naskah publikasi asuransi kerugian : studi tentang

22
Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG ASURANSI KEBAKARAN DENGAN SISTEM TOTAL LOST ONLY DI PT. JASINDO SURAKARTA Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : GILANG CHRISNA PRAYUDA C 100.040.082 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Upload: vuxuyen

Post on 15-Jan-2017

230 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

Naskah Publikasi

ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG ASURANSI KEBAKARAN

DENGAN SISTEM TOTAL LOST ONLY DI

PT. JASINDO SURAKARTA

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

GILANG CHRISNA PRAYUDA

C 100.040.082

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 2: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

HALAMAN PENGESAHAN

Naskah publikasi skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan

Dosen pembimbing naskah publikasi Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing I Pembimbing II

(Kelik Wardiono, SH, M.H) (Inayah, SH, M.H )

Mengetahui

Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

( Muhammad Iksan, S.H., M.H )

Page 3: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : GILANG CHRISNA PRAYUDA

NIM : C 100.040.082

Fakultas : HUKUM

Jenis : SKRIPSI

Judul : ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG ASURANSI KEBAKARAN

DENGAN SISTEM TOTAL LOST ONLY DI PT. JASINDO SURAKARTA

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Memberi hak bebas royalty kepada perusahaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi

pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan / mengalih formatkan, mengelola dalam

bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam

bentuk softcopy untuk kepentingan akademisi kepada perpustakaan UMS, tanpa minta izin

dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta, dan

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak

perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak

cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Surakarta, 22 Juli 2013

Yang membuat pernyataan,

GILANG CHRISNA PRAYUDA

C 100.040.082

Page 4: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

ABSTRAK

GILANG CHRISNA PRAYUDA NIM. C. 100.040.082. ASURANSI KERUGIAN :

STUDI TENTANG ASURANSI KEBAKARAN DENGAN SISTEM TOTAL LOST ONLY DI

PT. JASINDO SURAKARTA. Jurusan Hukum Perdata S1 Ilmu Hukum Fakultas Hukum.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dengan akal dan budinya mencari cara agar

ketidakpastian dalam hidupnya berubah menjadi suatu kepastian. Salah satu cara untuk

mengatasi risiko tersebut adalah dengan cara mengalihkan risiko (transfer of risk) kepada pihak

lain di luar diri manusia. Pada saat ini pihak lain penerima risiko dan mampu mengelola risiko

tersebut adalah perusahaan asuransi. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu perusahaan

asuransi yang dapat digunakan untuk menerima, menghindari, mencegah, mengalihkan atau

membagi resiko yang dialami oleh seseorang. Resiko yang timbul bisa diakibatkan oleh suatu

peristiwa yang tak tentu yang mungkin dapat terjadi sewaktu-waktu sehingga mengakibatkan

suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan

diderita oleh seseorang.

Penelitian dilakukan di PT. Asuransi Jasa Indonesia Surakarta dengan metode pendekatan

yuridis sosiologis yang bersifat deskriptif. Sumber data yang diperoleh dari narasumber yang

paling utama, dalam hal ini adalah Kepala Divisi Teknis atau karyawan dari PT. Asuransi Jasa

Indonesia dan data-data yang diperoleh selain dari narasumber utama atau data yang mendukung

data primer, dalam hal ini adalah kepustakaan yang dapat berupa buku-buku, makalah, maupun

hasil penelitian sebelumnya yang sesuai dengan judul penelitian sehingga akan memperdalam

pembahasan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui Proses pelaksanaan

perjanjian asuransi kebakaran di PT Asuransi Jasa Indonesia dan Untuk mengetahui Tanggung

jawab PT Asuransi Jasa Indonesia terhadap tertanggung asuransi kebakaran dengan sistem total

lost only.

Hasil penelitian dapat disimpulkan (1). proses pelaksanaan perjanjian asuransi kebakaran di

PT Asuransi Jasa Indonesia adalah diawali dengan pengajuan permohonan SPPA Yaitu Surat

Permohonan Penutupan Asuransi yang berupa pengisian formulir aplikasi penutupan asuransi

Kebakaran berdasarkan data dari pemohon (calon tertanggung) berupa data pribadi, objek yang

diasuransikan, data-data pertanggungan (jumlah, jangka waktu dan kondisi pertanggungan)

setelah tertanggung melakukan pengisian data, maka formulir tersebut dikirimkan ke alamat

kantor cabang terdekat. Selanjutnya data tersebut oleh bagian marketing diteruskan ke bagian

underwriter yang kemudian oleh bagian underwriter akan dilakukan analisis lebih lanjut

terhadap data yang bersangkutan. Pada tahapan ini jika dipandang perlu, bagian underwriter

dapat mengirim surveyor untuk melakukan survey atas obyek yang akan diasuransikan. Perlunya

diadakan survey ini adalah untuk menyesuaikan antara data yang diberikan oleh calon

Page 5: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

tertanggung dengan kondisi obyek yang sebenarnya (cek fisik). (2). Tanggung jawab PT.

Asuransi Jasa Indonesia adalah penentuan nilai ganti rugi tersebut maka dapat disimpulkan

apabila ada memberikan Ganti kerugian kepada tertanggung apabila risiko yang dialihkan

benar-benar terjadi dan menimbulkan kerugian secara ekonomis. Bahwa penanggung hanya

memberikan ganti rugi sesuai dengan kondisi pertanggungan, mengenai apa yang terjamin dan

tidak menjamin kerugian yang dikecualikan dalam polis.

Kata Kunci : perjanjian asuransi kebakaran, penentuan nilai ganti rugi

Page 6: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG ASURANSI KEBAKARAN DENGAN

SISTEM TOTAL LOST ONLY DI

PT. JASINDO SURAKARTA.

