nduk ~£}§,;.:£::i.::;:z::i::f.{; - institutional...
TRANSCRIPT
IMPLIKASI PUASA TERHADAP PENULIS
MUSLIM DALAM MENULIS KREATIF
Oleh:
ALIF MARIYANI NIM: 104070002374
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Meraih Gelar Sarjana Psikologi mte:-ima · . ~--- -w ~
~.m·j '. _;fj••:--r"L= .... ·•i••u••u••••• ~:!\nduk ; ~£}§,;.:£::i.::;:Z::i::f.{; k::tslfikasi · FAKULTAS PSIKOLOGil .............................................. .
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008
IMPLIKASI PUASA TERHADAP PENULIS MUSLIM DALAM MENULIS KREAT!IF
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Meraih Gelar Sarjana Psikologi
Pembimbing I
Oleh: [
PERPUST.A.KAAN UTAMA UIN SYAHID ,J/\l<ARTA
ALIF MARIYANI NIM : 104070002374
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing II
v~ ~~ Prof. DR. Abdul Mujib, M.Ag NIP. 150 283 344
Solicha, M.Si NIP. 150 293 234
FAKULTAS PSIKOLC>GI UNIVERSITAS !SLAM Nl:GERI
SYARIF HIDAYATULL.AH JAKARTA
1429 H/ 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul "lmplikasi Puasa Terhadap Penulis Muslim
dalam Menulis Kreatif', telah diujikan dalam Sidang Munaqosyah
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 9 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi.
Jakarta, 9 Desember 2008
·~.I Sidang Munaqosyah ! I
Ketua Mer· n 'kap Anggota
38 NIP. 150 23B 773
Anggota
Abdul Rahman S NIP. 150 293 22
Pembimbing I
~ Prof. DR~i5dul Mujib, M.Ag NIP. 150 283 344
~ngujill ,
-'~i Y'~'" Pmf.DR.""'ol Moiib, M.Aq
NIP. 150 283 :344
Pembimbing II ~
s~~ NIP. 150 ;293 234
MOTTO
"Allah (peroberil cahaYa o'epadal 1angit dan burni. Perurnparnaan cahaYa-NYa, seperti sebuah 1ubang Yang tidal' ternbus Yang di dalarnnya
ada pelita besar. Pelita itu di dalarn tabung r'aca, (danl tabung r·;aca itu bagail,an
bintang Yang berl,ilauan, Yang dinYalal,an dengan roinYal' dari pohon yang diberl,ahi, (Yaitul pohon zaitun Yang turnbur1 tidal' di tirnur dan tidal' pula di barat, Yang rninYal,nYa (sajal harnpir·harnpir rnenerangi,
wa1aupun tidal' disentuh api. CahaYa di atas cahaYa (ber1apis-1apisl, Allah rnernberi petunjur' r'epada
cahaYa-NYa bagi orang Yang Dia 1,ehendal,i, dan Allah rnernbuat perurnparnaan-perurnparnaan bagi rnanusia.
Dan Allah Maha Mengetahui sega1a sesuatu"
Qs. An-Nuur (24): 35
Derni Matahari dan sinarnya di pagi hari Derni Bu1a11 apabila ia rnengiringi Derni siang hari apabila rnenarnpa1'1'annYa Derni rna1arn apabila rnenutupinYa Derni Langit dan se1uruh perobinaannYa Derni burni serta Yang ada diharnparannYa Derni jiwa serta penyeropurnaannYa Allah rnengi1harn1,an sur,rna 1'efasil,an dan Ketal,waan sungguh Beruntung orang Yang rnensucil,annYa (jiLLla) Sungguh roerugi orang Yang roengotorinYa
Qs. Asy-Syams (91): 1-9
karya sederhana ini ku persembahkan untuk: Mama, Bapak, i\.dik & Masku
serta orang-orang yang kusayang dan n1enyayangiku
(A) Fakultas Psikologi (B) Desember 2008 (C) Alif Mariyani
ABSTRAK
(D) lmplikasi Puasa Terhadap Penulis Muslim dalam Menulis Kreatif (E) xii+ 124 halaman+ 7 tabel+ 5 skema+ 3 iampiran (F) Saal berpuasa orang cenderung akan merasa lemas dan malas berpikir apalagi berpikir kreatif. Paradigma berpikir seperti itu menimbulkan pertanyaan apakah para penulis muslim yang kreatif menjadi terhambat atau tidak menulis karena datangnya bulan Ramadhan. Paradigma tersebut disangkal oleh Abdul Mujib dalam bukunya "Kepribadian dalam Psikologi Islam'', dikatakan bahwa bila dilihat secara seksama puasa ternyata menjadi awal dari timbulnya motivasi dan daya kreativitas. Serupa dengan fenomena yang ditemui, bulan puasa yang seyogyanya dapat menjadi hambatan menulis justru menjadi motivasi dalam menulis bagi penulis muslim. Hal ini ditunjukkan dengan mereka tetap menulis di bulan puasa. Bahkan saat karya mereka tercipta tidak membuat mereka menjadi ujub, cepat puas, dan tidak berkarya lagi, namun mereka justru menganggap semua itu sebagai proses dan terus meningkatkan kreativitas mereka dalam menulis kreatif.
Tujuan dari penelitian ini adalah lngin mengetahui mengapa implikasi puasa terhadap penulis muslim dalam menulis kreatif dan bagaimana implikasi puasa terhadap penulis muslim dalam menulis kreatif. Subyek penelitian ini adalah para penulis muslim yang menjalankan ibadah puasa wajib maupun sunah. Semua berjenis kelamin laki-laki, dimana dua orang hanya bepuasa wajib dan dua orang lagi menjalankan puasa sunah selain puasa wajib. Subyek telah menelurkan minimal lima buku di penerbitan umum. Rentang usia mereka adalah antara usia 21-40 tahun atau termasuk dewasa awal.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif desain studi kasus deskriptif. Pengambilan subyek dilakukan dengan teknik snowball atau chain sampling, yaitu teknik pengambilan subyek dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah diwawancarai. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara yang l.Jerisi open-ended question dan jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam atau in-depth interview sebagai metode utama.Observasi, alat perekam (mp3 atau semacam tape-recorder), studi dokumen, karya, atau produk tertentu dari kasus sebagai metode penunjang untuk melengkapi data yang terkumpul melalui metode wawancara.
Berdasarkan perolehan data dan analisa kasus, Berdasarkan proses kreativitas semua responden mengalami implikasi puasa terutama pada tahap inkubasi, tahap konsentrasi, dan tahap illuminasi. Tahap yang dirasakan secara sadar adalah pada tahap inkubasi dan tahap dimana penulis biasanya membutuhkan relaksasi atau kenyamanan dalam menulis sehingga semua beban yang mengganggu pikiran akan tersingkir, meski beban pikiran yang menjadi hambatan menulisnya berbeda-beda. Pikiran akan bersih dari dosa-dosa dan karenanya para responden dapat berkonsentrasi dan fokus pada tulisan mereka pada tahap konsentrasi. Saal Mereka dalam keadaan relaks dan berkonsentrasi, maka gelombang otak mereka dalam keadaan beta (13) menuju alpha (a). Saat kondisi mereka benar-benar dala kondisi alpha (a) menuju teta (8) Responden sedang berada dalam tahap lnkubasi dimana ide seringkali muncul dan beterbaran di pikiran. Sehingga secara tidak langsung puasa membantu mereka memperoleh ide-ide dalam menulis.
Untuk penelitian berikutnya diharapkan peneliti melibatkan subyek wanita agar lebih beragam. Diharapkan pula meneliti pada subyek yang lain selain penulis buku karena pelaku kreativitas sangatlah luas terutama para seniman.
(G) DAFT AR PUSTAKA (1980-2007) Bahan Bacaan (Al-Qur'an + 44 buku + 3 Skripsi + 8 Internet)
KAT A PENGANT AR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulilahirrabbil'alimin segala puji syukur tak henti-hentinya peneliti
ucapkan pada Allah SWI. Akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul "lmplikasi Puasa Terhadap Penulis Muslim dalam Menulis
Kreatif". Shalawat dan salam tak lupa disampaikan kepada manusia
terkasihNya, nabi Muhammad SAW. Kesederhanan karya ini dapat selesai
dengan penuh perjuangan serta pengorbanan, tak lepas pula dari bantuan
serta dukungan dari berbagai pihak agar karya ini terselesaikan. Oleh sebab
itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih secara langsung kepada
semua pihak yang telah membantu, yaitu:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, lbu Ora. Netty
hartati, M.Si dan Pembantu Dekan Bidang Akademik, lbu Ora. Zahrotun
Nihayah, M.Si.
2. Dasen pembimbing pertama, Bapak Prof. DR. Abdul Mujib, M.Ag. Terima
kasih alas kesabaran dan ide-idenya benar-benar memotivasi peneliti
untuk bersungguh-sungguh dalam mengerjakan skripsi ini dan berusaha
mengaplikasikannya pada diri peneliti.
3. Dasen pembimbing kedua, !bu Solicha M, Si bagai sahabat yang
menyenangkan. Terimakasih atas bimbingan dan motivasinya selama ini
benar-benar membantu peneliti untuk berusaha lebih teliti dan mencoba
memberikan karya yang terbaik.
4. Dasen Psikologi (!bu Nihayah, Pak Abdul Rahman, !bu Yunita, !bu Rena,
Pak Rahmat, Pak Asep, !bu Natris) dan seluruh dosen Fakultas Psikologi
yang tak dapat peneliti sebut satu persatu. Terima kasih atas ilmu yang
selama ini telah diberikan, semoga peneliti mampu mengamalkannya
kembali setelah lulus. Tak lupa para Staf Kabag TU (lbu Syariah, lbu Sri,
Pak Deden, bang Ayung, bang Alex dan lain-lain) serta petugas
perpustakaan (Pak Haidir dan Pak Bardawi) yang begitu membantu
peneliti selama kuliah.
5. Kepada para responden skripsi yang telah meluangkan waktunya di
tengah aktifitasnya. terima kasih atas kesediaan menolong peneliti dan
turut menyumbangkan saran dan masukkan pada skripsi ini.
6. Kepada Mama, Bapak, dan De Udin tersayang yang selalu semangat
memotivasi dengan luar biasa pada peneliti semoga kesabaran kalian
berbuah manis.
7. Kepada Teman-teman hebatku (Dhila, Via, Wenny, dan Arya H) serta ka
Ade Hartin, semoga jasa-jasa kalian di balas oleh Allah SWT.
8. Kepada teman-teman seperjuanganku di Bemf Psikologi 07-08, LOK
Syahid terutama untuk Brigade Syiar 07-08. Fosma UIN, Fokus
managemen (special for F-EO), Forum alumni rohis SMUN 1 Ciputat
terutama untuk angkatan '04. Kelas D di Psikologi '04, Sinergic Group,
Sipoet Gank. Terima kasih atas ilmu, semangat, dan kebersamaannya
selama ini yang luar biasa.
9. Semua keluarga, sahabat, teman dan pihak-pihak yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih banyai: alas doa, dukungan,
dan semangat luar biasa yang telah diberikan kepada peneliti.
Semoga Allah mengabulkan doa-doa terbaik kalian. Hanya Allah SWT yang
dapat membalas seluruh kebaikan kalian dan semoga skripsi ini benar-benar
bermanfaat (bukan hanya menjadi pajangan perpustakaaan kampus)
melainkan menjadi amal sholeh dalam perkembangan ilmu pengetahuan
Psikologi Islam. Amin.
Pamulang, 9 Desember 2008
Peneliti
DAFTAR ISi
Halaman Judul. .. . ...... I
Halaman Pesetujuan ...
Halaman Pengesahan
Motto ..
. ....................... ii
.......... iii
. ........ IV
Persembahan ............................... . . ..... v
Abstrak .... ............. vi
Kata Pengantar ............................................................................. vii
Daftai isi.. . ........................... ix
Daftar Tabel.. . ........................................................................ XI
Daftar Gambar ............................................................................. xii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
1.2 ldentifikasi Masalah.... .. . . . . . ..................................... .4
1.3 Pembatasan Masai ah ......................................................... 5
1.4 Perumusan Masalah ............................................................. 6
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 6
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................... 7
Bab II Kajian Teori
2.1 Menu I is Kreatif ...................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Kreativitas dalam Menulis Kreatif ............. 8
2.1.2 Proses Kreativitas dalam Menulis .............................. 14
2.1.3 Faktor Pendukung Kreativitas dalam Menulis ............. 21
2.1.4 Faktor Penghambat Kreativitas dalam Menulis .......... 27
2.2 Puasa ................................................................................... 30
2.2.1 Pengertian Puasa ....................................................... 30
2.2.2 Macam-macam Puasa ................................................ 31
2.2.3 Syarat dan Rukun Puasa ............................................ 33
2.2.4 Hikmah Puasa ........................................................... 35
2.2.5 Manfaat Puasa secara Psikologis .............................. .42
2.3 Kerangka Berpikir........... ....................... . ...................... 48
Bab Ill Metode Penelitian
3.1 Jen is Penelitian ................................................................... 56
3.1.1 Pendekatan Penelitian ................................................. 56
3.1.2 Metode Penelitian ........................................................ 57
3.2 Subyek Penelitian ................................................................. 57
3.2.1 Karakteristik Subyek Penelitian ................................... 57
3.2.2 Teknik Pengambilan Subyek ....................................... 58
3.2.3 Jumlah Subyek Penelitian ........................................... 58
3.3 lnstrumen Penelitian ........................................................... 59
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................ 60
3.5 Teknik Analisa Data ........................................................... 61
3.6 Prosedur Penelitian ............................................................. 62
Bab IV Hasil Penelitian
4.1 Gambaran Um um Subjek Penelitian .................................. 64
4.2 Riwayat Kasus dan Analisa Kasus ................................... 65
4.2.1 Kasus Septo ........................................................ 65
4.2.2 Kasus Anto ......................................................... 74
4.2.3 Kasus Hendri. ..................................................... 85
4.2.4 Kasus Iman ......................................................... 95
4.3 Analisa Antar Kasus ..................................................... 104
Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan .................................................................. 115
5.2 Diskusi ....................................................................... 115
5.3 Saran ......................................................................... 120
DAFT AR PUST AKA ................................... ,, .............. 121-124
Lampi ran
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.3.1
DAFT AR T ABEL
Metode Pengumpulan Data ..
Gambaran Um um Subyek ....... .
Proses Kreativitas ............................... .
............ 60
............ 64
. ... ... ... ... ... 104
Tabel 4.3.2 lmplikasi Puasa terhadap Proses Kreativitas ................ 106
Tabel 4.3.3 Hasil Kreativitas ...................................................... 109
Tabel 4.3.4 lmplikasi Puasa terhadap Unsur Kreativitas .................... 111
Tabel 4.3.5 lmplikasi Puasa terhadap Pribadi Para Responden ........ 113
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3 Skema Kerangka Berpikir ...
Gambar 4.2.1 Skema Kasus Septa ... .
Gambar 4.2.2 Skema Kasus Anto .. .
Gambar 4.2.3 Skema Kasus Hendri ... .
Gambar 4.2.4 Skema Kasus Iman ... .
. ..... 55
.... 73
. ........... 84
.......... 94
. ...... 103
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menjadi penulis kreatif dengan memiliki banyak karya popular, bahkan
menembus angka best seller. Ketika hal itu terjadi, penulis tidak saja
mendapatkan keuntungan finansial, tetapi lebih dari itu ia memperoleh nilai
lebih berupa apresiasi dari orang banyak, memperluas jaringan komunikasi,
memperlancar karir, dan seterusnya. Hal tersebut dapat menjadi motivasi
atau impian bagi para penulis.
Namun femonema yang terjadi di lapangan, masih banyak penulis muslim
kreatif yang sudah mencapai hal tersebut lidak cepat merasa puas, angkuh,
atau terlalu bangga dengan hasil karyanya dan berhenti berkarya. Banyak
dari mereka yang justru menganggap hal tersebut merupakan proses dari
perjalanan karirnya. Mereka senang berbagi ilmu dan tetap berusaha
mengasah kreativitas mereka dan tetap produktif menghasilkan karya tulis
yang lebih bermutu dari sebelumnya. Menulis dijadikan sarana untuk
berdakwah dan bermanfaat 1-Jagi banyak orang tanpa mer3sa diri lebih besar
karenanya. Menulis sebagai pencerminan potensi yang memberikan
kebanggaan tersendiri, meski demikian tak sedikit penulis besar yang tak
mencantumkan nama aslinya.
2
Padahal menjadi penulis bukanlah seperti membalik telapak tangan banyak
aral rintang yang harus mereka hadapi selama menulis. Mereka menghadapi
sulitnya menemukan ide yang orisinil, menuliskannya secara apik melalui
gaya bahasa yang tidak membosankan atau memiliki tulisan berciri khas,
agar tulisan diterima dan diterbitkan oleh penerbit, sampai menembus angka
best seller penjualan buku-bukunya bukanlah hal yang mudah. Hal-ha I yang
seyogyanya berupa hambatan justru dipandang sebagai tantangan bagi
mereka. Mereka mampu mengatasinya hingga melahirkan karya-karya hebat
yang kreatif dan orisinal secara kontinu.
Studi pendahuluan yang peneliti lakukan ke beberapa penulis dan mencoba
masuk ke komunitasnya dengan mewawancarai beberapa penulis, mereka
mengaku membutuhkan ketenangan saat menulis. Ketenangan berupa
suasana hati yang damai dan nyaman. Berdasarkan beberapa bacaan,
ketenangan hati dapat diraih ketika seseorang dekat dengan Sang Khalik,
untuk mendekatinya salah satu caranya adalah dengan melakukan ritual
ibadah baik vertikal (shalat, tilawah Al-Qur'an, dan puasa) maupun ibadah
horizontal (silahturahim dan shadaqah).
Di lain kesempatan, peneliti mendapati penelitian lain d1lakukan oleh R.
Rachmy Diana meneliti tentang hubungan religiusitas clengan kreativitas
pada siswa SMA adalah terdapat korelasi positif antara religiusitas dan
kreativitas siswa SMA. Penelitian menunjukkan semakin tinggi religiusitas
semakin tinggi pula kreativitas siswa SMA tersebut (Diana, 1998). Dimensi
religiusitas yang memiliki hubungan dengan kreativitas adalah religiusitas
dimensi akidah. Akidah yang kuat akan menjadikan seseorang semakin
kreatif.
Penelitian lain serupa tapi tak sama dilakukan oleh Fuad Nashori, Penelitian
kualitatif bertema "Proses Kreatif penulis Muslim" pada tahun 2004. Hasil
penelitian yang dilakukan terhadap sepuluh penulis Muslim Indonesia
menunjukkan bahwa cara untuk memperoleh ide dilakukan penulis muslim
dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah den~1an mengintensifkan
perilaku ibadah.
3
Peneliti memilih salah satu ibadah vertikal yaitu puasa. Paradigma bahwa
saat berpuasa orang akan lemas dan tak mampu berpil<ir apalagi berpikir
kreatif, sehingga muncul pertanyaan lalu apakah para penulis menjadi
terhambat karena datangnya bulan Ramadhan, apakah kualitas karya
mereka menurun karena sebagai penganut muslim yang taat harus
mengerjakan ibadah puasa. Hal ini disangkal oleh pernyataan Abdul Mujib
dalam buku "Kepribadian dalam Psikologi Islam", dikatakan bahwa bila dilihat
secara seksama puasa ternyata menjadi awal bagi timbulnya motivasi dan
daya kreativitas.
4
Berdasarkan hasil studi pustaka diperoleh fakta bahwa banyak tokoh besar di
masa lampau menghasilkan karya-karya tulis yang kreatif dan fenomenal
serta kebermaknaan isi tulisannya dengan mengamalkan ibadah puasa.
" Imam Al-Suyuthi ketika berumur 21 tahun, mampu menulis kitab tafsir Al-Jalalain yang belum dirampungkan oleh Imam Al-Mahalli, gurunya karena kedahuluan wafat, hanya dalam tempo 40 hari, yaitu dari awal bulan Ramadhan hingga 10 syawal tahun 870 H. Kehebatan tingkat kecerdasan ini terjadi karena ia menulis sambil menjalani ibadah puasa. Selain Imam Al-Suyuthi ternyata banyak ulama, tokoh, intelektual, dan bintang pelajar yang justru mencapai keberhasilan karena terbiasa menjalani ibadah puasa. Karya-karya bermutu para pengarang dan para ulama banyak yang justru lahir pada bulan Ramadhan di saat mereka menjalani puasa. Demikian pula tokoh politik yang berpuasa dalam tahanan, seringkali mereka membuahkan tulisan-tulisan yang berharga seperti Buya Hamka, Sayyid Quthb, dan lbnu Taimiyah" (Abdul Halim Fathoni dalam www.malangkab.go.id)
Berdasarkan fenomena yang terjadi, fakta sejarah, penelitian-penelitian
sebelumnya Peneliti merasa yakin untuk mengajukan judul Skripsi
"/mplikasi Puasa terhadap Penu/is Muslim dalam Menu/is Krealif'.
1.2 ldentifikasi Masalah
1. Adakah implikasi puasa terhadap penulis muslim dalam menulis kreatif?
2. Bagaimana cara puasa dapat berimplikasi mereka terhadap penulis
muslim dalam menulis kreatif?
3. Mengapa puasa dapat berimplikasi terhadap penulis muslim dalam
menulis kreatif?
4. Adakah perbedaan kreativitas antara penulis muslim yang berpuasa dan
yand tidak?
1.3 Pembatasan Masalah
Adapun agar masalah yang dibahas tidak melebar maka diperlukan
pembatasan masalah. Adapun hal yang akan dibatasi sesuai dengan
bahasan dalam skripsi ini.
5
Kreativitas yang dimaksud dalam Skripsi ini adalah kreativitas dalam menulis
kreatif. Menulis kreatif adalah kegiatan berpetualang secara batin dan
intelektual dalam mengendalikan pikiran-pikiran kreatif yang bergumul dalam
pikiran dan merangkainya menjadi sebuah tulisan yan9 unik, bernilai guna,
dan dapat dimengerti orang yang membacanya dengan cara yang tak biasa
melalui proses kreatif.
Adapun puasa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah puasa yang
dianjurkan (diperbolehkan) untuk dilaksanakan menurut ajaran Islam yakni
puasa wajib dan puasa sunah. Penelitian ini memfokuskan pada hakikat
puasa bukan jenis puasanya.
1.3 Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana cara puasa dapat berimplikasi mereka terhadap penulis
muslim dalam menulis kreatif?
2. Mengapa puasa dapat berimplikasi terhadap penulis muslim dalam
menulis kreatif?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. lngin mengetahui bagaimana cara puasa dapat berimplikasi mereka
terhadap penulis muslim dalam menulis kreatif.
2. lngin mengetahui mengapa puasa dapat berimplikasi mereka terhadap
penulis muslim dalam menulis kreatif.
1.4.2 Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
menambah wacana keilmuan dalam bidang psikologi, yaitu psikologi
kognitif dan psikologi Islam.
2. Secara praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi semua orang terutama
para penulis buku.
6
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I: Berisi pendahuluan, menguraikan tentang lata1- belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian,
serta sistematika penulisan.
BAB II Berisi kajian teori yang membahas tentang teori yang terkait dengan
menulis kreatif dan puasa, kerangka berfikir, serta skema berpikir.
BAB Ill: Berisi tentang metodologi penelitian yang membahas tentang jenis
penelitian (pendekatan penelitian dan metode penelitian), subyek
penelitian (karakteristik subyek penelitian, teknik pengambilan
subyek, jumlah subyek penelitian), metode pengumpulan data,
instrumen penelitian, teknik analisa data, prosedur penelitian.
7
BAB IV: Berisi tentang hasil penelitian yang mengungkapkan gambaran
umum subyek penelitian, paparan kasus dan analisa per kasus, serta
analisa antar kasus.
BAB V: Berisi tentang kesimpulan, diskusi dan saran. Kesimpulan pada
hakikatnya merupakan inti yang diperoleh dari pembahasan dan
analisis data, sedangkan saran dikemukakan sebagai sumbangan
peneliti alas apa yang menjadi permasalahan.
2.1 Menulis Kreatif
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1.1 Pengertian Kreativitas dalam Menulis Kreatif
Berdasarkan arti katanya Wilcox (2003) mengutarakan kata kreasi atau
creation (lnggris) berasal dari kata kratein (Yunani) yang berarti
menyempurnakan dan dari kata kar (Sanskrit) yang berarti membuat.
Kreativitas didefinisikan sebagai daya cipta; keahlian menemukan atau
menciptakan sesuatu yang baru secara artistik ataupun intelektual
Kreatif adalah berkenaan dengan penggunaan atau upaya memfungsikan
kemampuan mental produktif dalam menyelesaikan atau memecahkan
masalah, atau upaya pengembangan bentuk-bentuk artistik dan mekanis -
biasanya dengan maksud agar orang mampu menggunakan informasi yang
tidak berasal dari pengalaman atau proses belajar secara langsung, akan
tetapi berasal dari perluasan konseptual dari sumber-sumber informasi tadi.
Sedangkan kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam
seni, atau dalam hal lain atau dalar.i memecahkan masalah-masalah dengan
metode-metode baru (Chaplin, 2002).
8
Kreatif adalah memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan,
bersifat mengandung daya cipta, pekerjaan yang menghendaki kecerdasan
dan imajinasi. Sedangkan kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta
atau daya cipta (KBBI, 2001 ).
Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya: (1)
Baru, (novelty): inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh,
mengejutkan. (2) Berguna, (useful): lebih enak , lebih praktis,
mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik,
memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan,
mendatangkan hasil lebih baik/ banyak. (3) Dapat dimengerti.
