negeri paman sam
TRANSCRIPT
AMERIKA SERIKAT, SANG ADIDAYA
Amerika Serikat terletak di tengah-tengah benua Amerika Utara, dibatasi oleh
Kanada di sebelah utara dan Meksiko di sebelah selatan. Negara Amerika
Serikat terbentang dari Samudra Atlantik di pesisir timur hingga Samudra Pasifik
di pesisir barat, termasuk kepulauan Hawaii di lautan Pasifik, negara bagian
Alaska di ujung utara benua Amerika, dan beberapa teritori lainnya.
Penetap pertama wilayah yang kini menjadi Amerika Serikat berasal dari Asia
sekitar 15.000 tahun yang lalu. Mereka menyeberangi jembatan darat Bering ke
Alaska.[1] Selanjutnya, penduduk asli Amerika bermukim di wilayah tersebut
selama ribuan tahun sebelum kedatangan para kolonis Eropa. Pada tahun 1492,
Christopher Columbus berhasil mencapai Amerika. Orang-orang Inggris lalu
bermukim di Jamestown, Virginia pada tahun 1607. Permukiman ini dianggap
sebagai permukiman pertama di Amerika Serikat. Selanjutnya, Amerika Serikat
terus didatangi oleh orang-orang Inggris. Orang Perancis, Spanyol, dan Belanda
juga bermukim di sebagian Amerika Serikat.[2] Pada tahun 1770-an, tiga belas
koloni Inggris meliputi dua setengah juta penduduk. Koloni-koloni ini tumbuh dan
berkembang dengan pesat, serta mengembangkan sistem politik dan hukum
sendiri. Meskipun demikian, perkembangan koloni-koloni Inggris berakhir tidak
baik bagi penduduk asli Amerika, karena banyak dari mereka yang tewas akibat
penyakit, dan mereka kehilangan negeri mereka.
Parlemen Inggris menegakkan otoritasnya atas koloni-koloni ini dengan
menetapkan pajak baru, yang dianggap inkonstitusional oleh orang Amerika
karena mereka tidak terwakili di Parlemen.[3] Konflik yang memanas berujung
pada perang penuh yang dimulai pada April 1775. Setelah melalui Revolusi
Amerika, koloni-koloni menyatakan kemerdekaan dari Kerajaan Britania Raya
pada tanggal 4 Juli 1776 dan mendirikan Amerika Serikat.
Dengan dukungan militer dan keuangan berskala besar dari Perancis serta
kepemimpinan Jenderal George Washington, Pasukan Patriot memenangkan
Perang Revolusi dan perdamaian disepakati pada tahun 1783. Selama dan
setelah perang, 13 negara bersatu di bawah pemerintah federal yang ditetapkan
melalui Pasal-Pasal Konfederasi. Ketika dokumen ini tak lagi bekerja dengan
baik, Konstitusi baru ditetapkan pada tahun 1789 dan hingga ini menjadi dasar
bagi pemerintah federal Amerika Serikat, dan kemudian hari meliputi pula
Undang-Undang HAM. Dengan Washington sebagai presiden pertama dan
Alexander Hamilton sebagai kepala penasehat keuangannya, pemerintahan
nasional yang kuat pun dibentuk. Pada Sistem Partai Pertama, dua partai politik
nasional berkembang mendukung atau menolak kebijakan Hamilton. Ketika
Thomas Jefferson menjadi presiden, ia membeli Wilayah Louisiana dari Perancis,
menggandakan luas wilayah Amerika. Perang kedua dan terakhir melawan
Inggris berlangsung pada tahun 1812. Hasil utama dari perang tersebut adalah
berakhirnya dukungan Eropa bagi serangan suku Indian terhadap para pemukim
barat.
Di bawah dukungan demokrasi Jefferson dan demokrasi Jackson, Amerika
Serikat meluas melalui pembelian Louisiana hingga sejauh California dan
Oregon, serta pencarian lahan murah untuk para petani dan pemilik budak
Yeoman yang mempromosikan demokrasi dan perluasan, yang harus dibayar
dengan kekerasan dan kebencian terhadap kebudayaan Eropa. Perluasan ini, di
bawah Manifest Destiny, adalah penolakan terhadap saran Partai Whig yang
ingin meningkatkan dan memodernisasi ekonomi dan masyarakat alih-alih
memperluas wilayah. Perbudakan dihapuskan di semua negara bagian di Utara
(sebelah utara garis Mason-Dixon yang memisahkan Pennsylvania dan
Maryland) pada tahun 1804, namun tetap berlangsung di negara-negara bagian
di Selatan karena tingginya permintaan kapas dari Eropa.
Setelah tahun 1820, serangkaian kompromi menunda pertikaian mengenai
masalah perbudakan. Pada pertengahan tahun 1850-an, kekuatan Republik
merebut kendali politik atas Utara dan berjanji untuk menghentikan perluasan
perbudakan, yang mengindikasikan penghapusan perbudakan. Pemilihan
presiden pada tahun 1860 yang dimenangkan oleh Abraham Lincoln dari partai
Republik membuat sebelas negara budak melepaskan diri dan mendirikan
Konfederasi pada tahun 1861. Setelah empat tahun pertumpahan darah, Uni, di
bawah Presiden Lincoln dan Ulysses S. Grant sebagai jendera panglima
mengalahkan Selatan dengan Robert E. Lee sebagai jenderalnya yang paling
terkenal. Akhirnya perbudakan dihapuskan dan Selatan menjadi miskin. Pada era
Rekontsruksi (1863–77), Amerika Serikat mengakhiri perbudakan dan
memperluas hak hukum dan hak suara untuk mantan budak (Orang Afrika
Amerika yang pernah menjadi budak). Pemerintah nasional menjadi lebih kuat,
dan karena Amandemen Keempat Belas, pemerintah kini memiliki tugas nyata
untuk melindungi hak individu. Rekonstruksi berakhir pada 1877 dan sejak tahun
1890-an hingga 1960-an sistem Jim Crow (segregasi) membuat orang kulit hitam
berada dalam inferioritas politik, sosial, dan ekonomi. Seluruh Selatan mengalami
kemiskinan hingga paruh kedua abad ke-20, ketika Utara dan Barat berkembang
dan makmur dengan cepat.
Amerika Serikat menjadi kekuatan industri yang unggul pada awal abad ke-20
akibat ledakan jumlah wirausahawan di Utara dan kedatangan jutaan pekerja
imigran serta petani dari Eropa. Jaringan rel kereta nasional diselesaikan, dan
pertambangan serta pabrik berskala besar mengindustrialisasi kawasan Timur
Laut dan Barat Tengah. Ketidakpuasan kelas menengah atas korupsi, inefisiensi,
dan politik tradisional memicu gerakan Progresif sejak tahun 1890-an hingga
1920-an, yang mendorong terjadinya reformasi dan memungkinkan hak suara
perempuan serta pelarangan alkohol (yang dicabut pada 1933). Meskipun pada
awalnya netral dalam Perang Dunia I, Amerika Serikat menyatakan perang
terhadap Jerman pada tahun 1917, dan mendanai Sekutu hingga meraih
kemenangan setahun kemudian. Setelah dekade kemakmuran pada tahun 1920-
an, runtuhnya Wall Street 1929 menandani dimulainya Depresi Besar yang
mendunia selama sedasawarsa. Franklin D. Roosevelt yang Demokrat menjadi
presiden dan menerapkan program barunya, New Deal, untuk bantuan,
pemulihan, dan reformasi, yang mendefinisikan liberalisme Amerika modern.
Setelah serangan Jepang ke Pearl Harbor pada 7 Desember 1941, Amerika
Serikat memasuki Perang Dunia II bersama Sekutu dan membantu mengalahkan
Jerman Nazi di Eropa dan mengalahkan Jepang di Timur Jauh.
Setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat dan Uni Soviet muncul sebagai negara
adidaya yang saling bersaing dan memulai Perang Dingin. Kedua negara ini
saling bertikai secara tak langsung dalam persaingan senjata dan perlombaan
angkasa. Kebijakan luar negeri Amerika Serikat selama Perang Dingin
dipusatkan pada pembendungan Komunisme, dan negara ini ikut serta dalam
perang di Korea dan Vietnam untuk mencapai tujuan ini. Liberalisme
memperoleh banyak kemenangan pada masa New Deal dan juga pada
pertengahan 1960-an, khususnya dalam kesuksesan gerakan hak sipil, namun
konservatisme kembali berkembang pada tahun 1980-an di bawah Ronald
Reagan. Perang Dingin berakhir setelah bubarnya Uni Soviet pada tahun 1991,
menjadikan Amerika Serikat sebagai satu-satunya negara adikuasa. Memasuki
abad ke-21, konflik internasional berpusat di sekitar Timur Tengah dan
meningkat tajam menyusul serangan 11 September serta Perang Melawan
Terorisme yang dideklarasikan setelahnya. Amerika Serikat mengalami resesi
ekonomi terburuk sejak Perang Dunia II pada akhir tahun 2000-an, yang disusul
oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi selama tahun 2010-an.
Daftar isi
1 Prasejarah
2 Pra-Columbus
3 Zaman kolonial
3.1 Kolonisasi Spanyol, Belanda, dan Prancis
3.2 Kolonisasi Inggris
3.3 Integrasi politik dan otonomi
4 Revolusi Amerika
5 Awal Republik
5.1 Konfederasi dan Konstitusi
5.2 Pemerintahan Washington
6 Abad ke-19
6.1 Pemerintahan Jefferson
6.2 Perbudakan
6.3 Era Perasaan Baik
6.4 Pemindahan Indian
6.5 Abolisionisme
6.6 Perluasan ke Barat
6.7 Industrialisasi dan ekspansi
6.8 Pemisahan Utara dan Selatan
6.9 Perang Saudara
6.10 Rekonstruksi
6.11 Zaman Sepuhan
7 Abad ke-20
7.1 Masa Progresivisme
7.2 Imperialisme
7.3 Perang Dunia I
7.4 Hak suara perempuan
8 Periode antar perang: 1919–1939
9 Perang Dunia II
10 Perang Dingin
11 Era setelah Perang Dingin
12 Catatan kaki
13 Bacaan lanjutan
14 Pranala luar
Prasejarah
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Prasejarah di Amerika Serikat
Pada awal era Paleozoikum, Amerika Utara berada di belahan Bumi Selatan, dan
banyak lautnya yang dipenuhi oleh beragam makhluk laut. Pada paruh akhir
Paleozoiukum, lautan berubah menjadi rawa dan menjadi habitat bagi amfibi dan
reptil awal. Ketika benua ini menjadi bagian dari Pangea, terjadi kondisi kering
dan leluhur mamalia mendominasi kawasan ini hingga mengalami kepunahan
masal.
Dinosaurus muncul pada masa Trias, periode pertama dari era Mesozoikum, dan
dengan cepat menyebar ke Amerika Serikat. Setelah Pangea terpecah, Amerika
Utara mulai bergerak ke ara utara dan barat. Pada masa Jura akhir, dataran di
kawasan barat Amerika Utara menjadi rumah bagi dinosaurus seperti Allosaurus,
Apatosaurus, dan Stegosaurus. Pada masa Kapur, Teluk Meksiko meluas dan
memecah Amerika Utara. Plesiosaurus dan mosasaurus hidup di perairannya. Di
kemudian hari, dataran pesisir kawasan barat dihuni oleh dinosaurus seperti
Edmontosaurus, Triceratops, dan Tyrannosaurus, hingga seluruh dinosaurus
mengalami kepunahan masal.
Pada era Senozoikum, mamalia mulai mendominasi daratan Amerika Utara.
Selama masa Eosen, kawasan barat menjadi habitat bagi unta dan kuda primitif
yang kecil serta karnivora creodonta. Titanotheres yang mirip badak
mendominasi Dakota Selatan pada masa Oligosen. Setelah itu, iklim di Amerika
Serikat mendingin hingga masa Pleistosen, ketika gletser menyebar. Kucing gigi
pedang, mammoth berbulu, mastodon, dan serigala mengerikan menghuni
kawasan ini, hingga akhirnya kedatangan manusia membuat mereka punah
melalui perburuan.
Pra-Columbus
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pra-Columbus
Bangsa-bangsa asli yang menempati tanah Amerika sebelum kedatangan
bangsa kulit putih.
Tidak ada kepastian mengenai bagaimana dan kapan penduduk asli Amerika
pertama kali menetap di Benua Amerika dan Amerika Serikat modern. Teori
paling terkenal menyatakan bahwa orang bermigrasi dari Eurasia menyeberangi
Beringia, sebuah jembatan darat yang menghubungkan Siberia dengan Alaska
modern, dan kemudian menyebar ke selatan di sepanjang Benua Amerika.
Migrasi ini kemungkinan dimulai pada 30.000 tahun silam[4] dan berlanjut hingga
sekitar 10.000 tahun silam, ketika jembatan tanah itu terendam akibat naiknya
permukaan air yang disebabkan oleh berakhirnya periode glasial terakhir.[5]
Penduduk awal ini, yang disebut bangsa Paleoamerika, dengan cepat terbagi
menjadi ratusan bangsa dan suku dengan budaya yang beragam.
Masa Pra-Columbus meliputi semua subdivisi periode dalam sejarah dan
prasejarah benua Amerika sebelum munculnya pengaruh signifikan Eropa di
benua Amerika. Masa ini mencakup masa permukiman asli pada periode
Paleolitikum Atas hingga kolonisasi Eropa selama periode Modern Awal.
Meskipun secara teknis merujuk kepada era sebelum perjalanan Christopher
Columbus pada 1492 hingga 1504, pada praktiknya istilah ini biasanya meliputi
sejarah kebudayaan asli benua Amerika hingga ditaklukan atau secara signifikan
dipengaruhi oleh bangsa Eropa, bahkan meskipun ini terjadi puluhan hingga
ratusan tahun setelah kedatangan awal Columbus.
Pada masa itu, penduduk asli Amerika menetap di Amerika Serikat. Mereka
memiliki budaya yang berbeda: penduduk asli di Amerika Serikat timur berburu;
penduduk asli di Amerika Serikat barat laut menangkap ikan; penduduk asli di
barat daya menanam jagung dan membangun rumah yang disebut pueblo; dan
penduduk asli di Great Plains berburu bison.[6][7]
Zaman kolonial
Conquistador Spanyol Coronado menjelajahi sebagian Barat Daya Amerika sejak
1540 hingga 1542.
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah kolonial Amerika Serikat
Setelah periode penjelajahan yang dilakukan oleh negara-negara besar di Eropa,
permukiman pertama didirikan pada 1607.[8] Orang Eropa membawa kuda, sapi,
dan babi ke benua Amerika, dan membawa jagung, kalkun, kentang, kacang,
tembakau, dan labu ke Eropa. Lingkungan berpenyakit terbukti mematikan bagi
banyak penjelajah dan para pemukim awal menderita penyakit-penyakit baru.
Dampak penyakit baru bahkan lebih buruk bagi penduduk asli Amerika, terutama
penyakit cacar dan campak. Banyak sekali penduduk asli yang meninggal,
biasanya sebelum permukiman Eropa berskala besar dimulai.[9][10]
Kolonisasi Spanyol, Belanda, dan Prancis
Para penjelajah Spanyol adalah orang Eropa pertama yang tiba di benua
Amerika, melalui ekspedisi kedua Christopher Columbus, yang mencapai Puerto
Rico pada 19 November 1493; yang lainnya mencapai Florida pada 1513.[11]
Dengan cepat ekspedisi Spanyol mencapai Pegunungan Appalachia, Sungai
Mississippi, Grand Canyon,[12] dan Great Plains. Pada 1540, Hernando de Soto
melakukan penjelajahan besar-besaran ke kawasan Tenggara. Selain itu, pada
tahun yang sama Francisco Vázquez de Coronado menjelajahi Arizona hingga
Kansas tengah.[13] Spanyol mengirim beberapa pemukim, mendirikan
permukiman Eropa permanen pertama di Amerika Serikat di St. Augustine,
Florida pada 1565, namun hanya sedikit yang menetap permanen di sana.