Disusun Oleh :

GILANG CHRISNA PRAYUDA

C 100.040.082

A. Pendahuluan

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dengan akal dan budinya mencari cara agar

ketidakpastian dalam hidupnya berubah menjadi suatu kepastian. Salah satu cara untuk

mengatasi risiko tersebut adalah dengan cara mengalihkan risiko (transfer of risk) kepada

pihak lain di luar diri manusia. Pada saat ini pihak lain penerima risiko dan mampu

mengelola risiko tersebut adalah perusahaan asuransi.

Pengalihan risiko kepada perusahan asuransi tidak terjadi begitu saja tanpa kewajiban

apa-apa kepada pihak yang mengalihkan risiko. Hal tersebut harus diperjanjikan terlebih

dahulu dengan apa yang disebut perjanjian asuransi. Dalam perjanjian asuransi pihak yang

mengalihkan risiko disebut sebagai Tertanggung dan pihak yang menerima pengalihan risiko

disebut sebagai Penanggung.

Menurut ketentuan pasal 1 butir (1) UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian

ternyata mempunyai pengertian yang luas dan lengkap jika di bandingkan dengan definisi

dalam pasal 246 KUHD yaitu:

Pasal 1 butir (1) UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian : “Pertanggungan

adalah perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung

dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu

kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan

dideritanya akibat dari suatu peristiwa yang tidak tertentu. “

Peristiwa-peristiwa tertentu itu juga dapat terjadi pada harta benda berupa

gedung/bangunan rumah, kantor, hotel, pabrik, toko, dan lain-lain, berikut isinya (perabotan,

perlengkapan, furniture, mesin-mesin, persediaan bahan baku serta barang jadi dan lain-lain)

terhadap kemungkinan kerugian yang disebabkan oleh resiko kebakaran.

Bahaya-bahaya penyebab timbulnya kebakaran yang menjadi tanggungan penanggung

Page 7: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

diatur dalam Pasal 290 KUHD. Penanggung menerima sebagai tanggung jawabnya semua

kerugian yang ditimbulkan oleh terbakarnya benda asuransi. Pengertian “terbakar” meliputi

kebakaran biasa dan bahkan yang lebih luas daripada itu. Dalam Pasal 290 KUHD disusun

sebab-sebab timbulnya kebakaran yang sangat luas:

1. petir, api timbul sendiri, kurang-hati-hati, dan kecelakaan lain-lain;

2. kesalahan atau itikad jahat dari pelayan sendiri, tetangga, musuh perampok dan lain-lain;

3. sebab-sebab lain, dengan nama apa saja, dengan cara bagaimanapun kebakaran itu terjadi,

direncanakan atau tidak, biasa atau luar biasa, dengan tiada kecualinya.

Terjadinya evenemen penyebab kebakaran yang menjadi tanggungan penanggung

mengakibatkan timbul kerugian bagi tertanggung. Dalam hal timbul kerugian, penanggung

berkewajiban membayar klaim yang diajukan oleh tertanggung. Untuk memenuhi

kewäjibannya, penanggung perlu membuktikan apakah kebakaran yang terjadi itu adalah

sebab dari kerugian yang menjadi tanggung jawabnya.

Di PT JASINDO sendiri pertanggung jawab terhadap Tertanggung dalam asuransi

kebakaran menggunakan sistem Total Lost Only bahwa di sini PT JASINDO hanya

menanggung kerugian yang merupakan kerugian keseluruhan/total atas benda yang

diasuransikan. Benda objek asuransi kebakaran dapat ditentukan harganya atau belum

ditentukan sama sekali.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis

yaitu suatu penelitian yang didasarkan pada suatu ketentuan hukum (peraturan yamg berlaku)

dengan kenyataan atau fenomena yang terjadi dilapangan serta dalam prateknya sesuai

dengan yang terjadi sebenarnya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Penelitian ini merupakan penelitian yang

bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian untuk mencari fakta dengan interprestasi yang tepat

dalam mempelajari masalah-masalah yang ada dalam masyarakat, serta tata cara yang

berlaku dalam masyarakat dalam situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,

kegiatan, pandangan-pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan

pengaruh-pengaruh dalam suatu fenomena.

Sumber data meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data

Page 8: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

primer yang diperoleh penulis dari penelitian di adalah Direktur, pimpinan atau karyawan

dari. PT Asuransi Jasa Indonesia. Sumber data sekunder meliputi bahan pustaka yaitu: 1).

Undang–Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, 2) KUHPerd, 3).

KUHD, 4) Perundang-undangan lainnya

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah metode interaktif.

Artinya data dianalisis berdasarkan gabungan pendapat para ahli yang digunakan pada

landasan teori dan pemikiran peneliti. Analisis interaktif ini digunakan karena penelitian

bersifat kualitatif.

B. Tinjauan Tentang Perjanjian

Didalam pasal 1313 KUH Perdata, perjanjian adalah “Suatu perbuatan dengan mana

satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Menurut

pendapat Kusmohamidjojo, perjanjian adalah persetujuan yang dirumuskan secara tertulis

yang melahirkan bukti tentang adanya hak dan kewajiban. Jadi kesimpulannya, perjanjian

adalah persetujuan yang dapat dibuat secara lisan atau tertulis antara dua orang atau lebih

kepada satu orang atau lebih yang masing-masing pihak berjanji atau menaati apa yang

tersebut dalam persetujuan. Perjanjian ini didasarkan kata sepakat yang dapat menimbulkan

perbuatan dan akibat hukum dalam melaksanakan hak dan kewajiban. Satu pihak adalah

wajib berprestasi dan pihak lainnya adalah yang berhak atas prestasi tersebut, ada hubungan

timbal balik dari dua pihak.

