natuna basin.pdf
TRANSCRIPT
-
i
PPEEMMOODDEELLAANN GGEEOOLLOOGGII BBAAWWAAHH PPEERRMMUUKKAAAANN
FFAASSIIEESS BBAATTUUPPAASSIIRR SSOOKKAANNGG FFOORRMMAASSII AARRAANNGG,, CCEEKKUUNNGGAANN NNAATTUUNNAA TTIIMMUURR
TTEESSIISS
Oleh :
Widyo Permono 09/290825/PTK/5939
PPRROOGGRRAAMM SSTTUUDDII SS--22 TTEEKKNNIIKK GGEEOOLLOOGGII PPRROOGGRRAAMM PPAASSCCAASSAARRJJAANNAA FFAAKKUULLTTAASS TTEEKKNNIIKK
UUNNIIVVEERRSSIITTAASS GGAADDJJAAHH MMAADDAA YOGYAKARTA
2011
-
TESIS
PEMODELAN G E O L O G I HAWAII PERMUKAAN FASIES BATUPASIR SOKANG FORMASIARANG,
CEKUNGAN NATUNA TIMUR
Pemb
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Widyo Permono 09/290825/PTK/5939
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 1 Agustus 2011
Susunan Dewan Penguji
Ketua Dewan Penguji
r S.T.. M.Sc, Ph.D. NIP. 19740909199$Q31004
Pembimbing Pendamping
Dr. D. HendnS a. S.T.. M.T. NIP. 197408071999031004
Anggota Dewan Penguji
AJJlt
Ir. Siigeng Wiiono, M.S. NIP. 195112091980031002
Dr. Sugeng Sapto Suriono, S.T., M.T. NIP. 197011021998031002
Tesis ini telah diterima sebagai salahsatu persyaratan untuk memperoleh gelar Master of Engineering (M.Eng.)
Tanggal Ketua Program Studi S2 Teknik Geologi
Dr. Agung Harijoko, S.T., M.Eng. NIP. 196812062002121001
. Mengetahui, i Jurusan Teknik Geologi
Dr. Sugeng Sapto Suriono, S.T., M.T. NIP. 197011021998031002
-
iii
PPEERRNNYYAATTAAAANN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, Agustus 2011 Penulis
Widyo Permono
-
iv
PPEERRSSEEMMBBAAHHAANN
Tesis ini secara khusus dipersembahkan kepada :
Istriku tercinta Amalia Damayanti
Ananda Havian Azka Maheswara
Ananda Clarenza Aqilapasha Maheswari
Keluarga Besar Muryati Giman
Keluarga Besar Djoko Supeno
Atas dukungan dan doa restu kalian saya bisa seperti ini.
-
v
KKAATTAA PPEENNGGAANNTTAARR
Puji syukur ke-Hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis ini guna memenuhi persyaratan
akademik Program Studi Pascasarjana Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Penulisan tesis ini mempunyai judul Pemodelan Geologi Bawah Permukaan Fasies
Batupasir Sokang, Formasi Arang, Cekungan Natuna Timur yang bertujuan untuk
mengetahui karakteristik fasies Batupasir Sokang, konfigurasi bawah permukaan, dan model
geologi bawah permukaan fasies Batupasir Sokang pada Cekungan Natuna Timur.
Penyusunan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik atas dukungan, arahan, masukan,
saran, dan diskusi bersama. Oleh karena itu, dengan terselesaikannya penelitian tesis ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Sugeng Sapto Surjono, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Geologi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
2. Dr. Agung Harijoko, S.T., M.Eng., selaku Ketua Program Studi Pascasarjana
Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
3. Salahudin Husein, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan diskusi hingga terselesaikannya tesis ini.
4. Ir. Sugeng Wijono, M.S., selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan
masukan, arahan, dan diskusi hingga terselesaikannya tesis ini.
5. Dr. D. Hendra Amijaya dan Dr. Sugeng Sapto Surjono, selaku anggota Dewan
Penguji yang telah memberikan saran dan masukan pada penelitian tesis ini.