(understandable): hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain
waktu. (David Campbell dalam Nashori, 2002)
"Kreativitas adalah kemampuan untuk membual: kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada." (Utami Munandar, 1992)
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan bahwa kreativitas memang
dapat diartikan dengan menciptakan sesuatu yang baru namun tak
selamanya yang baru berasal dari sesuatu yang tidak aida. Mendaur ulang
sesuatu yang sudah ada mengkombinasikan dengan unsur lain yang sama-
sama sudah ada dengan penyajian yang berbeda juga sudah dapat di
katakan sebagai kreativitas. Misalnya, seorang penulis menulis tentang
9
10
singkong bakar. ubi rebus. kentang kukus, mie goreng, dan jagung panggang
kemudian mencoba menggabungkan ketiganya menjadi sebuah tulisan baru
berjudul mengolah makanan pokok dalam berbagai cara.
Guilford mengungkapkan bahwa kreativitas sebagai berpikir divergen, yaitu
aktivitas mental yang asli, murni, dan baru, yang berbeda dari pola pikir
sehari-hari dan menghasilkan beraneka alternatif jawaban terhadap sebuah
persoalan yang sama benarnya. Berpikir divergen berlawanan dari berpikir
konvergen yang hanya berorientasi pada suatu jawaban yang benar. Namun,
berpikir divergen juga belum dapat menjadi jaminan bahwa seseorang akan
kreatif secara aktual atau kreatif produktif. Menjadi orang yang kreatif
produktif masih memerlukan potensi baik dari karakteristik kepribadian dan
lingkungan yang mendukung. Nashori (2005) mengutarakan kemampuan
tersebut bercirikan empat hal sebagai berikut:
1. Kelancaran berpikir (fluency of thingking).
Kegiatan yang berupaya mengembangkan kelancaran berpikir kreatif
mendorong seseorang untuk memikirkan banyak kemungkinan jawaban
terhadap suatu persoalan. Seseorang yang dapat rnemberikan jawaban
yang sangat banyak adalah orang yang memiliki ciri kelancaran berpikir.
Seorang penulis yang menghasilkan banyak tulisan menunjukkan dirinya
sebagai orang yang lancar berpikir.
11
2. Keluwesan (fleksibilitas).
Seseorang dikatakan memiliki keluwesan berpikir bila gagasan-gagasan
yang diungkapkannya memiliki jangkauan yang leb1h luas. Seorang
penulis yang dapat menghasilkan tulisan dari berbagai jenis karya tulis
baik fiksi maupun non-fiksi atau menulis beragam tema.
3. Elaborasi
Elaborasi adalah kemampuan mengembangkan suatu ide, merinci,
melengkapi dan menambahkan detail-detail terhadap ide sehingga dapat
dilaksanakan dan di kerjakan. Seorang penulis yan1~ memiliki kemampuan
elaborasi berpikir akan mampu menunjukkan detil-cletil idenya.
4. Orisinalitas (keaslian)
Orisinalitas adalah kemampuan menemukan ide-ide yang tidak biasa, ide
yang tidak lazim di berikan. Seorang penulis yang memiliki orisinalitas
berpikir bila ia dapat menunjukkan ide-ide yang baru yang berkaitan
dengan isi maupun cara penuturannya.
lstilah lain selain berpikir divergen bagi kreativitas ialah berpikir lateral yang
dikemukakan oleh De Bono (2006) lawannya adalah berpikir vertikal yang
hanya berpikir dengan cara yang lama yaitu berpikir d21ri alas ke bawah,
selektif, searah, analitis, berurutan, proses terbatas. Berpikir lateral selalu
mencari alternatif lain dalam memandang sesuatu atau memecahkan
12
masalah tidak terpaku pada cara-cara yang sudah ada, segalanya bisa jadi
mungkin, berbagai arah, bersifat general, provokatif, fleksibel. Berpikir Lateral
adalah melarikan diri (keluar) dari berbagai ide dan persepsi yang sudah ada
untuk menemukan ide baru.
Orang kreatif memiliki kebebasan berpikir dan bertindak. Kebebasan tersebut
berasal dari diri sendiri, termasuk di dalamnya kemampuan untuk
mengendalikan diri dalam mencari alternatif yang memungkinkan untuk
mengaktualisasikan potensi kreatif yang dimilikinya. Mereka cenderung
mandiri, non-kompromis, melawan otoritas, dan biasanya tidak menyukai
pekerjaan rutin dan terlalu mendetail (Wilcox, 2003).
Julius Chandra (1994) mengutarakan bahwa menulis (mengarang) atau
tulisan misalnya sudah dapat disebut sebagai produk kreatif namun sebuah
tulisan dikatakan benar-benar kreatif bila isinya membenihkan kesadaran
baru, mungkin bersifat puitis, ringkas tetapi bermakna, gaya bahasa yang
khas, dan materi yang orisinal. Pesan yang disampaikan bisa berupa
informasi, gagasan, pemikiran, ajakan, dan sebagainya.
Menulis merupakan kegiatan menyusun kata-kata menjadi kalimat-kalimat
yang bermakna. Dengan kemampuan mengolah kata penulis menyatukan
kata-kata pilihan menjadi satu rangkaian tulisan penuh makna dan
13
bermanfaat Kata-kata yang dipilih ini akan membuat tulisan baik atau buruk,
menarik atau membosankan dan mudah atau sulit dipahami pembacanya.
Ernest Hemingway yang dikutip Naning Pranoto berkata bahwa menulis
adalah petualangan. Petualangan disini adalah bukan petualangan secara
raga, melainkan paduan dari kekayaan batin dan intelektual (materi dasar
atau bahan tulisan), imajinasi (kreativitas dan pengembangan) serta kosakata
(penguasaan bahasa). Paduan itu dirangkai menjadi satu tulisan melalui
suatu proses yang disebut proses kreatif (http://www.rayakultura.net).
Menulis kreatif dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengendalikan
pikiran-pikiran kreatif yang bergumul dalam pikiran seseorang dan untuk
menyusunnya ke dalam sebuah kalimat dengan struktur yang baik. Penulis
kreatif menggunakan sastra dengan efektif untuk memperkuat penulisan
mereka, dan mereka juga memiliki kecenderungan melihat segala sesuatu
dengan cara yang tidak biasa (Bulututu Ozuah dalam http://id.shvoong.com).
Dari berbagai pengetian di alas dapat disimpulkan bahwa kreativitas dalam
menulis kreatif adalah kegiatan berpetualang secara batin dan intelektual
dalam mengendalikan µikiran-pikiran kreatif yang bergumul dalam pikiran dan
merangkainya menjadi sebuah tulisan yang unik, bernilai guna, dan dapat
dimengerti orang yang membacanya dengan cara yang tak biasa (divergen
atau lateral) melalui proses kreatif.
2.1.2 Proses Kreativitas dalam menulis
Sebenarnya menulis dan kreativitas memiliki hubungan yang sangat erat
dimana menulis dapat mengembangkan kreativitas seseorang dan menulis
membutuhkan proses berpikir kreativitas. Proses kreativitas dalam menulis
dapat berkembang sejalan dengan semakin seringnya seseorang
menuangkan ide-idenya dalam tulisan.
Membuat karya yang berkualitas, orisinil, dan fenomenal tidaklah mudah,
dibutuhkan keterampilan berpikir yang kreatif dari sang penulis. Menurut
Pasiak (2002) orang-orang kreatif butuh latihan dan pembiasaan untuk
menjadi kreatif, artinya ada sebuah proses. Bisa jadi proses kreatif muncul
dari sesuatu (objek) yang sudah ada bukan dari yang tidak ada. Objek
berpikirnya benar-benar ada, namun orang kreatif memahami dan
menelusurinya dengan cara yang berbeda dari biasanya.
14
Proses kreatif dalam perspektif Psikolog Baral selalu diKaitkan dengan
penggunaan otak manusia. Deporter (dalam Mujib, 2002) mengatakan
bahwa kreativitas merupakan hasil dari fungsi otak kanan yang berpikir
bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Cara berpikir otak kanan
berhubungan dengan hal-hal yang bersifat non-verbal, seperti perasaan dan
emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan (merasakan kehadiran
15
suatu benda atau orang), pengenalan bentuk dan pola, musik seni, kepekaan
warna, kreativitas dan visual. Berbeda dengan otak kiri yang berfungsi untuk
berpikir secara logis, sekuensial, linear, teratur, dan rasional. Walaupun
berdasarkan realitas, ia mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis.
Cara berpikirnya sesuai dengan tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis,
membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta
simbolisme.
Nursalim Shahib mengatakan bahwa, kreativitas merupakan dominasi otak
kanan manusia. Kecerdasan otak kiri yang mengandalkan logika memang
sangat penting dalam kehidupan manusia, tetapi tanpa disertai dengan
kecerdasan otak kanan, orang tidak akan inovatif dan tidak kreatif karena
kreativitas dan daya cipta merupakan fungsi otak kanan. lmajinasi, daya
cipta, dan perasaan merupakan fungsi otak kanan yan9 sangat menentukan
kreativitas manusia. Ketiga fungsi otak kanan tersebut sangat tergantung
kepada "ilham" dari sang Khalik (Shahib, 2003). Nashori (2005) sependapat
pula bila seseorang menggunakan otak kanannya, maka ia akan banyak
menghasilkan pemikiran dan karya-karya kreatif. Penulis yang kreatif akan
banyak menggunakan kedua belahan otaknya dimana otak kanan dalam
memproses kreativitas menulis dan otak kiri untuk menganalisa hasil
tulisannya.
16
Menulis adalah soal mengungkapkan rasa, rasa yang terbilang abstrak, yang
sulit untuk di ukur namun penuh makna. Hal ini merupakan hasil kelihaian
otak kanan. Apakah tulisan tersebut bermakna, berguna dan dapat dipahami
oleh pembacanya diperlukan peran otak kiri.
Selaras dengan Deporter, Ramu dan Rosenberg (dalam Siller, 2002)
menjelaskan bahwa proses kreatif adalah kemampuan bermetaforma,
kemampuan menghubungkan sesuatu yang tidak berkaitan untuk melihat
hubungan-hubungan yang tidak terlihat orang lain empat tingkat dalam
proses kreatif Siller antara lain:
1. Koneksi, memindahkan arti dan asosiasi baru dari satu objek atau
gagasan ke objek atau gagasan yang lain. Cara yang biasa digunakan
adalah dengan membandingkan dua ha! tersebut
2. Temuan, menjelajahi perbandingan secara mendalam dan menemukan
sesuatu yang sama.
3. Ciptaan, Menciptakan sesuatu dan membuat maknc:1 baru berdasarkan
koneksi dan temuan.
4. Terapan, menggunakan ciptaan dalam cara dan konteks yang baru.
Sedangkan menurut Rogers (dalam Munandar S.C.U, ;wo2) kondisi internal
memungkinkan seseorang mengalami proses kreatif sebagai berikut:
17
1. Keterbukaan terhadap pengalaman, terhadap rangsangan-rangsangan
dari luar maupun dari dalam. Kemampuan menerima segala informasi dari
pengalaman hidupnya sendiri apa adanya tanpa mengusahakan
pertahanan diri (defense), tanpa kekakuan, dan keterbukaan terhadap
konsep secara utuh, kepercayaan, persepsi dan hipotesis, dengan
demikian, individu kreatif adalah yang menerima perbedaan.
2. Eva/uasi internal, yaitu pada dasarnya penilaian terhadap produk karya
seseorang terutama ditentukan oleh diri sendiri bukan karena kritik dan
pujian orang lain. Meskipun demikian individu tidak tertutup dari masukan
dan kritikan dari orang lain.
3. Kemampuan untuk bermain dan bereksplorasi dengan unsur-unsur,
bentuk-bentuk dan konsep-konsep. Kemampuan untuk membentuk
kombinasi hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
Menurut halpern (1996; dalam Suharnan, 2005), proses kreativitas melalui
3S, yakni:
1. Sensitivitas (kepekaan)
Kepekaan adalah penggunan alat-alat indera sebagai jendela untuk
mengetahui dan menguasai lingkungan, dari kepekaan yang dimiliki
seseorang maka ia dapat menemukan masalah yang membutuhkan
penyelesaian.
2. Sinergi
Menggabungkan bersama bagian-bagian yang terpisah ke dalam totalitas
fungsi yang berguna.
3. Serendipiti (keberuntungan)
18
Maksudnya adalah penemuan yang terjadi secara kebetulan atau tanpa
direncanakan akibat adanya suatu kejadian menghadapi masalah yang harus
dicari jalan keluarnya.
Secara sistematis David Campbell (dalam Nashori, 2002) mengungkapkan
bahwa tahap-tahap kreativitas meliputi lima tahap, antara lain :
1. Persiapan: pada tahap ini, penulis meletakkan dasar pemikirannya,
menyatakan masalah dan mengumpulkan materi-materi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah. Penulis juga mempelajari latar belakang
masalah serta seluk beluknya.
2. Konsentrasi: pada tahap ini, perhatian penulis terpusat pada hal-hal yang
akan mereka tuliskan. Penulis akan banyak menimbang-nimbang,
menguji, mencoba meneliti masalah dari berbagai sudut pandang dan
menyederhanakannya dengan bahasa sendiri. Penulis biasanya
mengalami coba dan salah (trial and error).
3. lnkubasi: sedang pada tahap ini, penulis seolah-olah mengesampingkan
masalah yang tengah dihadapi atau beristirahat sejenak hingga tertidur,
19
memberi waktu bagi pikiran untuk relaks dan mengumpulkan energi.
Keadaan ini penulis berada dalam gelombang otak "teta". Meski demikian.
bukan berarti melupakan masalah yang harus diselesaikan, tetapi
sebenarnya alam bawah sadarnya yang meneruskan mencari pemecahan
masalahnya. Mimpinya dapat menjadi "pintu" atau ')'a/an" atau "sarana"
bagi otak untuk tetap mencari pemecahan masalah yang dihadapinya.
Keadaan teta ini akan melahirkan ide-ide kreatif atau mandapatkan
jawaban dari permasalahan yang sulit diselesaikan sebelumnya.
Frekuensinya 3,5-7 Hz dalam pemantauan EEG (Pasiak, 2002).
4. 11/uminasi: pada tahap ini otak menunjukkan gelombang "a/fa".
Kisarannya 7-13 Hz. Keadaan "a/fa" yang relaks ini sangat baik untuk
belajar dan dalam menemukan suatu gagasan atau rencana pemecahan
masalah. Proses ini sering disebut pengalaman "Af-lA", dan biasanya
orang mengatakannya sambil melompat kegirangan ketika telah
ditemukan gagasan pemecahan yang selama ini dic:ari (Pasiak, 2002).
Hasil kreatif baru muncul secara tiba-tiba dan diikuti rasa senang.
5. Verifikasi: ahli lain menyebutnya dengan implementasi. Verifikasi
merupakan pelaksanaan gagasan yang ditemukan. Pada tahap ini,
penulis dapat menuangkan ide-ide hasil pemikiran kreatifnya melalui
tulisan. Dalam menentukan apakah penyelesaian masalah nampak dalam
fakta-fakta yang benar. penulis memerlukan pola berpikir kritis unruk
mengevaluasi hasil penyelesaian masalah.
20
Sedangkan dalam pandangan Islam, Nashori (2002) berpandangan bahwa
kreativitas boleh jadi bukan merupakan hasil proses berpikir yang disengaja,
tapi anugrah yang dilimpahkan Yang Maha Pandai (al-'Alim) Allah azza wa
ja/la kepada siapapun yang dikehendaki.
Kreativitas terbesar berasal langsung dari Sang Pencipta yakni Allah SWT.
Karya-karya manusia hanyalah manisfestasi dari kreat1vitasnya, cerminan
dari "kerajinan tangan-Nya". Orang yang dianggap kreatif adalah mereka
yang dapat membuat dan memelihara hubungan dengan energi kreatif Arasy
Eksistensi dengan Allah. Sehingga terkadang llmuwan atau Seniman
(penulis) yang kreatif akan berbicara seperti para mistikus yang diluar logika,
rasional padahal mereka menyampaikan kepada kita hal esensial dari
pengetahuan sains itu sendiri (Wilcox, 2003).
Manna Khalil Al-Qattan, sebagaimana dikutip M. Hamclani B. AdzDzaky
mempercayai bahwa ilham merupakan jalan menuju munculnya kreativitas
merupakan bawaan dasar manusia. Ketika manusia banyak menggunakan
akalnya dan menghidupkan qalbunya dengan mendekatkan diri kepada Allah,
maka lahirlah kreativitas dalam dirinya. Al-Qattan menyamakan wahyu
dengan ilham, bila wahyu diperuntukan bagi nabi dan rasul sedangkan ilham
untuk manusia pada umumnya (Nashori, 2002).
21
"llham itu sendiri dapat diartikan sebagai sejenis pengetahuan yang dikaruniakan langsung oleh Allah kepada seseorang dan ditanamkan pada hati atau qalbunya, sehingga tersingkap olehnya sebagian rahasia dan tampak jelas olehnya realitas (Utsman Najati, 2002). Lahirnya ilham ditunjang oleh beningnya hati. Orang yang bening qalbunya adalah orang yang tidak memiliki tabir atau penghalang terhadap Allah. Saal Allah berkenan melimpahkan pengetahuan-Nya, ia siap menyambutnya." (Nashori, 2005)
Demikianlah kreativitas tidak dapat diprogram atau dipaksa untuk muncul
dalam menyelesaikan semua masalah dalam menulis. Meski fenomena
munculnya ide begitu saja dan dalam waktu seketika bak kecepatan cahaya,
sebenarnya telah mengalami proses berpikir atau proses kreatif.
Kreativitas dapat muncul dalam kondisi relaks atau dalam kondisi tertekan.
Kuncinya dalah bahwa si penulis dalam kontrol diri yang baik. Penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Zulkarnain mendapati bahwa terdapat
korelasi positif antara kontrol diri dengan kreativitas pekerja, artinya semakin
mampu para pekerja mengontol atau mengendalikan dirinya maka semakin
tinggi pula kreativitas yang dimunculkan.
2.1.3 Faktor Pendukung Kreativitas dalam Menulii;
Menurui Utami Munandar (dalam Nashori, 2002) faktor yang mempengaruhi
kreativitas secara internal ((kognitif: kecerdasan), (non-kognitif: sikap,
motivasi, nilai, spiritualitas, dan ciri kepribadian lain)). Sedangkan faktor
eksternal (kebudayaan tempat penulis hidup dan berinteraksi dengan
lingkungan).
Pertama, aspek yaitu aspek kognitif (lnteligensi dan kekayaan pengalaman
dan keterampilan penulis dalam berpikir). Meski intelegensi merupakan
komponen kreativitas namun tak selamanya orang yan9 inteligensi yang
tinggi memiliki tingkat kreativitas yang tinggi pula. Artinya ada hubungan
antara kreativitas dengan inteligensi walaupun tidak be·;iitu kuat (Vernon
dalam nashori 2002).
22
Kedua, aspek non kognitif (sikap, motivasi, nilai spiritualitas). Aspek internal
ini sangat penting bagi penulis karena aspek ini yang menjadi sumber
kekuatan setiap penulis dalam melahirkan karya-karya kreatifnya. Motivasi
menulis misalnya merupakan dorongan untuk menulis, ha! ini sangat
diperlukan agar penulis mengerjakan proyeknya penuh semangat dan
semakin cepat selesai.
Nilai spiritual dalam diri mereka pun menjadi sumbangsih kekuatan besar
baginya dan keyakinan dalam hati bahwa karyanya memang baik dan layak
di sebut sebagai karya yang kreatif. Biasanya nilai spiritual ini salah satunya
diperoleh dengan mengintensifkan perilaku ibadah.
23
Allah mengisyaratkan bahwa intensitas praktek ibadah akan berpengaruh
pada tingkat kreativitas yang dimilikinya. Bila seseorang intens melakukan
praktek ibadah, maka Allah akan memudahkannya mendapatkan
pencerahan. Rasulullah bersabda bahwa Allah akan memberikan kemudahan
pada seseorang untuk memahami sesuatu bila ia senang melakukan ibadah
sunnah. lbadah sunnah yang utama adalah berdzikir, shalat malam, puasa
Senin-Kamis, puasa Dawud, dan sebagainya.
"Hamba-Ku yang senantiasa mendekatkan diri kepada Ku dengan melakukan hal-hal yang sunnah, maka ia Kusenangi dan Kucintai, karenanya, Aku-lah yang menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar,menjadi peglihatannya yang dengannya ia melihat, menjadi liahnya yang dengannya ia bertutur kata, dan menjadi aka! yang dengannya ia berpikir. Apabila ia berdoa kepada-Ku, aku perkenankan doanya. Apabila ia minta sesuatu pada-Ku, niscaya Aku akan menolongnya. lbadah yang aku senangi ialah menunaikan kewajibannya dengan sebaik-baiknya untuk-Ku." (HR. Thabrani)
Ketiga, aspek kepribadian (rasa ingin tahu, harga diri, kepercayaan diri, sifat
mandiri, bernni mengambil rcsiko, disiplin diri, komitmen d;:m asertif).
Faktor emosi memang berperan penting karena dalam mood yang buruk,
penulis akan sulit berkonsentrasi dalam menulis. contoh aspek kepribadian
yang lain, asertif misalnya.
24
Hasil penelitian Any Reputrawati mengungkapkan bahvva ada hubungan
antara asertivitas dengan kreativitas pada siswa SMU. Ciri-ciri asertivitas
adalah kepercayaan diri, kebebasan berekspresi secara jujur, tegas, dan
terbuka tanpa mengecilkan dan mengesampingkan arti orang lain, dan berani
tangung jawab. Secara khusus, Reprutrawati, ciri-ciri sifat diatas memiliki
hubungan antar asertivitas dengan kelancaran berpikir, keluwesan berpikir,
dan originalitas, namun tidak ada hubungan asertivitas dengan elaborasi.
(Nashori, 2002).
Kepribadian yang baik, pikiran yang jernih, yang bebas dari penyakit hati
maka akan mudah memperoleh kreativitas ilahi atau ilmu. Seperti terpatri
dalam Qs. Al-Kahfi (18): 65, yang artinya: "Yang le/ah kami berikan
kepadanya rahmal dari sisi Kami, dan yang le/ah Kami ajarkan kepadanya
ilmu dari sisi Kami." Dan Qs. An-Nuur (24): 35 yang artmya "Allah (pemberi)
cahaya (kepada) /angil dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah
/ubang yang lidak lembus yang di dalamnya ada pe/ila besar. Pelila ilu di
dalam labung kaca, (dan) labung kaca ilu bagaikan binlang yang berkilauan,
yang dinya/akan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yailu} pohon
zailun yang lumbuh tidak di Timur dan tidak pula di Baral, yang min ya kn ya
(saja) hampir-hampir menerangi, wa/aupun lidak disentuh api. Cahaya di alas
cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi pelunjuk kepada cahaya-Nya bagi
25
orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan
bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesualu"
Di samping aspek internal, aspek eksternal juga mempengaruhi kreativitas
seseorang. Aspek tersebut di antaranya:
Pertama, Faktor Budaya, dan orang lain (keluarga, sekolah atau kerja,
masyarakat). Sehebat apapun seseorang pasti membutuhkan orang lain. Bila
ada orang hebat, lihatlah orang-orang di sekelilingnya. Utami Munandar
mengatakan bahwa kebudayaan yang memungkinkan untuk tumbuh dan
berkembangnya kreativitas adalah kebudayaan yang menghargai kreativitas.
Kedua, Faktor Sarana dan Prasarana (fasilitas dan lingkungan yang
mendukung kepenulisan). Faktor ini merupakan faktor pendukung
kepenulisan. Seperti referensi tulisan yang berasal dari berbagai sumber,
media untuk mempublikasikan tulisan (baik cetak maupun elektronik),
suasana juga turut mempengaruhi.
Menurut Ernest Hemingway yang di kutip oleh Naning Pranoto Proses kreatif
menulis akan terwujud denyan baik apabila adanya faktor penunjang sebagai
berikut:
26
1. Konsentrasi untuk menulis.
2. Menghimpun materi yang akan ditulis.
3. Pengembangan materi yang akan ditulis (mapping mind - menulis dalam
kepala).
4. Dukungan referensi dan sarana menulis Membuat draft materi yang akan
ditulis juga tentukan fiksi atau non fiksi.
5. Diskusi dengan teman untuk membicarakan tulisan akan ditulis - bila
diperlukan.
6. Menyusun jadwal untuk menulis disesuaikan dengan jam
produktif/biological clock (masing-masing orang punya jam-jam produktif
yang berbeda).
7. Siap menulis tanpa keraguan/bimbang (sungguh-sungguh).
8. Siap sendirian (menyendiri pada waktu menulis).
9. Tubuh dalam kondisi fit agar pada waktu menulis tidak ada gangguan
kesehatan.
10. Sediakan 'ruang' yang nyaman untuk bekerja (menulis).
11. Ciptakan atau kondisikan dalam mood yang baik (in the good mood) pada
saat akan menulis.
2.1.4 Faktor Penghambat Kreativitas dalam Menulis
James (1986; dalam Arman, 2006) telah mengidentifikasi hambatan
kerativitas tersebut dalam bentuk klasifikasi sebagai berikut:
27
1. Hambatan Persepsi: hambatan yang menyebabkan manusia sulit untuk
secara jelas mempersepsikan masalah atau informasi yang relevan
dengan masalah yang dihadapinya. Misalnya: Pola pikir stereotip,
membatasi masalah secara berlebihan, terlalu banyak atau terlalu sedikit
informasi (data) yang diperoleh.
2. Hambatan Emosi: hambatan yang dapat sangat mengganggu kemam
puan seseorang untuk memecahkan masalah melalui berbagai cara.
Misalnya: takut mengambil resiko, tidak menyukai ketidakpastian atau
takut keluar dari zona nyaman, lebih suka menilai daripada menghasilkan
gagasan, menganggap remeh suatu masalah, tergesa-gesa
menyelesaikan masalah dalam kepenulisan.
3. Hambatan Kultural: hambatan yang paling umum adalah ketakutan untuk
menjadi berbeda dengan yang lain, atau takut men£1ambil
tindakan/mengemukakan gagasan yang kemungkinan bakal dianggap
controversial oleh masyarakat sekitar. Misalnya: gaya bahasa tulisannya
kurang dterima oleh masyarakat karena dianggap kurang lazim atau
berbeda dengan aturan gaya bahasa pada umumnya.
