naskah publikasi 11.21 -...
TRANSCRIPT
1
PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS”
MENGGUNAKAN METODE ROTOSCOPING
BERBASIS VIDEO
NASKAH PUBLIKASI
diajukan oleh
Bernadhi Ari Suryantara 11.21.0594
kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA
2013
2
NASKAH PUBLIKASI
PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS”
MENGGUNAKAN METODE ROTOSCOPING
BERBASIS VIDEO
disusun oleh
Bernadhi Ari Suryantara
11.21.0594
Dosen Pembimbing
Amir Fatah Sofyan, ST, M.Kom NIK. 190302047
Tanggal, 29 Juli 2013
Ketua Jurusan Teknik Informatika
Sudarmawan, MT NIK. 190302035
3
DESIGNING 2D ANIMATION MOVIE “THE EFFECTS” USING ROTOSCOPING
METHOD VIDEO BASED
PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE
ROTOSCOPING BERBASIS VIDEO
Bernadhi Ari Suryantara Amir Fatah Sofyan
Jurusan Teknik Informatika
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
ABSTRACT
A smooth motion is an important point for the quality of an animation film. Rotoscoping is one of many techniques in designing 2-dimensional animation. It is an animation technique in which the animator traces a film frame by frame to be used in the animation film. The software Adobe Flash CS3 and Adobe Photoshop CS3 can be an alternative to make a 2D animation film using the rotoscoping techniques.
With the optimization of the software Adobe Flash and Photoshop CS3 using a Wacom Bamboo tablet drawing along with the rotoscoping technique, it is expected that an animator can create an animation which prioritizes in between details so that he/she will produce a smooth and natural motion animation.
From the description above authors strive to provide a method rotoscoping techniques of video-based for designing 2-D animated movie.
Keywords: Rotoscoping, 2D Animation, In Between
4
1. Pendahuluan
Industri animasi berkembang sejak populernya media televisi yang menyajikan film-film
kartun. Selain itu penggunaan animasi sudah merambah ke berbagai industri media seperti
film bioskop, game, dan broadcasting. Pembuatan film animasi 2D di Indonesia belum marak
ditayangkan di televisi. Salah satu penyebab film animasi 2D di Indonesia belum banyak
ditayangkan di televisi maupun bioskop adalah karena kurang halusnya gerakan animasi
sehingga mempengaruhi kualitas dan pertimbangan daya tawar animasi tersebut. Yang
terjadi saat ini adalah tayangan animasi masih didominasi animasi buatan luar dan tentu saja
itu akan berdampak negatif untuk perkembangan animasi lokal.
Berdasarkan teknik-teknik perancangan animasi yang terus dikembangkan, animasi
telah tumbuh menjadi industri yang luar biasa. Mulai dari teknik manual hingga digital, mulai
dari 2D hingga 3D. Dari latar belakang diatas penulis memilih salah satu teknik perancangan
animasi yang diharapkan dapat menjadikan solusi untuk kualitas gerakan animasi yang
halus. Teknik yang digunakan tersebut adalah teknik rotoscoping, merupakan teknik
pembuatan animasi dimana pergerakan di capture frame demi frame dari gerakan nyata (live
action movement).
Animasi lebih banyak disukai karena animasi menjadikan sesuatu lebih hidup apabila
animasi diterapkan dengan tepat. Pemanfaatan software dan hardware dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif dalam mempermudah pembuatannya. Penulisan skripsi dengan
judul “Perancangan Film Animasi 2D “The Effects” Menggunakan Metode Rotoscoping
Berbasis Video” nantinya ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi tentang perancangan
film animasi 2D.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan pada penulisan ini adalah
bagaimana membuat film animasi 2D dengan menggunakan metode rotoscoping berbasis
video yang mengedepankan detail in between pada animasi yang dibuat sehingga
menghasilkan gerakan yang halus.