6. Pimpinan Manajemen LEMIGAS Jakarta atas kesempatan, dukungan, dan arahan
hingga terlaksananya pendidikan Program Pascasarjana ini.
7. Pimpinan dan staf kelompok Sedimentologi, KPRT Eksplorasi LEMIGAS Jakarta
atas kesempatan dan dukungan yang diberikan hingga terlaksananya pendidikan ini.
8. Staf dosen dan karyawan Program Studi Pascasarjana Teknik Geologi, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
-
vi
9. Rekan rekan mahasiswa Program Pascasarjana Teknik Geologi, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
10. Seluruh pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan maupun
penyusunan tesis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik
membangun demi kesempurnaan penyusunan tesis ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tesis ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Yogyakarta, Agustus 2011 Penulis
Widyo Permono
-
vii
DDAAFFTTAARR IISSII
HHAALLAAMMAANN JJUUDDUULL i
LLEEMMBBAARR PPEENNGGEESSAAHHAANN ii
HHAALLAAMMAANN PPEERRNNYYAATTAAAANN iii
HHAALLAAMMAANN PPEERRSSEEMMBBAAHHAANN iv
KKAATTAA PPEENNGGAANNTTAARR v
DDAAFFTTAARR IISSII vii
DDAAFFTTAARR GGAAMMBBAARR ix
DDAAFFTTAARR TTAABBEELL xi
DDAAFFTTAARR LLAAMMPPIIRRAANN xii
SSAARRII xiv
AABBSSTTRRAACCTT xv
II.. PPEENNDDAAHHUULLUUAANN 1 I.1. Latar Belakang 1
I.2. Lokasi Penelitian 2
I.3. Batasan Permasalahan 2
I.4. Tujuan Penelitian 3
I.5. Manfaat Penelitian 3
IIII.. DDAASSAARR PPEEMMEECCAAHHAANN MMAASSAALLAAHH 4 II.1. Geologi Regional Cekungan Natuna Timur 4
II.1.1. Posisi Cekungan Natuna Timur 4
II.1.2. Tektonik Regional 4
II.1.3. Stratigrafi dan Sedimentasi Regional 8
II.1.4. Potensi Hidrokarbon 11
II.2. Tinjauan Pustaka 15
II.2.1. Lingkungan Pengendapan dan Fasies Sedimen 15
II.2.2. Lingkungan Pengendapan Delta 16
II.2.3. Interpretasi Lingkungan Pengendapan 19
II.2.4. Stratigrafi Sikuen 23
II.2.5. Model Geologi Bawah Permukaan Fasies Batupasir 30
II.3. Hipotesa Penelitian 33
-
viii
IIIIII.. MMEETTOODDEE PPEENNEELLIITTIIAANN 34 III.1. Ketersediaan Data Penelitian 34
III.2. Alat Penelitian 35
III.3. Tahapan Penelitian 35
III.3.1. Studi Pustaka 36
III.3.2. Pemilahan Data 36
III.3.3. Analisis dan Interpretasi Data 36
III.4. Waktu Penelitian 39
IIVV.. AANNAALLIISSIISS DDAANN PPEEMMBBAAHHAASSAANN 40 IV.1. Posisi Stratigrafi Fasies Batupasir Sokang 40
IV.2. Analisis Heterogenitas Skala Kecil 41
IV.2.1. Sumur A 41
IV.2.2. Sumur B 45
IV.2.3. Sumur C 50
IV.2.4. Sumur D 55
IV.3. Analisis Heterogenitas Skala Besar 58
IV.3.1. Peta Dasar 58
IV.3.2. Pengikatan Data Seismik dengan Data Log Sumuran 60
IV.3.3. Penentuan Datum Stratigrafi 61
IV.3.4. Penarikan Horison Stratigrafi 63
IV.3.5. Penampang Struktur dan Stratigrafi Bawah Permukaan 64
IV.3.6. Peta Peta Bawah Permukaan 67
IV.4. Pemodelan Geologi Fasies Batupasir Sokang 68
IV.4.1. Peta Distribusi 3D Zona 68
IV.4.2. Peta Sebaran Fasies (Truncated Gaussian) 69 IV.4.3. Peta Probabilitas Pola Geometri 69
IV.4.4. Peta Sebaran Fasies (Sequential Indicator Simulation) 69 IV.4.5. Ilustrasi Model Pengendapan Fasies Batupasir Sokang 70
IV.4.6. Penyebaran Fasies Batupasir Sokang 77
VV.. KKEESSIIMMPPUULLAANN DDAANN SSAARRAANN 79 V.1. Kesimpulan 79
