesuatu yang menarik?
RUKMINI MENGAMATI SEKSAMA PHOTO ITU, SEBENTAR-BENTAR IA MEMBANDINGKAN WAJAH NININYA DENGAN WAJAH RATNA. SEMENTARA RATNA MERASA KIKUK DAN KEBINGUNGAN.
RUKMINI
Kamu benar, kang. Ratna, wajahmu sedikit mirip dengan niniku yang sudah lama meninggal.
RADEN MULIA
Bukan sedikit, Rukmini. Tapi sangat mirip. Persoalan ini tidak bisa didiamkan. Gelang yang kau pakai adalah peninggalan nini kita waktu Krakatau meletus yang mengakibatkan bapak dan bibi kita, Suryati
Naskah Drama KRAKATOA 87
terpisah. Mereka memberika gelang ini sebagai pengingatan. Bi Suryati dikira telah meninggal saat dokar yang mereka tumpangi kecelakaan. Siapa sangka, sebetulnya ia terselamatkan. Karena umurnya baru lima tahun, maka beliau tidak bisa cerita apapun. Beliau diambil orang kampung dan dikawinkan pada Pandhita! O, ya. Aku ingat, Pandhita Nusa Brahma pernah bilang kalau istrinya bukan dari keturunan orang Kanekes, tapi seorang dari wilayah Bantam kidul yang sudah dikukut dari masa kecil oleh bapaknya Pandhita.
Apa mungkin, ibumu Ratna adalah bibi kami? Kalau benar, maka kemiripan wajah kalian sangat wajar. Gelang dan kalung yang kalian berdua pakai, semakin membuatku yakin tentang kebenaran ini!.
RUKMINI (Haru)
Kang, kalau begitu…. (Memeluk Raden Mulia) Oh….Ratna…..(Memeluk Ratna. Ratna masih bingung) Ratna….kamu adalah saudara kami. (Setelah mereda) Lebih baik kita segera beri tahu rama dan ibu, kang.
RADEN MULIA
Tunggu! Sabar Rukmi. Salam perkara ini kita tidak boleh terburu nafsu. Kita harus beritakan ini secara pelan-pelan. Biar aku saja yang tangani. Jangan grabak-grubuk, nanti rama dan ibu kaget. Ratna, saya minta kamu juga diam dulu, jangan kagetkan ibumu.
RATNA SARI
Baik, juragan.
RADEN MULIA
Kalau begitu, mari kita temui mereka.
MEREKA BERTIGA MASUK KEMBALI KE DALAM RUMAH. DI SANA RADEN HADI DININGRAT, RADEN AYU BUPATI DAN IBU RATNA SARI MASIH BERBINCANG.
R. HASAN HADI DININGRAT
Ah, Mulia. Tolong antarkan rama ke Ciwalirang. Rama tidak sabar
Naskah Drama KRAKATOA 88
ingin melihat aktifitas Krakatau itu.
RADEN MULIA
Apa tidak bisa besok pagi saja, Rama?
R. HASAN HADI DININGRAT
Tidak bisa anakku. Rama masih banyak urusan yang harus diselesaikan.
RADEN MULIA
Rama, ibu, mohon maaf sebelumnya. Tapi Raka ingin membicarakan sesuatu sebelum Rama dan ibu ke Ciwalirang.
R. HASAN HADI DININGRAT
Ada apa, Mulia?
RUKMINI (memotong)
Anu, Rama…ini soal Ratna…
R. HASAN HADI DININGRAT
Ada apa dengan Ratna?
RADEN MULIA
Maaf Rama, sebelumnya biarkan saya saja yang jelaskan.
R. HASAN HADI DININGRAT
Ya sudah, ceritakan saja sesingkatnya.
RADEN MULIA
Maaf Rama, tidak bisa. Perkara ini menyangkut Ibu, Istri Pandhita dan Rama sendiri.
RUKMINI
Naskah Drama KRAKATOA 89
Betul Rama. Ini urusan penting sekali. Dan Rukmi yakin Ibu dan Rama akan senang mendengarnya.
R. HASAN HADI DININGRAT
Baiklah. Apa boleh buat. Kalau kalian berdua sudah sepakat begitu, Rama dan ibu tidak bisa menolak.
RADEN MULIA DAN RUKMINI
Terima kasih Rama.
RADEN HADI DININGRAT AKHIRNYA DUDUK KEMBALI. RADEN MULIA DAN RUKMINI PUN IKUT DUDUK. RATNA SARI DUDUK DI SAMPING IBUNYA.
RADEN MULIA
Apa yang akan saya terangkan ini, bisa dibilang cukup aneh atau ajaib seperti dongeng. Maka saya minta Rama, Ibu dan Ibu Ratna Sari untuk tidak memotong keterangan saya ini. Saya hanya minta agar setiap yang saya tanya berkenan menjawab. Saya mohon rama tidak keberatan kalau saya menempatkan diri sebagai penyidik. Saya yakin Rama akan setuju dengan tindakan saya ini pada akhirnya.
R. HASAN HADI DININGRAT
Ya, ya. Tapi cepat jelaskan persoalan yang kamu maksud Mulia.
RADEN MULIA
Baik. tapi sebelumnya saya ingin bertanya pada Ibu Pandhita. Saya ingin tahu nama asli Ibu siapa?
ISTRI PANDHITA
Nama saya Yati
RADEN MULIA
Yati? Apa tidak salah? Siapa yang beri nama?
Naskah Drama KRAKATOA 90
ISTRI PANDHITA
Orang tua saya.
RADEN MULIA
Siapa orang tua ibu?
ISTRI PANDHITA
Pandhita Asheka. Beliau sudah lama meninggal dunia.
RADEN MULIA
Siapa suami ibu?
ISTRI PANDHITA
Juragan kan sudah tahu suami saya Pandhita Nusa Brahma...
RADEN MULIA
Siapa ayah Pandhita Nusa Brahma?
ISTRI PANDHITA
Pandhita Asheka
RADEN MULIA
Kalau begitu, ibu menikah dengan saudara sendiri?
ISTRI PANDHITA (Gugup)
Tidak….Bukan. Bukan begitu. Pandhita Asheka adalah bapak angkat saya
RADEN MULIA
Jadi orang tua ibu yang sebenarnya siapa?
ISTRI PANDHITA
Naskah Drama KRAKATOA 91
Saya sudah lupa. Sebab saya dipungut Pandhita Asheka dari kecil
RADEN MULIA
Coba ibu ingat-ingat lagi, siapa orang tua ibu sebelum diasuh Pandhita Asheka? Apa ibu ingat dimana ibu tinggal, jauh atau dekat dari sini? Apa ibu punya saudara?