Permukiman Spanyol yang tumbuh menjadi kota-kota penting antara lain Santa
Fe, Albuquerque, San Antonio, Tucson, San Diego, Los Angeles, Santa Barbara
dan San Francisco.[14]
Klaim teritorial Eropa di Amerika Utara, sek. 1750
Prancis
Kerajaan Britania Raya
Spanyol
New Netherland adalah koloni Belanda abad ke-17 yang berpusat di New York
City modern dan Lembah Sungai Hudson, di mana mereka berdagang dengan
suku Indian di utara dan menahan perluasan Yankee dari New England. Orang
Belanda adalah para Kalvinis yang mendirikan Gereja Reformasi di Amerika,
namun mereka toleran terhadap agama dan kebudayaan lainnya. Koloni ini
direbut Inggris pada 1644 dan meninggalkan warisan yang bertahan lama dalam
kehidupan budaya dan politik Amerika, termasuk keterbukaan pikiran dan
pragmatisme perdagangan di kota, suatu tradisionalisme rural di pedesaan yang
dicirikan oleh kisah Rip Van Winkle, serta politisi seperti Martin Van Buren,
Theodore Roosevelt, Franklin D. Roosevelt dan Eleanor Roosevelt.[15]
New France adalah daerah yang dikolonisasi oleh Prancis sejak 1534 hngga
1763. Ada sedikit pemukim permanen di luar Quebec dan Acadia, namun
Konfederasi Wabanaki menjadi sekutu militer New France melalui empat
Peperangan Prancis dan Indian melawan koloni-koloni Inggris yang bersekutu
dengan Konfederasi Iroquois. Selama Perang Prancis dan Indian, New England
berperang dengan sukses melawan Acadia dan Inggris memindahkan orang
Acadia dari Acadia (Nova Scotia) lalu menggantinya dengan para Petani New
England.[16] Pada akhirnya, beberapa orang Acadia bermukim kembali di
Louisiana, di mana mereka mengembangkan kebudayaan pedesaan Cajun yang
unik dan masih ada hingga kini. Mereka menjadi warga negara Amerika Serikat
pada 1803 melalui Pembelian Louisiana.[17] Desa-desa Prancis lainnya di
sepanjang sungai Mississippi dan Illinois direbut ketika orang Amerika Serikat
mulai berdatangan setelah 1770.[18]
Wilayah-wilayah lain dimukimi oleh orang Skotlandia-Irlandia, Jerman, dan
Swedia.[19]
Kolonisasi Inggris
Informasi lebih lanjut: Kolonisasi Inggris di benua Amerika
Kapal Mayflower membawa Pilgrim Fathers ke Amerika.
Pembantaian para pemukim Jamestown pada 1622. Dengan cepat para kolonis
di Selatan memusuhi semua suku Indian
Lahan di sepanjang pesisir timur ditempati terutama oleh kolonis Inggris pada
abad ke-17, bersama sejumlah kecil orang Belanda dan Swedia. Amerika
Kolonial dicirikan oleh amat kurangnya tenaga kerja yang parah sehingga
diberlakukan bentuk kerja paksa seperti perbudakan dan kerja wajib, serta oleh
kebijakan Inggris berupa pengabaian ramah (pengabaian salut) yang
mengizinkan perkembangan semangat Amerika terpisah dari para pendiri
Eropanya.[20] Lebih dari separuh imigran Eropa datang ke Amerika Kolonial
sebagai pekerja paksa.[21]
Bangsa Inggris mencoba mendirikan permukiman di Pulau Roanoke tahun 1585,
tetapi tidak berlangsung lama.[22] Pada tahun 1607, permukiman Inggris
pertama yang dapat bertahan berdiri di Sungai James di Jamestown, Virginia,
yang memulai Perbatasan Amerika. Permukiman ini didirikan oleh John Smith,
John Rolfe, dan orang-orang Inggris lainnya yang tertarik dengan kekayaan dan
petualangan. Koloni ini hampir gagal bertahan dan mengalami kesusahan
selama puluhan tahun karena penyakit dan kelaparan, hingga akhirnya
mengalami keberhasilan setelah adanya gelombang baru pemukim tiba pada
akhir abad ke-17 yang mendirikan pertanian komersial berbasis tembakau.[23]
Antara akhir 1610-an dan Revolusi, Inggris mengirimkan sekitar 50.000
narapidana ke koloni di Amerika.[24] Satu contoh konflik yang parah adalah
pemberontakan Powhatan 1622 di Virginia, di mana suku Indian membunuh
ratusan pemukim Inggris. Konflik terbesar antara suku Indian dan pemukim
Inggris pada abad ke-17 adalah Perang Raja Phillip di New England.[25] Perang
Yamasee di Carolina Selatan juga menghasilkan banyak korban.[26]
New England pada awalnya dihuni oleh orang Puritan yang mendirikan Koloni
Teluk Massachusetts pada 1630, meskipun sudah ada ada satu permukiman
kecil pada 1620 oleh sekelompok orang Inggris yang dijuluki Pilgrim Fathers
(orang yang melarikan diri karena berselisih paham dengan gereja) di Koloni
Plymouth. Alih-alih menemukan emas, Pilgrims dan Puritan lebih tertarik untuk
membuat masyarakat yang lebih baik, yang mereka juluki "kota di sebuah
bukit."[27] Roger Williams, yang ditendang keluar dari Massachusetts,
mendirikan koloni di Rhode Island tahun 1636. Koloni Tengah, terdiri atas negara
bagian New York, New Jersey, Pennsylvania, dan Delaware modern, dicirikan
oleh tingkat keragaman yang tinggi. Upaya pertama untuk mendirikan
permukiman Inggris di selatan Virginia adalah Provinsi Carolina. Sementara
koloni yang terakhir berdiri di antara Tiga Belas Koloni adalah Koloni Georgia
yang berdiri pada 1733.[28]
Perkembangan koloni merupakan hal yang buruk bagi penduduk asli Amerika.
Mereka kehilangan negeri mereka, dan banyak dari antara mereka yang
meninggal akibat variola, penyakit yang dibawa bangsa Eropa ke Amerika.
Koloni memiliki ciri berupa keragaman keagamaan, dengan banyaknya
Kongresionalis di New England, Reformasi Jerman dan Belanda di Koloni
Tengah, Katolik di Maryland, dan Prebisterian Skotlandia Irlandia di perbatasan.
Banyak pejabat kerajaan dan pedagang adalah penganut Anglikan.[29]
Pada awal tahun 1700-an, relijiusitas amat meluas melalui kemunculan suatu
gerakan keagamaan yang disebut Gerakan Kebangunan Rohani Pertama, yang
dipimpin oleh pengkotbah seperti Jonathan Edwards.[30] Gerakan Kebangunan
merupakan salah satu peristiwa pertama dalam sejarah Amerika yang
merupakan "pergerakan besar", atau sesuatu yang melibatkan banyak orang
Amerika. Gerakan Kebangunan Rohani, bersama dengan Penghukuman
Penyihir Salem, merupakan tanggapan atas situasi Amerika saat itu, dan
mungkin memengaruhi pemikiran yang digunakan dalam Revolusi Amerika.[31]
Evangelis Amerika yang terpengaruh Kebangunan menambahkan penekanan
baru dalam pencurahan ilahi dari Roh Kudus dan konversi yang mengajarkan
kepada para penganut baru cinta intens pada Tuhan. Kebangkitan itu mengemas
keunggulan itu dan memajukan evangelikalisme yang baru dibentuk menjadi
republik awal, memberi tempat bagi Gerakan Kebangunan Rohani Kedua, yang
dimulai pada akhir 1790-an.[32]
Pada tahun 1733, terdapat tiga belas koloni. Koloni-koloni ini biasanya
dikelompokan menjadi New England (New Hampshire, Massachusetts, Rhode
Island dan Connecticut), koloni-koloni Tengah (New York, New Jersey,
Pennsylvania, Delaware), dan Selatan (Maryland, Virginia, Carolina Utara,
Carolina Selatan, dan Georgia). New England memiliki peternakan-peternakan
kecil, dan lebih bertumpu pada perikanan, perkapalan, dan industri-industri kecil.
[33] Koloni Selatan memiliki perkebunan tembakau dan kapas. Kebun-kebun ini
awalnya digarap oleh pekerja yang bersedia bekerja beberapa tahun dengan
upah pintu masuk ke Amerika dan tanah, lalu oleh budak. Koloni tengah memiliki
peternakan berukuran kecil, dan dikenal memiliki budaya dan kepercayaan yang
beragam.[34]
Ketigabelas koloni tersebut terikat dengan "ekonomi Atlantik", yang meliputi
penggunaan kapal untuk perdagangan budak, tembakau, rum, gula, emas,
rempah-rempah, ikan, kayu, dan barang hasil produksi, antara Amerika, Hindia
Barat, Eropa, dan Afrika.[35][36] New York, Philadelphia, Boston, dan Charleston
merupakan kota dan pelabuhan utama pada masa itu.[37]
Integrasi politik dan otonomi
Bersatu, atau Mati, kartun politik tahun 1756 karya Benjamin Franklin yang
mendorong koloni-koloni untuk bersatu selama Perang Prancis dan India.