V.2. Saran 81
VVII.. DDAAFFTTAARR PPUUSSTTAAKKAA 82
LLAAMMPPIIRRAANN 86
-
ix
DDAAFFTTAARR GGAAMMBBAARR
Gambar I.1. Peta lokasi penelitian. 2
Gambar II.1. Posisi Cekungan Natuna Timur. 4
Gambar II.2. Peta jalur penunjaman Kapur yang memperlihatkan pengangkatan Busur Natuna dan Pematang Paus Ranai, (modifikasi dari Pupilli, 1973 dan Hamilton, 1976). 5
Gambar II.3. Peta rekonstruksi tektonik pada Eosen Tengah yang memperlihatkan jalur penunjaman proto Laut Cina Selatan, (Hall, 1995). 6
Gambar II.4. Peta pola struktur terban berarah baratdaya timurlaut Cekungan Natuna pada kala Oligosen yang dikontrol oleh pergerakan patahan sinistral Red River, (modifikasi dari Wongsosantiko & Wirojudo, 1984 dan Hall, 1995). 7
Gambar II.5. Peta pola struktur terban berarah baratlaut tenggara dan pembalikan struktur berarah baratdaya timurlaut di Cekungan Natuna pada kala Miosen yang dikontrol oleh pergerakan patahan dextral Three Pagodas dan Wang Chao, (modifikasi dari Wongsosantiko & Wirojudo, 1984 dan Hall, 1995). 7
Gambar II.6. Stratigrafi regional Cekungan Natuna Timur yang diintegrasikan dengan sejarah geologi dan siklus transgresi regional kawasan barat Indonesia, (Pupilli, 1973; Hamilton, 1976; White & Wing, 1978; Wongsosantiko & Wirojudo, 1984; Pertamina BEICIP, 1985; Daines, 1985; Hall, 1995). 8
Gambar II.7. Peta kesamaan waktu yang memperlihatkan penyebaran sedimen Oligosen yang mengisi setengah terban di bagian utara Cekungan Natuna Timur (Wongsosantiko & Wirojudo, 1984). 9
Gambar II.8. Peta kesamaan waktu yang memperlihatkan penebalan sedimen Miosen ke arah utara dan timur pada Cekungan Natuna Timur (Wongsosantiko & Wirojudo, 1984). 10
Gambar II.9. Skema potensi hidrokarbon Cekungan Natuna Timur, (Pupilli, 1973; Hamilton, 1976; White & Wing, 1978; Wongsosantiko & Wirojudo, 1984; Daines, 1985; Pertamina BEICIP, 1985; Hall, 1995; Dunn, et al., 1996; Sudarmono, et al., 1997; Hadipandoyo, dkk., 2007). 12
Gambar II.10. Peta temperatur puncak batuan sumber (A) Formasi Gabus dan (B) Formasi Arang di Cekungan Natuna Timur (Hadipandoyo, dkk., 2007). 13
Gambar II.11. Hubungan lingkungan pengendapan dengan fasies sedimen, (Selley, 1985). 15
-
x
Gambar II.12. Skema morfologi delta yang memperlihatkan sub-lingkungan delta plain, delta front, distal delta front, dan prodelta (Allen, et al., 2002, dengan modifikasi). 17
Gambar II.13. Interpretasi lingkungan pengendapan berdasarkan pola log GR, (Douglas, 1992, dengan modifikasi). 19
Gambar II.14. Hubungan parameter (A) konfigurasi refleksi seismik dan (B) bentuk eksternal terhadap interpretasi lingkungan pengendapannya, (Mitchum, Jr., et al., 1977, Part 6). 21
Gambar II.15. Dinamika sedimentasi yang dipengaruhi oleh faktor fluktuasi eustasi, penurunan dasar cekungan, dan suplai sedimen. 23
Gambar II.16. Interaksi suplai sedimen dan akomodasi yang menghasilkan transgresi dan regresi selama perubahan relatif muka air laut, (Posamentier & Allen, 1999). 24
Gambar II.17. Pembagian unit stratigrafi berdasarkan durasi pembentukannya, (van Gorsel, 1987, Part A). 25
Gambar II.18. Suksesi vertikal parasikuen silisiklastik yang memperlihatkan (A) pola mengkasar ke atas dan (B) pola menghalus ke atas, (van Wagoner, et al., 1990). 26