PERPlJSTAKN\N UTAMA UIN SYAHID JAKARTA
28
4. Hambatan Lingkungan: merupakan hambatan kultural dalam lingkup yang
lebih luas. Dapat ditimbulkan oleh lingkungan sosial, budaya, dan fisik
yang melingkupi kita. Misalnya: kurangnya dukungan sarana, pra-sarana
dalam menulis
5. Hambatan lntelektual: biasanya disebabkan oleh pilihan mental yang tidak
efisien atau keengganan untuk menggunakan pendekatan baru. Misalnya:
terlalu mengandalkan logika, enggan menggunakan intuisi, menggunakan
pengalaman atau cara lama yang terbukti efektif hasilnya, terlalu
mengandalkan statistik dan pengalaman masa lalu sehingga gagasan-
gagasan baru terlalu cepat diuji secara mental.
Fogler dan Leblanc (2000; dalam Arman, 2006) menambahkan suatu faktor
hambatan lagi berupa Hambatan Ekspresif, yaitu ketidakmampuan
seseorang untuk mengkomunikasikan gagasan pada orang lain dalam bentuk
oral maupun tulis.
Ary Ginanjar (2006) mengungkapkan bahwa kreativitas tidak muncul jika
GOD-SPOT (titik tuhan) terbelenggu oleh hal-hal negatif yang sangat
merugikan, di antaranya:
1. Prasangka negatif (QS. Yun us 10:36)
2. Prinsip hid up yang keliru (Qs. Al-Ankabuut 29:41)
3. Pengalaman baik pribadi maupun warisan nenek moyang yang melanggar
syariah (Qs. Muthafifin 83:14)
29
4. Mendahulukan kepentingan selain Allah, hal ini bertolak belakang dengan
firman Allah (Qs. Al-Has yr 59: 18)
5 Sudut pandang melenceng (Qs. An-Nahl 16:125)
6. Pembanding yang salah (Qs. Al-kahfi 18:54)
7. Literatur sesat (Al-Furqaan 25:33)
Trevor Bentley menulis bahwa salah satu penghambat l<reativitas adalah
ketika orang itu hanya memiliki jawaban tunggal alas masalah (Only One
Right Answer). Seperti tercatat dalam Qs. Yusuf ayat 6i' yang berarti: "Dan
yakub berkata, 'Hai anak-anakku, janganlah kamu bersama-sama memasuki
dari satu pintu gerbang dan masuk/ah dari pintu-pintu gerbang yang berlain
lain; namun demikian Aku tiada dapat me/epaskan kamu barang sedikit pun
dari takdir Allah. Keputusan menetapkan sesuatu hanya/ah hak Allah.
Kepada-Nya !ah aku bertawakal dan hendaklah kepadanya saja orang-orang
yang bertawakal berserah diri (Ubaedy, 2006).
Goman (2001) dalam Arman (2006) mengidentifikasi hambatan kreativitas
berikut pendorong kreativitas untuk keluar dari hambatan tersebut sebagai
berikut:
30
Penghambat Kreativitas Pendorong Kreativitas
S1kao Neoatif I > Sikae Positif Taat pada aturan Melanaaar aturan Membuat asums1 Men1eriksa asumsi Stres vano berlebihan Lakukan Perubahan Man1pu menvalurkan stress Takut oaoal dengan T eknik menQambilan resiko Berkeyakinan bahwa diri sendiri tidak Yakin bila diri kreatif kreatif
Terlalu looika Menoounakan imaiinasi & intuisi
I Gambar 1
2.2 Puasa
2.2.1 Pengertian Puasa
lstilah puasa dalam bahasa Arab disebut al-shaum atau al-shiyam, dari akar
kata shama-yashumu-shawman atau shiyaman. Menurut bahasa, kata (al-
shaumu) memiliki beberapa pengertian, diantaranya aclalah:
1. Menahan sesuatu
2. Mencegah
3. Meninggalkan
Di dalam Al-Qur'an terdapat kata shawm dan kata shiyam. Kata shawm
dapat dipahami dalam firman Allah Qs. Maryam (19): 26, yang dimaksud
dengan lafadz (shawman) dalam ayat tersebut adalah "menahan diri" untuk
tidak berbicara.
Menurut istilah, puasa dalam bahasa Arab adalah menahan diri dari segala
sesuatu (menahan makan, minum, nafsu, menahan untuk berbicara yang
31
tidak benar, tidak bermanfaat, dan sebagainya). Menurut agama Islam yaitu
menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan imannya dari terbit fajar
sampai terbenam matahari dengan disertai niat (Rasjid 1994). Puasa adalah
menahan dan mencegah diri dari hal-hal yang mubah, yaitu berupa makan,
minum, dan hubungan suami istri dalam rangka mendekatkan diri pada Allah
Ta'ala (Qardhawi, 1998). Puasa adalah menahan diri dari segala apa yang
juga membatalkan puasa, semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari
dengan disertai niat (Sabiq, 1996).
Dari beberapa kutipan di alas, puasa dapat diartikan sebagai suatu keadaan
dimana seseorang dapat menahan kebutuhan jasmani seperti makan, minum
dan hawa nafsu serta perilaku yang tidak benar, dengan kata lain
meninggalkan segala sesuatu yang mudharat dan yang diharamkan dari
terbit fajar (subuh) sampai terbenam matahari (maghrib).
2.2.2 Macam-macam Puasa
Berdasarkan Tingkatan Puasa Imam Al Ghazali (dalam Said Hawwa, 2005)
menjabarkan antara lain:
Pertama, puasanya orang awam adalah puasa yang h<:inya menahan perut
(dari makan dan minum) dan kemaluan dari memperturutkan syahwat,
32
namun masih tetap (dan tidak mampu) melepaskan diri dari perbuatan dosa
dan maksiat.
Imam Al Ghazali pernah berkata: "Berapa banyak orang yang berpuasa, namun ia tidak mendapalkan dari puasanya itu se/ain Japar dan haus. Sebab, hakikat puasa ilu ada/ah menahan hawa nafsu, bukanlah sekedar menahan lapar dan haus. Bo/eh jadi orang tersebut memandang yang haram, menggunjing dan berdusta. Maka yang demikian itu membatalkan hakikat puasa".
Golongan ini adalah orang-orang yang oleh Nabi Muhammad SAW disebut
sebagai golongan orang-orang yang merugi karena mereka tidak
mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga. Jumlah golongan ini sangat
banyak, bahkan mayoritas di antara orang-orang yang berpuasa. Sebisa
mungkin kita berusaha agar tidak termasuk golongan ini dengan
mengamalkan puasa tingkatan kedua, yaitu puasanya orang-orang yang
sholeh.
Kedua, puasanya orang khusus dan puasa orang-oran9 sholeh adalah
puasa yang selain menahan perut dan kemaluan, juga menahan semua
anggota badan dari berbagai dosa dan maksiat. Menurut Imam Al Ghazali,
kesempurnaannya ada tujuh perkara yaitu: menundukkan pandangan dan
menahannya dari memandang hal yang diharamkan, clicela dan dibenci
(makruh) oleh agama dan norma, dan dari setiap ha! yang dapat
menyibukkan diri dari mengingat Allah SWT. Nabi Muhammad SAW
bersabda: "Lima ha/ yang dapat membatalkan puasa: berkata dusta,
ghibah (menggur.jing orang), memfitnah, sumpah dusta dan memandang
dengan syahwat." (HR. Al-Azdiy)
33
Ketiga, puasanya orang super khusus yaitu puasa yang disertai dengan
puasa hati dari berbagai keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran yang tidak
berharga. juga menjaga hati dari selain Allah secara total. Puasa ini akan
menjadi "batal" karena pikiran selain Allah (segala pikiran tentang dunia,
apapun bentuknya). lni adalah puasanya para Nabi dan Rasul Allah SWT.
2.2.3 Syarat Puasa dan Rukun Puasa
Achmad (1995) menjabarkan dalam bukunya syarat puasa dan rukun puasa
terdiri alas:
2.2.3.1 Syarat wajib puasa
1. Beragama Islam, karena puasa yang akan dilaksanakan menggunakan
tata cara agama Islam. Bila bukan Islam, maka gugur syarat berpuasa
pada orang yang menjalankan.
2. Baligh dan berakal, karena orang yang sudah baligh dan berakal
cenderung lebih mampu mengendalikan diri, dianggap telah dewasa baik
secara usia kronologis maupun usia mental. Bila ditilik dari Psikologi
Perkembangan, usia baligh dimulai sejak masa pubertas atau masa
remaja awal dimana seseorang mulai terbentuk konsep diri, semakin
matangnya intelektual seperti telah mampu berpikir 1malitis dan abstraksi
(Hurlock, 1980).
34
3. Kuat berpuasa dan sedang menetap di daerah tempat tinggalnya, karena
puasa harus dilaksanakan secara penuh dari terbit matahari hingga
terbenam matahari. Penulis tidak dalam beperrgian jauh.
2.1.3.2 Syarat sah Puasa
1. Beragama Islam
2. Mumayiz yaitu dapat membedakan yang baik dan tidak baik. Maksudnya
orang yang sudah dewasa secara kronologis dan mental.
3. Suci dari haid dan nifas, hal ini hanya dialami pada wanita, artinya bila
wanita sedang dalam keadaan haid dan nifas maka ia haram berpuasa.
4. Dalam keadaan yang diperbolehkan puasa, rnaksudnya tidak
memberatkan, seperti puasa bagi wanita hamil,saat sakit, dan bepergiaan
jauh pada jarak tertentu tetap diperbolahkan berpuasa tapi tidak
dipaksakan.
2.2.4 Rukun Puasa
Rukun puasa ini dibahas sebagai tata cara puasa yang dilakukan penulis
muslim:
1. Nial, yang dimaksud dengan niat adalah berkehendak atau berkeinginan
untuk mengerjakan puasa pada esok harinya dengan sadar dan sengaja
yang dilakukan dimalam hari sebelum terbit fajar. Nial menjadi unsur
penting dalam menjalani ibadah puasa karena niat menjadi awal dari
35
keyakinan diri bahwa puasanya akan berpengaruh dan memberikan
kekuatan saat menulis.
2. Menahan diri dari sega/a yang membatalkan puasa dari yang halal (makan
dan minum) sampai yang haram (bersetubuh, membunuh, dan seterusnya)
dan menjaga dari perbuatan bodoh (ghibah, fitnah, dan seterusnya) sejak
terbit fajar sampai terbenam matahari.
2.2.5 Hikmah Puasa
Puasa merupakan satu-satunya ibadah yang dilakukan serba rahasia, hanya
diri sendiri dan Allah yang mengetahui. Orang yang berpuasa itu dijanjikan
Allah akan bertemu denganNya untuk menerima balasan puasanya. Ukuran
balasannya pun diatur langsung oleh Allah. Sabda Rasulullah s.a.w. yang
berikut:
"Demi Allah yang jiwaku berada di dalam geng~1amanNya, bahwa bau mulut seorang yang berpuasa adalah lebih harum pada sisi Allah dari bau-bauan minyak kasturi. Allah azza wa jalla berkata: Sesungguhnya ia telah meninggalkan syahwatnya, makannya dan minumannya kerana Aku. Puasa itu (dilakukan) karena Aku, dan Akulah yang akan memberikan balasannya sendiri."
Bila ditelaah lebih dalam puasa juga mengandung banyak rahasia hikmah
yang tersirat di baliknya baik dalam secara internal maupun eksternal. Puasa
dapat berpengaruh baik dalam berbagai aspek kehidupan orang yang
menjalankannya.
Yusuf Qardhawi (1995) menyebutkan beberapa hikmah puasa, antara lain:
1. Tazkiyatun nafs (membersihkan jiwa), yaitu dengan jalan mematuhi
perintahNya dan menjauhi laranganNya serta melatih diri untuk
menyempurnakan peribadatan kepada Allah semata.
2. Puasa dapat menyehatkan fisik dan mental seseorang yang
menjalankannya.
36
Secara Jasadiah, puasa dapat berimplikasi langsung terhadap kesehatan
fisik, Seperti dijelaskan dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda "Shumu
tashihhu" (berpuasalah niscaya kamu akan sehat (HR. Thabrani). Sabda
Rasulullah yang lain "Perut adalah rumah penyakit dan pencegahan
adalah pangkal obat. Dan asal semua penyakit adalah mengisi perut
dengan berlebih-lebihan". Sesuai pula dengan firman Allah dalam Al
Qur'an surah Al A'rraf ayat 31 yang artinya sebagai berikut: " ... makan
dan minumlah tetapi jangan melampaui batas. Maha benar Allah dengan
segala firman-Nya". (QS 7:31 ).
Pada saat seseorang sedang berpuasa, tingkat gula darah mengalami
penurunan kurang lebih enam atau tujuh jam berpuasa. Saat itulah
seluruh organ tubu:1 berada dalam kondisi waspada begitupula bagian
bagian tertentu di otak. Sel gula merupakan santapan utama bagi otak,
maka saat berpuasa dimana sel darah menurun, otak bawah sadar
menyampaikan stimulus ke beberapa kelenjar yang membutuhkan
37
stimulus tersebut. Selanjutnya kelenjar lemak menyumpali tambahan
hormon yang bekerja untuk memindahkan zat-zat yang tertimbun dalam
tubuh seperti glikogen menjadi glukosa melalui hormon kortisol dan zat
adrenalin, kemudian di cerna oleh otak. Oleh karenanya, puasa bekerja
untuk menghancurkan timbunan lemak dan merubal1nya menjadi energi
yang dapat mengembalikan keseimbangan tubuh (Rasyad, 2004).
Keseimbangan dalam tubuh inilah yang memberikan efek relaksasi pada
tubuh dimana tubuh merasa nyaman, tenang, dan membuat tidur lebih
nyenyak dan terhindar dari penyakit insomnia dan cemas berlebih. A.A
(dalam Hawwa, 2001) mengatakan shaum (puasa) juga memberikan
istirahat pada tubuh selama waktu tertentu setiap tahun selama satu
setengah dari usia orang sakit. Selain itu keseimbangan tubuh akan
meningkatkan konsentrasi dalam berpikir. Saat dimana otak dalam
gelombang alpha (a) yang sangat baik untuk belajar dan berpikir kreatif.
Tak heran bila puasa sering dijadikan terapi untuk penyembuhan berbagai
penyakit seperti jantung, ginjal, diabetes, stroge, kanker atau sekedar
menurunkan berat badan (Rasyad, 2004). Melalui tubuh yang sehat,
semua orang termasuk penulis buku akan merasakan perasaan fresh
(segar) dan dapat menjalankan seluruh aktivitasnya dengan vitalitas tubuh
secara optimal.
39
ungkapan lbn Katsir dalam tafsirnya, terkandung makna "melemahkan diri
dari syahwat dan maksiat agar potensi kalbiah dapat teraktualisasikan".
Puasa Sebagai taqarrub ilahiah (mendekatkan diri kepada Allah). Puasa
merupakan madrasah moralitas yang besar dan dapat dijadikan sarana
latihan untuk menempa berbagai macam sifat terpuji (Wahbah, 1996).
Semua dalam rangka ibadah dan menjadi pribadi yang bertaqwa.
Menurut Al Ghazali (dalam Mujib 2006) mengemukakan bahwa hikmah lapar
dalam berpuasa antara lain:
1. menjernihkan kalbu dan mempertajam pandangan.
2. melembutkan kalbu, sehingga mampu merasakan kenikmatan batin
seperti ketika melakukan zikir.
3. menjauhkan perilaku hina dan sombong yang sering mengakibatkan
kelupaan.
4. mengingatkan jiwa manusia akan cobaan dan azab Allah, sehingga ia
hati-hati dalam memilih makanan.
5. memperlemah syahwat dan tertahannya nafsu amarah yang buruk. Jika
seseorang banyak makan makanan yang haram maka akan mudah
terjangkit penyakit maksiat dan perbuatan dosa.
40
Dosa dan maksiat merupakan salah satu yang dapat menghambat untuk
berpikir jernih. Enam maksiat yang wajib dihindarkan saat orang
berpuasa menurut Imam Al-Ghazali yang dikutif oleh Arwani Syaerozi
dalam (http://arwani-syaerozi.blogspot.com ialah :
a. menjaga mata dari melihat sesuatu yang buruk menurut norma agama
b. menjaga lisan dari berdusta, memfitnah, dan perkataan keji
c. menjaga telinga dari mendengar segala sesuatu yang haram untuk
didengar.
d. menjaga seluruh anggota tubuh dari perbuatan-perbuatan negatif
e. menjaga untuk tidak berlebihan saat berbuka puasa
f. menjaga hati untuk terus terikat dengan khauf (rasa takut) dan raja'
(pengharapan), agar sadar bahwa ibadah puasanya bisa saja diterima
oleh Allah Swt, sehingga termasuk orang-orang yang beruntung atau
ditolak sehingga termasuk orang-orang yang merugi.
6. mengurangi jam tidur dan memperkuat kondisi terjaga di malam hari untuk
beribadah.
7. mempermudah seseorang untuk selalu tekun beribadah.
8. menyehatkan badan dan jiwa serta menolak penyakit.
9. menumbuhkan sikap suka membantu orang lain.
10. menumbuhkan sikap mendahulukan kepentingan orang lain dan mud ah
bersedekah
Utsman Najati (2003) juga menerangkan tentang hikmah (faedah) puasa
yaitu sebagai berikut:
1. Puasa dapat memperkuat kehendak dan menimbulkan kekuatan untuk
menaklukan hawa nafsu.
2. Puasa melatih seseorang untuk bersabar, dengan puasa ia mampu
menahan beban berat kehidupan atau saat mengejar suatu tujuan.
41
Puasa membiasakan sifat sabar dapat membangkitkan semangat juang.
Dalam buku lhya Ulumuddin, Imam Al Ghazali menJelaskan bahwa ibadah
puasa adalah seperempat dari iman, statemennya ini dilandaskan pada
hadits Nabi SAW yang menjelaskan bahwa "puasa itu setengahnya sifat
sabar'' (HR. Ahmad dan Turmudzi) dan hadist yang lain "sifat sabar itu
setengahnya iman" (HR. Abu Nuaim), dari kombinasi dua hadits inilah al
Ghazali menarik kesimpulan bahwa ibadah puasa adalah seperempat dari
iman (Arwani Syaerozi dalam http://hikmah.sitesled.com).
Sifat sabar ini penting dan sangat dibutuhkan oleh para penulis buku
terutama dalam menghadapi setiap masalah kepenulisannya baik secara
internal maupun eksternal. Banyak hal yang mau tidak mau menuntut
kesabaran dari sang penulis.
3. Puasa mengajakan seseorang untuk berempati pada penderitaan fakir
miskin, sehingga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial, ia
senantiasa cenderung untuk memberikan bantuan pada yang
membutuhkan.
4. Puasa sangat berguna untuk mengobati perasaan berdosa dan
menghilangkan kegundahan. Barang siapa yang menunaikan puasa,
maka ia akan meraih ampunan dari Allah alas segala dosa-dosa yang
telah ia perbuat.
2.2.5 Manfaat Puasa secara Psikologis
1. Puasa mengendalikan hawa nafsu
42
Bila dianalisis dari teori Psikologi, Psikoanalisa misalnya. makan, minum,
dan kesenangan duniawi diibaratkan sebagai id, perilaku puasa sebagai
ego yang menuruti superego yang melarang untuk rnendekati id. lbadah
puasa sebagai simbol dari usaha untuk kenikmatan fisik materialis menuju
kenikmatan psikis transendental. Dengan puasa manusia melatih diri
untuk mengendalikan diri dan terhindar dari belenggu materialisme di
zaman yang hedonistik (pemuja kesenangan dunia semata) ini.
Puasa mengendalikan hawa nafsu dengan menurunkan tensi seksual.
Saat berpuasa setiap orang diharuskan meninggalkan makan, minum,
dan sebagian kesenangan dunia. Korelasinya adalah setiap orang
dilarang untuk mendekati sumber-sumber nafsu. Puasa membuat orang
harus berusaha menahan nafsu lahiriahnya dan menjauhi maksiat dalam
waktu tertentu.
43
2. Puasa membuat lebih konsentrasi dalam berpikir kreatif
Puasa sebenarnya menyebabkan fisik terutama alat pencernaan
mengalami tekanan (tension) karena tidak ada makanan atau minuman
(sumber energi) yang masuk, namun alat pencernaan dan hormon dalam
tubuh tetap bekerja. Keadaan tegang ini pada suatu sistem cenderung
untuk menyamakan diri dengan sistem disekitarnya. Sistem yang
mempunyai tegangan tinggi akan mengalirkan eneqJinya ke sistem di
sekitarnya yang tegangannya lebih rendah sehingga teganganya sama
dengan sistem lainnya. Puasa membuat terjadinya mengalihan energi dari
perut ke yang lain sehingga terjadi keseimbangan tubuh (Suryabrata,
2003).
Bila kita bahasa melalui teori psikologi Medan Kurt Lewin, perpindahan
energi dari perut ke sistem otak. Hal ini dikarenakan darah tidak
terkonsentrasi di saluran pencernaan, sehingga otak cukup mendapat
suplai maksimal ketika ia bekerja sehingga kegiatan berfikirnya menjadi
optimal (www.Ade.Blogspot.com). Pengalihan energi ini menyebabkan
otak lebih mendapat suplai darah lebih banyak dan menjadi lebih
konsentrasi dalam berpikir dan memfokuskan d!ri dalam menulis. Dengan
mengendalikan makan akan tercipta konsentrasi dan pemusatan pikiran
orang yang menjalaninya yang berarti meningkatkan IQnya (Syarifuddin,
2003).
44
3. Puasa memberikan motivasi dan semangat yang tinggi dalam berkarya
Puasa mengandung latihan untuk mengendalikan motivasi dan emosi
serta mengalahkan dorongan syahwatnya untuk tidak makan, tidak
minum, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berkata kotor, bertindak
bodoh, mencela, maupun melakukan perbuatan yang dapat
mendatangkan murka Allah. Puasa dapat meningkatkan motivasi dan
semangat berprestasi dan berkarya. Puasa memberikan penekanan dan
pengalihan rasa lapar yang dirasakan sebagai motivasi atau semangat
untuk semakin giat berprestasi (berkarya).
Hal ini secara fisika bisa kita pelajari lewat mekanisme permainan anak
jungkat-jungkit dimana bila yang satu ditekan ke bawah maka teman di
depannya akan naik ke alas dan begitu sebaliknya. Contoh lain, bola tenis
bila di tekukkan ke tanah perlahan maka pantulan ke langitnya rendah
namun bila di ketukkan dengan sangat kencang maka bola tersebut akan
memantul ke angkasa bisa sangat tinggi. Gaya tekan berubah menjadi
energi untuk melakuan usaha perpindahan.
Sama halnya dengan manusia untuk memotivasi seseorang untuk maju
atau melakukan sesuatu justru harus diberikan tekanan agar ia merasa
tidak nyaman dengan tekanan itu dan akhirnya merubah posisi sebagai
bentuk penghindaran (untuk yang arah motivasinya menghindar). Bagi
45
orang yang arah motivasinya mengejar tekanan bisa berupa reward
(hadiah) yang mereka ingin miliki sehingga mereka akan berusaha untuk
memperolehnya.
Dalam skripsi ini, berarti puasa dapat menimbulkan motivasi dan
semangat baru dalam menulis. Hal ini dapat menjacli kekuatan dan
dukungan mental positif bagi setiap penulis buku. Namun paradigma
keliru selama ini mengatakan bahwa saat berpuasa orang akan merasa
lemas dan tak berdaya sehingga menurunkan produktivitas kerja dan
motivasi berkarya. Sebenarnya hal itu berhubungan dengan kualitas
puasanya pula. Sangat cocok dengan perkataan hadits nabi berikut ini:
"Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak didapatkan dari puasanya itu kecuali /apar dan dahaga." (1-/adits Riwayat Turmudzi)
4. Puasa dapat meningkatkan kecerdasan intelektual spiritual
Puasa merangsang syaraf-syaraf kecerdasan untuk berpikir aktif, dinamis,
dan konstruktif. Ketika berpuasa, syaraf-syaraf manusia tidak disibukkan
mengelola nutrisi yang bersifat materi, melainkan lebih mengarah pada
pengelolalaan nutrisi intelektual, seperti perolehan c:ahaya (il!umination).
Dalam teori 'quantum learning' cara terbaik memperoleh ilmu dengan
mengubah energi menjadi cahaya melalui penajaman intuisi (otak kanan).
Pembelajaran quantum mendorong seseorang untuk sebanyak-
47
penerimaan ide-ide yang lebih tinggi hanya mungkin bila pikiran
dicerahkan oleh akal aktif agar dapat tercerahkan oleh cahaya iman dan
disentuh oleh keberbakatan yang tumbuh dari wahyu.
Pada saat tersebut, biasanya penulis sering mendapat hujan ide yang
menginspirasi mereka untuk menuliskan ide-ide tersebut. Penulis
haruslah memiliki ide kepenulisan dan puasa dapat dijadikan salah satu
motivasi mereka untuk berpikir kreatif dan inovatif.
5. Puasa dapat menyehatkan mental
Secara mental, puasa juga dapat digunakan sebagai terapi psikis.
Misalnya menyembuhkan gangguan jiwa bahkan yang parah sekalipun.
Nicolayev, seorang guru besar yang bekerja pada Lembaga Psikiatri
Moskow, mencoba menyembuhkan gangguan kejiwaan dengan
menterapi pasiennya melalui puasa selama 30 hari (sama dengan orang
Islam lakukan saat puasa ramadhan). Dia membagi dua kelompok besar,
baik usia, maupun berat-ringanya penyakit yang diderita. Kelompok
pertama diberi pengobatan dengan ramuan obat-obatan. Sementara
kelompok kedua diperintahkan puasa selama 3 hart Kedua kelompok tadi
dikuti perkembangan fisik dan mentalnya dengan tes-tes psikologis. Dari
eksperimen itu diperoleh hasil bahwa banyak pasien yang tidak mampu
48
ditangani secara medis justru mampu disembuhkan dengan puasa. Selain
itu kemungkinan pasien untuk tidak kambuh setelah enam tahun ternyata
sangat tinggi, lebih dari seperuh pasien tetap sehat. Meskipun puasa yang
diberikan masih boleh minum. Ditinjau dari penyembuhan kecemasan,
dilaporkan oleh Alan Cott bahwa penyakit seperti insomnia, merasa
rendah diri juga dapat diatasi dengan berpuasa (Ancok, 1994).