ISTRI PANDHITA
Saya tidak ingat lagi sebab sudah terlalu lama dan saya masih kecil, juragan
RADEN MULIA
Baiklah. Saya minta ibu mengingat baik-baik dan menjawab pertanyaan saya. Apa ibu ingat kejadian Krakatau meletus?
ISTRI PANDHITA
Sepertinya saya ingat sedikit-sedikit….
RADEN MULIA
Seperti apa keadaan waktu itu?
ISTRI PANDHITA
Gelap pekat, hujan abu, suara petir saling menyambar bikin kuping sakit.
RADEN MULIA
Waktu itu ibu ada di mana?
ISTRI PANDHITA BENGONG SEBENTAR. LANTAS MENJAWAB
ISTRI PANDHITA
Tidak tahu…
Naskah Drama KRAKATOA 92
RADEN MULIA
Ayolah, bu. coba diingat-ingat. Apa waktu itu ibu ada di sawah atau di atas perahu?
ISTRI PANDHITA
Tidak
RADEN MULIA
Kalau tidak. Apa ibu sedang ada di atas dokar?
ISTRI PANDHITA
Ya, ya…rasanya sedang naik dokar.
RADEN MULIA
Ibu naik dokar sama siapa?
ISTRI PANDHITA
sama…sama…. ah, saya sudah lupa
RADEN MULIA
Ibu naik dokar hendak kemana?
ISTRI PANDHITA
Rasanya hendak mengungsi, sebab gunung mau meletus
RADEN MULIA
Siapa yang menyuruh mengungsi?
ISTRI PANDHITA
Orang tua ibu
RADEN MULIA
Naskah Drama KRAKATOA 93
Orang tua laki atau perempuan?
ISTRI PANDHITA
Kedua-duanya
RADEN MULIA
Kalau begitu, ibu bisa ingat kalau ibu punya orang tua?
ISTRI PANDHITA
Ya, saya ingat. Pikiran saya mulai jernih
RADEN MULIA
Di mana rumah orang tua ibu?
ISTRI PANDHITA
Saya lupa…
RADEN MULIA
Apa di atas gunung atau di tengah hutan?
ISTRI PANDHITA
Eh…bukan. Tapi di pinggir laut…sebab saya sering ambil klomang sama saudara saya.
RADEN MULIA
Ah, sekarang ibu ingat kalau punya saudara. Lelaki atau perempuan?
ISTRI PANDHITA
Lelaki
RADEN MULIA
Namanya?
Naskah Drama KRAKATOA 94
ISTRI PANDHITA
Saya lupa lagi
RADEN MULIA
Tidak apa-apa. Ibu kumpulkan saja ingat ibu. (Hening sesaat) Sekarang saya tanya lagi. Apa pekerjaan orang tua ibu?
ISTRI PANDHITA
Saya lupa
RADEN MULIA
Apa mereka jadi nelayan, tukang grobak atau petani?
ISTRI PANDHITA
Oh, bukan…bukan itu. Saya yakin.
RADEN MULIA
Rumahnya besar atau kecil?
ISTRI PANDHITA
Rasanya besar
RADEN MULIA
Apa rumah itu di dekat alun-alun atau mesjid barangkali?
ISTRI PANDHITA
Betul. Saya ingat rumahnya di dekat Masigit, depannya alun-alun
RADEN MULIA
Apa ada opas polisi, juru tulis atau mandor yang sering datang?
ISTRI PANDHITA
Naskah Drama KRAKATOA 95
Ya. Rasanya begitu
RADEN MULIA
Apakah Bapak ibu orang berpangkat?
ISTRI PANDHITA
Orang panggil juragan. Ya saya ingat bapak saya orang yang punya jabatan dan dihormati orang banyak
RADEN MULIA
Waktu gunung Krakatau menyingkir, ibu di suruh mengungsi naik dokar bukan?
ISTRI PANDHITA
Ya
RADEN MULIA
Orang tua ibu turut serta mengungsi naik dokar itu?
ISTRI PANDHITA
Rasanya tidak. Ibu dan bapak tinggal di rumah
RADEN MULIA
Siapa yang ikut bersama ibu di dalam dokar?
ISTRI PANDHITA
Saudara saya
RADEN MULIA
Saudara perempuan?
ISTRI PANDHITA
Bukan, lelaki.
Naskah Drama KRAKATOA 96
RADEN MULIA
Namanya Hasan?
ISTRI PANDHITA
Ya, betul. Namanya Hasan.
MENDENGAR INI RADEN HASAN HADI DININGRAT BERDIRI DAN HENDAK MENDEKATI ISTRI PANDHITA. TAPI DICEGAH RADEN MULIA
R. HASAN HADI DININGRAT
Hasan? Saudaramu bernama Hasan?
RADEN MULIA
Sabar, Rama. Jangan dulu ribut
MENGANTAR KEMBALI RAMANYA DUDUK.
Rama, tolong sabar. Biarkan sampai kebenaran sesungguhnya terungkap. Saya mohon Rama….
RADEN AYU BUPATI (Mencoba membujuk. Rasa haru nampak di matanya)
Iya kang Raka. Sebentar lagi….
RADEN MULIA
Tentunya Ibu dan saudara ibu naik dokar diantar, tidak mungkin sendirian. Siapa yang mengantar?
ISTRI PANDHITA
Itu betul-betul saya sudah lupa. Saya hanya ingat seorang pembantu perempuan.
RADEN MULIA
Dokar itu mau kemana?
Naskah Drama KRAKATOA 97
ISTRI PANDHITA
Saya hanya ingat, dengan dokar itu kami coba menyelamatkan diri
RADEN MULIA
Sudah sejauh mana dokar itu bisa mengantarkan ibu dan saudara ibu?
ISTRI PANDHITA
Rasanya dokar itu terguling di tengah perjalanan. Saya dan Bi Satimah terlempar.
RADEN MULIA
Siapa itu Bi Satimah?
ISTRI PANDHITA
Itu… perempuan yang mengantar kami….ah, saya ingat sekarang namanya.
RADEN MULIA
Lantas apa yang terjadi?
ISTRI PANDHITA
Saya tidak ingat lagi
RADEN MULIA
Apa Bi Satimah pernah memakaikan gelang atau kalung?
ISTRI PANDHITA
Oh! Ya, ada. Ibu dan bapak memberi kami masing-masing satu buah gelang dan kalung. Pesannya waktu itu, kalau tidak salah agar kami menjaga baik-baik gelang dan kalung itu, jangan sampai hilang. Saya masih ingat amanat itu. Makanya saya jaga betul gelang dan kalung yang dipakai Ratna
RADEN MULIA MENUNTUN RUKMINI KE DEPAN ISTRI
Naskah Drama KRAKATOA 98
PANDHITA DAN MEMINTA RUKMINI MENGULURKAN TANGANNYA DAN MEMPERLIHATKAN GELANGNYA.
