naskah publikasi sensitifitas ciprofloxacin vs amoksi-clav
TRANSCRIPT
ABSTRACT
THE SENSITIVITY DIFFERENCE BETWEEN AEROBIC BACTERIA CAUSING CHRONIC SUPPURATIVE OTITIS MEDIA ON
CIPROFLOXACIN AND AMOXICILLIN-CLAVULANIC ACID ANTIBIOTICS AT THE WEST NUSA TENGGARA PROVINCE GENERAL
HOSPITALLalu Junaedy Amrullah, I Gusti Ayu Trisna Aryani, and Hamsu Kadriyan
Background: Based on the survey by DEPKES RI on 1994-1996 there were 3% (6,6 million) Indonesian people who suffered from Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM). Some studies show that ciprofloxacin is still sensitive to the aerobic bacteria in CSOM, 85% and 58,5% at Karachi and Bangalore respectively. Amoxicillin-clavulanic acid is sensitive on some aerobic bacteria, but it is resistant on Pseudomonas, Bacillus spp. and S.aureus with the percentage over than 40%. At the West Nusa Tenggara Province General Hospital (RSUP NTB), the resistant of amoxicillin-clavulanic acid and ciprofloxacin antibiotic is up to 92,3% and 23,1% respectively. But the previous study was an observational study and didn’t analyze the antibiotics sensitivity difference.
Method: This research was an analytical research using a cross-sectional design. The research subjects were 34 patients diagnosed as CSOM at the ENT clinic of RSUP NTB who fulfilled the inclusion and exclusion criteria. The middle ear fluid were taken and placed in a transport media, and then bacteria culture was done in a McConkey agar. A sugar test was performed to identify the type of bacteria, on the other hand a sensitivity test was performed to observe the bacterial inhibitory zone. The data was analyzed by T-Test if the distribution was normal, and a Mann-Whitney Test if the distribution was not normal.
Result and conclusion: The most bacteria found in this study was Proteus mirabilis. The sensitivity of aerobic bacteria causing CSOM on ciprofloxacin was 79,4%, and 34,12% on amoxicillin-clavulanic acid with a 55,8% of resistant value. There was a significant difference on antibiotic sensitivity between ciprofloxacin and amoxicillin-clavulanic acid to the aerobic bacteria causing CSOM.
Key words : CSOM, sensitivity, ciprofloxacin, amoxicillin-clavulanic acid, aerobic bacteria.
1
PENDAHULUAN
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) didefinisikan sebagai radang kronis
telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret
dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan (Helmi, 2005). Sekret biasanya encer atau
kental, bening atau berupa nanah. Di Masyarakat Indonesia pada umumnya biasa
disebut dengan istilah “Congek” (Soepardi, 2007). Otitis media disebabkan oleh
infeksi beberapa jenis kuman, baik kuman aerob maupun anaerob, namun yang
tersering adalah bakteri aerob. Bakteri aerob yang sering ditemukan bervariasi
pada beberapa center kesehatan. Sebagai contoh, bakteri aerob yang sering
ditemukan di Karachi, Pakistan antara lain Pseudomonas Aeruginosa,
Staphylococcus aureus, Proteus mirabilis, Klebsiela spp., Escherichia coli,
Staphylococcus epidermidis, dan Streptococcus spp. (Tahira, 2009).
Prevalensi Otitis media supurutif kronis di seluruh dunia bervariasi baik di
negara maju maupun berkembang, rentangnya mulai dari 1-46%. Data total
populasi di asia tenggara dengan estimasi prevalensi tinggi didapatkan hasil
bahwa dari 1.485.056.000 total populasi didapatkan 115.800.000 (7,79%) lebih
populasi di asia tenggara menderita OMSK. Diantaranya, 57.900.000 (50%)
dengan masalah pendengaran sebagai dampak dari OMSK. Sembilan puluh
persen angka kejadiaanya muncul di negara berkembang. OMSK merupakan
masalah yang sangat serius dibidang kesehatan THT terutama bagi negara
berkembang (WHO, 2004).