5
1.2 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, permasalahan dibatasi agar tercapai tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai. Batasan tersebut melingkupi:
1. Penulis merancang film animasi 2D dengan durasi kurang lebih 1 menit.
2. Software yang digunakan dalam merancang film animasi 2D ini adalah: Adobe
Flash CS3 Professional dan Adobe Photoshop CS3.
3. Proses produksi terbagi menjadi 3 tahapan utama, yaitu tahap praproduksi,
produksi, dan pasca produksi
2. Landasan Teori
2.1 Definisi Animasi
Animasi berasal dari kata “animation” yang dalam bahasa inggris “to animate” yang
berarti menggerakkan. Jadi animasi dapat diartikan sebagai menggerakkan sesuatu (gambar
atau objek) yang diam. Dalam perkembangannya animasi dapat didefinisikan sebagai suatu
sequence gambar yang diekpos pada tenggang waktu tertentu sehingga tercipta sebuah ilusi
gambar bergerak.1
2.2 Jenis Aniamsi
2.2.1 Animasi Sel (Cell Animation)
Kata “cell” berasal dari kata “celluloid”, yang merupakan material yang digunakan
untuk membuat film gambar bergerak pada saat awal. Sekarang, material film dibuat dari
asetat (acetate), bukan celluloid.
2.2.2 Animasi Frame (Frame Animation)
Animasi frame adalah bentuk animasi yang mempunyai gambar berseri di tepi
halaman berurutan. Bila jempol Anda membuka buku dengan cepat, maka gambar akan
kelihatan bergerak.
2.2.3 Animasi Sprite (Sprite Animation)
Animasi sprite serupa dengan teknik animasi tradisional, yaitu objek yang diletakkan
dan dianimasikan pada bagian puncak grafik dengan latar belakang diam.
1 Bambang Adriyanto.2010. Modul 10 PEMBUATAN ANIMASI Dengan Macromedia Flash 8:Pusat
Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional, Hal 5-6.
6
2.2.4 Animasi Lintasan (Path Animation)
Animasi lintasan adalah animasi dari objek yang bergerak sepanjang garis kurva yang
telah di tentukan sebagai lintasan.
2.2.5 Animasi Spline
Spline adalah representasi matematis dari kurva. Objek bergerak biasanya tidak
mengikuti garis lurus, misalnya berbentuk kurva. Program animasi komputer memungkinkan
untuk membuat animasi spline dengan lintasan gerak berbentuk kurva.
2.2.6 Animasi Vektor (Vector Animation)
Animasi vektor serupa dengan animasi sprite. Animasi sprite menggunakan bitmap
untuk sprite. Animasi vektor menjadikan objek bergerak dengan memvariasikan ketiga
parameter ujung-pangkal, arah dan panjang pada segmen-segmen garis yang menentukan
objek.
2.2.7 Animasi Karakter (Character Animation)
Animasi karakter merupakan sebuah cabang khusus animasi. Animasi karakter dapat
di lihat dalam film kartun. Animasi ini berbeda dengan animasi lainnya, misalnya animasi logo
yang melibatkan bentuk organik dengan penggandaan yang banyak. Animasi karakter
menghasilkan gerakan yang hirarkis.
2.2.8 Computational Animation
Animasi ini membutuhkan waktu singkat tanpa membuat boros memori komputer.
Dengan computationalI animation, untuk menggerakkan objek di layar cukup memvariasikan
koordinat x dan y.
2.2.9 Morphing
Morphing merupakan sebuah animasi yang dapat berubah dari satu bentuk yang lain
dengan menampilkan serangkaian frame yang begitu halus saat bentuk pertama mengubah
dirinya menjadi bentuk yang lain.
2.3 Proses Pembuatan Film Animasi
Proses produksi dalam pembuatan sebuah film animasi terbagi pada 3 tahapan
utama, yaitu tahap pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi.2
2 Djoko Kuswanto.2011.Metode Motion Capture Berbasis Video Untuk Meningkatkan Kualitas Proses
In Between Pada Produksi Film Animasi 2D:FTSP ITS, Hal 3-6.