Empat syarat sahnya suatu perjanjian diatur oleh pasal 1320 KUH Perdata, yaitu :

a. Adanya kesepakatan dari kedua belah pihak.

b. Adanya kecakapan dari pihak-pihak untuk membuat perikatan.

c. Adanya suatu hal tertentu.

d. Adanya suatu sebab yang tidak dilarang oleh undang-undang.

Setiap pihak yang membuat perjanjian pastilah menginginkan pelaksanaan isi perjanjian

dengan sempurna dan secara sukarela. Namun adakalanya salah satu pihak dalam perjanjian

mengingkari secara sukarela terhadap isi dari perjanjian yang telah disepakati bersama

tersebut. Terhadap keingkaran dari salah satu pihak memberi hak pada pihak lain untuk

Page 9: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

pelaksanaan prestasi terhadap debitur Tentunya tidak dengan cara main hakim sendiri

(Eagen Richting). Umumnya pemaksaan prestasi harus melalui putusan vonis

pengadilan.Empat syarat dalam perjanjian tersebut harus ada dan tidak ada unsur-unsur lain

yang dapat merugikan salah satu pihak. Apabila ada unsur lain yang menyertai dalam

perjanjian dan merugikan salah satu pihak, maka perjanjian tersebut dinyatakan gagal.

Asas-asas dalam perjanjian, Kata asas mempunyai arti dasar pedoman atau sesuatu

kebenaran yang menjadi pokok dasar bertumpuan pada pikiran. Jadi, asas adalah suatu pokok

pikiran yang mendasari adanya suatu kegiatan. Asas-asas yang digunakan dalam perjanjian,

antara lain asas konsesualisme, asas kebebasan berkontrak, asas personalia, asas mengikat

perjanjian, asas jujur serta beritikad baik. Setelah perjanjian dilaksanakan kemudian diakhiri.

Berakhirnya suatu perjanjian dapat disebabkan karena :

a. Ditentukan oleh pihak yang bersangkutan dalam perjanjian.

b. Undang-undang menentukan batas berlakunya suatu perjanjian.

c. Karena adanya suatu peristiwa tertentu, misalnya salah satu pihak meninggal dunia.

d. Karena putusan hakim.

e. Karena tujuan perjanjian telah tercapai.

f. Dengan persetujuan para pihak

Sebagaimana lazimnya suatu hubungan hukum, maka antara pihak yang membuatnya

akan melahirkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Pihak-pihak dalam hubungan hukum

tersebut dalam suatu perjanjian kekayaan disebut debitur sebagai subyek yang mempunyai

kewajiban dan disebut kreditur sebagai subyek yang mempunyai hak. Sedangkan wujud dari

hak-hak dan kewajiban tersebut adalah prestasi. Yang dimaksud dengan prestasi adalah

kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan. Secara contrario

Abdulkadir Muhammad mengemukakan wanprestasi berasal dari bahasa belanda

“wanprestatie”,artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan,

baik perikatan yang timbul karena perjanjian maupun perikatan yang timbul karena

undang-undang. Tidak dipenuhi kewajiban oleh debitur di karenakan ia alpa atau lalai atau

ingkar janji, atau juga ia melanggar perjanjian, bila ia melakukan atau berbuat sesuatu yang

tidak boleh di lakukannya.

Page 10: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

Overmacht suatu keadaan yang dapat menyebabkan seseorang debitur tidak dapat

memenuhi prestasi kepada kreditur, dimana keadaan tersebut merupakan keadaan yang tidak

dapat diketahui oleh debitur pada waktu membuat perjanjian atau dengan perkataan lain

bahwa keadaan ini terjadi diluar kekuasan debitur. Dengan adanya overmacht maka akibat

yang timbul adalah sebagai berikut :

1) Kreditur tidak dapat meminta pemenuhan prestasi,

2) Debitur tidak dapat dinyatakan lalai dan oleh karenanya debitur tidak dapat dituntut

untuk mengganti kerugian,

3) Risiko tidak beralih kepada debitur.

C. Tinjauan tentang Asuransi

Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam perundang-undangan

dan Perusahaan Peransuransian. Istilah perasuransian berasal dari kata “asuransi” yang

berarti pertanggung jawaban atau perlindungan atau suatu objek dari ancaman bahaya yang

menimbulkan kerugian. Apabila kata “asuransi” diberi imbuhan peran, maka muncullah

istilah hukum “peransuransian”, yaitu segala usaha yang berkenaan dengan asuransi

Menurut pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), asuransi

mempunyai pengertian berikut:

“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu persetujuan dimana penanggung

mengikat diri kepada penanggung dengan mendapat premi untuk mengganti kerugian

karena kehilangan, kerugian atu tidak diperolehnya keuntungan yang diharapkan

yang dapat diderita karena peristiwa yang tidak diketahui lebih dahulu.”

Menurut ketentuan pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha

Perasuransian :

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan

mana pihak penanggung menikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi

asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,

kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum

kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu

Page 11: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang

didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.

Kesimpulan dari asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau

lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena

kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab

hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu

peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas

meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Para pihak yang terlibat dalam asuransi disebut subjek dalam perjanjian asuransi. Subjek

yang berupa manusia harus memenuhi syarat umum untuk dapat melakukan suatu perbuatan

hukum yang sah, yaitu harus dewasa dan sehat pikiran. Pasal 1436 dan pasal 1437 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa subjek dapat dikatakan manusia tertentu

(Natuurlijke Person) dan badan hukum (Rechts Person). Dalam hal ini badan hukum sebagai

subjek hukum perjanjian dalam prakteknya diwakili oleh seorang wakil yang diberi kuasa.