Penulis yang sehat mental akan menghasilkan tulisan yang bermanfaat
dan dan bermakna karena tulisan adalah buah karya pemikiran seseorang
yang tertuang dalam bentuk kata-kata. Oleh sebab itu kebenaran isi dan
kedalaman makna tulisan tergantung pula kondisi mental sang penulis.
2.3 Kerangka Berpikir
menulis kreatif adalah kegiatan berpetualang secara batin dan intelektual
dalam mengendalikan pikiran-pikiran kreatif yang bergumul dalam pikiran dan
merangkainya menjadi sebuah tulisan yang unik, bernilai guna, dan dapat
dimengerti orang yang membacanya dengan cara yang tak biasa (divergen
atau lateral) melalui proses kreatif.
Menulis kreatif bukanlah sekadar membuat kalimat, melc.inkan diperlukan
kemampuan mengolah kata. Kata-kata yang diolah juga bukan sembarang
kata, melainkan kata-kata yang telah dipilih (terpilih) untuk dijadikan media
menulis. Kata-kata yang dipilih ini akan membuat tulisan baik atau buruk,
menarik atau membosankan dan mudah atau sulit dipahami pembacanya.
49
Tulisan dikatakan kreatif bila menunjukan sifat kreativitas seperti: (1) Baru,
(novelty): inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh,
mengejutkan. (2) Berguna, (useful): lebih enak, lebih praktis, mempermudah,
memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan
masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, rnendatangkan hasil
lebih baik atau lebih banyak (3) Dapat dimengerti, (understandable): hasil
yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu.
Tulisan kreatif juga bercirikan kelancaran berpikir (fluency of thingking)
dimana penulis mampu menghasilkan banyak tulisan. l<eluwesan (flesibility)
yaitu penulis dapat menghasilkan tulisan dari berbagai jenis karya tulis baik
fiksi maupun non-fiksi atau menulis beragam tema. Elaborasi (elaboration),
seorang penulis yang memiliki kemampuan elaborasi berpikir akan mampu
menunjukkan detil-detil idenya. Keaslian (orisinality), seorang penulis yang
memiliki orisinalitas berpikir bila ia dapat menunjukkan ide-ide yang baru
yang berkaitan dengan isi maupun cara penuturannya.
Namun untuk rnenjadi seorang penulis kreatif gampang-garnpang sulit.
menciptakan karya kreatif memang membutuhkan persiapan, waktu dan
50
proses yang bisa singkat maupun lama. Proses kreativitas yang dialami
diantaranya: masa persiapan, konsentrasi, inkubasi, illuminasi, dan verifikasi.
Secara sistematis dipaparkan oleh (David Campbell dalam Nashori, 2002).
Banyak faktor yang mempengaruhi berpikir kreatif. Secara Internal ada
beberapa aspek yang mempengaruhi yaitu aspek kognitif (lnteligensi dan
kekayaan pengalaman dan keterampilan penulis dalam berpikir), aspek non
kognitif (sikap, motivasi, nilai spiritualitas), dan aspek kepribadian (rasa ingin
tahu, harga diri, kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko,
disiplin diri, komitmen dan asertif).
Disamping aspek internal, aspek eksternal juga mempengaruhi kreativitas
seseorang. Aspek tersebut di antaranya: faktor budaya, dan orang lain
(keluarga, sekolah atau kerja, masyarakat) dan faktor sarana dan prasarana
(fasilitas dan lingkungan yang mendukung kepenulisan).
Hal tersebut mampu mempercepat atau malah menjadi penghalang. Penulis
mengalami hambatan baik secara hambatan internal (mengalami
kemandekan ide atau berusaha mencari ide baru yang inovatif dan kreatif,
kemampuan menulis yang masih kurang memadai, rasa malas, motivasi dan
disiplin diri yang rendah, mengabaikan aspek spiritualitas) maupun eksternal
(butuh media cetak untuk menerbitkan buku, sudah terbit belum tentu diakui
di pasaran dan dibaca orang lain, para penulis juga belum tentu distimuli
dengan fasilitas yang memadai dan finansial yang menunjang, seringkali
dicontek atau ditiru orang lain).
Permasalahan-permasalahan di atas dapat menjadi hambatan dalam
kreativitas. Para penulis biasanya mengatasi hal tersebut sebelum
melanjutkan untuk menulis. Secara Islam proses kreatif dapat dirasakan
seseorang bila telah bebas dari belenggu jiwa, dengan jiwa yang bersih,
ilham yang berupa ilmu dan pengertahuan atau kreativitas langsung
ditancapkan dalam dada mereka, hatinya yang bersih akan lebih mudah
menerima dan mendeteksinya.
51
Puasa dapat dijadikan stimuli dalam memunculkan kreativitas dalam menulis
atau berimplikasi pada menulis kreatif. Puasa itu sendiri dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana seseorang dapat menat1an kebutuhan
jasmani seperti makan, minum dan hawa nafsu lain demi mendekatkan diri
pada Allah. Dengan kata lain meninggalkan segala sesuatu yang mudharat
dan yang diharamkan dari terbit fajar (subuh) sampai terbenam matahari
(maghrib).
Kondisi dimana cidak makan dan tidak minum secara fisik pada waktu
tertentu ini sepintas membuat tubuh merasa lemas, sehingga menurukan
kinerja dan produktivitas kerja. Bagi orang-orang yang kreatif kondisi tersebut
justru dipandang sebagai tantangan. Puasa yang sepertinya jadi penghadang
justru berbuah banyak hikmah dalam membantu penulis dalam menulis
kreatif .
Analisa berdasarkan pendapat para pakar tentang hikmah puasa dan
disesuaikan dengan proses kreatif menurut David Campbell. Puasa dapat
berimplikasi di tiap tahapnya yang akan dijabarkan sebagai berikut:
Tahap persiapan: pada tahap ini, puasa memberikan motivasi dan
semangat yang tinggi dalam berkarya. Puasa melatih penulis untuk tekun
dan bersabar karena pada tahap ini penulis banyak mengalami kesulitan
saat memulai, menentukan masalah, maupun pengumpulan materi
kepenulisan. Penulis juga mempelajari latar belakang rnasalah serta seluk
beluknya.
Tahap konsentrasi: puasa dapat mengendalikan hawa nafsu, nafsu yang
tadinya berfokus pada kebutuhan fisik dialihkan pada nafsu lain yang lebih
batiniah sehingga memunculkan motivasi dan konse,ntrasi berfikir di
otak. Hal ini dikarenakan darah tidak terkonsentrasi hanya di saluran
52
- ·pencernaan tetapi ke otak sehingga otak cukup mendapat suplai maksimal
ketika ia bekerja. Kegiatan berfikirnya menjadi lebih optimal karena perhatian
penulis terpusat pada hal-hal yang akan mereka tuliskan. Penulis akan
banyak menimbang-nimbang, menguji, mencoba meneliti masalah dari
53
berbagai sudut pandang dan menyederhanakannya dengan bahasa sendiri.
Hal tersebut membutuhkan energi yang besar.
Tahap inkubasi: tahap dimana penulis seolah-olah mengesampingkan
masalah yang tengah dihadapi atau beristirahat sejenak hingga tertidur,
memberi waktu bagi pikiran untuk relaks dan mengumpulkan energi.
Keadaan ini penulis berada dalam gelombang otak "teta". Meski demikian,
bukan berarti melupakan masalah yang harus diselesaikan, tetapi
sebenarnya alam bawah sadarnya yang meneruskan mencari jawaban atas
permasalahan yang dihadapi. Mimpinya dapat menjadi "pintu" atau 'Jalan"
atau "sarana" bagi otak untuk tetap mencari pemecahan masalah yang
dihadapinya. Puasa membuat jiwa menjadi lebih tenang dan memberikan
efek relaksasi. Puasa membuat tidur lebih nyenyak. Hal ini dikarena saat
berpuasa energi yang diperoleh dari makanan dan minuman untuk
sementara waktu terhenti. Horman dalam tubuh akan bekerja untuk
menghancurkan timbunan lemak dan merubahnya meniadi energi yang dapat
mengembalikan keseimbangan tubuh.
Tahap illuminasi: Pada tahap ini otak menunjukkan gelombang "a/fa".
Kisarannya 7-13 Hz. Keadaan "a/fa" yang relaks ini san~~at baik untuk belajar
dan dalam menemukan suatu gagasan atau rencana pemecahan masalah.
Proses ini sering disebut pengalaman "AHA", dan biasanya orang
mengatakannya sambil melompat kegirangan ketika telah ditemukan
54
gagasan pemecahan yang salama ini dicari (Pasiak, 2002). Hasil kreatif baru
muncul secara tiba-tiba dan diikuti rasa senang. Pada tahap ini puasa
sebagai penjernih jiwa (tazkiyatun nafs) menghapus dosa dan kotoran
dari jasad, akal, dan hati seseorang, sehingga belenggu jiwa dan
hambatan menulis dapat teratasi. Jiwa yang bersih, pikiran yang jernih dan
keseimbangan dalam tubuh inilah yang memberikan efek relaksasi dengan
perasaan tenang, sehingga ilmu, ilham, atau ide penulisan akan mudah
muncul dan ditangkap oleh penulis.
Tahap verifikasi: ahli lain menyebutnya dengan implementasi. Verifikasi
merupakan pelaksanaan gagasan yang ditemukan. Pada tahap ini, penulis
dapat menuangkan ide-ide hasil pemikiran kreatifnya melalui tulisan.
Penentuan apakah penyelesaian masalah nampak dalam fakta-fakta yang
benar, penulis memerlukan pola berpikir kritis untuk mengevaluasi hasil
penyelesaian masalah. Puasa Sebagai Taqarrub llahiah (mendekatkan
diri kepada Allah), Puasa dapat menyehatkan mental (psikis). Penulis
yang sehat mental akan menghasilkan tulisan yang bermanfaat dan dan
bermakna karena tulisan adalah buah karya pemikiran :seseorang yang
tertuang dalam bentuk kata-kata. Oleh sebab itu kebenaran isi dan
kedalaman makna tulisan tergantung pula kondisi mental sang penulis.
Pada Proses Kreatif. Puasa akan berimplikasi pada ____. Proses Kreativitas: ta hap:
1 persiapan: puasa memberikan motivasi dan semangat 1. Persiapan: pada tahap ini, penulis meletakkan dasar pemikirannya, ,... yang yang tlnggi dalam berkarya. puasa memberikan menyatakan masalah dan mengumpulkan materi~materi yang diperlukan sumbangan sifat sabar pada tahap in! dimana untuk pemecahan masalah. biasanya penulis banyak mengalami kesulitan saat 2. Konsentrasi: pada tahap ini, perhatian penulis terpusat pada hal-hal yang memulai, menentukan masalah, maupun akan mereka tuliskan. Penu!is akan banyak menimbang~nimbang, menguji, pengumpulan materi kepenulisan. mencoba meneliti masalah dari berbagai sudut pandang dan menyeder- D 2 Konsentrasi: puasa dapat mengendalikan hawa nafsu. hanakannya de;igan bahasa sendiri. Penu!is biasanya menga!ami coba dan i nafsu yang tadinya berfokus pada kebutuhan fisik salah (trial and error).
s dialihkan pada nafsu lain yang lebih batiniah sehingga 3. lnkubasi: sedang pada tahap ini, Penulis seolah-olah mengesampingkan f---1> memunculkan motivasi dan konsentrasi berfikir di otak masalah yang tengah dihadapi atau beristirahat sejenak hingga tertidur, t
3. lnkubasi: puasa membuat jiwa menjad1 !ebih tenang memberl waktu tagi pikiran untuk relaks dan mengumpulkan energi. i dan memberikan efek re!aksasL Puasa membuat tidur 4. 11/uminasi: pada tahap ini otak menunjukkan gelombang "a/fa". Kisarannya m lebih nyenyak. Hal ini dikarena saat berpuasa energi 7-13 Hz. Keadaan "a/fa" yang relaks ini sangat baik untuk belajar dan dalam u yang dipero!eh dari makanan dan minuman untuk menemukan suatu gagasan atau rencana pemecahan masalah. Pada tahap I sementara waktu terhenti. Horman dalam tubuh akan ini penulis menemukan insight atau ide. ~
bekerja untuk menghancurkan timbunan !emak dan 5. Verifikasi: pada tahap ini, penulis dapat menuangkan ide-1de hasil i merubahnya menjadi energi yang dapat pemikiran kreatifnya melalui tulisan. Penentuan apakah penyelesaian
masalah nampak dalam fakta-fakta yang benar, penulis memerlukan pola 0 r-- mengembalikan keseimbangan tubuh.
berpikir kritis untuk mengevaluasi has11 penyelesaian masalah. 4. lluminasi: puasa puasa sebagai penjernih jiwa I (tazkiyatun nafs) dapat menghapus dosa dan kotoran e dari jasad, akal, dan hati seseorang, sehingga
Hasil Kreativitas yang rnencerminkan unsur kretavitas dan sifat kreativitas h be!enggu jiwa dan hambatan menulis dapat teratasi. Empat Unsur Kre:ativitas: Keseimbangan da!am tubuh inilah yang memberfkan 1. Kelancaran berpikir (fluency of thingking) dimana penulis mampu
p efek relaksasi. dengan perasaan tenang. plkiran jernih, menghasilkan bJnyak tulisan. - ide akan mudah muncu! dan ditangkap oleh penulis - 2. Keluwesan (fleksibility) yaitu penulis dapat menghasilkan tulisan dari u 5. Veriffkasi: puasa Sebagai Taqarrub llahiah berbagai jenis karya tulis baik fiksl maupun non-fiksi atau menulis beragam a (mendekatkan diri kepada Allah), Puasa dapat tema.
3. Elaborasi (elaboration}, seorang penulis yang memiliki kemampuan s menyehatkan mental (psikis).
elaborasi berpikir akan mampu menunjukkan detil-detil idenya. a Hasil kreativitas yang muncul berisi kebenaran !!ahi
4. Keaslian (orisina/ity), Seorang penulis yang memiliki orisinalitas berpikir bila karena puasa mendekatkan penu!is pada Tuhannya
ia dapat menunjukkan ide-ide yang baru yang berkaitan ·dengan isi maupun '+ dengan mencerminkan unsur dan sifat kreativitas cara penuturannya. '
Sifat kreativitas: seperti: (1) Baru, (2) Berguna, (3) Dapat dimengerti. Internal: puasa akan menjadi kekuatan secara spiritual,
Faktor yang mempengaruhi kreativitas : meningkatkan kecerdasan, mampu memot1vasi diri dalam menulis kreatif dan menumbuhkan sikap serta
1. lntemal (kognitif, non-kognitif, dan kepribadian) '--I kepribadian yang baik bagi penulis. hal ini dikarenakan • aspek kognitif (lntelegensi dan pengalaman dalam berpikir). saat berpuasa seseorang akan semakin dekat dengan • aspek non kognitif (sikap, motivasi, nilai spiritualitas). sang Khalik . • aspek kepribadian (rasa ingin tahu, harga diri, kepercayaan diri, sifat mandiri, berani Eksternal: kepribadian yang baik dari dalam akan
mengambil resiko, disiplin diri, komitmen dan asertif). mempengaruhi lingkungan luarnya dan menjadi orang 2. Ekstemal (faktor budaya,orang lain dan faktor sarana dan prasarana) dengan jiwa sosial yang tinggi senang menolong.
L___, • Faktor budaya, dan orang lain (keluarga, sekolah atau kerja, masyarakat) Masalah eksternal tidak lagi menjadi hambatan dalam • Faktor sarana dan prasarana (fasilitas dan lingkungan yang mendukung kepenulisan) menulis.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan jenis penelitian, subyek penelitian,
metode pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisa data,
prosedur penelitian.
3.1 ,Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang akan dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan ini, peneliti ingin menguak data
secara mendalam dan detail.
Penelitian kualitatif ini menghasilkan prosedur analisis yang tidak
menggunakan analisis statistik atau cara kuantitatif lain11ya. Penelitian ini
didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti secara
rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit. Definisi ini
lebih melihat perspektif emik dalam penelitian yaitu mernandang sesuatu
upaya membangun pandangan subjek penelitian yang rinci, dibentuk dengan
kata-kata, gambaran holistik dan rumit (Yin, 2006). Peneliti berusaha untuk
masuk ke dalarn dunia konsep subyek yang ditelitinya sehingga peneliti dapat
mengerti mengapa dan bagaimana suatu pengertian dikembangkan oleh
subyek dalam peristiwa kehidupan mereka (Moleong, 2006).
3.1.2 Metode Penelitian
57
Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi kasus tipe
instrumental. studi kasus instrumental adalah penelitian pada suatu kasus
unik tertentu, dilakukan untuk memahami isu dengan lebih baik juga untuk
mengembangkan dan memperhalus teori (Poerwandari, 2001 ). Yin (2006)
menamakannya dengan studi kasus eksp/anatoris atau deskriptif.
Dalam penelitian ini peneliti akan mengungkap proses bagaimana puasa
menginspirasi para penulis muslim dalam menulis kreatif.
3.2 Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam skripsi ini dinamakan informan. lnforman adalah
orang yang memberikan informasi, maka yang menjadi informan penelitian ini
hanya orang-orang yang memiliki informasi sesuai den~ian permasalahan
penelitian yaitu penulis buku baik fiksi maupun non-fiksi dengan berbagai
tema penulisan.
3.2.1 Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik subyek penelitian dalam skripsi ini diharapkan:
1. Penulis beragama Islam yang taat dan menjalankan ibadah puasa.
Diutamakan yang senang menjalankan ibadah sunnah.
2. Penulis telah menelurkan minimal lima buku yang dicetak di penerbit
umum. Hal ini dimaksudkan sebagai konsistensi penulis atau
produktivitas dalam menulis.
58
3. Usia penulis berada pada masa dewasa dini, antara rentang usia 21-40
tahun. Masa dimana seseorang jarang menggunakan dan mengasah
kreativitasnya ketimbang saat ia masih berusia anal<-anak (Arman, 2006).
Hal ini dimaksudkan agar terlihat jelas bahwa penulis yang kreatif adalah
orang yang senantiasa bereksperimen menggunakan keahlian dan terus
mengembangkan kreativitasnya dalam menghasilkan l<arya tulis yang
kreatif dan inovatif.
3.2.2 Teknik Pengambilan Subyek
Adapun teknik pengambilan subyek yang peneliti tempuh adalah teknik
snowball atau chain sampling, yaitu teknik pengambilan subyek dilakukan
secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah
diwawancarai atau dihubungi sebelumnya, demikian seterusnya
(Poe1wandari, 2001 ).
3.2.3 Jumlah Subyek Penelitian
Jumlah subyek dalam penelitian ini tidak ditetapkan batas maksimal
tergantung temuan di lapangan disesuaikan kebutuhan penelitian hingga
diperoleh para subyek penelitian yang representatif. Peneliti mendapati
empat orang yang berjenis kelamin laki-laki, dimana dua orang hanya
bepuasa wajib dan dua orang lagi menjalankan puasa sunah selain puasa
wajib.
3.3 lnstrumen Penelitian
59
Skripsi ini tidak menggunakan instrumen berupa tes tetapi non-tes. lnstrumen
tersebut berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, lembar pengamat
baik dari para pembaca karya tulis mereka maupun pakar atau sesama
penulis serta studi dokumen dengan menganalisa hasil karya tulis (buku
buku) mereka.
Pedoman wawancara digunakan agar melalui wawancara didapat data-data
yang tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Selain itu pedoman
wawancara juga sebagai ala! bantu untuk melakukan kategorisasi jawaban
sehingga memudahkan analisis. Pedoman wawancara ini disusun tidak
hanya berdasarkan berbagai teori tetapi juga yang berkaitan dengan masalah
yang ingin dijawab.
Sedangkan pedoman observasi dibuat untuk memperoleh data tentang hal
hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh responden secara
terbuka dalam wawancara. lnstrumen yang digunakan pada observasi ini
60
adalah lembar observasi yang dibuat dalam bentuk catatan lapangan yang
berfungsi untuk mencatat hal-hal penting yang relevan dengan permasalahan
penelitian yang tidak didapat dalam wawancara.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang akan digunakan peneliti
adalah metode wawancara yang berisi open-ended question bertujuan untuk
menjaga arah wawancara agar tetap sesuai dengan tujuan penelitian dan
jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam atau in-depth intetview (Kerlinger, 2000) dan wawancara
terstruktur dimana pewawancara menetapkan pertanyaan-pertanyaan yang
akan ditanyakan (Moleong, 2006) sebagai metode utama. Observasi, alat
perekam (mp3 atau semacam tape-recorder), studi dokumen, karya, atau
produk tertentu dari kasus sebagai metode penunjang untuk melengkapi data
yang terkumpul melalui metode wawancara.
tabel 3.1 Metode Pengumpulan data
------------· ..
Tipe Pilihan dan Kemun<!kinan Keteran<!an wawancara in-depth inteiview atau wawancara Mengun9kap data mendalam dan I mendalam pE;sona!/sens:tif ~---· ··---·----~--·----·
obse"'asi Pengamat partisipan Feneliti clapat mencatat begitu informasi muncul (hal pentinQ dapat teramati)
Dokumen Dokumen Publik atau resmi (buku, Bahan analisa sesungguhnya untuk blog, multiply) melihat seberapa kreatif dia dan sebagai
bahan kroscek dan pelengkap dari hasil wawancara dan observasi. ----------
61
3.5 Teknik Analisa Data
Analisa kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam
teks yang diperluas_ Menurut Mattew B. Miles & A. Michael Huberman (dalam
Yin, 2006) terdapat tiga jalur kegiatan yang terjadi secara bersamaan dan
terjalin sebelum, selama, sesudah pengumpulan data dalam analisa data,
yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Reduksi data diartikan sebagai proses peralihan pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data "kasar" yang muncul
dari catatan tertulis di lapangan.
Data-data yang telah terkumpul melalui wawancara kemudian dipindahkan ke
dalam transkrip verbatim. Penulisan ini didasarkan pacla kerangka teori dan
pedoman wawancara dari transkrip, lalu dibuat ringkasan dari setiap kasus
dan dikumpulkan aspek-aspek penting yang sesuai dengan proposisi teoritis
untuk dianalisa.
Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan diberi kode
(reduksi data) serta penjelasan singkat untuk mempermudah proses
interpretasi, sesuai dengan outline analisa data (penyajian data) kernudian
dilakukan analisa terhadap masing-masing kasus dan di bandingkan. Hasil
analisa tersebut lalu dirangkum dan disimpulkan hal-hal umum dari seluruh
data dan dicatat hal-hal khusus (penarikan kesimpulan atau verifikasi) ini
62
semua dilakukan mengacu pada kerangka teori dan permasalahan penelitian
setelah itu dilakukan uji ulang terhadap data-data yang telah dihasilkan dari
responden.
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Persiapan
Persiapan yang dilakukan diantaranya mencari dan meminta kesediaan
subyek untuk diwawancarai, mempersiapkan instrumen penelitian yaitu
pedoman wawancara, lembar observasi, catatan wawancara. Selain itu juga
peneliti sendiri berusaha membangun hubungan baik dengan subyek agar
subyek penelitian merasa nyaman dan mau bersikap terbuka. Peneliti
berusaha.
3.6.2 Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data melalui wawancara dan mengobservasi subyek penelitian
kemudian melakukan (triangu/asi) cross check dengan mewawancarai para
pembaca dan pakar (sesama penulis buku) tentang kreativitas penulis buku
yang menjadi subyek penelitian.
3.6.3 Tahap Pengolahan Data
Hasil wawancara dilapangan yang telah diperoleh kemudian dipindahkan
secara verbatim ke dalam bentuk teks. Adapun sistematika penulisan teks
63
yang digunakan adalah dengan memilah-milah hasil wawancara berdasarkan
pedoman wawancara. Selanjutnya dianalisa secara kualitatif, yaitu
menggambarkan data dengan kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan
menurut kategori tertentu untuk memperoleh kesimpulan dan gambaran
secara umum.
3.6.4 Tahap analisa
Berdasarkan analisa masing-masing kasus penelitian kemudian ditarik
benang merahnya yang menunjukkan persamaan dan karakteristik khas
pada masing-masing kasus untuk memudahkan melihat perbedaan
gambaran masing-masing responden dengan berbagai pendekan secara
keseluruhan. Pada tahap akhir ini semua data hasil analisa dibuat
kesimpulan dan diinterpretasikan dalam bahasa yang mudah dipahami.
na
lto
0
idri
In
BAB4
HASll PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini berjumlah empat orang, keempatnya
laki-laki dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. Rata-rata mereka
berkisar pada masa dewasa awal yang berkisar antara 21-40 tahun. Pada
masa ini mereka cenderung telah memiliki kepribadian yang relatif menetap
dan dinilai telah mampu mengambil keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Nama-nama subjek sengaja disamarkan dengan menggunakan nama yang
dipilih oleh penulis sehingga kerahasiaan subjek penelitian dapat dipenuhi
seperti yang disyaratkan dalam etika penelitian. Dalam hal ini nama-riama
subjek penelitian digunakan sesuai dengan jenis kelamin.
-Jen is Puasa Sunah Usia kelamin -- -·
L Senin· Kamis 25tahun (rata-rata ± seminqu 1x)
L Senin-Kamis 35tahun (Rutin selama 1 tahun)
L jarang 31 tahun
L Jarang 35 tahun
Tabel 4.1 Garnbaran Urnurn Subjek
Pendidik Pekerjaan an --·- --·--· 81 Penulis, Pengelola FLP,
Wlraswasta
~·--·
S2 Full Time Writer, public Speaking, Entertainer
Pesantren Penulis, Dai, Pimpinan redaksi Maialah
81 Kritikus Film, Editor rumah film, Penulis Leoas
Status Marital
flelum Menikah
Menikah Belum dikaruniai anak
Menikah denqan 3 anak Menikah belum dikaruniai anak - -----·· ·- _____ ........_ __ .