7
2.3.1 Tahap Pra-Produksi
Tahap praproduksi adalah sebuah awal dari suatu proses pembuatan film animasi.
Dimulai dari tahap naskah cerita. Untuk membuat cerita yang bagus sangat diperlukan
struktur cerita yang jelas. Cerita tersebut harus mempunyai awalan, nilai tengah dan akhir
cerita yang sering disebut dengan babak. Ide cerita merupakan hal mendasar untuk
mengembangkan sebuah karya film animasi. Ide dapat diinspirasikan dari berbagai hal,
misalnya: pengalaman pribadi, legenda, cerita rakyat, mitos, kehidupan sehari-hari,
pendidikan, perjalanan/petualangan dan lain sebagainya.
2.3.2 Tahap Produksi
Setelah melalui proses praproduksi, maka animator mulai bekerja menggambar
gambar-gambar ekstrim yang menjadi penentu arah gerakan/antisipasi yang lebih dikenal
keyframe. Animator yang bertanggung-jawab untuk membuat gambar-gambar keyframe ini
disebut keyframer. Seorang keyframer harus memperhatikan kaidah-kaidah animasi dalam
membuat gerakan-gerakan animasi, seperti : anticipation, timing, delayed secondary action,
squash-stretch, balance, staging, overlapping, action, gesture dan masih banyak lagi. Selesai
keyframe dibuat, maka proses berlanjut pada pengisian gambar-gambar yang mengisi
gerakan diantara gambar-gambar keyframe yang disebut in between. Banyak sedikitnya
jumlah gambar in between tergantung pada durasi yang dibutuhkan dalam melakukan
gerakan dari keyframe yang satu ke keyframe berikutnya. Animator yang bertugas membuat
gambar in between disebut ‘in betweener’. Sampai pada proses ini, animasi gerakan sudah
bisa dilihat.
2.3.3 Tahap Pasca-Produksi
Tahap terakhir pada proses produksi adalah tahap pascaproduksi yang terdiri atas:
1. Editing Audio
Editing Audio merupakan kelanjutan dari proses dubing. Selain itu, sound editor
membuat sound FX dan background musik. Biasanya editing audio berjalan
bersama Video Editing untuk menciptakan suasana dan sinkronisasi antara visual
dengan audio. Seorang audio engineer harus memastikan level volume dan
balancing dari semua dubing, musik ilustrasi dan sound effect.
8
2. Editing Video
Tahap selanjutnya dalam pembuatan film animasi yaitu Editing. Editing dilakukan
untuk mengemas hasil akhir sebuah film, mensingkronkan antara suara dengan
dengan visual, memberikan special effect dan ekspor dalam media yang
ditentukan.
3. Mastering dan Distributing
Setelah semua proses dilalui maka proses selanjutnya yaitu membuat master
film. Untuk pembuatan film layar lebar maka harus dibuat master dengan pita
seluloid 9mm. Namun untuk distribusi untuk media seperti televisi dapat
digunakan kaset Betacam SP atau format DV Cam. Jika untuk aplikasi home
video dapat menggunakan DVD atau Video CD
9
2.4 Bagan Proses Pembuatan Film Animasi
Pengumpulan Data
Studi Literatur Nara Sumber
Konsep
Storyline Naskah
Storyboard
Sketsa awal
Desain karakter Desain setting/property/environment
Flowchart navigasi (media interaktif)
Drawing
Manual Drawing for 2D Digital Modelling for 3D Grafik,table,alur kerja,dll
Audio Processing
Voice over
Naration
Dialog
Backsound
Editing/compositing
Special FX, Lighting,
Transition
Final editing & Rendering
Mastering VCD/DVD
Packaging
Pra Produksi
Produksi
Pasca Produksi
Gambar 2.1 Bagan Proses Produksi
10
2.5 Sekilas Tentang Rotoscoping
Rotoscope adalah teknik yang dikembangkan oleh Max Fleischer, pembuat Betty
Boop dan Koko the Klown. (dia juga kebetulan kakek dari pembuat software Poser.