RADEN MULIA
Apa ini gelangnya?
ISTRI PANDHITA
Benar. Ratna, kenapa kau pakaikan gelangmu pada orang lain? Gelang itu hanya khusus untukmu.
LANTAS RADEN MULIA MENGAJAK RATNA MENDEKAT
RADEN MULIA
Sekarang, perlihatkan gelang dan kalungmu
RATNA MENGULURKAN TANGAN DAN MENUNJUKKAN GELANG YANG DIPAKAIKANNYA. TANGAN RUKMINI DAN RATNA SARI BERDAMPINGAN.
ISTRI PANDHITA
Aneh… bagaimana mungkin barang peninggalan seperti ini bisa ada yang sama?
RADEN MULIA
Itulah sebab kenapa Rukmi memakai gelang milik saudara ibu, Hasan!
ISTRI PANDHITA
Hasan!? Di mana Hasan?
RADEN HASAN HADI DININGRAT TIDAK BISA MENAHAN KERINDUANNYA. IA PUN MENDEKATI DAN MEMELUK SURYATI
R. HASAN HADI DININGRAT
Suryati! Suryati! Engkau kembali…..Ya Allah…
Naskah Drama KRAKATOA 99
KEADAAN MENJADI SANGAT MENGHARUKAN. RUKMINI DAN RATNA SARI JUGA IKUT BERPELUKAN DENGAN RADEN AYU. UNTUK KEMUDIAN MEREKA SEMUA SALING BERPELUKAN.
LAMPU PADAM
SEPULUH
DALAM GOA PERTAPAAN. PANDHITA NUSA BRAHMA SEDANG DUDUK BERSILA MENGHADAP ARCA BETARA WISHNU. IA MELAKUKAN RITUAL. BEBERAPA LAMA KEMUDIAN, IA BERSUJUD DI DEPANNYA.
PANDHITA NUSA BRAHMA
Oh betara, Sri Dewa yang maha kuasa. Saksikanlah olehmu bagaimana nasibku sekarang ini. Sudah ratusan tahun nenek moyangku memujamu, kini negeri kami telah musnah dan kebesarannya lenyap. Kota yang teguh, istana yang megah juga telah lenyap, musnah, rata dengan tanah. meski begitu, toh kami tetap memuja dan menjadi pengikut setiamu.
Kami ikhlas kalau kami harus hidup bersembunyi dari yang lain, hidup di hutan-hutan selama berabad-abad, atau kaum dan rakyat kami terbelakang dari bangsa lain. Kami ikhlas. Semua ini kami lakukan sebagai ujud kesetiaan kami padamu, oh, betara yang mulia!
Meskipun hidup kami dengan kesengsaraan, tapi kakek moyang kami dari turunan raja-raja tidak pernah alpa sekalipun menunjukkan kebaktiannya padamu. Dan aku sendiri sebagai turunan terakhir raja Pajajaran, sudah lebih lima puluh tahun harus menjalani kehidupan menjadi musafir, semua itu untuk memenuhi kewajiban yang kau titahkan. Tidak sedikitpun aku berniat mencari keuntungan atau kebaikan diri sendiri. Hanya keselamatan manusia di tanah ini yang
Naskah Drama KRAKATOA 100
kami inginkan, meski mereka bukan penganutmu.
Tapi…oh, betara Wishnu yang suci! Hukuman apa yang kau timpakan padaku hingga menyebabkan aku hidup sendirian di dunia ini! Betapa berat tanggungan dan kehinaan ini. Istri dan anakku pergi meninggalkanku sendiri. Apa ini semua takdir dari Betara Brahma dan betara guru !?
Kalau benar, semua pewaris tahta kerajaan pajajaran harus binasa, apa tidak ada jalan baik dari semua ini? Mengapa turunan Prabu Siliwangi harus menyaksikan anak perempuan satu-satunya jatuh pada kehinaan yang dalam?
Oh, Sri maha dewa! Karena Ratna Sari sudah merendahkan dirinya, maka pupuslah haknya atas mahkota kerajaan Pajajaran! Setelah semua ini, aku merasa aku sudah tidak sanggup lagi hidup di dunia! Kalau aku sudah tidak ada lagi, maka habislah penjagamu di gua yang suci ini! Tidak ada lagi kepul asap, kembang-kembang, dan patungmu akan berlumut! Tidak akan ada lagi tangan manusia yang membersihkan patungmu dan akhirnya altarmu juga akan musnah!
Oh, Betara Wishnu yang berkuasa atas sekalian hidup! Izinkanlah aku menyelesaikan pekerjaan terakhir untukmu. Kalau dulu kakek moyangku yang menemukanmu di sini, maka biarlah aku yang akan menghancurkanmu di sini lewat tanganku. Daripada kau terkubur lumpur tanah dan kotoran kalong, lebih baik aku melihatmu hancur di tanganku!
SESUDAHNYA, PANDHITA BANGKIT DAN BERDIRI DI DEPAN ARCA SESAAT IA MEMANDANGINYA, LANTAS MENGANGKAT DAN MEJATUHKANNYA KE SEBUAH LUBANG DI GUA ITU. LIMA DETIK KEMUDIAN TERDENGAR SESUARA BENDA BERADU.
LAMPU PADAM
Naskah Drama KRAKATOA 101
SEBELAS
RUANG TAMU RUMAH RADEN MULIA. RADEN HASAN HADI DININGRAT, RADEN AYU BUPATI, DAN RADEN ARYA ASYIK MENDENGARKAN CERITA YANG SUDAH DIALAMI OLEH SURYATI
R. HASAN HADI DININGRAT
Mulia, apa orang suruhanmu sudah kembali bawa berita dari gunung Ciwalirang?
RADEN MULIA
Belum Rama. Tapi mudah-mudahan sebentar lagi kembali.
R. HASAN HADI DININGRAT
Saya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan tuan Pandhita. Saya ingin mengucapkan rasa terima kasih saya padanya karena telah menyelamatkan adik Suryati. Kira-kira bagaimana ekspresinya kalau beliau tahu kebenaran ini?
RADEN MULIA
Saya pun penasaran, Rama. Tapi yakinlah kalau tuan Pandhita itu sangat bijaksana dalam melihat persoalan. Tentunya beliau juga akan senang mendengar ini
SURYATI
Benar kang Hasan. Suamiku itu seorang yang halus budi bahasanya dan pemikirannya selalu ditumpahkan demi kebaikan orang lain.