·-
I
4.2 Riwayat Kasus dan Analisa Kasus
4.2.1 Kasus Septo
65
Septo dilahirkan pada tahun 1983 dan kini tinggal di kawasan Jawa Barat.
Septa adalah lulusan S1 Tarbiyah. Pria bersuku Sunda ini berprofesi sebagai
penulis lepas. Aktivitas Septa adalah menulis buku, mengedit naskah,
membangun tim penulis, pengelala forum lingkar pena (FLP), dan
wiraswasta.
Septo tergolong penulis serba bisa, ia menulis karya fiksi maupun nan-fiksi
dalam berbagai tema. Karyanya pun pernah memenangkan lomba yang
diadakan Departeman Agama Republik Indonesia tahun 2005.
Wawancara pertama kami di tanggal 6 Agustus 2008 pukul empat sore
berjalan sangat singkat hanya perkenalan saja. Wawancara kedua kami,
pada tanggal 13 Agustus 2008, sore hari tepat pukul lima kami bertemu di
sebuah kedai makanan dekat kampus. Kami memang telah membuat janji
sebelumnya untuk bertemu. Suasananya tenang, kedai juga sedang tidak
ramai pengunjung. Ditemani seorang kawan yang lebih mengenalnya
memudahkan peneliti untuk menggali informasi dan wawancara berjalan
dengan luwes dan responden sangat membantu proses wawancara.
Ketika wawancara berlangsung Septo menggunakan kemeja batik lengan
pendek, celana bahan dan sandal pria. Kondisi Septo sangat bugar.
66
Seperti semua penulis pasti memiliki tujuan menulis. Dia mengakui bahwa
menulis buatnya dilandaskan karena dua alasan.
"Ada dua hal mengapa saya menulis: pertama, dari sesuatu idealis agar tulisannya bermanfaat dan sebagai media berdakwah (dorongan untuk menuliskan ide misalkan melihat anak kehujanan di jalanan, di desa banyak anak yang tidak sekolah, dst). Kedua, secara rea!is saya butuh uang, karena kalau nulis nanti dibeli penerbit, saya dapat uang lumayan besar jumlahnya."
Septo merupakan penulis yang produktif karena setiap tahun pasti
menghasilkan karya. Sebagai penulis lepas, sudah tentu Septo rajin menulis.
"Waktu terbaik ya, buat saya teh, nulis kapan aja bisa yang penting dalam suasana hati yang menyenangkan. Hampir setiap hari saya menulis."
Persiapan menulis Septa diawali dari penentuan ide kepenulisan. Baginya ide
adalah anugrah dari Allah dan munculnya ide merupak.an langkah awal dari
munculnya kreativitas penulis.
"Persiapan menulis saya awalnya harus ada ide dulu, tentuin masalahnya apa, kumpulin deh referensinya itu kalau yang non-fiksi, kalau yang fiksi yach tulis aja dari kerangka cerita yang dah dikonsep sebelumnya."
"Sebatas ide sih sering sekali datang dari apa yang kita lihat atau kita dengar, namun tidak hanya sebatas ide tetapi harus dituangkan lewat kata-kata atuh mbak. Misalkan, saya melihat seorang anak kehujanan membuat saya mendapatkan ide untuk membuat sebuah cerpen atau melihat kondisi ade-ade kita yang di SD saat ini yang kurang paham sejarah bangsa Indonesia karena malas membaca. lsi saya buat sesimple mungkin dan full colour, sehingga memudahkan mereka dalam mengingatnya."
67
Menuangkan ide menjadi tulisan diakui Septo gampang-gampang sulit. Tak
jarang Septo menghadapi hambatan dalam menulis.
"Ide muncul susah-susah gampang dan jadi sulit bila ada kendala baik secara internal (butuh waktu khusus, cape, mood turun) ataupun eksternal (laptop dipinjem atau lagi hang)."
Suasana hati saat menulis menjadi hal penting untuk Septo dalam menulis
bahkan saat memulai tulisan. Pria yang senang berteman dan menolong
orang lain ini (diakui oleh teman-temannya di FLP) ini sangat membutuhkan
ketenangan dan kesunyian saat ia menulis.
"Suasana adalah unsur penting untuk saya, ketenangan kuncinya. Misalkan ketika menulis keponakan ribut atau tetangga sedang hajatan itu sangat mengganggu gak bisa nulis saya (sambil tertawa sesaat), jadi harus betul-betul savety, ticlak ada yang mengganggu apapun. Yach mungkin ini sisi egois penulis, kalau lagi mood nulis terus keganggu dan ketuncla, membangun mooo'nya lagi agak sulit apalagi yang komitmennya lemah."
Mood atau suasana hati menjadi unsur penting dalam menulis bagi Septo.
Bila suasana hatinya sedang kacau, Septo biasanya menjadi malas untuk
menulis. Hal yang akan dia lakukan untuk mengembalikan suasana hatinya
adalah:
" Mood itu harus dilatih. Penulis itu idealnya tidak mempermasalahkan banyak hai karena gak bisa kalau ngerunyum atau kacau moodnya, sedang ada konflik dengan pihak lain, ya harus diselesaikan dulu, harus menstabilkannya terlebih dahulu."
Saal suasana hati sedang galau biasanya Septo berusaha mengikubasikan-
nya terlebih dahulu dengan berbagai cara.
68
"Biasanya sih dengerin musik dan yang paling sering diputer musik instrumental dan religi, selain dengerin musik jalan-jalan, ngeliat rumput atau yang berwarna hijau (sambil menunjuk kerudung peneliti yang kebetulan bermotif bunga dan berwarna hijau)."
Septo merasa aspek internal dari penulis menjadi sangat penting karena hal
tersebut yang akan menjadi kekuatan dalam menulis. Bahkan ia menuangkan
bahasan ini dalam multip/ynya.
"Membangun kekuatan pribadi secara internal itu akan sangat berpengaruh bagi penulis, biasanya lewat ibadah seperti shalat, dzikir, tilawah Al-Qur'an, puasa, dst. Bagi saya hal tersebut sebagai faktor pendukung kepenulisan."
Septo termasuk penulis yang rajin menjalankan ibadah puasa sunah. Puasa
sunah yang biasa dikerjakanya secara intens beberapa tahun terakhir adalah
puasa sunah Senin-Kamis.
Septo merasa lebih fokus menulis saat berpuasa. Puasa membantu Septo
menjadi lebih konsentrasi dalam menulis. Septo menjelaskan alasannya
mengapa demikian:
"Ya puasa sangat membantu saya dalam menulis. Puasa membuat saya merasa kuat dan fokus dalam menulis apalagi saat mengejar deadline. Saya pernah nulis seharian non-stop terpotong oleh waktu shalat saja, itu bener-bener bikin lupa, tau-tau sudah zhuhur, kalau cape istirahat baca Al-Qur'an terus ngemil, eh kan puasa ya terusin lagi maksudnya (sambil tertawa).
69
Puasa benar-benar membuatnya lupa waktu saat menulis. Diakuinya menulis
adalah kegiatan yang paling menyenangkan ia lakukan saat berpuasa. Puasa
mampu mengatasai ketidakstabilan suasana hatinya.
"Pekerjaan yang paling ideal yang saya lakukan saat bulan puasa adalah menulis, daripada kerja di luar, mending saya nulis di rumah gak cape, gak keujanan gak kepanasan. Puasa membuat saya merasa nyaman saat menulis. Secara biologis, tubuh saya hanya duduk tidak banyak bergerak tidak seperti kuli bangunan. Secara psikologis juga lebih nyaman dan merasa lebih tenang. Entah mengapa saat berpuasa saya jadi semangat nulis dan mood saya bag us."
Saal ditanya pencarian ide melalui puasa, Septa merasa tak seperti itu.
Meski Septa tidak pernah secara sengaja meniatkan puasanya untuk mencari
ide kreatif dalam menulisnya, namun Septo mengakui bahwa ia sering
menulis sambil berpuasa atau banyak tulisannya yang dikerjakan pada bulan
puasa.
"Dikhususkan puasa sunah untuk mencari ide menulis tidak terlalu, keseringan Senin saya puasa sunah, saat itu ju9a saya ingin menulis. Namun kalau puasa Ramadhan pasti saya kerjakan full insya Allah (sambil tertawa)."
"Hmm ... iya ada, karena saat itu harus kejar target ngerjain sebuah karya, kemudian ada kejadian yang sulit saya lupakan saya tumpahkan saja kedalam tulisan lain eh gak nyangka jadi cerita. Saya tambah-tambahi tanpa merubah ide awal jadi karya fiksi setebal enam puluh halaman satu spasi selama satu minggu, plus karyayang harus snya keJar, sekali dayung dua tiga pulau terlewati."
70
Septo tersenyum kemudian mengakhiri wawancara dengan mengatakan:
"Bahwa semua tergantung pula niat dan kualitas puasanya. bila seseorang menjalankan puasanya asal saja, tidak akan berpengaruh apa-apa jangankan berpengaruh terhadap tulisannya, yang didapatnya hanya lapar dan haus seperti kata hadits: "banyak orang yang puasa yang tidak memperoleh apa-apa dari puasanya kecua/i dahaga, dan banyak pula orang yang sholat diwaktu ma/am tidak mempero/eh apaapa dari sholatnya kecua/i rasa kantuk" (HR. al-Darimi dari Abu Hurairah).
Analisa Kasus
Berdasarkan Proses kreativitas, cara puasa berimlikasi terhadap menulis
kreatif Septo adalah sebagai berikut:
-Puasa mengkondisikan badannya menjadi lebih relaks dan tenang.
Perasaan relaks yang di dapat menjadikan ia merasa nyaman dan dapat
berkonsentrasi dalam menulis. Septo sering menjadi lupa waktu saat
menulis karena terlalu fokus. Saal ia merasa letih atau mentok ide, Septo
merefreshnya kembali dengan membaca Al-Qur'an dan mendengarkan
musik religi atau dengan berjalan-jalan. Dalam kondisi berpuasa, energi
untuk bicara, atau mengeluarkan emosi berlebihan lebih berkurang
sehingga membuat Septo lebih menghemat energi dan berusaha
melupakanhal yang menyesakkan dada. Setelah dirasa telah bisa kembali
menulis, biasanya Septo sering mendapatkan ide baru karena ia dalam
keadaan alpha dan saaat ide baru muncul, ia tuliskan kembali dalam
karangan ceritanya.
Hal ini dikarenakan puasa menyebabkan Septo mengalami beberapa hal
sebagai berikut:
71
1. Tahap konsentrasi, puasa membuatnya lebih konsentrasi dan lebih
fokus dalam menulis. Hal ini dikarenakan adanya pengalihan energi dari
perut ke otak. Perhatian yang tadinya ke makanan dialihkan ke tulisan.
Hal ini ditunjukkan dengan saat puasa ia sering menulis hingga lupa
waktu. Puasa memberikan motivasi ekstra dan semangat dalam
menulis. Diakui oleh Septo bahwa saat puasa pekerjaan yang paling
ideal untuknya adalah menulis. Septo tidak perlu mengeluarkan banyak
tenaga fisik saat menulis dan secara psikologis juga lebih nyaman.
2. Tahap inkubasi, puasa membuatnya mampu mengatasi mood
(suasana hati) kurang baik yang selama ini jadi hambatan internal
dalam menulisnya. Puasa memberikan efek relaksasi sehinga
membuatnya mendapat suntikan energi baru dalam menulis karena bila
moodnya jelek tulisan seringkali jadi terbengkalai. Diakui pula bahwa saat
terbaik menulisnya saat kondisi tenang.
3. Tahap illuminasi, kondisi yang tenang ini akan menstimuli ia mendapatkan
banyak ide menulis. Meski Septa mengakui bahwa ia tak meniatkan
puasanya untuk mencari ide kepenulisan, namun tanpa disadari ide
menulis banyak muncul saat dia menjalani puasa. Hal ini di buktikan
dengan banyak karyanya yang digarap saat bulan puasa, seperti salah
72
satu karya fiksinya, dikerjakan saat ia sedang berpuasa. la mengakui
pernah membuat karya fiksi setebal enam puluh halaman satu spasi
dikerjakannya hanya dalam satu minggu ketika sedang menggarap karya
lain yang non-fiksi.
Berdasarkan unsur kreativitasnya, meski secara tidak langsung namun puasa
tetap berimplikasi terhadap menulis Septa terutama pada kelancaran berpikir
dan keluwesan tulisan.
1. Kelancaran berpikir (fluency of thingking): ide serinn muncul saat ia
berpuasa, diakuinya saat berpuasa Septa mampu berkonsentrasi menulis
menulis non-stop seakan ide mengalir deras dalam rangkaian kata yang
tertuang dalam tulisan.
2. Keluwesan (fleksibilitas): Septa telah menulis ± 15 buku fiksi dan non-fiksi
dalam berbagai tema. Meski tidak semuanya, namun banyak karya Septa
lahir di bulan puasa dan dikerjakan saat dia berpuasa.
Sedangkan implikasi terhadap pribadi Septa sendiri ada!ah sebagai berikut:
Secara internal
1. Puasa menjadi kekuatan dalam menulis dengan menjadikannya lebih
termotivasi dan semangat dalam menulis sehingga rnampu
73
berkonsentrasi dalam menulis. Hal ini ditunjukkan seringkali ia menulis
hingga lupa waktu saat berpuasa.
2. Puasa membuatnya mampu mengatasi mood yang selama ini jadi
hambatan internal dalam menulisnya. Puasa membuat Septa merasa
lebih tenang dan nyaman.
Secara eksternal
1. Puasa melatih Septa menjadi pribadi yang senang menolong orang lain
dan peka dengan keadaan sekitar. Hal ini diakui oleh teman-temannya di
FLP.
4.2.1 Skema lmplikasi Puasa dalam menulis kreatif Septo
.
terhadap lmplikasi Puasa
. .
Proses Kreatifnya: 1 . Tahap konsentrasi, puasa membuatnya lebih
konsentrasi dan lebih fokus dalam menulis. 2 . Tahap inkubasi, puasa memberikannya efek
relaksasi dan tenang sehingga dapat mengatasi moodnya (suasana hati) kurang baik yang selama ini jadi hambatan internal dalam menulisnya.
3. Tahap illuminasi, dengan kondisi relaks dan konsentrasi yang tinggi sehingga ide-ide baru sering bermunculan. Secara tidak langsung puasa membantunya dalam memperoleh ide.
unsur kreatifnya yang menonjol adalah kelancaran berpikir (fluency of thingking) dan keluwesan (fleksibitas) tulisan dimana saat berpuasa ia banyak menulis banyak karya dan cukup tebal dalam waktu singkat.
Terhadap kepribadian Septo Faktor internal: < Puasa menjadi kekuatan dalarn menulis dengan ..
menjadikannya lebih termotivasi dan semangat dalam menulis.
2. Puasa membuatnya mampu mengatasi mood yang c:Pl::\m::t ini i:::irH h:::imh:::it:::in inti:-ri'"l::tl rl~/::\m mPnt 11i~nv:=a
74
4.2.2 Kasus Anto
Anto dilahirkan 35 tahun silam di Yogyakarta, kini ia berdomisili di Jakarta
bersama istrinya. Hingga Agustus 2008. Karya yang telah dihasilkan kurang
lebih sebanyak ± 24 buah dan yang menjadi best seller mencapai lima buah.
Rata-rata satu bulan ia menerbitkan dua sampai empat buku.
Wawancara dengan Anto berlangsung di kantin kantin FISIP Pasca Sarjana
UI Depok pada tanggal 27 Agustus 2008 pada pukul 14.00-15.30 WIB. Meski
cuaca agak mendung dan angin lumayan kencang ditambah banyak
pengunjung yang hadir membuat suasana sedikit gaduh namun tetap terasa
nyaman.
Anto berpenampilan sederhana namun tetap terlihat elegan. Kemeja lengan
pendek bermotif warna biru dongker, celana bahan hitam dan sepatu
pantopel tak lupa disertai asesoris jam tangan berkelas dan pena di saku
bajunya. Pria yang berprofesi sebagai penulis, public speaker, dan
entertainer ini terlihat antusias dan ramah saat peneliti datang memohon
kesediaan beliau responden skripsi.
Anto yang masih menekuni pendidikan S2 di beberapa tempat sekaligus ini
termasuk orang yang sangat disiplin termasuk dalam menulis. Secara teratur
75
Anto menulis satu jam setiap hari. Bila diakumulasikan rata-rata normal Anto
menulis tiga puluh jam dalam sebulan.
"Waktu terbaik saya pagi hari bangun tidur setelah sholat subuh sebelum mandi, saya selalu disiplin menulis sehari 2 x 1 jam/hari, Yi jam di pagi dan Yi jam di malam sebelum tidur itu yang wajib. Kecuali ada pesenan dari penerbit sehingga rata-rata menulis secara normal 30 jam."
Anto menulis apa saja yang terbesit di benaknya. Beliau mengatakan bahwa
Anto seringkali menuliskan apa saja yang terlintas di benaknya tanpa ia pikir
terlebih dahulu.
"Nulis dari mana yang saya ingin nulis, kalau orang lain kan harus urut bab1-bab2-dst, kalau saya belum benar-benar ingin nulis, saya tulis kata pengantar dulu, kata mutiara dulu ... tulis apa yang ada sehingga tidak membuang waktu. Saya berpikir dari yang mudah dulu saja. Banyak orang menulis harus punya bahan dulu padahal bahannya belum ada, selalu mencari dari yang tidak ada hingga menyusahkan diri sendiri. Kalau saya tulis saja dahulu dari bahan yang ada yang saya punya baru lengkapi dengan literatur yang kurang."
Sebagai penganut Islam yang taat, Anto juga rajin menjalankan ibadah.
Terbukti beberapa lama bersamanya, beliau selalu tepat waktu saat sholat.
Anto juga rajin menjalankan ibadah puasa sunah Senin··Kamis dan lebih
intens ± setahun belakangan ini.
"Karena sudah membiasakan diri menulis secara disiplin, bulan puasa juga saya nulis, tetap berusaha jadi penulis yang produkif. Puasa bukan berarti jadi malas menulis atau jadi lemas, tetapi justu jadikan kelemahan itu sebagi sumber kekuatan. Menulis itu tak akan selalu meningkat, ada pasang surut mood yang akan dihadapi."
76
Sebagai penulis, pasti mengalami kebosanan, kelelahan dalam menulis. Anto
mengidentifikasikan mandek ide dengan kelelahan menulis.
"Bila benar-benar sudah mace! idenya, saya menganggap saya telah lelah, artinya butuh istirahat. Refreshing, cara terbaik menurut saya. Tinggalkan tempat itu .. keluar ke tempat baru, suasana baru ... jangan istirahat di tempat itu .. sama saja, keluar cari suasana baru ... produktif bukan berarti menyiksa diri, berlama-lama nulis hingga lupa segalanya. kan banyak tuh penulis yang ngejar deadline nulis dari subuh sampai zuhur, kebut lagi sampai ashar, lanjut lagi sampe maghrib, laju terus hingga isya dan tepar kecapean."
Puasa membantunya mengatasi persoalan internal dalam dirinya seperti naik
turunnya emosi atau mood yang kurang baik yang dapat mengakibatkan
kemandekkan ide.
"lya .. mood disini adalah sekumpulan perasaan, kalau pikiran penuh dengan unek-unek, misalkan tagihan air, listrik, dan kebutuhan keluarga belum terpenuhi, ada selisih paham dengan orang lain, dst..semuanya harus diselesaikan dulu. Puasa bikin saya merasa lebih tenang dan mampu mengesampingkan masalah-masalah tadi, yang penting bukan sepia tau rame suasana luar, tapi tenang atau tidaknya suasana di dalam hati."
Anto menjelaskan lebih lanjut bagaimana puasa membantunya mengatasi
persoalan dalam menulisnya.
"Mekanisme ya ... apapun siklus hidup termasuk buku, belum tentu buku terus laku, kadang orang itu salah moment, dia mulai ketika titik jenuh (pick) bukan saat ia mulai bergairah menulis, makanya mood menulis harus dibangun, terus diperbnharui, agar ten.ls bersemangat dan itu bisa dengan puasa, jadi refreshing kembali gitulah, kemudian membiasakan menulis secara disiplin sangat perlu karena secara tidak langsung mengatasi pick tersebut. Saya juga pernah pick namun harus mempertahankannya, misalkan membuat inovatif (sesuatu yang lama-lama dirubah jadi baru, menciptakan yang berbeda)."
77
Anto termasuk orang yang tidak percaya bila penulis mengalami
kemandegan ide, menurutnya idenya berganti saja. Kadang ide seringkali
bermunculan selama Anto menulis sehingga cara terbailmya adalah
mengakomodasikan ide tersebut.
"Saya termasuk orang yang tak percaya ide itu hilang. gak ada orang gak punya ide, tetapi idenya berganti muncul ide-1de baru, kenapa tidak di akomodasikan saja. Buat saja banyak judul, bab, dan bila muncul ide baru akomodasikan saja ke judul lain. Ide itukan anugrah dari Allah jadi harus dimanfaatkan. Selalu muncul ide baru saat menulis. Bila berhubungan dengan buku yang kita tulis hubungkan, namun bila berlainan masukkan judul baru. Nulislah, tuangkan apapun tumpahkan apapun yang ada di kepala gak sah dipikirin dulu .. sewaktuwaktu saya dapat ide langsung saya tulis."
Anto menganggap Ide adalah anugrah dari Allah yang harus disyukuri.
Sebagai penulis yang bersyukur, Anto tak pernah menyia-nyiakan ide yang
datang kepadanya. Anto menganggap ide itu awal dari kreativitas dan ide itu
datangnya dari Allah maka harus disyukuri dengan memanfaatkannya.
"Kreativitas itu kan datangnya dari Allah jadi harus dimanfaatkan sebaik mungkin dan awal dari kreativitas itu adalah ide, jadi saya berusaha tidak menyia-nyiakan setiap ide yang hadir kepada saya. Sebagai full time writer, saya menyandarkan kehidupan saya lewat menulis.Jadi saya tidak boleh sia-siakan setiap ide yang datang."
Anto merasa bahwa dengan berpuasa, ia melatih dirinya untuk lebih
bersyukur.
"Puasa bantu saya jadi lebih relaks, belajar bersyukur dengan apapun yang saya miliki, tapi kalau diniatin puasa buat ca1·i ide tulisan. Hmm ... belum pernah .. bisa ya mbak? Tapi biasanya saya sering dapat ide saat saya merasa tenang, gak mesti sedang berpuasa, tapi setelah
78
beberapa lama berpuasa sunah, saat saya merasakan lebih tenang saya sering dapat ide. Ide suka datang sendiri sih meski kadang saya cari juga, tergantung pemintaan pasar juga kalau koleksi tulisan saya belum ada ya saya cari idenya dan saya kembangkan lagi jadi tulisan, kalau sud ah ada tinggal died it saja baru di serahkan ke penerbit."
Menurutnya ada tiga kategori penulis produktif. Pertama, menulis buku-buku
yang sedang trend atau sebagai follower. Kedua, menciptakan trend atau
sebagai pioneer. Ketiga, menulis yang kontradiktif dari yang sedang trend.
"Menjadi penulis yang kreatif, bukan hanya mampu membuat hasil karya yang bermutu, namun harus pandai pula membaca pasar, kebutuhan pasar, dan memenuhi permintaan penerbit. Saat ini, yang dicari penerbit adalah penulis yang punya massa seperti penulis yang juga pembicara seperti Ali Wongso, Habiburrahman, Ary Ginanjar. karena dalam seminar atau training-trainingnya bisa sekalian jual buku atau saat mengadakan training dijadikan sebagai fasilitas peserta dan ongkos buku di bebankan ke HTM training."
Anto termasuk penulis produktif yang sering di kejar-kejar penerbit karena ia
memiliki cara jitu membuat mereka tetap tertarik padanya.
"Saya mengandalkan penerbit. Saya harus memahami logika penulis : dia memiliki pemikiran yang dituangkan lewat tulisan. logika penerbit (saya ngeluarin modal dalam waktu tertentu harus kembali modal, kapan untungnya) ... jadi kita menulis yang sedan9 dibutuhkan masyarakat, yang laku.
trik menjadi penulis, mengambil hati para penerbit: penerbit ngasih deadline satu bulan, selesai satu minggu (wow kmen) padahal itu stok iama dan ngarnbil hati pembaca: ada hiburan, gambar-gambar video yang lucu-lucu, trik sulap saat training. Ketika saya melakukan itu, peserta senang dan orang lain penasaran, orang tersebut jadi ingin ikut atau yang udah ikut training penasaran jadi beli bukunya."
79
Anto melanjutkan percakapan dengan penuh antusias. Menurutnya setiap
penulis harus punya visi atau tujuan.
"Setiap penulis itu harus punya visi. STP (Segmentation Targeting Positioning). Segmentation atau sasaran saya untuk umum maksudnya siapa saja bisa baca karena bahasa yang saya gunakan memang diusahakan dimengerti semua orang berbagai kalangan atau gaya bahasa populer, namun Target saya untuk kalangan menengah keatas kan yang punya uang orang menengah keatas (sambil tertawa ringan). Sedangkan positioning saya ada dua: (1) sebagai penulis yang juga public speaker dan entertainer (lewat 8ulap). (2) Penulis yang tidak mau dibayar murah tetapi bisa dibayar gratis."
Tujuan menulis buatnya bukan semata-mata untuk mendapatkan uang.
Menulis buatnya juga dapat menolong orang lain dan sebagai wadah untuk
berdakwah, berbagi ilmu, dan meningkatkan positioning dia sebagai penulis.
"Seperti Yudi Pramuko .. bahkan kritikan orang ... bisa jadi buku ... dia bilang: 'Jawab cemoohan, kritikan, hinaan dengan karya". Apapun yang terjadi bisa jadi buku, seperti kang Abik, Hanif Sarsaeba, yang nulis buku tentang "hidup bukan urusan perut" isinya: buang air "kebelet pipis". Selama ini kita anggap hal itu sepele dan tidak ada apa-apanya, padahal itu anugrah, rasa syukur yang sebenarnya.Jadi penulis gampang, tulis aja yang gampang tapi sering tidak disadari. .. kita bisa mendetailkan sesuatu yang sederhana."