Gambar II.19. Ilustrasi pelamparan lateral dan suksesi vertikal pola penumpukan parasikuen yang membentuk set parasikuen, (van Wagoner, et al., 1990). 27
Gambar II.20. Sikuen tipe 1 yang tersusun oleh lowstand, transgressive, dan highstand system tracts, (van Wagoner, et al., 1990). 28
Gambar II.21. Sikuen tipe 2 yang tersusun oleh shelf-margin, transgressive, dan highstand system tracts, (van Wagoner, et al., 1990). 29
Gambar III.1. Diagram alur penelitian model geologi bawah permukaan fasies batupasir. 35
Gambar III.2. Alur tahapan perhitungan porositas berdasarkan data log sumuran. 37
Gambar IV.1. Peta dasar lintasan seismik dan posisi sumur daerah penelitian. 59
Gambar IV.2. Seismogram sintetik berdasarkan data log sonik dan log densitas Sumur B, serta seismik 2D lintasan 8. 60
Gambar IV.3. Seismogram sintetik dengan metode shared time dan well correction guna mengikatkan data sumur A, C, dan D dengan data seismik. 64
Gambar IV.4. Gambaran model pengendapan fasies Prodelta dan Shelf pada interval G H. 71
-
xi
Gambar IV.5. Gambaran model pengendapan fasies Distal Delta Front, Prodelta, dan Shelf pada interval F G. 72
Gambar IV.6. Gambaran model pengendapan fasies Distributary Mouth Bars, Interdistributary Mouth Bars, Distal Delta Front, dan Prodelta pada interval E F. 72
Gambar IV.7. Gambaran model pengendapan fasies Distal Delta Front, Prodelta, dan Shelf pada interval D E. 74
Gambar IV.8. Gambaran model pengendapan fasies Distal Delta Front, Prodelta, dan Shelf pada interval C D. 74
Gambar IV.9. Gambaran model pengendapan fasies Distal Delta Front dan Prodelta pada interval SB-6 C. 75
Gambar IV.10. Gambaran model pengendapan fasies Distributary Channel, Interdistributary Channel, Distributary Mouth Bars, Interdistributary Mouth Bars, dan Distal Delta Front pada interval B SB-6. 76
Gambar IV.11. Gambaran model pengendapan fasies Distributary Channel, Interdistributary Channel, Distributary Mouth Bars (?), Interdistributary Mouth Bars, dan Distal Delta Front pada interval A B. 76
DDAAFFTTAARR TTAABBEELL
Tabel III.1. Rincian ketersediaan data sumuran pada daerah penelitian. 34
Tabel III.2. Rincian ketersediaan data seismik pada daerah penelitian. 34
Tabel III.3. Rincian waktu pelaksanaan kegiatan penelitian. 39
Tabel IV.1. Tabel kode pewarnaan horison datum stratigrafi. 64
-
xii
DDAAFFTTAARR LLAAMMPPIIRRAANN
Lampiran III.1a. Rumus perhitungan porositas berdasarkan data log sumuran (log densitas, neutron, dan sonik). 86
Lampiran III.1b. Rumus perhitungan koreksi porositas dan integrasi porositas terkoreksi berdasarkan data log densitas dan neutron. 87
Lampiran IV.1. Interpretasi korelasi batas sikuen pengendapan Formasi Arang pada daerah penelitian. 88
Lampiran IV.2a. Review data analisa biostratigrafi Sumur A 89
Lampiran IV.2b. Interpretasi aplikasi analisa biostratigrafi Sumur A 89
Lampiran IV.3. Model fasies Batupasir Sokang pada Sumur A 90
Lampiran IV.4a. Review data analisa biostratigrafi Sumur B 91
Lampiran IV.4b. Interpretasi aplikasi analisa biostratigrafi Sumur B 91
Lampiran IV.5. Model fasies Batupasir Sokang pada Sumur B 92