Rotoscope digunakan terutama untuk menangkap gerak manusia riil dengan menggambar
durasi film dari actor. Pada permulaannya, masing-masing frame dalam film diproyeksikan
melalui meja cahaya menggunakan cermin, dan gambarnya dijiplak, kemudian ditransfer
menjadi cell. Dalam rotoscope klasik, animasi yang digambar dan durasi langsung
digabung.3
Rotoscoping adalah teknik animasi dengan animator yang menjiplak gerakan film
manusia (bukan animasi) secara frame by frame untuk digunakan pada film animasi. Pada
mulanya, gambar film manusia diproyeksikan ke panel kaca dan digambar ulang oleh
animator. Peralatan proyeksi ini disebut dengan Rotoscope. Saat ini, perangkat proyeksi
tersebut sudah digantikan dengan komputer. Pada animasi 2D, model dibuat dari objek-objek
yang terpisah dari layer transparan yang terpisah serta dapat menggunakan kerangka virtual
maupun tidak. Kemudian, anggota tubuh, mata, mulut, pakaian, dan seterusnya digerakkan
oleh animator dengan key frame. Setelah gerakan-gerakan selesai dilakukan, tahap terakhir
pembuatan animasi adalah render. 4
3. Analisis dan Perancangan
3.1 Analisis Sistem
Dalam analisis kebutuhan sistem ini berisi rincian kebutuhan yang dipakai penulis
untuk pengembangan teknik rotoscoping yang meliputi perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software), dan sumber daya manusia (brainware).
3 Chris Patmore.2003.The Complete Animation Course The principles, practice and techniques of
successful animation.Thames & Hudson, Hal 64
4 Iwan Binanto.2010.Multimedia Digital – Dasar Teori dan Pengembangannya.Yogyakarta:Andi, Hal
227-228.
11
3.1.1 Perangkat Keras (Hardware)
Pada perancangan animasi 2D menggunakan teknik rotoscoping penulis
menggunakan hardware sebagai berikut:
Hardware Harga
Notebook Dell Inspiron 1420
Intel® Core™2 Duo CPU T5750 @2.00GHz
1.99 GHz, 2.49 GB of RAM
VGA Mobile Intel® 965 Express Chipset Family
Rp. 7.000.000,00
Wacom tablets for drawing (Optional)
WACOM Bamboo Pen Small Digitizer
Black/Lime Green, CTL-470, Pressure Levels 1024, USB
Rp. 970.000,00
Mouse Genius
Traveler 6000
M/N:GM-1000 16/T
Rp. 100.000,00
Casio Camera Digital
CASIO Exilim
EX-Z35 12.1 Mega Pixels
Rp. 900.000,00
Jumlah Rp. 8.970.000,00
Tabel 3.1 Kebutuhan Hardware Perancangan Film Animasi The Effects
3.1.2 Perangkat Lunak (Software)
Software utama yang digunakan sebagai berikut.
Software Harga
Sistem Operasi
Microsoft Windows XP Professional SP2 Full Version System
Builder Pack
Rp. 1.700.000,00
Aplikasi
Adobe Flash CS3 Professional Rp. 4.800.000,00
Adobe Photoshop CS3 Extended Rp. 3.200.000,00
Jumlah Rp. 9.700.000, 00
Tabel 3.2 Kebutuhan Software Perancangan Film Animasi The Effects
12
3.1.3 Sumber Daya Manusia (Brainware)
Dalam perancangan film animasi, minimal dibutuhkan beberapa sumber daya
manusia untuk memenuhi tenaga produksi. Berikut ini adalah contoh rincian biaya
perancangan film animasi 2D The Effects.