R. HASAN HADI DININGRAT
Justru karena itu, saya ingin lekas bertemu. Suryati, selain suamimu selalu datang setahun sekali ke gunung Ciwalirang untuk mengobati orang apalagi yang dilakukannya?
SURYATI
Naskah Drama KRAKATOA 102
Selain hari Jumat, suamiku hanya bersembahyang dan merawat arca Betara Wishnu di dalam goa di belakang pondok kami.
R. HASAN HADI DININGRAT
Tujuan apa?
SURYATI
Suamiku percaya kalau arca itu sampai rusak, maka Bantam dan daerah sekitarnya akan dapat musibah besar dengan meletusnya gunung Krakatau dan turunan raja Pajajaran akan binasa.
RADEN MULIA
Tapi bu, kenapa beliau mesti jalan sendiri? Apa tugas itu tidak bisa dikerjakan orang lain?
SURYATI
Ada pantangan keras kenapa orang lain tidak bisa melakukan tugas suami ibu. Yang boleh melaksanakan ritual itu hanya keturunan raja pajajaran yang juga menjabat sebagai Pandhita atau pemimpin agama. Kang Hasan, suamiku adalah keturunan terakhir raja Pajajaran, ia sudah tidak punya sanak famili lagi. Oleh karenanya hanya dia yang bisa melakukan tugas ini.
Kalau Nusa Brahma meninggal, hanya Ratna sari atau anak lelakinya kelak saja yang bisa melanjutkan. Tapi karena ia seorang perempuan, maka ia tidak bisa menjadi Pandhita, hanya tetap pangkat raja diemban oleh Ratna. Tahun ini, Ratna sudah berumur 20 tahun dan sudah waktunya untuk di mahkotai dan dikenalkan pada seluruh rahasia yang diketahui bapaknya.
Setiap tempat yang selalu dikunjungi tapi dirahasiakan akan diberitahukan pada Ratna, termasuk goa penyimpanan harta kerajaan Pajajaran. Soal ini, aku pernah menyaksikan Pandhita Asheka membersihkan beberapa keris dan pusaka lainnya yang terbuat dari emas dan bertabur permata.
Soal suamiku, di tempat ini dia dijuluki sebagai Nusa Brahma, tapi di gunung Kendeng, para tetua kaum Kanekes memanggilnya sebagai Sri
Naskah Drama KRAKATOA 103
Paduka Maharaja Prabu Wastu Kencana, turunan terakhir dari Prabu Guru Dewata Bana yang memimpin kerajaan Pakuan Pajajaran.
R. HASAN HADI DININGRAT
Kalau begitu, kamu sekarang ini adalah Permaisuri kerajaan Pajajaran!?
SURYATI
Begitulah, kang.
RADEN AYU
Dan Ratna Sari jadi Putri Mahkota!? Wah….
SURYATI
Tidak salah. Dan kalau bapaknya meninggal, ia akan dinobatkan sebagai Sri Ratu Dewi Ratna Sari dari kerajaan Pakuan Pajajaran
RADEN MULIA
Kini saya mengerti kenapa Pandhita bersikukuh akan mengawinkan Ratna pada orang yang sederajat.
RADEN AYU
Jeng, apa Ratna pernah ada yang melamar atau pernah bertemu lelaki yang dirasa pantas jadi suaminya.
SURYATI
Tidak ada. Bahkan dari seantero orang Kanekes semuanya dirasa suamiku sebagai kaum bodoh dan rendah derajatnya. Lagipula kami hidup dari hutan ke hutan tidak memungkinkan Ratna bisa bertemu seorang lelaki tetap kecuali orang kampung yang tidak terpelajar.
RADEN AYU
Tapi bukankah suami diajeng sering bepergian?Tentunya ia dapat mencarikan lelaki yang pantas disandingkan dengan Ratna
Naskah Drama KRAKATOA 104
SURYATI
Dalam hal ini, bapaknya Ratna tidak mau gegabah memilihkan calon suami. Selain derajat tinggi, sifat dan prilaku juga menjadi bahan pertimbangan. Ini agar Ratna sari tidak disia-siakan di tengah jalan
R. HASAN HADI DININGRAT
Apa pernah suamimu menyebutkan nama lelaki yang pantas jadi suami Ratna?
SURYATI
Baru beberapa hari kemarin, ia pernah membicarakan seseorang
R. HASAN HADI DININGRAT
Siapa? Siapa?
SURYATI
Tak lain dari anakmu, Raden Mulia. Sudah beberapa hari kemarin ia selalu datang ke tempat kami. Dan ia tidak mau pulang sebelum bertemu dengan Ratna Sari.
RADEN MULIA
Betul, Bi. Saya merasa aneh saja dengan hati saya yang tertarik pada Ratna. Seolah ditarik satu tenaga yang tak tampak. Waktu pertama kali bertemu, saya merasa saya sudah dipertalikan dengan Bi Suryati dan Ratna Sari. Saya akui saya mencintai Ratna Sari, lagipula siapa orang yang tidak tertarik pada gadis manis seperti Ratna? (Tersenyum) Apalagi kalau Ratna adalah satu turunan bangsawan yang jadi misanannya sendiri.
R. HASAN HADI DININGRAT
Oh, jadi ini sebabnya, kamu kirim kabar pada Ramamu supaya tidak dulu melamar anak gadis Bupati Cianyar?
Naskah Drama KRAKATOA 105
RADEN MULIA
Tidak salah, Rama. Dan rasanya saya tidak bisa hidup tanpa Ratna Sari, biarpun ia seorang gadis desa yang tidak terpelajar. Toh sekarang kita tahu asal-usulnya, di satu sisi Ratna adalah sanak keluarga kita, di sisi lain Ratna ada keturunan bangsawan agung yang tidak kalah derajatnya dengan Sunan Solo atau Sultan Jogja. Tentang pengetahuannya, saya yakin Rukmini bisa mengajarinya membaca dan menulis.
Saya sangat berharap, Rama dan Ibu tidak keberatan kalau saya menikah dengan misanan saya.
R. HASAN HADI DININGRAT
Tunggu dulu. Jangan gampang bicara. Kamu mesti meyakinkan Rama dan Ibunya Ratna Sari, apa mereka tidak keberatan punya mantu satu priyayi rendah, asisten wedana sedang anaknya seorang putri mahkota kerajaan Pajajaran. Jangan gegabah, seenaknya melamar anak orang.
SEMUA TERTAWA
SURYATI
Sebaiknya dibicarakan saja dulu dengan suamiku. (pada Raden Mulia) Kalau bibi sih setuju saja.
RADEN MULIA SEGERA BERSIMPUH PADA SURYATI DENGAN KEGEMBIRAAN TERPANCAR DI WAJAHNYA.