Dalam praktek hukum subjek perjanjian terdiri dari: individu sebagai person yang

bersangkutan atau manusia tertentu dan badan hokum

Sedangkan untuk syarat khusus bagi perjanjian asuransi harus memenuhi

ketentuan-ketentuan dalam buku I Bab IX KUH Dagang, ialah:

a. Asas indemnitas.

Asas indemnitas adalah satu asas utama dalam perjanjian asuransi karena merupakan

asas yang mendasari mekanisme kerja dan memberi arah tujuan dari perjanjiaan asuransi

itu senderi (khususnya untuk asuransi kerugian).

b. Asas kepentingan yang dapat diasuransikan.

Kepentingan yang dapat diasuransikan merupakan asas utama kedua dalam

perjanjiaan asuransi/pertanggungan. Setiap pihak yang bermaksud mengadakan

perjanjian asuransi harus mempunyai kepentingan yang dapat diasuransikan, maksudnya

Page 12: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

ialah bahwa pihak tertanggung mempunyai keterlibatan sedemikian rupa dengan akibat

dari suatu peristiwa yang belum pasti terjadinya dan yang bersangkutan menjadi

menderita kerugian.

c. Asas kejujuran yang sempurna..

Asas kejujuran ini sebenarnya merupakan asas bagi setiap perjanjian, Tidak

dipenuhinya oleh para pihak yang mengadakan perjanjian akan menyebabkan adanya

cacat kehendak, sebagaimana makna dari seluruh ketentuan-ketentuan dasar yang diatur

oleh pasal-pasal 1320-1329 KUH Perdata.

d. Asas subrogasi bagi penanggung

Subrogasi dalam asuransi adalah subrogasi berdasarkan undang-undang. Oleh

karena itu asas subrogasi hanya dapat ditegakkan apabila memenuhi dua syarat berikut:

1) Apabila tertanggung disamping mempunyai hak terhadap penanggung masih

mempunyai hak-hak terhadap pihak ketiga.

2) Hak tersebut timbul karena terjadi suatu kerugian.

D. Tinjauan Tentang Asuransi Kebakaran

Pengertian asuransi kebakaran sendiri telah di atur didalam pasal 290 KUHD, yakni

sebagai berikut: Asuransi Kebakaran adalah pertanggungan yang menjamin kerugian /

kerusakkan atas harta benda (harta tetap dan harta bergerak) yang disebabkan oleh

kebakaran, yang terjadi karena api sendiri atau api dari luar, karena udara buruk, kurang

hati-hati, kesalahan atau perbuatan tidak pantas dari pelayan tertanggung, tetangga, musuh,

perampok dan apa saja dan dengan cara bagaimanapun sebagai sebab timbulnya kebakaran.

Pengaturan tentang asuransi kebakaran tersebut sangat sederhana, dan sudah tidak sesuai

lagi dengan kebutuhan perkembangan asuransi sekarang. Karena pengaturannya sangat

sederhana, maka perjanjian bebas antara tertanggung dan penanggung yang dituangkan

dalam polis mempunyai fungsi penting dalam praktik asuransi kebakaran. Hal-hal mengenai

Page 13: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

asuransi kebakaran yang diatur dalam KUHD adalah berikut ini:

a. Polis asuransi kebakaran.

b. Objek asuransi kebakaran.

c. Evenemen dan ganti kerugian asuransi kebakara

d. Asuransi rangkap dan perubahan risiko.

e. Janji-janj khusus

Polis asuransi kebakaran selain harus memenuhi syarat-syarat umum Pasal 256 KUHD,

juga harus rnenyebutkan syarat-syarat khusus yang hanya berlaku bagi asuransi kebakaran

seperti di dalam Pasal 287 KUHD, Untuk mengetahui semua syarat umum serta syarat

khusus yang harus dimuat dalam polis asuransi kebakaran, berikut ini disajikan si kedua

pasal KUHD tersebut:

1) Hari dan tanggal kapan asuransi kebakaran itu diadakan.

2) Nama tertanggung yang mengadakan asuransi kebakaran untuk diri sendiri atau

untuk kepentingan pihak ketiga.

3) Keterangan yang cukup jelas mengenai benda yang diasuransikan terhadap

bahaya kebakaran.

4) Jumlah yang diasuransikan terhadap bahaya kebakaran.

5) Bahaya-bahaya (evenemen) penyebab kebakaran yang di tanggung oleh

penanggung.

6) Waktu bahaya-bahaya (evenemen) mulai berjalan dan berakhir menjadi

tanggungan penanggung.

7) Premi asuransi kebakaran yang dibayar oleh tertanggung.

8) Janji-janji khusus yang diadakan antara pihak-pihak dan keadaan yang perlu

diketahui oleh dan untuk kepentingan penanggung.

9) Letak dan perbatasan benda yang diasuransikan.

10) Pemakaian untuk apa benda yang diasuransikan.

11) Sifat dan pemakaian gedung yang berbatasan, sejauh itu berpengaruh terhadap

risiko kebakaran yang menjadi beban penanggung.

12) Harga benda yang diasuransikan terhadap bahaya kebakaran.

13) Letak dan perbatasan gedung dan tempat di mana terdapat, tersimpan atau

tertimbun benda bergerak yang diasuransikan

Setiap benda objek asuransi kebakaran harus jelas terletak di mana dan berbatasan dengan

apa. Jika berbatasan dengan gedung-gedung, bagai mana sifat dan pemakaian

gedung-gedung tersebut, apakah ada dan sejauh mana pengaruhnya terhadap risiko

kebakaran yang menjadi tanggungan penanggung. Jika benda objek asuransi kebakaran itu

adalah benda bergerak.