Puasa melatih kepekannya terhadap alam sekitar. Puasa mengajarkan Anto
merasakan penderitaan orang miskin.
"memberikan sesuatu keorang lain, misalnya ngasih uang ke orang, padahal gak mesti uang. Kita memperbolehkan orang lain mengambil sirih kita selama ini kita tanam setiap hari, mereka ngambil dan jadi sehat karenanya ... itu juga sudah nolong orang lain. Sama dengan puasa misalnya, kita puasa bukan berarti kita miskin toh, tapi mampu merasakan pernderitaan orang miskin yang gak bisa makan."
Kami mengakhiri wawancara berkesan ini dengan disambut adzan Ashar.
Analisa Kasus
Berdasarkan proses kreativitas, cara puasa berimplikasi lerhadap menulis
krealif Anlo adalah sebagai be.rikut:
80
Puasa mempermudah Anlo unluk menjadi pribadi yang disiplin saal
menulis. Saal bangun sahur dan selelah sholat Taraweh menjadi waklu
yang ideal unluknya menulis. Puasa dijadikan Anlo sebagai moment
unluk pelepas semua beban dalam jiwa. Saal berpuasa Anlo merasa
lebih segar, lidurpun menjadi tenang dan seringkali ia mendapat ide saat
ia benar-benar dalam kondisi alpha, sehingga Anto selalu berusaha
menghadirkan kondisi alpha dalam dirinya agar selalu memperoleh ide
ide baru dalam kepenulisannya.
Hal ini dikarenakan puasa menyebabkan Septo mengalami beberapa hal
sebagai berikut:
1. Tahap persiapan, seperti yang diungkapkan olehnya puasa mengajarkan
Anto untuk pandai bersyukur atas segala nikmat Allah. Saal
persiapan menulis yang membutuhkan banyak bahan atau literalur. la
terbiasa memanfaatkan bahan tulisan yang ada dan segala yang ia miliki
terlebih dahulu baru mencari bahan tulisan yang kurang.
81
2. Tahap konsentrasi, meski Anto tergolong penulis yang memiliki disiplin diri
tinggi namun puasa memberikannya semangat baru dalam
menulisnya.
"Puasa bukan berarti jadi malas menulis atau jadi lemas, tetapi justu jadikan kelemahan itu sebagai sumber lcekuatan"
3. Tahap inkubasi, puasa sangat membantunya dalam memberikan
lcetenangan dan relaksasi. Puasa dianggap Anto sebagai salah satu
bentulc refreshing, membuatnya mampu menstabilkan emosi dan
menghilangkan sejenak beban-beban yang mengganggunya selama
menulis.
4. Tahap illuminasi, meski tak disadari langsung namun diakuinya ia sering
mendapatkan ide menulis saat ia merasa tenang. Ketenangan Anto
diperoleh karena Anto rajin berpuasa dan itu ia rasakan betul. Artinya
puasa membuat anto tenang (relaks) dan saat itu datang dimana
gelombang otak pada tahap alpha (a), Anto mendapatlcan banyalc ide.
Secara tidak langsung puasa membuatnya memperoleh ide menulis.
5. Tahap verifikasi, rasa syukur yang terus ia kembangkan melalui puasa
membuatnya tidak menyia-nyiakan ide. Setiap ide rnuncul selalu Anto
kembangkan menjadi tulisan. Ditambah kepribndian Anto yang disiplin
dan berkomitmen tinggi untuk menulis membuatnya menjadi penulis yang
produktif.
Bila dianalisis berdasarkan unsur kreativitas Anto, puasa berimplikasi
terutama pada kelancaran berpikir, orisinalitas, dan elaborasinya.
82
1. Kelancaran berpikir, puasa yang memberikan ketenangan membuat Anto
lebih mudah menyalurkan energinya untuk menulis ditambah komitmen
dan disiplin dalam menulisnya. Kelancaran menulisnya ditunjukkan
dengan banyaknya karya yang telah Anto hasilkan dan lumayan tebal
minimal Anto menulis satu buku ± 100 halaman. Rata-rata satu bulan
menerbitkan 2-4 buku, hingga Agustus 2008 telah ada ± 24 buku.
2. Elaborasi, puasa mengajarkan Anto untuk semakin bersyukur termasuk
dengan seluruh potensi yang Anto miliki. Kemampuannya yang tak hanya
menulis seperti menjadi pembicara publik dan pandai sulap dapat
menunjang kemampuan menulisnya.
Sedangkan implikasi puasa terhadap pribadi Anto adalah sebagai berikut:
Secara internal
1. Puasa mengajarkan Anto menjadi pribadi yang lebih bersyukur.
Ditunjukkan dengan pandai memanfaatkan potensi diri dan
memanfaatkan apapun disekelilingnya menjadi bahan tulisan. Anto selalu
berusaha mensyukuri seiiap ide yang muncul sehin~1ga Anto kembangkan
menjadi tulisan.
2. Puasa secara tidak langsung membuatnya menjadi pribadi yang sehat
mental. Puasa memberikan efek relaksasi lebih tenang dalam
menghadapi setiap persoalan. Meski disiplin diri sudah menjadi
kebiasaannya tanpa perlu berpuasa namun turut membantunya mejadi
pribadi yang sehat mental. Hal ini di tunjukkan dengan Anto menulis
setiap hari apapun yang terjadi secara teratur.
"Tulis apa saja, jangan berpikir untuk apa, karena suatu saat pasti terpakai, saat ini momentnya saja belum tepat..tak perlu kejar target sampai sakit kan!!! (sambil tertawa)."
Secara eksternal
83
1. Puasa mengajarkan Anto untuk mampu berempati terhadap penderitaan
orang lain. Diakuinya berpuasa sebenarnya mengajarkan untuk saling
berbagi dan menolong orang lain. Hal ini di wujudkan oleh Anto sebagai
pembicara publik ia tak mau dibayar murah namun rnau tidak dibayar.
84
4.2.2 Skema lmplikasi Puasa dalam Menulis Kreatif Anto
~---~ terhadap lmplikasi Puasa
Proses kreativitasnya: 1. Tahap persiapan, puasa mengajarkannya untuk
pandai bersyukur alas segala nikmat Allah. Saal persiapan menulis, Anto terbiasa memanfaatkan bahan tulisan yang ada dan segala yang ia miliki terlebih dahulu baru mencara data yang kurang.
2. Tahap konsentrasi, puasa memberikan semangat baru dalam menulisnya.
"Puasa bukan berarti jacli malas menulis atau jadi lemas, tetapi justu jadikan kelemahan itu sebagai sumber kekuatan"
3. Tahap inkubasi, puasa sangat membantunya dalam ~ memberikan ketenangan dan relaksasi. Puasa
dianggapnya sebagai salah satu bentuk refreshing, membuatnya mampu menstabilkan emosi dan menghilangkan sejenak beban-beban yang mengganggunya selama menulis.
4. Tahap illuminasi, Secara tidak langsung puasa membuatnya memperoleh ide menulis.
5. Tahap verifikasi, rasa syukur yang terus ia kembangkan melalui puasa membuatnya tidak menyia-nyiakan ide. Setiap ide muncul selalu Anto kembangkan menjadi tulisan.
Berdasarkan unsur kreatifnya Anto menunjkkan elaboratif dan kelancaran berpikir dengan permainan kata. yang sangat baik dan mudah dipaharni dan bers1fat praktis atau langsung dapat d1t1ru.
Terhadap pribadi Anto: Secara internal: 1. Puasa rnenjadi pribadi yang lebih bersyukur.
Ditunjukkan dengan pandai rnernanfaatkan potensi diri dan rnernanfaatkan apapun disekelilingnya menjadi tulisan.
2. Puasa secara tidak langsung rnembuatnya menjadi pribadi yang sehat mental. Puasa memberikan efek relaksasi lebih tenang dalam rnenghadapi setiap persoalan. Ditambah disiplin dirinya membuat ia tidak perlu dikejar deadline tulisan.
Secara eksternal 1. Puasa mengajarkan Anto untuk mampu berempati
terhadap penderitaan orang lain. Diakuinya berpuasa sebenarnya mengajarkan untuk saling berbagi dan menolong orang lain. Hal ini di wujudkan oleh Anto sebagai pembicara publik ia tak mau dibayar murah n....,m, in m....,t 1 +ir!..,,,(,. rl:h-:..,..,,,r
85
4.2.3 Kasus Hendri
Hendri dilahirkan pada tahun 1977 di Surabaya. Ayah dari tiga orang putri ini
kini aktif sebagai pimpinan redaksi salah satu majalah di Indonesia, tukang
ceramah (begitu ia menyebutnya) dan penulis.
Wawancara berlangsung sangat singkat namun sangat berkesan bagi
peneliti. Wawancara terjadi di Lobi Kantor Majalah tempat ia bekerja pada
tanggal 5 september 2008 pada pukul 10.00-10.30. Keadaan tempat
wawancara: ruangan nyaman ber AC, tersusun rapi, harum, nuansa krem
dan cokelat muda (sofa, tembok, hiasan dinding). Saal diwawancarai, Hendri
menggunakan baju koko putih dan sarung biru dongker kotak-kotak serta
sandal selop pria.
Sebagai muslim yang taat, Hendri menjalankan ibadah puasa wajib dengan
baik, meski diakuinya bahwa ia bukan tergolong orang yang rajin berpuasa
sunah namun ia menyadari bahwa ia merasa lebih enak menulis dalam
kondisi lapar.
"Semalaman saya berpikir..rasanya menulis emang paling enak dalam keadaan perut lapar, dalam keadaan kenyang .. sulit nulis .. rasanya bodon aja .. puasa mernbuat kerja otak saya jadi terstirnulan. iya .. meski saya tidak berpuasa namun saya juga menulis dalam waktu yang lama tanpa makan, kadang setelah istirahat baru sadar .. lapar juga ya"
86
Meski Hendri tak rajin puasa sunah namun diakuinya puasa dapat menjadi
kekuatan dalam menulis. Kekuatan disini adalah sumber motivasi, inspirasi
dalam menulis sehingga menghasilkan tulisan yang memiliki pengaruh
(inspiratif).
"Puasa menjadi salah satu sumber kekuatan bagi penulis dalam menulis. lnspirasi bisa diperoleh dari mana saja namun kekuatan internal penulis berasal dari kedekatan penulis dengan sang Khalik, puasa bisa jadi salah satunya, tapi saya belum rajin-rajin amat puasa sunah."
Menulis bagi Hendri bukan sekedar merangkai kata-kata indah, namun
buatnya tulisan itu agak suci. Hendri juga punya kebiasaan unik sebelum
menulis, yaitu berwudu dan shalat sunah dua rakaat.
"Menurut saya tulisan itu agak suci karena saya menyampaikan pemikiran saya dan harapannya pemikiran saya dapat merubah orang, dapat menginspirasi orang lain dan membangkitkan yang membaca. Mau tidal< mau harus di mulai dari penulisnya. Menulis dari otak sampainya ke otak, menulis dari hati sampainya ke hati juga."
"Biasanya sebelum menulis saya usahakan dalam keadaan bersih atau berwudu dan sholat dua rakaat. Bila menulis.di pagi hari yach dhuha, bila malam, sekalian shalat tahajut, atau sholat hajat agar mendapatkan tambahan suasana relaks dalam diri"
Hendri turut menjaga kesucian tulisan dengan disimbolkan secara konkrit
melalui apa yang ia kenakan. Bagi Hendri cara berpakaian yang baik
membantunya menjaga tulisannya agar tetap baik.
"Dengan pake sarung saya merasa inilah representasi seorang muslim, sebisa mungkin tidak melakukan maksiat, karena bebas maksiat artinya punya kekuatan spiritual. .menulis jadi
gampang .. dengan memakai sarung .. saya jadi perhatikan hidup sederhana, tidak glamor agar tulisannya tetap tajam, kritis, berani karena tidak memiliki ketergantungan terhadap materi. itu namanya filosofi di balik busana." "political of ch/ates".
Ketika ditanya darimana ide-idenya datang, dengan cepat ia menjawab:
87
"Darimana saja, dari apa yang di lihat di dengar ... ide itu kan datangnya dari Allah .. yang di hamparkan dihadapan manusia Jewat ayat-ayat kauliyah dan kauniyahnya. Beruntunglah bagi siapa yang mampu mengambil hikmah dan pelajaran dari apa yang terjadi dan ia hadapi."
Diakuinya, ide datang bak turun tiba-tiba muncul bahkan saat yang paling
aneh. Namun ide bisa juga diprogramnya untuk muncul layaknya program
Komputer.
"Kadang-kadang ide muncul semaunya sendiri. .. kadang-kadang mau tidur .. pas idenya datang, ini ni yang susah mata ngantuk, otak masih kerja, .. kalau sempat, tulis di buku .. kalau masih semangat bangun nyalain computer terus beraksi. Seka rang Baru-baru ini aja pake mobil, dulu waktu masih pake motor..rada ribet kalau dapet ide. berhenti dulu deh ... tulis di handphone lewat sms terus disave ... karena kalau gak gitu lupa ... (sambil tertawa ringan). Kata orang paling sering dapet ide di we, tapi saya berusaha untuk dapet ide di tempat yang baik missal sering dapet ide-ide lagi ngobrol kaya gini sama mbak atau silahturahim ke rumah siapa gitu .. sering.saya follow up jadi tulisan."
Oleh sebab itu, untuk kenyamanan dan agar bisa lebih fokus, beliau menulis
lebih senang di malam hari saat seluruh keluruh keluarga telalh lerlelap tidur.
"Saal terbaik nulis .. selelah anak-anak lidur, islri lidur..baru ngerjaain nulis, subuh juga saya percaya waklu yang bagus unluk nulis."
Saal dilanya lentang jadwal menulis, adakah perbedaan inlensitas menulisnya diluar bulan puasa dan saal bulan puasa?
"Gak ada jadwal khusus sih mbak (tiap hari atau berapa hari sekali gitu), nulis kalau ada yang ingin ditulis. karena saya penulis juga, bulan puasa ya juga nulis, jadi lebih teratur sih karena ritme tiap harinya sama. "
Namun bulan puasa membawa hikmah tersendiri bagi Hendri, diakuinya
bahwa ia selalu memiliki targetan menulis buku setiap bulan puasa.
88
"Ramadhan ini saya punya target menyelesaikan dua buku mudahmudahan sanggup ... sepuluh hari terakhir Ramadhan, biasanya saya gak mau kerja apa-apa, gak mau ceramah, gak rnau ngapa-ngapain, gak rnau diganggu .. pokoknya nulis aja." Alasannya, hrnm ... sepuluh hari terakhir kan dijauhi dari api neraka ya, saya rnanfaatkan menulis agar tulisan saya tetap bersih dan berkekuatan (makna), kalau ceramah pun takut salah ngomong jadi nyinggung orang kan lebih baik benar-benar saya manfaatkan optirnalkan ibadah kepada Allah selain aktivitas menulis."
Kemudian, beliau meminta salah satu stafnya mengambil majalah edisi
terbarunya dan meminta saya membaca salah satu rubriknya. Disitu
membahas tentang bahwa rnanusia merupakan makhluk yang sangat
melampaui batas dan penuh dengan kekhilafan.
"ltu saya yang buat, meski satu halaman namun rasanya berat sekali karena menuliskan tentang Salah satu sifat Allah. Berulangkali saya edit karena merasa tak pantas merasa diri hanya sebagai makhluk pendosa, bahkan saya tak berani membubuhkan nama saya yang menuliskannya. Jadi saya rasa, saya belum shaleh-shaleh banget kayak orang lain."
Sebagai orang yang sibuk, memegang tiga amc;nah langsung (pirnpinan
redaksi, dai, dan penulis) mernang bukan pekerjaan mudah. Diakui Hendri
aktivitas-aktivitasnya terkadang menjadi kendala dalam menulisnya.
"Alhamdulillah sejauh ini belum ada kendala berarti dalam menulis, paling sulit bagi waktu. saya membaginya menjadi tiga kelompok: sebagai pimred, tukang ceramah, dan nulis. yan!~ paling ribet tuh .. suka kecampur-campur, lagi nulis mikirin materi ceramah, lagi ceramah inget tugas di kantor, lagi meeting pen9en nulis ini. ya gitu deh .. "
Bila Hendri sedang sulit menuangkan ide, beliau keluar untuk jalan-jalan,
bercanda dengan anak-ahak, menurutnya hal tersebut dapat merefreshkan
kembali dan melanjutkan aktivitas menulisnya.
Hendri juga punya cara unik dalam menulis, sebagai seorang yang
sekuensial Hendri terlebih dahulu mengumpulkan bahan-bahan tulisannya
89
terlebih dahulu. Sumber tulisannya ada tiga: kitab, ensil~lopedia, dan referensi
bacaan.
"Biasanya saya kalau nulis. nih computer, nih bahan-bahan dah di posted bab 1, 2, 3, di kutipin terus di tumpuk per bab ... caranya ya tinggal diputer komputernya (begitu ia menyebut laptop). Begitulah proses editual saya setiap hari."
90
Analisa Kasus
Berdasarkan proses kreativitasnya, cara puasa berimplikasi terhadap menulis
kreatif Hendri adalah sebagai berikut:
-Puasa menjadi salah satu bentuk pembersihan hati dari pikiran-pikiran
negatif yang bergumul dalam diri. Sebelum menulis biasanya Hendri
berwudhu dan shalat sunah terlebih dahulu. la meniatkan dalam diri agar
tulisannya penuh makna. Puasa di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan
menjadi pengkondisian bagi Hendri selama menulis, ka1·ena biasanya ia
hanya akan mau fokus menulis dan meninggalkan pekerjaannya yang lain.
Saal berpuasa ia merasakan efek relaksasi yang dirasa langsung dalam
dirinya sehingga ia mampu menulis berjam jam dalam kesendirian dan
kelaparan. Saat mentok ide, Hendri keluar bermain bersama putrinya yang
masih kecil dan mampu membuatnya kembali segar dan mampu menulis
kembali. Dirasakan langsug pada Hendri saat ingin tidu1· dimana kondisi
benar-benar alpha menuju teta, Hendri sering memperoleh ide
kepenulisannya yang membuatnya memilih apa ingin ditulis atau tidur saja.
Hal tersebut dikarenakan puasa menyebabkan hendri:
1. Tahap persiapan, Hendri menganggap tulisan itu suci maka harus dijaga
kesuciannya, agar kata-kata yang diucapkannya bail< dan bermakna maka
harus diawali oleh kesucian hati, pikiran, dan fisiknya. Secara fisik
91
disirnbolkannya dengan ia senang rnenggunakan sarung dan berwudhu
sebelurn rnenulis (sebagai representatif seorang rnuslirn yang bersahaja
dan makna kesederhanaan). Secara pikiran dan hati melalui ritual ibadah
seperti shalat sunah dua rakaat dan berpuasa. Puasa turut membantu
menjernihkan pikiran dan membersihkan hati dari dosa-dosa. Hal ini
ditunjukkan pula saat sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan yang sering
Hendri isi dengan aktivitas menulis ketirnbang rneng1si ceramah, agar
lidah tetap terjaga dari ucapan yang kurang berkenan dan dijauhkan dari
prasangka negatif.
2. Tahap konsentrasi, puasa membantunya menjadi lebih fokus dan
konsentrasi saat menulis. Diakuinya lebih enak menulis dalam keadaan
lapar daripada kenyang. Hal ini di tunjukkan oleh nya bahwa Hendri dapat
berkonsentrasi menulis di sepuluh hari terakhir puasa dikarenakan
merasa lebih lancar berpikir dan otak jadi terstimulasi. Saat puasa Hendri
lebih dapat menulis dengan teratur.
3. Tahap inkubasi, puasa turut membantunya membersihkan jiwa dan
pikiran dari dalam selain dengan shalat sunah atau berwudu sehingga
membuat jiwa menjadi tenang dan nyaman. Puasa rnenciptakan suasana
relaksasi.
4. Tahap illuminasi, kondisi yang relaks dan bersh dari debu-debu dosa
sehingga rnudah terciptanya tulisan yang rnarnpu bHrpengaruh, tulisan
92
yang mengandung kekuatan dan dapat menginspirasi banyak
pembacanya. Diakui olehnya tulisan puasa dapat menjadi kekuatan batin
bagi penulis. Secara tidak langsung puasa memb1~rikan pencerahan
atau kekuatan pada tulisannya.
5. Tahap verifikasi, dengan pikiran yang bersih dan hati yang jernih
membuat perasaan relaks dan terciptanya tulisan yang inspiratif dengan
gaya bahasa yang menujam kehati.
Berdasarkan unsur kreativitasnya, puasa berimplikasi pada Hendri sebagai
berikut:
1. Kelancaran (fluency): Dalam sepuluh hari terakhir puasa, Hendri mampu
menyelesaikan dua buku yang tebalnya minimal 100 lembar. Hingga
September 2008, buku yang telah dihasilkan adalah sebanyak ± 20 buku,
tujuh diantaranya menembus angka 'best seller'.
2. Orisinalitas tulisan, keaslian isi tulisan dapat dipertanggung jawabkan
kebenaranya karena merujuk pada kebenaran ilahiah. Hal ini ditunjukan
melalui karya-karyanya yang mendalam dan penuh makna.
93
Sedangkan implikasi puasa terhadap pribadi Hendri adalah sebagai berikut:
Secara internal:
1. Puasa menjadikannya seorang yang sehat mental, bersih jiwa dari
dalam sehingga jauh dari ucapan, perbuatan, dan prasangka buruk. Hal
ini ditunjukkan dengan Hendri lebih sering mengisi sepuluh hari puasanya
dengan aktivitas yang positif seperti menulis dengan tujuan membuat
ibadah puasanya semakin kusyu.
2. Puasa membantunya menjadi pribadi yang rendah hati. Hal ini diakuinya
bahwa ia berharap tulisannya berkekuatan (dapat mempengaruhi
pembacanya) dan hal tersebut diawali dengan kebersihan hati penulisnya.
Hal ini ditunjukkan bagaimana ia merasa bahwa dirinya masih sebagai
makhluk pendosa, bukan siapa-siapa dihadapan Allah, menunjukkan
bahwa ia seakan dapat merasakan kebesaran Allah.
Secara eksternal
1. Bulan puasa membuatnya menjadi lebih konsentrasi dalam
menyelesaikan target menulisnya karena jadwal menulisnya lebih jelas
atau teratur.
-----""--~=-.~•o'~
PERPUSTAl<AAN UTAMA I U!N SYAHIO JAKARTA __ _/
94
4.2.3 Skema lmplikasi Puasa dalam Menulis Kreatif Hendri
_____ terhadap
lmplikasi Puasa
-
~
Proses Kreativitasnya: 1. Tahap persiapan, Hendri menganggap tulisan itu suci maka
harus dijaga kesuciannya. Secara fisik disimbolkan dengan sarung dan berwudhu sebelum menulis. Secara pikiran dan hati melalui ritual ibadah seperti shalat sunah dua rakaat dan berpuasa. Puasa turut membantu menjernihkan pikiran dan membersihkan hati dari closa-dosa.
2. Tahap konsentrasi, puasa mE>mbantunya menjadi lebih fokus dan konsentrasi saat menulis. Diakuinya lebih enak menulis dalam keadaan lapar daripada kenyang.
3. Tahap inkubasi, puasa turut rnembantunya membersihkan jiwa dan pikiran dari dalam selain dengan shalat sunah atau berwudu sehingga membuat Jiwa menjadi tenang dan nyaman. Puasa menciptakan suasana relaksasi.
4. Tahap i/luminasi, kondisi yan9 relaks dan bersh dari debu-debu dosa sehingga mudah tulisan yang mampu berpengaruh, tulisan yang mengandung kekuatan dan dapat menginspirasi banyak pembacanya. Diakui olehnya tulisan puasa dapat menjadi kekuatan batin bagi penulis. Secara tidak langsung puasa memberikan pencerahan atau kekuatan pada tulisannya.
5. Tahap verifikasi, Terciptanya tulisan yang inspiratif dengan gaya bahasa yang menujam f:ehati.
Berdasarkan unsur kreativitas puasa berimplikasi pada Hendri terutama pada berikut: 1. Kelancaran (fluency): dalam sepuluh hari terakhir puasa,
Hendri mampu menyelesaikan dua buku yang tebalnya kurang minimal 100 lembar.
2. Orisinalitas tulisan, keaslian isi tulisan dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya karena merujuk pada kebenaran ilahiah. Hal ini ditunjukan melalui karya-karyanya yang mendalam dan penuh makna.
lmplikasi terhadap pribadi Hendri: Secara internal: 1. Puasa menjadikannya seorang yang sehat
mental, bersih jiwa dari dolam seh:ngga jauh dari ucapan, perbuatan, dan prasangka buruk.
2. Puasa membantunya menjadi pribadi yang rendah hati.
Secara eksternal 1. Bulan puasa membuatnya menjadi lebih
konsentrasi dalam menyelesaif:an target menulisnya karena
95
4.2.5 Kasus Iman
Pria bersuku jawa-bugis-lampung ini di lahirkan di Jakarta 35 tahun silam.
Saat ini ia telah menikah dan berprofesi sebagai wartawan, krtikus film dan
penulis lepas. Pria yang akrab di panggil "abang" ini baru saja menyelesaikan
studi S2 di Belanda dan menjadi mahasiswa terbaik dan satu-satunya yang
lulus tepat waktu, Iman menyelesaikan tesisnya di bulan Ramadhan tahun
2008. Iman menyelesaikan S2 sebelumnya dua tahun lalu ia juga menulis
sebuah buku tentang pandangan remaja terhadap korupsi setebal kurang
lebih 100 hal hanya dalam waktu lima hari dan itu juga terjadi di bulan
Ramadhan.
Wawancara berlangsung di lobi perpustakaan Pendidikan Nasional di
Senayan pada Hari Jumat, 10 Oktober 2008 pada pukul 11.15-11.50.