Lampiran IV.6a. Review data analisa biostratigrafi Sumur C 93
Lampiran IV.6b. Interpretasi aplikasi analisa biostratigrafi Sumur C 93
Lampiran IV.7. Model fasies Batupasir Sokang pada Sumur C 94
Lampiran IV.8a. Review data analisa biostratigrafi Sumur D 95
Lampiran IV.8b. Interpretasi aplikasi analisa biostratigrafi Sumur D 95
Lampiran IV.9. Model fasies pada Sumur D 96
Lampiran IV.10. Interpretasi penentuan datum stratigrafi dan korelasinya pada Sumur A, B, C, dan D 97
Lampiran IV.11. Interpretasi penarikan horison stratigrafi pada data seismik 2D lintasan 8, 6, dan 7. 98
Lampiran IV.12. Interpretasi penarikan horison stratigrafi pada data seismik 2D lintasan 16. 99
Lampiran IV.13. Interpretasi penarikan horison stratigrafi pada data seismik 2D lintasan 13. 100
Lampiran IV.14. Interpretasi penarikan horison stratigrafi pada data seismik 2D lintasan 1. 101
-
xiii
Lampiran IV.15. Interpretasi penarikan horison stratigrafi pada data seismik 2D lintasan 2. 102
Lampiran IV.16. Interpretasi penarikan horison stratigrafi pada data seismik di daerah penelitian. 103
Lampiran IV.17a. Penampang stratigrafi berdasarkan korelasi sub-lingkungan pengendapan pada Sumur A, B, C, dan D, Cekungan Natuna Timur. 104
Lampiran IV.17b. Penampang struktur berdasarkan korelasi sub-lingkungan pengendapan pada Sumur A, B, C, dan D, Cekungan Natuna Timur. 104
Lampiran IV.17c. Penampang stratigrafi berdasarkan korelasi fasies pada Sumur A, B, C, dan D, Cekungan Natuna Timur. 105
Lampiran IV.17d. Penampang struktur berdasarkan korelasi fasies pada Sumur A, B, C, dan D, Cekungan Natuna Timur. 105
Lampiran IV.18a. Peta puncak struktur waktu masing masing horison stratigrafi. 106
Lampiran IV.18b. Peta puncak struktur waktu masing masing horison stratigrafi. 107
Lampiran IV.19a. Peta puncak struktur kedalaman masing masing horison stratigrafi. 108
Lampiran IV.19b. Peta puncak struktur kedalaman masing masing horison stratigrafi. 109
Lampiran IV.20. Peta isochore masing masing zona 110
Lampiran IV.21. Peta distribusi 3D masing masing zona. 111
Lampiran IV.22. Peta kompilasi distribusi 3D zona 1 - 4. 112
Lampiran IV.23. Peta sebaran fasies dengan metode truncated gaussian pada masing masing zona. 113
Lampiran IV.24. Peta probabilitas pola geometri masing masing sebaran fasies pada zona 1. 114
Lampiran IV.25. Peta probabilitas pola geometri masing masing sebaran fasies pada zona 2. 115
Lampiran IV.26. Peta probabilitas pola geometri masing masing sebaran fasies pada zona 3. 116
Lampiran IV.27. Peta probabilitas pola geometri masing masing sebaran fasies pada zona 4. 117
Lampiran IV.28. Peta sebaran fasies dengan metode sequential indicator simulation pada masing masing zona. 118
-
xiv
SSAARRII
Daerah penelitian berada di bagian selatan Cekungan Natuna Timur yang merupakan
salahsatu cekungan potensial penghasil hidrokarbon gas. Akan tetapi, aktivitas eksplorasi pada tipe reservoar batupasir belum berlangsung maksimal. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui karakteristik fasies batupasir, konfigurasi, dan model geologi bawah permukaan fasies Batupasir Sokang pada bagian atas Formasi Arang.