LAMPU PADAM
DUA BELAS
PONDOK PANDHITA NUSA BRAHMA. GUNUNG CIWALIRANG. KUSDI SEDANG MEMBERSIHKAN LINGKUNGAN SEKITAR PONDOK. MUNCUL ROMBONGAN KELUARGA RADEN MULIA DAN RATNA SARI.
Naskah Drama KRAKATOA 106
SURYATI
Kusdi…!
KUSDI
Eh, iya bu…
SURYATI
Mana Mbahmu?
KUSDI
Eh, anu bu, ada di dalam goa. Beliau pesan agar tidak diganggu. Sepertinya setelah ibu dan neng Ratna pergi dengan orang Palembang itu, Mbah sedih dan bahkan marah.
SURYATI
Darimana Mbahmu dapat pikiran seperti itu? Ah, Kang Hasan, sepertinya suamiku telah salah sangka dengan kejadian kemarin. Lebih baik kalau saya masuk ke dalam goa dan menjelaskan duduk perkaranya. Kusdi, ikut saya. Ratna, ambilkan air minum buat tamu kita.
RATNA
Baik, bu. Silakan duduk Gan.
R. HASAN HADI DININGRAT
Terima kasih, Ratna.
RATNA MASUK KE DALAM PONDOK DENGAN MAKSUD HENDAK MENYEDIAKAN AIR MINUM. RADEN HASAN HADI DININGRAT BERDIRI DAN BERJALAN KELILING PONDOK.
RADEN MULIA
Rama, di sinilah rama bisa melihat fenomena gunung Krakatau itu. Itu Rama, sebelah sana.
Naskah Drama KRAKATOA 107
RADEN HASAN MELIHAT KE ARAH YANG DITUNJUK RADEN MULIA. MEREKA BERDUA BERDIRI DI ATAS BATU KARANG
R. HASAN HADI DININGRAT
Kondisinya hampir sama dengan tahun 1883, walaupun waktu itu Rama masih kecil, tapi rama bisa merasakan ketakutan orang-orang di hari meletusnya gunung itu. Mudah-mudahan saja bencana itu urung terjadi. Rasanya Rama tidak sanggup harus menghadapi bencana yang sama dua kali.
RADEN MULIA
Iya, Rama. Saya pun tak bisa bayangkan kalau benar Krakatau meletus. Terlebih kini penduduk di sekitar Bantam kidul ini lebih banyak.
R. HASAN HADI DININGRAT
Yang pasti, kita harus lebih hati-hati dalam menghadapi bencana yang akan datang. Persiapan kita harus sudah matang, kita harus cekatan mengungsikan penduduk kalau hari bencana itu menerjang.
MEREKA BERDUA BERANJAK KE AMBEN PONDOK DAN BERGABUNG DENGAN RADEN AYU, RUKMINI DAN RATNA SARI YANG SEDANG MENGOBROL.
RUKMINI
Rama, Ibu dan aku setuju kalau Kang Mulia menikahi Ratna, kita harus buatkan pesta yang meriah dan mengundang banyak orang
RADEN MULIA
Kamu itu apa-apaan sih Rukmi. Belum juga ada putusan dari Pandhita, sudah memikirkan hari pernikahan.
RUKMINI
Kenapa tidak? Rukmi yakin kalau lamaran kita akan diterima bapak Pandhita. Ah, kang Mulia malu ya…
RADEN MULIA
Naskah Drama KRAKATOA 108
Malu apa? Awas kamu ya…
RADEN MULIA HENDAK MENCUBIT RUKMI, TAPI RUKMINI BERGAYUT MANJA PADA IBUNYA.
RUKMINI
Ibu….
R. HASAN HADI DININGRAT
Sudah. Kalau lamaran kita diterima, tentu saja kita harus merayakannya. Tapi tentunya kita lihat keadaan rakyat kita dulu. Jangan sampai kebahagiaan keluarga kita merugikan kepentingan rakyat.
RADEN MULIA
Dengar omongan rama…. (pada Ratna) Ratna, sebenarnya apa yang ada di dalam goa itu?
RATNA SARI
Hanya ada arca Betara Wishnu. Di sanalah bapak menghabiskan waktu untuk sembahyang. Nah, itu ibu sudah keluar….
MUNCUL DARI DALAM GOA, SURYATI, DISUSUL PANDHITA DAN KUSDI. WAJAH PANDHITA AGAK BERUBAH SETELAH MENGETAHUI KEBENARAN CERITA. MEREKA DUDUK BERSAMA DI AMBEN.
SURYATI
Kang, kenalkan ini Raden Hasan, bupati Rangkas Gombong. Yang ini Raden Ayu, istrinya, dan yang cantik itu Rukmini putrinya.
P. NUSA BRAHMA
Gan…. Salam kenal. Tadi di dalam goa, istri saya sudah jelaskan perkara sebenarnya. Dan saya sangat menyesali kekeliruan besar karena terburu nafsu dan menyalahkan semua orang
RADEN MULIA
Naskah Drama KRAKATOA 109
Tidak, tuan Pandhita. Tidak ada yang celaka selain Abdul Sintir dan kawan-kawannya.
P. NUSA BRAHMA
Betul Den, memang sekarang belum ada, tapi siapa yang bisa pastikan keselamatan orang banyak kalau Krakatau meletus?
R. HASAN HADI DININGRAT
Kalau Pandhita merasa jadi penyebab Krakatau bergoncang, tentulah tuan juga bisa meredakannya.
P. NUSA BRAHMA
Kalau saya berkuasa akan hal itu, tentulah saya tidak akan menyesal. Tapi sesudah araca betara Wishnu saya hancurkan, sekarang tidak ada yang bisa menghentikan bencana ini dan musnahnya keturunan raja Pajajaran.
R. HASAN HADI DININGRAT
Apa memang begitu keadaannya?
P. NUSA BRAHMA
Hal ini tidak bisa saya katakan, tapi ditilik dampaknya, saya yakin ada benarnya apa yang bapak saya katakan soal arca Betara Wishnu memiliki pengaruh yang luar bisaa bagi keselamatan negeri ini.
R. HASAN HADI DININGRAT
Kalau begitu, kenapa Pandhita hancurkan arca itu?
P. NUSA BRAHMA
Karena saya telah jadi gelap mata saat mendengar kalau istri dan anak saya minggat dengan orang-orang Palembang. Saya putus asa dan marah, sebagai balasan kemarahan, saya hancurkan arca itu agar Krakatau meletus dan menghancurkan negeri ini.