Brainware Gaji
Produser
Berlaku sebagai manager yang mengontrol
keseluruhan proyek film dan mengelola
budget.
Lama bekerja = 4 minggu
Honor = Rp.500.000,00 / minggu
Rp. 2.000.000,00
Sutradara
Bertanggung jawab atas keseluruhan aspek
kreatif pada film, mengontrol keseluruhan isi
dan alur plot film, dan pengarahan talent.
Lama bekerja = 4 minggu
Honor = Rp.500.000,00 / minggu
Rp. 2.000.000,00
Scriptwritter
Bertugas membuat naskah cerita, dan
menggambarkan suasana.
Lama bekerja = 2 minggu
Honor = Rp.350.000,00 / minggu
Rp. 700.000,00
Storyboard Artist
Membuat storyboard untuk panduan visual
film.
Lama bekerja = 1 minggu
Honor = Rp.350.000,00 / minggu
Rp. 350.000,00
Kameramen
Bertugas men shoting live action talent.
Lama bekerja = 1 minggu
Honor = Rp.200.000,00 / minggu
Rp. 200.000,00
Talent
Memerankan tokoh dan mengisi suara pada
animasi.
Lama bekerja = 1 minggu
Honor = Rp.200.000,00 / minggu
Rp. 200.000,00
Animator
Animator bertugas merancang dan
menentukan model, mulai dari proses tracing
model sampai dengan proses coloring.
Lama bekerja = 8 minggu
Honor = Rp.450.000,00 / minggu
Rp. 3.600.000,00
Background Artist
13
Membuat background untuk animasi. Lama bekerja = 2 minggu
Honor = Rp.475.000,00 / minggu
Rp. 950.000,00
Editor
Bertugas merangkai cerita berdasarkan
storyboard dan mensinkronkan antara video
dan audio pada animasi serta bertugas
mengkonversi animasi dalam bentuk VCD.
Lama bekerja = 2 minggu
Honor = Rp.450.000,00 / minggu
Rp. 900.000,00
Jumlah Rp. 10.900.000,00
Tabel 3.3 Kebutuhan Brainware Perancangan Film Animasi The Effects
3.2 Metode
Metode yang digunakan penulis adalah melakukan eksperimen langsung dengan
membuat sebuah produksi film animasi pendek yang berjudul “The Effects”. Proses produksi
terbagi pada tiga tahapan utama yaitu praproduksi, produksi, dan pasca produksi, dimana
lebih menekankan pada tahap praproduksi sebagai dasar pengembangan teknik rotoscoping
yang dibuat dengan melakukan eksperimen langsung membuat animasi berdasarkan video
live action yang di animasikan.
3.2.1 Storyline
Storyline atau ide cerita dapat di diambil dari berbagai hal, mulai dari pengalaman
pribadi, mengembangkan cerita yang telah ada, sampai cerita rakyat atau legenda.
Sedangkan ide untuk film animasi “The Effects” terinspirasi dari imajinasi penulis dengan
latar belakang seorang anak yang memiliki kekuatan ajaib. Setelah semua ide terkumpul,
maka langkah selanjutnya adalah menentukan tema pada sebuah cerita. Tema adalah
makna yang dikandung oleh sebuah cerita dan biasanya mengerucut pada satu kata. Disini
penulis mengambil tema pokok “MAGIC”. Tema cerita diekpresikan dalam bentuk sinopsis
dan untuk menghasilkan ekplorasi kemungkinan cerita dihasilkan puluhan hingga ratusan
visualisasi awal cerita (preproduction painting).
14
3.2.2 Character Design
Sebuah cerita dipandu dan dimainkan oleh karakter/tokoh karena kita akan kesulitan
menceritakan sebuah kisah tanpa adanya karakter. Dan yang harus diperhatikan adalah
karakter harus baku.