Page 14: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

Maka perlu dijelaskan letak dan perbatasan gedung dan tempat tersimpan atau tertimbun

benda bergerak tersebut. Setiap benda objek asuransi kebakaran harus jelas dipakai dan

digunakan untuk apa. Syarat pemakaian atau penggunaan ini ada hubungannya dengan

syarat perubahan tujuan penggunaan yang merupakan pemberatan risiko (Pasa 293 KUHD).

Akibatnya. jika terjadi kebakaran yang menimbulkan kerugian, penanggung tidak

berkewajiban mernbayar ganti kerugian.

Dalam praktik asuransi kebakaran, risiko yang dijamin ditentukan dengan tegas dalam

polis. Dalam polis standar asuransi kebakaran Indonesia, risiko yang ditanggung ditentukan

sebagai berikut: Polis ini. menjaminn kerugian atau kerusakan pada harta benda dan atau

kepentingan yang dipertanggungkan yang secara langsung disebabkan oleh:

1) KEBAKARAN, yang terjadi karena kekurang hati-hatian atau ke salahan, pelayan atau

karyawan tertanggurg, tetangga, perampok atau sejenisnya, ataupun karena sebab

kebakaran lain sepanjang tidak dikecualikan dalam polis, termasuk akibat dari:

a. menjalarnya api yang timbul sendirii (self combustion), hubungan arus pendek

(short circuit), atau karena sifat barang itu sendiri (inherent vice);

b. kebakaran yang terjadi karena kebakaran benda lain yang berdekatan, yaitu

kerusakan atau berkurangnya harta benda dan atau kepentingan yang

dipertanggungkan karena air dan atau alat-alat lain yang dipergunakan untuk

menahan atau memadamkan kebakaran, demikian juga kerugian yang di sebabkan

oleh dimusnahkannya seluruh atau sebagian harta benda dan atau kepentingan

yang dipertanggungkan atas perintah yang berwenang dalam upaya pencegahan

menjalarnya kebakaran itu.

2) PETIR, kerusakan yang secara langsung disebabkan oleh petir. Khusus untuk

mesin-mesin, peralatan listrik atau elektronik dan instalasi listrik dijamin oleh polis ini

apabila petir tersebut menimbulkan kebakaran pada benda-benda dimaksud.

3) LEDAKAN, pengertian ledakan dalam polis ini adalah setiap pelepasan tenaga secara

tiba-tiba yang disebabkan oleh mengembangnya gas atau uap. Meledaknya suatu

bejana (ketel uap. pipa dan sebagainya) dapat dianggap ledakan jika dinding bejana itu

robek terbuka sedemikian rupa sehingga terjadi keseimbangan tekanan secara tiba-tiba

di dalam maupun di luar bejana. Jika ledakan itu terjadi di dalam bejana sebagai akibat

reaksi kimia setiap kerugian pada bejana tersebut dapat diberikan ganti kerugian

sekalipun dinding bejana tidak robek terbuka. Kerugian yang di sebabkan oleh

rendahnya tekanan di dalam bejana tidak dijamin oleh polis. Kerugian pada mesin

pembakar yang diakibatkan oleh ledakan di dalam ruang pembakaran atau pada bagian

tombol sakelar listrik akibat timbulnya tekanan gas, tidak dijamin. Dengan syarat

apabila terhadap risiko ledakan ditutup juga pertanggungan dengan polis jenis lain

Page 15: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

yang khusus untuk itu, penanggungan hanya menanggung kerugian akibat peledakan

sepanjang hal tersebut tidak ditanggung oleh polis jenis lain itu.

4) KEJATUHAN PESAWAT TERBANG, yaitu benturan fisik antara pesawat terbang

atau segala sesuatu yang jatuh dari pesawat terbang dengan harta benda dan atau

kepentingan yang dipertanggungkan atau dengan bangunan yang berisikan harta benda

dan atau kepentingan yang dipertanggungkan.

5) ASAP, yaitu asap yang timbul dari kebakaran harta benda yang di pertanggungkan

pada polis ini.

E. Proses Pelaksanaan Perjanjian Asuransi Kebakaran di PT ASURANSI JASA

INDONESIA

Serangkaian tahapan yang harus dilakukan dalam penutupan perjanjian Asuransi

Kebakaran diawali dengan pengajuan permohonan SPPA Yaitu Surat Permohonan

Penutupan Asuransi yang berupa pengisian formulir aplikasi penutupan asuransi Kebakaran

berdasarkan data dari pemohon (calon tertanggung) berupa data pribadi, objek yang

diasuransikan, data-data pertanggungan (jumlah, jangka waktu dan kondisi pertanggungan).

Tertanggung mengisi Surat Permintaan Penutupan Asuransi (SPPA), penanggung

melakukan analisa, penanggung melakukan survey ke lapangan, pihak asuransi menerbitkan

Polis Asuransi Kebakaran, penanggung mengirimkan polis kepada tertanggung, tertanggung

membayar premi kepada penanggung. Prosedur pengajuan klaim: informasi tertanggung,

pihak penanggung melakukan survey, bagian klaim menentukan ditolak atau diterima klaim

tersebut, tertanggung diminta melengkapi data, lalu penanggung menentukan besarnya nilai

ganti kerugian, jika ditolak tertanggung pihak penanggung memberi penjelasan, kemudian

dibuat Laporan Kerugian Pasti (LKP) jika tertanggung setuju atas besarnya ganti kerugian

yang diajukan oleh penanggung,. Upaya menanggulanginya yaitu pihak penanggung

memberikan penjelasan proses pengajuan klaim, memberikan penjelasan bahwa setiap

pengajuan klaim bisa ditolak atau diterima dan memberitahukan. Data atau Informasi yang

Diperlukan pada Surat Permohonan Penutupan Asuransi Kebakaran adalah:

1) Fungsi atau kegunaan bangunan (proses produksi yang ada dalam bangunan tersebut).