Pemodelan geologi bawah permukaan fasies Batupasir Sokang ini dilakukan dengan mengintegrasikan hasil analisis heterogenitas skala kecil yang memuat informasi model fasies batupasir Sokang dan hasil analisis heterogenitas skala besar yang menggambarkan kondisi geologi bawah permukaan.
Fasies batupasir Sokang pada bagian atas Formasi Arang teridentifikasi sebagai tipe fasies Distributary Channel dan fasies Distributary Mouth Bars. Fasies Distributary Channel mempunyai kisaran porositas 3,72 32,70 % dan ketebalan 14,87 - 48,84 kaki. Penyebaran fasies Distributary Channel berada pada kondisi sub-lingkungan Delta Plain dengan geometri mengikuti pola alur channel berorientasi relatif Baratdaya Timurlaut. Sedangkan tipe fasies Distributary Mouth Bars mengindikasikan kisaran porositas 7,14 36,12 % dengan variasi ketebalan dari 21,75 114,59 kaki. Penyebaran fasies Distributary Mouth Bars berada pada kondisi sub-lingkungan Delta Front dengan pelamparan ke arah cekungan membaji terhadap fasies Distal Delta Front.
Kata kunci : Batupasir Sokang, Formasi Arang, Cekungan Natuna Timur, reservoir
batupasir, model fasies, model geologi.
-
xv
ABSTRACT Study area is located in the southern part of the East Natuna Basin, which is one of the
potentially gas-producing basins. However, exploration activity on the sandstones reservoir is not maximized. This research was conducted to determine the characteristics of sandstone facies, subsurface configuration, and subsurface geological model of Sokang Sandstone facies at the top of Arang Formation.
Subsurface geological modeling of Sokang Sandstone facies is done by integrating the analysis of small-scale heterogeneity that contain information Sokang Sandstone facies model and the results of large-scale heterogeneity analysis that describes the subsurface geological conditions.
Sokang Sandstone facies at the top of Arang Formation are identified as Distributary Channel facies and Distributary Mouth Bars facies. Distributary Channel facies have porosities range from 3.72 to 32.70% and a thickness of 14.87 to 48.84 feet. The Distributary Channel facies are deposited in Delta Plain sub-environment with geometric of channels trending Southwest Northeast. Whereas, the Distributary Mouth Bars facies indicates the range of porosity from 7.14 to 36.12% with a thickness variation from 21.75 to 114.59 feet. Distributary Mouth Bars facies are deposited in Delta Front sub-environments and tends to wedge against with Distal Delta Front facies towards the basin. Keywords : Sokang Sandstones, Arang Formation, East Natuna Basin, sandstones reservoir,
facies models, geological models.
-
1
BBAABB II PPEENNDDAAHHUULLUUAANN
I.1. LATAR BELAKANG
Cekungan Natuna Timur menempati bagian paling selatan dari suatu sistem cekungan
regangan besar penghasil hidrokarbon yang melampar dari Cekungan Teluk Thailand
Cekungan Sarawak. Kehadiran hidrokarbon di Cekungan Natuna Timur terbukti melalui
keberhasilan aktivitas eksplorasi berupa penemuan cadangan gas raksasa pada Lapangan L.
Akumulasi hidrokarbon dengan cadangan lebih kecil juga ditemukan pada aktivitas pemboran
Sumur Banteng -1 & -2, AP-1X, AV-1X, Sokang-1 (berupa gas), dan Lapangan Bursa yang
menghasilkan hidrokarbon berupa minyak dan gas.
Pembentukan Cekungan Natuna Timur sebagai cekungan regangan berlangsung pada
kala Oligosen Akhir yang diindikasikan oleh pembentukan struktur setengah terban pada
bagian utara cekungan. Pengisian cekungan diawali dengan pengendapan sedimen syn-rift
Formasi Gabus dan Formasi Barat pada lingkungan fluvial marin. Suksesi vertikal ke arah
atas memperlihatkan pengendapan sedimen post-rift / sagging Formasi Arang dengan litologi
penyusun berupa perselingan batupasir, serpih, dan batugamping. Stratigrafi bagian atas
tersusun oleh pengendapan Formasi Muda berumur Pliosen Resen berupa batulempung
kaya fosil.