Pada film The Effects, desain karakter tidak begitu sulit karena artist hanya men
tracing dari karakter dan bentuk tokoh asli (talent). Selain itu di film ini penulis hanya
membuat karakter tunggal yang juga sebagai tokoh utamanya yang bernama Rendy. Definisi
peran atau tokoh dideskripsikan secara detail sebagai berikut:
Nama : Rendy
Usia : 23 tahun
Keterangan : Rendy adalah anak yang memiliki kekuatan ajaib dan memiliki
warna rambut putih, pakaian hitam, dan kulit coklat muda
Gambar 3.1 Karakter Rendy dengan warna
15
3.2.3 Storyboard
Storyboard merupakan rancangan visual dari script dalam memperlihatkan setiap
adegan/scene sebuah film. Format storyboard bisa bermacam-macam. Ada yang sistematis
(dapat disinkronkan dengan Dope Sheet) dan ada yang sederhana. Penulis menggunakan
format sederhana untuk pembuatan storyboard yang selain visual, hanya dilengkapi dengan
durasi adegan.
PAGE SERIES/PROJECT EPISODE TITTLE
1 Bernadhi Ari Suryantara “The Effects”
SCENE LAYOUT DURASI
1
45
detik
Gambar 3.2 Storyboard pada film The Effects
16
4. Pembahassan
4.1 Pembuatan Animasi 2D Menggunakan Teknik Rotoscoping
proses produksi film animasi 2D THE EFFECTS dengan teknik rotoscoping
menggunakan software Adobe Photoshop CS3 dan Adobe Flash CS3. Proses produksi ini
memiliki tahapan-tahapan tersendiri yang harus dilalui agar proses produksi menjadi lebih
teratur.
Gambar 4.1 Bagan Pembuatan film Animasi 2D The Effects
4.2 Proses Produksi
4.2.1 Proses Tracing dan Coloring
Pada proses ini menggunakan software Adobe Photoshop CS3. Open file PNG hasil
proses export image menggunakan photoshop. Buat layer baru dan tempatkan diatas layer
hasil proses export image dan gambar objek di layer baru tersebut menggunakan brush tool
dengan master diameter 5 px dan warna brush hitam. Proses tracing menggunakan wacom
bamboo, prosesnya seperti menggambar pada kertas biasa, hanya mengikuti image yang
ada. Karena karakter menggunakan gaya realis sederhana jadi tidak perlu terlalu detil dalam
melakukan tracing pada karakter. Untuk coloring menggunakan paint bucket tool, dan untuk
warna karakter hanya menggunakan tiga warna. Lakukan hal yang sama pada setiap hasil
proses export image dan lakukan dalam satu file PSD. Untuk memudahkannya pada setiap
gambar yang di tracing di buat folder sendiri dengan urutan nomor sesuai dengan animasi
yang diinginkan.
Pengambilan Gambar Pengambilan Frame
Video
Tracing dan Coloring
Background dan
Environment
Editing/ Compositing Sound
Proses Animasi Render
17
Gambar 4.2 Proses Tracing dan Coloring
4.2.2 Background dan Environment
Pembuatan background dilakukan langsung menggunakan photoshop. Dan untuk
animasi ini menggunakan sedikit environment seperti pot, tanaman, dan botol. Setelah
semua dibuat selanjutnya memasukkan ke layer library proses tracing dan coloring yang
pertama dibuat tadi. Untuk penempatan posisi, background diletakkan di layer paling bawah,
dan untuk environment pot, tanaman, dan botol diletakkan di layer paling atas.
Gambar 4.3 Background dan Environment
18
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Setelah dibahas pada bab – bab sebelumnya, maka rumusan masalah sudah dapat
dijawab. Melalui penelitian dan uji coba software secara langsung maka dapat disimpulkan
hasil seperti berikut.