Keadaan tempat wawancara terasa nyaman dan ruangan ber AC, suasana
cukup ramai dengan pengunjung perpustakaan yang berlalu lalang. Saat
mewawancarai, saya di temani seorang teman yang ju9a adik dari teman
dekat Iman.
Iman berwajah bulat dan bertubuh gemuk, kulit hitam, clan berambut hitam
pendek lurus. Ketika wawancara berlangsung, Iman terlihat sangat santai
dengan kaos lengan pendek berwana hitam, celana bal1an berwarna krem
96
dan sandal kulit ala model pria. Kami sempat berputar-putar menentukan
tempat ternyaman untuk melakukan wawancara dan akhirnya menetapkan
lobi perpustakaan.
Iman mengawali percakapan dengan bercerita tentang mulai aktif menulisnya
sejak tahun 1994 sebagai penulis lepas, artikel-artikelnya telah sering dimuat
di surat kabar dan majalah. la mulai menerbitkan buku tahun 2000.
"Pertama kali nulis buku itu .. sebenarnya kumpulan cerpen tahun 2000, launching pertama di mesjid Pondok lndah tanggal 17 agustus 2000 .. nulisnya sih dari tahun 1994. Bersama dua teman lain, saya nulis sekitar lima cerita."
Iman kini telah menghasilkan kurang lebih 11 buku di terbitkan oleh beberapa
penerbit umum dan banyak artikel baik di muat di surat kabar, tabloid,
maupun secara online. Tiga diantaranya telah menembus angka best seller.
Iman merasa bukan sebagai penulis yang disiplin secara waktu dalam
menulis, dia menulis sesuai dengan kebutuhan, namun Ramadhan
membuatnya jadi orang yang peduli dengan waktu dan waktu terbaik
menulisnya adalah di malam hari.
"Waktu terbaik ya ... malem, ta pi targantung juga nu I is apa dulu kalau pribadi kaya tesis atau skripsi sih enaknya malem jam 1 O .. bisa bablas sampai subuh. kalau untuk kerjaan .. ya di kantor, biasanya habis shalat zuhur. kalau bu Ian puasa beda lagi ... waktu nulis di balik kalau malem kan cape ... terlalu lelah setelah kerja, shalat taraweh, dll. tapi biasanya sebelum tidur nulis dulu .. enaknya sih nulis tuh pagi habis shalat subuh. kan subuh disana jam 5 pagi. kalau perlu bangun jam 3
pagi ... terus bablas sampai jam 9 atau 10, istirahat sebentar zuhur bangun .. habis mandi, shalat subuh, pagi-pagi rasanyanya fresh tuh ... pikiran jernih aja"
Iman merasa menulis di pagi hari membuatnya lebih fresh dan lebih lancar
untuk berpikir (fluency of thingking), namun tergantung juga dengan
kebutuhan bila ada ide ya ditulis. Waktu puasa yang panjang tidak
membuatnya merasa sebagai hambatan namun justru sangat membantu ia
dalam menulis.
97
"Yach .. maklumlah.wartawan susah bangun pag1, hobinya begadang, manusia kalong. Selama disana jadi bisa aware sama waktu. sangat membantu sekali secara .. zuhur jam 1 ashar jam 6 .. habis shalat zuhur jalan aja tuh gak repot cari tempat bu at shalat. .. urusan selesai sampai rumah baru shalat ashar. Maghrib jam 10 malem .. puas buat aktivitas apa aja ... kalau lagi mood ya nulis .. terus nunggu sholat is ya jam 12 ... taraweh ya jam 12 malem .. subuh jam 5"
Hal yang biasanya jadi hambatan menulisnya adalah rasa malas.
"Hambatan nulisku diri sendiri..malas, maksudnya sulit nulis secara teratur..sesuai mood aja. iya itu dia .. susah kalau ditanya jadwal khusus nulis ... gak pernah punya waktu khusus ... harusnya kita tidak menulis di waktu luang namun meluangkan waktu untuk menulis nah itu yang sulit. Tapi kalau lagi ada ide biar tengah malem .. nulis tuh .. tapi kalau lagi angot yach .. hmh .. gitu deh"
Seperti semua penulis .. ide menjadi awal yang penting bagi Iman. Hal
pertama yang dilakukan dalam mempei'siapkan tulisan adalah ide.
"Ide dulu, rubrik apa yang mau diangkat..biasanya waktu masih kerja di kantor, dirapatin dulu sama dewan redaksi..setelah menetapkan tema, baru deh siapin bahan-bahannya kalau butuh riset baca bukubuku yang berhubungan, kalau perlu wawancara siapa nara
sumbernya, apa aja yang mau ditanyain, kalau dah kumpul kita olah .. sesuai yang kita inginkan. Sebenarnya dari awal penulis, sutradara, dll tuh dah punya setwalk (mind mapping) di
98
benaknya ... wawancara sebenarnya hanya memperkuat argument atau grand teori ... kadang-kadang dari bacaanpun ada perkembangan cerita .. oh kayanya lebih bagus nih, datanya lebih oke, faktanya lebih menarik pembaca .. biasanya kalau buat majalah .. harus berapa karakter dan beberapa kata .. dari keterbatasan kapasitas halaman, bahasa dan alur ... menarik gak ... tinggal di sesuaikan. bagi saya nu I is itu berhubungan dengan newspack .. misalnya sekarang bu Ian Oktober..misal ngomongin sumpah pemuda .. sajikan apa yang menarik."
Sebagai wartawan, Iman lebih banyak mengerjakan tulisan Non-fiksi karena
lebih berhubungan katanya. Ide kepenulisannya diperoleh dari mana saja dan
ia mengatakan bahwa menjadi seorang penulis memilik1· kebanggan
tersendiri.
"Ide dari mana saja .. kalau di kantor ide itu dirapatin di dewan redaksi..kalau lagi kehabisan ide kita bisa minta ide dari orang lain atau para pembaca .. jadi gak akan kehabisan ide. Kadang muncul saat lagi jalan-jalan, lagi ngobrol atau dengerin orang ngobrol atau pas di mobil terlintas ide (berbicara dengan antusias dan tangannya yang bergerak berlalu lalang di atas kepalanya menggambarkan ide itu muncul) .. catat saja point besarnya nanti malem baru diketik di rumah" kalau nulis, saya tulis aja semuanya baru diedit."
"Salah satu kelebihan sebagai penulis adalah bisa ngobrol sama orang-orang hebat misalnya bisa wawancara Dian sastrowardoyo misalnya atau orang-orang yang sulit untuk ditemui dan sulit di tembus, hanya wartawan atau penulis yang punya akses itu dengan mudah, orang lain belum tentu diperbolehkan. "
Iman melanjutkan ceritanya seputar kepenulisan sambil sesekali merubah
posisi duduknya.
"Penulis harus punya kepekaan terhadap lingkun!~an, pokoknya ide bisa kita peroleh dari mana saja dan apapun yang kita temukan misalnya hasil bacaan kita, koran, situasi, lingkungan sekitar."
Pria yang doyan filsafat ini mengaku bahwa menulis bukan hanya sekedar
mencari uang namun sudah menjadi sebuah "vacation" atau panggilan jiwa
sama seperti puasa.
99
"Saya nulis karena ada sesuatu yang ingin saya omongin, kalau ada ide pasti gelisah, selalu ngomong, menulis itu untuk sesuatu atau seseorang disesuaikan pula dengan kemauan pembaca kecuali mau bikin buku dan yakin buku tersebut akan bermanfaat..buatku nulis itu kecintaan, ada sesuatu misi mulia, sama seperti puasa yang sebenarnya mengajarkan kita untuk saling berbagi kepada sesama."
Untuk menghasilkan tulisan yang mencerahkan ia selalu berusaha melandasi
hatinya dengan keikhlasan dan selalu mengawali tulisan dengan
mengucapkan basmalah.
"Apa ya .. sebelum nulis paling baca basmalah terus jaga terus keikhlasan. dan biasanya bulan Ramadhan kerasa banget tuh .. secara gak makan-gak minum ... ya harus ikhlas dan belajar ikhlas, maksudnya kan puasa !aper, haus, api harus tetep berkarya dan kejar prestasi ya kudu ikhlas ngejalaninnya ... "
Puasa semakin membuat keikhlasan dan jiwa penolong Iman meningkat,
sehingga tujuan Iman dalam menulis tanpa disadari dapat menjadi kenyatan.
"Tujuan menulis saya: pencerahan (1) untuk diri sendiri, (2) untuk orang lain. Menulis itu belajar, kita akan mengetahui hal-hal baru, ilmu
100
baru, dan kita juga ngasih tahu orang. Ketemu orang baru terus, hal baru terus, menjadi sumber informasi yang akurat dan cepat, menyediakan layanan informasi dengan menunjukkan pandanganpandangan yang alternatif'.
Wawancara berakhir dengan karena telah masuk waktu shalat Jumat.
wawancara resmi memang berakhir, namun obrolan ringan tetap berlanjut
sampai waktu ashar.
Analisa Kasus
Berdasarkan proses kreativitasnya, cara puasa berimplikasi terhadap menulis
kreatif Iman adalah sebagai berikut:
Puasa memberikan pengkondisian secara eksternal bagi Iman, dimana Iman
jadi lebih dapat mengatur jadwal menulisnya. Saal berpuasa, rasa malas
menulis iman mengikis kabur dan ia lebih mampu memulai tulisan, kemudian
ia menulis dengan penuh semangat berdasarkan apa yang ia pikirkan dan
telah ia konsep sebelumnya dalam benaknya. Kadang saat mentok, Iman
menjadi sering terdiam dan merenung dengan tangan di belakang kepalanya
dan kaki di selonjorkan serta menyender di bangku hingga kadang tertidur
dan tiba-tiba terbangun dan merubah posisi badan denganmenjadi tegap.
Dan kembali mer.getik dengan tersenyum lebar (menemukan ide bc.ru).
Sekalipun ia tidak berpuasa jarang sekali terlihat Iman menulis dengan
cemilan disamping laptopnya.
101
Hal ini dikarenakan puasa menyebabkan Iman menjadi:
1. Tahap konsentrasi, bulan puasa membuatnya lebih peduli terhadap
waktu (lebih bisa menghargai waktu). Diakui Iman, rneski menulisnya
tidak dalam waktu khusus apalagi mengalami puasa di negeri Kincir yang
jauh lebih panjang daripada di Indonesia (±18 jam). 13ulan Puasa
sebagai motivasi menulis secara eksternal sehingga Iman mampu
mengenali diri kapan saat ia dapat berkonsentrasi dalam menulis dan
mengembangkan pemikiran.
2. Tahap inkubasi, Puasa membuatnya memotivasi dalam menulis,
merefreshkan kembali sehingga mengatasi rasa malas dalam menulis.
3. Tahap il/uminasi, puasa dirasakan Iman dapt melatihnya untuk belajar
ikhlas dan senang menolong orang lain sehingga puasa dapat
membersihkan hati dan dijauhkan dari perbuatan yang kurang
ikhlas. Secara tidak langsung puasa dapat membuat tulisan lebih
bermakna (pencerahan).
4. Tahap verifikasi, puasa dapat membersihkan hati dengan hati yang
bersih Iman dapat menuliskan berbagai hal yang dapat mencerahkan bagi
orang lain karena mengandung informasi yang dibutuhkan dan
bermanfaat bagi yang membacanya.
102
Berdasarkan unsur kreativitasnya, puasa berimpikasi terhadap Iman dalam:
1. Kelancaran berpikir, puasa membuatnya sadar waktu, sehingga ia tahu
kapan waktu terbaiknya mengembangkan pemikiran dan saat ia mulai
berkonsentrasi menulis, ide mengalir dengan lancar dan menghasilkan
rangkaian kata yang menunjukkan adanya kelancaran berpikir pada Iman.
2. Elaborasi antara kemampuannya mengolah kata dalam sastra atau gaya
bahasa yang menarik ditambah pencerahan isi tulisan yang secara tak
sadar diperoleh dari hasil perenungannya maka akan tercipta karya yang
Kreatif. Secara tidak langsung, puasa dapat membantunya mendapatkan
pencerahan dalam tulisanya yang iperoleh karena sang penulis dalam
kondisi mental dan pikiran yang bersih.
Sedangkan implikasi puasa terhadap pribadi Iman adalah sebagai berikut:
Secara internal:
1. Puasa membantu membersihkan hatinya dengan meningkatkan
keikhalasan hati dan menjauhinya dari hal-hal yang tidak ikhlas dalam
menulis. Diakui olehnya bahwa tujuan menulisnya aclalah untuk
mencerahkan orang lain, memberkan informasi yang dibutuhkan orang
lain.
Secara eksternal
1. Bulan puasa membuatnya lebih peduli terhadap waktu (lebih bisa
menghargai waktu). Diakui lman,meski menulisnya tidak dalam waktu
khusus apalagi mengalami puasa di negeri Kincir yang jauh lebih panjang
103
daripada di Indonesia (±18 jam). Puasa membuatnya sadar waktu dan
mengetahui kapan waktu terbaiknya dalam menumpahkan ide-idenya
dalam tulisan.
2. Puasa mengajarkan Iman untuk berbagi dan saling rnenolong terhadap
sesama.
1.2.5 Skema lmplikasi Puasa terhadap Menulis Kreatif Iman
~---~
lmplikasi Puasa
-
terhada -
Proses Kreatifnya: 1. Tahap konsentrasi, puasa menyadarkan Iman tentang
waktu dan mampu mengenali diri kapan saat ia dapat berkonsentrasi dalam menulis dan mengembangkan pemikiran.
2. Tahap il/uminasi, puasa melatihnya untuk belajar ikhlas dan senang menolong orang lain sehingga puasa dapat membersihkan hati dan dijauhkan dari perbuatan yang kurang ikhlas. Secara tidak langsung puasa dapat membuat tulisan lebih bermakna (pencerahan).
3. Tahap verifikasi, puasa dapat membersihkan hati dengan hati yang bersih Iman dapat menuliskan berbagai hal yang dapat mencerahkan bagi orang lain karena mengandung informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi yang membacanya.
Berdasarkan unsur kreativitas puasa berimplikasi pada Iman terutama pada kelancaran berpikir dan elaboratif.
lmplikasi Puasa terhadap Pribadi Iman Secara internal: 1. Puasa membantu membersihkan hatinya dengan
meningkatkan keikhalasan hati dan menjauhinya dari hal-hal yangtidak ikhlas dalam menulis.
Secara eksternal 1 . Bulan puasa membuatnya lebih peduli terhadap waktu
(lebih bisa menghargai waktu) sehingga mengetahui kapan waktu terbaiknya dalarn menumpahkan ideidenya dalam tulisan.
2. Puasa mengajarkan untuk berbagi dan saling m..nnlnnn ti>rh'1dao sesama.
105
I ···rsaaisLil;i i -- - -- - -------- -----. -[- -- -.. ·-··----1 Ta hap Jangan di Berhenti du!u, F~ileks dulu, T1nggalin,
lnkubas( I menuangkan paksan, 1stirahat ke!uar atau keluar tingga!kan ngerjain yang Penulis I 1de I du!u pindah dari ruangan !ainnya atau seolah-olah I tempat itu nulis yang ' mengesamp1 I
I lainnya. I
ngkan I masalah yang tengah ---------- ----- ---·- ----- ----- - ·---- ---- .... _ --.---· ---- --------------- ----dihadapi atau Mengembali· Dengerin musik, Ngobrol dengan Keluar jalan·jalan Jalan-jalan, beristirahat kan ide Jalan-jalan, istri, keluar atau bercanda ngobrol sama sejenak, nge!iat rumput rumah, njalan- dengan anak- orang lain atau -.. memberi atau yang ijo-ijo. jalan, nongkrong anak dengerin orang waktu bagi di warung ngobrol plkiran untuk ngobrol sama relaks. orang lain
Tahap Saal ide Saat suasana Saat menulis, Seringkali muncul Kadang muncul flluminasi: muncul benar-benar ide baru saat mau tidur saat lagi jalan-
Tahap insight nyaman dan seringkali (dalam kondisi jalan, lagi atau Hasil relaks ide-ide muncul relaks atau ngobrol atau kreatif baru sering beruntutan. nelombang otak dengerin orang muncul bermunculan. alpha) ngobrol atau pas secara tiba- di mobil terlintas tiba. ide
---~-· ------Tahap Cara Tulis saja, di Langsung tulis, Sekuensial Nulis aja dulu Verifikasi : menuangkan notebook kecil setiap ide 1,teratur) semua, diedit Penulis dapat ide kreatif nanti diketik di datang ketik blasanya sudah belakangan menuangkan rumah atau saja, bila datang dipisahkan mana ide-ide hasil langsung ketik ide lain buat bahan untuk pemikiran bila sedang folder baru bab1, bab2, bab3, kreatifnya bawa laptop. (Acak), kalau dst. caranya melalui tidak sempat laptoptnya tinggal tulisan. menulis, tulis di puter saja. Penutis saja pain-pain memer!ukan pentingnya nanti pola berpikir di malam hari di kritis untuk hari yang sama mengevaluas ingatan bisa i hasil dipanggil lagi. penyelesaian masalah.
L --- ---·-----·-·-- ------- -- ---- ---- -
4.3.2 lmplikasi Puasa terhadap Proses Kreativitas
Ta hap Kreativitas
Ta hap Persiapan: Penulis menentukan masalah, tahap pengumpulan materi (bahan) tulisan kreatif.
Sep to
-·-···. ___ L ____ _ Tahap Konsentrasi: Penulis akan ban yak menimbangnimbang, menguji, mencoba meneliti masalah dari berbagai sudut pandang.
Puasa membuatnya lebih konsentrasi dan lebih fokus dalam menulis karena tidak terlalu banyak hal lain yang dipikirkan selain menulis.
An to
Puasa mengajarkan nya untuk pandai bersyukur atas segala nikmat Allah. Saat persiapan menulis, Anto terbiasa memanfaatkan bahan tulisan yang ada dan segala yang ia miliki terlebih dahulu baru mencari data yang kurang.
Hend!ri
Hendri menganggap tulisan itu ,;uc1 maka harus dijaga kesuciannya. Puasa turut membantu menjernihkan pikiran dan membersillkan hati dari dosadosa. Sebelum menulis biasanya Hendri berwudu dan shalat dua rakaat.
-~--~---- --~- _L_ ___________ -----------··
Puasa Puasa memberikan membantunya semangat baru menjadi lel)ih dalam fokus dan menulisnya. "Puasa bukan berarti jadi malas menulis atau jadi lemas, tetapi justu jadikan kelemahan itu sebagai sumber
konsentrasi saat menulis. Diakuinya lebih enak menulis dalam keadaan la par daripada kenyang membuat otak terstimulasi.
106
Iman
Puasa menyadarkan Iman tentang waktu dan mampu mengenali diri kapan saat ia dapat berkonsentrasi dalam menulis dan mengembangkan pemikiran.
kekuatan" ____ .....L~--- -·----- --.L..'.==='-----.1-...--------~-
107
---------Tahap Puasa Puasa sangat puasa turut Puasa lnkubasi. memberikannya membantunya membantunya membuatnya Penulis seolah- efek relaksasi dalam membersihkan memotivasi olah dan tenang memberikan jiwa dan pikiran dalam menulis, mengesamping sehingga dapat ketenangan dan dari dalarn selain merefreshkan kan masalah mengatasi relaksasi. dengan sl1alat kembali sehingga yang tengah moodnya Puasa sunah atau mengatasi rasa dihadapi atau ( suasana hati) dianggapnya berwudu malasdalam beristirahat kurang baik sebagai salah sehingga menulis seJenak, yang selama ini satu bentuk membuatjiwa memberi waktu jadi hambatan refreshing, menjadi tenang bagi pikiran internal dalam membuatnya dan nyaman untuk relaks. menulisnya. mampu Puasa
menstabilkan menciptal<an emosi dan suasana menghilangkan relaksasi. sejenak beban-beban yang mengganggu nya selama menulis.
------- -----Tahap Dalam kondisi Secara tidak Puasa turut Puasa 11/uminasi: relaks dan langsung puasa membantunya melatihnya untuk
Tahap insight konsentrasi membuatnya agar terciptanya belajar ikhlas dan atau Hasil yang tinggi memperoleh ide tulisan yang senang kreatif baru sehingga ide- menulis. Hal ini mampu menolong orang muncul secara ide baru sering dikarenakan berpengaruh, lain sehingga tiba-tiba. bermunculan. rasa syukur tulisan yang puasa dapat
Secara tidak yang ia latih mengandung membersihkan langsung puasa lewat puasa. kekuatan dan hati dan membantunya ct a pat dijauhkan dari dalam menginspirasi perbuatan yang memperoleh banyak kurang ikhlas. ide. pembacanya Secara tidak
Diakui olehnya langsung puasa tulisan puasa dapat membuat dapat menjadi tulisan lebih kekuatan batin bermakna bagi penulis (pencerahan). Secara ti<lak langsung puasa memberikan pencerahan atau kekuatan pada tulisannya.
108
..... ~~-~----·~-·· I Tahap I Rasa syukur Dapat Terciptanya Puasa dapat i Verifikasi :
I . menuliskan I yang terus 1a tulisan yang membersihkan
I Penulis dapat dalam bentuk kembangkan inspiratif dengan hati dengan hati menuangkan tulisan menarik. melalui puasa gaya bahasa yang bersih Iman ide-ide hasil membuatnya yang menujam dapat menuliskan pemikiran tidak menyia- kehati. berbagai hal kreatifnya nyiakan ide. yang dapat melalui tulisan. Setiap ide mencerahkan Penulis muncul selalu bagi orang lain memerlukan An to karena pola berpikir kembangkan mengandung kritis untuk menjadi tulisan. informasi yang mengevaluasi dibutuhkan dan has ii bermanfaat bagi penyelesaian yang masalah. membacanya.
Berdasarkan proses kreativitas Semua responden mengalami implikasi
puasa terhadap proses kreatif mereka pada tahap inkubasi, tahap
konsentrasi, dan tahap illuminasi. Tahap yang dirasakan secara sadar para
responden adalah pada tahap inkubasi, tahap dimana penulis biasanya
membutuhkan relaksasi atau kenyamanan dalam menulis sehingga semua
beban yang mengganggu pikiran akan tersingkir, meski beban pikiran yang
menjadi hambatan menlisnya berbeda-beda. Pikiran akan bersih dari dosa-
dosa dan karenanya para responden dapat berkonsentrasi dan fokus pada
tulisan mereka. Saat Mereka dalam keadaan relaks dan berkonsentrasi,
maka gelombang otak mereka dalam keadaan alpha (a) dimana ide
seringkali muncul dan beterbaran di pikiran. Sehingga secara tidak langsung
puasa membantu mereka memperoleh ide-ide clalam menulis.
109
Setelah membandingkan dan implikasi puasa mereka berdasarkan proses
kreatif, peneliti membandingkan hasil kreatif mereka yang tergambar melalui
empat unsur kreativitas dan sifat kreativitas.
4.3.3 Unsur dan Sifat Kreativitas
Empat unsur Sep to An to Hendri Iman berpikir kreatif
Kelancaran 15 buku 24 buku 20 buku 11 buku (fluency): Pernah 5 diantaranya 7 diantaranya 3 diantaranya penulis dapat menang lomba best seller best seler best seller menghasilkan
! banyak j tulisan. ' Keluwesan Fiksi dan Non-fiksi Non-Fiksi Fiksi dan
(fleksibilitas): non-fiksi dengan dengan non-fiksi penulis dapat dengan berbagai tema berbagai tema dengan menghasilkan berbagai tema berbagai tema tulisan dari berbagai jenis karya tulis dengan mengungkapk an gagasan dalam jangkauan yang luas. Orisinalitas Menciptakan Kemampuan Membahas Mejabaran (keaslian ), tulisan yang menceritakan satu tema kecil materi penulis dapat menarik sesuai hal yang dari hal penulisannya menunjukkan kategori usia dianggap biasa disekitar kita dari berbagai ide-ide yang dan secara luar dari sudut sudutpandang baru yang kebutuhannya biasa dan pandang lain. sehingga berkaitan serta mengandung membuka pola dengan isi memudahkan banyak hikmah pikir para maupun cara para yang dapat pembacanya. penuturannya. pembacanya, diambil
pelaiaran. Elaborasi, Menggabung Mengelaborasi cara dia (menggabung penulis dapat kan materi teori dan menceritakann kan teori, menunjukkan terdahulu praktek, ya benar-benar pengalaman, detil-detil dengan materi sehingga sangat apik, bahasa idenya. baru karyanya pemilihan kata- popular,dan
dibawakan bukan hanva katanva sanaat ada Penielasan
1- ······---dengan cara baru. 1
Sifat Septo Kreativitas --·---·------ ---- -------···-·· -
Baru (isi Sederhana bermakna) namun
Berguna dan bermanfaat
Dapat dimengerti
bermakna
Terutama untuk dunia pendidikan.
bahasa yang digunakan seringkali bahasa-bahasa yang mudah untuk dimengerti.
enak dibaca i---···----namun dapat langsung diimplementasi kan dalam perbuatan.
An to
.L. __ ·----~--
Anto pintar dalam mengangkat sesuatu yang biasa jadi luar biasa, diapun seringkali melakukan inovasi pada karya-karyanya sehingga selalu ada unsur kebaruan di dalamnya.
-!----------- - ----Sebagai penulis ia bukan hanya membuat karya yang bermutu, ia juga menyesuaikan dengan kebutuhan pasar, keinginan pembaca dan oenerbit. Bahasa yang di gunakan adalah bahasa yang popular yang mudah dipahami.
--~---·---- --- -
110
·-------.. --·--· menuJam ke lewat gambar-hati dan sarat gambar hikmah yang kartun). dapat menjad pembelajaran bag1 para oembacanva.
Hendri Iman
f..-...---------~- -karyanya karyanya berpandangan memiliki unsur luas dan dapat kebaruan dan menginspirasi berpandangan banyak orang. luas
I- -- ------------- -------
Seperti niatnya menulis bukan ia menulis hanya untuk untuk dirinya namun mencerahkan untuk dan bermanfaat kebutuhan para bagi orang lain. pembaca,
memberikan informasi yang bermanfaat.