2) Lokasi atau letak bangunan.

3) Nilai Bangunan, isi (isi bangunan ini dapat berupa mesin, stock barang, dan lain-lain).

Page 16: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

4) Perkiraan luas bangunan dan luas lahan dimana bangunan itu berdiri

5) Kondisi lingkungan sekitar letak bangunan (kiri, kanan, dengan maupun belakang dari

bangunan itu berdiri).

6) Komponen pembentukan dari bangunan (seperti atap, dinding, lantai, tiang, tangga,

rangka dan lain-lain) juga diperlukan untuk diketahui.

7) Informasi lain yang berkaitan dengan kepemilikan dari penghuni bangunan tersebut

(apakah pemilik atau penyewa, dan lain-lain).

Setelah tertanggung melakukan pengisian data, maka formulir Surat Permohonan

Penutupan Asuransi Kebakaran yang sudah di tanda tangani oleh Tertanggung tersebut

dikirimkan ke bagian marketing setelah itu diteruskan ke bagian Unit Penjualan yang

kemudian akan dilakukan analisis lebih lanjut terhadap data yang bersangkutan. Pada

tahapan ini, bagian underwriter dapat mengirim surveyor untuk melakukan survey atas

barang yang akan diasuransikan. Perlunya diadakan survey ini adalah untuk menyesuaikan

antara data yang diberikan oleh calon tertanggung dengan kondisi barang yang sebenarnya

(cek fisik). Apabila unit tehnik menyetujui di survey dari surveyor maka aka di lanjutkan

untuk pembuatan polis asuransi, perjanjian dan nota produksi.

Setelah survey dilakukan maka data dari hasil survey dianalisis untuk dilakukan

kelayakan bangunan yang akan diasuransikan untuk diterima atau ditolak penutupan

pertanggungan oleh pihak JASINDO. Jika permohonan penutupan pertanggungan tersebut

diterima maka JASINDO segera membuatkan polisnya, tetapi apabila ternyata permohonan

itu ditolak oleh JASINDO maka hal ini akan segera diberitahukan kepada si pemohon.

Syarat terakhir dalam pelaksanaan perjanjian asuransi kebakaran di PT JASINDO

adalah pembayaran premi, merupakan syarat dari tanggung jawab penanggung atas jaminan

asuransi berdasarkan polis ini. Setiap polis terhutang harus dibayar lunas dan secara nyata

telah diterima seluruhnya oleh penanggung. Pembayaran premi dapat dilakukan secara tunai,

cek, biyet giro, transfer atau dengan cara lain yang disepakati antara penanggung dan

tertanggung.

Di dalam asuransi kebakaran di JASINDO tidak menerapkan sistem total lost only tetapi

menerapakan dua sistem klaim yaitu Klaim kebakaran mencakup:

a. Klaim kerusakan sebagian (Partial Loss)

Jika suatu harta benda hilang, hancur atau rusak sebagaian saja, maka pengantian

kerugian yang di berikan sesuai dengan kerusakan, bila kerusakan hanya sebagian

(Partial Loss), maka akan memperoleh pengantian juga sesuai tingkat kerusakanya saja.

Page 17: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

b. Klaim Kerugian Total (Total Loss )

Pada saat tertanggung mengasuransikan barang-barangya dan terjadi kerugian yang

menyebabkan kerugian total dari barang-barang yang telah di pertanggungkan, maka

adalah suatu kewajiban penanggung untuk membayar kerugian tersebut sebesar atau

semaksimum nilai pertanggungan yang di jamin dalam polis. Bila ternyata kerugian

melebihi dari nilai pertangguungan yang di asuransikan, selisih kelebihan kerugian

menjadi beban tertanggung sendiri

Jumlah yang di asuransikan adalah jumlah yang di pakai sebagai ukuran untuk

menentukan jumlah maksimum ganti kerugian. jumlah wajib di bayar oleh penanggung

dalam klaim asuransi kerugian. jumlah yang di asuransikan erat sekali hubunganya dengan

nilai benda obyek asuransi. dengan di tentukan jumlah yang di asuransikan (Under

Insurance) atau sama dengan nilai benda asuransi ( Full Insurance), atau melebihi nilai

benda asuransi (Over Insurance). Dengan demikian dapat di tentukan jumlah maksimum

ganti kerugian yang dapat di bayar jika timbul kerugian akbat peristiwa yang menjadi beban

penanggung. Secara praktek pada umumnya di dunia asuransi ada apliksai metode

perhitungan sesuai kondisi polis yaitu Perhitungan ganti kerugian atas dasar indemnity

Pengertian yaitu mengembalikan kedudukan finansial tertanggung kepada kedudukan

semula sesaat sebelum terjadi kerugian. perhitungan nilai kerugian suatu obyek

pertanggungan dan nilai suatu obyek pertanggungan berpatokan pada tanggal kejadian

kerugian, bukan pada saat penutupan asuransi, prinisp ini berlaku sebagai salah satu prinsip

asuransi kerugian yang berlaku " world wide". kecuali untuk jenis asuransi personal

accident. Nilai sesungguhnya (value at risk) dari suatu benda obyek asuransi yang

mengalami kerugian dapat di hitung dengan dua cara :

1) Membeli pasar sesuai dengan spesifikasi barang yang mengalami kerugian tersebut.

Barang yang mengalami kerugian tersebut di beli di pasar bebas dengan kata lain

nilainya di tentukan oleh pasar.