Hasil Survey Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran Depkes RI
pada tahun 1994-1996 menunjukkan angka prevalensi ketulian di Indonesia
adalah 0,4% dengan angka morbiditas telinga tengah 18,5%. Tiga koma sembilan
persen diakibatkan oleh penyakit pada telinga tengah dan penyumbang terbesar
adalah penyakit OMSK dengan angka 3 % dari jumlah keseluruhan
(Depkes,1997).
Hasil penelitian di Karachi, Pakistan menunjukkan bahwa antibiotik
ciprofloxacin masih sensitif terhadap sebagian besar organisme aerob. Persentase
yang didapatkan adalah 85% masih sensitif dan yang resisten hanya 15% dari 275
bakteri aerob yang berhasil dikultur (Tahira, 2009). Demikian pula, hasil
2
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Venkatesha di Bangalore, menunjukkan
bahwa 85 dari 146 bakteri aerob (58,21%) yang masih sensitif. Khusus untuk
bakteri Pseudomonas Aeruginosa didapatkan 66,66% masih sensitif (26 dari 39
bakteri Pseudomonas Aeruginosa yang berhasil dikultur). Persentase tersebut
menunjukkan ciprofloxacin masih sensitif terhadap bakteri Pseudomonas
Aeruginosa (Mallikarjun, 2006).
Kombinasi antara amoksisilin-asam klavulanat sebagian besar masih sensitif
terhadap beberapa jenis bakteri aerob. Terdapat 6 jenis kuman aerob yang masih
sensitif terhadap ciprofloxacin dengan sensitifitas diatas 60% dan resisten
terhadap 3 jenis bakteri (Bacillus spp., Pseudomonas Aeruginosa dan S.aureus)
dengan persentase resisten diatas 40% dari jumlah masing-masing jenis bakteri
yang berhasil dikultur (Alshaimary, 2010).
Hasil penelitian di RSUP NTB, bakteri yang paling banyak ditemukan
adalah Pseudomonas Aeruginosa dan kedua adalah Staphylococcus Aureus. Untuk
antibiotik golongan amoksisilin-asam klavulanat menunjukkan angka resistensi
92,3%, sedangkan untuk ciprofloxacin masih sensitif dengan jumlah kuman
resisten hanya 23,1%. Akan tetapi, hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sukaryatin dkk, tersebut masih belum jelas kemaknaan hasilnya karena
penelitiannya yang bersifat observasi tanpa dilakukan analisis data perbedaan
sensitifitas antibiotik yang digunakan dalam penelitian tersebut (Sukaryatin,
2010).
Oleh karena permasalahan-permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut tentang Perbedaan Sensitifitas Bakteri Aerob
Penyebab OMSK Terhadap Antibiotik Ciprofloxacin dan Amoksisilin-Asam
Klavulanat di RSUP NTB.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan
penelitian cross-sectional analytic pada pasien dengan penyakit OMSK. Setiap
pasien yang didiagnosis menderita penyakit OMSK akan diambil isolat telinga
tengahnya untuk kemudian dikultur dengan menggunakan media kultur bakteri
3
yang kemudian dilanjutkan dengan uji sensitifitas antibiotik. Selanjutnya, akan
dilakukan analisis untuk membandingkan perbedaan sensitifitas antara antibiotik
ciprofloxacin dan amoksisilin-asam klavulanat terhadap bakteri aerob penyebab
OMSK.
Populasi pada penelitian ini merupakan populasi terjangkau yakni pasien
Otitis Media Supuratif Kronis yang menjalani perawatan di poli penyakit THT
Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang termasuk dalam
kriteria inklusi. Jumlah sampel minimal yang diambil yakni 34 pasien dengan unit
analisis bakteri aerob penyebab OMSK. Kriteria inklusi adalah berumur di atas 5
tahun, pasien yang secara klinis didiagnosis otitis media supuratif kronis oleh
dokter spesialis THT dan bersedia diikutsertakan dalam penelitian. Sementara
kriteria ekslusinya adalah pasien baru/lama yang sedang menjalani pengobatan
antibiotik topikal atau sistemik.