Lantaran perbuatan istri dan anak saya itu, saya menganggap dunia ini
Naskah Drama KRAKATOA 110
jadi kotor, hingga harus disapu dan dibersihkan kembali. Barangkali Kanjeng Bupati tidak tahu, kalau Ratna Sari sampai melarikan diri, akan sangat menyakiti hati saya. Karena ia bukan saja telah menghina dan melanggar perintah bapaknya, tapi juga merusak derajat sendiri dan keluarganya.
R. HASAN HADI DININGRAT
Soal kedalaman rasa itu, saya sudah tahu. Istri tuan yang juga adik saya telah paparkan seluruh persoalan. Saya senang, saudara saya bersuamikan keturunan terakhir raja Pajajaran yang agung. Dan saya tahu anakmu, Ratna Sari adalah ahli waris dan putri mahkota tunggal
P. NUSA BRAHMA
Apa? Istri hamba adalah adik kanjeng?
R. HASAN HADI DININGRAT
Benar, Pandhita. Gelang yang dipakai Ratna itu sama dengan yang dipakai anak kami, Rukmini. Dan itu merupakan peninggalan Bapak dan Ibu kami sebelum terjadinya bencana itu. Rukmi, perlihatkan gelang dan kalungmu.
(Rukmi menunjukkan gelang dan kalungnya, Pandhita terkesima dengan bukti ini)
Saya ingin berterima kasih pada Pandhita karena telah merawat Suryati, adik saya hingga kami bisa dipertemukan lagi sekarang.
RADEN HASAN MEMBERI SALAM
P. NUSA BRAHMA
Saya senang istri saya bisa bertemu lagi dengan kanjeng; saudara kandungnya. Seorang priyayi berderajat tinggi, saya percaya kanjeng bisa mencerahkan masa depan anak dan istri saya.
R. HASAN HADI DININGRAT
Naskah Drama KRAKATOA 111
Tentu, tuan Pandhita. Jangan khawatir, saya akan jaga dan lindungi mereka agar tidak dijahati orang. Tuan Pandhita, saya dan istri saya ada kepikiran untuk melamar Ratna Sari sebagai mantu kami dengan menjadi istri Mulia. Dia telah jatuh hati pada Ratna sejak pertama kali bertemu. Saya harap tuan tidak menolak lamaran ini, karena saya rasa tidak akan merendahkan derajat dan keturunan tuan. Mulia saya targetkan akan jadi pengganti saya sebagai bupati Rangkas Gombong.
PANDHITA NUSA BRAHMA MENUNDUKAN KEPALANYA SEBENTAR, MERENUNGI LAMARAN RADEN HASAN. SETELAHNYA IA ANGKAT KEPALANYA.
P. NUSA BRAHMA
Baiklah.Saya terima lamaran kanjeng, saya anggap ini jalan terbaik bagi semua. Kalau nanti kanjeng dan keluarga kembali ke Rangkas Gombong, saya minta bawalah anak dan istri saya. Ajari mereka apa yang perlu mereka ketahui tentang kehidupan priyayi yang berderajat tinggi.
R. HASAN HADI DININGRAT
Saya juga mengharapkan tuan Pandhita ikut serta kami
P. NUSA BRAHMA
Tidak bisa, kanjeng adipati. Saya masih punya tugas yang harus diselesaikan. Saya akan berusaha keras memperbaiki kesalahan dan mencegah terjadinya bencana besar dari Krakatau.
R. HASAN HADI DININGRAT
Kalau begitu, masih ada cara mencegah Krakatau meletus?
P. NUSA BRAHMA
Hanya ada satu jalan yang paling sulit dan berat.
R. HASAN HADI DININGRAT
Bagaimana caranya?
Naskah Drama KRAKATOA 112
P. NUSA BRAHMA
Saya belum bisa mengatakannya, saya Cuma minta kanjeng adipati dan keluarga turut saya ke dalam goa sekarang ini. Di sana kita akan melakukan ritual bersama.
R. HASAN HADI DININGRAT
Baiklah, tuan Pandhita.
MEREKA SEMUA MASUK GOA.
LAMPU PADAM
TIGA BELAS
DALAM GUA. NAMPAK SEBUAH ALTAR DAN TEMPAT ARCA YANG SUDAH KOSONG. RUANGAN ITU HANYA DITERANGI CAHAYA OBOR. SELAIN PANDHITA. SEMUANYA DUDUK BERSIMPUH. PANDHITA SENDIRI BERDIRI DI SAMPING ALTAR.
P. NUSA BRAHMA
Sanak saudara, hari ini anak saya satu-satunya Ratna Sari, saya tetapkan sebagai pengganti saya sebagai kepala rakyat Pajajaran. Dia akan bergelar Sri Ratu Dewi Ratrna Sari. Tapi karena ia sebentar lagi akan menikah dengan Raden Mulia anak dari Adipati Raden Hasan Hadi Diningrat, maka ia tidak bisa memegang jabatan. Dengan begitu, dinasti kerajaan Pajajaran yang sudah berjalan turun temurun lebih dari lima ratus tahun akan berakhir di sini. Terkecuali kalau Ratna Sari mampu memberikan seorang anak lelaki yang akan meneruskan pangkat dan gelaran dari ibunya, menjadikannya Pandhita seperti yang saya kerjakan. Anak itu harus memeluk agama jaman dulu dan mengunjungi tempat-tempat suci sekaligus menjaga pusaka kerajaan.
Tapi sebelum pernikahan ini berlangsung, saya ingin mendapatkan kepastian dari calon mantu dan besan saya, apakah keberatan atau tidak dengan syarat yang saya ajukan? kalau anak lelaki pertama yang dilahirkan Ratna Sari, dititahkan memeluk agama Hindu dan dijadikan
Naskah Drama KRAKATOA 113
Pandhita orang-orang Baduy?.
R. HASAN HADI DININGRAT
Soal itu, saya tidak keberatan. Hanya saja saya ingin tahu apakah benar-benar perlu di jaman seperti sekarang ini? Menjadi seorang Pandhita yang menyerahkan seluruh hidupnya tinggal di hutan dan sembahyang dalam goa-goa yang tidak dijamah manusia?
P. NUSA BRAHMA
Hal itu penting sekali
R. HASAN HADI DININGRAT
Apa Pandhita punya alasan kongkrit?
P. NUSA BRAHMA
Alasan kongkrit? Coba tuan perhatikan gunung Krakatau itu! Selain itu juga ada soal yang lebih penting lagi yang akan saya jelaskan saat ini, tapi saya minta ini dirahasiakan.
Begini, sesuai amanat dari Bapak saya yang didapat dari buyutnya. Tempat-tempat suci itu perlu dirawat dan dijaga setiap tahunnya. Sebab pada saat pulau jawa ini terlilit besi, rumah-rumah bisa pindah sendiri dari satu tempat ke tempat lain. Saat orang-orang bisa bepergian lewat udara, maka itu tandanya orang-orang bumiputera memegang kembali kekuasaan di pulau ini. Pengaruhnya adalah orang-orang asing akan tersingkir.