2) Metode Penyusutan

Metode ini memperhitungkan penyusutan atau depresiasi singkanya adalah harga baru

di kurangi penyusutan. metode ini lebih umum di gunakan dan lebih praktis.

penyusutan ini adalah nilai yang harus di kurangkan dari nilai baru untuk

mencerminkan nilai sesungguhnya sesaat sebelum terjadi kerugian. Besarnya nilai

Page 18: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

penyusutan tergantung kepada lamanya suatu barang dapat di gunakan, semakin kecil

penyusutannya per tahun demikian juga sebaliknya. suatu barang dapat di gunakan

sampai waktu tertentu tergantung dari faktor-faktor faktor fisik seperti aus, deteriosasi,

rusak atau hancur dan Faktor fungsi seperti inadequacy yaitu kehilangan fungsi,

obsolescence artinya kegunanan barang menjadi ketinggalan jaman.

.

F. Tanggung Jawab PT ASURANSI JASA INDONESIA Terhadap Tertanggung Asuransi

Kebakaran Dengan Sistem Total Lost Only

Di Jasindo dalam penyelesaian dan penetapan ganti rugi kepada Tertanggung

mempunyai kebijakan sendiri yakni sebagai berikut :

a. Kebijakan Dalam hal terjadi kerugian atau kerusakan atas harta benda

1) Dalam hal terjadi kerugian atau kerusakan atas harta benda atau kepentingan yang

di pertanggungkan, berhak menentukan pilihannya untuk melakukan ganti rugi

dengan cara :

a. Pembayaran uang tunai

b. Perbaikan kerusakan, sesuai dengan perhitungan besarnya kerugian.

2) Penggantian kerusakan, dimana perhituangan besarnya kerugian adalah sebesar

biaya penggantian dengan barang sejenis dengan kondisi yang sama seperti sesaat

sebelum terjadinya kerugian atau kerusakan

3) Membangun kembali, dimana perhitungan besarnya kerugian adalah membangun

kembali ke kondisi yang sama seperti sebelum terjadi kerusakan atau kerugian.

b. Kebijakan tentang penghentian pertanggungan

1) Penanggung dan tertanggung masing-masing berhak setiap waktu menghentikan

pertanggungan dengan memberitahukan alasannya. Secara tertulis melalui surat

tercatat oleh pihak yang menghendaki penghentian pertanggungan kepada pihak

lainnya di alamat terakhir yang di ketahui. Penanggung bebas dari segala

kewajiban berdasarkan polis ini, lima hari kalender terhitung sejak tanggal

pengiriman surat tercatat atas pemberitahuan tersebut.

2) Apabila terjadi penghentian pertanggungan, premi akan di kembalikan secara pro

rata untuk jangka waktu pertanggungan yang belum di jalani setelah di kurangi

biaya akuisisi penanggung. Namun demikian dalam penghentian pertanggungan

di lakukan oleh tertanggung di mana selama jangka waktu pertanggungan yang

telah di jalani, telah terjadi klaim yang jumlahnya melebihi jumlah premi yang

tercantum dalam ikhtisiar pertanggungan, maka tertanggung tidak berhak atas

Page 19: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

pengembalian premi untuk jangka waktu pertanggungan yang belum di jalani.

c. Kebijakan tentang kewajiban terhadap tertanggung dalam hal terjadi kerugian atau

kerusakan Tertanggung setelah mengetahui atau pada waktu ia di anggap seharusnya

sudah mengetahui adanya kerugian atau kerusakan atas harta benda atau kepentingan

yang di pertanggungkan dalam polis, wajib :

1) Segera memberitahukan hal itu kepada penanggung

2) Dalam waktu tujuh hari kalender, memberikan keterangan tertulis tentang

kerugian atau kerusakan yang terjadi. Keterangan tertulis tersebut menguraikan

tentang segala sesuatu yang terbakar, musnah, hilang, rusak dan terselamatkan

serta mengenai penyebab kerugian atau kerusakan yang terjadi.

3) Paling lambat dalam waktu 12 bulan mengajukan tuntutan ganti rugi kepada

penanggung tentang besarnya jumlah kerugian yang di derita.

Pada waktu terjadi kerugian atau kerusakan, tertanggung wajib :

(a) Sedapat mungkin menyelamatkan harta benda atau kepentingan yang di

pertanggungkan serta mengijinkan pihak lain untuk menyelamatkan harta benda

atau kepentingan tersebut.

(b) Mengamankan harta benda atau kepentingan yang di pertanggungkan yang

masih bernilai.

(c) Memberikan bantuan sepenuhnya kepada penanggung atau pihak lain yang di

tunjuk oleh penangung untuk melakukan penelitian atas kerugian atau kerusakan

yang terjadi.

(d) Segala hak atas ganti rugi menjadi hilang apabila ketentuan dari kebijakan tidak

di penuhi oleh tertangggung.

d. Kebijakan tentang penentuan harga dalam hal kerugian Persetujuan yang di kecualikan :

1) Penentuan harga di dasarkan pada harga sebenarnya dari harta benda yang di

pertanggungkan sesaat sebelum terjadinya kerusakan atau kerugian dengan

memperhitungkan unsure depresiasi teknis tanpa di tambah unsur laba.

2) Barang-barang, bahan-bahan atau barang-barang dagangan di hitung menurut harga

beli pada saat sebelum terjadinya kerugian atau kerusakan dengan

mempertimbangkan unsure ketinggalan mode.

e. Kebijakan tentang pembayaran premi

1) Menyimpang dari pasal 257 Kitab Undang-undang Hukum Dagang, maka

Page 20: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

merupakan persyaratan dari tanggung jawab penanggung atas jaminan asuransi

berdasarkan polis ini, bahwa setiap premi terhutang harus sudah di bayar lunas dan

secara nyata telah di terima seluruhnya oleh pihak penanggung :

(a) Jika jangka waktu petanggungan tersebut tiga puluh hari kalender atau lebih maka

pelunasan pembayaran premi harus di lakukan dalam tenggang waktu tiga puluh

hari kalender dihitung dari tanggal mulai berlakunya polis.