Terdapat dua variabel pada penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel
tergantung. Variabel bebas adalah antibiotik ciprofloxacin dan amoksisilin-asam
klavulanat dan variabel tergantung adalah sensitifitas bakteri aerob terhadap
antibiotik ciprofloxacin dan amoksisilin-asam klavulanat
Definisi operasional dari penelitian ini adalah
1. Otitis media supuratif kronis adalah penyakit infeksi telinga bagian tengah
yang disebabkan oleh berbagai macam bakteri dengan perforasi membran
timpani dan sekret encer atau kental bening atau berupa nanah yang
berlangsung lebih dari dua bulan. Pada penelitian yang digunakan adalah
OMSK tipe benigna, pada fase aktif tanpa disertai tanda-tanda komplikasi,
yaitu dengan kolesteatoma.
2. Diameter zona hambat adalah ukuran area pada media biakan atau tempat
koloni bakteri tidak dapat tumbuh. Masing-masing cakram antibiotik
ciprofloxacin dan amoksisilin-asam klavulanat diletakkan pada media biakan
kultur bakteri penyebab otitis media supuratif kronis. Pada penelitian ini zona
hambat yang terbentuk diukur dengan penggaris secara manual, dan dimaknai
berdasarkan kriteria standar dari Instalasi Laboratorium Rumah Sakit Umum
Provinsi NTB.
4
Tabel Ukuran zona hambat masing-masing antibiotik
AntibiotikUkuran diameter zona hambat masing-masing antibiotik
Resisten Intermediate Sensitif
Amoksisilin-
Asam klavulanat≤16 mm 17-19 mm ≥ 20 mm
Ciprofloxacin ≤ 15 mm 16-20 mm ≥ 21 mm
(Instalasi Laboratorium RSUP NTB, 2007)
3. Antibiotik adalah regimen obat yang digunakan untuk mengeradikasi kuman
penyebab OMSK. Dalam penelitian ini digunakan dua jenis antibiotik, yaitu
antibiotik ciprofloxacin dan amoksisilin-asam klavulanat.
4. Umur dalam penelitian ini adalah umur pasien diatas 5 tahun, kemudian
dikelompokkan menjadi kategori umur antara lain 5-12 tahun untuk anak-
anak, 13-17 tahun untuk remaja, 18-55 tahun untuk dewasa, ≥56 tahun untuk
usia lanjut.
5. Kultur bakteri adalah proses memperbanyak bakteri dengan menyediakan
kondisi lingkungan yang sesuai
6. Bakteri aerob adalah bakteri gram negatif maupun gram positif yang
metabolismenya menggunakan oksigen
Lokasi penelitian adalah poli penyakit THT RSUP NTB dan Lab Biomedika
RSUP NTB, waktu penelitian adalah dari bulan Maret hingga April 2011. Data
yang didapatkan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Untuk menganalisis
perbedaan sensitifitas dari kedua antibiotik tersebut apabila distribusi data normal
maka digunakan uji beda T-Test, apabila distribusi data tidak normal maka
digunakan uji non parametrik yaitu mann-whitney test.
5
Alur Penelitian
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, terdapat 34 pasien yang terdiagnosa OMSK dan
kemudian menjadi sampel penelitian. Dari 34 sampel tersebut, sampel berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.
Gambar 1 Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin
6
Karakteristik sampel berdasarkan umur didapatkan kelompok umur terbanyak
yang terdiagnosa OMSK adalah 18-55 tahun, dengan jumlah 17 orang (50%).
Gambar 2 Distribusi sampel penelitian berdasarkan umur
Bakteri aerob penyebab OMSK terbanyak yang ditemukan pada penelitian ini
adalah Proteus mirabilis yang ditemukan pada 29,4% sampel penelitian,
kemudian diikuti oleh Pseudomonas aeruginosa (26,4%) dan Staphylococcus
aureus (23,5%).
Gambar 3 Distribusi sampel penelitian berdasarkan bakteri penyebab
Frekuensi bakteri penyebab berdasarkan kelompok umur didapatkan bahwa
Proteus mirabilis sebagian besar (60%) ditemukan pada kelompok umur 5-12
tahun, sedangkan bakteri lainnya lebih banyak ditemukan pada kelompok umur
18-55 tahun.
7
Gambar 5 Frekuensi bakteri penyebab berdasarkan kelompok umur
Hasil uji kepekaan antibiotik pada penelitian ini didapatkan bahwa bakteri
terbanyak, yaitu Proteus mirabilis masih sensitif pada kedua antibiotik, dengan
sensitifitas terhadap ciprofloxacin 90% dan amoksisilin-asam klavulanat 80% .