Saat itulah akan muncul kerajaan besar di Jawa Kulon di mana orang-orang sunda akan berkuasa, dan turunan kerajaan Pajajaran akan kembali berkuasa seperti dulu. Kalau sudah terjadi, maka pusaka-pusaka dan tempat-tempat suci harus di rawat dan dihormati. Oleh karenanya sejarah keturunan kerajaan Pajajaran harus tetap hidup sebelum ramalan itu menjadi kenyataan.
Raden Adipati bisa menyaksikan sendiri bukti ramalan itu. Kini pulau Jawa sudah dikeliling rel kereta api, autobus, Vrachtauto atau
Naskah Drama KRAKATOA 114
automobile ibaratnya seperti rumah, setiap hari hilir mudik, mesin terbang sudah bukan lagi hanya bisa dilihat tapi juga ditumpangi oleh mereka yang punya uang. Kalau bukti ini ditambah dengan keinginan rakyat untuk merdeka, maka saya percaya dalam beberapa puluh tahun lagi Pulau Jawa akan mengalami perubahan besar dan ramalan itu akan menjadi kenyataan.
MENDENGAR ITU, BUPATI RANGKAS GOMBONG TERCENUNG.
R. HASAN HADI DININGRAT
Apa yang Anda katakan tadi, tuan Pandhita, bisa jadi benar dan bisa jadi keliru. Tapi saya rasa memang pantas kalau ada orang yang dipercaya untuk menilik dan menjaga tempat-tempat suci itu dan menjaga pusaka kerajaan Pajajaran yang sudah tentu sangat berharga. Tapi dimanakah barang-barang itu di simpan dan siapakah yang tahu tempat itu kalau tuan sudah tiada?
P. NUSA BRAHMA
Tempat-tempat itu tidak bisa saya beritahu pada sembarang orang, termasuk pada istri saya. Hanya seseorang yang sudah berpuluh tahun jadi kaum kami dan memeluk agama kami saja yang boleh tahu. Kalau sudah waktunya terpilih raja Pajajaran yang baru, tentunya orang-orang gunung akan menunjukkan tempat-tempat itu. Meskipun saya sudah tiada. Karena bukan saya saja yang tahu di mana pusaka itu disimpan.
RADEN MULIA
Apa Ratna Sari yang sekarang jadi ahli waris kerajaan Pajajaran juga tidak akan diberi tahu?
P. NUSA BRAHMA
Tidak ada gunanya, den. Sebab satu anak perempuan seperti dia belum tentu bisa menjalankan kewajiban. Tadinya memang saya berniat mengajak ia ke tempat-tempat suci itu, tapi lebih baik sekarang
Naskah Drama KRAKATOA 115
menunggu kalau ia sudah punya anak lelaki.
RADEN MULIA
Tapi kalau bapak dan ibunya sendiri tidak tahu, siapakah yang akan menunjukkan tempat-tempat itu?
P. NUSA BRAHMA
Jangan khawatir. Nanti akan ada beberapa orang kepala suku Baduy yang menerangkan itu semua. Kalau anak itu sudah lima belas tahun, suruhlah ia menetap di dekat desa Citorek di kaki gunung Kendeng. Di sana ia akan diperlakukan terhormat dan diajarkan apa yang mesti diketahuinya oleh tetua atau pemimpin adat orang baduy.
R. HASAN HADI DININGRAT
Tapi Bagaimana caranya agar orang-orang itu mengenali anak lelaki mereka adalah turunan junjungan mereka?
P. NUSA BRAHMA (Tersenyum)
Soal itu, kalian tenang saja. Saya sudah mempersiapkannya. Salah satu dari barang berharga itu di simpan dalam goa ini. Dan barang siapa yang memilikinya ia akan dianggap sebagai raja.
MENDENGAR PERTANYAAN ITU, PANDHITA NUSA BRAHMA LEKAS MENUJU SATU SUDUT GOA DAN MENGGESERKAN BATU PERSEGI. NAMPAK SATU LUBANG DAN DARI DALAMNYA PANDHITA MENGAMBIL SEBUAH BENDA YANG BERBENTUK MAHKOTA.
Ini adalah mahkota kerajaan Pakuan Pajajaran. Mahkota ini sudah pernah dipakai oleh Prabu Siliwangi, Prabu Guru Dewata Bhana, Sang Ratu Dewata, Rahiyang Dewata Niskala dan raja-raja besar lainnya. Banyak darah tertumpah saat Raja Purnawarman dari kerajaan Taruma Negara menyatakan perang dengan Pakuan demi memerebutkan mahkota ini. Sekarang akan kuhiaskan di kepala Sri Ratu Dewi Ratna Sari!
PANDHITA NUSA BRAHMA KEMUDIAN MENGHAMPIRI RATNA SARI DAN MEMBERDIRIKAN DAN MENGHANTARKANNYA
Naskah Drama KRAKATOA 116
KE ALTAR. RATNA SARI DUDUK BERSILA DI ATAS ALTAR. PANDHITA LANTAS MEMAKAIKAN MAHKOTA TADI KE ATAS KEPALA RATNA SARI SAMBIL MERAPAL JAMPI-JAMPI. SESUDAHNYA MAHKOTA ITU DIAMBIL KEMBALI DAN DIBUNGKUS KAIN PUTIH DAN DISERAHKAN PADA RADEN MULIA.
Jagalah pusaka ini. Niscaya anakmu nanti akan dipertuan oleh seluruh orang Baduy di seantero Bantam. Tapi ingatlah, jangan sampai kau ceritakan pada sembarang orang atas apa yang terjadi di sini, terlebih soal mahkota ini. Terkutuklah orang yang memakai mahkota ini kalau bukan berasal dari keturunan kerajaan Pajajaran.
RADEN MULIA
Baiklah, tuan Pandhita. Akan saya jaga dengan seluruh hidup saya.
P. NUSA BRAHMA
Kemarilah, Raden Mulia. Duduklah di samping calon istrimu. Kita akan laksanakan pernikahanmu di tempat ini sekarang juga.
RADEN MULIA MENGIKUTI PERINTAH PANDHITA. IA DUDUK BERSILA DI SAMPING RATNA SARI.
P. NUSA BRAHMA
Kusdi, bakarlah dupa…
KUSDI
Baik, bapak.
KUSDI MENDEKATI ALTAR DAN KEMUDIAN MENYALAKAN DUPA. PANDHITA BERDOA SELAYAKNYA ORANG HINDU.