Dari tahun 1754 hingga 1763, Inggris dan Perancis terlibat dalam perang yang
disebut Perang Tujuh Tahun. Inggris berhasil memenangkan perang. Perancis
menyerahkan koloninya di Kanada kepada Inggris, dan menyerahkan Louisiana
ke Spanyol; Spanyol menyerahkan Florida kepada Inggris. Perang ini adalah titik
balik dalam perkembangan politik koloni. Pengaruh para pesaing utama Tahta
inggris di koloni dan Kanada, Prancis dan suku Indian Amerika Utara, amat
berkurang. Selain itu, upaya perang berakibat pada integrasi politik koloni yang
lebih besar, seperti ditunjukkan dalam Kongres Albany dan disimbolkan oleh
seruan Benjamin Franklin supaya semua koloni "Bersatu atau Mati."
Menyusul penguasaan Inggris atas wilayah Prancis di Amerika Utara, Raja
George III mengeluarkan Proklamasi Kerajaan 1763, yang menyatakan bahwa
orang yang tinggal di tiga belas koloni tidak dapat menetap di sebelah barat
Pegunungan Appalachia.[38] Tujuan dari proklamasi ini adalah untuk
mengorganisir kekaisaran Amerika Utara baru dan melindungi suku Indian dari
perluasan kolonial ke kawasan barat. Pada masa selanjutnya, terjadi ketegangan
antara para kolonis dengan Kerajaan. Parlemen Inggris mengeluarkan Undang-
Undang Materai 1765, menerapkan pajak terhadap koloni tanpa melalui legislatif
kolonial. Pajak-pajak tamaban juga ditetapkan melalui Undang-Undang Gula
(1764), Undang-Undang Perangko (1765), Undang-Undang Townsend (1767),
dan Undang-Undang Teh (1773).Para kolonis melakukan protes karena tidak
memiliki perwakilan di Parlemen Inggris dan merasa bahwa mereka tidak
memperoleh hak-hak mereka.[3] Mereka mengeluarkan seruan "Tolak pajak
tanpa perwakilan rakyat," yang berarti mereka meminta agar mereka memiliki
suara di Parlemen Britania.[39] Mereka terus menolak membayar pajak seiring
ketegangan yang semakin meningkat pada akhir 1760-an dan awal 1770-an.[40]
Pesta Teh Boston pada 1773 adalah aksi langsung oleh para aktivis di kota
Boston untuk memprotes pajak baru untuk teh. Para kolonis di Boston
membuang ratusan kotak berisi teh dari kapal di Pelabuhan Boston, sebagai
tanggapan terhadap Undang-Undang Teh. [41] Parlemen merespon cepat
setahun kemudian. Pasukan Inggris mengambil alih Boston, serta mengeluarkan
Undang-Undang Paksaan, yang mencabut hak pemerintahan mandiri
Massachusetts dan menempatkan wilayah itu di bawah kekuasaan pasukan.
Tindakan ini memicu kemarahan dan perlawanan di semua koloni. Para
pemimpin patriot dari tiga belas koloni mengadakan Kongres Kontinental
Pertama untuk mengkoordinasikan perlawanan mereka terhadap Undang-
Undang Paksaan. Tokoh-tokoh penting dalam kongres tersebut adalah Benjamin
Franklin, John Adams, Thomas Jefferson, John Hancock, Roger Sherman, dan
John Jay. Kongres menyerukan boikot terhadap perdagangan Inggris,
menerbitkan daftar hak dan keluhan, serta mempetisi raja untuk mengatasi
semua keluhan itu.[42] Semua tindakan ini tidak terlalu berpengaruh, sehingga
Kongres Kontinental Kedua pun digelar pada 1775 untuk mengorganisir
pertahanan koloni melawan Pasukan Inggris.
Revolusi Amerika
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Amerika Serikat (1776–1789)
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perang Revolusi Amerika
Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat.
Pada tahun 1776, Thomas Paine menulis pamflet Common Sense, yang
menyatakan bahwa koloni-koloni harus merdeka dari Britania. Pada 4 Juli 1776,
ketigabelas koloni setuju terhadap Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat.[43]
Kolonis-kolonis telah terlibat dalam pertempuran dengan Britania dalam Perang
Revolusi Amerika. Perang dimulai pada tahun 1775 di Lexington dan Concord.
[44]
Pada 1777, pasukan Amerika berhasil merebut Saratoga sehingga membuat
Prancis bersedia bersekutu dengan Amerika. Selain itu, Prancis juga membawa
serta Spanyol dan Belanda untuk ikut bersekutu bersama Amerika, sedangkan
Inggris berperang tanpa sekutu.[45]
Meskipun tentara Amerika di bawah kepemimpinan George Washington banyak
mengalami kekalahan, mereka memenangkan perang setelah kemenangan di
Yorktown yang dibantu oleh Perancis. Traktat Paris ditandatangani, dan Britania
menarik semua pasukannya dari Amerika Serikat.
Pada 4 Juli 1776, Kongres Kontinental Kedua berkumpul di Philadelphia dan
menyatakan kemerdekaan Amerika Serikat. Kemerdekaan ini didasarkan pada
prinsip-prinsip republik, yang menekankan kedaulatan rakyat, menuntut
kewajiban warga negara, menolak korupsi, dan menentang aristokrasi.[46] Ahli
politik Seymour Martin Lipset menulis bahwa Amerika Serikat adalah koloni besar
pertama yang sukses memberontak melawan kekuasaan kolonial. Dalam
pengertian ini, Amerika Serikat adalah 'bangsa baru' pertama."[47] Menurut
sejumlah sejarawan, revolusi Amerika adalah sumber utama untuk agama sipil
Amerika yang tak berdenominasi dan telah membentuk patriotisme dan
kenangan serta makna negara tersebut.[48]
Awal Republik
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Amerika Serikat (1789–1849)
Lihat pula: Sistem Partai Pertama dan Sistem Partai Kedua
Konfederasi dan Konstitusi
Konstitusi Amerika Serikat
Pada tahun 1781, koloni-koloni mempersiapkan sebuah Uni melalui Pasal-Pasal
Konfederasi, akan tetapi hanya dapat berlangsung selama enam tahun.
Sebagian besar kekuasaan diserahkan kepada negara-negara bagian, dan
hanya sedikit kekuasaan yang dimiliki pemerintah pusat.[49] Selain itu, tidak
terdapat presiden. Pasal-Pasal Konfederasi juga tidak dapat menghentikan
penduduk asli Amerika atau orang Britania di perbatasan, dan juga tak mampu
menghentikan pemberontakan seperti Pemberontakan Shays. Setelah
pemberontakan Shays', banyak orang merasa Pasal-Pasal Konfederasi telah
gagal.[50] Akibatnya, para nasionalis, yang sebagian besarnya veteran perang,
diorganisir di setiap negara bagian dan meminta Kongres menyelenggarakan
Konvensi Philadelphia pada 1787.[51]
Konstitusi Amerika Serikat ditulis pada tahun 1787. Tokoh-tokoh yang membantu
penulisan konstitusi, seperti Washington, James Madison, Alexander Hamilton,
dan Gouverneur Morris, merupakan pemikir-pemikir utama Amerika pada masa
itu. Beberapa tokoh akan memegang posisi penting dalam pemerintahan baru.
Konstitusi ini mendirikan pemerintahan nasional yang lebih kuat dan memiliki tiga
cabang: eksekutif (Presiden dan kabinetnya), legislatif (Dewan Perwakilan Rayat
dan Senat), dan yudikatif (pengadilan federal).[52] Selain itu, Kongres diberi
otoritas untuk melarang perdagangan budak internasional setelah 20 tahun.
Konstitusi ini diratifikasi oleh negara-negara bagian pada tahun 1788.
Pemerintahan Washington
George Washington, presiden pertama Amerika Serikat.