Untuk pengujian bakteri terbanyak kedua pada penelitian ini, yaitu Pseudomonas
aeruginosa, masih sensitif terhadap ciprofloxacin dengan sensifitas mencapai
77% dan 100 % resisten terhadap amoksisilin-asam klavulanat.
Secara keseluruhan bakteri yang masih sensitif terhadap ciprofloxacin pada
penelitian ini berjumlah 27 bakteri (79%), sedangkan pada amoksisilin-asam
klavulanat terdapat 12 bakteri (35,2%). Jumlah bakteri yang intermediat terhadap
ciprofloxacin berjumlah 4 bakteri (11%). dan tidak jauh berbeda dengan jumlah
bakteri yang intermediat terhadap amoksisilin-asam klavulanat, yaitu sebanyak 3
bakteri (8,82%). Bakteri aerob penyebab OMSK yang resisten terhadap
ciprofloxacin hanya 3 bakteri (8,8%), sedangkan bakteri yang resisten terhadap
amoksisilin-asam klavulanat mencapai 19 bakteri (55,8).
8
Gambar 7 Perbandingan sensitifitas trimetoprim-sulfametoksazol dan
amoksisilin-asam klavulanat
Hasil uji beda sensitifitas bakteri aerob penyebab OMSK terhadap
ciprofloxacin dan amoksisilin-asam klavulanat didapatkan bahwa nilai P kurang
dari 0,05 (0,000), sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima,
yang bermakna terdapat perbedaan yang signifikan pada sensitifitas bakteri aerob
penyebab OMSK terhadap ciprofloxacin dibandingkan amoksisilin-asam
klavulanat.
Tabel 4 Hasil Mann-Whitney test terhadap data sensitifitas bakteri penyebab OMSK.
Diameter
Mann-Whitney U 289,500
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000
a Grouping Variable: antibiotik
Berdasarkan data diatas, peneliti menyimpulkan bahwa didapatkan bahwa
ciprofloxacin masih lebih baik sensifitasnya dibandingkan amoksisilin-asam
klavulanat terhadap semua bakteri aerob penyebab OMSK. Perlu pertimbangan
lebih dalam tentang regimen terapi amoksisilin-asam klavulanat sebagai regimen
terapi pada OMSK karena didapatkan angka resistensi bakteri yang cukup besar
yang mencapai lebih dari 50%.
9
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan diatas, dapat ditarik beberapa
kesimpulan penelitian yaitu diantaranya:
1. Bakteri terbanyak penyebab OMSK di penelitian ini adalah Proteus mirabilis.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada sensitifitas bakteri aerob penyebab
OMSK terhadap antibiotik ciprofloxacin dan amoksisilin-asam klavulanat.
SARAN
Hal-hal yang dapat disarankan adalah sebagai berikut :
1. Perlu pertimbangan yang lebih mendalam lagi terhadap regimen terapi
amoksisilin-asam klavulanat sebagai pilihan terapi pada OMSK karena
didapatkan angka resistensi yang cukup besar yang mencapai lebih dari 50%
dari keseluruhan bakteri yang berhasil dikultur.
2. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap regimen-regimen terapi antibiotik
lainnya pada terapi OMSK dengan mekanisme penelitian yang sama.
3. Diperlukan jenis sampel yang spesifik lagi untuk penelitian ini misalnya
pengambilan sampel berdasarkan umur dan lama keluarnya sekret.
4. Diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap regimen terapi yang digunakan
pada rentang usia 5-12 tahun karena hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa
antibiotik ciprofloxacin lebih tinggi sensitifitasnya sedangkan kita ketahui
antibiotik tersebut dikontraindikasikan pada rentang usia tersebut.
5. Perlu penelitian lanjut terhadap jenis bakteri dan sensitifitasnya terhadap
antibiotik, misalnya dari jenis bakteri anaerob
10
DAFTAR PUSTAKA
Adams, George L., Lawrence R. Boies., Peter A. Higler. 1997. Boeis: Buku Ajar Ilmu Penyaki THT. EGC: Jakarta.