P. NUSA BRAHMA
Saya mohon Kanjeng Adipati memegang tangan kanan Raden Mulia….
Naskah Drama KRAKATOA 117
RADEN HASAN MENURUTI PERINTAH PANDHITA. SEMENTARA ITU PANDHITA SENDIRI MEMEGANG TANGAN KANAN RATNA SARI. IA MEMBERI PERTANDA PADA RADEN HASAN UNTUK MENGARAHKAN TANGAN RADEN MULIA MENJABAT TANGAN RATNA SARI. SESUDAHNYA PANDHITA KEMBALI BERDOA. KEMUDIAN IA MENGARAHKAN PASANGAN PENGANTIN ITU UNTUK TURUN DARI ALTAR. PASANGAN ITU PUN LANGSUNG BERSUJUD DAN MENCIUM KAKI IBUNYA MASING-MASING SALING BERGANTIAN.
Maka dengan ini, Ratna Sari telah sah sebagai istri dari Raden Mulia. Sekarang saya minta, kecuali Raden Hasan dan Kusdi untuk meninggalkan goa ini.
TANPA MEMBANTAH, KESEMUANYA KELUAR DARI GOA. HANYA RADEN HASAN DAN KUSDI SAJA YANG TINGGAL.
Sekarang saya sudah resmi turun tahta sebagai raja Pajajaran atau kepala dari kaum Baduy. Oleh karenanya kekuasaan tertinggi kini ada di tangan Ratna Sari. Sudah tiba waktunya saya harus meluruskan kekeliruan yang pernah saya buat karena terburu nafsu yang menyebabkan banyak jiwa terancam dengan meletusnya Krakatau itu. Untuk mencegah semua itu tak ada jalan lain, kecuali saya harus pergi ke Swargaloka atau Dewachan. Di sana nenek moyang saya berdiam dan saya akan minta pertolongan agar bencana itu bisa dicegah. Tegasnya, saya harus menyingkirkan diri dari dunia ini lantaran menanggung dosa besar dari kekeliruan saya
R. HASAN HADI DININGRAT
Tapi tuan Pandhita, apakah tidak ada jalan lain?
P. NUSA BRAHMA
Sayangnya tidak ada kanjeng adipati.
R. HASAN HADI DININGRAT
Tapi, bagaimana dengan anak istri tuan?
P. NUSA BRAHMA
Naskah Drama KRAKATOA 118
Soal itu, kanjeng Adipati tidak usah khawatir. Sudah puluhan kali saya meninggalkan mereka berbulan-bulan. Oleh karenanya mereka tidak akan kesusahan kalau saya hilang selamanya, apalagi saya sudah titip amanat kalau saya akan segera pergi. Saya hanya minta agar Ratna Sari dan Suryati bisa hidup tentram. Aku serahkan nasib mereka pada kanjeng.
(Pandhita Nusa Brahma mengajak berjabat tangan)
Ingatlah kanjeng, jangan kau ceritakan pada istri dan anakku ataupun pada Raden Mulia soal niatan ini. jiwaku ini terlalu murah dibandingkan dengan puluhan ribu manusia yang harus diselamatkan. Kanjeng sendiri bilang bahwa kanjeng telah tetapkan sebuah aturan penyelamatan bagi rakyat, tapi saya rasa kalau bencana alam sudah datang, tidak ada kecerdasan manusia yang mampu mencegahnya. Maka dari itu saya tetap akan tinggalkan raga saya segera mungkin. Jadi demi kebahagiaan anak, istri kita semua, saya minta sangat untuk merahasiakan hal ini. Selamat jalan.
Pandhita Nusa Brahma menunjukkan jalan keluar, Raden Hasan mengerti isyarat itu dan ia pun keluar dari goa.
LAMPU PADAM
Naskah Drama KRAKATOA 119
EMPAT BELAS
DALAM GOA. NAMPAK KUSDI TERDUDUK LESU DAN SEDIH DI BAWAH ALTAR. MUNCUL KEMBALI RADEN HASAN HADI DININGRAT
R. HASAN HADI DININGRAT
Kusdi, mana tuan Pandhita?
KUSDI TAK MENJAWAB, JARINYA MENUNJUK SUMUR. RADEN HASAN HADI DININGRAT MENGHELA NAPAS PANJANG DAN MENDEKATI SUMUR. RAUT WAJAHNYA MENAMPAKKAN KESEDIHAN. IA MENDONGAKKAN KEPALANYA DAN LAMPU PADAM.
TAMAT
Naskah Drama KRAKATOA 120
Biodata Penulis
Mahdiduri, lahir di Tangerang pada 8 Juni. Setelah tamat dari Madrasah Aliyah Negeri 1 Serang dia melanjutkan studinya di Universitas Indraprasta Jakarta Selatan. Pernah menjadi buruh pabrik di wilayah Balaraja. Aktifitas keseniannya dimulai sejak duduk di MAN 1 Serang dengan bergabung Jagat Teater dan Sastra Serang, dilanjutkan bergabung dengan Komunitas Sastra
Indonesia (KSI) dan Forum Kesenian Banten (FKB). Setelah lama bergelut di bidang sastra, kini dia bersama kawan-kawannya mendirikan komunitas teater AnonimuS. Banyak program-program kesenian yang telah dilaksanakannya, diantaranya program Jazz Tea, Bulletin Teater ActinG, Festival Monolog se-Banten dan yang terkini adalah program pendidikan dan pelatihan menulis dan membaca ‘Kamar 37’. Untuk karya sastra, puisi-puisinya termaktub dalam ragam antologi puisi dan media cetak lokal ataupun nasional, diantaranya pernah dipublikasikan di harian Republika, Sinar Harapan, Radar Banten, Fajar Banten, Antologi Puisi Bisikan Kata - Teriakan Kota (DKJ), Mahaduka Aceh (PDS. HB Jassin) dan masih banyak lainnya. Sedangkan kerja teater yang pernah dilakukan, diantaranya:1. Pentas Teater Pakaian & Kepalsuan (Sutradara); 20062. Pentas Teater Wekwek (Sutradara); 2008 3. Konser Deklamasi Puisi ‘Mahdiduri Membaca Sutardji’ (Deklamator); 20024. Konser Deklamasi Puisi ‘Dari Ranjang ke Kamar Mandi’ (Deklamator); 20055. Konser Delamasi Puisi-puisi WS Rendra (Sutradara & Deklamator); 20096. Pentas Monolog ‘Terkapar’ (Aktor); 20077. Pentas Monolog ‘Nyanyian Angsa’ (Aktor); 20098. Beckett’s Parade (Pimpinan Produksi); 20099. Festival Monolog se Banten (Pimpinan Produksi); 2009
Naskah Drama KRAKATOA 121