Pada tahun 1789, George Washington, presiden Konvensi Konstitusi, terpilih
sebagai presiden pertama Amerika Serikat. Prestasi utama dari kepemimpinan
Washington adalah terciptanya pemerintahan nasional yang diakui oleh seluruh
rakyat Amerika[53] Pemerintahannya mendirikan Bank Amerika Serikat untuk
menstabilkan sistem keuangan serta menetapkan sistem tarif seragam dan
pajak. Pada masa jabatan Washington, Pemberontakan Wiski meletus. Petani-
petani di pedesaan mencoba untuk menghentikan pengumpulan pajak terhadap
wiski.
Pada tahun 1795, Kongres menyetujui Traktat Jay, yang membuka perdagangan
dengan Britania.[54] Traktat ini dibuat dengan tujuan memperbaiki hubungan
dengan Britania.[55] Thomas Jefferson dan James Madison sangat menentang
traktat ini.[56] Akibatnya sebagian pemilih mendukung partai oposisi, dan
dimulailah Sistem Partai Pertama.
Setelah menjabat selama dua periode, Washington tak mau berkuasa lagi. Ia
menulis surat perpisahan, yang isinya menekankan manfaat pemerintahan
federal dan pentingnya etika dan moral sembari memperingatkan terhadap
persekutuan asing dan pembentukan partai politik.[57]
Dalam pemilu tahun 1796, John Adams berhasil mengalahkan Thomas
Jefferson. Pemilu ini merupakan pemilu antar dua partai politik pertama di
Amerika Serikat.[58] Sebagai presiden, Adams membuat Angkatan Darat dan
Laut Amerika Serikat menjadi lebih besar, tetapi juga mengeluarkan hukum untuk
menutup koran yang menulis hal-hal jelek tentangnya.
Abad ke-19
Pemerintahan Jefferson
Jefferson berhasil mengalahkan Adams pada pemilu tahun 1800. Salah satu hal
penting yang dilakukannya sebagai presiden adalah membeli Louisiana dari
Perancis.[59] Jefferson mengirim Lewis dan Clark melalui Ekspedisi Lewis dan
Clark untuk memetakan Pembelian Louisiana. Jefferson amat meyakini
republikanisme dan berpendapat bahwa prinsip tersebut harus berbasis petani
dan pekebun yeoman.
Pesaing utama Jefferson adalah John Marshall, seorang Federalis dari Virginia.
Marshall berhasil mendefinisikan fungsi Mahkamah Agung, khususnya
kekuasaan untuk menolak hukum Kongres yang menyalahi Konstitusi, yang
pertama kali ditetapkan pada 1803 dalam Marbury v. Madison.[60]
Presiden Jefferson juga berusaha menghentikan perdagangan dengan Inggris
dan Perancis, yang sedang terlibat dalam perang.[61] Perang meletus antara
Amerika Serikat dan Inggris pada tahun 1812 ketika James Madison menjabat
sebagai presiden. Perang ini disebut Perang 1812. Perang ini berakhir setelah
Amerika Serikat memperoleh kemenangan menetukan dalam Pertempuran New
Orleans,[62] dan disepakatinya Perjanjian Ghent.[62]
Perbudakan
Penetap menyeberangi Dataran Nebraska.
Salah satu masalah pada periode ini adalah perbudakan. Negara-negara bagian
di Selatan Atas sempat melakukan pembebasan banyak budak namun
kebutuhan tenaga kerja untuk perkebunan besar membuat perbudakan kembali
meningkat. Pada tahun 1861, lebih dari tiga juta orang Afrika-Amerika menjadi
budak di Selatan.[63] Sebagian besar bekerja memetik kapas di perkebunan
besar. Selatan ingin agar perbudakan tetap ada, sementara Utara berusaha
mengakhirinya.
Era Perasaan Baik
Sebagai penentang perang, kelompok Federalis menggelar Konvensi Hartford
pada 1814 yang mengisyaratkan pemisahan, namun pengaruh mereka melemah
setelah kemenangan Amerika di New Orleans.[64] Sementara itu pemerintah,
setelah sebelumnya menutup Bank Amerika Serikat, memutuskan untuk
mendirikan Bank Kedua Amerika Serikat pada 1816.[65][66]
Setelah Perang 1812, Amerika mengakhiri Sistem Partai Pertama dan
mengalami "Era Perasaan Baik" di bawah kepemipinan Presiden James Madison
dan James Monroe.[65][66] Di bawah Monroe, kebijakan Amerika Serikat di
Amerika Utara adalah Doktrin Monroe, yang menyatakan bahwa benua Amerika
tidak boleh lagi dijajah oleh negara-negara Eropa.[67] Ini adalah momen yang
menentukan dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Pada masa ini pula,
Kongres meminta "sistem Amerika", yaitu dengan menghabiskan dana untuk
perbankan, transportasi, dan komunikasi, agar kota-kota menjadi lebih besar dan
pabrik-pabrik dibangun.[68] Salah satu proyek transportasi besar pada masa ini
adalah Kanal Erie di New York. Pada tahun 1840-an, jalur kereta api juga
dibangun. Ribuan mil jalur kereta dan telegraf telah dibangun di Amerika Serikat
pada tahun 1860.[69]
Pemindahan Indian
Pada 1830, Kongres mengeluarkan Undang-Undang Pemindahan Indian, yang
memaksa suku Indian di kawasan timur untuk berpindah ke wilayah barat di
seberang Sungai Mississippi.[70] Sementara kelompok demokrat Jackson
menuntut pemindahan paksa suku Indian yang menolak mengakui hukum
negara ke Barat. Kelompok Whig dan keagamaan menganggap bahwa tindakan
tersebut tak manusiawi, seperti terlihat pada Jejak Air Mata.[71]
Abolisionisme
Setelah 1840, gerakan abolisionisme menggalang banyak dukungan, terutama di
kalangan perempuan relijius di Timur Laut yang dipengaruhi oleh Gerakan
Kebangunan Rohani Kedua, yang dimulai pada 1800-an di New York.[72]
Gerakan Kebangunan Rohani berkaitan erat dengan gerakan anti perbudakan di
Amerika Serikat.[73] William Lloyd Garrison menerbitkan surat kabar
antiperbudakan yang paling berpengaruh, yaitu The Liberator, sedangkan
Frederick Douglass, seorang mantan budak, mulai menulis di surat kabar
tersebut sekitar 1840 lalu mendirikan surat kabar abolisionisnya sendiri, North
Star pada 1847.[74]
Perluasan ke Barat
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perbatasan Amerika
Penduduk dan wilayah Amerika Serikat mengalami perkembang pesat, dan
banyak penduduk yang melakukan migrasi ke barat.[75] Mereka berpindah ke
sebelah barat Sungai Mississippi dan Pegunungan Rocky pada masa ini. Orang-
orang pertama yang pindah ke Barat adalah orang yang menjual kulit binatang.
[76][77] "Thesis Perbatasan" yang amat berpengaruh menyatakan bahwa
perbatasan barat membentuk karakter Amerika Serikat.[78] Pada tahun 1840-an,
banyak orang pindah ke Oregon, dan semakin banyak orang yang pindah ke
Barat setelah Demam Emas California tahun 1849.[79][80] Sejak awal 1830-an
hingga 1869, Jalur Oregon dan banyak cabangnya digunakan oleh lebih dari
300.000 pemukim. Sementara Penduduk asli Amerika semakin terdesak oleh
peristiwa seperti pengusiran. Selain Jejak Air Mata, peristiwa penting terkait
pengusiran suku Indian adalah Perang Black Hawk.[81]
Industrialisasi dan ekspansi
Industri di Amerika Serikat juga berkembang. Banyak pabrik dibangun di kota-
kota timur laut seperti Lowell, Massachusetts. Kebanyakan pabrik memproduksi
pakaian. Sebagian besar pekerja di pabrik adalah perempuan, dan sebagian
merupakan anak-anak dari Irlandia dan Jerman.[82][83] Meskipun mengalami
industrialisasi, mata pencaharian sebagian besar penduduk Amerika pada saat
itu adalah petani.[84]
Ilustrasi Pengepungan Veracruz, bagian dari Perang Meksiko-Amerika.