Potensi batuan reservoar Cekungan Natuna Timur ditemukan pada litologi batugamping
(Karbonat Terumbu dan Karbonat Muda) di bagian utara dan batupasir pada Formasi Gabus
dan Formasi Arang pada bagian tengah dan selatan cekungan. Aktivitas eksplorasi pada
reservoar karbonat telah menghasilkan penemuan hidrokarbon dalam jumlah ekonomis, yaitu
lapangan gas raksasa L dan Lapangan Bursa. Sedangkan, pada reservoar batupasir aktivitas
eksplorasi belum berlangsung maksimal, meskipun indikasi kehadiran hidrokarbon pada tipe
reservoar ini telah ditemukan pada pemboran Sumur Sokang-1.
Batupasir Formasi Arang terendapkan pada fase post-rift / sagging dengan sumber
material sedimen berasal dari pengangkatan tinggian disekitarnya, sehingga memungkinkan
pembentukan litologi batupasir dengan tingkat kematangan tekstur dan mineralogi yang lebih
berpotensi sebagai reservoar. Proses pengendapan batupasir bagian atas Formasi Arang atau
juga dikenal dengan Batupasir Sokang yang berlangsung selama fase regresi dapat
menghasilkan perkembangan porositas dan permeabilitas yang baik, sehingga dapat bertindak
sebagai batuan reservoar. Adanya potensi Batupasir Sokang sebagai reservoar juga
-
2
ditunjukkan dengan ketebalan keseluruhan batupasir yang mencapai 152 m dan tersusun oleh
beberapa lapisan batupasir dengan variasi ketebalan dari 4,5 30 m.
Aktivitas eksplorasi yang belum maksimal pada reservoar batupasir di Cekungan
Natuna Timur memerlukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui model geologi bawah
permukaan fasies Batupasir Sokang. Adanya perkembangan teknologi eksplorasi hidrokarbon
memungkinkan untuk dilakukannya analisis dan interpretasi data geologi secara terintegrasi,
sehingga didapatkan suatu model geologi bawah permukaan dengan tingkat keyakinan yang
lebih tinggi sesuai dengan ketersediaan dan kualitas data.
I.2. LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian merupakan wilayah lepas pantai yang berada di sebelah timur Pulau
Natuna dan terletak di bagian selatan dari Cekungan Natuna Timur (Gambar I.1). Lokasi
penelitian termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten
Natuna, Propinsi Kepulauan Riau.
Gambar I.1. Peta lokasi penelitian.
I.3. BATASAN PERMASALAHAN
Model geologi bawah permukaan fasies Batupasir Sokang yang menjadi topik
penelitian mempunyai batasan permasalahan yang akan dikaji, terkait dengan ketersediaan
dan kualitas data. Kegiatan penelitian dilakukan dengan mengintegrasikan hasil analisis
-
3
heterogenitas skala kecil (review hasil analisis data sumuran dan analisis log sumuran) dan
analisis heterogenitas skala besar (korelasi data log sumuran dan interpretasi data seismik).
I.4. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai maksud untuk mengevaluasi secara terintegrasi dengan
mengoptimalkan kontribusi informasi geologi dan data geofisika, sehingga dapat disusun
suatu model geologi bawah permukaan fasies Batupasir Sokang. Beberapa tujuan penelitian
yang ingin dicapai, antara lain :
1. Mengetahui karakteristik fasies Batupasir Sokang yang memberikan informasi
ketebalan, perkembangan porositas, dan interpretasi lingkungan pengendapan.
2. Mengetahui konfigurasi struktur dan stratigrafi bawah permukaan pada daerah
penelitian.
3. Mengetahui model geologi bawah permukaan daerah penelitian yang memberikan
gambaran penyebaran fasies Batupasir Sokang.