(b) Jika jangka waktu pertanggungan tesebut kurang dari tiga puluh hari kalender,

pelunasan pembayaran premi harus sudah di lakukan dalam tenggang waktu

sesuai dengan jangka waktu pertanggungan yang di sebut dalam polis.

2) Pembayaran premi di lakukan dengan cara tunai, cek, bilyet giro, transfer atau dengan

cara lain yang di sepakati antara penanggung dan tertanggung. Penanggung dianggap

telah menerima pembayaran premi, pada saat :

(a) Diterima pembayaran tunai

(b) Premi bersangkutan adalah sudah masuk kerekening bank penanggung.

(c) Penanggung telah menyepakati pelunasan premi bersangkutan secara tertulis.

3) Apabila premi tidak di bayar sesuai dengan ketentuan dan dalam jangka waktu yang

di tetapkan maka polis ini batal dengan sendirinya tanpa harus menerbitkan

endosemen pambatalan terhitung mulai tanggal berakhirnya tenggang waktu tersebut

dan penanggung di bebaskan dari semua tanggung jawab atas kerugian sejak tanggal

yang di maksud. Namun tertanggung tetap berkewajiban membayar premi untuk

jangka waktu pertanggungan yang sudah berjalan sebesar 20% dari premi satu tahun.

4) Apabila terjadi kerugian di jamin oleh polis dalam tenggang waktu tertentu yang telah

tercamtum dalam polis, penanggung hanya akan bertanggung jawab terhadap

kerugian tersebut apabila tertanggung melunasi premi dalam tenggang waktu

bersangkutan.

Premi ini biasanya ditentukan dalam suatu persentase (rate) dari jumlah yang

dipertanggungkan. Biasanya premi dibayarkan pada awal perjanjian asuransi. Misalnya

dalam polis standar kebakaran Indonesia, ditentukan jangka waktu pembayaran premi adalah

30 (tiga puluh) hari dari jangka waktu mulainya pertanggungan. Apabila tertanggung tidak

memenuhi prestasinya dalam jangka waktu yang telah ditentukan maka perjanjian asuransi

batal dengan sendirinya dan penanggung terbebas dari segala kerugian yang timbul.

Page 21: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

G. Kesimpulan Dan Saran

1). Kesimpulan

a. Pelaksanaan Perjanjian Asuransi Kebakaran di PT Asuransi Jasa Indonesia. Pelaksaan

pada tahap: tahapan yang harus dilakukan dalam penutupan perjanjian Asuransi

Kebakaran diawali dengan pengajuan permohonan SPPA Yaitu Surat Permohonan

Penutupan Asuransi yang berupa pengisian formulir aplikasi penutupan asuransi

Kebakaran berdasarkan data dari pemohon (calon tertanggung) berupa data pribadi,

objek yang diasuransikan, data-data pertanggungan (jumlah, jangka waktu dan kondisi

pertanggungan). Telah sesuai dengan Pasal 255 KUHD, Pasal 256 KUHD, Pasal 287

KUHD dan pendapat dari Emmy Pangaribuan Simanjuntak.

b. Perlindungan Hukum bagi para pihak yang terlibat dalam Perjanjian Asuransi

Kebakaran di PT Asuransi Jasa Indonesia. Tertanggung yang Terlibat dalam Perjanjian

Asuransi Kebakaran di PT Asuransi Jasa Indonesia, telah memperoleh perlindungan

hukum dalam hal: menerima polis, mendapatkan ganti rugi bila terjadi peristiwa yang

tidak diharapkan yang terjamin kondisi polis. Hal ini sesuai dengan Pasal 259 KUHD,

Pasal 260 KUHD, Pasal 271 pasal 283 KUHD, Pasal 289 KUHD dan pendapat Sri

Redjeki Hartono

2). Saran

a. Sumber daya manusia di Asuransi Jasindo perlu untuk lebih ditingkatkan

kemampuannya ke arah yang lebih baik, terutama bagi para staf penjualan, yang

secara langsung berhubungan dengan para nasabah yang akan menutup asuransi,

misalnya melalui training atau seminar mengenai pentingnya perjanjian bagi setiap

orang, sehingga staff penjualan tidak hanya mengejar target premi saja namun juga

mengurangi kesalahpahaman apabila terjadi klaim nantinya. Demikian pula halnya

dengan petugas klaim dan petugas penagihan premi.

b. Pentingnya menyadari bahwa keterlibatan tertanggung maupun penanggung secara

pro aktif dalam proses penyelesaian klaim akan membuat proses tersebut menjadi

lebih cepat dari yang diharapkan sehingga akan memberikan kepuasan bagi kedua

belah pihak.

Page 22: Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1999

Dr. Khuzdalifah Dimyati, S.H. M.Hum, Kelik Wardiono S.H., 2004. Pedoman Kuliah “Metode

Penelitian Hukum”, Surakarta, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

H.M.N. Purwosutjipto, 1990. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia: Hukum

Pertanggungan. Jakarta: Djambatan

Man Suparman Sastrawidjaja, 1997. Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga.

Bandung: Alumni.

Matthew B. Miles dan A. Michael Hubermen, 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI

Radiks Purba, 1995, Memahami Asuransi Indonesia, , CV Teruna Grafica, Jakarta Pusat.

Soerjono Soekamto., 2007. Pengantar Penelitian Hukum., Jakarta. UI Pres.

Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta : Sinar Grafika,1999)