Aggarwal, Mukkes, Ramanuj Sinha., Vasudeva Murali., et all. 2005. Comparative Efficacy and Safety Evaluation of Cefaclor vs Amoxycillin+clavulanate in Children with Acute Otitis Media(AOM). Available at: http://medind.nic.in/icb/t05/i3/icbt05i3p233.pdf
Alsaimary, Ihsan E, Ahmed M. Alabbasi, Jassim M. Najim. 2010. Impact of Multi Drug Resistant Bacteria on The Patogenesis Of Chronic Supuraive Otitis Media. Availabe from: http://www.academicjournals.org/ajmr/PDF/Pdf2010/4Jul/Alsaimary%20et%20al.pdf
Ballenger, Jhon Jacob. 1997. Penyakit Telinga Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher, Jilid 2, Edisi 13. Binapura Aksara: Jakarta
Budiarto, Eko. 2002. Metodologi Penelitian Kedokteran Sebuah Pengatar. EGC: Jakarta.
Depkes RI. 1997. Survey kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran pada 7 Propinsi di Indonesia tahun 1994-1996. Depkes Ri: Ditjen Pembinaan Kesehatan masyarakat.
Finlay, Jane., Linda miller., James A. Poupard. 2003. A Review of the Antimicrobial Activity of Clavulanate.(www.oxfordjournal.org ). Available at: http://jac.oxfordjournals.org/content/52/1/18.full.pdf+html.
Gomersall, Charles. 2010.The Dept of Anaesthesia & Intensive Care, The Chinese University of Hong Kong received funding for research on levofloxacin from Daiichi Pharmaceuticals in 2002 and 2003. Available at: http://www.aic.cuhk.edu.hk/web8/quinolones.htm#ciprofloxacin
Helmi. 2005. Otitis Media Supuratif Kronis. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.Katzung, Betram G. 2006. Basic And Clinical Pharmacology. McGraw-Hill : San
Francisco.Koppad, Mallikarjun. 2006. Aerobic Bacteriological Study Of Chronic
Supurative Otitis Media And Their Antibiogram. Available at: http://119.82.96.197/gsdl/collect/disserta/index/assoc/HASH01c0/3c786506.dir/doc.pdf
.Lalwani, Anil K. 2007. Current Diagnostic And Treatment Otolaryngology Head And Neck Surgery Second Edition. McGraw-Hill Company : New York.
Loy, A H C., A L Tan., P K S Lu. 2002. Microbiology Finding Of Chronic Suppurative Otitis Media In Singapure. Singapure Medical Journal Vol 43(6): 469-499. Available at : www.sma.org.sg/smj/4306/4306a4.pdf.
11
Moersintowarti B. Narendra, 2002, Tumbuh Kembang Anak dan Remaja edisi I, Jakarta : IDAI Jakarta
Sastroasmoro, Sudigdo., Sofyan Ismael. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Binarupa Aksara : Jakarta.
Second Meeting of the Subcommittee of the Expert Committee on the Selection and Use of Essential Medicines.2008. Fluoroquinolones in children. Second Meeting of the Subcommittee of the Expert Committee on the Selection and Use of Essential Medicines:Geneva.
Seopardi E., Arsyad Efiaty., Jenny Bashiruddin., et all. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Sukaryatin E., Rambu M., Kadriyan H., Trisna A., dkk. 2010. Pola Dan Sensitifitas Antibiotik Pada Pasien Kuman Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Benigna Di RSUP Mataram. Jurnal Kedokteran Mataram Edisi 5 Februari 2010 Hal. 1-5: Mataram.
Tahira, Mansoor, Mohammed Ayub Musani., Gulnaz Khalid., et all. 2009. Pseudomonas Aeruginosa In Chronic Suppurative Otiis Media: Sensitivity Spectrum Against Various Antibiotics In Karachi. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20524487.
Virella, Gabriel. 1997. Microbiology And Infectious Disease Third Edition. Williams And Willkins Waverly Company : USA.
World Health Organization. 1996.PREVENTION OF HEARING IMPAIRMENT FROM CHRONIC OTITIS MEDIA.Available at: www.who.int
World Health Organization. 2004. Chronic Suppurative Otitis Media: Burden Of Illness And Management Options. Who : Geneva. Available From : www.who.int/pbd/deafness/activities/hearing_care/ otitis _ media .pdf .
12