1. Teknik rotoscoping pada pembuatan film animasi 2D mampu menghasilkan
gestur gerak yang natural. Selain itu untuk animator pemula akan sangat
membantu dalam menggambar objek karena hanya melakukan tracing pada
gambar yang sudah ada. Untuk membuat sebuah animasi bisa dilakukan
dengan software pengolah bitmap seperti photoshop hanya dengan modal bisa
menggambar dan untuk penambahan efek bisa menggunakan tool dan filter
pada photoshop. Wacom Bamboo dapat mempercepat proses produksi karena
penggunaannya seperti menggambar di kertas gambar, sehingga memudahkan
para animator untuk menggambar karakter, objek, background dan
environment. Di sisi lain, penggunaan kertas dan scanner tidak diperlukan lagi
sehingga dapat menghemat biaya dan waktu. Dari uji coba software dalam
pembuatan film animasi 2D THE EFFECTS, teknik rotoscoping dapat
mengedepankan detail in between pada animasi yang dibuat.
5.2 Saran
Penulis sadar bahwa perancangan film animasi 2D ini masih jauh dari
sempurna, diantaranya adalah, tidak adanya brainware atau tim dalam pengerjaan
perancangan animasi ini dan hasil dari penelitian ini hanya menghasilkan animasi yang
berdurasi pendek dan belum mempunyai jalan cerita yang bagus, karena sebuah film
animasi tidak hanya gambar yang ditampilkan tapi juga cerita sangat penting.
Oleh karena itu, saran membangun sangat penulis harapkan. Berikut ini beberapa
saran dari penulis yang nantinya dapat dijadikan wacana dan wawasan bagi penyusun
sendiri maupun masyarakat untuk pengembangan selanjutnya, diantaranya adalah :
1. Untuk pembuatan animasi, brainware sangat penting. Diharapkan
pengerjaannya menggunakan tim.
19
2. Teknik rotoscoping yang penulis gunakan masih sangat sederhana, sehingga
kedepannya bisa dikembangkan lagi teknik rotoscoping ini dengan metode yang
lebih baik.
Sebagai penutup dari laporan ini, penulis berharap semoga penulisan tugas ini dapat
bermanfaat bagi penulis juga perancangan ini dapat berguna dan dapat dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya.
20
DAFTAR PUSTAKA Adriyanto, Bambang. 2010. “Modul 10 PEMBUATAN ANIMASI Dengan Macromedia Flash
8”, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan, Kementrian Pendidikan Nasional.
Binanto, Iwan. 2010. “Multimedia Digital – Dasar Teori dan Pengembangannya”, Yogyakarta:
Penerbit Andi. Kuswanto, Djoko. 2011. “Metode Motion Capture Berbasis Video Untuk Meningkatkan
Kualitas Proses In Between Pada Produksi Film Animasi 2D”, Surabaya: ITS Sukolilo MSV Animation. 2006. “Modul Perancangan Film Kartun”, Yogyakarta: STMIK AMIKOM
Yogyakarta. Patmore, Chris. 2003. “The Complete Animation Course The principles, practice and
techniques of successful animation”, Thames & Hudson. Sismoro, Heri. 2005. “Pengantar Logika Informatika, Algoritma, dan Pemrograman
Komputer”, Yogyakarta: Penerbit Andi. Suyanto, M dan Aryanto Yuniawan. 2006. “Merancang Film Kartun Kelas Dunia”,
Yogyakarta: Penerbit Andi. Suyanto, M. 2005. “MULTIMEDIA Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing”,
Yogyakarta: Penerbit Andi. Team Dosen STMIK AMIKOM Yogyakarta. 2012, “Pedoman Penyusunan Proposal Dan
Laporan Skripsi”, Yogyakarta: STMIK AMIKOM Yogyakarta. Vaughan, Tay. 2006. “Multimedia Making it Work Edisi 6”, Yogyakarta: Penerbit Andi.