I.5. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian akan memberikan manfaat berupa identifikasi fasies Batupasir Sokang
yang berpotensi sebagai reservoar dan model geologi bawah permukaan yang
menggambarkan penyebaran fasies Batupasir Sokang, sehingga dapat digunakan sebagai
acuan peningkatan kegiatan eksplorasi hidrokarbon pada reservoar batupasir di Cekungan
Natuna Timur.
-
4
BBAABB IIII DDAASSAARR PPEEMMEECCAAHHAANN MMAASSAALLAAHH
II.1. GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN NATUNA TIMUR
II.1.1. Posisi Cekungan Natuna Timur
Posisi Cekungan Natuna Timur menempati bagian paling selatan dari suatu sistem
cekungan regangan besar di Paparan Sunda yang memanjang ke arah tenggara dari Cekungan
Teluk Thailand Cekungan Sarawak. Cekungan Natuna Timur mempunyai orientasi
memanjang utara selatan dan dipisahkan dengan Cekungan Natuna Barat oleh suatu Busur
Natuna. Pelamparan cekungan membuka ke arah timur menuju Cekungan Sarawak yang
terletak di bagian utara Kalimantan. Bagian selatan cekungan ini dibatasi oleh Paparan
Sunda, sedangkan ke arah utara berbatasan dengan Cekungan Vietnam (Gambar II.1).
Gambar II.1. Posisi Cekungan Natuna Timur.
II.1.2. Tektonik Regional
Cekungan Natuna Timur merupakan tipe cekungan regangan yang dialasi oleh kerak
Kontinen Eurasia dan dipengaruhi oleh interaksi 3 (tiga) tektonik lempeng besar, yaitu
lempeng Kontinen Eurasia, lempeng Samudera Hindia, dan lempeng Samudera Pasifik.
Pembahasan tektonik regional kawasan Asia Tenggara telah dipublikasikan oleh peneliti
terdahulu, yaitu Pupilli (1973), Hamilton (1976), White & Wing (1978), Tapponnier, et al.,
(1982), Wongsosantiko & Wirojudo (1984), Daines (1985), Hall (1995), dan Hall (1997).
Selama proses pembentukannya, Cekungan Natuna Timur telah mengalami beberapa
fase tektonik, yaitu :
-
5
Periode Kapur, penunjaman lempeng Samudera Pasifik yang menyusup di bawah
lempeng Kontinen Eurasia terjadi pada masa ini (Gambar II.2). Periode kompresi ini
menghasilkan palung dan busur vulkanik berarah timurlaut baratdaya (Jepang Korea
Vietnam) yang kemudian melengkung ke arah timur melintasi Laut Cina Selatan menuju
Kalimantan (Hamilton, 1976). Pengangkatan busur vulkanik (Busur Natuna) yang
berkomposisi granitik dan fasies mlange (Pematang Paus Ranai) berkomposisi filit dan
meta-sedimen berlangsung pada masa Kapur Akhir (Pupilli, 1973; White & Wing, 1978).
Gambar II.2. Peta jalur penunjaman Kapur yang memperlihatkan pengangkatan Busur Natuna dan Pematang Paus Ranai, (modifikasi dari Pupilli, 1973 dan Hamilton, 1976).
Periode Eosen Awal Eosen Akhir, pemisahan Daratan Sunda (Sundaland) dari
Eurasia terjadi pada kala Eosen Awal bersamaan dengan awal pembentukan proto Laut Cina
Selatan (Hall, 1995; Hall, 1997) dan menghasilkan penipisan kerak kontinen Daratan Sunda
(White & Wing, 1978; Daines, 1985). Fase kompresi pada periode ini, menghasilkan
penunjaman proto Laut Cina Selatan dengan jalur subduksi di sebelah utara Luzon
Zamboanga dan terjadi bersamaan dengan pemekaran Laut Sulawesi yang mempunyai pusat
pemekaran relatif memanjang timur timurlaut barat baratdaya (Gambar II.3). Jalur subduksi
mempunyai orientasi timurlaut baratdaya dengan intensitas penunjaman semakin melemah
ke arah Kalimantan (Hall, 1995).