Andrew Jackson terpilih sebagai presiden pada tahun 1828. Sebagian besar
pendukungnya merupakan orang miskin yang tidak pernah memilih sebelumnya,
sehingga ia memberi mereka pekerjaan sebagai "hadiah". Selain itu, ia juga
menetapkan pajak impor tinggi yang tidak disukai oleh Selatan. [85] Wakil
presiden Jackson, John C. Calhoun, yang berasal dari Selatan, menulis bahwa
Selatan sebaiknya menghentikan kebijakan tersebut dan meninggalkan Amerika
Serikat.[85]
Pada masa ini pula muncul Manifest Destiny. Daniel Walker Howe berpendapat
bahwa, "Meskipun imperialisme Amerika tidak mencerminkan konsensus
Amerika; hal tersebut memicu perbedaan pendapat dalam peemrintahan
nasional."[86] Manifest Destiny memberikan nada retorika untuk perluasan, yang
didukung oleh Demokrat. Salah satu perluasan ini adalah aneksasi Republik
Texas pada 1845. Texas bergabung dengan Amerika Serikat setelah
meninggalkan Meksiko, sehingga Meksiko tidak menyukai hal ini, dan Amerika
menginginkan wilayah Meksiko di Pantai Barat.[87] Akibatnya, Perang Meksiko-
Amerika meletus. AS berhasil memenangkan perang ini, dan memperoleh
wilayah California dan Amerika Serikat Barat Daya. Orang-orang di Utara tidak
menyukai perang ini, karena mereka merasa perang ini hanya untuk keuntungan
Selatan.[88]
Pemisahan Utara dan Selatan
Tentara Utara yang tewas di Gettysburg, Pennsylvania. Gambar diambil pada 5
atau 6 Juli 1863 oleh Timothy H. O'Sullivan.
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Asal-usul Perang Saudara Amerika
Pada tahun 1840-an dan 1850-an, Utara dan Selatan kurang saling menyukai
karena berbagai perbedaan, seperti:
Ekonomi Utara berdasarkan pada industri, sedangkan Selatan berdasarkan
agraris.
Negara bagian Utara tidak memerlukan budak, sementara Selatan
memerlukan budak.[89] Orang-orang di Selatan juga marah dengan buku-buku
seperti Uncle Tom’s Cabin yang menyatakan bahwa perbudakan itu salah.
Utara memiliki Partai Republik, sementara Selatan memiliki Partai Demokrat.
Perbedaan pandangan mengenai kekuasaan pemerintahan federal.
Pejabat-pejabat pemerintahan berusaha membuat perjanjian untuk mencegah
perang. Masalah perbudakan di wilayah baru sempat nampak akan selesai
dengan adanya Kompromi 1850 yang difasilitasi oleh Henry Clay dari partai dan
Whig Stephen Douglas dari Demokrat. Kompromi ini meliputi penunjukkan
California sebagai negara bebas. Poin yang bermasalah dalam kesepakatan ini
adalah Undang-Undang Budak Buronan.[90]
Akan tetapi, perjanjian-perjanjian ini tidak berhasil menghentikan perpecahan.[91]
Kompromi 1820 dicabut pada 1854 dengan adanya Undang-Undang Kansas-
Nebraska, yang mempromosikan Senator Douglas atas nama "kedaulatan
rakyat" dan demokrasi. Peraturan ini mengizinkan masing-masing wilayah
menetukan sendiri hukum tentang perbudakan. Kelompok antiperbudakan marah
dan mendirikan Partai Republik.
Orang-orang Utara dan Selatan mulai saling membunuh di Kansas dalam suatu
peristiwa yang disebut Kansas Berdarah karena masalah perbudakan. Peristiwa
ini disebut "Kansas Berdarah". Pada tahun 1859, John Brown mengambil alih
sebuah kota di Virginia untuk menunjukkan bahwa perbudakan itu salah dan ia
mencoba mengajak budak-budak melawan pemiliknya.[92] Tokoh-tokoh lainnya
yang memimpin pemberontakn budak antara lain Gabriel Prosser (1800),
Denmark Vesey (1822), Nat Turner (1831), dan (1859). Ini membuat Selatan
melakukan pengawasan budak yang lebih ketat dan mengurangi orang kulit
hitam bebas. Keputusan Mahkamah Agung tahun 1857 dalam Dred Scott v.
Sandford memihak Selatan dan menyatakan bahwa perbudakan legal di Amerika
Serikat. Keputusan ini membuat Utara marah.
Perang Saudara
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perang Saudara Amerika
Abraham Lincoln dari Partai Republik berhasil memenangkan pemilu pada tahun
1860. Setelah itu, sebelas negara bagian meninggalkan Amerika Serikat dan
mendirikan Negara Konfederasi Amerika. Maka meletuslah Perang Saudara
Amerika antara Utara dengan Selatan. Bersama dengan bagian barat laut
Virginia, yang menjadi Virginia Barat, empat "negara bagian budak" tidak
memisahkan diri dan kemudian dikenal sebagai negara bagian perbatasan.[93]
Perang Saudara dimulai dengan serangan Konfederasi terhadap instalasi militer
Amerika Serikat di Fort Sumter di Carolina Selatan. Bentrokan besar pertama
terjadi pada Pertempuran Bull Run Pertama.[94] Perang dengan cepat terbagi
menjadi dua teater, yaitu Timur dan Barat. Di teater Barat, Uni cukup sukses,
dengan kemnengan pada beberapa pertempuran besar, seperti Pertempuran
Perryville Dan Pertempuran Shiloh.[95]
Di teater Timur, Jenderal George B. McClellan memimpin pasukan Uni. Ia
mengorganisir pasukan baru Potomac namun gagal merebut ibukota
Konfederasi, Richmond, Virginia dalam Kampanye Semenanjungnya. Pada
akhirnya ia mundur setelah menderita serangan dari Jenderal Konfederasi yang
baru ditunjuk, Robert E. Lee.[96]
Konfederasi memiliki jenderal yang lebih cakap daripada utara, akan tetapi
memiliki lebih sedikit jalur kereta dan hampir tidak mempunyai pabrik senjata.[97]
Pada pertengahan perang, Lincoln mengumandangkan Proklamasi Emansipasi
yang akan membebaskan semua budak di Konfederasi, dan memperbolehkan
orang kulit hitam bertempur dalam angkatan bersenjata Utara.
Merasa percaya diri setelah mengalahkan Uni pada Pertempuran Bull Run
Kedua, Lee melancarkan invasi ke utara yang berhasil dihentikan oleh McClellan
dalam Pertempuran Antietam yang memakan banyak korban. Sementara
pengganti McClellan, Jenderal Ambrose Burnside, menderita kekalahan oleh
pasukan Lee yang lebih sedikit dalam Pertempuran Fredericksburg pada akhir
1862. Lee kembali menang dalam Pertempuran Chancellorsville pada Mei 1863,
namun kehilangan ajudan pentingnya, Stonewall Jackson. Lee akhirnya
mengalami kekalhan dalam Pertempuran Gettysburg pada 1-3 Juli 1863.
Peristiwa ini adalah titik balik Perang Saudara Amerika.[98] Uni kembali
memperoleh keunggulan setelah Jenderal Ulysses S. Grant merebut Sungai
Mississippi dalam Pertempuran Vicksburg. Akibatnya wilayah Konfederasi pun
terpecah.
Dua tahun terakhir perang memakan banyak korban bagi kedua pihak, dengan
Grant melancarkan perang atrisi melawan Pasukan Virginia Utara pimpinan
Jenderal. Perang atrisi ini terbagi menjadi tiga kampanye utama. Yang pertama,
Kampanye Overland memaksa Lee mundur ke kota Petersburg di mana Grant
melancarkan serangan besar keduanya, yaitu Kampanye Richmond-Petersburg
di mana ia mengepung Petersburg. Setelah pengepungan selama sepuluh bulan,
Petersburg menyerah. Namun, pertahanan Fort Gregg membuat Lee mampu
menggerakan pasukannnya keluar dari Petersburg. Grant mengejarnya dan
melancarkan serangan terakhir, Kampanye Appomattox yang membuat Lee
menyerah pada 9 April 1865 di Gedung Pengadilan Appomattox. Akhirnya,
seluruh pasukan Konfederasi menyerah dan perang pun berakhir.
Berdasarkan sensus tahun 1860, sekitar 8% pria kulit putih usia 13 hingga 43
tahun tewas dalam perang ini.[99]
Rekonstruksi
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Amerika Serikat (1865–1918)
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Era rekonstruksi Amerika Serikat
Andrew Johnson.