Meski terbilang bahasa yang menggunakan digunakan bahasa yang seringkali tinggi bahasa-bahasa maknanya yang mudah namun tetap untuk a a pat dimengerti. dimengerti oleh oara_Rembaca
4.3.4 lmplikasi Puasa terhadap Unsur Kreativitas
1~:~1~ur- --se;>fo -···· Anto
I Kelancaran 1de sering puasa yang (fluency): muncul saat ia memberikan penulis dapat berpuasa, ketenangan menghasilkan diakuinya saat membuat Anto banyak berpuasa lebih mudah tulisan. Septa mampu menyalurkan
berkonsentrasi I energinya menulis untuk menulis
Keluwesan (fleksibilitas): penulis dapat menghasilkan tulisan dari berbagai je~is karya tLdis dengan mengungkapk an gagasan dalam jangkauan yang luas.
menulis non- ditambah stop seakan komitmen dan ide mengalir disiplin dalam deras dalam menulisnya. rangkaian kata Kelancaran yang tertuang menulisnya dalam tulisan. ditunjukkan
Septa telah menulis ± 15 buku fiksi dan nan-fiksi dalam berbagai tema Meski tidak semuanya, namun banyak karya Septa lahir di bu Ian puasa dan
dengan banyaknya karya yang telah Anto hasilkan dan lumayan tebal minimal Anta menulis satu buku ± 100 halaman. Ratarata satu bulan menerbitkan 2-4 buku, hingga Agustus 2008 telah ada ± 24 buku.
Dalam sepuluh hari terakhir puasa, Hendri mampu menyelesaikan dua buku yang tebalnya minimal 100 lembar. Hingga September 2008, buku yang telah dihasilk.an adalah sebanyak ± 20 buku, tujuh diantaranya menembus angka 'best seller'.
_c:llkerjakan ...... - _ _ __ -~ ·-·------------
'
Iman
puasa membuatnya sadar waktu, sehingga ia tahu kapan waktu terbaiknya mengembang kan pemikiran dan saat ia mulai berkansentrasi menulis, ide mengalir dengan lancar
I dan menghasilkan rangkaian kata yang menunjukkan adanya
I kelancaran berpikir pada Iman.
111
112
- ·····----- -··- --·---· ------ ----~------~- ------------saat dia berpuasa.
-Orisinalitas --- puasa secara keaslian isi Secara tak (keasl1an), tidak langsung tulisan dapat langsung puasa penulis dapat membuat Anto dipertanggung pencerahan isi menunjukkan memperoleh jawabkan tulisan yang ide-ide yang ide menulis kebenaranya secara tak baru yang sehingga karena merujuk sadar diperoleh berkaitan idenya murni pada kebenaran dari hasil dengan isi dari Allah. ilahiah. Hal ini perenungannya rnaupun cara ditunjukan maka akan penuturannya. rnelalui karya- tercipta karya
karyanya yang yang orisinaL rnendalam dan penuh makna.
Elaborasi, --- puasa --- ---penulis dapat mengajarkan menunjukkan Anto untuk detil-detil I semakin idenya. bersyukur
termasuk dengan seluruh potensi yang Anto miliki. Kemampuanny a yang tak hanya menulis seperti menjadi pembicara publik dan pandai bersulap dapat menunjang kemampuan menulisnva
4.3.5 lmplikasi Puasa terhadap Pribadi para Responden
- --- ---·---- --------- - '""·-- -~---.. -·T····
An to Septo I -- -------------·-·-·------
Secara internal 1. Puasa menjadi ke-
kuatan dalam menulis dengan menJadikan nya lebih termotivasi dan semangat dalam menulis sehingga mampu berkonsen-trasi dalam menulis. Hal ini ditunjukkan seringkali ia menulis h1ngga lupa waktu saat berpuasa.
2. Puasa membuatnya mampu mengatasi mood yang selama ini Jadi hambatan internal dalam menulisnya. Puasa membuat Septa merasa lebih tenang dan nyaman.
Secara eksternal 1. Puasa melatih Septa
menjadi pribadi yang senang menolong orang lain dan peka dengan keadaan sekitar. Hal ini diakui oleh teman-teman nya di FLP.
--------Secara internal
1. Puasa mengajarkan Anto menjadi pribadi yang lebih bersyukur. Ditunjukkan dengan pandai memanfaat-kan potensi diri dan memanfaatkan apa pun disekelilingnya menjadi bahan tulisan. Anto selalu berusaha mensyukuri setiap ide yang mun-cul sehingga Anto kembangkan menjadi tulisan. r· Puasa secara tidak langsung membuat-nya menjadi pribadi yang sehat mental. Puasa memberikan efek relaksasi lebih tenang dalam meng-hadapi setiap per-soalan. Meski disiplin diri sudah menjadi kebiasaannya tanpa perlu berpuasa namun turut mem-bantunya mejadi pribadi yang sehat mental.
Secara eksternal 1. Puasa mengajarkan
Anto untuk mampu berempati terhadap penderitaan orang lain.
Secara internal 1.Puasa
menjadikannya seorang yang sehat mental, bersih jiwa dari dalam sehingga jauh dari ucapan, perbuatan, dan prasangka buruk. Hal ini ditunjukkan dengan Hendn lebih sering mengisi sepuluh hari puasanya dengan aktivitas yang positif seperti menulis dengan tujuan membuat ibadah puasanya semakin kusyu.
.Puasa membantunya menjadi pribadi yang rendah hati. Hal ini diakuinya bahwa ia berharap tulisannya berkekuatan (clapat mempengaruhi pembacanya} dan hal tersebut diawali dengan kebersihan hati penulisnya.
Secara ekstem'lJ 1. Bulan puasa
membuatnya menjadi lebih ko~sentrasi dalam menyelesaikan target menulisnya karena jadwal menulisnya let1ih jelas atau teratur.
113
Iman
~--
Secara internal 1. Puasa membantu
membersihkan hatinya dengan meningkatkan keikhalasan hati dan menjauhinya dari hal-hal yang tidak ikhlas dalam menulis.
Secara eksternal 1. Bulan puasa
membuatnya lebih peduli terhadap waktu (lebih bisa menghargai waktu} sehingga mengetahui kapan waktu terbaiknya dalam menumpahkan ide-idenya dalam tulisan.
2. Puasa mengajarkan untuk berbagi dan saling menolong terhadap sesama.
114
Berdasarkan implikasi puasa terhadap faktor pribadi mereka diperoleh dua
respon yang lebih sering berpuasa sunah bukan hanya puasa wajib lebih
terimplikasi secara internal sedangkan dua responden lagi yang hanya rajin
berpuasa wajib terimplikasi secara eksternal. Hal ini dilihat dari konsistensi
dan jadwal menulis mereka. Mereka yang lebih rajin berpuasa menunjukkan
perilaku yang lebih teratur (disiplin) dalam menulis.
Disadari atau tidak, puasa berimplikasi pada perilaku mereka yang secara
perlahan tapi pasti membantu terbentuknya kepribadian mereka yang baik.
Salah satunya puasa melatih kepekaan mereka terhadap sekeliling,
penderitaan orang miskin misalnya sehingga mendoron!J mereka untuk dapat
menolong.
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan proses kreativitas semua responden mengalami implikasi puasa
terutama pada tahap inkubasi, tahap konsentrasi, dan tahap illuminasi. Tahap
yang dirasakan secara sadar adalah pada tahap inkubasi dan tahap dimana
penulis biasanya membutuhkan relaksasi atau kenyamanan dalam menulis
sehingga semua beban yang mengganggu pikiran akan tersingkir, meski
beban pikiran yang menjadi hambatan menulisnya berbeda-beda. Pikiran
akan bersih dari dosa-dosa dan karenanya para responden dapat
berkonsentrasi dan fokus pada tulisan mereka pada tahap konsentrasi. Saat
Mereka dalam keadaan relaks dan berkonsentrasi, maka gelombang otak
mereka dalam keadaan beta (f3) menuju alpha (a). Saat k.ondisi mereka
benar-benar dala kondisi alpha (a) menuju teta (8) Responden sedang
berada dalam tahap lnkubasi dimana ide seringkali muncul dan beterbaran di
pikiran. Sehingga secara tidal< langsung puasa membantu mereka
memperoleh ide-ide dalam menulis.
116
lmplikasi puasa terhadap hasil kreativitas lebih bersifat tak langsung. Artinya
karena puasa berimplikasi terhadap diri penulisnya otornatis akan berdampak
pula pada hasil karyanya.
Secara pribadi dan perilaku para responden. puasa san9at berimplikasi
langsung baik disadari ataupun tidak diantaranya puasa membersihkan dosa
dan kotoran-kotoran dari fisik, hati dan pikiran mereka sehingga mereka
kembali pada pribadi yang suci. Hal ini tercermin dari pribadi mereka yang
baik seperti (bersyukur, rendah hati, disiplin, cinta pada rnenulis lebih dari
sekedar rnengharap uang dan senang rnenolong orang lain).
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diperhatikan bahwa irnplikasi puasa
yang dialami para responden searah dan sependapat dengan teori yang
dikemukakan David Campbell dalam Nashori (2002) bahwa puasa dapat
berimplikasi pada proses kreativitas seseorang bukan hanya pada tahap
iluminasi tetapi pada setiap tahapnya, namun tahap yan!J paling dirasakan
implikasinya adalah pada tahap konsentrasi dan inkubasi.
Pada tahap persiapan kreativitas, biasanya penulis men9alami hambatan
rasa rnalas untuk memulai menulis karena penulis harus menentukan
117
masalah, mempelajari latar belakangdan seluk beluk perrnasalahanny, serta
mengumpulkan materi menulis. Puasa mampu memberikan suntikan motivasi
dan semangat yang tinggi untuk memulai dan menjadikan penulis mencoba
untuk lebih sabar dalam memecahkan persoalan atau tulrsan kreatif.
Pada tahap konsentrasi, biasanya penulis membutuhkan lebih banyak energi,
stamina fisik, pikiran maupun psikis dalam menulis karena penulis akan
banyak menimbang-nimbang, menguji, mencoba meneliti masalah dari
berbagai sudut pandang dan membuat tulisannya bermakna dan dengan
gaya bahasa yang menarik. Puasa membantu mereka dalam
mempertahankan vitalitas tubuh, kesehatan tubuh. Puasa juga membantu
penulis tetap dalam konsentrasi tinggi dalam menulis karena puasa akan
mengendalikan hawa nafsu mereka dan mengarahkan semua energi pada
tulisan.
Pada tahap inkubasi, tahap dimana penulis biasanya telah merasa lelah,
penal dan mencapai pick (titik puncak) menandakan penulis membutuhkan
istirahat dan menyegarkan kembali pemikiran mereka agar tulisan tetap enak
dibaca dan mengandung isi yang bernilai tinggi. Puasa membatu
mereleksasikan tubuh, pikiran, dan jiwa para penulis karena saat berpuasa
ogan pencernaan manusia ikut beristirahat sejenak. Adanya rekonstrusi
118
ulang hormone, enzim di dalam tubuh yang dapat mengembalikan
keseimbangan tubuh sehingga tubuh dapat lebih relaksasi dan merasa lebih
nyaman. Puasa jugamembuat tidur lebih nyenyak.
Pada tahap illuminasi, tahap ini tahap dimana penulis biasanya memperoleh
ide-ide dalam menulisnya. Saat otak menunjukkan gelobang "alpha", kondisi
dimana penulis merasa sangat mudah untuk berpikir dan menemukan
jawaban dari seluruh persoalan yang dihadapi. Kondisi pada tahap ini
memang tidak terlepas dari tahap sebelumnya atau terusan dari tahap
inkubasi. Dalam kondisi berpuasa, seseorang selain mengalami relaksasi
secara fisik sehingga lebih nyenyak saat tidur juga secara pikiran dan jiwa
karena sebenarnya sedang membersihkan pikiran dan jiwa si penulis dari
berbagai dosa dan belenggu. Kondisi pikiran dan jiwa yang bersih akan lebih
mudah mendeteksi dan memperoleh ilham, ilmu, ide dari Allah yang langsung
ditujamkan kedalam dada si penulis.
Sedangkan pada tahap verifikasi, adalah tahap dimana penulis
menumpahkan ide, gagasan, temuan baru dalam tulisannya setelah melaui
masa perenungan dan berpikir panjang. Puasa membantu melancarkan dan
sebagai kekuatan dalam menulis, dimana isi yang dituangkan mencerminkan
kebenaran dan kebaikan karena penulisnya menulis dalam keadaan bersih
jiwa dan pikiran sehingga menghsilkan tulisan yang dapat mempengaruhi
banyak orang menjadi lebih baik.
119
Berdasarkan hasil analisa antar kasus, para subyek penelitian yang rajin
puasa sunah selain puasa wajibnya lebih terimplikasi secara internal
ketimbang para responen yang hanya berpuasa wajib. Hal ini terlihat dari
bagaimana intensitas dan motivasi mereka dalam menulis diluar bulan puasa.
Mereka yang rajin berpuasa sunah lebih memiliki jadwal menulis lebih jelas
dan menulisnya cenderung lebih teratur.
Sesuai dengan pendapat Guilford tentang empat unsur kreativitas. Penulis
kreatif akan menuangkannya dengan luwes (fleksibel) disesuaikan dengan
gaya bahasanya sendiri. Lancar berpikir (fluency) karena seluruh ide masih
jernih diingatan yang segera ditumpahkan dengan mengelaborasi hal-hal
yang pernah ia pelajari atau dapat dan dapat dihubungkan sehingga akan
menghasilkan tulisan yang yang makna, bermanfaat dan memiliki unsur
kebaruan atau orisinalitas karena langsung mendapat dari Allah.
Letak perbedaannya adalah makna dan isi dari tulisan-tulisan kreatif. Mereka
yang berpuasa dengan baik berusaha menulis hal-hal yang baik pula,
membuat tulisan yang bermanfaat dan lebih bermakna. Sedangkan, saat
120
membandingkan hasil kreatifitas orang yang rajin berpuasa sunah dan yang
hanya berpuasa wajib saja pun tidak ada perbeclaan yang signifikan
semuanya dapat menghasilkan tulisan yang kreatif dan orisinal.
5.3 Saran
Secara keseluruhan dalam penelitian ini, peneliti telah sangat berusaha
mengikuti seluruh aturan dan prosedur yang telah acla. F'eneliti sadar skripsi
ini masih jauh dari sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Alangkah
bahagianya bila sekiranya skripsi ini dapat bermanfaat secara praktisi
maupun teoritis. Berikut beberapa saran yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk penelitian selanjutnya:
1. Diharapkan pada peneliti selanjutnya melibatkan subyek penelitian wanita
agar hasilnya lebih beragam.
2. Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar meneliti implikasi puasa ini
pada subjek selain penulis buku karena pelaku kreativitas sangat luas
terutama yang berhubungan dengan dunia seni. Seperti dalang, pembuat
gerabah, pembuat keris, pelukis, pencipta lirik lagu, atau penari.
121
DAFT AR PUST AKA
AJ-Qur'an Nur Karim
Ancok, Jamaludin. 1994. Psikologi lslami: Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arman Hakim, Nasution. 2006. Creativity Thingking: How to Get Success in Your Future Career. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Ary Ginanjar, Agustian. 2006. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual The ESQ way 165. Jakarta: F'enerbit ARGA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekai'an Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Badi, Jamal. 2007. Islamic Creative Thingking. Bandung: PT MIZAN Pustaka
Bakar, Osman. Tauhid dan Sains. Terjemah yulianti Liputo. bandung: Pustaka Hidayat
Chaplin, J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
De Bono, Edward. 2006. Revolusi Berpikir. Bandung: Kaifa
Hasan, Muhammad Tholhah. 2005. Prospek Islam dalam menghadapi tantangan zaman. Jakarta : Lantabora Press-Jakarta Indonesia
Hawwa, Said. 2001. Al-Islam (edisi lengkap seri 01-04) . . Jakarta: Al-l'tishom
Hawwa, Said. 2005. Tazkiyatun Nafs (lntisari lhya Ulumuddin). Jakarta: Pena P:.mdi Aksara
Hernowo. 2003. Quantum Writing. Bandung: MLC
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan, suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga
122
Julius Chandra. 1994. Kreativitas (bagaimana menanam, membangun, dan mengembangkannya). Yogyakata: Penerbit Kanisius
. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Kerl!nger. Fred N. (2000). Asas-asas Penelitian Behavioral, edisi ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Moleong, J. Lexy. 2006. Metodo/ogi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mujib. Abdul. 2006. Kepribadian Oa/am Psikologi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Munandar, S.C. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Seka/ah (Petunjuk bagi Para Guru dan Orangtua). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Munandar, S.C. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan; Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Najati, Utsman. 2003. Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi. Jakarta: Mustaqiim
Nashori, H. Fuad. 2002. Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psiko/ogi /slami. Yogyakarta: Menara Kudus Yogyakarta
Nashori, H. Fuad. 2005. Kiat-kiat Menjadi Penu/is Muslim Kreatif. Yogyakarta: Quranic Media Pustaka
Pasiak, Taufik. 2004. Revolusi IQIEQ/SQ. Bandung: Mizan
Primadi. 1998. Proses kreasi, Apresiasi, Be/ajar. Bandung: Penerbit ITB
Poerwandari, E. Kristi, (1998). Pendekatan Kua/itatif dalam Penelitian Psiko/ogi. Jakarta: Fakultas Psikologi UI
Qardhawi, Yusuf. 1998. Fiqih Puasa/Fiqhush Shiam. Solo: Era lntermedia
Qardhawi, Yusuf. 1995. Fiqih Puasa/Fiqhush Shiam. Solo: Citra lslami Press
123
Rahman. 2000. Hikmah Puasa, tinjauan ilmu kesehatan. Jakarta: Al-Mawardi Prima
Rasjid, Sulaiman. 1994. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru
Rasyad Fuad As-Sayyid. 2004. Puasa Sebagai Terapi Penyembuhan Berbagai Penyakit. Jakarta: Penerbit Hikmah
Sabiq, sayyid. 1996. Fikih Sunnah, bandung: Al-Ma'Arif
Shahib, M.N. 2003. Mengenal Allah dengan Mencerdaskan Otak Kanan. Bandung: Gema Media Pusakatama
Siller, Todd. 2002, Berpikir Ala Einstein: 31 kiat menjadikan diri anda jenius. Bandung: Kaifa
Suharnan.2005. Psikologi kognitif. Surabaya: Srikandi
Sunarto, achmad. 1995. Dasar-dasar Fiqih Islam lengkap praktis. Bandung: Husaini
Suryabrata, S. 2003. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Syarifuddin, Ahmad. 2003. Puasa menuju sehat Fisik dan Psikis. Jakarta: Gema lnsan Press
Tholhah Hasan, Muhammad. 2005. Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman. Jakarta: Lantabora Press
Ubaedy, AN. 2006. Menyingkirkan Belenggu Diri. Jakarta. Khalifa
Uwaidah, Kamil Muhammad. Fiqih Wanita. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Wilcox, Lynn. 2003. Sufism and Psychology. Jakarta: PT. Serambi llmu Semesta
Yin, Robert K. 2006. Studi Kasus (Desain & Metode). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Zuhayly, Wahbah. 1996. Puasa dan ltikaf Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
' 124
Skripsi:
Rachmi Diana Mucharam. 1998. Hubungan Religiusitas dengan Kreativitas pada siswa SMU. Yogyakarta: Fak. Psikologi Universitas Gajah Mada
Reputrawati, A. 1996. Hubungan Antara Asertivitas dengan Kreativitas Remaja SMA Suku Jawa. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM
Zulkarnain. 2002. Hubungan Kontrol Diri dengan Kreativitas Peketja. Medan: Fak. Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Internet:
Abdul Halum Fathoni. www. malangkab.go.id
Ade www. Ade.Blogspot.com
Bulututu Ozuah. http://id.shvoong.com
Naning Pranoto. http://www.rayakultura.net
http://zuhud.wordpress.com/islamic/puasa-sunnah/
http://alrasikh.wordpress.com
http :I la rwan i-syaerozi. biogs pot. com
http://hikmah.Sitesled.com
.1piran l
PER NY J\TJ\J\N KESEDIJ\J\N
1gan ini Saya Mcnyatakan bahwa Saya.
L
1a
'u Bangsa
1didikan Tcrakhir
'erJaan
ttus Pcrnikahan
Bersedia untuk diwawancarai dan memberi keterangan sebenar··benarnya untuk
perluan pembuatan skripsi denganjudul "Pengaruh Puasa Sunnah tcrhadap Krcativitas
lam Menulis Bagi Penulis Buku", yang disusun oleh AlifMariyani (Mahasiswa
mester 9 fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Wawancara ini berkaitan dengan proses kreativitas dalam mcnulis yang dialami
eh penulis.
Adapun data pribadi dan hasil wawancara ini merupakan suatu ha! yang bersifat
hasia dan sernata-rnata untuk keperluan skripsi. Apabila terdapat data yang rnasih
1rang lengkap. maka saya bersedia untuk diwawancarai kembali.
Jakarta. 2008
Interviewee Interviewer
( ) (J\lif Mariyan i)
Lamo1ran '2
'· Gambaran Umum Subyel'? 1. Noma Lengl'?ap
2. Jenis l'?elamin
3. TTL
4. Pel'?erjaan/A!'?tivitas saat ini:
1. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~
2-~~~~~~~~~~~~~~~~~~
4.~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 5. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~
5. Riwayat Pendidi!'?an:
1.~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 2. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~
3.~~~~~~~~~~~~~~~~~~
4-~~~~~~~~~~~~~~~~~~
5-~~~~~~~~~~~~~~~~~~
6.~~~~~~~~~~~~~~~~~~
7.~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 6. Status Marital
7. )umlah Anal'?
3. Gambaran l<husus Subyel'? 1. Sudah berapa l'?arya anda yang diterbitl'?an sebagai buf<u : __ , tulis yang
Best Seller
1.~~~~~~~~~~~~~~~~~~
2-~~~~~~~~~~~~~~~-'-~~ 3.~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 4. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~
5.~~~~~~~~~~~~~~~~~~
6.~~~~~~~~~~~~~~~~~~
7.~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 2. l<arya tulis anda yang memenangf<an lomba :
1.~~~~~~~~~~~~~~~~~~
2-~~~~~~~~~~~~~~~~~~
3.~~~~~~~~~~~~~~~~~~
4-~~~~~~~~~~~~~~~~~~
5.~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 3. Jenis tulisan yang anda ciptal'lan (fif<si/non fif<si)?
4. Rata-rata lamanya masa pembuatan 2 bul'?u anda?
5. Tebal buf<u rata-rata
C. PERTANYAAN UNTUI< SUBYEI<
1. Sebelum menulis apa yang biasa anda persiapal:mn?
2. wal:itu terbail:i menulis anda?
3. T empat ternyaman anda untul'l menulis?
4. Sumber inspirasi menulis? 5. bugaimana hal tersebut mampu menginspirasi anda dalam menulis?
6. Bisa anda cerital'lan bagaimana anda memperoleh ide l<reatif dalam
menulis?
Bisa anda cerital:ian prosesnya?
7. Cara anda menuangl:ian ide anda?
s. masalah yang sering menghambat proses menulis anda"?
9. mengapa anda merasa terganggu (terhambat)?
10. Bagaimana anda mengatasinya?
11. Upaya apa yang anda lal:iul'lan untul:i menstimuli l:iembali dalam
memperoleh ide l:ireatif dalam menulis?
12. Anda senang berpuasa sunnah ?
13. Puasa Sunnah Apa saja yang anda biasanya lal:iul:ian?
14. Anda menulis selama bulan puasa l:iemarin? berapa l:iorya yang
dihasill:ian?
15. rasanya beda gal:i nulis wal:itu puasa dibanding saat tidal:i berpuasa? Bisa
anda ceritar:mn lebih lanjut
'TERIMA l<ASIH'
(Semoga Sui<ses Selalu don Dibanjiri Ide Kreatif d::i\am Menu\is Dilapangl<an Rezel<i don diberil<an Kebahagiaan Dunia don Al<hirat oleh Allah
SWT)
D. PERTANYAAN UNTUK PARA PEMBACA
1. Anda pernah membaca Karya-lmrya ? Ya ( 2.Bagaimana menurut anda lmrya-lmrya penulis biki di lihat dari 2 ospet<
a. t<eunit<an don l<eorisinalan tulisannya
b. Manfaat/l<ebermal<naan dalam tulisannya
3. Apa yang anda rasal<an setelah membaca l<arya-l<arya beliau?
) tidal< (
4. Pernahl<ah anda berjumpa dengan penulis, atau mengenalnya? Ya ( ) tidal< ( ) 5. Jil<a ya, Apa l<esan Anda tentang Penulis?
)
E. PERTANYAAN UNTUK PARA PAKAR
1. Anda pernah membaca Karya-l'larya ? Ya ( 2.Bagaimana menurut anda l'larya-lwrya penulis bila di lihat dari 2 ospel'I
a. l'leunil'lan dan l'leorisinalan tulisannya
b. Manfaat/l'lebermal'lnaan dalam tulisannya
3. Apa yang anda rasal:ian setelah membaca l'larya-l'larya beliau?
) tidal'I (
4. Pernahl'lah anda berjumpa dengan penulis, atau mengenalnya? 'la ( ) tidal:, ( ) 5. Jil'la ya, Apa l:iesan Anda tentang Penulis?
)
npiran 3
Lcmbar Obscrvasi
iyck : 1 I 2 I 3 I 4 I 5 1wancara kc : I I 2 I 3 npat 1ggal
'u l
tatan Lapqngan : Kcadaan tcmpat wawancara (cuaca, suasana, kehadiran pihak lain di sckitar tcmpat wancara):
Gambaran Fisik dan Penampilan Subyek:
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~··
Ringkasan A wal dan Akhir wawancara, suara, intisari, sikap tub uh, antusiasmc, sikap :pada interviewer dan lain-lain
Gangguan dan hambatan selama wawancara
.Catalan Khusus dalam wawancara
'!