Rekonstruksi berlangsung sejak Proklamasi Emansipasi Lincoln pada 1 Januari
1863 hingga Kompromi 1877.[100]
Lincoln terpilih kembali sebagai presiden pada tahun 1864. Akan tetapi, ketika
menghadiri drama di Ford's Theatre, Washington, D.C., ia ditembak oleh John
Wilkes Booth. Lincoln menjadi presiden Amerika pertama yang tewas dibunuh.
[101] Ia digantikan oleh Andrew Johnson.
Pada masa ini, tiga "Amandemen Rekonstruksi", yaitu Amandemen Ketigabelas,
Amandemen Keempatbelas, dan Amandemen Kelimabelas, disetujui, yang isinya
memperluas hak sipil untuk orang kulit hitam. Maka budak-budak dibebaskan
dan menjadi warga negara. Mereka juga memiliki hak suara. Namun para
mantan budak ini mengalami ancaman kelaparan dan pengangguran.
Permasalahan in ditangani oleh agensi bantuan federal besar pertama, yaitu Biro
Mantan Budak, yang dijalankan oleh Angkatan Darat.[102]
Kongres pada masa itu dikuasai oleh "Republikan Radikal", yang ingin
menghukum Selatan setelah Perang Saudara.[103] Mereka tidak menyukai
Johnson dan hampir menghentikan jabatannya.[103] Pemerintahan Republik
baru berhasil berkuasa dengan berbasis pada koalisi Mantan Budak,
Carpetbagger (pendatang baru dari Utara), dan Scalawag (orang kulit putih
Selatan).
Kongres mengirim banyak tentara ke Selatan dan memaksa Selatan menyetujui
amandemen ke-14 dan 15. Selatan tidak menyukai hal ini, dan membuat hukum
"Jim Crow" yang menempatkan orang kulit hitam dalam peran-peran yang
rendah dan memaksa mereka bekerja sebagai petani miskin.[104] Orang Kulit
Putih di Selatan juga mendirikan Ku Klux Klan yang menyerang orang kulit hitam.
Penegakan hukum yang tegas oleh Presiden Ulysses Grant melalui Undang-
Undang Ku Klux Klan pada 1870 berhasil membubarkan Klu Klux Klan. Akan
tetapi, masih ada kelompok-kelompok paramiliter lainnya, seperti Liga Putih dan
Kaus Merah yang berupaya menegakkan kembali kekuasaan politik kulit putih di
Selatan selama 1870-an.[105]
Rekonstruksi berakhir setelah pemilihan tahun 1876 antara calon dari Republik
Rutherford B. Hayes dan calon dari Demokrat Samuel J. Tilden, yang
dimenangkan oleh Hayes.[106] Setelah 1890, Selatan secara efektif membatasi
orang kulit hitam. Orang kulit hitam dipisahkan di tempat umum dan menjadi
warga negara kelas dua akibat sistem Jim Crow hingga berhasilnya gerakan Hak
Sipil pada 1964-65.[107][108]
Jalur kereta api transkontinental selesai dibangun pada tahun 1869. Jalur ini
membantu kemudahan transportasi di Amerika Serikat. Chicago, tempat jalur-
jalur bertemu, menjadi pusat perdagangan antara Barat dan Timur.[109]
Zaman Sepuhan
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Zaman Sepuhan
"Zaman Sepuhan" adalah istilah yang digunakan oleh Mark Twain untuk
menggambarkan periode pada akhir abad ke-19 dimana terjadi peningkatan
besar-besaran dalam hal kekayaan dan kemakmuran Amerika Serikat. Reformasi
pada Zaman ini meliputi Undang-Undang Layanan Sipil, Undang-Undang
Perdagangan Antarnegara Bagian, dan Undang-Undang Antipercaya Sherman.
Twain yakin bahwa di balik kemakmuran itu, terdapat banyak spekulator tanah,
skandal politik, dan praktik bisnis tak etis.[110]
Pada 1890 produksi industri dan pendapatan per kapita Amerika adalah yang
tertinggi di dunia. Untuk mengatasi utang yang besar dan rendahnya harga
produk pertanian, para petani bergabung dengan Partai Populis.[111] Selain itu,
Amerika Serikat didatangi oleh pendatang dari berbagai negara, seperti Irlandia,
Italia, Jerman, Eropa Timur, dan Cina.[112] Sebagian besar dari mereka bekerja
di pabrik-pabrik besar dan tinggal di kota besar, seperti New York City, Chicago,
dan Boston. Mereka biasanya menghuni apartemen yang kecil, miskin, dan
berdekatan.[113] Pendatang-pendatang ini seringkali digunakan sebagai "mesin
politik". Mereka diberi pekerjaan dan uang, dengan imbalan suara dalam pemilu.
[113]
"Mesin-mesin politik" telah menguasai pemerintahan dalam dekade terakhir abad
ke-19. Sebagian besar presiden terpilih karena mesin politik.[114] Pemilik bisnis
besar seringkali memiliki kekuasaan yang lebih besar daripada pemerintahan.
[114] Contohnya adalah John D. Rockefeller, Andrew Carnegie, dan J.P. Morgan.
Depresi yang parah di seluruh Amerika Serikat terjadi pada 1893. Depresi ini
disebut Kepanikan 1893 dan berdampak pada petani, pekerja, serta penguasaha
karena harga, gaji, dan keuntungan menurun drastis.[115] Akibatnya, Presiden
Grover Cleveland banyak disalahkan. Kericuhan buruh menimbulkan banyak
serangan, yang paling terkenal adalah Serangan Pullman pada 1894. Partai
Populis memperoleh banyak dukungan dari para petani kapas dan gandum serta
para penambang batu bara, namun pengaruhnya kalah oleh gerakan Perak
Bebas yang lebih populer.[116] Kemakmuran kembali dialami Amerika Serikat di
bawah pimpinan Presiden William McKinley, yang mengalahkan William
Jennings Bryan dalam pemilihan umum.
Abad ke-20
Masa Progresivisme
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Era Progresif
"Sepuluh ribu mil, dari ujung ke ujung", kartun politik yang menggambarkan
kekuasaan Amerika Serikat pada tahun 1898.
Pada Era Progresif, terjadi Gerakan progresif yang menyerukan modernitas dan
reformasi. Politis terkemuka pada masa ini antara lain Theodore Roosevelt,
Charles Evans Hughes, dan Robert LaFollette dari Republik, serta William
Jennings Bryan dari Demokrat, yang mendukung reformasi progresif. Empat
amandemen konstitusi baru, yaitu Amandemen Keenambelas, Amandemen
Ketujuhbelas, Amandemen Kedelapanbelas, dan Amandemen Kesembilanbelas
—yang berasal dari aktivisme progresif, membawa reformasi berupa pajak
penghasilan federal, pemilihan langsung Senator, dan hak pilih perempuan.[117]
Imperialisme
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Imperlialisme Amerika
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, Amerika Serikat menjadi lebih aktif
dalam urusan luar negeri. Pada tahun 1898, Amerika Serikat berperang melawan
Spanyol. AS berhasil memenangkan perang, dan menguasai Puerto Riko, Guam,
Guantanamo, dan Filipina.[118] Ditambah dengan pembelian Alaska dan
pengambilalihan Hawaii, Amerika Serikat telah memperoleh seluruh wilayahnya
hari ini, ditambah beberapa wilayah yang akan lepas setelah Perang Dunia II.
[119]
William Jennings Bryan memimpin Partai Demokrat menentang penguasaan atas
Filipina, yang menurutnya sebagai imperlialisme dan bertentangan dengan
demokrasi Amerika.[120] Namun, Bryan kalah dari William McKinley dalam
pemilihan presiden tahun 1900.[121]
Pada tahun 1901, Theodore Roosevelt menjadi presiden Amerika Serikat. Ia
memiliki kebijakan luar negeri yang disebut "Big Stick". Maksudnya ialah bahwa
[AS] harus memiliki angkatan laut yang besar dan melakukan pengawasan
terhadap Amerika Latin.[122][123] Antara tahun 1908 hingga 1930, Amerika
Serikat beberapa kali mengirimkan tentara ke Amerika Latin. Selain itu, ketika
Theodore Roosevelt masih menjabat, penggalian Terusan Panama dimulai.
Woodrow Wilson terpilih sebagai presiden pada tahun 1912. Ia adalah seorang
progresif, tetapi tidak sepenuhnya mirip Roosevelt.[124][125] Pada tahun itu
pula, Arizona menjadi negara bagian terakhir dari Amerika Serikat daratan,
sehingga Perbatasan Amerika pun berakhir. Inovasi yang muncul pada masa ini
adalah Kebijakan Pintu Terbuka, dimana kekuasaan imperial diberi akses setara
untuk bisnis Cina, namun mereka tak diperbolehkan menguasai Cina.[126]
Perang Dunia I
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Masuknya Amerika Serikat dalam Perang
Dunia I dan Front tanah air Amerika Serikat pada Perang Dunia I
Tentara Amerika selama Perang Dunia I.
Amerika Serikat awalnya tidak ingin terlibat dalam Perang Dunia I. Akan tetapi,
karena:
Ditenggelamkannya kapal RMS Lusitania oleh torpedo Jerman pada 7 Mei
1915
Terungkapnya Telegram Zimmermann, pesan Jerman kepada Meksiko yang
mengajak untuk bersama-sama menyerang AS
Amerika menyatakan perang terhadap Jerman pada 6 April 1917.[127] AS
membantu Sekutu, dan pada musim panas 1928 mengirim banyak sekali
pasukan di bawah Jenderal John J. Pershing.[128] dan perang berakhir setahun
kemudian dengan kekalahan Blok Sentral. Presiden Woodrow Wilson meminta
Jerman menggulingkan Kaisar dan menerima Empat Belas Poin. Wilson juga
mencoba mendirikan Liga Bangsa-Bangsa, akan tetapi Amerika Serikat tidak
bergabung karena kaum isolasionis di AS menolak traktat perjanjian.[129]
Setelah Perang Dunia I, sebuah pandemi flu mewabah, dan menewaskan
banyak orang di AS dan Eropa.[130] Selain itu, seusai Perang Dunia I, Amerika
Serikat menjadi salah satu negara terkaya dan terkuat di dunia.[131]
Hak suara perempuan
Informasi lebih lanjut: Hak suara perempuan di Amerika Serikat
Alice Paul menulis Amandemen Kesetaraan Hak
Gerakan hak suara perempuan dimulai dengan Konvensi Seneca Falls pada
1848, digelar oleh Elizabeth Cady Stanton dan Lucretia Mott, serta Deklarasi
Sentimen yang menuntut kesetaraan hak untuk perempuan. Banyak aktivis yang
menjadi sadar secara politik selama gerakan abolisionis. Kampanye hak
perempuan selama "feminisme gelombang pertama" dipimpin oleh Mott, Stanton,
Susan B. Anthony, dll. Gerakan ini direorganisir setelah Perang Saudara,
memperoleh para juru kampanye berpengalaman, banyak di antaranya telah
berjuang untuk pelarangan di Women's Christian Temperance Union. Pada akhir
abad ke-19 beberapa negara bagian di barat telah memberikan hak suara penuh
untuk perempuan,[132] meskipun perempuan telah memperoleh kemenangan
hukum yang signifikan, meraih hak dalam berbagai bidang seperti properti dan
hak asuh anak.[133]
Sekitar 1912 gerakan feminis, yang dulunya tumbuh dengan lambat, mulai
bangkit kembali, menekankan pada tuntutan untuk kesetaraan dan mengklaim
bahwa korupsi dalam politik Amerika harus dibersihkan oleh perempuan karena
laki-laki tidak mampu melakukannya.[134] Para pemrotes kemudian disebut
suffragette. Alice Paul memimpin parade di ibukot adan kota-kota besar. Alice
memisahkan diri dari Asosiasi Hak Suara Perempuan Amerika Nasional
(AHSPAN), yang lebih menyukai pendekatan yang lebih moderat dan
mendukung Partai Demokrat dan Woodrow Wilson, yang dipimpin oleh Carrie
Chapman Catt. Alice mendirikan Partai Perempuan Nasional yang lebih militan.
Para pejuang hak suara ditangkapi pada piket "Sentinel Sunyi" mereka di
Gedung Putih, yang merupakan pertama kalinya cara tersebut dilakukan. Mereka
kemudian dijadikan tahanan politik.[135]
Setelah Perang Dunia Pertama, semakin banyak negara bagian Barat yang
memberi hak suara untuk perempuan. Salah satu tokoh perempuan pertama
yang terpilih adalah Jeannette Rankin dari Montana. Kongres meloloskan
Amandemen Kesembilan Belas pada 1919, dan perempuan berhak memilih pada
1920.[136]
AHSPAN berubah menjadi Liga Pemilih Perempuan, dan Partai Perempuan
Nasional mulai menyerukan Amandemen Kesetaraan Hak. Pada 1928, hak suara
perempuan memperoleh kekuatan setelah kelompok Katolik menyadari perlunya
suara perempuan untuk memilih Al Smith, tokoh Katolik dari New York City.
Sementara kelompok Protestan menggalang perempuan untuk memilih Herbert
Hoover.[137]
Periode antar perang: 1919–1939
Pada tahun 1920-an, rasisme merebak. Ku Klux Klan semakin menguat dan
mengincar orang kulit hitam, Katolik, Yahudi, dan imigran.[138] Orang-orang
menuduh imigran dan pemimpin buruh (yang dituduh sebagai Bolshevik)
bersalah atas perang dan masalah-masalah lain dalam sektor bisnis.[34][139]
1920-an merupakan era ledakan ekonomi dan kesejahteraan bagi Amerika
Serikat. Pada masa ini, banyak orang Afrika-Amerika yang pindah dari Selatan
ke kota-kota besar seperti New York City, Chicago, St. Louis, dan Los Angeles.
[140] Mereka membawa musik jazz, sehingga tahun 1920-an dijuluki sebagai
"Zaman Jazz".
Franklin D. Roosevelt
Seusai Perang Dunia I, Amerika Serikat menetapkan kebijakan luar negeri yang
isolasionis. Hukum dan traktat yang mengakhiri perang disetujui. AS juga
menolak menjual senjata kepada mantan sekutunya.[141]
Warren G. Harding menjadi presiden pada tahun 1921. Ia meyakini bahwa jalan
terbaik untuk memperbaiki ekonomi adalah bersahabat dengan bisnis-bisnis
besar melalui pemotongan pajak dan pengurangan regulasi.[142] Performa
ekonomi berlangsung dengan baik di bawah kebijakan ini. Akan tetapi, jurang
antara yang kaya dan miskin semakin melebar.[143] Harding meninggal pada
tahun 1923, dan Calvin Coolidge menggantikannya. Seperti Harding, Calvin
Coolidge meyakini bahwa pemerintah tidak boleh campur tangan dalam urusan
bisnis, sehingga ia meneruskan banyak kebijakan Harding.[144][145] Coolidge
memutuskan untuk tidak menjadi kandidat dalam pemilu 1928 dan selanjutnya
Herbert Hoover menjadi presiden.
Pada tahun 1929, Depresi Besar melanda Amerika Serikat. Bursa efek jatuh, dan
banyak bank kehabisan uang dan ditutup.[146] Pada tahun 1932, lebih dari
seperempat rakyat Amerika Serikat menjadi pengangguran.[147]
Herbert Hoover, yang menjadi presiden pada saat itu, mencoba menghentikan
Depresi, tetapi gagal.[148] Pada tahun 1932, ia dikalahkan oleh Franklin D.
Roosevelt dalam pemilu. Franklin D. Roosevelt melancarkan kebijakan New
Deal, yaitu rangkaian program pemerintah yang memberikan bantuan,
pemulihan, dan reformasi.[149] Contoh program pada New Deal adalah jaminan
sosial, Works Progress Administration (pembangunan jalan, sekolah, gedung
pemerintahan dan karya seni), dan Civilian Conservation Corps (memberikan
anak muda pekerjaan untuk membantu lingkungan). Program-program seperti ini
mempekerjakan jutaan warga Amerika, meskipun dengan gaji yang kecil.[150]
[151] New Deal seringkali disebut sebagai periode yang "menyelamatkan
kapitalisme" dan menghentikan Amerika menjadi negara komunis atau fasis.[152]
Meskipun New Deal berhasil meningkatkan ekonomi, kebijakan ini tidak
mengakhiri Depresi Besar. Depresi ini diakhiri oleh Perang